119021566 Hipotermia Pada Bayi Baru Lahir

23
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipotermi merupakan suatu keadaan dimana suhu tubuh berada di bawah nilai normal (36,5 – 37,5 ° C). Sejak awal tahun 1900-an, hipotermi menjadi masalah yang penting pada bayi baru lahir, karena bayi baru lahir belum mampu menyesuaikan suhu tubuhnya dengan baik. Hipotermi telah diketahui menjadi salah satu penyebab kesakitan dan kematian pada bayi baru lahir hampir di setiap benua di dunia. Bayi baru lahir memiliki kemampuan yang belum sempurna dalam termoregulasi suhu tubuhnya sehingga perlu dilindungi dari udara dingin dan panas. Sebagai lini pertama pelayanan kesehatan, dokter umum diharapkan memiliki kompetensi yang memadai mengenai hipotermi pada bayi baru lahir ,sehingga dapat memberikan pelayanan yang maksimal sekaligus melakukan promosi dan prevensi hipotermi pada bayi baru lahir.

Transcript of 119021566 Hipotermia Pada Bayi Baru Lahir

Page 1: 119021566 Hipotermia Pada Bayi Baru Lahir

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hipotermi merupakan suatu keadaan dimana suhu tubuh berada di bawah nilai normal

(36,5 – 37,5 ° C). Sejak awal tahun 1900-an, hipotermi menjadi masalah yang penting pada

bayi baru lahir, karena bayi baru lahir belum mampu menyesuaikan suhu tubuhnya dengan

baik. Hipotermi telah diketahui menjadi salah satu penyebab kesakitan dan kematian pada

bayi baru lahir hampir di setiap benua di dunia.

Bayi baru lahir memiliki kemampuan yang belum sempurna dalam termoregulasi

suhu tubuhnya sehingga perlu dilindungi dari udara dingin dan panas. Sebagai lini pertama

pelayanan kesehatan, dokter umum diharapkan memiliki kompetensi yang memadai

mengenai hipotermi pada bayi baru lahir ,sehingga dapat memberikan pelayanan yang

maksimal sekaligus melakukan promosi dan prevensi hipotermi pada bayi baru lahir.

Page 2: 119021566 Hipotermia Pada Bayi Baru Lahir

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Aspek Termoregulasi pada Bayi Baru Lahir

Termoregulasi adalah kemampuan untuk menyeimbangkan antara produksi panas dan

hilangnya panas dalam rangka menjaga suhu tubuh agar tetap dalam keadaan normal.

Kemampuan ini sangatlah terbatas pada bayi baru lahir. Suhu normal terjadi jika ada

keseimbangan antara produksi panas dan hilangnya panas.

Keseimbangan panas mengacu kepada hukum kekekalan energi, dimana dalam

kondisi ekuilibrium, produksi panas seimbang dengan kehilangan panas. Bila produksi

meningkat, maka suhu tubuh akan meningkat sampai tercapai kembali ekuilibrium dan

sebaliknya. Bayi baru lahir memproduksi panas tubuhnya melalui aktivitas metabolik di

seluruh jaringan tubuh. Produksi panas ini digambarkan dalam unit kilokalori per m2 luas

permukaan tubuh. Nilai maksimumnya akan mencapai 50 kkal/m2/jam pada usia 3-6 bulan

yang akan konstan sampai usia kanak-kanak hingga dewasa. Bayibaru lahir juga memiliki

kemampuan yang bervariasi dalam meningkatkan produksi panas sebagai respon terhadap

stresor berupa suhu dinginterutama pada bayi dengan berat badan lahir rendah.

Sama halnya dengan manusia dewasa, bayi baru lahir memiliki respon terhadap suhu

lingkungan baik secara fisiologis maupun tingkah laku. Normalnya terhadap suhu lingkungan

yang dingin, bayi akan meningkatkan produksi panas dengan tidak melakukan aktivitas fisik

seperti menggigil. Bayi baru lahir bergantung pada lemak coklat yang memiliki aktivitas

metabolik, tersimpan di antara skapula (superfisial) dan di sepanjang aorta. Sebagai respon

terhadap dingin, katekolamin akan dilepaskan lalu merangsang lemak coklat secara langsung

dengan menstimulasi terjadinya fosforilasi oksidatif untuk selanjutnya melepaskan energi

dalam bentuk panas. Bayi baru lahir memiliki kemampuan untuk meningkatkan lebih dari

dua kali lipat produksi panasnya dengan cara ini. Selain lemak coklat, vasokonstriksi

pembuluh darah perifer juga terjadi sebagai respon terhadap dingin dan ini terbatas pada bayi

prematur. Perlu diketahui bahwa mekanisme termoregulasi tanpa menggigil ini hanya terjadi

pada 12 jam pertama.

Mekanisme tingkah laku bayi baru lahir berbeda dengan anak dan dewasa. Bila

terpapar suhu dingin, bayi baru lahir dapat terus tertidur, meskipun posisinya akan fleksi

untuk mengurangi kehilangan panas dan ini juga berlaku pada bayi prematur.

2

Page 3: 119021566 Hipotermia Pada Bayi Baru Lahir

Karena adanya keterbatasan ini, maka seorang bayi baru lahir harus dapat dijaga

suhunya dibawah suhu lingkungan yang netral. Suhu kulit normal dari seorang bayi baru lahir

adalah 36,0 - 36,5°C. Suhu inti (rektal) normal adalah 36,5-37,5°C. Suhu aksila mungkin

dapat 0,5 - 1°C lebih rendah dari suhu inti.

2.2. Definisi Hipotermi pada Bayi Baru Lahir

Hipotermi pada bayi baru lahir adalah suatu keadaan dimana bayi baru lahir memiliki

suhu tubuh dibawah 36,50C (97,70F) pada pengukuran di aksila, dengan klasifikasi yakni

hipotermi ringan 36-36.50C (96,8-97,70F), hipotermi sedang 32-360C (89,6-96,80F), dan

hipotermi berat dibawah 320C (89,60F).

Klasifikasi hipotermi yakni hipotermi ringan dengan suhu 36-36.50C atau 96,8-97,70F,

hipotermi sedang dengan suhu 32-360C atau 89,6-96,80F, dan hipotermi berat dengan suhu di

bawah 320C atau 89,60F.

Bayi yang lahir preterm memiliki predisposisi untuk terjadinya kehilangan panas

karena mereka memiliki lemak subkutan yang lebih sedikit, tingginya rasio permukaan tubuh

terhadap berat badan dan kurangnya glikogen serta lemak coklat yang tersimpan. Namun,

secara fisiologis, bayi memiliki postur hipotonik (seperti katak) yang menyebabkan proporsi

kulit terpapar area dingin lebih berkurang.

2.3 Mekanisme Hipotermi pada Bayi Baru Lahir

Suhu di dalam rahim ibu adalah sekitar 38°C. Saat lahir, bayi baru lahir akan berada

pada lingkungan yang lebih dingin sehingga dapat mengalami kehilangan panas secara tiba-

tiba. Penurunan suhu tubuh bayi terjadi pada menit-menit pertama setelah lahir. Dalam 10-20

menit, bayi baru lahir yang tidak terlindungi, dapat mengalami penurunan suhu tubuh sekitar

2 - 4°C, bahkan bisa lebih bila tidak diberikan perawatan yang memadai. Hal inilah yang

nantinya akan memicu terjadinya hipotermi.

Hipotermi dapat disebabkan oleh karena terpapar dengan lingkungan yang dingin

(suhu lingkungan rendah, permukaan yang dingin atau basah) atau bayi dalam keadaan basah

atau tidak berpakaian. Selain itu, bayi baru lahir memiliki fungsi termoregulasi yang sangat

terbatas untuk menyesuaikan suhu tubuhnya dengan lingkungan di luar rahim ibu. Kegagalan

termoregulasi akan menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya hipotermi.

Mekanisme-mekanisme yang menyebabkan terjadinya hipotermi diuraikan sebagai berikut :

3

Page 4: 119021566 Hipotermia Pada Bayi Baru Lahir

1. Penurunan produksi panas

Pusat pengaturan suhu tubuh berada pada hipotalamus, tepatnya di area preoptik yang

mengandung sejumlah besar neuron yang sensitif terhadap panas dan diyakini berperan

penting sebagai sensor suhu untuk mengontrol suhu tubuh. Hipotalamus juga berperan

penting dalam mengontrol kinerja kelenjar lain, seperti kelenjar pituitari yang nantinya akan

mensekresikan hormon-hormon pemicu sekresi kelenjar tiroid dan adrenal. Sebagai

lanjutannya, tiroid dan adrenal berperan penting dalam menghasilkan hormon-hormon yang

berhubungan erat dengan peningkatan metabolisme sebagai salah satu sarana produksi panas

tubuh sehingga dapat dimengerti bahwa bila terjadi kegagalan dalam sistem endokrin dan

terjadi penurunan metabolisme basal tubuh, akan diikuti dengan penurunan produksi panas,

misalnya pada keadaan disfungsi kelenjar tiroid, adrenal ataupun pituitaria.

Sebagai contoh, pada bayi baru lahir dengan disfungsi kelenjar tiroid atau yang lebih

dikenal sebagai hipotiroid kongenital akan mengalami salah satu gejala klinis berupa suhu

rektal yang rendah, yakni < 35,5°C dalam 0 – 45 jam pasca lahir. Hal ini disebabkan karena

tidak berfungsi dengan baiknya kelenjar tiroid yang mensistesis hormon-hormon tiroid, yakni

triiodotironin (T3) dan tetraiodotironin (T4 = tiroksin). Hormon ini akan merangsang

metabolisme jaringan yang meliputi konsumsi oksigen, produksi panas tubuh, fungsi syaraf,

metabolisme protein, karbohidrat, lemak dan vitamin serta kerja daripada hormon-hormon

lain.

2. Peningkatan panas yang hilang

Terjadi bila panas tubuh berpindah ke lingkungan sekitar,dn tubuh kehilangan

panas.Luas permukaan tubuh bayi baru lahir kira-kira tiga kali luas permukaan tubuh orang

dewasa dengan lapisan lemak di bawah kulit yang lebih tipis, terutama pada bayi dengan

berat badan lahir rendah. Bayi baru lahir diduga 4 kali lebih cepat kehilangan panas daripada

orang dewasa. Suhu kulit bayi baru lahir akan menurun 0,3°C melalui pengukuran di aksila

atau 0,1°C via pengukuran di rektal ketika bayi baru lahir berada di ruangan bersalin dengan

suhu 20 – 25°C. Penurunan suhu tubuh bayi baru lahir sekitar 2 – 3°C, akan setara dengan

kehilangan kalori sebesar 200 kalori/kgBB.1

Mekanisme kehilangan panas ini dapat diuraikan sebagai berikut :

4

Page 5: 119021566 Hipotermia Pada Bayi Baru Lahir

Gambar 1. Mekanisme kehilangan panas pada bayi baru lahir.

Konduksi

Yaitu perpindahan panas yang terjadi sebagai akibat perbedaan suhu antara kedua

obyek. Kehilangan panas terjadi saat kontak langsung antara kulit bayi baru lahir dengan

permukaan yang lebih dingin. Sumber kehilangan panas terjadi pada bayi baru lahir yang

berada pada permukaan atau alas dingin, seperti pada waktu proses penimbangan. Konduksi

ini juga dapat terjadi bila bayi baru lahir memakai selimut yang dingin atau pakaian yang

basah. Akan tetapi, jumlah panas yang hilang pada bayi baru lahir akibat konduksi ini

cenderung sedikit dan dapat diabaikan.

Konveksi

Konveksi merupakan transfer panas yang terjadi secara sederhana dari selisih suhu

antara permukaan kulit bayi dan aliran udara yang dingin di permukaan tubuh bayi sehingga

sangat ditentukan oleh perbedaan suhu antara udara dan bayi. Kehilangan panas secara

konveksi ini juga bergantung pada kecepatan udara sekitar. Semakin cepat udara yang

melewati permukaan tubuh bayi, maka penyekat antara bayi dan udara akan hilang sehingga

kehilangan panas akan meningkat. Sumber kehilangan panas disini dapat berupa inkubator

dengan jendela yang terbuka, ruangan perawatan yang dingin dan pada waktu proses

transportasi bayi baru lahir ke rumah sakit.

Radiasi

Radiasi adalah proses perpindahan panas dari suatu objek panas ke objek dingin yang

ada di sekitar, misalnya dari bayi dengan suhu yang hangat dikelilingi suhu lingkungan yang

lebih dingin. Sumber kehilangan panas dapat berupa suhu lingkungan yang dingin atau suhu

inkubator yang dingin atau bayi yang telanjang dalam kamar bersalin saat baru lahir dan

langsung terpapar ruangan dingin.

5

Page 6: 119021566 Hipotermia Pada Bayi Baru Lahir

Evaporasi

Saat air menguap dari tubuh bayi, panas juga ikut terbuang. Setiap ml air yang

menguap akan membawa 560 kalori panas. Dalam kondisi normal, evaporasi pada bayi aterm

terjadi sebanyak seperempat bagian dari keseluruhan produksi panas saat istirahat. Evaporasi

ini mencakup yang keluar melalui saluran nafas dan difusi pasif air melalui epidermis

(transepidermal water loss/TEWL). Bayi prematur memiliki TEWL yang lebih besar

daripada bayi aterm, sekitar 6 kali per unit area permukaan kulit pada bayi preterm usia 26

minggu.

Evaporasi juga dapat meningkat melalui alat pemanas dan fototerapi secara tidak

langsung, melalui peningkatan suhu permukaan, kecepatan aliran udara dan kelembaban lokal

yang rendah, sehingga pemakaian alat pemanas dan fototerapi ini perlu dibarengi dengan

pencegahan tertentu misalnya dengan pemakaian selimut plastik atau lembaran plastik bening

yang akan mengurangi TEWL hingga 75 % .

3. Kegagalan termoregulasi

Kegagalan termoregulasi secara umum disebabkan kegagalan hipotalamus dalam

menjalankan fungsinya dikarenakan berbagai penyebab. Keadaan hipoksia intrauterin /saat

persalinan/postpartum, defek neurologik dan paparan obat prenatal (analgesik/anestesi) dapat

menekan respon neurologik bayi dalam mempertahankan suhu tubuhnya. Bayi sepsis akan

mengalami masalah dalam pengaturan suhu dapat menjadi hipotermi atau hipertermi.

2.4. Dampak Hipotermi

Saat adanya penurunan produksi panas dapat muncul kompensasi pengumpulan

produksi panas melalui peningkatan laju metabolik yang meliputi ketidakcukupan suplai

oksigen akibat peningkatan konsumsi oksigen, hipoglikemi sekunder akibat deplesi

penyimpanan glikogen, asidosis metabolik karena hipoksia dan vasokonstriksi perifer,

hambatan pertumbuhan, apneu dan hipertensi pulmonal sebagai akibat asidosis dan hipoksia.

Ketika kompensasi terhadap hilangnya panas tubuh yang berlebihan terlewati maka

akan terjadilah hipotermi. Gangguan pembekuan seperti disseminated intravascular

coagulation dan perdarahan pulmonal dapat terjadi pada hipotermi berat dan syok sebagai

hasil dari pengurangan tekanan arteri sistemik, volume plasma, curah jantung, perdarahan

intraventrikel dansinus bradikardi berat.

6

Page 7: 119021566 Hipotermia Pada Bayi Baru Lahir

2.5. Diagnosis dan Klasifikasi Hipotermi

Hipotermi ditandai dengan akral dingin, bayi tidak mau minum, kurang aktif, kutis

marmorata, pucat, takipneu dan takikardia. Hipotermi yang berkepanjangan akan

menyebabkan terjadinya peningkatan konsumsi oksigen, respiratory distress, gangguan

keseimbangan asam basa, hipoglikemi, defek koagulasi, sirkulasi fetal persisten, gagal ginjal

akut, enterokolitis nekrotikan dan pada keadaan yang berat akan menyebabkan kematian.

Diagnosis hipotermi ditegakkan dengan pengukuran suhu baik suhu tubuh atau kulit

bayi. Pengukuran suhu ini sangat bermanfaat sebagai salah satu petunjuk penting untuk

deteksi awal adanya suatu penyakit.Pengukurannya dapat dilakukan melalui aksila,rektal atau

kulit.

Pengukuran suhu melalui aksila merupakan prosedur pengukuran suhu bayi yang

dianjurkan karena mudah, sederhana dan aman. Pengukuran melalui rektal hanya dilakukan

satu kali saja, yaitu waktu bayi baru lahir, karena sekaligus bermanfaat sebagai tes skrining

untuk mengetahui adanya anus imperforatus. Pengukuran suhu rektal tidak dilakukan sebagi

prosedur pemeriksaan yang rutin kecuali pada bayi-bayi sakit.

Kesempatan untuk bertahan hidup pada bayi baru lahir ditandai dengan keberhasilan

usahanya dalam mencegah hilangnya panas dari tubuh. Untuk itu, bayi baru lahir haruslah

dirawat dalam lingkungan suhu netral (Neutral Thermal Environment/NTE).

Tabel 1. Klasifikasi Hipotermi

Anamnesis Pemeriksaan Klasifikasi

Bayi terpapar suhu

lingkungan yang

rendah

Waktu timbulnya

kurang dari 2 hari

Suhu tubuh 32-

36,4°C

Gangguan nafas

Denyut jantung <

100 kali /menit

Malas minum

Letargi

Hipotermi sedang

Bayi terpapar suhu

lingkungan yang

rendah.

Waktu timbulnya

kurang dari 2 hari

Suhu tubuh < 32°C

Tanda hipotermia

sedang

Kulit teraba keras

Nafas pelan dan

Hipotermi berat

7

Page 8: 119021566 Hipotermia Pada Bayi Baru Lahir

dalam

Tidak terpapar dengan

dingin atau panas yang

berlebihan

Suhu tubuh

berfluktuasi 36-

39°C meskipun

berada di suhu

lingkungan yang

stabil

Fluktuasi terjadi

setelah periode suhu

stabil

Suhu tidak stabil

(pertimbangkan sepsis)

2.6.Tatalaksana Hipotermi

Berdasarkan klasifikasinya, tatalaksana hipotermi secara rinci dapat dijelaskan

sebagai berikut :

A. Hipotermi berat

1. Segera hangatkan bayi dibawah pemancar panas yang telah dinyalakan sebelumnya,

bila mungkin. Gunakan inkubator atau ruangan hangat, bila perlu

2. Ganti baju yang dingin dan basah bila perlu. Beri pakaian yang hangat, pakai topi dan

selimut dengan selimut hangat.

3. Hindari paparan panas yang berlebihan dan posisi bayi sering diubah.

4. Bila bayi dengan gangguan nafas (frekuensi nafas lebih dari 60 atau kurang dari30

kali/menit, tarikan dinding dada, merintih saat ekspirasi ), lakukan manajemen

gangguan nafas.

5. Pasang jalur IV dan beri cairan IV sesuai dengan dosis rumatan, dan infus tetap

terpasang dibawah pemancar panas, untuk menghangatkan cairan

6. Periksa kadar glukosa darah, bila kadar glukosa darah kurang dari 45 mg/dl, tangani

hipoglikemi.

7. Nilai tanda kegawatan bayi (misalnya gangguan nafas, kejang atau tidak sadar) setiap

jam dan nilai juga kemampuan minum setiap 4 jam sampai suhu tubuh kembali dalam

batas normal.

8. Ambil sampel darah dan beri antibiotik sesuai dengan yang disebutkan dalam

penanganan kemungkinan besar sepsis.

9. Anjurkan ibu menyusui segera setelah bayi siap :

8

Page 9: 119021566 Hipotermia Pada Bayi Baru Lahir

Bila bayi tidak dapat menyusu, beri ASI peras dengan menggunakan salah satu

alternatif cara pemberian minum

Bila bayi tidak dapat menyusu sama sekali, pasang pipa lambung dan beri ASI peras

begitu suhu bayi mencapai 35°C.

10. Periksa suhu tubuh bayi setiap jam. Bila suhu naik paling tidak 0,5°C/jam, berarti

upaya menghangatkan berhasil, kemudian lanjutkan dengan memeriksa suhu bayi

setiap 2 jam.

11. Periksa juga suhu alat yang dipakai untuk menghangatkan dan suhu ruangan setiap

jam.

12. Setelah suhu bayi normal :

Lakukan perawatan lanjutan untuk bayi

Pantau bayi selama 12 jam kemudian dan ukur suhunya setiap 3 jam.

13. Pantau bayi selama 24 jam setelah penghentian antibiotika. Bila suhu bayi tetap dalam

batas normal dan bayi minum dengan baik dan tidak ada masalah lain yang

memerlukan perawatan di rumah sakit, bayi dapat dipulangkan dan nasehati ibu

bagaimana cara menjaga agar bayi tetap hangat selama di rumah.

B. Hipotermi sedang

1. Ganti pakaian yang dingin atau basah dengan pakaian yang hangat, memkai topi dan

selimuti dengan selimut hangat.

2. Bila ada ibu / pengganti ibu, anjurkan menghangatkan bayi dengan melakukan kontak

kulit dengan kulit atau perawatan bayi lekat (Kangaroo Mother Care)

3. Bila ibu tidak ada :

Hangatkan kembali bayi dengan menggunakan alat pemancar panas, gunakan

inkubator dan ruangan hangat, bila perlu

Periksa suhu alat dan suhu ruangan, beri ASI peras dengan menggunakan salah

satu alternatif cara pemberian minum dan sesuaikan pengatur suhu.

Hindari paparan panas yang berlebihan dan posisi bayi lebih sering diubah.

4. Anjurkan ibu untuk menyusui lebih sering. Bila bayi tidak dapat menyusu, berikan

ASI peras menggunakan salah satu alternatif cara pemberian minum.

5. Mintalah ibu untuk mengamati tanda kegawatan (misalnya gangguan nafas, kejang,

tidak sadar) dan segera mencari pertolongan bila terjadi hal tersebut.

6. Periksa kadar glukosa darah, bila <45 mg/dl, tangani hipoglikemia.

9

Page 10: 119021566 Hipotermia Pada Bayi Baru Lahir

7. Nilai tanda kegawatan, misalnya gangguan nafas, bila ada tangani gangguan nafasnya

8. Periksa suhu tubuh bayi setiap jam, bila suhu naik minimal 0,5°C/jam, berarti usaha

mengahangatkan berhasil, lanjutkan memeriksa suhu tiap 2 jam.

9. Bila suhu tidak naik, atau naik terlalu pelan, kurang 0,5°c/jam, cari tanda sepsis.

10. Setelah suhu tubuh normal :

Lakukan perawatan lanjutan

Pantau bayi selama 12 jam berikutnya, periksa suhu tiap 3 jam.

11. Bila suhu tetap dalam batas normal dan bayi dapat minum dengan baik serta tidak ada

masalah lain yang memerlukan perawatan di rumah sakit, bayi dapat dipulangkan.

Nasihati ibu cara menghangatkan bayi di rumah.

2.7. Pencegahan Hipotermi dengan 10 Langkah Proteksi Termal

Sepuluh langkah proteksi termal adalah serangkaian tindakan yang dilakukan pada

bayi baru lahir dengan tujuan untuk menghindarkan terjadinya stress hipotermi maupun

hipertermi, serta menjaga suhu tubuh bayi tetap berada dalam keadaan normal yaitu antara

36,5-37,0°C.

Langkah ke 1 : Ruang melahirkan yang hangat

Selain bersih, ruang bersalin tempat ibu melahirkan harus cukup hangat dengan suhu

antara 25-28°C serta bebas dari aliran arus udara melalui jendela, pintu ataupun kipas angin.

Selain itu, sarana resusitasi lengkap yang diperlukan untuk pertolongan bayi baru lahir sudah

disiapkan serta harus dihadiri paling tidak 1 orang tenaga terlatih dalam resusitasi bayi baru

lahir sebagai penanggung jawab pada perawatannya.

Langkah ke 2 : Pengeringan segera

Segera setelah lahir, keringkan kepala dan tubuhnya dan segera ganti kain yang basah

dengan kain yang hangat dan kering. Kemudian letakkan di permukaan yang hangat seperti

dada atau perut ibunya atau segera dibungkus dengan pakaian hangat. Kesalahan yang sering

dilakukan adalah konsentrasi penolong kelahiran terutama pada oksigenasi dan tindakan

pompa jantung pada waktu resusitasi sehingga melupakan kontrol terhadap paparan dingin

yang kemungkinan besar terjadi segera setelah bayi dilahirkan.

Langkah ke 3 : Kontak kulit dengan kulit

Kontak kulit dengan kulit adalah cara yang sangat efektif untuk mencegah hilangnya

panas pada bayi baru lahir, baik pada bayi aterm maupun preterm. Dada atau perut ibu,

merupakan tempat yang sangat ideal bagi bayi baru lahir untuk mendapatkan suhu

lingkungan yang tepat. Kontak kulit dengan kulit adalah suatu bentuk sentuhan yang dapat

10

Page 11: 119021566 Hipotermia Pada Bayi Baru Lahir

menstimulasi saraf-saraf yang tidak bermielin pada bayi (ujung saraf C). Nantinya sensasi

sentuhan pada saraf ini akan mengaktivasi korteks insular pada sistem limbik di otak

sehingga dilepaskan neuropeptida seperti kolesistokinin dan opioid yang akan menyebabkan

vasodilatasi kulit. Sentuhan ini juga akan menstimulasi aksis pituitari-tiroid yang akan

meningkatkan metabolisme serta suhu kulit ibu dan bayi. Selanjutnya, kalsitonin lokal dan

hormon pelepas kortikotropin kutan diaktifkan sehingga suhu akan meningkat dan bayi

beserta ibu menjadi lebih hangat.

Cara merujuk bayi dapat melalui teknik KMC (Kangaroo Mother Care) dengan

meletakkan bayi di dada ibunya dimana bayi berada di dalam baju ibu dengan kontak kulit ke

kulit yang adekuat. Bayi tidak memakai pakaian atasan, dapat memakai topi, kaus kaki dan

sarung tangan. Selanjutnya dari luar bayi dapat ditutupi dengan selimut atau kain. Tindakan

ini dapat membuat bayi lebih hangat, lebih mudah disusui dan komplikasi hipoterminya dapat

dikurangi.

Gambar 4. Metode kangguru.

Langkah ke 4 ; Pemberian ASI

Pemberian ASI sesegera mungkin sangat dianjurkan dalam jam-jam pertama

kehidupan bayi baru lahir. Pemberian ASI secara dini dan dalam jumlah yang mencukupi

akan sangat menunjang kebutuhan nutrisi serta berperanan dalam proses termoregulasi bayi

baru lahir. Selain itu, ibu post-partum baik bayinya aterm maupun preterm akan mengalami

kenaikan temperatur payudara. Stimulasi menyusui dini akan meningkatkan produksi

prolaktin yang memicu aktivasi lebih baik dari kelenjar susu. Aktivasi ini selanjutnya akan

11

Page 12: 119021566 Hipotermia Pada Bayi Baru Lahir

memicu efek parasimpatis ke pembuluh darah di payudara sehingga suhunya meningkat dan

dapat menghangatkan bayi sekaligus di saat menyusui.

Gambar 2. Usaha pencegahan kehilangan panas tubuh pada bayi baru lahir.

Langkah ke 5 : Tidak segera memandikan / menimbang bayi

Memandikan bayi dapat dilakukan beberapa jam kemudian (paling tidak setelah 6 jam

) yaitu setelah keadaan bayi stabil. Tindakan memandikan bayi segera setelah lahir akan

menyebabkan terjadinya penurunan suhu tubuh bayi. Mekonium, darah atau sebagian verniks

dapat dibersihkan pada waktu tindakan mengeringkan bayi. Sisa verniks yang masih

menempel di tubuh bayi tidak perlu dibuang. Pembuangan sisa verniks yang masih menempel

akan menyebabkan iritasi kulit juga verniks tersebut masih bermanfaat sebagi pelindung

panas tubuh bayi, dan akan direabsorbsi dalam hari hari pertama kehidupan bayi. Menimbang

bayi dapat ditunda beberapa saat kemudian. Tindakan menimbang dapat menyebabkan

terjadinya penurunan suhu tubuh bayi. Sangat dianjurkan pada waktu menimbang bayi,

timbangan yang digunakan diberi alas kain hangat.

12

Page 13: 119021566 Hipotermia Pada Bayi Baru Lahir

Gambar 3. Cara memandikan bayi.

Langkah ke 6 : Pakaian dan selimut bayi yang adekuat

Secara umum, bayi baru lahir memerlukan beberapa lapis pakaian dan selimut yang

lebih banyak daripada orang dewasa. Pakaian terutama topi, dapat dipakaikan pada bayi,

karena sebagian besar (kurang dari 25 %) kehilangan panas dapat terjadi melalui kepala bayi.

Pakaian dan selimut sebaiknya cukup longgar sehingga memungkinkan adanya lapisan udara

diantara permukaannya sebagai penyangga panas tubuh yang cukup efektif.

Bedong(swaddling) yang biasanya sangat erat sebaiknya dihindarkan. Selain menghilangkan

lapisan udara sebagai penyangga panas, bedong juga meningkatkan risiko terjadinya

pneumonia dan penyakit infeksi saluran nafas lainnya. Hal ini terjadi karena paru bayi tidak

mengembang sempurna pada waktu bernafas.

Pada perawatan bayi preterm selain dengan cara perawatan bayi lekat dengan ibunya,

pakaian dan selimut hangat, penggunaan plastik sebagai selimut pelapis atau meletakkan bayi

dibawah pemancar panas, dilaporkan sangat bermanfaat untuk memperkecil proses

kehilangan panas. Pemakaian matras yang hangat juga dapat dilakukan.Dalam hal ini suhu

tubuh bayi harus selalu dimonitor dengan ketat untuk menghindarkan terjadinya hipertermi.

Bayi yang lahir dari ibu yang menderita demam, mempunyai risiko untuk terjadinya depresi

pernafasan, kejang, palsi serebral atau kematian.

Langkah ke 7 : Rawat gabung

Bayi yang dilahirkan di rumah ataupun di rumah sakit,seyogyanya digabung dalam

tempat tidur yang sama dengan ibunya selama 24 jam penuh dalam ruangan yang cukup

hangat (minimal 25°C). Hal ini sangat menunjang pemberian ASI on demand ,serta

mengurangi resiko terjadinya infeksi nosokomial pada bayi-bayi yang lahir di rumah sakit.

Langkah ke 8 : Transportasi hangat

13

Page 14: 119021566 Hipotermia Pada Bayi Baru Lahir

Apabila bayi perlu segera dirujuk ke rumah sakit atau bagian lain di lingkungan

rumah sakit seperti di ruang rawat bayi atau NICU sangat penting untuk selalu memjaga

kehangatan bayi selama dalam perjalanan. Apabila memungkinkan, rujuklah bayi bersamaan

dengan ibunya dalam perawatan bayi lekat.Hal ini merupakan cara sederhana dan aman. Cara

merujuk bayi dapat melalui teknik KMC (Kangaroo Mother Care) dengan meletakkan bayi

di dada ibunya dimana bayi berada di dalam baju ibu dengan kontak kulit ke kulit yang

adekuat. Bayi tidak memakai pakaian atasan, dapat memakai topi, kaus kaki dan sarung

tangan. Selanjutnya dari luar bayi dapat ditutupi dengan selimut atau kain. Tindakan ini dapat

membuat bayi lebih hangat, lebih mudah disusui dan komplikasi hipoterminya dapat

dikurangi.

Langkah ke 9: Resusitasi hangat

Saat resusitasi, tubuh bayi harus dijaga agar tetap hangat. Bayi-bayi yang mengalami

asfiksia tidak dapat menghasilkan panas yang cukup sehingga berisiko tinggi untuk menderita

hipotermi. Pada waktu melakukan resusitasi di rumah sakit, berikanlah lingkungan yang

hangat dan kering, yaitu dengan meletakkan bayi di bawah alat pemancar panas. Hal ini

merupakan salah satu dari rangkaian prosedur standar resusitasi bayi baru lahir.

Langkah ke 10 : Pelatihan dan sosialisasi rantai hangat

Semua pihak yang terlibat dalam proses kelahiran serta perawatan bayi perlu dilatih

dan diberikan pemahaman tentang prinsip-prinsip serta prosedur yang benar tentang rantai

hangat. Keluarga dan anggota masyarakat yang mempunyai bayi di rumah perlu diberikan

pengetahuan dan kesadaran tentang pentingnya menjaga agar bayinya selalu tetap hangat.

BAB III

14

Page 15: 119021566 Hipotermia Pada Bayi Baru Lahir

PENUTUP

3.1.Kesimpulan

1. Bayi baru lahir memiliki keterbatasan dalam termoregulasi tubuhnya. Pengaturan suhu

tubuh merupakan kombinasi dari keseimbangan antara produksi panas dan pengeluaran

panas, ditunjang oleh faktor lingkungan, hormonal dan lainnya

2. Hipotermi adalah suatu keadaan dimana bayi baru lahir memiliki suhu tubuh di bawah

36,50C (97,70F) pada pengukuran dengan aksila. Klasifikasi hipotermi yakni hipotermi

ringan dengan suhu 36-36.50C atau 96,8-97,70F, hipotermi sedang dengan suhu 32-360C

atau 89,6-96,80F, dan hipotermi berat dengan suhu di bawah 320C atau 89,60F.

3. Mekanisme terjadinya hipotermi meliputi penurunan produksi panas, peningkatan

kehilangan panas (konduksi, konveksi, radiasi, dan evaporasi) dan kegagalan

termoregulasi

4. Pencegahan Hipotermi dengan 10 Langkah Proteksi Termal :

o Langkah ke 1 : Ruang melahirkan yang hangat

o Langkah ke 2 : Pengeringan segera

o Langkah ke 3 : Kontak kulit dengan kulit

o Langkah ke 4 ; Pemberian ASI

o Langkah ke 5 : Tidak segera memandikan / menimbang bayi

o Langkah ke 6 : Pakaian dan selimut bayi yang adekuat

o Langkah ke 7 : Rawat gabung

o Langkah ke 8 : Transportasi hangat

o Langkah ke 9: Resusitasi hangat

o Langkah ke 10 : Pelatihan dan sosialisasi rantai hangat

15

Page 16: 119021566 Hipotermia Pada Bayi Baru Lahir

DAFTAR PUSTAKA

1. Yunanto A. Termoregulasi. Dalam : Kosim MS, Yunanto A, Dewi R, penyunting. Buku Ajar Neonatologi. Edisi 1. Jakarta : Badan Penerbit IDAI ; 2008.h. 89-102

2. Faizi M dan Netty EP. Artikel 2006. Diunduh dariwww.pediatrik.com. Situs resmi SMF Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. Surabaya

3. MarkumAH. Janin dan Neonatus. Dalam : Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak Jilid I. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ; 1991. h. 218-9

16