presus hipertensi IKK
-
Upload
citra-resna-pramitha -
Category
Documents
-
view
400 -
download
8
Transcript of presus hipertensi IKK
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Penyakit hipertensi di negara-negara industri merupakan salah satu
masalah kesehatan utama, di Indonesia hipertensi juga merupakan masalah
kesehatan yang perlu diperhatikan oleh dokter yang bekerja pada pelayanan
kesehatan primer karena angka prevalensinya yang tinggi dan akibat jangka
panjang yang ditimbulkanya.hipertensi. Hipertensi merupakan peningkatan
tekanan darah yang memberi gejala yang berlanjut untuk suatu target organ,
seperti stroke untuk otak, penyakit jantung koroner untuk pembuluh darah
jantung dan otot jantung.
Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dibagi menjadi 2 golongan yaitu
hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya dan hipertensi sekunder
yaitu hipertensi yang disebabkan oleh penyakit lain. Di Indonesia banyaknya
penderita hipertensi diperkirakan 15 juta orang. Hipertensi primer meliputi
kurang lebih 90% dari seluruh pasien hipertensi dan 10% lainnya disebabkan
oleh hipertensi sekunder. Sekitar 50% dari golongan hipertensi sekunder dapat
diketahui penyebabnya dan dari golongan ini hanya beberapa persen yang dapat
diperbaiki kelainannya. Sekitar 50% dari golongan hipertensi primer tidak
menyadari sebagai penderita hipertensi sehingga cenderung untuk menjadi
hipertansi berat karena ketidaktahuan akan faktor resiko dari hipertensi.
Prevalensi hipertensi terkontrol hanya 4% padahal biaya pengobatan
hipertensi yang tidak terkontrol jauh lebih besar daripada biaya yang dibutuhkan
untuk pencegahannya, karena itu selain memberikan terapi farmakologis dokter
juga mempunyai kewajiban untuk mengedukasi pasien untuk berubah prilaku,
pola makan dan gaya hidup sehat untuk mrnunjang pengobatannya.
1
Praktek dokter keluarga ialah praktek kedokteran dalam pelayanan primer
atau kontak pertama yang dijalankan secara paripurna atau komprehensif.
Pelayanan yang diberikan harus meliputi pelayanan promosi kesehatan
(promotif), pencegahan penyakit (preventif), pengobatan (kuratif) dan pemulihan
(rehabilitatif).
B. GAMBARAN UMUM PUSKESMAS WIROBRAJAN
Puskesmas adalah suatu kesatuan organisasi kesehatan fungsional,
merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina
peran serta masyarakat disamping memberikan pelayanan secara menyeluruh dan
terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok.
Dengan kata lain Puskesmas mempunyai wewenang dan tanggung jawab atas
pemeliharaan kesehatan masyarakat dalam wilayah kerjanya.
Sesuai keputusan menteri kesehatan Republik Indonesia Nomor
128/MENKES/II/2004, puskesmas berfungsi sebagai pusat penggerak
pengembangan berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan masyarakat, serta
pusat pelayanan kesehatan strata pertama yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat wilayah kerjanya.
Puskesmas Wirobrajan merupakan unit pelaksana teknis dinas kesehatan di
wilayah kerja Puskesmas Wirobrajan dan memiliki satu puskesmas pembantu
yaitu puskesmas Tegalmulyo.
Puskesmas Wirobrajan terletak di kota Yogyakarta dengan batas-batas
wilayah sebagai berikut :
Sebelah utara : Kecamatan Tegalrejo
Sebelah timur : Kecamatan Ngampilan dan Mantrijeron
Sebelah selatan : Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul
Sebelah Barat : Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul
2
Luas wilayah Kecamatan Wirobrajan adalah 1,78 km2dengan pembagian
kelurahan menjadi 3 kelurahan terdiri dari :
1. Kelurahan Pakuncen : 56 RT, 12 RW
2. Kelurahan Wirobrajan : 58 RT, 12 RW
3. Kelurahan Patangpuluhan : 51 RT, 10 RW
Jumlah penduduk kecamatan Wirobrajan 30.519 jiwa dengan perincian
penduduk laki-laki sebanyak 15.179 jiwa dan penduduk wanita 15.333 jiwa.
Sasaran kesehatan wilayah kerja puskesmas Wirobrajan (mengacu pada indikator
Indonesia sehat 2010 dan SPM) diantaranya yitu :
1. Derajat kesehatan
2. Keadaan lingkungan
3. Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)
4. Pelayanan kesehatan
5. Perbaikan gizi masyarakat
Puskesmas Wirobrajan dilengkapi dengan UGD (Unit Gawat Darurat)
dan ambulans yang setiap saat dapat digunakan pada jam kerja. Puskesmas
Wirobrajan belum melayani pasien rawat inap. Kegiatan pelayanan secara umum
meliputi: Balai pengobatan umum (BPU), Balai pengobatan gigi (BPG),
BKIA/KB (Balai Kesehatan Ibu dan Anak/Keluarga Berencana), Unit farmasi,
Unit puskesmas keliling, UKS (Unit Kesehatan Sekolah), Konseling gizi,
Kesehatan lingkungan, Promosi kesehatan, Poli lansia dan konseling berhenti
merokok. Pelayanan khusus kepada balita dan usila dilaksanakan pada kegiatan
luar gedung yaitu kegiatan posyandu.
3
Pelayanan dokter keluarga yang melibatkan dokter keluarga sebagai
penapis (gate keeper) di tingkat pelayanan primer, dokter spesialis di tingkat
pelayanan sekunder, rumah sakit rujukan dan sistem jaminan pemeliharaan
kesehatan yang bekerja secara bersama-sama, menempatkan dokter keluarga
pada posisi yang sangat strategis dalam pembangunan kesehatan.
Tujuan yang ingin dicapai dalam pelayanan kedokteran keluarga adalah
memberikan pelayanan kesehatan bagi individu dan keluarga serta masyarakat
yang bermutu namun terkendali biayanya, yang tercermin dalam tata laksana
pelayanan kesehatan yang diberikan oleh dokter keluarga.
REKAPITULASI 10 BESAR PENYAKIT PADA KUNJUNGAN PASIEN
PUSKESMAS TAHUN 2009
No Kode Diagnosis Jumlah Kunjungan
1 J06 Infeksi akut lain pada saluran pernafasan bagian atas
6707
2 110 Hipertensi primer 20233 K04 Penyakit pulpa dan jaringan periapikal 19234 R51 Nyeri kepala 16665 E11 Diabetes mellitus Tipe II 16046 L30 Dermatitis lainnya 11447 R50 Demam yang tidak diketahui sebabnya 12598 Commn cold 10719 K29 Gastritis 50310 115 Hipertensi sekunder 935(Sumber Puskesmas Wirobrajan)
4
C. Tujuan
1. Tujuan umum
Laporan ini disusun untuk memenuhi sebagian syarat ujian Kepaniteraan
Klinik Ilmu Kedokteran Keluarga Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta
2. Tujuan Khusus
Sebagai sarana pembelajaran dan penerapan prinsip-prinsip pelayanan
kedokteran keluarga dalam mengatasi masalah penyakit dalam keluarga
dan faktor masalah dalam keluarga serta fungsi keluarga.
D. Manfaat
1. Manfaat bagi Puskesmas
Sebagai sarana bagi perencanaan peningkatan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat dan mengoptimalkan peranan Puskesmas.
2. Manfaat bagi Penulis
Sebagai sarana pembelajaran dan pengalaman dalam upaya peningkatan
pelayanan kesehatan dengan menerapkan ilmu-ilmu kedokteran keluarga.
3. Manfaat bagi Pembaca
Sebagai sarana ilmu pengetahuan dan pembelajaran serta informasi
tentang pelayanan kesehatan masyarakat.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
HIPERTENSI
A. Definisi
Menurut Joint National Committee 7 (2003), hipertensi didefinisikan sebagai
tekanan darah sistolik 140 mmHg atau lebih atau tekanan darah diastolik 90
mmHg atau lebih, sedangkan menurut WHO tahun 1999, hipertensi adalah
tekanan darah yang sama atau melebihi 140 mm Hg sistolik dan atau sama atau
melebihi 90 mmHg diastolik pada seseorang yang tidak menggunakan anti
hipertensi.
B. Etiologi
Menurut Yogiantoro et al (2006), berdasarkan penyebabnya hipertensi dapat
dibedakan menjadi 2 golongan, yaitu:
1. Hipertensi esensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui
penyebabnya, disebut juga hipertensi idiopatik. Disebabkan oleh berbagai faktor
seperti genetik, lingkungan, hiperaktivitas susunan saraf simpatis, sistem renin-
angiotensin, dan faktor-faktor yang meningkatkan resiko, seperti obesitas,
alkohol, merokok serta polisitemia.
2. Hipertensi sekunder. Adalah hipertensi yang penyebabnya diketahui.
Penyebabnya banyak disebabkan oleh penyakit ginjal, penggunaan estrogen,
hipertensi vaskular renal, hiperaldosteronisme primer, sindrom Cushing,
feokromositoma, koarktasio aorta, hipertensi yang berhubungan dengan
kehamilan dan lain-lain.
6
C. Epidemiologi
Distribusi epidemiologi penyakit hipertensi terdiri dari :
1. Person (orang)
Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian penyakit hipertensi dilihat
dari segi orang :
a. Umur Penyakit hipertensi pada kelompok umur paling dominant
berumur (31-55tahun). Hal ini dikarenakan seiring bertambahnya usia, tekanan
darah cenderung meningkat. Yang mana penyakit hipertensi umumnya
berkembang pada saat umur seseorang mencapau paruh baya yakni cenderung
meningkat khususnya yang berusia lebih dari 40 tahun bahkan pada usia lebih
dari 60 tahun keatas.
b. Jenis kelamin Penyakit hipertensi cenderung lebih tinggi pada jenis
kelamin perempuan dibandingkan dengan laki-laki. Hal ini dikarenakan pada
perempuan meningkat seiring dengan bertambahnya usia yang mana pada
perempuan masa premenopause cenderung memiliki tekanan darah lebih tinggi
daripada laki-laki penyebabnya sebelum menopause, wanita relatife terlindungi
dari penyakit kardiovaskuler oleh hormone estrogen yang dimana kadar estrogen
menurun setelah menopause.
c. Status gizi Keadaan Zat gizi seperti karbohidrat, protein dan lemak
Kekurangan atau kelebihan salah satu unsur zat gizi akan menyebabkan
kelainan atau penyakit. Oleh karena itu, perlu diterapkan kebiasaan makanan
yang seimbang sejak usia dini dengan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan
masing-masing individu agar tercapai kondisi kesehatan yang prima.Dimana ini
merupakan faktor penting sebagai zat pembangun atau protein ini penting untuk
pertumbuhan dan mengganti sel-sel rusak yang didapatkan dari bahan makanan
hewani atau tumbuh-tumbuhan (nabati).Sehingga ini sebagai penunjang untuk
7
membantu menyiapkan makanan khusus serta mengingatkan kepada penderita,
makanan yang harus dihindari/dibatasi.
d. Faktor psikokultural Penyakit Hipertensi ada banyak hubungan
antara psiko-kultural, tetapi belum dapat diambil kesimpulan.Namun pada
dasarnya dapat berpengaruh apabaila terjadi stres, psikososial akut menaikkan
tekanan darah secara tiba-tiba yang mana ini merupakan penyebab utama
terjadinya penyakit hipertensi dan merupakan masalah kesehatan yang layak
untuk perlu diperhatikan.
2. Place (tempat)
Tempat yang dapat mempengaruhi terjadinya peningkatan kasus
hipertensi adalah merupakan wilayah yang berdominan dipesisir dari pada
dipegunungan. Yang dimana penduduk yang berdomisil didaerah pesisir
lebih rentan terhadap penyakit hipertensi karena tingkat mengkonsumsi
garam lebih tinggi atau berlebihan dibanding daerah pegunungan yang
kemungkinan lebih banyak mengkonsumsi sayur-sayuran dan buah-buahan
3. Determinan
Determinan atau faktor yang menyebabkan terjadinya penyakit
Hipertensi adalah :
a). Faktor herediter didapat pada keluarga yang umumnya hidup dalam
lingkungan dan kebiasaan makan yang sama.
b) Konsumsi garam : telah jelas ada hubungan, tetapi data pe-nelitian pada
daerah-daerah dimana konsumsi garam tinggi tidak selalu mempunyai prevalensi
tinggi
c) Obesitas : telah diketahui adanya korelasi timbal balik antara obesitas dan
hipertensi
8
D. Klasifikasi dan Manifestasi klinis
Klasifikasi pengukuran tekanan darah berdasarkan kriteria Joint National
Comitte (JNC) 7 tahun 2003 adalah sebagai berikut:
Klasifikasi Tekanan Darah
Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
Normal <120 dan <80Prehipertensi 120-139 atau 80-89Hipertensi Stadium I 140-159 atau 90-99Hipertensi Stadium II ≥160 atau ≥ 100
Manifestasi klinis hipertensi : Peninggian tekanan darah kadang-kadang
merupakan satu-satunya gejala. Bila demikian, gejala baru muncul setelah terjadi
komplikasi pada mata, ginjal, otak atau jantung. Gejala lain yang sering
ditimbulkan adalah sakit kepala, epistaksis, sering marah, telinga mendengung,
rasa berat di tengkuk, sukar tidur, mata berkunang-kunang dan pusing.
E. Faktor Resiko
Faktor risiko hipertensi, beberapa di antaranya dapat dikendalikan atau
dikontrol dan tidak dapat dikontrol diantaranya :
1. Faktor risiko yang dapat dikendalikan atau dikontrol yaitu obesitas,
kurang olahraga, merokok, menderita diabetes mellitus, menkonsumsi garam
berlebih, minum alKohol, diet, minum kopi, pil KB , stress emosional dan
sebagainya.
2. Faktor risiko yang tidak dapat dikendalikan atau tidak dapat dikontrol
yaitu Umur, jenis kelamin, dan genetic.
9
F. Patofisiologi dan Patogenesis
Hipertensi terbukti sering muncul tanpa gejala, berarti gejala bukan
merupakan tanda untuk diagnostik dini, dokter harus aktif menemukan tanda
awal hipertensi, sebelum timbul gejala dan hipertensi muncul tidak dapat
dirasakan atau tanpa gejala dan terjadi kelainan pada jantung, otak, ginjal, dan
pembuluh darah tubuh berupa arteriosklerosis kapiler. Hal ini, karena ada
hubungan antara hipertensi, penyakit jantung koroner, dengan gagal ginjal
khususnya gagal ginjal kronik.
Munculnya hipertensi, tidak hanya disebabkan oleh tingginya tekanan
darah., akan tetapi, ternyata juga karena adanya faktor risiko lain seperti
komplikasi penyakit dan kelainan pada organ target, yaitu jantung, otak, ginjal,
dan pembuluh darah. Dan Justru lebih sering muncul dengan faktor risiko lain
yang mana sedikitnya timbul sebagai sindrom X atau Reavan, yaitu hipertensi
plus gangguan toleransi glukosa atau diabetes mellitus DM), dislipidemia, dan
obesitas.Pada hipertensi sistolik terisolasi, tekanan sistolik mencapai 140
mmHg atau lebih, tetapi tekanan diastolik kurang dari 90 mmHg dan tekanan
diastolik masih dalam kisaran normal.
Hipertensi ini sering ditemukan pada usia lanjut. Sejalan dengan
bertambahnya usia, hampir setiap orang mengalami kenaikan tekanan darah;
tekanan sistolik terus meningkat sampai usia 80 tahun dan tekanan diastolik
terus meningkat sampai usia 55-60 tahun, kemudian berkurang secara perlahan
atau bahkan menurun drastis.
E. Diagnosis
Menurut European Society of Hypertension (ESH) dan European Society
of Cardiology (ESC) 2007, prosedur diagnosa hipertensi terdiri atas:
pemeriksaan tekanan darah, identifikasi faktor resiko, dan pemeriksaan
10
adanya kerusakan organ dan penyakit lain yang terjadi bersamaan atau
menyertai keadaan klinis yang ada.
F. Penatalaksanaan
Penanggulangan hipertensi secara garis besar dibagi menjadi 2 jenis
penatalaksanaan:
1. Penatalaksanaan non farmakologis atau perubahan gaya hidup;
Modifikasi kebiasaan hidup dilakukan pada setiap penderita hipertensi,
meskipun cara ini tidak dapat dilakukan sebagai cara tunggal untuk setiap
derajat hipertensi, akan tetapi cukup potensial dalam menurunkan faktor
resiko kardiovaskuler dan bermanfaat pula menurunkan tekanan darah.
Disamping itu diharapkan memperbaiki efikasi obat antihipertensi.
Keuntungan lain karena merupakan upaya penatalaksanaan hipertensi yang
murah dengan efek samping minimal.
Menurut JNC 7, modifikasi kebiasaan hidup untuk pencegahan dan
penatalaksanaan hipertensi adalah sebagai berikut:
Menurunkan berat badan (index masa tubuh diusahakan 18,5 - 24,9 kg/m2)
diperkirakan menurunkan TDS 5-20 mmHg/10 kg penurunan berat badan.
Diit dengan asupan cukup kalium dan kalsium dengan mengkonsumsi
makanan kaya buah, sayur, rendah lemak hewani dan mengurangi asam
lemak jenuh diharapkan menurunkan TDS 8-14 mmHg
Mengurangi konsumsi natrium tidak lebih dari 100 mmoU hari (6 gram
NaCI), diharapkan menurunkan TDS 2-8 mmHg
Meningkatkan aktifitas fisik misalnya dengan berjalan minimal 30
menit/hari diharapkan menurunkan TDS 4-9 mmHg
Berhenti merokok dan mengurangi konsumsi alkohol. Mengurangi
konsumsi alkohol 2 gelas ( 30 mL ethanol) per hari pada laki-laki dan1
gelas per hari pada wanita dan pasien kurus diharapkan dapat menurunkan
11
TDS 2–4 mmHg
2. Penatalaksanaan farmakologis atau dengan obat
Pengobatan hipertensi primer ditujukan untuk menurunkan tekanan darah
dengan harapan memperpanjang umur dan mengurangi timbulnya komplikasi.
Pengobatan ini adalah pengobatan jangka panjang dengan kemungkinan besar
untuk seumur hidup.
Klasifikasi dan Tatalaksana Tekanan Darah Menurut JNC 7
Klasifikasitekanan darah
TDSmmHg
TDDmmHg
Perubahangaya hidup
Terapi obat awal
Tanpa Indikasi yang Memaksa
Dengan Indikasi yang Memaksa
Normal <120 Dan < 80 Dianjurkan
Pre-hipertensi 120-139 Atau 80-89 Ya Tidak ada obat antihipertensi yang dianjurkan
Obat-obatan untuk compelling indication
Hipertensi Stadium 1
140-159 Atau 90-99 Diuretika jenis thiazide untuk sebagian besar, dapat dipertimbangkan ACEI, ARB, OB, CCB, atau kombinasi.
Obat-obatan untuk compelling indications.Obat antihipertensi lainnya (diuretika, ACEI, ARB, PB, CCB) sesuai kebutuhan
Hipertensi Stadium 2
160 atau 100 Kombinasi 2 obat untuk sebagian besar (umumnya jenis thiazide dan ACEI atau AR atau (3B atau CCB)
Obat-obatan untuk compelling indications.Obat antihipertensi lainnya (diuretika, ACEI, ARB, Bb, CCB) sesuai kebutuhan
12
Pemilihan obat anti hipertensi menurut ESH-ESC (2007) harus
mempertimbangkan manfaat utama pengobatan hipertensi, yaitu penurunan tekanan
darah itu sendiri. Terdapat bukti bahwa obat-obat kelas tertentu dapat memiliki efek
berbeda, dan pada kelompok penderita tertentu obat-obatan tidak memiliki efek
samping yang setara, terutama pada individu tertentu. Kelas-kelas utama obat
antihipertensi seperti diuretik, -bocker, calcium antagonist, ACE inhibitor, ARB
dapat dipakai sebagai pilihan awal dan juga pemeliharaan. Pilihan obat awal menjadi
tidak penting karena kebutuhan untuk menggunakan kombinasi 2 obat atau lebih
untuk mencapai tekanan darah target. Dengan banyaknya bukti-bukti ilmiah, pilihan
obat tergantung banyak faktor, antara lain: Pengalaman pasien sebelumnya dengan
obat antihipertensi, harga obat, gambaran resiko, ada tidaknya kerusakan organ dan
penyakit penyerta, serta pilihan pasien.
Pada sebagian besar pasien, pengobatan dimulai dengan dosis kecil obat
antihipertensi yang dipilih, dan jika perlu dosisnya secara perlahan-lahan dinaikkan,
bergantung pada umur, kebutuhan, dan hasil pengobatan. Obat antihipertensi yang
dipilih sebaiknya yang mempunyai efek penurunan tekanan darah selama 24 jam
dengan dosis sekali sehari, dan setelah 24 jam efek penurunan tekanan darahnya
masih diatas 50 % efek maksimal. Obat antihipertensi kerja panjang yang mempunyai
efek penurunan tekanan darah selama 24 jam lebih disukai daripada obat jangka
pendek disebabkan oleh beberapa faktor :
1) Kepatuhan lebih baik dengan dosis sekali sehari
2) Harga obat dapat lebih murah
3) Pengendalian tekanan darah perlahan-lahan dan persisten
4) Mendapat perlindungan terhadap faktor resiko seperti kematian mendadak,
serangan jantung, dan stroke, yang disebabkan oleh peninggian tekanan darah
pada saat bangun setelah tidur malam hari.
Ternyata kebanyakan penderita hipertensi memerlukan dua atau lebih obat
antihipertensi untuk mencapai target tekanan darah. Jika target tekanan darah belum
13
tercapai penambahan obat kedua dari klas lain harus segera ditambahkan. Jika
tekanan darah 20/10 mmHg diatas target tekanan darah dipertimbangkan pengobatan
awal dengan menggunakan dua macam klas obat sebagai obat kombinasi tetap atau
masing-masing diberikan tersendiri.
Pemberian dua obat antihipertensi sejak awal ini akan mempercepat
tercapainya target tekanan darah. Akan tetapi harus diwaspadai kemungkinan
hipotensi ortostatik terutama pada penderita diabetes, disfungsi saraf otonom dan
penderita geriatric. Penggunaan obat generik atau kombinasi perlu dipertimbangkan
untuk mengurangi biaya. Penderita paling sedikit harus dievaluasi setiap bulan untuk
penyesuaian obat agar target tekanan darah segera tercapai. Jika target sudah tercapai,
evaluasi dapat dilakukan tiap 3 bulan. Penderita dengan hipertensi derajat 2 atau
dengan faktor komorbid misalnya diabetes, dan payah jantung, memerlukan evaluasi
lebih sering. Faktor resiko kardiovaskuler yang lain serta adanya kondisi komorbid
harus secara bersama diobati sampai seoptimal mungkin.
Pada sebagian besar pasien hipertensi, terapi harus dimulai bertahap, dan
penurunan tekanan darah dicapai secara progresif dalam beberapa minggu. Untuk
mencapai target tekanan darah, tampaknya sebagaian besar pasien memerlukan terapi
kombinasi lebih dari satu obat. Menurut tekanan darah awal dan ada tidaknya
komplikasi, tampaknya cukup beralasan untuk memulai terapi dengan obat tunggal
dosis rendah atau kombinasi dua obat dosis rendah Terdapat keuntungan dan kerugian
dari kedua pendekatan ini.
14
Algoritme pengobatan hipertensi (JNC 7)
15
Modifikasi gaya hidup
Tidak mencapai target tekanan darah (< 140/90 mmHg) (<130/80 untuk penderita diabetes atau penyakit ginjal kronik)
PILIHAN OBAT AWAL
Dengan indikasi yang memaksa (with compelling indications)
Hipertensi stage 1 (TDS 140-159 atau TDD 90-99 mmHg)
Diuretika jenis thiazide untuk sebagian besar kasus Dapat dipertimbangkan ACEI, ARB, Bb, CCB, atau kombinasi
Hipertensi stage 2 (TDS 160 atau TDD 100 mmHg)
Kombinasi 2 obat untuk sebagian besar kasus (umumnya diuretika jenis thiazide dan ACEI, atau ARB, atau PB, atau CCB
Obat-obat untuk indikasi yang memaksa (compelling indications)
Obat antihipertensi lain sesuai kebutuhan diuretika, ACEI, ARB, f3b, CCB)
Optimalkan dosis atau berikan tambahan obat sampai target tekanan darah tercapai, pertimbangkan konsultasi dengan
ahli hipertensi
TIDAK MENCAPAI TARGET TEKANAN DARAH
Tanpa indikasi yang memaksa (without compelling indiacations)
Menurut ESH-ESC (2007), pemilihan antara monoterapi dan terapi kombinasi
harus mempertimbangkan tingkat tekanan darah yang belum diterapi, ada tidaknya
kerusakan organ dan faktor resiko.
Kombinasi 2 obat yang efektif dan ditoleransi dengan baik adalah :
Diuretika dan beta bloker
Diuretic dengan ACE inhibitor w au ARB
Calcium antagonis (dehidropiri(lin) dan beta blocker
Calcium antagonist dan ACE Inhibitor atau ARB
16
Pilihan antara
Obat tunggal dosis rendah
Kombinasi 2 obat dengan dosis rendahJika target tekanan darah
tidak tercapai
Obat sebelumnya dengan dosis
maksimal
Ganti ke obat lain dengan dosis
rendah
Kombinasi sebelumnya dengan dosis
maksimal
Tambahkan obat ketiga dengan dosis rendah
Jika target tekanan darah tidak tercapai
Kombinasi 2 atau 3 obat
Monoterapi dosis
Kombinasi 3 obat pada dosis efektif
Calcium antagonist dan diuretic
Alfa blocker dan beta blocker
Oleh karena faktor yang mempengaruhi terjadinya peningkatan tekanan darah
pada hipertensi primer sangat banyak, obat antihipertensi yang dikembangkan tentu
saja berdasarkan pengetahuan patofisiologi tersebut. Obat golongan diuretic,
penyekat beta, antagonis kaslsium, dan penghambat enzim konversi angiotensin
(penghambat ACE), merupakan antihipertensi yang sering digunakan pada
pengobatan.
a. Diuretic
Mempunyai efek antihipertensi dengan cara menurunkan volume
ekstraseluler dan plasma sehingga terjadi penurunan curah jantung.
b. Golongan penghambat simpatetik
Penghambatan aktivitas simpatik dapat terjadi pada pusat vasomotor otak
seperti pada pemberian metildopa dan klonidin atau pada ujung saraf perifer
seperti reserpin dan guanetidin. Metildopa mempunyai efek antihipertensi dengan
menurunkan tonus simpatik secara sentral.
c. Penyekat beta
Mekanisme antihipertensi obat ini adalah melalui penurunan curah jantung
dan penekanan sekresi renin. Obat ini dibedakan dalam 2 jenis : yang
menghambat reseptor beta 1 dan yang menghambat reseptor beta 1 dan 2.
Penyekat beta yang kardioselektif berarti hanya menghambat reseptor beta 1, akan
tetapi dosis tinggi obat ini juga menghambat reseptor beta 2 sehingga penyekat
beta tidak dianjurkan pada pasien yang telah diketahui mengidap astma bronchial.
Kadar renin pasien dapat dipakai sebagai predictor respons antihipertensi
penyekat beta karena mekanisme kerjanya melalui system renin-angiotensin.
d. Vasodilator
Yang termasuk golongan ini adalah doksazosin, prazosin, hidralazin,
minoksidil, diazoksid, dan sodium nitropusid. Obat golongan ini bekerja langsung
17
pada pembuluh darah dengan cara relaksasi otot polos yang akan mengakibatkan
penurunan resistensi pembuluh darah. Hidralazin, minoksidil, dan diazoksid
bekerja pada arteri sehingga penurunan resistensi pembuluh darah akan diikuti
oleh peninggian aktivitas simpatik, yang akan menimbulkan takikardia, dan
peninggian kontraktilitas otot miokard yang akan mengakibatkan peningkatan
curah jantung.
e. Penghambat enzim konversi angiotensin
Yang pertama kali digunakan dalam klinik adalah enalapril dan kaptopril.
Kaptopril yang dapat diberikan peroral menurunkan tekanan darah dengan cara
menghambat enzim konversi angiotensin sehingga terjadi penurunan kadar
angiotensin 11, yang mengakibatkan penurunan aldosteron dan dilatasi arteriol.
Selain itu, obat ini menghambat degradasi bradikinin yang merupakan vasodilator
kuat yang akan memperkuat efek antihipertensinya. Pada hipertensi ringan dan
sedang dapat diberikan dosis 2 kali 12,5 mg tiap hari. Dosis yang biasa adalah 25-
50 mg tiap hari. Pada saat ini sudah beredar obat penghambat enzim konversi
angiotensin yang lain seperti lisinopril, fosinopril, ramipril, silazapril, benazepril,
kuinopril, dan delapril.
f. Antagonis kalsium
Hubungan antara kalsium dengan system kardiovaskuler telah lama diketahui.
Aktivitas kontraksi otot polos pembuluh darah diatur oleh kadar ion kalsium (Ca2+)
intraseluler bebas yang sebagian besar berasal dari ekstrasel dan masuk melalui
saluran kalsium (calcium channels). Peningkatan kontraktilitas otot jantung akan
mengakibatkan peninggi-tn curah jantung. Hormone presor seperti angiotensin, juga
akan meningkat efeknya oleh pengaruh kalsium. Berbagai faktor tersebut
berpengaruh terhadap peningkatan tekanan darah.
.
18
BAB III
LAPORAN KASUS
A. Identitas
Nama : Ny. M
Umur : 70 tahun
Jenis kelamin : perempuan
Alamat : Jl. Sugeng Jeroni no.72 RT 33 RW 06 Kelurahan
Patangpuluhan Kecamatan Wirobrajan Yogyakarta
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan : -
No. RM : 03091001
Tanggal kunjungan Puskesmas : 27 Oktober 2010
Tanggal kunjungan rumah I : 28 Oktober 2010
Tanggal kunjungan rumah II : 29 Oktober 2010
B. SUBJEKTIF
Keluhan Utama : kepala pusing
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang dengan keluhan kepala pusing dan tengkuk terasa pegal sejak 3
hari yang lalu. Rasa pusing dirasakan hilang timbul, terlebih bila pasien kurang
istirahat. Nyeri kepala dirasakan di kepala bagian bawah disertai kaku pada leher dan
bahu.
Rasa pusing dan nyeri kepala tidak diikuti dengan keluhan mata berkunang-
kunang, telinga tidak berdengung, pasien tidak mengeluarkan darah dari hidungnya.
Pasien juga mengeluh sering sulit tidur, terutama beberapa minggu belakangan ini,
19
pasien mengaku banyak pikiran yang membebaninya. Pasien tidak ada keluhan mual,
tidak muntah, nafsu makan tidak ada masalah, tidak ada gangguan BAB dan BAK.
Pasien mengaku jarang makan makanan hewani, pasien tidak merokok.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien mengaku menderita hipertensi sejak 4 tahun yang lalu saat berobat ke
posyandu lansia. Riwayat merokok disangkal.
Riwayat penyakit DM : disangkal
Riwayat penyakit jantung : disangkal
Riwayat penyakit asma : disangkal
Riwayat penyakit ginjal : disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat penyakit hipertensi : dibenarkan, suami
Riwayat penyakit DM : disangkal
Riwayat penyakit jantung : dibenarkan, suami
Riwayat penyakit asma : disangkal
Riwayat penyakit ginjal : disangkal
C. OBJEKTIF
PEMERIKSAAN FISIK
Kesan Umum : baik
Kesadaran : Kompos mentis
Tanda utama :
Tekanan darah : 200/100 mmHg
Nadi : 84 x/menit, teratur, isi dan tegangan cukup
Suhu badan : afebris
Pernafasan : 20 x/menit, tipe torakal.
20
Status gizi :
BB : 41 kg
TB : 145 cm
BMI = BB (kg) : (TB)2
= 41 : (1,45)2
=19,5
BB kurang : < 18,5
BB normal : 18,5- 24,5
BB lebih : >25
Pemeriksaan Kulit : turgor dan elastisitas dalam batas normal, kelainan
kulit (-), Sianosis (-)
Pemeriksaan kepala
- Bentuk kepala : Mesosefal
- Rambut : Warna hitam, tidak mudah dicabut, distribusi merata
Pemeriksaan mata
- Palpebra : Edema (-/-),
- Konjungtiva : Anemis (-/-),
- Sklera : Ikterik (-/-)
- Pupil : Reflek cahaya (+/+), isokor
Pemeriksaan Telinga : Otore (-/-), nyeri tekan (-/-), serumen (-/-)
Pemeriksaan Hidung : sekret (-/-), epistaksis (-)
Pemeriksaan Leher
- Kelenjar tiroid : Tidak membesar
- Kelenjar lnn : Tidak membesar, nyeri (-)
- Retraksi suprasternal : (-)
-JVP : tidak meningkat
21
Pemeriksaan Dada :
Depan : Kanan Kiri
Inspeksi : retraksi (-)
Palpasi : ketinggalan gerak (-).
Perkusi : sonor pada seluruh
lapang paru
Auskultasi :
- Suara dasar :
vesikuler
- Suara tambahan :
Ronkhi kering (-), wheezing
(-), krepitasi (-)
Inspeksi : retraksi (-)
Palpasi : ketinggalan gerak (-).
Perkusi : sonor pada seluruh
lapang paru
Auskultasi :
- Suara dasar :
vesikuler
- Suara tambahan :
Ronkhi kering (-),
wheezing (-) krepitasi (-)
Belakang Kanan Kiri
Palpasi : ketinggalan gerak (-).
Perkusi : sonor
Auskultasi :
- Suara dasar : vesikuler
- Suara tambahan :
Ronkhi kering (-), wheezing
(-), krepitasi (-)
Palpasi : ketinggalan gerak (-).
Perkusi : sonor
Auskultasi :
- Suara dasar : vesikuler
- Suara tambahan :
Ronkhi kering (-),
wheezing (-), krepitasi(-)
22
Jantung
Inspeksi : Iktus kordis tidak tampak
Palpasi : Iktus kordis teraba pada sela iga ke 5 linea
midclavicula kiri, teraba tidak kuat angkat
Perkusi : Batas jantung
Kanan atas : SIC II linea para sternalis
kanan.
Kiri atas : SIC II linea para sternalis
kiri.
Kanan
bawah
: SIC IV linea para sternalis
kanan.
Kiri bawah : SIC V linea midklavikula
kiri.
Auskultasi : S1 > S2 reguler, Bising jantung (-)
Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi : Bentuk bulat, defans muskular (-), venektasi
(-), sikatrik (-)
Auskultas
i
: Peristaltik usus (+) normal
Palpasi : Nyeri tekan abdomen (-), Hepatomegali (-),
nyeri tekan hepar (-), lien tak teraba
membesar, nyeri lepas tekan (-), massa (-),
Nyeri tekan suprapubik (-)
Perkusi : Timpani, nyeri ketok kostovertebra (-),pekak
beralih (-), undulasi (-)
23
Pemeriksaan Ekstremitas
Tungkai Lengan
Kanan Kiri Kanan Kiri
Gerakan
Tonus
Trofi
Edema
bebas
Normal
Eutrofi
-
bebas
Normal
Eutrofi
-
Bebas
Normal
Eutrofi
-
Bebas
Normal
Eutrofi
-
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Usulan pemeriksaan :
- Darah rutin
- Urinalisa
- Kimia darah
- Rongent thorak
- EKG
F. DIAGNOSIS
Hipertensi primer grade II tidak terkontrol
H. RENCANA PENATALAKSANAAN
1. Non Farmakologis
- Peerubahan pola makan
BB : 41 kg
TB : 145 cm
Kebutuhan Kalori menurut rumus BROCCA
BB ideal = (TB-100)-10%(TB-100)
= (145-100)-10%(145-100)
24
= 40,5 kg
- Pengendalian stressor-stressor psikososial
- Menghindari factor resiko (merokok, alkohol)
- Program aktifitas fisik, contohnya jalan-jalan santai minimal 10 menit 3 kali
dalam seminggu
2. Farmakologis
Amlodipin 5 mg 1x 1 tab
HCT ½-0-0
B1 2 x 1 tab
25
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Analisis Kasus
Diagnosis kerja pada pasien ini adalah Hipertensi primer grade II tidak
terkontrol. Diagnosis ini diperoleh berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Dari anamnesis didapatkan keluhan pasien yaitu: kepala pusing, tengkuk pegal..
Dari pemeriksaan fisik saat di puskesmas didapatkan tekanan darah pasien
mencapai 200/100 mmHg sementara saat kunjungan rumah tekanan darah sudah
menurun dan keluhan yang dirasakan sudah berkurang.
B. Hasil Kunjungan Rumah
a. Kondisi pasien
Saat kunjungan rumah pertama, keluhan yang dirasakan pasien sudah
berkurang dan dari pemeriksaan fisik tidak didapatkan kelainan
b. Pekerjaan
Pasien berumur 70 tahun dan bekeraja sebagai ibu rumah tangga. Kegiatan
pasien sehari-hari adalah mengurus cucu, memasak dan beerkebun.
c. Lokasi
Rumah terletak Jl. Sugeng Jeroni no.72 RT 33 RW 06 Kelurahan
Patangpuluhan Kecamatan Wirobrajan Yogyakarta, dengan kepadatan
penduduk padat,tidak terdapat pekarangan yang membatasi rumah pasien
dengan tetangga, dekat dengan sumber pencemaran polusi udara karena
terletak di tepi jalan protocol, rumah tersebut milik pasien.
26
d. Kondisi rumah
Dibangun kokoh dan tidak bertingkat. Lantai rumah terbuat dari ubin dan
sebagian semen, dinding rumah terbuat dari tembok dan atap rumah terbuat
dari genteng dengan luas bangunan ± 50 m2. Kebersihan di dalam rumah
terkesan cukup bersih dan rapi.
Kepemilikan barang di rumah adalah 1 sepeda motor, 2 meja dan kursi tamu
sederhana, 1 buah sofa, 1 rak televisi, 3 kasur, 1 set meja makan sederhana,
dan peralatan dapur. Alat elektronik yang ada di rumah adalah sebuah kipas
angin listrik, sebuah televisi berwarna ukuran 21 inchi, sebuah setrika, sebuah
rice cooker.
e. Pembagian ruangan
Rumah terdiri dari beberapa ruangan, yaitu 2 kamar tidur, 1 ruang tamu, 1
kamar mandi, 1 dapur dan 1 gudang.
Ventilasi
RuangUkuran Ukuran
RuanganPerbandin
ganKet.
Jendela VentilasiRuang tamu I 2x1 m 0,5x0,1m 4x3 m >25%Kamar I - - 2x2 m <25%Kamar II 1x1,5 m - 2x2 m <25%Dapur - 0,1x1 m 2x2 m <25%Kamar mandi - 0,1x2 m 2x3 m <25% WC (+)
jongkok
f. Pencahayaan
Pencahayaan dirasakan cukup, sinar matahari dapat masuk rumah. Penerangan
dirasa cukup karena untuk membaca tulisan tidak membutuhkan cahaya lampu
27
listrik pada siang hari. Daya listrik yang dipakai pada rumah adalah 900 watt,
cukup untuk keperluan sehari-hari.
g. Sanitasi Dasar
1. Sumber air bersih
Sumber air yang digunakan untuk minum, mandi dan mencuci berasal dari
sumur pompa. Jarak antara sumur dan septic tank sekitar 7 m.
2. Jamban keluarga
Pasien memiliki jamban keluarga dirumahnya (WC jongkok). Kondisi
jamban mudah dibersihkan, lokasinya menjadi satu dengan rumah, terkesan
kurang bersih dan tidak berlumut.
3. Saluran pembuangan air limbah (SPAL)
Limbah rumah tangga semua disalurkan ke selokan dekat rumah.
4. Tempat sampah
Sampah dikumpulkan dikeranjang sampah, bila sudah penuh akan dibuang
di bak sampah yang lebih besar yang terletak di dekat gang masuk, dan
akan diambil petugas sampah setiap harinya, pembayaran ditanggung
bersama dengan warga sekitar
h. Halaman
28
Tidak punya. Untuk menjemur pakaian biasanya pasien menjemur di muka
rumah atau tepi gang di depan rumah pasien.
i. Kandang
Tidak mempunyai kandang
C. Identifikasi Fungsi Keluarga
1. Fungsi biologis dan reproduksi
Pasien merupakan anak pertama dari pasangan suami – istri yang telah
menikah selama 3 tahun. Pasien belum memasuki usia reproduksi. Ibu pasien
belum mengikuti KB.
2. Fungsi afektif
Pasien hidup dengan ibu, ayah, nenek dan paman pasien. Tidak ada konflik
antar keluarga. Pasien sering bermain bersama seluruh anggota keluarganya.
Permasalahan antar keluarga dapat diselesaikan dengan cara musyawarah.
3. Fungsi sosial
Keluarga pasien sering menyapa tetangga dan sering bekerjasama dengan
mereka. Pasien akrab dengan seluruh anggota keluarganya dan beberapa
tetangganya. Pasien sering diasuh neneknya saat ayahnya pergi bekerja dan
ibunya membeli barang – barang dagangan di pasar.
4. Fungsi ekonomi
Pemenuhan kebutuhan keluaraga bergantung pada ayah yang bekerja sebagai
pedagang baju di kaki lima kawasan Malioboro. Ayah pasien juga bekerja
sampingan sebagai sopir sebuah rental mobil di dekat rumah, jika dibutuhkan.
5. Fungsi religius
Semua anggota keluarga menjalankan ibadahnya dengan baik.
29
6. Fungsi pendidikan
Pasien belum pernah mendapat pendidikan formal. Di rumah pasien sering
mendapat bimbingan dan pengetahuan dari anggota keluarganya.
Fungsi keluarga tidak terganggu.
D. Pola Makan Keluarga
Frekuensi makan rata-rata tiap harinya sebanyak 2-3 kali, Menu
makanan terdiri dari nasi, lauk-pauk, sayur, buah dan susu walaupun setiap hari
tidak selalu lengkap tergantung selera makan pasien dan suasana hati pasien.
Pasien suka minum susu di dalam botol. Satu kardus susu 400 gr sering
dihabiskan dalam waktu 2 hari.
Di keluarga nenek pasien menderita Diabetes Mellitus. Untuk pola
makan nenek pasien diatur oleh ibu pasien dengan memberikan porsi yang lebih
kecil dari porsi anggota keluarga yang lain dan mengurangi konsumsi gula.
E. Perilaku Kesehatan Keluarga
Bila ada anggota keluarga yang sakit yang pertama kali dilakukan adalah
langsung dibawa berobat ke dokter/Puskesmas. Penimbangan berat badan pasien
rutin dilakukan di posyandu. Untuk kepentingan pengobatan pasien menggunakan
kartu Jamkesta. Pasien tidak mendapatkan ASI eksklusif. Pasien sudah
mendapatkan Lima Imunisasi dasar Lengkap sesuai jadwal.Ayah pasien
mempunyai kebiasaan merokok di dalam rumah.
F. Perangkat Penilaian Keluarga
1. DAFTAR ANGGOTA KELUARGA YANG TINGGAL DALAM SATU
RUMAH
Anggota keluarga yang berada di satu rumah yaitu:
Nama Kedudukan dalam L/P Umur Pendidikan Pekerjaan Keterangan
30
keluarga (th)
T Kepala rumah
tangga (ayah pasien)
L 36 SLTA pedagang
A Ibu pasien P 31 SLTA Ibu rumah tangga
L pasien L 1,5 - -
D Nenek pasien P 55 SD -
A Paman pasien L 25 SLTA mahasiswa
2. GENOGRAM
Genogram keluarga An.L, tanggal 22 September 2010
Keterangan:
: laki-laki : laki-laki meninggal : tinggal serumah
: perempuan : Pasien BW : Breadwinner
(pencari nafkah)
31
N,33 S, 36
L, 1,5
S,55 S, 60T, 60 R, 60
A, 25
BW
DM
: perempuan meninggal DM: Diabetes Mellitus
3. NILAI APGAR KELUARGA
Kuisioner APGAR keluarga
PenilaianHampir
tidak pernah
KadangHampir selalu
Saya puas dengan keluarga saya karena masing-masing anggota keluarga sudah menjalankan kewajiban sesuai dengan seharusnya.
V
Saya puas dengan keluarga saya karena dapat membantu memberikan solusi terhadap permasalahan yang saya hadapi.
V
Saya puas dengan kebebasan yang diberikan keluarga saya untuk mengembangkan kemampuan yang saya miliki.
V
Saya puas dengan kehangatan / kasih saying yang diberikan keluarga saya.
V
Saya puas dengan waktu yang disediakan keluarga untuk menjalin kebersamaan
V
TOTAL 8
32
Skoring: hampir selalu: 2, kadang:1, hampir tidak pernah:0
Total skor: 8-10: fungsi keluarga sehat (high functional family)
4-7 : kurang sehat (moderate dissfunctional family)
0-3 : sakit (severe dissfunctional family)
Pasien masuk ke dalam kategori fungsi keluarga sehat
1. FAMILY SCREEM
Aspek Sumber Daya Patologi
Sosial Interaksi antar anggota keluarga yang baik
Kultural Keluarga pasien serta masyarakat sekitar memiliki budaya saling mengenali tetangga dan memiliki kultur tolong-menolong yang tinggi.
-
Religi Anggota keluarga menjalankan ibadahnya dengan baik.
-
Ekonomi Kebutuhan ekonomi dirasa cukup -
Pendidikan - Pengetahuan ayah tentang bahaya merokok di dalam rumah kurang
Kesehatan Kesadaran untuk berobat baik, akses ke puskesmas dekat. Pasien mempunyai jamkesta sehingga dapat dipergunakan untuk periksa ke puskesmas dan ke Rumah Sakit
-
33
Keluarga pasien memiliki kondisi patologi dalam hal pengetahuan tentang bahaya
merokok bagi kesehatan.
G. Identifikasi Pengetahuan, Sikap, Perilaku (PSP)
1. FUNGSI BIOLOGIS DAN REPRODUKSI
Pasien belum memasuki usia reproduksi. Orangtua pasien belum mengikuti
KB dan berencana untuk menambah anak.
2. PENCEGAHAN PENYAKIT
Pasien belum cukup usia untuk pergi ke puskesmas/RS sendiri. Ibu pasien
selalu membawa pasien ke puskesmas terdekat jika pasien terlihat tidak enak
badan. Penimbangan berat badan pasien rutin dilakukan di posyandu. Untuk
kepentingan pengobatan pasien menggunakan kartu Jamkesta. Pasien sudah
mendapatkan Lima Imunisasi dasar Lengkap sesuai jadwal.
3. GIZI KELUARGA
Frekuensi makan rata-rata tiap harinya sebanyak 2-3 kali, Menu makanan
terdiri dari nasi, lauk-pauk, sayur, buah dan susu walaupun setiap hari tidak
selalu lengkap tergantung selera makan pasien dan suasana hati pasien. Pasien
tidak mendapatkan ASI eksklusif. Pasien suka minum susu di dalam botol.
Satu kardus susu 400 gr sering dihabiskan dalam waktu 2 hari.
4. HIGIENE DAN SANITASI LINGKUNGAN
Keadaan rumah pasien terasa nyaman, rapi dan tidak kotor, pencahayaan
cukup. Udara yang masuk cukup dan ventilasinya cukup. Jarak antara rumah
pasien dengan tetangga sangat berdekatan, hal tersebut membuat pasien dan
tetangga menjadi sangat dekat dan berhubungan baik. Namun pasien tidak
memiliki halaman sendiri sehingga harus menjemur pakaian di tepi gang
depan rumahnya dan muka rumahnya. Sumur sumber air berada di dalam
rumah pasien dan berjarak <10 meter dari septic tank, semua limbah cair
34
dialirkan ke selokan Sanitasi lingkungan pada pasien ini bisa dikatakan cukup
baik.
H. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), Tatanan Rumah Tangga.
No. Indikator Jawaban1 Seluruh anggota keluarga tidak merokok Tidak2 Persalinan tenaga kesehatan Ya3 ASI eksklusif Tidak4 Imunisasi Ya5 Balita ditimbang Ya6 Sarapan pagi Ya7 Makan buah dan sayur Ya8 Ada kartu kepesertaan asuransi kesehatan (JPKM) Ya9 Keluarga melakukan kebiasaan cuci tangan dengan air
bersih dan sabun, sebelum makan dan sesudah BABYa
10 Keluarga melakukan kebiasaan gosok gigi sebelum tidur Ya11 Olah raga min. 3x seminggu Tidak 12 Jamban keluarga Ya13 Air bersih dan bebas jentik Ya14 Tersedia tempat sampah di dalam/di luar rumah Ya15 SPAL Ya 16 Ventilasi Ya17 Kepadatan Ya
35
18 Seluruh lantai rumah di semen atau ubin atau kayu Ya
Klasifikasi:
Sehat I : dari 18 pertanyaan, jawaban ”Ya” antara 1-5 pertanyaan.
Sehat II : dari 18 pertanyaan, jawaban ”Ya” antara 6-10 pertanyaan.
Sehat III : dari 18 pertanyaan, jawaban ”Ya” antara 11-15 pertanyaan.
Sehat IV : dari 18 pertanyaan, jawaban ”Ya” antara 16-18 pertanyaan.
Berdasarkan jumlah nilai identifikasi PHBS pada pasien ini masuk dalam klasifikasi
Sehat III. Keluarga masih memiliki perilaku kurang sehat yaitu kebiasaan merokok,
tidak memberikan ASI eksklusif dan tidak melakukan olahraga secara rutin.
I. Pedoman Umum Gizi Seimbang
No Pedoman Umum Gizi Seimbang Ya Tidak1 Makanlah makanan yang fungsinya untuk memenuhi
kecukupan stok energy dalm tubuh√
2 Makanlah semua ragam aneka makanan (yang pasti halal dan mengandung hewani)
√
3 Makan sumber karbohidrat, contohnya beras, jagung,kentang, umbi-umbian, tebu, gandum dll, setengah dari kebutuhan energi
√
4 Batasi konsumsi lemak atau minyak yang berlebih √5 Gunakan garam yang beryodium √6 Makanlah makanan sumber zat besi, contohnya di
sayuran yang hijau dan buah-buahan.√
7 Berikan ASI saja sampai bayi umur 6 bulan √8 Biasakan untuk makan di pagi hari √9 Minumlah air putih yang bersih, aman, dan cukup
jumlahnya√
10 Olahraga secara teratur dan berjemurlah paling tidak 10 menit setiap hari
√
11 Say no to alcohol, rokok dan obat-obatan terlarang √12 Makanlah sesuai dengan kebutuhan dan pastikan
makanan tersebut aman dipencernaan√
36
13 Bacalah label pada kemasan makanan, pasikan komposisinya aman dan teliti kadaluarsanya.
√
Jumlah 7 6
Pasien baru melaksanakan PUGS sebesar 53,8 %.
Berdasarkan hasil analisis di atas, harus ada perbaikan tentang pola makan semua
ragam makanan, kebiasaan olahraga teratur, merokok, pengecekan tanggal
kadaluarsa makanan dan memastikan makanan aman untuk dicerna.
J. Pelaksanaan Program
Tanggal Kegiatan yang dilakukan
Hasil kegiatan Catatan untuk pembinaan berikutnya
22 September
2010
Anamnesis perjalanan penyakit
dan pemeriksaan fisik, kelengkapan data dan menilai kondisi rumah
Mengetahui proses perjalanan penyakit (RPD) dan mengetahui
kondisi lingkungan
rumah
Mengeksplorasi fungsi keluarga
24 September
2010
Anamnesis penyakit kembali, mengeksplorasi fungsi-fungsi
keluarga
Kelengkapan data Memberikan
konseling mengenai
merokok dan pola makan
37
J. Identifikasi Lingkungan Hidup Keluarga
Denah Lokasi Rumah Pasien
38
U
JL. RE MARTADINATA
JL. HOS
COKROAMINOTO
PASAR KLITHIKAN
PASAR KLITHIKAN
PASAR KLITHIKAN
PUSTU
JL PAKUNCEN
SINGOSAREN
PASAR KLITHIKAN
AMC
STIKES
RUMAH PASIENSINGOSAREN, WB I/634,
PAKUNCEN, WIROBRAJAN, YOGYAKARTA
Denah Rumah Pasien
J. Daftar Masalah Keluarga
No. Masalah yang terjadi
pada keluarga
Rencana Pembinaan Sasaran pembinaan
1 Ayah mempunyai
kebiasaan merokok di
dalam rumah
Menyarankan untuk mengurangi merokok
terlebih di dalam rumah
Ayah pasien
2 Pola makan pasien
terlalu banyak
mengkonsumsi susu,
sehingga untuk makan
agak kurang
Menyarankan untuk memenuhi menu
seimbang
Keuarga pasien
39
U
6 m
7 m
1x2
2X2
2X2
4X3
3X2
2X1Keterangan :
1. Kamar tamu2. Kamar tidur3. Kamar mandi4. Dapur5. Ruang makan6. Gudang
1
2
2
3 4
5 62x1
4x1
K. Diagnosis Kedokteran Keluarga
a. Diagnosis :
Infeksi Saluran Pernafasan Akut ringan pada pasien balita dengan ayah
perokok aktif dan pola makan kurang seimbang.
b. Bentuk keluarga :
Keluarga besar
c. Fungsi keluarga yang terganggu :
Tidak didapatkan fungsi keluarga yang terganggu
40
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
1. Diagnosis pada pasien ini adalah Infeksi Saluran Pernafasan Akut ringan
pada balita dengan ayah perokok aktif dan pola makan kurang seimbang.
2. Fungsi-fungsi keluarga termasuk keluarga baik
3. Penanganan pada pasien yaitu terapi farmakologis dan Non-farmakologis.
B. SARAN
1. Mahasiswa
a. Lebih memahami dan aktif dalam menganalisa permasalahan kesehatan
baik pada keluarga maupun lingkungannya.
b. Lebih sering berhubungan dengan masyarakat khususnya dalam
keluarga untuk menindak lanjuti suatu penyakit yang dialami oleh
keluarga tersebut
2. Puskesmas
Diharapkan dapat lebih sering melakukan pendekatan kepada masyarakat
melalui edukasi dalam usaha promotif dan preventif kesehatan masyarakat
terutama penyakit – penyakit infeksi pada anak.
3. Penderita dan keluarga
a. Mencoba memenuhi menu seimbang yang dianjurkan untuk pasien
b. Menghentikan kebiasaan merokok bagi ayah , terutama di dalam rumah
c. Selalu menjaga keakraban dan kepedulian antar anggota keluarga
khususnya di bidang kesehatan
41
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2006. Profil Kesehatan Puskesmas Wirobrajan Kota Yogyakarta..
Puskesmas Wirobrajan. Yogyakarta.
Anonim. 2009. Infeksi Saluran Pernafasan Akut. www.doctorology.net
Anonim. 2009. Bahaya Merokok bagi Kesehatan.
Hafidz H. 2009. Standard Kecukupan Gizi dan Perencanaan Pemenuhannya.
www.biologi-online.com
Rasmaliah. 2004. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (Ispa) Dan
Penanggulangannya.Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatra
Utara.
42