isi presus.docx

27
I. PENDAHULUAN Anestesi adalah keadaan tidak sadar yang bersifat sementara, karena pemberian obat dengan tujuan untuk menghilangkan nyeri pembedahan. Anestesiologi adalah pemberian obat untuk menghilangkan rasa sakit atau nyeri dan rumatan pasien sebelum, selama, dan sesudah pembedahan (Latief et al., 2001). Dikenal beberapa teknik anestesi, antara lain anestesi umum, anestesi lokal dan anestesi regional. Perbedaannya terletak pada hilangnya kesadaran pasien. Pada anestesi umum kesadaran hilang total, sedangkan pada anestesi lokal rasa sakit hilang pada daerah tertentu saja atau sebagian kecil dari daerah yang dinginkan. Anestesi regional menghilangkan rasa sakit pada bagian yang lebih luas dari tubuh blokade selektif pada jaringan spinal atau saraf yang berhubungan dengannya (Miller, 2009). Kuretase merupakan salah satu prosedur obstetric dan ginekologi yang sering dilakukan, baik untuk pengosongan sisa konsepsi dari kavum uteri akibat abortus ataupun untuk mengetahui kelainan perdarahan uterus pada kasus ginekologi. Kasus yang membutuhkan tindakan kuretase bermacam-macam, diantaranya abortus, plasenta rest, dan hamil anggur, serta biopsy endometrium, blighted ovum (Mochtar, 1998) 1

Transcript of isi presus.docx

I. PENDAHULUAN

Anestesi adalah keadaan tidak sadar yang bersifat sementara, karena pemberian obat dengan tujuan untuk menghilangkan nyeri pembedahan. Anestesiologi adalah pemberian obat untuk menghilangkan rasa sakit atau nyeri dan rumatan pasien sebelum, selama, dan sesudah pembedahan (Latief et al., 2001).Dikenal beberapa teknik anestesi, antara lain anestesi umum, anestesi lokal dan anestesi regional. Perbedaannya terletak pada hilangnya kesadaran pasien. Pada anestesi umum kesadaran hilang total, sedangkan pada anestesi lokal rasa sakit hilang pada daerah tertentu saja atau sebagian kecil dari daerah yang dinginkan. Anestesi regional menghilangkan rasa sakit pada bagian yang lebih luas dari tubuh blokade selektif pada jaringan spinal atausaraf yang berhubungan dengannya (Miller, 2009). Kuretase merupakan salah satu prosedur obstetric dan ginekologi yang sering dilakukan, baik untuk pengosongan sisa konsepsi dari kavum uteri akibat abortus ataupun untuk mengetahui kelainan perdarahan uterus pada kasus ginekologi. Kasus yang membutuhkan tindakan kuretase bermacam-macam, diantaranya abortus, plasenta rest, dan hamil anggur, serta biopsy endometrium, blighted ovum (Mochtar, 1998)Blighted ovum adalah keadaan dimana seorang wanita dalam keadaan hamil tetapi tidak ada janin di dalam kandungan.Blighted ovum, jika dengan USG ditemukan suatu kantong kehamilan dengan diameter lebih dari 30 mm, tanpa dijumpai janin maka diagnose blighted ovum dapat ditegakkan untuk selanjutnya dilakukan tindakan pengeluaran hasil konsepsi (Alan et al., 2006).

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kuretasea. DefinisiKuretase adalah pembersihan daerah permukaan yang terkena penyakit, dengan menggunakan alat kuret (Dorland, 2007)Kuretase adalah serangkaian proses pelepasan jaringan yang melekat pada dinding kavum uteri dengan melakukan invasi dan memanipulasi instrument (sendok kuret) ke dalam kavum uteri.Kuretase adalah cara membersihkan hasil konsepsi memakai alat kuretase (sendok kerokan). Sebelum melakukan kuretase, penolong harus melakukan pemeriksaan dalam untuk menentukan letak uterus, keadaan serviks dan besarnya uterus. Gunanya untuk mencegah terjadinya bahaya kecelakaan misalnya perforasi (Saifudin, 2006)b. IndikasiKuretase bukan hanya dibutuhkan wanita yang baru saja mengalami keguguran, tetapi juga pada kondisi lainnya.Berikut beberapa kondisi yang membutuhkan tindakan kuret.1. Abortus inkomplitAbortus inkompletus adalah peristiwa pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu atau dengn berat janin kurang dari 500 gr, dengan masih ada sisa jaringan tertinggal dalam uterus. Pada pemeriksaan vagina, kanalis servikalis terbuka dan teraba jaringan dalam kavum uteri atau menonjol [ada ostium uteri eksternum.Ciri : perdarahan yang banyak, disertai kontraksi, serviks terbuka, sebagian jaringan keluar.Tindakan kuretase harus dilaksanakan dengan hati-hati sesuai dengan keadaan umum ibu dan besarnya uterus (Prawiroharjo, 2008)2. Abortus septic Sepsis akibat tindakan abortus yang terinfeksi (misalnya dilakukan oleh dukun atau awam). Abortus septic adalah abortus yang disertai penyebaran infeksi pada peredaran darah tubuh atau peritoneum (septicemia atau peritonitis)Ciri : perdarahan pervaginam yang berbau, uterus yang membesar dan lembut serta nyeri tekan, tampak lelah, panas tinggi, menggigil, tekanan darah turun dan leukositosisTindakan kuretase dilakukan bila keadaan tubuh sudah membaik minimal 6 jam setelah antibiotika adekuat diberikan. Pada saat tindakan uterus dilindungi dengan uterotonika (Manjoer et al, 2002).3. Blighted ovum (janin tidak ditemukan, yang berkembang hanya plasenta). Dalam kasus ini kuretase harus dilakukan oleh karena plasenta yang tumbuh akan berkembang menjadi suatu keganasan, seperti chorio Ca, penyakit trophoblas ganas pada kehamilan4. Dead conseptus( janin mati pada usia kehamilan < 20 mg ). Biasanya parameter yang jelas adalah pemeriksaan USG, dimana ditemukan janin tetapi jantung janin tidak berdenyut. Apabila ditemukan pada usia kehamilan 16-20mg, diperlukan obat perangsang persalinan untuk proses pengeluaran janin kemudian baru dilakukan kuretase. Akan tetapi bila ditemukan saat usia kehamilan < 16 mg dapat langsung dilakukan kuretase.5. Abortus mola( tidak ditemukannya janin, yang tumbuh hanya plasenta dengan gambaran bergelembung2 seperti buah anggur, yang disebut hamil anggur ). Tanda-tanda hamil anggur adalah tinggi rahim tidak sesuai dengan umur kehamilannya.Rahim lebih cepat membesar dan apabila ada perdarahan ditemukan adanya gelembung-gelembung udara pada darah.Hal ini juga dapat menjadi suatu penyakit keganasan trophoblas pada kehamilan.6. Menometroraghia( perdarahan yang banyak dan memanjang diantara siklus haid ). Tindakan kuretase dilakukan disamping untuk menghentikan perdarahan juga dapat digunakan untuk mencari penyebabnya, oleh karena ganguan hormonal atau adanya tumor rahim ( myoma uteri ) atau keganasan ( Kanker endometrium ) setelah hasil kuretase diperiksa secara mikroskopik ( Patologi Anatomi jaringan endometrium ).

c. Efek samping Kuretase1) Rahim berlubangKuretase memungkinkan terjadinya lubang pada rahim, atau di dunia kedokteran disebut perforasi uterus.Hal itu bisa terjadi karena pada saat hamil, dinding rahim sangat lunak, sehingga berisiko tinggi untuk terjadinya lubang akibat pengerokan sisa-sisa jaringan.Risiko terjadinya lubang pada rahim semakin besar bila kuretase dilakukam pada ibu yang hamil anggur.Sebab, ada tahapan yang harus dilakukan sebelum sampai pada tindakan keretase.Pada hamil anggur, perut ibu biasanya cukup besar.Usia tiga bulan saja biasanya sudah seperti enam bulan. Karena itu, sebelum kuretase dilakukan, dokter akanmengevakuasi posisi kehamilan menggunakan vacuum lebih dulu, baru mengerok menggunakan sendok tajam untuk mengeluarkan sisa-sisa jaringan (Mochtar, 1998)2) InfeksiTindakan kuretase memungkinkan terjadinya infeksi, akibat adanya perlukaan.Tapi, dengan pengobatan yang tepat, infeksi itu biasanya cepat sembuh (Mochtar, 1998).3) Sindrom AshermanSindrom Asherman adalah terjadinya perlekatan pada lapisan dinding dalam rahim.Karena lengket, jaringan selaput lendir rahim tidak terbentuk lagi.Akibatnya, pasien tidak mengalami haid.Ini memang bisa terjadi, karena selaput lendir rahim terkikis habis saat tindakan kuretase.Tapi hal itu masih bisa diatasi dengan pemberian obat, sehingga pasien bisa haid kembali (Mochtar, 1998).4) Keluar flekflek-flek darah bisa saja keluar setelah tindakan kuretase dilakukan, sampai satu minggu kemudian.Keluarnya vlek-vlek darah itu sangat wajar.Tapi, bagaimanapun harus tetap dikonsultasikan pada dokter, agar bisa diwaspadai.Sebab, bisa saja keluarnya vlek tersebut karena adanya gangguan pada fungsi pembekuan darah (Mochtar, 1998).5) Mual dan pusingMual dan pusing bisa terjadi akibat pembiusan yang dilakukan.Tapi, kalau muntah pada saat pasien sedang tidak sadar diri, hal itu perlu diwaspadai (Mochtar, 1998).6) NyeriRasa nyeri, terutama di perut bagian bawah, bisa timbul setelah tindakan kuretase dilakukan. Untuk menguranginya, dokter biasanya akan memberikan obat-obatan pereda nyeri. Dan biasanya akan cepat hilang (Mochtar, 1998).d. Komplikasi1. Perdarahan2. Perforasi dinding rahim3. Gangguan haid4. Infeksi5. Kanker trofoblast akibat sisa plasenta yang menempel didinding rahim.

B. Blighted Ovuma. DefinisiBlighted ovum adalah keadaan dimana seorang wanita dalam keadaan hamil tetapi tidak ada janin di dalam kandungan. Seorang wanita yang mengalaminya juga merasakan gejala-gejala kehamilan seperti terlambat menstruasi, mual dan muntah pada awal kehamilan (morning sickness), payudara mengeras, serta terjadi pembesaran perut, bahkan saat dilakukan tes kehamilan baik test pack maupun laboratorium hasilnya pun positif (Anne, 2006). Blighted ovum (kehamilan anembryonic) yang terjadi ketika ovum yang telah dibuahi menempel pada dinding uterus, tetapi embrio tidak berkembang.Sel berkembang membentuk kantung kehamilan, tetapi tidak membentuk embrio itu sendiri.Blighted ovum biasanya terjadi dalam trimester pertama sebelum seorang wanita tahu tentang kehamilannya.Tingginya tingkat kelainan kromosom biasanya menyebabkan tubuh wanita secara alami mengalami keguguran (Anne, 2006)b. EtiologiBlighted ovum biasanya merupakan hasil dari masalah kromosom dan penyebab sekitar 50% dari keguguran trimester pertama. Tubuh wanita mengenali kromosom abnormal pada janin dan secara alami tubuh berusaha untuk tidak meneruskan kehamilan karena janin tidak akan berkembang menjadi bayi normal dan sehat. Hal ini dapat disebabkan oleh pembelahan sel yang abnormal, atau kualitas sperma atau ovum yang buruk (Alan H., et al. 2006).Sekitar 60% blighted ovum disebabkan kelainan kromosom dalam proses pembuahan sel telur dan sperma. Infeksi TORCH, rubella dan streptokokus, penyakit kencing manis (diabetes mellitus) yang tidak terkontrol, rendahnya kadar beta HCG serta faktor imunologis seperti adanya antibodi terhadap janin juga dapat menyebabkan blighted ovum. Risiko juga meningkat bila usia suami atau istri semakin tua karena kualitas sperma atau ovum menjadi turun (Alan et al. 2006).c. PatofisiologiPada saat konsepsi, sel telur (ovum) yang matang bertemu sperma.Namun akibat berbagai faktor maka sel telur yang telah dibuahi sperma tidak dapat berkembang sempurna, dan hanya terbentuk plasenta yang berisi cairan.Meskipun demikian plasenta tersebut tetap tertanam di dalam rahim. Plasenta menghasilkan hormon HCG (human chorionic gonadotropin) dimana hormon ini akan memberikan sinyal pada indung telur (ovarium) dan otak sebagai pemberitahuan bahwa sudah terdapat hasil konsepsi di dalam rahim. Hormon HCG yang menyebabkan munculnya gejala-gejala kehamilan seperti mual, muntah, ngidam dan menyebabkan tes kehamilan menjadi positif. Karena tes kehamilan baik test pack maupun laboratorium pada umumnya mengukur kadar hormon HCG (human chorionic gonadotropin) yang sering disebut juga sebagai hormon kehamilan (Nasrudin et al, 2006)d. Gejala dan TandaBlighted ovum sering tidak menyebabkan gejala sama sekali. Gejala dan tanda-tanda mungkin termasuk:1) Periode menstruasi terlambat2) Kram perut3) Minor vagina atau bercak perdarahan4) Tes kehamilan positif pada saat gejala5) Ditemukan setelah akan tejadi keguguran spontan dimana muncul keluhan perdarahan6) Hampir sama dengan kehamilan normal (Anne, 2006)e. PenatalaksanaanJika telah didiagnosis blighted ovum, maka tindakan selanjutnya adalah mengeluarkan hasil konsepsi dari rahim (kuretase). Hasil kuretase akan dianalis untuk memastikan apa penyebab blighted ovum lalu mengatasi penyebabnya. Jika karena infeksi maka maka dapat diobatai agar tidak terjadi kejadian berulang.Jika penyebabnya antibodi maka dapat dilakukan program imunoterapi sehingga kelak dapat hamil sungguhan. Penyebab blighted ovum yang dapat diobati jarang ditemukan, namun masih dapat diupayakan jika kemungkinan penyebabnya diketahui. Sebagai contoh, tingkat hormon yang rendah mungkin jarang menyebabkan kematian dini ovum.Dalam kasus ini, pil hormon seperti progesteron dapat bekerja.Namun efek samping dari pemakaian hormon adalah sakit kepala, perubahan suasana hati, dan lain-lain.Jika terjadi kematian telur di awal kehamilan secara berulang, maka pembuahan buatan mungkin efektif dalam memproduksi kehamilan.Dalam hal ini perlu donor sperma atau ovum untuk memiliki anak.Akan tetapi, pembuahan buatan itu mahal dan tidak selalu bekerja dan risiko kelahiran kembar seringkali lebih tinggi. Jika belum berhasil maka adopsi adalah pilihan lain bagi banyak pasangan.Pada pasien diterapi dengan pemberian preparat misoprostol, setelah terjadi dilatasi serviks kemudian dilakukan kuretase (juminten, 2008)

C. Anestesi TIVAAnestesi intravena merupakan suatu teknik pembiusan dengan memasukan obat langsung ke pembuluh darah secara parenteral. Obat yang sudah berada di pembuluh darah vena, obat-obat ini akan diedarkan keseluruh jaringan tubuh melalui sirkulasi umum, selanjutnya akan menuju organ target masing-masing.a. Indikasi1. Obat induksi anestesi umum2. Obat tunggal untuk anestesi pembedahan singkat3. Obat tambahan apabila obat inhalasi kurang kuat4. Obat tambahan anestesi regional5. Menghilangkan keadaan patologis akibat rangsangan SSPb. Kontraindikasi1. Penderita Parkinson2. Penderita penyakit paru obstruktif3. Bayi dan anak-anak sebagai kontraindikasi relative.c. Keuntungan TIVA1. Kombinasi obat-obat intravena secara terpisah dapat mengatur dosis sesuai kebutuhan2. Tidak mengganggu jalan nafas, terutama pada operasi yang berada disekitar jalan nafas.3. Anestesi mudah dan tidak memerlukan alat-alat khusus.d. Sifat fisik dan farmakologis IV anestesi yang ideal meliputi:1. Kompatibilitas Obat dan stabilitas dalam larutan .2. Kurangnya nyeri pada injeksi, dan kerusakan jaringan setempat setelah ekstravasasi .3. Potensi rendah untuk melepaskan histamin atau reaksi hipersensitivitas endapan.4. Onset yang cepat dan halus dengan aksi hipnotis tanpa aktivitas rangsang.5. Metabolisme yang cepat untuk metabolit aktif farmakologi.6. Kurangnya depresi kardiovaskular dan pernapasan akut .7. Penurunan metabolisme otak dan tekanan intrakranial .8. Tidak adanya mual dan muntah, amnesia, pusing, sakit kepala , atau sedasi yang berkepanjangan.e. Jenis-jenis anestesi intravena1. Golongan Barbiturata. Pentothalb. Thiopentonc. Thiopental sodiumd. Penthio barbital2. Golongan BenzodiazepinObat ini dapat dipakai sebagai transqualizer, hipnotik, maupun sedative. Selain itu obat ini mempunyai efek antikonvulsi dan amnesia. Obat obat pada golongan ini sering digunakan sebagai :1) Obat induksi2) Hipnotik pada balance anastesi3) Untuk tindakan kardioversi4) Antikonvulsi5) Sebagai sedasi pada anastesi regional, lokal, atau tindakan diagnostik6) Mengurangi halusinasi pada pemakaian ketamin7) Untuk premedikasiJenis obat golongan benzodiazepin:a. Diazepamb. Midazolamc. Propofold. Ketamine. Opioid morfin, petidine, fentanyl, sufentanil

III. LAPORAN KASUS

A. IDENTITAS PASIENNama:Ny. SUmur: 26 tahunBerat badan: 46 KgJenis kelamin: PerempuanAgama: IslamTanggal masuk Operasi: 6 November 2013No. CM: 304956

B. PRIMARY SURVEY1. A: airway clear, gipong (-), gisu (-), MP (1), buka mulut 3 jari (+)2. B: Spontan, RR : 24 x/menit, suara dasar vesikuler +/+, Wh (-/-), Rh (-/-),3. C: TD 100.60, N/HR 66 kali/menit tegangan dan isi cukup, S1>S2 reguler, G (-), M (-)4. D: BB 46 kg, S 37.2C

C. SECONDARY SURVEY1. Anamnesisa. Keluhan utama : Keluar darah segar dari vaginab. Riwayat penyakit sekarang: Pasien mengeluhkan terdapat keluar darah segar dari vagina sejak 4 hari yang lalu.Pasien hamil 7 minggu.c. Riwayat penyakit dahulu :1) Riwayat penyakit alergi: disangkal2) Riwayat penyakit asma: disangkal3) Riwayat gastritis: disangkal4) Riwayat penyakit ginjal: disangkal5) Riwayat penyakit jantung: disangkal6) Riwayat hipertensi: disangkal7) Riwayat DM: disangkal8) Riwayat operasi sebelumnya: disangkald. Riwayat penyakit keluarga :1) Riwayat penyakit darah tinggi: disangkal2) Riwayat penyakit DM: disangkal3) Riwayat penyakit alergi: disangkal4) Riwayat penyakit asma: disangkal2. PemeriksaanFisika. Status generalisKeadaan Umum: BaikKesadaran: ComposmentisVital SignTekanan darah: 100/60 mmHgRespirasi: 24 kali/menit, reguler Nadi :66 kali/menit, reguler, isi dan tekanan penuh. Suhu : 37,2C aksilarKepala: Mesochepal, simestris, tumor (-)Mata: Konjungtiva anemis-/-, sklera ikterik -/-Hidung: Discharge (-) epistaksis (-) deviasi septum (-)Mulut:Bibir kering (-),mallapati 1, buka mulut 3 jari (+)Gigi: Gigi palsu (-), gigi goyang (-), gigi palsu (-)Telinga: Discharge (-) Leher: Simestris, trakea ditengah, pembesaran tiroid dan kelenjar getah bening (-), tiromentodistance 6 cmThoraxPulmo: Simetris kanan kiri, Tidak ada retraksi, SD vesikuler (+/+) normal, Ronkhi (-/-), Wheezing (-/-)Cor: S1>S2, reguler, gallop (-), murmur (-)ExtremitasSuperior : edema (-/-), sianosis (-/-)Inferior : edema (-/-), sianosis (-/-)Akral: hangatVertebrae: tidak ada kelainan, tidak ada nyeri, tidak ada infeksi pada kulit punggung

3. Pemeriksaan Laboratorium (Tanggal 4 11 2013) 4-11-2013

Hb13,2 (N)

Leukosit6210 (N)

Ht 38 (N)

Eritrosit 4,6 juta (N)

Trombosit 144000 (L)

PT12,5 (N)

APTT30,7 (N)

4. Pemeriksaan USG Abdomen (2 11 2013)GS (+)Fetal pole (-)

D. DIAGNOSIS KLINISDiagnosis prabedah: BOJenis pembedahan: KuretaseDiagnosis postbedah: -

E. KESIMPULAN PEMERIKSAAN FISIKStatus ASA IIF. TINDAKANDilakukan: KuretaseTanggal: 6 November2013

G. LAPORAN ANESTESIStatus Anestesi1. PersiapanAnestesia. Informed concentb. Pasang infus line Ringer Laktat 23 tetes/menitc. Puasa 6 jam sebelum operasid. Premedikasi di OK2. Penatalaksanaan Anestesia. Jenis anestesi: TIVA b. Premedikasi: Ondancentron (4 mg)c. Medikasi: Propofol Ketamin

3. Teknik anestesia. Pasien dalam posisi terlentangb. Dilakukan injeksi anestesi TIVA c. Jumlah cairan yang masuk selama operasi :kristaloid RL= 500 cc4. Pemantauan selama anestesi :a. Mulai anestesi : 10.15b. Mulai pembedahan: 10.20c. Selesai operasi: 10.30d. Selesai anestesi: 10.355. Cairan yang masuk durante operasi:RL 500 ccTerapi cairanBerat badan = 46 kgMaintenence = 2cc/kgBB/jam 2x46 = 92 cc/jamPuasa, lama puasa 6 jam Lama puasa x kebutuhan per jam 6 x 92 = 552 ccStress operasi (operasi besar)4cc x 46 = 184 ccKebutuhan jam pertama50% puasa + stress operasi + maintenance276 cc + 184cc + 92 cc = 552ccCairan yang masuk selama operasi RL 500 ml 6. Pemantauan tekanan darah dan frekuensi nadi selama operasiPukul (WIB) Nadi (kali/menit)10.15: TD: 90/60, N :6010.30: TD: 100/60, N :6010.35: TD: 100/60, N :607. Pemantauan post operasia. Pemantauan tanda vital setiap 1/2 jam selama 4 jam.b. Bed rest

H. PROGNOSAAd Vitam: Ad bonamAd Functionam: Ad bonamAd Sanationam: Ad bonam

14

IV. PEMBAHASAN

Blighted ovum adalah keadaan dimana seorang wanita dalam keadaan hamil tetapi tidak ada janin di dalam kandungan.Jika telah didiagnosis blighted ovum, maka tindakan selanjutnya adalah mengeluarkan hasil konsepsi dari rahim (kuretase).Kuretase adalah serangkaian proses pelepasan jaringan yang melekat pada dinding kavum uteri dengan melakukan invasi dan memanipulasi instrument (sendok kuret) ke dalam kavum uteri.Pada kasus ini pasien menggunakan jenis anestesi TIVA karena tindakan kuretase merupakan tindakan operasi yang ringan, dan merupakan minor surgery. Keadaan pasien pun memenuhi syarat-syarat anestesi TIVA, yaitu:1. Tidak ada riwayat hipertensi2. Tidak ada riwayat cerebrovascular disease3. Tidak ada tekanan intraokuler yang tinggi4. Tidak ada riwayat epilepsiPada pasien ini digunakan obat-obatan ondansentron, ketorolac, dan bupivacain. Ondansentron sebagai medikasi pre operasi. Ondansetron merupakan golongan obat Antagonis reseptor 5-HT3 yang selektif. Cara kerja ondansentron dengan menghambat serotonin 5-hydroxytriptamine (5HT3) berikatan pada reseptornya pada CTZ (chemoreseceptor trigger zone) dan di saluran cerna secara selektif, sehingga reflek muntah tidak teransang.Ondansetron dibandingkan dengan obat anti mual dan muntah yang lain adalah sangat efektif mengatasi mual dan muntah yang hebat. Relatif lebih aman karena tidak menimbulkan reaksi ekstrapyramidal, Relatif aman digunakan untuk anak dan kasus hiperemesis gravidarum pada ibu hamil (Dewoto et al., 2008).Ketorolac adalah obat anti inflamasi nonsteroid (NSAID).Ketoroloc sering digunakan untuk obat analgetik pasca operasi ringan dan sedang. Efeknya menghambat sintesis prostaglandin.Kerjanya menghambat enzim siklooksigenase. Obat ini aman diberikan pada pasien ini karena pasien tidak memiliki riwayat gagal ginjal, riwayat peptic ulcer, dan trombosit dalam batas normal.Propofol merupakan campuran 1% obat dalam air dan emulsi, yang berisi : 10% soya bean oil, 1,2% phospatide telur, dan 2,25% glycerol.Metabolisme propofol cepat dan lengkap oleh hati dan sebagian besar di eliminasi di ginjal.Ketamine merupakan rapid acting non barbiturate general anesthesia. Ketamine bekerja dengan memblok reseptor opioat dalam otak dan medulla spinalis yang memberikan efek analgesik, sedangkan interaksi terhadap reseptor metialsaprtat dapat menyebabkan anestesi umum dan juga efek analgesic.Pemantauan dan tindakan post operasi meliputi:1. Pemantauan tanda vital setiap 1/2 jam selama 4 jam.2. Bed restPemantauan dan tindakan post operasi tersebut dilakukan untuk mengevaluasi efek samping baik dari anestesi maupun tindakan operatifnya. Selain itu juga untuk memantau apa saja yang boleh dilakukan pasien.

V. KESIMPULAN

1. Kuretase adalah serangkaian proses pelepasan jaringan yang melekat pada dinding kavum uteri dengan melakukan invasi dan memanipulasi instrument (sendok kuret) ke dalam kavum uteri.2. Diagnosis pasien pada kasus ini adalah blighted ovum pro kuretase3. Tahapan preoperative pada pasien ini diantaranya pemeriksaan menyeluruh keadaan pasien pre operasi, informed consent, IVFD RL 23 tpm, puasa 6 jam sebelum operasi, dan premedikasi dengan ondansetron dan ketorolac4. Teknik anestesi yang dilakukan pada pasien ini adalah anestesi TIVA menggunakan obat propofol dan ketamine5. Tahapan postoperative dilakukan dengan melakukan pemantauan tekanan darah dan nadi di ruangan tiap jam selama 4 jam, bed rest.

DAFTAR PUSTAKA

Agoes Oerip Poerwoko, Anantyo Binarso Mochtar, Hary Tjahjanto. 2008. Efek Misoprostol Sublingual pada Kasus Blighted Ovum dan Missed Abortion. Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro : Media Medika IndonesianaAlan H., et al. 2006. Blighted Ovum.Current Obstetric & Gynecologic Diagnosis & Treatment-Ninth Ed. DeCherney. http://www.marchofdimes.comBarash, 2009. Clinical Anesthesia, 6th edition. London. Lippincott Williams & Wilkins.Dewoto, HR., dan Melva L. 2008. Serotonin, Obat Serotonergik, dan Obat Antiserotonergik dalam Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Jakarta : Departemen Farmakologi dan Terapeutik FKUI.Dorland. 1998. Kamus Saku Kedokteran Dorland. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.Fakultas kedokteran Universitas Hasanuddin.Juminten Saimin, Eddy R. Moeljono, Retno B. Farid. 2008. Pemakaian Tablet Misoprostol 100 Mikrogram Per Vaginam Untuk Dilatasi Servix Sebelum Tindakan Kuretase. Subbagian Fetomaternal Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas HasanuddinManjoer, A., dkk. Kapita Selekta Kedokteran, Fakultas Kedokteran UI, Media Aesculapius, Jakarta : 2002Miller, RD. 2009. Anesthesia Seventh Edition. Churcill Livingstone.Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri Jilid 1. Jakarta : EGCNasrudin AM, Eddy R Moeljono, Putra Rimba. 2006. Efektivitas Misoprostol 400 mcg Pervaginam Untuk Dilatasi Serviks Pada Kasus Blighted Ovum. Bagian Obstetri dan GinekologiPrawirohardjo, S. 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.Saifuddin, A. B., dkk. 2006. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.Supono.1983. Ilmu Kebidanan Bagian Tindakan.Palembang : Bagian Obstetri dan Ginekologi Rumah Sakit Umum FK Unsri.Zunilda, DS. dan Elysabeth. 2008. Anestetik Umum dalam Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Jakarta : Departemen Farmakologi dan Terapeutik FKUI.Anne Jackson Bracker. 2006. Blighted Ovum / Anembryogenic Pregnancy. http://www.miscarriageassociation.org.uk/ma2006/downloads/Blighted%20ovum.pdf