Makalah Bimbingan dan Konseling

45
MAKNA DAN POSISI SERTA URGENSI BIMBINGAN KONSELING DALAM PENDIDIKAN Makalah diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Bimbingan dan Konseling yang diberikan oleh Drs. Amin Budiamin, M.Pd. disusun oleh: Ahmad Fatkhul Huda 1203566 Asep Zaenuri 1206003 Feridi 1206012 Husna Muttaqiyyah 1201758 Medy Heliansyah 1206013 Nida Eka S.Putri 1205799 Rendi Rahmat 1200441 Rin Rin Nurmalasari 1200257 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU KOMPUTER FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG 2015

description

Peran dan posisi serta urgensi bimbingan dan konseling dalam pendidikan

Transcript of Makalah Bimbingan dan Konseling

Page 1: Makalah Bimbingan dan Konseling

MAKNA DAN POSISI SERTA URGENSI BIMBINGAN KONSELING

DALAM PENDIDIKAN

Makalah

diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Bimbingan dan Konselingyang diberikan oleh Drs. Amin Budiamin, M.Pd.

disusun oleh:

Ahmad Fatkhul Huda 1203566

Asep Zaenuri 1206003

Feridi 1206012

Husna Muttaqiyyah 1201758

Medy Heliansyah 1206013

Nida Eka S.Putri 1205799

Rendi Rahmat 1200441

Rin Rin Nurmalasari 1200257

PROGRAM STUDIPENDIDIKAN ILMU KOMPUTER

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMUNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG2015

Page 2: Makalah Bimbingan dan Konseling

ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya sehingga kami dapat

menyelesaikan makalah yang berjudul “Makna dan Posisi serta Urgensi

Bimbingan dan Konseling dalam Pendidikan” ini dengan baik.

Makalah ini diharapkan mampu membantu kami sebagai penyusun dan

mahasiswa lain sebagai pembaca untuk menambah wawasan dan pengetahuan.

Selain itu, makalah ini diharapkan dapat menjadi bacaan para pembaca agar dapat

memahami tentang bimbingan dan konseling.

Oleh karena itu, dengan adanya makalah ini, diharapkan agar mahasiswa

mampu mengerti dan memahami tentang hal-hal yang berkaitan dengan

bimbingan dan konseling, sehingga nantinya dapat di terapkan ketika mahasiswa

menjadi pendidik.

Kami ucapkan terima kasih kepada para pembaca yang sudah berkenaan

membaca makalah ini dengan tulus dan ikhlas. Semoga makalah ini bermanfaat,

kususnya bagi para teman-teman mahasiswa yang akan menjadi pendidik. Kami

sebagai penyusun makalah tidak luput dari kesalahan dalam pembuatan makalah

ini.

Bandung, Februari 2015

Penyusun

Page 3: Makalah Bimbingan dan Konseling

ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................... i

DAFTAR ISI................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................1

1.1. Latar Belakang..........................................................................................1

1.2. Rumusan Masalah.....................................................................................1

1.3. Tujuan Pembuatan.................................................................................... 2

1.4. Manfaat..................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN................................................................................. 4

2.1. Pengertian Bimbingan dan Konseling...................................................... 4

2.1.1. Pengertian Bimbingan.................................................................... 4

2.1.2. Pengertian Konseling......................................................................7

2.2. Sejarah Perkembangan Bimbingan dan Konseling...................................8

2.3. Landasan Bimbingan dan Konseling...................................................... 14

2.4. Hubungan Bimbingan dan Konseling dengan Pendidikan..................... 29

2.5. Peranan dan Posisi Bimbingan dan Konseling dalam Pendidikan..........34

2.6. Urgensi Bimbingan dan Konseling.........................................................38

BAB III KESIMPULAN................................................................................42

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 43

Page 4: Makalah Bimbingan dan Konseling

1

BAB IPENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Setiap siswa memiliki permasalahan di sekolah, yang membedakan adalah

cara mereka menyikapi masalah yang mereka hadapi. Permasalahan yang dialami

para siswa di sekolah sering kali tidak dapat dihindari, walaupun dengan

pengajaran yang baik. Hal ini juga bisa disebabkan oleh sumber-sumber

permasalahan siswa yang banyak berasal dari luar sekolah.

Pelayanan bimbingan dan konseling belum maksimal atau berjalan sesuai

dengan semestinya atau ketentuan yang ada. Hal ini dikarenakan kurangnya

pemahaman lembaga pelayanan bimbingan dan konseling tersebut mengenai

kedudukannya di sekolah yang dapat dikatakan vital.

Oleh karena itu kita sebagai calon tenaga pendidik atau guru haruslah

mengerti dan paham mengenai pelayanan bimbingan dan konseling di lingkup

sekolah. Kita tidak hanya memberikan materi pembelajaran tetapi kita juga harus

memberikan pelayanan bimbingan dan konseling tersebut agar nantinya tujuan

dari siswa untuk mendapatkan kemandirian dapat terpenuhi.

1.2. Rumusan Masalah

a. Bagaimana sejarah perkembangan bimbingan dan konseling?

b. Apa landasan yang mendasari adanya bimbingan dan konseling?

c. Bagaimana hubungan bimbingan dan konseling dengan pendidikan?

d. Bagaimana peranan dan posisi bimbingan dan konseling dalam

pendidikan?

Page 5: Makalah Bimbingan dan Konseling

2

e. Apa urgensi bimbingan dan konseling dalam pendidikan?

1.3. Tujuan Pembuatan

a. Untuk mengetahui sejarah perkembangan bimbingan dan konseling.

b. Untuk mengetahui landasan yang mendasari adanya bimbingan dan

konseling.

c. Untuk mengetahui hubungan bimbingan dan konseling dengan

pendidikan.

d. Untuk mengatahui peranan dan posisi bimbingan dan konseling dalam

pendidikan.

e. Untuk mengetahui urgensi bimbingan dan konseling dalam pendidikan.

1.4. Manfaat

a. Pembaca dapat mengetahui sejarah perkembangan bimbingan dan

konseling.

b. Pembaca dapat mengetahui landasan yang mendasari adanya bimbingan

dan konseling.

c. Pembaca dapat mengetahui hubungan bimbingan dan konseling dengan

pendidikan.

d. Pembaca dapat mengetahui peranan dan posisi bimbingan dan konseling

dalam pendidikan.

e. Pembaca dapat mengetahui urgensi bimbingan dan konseling dalam

pendidikan.

Page 6: Makalah Bimbingan dan Konseling

3

BAB IIPEMBAHASAN

2.1. Pengertian Bimbingan dan Konseling

2.1.1. Pengertian Bimbingan

Secara etimologis, kata bimbingan merupakan terjemahan dari kata guidance

yang mempunyai arti menunjukkan, membimbing, menuntun, ataupun membantu.

Sesuai dengan istilahnya, maka secara umum bimbingan berarti suatu bantuan

atau tuntunan.

Prayitno dan Erman Amti (2004:99) mengemukakan bahwa bimbingan

adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada

seorang atau beberapa orang individu, baik anak-anak, remaja, maupun dewasa

agar orang yang dibimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri

dan mandiri dengan memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada dan

dapat dikembangkan berdasarkan norma-norma yang berlaku.

Years’s Book of Education 1995 menyatakan bimbingan adalah suatu proses

membantu individu melalui usahanya sendiri untuk menemukan dan

mengembangkan kemampuannya agar memperoleh kebahagiaan pribadi dan

kemamfaatan social.

Stoops dan Walquist menyatakan bimbingan adalah proses yang

terus-menerus dalam membantu perkembangan individu untuk mencapai

kemampuannya secara maksimum dalam mengarahkan manfaat yang

sebesar-besarnya baik bagi dirinya maupun bagi masyarakat.

Arthur J. Jones yang dikutip DR. Tohari Musnamar (1985: 4) menyatakan

bimbingan sebagai pertolongan yang diberikan oleh seseorang kepada orang lain

dalam hal membuat pilihan-pilihan, penyesuaian diri dan pemecahan

Page 7: Makalah Bimbingan dan Konseling

4

problem-problem yang bertujuan membantu orang tersebut untuk tumbuh dalam

hal kemandirian dan kemampuan bertanggung jawab bagi dirinya sendiri.

Djumhur dan Moh. Surya, (1975:15) berpendapat bahwa bimbingan adalah

suatu proses pemberian bantuan yang terus menerus dan sistematis kepada

individu dalam memecahkan masalah yang dihadapinya, agar tercapai

kemampuan untuk dapat memahami dirinya (self understanding), kemampuan

untuk menerima dirinya (self acceptance), kemampuan untuk mengarahkan

dirinya (self direction) dan kemampuan untuk merealisasikan dirinya (self

realization) sesuai dengan potensi atau kemampuannya dalam mencapai

penyesuaian diri dengan lingkungan, baik keluarga, sekolah dan masyarakat.

Dalam Peraturan Pemerintah No. 29 Tahun 1990 tentang Pendidikan

Menengah dikemukakan bahwa “Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan

kepada peserta didik dalam rangka menemukan pribadi, mengenal lingkungan,

dan merencanakan masa depan”.

Berdasarkan pengertian di atas dapat dipahami bahwa bimbingan pada

prinsipnya adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli

kepada seorang atau beberapa orang individu dalam hal memahami diri sendiri,

menghubungkan pemahaman tentang dirinya sendiri dengan lingkungan, memilih,

menentukan dan menyusun rencana sesuai dengan konsep dirinya dan tuntutan

lingkungan berdasarkan norma-norma yang berlaku.

Dari beberapa pengertian diatas juga dapat diambil beberapa prinsip sebagai

berikut:

a. Bimbingan merupakan suatu proses yang berkesinambungan.

Sehingga bantuan itu diberikan secara sistematis, berencana, terus-menerus

dan terarah kepada tujuan tertentu.

b. Bimbingan merupakan proses membantu individu

Page 8: Makalah Bimbingan dan Konseling

5

Artinya, dalam kegiatan bimbingan pembimbing tidak memaksa individu

untuk menuju ke suatu tujuan yang ditetapkan oleh pembimbing, melainkan

pembimbing membantu mengarahkan terbimbing (klien) ke arah suatu tujuan

yang telah ditetapkan bersama-sama, sehingga klien dapat mengembangkan

potensi yang dimilikinya secara optimal.

c. Bahwa bantuan diberikan kepada setiap individu yang memerlukannya di

dalam proses perkembangannya.

Hal ini mengandung arti bahwa bimbingan memberikan bantuan kepada

setiap individu baik anak-anak, remaja, dewasa maupun orangtua; apakah ia

dalam lingkungan sekolah atau diluar lingkungan sekolah; apakah ia berada

di Sekolah Dasar maupun di Perguruan Tinggi.

d. Bahwa bantuan yang diberikan melalui pelayanan bimbingan bertujuan

agar individu dapat mengembangkan dirinya secara optimal sesuai dengan

potensi yang dimilikinya

e. Yang menjadi sasaran bimbingan adalah agar individu dapat mencapai

kemandirian, yakni tercapainya perkembangan yang optimal dan dapat

menyesuaikan dirinya dengan lingkungannya.

f. Untuk mencapai tujuan bimbingan, digunakan pendekatan pribadi atau

kelompok dengan memanfaatkan berbagai teknik dan media bimbingan.

g. Layanan bimbingan dengan menggunakan berbagai macam media dan teknik

tersebut dilaksanakan dalam suasana asuhan yang normative.

h. Bahwa untuk melaksanakan kegiatan bimbingan diperlukan adanya

personil-personil yang memiliki keahlian dan pengalaman khusus dalam

bidang bimbingan.

Berdasarkan pengertian dan prinsip bimbingan yang telah dikemukakan

diatas, dapat disimpulkan bahwa bimbingan adalah merupakan proses pemberian

bantuan yang terus-menerus dari seorang pembimbing yang telah dipersiapkan

Page 9: Makalah Bimbingan dan Konseling

6

kepada individu yang membutuhkannya dalam rangka mengembangkan seluruh

potensi yang dimilikinya secara optimal dengan menggunakan berbagai macam

media dan teknik bimbingan dalam suasana asuhan yang normative agar tercapai

kemandirian sehingga individu dapat bermanfaat baik bagi dirinya sendiri

maupun bagi lingkungannya.

2.1.2. Pengertian Konseling

Secara etimologis, istilah konseling berasal dari bahasa inggris “to counsel”

yang berarti memberi saran dan nasihat.

Rogers (1942) menyatakan konseling adalah serangkai hubungan langsung

dengan individu yang bertujuan untuk membantu dia dalam merubah sikap dan

tingkah lakunya.

Sedangkan konseling menurut Prayitno dan Erman Amti (2004:105) adalah

proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara konseling oleh

seorang ahli (disebut konselor) kepada individu yang sedang mengalami sesuatu

masalah (disebut klien) yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi

klien.

Sejalan dengan itu, Winkel (2005:34) mendefinisikan konseling sebagai

serangkaian kegiatan paling pokok dari bimbingan dalam usaha membantu

konseli/klien secara tatap muka dengan tujuan agar klien dapat mengambil

tanggung jawab sendiri terhadap berbagai persoalan atau masalah khusus.

Berdasarkan pengertian yang telah dikemukakan oleh para ahli diatas, dapat

disimpulkan bahwa konseling merupakan salah satu teknik dalam pelayanan

bimbingan dimana proses pemberian bantuan itu berlangsung melalui wawancara

dalam serangkaian pertemuan langsung dan tatap muka antara guru

pembimbing/konselor dengan klien; dengan tujuan agar klien itu mampu

memperoleh pemahaman yang lebih baik terhadap dirinya, mampu memecahkan

masalah yang dihadapinya dan mampu mengarahkan dirinya untuk

Page 10: Makalah Bimbingan dan Konseling

7

mengembangkan potensi yang dimilki kearah perkembangan yang optimal

sehingga ia dapat mencapai kebahagiaan pribadi dan kemanfaatan social.

Bimbingan dan konseling dapat diartikan sebagai seperangkat program

pelayanan bantuan yang dilakukan melalui kegiatan perorangan dan kelompok

untuk membantu peserta didik melaksanakan kehidupan sehari-hari secara

mandiri dan berkembang secara optimal, serta membantu peserta didik menguasai

masalah yang dialaminya.

2.2. Sejarah Perkembangan Bimbingan dan Konseling

Bimbingan konseling merupakan ilmu yang tergolong baru. Latar belakang

yang mendorong lahirnya bimbingan dan konseling adalah perkembangan dan

perubahan masyarakat yang terjadi secara evolutif, diikuti dengan perkembangan

berbagai lembaga. Perkembangan dan perubahan tersebut antara lain meliputi:

a. Lembaga Keluarga: dari keadaan dan kebutuhan yang sederhana menjadi

semakin kompleks.

b. Lembaga pendidikan: seseorang menjadi pandai, maju dan beragam sehingga

tuntutannya pun semakin beragam.

c. Lembaga pekeerjaan: dari kehidupan agraris berkembang ke industri yang

ditandai dengan spesialisasi.

d. Lembaga lain: pelayanan konsultasi, rekreasi, keagamaan dsb yang semakin

berkembang dan beragam.

Gerakan bimbingan lahir pada tanggal 13 Januari 1908 di Amerika, dengan

didirikannya suatu vocational bureau tahun 1908 oleh Frank Parsons yang utuk

selanjutnya dikenal sebagai “Father of The Guedance Movement in American

Education”. yang menekankan pentingnya setiap individu diberikan pertolongan

agar mereka dapat mengenal atau memahami berbagai perbuatan dan kelemahan

Page 11: Makalah Bimbingan dan Konseling

8

yang ada pada dirinya dengan tujuan agar dapat dipergunakan secara intelijensi

dengan memilih pekerjaan yang terbaik yang tepat bagi dirinya.

Menurut Arthur E. Trax and Robert D North, dalam bukunya yang berjudul

“Techniques of Guidance”, (1986), disebutkan beberapa kejadian penting yang

mewarnai sejarah bimbingan diantaranya:

a) Pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20.

Timbul suatu gerakan kemanusiaan yang menitik beratkan pada

kesejahteraan manusia dan kondisi sosialnya. Geraka ini membantu vocational

bureau Parsons dalam bidang keungan agar dapat menolong anak-anak muda

yang tidak dapat bekerja dengan baik.

b) Agama

Pada rohaniwan berpandangan bahwa dunia adalah dimana ada pertentangan

yang secara terus menerus antara baik dan buruk.

c) Aliran kesehatan mental

Timbul dengan tujuan perlakuan yang manusiawi terhadap penderita

penyakit jiwa dan perhatian terhadap berbagai gejala, tingkat penyakit jiwa,

pengobatan, dan pencegahannya, karena ada suatu kesadaran bahwa penyakit ini

bisa diobati apabila ditemukan pada tingkat yang lebih dini. Gerakan ini

mendorong para pendidik untuk lebih peka terhadap masalah-masalah gangguan

kejiwaan, rasa tidak aman, dan kehilangan identitas diantara anak-anak muda.

d) Perubahan dalam masyarakat

Akibat dari perang dunia 1 dan 2, pengangguran, depresi, perkembangan

IPTEK, wajib belajar, mendorong beribu-ribu anak untuk masuk sekolah tanpa

mengetahui untuk apa mereka bersekolah. Perubahan masyarakat semacam ini

mendorong para pendidik untuk memperbaiki setiap anak sesuai dengan

kebutuhannya agar mereka dapat menyelesaikan pendidikannya dengan berhasil.

Page 12: Makalah Bimbingan dan Konseling

9

e) Gerakan mengenal siswa sebagai individu

Gerakan ini erat sekali kaitannya dengan gerakan tes pengukuran. Bimbingan

diadakan di sekolah disebabkan tugas sekolah untuk mengenal atau memahami

siswa-siswanya secara individual. Karena sulitnya untuk mengenal atau

memahami siswa secara individual atau pribadi, maka diciptakanlah berbagai

teknik dan instrument diantaranya tes psikologis dan pengukuran.

Sampai awal abad ke-20 belum ada konselor disekolah. Pada saat itu

pekerjaan-pekerjaan konselor masih ditangani oleh para guru. Gerakan

bimbingan disekolah mulai berkembang sebagai dampak dari revolusi industri

dan keragaman latar belakang para siswa yang masuk kesekolah-sekolah negeri.

Tahun 1898 Jesse B. Davis, seorang konselor di Detroit mulai memberikan

layanan konseling pendidikan dan pekerjaan di SMA. Pada tahun 1907 dia

memasukkan program bimbingan di sekolah tersebut. Pada waktu yang sama para

ahli yang juga mengembangkan program bimbingan ini diantaranya; Eli Weaper,

Frank Parson, E.G Will Amson, Carlr. Rogers.

Bahkan, Eli Weaper pada tahun 1906 menerbitkan buku tentang “memilih

suatu karir” dan membentuk komite guru pembimbing disetiap sekolah menengah

di New York. Kamite tersebut bergerak untuk membantu para pemuda dalam

menemukan kemampuan-kemampuan dan belajar tentang bimbingan

menggunakan kemampuan-kemampuan tersebut dalam rangka menjadi seorang

pekerja yang produktif.

Bradley (John J.Pie Trafesa et. al., 1980) menambah satu tahapan dari tiga

tahapan tentang sejarah bimbingan menurut Stiller, yaitu sebagai berikut:

Vocational exploration : Tahapan yang menekankan tentang analisis individual

dan pasaran kerja.

Page 13: Makalah Bimbingan dan Konseling

10

Metting Individual Needs : Tahapan yang menekankan membantu individu agar

meeting memperoleh kepuasan kebutuhan hidupnya. Perkembangan BK pada

tahapan ini dipengaruhi oleh diri dan memecahkan masalahnya sendiri.

Transisional Professionalism : Tahapan yang memfokuskan perhatian kepada

upaya profesionalisasi konselor

Situasional Diagnosis : Tahapan sebagai periode perubahan dan inovasi pada

tahapan ini memfokuskan pada analisis lingkungan dalam proses bimbingan dan

gerakan cara-cara yang hanya terpusat pada individu.

Pada tahun 1909 setiap sekolah menengah di Boston dimasukkan seorang

petugas bimbingan jabatan. Kemudian tahun 1910 sekitar 35 kota melaksanakan

dan menganjurkan program formal bimbingan sekolah. Pada tahun 1911 Eli

Weaper mendirikan lembaga bimbingan yang diberi nama The New York City

Vocational Guidence Survey. Selanjutnya tahun 1912 melalui lembaga tersebut

diselenggarkan konferensi yang kedua bimbingan jabatan di New York.

Sedangkan konferensi yang ketiga diselenggarakan pada tahun 1913. Sejak tahun

1914 proses bimbingan mulai mengarah kepada bimbingan pendidikan dan terus

berkembang hingga kini.

Perkembangan tanggal 20 Mei 1908 lahirlah gerakan Budi Utomo yang

berusaha memperjuangkan kemajuan bangsa dalam segala lapangan kebudayaan.

Sejak saat itu muncul berbagai gerakan yang mulai terorganisir dengan baik.

Tahun 1922 lahir Perguruan Nasional Taman Siswa dengan asas:

1) Kemerdekaan tiap orang untuk mengatur diri sendiri

2) Membiasakan anak untuk mencari pengetahuan dengan pikirannya sendiri.

3) Berusaha dengan kekuatannya sendiri tanpa tergantung pada bantuan orang

lain.

Prinsip didaktik yang dipegang oleh Perguruan Nasional Taman Siswa ini

antara lain: kemerdekaan belajar, bekerja dan menggunakan pendekatan

Page 14: Makalah Bimbingan dan Konseling

11

konvergensi. Dari pola pendidikan Taman Siswa tersebut telah nampak perhatian

dan penghargaan terhadap potensi seseorang dan kemerdekaan untuk

mengembangkan potensi. Hal ini merupakan benih dari gerakan bimbingan

konseling.

Keberadaan Bimbingan dan Penyuluhan secara legal formal diakui tahun

1989 dengan lahirnya SK Menpan No 026/Menpan/1989 tentang Angka Kredit

bagi Jabatan Guru dalam lingkungan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Di dalam Kepmen tersebut ditetapkan secara resmi adanya kegiatan pelayanan

bimbingan dan penyuluhan di sekolah. Akan tetapi pelaksanaan di sekolah masih

belum jelas seperti pemikiran awal untuk mendukung misi sekolah dan

membantu peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan mereka. Sampai tahun

1993 pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan di sekolah tidak jelas, parahnya

lagi pengguna terutama orang tua murid berpandangan kurang bersahabat dengan

BP. Muncul anggapan bahwa anak yang ke BP identik dengan anak yang

bermasalah, kalau orang tua murid diundang ke sekolah oleh guru BP dibenak

orang tua terpikir bahwa anaknya di sekolah mesti bermasalah atau ada masalah.

Hingga lahirnya SK Menpan No. 83/1993 tentang Jabatan Fungsional Guru dan

Angka Kreditnya yang di dalamnya termuat aturan tentang Bimbingan dan

Konseling di sekolah.

Ketentuan pokok dalam SK Menpan itu dijabarkan lebih lanjut melalui SK

Mendikbud No 025/1995 sebagai petunjuk pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru

dan Angka Kreditnya. Di Dalam SK Mendikbud ini istilah Bimbingan dan

Penyuluhan diganti menjadi Bimbingan dan Konseling di sekolah dan

dilaksanakan oleh Guru Pembimbing. Di sinilah pola pelaksanaan Bimbingan dan

Konseling di sekolah mulai jelas.

SK Mendikbud No. 025/1995 sebagai petunjuk pelaksanaan Jabatan

Fungsional Guru dan Angka Kreditnya terdapat hal-hal yang substansial,

khususnya yang menyangkut bimbingan dan konseling adalah:

Page 15: Makalah Bimbingan dan Konseling

12

1) Istilah bimbingan dan penyuluhan secara resmi diganti menjadi bimbingan

dan konseling.

2) Pelaksana bimbingan dan konseling di sekolah adalah guru pembimbing,

yaitu guru yang secara khusus ditugasi untuk itu. Dengan demikian

bimbingan dan konseling tidak dilaksanakan oleh semua guru atau

sembarang guru.

3) Guru yang diangkat atau ditugasi untuk melaksanakan kegiatan bimbingan

dan konseling adalah mereka yang berkemampuan melaksanakan kegiatan

tersebut; minimum mengikuti penataran bimbingan dan konseling selama

180 jam.

4) Kegiatan bimbingan dan konseling dilaksanakan dengan pola yang jelas:

a) Pengertian, tujuan, fungsi, prinsip dan asas-asasnya

b) Bidang bimbingan: bimbingan pribadi, sosial, belajar dan karir

c) Jenis layanan: layanan orientasi, informasi, penempatan/penyaluran,

pembelajaran, konseling perorangan, bimbingan kelompok dan

konseling kelompok

d) Kegiatan pendukung: instrumentasi, himpunan data, konferensi kasus,

kunjungan rumah dan alih tangan kasus.

Unsur-unsur di atas (nomor 4) membentuk apa yang kemudian disebut

BK Pola-17 5.

5) Setiap kegiatan bimbingan dan konseling dilaksanakan melalui tahap:

a) Perencanaan kegiatan

b) Pelaksanaan kegiatan

c) Penilaian hasil kegiatan

d) Analisis hasil penilaian

Page 16: Makalah Bimbingan dan Konseling

13

e) Tindak lanjut

6) Kegiatan bimbingan dan konseling dilaksanakan di dalam dan di luar jam

kerja sekolah.

Hal-hal yang substansial di atas diharapkan dapat mengubah kondisi

tidak jelas yang sudah lama berlangsung sebelumnya.

2.3. Landasan Bimbingan dan Konseling

“Landasan” di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (pusat bahasa

diknas.go.id) diartikan sebagai alas, dasar, atau tumpuan. Adapun istilah landasan

sebagai dasar dikenal pula sebagai fundasi. Mengacu kepada pengertian tersebut,

kita dapat memahami bahwa landasan adalah suatu alas atau dasar pijakan dari

sesuatu hal; suatu titik tumpu atau titik tolak dari sesuatu hal; atau suatu fundasi

tempat berdirinya sesuatu hal.

Landasan Bimbingan dan Konseling (BK) adalah pondasi di dalam

penyelenggaraan proses bantuan atau proses pelayanan konselor terhadap konseli.

Landasan memiliki perbedaan dengan beberapa istilah lain yang mengacu pada

makna sebagai fondasi sepertiasas. Landasan berarti “tumpuan” atau “dasar”

sedangkan asas berarti “dasar”, “dasar cita-cita”. Prayitno dan Erman Amri

memaksudkan kata asas sebagai “kaidah-kaidah yang menjamin efisien dan

efektivitas proses”, sedangkan landasan mengatur konsep-konsep pokok secara

keseluruhan di dalam proses pelayanan BK.

Landasan-landasan BK merupakan hal penting karena merupakan bagian

daripada pilar-pilar BK.Menurut Prayitno dan Erman Amti (1999), ada beberapa

landasan bimbingan dan konseling, yaitu Landasan filosofis, landasan religius,

landasan psikologi, landasan sosial budaya, landasan ilmiah dan teknologi, serta

landasan pedagogis.

Page 17: Makalah Bimbingan dan Konseling

14

1. Landasan Filosofis

Kata filosofi atau filsafat berasal dari bahasa Yunani: philos berarti

cinta, dan shopos berarti bijaksana. Jadi filosofis berarti kecintaan terhadap

kebijaksanaan. Landasan filosofis merupakan landasan yang dapat

memberikan arahan dan pemahaman khususnya bagi konselor dalam

melaksanakan setiap kegiatan bimbingan dan konseling yang lebih bisa

dipertanggung jawabkan secara logis, etis maupun estetis.

Bimbingan dan konseling memiliki implikasi terhadap hakikat, tujuan

dan tugas kehidupan manusia, yaitu

1) Hakikat Manusia

Dari berbagai aliran filsafat yang ada, para penulis Barat (Victor

Frankl, Patterson, Alblaster & Lukes, Thompson & Rudolph, dalam

Prayitno dan Erman Amti, 2004:140) telah mendeskripsikan tentang

hakikat manusia sebagai berikut :

a. Manusia adalah makhluk rasional yang mampu berfikir dan

mempergunakan ilmu untuk meningkatkan perkembangan dirinya.

b. Manusia dapat belajar mengatasi masalah-masalah yang

dihadapinya apabila dia berusaha memanfaatkan

kemampuan-kemampuan yang ada pada dirinya.

c. Manusia berusaha terus-menerus memperkembangkan dan

menjadikan dirinya sendiri khususnya melalui pendidikan.

d. Manusia dilahirkan dengan potensi untuk menjadi baik dan buruk

dan hidup berarti upaya untuk mewujudkan kebaikan dan

menghindarkan atau setidak-tidaknya mengontrol keburukan.

e. Manusia memiliki dimensi fisik, psikologis dan spiritual yang harus

dikaji secara mendalam.

Page 18: Makalah Bimbingan dan Konseling

15

f. Manusia akan menjalani tugas-tugas kehidupannya dan kebahagiaan

manusia terwujud melalui pemenuhan tugas-tugas kehidupannya

sendiri.

g. Manusia adalah unik dalam arti manusia itu mengarahkan

kehidupannya sendiri.

h. Manusia adalah bebas merdeka dalam berbagai keterbatasannya

untuk membuat pilihan-pilihan yang menyangkut perikehidupannya

sendiri. Kebebasan ini memungkinkan manusia berubah dan

menentukan siapa sebenarnya diri manusia itu adan akan menjadi

apa manusia itu.

i. Manusia pada hakikatnya positif, yang pada setiap saat dan dalam

suasana apapun, manusia berada dalam keadaan terbaik untuk

menjadi sadar dan berkemampuan untuk melakukan sesuatu.

2) Tujuan dan Tugas Kehidupan

Witner dan Sweeney (dalam Prayitno dan Erman Anti, 2002)

mengemukakan bahwa ciri-ciri hidup sehat ditandai dengan 5 kategori, yaitu:

a. Piritualitas

Agama sebagai sumber inti dari hidup sehat. Agama sebagai

sumber moral, etika dan aturan-aturan formal berfungsi untuk

melindungi dan melestarikan kebenaran dan kesucian hidup

manusia.

b. Pengaturan diri

Seseorang yang mengamalkan hidup sehat pada dirinya terdapat

ciri-ciri (1) rasa diri berguna, (2) pengendalian diri, (3) pandangan

realistik, (4) spontanitas dan kepekaan emosional, (5) kemampuan

rekayasa intelektual, (6) pemecahan masalah, (7) kreatif, (8)

kemampuan berhumor dan, (9) kebugaran jasmani dan kebiasaan

hidup sehat.

Page 19: Makalah Bimbingan dan Konseling

16

c. Bekerja

Untuk memperoleh keuntungan ekonomis, psikologis dan sosial

yang kesemuanya itu akan menunjang kehidupan yang sehat bagi

diri sendiri dan orang lain.

d. Persahabatan

Persahabatan memberikan 3 keutamaan dalam hidup yaitu (1)

dukungan emosional (2) dukungan material, dan (3) dukungan

informasi.

e. Cinta

Penelitian flanagan 1978 (dalam Prayitno dan Erman Anti,

2004:144) menemukan bahwa pasangan hidup suami istri, anak dan

teman merupakan tiga pilar utama bagi keseluruhan pencipta

kebahagiaan manusia, baik laki-laki maupun perempuan.

Paparan tentang hakikat, tujuan dan tugas kehidupan manusia diatas

mempunyai implikasi kepada layanan bimbingan dan konseling.

2. Landasan Religius

Dalam landasan religius Bimbingan dan Konseling diperlukan penekanan

pada 3 hal pokok, yaitu;

1) Keyakinan bahwa manusia dan seluruh alam adalah mahluk tuhan.

2) Sikap yang mendorong perkembangan dan perikehidupan manusia

berjalan kearah dan sesuai dengan kaidah-kaidah agama.

3) Upaya yang memungkinkan berkembang dan dimanfaatkannya secara

optimal suasana dan perangkat budaya serta kemasyarakatan yang sesuai

dengan kaidah-kaidah agama untuk membentuk perkembangan dan

pemecahan masalah individu.

Manusia adalah makhluk Tuhan yang memiliki sisi-sisi kemanusiaan.

Sisi-sisi kemanusiaan tersebut tdiak boleh dibiarkan agar tidak mengarah pada

Page 20: Makalah Bimbingan dan Konseling

17

hal-hal negatif. Perlu adanya bimbingan yang akan mengarahkan sisi-sisi

kemanusiaan tersebut pada hal-hal positif.

Agama yang menyeimbangkan antara kehidupan dunia dan akhirat menjadi

isi dari sikap keberagamaan. Sikap keberagamaan tersebut pertama difokuskan

pada agama itu sendiri, agama harus dipandang sebagai pedoman penting dalam

hidup, nilai-nilainya harus diresapi dan diamalkan. Kedua, menyikapi

peningkatan iptek sebagai upaya lanjut dari penyeimbang kehidupan dunia dan

akhirat.

Pemanfaatan unsur-unsur agama hendaknya dilakukan secara wajar, tidak

dipaksakan dan tepat menempatkan klien sebagai seorang yang bebas dan berhak

mengambil keputusan sendiri sehingga agama dapat berperan positif dalam

konseling yang dilakukan agama sebagai pedoman hidup ia memiliki fungsi

memelihara fitrah, memelihara jiwa, memelihara akal dan memelihara keturunan.

3. Landasan Psikologis

Landasan psikologis merupakan landasan yang dapat memberikan

pemahaman bagi konselor tentang perilaku individu yang menjadi sasaran

layanan (klien). Untuk kepentingan bimbingan dan konseling, beberapa kajian

psikologi yang perlu dikuasai oleh konselor adalah tentang :

1) Motif dan motivasi.

Motif dan motivasi berkenaan dengan dorongan yang menggerakkan

seseorang berperilaku baik motif primer yaitu motif yang didasari oleh

kebutuhan asli yang dimiliki oleh individu semenjak dia lahir, seperti :

rasa lapar, bernafas dan sejenisnya maupun motif sekunder yang

terbentuk dari hasil belajar, seperti rekreasi, memperoleh pengetahuan

atau keterampilan tertentu dan sejenisnya. Selanjutnya motif-motif

tersebut tersebut diaktifkan dan digerakkan,– baik dari dalam diri

individu (motivasi intrinsik) maupun dari luar individu (motivasi

Page 21: Makalah Bimbingan dan Konseling

18

ekstrinsik), menjadi bentuk perilaku instrumental atau aktivitas tertentu

yang mengarah pada suatu tujuan.

2) Pembawaan dan lingkungan

Pembawaan dan lingkungan berkenaan dengan faktor-faktor yang

membentuk dan mempengaruhi perilaku individu. Pembawaan yaitu

segala sesuatu yang dibawa sejak lahir dan merupakan hasil dari

keturunan, yang mencakup aspek psiko-fisik, seperti struktur otot, warna

kulit, golongan darah, bakat, kecerdasan, atau ciri-ciri-kepribadian

tertentu. Pembawaan pada dasarnya bersifat potensial yang perlu

dikembangkan dan untuk mengoptimalkan dan mewujudkannya

bergantung pada lingkungan dimana individu itu berada. Pembawaan

dan lingkungan setiap individu akan berbeda-beda. Ada individu yang

memiliki pembawaan yang tinggi dan ada pula yang sedang atau bahkan

rendah. Misalnya dalam kecerdasan, ada yang sangat tinggi (jenius),

normal atau bahkan sangat kurang (debil, embisil atau ideot). Demikian

pula dengan lingkungan, ada individu yang dibesarkan dalam lingkungan

yang kondusif dengan sarana dan prasarana yang memadai, sehingga

segenap potensi bawaan yang dimilikinya dapat berkembang secara

optimal. Namun ada pula individu yang hidup dan berada dalam

lingkungan yang kurang kondusif dengan sarana dan prasarana yang

serba terbatas sehingga segenap potensi bawaan yang dimilikinya tidak

dapat berkembang dengan baik.dan menjadi tersia-siakan.

3) Perkembangan individu,

Perkembangan individu berkenaan dengan proses tumbuh dan

berkembangnya individu yang merentang sejak masa konsepsi (pra natal)

hingga akhir hayatnya, diantaranya meliputi aspek fisik dan

psikomotorik, bahasa dan kognitif/kecerdasan, moral dan sosial.

Beberapa teori tentang perkembangan individu yang dapat dijadikan

sebagai rujukan, diantaranya : (1) Teori dari McCandless tentang

Page 22: Makalah Bimbingan dan Konseling

19

pentingnya dorongan biologis dan kultural dalam perkembangan

individu; (2) Teori dari Freud tentang dorongan seksual; (3) Teori dari

Erickson tentang perkembangan psiko-sosial; (4) Teori dari Piaget

tentang perkembangan kognitif; (5) teori dari Kohlberg tentang

perkembangan moral; (6) teori dari Zunker tentang perkembangan karier;

(7) Teori dari Buhler tentang perkembangan sosial; dan (8) Teori dari

Havighurst tentang tugas-tugas perkembangan individu semenjak masa

bayi sampai dengan masa dewasa.

Dalam menjalankan tugas-tugasnya, konselor harus memahami

berbagai aspek perkembangan individu yang dilayaninya sekaligus dapat

melihat arah perkembangan individu itu di masa depan, serta

keterkaitannya dengan faktor pembawaan dan lingkungan.

4) Belajar

Belajar merupakan salah satu konsep yang amat mendasar dari

psikologi. Manusia belajar untuk hidup. Tanpa belajar, seseorang tidak

akan dapat mempertahankan dan mengembangkan dirinya, dan dengan

belajar manusia mampu berbudaya dan mengembangkan harkat

kemanusiaannya. Inti perbuatan belajar adalah upaya untuk menguasai

sesuatu yang baru dengan memanfaatkan yang sudah ada pada diri

individu. Penguasaan yang baru itulah tujuan belajar dan pencapaian

sesuatu yang baru itulah tanda-tanda perkembangan, baik dalam aspek

kognitif, afektif maupun psikomotor/keterampilan. Untuk terjadinya

proses belajar diperlukan prasyarat belajar, baik berupa prasyarat

psiko-fisik yang dihasilkan dari kematangan atau pun hasil belajar

sebelumnya.

Untuk memahami tentang hal-hal yang berkaitan dengan belajar

terdapat beberapa teori belajar yang bisa dijadikan rujukan, diantaranya

adalah : (1) Teori Belajar Behaviorisme; (2) Teori Belajar Kognitif atau

Page 23: Makalah Bimbingan dan Konseling

20

Teori Pemrosesan Informasi; dan (3) Teori Belajar Gestalt. Dewasa ini

mulai berkembang teori belajar alternatif konstruktivisme.

5) Kepribadian.

Abin Syamsuddin, 2003 (dalam artikel Akhmad Sudrajat, 2008)

mengemukakan tentang aspek-aspek kepribadian, yang mencakup:

a. Karakter yaitu konsekuen tidaknya dalam mematuhi etika perilaku,

konsiten tidaknya dalam memegang pendirian atau pendapat.

b. Temperamen yaitu disposisi reaktif seorang, atau cepat lambatnya

mereaksi terhadap rangsangan-rangsangan yang datang dari

lingkungan.

c. Sikap sambutan terhadap objek yang bersifat positif, negatif atau

ambivalen.

d. Stabilitas emosi; yaitu kadar kestabilan reaksi emosional terhadap

rangsangan dari lingkungan. Seperti mudah tidaknya tersinggung,

sedih, atau putus asa.

e. Responsibilitas (tanggung jawab), kesiapan untuk menerima resiko

dari tindakan atau perbuatan yang dilakukan. Seperti mau menerima

resiko secara wajar, cuci tangan, atau melarikan diri dari resiko yang

dihadapi.

f. Sosiabilitas; yaitu disposisi pribadi yang berkaitan dengan hubungan

interpersonal. Seperti: sifat pribadi yang terbuka atau tertutup dan

kemampuan berkomunikasi dengan orang lain.

Upaya konselor dalam landasan ini adalah adanya perubahan tingkah laku

klien, baik dalam mengatasi masalahnya ataupun tujuan yang ingin dicapainya

dengan pemahaman tingkah laku yang jadi sasaran pelayanan memiliki latar

Page 24: Makalah Bimbingan dan Konseling

21

belakang yang berbeda. Konselor harus bisa memahami tingkah laku individu,

motif dan motifasi, pembawaan dan lingkungan, perkembangan individu, belajar,

balikan dan penguatan serta keprbadiannya.

4. Landasan Sosial Budaya

Kebudayaan akan bimbingan timbul karena terdapat faktor yang menambah

rumitnya keadaan masyarakat dimana individu itu hidup. Faktor-faktor tersebut

seperti perubahan kontelasi keuangan, perkembagan pendidikan, dunia-dunia

kerja, perkembangan komunikasi dll (Jonh), Pietrofesa dkk, 1980; M. Surya &

Rochman N, 1986; dan Rocman N, 1987).

1) Individu sebagai Produk Lingkungan Sosial Budaya

MC Daniel memandang setiap anak, sejak lahirnya harus memenuhi

tidak hanya tuntutan biologisnya, tepapi juga tuntutan budaya ditempat

ia hidup, tuntutan Budaya itu menghendaki agar ia mengembangkan

tingkah lakunya sehingga sesuai dengan pola-pola yang dapat diterima

dalam budaya tersebut.

Tolbert memandang bahwa organisasi sosial, lembaga keagamaan,

kemasyarakatan, pribadi, dan keluarga, politik dan masyarakat secara

menyeluruh memberikan pengaruh yang kuat terhadap sikap,

kesempatan dan pola hidup warganya. Unsur-unsur budaya yang

ditawarkan oleh organisasi dan budaya lembaga-lembaga tersebut

mempengaruhi apa yang dilakukan dan dipikirkan oleh individu, tingkat

pendidikan yang ingin dicapainya, tujuan-tujuan dan jenis-jenis

pekerjaan yang dipilihnya, rekreasinya dan kelompok-kelompok yang

dimasukinya.

Bimbingan konseling harus mempertimbangkan aspek sosial budaya

dalam pelayanannya agar menghasilkan pelayanan yang lebih efektif.

2) Bimbingan dan Konseling Antara Budaya

Menurut Pedersen, dkk ada 5 macam sumber hambatan yang

Page 25: Makalah Bimbingan dan Konseling

22

mungkin timbul dalam komunikasi dan penyesuaian diri antarbudaya

yaitu sumber-sumber berkenaan dengan perbedaan bahasa, komunikasi

non-verbal, stereotip, kecenderungan menilai, dan kecemasan.

Perbedaan dalam latar belakang ras atau etnik, kelas sosial ekonomi

dan pola bahasa menimbulkan masalah dalam hubungan konseling.

Beberapa Hipotesis yang dikemukakan Pedersen dkk, 1976 (dalam

Prayitno dan Erman Amti, 2004;175) tentang berbagai aspek konseling

budaya antara lain:

a. Makin besar kesamaan harapan tentang tujuan konseling antara

budaya pada diri konselor dan klien maka konseling akan berhasil.

b. Makin besar kesamaan pemohonan tentang ketergantungan,

komunikasi terbuka, maka makin efektif konseling tersebut.

c. Makin sederhana harapan yang diinginkan oleh klien maka makin

berhasil konseling tersebut

d. Makin bersifat personal, penuh suasana emosional suasana

konseling antar budaya makin memudahkan konselor memahami

klien.

e. Keefektifan konseling antara budaya tergantung pada kesensitifan

konselor terhadap proses komunikasi.

f. Keefektifan konseling akan meningkat jika ada latihan khusus serta

pemahaman terhadap permasalahan hidup yang sesuai dengan

budaya tersebut.

g. Makin klien (antarbudaya) kurang memahami proses konseling,

makin perlu konselor atau program konseling antara budaya

memberikan pengarahan/pengganjaran/latihan kepada klien

(antarbudaya) itu tentang ketrampilan berkomunikasi, pengambilan

Page 26: Makalah Bimbingan dan Konseling

23

keputusan dan transfer (mempergunakan keterampilan tertentu pada

situasi-situasi yang berbeda).

5. Landasan Ilmiah dan Teknologis

Landasan ilmiah dan teknologi membicarakan sifat keilmuan bimbingan

dan konseling. Bimbingan dan konseling sebagai ilmu yang

multidimensional yang menerima sumbangan besar dari ilmu-ilmu lain dan

bidang teknologi. Sehingga bimbingan dan konseling diharapkan semakin

kokoh. Dan mengikuti perkembangan ilmu dan teknologi. yang berkembang

pesat. Disamping itu penelitian dalam bimbingan dan konseling sendiri

memberikan bahan-bahan yang yang segar dalam perkembangan bimbingan

dan konseling yang berkelanjutan.

1) Keilmuan Bimbingan dan Konseling

Ilmu bimbingan dan konseling adalah berbagai pengetahuan tentang

bimbingan dan konseling yang tersusun secara logis dan sistematik.

Sebagai layaknya ilmu-ilmu yang lain, ilmu bimbingan dan konseling

mempunyai obyek kajiannya sendiri, metode pengalihan pengetahuan

yang menjadi ruang lingkupnya, dan sistematika pemaparannya.

Obyek kajian bimbingan dan konseling ialah upaya bantuan yang

diberikan kepada individu yang mangacu pada ke-4 fungsi pelayanan

yakni fungsi pemahaman, pencegahan, pengentasan dan pemeliharaan/

pengembangan. Dalam menjabarkan tentang bimbingan dan konseling

dapat digunakan berbagai cara/ metode, seperti pengamatan, wawancara,

analisis document (Riwayat hidup, laporan perkembangan), prosedur

teks penelitian, buku teks, dan tulisan-tulisan ilmiah lainnya mengenai

obyek kajian bimbingan dan konseling merupakan wujud dari keilmuan

bimbingan dan konseling.

2) Peran Ilmu Lain dan Teknologi dalam Bimbingan dan Konseling

Bimbingan dan konseling merupakan ilmu yang bersifat

multireferensial, artinya ilmu dengan rujukan berbagai ilmu yang lain.

Page 27: Makalah Bimbingan dan Konseling

24

Misalnya ilmu statistik dan evaluasi memberikan pemahaman dan

tehnik-tehnik. Pengukuran dan evaluasi karakteristik individu; biologi

memberikan pemahaman tentang kehidupan kejasmanian individu. Hal

itu sangat penting bagi teori dan praktek bimbingan dan konseling.

3) Pengembangan Bimbingan Konseling Melalui Penelitian

Pengembangan teori dan pendekatan bimbingan dan konseling boleh

jadi dapat dikembangkan melalui proses pemikiran dan perenungan,

namun pengembangan yang lebih lengkap dan teruji didalam praktek

adalah apabila pemikiran dan perenungan itu memperhatikan pula

hasil-hasil penelitian dilapangan. Melalui penelitian suatu teori dan

praktek bimbingan dan konseling menemukan pembuktian tentang

ketepatan/ keefektifan dilapangan. Layanan bimbingan dan konseling

akan semakin berkembangan dan maju jika dilakukan penelitian secara

terus menerus terhadap berbagai aspek yang berhubungan dengan

Bimbingan dan Konseling.

6. Landasan Pedagogis

Menurut Budi Santoso, 1992 (dalam Prayitno dan Erman Amti,

2004:180) pendidikan itu merupakan salah satu lembaga sosial yang

universal dan berfungsi sebagai sarana reproduksi social.

Landasan paedagogis dalam layanan bimbingan dan konseling ditinjau dari

tiga segi, (Prayitno dan Erman Amti 2004:181-186) yaitu:

1) Pendidikan Sebagai Upaya Pengembangan Individu: Bimbingan

Merupakan Bentuk Upaya Pendidikan.

Pendidikan adalah upaya memanusiakan manusia. Seorang bagi

manusia hanya akan dapat menjadi manusia sesuai dengan tuntutan

budaya hanya melalui pendidikan. Tanpa pendidikan, bagi manusia yang

telah lahir itu tidak akan mampu memperkembangkan dimensi

keindividualannya, kesosialisasinya, kesosilaanya dan keberagamaanya.

Undang-Undang No. 2 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan

Page 28: Makalah Bimbingan dan Konseling

25

nasional menetapkan pengertian pendidikan adalah usaha sadar dan

terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran

agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

kecerdasan akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya,

masyarakat, bangsa dan Negara.

2) Pendidikan Sebagai Inti Proses Bimbingan Dan Konseling

Bimbingan dan konseling mengembangkan proses belajar yang

dijalani oleh klien-kliennya. Kesadaran ini telah tampil sejak

pengembangan gerakan Bimbingan dan Konseling secara meluas di

Amerika Serikat . pada tahun 1953, Gistod telah menegaskan Bahwa

Bimbingan dan Konseling adalah proses yang berorientasi pada belajar,

belajar untuk memahami lebih jauh tentang diri sendiri, belajar untuk

mengembangkan dan merupakan secara efektif berbagai pemahaman..

(dalam Belkin, 1975). Lebih jauh, Nugent (1981) mengemukakan bahwa

dalam konseling klien mempelajari ketrampilan dalam pengambilan

keputusan. Pemecahan masalah, tingkah laku, tindakan, serta sikap-sikap

baru. Dengan belajar itulah klien memperoleh berbagai hal yang baru

bagi dirinya; dengan memperoleh hal-hal baru itulah klien berkembang.

3) Pendidikan lebih lanjut sebagai inti tujuan layanan bimbingan dan

konseling

Tujuan Bimbingan dan Konseling disamping memperkuat

tujuan-tujuan pendidikan, juga menunjang proses pendidikan pada

umumnya. Hal itu dapat dimengerti karena program-program bimbingan

dan konseling meliputi aspek-aspek tugas perkembangan individu,

khususnya yang menyangkut kawasan kematangan pendidikan karier,

Kematangan personal dan emosional, serta kematangan sosial, semuanya

untuk peserta didik pada jenjang pendidikan dasar (SD dan SLTP) dan

pendidikan menengah (Borders dan Drury, 1992). Hasil-hasil bimbingan

Page 29: Makalah Bimbingan dan Konseling

26

dan konseling pada kawasan itu menunjang keberhasilan pendidikan

pada umumnya.

7. Landasan Yuridis-Formal

Landasan yuridis-formal berkenaan dengan berbagai peraturan dan

perundangan yang berlaku di Indonesia tentang penyelenggaraan bimbingan

dan konseling, yang bersumber dari Undang-Undang Dasar, Undang –

Undang, Peraturan Pemerintah, Keputusan Menteri serta berbagai aturan dan

pedoman lainnya yang mengatur tentang penyelenggaraan bimbingan dan

konseling di Indonesia.

1) Kurikulum 1975. Tiga jenis layanan pada jalur pendidikan formal,

yaitu :

a. Layanan Manajemen dan supervise.

b. Layanan pembelajaran.

c. Layanan bimbingan dan penyuluhan.

2) UU No. 2 tahun 1989, Bab X Pasal 1 Ayat 1. Pendidikan adalah usaha

sadar dan terencana untuk menyiapkan peserta didik melalui bimbingan,

pengajaran dan atau latihan bagi perannya di masa yang akan datang.

3) PP No. 28 dan 29 tahun 1990, Bab X Pasal 25 Ayat 1 dan 2. Bimbingan

adalah bantuan kepada peserta didik untuk memahami diri, mengenal

lingkungan dan merencanakan masa depan. Bimbingan dilakukan oleh

Guru Pembimbing.

4) Keputusan Men PAN No. 84 tahun 1993. Tentang jabatan fungsional

guru dan angka kreditnya, tugas pokok guru pembimbing adalah

menyusun program bimbingan, melaksanakan program bimbingan,

mengevaluasi pelaksanaan program bimbingan, analisis hasil

Page 30: Makalah Bimbingan dan Konseling

27

pelaksanaan bimbingan dan tindak lanjut pelaksanaan program

bimbingan terhadap peserta didik yang menjadi tanggung jawabnya.

5) UU No. 20 tahun 2003, Bab 1 Pasal 1 Ayat 1. Pendidik adalah tenaga

kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong

belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator dan sebutan lain sesuai

dnegan kekhususannya serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan

pendidikan.

6) PP No. 19 tahun 2005 Pasal 5 s/d 18, Standar Nasional Pendidikan

tentang standar isi unit satuan pendidikan dasar dan menengah.

7) Permendiknas No. 22 tahun 2006 tentang standar isi untuk satuan

pendidikan dasar dan menengah yang memuat pengembangan diri

peserta didik dalam struktur KTSP ditafsirkan dan/pembimbing oleh

konselor, guru atau tenaga kependidikan.

8) Keputusan Dirjen PMPTK 2007 tentang Rambu-rambu penyelenggaraan

BK dalam jalur pendidikan formal yang berisi panduan penyelenggaraan

BK di jalur pendidikan formal.

9) Peraturan pemerintah No. 74 tahun 2008 tentang Guru, Bab III Pasal 15.

Salah satu persyaratan bagi pendidik yang telah menyandang sertifikat

pendidik untuk memperoleh tunjangan profesi adalah apabila pendidik

yang bersangkutan… melaksanakan tugas sebagai guru bimbingan dan

konseling atau konselor.

10) Permendiknas No. 27 tahun 2008, Pasal 1 ayat 1. Tentang standar

kualifikasi akademik dan kompetensi konselor. Untuk dapat diangkat

sebagai konselor seseornag wajib memenuhi standar kualifikasi

akademik dan kompetensi konselor yang berlaku secara nasional.

Page 31: Makalah Bimbingan dan Konseling

28

2.4. Hubungan Bimbingan dan Konseling dengan Pendidikan

Beberapa alasan mengapa pelayanan bimbigan dan konseling diperlukan

dalam dunia pendidikan terutama dalam lingkup sekolah atau madrasah adalah

sebagi berikut:

1. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK)

Perkembangan ini yang sedemikian cepat menimbulkan

perubahan-perubahan dala berbagai sendi kehidupan seperti social, budaya,

politik, ekonomi dan lain sebagainya. Di datu sisi, perkembangan IPTEK

juga berdampak pada berkembangnya sejumlah karier atau jenis lapangan

pekerjaan tertentu. Di sisi lain, perkembangan IPTEK akan membawa

dampak pada timbulnya masalah hubungan sosial, tenaga ahli, lapangan

pekerjaan, pengangguran dan lain sebagainya.

Berbagai problem yang amat kompleks sebagai akibat perkembangan

IPTEK seperti disebutkan diatas, juga berpengaruh dala dunia pendidikan

khususnya dalam lingkup sekolah dan madrasah. Oleh karena itu, lembaga

pendidikan tidak dapat melepaskan diri dari situasi kehidupan seperti

dikemukakan diatas, dan memiliki tanggung jawab untuk membantu para

siswa baik sebagai pribadi mupun sebagai calon anggota masyarakat.

Sebagai lembaga pendidikan formal, sekolah termasuk madrasah

bertanggung jawab mendidik dan menyiapkan peserta didik agar mampu

(berhasil) menyesuaikan diri didalam masyarakat dan mampu memecahkan

berbagai masalah yang dihadapinya. Melalui kegiatan pembelajran didalam

kelas, sekolah (madrasah) blum cukup untuk menyiapkan peserta didik untuk

terjun kemasyarakat secr berhasil. Peserta didik hendaknya dibantu agar apa

yang merek terima dari sekolah dapat menjadi bekal guna menjadi anggota

masyarakat yang mandiri dan mampu menghadapi masalah-masalah yang

dihadapinya. Dalam kondisi seperti itu layanan bimbingan dan konseling

sangat diperlukan.

Page 32: Makalah Bimbingan dan Konseling

29

2. Makna dan fungsi pendidikan

Kebutuhan akan layanan bimbingan dan konseling dalam pendidikan

berkaitan erat dengan hakikat makna dan fungsi pendidikan dalam

keseluruhan aspek pendidikan. Selain itu, kebutuhn layanan pendidikan juga

berkaitn erat dengan pandangan akan hakikat dan karakteristik peserta didik.

Hadirnya layanan bimbingan dan konseling dalam pendidikan adalah apabila

kita memandang bahwa pendidikn merupakan upaya untuk mencapai

perwujudan manusia secar keseluruhan (kaffah).

Pendidikan pada hakikatnya merupakan usaha sadar untuk

pengembangan kepribadian yang berlangsung seumur hidup baik disekolah

maupun madrasah. Pendidikan juga bermakna proses membantu individu

baik jasmani dan rohani kearah terbentuknya kepribadian utama (berkualitas).

Makna dari pernyataan diatas adalah bahwa inti tujuan pendidikan adalah

terwujudnya kepribadian yang optimal dari setiap peserta didik. Tujuan ini

pulalah yang ingin dicapai oleh layanan bimbingan dan konseling. Untuk

mencapai tujuan tersebut, setiap kegiatan pendidikan hendaknya diarahkan

untuk tercapainya pribadi-pribadi yang berkembang optimal sesuai potensi

dan karkteristiknya masing-masing. Guna mewujudkan pribadi yang

berkembang optimal, kegiatan pendidikan hendaknya bersifat menyeluruh

dan meliputi kegiatan yang menjamin bahwa setiap peserta didik secara

pribadi memperoleh layanan sehingga akhirnya dapat berkembang secara

optimal. Dalam kaitan ini, bimbingan dan konseling mempunyai peranan

yang sangat penting dalam pendidikan yaitu membantu setiap pribadi peserta

didik agar berkembang secara optimal.

3. Guru

Page 33: Makalah Bimbingan dan Konseling

30

Tugas dan tanggung jawab seorang guru sebagai pendidik adalah

mendidik sekaligus mengajar, yaitu membntu peserta didik untuk mencapai

kedewasaan. Dalam proses pembelajaran tugas utama guru selain sebagai

pengajar juga sebagai pembimbing. Guru hendaknya memahami semua

aspek pribadi peserta didik baik pisik maupun psikis dan dapat mengenal dan

memahami tingkat perkembangan peserta didiknya yang meliputi kebutuhan,

pribdi, kecakapan, kesehatan mentalnya, dan lain sebagainya. Perlakuan

bijaksana akan muncul apabila guru benar-benar memahami seluruh aspek

kepribadian peserta didiknya.

Berkenaan dengan peran guru sebagai direktur pembelajaran, guru

hendaknya senantiasa berusaha untuk menumbuhkan, memelihara, dan

meningkatkan motivasi siswa untuk belajar. Untuk itu guru haru mampu:

a. Mengenal dan memahami setiap siswa baik sebagai individu maupun

kelompok.

b. Memberikan berbagai informasi yang diperlukan dalam proses

pembelajaran

c. Memberikan kesempatan yang memadai agar setiap siswa dapt belajar

sesui dengan karakteristik pribadinya

d. Membantu (membimbing) setiap siswa dalam mengatasi

masalah-masalah yang dihadapinya

e. Menilai keberhasilan siswa

Guna mewujudkan fungsi dan peran diatas, merupakan suatu

keniscayaan bagi setiap calon guru dan guru untuk menguasai bimbingan dan

konseling.

4. Faktor psikologis

Dalam proses pendidikan disekolah termasuk madrasah, siswa

merupakan pribadi-pribadi yang berbeda. Dalam proses perkembangan siswa

Page 34: Makalah Bimbingan dan Konseling

31

memiliki kebutuhan dan dinamika dalam interaksi dengan lingkungannya.

Terdapat perbedaan individual antara siswa yang satu dengn yang lainnya.

Selain itu, siswa sebagai pelajar, senantiasa terjadi perubahan prilaku sebagai

akibat hsil proses belajar yang telah dilakukan oleh siswa.

Beberapa masalah psikologis yang menjadi latar belakang perlunya

layanan bimbingan dan konseling disekolah dan madrasah yaitu:

A. Masalah perkembangan individu

Siswa yang dibimbing merupakn individu yang sedang berada dalam

proses perkembangan menuju kedewasaan. Agar tercapai perkembangan

yang optimal memerlukan asuhan yang terarah. Asuhan guna mencapai

tingkat perkembangan yang optimal bias dilakukan melalui proses

pendidikan dan pembelajaran, sedangkan bimbingan dan konseling

merupakan bantuan individu didalm memperoleh penyesuaian diri sesuai

dengan tingkat perkembangannya.

B. Masalah perbedaan individu

Tidak ada dua orang individu yang sama dalam aspek-aspek pribdinya.

Individu yang satu berbeda dengan yang lainnya. Disekolah dan dimadrasah

masalah perbedaan individu (siswa) tanpak dengan jelas seperti adanya siswa

yang pintar atau yang cerdas, cepat dan lambat dalam dalam belajar, berbakat,

kreatif, dan lain sebagainya. Kenyataan ini akan membawa konsekuensi

dalam pelayanan pendidikan kepada para siswa, terutama yang menyangkut

bahan ajar, metode, media, evaluasi, dan lain sebagainya. Selain itu,

perbedaan individu juga bias menimbulkan masalah bagi siswa itu sendiri

maupun bagi lingkungannya.

C. Masalah kebutuhan individu

Page 35: Makalah Bimbingan dan Konseling

32

Selain berada dalam hal perkembangannya, siswa disekolah atau

madrasah juga berbeda dalam kebutuhannya. Tingkahlaku individu berkaitan

dengan upaya pemenuhan kebutuhannya, artinya dalam rangka memenuhi

kebutuhan, akan muncul prilaku tertentu dari individu. Apabila individu

mampu memenuhi kebutuhannya ia akan merasa puas, sebaliknya apabila ia

tidak mampu memenuhi kebutuhannya akan menimbulkan masalah baik bagi

dirinya maupun lingkungannya.

D. Masalah penyesuaian diri

Individu harus menyesuaikan diri dengan berbagai lingkungannya baik

disekolah, dirumah, maupun ditengah-tengah masyarakat. Apabila individu

tidak mampu menyesuaikan diri, maka akan timbul banyak masalah.

Demikian juga halnya siswa harus menyesuaikan diri dengan lingkungan

sekolah atau madrasah. Tidak semua siswa mampu menyesuaikan diri ecara

cepat dn baik dengan lingkungannya. Selain itu siswa yang tidak mampu

melakukan penyesuaian diri secara baik berpeluang untuk mengalami

kegagalan dalam proses pendidikan dan pembelajarannya. Dalam kondisi

seperti itu, sekolah dan madrasah hendaknya memberikan bantuan agar

setiap siswa dapat menyesuaikan diri secara baik.

E. Masalah belajar

Kegiatan belajar merupakan inti dari kegiatan proses pendidikan secara

keseluruhan disekolah dan dimadrasah. Siswa sebagai pelajar akan banyak

dihadapkan pada persoalan-persoalan belajar. Diantara masalah-masalah

belajar yang dihadapi siswa meliputi: pengaturan waktu belajar, memilih cara

belajar yang tepat, menggunakan buku-buku pelajaran, belajar berkelompok,

memilih mata pelajaran yang cocok, memilih study lanjutan, kesulitan

konsentrasi, mudah lupa, mempersiapkan ujian, dan lain sebagainya.

Page 36: Makalah Bimbingan dan Konseling

33

2.5. Peranan dan Posisi Bimbingan dan Konseling dalam Pendidikan

Bimbingan Konseling berada dalam posisi kunci dalam sebuah lembaga

pendidikan, yaitu institusi sekolah sebagai pendukung maju atau mundurnya

mutu pendidikaan. Peran bimbingan dan konseling dalam meningkatkan

mutu pendidikan seperti yang telah disebutkan sebelumnya, tidak hanya

terbatas pada bimbingan yang bersifat akademik tetapi juga sosial, pribadi,

intelektual dan pemberian nilai. Dengan bantuan bimbingan dan konseling

maka pendidikan yang tercipta tidak hanya akan menciptakan

manusia-manusia yang berorientasi akademik tinggi, namun dalam

kepribaian dan hubungan sosialnya rendah serta tidak mempunyai sistem

nilai yang mengontrol dirinya sehingga yang dihasilkan pendidikan hanyalah

robot-robot intelektual, dan bukannya manusia seutuhnya. Dengan adanya

bimbingan dan konseling maka integrasi dari seluruh potensi ini dapat

dimunculkan sehinga keseluruhan aspek yang muncul, bukan hanya kognitif

atau akademis saja tetapi juga seluruh komponen dirinya baik itu kepribadian,

hubungan sosial serta memiliki niali-nilai yang dapat dijadikan pegangan.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa peran bimbingan dan konseling

didalam meningkatkan mutu pendidikan terletak pada bagaimana bimbingan

dan konseling itu membangun manusia yang seutuhnya dari berbagai aspek

yang ada didalam diri peserta didik. Karena seperti diawal telah dijelaskan

bahwa pendidikan yang bermutu bukanlah pendidikan yang hanya

mentransformasikan ilmu pengetahuan dan teknologi saja tetapi juga harus

meningaktkan profesionalitas dan sistem manjemen, dimana kesemuanya itu

tidak hanya menyangkut aspek akademik tetapi juga aspek pribadi, sosial,

kematangan intelektual, dan sistem nilai. Peran Bimbingan Konseling dalam

keempat aspek inilah yang menjadikan bimbingan konseling ikut berperan

dalam peningkatan mutu pendidikan.

Bimbingan Konseling dapat diposisikan secara tegas untuk mewujudkan

prinsip keseimbangan. Lembaga ini menjadi tempat yang aman bagi setiap

Page 37: Makalah Bimbingan dan Konseling

34

siswa untuk datang membuka diri tanpa waswas akan privacy-nya. Di sana

menjadi tempat setiap persoalan diadukan, setiap problem dibantu untuk

diuraikan, sekaligus setiap kebanggaan diri diteguhkan. Bahkan orangtua

siswa dapat mengambil manfaat dari pelayanan bimbingan di sekolah, sejauh

mereka dapat ditolong untuk lebih mengerti akan anak mereka.

Dalam Permendiknas Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi yang

didalamnya memuat struktur kurikulum, telah mempertajam perlunya

disusun dan dilaksanakannya program pengembangan diri yang bertujuan

memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan

mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat, dan minat setiap

peserta didik sesuai dengan kondisi sekolah. Kegiatan pengembangan diri

difasilitasi dan atau dibimbing oleh konselor, guru, atau tenaga pendidikan

yang dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan

pengembangan diri dilakukan melalui kegiatan pelayanan Bimbingan dan

Konseling yang berkenaan dengan masalah diri pribadi, kehidupan social,

belajar, dan pengembangan karir peserta didik.

Dalam permendiknas Nomor 23 tahun 2006 dirumuskan SKL yang harus

dicapai peserta didik melalui proses pembelajaran bidang studi, maka

kompetensi peserta didik yang harus dikembangkan melalui pelayanan

bimbingan dan konseling adalah kompetensi kemandirian untuk mewujudkan

diri (self actualization) dan pengembangan kapasitasnya (capacity

development) yag dapat mendukung pencapaian kompetensi lulusan.

Sebaliknya, kesuksesan peserta didik dalam mencapai SKL akan secara

signifikan menunjang terwujudnya pengembangan kemandirian.

Pendidikan merupakan aset yang tak ternilai bagi individu dan

masyarakat. Pendidikan tidak pernah dapat dideskripsikan secara gamblang

hanya dengan mencatat banyaknya jumlah siswa, personel yang terlibat,

harga bangunan, dan fasilitas yang dimiliki. Pendidikan memang

menyangkut hal itu semua, namun lebih dari itu semuanya. Pendidikan

merupakan proses yang esensial untuk mencapai tujuan dan cita-cita pribadi

individu (siswa).

Page 38: Makalah Bimbingan dan Konseling

35

Dalam keseluruhan kegiatan pendidikan khususnya pada tatanan

persekolahan, layanan bimbingan dan konseling mempunyai posisi dan peran

yang cukup penting dan strategis. Bimbingan dan konseling berperan untuk

memberikan layanan kepada siswa agar dapat berkembang secara optimal

melalui proses pembelajaran secara efektif. Untuk membantu siswa dalam

proses pembelajaran, pendekatan yang digunakan adalah pendekatan pribadi

agar dapat membantu keseluruhan proses belajarnya. Dalam kaitan ini para

pembimbing diharapkan untuk:

Mengenal dan memahami setiap siswa baik secara individual maupu

kelompok,

Memberikan informasi-informasi yang diperlukan dalam proses belajar,

Memberi kesempatan yang memadai agar setiap siswa dapat belajar

sesuai dengan karakteristik pribadinya,

Membantu setiap siswa dalam menghadapi masalah-masalah pribadi yang

dihadapinya,

Menilai keberhasilan setiap langkah kegiatan yang telah dilakukan.

Dalam kegiatan pendidikan di sekolah atau lembaga pendidikan

formal bimbingan konseling yang berkedudukan sebagai integral dari

keseluruhan kegiatan pendidikan di sekolah. Kedudukan bimbingan dan

konseling dalam keseluruhan program pendidikan sekolah yaitu sebagai salah

satu upaya pembinaan pribadi peserta didik, kedudukan bimbingan dan

konseling dalam pendidikan ada 3 ruang lingkup kegiatan pendidikan yaitu:

1. Bidang Instruksional dan Kurikulum

Bidang ini mempunyai tanggung jawab dalam kegiatan pengajaran

dan bertujuan untuk memberikan bekal pengetahuan, keterampilan dan

sikap kepada peserta didik. Pada umumnya bidang ini merupakan pusat

kegiatan pendidikan dan merupakan tanggung jawab utama staf

pengajaran.

2. Bidang Administrasi dan Kepemimpinan

Bidang ini merupakan bidang kegiatan yang menyangkut

masalah-masalah administrasi dan kepemimpinan yaitu masalah yang

Page 39: Makalah Bimbingan dan Konseling

36

berhubungan dengan cara melakukan kegiatan secara efisien. Dalam

bidang ini terletak tanggung jawab dan otoritas pendidikan yang pada

umumnya mencakup kegiatan-kegiatan seperti perencanaan organisasi,

pembiayaan, pembagian tugas staf. Pada umumnya bidang ini merupakan

tanggung jawab pimpinan dan para petugas administrasi lainnya

3. Bidang Pembinaan Pribadi

Dalam bidang ini mempunyai tanggung jawab untuk memberikan

pelayanan agar para peserta didik memperoleh kesejahteraan lahiriah dan

batiniah dalam proses pendidikan yang sedang ditempuhnya, sehingga

mereka dapat mencapai tujuan yang diharapkan.

Kegiatan pendidikan yang baik harus mencakup ke-3 bidang tersebut.

Karena jika tidak sekolah hanya akan menghasilakn individu yang pintar dan

bercita-cita tinggi namun mereka tidak mampu memahami potensi yang

dimilikinya. Hal ini menyebabkan mereka mengalami kegagalan atau

kesulitan sewaktu terjun ke lapangan kerja.

Dalam kondisi yang seperti inilah dirasakan perlunya pelayanan

bimbingan dan konseling yang memfokuskan kegiatannya dalam membantu

para peserta didik secara pribadi agar mereka dapat berhasil dalam proses

pendidikan yang sedang ditempuhnya. Dengan melalui program pelayanan

bimbingan dan konseling yang baik, maka setiap peserta didik diharapkan

mendapat kesempatan untuk mengembangkan setiap potensi yang

dimilikinya seoptimal mungkin.

Untuk dapat melaksanakan kegiatan pembinaan pribadi peserta didik

dengan baik diperlukan petugas-petugas khusus yang mempunyai keahlian

dalam bidang bimbingan dan konseling.

Dari keseluruhan proses pendidikan, program bimbingan dan konseling

merupakan keharusan yang tidak dapat dipisahkan dari program pendidikan

pada umumnya. Apalagi dalam situasi sekarang ini, dimana fungsi sekolah

atau lembaga pendidikan formal itu tidak hanya membekali para siswa

dengan setumpuk ilmu pengetahuan saja, tetapi juga mempersiapkan para

Page 40: Makalah Bimbingan dan Konseling

37

peserta didik untuk memenuhi tuntutan perubahan serta kemajuan yang

terjadi di lingkungan masyarakat.

Para peserta didik akan menghadapi masalah pemilihan spesialisasi,

pemilihan jurusan pemikiran program, masalah belajar, masalah penyesuaian

diri, masalah pribadi dan social dan sebagainya yang membutuhkan

penanganan dari keseluruhan system pendidikan formal.

Bimbingan dan konseling di sekolah dapat mendampingi siswa dalam hal:

a. Dalam perkembangan belajar di sekolah (perkembangan akademis).

b. Mengenal diri sendiri dan mengerti kemungkinan-kemungkinan yang

terbuka bagi mereka, sekarang maupun kelak.

c. Menentukan cita-cita dan tujuan dalam hidupnya, serta menyusun rencana

yang tepat untu mencapai tujuan-tujuan itu.

d. Mengatasi masalah pribadi yang mengganggu belajar di sekolah dan

terlalu mempersukar hubungan dengan orang lain, atau yang

mengaburkan cita-cita hidup.

2.6. Urgensi Bimbingan dan Konseling

Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 Tahun 2003 pasal 3

dinyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan

kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat

dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang bertujuan untuk

berkembangnya potensi pesarta didik agar menjadi manusia yang beriman

dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,

berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis

serta bertanggung jawab.

Sejalan dengan tujuan pendidikan nasional maka dirumuskan tujuan

pendidikan yakni memberi bekal kemampuan kepada siswa untuk

mengembangkan kehidupannya sebagai pribadi, anggota masyarakat, warga

negara, dan anggota umat manusia.

Page 41: Makalah Bimbingan dan Konseling

38

Pendidikan dasar merupakan pondasi untuk pendidikan selanjutnya dan

pendidikan nasional. Untuk itu asset suatu bangsa tidak hanya terletak pada

sumberdaya alam yang melimpah tetapi juga terletak pada sumberdaya alam

yang berkualitas. Sumberdaya alam yang berkualitas adalah sumberdaya

manusia, maka diperlukan peningkatan sumberdaya manusia Indonesia

sebagai kekayaan negara yang kekal dan sebagai investasi untuk mencapai

kemajuan bangsa.

Bimbingan dan konseling bukanlah kegiatan pembelajaran dalam

konteks adegan mengajar yang layaknya dilakukan guru sebagai

pembelajaran bidang studi, melainkan layanan ahli dalam konteks

memandirikan peserta didik. (Naskah Akademik ABKIN, Penataan

Pendidikan Profesional Konselor dan Penyelenggaraan Bimbingan dan

Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal, 2007).

Merujuk pada UU No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

sebutan untuk guru pembimbing dimantapkan menjadi ’Konselor.”

Keberadaan konselor dalam sistem pendidikan nasional dinyatakan sebagai

salah satu kualifikasi pendidik, sejajar dengan kualifikasi guru, dosen,

pamong belajar, tutor, widyaiswara, fasilitator dan instruktur (UU No.

20/2003, pasal 1 ayat 6). Pengakuan secara eksplisit dan kesejajaran posisi

antara tenaga pendidik satu dengan yang lainnya tidak menghilangkan arti

bahwa setiap tenaga pendidik, termasuk konselor, memiliki konteks tugas,

ekspektasi kinerja, dan setting layanan spesifik yang mengandung keunikan

dan perbedaan.

Dasar pertimbangan atau pemikiran tentang penyelenggaraan bimbingan

dan konseling di Sekolah/Madrasah, bukan semata-mata terletak pada ada

atau tidak adanya landasan hukum, undang-undang atau ketentuan dari atas,

namun yang lebih penting adalah menyangkut upaya memfasilitasi peserta

didik agar mampu mengembangkan potensi dirinya atau mencapai

tugas-tugas perkembangannya secara optimal (menyangkut aspek fisik,

emosi, intelektual, sosial, dan moral-spiritual).

Page 42: Makalah Bimbingan dan Konseling

39

Dalam konteks tersebut, hasil studi lapangan (2007) menunjukkan

bahwa layanan bimbingan dan konseling di Sekolah/Madrasah sangat

dibutuhkan, karena banyaknya masalah peserta didik di Sekolah/Madrasah,

besarnya kebutuhan peserta didik akan pengarahan diri dalam memilih dan

mengambil keputusan, perlunya aturan yang memayungi layanan bimbingan

dan konseling di Sekolah/Madrasah, serta perbaikan tata kerja baik dalam

aspek ketenagaan maupun manajemen.

Layanan bimbingan dan konseling diharapkan membantu peserta didik

dalam pengenalan diri, pengenalan lingkungan dan pengambilan keputusan,

serta memberikan arahan terhadap perkembangan peserta didik; tidak hanya

untuk peserta didik yang bermasalah tetapi untuk seluruh peserta didik.

Layanan bimbingan dan konseling tidak terbatas pada peserta didik tertentu

atau yang perlu ‘dipanggil’ saja, melainkan untuk seluruh peserta didik.

Adapun tujuan pelayanan bimbingan dan konseling adalah sebagai

berikut:

a) Merencanakan kegiatan penyelesaian studi, perkembangan karir

serta kehidupannya dimasa yang akan datang.

b) Mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimilikinya

seoptimal mungkin.

c) Menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan, lingkungan

masyarakat serta lingkungan kerjanya.

d) Mengatasi hambatan dan kesulitan yang dihadapi dalam studi,

penyesuaian dengan lingkungan pendidikan, masyarakat maupun

lingkungan kerja.

Namun untuk mencapai tujuan tersebut mereka harus mendapat kesempatan

untuk:

a) Mengenal dan memahami potensi, kekuatan dan tugas-tugas

perkembangannya.

b) Mengenal dan memahami potensi atau peluang dalam

lingkungannya.

Page 43: Makalah Bimbingan dan Konseling

40

c) Mengenal dan menentukan tujuan dan rencana hidupnya serta

rencana pencapaian tujuan tersebut.

d) Memahami dan menguasai kesulitan-kesulitan sendiri.

e) Menggunakan kemampuan untuk kepentingan dirinya, tempat

belajar dan tempat bekerja serta masyarakat.

f) Menyesuaikan diri dengan keadaan dan tuntutan dari

lingkungannya.

g) Mengembangkan segala potensi yang dimilikinya secara optimal.

Page 44: Makalah Bimbingan dan Konseling

41

BAB IIIKESIMPULAN

Bimbingan dan konseling dapat diartikan sebagai seperangkat program

pelayanan bantuan yang dilakukan melalui kegiatan perorangan dan kelompok

untuk membantu peserta didik melaksanakan kehidupan sehari-hari secara

mandiri dan berkembang secara optimal, serta membantu peserta didik menguasai

masalah yang dialaminya.

Latar belakang yang mendorong lahirnya bimbingan dan konseling adalah

perkembangan dan perubahan masyarakat yang terjadi secara evolutif, diikuti

dengan perkembangan berbagai lembaga. Landasan Bimbingan dan Konseling

(BK) adalah fondasi di dalam penyelenggaraan proses bantuan atau proses

pelayanan konselor terhadap konseli.

Pelayanan bimbigan dan konseling diperlukan dalam dunia pendidikan

terutama dalam lingkup sekolah atau madrasah. Peran bimbingan dan konseling

dalam meningkatkan mutu pendidikan seperti yang telah disebutkan

sebelumnya, tidak hanya terbatas pada bimbingan yang bersifat akademik tetapi

juga sosial, pribadi, intelektual dan pemberian nilai. Layanan bimbingan dan

konseling di Sekolah/Madrasah sangat dibutuhkan, karena banyaknya masalah

peserta didik di Sekolah/Madrasah, besarnya kebutuhan peserta didik akan

pengarahan diri dalam memilih dan mengambil keputusan.

Page 45: Makalah Bimbingan dan Konseling

42

DAFTAR PUSTAKA

Badrujaman, Aip.2010.Teori dan Aplikasi Evaluasi Program Bimbingan

Konseling. Jakarta: Permata Puri Media.

Husni. (2011). “Landasan Filosofis Bimbingan Dan Konseling”. [Online].

Tersedia :

https://abdillahhusni.wordpress.com/2011/03/18/landasan-filosofis-bimbinga

n-dan-konseling/ [26 Februari 2015].

Fuzan. (2014). “Landasan Ilmiah dan Teknologi di dalam Bimbingan dan

Konseling”. [Online].Tersedia :

https://www.academia.edu/9643897/Landasan_Ilmiah_dan_Teknologi_di_da

lam_Bimbingan_dan_Konseling/ [26 Februari 2015].

Hendra.(2013). “Landasan Bimbingan dan Konseling”. [Online]. Tersedia :

http://www.hendraanisman.web.id/2013/11/landasan-bimbingan-dan-konseli

ng.html [26 Februari 2015].

Mu’awanah Elfi dan Rifa Hidayah.2009. Bimbingan Konseling

Islami. [Online].Jakarta: Bumi Aksara [26 Februari 2015].

http://butterfly31girl.blogspot.com/2012/05/sejarah-perkembangan-bimbingan-da

n.html?m=1 [25 februari 2015]

http://cecepopandi.blogspot.com/2014/01/latar-belakang-pekembangan-bimbinga

n.html?m=1 [25 februari 2015]

https://laskarcharles.wordpress.com/2011/07/21/bimbingan-dan-konseling-dalam-

pendidikan/ [26 Februari 2015]

http://dinafatma92.blogspot.com/2013/11/bimbingan-penyuluhan-bk.html

http://s3.amazonaws.com/academia.edu.documents/34597334/bimbingan_konseli

ng.docx [26 Februari 2015].