ikk presus.docx

59
PRESENTASI KASUS INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT PADA PASIEN BALITA DENGAN AYAH PEROKOK AKTIF Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Kedokteran Keluarga Disusun oleh: Lukman Hakim (20070310095) 1

description

kk

Transcript of ikk presus.docx

Page 1: ikk presus.docx

PRESENTASI KASUS

INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT PADA PASIEN

BALITA DENGAN AYAH PEROKOK AKTIF

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat

Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Kedokteran Keluarga

Disusun oleh:

Lukman Hakim (20070310095)

SMF ILMU KEDOKTERAN KELUARGA

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

20121

Page 2: ikk presus.docx

LEMBAR PENGESAHAN

Presentasi Kasus

INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT PADA PASIEN

BALITA DENGAN AYAH PEROKOK AKTIF

Disusun oleh:

Lukman Hakim (20070310095)

Tanggal dipresentasikan

Pada Tanggal 31 Oktober 2012

Mengetahui dan mengesahkan

Dosen Pembimbing

Dosen Pembimbing Fakultas

dr. Kusbaryanto , M.Kes

2

Page 3: ikk presus.docx

BAB I

TINJAUAN PUSTAKA

Infeksi Saluran Pernafasan Akut merupakan sekelompok penyakit kompleks

dan heterogen yang disebabkan oleh berbagai penyebab dan dapat mengenai setiap

lokasi di sepanjang saluran nafas (WHO, 1986).

Secara klinis ISPA adalah suatu tanda dan gejala akut akibat infeksi yang

terjadi di setiap bagian saluran pernafasan dan berlangsung tidak lebih dari 14 hari.

Adapun yang termasuk ISPA adalah influenza, campak, faringitis, trakeitis,

bronkhitis akut, brokhiolitis, dan pneumonia (Yuliastuti, 1992).

ISPA merupakan salah satu penyebab utama dari tingginya angka kematian

dan angka kesakitan pada balita dan bayi di Indonesia. Dalam Pelita IV penyakit

tersebut mendapat prioritas tinggi dalam bidang kesehatan (Depkes, 1998). ISPA

menyebabkan kematian bayi dan balita yang cukup tinggi yaitu kira-kira 1 dari 4

kematian yang terjadi. Setiap anak diperkirakan mengalami 3-6 episode ISPA setiap

tahunnya. 40 % -60 % dari kunjungan di Puskesmas adalah oleh penyakit ISPA. Dari

seluruh kematian yang disebabkan oleh ISPA mencakup 20 % -30 %. Kematian yang

terbesar umumnya adalah karena pneumonia dan pada bayi berumur kurang dari 2

bulan. Data morbiditas penyakit pneumonia di Indonesia per tahun berkisar antara 10

-20 % dari populasi balita. Hal ini didukung oleh data penelitian dilapangan

(Kecamatan Kediri, NTB adalah 17,8 % ; Kabupaten Indramayu adalah 9,8 %)

(Rasmaliah, 2004).

Program pemberantasan ISPA secara khusus telah dimulai sejak tahun 1984,

dengan tujuan berupaya untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian khususnya

pada bayi dan anak balita yang disebabkan oleh ISPA. Namun, tampaknya upaya ini

belum membuahkan hasil yang optimal melihat angka morbiditas di atas.

3

Page 4: ikk presus.docx

A. Definisi

Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan sekelompok penyakit

kompleks dan heterogen yang disebabkan oleh berbagai penyebab dan dapat

mengenai setiap lokasi di sepanjang saluran nafas (WHO, 1986).

Secara klinis ISPA adalah suatu tanda dan gejala akut akibat infeksi yang

terjadi di setiap bagian saluran pernafasan dan berlangsung tidak lebih dari 14

hari. Adapun yang termasuk ISPA adalah influenza, campak, faringitis, trakeitis,

bronkhitis akut, brokhiolitis, dan pneumonia (Anonim, 2009)

B. Epidemiologi

Insiden ISPA anak di negara berkembang maupun negara yang telah maju

tidak berbeda, tetapi jumlah angka kesakitan di negara berkembang lebih banyak

(WHO, 1992). Berbagai laporan menyatakan bahwa ISPA anak merupakan

penyakit yang paling sering pada anak, mencapai kira-kira 50% dari semua

penyakit balita dan 30% pada anak usia 5-12 tahun. Umumnya infeksi biasanya

mengenai saluran nafas bagian atas, hanya kurang dari 5% yang mengenai saluran

pernafasan bawah.

Kejadian ISPA pada balita lebih sering terjadi di daerah perkotaan

dibandingkan pada balita di daerah pedesaan. Seorang anak yang tinggal di

daerah perkotaan akan mengalami ISPA sebanyak 5-8 episode setahun,

sedangkan bila tinggal di pedesaan sebesar 3-5 episode (WHO, 1992).

Angka kematian yang tinggi karena ISPA khususnya pneumonia masih

merupakan masalah di beberapa negara berkembang termasuk Indonesia. WHO

(1992) memperkirakan 12,9 juta balita meninggal dunia karena ISPA terutama

pneumonia.

C. Klasifikasi

4

Page 5: ikk presus.docx

Program Pemberantasan Penyakit (P2) ISPA membagi penyakit ISPA dalam 2

golongan yaitu pneumonia dan yang bukan pneumonia. Pneumonia dibagi atas

derajat beratnya penyakit yaitu pneumonia berat dan pneumonia tidak berat.

Penyakit batuk pilek seperti rhinitis, faringitis, tonsilitis dan penyakit jalan napas

bagian atas lainnya digolongkan sebagai bukan pneumonia (Rasmaliah, 2004).

WHO (1986) telah merekomendasikan pembagian ISPA menurut derajat

keparahannya. Pembagian ini dibuat berdasarkan gejala-gejala klinis yang

timbul, dan telah ditetapkan dalam lokakarya Nasional II ISPA tahun 1988.

Adapun pembagiannya sebagai berikut :

a. ISPA ringan

Ditandai dengan satu atau lebih gejala berikut :

Batuk

Pilek dengan atau tanpa demam

b. ISPA sedang

Meliputi gejala ISPA ringan ditambah satu atau lebih gejala berikut:

Pernafasan cepat.

Umur < 1 tahun : 50 kali / menit atau lebih.

Umur 1-4 tahun : 40 kali / menit atau lebih.

Wheezing (nafas menciut-ciut).

5

Page 6: ikk presus.docx

Sakit/keluar cairan dari telinga.

Bercak kemerahan (campak).

Khusus untuk bayi <2 bulan hanya dikenal ISPA ringan dan ISPA berat

dengan batasan frekuensinya nafasnya 60 kali / menit.

c. ISPA berat

Meliputi gejala sedang/ringan ditambah satu atau lebih gejala berikut:

Penarikan sela iga ke dalam sewaktu inspirasi.

Kesadaran menurun.

Bibir / kulit pucat kebiruan.

Stridor (nafas ngorok) sewaktu istirahat.

Adanya selaput membran difteri.

Depkes RI (1991) membagi ISPA berdasarkan atas umur dan tanda-tanda

klinis yang didapat yaitu :

a. Untuk anak umur 2 bulan - 5 tahun.

Untuk anak dalam berbagai golongan umur ini ISPA diklasifikasikan

menjadi 3 yaitu :

Pneumonia berat

Tanda utama :

6

Page 7: ikk presus.docx

Adanya tanda bahaya, yaitu tak bisa minum, kejang, kesadaran

menurun, stridor, serta gizi buruk.

Adanya tarikan dinding dada ke belakang. Hal ini terjadi bila paru-

paru menjadi kaku dan mengakibatkan perlunya tenaga untuk

menarik nafas.

Tanda-tanda lain yang mungkin ada :

Nafas cuping hidung

Suara rintihan

Sianosis (pucat)

Pneumonia (tidak berat)

Tanda :

Tak ada tarikan dinding dada ke dalam.

Disertai nafas cepat :

Lebih dari 50 kali / menit untuk usia 2 bulan – 1 tahun.

Lebih dari 40 kali / menit untuk usia 1 tahun – 5 tahun.

Bukan Pneumonia

Tanda :

Tak ada tarikan dinding dada ke dalam.

7

Page 8: ikk presus.docx

Tak ada nafas cepat :

Kurang dari 50 kali / menit untuk anak usia 2 bulan – 1 tahun.

Kurang dari 40 kali / menit untuk anak usia 1 tahun – 5 tahun.

b. Anak umur kurang dari 2 bulan

Untuk anak dalam golongan umur ini, diklasifikasikan menjadi 2 yaitu :

Pneumonia berat

Tanda :

Adanya tanda bahaya yaitu kurang bisa minum, kejang, kesadaran

menurun, stridor, wheezing, demam atau dingin.

Nafas cepat dengan frekuensi 60 kali / menit atau lebih, atau

Tarikan dinding dada ke dalam yang kuat.

Bukan Pneumonia

Tanda :

Tidak ada nafas cepat.

Tak ada tarikan dinding dada ke dalam.

D. Etiologi

Mayoritas penyebab dari ISPA adalah oleh virus, dengan frekuensi lebih dari

90% untuk ISPA bagian atas, sedangkan untuk ISPA bagian bawah frekuensinya

8

Page 9: ikk presus.docx

lebih kecil. Dalam Harrison’s Principle of Internal Medicine disebutkan bahwa

penyakit infeksi saluran nafas akut bagian atas mulai dari hidung, nasofaring,

sinus paranasalis sampai dengan laring hampir 90% disebabkan oleh viral,

sedangkan infeksi akut saluran nafas bagian bawah hampir 50% diakibatkan oleh

bakteri di mana Streptococcus Pneumonia adalah yang bertanggung jawab untuk

kurang lebih 70-90%, sedangkan Stafilococcus Aureus dan H. Influenza sekitar

10-20%. Saat ini telah diketahui bahwa infeksi saluran pernafasan akut ini

melibatkan lebih dari 300 tipe antigen dari bakteri maupun virus tersebut

(Anonim, 2009).

E. Faktor Resiko

Menurut WHO beberapa faktor yang telah diketahui mempengaruhi

pneumonia dan kematian ISPA adalah malnutrisi, pemberian ASI kurang cukup,

imunisasi tidak lengkap, defisiensi vitamin A, BBLR, umur muda, kepadatan

hunian, udara dingin, jumlah kuman yang banyak di tenggorokan, terpapar polusi

udara oleh asap rokok, gas beracun dan lain-lain.

Faktor-faktor resiko yang berperan dalam kejadian ISPA pada anak adalah

sebagai berikut:

1. Faktor host (diri)

a. Usia

Kebanyakan infeksi saluran pernafasan yang sering mengenai anak usia

dibawah 3 tahun, terutama bayi kurang dari 1 tahun. Beberapa penelitian

menunjukkan bahwa anak pada usia muda akan lebih sering menderita ISPA

daripada usia yang lebih lanjut(Anonim, 2009).

b. Jenis kelamin9

Page 10: ikk presus.docx

Angka kesakitan ISPA sering terjadi pada usia kurang dari 2 tahun, dimana

angka kesakitan ISPA anak perempuan lebih tinggi daripada laki-laki di

negara Denmark (Anonim, 2009).

c. Status gizi

Interaksi antara infeksi dan Kekurangan Kalori Protein (KKP) telah lama

dikenal, kedua keadaan ini sinergistik, saling mempengaruhi, yang satu

merupakan predisposisi yang lainnya. Pada KKP, ketahanan tubuh menurun

dan virulensi pathogen lebih kuat sehingga menyebabkan keseimbangan yang

terganggu dan akan terjadi infeksi, sedangkan salah satu determinan utama

dalam mempertahankan keseimbangan tersebut adalah status gizi anak

(Anonim, 2009).

d. Status imunisasi

Pada sebuah penelitian mendapatkan bahwa imunisasi yang lengkap dapat

memberikan peranan yang cukup berarti dalam mencegah kejadian ISPA

(Anonim, 2009).

e. Pemberian suplemen vitamin A

Pemberian vitamin A pada balita sangat berperan untuk masa

pertumbuhannya, daya tahan tubuh dan kesehatan terutama pada penglihatan,

reproduksi, sekresi mukus dan untuk mempertahankan sel epitel yang

mengalami diferensiasi (Anonim, 2009).

f. Pemberian air susu ibu (ASI)

ASI adalah makanan yang paling baik untuk bayi terutama pada bulan-bulan

pertama kehidupannya. ASI bukan hanya merupakan sumber nutrisi bagi bayi

10

Page 11: ikk presus.docx

tetapi juga sebagai sumber zat antimikroorganisme yang kuat, karena adanya

beberapa faktor yang bekerja secara sinergis membentuk sistem biologis. ASI

dapat memberikan imunisasi pasif melalui penyampaian antibodi dan sel-sel

imunokompeten ke permukaan saluran pernafasan atas (Anonim, 2009).

2. Faktor lingkungan

a. Rumah

Rumah merupakan stuktur fisik, dimana orang menggunakannya untuk tempat

berlindung yang dilengkapi dengan fasilitas dan pelayanan yang diperlukan,

perlengkapan yang berguna untuk kesehatan jasmani, rohani dan keadaan

sosialnya yang baik untuk keluarga dan individu (Anonim, 2009).

b. Kepadatan hunian (crowded)

Kepadatan hunian seperti luar ruang per orang, jumlah anggota keluarga, dan

masyarakat diduga merupakan faktor risiko untuk ISPA. Penelitian oleh Koch

et al (2003) membuktikan bahwa kepadatan hunian (crowded) mempengaruhi

secara bermakna prevalensi ISPA berat (Anonim, 2009).

c. Status sosioekonomi

Telah diketahui bahwa kepadatan penduduk dan tingkat sosioekonomi yang

rendah mempunyai hubungan yang erat dengan kesehatan masyarakat

(Anonim, 2009).

d. Kebiasaan merokok

Pada keluarga yang merokok, secara statistik anaknya mempunyai

kemungkinan terkena ISPA 2 kali lipat dibandingkan dengan anak dari

11

Page 12: ikk presus.docx

keluarga yang tidak merokok. Selain itu dari penelitian lain didapat bahwa

episode ISPA meningkat 2 kali lipat akibat orang tua merokok (Anonim,

2009).

e. Polusi udara

Diketahui bahwa penyebab terjadinya ISPA dan penyakit gangguan

pernafasan lain adalah rendahnya kualitas udara didalam rumah ataupun diluar

rumah baik secara biologis, fisik maupun kimia. Adanya ventilasi rumah yang

kurang sempurna dan asap tungku di dalam rumah seperti yang terjadi di

Negara Zimbabwe akan mempermudah terjadinya ISPA anak (Rasmaliah,

2004).

F. Patofisiologi dan Patogenesis

Perjalanan klinis penyakit ISPA dimulai dengan berinteraksinya virus dengan

tubuh. Masuknya virus sebagai antigen ke saluran pernafasan menyebabkan silia

yang terdapat pada permukaan saluran nafas bergerak ke atas mendorong virus ke

arah faring atau dengan suatu tangkapan refleks spasmus oleh laring. Jika refleks

tersebut gagal maka virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa saluran

pernafasan (Anonim, 2009).

Iritasi virus pada kedua lapisan tersebut menyebabkan timbulnya batuk kering.

Kerusakan stuktur lapisan dinding saluran pernafasan menyebabkan kenaikan

aktifitas kelenjar mukus yang banyak terdapat pada dinding saluran nafas,

sehingga terjadi pengeluaran cairan mukosa yang melebihi noramal. Rangsangan

cairan yang berlebihan tersebut menimbulkan gejala. Sehingga pada tahap awal

gejala ISPA yang paling menonjol adalah batuk (Anonim, 2009).

12

Page 13: ikk presus.docx

Adanya infeksi virus merupakan predisposisi terjadinya infeksi sekunder

bakteri. Akibat infeksi virus tersebut terjadi kerusakan mekanisme mukosiliaris

yang merupakan mekanisme perlindungan pada saluran pernafasan terhadap

infeksi bakteri sehingga memudahkan bakteri-bakteri patogen yang terdapat pada

saluran pernafasan atas seperti streptococcus pneumonia, haemophylus influenza

dan staphylococcus menyerang mukosa yang rusak tersebut. Infeksi sekunder

bakteri ini menyebabkan sekresi mukus bertambah banyak dan dapat menyumbat

saluran nafas sehingga timbul sesak nafas dan juga menyebabkan batuk yang

produktif. Invasi bakteri ini dipermudah dengan adanya fakor-faktor seperti

kedinginan dan malnutrisi. Suatu laporan penelitian menyebutkan bahwa dengan

adanya suatu serangan infeksi virus pada saluran nafas dapat menimbulkan

gangguan gizi akut pada bayi dan anak (Anonim, 2009).

Virus yang menyerang saluran nafas atas dapat menyebar ke tempat-tempat

yang lain dalam tubuh, sehingga dapat menyebabkan kejang, demam, dan juga

bisa menyebar ke saluran nafas bawah. Dampak infeksi sekunder bakteripun bisa

menyerang saluran nafas bawah, sehingga bakteri-bakteri yang biasanya hanya

ditemukan dalam saluran pernafasan atas, sesudah terjadinya infeksi virus, dapat

menginfeksi paru-paru sehingga menyebabkan pneumonia bakteri (Anonim,

2009).

Penanganan penyakit saluran pernafasan pada anak harus diperhatikan aspek

imunologis saluran nafas terutama dalam hal bahwa sistem imun di saluran nafas

yang sebagian besar terdiri dari mukosa, tidak sama dengan sistem imun sistemik

pada umumnya. Sistem imun saluran nafas yang terdiri dari folikel dan jaringan

limfoid yang tersebar, merupakan ciri khas system imun mukosa. Ciri khas

berikutnya adalah bahwa IgA memegang peranan pada saluran nafas atas

sedangkan IgG pada saluran nafas bawah. Diketahui pula bahwa sekretori IgA

13

Page 14: ikk presus.docx

(sIgA) sangat berperan dalam mempertahankan integritas mukosa saluran nafas

(Anonim, 2009).

Dari uraian di atas, perjalanan klinis penyakit ISPA ini dapat dibagi menjadi

empat tahap, yaitu:

1. Tahap prepatogenesis, penyebab telah ada tetapi penderita belum

menunjukkan reaksi apa-apa.

2. Tahap inkubasi, virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa. Tubuh

menjadi lemah apalagi bila keadaan gizi dan daya tahan sebelumnya memang

sudah rendah.

3. Tahap dini penyakit, dimulai dari munculnya gejala penyakit. Timbul gejala

demam dan batuk.

4. Tahap lanjut penyakit, dibagi menjadi empat, yaitu dapat sembuh sempurna,

sembuh dengan ateletaksis, menjadi kronis dan dapat meninggal akibat

pneumonia.

E. Diagnosis

Diagnosis ISPA ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik

seperti yang disebutkan pada klasifikasi di atas.

F. Penatalaksanaan

Pneumonia berat : dirawat di rumah sakit, diberikan antibiotik melalui

jalur infus, di beri oksigen dan sebagainya. Pneumonia: diberi obat

antibiotik melaui mulut. Pilihan obatnya Kotrimoksasol, jika terjadi

alergi / tidak cocok dapat diberikan Amoksilin, Penisilin, Ampisilin.

14

Page 15: ikk presus.docx

Bukan pneumonia : tanpa pemberian obat antibiotik. Diberikan

perawatan di rumah, untuk batuk dapat digunakan obat batuk tradisional

atau obat batuk lain yang tidak mengandung zat yang merugikan.

Bila demam diberikan obat penurun panas yaitu parasetamol. Penderita

dengan gejala batuk pilek bila pada pemeriksaan tenggorokan didapat

adanya bercak nanah disertai pembesaran kelenjar getah bening dileher,

dianggap sebagai radang tenggorokan oleh kuman streptococcuss dan

harus diberi antibiotik selama 10 hari.

Pencegahan ISPA dapat dilakukan dengan :

Menjaga keadaan gizi agar tetap baik.

Immunisasi.

Menjaga kebersihan prorangan dan lingkungan.

Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA.

MEROKOK

Dalam kandungan rokok, racun utama yang paling berbahaya adalah tar, nikotin

dan karbon monoksida. Tar mengandung 43 bahan kimia yang diketahui menjadi

penyebab kanker (karsinogen). Zat yang seperti benzopyrene, yaitu sejenis policyclic

aromatic hydrocarbon (PAH) yang telah lama ditetapkan sebagai agen pencetus awal

kejadian kanker.

Kandungan rokok lainnya adalah nikotin yang seperti heroin, amfetamin dan

kokain, dan bersifat merangsang otak serta mempunyai efek terhadap sistem

mesolimbik yang menjadi penyebab ketagihan. Seseorang yang kehabisan rokok

kadangkala bertingkah seperti orang yang mengalami gangguan pikiran dan dalam

keadaan yang amat tertekan. Itulah sebabnya mengapa orang yang sudah mengalami

ketergantungan sangat sulit untuk berhenti, kecuali dengan upaya yang keras dan

bersungguh-sungguh.

15

Page 16: ikk presus.docx

Selain itu, nikotin juga merupakan penyebab penyakit jantung dan stroke. Sekitar 25

persen penderita jantung adalah akibat dari merokok.

Zat beracun yang juga ada dalam rokok adalah karbon monoksida (CO), yaitu

gas beracun yang biasanya dikeluarkan oleh kendaraan. Gas ini menyebabkan

oksigen berkurang di jaringan tubuh, karena CO lebih kuat mengikat Hb darah

dibanding oksigen, sehingga apabila kadar CO di dalam tubuh melebihi 60 persen

maka dapat menyebabkan kematian.

Ada dua macam asap rokok yang dihasilkan setiap kali orang merokok, yaitu

asap utama (mainstream), yakni asap yang dihisap oleh si perokok, dan kedua asap

sampingan (sidestream) yaitu asap yang merupakan pembakaran dari ujung rokok,

kemudian menyebar ke udara. Asap sampingan memiliki konsentrasi yang lebih

tinggi, karena tidak melalui proses penyaringan yang cukup.

Dengan demikian, pengisap asap sampingan memiliki risiko yang lebih tinggi

untuk menderita gangguan kesehatan akibat rokok. Perokok pasif adalah orang-orang

yang tidak merokok, namun menjadi korban perokok karena turut mengisap asap

sampingan (di samping asap utama yang diembuskan balik oleh perokok).

Oleh karena itu, dapat dipahami mengapa angka kejadian penyakit akibat rokok lebih

tinggi pada perokok pasif daripada perokok aktif. Dan bagi anak-anak di bawah

umur, terdapat risiko kematian mendadak akibat terpapar asap rokok (Anonim, 2009).

Pada presentasi kasus kali ini dijumpai seorang balita dengan Infeksi Saluran

Pernafasan Akut ringan yang memiliki ayah perokok aktif, dimana kebiasaan

merokok tersebut, terutama jika di dalam rumah, akan mengganggu kesehatan

anaknya dan memperberat penyakit yang diderita.

POLA MAKAN SEIMBANG

Kecukupan gizi adalah rata-rata asupan gizi harian yang cukup untuk

memenuhi kebutuhan gizi bagi hampir semua (97,5%) orang sehat dalam kelompok

16

Page 17: ikk presus.docx

umur, jenis kelamin dan fisiologis tertentu. Nilai asupan harian zat gizi yang

diperkirakan dapat memenuhi kebutuhan gizi mencakup 50% orang sehat dalam

kelompok umur, jenis kelamin dan fisologis tertentu disebut dengan kebutuhan gizi

(Hamid H, 2009).

Untuk menjamin pertumbuhan,perkembangan,dan kesehatan BALITA,maka

perlu asupan gizi yang cukup. Menurut anjuran makanan satu hari yang dikeluarkan

Departemen Kesehatan RI untuk anak usia1-3 tahun membutuhkan 1,5 mangkok nasi

(@ 200g) atau padananya,0,5 ikan (50g) atau padananya, 2 tempe (@ 25 g) atau

padanannya, semangkok sayur (1000g),seiris buah pepaya (100 g) atau

padanannya,dan segelas susu (200 ml) Bagi anak usia 4-6 tahun membutuhkan 2

mangkok nasi (@200g) atau padanannya,1 ikan (50 kg) atau padananya 3 tempe

(@25g) atau padanannya ,i,5 mangkok sayur (100 g) ,2 iris buah pepaya(@100g) atau

padanannya, dan segelas susu (200 ml).Asupan gizi tersebut akan menjamin

tercukupinya kebutuhan kalori untuk BALITA antara 1360-1830 kalori/anak /hari dan

kebutuhan protein untuk BALITA antara 16-20 g/anak /hari (Hamid H, 2009).

Pada kasus kali pasien sangat menyukai minum susu dan kurang menyukai

sayuran. 1 kardus susu bubuk ukuran 400 gr dapat dihabiskan dalam jangka waktu 2

hari. Oleh karena itu perlu edukasi terhadap keluarga pasien tentang pemberian menu

makanan yang seimbang agar semua zat gizi yang dibutuhkan pasien dapat terpenuhi.

17

Page 18: ikk presus.docx

BAB II

LAPORAN KASUS

A. Identitas

Nama : An. L

Umur : 1 tahun 6 bulan

Jenis kelamin : laki – laki

Alamat : jelgran,Gt 2 yogyakarta

Agama : Islam

Nama orangtua : Ayah : Tn S

Ibu : Ny. N

Usia : Ayah : 36 tahun

Ibu : 33 tahun

Pekerjaan : Ayah : pedagang pakaian kaki lima

Ibu : ibu rumah tangga

Tanggal kunjungan rumah I : 27 oktober 2012

Tanggal kunjungan rumah II : 28 oktober 2012

B. SUBJEKTIF

Keluhan Utama : batuk

Riwayat Penyakit Sekarang(alloanamnesa) :

Pasien datang ke Puskesmas Gedungtengen dengan keluhan batuk kurang

lebih sejak 2 hari. Batuk tidak berdahak, tidak didapatkan mengi dan napas agak

cepat. Pasien juga mengeluh pilek sejak tadi pagi. Ingus encer dan jernih.

Selain itu dikeluhkan pula suhu badan pasien demam, tidak mendadak tinggi,

dan terus menerus, mual muntah(-), BAB dan BAK normal. Pasien pernah menderita

batuk seperti ini 2 bulan yang lalu kemudian sembuh.

18

Page 19: ikk presus.docx

RIWAYAT PENYAKIT DAHULU

Riwayat Asfiksia : dibenarkan

Riwayat Asma : disangkal

Riwayat kontak dengan penderita TB : disangkal

Riwayat Kejang demam : disangkal

Riwayat Alergi : disangkal

RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA

Riwayat penyakit asma : disangkal

Riwayat TB : disangkal

Riwayat alergi : disangkal

Riwayat epilepsi : disangkal

RIWAYAT KEHAMILAN IBU DAN PERSALINAN

R. Kehamilan :

Selama hamil ibu kontrol teratur di Puskesmas sejak umur kehamilan 1

bulan, imunisasi TT 2 kali, obat tambah darah dan vitamin diminum tidak

teratur. Selama hamil ibu tidak pernah mengalami muntah berlebihan, sakit

kuning, sakit darah tinggi, demam, maupun perdarahan pervaginam. Pada bulan

– bulan terakhir kehamilan, tekanan darah ibu satu kali mencapai 140/90, kaki

bengkak (+), proteinuria (-).

R. Persalinan :

Lahir ditolong dokter, usia kehamilan cukup bulan, lahir secara section

caesaria atas indikasi gagal induksi, KPD (-), warna air ketuban keruh, tidak

langsung menangis, berat badan lahir 4500 gram, cephalhematoma (-).

19

Page 20: ikk presus.docx

R. Pasca Persalinan :

Pasien dirawat di RSUP DR SARDJITO atas indikasi asfiksia selama 10

hari. Setelah itu pasien dibawa pulang dan dirawat oleh ibu di rumah. Pasien

tidak mendapatkan ASI eksklusif.

Kesimpulan : Riwayat kehamilan, persalinan dan pasca lahir kurang baik.

RIWAYAT IMUNISASI

A. Dasar : B. Ulangan :

BCG : + Pada umur: Skar : 0,1x0,2 cm Pada umur : -

Hepatitis B : + Pada

umur:2,3,4 bl

di : PUSKESMAS Pada umur :

DPT : + Pada umur:

2,3,4 bl

di : PUSKESMAS Pada umur :

Polio : + Pada umur:

2,3,4 bl

di : PUSKESMAS Pada umur :

Campak : + Pada umur: - di : PUSKESMAS Pada umur :

Kesimpulan : Imunisasi dasar lengkap

C. OBJEKTIF

PEMERIKSAAN FISIK

Kesan Umum : Sedang

Kesadaran : Kompos mentis

Tanda utama :

Nadi : 110 x/menit, teratur, isi dan tegangan cukup

Suhu badan : 38 0C

20

Page 21: ikk presus.docx

Pernafasan : 40 x/menit, tipe torakoabdominal.

Status gizi :

BB : 8 kg

TB : 70 cm

Umur : 1,5 tahun

BB/U : menurut grafik NCHS, BB terukur (8 kg) berada pada rentang -2SD

– 2SD gizi baik

TB/U : menurut grafik NCHS, PB terukur (8 kg) berada pada rentang -2SD –

2SD normal

Kesimpulan : Gizi anak baik, tinggi badan menurut umur dan perbandingan berat

normal.

Pemeriksaan Kulit : turgor dan elastisitas dalam batas normal, kelainan

kulit (-), Sianosis (-)

Pemeriksaan kepala

- Bentuk kepala : Mesosefal

- Rambut : Warna hitam, tidak mudah dicabut, distribusi merata

Pemeriksaan mata

- Palpebra : Edema (-/-),

- Konjungtiva : Anemis (-/-),

- Sklera : Ikterik (-/-)

- Pupil : Reflek cahaya (+/+), isokor

Pemeriksaan Telinga : Otore (-/-), nyeri tekan (-/-), serumen (-/-)

Pemeriksaan Hidung : Nafas cuping hidung (-/-), discharge (+/+), epistaksis

(-)

Pemeriksaan mulut tenggorok : lidah kotor (-), tepi hiperemis (-), tonsil tak

Membesar, bibir sianosis (-)

Gigi : 4321 1234

4321 1234

21

Page 22: ikk presus.docx

Karies (-)

Pemeriksaan Leher

- Kelenjar tiroid : Tidak membesar

- Kelenjar lnn : Tidak membesar, nyeri (-)

- Retraksi suprasternal : (-)

Pemeriksaan Dada :

Depan : Kanan Kiri

Inspeksi : retraksi (+)

Palpasi : ketinggalan gerak (-).

Perkusi : sonor pada seluruh

lapang paru

Auskultasi :

- Suara dasar :

vesikuler

- Suara tambahan :

Ronkhi kering (-), wheezing

(-),

krepitasi (-)

Inspeksi : retraksi (+)

Palpasi : ketinggalan gerak (-).

Perkusi : redup pada batas jantung

Auskultasi :

- Suara dasar :

vesikuler

- Suara tambahan :

Ronkhi kering (-), wheezing

(-) krepitasi (-)

Belakang Kanan Kiri

Palpasi : ketinggalan gerak (-).

Perkusi : sonor

Auskultasi :

- Suara dasar : vesikuler

- Suara tambahan :

Ronkhi kering (-), wheezing

(-), krepitasi (-)

Palpasi : ketinggalan gerak (-).

Perkusi : sonor

Auskultasi :

- Suara dasar : vesikuler

- Suara tambahan :

Ronkhi kering (-), wheezing

(-), krepitasi (-)

22

Page 23: ikk presus.docx

Jantung

Inspeksi : Iktus kordis tidak tampak

Palpasi : Iktus kordis teraba pada sela iga ke 5 linea

midclavicula kiri, teraba tidak kuat angkat

Perkusi : Batas jantung

Kanan atas : SIC II linea para sternalis

kanan.

Kiri atas : SIC II linea para sternalis

kiri.

Kanan

bawah

: SIC IV linea para sternalis

kanan.

Kiri bawah : SIC V linea midklavikula

kiri.

Auskultasi : S1 > S2 reguler, Bising jantung (-)

Pemeriksaan Abdomen

Inspeksi : Bentuk bulat, defans muskular (-), venektasi (-),

sikatrik (-)

Auskulta

si

: Peristaltik usus (+) normal

Palpasi : Nyeri tekan abdomen (-), Hepatomegali (-), nyeri

tekan hepar (-), lien tak teraba membesar, nyeri

lepas tekan (-), massa (-), Nyeri tekan suprapubik

(-)

Perkusi : Timpani, nyeri ketok kostovertebra (-),pekak

beralih (-), undulasi (-)

Pemeriksaan Ekstremitas

Tungkai Lengan

Kanan Kiri Kanan Kiri

23

Page 24: ikk presus.docx

Gerakan

Tonus

Trofi

Edema

Bebas

Normal

Eutrofi

-

Bebas

Normal

Eutrofi

-

Bebas

Normal

Eutrofi

-

Bebas

Normal

Eutrofi

-

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Usulan pemeriksaan :

- Darah rutin

F. DIAGNOSIS

ISPA sedang pada balita laki – laki usia 1 tahun 6 bulan

H. RENCANA PENATALAKSANAAN

1. Non Farmakologis

- Edukasi keluarga pasien tentang penyakit dan komplikasi yang dapat timbul

- Kontrol ke pelayanan kesehatan jika penyakit belum membaik

- Edukasi keluarga pasien tentang asupan gizi yang baik untuk pasien

- Edukasi ayah untuk tidak lagi merokok di dalam rumah

- Edukasi tentang pentingnya ASI eksklusif untuk anak yang akan dating

2. Farmakologis

r/ Paracetamol tab 500mg no. II

Ambroxol tab no. II

Glyceril Guaiacolat no. II

mfla pulv no. X

S 3 dd pulv I

24

Page 25: ikk presus.docx

BAB III

PEMBAHASAN

A. Analisis Kasus

Diagnosis kerja pada pasien ini adalah Infeksi Saluran Pernafasan Akut

(ISPA). Diagnosis ini diperoleh berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik.

Dari anamnesis didapatkan keluhan pasien yaitu: batuk tidak berdahak, pilek

dengan ingus encer dan jernih dan demam hari kedua. Dari pemeriksaan fisik

didapatkan suhu badan pasien mencapai 38 0C, nadi 110x/menit dan napas agak

cepat 40x/menit. Terdapat discharge pada pemeriksaan hidung dan tidak

didapatkan kelainan pada pemeriksaan lapang paru.

B. Hasil Kunjungan Rumah

a. Lokasi

Rumah terletak di perumahan biasa, beralamat jelgran,Gt 2 yogyakarta,

jarak antara satu rumah dengan rumah lain berdekatan dengan lebar gang

depan rumahnya 1 meter.

b. Kondisi rumah

Dibangun kokoh dan tidak bertingkat. Lantai rumah terbuat dari ubin dan

sebagian semen, dinding rumah terbuat dari tembok dan atap rumah terbuat

dari genteng dengan luas bangunan ± 50 m2. Kebersihan di dalam rumah

terkesan cukup bersih dan rapi.

Kepemilikan barang di rumah adalah 1 sepeda motor, 2 meja dan kursi

tamu sederhana, 1 buah sofa, 1 rak televisi, 3 kasur, 1 set meja makan

sederhana, dan peralatan dapur. Alat elektronik yang ada di rumah adalah

sebuah kipas angin listrik, sebuah televisi berwarna ukuran 21 inchi, sebuah

setrika, sebuah rice cooker.

25

Page 26: ikk presus.docx

c. Pembagian ruangan

Rumah terdiri dari beberapa ruangan, yaitu 2 kamar tidur, 1 ruang tamu, 1

kamar mandi, 1 dapur dan 1 gudang.

Ventilasi

RuangUkuran Ukuran

RuanganPerbandin

ganKet.

Jendela VentilasiRuang tamu I 2x1 m 0,5x0,1m 4x3 m >25%Kamar I - - 2x2 m <25%Kamar II 1x1,5 m - 2x2 m <25%Dapur - 0,1x1 m 2x2 m <25%Kamar mandi - 0,1x2 m 2x3 m <25% WC (+)

jongkok

d. Pencahayaan

Pencahayaan dirasakan cukup, sinar matahari dapat masuk rumah.

Penerangan dirasa cukup karena untuk membaca tulisan tidak membutuhkan

cahaya lampu listrik pada siang hari. Daya listrik yang dipakai pada rumah

adalah 900 watt, cukup untuk keperluan sehari-hari.

e. Sanitasi Dasar

1. Sumber air bersih

Sumber air yang digunakan untuk minum, mandi dan mencuci berasal dari

sumur pompa. Jarak antara sumur dan septic tank sekitar 7 m.

26

Page 27: ikk presus.docx

2. Jamban keluarga

Pasien memiliki jamban keluarga dirumahnya (WC jongkok). Kondisi

jamban mudah dibersihkan, lokasinya menjadi satu dengan rumah, terkesan

kurang bersih dan tidak berlumut.

3. Saluran pembuangan air limbah (SPAL)

Limbah rumah tangga semua disalurkan ke selokan dekat rumah.

4. Tempat sampah

Sampah dikumpulkan dikeranjang sampah, bila sudah penuh akan dibuang

di bak sampah yang lebih besar yang terletak di dekat gang masuk, dan

akan diambil petugas sampah setiap harinya, pembayaran ditanggung

bersama dengan warga sekitar

f. Halaman

Tidak punya. Untuk menjemur pakaian biasanya pasien menjemur di muka

rumah atau tepi gang di depan rumah pasien.

g. Kandang

Tidak mempunyai kandang

C. Identifikasi Fungsi Keluarga

1. Fungsi biologis dan reproduksi

Pasien merupakan anak pertama dari pasangan suami – istri yang telah

menikah selama 3 tahun. Pasien belum memasuki usia reproduksi. Ibu pasien

belum mengikuti KB.

27

Page 28: ikk presus.docx

2. Fungsi afektif

Pasien hidup dengan ibu, ayah, nenek dan paman pasien. Tidak ada konflik

antar keluarga. Pasien sering bermain bersama seluruh anggota keluarganya.

Permasalahan antar keluarga dapat diselesaikan dengan cara musyawarah.

3. Fungsi sosial

Keluarga pasien sering menyapa tetangga dan sering bekerjasama dengan

mereka. Pasien akrab dengan seluruh anggota keluarganya dan beberapa

tetangganya. Pasien sering diasuh neneknya saat ayahnya pergi bekerja dan

ibunya membeli barang – barang dagangan di pasar.

4. Fungsi ekonomi

Pemenuhan kebutuhan keluaraga bergantung pada ayah yang bekerja sebagai

pedagang baju di kaki lima kawasan Malioboro. Ayah pasien juga bekerja

sampingan sebagai sopir sebuah rental mobil di dekat rumah, jika dibutuhkan.

5. Fungsi religius

Semua anggota keluarga menjalankan ibadahnya dengan baik.

6. Fungsi pendidikan

Pasien belum pernah mendapat pendidikan formal. Di rumah pasien sering

mendapat bimbingan dan pengetahuan dari anggota keluarganya.

Fungsi keluarga tidak terganggu.

D. Pola Makan Keluarga

Frekuensi makan rata-rata tiap harinya sebanyak 2-3 kali, Menu

makanan terdiri dari nasi, lauk-pauk, sayur, buah dan susu walaupun setiap hari

tidak selalu lengkap tergantung selera makan pasien dan suasana hati pasien.

Pasien suka minum susu di dalam botol Di keluarga nenek pasien menderita

Diabetes Mellitus. Untuk pola makan nenek pasien diatur oleh ibu pasien dengan

28

Page 29: ikk presus.docx

memberikan porsi yang lebih kecil dari porsi anggota keluarga yang lain dan

mengurangi konsumsi gula.

E. Perilaku Kesehatan Keluarga

Bila ada anggota keluarga yang sakit yang pertama kali dilakukan adalah

langsung dibawa berobat ke dokter/Puskesmas. Penimbangan berat badan pasien

rutin dilakukan di posyandu. Untuk kepentingan pengobatan pasien menggunakan

kartu jaminan kesehatan. Pasien tidak mendapatkan ASI eksklusif. Pasien sudah

mendapatkan Lima Imunisasi dasar Lengkap sesuai jadwal. Ayah pasien

mempunyai kebiasaan merokok di dalam rumah (perokok berat).

F. Perangkat Penilaian Keluarga

1. DAFTAR ANGGOTA KELUARGA YANG TINGGAL DALAM SATU

RUMAH

Anggota keluarga yang berada di satu rumah yaitu:

Nama Kedudukan dalam

keluarga

L/P Umur

(th)

Pendidikan Pekerjaan Keterangan

T Kepala rumah

tangga (ayah pasien)

L 36 SLTA pedagang

A Ibu pasien P 31 SLTA Ibu rumah tangga

L pasien L 1,5 - -

D Nenek pasien P 55 SD -

A Paman pasien L 25 SLTA mahasiswa

29

Page 30: ikk presus.docx

2. GENOGRAM

Genogram keluarga An.L, tanggal 27 September 2012

Keterangan:

: laki-laki : laki-laki meninggal : tinggal serumah

: perempuan : Pasien BW : Breadwinner

(pencari nafkah)

: perempuan meninggal DM: Diabetes Mellitus

30

N,33 S, 36

L, 1,5

S,55 S, 60T, 60 R, 60

A, 25

BW

DM

Page 31: ikk presus.docx

3. NILAI APGAR KELUARGA

Kuisioner APGAR keluarga

PenilaianHampir

tidak pernah

KadangHampir selalu

Saya puas dengan keluarga saya karena masing-masing anggota keluarga sudah menjalankan kewajiban sesuai dengan seharusnya.

V

Saya puas dengan keluarga saya karena dapat membantu memberikan solusi terhadap permasalahan yang saya hadapi.

V

Saya puas dengan kebebasan yang diberikan keluarga saya untuk mengembangkan kemampuan yang saya miliki.

V

Saya puas dengan kehangatan / kasih saying yang diberikan keluarga saya.

V

Saya puas dengan waktu yang disediakan keluarga untuk menjalin kebersamaan

V

TOTAL 8

Skoring: hampir selalu: 2, kadang:1, hampir tidak pernah:0

Total skor: 8-10: fungsi keluarga sehat (high functional family)

4-7 : kurang sehat (moderate dissfunctional family)

0-3 : sakit (severe dissfunctional family)

Pasien masuk ke dalam kategori fungsi keluarga sehat

31

Page 32: ikk presus.docx

1. FAMILY SCREEM

Aspek Sumber Daya Patologi

Sosial Interaksi antar anggota keluarga yang baik

Kultural Keluarga pasien serta masyarakat sekitar memiliki budaya saling mengenali tetangga dan memiliki kultur tolong-menolong yang tinggi.

-

Religi Anggota keluarga menjalankan ibadahnya dengan baik.

-

Ekonomi Kebutuhan ekonomi dirasa cukup -

Pendidikan - Pengetahuan ayah tentang bahaya merokok di dalam rumah kurang

Kesehatan Kesadaran untuk berobat baik, akses ke puskesmas dekat. Pasien mempunyai jamkesta sehingga dapat dipergunakan untuk periksa ke puskesmas dan ke Rumah Sakit

-

Keluarga pasien memiliki kondisi patologi dalam hal pengetahuan tentang bahaya

merokok bagi kesehatan.

G. Identifikasi Pengetahuan, Sikap, Perilaku (PSP)

1. FUNGSI BIOLOGIS DAN REPRODUKSI

Pasien belum memasuki usia reproduksi. Orangtua pasien belum mengikuti

KB dan berencana untuk menambah anak.

2. PENCEGAHAN PENYAKIT

Pasien belum cukup usia untuk pergi ke puskesmas/RS sendiri. Ibu pasien

selalu membawa pasien ke puskesmas terdekat jika pasien terlihat tidak enak

32

Page 33: ikk presus.docx

badan. Penimbangan berat badan pasien rutin dilakukan di posyandu. Untuk

kepentingan pengobatan pasien menggunakan kartu jaminan kesehatan.

Pasien sudah mendapatkan Lima Imunisasi dasar Lengkap sesuai jadwal.

3. GIZI KELUARGA

Frekuensi makan rata-rata tiap harinya sebanyak 2-3 kali, Menu makanan

terdiri dari nasi, lauk-pauk, sayur, buah dan susu walaupun setiap hari tidak

selalu lengkap tergantung selera makan pasien dan suasana hati pasien. Pasien

tidak mendapatkan ASI eksklusif. Pasien suka minum susu di dalam botol.

4. HIGIENE DAN SANITASI LINGKUNGAN

Keadaan rumah pasien terasa nyaman, rapi dan tidak kotor, pencahayaan

cukup. Udara yang masuk cukup dan ventilasinya cukup. Jarak antara rumah

pasien dengan tetangga sangat berdekatan, hal tersebut membuat pasien dan

tetangga menjadi sangat dekat dan berhubungan baik. Namun pasien tidak

memiliki halaman sendiri sehingga harus menjemur pakaian di tepi gang

depan rumahnya dan muka rumahnya. Sumur sumber air berada di dalam

rumah pasien dan berjarak <10 meter dari septic tank, semua limbah cair

dialirkan ke selokan Sanitasi lingkungan pada pasien ini bisa dikatakan cukup

baik.

33

Page 34: ikk presus.docx

H. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), Tatanan Rumah Tangga.

No. Indikator Jawaban1 Seluruh anggota keluarga tidak merokok Tidak2 Persalinan tenaga kesehatan Ya3 ASI eksklusif Tidak4 Imunisasi Ya5 Balita ditimbang Ya6 Sarapan pagi Ya7 Makan buah dan sayur Ya8 Ada kartu kepesertaan asuransi kesehatan (JPKM) Ya9 Keluarga melakukan kebiasaan cuci tangan dengan air

bersih dan sabun, sebelum makan dan sesudah BABYa

10 Keluarga melakukan kebiasaan gosok gigi sebelum tidur Ya11 Olah raga min. 3x seminggu Tidak 12 Jamban keluarga Ya13 Air bersih dan bebas jentik Ya14 Tersedia tempat sampah di dalam/di luar rumah Ya15 SPAL Ya 16 Ventilasi Ya17 Kepadatan Ya 18 Seluruh lantai rumah di semen atau ubin atau kayu Ya

Klasifikasi:

Sehat I : dari 18 pertanyaan, jawaban ”Ya” antara 1-5 pertanyaan.

Sehat II : dari 18 pertanyaan, jawaban ”Ya” antara 6-10 pertanyaan.

Sehat III : dari 18 pertanyaan, jawaban ”Ya” antara 11-15 pertanyaan.

Sehat IV : dari 18 pertanyaan, jawaban ”Ya” antara 16-18 pertanyaan.

Berdasarkan jumlah nilai identifikasi PHBS pada pasien ini masuk dalam klasifikasi

Sehat III. Keluarga masih memiliki perilaku kurang sehat yaitu kebiasaan merokok,

tidak memberikan ASI eksklusif dan tidak melakukan olahraga secara rutin.

34

Page 35: ikk presus.docx

I. Pedoman Umum Gizi Seimbang

No Pedoman Umum Gizi Seimbang Ya Tidak1 Makanlah makanan yang fungsinya untuk memenuhi

kecukupan stok energy dalm tubuh√

2 Makanlah semua ragam aneka makanan (yang pasti halal dan mengandung hewani)

3 Makan sumber karbohidrat, contohnya beras, jagung,kentang, umbi-umbian, tebu, gandum dll, setengah dari kebutuhan energi

4 Batasi konsumsi lemak atau minyak yang berlebih √5 Gunakan garam yang beryodium √6 Makanlah makanan sumber zat besi, contohnya di

sayuran yang hijau dan buah-buahan.√

7 Berikan ASI saja sampai bayi umur 6 bulan √8 Biasakan untuk makan di pagi hari √9 Minumlah air putih yang bersih, aman, dan cukup

jumlahnya√

10 Olahraga secara teratur dan berjemurlah paling tidak 10 menit setiap hari

11 Say no to alcohol, rokok dan obat-obatan terlarang √12 Makanlah sesuai dengan kebutuhan dan pastikan

makanan tersebut aman dipencernaan√

13 Bacalah label pada kemasan makanan, pasikan komposisinya aman dan teliti kadaluarsanya.

Jumlah 7 6

Pasien baru melaksanakan PUGS sebesar 53,8 %.

Berdasarkan hasil analisis di atas, harus ada perbaikan tentang pola makan semua

ragam makanan, kebiasaan olahraga teratur, merokok, pengecekan tanggal

kadaluarsa makanan dan memastikan makanan aman untuk dicerna.

35

Page 36: ikk presus.docx

J. Pelaksanaan Program

Tanggal Kegiatan yang dilakukan

Hasil kegiatan Catatan untuk pembinaan berikutnya

27 Oktober

2012

Anamnesis perjalanan penyakit

dan pemeriksaan fisik, kelengkapan data dan menilai kondisi rumah

Mengetahui proses perjalanan penyakit (RPD) dan mengetahui

kondisi lingkungan

rumah

Mengeksplorasi fungsi keluarga

28 Oktober

2012

Anamnesis penyakit kembali, mengeksplorasi fungsi-fungsi

keluarga

Kelengkapan data Memberikan

konseling mengenai

merokok dan pola makan

36

Page 37: ikk presus.docx

7 m

1x2

2X2

2X2

4X3

3X2

2X1

U

Denah Rumah Pasien

J. Daftar Masalah Keluarga

No. Masalah yang terjadi

pada keluarga

Rencana Pembinaan Sasaran pembinaan

1 Ayah mempunyai

kebiasaan merokok di

dalam rumah

Menyarankan untuk mengurangi merokok

terlebih di dalam rumah

Ayah pasien

2 Pola makan pasien

terlalu banyak

mengkonsumsi susu,

sehingga untuk makan

agak kurang

Menyarankan untuk memenuhi menu

seimbang

Keuarga pasien

37

6 m

Keterangan :

1. Kamar tamu2. Kamar tidur3. Kamar mandi4. Dapur5. Ruang makan6. Gudang

1

2

2

3 4

5 62x1

4x1

Page 38: ikk presus.docx

K. Diagnosis Kedokteran Keluarga

a. Diagnosis :

Infeksi Saluran Pernafasan Akut sedang pada pasien balita dengan ayah

perokok aktif.

b. Bentuk keluarga :

Keluarga besar

c. Fungsi keluarga yang terganggu :

Tidak didapatkan fungsi keluarga yang terganggu

38

Page 39: ikk presus.docx

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

1. Diagnosis pada pasien ini adalah Infeksi Saluran Pernafasan Akut sedang

pada balita dengan ayah perokok aktif dan pola makan kurang seimbang.

2. Fungsi-fungsi keluarga termasuk keluarga baik

3. Penanganan pada pasien yaitu terapi farmakologis dan Non-farmakologis.

B. SARAN

1. Mahasiswa

a. Lebih memahami dan aktif dalam menganalisa permasalahan kesehatan

baik pada keluarga maupun lingkungannya.

b. Lebih sering berhubungan dengan masyarakat khususnya dalam

keluarga untuk menindak lanjuti suatu penyakit yang dialami oleh

keluarga tersebut

2. Puskesmas

Diharapkan dapat lebih sering melakukan pendekatan kepada masyarakat

melalui edukasi dalam usaha promotif dan preventif kesehatan masyarakat

terutama penyakit – penyakit infeksi pada anak.

3. Penderita dan keluarga

a. Menghentikan kebiasaan merokok bagi ayah , terutama di dalam rumah

b. Selalu menjaga keakraban dan kepedulian antar anggota keluarga

khususnya di bidang kesehatan

39

Page 40: ikk presus.docx

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2006. Profil Kesehatan Puskesmas Wirobrajan Kota Yogyakarta..

Puskesmas Wirobrajan. Yogyakarta.

Anonim. 2009. Infeksi Saluran Pernafasan Akut. www.doctorology.net

Anonim. 2009. Bahaya Merokok bagi Kesehatan.

Hafidz H. 2009. Standard Kecukupan Gizi dan Perencanaan Pemenuhannya.

www.biologi-online.com

Rasmaliah. 2004. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (Ispa) Dan

Penanggulangannya.Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatra

Utara.

40