BIMBINGAN DAN KONSELING BK (Dr. Sumarto) 7 2. Asas-asas Bimbingan dan Konseling 24 3. Peranan...

92
Buku Bimbingan Dan Konseling Page | 1 BIMBINGAN DAN KONSELING Penyunting: Dr. Sumarto, M.Pd.I Kontributor Penulisan: Parmadi*Andi*Mudrika*Rubiyah*Ayu Ambarwati*Edi Susanto*Desti Rahmi*Juni Saparinda*Ade Kurnia Putri*M. Nuruddin*Ahmad Robbani*Muhammad Rois Penerbit: Pustaka Ma’arif Press Jl. KH. Abdurrahman Wahid Kel. Talang Bakung Kec. Jambi Selatan Kota Jambi Kode Pos. 36135 Telp./Fax. 0741-570298 Cp. 082136949568 Email : [email protected] Email : [email protected]

Transcript of BIMBINGAN DAN KONSELING BK (Dr. Sumarto) 7 2. Asas-asas Bimbingan dan Konseling 24 3. Peranan...

Buku Bimbingan Dan Konseling

Page | 1

BIMBINGAN DAN KONSELING

Penyunting: Dr. Sumarto, M.Pd.I

Kontributor Penulisan:

Parmadi*Andi*Mudrika*Rubiyah*Ayu Ambarwati*Edi Susanto*Desti

Rahmi*Juni Saparinda*Ade Kurnia Putri*M. Nuruddin*Ahmad

Robbani*Muhammad Rois

Penerbit: Pustaka Ma’arif Press

Jl. KH. Abdurrahman Wahid Kel. Talang Bakung Kec. Jambi Selatan Kota Jambi

Kode Pos. 36135 Telp./Fax. 0741-570298 Cp. 082136949568

Email : [email protected]

Email : [email protected]

Buku Bimbingan Dan Konseling

Page | 2

Bimbingan Dan Konseling Penyunting:

Dr. Sumarto, M.Pd.I

ISBN : 978-602-50299-8-1

Anggota Penyunting :

Parmadi

Rubiyah

Desain Sampul:

Andi

Tata Letak :

Ervita Sari

Edi Susanto

Penerbit :

PUSTAKA MA’ARIF PRESS

Redaksi :

Jl. KH. Abdurrahman Wahid Kel. Talang Bakung Kec. Jambi Selatan Kota Jambi

Kode Pos. 36135 Telp./Fax. 0741-570298 Cp. 082136949568

Email : [email protected]

Email : [email protected]

Cetakan Pertama, Januari 2017

Perpustakaan Nasional RI Katalog Dalam Terbitan (KDT)

Hak cipta dilindungi Undang Undang

Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan dengan cara

Apapun tanpa izin tertulis dari Penerbit

Buku Bimbingan Dan Konseling

Page | 3

Kata Pengantar Penyunting

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-

Nya kepada kita semua sehingga Buku yang berjudul “Bimbingan dan

Konseling” dapat diselesaikan dengan baik. Shalawat dan salam kepada Nabi

junjungan kita Nabi agung Muhammad SAW uswatun hasanah bagi kita semua

dan semoga senantiasa kita selalu menjalankan prinsip-prinsip kehidupan

ahlisunnah waljama’ah.

Bimbingan dan konseling merupakan pelayanan yang profesional, yang

menguraikan kefahaman, penanganan, dan penyikapan tentang keadaan seseorang.

Pekerjaan ini sangat penting sekali dalam dunia pendidikan, agar terciptanya keserasian

atau keharmonisan antara guru dan siswa.

Pelayanan bimbingan dan konseling merupakan pekerjaan profesional, oleh

sebab itu, harus dilaksanakan dengan mengikuti kaedah-kaedah atau asas-asas tertentu.

Dengan mengikuti kaedah-kaedah atau asas-asas tersebut diharapkan efektifitas san

efisiensi proses bimbingan dan konseling dapat tercapai. Selain itu, agar tidak terjadi

penyimpangan-penyimpangan dalam praktik pemberian layanan.

Guru BK di sekolah dan madrasah harus bisa memahami berbagai kebutuhan

siswa, sehingga pelayanan bimbingan dan konseling diberikan dalam rangka memenuhi

kebutuhan sisiwa terutama psikis seperti memperoleh kasih sayang, memperoleh rasa

aman, kebutuhan untuk sukses dalam belajar, memperoleh harga diri, kebutuhan untuk

diakui dan diterima oleh kelompok, kebutuhan untuk melakukan eksistensi diri, dan lain-

lain. Lebih lanjut akan dipaparkan dalam buku ini.

Demikian yang dapat disampaikan penulis. Semoga buku ini dapat menjadi

salah satu dari banyaknya buku yang mengkaji tentang Bimbingan Penyuluhan Islam,

sumber informasi dan pendalaman kembali keilmuan kita sebagai seorang ilmuan yang

tidak pernah bosan, yang tidak pernah lelah, yang selalu memompa semangatnya dan

motivasinya untuk mencintai ilmu pengetahuan serta bermanfaat bagi civitas akademika

dan masyarakat sacara umum.

Jambi, 8 Januari 2018

Penyunting,

Dr. Sumarto, M.Pd.I

NIDN. 2124039001

Buku Bimbingan Dan Konseling

Page | 4

Kata Pengantar

Ketua STAI Ma’arif Jambi

Kami dari Civitas Akademika UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi

menyambut baik dengan semangat keilmuan kehadiran Buku yang bisa menjadi

sumber referensi dan inspirasi dari Penyunting Dr. Sumarto, M.Pd.I dan Kontributor

Penulisan Mahasiswa Program Studi Pendidikan Agama Islam semester V dengan

Judul “Bimbingan dan Konseling” sangat menarik dan bermanfaat bagi kalangan

akademisi, serta masyarakat secara umum sebagai unsur yang tidak bisa terlepas

dari pendidikan.

Proses bimbingan dan konseling harus berlangsung atas dasar kesukarelaan baik dari

pihak pembimbing (konselor) maupun dari pihak klien (siswa). Klien diharapkan secara

sukarela, tanpa terpaksa dan tanpa ragu-ragu ataupun merasa terpaksa menyampaikan

masalah yang dihadapinya, serta mengungkapkan semua fakta, data dan segala sesuatu yang

berkenaan dengan masalah yang dihadapinya kepada konselor. Sebaliknya konselor dalam

memberikan bimbingan juga hendaknya jangan karena terpaksa. Dengan perkataan lain

konselor harus memberikan pelayanan bimbingan dan konseling secara ikhlas.

Dalam proses bimbingan dan konseling sangat diperlukan suasana keterbukaan baik

dari pihak konselor maupun dari pihak konseli. Asas ini tidak kontradiktif dengan asas

kerahasiaan karena keterbukaan yang dimaksud menyangkut kesediaan menerima saran-saran

dari luar dan kesediaan membuka diri untuk kepentingan pemecahan masalah. Siswa yang

dibimbing diharapkan dapat berbicara secara jujur dan berterus terang tentang dirinya

sehingga penelaahan dan pengkajian tentang berbagai kekuatan dan kelemahannya dapat

dilakukan.

Siswa dapat membuka diri sendiri sehingga apap yang ada pada dirinya (masalah

yang dihadapi) dapat diketahui oleh konselor. Selain itu, siswa pun harus secara terbuka

menerima saran-saran dan masukan dari pihak lain. Konselorpun harus terbuka dengan

bersedia menjawab berbagai pertanyaan dari konseli dan mengungkapkan diri konselor

sendiri apabila hal tersebut dikehendaki oleh konseli. Lebih menarik lagi untuk dibaca dalam

buku ini.

Buku Bimbingan Dan Konseling

Page | 5

Semoga Buku ini dapat menjadi sumber informasi dan inovasi bagi seluruh

akademisi, penyuluh dan masyarakat secara umum untuk dikembang lagi dalam

penelitian dan diterapkan sebagai lingkup proses dalam pembelajaran dalam

mencari ilmu pengetahuan dengan adanya internalisasi nilai dan norma dalam

proses kegiatan pendidikan.

Jambi, 8 Januari 2018

Ketua,

H. Amran, S.Th.I, MA, Ph.D

Buku Bimbingan Dan Konseling

Page | 6

DAFTAR ISI

Sampul Depan

Kata Pengantar Penyunting

Kata Pengantar Ketua STAI Ma’arif Jambi

Daftar Isi

1. Pengantar BK (Dr. Sumarto) 7

2. Asas-asas Bimbingan dan Konseling 24

3. Peranan Bimbingan dan Konseling 34

4. Bidang Bimbingan dan Konseling 41

5. Kegiatan Pendukung dan Program Bimbingan dan Konseling 48

6. Keterampilan Konseling 58

7. Petugas Bimbingan dan Konseling 67

8. Teori Bimbingan dan Konseling 74

Daftar Referensi 91

Buku Bimbingan Dan Konseling

Page | 7

PENGANTAR BIMBINGAN DAN

KONSELING

Pengantar Bimbingan dan Konseling Dr. Sumarto

Buku Bimbingan Dan Konseling

Page | 8

Pendahuluan

Pada kehidupan suatu bangsa, pendidikan mempunyai peranan yang

sangat penting untuk menjamin perkembangan dan keberlangsungan kehidupan

bangsa yang bersangkutan. Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang

sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa:

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.1

Manusia membutuhkan pendidikan untuk berperilaku sekaligus untuk

menyelesaikan persoalan kehidupan sehari-hari. Pendidikan melekat dalam

kehidupan diri manusia atau sesuatu yang inheren bagi tercapainya peradaban

manusia yang lebih baik. Manusia telah belajar mulai dari keluarganya. Keluarga

memberikan pengajaran untuk peningkatan kualitas pendidikan bagi anak-

anaknya yang berakhir untuk peningkatan kualitas suatu bangsa. Manusia

belajar untuk berinteraksi dengan alam sekeliling sejak lahir di dunia dan yang

pertama mengajarinya adalah keluarga. Peranan pendidikan dalam hidup dan

kehidupan manusia terlebih di zaman modern sekarang ini yang dikenal dengan

abad cybernetica, pendidikan diakui sebagai satu kekuatan (education as power)

yang menentukan prestasi dan produktivitas di bidang yang lain.2 Dalam arti

bahwa seluruh aspek kehidupan tidak bisa lepas dari pendidikan, baik itu

pendidikan melalui lembaga formal maupun non formal. Hubungan dan interaksi

sosial yang terjadi dalam proses pendidikan di masyarakat sangat

mempengaruhi perkembangan kepribadian manusia.

Pendidikan merupakan proses yang esensial untuk mencapai tujuan dan

cita-cita pribadi individu. Pendidikan menggambarkan suatu proses yang

melibatkan berbagai faktor dalam upaya mencapai kehidupan yang bermakna,

baik bagi individu sendiri maupun masyarakat pada umumnya.3

1Tim Citra Umbara, Undang-Undang R.I Nomor. 20 Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS dan

Peraturan Pemerintahan R.I. Tahun 2010 Tentang Penyelenggaraan Pendidikan Serta Wajib Belajar (Bandung: Citra Umbara, 2012), hlm. 2-3.

2Djumransyah, Filsafat Pendidikan (Malang; Banyumedia. 2006). hlm. 139. 3Syamsu Yusuf dan Juntika Nurihsan., Landasan Bimbingan Dan Konseling, (Bandung;

Remaja Rosdakarya, 2005), hlm. 3.

Buku Bimbingan Dan Konseling

Page | 9

Penjelasan di atas merujuk pada firman Allah dalam Q.S 16: 97 dan

ditafsirkan dalam tafsir ath-Thabari yaitu sebagai berikut:

Artinya: Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun

perempuan dalam Keadaan beriman, Maka Sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan Sesungguhnya akan Kami beri Balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.4

Allah akan memberikan sifat qana’ah terhadap rezeki yang dibagikan

Allah untuknya, maka ia tidak akan banyak letih oleh dunia, tidak banyak

kesusahannya, serta tidak keruh hidupnya karena mengejar ambisi yang

barangkali luput darinya atau tidak bisa diperolehnya.5

A. Bimbingan dan Konseling

1. Pengertian Bimbingan dan Konseling

Perlu diketahui bahwa pengertian dari bimbingan dan konseling

merupakan suatu hal yang berbeda, bimbingan adalah proses memberikan

bantuan kepada konseli dalam hal pencegahan. DR. Moh Surya (1986) dalam

Hallen, menyebutkan definisi bimbingansebagai berikut:6

“Bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan yang terus menerus dan sistematis dari pembimbing kepada yang dibimbing agar tercapai kemandirian dalam pemahaman diri, penerimaan diri, pengerahan diri dan perwujudan diri dalam mencapai tingkat perkembangan yang optimal dan penyesuaian diri denganlingkungan”.

Sedangkan konseling beberapa ahli sudah memberikan pengertian

tentang konseling beberapa diantaranya:

a. Menurut Drs. Dewa Ketut Sukardi

“Konseling adalah suatu upaya bantuan yang dilakukan dengan empat

mata atau tatap muka antara konselor dan konseli yang berisi usaha yang

4Departemen Agama RI, Al-qur’an dan Terjemahannya, (Semarang: CV Asy Syifa, 1992),

hlm. 987. 5Abu Ja’far Muhammad bin Jarir Ath-Thabari, Tafsir Ath-Tahabari, Vol 16 (Penerjemah)

Misbah, dkk., (Jakarta: Pustaka Azzam 2009), hlm. 314. 6Hallen A. Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002). hal. 3

Buku Bimbingan Dan Konseling

Page | 10

laras, unik, human (manusiawi), yang dilakukan dalam suasana keahlian

dan yang didasarkan atas norma-norma yang berlaku, agar memperoleh

konsep diri dan kepercayaan diri sendiri dalam memperbaiki tingkah

lakunya pada saat ini dan mungkin pada masa yang akan datang”7

b. Prof. DR. Hasan Langgulung

“Konseling adalah proses yang bertujuan menolong seseorang yang

mengidap goncangan psikologis atau goncangan akal agar ia dapat

menghindari diri sendiri dari padanya”8

c. Bruce Shartzer dan Shelley C. Stone

“Counseling is a proses which takes place in a one-to-one relationship

between an individual troubled by problems with which he cannot cope

alone, and a professional worker whose training and experience have

qualified him to help ather reach solution to various types of personal

difficulties”(Konseling adalah sebuah proses pengambilan tempat (hati)

dalam seorang kepada orang lain berhubungan dengan permasalahan

individual dimana masalah itu tidak dapat dipecahkan sendiri, dan pekerja

profesional (konselor) yang ahli dan berpengalaman punya

ijasahmembantu yang lain (konseli) mencapai solusi dari berbagai macam

kesulitan atau permasalahan personal). 9

Hal senada diungkapkan oleh Prayitno dan Erman Amti yang

mendefinisikan:

“Bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukanoleh

seorang yang ahli kepada seorang atau beberapa orangindividu, baik

anak-anak, remaja, maupun dewasa agar orangyang dibimbing dapat

mengembangkan kemampuan dirinyasendiri dan mandiri dengan

7Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan program Bimbingan dan Konseling di Sekolah,

(Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hlm. 22. 8Hasan Langgulung, Teor-teori Kesehatan Mental, (Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1991), Cet. 1,

hlm. 452. 9Bruce Shartzer dan Shelley C. Stone, Fundamentals of Counseling, (New York: Houghton

Mifflin Company, 1968), hlm. 23.

Buku Bimbingan Dan Konseling

Page | 11

memanfaatkan kekuatan individudan sarana yang ada dan dapat

dikembangan berdasarkannorma-norma yang berlaku”.10

Berdasarkan pengertian yang diungkapkan oleh Prayitno danErman

Amti tersebut dapat diketahui bahwa bimbingan merupakanproses seorang

ahli dalam memberikan bantuan terhadap individu ataubeberapa individu baik

anak-anak, remaja atau orang dewasa agardapat mengembangkan

kemampuan dirinya sendiri serta mandirisehingga dapat mencapai

perkembangan yang optimal dan mencapaikesejahteraan hidup.

Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkanbahwa bimbingan

konseling merupakan proses pemberian bantuan yangdiberikan oleh seorang

ahli (guru pembimbing) secara terus meneruskepada individu ataupun

sekumpulan individu (siswa), untukmencegah atau mengatasi permasalahan

yang muncul dengan berbagaipotensi yang dimiliki, sehingga dapat mencapai

perkembangan yangoptimal dan dapat merencanakan masa depan yang lebih

baik, sertadapat melakukan penyesuaian diri terhadap lingkungannya

danmencapai kesejahteraan hidupnya.

2. Metode Layanan Bimbingan dan Konseling

Yang dimaksud dengan metode layanan bimbingan dan konseling di

sini adalah cara-cara tertentu yang digunakan dalam proses bimbingan dan

konseling. Implementasi dari metode layanan bimbingan dan konseling ini

terkait dengan pendekatan-pendekatan yang digunakan dalam

pengaplikasian metode layanan bimbingan dan konseling pada saat proses

bimbingan dan konseling. Dalam kaitan ini secara umum ada dua metode

yaitu konseling individual dan konseling kelompok. Dalam penelitian ini

konseling individual dan konseling kelompok akan digunakan sebagai motede

dalam bimbingan dan konseling pribadi sosial khususnya untuk

pengembangan keterampilan hubungan sosial siswa.

a. Konseling Individual

10Prayitno dan Erman Amti, Bimbingan dan Konseling di Sekolah, (Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, 2004), hlm. 99.

Buku Bimbingan Dan Konseling

Page | 12

Perkembangan layanan konseling di sekolah dewasa ini

cenderung menggunakan teknik-teknik layanan yang beragam sesuai

dengan kebutuhan dan perkembangan dalam proses konseling itu sendiri.

Namun tidaklah mudah menerapkan seluruh teknik-teknik itu seperti apa

adanya, karena tidak semua muatan teknik bisa disesuaikan dengan

kondisi perkembangan atau permasalahan peserta didik di sekolah. Oleh

karena itu konselor sekolah perlu berupaya untuk memilih teknik apa yang

sesuai dengan keadaan peserta didik dan bagaimana konselor

melakukan inovasi dalam pengunaanteori dan teknik dalam proses

layanan konseling individu agar bisa diterima sesuai dengan keadaan

yang melingkupi peserta didik dalam setting sekolah. Disini akan

dijelaskansecara umum teori dan teknik yang bisa digunakan untuk

peserta didik dalam konseling individu, dan maka untuk

mengaplikasikannya perlu beberapa pertimbangan karena belum tentu

seluruh materinya bisa diterapkan pada peserta didik yang akan konselor

layani.

1) Person-Centered Counseling

Teori ini awalnya dikembangkan dan diusulkan Carl Rogers.

Peran konselor ialah menitikberatkan pada konseli bahwa ia bisa

mengidentifikasi dan mengembangkan pemahaman terhadap dirinya

sendiri.11 Semakin baik klien mengenali dirinya, semakin besar

kemampuan mereka mengidentifikasi perilaku yang paling tepat untuk

dirinya.12 Untuk dapat mewujudkan kemampuan konseli tersebut, maka

Roger menyebutkan tiga karakteristik yang harus dimiliki oleh konselor,

yaitu congruence (keselarasan), unconditional positive regard

(penerimaan tanpa syarat), dan emphatic understanding (kemampuan

berempati).

Perhatian Rogers pada sifat proses belajar yang dilibatkan

dalam konseling juga telah beralih pada perhatian terhadap apa yang

terjadi dalam pendidikan. Dalam bukunyaFreedom to Learn (1969),

Rogers mengupas soal-soal yang mendasar bagi pendidikan

humanistik dan mengajukan filsafat suatu kegiatan belajar yang

11 Daniel T. Op. Cit., hlm. 22. 12 Robert L. Gibson & Marianne H. Mitchell, Op. Cit., hlm. 213.

Buku Bimbingan Dan Konseling

Page | 13

terpusat pada siswa. Pada dasarnya filsafat pendidikan yang diajukan

Rogers tidak berbeda dengan pandangannya tentang konseling, ia

yakin bahwa siswa bisa dipercaya untuk menemukan masalah-

masalah yang penting dan berkaitan dengan keberadaan dirinya. Para

siswapun bisa terlibat dalam kegiatan belajar yang bermakna, yang

bisa terwujud dalam bentuk terbaik jika guru mencipatakan iklim

kebebasan dan kepercayaan. Fungsi yang dijalankan guru ialah:

kesejatian, keterbukaan, ketulusan, penerimaan, pengertian, empati

dan kesediaan untuk membiarkan para siswa mengeksplorasi materi-

materi yang bermakna sehingga menciptakan kegiatan belajar yang

bisa berjalan secara signifikan.13

Model person-centered bukanlah suatu teori yang tertutup.

Rogers berniat mengembangkan sekumpulan prinsip kerja yang bisa

dinyatakan dalam bentuk hipotesis-hipotesis tentatif manyangkut

kondisi-kondisi yang menunjang pertumbuhan pribadi. Teori ini

menitikberatkan hubungan pribadi antara konseli dengan konselor,

sikap konselor lebih penting daripada teknik-teknik, pengetahuan atau

teori. Jika konselor menunjukkan dan mengomunikasikan kepada

konselinya bahwa ia adalah pribadi yang selaras, secara hangat dan

tak bersyarat menerima perasaan-perasaan dan kepribadian konseli,

dan mempersepsi secara peka dan tepat dunia internal, maka konseli

bisa menggunakan hubungan konseling untuk memperlancar

pertumbuhan dan menjadi pribadinya sendiri.14

2) Adlerian School Counseling

Teori konseling Alfred Adler memiliki pengaruh besar di

sekolah pada akhir pertengahan abad. Pokok teori Adler adalah

tentang kepedulian sosial. kepedulian sosial adalah kemampuan

seseorang untuk berinteraksi secara kooperatif dengan orang-orang

dalam kehidupan bermasyarakat. Kepedulian sosial merupakan

kepekaan yang harus dikembangkan dan menjadi tolak ukur kesehatan

13Gerald Corey, Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi, (Bandung: Refika Aditama,

2005), hlm. 107. 14Ibid., hlm. 110.

Buku Bimbingan Dan Konseling

Page | 14

pribadi. Adler percaya bahwa sekolah adalah tempat awal dimana

anak-anak mengembangkan dan menyalurkan kepedulian sosial.15

Adler juga menekankan pentingnya pengembangan minat

sosial konseli untuk kemudian mendidik kembali mereka agar mampu

hidup di tengah masyarakat sebagai pribadi yang sanggup

memberikan sesuatu bagi masyarakat, jadi bukan hanya menerima

dan menuntut.16

Dalam pendangan Adler, perilaku negatif adalah hasil dari

perasaan diabaikan dan perlakuan memanjakan anak. Maka Adler

menghimbau para guru dan konselor, sebelu mereka mengatasi

perilaku negatif siswa, untuk menanyakan terlebih dahulu pada mereka

tentang tujuan dari perilakunya karena menurut Adler semua perilaku

pasti memiliki tujuan. Adler meyakini bahwa jika sampai anak-anak

memilih suatu perilaku tertentu maka mereka menginginkan perilaku itu

dapat memenuhi kebutuhannya.17

Dengan menggunakan pandangan Adler mengenai pilihan

perilaku akan membantu para pendidik menemukan cara yang lebih

demokratis dengan siswa dalam menyepakati perilaku yang baru dan

berbeda, jadi siswa bisa mengatasi problem perilakunya dengan

mempelajari perilaku baru, dan hal ini lebih baik jika anak-anak mau

mendapatkan pengalaman dan memahami konsekuensi logis dari

setiap perilaku tertentu, kemudian setelah itu anak-anak bisa menilai

sendiri perilaku mana yang dibutuhkan dalam mencapai tujuannya, jadi

kuncinya ialah berkompromi secara tepat dengan anak.

Beberapa anak mungkin menolak untuk mengakui

ketidakpuasan perasaannya, inferioritasnya, atau harapan yang tidak

bisa ia miliki. Anak-anak dengan keadaan demikian bisa mengalami

penolakan, deperesi dan sangat pasif. Maka tindakan yang bisa

dilakukan disini ialah memberikan mereka beberapa dukungan dengan

melibatkan mereka dalam kelompok atau kegiatan yang dinilai bisa

meningktkan perasaan diri mereka.

15Daniel T. Sciarra, Op. Cit., hlm. 24. 16Robert L. Gibson & Marianne H. Mitchell, Op. Cit., hlm. 212. 17Daniel T. Sciarra, Op. Cit., hlm. 25.

Buku Bimbingan Dan Konseling

Page | 15

Sekolah bisa menjadi tempat yang bermakna dalam

perkembangan kepedulian setiap siswanya. Sekolah dengan berbagai

aktivitasnya, berfungsi sebagai tempat yaang mana anak-anak di

dalamnya bisa mendapatkan pengalaman dalam menumbuhkan minat

sosial. tentu saja keluarga juga memiliki peran vital dalam

perkembangan anak, namun sekolah juga memiliki peran penting

dalam membantu perkembangan kepedulian sosial anak, yaitu dengan

cara mereka berpartisipasi dalam setiap kegiatan kelompok, baik

dalam kegiatan belajar, olah raga, dan konseling kelompok.18

3) Reality Therapy

Pendiri Terapi Realitas adalah William Glasser. Seperti halnya

Adler, Glasser berpendapat bahwa sebuah perilaku mempunyai tujuan.

Tujuan itu menurutnya, adalah untuk memenuhi salah satu dari lima

kebutuhan dasar, yaitu kebutuhan rasa sayang, kekuatan, kebebasan,

kesenangan, dan kemampuan untuk mempertahankan diri. Saat

seseorang menemukan kebutuhannya maka ia akan merasa baik,

sukses, dan kualitas diri yang tinggi, namun jika tidak maka seseorang

akan menderita. Dan dalam Terapi Realitas, tujuan konseling ia

menemukan cara yang lebih efektif untuk memenuhi kebutuhan-

kebutuhan konseli. Hal tersebut bisa terjadi karena semua perilaku

bisa dipilih dan dikontrol.19

Terapi Realitas memiliki implikasi langsung bagi situasi

sekolah. Glasser percaya bahwa pendidikan bisa menjadi kunci

pergaulan manusia yang efektif. Glasser mengemukakan sebuah

program untuk menghapuskan kegagalan, menitikberatkan pemikiran,

memperkenalkan relevansi ke dalam kurikulum, mengganti hukuman

dengan disiplin, menciptakan lingkungan belajar yang memaksimalkan

pengalaman-pengalaman yang menuju pada identitas keberhasilan,

menciptakan motivasi dan keterlibatan, membantu para siswa

mengembangkan tingkah laku yang bertanggung jawab, dan

18Ibid., hlm. 26. 19Ibid., hlm. 26.

Buku Bimbingan Dan Konseling

Page | 16

membentuk cara-cara untuk melibatkan para orang tua dan

masyarakat.20

Untuk memulai langkah, konselor harus menghadirkan dua

kesadaran dalam diri koonseli. Pertama, bahwa perilaku yang ada saat

ini tidak menghasilkan apa-apa dan tidak dapat memenuhi

kebutuhannya. Kedua, konseli harus percaya bahwa mereka bisa

memilih perilaku lainnya.

Proses konseling memiliki empat tahapan: (1) keinginan, (2)

aksi, (3) evaluasi, (4) perencanaan. Keinginan bisa dihubungkan

dengan keinginan diri sendiri, teman dan keluarga, atau keinginan

untuk bekerja. Dalam langkah kedua, konselor menanyakan apa yang

telah konseli lakukan sebelumnya (in the past), yang dilakukan saat ini,

dan merencakan apa yang akan dilakukan di kemudian hari untuk

mendapatkan apa yang ia inginkan. Pada tahap ketiga, konselor dan

konseli melakukan evaluasi untuk membandingkan perilaku manakah

yang paling efektif, dan apakah perilaku itu dapat

memenuhikeinginannya? Dan langkah terakhir konselimemiliki pikiran

untuk merubah perilakunya, bersama konselor merumuskan rencana

kegiatan, cara baru dalam menemukan perilaku yang efektif dalam

mendapatkan keinginan-keinginannya.

Hal yang paling penting bagi pihak sekolah, ialah mengajak

siswa untuk melewati keempat langkah tadi, memberikan kesempatan

pada mereka untuk mencoba perilaku baru, dan membantu mereka

membuat penilaian. Saat siswa menyadari bahwa perilakunya adalah

penyebab datangnya masalah, maka Terapi realitas bisa menjadi cara

yang yang efektif dan efisien dari konseling dalam setting sekolah.21

4) Cognitive Behavioral Therapy

Cognitive Behavioral Therapy (CBT) di dalamnya meliputi

Rational Emotive Behavior Therapy (REBT), Cognitive Therapy (CT)

dan Cognitive Behavioral Modification (CBM). Semua CBTs

mengemukakan dua kepercayaan mendasar: pertama, semua perilaku

20Gerald Corey, Op. Cit., hlm. 280. 21Ibid., hlm. 29.

Buku Bimbingan Dan Konseling

Page | 17

dan perasaan merupakan hal yang bisa dipelajari; dan kedua, bahwa

perilaku itu bisa dirubah dan dimodifikasi.

a) Penerapan REBT di Sekolah

Albert Ellis mendasarkan pada kepercayaannya bahwa

manusia mampu berbicara dengan dirinya, melakukan evaluasi diri,

dan bisa mempertahankan diri.22 Teori ini juga didasarkan pada

asumsi bahwa manusia memilkiki kapasitas untuk bertindak dengan

cara-cara yang rasional maupun irasional. Perilaku rasional

dianggap efektif dan produktif, sedangkan perilaku irasional

dianggap menghasilkan ketidakbahagiaan dan ketidakproduktifan.23

Tujuan REBT adalah mengurangi atau mengeliminasi perilaku

irasional. Untuk merubah perilaku yang tidak diinginkan, siswa

harus belajar bahwa cara mereka berpikir, merasa dan bersikap

merupakan satu kesatuan aksi yang terpadu. Pikiran dan emosi

yang negatif dan merusak diri harus dikenali agar siswa sanggup

mengarahkan pikiran dan emosinya menjadi logis, rasional, dan

konstruktif. Konselor bisa membantu perubahan siswa dengan

beberapa teknik perilaku seperti:

(1). Daily monitoring of absolutist thoughts and of “must”, “have to”,

and “should” in one’s self-talk.

(2). Replacing “I should” with “I want tos” or “I’d rather”.

(3). Imagining oneself thinking rationally, and feeling and behaving

well.

(4). Forcing oneself to engage in behaviors that others might find

odd or funny.24

b) Penerapan CBTs di Sekolah

CBTs bisa menjadi teknik untuk memberikan bantuan pada

siswa yang menghadapi problem-problem di rumah maupun

sekolah. Sebagai contoh, banyak siswa yang mendapatkan

perkataan negatif dari pengalamannya bersama orang tuanya,

gurunya, dan teman-temannya. Saat siswa merasa dirinya ditolak

22Daniel T. Sciarra, Op. Cit., hlm. 30. 23Robert L. Gibson & Marianne H. Mitchell, Op. Cit., hlm. 220. 24Daniel T. Sciarra, Op. Cit., hlm. 31.

Buku Bimbingan Dan Konseling

Page | 18

oleh orang dewasa maupun teman sebayanya, memasuki proses

konseling dan penting bagi konselior untuk bertanya “apa yang

kamu katakan pada dirimu sendiri?”

Pandangan negatif terhadap diri sendiri bisa dilihat dari

semua pengalaman dan tujuan yang negatif dari rencana-rencana

seseorang. Jika seorang anak ingin memiliki hubungan yang positif

dengan orang lain dalam hidupnya, maka ia bisa meninggalkan

pikiran irasional dan kekhawatirannya. CBTs dapat membantu para

siswa yang merasa peisimis terhadap hidup dan masa depannya.

Konselor sekolah harus mendukung siswanya agar bisa melakukan

yang terbaik, dengan merubah pikiran-pikiran irasionalnya.25

5) Solution-Oriented Therapy

Terapi ini sangat populer bagi konselor sekolah karena

pelaksanaannya yang mudah. Kunci untuk melaksanakan terapi ini

adalah dengan tidak terlalu mengendalikan siswa dan membuat

penolakan terhadap pikiran negatif/pesimis. Ada lima tahapan dalam

terapi ini:

a) Mengungkapkan masalah.

b) Melaksanakan rencana dengan sunguh-sungguh.

c) Menambah pengalaman dalam situasi dan pengalaman baru.

d) Evaluasi terhadap proses konseling dan tujuan yang telah dicapai.

e) Memberikan konseli kesempatan untuk mengembangkan dirinya.26

6) CounselingYoung Children Through Play27

Bagi anak-anak bermain adalah media untuk mengembangkan

diri. Maria Montessori mengatakan bahwa “play as the work of children”

dan Gary Landrethmenjelaskan bahwa anak-anak menggunakan

bahasa dalam permainan untuk menunjukkan apa yang terjadi dalam

dunianya. Bagi konselor sekolah dasar, bukan mempertanyakan

pemainan apa yang harus digunakan, melainkan bagaimana

permainan itu digunakan. Bagi anak-anak, bermain adalah keharusan

dalam masa perkembangannya.

25Ibid., hlm. 31. 26Ibid., hlm. 33. 27Ibid., hlm. 33-38.

Buku Bimbingan Dan Konseling

Page | 19

Ada enam model permainan yang bisa digunakan dalam

konseling anak:

a) Making and Building

b) Artwork

c) Drama and Fantasy

d) Mastery and Superheroes

e) Toy guns

f) Problem solving

Ada tiga hal yang harus diperhatikan dalam kegiatan bermain

sebagai teknik konseling bagi anak-anak. Pertama, konselor

membutuhkan dukungan dari staff lain di sekolah, seperti administrator

dan para guru mata pelajaran. Karena bagi mereka yang tidak mengerti

tentang teknik bermain ini akan menganggap bahwa permainan hanya

akan membuang-buang waktu. Oleh karena itu, pada awal tahun

ajaran baru sebaiknya konselor berkumpul dengan staff lain untuk

membicarakan dan menjelaskan pentingnya melakukan permainan

sebagai bagian dari program konseling.

Kedua, menyediakan dan merancang tampat khusus untuk

konseling bermain. Walaupun sekolah memiliki keterbatasan ruangan,

namun konselor harus memastikan tempat yang berbeda dari ruangan

kelas, dimana anak-anak benar-benar bisa merasakan dirinya sendiri.

Ruangan yang digunakan diatur dan dihias sedemikian rupa agar

ruangan jauh dari gangguan dan menjadi tempat yang ideal untuk

bermain.

Ketiga, batasan-batasan dalam bermain. Karena ruang yang

digunakan untuk bermain bisa saja bersebelahan dengan ruang kelas,

maka konselor harus mmberikan batasan-batasan pada anak-anak

saat bermain agar tidak mengganggu aktivitas kelas lainnya dan

konselor juga perlu mengontrol perilaku anak yang terlalu aktif dan

agresif, agar jangan sampai mereka melukai dirinya atau teman-

temannya. Dalam kegiatan ini ada hal-hal yang harus dipersiapkan.

Dalam konseling bermain, jenis alat permainan lebih penting

dibandingkanbanyaknyaalat permainan. Karena dengan

Buku Bimbingan Dan Konseling

Page | 20

memperhatikan macam mainan, maka disitu membutuhkan praktek

yang memiliki orientasi.

b. Konseling Kelompok

Konseling kelompok merupakan salah satu bentuk konseling

dengan memanfaatkan kelompok untuk membantu, memberi umpan balik

dan pengalaman belajar. Konseling kelompok dalam prosesnya

menggunakan prinsip-prinsip dinamika kelompok.28

Konseling kelompok terdiri dari beberapa siswa yang bekerja

dengan berbagi pengalaman dan saling mendukung hubungan

persahabatan yang supportif, hal ini merupakan cara efisien dan positif

dalam menemukan kesepakatan antara siswa mengenai permasalahan

yang sedang dihadapi. Dengan menggabungkan beberapa siswa untuk

mengembangkan dirinya dan berkembangan dengan siswa lainnya, maka

konseling kelompok memungkinkan mereka untuk membangun pribadi

yang sehat, dapat mengatur kegelisahan terhadap tantangan teknologi

dan perkembangan lingkungan yang kompleks dan mereka belajar untuk

bekerjasama dan hidup dengan orang lain.29

1) Dinamika Kelompok

Dalam kajian dinamika kelompok, permasalahan dan tujuan

yang ingin dicapai tidak boleh mengalahkan pentingnya proses yang

memiliki makna penting dalam konseling kelompok. Proses tersebut

menunjukkan interaksi antara anggota kelompok, yakni bagaimana

mereka saling membina hubungan hubungan dan bagaimana menjadi

pemimpin kelompok.

Kunci kesuksesan dari konseling kelompok adalah para

anggotanya bisa memiliki rasa saling memiliki. Hal ini menunjukkan

bahwa konselor harus percaya pada kekuatan kelompok dalam

mengatur diri. Tahap pertama yang harus dilakukan dan menjadi

bagian dari proses kelompok adalah aturan dalam kelompok. Kepada

para remaja misalnya, yang terhubungan dengan isu-isu kemandirian

dan bereaksi dengan cepat, dan memiliki otoritas yang negatif. Dengan

28Latipun, Psikologi Konseling, (Malang; UMM Press, 2008), hlm. 178. 29Daniel T. Sciarra, Op. Cit., hlm. 38.

Buku Bimbingan Dan Konseling

Page | 21

demikian mereka harus bisa lebih banyak mendengarkan masukan

dari teman sebaya dari pada harus memasuki kantor sekolah.

Biasanya dalam proses kelompok secara bertahap akan terjadi

kohesivitas, partisipasi, interaksi interpersonal diantara anggota. Dalam

konseling kelompok proses-proses tersebut terjadi kalau terbentuk

saling percaya diantara mereka berkat iklim yang dibangun oleh

konselor. Jika demikian yang terjadi maka proses konseling sangat

memberi keuntungan bagi keberhasilannya.30

2) Jenis-Jenis Kelompok Konseling31

Sebelum menentukankomposisi kelompok, seorang konselor

perlu menentukan bentuk-bentuk dan tujuan dari kelompok. Myrick

mengidentifikasi tiga jenis konseling kelompok: crisis centered,

problem centered, dan growth centered.

a) Crisis-Centered Group

Kelompok ini dibentuk dalam merespon problem yang

mendesak (bersifat krisis), seperti trauma dan kelompok-kelompok

dengan masalah krisis seperti kelompok pecandu atau alkoholik.

Biasanya anggota kelompok hanya terdiri dari empat atau enam

partisipan, dan semuanya memiliki masalah yang sama dan bersifat

krisis.

b) Problem-Centered Group

Seperti halnya kelompok krisis, kelompok ini juga memiliki

fokus pada sebuah permasalahan, namun sifatnya tidak mendesak

seperti kelompok krisis. Kelompok ini bisa mengumpulkan

beberapa permasalahan yang signifikan bagi para siswa di sekolah.

Masalah-masalah yang sering muncul biasanya yang berkaitan

dengan pola perilaku atau masalah akademik siswa.

30Sitti Hartinah, Konsep Dasar Bimbingan Kelompok, (Bandung: PT Refika Aditama, 2009),

hlm. 34. 31Daniel T. Sciarra, Op. Cit., hlm. 40-41.

Buku Bimbingan Dan Konseling

Page | 22

c) Growth-Centered Group

Klasifikasi terkahir ialah kelompok pertumbuhan, dan

kelompok ini berbeda dengan dua kelompok sebelumnya yang

hanya terdiri dari beberapa anggota yang membagikan

masalahnya. Kelompok ini ada sejalan dengan kebutuhan

mengenai tahap-tahap perkembangan semua siswa. Kelompok ini

biasanya konselor gunakan pelaksanaan sebuah program

bimbingan tentang perkembangan siswa.

3) Tahap-tahap Konseling Kelompok

Tahap pertama adalah orientasi para anggota mengenai tujuan

kelompok, membuat kesepakatan dengan anggota lainnya, dan

memulai membangun rasa kepercayaan dengan membuat aturan

kelompok. Aturan yang terpenting ialah kepercayaan.

Tahap kedua adalah penyesuaian antara anggota kelompok,

dan pada masa penyesuaian ini anggota akan terus membangun rasa

kepercayaan dan terbentuk kohesivitas. Pada tahap ini para nggota

mencoba untuk saling berbagi hal-hal yang bersifat personal dan

mendalam. Jika dalam tahapan ini para anggota bisa saling

mendengarkan dan merespon apa yang dibagikan, maka kohesivitas

akan semakin kuat, dan kelompok akan berjalan dengan baik menuju

tahap berikutnya.

Tahap ketiga adalah tahap pelaksanaan dimana para anggota

sudah memiliki fokus untuk mewujudkan tujuannya. Anggota sudah

merasa nyaman dengan saling memberikanfeed back pada anggota

lainnya, dan mereka sudah benar-benar merasakan adanya komitmen

dalam kelompok. Maka pada saat inilah anggota akan mengambil

sebuah tindakan dengan saling berbagi hal-hal lebih banyak lagi dan

menerapkan pengalamannya itu dengan perilaku baru.

Tahap keempat adalah penutupan (ending). Pada akhirnya

konseling kelompokpun memiliki batas. Mengakhiri konseling kelompok

dapat membuat para anggota maju dan mereka akan terus menjaga

rasa persahabatan dengan anggota lainnya.32Seorang konselor yang

32Ibid., hlm. 45.

Buku Bimbingan Dan Konseling

Page | 23

memimpin suatu kelompok konseling sepenuhnya bertanggung jawab

terhadap apa yang terjadi dalam kelompok itu. Dalam hal ini konselor

tidak bisa lepas tangan dan menyerahkan tanggung jawab atas

keberhasilan dan kegagalan kelompok sepenuhnya pada para konseli.

Ini berarti bahwa konselor baik dari segi teori teoritis maupun praktis

harus mampu bertindak sebagai katua kelompok diskusi dan sebagai

pengatur wawancara konseling bersama. Oleh karena itu konselor

harus memnuhi sejumlah syarat yang menyangkut pendidikan

akademik, kepribadian, keterampilan berkomunikasi, dan penguasaan

teknik-teknik konseling baik secara teoritis maupun praktis.33

33WS. Winkel, Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan, (Jakarta: PT Gramedia,

1997), hlm. 551.

Buku Bimbingan Dan Konseling

Page | 24

ASAS-ASAS

BIMBINGAN KONSELING

Buku Bimbingan Dan Konseling

Page | 25

ASAS-ASAS BIMBINGAN KONSELING

A. Latar Belakang

Bimbingan dan konseling merupakan pelayanan yang profesional, yang

menguraikan kefahaman, penanganan, dan penyikapan tentang keadaan

seseorang. Pekerjaan ini sangat penting sekali dalam dunia pendidikan, agar

terciptanya keserasian atau keharmonisan antara guru dan siswa.

Keberhasilan pelaksanaan bimbingan dan konseling sangat ditentukan oleh

kaidah-kaidah yang berlaku atau dengan kata lain disebut “asas”. Asas-asas

bimbingan dan konseling adalah merupakan rukun yang harus dipegang teguh dan

dikuasai oleh seorang konselor dalam menjalankan pelayanan atau kegiatan

bimbingan dan konseling. Apabila asas-asas ini tidak dijalankan dengan baik, maka

penyelenggaraan bimbingan dan konseling akan berjalantersendat-sendat atau

bahkan terhenti sama sekali.

B. Pengertian Asas-Asas Bimbingan Dan Konseling

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia asas berarti “dasar”. Tetapi asas

dalam pengertian disini adalah bukan dasar tetapi “rukun”. Jadi asas bimbingan dan

konseling itu berarti “rukun yang harus dipegang teguh dan dikuasai oleh seorang

guru pembimbing atau konselor dalam menjalankan pelayanan atau kegiatan

bimbingan dan konseling.

Pelayanan bimbingan dan konseling merupakan pekerjaan profesional, oleh

sebab itu, harus dilaksanakan dengan mengikuti kaedah-kaedah atau asas-asas

tertentu. Dengan mengikuti kaedah-kaedah atau asas-asas tersebut diharapkan

efektifitas san efisiensi proses bimbingan dan konseling dapat tercapai. Selain itu,

agar tidak terjadi penyimpangan-penyimpangan dalam praktik pemberian layanan.

Asas adalah segala hal yang harus dipenuhi dalam melaksanakan suatu

kegiatan, agar kegiatan tersebut dapat terlaksana dengan baik serta mendapat hasil

yang memuaskan. Penyelenggaraan bimbingan dan konseling harus memperhatikan

asas-asas yang mendasari tugas-tugas pembimbing. Keberhasilan tugas

pembimbing sangat dipengaruhi oleh kemampuan konselor dalam memenuhi asas-

asas tersebut. Seorang konselor yang tidak memperhatikan asas-asas bimbingan

Buku Bimbingan Dan Konseling

Page | 26

dan konseling akan menemui banyak hambatan atau bahkan akan menemui

kegagalan dalam melaksanakan tugasnya.34

Asas-asas bimbingan dan konseling merupakan ketentuan-ketentuan yang

harus diterapkan dalam penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling.35

C. Macam-Macam Asas Bimbingan Dan Konseling

Slameto (1986) membagi asas-asas bimbingan dan konseling menjadi dua

bagian, yaitu:

1. Asas-asas bimbingan dan konseling yang berhubungan dengan individu (sisiwa),

2. Asas-asas bimbingan dan konseling yang berhubungan dengan praktik atau

pekerjaan bimbingan.36

1. Asas-asas bimbingan dan konseling yang berhubungan dengan siswa

a. Tiap-tiap siswa mempunyai kebutuhan

Tiap-tiap siswa sebagai individu mempunyai kebutuhan yang berbeda baik

jasmaniah maupun rohaniah. Tingkah laku individu pada umumnya dalam rangka

memenuhi kebutuhan. Apabila kebutuhan tidak tercapai akan menimbulkan

kecemasan dan kekecewaan, sehingga pada akhirnya menimbulkan perilaku

menyimpang.

Guru BK di sekolah dan madrasah harus bisa memahami berbagai kebutuhan

siswa, sehingga pelayanan bimbingan dan konseling diberikan dalam rangka

memenuhi kebutuhan sisiwa terutama psikis seperti memperoleh kasih sayang,

memperoleh rasa aman, kebutuhan untuk sukses dalam belajar, memperoleh harga

diri, kebutuhan untuk diakui dan diterima oleh kelompok, kebutuhan untuk

melakukan eksistensi diri, dan lain-lain.

b. Ada perbedaan diantara siswa (asas perbedaan siswa)

Dalam teori individualitas ditegaskan bahwa tiap-tiap individu berbeda.

Demikian halnya dengan siswa sebagai individu jelas mempunyai perbedaan. Tiap-

tiap siswa memiliki karakteristik yang berbeda-beda baik fisik maupun psikis. Setiap

siswa berbeda dalam hal kemampuan, bakat, minat, kebutuhan, cita-cita, sikap atau

pandangan hidup, dan ciri-ciri pribadi lainnya. Perbedaan-perbedaan siswa tersebut

34 Satori, Dkk. Profesi Keguruan, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2007). 35 Tidja, Dkk. Bimbingan Dan Konseling Sekolah Menengah, (Yogyakarta: UNY Press, 2000). 36 Tohirin, Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah Dan Madrasah (Berbasis Integrasi), (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2008), hlm. 84.

Buku Bimbingan Dan Konseling

Page | 27

harus mendapat perhatian secara lebih spesifik dari bimbingan atau konselor

disekolah dan madrasah sehingga siswa dapat berkembang sesuai dengan

karakteristik pribadinya masing-masing.

c. Tiap-tiap individu (siswa) ingin menjadi dirinya sendiri.

Relevan dengan asas perbedaan individu diatas, tiap-tiap individu ingin

menjadi dirinya sendiri sesuai dengan ciri-ciri atau karakteristik pribadinya masing-

masing. Pelayanan bimbngan dan konseling disekolah atau dimadrasah harus dapat

mengantarkan siswa berkembang menjadi dirinya sendiri.

Guru pembimbing disekolah atau madrasah tidak boleh mengarahkan

perkembangan siswa kearah yang pembimbing atau konselor inginkan. Dalam

kaitan peran siswa di tengah masyarakat kelak, pelayanan bimbingan dan konseling

harus diarahkan agar siswa menjadi “baik” menurut ukuran masyarakat tanpa

kehilangan kepribadiannya sendiri.

d. Tiap-tiap individu (siswa) mempunyai dorongan untuk menjadi matang.

Dalam tiap-tiap tahapan perkembangannya, setiap siswa mempunyai

dorongan yang kuat untuk menjadi matang, produktif, dan berdiri sendiri (mandiri).

Kematangan yang dimaksud disini adalah kematangan kejiwaan, emosi, dan sosial.

Pelayanan bimbingan dan konseling disekolah dan madrasah harus berorientasi

kepada kematangan di atas sehingga siswa dapat berkembang sesuai dengan

kecenderungan-kecenderungan.

e. Tiap-tiap siswa mempunyai masalah dan mempunyai pendorong untuk

menyelesaikannya.

Tidak ada individu (siswa) yang tidak memiliki masalah. Mungkin tidak ada

pula individu tidak ingin masalahnya terselesaikan. Apalagi individu (siswa) yang

sedang dalam proses perkembangan, pasti memiliki masalah. Yang berbeda adalah

kompleksitas masalah yang dialami oleh tiap-tiap siswa, artinya ada siswa yang

mengalami masalah kompleks dan ada yang kurang kompleks. Pada dasarnya

setiap individu (siswa) nenpubyai dorongan-dorongan untuk memecahkan

masalahnya, namun karena keterbatasannya adakalanya siswa tidak selalu berhasil.

Pelayanan bimbingan dan konseling disekolah dan madrasah harus diarahkan

dalam rangka membantu siswa menghadapi dan memecahkan masalah-masalah

yang dihadapi dalam hidupnya dengan memanfaatkan sebaik-baiknya dorongan-

dorongan yang ada pada setiap siswa.

Buku Bimbingan Dan Konseling

Page | 28

2. Asas Yang Berhubungan Dengan Praktik Atau Pekerjaan Bimbingan

Menurut arifin dan ety kartikawati (1995) prayitno dan dan erman amti (1999)

asas-asas yang berkenaan dengan praktik atau pekerjaan bimbingan dan konseling

terdiri dari 12 asas yaitu:37

a. Asas Kerahasiaan

Ada kalanya pelayanan bimbingan dan konseling berkenaan dengan individu

atau siswa yang bermasalah. Masalah biasanya merupakan suatu yang harus

dirahasiakan. Adakalanya dalam proses bimbingan dan konseling siswa enggan

berbicara karena merasa khawatir apabila rahasianya diketahui orang lain termasuk

konselornya. Apalagi apabila konselornya tidak dapat menjaga rahasia kliennya.

Apapun yang sifatnya rahasia yang disampaikan klien kepada konselor, tidak boleh

diceritakan kepada orang lain meskipun kepada koleganya. Dalam konseling, asas

ini merupakan asas kunci karena apabila asas ini dipegang teguh konselor akan

mendapat kepercayaan dari klien sehingga mereka akan memanfaatkan jasa

pembimbing dan konseling sebaik-baiknya. Sebaliknya apabila asas ini tidak

dipegang teguh, konselor akan kehilangan kepercayaan dari klien (siswa) sehingga

siswa enggan memnafaatkan jasa pembimbing dan konseling karena merasa takut

masalah dan dirinya menjadi bahan gunjingan.

Contoh: Ada seorang konseli yang menceritakan kepada konselor bahwa

seorang konseli itu memiliki penyakit HIV yang diidapnya sejak lama. Maka seorang

konselor harus bisa menjaga rahasia tersebut agar penyakit konseli itu tidak

diketahui oleh banyak orang.

b. Asas Kesukarelaan

Proses bimbingan dan konseling harus berlangsung atas dasar kesukarelaan

baik dari pihak pembimbing (konselor) maupun dari pihak klien (siswa). Klien

diharapkan secara sukarela, tanpa terpaksa dan tanpa ragu-ragu ataupun merasa

terpaksa menyampaikan masalah yang dihadapinya, serta mengungkapkan semua

fakta, data dan segala sesuatu yang berkenaan dengan masalah yang dihadapinya

kepada konselor. Sebaliknya konselor dalam memberikan bimbingan juga

37 Tohirin, Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah Dan Madrasah (Berbasis Integrasi), (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.2007), Hlm. 86..

Buku Bimbingan Dan Konseling

Page | 29

hendaknya jangan karena terpaksa. Dengan perkataan lain konselor harus

memberikan pelayanan bimbingan dan konseling secara ikhlas.

Dalam asas ini, bukan berarti konselor tidak boleh menerima jasa dari

pelayanan bimbingan dan konseling. Pelayanan bimbingan dan konseling

merupakan pekerjaan profesi, oleh sebab itu, konselor tidak dilarang untuk

menerima gaji tetapi hendaknya gaji tidak menjadi tujuan. Konselor tidak

memberikan pelayanan bimbingan dan konseling karena terpaksa. Asas ini sangat

relevan dengan ajaran islam berkenaan dengan ikhlas. Siswa harus ikhlas untuk

mengikuti bimbingan dan konseling dan pembimbing pun harus ikhlas memberikan

bimbingan dan konseling.

Contoh: Ada seorang siswa yang selalu tidak masuk dikarenakan tidak suka

pada salah satu mata pelajaran disekolahnya. Sebagai guru konselor seharusnya

kita harus mengubah sikap/perilaku konseli tersebut agar dapat suka pada mata

pelajaran tersebut dengan selalu membina dan mengembangkannya.

c. Asas Keterbukaan

Dalam proses bimbingan dan konseling sangat diperlukan suasana

keterbukaan baik dari pihak konselor maupun dari pihak konseli. Asas ini tidak

kontradiktif dengan asas kerahasiaan karena keterbukaan yang dimaksud

menyangkut kesediaan menerima saran-saran dari luar dan kesediaan membuka diri

untuk kepentingan pemecahan masalah. Siswa yang dibimbing diharapkan dapat

berbicara secara jujur dan berterus terang tentang dirinya sehingga penelaahan dan

pengkajian tentang berbagai kekuatan dan kelemahannya dapat dilakukan.

Siswa dapat membuka diri sendiri sehingga apap yang ada pada dirinya

(masalah yang dihadapi) dapat diketahui oleh konselor. Selain itu, siswa pun harus

secara terbuka menerima saran-saran dan masukan dari pihak lain. Konselorpun

harus terbuka dengan bersedia menjawab berbagai pertanyaan dari klien dan

mengungkapkan diri konselor sendiri apabila hal tersebut dikehendaki oleh klien.

Contoh: Ada seorang konseli yang memiliki sifat tertutup, sebagai konselor

kita harus dapat mengubah konseli untuk berbicara secara terbuka dan tidak

berpura-pura dalam menceritakan masalah pribadinya sendiri. Sehingga konseli

dapat berbicara jujurdan merasa nyaman dalam menyampaikan masalah.

d. Asas Kekinian

Pelayanan bimbingan dan konseling harus berorientasi kepada masalah yang

sedang dirasakan oleh klien saat ini. Artinya masalah-masalah yang ditanggulangi

Buku Bimbingan Dan Konseling

Page | 30

dalam proses bimbingan dan konseling adalah masalah-masalah yang sedang

dirasakan oleh siswa, bukan masalah yang sudah lampau dan juga bukan masalah

yang akan datang. Dalam penanggulangan masalah siswa, masa lalu dan yang

akan datang menjadi latar belakang dan latar depan masalah.

Asas kekinian juga mengandung makna bahwa pembimbing tidak boleh

menunda-nunda pemberian bantuan. Apabila lkien meminta bantuan atau fakta

menunjukkan ada siswa yang perlu bantuan, maka konselor hendaknya segera

memberikan bantuan. Sebaiknya konselor tidak menunda-nunda memberikan

bantuan kepada konseli. Konselor hendaknya lebih mementingkan kepentingan klien

dari pada yang lainnya.

Contoh: konselor tidak hanya fokus pada masalah yang telah dihadapi, tetapi

konselor harus terus memantau perkembangan konseli baik fisik dan psikis.

e. Asas Kemandirian

Kemandirian merupakan salah satu tujuan pelayanan bimbingan dan

konseling. Siswa yang telah dibimbing hendaknya bisa mandiri tidak tergantung

kepada orang lain dan konselor. Ciri-ciri kemandirian pada siswa yang telah

dibimbing adalah:

a) Mengenal diri sendiri dan lingkungan sebagaimana adanya

b) Menerima diri sendiri dan lingkungannya secara positif dan dinamis

c) Mengambil keputusan untuk dan oleh diri sendiri

d) Mengarahkan diri sesuai dengan keputusan itu

e) Mewujudkan diri secara optimal sesuai dengan potensi, minat, dan kemampuan-

kemampuan yang dimilikinya.

Contoh: Ada seorang konseli yang cacat fisik datang kepada kita, dia

menceritakan bahwa dia tidak memiliki semangat untuk meneruskan hidupnya.

Sebagai konselor yang profesional kita harus bisa menumbuhkan rasa semangat

hidup dengan cara memberikan pemahaman agar konseli tersebut mengenal dan

menerima dirinya dan lingkungan, dan mampu mengambil sebuah keputusan agar

konseli tersebut menjadi mandiri.

f. Asas Kegiatan

Pelayanan bimbingan dan konseling tidak akan nenberikan hasil yang berarti

apabila klien tidak melakukan sendiri kegiatan untuk mencapai tujuan bimbingan dan

koseling. Hasil usaha yang menjadi tujuan bimbingan dan konseling tidak akan

tercapai dengan sendirinya, melainkan harus dicapai dengan kerja keras giat dari

Buku Bimbingan Dan Konseling

Page | 31

klien sendiri. Guru pembimbing harus dapat membangkitkan semangat klien

sehingga mampu dan mau melaksanakan kegiatan yang diperlukan dalam

menyelesaikan masalah yang menjadi pokok pembicaraan dalam proses konseling.

Contoh: seorang konselor harus bisa membuat program kegiatan. Seperti

ospek, MOS, agar konseli dapat mengenali lingkungan yang baru serta mampu

untuk menyesuaikan dirinya dengan lingkungan barunya.

g. Asas Kedinamisan

Usaha bimbingan dan konseling menghendaki terjadinya perubahan pada

individu yang dibimbing, yaitu perubahan prilaku kearah yang lebih baik. Perubahan

yang terjadi tidak sekedar mengulang-ulang hal-hal yang lama yang bersifat

monoton, melainkan perubahan yang selalu menuju kesuatu pembaruan atau

sesuatu yang lebih maju dan dinamis sesuai arah perkembangan klien yang

dikehendaki.

Contoh: seorang konselor harus mampu mengikuti pergerakan zaman, agar

konselor dapat menyelesaikan suatu permasalahan yang ada pada seorang konseli

yang semakin kompleks. Misalnya keluarga broken, serta pergaulan bebas

dikalangan pemuda.

h. Asas Keterpaduan

Individu memiliki berbagai aspek kepribadian yang apabila keadaannya tidak

seimbang, dan tidak terpadu, justru akan menimbulkan masalah. Oleh sebab itu,

usaha bimbingan dan konseling hendaklah memadukan berbagai aspek kepribadian

klien. Selain keterpaduan pada diri klien, juga harus terpadu dalam isi dan proses

layanan yang diberikan. Tidak boleh aspek layanan yang satu tidak serasi apalagi

bertentangan dengan aspek layanan yang lainnya.

Asas ketrpaduan juga menuntut konselor memiliki wawasan yang luastentang

perkembangan klien dan aspek-aspek lingkungan klien, serta berbagai sumber yang

dapat diaktifkan untuk menangani masalah klien.

Contoh: seorang konseli melakukan kerjasama dengan seorang psikolog seks

maupun dokter kandungan, dan mengundangnya kesekolah untuk memberikan

pemahaman kepada peserta didik disekolah ataupun madrasah agar konseli

memiliki pengetahuan dan pemahaman yang lebih jelas tentang seks, supaya

mereka tidak terjerat dalam pergaulan bebas.

Buku Bimbingan Dan Konseling

Page | 32

i. Asas Kenormatifan

Usaha bimbingan dan konseling tidak boleh bertentangan dengan norma-

norma yang berlaku, baik norma agama, adat, hukum atau negara, norma ilmu,

maupun norma kebiasaan sehari-hari. Seluruh isi dan proses konseling harus sesuai

dengan norma-norma yang berlaku. Demikian pula dengan prosedur, teknik, dan

peralatan (instrumen) yang dipakai tidak menyimpang dari norma-norma yang

berlaku.

Contoh: seorang konselor dalam menjalankan tugasnya, harus sesuai dengan

norma, hukum, dan adat istiadat, sehingga tercipta suasana yang harmonis diantara

konseli dan konselor. Karena konselor yang profesional harus bisa menciptakan

suasana yang nyaman bagi seorang konseli.

j. Asas Keahlian

Pelayanan bimbingan dan konseling merupakan pekerjaan profesional yang

diselenggarakan oleh tenaga-tenaga ahli yang khusus dididik untuk pekerjaan

tersebut. Dengan perkataan lain, pelayanan bimbingan dan konseling harus

dilakukan oleh orang yang memiliki keahlian tentang bimbingan dan konseling.

Asas keahlian juga mengacu kepada kualifikasi konselor seperti pendidikan

dan pengalaman. Selain itu, seorang konselor juga harus mengetahui dan

memahami secara baik teori-teori dan praktik bimbingan dan konseling.

Contoh: apabila ada seorang konseli yang datang pada konselor, seorang

konselor harus bersikap sebagai konselor. Bukan bersikap seperti dokter maupun

yang lainnya. Yaitu memberikan sepenuhnya semua keputusan pada konseli.

k. Asas Alih Tangan (Referal)

Konselor sebagai manusia, diatas kelebihannya tetap memiliki keterbatasan

kemampuan. Tidak semua masalah yang dihadapi klien berada dalam kemampuan

konselor untuk memecahkannya. Apabila konselor telah menyerahkan segenap

tenaga dan kemampuannya untuk memecahkan masalah klien, tetapi belum

berhasil, maka konselor yang bersangkutan harus memindahkan tanggung jawab

pemberian bimbingan dan konseling kepada konselor yang lain atau kepada orang

lain yang lebih mengetahui. Dengan kata lain, apabila konselor telah menyerahkan

segenap kemampuan untuk membantu klien, tetapi siswa yang bersangkutang

belum dapat terbantu sebagaimana yang diharapkan, maka konselor dapat

mengirim siswa yang bersangkutan kepada petugas atau badan lain yang lebih ahli.

Buku Bimbingan Dan Konseling

Page | 33

Contoh: ada seorang konseli yang stres gara-gara tidak lulus ujia sekolah,

seorang konselor tidak dapat bertindak sendiri dalam konteks ini. Seorang konselor

harus melakukan kerjasama dengan pihak yang lebih ahli dalam kasus ini.

l. Asas Tut Wuri Handayani

Asas ini menunjuk pada suasana umum yang hendak tercipta dalam rangka

hubungan keseluruhan antara pembimbing dengan yang bimbing. Terlebih lagi di

lingkungan sekolah atau madrasah. Asas ini menuntut agar pelayanan bimbingan

dan konseling tidak hanya dirasakan saat siswa mengalami masalah. Bimbingan dan

konseling hendaknya dirasakan sebelum dan sesudah siswa menjalani layanan

bimbingan dan konseling secara langsung. Dalam asas ini, konselor bisa

menjadikan dirinya sebagai contoh pemecah masalah yang efektif. Dalam praktik

bimbingan dan konseling islam, asas ini bertumpu pada keteladanan Rasulullah

SAW. Contoh: seorang guru harus menjadi teladan, dan menyenangkan. Agar

konseli tidak takut menceritakan masalahnya kepada kita, dan mampu mengayomi

peserta didik.

Daftar Referensi

Satori, Dkk. Profesi Keguruan, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2007)

Tidja, Dkk. Bimbingan Dan Konseling Sekolah Menengah, (Yogyakarta: UNY Press,

2000).

Tohirin, Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah Dan Madrasah (Berbasis Integrasi),

(Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2008).

Buku Bimbingan Dan Konseling

Page | 34

PERANAN

BIMBINGAN DAN KONSELING

Buku Bimbingan Dan Konseling

Page | 35

PERANAN BIMBINGAN DAN KONSELING

A. Latar Belakang Masalah

Dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan

Nasional, pendidikan diartikan sebagai usaha sadar dan terencana

untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik

secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan akhlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Maka pendidikan di Indonesia ini tidak hanya memprioritaskan

perkembangan aspek kognitif atau pengetahuan pesertadidik, namun juga tetapi

perkembangan individu sebagai pribadi yang unik secara utuh. Oleh karena setiap

satuan pendidikan harus memberikan layanan yang dapat memfasilitasi

perkembangan pribadi siswa secara optimal berupa bimbingan dan konseling.

Pemahaman mengenai apa dan bagaimana layanan bimbingan disekolah mutlak

diperlukan oleh pengawas. Hal ini merupakan bagian dari kompetensi supervisi

manajerial yang harus dilakukannya terhadap setiap sekolah yang berada dalam

lingkup binaannya. Pendidikan sebagai salah satu bentuk lingkungan

bertanggung jawab dalam memberikan asuhan terhadap proses perkembangan

individu. Bimbingan dan konseling akan merupakan bantuan individu di dalam

memperoleh penyesuaian diri sesuai dengan tingkat perkembangannya. Dalam

konsepsi tentang tugas perkembangan (developmental task) dikatakan bahwa

setiap periode tertentu terdapat sejumlah tugas-tugas perkembangan yang harus

diselesaikan.

B. Landasan Dasar Perlunya Organisasi Bimbingan Konseling di Sekolah

Organisasi bimbingan dan konseling disekolah mutlak diperlukan, karena:

1. Pelayanan bimbingan adalah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari

keseluruhan program pendidikan. Ini berarti bahwa seluruh staf sekolah baik

kepala sekolah, guru, Sali kelas, maupun staf admnistrasi sekolah perlu

melibatkan diri dalam usaha layanan bimbingan.

2. Pembinaan bimbingan dan konseling di sekolah ada pada kepala sekolah

sebagai administrator sekolah yang memegang peranan kunci.

Buku Bimbingan Dan Konseling

Page | 36

3. Tanggung jawab langsung dalam melaksanakan layanan bimbingan konseling

di sekolah hendaknya dilimpahkan kepada staf yang berwenang yang memilikii

persyaratan tertentu baik dalam segi pendidikan formal, sifat, sikap dan

kepribadian, ketrampilan dan pengalaman serta waktu yang cukup untuk

melaksanakan tugas.

4. Program bimbingan merupakan suatu bentuk kegiattan yang cukup luas bidang

geraknya.

5. Program layanan bimbingan di seklah hendaknya perlu di evaluasi untuk

mengertahui efektivitas dan efisiensi program.

6. Petugas-petugas yang diserah tanggung jawab bimbingan yang bersifat

khusus, seperti kegiatan konseling hendaknya ditangani oleh petugas yang

professional da berkompeten mengerjakan tugas tersebut.

7. Petugas-petugas bimbingan dan seluruh staf pelaksanan bimbingan mutlak

perlu diberikan latihan dalam jabatan. Sebagai suatu alat untuk memperbaiki

pelayanan bimbingan di sekolah.

C. Peranan Bimbingan Konseling Di Sekolah

Pelayanan bimbingan dan konseling dalam jalur pendidikan formal telah

dipetakan secara tepat dalam kurikulum 1975, meskipun pada waktu itu

dinamakan layanan bimbingan dan penyuluhan pendidikan. Akan tetapi, dalam

Permen Diknas No. 22/2006 tentang setandar isi, Pelayanan bimbingan dan

konseling diletakkan sebagai bagian dari kurikulum yang isinya dipilah menjadi

Kelompok Mata pelajaran, Muatan lokal, Materi Pengembangan diri, yang harus

disiapkan oleh bagian bimbingan dan konseling.38

Dalam sistem pendidikan Indonesia, konselor disekolah menengah

mendapat peran dan posisi yang jelas. Peran bimbingan dan konseling, siswa

yang bagai salah satu student support services, adalah men-suport

perkembangan-perkembangan aspek pribadi, sosial, kareir, dan akademik

peserta didik, melalui pengembangan menu program 1 bimbingan dan konseling

pembantuan kepada peserta didik dalam individual student planning, pemberian

38 Ridwan, Penangan Efektif Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah Penangan Efektif

Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 1998, hlm, 30-32.

Buku Bimbingan Dan Konseling

Page | 37

layanan responsive, dan pengembangan sistim support. Pada jenjang ini,

bimbingan dan konseling menjalankan semua fungsinya.

Dasar penyelenggaraan bimbingan dan konseling disekolah, bukan smata-

mata terletak pada ada atau tidak adanya landasan hukum (perundang-

undangan) atau ketentuan dari atas, namun yang lebih penting adalah

menyangkut upaya memfasilitasi peserta didik yang selanjutnya disebut konseli,

agar mampu mengembangkan potensi dirinya atau mencapai tugas-tugas

perkembangannya, menyangkut aspak fisik, emosi, intelektual, sosial, dan moral

spiritual.

D. Program Bimbingan Konseling Di Sekolah

Program Bimbingan Konseling Di Sekolah disusun berdasarkan kebutuhan

peserta didik (need assessment). Dengan substansi program layanan mencakup

empat bidang:

1. jenis layanan dan kegiatan pendukung

2. format kegiatan

3. sasaran pelayanan

4. volume / beban tugas konselor.

Program Bimbingan Konseling pada masing-masing satuan sekolah /

madrasah dikelola dengan memperhatikan keseimbangan dan kesinambungan

program antar kelas dan antar jenjang kelas, dan mensinkronisasikan Program

Bimbingan Konseling dengan kegiatan pembelajaran mata pelajaran dan kegiatan

ekstra kulikuler, serta mengefektifitaskan dan mengefisiensikan penggunaan

fasilitas sekolah/ madrasah. Dilihat dari jenisnya, Program Bimbingan Konseling

terdiri dari 5 (lima) jenis program, yaitu:

1. Program Tahunan, yaitu Program Pelayanan Bimbingan Konseling meliputi

seluruh kegiatan selama satu tahun untuk masing-masing kelas di sekolah /

madrasah.

2. Program Semesteran, yaitu Program Pelayanan Bimbingan Konseling meliputi

seluruh kegiatan selama satu semester yang merupakan jabaran program

tahunan.

3. Program Bulanan, yaitu Program Pelayanan Bimbingan Konseling meliputi

seluruh kegiatan selama satu bulan yang merupakan jabaran program

semesteran.

Buku Bimbingan Dan Konseling

Page | 38

4. Program Mingguan, yaitu Program Pelayanan Bimbingan Konseling yang

meliputi seluruh kegiatan selama satu minggu yang merupakan jabaran

program mingguan.

5. Program Harian, yaitu Program Pelayanan Bimbingan Konseling yang

dilaksanakan pada hari-hari tertentu dalam satu minggu. Program harian

merupakan jabaran dari program mingguan dalam bentuk satuan layanan dan

atau satuan kegitan pendukung Bimbingan Konseling Di Sekolah.

E. Peranan Bimbingan Dan Konseling Dalam Mengembangkan Karakter Siswa

Pembangunan karakter bangsa adalah upaya sadar untuk memperbaiki,

meningkatkan seluruh perilaku yang mencakup adat istiadat, nilai-nilai, potensi,

kemampuan, bakat dan pikiran bangsa Indonesia. Untuk membangun karakter

bangsa, haruslah diawali dari lingkup yang terkecil. Khususnya di sekolah, ada

baiknya kita menganalogikan proses pembelajaran di sekolah dengan proses

kehidupan bangsa. Upaya mewujudkan nilai-nilai tersebut di atas dapat

dilaksanakan melalui pembelajaran. Tentu saja pembelajaran yang dapat

mengadopsi semua nilai-nilai karakter bangsa yang akan dibangun.

Pembentukan karakter merupakan salah satu tujuan pendidikan nasional.

Pasal I UU Sisdiknas tahun 2003 menyatakan bahwa di antara tujuan pendidikan

nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik untuk memiliki

kecerdasan, kepribadian dan akhlak mulia.

Pesan dari UU Sisdiknas tahun 2003 bertujuan agar pendidikan tidak

hanya membentuk insan manusia yang pintar namun juga berkepribadian,

sehingga nantianya akan lahir generasi muda yang tumbuh dan berkembang

denagan kepribadian yang bernafaskan nilai-nilai luhur agama dan pancasila.

Sekolah mulai dari taman kanak-kanak sampai dengan perguruan tinggi

memiliki peran yang central dalam mengembangkan dan menanamkan nilai-nilai

karakter. Semua masyarakat sepakat tentang pentingnya karakter dalam

kehidupan, tetapi jauh lebih penting bagaimana menyusun dan mengatur secara

sistematis sehingga anak-anak dapat lebih berkarakter dalam kehidupan.

Selama ini bimbingan karakter sudah ada di sekolah seperti bimbingan

konseling, tetapi itu bervariasi. Di sekolah guru BP tidak bisa meraih semua

karena dalam kenyataanya guru BP hanya membimbing siswa yang terkena

masalah dan siswa yang lain seolah terbebas dari masalah, Keberadaan guru BP

Buku Bimbingan Dan Konseling

Page | 39

sendiri kadang dirangkap oleh guru mata pelajaran. Akhirnya, konsep pendidikan

karakter di sekolah tidak pernah bisa optimal.

Menurut Dr. Anita Lie, Peraih gelar Doktor Bidang Kurikulum dan

Pengajaran dari Baylor University, Texas, Amerika Serikat, mengatakan bahwa

pendidikan karakter sebaiknya tidak dikotomikan macam-macam. Dia katakana

konsep pendidikan tersebut harus diintegrasikan ke dalam kurikulum. Anita

mengatakan, untuk menerapkan pendidikan karakter seluruh sekolah harus

memiliki kesepakatan tentang nilai-nilai karakter yang akan dikembangkan di

sekolahnya. Unsur-unsur pengembangan karakter itu pun harus diintegrasikan di

semua mata pelajaran. Materi pembelajaran yang berkaitan dengan norma

atau nilai-nilai pada setiap mata pelajaran perlu dikembangkan, dieksplisitkan,

dikaitkan dengan konteks kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, pembelajaran

nilai-nilai karakter tidak hanya pada tataran kognitif, tetapi menyentuh pada

internalisasi, dan pengamalan nyata dalam kehidupan peserta didik sehari-hari di

masyarakat.

Kegiatan ekstra kurikuler dalam sekolah yang selama ini diselenggarakan

sekolah merupakan salah satu media yang baik untuk pembinaan karakter

peserta didik. Kegiatan ekstra kurikuler merupakan kegiatan pendidikan di luar

jam mata pelajaran, kegiatan ini berfungsi untuk membantu pengembangan

peserta didik sesuai dengan potensi, bakat, dan minat peserta didik melalui

kegiatan yang secara khusus diselenggarakan oleh pendidik di sekolah. Melalui

kegiatan ekstra kurikuler diharapkan dapat mengembangkan komponen-

komponen karakter yang harus dimiliki oleh peserta didik sperti rasa tanggung

jawab sosial, serta potensi dan prestasi.39

Menurut Mochtar Buchori (2007), pendidikan karakter seharusnya

membawa peserta didik ke pengenalan nilai secara kognitif, penghayatan nilai

secara afektif, dan akhirnya ke pengamalan nilai secara nyata. Pendidikan

karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil

pendidikan di sekolah yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter

dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai

standar kompetensi lulusan. Melalui pendidikan karakter diharapkan peserta didik

mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya,

39 Sofyan S. Willis Sofyan, Konseling Individual Teori Dan Praktek, Bandung, Alfabeta,

2004, hlm. 98-90.

Buku Bimbingan Dan Konseling

Page | 40

mengkaji dan menginternalisasi serta mempersonalisasi nilai-nilai karakter dan

akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari.40

Daftar Referensi

Depdiknas, (Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Bahan Belajar Mandiri

Musyawarah Kerja Pengawas Sekolah), Jakarta, Direktorat Jenderal

Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan, 2008.

Ridwan, Penangan Efektif Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah Penangan Efektif

Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 1998.

Dewa Ketut Sukardi, Organisasi Dan Administrasi Bimbingan Dan Konseling Di

Sekolah, Surabaya, Usaha Nasional, 2000.

Sofyan S. Willis Sofyan, Konseling Individual Teori Dan Praktek, Bandung, Alfabeta,

2004.

40 Dewa Ketut Sukardi, Organisasi Dan Administrasi Bimbingan Dan Konseling Di

Sekolah, Surabaya, Usaha Nasional, 2000, hlm, 45.

Buku Bimbingan Dan Konseling

Page | 41

BIDANG

BIMBINGAN DAN KONSELING

Buku Bimbingan Dan Konseling

Page | 42

BIDANG BIMBINGAN DAN KONSELING

A. Latar Belakang

Perilaku menyimpang dapat terjadi di mana-mana dan kapan saja, baik di

sekolah, keluarga, maupun dalam kehidupan dimasyarakat. Biasanya tingkah laku

menyimpang ini dilakukan olah kalangan remaja. Karena pada tahap ini remaja

masih mencari jati dirinya yang ideal menurutnya, sehingga tidak jarang yang

mereka lakukan adalah hal-hal yang menyimpang dari kebiasaan yang berlaku

dalam pandangan masyarakat umum.

Banyak faktor atau sumber yang menyadi penyebab timbulnya perilaku

menyimpang, baik yang berasal dari dalam diri individu maupun berasal dari luar diri

individu yang bersangkutan. Maka di sini akan di bahas apa yang di maksud dengan

tingkah laku menyimpang, bentuk-bentuk tingkah laku menyimpang tersebut dan

usaha yang dilakukan bimbingan dan konseling untuk menanggulanginya.41

B. Pembahasan

Moral adalah suatu masalah yang menjadi perhatian orang dimana saja, baik

dalam masyarakat yang telah maju maupun dalam masyarakat yang masih

terbelakang. Salah satu kenyataan di Indonesia sekarang ini adalah adanya gejala

kemerosotan moral bangsa secara tajam. Kemerosotan moral tersebut bukan hanya

pada orang tua akan tetapi sudah merambat pada generasi muda yang diharapkan

untuk meneruskan perjuangan bangsa.

Masa remaja adalah suatu tahap kehidupan yang bersifat peralihan (transisi)

mulai dari masa kanak-kanak menuju dewasa, oleh sebab itu masa ini sering terjadi

goncangan-goncangan sebagai akibat dari belum siapnya mereka menerima nilai-

nilai baru dalam rangka mencapai kedewasaan. Hal ini dapat dilihat dari tingkah laku

remaja sehari-hari baik dirumah, disekolah maupun dilingkungan masyarakat.

Masalah anak-anak dan pendidikan adalah suatu persoalan yang paling menarik

perhatian, terutama dikalangan para orang tua dan pendidikan. 42

Banyak para orang tua yang mengeluh apabila melihat hasil didikannya

kurang menggembirakan. Banyak pula orang tua dan pendidik yang kebingungan,

41 Ahmad Muhaimin Azzet, Bimbingan Konseling, (Jokjakarta: Arruzz Media, 2013). hlm. 48 42 Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madarasah, (Jakarta: Raja Grafindo. 2009). Hlm. 35-36

Buku Bimbingan Dan Konseling

Page | 43

tak tahu bagaimana menghadapi anak yang rewel, keras hati, nakal, dan sulit di atur.

Tidak selamanya para orang tua dan pendidik mengerti bagaimana menyelesaikan

permasalahan yang di hadapi remaja secara benar. Maka perlu adanya suatu

bimbingan dan konseling yang dapat membantu mengatasi permasalahan yang

dialami oleh para remaja. Adapun jenis-jenis bidang bimbingan dan konseling

sebagai berikut;

1. Bimbingan Pribadi

Bimbingan pribadi Merupakan bantuan yang diberikan kepada individu dalam

hal memecahkan masalah-masalah yang sangat kompleks dan bersifat

rahasia/pribadi sekali misalnya, masalah keluarga, persahabatan, cita-cita, dan

sebagainya.

Merupakan bimbingan yang diberikan pada individu dalam menghadapi

pergumulan dalam batinnya sendiri, dalam mengatur diri, perawatan jasmani,

pengisian waktu luang, pengaturan nafsu seksual, dan sebagainya.

Misalnya pada siswa remaja, mereka berhadapan dengan aku-nya yang lain dari

pada sebelumnya. Contoh: peralihan dari perasaan sangat sedih menjadi sangat

gembira, ingin meraih cita-cita tapi tidak mengetahui caranya. Kemudian

seorang mahasiswa yang berhadapan dengan aku-nya yang ditantang memikul

tanggung jawab sebagai orang dewasa dan menghadapi realitas yang bertentangan

dengan dirinya/keinginannya.

Klien, terutama para remaja pada umumnya malu untuk bertanya pada orang

tua, atau pada orang dewasa lainnya, sedangkan bila bertanya pada teman sebaya

juga tidak tahu. Bimbingan menekankan bagaimana sikap dalam menghadapi

masalah yang timbul. Bimbingan pribadi diberikan malalui bimbingan individual

maupun kelompok.

Secara khusus layanan bimbingan dan konseling bertujuan untuk membantu

siswa agar dapat mencapai tujuan-tujuan perkembangan meliputi aspek pribadi,

sosial, belajar, dan karier. Bimbingan pribadi dimaksud untuk mencapai tujuan dan

tugas perkembangan pribadi dalam mewujudkan pribadi yang taqwa, mandiri , dan

bertanggung jawab. Bimbingan belajar dimaksudkan untuk mencapai tujuan dan

tugas perkembangan pendidikan. Bimbingan karier dimaksudkan untuk mewujudkan

pribadi pekerja yang produktif.

Tujuan

Buku Bimbingan Dan Konseling

Page | 44

Bimbingan dan konseling pribadi dimaksudkan untuk membantu peserta

didik/konseli agar mampu;

a. Memahami potensi diri dan memahami kelebihan dan kelenahannya, baik

kondisi fisik maupun psikis.

b. Mengembangkan potensi untuk mencapai kesuksesan dalam kehidupannya.

c. Menerima kelemahan kondisi diri dan mengatasinya secara baik.

d. Mencapai keselarasan perkembangan antara cipta rasa-karsa.

e. Mencapai kematangan/kedewasaan dalam kehidupannya sesuai nilai-nilai

luhur.

f. Mengakualisasikan dirinya sesuai dengan potensi.

2. Bimbingan Sosial

Bimbingan dan konseling sosisal merupakan suatu proses pemberian

bantuan dari konselor kepada peserta didik/konseli untuk memahami lingkungannya

dan dapat melakukan interaksi sosial secara positif, terampil berinteraksi sosial,

mampu mengatasi masalah-masalah sosial yang dialaminya, mampu menyesuaikan

diri dan mampu memiliki keserasian hubungan dengan lingkungan sosialnya

sehingga mencapai kebahagiaan dalam kehidupannya,

Bimbingan pribadi-sosial merupakan salah satu bidang bimbingan yang ada

di sekolah. bimbingan pribadi-sosial merupakan usaha bimbingan, dalam

menghadapi dan memecahkan masalah pribadi-sosial, seperti penyesuaian diri,

menghadapi konflik dan pergaulan.

Bimbingan pribadi-sosial adalah, seperangkat usaha bantuan kepada peserta

didik agar dapat mengahadapi sendiri masalah-masalah pribadi dan sosial yang

dialaminya, mengadakan penyesuaian pribadi dan sosial, memilih kelompok sosial,

memilih jenis-jenis kegiatan sosial dan kegiatan rekreatif yang bernilai guna, serta

berdaya upaya sendiri dalam memecahkan masalah-masalah pribadi, rekreasi dan

sosial yang dialaminya.

Inti dari pengertian bimbingan pribadi-sosial adalah bahwa bimbingan pribadi-

sosial diberikan kepada individu, agar mampu menghadapi dan memecahkan

permasalahan pribadi-sosialnya secara mandiri. bimbingan pribadi-sosial adalah

bimbingan untuk membantu para individu dalam memecahkan masalah-masalah

sosial-pribadi.

Buku Bimbingan Dan Konseling

Page | 45

Yang tergolong dalam masalah-masalah sosial-pribadi adalah masalah

hubungan dengan sesama teman, dengan dosen, serta staf, permasalahan sifat dan

kemampuan diri, penyesuaian diri dengan lingkungan pendidikan dan masyarakat

tempat mereka tinggal dan penyelesaian konflik.

Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa bimbingan

pribadi-sosial merupakan suatu bimbingan yang diberikan oleh seorang ahli kepada

individu atau kelompok, dalam membantu individu menghadapi dan memecahkan

masalah-masalah pribadi-sosial, seperti penyesuaian diri, menghadapi konflik dan

pergaulan.

Tujuan

Bimbingan dan konseling bertujuan untuk membantu peserta didik/konseli

agar mampu;

a. Berempati terhadap kondisiorang lain.

b. Memahami keragaman latar sosial budaya.

c. Menghormati menghargai orang lain.

d. Mengatasi konflik dengan orang lain berdasarkan prinsip yang saling

menguntungkan.

3. Bimbingan Belajar

Bimbingan belajar adalah layanan bimbingan yang diberikan pada siswa

untuk membentuk kebiasaan belajar yang baik, mengembangkan rasa ingin tahu

dan menumbuhkan motivasi untuk mengembangkan ilmu pengetahuan.

Belajar merupakan salah satu konsep yang amat mendasar dari psikologi. Manusia

belajar untuk hidup. Tanpa belajar, seseorang tidak akan dapat mempertahankan

dan mengembangkan dirinya, dan dengan belajar manusia mampu berbudaya dan

mengembangkan harkat kemanusiaannya.

Inti perbuatan belajar adalah upaya untuk menguasai sesuatu yang baru

dengan memanfaatkan yang sudah ada pada diri individu. Penguasaan yang baru

itulah tujuan belajar dan pencapaian sesuatu yang baru itulah tanda-tanda

perkembangan, baik dalam aspek kognitif, afektif maupun psikomotor/keterampilan.

Untuk terjadinya proses belajar diperlukan prasyarat belajar, baik berupa prasyarat

psiko-fisik yang dihasilkan dari kematangan atau pun hasil belajar sebelumnya.

Tujuan Bimbingan dan konseling belajar bertujuan membantu peserta didik untuk;

Buku Bimbingan Dan Konseling

Page | 46

a. Menyadari potensi diri dalam aspek belajar dan memahami berbagai

hambatan belajar

b. Memiliki sikap dan kebiasaan belajar yang positif

c. Memiliki motif yang tinggi untuk belajar sepamjang hayat.

d. Memiliki keterampilan belajar

e. Memiliki kesiapan menghadapi ujian

4. Bimbingan Karier

Bimbingan karier adalah suatu usaha yang dilakukan untuk membantu

individu(peserta didik) dalam memilih dan mempersiapkan suatu pekerjaan,

termasuk didalamnya berupaya mempersiapkan kemampuan yang diperlukan untuk

memasuki suatu pekerjaan. Bimbingan karier tidak hanya sekedar memberikan

respon kepada masalah-masalah yang muncul, akan tetapi juga membantu individu

memperoleh pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diperlukan dalam

pekerjaan.

Bimbingan karir adalah suatu perangkat, lebih tepatnya suatu program yang

sistematik, proses, teknik, atau layanan yang dimaksudkan untuk membantu individu

memahami dan berbuat atas dasar pengenalan diri dan pengenalan kesempatan-

kesempatan dalam pekerjaan, pendidikan, dan waktu luang, serta mengembangkan

ketrampilan-ketrampilan mengambil keputusan sehingga yang bersangkutan dapat

menciptakan dan mengelola perkembangan karirnya.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa bimbingan karir adalah suatu

upaya bantuan terhadap peserta didik agar dapat mengenal dan memahami dirinya,

mengenal dunia kerjanya, mengembangkan masa depan sesuai dengan bentuk

kehidupan yang diharapkannya, mampu menentukan dan mengambil keputusan

secara tepat dan bertanggungjawab.

Peran bimbingan dan konseling karir sebagai pengintegrasi berbagai

kemampuan dan kemahiran intelektual dan keterampilan khusus hingga sampai

pada kematangan karir secara spesifik terumus dalam tujuan bimbingan karir

sebagai berikut:

a) Peserta didik dapat mengenal (mendeskripsikan) karakteristik diri (minat,nilai,

kemampuan, dan ciri-ciri kepribadian) yang darinya peserta didik dapat

mengidentifikasi bidang studi dan karir yang sesuai dengan dirinya.

Buku Bimbingan Dan Konseling

Page | 47

b) Peserta didik mampu mengidentifikasi berbagai bidang pendidikan yag

tersedia yang relevan dengan berbagai bidang pekerjaan. Dengan demikian

peserta didik memperoleh dan dapat menerapkan pengetahuan dan

keterampilan (skill) yang dituntut oleh peran-peran kerja tertentu.

c) Peserta didik mampu mengambil keputusan karir bagi dirinya sendiri,

merencanakan langkah-langkah konkrit untuk mewujudkan perencanaan karir

yang realistik bagi dirinya. Perencanaan karir yang realistik akan

meminimalkan faktor dan dampak negatif dan memaksimalkan faktor dan

dampak positif dari proses pemilihan karir.

d) Mampu menyesuaikan diri dalam mengimplementasikan pilihannya dan

berfungsi optimal dalam karir. Bimbingan Karir di sekolah diarahkan untuk

membantu siswa dalam perencanaan dan pengarahan kegiatan serta dalam

pengambilan keputusan yang membentuk pola karir tertentu dan pola hidup

yang akan memberikan kepuasan bagi dirinya dan lingkungannya.

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan mengenai Bimbingan Karir,

terdapat beberapa persamaan.

Persamaan tersebut antara lain:

1) Bantuan layanan,

2) Individu,peserta didik, remaja,

3) Masalah karir, pekerjaan, penyesuaian diri, persiapan diri, pengenalan diri,

pemahaman diri, dan pengenalan dunia kerja, perencanaan masa depan,

bentuk kehidupan yang diambil oleh individu yang bersangkutan.43

Daftar Referensi

Ahmad Muhaimin Azzet, Bimbingan Konseling, (Jokjakarta: Arruzz Media, 2013).

Daryanto dan Mohammad farid, Bimbingan Konseling, (Yokyakarta: Gava Media.

2015).

43 Daryanto dan Mohammad farid, Bimbingan Konseling, (Yokyakarta: Gava Media. 2015). Hlm. 172-175

Buku Bimbingan Dan Konseling

Page | 48

KEGIATAN PENDUKUNG DAN PROGRAM

BIMBINGAN DAN KONSELING

Buku Bimbingan Dan Konseling

Page | 49

KEGIATAN PENDUKUNG DAN PROGRAM

BIMBINGAN DAN KONSELING

A. Latar Belakang

Pelayanan bimbingan dan konseling merupakan bagian yang tidak terpisahkan

dari keseluruhan program pendidikan. Program bimbingan menunjang tercapainya

tujuan pendidikan yaitu perkembangan individu secara optimal. Oleh karena itu,

kegiatan bimbingan dan konseling harus diselenggarakan dalam bentuk kerjasama

sejumlah orang untuk mencapai suatu tujuan. Kegiatan itu harus diselenggarakan

secara teratur, sistematik dan terarah atau terencana, agar benar-benar berdaya dan

berhasil guna bagi pertumbuhan dan perkembangan siswa.

Bimbingan merupakan bantuan kepada individu dalam mengahadapi

persoalan-persoalan yang dapat timbul dalam hidupnya. Bantuan semacam itu siswa

lebih berkembang ke arah yang semaksimal mungkin. Dengan demikian bimbingan

menjadi bidang layanan khusus dalam keseluruhan kegiatan pendidikan sekolah yang

ditangani oleh tenaga-tenaga ahli dalam bidang tersebut.

B. Kegiatan Pendukung BK

1. Aplikasi Instrumentasi

Aplikasi instrumentasi dapat bermakna upaya ungkapan melalui pengukuran

yang dilakukan dengan menggunakan alat ukur atau instrumen tertentu. Atau

kegiatan menggunakan instrumen untuk mengungkapkan kondisi tertentu atas diri

siswa.

Kondisi dalam diri klien (siswa) perlu diungkap melalui aplikasi instrumentasi

dalam rangkan pelayanan bimbingan dan konseling untuk memperoleh pemahaman

yang tentang klien (siswa) secara lebih tepat. Upaya pengungkapan sebagai aplikasi

instrumentasi dapat dilakukan melalui tes dan non tes. Hasil aplikasi isntrumen

selanjutnya dianalisis dan perlakuan secara tepat kepada klien dalam bentuk

layanan bimbingan dan konseling.

Secara umum, tujuan aplikasi instrumentasi adalah supaya diperolehnya data

tentang kondisi tertentu atas diri klien (siswa) data yang diperoleh melalui aplikasi

instrumentasi selanjutnya digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk

penyelenggaraan bimbingan dan konseling.

Secara khusus, apabila dikaitkan dengan fungsi-fungsi bimbingan dan

konseling berupa fungsi pemahaman, data hasil aplikasi instrumentasi bertujuan

Buku Bimbingan Dan Konseling

Page | 50

untuk memahami kondisi klien (siswa) seperti potensi dasarnya, bakat dan minatnya,

kondisi diri dan lingkungannya, masalah-masalah yang dialami, dan lain sebagainya.

Komponen-komponen yang terkait dan sinergi dengan aplikasi instrumentasi

adalah instrumen itu sendiri (materi yang di ungkap dan bentuk instrumen),

responden, dan penggunaan.

Kegiatan aplikasi instrumentasi merupakan suatu proses dimana

pelaksanaannya menempuh tahapan-tahapan tertentu. Adapun tahapan

kegiatannya adalah: perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, analisis hasil evaluasi,

tindak lanjutan pembuatan laporan.44

2. Himpunan Data

Himpunan data dapat bermakna suatu upaya penghimpunan, penggolongan-

penggolongan, dan pengemasan data dalam bentuk tertentu. Penyelenggaraan

himpunan data bertujuan untuk memperoleh pengertuan yang lebih luas lebih lengkap

dan lebih mendalam tentang masing-masing peserta didik dan membantu siswa

memperoleh pemahaman diri sendiri. Penyelenggaraan himpunan data juga bertujuan

untuk menyediakan data yang berkualitas dan lengkap guna menunjang

penyelenggaraan pelayanan bimbingan konseling.

Penyelenggaraan himpunan atau pengumpulan data terkait dengan tiga

komponen pokok, yaitu jenis data itu sendiri, bentuk himpunan data, dan

penyelenggaraan himpunan data.

Pertama, jenis data. Data yang dihimpun dari siswa dapat mencakup :

a. Data psikologis: seperti kemampuan intelektual, bakat khusus, arah minat,cita-cita

hidup, dan sifat-sifat kepribadian.

b. Data sosial seperti: latar belakang keluarga siswa, status sosial siswa di sekolah

atau madrasah dan lingkungan sosial siswa.

Menurut Prayitno mengelompokkan jenis data, yaitu data pribadi, data

kelompok, data umum dan data khusus.

a. Data pribadi

yang termasuk ke dalam data pribadi adalah identitas, kondisi fisik dan

kesehatan, potensi diri, hasil karya, status kondisi keluarga, status dan kondisi

pekerjaan atau karier dan kondisi kehidupan sehari-hari dan permasalahannya.

44 Tohirin, Bimbingan dan Konseling di sekolah dan Madrasah, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008), hal. 216.

Buku Bimbingan Dan Konseling

Page | 51

b. Data kelompok

Data yang mengenai sekelompok individu dalam jumlah yang terbatas.

c. Data umum

Tidak mengenai diri seseorang dan tidak pula berkenaan dengan kelompok

individu tertentu. Data umum berasal dari luar diri pribadi atau kelompok.

d. Data khusus

Yang berisi laporan tentang suatu kegiatan, khususnya laporan yang

menyangkut kegiatan individu ataupun kelompok yang menjadi tanggung jawab

konselor (pembimbing).

3. Konferensi Kasus

Konferensi kasus merupakan forum terbatas yang dilakukan oleh pembimbing

atau konselor guna membahas suatu permaslahan dan arah pemecahannya.

Konferensi kasus direncanakan dan dipimpin oleh pembimbing atau konselor,

dihadiri oleh pihak-pihak tertentu yang terkait dengan kasus dan upaya

pemecahannya. Pihak-pihak yang terkait diharapkan memiliki komitmen yang tinggi

untuk teratasinya kasus secara baik dan kasus. Sesuai dengan sifatnya yang kasus,

pertemuan konferensi kasus bukan pertemuan formal, dalam arti berdasarkan surat

keputusan tertentu.45

Secara umum koferensi kasus bertujuan untuk mengumpulkan data secara

lebih luas dan akurat serta menggalang komitmen pihak-pihak yang terkait dengan

kasus (masalah tertentu) dalam rangka pemecahan masalah. Secara khusus tujuan

koferensi kasus berkenaan dengan fungsi-fungsi tertentu layanan bimbingan

konseling.

4. Kunjungan Rumah

Kunjungan rumah bisa bermakna upaya mendeteksi kondisi keluarga dalam

kaitannya dengn permasalahan individu atau siswa yang menjadi tanggung jawab

pembimbing atau konselor dalam pelayanan bimbingan dan konseling. Kunjungan

rumah dilakukan apabila data siswa untuk kepentingan pelayanan bimbingan dan

konseling belum atau tidak diperoleh melalui wawancara dan angket. Selain itu,

45 Tohirin, Ibid., hal. 236.

Buku Bimbingan Dan Konseling

Page | 52

kunjungan rumah juga perlu dilakukan untuk melakukan cek silang berkenaan

dengan data yang diperoleh melalui angket dan wawancara. Kunjungan rumah

bertujuan untuk memperoleh data yang lebih lengkap dan akurat tentang siswa.

5. Alih Tangan Kasus

Bagaimana konselor atau pembimbing adalah manusia biasa yang selain

memiliki kelebihan juga memiliki kelemahan. Tidak semua masalah siswa berada

dalam pengetahuan pembimbing atau konselor untuk memecahkannya. Demikian

juga tidak semua kasus atau masalah siswa berada dalam kewenangan konselor

atau pembimbing untuk pemecahaannya baik secara keilmuan maupun profesi.

Untuk kasus-kasus tertentu yang penangannya merupakan kewenangan

psikolog, psikiater, konselor atau pembimbing tidak memaksakan diri untuk

memecahkannya. Konselor atau pembimbing harus menyerahkan atau mengalihkan

tanggung jawab pemecahnnay (merujuknya) kepada psikolog atau psikiater.

Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah

Saat ini keberadaan layanan bimbingan dan konseling di sekolah termasuk

madrasah sudah tampak lebih baikapabila dibanding dengan era sebelumnya.

Pengakuan ke arah pelayanan bimbingan dan konseling atau konseling sebagai

suatu profesi sudah semakin mengkristal terutama dari pemerintah dan kalangan

profesi lainnya. Meskipun demikian, masih adanya persepdi negatif tentang

bimbingan dan konseling terutama tentang keberadaannya di sekolah dan madrasah

dari para guru mata pelajaran, sebagian pengawas, kepala sekolah dan madrasah,

para siswa, orang tua siswa bahkan dari guru BK sendiri. Selain persepsi negatif

tentang BK, juga sering muncul tudingan mirig terhadap guru bimbingan dan

konseling di sekolah dan madrasah seperti guru tidak ada aktivitas atau guru tidak

ada kegiatan, guru pasif,dan tudingan-tudingan miring lainnya.46

Bimbingan dan konseling merupakan bagian integral dan tidak terpisahkan

dari proses pendidikan dan memiliki kontribusi terhadap keberhasilan proses

pendidikan dan memiliki kontribusi terhadap keberhasilan proses pendidikan

disekolah termasuk madrasah. Hal ini berarti proses pendidikan dan pembelajaran

46 Tohirin, Ibid., hal 257.

Buku Bimbingan Dan Konseling

Page | 53

disekolah dan madrasah tidak akan memperoleh hasil yang optimal tanpa didukung

oleh penyelenggaraan bimbingan dan konseling disekolah dan madrasah hanya

mungkin dapat dilaksanakan secara baik apabila diprogramkan secara baik pula.

1. Perencanaan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan

Madrasah

Pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah dan madrasah terlaksana

melalui sejumlah kegiatan bimbingan. Kegiatan-kegiatan tersebut diselenggarakan

melalui suatu program bimbingan. Secara umum program bimbingan merupakan

suatu rancangan atau rencana kegaiatan yang akan dilaksanakan dalam jangka

waktu tertentu. Rancangan atau rencana kegiatan tersebut disusun secara

sistematis, teroganisasi dan terkoordinasi dalam jangka waktu tertentu.

Dalam menyusun rencana program bimbingan dan konseling di sekolah dan

madrasah, harus melibatkan berbagai pihak yang terkait seperti kepala sekolah,

guru BK, para guru,tenaga administrasi,orang tua siswa,komite sekolah,dan tokoh

masyarakat.

Berkenaan dengan perencanaan program BK di sekolah dan madrasah, perlu

dilakukan dan dipersiapkan hal-hal sebagai berikut:

1. Studi Kelayakan.

2. Penyusunan Program Bimbingan.

3. Penyediaan Saran Fisik dan Teknis.

4. Penentuan Sarana Personil dan Pembagian Tugas.

5. Kegiatan-kegiatan Penunjang.47

2. Penyusunan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan

Madrasah

Penyusunan program BK di sekolah dan madrasah harus merujuk kepada

program sekolah dan madrasah secara umum. Artinya, program BK di sekolah dan

madrasah disusun tidak noleh bertentangan dengan program sekolah dan madrasah

yang bersangkutan. Selain itu, penyusunan program BK di sekolah dan madrasah

harus sesuai dan berorientasi dengan kebutuhan sekolah dan madrasah secara

47 Tohirin, Ibid., hal. 263.

Buku Bimbingan Dan Konseling

Page | 54

umum. Hal itu mengingat program pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah

dan madrasah merupakan salah satu program sekolah dan madraah itu sendiri.

Di dalam kurikulum (kurikulum berbasis kompetensi) yang disempurnakan

menjadi kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP), tugas-tugas

perkembangansiswa perlu dipertimbangkan dalam penyusunan program BK di

tingkat satuan pendidikan. Apabila program BK yang akan disusun adalah untuk

tingkat satuan sekolah dasar (SD) atau madrasah Ibtidaiyah (MI) maka harus

memperhatikan karakteristik dan tugas-tugas perkembangan murid sd atau mi.

Begitu juga apabila program BK yang akan disusun adalah untuk tingkat satuan

pendidikan sekolah menegah pertama atau madrasah tsanawiyah, harus

memperhatikan karakteristik dan tugas-tugas perkembangan siswa smp dan mts

maupun untuk yang SMA atau MA.

Penyusunan program BK umumnya mengikuti empat langkah pokok, yaitu

identifikasi kebutuhan, penyusunan rencana kerja, pelaksanaan kegiatan, dan

penilaian kegiatan. Keempat langkah diatas merupakan suatu rangkaian kegiatan

yang sebaiknya dilakukan secara berkesinambungan.

Pertama, identifikasi kebutuhan. Program yang baik adalah program yang

sesuai dengan kebutuhan siswa. Oleh karena itu, suatu program BK hendaknya

didasarkan atau analisis kebutuhan. Dengan keluasan wawasannya, guru

pembimbing diharapkan mampu mengakses, memadukan, dan menganalisis

berbagai informasi dan konsep yang relevan guna menghasilkan suatu keputusan

tentang kebutuhan siswa akan pelayanan bimbingan dan konseling disekolah dan

madrasah.

Kedua, penyusunan rencana kegiatan. Rencana kegiatan bimbingan disusun

atas dasar jenis-jenis dan prioritas kebutuhan, baik kebutuhan masung-masing

indvidu maupun kebutuhan sekolah dan madrasah secara umum. Ketiga,

pelaksanaan kegiatan. Pelaksanaan kegiatan merupakan realisasi rencana program

bimbingan yang telah disusun. Dengan perkataan lain adalah melaksanakan

program dalam bentuk bentuk kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling.

Keempat, penilaian kegiatan. Penilaian dilakukan mencakup semua kegiatan

bimbingan dan konseling yang telah dilaksanakan (Semua program yang telah

Buku Bimbingan Dan Konseling

Page | 55

dilaksanakan). Penilaian direncanakan dan dilakukan pada setiap tahap kegiatan

dalam keseluruhan program.48

Metode Bimbingan Konseling

Metode bimbingan dan konseling disini adalah cara-cara tertentu yang

digunakan dalam proses bimbingan dan konseling. Implementasi dari cara-cara

tertentu biasanya tekait dengan pendekatan-pendekatan yang digunakan oleh

pengguna metode. Dalam kaitan ini, secara umum ada dua metode dalam

pelayanan bimbingan dan konseling, yaitu pertama, metode bbimbingan kelompok,

dan kedua, metode bimbingan individual. Metode bimbingan kelompok dikenal juga

dengan bimbingan kelompok (group guidance), sedangkan metode bimbingan

individual dikenal dengan individual konseling.

a. Metode Bimbingan Kelompok (group Guidance)

Cara ini dilakukan untuk membantu siswa (klien) memecahkan masalah

melalui kelompok. Masalah yang dipecahkan bisa bersifat kelompok, yaitu bisa

dirasakan bersama kelompok (beberapa orang siswa) atau bersifat individual atau

perorangan, yaiu masalah yang dirasakan oleh individu (seorang siswa) sebagai

anggota kelompok. Beberapa jenis metode bimbingan kelompok yang bisa

diterapkan dalam pelayanan bimbingan kelompok adalah:

1. Program home room

2. Karyawisata

3 Diskusi kelompok

3. Kegiatan kelompok

4. Organisasi siswa

5. Sosio drama

6. Psikodrama

7. Pengajaran remedial.

b. Metode bimbingan individual (konseling individual)

Dalam konseling individual, konselor dituntut untuk mampu bersikap penuh

simpati dan empati. Simpati dituntujukkan oleh konselor melulaui sikap turut

48 Tohirin, Ibid., hal. 269.

Buku Bimbingan Dan Konseling

Page | 56

merasakan apa yang sedang dirasakan oleh siswa (klien), sedangkan empati adalah

unsaha konselor menempatkan diri dalam situasi diri klien dengan segala masalah-

masalah yang dihadaapinya. Keberhasilan bersimpati dan berempati dari konselor

juga akan sangat membantu keberhasilan proses konseling. Apabila merujuk

kepada teori-teori konseling, setidaknya ada tiga cara konseling yang biasa

dilakukan yaitu:

1. Konseling Direktif

2. Konseling Nondirektif

3. Konseling Elektif

Langkah-langkah Konseling

a. Menentukan masalah

Mentukan masalah dalam proses konseling dapat dilakukan dengan terlebih

dahulu melakukan identifikasi masalah (identifikasi kasus-kasus) yang dialami oleh

klien (siswa).

b. Pengumpulan Data

Setelah ditetapkan masalah yang akan dibicarakan dalam konseling,

selanjutnya adalah menumpulan data siswa yang bersangkutan (data putra). Data

siswa yang dikumpulkan harus secara komperensif (menyeluruh) yang meliputi: data

diri, data orang tua, data pendidikan, data kesehatan, dan data lingkungan.

c. Analisis Data

Data-data siswa yang dikumpulkan selanjutnya dianalisis. Data hasil tes

dianalisis secara kuantitatif dan data hasil nontes dapat dianalisis secara kualitatif

d. Diagnosis

Diagnosis adalah langkah menemukan masalahnya atau mengidentifikasi

masalahnya. Langkah ini mencangkup proses interprestasi data dalam kaitannya

dengan gejala-gejala masalah, kekuatan dan kelemahan siswa.49

e. Prognosis

Setelah diketahui faktor-faktor penyebab timbulnya masalah pada siswa

selanjutnya pembimbing atau konselor menetapkan langkah-langkah bantuan yang

akan diambil. Jenis bantuan apa bisa diberikan sesuai dengan masalah yang

dihadapi oleh siswa (Putra)

49 Dewa Ketut Sukardi dan Desak Made Sumiati, Pedoman Praktis Bimbingan Penyuluhan Di Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta), hal. 31.

Buku Bimbingan Dan Konseling

Page | 57

f. Terapi

Setelah ditetapkan jenis atau langkah-langkah pemberian bantuan

selanjutnya adalah melaksanakan jenis bantuan yang telah ditetapkan.

g. Evaluasi

Evaluasi yaitu berupa usaha untuk melihat/meninjau kembali hasil bantuan

yang telah dilaksanakan. Langkah ini dapat dilakukan dengan melihat hasil belajar

siswa yang bersangkutan, observasi tingkah laku sehari-hari dan sebagainya.50

Daftar Referensi

Dewa Ketut Sukardi dan Desak Made Sumiati, Pedoman Praktis Bimbingan

Penyuluhan Di Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta).

Syahril dan Riska Ahmad, Pengantar Bimbingan dan Konseling, (Padang: Angkasa

Raya Padang, 1987).

Tohirin, Bimbingan dan Konseling di sekolah dan Madrasah, (Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada, 2008).

50 Syahril dan Riska Ahmad, Pengantar Bimbingan dan Konseling, (Padang: Angkasa Raya Padang, 1987), hal. 87.

Buku Bimbingan Dan Konseling

Page | 58

KETERAMPILAN

TEKNIK KONSELING

Buku Bimbingan Dan Konseling

Page | 59

KETERAMPILAN TEKNIK KONSELING

A. Latar Belakang

Konseling merupakan suatu proses bantuan secara professional antara

konselor dan klien yang bertujuan membantu individu dalam memecahkan

masalahnya agar individu dapat menyesuaikan diri dengan lingkunganya sesuai

potensi atau kemampuan yang ada pada dirinya. Agar konseling berjalan

dengan baik dan sesuai tujuan, maka konselor harus dapat memahami dan

menguasai keterampilan dasar konseling.

Keterampilan dasar konseling merupakan sebuah keterampilan dasar

yang harus di miliki oleh seorang konselor dalam melakukan proses konseling.

Dalam proses konseling terdapat komunikasi antara konselor dan klien. Agar

proses konseling berjalan secara aktif dan efisien maka konselor harus mampu

merespon klien dengan keterampilan yang benar, sesuai dengan keadaan klien

saat itu. Respon yang benar adalah respon yang mampu mendorong,

merangsang, dan menyentuh klien sehingga klien dapat terbuka untuk

menyatakan dengan bebas perasaan, pikiran dan pengalamanya. Apabila

konselor tidak dapat memberikan respon yang tepat, maka proses konseling

dapat terhambat. Terdapat berbagai macam teknik yang di gunakan untuk

merespon pertanyaan dari klien.

B. Pengertian Konseling

Konseling merupakan pekerjaan professional seperti halnya guru.

Sebagai suatu perkejaan professional menurut dimilikinya sejumlah kompetensi

dan keterampilan tertentu. Selain itu, konseling juga merupakan suatu proses

dalam setiap tahapan proses konseling memerlukan penerapan keterampilan-

keterampilan tertentu.

Menurut brammer proses konseling adalah peristiwa yang tengah

berlangsung dan memberi makna bagi para peserta konseling tersebut.51

Berdasarkan pengertian proses konseling dari brammer, sebenarnya

proses itu sendiri memiliki banyak definisi, yaitu: proses memiliki pemahaman

51 Sofyan S. Willis, Konseling Individual Teori Dan Praktek, Bandung: Alfabeta, 2013. Hlm.50

Buku Bimbingan Dan Konseling

Page | 60

yang luas bahwa setiap aktifitas yang melibatkan perubahan dapat di

deskripsikan sebagai sebuah proses.

Sedangkan konseling adalah pemberian bantuan yang di lakukan melalui

wawancara oleh seorang ahli (konselor) kepada individu (klien) yang sedang

mengalami suatu masalah atau hambatan dalam perkembanganya dengan

tujuan agar individu tersebut dapat mencapai kehidupan yang lebih baik. Dari

pengertian kata proses dan konseling tersebut maka dapat di simpulkan bahwa

proses konseling adalah suatu aktifitas pemberian nasihat atau berupa anjuran

dan saran-saran dalam bentuk pembicaraan wawancara antara konselor dank

lien dengan beberapa tahapan sesuai dengan metode-metode konseling agar

meningkatkan pemahaman yang lebih baik dan jalan keluar mengenai masalah

klien tersebut.52

Agar proses konseling dapat berjalan secara lancer dan tujuanya tercapai

secara efektif dan efisien. Konselor harus mampu mengimplementasikan

keterampilan-keterampilan tertentu yang releven. Konselor yang terampil adalah

yang mengetahui atau memahami sejumlah keterampilan tertentu dan mampu

mengimplementasikanya dalam proses konseling. Secara umum proses

konseling terbagi atas tiga tahap yaitu: pertama, tahap awal (tahap identivikasi

masalah), kedua, tahap pertengahan (tahap kerja dengan masalah tertentu),

ketiga, tahap akhir (action).

C. Tahap Awal Konseling

Tahap awal konseling di sebut dengan tahap identifikasi masalah. Dalam

tahap ini ada sejumlah masalah keterampilan yang bisa di terapkan oleh

konselor yaitu:

1. Keterampilan attending (attending skills)

Keterampilan attending adalah perilaku konselor menghampiri klien

yang di wujudkan dalam bentuk kontak mata dengan klien, bahasa tubuh,

dan bahasa lisan. Keterampilan Attending juga mencerminkan bagaimana

konselor menghampiri klien yang di wududkan dalam perilaku di atas.

52 Joh Mc Leod, Pengantar Konseling Teori Dan Studi Kasus, Jakarta: Kencana, 2006. Hlm.363-365

Buku Bimbingan Dan Konseling

Page | 61

Attending yang baik akan dapat meningkatkan harga diri klien,

menciptakan suasana yang aman, dan mempermudah ekspesi perasaan

klien secara bebas.

Ciri-ciri attending yang baik adalah sebagai berikut:

a. Menganggukan kepala apabila menyetujui pertanyataan klien.

b. Ekspesi wajah tenang, ceria, dan senyum.

c. Posisi tubuh agak condong kea rah klien, jarak antara konselor dengan

klien dekat, duduk akrab berhadapan atau berdampingan.

d. Variasi isyarat gerakan tangan berubah-ubah untuk menekankan suatu

pembicaraan.

e. Mendengarkan secara aktif, penuh perhatian, menunggu ucapan klien

hingga selesai, diam atau menunggu kesempatan bereaksi, dan

perhatian terarah pada lawan bicara.

Ciri perilaku attending yang tidak baik adalah sebagai berikut:

a) Kepala kaku.

b) Ekspesi muka melamun, tegang, mengalihkan pandangan, tidak melihat

klien saat klien berbicara, dan mata melotot.

c) Posisi tubuh tegak kaku, bersandar di kursi, miring, jarak duduk dengan

klien menjauh, duduk kurang akrab dan berpaling.

d) Memutuskan pembicaraan.

e) Berbicara terus tanpa ada teknik diam.

f) Perhatian terpecah, mudah buyar oleh gangguan luar.

2. Keterampilan Mendengarkan

Keterampilan mendengarkan adalah kemampuan pembimbing atau

konselor menyimak atau memperhatikan penuturan klien selama proses

konseling berlangsung. Pembimbing atau konselor tidak akan dapat

menangkap pesan pembicaraan. Selama sesi konseling berlangsung,

pembimbing harus mendengarkan secara sungguh-sungguh apa yang di

tuturkan oleh klien.

3. Keterampilan Berempati

Empati adalah kemampuan konselor untuk merasakan apa yang di

rasakan klien, merasa dan berfikir bersama klien dan bukan untuk atau

Buku Bimbingan Dan Konseling

Page | 62

tentang klien. Empati di awali dengan simpati, yaitu kemampuan konselor

memahami perasaan, pikiran, keinginan, dan pengalaman kita. 53

Empati ada dua macam yaitu: pertama, empati primer, yaitu

kemampuan konselor memahami perasaan, pikiran, keinginan, dan

pengalaman klien. Kedua, empati tingkat tinggi, yaitu kemampuan konselor

memahami perasaan, pikiran, keinginan, serta pengalaman klien secara

lebih mendalam dan menyentuh klien Karena konselor ikut dengan perasaan

tersebut. Empati sangat penting dalam proses konseling. Tanpa empati,

proses konseling tidak akan berjalan efektif. Melalui keterampilan ini, dalam

proses konseling di harapkan klien akan terlibat pembicaraan dan terbuka.

4. Keterampilan refleksi

Refleksi adalah keterampilan pembimbing atau konselor untuk

memantulkan kembali kepada klien tentang perasaan, pikiran, dan

pengalaman klien sebagai hasil pengamatan terhadap perilaku. Refleksi ada

tiga macam yaitu:

a. Refleksi perasaan

Refleksi perasaan adalah keterampilan konselor untuk dapat

memantulkan perasaan klien sebagai hasil pengamatan verbal dan

nonverbal terhadap klien.

b. Refleksi pikiran

Refleksi pikiran yaitu keterampilan pembimbing atau konselor untuk

memantulkan ide, pikiran, pendapat klien sebagai hasil pengamatan

terhadap perilaku terhadap klien.

c. Refleksi pengalaman

Refleksi pengalaman yaitu keterampilan pembimbing mereflesikan

pengalaman klien sebagai hasil pengamatan terhadap perilaku klien.

5. Keterampilan Eksplorasi

Istilah eksplorasi bisa berarti penelusuran atau penggalian.

Keterampilan eksplorasi adalah suatu keterampilan konselor untuk menggali

perasaan, pikiran, dan pengalaman klien.

53 Tohirin, Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah Dan Madrasah (Berbasis Integral), Jakarta: PT

Grafindo Persada, 2OO8. Hlm.305-307

Buku Bimbingan Dan Konseling

Page | 63

Eksplorasi ada tiga macam yaitu:

a) Eksplorasi perasaan

b) Eksplorasi pikiran

c) Eksplorasi pengalaman.

6. Keterampilan Bertanya

Keterampilan bertanya adalah suatu kemampuan pembimbing

mengajukan pertanyaan pada sesi konseling. Tanpa keterampilan ini

pertanyaan-pertanyaan yang di ajukan konselor mungkin tidak di pahami

klien sehingga ia tidak bisa menjawab.

Keterampilan bertanya ada dua macam yaitu:

1. Keterampilan bertanya terbuka

2. Keterampilan bertanya tertutup

7. Keterampilan Menangkap Pesan Utama

Dalam sesi konseling sering klien mengemukakan perasaan, pikiran,

dan pengalamanya berbelit-belit. Oleh Karena itu, di perlukan kemampuan

konselor menangkap pesan utama (ide utama) dari penuturan klien.

Keterampilan ini bertujuan untuk mengatakan kembali esensi atau inti

ungkapan klien. Selain itu juga bertujuan untuk:

a. Mengatakan kembali kepada klien bahwa konselor bersama dia dan

berusaha memahami apa yang di katakana klien.

b. Mengendapkan apa yang di ungkapkan klien dalam bentuk ringkasan.

c. Memberi arah wawancara konseling.

8. Keterampilan Memberikan Dorongan Minimal

Keterampilan memberikan dorongan minimal adalah kemampuan

konselor memberikan dorongan langsung dan singkat terhadap apa yang

telah di katakana oleh klien. Melalui keterampilan ini, klien akan selalu

terlibat dalam pembicaraan dan terbuka. Tujuan keterampilan ini adalah

menjadikan klien terbuka dan bersedia untuk berbicara serta mengarahkan

agar pembicaraan mencapai tujuan.54

54 Ibid, hlm. 309

Buku Bimbingan Dan Konseling

Page | 64

D. Tahap Pertengahan

1. Keterampilan Menyimpulkan Semesta

Keterampilan menyimpulkan sementara adalah suatu kemampuan

konselor bersama klien untuk menyampaikan kemajuan hasil pembicaraan,

mempertajam atau memperjelas fokus wawancara konseling.

Tujuan keterampilan ini adalah untuk melihat kemajuan wawancara

konseling pada setiap tahapanya.

2. Keterampilan Memimpin

Agar pembicaraan dalam wawancara konseling tidak menyimpang,

konselor harus memimpin arah pembicaraan sehingga tujuan konseling

dapat tercapai secara efektif dan efisien.

3. Keterampilan Memfokuskan

Seorang konselor yang efektif harus mampu membuat fokus melalui

perhatianya yang terseleksi terhadap pembicaraan dengan klien.

keterampilan ini akan membantu klien memusatkan perhatianya pada pokok

pembicaraan.

4. Keterampilan Melakukan konfrontasi.

Konfrontasi merupakan suatu kemempuan konselor menantang klien

untuk melihat adanya diskrepansi atau inkonsistensi atau

ketidakkonsistenan antara perkataan dengan bahasa badan atau perbuatan,

ide awal dengan ide berikutnya, senyum dengan kepedihan dan

sebagainya.55

Penerapan keterampilan ini harus hati-hati di lakukan oleh konselor,

yaitu dengan cara sebagai berikut:

a. Memberi komentar khusus terhadap klien yang tidak konsisten secara

tepat waktu.

b. Tidak menilai apalagi menyalahkan.

c. Di lakukan konselor bersamaan dengan perilaku attending dan empati.

55 Ibid. Hlm. 310-311

Buku Bimbingan Dan Konseling

Page | 65

5. Keterampilan Menjernihkan

Keterampilan menjernihkan adalah kemampuan konselor

menjernihkan atau memperjelas ucapan-ucapan klien yang samar-samar,

kurang jelas, dan agak meragukan. Tujuan keterampilan ini adalah

mengajak klien untuk menyatakan pesanya secara jelas, dan agarb klien

menjelaskan, mengulang, dan mengilustrasikan perasaanya.

6. Keterampilan Memudahkan

Facilitating adalah suatu keterampilan membuka komunikasi agar

klien dengan mudah berbicara dengan konselor dan menyatakan perasaan,

pikiran, dan pengalamanya.

7. Keterampilan Mengarahkan

Directing adalah kemampuan konselor mengajak dan mengarahkan

klien untuk berpartisipasi secara penuh dalam proses konseling. Melalui

keterampilan ini, konselor mengajak klien agar berbuat sesuatu atau

mengarahkanya agar berbuat sesuatu.

8. Keterampilan Sailing

Dalam proses konseling, diam atau tidak bersuara bisa menjadi teknik

konseling. Keadaan diam akan membantu konselor untuk mendorong klien

untuk berbicara, membantu klien untuk lebih memahami dirinya, setelah

diam.

9. Keterampilan Memberi Nasihat

Nasihat bisa di berikan kepada klien apabila ia meminta, meskipun

demikian pemberian nasehat tetap perlu harus di pertimbangkan.

10. Keterampilan Memberi Informasi

Informasi di berikan oleh konselor, apabila konselor tidak mengetahui

informasi apa yang di kehendaki klien, konselor jujur harus mengatakan

bahwa dirinya tidak mengetahui informasi tersebut. Apabila konselor

mengetahui, sebaiknya upayakan agar klien tetap mengusahakanya mencari

sendiri sumber informasi tersebut.

Buku Bimbingan Dan Konseling

Page | 66

E. Tahap Akhir (Action)

1. Keterampilan Menyimpulkan

Keterampilan menyimpulkan adalah merupakan kemampuan konselor

mengambil inti pokok pembicaraan selama proses konseling berlangsung.

Kesimpulan pembicaraan selama proses konseling berlangsung. Dari

kesimpulan pembicaraan akan di ketahui bagaimana keadaan perasaan

klien saat ini, apa rencana klien selanjutnya, pokok-pokok pembicaraan apa

yang akan di bicarakan pada sesi selanjutnya.

2. Keterampilan Merencanakan

Menjelang sesi akhir wawancara konseling, konselor harus dapat

membantu klien untuk dapat membuat rencana berupa suatu program untuk

action, yaitu rencana perbuatan nyata yang produktif bagi kemajuan klien.

3. Keterampilan Menilai (Mengevaluasi)

Keterampilan menilai atau mengevaluasi berarti kemampuan konselor

menetapkan batas-batas atau ukuran keberhasilan proses konseling yang

telah di laksanakan.

4. Keterampilan Mengakhiri Konseling

Keterampilan mengakhiri konseling adalah suatu kemampuan

konselor menutup sesi konseling. Berbagai cara bisa di lakukan oleh

konselor untuk menutup sesi konseling. Penutupan sesi konseling tidak

harus di lakukan secara seragam oleh semua konselor.

Daftar Referensi

Sofyan S. Wills, Konseling Individual Teori Dan Praktek, Bandung: Alfabeta, 2013

Joh Mc Leod, Pengantar Konseling Teori Dan Studi Kasus, Jakarta: Kencana, 2006

Tohirin, Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah Dan Madrasah (Berbasis Integral),

Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008

Buku Bimbingan Dan Konseling

Page | 67

PETUGAS

BIMBINGAN DAN KONSELING

Buku Bimbingan Dan Konseling

Page | 68

PETUGAS BIMBINGAN DAN KONSELING

A. Latar Belakang

Bimbingan dan Konseling merupakan mata kulyah yang diberikan pada

perguruan tinggi Negeri Maupun Perguruan Swasta. Disini tujuan mempelajari

Manajemen pendidikan ialah agar mahasiswa mampu memahami “Materi 3

BK: Petugas Bk beserta syaratnya, Bidang-bidang pelayanan BK, Jenis-jenis

pelayanan BK” tersebut mendalam di jiwa Mahasiswa semua. Dan juga

mampu memecahkan masalah-masalah yang terdiri dalamnya.

B. Petugas BK beserta Syaratnya

Secara umum dikenal dua type petugas bimbingan dan konseling di

sekolah dan madrasah, yaitu type professional dan nonprofessional.

Petugas bimbingan dan konseling professional adalah mereka yang direkrut

atau diangkat atas dasar kepemilikan ijazah atau latar belakang pendidikan

profesi dan melaksanakan tugas khusus sebagai guru BK (tidak mengajar).

Petugas bimbingan dan konseling professional rekrut atau diangkat sesuai

klasifikasi keilmuannya dan latar belakang pendidikan seperti Diploma II, III

atau Sarjana Strata Satu (S1), S2, dan S3 jurusan bimbingan dan konseling.

Petugas bimbingan professional mencurahkan sepenuh waktunya pada

pelayanan bimbingan dan konseling (tidak mengajarkan materi pelajaran)

atau disebut juga full time guidance and conseling56.

Petugas BK atau guru BK non-profesional adalah mereka yang dipilih

dan diangkat tidak berdasarkan keilmuan atau latar belakang pendidikan

profesi. Yang termasuk ke dalam petugas BK non-profesional di sekolah dan

madrasah adalah:

1. Guru wali kelas yang selain memegang kelas tertentu diserahi tugas dan

tanggung jawab sebagai petugas atau guru BK. Petugas BK yang seperti ini

memiliki tugas rangkap. Alas an penetapan wali kelas sebagai petugas BK

selain sebagai wali kelas adalah karena wali kelas dekat dengan siswanya

sehingga wali kelas dapat dengan segera mengetahui berbagai persoalan

siswanya.

56 Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007), hlm.115

Buku Bimbingan Dan Konseling

Page | 69

2. Guru pembimbing yaitu seorang guru yang selain mengajar pada mata

pelajaran tertentu, terlibat juga dalam pelayanan bimbingan dan konseling

(part time teacher and part time counselor). Guru BK model ini termasuk

memiliki tugas rangkap. Guru mata pelajaran yang bias diserahi tugas dan

tanggung jawab sebagai guru BK misalnya guru agama, guru PPKN, dan

guru-guru lain terutama guru yang tidak memiliki jam pelajaran.

3. Guru mata pelajaran tertentu yang diserahi tugas khusus menjadi petugas

(guru BK). Petugas BK model ini tidak merangkap tugas. Tugas dan

tanggung jawab pokoknya adalah memberikan pelajaran pelayanan

bimbingan dan konseling kepada siswa.

4. Kepala sekolah (madrasah) yang bertanggung jawab atas sekurang-

jurangnya 40 orang siswa. Pertimbangan penetapan tenaga bimbingan

model ini di sekolah dan madrasah adalah kepala sekolah (madrasah)

berasal dari jabatan fungsional (guru) sedangkan jabatan kepala sekolah

(madrasah) adalah structural. Agar fungsinya sebagai pejabat fungsional

tidak tanggal, maka kepala sekolah (madrasah) biasanya disserahi tugas dan

tanggung jawab membimbing 40 orang siswa.

1. Syarat-syarat Pembimbing (Konselor) Sekolah dan Madrasah

Arifin dan Eti Kartikawati (1994/1995) menyatakan bahwa petugas

bimbingan dan konseling di sekolah (termasuk madrasah) dipilih atas dasar

kualifikasi: 1) Kepribadian, 2) Pendidikan, 3) Pengalaman, 4) Kemampuan57.

B. Bidang-bidang pelayanan BK

bidang layanan bimbingan konseling adalah layanan yang memberikan

masukan bantuan atau dorongan konsultasi dari konselor (ahli bidang

konseling) kepada individu atau kelompok individu yang mengalami suatu

masalah. Seorang konselor bisa disebut sebagai mediasi baru orang ketiga

untuk mengatasi masalah tersebut. Sehingga individu atau kelompok tersebut

bisa mengoreksi diri untuk perkembangan kesejahteraan yang baik.

Bidang layanan dalam BK: tujuan umum penyelenggaraan bantan pelayanan

bimbingan dan konseling adalah berupaya membantu siswa menemukan

peibadinya, dalam hal mengenal kekuatan dan kelemahan dirinya. Bimbingan

57 Ibid, hlm.116-117

Buku Bimbingan Dan Konseling

Page | 70

juga membantu untuk mengenali lingkungannya. Pengelanalan itu meliputi

rumah, sekolah ataupun alam.

1. Bidang layanan pribadi-sosial

Dalam bidang bimbingan pribadi konselor membantu siswa

menemukan dan mengembangkan pribadi yang beriman dan bertaqwa

kepada Allah SWT, mantap dan mandiri serta sehat jasmani maupun rohani

dalam menemukan serta mengembangkan minat, potensi, bakat, dan lain-

lain yang berasal dari dirinya. Dalam bidang bimbingan sosial, konselor

membantu siswa mengenal dan berhubungan dengan lingkungan sosial yang

dilandasi budi pekerti luhur, tanggung jawab kemasyarakatan dan

kenegaraan.

Jadi, bimbingan pribadi sosial berarti bimbingan dalam menghadapi

keadaan batinnya sendiri dan mengatasi pergumulan-pergumulan dalam

hatinya sendiri dalam mengatur dirinya sendiri dalam bidang kerohanian,

perawatan jasmani, pengisian waktu luang, penyaluran nafsu seksual dan

sebagainya, serta bimbingan dalam membina hubungan kemanusiaan

dengan sesama di berbagai lingkungan.

Dengan adanya bimbingan ini diharapkan siswa tidak salah

menentukan program studi yang di ambil dan studi yang akan dipelajari nanti.

2. Bidang bimbingan belajar

Dalam bidang bimbingan belajar konselor membantu siswa

mengembangkan diri, sikap, dan kebiasaan belajar yang baik, untuk

menguasai pengertahuan dan keterampilan serta, menyiapkannya

melanjutkan pendidikan pada tingkat yang lebih tinggi. Bimbingan belajar

iyalah bimbingan dalam hal menemukan cara belajar yang tepaty dalam

memilih studi yang sesuai. Cara belajar yang salah mengakibatkan materi

program suatu studi kurang dikuasai dengan baik, sehingga akan

menimbulkan kesulitan.

3. Bidang bimbingan karier

Bimbingan karier iyalah bimbingan unrtuk membantu individu dalam

perencanaan, pengembangan, dan penyelesaian masalah-masalah karier,

seperti pemahaman jabatan dan tugas-tugas kerja, pemahaman kondisi dan

kemampuan diri, pemahaman kondisi lingkungan, perencanaan

Buku Bimbingan Dan Konseling

Page | 71

pengembangan karier, penyesuaian pekerjaan, dan penyelesaian masalah-

masalah karier yang dihadapi58.

Bimbingan karier ini juga merupakan layanan tingkat lanjut dari

program pendidikan, layanan ini menekankan pengembagan disetiap aspek

yaitu efektif, kognitif, dan psikomotorik sehingga siswa atau peserta didik

memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam kehidupan sosial budaya

yang slalu berubah. Dalam kata lain bimbingan karier membantu individu

sepanjang hidup.

4. Bidang bimbingan agama

Adalah layanan bimbingan yang membantu untuk meluruskan sesuai

dengan kaidah-kaidah sesuai dengan kepercayaan untuk pedoman

hidupnya, agar tidak terjerumus oleh perbuatan-perbuatan yang tercela.

5. Bidang bimbingan keluarga

Proses upaya bantuan yang diberikan pada individu sebagai anggota

keluarga, baik dalam sebagai anggota keluarga, baik dalam

mengaktualisasikan potensinya, maupun dalam aktualisasi potensinya, serta

mengatasi masalah yang mengantisipasi serta mengatasi masalah yang

dihadapinya, yang dilakukan melalui pendekatan sistem.

Bimbingan keluarga juga diharapkan membantu individu yang akan

berkeluarga dalam memahami tugas dan tanggung jawabnya sebagai

anggota keluarga. Juga diharapkan dengan bimbingan ini semua anggota

keluarga berbagi strategi dan teknik berkeluarga yang sukses, harmonis dan

bahagia59.

C. Jenis-jenis pelayanan BK

Berikut ini, beberapa jenis pelayanan Bimbingan dan Konseling disekolah60 :

a) Layanan orientasi, Menurut Prayitno orientasi berarti bertatapan ke depan

ke arah dan tentang sesuatu yang baru. Berdasarkan arti ini, layanan

orientasi bias bermakna suatu layanan terhadap siswa baik di sekolah

maupun di madrasah yang berkenaan dengan tatapan ke depan ke arah

dan tentang sesuatu yang baru.

58 Ahmad Juntika, Bimbingan dan Konseling, (Bandung: PT Refika Aditama), hlm. 16 59 Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), hlm. 60-72 60 Tohirin, Op Cit, hlm. 141

Buku Bimbingan Dan Konseling

Page | 72

b) Layanan informasi, Menurut Winkel layanan informasi merupakan suatu

layanan yangn berupaya memenuhi kekurangan individu akan informasi

yang mereka perlukan. Layanan informasi juga bermakna usaha-usaha

untuk membekali siswa dengan pengetahuan serta pemahaman tentang

lingkungan hidupnya dan tentang proses perkembangan anak muda.

c) Layanan penempatan dan penyaluran, Layanan penempatan adalah

usaha-usaha membantu siswa merencanakan masa depannya selama

masih di sekolah dan madrasah san sesudah tamat, memilih program

studi lanjutkan sebagai persiapan untuk kelak memangku jabatan tertentu.

d) Layanan penguasaan konten, Menurut Prayitno layanan penguasaan

konten merupakan suatu layanan bantuan kepada individu (siswa) baik

sendiri maupun dalam kelompok untuk menguasai kemampuan atau

komponen tertentu melalui kegiatan belajar.

e) Layanan konseling perorangan, Layanan konseling perorangan bermakna

layanan konseling yang diselenggarakan oleh seorang pembimbing

(konselor) terhadap seorang klien dalam rangka pengentasan masalah

pribadi klien. Konseling perorangan berlangsung dalam suasana

komunikasi atau tatap muka secara langsung antara konselor dengan

klien (siswa) yang membahas berbagai masalah yang dialami klien.

f) Layanan bimbingan kelompok, Layanan bimbingan kelompok merupakan

suatu cara memberikan bantuan (bimbingan) kepada individu (siswa)

melalui kegiatan kelompok. Dalam layanan bimbingan kelompok, aktivitas,

dan kelompok. Dalam layanan bimbingan kelompok, aktivitas, dan

dinamika kelompok harus diwujudkan untuk memnahas berbagai hal yang

berguna bagi pengembangan atau pemecahan masalah individu (siswa)

yang menjadi peserta layanan.

g) Layanan konseling kelompok, Layanan konseling kelompok mengikuti

sejumlah peserta dalam bentuk kelompok dengan konselor sebagai

pemimpin kegiatan kelompok. Layanan konseling kelompok mengaktifkan

dinamika kelompok untuk membahas berbagai hal yang berguna bagi

pengembangan pribadi salam pemecahan masalah individu (siswa) yang

menjadi peserta layanan.

h) Layanan konsultasi, Layanan konsultasi merupakan layanan konseling

yang dilaksanakan oleh konselor terhadap seorang pelanggan yang

Buku Bimbingan Dan Konseling

Page | 73

memungkinkannya memperoleh wawasan, pemahaman dan cara-cara

yang perlu dilaksanakannya dalam menangani kondisi atau permasalahan

pihak ketiga. Prayitno menyatakan bahwa konsultasi pada dasarnya

dilaksanakan secara perorangan dalam format tatap muka antara konselor

dengan konsulti. Konsulti juga dapat dilaksanakan terhadap dua orang

konsulti atau lebih, terutama apabila konsulti-konsulti itu menghendakinya.

i) Layanan mediasi. Istilah “mediasi” terkait dengan istilah “media” yang

berasal dari kata “medium” yang berarti perantara. Dalam literature islam

ialah “mediasi” sama dengan “wasilah” yang juga berarti perantara.

Berdasarkan arti di atas, mediasi biasa dimaknai sebagai suatu kegiatan

yang mengantarai atau menjadi wasilah atau menghubungkan yang

semula terpisah.

Daftar Referensi

Ahmad Juntika, Bimbingan dan Konseling, (Bandung: PT Refika Aditama).

Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di

Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008).

Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Jakarta: Raja Grafindo

Persada, 2007).

Buku Bimbingan Dan Konseling

Page | 74

TEORI BIMBINGAN KONSELING

Buku Bimbingan Dan Konseling

75

TEORI BIMBINGAN KONSELING

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Konseling sebagai ilmu terapan Ilmu atau ilmu pengetahuan merupakan

sejumlah atau sekumpulan pengetahuan yang disusun secara logis dan

sistematik, dan dapat diandalkan dalam menjelaskan, meramalkan, dan

mengontrol gejala-gejala alam atau tingkah laku guna memperbaiki kualitas

hidup manusia dan masyarakat. Sedangkan pengetahuan adalah suatu yang

diketahui berdasarkan pengindraan dan pengolahan daya pikir. Pengetahuan

secara umum juga dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu pengetahuan

sederhana berupa pengetahuan faktual yang didapat dari pengalaman hidup

sehari-hari atau berdasar akal sehat, serta pengetahuan teoritis berupa teori,

hokum, prinsip, dan konsep yang telah diuji ketepatannya dengan fakta melalui

kegiatan penelitian. Ilmu yang dianggap maju memuat susunan teori-teori

tersebut. Sehingga pada akhirnya ilmu tersebut dapat digunakan dalam

kegiatan professional.

Sebagai suatu kegiatan profesional dan ilmiah, pelaksanaan konseling

bertitik tolak dari teori-teori yang dijadikan sebagai acuannya. Teori diartikan

sebagai prinsip-prinsip yang dapat diuji sehingga dapat dijadikan sebagai

kerangka untuk melaksanakan penelitian dan pada umumnya diartikan sebagai

suatu pernyataan prinsip-prinsip umum yang didukung oleh data untuk

menjelaskan suatu fenomena. Teori yang baik mempunyai kriteria sebagai

berikut: jelas, komprehensif, parsiminous atau dapat menjelaskan data secara

sederhana dan jelas, dan dapat menurunkan penelitian yang bermanfaat.

Adapun fungsi teori antara lain: memberikan kerangka kerja bagi

informasi yang spesifik, menjadikan hal-hal yang bersifat kompleks menjadi

sederhana, menyusun pengalaman-pengalaman sebelumnya,

mensistematikkan penemuan-penemuan, melahirkan hipotesis-hipotesis,

membuat prediksi, dan memberi penjelasan. Lahirnya suatu teori mempunyai

kaitan dasar pribadi, sosiologis, dan filosofis. Suatu teori mencerminkan

kepribadian pembuatnya, sebagai suatu hasil proses waku, kondisi kekuatan

sosial dan budaya dan filsafat yang dianut pembuatnya. Teori-teori konseling

muncul bersamaan dengan munculnya konseling itu sendiri sejak permulaan

abad 20. Sebagaimana dikatakan di atas, pemunculan suatu teori berkaitan

Buku Bimbingan Dan Konseling

76

dengan pribadi pembuatnya, waktu dan tempat, kondisi sosial budaya dan

filsafat. Demikian pula pemunculan teori-teori konseling mempunyai

karakteristik seperti tersebut di atas.

Para calon konselor yang sedang menjalani pelatihan, dan pastinya

konselor aktif, mestinya mengenali teori-teori konseling yang sudah dikenal .

persisnya mengenai premis-premis, karakteristik, perbedaan-kemiripan, dan

implikasinya bagi praktek. Namun, harus dicamkan kalau teori-teori yang sudah

dikenal luas dibidang konseling ini menyediakan hanya sebuah dasar, sehingga

konselor yang berpraktik harus sanggung memodifikasi nya agar cocok dengan

situasi unik yang di dalam dirinya berfungsi, dan juga yang cocok dengan

kepribadian setiap konselor yang unik.

B. Teori Konseling

Teori dapat diartikan sebagai prinsip-prinsip yang dapat diuji sehingga

dapat dijadikan sebagai kerangka untuk pelaksanaan penelitian; sejumlah

proposisi yang terintegrasi secara sintaktik (mengikuti aturan tertentu) dan

digunakan untuk memprediksi dan menjelaskan peristiwa-peristiwa yang

diamati; dan pada umumnya diartikan sebagai suatu pernyataan prinsip-prinsip

umum yang didukung oleh data untuk menjelaskan suatu fenomena61

Pendekatan Konseling (counceling Aproach) disebut juga teori konseling,

merupakan dasar bagi suatu praktek konseling. Pendekatan itu dirasakan

penting karena jika dapat dipahami berbagai pendekatan atau teori-teori

konseling, akan memudahkan dalam menentukan arah proses konseling. Akan

tetapi untuk kondisi Indonesia memilih satu pendekatan /teori secara fanatic

dan kaku adalah kurang bijaksana. Hal ini disebabkan satu teori konseling

biasanya dilator belakangi oleh paham filsafat tertentu yang mungkin saja tidak

sesuai dengan filsafat di Indonesia.

Untuk mengatasi haltersebut maka pendekatan yang dilakukan dalam

konseling bukanlah pendekatan atau teori tunggal (single theory). Akan tetapi

memilih bagian-bagian dari bebrapa pendekatan yang relevan, kemudian

secara sintesis-analitik diterapkan kepada kasus yang dihadapi. Pendekatan

seperti itu dinamakan Creative-Synthesis-Analytic (CSA). Allen E.Ivey (1980)

61 M. Bahri Mustofa. 2011. Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Surabaya: C.V. Media Nusantara, hal: 57.

Buku Bimbingan Dan Konseling

77

menyebut pendekatan ini dengan nama Electic Approach yaitu memilih secara

selektif bagian-bagian teori yang berbeda sesuai kebutuhan konselor62

1. Teori Psikoanalisis

Terapi Psikoanalisis merupakan suatu metode penyembuhan yang lebih

bersifat psikologis dengan cara-cara fisik. Tokoh utama dan pendiri

psikoanalisa ialah Sigmund Freud, sebagai orang pertama yang

mengemukakan konsep ketidaksadaran dalam kepribadiaan. Konsep-konsep

psikoanalisa banyak memberikan pengaruh terhadap perkembangan

konseling63 Ia mengemukakan pandangannya bahwa struktur kejiwaan manusia

sebagian besar terdiri dari alam ketidak sadaran. Sedangkan alam

kesadarannya dapat di umpamakan puncak gunung es yang muncul di tengah

laut. Sebagian besar gunung es yang terbenam itu diibaratkannya alam ketidak

sadaran manusia.

Pendekatan psikoanalisis menganggap bahwa tingkah laku abnormal di

sebabkan oleh faktor-faktor intropsikis (konflik tidak sadar, represi, mekanisme

defensif) yang menggangu penyesuaian diri. menurut Freud, esensi pribadi

seseorang bukan terletak pada apa yang ia tampilkan secara sadar, melainkan

apa yang tersembunyi dalam ketidaksadarannya. Freud beranggapan bahwa

gangguan jiwa pada orang dewasa, pada umumnya berasal dari pengalaman

pada masa kanak-kanak. Dari penjelasan tersebut dapat ditarik kesimpulan

psychonalysis teraphy adalah teknik atau metode pengobatan yang dilakukan

oleh terapis dengan cara menggali permasalahan dan pengalaman yang

direpresnya selama masa kecil serta memunculkan dorongan-dorongan yang

tidak disadarinya selama ini.

Pendekatan psikoanalisis menganggap Energi psikis yang paling dasar

disebut libido yang bersumber dari dorongan seksual yang terarah kepada

pencapaian kesenangan. Selanjutnya Freud menyebutkan dua macam libido

yaitu eros sebagai dorongan untuk hidup dan thanatos sebagai dorongan untuk

mati64 Yang dimaksud insting–insting hidup adalah kumpulan libido yang

mendorong manusia, seperti libido seksual dan libido lapar dan haus. Energy

libido tersebut dapat menguasai ego (aku) sehingga dapat bertindak amoral

62 Sofyan S.Willis, Konseling Individual teori dan Praktek, Bandung:Alfabeta, 2007. Hlm 55 63 Mohamad Surya, Teori-teori konseling (Bandung; Bani Quraisy,2003), hal:28 64 Mohamad Surya, Teori-teori konseling (Bandung; Bani Quraisy,2003), hal:28

Buku Bimbingan Dan Konseling

78

dan asocial dalam pemuasaannya. Sedangkan yang dimaksud insting mati

yaitu keinginan manusia untuk menyiksa diri sendiri atau orang laindan

keinginan untuk mati (membunuh diri). Dapat pula di ekspresikan dengan

berkelahi dan tawuran.

Teori kepribadian menurut Freud, menyangkut tiga hal yaitu: struktur,

dinamika, dan perkembangan kepribadian.

1. Struktur Kepribadian

Struktur kepribadian menurut Freud terdiri dari Id, Ego, dan Super ego.

a). Id

Dalam teori psikonalisa, id merupakan sistem kepribadiaan yang paling

dasar yang didalamnya terdapat naluri-naluri bawaan. Dalam hubungannya

dengan ego dan super ego, Id mempunyai fungsi sebagai suatu sistem

penyedia atau penyalur energi yang diperlukan oleh ego dan super ego yang di

gunakan untuk kegiatan-kegiatan yang dilakukannya. Id berfungsi untuk

menghindarkan ketakenakan untuk mendapatkan kenikmatan. Untuk

menghilangkan ketakenakan dan mencapai kenikmatan id mempunyai dua cara

yaitu (1) gerakan reflex misalnya bersin, mata berkedip, dsb (2) Proses primer

yaitu menghilangkan ketegangan dengan cara membayangkan makanan,

nocturnal drean (mimpi basah) yang merupakan penyaluran keinginan seksual.

b). Ego

Freud mengemukakan bahwa Ego terbentuk pada struktur kepribadian

individu sebagai hasil dari hubungan dengan luar. Ego mempunyai proses dan

menjalankan proses tersebut, yang berhubungan dengan pemenuhan dan

pemuasan kebutuhan sehingga dapat mengurangi ketegangan yang dialami

oleh individu. Dan proses tersebut disebut proses sekunder. Proses sekunder

ialah usaha menemukan atau menghasilkan sesuatu yang nyata, yang dimulai

dengan merumuskan suatu rencana untuk pemuasan kebutuhan dan

mengujinya dengan suatu tindakan (reality testig). Fungsi dasar dari ego adalah

memelihara kelangsungan hidup individu.

c). Super Ego

Menurut Psikoanalisa, super ego adalah suatu sistem kepribadian yang

mengandung nilai-nilai dan aturan-aturan yang digunakan untuk menilai suatu

hal yang menunjukan pada suatu kebenaran dan kesalahan. Dengan kata lain,

super ego adalah hati nurani. Peranan super ego adalah sebagai sumber

Buku Bimbingan Dan Konseling

79

motivasi utama dan juga sebagai penyebab timbulnya pertentangan-

pertentangan didalam diri65 Ketiga sistem ini mempunyai fungsi, sifat, prinsip

kerja dan dinamika sendiri-sendiri. Walaupun demikian ketiganya mempunyai

hubungan yang sangat erat dan sulit untuk memisahkannya satu persatu,

karena tingkah-laku seseorang merupakan hasil pengaruh dari sistem aspek

tersebut66

2. Dinamika Kepribadian

Dinamika kepribadian terdiri dari cara bagaimana energi psikis itu

didistribusikan serta digunakan oleh id, ego, dan super ego. Oleh karena jumlah

energi terbatas, maka terjadi semacam persaingan dalam menggunakan energi

tersebut. Freud mengukapkan tiga macam kecemasan yaitu: kecemasan

realitas yang bersumber pada ego, kecemasan neurotas yang bersumber pada

id, kecemasan moral yang bersumber pada super ego. Kecemasan relitas yaitu

takut terhadap bahaya-bahaya yang datang dari luar individu. Kecemasan

neurotis adalah kecemasan yang timbul apabila insting tidak terkendalikan,

sehingga ego akan dihukum. Kecemasan moral adalah kecemasan terhadap

hati nurani sendiri.

3. Perkembangan Kepribadian

Kepribadiaan berkembang sehubungan dengan empat macam pokok

sebagai sumber ketegangan, yaitu:

a). Proses pertumbuhan fisiologi (kedewasaan)

b). Frustasi

c). Konflik, dan

d). Ancaman

Dalam konseling psikoanalisa ini konselor diharapkan dapat membentuk

kembali struktur karakter individu dengan membuat yang tidak sadar membuat

sadar dalam diri klien. Proses konselingnya meliputi: Proses konseling

dipusatkan pada usaha menghayati kembali pengalaman-pengalaman masa

kanak-kanak. Pengalaman masa lampau ditata, didiskusikan, dianalisa dan

ditafsirkan dengan tujuan untuk merekonstruksi kepribadian.

65 Tristiadi Ardi Ardani, Psikiatri Islam (Malang; UIN-Malang Press,2008), hal:66-69 66 Tristiadi Ardi Ardani, Psikiatri Islam (Malang; UIN-Malang Press,2008), hal:66-69

Buku Bimbingan Dan Konseling

80

Pemahaman intelektual sangat penting, tetapi yang lebih adalah

mengasosiasikan antara perasaan dan ingatan dengan pemahaman diri. Satu

karakteristik konseling psikonalisa adalah bahwa terapi atau analisis bersikap

anonim (tak dikenal) dan bertindak sangat sedikit menunjukkan perasaan dan

pengalamannya, sehingga dengan demikian klien akan memantulkan

perasaannya kepada konselor. Proyeksi klien merupakan bahan terapi yang

ditafsirkan dan dianalisia. Konselor harus membangun hubungan kerja sama

dengan klien kemudian melakukan serangkaian kegiatan mendengarkan dan

menafsirkan.

Menata proses terapeutik yang demikian dalam konteks pemahaman

struktur kepribadian dan psikodinamika memungkinkan konselor merumuskan

masalah klien secara sesungguhnya. Konselor mengajari klien memaknai

proses ini sehingga klien memperoleh tilikan mengenai masalahnya. Klien

harus menyanggupi dirinya sendiri untuk melakukan proses terapi dalam

jangka panjang. Setiap pertemuan biasa berlangsung satu jam. Setelah

beberapa kali pertemuan kemudian klien melakukan kegiatan asosiasi bebas.

Yaitu klien mengatakan apa saja ynag terlintas dalam pikirannya67

Teknik Konseling

Teknik-teknik terapi psikoanalisa yang digunakan untuk meningkatkan

kesadaran mendapatkan tilikan intelektual ke dalam perilaku klien, dan

memahami makna gejala-gejala yang nampak, ada lima teknik dasar dalam

terapi psikoanalisa yaitu:

1) Asosiasi Bebas

Asosiasi bebas adalah suatu metode pengungkapan pengalaman masa

lampau dan penghentian emosi-emosi yang berkaitan dengan situasi traumatik

di masa lalu. Pada teknik asosiasi bebas ini, konselor memerintahkan klien

untuk menjernihkan pikirannya dari pemikiran sehari-sehari dan sebanyak

mungkin untuk mengatakan apa yang muncul dalam kesadarannya68

2) Interpretasi (Penafsiran)

Interpretasi adalah prosedur dasar yang digunakan dalam analisis

asosiasi bebas, analisis mimpi, analisis resistensi, dan analisis transparansi.

67 M. Bahri Musthofa, Bimbingan dan Konseling di Sekolah (Surabaya; PMN,2011), hal:75 – 76 68 Mohamad Surya, Teori-teori konseling (Bandung; Bani Quraisy,2003), hal:36

Buku Bimbingan Dan Konseling

81

Prosedurnya terdirir atas penetapan analisis, penjelasan, dan bahkan mengajar

klien tentang makna perilaku yang dimanifestasikan dalam mimpi, asosiasi

bebas, resisten dan hubungan terapeutik itu sendiri.

3) Analisis mimpi

Dalam analisis mimpi ini, mimpi dipandang sebagai jalan utama menuju

ke alam tak sadar. Karena mimpi juga diartikan sebagai pemuasan yang

melambangkan dari keinginan-keinginan dan sebagai besar isinya

mencerminkan pengalaman-pengalaman masa kanak-kanak awal69 Dari

analisis mimpi tersebut konselor dapat memahami konflik yang dihadapi oleh

klien.

4) Analisis Resistensi

Resistensi adalah sesuatu yang melawan kelangsungan terapi dan mencegah

klien mengemukakan bahan yang tidak disadari. Selama asosiasi bebas dan

analisis mimpi, klien dapat menunjukkan ketidaksediaan untuk menghubungkan

pikiran, perasaan, dan pengalaman tertentu. Freud memandang resistensi

sebagai suatu dinamika yang tidak disadari yang mendorong seseorang untuk

mempertahankan terhadap kecemasan. Hal ini akan timbul bila orang menjadi

sadar terhadap dorongan dan perasaan yang tertekan.

5) Analisis Transferensi

Transferensi merupakan cara kerja dari pertahanan ego dimana implus yang

bersifat tak sadar dialihkan sasarannya dari obyek yang satu ke obyek yang

lainnya. Transferensi ini muncul disebabkan karena pasien mengalihkan

sasaran perasaan cinta atau bencinya atas seseorang kepada konselor.

Menurut Freud, setelah pasien mengetahui arti sesungguhnya dari hubungan

transferensi dengan konselornya, pasien akan memperoleh pemahaman atas

pengalaman-pengalaman dan perasaan masa lalunya, serta menghubungkan

pengalaman-pengalaman dan perasaan-perasaan masa lalunya tersebut

dengan kesulitan-kesulitan yang dialaminya sekarang70

69 Tristiadi Ardi Ardani, Psikiatri Islam (Malang; UIN-Malang Press,2008), hal:70 70 Tristiadi Ardi Ardani, Psikiatri Islam (Malang; UIN-Malang Press,2008), hal:70 – 71

Buku Bimbingan Dan Konseling

82

2. Teori Pskilologi individu

a. Konsep dasar

Psikologi individu sering disebut terapi adlerian karena pencipta

awalnya adalah Alfred Adler, salah satu kolega freud yang awalnya termasuk

lingkaran gerakan psikoanalisis, namun keluar karena tidak menyetujui

beberapa bagian teori tersebut. Kerja dan riset Adler mempengaruhi banyak

psikolog dan terafis besar yang kemudian mengikuti jejaknya seperti Albert

Ellis, victor Frankl, Rudolf Dreikurs, Rollo Maydan wiliam Glaser.

Psikologi individu melihat pribadi secara menyeluruh dan berfokus pada

keunikannya. Pandangan adler tentang manusia menawarkan sebuah focus

alternative yang positif dan menyegarkan bagi teori psikoanalisis Freud. Diinti

teorinya terdapat sebuah keyakinan kalau manusia memiliki dorongan bawaan

untuk mengatasi kelemahan yang disadarinya, untuk kemudian

mengembangkan potensinya sendiri menuju aktualisasi diri. Apalagi jika

ditaruh di dalam lingkungan positif, pertumbuhan tersebut pasti akan terjadi.

Kalau begitu, apakah yang menahan seseorang untuk bergerak secara

cepat dan mudah menuju realisasi diri? Menurut Adler, jawabnya ialah

perasaan inferior. Seseorang biasanya mengalami perasaan tersebut lewat

tiga sumber yaitu: (a) ketergantungan biologis dan ketergantungan umumnya

layaknya bayi;(b) gambar diri yang dianggap kecil ketika dibandingkan dengan

sesuatu yang agung, mulia atau besar; dan (c) inferioritas organ tubuh

(bahasa awamnya lemah, minder, dan cacat). Namun, dorongan dalam diri

sendiri umumnya memampukan subjek, mengkompensasikan perasaan-

perasan ini untuk berjuang meraih superioritas dan kesempurnaan.

Teori adlerian kadang disebut perspektif sosioteologis ketika membahas

perjuangan konstan individu menjcapai tujuan mereka. Adler juga

menekankan pentingnya pengembangan minat sosial klien untuk kemudian

mendidik lembali mereka agar mampu hidup di tengah-tengah masyarakat

sebagai pribadi yang sanggup memberikan sesuatu bagi masyarakat, jadi

bukan Cuma menerima dan menuntut. Ketika seseorang datang untuk

menjalani terapi, diasumsikan ia tengah mengalami ketidakkongruenan dan

ketidaknyamanan di dalam : (a) kerja, (b) persahabatan, atau (c) cinta. Proses

konseling kemudian dilihat sebagai cara terapis dank lien bekerja sama untuk

Buku Bimbingan Dan Konseling

83

membantu klien mengembangkan kesadaran, sikap dan perilaku yang lebih

sehat sehingga sanggup berfungsi lebih penuh di masyarakat.

Pengembangan minat social dianggap variable paling mencolok dari

kesehatan mental seseorang.

b. Proses Konseling

Proses konseling Adlerian melibatkan empat tahap:

1. Membangun relasi

Di sesi pertama konselor menetapkan sebuah relasi dengan klien lewat

interview subjektif/objektif yang di dalamnya klien dibantu merasa nyaman,

diterima, dihargai dan diperhatikan. Melalui komponen objektif interview, klien

diharapkan mengerti apa yang dibutuhkan secara spesifik dari proses

konseling. Klien di minta mendiskusikan bagaimana hal-hal tertentu

berlangsung di setiap wilayah tugas hidupnya.

2. Mendiagnostik

Tahap diagnostic meliputi interview gaya hidup, prosedur asesmen

formal yang melihat hal-hal seperti konstelasi keluarga, persepsi orang tua,

rekoleksi tentang periode awal hidupnya, dan mimpi yang terus berulang.

3. Fase interpretasi

Yaitu waktu ketika konselor dank lien mengembangkan pemahaman

dari interview gaya hidupnya tentang kekeliruan dasar klien dengan

menganalisis dan mendiskusikan keyakinan, tujuan dan gerakan yang

dikembangkan klien pada awal kehidupan, dan menjamin pola dan sikap

pikiran, emosi dan perilaku.

4. Tahap pengorientasikan

Mungkin yang paling kritis karena ditahap inilah terapis membantu

konseli bergerak dari pemahaman intelektual menuju perkembangan actual dan

ekspresi sikap dan perilaku yang . lebih sehat. Di titik ini, dukungan konselor,

penguatan dan pengarahan di upayakan secara aktif untuk membuat sejumlah

perubahan bagi cara-cara yang tidak sehat dalam berfikir, mearasa dan

berperilaku menjadi cara-cara yang lebih memuaskan dan sehat bagi dirinya

dan masyarakat71 Adler adalah tokoh utama perintis terapi keluarga yang

berkontribusi besar di bidang konseling dasar. Dewasa ini, konsep konseling

71 Robert l Gibson, bimbingan konseling, Yogyakarta: pustaka pelajajar, terj. edisi ketujuh hlm. 212

Buku Bimbingan Dan Konseling

84

Adlerian digunakan juga untuk kasus-kasus anak yang orang tuanya bercerai

dan/ atau menikah kembali.

3. Teori Person - Centered

a. Konsep teori Person Centerd

Menurut Rogers, konstruk inti konseling berpusat pada klien adalah

konsep tentang diri dan konsep menjadi diri atau perwujudan diri. Dikatakan

bahwa konsep diri atau struktur diri dapat dipandang sebagai konfigurasi

konsepsi yang terorganisasikan tentang diri yang membawa kesadaran. Teori

kepribadian Rogers yang disebut sebagai “the self theory” yaitu: Tiap individu

berada di dalam dunia pengalaman yang terus menerus berubah, dan dirinya

menjadi pusat. Individu mereaksi terhadap lingkungannya sesuai dengan apa

yang dialami dan ditanggapinya. Individu memiliki satu kecendrungan atau

dorongan utama yang selalu diperjuangkannya, yaitu mengaktualisasikan,

mempertahankan, dan memperluas pengalamannya. Individu mereaksi

terhadap gejala kehidupan dengan cara keseluruhan yang teratur. Tingkah laku

atau tindakan itu pada dasarnya adalah suatu usaha mahluk hidup yang

bertujuan untuk memuaskan kebutuhan yang dialami dan dirasakan. Emosi

yang menyertai tindakan untuk mencapai suatu tujuan tertentu, sesungguhnya

merupakan suatu yang memperkuat usaha individu mencari sesuatu ataupun

memuaskan kebutuhannya untuk memelihara dan mengembangkan dirinya.

Cara yang terbaik untuk memahami tingkah laku seseorang ialah dengan jalan

memandang dari segi pandangan individu-individu itu sendiri.

b. Tujuan konseling

Terapi terpusat pada klien yang dikembangkan oleh cars R. Rogers

pada 1942 bertujuan untuk membina kepribadian klien secara Integral, berdiri

sendiri, dan mempunyai kemampuan memcahkan masalah sendiri. Kepribadian

yang Integral adalah struktur kepribadiannya tidak terpecah artinya sesuai

antara gambaran tentang diri yang ideal (ideal-self) dengan kenyataan diri

sebenarnya (actual-self). Kepribadian yang berdiri sendiri adalah yang mampu

menentukan pilihan sendiri atas dasar tanggungjawab dan kemampuan. Tidak

tergantung pada orang lain. Sebelum menentukan pilihan tentu individu harus

memahami dirinya (kekuatan dan kelemahan diri), dan kemudian keadaan diri

Buku Bimbingan Dan Konseling

85

tersebut harus ia terima. Untuk mencapai tujuan itu diperlukan beberapa syarat

yakni:1) kemampuan dan keterampilan teknik konselor;(2) kesiapan klien untuk

untuk menerima bimbingan;(3) taraf intelegensi klien memadai.72

c. Proses Konseling

Pendekatan yang berpusat pada klien menggunakan sedikit tekhnik,

akan tetapi menekankan sikap konselor. Tehknik dasar adalah mencakup,

mendengar, dan menyimak secara aktif, refleksi, klariflkasi, “being here” bagi

klien. Konseling berpusat pada klien tidak menggunakan tes diagnostik,

interpretasi, studi kasus, dan kuesioner untuk memperoleh informasi. Tekhnik-

tekhnik itu dilaksanakan dengan jalan wawancara, terapi permainan, dan terapi

kelompok, baik langsung atau tidak langsung. Keberhasilan terapi tergantung

kepada faktor-faktor tingkat gangguan psikis, struktur biologis klien, lingkungan

hidup klien, dan ikatan emosional.

4. Teori Behavioral

Setiap dari kita memiliki pola-pola perilaku unik, dan sebagian besar dari kita

bersikap dengan cara tertentu bahkan kenapa orang lain berperilaku tertentu.

Meskipun kita memiliki hanya bukti anekdot dan bukannya buku ilmiah, namun

kita dapat mengembangkan, seperti dilakukan banyak orang pada umumnya,

teori kepribadian kita sendiri mengenai perilaku.

Riset dan publikasi penting pendekatan klasik dari teori ini dilakukan oleh

Watson, Thordike dan teoritis awal lainnya, namun pada B.F. Skinner

pendekatan behavioral dikembangkan. Menurut teori behavioristik, belajar

adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya interaksi antara

stimulus dan respons. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu apabila ia

mampu menunjukkan perubahan tingkah laku. Dengan kata lain, belajar

merupakan bentuk perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya

untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara

stimulus dan respons.

72 Sofyan S. Willis, Konseling individual teori dan Praktek, Bandung:2007, hlm.64

Buku Bimbingan Dan Konseling

86

Menurut teori ini yang terpenting adalah masuk atau input yang berupa stimulus

dan keluaran atau output yang berupa respons. Sedangkan apa yang terjadi di

antara stimulus dan respons dianggap tidak penting diperhatikan karena tidak

bisa diamati. Tujuan konseling behavioral adalah untuk membantu klien

membuang respon-respon yang lama yang merusak diri, dan mempelajari

respon-respon yang baru yang lebih sehat.

5. Teori Konseling Gestalt

Frederich Soloman Perls dilahirkan pada tanggal 8 Juli 1893 di

kampung (ghetto) orang Yahudi di Berlin, sebagai anak ketiga dari keluarga

Nathan Perls, Ibunya bernama Amelia Rund. Perls meninggal di Amerika pada

tanggal 14 Maret 1970. Setelah menyelesaikan studinya sebagai doktor pada

tahun 1926 di Berlin, Perls pindah ke Frankfurt dan pada mulanya menjadi

asisten dari Kurt Goldstein di Institute For Brain Damage Soldiers.

Di Frankfurt Ia bertemu dengan Laura Pasner, seorang DSc Psikologi

lulusan Universitas Frankfurt pada tahun 1932, yang kemudian menjadi istrinya.

Setelah mengalami kehidupan keras di Eropa dan menghindar dari kancah

pergolakan politik pada sekitar tahun 30-an, Ia kemudian pindah ke Amerika

Selatan, tinggal di Johanesburg dan bertindak sebagai Psikoanalisis, bahkan

kemudian Ia mendirikan South African Institute For Psychoanalysis. Ia tinggal

selama 12 tahun di Johanesburg dan pada tahun 1946, Ia berimigrasi ke

Amerika, tinggal di New York. Di situlah kemudian lahir Terapi Gestalt, baik

melalui buku yang di tulis bersama rekan-rekannya maupun melalui

pembentukan New York Institute For Gestalt Therapy pada tahun 1951 suatu

institute yang kemudian berkembang dimana-mana.

b. Konsep-konsep Utama Terapi Gestalt

1. Pandangan Tentang Sifat Manusia

Pandangan Gestalt tentang manusia berakar pada filsafat eksistensial

dan fenomenologi. Ia menekankan konsep-konsep seperti perluasan

kesadaran, penerimaan tanggung jawab pribadi, kesatuan pribadi, dan

mengalami cara-cara yang menghambat kesadaran. Terapi di arahkan bukan

pada analisis, melainkan pada integrasi yang berjalan selangkah demi

selangkah dalam terapi sampai klien menjadi cukup kuat untuk menunjang

Buku Bimbingan Dan Konseling

87

pertumbuhan pribadinya sendiri. Perls memandang manusia dalam

keterlibatannya untuk mencapai keseimbangan, bilamana kehidupannya

terganggu oleh kebutuhan dunia, gangguan ini akan menimbulkan

ketegangan dan diperlukan keseimbangan untuk mengurangi dan

menghilangkan ketegangan tersebut. Dalam keadaan sehat seseorang akan

mampu menerima dan bereaksi terhadap keadaan dunia. Tetapi kalau

keadaannya menjadi tidak seimbang, maka akan timbul ketakutan dan

menghindar untuk mengetahui / menyadari. Jadi aktivitas yang menandai ciri-

ciri seimbang dan sehat tidak ada maka perlu penyadaran ulang agar

keseimbangan tercapai. Untuk itu diperlukan teknik agar seseorang

membukakan diri secara langsung terhadap pengalaman yang berkaitan

dengan pikiran, perasaan dan tindakan sekarang ini. Pandangan teori dan

terapi Gestalt terhadap manusia, sama halnya dengan pandangan

eksistensialistik-humanistik, ialah positif bahwa manusia memiliki kemampuan

untuk menjadi sesuatu dan manusia adalah makhluk yang mampu mengurus

diri sendiri. Manusia dilihat sebagai keseluruhan.

2. Saat Sekarang

Bagi Perls, tidak ada yang ada kecuali sekarang, karena masa lampau

telah pergi dan masa depan belum datang, maka saat sekaranglah yang

penting. Salah satu sumbangan utama dari terapi Gestalt adalah

penekanannya pada disini dan sekarang (Here and Now). Dalam pendekatan

ini, kecemasan dipandang sebagai kesenjangan antara saat sekarang dan

kemudian (Now and Then). Kecemasan timbul karena individu menyimpang

dari saat sekarang (now) dan disibukkan oleh pemikiran-pemikiran tentang

masa datang. Kesibukan ini menimbulkan gambaran tingkat ketakutan atas

berbagai hal buruk yang akan terjadi. Kesadaran bahwa kecemasan hanya

merupakan suatu ketidak senangan dan bukan suatu kencana, merupakan

awal dari penyadaran akan dirinya. Penyadaran adalah suatu bentuk

pengalaman, penyadaran yang berlangsung terus-menerus dan tidak terputus

akan mencapai pemahaman.

3. Urusan Yang Tidak Selesai

Buku Bimbingan Dan Konseling

88

Dalam pendekatan Gestalt terhadap konsep tentang urusan yang tak

selesai, yakni mencakup perasaan yang tidak terungkap seperti dendam,

kemarahan, kebencian, sakit hati, kecemasan, kedudukan, rasa berdosa, rasa

di abaikan. Meskipun tidak bisa di ungkapkan, perasaa-perasaan itu di

asosiasikan dengan ingatan-ingatan dan fantasi-fantasi tertentu. Karena tidak

terungkapkan di dalam kesadaran perasaan-perasaan itu tetap tinggal pada

latar belakang dan dibawa pada kehidupan sekarang dengan cara-cara yang

menghambat hubungan yang efektif dengan dirinya sendiri dan orang lain.

Urusan yang tak selesai itu akan sampai ia menghadapi dan menangani

perasaan-perasaan yang tak terungkap itu.

6. Teori Perilaku Emotif Rasional

Banyak pendekatan terapis dan konseling dilekatkan kepada

seorang tokoh psikologi karena memang dia penggagasnya, seperti contoh

terapi clint-centered dilekatkan kepada nama Carsl R. Roger. Hal yang sama

terjadi pada terapi perilaku emotif rasional rasional/ REBT (rational emotive

behavior therapy) yang melekat kuat kepada nama Albert Ellis,

penggagasnya pada tahun 1962. RET menolak pandangan aliran

pkisoanalisis berpandangan bahwa peristiwa dan pengalaman individu

menyebabkan terjadinya gangguan emosional. Menurut Ellis bukanlah

pengalaman atau peristiwa eksternal menimbulkan emosional, akan tetapi

tergantung kepada pengertian yang diberikan terhadap peristiwa atau

pengalaman itu.

RET bertujuan untuk memperbaiki dan mengubah sikap, persepsi,

cara berpikir, keyakinan serta pandangan klien yang irrasional menjadi

rasional, sehingga ia dapat mengembangkan gangguan emosional yang

dapat merusak diri yang optimal. Menghilangkan gangguan emosional yang

dapat merusak diri seperti: benci, takut, rasa bersalah, cemas, was-was,

marah sebagai akibat berpikir irrasional, dan melatih serta mendidik klien

agar dapat menghadapi kenyataan hidup secara rasional dan membangkitkan

kepercayaan diri, nilai dan kemampian diri.

Konselor berusaha menunjukkan klien kesulitan yang dihadapi

sangat berhubungan dengan keyakinan irrasional, dan menunjukkan

bagaimana klien harus bersikap rasional dan mampu memisahkan keyakinan

Buku Bimbingan Dan Konseling

89

irrasional dengan rasional. Setelah klien menyadari gangguan emosi yang

bersumber dari pemikiran irrasional, maka konselor menunjukkan pemikiran

klien yang irrasional, serta klien berusaha mengubah kepada keyakinan

menjadi rasional. Konselor berusaha agar klien menghindarkan diri dari ide-

ide irrasionalnya, dan konselor berusaha menghubungkan antara ide tersebut

dengan proses penyalahan dan perusakan diri. Proses terakhir konseling

adalah konselor berusaha menantang klien untuk mengembangkan filosofis

kehidupannya yang rasional, dan menolak kehidupan yang irrasional dan

fiktif.

7. Pendekatan Eklektik

Eklektisme (eclectism) adalah pandangan yang berusaha menyelidiki

berbagai sistem metode, teori, atau doktrin, yang dimaksudkan untuk

memahami dan bagaimana menerapkannya dalam situasi yang tepat.

Eklektiksme berusaha untuk mempelajari teori-teori yang ada dan

menerapkannya dalam situasi yang dipandang tepat. Pendekatan konseling

eklektik berarti konseling yang di dasarkan pada berbagai konsep dan tidak

berorientasi pada satu teori secara eksklusif.

Eklektisme berpandangan bahwa sebuah teori memiliki keterbatasan

konsep, prosedur, teknik. Karena itu eklektisme “dengan sengaja”

mempelajari berbagai teori dan menerapkan sesuai keadaan rill klien.

Konseling eklektik dapat pula disebut konseling integratif. Konseling eklektik

dapat pula disebut dengan pendekatan konseling integratif. Perkembangan

pendekatan ini dimulai sejak tahun 1940-an, yaitu ketika F.C. Thorne

menyumbangkan pemikirannya dengan mengumpulkan & mengevaluasi

semua metode konseling yang ada. Brammer & Shostrom (1982) sejak 1960

mengembangkan model konseling yang dinamakan “actualization counseling”

& telah membawa konseling ke dalam kerangka kerja yang luas, yang tidak

terbatas pada satu pendekatan tapi mengupayakan pendekatan yang

integratif dari berbagai pendekatan, dan pada akhir 1960-an hingga 1977, R.

Carkhuff juga telah mengembangkan konseling eklektik, dengan melakukan

testing & riset secara komperhensif, sistematik, & integratif. ahli lain yang

turut membantu perkembangan konseling eklektik di antaranya G. Egan

Buku Bimbingan Dan Konseling

90

(1975) dengan istilah Systemic helping, prochaska (1984) dengan nama

Integrative eclectic.

Menurut pandangan Shertzer & Stone dalam buku Fundamentals of

Counseling, konseling eklektik sebagaimana dikonsepsikan oleh Trone,

mengandung: Unsur Positif diantaranya usaha menciptakan suatu sistematika

dalam memberikan layanan konseling bagi klien untuk memberikan

pelayanan unggul. Unsur Negatif diantaranya menjadi mahir dalam

penerapan satu pendekatan konseling tertentu cukup sulit bagi seorang

konselor artinya ketidakkonsistennya terjadi. Teori kepribadian eklektik pada

dasarnya menggabungkan elemen-elemen yang valid dari keseluruhan teori

ke dalam satu kerangka kerja untuk menjelaskan tingkah laku manusia.

Thorne (1961) mengemukakan konseling eklektik menggunakan data klien

yang utama adalah data yang diperoleh dari studi secara individu terhadap

klien yang meliputi keseleruhan kehidupan sehari-hari yang harus mengalami

perubahan, eklektik memandang kepribadian mencakup konsep yang

terintegritas, bersifat psikologis, perubahan dinamis, aspek perkembangan

organisme & factor social budaya. Integritas dimaksudkan bahwa organisme

berada dalam perkembangan yang terjadi secara terus-menerus dan

organisme itu sendiri secara konstan mengembangkan, mengubah, dan

mengalami integrasi pada tingkat berbeda. Integrasi tertinggi pada semua

individu adalah aktualisasi diri atau integritas yang memuaskan (satisfactory

integrity) dari keseluruhan kebutuhan hidup manusia.

Eklektik mengutamakan aspek psikologis daripada sifat kepribadian

sebagai focus sentral lain dari kepribadian. Thorne memandang tingkah laku

atau kepribadian berada dalam perubahan terus-menerus selalu berkembang

dan berubah dalam dunia yang berubah pula (Gillialand dkk.1984). Dalam

konseling eklektik peran konselor tidak terdefinisi secara khusus. Jika dalam

proses konseling itu menggunakan pendekatan psikoanalisis, maka peran

konselor adalah sebagai psikoanalisis, sementara jika pendekatan yang

digunakan berpusat pada person maka perannya sebagai patner klien dalam

membuka diri terhadap penggalamannya. Beberapa ahli eklektik memberikan

penekanan bahwa konselor perlu memberi perhatian pada kliennya,

menciptakan iklim kondusif bagi perubahan yang diinginkan klien.

Buku Bimbingan Dan Konseling

91

Daftar Referensi

Abu Ja’far Muhammad bin Jarir Ath-Thabari, Tafsir Ath-Tahabari, Vol 16 (Penerjemah) Misbah, dkk., (Jakarta: Pustaka Azzam 2009).

Bruce Shartzer dan Shelley C. Stone, Fundamentals of Counseling, (New York: Houghton Mifflin Company, 1968).

Departemen Agama RI, Al-qur’an dan Terjemahannya, (Semarang: CV Asy Syifa, 1992).

Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan program Bimbingan dan Konseling di Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000).

Djumransyah, Filsafat Pendidikan,. (Malang; Banyumedia. 2006).

Gerald Corey, Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi, (Bandung: Refika Aditama, 2005).

Hallen A. Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002).

Hasan Langgulung, Teor-teori Kesehatan Mental, (Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1991), Cet. 1.

Latipun, Psikologi Konseling, (Malang; UMM Press, 2008).

M. Bahri Mustofa. 2011. Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Surabaya: C.V. Media Nusantara.

Mohamad Surya, Teori-teori konseling (Bandung; Bani Quraisy, 2003).

Prayitno dan Erman Amti, Bimbingan dan Konseling di Sekolah, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), hlm. 99.

Rober L. Gibson & Marianne H. Mitchell, Bimbingan dan konseling, terj. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sitti Hartinah, Konsep Dasar Bimbingan Kelompok, (Bandung: PT Refika Aditama, 2009).

Sofyan S. Willis, Konseling Individual teori dan Praktek, Bandung: Alfabeta, 2007.

Syamsu Yusuf dan Juntika Nurihsan., Landasan Bimbingan Dan Konseling, (Bandung; Remaja Rosdakarya, 2005).

Tim Citra Umbara, Undang-Undang R.I Nomor. 20 Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS dan Peraturan Pemerintahan R.I. Tahun 2010 Tentang Penyelenggaraan Pendidikan Serta Wajib Belajar (Bandung: Citra Umbara, 2012), hlm. 2-3.

Buku Bimbingan Dan Konseling

92

Tristiadi Ardi Ardani, Psikiatri Islam (Malang; UIN-Malang Press, 2008)

WS. Winkel, Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan, (Jakarta: PT Gramedia, 1997).