Kasbes KSM

27
LAPORAN KASUS BESAR SEORANG WANITA 56 TAHUN DENGAN OS KATARAK SENILIS MATUR Diajukan untuk melengkapi tugas kepaniteraan senior Ilmu Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Dibacakan tanggal : 22 Februari 2013

description

kasus katarak senilis matur

Transcript of Kasbes KSM

Page 1: Kasbes KSM

LAPORAN KASUS BESAR

SEORANG WANITA 56 TAHUN DENGAN

OS KATARAK SENILIS MATUR

Diajukan untuk melengkapi tugas kepaniteraan senior

Ilmu Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro

Dibacakan tanggal : 22 Februari 2013

BAGIAN ILMU KESEHATAN MATA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

2013

Page 2: Kasbes KSM

OS KATARAK SENILIS MATUR

LAPORAN KASUS

I. PENDAHULUAN

Mata merupakan salah satu dari panca indera yang berfungsi sebagai organ

penglihatan. Ketajaman penglihatan dipengaruhi oleh media refrakta, refraksi, dan

saraf mata. Media refrakta terdiri atas kornea, humor aquosus, lensa, dan corpus

vitreum. Bila terdapat gangguan pada komponen tersebut, dapat mengakibatkan

penurunan tajam penglihatan.1

Lensa merupakan salah satu media refrakta yang memiliki peranan penting

dalam proses penglihatan, lensa berfungsi untuk memfokuskan berkas cahaya ke

retina. Salah satu kelainan pada lensa yang merupakan masalah kesehatan global

adalah katarak yaitu berupa kekeruhan lensa yang mengarah pada penurunan

ketajaman visual dan/atau cacat fungsional yang dirasakan oleh penderita.2

Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO), katarak

merupakan kelainan mata yang menyebabkan kebutaan dan gangguan penglihatan

yang paling sering ditemukan. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar 2007,

prevalensi nasional kebutaan di Indonesia yakni sebesar 0,9% dengan penyebab

utama adalah katarak, disusul glaukoma, gangguan refraksi, penyakit mata

degeneratif, dan penyakit mata lainnya. Sebanyak lebih dari 90% operasi katarak

berhasil dengan perbaikan fungsi penglihatan yang dinyatakan dengan perbaikan

visus pasien pasca operasi. Sebagian besar pasien mencapai visus kategori baik

yaitu 6/18-6/6 setelah empat sampai delapan minggu. Proporsi operasi katarak

dalam 12 bulan terakhir untuk tingkat nasional adalah 18% dari penduduk yang

pernah didiagnosis katarak oleh tenaga kesehatan. Hal ini menunjukkan bahwa

cakupan operasi katarak masih sangat rendah, sehingga terdapat penumpukan

kasus katarak yang belum dioperasi pada tahun 2007 sebesar 82%.3

Katarak dapat terjadi akibat penuaan, trauma fisik, radiasi, pengaruh zat

kimia, pensyakit intraokuler, penyakit sistemik, ataupun kongenital. Katarak

ditandai dengan terjadinya edema lensa, perubahan protein, peningkatan

Page 3: Kasbes KSM

proliferasi, dan kerusakan berkesinambungan serabut-serabut lensa. Katarak

senilis atau katarak terkait usia merupakan jenis katarak yang paling sering

terjadi.1,2

Berikut ini adalah laporan kasus seorang perempuan 56 tahun dengan oculi

sinistra katarak senilis matur.

II. IDENTITAS PENDERITA

Nama : Ny. C

Umur : 56 tahun

Agama : Islam

Alamat : Srikaton Tmr. III / 71, Ngaliyan, Semarang

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

CM : B416241

III. ANAMNESIS

(Autoanamnesis pada 11 Februari 2013 )

Keluhan Utama : mata kiri kabur

Riwayat Penyakit Sekarang :

± 2 tahun yang lalu penderita merasa mata kiri mulai kabur, seperti tertutup kabut

putih, terus-menerus sepanjang hari baik siang maupun malam, saat melihat dekat

maupun jauh, dan perlahan semakin kabur. Tidak ada keluhan silau, tidak ada

mata merah, tidak berair/nrocos, tidak nyeri, tidak cekot-cekot, dan tidak ada

kotoran mata. Karena sebelumnya pernah menderita katarak pada mata kanan,

penderita memutuskan untuk memeriksakan diri ke poliklinik mata RSUP dr.

Kariadi Semarang.

Riwayat Penyakit Dahulu :

- Riwayat penggunaan kacamata disangkal

- Riwayat kencing manis (+) sejak satu tahun yang lalu, kontrol teratur

- Riwayat penyakit tekanan darah tinggi (+) sejak sepuluh tahun yang lalu,

kontrol teratur

Page 4: Kasbes KSM

- Riwayat trauma pada daerah mata disangkal

- Riwayat operasi mata sebelumnya (+); operasi katarak pada mata kanan

tahun 2006

- Riwayat pemakaian obat-obatan baik diminum maupun ditetes pada mata

jangka lama disangkal

- Riwayat penyakit mata lainnya disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga :

Tidak ada anggota keluarga yang sakit seperti ini

Riwayat Sosial Ekonomi :

- Penderita adalah seorang ibu rumah tangga

- Suami merupakan pensiunan PNS

- Memiliki 3 orang anak yang telah mandiri

- Biaya pengobatan ditanggung ASKES

Kesan sosial ekonomi : cukup

IV. PEMERIKSAAN

PEMERIKSAAN FISIK

Status Presens (Tanggal 11 Februari 2013)

Keadaan umum : baik

Kesadaran : komposmentis, GCS=15

Tanda vital

TD : 130/90 mmHg

Nadi : 85x/menit

RR : 20x/menit

Suhu : afebris

Pemeriksaan fisik :

Kepala : mesosefal

Thoraks

cor : tidak ada kelainan

Page 5: Kasbes KSM

paru : tidak ada kelainan

abdomen : tidak ada kelainan

ekstremitas : tidak ada kelainan

Status Oftalmologi (Tanggal 11 Februari 2013)

Sebelum diberi midriatikum :

Setelah diberi midriatikum :

Oculus Dexter Oculus Sinister

6/6 F1 VISUS 1/~ LPB

- KOREKSI -

Tidak dilakukan SENSUS COLORIS Tidak dilakukan

Gerak bola mata bebas ke

segala arah

PARASE/PARALYSE Gerak bola mata bebas ke

segala arah

Tidak ada kelainan SUPERCILIA Tidak ada kelainan

Edema (-), spasme (-) PALPEBRA Edema (-), spasme (-)

OS Lensa keruh merataIris shadow (-)

OD Lensa IOL

di tempat A P

Iris shadow (-) Iris shadow (-)

Page 6: Kasbes KSM

SUPERIOR

Edema (-), spasme (-) PALPEBRA

INFERIOR

Edema (-), spasme (-)

Hiperemis (-), sekret (-),

edema (-)

CONJUNGTIVA

PALPEBRALIS

Hiperemis (-), sekret (-),

edema (-)

Hiperemis (-), sekret (-),

edema (-)

CONJUNGTIVA

FORNICES

Hiperemis (-), sekret (-),

edema (-)

Hiperemis (-), sekret (-),

injeksi (-), edema (-)

CONJUNGTIVA

BULBI

Hiperemis (-), sekret (-),

injeksi (-), edema (-)

Tidak ada kelainan SCLERA Tidak ada kelainan

Jernih CORNEA Jernih

Kedalaman cukup,

Tyndal effect (-)

CAMERA OCULI

ANTERIOR

Kedalaman cukup,

Tyndal effect (-)

Kripte (+), sinekia (-) IRIS Kripte (+), sinekia (-)

Bulat, central, regular,

d : 3mm, RP (+) N

PUPIL Bulat, central, regular,

d : 3mm, RP (+) N

IOL di tempat LENSA Keruh merata,

iris shadow (-)

(+) kurang cemerlang FUNDUS REFLEKS (-)

Tschiotz = 5/5,5 = 17,3 mmHg TENSIO OCULI Tschiotz = 4/5,5 = 20,6 mmHg

Tidak dilakukan SISTEM CANALIS

LACRIMALIS

Tidak dilakukan

Tidak dilakukan TEST FLUORESCEIN Tidak dilakukan

PEMERIKSAAN PENUNJANG : Belum dilaksanakan

V. RESUME

Seorang wanita 56 tahun datang ke poliklinik RSDK dengan keluhan penurunan

visus pada mata kiri sejak ± 2 tahun yang lalu. Penglihatan mata kiri seperti

tertutup kabut putih, terus-menerus, sepanjang hari baik siang maupun malam,

saat melihat dekat maupun jauh, bersifat kronik-progresif. Tidak ada keluhan lain.

Pemeriksaan fisik : status praesens dan pemeriksaan fisik dalam batas normal.

Page 7: Kasbes KSM

Status Oftalmologi :

Oculi Dexter Oculus Sinister

6/6 F1 VISUS 1/~ LPB

IOL di tempat LENSA Keruh merata, iris shadow (-)

(+) kurang cemerlang FUNDUS REFLEKS (-)

VI. DIAGNOSIS

Diagnosis banding:

1. OS Katarak Senilis Matur

DD/ OS Katarak Komplikata e.c diabetes mellitus

2. OS Katarak Senilis Hipermatur

DD/ OS Katarak Komplikata e.c diabetes mellitus

Diagnosis kerja:

OS Katarak Senilis Matur

VII. TERAPI

Ekstraksi Katarak OS dan pemasangan Intra Ocular Lens OS

VIII. PROGNOSIS

OD OS

Quo ad visam ad bonam Dubia ad bonam

Quo ad sanam ad bonam Dubia ad bonam

Quo ad vitam ad bonam

Quo ad cosmeticam ad bonam

IX. USUL – USUL

1. Persiapan pra-operasi :

- Pemeriksaan Laboratorium: darah rutin, PTT/PTTK, GDS, GD I/II,

ureum-kreatinin, elektrolit

- EKG

- Funduskopi oculi dextra

Page 8: Kasbes KSM

- USG A-Scan, B-Scan

- Keratometri

- Biometri

- Retinometri

- Spoeling test

- Pemeriksaan sekret mata

2. Konsul interna untuk penatalaksanaan diabetes mellitus dan hipertensi.

3. Edukasi tentang operasi katarak, meliputi jenis tindakan, persiapan,

prosedur, dan komplikasi.

X. EDUKASI

- Menjelaskan pada penderita dan keluarga bahwa pandangan mata kiri

kabur disebabkan oleh katarak pada lensa mata kiri.

- Menjelaskan pada pasien dan keluarga bahwa katarak tidak dapat

diobati dengan obat, tetapi dengan tindakan operatif yaitu pengambilan

katarak dan pemberian lensa tanam pada mata.

- Menjelaskan pada pasien dan keluarga jika tidak dilakukan operasi

maka dapat menimbulkan komplikasi sehingga dapat meningkatkan

tekanan bola mata yang dapat menyebabkan penglihatan semakin kabur

dan kerusakan saraf mata.

- Sebelum dilakukan operasi harus dilakukan pemeriksaan untuk

mengetahui keadaan umum pasien, kondisi saraf mata, keadaan bagian

dalam mata, dan menentukan kekuatan lensa yang akan ditanam.

- Menjelaskan pada pasien dan keluarga tentang komplikasi yang

mungkin terjadi saat dan setelah operasi seperti perdarahan, robekan

lapisan lensa bagian belakang, pembengkakan kornea, lepasnya lapisan

retina, dan peradangan pada mata.

- Menjelaskan kepada pasien bahwa setelah dilakukan operasi katarak

dan penanaman lensa mata, penderita tidak boleh mengangkat beban

berat selama satu bulan untuk mencegah lepas atau bergesernya lensa

yang telah ditanam.

Page 9: Kasbes KSM

XI. DISKUSI

ANATOMI DAN FISIOLOGI

Lensa merupakan media refrakta yang berfungsi untuk memfokuskan

gambar pada retina. Lensa adalah suatu struktur bikonveks, avaskuler, tak

berwarna dan hampir transparan sempurna. Tebalnya sekitar 4 mm dan diameter 9

mm. Lensa terletak di belakang iris yang dapat menebal dan memipih saat

akomodasi. Lensa dapat membiaskan cahaya karena indeks biasnya sekitar 1,4

pada sentral dan 1,36 pada perifer, hal ini berbeda dari dengan humor aqueous dan

vitreus yang mengelilinginya. Pada tahap tidak berakomodasi, lensa memberikan

kontribusi sekitar 15-20 dioptri (D) dari sekitar 60 D kekuatan konvergen bias

mata manusia rata-rata. Lensa berbentuk lempeng cakram bikonveks yang

dibentuk oleh sel epitel lensa menjadi serat lensa di dalam kapsul lensa. Pada

bagian sentral serat lensa akan memadat yang dikenal dengan nukleus. Nukleus

memiliki konsistensi yang lebih keras dibanding bagian lain. Secara fisiologis

lensa mempunyai sifat tertentu yaitu kenyal atau lentur karena memegang peranan

terpenting dalam akomodasi untuk menjadi cembung, jernih atau transparan

karena diperlukan sebagai media penglihatan serta terletak pada tempatnya.1

Gambar 1. Struktur lensa5

Lensa terdiri dari 65% air dan 35% protein (tertinggi kandungan nya di

antara seluruh tubuh) dan sedikit sekali mineral. Kandungan kalium lebih tinggi

pada lensa dibanding area tubuh lainnya. Asam askorbat dan glutation terdapat

dalam bentuk teroksidasi maupun tereduksi. Gangguan pada lensa dapat berupa

kekeruhan, distorsi, dislokasi dan anomali geometri. Keluhan yang di alami

penderita berupa pandangan kabur tanpa disertai nyeri. Pemeriksaan yang dapat

Page 10: Kasbes KSM

dilakukan pada penyakit lensa adalah pemeriksaan ketajaman penglihatan dan

dengan melihat lensa melalui sliplamp, oftalmoskop, senter tangan, atau kaca

pembesar, sebaiknya dengan pupil dilatasi.2

KATARAK

Salah satu gangguan pada lensa adalah kekeruhan lensa atau dikenal

sebagai katarak. Katarak berasal dari bahasa Yunani katarrahakies, Inggris

cataract dan Latin cataracta yang berarti air terjun. Jadi katarak dimaksudkan

sebagai penglihatan yang seperti tertutup air terjun.2 Penyebab paling umum di

dunia adalah akibat dari proses penuaan, namun beberapa faktor lain dapat

terlibat, termasuk trauma, toksin, penyakit sistemik (diabetes mellitus), merokok,

dan keturunan. Katarak dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa,

denaturasi protein lensa terjadi akibat kedua-duanya. Sebagian besar kasus

bersifat bilateral, walaupun kecepatan perkembangan masing-masing jarang sama.

Kekeruhan lensa tersebut dapat menyebabkan lensa menjadi tidak transparan

sehingga pupil akan berwarna putih atau abu-abu. Kekeruhan ini dapat ditemukan

pada berbagai lokalisasi di lensa seperti pada korteks, nucleus, subkapsular.4

Pemeriksaan yang dilakukan pada pasien katarak meliputi pemeriksaan tajam

pengelihatan, slit lamp, funduskopi, serta tonometri bila memungkinkan.1,2

Berdasarkan usia katarak dapat diklasifikasikan dalam :

1. Katarak kongenital (usia <1 tahun)

2. Katarak juvenil (usia >1 tahun)

3. Katarak senilis (usia >50 tahun)

Katarak senilis adalah semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia

lanjut, yaitu usia diatas 50 tahun. Penyebabnya sampai sekarang tidak diketahui

secara pasti. Terjadinya proses patogenesis katarak berlangsung secara multi

faktor yaitu interaksi kompleks antara proses fisiologis.4

Penyebab katarak:

1. Proses penuaan.

2. Infeksi intrauterine (rubella, toksoplasmosis, histoplasmosis, inklusi

sitomegalik).

Page 11: Kasbes KSM

3. Komplikasi penyakit intraokuler lain seperti uveitis, glaukoma, myopia

maligna, ablasio retina, tumor intraocular, retinitis pigmentosa.

4. Penyakit sistemik seperti galaktosemia, diabetes mellitus,

hipoparatiroid, hipokalsemik, distrofi miotonik, dermatitis atopik,

aminoasiduria, homosisteinuri.

5. Trauma (katarak traumatika) pada trauma fisik (trauma tembus atau tak

tembus), radiasi sinar UV, sinar rontgen, sinar neutron, elektrik shock,

dan termal shock.

6. Obat-obatan (naftalin, dinitrofenol, kortikosteroid, fenotiazin,

echothiopate, pilocarpine, phospoline iodine, amiodaron, klorpromazin,

busulfan, ergot, triparanol MER-29), metal (Cu dan Fe), dan defisiensi

vitamin A,B,C dan E.

7. Pasca EKEK (Katarak sekunder).

Perubahan lensa yang terjadi pada usia lanjut :2,7

1. Kapsul lensa

- Menebal dan mengalami sklerosis → kurang elastis (1/4 dibanding

anak) → daya akomodasi pun berkurang (presbiopia)

- Lamela kapsul berkurang atau kabur

- Terlihat bahan granular

2. Epitel lensa

- Makin tipis

- Sel epitel (germinatif) pada ekuator bertambah besar dan berat

- Bengkak dan vakuolisasi mitokondria yang nyata

3. Serat lensa

- Rusak dan menjadi lebih ireguler, terutama pada korteks

- Sinar UV semakin lama akan merusak protein nukleus (histidin,

triptofan, metionin, sistein dan tirosin) membentuk brown sclerotic

nucleus.

Katarak senilis dibagi menjadi empat stadium yaitu insipien, imatur,

matur, dan hipermatur.

Page 12: Kasbes KSM

Tabel 1. Perbedaan stadium katarak senilis2

Gejala Insipien Imatur Matur Hipermatur

Kekeruhan

lensa

Ringan Sebagian Seluruh Massif

Cairan lensa Normal Bertambah

(air masuk)

Normal Berkurang

(air+massa lensa

keluar)

Iris Normal Terdorong Normal Tremulans

Iris shadow Negative Positif Negatif Pseudopositif

COA Normal Dangkal Normal Dalam

Sudut bilik

mata

Normal Sempit Normal Terbuka

Penyulit Glaukoma Glaukoma, uveitis

Tidak ada terapi medis untuk katarak. Ekstraksi lensa diindikasikan

apabila penurunan penglihatan mengganggu aktivitas normal penderita.

Indikasi pembedahan pada katarak senilis:

- Bila katarak menimbulkan penyulit seperti uveitis atau glukoma,

meskipun visus masih baik untuk bekerja, dilakukan operasi juga

setelah keadaan menjadi tenang.

- Bila sudah masuk dalam stadium matur karena dapat menimbulkan

penyulit

- Bila visus meskipun sudah dikoreksi, tidak cukup untuk melakukan

pekerjaan sehari-hari atau visus < 6/12.

Terapi pembedahan :

1. EKIK (Ekstraksi Katarak Intra Kapsuler)

Teknik ini sudah jarang digunakan setelah adanya teknik EKEK. Pada

EKIK dilakukan pengangkatan seluruh lensa, termasuk kapsul lensa. Pada

teknik ini dilakukan sayatan 12-14 mm, lebih besar dibandingkan dengan

Page 13: Kasbes KSM

teknik EKEK. Dapat dilakukan pada zonula zinn yang telah rapuh/

berdegenerasi/ mudah diputus.2

a. Keuntungan :

- Tidak timbul katarak sekunder

- Diperlukan instrumen yang tidak terlalu canggih (lup operasi,

cryoprobe, forsep kapsul)

b. Kerugian :

- Insisi yang lebih besar dapat mengakibatkan :

- Penyembuhan dan rehabilitasi visual tertunda

- Astigmatisma yang signifikan

- Inkarserasi iris dan vitreus

- Lebih sering menimbulkan penyulit seperti glaukoma, uveitis,

endolftalmitis.

2. EKEK (Ekstraksi Katarak Ekstra Kapsuler)

Dilakukan dengan merobek kapsul anterior, mengeluarkan nukleus dan

korteks. Sebagian kapsul anterior dan seluruh kapsul posterior ditinggal.

Cara ini umumnya dilakukan pada katarak dengan lensa mata yang sangat

keruh sehingga sulit dihancurkan dengan teknik fakoemulsifikasi. Selain

itu, juga dilakukan pada tempat-tempat di mana teknologi fakoemulsifikasi

tidak tersedia. Teknik ini membutuhkan sayatan yang lebar, karena lensa

harus dikeluarkan dalam keadaan utuh. Setelah lensa dikeluarkan, lensa

buatan (IOL) dipasang untuk menggantikan lensa asli, tepat di posisi

semula. Lalu dilakukan penjahitan untuk menutup luka. Teknik ini

dihindari pada penderita dengan zonulla zinii yang rapuh.2

a. Keuntungan :

1. Luka insisi lebih kecil (8-12 mm) dibanding EKIK

2. Karena kapsul posterior utuh maka :

- Mengurangi resiko hilangnya vitreus intra operasi

- Posisi anatomis yang lebih baik untuk pemasangan IOL

Page 14: Kasbes KSM

- Mengurangi insidensi ablasio retina, edema kornea, perlengketan

vitreus dengan iris dan kornea

- Menyediakan barier yang menahan pertukaran beberapa molekul

antara aqueous dan vitreus

- Menurunkan akses bakteri ke kavitas vitreus yang dapat

menyebabkan endofthalmitis.

b. Kerugian : dapat timbul katarak sekunder.

3. Fakofragmentasi dan Fakoemulsifikasi

Fakofragmentasi dan Fakoemulsifikasi dengan irigasi atau aspirasi (atau

keduanya) adalah teknik ekstrakapsular yang menggunakan getaran-

getaran ultrasonik untuk mengangkat nucleus dan korteks melalui insisi

limbus yang kecil (2-5 mm), sehingga mempermudah penyembuhan luka

pasca-operasi, disamping perbaikan penglihatan juga lebih baik. Teknik ini

bermanfaat pada katarak kongenital, traumatik dan kebanyakan katarak

senilis. Teknik ini kurang efektif pada katarak senilis yang padat, dan

keuntungan insisi limbus yang kecil agak berkurang kalau akan

dimasukkan lensa intraokuler. Kerugiannya kurve pembelajaran lebih

lama, biaya tinggi, dan komplikasi saat operasi bisa lebih serius.6,7 Teknik

ini menghasilkan insidensi komplikasi luka yang lebih rendah, proses

penyembuhan dan rehabilitasi visual lebih cepat. Teknik ini membuat

sistem yang relatif tertutup sepanjang fakoemulsifikasi dan aspirasi, oleh

karenanya mengontrol kedalaman COA sehingga meminimalkan risiko

prolaps vitreus.8

Persiapan operasi :

1. Status oftalmologik

- Tidak dijumpai tanda-tanda infeksi.

Page 15: Kasbes KSM

- TIO normal.

- Saluran air mata lancar.

2. Keadaan umum/sistemik

- Hasil pemeriksaan laboratorium darah rutin, waktu pembekuan, waktu

perdarahan, kadar gula darah dalam batas normal.

- Tidak dijumpai batuk produktif.

- Pada penderita DM atau hipertensi, keadaan penyakit tersebut harus

terkontrol.

Perawatan pasca operasi :

1. Mata dibebat.

2. Diberikan tetes antibiotika dengan kombinasi antiinflamasi.

3. Tidak boleh mengangkat benda berat, menggosok mata, membaca

berlebihan, berbaring di sisi mata yang baru dioperasi, dan mengejan

keras.

4. Kontrol teratur untuk evaluasi luka operasi dan komplikasi setelah operasi.

5. Bila tanpa pemasangan IOL, maka mata yang tidak mempunyai lensa lagi

(afakia) visusnya 1/60, sehingga perlu dikoreksi dengan lensa S+10D

untuk melihat jauh. Koreksi ini diberikan 3 bulan pasca operasi.

Sedangkan untuk melihat dekat perlu diberikan kacamata S+3D.

Komplikasi operasi katarak bervariasi berdasarkan waktu dan luasnya.

Komplikasi dapat terjadi intra operasi atau segera sesudahnya atau periode paska

operasi lambat. Oleh karenanya penting untuk mengobservasi pasien katarak

paska operasi dengan interval waktu tertentu yaitu pada 1 hari, 1 minggu, 1 bulan,

dan 3 bulan setelah operasi katarak. Angka komplikasi katarak adalah rendah.

Komplikasi yang sering terjadi endoftalmitis, ablasio retina, dislokasi atau

malposisi IOL, peningkatan TIO, dan edema macula sistoid.8

XII. ANALISIS KASUS

Pasien ini didiagnosis sebagai katarak senilis matur dengan dasar

pemikiran sebagai berikut:

Page 16: Kasbes KSM

1. Anamnesis:

- Penglihatan mata kabur seperti tertutup kabut, bersifat kronik-

progresif, fotofobia (-), hiperemis (-), lakrimasi (-), nyeri (-), sekret

mata (-) katarak

- Pasien berusia lebih dari 50 tahun (56 tahun) tanpa adanya riwayat

trauma pada daerah mata, tanpa riwayat penggunaan obat-obatan

jangka lama, dan tanpa riwayat penyakit mata lain katarak senilis

2. Pemeriksaan status oftalmologis:

- Visus OS 1/~ LPB

- Pada pemeriksaan mata kiri didapatkan kekeruhan merata pada lensa,

iris shadow (-), pemeriksaan fundus reflek pada mata kiri (-)

katarak senilis matur.

Dalam kasus ini, pasien disarankan untuk dilakukan operasi katarak berupa

ekstraksi katarak dan penanaman IOL untuk mencegah terjadinya komplikasi

yang dapat terjadi yaitu glaukoma sekunder, uveitis, dan endoftalmitis serta

diharapkan didapatkan perbaikan tajam penglihatan.

Usul-usul pemeriksaan pra operasi bertujuan selain sebagai persiapan

kondisi pasien pra operasi dan untuk mengetahui penyulit saat operasi, juga untuk

menentukan prognosis dari tajam penglihatan pasien sebab tajam penglihatan

tidak hanya dipengaruhi oleh media refrakta namun juga refraksi dan saraf mata.

USG baik A-Scan maupun B-Scan dipakai untuk membuat bayangan,

menilai segmen posterior, dan mendiferensiasi penyakit orbita atau anatomi

intraokluar yang terhalang media keruh. Pada katarak matur tidak dimungkinkan

pemeriksaan funduskopi sehingga pemeriksaan funduskopi pada mata kanan

dilakukan dengan harapan mendapatkan gambaran fundus mata kiri. Retinometri

digunakan untuk menilai fungsi makula yang menjadi pertimbangan prognosis

tajam penglihatan pasca operasi. Pemeriksaan sekret mata dilakukan untuk

menyingkirkan adanya infeksi yang merupakan kontra indikasi operasi.

Untuk mendapatkan kekuatan IOL dilakukan pemeriksaan pengukuran

sumbu mata (dari kornea hingga ke retina) dengan USG A-Scan, keratometri, dan

biometri. Adapun pemeriksaan lain yang dibutuhkan yaitu darah rutin, waktu

Page 17: Kasbes KSM

pembekuan, waktu perdarahan, EKG, GDS, GD I/II, elektrolit, dan ureum-

kreatinin untuk persiapan pra operasi, harus dilakukan dengan teliti mengingat

adanya riwayat diabetes mellitus dan hipertensi pada pasien.

Prognosis katarak senilis matur dengan tindakan ekstraksi katarak dan

penanaman IOL dubia ad bonam yang berarti ada keraguan namun cenderung ke

arah baik karena setiap operasi memiliki risiko. Berdasarkan kepustakaan

dibuktikan bahwa sebanyak lebih dari 90% operasi katarak berhasil dengan

perbaikan fungsi penglihatan yang dinyatakan dengan perbaikan visus pasien

pasca operasi, tentu dengan persiapan pra operasi yang teliti, pelaksanaan operasi

sesuai standar, dan evaluasi paska operasi.

DAFTAR PUSTAKA

Page 18: Kasbes KSM

1. Vaughan DG, Taylor A, Paul R. Oftalmologi umum edisi 14. Jakarta : Widya

Medika; 2000.

2. Ilyas S. Trauma mata. Dalam : Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Balai penerbit

FK UI;1998.

3. Rukmini. Katarak dan Kebijakan Penanggulangan di Indonesia 4th ed.

Jakarta: Medika Jurnal Kedokteran Indonesia. c2010. [cited 2013 Feb 6].

Available from: http://www.jurnalmedika.com/edisi-tahun-2010/edisi-no-04-

vol-xxxvi-2010/179-fokus/232-katarak-dan-kebijakan-penanggulangannya-

di-indonesia.

4. Vicente VDO. Senile Cataract. Medscape. c2012. [cited 2013 Feb 6].

Available from: http://emedicine.medscape.com/article/1210914-overview#

a0104

5. Roberts JE. Photobiology of human lens. New York: Department of Natural

Science; 2011.

6. Rick A. Treatment for Cataracts. C2004. [cited 2013 Feb 6]. Available from:

http://www.med.nyu.edu/ophthalmology/patients/cataract/treatments.html?

CSRT=13715147080574745937

7. Suhardjo H. Ilmu Kesehatan Mata. Jogjakarta: Universitas Gajah Mada;

2007.

8. Bobrow JC, Mark HB, David B et al. Section 11: Lens and Cataract.

Singapore : American Academy of Ophthalmology, 2008.