Case Mata pterigium
-
Upload
rudysyahputradaulay -
Category
Documents
-
view
270 -
download
0
Transcript of Case Mata pterigium
-
7/25/2019 Case Mata pterigium
1/21
BAB I
PENDAHULUAN
Di Indonesia yang melintas di bawah garis khatuliswa, kasus-kasus pterygium
cukup sering didapati. Mereka yang sering bekerja di bawah cahaya matahari atau
penghuni di negara tropika. Apalagi karena faktor risikonya adalah paparan sinar
matahari (!A " !#$, dan bisa dipengaruhi juga oleh papaparan alergen, iritasi
berulang (misal karena debu atau kekeringan$, karena sering terdapat pada orang yang
sebagian besar hidupnya berada pada di lingkungan berangin, penuh sinar matahari,
berdebu dan berpasir.%
&terigium merupakan pertumbuhan fibro'askular konjungti'a yang bersifat
degeneratif dan in'asif. eperti daging berbentuk segitiga, dan umumnya bilateral di
sisi nasal. )emuan patologik pada konjungti'a, lapisan bowman kornea digantikan
oleh jaringan hialin dan elastik. *ika pterigium membesar dan meluas sampai ke
daerah pupil, lesi harus diangkat secara bedah bersama sebagian kecil kornea
superfisial di luar daerah perluasannya. +ombinasi autograft konjungti'a dan eksisi
lesi terbukti mengurangi resiko kekambuhan.
BAB II
LAPORAN KASUS
1
-
7/25/2019 Case Mata pterigium
2/21
I. Identitas &asien
ama )n. antoso
sia /0 tahun
*enis kelamin 1aki-1aki
Alamat +aret
&ekerjaan +aryawan swasta
&endidikan 1)A
uku #angsa Indonesia
Agama Islam
&emeriksa *usthesya 2itriani 2.&
II. Anamnesis
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal / *anuari
3%/ di poli Mata 4A1 Dr.Mintohardjo
+eluhan tama Mata nyeri sejak % minggu yang lalu
+eluhan tambahan Mata merah hilang timbul, terasa ada yang
mengganjal dikedua mata
4iwayat penyakit sekarang &asien datang ke poliklinik mata dengan
keluhan kedua mata nyeri tiba-tiba sejak % minggu yang lalu. 5s mengaku,
awalnya saat melakukan pekerjaannya sebagai sopir swasta yang sedang
mengendarai kendaraannya dari gawi menuju emarang os hampir tiap saat
membuka kaca mobil dengan maksud tidak terus-terusan terkena A6 mobil.
aat melanjutkan perjalanan dari emarang menuju *akarta, os mulai merasa
kedua matanya terasa kabur dan berair disertai rasa nyeri. +eesokan harinya
setiba di jakarta, os ke &uskesmas tetapi tidak diberi obat melainkan dirujuk ke
4A1. elain itu, os juga mengeluhkan saat ini tiap terkena kipas angin atau
naik motor tanpa pelindung mata, kedua matanya menjadi cepat merah dan
nyeri dan terasa ada yang mengganjal di kedua mata.2
-
7/25/2019 Case Mata pterigium
3/21
4iwayat penyakit dahulu 7) (-$ , DM (-$, 4iwayat operasi katarak (8$
pada tanggal %%9%%93%: dan %/9%93%:
4iwayat +eluarga +eluarga tidak ada yang memiliki gejala yang
sama
III. &emeriksaan 2isik
+eadaan umum tampak sakit ringan
+esadaran compos mentis
)anda 'ital
uhu ;/ 36
adi 3 mm7g
I!. &emeriksaan Mata tatus lokalis
3
-
7/25/2019 Case Mata pterigium
4/21
Mata Kanan Mata Kiri
entral, normal Kedudukan entral, normal
/93 -%,:3 /9/ Visus /93 -%,33 6-3,:3 = %3: /9/
+e segala arah Pergerakan +e segala arah
?dema (-$ Palpebrae ?dema (-$
7iperemi (8$, sekret (-$, &apil yang
besar( coble stone$ , tampak
serabut fibro'askular (8$
Kn!ungti"a 7iperemi (8$, sekret (-$ , &apil
yang besar( coble stone$, tampak
serabut fibro'askular (8$
jernih Sklera jernih
*ernih Krnea *ernih
4eguler(normal$ Iris 4eguler(normal$
*ernih Lensa jernih
#ulat
1etak di pusat mata
@ 8 ; mm
4eflek cahaya (8$
Pupil #ulat
1etak di pusat mata
@ 8 ; mm
4eflek cahaya (8$
)idak dilakukan #unduskpi )idak dilakukan
)idak dilakukan $n%etri )idak dilakukan
)idak dilakukan $es #lures&en )idak dilakukan
ormal Palpasi normal
!. Diagnosis +erja
&terigium
!I. Diagnosis #anding
pseudopterigium
!II. 4encana )atalaksana
%.)erapi on-medikamentosa
4
-
7/25/2019 Case Mata pterigium
5/21
ecara teoritis, perlu dilakukan tindakan untuk menghindarifaktor-faktor
penyebab seperti paparan radiasi ultra'iolet, angin, dan debudengan tujuan
mengurangi risiko berkembangnya pterigium pada indi'idu yang memiliki
risikotinggi. &asien disarankan untuk menggunakan topi yang memiliki pinggiran dan
menggunakan kacamata pelindung untuk mengurangi paparan cahaya matahari, angin,
dan debu pada mata. )indakan pencegahan ini bahkan lebih penting untuk pasien
yang tinggal di daerah subtropis atau tropis, dan pada pasien yang banyak berakti'itas
di luar ruangan.
. )erapi Medikamentosa
&ada pterigium yang ringan tidak perlu di obati. ntuk pterigium derajat %-
yang mengalami inflamasi, pasien dapat diberikan obat tetes mata kombinasi
antibiotik dan steroid ; kali sehari selama :- hari. Diperhatikan juga bahwa
penggunaan kortikosteroid tidak dibenarkan pada penderita dengan tekanan
intraokular tinggi atau mengalami kelainan pada kornea.;
!III. &rognosis
Ad !itam Ad #onam
Ad 2ungsionam Ad #onam
Ad anationam Ad #onam
BAB III
PEMBAHASAN KASUS
&asien datang ke poliklinik mata dengan keluhan kedua mata nyeri tiba-tiba
sejak % minggu yang lalu. 5s mengaku, awalnya saat melakukan pekerjaannya
sebagai sopir swasta yang sedang mengendarai kendaraannya dari gawi menuju
emarang os hampir tiap saat membuka kaca mobil dengan maksud tidak terus-
terusan terkena A6 mobil. aat melanjutkan perjalanan dari emarang menuju
*akarta, os mulai merasa kedua matanya terasa kabur dan berair disertai rasa nyeri.5
-
7/25/2019 Case Mata pterigium
6/21
+eesokan harinya setiba di jakarta, os ke &uskesmas tetapi tidak diberi obat
melainkan dirujuk ke 4A1. elain itu, os juga mengeluhkan saat ini tiap terkena
kipas angin atau naik motor tanpa pelindung mata, kedua matanya menjadi cepat
merah dan nyeri dan terasa ada yang mengganjal di kedua mata. &ada pterigium,
diduga disebabkan iritasi kronis akibat debu, cahaya sinar matahari, dan udara panas.
?tiologinya tidak diketahui dengan jelas dan diduga merupakan suatu neoplasma,
radang, dan degenerasi. &terigium diduga merupakan fenomena iritatif akibat sinar
ultra'iolet, pengeringan dan lingkungan dengan angin banyak. 2aktor lain yang
menyebabkan pertumbuhan pterygium antara lain uap kimia, asap, debu dan benda-
benda lain yang terbang masuk ke dalam mata.0
&ada pemeriksaan lokalis mata (status oftalmologis$, ditemukan pada kedua
konjungti'a gambaran hiperemi (8$, sekret (-$, papil yang besar( coble stone$ , tampak
serabut fibro'askular (8$. &ada pterigium, tampak jaringan fibro'askular berbentuk
segitiga yang terbentang dari konjungti'a interpalpebra sampai kornea, tepi jaringan
berbatas tegas sebagai suatu garis yang berwarna coklat kemerahan,dan umumya
tumbuh di daerah nasal, yaitu pada >3B kasus. Dibagian depan dari apeks pterigium
terdapat infiltrat-infiltrat kecil yang disebut Cislet of 2uch. &terigium yang
mengalami iritasi dapat menjadi merah dan menebal, hal tersebut yang terkadang
dikeluhkan oleh penderita./
&ada pasien ini diagnosis bandingnya ialah pseudopterium karena pada
gambaran klinisnya serupa hanya saja bedanya pseudopterium merupakan perlekatan
konjungti'a dengan kornea yang cacat. &seudopterigium ini sering terjadi pada proses
penyembuhan tukak korneasehingga konjungti'a menutupi kornea.:,/
BAB IV
$IN'AUAN PUS$AKA
()* Anat%i dan #isilgi
()*)*Anat%i Kn!ungti"a
+onjungti'a merupakan suatu membran transparan yang menutupi sklera dan
kelopak mata bagianbelakang. #erbagai macam obat mata dapat diserap melalui
konjungti'a. +onjungti'ajuga mengandungmusin yang dihasilkan oleh selgoblet.0
+onjungti'a terdiri atas tiga bagian, yaitu6
-
7/25/2019 Case Mata pterigium
7/21
+onjungti'a tarsal, menutupi tarsus dan sukar digerakkan dari tarsus di
bawahnya.
+onjungti'a bulbi, menutupi sklera dan mudah digerakkan dari sklera
dibawahnya. +onjungti'a forniks, merupakan tempat peralihan konjungti'a tarsal dengan
konjungti'a bulbi
+onjungti'a bulbi dan konjungti'a forniks berhubungan dengan sangat longgar
terhadap jaringan di bawahnya sehingga bola mata mudah digerakkan tanpa
hambatan.0
Eambar .% +onjungti'a0
()*)(Anat%i Krnea
+ornea merupakan lapisan jaringan yang menutup bola mata bagian depan, bening,
dan tembus cahaya.0
+ornea terdiri dari : lapisan, yaitu
?pitel
)ebalnya :3 Fm, terdiri atas :-/ lapis sel epitel tidak bertanduksaling tumpang
tindihGsel basal, sel poligonal, dan sel gepeng.
&ada sel basal sering terlihat proses mitosis sehingga sel muda ini terdorong ke
depanmenjadi sel gepeng. el basal berikatan erat dengan sel basal di sampingnya dan
sel poligonal di depannya melalui desmosom dan makula okluden. Ikatan ini
menghambat pengaliran air, elektrolit, dan glukosa yang merupakan barrier.
Membran #owman
7
-
7/25/2019 Case Mata pterigium
8/21
)erletak dibawah membran basal epitel kornea yang merupakan kolagentersusun tidak
teratur seperti stroma dan berasal dari bagian depan stroma.
troma
)erdiri atassusunan kolagen yang sejajar satu sama lain. &ada permukaan terlihatsebagai anyaman yang teratur, sedangkan di bagian perifer serat kolagenbercabang.
)erbentuknya kembali serat kolagen memakan waktu lama, kadanghingga %: bulan.
+eratosit merupakan sel stroma korneayang terletak di antara serat kolagen stroma,
berperan sebagai fibroblas. Diduga keratosit membentuk bahan dasar serta serat
kolagen pada masa perkembangan embrio dan sesudah terjadi trauma.0
MembranDescement
Merupakan membran aselular dan batas belakang stroma kornea. Dihasilkan oleh selendotel dan merupakan membran basalnya.
#ersifat sangat elastik dan berkembang terus seumur hidup, serta mempunyai tebal
03Hm.0
?ndotel
#erasal dari mesotelium,berlapis satu, berbentuk heksagonal, dan berukuran 3-
03Hm. ?ndotel melekat pada membran descement melalui hemidesmosom dan onula
okluden.
0
Eambar . 1apisan kornea0
+ornea dipersarafi oleh banyak saraf sensoris terutama berasal dari saraf siliar
longus, saraf nasosiliar, dan dari saraf kranialer'us ! cabang pertama yaitu cabang
oftalmika. araf siliar longus berjalan melalui suprakoroid, kemudian masuk ke dalam
8
-
7/25/2019 Case Mata pterigium
9/21
stroma kornea, menembus membran #owman dan melepaskan selubung schwannya.
eluruh lapis epitel dipersarafi sampai pada kedua lapis terdepan tanpa ada akhir
saraf. #ulbus +rause untuk sensasi dingin ditemukan di daerah limbus. Daya
regenerasi saraf sesudah dipotong di daerah limbus terjadi dalam; bulan. 0
)rauma atau penyakit yang merusak endotel akan mengakibatkan sistem
pompa endotel terganggu. elanjutnya akan terjadi dekompensasi endotel yang dapat
mengakibatkan edema kornea. el endotel tidak mempunyai daya regenerasi.0
+ornea adalah bagian mata yang tembus cahaya dan menutupi bola mata bagian
depan. &embiasan sinar terkuat dilakukan oleh kornea, dimana 03 dioptri dari :3
dioptri pembiasan sinar yang masuk ke dalam mata dilakukan oleh kornea.0
()(De+inisi Pterigiu%
Pterygium(bacaJter igJee umJ$ berasal dari bahasa Kunani, yaitu pteron yang artinya
wing atau sayap. &terigium merupakan suatu pertumbuhan fibro'askular konjungti'a
yang bersifat degeneratif dan in'asif. &ertumbuhan ini biasanya terletak pada celah
kelopak bagian nasal ataupun temporal konjungti'a yang meluas ke daerah kornea.0
Eambar .; Eambaran mata normal dan yang terdapat pterigium0
(), Epide%lgi Pterigiu%
Di Indonesia, hasil sur'ei Departemen +esehatan 4I tahun %>
-
7/25/2019 Case Mata pterigium
10/21
dalam penelitian di Indonesia menemukan bahwa angka pre'alensi tertinggi
ditemukan di propinsi umatra.: edangkan dari sur'ei kesehatan indra penglihatan
dan pendengaran tahun %>>: pre'alensi penyakit mata di ulawesi tara
menempatkan pterigium pada urutan pertama dengan %,>B.: Mandang pada tahun
%>3 menemukan %0,/>B pterigium khususnya di %> desa dan %,:3B pterigium di ;
ibukota kecamatan di +abupaten Minahasa. Di Minahasa, pterigium merupakan
penyakit mata nomor ; sesudah kelainan refraksi dan penyakit infeksi luar.
Mangindaan dan #ustanimelaporkan %,;:B pterigium di desa di +abupaten
Minahasa tara. 7asilnya %,>B pada pria dan ,::B
berusia di atas :3 tahun, dengan pekerjaan sebagai petani sebesar %3,%%B, insidens
terbanyak adalah pterigium stadium ; dengan 0,%%B, dan insiden pterigium yang
tumbuh di bagian nasal sebesar ::,/ B./,
()- Etilgi Pterigiu%
?tiologi pterigium belum diketahui secara jelas. Diduga merupakan suatu proses
peradangan dan degenerasi yang disebabkan oleh iritasi kronis akibat debu, pasir,
cahaya matahari, lingkungan berangin,dan udara yang panas. elain itu faktor genetik
dicurigai menjadi salah satu faktor predisposisi.
-
7/25/2019 Case Mata pterigium
11/21
Iritasi kronik atau inflamasi yang terjadi pada area limbus atau perifer kornea
merupakan pendukung terjadinya teori keratitis kronik dan terjadinya limbal sebagai
teori baru patogenesis dari pterigium. Long juga menunjukkan adanya pterygium
angiogenesis factor dan penggunaan pharmacotherapy antiangiogenesis sebagai
terapi. Debu, kelembaban yang rendah,trauma kecil dari bahan partikel tertentu, dry
eye,dan 'irus papilloma juga dapat menjadi penyebab pterigium.>
(). Pat+isilgi
+onjungti'a bulbi selalu berhubungan dengan dunia luar. +ontak dengan
ultra'iolet, debu, kekeringan mengakibatkan terjadinya penebalan dan pertumbuhan
konjungti'a bulbi yang menjalar ke kornea./
&terigium ini biasanya bilateral, karena kedua mata mempunyai kemungkinan yang
sama untuk kontak dengan sinar ultra'iolet, debu dan kekeringan. emua kotoran
pada konjungti'a akan menuju ke bagian nasal, kemudian melalui pungtum lakrimalis
dialirkan ke meatus nasi inferior./
Daerah nasal konjungti'a juga relatif mendapat sinar ultra'iolet yang lebih
banyak dibandingkan dengan bagian konjungti'a yang lain, karena di samping kontak
langsung, bagian nasal konjungti'a juga mendapat sinar ultra 'iolet secara tidak
langsung akibat pantulan dari hidung, karena itu pada bagian nasal konjungti'a lebih
sering didapatkan pterigium dibandingkan dengan bagian temporal./
&atofisiologi pterygium ditandai dengan degenerasi elastotik kolagen dan
proliferasi fibro'askular, dengan permukaan yang menutupi epithelium, 7istopatologi
kolagen abnormal pada daerah degenerasi elastotik menunjukkan basofilia bila dicat
dengan hematoksin dan eosin. *aringan ini juga bisa dicat dengan cat untuk jaringan
elastic akan tetapi bukan jaringan elastic yang sebenarnya, oleh karena jaringan ini
tidak bisa dihancurkan oleh elastase.;
7istologi, pterigium merupakan akumulasi dari jaringan degenerasi subepitel
yang basofilik dengan karakteristik keabu-abuan di pewarnaan 7 " ? . #erbentuk ulat
atau degenerasi elastotic dengan penampilan seperti cacing bergelombang dari
jaringan yang degenerasi. &emusnahan lapisan #owman oleh jaringan fibro'ascular
sangat khas. ?pitel diatasnya biasanya normal, tetapi mungkin acanthotic,
hiperkeratotik, atau bahkan displastik dan sering menunjukkan area hiperplasia dari
sel goblet.
12
-
7/25/2019 Case Mata pterigium
13/21
6ap #iasanya datar, terdiri atas ona abu-abu pada kornea yang kebanyakan terdiri atas fibroblast, mengin'asi dan menghancurkan lapisan bowman
pada kornea
Lhitish etelah cap, lapisan 'askuler tipis yang mengin'asi kornea
#adan #agian yang mobile dan lembut, area yang 'esikuler pada konjuncti'a bulbi, area paling ujung
#erbentuk segitiga yang terdiri dari kepala (head$ yang mengarah ke kornea dan
badan. Derajat pertumbuhan pterigium ditentukan berdasarkan bagian kornea yang
tertutup oleh pertumbuhan pterigium, dan dapat dibagi menjadi 0 (Eradasi klinis
menurut Koungson $
Derajat % *ika pterigium hanya terbatas pada limbus kornea
Derajat *ika pterigium sudah melewati limbus kornea tetapi tidak
lebih dari mm melewati kornea
Derajat ; *ika pterigium sudah melebihi derajat dua tetapi tidak
melebihi pinggiran pupil mata dalam keadaan cahaya normal (diameter pupil
sekitar ;-0 mm$
Derajat 0 *ika pertumbuhan pterigium sudah melewati pupil sehingga
mengganggu penglihatan.;
()2 Diagnsa
&enderita dapat melaporkan adanya peningkatan rasa sakit pada salah satu atau kedua
mata, disertai rasa gatal, kemerahan dan atau bengkak. +ondisi ini mungkin telah ada
selama bertahun-tahun tanpa gejala dan menyebar perlahan-lahan, pada akhirnya
menyebabkan penglihatan terganggu, ketidaknyamanan dari peradangan dan iritasi.
ensasi benda asing dapat dirasakan, dan mata mungkin tampak lebih kering dari
biasanya. penderita juga dapat melaporkan sejarah paparan berlebihan terhadap sinar
matahari atau partikel debu.>
13
-
7/25/2019 Case Mata pterigium
14/21
)est ji ketajaman 'isual dapat dilakukan untuk melihat apakah 'isus terpengaruh.
Dengan menggunakan slitlamp diperlukan untuk mem'isualisasikan pterygium
tersebut.>Dengan menggunakan sonde di bagian limbus, pada pterigium tidak dapat
dilalui oleh sonde seperti pada pseudopterigium.;
()2)* Diagnsa Banding
&inguekula
&enebalan terbatas pada konjungti'a bulbi, berbentuk nodul yang berwarna
kekuningan./
Eambar .0 &ingekuela/
&seudopterigium
&terigium umumnya didiagnosis banding dengan pseudopterigium yang merupakan
suatu reaksi dari konjungti'a oleh karena ulkus kornea. &ada pengecekan dengan
sonde, sonde dapat masuk di antara konjungti'a dan kornea.
&seudopterigium merupakan perlekatan konjungti'a dengan kornea yang cacat akibat
ulkus. ering terjadi saat proses penyembuhan dari ulkus kornea, dimana konjungti'atertarik dan menutupi kornea. &seudopterigium dapat ditemukan dimana saja bukan
hanya pada fissura palpebra seperti halnya pada pterigium. &ada pseudopterigium
juga dapat diselipkan sonde di bawahnya sedangkan pada pterigium tidak. &ada
pseudopterigium melalui anamnesa selalu didapatkan riwayat adanya kelainan kornea
sebelumnya, seperti ulkus kornea. elain pseudopterigium, pterigium dapat pula
didiagnosis banding dengan pannus dan kista dermoid./
14
-
7/25/2019 Case Mata pterigium
15/21
Eambar .: &terigium/
#eda pterigium dengan pseudopterigium/
&terigium &seudopterigium
ebab &roses degeneratif 4eaksi tubuh penyembuhan
dari luka bakar, E5, difteri,
dll.
onde )ak dapat dimasukkan di
bawahnya
Dapat dimasukkan dibawahnya
+ekambuhan 4esidif )idak
sia Dewasa Anak
()3 $erapi
on 2armakologi
ecara teoritis,perlu dilakukan tindakan untuk menghindarifaktor-faktor penyebab
seperti paparan radiasi ultra'iolet, angin, dan debudengan tujuan mengurangi risiko
berkembangnya pterigium pada indi'idu yang memiliki risikotinggi. &asien
disarankan untuk menggunakan topi yang memiliki pinggiran dan menggunakan
kacamata pelindung untuk mengurangi paparan cahaya matahari, angin, dan debu
pada mata. )indakan pencegahan ini bahkan lebih penting untuk pasien yang tinggal
di daerah subtropis atau tropis, dan pada pasien yang banyak berakti'itas di luar
ruangan.
+onser'atif
15
-
7/25/2019 Case Mata pterigium
16/21
&ada pterigium yang ringan tidak perlu di obati. ntuk pterigium derajat %- yang
mengalami inflamasi, pasien dapat diberikan obat tetes mata kombinasi antibiotik dan
steroid ; kali sehari selama :- hari. Diperhatikan juga bahwa penggunaan
kortikosteroid tidak dibenarkan pada penderita dengan tekanan intraokular tinggi atau
mengalami kelainan pada kornea.;
#edah
&ada pterigium derajat ;-0 dilakukan tindakan bedah berupa a'ulsi pterigium. edapat
mungkin setelah a'ulsi pterigium maka bagian konjungti'a bekas pterigium tersebut
ditutupi dengan cangkok konjungti'a yang diambil dari konjugnti'a bagian superior
untuk menurunkan angka kekambuhan. )ujuan utama pengangkatan pterigium yaitu
memberikan hasil yang baik secara kosmetik, mengupayakan komplikasi seminimal
mungkin, angka kekambuhan yang rendah. &enggunaan Mitomycin 6 (MM6$
sebaiknya hanya pada kasus pterigium yang rekuren, mengingat komplikasi dari
pemakaian MM6 juga cukup berat.;
Indikasi 5perasi
o &terigium yang menjalar ke kornea sampai lebih ; mm dari limbus
o &terigium mencapai jarak lebih dari separuh antara limbus dan tepi
pupil
o &terigium yang sering memberikan keluhan mata merah, berair dan
silau karena astigmatismus
o +osmetik, terutama untuk penderita wanita./
)eknik &embedahan
)antangan utama dari terapi pembedahan pterigium adalah kekambuhan,
dibuktikan dengan pertumbuhan fibro'ascular di limbus ke kornea. #anyak teknik
bedah telah digunakan, meskipun tidak ada yang diterima secara uni'ersal karena
tingkat kekambuhan yang 'ariabel. )erlepas dari teknik yang digunakan, eksisi
pterigium adalah langkah pertama untuk perbaikan. #anyak dokter mata lebih
memilih untuk memisahkan ujung pterigium dari kornea yang mendasarinya.
+euntungan termasuk epithelisasi yang lebih cepat, jaringan parut yang minimal dan
halus dari permukaan kornea.%3
)eknik #are clera
16
-
7/25/2019 Case Mata pterigium
17/21
Melibatkan eksisi kepala dan tubuh pterygium, sementara memungkinkan sclera
untuk epitelisasi. )ingkat kekambuhan tinggi, antara 0 persen dan persen, telah
didokumentasikan dalam berbagai laporan.%3
)eknik Autograft +onjungti'aMemiliki tingkat kekambuhan dilaporkan serendah persen dan setinggi 03
persen pada beberapa studi prospektif. &rosedur ini melibatkan pengambilan
autograft, biasanya dari konjungti'a bulbar superotemporal, dan dijahit di atas sclera
yang telah di eksisi pterygium tersebut. +omplikasi jarang terjadi, dan untuk hasil
yang optimal ditekankan pentingnya pembedahan secara hati-hati jaringan )enons
dari graft konjungti'a dan penerima, manipulasi minimal jaringan dan orientasi akurat
dari grafttersebut. 1awrenceL. 7irst, M##, dari Australia merekomendasikan
menggunakan sayatan besar untuk eksisi pterygium dan telah dilaporkan angka
kekambuhan sangat rendah dengan teknik ini.%3
Eambar ./ 1angkah-langkah teknik autograft konjungti'a%3
6angkok Membran Amnion
Mencangkok membran amnion juga telah digunakan untuk mencegah
kekambuhan pterigium. Meskipun keuntungkan dari penggunaan membran amnion
ini belum teridentifikasi, sebagian besar peneliti telah menyatakan bahwa itu adalah
membran amnion berisi faktor penting untuk menghambat peradangan dan fibrosis
dan epithelialisai. ayangnya, tingkat kekambuhan sangat beragam pada studi yang
ada,diantara ,/ persen dan %3, persen untuk pterygia primer dan setinggi ;,:
17
a) Pterigiu%)
b) Batas pterigiu% 4ang
akan dieksisi)
&) Pterigiu% tela5
dieksisi)
d) Kn!ungti"a di daera5
4ang tidakterkena sinar
UV6 %isaln4apada
bagian ba7a5 palpebra
superir6 dia%bil sebagai
autgra+t)
e) Autgra+t kn!ungti"a
tersebut dipinda5kan ke
-
7/25/2019 Case Mata pterigium
18/21
persen untuk kekambuhan pterygia. ebuah keuntungan dari teknik ini selama
autograft konjungti'a adalah pelestarian bulbar konjungti'a. Membran Amnion
biasanya ditempatkan di atas sklera , dengan membran basal menghadap ke atas dan
stroma menghadap ke bawah. #eberapa studi terbaru telah menganjurkan penggunaan
lem fibrin untuk membantu cangkok membran amnion menempel jaringan episcleral
dibawahnya. 1emfibrin juga telah digunakan dalam autografts konjungti'a.%3
()3)* $erapi $a%ba5an
)ingkat kekambuhan tinggi yang terkait dengan operasi terus menjadi
masalah, dan terapi medis demikian terapi tambahan telah dimasukkan ke dalam
pengelolaan pterygia. tudi telah menunjukkan bahwa tingkat rekurensi telah jatuh
cukup dengan penambahan terapi ini, namun ada komplikasi dari terapi tersebut.%3
MM6 telah digunakan sebagai pengobatan tambahan karena kemampuannya
untuk menghambat fibroblas. ?feknya mirip dengan iradiasi beta. amun, dosis
minimal yang aman dan efektif belum ditentukan. Dua bentuk MM6 saat ini
digunakan aplikasi intraoperati'e MM6 langsung ke sclera setelah eksisi pterygium,
dan penggunaan obat tetes mata MM6 topikal setelah operasi. #eberapa penelitian
sekarang menganjurkan penggunaan MM6 hanya intraoperatif untuk mengurangi
toksisitas.%3
#eta iradiasi juga telah digunakan untuk mencegah kekambuhan, karena
menghambat mitosis pada sel-sel dengan cepat dari pterygium, meskipun tidak ada
data yang jelas dari angka kekambuhan yang tersedia. amun, efek buruk dari radiasi
termasuk nekrosis scleral , endophthalmitis dan pembentukan katarak, dan ini telah
mendorong dokter untuk tidak merekomendasikan terhadap penggunaannya.%3
ntuk mencegah terjadi kekambuhan setelah operasi, dikombinasikan dengan
pemberian
Mitomycin 6 3,3B tetes mata (sitostatika$ =% tetes9hari selama : hari,
bersamaan dengan pemberian de=amethasone 3,%B 0=% tetes9hari kemudian
tappering off sampai /minggu.
18
-
7/25/2019 Case Mata pterigium
19/21
Mitomycin 6 3,30B (o,0 mg9ml$ 0=% tetes9hari selama %0 hari, diberikan
bersamaan dengan salep mata de=amethasone.
inar #eta.
)opikal )hiotepa (triethylene thiophosphasmide$ tetes mata % tetes9 ; jam
selama /minggu, diberikan bersamaan dengan salep antibiotik
6hloramphenicol, dan steroidselama % minggu./
()*8 K%plikasi
+omplikasi dari pterigium meliputi sebagai berikut
Eangguan penglihatan-Mata kemerahan
Iritasi Eangguan pergerakan bola mata.
)imbul jaringan parut kronis dari konjungti'a dan kornea
Dry ?ye sindrom. ;
+omplikasi post-operatif bisa sebagai berikut
Infeksi
lkus kornea
Eraft konjungti'a yang terbuka
Diplopia
Adanya jaringan parut di kornea. ;
Kang paling sering dari komplikasi bedah pterigium adalah kekambuhan. ?ksisi bedah
memiliki angka kekambuhan yang tinggi, sekitar :3-
-
7/25/2019 Case Mata pterigium
20/21
()*( Prgnsis
+etajaman penglihatan dan dari segi kosmetik pasien setelah pterigium
dieksisi menjadi baik. 4asa tidak nyaman pada hari pertama setelah operasi dapat
ditoleransi. +ebanyakan pasien setelah 0< jam pasca operasi sudah dapat berakti'itas
kembali./
4ekurensi pterigium setelah operasi masih merupakan suatu masalah sehingga untuk
mengatasinya berbagai metode dilakukan termasuk pengobatan dengan antimetabolit,
antineoplasia, dan transplantasi konjungti'a. &asien denganpterigium yang berulang
dapat dilakukan kembali prosedur pengangkatan dengan cara eksisi
kemudiandilakukan konjungti'a autograft atau transplantasi membran amnion.
mumnya rekurensi pterigium terjadi pada ;N/ bulan pertama setelah operasi./
&ada orangyang berisiko tinggi timbulnya pterigium seperti memiliki riwayat
keluarga dengan pterigium, berkerja di luar ruangan dalam waktu lama, dan tinggal di
daerah yang berangin dianjurkan memakaitopi dan kacamata pelindung untuk
mengurangi paparan sinar matahari pada mata.
20
-
7/25/2019 Case Mata pterigium
21/21
BAB V
DA#$AR PUS$AKA
%. American Academy of 5fthalmology. 3%. www.AA5.org
. !oughan " Asbury. 5ftalmologi umum , &aul 4iordan-e'a, *ohn &. Lhitcher edisi
%*akarta ?E6, 33> 7al %%>
;. A'ailable at www.inascrs.org/pterygium/
0. Earcia-2errer 2*, chwab I4, hetlar D*. +onjungti'a 5ftalmologi umum. ?disi
ke-%. &enerbit #uku +edokteran. *akarta. 3%;.
:. 2isher*&. &terygium. Dikutip dari
http99emedicine.medscape.com9article9%%>:-o'er'iew. Diakses pada ;%
Agustus 3%:.
/. Ilyas . Mata merah &enuntun ilmu penyakit mata. *akarta #alai &enerbit
2+I.3%;.
. 1auarni. &re'alensi pterigium di +abupaten 1angkat 3%3. )esis. 2akultas
+edokteran ni'ersitas umatra tara. Medan. 3%%.