Download - Presus IKK

Transcript
Page 1: Presus IKK

PRESENTASI KASUS

Diabetes Melitus Tipe II dan Hipertensi Stage I pada Laki-laki Paruhbaya

disertai Masalah Interpersonal dengan Anggota Keluarga dan Tidak

Menerapkan Prinsip Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Dalam Mengikuti Program

Pendidikan Profesi Kedokteran Bagian Ilmu Kedokteran Keluarga

Diajukan Kepada Yth:

Dr. Denny Anggoro Prakoso, Msc

Disusun oleh:

Arya Argamanda

20090310111

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN KELUARGA

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2015

Page 2: Presus IKK

LEMBAR PENGESAHAN

PRESENTASI KASUS

“Diabetes Melitus Tipe II dan Hipertensi pada Laki-laki Paruhbaya disertai

Masalah Interpersonal dengan Anggota Keluarga dan Tidak Menerapkan

Prinsip Perilaku Hidup Bersih dan Sehat”

Telah dipresentasikan pada tanggal: 19 Maret 2015

Yang disetujui oleh:

1

Dosen Pembimbing Kepaniteraan

Ilmu Kedokteran Keluarga

Fakultas Kedokteran Dan Ilmu

Kesehatan Universitas

Muhammadiyah Yogyakarta

dr. Denny Anggoro Prakoso , Msc

Dokter Pembimbing Puskesmas Kota Gede I

dr. Liza Dwipantari A

Page 3: Presus IKK

BAB 1

LAPORAN KASUS

A. IDENTITAS

Nama : Tn. Bokhaidi

Jenis Kelamin : Laki-laki

Umur : 52 tahun

Alamat : Keboan RT 20 RW 05 Purbayan

Agama : Islam

Pekerjaan : Freelance

Kunjungan Puskesmas : 11 Maret 2015

Kunjungan Rumah : 14 Maret 2015

B. ANAMNESIS

a. Keluhan utama

Seorang laki-laki 52 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan lemas

b. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang dengan keluhan badan, tangan dan kaki terasa lemas.

Keluhan tersebut dirasa sejak 1 tahun yang lalu, cukup mengganggu,

sering dirasakan berulang, dan terkadang keluhan berlangsung seharian.

Keluhan bertambah parah apabila pasien beraktivitas lebih berat. Sejak

pasien terdiagnosis Diabetes Melitus dan rutin minum obat, keluhan

tersebut dirasa berkurang. Keluhan lain yang dirasakan pasien berupa

sering mengantuk dan buang air kecil (BAK) di malam hari, terkadang

mengganggu tidur.

c. Riwayat penyakit dahulu

Pasien tidak pernah mengeluhkan penyakit serupa sebelumnya.

Riwayat asma : disangkal

Riwayat alergi obat : disangkal

Riwayat stroke : disangkal

Riwayat penyakit jantung : disangkal

2

Page 4: Presus IKK

Riwayat dislipidemia : disangkal

d. Riwayat Penyakit Keluarga

Ibu pasien telah meninggal dengan diagnosis stroke pada tahun 1968, dan

adik pasien menderita diabetes mellitus.

e. Riwayat pernikahan

Menikah sudah 10 tahun

f. Riwayat Personal Sosial dan Lingkungan

Pekerjaan

Pasien saat ini belum bekerja tetap, sekarang pasien hanya bekerja

apabila ada orang lain yang membutuhkan bantuan saja, misalnya saja

pasien terkadang membantu apabila ada acara disekitar rumahnya.

Sebelum pasien terdiagnosis diabetes mellitus, pasien bekerja sebagai

distributor pakaian dari jogja ke semarang. Sekarang istri pasien

menjadi tulang punggung keluarga, pekrjaan istri pasien adalah penjual

sembako (Sembilan bahan pokok). Pasien dan keluarga merasa cukup

dengan penghasilan sekarang, cukup yang dimaksud pasien adalah

cukup dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari dan membiayai sekolah

anak pasien.

Pendidikan

Pasien merupakan lulusan Sekolah Dasar (SD)

Sosial

Pasien dalam kesehariannya tetap menjaga hubungan yang baik

dengan keluarga dan tetangganya. Apabila terdapat masalah, pasien

dan keluarga berusaha membicarakan untuk mencari solusinya.

Gaya hidup

Pasien ± bangun jam 5 pagi untuk melaksanakan sholat subuh, lalu

pasien membantu istri untuk menyiapkan perlengkapan sekolah

anaknya.

3

Page 5: Presus IKK

Sebelum pasien terdiagnosis diabetes mellitus, pasien terbiasa minum-

minuman dan maka makanan manis sejak remaja, misalnya teh manis

dan kue-kue.

Setelah pasien terdiagnosis DM, pasien perlahan mulai melakukan

perubahan dalam pola makannya. Pasien mulai mengurangi konsumsi

teh manis, dan hingga sekarang pasien suah sama sekali minum teh

manis. Namun untuk porsi nasi, pasien belum bisa disiplin. Selain pola

makan, pasien juga membiasakan untuk meluangkan waktu di pagi

hari untuk olah raga berupa berjalan kaki di sekitar dekat rumahnya.

Review Sistem

Kepala : tidak ada keluhan

Integumentum : tidak ada keluhan

Leher : tidak ada keluhan

Thoraks : tidak ada keluhan

Gastrointestinal : tidak ada keluhan

Urogenital : BAK (+), BAB (+), keluhan lain (-)

Ekstremitas : Lemas, tenaga berkurang

Muskuloskeletal : Lemas, tenaga berkurang

Anamnesis Illness

a. Perasaan

Perasaan yang dirasakan pasien setelah mengerti tentang penyakit yang

dideritanya, pasien merasa malu kepada mertuanya dikarenakan pasien

belum bekerja setelah menderita DM.

b. Pemikiran

Pasien mengerti penyakit yang dideritanya, pasien mengerti bahwa

DM maupun hipertensi tidak bisa disembuhkan, dan pasien menyadari

bahwa hanya dengan mengendalikan gula darahnya serta tekanan

darah maka pasien dapat meningkatkan kualitas hidupnya.

c. Harapan

Pasien mengharapkan bahwa kualitas hidupnya dapat meningkat,

pasien dapat kembali bekerja dengan baik lagi dan memberi pengasilan

4

Page 6: Presus IKK

untuk keluarganya dan diharapkan anggota keluarganya (ibu

mertuanya).

d. Efek terhadap Fungsi

Pasien merasa tidak bisa beraktivitas berat karena keluhan-keluhan

yang dirasakan. Pasien sementara tidak bisa bekerja karena sering

merasakan lemas. Pasien tidak bisa secara langsung memberikan

penghasilan untuk keluarga.

C. PEMERIKSAAN FISIK

1. Keadaan umum

Baik, Compos mentis

2. Vital Sign

Tekanan darah : 150/90 mmHg

Nadi : 88x/menit

Frekuensi napas : 23x/menit

Suhu : 36,6oC

3. Status Antropometri

Berat badan : 49 kg

Tinggi badan : 160 cm

IMT : 19,14 kg/m2 (normal)

4. Kepala

Bentuk kepala : Mesosefal

Rambut : Lurus, warna putih, distribusi tidak merata

5. Mata

Palpebra : Edema (-/-)

Konjungtiva : Anemis (-/-)

Sklera : Ikterik (-/-)

Kornea : Arcus senilis (+/+)

Pupil : Reflek cahaya (+/+), isokor

Pemeriksaan oftalmoskopi: Tidak dilakukan

6. Telinga

Otore (-/-), nyeri tekan tragus (-/-), serumen (-/-)

5

Page 7: Presus IKK

Pemeriksaan otoskopi : tidak dilakukan

Tes fungsi pendengaran : tidak dilakukan

7. Hidung : Sekret (-/-), epistaksis (-/-)

8. Mulut : Faring hiperemis (-), caries gigi (-), gigi berlubang

(-), Stomatitis (-)

9. Leher

Kelenjar tiroid : Tidak membesar, nyeri (-)

Kelenjar lnn : Tidak membesar, nyeri (-)

Retraksi suprasternal : (-)

JVP : Tidak meningkat

10. Pulmo:

Anterior

Inspeksi: simetris, ketertinggalan gerak (-), deformitas (-),

retraksi (-)

Palpasi: simetris, ketertinggalan gerak (-), vokal fremitus

ka=ki

Perkusi: sonor pada seluruh lapang paru

Auskultasi: suara dasar vesikuler (+/+), suara tambahan

ronkhi (-/-), wheezing (-/-)

Posterior

Inspeksi: simetris, ketertinggalan gerak (-), deformitas (-), retraksi

(-)

Palpasi: simetris, ketertinggalan gerak (-), vokal fremitus ka=ki

Perkusi: sonor pada seluruh lapang paru

Auskultasi: suara dasar vesikuler (+/+),suara tambahan ronkhi(-/-),

wheezing (-/-)

11. Cor:

Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak.

Palpasi : Ictus cordis teraba di SIC V linea mid-clavicula

sinistra, tidak kuat angkat.

Perkusi : Batas jantung

6

Page 8: Presus IKK

Kanan atas : SIC II linea parasternalis dextra.

Kiri atas : SIC II linea parasternalis sinistra.

Kanan bawah : SIC IV linea parasternalis dextra.

Kiri bawah : SIC V linea midclavicula sinistra.

Auskultasi : S1-S2 murni, reguler, bising jantung (-)

12. Pemeriksaan Abdomen:

Inspeksi : bentuk datar

Auskultasi : bising usus (+) normal

Palpasi : supel, defans muskular (-), nyeri tekan (-), hepar lien tak

teraba, massa (-), ascites (-)

Perkusi : timpani pada seluruh lapang perut

Tabel 1 Pemeriksaan ekstrimitas

Tungkai Lengan

Kanan Kiri Kanan Kiri

Gerakan

Tonus

Trofi

Edema

Akral

Nyeri

Pembengkakan sendi

Kekuatan

Tremor

Luka

Tofus

Pale

Pulsatil

Nadi

Bebas

Normal

Eutrofi

-

Hangat

-

-

+5

-

-

-

-

Normal

Reguler

Bebas

Normal

Eutrofi

-

Hangat

-

-

+5

-

-

-

-

Normal

Reguler

Bebas

Normal

Eutrofi

-

Hangat

-

-

+5

-

-

-

-

Normal

Reguler

Bebas

Normal

Eutrofi

-

Hangat

-

-

+5

-

-

-

-

Normal

Reguler

Manus: sensorik normal, gerakan bebas, pulsasi teraba, hangat, deformitas (-).

7

Page 9: Presus IKK

Genu : sensorik normal, gerakan bebas, nyeri tekan (-), edema (-), teraba hangat,

deformitas (-).

D. Pemeriksaan Penunjang

Laboratorium:

Riwayat Gula Darah Sewaktu (GDS)

No Tanggal Periksa GDS

1 22 Januari 2015 145

2 12 Februari 2015 140

3 27 Februari 2015 168

4 11 Maret 2015 172

E. Diagnosis Banding

1. Diabetes Melitus tipe 2

2. Diabetes Melitus tipe 1

3. Hipertensi

F. Diagnosis Kerja

Diabetes Melitus tipe 2 dan Hipertensi

G. Family Assessment Tools (FAT)

1. Genogram

Nama Keluarga : Keluarga Bokhaidi

Tanggal Pembuatan : 16 Maret 2015

8

Page 10: Presus IKK

2. Family Map

Pasien memiliki hubungan disfungsional dengan salah satu anggota

keluarganya.

3.Family APGAR

Komponen Indikator

Hampir

Tidak

Pernah

Kadang

-kadang

Ham-

pir

Selalu

Adaptation

Saya puas dengan keluarga saya

karena masing-masing anggota

keluarga sudah menjalankan

kewajiban sesuai dengan seharusnya

Partnership

Saya puas dengan keluarga saya

karena dapat membantu

memberikan solusi terhadap

permasalahan yang saya hadapi

Growth Saya puas dengan kebebasan yang

diberikan keluarga saya untuk

mengembangkan kemampuan yang

9

Page 11: Presus IKK

saya miliki

Affection

Saya puas dengan kehangatan/kasih

sayang yang diberikan keluarga

saya

Resolve

Saya puas dengan waktu yang

disediakan keluarga untuk menjalin

kebersamaan

TOTAL SKOR = 8 0 2 6

Klasifikasi: Fungsi Keluarga Sehat (8 – 10)

Keterangan klasifikasi APGAR:

o 8 – 10 : Fungsi keluarga sehat

o 4 – 7 : Fungsi keluarga kurang sehat

o 0 – 3 : Fungsi keluarga sakit

4. Family SCREEM

Tabel 2 Family SCREEM

Komponen Sumber Daya Patologis

Social

Hidup bermasyarakat dengan

lingkungan sekitar baik, keluarga

harmonis—

CulturalTidak percaya dengan mitos atau

penyakit akibat diguna-guna —

Religious

Taat beribadah, menjalankan sholat 5

waktu dan mengikutikegiatan

keagamaan di masyarakat—

Economic —Belum mendapatkan

pekerjaan

Education — Pendidikan sampai SD

Medical Memiliki Jaminan Kesehatan

(KMS), Bila ada yang sakit, pasien

10

Page 12: Presus IKK

Metformin No. XS 0-1-1

Amlodipin 5 mg No. VIIS 1 dd 1 om

dan keluarga berkunjung ke

puskesmas, Jarak puskesmas dan

rumah tergolong dekat.

5. Family Life Line

Tabel 3 Family Life Line

Year Age Life Event/Crisis Severity of Illness

1968 5 Ibu pasien meninggal karena Stroke Stressor psikologis

1976 11 Pasien tidak melanjutkan pendidikan ke

tingkat SMP, karena masalah biaya

Stressor psikologis

2009 46 Adik perempuan pasien teriagnosis DM Stressor psikologis

2014 51 Pasien terdiagnosis DM

6. Family Life Cycle

Pasien termasuk dalam kategori 4 yaitu family with children in school.

Keluarga ini memiliki anak dengan usia sekolah.

H. DIAGNOSIS HOLISTIK

Diabetes melitus tipe II dan hipertensi stage I pada laki-laki paruhbaya disertai

masalah interpersonal dengan anggota keluarga dan tidak menerapkan prinsip

perilaku hidup bersih dan sehat.

I. Manajemen Komprehensif

1. Kuratif

R/

R/

2. Promotif

Menjelaskan pengertian DM

11

Page 13: Presus IKK

Menjelaskan tentang faktor resiko, gejala dan tanda DM serta Hipertensi

Memotivasi dan edukasi tentang modifikasi gaya hidup, kepatuhan minum obat dan rutinitas control ke puskesmas

Pentingnya menjaga kebersihan rumah dan kamar tidur dari debu dan menjaga diri agak tidak kelelahan

3. Preventif

Memperbaiki gaya hidup dengan mengatur diet makanan dan minuman

Melakukan aktifitas fisik rutin

Melibatkan keluarga dalam penatalaksanaan

12

Page 14: Presus IKK

BAB II

ANALISA KASUS

Seorang laki-laki 52 tahun datang ke puskesmas datang dengan

keluhan badan, kaki dan tangan terasa lemas. Pasien tersebut didiagnosis

menderita Diabetes Melitus (DM).

Penegakan diagnosis dari pasien tersebut didapatkan dari anamnesis

holistic dan pemeriksaan fisik serta pemeriksaan penunjang. Dari anamnesis

didapatkan pasien mengeluhkan badan, kaki dan tangan terasa lemas, selain

keluhan tersebut, pasien juga mengeluhkan sering mengantuk dan BAK di

malam hari. Anamnesis illness didapatkan bahwa pasien memiliki masalah

interpersonal dengan salah satu anggota keluarga, pasien merasa malu karena

belum bisa bekerja. Dari pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah pasien

meningkat yaitu 150/90, sehingga pasien termasuk dalam hipertensi stage 2.

Sedangkan pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaa GDS didapatkan hasil

172 mg/dl.

Diagnosis klinis DM umumnya akan dipikirkan apabila ada keluhan

khas DM berupa poliuria, polidipsia, polifagia, dan penurunan berat badan

yang tidak dapat dijelaskan penyebabnya. Keluhan lain yang mungkin

disampaikan penderita antara lain badan terasa lemah, sering kesemutan,

gatal-gatal, mata kabur, disfungsi ereksi pada pria, dan pruritus vulvae pada

wanita.

Apabila ada keluhan khas, hasil pemeriksaan kadar glukosa darah

sewaktu > 200 mg/dl sudah cukup untuk menegakkan diagnosis DM. Hasil

pemeriksaan kadar glukosa darah puasa > 126 mg/dl juga dapat digunakan

sebagai patokan diagnosis DM.

Penatalaksanaan diabetes mempunyai tujuan akhir untuk

menurunkan morbiditas dan mortalitas DM, yang secara spesifik ditujukan

untuk mencapai 2 target utama, yaitu:

1. Menjaga agar kadar glukosa plasma berada dalam kisaran normal

13

Page 15: Presus IKK

2. Mencegah atau meminimalkan kemungkinan terjadinya komplikasi

diabetes.

The American Diabetes Association (ADA) merekomendasikan

beberapa parameter yang dapat digunakan untuk menilai keberhasilan

penatalaksanaan diabetes.

Tabel . Target Penatalaksanaan Diabetes

Parameter Kadar Ideal Yang Diharapkan

Kadar Glukosa Darah Puasa 80–120mg/dl

Kadar Glukosa Plasma Puasa 90–130mg/dl

Kadar Glukosa Darah Saat Tidur

(Bedtime blood glucose)

100–140mg/dl

Kadar Glukosa Plasma Saat Tidur

(Bedtime plasma glucose)

110–150mg/dl

Kadar Insulin <7 %

Kadar HbA1c <7mg/dl

Kadar Kolesterol HDL >45mg/dl (pria)

Tekanan Darah <130/80mmHg

14

Page 16: Presus IKK

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

Diabetes yang tidak terkontrol dengan baik dapat menimbulkan

komplikasi akut dan kronis. Berikut ini akan diuraikan beberapa komplikasi

yang sering terjadi dan harus diwaspadai.

HIPOGLIKEMIA

Sindrom hipoglikemia ditandai dengan gejala klinis penderita merasa

pusing, lemas, gemetar, pandangan berkunang-kunang, pitam (pandangan

menjadi gelap), keluar keringat dingin, detak jantung meningkat, sampai

hilang kesadaran. Apabila tidak segera ditolong dapat terjadi kerusakan otak

dan akhirnya kematian. Pada hipoglikemia, kadar glukosa plasma penderita

kurang dari 50 mg/dl, walaupun ada orang-orang tertentu yang sudah

menunjukkan gejala hipoglikemia pada kadar glukosa plasma di atas 50

mg/dl. Kadar glukosa darah yang terlalu rendah menyebabkan sel-sel otak

tidak mendapat pasokan energy sehingga tidak dapat berfungsi bahkan dapat

rusak. Hipoglikemia lebih sering terjadi pada penderita diabetes tipe 1, yang

dapat dialami 1 – 2 kali perminggu. Dari hasil survei yang pernah dilakukan di

Inggris diperkirakan 2 – 4% kematian pada penderita diabetes tipe 1

disebabkan oleh serangan hipoglikemia. Pada penderita diabetes tipe 2,

serangan hipoglikemia lebih jarang terjadi, meskipun penderita tersebut

mendapat terapi insulin. Serangan hipoglikemia pada penderita diabetes

umumnya terjadi apabila penderita:

Lupa atau sengaja meninggalkan makan (pagi, siang atau malam)

Makan terlalu sedikit, lebih sedikit dari yang disarankan oleh dokter atau

ahli gizi

Berolah raga terlalu berat

Mengkonsumsi obat antidiabetes dalam dosis lebih besar dari pada

seharusnya

Minum alcohol

15

Page 17: Presus IKK

Stress

Mengkonsumsi obat-obatan lain yang dapat meningkatkan risiko

hipoglikemia

Disamping penyebab di atas pada penderita DM perlu diperhatikan apabila

penderita mengalami hipoglikemik, kemungkinan penyebabnya adalah:

Dosis insulin yang berlebihan

Saat pemberian yang tidak tepat

Penggunaan glukosa yang berlebihan misalnya olahraga anaerobic

berlebihan

Faktor-faktor lain yang dapat meningkatkan kepekaan individu

terhadap insulin, misalnya gangguan fungsi adrenal atau hipofisis

HIPERGLIKEMIA

Hiperglikemia adalah keadaan dimana kadar gula darah melonjak

secara tiba-tiba. Keadaan ini dapat disebabkan antara lain oleh stress, infeksi,

dan konsumsi obat-obatan tertentu. Hiperglikemia ditandai dengan poliuria,

polidipsia, polifagia, kelelahan yang parah (fatigue), dan pandangan kabur.

Apabila diketahui dengan cepat, hiperglikemia dapat dicegah tidak menjadi

parah. Hipergikemia dapat memperburuk gangguan-gangguan kesehatan

seperti gastroparesis, disfungsi ereksi, dan infeksi jamur pada vagina.

Hiperglikemia yang berlangsung lama dapat berkembang menjadi keadaan

metabolisme yang berbahaya, antara lain ketoasidosis diabetik (Diabetic

Ketoacidosis = DKA) dan (HHS), yang keduanya dapat berakibat fatal dan

membawa kematian. Hiperglikemia dapat dicegah dengan kontrol kadar gula

darah yang ketat.

KOMPLIKASI MAKROVASKULAR

3 jenis komplikasi makrovaskular yang umum berkembang pada

penderita diabetes adalah penyakit jantung koroner (coronary heart disease =

CAD), penyakit pembuluh darah otak, dan penyakit pembuluh darah perifer

(peripheral vascular disease = PVD). Walaupun komplikasi makrovaskular

dapat juga terjadi pada DM tipe 1, namun yang lebih sering merasakan

komplikasi makrovaskular ini adalah penderita DM tipe 2 yang umumnya

16

Page 18: Presus IKK

menderita hipertensi, dislipidemia dan atau kegemukan. Kombinasi dari

penyakit-penyakit komplikasi makrovaskular dikenal dengan berbagai nama,

antara lain Syndrome X, Cardiac Dysmetabolic Syndrome, Hyperinsulinemic

Syndrome, atau Insulin Resistance Syndrome.

Karena penyakit-penyakit jantung sangat besar risikonya pada

penderita diabetes, maka pencegahan komplikasi terhadap jantung harus

dilakukan sangat penting dilakukan, termasuk pengendalian tekanan darah,

kadar kolesterol dan lipid darah. Penderita diabetes sebaiknya selalu menjaga

tekanan darahnya tidak lebih dari 130/80 mm Hg. Untuk itu penderita harus

dengan sadar mengatur gaya hidupnya, termasuk mengupayakan berat badan

ideal, diet dengan gizi seimbang, berolah raga secara teratur, tidak merokok,

mengurangi stress dan lain sebagainya.

Penatalaksanaan diabetes mempunyai tujuan akhir untuk

menurunkan morbiditas dan mortalitas DM, yang secara spesifik ditujukan

untuk mencapai 2 target utama, yaitu:

3. Menjaga agar kadar glukosa plasma berada dalam kisaran normal

4. Mencegah atau meminimalkan kemungkinan terjadinya komplikasi

diabetes.

The American Diabetes Association (ADA) merekomendasikan

beberapa parameter yang dapat digunakan untuk menilai keberhasilan

penatalaksanaan diabetes.

Tabel . Target Penatalaksanaan Diabetes

Parameter Kadar Ideal Yang Diharapkan

Kadar Glukosa Darah Puasa 80–120mg/dl

Kadar Glukosa Plasma Puasa 90–130mg/dl

Kadar Glukosa Darah Saat Tidur

(Bedtime blood glucose)

100–140mg/dl

Kadar Glukosa Plasma Saat Tidur

(Bedtime plasma glucose)

110–150mg/dl

Kadar Insulin <7 %

Kadar HbA1c <7mg/dl

17

Page 19: Presus IKK

Kadar Kolesterol HDL >45mg/dl (pria)

Tekanan Darah <130/80mmHg

Diabetes melitus dapat mempengaruhi hampir semua bagian tubuh,

termasuk kulit. Kadar gula darah yang tidak terkontrol pada pasien diabetes

melitus sering kali membuat kulit kering dan terasa gatal, luka menjadi sulit

sembuh, infeksi kulit dan lain-lain. Berikut ini adalah link-link yang mungkin

dapat membantu Anda untuk memahami perawatan kulit dan masalah-masalah

yang dapat timbul pada pasien diabetes pada umumnya.

Perawatan Kulit Pasien Diabetes Melitus

Karena diabetes melitus dapat mempengaruhi kesehatan kulit, maka

sangatlah penting untuk mengetahui hal-hal yang mempengaruhi kesehatan

kulit dan cara perawatan kulit bagi pasien diabetes melitus agar terhindar dari

masalah.

Luka yang Tidak Kunjung Sembuh pada Pasien Diabetes Melitus

Pasien diabetes melitus seringkali bermasalah dengan luka di kaki

yang sulit sembuh atau bahkan berakhir dengan amputasi. Artikel ini

memberikan penjelasan mengenai proses terjadinya luka pada pasien diabetes

melitus faktor-faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka.

Sekilas tentang Penyakit Bisul

Bisul adalah salah satu penyakit kulit yang sering diderita oleh

pasien diabetes melitus. Pasien diabetes melitus yang gula darahnya tinggi

tidak terkontrol bahkan dapat menderita bisul berukuran besar dalam jumlah

banyak. Artikel ini menjelaskan beberapa hal yang sering ditanya mengenai

bisul.

Infeksi Jamur pada Kulit

Infeksi jamur pada kulit sering juga diderita oleh pasien diabetes

melitus, terutama yang kadar gula darahnya tidak terkontrol. Ketahui hal-hal

18

Page 20: Presus IKK

yang dapat meningkatkan risiko infeksi jamur pada kulit danpencegahannya,

kenali ciri-cirinya dan lakukan penanganan yang tepat.

19

Page 21: Presus IKK

DAFTAR PUSTAKA

American Diabetes Association: Clinical Practice Recommendations 2001.

Diabetes Care 2001; 24(s1).

American Diabetes Association. Diagnosis and classification of diabetes

mellitus. Diabetes Care. 2004;27(Suppl 1):S5-S10.

American Diabetes Association. Standards of medical care in diabetes.

Diabetes Care. 2004;27(Suppl 1):S15-S35.

American Society of Health System Pharmacist. ASHP Statement on the

Pharmacist’s Role in Primary Care. Am J Hosp Pharm

1999;56:1665-7

Basuki E. Penyuluhan Diabetes Mellitus. Dalam Soegondo S, Soewondo P

dan Subekti I (eds). Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Terpadu, Pusat

Diabetes dan Lipid RSUP Nasional Cipto Mangunkusumo-FKUI,

Jakarta,2004.

Cantrill JA and Wood J, Diabetes Mellitus, in Walker R and Edwards C

(Eds.),

Clinical Pharmacy and Therapeutics, third ed., Churchill

Livingstone,

2003, p. 657 – 677.

CDC. National diabetes fact sheet: general information and national

estimates

on diabetes in the United States, 2003. Rev ed. Atlanta, GA: U.S.

Department of Health and Human Services, Centers for Disease

Control and Prevention, 2004.

Cipolle RJ, Strand LM, and Moorley PC, Pharmaceutical Care Practice,

McGraw-Hill, 1998, p. 82-83.

Carter BL, Helling DK. Patient Education and Chronic Disease

Monitoring. In:

Herfindal ET, Gourley DR et al, eds. Clinical Pharmacy and

Therapeutics,

20

Page 22: Presus IKK

5th ed. Baltimore. William & Wilkins.

Campbell RK, Role of the pharmacist in diabetes management, Am J

health- Syst Pharm 2002; 59(suppl 9):S18-21

21