Kasbes Mata
-
Upload
aulia-hanifah -
Category
Documents
-
view
7 -
download
2
Transcript of Kasbes Mata
LAPORAN KASUS BESAR
OD KATARAK SENILIS HIPERMATUR DAN OS KATARAK SENILIS IMATUR
Diajukan untuk melengkapi tugas kepaniteraan senior
Ilmu Penyakit Mata Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro
Penguji kasus : dr. Trilaksana Nugroho, M.Kes, Sp.M
Pembimbing : dr. Indrianingrum
Dibacakan oleh : Adilah Afifah
Dibacakan tanggal : 19 Februari 2013
BAGIAN ILMU PENYAKIT MATAFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG2013
HALAMAN PENGESAHAN
Melaporkan kasus seorang perempuan 74 tahun dengan OD katarak senilis
hipermatur dan OS katarak senilis imatur.
Penguji kasus : dr. Trilaksana Nugroho, M.Kes, Sp.M
Pembimbing : dr. Indrianingrum
Dibacakan tanggal : 19 Februari 2013
Diajukan guna memenuhi tugas Kepaniteraan Senior di Bagian Ilmu Kesehatan Mata
Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.
Semarang, Februari 2013
Mengetahui
Penguji kasus
dr. Trilaksana Nugroho, M.Kes, Sp.M
Pembimbing
dr. Indrianingrum
LAPORAN KASUS
OD KATARAK SENILIS HIPERMATUR DAN OS KATARAK SENILIS
IMATUR
Penguji kasus : dr. Trilaksana Nugroho, M.Kes, Sp.M
Pembimbing : dr. Indrianingrum
Dibacakan tanggal : 19 Februari 2013
I. PENDAHULUAN
Tajam penglihatan dipengaruhi oleh refraksi, kejernihan media refrakta
dan saraf. Bila terdapat kelainan / gangguan pada komponen tersebut, akan
dapat mengakibatkan penurunan tajam penglihatan, salah satunya adalah
katarak, yakni kekeruhan lensa mata karena terganggunya metabolism lensa.1
Katarak dapat terjadi akibat penuaan, trauma fisik, radiasi, pengaruh zat kimia,
penyakit intraokuler, penyakit sistemik ataupun kongenital.
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar 2007, prevalensi nasional kebutaan
di Indonesia yakni sebesar 0,9% dengan penyebab utama adalah katarak,
disusul glaucoma, gangguan refraksi, penyakit mata degeneratif dan penyakit
mata lainnya. Prevalensi kasus katarak di Indonesia pada tahun 2007 sebesar
1,8% mengalami peningkatan dibandingkan dengan data Survei Kesehatan
Rumah Tangga tahun 2001, yaitu 1,2%.
Berikut ini adalah laporan kasus seorang perempuan 74 tahun dengan
oculi dextra katarak senilis hipermatur dan oculi sinistra katarak senilis matur.
II. IDENTITAS PENDERITA
Nama : Ny. S
Umur : 74 tahun
Agama : Islam
Alamat : Perum Sehati C No.49, RT:08/RW:14, Kel. Blotongan,
Kec. Sidorejo, Kodia Salatiga
Pekerjaan : Tidak bekerja
Nomor CM : C400307
III. ANAMNESIS
( autoanamnesis pada 07 Februari 2013 )
Keluhan Utama : penglihatan kedua mata kabur
Riwayat Penyakit Sekarang :
Sejak ± 2 tahun yang lalu, penderita mengeluh penglihatan mata kanan
kabur, seperti tertutup kabut, perlahan-lahan, semakin lama dirasakan semakin
kabur. ± 1 tahun yang lalu penderita mengeluh penglihatan mata kiri juga
mulai kabur seperti mata kanannya. Penglihatan kedua mata kabur terus-
menerus, sepanjang hari, saat melihat dekat maupun jauh dan lebih nyaman
ketika melihat pada penerangan yang kurang. Mata merah (-), kotoran mata
(-), nrocos (-), gatal (-), cekot-cekot (-), nyeri (-), silau (-). Karena
mengganggu aktifitas, penderita memutuskan untuk berobat ke RSUP Dr.
Kariadi Semarang.
Riwayat Penyakit Dahulu :
- Riwayat penggunaan kacamata disangkal
- Riwayat kencing manis disangkal
- Riwayat penyakit darah tinggi disangkal
- Riwayat trauma pada daerah mata disangkal
- Riwayat operasi mata sebelumnya disangkal
- Riwayat penyakit mata lainnya disangkal
- Riwayat alergi obat
Riwayat Penyakit Keluarga :
- Tidak ada anggota keluarga yang sakit seperti ini
Riwayat Sosial Ekonomi :
- Penderita adalah seorang janda tidak bekerja
- Memiliki 4 orang anak yang telah mandiri
- Biaya pengobatan ditanggung Jamkesda.
- Kesan : sosial ekonomi kurang
IV. PEMERIKSAAN
PEMERIKSAAN FISIK
Status Praesen ( Tanggal 14 Februari 2013 )
Keadaan umum : baik
Kesadaran : komposmentis
Tanda vital : TD : 120/80 mmHg suhu : 36 oC
nadi : 80 x/menit RR : 18 x/menit
Pemeriksaan fisik : kepala : mesosefal
thoraks : cor : tidak ada kelainan
paru : tidak ada kelainan
abdomen : tidak ada kelainan
ekstremitas : tidak ada kelainan
Status Oftalmologi
Sebelum diberi midriatikum :
Setelah diberi midriatikum :
Oculus Dexter Oculus Sinister
Lensa keruh tidak merata
Lensa keruh merata
iris shadow (-) iris shadow (-)
Kuning kecoklatan
1/ ~ LPB VISUS 1/300
- KOREKSI -
Tidak dilakukan SENSUS COLORIS Tidak dilakukan
Gerak bola ke segala arah baik PARASE/PARALYSE Gerak bola ke segala arah baik
Tidak ada kelainan SUPERCILIA Tidak ada kelainan
Edema (-), spasme (-) PALPEBRA SUPERIOR Edema (-), spasme (-)
Edema (-), spasme (-) PALPEBRA INFERIOR Edema (-), spasme (-)
Hiperemis (-), sekret (-),
kemosis (-)
CONJUNGTIVA
PALPEBRALIS
Hiperemis (-), sekret (-),
kemosis (-)
Hiperemis (-), sekret (-),
kemosis (-)
CONJUNGTIVA FORNICES Hiperemis (-), sekret (-),
kemosis (-)
Kemosis (-), Injeksi (-), sekret
(-)
CONJUNGTIVA BULBI Kemosis (-), Injeksi (-), sekret
(-)
Tidak ada kelainan SCLERA Tidak ada kelainan
Jernih CORNEA Jernih
Kedalaman cukup,
Tindal Efek (-)
CAMERA OCULI
ANTERIOR
Kedalaman cukup,
Tindal Efek (-)
Kripte (+), sinekia (-) IRIS Kripte (+), sinekia (-)
Bulat, central, regular,
d : 3mm, RP (+) N
PUPIL Bulat, central, regular,
d : 3mm, RP (+) N
Keruh merata,
iris shadow (-)
LENSA Keruh tidak merata,
iris shadow (+)
K3N3Skp3
(-) FUNDUS REFLEKS (-)
T(digital) normal
Tschiotz = 8/5,5=10,2 mmHg
TENSIO OCULI T(digital) normal
Tschiotz = 7/5,5=12,2 mmHg
Tidak dilakukan SISTEM CANALIS
LACRIMALIS
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan TEST FLUORESCEIN Tidak dilakukan
V. RESUME
Sejak ± 2 tahun yang lalu, penderita mengeluh OD terjadi penurunan
visus, seperti tertutup kabut, perlahan dan kronik progresif. ± 1 tahun yang
lalu penderita mengeluh OS juga mulai terjadi penurunan visus seperti OD.
Penurunan visus terjadi terus-menerus, sepanjang hari, saat melihat dekat
maupun jauh dan lebih nyaman dalam penerangan kurang. Hiperemis (-),
sekret (-), lakrimasi (-), gatal (-), cekot-cekot (-), nyeri (-), fotofobia (-).
Karena mengganggu aktifitas, penderita memutuskan untuk berobat ke RSUP
Dr. Kariadi Semarang.
Pemeriksaan fisik : status praesens dan pemeriksaan fisik dalam batas normal.
Status Oftalmologi :
Oculus Dexter Oculus Sinister
1/ ~ LPB VISUS 1/300
Keruh merata,
iris shadow (-)
LENSA Keruh tidak merata,
iris shadow (+)
K3N3Skp3
(-) FUNDUS REFLEKS (-)
VI. DIAGNOSA
OD : Katarak Senilis Hipermatur
OS : Katarak Senilis Imatur
VII. TERAPI
ODS : Ektraksi Katarak Ekstra Kapsuler dan pemasangan IOL pada mata
kanan terlebih dahulu. Untuk operasui katarak mata kiri dilakukan setelah luka
post operasi mata kanan stabil.
VIII. PROGNOSIS
OD OS
Quo ad visam Dubia ad bonam Dubia ad bonam
Quo ad sanam Dubia ad bonam Dubia ad bonam
Quo ad vitam ad bonam
Quo ad cosmeticam ad bonam
IX. USUL – USUL
1. Pemeriksaan spoeling test, retinometri, keratometri, USG A-scan, B-
scan, biometri pada kedua mata
2. Pemeriksaan EKG, darah rutin, gula darah sewaktu, waktu pembekuan,
waktu perdarahan, elektrolit
3. Edukasi tentang operasi ekstraksi katarak, meliputi jenis tindakan,
persiapan, dan komplikasi
4. Ekstraksi katarak oculi sinistra, menunggu 2 bulan post operasi oculi
dextra.
X. EDUKASI
- Menjelaskan pada penderita dan keluarga bahwa pandangan kedua mata kabur
disebabkan oleh katarak pada kedua lensa mata karena faktor usia.
- Menjelaskan pada pasien dan keluarga bahwa katarak tidak dapat diterapi
dengan obat, tetapi dengan pengambilan katarak dan pemberian lensa tanam
pada mata, untuk mata kanan diberikan obat tetes mata terlebih dahulu untuk
mencegah katarak bertambah parah.
- Menjelaskan pada pasien dan keluarga jika tidak dilakukan operasi maka lensa
akan semakin keruh dan menimbulkan komplikasi sehingga dapat
meningkatkan tekanan bola mata yang dapat menyebabkan penglihatan
semakin kabur dan kerusakan saraf mata.
- Sebelum dilakukan operasi harus dilakukan pemeriksaan untuk mengetahui
kondisi saraf mata, keadaan bagian dalam mata dan menentukan kekuatan
lensa yang akan ditanam.
- Menjelaskan pada pasien dan keluarga tentang komplikasi yang mungkin
terjadi saat dan setelah operasi seperti perdarahan, robekan lapisan lensa
bagian belakang, pembengkakan kornea, lepasnya lapisan retina, dan
peradangan pada mata.
- Menjelaskan kepada pasien bahwa setelah dilakukan operasi katarak dan
penanaman lensa mata, pasien tidak boleh mengangkat beban berat selama
satu bulan untuk mencegah lepas atau bergesernya lensa yang telah ditanam.
XI. DISKUSI
Katarak
Katarak adalah suatu keadaan kekeruhan lensa. Penuaan adalah sebab
paling umum dari katarak, namun beberapa faktor lain dapat terlibat,
termasuk trauma, toksin, penyakit sistemik (diabetes mellitus), merokok, dan
keturunan.1,2
Proses patogenesis utama terjadinya katarak adalah akibat hidrasi
(penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa terjadi akibat kedua-
duanya. Sebagian besar kasus bersifat bilateral, walaupun kecepatan
perkembangan masing-masing jarang sama. Kekeruhan lensa tersebut dapat
menyebabkan lensa menjadi tidak transparan sehingga pupil akan berwarna
putih atau abu-abu. Kekeruhan ini dapat ditemukan pada berbagai lokalisasi
di lensa seperti pada korteks, nucleus, subkapsular. Pemeriksaan yang
dilakukan pada pasien katarak meliputi pemeriksaan tajam pengelihatan, slit
lamp, funduskopi, serta tonometri bila memungkinkan.
Berdasarkan usia katarak dapat diklasifikasikan dalam : 1,2
1. Katarak kongenital (usia <1 tahun)
2. Katarak juvenile (usia >1 tahun)
3. Katarak senile (usia >50 tahun)
Berdasarkan lokasi :
1. Katarak kortikal
2. Katarak nuklear
3. Katarak subkapsularis posterior
Berdasarkan penyebab :
1. Katarak traumatika
2. Katarak komplikata ( akibat penyakit intraokuler lain )
3. Katarak yang berhubungan dengan penyakit sistemik ( katarak diabetika)
4. Katarak sekunder ( akibat terbentuk jaringan fibrosis pada sisa lensa yang
tertinggal )
Katarak Senil dibagi menjadi empat stadium yaitu insipien, imatur,
matur, dan hipermatur.
Tabel 1. Perbedaan stadium katarak senile
Gejala Insipien Imatur Matur Hipermatur
Kekeruhan lensa Ringan Sebagian Seluruh Massif
Cairan lensa Normal Bertambah
(air masuk)
Normal Berkurang
(air+masa lensa keluar)
Iris Normal Terdorong Normal Tremulans
Iris shadow Negatif Positif Negatif Pseudopositif
COA Normal Dangkal Normal Dalam
Sudut bilik mata Normal Sempit Normal Terbuka
Penyulit Glaucoma Glaucoma, uveitis
Tatalaksana katarak
Tidak ada terapi medis untuk katarak. Ekstraksi lensa diindikasikan
apabila menurunan penglihatan mengganggu aktivitas normal penderita.
Indikasi pembedahan pada katarak senilis
Bila katarak menimbulkan penyulit seperti uveitis atau glukoma, meskipun
visus masih baik untuk bekerja, dilakukan operasi juga setelah keadaan
menjadi tenang.
Bila sudah masuk dalam stadium matur
Bila visus meskipun sudah dikoreksi, tidak cukup untuk melakukan
pekerjaan sehari-hari atau visus < 6/12.
Terapi pembedahan :
1. EKEK
Dilakukan dengan merobek kapsul anterior, mengeluarkan nukleus
dan korteks. Sebagian kapsul anterior dan seluruh kapsul posterior
ditinggal. Cara ini umumnya dilakukan pada katarak dengan lensa mata
yang sangat keruh sehingga sulit dihancurkan dengan teknik
fakoemulsifikasi. Selain itu, juga dilakukan pada tempat-tempat di mana
teknologi fakoemulsifikasi tidak tersedia. Teknik ini membutuhkan
sayatan yang lebar, karena lensa harus dikeluarkan dalam keadaan utuh.
Setelah lensa dikeluarkan, lensa buatan (IOL) dipasang untuk
menggantikan lensa asli, tepat di posisi semula. Lalu dilakukan penjahitan
untuk menutup luka. Teknik ini dihindari pada penderita dengan zonulla
zinii yang rapuh.2
a. Keuntungan :
Luka insisi lebih kecil (8-12 mm) dibanding EKIK
Karena kapsul posterior utuh maka :
Mengurangi resiko hilangnya vitreus intra operasi
Posisi anatomis yang lebih baik untuk pemasangan IOL
Mengurangi insidensi ablasio retina, edema kornea,
perlengketan vitreus dengan iris dan kornea
Menyediakan barier yang menahan pertukaran beberapa
molekul antara aqueous dan vitreus
Menurunkan akses bakteri ke kavitas vitreus yang dapat
menyebabkan endofthalmitis.
b. Kerugian :
Dapat timbul katarak sekunder.
2. EKIK
Teknik ini sudah jarang digunakan setelah adanya teknik EKEK. Pada
EKIK dilakukan pengangkatan seluruh lensa, termasuk kapsul lensa. Pada
teknik ini dilakukan sayatan 12-14mm, lebih besar dibandingkan dengan
teknik EKEK. Dapat dilakukan pada zonula zinn yang telah rapuh/
berdegenerasi/ mudah diputus.2
a. Keuntungan :
Tidak timbul katarak sekunder
Diperlukan instrumen yang tidak terlalu canggih (lup operasi,
cryoprobe, forsep kapsul)
b. Kerugian :
Insisi yang lebih besar dapat mengakibatkan :
Penyembuhan dan rehabilitasi visual tertunda
Astigmatisma yang signifikan
Inkarserasi iris dan vitreus
lebih sering menimbulkan penyulit seperti glaukoma, uveitis,
endolftalmitis.
3. Fakoemulsifikasi
Fakoemulsifikasi adalah teknik ekstrakapsular yang menggunakan
getaran- getaran ultrasonik untuk mengangkat nucleus dan korteks melalui
insisi limbus yang kecil (2-5 mm), sehingga mempermudah penyembuhan
luka pasca-operasi, disamping perbaikan penglihatan juga lebih baik.
Teknik ini bermanfaat pada katarak kongenital, traumatik dan kebanyakan
katarak senilis. Teknik ini kurang efektif pada katarak senilis yang padat,
dan keuntungan insisi limbus yang kecil agak berkurang kalau akan
dimasukkan lensa intraokuler. Kerugiannya kurve pembelajaran lebih
lama, biaya tinggi, dan komplikasi saat operasi bias lebih serius.1,4
Pasien ini didiagnosis sebagai OD katarak senilis hipermatur dan OS katarak
senilis imatur dengan dasar pemikiran sebagai berikut:
1. Anamnesis:
- Penderita berusia 74 tahun ( >50 tahun )
- Sejak ± 2 tahun yang lalu, penderita mengeluh OD terjadi penurunan
visus, seperti tertutup kabut, perlahan dan kronik progresif. ± 1 tahun
yang lalu penderita mengeluh OS juga mulai terjadi penurunan visus
seperti OD. Penurunan visus terjadi terus-menerus sepanjang hari,
saat melihat dekat maupun jauh dan lebih nyaman pada penerangan
kurang. Hiperemis (-), sekret (-), lakrimasi (-), gatal (-), cekot-cekot
(-), nyeri (-), fotofobia (-). Karena mengganggu aktifitas, penderita
memutuskan untuk berobat ke RSUP Dr. Kariadi Semarang.
2. Pemeriksaan oftalmologis:
- Visus OD 1/ ~ LPB dan OS 1/300
- Pada pemeriksaan lensa OD didapatkan kekeruhan merata dan
pemeriksaan iris shadow (-) sedangkan OS kekeruhan tidak merata
dan pemeriksaan iris shadow (+) K3N3Skp3.
- Pemeriksaan fundus reflek OD maupun OS (-) negatif.
Untuk persiapan pra-operasi, pasien disarankan untuk dilakukan pemeriksaan
laboratorium darah rutin, PTT/PTTK, gula darah sewaktu, ureum kreatinin dan
elektrolit, serta pemeriksaan USG Biometri scan, retinometri, keratometri, tonometri,
spoeling test, secret mata dan EKG.
Dalam kasus ini, penderita diberikan motivasi untuk dilakukan operasi katarak
Ekstraksi Katarak Ekstra Kapsuler + intraocular lens pada mata kanan dahulu karena
pada mata kanan pasien, katarak sudah hipermatur dan dikhawatirkan dapat terjadi
komplikasi glaukoma dan lens induced uveitis, untuk operasi katarak mata kiri
dilakukan setelah luka post operasi mata kanan sembuh dahulu
DAFTAR PUSTAKA
1. Vaughan DG, Taylor A, Paul R. Oftalmologi umum edisi 14. Jakarta : Widya
Medika,2000
2. Ilyas S. Trauma mata. Dalam : Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Balai penerbit FK
UI,1998
3. Rumah Sakit Mata ‘Bersayap’ Hinggap di Indonesia. Faculty of Medicine
Airlangga University [serial online] 2010. Avalaible from:
www.fk.unair.ac.id/news/focus/rumah-sakit-mata-bersayap-hinggap-di-
indonesia
4. Suhardjo, Hartono. Ilmu Kesehatan Mata. Jogjakarta: Universitas Gajah Mada.
2007.
5. PERDAMI, Panduan Menejemen Klinis PERDAMI, Jakarta : PP PERDAMI,
2006.