observasi bimbingan konseling
description
Transcript of observasi bimbingan konseling
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bimbingan dan Konseling merupakan sebuah proses yang sistematis dan
kontinu. Di lembaga pendidikan formal (sekolah), khususnya di sekolah
menengah sangat dibutuhkan adanya bimbingan dan konseling, mengingat
pendidikan kita mengalami banyak masalah, tidak terkecuali masalah pada anak
didiknya. Oleh karena itu dengan adanya program bimbingan dan konseling yang
dilaksanakan di sekolah dapat membantu siswa dalam mencapai tujuannya yaitu
kemandirian, kebahagiaan, kesejahteraan dan aktualisasi diri
Pendidikan adalah media, aktivitas untuk mencerdaskan bangsa. Dalam
prosesnya guru merupakan ujung tombak dalam peningkatan kualitas pendidikan
sehingga semakin tinggi kualitas guru maka kualitas pendidikan diharapkan juga
meningkat, dengan demikian idealnya mampu menjawab semua permasalahan
yang dimiliki bangsa baik yang berupa material maupun sepiritual. Agar
pendidikan dapat berhasil sesuai dengan tujuan diperlukan berbagai sarana atau
sumberdaya seperti bangunan sekolah, buku/materi pelajaran, guru dan sarana
pendukung lainnya. Berkaitan dengan profesionalisme guru, khususnya guru
pembimbing perlu dicermati lagi, apakah sudah optimal menjalankan tugasnya
atau belum dalam mendampingi peserta didik mengatasi permasalahan yang
dialami yang menyangkut dimensi kemanusiaan mereka. Khususnya peserta didik
di SMK yang harus mempersiapkan diri untuk bekerja di masyarakat
membutukan life skills yang cukup, agar peserta didik tidak canggung melangkah
dan berani menghadapi masalah. Untuk itu menuntut semangat kerja guru
pembimbing dalam membantu peserta didikmengubah perilaku yang kurang baik
menuju perilaku yang diharapkan di dunia pendidikan.
Guru sebagai tenaga pengajar, memegang peranan penting dalam dunia
pendidikan. Menjadi seorang guru yang profesional bukanlah hal yang mudah dan
tidak pula diperoleh melalui proses yang singkat dan cepat. Sudah menjadi tugas
1
seorang calon guru untuk mempersiapkan diri, mengukur kemampuan diri
sebelum terjun langsung ke sekolah-sekolah sebagai lahan pendidikan yang
sesungguhnya. Menjadi tenaga pendidik harus dapat memahami bagaimana
kondisi siswa saat belajar untuk mempermudah jalannya proses belajar mengajar
dikelas sehingga perlu pemahaman tentang bimbingan dan konseling dari calon
tenaga pendidik. Sehingga pada saat proses belajar seorang guru dapat
menempatkan dirinya sesuai dengan kondisi siswa yang diajarnya agar mata
pelajaran yang diberikan dapat diserap dan dipahami oleh siswa tersebut.
Pelayanan bimbingna dan konseling di sekolah merupakan usaha
membantu peserta didik dalam pengembangan kehidupan pribadi, kehidupan
sosial, kegiatan belajar, serta perencanaan dan pengembangan karir. Pelayanan
bimbingan dan konseling memfasilitasi pengembangan peserta didik, secara
individual, dan kelompok, sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, minat,
perkembangan, kondisi, serata peluang-peluang yang dimiliki. Pelayanan ini juga
membantu mengatasi kelemahan dan hambatan serta masalah yang dihadapi
peserta didik
Guru harus memiliki seperangkat pengetahuan, sikap dan keterampilan
yang dapat menunjang tercapainya penguasaan kompetensi pedagogik,
kompetensi kepribadian, kompetensi profesional dan kompetensi sosial.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana pelaksanaan bimbingan dan konseling di SMP Negeri 41
Semarang?
2. Bagaimana peran guru mata pelajaran ipa dalam pelaksanaan bimbingan
dan konseling di SMP Negeri 41 Semarang?
1.3 Tujuan Observasi
Tujuan dilakukannya observasi di SMP Negeri 41 Semarang ini, yaitu
untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan program bimbingan dan konseling,
serta untuk mengetahui peran guru mata pelajaran dalam pelaksanaan bimbingan
dan konseling di sekolah ini.
2
1.4 Manfaat Observasi
Manfaat dilaksanakannya observasi di SMP Negeri 41 Semarang adalah
untuk memberikan pengetahuan tentang bagaimana peran guru mata pelajaran
dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah. Dan diharapkan pula,
kita sebagai calon guru supaya lebih paham dan lebih mengetahui langsung guru
mata pelajaran dalam melaksanakan peran dan tugasnya sebagai partner guru
bimbingan dan konseling di sekolah.
3
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Peran Guru Mata Pelajaran dalam Bimbingan dan Konseling
Peran guru dalam bimbingan konseling, meliputi :
A. Peran guru kelas/mata pelajaran
Di sekolah, tugas dan tanggung jawab utama guru adalah melaksanakan
kegiatan pembelajaran siswa. Kendati demikian, bukan berarti dia sama sekali
lepas dengan kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling. Peran dan konstribusi
guru mata pelajaran tetap sangat diharapkan guna kepentingan efektivitas dan
efisien pelayanan Bimbingan dan Konseling di sekolah. Bahkan dalam batas-batas
tertentu guru pun dapat bertindak sebagai konselor bagi siswanya.
Prayitno (2003) memerinci peran, tugas dan tanggung jawab guru-guru mata
pelajaran dalam bimbingan dan konseling adalah :
Membantu memasyarakatkan pelayanan bimbingan dan konseling kepada
siswa
Membantu guru pembimbing/konselor mengidentifikasi siswa-siswa yang
memerlukan layanan bimbingan dan konseling, serta pengumpulan data
tentang siswa-siswa tersebut.
Mengalih tangankan siswa yang memerlukan pelayanan bimbingan dan
konseling kepada guru pembimbing/konselor
Menerima siswa alih tangan dari guru pembimbing/konselor, yaitu siswa
yang menuntut guru pembimbing/konselor memerlukan pelayanan
pengajar /latihan khusus (seperti pengajaran/ latihan perbaikan, program
pengayaan).
Membantu mengembangkan suasana kelas, hubungan guru-siswa dan
hubungan siswa-siswa yang menunjang pelaksanaan pelayanan
pembimbingan dan konseling.
Memberikan kesempatan dan kemudahan kepada siswa yang memerlukan
layanan/kegiatan bimbingan dan konseling untuk mengikuti /menjalani
layanan/kegiatan yang dimaksudkan itu.
4
Berpartisipasi dalam kegiatan khusus penanganan masalah siswa, seperti
konferensi kasus.
Membantu pengumpulan informasi yang diperlukan dalam rangka penilaian
pelayanan bimbingan dan konseling serta upaya tindak lanjutnya.
Implementasi kegiatan BK dalam pelaksanaan Kurikulum Berbasis
Kompetensi sangat menentukan keberhasilan proses belajar-mengajar. Oleh
karena itu peranan guru kelas dalam pelaksanaan kegiatan BK sangat penting
dalam rangka mengefektifkan pencapaian tujuan pembelajaran yang dirumuskan.
Sardiman (2001:142) menyatakan bahwa ada sembilan peran guru dalam kegiatan
BK, yaitu:
Informator, guru diharapkan sebagai pelaksana cara mengajar informatif,
laboratorium, studi lapangan, dan sumber informasi kegiatan akademik
maupun umum.
Organisator, guru sebagai pengelola kegiatan akademik, silabus, jadwal
pelajaran dan lain-lain.
Motivator, guru harus mampu merangsang dan memberikan dorongan serta
reinforcement untuk mendinamisasikan potensi siswa, menumbuhkan
swadaya (aktivitas) dan daya cipta (kreativitas) sehingga akan terjadi
dinamika di dalam proses belajar-mengajar.
Director, guru harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar
siswa sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan.
Inisiator, guru sebagai pencetus ide dalam proses belajar-mengajar.
Transmitter, guru bertindak selaku penyebar kebijaksanaan dalam
pendidikan dan pengetahuan.
Fasilitator, guru akan memberikan fasilitas atau kemudahan dalam proses
belajar-mengajar.
Mediator, guru sebagai penengah dalam kegiatan belajar siswa.
Evaluator, guru mempunyai otoritas untuk menilai prestasi anak didik dalam
bidang akademik maupun tingkah laku sosialnya, sehingga dapat
menentukan bagaimana anak didiknya berhasil atau tidak.
5
Sedangkan dalam pengertian pendidikan yang terbatas, Abin Syamsuddin
dengan mengutip pemikiran Gage dan Berliner, mengemukakan peran guru dalam
proses pembelajaran peserta didik, yang mencakup :
a. Guru sebagai perencana (planner) yang harus mempersiapkan apa yang akan
dilakukan di dalam proses belajar mengajar (pre-teaching problems).;
b. Guru sebagai pelaksana (organizer), yang harus dapat menciptakan situasi,
memimpin, merangsang, menggerakkan, dan mengarahkan kegiatan belajar
mengajar sesuai dengan rencana, di mana ia bertindak sebagai orang sumber
(resource person), konsultan kepemimpinan yang bijaksana dalam arti
demokratik & humanistik (manusiawi) selama proses berlangsung (during
teaching problems).
c. Guru sebagai penilai (evaluator) yang harus mengumpulkan, menganalisa,
menafsirkan dan akhirnya harus memberikan pertimbangan (judgement), atas
tingkat keberhasilan proses pembelajaran, berdasarkan kriteria yang
ditetapkan, baik mengenai aspek keefektifan prosesnya maupun kualifikasi
produknya.
Dikemukakan pula tentang peranan guru yang berhubungan dengan
aktivitas pengajaran dan administrasi pendidikan, diri pribadi (self oriented), dan
dari sudut pandang psikologis.Dalam hubungannya dengan aktivitas pembelajaran
dan administrasi pendidikan, guru berperan sebagai :
i. Pengambil inisiatif, pengarah, dan penilai pendidikan;
ii. Wakil masyarakat di sekolah, artinya guru berperan sebagai pembawa suara
dan kepentingan masyarakat dalam pendidikan;
iii. Seorang pakar dalam bidangnya, yaitu menguasai bahan yang harus
diajarkannya;
iv. Penegak disiplin, yaitu guru harus menjaga agar para peserta didik
melaksanakan disiplin;
v. Pelaksana administrasi pendidikan, yaitu guru bertanggung jawab agar
pendidikan dapat berlangsung dengan baik;
vi. Pemimpin generasi muda, artinya guru bertanggung jawab untuk
mengarahkan perkembangan peserta didik sebagai generasi muda yang akan
menjadi pewaris masa depan; dan
6
vii. Penterjemah kepada masyarakat, yaitu guru berperan untuk menyampaikan
berbagai kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi kepada masyarakat.
Di pandang dari segi diri-pribadinya (self oriented), seorang guru berperan
sebagai :
a. Pekerja sosial (social worker), yaitu seorang yang harus memberikan
pelayanan kepada masyarakat;
b. Pelajar dan ilmuwan, yaitu seorang yang harus senantiasa belajar secara terus
menerus untuk mengembangkan penguasaan keilmuannya;
c. Orang tua, artinya guru adalah wakil orang tua peserta didik bagi setiap
peserta didik di sekolah;
d. model keteladanan, artinya guru adalah model perilaku yang harus dicontoh
oleh mpara peserta didik; dan
e. Pemberi keselamatan bagi setiap peserta didik. Peserta didik diharapkan akan
merasa aman berada dalam didikan gurunya.
Dari sudut pandang secara psikologis, guru berperan sebagai :
1. Pakar psikologi pendidikan, artinya guru merupakan seorang yang
memahami psikologi pendidikan dan mampu mengamalkannya dalam
melaksanakan tugasnya sebagai pendidik;
2. seniman dalam hubungan antar manusia (artist in human relations), artinya
guru adalah orang yang memiliki kemampuan menciptakan suasana
hubungan antar manusia, khususnya dengan para peserta didik sehingga
dapat mencapai tujuan pendidikan;
3. Pembentuk kelompok (group builder), yaitu mampu mambentuk
menciptakan kelompok dan aktivitasnya sebagai cara untuk mencapai tujuan
pendidikan;
4. Catalyc agent atau inovator, yaitu guru merupakan orang yang yang mampu
menciptakan suatu pembaharuan bagi membuat suatu hal yang baik; dan
5. Petugas kesehatan mental (mental hygiene worker), artinya guru
bertanggung jawab bagi terciptanya kesehatan mental para peserta didik.
7
BAB III
METODE OBSERVASI
3.1 Pendekatan Observasi
Pendekatan yang dipakai adalah pendekatan holistik yang artinya latar ilmiah
di teliti secara utuh, obyektif dan apa adanya tanpa mengubah sedikit atau seluruh
bagian satuan kajian yang diteliti.
3.2 Sumber Data
Data yang di kumpulkan penyusun sebagai dasar penelitian laporan observasi
ini merupakan data yang berasal dari arsip SMP N 41 Semarang dan narasumber.
Selain itu penyusun juga menggunakan buku referensi sebagai dasar untuk
menjabarkan kajian teori mengenai manajemen sekolah ini.
3.3 Prosedur Pengumpulan Data
Prosedur yang digunakan dalam mengumpulkan informasi dari narasumber
mengenai manajemen kurikulum di SMP N 41 Semarang yaitu wawancara
langsung kepada narasumber yaitu guru mata pelajaran IPA SMP N 41 Semarang.
8
BAB IV
HASIL DAN ANALISIS
4.1 Gambaran Obyek Observasi
Profil Sekolah
Nama Sekolah : SMP Negeri 41 Semarang
Visi Sekolah : “Berakhlak Mulia, Cerdas, Terampil, Unggul dalam
Prestasi dan Berwawasan Lingkungan.”
Misi Sekolah :
1. Menanamkan budi pekerti untuk mewujudkan sumber daya manusia
yang berahlaq mulia melalui kegiatan pembiasaan dan program kegiatan
keagamaan.
2. Mengembangkan budaya gemar membaca, rasa ingin tahu, bertoleransi,
bekerja sama, saling menghargai, disiplin belajar dan mengajar secara
kontinyu dan kesinambungan kepada seluruh warga sekolah.
3. Implementasi pembudayaan 5S (Senyum, Salam, Sapa, Sopan dan
santun).
4. Melaksanakan pengembangan KTSP dan Kurikulum 2013 yang sesuai
dengan potensi perkembangan kebutuhan dan perkembangan peserta
didik.
5. Melaksanakan pembelajaran secara intensif, terjadwal, efektif, dan
efesien bagi guru dan siswa dengan pendekatan saintifik dan model
pembelajaran DL, PBL dan PJBL dengan penilaian autentik.
6. Meningkatkan perolahan selisih NUN (gain score achievement) dengan
mengembangkan potensi siswa dalam kegiatan pembelajaran.
7. Meningkatkan kompetensi guru dan siswa dalam bidang teknologi
informasi dan komunikasi dengan sarana penunjang yang baik.
8. Mengembangkan potensi siswa dalam bidang keterampilan, olahraga,
seni, dan budaya.
9. Menyelenggarakan program kegiatan kompetensi dan kompetisi bagi
pengembangan profesi guru dan prestasi dalam bidang akademik dan
nonakademik.
9
10. Menerapkan perilaku bersih dan sehat guna melestasikan sekolah sehat
dengan mengupayakan lingkungan yang rapi, bersih, indah, sejuk dan
nyaman dengan tamanisasi dan penghijauan serta sistem drainase yang
baik.
11. Melaksanakan penataan wiyata mandala dan 6K yang asri, edukatif, dan
berwawasan lingkungan hidup.
12. Membiasakan warga sekolah untuk melaksanakan TUMITLANGKUNG
(tujuh menit untuk kelas dan lingkungan).
13. Menyiapkan peserta didik yang cerdas, kompetitif dan mampu bersaing
dan berkolaborasi secra global serta menjadi peloor pelestarian
lingkungan hidup.
Alamat Sekolah : Jalan Cepoko Kecamatan Gunungpati Semarang
Profil Narasumber
Nama : Sukimin S.Pd
NIP : 197101181997021001
Mata Pelajaran : IPA
Alamat : Jalan Bukit Sakuras ,Bukit Asri Ungaran.
Pelaksanaan Wawancara
Hari, Tanggal : Jumat, 12 Juni 2015
Pukul : 08.00-10.00
Tempat : Ruang Bimbingan dan Konseling SMP
Negeri 41 Semarang
4.2 Hasil Observasi
Hasil wawancara:
1. Apa itu bimbingan konseling?
Jawaban: Bimbingan dan konseling adalah suatu proses bimbingan yang
dilakukan oleh seorang guru yang bertujuan untuk membantu siswa
mencapai tujuannya.
2. Masalah apa yang sering terjadi di kelas saat pelajaran berlangsung?
10
Jawaban: Masalah yang terjadi di kelas itu adalah seperti rendahnya
motivasi belajar yang dimiliki siswa, dan itu berakibat pada proses
pembelajaran di dalam kelas, misalnya siswa jarang mengerjakan tugas yang
diberikan oleh guru, terkadang malah ada siswa yang acuh tak acuh terhadap
prestasi belajar. Dalam pelajaran untuk mengerjakan pekerjaan rumahpun
harus diberi reward atau punishment karena kebanyakan dari siswa-siswi itu
berpikir yang penting sekolah dan belum memikirkan pentingnya prestasi
karena motivasi yang mereka miliki sangat rendah.
3. Apa yang bapak lakukan ketika siswa sudah mulai jenuh?
Jawaban: Pada saat siswa sudah mulai jenuh maka yang saya lakukan itu
seperti memberikan selingan lelucon sehingga siswa yang semula
mengantuk bisa tertawa dan mendapatkan penyegaran. Dalam pelajaranpun
perlu adanya refreshing karena tidak terlalu bagus jika siswa dipaksa untuk
harus tegang otaknya.
4. Strategi apa yang digunakan untuk mengatasi permasalahan yang muncul ?
Jawaban: Pastinya jika ada suatu permasalahan mengatasinya pasti butuh
proses, sesuai dengan permasalahan yang dihadapi karena permsasalahan
siswa berbeda-beda ada yang membawa permasalahan mereka dari rumah
ada juga yang bermasalah di sekolah dan tentunya untuk mengatasi itu harus
sesuai dengan kapasitas saya sebagai guru mata pelajaran.
5. Bagaimana cara mengetahui karakter siswa?
Jawaban: Cara mengetahui karakter siswa sendiri dapat dilihat dari
kedisiplinan siswa dan sopan santun mereka. Kedisiplinan mereka dapat
dilihat pada saat siswa berangkat ke sekolah maupun dari pengumpulan
tugas, sedangkan sopan santun siswa dapat dilihat dari cara siswa menyapa
orang dari tutur kata siswa.
6. Bagaimana cara memahami tipe belajar siswa yang berbeda-beda?
Jawaban: Cara memahami tipe belajar siswa dilihat dari proses
pembelajaran di kelas. Jadi ada siswa yang suka dengan diberi pertanyaan
ada juga siswa yang menyukai praktikum. Namun, kebanyakan siswa disini
lebih menyukai belajar dengan praktikum karena bagi siswa dengan
praktikum daya ingat dan kreativitasnya berkembang.
11
7. Apakah hasil belajar fisika sudah sesuai dengan target?
Jawaban : Hasil belajar fisika masih belum sesuai target, karena motivasi
belajar fisika siswa masih rendah sehingga untuk mencapai KKM (Kriteria
Ketuntasan Minimum) masih susah. Kebanyakan dari siswa-siswi itu
berpikir yang penting sekolah dan belum memikirkan pentingnya prestasi
karena motivasi yang mereka miliki sangat rendah.
8. Bagaimana cara mengatasi dan memperbaiki hasil belajar?
Jawaban : Cara mengatasi dan memperbaiki hasil belajar salah satu cara
yang kami lakukan yaitu dengan memberikan motivasi belajar untuk siswa,
sehingga diharapkan hasil belajar siswa bisa meningkat.
9. Jika ada yang bermasalah saat pelajaran berlangsung, Bapak selaku guru
mapel ikut menangani atau langsung mengalihkan ke guru BK?
Jawaban: Tergantung dari permasalahannya, jika permasalahan sanggup
saya tangani maka akan saya bantu, namun jika diluar dari kemampuan saya
maka saya akan minta bantuan dari guru BK.
10. Apakah saat mengajar Bapak juga memberikan motivasi?
Jawaban: Ya, itu pasti karena dengan memberikan motivasi merupakan
salah satu cara yang saya lakukan dalam proses belajar siswa, sehingga
siswa dapat termotivasi.
11. Apakah dalam mengajar Bapak juga menerapkan konsep bimbingan
konseling?
Jawaban : Ya, karena sebagai seorang guru bukan hanya bertugas
menyampaikan materi melainkan juga berperan dalam proses
pengembangan diri siswa.
12. Apa permasalahan terberat yang pernah Bapak hadapi berkaitan dengan
siswa sejauh ini?
Jawaban : sebenarnya tidak ada permasalahan yang kompleks, tapi
permasalahan itu setelah kami telusuri ternyata sebagian besar berasal dari
masalah keluarga.
12
BAB V
PEMBAHASAN
Dari hasil wawancara dapat kita ketahui bahwa pelaksanaan program
layanan bimbingan dan konseling di SMP Negeri 41 Semarang sudah berjalan
dengan baik. Pada pelajaranpun ada jam khusus yang disediakan oleh sekolah
untuk guru bimbingan dan konseling melakukan pelayanan bimbingan dan
konseling di kelas yaitu 2 jam perminggunya.
Di SMP Negeri 41 Semarang, program layanan BK tidak hanya dilakukan
oleh guru Bimbingan dan Konseling, akan tetapi juga dilakukan oleh guru mata
pelajaran yang juga berperan aktif dalam pelaksanaan program bimbingan dan
konseling, seperti turut membantu dalam mengatasi dinamika permasalahan siswa
selama pembelajaran berlangsung.
Masalah yang biasanya muncul dari siswa saat pembelajaran, dalam hal ini
yang saya observasi adalah terkhusus pada mata pelajaran IPA khususnya pada
materi Fisika sebisa mungkin masalah tersebut diatasi oleh guru yang
bersangkutan terlebih dahulu. Jika masalah tersebut sudah di luar kapasitas guru
mapel yang bersangkutan maka akan dialihkan ke guru BK. Selain itu, guru mata
pelajaran tentu mengambil peran penting, kaitannya dengan permasalahan yang
berhubungan dengan materi pelajaran, maupun kepribadian siswa. Karena guru
mata pelajaran lebih sering berinteraksi dengan siswa, sehingga lebih mengetahui
tentang perkembangan siswa-siswi yang diampunya.
Sementara itu, kaitannya dengan peran guru sebagai informator sudah
cukup baik karena guru mata pelajaran menyampaikan informasi berkaitan dengan
BK secara detail. Sementara peran guru sebagai fasilitator juga sudah berjalan
dengan cukup baik, yaitu guru mampu mengantisipasi adanya ketimpangan
kemampuan siswa dalam menangkap materi pelajaran. Siswa yang memiliki daya
tangkap dibawah rata-rata akan dicarikan suatu metode agar siswa tersebut
mampu mengimbangi temannya yang sudah paham tentang suatu materi yang
telah disampaikan.
Peran guru sebagai mediator di sekolah ini berjalan dengan baik, hal ini
dibuktikan dengan adaanya suatu kerjasama antara guru mata pelajaran dan guru
13
BK. Guru mata pelajaran yang secara langsung mengetahui permasalahan pada
siswa menyampaikan kasus itu kepada guru BK. Kemudian guru BK melakukan
pendekatan terhadap siswa tersebut, hingga akhirnya diketahui karakter siswa dan
sumber masalah yang terjadi, kemudian hasil ini disampaikan kepada guru mata
pelajaran lagi untuk dilakukan suatu pengentasan masalah. Sementara peran guru
sebagai motivator siswa dalam pemanfaatan layanan BK juga berjalan dengan
baik. Guru mata pelajaran memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada
siswanya yang membutuhkan layanan BK, misalkan ketika pelajaran ada siswa
yang membutuhkan pelayanan BK dengan beberapa alasan yang logis dan harus
meninggalkan kelas, maka guru mata pelajaran mempersilakannya dengan catatan
alasan yang disampaikan benar, dan sebagai guru mata pelajaran tidak hanya
menyampaikan materi tetapi juga memberikan motivasi belajar kepada siswa
untuk meningkatkan hasil belajar, karena terkhusus pada materi fisika motivasi
belajar siswa di SMP N 41 Semarang tergolong rendah.
Sementara itu, peran guru sebagai kolaborator ditunjukkan dengan adanya
kerjasama antara guru mata pelajaran dan guru BK, selama masalah dapat diatasi
oleh guru mata pelajaran, maka sebisa mungkin masalah tersebut dapat
diselesaikan. Apabila sudah tidak dapat diselesaikan maka guru BK lah yang
turun tangan dalam pengentasan masalah yang muncul itu.
14
BAB VI
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari penelitian dan hasil penyusunan laporan ini penulis dapat
menyimpulkan bahwa peran guru mata pelajaran dalam pelaksanaan bimbingan
dan konseling di SMP Negeri 41 Semarang sudah sesuai dengan peran, tugas dan
tanggungjawab yang dimiliki oleh setiap guru mata pelajaran terhadap
pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah.
Dari narasumber yang menjadi objek penelitian, dapat disimpulkan bahwa
peran guru mata pelajaran dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling di SMP
Negeri 41 Semarang, peran guru mata pelajaran dalam pelaksanaan program
bimbingan dan konseling sudah berjalan dengan baik, kesadaran dari masing
masing individu sangatlah penting untuk menciptakan adanya suatu perubahan
untuk menjadi yang lebih baik.
4.2 Saran
Melalui observasi ini penulis mengharapkan agar seluruh guru mata
pelajaran yang ada di SMP Negeri 41 Semarang melaksanakan perannya sebagai
guru mata pelajaran dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah dan
bekerjasama dengan guru BK di sekolah. Selain itu, penulis memberikan saran
bahwa kita sebagai calon guru yang tentu akan memasuki dunia pendidikan, harus
bisa bekerjasama dengan program layanan BK di sekolah. Menjadi seorang guru
haruslah memiliki budi pekerti yang baik, yang dapat menjadi teladan bagi peserta
didiknya.
15
DAFTAR PUSTAKA
Awalya, Dr dkk. 2013. Bimbingan dan Konseling. Semarang: UNNES Press
Dewa, ketut sukardi. 2000. Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan
dan Konseling di Sekolah. Jakarta : Rineka Cipta
Priyanto dan Amti Erman.2006.Dasar-Dasar Bimbingan Konseling.Jakarta:
RinekaCipta.
http://wordpress.com/
contohlaporanobservasibimbingankonseling_ADIWIBOWO/ (diakses 10 Juni
2015 pukul 19.00 WIB)
16
LAMPIRAN
17