ABSTRAK SARTIKA PUTRI WARDANA, NIM...

81
ABSTRAK SARTIKA PUTRI WARDANA, NIM 205018200443, Hubungan Intensitas Layanan Bimbingan dan Konseling dengan Motivasi Belajar Siswa (Studi Kasus Siswa Kelas XI SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan). Bimbingan dan konseling merupakan layanan kepada peserta didik untuk membantu mengoptimalkan perkembangan peserta didik yang berkenaan dengan aspek pribadi, sosial, pemahaman dan pengembangan karakteristik dan potensi yang dimilikinya serta penyesuaian diri dalam berbagai kegiatan pendidikan dan pembelajaran. Penelitian ini membahas tentang hubungan intensitas layanan bimbingan dan konseling dengan motivasi belajar siswa. Adakah hubungan intensitas layanan bimbingan dan konseling dengan memotivasi belajar siswa? Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar hubungan intensitas layanan bimbingan dan konseling dengan motivasi belajar siswa. Sehingga hasil yang didapatkan dari penelitian ini bisa dijadikan bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan mengenai hubungan bimbingan dan konseling dalam meningkatkan motivasi belajar siswa. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, sedangkan metode penelitian yang digunakan adalah metode korelasional yang didukung teknik- teknik pengumpulan data melalui penyebaran angket (kuesioner), dokumentasi, dan wawancara dengan guru BK. Jumlah populasi sebanyak 148 siswa kelas XI yang diambil sebanyak 30 siswa. Dari hasil pengolahan data yang diperoleh nilai “r” hitung sebesar 0,496 yang berarti ada hubungan positif yang signifikan antara hubungan intensitas layanan bimbingan dan konseling dengan motivasi belajar siswa. i

Transcript of ABSTRAK SARTIKA PUTRI WARDANA, NIM...

Page 1: ABSTRAK SARTIKA PUTRI WARDANA, NIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2491/1/98366... · Layanan Bimbingan dan Konseling dengan Motivasi ... Bimbingan dan konseling

ABSTRAK

SARTIKA PUTRI WARDANA, NIM 205018200443, Hubungan Intensitas Layanan Bimbingan dan Konseling dengan Motivasi Belajar Siswa (Studi Kasus Siswa Kelas XI SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan).

Bimbingan dan konseling merupakan layanan kepada peserta didik untuk membantu mengoptimalkan perkembangan peserta didik yang berkenaan dengan aspek pribadi, sosial, pemahaman dan pengembangan karakteristik dan potensi yang dimilikinya serta penyesuaian diri dalam berbagai kegiatan pendidikan dan pembelajaran. Penelitian ini membahas tentang hubungan intensitas layanan bimbingan dan konseling dengan motivasi belajar siswa. Adakah hubungan intensitas layanan bimbingan dan konseling dengan memotivasi belajar siswa?

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar hubungan intensitas layanan bimbingan dan konseling dengan motivasi belajar siswa. Sehingga hasil yang didapatkan dari penelitian ini bisa dijadikan bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan mengenai hubungan bimbingan dan konseling dalam meningkatkan motivasi belajar siswa.

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, sedangkan metode penelitian yang digunakan adalah metode korelasional yang didukung teknik-teknik pengumpulan data melalui penyebaran angket (kuesioner), dokumentasi, dan wawancara dengan guru BK. Jumlah populasi sebanyak 148 siswa kelas XI yang diambil sebanyak 30 siswa.

Dari hasil pengolahan data yang diperoleh nilai “r” hitung sebesar 0,496 yang berarti ada hubungan positif yang signifikan antara hubungan intensitas layanan bimbingan dan konseling dengan motivasi belajar siswa.

 

  i

Page 2: ABSTRAK SARTIKA PUTRI WARDANA, NIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2491/1/98366... · Layanan Bimbingan dan Konseling dengan Motivasi ... Bimbingan dan konseling

KATA PENGANTAR

Bismillahhirrahmanirrahim

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT, atas limpahan

rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan

skripsi ini. Salawat teriring salam semoga selalu tercurah-limpahkan kepada

junjungan alam Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat, dan kepada pengikut-

Nya yang selalu teguh dan setia dalam mengikuti dan mengamalkan ajaran-Nya.

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Strata Satu KI-Manajemen Pendidikan (Spd). Dan penyusunan skripsi ini

tidak terlepas dari dari bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena

itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

2. Ketua dan Sekretaris Jurusan KI- Manajemen Pendidikan FITK UIN syarif

Hudayatullah Jakarta.

3. Dra. Zikri Neni Iska M. Psi, dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan

waktu dan kemudahan selama proses bimbingan serta memberikan saran serta

dukungan kepada penulis selama pembuatan skripsi ini.

4. Dra. Fadhilah Suralaga, M. Si, dosen penguji yang telah meluangkan waktu

dan kemudahan selama proses bimbingan.

5. Drs. Muarif Sam, Mpd, Sekretaris Jurusan KI-MP yang sudah banyak

membantu penulis dalam berbagai hal

6. Seluruh Dosen dan Staf Jurusan KI-Manajemen Pendidikan dan Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta yang telah memberikan segenap ilmu dan

keahlian kepada penulis serta turut melancarkan usaha pembuatan skripsi ini

sebagai syarat menyelesaikan studi S-1.

  ii

Page 3: ABSTRAK SARTIKA PUTRI WARDANA, NIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2491/1/98366... · Layanan Bimbingan dan Konseling dengan Motivasi ... Bimbingan dan konseling

  iii

7. Kepada kedua orang tuaku tercinta, terima kasih atas segala dorongan yang

tak mungkin dapat aku nilai kecuali dengan cinta dan maaf jika selama ini

belum bisa menjadi anak yang baik. Semua ini aku persembahkan untuk

kalian.

8. Sahabat-sahabat yang tak pernah letih menjaga silaturahim: kerida Laksana,

maftuha, Lena Magdalena, Hilda Indriasari dan Siti Muldiyah, terima kasih

telah menjadi teman ku untuk berbagi segala keluh kesah dan canda tawa.

9. Teman-teman KI-Manajemen angkatan 2005 yang tak bisa penulis sebutkan

satu persatu, semoga silaturahim yang selama ini terjalin erat tetap terjaga

untuk selamanya.

10. Semua pihak yang turut membantu selama pekuliahan dan penyelesaian studi

penulis.

Semoga Allah SWT. membalas kebaikan seluruh pihak yang terlibat

dalam penyusunan skripsi ini dengan limpahan rahmat dan kasih sayang-Nya.

Peneliti menyadari bahwa banyak terdapat cacat dan cela dalam karya ini, untuk

itu peneliti mohon maaf atas segala kekurangan didalamnya dan senantiassa

berharap karya ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca. Amin khoirunnas

anfauhum linnas.

Jakarta, 20 September 2010

Penulis

 

Page 4: ABSTRAK SARTIKA PUTRI WARDANA, NIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2491/1/98366... · Layanan Bimbingan dan Konseling dengan Motivasi ... Bimbingan dan konseling

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN PENULIS

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI

ABSTRAK ....................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii

DAFTAR ISI ....................................................................................................... iv

DAFTAR TABEL ............................................................................................... vii

DAFTAR LAMPIRA .......................................................................................... viii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .......................................................... 1

B. Identifikasi Masalah ................................................................ 5

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah...................................... 5

D. Tujuan Dan Manfaat Penelitian .............................................. 6

BAB II KAJIAN TEORI

A. Motivasi Belajar

1. Pengertian Motif dan Motivasi belajar .............................. 7

2. Pengertian Belajar ............................................................. 9

3. Motivasi Belajar ................................................................ 11

4. Fungsi Motivasi dalam Belajar ......................................... 11

5. Jenis-jenis Motivasi ........................................................... 12

6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar ....... 13

B. Pengertian Bimbingan dan Konseling

1. Pengertian Bimbingan ....................................................... 15

2. Pengertian Konseling ........................................................ 17

3. Hubungan Antara Bimbingan dan Konseling ................... 19

4. Tujuan, Fungsi dan Pengembangan Bimbingan

dan Konseling dalam Bidang-bidangnya .......................... 20

5. Layanan Bimbingan dan Konseling .................................. 24

  iv

Page 5: ABSTRAK SARTIKA PUTRI WARDANA, NIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2491/1/98366... · Layanan Bimbingan dan Konseling dengan Motivasi ... Bimbingan dan konseling

C. Kerangka Berfikir ................................................................... 26

D. Hipotesa Penelitian ................................................................. 27

BAB III METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Peneltian .................................................. 28

B. Pendekatan dan Metode Penelitian ......................................... 28

C. Populasi dan Sampel ............................................................... 28

D. Pengambilan Sampel ............................................................... 29

E. Variabel Penelitian .................................................................. 29

F. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian ............. 30

G. Uji Coba Instrumen ................................................................. 33

a. Validitas ............................................................................. 33

b. Reliabilitas .......................................................................... 37

c. Hipotesis .............................................................................. 39

BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Responden

1. Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin ................................... 41

2. Subjek Berdasarkan Kelas................................................. 42

3. Subjek Berdasarkan Motivasi Mengikuti Bimbingan ....... 42

4. Subjek Berdasarkan Bimbingan yang Didapat di

Sekolah .............................................................................. 43

5. Subjek Berdasarkan Cara Mendapatkan Bimbingan ......... 43

6. Subjek Berdasarkan Hasil Setelah Mendapatkan

Bimbingan ......................................................................... 44

7. Subjek Berdasarkan Intensitas Mengikuti Bimbingan ...... 44

B. Deskripsi Data ......................................................................... 45

C. Interpretasi Data ...................................................................... 48

  v

Page 6: ABSTRAK SARTIKA PUTRI WARDANA, NIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2491/1/98366... · Layanan Bimbingan dan Konseling dengan Motivasi ... Bimbingan dan konseling

  vi

BAB V KESIMPULAN

A. Kesimpulan ............................................................................ 53

B. Saran-saran .............................................................................. 54

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 55

LAMPIRAN-LAMPIRAN

 

Page 7: ABSTRAK SARTIKA PUTRI WARDANA, NIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2491/1/98366... · Layanan Bimbingan dan Konseling dengan Motivasi ... Bimbingan dan konseling

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kisi-kisi Instrumen Try Out Skala Layanan BK

Tabel 3.2 Kis-kisi Instrumen Try Out Skala Layanan Motivasi Belajar

Tabel 3.3 Blue Print Hasil Try Out Skala Layanan BK

Tabel 3.4 Blue Print Penelitian Try Out Skala Layanan BK

Tabel 3.5 Blue Print Try Out Skala Motivasi Belajar Siswa

Tabel 3.6 Blue Print Penelitian Try Out Motivasi Belajar Siswa

Tabel 3.7 Kaidah Reliabilitas Guilford

Tabel 4.1 Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel 4.2 Subjek Berdasarkan Kelas

Tabel 4.3 Subjek Berdasarkan Motivasi Mengikuti Bimbingan

Tabel 4.4 Subjek Berdasarkan Bimbingan yang Didapat di Sekolah

Tabel 4.5 Subjek Berdasarkan Cara Mendapatkan Bimbingan

Tabel 4.6 Subjek Berdasarkan Hasil Setelah Mendapatkan Bimbingan

Tabel 4.7 Subjek Berdasarkan Intensitas Mengikuti Bimbingan

Tabel 4.8 Distribusi Skor Responden BK

Tabel 4.9 Distribusi Skor Responden Motivasi Belajar

Tabel 4.10 Hasil Uji Hipotesis Layanan BK dengan Motivasi Belajar Siswa

 

  vii

Page 8: ABSTRAK SARTIKA PUTRI WARDANA, NIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2491/1/98366... · Layanan Bimbingan dan Konseling dengan Motivasi ... Bimbingan dan konseling

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan zaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi

seperti sekarang ini menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas

tinggi dan mempunyai pengetahuan dalam bidangnya yang memadai. Peningkatan

kualitas sumber daya manusia merupakan prasyarat mutlak untuk mencapai tujuan

pembangunan di segala bidang. Salah satu wahana untuk meningkatkan kualitas

sumber daya manusia tersebut adalah adanya pendidikan yang memadai. Hal ini

sesuai dengan Undang-Undang Pendidikan yang berlaku sekarang yaitu:

Pendidikan adalah usaha sadar untuk menumbuhkembangkan potensi sumber

daya manusia melalui kegiatan pengajaran. Hal tersebut terdapat dalam Undang-

Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 yang berbunyi sebagai

berikut:

”Bahwa tujuan pendidikan nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya yaitu manusia yang bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan”.1

Akan tetapi realita di lapangan banyak hal yang kurang relevan dengan

bunyi undang-undang di atas, dengan masih adanya siswa-siswa di Indonesia yang

kurang menyadari akan pentingnya pendidikan, serta rendahnya kemauan mereka

                                                            

1 Undang-undang Sisdiknas : (Sistem Pendidikan Nasional, 2003), h. 12  

1

Page 9: ABSTRAK SARTIKA PUTRI WARDANA, NIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2491/1/98366... · Layanan Bimbingan dan Konseling dengan Motivasi ... Bimbingan dan konseling

  2

untuk belajar yang lebih baik untuk meningkatkan kemampuan dan pengalaman

mereka untuk mempelajari semua bidang studi yang telah ditentukan dalam

undang-undang tersebut di atas seperti: matematika, bahasa, maupun ilmu

pengetahuan lain baik itu pengetahuan alam dan sosial. Banyak siswa merasa

“ogah-ogahan” di dalam kelas, tidak mampu memahami dengan baik pelajaran

yang disampaikan oleh guru-guru mereka. Hal ini menunjukan bahwa siswa tidak

mempunyai motivasi yang kuat untuk belajar. Siswa masih mengganggap

kegiatan belajar tidak menyenangkan dan memilih kegiatan lain di luar konteks

belajar seperti: menonton televisi, bermain sms di dalam kelas, dan melakukan

aktivitas lain yang kurang mendukung adanya proses belajar mengajar. Dengan

rendahnya motivasi belajar para siswa tersebut akan membuat mereka tertarik

pada hal-hal yang mengarah kepada hal-hal yang negatif seperti: membuat

keonaran, minum obat-obatan terlarang, pergaulan bebas di luar sekolah dan lain

sebagainya yang justru cenderung merugikan mereka sendiri.

“Motivasi adalah dorongan dasar yang menggerakkan seseorang

bertingkah laku”.2 Dalam hal belajar, motivasi diartikan sebagai keseluruhan daya

penggerak dalam diri siswa untuk melakukan serangkaian kegiatan belajar guna

mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Tugas guru adalah membangkitkan

motivasi anak sehingga mereka mau melakukan serangkaian kegiatan belajar.

“Motivasi siswa bisa timbul dari dalam diri individu ( intrinsik ) dan juga bisa

timbul dari luar diri siswa ( ekstrinsik)”.3 Faktor internal diantaranya adalah

minat, bakat, motivasi, dan tingkat intelegensi siswa, sedangkan faktor eksternal

diantaranya adalah faktor metode pembelajaran yang digunakan dalam kelas, serta

lingkungan di mana siswa itu melakukan aktifitas belajarnya.

Namun pada dasarnya kegiatan untuk menumbuhkan motivasi belajar

siswa bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan. Hal tersebut dikarenakan

banyak faktor yang mempengaruhinya, diantaranya rendahnya kepedulian orang

                                                            

2 B. Uno Hamzah, Dr. M. Pd, Teori Motivasi dan Pengukurannya, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2007), Cet. Ke-2, h. 1 

3 Sabri, M. Alisuf, Psikologi Pendidika Berdasarkan Kurikulum Nasional, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996), Cet. 2, h. 85  

Page 10: ABSTRAK SARTIKA PUTRI WARDANA, NIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2491/1/98366... · Layanan Bimbingan dan Konseling dengan Motivasi ... Bimbingan dan konseling

  3

tua di rumah dan guru di sekolah. Dalam hal ini guru bidang studi telah berupaya

untuk memberikan pelayanan yang terbaik, begitu pula dengan guru BK yang

telah banyak melakukan bimbingan dan konseling bagi mereka. Namun itu semua

tidaklah cukup dan juga merupakan salah satu penyebab sulitnya menumbuhkan

motivasi belajar mereka dalam hal ini siswa atau peserta didik.

Untuk keperluan penelitian hal tersebut di atas penulis mencoba dan

memilih sekolah SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan yang berlokasi di Jl.

Benda Timur Komplek Pamulang II Tangerang. Jika dilihat dari pelaksanaan

bimbingan dan konseling yang diterapkan pada sekolah tersebut memanglah

sudah memadai terutama dalam mengatasi kedisiplinan para siswa untuk

mengikuti dan menaati peraturan yang ditentukan oleh pihak sekolah. Meskipun

demikian, dari sekian banyak siswa masih saja ada diantara mereka yang kurang

peduli terhadap aturan dan bahkan cenderung melanggarnya. Sebagai contoh,

berdasarkan penelitian yang penulis lakukan ada beberapa kasus permasalahan

yang sering muncul di kalangan para siswa mengenai kurangnya motivasi siswa

dalam belajar dan hal ini tentunya akan berkaitan erat dengan prestasinya di

sekolah. Contoh-contoh kurangnya motivasi siswa dapat dilihat dengan adanya

sebagian siswa yang lebih senang izin untuk keluar kelas untuk alasan tertentu

dari pada mengikuti pelajaran yang sedang berlangsung. Hal ini dikarenakan

mereka merasa bosan atau jenuh di dalam kelas.

Contoh lain dari persoalan di atas adalah masih adanya sebagian siswa

yang terbiasa menyontek dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru,

karena mereka malas untuk berfikir dan bekerja secara mandiri dan ada juga

siswa yang sering datang terlambat ke sekolah meskipun mereka tahu aturan-

aturan yang ada, bahkan ada juga siswa yang suka membolos ke sekolah

meskipun mereka tetap berangkat dari rumah. Kasus lain yang penulis temukan

adalah siswa merasa senang jika ada guru bidang studi yang tidak dapat hadir ke

sekolah dikarenakan sesuatu hal, sehingga membuat sebagian siswa tersebut

merasa senang karena bisa mengobrol dan bercanda dengan teman-temannya

secara bebas, bahkan ada yang memilih keluar kelas dari pada harus mencatat atau

mengerjakan tugas yang telah diberikan oleh gurunya.

Page 11: ABSTRAK SARTIKA PUTRI WARDANA, NIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2491/1/98366... · Layanan Bimbingan dan Konseling dengan Motivasi ... Bimbingan dan konseling

  4

Dari fenomena tersebut, pada umumya kasus itu terjadi karena kurangnya

motivasi siswa dalam belajar serta kurangnya konselor yang ada di sekolah untuk

memberikan layanan dan bimbingan bagi mereka untuk mencapai tujuan

pendidikan itu sendiri. Oleh karena itu, dengan adanya bimbingan dan konseling

di sekolah siswa akan terbantu dalam mencapai keberhasilan belajar karena

keberhasilan belajar merupakan salah satu faktor yang dapat menjadi perhatian

utama dalam keseluruhan proses belajar mengajar di suatu lembaga pendidikan

formal.

Adapun hal lain yang bisa mempengaruhi rendahnya motivasi belajar

siswa adalah metode dan cara mengajar guru yang cenderung monoton dan tidak

menyenangkan dalam memberikan materi pelajaran bagi mereka. Begitu pula

dengan tujuan pengajaran yang kurang jelas apa yang hendak dicapai, serta tidak

adanya relevansi yang jelas dari kurikulum itu sendiri dengan kebutuhan dan

minat siswa. Adapun persoalan lain yang bisa mempengaruhi motivasi siswa

dalam belajar adalah latar belakang ekonomi orang tua mereka dan kondisi sosial

budaya yang kurang mendukung terciptanya motivasi siswa untuk belajar yang

lebih baik.

Dengan adanya persoalan-persoalan tersebut di atas, maka orang tua, guru

bidang studi maupun guru BK harus dapat bekerja sama dan bersinergi untuk

bersama-sama menumbuhkan motivasi belajar siswa dengan berbagai cara. Untuk

menghasilkan kolaborasi dalam rangka mencapai tujuan yang baik, maka pola

kerja sama antara keduanya harus dirancang dan diupayakan sedemikian rupa.

Orang tua dan guru bisa saling bekerja sama dengan memberikan informasi timbal

balik tentang siswa. Selain itu, orang tua dan guru perlu mengindentifikasi semua

permasalahan motivasi yang dihadapi siswa, kemudian secara bersama-sama

mencari solusi untuk memecahkan atau mengatasi masalah tersebut dengan

melibatkan siswa. Untuk itu dalam penelitian ini, penulis ingin mengetahui lebih

lanjut, tentang hubungan bimbingan dan konseling dalam motivasi belajar siswa.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk

mengadakan penelitian terhadap masalah tersebut sebagai objek penelitian melalui

Page 12: ABSTRAK SARTIKA PUTRI WARDANA, NIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2491/1/98366... · Layanan Bimbingan dan Konseling dengan Motivasi ... Bimbingan dan konseling

  5

judul “ Hubungan Intensitas Layanan Bimbingan dan Konseling Dengan

Motivasi Belajar Siswa”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas serta rasa ingin tahu

penulis dalam hal ini, maka penulis berupaya untuk mengidentifikasikan masalah-

masalah yang ada dengan membuat pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut :

1. Bagaimana motivasi belajar siswa SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan?

2. Bagaimana pelaksanaan bimbingan dan konseling yang dilakukan di SMA

Negeri 3 Kota Tangerang Selatan?

3. Upaya apa saja yang dilakukan dalam memberikan bimbingan dan konseling

untuk memotivasi belajar siswa di SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan?

4. Apa saja hambatan yang dihadapi guru maupun BK dalam memberikan

bimbingan terhadap siswa di SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan?

5. Metode dan cara apa saja yang digunakan oleh para guru dan BK dalam

memberikan bimbingan kepada siswa di SMA Negeri 3 Kota Tangerang

Selatan?

6. Apakah dengan adanya bimbingan dan konseling di sekolah siswa dapat

termotivasi untuk belajar?

C. Pembatasan Masalah

Dari permasalahan-permasalahan yang tercantum pada identifikasi

masalah, penulis melihat perlu melakukan pembatasan. Hal itu dilakukan agar

masalah penelitian tidak menimbulkan kerancuan, maka masalah penelitian

menjadi sebagai berikut:

1. Layanan bimbingan dan konseling yang dimaksud di sini adalah

pemberian bantuan kepada siswa melalui berbagai jenis layanan

bimbingan, termasuk layanan bimbingan belajar. Dalam penelitian ini

yang akan diteliti adalah intensitas yaitu seberapa banyak siswa yang

mengikuti kegiatan bimbingan dan konseling.

Page 13: ABSTRAK SARTIKA PUTRI WARDANA, NIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2491/1/98366... · Layanan Bimbingan dan Konseling dengan Motivasi ... Bimbingan dan konseling

  6

2. Yang dimaksud dengan motivasi belajar di sini adalah suatu dorongan

yang timbul dalam diri seseorang untuk melakukan suatu pekerjaan

tertentu, baik yang sifatnya intrinsik maupun ekstrinsik.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan diatas, maka rumusan berikut ini merupakan

fokus masalah yang akan diteliti dengan batasan yang telah penulis tentukan

sebelumnya yaitu: “Apakah ada Hubungan Intensitas Layanan Bimbingan dan

Konseling dengan Motivasi Belajar Siswa”?

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian Penelitian

1. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:

a. Pelaksanaan bimbingan dan konseling yang diberikan kepada siswa di

SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan.

b. Sejauh mana peningkatan motivasi belajar siswa melalui bimbingan dan

konseling yang diberikan.

c. Ada tidaknya hubungan yang signifikan antara intensitas layanan

bimbingan dan konseling dengan motivasi belajar siswa.

2. Manfaat Penelitian

a. Secara Teoritis

Diharapkan dapat memberikan wawasan dan pemikiran khususnya dalam

bidang bimbingan dan konseling.

b. Secara Praktis

1. Bagi Konselor: sebagai salah satu bahan tambahan dan masukan dalam

melayani anak didik yang mengalami kemerosotan motivasi mereka

dalam belajar.

2. Bagi Penulis: hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan

serta pengalaman dalam memahami anak didik, bagaimana memotivasi

dan menumbuhkan minat siswa dalam belajar.

 

 

Page 14: ABSTRAK SARTIKA PUTRI WARDANA, NIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2491/1/98366... · Layanan Bimbingan dan Konseling dengan Motivasi ... Bimbingan dan konseling

  7 

HUBUNGAN INTENSITAS LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA SMA NEGERI 3 KOTA

TANGERANG SELATAN

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi

Syarat Mencapai Gelar Sarjana Strata Satu (S-1)

Oleh :

Sartika Putri Wardana

NIM: 205018200443

PRODI MANAJEMEN PENDIDIKAN

JURUSAN KEPENDIDIKAN

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1431 H / 2010 M 

 

Page 15: ABSTRAK SARTIKA PUTRI WARDANA, NIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2491/1/98366... · Layanan Bimbingan dan Konseling dengan Motivasi ... Bimbingan dan konseling

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Motivasi Belajar

1. Pengertian Motivasi

Banyak sekali, bahkan sudah umum orang menyebut dengan motif untuk

menunjuk mengapa seseorang itu berbuat sesuatu. Akyas Azhari dalam bukunya

Psikoligi Umum dan Perkembangan mengemukakan bahwa:

Motif adalah dorongan atau daya kekuatan dari dalam diri seseorang yang mendorong yang bersangkutan untuk berbuat atau bertingkah laku dalam rangka mencapai suatu tujuan tertentu. Sedangkan motivasi adalah sesuatu daya yang menjadi pendorong seseorang bertindak, dimana rumusan motivasi menjadi sebuah kebutuhan nyata dan merupakan muara dari sebuah tindakan.1 Istilah motivasi baru digunakan sejak awal abad kedua puluh. Selama

beratus-ratus tahun, manusia dipandang sebagai makhluk rasional dan intelek

yang memiliki tujuan dan menentukan sederet perbuatan secara bebas. Nalarlah

yang menentukan apa yang dilakukan manusia. Manusia bebas memilih, dan

pilihan yang ada baik atau buruk, tergantung pada intelegensi dan pendidikan

                                                            

1 Akyas Azhari, Psikologi Umum dan Perkembangan, (Jakarta: Teraju, 2004), Cet Ke-1, h. 65 

7

Page 16: ABSTRAK SARTIKA PUTRI WARDANA, NIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2491/1/98366... · Layanan Bimbingan dan Konseling dengan Motivasi ... Bimbingan dan konseling

  8

individu, oleh karenanya manusia bertanggung jawab penuh terhadap setiap

perilakunya.

Konsep motivasi terinspirasi dari kesadaran para pakar ilmu, terutama

pakar filsafat, bahwa tidak semua tingkah laku manusia dikendalikan oleh akal,

akan tetapi tidak banyak perbuatan manusia yang dilakukan di luar kontrol

manusia. Sehingga lahirlah sebuah pendapat, bahwa manusia disamping sebagai

makhluk rasionalistik, ia juga sebagai makhluk yang mekanistik yaitu makhluk

yang digerakkan oleh sesuatu di luar nalar yang biasanya disebut naluri atau

insting.

Beberapa pakar psikologi ada yang membedakan istilah motif dan

motivasi, yaitu “motive is a need, aspiration, or purpose. Motive initiate

behavior. Motivation is a term which refered “set" or drive within the organism

wich impel to action”.2

Dari paparan definisi diatas, dapat dikatakan bahwa motif itu adalah

sesuatu yang ada dalam diri seseorang yang mendorong orang tersebut untuk

bersikap dan bertindak guna mencapai tujuan tertentu. Motif dapat berupa

kebutuhan dan cita-cita. Motif ini merupakan tahap awal dari proses motivasi,

sehingga motif baru merupakan suatu kondisi intern atau disposisi (kesiapsiagaan)

saja. Sebab motif tidak selamanya aktif. Motif aktif pada saat tertentu saja, yaitu

apabila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat mendesak.

Apabila suatu kebutuhan dirasakan mendesak untuk dipenuhi, maka motif

dan daya penggerak menjadi aktif. Motif yang telah menjadi aktif inilah yang

disebut motivasi. Motivasi dapat didefinisikan dengan segala sesuatu yang

menjadi pendorong tingkah laku yang menuntut atau mendorong seseorang untuk

memenuhi kebutuhan. Motivasi memiliki tiga komponen pokok, yaitu:

a. Menggerakkan. Dalam hal ini motivasi menimbulkan kekuatan pada individu,

membawa seseorang untuk bertindak dengan cara tertentu.

                                                            

2 Abdul Rahman Shaleh dan Muhbib Abdul Wahab, Psikologi Dalam Perspektif Islam, (Jakarta: Kencana, 2004), cet. 1, h. 130 

Page 17: ABSTRAK SARTIKA PUTRI WARDANA, NIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2491/1/98366... · Layanan Bimbingan dan Konseling dengan Motivasi ... Bimbingan dan konseling

  9

b. Mengarahkan. Berarti motivasi mengarahkan tingkah laku. Dengan demikian ia

menyediakan suatu orientasi tujuan.

c. Menopang. Artinya, motivasi digunakan untuk menjaga dan menopang tingkah

laku, lingkungan sekitar harus menguatkan intensitas dan arah dorongan-

dorongan dan kekuatan-kekuatan individu.

2. Pengertian Belajar

Belajar (learning), seringkali didefinisikan sebagai perubahan yang secara

relatif berlangsung lama pada masa berikutnya yang diperoleh dari pengalaman-

pengalaman. Para ilmuan perilaku berusaha mengukur apa yang telah dikerjakan

oleh seekor makhluk untuk dapat menguasai belajar ini. Tetapi belajar itu sendiri

merupakan satu kegiatan yang terjadi dalam diri seseorang, yang sukar untuk di

amati secara langsung.

“Sebagian orang beranggapan belajar adalah semata-mata mengumpulkan atau menghafalkan fakta-fakta yang tersaji dalam bentuk informasi atau materi pelajaran. Sehingga orang yang berasumsi demikian biasanya akan segera merasa bangga ketika anak-anaknya telah mampu menyebutkan kembali secara lisan (verbal) sebagian besar informasi yang terdapat dalam buku teks atau yang diajarkan oleh gurunya”.3

Di samping itu, ada pula sebagian orang yang memandang belajar sebagai

latihan belaka seperti tampak pada latihan membaca dan menulis. Berdasarkan

persepsi semacan ini, biasanya mereka akan merasa cukup puas bila anak-anak

mereka telah mampu memperlihatkan keterampilan jasmaniah tertentu walaupun

tanpa pengetahuan mengenai arti, hakikat dan tujuan keterampilan tersebut.

Padahal jika kita renungkan, sesungguhnya belajar adalah merupakan kegiatan

yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam setiap

penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti bahwa berhasil atau

gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu sangat tergantung pada proses belajar

yang dialami siswa, baik ketika ia berada disekolah maupun di lingkungan rumah

atau keluarganya sendiri.                                                             

3 Dra. Fadillah Suralaga, dan Nety Hartaty, Psikologi Pendidikan dalam Perspektif Islam, (UIN Jakarta Press), cet. 1, h. 61

 

Page 18: ABSTRAK SARTIKA PUTRI WARDANA, NIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2491/1/98366... · Layanan Bimbingan dan Konseling dengan Motivasi ... Bimbingan dan konseling

  10

Oleh karenanya, pemahaman yang benar mengenai arti belajar dengan

segala aspek, bentuk dan manifestasinya mutlak diperlukan oleh para pendidik,

khususnya para guru. Kekeliruan atau ketidaklengkapan persepsi mereka

terhadap proses belajar dan hal-hal lain yang berkaitan dengannya mungkin akan

mengakibatkan kurang bermutunya pembelajaran yang dicapai peserta didik.

“Pembelajaran secara sederhana dapat diartikan sebagai sebuah usaha mempengaruhi emosi, intelektual, dan spiritual seseorang agar mau belajar dengan kehendaknya sendiri. Melalui pembelajaran akan terjadi proses pengembangan moral keagamaan, aktivitas, dan kreativitas peserta didik melalui berbagai interaksi dan pengalaman belajar”.4

Untuk memperoleh pengertian yang objektif tentang belajar terutama

belajar di sekolah, perlu dirumuskan secara jelas pengertian belajar. “Belajar ialah

suatu proses usaha perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai

hasil pengalamanya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”.5

Sejalan dengan perumusan diatas, adapula tafsiran lain tentang belajar

yang menyatakan, “bahwa belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan

bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan saja mengingat, akan tetapi lebih luas

dari itu, yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan

melainkan pengubahan kelakuan”.6

Dibandingkan dengan pengertian pertama maka jelas tujuan belajar itu

prinsipnya sama, yakni perubahan tingkah laku, hanya berbeda cara atau usaha

pencapaiannya. Pengertian ini menitikberatkan pada interaksi antara individu

dengan lingkungan.

Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses membuat orang belajar.

Guru bertugas membantu orang atau siswa belajar dengan cara memanipulasi

lingkungan sehingga siswa dapat belajar dengan mudah, artinya guru harus

                                                            

4 Abuddin Nata, Perspektif Islam Tentang Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Kencana prenada Media Group, 2009), Ed. 1, Cet ke-1, h. 85  

5 Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2003), Cet Ke-4, h. 2 

6 Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), h. 27 

Page 19: ABSTRAK SARTIKA PUTRI WARDANA, NIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2491/1/98366... · Layanan Bimbingan dan Konseling dengan Motivasi ... Bimbingan dan konseling

  11

mengadakan pemilihan terhadap berbagai strategi pembelajaran yang ada, yang

paling memungkinkan proses belajar siswa berlangsung optimal.

Tujuan-tujuan pembelajaran telah dirumuskan dalam kurikulum yang

berlaku. Peran guru disini adalah sebagai pengelola proses belajar mengajar

tersebut. Karena seorang guru tidak saja dituntut sebagai pengajar yang bertugas

menyampaikan materi pelajaran tertentu tetapi juga harus dapat berperan sebagai

pendidik.

3. Motivasi Belajar

Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling mempengaruhi.

Belajar adalah perubahan tingkah laku secara relatif permanen dan secara

potensial terjadi sebagai hasil dari praktik atau penguatan yang dilandasi tujuan

untuk mencapai tujuan tertentu.

Motivasi belajar setiap orang, satu dengan yang lainnya, bisa jadi tidak

sama. Biasanya, hal itu bergantung dari apa yang diinginkan orang yang

bersangkutan. Misalnya, seorang anak mau belajar dan mengejar rangking

pertama karena diiming-imingi akan dibelikan sepeda oleh orangtuanya.

Contoh lainnya, seorang mahasiswa mempunyai motivasi belajar yang

tinggi agar lulus dengan predikat cum laude. Setelah itu, dia bertujuan untuk

mendapatkan pekerjaan yang hebat dengan tujuan membahagiakan orangtuanya.

Motivasi belajar penting bagi siswa dan guru. Tugas guru adalah membuat

semua siswa belajar sampai berhasil. Tantangan profesionalnya justru terletak

pada “mengubah” siswa tak berminat menjadi bersemanngat belajar. “Mengubah”

siswa cerdas yang acuh tak acuh menjadi bersemangat belajar.

4. Fungsi Motivasi Dalam Belajar

Dalam proses belajar dibutuhkan adanya motivasi sebagai daya penggerak

bagi siswa untuk melakukan aktivitas. Adanya motivasi yang tinggi dalam diri

seseorang akan sangat berpengaruh terhadap usaha kerjanya. “Motivasi sangat

Page 20: ABSTRAK SARTIKA PUTRI WARDANA, NIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2491/1/98366... · Layanan Bimbingan dan Konseling dengan Motivasi ... Bimbingan dan konseling

  12

berperan dalam belajar dan akan senantiasa menentukan intensitas usaha atau

kegiatan seseorang”.7

Adapun pendapat Alisuf Sabri fungsi motivasi diantaranya adalah:

a. Pendorong orang untuk berbuat dalam mencapai tujuan.

b. Penentu arah perbuatan yakni kearah tujuan yang hendak dicapai.

c. Penseleksi perbuatan sehingga perbuatan orang yang mempunyai motivasi

senantiasa selekif dan tetap terarah kepada tujuan yang ingin dicapai.8

Dengan kata lain, fungsi motivasi adalah mendorong manusia untuk

berbuat, menentukan arah perbuatan dan meyeleksi perbuatan agar hasil dari

perbuatan itu memuaskan dan sesuai dengan tujuan yang diharapkan.

Biasanya motivasi akan besar, bila orang dalam hal ini siswa mempunyai

visi jelas dari apa yang diinginkan. Ia mempunyai gambaran mental yang jelas

dari kondisi yang diinginkan dan mempunyai keinginan besar untuk mencapainya.

Motivasilah yang akan membuat dirinya melangkah maju dan mengambil langkah

selanjutnya untuk merealisasikan apa yang diinginkannya.

5. Jenis-jenis Motivasi

Secara umum motivasi terbagi atas dua macam yaitu motivasi intrinsik dan

motivasi ekstrinsik. “Dalam prilaku belajar terdapat motivasi belajar. Motivasi

tersebut timbul karena faktor dari dalam (instrinsik) dan fakkor dari luar

(ekstrinsik)”.9

“Adapun yang dimaksud motivasi intrinsik, yaitu berupa hasrat dan

keinginan berhasil dan dorongan kebutuhan belajar, harapan akan cita-cita.

Sedangkan faktor ekstrinsiknya adalah adanya penghargaan, lingkungan belajar

yang kondusif, dan kegiatan belajar yang menarik”.10 Tetapi harus diingat pula,

                                                            

7 Zikri Neni Iska, Psikologi: Pengantar Pemahaman Diri dan Lingkungan…, h. 42  

8 Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan Berdasarkan Kurikulum Nasional, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996), Cet. 2, h. 86 

9 Dimyati, dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), Cet. 2, h. 90  

10 Hamzah B. Uno, Teori Motivasi dan Pengukurannya, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), h. 23 

Page 21: ABSTRAK SARTIKA PUTRI WARDANA, NIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2491/1/98366... · Layanan Bimbingan dan Konseling dengan Motivasi ... Bimbingan dan konseling

  13

kedua faktor tersebut disebabkan oleh rangsangan tertentu, sehingga seseorang

berkeinginan untuk melakukan aktivitas belajar yang lebih giat dan semangat.

Adapun hakikat motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal

pada siswa-siswa yang sedang belajar untuk mengadakan suatu perubahan tingkah

laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung. Hal

itu mempunyai peranan besar dalam keberhasilan seseorang dalam belajar.

“Indikator motivasi belajar dapat diklasifikasikan sebagai berikut: (1) adanya hasrat dan keinginan berhasil; (2) adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar; (3) adanya harapan dan cita-cita masa depan; (4) adanya penghargaan dalam belajar; (5) adanya kegiatan belajar yang menarik; (6) adanya lingkungan belajar yang kondusif, sehingga memungkinkan seseorang siswa dapat belajar dengan baik”. 11 Jadi, dari hakikat yang telah di jelaskan diatas dapat disimpulkan bahwa

motivasi belajar tidak akan terbentuk apabila orang tersebut tidak mempunyai

keinginan, cita-cita, atau menyadari manfaat belajar bagi dirinya. Oleh karena itu,

dibutuhkan pengkondisian tertentu, agar diri kita atau siapa pun juga yang

menginginkan semangat untuk belajar dapat termotivasi.

Selain itu, peranan bimbingan dan konseling terhadap motivasi belajar

sangat diperlukan dalam aktivitas belajar seseorang, baik itu motivasi intrinsik

maupun motivasi ekstrinsik. Oleh sebab itu, bila ada siswa yang kurang memiliki

motivasi intrinsik, maka diperlukan dorongan dari luar yaitu motivasi ekstrinsik

agar siswa termotivasi dalam belajar. Maka, dalam hal ini, peranan seorang guru

BK di sekolah sangat diperlukan untuk menumbuhkan motivasi intrinsik tersebut.

Kesalahan dalam memberikan motivasi ekstrinsik akan berakibat merugikan

prestasi belajar siswa dalam kondisi tertentu. Jadi, guru BK dalam memotivasi

belajar siswa sangat berperan penting untuk menumbuhkan kembali motivasi

untuk belajar baik di sekolah maupun diluar sekolah.

6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar

Setiap siswa di sekolah dapat menunjukkan prestasi belajar yang berbeda-

beda dan perbedaan ini disebabkan oleh adanya faktor-faktor yang mempengaruhi

motivasi belajar seseorang.                                                             

11 Hamzah B. Uno, Teori Motivasi dan Pengukurannya…, h. 23 

Page 22: ABSTRAK SARTIKA PUTRI WARDANA, NIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2491/1/98366... · Layanan Bimbingan dan Konseling dengan Motivasi ... Bimbingan dan konseling

  14

Menurut Muhibbin Syah secara global, faktor-faktor yang mempengaruhi

belajar siswa dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:

a. Faktor Internal yaitu keadaan atau kondisi jasmani dan rohani siswa.

b. Faktor Eksternal yaitu kondisi lingkungan sekitar siswa.

c. Faktor pendekatan belajar yaitu jenis upaya belajar siswa yang meliputi

strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan

pembelajaran materi-materi pelajaran.12

Sedangkan menurut Abraham Maslow yang dikutip oleh M. Ngalim

Purwanto mengemukakan bahwa “salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi

belajar adalah karena adanya kebutuhan aktualisasi diri, seperti kebutuhan untuk

mempertinggi potensi-potensi yang dimiliki, pengembangan diri secara

maksimum, mengembangkan kreativitas dan ekspresi diri”.13

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dikatakan bahwa motivasi belajar

individu dipengaruhi oleh adanya kebutuhan dari siswa itu sendiri untuk

mengembangkan potensi-potensi yang dimilikinya. Dan salah satunya dapat pula

melalui layanan bimbingan dan konseling. Sebagai sebuah layanan profesional

yang mampu memberikan manfaat bagi kehidupan, khususnya bagi para penerima

jasa layanan (klien).

                                                            

12 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004), Cet Ke-9, h. 132 

13 M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), h. 89 

Page 23: ABSTRAK SARTIKA PUTRI WARDANA, NIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2491/1/98366... · Layanan Bimbingan dan Konseling dengan Motivasi ... Bimbingan dan konseling

  15

B. Bimbingan dan Konseling 1. Pengertian Bimbingan

Bimbingan dan penyuluhan merupakan terjemahan dari istilah Guidance

dan Counseling dalam bahasa Inggris. Sesuai dengan istilahnya maka bimbingan

dapat diartikan secara umum sebagai suatu bantuan atau tuntunan. Namun untuk

sampai pada pengertian yang sebenarnya kita harus ingat bahwa tidak setiap

bantuan atau tuntunan dapat diartikan sebagai guidance (bimbingan).

Istilah bimbingan dapat diartikan dengan berbagai cara. Menurut

pandangan Shertzer dan Stone (1981), bimbingan sebaiknya diartikan sebagai

proses membantu orang-perorang untuk memahami dirinya sendiri dan

lingkungan hidupnya. Perumusan itu mengandung sejumlah kata kunci yaitu

proses, membantu, orang-peorangan, memahami diri, dan lingkungan hidup.

Proses menunjuk pada gejala bahwa sesuatu akan berubah secara berangsur-

angsur selama kurun waktu tertentu. Membantu disini berarti memberikan

pertolongan dalam menghadapi dan mengatasi tantangan serta kesulitan yang

timbul dalam kehidupan manusia. Orang-perorangan menunjuk pada individu atau

orang tertentu yang dibantu. Memahami diri berarti mengenal diri sendiri secara

lebih mendalam dan menetapkan tujuan-tujuan yang ingin dicapai, serta

membentuk nilai-nilai (values) yang akan menjadi pegangan hidupnya.

Lingkungan hidup mencakup segala unsur yang menjadi ruang lingkup

kehidupan, baik alam sekelilingnya maupun manusia-manusia lain yang berperan

dalam hidupnya.

Selain itu, istilah bimbingan dapat pula diartikan memberikan informasi,

yaitu menyajikan pengetahuan yang dapat digunakan untuk mengambil suatu

keputusan, atau memberikan sesuatu sambil memberikan nasihat serta

mengarahkan, menuntun ke suatu tujuan. Tujuan pelayanan bimbingan ialah

supaya sesama manusia mengatur kehidupan sendiri, menjamin perkembangan

dirinya sendiri seoptimal mungkin, memikul tanggung jawab sepenuhnya atas

arah hidupnya sendiri, menggunakan kebebasannya sebagai manusia secara

dewasa dengan berpedoman pada cita-cita yang mewujudkan semua potensi yang

Page 24: ABSTRAK SARTIKA PUTRI WARDANA, NIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2491/1/98366... · Layanan Bimbingan dan Konseling dengan Motivasi ... Bimbingan dan konseling

  16

baik padanya, dan menyelesaikan semua tugas yang dihadapi dalam kehidupan ini

secara memuaskan.

Dalam konteks bimbingan dan konseling di sekolah dan madrasah, Tohirin

menjelaskan makna bimbingan ini dengan akronim kata sebagai berikut:

B adalah Bantuan

I adalah Individu

M adalah Mandiri

B adalah Bahan

I adalah Interaksi

N adalah Nasehat

G adalah Gagasan

A adalah Asuhan

N adalah Norma

“Bimbingan berarti bantuan yang diberikan oleh pembimbing kepada

individu agar individu yang dibimbing mencapai kemandirian dengan

mempergunakan berbagai bahan melalui interaksi dan pemberian nasehat serta

gagasan dalam suasana asuhan dan berdasarkan norma-norma yang berlaku”.14

Dalam konteks Bimbingan di sekolah, Hamalik (1992), menyatakan

bahwa “Bimbingan di sekolah merupakan aspek program pendidikan yang

berkenaan dengan bantuan terhadap para siswa agar dapat menyesuaikan diri

dengan situasi yang dihadapinya dan untuk merencanakan masa depannya sesuai

dengan minat, kemampuan dan kebutuhan sosialnya” 15.

Bantuan dalam program pendidikan yang dilakukan kepada peserta didik

adalah agar peserta didik dapat menyesuaikan diri dengan keadaan dan tempat

yang ada, kemudian agar peserta didik mampu merancang masa depannya sesuai

dengan keinginan, kemampuan dan kebutuhan akan lingkungan dimana mereka

berada.

                                                            

14 Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integrasi), (Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2007), cet I, h. 20  

15 Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan madrasah…, h. 21. 

Page 25: ABSTRAK SARTIKA PUTRI WARDANA, NIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2491/1/98366... · Layanan Bimbingan dan Konseling dengan Motivasi ... Bimbingan dan konseling

  17

2. Pengertian Konseling

“Kata “konseling” mencakup bekerja dengan banyak orang dan hubungan

yang mungkin saja bersifat pengembangan diri, dukungan terhadap krisis,

psikoterapis, bimbingan atau pemecahan masalah”.16 Konseling merupakan

bantuan masalah oleh konselor kepada klien (konseli) sehingga teratasinya suatu

masalah.

“ Konseling atau penyuluhan merupakan bagian dari program bimbingan

di sekolah dan merupakan salah satu jenis pelayanan bimbingan”.17 Tidak

mengherankan kalau pelayanan bimbingan terutama ditujukan kepada orang-

orang yang masih muda, khususnya terhadap murid di sekolah lanjutan dan

mahasiswa di perguruan tinggi. Sekolah merupakan tempat yang membuka

kesempatan yang luas untuk menawarkan pelayanan bimbingan. Bagi banyak

siswa, sekolah merupakan satu-satunya tempat untuk menghubungi seorang

pembimbing. Maka tidak mengherankan pula kalau di banyak negara, termasuk

Indonesia, bimbingan di sekolah diberi proiritas dan paling dikembangkan.

Pengembangan itu tampak jelas bila sekolah menyelenggarakan suatu program

bimbingan, yaitu sejumlah kegiatan bimbingan yang terencana dan terorganisir

selama periode waktu tertentu, misalnya selama satu tahun ajaran.

“Konseling memegang peranan sangat penting dalam bimbingan, yang sering disebut sebagai “jantungnya” dari bimbingan; Counseling the heart of, konseling intinya bimbingan; Counseling is the core of guidance, konseling sebagai pusatnya bimbingan; Counseling is the centre of guidance (Mortensen & Schmuller). Konseling dimaknai sebagai jantung, inti dan pusat dari bimbingan karena merupakan layanan atau teknik bimbingan yang bersifat terapetik (therapeutic) atau bersifat menyembuhkan (curative)”.18

                                                            

16 John McLeod, Pengantar Konseling: Teori dan studi kasus, (jakarata: Kencana, 2008), Ed. 3, Cet. 2, h. 5  

17 Paimun, Bimbingan dan Konseling: Sari Perkuliahan, (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2006), h. 42  

18 Zikri Neni Iska, Bimbingan dan Konseling : Pengantar Pengembangan diri dan Pemecahan Masalah Peserta Didik, ( Jakarta: Kizi Brother’s, 2008), cet. 1, h. 18  

Page 26: ABSTRAK SARTIKA PUTRI WARDANA, NIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2491/1/98366... · Layanan Bimbingan dan Konseling dengan Motivasi ... Bimbingan dan konseling

  18

Dalam konteks bimbingan dan konseling di sekolah dan madrasah, Tohirin

menjelaskan pemahaman akan konseling dapat dimaknai dari akronim kata

sebagai berikut:

K adalah Kontak

O adalah Orang

N adalah meNangani

S adalah maSalah

E adalah Expert/ ahli

L adalah Laras

I adalah Integrasi

N adalah Norma

G adalah Guna

“Konseling berarti kontak atau hubungan antara dua orang (konselor dan

klien) untuk menangani masalah klien, yang didukung oleh keahlian dan dalam

suasana yang laras dan integrasi berdasarkan norma-norma yang berlaku untuk

tujuan yang berguna bagi klien”.19

Berdasarkan makna bimbingan dan konseling di atas, dapat dikemukakan

bahwa bimbingan dan konseling merupakan proses bantuan atau pertolongan yang

diberikan oleh pembimbing (konselor) kepada individu (konseli) melalui

pertemuan tatap muka atau hubungan timbal balik antara keduanya, agar konseli

memiliki kemampuan atau kecakapan melihat dan menemukan masalahnya serta

mampu memcahkan masalahnya sendiri.

Dalam penerapannya di sekolah, bimbingan dan konseling menuntut

adanya hal-hal sebagai berikut:

a. Adanya organisasi bimbingan di mana terdapat pembagian tugas, peranan dan tanggungjawab yang tegas di antara para petugasnya.

b. Adanya program yang jelas dan sistematis untuk melaksanakan penelitian yang mendalam tentang diri murid-murid, melaksanakan penelitian tentang kesempatan atau peluang yang ada, misalnya: kesempatan pendidikan, kesempatan pekerjaan, masalah-masalah yang berhubungan dengan human

                                                            

19 Tohirin, Bimbingan dan Koseling di Sekolah dan Madrasah, (PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2007), h. 25 

Page 27: ABSTRAK SARTIKA PUTRI WARDANA, NIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2491/1/98366... · Layanan Bimbingan dan Konseling dengan Motivasi ... Bimbingan dan konseling

  19

relations, dan kesempatan bagi murid untuk mendapatkan bimbingan dan konseling secara teratur.

c. Adanya personil yang terlatih untuk melaksanakan program-program tersebut di atas, dan dilibatkannya seluruh staf sekolah dalam pelaksanaan bimbingan;

d. Adanya fasilitas yang memadai, baik fisik mupun non fisik (suasana, sikap, dan sebagainya).

e. Adanya kerjasama yang sebaik-baikya antara sekolah, keluarga, dan masyarakat.20

3. Hubungan Antara Bimbingan dan Konseling

Pandangan mengenai bimbingan dan konseling merupakan kegiatan yang

integral, keduanya tidak dapat dipisahkan. Oleh karena itu perkataan bimbingan

selalu dirangkaikan dengan konseling.

Ada pihak-pihak yang beranggapan bahwa tidak ada perbedaan yang

prinsipil antara bimbingan dengan konseling. Namun sementara pihak ada yang

berpendapat bahwa konseling identik dengan psikoterapis. “Psikoterapi adalah

istilah yang digunakan dalam dunia medis seperti unit psikiatri, dan konseling

adalah istilah yang digunakan dalam dunia pendidikan seperti pusat bimbingan

dan penyuluhan siswa”.21

    Sementara pihak ada lagi yang berpendapat bahwa “Konseling adalah

suatu pertalian timbal balik antara dua orang individu dimana yang seorang

(konselor) membantu yang lain (konseli), supaya ia dapat lebih baik memahami

dirinya dalam hubungannya dengan masalah hidup yang dihadapinya”.22

Dengan demikian jelaslah, bahwa konseling merupakan salah satu teknik pelayanan bimbingan secara keseluruhan, yaitu dengan cara memberikan bantuan secara individual. Bimbingan tanpa konseling ibarat pendidikan tanpa pengajaran atau perawatan tanpa pengobatan. Kalaupun ada perbedaan di antara keduanya hanyalah terletak pada tingkatannya.

                                                            

20 Direktorat Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional, Bimbingan dan Konseling di Sekolah, 2008, h. 5 

21 John McLeod, Pengantar Konseling: teori dan studi kasus…, h. 9 

22 I Djumhur dan M. Surya, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, (Bandung: CV. Ilmu, 1975), h. 29 

Page 28: ABSTRAK SARTIKA PUTRI WARDANA, NIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2491/1/98366... · Layanan Bimbingan dan Konseling dengan Motivasi ... Bimbingan dan konseling

  20

4. Tujuan, Fungsi, dan Pengembangan Bimbingan dan Konseling dalam

Bidang-bidangnya

a. Tujuan Pelayanan Bimbingan dan Konseling

“Pemberian Layanan Bimbingan dan Konseling bertujuan agar individu dapat merencanakan kegiatan penyelesaian studi, perkembangan karir dan kehidupannya di masa yang akan datang, mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimilikinya seoptimal mungkin, menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan, lingkungan masyarakat serta lingkungan kerjanya, serta mampu mengatasi hambatan dan kesulitan yang dihadapinya dalam studi, penyesuaian dengan lingkungan pendidikan, masyarakat maupun lingkungan kerja”.23 Dari definisi di atas dapat disimpulkan tujuan layanan bimbingan dan

konseling adalah untuk membantu para siswa agar dapat mengembangkan diri

secara optimal sesuai dengan potensi yang dimilikinya sesuai dengan

perkembangan lingkungannya.

Dalam penerapannya terdapat lima Tujuan Pelayanan Bimbingan dan

Konseling, diantaranya sebagai berikut:

1. Untuk mengenali diri sendiri dan lingkungan. 2. Untuk dapat menerima diri sendiri dan ingkungan. 3. Untuk dapat mengambil keputusan sendiri. 4. Untuk dapat mengarahkan diri sendiri. 5. Untuk dapat mewujudkan diri sendiri.24

Dari tujuan pelayanan bimbingan dan konseling di atas dapat penulis

kemukakan sebagai berikut:

1. Untuk mengenali diri sendiri dan lingkungan, maksudnya ialah agar peserta

didik mampu mengenal dan menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

2. Untuk dapat menerima diri sendiri dan lingkungan, maksudnya ialah agar

peserta didik dapat menerima keadaan yang dia miliki, baik dari segi kelebihan

dan kekurangannya.

3. Untuk dapat mengambil keputusan, maksudnya ialah agar peserta didik dapat

mengambil keputusan sendiri terhadap segala sesuatu yang dihadapinya.                                                             

23 Syamsu Yusuf dan A.Juntika Nurihsan, Landasan Bimbingan dan Konseling, (PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2006), h. 13. 

24 Zikri Neni Iska, Bimbingan dan Konseling: Pengantar Pengembangan Diri dan Pemecahan Masalah Peserta Didik…, h. 20-22  

Page 29: ABSTRAK SARTIKA PUTRI WARDANA, NIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2491/1/98366... · Layanan Bimbingan dan Konseling dengan Motivasi ... Bimbingan dan konseling

  21

4. Untuk dapat mengarahkan diri sendiri, maksudnya ialah apapun potensi yang

dimiliki oleh peserta didik harus diarahkan sesuai dengan bakat dan minatnya.

5. Untuk dapat mewujudkan diri sendiri, maksudnya ialah agar peserta didik suatu

saat dapat mewujudkan keinginan atau cita-cita yang dia miliki.

Pada dasarnya, kelima tujuan dilaksanakannya pelayanan bimbingan dan

koseling tersebut di atas adalah agar peserta didik mampu mencapai dirinya

tersebut dalam mengenal, menerima dirinya serta mampu mewujudkan dirinya.

Selain itu, Bimbingan dan Konseling bertujuan membantu peserta didik agar

memiliki kompetensi, mengembangkan potensi dirinya seoptimal mungkin atau

mewujudkan nilai-nilai yang terkandung dalam tugas-tugas perkembangan yang

harus dikuasainya sebaik mungkin.

Selain itu, menurut John Mcleod fondasi dari keragaman model teori dan

tujuan sosial adalah keragaman ide tentang tujuan konseling dan terapi. Berikut

ini adalah beberapa tujuan yang didukung secara eksplisit maupun implisit oleh

para konselor, yaitu:

a) Pemahaman. Adanya pemahaman dan perkembangan kesulitan emosional, mengarah kepada peningkatan kapasitas untuk lebih memilih kontrol rasional ketimbang perasaan dan tindakan.

b) Berhubungan dengan orang lain. Menjadi lebih mampu membentuk dan mempertahankan hubungan yang bermakna dengan orang lain. Seperti dalam keluarga atau tempat kerja.

c) Kesadaran diri. Menjadi lebih peka terhadap pemikiran dan perasaan yang selama ini di tolak atau di tahan, atau mengembangkan perasaan yang lebih akurat berkenaan dengan bagaimana penerimaan orang lain terhadap diri.

d) Penerimaan diri. Pengembangan sikap positif terhadap diri yang di tandai oleh kemampuan menjelaskan pengalaman yang selalu menjadi subjek kritik diri dan penolakan.

e) Aktualisasi diri atau Individuasi. Pergerakan kearah pemenuhan potensi atau penerimaan integrasi bagian diri yang sebelumnya saling bertentangan.

f) Pencerahan. Membantu klien mencapai kondisi kesadaran spiritual yang lebih tinggi.

g) Pemecahan masalah. Menemukan pemecahan problem tertentu yang tidak bisa di pecahkan oleh klien seorang diri.

h) Pendidikan psikologi. Membuat klien mampu menangkap ide dan teknik untuk memahami dan megontrol tingkah laku.

i) Memilih keterampilan sosial. Mempelajari dan menguasai keterampilan sosial dan Interpersonal seperti mempertahankan kontak mata, tidak menyela pembicaraan, asertif atau pengendalian kemarahan.

Page 30: ABSTRAK SARTIKA PUTRI WARDANA, NIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2491/1/98366... · Layanan Bimbingan dan Konseling dengan Motivasi ... Bimbingan dan konseling

  22

j) Perubahan kognitif. Modifikasi atau mengganti kepercayaan yang tidak rasional atau pola pemikiran yang tidak dapat diadaptasi yang diasosiasikan dengan tingkah laku penghancuran diri.

k) Perubahan tingkah laku. Modifikasi atau mengganti pola tingkah laku yang maladaptif atau merusak.

l) Perubahan sistem. Memperkenalkan perubahan dengan cara beroperasinya sistem sosial, seperti keluarga.

m) Penguatan. Berkenaan dengan keterampilan, kesadaran dan pengetahuan yang akan membuat klien mampu mengontrol kehidupannya.

n) Restitusi. Membantu klien membuat perubahan kecil terhadap perilaku yang merusak.25

b. Fungsi Bimbingan dan Konseling di Sekolah

Bimbingan dan konseling menempati bidang pelayanan siswa dalam

keseluruhan proses kegiatan pendidikan. Dalam hubungan ini, bimbingan dan

konseling berfungsi sebagai pemberi layanan pada siswa agar dapat berkembang

menjadi pribadi mandiri. Dan dalam pelaksanaannya, bimbingan dan konseling

memiliki berbagai fungsi.

Adapun yang menjadi fungsi pokok dari pelayanan bimbingan dan

konseling menurut W.S. Winkel, antara lain:

a. Fungsi Penyaluran (distributive), yaitu fungsi bimbingan dalam membantu

siswa mendapatkan atau memilih program studi yang sesuai dengan dirinya.

b. Fungsi Penyesuaian (adjustive), yaitu fungsi bimbingan dalam membantu

siswa menemukan cara menempatkan diri secara tepat dalam berbagai

keadaan dan situasi yang dihadapi.

c. Fungsi Pengadaptasian, yaitu fungsi bimbingan sebagai narasumber bagi

tenaga-tenaga kependidikan yang lain di sekolah, khususnya pimpinan

sekolah dan staf pengajar, dalam hal mengarahkan rangkaian kegiatan

pendidikan dan pengajaran supaya sesuai dengan kebutuhan para siswa.26

                                                            

25 John McLeod, Pengantar Konseling: Teori dan Studi Kasu,(Jakarta: Kencana, 2008), Ed.3, Cet. 2, h. 13  

26 W. S. Winkel, Bimbingan dan Konseling di Institut Pendidikan, (Jakarta : Grasindo, 1997), h. 98 

Page 31: ABSTRAK SARTIKA PUTRI WARDANA, NIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2491/1/98366... · Layanan Bimbingan dan Konseling dengan Motivasi ... Bimbingan dan konseling

  23

Sementara pihak ada lagi yang berpendapat pelayanan bimbingan dan

konseling khususnya di sekolah memiliki beberapa fungsi, yaitu (1) fungsi

pencegahan (preventif), (2) pemahaman, (3) pengentasan, (4) pemelihraan, (5)

penyaluran, (6) penyesuaian, (7) pengembangan, (8) perbaikan, dan (9)

advokasi.27

Dengan demikian fungsi dari pelayanan bimbingan dan konseling di atas

adalah harus mengacu kepada satu atau lebih fungsi-fungsi tersebut agar hasil-

hasil yang dicapainya secara jelas dapat di identifikasi dan di evaluasi.

c. Bidang Bimbingan dan Konseling

Bidang-bidang bimbingan dan konseling akan diuraikan dengan lingkup

program dan praktek pengembangan potensi dan kepribadian siswa.

a. Bidang Pengembangan Pribadi Pengembangan dalam bidang pribadi adalah merupakan layanan pengembangan kemampuan dalam mengatasi masalah-masalah pribadi yang berkenaan dengan aspek-aspek intelektual, afektif dan fisik motorik. b. Bidang Pengembangan Sosial Pengembangan bidang sosial merupakan layanan pengembangan kemampuan dalam mengatasi masalah sosial dalam kehidupan di rumah, sekolah dan masyarakat dalam kerjasama dan berinteraksi dengan teman sebaya atau orang dewasa. c. Bidang Pengembangan Pendidikan Pengembangan dalam bidang pendidikan adalah layanan mengoptimalkan perkembangan dan mengatasi masalah dalam proses pendidikan yang sedang dijalani maupun yang akan dimasukinya kelak. d. Bidang Pengembangan Pembelajaran Pengembangan dalam bidang pembelajaran merupakan layanan mengoptimalkan perkembangan dan mengatasi masalah dalam proses pembelajaran baik disekolah maupun dirumah. e. Bidang Pengembangan karir Pengembangan dalam bidang pengembangan karir merupakan layanan merencanakan dan mempersiapkan pengembangan karir dengan bimbingan pengenalan dunia karir, penyusunan rencana karir, dan persiapan karir bagi peserta didik., dan sukses dalam karir. Kelima bidang pengembangan ini merupakan bagian dalam mengembangkan diri individu peserta didik yang

                                                            

27  Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integrasi), (Jakarta: raja Grafindo Persada, 2007), h. 39 

 

Page 32: ABSTRAK SARTIKA PUTRI WARDANA, NIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2491/1/98366... · Layanan Bimbingan dan Konseling dengan Motivasi ... Bimbingan dan konseling

  24

berkaitan dengan Pribadi, kehidupan sosial, pendidikan, pembelajaran, dan karir atau profesi yang akan ditekuninya kelak.28

5. Jenis Layanan Bimbingan dan Konseling

Kegiatan Layanan Bimbingan dan Konseling, minimal sembilan layanan

yang menjadi perhatian dalam tulisan ini yang dirujuk dari buku Prayitno (2004)

dan Tohirin (2007), diantaranya yaitu:

1. Layanan Orientasi, yaitu layanan bimbingan yang dilakukan untuk

memperkenalkan siswa baru atau seseorang terhadap lingkungan yang baru

dimasukinya29. Layanan orientasi ini bertujuan untuk membantu individu agar

mampu menyesuaikan diri terhadap lingkungannya atau situasi yang baru dan

agar individu dapat memperoleh manfaat sebesar-besarnya dari berbagai

sumber yang ada pada suasana atau lingkungan baru.

2. Layanan Informasi, yaitu suatu layanan yang berupaya memenuhi kekurangan

individu akan informasi yang mereka butuhkan dan usaha-usaha untuk

membekali siswa dengan pengetahuan dan pemahaman tentang lingkungan

hidupnya. Layanan informasi ini bertujuan agar individu mengetahui

menguasai informasi yang selanjutnya dimanfaatkan untuk keperluan hidupnya

sehari-hari dan perkembangan dirinya.

3. Layanan Penempatan dan Penyaluran, bertujuan agar siswa memperoleh

tempat yang sesuai dalam mengembangkan potensi diri siswa atau seseorang.30

4. Layanan Konseling Perorangan, yaitu layanan konseling yang diselenggarakan

oleh konselor terhadap klien dalam rangka pengentasan masalah pribadi klien.

5. Layanan Bimbingan Kelompok, yaitu suatu cara memberikan bantuan

(bimbingan) kepada individu (siswa) melalui kegiatan kelompok.

                                                            

28 Zikri Neni Iska, Bimbingan dan Konseling: Pengembangan Diri dan Pemecahan Masalah Peserta didik…, h. 46-50 

29 Prayitno dan Erman Amti, Dasar-dasar bimbingan dan Konseling, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2004), Cet 2, h. 255 

30 Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integrasi), (Jakarta: raja Grafindo Persada, 2007), h. 153 

Page 33: ABSTRAK SARTIKA PUTRI WARDANA, NIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2491/1/98366... · Layanan Bimbingan dan Konseling dengan Motivasi ... Bimbingan dan konseling

  25

6. Layanan Konseling Kelompok, yaitu sebagai suatu upaya pembimbing atau

konselor membantu memecahkan masalah-masalah pribadi yang dialami oleh

masing-masing kelompok agar tercapai perkembangan yang optimal.

7. Layanan konsultasi merupakan layanan konseling yang dilaksanakan oleh

konselor (pembimbing) terhadap seorang konsulti untuk memperoleh wawasan

pemahaman dan cara-cara yang perlu dilaksanakannya dalam menangani

kondisi atau permasalahan pihak ketiga. Tujuan layanan konsultasi ini adalah

agar klien (siswa) dengan kemampuannya sendiri dapat menangani kondisi

atau permasalahan yang dialami oleh pihak ketiga. Pihak ketiga adalah orang

yang mempunyai hubungan baik dengan konsulti.

8. Layanan Mediasi merupakan layanan konseling yang dilaksanakan konselor

terhadap dua pihak atau lebih yang sedang dalam keadaan saling tidak

menemukan kecocokan atau dalam kondisi bermusuhan. Layanan Mediasi ini

bertujuan agar tercapainya kondisi hubungan yang positif dan kondusif diantara

klien sehingga terjadi perubahan dari kondisi awal yang negatif menjadi

kondisi baru dalam hubungan antara kedua belah pihak yang bermasalah.

9. Layanan Bimbingan Belajar merupakan salah satu bentuk layanan bimbingan

yang penting diselenggarakan di sekolah. Hal ini dikarenakan kegalan-kegalan

yang dialami siswa dalam belajar tidak selalu disebabkan oleh kebodohan atau

rendahnya inteligensi, melainkan disebabkan mereka tidak dapat pelayanan

bimbingan yang memadai.

Dengan kata lain, layanan bimbingan dan konseling di atas adalah “dasar

dari bimbingan dan penyuluhan disekolah, yang merupakan proses bantuan

khusus yang diberikan kepada semua siswa dalam memahami, mengarahkan diri,

bertindak serta bersikap sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah,

keluarga, dan masyarakat dalam rangka mencapai perkembangan yang optimal”.31

Dasar pemikiran penyelenggaraan bimbingan dan konseling di sekolah atau madrasah, bukan semata-mata terletak pada ada atau tidak adanya landasan                                                             

31 W. S. Winkel, Bimbingan dan Konseling di Institut Pendidikan, (Jakarta: Grasindo, 1997), Ed. Revisi, h. 97 

Page 34: ABSTRAK SARTIKA PUTRI WARDANA, NIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2491/1/98366... · Layanan Bimbingan dan Konseling dengan Motivasi ... Bimbingan dan konseling

  26

hukum atau perundang-undangan, namun yang lebih penting adalah menyangkut upaya memfasilitasi peserta didik yang selanjutnya disebut “konseli”, agar mampu mengembangkan potensi dirinya atau mencapai tugas-tugas perkembangannya yang menyangkut aspek fisik, emosi, intelektual, sosial, dan moral-spiritual. Konseli sebagai seorang individu yang sedang berada dalam proses berkembang, yaitu berkembang ke arah kematangan atau kemandirian. Untuk mencapai kematangan tersebut, konseli memerlukan bimbingan karena mereka masih kurang memiliki pemahaman atau wawasan tentang dirinya dan lingkungannya, juga pengalaman dalam menentukan arah kehidupannya. Disamping itu terdapat suatu keniscayaan bahwa proses perkembangan konseli tidak selalu berlangsung secara mulus, atau bebas dari masalah. Dengan kata lain, proses perkembangan itu tidak selalu berjalan dalam alur linier, lurus, atau searah dengan potensi, harapan dan nilai-nilai yang dianut. Perkembangan konseli tidak lepas dari pengaruh lingkungan, baik fisik, psikis maupun sosial. Sifat yang melekat pada lingkungan adalah perubahan. Perubahan yang terjadi dalam lingkungan dapat mempengaruhi gaya hidup seseorang. Apabila perubahan yang terjadi itu sulit diprediksi, atau di luar jangkauan kemampuan, maka akan melahirkan kesenjangan perkembangan perilaku konseli, seperti terjadinya stagnasi atau kemandegan perkembangan, masalah-masalah pribadi atau penyimpangan perilaku. Dengan demikian, upaya untuk menangkal dan mencegah penyimpangan perilaku tersebut, adalah mengembangkan potensi konseli dan memfasilitasi mereka secara sistematik dan terprogram untuk mencapai standar kompetensi kemandirian. Upaya ini merupakan tugas dari bimbingan dan konseling yang harus dilakukan secara proaktif tentang perkembangan konseli beserta berbagai faktor yang mempengaruhinya. C. Kerangka Berfikir Pelayanan konseling dimaksudkan untuk memberikan bantuan kepada individu dalam memecahkan masalahnya secara individual atau kelompok. Bimbingan merupakan usaha yang dilakukan untuk memberikan bantuan kepada siswa untuk membantu mengatasi masalah yang dihadapinya, agar tercapai kemampuan untuk dapat memahami, menerima, mengarahkan, dan kemampuan

Page 35: ABSTRAK SARTIKA PUTRI WARDANA, NIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2491/1/98366... · Layanan Bimbingan dan Konseling dengan Motivasi ... Bimbingan dan konseling

  27

untuk merealisasikan dirinya sesuai dengan potensi atau kemampuannya dalam mencapai penyesuaian diri dengan lingkungan, baik keluarga, sekolah maupun masyarakat. Sedangkan motivasi merupakan pendorong bagi seseorang untuk melakukan aktivitas tertentu. Dalam proses belajar juga memerlukan adanya daya pendorong (motivasi) agar hasil dari proses belajar tersebut bisa dipertanggungjawabkan. Ketika anak (siswa) memiliki motivasi belajar yang tinggi, baik itu berasal dari dirinya maupun atas dorongan orang lain, maka proses belajar yang dilakukannya akan berjalan efektif dan efisien. Namun, tidak selamanya anak mempunyai motivasi belajar (motivasi instrinsik) yang memadai untuk melakukan aktivitas belajar, sehingga belajarnya menjadi tidak efektif dan efisien. Oleh karena itu guru dalam hal ini guru BK harus memberikan dorongan agar motivasi belajar dapat meningkat. Atau dengan kata lain memberikan dorongan yang semula bersifat ekstrinsik menjadi kesadaran anak untuk belajar (motivasi intrinsik). Dengan demikian, diduga semakin tinggi intensitas layanan bimbingan dan konseling yang diberikan di sekolah, maka akan semakin tinggi pula motivasi siswa dalam belajar. Hal ini dikarenakan, bahwa siswa tersebut merasa diperhatikan akan kebutuhannya, yang mungkin tidak didapatkan ketika siswa tersebut berada di rumah. Akan tetapi sebaliknya, makin rendah intensitas layanan bimbingan dan konseling yang diberikan di sekolah, maka semakin rendah pula motivasi siswa dalam belajar. D. Hipotesis Penelitian Hipotesis penelitian adalah dugaan sementara yang mengarahkan penelitian yang berarti hipotesis harus diuji dan tidak dituntut untuk benar, tetapi mengkaji sampai seberapa jauh kebenaran yang disediakan terhadap masalah yang diteliti. Walau demikian, dalam merumuskan hipotesis haruslah didasarkan pada sejumlah informasi yang meyakinkan. Hipotesis penelitian ini sebagai berikut: Ho : Tidak ada hubungan positif yang signifikan antara intensitas layanan

bimbingan dan konseling dengan motivasi belajar siswa. Ha : Ada hubungan positif yang signifikan antara intensitas layanan

bimbingan dan konseling dengan motivasi belajar siswa.

Page 36: ABSTRAK SARTIKA PUTRI WARDANA, NIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2491/1/98366... · Layanan Bimbingan dan Konseling dengan Motivasi ... Bimbingan dan konseling

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan.

Pada tanggal 4 Januari sampai 11 Februari 2010.

B. Pendekatan dan Metode Penelitian

Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pendekatan

kuantitatif yang menampilkan hasil berupa angka-angka, sedangkan metode

penelitian yang digunakan adalah metode korelasional, yaitu penelitian yang

dirancang untuk menentukan tingkatan-tingkatan hubungan variabel-variabel

yang berbeda dalam suatu populasi.

Adapun alasan peneliti menggunakan penelitian korelasional karena

sesuai dengan tujuan penelitian ini yaitu untuk melihat hubungan antara dua

variabel, yaitu antara intensitas layanan bimbingan dan konseling dengan

motivasi belajar siswa. Jadi jenis penelitian yang cocok untuk digunakan

dalam penelitian ini adalah jenis penelitian korelasional.

C. Populasi dan Sampel

Populasi adalah keseluruhan objek penelitiaan1. Populasi target dari

penelitian ini adalah siswa SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan, sedangkan

                                                            1  Suharsisnmi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT.

Rineka Cipta, 2006), Edisi Revisi, Cet. Ke-13, h. 130 

28

Page 37: ABSTRAK SARTIKA PUTRI WARDANA, NIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2491/1/98366... · Layanan Bimbingan dan Konseling dengan Motivasi ... Bimbingan dan konseling

  29

populasi yang terjangkau adalah siswa kelas XI semester genap tahun ajaran

2009-2010, yang terdiri dari 5 rombel (rombongan belajar). Sampel adalah

sebagai bagian dari populasi yang diambil dengan menggunakan cara-cara

tertentu2. Adapun proporsi yang penulis pergunakan adalah seperti yang

dikemukakan oleh Suharsimi Arikunto bahwa “apabila subyeknya kurang dari

100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian

populasi, selanjutnya jika jumlah subyeknya besar dapat diambil antara 10-

15% atau 20-25% atau lebih”.3 Jadi dari populasi yang berjumlah 148 orang

yang menjadi sampel sebesar 21,5 % (30 orang) siswa. Kelas XI dijadikan

sebagai subjek penelitian dengan pertimbangan bahwa siswa kelas XI tersebut

telah mendapatkan bimbingan dan konseling selama satu tahun sehingga dapat

merasakan manfaat dari program bimbingan dan konseling di sekolah tersebut.

D. Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dalam penelitian ini secara sistematic random

sampling. Dalam teknik ini semua individu dalam populasi baik secara

sendiri-sendiri atau bersama-sama diberi kesempatan yang sama untuk dipilih

menjadi anggota sampel, dengan cara setiap kelas yang terdiri dari 5 rombel,

masing-masing kelas diambil sebanyak 6 orang yang didasarkan pada nomor

urut absen yang berangka genap.

E. Variabel Penelitian

1. Definisi Konseptual

Bimbingan dan konseling merupakan proses bantuan atau

pertolongan yang diberikan oleh pembimbing (konselor) kepada individu

melalui pertemuan tatap muka atau hubungan timbal balik antara

keduanya, agar konseli (siswa) memiliki kemampuan atau kecakapan

melihat dan menemukan masalahnya serta mampu memecahkan

masalahnya sendiri.

Motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri

seseorang (siswa) yang menimbulkan kegaiatan belajar, yang menjamin                                                             

2 S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), h. 121 3  Suharsimi Arikunto,  Prosedur Penelitian, Suatu Pnedekatan, (Jakarta: PT. Rineka

Cipta, 2002), Edisi Revisi, h. 102 

Page 38: ABSTRAK SARTIKA PUTRI WARDANA, NIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2491/1/98366... · Layanan Bimbingan dan Konseling dengan Motivasi ... Bimbingan dan konseling

  30

kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan

belajar itu, maka tujuan yang dikehendaki oleh siswa tercapai.

2. Definisi Operasional

Dalam penelitian ini ada dua variabel yang akan diteliti, yaitu

intensitas layanan bimbingan dan konseling sebagai variabel bebas

(variable X) dan motivasi belajar siswa sebagai variabel terikatnya

(variabel Y).

Secara operasional, yang dimaksud dengan layanan bimbingan dan

konseling adalah pemberian bantuan kepada siswa yang dilakukan oleh

konselor yang meliputi sejumlah layanan orientasi, informasi. penempatan

dan penyaluran, konseling perorangan, konseling kelompok, konsultassi,

mediasi, dan layanan pembelajaran, yang diukur dengan skala layanan

bimbingan dan konseling.

Motivasi belajar siswa secara operasional didefinisikan sebagai

gerak yang mendorong seseorang (siswa) untuk bekerja atau melakukan

sesuatu perbuatan dengan sungguh-sungguh yang tercermin dalam

keaktifan siswa dalam rangka menghadapi situasi pembelajaran yang

menyangkut minat dan keinginan untuk belajar, yang diukur dengan skala

motivasi belajar.

F. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian

1. Untuk memperoleh data-data dalam Penelitian ini, penulis menempuh

teknik pengumpulan data sebagai berikut:

1. Observasi

Yaitu mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematik

terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian4. Observasi ini

dilakukan untuk mendapatkan data yang berkaitan langsung dengan

pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling di SMA Negeri 3 Kota

Tangerang Selatan.

                                                            

4 S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan…, h. 158 

Page 39: ABSTRAK SARTIKA PUTRI WARDANA, NIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2491/1/98366... · Layanan Bimbingan dan Konseling dengan Motivasi ... Bimbingan dan konseling

  31

2. Wawancara

Yaitu dengan mengumpulkan data dengan mewawancari pihak-

pihak yang dianggap dapat memberikan informasi yang berkaitan dengan

bimbingan dan konseling dalam memotivasi belajar siswa, guna untuk

mempertajam atau memperjelas hasil angket.

3. Kuesioner atau Angket

Kuesioner atau angket adalah daftar pertanyaan yang diberikan

kepada orang lain yang bersedia memberikan respon (responden) sesuai

dengan permintaan pengguna5. Dalam Penelitian ini kuesioner yang

digunakan adalah skala berbentuk pernyataan tertutup. Kuesioner ini

disebut juga kuesioner berstruktur, karena berisi pernyataan-pernyataan

yang disertai sejumlah alternatif jawaban yang disediakan. Responden

dalam menjawab terikat pada sejumlah kemungkinan jawaban yang

sudah disediakan.6

2. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Pedoman Observasi

1) Program layanan bimbingan dan konseling 09-10

2) Profil sekolah

b. Pedoman Wawancara

Berisi sejumlah daftar petanyaan-pertanyaan yang sudah tersusun

secara sistematis, terutama yang berkaitan dengan kegiatan layanan

program bimbingan dan konseling dengan motivasi belajar siswa.

c. Kuesioner dalam bentuk skala layanan bimbingan dan konseling dan

skala motivasi belajar.

                                                            

5  Ridwan, Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru-Karyawan dan penelitian pemula, (Bandung: Alfabeta, 2005), h. 71  

6 S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan,…, h. 168 

Page 40: ABSTRAK SARTIKA PUTRI WARDANA, NIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2491/1/98366... · Layanan Bimbingan dan Konseling dengan Motivasi ... Bimbingan dan konseling

  32

Tabel 3.1

Kisi-kisi Instrumen Try Out Skala Layanan BK

Variabel Indikator No. Item

Layanan Bimbingan dan Konseling (Variabel X)

1. Layanan BK dalam Belajar: a. Membantu siswa dalam proses

belajar-mengajar b. Membentuk kebiasaan belajar c. Kegiatan layanan bimbingan dan

konseling

1, 2, 3, 4,

5, 6 7, 8, 9, 10,

11 12, 13, 14,

15

2. Layanan BK dalam karir atau profesi: a. Informasi Pendidikan b. Informasi Dunia Kerja

16, 17, 18, 19

20, 21, 22, 23,24, 25

Tabel 3.2

Kisi-kisi Instrumen Try Out Skala Motivasi Belajar

Variabel Indikator No. Item Motivasi Belajar Siswa (Variabel Y)

1. Motivasi Belajar Intrinsik: a. Keinginan untuk belajar

b. Senang mengikuti pelajaran c. Menyelesaikan tugas

d. Meningkatkan pengetahuan

13,14, 17,

20, 24 3, 9, 26,

27, 29, 30 2, 8, 10, 18, 21

4, 11, 15, 19, 22, 28

2. Motivasi Belajar Ekstrinsik a. Lingkungan sekitar b. Sarana belajar c. Penghargaan

1, 7 5, 25

6, 12, 16, 23

Page 41: ABSTRAK SARTIKA PUTRI WARDANA, NIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2491/1/98366... · Layanan Bimbingan dan Konseling dengan Motivasi ... Bimbingan dan konseling

  33

Untuk memperoleh data tentang layanan bimbingan dan konseling

dengan motivasi belajar siswa, digunakan angket (kuesioner) tertutup.

Pada angket penulis menggunakan skala likert dimana responden sudah

disediakan jawaban alternatifnya, yaitu:

SS : Sangat Sesuai : 4

S : Sesuai : 3

TS : Tidak Sesuai : 2

STS : Sangat Tidak Sesuai : 1

Seluruh bobot nilai di atas berlaku untuk pertanyaan-pertanyaan

yang bersifat positif, sedangkan pertanyaan-pertanyaan yang bersifat

negatif bobot nilai di atas menjadi kebalikannya.

Angket yang dirancang dan digunakan di dalam penelitian ini

dibuat berdasarkan indikator-indikator variabel layanan bimbingan dan

konseling dan motivasi belajar siswa.

G. Uji Coba Instrumen

Instrumen yang digunakan dalam layanan bimbingan dan konseling dan

motivasi belajar siswa dilakukan uji coba kepada 30 responden. Kemudian

akhir angket tersebut diuji coba tingkat validitas dan reliabilitasnya

a. Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat

kevali dan atau kesahihan suatu instrumen7. Untuk menguji tingkat

kesahihan atau validitas instrumen, maka peneliti melakukan analisis butir,

dimana skor-skor yang ada pada butir dipandang sebagai nilai X dan skor

total dipandang sebagai nilai Y. Dengan diperolehnya indeks validitas setiap

butir dapat diketahui dengan pasti butir-butir manakah yang memenuhi

syarat ditinjau dari validitasnya. Analisis butir ini menggunakan rumus

korelasi product moment dari karl pearson, yaitu:

rxy  =   })(}{)({

))((2222 YYNXXN

YXXYN∑−∑∑−∑

∑∑−∑

                                                            7  Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan, (Jakarta: Rineka Cipta,

2002), Cet. Ke-12, h. 144 

Page 42: ABSTRAK SARTIKA PUTRI WARDANA, NIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2491/1/98366... · Layanan Bimbingan dan Konseling dengan Motivasi ... Bimbingan dan konseling

  34

Keterangan:

rxy : Angka indeks korelasi “r” product moment

X : Skor total X

Y : Skor total Y

(∑X)² : Kuadrat jumlah skor total X

∑X² : Jumlah kuadrat skor total X

(∑Y)² : Kuadrat jumlah skor total Y

∑Y² : Jumlah kuadrat skor total Y

N : Number of Cases

Bila koefisien daya bedanya rendah mendekati nol berarti fungsi

item tersebut tidak cocok dengan fungsi ukuran skala dan daya bedanya

tidak cocok dengan fungsi ukur serta daya bedanya tidak baik.

1) Hasil Uji Validitas Skala Layanan Bimbingan dan Konseling

Dari data try out hasil perhitungan menggunakan komputerisasi

program SPSS versi 16.0 indeks validitas item skala layanan bimbingan

konseling yang diuji cobakan pada 30 orang siswa (N=30). Skala terdiri

dari 25 item, dan untuk perhitungan validitas digunakan rumus product

moment pearson dengan bantuan SPSS 16.0 dan menggunakan taraf

signifikansinya 5% dengan rtabel = 0,361, setelah diuji validitasnya

diperoleh hasil sebagai berikut: indeks validitas skala layanan

bimbingan dan konseling bergerak dari 0,208 sampai dengan 0,844.

Dari 25 item diujicobakan terdapat 7 item yang gugur atau tidak valid

yaitu item no : 2, 5, 6, 8, 14, 17, 18 karena tidak memenuhi standar

koefisien validitas yang dianggap memuaskan sebesar 0,361.

Sedangkan untuk item yang valid atau item yang memiliki korelasi

tetap menjadi 0,361, diperoloeh 18 item, yaitu nomor : 1, 3, 4, 7, 9, 10,

11, 12, 13, 15, 16, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25

Dari 18 item terbaik tersebut kemudian siap digunakan untuk

penelitian. Berikut blue print skala try out dapat dilihat pada tabel 3.3.

Page 43: ABSTRAK SARTIKA PUTRI WARDANA, NIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2491/1/98366... · Layanan Bimbingan dan Konseling dengan Motivasi ... Bimbingan dan konseling

  35

Tabel 3.3 Blue Print Hasil Try Out Skala Layanan BK

Variabel Indikator No. Item

Layanan Bimbingan dan Konseling (Variabel X)

1. Layanan BK dalam Belajar: a. Membantu siswa dalam proses

belajar-mengajar b. Membentuk kebiasaan belajar c. Kegiatan layanan bimbingan

dan konseling

1, 2*, 3, 4, 5*, 6*,

7, 8*, 9, 10, 11

12, 13, 14*, 15

2. Layanan BK dalam karir atau profesi: a. Informasi Pendidikan b. Informasi Dunia Kerja

16, 17*, 18*, 19 20, 21, 22, 23,24,

25

*Ket :Tidak Valid

Tabel 3.4

Blue Print Penelitian Try Out Skala Layanan BK

Variabel Indikator No. Item

Layanan Bimbingan dan Konseling (Variabel X)

1. Layanan BK dalam Belajar: a. Membantu siswa dalam proses

belajar-mengajar b. Membentuk kebiasaan belajar c. Kegiatan layanan bimbingan

dan konseling

1, 3, 4

7, 9, 10, 11

12, 13, 15

2. Layanan BK dalam karir atau profesi: a. Informasi Pendidikan b. Informasi Dunia Kerja

16, 19 20, 21, 22, 23,24, 25

2) Hasil Uji Validitas Skala Motivasi Belajar Siswa

Sedangkan Indeks Validitas skala motivasi belajar siswa bergerak

dari 0,142 sampai dengan 0,838. Dari 30 item diujicobakan terdapat 7

item yang gugur atau tidak valid yaitu item no : 2, 14, 17, 18, 26, 27, 28

Page 44: ABSTRAK SARTIKA PUTRI WARDANA, NIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2491/1/98366... · Layanan Bimbingan dan Konseling dengan Motivasi ... Bimbingan dan konseling

  36

karena tidak memenuhi standar koefisien validitas yang dianggap

memuaskan sebesar 0,361. Sedangkan untuk item yang valid atau item

yang memiliki korelasi tetap menjadi 0,361, diperoloeh 23 item, yaitu

nomor : 1, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 15, 16, 19, 20, 21, 22, 23,

24, 25, 29, 30

Dari 23 item terbaik tersebut kemudian siap digunakan untuk

penelitian. Berikut blue print skala try out dapat dilihat pada tabel 3.5

Tabel 3.5 Blue Print Hasil Try Out Skala Motivasi Belajar Siswa

Variabel Indikator No. Item

Motivasi Belajar Siswa (Variabel Y)

1. Motivasi Belajar Intrinsik: a. Keinginan untuk belajar b. Senang mengikuti pelajaran c. Menyelesaikan tugas d. Meningkatkan pengetahuan

13,14*, 17*,

20, 24 3, 9, 26*, 27*,

29, 30 2*, 8, 10, 18*,

21 4, 11, 15, 19,

22, 28*

2. Motivasi Belajar Ekstrinsik a. Lingkungan sekitar b. Sarana belajar c. Penghargaan

1, 7

5, 25 6, 12, 16, 23

*Ket :Tidak Valid

Page 45: ABSTRAK SARTIKA PUTRI WARDANA, NIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2491/1/98366... · Layanan Bimbingan dan Konseling dengan Motivasi ... Bimbingan dan konseling

  37

Tabel 3.6 Blue Print Penelitian Skala Motivasi Belajar Siswa

Variabel Indikator No. Item

Motivasi Belajar Siswa (Variabel Y)

1. Motivasi Belajar Intrinsik: a. Keinginan untuk belajar

b. Senang mengikuti pelajaran

c. Menyelesaikan tugas

d. Meningkatkan pengetahuan

13, 20, 24

3, 9, 29, 30

8, 10, 21

4, 11, 15,

19, 22

2. Motivasi Belajar Ekstrinsik a. Lingkungan sekitar b. Sarana belajar c. Penghargaan

1, 7

5, 25 6, 12, 16,

23

b. Uji Reliabilitas Skala

Reliabilitas instrumen menunjukkan keajegan soal dalam

memberikan hasil pengukuran. Perhitungan reliabilitas menggunakan

rumus Alpha Cronbach’s.

 

Keterangan:

S1² dan S2² : Varians skor belahan 1 dan varians skor belahan 2

Sx² : Varians skor skala

Untuk mengetahui reliabilitas skala layanan bimbingan dan

konseling dan skala motivasi belajar siswa dapat dilihat pada kaidah

reliabilitas Guilford :

Page 46: ABSTRAK SARTIKA PUTRI WARDANA, NIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2491/1/98366... · Layanan Bimbingan dan Konseling dengan Motivasi ... Bimbingan dan konseling

  38

Tabel 3.7

Kaidah Reliabilitas Guilford

Kriteria Koefisien Reliabilitas

Sangat Reliabel > 0,9

Reliabel 0,7 – 0,9

Cukup Reliabel 0,4 – 0,7

Kurang Reliabel 0,2 – 0,4

Tidak Reliabel < 0,2

Dari hasil uji reliabilitas skala Layanan Bimbingan dan Konseling

dengan menggunakan sistem komputerisasi program SPSS versi 16.0

maka didapat :

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items

57.20 98.441 9.922 18

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.941 18

Interpretasi :

Dari hasil perhitungan, diperoleh keseluruhan koefisien reliabilitas

Alpha Cronbach skala layanan bimbingan dan konseling sebesar 0,941.

Sedangkan untuk hasil uji reliabilitas skala Motivasi Belajar Siswa

didapat :

Page 47: ABSTRAK SARTIKA PUTRI WARDANA, NIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2491/1/98366... · Layanan Bimbingan dan Konseling dengan Motivasi ... Bimbingan dan konseling

  39

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items

74.10 150.507 12.268 23

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.953 23

Interpretasi :

Dari hasil perhitungan, diperoleh keseluruhan koefisien reliabilitas

Alpha Cronbach skala motivasi belajar siswa sebesar 0,953.

Dari perhitungan uji reliabilitas skala motivasi belajar siswa

diperoleh hasil keseluruhan item reliabel.

c. Hipotesis

Uji hipotesis dilakukan guna membuktikan kebenaran untuk

mengetahui apakah intensitas layanan bimbingan dan konseling secara

nyata mempengaruhi motivasi belajar siswa SMA Negeri 3 Kota

Tangerang Selatan.

Dalam menguji kebenarannya yang dikemukakan oleh penulis,

maka digunakan rumus product moment sebagai berikut:

rxy  =   })(}{)({

))((2222 YYNXXN

YXXYN∑−∑∑−∑

∑∑−∑

Keterangan:

rxy : Angka indeks korelasi “r” product moment

X : Skor total X

Y : Skor total Y

Page 48: ABSTRAK SARTIKA PUTRI WARDANA, NIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2491/1/98366... · Layanan Bimbingan dan Konseling dengan Motivasi ... Bimbingan dan konseling

  40

(∑X)² : Kuadrat jumlah skor total X

∑X² : Jumlah kuadrat skor total X

(∑Y)² : Kuadrat jumlah skor total Y

∑Y² : Jumlah kuadrat skor total Y

N : Number of Cases

Untuk memperoleh koefisien korelasi ( r ) kemudian digunakan

dalam pengujian hipotesis statistik sebagai berikut:

Ho : P ≠ 0

Ha : P = 0

Ha : Ada hubungan positif yang signifikan antara intensitas layanan

bimbingan dan konseling dengan motivasi belajar siswa.

Ho : Tidak ada hubungan positif yang signifikan antara intensitas

layanan bimbingan dan konseling dengan motivasi belajar

siswa.

Setelah menguji hipotetsis, diuji pula seberapa besar kontribusi

variabel layanan bimbingan dan konseling (X) terhadap motivasi belajar

siswa (Y), dengan menggunakan rumus:

KD = r² x 100%

Keterangan:

KD : Koefisien Determinasi

r : Angka koefisien korelasi

Page 49: ABSTRAK SARTIKA PUTRI WARDANA, NIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2491/1/98366... · Layanan Bimbingan dan Konseling dengan Motivasi ... Bimbingan dan konseling

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Responden

1. Siswa

Penelitian ini melibatkan 30 responden yaitu siswa dan siswi yang

bersekolah di SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan dan masih duduk di

kelas XI.

Tabel 4.1

Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin

No. Kategori Jumlah Persentase

1. Perempuan 14 46,6 %

2. Laki-laki 16 53,4 %

Total 30 100 %

Berdasarkan jenis kelamin, diperoleh gambaran siswa dan siswi

diantaranya 14 (46,6 %) yang berjenis perempuan dan 16 (53,4 %) orang

yang berjenis kelamin laki-laki. Ini menunjukkan bahwa berdasarkan jenis

kelamin, pengambilan responden lebih banyak laki-laki dari pada

perempuan.

41

Page 50: ABSTRAK SARTIKA PUTRI WARDANA, NIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2491/1/98366... · Layanan Bimbingan dan Konseling dengan Motivasi ... Bimbingan dan konseling

  42

Tabel 4.2

Subjek Berdasarkan Kelas

Kelas Jumlah Persentase

XI IPS 1 6 20 %

XI IPS 2 6 20 %

XI IPS 3 6 20 %

XI IPS 4 6 20 %

XI IPS 5 6 20 %

Total 30 100 %

Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa responden penelitian dari

masing-masing kelas XI IPS 1 sebanyak 6 orang (20 %), kelas XI IPS 2

sebanyak 6 orang (20 %), kelas XI IPS 3 sebanyak 6 orang (20 %), kelas XI

IPS 4 sebanyak 6 orang (20 %), dan kelas XI IPS 5 sebanyak 6 orang (20

%).

Tabel 4.3

Subjek Berdasarkan Motivasi siswa Mengikuti Bimbingan

Kategori Jumlah Persentase

Ada Masalah Belajar 12 40 %

Ada Masalah Pribadi 8 26,6 %

Dipanggil Guru 10 33,4 %

Total 30 100 %

Berdasarkan motivasi siswa dalam mengikuti bimbingan, sebanyak 40

% mengikuti bimbingan karena memilki masalah belajar, 26,6 % mengikuti

bimbingan karena masalah pribadi, dan 33,4 % mengikuti bimbingan

karena dipanggil guru.

Page 51: ABSTRAK SARTIKA PUTRI WARDANA, NIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2491/1/98366... · Layanan Bimbingan dan Konseling dengan Motivasi ... Bimbingan dan konseling

  43

Tabel 4.4

Subjek Berdasarkan Bimbingan yang Didapat di Sekolah

Kategori Jumlah Persentase

Bimbingan Sosial 6 20 %

Bimbingan Pribadi 3 10 %

Bimbingan Belajar 14 46,7 %

Bimbingan Karir 0 0 %

Semua Bimbingan 7 23,3 %

Total 30 100 %

Berdasarkan bimbingan yang di dapat di sekolah, gambaran jenis

bimbingan yang dirasakan paling banyak oleh siswa yaitu bimbingan

belajar dengan perincian sebanyak 46,7 %, 23,3 % merasa mendapatkan

semua bimbingan, dan tidak ada yang merasa mendapatkan bimbingan

karir. Hal ini menunjukkan mayoritas siswa sebanyak 14 orang merasa

mendapatkan bimbingan belajar.

Tabel 4.5

Subjek Berdasarkan Cara Mendapatkan Bimbingan

Kategori Jumlah Persentase

Berkelompok di Ruang Bk 0 0 %

Individual di ruang BK 9 30 %

Bimbingan di kelas 18 60 %

Semua Cara 3 10 %

Total 30 100 %

Berdasarkan cara-cara siswa mendapatkan bimbingan, sebanyak 60 %

mendapatkan bimbingan di kelas, 30 % mendapatkan bimbingan secara

individual di ruang BK, dan 10 % mendapatkan bimbingan semua cara. Hal

ini menunjukkan mayoritas siswa sebanyak 18 orang lebih banyak

diberikan bimbingan dengan cara bimbingan di kelas.

Page 52: ABSTRAK SARTIKA PUTRI WARDANA, NIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2491/1/98366... · Layanan Bimbingan dan Konseling dengan Motivasi ... Bimbingan dan konseling

  44

Tabel 4.6

Subjek Berdasarkan Hasil Setelah Mendapatkan Bimbingan

Kategori Jumlah Persentase

Tenang 22 73,4 %

Bersemangat Belajar 3 10 %

Masalah Teratasi 5 16,6 %

Total 30 100 %

Berdasarkan tabel setelah mendapatkan bimbingan, siswa merasa

tenang karena mendapat arahan dengan perincian sebanyak 73,4 %,

bersemangat belajar kembali setelah mendapat bimbingan sebanyak 10 %,

dan masalahnya merasa teratasi sebanyak 16,6 %.

Tabel 4.7

Subjek Berdasarkan Intensitas Mengikuti Bimbingan

Kategori Jumlah Persentase Selalu 2 6,6 %

Sering 1 3,4 % Kadang-kadang 20 66,7 % Tidak Pernah 7 23,3 %

Total 30 100 %

Berdasarkan tabel di atas sebanyak 20 siswa atau 66,7 % kadang-

kadang mengikuti bimbingan, tidak pernah mengikuti bimbingan sebanyak

23,3 %, selalu mengikuti bimbingan sebanyak 6,6 %, dan sering mengikuti

bimbingan sebanyak 3,4 %.

Dari semua hasil yang tertera pada tabel di atas yang diambil dari

angket yang telah disebarkan kepada 30 orang siswa SMA Negeri 3 Kota

Tangerang Selatan, menunjukkan masalah yang sering dihadapi siswa

adalah masalah belajar sebanyak 40 %, oleh karena itu bimbingan yang

banyak didapatkan siswa adalah bimbingan belajar sebanyak 46,7 %,

dibandingkan bimbingan yang lain. Bimbingan paling sering dilakukan di

Page 53: ABSTRAK SARTIKA PUTRI WARDANA, NIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2491/1/98366... · Layanan Bimbingan dan Konseling dengan Motivasi ... Bimbingan dan konseling

  45

dalam kelas sebanyak 60 %, walaupun bimbingan yang dilakukan kadang-

kadang sebanyak 66,7 %, akan tetapi siswa merasa tenang setelah

mendapatkan bimbingan dari guru BK sebanyak 73,4 %.

B. Deskripsi Data Penelitian

1. Layanan Bimbingan dan Konseling

Layanan bimbingan dan konseling di sekolah ini sudah memadai,

karena di sekolah tersebut memiliki beberapa guru dan ruang BK. Selain itu

dalam melayani kebutuhan siswa di sekolah dilakukan dengan berbagai

cara, misalnya berbicara secara face to face, buku curahan hati siswa atau

melayani lewat sms. Jadi, secara umum layanan bimbingan dan konseling

yang dimiliki oleh sekolah tersebut cukup memadai.

Data layanan bimbingan dan konseling yang diperoleh dari pengisian

angket oleh responden sebanyak 30 orang siswa, dapat diketahui bahwa

skala layanan bimbingan dan konseling tersebut mempunyai skor tertinggi

0,840 dan skor terendah 0,578 dengan skor rata-rata sebesar 57,20.

Perolehan data selengkapnya dapat dilihat dalam tabel berikut :

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items

57.20 98.441 9.922 18

2. Motivasi Belajar Siswa

Data motivasi belajar siswa yang diperoleh dari pengisian skala

motivasi belajar siswa oleh 30 orang responden adalah skor tertinggi.0,742

dan skor terendah 0,622 dengan skor rata-rata sebesar 74,10. Perolehan data

selengkapnya dapat dilihat dalam tabel berikut :

Page 54: ABSTRAK SARTIKA PUTRI WARDANA, NIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2491/1/98366... · Layanan Bimbingan dan Konseling dengan Motivasi ... Bimbingan dan konseling

  46

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items

74.10 150.507 12.268 23

3. Kategori Skor

Untuk mengetahui tingkat bimbingan dan konseling, di SMA Negeri 3

Kota Tangerang Selatan, peneliti melakukan kategorisasi rentangan untuk

setiap responden berdasarkan data yang diperoleh dari skala yang disebar.

Dalam menentukan jenjang tersebut adalah skala yang terdiri dari 18 item

yang setiap itemnya diberi skor 1-4 untuk pernyataan favorable dan

unfavorable. Dengan demikian, skor yang mungkin diperoleh tiap subjek

berkisar 18-72. Skor terendah adalah 18 (hasil dari 18 x 1) dan skor

tertinggi adalah 72 (hasil dari 18 x 4). Skor tertinggi menunjukkan tingkat

bimbingan dan konseling tinggi, sedangkan skor terendah menunjukkan

tingkat bimbingan dan konseling rendah. Luas jarak sebarannya menjadi

72-18 = 54. Dengan demikian, setiap satuan standar deviasi (ō) bernilai

54/4 = 13,5, dengan mean teoritisnya (ŋ) adalah (18+72)/2 = 45. Kemudian

penggolongan tingkat bimbingan dan konseling dibagi ke dalam tiga

kategori, yaitu:

Skor Rendah = Nilai Minimum ≤ x < ŋ –ō

= 18 ≤ x < 45- 13,5

= 18 ≤ x < 31,5

Skor Sedang = ŋ – ō ≤ x < ŋ + ō

= 45- 13,5 ≤ x < 45+13,5

= 31,5 ≤ x < 58,5

Skor Tertinggi = ŋ+ ō ≤ x < Nilai Maximum

= 45+ 13,5 ≤ x < 72

= 58,5 ≤ x < 72

Page 55: ABSTRAK SARTIKA PUTRI WARDANA, NIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2491/1/98366... · Layanan Bimbingan dan Konseling dengan Motivasi ... Bimbingan dan konseling

  47

Tabel 4.8

Distribusi Skor Responden BK

Kategori Skor Frekuensi persentase Tinggi 58,5 > 72 10 33,4 % Sedang 31,5 – 58,5 15 50 % Rendah 18 < 31,5 5 16,6 % Total 30 100 %

Dari tabel di atas, dapat dilihat sebanyak 33,4 % tingkat bimbingan dan

konseling dalam kategori tinggi, 50 % tingkat bimbingan dan konseling

dalam kategori sedang, dan 16,6 % tingkat bimbingan dan konseling dalam

kategori rendah. Ini menunjukkan bahwa sebagian responden mengikuti

intensitas layanan bimbingan dan konseling.

Adapun untuk mengetahui tingkat motivasi belajar siswa SMA Negeri 3

Kota Tangerang Selatan, peneliti melakukan kategorisasi rentangan untuk

setiap responden berdasarkan data yang diperoleh dari skala yang disebar.

Dalam menentukan jenjang tersebut adalah skala yang terdiri dari 23 item

yang setiap itemnya diberi skor 1-4 untuk pernyataan favorable dan

unfavorable. Dengan demikian, skor yang mungkin diperoleh tiap subjek

berkisar 23-92. Skor terendah adalah 23 (hasil dari 23 x 1) dan skor

tertinggi adalah 92 (hasil dari 23 x 4). Skor tertinggi menunjukkan tingkat

motivasi belajar siswa tinggi, sedangkan skor terendah menunjukkan

tingkat motivasi belajar siswa rendah. Luas jarak sebarannya menjadi 92-23

= 69. Dengan demikian, setiap satuan standar deviasi (ō) bernilai 69/4 =

17,25, dengan mean teoritisnya (ŋ) adalah (23+92)/2 = 57,5. Kemudian

penggolongan tingkat motivasi belajar siswa dibagi ke dalam tiga kategori,

yaitu:

Skor Rendah = Nilai Minimum ≤ x < ŋ –ō

= 23 ≤ x < 57,5- 17,25

= 23 ≤ x < 40,25

Page 56: ABSTRAK SARTIKA PUTRI WARDANA, NIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2491/1/98366... · Layanan Bimbingan dan Konseling dengan Motivasi ... Bimbingan dan konseling

  48

Skor Sedang = ŋ – ō ≤ x < ŋ + ō

= 57,5- 17,25 ≤ x < 57,5+17,25

= 40,25 ≤ x < 74,75

Skor Tertinggi = ŋ+ ō ≤ x < Nilai Maximum

= 57,5+ 17,25 ≤ x < 92

= 74,75 ≤ x < 92

Tabel 4.9

Distribusi Skor Responden Motivasi Belajar

Kategori Skor Frekuensi persentase

Tinggi 74,75 > 92 13 43,4 %

Sedang 40,25 – 74,75 17 56,6 %

Rendah 23 < 40,25 0 0 %

Total 30 100 %

Dari tabel di atas, dapat dilihat sebanyak 43,4 % siswa yang memiliki

motivasi belajar dalam kategori tinggi, 56,6 % siswa lainnya memiliki

tingkat motivasi belajar dalam kategori sedang dan tidak ada siswa yang

memiliki tingkat motivasi rendah. Ini menunjukkan mayoritas siswa SMA

Negeri 3 Kota Tangerang Selatan memiliki tingkat motivassi belajar dalam

kategori sedang sebanyak 17 orang.

C. Interpretasi Data

Berdasarkan uji normalitas hasil output SPSS 16.0 untuk skala layanan

bimbingan dan konseling, didapat angka Sig.Shapiro-Wilk yaitu 0,086 dan

lebih besar dari taraf signifikansi yang ditetapkan yaitu 0,05 maka dikatakan

bahwa distribusi data skala layanan bimbingan dan konseling normal. Hal ini

seperti yang digambarkan di bawah :

Page 57: ABSTRAK SARTIKA PUTRI WARDANA, NIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2491/1/98366... · Layanan Bimbingan dan Konseling dengan Motivasi ... Bimbingan dan konseling

  49

Tests of Normality Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig. Layanan Bimbingan dan Konseling .173 30 .053 .939 30 .086

a. Lilliefors Significance Correction

Sedangkan hasil uji normalitas untuk skala motivasi belajar siswa didapat

output sig. Shapiro-Wilk yaitu 0,069 dan lebih besar dari taraf signifikansi yang

ditetapkan yaitu 0,05 maka dikatakan bahwa distribusi data skala motivasi

belajar siswa normal. Hal ini seperti yang digambarkan di bawah :

Tests of Normality Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig. Motivasi Belajar Siswa .155 30 .064 .936 30 .069

a. Lilliefors Significance Correction

Page 58: ABSTRAK SARTIKA PUTRI WARDANA, NIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2491/1/98366... · Layanan Bimbingan dan Konseling dengan Motivasi ... Bimbingan dan konseling

  50

D. Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis nol dilakukan dengan membandingkan harga “r” yang

diperoleh dari hasil perhitungan penelitian dengan harga “r” tabel. Jika harga

”r” hasil perhitungan kurang dari harga “r” tabel, maka hipotesis nihil (H0)

diterima dan hipotesis alternatif (Ha) ditolak. Sebaliknya jika harga “r” hasil

perhitungan lebih dari “r” tabel, maka hipotesis alternatif (Ha) diterima dan

hipotesis nol (H0) ditolak.

Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan SPSS versi 16.0 diperoleh

hasil hipotesis seperti pada tabel berikut :

Page 59: ABSTRAK SARTIKA PUTRI WARDANA, NIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2491/1/98366... · Layanan Bimbingan dan Konseling dengan Motivasi ... Bimbingan dan konseling

  51

Tabel 4.10 Hasil Uji Hipotesis Layanan Bimbingan dan Konseling dengan

Motivasi Belajar Siswa

Layanan Bimbingan dan

Konseling Motivasi

Belajar SiswaLayanan Bimbingan dan Konseling

Pearson Correlation 1 .496**

Sig. (2-tailed) .005N 30 30

Motivasi Belajar Siswa

Pearson Correlation .496** 1

Sig. (2-tailed) .005 N 30 30

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Dari hasil perhitungan harga “r” (r hasil perhitungan) diperoleh jumlah

0,496 dan harga koefisien korelasi tersebut bertanda positif. Artinya jika

korelasi antara layanan bimbingan dann konseling dengan motivasi belajar

siswa merupakan korelasi searah.

Untuk mengetahui arti harga indeks korelasi pada taraf signifikansi

tertentu, maka perlu diadakan pengujian dengan membandingkan besar “r”

hasil perhitungan dengan besarnya “r” yang tercantum dalam tabel nilai

Product Moment dengan terlebih dahulu mencari derajat bebas (db) atau

degrees of freedomnya (df) yang rumusnya sebagai berikut :

Df = N – nr 

Keterangan :

Df : degree of freedom

N : number of cases

Nr : banyaknya variabel yang kita korelasikan

Dengan diperoleh db atau df , maka dapat dicari besarnya “r” yang

tercantum dalam tabel nilai “r” tabel Product Moment baik pada taraf 5 % atau

1% dalam hal ini df = 30 – 2 = 28.

Page 60: ABSTRAK SARTIKA PUTRI WARDANA, NIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2491/1/98366... · Layanan Bimbingan dan Konseling dengan Motivasi ... Bimbingan dan konseling

  52

Dari tabel nilai “r” Product Moment, dapat dilihat berapa harga “r” dengan

berapa derajat bebasnya. Pada df = 28 dengan taraf signifikan 5 % diperoleh

sebesar 0,36.

Dengan demikian harga “r” hasil perhitungan 0,496 lebih besar dari harga

tabel “r” yaitu 0,361, maka pada taraf signifikan 5 % hipotesis nol (H0) ditolak,

sedangkan hipotesis alternatif (Ha) diterima. Ini berarti pada taraf signifikan 5

% ada korelasi positif yang signifikan, antara layanan bimbingan dan koseling

dengan motivasi belajar siswa.

Kemudian apabila dibandingkan harga “r” hasil perhitungan dengan harga

“r” tabel pada taraf signifikan 1 % dimana pada “r” tabel dengan df = 28 adalah

0,463 maka taraf signifikan 1 % harga “r” hasil perhitungan lebih besar dari

harga “r” tabel , maka pada taraf signifikan 1 % pun hipotesis nol (H0) ditolak

dan hipotesis alternatif (Ha) diterima. Dengan demikian terbukti bahwa ada

hubungan positif yang signifikan.

Untuk mengetahui kontribusi yang diberikan variabel X terhadap variabel

Y terlebih dahulu dicari koefisien penentuan dengan rumus sebagai berikut :

KD = rxy2 X 100 %

= 0,4962 X 100 %

= 0,246 X 100 %

= 24,6 %

Hal ini mengandung pengertian bahwa intensitas layanan bimbingan dan

konseling memberikan kontribusi sebesar 24,6 % terhadap motivasi belajar

siswa di SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan.

Page 61: ABSTRAK SARTIKA PUTRI WARDANA, NIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2491/1/98366... · Layanan Bimbingan dan Konseling dengan Motivasi ... Bimbingan dan konseling

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang didapat, maka dapat ditarik

kesimpulan bahwa ada hubungan positif yang signifikan antara intensitas

layanan bimbingan dan konseling dengan motivasi belajar siswa. Artinya,

semakin tinggi intensitas layanan bimbingan dan konseling yang diikuti

oleh siswa, maka semakin tinggi pula motivasi belajar siswa. akan tetapi

sebaliknya semakin rendah intensitas layanan bimbingan dan konseling

yang diikuti oleh siswa, maka semakin rendah pula motivasi belajar siswa.

Adapun kontribusi yang diberikan oleh intensitas layanan bimbingan

dan konseling terhadap motivasi belajar siswa adalah 24,6 %, sedangkan

sisanya bisa disumbang oleh variabel lain yang tidak diteliti dari penelitian.

53

Page 62: ABSTRAK SARTIKA PUTRI WARDANA, NIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2491/1/98366... · Layanan Bimbingan dan Konseling dengan Motivasi ... Bimbingan dan konseling

  54

B. SARAN

Berdasarkan hasil penelitian ini, penulis mempunyai saran yang bisa

dijadikan pertimbangan bagi setiap pendidik khususnya konselor, bahwa bagi

setiap konselor hendaknya selalu memberikan perhatian yang cukup pada

proses belajar siswa ketika berada di sekolah. Karena perhatian itu sendiri tidak

harus bersifat materil dalam bentuk penyediaan peralatan saja, akan tetapi yang

tidak kalah pentingnya adalah perhatian yang bersifat immateril, yaitu

bagaimana guru BK (konselor) membantu kesulitan yang ditemui siswanya

dalam proses belajar, serta memberikan nasehat-nasehat atau dorongan ketika

siswa mengalami kegagalan atau pencapaian prestasinya kurang maksimal.

 

Page 63: ABSTRAK SARTIKA PUTRI WARDANA, NIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2491/1/98366... · Layanan Bimbingan dan Konseling dengan Motivasi ... Bimbingan dan konseling

DAFTAR PUSTAKA

 

Ahmadi Abu, dan Ahmad Rohani, Bimbingan dan Konseling di Sekolah, Jakarta: Rineka Cipta, Ed. Revisi, Cet. 1, 1991.

Arikunto Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: PT

Rineka Cipta, 2006. Arikunto Suharsimi, Prof. Dr., Prosedur Penelitian Suatu pendekatan Praktik,

Jakarta: Rineka Cipta, Cet. 13, 2006 Arikunto Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan, Jakarta: PT. Rineka

Cipta, 2002. Azhari, Akyas, Psikologi Umum dan Perkembangan, Jakarta: Teraju, Cet. 1,

2004. Dalyono M., Drs., Psikologi Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, Cet. 1, 1997. Dimyati, dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta, Cet. 2,

2002. Djumhur I, dan M. Surya, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, Bandung: CV.

Ilmu, 1975. Hamalik, Oemar, Prof. Dr., Proses Belajar Mengajar, Jakarta: Bumi Aksara, Cet.

2, 2003 Hamzah B. Uno, Dr. M. pd, Teori Motivasi dan Pengukurannya: Analisis di

Bidang pengukurannya, Jakarta: Bumi Aksara, Cet. 2, 2007. Iska, Zikri Neni, Bimbingan dan Konseling: Pengantar Pengembangan Diri dan

Pemecahan Masalah Peserta Didik atau Klien, Jakarta: Kizi Brother’s, Cet. 1, 2008.

Iska, Zikri neni, Psikologi: Pengantar Pemahaman Diri dan Lingkungan, Jakarta:

Kizi Brother’s, Cet. 2, 2008. John Mcleod, Pengantar Konseling Teori dan Studi Kasus, Jakarta: Kencana

Prenada Media Group, Ed. 3 Cet. 2, 2008. Margono S., Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2009. Nata Abuddin, M. A. Prof. Dr. H., Perspektif Islam Tentang Strategi

Pembelajaran, Jakarta: Kencana, Ed. 1, Cet. 1, 2009.

55

Page 64: ABSTRAK SARTIKA PUTRI WARDANA, NIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2491/1/98366... · Layanan Bimbingan dan Konseling dengan Motivasi ... Bimbingan dan konseling

  56

Paimun, Drs. H, Bimbingan dan Konseling Sari Perkuliahan, Jakarta: UIN, 2006. Prayitno, Prof. Dr. H, dan Erman Amti, Drs., Dasar-dasar Bimbingan dan

Konseling, Jakarta: PT. Rineka Cipta, Ed. 2, 2004. Prayitno, Prof. DR. Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok (Dasar dan

Profil), Jakarta: Ghalia Indonesia, Cet. 1, 1995. Ridwan, Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Penelitian Pemula,

Bandung: Alfabeta, 2005. Sabri, M. Alisuf, Psikologi Pendidikan Berdasarkan Kurikulum Nasional, Jakarta:

Pedoman Ilmu Jaya, Cet. 2, 1996. Shaleh, Abdul Rahman dan Muhbib Abdul Wahab, Psikologi suatu Pengantar

dalam Perspektif Islam, Jakarta: Kencana, Cet. 1, 2004. Slameto, Drs., Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya, Jakarta:

Rineka Cipta, Cet. 4, 2003. Sudjiono Anas, , Prof. Drs, Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta: Raja

Grafindo Persada, Ed. 1-17, 2007. Suralaga Fadilah, Dra. M. Si, Psikologi Pendidikan Dalam Perspektif Islam,

Jakarta: UIN Press, 2005. Surya M., Prof. DR. H. Psikologi Konseling, Bandung: Pustaka Bani Quraisy,

Cet. 1, 2003. Suryabrata, Sumadi, Drs., Psikologi Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo Persada,

Ed. 5-14, 2006. Syah, Muhibbin Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung:

Remaja Rosdakarya, 2004. Tohirin, M. Pd. Drs., Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah

(Berbasis integrasi), Jakarta, Raja Grafindo Persada, Ed. 1, 2007. Undang-undang SISDIKNAS (Sistem Pendidikan Nasional), No. 20, Th. 2003 Winkel, W. S. Bimbingan dan Konseling di Institut Pendidikan, Jakarta: PT.

Gramedia Widiasarana Indonesia, Ed. Revisi, 1997. Yusuf Syamsu, dan Juntika Nurihsan, Landasan Bimbingan dan Konseling,

Bandung: Remaja Rosdakarya, Cet. 2, 2006.

Page 65: ABSTRAK SARTIKA PUTRI WARDANA, NIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2491/1/98366... · Layanan Bimbingan dan Konseling dengan Motivasi ... Bimbingan dan konseling

PEDOMAN WAWANCARA

Nama : Suherman, S. Pd

Jabatan : Guru Bimbingan dan Konseling

Hari/ Tgl : Senin, 04 Januari 2010

Waktu : 10.00-11.30 WIB

Tempat : SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan

Daftar Pertanyaan:

1. Apa tujuan dilaksanakannya program bimbingan dan konseling di sekolah?

2. Kapan jadwal khusus memberikan bimbingan kepada siswa?

3. Apakah guru BK memiliki panduan dalam melayani siswa di sekolah ?

4. Apakah guru BK mempunyai catatan khusus setiap siswa? Catatan seperti apa?

5. Kegiatan layanan seperti apa yang diberikan guru BK kepada siswanya?

6. Kegiatan pendukung seperti apa yang diberikan guru BK kepada siswanya?

7. Bagaimana guru BK mengawasi kegiatan belajar siswa?

8. Bagaimana guru BK mengetahui siswa yang bermasalah dalam belajar? (misalnya penurunan

motivasi dalam belajar)!

9. Bagaiamana peran guru BK terhadap siswa yang mengalami penurunan motivasi belajar?

10. Pendekatan apa yang biasa guru BK gunakan dalam memotivasi belajar siswa?

11. Apakah ada program layanan secara khusus yang diberikan kepada siswa yang mengalami

penurunan dalam motivasi belajar?

12. Faktor apa saja yang biasanya menyebabkan menurunnya motivasi belajar siswa?

Page 66: ABSTRAK SARTIKA PUTRI WARDANA, NIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2491/1/98366... · Layanan Bimbingan dan Konseling dengan Motivasi ... Bimbingan dan konseling

13. Apa program jangka panjang BK di sekolah?

14. Apa program jangka pendek BK di sekolah?

15. Tahap-tahap pelaksanaan seperti apa yang dilakukan dalam program pelayanan bimbingan

dan konseling?

Page 67: ABSTRAK SARTIKA PUTRI WARDANA, NIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2491/1/98366... · Layanan Bimbingan dan Konseling dengan Motivasi ... Bimbingan dan konseling

HASIL WAWANCARA

1. Tujuan dilaksanakannya program bimbingan dan konseling disekolah, tidak lain yang

pertama ialah harus mengacu kepada kurikulum yang ditetapkan pemerintah yaitu disusun

sesuai dengan jenjang pendidikan dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia

dengan memperhatikan peningkatan iman dan takwa serta akhlak mulia, peningkatan

potensi, kecerdasan dan minat peserta didik serta tuntutan dunia kerja. Disamping itu tujuan

dari dilaksanakannya program BK adalah untuk membantu pemecahan masalah yang sedang

dihadapi siswa baik kelompok maupun individu serta mengarahkan, memotivasi dan

memberikan informasi guna untuk perkembangan pribadi anak (siswa).

2. Secara klasikal jadwal khusus memberikan bimbingan kepada siswa yaitu 1 minggu sekali

pada jam pelajaran. Disini guru BK menyampaikannya dengan cara pribadi melalui tanya

jawab atau sharing guna untuk menggali potensi diri yang ada pada anak (siswa) melalui

pengembangan diri dari masing-masing anak.

3. Panduan yang harus dimiliki oleh guru BK ialah mengenai kode etik konselor. Karena

fungsi kode etik disini adalah untuk menjaga privasi seseorang dalam hal ini siswa.

Konselor tidak bisa semena-mena atau memaksanakan siswa untuk menceritakan terhadap

masalah yang terjadi dan konselor juga tidak boleh begitu saja menceritakan masalah siswa

kepada orang lain, karena sifatnya sangat rahasia.

4. SMA 1 Pamulang disini yang sudah berganti nama menjadi SMA Negeri 3 Tangerang

Selatan memiliki berbagai macam catatan yang berbeda-beda fungsinya yang berupa

himpunan lembaran-lembaran dengan format yang di design secara khusus; diantaranya

seperti buku catatan konseling, kartu status konseling, buku kasus dan buku layanan siswa

yang disebut dengan satuan layanan. Sedangkan satuan kegiatan pendukungnya itu dengan

melakukan kunjungan rumah yang ditandai adanya surat pemanggilan dan surat perjanjian.

5. Kegiatan layanan yang diberikan guru BK kepada siswanya yaitu dengan memberikan

layanan informasi seperti info mengenai dunia kerja maupun info mengenai universitas-

universitas dijakarta yang kelak akan dimasuki siswa. Selain itu kegiatan layanan yang

dilakukan oleh SMA Negeri 3 Tangerang Selatan yaitu melalui layanan berupa sms,

curahan hati dan kotak saran. Disini siswa yang sedang mengalami atau mempunyai

Page 68: ABSTRAK SARTIKA PUTRI WARDANA, NIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2491/1/98366... · Layanan Bimbingan dan Konseling dengan Motivasi ... Bimbingan dan konseling

masalah diberikan waktu oleh guru BK untuk menulis tentang apa saja yang menjadi dilema

(unek-unek) dalam diri siswa tersebut. Setelah itu guru BK bertugas untuk mencari solusi

dari masalah yang ada dengan mempertimbangkan pula aspek-aspek psikis anak (siswa).

6. Satuan kegiatan pendukung yang diberikan guru BK kepada siswanya yaitu melalui

kunjungan rumah. Hal ini dilakukan apabila pihak konselor sudah tidak mampu lagi

menangani masalah siswa yang ada. Maka tindakan selanjutnya adalah dengan pemberian

surat pemanggilan anak yang nantinya akan disampaikan kepada orang tua terlebih dahulu

sebelum diadakan kunjungan rumah, ini dimaksudkan agar orang tua murid tidak kaget

(terkejut) saat pihak konselor datang kerumah.

7. Cara yang dilakukan guru BK dalam mengawasi kegiatan belajar siswa yaitu informasi

melalui guru dari masing-masing bidang studi dan teman sebaya. Dari masing-masing guru

dan teman sebaya nantinya akan melaporkan tentang masalah yang sedang dihadapi siswa

kepada pihak konselor.

8. Cara guru BK mengetahui siswa yang bermasalah dalam belajar dalam hal ini yang terkait

dengan motivasi yaitu dengan melihat prestasi belajar siswa, terutama pada saat mid

semester dan semester. Dari situ dapat dilihat peningkatan dan penurunan motivasi siswa,

atau dapat pula dilihat dari tingkah laku sehari-seharinya disekolah. Sebagai contoh siswa

yang dalam kesehariannya disekolah sifatnya periang dan senang bercanda dengan teman

sebayanya, namun suatu ketika pada saat tertentu siswa tersebut tampak murung dan

pendiam. Hal tersebut menandakan pasti ada masalah dalam dirinya, sehingga menimbulkan

penurunan motivasi dalam belajar.

9. Peran guru BK terhadap siswa yang mengalami penurunan motivasi belajar yaitu dengan

mengarahkan dan memotivasi siswa serta memberikan wawasan tentang bimbingan belajar

yang baik dan efektif. Karena peran guru BK itu sendiri bukan hanya sekedar menangani

kenakalan-kenakalan remaja saja, akan tetatpi mencakup keseluruhan yang terkait dengan

aspek pendidikan. Hal ini seperti terdapat pada fungsi dari pendidikan nasional selain

menegembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang

bermartabat, juga bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi

manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,

Page 69: ABSTRAK SARTIKA PUTRI WARDANA, NIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2491/1/98366... · Layanan Bimbingan dan Konseling dengan Motivasi ... Bimbingan dan konseling

berilmu dan kreatif serta bertanggung jawab. Jadi peran BK selain untuk memberikan

bantuan agar siswa mencapai kemandirian juga harus didasarkan pada norma-norma yang

berlaku untuk tujuan yang berguna bagi siswa.

10. Pendekatan yang biasa guru BK gunakan dalam memotivasi siswa belajar yaitu dengan

pendekatan yang bersifat persuasif dengan cara menegur atau mengenal nama si anak

(siswa). Apabila dari masing-masing guru terutama pihak konselor mengenal atau

mengetahui nama siswa, maka secara tidak langsung lama-kelamaan akan membentuk suatu

hubungan yang baik antara konselor dengan klien (siswa). Karena siswa disini merasa

diperhatikan dan akan merasa nyaman pula untuk bercerita tentang masalah yang

dihadapinya. Dan pihak konselor akan mudah pula untuk mencari solusi dari permasalahan

yang dihadapi siswa.

11. Program khusus yang diberikan oleh SMA Negeri 3 Tangerang Selatan yang mengalami

penurunan dalam motivasi belajar yaitu melalui remedial teaching dan tutor teman sebaya.

Adapun remedial teaching tujuannya ialah untuk usaha pemberian bantuan kepada siswa

yang mengalami kesulitan belajar. Karena dari masing-masing siswa disini memiliki

kemampuan menanggapi belajar yang berbeda-beda ada yang cepat tanggap dan ada pula

yang tidak cepat tanggap. Oleh karena itu, dalam remedial teaching ini harus dicari sebab-

sebab kesulitan belajar yang dialami siswa dan dicarikan pemecahan dari kesulitan belajar

tersebut. Sedangkan tutor teman sebaya atau bisa disebut juga dengan layanan kelompok

yaitu fungsinya disini yaitu untuk mencari sebab-sebab mengapa siswa (klien) mengalami

penurunan motivasi belajar caranya disini adalah dengan membuat beberapa kelompok yang

tidak lain adalah temannya sendiri dari masing-masing temannya tersebut memberikan

masukan kepada klien (siswa) setelah itu konselor mencarikan solusi dari masalah yang ada.

12. Dari kebanyakan siswa yang saya tanyakan faktor-faktor yang menyebabkan menurunnya

motivasi belajar siswa ialah dikarenakan memang mata pelajarannya sulit dan metode yang

digunakan atau yang disampaikan membosankan, serta guru yang sering tidak masuk hanya

memberikan tugas saja, tanpa siswa diterangkan terlebih dahulu dan materi yang diberikan

terlalu banyak. Sedangkan dari pihak konselor yang menyebabkan menurunnya motivasi

belajar siwa memang bermacam-macam dan tidak jauh berbeda dengan yang disebutkan

diatas, akan tetapi tidak hanya itu saja, misalnya seperti masalah dilingkungan keluarga,

Page 70: ABSTRAK SARTIKA PUTRI WARDANA, NIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2491/1/98366... · Layanan Bimbingan dan Konseling dengan Motivasi ... Bimbingan dan konseling

pribadi, sosial maupun pendidikan, karena siswa tersebut tidak tahu perguruan tinggi mana

yang harus dia pilih setelah pendidikan sekolah telah selesai.

13. Program jangka panjang yang dilakukan SMA Negeri 3 Tangerang Selatan dalam layanan

program BK dalam meningkatkan motivasi belajar siswa adalah dengan program tahunan

yang dilaksanakan selama satu tahun pelajaran atau semesteran kemudian dari situ dapat

dilihat tingkat prestasi siswa apakah naik atau turun.

14. Program jangka pendek adalah dengan membuat suatu agenda harian yang didalamnya

memuat berbagai pelanggaran-pelanggaran. Misalnya seperti datang ke sekolah terlambat,

tidak memakai ikat pinggang, memakai perhiasan dan gelang, serta rambut bagi laki-laki

yang gondrong itu semua dilakukan setiap hari dalam satu minggunya.

15. Tahap pelaksanaannya yang dilakukan dalam program BK yaitu dengan pemberian poin-

poin dari pelanggaran yang dilakukan. Selain itu pelaksanaan yang biasanya dilakukan yaitu

dengan cara koordinasi pihak-pihak terkait. Disini dari masing-masing guru mata pelajaran

menginformasikan kepada wali kelasnya apabila terdapat siswa yang mengalami penurunan

motivasi belajar, setelah itu apabila wali kelas tidak bisa menangani masalah, maka

dialihkan oleh pihak konselor, apabila dalam hal ini konselor tidak bisa mengatasi juga

tentang masalah yang ada, maka dilakukan pemanggilan orang tua ke sekolah. Dan apabila

pihak orang tua belum bisa mengatasi masalah anaknya, maka kepala sekolahlah yang

menentukan apakah siswa tersebut masih bisa di sekolah tersebut atau tidak.

Page 71: ABSTRAK SARTIKA PUTRI WARDANA, NIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2491/1/98366... · Layanan Bimbingan dan Konseling dengan Motivasi ... Bimbingan dan konseling

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian

1. Sejarah Berdirinya SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan

Pada sekitar tahun 1987-an wilayah Pamulang masih termasuk

bagian wilayah kecamatan Ciputat (belum merupakan suatu kecamatan

tersendiri). Saat itu pula sedang dibangun pemukiman penduduk berskala

luas yaitu perumahan pamulang permai II. Pertambahan kepadatan

penduduk kecamatan Ciputat khususnya di sekitar wilayah Pamulang

menuntut bertambahnya pula sarana pendidikan khususnya Sekolah

Lanjutan Tingkat Atas. Atas bantuan berbagai pihak dan rekomendasi dari

pemerintah kabupaten Tangerang (surat Persetujuan Penggunaan Tanah

Fasilitas Sosial No. 593.3/1515_UM/ 1988 tertanggal 2 Juli 1988 ) akhirnya

pihak pengembang perumahan pamulang permai II menyetujui sebagian

tanahnya untuk dibangun sebuah sekolah. Di atas tanah seluas 4870 m2

mulailah dibangun sebuah sekolah dan pada tanggal 17 Oktober 1991

bernama SMA Negeri 2 Ciputat filial (kelas jauh) dipimpin oleh Ibu Hj.Siti

Aisyah, BA (alm) dengan pelaksana hariannya adalah Bapak Drs. A.Rifaie'

Sirath. Waktu itu baru berjumlah 12 kelas yaitu 4 kelas I, 4 Kelas II dan 4

kelas III.

Pada sekitar tahun 1991-1992 terjadi pemekaran wilayah dimana

wilayah Pamulang telah menjadi kecamatan tersendiri yaitu kecamatan

Pamulang. Nama SMA Negeri 2 Ciputat filial menjadi tidak cocok lagi

karena berada di wilayah kecamatan Pamulang. Berkat bantuan berbagai

pihak akhirnya berdasarkan SK Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No.

0216/O/1992 tertanggal 5 Mei 1992, SMA Negeri 2 Ciputat filial berubah

Page 72: ABSTRAK SARTIKA PUTRI WARDANA, NIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2491/1/98366... · Layanan Bimbingan dan Konseling dengan Motivasi ... Bimbingan dan konseling

namanya menjadi SMA Negeri 1 Pamulang, namun SK ini ditandatangani

baru pada bulan Juni 1992 dan dijadikan landasan berdirinya SMA Negeri 1

Pamulang yaitu bulan Juni 1992 (makna simbolik logo SMAN 1 Pamulang

6 akar tangkai, 9 mahkota bunga dan 2 kelopak bunga).

Dan setelah terjadi pemekaran diwilayah tengerang itu sendiri, maka

pada tanggal 29 Januari 2009-2010 yang pada awalnya bernama SMA

Negeri 1 pamulang berubah namanya menjadi SMA Negeri 3 Kota

Tengerang Selatan.

2. Visi dan Misi SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan

a. Visi SMA Negeri 3 Kota Tangera Pamulang

Menjadi Sekolah Terunggul Berwawasan Nasional, Bersaing Secara

Internasional dan Religius.

b. Misi SMA Negeri 3 Kota Tangerang

1. Mewujudkan pencapaian delapan standar internasional

pendidikan.

2. Melaksanakan proses pembelajaran secara efektif dan efisien

berbasis global (berbasis ICT) dan berpijak pada budaya bangsa.

3. Menerapkan Information and Communication Technology (ICT)

dan bahasa internasional dalam proses pembelajaran dan

pengelolaan sekolah.

4. Menyelenggarakan pendidikan sekolah bertaraf internasional

untuk meningkatkan mutu pendidikan.

5. Menyiapkan peserta didik untuk mampu bersaing secara

Page 73: ABSTRAK SARTIKA PUTRI WARDANA, NIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2491/1/98366... · Layanan Bimbingan dan Konseling dengan Motivasi ... Bimbingan dan konseling

nasional dan internasional.

6. Mengembangkan jejaring nasional dan internasional yang luas.

7. Menumbuhkan sikap belajar sepanjang hayat bagi warga

sekolah.

8. Menumbuhkan proses internalisasi ajaran agama dan budaya

bangsa serta implementasinya dalam kehidupan nyata.

9. Menyelenggarakan pendidikan untuk meningkatkan IPTEK dan

IMTAK.

3. Keadaan Guru, Pegawai dan Siswa

a. Keadaan Guru dan Pegawai

Pada saat ini, guru yang ada di SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan

semuanya berjumlah 73 orang. Dengan perincian laki-laki 24 orang dan

guru perempuan berjumlah 49 orang. Sedangkan jumlah pegawai

administari seluruhnya berjumlah 10 orang, selebihnya yaitu pesuruh

sekolah yang seluruhnya berjumlah 8 orang. Untuk lebih jelas lihat tabel di

bawah ini

Tabel 4.1

Keadaan Guru

SMA N 3 Kota Tangerang Selatan

PENDIDIKAN STATUS TUNO N A M A USIA BIDANG

GT

GTT

JAP

(TAHUN

) JENJAN

G STUDI MIN

1 Drs. H. Sujana,.M.Pd 49 Sarjana Sejarah V 3

2 Dra. Kamron Henilawati 48 Sarjana B.Indonesia V 3

Page 74: ABSTRAK SARTIKA PUTRI WARDANA, NIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2491/1/98366... · Layanan Bimbingan dan Konseling dengan Motivasi ... Bimbingan dan konseling

3 Dra. Mardiati 49 Sarjana Matematika V 16 Matematika

4 Dra. Lia Ribawati 48 Sarjana B.Inggris V 16 B.Inggris

5 Dra. Sri Haryatmi 50 Sarjana BP/BK V 36 BP/BK

6 Dra. Hj. Laela Rochayati 44 Sarjana

Ekonomi/Akun V 22

Ekonomi/Akun

7 Dra. Hj. Hartati 48 Sarjana PPKn V 20 PPKn

8 Dra. Emma Rochminarti 46 Sarjana

Ekonomi/Akun V 22

Ekonomi/Akun

9 Suhermin. S.Pd. 46 Sarjana Fisika V Fisika

10 Dra. Yuniati 40 Sarjana Matematika V 34 Matematika 11 Juriah. S.Pd. 42 Sarjana Biologi V 33 Biologi 12 Dra. Harsining 44 Sarjana B. Inggris V 22 B.Inggris

13 Dra. Hj. Efi Rosita 44 Sarjana BP/BK V BP/BK

14 Dra. Hj. Suwarti 43 Sarjana Sejarah V Sejarah

15 Dra. Eny Suryani. M.Pd. 42 Sarjana Matematika V Matematika

16 Dra. Aan Sri Analiah 39 Sarjana Sejarah V 29 Sejarah

17 Aisyah. S.Pd. 40 Sarjana Matematika V 36 Matematika

18

Wiwin Purwi Indayati. M.Pd. 40

Pasca Sarjana Kimia V 16 Kimia

19

Hj. Sri Herminingsih. S.Pd. 40 Sarjana Fisika V 11 Sejarah

20 Iis Nurhayati. S.Pd. 35 Sarjana Biologi V 21 Matematika

21 Tati Erayati. S.Pd. 36 Sarjana B. Inggris V Fisika

22 Lina Nurlina. S.Pd. 35 Sarjana Matematika V Biologi

23 Drs. Eka Adifirsa Putra 38 Sarjana Matematika V 33 Matematika

24 R a t i h. S.Pd. 39 Sarjana Fisika V 20 Fisika 25 Dra. Unayah Sarjana Matematika V 18 Matematika

26

Siti Mahmudah. S.Pd. 35 Sarjana Matematika V 21 Matematika

Page 75: ABSTRAK SARTIKA PUTRI WARDANA, NIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2491/1/98366... · Layanan Bimbingan dan Konseling dengan Motivasi ... Bimbingan dan konseling

27 Adi Ruchyadi Sarjana Ekonomi/Akun V Mulok

28 Ir. Shanty Sarjana Biologi V 32 Biologi

29 Emin Salimin Sarjana Pend. Agama V 38 Sosiologi

30 Sularno Sarjana Penjas V 22 Penjas

31 Maulana Panuju Sarjana Bhs Inggris V 20 Bhs Inggris

32 Sri Ridjeki Sarjana Ekonomi/ Akuntasi V 18

Ekonomi/Akun

33 Dra. Wiwi Widaningsih Sarjana

Bhs Indonesi V 14

Bhs Indonesi

34 Liman Bhs Indonesi V 18

Bhs Indonesi

35 Suherman BP/BK V 18 BP/BK

36 Arie Budiningsih Kimia V 28 Kimia

37 Junaedi. S.Ag. 36 Sarjana

Pend Agama Islam V 24

Pend Agama Islam

38 Dra. Dyah Katiyuwati 41 Sarjana PPKn V 34 PPKn

39

Wahyu Kumalawati. S.Pd. 38 Sarjana PPKn V 28 PPKn

40 Dra. Ellia Doniati. S.Pd. 32 Sarjana Sejarah V 20 Sejarah

41 Dra. Sri Mulyati 40 Sarjana B.Indonesia V 41 B.Indonesia

42 Susi Rosita. S.Pd 34 Sarjana

Bhs Indonesia

Bhs Indonesia

43 Dra. Siti Umayah 45 Sarjana Bhs Inggris V 18 Bhs Inggris

44 Sri Wahyuni. S.Pd. 34 Sarjana Bhs Inggris V 12 Bhs Inggris

45 RaniAnggraeni. S.Pd 32 Sarjana Biologi V 6 Biologi

46 Dra. Wara Gawatiningsih 36 Sarjana Kimia V 12 Kimia

47 Nellyta Basrie. S.Pd 33 Sarjana Biologi V 12 Biologi

48 Bambang Setiabudi 33 Sarjana Penjas V 10 Penjas

Pend

18

Pend Agama

Page 76: ABSTRAK SARTIKA PUTRI WARDANA, NIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2491/1/98366... · Layanan Bimbingan dan Konseling dengan Motivasi ... Bimbingan dan konseling

49 Drs. Muhyidin 41 Sarjana Agama V

50

Tri Wuriyantini. S.Pd Ekonomi V 12 Ekonomi

51 Ir. Shanti 51 Sarjana Biologi V 34 Biologi

52 Siti Nursyamsiah 35 Sarjana Sejarah V 12 Sejarah

53 Rusmanelly 50 Sarjana Pend Seni V 18 Pend Seni

54 Tarsiah. S.Sg 33 Sarjana Pend Agama V 22

Pend Agama

55 Amin Paris Pane 43 Sarjana Bhs Jerman V 10 Bhs Jerman

56 Abd. Aziz Muslim 29 Sarjana

Pend Agama V 18

Pend Agama

57 Drs. Digi Susandi 41 Sarjana Penjas V 8 Penjas

58 Nimrah. S.Pd 29 Sarjana Bhs Inggris V 8 Bhs Inggris

59 Dedi Suryaman 45 Sarjana Mulok V 18 Mulok

60 Fuad Akhmad Jawari 40 Sarjana

Tek. Informatika V 12

Tek. Informatika

61 Uswatun Hasanah 37 Sarjana

Tek. Informatika V 12

Tek. Informatika

62 Budi Sudarsono 36 Sarjana

Tek. Informatika V 18

Tek. Informatika

63 Beni Tresnadi 38 Sarjana Tek. Informatika V 18

Tek. Informatika

64 Ainul Wardah Pasca Sarjana Pend. Seni Pend. Seni

65 Siti Amaliza 27 Sarjana Pend. Seni Pend. Seni

66 Nawang Priyandani D. III Bhs Jepang Bhs Jepang

67 Haposan D. III Pend. Agama

Pend. Agama

68 Ahmad Syukron 32 Fisika Fisika

69 Affandy Kartawinata 31 Sarjana TIK TIK

70 Dewimarhelly 37 Kimia Kimia

71 Ahmad Hasanudin Sarjana Bhs. Inggris Bhs. Inggris

72 Roni Purwansyah Bhs. Arab Bhs. Arab

73 Gunadi Geografi Geografi

Page 77: ABSTRAK SARTIKA PUTRI WARDANA, NIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2491/1/98366... · Layanan Bimbingan dan Konseling dengan Motivasi ... Bimbingan dan konseling

b. Keadaan Siswa

Adapun jumlah siswa SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan pada

tahun ajaran 2008-2009 yang berdasarkan laporan statistik berjumlah 937

orang, dengan perincian siswa laki-laki sebanyak 487 orang dan siswa

perempuan sebanyak 450 orang. Perkembangan siswa dari tahun ke tahun

mengalami peningkatan. Hal ini dikarenakan minat masyarakat untuk

menyekolahkan anaknya ke SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan cukup

tinggi, sehingga dalam penerimaan siswa baru diadakan seleksi yang cukup

ketat yang juga dimaksudkan untuk mendapatkan input yang berkualitas.

Tabel 4.2

Keadaan Siswa-siswi

SMA N 3 Kota Tangerang Selatan

X XI

IPA

XI

IPS

JUMLAH XII IPA XII IPS JUMLAH

L 151 77 77 154 102 80 182

Page 78: ABSTRAK SARTIKA PUTRI WARDANA, NIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2491/1/98366... · Layanan Bimbingan dan Konseling dengan Motivasi ... Bimbingan dan konseling

P 148 77 71 148 103 51 154 450

JML 229 154 148 302 205 131 336

937

c. Sarana Pendidikan

Sarana dan prasarana dapat diartikan sebagai alat untuk mencapai

suatu tujuan. Dalam pnelitian ini yang dimaksud dengan sarana dan

prasarana adalah fasilitas-fasilitas yang dimiliki oleh SMA Negeri 3 Kota

Tangerang Selatan. Dalam rangka menunjang terlaksananya proses

pendidikan, baik yang berbentuk fisik maupun non fisik sehingga tujuan

pendidikan dapat terwujud adalah sebagai berikut:

Tabel 4.3

Keadaan Sarana dan Prasarana

SMA N 3 Kota Tengerang Selatan

NO. JENIS JUMLAH

1. Gedung Sekolah 1 Unit

Page 79: ABSTRAK SARTIKA PUTRI WARDANA, NIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2491/1/98366... · Layanan Bimbingan dan Konseling dengan Motivasi ... Bimbingan dan konseling

2. Ruang Belajar 4 Ruang

3. Ruang guru 1 Ruang

4. Ruang Kepala Sekolah 1 Ruang

5. Ruang Perpustakaan 1 Ruang

6. Ruang Koperasi Sekolah 1 Ruang

7. Ruang Tata Usaha 1 Ruang

8. Ruang TRRC 1 Ruang

9. Lab IPA 1 ruang

10. Lab Bahasa 1 Ruang

11. Lab. Komputer 1 Ruang

12. Ruang BK/BP 1 Ruang

13. Kamar WC asiswa 3 Kamar

14. Kamar WC Guru 2 Kamar

15. Meja Kursi guru 30 Kursi

16. Meja Kursi Murid 136 Kursi

17. Pesawat telpon 2 Buah

18. Pengerasa Suara 1 Buah

19. Gudang 1 Ruang

20. Ruang Penjaga Sekolah 2 Ruang

 

Page 80: ABSTRAK SARTIKA PUTRI WARDANA, NIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2491/1/98366... · Layanan Bimbingan dan Konseling dengan Motivasi ... Bimbingan dan konseling

Tabel   4.4

Struktur Organisasi

SMA N 3 Kota Tengerang Selatan

DEWAN GURU 

LAB  PERAWATAN SARANA DAN 

EKSKULOSIS

WAKSEK KESISWAAN

WAKSEK SARANA DAN PRASARANA

WAKSEK KURIKULUM 

PERPUSTAKAAN REGULER 

WAKSEK HUMAS 

PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN 

ADMINISTRASI KESISWAAN

ADMINISTRASI KETENAGAKERJAAN 

KEUANGAN 

KEPALA TATA USAHA

KEPALA SEKOLAH 

BIMBINGAN DAN KONSELING 

WALI KELAS 

Page 81: ABSTRAK SARTIKA PUTRI WARDANA, NIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2491/1/98366... · Layanan Bimbingan dan Konseling dengan Motivasi ... Bimbingan dan konseling

Tebel 4.5

Struktur Organisasi Perpustakaan

 

STAF PERPUSTAKAAN 

KOORDINATOR PERPUSTAKAAN 

WAKIL PENGEMBANGAN 

PENDIDIKAN 

TATA USAHA 

KESISWAAN WAKIL MANAJEMEN MUTU 

KEPALA SEKOLAH