PRESUS IKK PaulinaM22.docx

101
KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan presentasi kasus ini dengan judul “Vertigo Sentral Pada Janda Paruh Baya Dengan Status Gizi Berlebih Tidak Bekerja Dengan Status Sosial Ekonomi Rendah Serta Fungsi Keluarga Kurang Sehat Dalam Rumah Tangga Tidak Berperilaku Hidup Bersih Dan Sehat”. Presentasi kasus ini disusun untuk memenuhi sebagian syarat untuk menyelesaikan kepaniteraan klinik bagian Ilmu Kedokteran Keluarga di Puskesmas Wirobrajan. Banyak hambatan dalam penyusunan makalah ini, namun berkat dukungan dari banyak pihak akhirnya penulis dapat menyelesaikan laporan kepaniteraan klinik kedokteran keluarga ini. Penulis menyampaikan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak 1

Transcript of PRESUS IKK PaulinaM22.docx

Page 1: PRESUS IKK PaulinaM22.docx

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

presentasi kasus ini dengan judul “Vertigo Sentral Pada Janda Paruh Baya

Dengan Status Gizi Berlebih Tidak Bekerja Dengan Status Sosial Ekonomi

Rendah Serta Fungsi Keluarga Kurang Sehat Dalam Rumah Tangga Tidak

Berperilaku Hidup Bersih Dan Sehat”.

Presentasi kasus ini disusun untuk memenuhi sebagian syarat untuk

menyelesaikan kepaniteraan klinik bagian Ilmu Kedokteran Keluarga di

Puskesmas Wirobrajan.

Banyak hambatan dalam penyusunan makalah ini, namun berkat dukungan

dari banyak pihak akhirnya penulis dapat menyelesaikan laporan kepaniteraan

klinik kedokteran keluarga ini. Penulis menyampaikan rasa terimakasih yang

sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan selama ini

dalam penulisan presentasi kasus ini, antara lain:

1. dr. Iva Kusdyarini, selaku kepala Pusekesmas Wirobrajan Yogyakarta

yang telah bersedia memberi kami kesempatan untuk belajar banyak di

puskesmas ini.

2. dr. Nurzammi dan dr. Nurwahyuningsih selaku dokter pembimbing

puskesmas yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan dari mulai

persiapan, penyusunan hingga penulisan presentasi kasus ini selesai.

3. dr. Oryzati Hilman, selaku dokter pembimbing klinik di Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan stase Ilmu Kedokteran Keluarga yang

1

Page 2: PRESUS IKK PaulinaM22.docx

telah memberi banyak masukan untuk menyempurnakan penulisan

presentasi kasus ini.

4. Seluruh dokter Puskesmas Wirobrajan dan seluruh dosen Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan yang selama ini telah memberikan ilmu

dan nasehat.

5. Seluruh karyawan Puskesmas Wirobrajan dan karyawan Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan yang telah membantu kelancaran dalam

penulisan presentasi kasus ini.

Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya

kepada semua pihak yang telah banyak membantu penulis dalam penulisan

presentasi kasus ini dan dicatat sebagai amal sholeh.

Penulis menyadari bahwa presentasi kasus ini jauh dari kesempurnaan

oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan

demi kesempurnaan laporan kepaniteraan klinik kedokteran keluarga ini.

Semoga laporan kepaniteraan klinik kedokteran keluarga ini dapat

bermanfaat bagi penulis dan semua pihak yang membacanya.

Yogyakarta, Desember 2014Penyusun

2

Page 3: PRESUS IKK PaulinaM22.docx

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................ii

KATA PENGANTAR.............................................................................................1

DAFTAR ISI............................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................5

A.LATAR BELAKANG MASALAH.................................................................5

B. PROFIL PUSKESMAS..................................................................................6

C. RUMUSAN MASALAH................................................................................7

D. TUJUAN PENULISAN .................................................................................8

E. MANFAAT PENULISAN..............................................................................8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................9

1. VERTIGO

A. DEFINISI VERTIGO.....................................................................................9

B. EPIDEMIOLOGI............................................................................................9

C. ETIOLOGI....................................................................................................10

D. KLASIFIKASI..............................................................................................13

E. GEJALA KLINIS..........................................................................................17

F. PATOFISIOLOGI.........................................................................................22

G. PEMERIKSAAN FISIK PADA VERTIGO.................................................24

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG..................................................................34

I. PENATALAKSANAAN VERTIGO.............................................................35

BAB III LAPORAN KASUS................................................................................40

A. IDENTITAS.................................................................................................40

B. ANAMNESIS...........................................................................................…40

C. PEMERIKSAAN FISIK...............................................................................44

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG.................................................................46

E. DIAGNOSIS KERJA...................................................................................46

G. PENATALAKSANAAN.............................................................................46

3

Page 4: PRESUS IKK PaulinaM22.docx

BAB IV..................................................................................................................50

PEMBAHASAN....................................................................................................50

A. ANALISIS KASUS......................................................................................50

B. ANALISIS KUNJUNGAN RUMAH..........................................................50

C. FAMILY ASSESSMENT TOOLS...............................................................57

D. DIAGNOSIS HOLISTIK.............................................................................63

E. MANAGEMENT KOMPREHENSIF.........................................................63

BAB V PENUTUP................................................................................................65

A. KESMPULAN..............................................................................................65

B. SARAN........................................................................................................65

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................66

4

Page 5: PRESUS IKK PaulinaM22.docx

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Vertigo adalah halusinasi gerakan lingkungan sekitar serasa berputar

mengelilingi pasien atau pasien serasa berputar mengelilingi lingkungan sekitar.

Vertigo tidak selalu sama dengan dizziness. Dizziness adalah sebuah istilah non

spesifik yang dapat dikategorikan ke dalan 4 subtipe tergantung gejala yang

digambarkan oleh pasien.1

Vertigo merupakan gejala yang sering didapatkan pada individu dengan

prevalensi sebesar 7%. Beberapa studi telah mencoba untuk menyelidiki

epidemiologi dizziness, yang meliputi vertigo dan non vestibular dizziness.

Dizziness telah ditemukan menjadi keluhan yang paling sering diutarakan oleh

pasien, yaitu sebesar 20 - 30% dari populasi umum. Dari keempat jenis dizziness

vertigo merupakan yang paling sering yaitu sekitar 54%. Pada sebuah studi

mengemukakan vertigo lebih banyak ditemukan pada wanita disbanding pria

(2:1), sekitar 88% pasien mengalami episode rekuren. 2

Terdapat empat tipe dizziness yaitu vertigo, lightheadedness, presyncope, dan

disequilibrium. Yang paling sering adalah vertigo yaitu sekitar 54% dari keluhan

dizziness yang dilaporkan pada primary care.2

Diagnosis banding vertigo meliputi penyebab perifer vestibular (berasal dari

system saraf perifer), dan sentral vestibular (berasal dari system saraf pusat) dan

kondisi lain. 93% pasien pada primary care mengalami BPPV, acute vestibular

neuronitis, atau menire disease.2

Karena pasien dengan dizziness seringkali sulit menggambarkan gejala

mereka, menetukan penyebab akan menjadi sulit. Penting untuk membuat sebuah

pendekatan menggunakan pengetahuan dari kunci anamnesis, pemeriksaan fisik,

dan temuan radiologis akan membantu dokter unutk menegakkan diagnosis dan

member terapi yang tepat untuk pasien.3

5

Page 6: PRESUS IKK PaulinaM22.docx

B. PROFIL PUSKESMAS

Puskesmas Wirobrajan adalah unit pelaksanaan teknis dinas kesehatan di

wilayah kerja Kecamatan Wirobrajan. Unit pelaksanaan teknis dinas kesehatan

adalah unit yang melaksanakan tugas teknis operasional di wilayah kerja

puskesmas sebagai unit pelaksana tingkat pertama pembangunan kesehatan di

Indonesia.

Di Kecamatan Wirobrajan terdapat satu puskesmas induk yaitu Puskesmas

Wirobrajan dengan Puskesmas Pembantu Tegalmulyo. Puskesmas Wirobrajan

terletak di kota Yogyakarta dengan batas-batas wilayah sebagai berikut: sebelah

utara adalah Kecamatan Tegalrejo, sebelah timur adalah Kecamata Ngampilan

dan Kecamatan Matrijeron, sebelah selatan dan barat adalah Kecamatan Kasihan,

Kabupaten Bantul.

Luas wilayah Kecamatan Wirobrajan adalah 1,78 km2 dengan pembagian

kelurahan menjadi tiga kelurahan yang terdiri dari: Kelurahan Pakuncen yang

terletak di bagian utara dengan 58 RT dan 12 RW, Kelurahan Wirobrajan terletak

di bagian tengah dengan 56 RT dan 12 RW, Kelurahan Patang puluhan terletak di

bagian selatah dengan 51 RT dan 10 RW.

Jumlah penduduk Kecamatan Wirobrajan adalah 28.152 jiwa dengan jumlah

kepala keluarga 8.592 dan terdiri dari 165 RT, 34 RW, serta 36 posyandu. Sasaran

kesehatan wilayah kerja Puskesmas Wirobrajan yang mengacu pada Indikator

Indonesia Sehat 2010 dan Standar Pelayanan Medik seperti derajat kesehatan,

keadaan lingkungan, perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), pelayanan

kesehatan, dan perbaikan gizi masyarakat.

Puskesmas Wirobrajan belum dilengkapi dengan fasilitas rawat inap namun

sudah terdapat fasilitas ambulans dan Instalasi Gawat Darurat (IGD) yang pada

saat jam kerja dapat digunakan. Kegiatan pelayanan umum meliputi balai

pengobatan umum (BPU), balai pengobatan gigi (BPG), balai kesehatan ibu dan

anak/ keluarga berencana (BKIA/ KB), unit farmasi, unit kesehatan sekolah

(UKS), konseling gizi, kesehatan lingkungan, promosi kesehatan dan poli lanjut

6

Page 7: PRESUS IKK PaulinaM22.docx

usia (lansia), konseling PHBS, konseling psikologi, dan konseling berhenti

merokok.

Tabel 1. Rekapitulasi 10 Besar Diagnosis Pasien Puskesmas

Periode 1 – 30 November 2014

NO.KODE DIAGNOSIS

NAMA JUMLAH

1 I10 Hipertensi Primer 456

2 J00 Nasopharingitis Akut (common cold) 222

3 E11 Type 2: Non insulin dependen DM 290

4 M13 Arthritis tdk spesifik 72

5 M25.5 Arthralgia 80

6 J02 Pharingitis 44

7 K30 Dyspepsia 62

8 J06.9 Ispa, infeksi saluran pernafasan atas 40

9 H81.4 Vertigo of central origin 58

10 R42 Pusing kepala dan kepeningan 101

11 R50 Demam yang sebabnya tak diketahui 75

12 M79.1 Myalgia 60

13 K29 Gastritis 59

14 M19.9 Osteoartritis/OA 55

15 K00.6 Disturbances in tooth eruption 54

16 K04.6 Periapical abscess with sinus 49

17 M54.5 Low back pain 44

18 J06.9 Diare dan Gastroentritis non spesifik 43

19 Z34 Pengawasan kehamilan normal 38

20 E78Gangguan metabolisme lipoprotein dan lipidal urin lain

37

Sumber : Puskesmas Wirobrajan (Diunduh pada 1 september 2014)

C. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, masalah yang dapat

dirumuskan adalah:

1. Apa saja faktor risiko yang ditemukan pada pasien ini?

7

Page 8: PRESUS IKK PaulinaM22.docx

2. Bagaimana family assessment tools pada pasien ini?

3. Bagaimana manajemen komprehensif pada pasien ini?

D. TUJUAN PENULISAN

a. Tujuan umum

Presentasi Kasus ini diajukan untuk memenuhi sebagian syarat mengikuti

ujian kepaniteraan klinik program pendidikan profesi di bagian Ilmu

Kedokteran Keluarga Fakultas Kedokteran dan Ilmu

KesehatanUniversitas Muhammadiyah Yogyakartadi Puskesmas

Wirobrajan Yogyakarta.

b. Tujuan khusus

Untuk mengetahui definisi, epidemiologi, klasifikasi, etiologi dan faktor

resiko, patofisiologi, diagnosis, penatalaksanaan, dan komplikasi dari

vertigo sentral pada pasien dengan sosial ekonomi rendah serta fungsi

keluarga kurang sehat dalam rumah tangga tidak berperilaku hidup bersih

dan sehat. Serta mampu memberikan manajemen penatalaksanaan

komprehensif pada pasien sesuai dengan disease dan ilnessnya.

E. MANFAAT PENULISAN

Berikut adalah beberapa manfaat penulisan laporan kasus kepaniteraan

klinik ilmu kedokteran keluarga mengenai penyakit vertigo sentral kronik :

1. Manfaat untuk puskesmas

Sebagai sarana kerja sama yang saling menguntungkan untuk dapat

meningkatkan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat dan mendapat

umpan balik dari hasil evaluasi dokter muda dalam rangka

mengoptimalkan peran puskesmas

2. Manfaat untuk mahasiswa

Sebagai sarana keterampilan dan pengalaman dalam upaya pelayanan

kesehatan dengan menerapkan prinsip kedokteran keluarga.

8

Page 9: PRESUS IKK PaulinaM22.docx

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

I. Vertigo

A. Definisi Vertigo

Vertigo adalah halusinasi gerakan lingkungan sekitar serasa berputar

mengelilingi pasien atau pasien serasa berputar mengelilingi lingkungan sekitar.

Vertigo tidak selalu sama dengan dizziness. Dizziness adalah sebuah istilah non

spesifik yang dapat dikategorikan ke dalan 4 subtipe tergantung gejala yang

digambarkan oleh pasien. Dizziness dapat berupa vertigo, presinkop (perasaan

lemas disebabkan oleh berkurangnya perfusi cerebral), light-headness,

disequilibrium (perasaan goyang atau tidak seimbang ketika berdiri). 1

Vertigo berasal dari bahasa Latin vertere yang artinya memutar merujuk

pada sensasi berputar sehingga mengganggu rasa keseimbangan seseorang,

umumnya disebabkan oleh gangguan pada sistim keseimbangan. 3

B. Epidemiologi

Vertigo merupakan gejala yang sering didapatkan pada individu dengan

prevalensi sebesar 7%. Beberapa studi telah mencoba untuk menyelidiki

epidemiologi dizziness, yang meliputi vertigo dan non vestibular dizziness.

Dizziness telah ditemukan menjadi keluhan yang paling sering diutarakan oleh

pasien, yaitu sebesar 20-30% dari populasi umum. Dari keempat jenis dizziness

vertigo merupakan yang paling sering yaitu sekitar 54%. Pada sebuah studi

mengemukakan vertigo lebih banyak ditemukan pada wanita disbanding pria

(2:1), sekitar 88% pasien mengalami episode rekuren. 2

Frekuensi Di Amerika Serikat, sekitar 500.000 orang menderita stroke

setiap tahunnya. Dari stroke yang terjadi, 85% merupakan stroke iskemik, dan

1,5% diantaranya terjadi di serebelum. Rasio stroke iskemik serebelum

dibandingkan dengan stroke perdarahan serebelum adalah 3-5: 1. Sebanyak 10%

dari pasien infark serebelum, hanya memiliki gejala vertigo dan

9

Page 10: PRESUS IKK PaulinaM22.docx

ketidakseimbangan. Insidens sklerosis multiple berkisar diantara 10-80/ 100.000

per tahun. Sekitar 3000 kasus neuroma akustik didiagnosis setiap tahun di

Amerika Serikat.

Jenis kelamin pada insidens penyakit cerebrovaskular sedikit lebih tinggi

pada pria dibandingkan wanita. Dalam satu seri pasien dengan infark serebelum,

rasio antara penderita pria dibandingkan wanita adalah 2:1. Sklerosis multiple dua

kali lebih banyak pada wanita dibandingkan pria.

Vertigo sentral biasanya diderita oleh populasi berusia tua karena adanya

faktor resiko yang berkaitan, diantaranya hipetensi, diabetes melitus,

atherosclerosis, dan stroke. Rata-rata pasien dengan infark serebelum berusia 65

tahun, dengan setengah dari kasus terjadi pada mereka yang berusia 60-80 tahun.

Dalam satu seri, pasien dengan hematoma serebelum rata-rata berusia 70 tahun.

Cedera vaskular dan infark di sirkulasi posterior dapat menyebabkan

kerusakan yang permanen dan kecacatan. Pemulihan seperti yang terjadi pada

vertigo perifer akut tidak dapat diharapkan pada vertigo sentral.

Dalam satu seri, infark serebelum memiliki tingkat kematian sebesar 7%

dan 17% dengan distribusi arteri superior serebelar dan arteri posterior inferior

serebelar. Infark di daerah yang disuplai oleh arteri posterior inferior serebelar

sering terkait dengan efek massa dan penekanan batang otak dan ventrikel ke

empat, oleh karena itu, membutuhkan manajemen medis dan bedah saraf yang

agresif. Dalam satu rangkaian 94 pasien, 20 diantaranya datang dengan Glasgow

Coma Scale (GCS) 8 yang mengindikasikan adanya penurunan kesadaran yang

signifikan. Tingkat kematian pasien lainnya, yaitu yang GCSnya lebih dari 8,

adalah 20%.

Neuroma akustik memiliki tingkat kematian yang rendah jika dapat

didiagnosis dengan cepat. Tumor dapat diangkat tanpa mengganggu N VII, namun

gangguan pendengaran unilateral dapat terjadi.

C. Etiologi

Vertigo merupakan suatu gejala,sederet penyebabnya antara lain akibat

kecelakaan, stres, gangguan pada telinga bagian dalam, obat-obatan, terlalu

10

Page 11: PRESUS IKK PaulinaM22.docx

sedikit atau banyak aliran darah ke otak dan lain-lain. Tubuh merasakan posisi

dan mengendalikan keseimbangan melalui organ keseimbangan yang terdapat di

telinga bagian dalam. Organ ini memiliki saraf yang berhubungan dengan area

tertentu di otak. Vertigo bisa disebabkan oleh kelainan di dalam telinga, di dalam

saraf yang menghubungkan telinga dengan otak dan di dalam otaknya sendiri.5

Keseimbangan dikendalikan oleh otak kecil yang mendapat informasi

tentang posisi tubuh dari organ keseimbangan di telinga tengah dan mata.

Penyebab umum dari vertigo:6

1. Keadaan lingkungan : mabuk darat, mabuk laut.

2. Obat-obatan : alkohol, gentamisin.

3. Kelainan telinga : endapan kalsium pada salah satu kanalis semisirkularis di

dalam telinga bagian dalam yang menyebabkan benign paroxysmal

positional

4. infeksi telinga bagian dalam karena bakteri, labirintis, penyakit maniere,

5. peradangan saraf vestibuler, herpes zoster.

6. Kelainan Neurologis : Tumor otak, tumor yang menekan saraf vestibularis,

sklerosis multipel, dan patah tulang otak yang disertai cedera pada labirin,

persyarafannya atau keduanya.

7. Kelainan sirkularis : Gangguan fungsi otak sementara karena berkurangnya

aliran darah ke salah satu bagian otak ( transient ischemic attack ) pada

arteri vertebral dan arteri basiler.

Penyebab vertigo dapat berasal dari perifer yaitu dari organ vestibuler

sampai ke inti nervus VIII sedangkan kelainan sentral dari inti nervus VIII sampai

ke korteks.

Berbagai penyakit atau kelainan dapat menyebabkan vertigo. Penyebab

vertigo serta lokasi lesi :7

Labirin, telinga dalam

- vertigo posisional paroksisimal benigna

- pasca trauma

- penyakit menierre

- labirinitis (viral, bakteri)

11

Page 12: PRESUS IKK PaulinaM22.docx

- toksik (misalnya oleh aminoglikosid, streptomisin, gentamisin)

- oklusi peredaran darah di labirin

- fistula labirin

Saraf otak ke VIII

- neuritis iskemik (misalnya pada DM)

- infeksi, inflamasi (misalnya pada sifilis, herpes zoster)

- neuritis vestibular

- neuroma akustikus

- tumor lain di sudut serebelo-pontin

Telinga luar dan tengah

- Otitis media

- Tumor

SENTRAL

Supratentorial

- Trauma

- Epilepsi

Infratentorial

- Insufisiensi vertebrobasiler

Beberapa obat ototoksik dapat menyebabkan vertigo yang disertai tinitus

dan hilangnya pendengaran.Obat-obat itu antara lain aminoglikosid, diuretik loop,

antiinflamasi nonsteroid, derivat kina atau antineoplasitik yang mengandung

platina. Streptomisin lebih bersifat vestibulotoksik, demikian juga gentamisin;

sedangkan kanamisin, amikasin dan netilmisin lebih bersifat ototoksik.

Antimikroba lain yang dikaitkan dengan gejala vestibuler antara lain sulfonamid,

asam nalidiksat, metronidaziol dan minosiklin. Terapi berupa penghentian obat

bersangkutan dan terapi fisik, penggunaan obat supresan vestibuler tidak

dianjurkan karena jusrtru menghambat pemulihan fungsi vestibluer. Obat

penyekat alfa adrenergik, vasodilator dan antiparkinson dapat menimbulkan

keluhan rasa melayang yang dapat dikacaukan dengan vertigo.8

12

Page 13: PRESUS IKK PaulinaM22.docx

D. Klasifikasi

Vertigo dapat berasal dari kelainan di sentral (batang otak, serebelum atau

otak) atau di perifer (telinga – dalam, atau saraf vestibular).7

1. Fisiologik : ketinggian, mabuk udara.

Vertigo fisiologik adalah keadaan vertigo yang ditimbulkan oleh stimulasi

dari sekitar penderita, dimana sistem vestibulum, mata, dan somatosensorik

berfungsi baik. Yang termasuk dalam kelompok ini antara lain :

a. Mabuk gerakan (motion sickness)

Mabuk gerakan ini akan ditekan bila dari pandangan sekitar (visual

surround) berlawanan dengan gerakan tubuh yang sebenarnya. Mabuk

gerakan akan sangat bila sekitar individu bergerak searah dengan

gerakan badan. Keadaan yang memperovokasi antara lain duduk di jok

belakang mobil, atau membaca waktu mobil bergerak.

b. Mabuk ruang angkasa (space sickness)

Mabuk ruang angkasa adalah fungsi dari keadaan tanpa berat

(weightlessness). Pada keadaan ini terdapat suatu gangguan dari

keseimbangan antara kanalis semisirkularis dan otolit.

c. Vertigo ketinggian (height vertigo)

Adalah uatu instabilitas subjektif dari keseimbangan postural dan

lokomotor oleh karena induksi visual, disertai rasa takut jatuh, dang

gejala-gejala vegetatif.

2. Patologik :

Vertigo dapat diklasifikasikan menjadi :2

a. Sentral diakibatkan oleh kelainan pada batang batang otak

atau cerebellum

b. Perifer disebabkan oleh kelainan pada telinga dalam

atau nervus cranialis vestibulocochlear (N. VIII)

13

Page 14: PRESUS IKK PaulinaM22.docx

Medical vertigo dapat diakibatkan oleh penurunan tekanan darah , gula

darah yang rendah, atau gangguan metabolic karena pengobatan atau

infeksi sistemik.

Kata kunci untuk vertigo yang berasal dari sentral adalah gejala atau tanda

batang otak lainnya atau tanda onset akut misalnya sakit kepala tuli dan temuan

neurologis lainnya misalnya trigeminal sensory loss pada infark arteri cebellar

postero inferior. Pada pasien seperti ini perlu cepat dirujuk dan diinvestigasi. Red

flag pada pasien dengan vertigo meliputi :7

Sakit kepala

Gejala neurologis

Tanda neurologis

Penting juga untuk mengklasifikasikan vertigo menjadi akut dan kronik.

Vertigo akut biasanya memiliki mekanisme yang tunggal sedangkan vertigo

kronik memiliki mekanisme multifaktorial. Dizziness yang kronik lebih sering

terjadi pada usia tua karena insiden penyakit komorbid yang lebih besar. 7

Tabel 1. Perbedaan umum Vertigo perifer dan Vertigo sentral

Ciri-ciri Vertigo perifer Vertigo sentralLesi Sistem vestibuler (telinga dalam,

saraf perifer)Sistem vertebrobasiler dan gangguan vaskular (otak, batang otak, serebelum)

Penyebab Vertigo posisional paroksismal jinak (BPPV), penyakit maniere, neuronitis vestibuler, labirintis, neuroma akustik, trauma

iskemik batang otak, vertebrobasiler insufisiensi, neoplasma, migren basiler

Gejala gangguan SSP

Tidak ada Diantaranya :diplopia, parestesi, gangguan sensibilitas dan fungsi motorik, disartria, gangguan serebelar

Masa laten 3-40 detik Tidak ada

Habituasi Ya Tidak

Jadi cape Ya Tidak

Intensitas vertigo Berat Ringan

14

Page 15: PRESUS IKK PaulinaM22.docx

Telinga berdenging dan atau tuli

Kadang-kadang Tidak ada

Nistagmus spontan

+ -

Penyebab vertigo jenis sentral biasanya ada gangguan di batang otak atau di

serebelum. Untuk menentukan gangguan di batang otak, apakah terdapat gejala

lain yang khas bagi gangguan di batang otak, misalnya diplopia, parestesia,

perubahan sensibilitas dan fungsi motorik, rasa lemah.5

Vertigo perifer memiliki beberapa episode berdasarkan lama waktu

berlangsungnya serangan vertigo :9

a. Episode (serangan) vertigo yang berlangsung beberapa detik

Paling sering disebabkan oleh vertigo posisional benigna. Dapat dicetuskan

oleh perubahan posisi kepala. Berlangsung beberapa detik dan kemudian

mereda. Paling sering penyebabnya idiopatik (tidak diketahui), namun dapat

juga diakibatkan oleh trauma di kepala, pembedahan di telinga atau oleh

neuronitis vestibular. Prognosis umumnya baik, gejala menghilang secara

spontan.

b. Episode vertigo yang berlangsung beberapa menit atau jam

Dapat dijumpai pada penyakit meniere atau vestibulopati berulang. Penyakit

meniere mempunyai trias gejala yaitu ketajaman pendengaran menurun

(tuli), vertigo dan tinitus.

c. Serangan vertigo yang berlangsung beberapa hari sampai beberapa minggu

Neuronitis vestibular merupakan kelainan yang sering datang ke unit

darurat. Pada penyakit ini, mulainya vertigo dan nausea serta muntah yang

menyertainya ialah mendadak, dan gejala ini dapat berlangsung beberapa

hari sampai beberapa minggu. Fungsi pendengaran tidak terganggu pada

neuronitis vestibular. Pada pemeriksaan fisik mungkin dijumpai nistagmus.

Tabel 2. klinis vertigo vestibular, perifer dan sentral

Perifer SentralBangkitan vertigo Mendadak LambatDerajat vertigo Berat Ringan

15

Page 16: PRESUS IKK PaulinaM22.docx

Pengaruh gerakan kepala (+) (-)Gejala otonom (++) (-)Gangguan pendengaran (+) (-)

Selain itu kita bisa membedakan vertigo sentral dan perifer berdasarkan

nystagmus. Nystagmus adalah gerakan bola mata yang sifatnya nvolunter, bolak

balik, ritmis, dengan frekuensi tertentu. Nystagmus merupakan bentuk reaksi dari

refleks vestibulo oculer terhadap aksi tertentu. Nystagmus bisa bersifat fisiologis

atau patologis dan manifes secara spontan atau dengan rangsangan alat bantu

seperti test kalori, tabung berputar, kursi berputar, kedudukan bola mata posisi

netral atau menyimpang atau test posisional atau gerakan kepala.

Tabel 3. Membedakan nystagmus sentral dan perifer adalah sebagai berikut :

No. Nystagmus Vertigo Sentral Vertigo Perifer1. Arah Berubah-ubah Horizontal /

horizontal rotatoar 2. Sifat Unilateral / bilateral Bilateral 3. Test Posisional

- Latensi - Durasi - Intensitas - Sifat

Singkat Lama Sedang Susah ditimbulkan

Lebih lama Singkat Larut/sedangMudah ditimbulkan

4. Test dengan rangsang (kursi putar, irigasi telinga)

Dominasi arah jarang ditemukan

Sering ditemukan

5. Fiksasi mata Tidak terpengaruh Terhambat

Vertigo bisa berlangsung hanya beberapa saat atau bisa berlanjut sampai

beberapa jam bahkan hari. Penderita kadang merasa lebih baik jika berbaring

diam, tetapi vertigobisa terus berlanjut meskipun penderita tidak bergerak sama

sekali. Sesuai kejadiannya,

vertigo ada beberapa macam yaitu :

Vertigo spontan

Vertigo ini timbul tanpa pemberian rangsangan. Rangsangan timbul dari

Penyakitnya sendiri, misalnya pada penyakit Meniere oleh sebab tekanan

16

Page 17: PRESUS IKK PaulinaM22.docx

Endolimfa yang meninggi. Vertigo spontan komponen cepatnya mengarah

ke jurusan lirikan kedua bola mata.

Vertigo posisi

Vertigo ini disebabkan oleh perubahan posisi kepala. Vertigo timbul karena

perangsangan pada kupula kanalis semi-sirkularis oleh debris atau pada

kelainan servikal. Debris ialah kotoran yang menempel pada kupula kanalis

semi-sirkularis.

Vertigo kalori

Vertigo yang dirasakan pada saat pemeriksaan kalori. Vertigo ini penting

ditanyakan pada pasien sewaktu tes kalori, supaya ia dapat membandingkan

perasaan vertigo ini dengan serangan yang pernah dialaminya. Bila sama,

maka keluhan vertigonya adalah betul, sedangkan bila ternyata berbeda,

maka keluhan vertigo sebelumnya patut diragukan.7

E. Gejala Klinis

Gejala klinis pasien dengan dizziness dan vertigo dapat berupa gejala

primer, sekunder ataupun gejala non spesifik. Gejala primer diakibatkan oleh

gangguan pada sensorium. Gejala primer berupa vertigo, impulsion, oscilopsia,

ataxia, gejala pendengaran. Vertigo, diartikan sebagai sensasi berputa. Vertigo

dapat horizontal, vertical atau rotasi. Vertigo horizontal merupa tipe yang paling

sering, disebabkan oleh disfungsi dari telinga dalam. Jika bersamaan dengan

nistagmus, pasien biasanya merasakan sensasi pergerakan dari sisi yang

berlawanan dengan komponen lambat. Vertigo vertical jarang terjadi, jika

sementara biasanya disebabkan oleh BPPV. Namun jika menetap, biasanya

berasal dari sentral dan disertai dengan nistagmus dengan gerakan ke bawah atau

ke atas. Vertigo rotasi merupakan jenis yang paling jarang ditemukan. Jika

sementara biasnaya disebabakan BPPV namun jika menetap disebabakan oleh

sentral dan biasanya disertai dengan rotator nistagmus. 10

Impulsi diartikan sebagai sensasi berpindah, biasanya dideskrepsikan

sebagai sensais didorong atau diangkat. Sensasi impulse mengindikasi disfungsi

apparatus otolitik pada telinga dalam atau proses sentral sinyal otolit 10

17

Page 18: PRESUS IKK PaulinaM22.docx

Oscilopsia ilusi pergerakan dunia yang dirovokasi dengan pergerakan

kepala. Pasien dengan bilateral vestibular loss akan takut untuk membuka kedua

matanya. Sedangkan pasien dnegan unilateral vestibular loss akan mengeluh

dunia seakan berputar ketika pasien menoleh pada sisi telinga yang mengalami

gangguan. 10

Ataksia adalah ketidakstabilan berjalan, biasnaya universal pada pasien

dengan vertigo otologik dan sentral.11 Gejala pendengaran biasanya berupa

tinnitus, pengurangan pendengaran atau distorsi dan sensasi penuh di

telinga.12Gejala sekunder meliputi mual, gejala otonom, kelelahan, sakit kepala,

dan sensiivitas visual. 10

Gejala nonspesifik berupa giddiness dan light headness. Istilah ini tidak

terlalu memiliki makna pada penggunaan biasanya. Jarang dignkan pada pasien

dengan disfungsi telinga namun sering digunakan pada pasien vertigo yang

berhubungan dengan problem medic. 10

Suatu informasi penting yang didapatkna dari anamnesis dapat digunakan

untuk membedakan perifer atau sentral meliputi:2

Karekteristk dizziness

Perlu ditanyakan mengenai sensasi yang dirasakan pasien apakah sensasi

berputar, atau sensasi non spesifik seperti giddiness atau liht headness, atau

hanya suatu perasaan yang berbeda (kebingungan).

Keparahan

Keparahan dari suatu vertigo juga dapat membantu, misalnya: pada acute

vestibular neuritis, gejala awal biasanya parah namun berkurang dalam

beberapa hari kedepan. Pada Ménière’s disease, pada awalnya keparahan

biasanya meningkat dan kemudian berkurang setelahnya. Sedangakan

pasien mengeluh vertigo ynag menetap dan konstan mungkin memilki

penyebab psikologis. 3

onset dan durasi vertigo

Durasi tiap episode memiliki nilai diagnostic yang signifikan, semakin

lama durasi vertigo maka kemungkinan kea rah vertigo sentral menjadi

18

Page 19: PRESUS IKK PaulinaM22.docx

lebih besar. Vertigo perifer umumnya memilki onset akut dibandingkan

vertigo sentral kecuali pada cerebrovascular attack. Perbedaan onset dan

durasi maisng-masing penyebab vertigo dapat dilihat pada table 4. 2

Vertigo sentral biasanya berkembang bertahap (kecuali pada vertigo

sentral yang berasal dari vascular misalnya CVA). Lesi sentral biasanya

menyebabkan tanda neurologis tambahan selain vertigonya, menyebabkan

ketidakseimbnagan yang parah, nystagmus murni vertical, horizontal atau

torsional dan tidak dapat dihambat oleh fiksasi mata pada objek.

Tabel 4. Perbedaan Durasi gejala untuk berbagai Penyebab verigo

Durasi episode Kmeungkinan DiagnosisBeberapa detik

Detik sampai menit

Beberapa menit sampai satu jam

Beberapa jam

Beberapa hari

Beberapa minggu

Peripheral cause: unilateral loss of vestibularfunction; late stages of acute vestibularneuronitis

Benign paroxysmal positional vertigo;perilymphatic fistula

Posterior transient ischemic attack;perilymphatic fistula

Ménière’s disease; perilymphatic fistula fromtrauma or surgery; migraine; acoustic neuroma

Early acute vestibular neuronitis*; stroke;migraine; multiple sclerosis

Psychogenic

Faktor Pencetus

Faktor pencetus dan dapat mempersempit diagnosis banding pada

vertigo vestibular perifer. Jika gejala terjadi hanya ketika perubahan posisi,

penyebab yang paling mungkin adalah BPPV. Infeksi virus yang baru pada

saluran pernapasan atas kemungkinan berhubungan dnegan acute vestibular

neutritis atau acute labyrhinti. Faktor yang mencetuskan migraine dapat

menyebabkan vertigo jika pasien vertigo bersamaan dengan migraine.

Vertigo dapat disebabkan oleh fistula perilimfatik Fistula perimfatik dapat

19

Page 20: PRESUS IKK PaulinaM22.docx

disebabkn oleh trauma baik langsung ataupun barotraumas, mengejan.

Bersin atau gerakan yang mengakibatkan telinga ke bawah akan

memprovokasi vertigo pada pasien dengan fistula perilimfatik. Adanya

fenomena Tullio’s (nistagmus dan vertigo yang disebabkan suara bising

pada frekuensi tertentu) mengarah kepada penyebab perifer.

Stess psikis yang berat dapat menyebabkan vertigo, menanyakan

tentang stress psikologis atau psikiatri terutama pada pasien yang pada

anamsesis tidak cocok dengan penyebab fisik vertigo manapun. 3

Tabel : Perbandingan Faktor Pencetus dari masing-masing penyebab Vertigo

Faktor pencetus Kemungkinan diagnosisPerubahan posisi kepala

Spontaneous episodes(i.e., no consistentprovoking factors)

Recent upper respiratoryviral illness

Stress

Immunosuppression(e.g., immunosuppressivemedications, advancedage, stress)

Changes in ear pressure, head trauma, loud noises

Acute labyrinthitis; benign positional paroxysmal vertigo; cerebellopontineangle tumor; multiple sclerosis; perilymphatic fistula

Acute vestibular neuronitis; cerebrovasculardisease (stroke or transient ischemicattack); Ménière’s disease; migraine;multiple sclerosis

Acute vestibular neuronitis

Psychiatric or psychological causes; migraine

Herpes zoster oticus

Perilymphatic fistula

Gejala Penyerta

Gejala penyerta berupa penurunan pendnegaran, nyeri, mual, muntah

dan gejala neurologis dapat membantu membedakan diagnosis peneybab

20

Page 21: PRESUS IKK PaulinaM22.docx

vertigo. Kebanyakan penyebab vertigo dengan gangguan pendengaran

berasal dari perifer, kecuali pada penyakit serebrovaskular yang mengenai

arteri auditorius interna atau arteri anterior inferior cebellar. Nyeri yang

menyertai vertigo dapat terjadi bersamaan dengan infeksi akut telinga

tengah, penyakit invasive pada tulang temporal, atau iritasi meningeal.

Vertigo sering bersamaan dengan muntah dan mual pada acute vestibular

neuronitis dan pada meniere disease yang parah dan BPPV.

Pada vertigo sentral mual dan muntah tidak terlalu parah. Gejala

neurologis berupa kelemahan, disarthria, gangguan penglihatan dan

pendengaran, parestesia, penurunan kesadaran, ataksia atau perubahan lain

pada fungsi sensori dan motoris lebih mengarahkan diagnosis ke vertigo

sentral misalnya penyakit cererovascular, neoplasma, atau multiple

sklerosis. Pasien denga migraine biasanya merasakan gejala lain yang

berhubungan dengan migraine misalnya sakit kepala yang tipikal

(throbbing, unilateral, kadnag disertai aura), mual, muntah, fotofobia, dan

fonofobia. 21-35 persen pasien dengan migraine mengeluhkan vertigo. 3

Tabel. Gejala penyerta untuk berbagai penyebab vertigo

Gejala Kemungikanan diagnosis

Sensasi penuh di telinga

Nyeri telinga atau mastoid

Kelmahan wajah

Temuan deficit neurologis fokal

Sakit kepala

Tuli

Acoustic neuroma; Ménière’s disease

Acoustic neuroma; acute middle ear disease (e.g., otitis media, herpes zoster oticus)

Acoustic neuroma; herpes zoster oticus

Cerebellopontine angle tumor; cerebrovascular disease; multiple sclerosis (especially findings not explained by single neurologic lesion)

Acoustic neuroma; migraine

Ménière’s disease; perilymphatic fistula; acoustic neuroma; cholesteatoma; otosclerosis; transient ischemic attack or stroke involving anterior inferior cerebellar artery; herpes zoster oticus

21

Page 22: PRESUS IKK PaulinaM22.docx

Imbalans

Nistagmus

Fonofobia,fotofobia

Tinnitus

Acute vestibular neuronitis (usually moderate); cerebellopontine angle tumor (usually severe)

Peripheral or central vertigo

Migraine

Acute labyrinthitis; acoustic neuroma; Ménière’s disease

F. Patofisiologi

Vertigo timbul jika terdapat gangguan alat keseimbangan tubuh yang

mengakibatkan ketidakcocokan antara posisi tubuh (informasi aferen) yang

sebenarnya dengan apa yang dipersepsi oleh susunan saraf pusat (pusat

kesadaran). Susunan aferen yang terpenting dalam sistem ini adalah susunan

vestibuler atau keseimbangan, yang secara terus menerus menyampaikan

impulsnya ke pusat keseimbangan. Susunan lain yang berperan ialah sistem optik

dan pro-prioseptik, jaras-jaras yang menghubungkan nuklei vestibularis dengan

nuklei N. III, IV dan VI, susunan vestibuloretikularis, dan vestibulospinalis.

Informasi yang berguna untuk keseimbangan tubuh akan ditangkap oleh reseptor

vestibuler, visual, dan proprioseptik; reseptor vestibuler memberikan kontribusi

paling besar, yaitu lebih dari 50 % disusul kemudian reseptor visual dan yang

paling kecil kontribusinya adalah proprioseptik.9

Dalam kondisi fisiologis/normal, informasi yang tiba di pusat integrasi alat

keseimbangan tubuh berasal dari reseptor vestibuler, visual dan proprioseptik

kanan dan kiri akan diperbandingkan, jika semuanya dalam keadaan sinkron dan

wajar, akan diproses lebih lanjut. Respons yang muncul berupa penyesuaian otot-

otot mata dan penggerak tubuh dalam keadaan bergerak. Di samping itu orang

menyadari posisi kepala dan tubuhnya terhadap lingkungan sekitar. Jika fungsi

alat keseimbangan tubuh di perifer atau sentral dalam kondisi tidak normal/ tidak

fisiologis, atau ada rangsang gerakan yang aneh atau berlebihan, maka proses

pengolahan informasi akan terganggu, akibatnya muncul gejala vertigo dan gejala

otonom. Di samping itu, respons penyesuaian otot menjadi tidak adekuat sehingga

muncul gerakan abnormal yang dapat berupa nistagmus, unsteadiness, ataksia saat

berdiri/ berjalan dan gejala lainnya.12

22

Page 23: PRESUS IKK PaulinaM22.docx

Ada beberapa teori yang berusaha menerangkan kejadian

ketidakseimbangan tubuh :

1. Teori rangsang berlebihan (overstimulation)

Teori ini berdasarkan asumsi bahwa rangsang yang berlebihan

menyebabkan hiperemi kanalis semisirkularis sehingga fungsinya

terganggu; akibatnya akan timbul vertigo, nistagmus, mual dan muntah.

2. Teori konflik sensorik

Menurut teori ini terjadi ketidakcocokan masukan sensorik yang berasal dari

berbagai reseptor sensorik perifer yaitu antara mata/visus, vestibulum dan

proprioseptik, atau ketidakseimbangan/asimetri masukan sensorik dari sisi

kiri dan kanan. Ketidakcocokan tersebut menimbulkan kebingungan

sensorik di sentral sehingga timbul respons yang dapat berupa nistagmus

(usaha koreksi bola mata), ataksia atau sulit berjalan (gangguan vestibuler,

serebelum) atau rasa melayang, berputar (yang berasal dari sensasi kortikal).

Berbeda dengan teori rangsang berlebihan, teori ini lebih menekankan

gangguan proses pengolahan sentral sebagai penyebab.

3. Teori neural mismatch

Teori ini merupakan pengembangan teori konflik sensorik; menurut teori ini

otak mempunyai memori/ingatan tentang pola gerakan tertentu; sehingga

jika pada suatu saat dirasakan gerakan yang aneh/tidak sesuai dengan pola

gerakan yang telah tersimpan, timbul reaksi dari susunan saraf otonom. Jika

pola gerakan yang baru tersebut dilakukan berulang-ulang akan terjadi

mekanisme adaptasi sehingga berangsur-angsur tidak lagi timbul gejala.

4. Teori otonomik

Teori ini menekankan perubahan reaksi susunan saraf otonom sebagai usaha

adaptasi gerakan/perubahan posisi, gejala klinis timbul jika sistim simpatis

terlalu dominan, sebaliknya hilang jika sistim parasimpatis mulai berperan.

5. Teori neurohumoral

Di antaranya teori histamin (Takeda), teori dopamin (Kohl) dan teori

serotonin (Lucat) yang masing-masing menekankan peranan

23

Page 24: PRESUS IKK PaulinaM22.docx

neurotransmiter tertentu dalam mempengaruhi sistim saraf otonom yang

menyebabkan timbulnya gejala vertigo.

6. Teori sinap

Merupakan pengembangan teori sebelumnya yang meninjau peranan

neurotransmisi dan perubahan-perubahan biomolekuler yang terjadi pada

proses adaptasi, belajar dan daya ingat. Rangsang gerakan menimbulkan

stres yang akan memicu sekresi CRF (corticotropin releasing factor),

peningkatan kadar CRF selanjutnya akan mengaktifkan susunan saraf

simpatik yang selanjutnya mencetuskan mekanisme adaptasi berupa

meningkatnya aktivitas sistim saraf parasimpatik. Teori ini dapat

menerangkan gejala penyerta yang sering timbul berupa pucat, berkeringat

di awal serangan vertigo akibat aktivitas simpatis, yang berkembang

menjadi gejala mual, muntah dan hipersalivasi setelah beberapa saat akibat

dominasi aktivitas susunan saraf parasimpatis.

G. Pemeriksaan Fisik Pada vertigo

Pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan neurologis, pemeriksaan kepala dan

leher serta system cardiovascular.

i. Pemeriksaan Neurologik

Pemeriksaan neurologic meliputi :

pemeriksaan nervus cranialis untuk mencari tanda paralisis nervus, tuli

sensorineural, nistagmus. 2

Nistagmus vertical 80% sensitive untuk lesi nucleus vestibular atau vermis

cerebellar. Nistagmus horizontal yang spontan dengan atau tanpa nistagmus

rotator konsisten dengan acute vestibular neuronitis.

ii. Gait test

1. Romberg’s sign

Pasien dengan vertigo perifer memiliki gangguan keseimbangan

namun masih dapat berjalan, sedangkan pasien dengan vertigo sentral

memilki instabilitas yang parah dan seringkali tidak dapat berjalan.

walaupun Romberg’s sign konsisten dengan masalah vestibular atau

24

Page 25: PRESUS IKK PaulinaM22.docx

propioseptif, hal ini tidak dapat dgunakan dalam mendiagnosis vertigo. Pada

sebuah studi, hanya 19% sensitive untuk gangguan vestibular dan tidak

berhubungan dengan penyebab yang lebih serius dari dizziness (tidak hanya

erbatas pada vertigo) misalnya drug related vertigo, seizure, arrhythmia,

atau cerebrovascular event3.

Penderita berdiri dengan kedua kaki dirapatkan, mula-mula dengan

kedua mata terbuka kemudian tertutup. Biarkan pada posisi demikian

selama 20-30 detik. Harus dipastikan bahwa penderita tidak dapat

menentukan posisinya (misalnya dengan bantuan titik cahaya atau suara

tertentu). Pada kelainan vestibuler hanya pada mata tertutup badan penderita

akan bergoyang menjauhi garis tengah kemudian kembali lagi, pada mata

terbuka badan penderita tetap tegak. Sedangkan pada kelainan serebeler

badan penderita akan bergoyang baik pada mata terbuka maupun pada mata

tertutup.

Gambar : Uji Romberg

2. Unterberger's stepping test1

Pasien disuruh untuk berjalan ditempat dengan mata tertutup – jika

pasien berputar ke salah satu sisi maka pasien memilki lesi labirin pada

sisi tersebut.2

Berdiri dengan kedua lengan lurus horisontal ke depan dan jalan

di tempat dengan mengangkat lutut setinggi mungkin selama satu

25

Page 26: PRESUS IKK PaulinaM22.docx

menit. Pada kelainan vestibuler posisi penderita akan

menyimpang/berputar ke arah lesi dengan gerakan seperti orang

melempar cakram; kepala dan badan berputar ke arah lesi, kedua lengan

bergerak ke arah lesi dengan lengan pada sisi lesi turun dan yang

lainnya naik. Keadaan ini disertai nistagmus dengan fase lambat ke arah

lesi.

3. Past-pointing test (Uji Tunjuk Barany)

Dengan jari telunjuk ekstensi dan lengan lurus ke depan, penderita

disuruh mengangkat lengannya ke atas, kemudian diturunkan sampai

menyentuh telunjuk tangan pemeriksa. Hal ini dilakukan berulang-ulang

dengan mata terbuka dan tertutup. Pada kelainan vestibuler akan terlihat

penyimpangan lengan penderita ke arah lesi.

Pemeriksaan untuk menentukan letak lesi di sentral atau perifer.

Test Fungsi Vestibuler

- Dix-Hallpike manoeuvre 1

Dari posisi duduk di atas tempat tidur, penderita dibaring-kan ke

belakang dengan cepat, sehingga kepalanya meng-gantung 45º di bawah

garis horisontal, kemudian kepalanya dimiringkan 45º ke kanan lalu ke kiri.

Perhatikan saat timbul dan hilangnya vertigo dan nistagmus, dengan uji ini

dapat dibedakan apakah lesinya perifer atau sentral.

Perifer (benign positional vertigo): vertigo dan nistagmus timbul

setelah periode laten 2-10 detik, hilang dalam waktu kurang dari 1 menit,

akan berkurang atau menghilang bila tes diulang-ulang beberapa kali

26

Page 27: PRESUS IKK PaulinaM22.docx

(fatigue). Sentral : tidak ada periode laten, nistagmus dan vertigo ber-

langsung lebih dari 1 menit, bila diulang-ulang reaksi tetap seperti semula

(non-fatigue).

Gambar : Dix hallpike mhnuever

iii. Test hiperventilasi

Tes ini dilakukan jika pemeriksaan-pemeriksaan yang lain hasilnya

normal. Pasien diinstruksikan untuk bernapas kuat dan dalam 30 kali. Lalu

diperiksa nistagmus dan tanyakan pasien apakah prosedur ersebut

menginduksi terjadinya vertigo. Jika pasien merasakan vertigo tanpa

nistagmus maka didiagnosis sebagai sindrom hiperventilasi. Jika nistagmus

terjadi setelah hiperventilais menandakan adanya tumor pada nervus VIII. 5

iv. Tes Kalori

Rangsangan kalori adalah suatu tes yang menggunakan perbedaan

temperatur untuk mendiagnosa adanya kerusakan saraf ke delapan yang

menyebabkan vertigo.(caloric stimulation-internet). Dengan tes ini dapat

ditentukan adanya kanal paresis atau directional preponderance ke kiri atau

ke kanan.Kanal paresis ialah jika abnormalitas ditemukan di satu telinga,

baik setelah rangsang air hangat maupun air dingin, sedangkan directional

preponderance ialah jika abnormalitas pada arah nistagmus yang sama di

masing-masing telinga.Kanal paresis menunjukkan lesi perifer di labirin

atau N.VIII, sedangkan directional preponderance menunjukkan lesi

27

Page 28: PRESUS IKK PaulinaM22.docx

sentral.(vertigo, cermin dunia kedokteran)Pada tes ini, subyek ditempatkan

sedemikian rupa sehingga bidang salah satu kanalis semisirkularis (biasanya

horisontal) menjadi sejajar dengan suatu bidang yang vertikal terhadap bumi

yaitu dengan cara posisi pasien tidur terlentang, dengan kepala fleksi 30º,

atau duduk dengan kepala ekstensi 60º. Tes ini terdiri dari dua cara, yaitu tes

kalori cara Kobrak dan tes kalori bitermal.3,5

v. Tes Kobrak

Digunakan spuit 5 atau 10 mL, ujung jarum disambung dengan kateter.

Perangsangan dilakukan dengan mengalirkan air es (0ºC), sebanyak 5 mL

selama 20 detik ke dalam liang telinga. Sebagai akibatnya terjadi transfer

panas dari telinga dalam yang menimbulkan suatu arus konveksi dalam

endolimfe.

vi. Tes Bitermal

Tes kalori ini dianjurkan oleh Dick & Hallpike. Pada cara ini dipakai 2

macam air, dingin dan panas.Suhu air dingin adalah 30ºC, sedangkan suhu

air panas adalah 44ºC. Volume air yang dialirkan ke dalam liang telinga

masing-masing 250 mL, dalam waktu 40 detik.Setelah air dialirkan, dicatat

lama nistagmus yang timbul. Setelah liang telinga kiri diperiksa dengan air

dingin, diperiksa telinga kanan dengan air dingin jugakemudian telinga kiri

dialirkan air panas, lalu telinga kanan. Pada tiap-tiap selesai pemeriksaan

(telinga kiri atau kanan atau air dingin atau air panas) pasien diistirahatkan

selama 5 menit (untuk menghilangkan pusingnya).3,5

Langkah Telinga Suhu air Arah Nistagmus Waktu

Nistagmus

Pertama Kiri 30oC Kanan kanan a........detik

Kedua Kanan 30oC Kanan kanan b.......detik

Ketiga Kiri 44oC Kanan kanan c.......detik

Keempat Kanan 44oC Kanan kanan d.......detik

28

Page 29: PRESUS IKK PaulinaM22.docx

Tes ini memungkinkan kita menentukan apakah keadaan labirin

normal hipoaktif atau tidak berfungsi. Pemeriksaan ini juga dapat ditinjau

dengan melakukan tes elektronistagmogram dan posturografi.

vii. Tes Nistagmus

a) Tes Nistagmus Spontan

Nylen memberikan kriteria dalam menentukan kuatnya nistagmus

ini. Bila nistagmus spontan ini hanya timbul ketika mata melirik searah

dengan nistagmusnya, maka kekuatan nistagmus itu sama dengan Nylen 1.

Bila nistagmus timbul sewaktu mata melihat ke depan, maka disebut

Nylen 2, dan bila nistagmus tetap ada meskipun mata melirik berlawanan

arah nistagmus, maka kekuatannya disebut Nylen 3.

Bila terdapat nistagmus spontan, maka harus dilakukan tes

hiperventilasi. Caranya ialah pasien diminta mengambil nafas cepat dan

dalam selama satu menit, dan sejak mulai setengah menit terakhir

direkam.Bila terdapat perbedaan 7º per detik maka berarti tes

hiperventilasi positif.Tes valsava caranya adalah dengan menahan nafas

selama 30 detik, dan sejak mulai menahan nafas itu direkam, dan

interpretasi sama dengan hiperventilasi.3,5,9

b) Tes Nistagmus Posisi

Tes nistagmus posisi ini dianjurkan oleh Hallpike dan cara ini

disebut Perasat Hallpike. Caranya adalah, mula-mula pasien duduk,

kemudian tidur terlentang sampai kepala menggantung di pinggir meja

periksa, lalu kepala diputar ke kiri, dan setelah itu kepala diputar ke kanan.

29

Page 30: PRESUS IKK PaulinaM22.docx

Gambar 10 . Perasat Hallpike

Pada setiap posisi nistagmus diperhatikan, terutama pada posisi

akhir. Nistagmus yang terjadi dicatat masa laten, dan intensitasnya. Juga

ditanyakan kekuatan vertigonya secara subyektif. Tes posisi ini dilakukan

berkali – kali dan diperhatikan ada tidaknya kelelahan. Dengan tes posisi

ini dapat diketahui kelainan sentral atau perifer. Pada kelainan perifer akan

ditemukan masa laten dan terdapat kelelahan dan vertigo biasanya tersasa

berat.Pada kelainan sentral sebaliknya, yaitu tidak ada masa laten, tidak

ada kelelahan dan vertigo ringan saja.3,9

Nistagmus posisi yang berasal dari perifer dapat dibedakan dari

nistagmus yang disebabkan oleh debris (nistagmus paroksismal tipe jinak),

atau oleh kelainan servikal, atau kedua-duanya (kombinasi).

Tanda yang kita ketahui Kelainan Sentral Kelainan Perifer

1. Nistagmus Spontan Vertikal Horizontal/rotatoir

2. Nistagmus Posisi Tidak ada kelelahan Ada kelelahan

3. Nistagmus Kalori Normal/

preponderance

Paresis

Tabel Macam-macam Nistagmus

30

Page 31: PRESUS IKK PaulinaM22.docx

viii. Tes Rotasi

Penderita didudukkan di atas kursi yang diletakkan pada pusat aksis rotasi

dari suatu motor torque dan mempunyai perlengkapan untuk menjaga

kepala dan kaki.Kursi khusus ini dikenal dengan kursi Barany, yang khusus

dibuatuntuk tes ini.Bila subyek duduk tegak dengan memiringkan kepala

30º ke bawah, maka kanalis horisontalis dapat dirangsang secara

maksimum.Gerakan leher dicegah sehingga rotasi akan menggerakkan

tubuh dan kepala bersamaan.Rotasi dilakukan dengan mata tertutup, dalam

satu arah dengan percepatan konstan dalam waktu singkat (mis. 20 detik)

atau secara osilatorik (mis. Sinusoid).Untuk percepatan konstan dilakukan

pengukuran amplitudo dan lamanya respon, sedangkan untuk rotasi sinusoid

diukur fase serta hasil yang didapat.

Pada akhir putaran (rotasi) dihentikan mendadak dan penderita langsung

disuruh melihat jari pemeriksa yang dilakukan di depan penderita dan

terhadap telinga yang diperiksa.Pada tes ini dicatat waktu dalam detik, lama

pasca nistagmus, dan pada orang normal akan hilang kurang lebih 25

sampai 35-40 detik.3,5,9

ix. Posturografi

Posturografi adalah pemeriksaan keseimbangan yang dapat menilai secara

obyektif dan kuantitatif kemampuan keseimbangan postural seseorang.

Untuk mendapatkan gambaran yang benar tentang gangguan keseimbangan

karena gangguan vestibuler, maka input visual diganggu dengan menutup

mata dan input proprioseptif dihilangkan dengan berdiri diatas alas tumpuan

yang tidak stabil. Dikatakan terdapat gangguan keseimbangan bila terlihat

ayun tubuh berlebihan, melangkah atau sampai jatuh sehingga perlu

berpegangan.

Pemeriksaan Posturografi dilakukan dengan menggunakan alat yang

terdiri dari alas sebagai dasar tumpuan yang disebut Force platform,

komputer graficoder, busa dengan ketebalan 10 cm, untuk mengganggu

input proprioseptif, disket data digunakan untuk menyimpan data hasil

pengukuran.

31

Page 32: PRESUS IKK PaulinaM22.docx

x. Elektronistagmografi (ENG)

Pemeriksaan ini hanya dilakukan di rumah sakit, dengan tujuan untuk

merekam gerakan mata pada nistagmus, dengan demikian nistagmus

tersebut dapat dianalisis secara kuantitatif. Pemeriksaan ini bertujuan untuk

menetukan apakah gangguan keseimbangan tersebut disebabkan oleh

penyakit di telinga dalam atau tidak.3,5,9

Ada empat bagian utama tes dari elektronistagmografi:

1. Tes kalibrasi berguna untuk mengevaluasi rapid eye movements.

2. Tracking test mengevaluasi pergerakan dari mata selama mengikuti gerakan dari benda target.

3. Tes posisi mengukur nistagmus yang diukurposisikepala.4. Tes kalori mengukur respon terhadap air panas dan dingin

yang dimasukkan ke dalam liang telinga.

xi. Fungsi Pendengaran

a. Tes garpu tala: Rinne, Weber, Swabach. Untuk membedakan tuli

konduktif dan tuli perseptif

b. Audiometri : Loudness Balance Test, SISI, Bekesy Audiometry, Tone

Decay.

xii. Pemeriksaan Kepala dan Leher

Pemeriksaan kepala dan leher meliputi :

1. pemeriksaan membrane timpani untuk menemukan vesikel (misalnya

herpes zoster auticus (Ramsay Hunt Syndrome)) atau kolesteaatoma (Sura

et Newell, 2010).

2. Hennebert sign (vertigo atau nistagmus yangterjadi ketika mendorong

tragus dan meatus akustikus eksternus pada siis yang bermasalah)

mengindikasikan fistula perikimfatik .2

3. Valsava maneuver (exhalasi dengan mulut dan hidung ditutup untuk

meningkat tekanan melawan tuba eusthacius dan telinga dalam) dapat

menyebabkan vertigo pada pasien dengan fistula perilimfatik atau

32

Page 33: PRESUS IKK PaulinaM22.docx

dehiscence kanalis semisirkularis anterior. Namun nilai diagnostic

berdasarkan klinis ini masih terbatas. 3

4. Head impulses test

Pasien duduk tegak dengan mata terfiksasi pada objek sejauh 3 m dan

diinstruksikan untuk tetap melihat objek ketika pemeriksa menolehkan

kepala pasien. Dimulai dengan pemeriksa menolehkan kepala pasien ke

salah satu sisi pelan-pelan setelah itu pemeriksa menolehkan kepala pasien

sisi lainnya horizontal 20 o dengan cepat. Pada orang yang normal tidak

ada saccades mengindikasikan pandangan mereka terfiksasi di objek. Jika

ada sakade setelahnya maka mengindikasikan bahwa terdapat lesi pada

vestibular perifer pada siis itu (Allen, 2008).

Gambar 11. Head impulses test

xiii. Pemeriksaan Cardiovascular

Perubahan orthostatic pada tekanan darah sistolik (misalnya turun 20 mmHg

atau lebih) dan nadi (misalnya meningkat 10 denyutan per menit) pada

pasien dengan vertigo dapat menentukan masalah dehidrasi dan disfungsi

otonom.

33

Page 34: PRESUS IKK PaulinaM22.docx

H. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang pada vertigo meliputi tes audiometric, vestibular

testing, evalusi laboratories dan evalusi radiologis.

Tes audiologik tidak selalu diperlukan. Tes ini diperlukan jika pasien

mengeluhkan gangguan pendengaran. Namun jika diagnosis tidak jelas maka

dapat dilakukan audiometric pada semua pasien meskipun tidak mengelhkan

gangguan pendengaran.

Vestibular testing tidak dilakukan pada semau pasieen dengan keluhan

dizziness . Vestibular testing membantu jika tidak ditemukan sebab yang jelas.

Pemeriksaan laboratories meliputi pemeriksaan elekrolit, gula darah, funsi

thyroid dapat menentukan etiologi vertigo pada kurang dari 1 persen pasien. 11

Pemeriksaan radiologi sebaiknya dilakukan pada pasien dengan vertigo

yang memiliki tanda dan gejala neurologis, ada factor resiko untuk terjadinya

CVA, tuli unilateral yang progresif. MRI kepala mengevaluasi struktur dan

integritas batang otak, cerebellum, dan periventrikular white matter, dan

kompleks nervus VIII. 11

I. Diagnosis

Diagnosis ditegakkan dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Sekitar 20-

40% pasien dapat didiagnosis segera setelah anamnesis dan pemeriksaan fisik.

Diagnosis juga dapat ditentukan berdasarkan komplek gejala yang terdapat pada

pasien.

J. Diagnosis Banding

Dianosis banding dari vertigo dapat dilihat pada table berikut ini:

Tabel 9. Diagnosis Banding Vertigo

Vertigo dengan tuli Vertigo tanpa tuli Vertigo dengan tanda

intracranial

Ménière’s disease Vestibular neuritis Tumor Cerebellopontine angle

Labyrinthitis Benign positional

vertigo

Vertebrobasilar insufficiency

dan thromboembolism

Labyrinthine trauma Acute vestiblar Tumor otak

34

Page 35: PRESUS IKK PaulinaM22.docx

dysfunction

Misalnya, epyndimoma atau

metastasis pada ventrikel

keempat

Acoustic neuroma Medication induced

vertigo e.g

aminoglycosides

Migraine

Acute cochleo-

vestibular

dysfunction

Cervical spondylosis Multiple sklerosis

Syphilis (rare) Following flexion-

extension injury

Aura epileptic attack-terutama

temporal lobe epilepsy

Obat-obatan- misalnya,

phenytoin, barbiturate

Syringobulosa

K. Penatalaksanaan Vertigo

1) Prinsip umum medikasi terapi Vertigo

Karena penyebab vertigo beragam, sementara penderita seringkali merasa

sangat terganggu dengan keluhan vertigo tersebut, seringkali menggunakan

pengobatan simptomatik. Lamanya pengobatan bervariasi. Sebagian besar kasus

terapi dapat dihentikan setelah beberapa minggu. Beberapa golongan yang sering

digunakan :

a. Antihistamin

Tidak semua obat antihistamin mempunyai sifat anti vertigo. Antihistamin

yang dapat meredakan vertigo seperti obat dimenhidrinat, difenhidramin,

meksilin, siklisin. Antihistamin yang mempunyai anti vertigo juga memiliki

aktivitas anti-kholinergik di susunan saraf pusat. Mungkin sifat anti-kholinergik

ini ada kaitannya dengan kemampuannya sebagai obat antivertigo. Efek samping

yang umum dijumpai ialah sedasi (mengantuk). Pada penderita vertigo yang berat

35

Page 36: PRESUS IKK PaulinaM22.docx

efek samping ini memberikan dampak yang positif. Beberapa antihistamin yang

digunakan adalah :

1. Betahistin

Senyawa Betahistin (suatu analog histamin) yang dapat meningkatkan

sirkulasi di telinga dalam, dapat diberikan untuk mengatasi gejala vertigo.

Efek samping Betahistin ialah gangguan di lambung, rasa enek, dan sesekali

“rash” di kulit.

- Betahistin Mesylate (Merislon)

Dengan dosis 6 mg (1 tablet) – 12 mg, 3 kali sehari per oral.

- Betahistin di Hcl (Betaserc)

Dengan dosis 8 mg (1 tablet), 3 kali sehari. Maksimum 6 tablet dibagi

dalam beberapa dosis.

2. Dimenhidrinat (Dramamine)

Lama kerja obat ini ialah 4 – 6 jam. Dapat diberi per oral atau parenteral

(suntikan intramuscular dan intravena). Dapat diberikan dengan dosis 25 mg

– 50 mg (1 tablet), 4 kali sehari. Efek samping ialah mengantuk.

3. Difhenhidramin Hcl (Benadryl)

Lama aktivitas obat ini ialah 4 – 6 jam, diberikan dengan dosis 25 mg (1

kapsul) – 50 mg, 4 kali sehari per oral. Obat ini dapat juga diberikan

parenteral. Efek samping mengantuk.

b. Antagonis Kalsium

Dapat juga berkhasiat dalam mengobati vertigo. Obat antagonis kalsium

Cinnarizine (Stugeron) dan Flunarizine (Sibelium) sering digunakan. Merupakan

obat supresan vestibular karena sel rambut vestibular mengandung banyak

terowongan kalsium. Namun, antagonis kalsium sering mempunyai khasiat lain

seperti anti kholinergik dan antihistamin. Sampai dimana sifat yang lain ini

berperan dalam mengatasi vertigo belum diketahui.

- Cinnarizine (Stugerone)

Mempunyai khasiat menekan fungsi vestibular. Dapat mengurangi respons

terhadap akselerasi angular dan linier. Dosis biasanya ialah 15 – 30 mg, 3

kali sehari atau 1 x 75 mg sehari. Efek samping ialah rasa mengantuk

36

Page 37: PRESUS IKK PaulinaM22.docx

(sedasi), rasa cape, diare atau konstipasi, mulut rasa kering dan “rash” di

kulit.

c. Fenotiazine

Kelompok obat ini banyak mempunyai sifat anti emetik (anti muntah).

Namun tidak semua mempunyai sifat anti vertigo. Khlorpromazine (Largactil) dan

Prokhlorperazine (Stemetil) sangat efektif untuk nausea yang diakibatkan oleh

bahan kimiawi namun kurang berkhasiat terhadap vertigo.

- Promethazine (Phenergan)

Merupakan golongan Fenotiazine yang paling efektif mengobati vertigo.

Lama aktivitas obat ini ialah 4 – 6 jam. Diberikan dengan dosis 12,5 mg –

25 mg (1 draze), 4 kali sehari per oral atau parenteral (suntikan

intramuscular atau intravena). Efek samping yang sering dijumpai ialah

sedasi (mengantuk), sedangkan efek samping ekstrapiramidal lebih sedikit

disbanding obat Fenotiazine lainnya.

- Khlorpromazine (Largactil)

Dapat diberikan pada penderita dengan serangan vertigo yang berat dan

akut. Obat ini dapat diberikan per oral atau parenteral (suntikan

intramuscular atau intravena). Dosis yang lazim ialah 25 mg (1 tablet) – 50

mg, 3 – 4 kali sehari. Efek samping ialah sedasi (mengantuk).

d. Obat Simpatomimetik

Obat simpatomimetik dapat juga menekan vertigo. Salah satunya obat

simpatomimetik yang dapat digunakan untuk menekan vertigo ialah efedrin.

- Efedrin

Lama aktivitas ialah 4 – 6 jam. Dosis dapat diberikan 10 -25 mg, 4 kali

sehari. Khasiat obat ini dapat sinergistik bila dikombinasi dengan obat anti

vertigo lainnya. Efek samping ialah insomnia, jantung berdebar (palpitasi)

dan menjadi gelisah – gugup.

e. Obat Penenang Minor

Dapat diberikan kepada penderita vertigo untuk mengurangi kecemasan

yang diderita yang sering menyertai gejala vertigo.efek samping seperti mulut

kering dan penglihatan menjadi kabur.

37

Page 38: PRESUS IKK PaulinaM22.docx

- Lorazepam

Dosis dapat diberikan 0,5 mg – 1 mg

- Diazepam

Dosis dapat diberikan 2 mg – 5 mg.

f. Obat Anti Kholinergik

Obat antikolinergik yang aktif di sentral dapat menekan aktivitas sistem

vestibular dan dapat mengurangi gejala vertigo.

- Skopolamin

Skopolamin dapat pula dikombinasi dengan fenotiazine atau efedrin dan

mempunyai khasiat sinergistik. Dosis skopolamin ialah 0,3 mg – 0,6 mg, 3 –

4 kali sehari.

2) Terapi fisik

Susunan saraf pusat mempunyai kemampuan untuk mengkompensasi

gangguan keseimbangan. Namun kadang-kadang dijumpai beberapa penderita

yang kemampuan adaptasinya kurang atau tidak baik. Hal ini mungkin disebabkan

oleh adanya gangguan lain di susunan saraf pusat atau didapatkan deficit di sistem

visual atau proprioseptifnya. Kadang-kadang obat tidak banyak membantu,

sehingga perlu latihan fisik vestibular. Latihan bertujuan untuk mengatasi

gangguan vestibular, membiasakan atau mengadaptasi diri terhadap gangguan

keseimbangan.12

Tujuan latihan ialah :

1. Melatih gerakan kepala yang mencetuskan vertigo atau disekuilibrium untuk

meningkatkan kemampuan mengatasinya secara lambat laun.

2. Melatih gerakan bola mata, latihan fiksasi pandangan mata.

3. Melatih meningkatkan kemampuan keseimbangan

Contoh latihan :

1. Berdiri tegak dengan mata dibuka, kemudian dengan mata ditutup.

2. Olahraga yang menggerakkan kepala (gerakan rotasi, fleksi, ekstensi, gerak

miring).

38

Page 39: PRESUS IKK PaulinaM22.docx

3. Dari sikap duduk disuruh berdiri dengan mata terbuka, kemudian dengan

mata tertutup.

4. Jalan di kamar atau ruangan dengan mata terbuka kemudian dengan mata

tertutup.

5. Berjalan “tandem” (kaki dalam posisi garis lurus, tumit kaki yang satu

menyentuh jari kaki lainnya dalam melangkah).

6. Jalan menaiki dan menuruni lereng.

7. Melirikkan mata kearah horizontal dan vertikal.

8. Melatih gerakan mata dengan mengikuti objek yang bergerak dan juga

memfiksasi pada objek yang diam.

3) Terapi Fisik Brand-Darrof

Ada berbagai

macam latihan fisik,

salah satunya adalah

latihan Brand-

Darrof.12

Gambar 12. Gerakan Brand-Darrof

Keterangan Gambar:

1. Ambil posisi duduk.

1. Arahkan kepala ke kiri, jatuhkan badan ke posisi kanan, kemudian balik

posisi duduk.

39

Page 40: PRESUS IKK PaulinaM22.docx

2. Arahkan kepala ke kanan lalu jatuhkan badan ke sisi kiri. Masing-masing

gerakan lamanya sekitar satu menit, dapat dilakukan berulang kali.

3. Untuk awal cukup 1-2 kali kiri kanan, makin lama makin bertambah.

BAB III

LAPORAN KASUS

A. Identitas

Nama : Ny. E

Usia : 55 tahun

Jenis Kelamin : Wanita

Alamat : Kuncen

Agama : Islam

Suku : Jawa

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Status Perkawinan : Menikah

Pendidikan Terakhir : Tamatan SMA

Jaminan Kesehatan : JAMKESMAS

Kunjungan Puskesmas : 11 Desember 2014

Kunjungan Rumah : 12 Desember 2014

B. Autoanamnesis

Anamnesis disease:

1. Keluhan Utama: Kepala terasa pusing berputar - putar

2. Riwayat Penyakit Sekarang:

Sejak +/- 4 hari yang lalu pasien mengeluh pusing berputar – putar, kadang

terasa lemas seperti ingin pingsan. Pusing hilang timbul, dengan frekuensi

sering dalam sehari. Keluhan bertambah berat ketika pasien beraktivitas,

dan keluhan berkurang ketika pasien istirahat, tidur dan minum air putih

hangat. Menurut keterangan pasien, ia memiliki riwayat vertigo yang sering

kambuh – kambuhan. Pasien sudah +/- 37 tahun menderita vertigo dan

sering kambuh – kambuhan hingga sekarang. Namun +/- 1 tahun ini pasien

40

Page 41: PRESUS IKK PaulinaM22.docx

sudah jarang merasakan keluhan pusing berputar seperti yang dirasakan

sekarang. Pasien juga mengeluh badan terasa pegal, kadang – kadang nyeri

pada persendian dan tangan terasa agak kaku.

3. Riwayat Penyakit Dahulu:

Riwayat hipertensi : disangkal

Riwayat penyakit jantung : disangkal

Riwayat asma : disangkal

Riwayat alergi obat : disangkal

Riwayat opname : disangkal

Riwayat penyakit ginjal : disangkal

Riwayat kelahiran : pasien lahir cukup bulan dengan

persalinan normal dan BBL 2000gr.

Riwayat demam tinggi dan kejang pada waktu umur sekitar < 2

tahun.

Menurut keterangan pasien, saat pasien berumur sekitar 12 tahun,

pasien pernah mengalami trauma terjatuh dari sepeda dan tidak

sadarkan diri sekitar lebih dari 3 jam.

4. Riwayat Penyakit Keluarga:

Riwayat Hipertensi : Ibu pasien (+)

Riwayat Penyakit jantung : Ayah pasien (+)

Riwayat Diabetes mellitus : disangkal

Riwayat kelainan kelenjar getah bening : Kakak pertama (+).

Riwayat penyakit ginjal : disangkal

Riwayat Hepatitis : Kakak kedua (+)

Riwayat Vertigo : Adik terakhir (+)

Riwayat asma dan alergi di keluarga disangkal.

5. Riwayat Personal Sosial:

Pendidikan

Pasien merupakan tamatan SMA, tidak melanjutkan ke jenjang

selanjutnya karena faktor ekonomi.

Pekerjaan

41

Page 42: PRESUS IKK PaulinaM22.docx

Pasien adalah seorang ibu rumah tangga. Sehari - hari pasien mengurus

rumah dan anak – anaknya dan membantu anaknya berjualan pakaian

dan jilbab di rumahnya. Pasien memenuhi kebutuhan sehari-hari

dengan mengandalkan dari penghasilan penjualan barang tersebut.

Penghasilan yang didapat tidak tentu. Penghasilan rata-rata perbulan

500.000 – 1.000.000/bulan. Pasien merasa penghasilan keluarganya

kurang untuk kebutuhan sehari – hari dan pasien hampir tak bisa

menabung untuk kebutuhan lainnya.

Perkawinan

Pasien menikah ± tahun 1984 saat pasien berusia 24 tahun. Dari hasil

perkawinan pasien dikaruniai 4 orang anak. Suami pasien telah

meninggal dunia pada tahun 2007 karena stroke dan DM. Hubungan

pasien dengan anak – anaknya baik, namun pasien sering konflik

dengan anak pertamanya.

Sosialisasi

Pasien tidak terlalu suka bersosialisasi dengan masyarakat sekitarnya,

karena merasa tidak nyaman dan sering berkonflik dengan

tetangganya. Pasien menutup diri dari aktivitas masyarakat. Tetapi

kadang – kadang pasien mengikuti pengajian dan senam lansia

bersama di lingkungan sekitar rumah.

Gaya Hidup

Pasien biasa makan 2x-3x sehari. Setiap hari pasien memiliki

kebiasaan makan nasi dan sayur dengan porsi secukupnya. Biasanya

pasien masak sekali sehari yaitu pada pagi hari, dan makanan untuk

persedian pagi hingga malam. Pasien tidak merokok, tidak minum

minuman beralkohol serta tidak mengkonsumsi obat terlarang. Setiap

hari pasien selalu beristirahat tidur siang sekitar 1 jam, sedangkan

malam hari, pasien beristirahat hingga 7 jam. Pasien kadang

berolahraga 2x seminggu dengan mengikuti senam lansia. Pasien lebih

banyak menghabiskan waktu untuk duduk dan beristirahat sambil

membaca buku. Saat stress, pasien mengurangi stress dengan cara

42

Page 43: PRESUS IKK PaulinaM22.docx

lebih banyak beribadah dan membaca Al – Qur’an. Pasien sering cepat

cemas dan khawatir dengan masalah – masalah yang kadang terjadi di

keluarganya.

Pengobatan

Pasien lebih sering beristirahat jika penyakitnya kambuh, dan baru

berobat jika penyakitnya semakin parah hingga membuat ia hampir

pingsan.

Anamnesis illness

Perasaan

Pasien terkadang khawatir dan cemas jika penyakitnya kembali

kambuh. Namun sekarang pasien pasrah dengan penyakitnya ini, ia

merasa sudah berusaha untuk selalu sehat dan yakin bahwa

penyakitnya ini dari Tuhan dan pasti bisa sembuh.

Ide-ide

Menurut pasien penyakit Vertigonya ini tidak terlalu berbahaya

dan dengan istirahat penyakitnya ini dapat diatasi tanpa harus

berobat.

Harapan pasien

Pasien ingin selalu dalam keadaan sehat dan ingin penyakit

vertigonya ini tidak kambuh – kambuhan agar aktivitasnya tidak

terganggu.

Efek terhadap fungsi social dan ekonomi

Semenjak mengidap penyakit vertigo, pasien mengaku lebih

berhati – hati dalam beraktivitas karena kadang – kadang ketika

kambuh pasien tidak kuat dan pingsan. Pasien sering mual dan

lebih banyak istirahat. Pasien mengaku penyakitnya terkadang

sangat mengganggu sehingga pekerjaan rumah sering terbengkalai.

6. Review Anamnesis Sistem:

Kepala/leher: Penglihatan kabur (+) rw. miopi.

Sistem pernapasan: Tak ada keluhan.

43

Page 44: PRESUS IKK PaulinaM22.docx

Sistem peredaran darah dan jantung: Tak ada keluhan.

Sistem pencernaan: Tak ada keluhan.

Sistem saluran kencing dan kelamin: Tak ada keluhan

Sistem tulang dan otot : Sering pegal – pegal.

Sistem persarafan: Sering pusing berputar.

C. Pemeriksaan Fisik

1. Kesan dan Keadaan Umum: Compos Mentis, baik

2. Tanda-tanda Vital

Tekanan Darah : 100/70 mmHg

Nadi : 66 x/menit, reguler, isi dan tegangan cukup.

Suhu badan : 36,6°C

Pernapasan : 21 x/menit

3. Antropometri

Tinggi Badan : 152 cm

Berat Badan : 54 kg

Indeks Massa Tubuh: 23,47

Lingkar perut : 90 cm

Lingkar lengan atas : 31 cm

4. Status Gizi: overweight

5. Pemeriksaan Kepala

Bentuk kepala : Simetris,mesosefal

Rambut : Lurus, warna putih.

6. Pemeriksaan Mata

Bulu mata : Dalam batas normal

Konjungtiva

Bulbi : Injeksi (-/-)

Palpebra : Hiperemis (-/-)

Kornea : Arcus senilis (-/-)

Bilik mata depan : Dalam, jernih/dalam, jernih

Pupil : Reflek cahaya (+/+), isokor

44

Page 45: PRESUS IKK PaulinaM22.docx

Lensa : Jernih/jernih

Visus : Tidak dilakukan

Pemeriksaan oftalmoskopi: Tidak dilakukan

7. Pemeriksaan Telinga : Otore (-/-), nyeri tekan (-/-), serumen (-/-)

8. Pemeriksaan Hidung : Sekret (-/-), epistaksis (-/-)

9. Pemeriksaan Leher

Kelenjar tiroid : Tidak membesar

Kelenjar lnn : Tidak membesar, nyeri (-)

JVP : Tidak meningkat

10. Pemeriksaan Dada

Pulmo:

Inspeksi: simetris, ketertinggalan gerak (-), deformitas (-), retraksi

(-)

Palpasi: simetris, ketertinggalan gerak (-), vokal fremitus normal

Perkusi: sonor pada seluruh lapang paru

Auskultasi: vesikuler (+/+) normal, ronkhi (-/-), wheezing (-/-)

Cor:

Inspeksi: ictus cordis tak tampak

Palpasi: ictus cordis teraba di SIC V

Perkusi: batas jantung kanan atas: SIC II parasternal dextra.

Kanan bawah: SIC IV parasternal dextra. Kiri atas: SIC II

parasternal sinistra. Kiri bawah: SIC V linea midclavicula sinistra

Auskultasi: S1-S2 reguler, bising (-)

11. Pemeriksaan Abdomen:

Inspeksi: datar, jejas (-)

Auskultasi: bising usus (+) normal

Palpasi: supel, nyeri tekan (-), hepar lien tak teraba, massa (-), ascites (-)

Perkusi: timpani pada seluruh lapang perut

12. Pemeriksaan Ekstrimitas:

13. Tabel 6. Pemeriksaan Ekstremitas

Tungkai Lengan

45

Page 46: PRESUS IKK PaulinaM22.docx

Kanan Kiri Kanan Kiri

Gerakan

Tonus

Trofi

Edema

Akral

Nyeri

Pembengkakan

sendi

Kekuatan

Tremor

Luka

Clavus

Pale

Pulsatil

Nadi

Bebas

Normal

Eutrofi

-

Hangat

-

-

+5

-

-

-

-

Normal

Reguler

Bebas

Normal

Eutrofi

-

Hangat

-

-

+5

-

-

-

-

Normal

Reguler

Bebas

Normal

Eutrofi

-

Hangat

-

-

+5

-

-

-

-

Normal

Reguler

Bebas

Normal

Eutrofi

-

Hangat

-

-

+5

-

-

-

-

Normal

Reguler

D. Pemeriksaan Penunjang

Tidak dilakukan

Disarankan dilakukan : pemeriksaan romberg tes, tes audiometric, vestibular

testing, evalusi laboratories dan evalusi radiologis.

E. Diagnosis Banding

Vertigo Sentral

Vertigo Perifer

F. Diagnosis Kerja

Vertigo Sentral

G. Penatalaksanaan

Farmakologis

Betahistine 2 x 1

Bioneuron 1 x 1

46

Page 47: PRESUS IKK PaulinaM22.docx

Non farmakologis

- Edukasi, meliputi :

a. Penyakit yang diderita pasien : penyebab, gejala, komplikasi dan

pengelolaannya.

b. Modifikasi gaya hidup sehat

Menjaga pola hidup sehat untuk mendapatkan kualitas hidup yang

baik

Perbanyak makan buah dan sayur setiap hari

Menjaga berat badan ideal

Melakukan aktivitas fisik seperti bersepeda, jalan kaki, aerobic.

Dilakukan 3-5 kali seminggu dengan durasi 30 menit

Mengatur pola istirahat, yaitu istirahat cukup 6 – 8 jam / hari

Mengelola stress

Terapi Nutrisi Medis

Perhitungan kalori: metode perhitungan kebutuhan kalori harian istirahat atau

BMR (basal metabolic rate) menggunakan rumus Harris – Benedict.

Rumus BMR wanita = 655 + (9,6 x bb dalam kg) + (1,8 x tb dalam cm) – (4,7 x

umur dalam tahun)

Kebutuhan kalori basal per hari :655 + (9,6 x BB) + (1,8 x TB) – (4,7 x U)

655 +(9,6 x 54) + (1,8 x 152) – (4,7 x 55)

1188.5 kkalori= 1189 kkalori

Kebutuhan kalori per hari : AMB x aktivitas fisik

1189 x 1,55 = 1843 kkalori – 500 kkalori (overweigh)

= 1343 kkalori

Kebutuhan karbohidrat : 60 % x 1343 = 805,8 kkalori

= 201.45 gram

Kebutuhan protein : 20 % x 1343 = 268.6 kkalori

= 67.15 gram

Kebutuhan lemak : 20 % x 1343 = 268.6 kkalori

= 368.6/9 = 29.84 gram

47

Page 48: PRESUS IKK PaulinaM22.docx

Kebutuhan kalori dibagi 6x sehari: sarapan 20%, snack pagi10%, makan siang

30%, snack sore10% , makan malam 20%, snack malam 10%.

Waktu Menu Bahan Berat

(gr)

Kalori

(kkal)

Lemak

(gr)

Protein

(gr)

Karbohidrat

(gr)

Sarapan

(07.00)

Nasi putih

oseng telur

wortel

Sayur bening

bayam dan

jagung

Perkedel

tempe

Jeruk manis

2 buah

Nasi Putih

Telor ayam

Wortel

Minyak sawit

Bayam

Jagung

Tempe

Jeruk

100

50

50

5

100

50

50

110

175

50

25

50

25

25

75

50

-

7

0,5

-

1

1

3

-

4

2

-

5

-

-

5

-

40

-

2,5

-

5

5

7

6

Selingan

I

(10.00)

Pisang

Bayam

Pisang

Bayam

150

100

50

25

-

1

-

-

12

5

Makan

siang

(13.00)

Nasi putih

Sop

Tempe

Apel

Beras

Makroni

Bakso

Wortel

Kol

Tahu

Apel

100

50

170

50

5

110

85

175

175

50

25

50

75

50

-

-

2

-

-

3

-

4

4

7

1

1

5

-

40

40

-

5

5

7

12

Selingan

II

(16.00)

Sawi rebus

Jeruk manis

2 buah

Sawi

Jeruk

100

110

25

50

-

-

1

-

5

12

Makan Nasi putih Beras 100 175 - 4 40

48

Page 49: PRESUS IKK PaulinaM22.docx

malam

(19.00) Sayur labu

Telur dadar

Oseng tempe

Apel

Labu siam

Telur ayam

Minyak sawit

Tempe

Jambu Air

50

50

50

50

110

25

50

50

75

50

-

7

-

5

-

1

2

5

3

-

5

-

-

7

12

Selingan

III

(21.00)

Pisang rebus

Pepaya

Pisang

Apel

150

85

50

50

-

-

-

-

12

12

Konsumsi air putih 8 – 10 gelas per hari

Tabel . Menu makanan sehari-hari

49

Page 50: PRESUS IKK PaulinaM22.docx

BAB IV

PEMBAHASAN

A. ANALISIS KASUS

Diagnosis klinis pada pasien ini adalah vertigo sentral. Diagnosis tersebut

didapatkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik, yang mengarah

pada vertigo sentral. Berdasarkan anamnesis pasien menderita vertigo sejak

37 tahun yang lalu. Pasien sering mengeluh pusing berputar – putar, kadang

terasa lemas seperti ingin pingsan, bahkan kadang sampai pingsan. Riwayat

trauma kepala yang pernah dialami pasien ketika usia 12 tahun menjadi

salah satu faktor resiko vertigo sentral.

B. ANALISIS KUNJUNGAN RUMAH

1. Kondisi Pasien

Kunjungan ke rumah dilakukan pada tanggal 13 Desember 2014.

Pada saat kunjungan, keadaan umum pasien tampak baik. Dari

pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 105/70 mmHg, nadi

76x/menit, frekuensi pernafasan 21x/menit, dan suhu 36,5˚C.

2. Keadaan Rumah

a) Lokasi : Rumah pasien terletak di Kuncen

wirobrajan 1 RT 21 RW 05 No 458, kelurahan Wirobrajan,

kecamatan Wirobrajan, Yogyakarta. Rumah tersebut terletak di

kawasan padat penduduk, tidak berlokasi di tempat yang berbahaya

dan cukup jauh dari sungai.

50

Page 51: PRESUS IKK PaulinaM22.docx

U

Masjid Kuncen Rumah

Pasien

b) Kondisi rumah : bangunan permanen, berdinding tembok,

lantai keramik, atap dari genting ada langit-langit. Ventilasi udara

kurang dan sinar matahari kurang masuk ke dalam rumah

c) Luas : luas rumah 6 m x 8 m = 48 m2, jumlah

penghuni dalam satu rumah ada lima orang

d) Lantai Rumah : lantai keramik kurang bersih.

e) Pembagian ruangan : rumah terdiri atas satu ruang untuk ruang

tamu menjadi satu dengan ruang usaha, ruang makan, kamar tidur

terpisah dengan sekat permanen, ruang keluarga diisi oleh televisi

yang berada di atas lemari kecil, satu kamar mandi, dan satu dapur.

f) Pencahayaan : Cahaya yang masuk ke ruangan kurang,

jendela ruang tamu jarang dibuka, pasien jarang menyalakan lampu

pada siang hari.

g) Sanitasi Dasar : Kebutuhan air untuk sehari – hari

menggunakan air PAM, di dalam rumah terdapat satu jamban.

Sampah dikumpulkan disatu tempat pada halaman depan.

h) Kebersihan dan tata letak barang dalam ruangan: Kebersihan

rumah tampak kurang bersih dan kurang rapi.

i) Kepemilikan : rumah dan tanah merupakan milik orang tua

51

Page 52: PRESUS IKK PaulinaM22.docx

J

KT

D+ RM

RK

RT + RU

Denah rumah Ny. E dibuat 12 Desember 2014

Skala 1: 100

3. Lingkungan Sekitar

a. Halaman : Rumah pasien. memiliki halaman yang dipisahkan oleh pagar,

disamping rumah pasien langsung berhubungan dengan rumah tetangga

yang saling berdempetan hanya terpisah oleh tembok.

b. Pengolahan Limbah : Air limbah langsung mengalir ke selokan tertutup

(saluran kota) untuk diolah lebih lanjut. Untuk penampungan sampah,

dikumpulkan satu tempat di halaman, tempat sampah tidak tertutup.

c. Rumah Tetangga : Rumah pasien dan tetangga saling berdekatan,

dipisahkan oleh tembok rumah masing-masing.

52

Utara

Keterangan :

RT : ruang tamu

RU : ruang usaha

RK : ruang keluarga

KT Kamar tidur

J : Jamban

D : Dapur

RM : Ruang makan

Page 53: PRESUS IKK PaulinaM22.docx

Pedoman Umum Gizi Sehari-hari (PUGS)

No

.

PUGS Jawaba

n

Sko

r

1 Makan beraneka ragam makanan. Ya 1

2 Makan makanan untuk memenuhi kecukupan

energi.

Ya 1

3 Makan sumber karbohidrat setengah dari

kebutuhan energi.

Tidak 0

4 Batasi konsumsi lemak dan minyak

seperempat dari kebutuhan energi.

Tidak 0

5 Gunakan garam beryodium Ya 1

6 Makanlah makanan sumber zat besi. Tidak 0

7 Berikan Air Susu Ibu (ASI) saja (ASI

Eksklusif) sampai bayi umur 6 bulan

Tidak 0

8 Biasakan makan pagi. Ya 1

9 Minumlah air bersih dan aman yang cukup. Ya 1

10 Lakukan aktivitas fisik dan olahraga secara

teratur.

Tidak 0

11 Hindari minum minuman berakohol. Ya 1

12 Makanlah makanan yang aman bagi

kesehatan.

Ya 1

13 Bacalah label pada makanan yang dikemas. Tidak 0

TOTAL 7

Interpretasi :

Nilai PUGS keluarga <60%

Keluarga tidak menerapkan pedoman umum gizi seimbang

Identifikasi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

No Indikator / Pertanyaan Jawaban Skor

53

Page 54: PRESUS IKK PaulinaM22.docx

.

1 Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan - -

2 Pemberian Asi eksklusif pada bayi usia 0 - 6 bulan - -

3 Menimbang berat badan balita setiap bulan - -

4 Menggunakan air bersih yang memenuhi syarat

kesehatanYa 1

5 Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun Ya 1

6 Menggunakan jamban sehat Ya 1

7 Melakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk di

rumah dan lingkungannya sekali semingguYa 1

8 Mengkonsumsi sayuran dan atau buah setiap hari Tidak 0

9 Melakukan aktivitas fisik atau olahraga Tidak 0

10 Tidak Merokok Ya 1

Karena terdapat 2 jawaban Tidak, maka pasien termasuk kategori

tidak berperilaku hidup bersih dan sehat

Indikator Penilaian Rumah Sehat

Tabel. Penilaian Rumah Sehat

NO KOMPONEN      

  RUMAH YG KRITERIA NILAI BOBOT

  DINILAI      

J U M L A H J I W A  4  

J U M L A H KK  1  

I KOMPONEN  31

  RUMAH    

1 Langit-langit a. Tidak ada 0  

    b. Ada, kotor, sulit dibersihkan dan rawan 1  

    Kecelakaan    

    c. Ada, bersih dan tdk rawan kecelakaan 2 62

2 Dinding a. Bukan tembok(terbuat dr anyaman 1  

    bambu/ilalang)    

54

Page 55: PRESUS IKK PaulinaM22.docx

    b. Semi permanen/setengah tembok/pasa- 2  

    ngan batu /bata yg tidak diplester/papan  

    yang tidak kedap air.    

    c. Permanen (tembok/pasangan batu bata 3 93

    yg diplester) papan kedap air.    

3 Lantai a. Tanah 0  

    b. Papan/anyaman bambu dekat dngn 1  

    tanah / Plesteran yang retak dan berdebu    

  c. Diplester/Ubin/Keramik/papan (rumah 2 62

    panggung)    

4 Jendela a. Tidak ada 0 0

  kamar tidur b. Ada 1  

5 Jendela ruang a. Tidak ada 0 31

  keluarga b. Ada 1  

6 Ventilasi a. Tidak ada 0  

    b. Ada, luas ventilasi permanen <10% dari 1 31

    luas lantai    

    c. Ada, luas ventilasi permanen >10% dari 2  

    luas lantai    

7 Lubang asap a. Tidak ada 0 0

  dapur b. Ada, lubang ventilasi dapur < 10 % dari 1  

    luas lantai dapur    

    c. Ada, lubang ventilasi > 10 % dari luas 2  

    lantai dapur (asap keluar dengan sempurna.    

8 Pencahayaan a. Tidak terang, tidak dpt dpergunakan untuk 0  

    Membaca    

    b. Kurang terang, sehingga kurang jelas untuk 1  

    membaca dengan normal.    

    c. Terang dan tidak silau sehingga dapat diper- 2 31

    gunakan untuk membaca dengan normal.    

II SARANA    25

  SANITASI    

1 Sarana Air Jenis sarana    

  bersih (SGL/ a. Tidak ada 0  

55

Page 56: PRESUS IKK PaulinaM22.docx

  SPT/PP/KU/ b. Ada, bukan milik sendiri dan tidak memenuhi 1  

  PAH) syarat kesehatan.    

  1 = SGL c. Ada, milik sendiri dan tidak memenuhi syarat 2 125

  2= PAM Kesehatan    

  3= SPT d. Ada, bukan milik sendiri dan memenuhi 3  

    syarat kesehatan.    

    e. Ada, milik sendiri dan memenuhi syarat 4  

    kesehatan.    

       

         

2 Jamban      

  (Sarana Jenis sarana    

  pembuangan a. Tidak ada 0  

  kotoran) b. Ada, bukan leher angsa, tdk ada tutup 1  

  1= LEHER disalurkan ke sungai/kolam.    

  ANGSA c. Ada, bukan leher angsa dan di titutup (leher 2  

 

2=

CEMPLUNG angsa), disalurkan kesungai/kolam    

  3= CUBLUK d. Ada, bukan leher angsa ada tutup, septic 3  

    Tank    

    e. Ada, leher angsa, septic tank. 4 75

         

3 Sarana a. Tidak ada, sehngga tergenang tidak teratur 0  

  Pembuangan dihalaman rumah.    

  Air Limbah b. Ada, diresapkan tetapi mencemari sumber 1  

  (SPAL) air (jarak dng sumur kurang dari 10 m)    

    c. Ada, dialirkan keselokan terbuka. 2  

    d. Ada, dialirkan ke selokan tertutup (saluran 3 75

    kota) untuk diolah lebih lanjut.    

4 Sarana a. Tidak ada. 0  

  Pembuangan b. Ada, tetai tidak kedap air dan tidak ada tutup 1  

  Sampah c. Ada, kedap air dan tidak tertutup 2 50

  (Tempat d. Ada, kedap air dan tertutup. 3  

  sampah)      

56

Page 57: PRESUS IKK PaulinaM22.docx

HT 90th 2012Jantung 44th 1982

III PERILAKU    44

  PENGHUNI    

1 Membuka a. Tidak pernah dibuka 0  

  Jendela kamar b. Kadang-kadang 1  

    c. Setiap hari dibuka. 2 0

2 Membuka a. Tidak pernah dibuka 0  

  Jendela ruang b. Kadang-kadang 1  

  keluarga c. Setiap hari dibuka. 2 44

3 Membersihkan a. Tidak pernah dibuka 0  

  rumah dan ha- b. Kadang-kadang 1 88

  laman c. Setiap hari. 2  

4 Membuanga. Dibuang sembarangan (sungai, Kolam/kebun

dll) 0  

  tinja bayi dan b. Kadang-kadang ke jamban 1  

 

balita ke

jamban c. Setiap hari dibuang ke jamban. 2 88

5

Membuang

sam-a. Dibuang sembarangan (sungai, Kolam/kebun

dll) 0  

 

pah pada

tempat b. Kadang-kadang ke tempat sampah 1  

  sampah c. Setiap hari dibuang ke tempat sampah 2 88

         

TOTAL HASIL PENILAIAN   943

         

STATUS RUMAH SEHAT Rumah tidak sehat

Penetapan skor kategori rumah sehat sebagai berikut :

Cara menghitung hasil penilaian = nilai x bobot

Rumah sehat : 1.068 s.d 1200

Rumah tidak sehat : < 1.068

Pada pasien termasuk kedalam kategori rumah tidak sehat

C. FAMILY ASSESSMENT TOOLS

1. Family Genogram

Keluarga Bp. S Dibuat tanggal 12 Desember 2014

57

Page 58: PRESUS IKK PaulinaM22.docx

Keterangan :

: pasien

: meninggal

DM : Diabetes mellitus

C : care giver

D : Decision maker

JT : Jantung

Anggota keluarga dalam satu rumah

Nama Kedudukan Jenis kelamin Pendidikan Pekerjaan

Ny. E

(pasien

)

Ibu P SMA Ibu rumah tangga

Nn. R Anak 1 P SMA Wirausaha

A.M Anak 2 P S1 Mahasiswi

R.A Anak 2 L S1 Mahasiswa

A.L Anak 3 P SMA Pelajar

2. Family Map

58

Anak 1

Anak 3

: Laki-laki

: Perempuan

B : Breadwinner

------ : Tinggal satu rumah

HT : hipertensi GB : Getah bening

Page 59: PRESUS IKK PaulinaM22.docx

Keterangan : : Fungsional

: disfungsional

---------- : acuh tak acuh

: Pasien

Pasien memiliki hubungan yang kurang baik dengan anak pertama, pasien

sering berselisih paham dengan anaknya. Hubungan dengan anak ke 2, 3

dan 4 baik.

3. Bentuk Keluarga

Bentuk keluarga pasien adalah keluarga orang tua tunggal (single parent

family).

4. Nilai APGAR

APGAR keluarga merupakan salah satu cara yang digunakan untuk

mengukur sehat/tidaknya suatu keluarga yang dikembangkan oleh Rusen,

Geyman dan Leyton, dengan menilai 5 fungsi pokok keluarga/tingkat

kesehatan keluarga.

KRITERIA PERTANYAAN HAMPIR

SELALU (2)

KADANG-

KADANG

(1)

TIDAK

ADA (0)

ADAPTASI “Bagaimana anggota keluarga

saling membantu satu sama lain

disaat membutuhkan

sesuatu?”Apakah pasien puas

dengan keluarga karena masing-

59

Anak 2Anak 4

Page 60: PRESUS IKK PaulinaM22.docx

masing anggota keluarga sudah

menjalankan kewajiban sesuai

dengan seharusnya?

PARTNERSHIP “Bagaimana anggota keluarga

berkomunikasi satu sama lain

tentang masalah-masalah tertentu

seperti liburan, finansial,

pengeluaran yang besar dan

masalah pribadi?” Apakah pasien

puas dengan keluarga karena

dapat membantu memberikan

solusi terhadap permasalahan

yang dihadapi ?

PERTUMBUHAN “Bagaimana perubahan anggota

keluarga selama tahun-tahun

terakhir, apakah pasien diberi

kebebasan untuk

mengembangkan diri? “

Apakah pasien puas dengan

kebebasan yang diberikan

keluarga untuk mengembangkan

kemampuan pasien miliki?

KASIH SAYANG ”Apakah jika pasien sakit,

keluarganya memberi perhatian,

perduli, dan menunjukkan kasih

sayangnya dengan

merawat?”Apakah pasien puas

dengan kehangatan yang

diberikan keluarga?

KEBERSAMAAN “Bagaimana anggota Keluarga

anda berbagi waktu, ruang, dan

60

Page 61: PRESUS IKK PaulinaM22.docx

uang?”

Apakah pasien puas dengan

waktu yang disediakan keluarga

untuk menjalin kebersamaan

TOTAL 7

Skor klasifikasi APGAR :

8-10 Fungsi keluarga baik

4-7 Disfungsi keluarga sedang

0-3 Disfungsi keluarga berat

Berdasarkan hasil penilaian APGAR kesimpulannya fungsi keluarga

kurang sehat / disfungsi keluarga sedang .

5. FAMILY SCREEM

ASPEK SUMBER DAYA PATOLOGI

SOCIAL Pasien sering konflik dengan

anak pertamanya. Pasien tidak

terlalu suka bersosialisasi

dengan tetangga –

tetangganya, karena merasa

tidak nyaman dan sering

berkonflik dengan

tetangganya

CULTURAL Pasien dan keluarga tidak

mempercayai mitos-mitos

kesehatan yang tidak jelas

kebenarannya. Pasien dan

keluarga memahami bahwa

penyakitnya bukan karena

pengaruh hal gaib.

61

Page 62: PRESUS IKK PaulinaM22.docx

RELIGIUS Keluarga pasien beragama

islam dan taat beribadah

ECONOMY Untuk memenuhi kebutuhan

makan sehari – hari pasien

hanya bergantung dari hasil

kerja berjualan anak

pertamanya yang

penghasilannya tidak tentu

setiap bulannya. Penghasilan

500.000 -1.000.000 tersebut

dirasa kurang cukup untuk

kebutuhan sehari-hari. Pasien

hampir tak bisa menabung

untuk kebutuhan lainnya.

EDUCATION Pasien adalah lulusan

SMA. Pemahaman pasien

terhadap penyakitnya baik.

MEDICAL Jika sakit pasien langsung

ke puskesmas, letaknya

yang sangat dekat dan

aksesnya mudah. Pasien

memiliki jaminan

kesehatan

6. FAMILY LIFE CYCLE

Family life cycle perlu diketahui untuk mengetahui rangkaian kejadian pada

kehidupan keluarga yang berurutan, yang terorientasi secara kronologis dan

terprediksi. Terdapat 6 tahap siklus hidup keluarga :

Dewasa dan belum menikah

Tahap awal perkawinan

62

Page 63: PRESUS IKK PaulinaM22.docx

Tahap keluarga dengan anak-anak

Tahap keluarga dengan anak-anak dewasa

Tahap keluarga dengan anak-anak meninggalkan rumah

Tahap keluarga usia lanjut

Siklus keluarga pada pasien ini termasuk tahapan keempat yakni tahap

keluarga dengan anak-anak dewasa.

7. Family life line

Tahun Usia Life event/crisis Severity of

illness

1972 12 th Trauma kepala Stresor

psikologis

1982 17 th Terdiagnosis Vertigo

1982 22 th Ayah meninggal

1984 24 th Menikah -

1985 25 th Anak pertama lahir -

1992 32 th Anak kedua lahir -

1993 33 th Anak ketiga lahir -

1996 36 th Anak keempat lahir -

2007 48 th Suami meninggal

2012 53 th Ibu meninggal

D. DIAGNOSIS HOLISTIK:

Vertigo sentral pada janda paruh baya dengan status gizi berlebih tidak bekerja status dengan sosial ekonomi rendah serta fungsi keluarga kurang sehat dalam rumah tangga tidak berperilaku hidup bersih dan sehat

E. MANAGEMENT KOMPREHENSIF

1. Promotif

63

Page 64: PRESUS IKK PaulinaM22.docx

Edukasi pada pasien dan anggota keluarga pasien (melibatkan minimal 1

anggota keluarga) tentang :

a. Penyakitnya : penyebab, gejala, komplikasi dan pengelolaan

penyakitnya

b. Pentingnya modifikasi gaya hidup dalam pengelolaan

penyakitnya dan untuk menurunkan berat badan

c. Perlunya dukungan keluarga kepada pasien dalam menghadapi

penyakitnya dan mendukung pengobatan pasien

2. Preventif

a. Pentingnya melakukan Perilaku hidup bersih dan sehat.

b. Pengaturan gaya hidup, pola makan dengan mengkonsumsi sayur –

sayuran dan buah – buahan tiap harinya.

c. Mengatur aktivitas fisik/ olahraga teratur yaitu aerobic ringan

seperti berjalan (+/- 30 menit/hari, 4 – 5 hari seminggu)

d. Mengatur pola istirahat, yaitu istirahat yang cukup 6 – 8 jam/hari.

e. Manajemen stress yang baik

f. Melakukan latihan – latihan ringan untuk mengatasi dan

mengadaptasi diri terhadap gangguan keseimbangan sehingga

dapat melatih meningkaykan kemampuan keseimbangan. Contoh

lahitannya :

a. Berdiri tegak dengan mata dibuka, kemudian dengan mata

ditutup

b. Olahraga yang menggerakkan kepala (gerakkan rotasi,

fleksi, ekstensi, gerak miring)

c. Melirikkan mata kearah horizontal dan vertikal.

3. Kuratif

Pada pasien ini diberikan obat Betahistine 2 x 1, yaitu merupakan

antihistamin yang memiliki antivertigo juga memiliki aktivitas

antikholinergik.

64

Page 65: PRESUS IKK PaulinaM22.docx

4. Rehabilitatif

Tidak dilakukan pada pasien ini

5. Palliatif

Belum perlu dilakukan pada pasien ini

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Berdasarkan hasil laporan kasus, analisis catatan medis, dan kunjungan

rumah dapat ditarik kesimpulan bahwa diagnosis holistik pasien yaitu

Vertigo sentral pada janda paruh baya dengan status gizi berlebih

tidak bekerja dengan status dengan sosial ekonomi rendah serta fungsi

keluarga kurang sehat dalam rumah tangga tidak berperilaku hidup

bersih dan sehatterhadap penyakitnya.

2. Penyakit vertigo yang dialami oleh pasien dapat mengganggu fungsi

pasien dalam keluarga.

3. Dokter keluarga melalui puskesmas dapat menjadi salah satu bagian

yang berperan dalam menangani kasus vertigo sentral secara holistik,

mulai dari promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.

B. SARAN

1. Bagi mahasiswa

a. Berusaha lebih memperdalam dan menerapkan ilmu-ilmu kedokteran

65

Page 66: PRESUS IKK PaulinaM22.docx

keluarga dalam menganalisis pasien maupun keluarga pasien.

b. Meningkatkan profesionalisme dalam menjalankan tugas sebagai

pengalaman sebelum terjun secara langsung ke dalam masyarakat.

2. Bagi puskesmas

a. Terus melakukan pelayanan kesehatan kepada masyarakat secara

menyeluruh dengan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.

b. Terus melakukan kerja sama dalam bidang pendidikan ilmu

kesehatan dengan instansi-instansi pendidikan agar terdapat kerja

sama yang saling menguntungkan kedua belah pihak.

66

Page 67: PRESUS IKK PaulinaM22.docx

DAFTAR PUSTAKA

1. Sura, DJ, Newell, S. 2010. Vertigo- Diagnosis and management in primary care, Journal : BJMP

2010;3(4):a351.

2. Lempert, T, Neuhauser, H. 2009. Epidemiology of vertigo, migraine and vestibular migraine.

Journa l of Nerology 2009:25:333-338.

3. Labuguen, RH. 2006. Initial Evaluation of Vertigo . Journal : American Family Physician

January 15, 2006 , Volume 73, Number 2.

4. Wibowo, Daniel S. 2009. Anatomi Tubuh Manusia. .Singapore : Elsevier.

5. Arsyad Soepardi, Efiaty, dkk. 2010. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung tenggorokan

Kepal & Leher. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

6. Marril, KA. Central Vertigo. WebMD LLC. 21 Januari 2011. Diunduh tanggal 13 Desember

2014. http://emedicine.medscape.com/article/794789-clinical#a0217.

7. Turner, B, Lewis, NE. 2010. Symposium Neurology :Systematic Approach that Needed for

establish of Vetigo. The Practitioner Journal September 2010 - 254 (1732): 19-23.

8. Mark, A. 2008. Symposium on Clinical Emergencies: Vertigo Clinical Assesment and Diagnosis.

British Journal of Hospital Medicine, June 2008, Vol 69, No 6.

9. Kovar, M, Jepson, T, Jones, S. 2006. Diagnosing and Treating: Benign

10. Paroxysmal Positional Vertigo . Journal Gerontological of Nursing. December:2006 .

11. Antunes MB. CNS Causes of Vertigo. WebMD LLC. 10 September 2009. Diunduh tanggal 13

Desember 2014. Diunduh dari http://emedicine.medscape.com/article/884048-overview#a0104.

12. Chain, TC.2009. Practical Neurology 3rd edition: Approach to the Patient with Dizziness and

Vertigo. Illnois Journal :Wolter kluwerlippincot William and wilkins.

67

Page 68: PRESUS IKK PaulinaM22.docx

13. Swartz, R, Longwell, P. 2005. Treatment of Vertigo. Journal of American Family Physician

March 15,2005:71:6.

68