MANAJEMEN KEPERAWATAN

220
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manajemen Keperawatan di Indonesia di masa depan perlu mendapatkan prioritas utama dalam pengembangan keperawatan di masa depan. Hal ini berkaitan dengan tuntutan profesi dan tuntutan global bahwa setiap perkembangan dan perubahan memerlukan pengelolaan secara profesional dengan memperhatikan setiap perubahan yang terjadi di Indonesia. Profesionalisasi keperawatan merupakan proses dinamis yang mengalami perubahan dan perkembangan karakteristik sesuai dengan tuntutan profesi dan kebutuhan masyarakat. Proses profesionalisasi merupakan proses pengakuan terhadap sesuatu yang dirasakan, dinilai dan diterima secara spontan oleh masyarakat. Pemberian asuhan keperawatan profesional perlu di tunjang dengan adanya manajemen keperawatan. Proses manajemen keperawatan sejalan dengan proses keperawatan sebagai satu metode pelaksanaan asuhan keperawatan secara professional, sehingga diharapkan keduanya dapat saling menopang. Manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan proaktif dalam menjalankan suatu kegiatan di organisasi. Manajemen keperawatan diaplikasikan dalam tatanan 1

description

KEPERAWATAN

Transcript of MANAJEMEN KEPERAWATAN

Page 1: MANAJEMEN KEPERAWATAN

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manajemen Keperawatan di Indonesia di masa depan perlu mendapatkan

prioritas utama dalam pengembangan keperawatan di masa depan. Hal ini berkaitan

dengan tuntutan profesi dan tuntutan global bahwa setiap perkembangan dan

perubahan memerlukan pengelolaan secara profesional dengan memperhatikan setiap

perubahan yang terjadi di Indonesia.

Profesionalisasi keperawatan merupakan proses dinamis yang mengalami

perubahan dan perkembangan karakteristik sesuai dengan tuntutan profesi dan

kebutuhan masyarakat. Proses profesionalisasi merupakan proses pengakuan terhadap

sesuatu yang dirasakan, dinilai dan diterima secara spontan oleh masyarakat.

Pemberian asuhan keperawatan profesional perlu di tunjang dengan adanya

manajemen keperawatan. Proses manajemen keperawatan sejalan dengan proses

keperawatan sebagai satu metode pelaksanaan asuhan keperawatan secara

professional, sehingga diharapkan keduanya dapat saling menopang.

Manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan proaktif dalam

menjalankan suatu kegiatan di organisasi. Manajemen keperawatan diaplikasikan

dalam tatanan pelayanan keperawatan nyata yaitu Rumah Sakit dan komunitas

sehingga perawat perlu memahami konsep dan aplikasinya. Konsep yang harus

dikuasai adalah konsep manajemen keperawatan, perencanaan yang berupa strategi

melalui pengumpulan data dengan pendekatan 5 M (Man, Money, Material, Method,

Machine), analisa SWOT dan penyusunan langkah-langkah perencanaan, pelaksanaan

model keperawatan profesional dan melakukan pengawasan serta pengendalian.

Tuntutan masyarakat terhadap kualitas pelayanan keperawatan dirasakan

sebagai fenomena yang harus direspon oleh perawat. Respons yang ada harus bersifat

kondusif dengan pengelolaan keperawatan dan langkah-langkah konkret dalam

pelaksanaannya. Manajemen Keperawatan di Indonesia di masa depan perlu

mendapatkan prioritas utama dalam pengembangan. Hal ini bekaitan dengan tuntutan

1

Page 2: MANAJEMEN KEPERAWATAN

profesi dan tuntutan global bahwa setiap perkembangan dan perubahan memerlukan

pengelolaan secara profesional dengan memperhatikan setiap perubahan yang terjadi

di Indonesia.

Rumah Sakit Ulin sebagai Rumah Sakit pusat rujukan di Kalimantan Selatan

dan Tengah sekaligus sebagai rumah sakit pendidikan tipe A mempunyai beberapa

ruangan yang menjadi ruang percontohan dalam menerapkan model keperawatan

SP2KP. Model asuhan keperawatan profesional yang saat ini sedang dilaksanakan di

Ruang Anak Tulip IIA adalah model asuhan keperawatan profesional dengan metode

SP2KP moduler. Kelebihan dari metode ini adalah metode ini dapat dilaksanakan

karena keterbatasan jumlah dan kualifikasi tenaga perawatan yang layak. SP2KP

yang dilaksanakan di Ruang Anak Tulip IIA belum optimal.

Berdasarkan fenomena tersebut, maka praktikanmencoba mendalami tentang

SP2KP di Ruang Anak Tulip IIA dengan melakukan pengkajian dan implementasi

terhadap permasalahan yang ada.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Setelah melaksanakan praktek profesi manajemen keperawatan, mahasiswa

diharapkan dapat mengerti dan memahami prinsip manajemen keperawatan dan

model pemberian asuhan keperawatan profesional yang sesuai dengan prinsip metode

SP2KP moduleryang telah diterapkan di Ruang Anak Tulip IIA RSUD Ulin

Banjarmasin.

2. Tujuan Khusus

Setelah melakukan praktek manajemen, mahasiswa diharapkan dapat :

a. Menganalisis lingkungan suatu ruang perawatan dan menghitung kebutuhan

tenaga keperawatan disuatu ruangan perawatan.

b. Melaksanakan peran sesuai dengan model SP2KP.

c. Meningkatkan gairah kerja dan profesionalisme tenaga kesehatan di ruangan.

d. Melakukan supervisi keperawatan bersama tenaga kesehatan yang ada di ruangan.

2

Page 3: MANAJEMEN KEPERAWATAN

e. Melakukan timbang terima keperawatan bersama tenaga kesehatan yang ada di

ruangan.

f. Melakukan Discharge Planning bersama tenaga kesehatan yang ada di ruangan.

g. Mendokumentasikan asuhan keperawatan dengan menggunakan model problem,

intervensi, dan evaluasi bersama tenaga kesehatan yang ada di ruangan.

h. Melakukan penerapan sentralisasi obat bersama tenaga kesehatan yang ada di

ruangan.

i. Melakukanpenerimaanklienbaru bersama tenaga kesehatan yang ada di ruangan.

j. Menganalisis tingkat keberhasilan setelah pelaksanaan metode managemen yang

diterapkan.

C. Manfaat

1. Bagi Mahasiswa

a. Tercapainya pengalaman dalam pengelolaan suatu ruang rawat sehingga dapat

memodifikasi metode penugasan yang akan dilaksanakan.

b. Mahasiswa dapat mengumpulkan data dalam penerapan model SP2KP moduler

yang diaplikasikan di Ruang Anak Tulip IIA.

c. Mahasiswa dapat mengidentifikasi kelebihan dan kekuarangan penerapan model

SP2KP di Ruang Anak Tulip IIA.

d. Mahasiswa dapat menganalisis masalah dengan metode SWOT dan menyusun

rencana strategi.

e. Mahasiswa dapat memperoleh pengalaman dalam menerapkan model SP2KP

moduler di Ruang Anak Tulip IIA.

2. Bagi Perawat

a. Melalui praktek profesi manajemen keperawatan dapat diketahui masalah-masalah

yang ada di Ruang Anak Tulip IIA.

b. Tercapainya tingkat kepuasan kerja yang optimal dan meningkatkan

profesionalisme perawat.

c. Terbinanya hubungan yang baik antara perawat dengan perawat, perawat dengan

tim kesehatan lain, dan perawat dengan klien serta keluarga.

3

Page 4: MANAJEMEN KEPERAWATAN

d. Tumbuh dan terbinanya akuntanbilitas dan disiplin diri perawat.

3. Bagi Klien dan Keluarga

a. Klien dan keluarga mendapatkan pelayanan yang memuaskan.

b. Tingkat kepuasan klien dan keluarga terhadap pelayanan tinggi.

4. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai bahan masukan dan gambaran tentang pengelolaan ruangan dengan

pelaksanaan model SP2KP moduler.

4

Page 5: MANAJEMEN KEPERAWATAN

BAB II

PENGKAJIAN

A. Visi, Misi, dan Motto

2.1.1 Visi Rumah Sakit

Pada tahun 2014 Visi RSUD Ulin Banjarmasin yaitu “Terwujudnya Rumah

Sakit Kelas A Pendidikan Berstandar Internasional dan Terpercaya Tahun 2015”

2.1.2 Misi Rumah Sakit

Misi RSUD Ulin Banjarmasin adalah :

a. Menjadi Rumah Sakit kelas A pendidikan.

b. Meningkatkan Mutu Layanan dan keselamatan klien melalui akreditasi rumah

sakit dan ISO.

c. Menjadi pusat rujukan medik spesialistik, sub spesialistik dan pusat pelayanan

unggulan.

d. Menjadi pusat pendidikan, pelatihan, penelitian dan penapisan teknologi

kesehatan.

e. Meningkatkan akses pelayanan kesehatan bagi keluarga miskin.

f. Meningkatan prasarana dan sarana pelayanan medik secara bertahap sesuai

standar dan Masterplan Rumah Sakit.

2.1.3. Motto Rumah Sakit

SEHAT PRIMA : Siaga, Efektif dan Efisien, Harmonis, Asri, Tertib,

Profesional, Ramah, Inisiatif, Mutu yang diutamakan, Aman dalam pelayanan.

2.1.4. Visi Instalasi Rawat Inap Ruang Anak Tulip IIA

- Melayani dan Merawat Sepenuh Hati

2.1.5. Misi Instalasi Rawat Inap Ruang Tulip IIA

- Meningkatkan mutu asuhan keperawatan anak

- Menggalang persatuan perawat anak

5

Page 6: MANAJEMEN KEPERAWATAN

- Memfasilitasi kerjasama perawat anak dengan profesi keperawatan anak

- Meningkatkan mutu perawat anak melalui pendidikan dan pelatihan

2.1.6. Sifat Kekaryaan Ruang Anak Tulip IIA

.........Lingkup garapan Ruang Anak Tulip IIA mempunyai 4 Tim dimana 1 tim

membawahi 2 divisi yaitu, respirologi dan kardiologi, gizi dan neurologi,

gastrointerologi dan infeksi, nefrologi. 4 divisi ini mempunyai 1 supervisor, 4 ketua

tim, dan 2-3 Perawat Associate. Seluruh kinerja divisi diawasi langsung oleh

supervisor guna menjaga mutu pelayanan keperawatan yang meliputi pemenuhan

kebutuhan dasar klien dan keluarga.

6

Page 7: MANAJEMEN KEPERAWATAN

B. Pengkajian Manajemen Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP)

1. Sumber Daya Manusia (M1)

a. Struktur Organisasi

7

DIREKTUR RSUD ULIN BANJARMASINdr. Hj. Suciati, M. Kes

WAKIL DIREKTUR MEDIK DAN KEPERAWATAN

Dr.dr. Moh. Isa, Sp. P

KEPALA BIDANG KEPERAWATAN

H. Iswantoro, S.Kp.,MM

KEPERAWATAN INSTALASI RAWAT INAP

H. Alpianoor Pahri, S.Kep

KEPALA RUANG INAP TULIP II A

Hj. Ernie Aprilia, S.Kep.,Ns, MM

KEPALA SEKSI INSTALASI RAWAT INAP

M. Aini, S.Kep.,Ns

Gambar 2.1 Struktur Organisasi di Ruang Anak Tulip IIA RSUD Ulin Banjarmasin

SUPERVISOR

Taufik Hidayat, S.Kep, M.Kes

KATIM 1 :Gustina, AMK

Rg Respirologi/ CardioloAgi :1.Putriyanti, AMK2.Noviyanti, AmKeb3.Mardiyah, AMK

KATIM 2:

Norhasanah, AMK

Rg Gizi/ Neurologi :1. Fitriah, AMK2. Melda A, AMK

KATIM 3:

Rusma H, AMK

Gastro Interologi/ Infeksi :1.Noor Alfiatin N,

S.Kep, Ns2.Rika Arlita, AMK3.Rosida Elfah, AMK

CS

- Ikhsan- Norhasanah

PEKARYA

-Farid Rozali

ADMINISTRASI

- Sa’adah- Ani

KATIM 4:

Rusma H, AMK

Nefrologi :1. Lindawati N,AMKeb2. Lailatul , AMK3. Rianti, AMK

Page 8: MANAJEMEN KEPERAWATAN

Model pemberian asuhan keperawatan yang digunakan di Ruang Anak Tulip

IIA yaitu model SP2KP dengan metode moduler (Sistem Pemberian Pelayanan

Asuhan Keperawatan Profesional) berdasarkan SK Menkes No. 188.4/0146/Kep-

KUM/2012 yang merupakan perkembangan dari MPKP (Model Praktek Keperawatan

Profesional) dimana dalam SP2KP ini terjadi kerjasama professional antara perawat

primer (PP) dan perawat Asosiate (PA) serta tenaga kesehatan lainnya. Metode

modifikasi tim-primer yang terdiri dari kepala ruangan,supervisor, perawat primer

dan perawat asosiate. Kepala ruangan merupakan seorang yang diberikan wewenang

dan tanggung jawab serta mengelola kegiatan pelayanan keperawatan di satu ruang

rawat dalam hal manajemen ruangan seperti penerapan SP2KP di ruangan. Supervisor

Ruang Anak Tulip IIA berperan sebagai manajer keperawatan di ruangan yang

bertanggung jawab terhadap pemberian asuhan keperawatan yang di berikan kepada

klien di ruangan. Supervisor dan ketua tim merupakan perawat yang bertanggung

jawab dalam pemberian asuhan keperawatan secara langsung kepada klien.

Supervisor dan ketua tim dibantu oleh perawat pelaksana sebagai anggota tim.

8

Page 9: MANAJEMEN KEPERAWATAN

b. Tenaga Keperawatan

Tenaga keperawatan di Ruang Tulip II A seluruhnya berjumlah 17 orang, sudah

termasuk kepala ruangan dan supervisor.

Tabel 2.1. Daftar Tenaga Keperawatan di Ruang II A RSUD Ulin Banjarmasin

No. Nama PNS/Non PNS

Jabatan Pendidikan MasaKerja

Pelatihan

1. Hj. Ernie Aprilia, S.Kep, Ns, MM

PNS Kepala Ruangan

S2 12 tahun CI, BLS, BTCLS

2. Taufik Hidayat, S.Kep, M.Kes

PNS Supervisor S2 22 tahun BLS, BTCLS

3. Gusnita, AMK PNS Katim 2 DIII Kep.. 12 tahun BLS4. Norhasanah,

AMKPNS Katim 3 DIII Kep. 14 tahun BLS

5. Rusma H, S.Kep PNS Katim 4 S1 14 tahun BLS6. Putriyanti, AMK PNS Staf

perawatDIII Kep. 7 tahun BLS

7. Rusniah, AMK PNS Staf perawat

DIII Kep. 15 tahun BLS

8. Noviyanti, AMKeb

PNS Sraf perawat

DIII Keb. 10 tahun BLS

9. Lindawati, AMKeb

PNS Staf perawat

DIII Keb 9 tahun BLS

10. Noor Alfiatin Ni,mah S.Kep, Ns

PNS Staf perawat

S.Kep.,Ns 1 tahun BLS, BTCLS

11. Rosida Elfah, AMK

Karyawan BLUD

Staf perawat

DIII Kep. 10 tahun BLS

12. Melda Agustina , AMK

Karyawan BLUD

Staf Perawat

DIII Kep. 8 tahun BLS

13. Mardiah, AMK Karyawan BLUD

Staf Perawat

DIII Kep. 8 tahun BLS

14. Lailatul, AMK Karyawan BLUD

Staf perawat

DIII Kep 8 tahun BLS

15. Fitriah, AMK Karyawan BLUD

Staf perawat

DIII Kep. 8 tahun BLS

16. Rianti, AMK Karyawan BLUD

Staf perawat

DIII Kep. 8 tahun BLS

17. Rika Arlita, AMK

Karyawan BLUD

Staf perawat

DIII Kep. 8 tahun BLS

c. Tenaga Non Keperawatan

9

Page 10: MANAJEMEN KEPERAWATAN

Tenaga Non keperawatan di Ruang Tulip IIA seluruhnya berjumlah 7 orang

yaitu:

Tabel 2.2 Daftar Non Keperawatan di Ruang Anak Tulip IIA RSUD Ulin Banjarmasin

No. Nama Status Kepegawaian

Pendidikan Masa Kerja

Jabatan

1. Farid Rozali PNS SMP 30 tahun Pekarya

2. Adisti PNS DIII Gizi 5 tahun Ahli Gizi

3. Reni PNS S1 Farm Apt 3 tahun Apoteker

4. Sa’adah PNS SMA 25 tahun Administrasi

5 Ani Non PNS SMA 4 tahun Administrasi

6. Sanah BLUD SMA 1,5 tahun CS

7. Ihsan BLUD SMA 7 tahun CS

d. Tenaga Medis

Tenaga medis di Ruang Anak Tulip IIA seluruhnya berjumlah 8 orang yaitu:

Tabel 2.3 Daftar Tenaga Medis di Ruang Anak Tulip IIA RSUD Ulin Banjarmasin

No. Nama

1. Dr. dr. Edi Hartoyo, Sp.A (k)

2. dr. Meriah Sembiring, Sp.A

3. dr. Hasni Hasan Basri, Sp.A

4. dr. Wulandewi, Sp.A

5. dr. Khairiadi, Sp.A

6. dr. selli Muljanto, Sp.A

7. dr. Nurul Hidayah, Sp.A

8. dr. Arif Budiarto, Sp.A

e. Jumlah Tenaga Kerja di Ruang Anak Tulip IIA RSUD Ulin Banjarmasin

10

Page 11: MANAJEMEN KEPERAWATAN

Jumlah tenaga kerja di Ruang Anak Tulip IIA seluruhnya berjumlah orang,

dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2.4 Jumlah Tenaga Kerja di Ruang Tulip IIA RSUD ulin

No. Jenis Tenaga Kerja Jumlah (orang)

1. Tenaga Keperawatan 17

2. Tenaga Non Keperawatan 7

Jumlah 24

f. Tenaga Mahasiswa Praktik

A. Mahasiswa Program Profesi Ners PSIK FK Unlam sebanyak 8 orang

B. Mahasiswa Program Profesi Ners Stikes Muhammadiyah sebanyak 9 orang

C. Mahasiswa D3 Pandan Harum sebanyak 7 orang

D. Mahasiswa D4 Kebidanan Sari Mulia sebanyak 5 orang

E. Mahasiswa Co-ass kedokteran FK Unlam sebanyak 20 orang

Kebutuhan Tenaga Keperawatan

1). Menurut Douglas

Tabel 2.5 Klasifikasi klien berdasarkan tingkat ketergantungan denganMetode Douglas (1984)

KLASIFIKASI DAN KRITERIAMinimal Care (1-2 jam)a. Dapat melakukan kebersihan diri sendiri, mandi, ganti pakaian dan minum.b. Pengawasan dalam ambulasi atau gerakan.c. Observasi Tanda vital setiap shift.d. Pengobatan minimal, status psikologi stabil.e. Persiapan prosedur pengobatanIntermediet Care (3-4 jam)a. Dibantu dalam kebersihan diri, makan dan minum, ambulasi.b. Observasi tanda vital tiap 4 jam.c. Pengobatan lebih dari 1 kali.d. Pakai foley kateter.e. Pasang infuse, intake out-put dicatat.f. Pengobatan perlu prosedur.Total Care (5-6 jam)a. Dibantu segala sesuatunya.

11

Page 12: MANAJEMEN KEPERAWATAN

KLASIFIKASI DAN KRITERIAb. Posisi diatur.c. Observasi tanda vital tiap 2 jam.d. Pakai NGT.e. Terapi intravena, pakai suction.f. Kondisi gelisah/disorientasi/tidak sadar.

Tabel 2.6 Kebutuhan Tenaga perawat di Ruang Anak Tulip IIA 30 Juni 2015

Tingkat Ketergantungan

Jumlah klien

Jumlah Kebutuhan Tenaga

Pagi Sore Malam

Minimal 0 0x0,17= 0 0x0,14=0 0x0,07=0

Parsial 13 13x0,27=3,51 13x0,15=1,95 13x0,10=1,3

Total 1 1x0,36=0,36 1x0,30=0,30 1x0,20=0,20

Jumlah 14 3,87=4 2,25=2 1,5=1

Total Kebutuhan tenaga perawat perhari :

Pagi : 3,87

Sore : 2,25

Malam : 1,5

Total : 7,62

Jumlah perawat yang dibutuhkan = 8 orang perhari

Penambahan untuk loss day : 1/3 x 8 orang = 2,66 orang = 3 orang

Jadi total jumlah perawat yang dibutuhkan adalah 8+3 = 11 orang + 1 karu = 12

orang

Keterangan :

8 adalah jumlah total tenaga perawat

3 adalah jumlah tenaga perawat yang lepas dinas

1 adalah perawat yang menjadi kepala ruangan

2). Menurut Gillies

12

Page 13: MANAJEMEN KEPERAWATAN

Kebutuhan tenaga perawat adalah secara kuantitatif dapat dirumuskan dengan

perhitungan sebagai berikut :

Keterangan :

A : Jam efektif/24 jam →waktu perawatan yang dibutuhkan klien/hari

B: Rata-rata jumlah klien perhari → BOR (60%) x Jumlah tempat tidur

C : Jumlah hari libur (82 hari), 365 = jumlah hari kerja dalam 1 tahun

Jumlah klien sebanyak 21 orang dengan 19 orang kategori minimal care, 2

orang partial care, dan 0 orang total care. Jumlah hari pertahun sebanyak 365 hari

dengan 82 hari libur. Jam kerja perawat 40 jam perminggu dengan 6 hari perminggu

sehingga didapatkan perawat bekerja selama 7 jam perhari.

Tenaga Perawat (TP) = 4x(60%x32)x365

(365-82)x7

= 4x19,2x365

283x7

= 28,032= 14,15 orang = 14 orang

1981

Jadi, kebutuhan tenaga menurut Gilies : 14 orang + 1 orang kepala ruangan =

15 orang

Tabel 2.7 Jumlah jam keperawatan langsung

13

A x B x 365Tenaga Perawat (TP) =

(365-C) x jam kerja/hari

Page 14: MANAJEMEN KEPERAWATAN

Jenis Perawatan Jumlah klien Lama jam perawatan

Jumlah

Minimal care 0 orang 1 jam 0 jam

Partial care 13 orang 3 jam 39 jam

Total care 1 orang 5 jam 5 jam

Total 44 jam

3). Menurut Lokakarya PPNI

Penentuan kebutuhan tenaga perawat menurut lokakarya PPNI dengan

mengubah satuan hari dengan minggu. Selanjutnya jumlah hari kerja efektif dihitung

dalam minggu sebanyak 41 minggu dan jumlah kerja perhari selama 40 jam per

minggu. PPNI berusaha menyesuaikan lama kerja dan libur yang berlaku di Indonesia

(A x 52 mg) x 7 hr (TT x BOR)Tenaga Perawat = + 25%

41 mg x 40 jam

Diketahui jumlah tempat tidur adalah 32 unit, BOR dari Maret sampai April

sebanyak 60% sehingga jumlah kebutuhan tenaga keperawatan yaitu:

(4 x 52 mg) x 7 hr (32 x 64/100%)Tenaga Perawat = + 25%

41 mg x 40 jam

208 x 7 x 20,48Tenaga Perawat = + 25%

1640

= 18,182 + 25%= 18 + 5 atau 23 orang + 1 orang kepala ruangan = 24 orang

Berdasarkan perhitungan di atas, didapatkan kebutuhan tenaga perawat di

Ruang Anak Tulip IIA yaitu 24 orang. Ruang Anak Tulip IIA saat ini memiliki 17

orang tenaga perawat, itu berarti di ruangan ini kekurangan 7 orang tenaga perawat.

4). Menurut Permenkes No. 340 Tahun 2010 Tentang Klasifikasi Rumah Sakit

14

Page 15: MANAJEMEN KEPERAWATAN

Rumah sakit umum tipe A harus memiliki tenaga keperawatan dengan

berpedoman pada perbandingan tenaga keperawatan dan tempat tidur adalah 1:1

dengan kualifikasi tenaga keperawatan sesuai dengan pelayanan di rumah sakit.

Berdasarkan pedoman tersebut, maka jumlah tenaga keperawatan yang diperlukan di

Ruang Anak Tulip IIA sebanyak 32 orang tenaga keperawatan. Akan tetapi ditinjau

dari BOR sebanyak 60% maka kebutuhan tenaga keperawatan di Ruang Anak Tulip

IIA : 32 x 60% = 19,2 (19 orang)

g. Keamanan Klien

1). Angka Kejadian Dekubitus

Tabel 2.8 Angka Kejadian Dekubitus

No VariabelTanggal Observasi

TotalJuni 2015

29 30

1 Jumlah kejadian dekubitus 0 0 0

2Jumlah klien beresiko terjadi dekubitus

10 10 20

Angka kejadian dekubitus = Jumlah kejadian dekubitus X 100

Jumlah klien berisiko decubitus

Angka kejadian dekubitus = 0 X 100 = 0% 20

2). Angka Kejadian Kesalahan dalam Pemberian Obat

15

Page 16: MANAJEMEN KEPERAWATAN

Tabel 2.9 Angka Kejadian Kesalahan dalam Pemberian Obat

N0

Faktor ketidak sesuaian/ Tanggal Obervasi Total Kesalahan 29 30

1 Salah Klien 0 0 0

  Salah nama dan tidak sesuai

  dengan identitas

2 Salah waktu 0 0 0

  2.1 Terlambat pemberian obat

  2.2 Pemberian obat terlalu

  Cepat

  2.3 Obat stop tetap dilanjutkan

3 Salah Cara pemberian/route 0 0 0

  3.1 Cara oral

  3.2 Intra vena

  3.3 Intra Muskuler

  3.4 Lain-lain

4 Salah dosis 0 0 0

  4.1 Dosis kurang

  4.2 Dosis lebih

5 Salah obat 0 0 0

6 Salah dokumentasi 0 0 0

  JUMLAH KESALAHAN 0 0 0

  JUMLAH KLIEN 12  14 26

Angka Kejadian Dalam Pemberian Obat oleh Perawat= Jumlah Kesalahan X 100% = 0%

Jumlah Klien

3). Angka Kejadian Klien jatuh

16

Page 17: MANAJEMEN KEPERAWATAN

Tabel 2.10 Angka Kejadian Klien Jatuh berdasarkan Skala Humpty Dumpty

N0Faktor ketidak sesuaian/ Tanggal Observasi Total

 Kesalahan 29 301 Jumlah klien jatuh -  -  0 

2 Jumlah klien yang berisiko jatuh adalah klien baru

12 14 26

Angka kejadian klien jatuh = Jumlah klien jatuh X 100 % = 0% Jumlah klien yang berisiko jatuh

Angka kejadian Patient Safety di Ruang Anak Tulip IIA sudah

terdokumentasikan secara terperinci. Dari tanggal 29-30 Juni 2015 pencatatan

patient safety meliputi kejadian dekubitus 0 orang (0%) serta kejadian klien jatuh

tidak ada (0%), serta tidak ada kesalahan dalam pemberian obat (0%).

h. Sepuluh Penyakit Terbanyak dan 7 Diagnosa Keperawatan di Ruang Tulip

IIA Periode Maret-Mei 2015

22.20%

18.30%16.60%11.40%

8.00%

7.00%4.80%

4.30%4.00% 3.50%

10 Penyakit Terbanyak Ruang Anak

ALLAMLTHALASEMIADHFEWING SARKOMANHLPNEUMONIARETINO BLASTOMAANEMIA APLASTIKANEMIA HEMOLITIK

Gambar 2.2 Diagram Sepuluh Penyakit Terbanyak Di Ruang Tulip II A RSUD Ulin Banjarmasin Bulan Maret dan April 2015

Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil dokumentasi ruang Anak Tulip IIA

dari bulan Maret-Mei 2015 didapatkan penyakit terbanyak 273 kasus yaitu ALL. Hal

17

Page 18: MANAJEMEN KEPERAWATAN

ini menunjukkan bahwa penyakit kasus ALL merupakan penyakit yang terbanyak di

Ruang Anak Tulip IIA RSUD Ulin Banjarmasin.

23.80%

15.80%

9.50%7.90%

6.30%

6.30%

6.30%6.30% 4.70%

10 Penyakit Terbanyak Ruang Anak

DHFGastroentritisBronchopneumoniaObs.Vomitusthalasemiaobs. FebrisKDS/Febris ConvulsiKejang demam komplitPneumoniaPJB

Gambar 2.3 Diagram Sepuluh Penyakit Terbanyak Di Ruang Tulip II A RSUD Ulin Banjarmasin Bulan Juni 2015

35%

22%

14%

7%

7%

7%7%

7 Diagnosa Keperawatan

Bersihan jalan nafas tidak efektif

Pola nafas

Hipertermi

Resiko kekurangan volume cairan

Resiko infeksi

Nutrisi kurang

Nyeri akut

Gambar 2.4 Diagram 7 Diagnosa Keperawatan Terbanyak Di Ruang Tulip IIA RSUD Ulin Banjarmasin Tanggal 29 dan 30 Juni 2015

Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil dokumentasi Ruang Anak Tulip

IIA tanggal 29- 30 Juni 2015 didapatkan diagnosa keperawatan terbanyak yaitu nyeri

akut.

18

Page 19: MANAJEMEN KEPERAWATAN

i. Kepuasan Perawat

Berdasarkan data angket yang disebarkan kepada 2 orang perawat pegawai

BLUD di Ruang Anak Tulip II A pada tanggal 29-30 Juni 2015, didapatkan hasil :

Tabel 2.11 Tingkat motivasi kerja perawat pegawai BLUD

No PERNYATAAN STP TP P SP1 Pemberian insentif tambahan atas suatu

prestasi atau kerja ekstra0% 50% 50% 0%

2 Tersedianya peralatan dan perlengkapan yang mendukung pelayanan

0% 50% 50% 0%

3 Tersedianya fasilitas penunjang RS seperti kamar mandi, tempat parkir, dan kantin

0% 50% 50% 0%

4 Kondisi ruangan kerja terutama berkaitan dengan ventilasi udara, kebersihan dan kebisingan

0% 0% 100% 0%

5 Adanya jaminan atas kesehatan / keselamatan kerja

0% 0% 100% 0%

6 Perhatian institusi rumah sakit terhadap saudara

0% 0% 100% 0%

7 Hubungan antar karyawan dalam kelompok kerja

0% 0% 100% 0%

8 Kemampuan dalam berkerjasama antar karyawan

0% 0% 100% 0%

9 Sikap teman-teman sekerja terhadap saudara 0% 0% 100% 0%10 Kesesuaian antar pekerjaan dan latar

belakang pendidikan saudara0% 0% 100% 0%

11 Kemampuan dalam menggunakan waktu bekerja dengan penugasan yang diberikan

0% 0% 100% 0%

12 Kemampuan supervisi / pengawas dalam membuat keputusan

0% 0% 100% 0%

13 Perlakuan atasan selama bekerja disini 0% 0% 100% 0%14 Kebebasan melakukan suatu metode sendiri

dalam penyelesaikan pekerjaan0% 0% 100% 0%

15 Kesempatan untuk meningkatkan kemampuan kerja melalui pelatihan atau pendidikan tambahan

0% 0% 100% 0%

16 Kesempatan untuk mendapat posisi yang lebih tinggi

0% 0% 100% 0%

17 Kesempatan untuk membuat suatu prestasi dan mendapatkan kenaikan pangkat

0% 0% 100% 0%

Hasil kuesioner pada perawat dengan status pegawai BLUD menunjukkan.

Sebanyak 100 % puas pada poin pertanyaan nomer 4-17 , Sebanyak 50% tidak puas

dengan poin pertanyaan 1-3 tentang fasilitas, perlengkapan yang mendukung

pelayanan, dan fasilitas penunjang di Rumah Sakit.

19

Page 20: MANAJEMEN KEPERAWATAN

Tabel 2.12 Tingkat Kepuasan Kerja perawat pegawai BLUD

No Pernyataan JawabanSangat setuju

setuju Tdk setuju

Sangat tdk

setuju1 Kondisi kerja

Saya merasa puas dengan kondisi lingkungan kerja saya

0% 100% 0% 0%

2 Kondisi kerja sangat menyenangkan dan nyaman 0% 100% 0% 0%3 Kebijakan

Saya merasa tidak puas dengan cara rumah sakitmenerapkan kebijakan yang berlaku

0% 100% 0% 0%

4 Sanksi yang diterapkan oleh rumah sakit tidak merugikan karyawan

0% 100% 0% 0%

5 Hubungan antar pribadiTingkat kebersamaan diantara rekan kerja lebih memuaskan saya

0% 100% 0% 0%

6 Rekan kerja saya dikantor ini menyenangkan 0% 100% 0% 0%7 Supervise

Komunikasi dengan atasan sangat baik0% 100% 0% 0%

8 Atasan membantu dalam permasalahan yangmenyangkut pekerjaan

0% 100% 0% 0%

9 PrestasiSaya tidak puas dengan prestasi kerja saya saat ini

0% 50% 50% 0%

10 Saya tidak mendapatkan pengakuan yang selayaknya atas prestasi kerja saya

0% 0% 100% 0%

11 PengakuanSaya sangat dihargai di tempat kerja

0% 100% 0% 0%

12 Atasan saya sangat menghargai hasil kerja saya 0% 100% 0% 0%13 Pekerjaan itu sendiri

Pekerjaan yang saya lakukan tidak sesuai dengan jobdescription

0% 50% 50% 0%

14 Saya tidak bisa menyelesaikan tugas-tugas saya selama Jam kerja

0% 0% 100% 0%

15 Tanggung jawabSaya merasa puas dengan tingkat tanggung jawab dalam pekerjaan yang saya emban

0% 100% 0% 0%

16 Sebagai perawat saya bertanggung jawab atas pekerjaan yang diberikan kepada saya.

0% 100% 0% 0%

17 Promosi/Pengembangan karierSaya puas karena mendapat pelatihan yang sesuai untuk mendukung pelaksanaan pekerjaan saya

0% 100% 0% 0%

18 Kenaikan posisi/ promosi / gaji ditangani dengan adildengan memperhatikan masa kerja, kinerja dankemampuan

0% 100% 0% 0%

20

Page 21: MANAJEMEN KEPERAWATAN

Sebanyak 50% perawat BLUD menyatakan tidak setuju pada poin pertanyaan

9 dan 13 Saya tidak puas dengan prestasi kerja saya saat ini” dan poin Pekerjaan yang

saya lakukan tidak sesuai dengan jobdescription” sedangkan pada poin pertanyaan

lain setuju

Sedangkan berdasarkan data angket yang disebarkan kepada 5 orang perawat

pegawai PNS di Ruang Anak Tulip II A pada tanggal 29-30 Juni 2015, didapatkan

hasil:

Tabel 2.13 Tingkat motivasi kerja perawat PNS

No PERNYATAAN STP TP P SP1 Pemberian insentif tambahan atas suatu

prestasi atau kerja ekstra0% 50% 50% 0%

2 Tersedianya peralatan dan perlengkapan yang mendukung pelayanan

0% 83,3% 16,6% 0%

3 Tersedianya fasilitas penunjang RS seperti kamar mandi, tempat parkir, dan kantin

0% 66,6% 33,3% 0%

4 Kondisi ruangan kerja terutama berkaitan dengan ventilasi udara, kebersihan dan kebisingan

16,6% 50% 33,3% 0%

5 Adanya jaminan atas kesehatan / keselamatan kerja

16,6% 16,6% 66,6% 0%

6 Perhatian institusi rumah sakit terhadap saudara

0% 33,3% 66,6% 0%

7 Hubungan antar karyawan dalam kelompok kerja

0% 16,6% 83,3% 0%

8 Kemampuan dalam berkerjasama antar karyawan

0% 0% 100% 0%

9 Sikap teman-teman sekerja terhadap saudara 0% 0% 83,3% 16,6%10 Kesesuaian antar pekerjaan dan latar

belakang pendidikan saudara0% 16,6% 83,3% 0%

11 Kemampuan dalam menggunakan waktu bekerja dengan penugasan yang diberikan

0% 16,6% 83,3% 0%

12 Kemampuan supervisi / pengawas dalam membuat keputusan

0% 33,3% 66% 0%

13 Perlakuan atasan selama bekerja disini 0% 16,6% 83,3% 0%14 Kebebasan melakukan suatu metode sendiri

dalam penyelesaikan pekerjaan0% 0% 100% 0%

15 Kesempatan untuk meningkatkan kemampuan kerja melalui pelatihan atau pendidikan tambahan

16,6% 0% 66,6% 16,6%

16 Kesempatan untuk mendapat posisi yang lebih tinggi 0% 16,6% 83,3% 0%

17 Kesempatan untuk membuat suatu prestasi 0% 16% 83,3% 0%

21

Page 22: MANAJEMEN KEPERAWATAN

dan mendapatkan kenaikan pangkatKeterangan :

STP : Sangat tidak puas

TP : Tidak puas

P : Puas

SP : Sangat puas

Hasil kuesioner pada perawat dengan status pegawai PNS menunjukkan

bahwa sebanyak 100 % perawat merasa puas dengan poin pertanyaan 8 “

Kemampuan bekerjasama antar karyawan”. Sebanyak 16,6 % menyatakan merasa

sangat puas dan tidak puas dan dengan poin pertanyaan 5” Adanya jaminan atas

kesehatan / keselamatan kerja” dan poin pertanyaan 15 “Kesempatan untuk

meningkatkan kemampuan kerja melalui pelatihan atau pendidikan tambahan”

Tabel 2.14 Tingkat Kepuasan Kerja perawat PNS

No

Pernyataan JawabanSanga

t setuju

Setuu Tdk setuju

Sangat tdk

setuju1 Kondisi kerja 0% 83,3% 16,6% 0%

22

Page 23: MANAJEMEN KEPERAWATAN

Saya merasa puas dengan kondisi lingkungan kerja saya

2 Kondisi kerja sangat menyenangkan dan nyaman

16,6% 66,6% 16,6% 0%

3 KebijakanSaya merasa tidak puas dengan cara rumah sakitmenerapkan kebijakan yang berlaku

0% 66,6% 33,3% 0%

4 Sanksi yang diterapkan oleh rumah sakit tidak merugikan karyawan

0% 66,6% 33,3% 0%

5 Hubungan antar pribadiTingkat kebersamaan diantara rekan kerja lebih memuaskan saya

0% 100% 0% 0%

6 Rekan kerja saya dikantor ini menyenangkan 0% 100% 0% 0%

7 SuperviseKomunikasi dengan atasan sangat baik

16,6% 50% 33,3% 0%

8 Atasan membantu dalam permasalahan yangmenyangkut pekerjaan

0% 66,6% 33,3% 0%

9 PrestasiSaya tidak puas dengan prestasi kerja saya saat ini

0% 50% 50% 0%

10 Saya tidak mendapatkan pengakuan yang selayaknya atas prestasi kerja saya

0% 16,6% 83,3% 0%

11 PengakuanSaya sangat dihargai di tempat kerja

0% 66,6% 33,3% 0%

12 Atasan saya sangat menghargai hasil kerja saya

0% 83,3% 16,6% 0%

13 Pekerjaan itu sendiriPekerjaan yang saya lakukan tidak sesuai dengan job Description

0% 16,6% 83.3% 0%

14 Saya tidak bisa menyelesaikan tugas-tugas saya selama Jam kerja

0% 16,6% 66,6% 16,6%

15 Tanggung jawabSaya merasa puas dengan tingkat tanggung jawab dalam pekerjaan yang saya emban

16,6% 66,6% 16,6% 0%

16 Sebagai perawat saya bertanggung jawab atas pekerjaan yang diberikan kepada saya

16,6% 66,6,% 16,6% 0%

17 Promosi/Pengembangan karierSaya puas karena mendapat pelatihan yang sesuai untuk mendukung pelaksanaan pekerjaan saya

0% 83,3% 16,6% 0%

18 Kenaikan posisi/ promosi / gaji ditangani dengan adil

0% 83,3% 16,6% 0%

23

Page 24: MANAJEMEN KEPERAWATAN

dengan memperhatikan masa kerja, kinerja dankemampuan

Hasil kuesioner pada perawat dengan status pegawai PNS menunjukkan bahwa

sebanyak 100% perawat menyatakan setuju pada poin pertanyaan 6 “Rekan kerja

saya dikantor ini menyenangkan”, poin 5 “Tingkat kebersamaan diantara rekan kerja

lebih memuaskan saya”. Dan tidak setuju dengan pertanyaan nomer poin 10 “Saya

tidak mendapatkan pengakuan yang selayaknya atas prestasi kerja saya”, poin 13

“Pekerjaan yang saya lakukan tidak sesuai dengan job Description”.

7. Hasil evaluasi persepsi klien/keluarga terhadap mutu asuhan keperawatan

(Instrumen B) di Ruang Anak Tulip IIA

Instrument B adalah alat ukur untuk mengevaluasi tentang persepsi

klien/keluarga terhadap mutu asuhan keperawatan dengan cara menyebar kuesioner

kepada klien atau keluarga di Ruang Anak Tulip IIA yang memenuhi kriteria, yaitu

sudah di beri tindakan dan bersedia mengisi kuesioner dengan jumlah sampel

sebanyak 10 orang. Pada saat kuesioner diberikan, klien telah di beri penjelasan

mengenai tujuan pengambilan data dan cara pengisian kuesioner.

1) Data Umuma) UsiaTabel. 2.15 Rekapitulasi Usia Klien

NO. Usia Jumlah %

1. 0-5 tahun 10 100

2. 5-11 tahun 0 0

3. 12-16 tahun 0 0

Total 10 100

Menurut Depkes RI (2009)

Tabel 2.16 Rekapitulasi Usia Orang Tua 29 Juni 2015

NO. Usia Jumlah %

1. <20 tahun 1 10

24

Page 25: MANAJEMEN KEPERAWATAN

2. 20-40 tahun 8 80

3. 40-65 tahun 1 10

4. 65-74 tahun 0 0

Total 10 100Berdasarkan tabel di atas, sebagian besar responden yaitu 10 orang sebagian

besar usia anak (0-5 tahun) yaitu 10 orang ( 100%) dan sebagian besar usia orang tua

(20-40 tahun) yaitu 8 orang (80%).

b) Pendidikan

Tabel. 2.17 Rekapitulasi Pendidikan Klien 29 Juni 2015

NO. Pendidikan Jumlah %

1. Pra Sekolah 10 100

2. TK/PAUD 0 0

3. SD 0 0

4. SLTP/MTS 0 0

Total 10 100

Tabel 2.18 Rekapitulasi Pendidikan Orang Tua 29 Juni 2015

NO. Pendidikan Jumlah %

1. SD 5 50

2. SMP 4 40

3. SMA 0 0

4. S1 1 10

Total 10 100

Berdasarkan tabel di atas, sebagian besar responden yaitu 10 orang pendidikan

klien pra sekolah yaitu 10 orang (100%) dan pendidikan orang tua sebagian besar SD

yaitu sebanyak 5 orang (50%) .

c) Lama dirawat

Tabel. 2.19 Rekapitulasi Lama di rawat klien 29 Juni 2015

25

Page 26: MANAJEMEN KEPERAWATAN

NO. Lama dirawat Jumlah %

1. 3-7 hari 4 40

2. > 7 hari 6 60

Total 10 100Berdasarkan tabel di atas, sebagian besar responden dengan lama rawat > 7 hari

yaitu 6 orang (60%) .

d) Pekerjaan

Tabel. 2.2.0 Rekapitulasi Pekerjaan Orang Tua

No Usia Jumlah %

1. PNS 1 10

2. ABRI 0 0

3. Swasta 7 70

4. Lain 2 20

Total 10 100Berdasarkan tabel di atas, sebagian besar responden bekerja swasta yaitu

sebanyak 7 orang (70%) yaitu.

2) Hasil evaluasi persepsi klien/keluarga terhadap mutu asuhan keperawatan

(Instrumen B), Pada Tanggal 29 Juni 2015.

Tabel.2.21.Hasil evaluasi persepsi klien/keluarga terhadap mutu asuhan keperawatan (Instrumen B), Pada Tanggal 29 Juni 2015

26

Page 27: MANAJEMEN KEPERAWATAN

No PertanyaanJawaban (persentase)

Ya Tidak1 Apakah perawat selalu memperkenalkan diri 10 % 90 %2 Apakah perawat melarang anda/pengunjung merokok

diruangan100 % 0

3 Apakah perawat selalu menanyakan bagaimana nafsu makan anda/keluarga anda

60 % 40 %

4 Apakah perawat pernah menanyakan pantangan dalam hal makanan anda/keluarga anda

10 % 90 %

5 Apakah perawat menanyakan /memperhatikan berapa jumlah makanan dan minuman yang biasa anda/keluarga anda habiskan

50 % 50 %

6 Apabila anda/keluarga anda tidak mampu makan sendiri apakah perawat membantu menyuapinya

10 % 90 %

7 Pada saat anda/keluarga anda dipasang infus, apakah perawat selalu memeriksa cairan/tetesanya dan area sekitar pemasangan jarum infus

80 % 20 %

8 Apabila anda/keluarga anda mengalami kesulitan buang air besar apakah perawat menganjurkan makan buah-buahan, sayuran, minum yang cukup, banyak bergerak

70 % 30 %

9 Pada saat perawat membantu anda/keluarga anda waktu buang air besar- buang air kecil, apakah perawat memasang sampiran/selimut, menutup pintu/jendela, mempersilahkan pengunjung keluar ruangan

10 % 90 %

10 Apakah ruangan tidur anda/keluarga anda selalu dijaga kebersihannya dengan disapu dan dipel setiap hari

70 % 30 %

11 Apakah lantai kamar mandi, WC selalu : bersih, Tidak licin, tidak berbau, cukup terang

20 % 80 %

12 Selama anda/keluarga anda belum mampu mandi (dalam keadaan istirahat total) apakah dimandikan oleh perawat

0 100 %

13 Apakah anda/keluarga anda dibantu oleh perawat jika tidak mampu: menggosok gigi, membersihkan mulut atau mengganti pakaian atau menyisir rambut5,4

0 100 %

14 Apakah alat-alat tenun seperti seprei, selimut dll diganti setiap kotor

50 % 50 %

15 Apakah perawat pernah memberikan penjelasan akibat dari:kurang gerak, berbaring terlalu lama

40 % 60 %

16 Pada saat anda/keluarga anda masuk rumah sakit, apakah perawat memberikan penjelasan tentang fasilitas yang tersedia dan cara penggunaannya, peraturan/tata tertib yang berlaku di rumah sakit

20 % 80 %

17 Selama anda/keluarga anda dalam perawatan, apakah perawat memanggil nama dengan benar

90 % 10 %

18 Selama anda/keluarga anda dalam perawatan, apakah perawat mengawasi keadaan anda secara teratur pada pagi, sore maupun malam hari

100 % 0

19 Selama anda/keluarga anda dalam perawatan, apakah perawat segera memberi bantuan bila diperlukan

100 % 0

27

Page 28: MANAJEMEN KEPERAWATAN

20 Apakah perawat bersikap: sopan, Ramah 100 % 021 Apakah anda/keluarga anda mengetahui perawat yang

bertanggung jawab setiap kali pergantian dinas10 % 90 %

22 Apakah perawat selalu memberi penjelasan sebelum melakukan tindakan perawatan/pengobatan

70 % 30 %

23 Apakah perawat selalu bersedia mendengarkan dan memperhatikan setiap keluhan anda/keluarga anda

100 % 0

24 Dalam hal memberikan obat, apakah perawat membantu menyiapkan/meminumkan obat

30 % 70 %

25 Selama anda/keluarga anda dirawat, apakah diberikan penjelasan tentang perawatan/pengobatan/pemeriksaan lanjutan setelah anda/keluarga anda diperbolehkan pulang

80 % 20 %

Total 1210 1220

Rata-rata

= 1210

X 100%

1210+1220

= 0,497x 100% = 49,7 %= 50%

Keterangan :

Rating Skala

4% - 32% : Tidak Puas

33% - 68% : Cukup Puas

> 68% : Puas

28

Page 29: MANAJEMEN KEPERAWATAN

Berdasarkan hasil evaluasi melalui kuesioner yang telah dilakukan pada

tanggal 29 Juni 2015 didapatkan kesimpulan bahwa 50 % klien cukup puas

terhadap pelayanan keperawatan, terutama pada poin pertanyaan nomor 17, 19,

20. Klien menyatakan sebanyak 90% perawat memanggil nama klien dengan

benar selama perawatan, 100% perawat segera memberi bantuan bila diperlukan

dan perawat bersikap sopan dan ramah. Sedangkan pada pertanyaan nomer 6 dan

9 untuk ruang anak kurang tepat di berikan karena kliennya mayoritas masih bayi

dan anak-anak dimana mereka masih dalam pengawasan orang tua sehingga

kebutuhan ADL di bantu orang tua, kecuali pada klien dengan kondisi Total care

dimana perlu pengawasan intensif dari perawat dan orang tua.

Berdasarkan hasil evaluasi melalui kuesioner yang telah dilakukan pada

tanggal 29 Juni 2015 didapatkan kesimpulan item yang perlu diperbaiki adalah:

a. Fasilitas Ruangan (Kipas angin, WC)

b. Pembatasan jumlah pengunjung dan yang menunggu klien

c. Perawat sebaiknya menginformasikan kepada klien dan keluarga klien

tentang waktu sholat

Kesan dan Saran klien/keluarga responden

Dari hasil wawancara dan observasi kuesioner dari 12 klien/keluarga, 10

responden menyatakan :

a. Klien/keluarga mengatakan merasa cukup puas dengan pelayanan oleh

perawat

b. Perawat hendaknya lebih care kepada klien/keluarga, kurangnya komunikasi

terapeutik kepada klien/keluarga

c. Perawat hendaknya selalu, bersikap sopan, ramah, dan senyum terhadap

klien/keluarga

d. Fasilitas ruangan seperti WC kurang bagus akan lebih diperhatikan lagi

(kebersihan, penerangan), hendaknya tersedianya tempat cuci tangan /

piring, ranjang dan lemari yang bersih.

65

Page 30: MANAJEMEN KEPERAWATAN

2. Sarana dan Prasarana (M2)

a. Lokasi Denah Ruangan

Lokasi penerapan proses manajerial keperawatan ini dilakukan pada Ruang

Anak Tulip IIA di Lantai 2 Tulip RSUD Ulin Banjarmasin.

65

Ruang Mahasiswa Manajemen

Pintu Keluar

R. Nefrologi

R. Gizi & kardiologi

Nurse Station R. Infeksi & Neurologi

R. ObsevasiR. Respirasi & Gastrointerologi

Pintu Masuk

WcWc

R. Tindakan

WcWc Wc

WcWc

R. Karu

R. Diskusi

R. Adm

R. Perawat

R. DM

Wc Umum

Wc

R. Kons

ultasi

Musholla

Lift

Gambar 2.5 Denah Ruang Anak Tulip IIA

Page 31: MANAJEMEN KEPERAWATAN

b. Peralatan dan Fasilitas

Berdasarkan hasil observasi, didapatkan bahwa lingkungan Ruang Anak

Tulip IIA sudah bisa dikategorikan cukup bersih akan tetapi ada beberapa waktu

yang kadang terlihat sedikit sampah yang berserakan didepan ruangan. Rak sepatu

sudah cukup per ruangan tetapi beberapa sendal dari keluarga klien masih ada

beberapa berserakan di lantai.

Pada setiap bed klien tampak masih banyak barang-barang dari keluarga

mletakkan dibawah bed klien yang kurang rapi. Pada daerah sekitar Ruang Anak

Tulip IIA saat pengkajian tampak keluarga klien yang berkunjung pada jam

kunjungan terlalu banyak dan tidak masuk bergantian. Kadang keluarga klien

tidur di tempat tidur yang tidak ditempati oleh klien.

Hasil pengkajian Sarana dan prasarana terdapat blok yang kosong bekas

peninggalan hemato-ongkologi yang rencananya dilakukan pembuatan ruang

bermain untuk anak di ruang tulip IIA. Rencana masih dalam tahap pembuatan

proposal.

Keadaan fasilitas seperti WC dan kamar mandi klien sudah mencukupi,

terdapat WC pada setiap blok ruangan, hanya saja kebersihannya kurang terjaga,

masih ada beberapa WC yang terlihat kurang tertata rapi. Berdasarkan hasil

wawancara dengan beberapa klien dan keluarga WC dan kamar mandi sebenarnya

cukup bersih, namun ada beberapa WC yang menimbulkan bau yang tidak enak

setelah dipakai. Hal ini juga di dukung dari hasil observasi pada tanggal 28 Juni

2015, pada blok ruangan observasi dan blok ruangan infeksi & neurologi tercium

bau yang tidak enak. Peralatan seperti pispot tidak ditemukan di setiap WC, akan

tetapi hanya ada 1 WC yang terdapat Urinal. Gambaran umum jumlah tempat

tidur di Ruang Anak Tulip IIA adalah 32 tempat tidur.

c. Buku kelengkapan administrasi

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan staff adminstrasi

Ruang Anak Tulip IIA dikatakan terdapat Arsip pembayaran klien, Buku Sensus

klien, Buku penyerahan status MR, Buku penyerahan SMF, Buku penyerahan

BPJS, dan Protap pelaksanaan adminstrasi klien.

65

Page 32: MANAJEMEN KEPERAWATAN

e. Daftar Inventaris Barang

Data inventaris ruang rawat inap tahun 2015 Ruang Anak Tulip IIA

mengenai perlengkapan alat-alat kantor yang ada di Ruang Anak Tulip IIA seperti

uraian dibawah ini :

Tabel 2.22 Daftar barang alat dan bahan kedokteran dan keperawatan di Ruang Anak Tulip IIA RSUD ULIN Banjarmasin

No Nama AlatJumlah Alat

BaikRatio Ideal

1 Tensi Meter 3 2/ Ruangan2 Stetoskop 2 2/ Ruangan3 Manset Dewasa 3 1:1/44 Gunting verban 2 2/Ruangan5 Bak Intrumen Besar 1 2/Ruangan6 Bak Intrumen Sedang 2 2/Ruangan7 Bak Intrumen Kecil 1 1/Ruangan8 Bak Spuit 1 2/Ruangan9 Nierbeken 2 2/Ruangan10 Regulator Oksigen 6 1:111 Kereta Oksigen Kecil 1 1/Ruangan12 Brankar 1 1/Ruangan13 Masker Oksigen Lengkap 3 2/Ruangan14 Nasal Kateter Oksigen 3 2/Ruangan15 Suction pump fortabel 1 2/Ruangan16 Reflek Hammer 1 1/Ruangan17 Tromol Gaas 1 2/Ruangan18 Oksigen Sentral 24 1:119 Ambu Beg 1 1/ Ruangan20 Urinal 1 1:1/221 Termometer Digital/Raksa 1 5/ Ruangan22 Tourniquet 3 2/ Ruangan23 Buli – Buli Panas 1 1/ Ruangan24 Senter 1 1/ Ruangan25 Nebulizer 2 2/ Ruangan26 Ranjang Klien Lama 32 1:127 Standar infuse beroda dan tidak

beroda32 1:1

28 Lampu Emergency 4 4/ Ruangan29 Tabung pemadam kecil 3 2/ Ruangan30 Lemari obat emergency 1 1/ Ruangan31 Nebul Mask 5 4/ Ruangan32 Infus Pump 3 2/ Ruangan33 Syringe Pump 1 2/ Ruangan34 Timbangan BB/TB 3 1/ Ruangan

65

Page 33: MANAJEMEN KEPERAWATAN

Tabel 2.23 Alat yang tidak termasuk dalam ratio ideal di ruang anak Tulip IIA RSUD Ulin Banjarmasin

No Nama AlatJumlah Alat

BaikSatuan

1 Pinset Anatomis 1 Buah2 Pinset Cirugis 1 Buah 3 Gunting Lancip Bengkok 1 Buah4 Klem Arteri 2 Buah5 NGT ukuran 5 2 Buah6 Surflu ukuran 25 26 Buah7 Urine bag 1 Buah8 Infus set 4 Buah

Tabel 2.24 Daftar bahan yang tidak termasuk dalam ratio idel di ruang Anak Tulip IIA RSUD Ulin Banjarmasin

No Nama Bahan Jumlah BahanSatuan

1 Gel lubrication 1 Buah2 Betadine 1 Buah3 Mayo 15 Buah4 Infuse RL 5 Buah5 Infuse Nacl 5 Buah6 Infuse D5 6 Buah7 Infuse D10 6 Buah8 Infuse Asering 4 Buah9 Infuse D5 ½ Ns 8 Buah10 Diazole 7 Buah11 KA-EN 1B 2 Buah12 KA-EN 3B 4 Buah13 Tridex 27B 4 Buah14 Sanbe Hest 130 2 Buah15 Infusa M-20 1 Buah16 FIMA HES 200 1 Buah

Kelengkapan alat kesehatan di Ruang Anak Tulip IIA terlihat belum

lengkap, tidak terdapat manset untuk anak dan kurangnya urinalis diruangan,

tempat penataan peralatan masih ada yang tidak rapi dan tersebar di Ners Station

dan di ruang tindakan.

65

Page 34: MANAJEMEN KEPERAWATAN

Tabel 2.25 Daftar alat rumah tangga di Ruang Anak Tulip IIA

No. Nama barangJumlah Alat

BaikRatio Ideal

1 Wastafel 2 1:12 Lemari linen 1 1/ Ruangan3 Bak sampah non medis 9 4/ Ruangan4 Bak sampah medis 3 2/ Ruangan5 Tabung pemadam kecil 3 5/ Ruangan6 Brankar 1 2-3/ Ruangan7 Tempat Spuit 1 1/ Ruangan8 Meja Klien 0 1:19 Lemari obat emergency 1 1/Ruangan10 Trolly obat 1 1/Ruangan11 Kursi Roda 1 2-3/Ruangan12 Lemari Klien 32 1:113 Lampu sorot 1 1/Ruangan

Tabel 2.26 Daftar barang rumah tangga

No. Nama barangJumlah Alat

BaikSatuan

1 Kipas angin baling-baling 8 Buah2 Kipas angin putar 1 Buah3 Dispenser 1 Buah4 TV 8 Buah5 Jam dinding 3 Buah6 Tempat wudhu 1 Buah7 Lampu panjang 24 Buah8 Lampu bulat 10 Buah9 Kulkas 3 Buah10 Lampu 34 Buah

Sedangkan untuk pengadaan peralatan pelayanan di Ruang Anak Tulip IIA

RSUD Ulin Banjarmasin, ada beberapa peralatan yang kurang seperti jumlah

bantal. Rak sepatu/sendal sudah tersedia cukup lengkap di ruangan, tetapi

keluarga klien masih meletakkan sendal di lantai. Pengelolaan sampah di Ruang

Anak Tulip IIA seperti sampah medis, non medis dan sampah klien sudah cukup

bagus dimana sudah tersedia tempat sampah medis, non medis dan sampah klien.

Pada setiap blok diberikan 2 rak sepatu/sandal sudah cukup bagus. Keadaan kipas

angin di Ruang Anak Tulip IIA sudah mencukupi karena pada setiap blok ruangan

terdapat kipas angin yang dapat berfungsi dengan baik dan setiap blok ruangan

65

Page 35: MANAJEMEN KEPERAWATAN

terdapat televisi LED untuk klien mendapat hiburan selama hospitalisasi agar

tidak bosan. Dari 2 wasteful yang terdapat di dalam ruangan semuanya bisa

digunakan, tetapi tampak sedikit kotor karena dipergunakan keluarga klien untuk

mencuci piring dan gelas. Ruangan juga sudah memiliki lemari khusus untuk

meletakkan arsip dan untuk menyimpan obat injeksi.

Tabel 2.27 Daftar alat kantor di Ruang Anak Tulip IIA RSUD Ulin BanjarmasinNo Nama barang Jumlah Alat Baik Ratio Ideal

1 Loker perawat 1 1/ Ruangan2 Lemari arsip besi 1 2/ Ruangan3 Lemari obat 2 2/ Ruangan4 Telepon 1 1/ Ruangan5 Papan tulis putih (besar) 1 1/ Ruangan6 Papan tulis putih (kecil) 1 2/ Ruangan8 Kursi besi 1 set 14 4/ Ruangan9 Kursi putar 1 2/ Ruangan10 Lemari kayu 3 1/ Ruangan11 Meja kerja 11 4/ Ruangan12 Kalkulator 1 1/ Ruangan13 Lampu Emergency 4 4/ Ruangan14 Printer 3 1/ Ruangan15 Komputer 3 1/ Ruangan

Kelengkapan alat kantor seperti loker perawat lemari arsip besi sudah ada

namun tidak dipergunakan dengan baik, masih terlihat arsip-arsip dan blanko

keperawatan yang kurang tertata rapi. Kursi besi 1 set ada 14 yang keadaannya

masih bagus

Tabel 2.28 Daftar barang linen di Ruang Tulip IIA RSUD Ulin BanjarmasinNo Nama Barang Jumlah Alat

BaikRatio Ideal

1 Kasur busa 32 1:12 Kain sampiran 1 2/ Ruangan3 Seprai biru/putih 90 1:54 Kasur tindakan 2 2/RuanganKelengkapan alat tenun yang ada di Ruang Anak Tulip IIA RSUD Ulin

Banjarmasin berdasarkan data yang didapatkan saat pengkajian terlihat bahwa

kelengkapan linen pada Ruang Anak Tulip IIA terlihat sudah belum lengkap.

Jumlah sprei yang ada hanya sekitar 4 buah, belum mencukupi standar Depkes,

yaitu 1: 5 atau 1 klien harus memiliki 5 buah seprei dan juga seperti pengadaan

sarung bantal.

65

Page 36: MANAJEMEN KEPERAWATAN

Alur Pengelolaan Peralatan

65

Ruang Anak Tulip IIA

Alat elektronik yang rusak

IPS (Instalasi Pemeliharaan

Sarana)

RKBU (Rencana Kebutuhan Barang)

ATK (Alat Tulis

Kantor)

Alat-alat medis

Pengadaan kebutuhan

rumah tangga

Alat-alat habis pakai (alkohol, perban, kapas dll)

Logistik

Instalasi Farmasi IRNA

DIREKSI/KASI KEPERAWATAN (RAWAT INAP)

Alat dan Kasa

CSSD

Alat-alat bersifat sitologi

Jangka waktu /bulan

Jangka waktu /bulan

Jika perlu (harian, urgency)

Jangka waktu/ tahun

Jika perlu (harian, urgency)

Gambar 2.6 Alur Pengeloloaan Barang Ruang Anak Tulip IIA

Page 37: MANAJEMEN KEPERAWATAN

3. Metode (M3)

a. Penerapan SP2KP

SP2KP merupakan model asuhan keperawatan yang dipergunakan untuk

kegiatan pengelolaan asuhan keperawatan disetiap unit ruang rawat di rumah

sakit. Pada aspek proses ditetapkan penggunaan metode modifikasi keperawatan

primer (kombinasi metode tim dan metode keperawatan primer). Komponennya

terdiri dari: perawat, profil klien, sistem pemberian asuhan keperawatan,

kepemimpinan, nilai-nilai profesional, fasilitas, sarana prasarana (logistik) serta

dokumentasi asuhan keperawatan (Direktorat Bina Pelayanan Keperawatan

DEPKES RI, 2009).

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang telah dilakukan di Ruang

Anak tulip IIA RSUD ULIN Banjarmasin, sudah menerapkan Sistem Pemberian

Pelayanan Keperawatan Profesional (SP2KP). SP2KP diterapkan di ruang tulip

IIA sejak tahun 2012 namun masih mengalami hambatan karena masih terkendala

sumber daya manusia yang kurang memadai.

Sistem Pemberian Pelayanan Keperawatan Profesional (SP2KP) yang

diterapkan di ruang tulip IIA terdiri atas satu supervisor dengan 4 tim yang di

pimpin oleh ketua tim, masing-masing memiliki 2-3 anggota tim perawat

pelaksana.

Gambar 2.6. Struktur Organisasi di Ruang Anak Tulip IIA RSUD Ulin Banjarmasin

65

KEPALA RUANG INAP ANAK TULIP IIA

H. Erni Aprilia, S.Kep.,Ns.,MM

KATIM I (RESPIROLOGI &

KARDIOLOGI)GUSNITA, AMK

Putriyanti,AMKNoviyanti, AMKebMardiyyah, AMK

KATIM II (GIZI &NEURO)

NORHASANAH,AMK

Fitriah,AMKMelda Agustina,AMK

KATI M III (GASTRO &INFEKSI)

RUSMA,H.S.KEP

Noor Alfian Ni’mah,S.Kep.NsRika Arlita,AMKRosida Elfah,AMK

KATIM IV (NEVRO)

RUSNIAH,AMK

Lindawati,AMKebLailatul,AMKRianti,AMK

SUPERVISOP

Taufik hidayat S,Kep. M.MKes

Page 38: MANAJEMEN KEPERAWATAN

b. Penerimaan Klien Baru

Tabel 2.28 Tabulasi data penerimaan klien baru.

No Pernyataan

Pilihan Jawaban

Selalu Kadang-kadang

dilakukan

Tidak pernah

dilakukan

1.

Apakah saat pertama kali masuk keruangan ini perawat yang menerima klien memperkenalkan diri pada klien dan keluarga?

12.5% 87.5% -

2.

Apakah perawat yang bertugas saat menerima klien baru memperkenalkan siapa perawat yang bertanggung jawab( kepala ruangan, perawat yang bertugas.dll) ?

12.5% 87.5% -

3.

Apakah pernah mendapatkan penjelasan dari perawat yang bertugas tentang penyakit yang diderita, terapi yang diberikan, anjuran atau larangan saat pertama masuk keruangan ini?

50% 50% -

4.

Apakah pernah klien dan keluarga diperkenalkan dengan dokter dan tenaga non keperawatan (misal: tenaga administrasi, ahli gizi dll) ?

37.5% 62.5% -

5.

Pernahkah klien dan kelurga diberikan penjelasan tentang :a.   Fasilitasb.   Jam berkunjungc.   Penunggu Klien

1). Penunggu klien adalah keluarga terdekat klien.

2). Masing-masing klien hanya boleh ditunggu satupenunggu.

d.  Waktu makan kliene.   Tata cara pembayaran jasa rumahsakitf.   Penjelasan tentang sistem

sentralisasi/pengumpulan obat

62.5% 37.5% -

6.

Pernahkan klien dan keluarga di perkenalkan dengan lingkungan dan ruangan (dapur, kamar mandi, ruang dokter dan ruang perawat, depo obat)?

- 87.5% 12.5%

7.Pernahkah diberikan anjuran untuk tidak membawa barang berharga?

75% 25% -

8.Pernahkah diperkenalkan dengan klien lain yang sekamar (bila ada) ?

12.5% 75% 12,5%

9.Pernahkah keluarga diberikan penjelasan tentang resiko tertularnya penyakit bagi keluarga/kerabat yang berkunjung?

87,5.% 12.5% -

10. Pernahkan perawat yang bertugas menyarankan untuk menggunakan masker/penutup hidung bagi

12,5% 75% 12,5%

65

Page 39: MANAJEMEN KEPERAWATAN

keluarga/kerabat yang berkunjung?

Berdasarkan hasil kuisioner kepada 8 perawat, didapatkan hasil bahwa

pelaksanaan penerimaan klien baru masih kurang, karena dari 10 item yang

ditanyakan rata-rata masih berada pada kategori kadang-kadang dilakukan. Selain

itu, ada satu item yaitu item tentang memperkenalkan klien dengan klien sekamar

lainnya yang sebagian besar tidak pernah dilakukan.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan supervisor dan perawat

di ruang Anak Tulip IIA menyatakan bahwa kegiatan proses penerimaan klien

baru masih belum optimal, hal ini dikarenakan masih kurangnya tindakan perawat

untuk memberikan penjelasan kepada klien dan keluarga tentang penyakit klien

terdiri dari memperkenalkan nama perawat, terapi yang akan dijalani, dokter yang

akan menangani, perawat penanggung jawab, tata tertib di ruangan, fasilitas, dan

klien sekamar serta orientasi ruangan dan lingkungan rumah sakit. Selain itu,

penyediaan lembar persetujuan klien dirawat inap juga belum tersedia, serta

kurangnya waktu dan kesempatan perawat melakukan hal tindakan tersebut di

karenakan terlalu banyak pekerjaan dsb.

c. Timbang Terima

Tabel 2.29 Tabulasi data timbang terima

No Pernyataan

PilihanJawabanSelalu

dilakukan

Kadang-kadang

dilakukan

Tidak pernah

dilakukan1. Saat timbang terima perawat

menyiapkan status klien25% 75% -

2. Perawat telah menyiapkan buku catatan dan peralatan tulis

87,5% 13,5% -

3. Ketua tim dalam keadaan siap 75% 25% -4. Timbang terima dipimpin oleh kepala

ruangan pada pergantian shift dari malam ke pagi dari pagi ke sore. Sedangkan pergantian shift dari sore ke malam dipimpin oleh ketua tim

2,25% 62,5% 12,5%

5. Dilaksanakan setiap pergantian shift 75% 25% -6. Pelaksanaan dimulai dari nurse station 62,5% 37,5% -7. Timbang terima dilanjutkan melihat

langsung kondisi klien62,5% 37,5% -

8. Hal-hal yang sifatnya khusus dicatat dan di serah terimakan pada perawat

87,5% 12,5% -

65

Page 40: MANAJEMEN KEPERAWATAN

shift berikutnya9. Perawat shift berikutnya validasi

data ke klien75% 75% -

10. Perawat menyapa klien dan menanyakan kondisi/ keluhan yang dirasa saat ini

87,5% 12,5% --

11. Waktu untuk timbang terima tidak lebih dari 10 menit kecuali klien kondisi khusus

12,5% 87,5% -

12. Penyampaian dilakukan singkat dan jelas

87,5% 12,5% -

13. Perawat menyebutkan identitas klien 87,5% 12,5% --14. Perawat menyebutkan diagnosa medis 100% - -15. Perawat menyebutkan data obyektif 100% - -16. Perawat menyebutkan data penunjang

lain75% 25% -

17. Perawat menyebutkan tindakan keperawatan yang dilaksanakan

87,5% 12,5% --

18. Perawat menyebutkan intervensi kolaboratif dan juga menyebutkan persiapan yang perlu dilakukan dalam kegiatan selanjutnya

100% - -

19. Perawat kembali ke nurse station untuk mendiskusikan hasil validasi data langsung

75% 12,5% 12,5%

20. Perawat yang memimpin timbang terima menyebutkan rencana kerja bagi shift berikutnya dan mendokumentasikan pelaksanaan timbang terima di buku laporan oleh ketua tim

75% 12,5% 12,5%

Bedasarkan hasil kuesioner pada 8 perawat di ruang Anak Tulip IIA

diketahui timbang terima sudah dilakukan, hal ini digambarkan oleh banyaknya

presentase yang lebih tinggi pada kategori “selalu” 87,5% , namun pada point 4

kuesioner timbang terima tidak selalu dipimpin oleh karu 62,5% dan tidak pernah

dilakukan/dipimpin sebesar 12,5%. Pada point 9, validasi data ke klien jarang

dilakukan oleh perawat

Berdasarkan hasil observasi, timbang terima di Ruang Anak Tulip IIA

pelaksanaannya tidak dilakukan dihadapan klien (shift pagi, sore dan malam),

terkadang hanya dilakukan di ners station atau diluar ruangan. Timbang terima

dari shift pagi ke shift siang dan dari shift siang ke shift malam dan shift malam

ke shift pagi biasa hanya dilakukan secara informal di Nurse Station yang tidak

dipimpin oleh supervisor, hal ini dikarenakan ketidakdisiplinannya dalam waktu

tiba dan pulang, validasi data biasanya dilakukan saat melakukan tindakan pada

65

Page 41: MANAJEMEN KEPERAWATAN

klien. Berdasarkan hasil observasi, format timbang terima yang baku di uang

Anak Tulip IIA belum tersedia, hanya menggunakan catatan tertulis yang tertulis

di status klien.

d. Ronde Keperawatan

Tabel 2.30 Tabulasi data Ronde keperawatan

No

Pernyataan

PilihanJawaban

Selalu dilakukan

Kadang-kadang

dilakukan

Tidak pernah

dilakukan1. Apakah di ruangan ini dilakukan

ronde keperawatan50% 50% -

2. Penetapan kasus minimal satu hari sebelum waktu pelaksanaan ronde

50% 50% -

3. Pemberian informed concent kepada klien atau keluarga

87,5% 12,5% -

4. Perawat (ketua tim) menjelaskan keadaan dan data demografi klien

25% 75% -

5. Perawat (ketua tim) menjelaskan masalah keperawatan utama

37,5% 62,5% -

6. Perawat (ketua tim) menjelaskan intervensi yang akan dilakukan

75% 25% -

7. Perawat menjelaskan alasan ilmiah tindakan yang akan diambil

37,5% 62,5% -

8. Ronde keperawatan dilakukan sesuai dengan langkah-langkah ronde keperawatan

75% 25% -

9. Dalam pelaksanaan ronde dilakukan tindakan keperawatan pada masalah prioritas yang telah ditetapkan

87,5% 12,5% -

10. Mendiskusikan hasil temuan dan tindakan pada klien tersebut serta menetapkan tindakan yang perlu dilakukan

87,5% 12,%5 -

Berdasarkan hasil kuesioner pada 8 perawat, kegiatan ronde keperawatan

berbanding sama 50%:50% terlihat dari pertanyaan di item no 1.

Berdasarkan hasil wawancara dengan perawat ruang tulip IIA, ronde

keperawatan tidak pernah dilakukan. Beberapa perawat yang lain menyatakan

pernah dilakukan ronde keperawatan namun jarang di Ruang Anak Tulip IIA,

ronde dilakukan apabila klien memilih kondisi yang buruk dan memiliki kondisi

keparahan yang sulit diatasi.

Berdasarkan hasil wawancara dengan supervisor diketahui bahwa ronde

keperawatan tidak memiliki format khusus untuk lembar ronde keperawatan,

65

Page 42: MANAJEMEN KEPERAWATAN

ronde yang biasa dilakukan hanya bersifat diskusi yang kadang tidak

direncanakan tergantung situasi dan kondisi.

e. Sentralisasi obat

Tabel 2.31 Tabulasi data Sentralisasi obat

No Pernyataan

PilihanJawaban

Selalu dilakukan

Kadang-kadang

dilakukan

Tidak pernah

dilakukan1. Apakah obat yang telah di resepkan dan telah

diambil oleh keluarga diserahkan kepada perawat dengan menerima lembar serah terima obat

37,5% 25% 37,5%

2. Apakah perawat menuliskan nama klien, register, jenis obat, jumlah dan sediaan (bila perlu) dalam kartu control; dan diketahui (ditanda tangani) oleh keluarga / klien dalam buku masuk obat.

37,5% 25% 37,5%

3. Apakah keluarga atau klien selanjutnya mendapatkan penjelasan kapan / bila mana obat tersebut akan habis.

100% - -

4. Apakah obat yang telah diserahkan selanjutnya disimpan oleh perawat dalam kotak obat dan obat yang telah diterima untuk selanjutnya disalin dalam buku daftar penerimaan obat

87,5% 12,5% -

5. Apakah obat –obat yang telah disimpan untuk selanjutnya diberikan olrh perawat dengan memperhatikan alur yang tercantum dalam buku daftar pemberian obat dengan terlebih dahulu dicocokkan dengan terapi di instruksi oleh dokter dan kartu obat yang ada pada klien

75% 25% -

6. Apakah pada saat pemberian obat , perawat menjelaskan macam obat, kegunaan, jumlah obat, dan efek samping.

50% 50% -

7. Apakah sediaan obat yang ada selanjutnya di cek tiap pagi oleh ketua ruangan/ petugasyang ditunjuk dan didokumentasikan dalam buku masuk obat

75% 25% -

8. Apakah obat yang hampir habis akan di informasikan pada keluarga kemudian di mintakan kepada dokter penanggung jawab klien

87,5% 12,5% -

9. Apakah penambahan atau perubahan jenis, dosis atau perubahan route pemberian obat akan di masukkan dalam buku masuk obat dan sekaligus di lakukan perubahan dalam kartu sediaan obat

87,5% 12,5% -

10. Apakah pemberian obat yang bersifat tidak rutin 87,5% 12,5% -

65

Page 43: MANAJEMEN KEPERAWATAN

(sewaktu saja) maka dokumentasi hanya dilakukan oleh perawat pada buku masuk obat dan selanjutnya di informasikan pada keluarga dengan kartu khusus obat

Berdasarkan hasil kuisioner kepada 8 perawat didapatkan hasil bahwa

sentralisasi obat yang dilaksaakan di ruang Anak Tulip IIA cukup baik dilihat dari

besarnya presentase (>50%) yang memilih pada jawaban selalu dilakukan, hanya

ada beberapa item yang nilainya kurang dari <50% yaitu item 1 dan 2.

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan, obat-obatan

pada semua perawatan klien di ruang Anak,dikelola langsung di ruang nurse

station. Jenis obat-obatan yang dimaksud meliputi sediaan injeksi dan peralatan

medikasi lainnya kecuali oral. Terlihat dengan adanya lemari tempat peletakkan

obat dan buku rencana injeksi. Dalam pengelolaan obat-obatan klien, obat yang

dimiliki klien di letakkan di loker yang telah diberikan nomor sesuai bed klien.

Begitupun juga dengan spuit milik klien, karena semua spuit klien dimasukkan ke

dalam satu tempat sehingga tidak terdata apakah spuit milik klien sudah habis atau

belum. Sehingga disimpulkan bahwa belum ada buku catatan khusus untuk

penerimaan obat-obatan yang diserahkan klien pada perawat. Hal ini berhubungan

karena masih kurangnya kesadaran mengenai kepentingan melakukan sentralisasi

obat.

65

Page 44: MANAJEMEN KEPERAWATAN

f. Supervisi Keperawatan

Tabel 2.32 Tabulasi Data Supervisi Keperawatan

No Pernyataan

PilihanJawaban

Selalu dilakukan

Kadang-kadang

dilakukan

Tidak pernah

dilakukan

1.Supervisor menetapkan kegiatan yang

akan di supervisi50% 50% -

2.Supervisor menetapkan tujuan

supervisi50% 37,5% 12,5%

3.

Supervisor ikut dalam pendokumentasian kegiatan pelayanan bersama-sama ketua tim dan perawat

pelaksana

50% 37,5% 12,5%

4.Supervisor meneliti dokumentasi status

klien50% 37,5% 12,5%

5.Supervisor mendapatkan hal-hal yang

perlu di lakukan pembinaan50% 50% -

6.Supervisor memanggil ketua tim dan

perawat pelaksana yang perlu dilakukan pembinaan

12,5% 75% 12,5%

7.Supervisor mengklasifikasi

permasalahan yang ada50% 37,5% 12,5%

8.Supervisor memberikan masukan pada

ketua tim dan perawat pelaksana12,5% 50% 12,5%

9.Supervisor mengevaluasi hasil

bimbingan50% 37,5% 12,5%

10. Supervisor memberikan reward atau umpan balik kepada ketua tim dan

perawat pelaksana12,5% 75% 12,5%

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan supervisor di ruang

tulip IIA menyatakan bahwa tindakan supervisi yang dilakukan di ruangan masih

bersifat situasional (tidak terjadwal).

Berdasarkan hasil observasi didapatkan bahwa supervisor trnyata belum

aktif melakukan supervisi di ruangan. Supervisor tidak terlibat dalam timbang

terima saat shift pagi serta kegiatan lainnya.

65

Page 45: MANAJEMEN KEPERAWATAN

g. Discharge planning

Tabel 2.33 Tabulasi Data Discharge planning

No

Pernyataan

Pilihan Jawaban

Selalu dilakukan

Kadang-kadang

dilakukan

Tidak pernah

dilakukan1. Setiap klien yang mau pulang

dilakukan discharge planning75% 25% -

2. Setiap klien yang pulang diberikan health education

75% 25% -

3. Setiap klien yang mau pulang di ajarkan cara perawatan mandiri di rumah

62,5% 37,5% -

4. Setiap klien pulang paksa dilakukan discharge planinning

37,5% 62,5% -

5. Dorongan untuk melakukan discharge planning timbul dari diri anda sendiri

75% 12,5% 12,5%

6. Kepala ruangan memimpin discharge planning

50% 37,5% 12,5%

7. Pelaksanaan discharge planning dilakukan kepada klien dan keluarga

62,5% 37,5% -

8. Discharge planning dilakukan setelah pelunasan administrasi

62,5% 37,5% -

9. Discharge planning yang anda lakukan sesuai dengan prosedur, kerana berpengaruh pada asuhan keperawatan

87,5% 12,5% -

10. Meskipun perawat sibuk dengan urusannya, perawat tetap melaksanakan discharge planning

87,5% 12,5% -

Berdasarkan hasil kuesioner yang diberikan kepada 8 orang perawat,

pelaksanaan discharge planning telah dilakukan sudah berjalan baik dan selalu

diakukan. Berdasarkan hasil wawancara pada beberapa orang perawat dan hasil

observasi pada klien yang ingin pulang di ruang Anak Tulip IIA, tidak ada

dilakukannya discharge planning, serta pendidikan kesehatan selama perawatan

dan ketika klien pulang. Discharge planning seperti pendidikan kesehatan

biasanya di ruang Anak Tulip II A hanya berupa pernyataan secara lisan yang

diakukan oleh dokter muda dan tanpa ada format tertulis, tidak adanya

65

Page 46: MANAJEMEN KEPERAWATAN

penggunaan media seperti poster dan leaflet,di karenakan keterbatasan waktu

yang dimiliki dan tidak ada terlampir dalam dokumentasi keperawatan. Hasil

wawancara dengan supervisi didapatkan bahwa belum tersedianya format

discharge planning sehingga apa yang dilakukan belum bisa terdokumentasikan

dengan baik.

h. Dokumentasi Keperawatan

Hasil Evaluasi penerapan SAK Tabel 2.34 Rekapitulasi hasil evaluasi penerapan SAK di Ruang Tulip I1A RSUD

Ulin Banjarmasin Selama Bulan Juni 2015NO Nilai Askep Yang Dinilai Persentase1 Pengkajian 75 %2 Diagnosa Keperawatan 53,33 %3 Perencanaan 83,33 %4 Tindakan Keperawatan 75 %5 Evaluasi 50 %6 Catatan Keperawatan 82 %Rata-rata 69,77 %

Berdasarkan hasil observasi pada 10 status klien menunjukkan penerapan

Standar Asuhan Keperawatan secara keseluruhan sudah cukup baik sesuai dengan

standar penerapan yang ada di RSUD Ulin Banjarmasin yaitu mencapai 82%,

namun dalam hal pembuatan diagnose masih ada kekurangan yaitu sebesar

53.33%. Kemungkinan hal ini dikarenakan kebiasaan dalam penulisan diagnosa

keperawatan tidak berdasarkan PE/PES.

Sgesuai dengan kesepakatan penerapan SAK di RSUD Ulin Banjarmasin,

dokumentasi Keperawatan hanya dilakukan pada 2 lembar format, yaitu lembar

pengkajian sekaligus lembar penegakan diagnosa dan lembat catatan keperawatan

yang terdiri atas isian Subjek (S), Objektif (O), Assessment (A), Planning (P),

Implementation(I), dan Evaluation (E) sesuai konsep. Pada perhitungan yang telah

dilakukan, didapatkan hasil yang menunjukkan SAK belum optimal. Hal ini

dikarenakan kebiasaan dalam penulisan diagnosa keperawatan tidak berdasarkan

PE/PES.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada pendokumentasian asuhan

keperawatan didapatkan hasil pada poin 6 dalam catatan keperawatan aspek no. 2

yaitu “Pencatatan dilakukan sesuai dengan tindakan yang dilakukan” hal yang

sering tidak dilakukan di status klien, hal ini dikarenakan ruang Anak Tulip IIA

65

Page 47: MANAJEMEN KEPERAWATAN

memiliki catatan khusus yang dimiliki oleh ruangan dalam perencanaan dan

tindakan keperawatan. Padahal seharusnya pencatatan tindakan yang dilaksanakan

didokumentasikan di status klien sehingga dokumentasi yang ada lengkap.

Sedangkan pada aspek no. 4 yaitu tentang “Setiap melakukan tindakan/kegiatan,

perawat mencantumkan paraf/nama jelas serta tanggal/jam dilakukannya tindakan

sehari-hari” dalam hal ini perawat terkadang tidak mencantumkan paraf/nama

pada shift pagi, siang, dan malam serta tidak mencantumkan jam dilakukan

tindakan. Hal ini dikarenakan tidak ada standar operasional pelaksanaan pengisian

format asuhan keperawatan.

.

Pembiayaan (M4-Money)

Berdasarkan informasi yang didapatkan dari supervisor Ruang Anak Tulip

IIA, diketahui bahwa setiap pembayaran jasa pelayanan sebanyak 5% dimasukkan

ke dalam dana simpanan Ruang Anak Tulip IIA. Selain itu, sebanyak 50% dari

pembayaran bimbingan mahasiswa juga masuk dalam dana tersebut. Dana

simpanan ini digunakan untuk keperluan ruangan dan kepentingan klien yang

mendesak.

Pembiayaan klien sebagian besar dari BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan

Sosial), Sedangkan sisanya dari Umum (Biaya Sendiri). Badan Penyelanggara

Jaminan Sosial (BPJS) adalah badan hukum yang dibentuk untuk

menyelenggarakan program jaminan kesehatan. BPJS terdiri dari BPJS kesehatan

dan BPJS ketenagakerjaan. BPJS Kesehatan mulai operasional mulai bulan

januari 2014. Peserta BPJS Kesehatan ada 2 kelompok yaitu PBI (Penerima

bantuan iuran) jaminan kesehatan dan bukan PBI jaminan kesehatan. PBI adalah

peserta jaminan kesehatan bagi fakir miskin dan orang tidak mampu sebagaimana

diamanatkan UU SJSN yang iurannnya dibayari pemerintah sebagai peserta

program jaminan kesehatan. Peserta PBI adalah fakir miskin yang ditetapkan oleh

pemerintah dan diatur melalui peraturan pemerintah. Peserta bukan PBI jaminan

kesehatan terdiri atas pekerja penerima upah dan anggota keluarganya, pekerja

bukan penerima upah dan anggota keluarganya, dan bukan pekerja dan anggota

keluarganya.

65

Page 48: MANAJEMEN KEPERAWATAN

Tabel 2.35 Pembiayaan Klien yang Rawat Inap di Ruang Anak Tulip IIA pada bulan Maret - Mei 2015

Tabel 2.36 Jenis Pembayaran di Ruang Anak Tulip IIA

NO. Jenis Pembayaran Umum Jamkesprov1. 2.3.4.5.6.7.8.9.

RuanganVisite Dokter Konsultasi dokterBAKHPGiziParsial care anakTotal care anak (24jam)Kemoterapi Terapi oksigen (l/m)

Rp.75.000/ hariRp.42.000Rp.36.250Rp.5.000Rp.15.000Rp.75.000Rp.200.000 Rp.805.500Rp.2.100

Rp.75.000/ hariRp.42.000Rp.36.250Rp.5.000Rp.15.000Rp.75.000Rp.200.000Rp.805.500Rp.2.100

Pemasaran (M5-Marketing)

1.Keadaan klien

BOR pada serangkaian data sesuai dengan kapasitas tempat tidur klien di

ruang anak Tulip IIA dapat dilihat dari data klien pada bulan Maret – Mei 2015

pada Tabel. 2.23

Tabel 2.37 Data Klien Ruang Anak Tulip IIA Periode bulan Maret - Mei 2015 (termasuk Hematologi - Onkologi)

BULANJumlah

Hari/Bulan

Jumlah Tempat Tidur

Jumlah Hari

Perawatan

Jumlah Lama

Dirawat

Jumlah klien

KeluarMaret 31 42 720 751 207April 30 42 863 868 168Mei 31 42 737 668 174

65

No.

Kelompok Klien Jumlah

1 Umum 1022. BPJS Non-PBI 3113. BPJS PBI 514. Jamkesprov 535. Jamkesda 106. Dana pendamping 7

Page 49: MANAJEMEN KEPERAWATAN

TOTAL 92 42 2330 2287 549

BOR pada serangkaian data sesuai dengan kapasitas tempat tidur klien di

Ruang Anak Tulip IIA selama bulan Maret - Mei 2015 yaitu:

Formula :

BOR = = = 60 %

Hal ini menunjukan bahwa nilai parameter BOR di Ruang Anak Tulip IIA

untuk bulan Maret - Mei 2015 adalah 60% dan nilai parameter BOR yang ideal

adalah antara 60-85% (Depkes, 2005).

Tabel 2.37 Data Klien Ruang Anak Tulip IIA Periode bulan Juni 2015 selama 2

hari berdinas

BULAN Tanggal Jumlah Tempat Tidur

Jumlah Hari Perawatan

Jumlah Lama Dirawat

Jumlah klien Keluar

Juni 29 Juni 2015 32 14 85 -30 Juni 2015 15 100 -

TOTAL 2 32 29 185 -

BOR pada serangkaian data sesuai dengan kapasitas tempat tidur klien di

Ruang Anak Tulip IIA selama 2 hari berdinas di bulan Juni 2015 yaitu:

Formula :

BOR = = = 45%

Hal ini menunjukan bahwa nilai parameter BOR di Ruang Anak Tulip IIA

untuk 2 hari berdinas di bulan Juni adalah 45% dan nilai parameter BOR yang

ideal adalah antara 60-85% (Depkes, 2005).

1) ALOS

Nilai ALOS Ruang Anak Tulip IIA pada bulan Maret - Mei 2015 adalah:

ALOS = =

ALOS = = 5 hari

65

Page 50: MANAJEMEN KEPERAWATAN

Jadi rata-rata lama perawatan klien di ruang pada bulan Maret - Mei 2015

Ruang Anak Tulip IIA adalah 5 hari

2) BTO

Nilai BTO Ruang Anak Tulip IIA pada bulan Maret - Mei 2015 adalah :

BTO = =

BTO = = 13 Kali

Jadi selama bulan Maret - Mei 2015, BTO Sebanyak 13 kali

3) TOI

Nilai TOI Ruang Anak Tulip IIA pada bulan Maret - Mei 2015 adalah:

TOI =

TOI = = = 3 hari

Jadi, rata-rata tenggang perputaran dari bulan Maret - Mei 2015 adalah 3

hari

Alur Masuk KlienGambar.2.38 Alur Klien Masuk dari Luar Rumah Sakit

65

Klien datang ke RSUD. Ulin Banjarmasin

IGDPoliklinik

TPPO

Ruang Rawat Tulip IIA

PULANG ATAS IJIN DOKTERPULANG ATAS PERMINTAAN SENDIRI

PINDAH RUANG RAWATMENINGGAL

ADMINISTRASI

Page 51: MANAJEMEN KEPERAWATAN

Ruang asal, kecuali ruang ICU

Ruang yang dituju (Ruang Anak)

Konsultasi Alih Rawat oleh Dokter ICU

Klien Anak

Klien Stabil

Alih Rawat Ruang Anak (Tulip II A)

Gambar 2.39 Alur klien dari dalam rumah sakit

Produk

Produk unggulan yang ditawarkan Ruang Anak Tulip IIA dalam pelayanan

adalah adanya inovasi terbaru berupa terapi bermain khusus anak yang belum ada

di Rumah Sakit lain di daerah Banjarmasin, dimana setiap klien yang mengikuti

terapi bermain mendapatkan satu buku yang dicetak langsung oleh ruang anak.

Selain itu juga terdapat berbagai macam hiasan dinding untuk desain interior

ruang anak.

65

Page 52: MANAJEMEN KEPERAWATAN

Mesin (M6-Machine)

SPO yang tersedia di ruang anak adalah sebagai berikut:

Tabel 2.27 SPO yang ada di Ruang Anak Tulip IIA RSUD Ulin Banjarmasin

No. Standar Prosedur Operasional (SPO)1. SPO penimbangan berat badan2. SPO pemberian obat via injeksi 3. SPO memasang infus4. SPO pemasangan NGT dan pemberian makan lewat sonde5. SPO pemasangan kateter6. SPO terapi oksigen8. SPO oral hygiene9. SPO resusitasi jantung paru

10. SPO penatalaksanaan suction11. SPO memasang bidai infuse12. SPO memberikan transfusi darah13. SPO memasang venflon14. SPO fisioterapi dada15. SPO latihan batuk efektif16. SPO latihan pernapasan dalam17. SPO pengukuran intake & output cairan18. SPO nebulizer19. SPO pengukuran lingkar perut20. SPO pemberian obat supositoria21. SPO pengambilan darah vena22. SPO manajemen nyeri keperawatan23. SPO implementasi keperawatan drambuise24. SPO implementasi pemasangan infus pump25. SPO implementasi keperawatan kemoterapi26. SPO persiapan & aplusing obat kemoterapi27. SPO menilai tingkat kesadaran menggunakana GCS28. SPO implementasi keperawatan mantoux test29. SPO persiapan anak pulang

65

Page 53: MANAJEMEN KEPERAWATAN

Tabel 2.28 Standar asuhan keperawatan anak

No. ASKEP1. SAK aktual/risiko ketidakeektifan bersihan jalan nafas2. SAK aktual/risiko kekurangan volume cairan tubuh3. SAK hipertermia4. SAK aktual/risiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh5. SAK ketidakefektifan pola nafas6. SAK nyeri7. SAK intoleransi aktifitas8. SAK perubahan perfusi jaringan perifer9. SAK risiko tinggi infeksi10 SAK kecemasan orang tua

Kegiatan penilaian terhadap kesesuaian pelaksanaan tindakan keperawatan

maupun medis dengan Standar Prosedur Operasional (SPO) memerlukan lembar

penilaian berupa SPO kegiatan yang dilakukan. Ruang Anak Tulip IIA sudah

memiliki SPO tindakan keperawatan (terlampir).

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan supervisor Ruang

Anak Tulip IIA, SPO yang ada di ruangan merupakan SPO yang lama dan belum

direvisi.

Instrumen C

Berdasarkan hasil observasi dari tanggal 29 Juni - 01 Juli 2015, didapatkan

bahwa hasil instrument C tidak dapat dilakukan karena perawat di ruang anak

Tulip IIA tidak ada melakukan tindakan keperawatan seperti nebulizer, pemberian

kompres, pemasangan infuse sesuai dengan 3 diagnosa medis teratas selama

periode bulan Juni dan 3 diagnosa keperawatan teratas selama 3 hari pengkajian.

Tindakan tersebut hanya mahasiswa yang melakukannya atas perintah dari

perawat ruangan sehingga tidak bisa dinilai.

Saran dari hasil observasi selama 3 hari pengkajian, seharusnya perawat

ruangan melakukan sendiri namun apabila mendelegasikan pada mahasiswa

65

Page 54: MANAJEMEN KEPERAWATAN

seharusnya mendampingi atau menjelaskan terlebih dahulu SPO yang ada di

ruangan.

BAB III

PERENCANAAN

A. Pengorganisasian

Untuk efektifitas pelaksanaan Sistem Pemberian Pelayanan Perawatan

Profesional dalam menentukan kebijakan-kebijakan internal yang sifatnya umum,

kelompok menyusun struktur organisasi sebagai berikut :

Ketua : Resvia Arwinda S.Kep

Sekretaris : Rinny Cahyaneng Widhi, S.Kep

Bendahara : Risa Fariyana, S.Kep

Sie Inventaris : Devi Indah Permata , S.Kep

Sie Humas : Elmi, S.Kep

Sie Askep : Anes Fikri Haekal, S.Kep

Sie PKMRS : Elfanizar Yusandi, S.Kep

Sie Dokumentasi : Annisa Febriana, S.Kep

Adapun dalam pengelolaan ruang rawat maka diselenggarakan

pengorganisasian dalam pembagian peran sebagai berikut :

1. Kepala Ruangan

2. Supervisor

3. Perawat Primer

4. Perawat Associate

Pembagian peran ini secara rinci akan dilampirkan, setelah pelaksanaan

Sistem Pemberian Pelayanan Perawatan Profesional di ruangan.

Uraian tugas masing-masing berdasarkan struktur pengorganisasian

kelompok :

Ketua

1. Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan dan keberhasilan praktek klinik

manajemen keperawatan.

65

Page 55: MANAJEMEN KEPERAWATAN

2. Mengkoordinasikan pelaksanaan program dalam manajemen keperawatan.

3. Mengembangkan hubungan antara organisasi ruangan dan pendidikan.

4. Menentukan berbagai kebijakan strategis dalam organisasi.

5. Memutuskan masalah yang berkaitan dengan organisasi.

6. Memimpin rapat organisasi.

7. Menandatangani surat keluar.

8. Mengupayakan penggembalian dana.

9. Memeriksa dan menandatangani buku kas umum.

10. Menyetujui pengeluaran kaaas organisasi.

11. Bertanggung jawab penuh terhadap laporan pelaksanaan kegiatan.

Sekretaris

1. Bertanggung jawab terhadap semua kegiatan administrasi organisasi

( surat menyurat, dokumentasi kegiatan organisasi, lain-lain).

2. Merencanakan dan menyiapkan acara rapat pengurus.

3. Bertanggung jawab pada semua bentuk pelaporan.

4. Membuat surat untuk kepentingan keluar.

5. Membuka rapat, mendokumentasikan hasil rapat, dan menutup rapat.

6. Membuat laporan kegiatan organisasi.

7. Memantau keadaan ruangan dan memeriksa buku bantu keuangan.

Bendahara

1. Membukukan dan menyiapkan uang organisasi secara keseluruhan.

2. Bertanggungjawab terhadap pembukuan anggaran belanja organisasi dan

mempertanggungjawabkannya kepada ketua.

3. Melaporkan keadaan keuangan organisasi secara berkala.

4. Mengeluarkan keuangan yang telah mendapat persetujuan dari ketua.

5. Membuat laporan keuangan.

Seksi Inventasis

1. Bertanggungjawab terhadap pengadaan kelengkapan berkas-berkas kegiatan.

2. Membantu kelancaran kegiatan.

3. Melakukan koordinasi dengan sie yang lain.

S eksi D okumentasi

1. Bertanggungjawab terhadap pencatatan dan pengumpulan data yang ada.

65

Page 56: MANAJEMEN KEPERAWATAN

2. Mendokumentasikan setiap kegiatan yang di lakukan.

3. Melakukan koordinasi dengan sie yang lain.

S eksi H umas

1. Bertanggungjawab terhadap kelancaran surat menyurat.

2. Bertanggungjawab terhadap kelancaran diskusi, seminar, maupun diseminasi.

3. Melaporkan sosialisasi seluruh program yang telah ditetapkan kepada

anggota.

4. Menyebarluaskan seluruh informasi yang berkaitan dengan kegiatan

pelayanan keperawatan.

5. Membantu semua kegiatan yang berhubungan dengan orang lain.

S eksi PKMRS

1. Membuat SAP sebelum penyuluhan.

2. Memberikan leaflat dan penyuluhan pada klien yang KRS.

3. Melakukan koordinasi dengan sie yang lain.

S eksi ASKEP

1. Bertanggungjawab terhadap Asuhan Keperawatan yang di rencanakan.

2. Mengimplementasikan Asuhan Keperawatan yang telah di buat.

3. Melakukan koordinasi dengan sie yang lain.

B. Strategi Pelaksanaan

1. Model Asuhan Keperawatan

a. Pengertian SP2KP

SP2KP adalah sistem pemberian pelayanan keperawatan profesional yang

merupakan pengembangan dari MPKP (Model Praktek Keperawatan Profesional)

dimana dalam SP2KP ini terjadi kerjasama profesional antara perawat primer (PP)

dan perawat asosiet (PA) serta tenaga kesehatan lainnya. Pada aspek proses

ditetapkan penggunaan metode modifikasi SP2KP (kombinasi metode tim dan

metode keperawatan primer). Penetapan metode ini didasarkan pada beberapa

alasan sebagai berikut :

65

Page 57: MANAJEMEN KEPERAWATAN

1) Pada metode keperawatan primer, pemberian asuhan keperawatan dilakukan

secara berkesinambungan sehingga memungkinkan adanya tanggung jawab

dan tanggung gugat yang merupakan esensi dari suatu layanan profesional.

2) Terdapat satu orang perawat professional yang disebut PP, yang bertanggung

jawab dan bertanggung gugat atas asuhan keperawatan yang diberikan. Pada

MPKP, perawat primer adalah perawat lulusan sarjana keperawatan/Ners.

3) Pada metode keperawataan primer, hubungan professional dapat ditingkatkan

terutama dengan profesi lain.

4) Metode keperawatan primer tidak digunakan secara murni karena

membutuhkan jumlah tenaga S.Kep/Ners yang lebih banyak karena setiap PP

hanya merawat 4-5 klien dan pada metode modifikasi keperawatan primer,

setiap PP merawat 9-10 klien.

5) Saat ini terdapat beberapa jenis tenaga keperawatan dengan kemampuan yang

berbeda-beda. Kombinasi metode tim dan perawat primer menjadi penting

sehingga perawat dengan kemampuan yang lebih tinggi mampu mengarahkan

dan membimbing perawat lain di bawah tanggung jawabnya.

6) Metode tim tidak digunakan secara murni karena pada metode ini tanggung

jawab terhadap asuhan keperawatan terbagi kepada semua anggota tim,

sehingga sukar menetapkan siapa yang bertanggung jawab dan bertanggung

gugat atas semua asuhan yang diberikan dan perawat lain akan susah

mengenali kekhasan klien yang bukan klien kelolaannya.

Apabila ditinjau dari 5 sub sistem yang diidentifikasi oleh Hoffart & Woods

(1996), secara sederhana dapat diartikan sebagai berikut :

a) Nilai-nilai profesional sebagai inti model

Pada model ini, PP dan PA membangun kontrak dengan klien/keluarga sejak

klien/keluarga masuk ke suatu ruang rawat yang merupakan awal dari

penghargaan atas harkat dan martabat manusia. Hubungan tersebut akan terus

dibina selama klien dirawat di ruang rawat, sehingga klien/keluarga menjadi

partner dalam memberikan asuhan keperawatan. Pelaksanaan dan evaluasi renpra,

PP mempunyai otonomi dan akuntabilitas untuk mempertanggungjawabkan

asuhan yang diberikan termasuk tindakan yang dilakukan PA di bawah tanggung

65

Page 58: MANAJEMEN KEPERAWATAN

jawab untuk membina performa PA agar melakukan tindakan berdasarkan nilai-

nilai professional.

b. Pendekatan Manajemen

Model ini memberlakukan manajemen SDM, artinya ada garis komunikasi

yang jelas antara PP dan PA. Performa PA dalam satu tim menjadi tanggung

jawab PP. PP adalah seorang manajer asuhan keperawatan yang harus dibekali

dengan kemampuan manajemen dan kepemimpinan sehingga PP dapat menjadi

manajer yang efektif dan pemimpin yang efektif.

c. Metode pemberian asuhan keperawatan

Metode pemberian asuhan keperawatan yang digunakan adalah modifikasi

keperawatan primer sehingga keputusan tentang renpra ditetapkan oleh PP. PP

akan mengevaluasi perkembangan klien setiap hari dan membuat modifikasi pada

renpra sesuai kebutuhan klien.

d. Hubungan professional

Hubungan professional dilakukan oleh PP dimana PP lebih mengetahui

tentang perkembangan klien sejak awal masuk ke suatu ruang rawat sehingga

mampu memberi informasi tentang kondisi klien kepada profesi lain khususnya

dokter. Pemberian informasi yang akurat tentang perkembangan klien akan

membantu dalam penetapan rencana tindakan medik.

e. Sistem kompensasi dan penghargaan

PP dan timnya berhak atas kompensasi serta penghargaan untuk asuhan

keperawatan yang professional. Kompensasi dan penghargaan yang diberikan

kepada perawat bukan bagian dari asuhan medis atau kompensasi dan

penghargaan berdasarkan prosedur. Kompensasi berupa jasa dapat diberikan

kepada PP dan PA dalam satu tim yang dapat ditentukan berdasarkan derajat

ketergantungan klien. PP dapat mempelajari secara detail asuhan keperawatan

klien tertentu sesuai dengan gangguan/masalah yang dialami sehingga mengarah

pada pendidikan ners spesialis.

Metode modifikasi Perawat Primer-Tim yaitu seorang PP bertanggung jawab

dan bertanggung gugat terhadap asuhan keperawatan yang diberikan pada

65

Page 59: MANAJEMEN KEPERAWATAN

sekelompok klien mulai dari klien masuk sampai dengan bantuan beberapa orang

PA. PP dan PA selama kurun waktu tertentu bekerjasama sebagai suatu tim yang

relatif tetap baik dari segi kelompok klien yang dikelola, maupun orang-orang

yang berada dalam satu tim tersebut . Tim dapat berperan efektif jika didalam tim

itu sendiri terjalin kerjasama yang professional antara PP dan PA. selain itu tentu

saja tim tersebut juga harus mampu membangun kerjasama professional dengan

tim kesehatan lainnya.

Peran Managerial dan Leadership

Ketua dalam tim betugas untuk membuat rencana asuhan keperawatan,

mengkoordinir kegiatan semua staf (PA) yang berada dalam tim, mendelegasikan

sebagian tindakan-tindakan keperawatan yang telah direncanakan pada renpra dan

bersama-sama dengan PA mengevaluasi asuhan keperawatan yang diberikan.

Seorang PP harus memiliki kemampuan yang baik dalam membuat renpra

untuk klien yang menjadi tanggung jawabnya. Adanya renpra merupakan

tanggung jawab profesional seorang PP sebagai landasan dalam memberikan

asuhan keperawatan yang sesuai dengan standar. Renpra tersebut harus dibuat

sesegera mungkin pada saat klien masuk dan dievaluasi setiap hari.

PP dituntut untuk memiliki kemampuan mendelegasikan sebagian tindakan

keperawatan yang telah direncanakan pada PA. Pembagian tanggung jawab

terhadap klien yang menjadi tanggung jawab tim, didasarkan pada tingkat

ketergantungan klien dan kemampuan PA dalam menerima pendelegasian.

Metode tim PP-PA dituntut untuk memiliki keterampilan kepemimpinan. PP

bertugas mengarahkan dan mengkoordinasikan PA dalam memberikan asuhan

keperawatan pada kelompok klien.PP berkewajiban untuk membimbing PA agar

mampu memberikan asuhan keperawatan seuai dengan standar yang ada.

Bimbingan tersebut dapat dilaksanakan secara langsung, misalnya mendampingi

PA saat melaksanakan tindakan tertentu pada klien atau secara tidak langsung

pada saat melakukan konferens. PP juga harus senantiasa memotivasi PA agar

terus meningkatkan keterampilannya, misalnya memberikan referensi atau bahan

bacaan yang diperlukan.

65

Page 60: MANAJEMEN KEPERAWATAN

Selain terkait dengan bimbingan keterampilan pada PA, sebagai bagian dari

peran kepemimpinan seorang PP, PP seharusnya juga memiliki kemampuan untuk

mengatasi konflik yang mungkin terjadi antar PA. PP harus menjadi penengah

yang bijaksana sehingga konflik bisa teratasi dan tidak mengganggu produktifitas

PA dalam membantu memberikan asuhan keperawatan.

Komunikasi tim melalui renpra, konferensi, dan ronde keperawatan

Komunikasi yang efektif merupakan kunci keberhasilan dalam melakukan

kerjasama profesional tim antara PP-PA. Komunikasi tersebut dapat melalui ;

renpra, konferensi, dan ronde keperawatan yang terstruktur dan terjadwal.

Rencana asuhan keperawatan ( renpra ) selain berfungsi sebagai:

1) Pedoman bagi PP-PA

2) Landasan profesional bahwa asuhan keperawatan diberikan berdasarkan ilmu

pengetahuan

Kerjasama profesional PP-PA, renpra selain berfungsi sebagai penunjuk

perencanaan asuhan yang diberikan juga berfungsi sebagai media komunikasi PP

pada PA. Berdasarkan renpra ini, PP mendelegasikan PA untuk melakukan

sebagian tindakan keperawatan yang telah direncanakan oleh PP. Oleh sebab itu,

sangat sulit untuk tim PP-PA dapat bekerjasama secara efektif jika PP tidak

membuat perencanaan asuhan keperawatan (renpra). Hal ini menunjukan bahwa

renpra sesungguhnya dibuat bukan sekedar memenuhi ketentuan (biasanya

ketentuan dalam menentukan akreditasi rumah sakit). Renpra seharusnya dibuat

sesegera mungkin, paling lambat 1 kali 24 jam setelah klien masuk karena

fungsinya sebagai pedoman dan media komunikasi. Berdasarkan ketentuan tugas

dan tanggung jawab PP tidak sedang bertugas (misalnya pada malam hari atau

hari libur), PA yang sebelumnya telah didelegasikan dapat melakukan pengkajian

dasar dan menentukan satu diagnosa keperawatan yang terkait dengan kebutuhan

dasar klien.Selanjutnya segera setelah PP bertugas kembali maka pengkajian dan

renpra yang telah ada harus divalidasi dan dilengkapi.

Penting juga diperhatikan bahwa renpra yang dibuat PP harus dimengerti oleh

semua PA. Semua anggota tim harus memiliki pemahaman yang sama tentang

istilah-istilah keperawatan yang digunakan dalam renpra tersebut. Misalnya dalam

65

Page 61: MANAJEMEN KEPERAWATAN

renpra, PP menuliskan rencana tindakan keperawatan ; " monitor I/O (

Intake/Output = pemasukan / pengeluaran ) tiap 24 jam".

Maka harus dipahami oleh semua anggota tim yang dimaksud dengan

monitor I/O, contoh lain dalam perencanaan PP menuliskan "berikan dukungan

pada klien dan keluarganya" , maka baik PP dan PA dalam timnya harus memiliki

persepsi yang sama tentang tindakan yang akan dilakukan tersebut. Oleh sebab itu

PP harus menjelaskan kembali pada PA tentang apa yang disusunnya tersebut.

Pendelegasian tindakan keperawatan yang berdasarkan pada renpra, PP

terlebih dahulu harus memiliki kemampuan masing-masing PA.Hal yang tidak

dapat didelegasikan pada PA adalah tanggung jawab dan tanggung gugat seorang

PP (Dunville dan McCuock, 2004).Tindakan yang telah didelegasikan pada PA,

PP tetap berkewajiban untuk tetap memonitor dan mengevaluasi tindakan yang

dilakukan oleh PA. 

Komunikasi tim oleh konferensi

Konferensi adalah pertemuan yang direncanakan antara PP dan PA untuk

membahas kondisi klien dan rencana asuhan yang dilakukan setiap hari.

Konferensi biasanya merupakan kelanjutan dari serah terima shift. Hal-hal yang

ingin dibicarakan lebih rinci dan sensitif dibicarakan didekat klien dapat dibahas

lebih jauh didalam konferensi. Konferensi akan efektif jika PP telah membuat

renpra, dan membuat rencana apa yang akan dibicarakan dalam konferensi.

Konferensi ini lebih bersifat 2 arah dalam diskusi antara PP–PA tentang rencana

asuhan keperawatan dari dan klarifikasi pada PA dan hal lain yang terkait.

Komunikasi tim melalui Ronde Keperawatan

Ronde keperawatan yang dilakukan dalam tim ini harus dibedakan dengan

ronde keperawatan yang dilakuan dengan clinical manager (cm). Tujuan ronde

keperawatan dalam tim adalah agar PP dan PA bersama-sama melihat proses yang

diberikan.

Kerjasama dengan tim lain

Tim kesehatan lain adalah dokter, ahli gizi, ahli farmasi, fisioterapi, staf

laboratorium dll. Peran PP dalam melakukan kerjasama dengan tim lain tersebut

adalah:

1) Mengkolaborasikan. 2) Mengkomunikasikan.

65

Page 62: MANAJEMEN KEPERAWATAN

3) Mengkoordinasikan semua aspek perawatan klien yang menjadi tanggung jawabnya.

4) PP dituntut untuk memiliki pengetahuan yang memadai baik segi tingkat pendidikan dalam pengalamannya.

PP bertanggung jawab untuk memberikan informasi kondisi klien yang

terkait dengan perawatannya. PP dapat memberikan informasi yang akurat bagi

tenaga kesehatan lain, sehingga keputusan medis atau gizi misalnya akan

membantu perkembangan klien selama dalam perawatan, agar PP melakukan

komunikasi yang efektif dengan tim kesehatan lain tersebut, maka haruslah

disepakati waktu yang tepat untuk mengkomunikasikan pada tim kesehatan yang

lain, misalnya melalui ronde antar profesional.

Kondisi dimana dokter tidak berada di ruang perawatan dapat menyebabkan

komunikasi langsung sangat sulit dilakukan oleh karena itu komunikasi antar tim

kesehatan dapat juga terbina melalui dokumentasi keperawatan. Dokumentasi

tersebut dibuat oleh PP tetapi sebelumnya harus telah disepakati oleh semua tim

kesehatan bahwa dokumentasi yang ada juga dimanfaatkan secara efektif sebagai

alat komunikasi.

Terciptanya komunikasi yang efektif dengan tim kesehatan dari profesi lain,

seorang PP harus memenuhi kepribadian yang baik serta keterampilan

berkomunikasi, misalnya memiliki sikap mampu menghargai orang lain, tidak

terkesan memerintah atau menggurui atau bahkan menyalahkan orang lain dalam

hal ini tim kesehatan dari profesi lain, merupakan kemampuan yang harus dimiliki

PP. Melakukan komunikasi antar profesi ini PP dituntut untuk selalu berpegang

pada etika keperawatan.

Seorang PP harus melakukan tugas mengkordinasikan semua kegiatan yang

terkait dengan pengobatan dan perawatan klien, misalnya dokter menjadwalkan

klien untuk di rontgen dada dan di USG abdoment sekaligus pemeriksaan mata

pada hari yang sama, maka seorang PP harus mampu mengkoordinasikan semua

kegiatan tersebut agar tidak melelahkan dan membingungkan bagi klien dan

keluarganya.

Fokus Pelaksanaan SP2KP Kelompok adalah :

- Dokumentasi Keperawatan

65

Page 63: MANAJEMEN KEPERAWATAN

- Timbang Terima- Penerimaan Klien Baru- Supervisi- Ronde Keperawatan- Sentralisasi obat

1. Pengelolaan Tenaga Keperawatan

Pengelolaan tenaga keperawatan merupakan salah satu fungsi utama seorang

pemimpin organisasi termasuk organisasi keperawatan. Keberhasilan suatu

organisasi salah satunya ditentukan oleh kualitas sumber daya manusianya. Hal ini

berhubungan erat dengan bagaimana seorang pimpinan mengelola ketenagaan di

Unit kerjanya.

Langkah pengelolaan tenaga keperawatan yaitu :

a. Mengidentifikasi bentuk dan beban pelayanan keperawatan yang akan

diberikan.

b. Menentukan kategori perawat yang akan ditugaskan untuk melaksanakan

pelayanan keperawatan.

c. Menentukan jumlah masing-masing kategori perawat yang dibutuhkan.

d. Menerima dan menyaring untuk mengisi posisi yang ada.

e. Melakukan seleksi calon-calon yang ada.

f. Menentukan tenaga perawat sesuai dengan unit atau shift.

g. Memberikan tanggung jawab untuk melaksanakan tugas pelayanan

keperawatan.

 Penentuan tenaga keperawatan dipengaruhi oleh keinginan untuk

menggunakan tenaga keperawatan yang sesuai. Rasio antara perawat dan klien di

dalam ruangan perawatan adalah 1:1 atau 1:2.Perbandingan perawat ahli dan

terampil diruang adalah 2:1 atau 3:1.

Bedasarkan analisa tingkat ketergantungan klien kebutuhan tenaga

keperawatan Ruang Tulip IIA adalah 17 orang perawat sudah termasuk Kepala

Ruangan, Wakil Kepala Ruangan dan Supervisor.

Rencana pelaksanaan SP2KP adalah berupa mengusulkan penambahan

jumlah perawat secara bertahap setiap tahun melalui penambahan CPNS dan

tenaga honorer.

2. Perkiraan Kebutuhan Tenaga

65

Page 64: MANAJEMEN KEPERAWATAN

Penetapan jumlah tenaga keperawatan harus disesuaikan dengan kategori

yang akan dibutuhkan untuk asuhan keperawatan klien disetiap unit. Beberapa

pendekatan dapat digunakan untuk memperkirakan jumlah staf yang dibutuhkan

berdasarkan kategori klien yang dirawat, rasio perwat dan klien untuk memenuhi

standar praktek keperawatan.

Cara menentukan jumlah tenaga yang dibutuhkan untuk setiap unit sebagai

beriku:

a. Rasio perawat – klien disesuaikan dengan standar perkiraan jumlah klien

sesuai data.

b. Pendekatan sistem ketenagaan dapat menentukan jumlah optimal yang sesuai

dengan kategori perawat untuk setiap unit serta mempertimbangkan

komponen input-proses-output-umpan balik.

Kebutuhan tenaga dapat ditinjau berdasarkan waktu perawatan langsung,

waktu perawatan tidak langsung, dan waktu pendidikan kesehatan.

3. Pembagian Tenaga Keperawatan dan Penyusunan Jadwal

Penyusunan jadwal dinas merupakan tanggung jawab kepala ruangan atau

pengawas, teatapi lebih diutamakan kepala ruangan karena lebih mengetahui

tingkat kesibukan ruangan dan karakteristik sifatnya. Hal ini akan memudahkan

dalam menerapkan orang yang tepat untuk setiap periode jaga atau shift.

Prinsip penyusunan jadwal hendaknya memenuhi beberapa prinsip,

diantaranya harus ada kesinambungan antara kebutuhan unit kerja dan kebutuhan

staf. Prinsip berikutnya, setiap staf harus terlibat dalam siklus atau rotasi pagi-

sore-malam: metode yang dipakai harus sesuai dengan kuantitas staf dalam suatu

unit kerja. Siklus yang digunakan mengikuti metode penugasan yang dipakai, dan

setiap staf harus dapat mencatat hasil dinas, libur dan shift.

Pada suatu pelayanan profesional, jumlah tenaga yang dibutuhkan

tergantung pada jumlah klien dan derajat ketergantungan klien. Menurut Douglas

(1984) Loverige dan cummings (1996) diklasifikasikan derajat ketergantungan

klien dibagi 3 kategori yaitu :

a. Perawatan Minimal : 1-2 jam / 24 jam

b. Perawatan Intermediet / Partial : 3-4 jam / 24 jam

65

Page 65: MANAJEMEN KEPERAWATAN

c. Perawatan Total : 5-6 jam / 24 jam

Nilai standar jumlah perawat per Shif berdasarkan klasifikasi klien :

Lost Day = Jlh minggu dlm 1 t hn+cuti+h ari besar

Jumlahh ari kerja efektif x Jmlh perawat yg

diperlukan

Menurut hasil lokakarya keperawatan rumus untuk perhitungan kebutuhan

tenaga keperawatan adalah sebagai berikut :

Jam perawatan 24 jam x7 ( tempat tidur x BOR )Hari kerja efektif x 40 jam

+ 25%

Perhitungan Ketenagaan

Perhitungan kebutuhan tenaga perawat di ruang Anak Tulip IIA sebagai

berikut :

Pembagian perawat/shift

Jumlah perawat untuk masing-masing shift. Nursalam (Salemba, Medika,

2002) merekomendasikan, jaga pagi 0,27%, jaga sore 0,15% dan jaga malam

0,07%.

Tabel 3.1 Kebutuhan Tenaga perawat di Ruang Anak Tulip IIA 30 Juli 2015

Tingkat Ketergantunga

n

Jumlah klien

Jumlah Kebutuhan Tenaga

Pagi Sore Malam

Minimal 11 11x0,17 = 1,87 11x0,14=1,54 11x0,07=0,77

Parsial 15 15x0,27=4,05 15x0,15=2,25 15x0,10=1,5

Total 0 0x0,36=0 0x0,30=0 4x0,20=0

Jumlah 26 5,95 = 6 3,79 = 4 2,27 = 2

Total Kebutuhan tenaga perawat perhari :

Pagi : 5,95

Sore : 3,79

Malam : 2,27

Total : 12,01 = 12 orang perhari

Jumlah perawat yang dibutuhkan = 12 orang perhari

Penambahan untuk loss day : 1/3 x 12 orang = 4 orang

65

Page 66: MANAJEMEN KEPERAWATAN

Jadi total jumlah perawat yang dibutuhkan adalah 12 + 4 = 16 orang + 1 karu = 17

orang.

Keterangan :

12 adalah jumlah total tenaga perawat

4 adalah jumlah tenaga perawat yang lepas dinas

1 adalah perawat yang menjadi kepala ruangan

Jadi pembulatan pembagian shift perawat untuk shift pagi 6 orang, shift sore

4 orang dan shift malam 2 orang.

2. Supervisi Keperawatan

a. Latar belakang

Era globalisasi dapat memberikan dampak positif bagi profesi kesehatan

untuk terus berusaha meningkatkan kinerja di berbagai kebutuhan pelayanan

kesehatan secara professional. Sejalan dengan hal tersebut tuntutan masyarakat

akan kualitas pelayanan kesehatan juga makin meningkat. Dalam memberikan

asuhan keperawatan secara professional seharusnya didukung dengan adanya

sumber daya manusia yang bermutu, standar pelayanan, dan fasilitas sesuai

harapan masyarakat. Agar pelayanan keperawatan sesuai dengan harapan

konsumen dan memenuhi standar yang berlaku maka perlu dilakukan pengawasan

atau supervisi terhadap pelaksanaan asuhan keperawatan. Supervisi adalah teknik

pelayanan yang bertujuan utama adalah mempelajari dan memperbaiki secara

bersama-sama. Kunci sukses supervisi yaitu 3F (fair, feedback dan follow up).

Supervisi merupakan ujung tombak.

Dari hasil wawancara dengan supervisor di Ruang Tulip 2A pelaksanaan

supervisi masih bersifat situasional (tidak langsung). Sedangkan berdasarkan hasil

wawancara dengan perawat pelaksana di ruang Tulip 2A mengatakan bahwa tidak

mengetahui pelaksanaan supervisi.

b. Tujuan

Tujuan Umum

65

Page 67: MANAJEMEN KEPERAWATAN

Mampu mengaplikasikan supervisi dalam lingkup tanggung-jawab sebagai

tindakan supervisor keperawatan, terutama dalam melakukan supervisi terhadap

perawat (Katim) dalam melakukan asuhan keperawatan

Tujuan Khusus

1) Mampu menyusun, melaksanakan atau menetapkan tujuan supervisi

2) Mampu mempersiapkan instrument tindakan keperawatan

3) Mampu menilai kinerja perawat dalam melaksanakan tindakan keperawatan

4) Mampu memberikan masukan terhadap staf

5) Mampu memberikan follow up terhadap hasil supervisi terhadap staf

6) Mampu melaksanakan dokumentasi hasil supervise.

c. Masalah

Supervisi yang dilakukan belum optimal dimana sifat pelaksanaannya

masih bersifat situasional.

d. Target

1) Supervisi dilakukan secara terorganisir dan rutin dalam kurun waktu tertentu

2) Supervisi dinyatakan melalui petunjuk, peraturan, uraiain tugas dan standar

3) Supervisi terdokumentasikan dengan baik dan benar

e. Program kerja

1) Rencana strategi

- Mengajukan proposal pelaksanaan supervisi

- Mendokumentasikan hasil pelaksanaan supervisi keperawatan.

- Menentukan materi supervisi keperawatan

- Merevisi format supervisi

- Melaksanakan supervisi keperawatan bersama-sama perawat ruangan.

- Mendokumentasikan hasil pelaksanaan supervisi keperawatan

2) Kriteria evaluasi

- Struktur

Menentukan penanggung-jawab supervisi keperawatan

Menyusun konsep supervisi keperawatan

65

Page 68: MANAJEMEN KEPERAWATAN

Menentukan materi supervisi

- Proses

Melaksanakan supervisi keperawatan bersama perawat ruangan dan

supervisor

Mendokumentasikan hasil pelaksanaan supervisi keperawatan

- Hasil

Mahasiswa mampu melaksanakan supervisi secara optimal

Supervisor mengevaluasi hasil supervisi

Supervisor memberikan reward/feed back pada PP dan PA

3) Pengorganisasian

Penanggung-jawab : Rinny Cahyaneng Widhi, S.Kep

Waktu : Selama masa role play

3. Timbang Terima

a. Pengertian

Timbang terima (operan) adalah merupakan teknik atau suatu cara untuk

menyampaikan dan menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan

klien.

b. Tujuan

1) Menyampaikan kondisi atau keadaan secara umum klien

2) Menyampaikan hal-hal penting yang perlu ditindaklanjuti oleh dinas

berikutnya

3) Tersusun rencana kerja untuk dinas berikutnya

4) Perawat dapat mengikuti perkembangan klien secara paripurna.

5) Meningkatkan kemampuan komunikasi antar perawat.

6) Akan terjalin suatu hubungan kerjasama yang bertanggung jawab antar

anggota tim perawat.

7) Terlaksananya asuhan keperawatan terhadap klien yang berkesinambungan

c. Manfaat

1) Dapat menyampaikan hal-hal penting yang perlu ditindak lanjuti oleh

perawat pada shift berikutnya.

65

Page 69: MANAJEMEN KEPERAWATAN

2) Dapat melakukan cross check ulang tentang hal-hal yang dilaporkan dengan

keadaan klien yang sebenarnya.

3) Klien dapat menyampaikan masalahnya secara langsung bila ada yang

belum terungkap.

d. Metode

1) Perawat yang bertanggung jawab terhadap klien melaporkan langsung

kepada perawat penanggung jawab berikutnya. Cara ini memberikan

kesempatan diskusi yang maksimal untuk kelanjutan dan kejelasan rencana

keperawatan.

2) Pelaksanaan timbang terima dapat juga dilakukan di ruang perawat

kemudian dilanjutkan dengan berkeliling mengunjungi klien satu persatu

e. Langkah-Langkah

1) Kedua kelompok shift dalam keadaan sudah siap

2) Shift yang akan menyerahkan dan mengoperkan perlu mempersiapkan hal-

hal apa yang akan disampaikan

3) Perawat primer menyampaikan kepada penanggung jawab shift yang

selanjutnya meliputi :

- Kondisi atau keadaan klien secara umum

- Tindak lanjut untuk dinas yang menerima operan

- Rencana kerja untuk dinas yang menerima operan

4) Penyampaian operan diatas (point c) harus dilakukan secara jelas dan tidak

terburu-buru

5) Perawat primer dan anggota kedua shift dinas bersama-sama secara

langsung melihat keadaan klien

f. Prosedur Timbang Terima

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam prosedur ini meliputi :

1) Persiapan

- Kedua kelompok sudah dalam keadaan siap

- Kelompok yang akan bertugas menyiapkan buku catatan

2) Pelaksanaan

65

Page 70: MANAJEMEN KEPERAWATAN

Dalam penerapan sistem SP2KP : Timbang diterima dilaksanakan oleh

Perawat kepada Perawat yang mengganti jaga pada shift berikutnya :

- Timbang terima dilaksanakan setiap pergantian shift / operan

- Dari nurse station perawat berdiskusi untuk melaksanakan timbang terima

dengan mengkaji secra komprehensif yang berkaitan tentang masalah

keperawatan klien, rencana tindakan yang sudah dan belum dilaksanakan

serta hal-hal penting lainnya yang perlu dilimpahkan

- Perawat yang melaksanakan timbang terima mengkaji secara penuh

terhadap masalah, kebutuhan dan segenap tindakan yang telah

dilaksanakan serta hal-hal yang penting lainnya selama masa perawatan

( tanggung jawab )

- Hal-hal yang sifatnya khusus dan memerlukan perincian yang lengkap

sebaiknya dicatat secara khusus untuk kemudian diserahterimakan kepada

perawat jaga berikutnya

- Hal-hal yang perlu disampaikan pada saat timbang terima adalah :

Identitas klien dan diagnosa medis

Masalah keperawatn yang kemungkinan masih muncul

Tindakan keperawatan yang sudah dan belum dilaksanakan (secara umum)

Intervensi kolaboratif dan dependensi

Rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan dalam kegiatan

selanjutnya, misalnya operasi, pemeriksaan laboraturium / pemeriksaan

penunjang lainnya, persiapan untuk konsultasi atau prosedur lainnya yang

tidak dilaksanakan secara rutin

- Perawat yang melakukan timbang terima dapat melakukan klarifikasi, tanya

jawab dan melakukan validasi terhadap hal-hal yang ditimbang terimakan

dan berhak menanyakan mengenai hal-hal yang kurang jelas

- Penyampaian pada saat timbang terima secara singkat dan jelas

- Lama timbang terima untuk setiap klien tidak lebih dari 5 menit kecuali

pada kondisi khusus dan memerlukan penjelasan yang lengkap dan rinci

- Pelaporan untuk timbang terima dituliskan secara langsung pada buku

laporan ruangan oleh perawat primer

3) Hal-hal yang perlu Diperhatikan

65

Page 71: MANAJEMEN KEPERAWATAN

- Dilaksanakan tepat waktu pada saat pergantian dinas yang disepakati.

- Dipimpin oleh penanggung jawab klien / perawat primer.

- Diikuti oleh semua perawat yang telah dan akan dinas.

- Adanya unsur bimbingan dan pengarahan dari penanggung jawab.

- Informasi yang disampaikan harus akurat, singkat, sistematik dan

menggambarkan kondisi klien pada saat ini serta kerahasiaan klien.

- Timbang terima harus berorientasi pada masalaha keperawatan yang ada

pada klien, dengan kata lain informasi yang diberikan berawal dari

masalahnya terlebih dahulu (setelah diketahuimelalui pengkajian), baru

kemudian terhadap tindakan yang telah dilakukan dan belum dilakukan serta

perkembangan setelah dilakukan tindakan.

- Timbang terima dilakukan didekat klien, menggunakan volume suara yang

pelan dan tegas (tidak berbisik) agar klien disebelahnya tidak mendengarkan

apa yang dibicarakan untuk menjaga privacy klien, terutama mengenai hal-

hal yang perlu dirahasiakan sebaiknya tidak dibicarakan secara langsung di

dekat klien.

- Bila ada informasi yang mungkin membuat klien terkejut sebaiknya jangan

dibicarakan didekat klien tetapi diruang perawat.

4) Pengorganisasian

Penanggung-jawab : Anes Fikri Haekal, S.Kep

Waktu : Selama masa role play

4. Ronde Keperawatan

a. Definisi

Suatu kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah keperawatan klien

yang dilaksanakan oleh perawat, disamping klien dilibatkan untuk membahas dan

melaksanakan asuhan keperawatan akan tetapi pada kasus tertentu harus

dilakukan oleh perawat primer atau konselor, kepala ruangan, perawat associate

yang perlu juga melibatkan seluruh anggota tim.

b. Karakteristik 

1) Klien dilibatkan secara langsung

2) Klien merupakan fokus kegiatan

65

Page 72: MANAJEMEN KEPERAWATAN

3) Perawat aosiaet, perawat primer dan konsuler melakukan diskusi bersama

4) Kosuler memfasilitasi kreatifitas

5) Konsuler membantu mengembangkan kemampuan perawat asosiet, perawat 

primer dalam meningkatkan

6) Kemampuan dalam mengatasi masalah.

c. Tujuan

1) Tujuan Umum

Menyelesaikan masalah klien yang belum teratasi.

2) Tujuan Khusus

- Menumbuhkan cara berpikir secara kritis dan sistematis

- Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang berasal dari

masalah klien.

- Meningkatkan validitas data klien.

- Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosa keperawatan

- Menilai kemampuan justifikasi.

- Meningkatkan kemampuan dalam menilai hasil kerja.

- Meningkatkan kemampuan untuk memodifikasi rencana asuhan

keperawatan.

d. Manfaat

- Masalah klien dapat teratasi

- Kebutuhan klien dapat terpenuhi

- Terciptanya komunitas keperawatan yang profesional

- Terjalinnya kerjasama antar tim kesehatan

- Perawat dapat melaksanakan model asuhan keperawatan dengan tepat dan

benar

e. Kriteria Klien

- Mempunyai masalah keperawatan yang belum teratasi meskipun sudah

dilakukan tindakan keperawatan

- Klien dengan kasus baru atau langka

f. Metode

- Diskusi

- Demonstrasi

65

Page 73: MANAJEMEN KEPERAWATAN

g. Alat bantu

- Sarana diskusi: buku, polpen

- Status/ Dokomentasi keperawatan klien

- Materi yang disampaikan secara lisan

h. Target

Ronde Keperawatan dapat berjalan sesuai dengan alur dan syarat

dilaksanakannya ronde serta dapat terlaksana berkala.

i. Langkah-langkah Ronde Keperawatan

Langkah-langkah yang diperlukan dalam ronde keperawatan adalah sebagai

berikut :

1) Praronde

Menentukan kasus dan topik (masalah yang tidak teratasi dan masalah yang

langka

Menentukan tim ronde

Mencari sumber atau literatur

Membuat proposal

Mempersiapkan klien imformed consent dan pengkajian

Diskusi tentang diagnosis keperawatan, data yang mendukung, asuhan

keperawatan yang dilakukan dan hambatan selama perawatan

2) Pelaksanaan Ronde

Penjelasan tentang klien oleh Perawat primer dalam hal ini penjelasan

difokuskan Pada masalah keperawatan dan rencana tindakan yang akan atau

telah dilaksanakan dan memilih prioritas yang perlu didiskusikan

Diskusi antar anggota tim tentang kasus tersebut

Pemberian justifikasi oleh perawat primer atau konselor atau kepala ruangan

tentang masalah klien serta rencana tindakan yang akan dilakukan

3). Pasca Ronde

Evaluasi, revisi dan perbaikan

Kesimpulan dan rekomendasi penegakkan diagnosis; intervensi

keperawatan selanjutnya

j. Peran Masing-Masing Anggota Tim

1) Peran perawat primer dan perawat pelaksana.

65

Page 74: MANAJEMEN KEPERAWATAN

Menjelaskan data klien yang mendukung masalah klien.

Menjelaskan diagnosa keperawatan.

Menjelaskan intervensi yang akan dilakukan.

Menjelaskan hasil yang didapat.

Menjelaskan alasan ilmiah tindakan yang akan diambil.

Menggali masalah-masalah klien yang belum terkaji

2) Peran perawat Konselor

Memberikan justifikasi

Memberikan reinforcement.

Menilai kebenaran dari suatu masalah, intervensi keperawatan serta

tindakan yang rasional.

Mengarahkan dan koreksi.

Mengintegrasi teori dan konsep yang telah dipelajari.

k. Kriteria Evaluasi

1) Strategi

Menentukan Penanggung jawab Ronde Keperawatan.

Menentukan kasus yang akan dirondekan.

Membuat informconsent kepada klien dan keluarga.

2) Proses

Melaksanakan ronde Keperawatan bersama-sama Kepala Ruangan dan staf

Keperawatan

Penjelasan tentang klien oleh Perawat Primer, dalam hal ini penjelasan

difokuskan pada masalah Keperawatan dan intervensi yang telah

dilaksanakan, tetapi belum mampu mengatasi masalah klien.

Diskusi antar anggota tim tentang kasus tersebut.

Pemberian masukan solusi tindakan yang lain yang mampu mengatasi

masalah klien tersebut.

3) Hasil

a) Klien merasa puas dengan hasil pelayanan

b) Masalah klien dapat teratasi

c) Perawat dapat:

Menumbuhkan cara berpikir secara kritis dan sistematis

65

Page 75: MANAJEMEN KEPERAWATAN

Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang berasal dari

masalah klien.

Meningkatkan validitas data klien.

Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosa keperawatan

Menilai kemampuan justifikasi.

Meningkatkan kemampuan dalam menilai hasil kerja.

Meningkatkan kemampuan untuk memodifikasi rencana asuhan

keperawatan.

Dapat dirumuskan tindakan Keperawatan untuk menyelesaikan masalah

klien tersebut.

Hasil diskusi yang disampaikan dapat ditindak lanjuti dan dilaksanakan.

l. Masalah Yang ditemukan di ruang

Perawat diruangan mengatakan tidak pernah melaksanakan ronde

keperawatan selama ini di ruang anak Tulip IIA hanya ronde keperawatan pada

klien yang memiliki kondisi dengan kebutuhan khusus.

Pengorganisasian

Penanggung-jawab :Elfanizar Yusandi, S.Kep

Waktu : Selama masa role play

5. Sentralisasi Obat

a Pendahuluan

Tuntutan masyarakat terhadap kualitas pelayanan keperawatan yang prima

dirasakan sebagai suatu fenomena yang harus segera direspon oleh perawat.

Respon yang ada harus bersifat kondusif dengan mempelajari langkah-langkah

konkrit dalam pelaksanaannya (Nursalam, 2002). Salah satunya adalah dalam

pengelolaan obat klien. Teknik pengelolaan obat secara sentralisasi merupakan

pengelolaan obat dimana seluruh obat yang akan diberikan pada klien diserahkan

sepenuhnya kepada perawat. Pengeluaran dan pembagian obat juga sepenuhnya

dilakukan oleh perawat.

Sentralisasi obat diharapkan dapat diberikannya terapi farmakologi

(pengobatan) secara tepat klien, tepat waktu, tepat dosis, tepat cara pemberian

sehingga akan memperpendek waktu rawat inap. Sentralisasi obat di ruang anak

65

Page 76: MANAJEMEN KEPERAWATAN

tulip IIA dilaksanakan pada obat injeksi  yang disimpan oleh petugas ditempat

khusus di ruang perawat dan diberikan menurut jadwal pemberian, sedangkan

obat oral diberikan kepada klien/keluarganya dan perawat hanya memberitahukan

cara pemberiaannya. Resep dari dokter diberikan ke keluarga klien untuk

dibelikan di apotek, setelah mendapatkan obatnya diserahkan ke perawat. Karena

hal tersebut diatas, kelompok A berencana akan mensosialisasikan dan

melaksanakan sentralisasi obat yang mencakup obat injeksi maupun oral karena

pengelolaan sentralisasi yang optimal merupakan salah satu usaha untuk

meningkatkan mutu pelayanan keperawatan.

Penggunaan obat yang tidak tepat dapat menimbulkan berbagai kerugian pada

klien. Resistensi tubuh terhadap obat dan resiko resistensi kuman penyakit dapat

terjadi jika konsumsi obat oleh penderita tidak terkontrol dengan baik. Kerugian

lain yang bisa terjadi adalah terjadinya kerusakan organ tubuh atau timbulnya efek

samping obat yang tidak diharapkan. Selain itu penggunaan obat yang tidak tepat

dapat menimbulkan kerugian klien secara ekonomi. Oleh karena itu diperlukan

suatu cara yang sistematis sehingga penggunaan obat benar-benar dapat dikontrol

oleh perawat dan klien/keluarga serta resiko kerugian baik secara material

maupun non material dapat dihindari, pada akhirnya kepercayaan klien terhadap

perawat juga semakin meningkat. Berdasarkan hal tersebut, untuk lebih

mengoptimalkan pelaksanaan keperawatan di ruang anak Tulip IIA, kami akan

melaksanakan sentralisasi obat di ruangan tersebut.

b Tujuan

1) Tujuan umum

Mengaplikasikan peran perawat primer dalam pengelolaan sentralisasi obat dan

mendokumentasikan hasil pengelolaan sentralisasi obat.

2) Tujuan khusus

- Mampu meningkatkan pemahaman perawat ruang Tulip IIA dan mahasiswa

dalam menerapkan pemberian obat secara tepat dan benar sesuai dengan 

prinsip 6 T dan 1 W ( tepat klien, tepat obat, tepat dosis, tepat waktu, tepat

cara pemberian, tepat dokumentasi dan waspada efek samping obat) serta

mendokumentasikan hasil pengelolaan.

65

Page 77: MANAJEMEN KEPERAWATAN

- Mampu meningkatkan pengetahuan, pemahaman dan keterampilan perawat

ruang Tulip IIA dan mahasiswa dalam mengelola sentralisasi obat

- Mampu meningkatkan kepatuhan klien di ruang Tulip IIA dalam

penggunaan obat sesuai dengan program terapi.

- Mampu meningkatkan kepuasan klien dan keluarga atas asuhan

keperawatan yang diberikan.

- Meningkatkan kepercayaan klien dan keluarga terhadap perawat dalam

pengelolaan sentralisasi obat.

c Manfaat

1) Bagi klien

- Tercapainya kepuasan klien yang optimal terhadap pelayanan keperawatan

- Klien dapat terhindar dari resiko resistensi tubuh terhadap obat

2) Bagi perawat

- Tercapainya kepuasan kerja yang optimal

- Dapat mengontrol secara langsung obat-obatan yang dikonsumsi klien

- Meningkatkan kepercayaan klien dan keluarga kepada perawat.

3) Bagi institusi

- Tercapainya pengalaman dalam pengelolaan sentralisasi obat

- Terciptanya model asuhan keperawatan professional

d Peran

1) Perawat primer dan perawat associate

- Menjelaskan tujuan dilaksanakannya sentralisasi obat.

- Menjelaskan manfaat dilaksanakannya sentralisasi obat.

- Melakukan tindakan kolaborasi dalam pelaksanaan program terapi.

- Melakukan pencatatan dan kontrol terhadap pemakaian obat selama klien

dirawat.

2) Perawat primer lain dan supervisor

- Memberikan perlindungan terhadap klien terhadap tindakan malpraktek

- Menilai kepatuhan klien terhadap program terapi

- Memotivasi klien untuk mematuhi program terapi

e Pelaksanaan

65

Page 78: MANAJEMEN KEPERAWATAN

Kegiatan sentralisasi obat akan dilaksanakan pada minggu kedua untuk uji

coba dan aplikasi pada minggu ketiga dan keempat selama mahasiswa praktek di

ruang Tulip IIA. Ruangan yang digunakan dalam mengelola sentralisasi obat

adalah ruang nurse station dan ruang perawatan. Metode yang digunakan adalah

pendekatan secara langsung dengan klien dan keluarga dengan komununikasi

terapeutik untuk meyakinkan klien agar bersedia mengikuti pengelolaan

sentralisasi obat dan menggunakan format penelolaan sentralisasi obat

1) Teknik pengelolaan sentralisasi obat

Teknik pengelolaan sentralisasi obat adalah pengelolaan obat dimana seluruh

obat yang diberikan kepada klien baik obat oral maupun obat injeksi diserahkan

sepenuhnya kepada perawat. Penanggung jawab pengelolaan obat adalah kepala

ruangan yang secara operasional dapat didelegasikan kepada staf yang ditunjuk.

Pengeluaran dan pembagian obat tersebut dilakukan oleh perawat dimana klien

atau keluarga wajib mengetahui dan ikut serta mengontrol penggunaan obat

tersebut.

Penerimaan obat

- Resep obat dari dokter yang diserahkan pada klien/ keluarga diberikan pada

depo farmasi. Obat yang telah diresepkan kemudian disediakan oleh depo

farmasi ruangan dan disimpan.

- Obat yang telah diterima oleh perawat dicatat di format serah terima obat

dan format pemberian obat oral dan injeksi yang meliputi, identitas klien,

no. Reg, diagnosa medis, nama obat, dosis, rute pemberian, tanggal

penerimaan dan jumlah obat yang diterima dan kemudian diberikan paraf.

Kolom paraf pada format pemberian obat ditanda tangani oleh perawat.

Sementara kolom paraf di format serah terima obat ditandatangani oleh

perawat dan keluarga.

- Kemudian obat yang sudah diterima disimpan di dalam kotak obat dan

dikelola oleh perawat.

Pembagian obat

- Obat-obat yang telah disimpan untuk selanjutnya diberikan oleh perawat

dengan memperhatikan alur yang tercantum dalam format pemberian obat

65

Page 79: MANAJEMEN KEPERAWATAN

oral/ injeksi dengan terlebih dahulu dicocokkan dengan terapi yang

diinstruksi dokter (status rekam medik).

- Sebelum obat diberikan pada klien, perawat harus melakukan cross check

dengan perawat lain untuk meminimalkan kesalahan dalam pemberian obat.

Kemudian perawat menjelaskan macam obat, manfaat, dosis obat, cara

pemberian, kontra-indikasi dan jumlah obat pada klien/ keluarga. Usahakan

tempat obat kembali ke perawat setelah obat dikonsumsi oleh klien dan

observasi adanya efek samping setelah minum obat. Kemudian perawat

yang memberikan obat dan melakukan cross check obat membubuhkan

tanda-tangan pada kolom paraf.

- Sediaan obat yang ada selanjutnya diperiksa setiap shift oleh perawat yang

bertugas berdasarkan format pemberian obat. Obat yang hampir habis akan

diinformasikan kepada keluarga oleh perawat dan kemudian perawat akan

memintakan resep kepada dokter penanggung jawab klien.

- Jenis terapi cairan yang telah terpakai dan injeksi yang telah terpakai di catat

dalam lembar pendokumentasian

Penambahan obat baru

- Bilamana terdapat penambahan atau perubahan jenis, dosis atau jadwal

pemberian obat, maka informasi ini akan dimasukkan dalam format

pemberian obat oral/ injeksi dan diinformasikan pada keluarga.

- Pada pemberian obat yang bersifat tidak rutin (sewaktu saja), maka

dokumentasi dilakukan pada format pemberian obat oral / injeksi.

Obat khusus

- Obat disebut khusus apabila sediaan yang memiliki harga yang cukup

mahal, memiliki jadwal pemberian yang cukup sulit, memiliki efek samping

yang cukup besar atau hanya diberikan dalam waktu tertentu atau sewaktu

saja.

- Pemberian obat khusus dilakukan dengan menggunakan format pemberian

obat oral/ injeksi khusus untuk obat tersebut dan dilakukan oleh perawat

primer.

- Informasi yang diberikan kepada klien/keluarga meliputi nama obat,

kegunaan obat, waktu pemberian, efek samping, penanggung jawab

65

Page 80: MANAJEMEN KEPERAWATAN

DOKTER

KLIEN / KELUARGA

FARMASI / APOTIK

PP / PERAWAT YANG MENERIMA

PENGATURAN DAN PENGELOLAAN OLEH

PERAWAT

KLIEN / KELUARGA

KLIEN / KELUARGA

Pendekatan Perawat

Surat persetujuan sentralisasi obat dari perawatLembar serah terima obatBuku serah terima / masuk obat

pemberian dan tempat obat, sebaiknya diserahkan atau ditunjukkan kepada

keluarga setelah pemberian obat. Usahakan terdapat saksi dari keluarga pada

saat pemberian obat.

Pengembalian obat

Bila klien pulang atau pindah ruangan dan obat masih sisa maka obat

dikembalikan kepada klien/keluarga dengan ditandatangani oleh

klien/keluarga serta tanggal dan waktu penyerahan.

2) Instrumen

a. Surat persetujuan pengelolaan sentralisasi obat

b. Lemari / kotak sentralisasi obat, tempat obat dan baki

c. Buku sentralisasi obat ( buku serah terima obat )

d. Format pemberian obat oral dan injeksi.

Gambar 3.1. Diagram alur pelaksanaan sentralisasi obat (Nursalam, 2002)

Pengorganisasian

65

Page 81: MANAJEMEN KEPERAWATAN

Penanggung-jawab : Risa Fariyana, S.Kep

Waktu : Selama masa role play

6. Dokumentasi Keperawatan

a. Latar Belakang

Dokumentasi merupakan catatan otentik dalam penerapan manajemen asuhan

keperawatan professional. Perawat professional diharapkan dapat menghadapi

tuntutan tanggung jawab dan tanggung gugat terhadap segala tindakan yang

dilaksanakan. Kesadaran masyarakat terhadap hukum semakin meningkat

sehingga dokumentasi yang lengkap dan jelas sangat dibutuhkan.

Komponen penting dalam pendokumentasian adalah komunikasi, proses

keperawatan dan standar asuhan keperawatan. Efektivitas dan efisiensi sangat

bermanfaaat dalam mengumpulkan informasi yang relevan serta akan

meningatkan kualitas dokumentasi keperawatan.

Salah satu bentuk kegiatan keperawatan adalah dokumentasi keperawatan

professional yang akan tercapai dengan baik apabila sistem pendokumentasian

dapat dilakukan dengan benar. Kegiatan pendokumentasian meliputi keterampilan

berkomunikasi dan keterampilan mendokumentasikan proses keperawatan sesuai

dengan standar asuhan keperawatan.

Konsep solusi terhadap masalah diatas adalah perlu disusunnya standar

dokumentasi keperawatan agar dapat digunakan sebagai pedoman bagi perawat

dengan harapan asuhan keperawatan yang dihasilkan mempunyai efektivitas dan

efisiensi.

b. Tujuan

1) Tujuan umum

Menerapkan sistem dokumentasi keperawatan berkesinambungan di Ruang Anak

Tulip IIA Rumah Sakit Umum Daerah Ulin, Banjarmasin.

2) Tujuan khusus

- Mendokumentasikan pengkajian keperawatan dengan tepat dan benar

65

Page 82: MANAJEMEN KEPERAWATAN

- Mendokumentasikan diagnosis keperawatan dengan tepat dan benar

- Mendokumentasikan perencanaan keperawatan dengan tepat dan benar

- Mendokumentasikan pelaksanaan keperawatan dengan tepat dan benar

- Mendokumentasikan evaluasi keperawatan dengan tepat dan benar

- Mendokumentasikan pengelolaan logistic dan obat

- Mendokumentasikan HE (health education) melalui kegiatan perencanaan

pulang

- Mendokumentasikan timbang terima (pergantian shift / jaga)

- Mendokumentasikan kegiatan supervisi

- Mendokumentasikan kegiatan penyelesaian kasus melalui ronde

keperawatan.

c. Manfaat

- Sebagai alat komunikasi antar perawat dan dengan tenaga kesehatan lain.

- Sebagai dokumentasi legal dan mempunyai nilai hukum.

- Meningkatkan mutu pelayanan keperawatan.

- Sebagai referensi pembelajaran dalam peningkatan ilmu keperawatan.

- Mempunyai nilai riset penelitian dan pengembangan keperawatan.

d. Pelaksanaan

Kegiatan dokumentasi dilaksanakan pada minggu ke II-IV, secara garis besar

model pendokumentasian PIE meliputi :

1. Pengkajian Keperawatan

a. Pengumpulan data, kriteria :

Legal

Lengkap

Akurat

Relevan

Baru

b. Pengelompokan data, kriteria :

Data biologis, meliputi hasil dari (1) observasi tanda-tanda vital dan

pemeriksaan fisik melalui Inspeksi, Perkusi, Palpasi, Auskultasi; (2)

pemeriksaan diagnostik/penunjang meliputi laboratorium dan radiologi.

Data psikologis, sosial dan spiritual melalui wawancara dan observasi.

65

Page 83: MANAJEMEN KEPERAWATAN

Format pengkajian data awal menggunakan model ROS (review of system)

yang meliputi data demografi klien, riwayat keperawatan, observasi, dan

pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan penunjang/diagnostik.

2. Diagnosis Keperawatan

Kriteria :

a. Status kesehatan dibandingkan dengan norma untuk menentukan

kesenjangan.

b. Diagnosis keperawatan dihubungkan dengan penyebab kesenjangan dan

pemenuhan klien.

c. Diagnosis keperawatan dibuat sesuai dengan wewenang perawat.

d. Komponen diagnosis keperawatan terdiri atas P-E-S.

3. Perencanaan

Komponen perencanaan keperawatan terdiri atas :

a. Prioritas masalah

Kriteria :

1) Masalah yang mengancam kehidupan merupakan prioritas utama.

2) Masalah yang mengancam kesehatan seseorang merupakan prioritas kedua.

3) Masalah yang mempengaruhi perilaku merupakan prioritas ketiga.

b. Tujuan asuhan keperawatan, memenuhi syarat SMART. Kriteria NOC

(Nursing Outcomes Criteria) disesuaikan standar pencapaian :

1) Tujuan dirumuskan secara singkat

2) Disusun berdasarkan diagnosis keperawatan

3) Spesifik pada diagnosis keperawatan

4) Dapat diukur

5) Dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah

6) Adanya target waktu pencapaian

c. Rencana tindakan didasarkan pada NIC (Nursing Intervention

Classification). Jenis rencana tindakan keperawatan mengandung 3 komponen,

meliputi DET tindakan keperawatan :

1) Diagnosis / observasi

65

Page 84: MANAJEMEN KEPERAWATAN

2) Pendidikan ksehatan (health education)

3) Tindakan independen, dependen, interdependen.

Kriteria :

1) Berdasarkan tujuan asuhan keperawatan.

2) Merupakan alternatif tindakan secara tepat.

3) Melibatkan klien dan keluarga.

4) Mempertimbangkan latar belakang social budaya klien dan keluarga.

5) Mempertimbangkan kebijakasanaan dan peraturan yang berlaku.

6) Menjamin rasa aman dan nyaman bagi klien.

7) Disusun dengan mempertimbangkan lingkungan, sumberdaya, dan fasilitas

yang ada.

8) Harus berupa kalimat instruksi, ringkas, tegas, dan penulisan menggunakan

bahasa yang mudah dimengerti.

9) Menggunakan formulir yang baku.

4. Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan rencana tindakan yang

ditentukan dengan maksud agar kebutuhan klien terpenuhi secara optimal yang

mencakup aspek peningkatan, pemeliharaan, dan pemulihan kesehatan dengan

mengikutsertakan klien dan keluarga.

Implementasi keperawatan berorientasi pada 15 komponen dasar

keperawatan yang dikembangkan dengan prosedur teknis perawatan.

Kriteria :

a. Dilaksanakan sesuai dengan rencana keperawatan.

b. Mengamati keadaan bio-psiko-sosial-spiritual klien.

c. Menjelaskan setiap tindakan keperawatan kepada klien dan keluarga.

d. Sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

e. Menggunakan sumber daya yang ada.

f. Menunjukkan sikap sabar dan ramah dalam berinteraksi dengan klien dan

keluarga.

g. Mencuci tangan sebelum dan sesudah melaksanakan tindakan keperawatan.

h. Menerapkan prinsip-prinsip aseptik dan antiseptik.

65

Page 85: MANAJEMEN KEPERAWATAN

i. Menerapkan etika keperawatan.

j. Menerapkan prinsif aman, nyaman, ekonomis, privasi dan mengutamakan

keselamatan klien.

k. Mencatat semua tindakan yang telah dilaksanakan.

l. Merapikan klien dan alat setiap selesai melakukan tindakan.

m. Melaksanakan tindakan keperawatan pada prosedur teknis yang telah

ditentukan.

Prosedur keperawatan umum maupun khusus dilaksanakan sesuai dengan

prosedur tetap yang telah disusun.

5. Evaluasi

Dilakukan secara periodic, sistematis, dan berencana untuk menilai

perkembangan klien setelah tindakan keperawatan.

Kriteria :

a. Setiap tindakan keperawatan dilakukan evaluasi.

b. Evaluasi hasil menggunakan indicator perubahan fisiologis dan tingkah laku

klien.

c. Hasil evaluasi segera dicatat dan dikomunikasikan untuk diambil tindakan

selanjutnya.

d. Evaluasi melibatkan klien dan tim kesehatan lain.

e. Evaluasi dilakukan dengan standar (tujuan yang ingin dicapai dan standar

praktik keperawatan)

Komponen evaluasi, meliputi aspek :

a. Kognitif (pengetahuan klien tentang penyakit dan tindakan)

b. Afektif (sikap klien terhadap tindakan yang dilakukan)

c. Psikomotor (Tindakan / prilaku klien dalam upaya penyembuhan)

d. Perubahan biologis (tanda vital, system, dan imunologis)

Keputusan dalam evaluasi setelah dilakukannya tindakan meliputi :

a. Masalah teratasi

b. Masalah tidak teratasi, harus dilakukan pengkajian dan perencanaan

tindakan ulang

c. Masalah teratasi sebagian, perlu modifikasi dari rencana tindakan

d. Timbul masalah baru, lakukan Reassesment.

65

Page 86: MANAJEMEN KEPERAWATAN

Pengorganisasian

Penanggung-jawab : Annisa Febriana, S.Kep

Waktu : Selama masa role play

7. Discharge Planning

a. Latar Belakang

Discharge Planning adalah suatu proses dimana mulainya klien mendapatkan

pelayanan kesehatan yang diikuti dengan kesinambungan perawatan baik dalam

proses penyembuhan maupun dalam mempertahankan derajat kesehatannya

sampai klien merasa siap untuk kembali ke lingkungannya. Discharge Planning

menunjukkan beberapa proses formal yang melibatkan team atau memiliki

tanggung jawab untuk mengatur perpindahan sekelompok orang ke kelompok

lainnya (RCP,2001). Perawat adalah salah satu anggota team Discharge Planner,

dan sebagai discharge planner perawat mengkaji setiap klien dengan

mengumpulkan dan menggunakan data yang berhubungan untuk mengidentifikasi

masalah actual dan potensial, menentukan tujuan dengan atau bersama klien dan

keluarga, memberikan tindakan khusus untuk mengajarkan dan mengkaji secara

individu dalam mempertahankan atau memulihkan kembali kondisi klien secara

optimal dan mengevaluasi kesinambungan.

Discharge Planning dimulai sejak klien masuk RS hingga klien keluar RS,

yang bertujuan untuk meningkatkan kemandirian klien dalam melakukan

perawatan di rumah serta dapat meningkatkan pengetahuan, sikap dan

keterampilan dalam mmeperbaiki dan mempertahankan status kesehatan.

Discharge planning merupakan suatu proses terintegrasi yang terdiri dari fase-

fase yang ditujukan untuk memberikan asuhan keperawatan yang

berkesinambungan. Perencanaan klien pulang bertujuan untuk memandirikan

klien saat di rumah. Dalam pelaksanaan dan pendokumentasian perencanaan

pulang diperlukan komunikasi yang efektif dan tepat antara klien dan perawat

sehingga diharapkan tujuan dari Discharge Planning dapat tercapai.

Discharge Planning selama ini sudah dilakukan tetapi belum

didokumentasikan sedangkan yang diberikan kepada klien atau keluarga berupa

65

Page 87: MANAJEMEN KEPERAWATAN

surat kontrol pengobatan lanjutan dari medis. Rumah sakit belum menyediakan

format discharge planning dan ini menjadi kendala untuk terlaksananya

pelaksanaan discharge planning.

b. Tujuan

Tujuan umum : untuk memberikan asuhan keperawatan yang

berkesinambungan.

Tujuan Khusus :

1). Menyiapkan klien secara fisik, psikologis dan sosial.

2). Menyiapkan kemandirian klien.

3). Membantu rujukan klien pada sistem pelayanan yang lain.

4). Membantu klien dan keluarga agar memiliki pengetahuan, keterampilan dan

sikap dalam mempertahankan status kesehatan klien.

c. Manfaat

1. Bagi perawat atau mahasiswa

Dapat melakukan asuhan keperawatan yang terintegrasi

Melatih komunikasi efektif antara perawat dan klien

Perawat dapat melaksanakan perannya misalnya sebagai edukator,

fasilitator.

2. Bagi institusi

Meningkatkan mutu pelayanan

Memperbaiki dan mempertahankan status kesehatan masyarakat

3. Bagi klien

Meningkatkan kemandirian klien dalam melakukan perawatan di rumah

Meningkatkan pengetahuan, sikap, serta keterampilan dalam memperbaiki

dan mempertahankan status kesehatan.

d. Metode

Metode yang digunakan yaitu :

1. Diskusi

2. Tanya Jawab

3. Feed Back

65

Page 88: MANAJEMEN KEPERAWATAN

e. Media

Media yang digunakan yaitu :

1) Status klien

2) Sarana dan prasarana

3) Alat tulis

4) Kartu Discharge Planning

f. Pelaksanaan Kegiatan

Tabel 3.2 Tahap Pelaksanaan Discharge Planning

Tahap Kegiatan Waktu Tempat Pelaksana

Persiapan PP 1 sudah siap dengan status klien dan

format discharge planning

Menyebutkan masalah klien

Menyebutkan hal-hal yang perlu

diajarkan pada klien dan keluarga.

Kepala ruangan memeriksa

kelengkapan administrasi

10

menit

Ners

Station

PP 1

KaRu

Pelaksanaan PP 1 menyampaikan pendidikan

kesehatan, melakukan demonstrasi dan

rekomendasi :

Diet

Aktivitas dan istirahat

Minum obat teratur

Perawatan diri.

PP 1 menanyakan kembali pada klien

tentang materi yang telah disampaikan

PP 1 mengucapkan terima kasih

Pendokumentasian.

30

menit

Bed Klien PP 1

g. Evaluasi

1. Struktur

a. Persiapan dilakukan pada saat klien masuk Ruang Anak Tulip IIA.

b. Koordinasi dengan pembimbing klinik dan akademik

65

Page 89: MANAJEMEN KEPERAWATAN

c. Penyusunan proposal

d. Menetapkan kasus.

2. Proses

a. Kelancaran kegiatan

b. Peran serta perawat yang bertugas

3. Hasil

Informasi yang disampaikan dapat diterima oleh klien dan keluar.

Pengorganisasian

Penanggung-jawab : Devi Indah Permata, S.Kep

Waktu : Selama masa role play

65

Page 90: MANAJEMEN KEPERAWATAN

65

Menyambut kedatangan klien Orientasi ruangan, jenis klien, peraturan

& denah ruangan. Memperkenalkan klien pada teman

sekamar, perawat, dokter & tenaga kesehatan yang lain.

Melakukan pengkajian keperawatan

Pemeriksaan klinis & pemeriksaan penunjang yang lain.

Melakukan Asuhan Keperawatan Penyuluhan kesehatan : penyakit,

perawatan, pengobatan, diet, aktivitas.

Perencanaan pulang

Klien MRS

KlienSelama di RS

Program HE : Pengobatan / kontrol Kebutuhan nutrisi Aktivitas dan Istirahat

*

Monitoring oleh petugas kesehatan dan keluarga

Klien KRS

Penyelesaian

administras

Perawat Dokter Tim kesehatan

Lain-lain : Suratkontrol Resep Sisa obat

Ask Jamkesmas/Jamkesda

Umum

Jamkesmas Centre

Askes

Jamsostek/ Pihak III

Page 91: MANAJEMEN KEPERAWATAN

Gambar 3.2 Alur Discharge Planning

8. Penerimaan Klien Baru

a. Pengerti

Penerimaan klien baru merupakan salah satu bentuk pelayanan kesehatan

koprehensif melibatkan klien dan keluarga, dimana sangat mempengaruhi mutu,

kualitas pelayanan. Pemenuhan tingkat kepuasan klien dapat dimuali dengan

adanya suatu upaya perencanaan tentang kebutuhan asuhan keperawatan sejak

masuk sampai klien pulang. Penerimaan klien baru yang belum dilakukan sesuai

standar maka besar kemungkinan akan menurunkan mutu suatu kualitas

pelayanan yang pada akhirnya dapat menurunkan tingkat kepercayaan klien

terhadap pelayanan suatu rumah sakit.

b. Tujuan

Tujuan umum : setelah dilakukan penerimaan klien baru diharapkan klien

baru di Ruang Tulip IIA mampu melakukan adapasi ruangan dengan lebih baik,

sehingga tingkat kecemasan klien dapat berkurang.

Tujuan Khusus

1) Menerima dan menyambut kedatangan klien dengan hangat dan terapeutik.

2) Menjelaskan tentang oreientasi ruangan.

3) Menjelaskan tentang perawatan (termasuk sentralisasi obat)

4) Menjelaskan tentang medis (dokter yang enangani dan jadwal kunjungan)

5) Menjelaskan tentang tata tertib ruangan.

6) Melakukan/melengkapi pengkajian klien baru.

c. Pengorganisasian

Pelaksanaan penerimaan klien baru:

Tanggal : Juli - Juli 2015

Pelaksana : Karu/Katim/PA

Tempat : Ruang tulip IIA

Sasaran : Klien Baru masuk

65

Kasir

Page 92: MANAJEMEN KEPERAWATAN

Materi :

1. Perkenalan diri perawat yang menerima

2. Perkenalan perawat yang bertanggung jawab

3. Penjelasan tentang penyakit klien

4. Perkenalan dengan dokter yang merawat dan tenaga non perawat

5. Memperkenalkan klien dengan klien sekamar

6. mengorientasikan klien/keluarga dengan ruangan

7. Menjelaskan klien cara mencegah penularan penyakit

d. Metode:

1. Penjelasan

2. Diskusi

3. Tanya jawab

e. Media :

1. Lembar klien masuk

2. lembar dokumentasi pengkajian asuhan keperawatan

3. Nursing kit

4. Lembar informed Consent Setralisasi Obat

5. Lembar tingkat kepuasan klien

Pengorganisasian

Penanggung-jawab : Resvia Arwinda, S.Kep

Waktu : Selama masa role play

65

Page 93: MANAJEMEN KEPERAWATAN

f. Pelaksanaan Penerimaan Klien Baru

Tabel 3.3 Tahap pelaksanaan penerimaan klien baru

1. Persiapan 1) KARU memberitahu Katim bahwa akan ada klien baru2) Katim menyiapkan hal-hal yang diperlukan dalam

penerimaan klien baru, diantaranya : Lembar klien masuk RS, Lembar format pengkajian klien baru, Nursing Kit, Lembar informed Consent Setralisasi Obat, Lembar tingkat kepuasan klien,

3) Katim meminta bantuan PP mempersiapkan tempat tidur klien baru

4) KARU menanyakan kembali pada Katim tentang kelengkapan untuk menerima klien baru.

5) PP mnyebutkan hal-hal yang telah dipersiapkan.

2. Pelaksanaan

1) KARU dan Katim menyambut klien dan keluarga dengan memberi salam serta memperkenalkan diri dan katim pada klien/keluarga

2) Katim mengorientasikan tempat dan fasilitas yang ada di ruang Seruni, kemudian Katim mengisi lembar klien masuk serta menjelaskan mengenai beberapa hal yang tercantum dalam lembar penerimaan klien baru.

3) Di tempat tidur klien, Katim melakukan anamnesa dengan dibantu oleh PP

4) Ditanyakan kembali pada klien dan keluarga mengenai hal-hal yang belum dimengerti.

5) Katim, klien dan keluarga menandatangani lembar penerimaan klien baru

6) Perawat menyerahkan kepada klien lembar kuesioner tingkat kepuasan klien.

7) Katim dan PP kembali ke Nurse station.

3. Penutup 1) KARU memberikan reward pada Katim dan PP2) KATIM merencanakan Intervensi keperawatan

65

Page 94: MANAJEMEN KEPERAWATAN

Alur Penerimaan Klien Baru

Gambar 3.3 Alur penerimaan klien baru

65

Pr Kepala ruangan memberitahu Katim akan ada klien

Katim menyiapkan:1. Lembar klien masuk RS2. Lembar format pengkajian klien baru3. Nursing Kit4. Lembar informed Consent Setralisasi Obat5. Lembar tingkat kepuasan klien6. Kartu penunggu klien

Karu, Katim, dan PP menyambut klien baru

Katim menjelaskan segala sesuatu yang tercantum dalam lembar penerimaan klien baru

Pelaksana

Anamnesa klien baru oleh Katim

Terminasi

PascaEvaluasi

Page 95: MANAJEMEN KEPERAWATAN

BAB IV

PELAKSANAAN

A. Sumber Daya Manusia (M1)

Pengorganisasian kegiatan praktik mahasiswa Program Profesi Ners PSIK FK

UNLAM Kelompok A Stase Manajemen Keperawatan dilakukan pada tanggal 6 Juli

2015, meliputi pembuatan jadwal rencana kegiatan dan peran harian sebagai Kepala

Ruangan, Supervisor, Ketua Tim, dan Perawat Pelaksanaan, penentuan kamar

kelolaan di Ruang Tulip II A (Ruang Anak), persiapan berkas dan peralatan yang

akan digunakan di Nurse Station. Pembuatan nama bed, pembuatan jadwal dinas,

pembuatan peraturan jadwal dinas, pengorganisasian letak nurse station.

Pelaksanaan Role play penerapan SP2KP oleh mahasiswa di Ruang Tulip II A

dilaksanakan selama 20 hari yaitu pada tanggal 06 Juli – 01 Agustus 2015 dengan

pembagian tugas sesuai lampiran. Mahasiswa kelompok A terdiri dari 8 orang

sehingga pembagian peran tiap hari yaitu Kepala Ruangan, Supervisor, Ketua Tim

serta Perawat Pelaksana (Pagi, Siang, dan Malam) dan perawat yang libur setiap hari

2 orang.

Mahasiswa mendapatkan kesempatan untuk mengelola 4 blok (blok

observasi,infeksius & nefrologi,respirologi & gastrologi, gizi &

kardiologi) .Walaupun mahasiswa manajemen berjumlah 8 orang masih mampu

mengelola 4 blok dengan jumlah bed 24 dengan sistem pembagian dinas yang sudah

diterapkan kelompok. Jam pelayanan untuk dinas pagi 6 jam, dinas siang 7 jam, dan

dinas malam 11 jam pada dinas malam. Rata-rata jam pelayanan keperawatan

mahasiswa yaitu 43 jam/minggu.

99

Page 96: MANAJEMEN KEPERAWATAN

B. Sarana dan Prasarana (M2)

Pada pelaksanaan Role play di Ruangan Tulip II A selama 3 minggu mahasiswa

stase manajemen melakukan koordinasi dengan beberapa bidang terkait yaitu :

1. Pada tanggal 6 Juli 2015 berkoordinasi dengan kepala ruangan mengenai

proposal rencana pengadaan ruang terapi bermain, membenahi ruangan untuk

ruang terapi bermain, merapikan sarana dan prasarana di ruangan anak Tulip IIA

(pembersihan WC/wastafel oleh pihak terkait, pengelompokkan arsip, blanko dan

formulir klien, pengelompokkan obat-obatan, papan nama bed klien, pengadaan

banner pengelompokan tugas per klien, mengevaluasi jumlah linen diruang anak

tulip IIA, menjalankan penggantian seprei tiap pagi)

2. Pada tanggal 7 juli 2015 melakukan koordinasi dengan pihak terkait dalam

pembenahan ruangan untuk terapi bermain (memindah bed ke gudang, mengecat

dinding)

3. Pada tanggal 11 Juli 2015 melakukan pengelompokkan arsip, blanko, dan

fomulir untuk klien.

4. Pada tanggal 14 Juli 2015 melakukan koordinasi dengan Cleaning Service dalam

membersihkan WC dan wastafel

5. Pada tanggal 23 juli 2015 melakukaan koordinasi dengan Kepala Ruangan –

supervisor ruang Anak Tulip IIA dalam pembuatan banner pembagian tugas dan

klien yang dapat digunakan untuk morning report.

6. Pada tanggal 28 Juli 2015 berkoordinasi dengan pihak laundry dan looper

diruang anak Tulip IIA untuk mengevaluasi jumlah linen yang ada diruangan.

7. Pada tanggal 29 Juli 2015 melakukan pemasangan papan nama bed klien

berkoordinasi dengan mahasiswa dari institusi lain dan menjalankan pergantian

sprei setiap pagi hari.

99

Page 97: MANAJEMEN KEPERAWATAN

C. Metode (M3)

1. Penerapan SP2KP

Kegiatan penerapan SP2KP dimulai dengan mengobservasi penerapan SP2KP

yang ada di ruang Tulip II A (Ruang Anak). Setelah itu dilanjutkan dengan

mempelajari penerapan SP2KP sesuai dengan teori yang ada. Kemudian

membandingkan penerapan SP2KP di ruangan dengan teori yang ada sehingga dapat

menerapkan SP2KP menurut teori dan juga dapat diterapkan di ruang Tulip II A.

Metode yang diterapkan di ruang Tulip II A adalah SP2KP modifikasi. Dalam

pelaksanaan role play asuhan keperawatan SP2KP mahasiswa yang berpraktik pada

stase manajemen akan berperan sebagai kepala ruangan, supervisor, perawat primer,

dan perawat pelaksana. Setiap harinya, yang bertugas menjadi kepala ruangan,

supervisor, perawat primer, dan perawat pelaksana akan bergiliran secara rutin

sehingga dapat berperan dan bertanggung jawab sesuai perannya. Pembagian tugas

setiap harinya terdiri dari 1 orang kepala ruangan, 1 orang supervisor, 1 perawat

primer, dan 1 orang perawat pelaksana yang berdinas pada 3 shift (pagi, sore dan

malam).

Kegiatan yang dilaksanakan pada role play SP2KP adalah timbang terima,

discharge planning, penerimaan klien baru, supervisi, sentralisasi obat, ronde

keperawatan, dan dokumentasi tindakan keperawatan. Semua kegiatan ini dilakukan

selama 2 minggu ( 06 Juli – 01 Agustus 2015) dalam bentuk role play.

2. Timbang Terima

Sebelum dilakukan role play terlebih dahulu dibuat format timbang terima yang

dimodifikasi dengan catatan perkembangan keperawatan dan kolaborasi medic. Pada

tahap pelaksanaan hasilnya cukup efektif tidak menambah beban kerja perawat. Role

play timbang terima di ruang Tulip II A dipimpin oleh mahasiswa stase manajemen

dari tanggal 30 Juli – 01 Agustus 2015. Supervisi terjadwal untuk timbang terima

dilakukan pada tanggal 30 Agustus 2015 pukul 11.00-12.30 WITA di ruang Tulip II

A dengan menyampaikan kondisi dan keadaan klien, hal-hal yang sudah dilakukan

dalam asuhan keperawatan, diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan klien yang

99

Page 98: MANAJEMEN KEPERAWATAN

belum teratasi dan sudah teratasi, serta hal-hal yang penting yang harus ditindak

lanjuti. Pengorganisasian kegiatan timbang terima sebagai berikut:

Kepala Ruangan : Anes Fikri Haekal, S.Kep

Supervisor : Elfanizar Yusandi, S.Kep

Perawat Primer (pagi) : Resvia Arwinda, S.Kep

Perawat Asosiet (pagi) : Risa Fariyana, S.Kep

Perawat Primer (siang) : Devi Indah Permata, S.Kep

Perawat Asosiet (malam) : Annisa Febriana, S.Kep

Pembimbing Akademik : Ichsan Rizany, S.Kep.,Ns.

3. Discharge Planning

Role play discharge planning dilakukan dari tanggal 7 Juli – 01 Agustus 2015

pada klien yang direncanakan pulang dengan membuat format discharge planning

dan leaflet terlebih dahulu. Dalam proses discharge planning mahasiswa bekerjasama

dengan perawat ruang Tulip II A. Selama discharge planning klien dan keluarga

memperhatikan penjelasan dari perawat dengan sangat baik dan aktif bertanya

khususnya perawatan yang akan dijalani saat di rumah. Pelaksanaan discharge

planning dilakukan oleh ketua tim/perawat primer yang bertugas pada saat itu. Materi

leaflet yang tersedia untuk klien saat dischare planning yakni mengenai

bronkopnuemoni,pneumonia,diare,malnutrisi,PJB (penyakit jantung bawaan), PGK

(penyakit ginjal kronik),DBD (demam berdarah dengue),cacar

air,chikungunnya,kejang demam serta penjelasan perawatan saat di rumah, jadwal

minum obat, diet makanan dan minuman serta kontrol ulang/rawat jalan.

Pengorganisasian kegiatan discharge planning sebagai berikut :

Kepala Ruangan : Anes Fikri Haekal , S.Kep

Supervisor : Elfanizar Yusandi, S.Kep

Perawat Primer (pagi) : Resvia Arwinda, S.Kep

Perawat Asosiet (pagi) : Risa Fariyana, S.Kep

99

Page 99: MANAJEMEN KEPERAWATAN

Perawat Primer (siang) : Devi Indah Permata., S.Kep

Perawat Asosiet (malam) : Annisa Febriana, S.Kep

Pembimbing Akademik : Ichsan Rizany, S.Kep.,Ns

4. Penerimaan Klien Baru

Role play penerimaan klien baru dilakukan dari tanggal 06 Juli – 01 Agustus

2015 . Sebelumnya telah dibuat format penerimaan klien baru yang digabung dengan

lembar serah terima klien serta dimasukkan poin tentang tata tertib ruangan dan

persetujuan sentralisasi obat. Pelaksanaan kegiatan dilakukan oleh ketua tim/perawat

primer pada saat penerimaan klien baru, sebelumnya katim/perawat primer dibantu

perawat associate menyiapkan buku status dan lembar format pengkajian klien,

nursing kit, informed consent sentralisasi obat, lembar tata tertib klien dan

pengunjung. Setelah itu katim/perawat primer melakukan pengecekan kelengkapan

penerimaan klien baru. Katim/perawat primer dan keluarga menandatangani lembar

penerimaan klien baru. Perawat yang bertugas dalam kegiatan penerimaan klien baru

adalah :

Kepala Ruangan : Devi Indah Permata, S.Kep

Supervisor : Elmi, S.Kep

Perawat Primer (pagi) : Annisa Febriana, S.Kep

Perawat Asosiet (pagi) : Resvia Arwinda, S.Kep

Perawat Primer (siang) : Anes Fikri Haekal., S.Kep

Perawat Asosiet (malam) : Rinny Cahyaneng Widhi, S.Kep

Pembimbing Akademik : Ichsan Rizany, S.Kep.,Ns.

5. Sentralisasi Obat

Pelaksanaan kegiatan sentralisasi obat dilakukan selama kegiatan role play stase

manajemen keperawatan dari tanggal 07 – 01 Agustus 2015 di ruang Tulip II A.

Metode yang digunakan adalah dengan menandatangani persetujuan sentralisasi obat.

Pelaksanaan kegiatan sentralisasi obat dilakukan dengan cara menyimpan obat sesuai

penomoran bed klien dan diberikan sesuai order medikasi/dokter. Jika obat klien

99

Page 100: MANAJEMEN KEPERAWATAN

habis perawat melaksanakan pelaporan ke keluarga klien dan selanjutnya melaporkan

ke dokter untuk mengajukan permohonan resep. Sentralisasi obat yang dilakukan

dengan mengelola obat oral, obat injeksi, terapi cairan dan alat tindakan medik.

Pengorganisasian kegiatan sentralisasi obat sebagai berikut:

Kepala Ruangan : Anes Fikri Haekal , S.Kep

Supervisor : Elfanizar Yusandi, S.Kep

Perawat Primer (pagi) : Resvia Arwinda, S.Kep

Perawat Asosiet (pagi) : Risa Fariyana, S.Kep

Perawat Primer (siang) : Devi Indah Permata., S.Kep

Perawat Asosiet (malam) : Annisa Febriana, S.Kep

Pembimbing Akademik : Ichsan Rizany, S.Kep.,Ns

6. Supervisi

Kegiatan supervisi dilaksanakan pada tanggal 30 Agustus 2015. Sebelum

pelaksanaan terlebih dahulu dilakukan kontrak dengan ketua tim/perawat primer dan

perawat associate. kemudian dibuat format pendokumentasian dan penilaian kegiatan

supervisi. Supervisi dilakukan pada An. A (2bln ) di bed 01 ruang Observasi,

Penilaian supervisi dilaksanakan dari tahap persiapan sampai tahap evaluasi

dengan melakukan penilaian terhadap tindakan keperawatan yang dilakukan oleh

perawat. Kemudian penyampaian hasil kegiatan supervisi berupa pemberian

reinforcement yang positif terhadap kinerja perawat dan penyampain rencana tindak

lanjut supervisi. Pengorganisasian kegiatan supervisi sebagai berikut:

Kepala Ruangan : Anes Fikri Haekal, S.Kep

Supervisor : Elfanizar Yusandi, S.Kep

Perawat Primer (pagi) : Resvia Arwinda, S.Kep

Perawat Asosiet (pagi) : Risa Fariyana, S.Kep

Perawat Primer (siang) : Devi Indah Permata, S.Kep

Perawat Asosiet (malam) : Annisa Febriana, S.Kep

Pembimbing Akademik : Ichsan Rizany, S.Kep.,Ns.

99

Page 101: MANAJEMEN KEPERAWATAN

7. Ronde Keperawatan

Pelaksanaan Ronde Keperawatan dilakukan pada tanggal 28 Juli 2015 pada

pukul 11.00 – 12.3-0 WITA pada klien An.N (4 tahun) dengan masalah keperawatan,

nausea, ketidakseksimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, resiko

keterlambatan perkembangan,ansietas pada diagnose marasmus. Kegiatan dihadiri

oleh,8 orang mahasiswa pendidikan profesi Ners PSIK FK Unlam yang menjalani

stase manajemen dan sebagian besar konselor yang diundang dapat berhadir.

Pengorganisasian kegiatan ronde keperawatan sebagai berikut:

Kepala Ruangan : Risa Fariyana, S.Kep

Supervisor : Anes Fikri Haeka., S. Kep

Perawat Primer : Rinny Cahyaneng Widhi, S.Kep

Perawat Asosiet : Annisa Febriana, S. Kep

Konselor : Hj. Erni Aprilia, S.Kep, Ns.MM

Dr. Hasni Hasan Basr, Sp.A

Ahli Gizi

Apoteker

Pembimbing akademik : Endang Pertiwiwati,S.Kep., Ns. MARS,

Herry Setiawan, S. Kep Ners

Ichan Rizany, S. Kep Ners

8. Dokumentasi Asuhan Keperawatan

Kegiatan penilaian pendokumentasian asuhan keperawatan dimulai dengan

pengadaan format penilaian pendokumentasian asuhan keperawatan dan pengkajian

terhadap petunjuk teknis penggunaan format penilaian pendokumentasian asuhan

keperawatan. Untuk di Ruang Tulip II A sendiri pengisian dokumentasi keperawatan

sudah baik, diisi bekerjasama dengan mahasiswa dan dipantau oleh perawat yang

berdinas, karena jika terjadi hal yang tidak diinginkan maka catatan keperawatan dari

status klien yang akan dipertanggungjawabkan..

99

Page 102: MANAJEMEN KEPERAWATAN

D. Money (M4)

Mahasiswa berkoordinasi dengan bagian administrasi dan supervisor dalam

mencari tahu mengenai sistem pembayaran dalam Rumah sakit, dalam

pelaksanaannya mahasiswa mengetahui bahwa sistem pembayaran di Rumah sakit

meliputi 2 jenis pembayaran, yaitu umum, BPJS PBI dan BPJS non PBI. Untuk

sistem pembayaran secara umum klien benar-benar membayar 100% dari biaya

berobat, untuk sistem pembayaran BPJS Non PBI, menggunakan sistem asuransi

dimana setiap klien melakukan pembayaran Rp 59.500,00 untuk kelas 1, Rp

45.500,00 untuk kelas 2 dan Rp 25.500,00 untuk kelas 3, setiap bulannya kepada

pemerintah, kemudian setiap klien mendapatkan hak untuk menerima pembayaran

BPJS secara gratis. Untuk sistem pembayaran BPJS PBI ditanggung sepenuhnya oleh

pemerintah.

E. Mesin (M5)

Dilaksanakan koordinasi pembuatan revisi SAK terbaru bersama dengan

Kepala Ruangan dan Supervisor Tulip IIA dengan memakai NANDA NIC NOC yang

terbaru.

99

Page 103: MANAJEMEN KEPERAWATAN

BAB V

EVALUASI

A. Sumber Daya Manusia (M1)

Secara struktur organisasi stase manajemen Program Profesi Ners PSIK Unlam

sudah dapat dijalankan sesuai dengantugas pokok masing-masing penanggung jawab

kegiatan. Struktur jabatan yang jelas seperti Ketua Kelompok kerja, Sekretaris,

Bendahara dan penanggung jawab kegiatan. Selama 5 minggu kegiatan proyek

manajemen Program Profesi Ners PSIK Unlam di ruang Anak Tulip IIA, masing-

masing penanggung jawab kegiatan dapat melaksanakan tugas yang menjadi

tanggung jawabnya. Seluruh proses dapat dilaksanakan tepat waktu sesuai dengan

program kerja yang telah ditetapkan dan jadwal yang telah disepakati.

Hasil wawancara dengan beberapa orang perawat di Ruang Anak Tulip IIA

tanggal 25 Juli 2015 menunjukkan bahwa mereka memandang positif kegiatan

Roleplayyang dilakukan mahasiswa sebagai kepala ruangan, supervisor, ketua tim,

dan perawat pelaksana. Perawat ruangan juga berpendapat dengan adanya mahasiswa

banyak dibantu dalam kegiatan keperawatan di ruangan, baik dalam segi perencanaan

maupun diagnosis dan tindakan keperawatan. Beberapa Perawat ruangan memahami

mengenai sistem manajemen keperawatan dimana mahasiswa program profesi Ners

Unlam berperan sebagai role model bagi perawat ruangan dalam penerapan sistem

SP2KP di ruangan.

Jumlah klien yang dirawat di Ruang Anak Tulip IIA selama 3

minggudidapatkan nilai minimal BOR yaitu 37,01%. Berdasarkan permenkes No.340

Tahun 2010 tentang klasifikasi Rumah Sakit, didapatkan kebutuhan perawat di

ruangan sebesar 31 orang. Hasil perhitungan tersebut berbeda dengan perhitungan

menurut Lokakarya PPNI didapatkan kebutuhan perawat di ruangan sebesar 18 orang

dan menurut perhitungan Gillies didapatkan jumlah tenaga keperawatan adalah 10

orang dari 17 orang tenaga keperawatan. Adanya mahasiswa keperawatan yang

praktik di ruangan juga membantu pelayanan keperawatan di ruangan. Akan tetapi,

perawat di ruangan lebih banyak melakukan tindakan kolaborasi, seperti pemasangan

99

Page 104: MANAJEMEN KEPERAWATAN

infus, injeksi intravena, injeksi subcutan, transfusi darah, pemasangan NGTdan

pemberian makanan berkolaborasi dengan pihak Gizi sehingga tidak banyak waktu

untuk melakukan tindakan independen.

Dari hasil wawancara dengan 12 perawat di ruang Anak Tulip IIA mengenai

daftar tenaga keperawatan (lampiran 3), hampir sebagian perawat berasal dari cpns

dan pendidikannya DIII keperawatan dan DIII kebidanan.

1. Mutu Pelayanan Keperawatan

a. Keamanan Klien

Mengenai keamanan klien, berdasarkan hasil observasi untuk angka kejadian

dekubitus selama 3 minggutidak ada klien yang mengalami dekubitus selama

Roleplay berlangsung atau 0% kejadian dekubitus. Berdasarkan hasil observasi

selama 3 minggu tidak ada terjadi kesalahan dalam hal pemberian obat atau 0%

kesalahan, hal ini karena perawat selalu melakukan pengecekan terhadap pemberian

obat kepada klien. Angka kejadian klien jatuh sebanyak 0% di Ruang Anak Tulip IIA

selama 3 minggukarena perawat akan melakukan pengamanan seperti menaikan

pagar bed bagi klien yang memiliki risiko jatuh, dan klien di jaga oleh orang tuanya

karena kebanyakan klien masuk dalam kategori Bayi dan Pra Sekolah.Perawat juga

memberikan edukasi kepada keluarga untuk selalu mengawasi anaknya serta rata-rata

bed klien di ruangan berpagar. (lampiran 3).

99

Page 105: MANAJEMEN KEPERAWATAN

1) Kepuasan Klien Berdasarkan Pendidikan

Hasil kuesioner kepuasan klien di Ruang Anak Tulip IIA sebelum Roleplaydan

sesudah Roleplay pada klien berdasarkan tingkat pendidikan orang tua dan klien

dapat dilihat pada gambar berikut:

SD (%) SMP (%) SMA (%) PT (%)0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

SEBELUM ROLE PLAY

SESUDAH ROLE PLAY

Gambar 5.1 Diagram Tingkat kepuasan keluarga/klien di Ruang Anak Tulip IIA sebelum dilakukan Roleplay dan sesudah Roleplay pada klien berdasarkan tingkat pendidikan orang tua

PRA SEKOLAH (%) TK/PAUD (%) SD (%) SMP (%)0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

SEBELUM ROLE PLAY

SESUDAH ROLE PLAY

Gambar 5.2 Tingkat kepuasan keluarga/klien di Ruang Anak Tulip IIA sebelum dilakukan Roleplay dan sesudah Roleplay pada klien berdasarkan tingkat pendidikan responden

Gambar di atas menunjukkan bahwa tingkat pendidikan orang tua klien

sebagian besarberpendidikan SD , sesudah dilakukan Roleplay sebagian besar

memiliki latar pendidikan SMA. Serta pendidikan anak sebelum dilakukan

Roleplaysebagian besar pra sekolah, dan setelah dilakukan Roleplay adalah Pra

Sekolah.

Menurut Notoatmodjo (2005), yang mengemukakan bahwa hasil pendidikan

ikut membentuk pola berpikir, pola persepsi, dan sikap pengambilan keputusan

99

Page 106: MANAJEMEN KEPERAWATAN

seseorang. Pendidikan seseorang yang meningkat mengajarkan individu mengambil

keputusan yang terbaik untuk dirinya.

2) Kepuasan Klien berdasarkan jenis pekerjaan

Hasil kuesioner kepuasan klien di Ruang Anak Tulip IIAsebelum Roleplaydan

sesudah Roleplay pada klien berdasarkan jenis pekerjaan dapat dilihat pada gambar

berikut:

PNS (%) ABRI (%) SWASTA (%) LAIN-LAIN (%)0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

SEBELUM ROLE PLAY

SESUDAH ROLE PLAY

Gambar 5.3 DiagramTingkat Kepuasan klien di Ruang Anak Tulip IIAsebelum dilakukan Roleplay dan sesudah Roleplay pada klien berdasarkan jenis pekerjaan responden

Gambar di atas menunjukkan bahwa pada responden sebelum dan sesudah

dilakukan Roleplaysebagian besar memiliki pekerjaan swasta dan lain-lain

sepertiburuh, petani, dan pedagang.

3) Kepuasan klien berdasarkan lama rawat

Hasil kuesioner kepuasan klien di Ruang Anak Tulip IIA sebelum Roleplaydan

sesudah Roleplay pada klien berdasarkan lama rawat dapat dilihat pada gambar

berikut

3-7 HARI (%) >7 HARI (%)0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

SEBELUM ROLE PLAY

SESUDAH ROLE PLAY

Gambar 5.4.Diagram Tingkat kepuasan klien di Ruang Anak Tulip IIA sebelum dilakukan Roleplay dan sesudah Roleplay pada klien berdasarkan lama rawat

99

Page 107: MANAJEMEN KEPERAWATAN

Gambar di atas menunjukkan bahwa pada responden sebelum dilakukan

Roleplayadalah < 7 haridan setelah dilakukan Roleplaypadaklien sebagian besar di

rawat selama 3-7 hari. Lama rawat ( >7 hari) klien setelah dilakukan Roleplay

menurun menjadi 15%. Hal ini dikarenakanrata-rata klien yang dirawat di Ruang

Anak Tulip IIA dalam kondisi observasi yang tidak terlalu memerlukan waktu lama

dalam perawatannya.

4) Perbandingan tingkat kepuasan klien sebelum dan sesudah Roleplay pada klien

dapat dilihat pada gambar berikut:

SEBELUM ROLE PLAY SESUDAH ROLEPLAY0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

YA

TIDAK

Gambar 5.5 Diagram batang perbandingan tingkat kepuasan klien sebelum dan sesudah Roleplay pada klien di Ruang Anak Tulip IIA

Rekapitulasi jawaban responden pada klien yang didapatkan dari tanggal 6 Juli–

1 Agustus 2015 (selama dilakukan Roleplay) yaitu jawaban “ya” sebanyak 77% dan

jawaban “tidak” sebanyak 23%. Dapat disimpulkan bahwa tingkat kepuasan klien

pada klien sebesar 77%.

Dari hasil observasi dengan menggunakan kuesioner, gambar diatas

menunjukan bahwa dibandingkan sebelum Roleplay, tingkat kepuasan klien

meningkat di ruang klien oleh mahasiswa stase manajemen sebagai role model.Item-

item yang meningkat setelah pelaksanaan Roleplay dapat dilihat pada tabel perbedaan

tingkat kepuasan klien sebelum dan sesudah Roleplay (tabel terlampir) Item-item

yang meningkat tersebut antara sebelum dan sesudah Roleplay adalah semua item

pertanyaan kepuasan klien terutama pada poin pertanyaan 1 meningkat 70% yaitu

“apakah perawat selalu memperkenalkan diri” hal dan poin pertanyaan 21 meningkat

99

Page 108: MANAJEMEN KEPERAWATAN

75% yaitu “Apakah anda/keluarga anda mengetahui perawat yang bertanggung jawab

setiap kali pergantian dinas”, karena mahasiswa manajemen selalu memperkenalkan

diri setiap kali pergantian dinas dan saat melakukan tindakan keperawatan.

Poin pertanyaan 3 meningkat hingga 100% “Apakah perawat selalu

menanyakan bagaimana nafsu makan anda/keluarga anda” karena pada saat klien

baru masuk mahasiswa manajemen menerapkan penerimaan klien baru dengan

memberikan tata tertib yang ada diruangan dan harus dipatuhi oleh semua klien.Poin

pertanyaan 16 meningkat 80 % yaitu “Pada saat anda/keluarga anda masuk rumah

sakit, apakah perawat memberikan penjelasan tentang fasilitas yang tersedia dan cara

penggunaannya, peraturan/tata tertib yang berlaku di rumah sakit”, poin pertanyaan

ini meningkat karena mahasiswa manajemen menerapkan prosedur penerimaan klien

baru yang dalam pelaksanaanya menjelaskan tentang tata tertib ruangan dan fasilitas

yang tersedia. Poin pertanyaan 24 “Dalam hal memberikan obat, apakah perawat

membantu menyiapkan/meminumkan obat“ meningkat 80% Karena mahasiswa

management menerapkan sentralisasi obat, dimana membantu menyimpan obat

injeksi Klien.. Meningkatnya kepuasan klien di Ruang Anak Tulip IIAtidak lepas dari

tindakan mahasiswa dan perawat yang bekerjasama dalam melakukan timbang

terima, sentralisasi obat, discharge planning, penerimaan klien baru, dan ronde

keperawatan, menjaga kebersihan bersama, menerapkan peraturan yang berlaku di

ruangan dan memberikan asuhan keperawatan yang berkesinambungan sehingga

klien dan keluarga merasa di penuhi kebutuhannya dan sebagai klien mereka merasa

puas terhadap pelayanan yang diberikan oleh perawat di Ruang Anak Tulip IIARSUD

Ulin Banjarmasin.

Poin pertanyaan 4 ‘Apakah perawat pernah menanyakan pantangan dalam hal

makanan anda/keluarga anda’ meningkat menjadi 80%, karena selama Roleplay stase

manajemen, perawat yang bertugas selalu menanyakan mengenai pertanyaan pada

poin 4.

99

Page 109: MANAJEMEN KEPERAWATAN

Poin pertanyaan 6 ‘‘Apabila anda/keluarga anda tidak mampu makan sendiri

apakah perawat membantu menyuapinya’’,poin pertanyaan 9 “Pada saat perawat

membantu anda/keluarga anda waktu buang air besar- buang air kecil, apakah

perawat memasang sampiran/selimut, menutup pintu/jendela, mempersilahkan

pengunjung keluar ruangan”,poin pertanyaan 12 “Selama anda/keluarga anda belum

mampu mandi (dalam keadaan istirahat total) apakah dimandikan oleh perawat”.

Tidak bisa di lakukan oleh perawat di karenakan klien kebanyakan anak pra sekolah

dan Bayi, sehingga masih dalam pengawasan orang tua, dan semua kebutuhan seperti

personal hygine, ataupun pemenuhan nutrisinya semuanya dalam pengawasan dan di

lakukan langsung oleh orang tua klien.

2. Sepuluh Penyakit Terbanyak Ruang Tulip IIA (Anak)

24.24%

18.18%

9.00%

9.00%

6.00%

6.00%6.00%

3.00% 3.00%

10 Penyakit Terbanyak Ruang AnakKejang Demam

Diare

DHF

Pneumonia

GE

obs. Febris

Obs. Vomitus

BP

PJB

Kista hepar

Gambar 5.6 Diagram Sepuluh Penyakit Terbanyak Di Ruang Tulip II A RSUD Ulin Banjarmasin 6 Juli s/d 1 Agustus 2015

Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil dokumentasi ruang Anak Tulip IIA

sejak 6 Juli - 1 Agustus 2015didapatkan penyakit terbanyak yaitu Kejang Demam.

Hal ini menunjukkan bahwa penyakit kasus Infeksi dan Neurologi merupakan

penyakit yang terbanyak di Ruang Anak Tulip IIA RSUD Ulin Banjarmasin.

99

Page 110: MANAJEMEN KEPERAWATAN

3. Tingkat Ketergantungan Klien Ruang Tulip II A

MINIMAL (%) PARSIAL (%) TOTAL (%)0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

sebelum sesudah

Gambar 5.7.Diagram Rata-Rata Tingkat Ketergantungan Klien Di Ruang Anak Tulip IIA RSUD Ulin Banjarmasin Tanggal 29 Juli- 1 Agustus 2015.

Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil dokumentasi ruang Anak Tulip

IIAdari observasiTanggal 29 Juli- 1 Agustus 2015didapatkan rata-rata tingkat

ketergantungan klien yaitu adalah 85 % perawatan parsial (lampiran 6).

4. Kebutuhan Tenaga Non Keperawatan Ruang Anak Tulip IIA

Tenaga Non keperawatan di Ruang Anak Tulip IIAseluruhnya berjumlah

7orang, yaitu : 1 orang pekarya, 1 orang apoteker, 2 orang administrasi, 2 orang

cleaning service, 1 orang ahli gizi.

5. Instrumen B

1. Hasil Evaluasi Persepsi Klien Terhadap Mutu Asuhan Keperawatan Di

Ruang Anak Tulip IIARSUD Ulin Banjarmasin.

a. Karakteristik

Dari 20 Responden klien yang diambil sebagai sampel di ruang Tulip Anak

Tulip IIApada tanggal 6 Juli – 1 Agustus 2015 didapatkan hasil :

99

Page 111: MANAJEMEN KEPERAWATAN

Tabel 5.1. Klasifikasi Responden Berdasarkan Tingkat PendidikanOrang Tua

PENDIDIKAN JUMLAH %1. SD 5 252. SLTP 4 203. SLTA 9 454. PT 2 10

JUMLAH 20 100%

Tabel 5.2 Klasifikasi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Klien

PENDIDIKAN JUMLAH %1. PRA SEKOLAH 17 852. TK/PAUD 2 103. SD 0 184. SLTP 1 5

JUMLAH 20 100%

Tabel 5.3. Klasifikasi Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan

No. PEKERJAAN JUMLAH %1 PNS 2 102 ABRI 0 03 SWASTA 15 754 LAIN-LAIN 3 15

JUMLAH 20 100

Tabel 5.4. Klasifikasi Respoden Bersadarkan Lama RawatNo. PEKERJAAN JUMLAH %

1 3-7 HARI 17 852 > 7 HARI 3 15

JUMLAH 20 100

Hasil kuisioner pada responden klien kelolaan di Ruang Anak Tulip IIAseperti

terlihat pada tabel di atas menunjukan bahwa sebagian besar klien telah dirawat 3-7

hari dengan jumlah klien 17 orang dan responden yang dirawat >7 hari berjumlah3

orang.

Hasil evaluasi persepsi klien/keluarga terhadap mutu asuhan keperawatan

menurut jumlah jawaban “ya” dan “tidak” pada setiap kuisioner (instrument B) pada

tanggal 6 Juli-1Agustus 2015 dapat dilihat pada lampiran.

99

Page 112: MANAJEMEN KEPERAWATAN

Tabelevaluasi persepsi klien/keluarga terhadap mutu asuhan

keperawatanterlampir.Berdasarkan hasil evaluasi tersebut maka didapatkan

kesimpulan bahwa rata-rata tingkat kepuasan klien di ruang Anak Tulip IIAsesudah

Roleplay yaitu 77%.

Hambatan dalam pelaksanaan MI (Man) adalah :

1. Dalam pelaksanaan kegiatan manajemen keperawatan kadang koordinasi antar

perawat kurang karena kebanyakan perawat diruangan masih belum familiar

dengan system Manajemen keperawatan professional dan saat ini adalah

pertama kalinya Stase manajemen di laksanakan di Ruang anak Tulip IIA.

2. Kebanyakan perawat Di Ruang Anak Tulip IIA perempuan yang sudah

memiliki suami dan anak, sehingga untuk mengikuti pelatihan ataupun

melanjutkan pendidikan mendapat hambatan dalam segi biaya dan pembagian

waktu.

3. Pelaksanaan pembagian klien yang akan dikelola oleh perawat ataupun

mahasiswa yang berdinas saat itu masih banyak dilakukan oleh mahasiswa stase

manajemen.

99

Page 113: MANAJEMEN KEPERAWATAN

B. Material (M2)

Sesudah kegiatan Roleplay Manajemen Keperawatan

Lokasi penerapan proses manajerial keperawatan ini dilakukan pada Ruang

Anak Tulip IIA di Lantai 2 Tulip RSUD Ulin Banjarmasin.

99

R. Perawat

Ruang Mahasiswa Manajemen

Pintu Keluar

R.IsolasiR. Gudang

R. Respirasi & Gastrointerologi

R. Gizi & kardiologi

Nurse Station R. Infeksi & Neurologi

R. ObsevasiR. Terapi Bermain

Pintu Masuk

WcWc

R. Tindakan

Wc Wc

WcWc

R. Karu

R. Diskusi

R. AdmR. DM

Wc

R. Kons

ultasi

Musholla

Lift

Gambar 5.8Denah Ruang Anak Tulip IIA

Page 114: MANAJEMEN KEPERAWATAN

Denah ruang anak tulip IIA terlihat ada perubahan, blok yang sebelumnya

respirologi menjadi blok terapi khusus bermain, dan blok respirologi dipindah ke

samping ners station.

Di ruang Anak Tulip IIA untuk kelengkapan alat inventaris ruang rawat inap

mengenai perlengkapan alat-alat kantor, alat-alat medis, serta kelengkapan alat tenun

yang ada di Ruang Anak Tulip IIA RSUD Ulin Banjarmasin sudah cukup dapat

memenuhi kebutuhan di ruangan selama ini.

Selama Roleplay stase manajemen keperawatan yang dilaksanakan dari tanggal

6 juli 2015 – 1 agustus 2015 beberapa kegiatan yang telah dilakukan untuk

menunjang sarana dan prasarana yang memadai, dimulai dari kolaborasi pembuatan

proposal dengan kepala ruangan tentang pengadaan ruang terapi bermain yang dibuat

selama roleplay, berkolaborasi dengan pihak terkait dalam pembenahan ruangan

untuk ruang khusus terapi bermain, pembenahan sarana dan prasarana dengan

mengelompokkan arsip, blanko, dan formulir untuk klien, melakukan koordinasi

dengan cleaning service untuk membersihkan WC dan wastafel, mengelompokkan

obat-obatan sesuai dengan nama klien, merapikan alat-alat yang kurang rapi

diruangan anak Tulip II A, memasang papan nama klien pada masing-masing bed

klien yang sebelumnya sudah dibuat oleh institusi lain.

Saat evaluasi, untuk proposal sudah dikonsulkan kepada kepala ruangan dan

sudah di ACC, pembenahan untuk ruangan khusus terapi bermain sudah dilakukan

namun hanya sebatas mengecat dinding, untuk pengadaan alat-alat diruang terapi

bermain belum dilakukan karena dari kepala ruangan anak Tulip II A mengkonsulkan

terlebih dahulu dengan pihak terkait. Kemudian untuk WC dan wastafel sudah tidak

ada yang buntu karena dari pihak cleaning service sudah membersihkan dan

memperbaiki. Arsip, blanko dan formulir untuk klien sudah dikelompokkan dan

tersusun rapi. Alat-alat diruangan sudah dirapikan dan papan nama bed tiap klien

sudah terpasang dan tertulis.

Mahasiswa manajemen juga mengevaluasi kelengkapan seprei yang ada di

ruang anak Tulip IIA pada tanggal 28 juli 2015, dari hasil didapatkan jumlah

keseluruhan seprei adalah 181 seprei, untuk seprei tersimpan = 134 seprei

99

Page 115: MANAJEMEN KEPERAWATAN

(putih,biru,hijau),untuk seprei yang terpakai = 17 seprei, untuk seprei cadangan = 17

seprei, kotor = 6 seprei, setrika = 6 seprei. Sehingga kelengkapan seprei di ruang anak

sudah sesuai standar depkes yaitu 1:5. Oleh karena itu, kami dari mahasiswa

manajemen mengusulkan pergantian seprei tiap pagi bisa dilaksanakan karena

sebelumnya belum terlaksana dengan baik.

Mahasiswa manajemen juga melakukan sosialisasi kepada setiap klien dan

keluarga tentang tata tertib yang ada di ruangan Anak Tulip II A seperti menjaga

kebersihan ruangan, jumlah pengunjung harus dibatasi, meletakkan sendal/sepatu

sesuai dengan tempatnya, dan merapikan barang-barang yang dibawa oleh klien. Saat

evaluasi sepatu dan sendal klien atau keluarga sudah tersusun rapi dan barang-barang

yang dibawa sudah dirapikan.

Selain itu, mahasiswa stase manajemen juga membuat benner daftar pembagian

tugas sesuai klien yang akan memudahkan perawat di ruang Tulip II A dalam

pembagian tugas masing-masing dan berguna juga untuk melakukan morning

meeting. Saat evaluasi, benner yang dibuat sudah bisa dipergunakan oleh ruangan

diharapkan berguna untuk ruangan dan tidak ada hambatan dalam pengadaan benner

ini.

Hambatan dalam kegiatan roleplay ada beberapa yaitu kesulitan dalam

mempertahankan kerapian ruangan seperti arsip, blanko dan formulir yang mulanya

sudah dikelompokan dan dirapikan setelah beberapa hari kemudian tidak rapi lagi dan

tidak terkelompokan lagi. Untuk alat-alat disekitar ners station seperti status klien,

dan lainnya juga kerapian nya belum terjaga. Selain itu, klien atau keluarga yang

kurang mematuhi peraturan di ruangan sehingga mahasiswa menegur terlebih dahulu

baru dari pihak klien atau keluarga meletakkan sepatu/sendal ditempatyang sudah

disediakan.

99

Page 116: MANAJEMEN KEPERAWATAN

C. Method (M3)

1. Penerapan SP2KP

Dilakukannya Roleplay terhadap pelaksanaan penerapan SP2KP dari tanggal 6

Juli –1 Agustus 2015 di ruang Anak Tulip IIA. Pembagian tugas dilakukan untuk

penetapan sebagai kepala ruangan 1 orang, supervisor 1 orang, perawat primer 1

orang, dan perawat asosiet1-3 orang untuk tiap pergantian shift (pagi, siang, dan

malam). Dukungan yang diberikan selama ini yaitu adanya kemauan dan kerjasama

untuk semua perawat di ruang Tulip IIA.

2. Timbang Terima

Timbang terima sebelum dan sesudah Roleplay dapat dilihat pada gambar di

bawah ini:

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 200%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

Timbang Terima Sebelum Roleplay

Selalu

Kadang-kadang

Tidak pernah

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 200%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

Timbang Terima Sesudah Roleplay

Selalu

Kadang-kadang

Tidak pernah

Gambar 5.9.Diagraam Perbandingan Hasil Penilaian Sebelum dan Sesudah Pelaksanaan Roleplay Timbang terima

99

Page 117: MANAJEMEN KEPERAWATAN

Roleplay timbang terima dilakukan pada tanggal 6 Juli 2015s/d1 Agustus

2015yang dilakukan dan dipimpin oleh mahasiswa manajemen. Sebelum dilakukan

Roleplay, timbang terima dari shift ke shift dilakukan hanya di kamar perawat tidak

dipimpin kepala ruangan ataupun supervisor hanya antar perawat, dan tidak dilakukan

validasi data ke klien secara langsung pada timbang terima shift pagi, Setelah

memvalidasi data seharusnya biasanya dilakukan morning meetingdengan tujuan

untuk merencanakan kegiatan di shift pagi dan membagi tugas pertanggungjawaban

klien di ruang pertemuan bersama kepala ruangan.

Setelah dilakukan Roleplay, timbang terima berdasarkan gambar di atas

diketahui terjadinya peningkatan dalam kegiatan timbang terima terutama pada point

4 dan 20yaitu timbang terima dipimpin oleh kepala ruangan pada pergantian shift dari

malam ke pagi dari pagi ke sore, sedangkan pergantian shift dari sore ke malam

dipimpin oleh Perawat Primer dan dilaksanakan setiap shift. Hal ini dikarenakan

adanya koordinasi dengan kepala ruangan, suvervisor yang turut membantu dalam

kegiatan timbang terima, serta perawat yang bertugas pada shift tersebut sehingga

timbang terima dapat berjalan sesuai dengan kriteria dan bekelanjutan walaupun

kadang-kadang beberapa timbang terima tidak dipimpin oleh kepala ruangan dan

digantikan oleh supervisor. Timbang terima dilakukan awalnya di Nurse Station dan

kemudian langsung ke klien untuk memvalidasi data.Selama pelaporan timbang

terima sudah disampaikan keluhan klien, diagnosa keperawatan yang muncul,

intervensi yang sudah dilakukan dan belum dilakukan, danpendokumentasian catatan

timbang terima. Hal ini perlu tetap dipertahankan dan ditingkatkan dalam

pelaksanaannya walaupun tidak ada lagi mahasiswa khususnya mahasiswa

manajemen. Pada point 19 sebanyak 1 orang (8%) yang menyatakan setelah

dilakukan validasi data perawat mendiskusikan kembali hasil validasi data langsung.

Evaluasi Timbang Terima

Struktur

1. Semua perawat untuk pergantian shift sudah siap.

2. Format timbang terima telah dibuat dengan modifikasi catatan perkembangan.

99

Page 118: MANAJEMEN KEPERAWATAN

3. Sarana dan prasarana yang menunjang timbang terima telah tersedia antara

lain : catatan timbang terima dan kelompok shift timbang terima.

4. Ketika dilakukan Roleplay, kepala ruangan mahasiswa stase manajemen selalu

memimpin kegiatan timbang terima yang dilaksanakan pada pergantian shift

malam ke shift pagi dan perawat primer memimpin timbang terima yang

dilaksanakan pada pergantian shift pagi ke siang dan shift siang ke malam.

Proses

1. Proses timbang terima pagi dimulai di nurse stationdipimpin oleh kepala

ruangan stase manajemen dan dilaksanakan oleh seluruh perawat yang telah

bertugas maupun yang akan menggantikan shift.

2. Proses timbang terima siang dan malam dimulai di nurse station dipimpin oleh

perawat primer yang bertugas pada shift tersebut dan diikuti oleh semua

perawat asosiet yang telah bertugas pada shift sebelumnya maupun yang akan

menggantikan shift.

3. Isi timbang terima mencakup jumlah klien, diagnosis keperawatan, intervensi

yang telah dilakukan maupun yang belum dilakukan dan rencana tindakan pada

hari tersebut.

4. Setelah timbang terima di nurse station dilanjutkan dengan berkunjung ke

masing-masing bed klien untuk menvalidasi data.

5. Setiap selesai validasi data pada timbang terima pagi dilanjutkan dengan

morning meeting di ners station untuk membagi tugas pertanggungjawaban

klien pada hari tersebut dan rencana tindakan yang akan dilakukan. Selain itu,

pada saat morning meeting juga disampaikan masukkan dari kepala ruangan,

supervisor, ketua tim dan perawat lainnya.

6. Perawat primer selalu berperan aktif dalam memimpin validasi data ke bed

klien.

7. Waktu untuk validasi ke setiap klien tidak lebih dari 3 menit.

99

Page 119: MANAJEMEN KEPERAWATAN

Hasil

1. Timbang terima sudah diterapkan di ruangan Tulip IIA

2. Setiap perawat mengetahui perkembangan klien dan komunikasi antar perawat

berjalan dengan baik.

3. Klien dapat dengan aktif menyampaikan perubahan keluhan yang dirasakan

setiap harinya,

4. Terbina kepercayaan dan kerjasama yang baik antara perawat, klien maupun

keluarga klien.

5. Hambatan yang ditemukan pada saat penilaian Roleplay timbang terima :

a. Proses timbang terima menghabiskan waktu yang cukup lama.

b. Molornya waktu memulai timbang terima karena adanya beberapa orang yang

terlambat.

c. Banyak keluarga klien atau pengunjung saat mengunjungi bed klien untuk

melakukan validasi data.

d. Dalam kegiatan timbang terima, ketua tim belum melakukan tanda tangan serah

terima pergantian shift.

e. Dalam melakukan timbang terima biasanya dilakukan di dalam kamar dan tidak

di ners station, dalam validasi data ke klien tidak semua perawat yang ikut

dalam validasi data namun setelah proses berjalan timbang terima dilakukan di

ners station digabung morning meeting.

3. Penerimaan Klien Baru

Penerimaan klien baru sebelum dan sesudah Roleplay dapat dilihat pada gambar

di bawah ini :

99

1 2 3 4 5 6 7 8 9 100.0%

10.0%

20.0%

30.0%

40.0%

50.0%

60.0%

70.0%

80.0%

90.0%

100.0%

Penerimaan Pasien Baru Sebelum Roleplay

SelaluKadang-kadangTidak pernah

Page 120: MANAJEMEN KEPERAWATAN

Gambar 5.10.Diagram Perbandingan Hasil Penilaian Sebelum dan Sesudah Pelaksanaan Roleplay Penerimaan Klien Baru

Sebelum dilakukan Roleplay penerimaan klien baru, di ruangan Tulip II A

sebagian besar telah dilakukan dengan baik namun ada beberapa hal yang masih

kurang dilakukan misalnya perkenalan diri perawat, penjelasan fasilitas yang ada di

ruangan, penjelasan aturan ruangan,dan pendokumentasian penerimaan klien baru.

Selain itu,lembar persetujuan klien dirawap inap juga belum tersedia, serta kurangnya

waktu dan kesempatan perawat melakukan hal tindakan tersebut di karenakan terlalu

banyak pekerjaan dsb.

Setelah dilakukan Roleplay terjadi peningkatan dalam beberapa item yaitu poin

1, 2, 3, 5,6,8 dan 10. Hal ini dikarenakan adanya kerjasama antara perawat ruangan

dan mahasiswa sehingga saat perawat ruangan sibuk, mahasiswa dapat membantu

mengenalkan klien dan keluarga tentang fasilitas, tata tertib yang tercantum dalam

format penerimaan klien baru yang telah dibuat. Hal ini diharapkan dapat

dipertahankan agar klien dapat mengenal lingkungan dari ruangan Tulip II A dan

mengenal siapa orang yang merawatnya, sehingga muncul rasa percaya dan

kerjasama yang baik antara satu sama yang lain. Pada point 2 sebanyak 1 orang atau

dengan persentasi 11,11% menyatakan tidak pernah memperkenalkan siapa perawat

yang bertanggunjawab (kepala ruangan, perawat yang bertugas, dll). Hal ini

dikarenakan terlalu banyak yang harus disampaikan sehingga biasanya hanya nama

99

1 2 3 4 5 6 7 8 9 100.0%

20.0%

40.0%

60.0%

80.0%

100.0%

120.0%

Penerimaan Pasien Baru Sesudah Roleplay

SelaluKadang-KadangTidak Pernah

Page 121: MANAJEMEN KEPERAWATAN

perawat yang bersangkutanyang diperkenalkan. Pada point 8 sebanyak 1 orang atau

dengan persentasi 11,11% menyatakan tidak pernah memperkenalkan klien dengan

klien sekamar. Hal ini karena banyaknya beban kerja perawat sehingga tugas perawat

untuk memperkenalkan teman sekamar terabaikan.

Evaluasi Penilaian Penerimaan Klien Baru

Struktur

1. Telah tersedianya format penerimaan klien baru yang disertai lembar

sentralisasi obat.

2. Persiapan kegiatan penerimaan klien baru dilakukan dengan pembuatan

proposal kegiatan dan melakukan konsultasi dengan pembimbing lahan.

3. Kegiatan penerimaan klien baru dilakukan pada klien yang baru dirawat di

ruang Tulip II A, sehingga kegiatan penerimaan klien baru bersifat accidental.

Proses

1. Kegiatan penerimaan klien baru dilakukan pada klien yang masuk ke ruang

Tulip II A.

2. Penerimaan klien baru pada setiap shift dilakukan oleh peawat primer shift

yang bersangkutan. Penerimaan klien baru dilakukan di bed klien untuk

memberikan penjelasan kepada paseksin dan keluarga tentang penerimaan klien

baru sesuai dengan hal-hal yang tercantum dilembar penerimaan klien baru,

3. Lembar penerimaan klien baru ditandatangi oleh perawat primer dan klien atau

keluarga.

4. Keluarga menerima lembaran yang berisi penjelasan mengenai tata tertib

ruangan.

5. Selama kegiatan Roleplay jumlah penerimaan klien baru sebanyak 48 klien.

Hasil

1. Klien atau keluarga mengenali perawat dan dokter yang bertanggung jawab di

ruangan serta dapat mengenali ruangan dan lingkungan rumah sakit.

2. Klien atau keluarga memahami tata tertib ruangan dan alur sentralisasi obat.

3. Klien atau keluarga menandatangi lembar penerimaan klien baru

99

Page 122: MANAJEMEN KEPERAWATAN

0,0%

10,0%

20,0%

30,0%

40,0%

50,0%

60,0%

70,0%

80,0%

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Supervisi Keperawatan Sebelum Role Play

Selalu

Kadang-kadang

Tidak pernah

0,0%

20,0%

40,0%

60,0%

80,0%

100,0%

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Supervisi Sesudah Role Play

Selalu

Kadang-kadang

Tidak Pernah

Hambatan

a. Kegiatan penerimaan klien baru bersifat accidential .

b. Beberapa kegiatan penerimaan klien baru tidak dapat dilakukan langsung saat

klien baru datang ke ruangan. Hal ini dikarenakan waktu kedatangan paseksin

yang tidak memungkinkan dilakukan penerimaan klien baru seperti di waktu

malam hari dan keluarga sibuk membereskan hal-hal terkait persiapan rawat

inap klien.

4. Supervisi

Supervisi sebelum dan sesudah Roleplaydapat dilihat pada gambar di bawah ini :

Gambar 5.11..Diagram Perbandingan Hasil Penilaian Sebelum dan Sesudah Pelaksanaan Roleplay Suvervisi.

Dari diagram diatas didapatkan penurunan dari data sebelum dan sesudah

Roleplay. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor seperti kurangnya pengetahuan

perawat ruangan tentang tugas dari supervisor sebelum diadakan Roleplay. Pada saat

Roleplay, perawat ruangan mengerti tentang tugas supervisor sehingga hasil dari

diagram setelah Roleplay mengalami perubahan. Pada point 4 dengan persentasi 0%

menyatakan selalu dilakukan supervisor meneliti dokumentasi status klien. Hal ini

dikarenakan tidak dilakukannya pengkoreksian dalam mendokumentasikan status

99

Page 123: MANAJEMEN KEPERAWATAN

klien oleh supervisor. Pada point 6 sebanyak 4 orang (33%) menyatakan tidak pernah

supervisi memanggil ketua tim dan perawat pelaksana yang perlu dilakukan

pembinaan. Hal ini dikarenakan supervisor tidak melakukan pembinaan terhadap

ketua tim dan perawat pelaksana. Pada point 7 sebanyak 4 orang atau dengan

persentasi 33% menyatakan tidak pernah supervisor mengklasifikasi permasalahan

yang ada.Kegiatan supervisi dilaksanakan pada tanggal 30 Juli 2015. Sebelum

pelaksanaan terlebih dahuludilakukan kontrak dengan ketua tim/perawat primer dan

perawat associate. kemudiandibuat format pendokumentasian dan penilaian kegiatan

supervisi.Supervisi dilakukan pada An.R (3 bulan) di bed 6 ruang observasi, yaitu

supervisi injeksi intravena.

Penilaian supervisi dilaksanakan dari tahap persiapan sampai tahap evaluasi

dengan melakukan penilaian terhadap tindakan keperawatan yang dilakukan oleh

perawat.Kemudian penyampaian hasil kegiatan supervisi berupa pemberian

reinforcement yang positif terhadap kinerja perawat dan penyampain rencana tindak

lanjut supervisi.

Hal ini dikarnakan supervisi yang dilaksanakan bersifat tidak langsung. Dalam

pelaksanaan kegiatan supervisi pada tanggal 30 Juli 2015, ditemukan berbagai

dukungan dan strategi berupa:

1. Supervisor ruang Anak Tulip IIA mempunyai keterlibatan penuh dalam

kegiatan supervisi

2. Supervisor menggunakan SOP dalam setiap supervisi tindakan

keperawatan/kolaborasi

3. Supervisor berperan aktif dalam setiap perencanaan kegiatan supervisi, proses

supervisi sampai follow back dan follow up supervisi.

4. Keterlibatan ketua tim secara langsung dalam kegiatan supervisi dan

memberikan evaluasi secara langsung

5. Perawat yang disupervisi selalu berupaya memperbaiki setiap perbaikan dalam

evaluasi supervisi.

6. Klien dan keluarga yang kooperatif terhadap kegiatan supervisi yang dilakukan

99

Page 124: MANAJEMEN KEPERAWATAN

Berdasarkan hasil observasi selama 26 hari melaksanakan Roleplay, pelaksanaan

supervisi diruangan sesuai dengan hasil kuesioner perawat ruangan.Mahasiswa

stase manajemen menilai bahwa kegiatan supervisi diruangan perlu adanya

perbaikan sehingga diharapkan kinerja supervisi di ruang Anak Tulip IIA dapat

terlaksana dengan baik.

Evaluasi Penilaian Supervisi

Struktur

1. Kegiatan supervisi diawali dengan penyiapan SOP, dan pembuatan proposal.

2. Kegiatan yang dilakukan adalah injeksi intravena.

3. Persiapan dokumen-dokumen yang diperlukan oleh supervisor stase manajemen

berupa lembar penilaian supervisi injeksi intravena dan kolom bobot penilaian

dan kolom pelaksanaan item penilaian.

4. Supervisor dan katim stase manajemen mengikuti jalannya supervisi.

Proses

1. Kegiatan supervisi dilakukan dengan model langsung yaitu melakukan

penilaian langsung terhadap tindakan yang dilakukan.

2. Rencana kegiatan yang dilakukan adalah pemberian injeksi intra vena pada

klien di blok observasi.

3. Tahap preinteraksi dilakukan pemantapan kesiapan pada ketua tim stase

manajemen selaku pelaksana tindakan, persiapan alat dan bahan, serta klien

oleh perawat pelaksana

4. Ketua tim dan supervisor stase manajemen kembali mengevaluasi persiapan

yang dilakukan oleh perawat pelaksana.

5. Dilakukan orientasi, meliputi kegiatan perkenalan oleh perawat, penyampaian

tujuan dan prosedur tindakan yang akan dilaksanakan, kontrak waktu dengan

klien, memberikan kepada klien untuk menyampaikan keluhan maupun

pertanyaan, dan pelaksanaan inform concern

6. Pemberian injeksi intra vena kemudian dilakukan sesuai dengan SOP yang

sudah disediakan.

99

Page 125: MANAJEMEN KEPERAWATAN

7. Dilakukan penyampaian hasil kegiatan supervisi, pemberian reinforcement

yang positif kinerja perawat serta penyampaian rencana tindak lanjut supervisi

Hasil

Pada evaluasi kegiatan yang dilakukan oleh supervisor stase manajemen terdapat

beberapa masalah atau kekurangan yang ditemukan pada saat melakaukan

tindakan serta rekomendasi penyelesaian masalah, seperti :

1. Tahap orientasi

Pada kegiatan pemberian injeksi intra vena. Pada tahap orientasi, yaitu perawat

memperkenalkan nama perawat sehingga adanya hubungan yang kooperatif dari

perawat dan klien.

2. Tahap kerja

Pada kegiatan pemberian injeksi intra vena, perawat melakukan lima benar obat

sehingga pemberian injeksi sesuai prosedur pemberian obat

3. Tahap terminasi

Pada tahap terminasi tidak terdapat masalah-masalah yang perlu diatasi

dilakukan penilaian respon perawat terhadap pendokumentasian dan kegiatan

supervisi yang dilakukan.

Hambatan yang ditemukan dalam pelaksanaan supervisi berupa :

1. Adanya keterbatasan kelengkapan alat yang digunakan pada saat kegiatan

supervisi.

2. Adanya koordinasi yang kurang antara PP dan PA, sehingga saat kegiataan

supervisi terlihat kerja samanya kurang.

5. Sentralisasi obat

Sentralisasi obat sebelum dan sesudah Roleplay dapat dilihat pada gambar di

bawah ini :

99

1 2 3 4 5 6 7 8 9 100.0%

20.0%

40.0%

60.0%

80.0%

100.0%

120.0%

Sentralisasi Obat Sebelum Roleplay

Selalu

Kadang-kadang

Tidak pernah

Page 126: MANAJEMEN KEPERAWATAN

Gambar 5.12 .Diagram Perbandingan Hasil Penilaian Sebelum dan Sesudah Pelaksanaan Sentralisasi obat

Roleplay dilakukan di ruang tulip IIA pada tanggal 06 Juli – 01 Agustus 2015

oleh mahasiswa manajemen keperawatan. Hasil yang didapatkan terjadi peningkatan

kegiatan sentralisasi obat.SebelumRoleplay dilakukan didapatkan bahwa hanya ada

buku catatan obat injeksidan kegiatan pengaplusan obat oleh perawat ruangan.Setelah

dilakukan Roleplay terjadi peningkatan pada beberapa item terutama pada poin yang

signifikan yaitu terhadap penyimpanan obat-obat klien hal ini dikarenakan adanya

kerjasama antara perawat ruangan dan mahasiswa stase manajemen dalam pembuatan

format sentralisasi obat sehingga sentralisasi obat semakin membaik.

Mahasiswa Stase manajemen selalu melakukan sentralisasi obat dengan

menyimpan obat sesuai loker ruangan klien dan nama klien yang dipergunakan sesuai

dengan cacatan obat yang telah diresepkan dokter ataupun setelah keluarga klien

mengambil obat dari apotik. Masih terdapat beberapa kelemahan yaitu dimana lembar

serah terima obat dan lembar persetujuan sentralisasi obat tidak disiapkan serta

perawat ruangan sebagian juga tidak menyimpan obat sesuai dengan loker obat yang

sudah disiapkan.

Diharapkan agar tindakan sentralisasi obat dapat secara terus menerus

dilakukan, sehingga pemberian obat kepada klien dapat dikelola dan diawasi secara

benar sesuai dengan prinsip 12 benar pemberian obat, tidak hanya pemberian obat

yang diawasi saja namun penyimpanan obat dengan benar juga merupakan hal yang

99

1 2 3 4 5 6 7 8 9 100.0%

20.0%

40.0%

60.0%

80.0%

100.0%

120.0%

Sentralisasi Obat Sesudah Roleplay

SelaluKadang-kadangTidak Pernah

Page 127: MANAJEMEN KEPERAWATAN

sangat penting. Selain itu, sehubungan dengan penerapan BPJS, kegiatan sentralisasi

obat memberikan keuntungan karena dengan adanya sentralisasi obat, jika ada saat

satu klien yang belum menebus obat, maka klien lain dapat meminjamkan sementara

obat yang dimilikinya. Selain itu, dari pihak rumah sakit menyarankan untuk

perencanaan kolektif dalam pengambilan obat, dimana kartu pengambilan obat dan

resep obat hanya dikelola oleh salah satu petugas setiap ruangan hal ini diharapkan

mengurangi jumlah penunggu klien dan meningkatkan sentralisasi obat sehingga

lebih efektif dan efesien.

Evaluasi Penilaian Sentralisasi Obat

Struktur

1. Pada sentralisasi obat, sarana dan prasarana yang menunjang telah

dipersiapkan, antara lain: lembar informed consent pengelolaan sentralisasi obat

yang digabung dengan format penerimaan klien baru, dan jadwal pemberian

obat, lemari/tempat penyimpanan obat baik obat paseksin maupun persediaan

obat oral dan injeksi.

2. Perawat primer dan perawat asosiet stase manajemen yang berdinas

bertanggung jawab terhadap klien baru/lama yang mendapatkan obat baru yang

belum disentralisaskan.

3. Adanya mekanisme sentralisasi obat yang jelas.

Proses

1. Pelaksanaan sentralisasi obat dilakukan sesuai dengan tim kelolaan yang telah

ditetapkan. Klien atau keluarga telah diberikan informed consent untuk

dilakukannya sentralisasi obat.

2. Proses Roleplay sentralisasi obat dipimpin oleh kepala ruangan dan supervisor

stase manajemen serta dilaksanakan oleh seluruh perawat yang bertugas pada

setiap shift.

3. Pada saat peneriman paseksin baru, perawat primer yang

melakukanmemberikan lembar persetujuan sentralisasi obat.

4. Klien atau keluarga mendatangani surat persetujuan untuk dilakukannya

sentralisasi obat.

99

Page 128: MANAJEMEN KEPERAWATAN

Hasil

1. Klien atau keluarga percaya pada perawat dalam pelaksanaan sentralisasi obat.

2. Obat dapat diberikan secara tepat dan benar sesuai dengan 12 benar pemberian

obat.

3. Perawat mudah mengontrol obat apa yang masih tersedia ataupun telah habis

dengan melihat pada loker penyimpanan obat klien, sehingga jika obat

habisdapat meminta langsug untuk diresepkan kembali.

4. Pendokumentasian pemberian obat dapat dilakukan dengan benar dengan

menggunakan lembar daftar pemberian obat.

5. Sentralisasi obat belum sepenuhnya dilakukan di ruang anak tulip IIA

Hambatan

1. Adanya pembatasan obat dari depo obat yang mana terkadang terjadi

kekurangan sehingga ruangan harus meresepkan kembali

2. Obat yang ditebus bisa datang terlambat.

3. Tidak semua obat yang diresepkan dapat ditebus d rumah sakit.

4. Tidak semua perawat ruangan melaksanakan sentralisasi obat berupa

penyimpanan obat sesuai loker yang sudah disiapkan

5. Tidak adanya format serah terima dan persersetujuan sentralisasi obat sehingga

tidak dilaksanakan

99

Page 129: MANAJEMEN KEPERAWATAN

6. Ronde Keperawatan Ronde keperawatan sebelum dan sesudah Roleplay dapat dilihat pada gambar di

bawah ini :

Gambar 5.13.Diagram Perbandingan Hasil Penilaian Sebelum dan Sesudah Pelaksanaan Roleplay Ronde Keperawatan

Dari hasil diagram di atas dapat dilihat bahwa angka bervariasi untuk ronde

keperawatan, dan dalam pertanyaan pada poin 1 yaitu pertanyaan apakah di ruangan

ini dilakukan ronde keperawatan. Namun hal tersebut berbeda antara kuesioner

dengan hasil wawancara, perawat ternyata belum mengetahui tentang ronde

keperawatan.Hal ini dikarenakan belum adanya kesempatan dari ruangan untuk

melakukan ronde keperawatan, dan belum adanya mahasiswa yang berpraktik stase

manajemen.Namun Beberapa perawat di ruang anak mulai memahami informasi

tentang ronde keperawatan dari mahasiswa stase manajemen setelah diakukannya

sosialisasi yang disampaikan oleh dosen akademik.

Ronde keperawatan di ruangan Tulip IIA telah dilaksanakan oleh mahasiswa

praktek stase manajemen pada tanggal 28Juli 2015 untuk pertama kalinya, dan

99

1 2 3 4 5 6 7 8 9 100.0%

20.0%

40.0%

60.0%

80.0%

100.0%

120.0%Ronde Keperawatan Sebelum Roleplay

SelaluKadang-kadangTidak pernah

1 2 3 4 5 6 7 8 9 100.0%

10.0%

20.0%

30.0%

40.0%

50.0%

60.0%

70.0%

80.0%

90.0%

100.0%

Ronde Keperawatan Sebelum Roleplay

Selalu

Kadang-kadang

Tidak pernah

Page 130: MANAJEMEN KEPERAWATAN

didapatkan hasil terjadinya peningkatan pada poin 3 (pemberian informed concent), 6

(perawat ketua tim menjelaskan intervensi yang akan dilakukan), 7 (Perawat

menjelaskan alasan ilmiah tindakan yang akan diambil), 8 (Ronde keperawatan

dilakukan sesuai dengan langkah-langkah ronde keperawatan).Hal ini dikarenakan

adanya kesempatan dari ruangan untuk melakukan ronde keperawatan.Adanya kasus

yang memerlukan perhatian khusus dari perawat.Beberapa perawat menyayangkan

ketidakikutsertaannya dalam pelaksanaan kegiatan Roleplay Ronde

Keperawatan.Ronde keperawatan yang dilakukan menghadirkan Dokter spesialis

Anak yang bertanggung jawab, apoteker, ahli gizi, kabid keperawatan, supervisor,

kepala ruangan dan pembimbing akademik.

Evaluasi penilaian ronde keperawatan

Struktur

1. Persiapan klien untuk dilakukan ronde keperawatan telah dilakukan

sebelumnya.

2. Pengkajian telah dilakukan terlebih dahulu pada klien yang ditetapkan untuk

ronde keperawatan.

3. Konsultasi telah dilakukan baik kepada CI lahan ataupun akademik untuk

penetapan kasus.

4. Informed consent sudah diberikan kepada klien dan keluarga 1 hari sebelum

pelaksanaan ronde keperawatan.

5. Persiapan tempat telah dilakukan yaitu di ruang pertemuan Ruang Anak Tulip

IIA .

6. Undangan telah dibagikan kepada para konselor seperti kepala ruangan tulip

IIA, kepala bidang keperawatan, supervisor, dokter, apoteker, dan ahli gizi telah

dilakukan 1 hari sebelem ronde keperawatan dilaksanakan.

Proses

1. Ronde keperawatan dilaksanakan pada tanggal 28 Juli 2015 pukul 11.00-12.00

WITA. Pelaksanaan ronde keperawatan tidak sesuai dengan waktu yang telah

ditetapkan yaitu pukul 09.00 WITA.

99

Page 131: MANAJEMEN KEPERAWATAN

2. Peserta yang berhadir dalam ronde keperawatan sudah sesuai dengan yang

diharapkan dapat berhadir mengikuti ronde keperawatan, namun ada 1 dokter

spesialis yang belum dapat berhadir .

3. Peserta yang berhadir meliputiDokter spesialis Anak, apoteker, ahli gizi, dan

pembimbing akademik. Semua peserta mengikuti acara sesuai alur ronde.

Kepala ruangan Anak Tulip IIA, Supervisor Ruang Anak Tulip II A, Kepala

bidang Keperawatan, berhadir setelah validasi ke klien di lakukan.

4. Ketua tim atau perawat yang bertugas tidak mengikuti kegiatan ronde

keperawatan. Ada perwakilan perawat yang datang namun menjelang kegiatan

diskusi ronde berakhir.

5. Ronde keperawatan dipimpin oleh kepala ruangan stase manajemen.

6. Hasil pengkajian dan penyampaian masalah keperawatan yang belum teratasi

telah dijabarkan terlebih dahulu oleh perawat primer stase manajemen.

7. Validasi data dilakukan ke bed klien.

8. Ketika dilakukan kunjungan ke bed klien, dokter spesialis Anak dan dokter

koas datang berhadir. Saat dilakukan validasi data, semuakonselor dari berbagai

paham ilmu (Dokter spesialis, Ahli Gizi, Apoteker) aktif memberikan informasi

terkait kondisi klien dan aktif dalam menjawab pertanyaan yang diajukan oleh

klien atau keluarga.

9. Setelah validasi data, kegiatan dilanjutkan di ruang diskusi dengan melakukan

diskusi yang melibatkan perwakilan keluarga klien yaitu dari PKH (Program

Keluarga Harapan).

10. Semua konselor yang berhadir aktif memberikan saran kepada perwakilan

keluarga klien tersebut.

11. Perwakilan keluarga aktif bertanya dan memberikan informasi serta

pendapatnya terkait kondisi klien.

Hasil

1. Konselor aktif menjawab pertanyaan dan memberikan informasi terkait masalah

yang dihadapi klien.

99

Page 132: MANAJEMEN KEPERAWATAN

2. Klien dan keluarga merasa senang telah dilibatkan dalam kegiatan ronde

keperawatan.

3. Solusi dari permasalahan klien telah didapatkan namun perlu kelanjutan terapi

seperti akan melakukan rujukan ke RS Soetomo dan kombinasi dari ahli gizi

terkait nutrisi yang akan diberikan.

4. Keluarga puas dengan hasil ronde keperawatan.

5. Perwakilan keluarga dari PKH senang karena bisa terlibat dalam kegiatan.

Hambatan

1. Waktu mulai acara terlambat (32 menit) karena menunggu kehadiran dari

konselor.

2. Tidak semua konselor dapat berhadir tepat waktu saat Ronde Keperawatan, dan

ada konselor yang membatalkan kehadiran karena kesibukan yang sifatnya

mendadak.

3. Tidak semua peserta ronde keperawatan memahami jalannya ronde

keperawatan seperti Dokter Spesialis Anak, dan Apoteker karena ronde

keperawatan merupakan inovasi yang belum pernah dilakukan di Ruang Anak

Tulip IIA.

4. Adanya kesulitan yang dihadapi mahasiswa manajemen kepada konselor saat

berkomunikasi.

5. Kurangnya masukan dari segi keperawatan dalam hal perawatan pada klien

yang dilakukan Ronde Keperawatan..

99

Page 133: MANAJEMEN KEPERAWATAN

7. Discharge Planning

Discharge planning sebelum dan sesudah Roleplay dapat dilihat pada gambar

di bawah ini :

Gambar 5.14.Diagram Perbandingan Hasil Penilaian Sebelum dan Sesudah Pelaksanaan Roleplay Discharge Planning

Roleplaydischarge planning di Ruang Tulip IIA dilakukan pada tanggal 6 Juli –

1 Agustus 2015. Sebelum dilakukan Roleplayoleh mahasiswa praktek manajemen

diketahui bahwa discharge planning pada klien biasanya hanya berupa penjelasan

secara lisan tanpa ada bukti tertulis dan tanpa disertai media seperti leafletdan hal

tersebut hanya dilakukan oleh dokter muda. Selain itu, di ruangan belum mempunyai

format discharge planning. Setelah adanya Roleplay dari mahasiswa praktek

manajemen dapat terlihat terjadi peningkatan kegiatan discharge planing terutama

99

1 2 3 4 5 6 7 8 9 100.0%

20.0%

40.0%

60.0%

80.0%

100.0%

120.0%

Discharge Planning sesudah Roleplay

SelaluKadang-kadangTidak pernah

1 2 3 4 5 6 7 8 9 100.0%

10.0%

20.0%

30.0%

40.0%

50.0%

60.0%

70.0%

80.0%

90.0%

100.0%

Discharge Planning sebelum Roleplay

SelaluKadang-kadangTidak pernah

Page 134: MANAJEMEN KEPERAWATAN

pada point5 (dorongan untuk melakukan discharge planning timbul dari perawat

sendiri), 7 (discharge planning dilakukan pada klien dan keluarga) dan 10 (discharge

planning dilakukan meski perawat sibuk dengan urusannya). Hal ini mungkin

dikarenakan sudah tersedianya media seperti leaflet dan format discharge planning

sehingga dapat memudahkan perawat dalam melakukan discharge planning dan

meningkatkan motivasi perawat dalam melakukan discharge planning. Kegiatan

discharge planningselama Roleplay tidak hanya berfokus pada klien tetapi juga pada

keluarga sehingga informasi yang diberikan bukan hanya diketahui klien tetapi juga

diketahui oleh keluarga sebagai faktor pendukung perawatan klien

dirumah.Discharge planning juga dilakukan setelah pelunasan administrasi, namun

terkadang discharge planning dilakukan bersamaan dengan proses pelunasan

administrasi, ataupun setelah klien dinyatakan boleh puang oleh dokter, karena

keterbatasan waktu yang dimiliki, terkadang klien dan keluarga ingin bergegas ntuk

segera pulang.

Selain itu sudah tersedianya format discharge planning dan leaflet yang

diberikan kepada klien yang sangat membantu dalam perawatan lebih lanjut ketika di

rumah seperti aktivitas yang boleh dilakukan, perawatan saat dirumah, diit, obat yang

diminum dan kartu kontrol. Stase manajemen PSIK FK UNLAM juga bekerjasama

dengan bagian PKRMS RSUD ULIN dan berkonsultasi dalam hal penyediaan leaflet

agar tetap berlanjut walaupun Stase manajemen PSIK UNLAM sudah tidak berdinas

lagi. Dalam hal pembuatan leaflet sebelumnya sudah dikonsulkan dengan pihak

terkait. Dalam hal penyediaan leaflet ini sangat perlu untuk tetap dipertahankan agar

perawatanlanjutan pada klien dapat dilakukan dengan efektif dan efisien.

99

Page 135: MANAJEMEN KEPERAWATAN

Evaluasi Penilaian Discharge planning

Struktur

1. Persiapan dilakukan sebelum kegiatan Roleplay dilaksanakan

2. Telah tersedianya format discharge planning

3. Leaflet telah disiapkan

4. Persiapan dilakukan pada klien dan keluarga yang termasuk dalam tim

kelolaan manajemen PSIK Unlam yang akan direncanakan pulang sebelumnya.

5. Tepatnya 15 menit sebelum dilakukan discharge planning dilakukan kontrak

waktu dan tempat kepada klien dan keluarga

Proses

1. Kegiatan discharge planning berjalan dengan lancar, sebelum kegiatan

dilakukan kontrak terhadap klien dan keluarga. Discharge planning dilakukan

sesuai rencana yang telah disusun.

2. Discharge planning dilakukan pada klien yang direncanakan pulang pada hari

itu.

3. Pelaksanaan discharge planning dilakukan di ruangan klien.

4. Pelaksanaan discharge planning diikuti oleh klien dan keluarga klien.

5. Perawat yang bertugas saat shift tersebut ikut terlibat dalam Discharge

planning, perawat primer memberikan informasi langsung kepada klien dan

keluarga dibantu perawat asociate.

6. Discharge planningdilaksanakan sesuai dengan alur yang telah ditentukan

7. Selama Roleplay jumlah klien yang mendapatkan discharge planning ada 24

orang.

Hasil

1. Informasi yang disampaikan dapat diterima oleh keluarga, namun pada

penyampaiannya ada beberapa hal yang kurang dimengerti karena penggunaan

bahasa sehingga kurang dipahami keluarga, namun setelah diklarifikasi ulang

keluarg dapat lebih memahami informasi tersebut

2. Keluarga dan klien puas dengan hasil pelaksanaan Discharge planning

3. Keluargaberpartisipasi aktif selama kegiatan discharge planning

99

Page 136: MANAJEMEN KEPERAWATAN

4. Jumlah klien yang pulang 40 orang.

5. Keluarga antusias memberikan pertanyaan di antaranya berupa :

a. Perawatan klien ketika dirumah ?

b. Makanan apa yang boleh dimakan dan tidak boleh dimakan oleh klien?

c. Bagaimana cara minum obat ? Bagaimana bila obat habis namun gejala timbul

berulang.

Hambatan

1. Klien langsung pulang saat mengetahui dibolehkan pulang sehingga beberapa

klien tidak bisa dilakukan discharge planning jika harus menunggu administrasi

selesai.

2. Belum adanya leaflet khusus untuk ruangan anak dari bagian rumah sakit,

sehingga dikhawatirkan discharge planning terhenti setelah mahasiwa selesai

melakukan praktik manajemen diruangan karena leaflet yang disiapkan

mahasiswa masih kurang.

3. Masih kurangnya kesadaran beberapa perawat tentang pentingnya pelaksanaan

discharge planning.

4. Adanya kesulitan yang dihadapi mahasiswa karena Discharge planning hanya

dilakukan oleh mahasiswa manajemen tanpa didampingi oleh perawat setempat.

Beberapa perawat menyatakan kesibukannya karena beberapa alasan.

99

Page 137: MANAJEMEN KEPERAWATAN

8. Dokumentasi Keperawatan

Dokumentasi keperawatan sebelum dan sesudah Roleplay dapat dilihat pada

gambar di bawah ini :

Pengkajian

Diagnosa

Perencan

aan

Tindaka

n

Evaluasi

Catatan

Perkem

bangan

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

Sebelum RoleplaySesudah Roleplay

Gambar 5.15.Diagram Perbandingan Hasil Penilaian Sesudah Pelaksanaan Roleplay Dokumentasi Keperawatan

Berdasarkan hasil penilaian terhadap 10 asuhan keperawatan klien diketahui

bahwa pendokumentasian sudah cukup baik sebelum pelaksanaan role play, Tingkat

persentase sebelum roleplay didapatkan Pengkajian 75%, Diagnosa Keperawatan

53,33%, Perencanaan 83,33%, Tindakan Keperawatan 75%, Evaluasi 50% dan

Catatan Keperawatan 82%. Setelah dilakukan role play, presentasi Pengkajian

meningkat menjadi 85%, Diagnosa 66,66%, Perencanaan 83,33 %, Tindakan

Keperawatan 85%, Evaluasi 70% dan Catatan Perkembangan 95%. Terjadi

peningkatan pada pendokumentasian karena evaluasi dan catatan perkembangan

dilakukan sendiri oleh perawat, dan ditulis dengan rapi dan jelas. Hal ini diharapkan

dapat terus dipertahankan dan ditingkatkan untuk hasil pendokumentasian yang lebih

akurat tentang kondisi pada klien.

99

Page 138: MANAJEMEN KEPERAWATAN

Evaluasi Penilaian Dokumentasi Keperawatan

Struktur

Persiapan kegiatan pendokumentasian asuhan keperawatan meliputi

penggunaan format pengkajian baru yang dibuat oleh Tim mutu RSUD Ulin

Banjarmasin, perumusan diagnosa, pembuatan rencana tindakan termasuk kriteria

tujuan, pelaksanaan tindakan keperawatan, dan evaluasi dalam bentuk catatan

perkembangan yang telah dibuat dalam bentuk format yang telah dikonsultasikan dan

disetujui pembimbing lahan.

Proses

Dokumentasi asuhan keperawatan dilaksanakan pada semua klien yang dirawat

sesuai dengan rencana pengisian yang telah ditetapkan. Dalam pelaksaaan yang

menggunakan format catatan perkembangan ruangan, terdapat kekurangan yaitu tidak

adanya tanda tangan perawat yang menyerahkan dan perawat yang menerima pada

pergantian shift, sehingga kemudian kelompok memodifikasi format catatan

perkembangan untuk mencantumkan hal tersebut. Pelaksanaan kegiatan penilaian

pendokumentasian asuhan keperawatan dilakukan terhadap seluruh dokumen dengan

klien minimal 3 hari perawatan. Dilakukan penilaian pada item pengkajian, diagnose

keperawatan, perencanaan, implementasi, evaluasi dan catatan keperawatan. Item

pengkajian meliputi 4 poin, diagnosa keperawatan 3 poin, perencanaan 2 poin,

implementasi 3 poin, evaluasi 2 poin dan catatan keperawatan 5 poin.

Hasil

1. Pendokumentasian dilakukan dengan rapi dan jelas

2. Hambatan yang ditemukan:

a. Dalam pembuatan format pendokumentasian mengalami kendala dengan

dilakukannya perbaikan sebanyak 2 kali

b. Sebelum diadakannya rapat dengan kepala bidang keperawatan, proses

pendokumentasian asuhan keperawatan masih dilakukan oleh mahasiswa yang

berdinas diruang anak, akan tetapi setelah rapat dilakukan proses

pendokumentasian membaik dan dilakukan sendiri oleh perawat ruangan.

c. Perawat kurang motivasi dalam pendokumentasian.

99

Page 139: MANAJEMEN KEPERAWATAN

D. PEMASARAN (M4/MARKETING)

a. BOR

BOR adalah suatu persentase pemakaian tempat tidur pada satuan waktu tertentu.

Indikator ini memberikan gambaran tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan tempat

tidur rumah sakit. Nilai parameter BOR yang ideal adalah antara 60-85% (depkes

RI,2005).

BOR pada serangkaian data sesuai dengan kapasitas tempat tidur klien di ruang

Anak Tulip IIA selama bulan 29 Juni – 1 Agustus 2015 yaitu:

Formula :

BOR = Jumlah BORdalam periodeJumlah hari dalam periode

= 962.4

26 = 37.01 %

Hal ini menunjukan bahwa nilai parameter BOR diruang Anak Tulip

IIAuntuk tanggal 29 Juni – 1 Agustus 2015 adalah 37.01% dan nilai parameter BOR

yang ideal adalah antara 60-85% (Depkes, 2005). Nilai BOR diruang Anak Tulip IIA

berdasarkan nilai perhitungan BOR dibawah nilai ideal, hal ini tejadi karena jumlah

klien sedikit dan bertepatan dengan hari Besar (Hari Raya Idul Fitri), ruang Anak

juga terbagi menjadi 2.

Jumlah BOR ruang Anak Tulip IIAmulai dari tanggal 29 Juni – 1 Agustus

2015 dapat diakumulasi karena mahasiswa menghitung sendiri BOR harian selama

dinas stase management dengan hasil sebagai berikut:

99

Page 140: MANAJEMEN KEPERAWATAN

Tabel 5.5.Perhitungan BOR harian ruang Anak Tulip IIA

No Tanggal BOR1 29 Juni 2015 14

32 x 100% = 44%

2 30 Juni 2015 1532

x 100% = 47%

3 1 Juli 2015 1532

x 100% = 47%

4 2 Juli 2015 1332

x 100% = 41%

5 3 Juli 2015 1632

x 100% = 50%

6 4 Juli 2015 1932

x 100% = 59%

7 6 Juli 2015 1432

x 100% = 44%

8 7 Juli 2015 1632

x 100% = 50%

9 8 Juli 2015 1632

x 100% = 50%

10 9 Juli 2015 1632

x 100% = 50%

11 10 Juli 2015 932

x 100% = 28%

12 11 Juli 2015 732

x 100% = 21%

13 12 Juli 2015 1032

x 100% = 31%

14 13 Juli 2015 1132

x 100% = 34%

15 14 Juli 2015 1032

x 100% = 31%

16 15 Juli 2015 832

x 100% = 25%

17 23 Juli 2015 732

x 100% = 21%

18 24 Juli 2015 632

x 100% = 18.7%

19 25 Juli 2015 632

x 100% = 18.7%

20 26 Juli 2015 732

x 100% = 21%

99

Page 141: MANAJEMEN KEPERAWATAN

21 27 Juli 2015 832

x 100% = 25%

22 28 Juli 2015 1532

x 100% = 47%

23 29 Juli 2015 1632

x 100% = 50%

24 30 Juli 2015 1532

x 100% = 47%

25 31 Juli 2015 1332

x 100% = 41%

26 1 Agustus 2015 732

x 100% = 21%

Dari data BOR diatas didapatkan nilai minimal yaitu 21% dan nilai maksimal

50%, hal ini dikarenakan sedikitnya klien yang masuk tidak melebihi jumlah bed

yang ada di ruangan.

b. ALOS

ALOS adalah suatu gambaran mutu pelayanan yang menggambarkan rata-rata

lama rawat seorang klien. Indikator ini disamping memberikan gambaran tingkat

efisiensi , juga dapat memberikan gambaran mutu pelayanan , apabila diterapkan

pada diagnosis tertentu dapat dijadikan hal yang perlu pengamatan yang lebih lanjut.

Secara umum nilai ALOS yang ideal antara 6-9 hari (depkes,2005).

Nilai ALOS ruang Anak Tulip IIApada bulan Juni hingga Agustus 2015adalah :

ALOS = JUMLAH LAMA DIRAWAT

JUMLAH PASIEN KELUAR RS (hidup /mati)/ PERIODE

ALOS = 38040

= 9.5hari

Jadi rata-rata lama perawatan klien di ruang Anak Tulip IIA pada tanggal 29

Juni – 1 Agustus 2015adalah 9.5 hari dan nilai parameter ALOS yang ideal adalah 6-

9 hari.

Lama rawat inap klien (ALOS) di ruang Anak Tulip IIApada tanggal 29 Juni –

1 Agustus 2015 adalah rata-rata 9.5hari. Jumlah klien keluar 40 orang. ALOS

99

Page 142: MANAJEMEN KEPERAWATAN

bulanMaret – Mei 2015 di ruang Anak Tulip IIA adalah 5 hari, terjadi peningkatan

lama rawat inap klien dari sebelum Roleplay dibandingkan setelah Roleplay yaitu

sebanyak 4.5 hari. Hal ini akan mengakibatkan claim BPJS terganggu dan membuat

keluarga klien mengurus kembali berkas BPJS

c BTO

Nilai BTO ruang Anak Tulip IIApada 29 Juni – 1 Agustus 2015 adalah :

BTO = JUMLAH PASIEN KELUAR ( HIDUP

MAT I)

JUMLAH TEMPAT TIDUR=

BTO = 4032

= 1.25Kali

Jadi selama bulan Juni s.d Agustus 2015, BTO Sebanyak 1.25 kali dan nilai

parameter BTO yang ideal selama 3 minggu adalah 2,3-2,8 kali.Hal ini dikarenakan

klien yang berada di ruang Anak Tulip IIA jumlahnya sedikit dibandingkan dengan

jumlah bed di ruangan.

d. TOI

Nilai TOI Ruang Anak Tulip IIA pada 29 Juni – 1 Agustus 2015 adalah:

TOI =(32 x 26 )−309

40= 13 hari

Jadi, rata-rata tenggang perputaran dari 29 Juni – 1 Agustus 2015 adalah 13 hari

1. Instrumen C

Struktur

99

Page 143: MANAJEMEN KEPERAWATAN

Kegiatan penilaian terhadap kesesuaian pelaksanaan tindakan keperawatan

dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) meliputi:

a) Melakukan koordinasi dengan perawat ruangan terkait rencana pelaksanaan

penilaian kesesuaian pelaksanaan tindakan keperawatan dengan Standar

Operasional Prosedur (SOP)

b) Melakukan penilaian kesesuaian pelaksanaan tindakan dengan Standar

Operasional Prosedur (SOP)

c) Melakukan skoring terhadap penilaian kesesuaian pelaksanaan tindakan

keperawatan dengan SOP

d) Menyimpulkan hasil skoring terhadap penilaian kesesuaian pelaksanaan

tindakan keperawatan dengan SOP

e) Melakukan dokumentasi hasil skoring terhadap penilaian kesesuaian

pelaksanaan tindakan keperawatan dengan SOP.

Adapun pengorganisasian kegiatan penilaian dokumentasi asuhan keperawatan

yang dilaksanakan yaitu:

Penanggung Jawab: Annisa Febriana, S.Kep

Pembimbing Klinik: Hj. Erni Aprilia, S.Kep, Ns, MM

Pembimbing Akademik: Endang Pertiwiwati, S.Kep, Ns, M. Kep

Pada kegiatan penilaian terhadap kesesuaian pelaksanaan tindakan keperawatan

dengan SOP ruangan, keterlibatan Supervisor ruangan dalam melakukan evaluasi

dapat membantu kegiatan penilaian.

Proses

Tahap pelaksanaan, kegiatan yang dilakukan penilaian yaitu pemasangan infus.

Secara keseluruhan, pelaksanaan tindakan mandiri keperawatan tidak mengalami

kendala yang berarti dalam pelaksanaannya.

Hasil

Berdasarkan tabel, diketahui bahwa rata-rata kesesuaian pelaksanaan tindakan

keperawatan dengan SOP ruangan . Dalam upaya pembuatan SAK terbaru atau

revisi yang telah berkoordinasi dengan Kepala Ruangan dan Supervisor Ruang Anak

99

Page 144: MANAJEMEN KEPERAWATAN

Tulip IIA dan sudah diserahkan. Sedangkan untuk penggunaan draf SAK tersebut di

ruangan, masih perlu diproses lebih lanjut.Untuk SOP tetap mengikuti ruangan.

No KegiatanPersentase (%)

sebelumPersentase (%)

sesudah41. Pemasangan infus - 82.14%

Rata-rata - 82.14%Tabel 5.6 Data penilaian terhadap kesesuaian pelaksanaan tindakan keperawatan

dengan SOP ruangan

Berdasarkan tabel diatas pada tindakan pemasangan infus, sebelum

Roleplaytidak bisa dipersentasi dan setelah Roleplay persentasi tindakan menjadi

82.14% hal ini terjadi karena sebelum Roleplay, kurangnya koordinasi antara

mahasiswa stase Manajemen dengan perawat ruangan sehingga tidak bisa dinilai.

Pada hasil setelah Roleplay perawat melakukan tindakan pemasangan infus sebagian

besar sudah sesuai dengan SOP yang berlaku di ruangan.Namun ada beberapa point

yang tidak dilakukan misalnya seperti mencuci tangan sebelum dan sesudah

melakukan tindakan

99

Page 145: MANAJEMEN KEPERAWATAN

BAB VI

PENUTUP

A. Simpulan

Dari hasil kegiatan stase manajemen profesi ners PSIK FK UNLAM

Banjarbaru dari tanggal 29 Juni s.d 8 Agustus 2015, didapatkan beberapa simpulan

sebagai berikut:

1. Ruang Anak Tulip IIA RSUD Ulin Banjarmasin merupakan salah satu ruang

perawatan dengan total kapasitas bed ada 32 bed. Data dari Maret - Mei 2015

BOR ruang Anak Tulip IIA adalah 60% dan ALOS 5 hari. Sedangkan untuk

BOR pada tanggal 29 Juni – 1 Agustus 2015 adalah 37.01% dan ALOS 9.5

hari.

2. Kegiatan roleplay dilaksanakan dari tanggal 29 Juni – 1 Agustus 2015 dengan

menerapkan SP2KP model modifikasi dengan pelaksanaan unsur-unsurnya

secara menyeluruh.

3. Secara umum, terdapat peningkatan setelah dilakukan kegiatan roleplay

terutama pada kegiatan timbang terima dan ronde keperawatan.

4. Jumlah tenaga keperawatan saat ini berjumlah 17 orang. Jumlah tenaga non

keperawatan (pekarya) saat ini berjumlah 1 orang.

99

Page 146: MANAJEMEN KEPERAWATAN

5. Masih banyak tenaga perawat yang lulusan DIII yaitu sebanyak 13 orang dari

17 perawat yang bekerja di Ruang Anak Tulip IIA

6. Tingkat kepuasan klien diruang Anak Tulip IIA berada dalam kategori baik dan

terjadi peningkatan sebelum dilakukan roleplay 50% menjadi 77% pada klien

kelolaan roleplay.

7. Cukup tersedianya alat penunjang yang dapat dimanfaatkan oleh tenaga

kesehatan dan klien serta keluarga (Musholla, WC, alat kebersihan).

B. Saran

Man (M1)

1. Diharapkan pihak rumah sakit mengupayakan penambahan ketenagaan perawat

sesuai jumlah ideal tenaga perawat berdasarkan rumus dari lokakarya PPNI.

Dengan demikian beban kerja perawat lebih minimal sehingga perawat dapat

bekerja lebih optimal dalam melakukan tugasnya.

2. Diharapkan supervisor berperan aktif untuk melakukan pembagian klien yang

akan dikelola perawat ataupun mahasiswa yang berdinas pada saat itu.

3. Diharapkan pihak manajerial dapat memfasilitasi peningkatan jenjang pendidikan

bagi ketua tim yang masih lulusan DIII.

Material (M2)

1. Diharapkan untuk manajemen ruang Anak Tulip IIA untuk menindak lanjuti

sarana dan prasarana (penyediaan alat kesehatan – obat emergency, perbaikan

ganggang pintu WC , tombol closed duduk WC, perbaikan kipas angin yang

rusak) yang belum terlaksana untuk mengoptimalkan sarana prasarana yang

sudah ada dan Cleaning Service diharapkan untuk melaksanakan jadwal

kebersihan sesuai dengan jadwal yang dibuat

2. Diharapkan bagi semua perawat di ruang Anak Tulip IIA dan Cleaning service

menjaga sarana dan prasarana yang ada di ruangan.

Method (M3)

99

Page 147: MANAJEMEN KEPERAWATAN

1. SP2KP

a. Diharapkan perawat ruangan mampu melaksanaan model yang telah ada.

b. Diharapkan RS menyediakan SDM yang sesuai dengan kebutuhan di ruangan.

2. Penerimaan klien baru

a. Diharapkan diruangan melanjutkan penerimaan klien baru yang sudah di

Roleplay kan oleh mahasiswa stase manajemen.

b. Diharapkan diruangan sudah menyediakan format penerimaan klien baru

terlebih dahulu sebelum klien baru datang keruangan.

3. Timbang terima

a. Diharapkan ruangan melaksanakan kegiatan timbang terima dan morning report

setiap pagi dengan dipimpin oleh kepala ruangan/supervisor bersama perawat

yang bertugas.

b. Diharapkan semua perawat bisa berhadir tepat waktu saat pergantian shift.

c. Diharapkan timbang terima dilakukan di ners station, validasi data di bed klien

kemudian kembali ke ners station untuk mendiskusikan hasil validasi yang akan

dilakukan kemudian.

d. Diharapkan dalam kegiatan timbang terima, ketua tim melakukan

penandatanganan serah terima pergantian shift.

4. Supervisi

a. Diharapkan supervisi dilakukan sesuai dengan SPO yang ada di RS.

b. Diharapkan supervisor melanjutkan supervisi di ruangan baik supervisi

langsung maupun supervisi tidak langsung.

c. Diharapkan supervisor dapat lebih memperhatikan dan melaksanakan uraian

tugas yang telah ditetapkan oleh Rumah Sakit, sehingga kegiatan supervisi

dapat menjadi lebih baik. Kegiatan supervisi sebaiknya perlu dijadwalkan dan

setiap kegiatan yang disupervisi harus didokumentasikan dengan baik, sehingga

peningkatan mutu pelayanan semakin baik.

5. Discharge planning

99

Page 148: MANAJEMEN KEPERAWATAN

a. Diharapkan tetap melanjutkan discharge planning sesuai dengan format serta

menggunakan leaflet yang sudah ada.

b. Diharapkan adanya penyediaan leaflet khusus untuk ruang Anak Tulip IIA dari

pihak Rumah Sakit untuk meningkatkan kualitas pelayanan.

6. Sentralisasi obat

a. Diharapkan sentralisasi obat dilakukan oleh perawat diruangan dengan

menggunakan format persetujuan sentralisasi obat.

b. Diharapkan kedepannya di ruangan dapat menjalankan sentralisasi obat yang

sesuai dengan SPO.

c. Diharapkan di ruangan dapat menyediakan SDM untuk mengambil obat setiap

klien secara kolektif.

7. Ronde keperawatan

a. Diharapkan setelah berjalannya Roleplay ronde keperawatan ruangan

melanjutkan kegiatan ronde keperawatan untuk klien yang memerlukan

perhatian khusus.

8. Dokumentasi keperawatan

a. Diharapkan penulisan dokumentasi keperawatan di ruangan mencakup asuhan

keperawatan secara keseluruhan seperti: pengkajian, diagnosa (problem dan

etiologi), rencana keperawatan, implementasi keperawatan, dan evaluasi

keperawtan (SOAP).

b. Diharapkan dalam penulisan dokumentasi mencantumkan tanggal, jam dan

nama perawat yang melaksanakan.

Money (M4)

1. Diharapkan dana simpanan ruangan dapat maksimal dipergunakan dalam

membantu keperluan ruangan yang mendesak dan yang harus mengeluarkan dana

banyak pihak rumah sakit mampu mempermudah atau mempercepat keluarnya

dana tersebut agar pelayanan ruangan dapat berjalan maksimal

2. Diharapkan bagian administrasi menyimpan data atau daftar pembiayaan

( Program jaminan kesehatan ) apabila sewaktu – waktu keluarga klien ingin

mengetahui informasi lengkap terkait hal tersebut.

99

Page 149: MANAJEMEN KEPERAWATAN

Mesin (M5)

1. Diharapkan ruangan melakukan koordinasi lebih lanjut dengan komite

keperawatan terkait pembaruan atau revisi SPO dan SAK Ruang Tulip IIA dan

dilakukan pengadaan untuk SPO serta SAK yang secara menyeluruh diperlukan

oleh ruangan.

2. Diharapkan perawat ruangan mampu menjalankan SPO yang sudah disiapkan

sebagai acuan atau standar untuk memberikan tindakan keperawatan maksimal

kepada klien

3. Diharapkan dengan adanya pembuatan SAK terbaru oleh mahasiswa stase

managemen PSIK FK UNLAM dapat dipergunakan secara maksimal dalam

menentapkan suatu standar asuhan keperawatan yang lebih tepat.

99