Makalah KBA
-
Upload
natalia-debora-panggabean -
Category
Documents
-
view
1.106 -
download
0
Transcript of Makalah KBA
EKSTRAKSI ANTOSIANIN DARI KELOPAK BUNGA DAN BATANG ROSELLA (Hibiscus abdariffa L.) SEBAGAI
PEWARNA MERAH ALAMI
Natalia Debora PanggabeanRisna SariDewi Indah
Marnatal SimanullangKhaisma Rahmat
PROGRAM KEAHLIAN ANALISIS KIMIADIREKTORAT PROGRAM DIPLOMA
INSTITUT PERTANIAN BOGORBOGOR
2010
i
PRAKATA
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
berkat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini
berjudul “Ekstraksi Antosianin dari Kelopak Bunga dan Batang Rosella (Hibiscus
abdariffa L.) sebagai Pewarna Merah Alami”. Penulisan makalah ini bertujuan
untuk memenuhi tugas praktikum Kimia Bahan Alam (KBA).
Makalah ini membahas mengenai antosianin, proses ekstraksinya dari
kelopak dan batang Rosella (Hibiscus sp.), serta kegunaan-kegunaan antosianin
salah satunya yaitu sebagai zat warna merah alami. Ucapan terima kasih penulis
sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu baik secara langsung
maupun tidak langsung sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Ucapan terima
kasih secara khusus penulis sampaikan kepada Salina Febrianti, S.Si selaku PJP
serta Rhomadoni Anto, A.Md dan Dwi Artha Solovski, A.Md selaku asisten
dosen pada praktikum KBA, atas bimbingan, saran dan pembelajaran mengenai
topik yang penulis bahas sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Saran dan kritik dari semua pihak yang bersifat membangun selalu
diharapkan demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca dan dapat menjadi sarana pembelajaran bagi pembaca
di masa yang akan datang.
Bogor, 28 Desember 2010
Tim Penulis
ii
DAFTAR ISI
halaman
PRAKATA................................................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................iii
PENDAHULUAN...................................................................................................1Latar belakang.....................................................................................................1Tujuan ...............................................................................................................2
TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................................3Antosianin...........................................................................................................3Rosella Merah (Hibiscus abdariffa L.)................................................................5
Deskripsi Tanaman Rosella Merah..............................................................5Morfologi Tanaman.....................................................................................6Kandungan dan Kegunaan...........................................................................6
Stabilitas Antosianin...........................................................................................7Metode Ekstraksi.................................................................................................8
METODOLOGI.....................................................................................................11Alat dan Bahan..................................................................................................11Metode Penelitian..............................................................................................11
HASIL DAN PEMBAHASAN..............................................................................12
PENUTUP..............................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................18
DAFTAR GAMBAR
halaman
1 Struktur (a) Sianin; (b) Sianidin Klorida..............................................................4
2 Struktur Senyawa Flavon......................................................................................4
3 Kelopak bunga rosella dan batang rosella;.........................................................12
4 Hasil ekstrak kelopak bunga dengan asam malat................................................12
5 Hasil ekstraksi dengan berbagai jenis asam pada suhu 60°C dan suhu kamar.. .13
6 Kurva kadar antosianin pada berbagai jenis asam..............................................13
7 Kurva Kadar pH Batang Rosella Segar pada berbagai jenis asam.....................14
8 Kurva kadar air batang Rosella kering pada berbagai jenis asam......................14
9 Kurva kadar pH batang Rosella kering pada berbagai jenis asam......................14
10 Kurva kadar Antosianin dengan berbagai persentase Asam malat...................15
11 Kurva kadar pH kelopak bunga segar pada berbagai persentase Asam Malat. 16
1
PENDAHULUAN
Latar belakang
Rosella merah (Hibiscus sabdariffa) adalah tanaman asli dari daerah yang
terbentang dari India hingga Malaysia yang kini telah menyebar luas di semua ne-
gara tropis dan sub tropis, termasuk Indonesia. Rosella mulai dilirik oleh
masyarakat karena banyak manfaat yang diperoleh masyarakat setelah mengkon-
sumsi produk-produk yang terbuat dari kelopak bunga rosella salah satunya untuk
zat warna merah alami misalnya pada industri makanan maupun kosmetik
(Erianto 2009).
Kelopak bunga rosela adalah bagian tanaman yang bisa diproses menjadi
produk pangan. Kelopak bunga tanaman ini berwarna merah tua, tebal, dan berair.
Kelopak bunga rosela merah yang rasanya sangat masam ini biasanya diproses
menjadi jeli, saus, teh, sirup, selai, puding, dan manisan. Bahan penting yang
terkandung dalam kelopak bunga rosella adalah gosipetin, antosianin, dan glusida
hibiskin. Selain itu kelopak bunga rosella juga mengandung asam organik,
polisakarida, dan flavonoid yang bermanfaat mencegah penyakit kanker, mengen-
dalikan tekanan darah, melancarkan peredaran darah, dan melancarkan buang air
besar (Erianto 2009).
Antosianin telah banyak digunakan sebagai pewarna, khususnya minuman,
karena banyak pewarna sintetis diketahui bersifat toksik dan karsinogenik. JEFCA
(Joint FAO/WHO Expert Committee on Food Additives ) telah menyatakan bahwa
ekstrak yang mengandung antosianin efek toksisitasnya rendah. Selain berperan
sebagai pewarna makanan, antosianin juga dipercaya berperan dalam sistem
biologis, termasuk kemampuan sebagai pengikat radikal bebas (free radical
scavenging), cardio protective capacity dan kemampuan untuk mengambat tahap
inisiasi reaksi kimiawi yang menyebabkan karsinogenesis.
Antosianin dipercaya dapat memberikan manfaat bagi kesehatan manusia.
Antosianin ini diketahui dapat diabsorbsi dalam bentuk molekul utuh dalam
lambung, meskipun absorbsinya jauh dibawah 1%, antosianin setelah ditranspor
ke tempat yang memiliki aktivitas metabolik tinggi memperlihatkan aktivitas
sistemik seperti antineoplastik, antikarsinogenik, antiatherogenik, antiviral, dan
2
efek anti-inflammatory, menurunkan permeabilitas dan fragilitas kapiler dan
penghambatan agregasi platelet serta immunitas, semua aktivitas ini didasarkan
pada peranannya sebagai antioksidan. Antosianin yang tidak terabsorbsi
memberikan perlindungan terhadap kanker kolon.
Antosianin merupakan senyawa flavonoid yang memiliki kemampuan
sebagai antioksidan. Umumnya senyawa flavonoid berfungsi sebagai antioksidan
primer, chelator dan scavenger terhadap superoksida anion. Antosianin dalam
bentuk aglikon lebih aktif daripada bentuk glikosidanya (Santoso, 2006).
Kemampuan antioksidatif antosianin timbul dari reaktifitasnya yang tinggi
sebagai pendonor hidrogen atau elektron dan kemampuan radikal turunan
polifenol untuk menstabilkan dan mendelokalisasi elektron tidak berpasangan,
serta kemampuannya mengelat ion logam (terminasi reaksi Fenton).
Aktivitas antioksidan antosianin dipengaruhi oleh sistem yang digunakan
sebagai substrat dan kondisi yang dipergunakan untuk mengkatalisis reaksi
oksidasi. Antosianin banyak ditemukan pada pangan nabati yang berwarna merah,
ungu, merah gelap seperti pada beberapa buah, sayur, maupun umbi. Beberapa
sumber antosianin telah dilaporkan seperti buah mulberry, bluberry, cherry,
rosella, kulit dan sari buah anggur, strawberry, lobak merah dan java plum, namun
masih sangat sedikit penelitian tentang sumber antosianin dari bahan local
(Ariviani S. 2010).
Tujuan
Tujuan umum penelitian ini adalah menentukan kemampuan suatu
tumbuhan untuk digunakan sebagai sumber pewarna alami untuk diaplikasikan
pada produk pangan. Tujuan khususnya adalah mencari jenis pelarut yang paling
baik menghasilkan rendemen antosianin tertinggi, mencari jenis asam dan
konsentrasi yang cocok untuk ektraksi antosianin bunga Rosella dan mencari
kondisi suhu ekstraksi.
3
TINJAUAN PUSTAKA
Antosianin
Antosianin merupakan pewarna yang paling penting dan paling tersebar luas
dalam tumbuhan. Antosianin merupakan turunan suatu struktur aromatik tunggal,
yaitu sianidin dan semuanya terbentuk dari pigmen sianidin ini dengan
penambahan atau pengurangan gugus hidroksil atau dengan metilasi. Antosianin
tidak mantap dalam larutan netral atau basa, karena itu antosianin harus
diekstraksi dari tumbuhan dengan pelarut yang mengandung asam asetat atau
asam hidroklorida (misalnya metanol yang mengandung HCl pekat 1%) dan
larutannya harus disimpan ditempat gelap serta sebaiknya didinginkan.
Antosianidin ialah aglikon antosianin yang terbentuk bila antosianin dihidrolisis
dengan asam. Antosianidin terdapat enam jenis secara umum, yaitu sianidin,
pelargonidin, peonidin, petunidin, malvidin dan delfinidin.
Antosianidin adalah senyawa flavonoid secara struktur termasuk kelompok
flavon. Glikosida antosianidin dikenal sebagai antosianin. Senyawa ini tergolong
pigmen dan pembentuk warna pada tanaman yang ditentukan oleh pH dari
lingkungannya. Senyawa paling umum adalah antosianidin, sianidin yang terjadi
dalam sekitar 80% dari pigmen daun tumbuhan, 69% dari buah-buahan dan 50%
dari bunga. Kebanyakan warna bunga merah dan biru disebabkan antosianin
(Eibond LS. 2004).
Bagian bukan gula dari glukosida itu disebut suatu antosianidin dan
merupakan suatu tipe garam flavilium. Warna tertentu yang diberikan oleh suatu
antosianin, sebagian bergantung pada pH bunga. Warna biru bunga cornflower
dan warna merah bunga mawar disebabkan oleh antosianin yang sama, yakni
sianin. Sianin pada mawar merah berada dalam bentuk fenol, sedangkan
cornflower biru, sianin berada dalam bentuk anionnya, dengan hilangnya sebuah
proton dari salah satu gugus fenolnya. Sianin dapat digunakan sebagai indikator
asam-basa.
4
(a) (b)
Gambar 1 Struktur (a) Sianin; (b) Sianidin Klorida
Istilah garam flavilium berasal dari nama untuk flavon, yang merupakan
senyawa tidak berwarna. Adisi gugus hidroksil menghasilkan flavonol, yang
berwarna kuning.
Gambar 2 Struktur Senyawa Flavon
Identifikasian antosianin atau flavonoid yang kepolarannya rendah, daun
segar atau daun bunga jangan dikeringkan tetapi harus digerus dengan metanol.
Ekstraksi hampir segera terjadi seperti terbukti dari warna larutan. Flavonoid yang
kepolarannya rendah dan yang kadang-kadang terdapat pada bagian luar
tumbuhan, paling baik diisolasi hanya dengan merendam bahan tumbuhan segar
dalam heksana atau eter selama beberapa menit.
Antosianin merupakan antioksidan alami yang dapat mencegah penyakit
kanker, jantung, tekanan darah tinggi, katarak, dan bahkan dapat menghaluskan
kulit. Namun demikian, janganlah berlebihan dalam mengkonsumsi antosianin ini
karena dapat menyebabkan keracunan. Berdasarkan ADI (Acceptable Daily
Intake), konsumsi maksimum antosianin yang diperbolehkan per hari sebesar 0,25
mg/kg berat badan kita. Besar kandungan antosianin dalam rosella merah
5
tergantung pada intensitas warna pada rosella tersebut. Semakin merah warna
rosella, maka kandungan antosianinnya semakin tinggi.
Rosella Merah (Hibiscus abdariffa L.)
Tanaman rosella merah memberikan banyak manfaat dibidang kesehatan.
Produk hasil olahan rosella merah ini juga beraneka ragam. Rosella mengandung
beberapa zat yang sangat penting bagi kesehatan. Tiap 100 gram kelopak bunga
segar mengandung 260-280 mg vitamin C. Vitamin C tersebut 3 kali lipat dari
buah anggur hitam, 9 kali lipat jeruk sitrus, 10 kali lipat lebih besar dari buah be-
limbing dan 5 kali lipat dibanding vitamin C dalam jambu biji. Selain itu, rosella
juga mengandung vitamin D, vitamin B1, B2, niasin, riboflavin, betakaroten, zat
besi, asam amino, polisakarida, omega 3 dan kalsium dalam jumlah yang cukup
tinggi (486 mg/100 gram). Rasa asam dalam bunga rosella merupakan perpaduan
berbagai jenis asam seperti asam askorbat (vitamin C), asam sitrat, dan asam
malat yang bermanfaat bagi tubuh. Bahan aktif yang terdapat dalam rosella adalah
grossy peptin, antosianin, glusida hibiskin, dan flavonoid yang bermanfaat mence-
gah kanker, mengendalikan tekanan darah, serta melancarkan peredaran darah.
Kandungan seratnya pun cukup tinggi yang berperan dalam melancarkan sistem
pembuangan dan menurunkan kadar kolesterol dalam darah (Erianto 2009).
Deskripsi Tanaman Rosella Merah
Klasifikasi Tanaman
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Malvaceales
Famili : Malvaceae
Genus : Hibiscus
Speces : Hibiscus sabdariffa L.
Varietas : Hibiscus sabdariffa varietas sabdariffa L.
Hibiscus sabdariff varietas ultissima Wester
6
Morfologi Tanaman
Pohon rosella merah tumbuh dari biji atau benih dengan ketinggian yang
bisa mencapai 3 - 5 meter serta mengeluarkan bunga hampir sepanjang tahun.
Bunga rosella berwarna cerah, kelopak bunga atau kaliksnya berwarna merah
gelap dan lebih tebal jika dibandingkan dengan bunga sepatu. Hibiscus sabdariffa
L. merupakan tanaman semusim yang tumbuh tegak bercabang yang berbatang
bulat dan berkayu. Daunnya tunggal, berbentuk bulat telur, pertulangan menjari
dan letaknya berseling dan pinggiran daun bergerigi. Bunga rosella bertipe tung-
gal yaitu hanya terdapat satu kuntum bunga pada setiap tangkai bunga. Bunga ini
mempunyai 8-11 helai kelopak yang berbulu dengan panjang 1 cm, pangkal saling
berlekatan dan berwarna merah. Mahkota bunga rosella berwarna merah sampai
kuning dengan warna lebih gelap dibagian tengahnya. Tangkai sari merupakan
tempat melekatnya kumpulan benang sari berukuran pendek dan tebal. Putik
berbentuk tabung dan berwarna kuning atau merah. Bunga rosella bersifat
hermaprodit sehingga mampu menyerbukan sendiri (Maryani 2005).
Kandungan dan Kegunaan
Rosella yang memiliki kandungan antioksidan yang tinggi. Semakin pekat
warna merah pada kelopak bunga rosella, rasanya akan semakin asam dan kan-
dungan antosianin (antioksidan) semakin tinggi. Antosianin disini berperan men-
jaga kerusakan sel akibat penyerapan sinar ultraviolet berlebih. Ia melindungi sel-
sel tubuh dari perubahan akibat radikal bebas. Tetapi hati-hati sebab kadar antiok-
sidan tersebut menjadi berkurang bila mengalami proses pemanasan dan pen-
geringan. Antioksidan adalah molekul yang berkemampuan memperlambat
ataupun mencegah oksidasi molekul lain. Kandungan antioksidan yang rendah da-
pat menyebabkan stres oksidatif dan merusak sel-sel tubuh. Oleh karena itu efek
pengobatan rosella ini terhadap berbagai penyakit merupakan efek dari antioksi-
dannya (Mardiah. 2010)
Kelopak bunga mengandung vitamin C, vitamin A, dan asam amino.
Asam amino yang diperlukan tubuh terdapat dalam kelopak bunga rosella, terma-
suk arginin dan lisin yang berperan dalam proses peremajaan sel tubuh. Selain itu,
rosella juga mengandung protein dan kalsium. Tumbuhan herbal ini ternyata
7
mampu berfungsi sebagai bahan antiseptik, penambah syahwat, dan agen astrin-
gen. Tanaman banyak digunakan dalam pengobatan tradisional seperti batuk, lesu,
demam, tekanan perasaan, gusi berdarah (skurvi) dan mencegah penyakit hati
(Wati 2007). Hasil laboratorium kimia teknik menyatakan dalam 100 gr bunga
Rosella mempunyai kandungan zat-zat kimia sebagai berikut:
Kalori 49 kal
H2O 84,5 %
Protein 1,9 gr
Fats 0,1 gr
Karbohidrat 12,3 gr
Fiber 1,2 gr
Kalsium 0,0172 gr
Phospor 0,57 gr
Besi 0,029gr
B-karotene 3 gr
Asam askorbat 0,14 gr
Stabilitas Antosianin
Antosianin secara umum mempunyai stabilitas yang rendah. Pada
pemanasan yang tinggi, kestabilan dan ketahanan zat warna antosianin akan
berubah dan mengakibatkan kerusakan. Selain mempengaruhi warna antosianin,
pH juga mempengaruhi stabilitasnya, dimana dalam suasana asam akan berwarna
merah dan suasana basa berwarna biru. Antosianin lebih stabil dalam suasana
asam dibandingkan dalam suasana alkalis ataupun netral. Zat warna ini tidak
stabil dengan adanya oksigen dan asam askorbat. Asam askorbat kadang
melindungi antosianin tetapi ketika antosianin menyerap oksigen, asam askorbat
akan menghalangi terjadinya oksidasi. Pada kasus lain, jika enzim menyerang
asam askorbat yang akan menghasilkan hidrogen peroksida yang mengoksidasi,
sehingga antosianin mengalami perubahan warna.
Warna pigmen antosianin merah, biru, violet, dan biasanya dijumpai pada
bunga, buah-buahan dan sayur-sayuran. Dalam tanaman terdapat dalam bentuk
glikosida yaitu membentuk ester dengan monosakarida (glukosa, galaktosa,
8
ramnosa dan kadang-kadang pentosa). Sewaktu pemanasan dalam asam mineral
pekat, antosianin pecah menjadi antosianidin dan gula. Pada pH rendah (asam)
pigmen ini berwarna merah dan pada pH tinggi berubah menjadi violet dan
kemudian menjadi biru. Pada umumnya, zat-zat warna distabilkan dengan
penambahan larutan buffer yang sesuai. Jika zat warna tersebut memiliki pH
sekitar 4 maka perlu ditambahkan larutan buffer asetat, demikian pula zat warna
yang memiliki pH yang berbeda maka harus dilakukan penyesuaian larutan buffer.
Warna merah bunga mawar dan biru pada bunga jagung terdiri dari pigmen
yang sama yaitu sianin. Perbedaannya adalah bila pada bunga mawar pigmennya
berupa garam asam sedangkan pada bunga jagung berupa garam netral.
Konsentrasi pigmen juga sangat berperan dalam menentukan warna. Pada
konsentrasi yang encer antosianin berwarna biru, sebaliknya pada konsentrasi
pekat berwarna merah dan konsentrasi biasa berwarna ungu. Adanya tanin akan
banyak mengubah warna antosianin. Dalam pengolahan sayur-sayuran adanya
antosianin dan keasaman larutan banyak menentukan warna produk tersebut.
Misalnya pada pemasakan bit atau kubis merah. Bila air pemasaknya mempunyai
pH 8 atau lebih (dengan penambahan soda) maka warna menjadi kelabu violet
tetapi bila ditambahkan cuka warna akan mejadi merah terang kembali. Tetapi
jarang makanan mempunyai pH yang sangat tinggi. Dengan ion logam, antosianin
membentuk senyawa kompleks yang berwarna abu-abu violet. Karena itu pada
pengalengan bahan yang mengandung antosianin, kalengnya perlu mendapat
lapisan khusus (lacquer).
Metode Ekstraksi
Ekstraksi merupakan suatu proses pemisahan kandungan senyawa kimia
dari jaringan tumbuhan ataupun hewan dengan menggunakan penyari tertentu.
Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan cara mengekstraksi zat aktif
dengan menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua
pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian,
hingga memenuhi baku yang ditetapkan Depkes RI 1995). Terdapat beberapa
metode ekstraksi, yaitu:
a) Cara dingin
9
1. Maserasi
Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan
pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur
ruang (kamar). Remaserasi berarti dilakukan pengulangan penambahan
pelarut setelah dilakukan penyaringan maserat pertama, dan seterusnya.
2. Perkolasi
Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai terjadi
penyarian sempurna yang umumnya dilakukan pada suhu kamar. Proses
perkolasi terdiri dari tahapan pengembangan bahan, tahap maserasi antara,
tahap perkolasi sebenarnya, terus menerus sampai diperoleh ekstrak
(perkolat)
b) Cara panas
1. Refluks
Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya
selama waktu tertentu dan dalam jumlah pelarut terbatas yang relatif
konstan dengan adanya pendinginan balik.
2. Digesti
Digesti adalah maserasi dengan pengadukan secara terus menerus pada
temperatur yang lebih tinggi dari temperatur kamar yaitu pada 40-50°C
3. Infus
Infus adalah ekstraksi dengan menggunakan pelarut air pada temperatur
penangas air (bejana infus tercelup dalam penangas air mendidih,
temperature terukur 90°C) selama 15 menit.
4. Dekok
Dekok adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur 90°C selama 30
menit.
5. Sokletasi
Sokletasi adalah metode ekstraksi untuk bahan yang tahan pemanasan
dengan cara meletakkan bahan yang akan di ekstraksi dalam sebuah kantung
ekstraksi (kertas saring) didalam sebuah alat ekstraksi dari gelas yang
bekerja secara kontinu.
10
Ekstraksi bertujuan untuk menarik semua komponen kimia yang terdapat
dalam simplisia. Ekstraksi didasarkan pada perpindahan massa komponen zat pa-
dat ke dalam pelarut dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan antar muka,
kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarut. Proses pengekstraksian komponen
kimia dalam sel tanaman yaitu pelarut organik akan menembus dinding sel dan
masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan larut dalam
pelarut organik di luar sel, maka larutan terpekat akan berdifusi keluar sel dan
proses ini akan berulang terus sampai terjadi keseimbangan antara konsentrasi
cairan zat aktif di dalam dan di luar sel. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
laju ekstraksi adalah tipe persiapan sampel, waktu ekstraksi, kuantitas pelarut,
suhu pelarut, dan tipe pelarut.
Ekstraksi antosianin dapat dilakukan dengan beberapa jenis solven, seperti
air, etanol, metanol, tetapi yang paling efektif adalah dengan menggunakan
metanol yang diasamkan dengan HCl. Tetapi karena sifat toksik dari metanol bi-
asanya dalam sistem pangan digunakan air atau etanol yang diasamkan dengan
HCl. Suhu dan pH berpengaruh terhadap efisiensi ekstraksi antosianin dan koe-
fisien difusinya, semakin rendah pH maka koefisien distribusi semakin tinggi,
demikian juga semakin tinggi temperaturnya. Tetapi antosianin merupakan
senyawa fenolik yang labil dan mudah rusak akibat pemanasan, sehingga beraki-
bat pada penurunan biaoktivitasannya. Pengaruh suhu menjadi tidak signifikan
dengan penambahan HCl pada pelarut yang digunakan untuk ekstraksi, karena
pengaruh HCl lebih besar daripada pengaruh suhu. Penggunaan HCl 1% dalam
ekstraksi antosianin akan menyebabkan hidrasi sebagian hingga total antosianin
yang terasetilasi sehingga akan mempengaruhi absorbsinya dalam tubuh.
11
METODOLOGI
Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan adalah pisau, gelas piala, pipet Mohr 10 ml,
bulb, neraca analitik, corong,
Bahan-bahan yang digunakan adalah kelopak bunga rosella, batang
rosella, akuades, asam sitrat, asam asetat, asam malat, asam oksalat dan asam
suksinat, dan etanol 95% dengan perbandingan 1:1.
Metode Penelitian
Penelitian dilakukan dengan dua tahap. Tahap pertama sampel ditimbang se-
banyak 10 gr, kemudian diekstrak dengan manambahkan 100 ml pelarut aquades
dan 0.5% asam sitrat, asam asetat, asam malat, asam oksalat dan asam suksinat.
Ekstraksi dilakukan dalam kondisi suhu kamar dan pemanasan dalam suhu 60°C.
Filtrat disaring dan dihasilkan pewarna rosella.
Tahap kedua perlakuan menggunakan 2 kombinasi pelarut yaitu pelarut
akuades dengan etanol 95% dengan perbandingan 1:1 dan jenis pelarut akuades
saja. Jenis asam yang digunakan adalah jenis asam yang terpilih dengan perlakuan
konsentrasi 0,25%, 0,5%, dan 0,75%.
12
HASIL DAN PEMBAHASAN
(a) (b)
(c) (d)
Gambar 3 (a) Kelopak bunga rosella; (b) Batang rosella;
(c) ekstrak kulit batang rosella; (d) ampas batang rosella
Gambar 4 Hasil ekstrak kelopak bunga dengan asam malat
13
(a) (b)Gambar 5 (a) Hasil ekstraksi dengan berbagai jenis asam pada suhu 60°C;
(b) Hasil ekstraksi dengan berbagai jenis asam pada suhu kamar
Tabel 1 Kadar air dan rendemen kulit batang dan kelopak bunga rosellaPengukuran (%) Kulit batang Kelopak Bunga
Rendemen 2.90 12.21Kadar air bahan segar 78.94 88.14Kadar air bahan kering 11.14 10.79
Hasil Penelitian tahap I
as.sitrat as.malat as.oksalat as.suksinat as.asetat0
10
20
30
40
50
60
Kadar Antosianin
suhu ruang suhu 60
Jenis Asam
Kada
r Ant
osia
nin
Gambar 6 Kurva kadar antosianin pada berbagai jenis asam
14
as.sitrat as.malat as.oksalat as.suksinat as.asetat0
0.51
1.52
2.53
3.5
Kadar pH Batang Rosella Segar
suhu ruang suhu 60
Jenis Asam
pH
Gambar 7 Kurva Kadar pH Batang Rosella Segar pada berbagai jenis asam
as.sitrat as.malat as.oksalat as.suksinat as.asetat05
101520253035
Kadar Air Batang Rosella Kering
suhu ruang suhu 60
Jenis Asam
Kada
r Ant
osia
nin
Gambar 8 Kurva kadar air batang Rosella kering pada berbagai jenis asam
as.sitrat as.malat as.oksalat as.suksinat as.asetat0
0.51
1.52
2.53
3.54
Kadar pH Batang Rosella Kering
suhu ruang suhu 60
Jenis Asam
pH
Gambar 9 Kurva kadar pH batang Rosella kering pada berbagai jenis asam
15
Penelitian tahap I dilakukan dengan tujuan mencari kondisi suhu ekstraksi
terbaik dan jenis asam untuk menghasilkan kadar antosianin tertinggi. Hasil ek-
strak terhadap kulit batang rosela baik dalam kondisi segar atau basah menun-
jukkan peran suhu ekstraksi berpengaruh besar. Data menunjukkan kandungan an-
tosianin yang dihasilkan dari ekstrak dengan menggunakan suhu 60°C lebih tinggi
dibanding suhu ruang (27°C). Semakin tinggi suhu ekstraksi maka kecepatan per-
pindahan massa dari solute ke solven akan semakin tinggi karena suhu mempen-
garuhi nilai koefisien transfer massa dari suatu komponen.
Penambahan asam dimaksudkan untuk lebih mengoptimalkan hasil ek-
straksi, karena asam berfungsi mendenaturasi membran sel tanaman, kemudian
melarutkan pigmen antosianin sehingga dapat keluar dari sel, serta mencegah ok-
sidasi flavonoid. Pigmen antosianin lebih stabil pada kondisi asam (Robinson
1995). Penggunaan jenis asam dapat mempengaruhi kadar antosianin yang di-
hasilkan. Hasil Uji lanjut Duncan menunjukkan adanya perbedaan nyata kandun-
gan antosianin pada penggunaan asam asetat dengan sitrat dan suksinat, serta den-
gan asam malat dan asam oksalat. Dari lima jenis asam yang telah diuji, ternyata
asam malat menghasilkan kadar antosianin tertinggi pada ekstrak kulit batang
segar maupun pada kelopak bunga rosella.
Hasil Penelitian Tahap II
0.25% 0.50% 0.75%05
101520253035
Kadar Antosianin
Akuades Akuades dan EtOHPersentase Asam Malat
Kada
r Ant
osia
nin
Gambar 10 Kurva kadar Antosianin dengan berbagai persentase Asam malat
16
0.25% 0.50% 0.75%0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
Kadar pH Kelopak Bunga Segar
Akuades Akuades dan EtOHPersentase Asam Malat
pH
Gambar 11 Kurva kadar pH kelopak bunga segar pada berbagai persentase Asam
Malat
Hasil dari penelitian tahap 2 adalah menggunakan asam malat dengan 3
konsentrasi yaitu 0.25%, 0.5% dan 0.75%. Hasilnya menunjukkan bahwa yang
menghasilkan kadar antosianin tertinggi adalah ekstraksi dengan menggunakan
pelarut campuran akuades dan etanol 95% dengan konsentrasi asam malat 0.5%.
Hasil ANOVA menunjukkan bahwa adanya pengaruh konsentrasi asam malat dan
jenis pelarut terhadap kadar antosianin. Hasil uji lanjut Duncan menunjukkan
bahwa konsentrasi asam malat 0.5% berbeda nyata dengan konsentrasi asam malat
0.25% dan 0.75%. Penggunaan pelarut aquades menghasilkan kadar antosianin
yang berbeda nyata dengan menggunakan pelarut campuran aquades dan etanol
95%.
17
PENUTUP
Penggunaan suhu tinggi (60°C) pada ekstraksi kulit batang dan
kelopak bunga rosella baik dalam kondisi segar maupun kering menghasilkan
kadar antosianin yang lebih tinggi dibanding dengan menggunakan suhu
kamar. Penambahan jenis asam dalam ekstraksi pigmen antosianin pada kulit
batang dan kelopak bunga rosella berpengaruh terhadap hasil kandungan
antosianin dan pH yang dihasilkan. Asam malat memberikan hasil kadar
antosianin tertinggi dibandingkan dengan asam sitrat, asam suksinat, asam
oksalat, dan asam asetat. Konsentrasi asam malat terbaik untuk mengekstrak
pigmen antosianin rosella adalah 0.5%. Jenis pelarut terbaik untuk
mengekstrak pigmen antosianin pada rosella adalah pelarut campuran
aquades dan etanol 95%.
18
DAFTAR PUSTAKA
Ariviani S. 2010. Total Antosianin Ekstrak Buah Salam dan Korelasinya dengan Kapasitas Anti Peroksidasi pada Sistem Linoelat. AGROINTEK Vol 4, No.2 121:127 Agustus 2010
Departemen Kesehatan RI. 1995. Materia Medika Indonesia. Jilid VI. Jakarta: Depkes RI. Hal. 143-147.
Eibond LS. 2004. Anthocyanin antioxidants from edible fruits. Food Chemistry 84 (2004) 23–28
Erianto. 2009. Budidaya Rosella. [terhubung berkala]. http://makalahbudidaya rosela<<onesubenol.com. [28 Desember 2010].
Mardiah. 2010. Ekstraksi Kelopak Bunga dan Batang Rosella (Hibiscus abdariffa L.) sebagai Pewarna Merah Alami. Fakultas Agribisnis dan Teknologi Pangan Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi Universitas Djuanda.
Maryani. 2005. Khasiat dan Manfaat Rosella. Jakarta: Agromedia Pustaka.
Robinson T. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Bandung :ITB.
Santoso U. 2006. Antioksidan. Yogyakarta: Sekolah Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada.
Wati. 2007. Manfaat Rosella Merah. [terhubung berkala]. http://sehatyuk.blogspot.com/2007/04/manfaatrosela-merah.html. [25 Desember 2010]