Islamisasi Indonesia

download Islamisasi Indonesia

of 34

Transcript of Islamisasi Indonesia

  • 7/22/2019 Islamisasi Indonesia

    1/34

    Teori Masuknya Islam Ke Indonesia

    Islam merupakan agama dengan pemeluk terbesar di Indonesia. Hal tersebut tidak terlepas dari

    usaha para juru dakwah agama Islam dalam melakukan islamisasi di Indonesia. Islamisasi adalah

    istilah umum yang biasa dipergunakan untuk menggambarkan proses persebaran Islam di

    Indonesia pada periode awal (abad 7-13 M), terutama menyangkut waktu kedatangan, tempat

    asal serta para pembawanya, yang terjadi tidak secara sistematis dan terencana. Inilah definisi

    islamisasi yang dimaksud dalam tulisan ini. Metodologi tulisan ini sepenuhnya merupakan

    penelitian kepustakaan (library research). Di sini penulis akan mencoba menguraikan beberapa

    pandangan mengenai teori Islamisasi di Indonesia secara deskriptif-analitis. Pembahasan

    mengenai masuknya Islam ke Indonesia sangat menarik terkait dengan banyaknya perbedaan

    pendapat di kalangan sejarawan. Masing-masing pendapat menggunakan berbagai sumber, baik

    dari arkeologi, beberapa tulisan dari berbagai sumber. Ada tiga pendapat tentang waktu

    masuknya Islam di Nusantara yaitu :

    Islam Masuk ke Indonesia Pada Abad ke 7:

    Seminar masuknya islam di Indonesia (di Aceh) sebagian dasar adalah catatan perjalanan Almasudi, yang menyatakan bahwa pada tahun 675 M, terdapat utusan dari raja Arab Muslim

    yang berkunjung ke Kalingga. Pada tahun 648 diterangkan telah ada koloni Arab Muslim di

    pantai timur Sumatera.

    Seminar mengenai Masuknya Islam ke indonesia di medan pada Ahad 21-24 Syawal 1382 H

    (17-20 maret 1963 H) yang salah satu kesimpulannya adalah Islam telah masuk ke Indonesia

    langsung dari Arab.

    Dari Harry W. Hazard dalam Atlas of Islamic History (1954), diterangkan bahwa kaum

    Muslimin masuk ke Indonesia pada abad ke-7 M yang dilakukan oleh para pedagang muslim

    yang selalu singgah di sumatera dalam perjalannya ke China.

    Dari Gerini dalam Futher India and Indo-Malay Archipelago, di dalamnya menjelaskan bahwakaum Muslimin sudah ada di kawasan India, Indonesia, dan Malaya antara tahun 606-699 M.

    Prof. Sayed Naguib Al Attas dalam Preliminary Statemate on General Theory of Islamization of

    Malay-Indonesian Archipelago (1969), di dalamnya mengungkapkan bahwa kaum muslimin

    sudah ada di kepulauan Malaya-Indonesia pada 672 M.

    Prof. Sayed Qodratullah Fatimy dalam Islam comes to Malaysia mengungkapkan bahwa pada

    tahun 674 M. kaum Muslimin Arab telah masuk ke Malaya.

    Prof. S. muhammmad Huseyn Nainar, dalam makalah ceramahnya berjudul Islam di India dan

    hubungannya dengan Indonesia, menyatakan bahwa beberapa sumber tertulis menerangkan

    kaum Muslimin India pada tahun 687 sudah ada hubungan dengan kaum muslimin Indonesia.

    W.P. Groeneveld dalam Historical Notes on Indonesia and Malaya Compiled From Chinese

    sources, menjelaskan bahwa pada Hikayat Dinasti Tang memberitahukan adanya Aarb muslim

    berkunjung ke Holing (Kalingga, tahun 674). (Ta Shih = Arab Muslim).

    T.W. Arnold dalam buku The Preching of Islam a History of The Propagation of The Moslem

    Faith, menjelaskan bahwa Islam datang dari Arab ke Indonesia pada tahun 1 Hijriyah (Abad 7

    M).

  • 7/22/2019 Islamisasi Indonesia

    2/34

    Islam Masuk Ke Indonesia pada Abad ke-11:

    Satu-satunya sumber ini adalah diketemukannya makam panjang di daerah Leran Manyar,

    Gresik, yaitu makam Fatimah Binti Maimun dan rombongannya. Pada makam itu terdapat

    prasati huruf Arab Riqah yang berangka tahun (dimasehikan 1082)

    Islam Masuk Ke Indonesia Pada Abad Ke-13:

    Catatan perjalanan Marcopolo, menyatakan bahwa ia menjumpai adanya kerajaan Islam Ferlec

    (mungkin Peureulack) di Aceh, pada tahun 1292 M.

    K.F.H. van Langen, berdasarkan berita China telah menyebut adanya kerajaan Pase (mungkin

    Pasai) di aceh pada 1298 M.

    J.P. Moquette dalam De Grafsteen te Pase en Grisse Vergeleken Met Dergelijk Monumenten uit

    hindoesten, menyatakan bahwa Islam masuk ke Indonesia pada abad ke 13.

    Beberapa sarjana barat seperti R.A Kern; C. Snouck Hurgronje; dan Schrieke, lebih cenderung

    menyimpulkan bahwa Islam masuk ke Indonesia pada abad ke-13.

    Pendapat ini juga disampaikan oleh N.H. Krom dan Van Den Berg. Namun, pendapat ini

    memperoleh sanggahan dari : H. Agus Salim, M. Zainal Arifin Abbas, Sayeg Alwi bin TahirAlhada, H.M Zainuddin, Hamka, Djuned Parinduri, T.W. Arnold yang berpendapat Islam masuk

    ke Indonesia telah dimulai sejak abad ke-7 M.

    Mengenai tempat asal kedatangan Islam yang menyentuh Indonesia, di kalangan para sejarawan

    terdapat beberapa pendapat. Ahmad Mansur Suryanegara mengikhtisarkannya menjadi tiga teori

    besar:

    1. Pertama, teori Gujarat. Islam dipercayai datang dari wilayah Gujarat India melalui

    peran para pedagang India muslim pada sekitar abad ke-13 M.

    Kedua, teori Mekkah. Islam dipercaya tiba di Indonesia langsung dari Timur Tengah melalui jasa

    para pedagang Arab muslim sekitar abad ke-7 M.

    Ketiga, teori Persia. Islam tiba di Indonesia melalui peran para pedagang asal Persia yang dalam

    perjalanannya singgah ke Gujarat sebelum ke nusantara sekitar abad ke-13 M.

    Jika teori tersebut ditelaah lebih jauh, pendapat yang muncul akan cukup beragam. Bahkan

    beberapa diantaranya ada yang menyatakan bahwa Islam berasal dari Cina.

    Terkait teori yang menyatakan bahwa Islam di Indonesia berasal dari anak benua India,

    misalnya, ternyata sejarawan tidak satu kata mengenai wilayah Gujarat. Pendapat Pijnappel yang

    juga disokong oleh C. Snouck Hurgronje, J.P. Moquette, E.O. Winstedt, B.J.O. Schrieke, dan

    lain-lainnya tersebut ternyata berbeda dengan yang dikemukakan oleh S.Q. Fatimi dan G.E.

    Morison. Pijnapel, seorang ahli Melayu dari Universitas Leiden, Belanda, mengemukakan teori

    ini pada tahun 1872. Menurut Azyumardi Azra teori ini diambil dari terjemahan Perancis tentang

  • 7/22/2019 Islamisasi Indonesia

    3/34

    catatan perjalanan Sulaiman, Marco polo dan Ibnu Battutah. Kesimpulan catatan Sulaiman

    menyebutkan bahwa Islam di Asia Tenggara dikembangkan oleh orang-orang Arab yang

    bermazhab Syafii dari Gujarat dan Malabar di India. Oleh karena itu, menurut teori ini,

    Nusantara menerima Islam dari India. Kenyataan bahwa Islam di Nusantara berasal dari India

    menurut teori ini tidak menunjukkan secara meyakinkan dilihat dari segi pembawanya.

    Sebagaimana dikemukakan Pijnapel, bahwa Islam di Nusantara berasal dari orang-orang Arab

    yang bermazhab Syafii yang bermigrasi ke Gujarat dan Malabar. Pijnappel sebenarnya

    memandang bahwa Islam di Nusantara disebarkan oleh orang-orang Arab. Pandangan ini cukup

    memberikan pengertian bahwa pada hakekatnya penyebar Islam di Nusantara adalah orang-orang

    Arab yang telah bermukim di India. Penjelasan ini didasarkan pada seringnya kedua wilayah

    India dan Nusantara ini disebut dalam sejarah Nusantara klasik. Dalam penjelasan lebih lanjut,

    Pijnapel menyampaikan logika terbalik, yaitu bahwa meskipun Islam di Nusantara dianggap

    sebagai hasil kegiatan orang-orang Arab, tetapi hal ini tidak langsung datang dari Arab,

    melainkan dari India, terutama dari pesisir barat, dari Gujarat dan Malabar. Jika logika ini

    dibalik, maka dapat dinyatakan bahwa meskipun Islam di Nusantara berasal dari India,sesungguhnya ia dibawa oleh orang-orang Arab.

    Pendukung lain teori ini adalah Snouck Hurgronje. Ia berpendapat bahwa, ketika Islam telah

    mengalami perkembangan dan cukup kuat di beberapa kota pelabuhan di anak benua India,

    sebagian kaum Muslim Deccan tinggal di sana sebagai pedagang perantara dalam perdagangan

    Timur Tengah dengan Nusantara. Orang-orang Deccan inilah, kata Hurgronje, datang ke dunia

    Melayu-Indonesia sebagai penyebar Islam pertama. Orang-orang Arab menyusul kemudian pada

    masa-masa selanjutnya. Hubungan perdagangan Timur Tengah dan Nusantara menjadi entry

    point untuk melihat kehadiran Islam di Nusantara. Tetapi karena secara geografis, anak benua

    India berada di antara Nusantara dan Timur Tengah, maka dapat dipastikan bahwa sebagianpadagang Muslim Arab dan juga Persia singgah terlebih dahulu di India sebelum mencapai

    Nusantara. Kenyataan ini tentu tidak diabaikan Hurgronje, hanya saja ia menekankan peran

    bangsa India dalam penyebaran Islam di Nusantara. Mengenai waktu kedatangannya, Hurgronje

    tidak menyebutkan secara pasti. Ia juga tidak menyebutkan secara pasti wilayah mana di India

    yang dipandang sebagai tempat asal datangnya Islam di Nusantara. Ia hanya memberikan

    prediksi waktu, yakni abad ke-12 sebagai periode yang paling mungkin sebagai awal penyebaran

    Islam di Nusantara. Dari segi metodologi sejarah, ketidakpastian tentang waktu dan tempat

    adalah kesalahan fundamental, sehingga argumentasi Hurgronje terlalu lemah, untuk tidak

    mengatakan keliru.

    Dukungan yang cukup argumentatif atas teori India disampaikan oleh W.F. Stutterheim. Ia

    menjawab aspek-aspek mendasar dalam sejarah, tentang di mana (ruang) dan kapan (waktu).

    Dengan jelas, ia menyebutkan Gujarat sebagai negeri asal Islam yang masuk ke Nusantara.

    Pendapatnya didasarkan pada argumen bahwa Islam disebarkan melalui jalur dagang antara

    Nusantara Cambay (Gujarat) Timur Tengah Eropa. Argumentasi ini diperkuat dengan

  • 7/22/2019 Islamisasi Indonesia

    4/34

    pengamatannya terhadap nisan-nisan makam Nusantara yang diperbandingkan dengan nisan-

    nisan makam di wilayah Gujarat. Relief nisan Sultan pertama dari kerajaan Samudera (Pasai), al-

    Malik al-Saleh (1297 H), menurut pengamatan Stutterheim, bersifat Hinduistis yang mempunyai

    kesamaan dengan nisan yang terdapat di Gujarat. Kenyataan ini cukup memberikan keyakinan

    pada dirinya bahwa Islam datang ke Nusantara dari Gujarat. Demikian ia menjelaskan aspek

    ruang kedatangan Islam ke Nusantara. Penjelasan ini cukup argumentatif dan didukung data

    yang memadai, tetapi Stutterheim tidak memperhatikan proses Islamisasi di Gujarat.

    Sebagaimana dijelaskan Marison, wilayah ini baru diislamkan satu tahun setelah wafatnya sang

    Sultan, yaitu pada 1298 M. Pada saat bersamaan penyebaran masyarakat Islam pada periode

    tersebut, ketika bangsa Mongol melebarkan ekspansinya (Bagdad ditaklukan pada 1258 M),

    mereka mulai mencari daerah baru bagi kehidupan mereka. Seandainya Stutterheim

    menyebutnya sebagai proses lebih lanjut dari Islamisasi Nusantara, misalnya perkembangan

    Islam pada abad 14-16, bisa jadi Gujarat ikut andil memberikan pengaruhnya di Nusantara

    mengingat daerah itu (Gujarat) lebih dekat secara geografis ke wilayah Nusantara. Walaupun

    terdapat kekurangan, teori yang dikemukakan Stutterheim mendapat dukungan dari Moquette,sarjana asal Belanda.

    Penelitian Moquette terhadap bentuk batu nisan membawanya pada kesimpulan bahwa Islam di

    Nusantara berasal dari Gujarat. Moquette menjelaskan bahwa bentuk batu nisan, khususnya di

    Pasai mirip dengan batu nisan pada makam Maulana Malik Ibrahim (822 H/1419 M) di Gresik

    Jawa Timur. Sedangkan bentuk batu nisan di kedua wilayah itu sama dengan batu nisan yang

    terdapat di Cambay (Gujarat). Kesamaan bentuk pada nisan-nisan tersebut meyakinkan Moquette

    bahwa batu nisan itu diimpor dari India. Dengan demikian, Islam di Indonesia, menurutnya,

    berasal dari India, yaitu Gujarat. Teori ini kemudian dikenal juga dengan teori batu nisan.

    Teori lainnya yang menjelaskan bahwa Islam berasal dari anak benua India dikemukakan oleh

    S.Q. Fatimi dan dikemukakan pula oleh Tome Pires. Ada beberapa alasan mengapa kedua tokoh

    ini berkeyakinan bahwa Islam berasal dari Benggal (Bangladesh sekarang). Tome Pires

    berpendapat bahwa kebanyakan orang terkemuka di Pasai adalah orang Benggali atau keturunan

    mereka. Pendapat ini disetujui oleh Fatimi. Bahkan lebih jauh Fatimi menjelaskan, bahwa Islam

    muncul pertama kali di Semenanjung Malaya adalah dari arah timur pantai, bukan dari barat

    Malaka, melalui Kanton, Pharang (Vietnam), Leran dan Trengganu. Proses awal Islamisasi ini,

    menurutnya, terjadi pada abad ke-11 M. Masa ini dibuktikan dengan ditemukannya batu nisan

    seorang Muslimah bernama Fatimah binti Maimun yang wafat pada tahun 475 H atau 1082 M di

    Leran Gresik. Menurut M.C. Ricklef, ini adalah nisan kuburan Muslim tertua yang masih dapat

    ditemukan di wilayah ini. Berkenaan dengan teori batu nisan dari Stutterheim dan Moquette yang

    menyatakan Islam di Nusantara berasal dari India, Fatimi menentang keras pendapat ini.

    Menurutnya, bahwa menghubungkan seluruh batu nisan di Pasai dengan batu nisan dari Gujarat

    adalah suatu tindakan yang keliru. Berdasarkan hasil pengamatannya, Fatimi menyatakan,

    bentuk dan gaya batu nisan al-Malik al-Saleh berbeda dengan batu nisan yang ada di Gujarat. Ia

  • 7/22/2019 Islamisasi Indonesia

    5/34

    berpendapat, bentuk dan gaya batu nisan itu mirip dengan batu nisan yang ada di Benggal. Oleh

    karena itu, batu nisan tersebut pasti didatangkan dari Benggal, bukan dari Gujarat. Analisis ini

    dipergunakan Fatimi untuk membangun teorinya yang menyatakan bahwa Islam di Nusantara

    berasal dari Benggal. Tetapi terdapat kelemahan substansial pada Fatimi, bahwa perbedaan

    mazhab fikih yang dianut muslim Nusantara, yaitu para pengikut mazhab Syafii dengan para

    pengikut mazhab Hanafi tidak menjadi perhatiannya. Perbedaan mazhab fikih ini menjadikan

    teori Fatimi lemah dan tidak cukup kuat diyakini kebenarannya.

    Marison, dengan penjelasannya yang lebih komprehensif, mengidentifikasi Coromandel atau

    Malabar sebagai daerah asal Islam di Nusantara dan itu terjadi pada akhir abad ke 13 M. Ia tidak

    membangun teorinya berdasarkan kemiripan batu nisan yang terdapat di beberapa tempat di

    Nusantara dengan yang ada di Gujarat, atau bahkan di Benggal Menurutnya, kemiripan tersebut

    tidak harus menunjukkan bahwa Islam Nusantara datang dari daerah-daerah tersebut.

    Argumentasi yang diajukannya dibangun berdasarkan riwayat Melayu dan laporan Marcopolo.

    Menurut berita-berita tersebut, ketika raja Pasai pertama wafat tahun 698 H/1297 M, Gujaratmasih merupakan kerajaan Hindu. Cambay, Gujarat baru ditaklukan penguasa Muslim satu tahun

    kemudian pada 699 H/1298 M. Sebelum Marison mengemukakan pandangan ini, Arnold telah

    menyebutkan hal serupa. Marison, dengan demikian, memperkuat pendapat Arnold yang

    menyebutkan bahwa Coromandel dan Malabar merupakan daerah asal kedatangan Islam ke

    Nusantara. Arnold mengemukakan pendapatnya berdasarkan kesaksian Ibnu Battutah ketika

    mengunjungi kawasan ini pada abad ke-14 dan juga didasarkan pada kesamaan mazhab fikih di

    antara keduanya, yaitu Syafi.

    Sedangkan tentang teori bahwa Islam Indonesia berasal langsung dari Mekkah antara lain

    dikemukakan oleh Crawfurd (1820), Keyzer (1859), Nieman (1861), de Hollander (1861), danVerth (1878). Tokoh dari Asia Tenggara, termasuk Indonesia yang mendukung teori ini di

    antaranya Hamka, A. Hasymi, dan Syed Muhammad Naquib Al-Attas.

    Al-Attas sebagai tokoh pendukung teori ini menyebutkan, bahwa aspek-aspek atau kerakteristik

    internal Islam harus menjadi perhatian penting dan sentral dalam melihat kedatangan Islam di

    Nusantara, bukan unsur-unsur luar atau aspek eksternal. Karakteristik ini dapat menjelaskan

    secara gamblang mengenai bentuk Islam yang berkembang di Nusantara. Lebih lanjut Al-Attas

    menjelaskan bahwa penulis-penulis yang diidentifikasi sebagai India dan kitab-kitab yang

    dinyatakan berasal dari India oleh sarjana Barat khususnya, sebenarnya adalah orang Arab dan

    berasal dari Arab atau Timur Tengah atau setidaknya Persia. Sejalan dengan hal ini, Hamka

    menyebutkan pula bahwa kehadiran Islam di Indonesia telah terjadi sejak abad ke-7 dan berasal

    dari Arabia sedangkan T.W. Arnold dan Crawford lebih didasarkan pada beberapa fakta tertulis

    dari beberapa pengembara Cina sekitar abad ke-7 M, dimana kala itu kekuatan Islam telah

    menjadi dominan dalam perdagangan Barat-Timur, bahwa ternyata di pesisir pantai Sumatera

    telah ada komunitas muslim yang terdiri dari pedagang asal Arab yang di antaranya melakukan

  • 7/22/2019 Islamisasi Indonesia

    6/34

    pernikahan dengan perempuan-perempuan lokal. Pendapat ini didasarkan pada berita Cina yang

    menyebutkan, bahwa pada abad ke-7 terdapat sekelompok orang yang disebut Ta-shih yang

    bermukim di Kanton (Cina) dan Fo-lo-an (termasuk daerah Sriwijaya) serta adanya utusan Raja

    Ta-shih kepada Ratu Sima di Kalingga Jawa (654/655 M). Sebagian ahli menafsirkan Ta-shih

    sebagai orang Arab. Mengenai Raja Ta-shih tersebut, menurut Hamka, adalah Muawiyah bin

    Abu Sufyan yang saat itu menjabat sebagai Khalifah Daulah Bani Umayyah. Untuk meyakinkan

    asal usul Islam di Nusantara, seminar seputar masalah ini telah digelar beberapa kali. Seminar

    Masuk dan berkembangnya Islam di Indonesia telah diselenggarakan di Medan 17-20 Maret

    1969 dan seminar serupa juga diadakan di Aceh pada 10-16 Juli 1978 dan 25-30 September

    1980. Berdasarkan hasil seminar-seminar tersebut, disimpulkan bahwa Islam masuk ke

    Nusantara langsung dari Arabia, bukan India. Hasil seminar ini memperkuat teori bahwa Islam di

    Nusantara berasal dari Arab sebagaimana ditegaskan Al-Attas dan didukung oleh sejarawan

    Indonesia, seperti Hamka dan Muhammad Said. Kehadiran orang-orang Islam yang berasal dari

    Timur Tengah ke Nusantara(kebanyakan adalah dari Arab dan Persia) menurut Azyumardi Azra,

    ahli Islam di Asia Tenggara, terjadi pada abad ke-7. Masa-masa awal kehadiran Islam pertamakali dilaporkan oleh seorang agamawan dan pengembara terkenal dari Cina, bernama I-Tsing. Ia

    menginformasikan bahwa pada 51 H/671 M, ia menumpang kapal Arab dan Persia untuk

    berlayar dari Kanton dan berlabuh di pelabuhan muara sungai Bhoga, yang disebut juga Sribhoga

    atau Sribuza, yaitu Musi sekarang. Banyak sarjana modern mengidentifikasi Sribuza sebagai

    Palembang, ibukota kerajaan Budha Sriwijaya pada masa itu. Menurut Yuantchao kapal yang

    sampai di Palembang berjumlah sekitar 35 kapal dari Persia. Secara geografis, letak Sriwijaya

    yang berada di jalur perdagangan internasional memberi pengaruh besar terhadap dunia luar.

    Beperapa peristiwa yang terjadi di luar daerah kekuasaannya, misalnya perubahan politik di

    India yang saat itu di bawah hegemoni Buddha, menjadikan Sriwijaya sebagai wilayah Buddha

    yang dapat dijadikan pilihan. Ini menempatkan Sriwijaya sebagai pusat terkemuka keilmuwanBuddha di Nusantara. I-Tsing, yang menghabiskan beberapa tahun di Palembang dalam

    perjalanannya menuju ke dan kembali dari India, merekomendasikan Sriwijaya sebagai pusat

    keilmuwan Buddha yang baik bagi para penuntut ilmu agama ini sebelum mereka melanjutkan

    pelajaran ke India. Meskipun Sriwijaya sebagai pusat keilmuwan Buddha, tetapi ia memiliki

    watak yang kosmopolitan. Kondisi ini memungkinkan masuknya berbagai pengaruh atau ajaran

    lain, termasuk agama Islam. Watak Sriwijaya yang kosmopolitan itulah yang memungkinkan

    para pengungsi Muslim Arab dan Persia yang diusir dari Kanton setelah terjadi kerusuhan di

    sana, mereka melakukan eksodus menuju Palembang untuk mencari suaka politik dari penguasa

    setempat. Bukti lain yang menunjukkan bahwa Islam berasal dari Arab yaitu :

    Terdapat juga sebuah kitab Ajaib al-Hind yang ditulis al-Ramhurmuzi sekitar tahun 1000 M,

    dikatakan bahwa para pedagang muslim telah banyak berkunjung kala itu ke kerajaan Sriwijaya

    Menurut al Masudi pada tahun 916 telah berjumpa Komunitas Arab dari Oman, Hidramaut,

    Basrah, dan Bahrein untuk menyebarkan islam di lingkungannya, sekitar Sumatra, Jawa, dan

  • 7/22/2019 Islamisasi Indonesia

    7/34

    Malaka.

    Munculnya nama kampong Arab dan tradisi Arab di lingkungan masyarakat, yang banyak

    mengenalkan islam.

    Kerajaan Samudra Pasai menganut aliran mazhab Syafii, dimana pengaruh mazhab Syafii

    terbesar pada waktu itu adalah Mesir dan Mekkah.

    Teori Persia yang dikemukakan oleh sebagian sejarawan di Indonesia tampaknya kurang populer

    dibanding teori-teori sebelumnya. Teori Persia lebih menitikberatkan tinjauannya pada

    kebudayaan yang hidup di kalangan masyarakat Islam Indonesia yang dirasakan mempunyai

    persamaan dengan Persia.Kesamaan kebudayaan itu antara lain

    1) Peringatan 10 Muharram atau Asyura sebagai hari peringatan syiah atas kematian

    Husain. Biasanya diperingati dengan membuat bubur Syura. Di Minangkabau bulan Muharramdisebut juga bulan Hasan-Husain.

    Adanya kesamaan ajaran antara ajaran Syaikh Siti Jenar dengan ajaran Sufi Iran Al-Hallaj,

    sekalipun Al-Hallaj telah meninggal pada 310H/922M, tetapi ajarannya berkembang terus dalam

    bentuk puisi, sehingga memungkinkan Syaikh Siti Jenar yang hidup pada abad ke-16 dapat

    mempelajarinya.

    3) Penggunan istilah bahasa Iran dalam sistem mengeja huruf Arab, untuk tanda-tanda

    bunyi harakat dalam pengajian Al-Quran tingkat awal.

    Teori Persia mendapat tentangan dari berbagai pihak, karena bila kita berpedoman kepada

    masuknya agama Islam pada abad ke-7, hal ini berarti terjadi pada masa kekuasaan Khalifah

    Umayyah. Sedangkan, saat itu kepemimpinan Islam di bidang politik, ekonomi dan kebudayaan

    berada di Mekkah, Madinah, Damaskus dan Baghdad. Jadi, belum memungkinkan bagi Persia

    untuk menduduki kepemimpinan dunia Islam saat itu.Namun, beberapa fakta lainnya

    menunjukkan bahwa para pedagang Persia menyebarkan Islam dengan beberapa bukti antar lain:

    Gelar Syah bagi raja-raja di Indonesia.

    Pengaruh aliran Wihdatul Wujud (Syeh Siti Jenar).

    Pengaruh madzab Syiah (Tabut Hasan dan Husen).

    Teori lainnya menyatakan bahwa Islam juga berasal dari Cina. Teori ini sangat lemah, namun

    kemungkinan membawa Islam ke Indonesia sangat besar. Jika diketahui penyebar Islam adalah

    banyak mereka para wirausahawan, hubungan dagang antara Cina, Arab dan lainnya. Bahkan

    ketika Cina dipimpin Kubilai Khan, (akhir abad 13) Islam dijadikan agama resmi. Sedangkan

    Cheng Ho merupakan duta Cina untuk mengembalikan nama besar Cina setelah dipermalukan

  • 7/22/2019 Islamisasi Indonesia

    8/34

    oleh Mongol. Ada 36 negara yang dikunjungi Cheng Ho, dan salah satunya adalah Indonesia.

    Bukti lain yang cukup memperkuat bahwa Islam berasal dari Cina antar lain :

    Gedung Batu di semarang (masjid gaya China).

    Beberapa makam Cina muslim.

    Beberapa wali yang kemungkinkan keturunan China.

    Dari beberapa bangsa yang membawa Islam ke Indonesia pada umumnya menggunakan

    pendekatan kultural, sehingga terjadi dialog budaya dan pergaulan sosial yang penuh toleransi

    (Umar kayam:1989).

    Berbicara tentang sejarah tentu tidak akan terlepas dari beberapa aspek yang melingkupinya ia

    tidak sekedar mengungkapkan kuantitas dari data-data yang diperoleh di lapangan, namun

    berusaha mengungkap hal-hal mendasar dibalik terjadinya proses sejarah tersebut, terutama

    segala aspek yang menyangkut sosiologi, politik dan budaya sebagai proses menuju perbaikan.Berdasarkan berbagai paparan sejarah masuknya Islam di nusantara, kita bisa mengambil ibroh

    atau pelajaran berharga tentang dakwah Islam yang dilakukan oleh pata pendahulu kita. Keuletan

    dan kegigihan para juru dakwah yang berasal dari berbagai tempat dalam menyampaikan ajaran

    Islam mampu menjadikan negara Indonesia berpenduduk muslim terbesar di dunia menjadikan

    sebuah prestasi yang gemilang bagi mereka para juru dakwah di Nusantara. Hal ini tentu menjadi

    teladan dan semangat bagi kita semua untuk mempertahankan prestasi tersebut dengan

    mensyiarkan Islam lebih luas

  • 7/22/2019 Islamisasi Indonesia

    9/34

    Kedatangan Islam dan penyebarannya kepada golongan bangsawan dan rakyatumumnya, dilakukan secara damai. Apabila situasi politik suatu kerajaan mengalamikekacauan dan kelemahan disebabkan perebutan kekuasaan di kalangan keluargaistana, maka Islam dijadikan alat politik bagi golongan bangsawan atau pihak-pihakyang menghendaki kekuasaan itu. Mereka berhubungan dengan pedagang-pedagang

    Muslim yang posisi ekonominya kuat karena menguasai pelayaran dan perdagangan.Apabila kerajaan Islam sudah berdiri, penguasanya melancarkan perang terhadapkerajaan non-Islam. Hal itu bukanlah karena persoalan agama tetapi karena doronganpolitis untuk menguasai kerajaan-kerajaan di sekitarnya.

    Menurut Uka Tjandrasasmita, saluran-saluran islamisasi yang berkembang adaenam, yaitu:

    1. Saluran PerdaganganPada taraf permulaan, saluran islamisasi adalah perdagangan. Kesibukan lalulintas perdagangan pada abad ke-7 hingga ke-16 M. membuat pedagang-pedagang

    Muslim (Arab, Persia dan India) turut ambil bagian dalam perdagangan dari negeri-negeri bagian barat, tenggara dan Timur Benua Asia. Saluran Islamisasi melaluiperdagangan ini sangat menguntungkan karena para raja dan bangsawan turut sertadalam kegiatan perdagangan, bahkan mereka menjadi pemilik kapal dan saham.Mengutip pendapat Tome Pires berkenaan dengan saluran Islamisasi melaluiperdagangan ini di pesisir Pulau Jawa, Uka Tjandrasasmita menyebutkan bahwa parapedagang Muslim banyak yang bermukim di pesisir pulau Jawa yang penduduknyaketika itu masih kafir. Mereka berhasil mendirikan masjid-masjid dan mendatangkanmullah-mullah dari luar sehingga jumlah mereka menjadi banyak, dan karenanya

    anak-anak Muslim itu menjadi orang Jawa dan kaya-kaya. Di beberapa tempat,penguasa-penguasa Jawa, yang menjabat sebagai bupati-bupati Majapahit yangditempatkan di pesisir utara Jawa banyak yang masuk Islam, bukan hanya karenafactor politik dalam negeri yang sedang goyah, tetapi terutama karena factorhubungan ekonomi dengan pedagang-pedagang Muslim.

    2. Saluran PerkawinanDari sudut ekonomi, para pedagnang Muslim memiliki status social yang lebih baik

    daripada kebanyakan pribumi, sehingga penduduk pribumi, terutama putri-putri

    bangsawan, tertarik untuk menjadi istri saudagar-saudagar itu. Sebelum kawin,mereka diislamkan terlebih dahulu. Setelah mereka mempunyai keturunan, lingkunganmereka makin luas. Akhirnya, timbul kampung-kampung, daerah-daerah dan kerajaan-kerajaan Muslim. Dalam perkembangan berikutnya, ada pula wanita Muslim yangdikawani oleh keturunan bangsawan, tentu saja setelah yang terakhir ini masuk Islamterlebih dahulu. Jalur perkawinan ini lebih menguntungkan apabila terjadi antarasaudagar Muslim dengan anak bangsawan atau anak raja dan anak adipati, karenaraja, adipati atau bangsawan itu kemudian turut mempercepat proses Islamisasi.

  • 7/22/2019 Islamisasi Indonesia

    10/34

    Demikianlah yang terjadi antara Raden Rahmat atau Sunan Ampel dengan Nyai Manila,Sunan Gunung Jati dengan Nyai Kawunganten, Brawijaya dengan putri Campa yangmenurunkan Raden Patah (raja pertama Demak) dan lain-lain.

    3.

    Saluran Tasawuf

    Pengajar-pengajar tasawuf atau para sufi, mengajarkan teosofi yang bercampurdengan ajaran yang sudah dikenal luas oleh masyarakat Indonesia. Mereka mahirdalam soal-soal magis dan mempunyai kekuatan-kekuatan menyembuhkan. Di antaramereka ada juga yang mengawini putri-putri bangsawan setempat. Dengan tasawuf,bentuk Islam yang diajarkan keada penduduk pribumi mempunyai persamaandengan alam pikiran mereka yang sebelumnya menganut agama Hindu, sehinggaagama baru itu mudah dimengerti dan diterima. Diantara ahli-ahli tasawuf yangmemberikan ajaran yang mengandung persaman dengan alam pikiran Indonesia pra-Islam itu adalah Hamzah Fansuri di Aceh, Syeikh Lemah Abang, dan Sunan Panggung di

    Jawa. Ajaran mistik seperti ini masih berkembang di abad ke-19 bahkan di abad ke-20M ini.

    4. Saluran PendidikanIslamisasi juga dilakukan melalui pendidikan, baik pesantren maupun pondok yang

    diselenggarakan oleh guru-guru agama, kiai-kiai, dan ulama-ulama. Di pesantren ataupondok itu, calon ulama, guru agama, dan kiai mendapat pendidikan agama. Setelahkeluar dari pesantren, mereka pulang ke kampong masing-masing kemudianberdakwah ke tempat tertentu mengajarkan Islam. Misalnya, pesantren yang didirikan

    oleh Raden Rahmat di Ampel Denta Surabaya dan Sunan Giri di Giri. Keluaranpesantren Giri ini banyak yang diundang ke Maluku untuk mengajarkan agama Islam.

    5. Saluran KesenianSaluran Islamisasi melaui kesenian yang paling terkenal adalah pertunjukan

    wayang. Dikatakan, Sunan Kalijaga adalah tokoh yang paling mahir dalammementaskan wayang. Dia tidak pernah meminta upah pertunjukan, tetapi iameminta para penonton untuk mengikutinya mengucapkan kalimat syahadat. Sebagianbesar cerita wayang masih dipetik dari cerita Mahabharata dan Ramayana, tetapi di

    dalam cerita itu disisipkan ajaran dan nama-nama pahlawan Islam. Kesenian-kesenianlain juga dijadikan alat Islamisasi, seperti sastra (hikayat, babad dan sebagainya), senibangunan dan seni ukir.

    6. Saluran Politik

  • 7/22/2019 Islamisasi Indonesia

    11/34

    Di Maluku dan Sulawesi Selatan, kebanyakan rakyat masuk Islam setelah rajanyamasuk Islam terlebih dahulu. Pengaruh politik raja sangat berpengaruh tersebarnyaIslam di daerah ini. Di samping itu, baik di Sumatera dan Jawa maupun di Indonesiabagian Timur, demi kempentingan politik, kerajaan-kerajaan Islam memerangikerajaan-kerajaan non-Islam. Kemenangan kerajaan Islam secara poltik banyak

    menarik penduduk kerajaan bukan Islam itu masuk Islam.

    Dr. Badri Yatim, M.A.Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II.PT Raja GrafindoPersada.Jakarta:2008.

  • 7/22/2019 Islamisasi Indonesia

    12/34

    Saluran-saluran Islamisasi di Indonesia

    Hadirnya Islam di Nusantara tidak serta merta membuat Islam langsung populer dan tersebar luas

    namun berproses. Menurut Ambari (1999: 206-207) , berdasarkan bukti-bukti arkeo-epigrafi, Islamisasi

    di Nusantara bisa dijelaskan mengacu pada proses-proses berikut ini:

    1. Kontak komunitas di Nusantara dengan pedagang atau pelaut Arab

    2. Kontak komunitas Nusantara dengan pedagang Muslim Arab, Persia, Gujarat dan sebagainya

    3. Sosialisasi Islam secara bertahap di Nusantara

    4. Islam mencapai puncak perkembangan dan pertumbuhannnya antara lain dengan eksisnya kesultanan

    atau kekuasaan Islam yang dapat mengendalikan ekonomi.

    5. Kontak dengan para pedagang Eropa

    6. Hegemoni dan dominasi bangsa Eropa yang diikuti semakin surut dan hilangnya Islam Indonesia secara

    politis dan ekonomi.

    Maka dari beberapa proses tersebut sebenarnya dapat dirumuskan bahwa persebaran Islam di

    Indonesia dilakukan melalui saluran perdagangan dan politik. Menurut Uka Tjandrasasmita (1984),

    saluran-saluran Islamisasi yang beerkembang ada enam, yaitu sebagai berikut.

    a. Saluran Perdagangan

    Pada taraf permulaan, saluran Islamisasi adalah perdagangan. Kesibukan lalu lintas perdaganganpada abad ke-7 hingga ke-16 M. membuat pedagang-pedagang muslim (Arab, Persia dan India) tidak

    turut ambil bagian dalam perdagangan dari negeri-negeri bagian barat, tenggara dan timur benua Asia.

    Saluran Islamisasi melalui perdagangan ini sangat menguntungkan karena para raja dan bangsawan

    turut serta dalam kegiatan perdagangan, bahkan mereka menjadi pemilik kapal dan saham. Mengutip

    pendapat Tome Pires berkenaan dengan saluran Islamisasi melalui perdagangan ini di pesisir pulau Jawa,

    Uka Tjandrasasmita menyebutkan bahwa para pedagang muslim banyak yang bermukim di pesisir pulau

    Jawa yang penduduknya ketika itu mash kafir. Mereka berhasil mendirikan masjid-masjid dan

    mendatangkan mullah-mullah dari luar sehingga jumlah mereka banyak, dan karenanya anak-anak

    muslim itu menjadi orang Jawa dan kaya-kaya.

    Di beberapa tempat, penguasa-penguasa Jawa yang menjabat sebagai bupati-bupati Majapahit

    yang ditempatkan di pesisir utara Jawa banyak yang masuk Islam, bukan hanya karena faktor politik

    dalam negeri yang sedang goyah, tetapi terutama karena faktor hubungan ekonomi dengan pedagang-

  • 7/22/2019 Islamisasi Indonesia

    13/34

    pedagang muslim. Dalam perkembangan selanjutnya, mereka kemudian mengambil alih perdagangan

    dan kekuasaan di tempat-tempat tinggalnya.

    b. Saluran Perkawinan

    Dari sudut pandang ekonomi, para pedagang muslim memiliki status sosial yang lebih baik dari

    kebanyakan pribumi, sehingga penduduk pribumi terutama putra-putri bangsawan, tertarik untuk

    menjadi istri saudagar-saudagar itu.sebelum kawin, mereka diIslamkan lebih dahulu. Setelah mereka

    mempunyai keturunan, lingkungan mereka makin luas. Akhirnya timbul kampung-kampung, daerah-

    daerah, dan kerajaan-kerajaan muslim. Dalam perkembangan berikutnya, ada pula wanita muslim yang

    dikawin oleh keturunan bangsawan, tentu saja setelah yang terakhir ini masuk Islam terlebih dahulu.

    Jalur perkawinan ini lebih menguntungkan apabila terjadi antara saudagar muslim dengan anakbangsawan atau anak raja dan anak adipati, karena raja adipati atau bangsawan itu kemudian turut

    mempercepat proses Islamisasi. Demikian yang terjadi antara Raden Rahmat atau Sunan Ngampel

    dengan Nyai Manila, Sunan Gunung Djati dengan Putri Kawunganten, Brawijaya dengan Putri Campa

    yang menurunkan Raden Patah (raja pertama Demak), dan lain-lain.

    c. Saluran Tasawuf

    Pengajaran-pengajaran tasawuf atau para sufi, mengajarkan teosofi yang bercampur dengan

    ajaran yang sudah dikenal luas oleh masyarakat indonesia. Mereka mahir dalam soal-soal magis dan

    mempunyai kekuatan-kekuatan menyembuhkan. Diantara mereka para ada juga yang mengawini putri-

    putri bangsawan setempat.

    Dengan tasawuf, bentuk Islam yang diajarkan kepada penduduk pribumi mempunyai persamaan

    dengan alam fikiran mereka yang sebelumnya menganut agama hindu, sehingga agama yang baru itu

    mudah dimengerti dan diterima. Diantara ahli-ahli tasawuf yang memberikan ajaran yang mengandung

    persamaan dengan alam pikiran Indonesia pra-Islam itu adalah Hamzah Fansuri di Aceh, Syaikh Lemah

    Abang, dan Sunan Panggung di Jawa. Ajaran mistik seperti ini masih berkembang di abad ke-19 M

    bahkan di abad ke-20 M ini.

    d. Saluran Pendidikan

    Islamisasi juga dilakukan melalui pendidikan, baik pesantren maupun pondok yang

  • 7/22/2019 Islamisasi Indonesia

    14/34

    diselenggarakan oleh guru-guru agama, kiai-kiai dan ulama-ulama. Di pesantren atau pondok itu, calon

    ulama, guru agama, dan kiai mendapat pendidikan agama. Setelah keluar dari pesantren, mereka pulang

    ke kampung-kampung masing-masing kemudian berdakwah ke tempat tertentu mengajarkan Islam.

    Misalnya, pesantren yang didirikan oleh Raden Rahmat di Ampel Denta Surabaya dan Sunan Giri di Giri.

    Keluaran Pesantren Giri banyak yang diundang ke Maluku untuk mengajarkan agama Islam.

    e. Saluran Kesenian

    Saluran Islamisasi melalui kesenian yang paling terkenal adalah pertunjukan wayang. Dikatakan,

    sunan kalijaga adalah tokoh yang paling mahir dalam mementaskan wayang. Dia tidak pernah meminta

    upah pertunjukan, tetapi ia meminta para penonton untuk mengikutinya mengucapkan kalimat

    syahadat. Sebagian besar cerita wayang masih dipetik dari cerita mahabharata dan Ramayana, tetapi

    dari cerita itu disisipkan ajaran dan nama-nama pahlawan Islam. Kesenian-kesenian lain juga dijadikan

    alat Islamisasi, seperti sastra (hikayat, babad, dan sebagainya), seni bangunan, dan seni ukir.

    f. Saluran Politik

    Di Maluku dan Sulawesi Selatan, kebanyakan rakyat masuk Islam setelah rajanya memeluk Islam

    terlebih dahulu. Pengaruh politik raja sangat membantu tersebarnya Islam di daerah ini. Di samping itu,

    baik di sumatera dan Jawa maupun di Indonesia bagian timur, demi kepentingan politik kerajaan-

    kerajaan Islam memerangi kerajaan-kerajaan non-Islam. Kemenangan kerajaan Islam secara politis

    banyak menarik penduduk kerajaan bukan Islam itu masuk Islam.

  • 7/22/2019 Islamisasi Indonesia

    15/34

    Begitu banyak saluran-saluran yang menjadi jalan Islamisasi di Indonesia yang mana

    pada garis besarnya dapat dibagi menjadi dua Islamisasi, yaitu Islamisasi Intern dan Islamisasi

    Ekstern. Walaupun pada awalnya penyebarab islam berasal dari luar tetapi pada akhirnya

    dikembangkan lagi di Indonesia sendiri.

    Adapun Saluran-saluran Islamisasi Di Indonesia dapat dibedakan nenjadi beberapa

    babak atau periode, antara lain :

    1.Babak pertama, abad 7 masehi (abad 1 hijriah).

    a) Melalui saluran dakwah oleh Para DaI dari luar indonesia.

    Pada abad 7 masehi, Islam sudah sampai ke Nusantara. Para Dai yang datang ke

    Indonesia berasal dari jazirah Arab yang sudah beradaptasi dengan bangsa India yakni bangsa

    Gujarat dan ada juga yang telah beradptasi dengan bangsa Cina, dari berbagai arah yakni dari

    jalur sutera (jalur perdagangan) dawah mulai merambah di pesisir-pesisir Nusantara.

    Pedagang-pedagang, mubaliq-mubaliq, orang-orang yang dianggap wali, ahli-ahli

    tasawuf, guru-guru agama, haji-haji, adalah oran-orang yang dianggap sebagai golongan yang

    membawa dan menyebarkan Islam di Nusantara. Dalam pelaksanaannya golongan-golongan

    tersebut menggunakan beberapa saluran pengIslaman kepada masyarakat Nusantara.

    Pada awalnya saluran Islamisasi dilakukan lewat jalur perdagangan. Hal itu sejalan

    dengan lalulntas perdagangan di Nusantara pertengahan abad ke-7 hingga abad ke-16 masehi.

    Pada saat itu pedagang-pedagang muslim dari Arab, Persia, India turut serta dalam perdagangan

    dengan pedagang-pedagang dari negeri-negeri bagian barat, tenggara, dan timur benua Asia.

    Penggunaan perdagangan sebagai saluran Islamisasi sangat menguntungkan karena bagi kaum

    muslim tidak ada pemisahan antara kegiatan berdagang dengan kegiatan dakwah Islam kepada

    pihak-pihak lain. Pola perdagangan pada abad-abad sebelum dan ketika Islam datang sangat

    menguntungkan karena golongan raja dan bangsawan umumnya turut serta dalam kegiatan

    perdagangan, bahkan mereka menjadi pemilik kapal dan modal.

    Proses-proses Islamisasi melalui jalan perdagangan dipercepat oleh situasi dan kondisi

    politik beberapa kerajaan di mana adipati-adipati pesisir berusaha melepaskan diri dari

    kekuasaan pusat kerajaan yang sedang mengalami kekacauan dan perpecahan, hal tersebut sesuai

    catatan perjalanan Tome Pires. Pedagang-pedagang muslim juga melakukan perkawinan dengan

    wanita-wanita lokal, tentu saja mereka kemudian menganut Islam pul

    b) Melalui Perdagangan oleh para Pedagang dan Pelaut.

  • 7/22/2019 Islamisasi Indonesia

    16/34

    Sejak awal Islam tidak pernah membeda-bedakan fungsi seseorang untuk berperan

    sebagai dai (juru dawah). Kewajiban berdawah dalam Islam bukan hanya kasta (golongan)

    tertentu saja tetapi bagi setiap masyarakat dalam Islam. Sedangkan diagama lain hanya golongan

    tertentu yang mempunyai otoritas menyebarkan agama yaitu pendeta. Sesuai ungkapan Imam

    Syahid Hasan Albana Nahnu duat qabla kulla sai artinya kami adalah dai sebelum profesi -

    profesi lainnya. Sampainya dawah di Indonesia melalui para pelaut-pelaut atau pedagang-

    pedagang sambil membawa dagangannya juga membawa akhlak Islami sekaligus

    memperkenalkan nilai-nilai yang Islami. Masyarakat ketika berbenalan dengan Islam terbuka

    pikirannya, dimulyakan sebagai manusia dan ini yang membedakan masuknya agama lain

    sesudah maupun sebelum datangnya Islam. Sebagai contoh masuknya agama Kristen ke

    Indonesia ini berbarengan dengan Gold (emas atau kekayaan) dan glory (kejayaan atau

    kekuasaan) selain Gospel yang merupakan motif penyebaran agama berbarengan dengan

    penjajahan dan kekuasaan. Sedangkan Islam dengan cara yang damai.

    Begitulah Islam pertama-tama disebarkan di Nusantara, dari komunitas-komunitas

    muslim yang berada di daerah-daerah pesisir berkembang menjadi kota-kota pelabuhan dan

    perdagangan dan terus berkembang sampai akhirnya menjadi kerajaan-kerajaan Islam dari mulai

    Aceh sampai Ternata dan Tidore yang merupakan pusat kerajaan Indonesia bagian Timur yang

    wilayahnya sampai ke Irian jaya.

    2. Babak kedua, abad 13 masehi.

    Di abad 13 Masehi berdirilah kerajaan-kerajaan Islam diberbagai penjuru di Nusantara.

    Yang merupakan moment kebangkitan kekuatan politik umat khususnya didaerah Jawa ketika

    kerajaan Majapahit berangsur-angsur turun kewibawaannya karena konflik internal. Hal ini

    dimanfaatkan oleh Sunan Kalijaga yang membina diwilayah tersebut bersama Raden Fatah yang

    merupaka keturunan raja-raja Majapahit untuk mendirikan kerajaan Islam pertama di pulau Jawa

    yaitu kerajaan Demak. Bersamaan dengan itu mulai bermunculan pula kerajaan-kerajaan Islam

    yang lainnya, walaupun masih bersifat lokal.

    Pada abad 13 Masehi ada fenoma yang disebut dengan Wali Songoyaitu ulama-ulama

    yang menyebarkan dawah di Indonesia. Wali Songo mengembangkan dawah atau melakukan

    proses Islamisasinya melalui saluran-saluran:

    a) Perdagangan

  • 7/22/2019 Islamisasi Indonesia

    17/34

    Islamisasi melalui perdagangan terjadi pada tahap awal, yaitu sejalan dengan ramianya

    lalu lintas perdagangan antara abad ke-7 sampai abad ke-16. Pada tahap berikutnya makin

    banyaklah pedagang muslim yang datang ke Indonesia yang kemudian membentuk tempat-

    tempat pemukiman yang disebut Pakojan.

    b) Pernikahan

    Karena pedagang asing yang datang ke Indonesia banyak yang tidak mempunyai istri,

    maka mereka kebanyakan memilih menikah dengan wanita pribumi. Dengan melalui perkawinan

    ini lingkungan mereka pun bertambah luas sehingga muncul perkampungan, daerah-daerah, dan

    Kerajaan Islam. Pengaruh Islam juga bertambah besar apabila perkawinan itu terjadi antara para

    bangsawan, misalnya antara putri Campa dengan Prabu Brawijaya atau Sunan Ampel dengan

    Nyi Gede Manila.

    c) Pendidikan (pesantren)

    Pesantren merupakan lembaga pendidikan yang asli dari akar budaya indonesia, dan juga

    adopsi dan adaptasi hasanah kebudayaan pra Islam yang tidak keluar dari nilai-nilai Islam yang

    dapat dimanfaatkan dalam penyebaran Islam. Ini membuktikan Islam sangat menghargai budaya

    setempat selama tidak bertentangan dengan nilai-niliai Islam.

    Dengan melalui pendidikan ini proses Islamisasi dilakukan oleh pesantren-pesantren,

    semakin terkenal kyai yang mengajar, maka semakin terkenal pula pesantrennya dan

    pengaruhnya terhadap masyarakat.

    Dalam pesantren maupun pondok yang dselenggarakan oleh guru-guru agama, kiai-kiai

    atau ulama-ulama. Pesantren atau pondok merupakan lembaga yang penting dalam penyebaran

    agama Islam. Pembnaan calon-calon guru agama, kiai-kiai, dan atau ulama-ulama dilakukan di

    pesantren atau juga di pondok. Setelah keluar dari pesantren mereka akan kembali ke daerahnya

    masing-masing. Di tempat-tempat asalnya mereka akan menjaadi tokoh agama yang

    mengajarkan Islam bagi masyarakat disekitarnya.

    Pada masa pertumbuhan Islam dikenal Pesantren Ampel Denta milik Sunan Ampel

    (Raden Rahmat), juga Pesantren Sunan Giri yang muridnya kebanyakan datang dari Maluku dan

    daerah-daerah lain. Selain itu juga biasanya para bangsawan atau raja mendatangkan Kyai

    sebagai penasihat agamanya.

  • 7/22/2019 Islamisasi Indonesia

    18/34

    d) Seni dan budaya

    Saat itu media tontonan yang sangat terkenal pada masyarakat jawa kkhususnya yaitu

    wayang. Wali Songo menggunakan wayang sebagai media dawah dengan sebelumnya

    mewarnai wayang tersebut dengan nilai-nilai Islam. Yang menjadi ciri pengaruh Islam dalam

    pewayangan diajarkannya egaliterialisme yaitu kesamaan derajat manusia dihadapan Allah

    dengan dimasukannya tokoh-tokoh punakawam seperti Semar, Gareng, Petruk dan Bagong.

    Para Wali juga menggubah lagu-lagu tradisional (daerah) dalam langgam Islami, ini

    berarti nasyid sudah ada diIndonesia ini sejak jaman para wali. Dalam upacara-upacara adat juga

    diberikan nilai-nilai Islam

    Saluran dan cara Islamisasi yang lain juga dapat melalui kesenian seperti seni bagunan,

    seni tari, seni pahat atau seni ukir, seni musik, dan seni sastra. Hasil-haasil pertumbuhan dan

    perkembangan Islam di Indonesia antara lain mesjid-mesjid kuno Demak, Sendang Dhuwur

    Agung Kasepuhan di Cirebon, mesjid Agung Banten, Baiturra Beberapa mesjid kuno seni

    bangunannya mirip candi, menyerupai bangunan meru pada jaman Indonesia-Hindu. Ukiran-

    ukiran seperti mimbar, hiasan lengkung pola kalamakara, mimbar dan mustaka mengingatkan

    pada perlambangan meru. Beberapa ukiran pada mesjid kuno diambil dari dunia tumbuh-

    tumbuhan dan hewan yang diberi corak tertentu dan mengingatkan kepada pola-pola ukiran yang

    telah dikenal pada candi Pranbanan dan beberapa candi lainnya.

    Selai itu, pada pintu gerbang, baik di keraton-keraton maupun di makam orang-orang

    yang dianggap keramat yang berbentuk candi bentar, kori Agung, jelas menunjukkkan corak

    pintu gerbang yang dikenal sebelum Islam. Demikian pula nisan-nisan kubur di daerah Troloyo,

    Tuban, Madura, Demak, Kudus, Cirebon, Banten, menunjukkan unsur-unsur seni ukir dan

    perlambangan pra-Islam. Di Sulawesi, Kalimantan, dan Sumatra terdapat beberapa nisan kubur

    yang lebih menunjukkan unsur seni Indonesia pra-Hindu dan pra-Islam.

    Saluran dan cara Islamisasi melalui seni bangunan dan seni ukir sesuai pula dengan

    saluran dan cara melalui seni tari, seni musik, sastra dan yang lainnya. Dalam upacara-upacara

    keagamaan, seperti Maulid Nabi sering dipertunjukkan seni tari dan atau musik tradisional,

    misalnya gamelan yang disebut sekaten yang terdapat di keraton Cirebon dan Yogyakarta

    dibunyikan pada perayaan Grebeg Maulud. Diantara seni yang terkenal sebagai saluran

    Islamisasi yaitu wayang. Menurut cerita, Sunan Kalijaga adalah tokoh yang paling mahir dalam

    mementaskan wayang. Sunan Kalijaga tidak pernah meminta upah saat pertunjukan wayang

  • 7/22/2019 Islamisasi Indonesia

    19/34

    namun beliau Cuma meminta penonton untuk ikut mengucapkan kalimat syahadat. Sebagian

    besar cerita wayang masih dipetik dari Mahabarata dan Ramayana, namun sedikit demi sedikit

    nama tokohnya diganti dengan pahlawan Islam. Nama panah Kalimasada, suatu senjata paling

    ampuh, dalam lakon wayang dihubungkan dengan kalimat syahadat, ucapan yang berisi

    pengakuan kepada Allah dan Nabi Muhammad. Kalimat syahadat merupakan tiang utama dari

    lima rukun Islam.

    Islamisasi melalui satra juga dilakukan secara sedikit demi sedikit seperti terbuki dalam

    naskah-naskah lama masa peralihan kepercayaan yang ditulis dalam bahasa dan huruf daerah,

    misalnya primbon-primbon abad ke-16 yang antara lai disusun oleh Sunan Bonang

    e) Tasawwuf

    Kenyatan sejarah bahwa ada tarikat-tarikat di Indonesia yang menjadi jaringan

    penyebaran agama Islam. Proses Islamisasi yang tidak kalah pentingnya adalah tasawuf, yang

    berfungsi sebagai pembentuk kehidupan sosial bangsa Indonesia, dengan melalui tasawuf

    memudahkan islam masuk ke orang-orang yang telah mempunyai dasar ke-Tuhanan. Gambaran

    tentang tasawuf ini banyak di jumpai dalam babada dan hikayat. Beberapa tokoh tasawuf adalah

    Hamzah Fansuri, Syamsudin, Nurudin Ar-Raniri, dll.

    3. Babak ketiga, masa penjajahan Belanda.

    a). Melalui Peperangan

    Pada abad 17 masehi tepatnya tahun 1601 datanglah kerajaan Hindia Belanda kedaerah

    Nusantara yang awalnya hanya berdagang tetapi akhirnya menjajah. Belanda datang ke

    Indonesia dengan kamar dagangnya yakni VOC, semejak itu hampir seluruh wilayah nusantara

    dijajah oleh Hindia Belanda kecuali Aceh. Saat itu antar kerajaan-kerajaan Islam di nusantara

    belum sempat membentuk aliansi atau kerja sama. Hal ini yang menyebabkan proses penyebaran

    dawah terpotong.

    Dengan sumuliayatul ( kesempurnaan) Islam yang tidak ada pemisahan antara aspek-

    aspek kehidupan tertentu dengan yang lainnya,ini telah diterapkan oleh para Ulama saat itu.

    Ketika penjajahan datang, mengubah pesantren-pesantren menjadi markas-markas perjuangan,

    santri-santri (peserta didik pesantren) menjadi jundullah (pasukan Allah) yang siap melawan

    penjajah sedangkan ulamanya menjadi panglima perangnya. Hampir seluruh wilayah di

  • 7/22/2019 Islamisasi Indonesia

    20/34

    Indonesia yang melakukan perlawanan terhadap penjajah adalah kaum muslimin beserta

    ulamanya.

    b). Melalui Saluran Hubungan diplomatik.

    Potensi-potensi tumbuh dan berkembang diabad 13 menjadi kekuatan perlawanan

    terhadap penjajah. Ini dapat dibuktikan dengan adanya hikayat-hikayat pada masa kerajaan-

    kerajaan Islam yang syair-syairnya berisikan perjuangan. Ulama-ulama menggelorakan Jihad

    melawan kaum kafir yaitu penjajah Belanda. Belanda mengalami kewalahan yang akhirnya

    menggunakan strategi-strategi:

    Politik devide et impera, yang pada kenyataannya memecahbelah atau mengadu domba antara

    kekuatan Ulama dengan adat contohnya perang Padri di Sumatera Barat dan perang Diponegoro

    di Jawa.

    Mendatangkan Prof. Dr. Snouk Cristian Hourgonye alias Abdul Gafar seorang Guru Besar

    keIndonesiaan di Universitas Hindia Belanda juga seorang orientalis yang pernah mempelajari

    Islam di Mekkah, dia berpendapat agar pemerintahan Belanda membiarkan umat Islam hanya

    melakukan ibadah mahdhoh (khusus) dan dilarang berbicara atau sampai melakukan politik

    praktis. Gagasan tersebut dijalani oleh pemerintahan Belanda dan salah satunya adalah

    pembatasan terhadap kaum muslimin yang akan melakukan ibadah Haji karena pada saat itulah

    terjadi pematangan pejuangan terhadap penjajahan.

    4. Babak keempat, abad 20 masehi.

    Melalui Ormas ( Organisasi masyarakat ).

    Awal abad 20 masehi, penjajah Belanda mulai melakukan politik etik atau politik balas

    budi yang sebenarnya adalah hanya membuat lapisan masyarakat yang dapat membantu mereka

    dalam pemerintahannya di Indonesia. Politik balas budi memberikan pendidikan dan pekerjaan

    kepada bangsa Indonesia khususnya umat Islam tetapi sebenarnya tujuannya untuk mensosialkan

    ilmu-ilmu barat yang jauh dari Al Quran dan hadist dan akan dijadikannya boneka -boneka

    penjajah. Selain itu juga mempersiapkan untuk lapisan birokrasi yang tidak mungkin pegang

    oleh lagi oleh orang-orang Belanda. Yang mendapat pendidikanpun tidak seluruh masyarakat

  • 7/22/2019 Islamisasi Indonesia

    21/34

    melainkan hanya golongan Priyayi (bangsawan), karena itu yang pemimpin-pemimpin

    pergerakan adalah berasalkan dari golongan bangsawan.

    Strategi perlawanan terhadap penjajah pada masa ini lebih kepada bersifat organisasi

    formal daripada dengan senjata. Berdirilah organisasi Serikat Islam merupakan organisasi

    pergerakan nasional yang pertama di Indonesia pada tahun 1905 yang mempunyai anggota dari

    kaum rakyat jelata sampai priyayi dan meliputi wilayah yang luas. Tahun 1908 berdirilah Budi

    Utomo yang bersifat masih bersifat kedaerahan yaitu Jawa, karena itu Serikat Islam dapat disebut

    organisasi pergerakan Nasional pertama daripada Budi Utomo.

    Tokoh Serikat Islam yang terkenal yaitu HOS Tjokroaminoto yang memimpin organisasi

    tersebut pada usia 25 tahun, seorang kaum priyayi yang karena memegang teguh Islam maka

    diusir sehingga hanya menjadi rakyat biasa. Ia bekerja sebagai buruh pabrik gula. Ia adalah

    seorang inspirator utama bagi pergerakan Nasional di Indonesia. Serikat Islam dibawah

    pimpinannya menjadi suatu kekuatan yang di perhitungkan Belanda. Tokoh-tokoh Serikat Islam

    lainnya ialah H. Agus Salim dan Abdul Muis, yang membina para pemuda yang tergabung dalam

    Young Islamitend Bound yang bersifat nasional, yang berkembang sampai pada sumpah pemuda

    tahun 1928.

    Dawah Islam di Indonesia terus berkembang dalam institusi-institusi seperti lahirnya

    Nadhatul Ulama, Muhammadiyah, Persis dll. Lembaga-lembaga ke-Islaman tersebut tergabung

    dalam MIAI (Majelis Islam Ala Indonesia) yang kemudian berubah namanya menjadi

    MASYUMI (Majelis Syura Muslimin Indonesia) yang anggotanya adalah para pimpinan

    institusi-institusi ke-Islaman tersebut.

    Dimasa pendudukan Jepang, dilakukan strategi untuk memecahbelah kesatuan kekuatan

    umat oleh pemerintahan Jepang dengan membentuk kementrian Sumubu (Departemen Agama).

    Jepang meneruskan strategi yang dilakukan Belanda terhadap umat Islam. Ada seorang Jepang

    yang faham dengan Islam yaitu Kolonel Huri, ia memotong koordinasi ulama-ulama dipusat

    dengan didaerah, sehingga ulama-ulama didesa yang kurang informasi dan akibatnya membuat

    umat dapat terbodohi.

    Pemerintahan pendudukan Jepang memberikan fasilitas untuk kemerdekaan Indonesia

    dengan membentuk BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan

    Indonesia) dan dilanjuti dengan PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) dan lebih

    mengerucut lagi menjadi Panitia Sembilan, Panitia ini yang merumuskan Piagam Jakarta tanggal

  • 7/22/2019 Islamisasi Indonesia

    22/34

    22 Juni 1945. Piagram Jakarta merupakan konsensus tertinggi untuk menggambarkan adanya

    keragaman Bangsa Indonesia yang mencari suatu rumusan untuk hidup bersama.Tetapi ada

    kalimat yang kontropersi dalam piagam ini yaitu penghapusan 7 kata lengkapnya kewajiban

    menjalankan syariat Islam bagi para pemeluk-pemeluknya yang terletak pada alinea keempat

    setelah kalimat Negara berdasarkan kepada Ketuhan Yang Maha Esa.

    5. Babak Kelima, abad 20&21

    Melalui Saluran Globalisasi.

    Pada babak ini proses dawah (Islamisasi) di Indonesia mempunyai ciri terjadinya

    globalisasi informasi dengan pengaruh-pengaruh gerakan Islam internasional secara efektif yang

    akan membangun kekuatan Islam lebih utuh yang meliputi segala dimensinya. Sebenarnya kalau

    saja Indonesia tidak terjajah maka proses Islamisasi di Indonesia akan berlangsung dengan damai

    karena bersifat kultural dan membangun kekuatan secara struktural. Hal ini karena awalnya

    masuknya Islam yang secara manusiawi, dapat membangun martabat masyarakat yang sebagian

    besar kaum sudra (kelompok struktur masyarakat terendah pada masa kerajaan) dan membangun

    ekonomi masyarakat. Sejarah membuktikan bahwa kota-kota pelabuhan (pusat perdagangan)

    yang merupakan kota-kota yang perekonomiannya berkembang baik adalah kota-kota muslim.

    Dengan kata lain Islam di Indonesia bila tidak terjadi penjajahan akan merupakan

    wilayah Islam yang terbesar dan terkuat. Walaupun demikian Allah mentakdirkan di Indonesia

    merupakan jumlah peduduk muslim terbesar didunia, tetapi masih menjadi tanda tanya besar

    apakah kualitasnya sebanding dengan kuantitasnya.

  • 7/22/2019 Islamisasi Indonesia

    23/34

    Proses masuk dan berkembangnya agama Islam di Indonesia menurut Ahmad Mansur

    Suryanegara dalam bukunya yang berjudul Menemukan Sejarah, terdapat 3 teori yaitu teori

    Gujarat, teori Makkah dan teori Persia.Ketiga teori tersebut di atas memberikan jawaban tentang permasalah waktu masuknya Islam ke

    Indonesia, asal negara dan tentang pelaku penyebar atau pembawa agama Islam ke Nusantara.

    Untuk mengetahui lebih jauh dari teori-teori tersebut, silahkan Anda simak uraian materi berikutini.

    1. Teori GujaratTeori berpendapat bahwa agama Islam masuk ke Indonesia pada abad 13 dan pembawanyaberasal dari Gujarat (Cambay), India.

    Dasar dari teori ini adalah:

    1. Kurangnya fakta yang menjelaskan peranan bangsa Arab dalam penyebaran Islam diIndonesia.

    2. Hubungan dagang Indonesia dengan India telah lama melalui jalur IndonesiaCambayTimur TengahEropa.

    3.

    Adanya batu nisan Sultan Samudra Pasai yaitu Malik Al Saleh tahun 1297 yangbercorak khas Gujarat.

    Pendukung teori Gujarat adalah Snouck Hurgronye, WF Stutterheim dan Bernard H.M.

    Vlekke. Para ahli yang mendukung teori Gujarat, lebih memusatkan perhatiannya pada saattimbulnya kekuasaan politik Islam yaitu adanya kerajaan Samudra Pasai. Hal ini juga

    bersumber dari keterangan Marcopolo dari Venesia (Italia) yang pernah singgah di Perlak

    (Perureula) tahun 1292. Ia menceritakan bahwa di Perlak sudah banyak penduduk yangmemeluk Islam dan banyak pedagang Islam dari India yang menyebarkan ajaran Islam.

    Demikianlah penjelasan tentang teori Gujarat. Silahkan Anda simak teori berikutnya.

    2. Teori Makkah

    Teori ini merupakan teori baru yang muncul sebagai sanggahan terhadap teori lama yaituteori Gujarat.

    Teori Makkah berpendapat bahwa Islam masuk ke Indonesia pada abad ke 7 dan

    pembawanya berasal dari Arab (Mesir).

    Dasar teori ini adalah:

    a. Pada abad ke 7 yaitu tahun 674 di pantai barat Sumatera sudah terdapatperkampungan Islam (Arab); dengan pertimbangan bahwa pedagang Arab sudah

    mendirikan perkampungan di Kanton sejak abad ke-4.b. Hal ini juga sesuai dengan berita Cina.c. Kerajaan Samudra Pasai menganut aliran mazhab Syafii, dimana pengaruh mazhab

    Syafii terbesar pada waktu itu adalah Mesir dan Mekkah. Sedangkan Gujarat/India

    adalah penganut mazhab Hanafi.d. Raja-raja Samudra Pasai menggunakan gelar Al malik, yaitu gelar tersebut berasal

    dari Mesir.

  • 7/22/2019 Islamisasi Indonesia

    24/34

    Pendukung teori Makkah ini adalah Hamka, Van Leur dan T.W. Arnold. Para ahli yang

    mendukung teori ini menyatakan bahwa abad 13 sudah berdiri kekuasaan politik Islam, jadi

    masuknya ke Indonesia terjadi jauh sebelumnya yaitu abad ke 7 dan yang berperan besarterhadap proses penyebarannya adalah bangsa Arab sendiri.

    Dari penjelasan di atas, apakah Anda sudah memahami? Kalau sudah paham simak teoriberikutnya.

    3. Teori Persia

    Teori ini berpendapat bahwa Islam masuk ke Indonesia abad 13 dan pembawanya berasal dari

    Persia (Iran).Dasar teori ini adalah kesamaan budaya Persia dengan budaya masyarakat Islam Indonesia

    seperti:

    a. Peringatan 10 Muharram atau Asyura atas meninggalnya Hasan dan Husein cucuNabi Muhammad, yang sangat di junjung oleh orang Syiah/Islam Iran. Di SumatraBarat peringatan tersebut disebut dengan upacara Tabuik/Tabut. Sedangkan di pulau

    Jawa ditandai dengan pembuatan bubur Syuro.b. Kesamaan ajaran Sufi yang dianut Syaikh Siti Jennar dengan sufi dari Iran yaitu Al

    Hallaj.

    c. Penggunaan istilah bahasa Iran dalam sistem mengeja huruf Arab untuk tanda-tandabunyi Harakat.

    d. Ditemukannya makam Maulana Malik Ibrahim tahun 1419 di Gresik.

    Pendukung teori ini yaitu Umar Amir Husen dan P.A. Hussein Jayadiningrat.

    Kesimpulan

    Ketiga teori tersebut, pada dasarnya masing-masing memiliki kebenaran dan kelemahannya.

    Maka itu berdasarkan teori tersebut dapatlah disimpulkan bahwa Islam masuk ke Indonesiadengan jalan damai pada abad ke7 dan mengalami perkembangannya pada abad 13.

    Sebagai pemegang peranan dalam penyebaran Islam adalah bangsa Arab, bangsa Persia dan

    Gujarat (India).

    Demikianlah uraian materi tentang proses masuknya Islam ke Indonesia. Untuk mengujipemahaman Anda , maka isilah tabel 1.1 berikut ini, Dan untuk mengetahui kebenaran

    awaban Anda. Silahkan tanyakan kepada guru bina Anda.

    Tabel 1.1.Proses masuknya Islam ke Indonesia

  • 7/22/2019 Islamisasi Indonesia

    25/34

    Setelah Anda mengisi tabel 1.1. , silahkan Anda simak uraian materi selanjutnya.

    Proses masuk dan berkembangnya Islam ke Indonesia pada dasarnya dilakukan dengan jalan

    damai melalui beberapa jalur/saluransaluran antara lain melalui perdagangan seperti yangdilakukan oleh pedagang Arab, Persia dan Gujarat.

    Pedagang. tersebut berinteraksi/bergaul dengan masyarakat Indonesia. Pada kesempatan tersebut

    dipergunakan untuk menyebarkan ajaran Islam. Selanjutnya diantara pedagang tersebut ada yangterus menetap, atau mendirikan perkampungan, seperti pedagang Gujarat mendirikan

    perkampunganPekojan.Dengan adanya perkampungan pedagang, maka interaksi semakin

    sering bahkan ada yang sampai menikah dengan wanita Indonesia, sehingga proses penyebaranIslam semakin cepat berkembang.

    Perkembangan Islam yang cepat menyebabkan muncul tokoh ulama atau mubaliqh yang

    menyebarkan Islam melalui pendidikan dengan mendirikan pondok-pondok pesantren.Pondok pesantren adalah tempat para pemuda dari berbagai daerah dan kalangan masyarakat

    menimba ilmu agama Islam. Setelah tammat dari pondok tersebut, maka para pemuda menjadi

    juru dakwah untuk menyebarkan Islam di daerahnya masing-masing.Di samping penyebaran Islam melalui saluran yang telah dijelaskan di atas, Islam juga

    disebarkan melalui kesenian, misalnya melalui pertunjukkan seni gamelan ataupun wayang kulit.Dengan demikian Islam semakin cepat berkembang dan mudah diterima oleh rakyat Indonesia.

    Untuk menguji tingkat pemahaman Anda, silahkan Anda diskusikan dengan teman-teman Anda,

    mencari alasan mengapa Islam mudah diterima oleh masyarakat Indonesia. Selanjutnya dapat

    Anda simak uraian materi berikutnya.

    Di pulau Jawa, peranan mubaligh dan ulama tergabung dalam kelompok para wali yang dikenal

    dengan sebutan walisongo yang merupakan suatu majelis yang berjumlah sembilan orang.

    Majelis ini berlangsung dalam beberapa periode secara bersambung, mengganti ulama yangwafat / hijrah ke luar Jawa. Dari penjelasan tersebut apakah Anda sudah paham, kalau sudah

    paham simak uraian materi berikutnya tentang periode penyebaran islam oleh para ulama/walitersebut.

    1. Periode I : Penyebaran Islam dilakukan oleh Maulana Malik Ibrahim*, MaulanaIshaq(-), Ahmad Jumadil Qubra, Muhammad Al-Magribi, Malik Israil*,

    Muhammad Al-Akbar*, Maulana Hasannudin, Aliyuddin*, dan Syeikh

    Subakir (-).

  • 7/22/2019 Islamisasi Indonesia

    26/34

  • 7/22/2019 Islamisasi Indonesia

    27/34

    Proses Islamisasi dan Perkembangan Islam di Indonesia

    Pada masa kedatangan dan penyebaran Islam di Indonesia terdapat beraneka ragam suku bangsa,organisasi pemerintahan, struktur ekonomi, dan sosial budaya. Suku bangsa Indonesia yang bertempattinggal di daerah-daerah pedalaman, jika dilihat dari sudut antropologi budaya, belum banyakmengalami percampuran jenis-jenis bangsa dan budaya dari luar, seperti dari India, Persia, Arab, dan

    Eropa. Struktur sosial, ekonomi, dan budayanya agak statis dibandingkan dengan suku bangsa yangmendiami daerah pesisir. Mereka yang berdiam di pesisir, lebih-lebih di kota pelabuhan, menunjukkanciri-ciri fisik dan sosial budaya yang lebih berkembang akibat percampuran dengan bangsa dan budayadari luar.Proses Islamisasi di IndonesiaDalam masa kedatangan dan penyebaran Islam di Indonesia, terdapat negara-negara yang bercorakIndonesia-Hindu. Di Sumatra terdapat kerajaan Sriwijaya dan Melayu; di Jawa, Majapahit; di Sunda,Pajajaran; dan di Kalimantan, Daha dan Kutai.Agama Islam yang datang ke Indonesia mendapat perhatian khusus dari kebanyakan rakyat yang telahmemeluk agama Hindu. Agama Islam dipandang lebih baik oleh rakyat yang semula menganut agamaHindu, karena Islam tidak mengenal kasta, dan Islam tidak mengenal perbedaan golongan dalammasyarakat. Daya penarik Islam bagi pedagang-pedagang yang hidup di bawah kekuasaan raja-rajaIndonesia-Hindu agaknya ditemukan pada pemikiran orang kecil. Islam memberikan sesuatu persamaan

    bagi pribadinya sebagai anggota masyarakat muslim. Sedangkan menurut alam pikiran agama Hindu, iahanyalah makhluk yang lebih rendah derajatnya daripada kasta-kasta lain. Di dalam Islam, ia merasadirinya sama atau bahkan lebih tinggi dari pada orang-orang yang bukan muslim, meskipun dalamstruktur masyarakat menempati kedudukan bawahan.Proses islamisasi di Indonesia terjadi dan dipermudah karena adanya dukungan dua pihak: orang-orangmuslim pendatang yang mengajarkan agama Islam dan golongan masyarakat Indonesia sendiri yangmenerimanya. Dalam masa-masa kegoncangan politik , ekonomi, dan sosial budaya, Islam sebagaiagama dengan mudah dapat memasuki & mengisi masyarakat yang sedang mencari pegangan hidup,lebih-lebih cara-cara yg ditempuh oleh orang-orang muslim dalam menyebarkan agama Islam, yaitumenyesuaikan dengan kondisi sosial budaya yang telah ada. Dengan demikian, pada tahap permulaanislamisasi dilakukan dengan saling pengertian akan kebutuhan & disesuaikan dengan kondisimasyarakatnya. Pembawa dan penyebar agama Islam pada masa-masa permulaan adalah golonganpedagang, yang sebenarnya menjadikan faktor ekonomi perdagangan sebagai pendorong utama untuk

    berkunjung ke Indonesia. Hal itu bersamaan waktunya dengan masa perkembangan pelayaran danperdagangan internasional antara negeri-negeri di bagian barat, tenggara, dan timur Asia. Kedatanganpedagang-pedagang muslim seperti halnya yang terjadi dengan perdagangan sejak zaman SamudraPasai dan Malaka yang merupakan pusat kerajaan Islam yang berhubungan erat dengan daerah-daerahlain di Indonesia, maka orang-orang Indonesia dari pusat-pusat Islam itu sendiri yang menjadi pembawadan penyebar agama Islam ke seluruh wilayah kepulauan Indonesia.Tata cara islamisasi melalui media perdagangan dapat dilakukan secara lisan dengan jalan mengadakankontak secara langsung dengan penerima, serta dapat pula terjadi dengan lambat melalui terbentuknyasebuah perkampungan masyarakat muslim terlebih dahulu. Para pedagang dari berbagai daerah,bahkan dari luar negeri, berkumpul dan menetap, baik untuk sementara maupun untuk selama-lamanya, di suatu daerah, sehingga terbentuklah suatu perkampungan pedagang muslim. Dalam hal iniorang yang bermaksud hendak belajar agama Islam dapat datang atau memanggil mereka untukmengajari penduduk pribumi.

    Selain itu, penyebaran agama Islam dilakukan dgn cara perkawinan antara pedagang muslim dgn anak-anak dari orang-orang pribumi, terutama keturunan bangsawannya. Dengan perkawinan itu,terbentuklah ikatan kekerabatan dgn keluarga muslim.

    Media seni, baik seni bangunan, pahat, ukir, tari, sastra, maupun musik, serta media lainnya, dijadikanpula sebagai media atau sarana dalam proses islamisasi. Berdasarkan berbagai peninggalan senibangunan dan seni ukir pada masa-masa penyeberan agama Islam, terbukti bahwa proses islamisasidilakukan dgn cara damai. Kecuali itu, dilihat dari segi ilmu jiwa dan taktik, penerusan tradisi seni

  • 7/22/2019 Islamisasi Indonesia

    28/34

    bangunan dan seni ukir pra-Islam merupakan alat islamisasi yang sangat bijaksana dan dengan mudahmenarik orang-orang nonmuslim untuk dengan lambat-laun memeluk Islam sebagai pedoman hidupnya.

    Dalam perkembangan selanjutnya, golongan penerima dapat menjadi pembawa atau penyebar Islamuntuk orang lain di luar golongan atau daerahnya. Dalam hal ini, kontinuitas antara penerima danpenyebar terus terpelihara dan dimungkinkan sebagai sistem pembinaan calon-calon pemberi ajaran

    tersebut. Biasanya santri-santri pandai, yang telah lama belajar seluk-beluk agama Islam di suatutempat dan kemudian kembali ke daerahnya, akan menjadi pembawa dan penyebar ajaran Islam yangtelah diperolehnya. Mereka kemudian mendirikan pondok-pondok pesantren. Pondok pesantrenmerupakan lembaga yang penting dalam penyebaran agama Islam.Agama Islam juga membawa perubahan sosial dan budaya, yakni memperhalus dan memperkembangkanbudaya Indonesia. Penyesuaian antara adat dan syariah di berbagai daerah di Indonesia selalu terjadi,meskipun kadang-kadang dalam taraf permulaan mengalami proses pertentangan dalam masyarakat.Meskipun demikian, proses islamisasi di berbagai tempat di Indonesia dilakukan dengan cara yang dapatditerima oleh rakyat setempat, sehingga kehidupan keagamaan masyarakat pada umumnyamenunjukkan unsur campuran antara Islam dengan kepercayaan sebelumnya. Hal tersebut dilakukanoleh penyebar Islam karena di Indonesia telah sejak lama terdapat agama (Hindu-Budha) dankepercayaan animisme.Pada umumnya kedatangan Islam dan cara menyebarkannya kepada golongan bangsawan maupun

    rakyat umum dilakukan dengan cara damai, melalui perdagangan sebagai sarana dakwah oleh paramubalig atau orang-orang alim. Kadang-kadang pula golongan bangsawan menjadikan Islam sebagai alatpolitik untuk mempertahankan atau mencapai kedudukannya, terutama dalam mewujudkan suatukerajaan Islam.Perkembangan Islam di IndonesiaKedatangan Islam di berbagai daerah di Indonesia tidaklah bersamaan. Demikian pula dengan kerajaan-kerajaan dan daerah yang didatanginya, ia mempunyai situasi politik dan sosial budaya yang berlainan.Pada waktu kerajaan Sriwijaya mengembangkan kekuasaannya pada sekitar abad ke-7 dan ke-8, SelatMalaka sudah mulai dilalui oleh para pedagang muslim dalam pelayarannya ke negeri-negeri di AsiaTenggara dan Asia Timur. Berdasarkan berita Cina zaman Tang pada abad-abad tersebut, didugamasyarakat muslim telah ada, baik di kanfu (kanton) maupun di daerah Sumatra sendiri. Perkembanganpelayaran dan perdagangan yang bersifat internasional antara negeri-negeri di Asia bagian barat atautimur mungkin disebabkan oleh kegiatan kerajaan Islam di bawah Bani Umayah di bagian barat maupunkerajaan Cina zaman dinasti Tang di Asia Timur serta kerajaan Sriwijaya di Asia Tenggara. Adalahsuatu kemungkinan bahwa menjelang abad ke-10 para pedagang Islam telah menetap di pusat-pusatperdagangan yang penting di kepulauan Indonesia, terutama di pulau-pulau yang terletak di SelatMalaka, terusan sempit dalam rute pelayaran laut dari negeri-negeri Islam ke Cina. Tiga abadkemudian, menurut dokumen-dokumen sejarah tertua, permukiman orang-orang Islam didirikan diPerlak dan Samudra Pasai di Timur Laut pantai Sumatra.Saudagar-saudagar dari Arab Selatan semenanjung tanah Arab yang melakukan perdagangan ke tanahMelayu sekitar 630 M (tahun kesembilan Hijriah) telah menemui bahwa di sana banyak yang telahmemeluk Islam. Hal ini membuktikan bahwa Islam telah masuk ke Indonesia sejak abad-abad pertamaHijriah, atau sekitar abad ke tujuh dan kedelapan Masehi yang dibawa langsung oleh saudagar dariArab. Dengan demikian, dakwah Islam telah tiba di tanah Melayu sekitar tahun 630 M tatkala NabiMuhammad saw. masih hidup. Keterangan lebih lanjut tentang masuknya Islam ke Indonesia ditemukanpada berita dari Marcopolo, bahwa pada tahun 1292 ia pernah singgah di bagian utara daerah Acehdalam perjalanannya dari Tiongkok ke Persia melalui laut. Di Perlak ia menjumpai penduduk yang telah

    memeluk Islam dan banyak para pedagang Islam dari India yang giat menyebarkan agama itu.Para pedagang muslim menjadi pendukung daerah-daerah Islam yang muncul kemudian, dan daerahyang menyatakan dirinya sebagai kerajaan yang bercorak Islam ialah Samudra Pasai di pesisir timur lautAceh. Munculnya daerah tersebut sebagai kerajaan Islam yang pertama diperkirakan mulai abad ke-13.Hal itu dimungkinkan dari hasil proses islamisasi di daerah-daerah pantai yang pernah disinggahi parapedagang muslim sejak abad ketujuh. Sultan yang pertama dari kerajaan Islam Samudra Pasai adalahSultan Malik al-Saleh yang memerintah pada tahun 1292 hingga 1297. Sultan ini kemudian digantikanoleh putranya yang bernama Sultan Muhammad Malik az-Zahir. Kerajaan Islam Samudra Pasai menjadipusat studi agama Islam dan meru pakan tempat berkumpul para ulama Islam dari berbagai negara

  • 7/22/2019 Islamisasi Indonesia

    29/34

    Islam untuk berdis kusi tentang masalah-masalah keagamaan dan masalah keduniawian. Berdasarkanberita dari Ibnu Batutah, seorang pengembara asal Maroko yang mengunjungi Samudra Pasai pada 1345,dikabarkan bahwa pada waktu ia mengunjungi kerajaan itu, Samudra Pasai berada pada puncakkejayaannya. Dari catatan lain yang ditinggalkan Ibnu Batutah, dapat diketahui bahwa pada masa itukerajaan Samudra Pasai merupakan pelabuhan yang sangat penting, tempat kapal-kapal datang dariTiongkok dan India serta dari tempat-tempat lain di Indonesia, singgah dan bertemu untuk memuat danmembongkar barang-barang dagangannya.Kerajaan Samudera Pasai makin berkembang dalam bidang agama Islam, politik, perdagangan, danpelayaran. Hubungan dengan Malaka makin ramai, sehingga di Malaka pun sejak abad ke-14 timbulcorak masyarakat muslim. Perkembangan masyarakat muslim di Malaka makin lama makin meluas danakhirnya pada awal abad ke-15 berdiri kerajaan Islam Malaka. Para penganut agama Islam diberi hak-hak istimewa, bahkan telah dibangunkan sebuah masjid untuk mereka. Para pedagang yang singgah diMalaka kemudian banyak yang menganut agama Islam dan menjadi penyebar agama Islam ke seluruhkepulauan Nusantara, tempat mereka mengadakan transaksi perdagangan.Kerajaan Malaka pertama kali didirikan oleh Paramisora pada abad ke-15. Menurut cerita, sesaatsebelum meninggal dalam tahun 1414, Paramisora masuk Islam, kemudian berganti nama menjadiIskandar Syah. Selanjutnya, kerajaan Malaka dikembangkan oleh putranya yang bernama MuhammadIskandar Syah (14141445). Pengganti Muhammad Iskandar Syah adalah Sultan Mudzafar Syah (14451458). Di bawah pemerintahannya, Malaka menjadi pusat perdagangan antara Timur dan Barat, dengankemajuan-kemajuan yang sangat pesat, sehingga jauh meninggalkan Samudra Pasai. Usahamengembangkan Malaka hingga mencapai puncak kejayaannya dilakukan oleh Sultan Mansyur Syah(14581477) sampai pd masa pemerintahan Sultan Alaudin Syah (14771488).Sementara itu, kedatangan pengaruh Islam ke wilayah Indonesia bagian timur (Sulawesi dan Maluku)tidak dapat dipisahkan dari jalur perdagangan yang terbentang antara pusat lalu lintas pelayaraninternasional di Malaka, Jawa, dan Maluku. Menurut tradisi setempat, sejak abad ke-14, Islam telahsampai ke daerah Maluku. Disebutkan bahwa kerajaan Ternate ke-12, Molomateya (13501357),bersahabat karib dengan orang Arab yg memberinya petunjuk dalam pembuatan kapal, tetapi agaknyatidak dalam kepercayaan.Pada masa pemerintahan Marhum di Ternate, datanglah seorang raja dari Jawa yang bernama MaulanaMalik Husayn yang menunjukkan kemahiran menulis huruf Arab yang ajaib seperti yang tertulis dalamAlquran. Hal ini sangat menarik hati Marhum dan orang-orang di Maluku. Kemudian, ia diminta olehmereka agar mau mengajarkan huruf-huruf yang indah itu. Sebaliknya, Maulana Malik Husaynmengajukan permintaan, agar mereka tidak hanya mempelajari huruf Arab, melainkan pula diharuskan

    mempelajari agama Islam. Demikianlah Maulana Malik Husayn berhasil mengislamkan orang-orangMaluku. Raja Ternate yang dianggap benar-benar memeluk Islam adalah Zainal Abidin (14861500).Dari ketiga pusat kegiatan Islam itulah, maka Islam menyebar dan meluas memasuki pelosok-pelosokkepulauan Nusantara. Penyebaran yang nyata terjadi pada abad ke-16. Dari Malaka, daerah Kampar,Indragiri, dan Riau menjadi Islam. Dari Aceh, Islam meluas sampai ke Minangkabau, Bengkulu, danJambi. Dimulai sejak dari Demak, maka sebagian besar Pulau Jawa telah menganut agama Islam.Banten yang diislamkan oleh Demak meluaskan dan menyebarkan Islam ke Sumatra Selatan. DiKalimantan, kerajaan Brunai yang pada abad ke-16 menjadi Islam, meluaskan penyebaran Islam dibagian barat Kalimantan dan Filipina. Sedangkan Kalimantan Selatan mendapatkan pengaruh Islam daridaratan Jawa. Dari Ternate semakin meluas meliputi pulau-pulau di seluruh Maluku serta daerah pantaitimur Sulawesi. Pada abad ke-16 di Sulawesi Selatan berdiri kerajaan Goa. Demikianlah pada akhir abadke-16 dapat dikatakan bahwa Islam telah tersebar dan mulai meresapkan akar-akarnya di seluruhNusantara.

    Meresapnya Islam di Indonesia pada abad ke-16 itu bersamaan pula dengan ditanamkannya benih-benihagama Katolik oleh orang-orang Portugis. Bangsa Portugis ini dikenal sebagai penentang Islam danpemeluk agama Katolik fanatik. Maka, di setiap tempat yang mereka datangi, di sanalah merekaberusaha mendapatkan daerah tempat persemaian bagi agama Katolik. Hal ini menurut tanggapanmereka merupakan suatu tugas dan kewajiban yang mendapat dorongan dari pengalaman merekamenghadapi Islam di negeri mereka sendiri. Ketika pertahanan Islam terakhir di Granada jatuh pada1492, maka dalam usaha mereka mendesak agama Islam sejauh mungkin dari Spanyol dan Portugis,mereka memperluas gerakannya sampai Timur Tengah yang waktu itu menjadi daerah perantaraperdagangan rempah-rempah yang menghubungkan Timur dengan Barat. Timbullah kemudian suatu

  • 7/22/2019 Islamisasi Indonesia

    30/34

    hasrat dalam jiwa dagang mereka untuk berusaha sendiri mendapatkan rempah-rempah yang menjadipokok perdagangan waktu itu langsung dari daerah penghasilnya (Nusantara). Dengan demikian, merekatidak akan bergantung lagi kepada pedagang-pedangan Islam di Timur Tengah.[Sumber : Diadaptasi dari Sejarah Perjuangan Persis 1923-1983, Drs. Dadan Wildan Anas]http://www.alislam.or.id/comments.php?id=1663_0_14_0_CMitos Syekh Siti JenarSyekh Siti Jenar adalah tokoh kontroversial sekaligus legendaris dalam sejarah Islam di Jawa, karenapembangkangan tasawuf-nya dan mitos kesaktian yang dimilikinya. Syekh Siti Jenar dianggapmenyimpang dari ajaran Islam oleh Wali Songo ini. Kemudian, ditunjukkan bagaimana Siti Jenarmenerapkan ajarannya itu dan akhirnya tidak bisa tidak bertemu dengan kekuatan ulama palingdominan, yakni Wali Songo. Sudah jelas bahwa pada saat itu, peran ulama yang terorganisir dalamWali Songo mengambil ruang paling besar dalam legitimasi agama. Kehadiran Siti Jenar denganajarannya yang jauh berbeda dari kebenaran yang digariskan Wali Songo menjadi ganjalan besar,baik untuk penyebarluasan Islam maupun pengaruh politik Wali Songo sendiri.http://www.geocities.com/z_iwan/teks/buku_agama.htmlKejawen[Dari Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia]Kejawen (bahasa Jawa: Kejawn) adalah sebuah kepercayaan atau mungkin boleh dikatakan agamayang terutama dianut di pulau Jawa oleh suku Jawa dan sukubangsa lainnya yang menetap di Jawa.Agama Kejawen sebenarnya adalah nama sebuah ke lompok kepercayaan-kepercayaan yang mirip satusama lain dan bukan sebuah agama terorganisir seperti agama Islam atau agama Kristen. Ciri khasutama agama Kejawen ialah adanya perpaduan antara animisme, agama Hindu dan Buddha. Namunpengaruh agama Islam dan juga Kristen nampak pula. Kepercayaan ini merupakan sebuah kepercayaansinkretisme. Seorang ahli antropologi Amerika Serikat, Clifford Geertz pernah menulis tentang agamaini dalam bukunya yang ternama The Religion of Java. Olehnya Kejawen disebut Agami Jawi.http://id.wikipedia.org/wiki/Kejawennote : artikel di atas telah dimuat dalam Labbaik, edisi : 023/th.02/Jumada Al Awwal-Jumada Al Tsani1427H/2006M

    http://www.alislam.or.id/comments.php?id=1663_0_14_0_Chttp://www.alislam.or.id/comments.php?id=1663_0_14_0_Chttp://www.geocities.com/z_iwan/teks/buku_agama.htmlhttp://www.geocities.com/z_iwan/teks/buku_agama.htmlhttp://id.wikipedia.org/wiki/Kejawenhttp://id.wikipedia.org/wiki/Kejawenhttp://id.wikipedia.org/wiki/Kejawenhttp://www.geocities.com/z_iwan/teks/buku_agama.htmlhttp://www.alislam.or.id/comments.php?id=1663_0_14_0_C
  • 7/22/2019 Islamisasi Indonesia

    31/34

    KEJAWEN

    Dalam literatur dan kaidah kebudayaan Jawa tidak ditemukan adanya pakem dalamkalimah doa serta tata cara baku menyembah Tuhan. Dalam budaya Jawa dipahamibahwa Tuhan Maha Universal dan kekuasaanNya tiada terbatas. Pun dalam kejawen,karena bukan lah agama, maka dalam falsafah kejawen yang ada hanyalah wujud"laku spiritual" dalam tataran batiniahnya, dan "laku ritual" dalam tataranlahiriahnya.

    Laku ritual merupakan simbolisasi dan kristalisasi dari laku spiritual. Ambil contohmisalnya mantra, sesaji, laku sesirih (menghindari laku pantangan) serta laku semediatau meditasi. Banyak kalangan yang tidak memahami asal usul dan makna dari semuaitu, lantas begitu saja timbul suatu asumsi bahwa mantra sama halnya dengan doa.Sedangkan sesaji, laku sesirih dan laku semedi dipersepsikan sama maknanya denganritual menyembah Tuhan. Asumsi dan persepsi ini salah besar.

    Menurut para pengamat, kaum akademisi dan budayawan, ada suatu unsurkesengajaan untuk mempersepsikan dan mengasumsikan secara tidak tepat danmelenceng dari makna yang sesungguhnya. Semoga hal itu bukan termasuk upayapolitisasi sistem kepercayaan, untuk mendestruksi budaya Jawa yang sudah mbalungsungsum di kalangan suku Jawa, dengan harapan supaya terjadi loncatan paradigmakearifan lokal kepada paradigma asing yang secara naratif menjamin surga.

    Awal dari penggeseran dilakukan oleh bangsa asing yang akan menjalankan praktikimperialisme dan kolonialisme di bumi nusantara sejak ratusan tahun silam. Baiklah,terlepas dari semua anggapan, asumsi maupun persepsi di atas ada baiknyadikemukakan wacana yang mampu mengembalikan persepsi dan asumsi terhadap

    ajaran kejawen sebagaimana makna yang sesungguhnya.

    Setidaknya, kejawen dapat menjadi monumen sejarah yang akan dikenang dan dikenaloleh generasi penerus bangsa ini. Agar menumbuhkan semangat berkarya dannasionalisme di kalangan generasi muda. Di samping itu ada kebanggaan tersendiri,sekalipun zaman sekarang dianggap remeh namun setidaknya nenek moyang bangsaIndonesia pernah membuktikan kemampuan menghasilkan karya-karya agung bernilaitinggi

    Meluruskan Makna

    Mantra tidaklah sama maknanya dengan doa. Bila doa merupakan permohonan kepadaTuhan YME, sedangkan mantra itu umpama menarik picu senapan yang bernama dayahidup. Daya hidup manusia pemberian Tuhan Yang Mahakuasa. Pemberian sesaji, lakusesirih (mencegah) dan laku semedi memiliki makna tatacara memberdayakan dayahidup agar dapat menjalankan kehidupan yang benar, baik dan tepat. Yaknimenjalankan hidup dengan mengikuti kaidah memayu hayuning bawana.

    Daya kehidupan manusia menjadi faktor adanya aura magis (gelombang

  • 7/22/2019 Islamisasi Indonesia

    32/34

    elektromagnetik) yang melingkupi badan manusia. Aura magis memiliki sifatnyamasing-masing karena perbedaan esensi dari unsur-unsur yang membangun menjadijasad manusia. Unsur-unsur tersebut berasal dari bumi, langit, cahya dan teja yangkeadaannya selalu dinamis sepanjang masa. Untuk menjabarkan hubungan antarasifat-sifat dan esensi dari unsur-unsur jasad tersebut lahirlah ilmu Jawa yang

    bertujuan untuk menandai perbedaan aura magis berdasarkan weton dan wuku.

    Aura magis dalam diri manusia dengan aura alam semesta terdapat kaitan erat. Yaknigelombang energi yang saling mempengaruhi secara kosmis-magis. Dinamika energiyang saling mempengaruhi mempunyai dua kemungkinan yakni pertama; bersifatsaling berkaitan secara kohesif dan menyatu (sinergi) dalam wadah keharmonisan,kedua; energi yang saling tolak-menolak (adesif). Laku sesirih (meredam segala nafsu)dan semedi (olah batin) merupakan sebuah upaya harmonisasi dengan caramensinergikan aura magis mikrokosmos dalam kehidupan manusia (inner world)dengan aurora alam semesta makrokosmos. Agar tercipta suatu hubungan transendenyang harmonis dalam dimensi vertikal (pancer) antara manusia dengan Tuhan dan

    hubungan horisontal yakni manusia sebagai jagad kecil dengan jagad besar alamsemesta.

    Prinsip Keseimbangan, Keselarasan & Harmonisasi

    Sesaji atau sajen jika dipandang dari perspektif agama Abrahamisme, kadangdianggap berkonotasi negatif, sebagai biang kemusyrikan (penyekutuan Tuhan). Tapibenarkah manusia menyekutukan dan menduakan Tuhan melalui upacara sesaji ini ?Seyogyanya jangan lah terjebak oleh keterbatasan akal-budi dan nafsu golek menangedewe (cari menangnya sendiri) dan golek benere dewe (cari benernya sendiri).

    Maksud sesaji sebenarnya merupakan suatu upaya harmonisasi, melalui jalan spiritualyang kreatif untuk menselaraskan dan menghubungkan antara daya aura magismanusia, dengan seluruh ciptaan Tuhan yang saling berdampingan di dunia ini,khususnya kekuatan alam maupun makhluk gaib.

    Dengan kata lain sesaji merupakan harmonisasi manusia dalam dimensi horisontalterhadap sesama makhluk ciptaan Tuhan. Harmonisasi diartikan sebagai kesadaranmanusia. Sekalipun manusia dianggap (menganggap diri) sebagai makhluk palingmulia, namun tidak ada alasan untuk mentang-mentang merasa diri paling mulia diantara makhluk lainnya. Karena kemuliaan manusia tergantung dari caramemanfaatkan akal-budi dalam diri kita sendiri. Bila akal-budi digunakan untuk

    kejahatan, maka kemuliaan manusia menjadi bangkrut, masih lebih hina sekalipundibanding dengan binatang paling hina.

    Harmoni & Keselarasan Merupakan Wahyu Tuhan

    Dalam konteks kebudayaan Jawa, wahyu diartikan sebagai sebuah konsep yangmengandung pengertian suatu karunia Tuhan yang diperoleh manusia secara gaib.Wahyu juga tidak dapat dicari, tetapi hanya diberikan oleh Tuhan, sedangkan manusia

  • 7/22/2019 Islamisasi Indonesia

    33/34

    hanya dapat melakukan upaya dengan melakukan mesu raga dan mesu jiwa denganjalan tirakat, bersemadi, bertapa, maladihening, dan berbagai jalan lain yangberkonotasi melakukan laku batin.

    Tapi tidak setiap kegiatan laku batin itu akan mendapatkan wahyu, selain atas

    kehendak atau anugrah Tuhan Yang Maha Esa. Sedangkan wahyu menurut kamusPurwadarminta mempunyai pengertian suatu petunjuk Tuhan atau ajaran Tuhan yangperwujudannya bisa dalam bentuk mimpi, ilham dan sebagainya. Dalam konteksbudaya Jawa, wahyu dipandang sebagai anugrah Tuhan yang sekaligus membuktikanbahwa Tuhan bersifat universal, Mahaluas tanpa batas, dan Tuhan yang Mahakasihtidak akan melakukan pilih kasih dalam menorehkan wahyu bagi siapa saja yang Tuhankehendaki.

    Falsafah Jawa memandang suatu makna terdalam dari sifat hakekat Tuhan yang MahaAdil, yang memiliki konsekuensi bahwa wahyu bukanlah hak atau monopoli suku, ras,golongan, atau bangsa tertentu.

    Mekanisme kehidupan di alam semesta adalah bersifat dinamis. Dinamika kehidupanberada dalam pola hubungan yang mengikuti prinsip-prinsip keharmonisan,keseimbangan, atau keselarasan (sinergi) jagad raya seisinya. Dinamika dan polahubungan demikian sudah menjadi hukum atau rumus Tuhan Yang Maha Memeliharasebagai ANUGRAH terindah kepada semua wujud ciptaanNYA, baik yang bernyawamaupun yang tidak bernyawa.

    Wahyu Purba

    Anugrah tersebut dalam terminologi Kejawen dikenal istilah Wahyu Purba. Kata

    Purba, menurut kamus Purwadarminta mempunyai arti memelihara. Wahyu Purbamempunyai pengertian, Dewa Wisnu atau sama hakekatnya dengan kebenaranIllahiah, adalah bersifat memelihara. Ini suatu pelajaran hidup yang mengandung"rumus Tuhan" bahwa di dalam kehidupan alam semesta dengan segala isinyatermasuk juga manusia, semua dipelihara oleh kebenaran sejati, yakni kebenaranIllahi. Di mana kehidupan alam semesta dan manusia akan mengalami keselarasan,keselamatan, ketenteraman, kebahagiaan dan kesejahteraan apabila nilai kebenaranbisa dihayati dan ditegakkan dengan baik dan benar.

    Walaupun manusia percaya bahwa hidup ini dipelihara oleh kebenaran Illahi ataukebenaran Tuhan, masih juga terdapat ketidakbenaran dan kejahatan yang dapat

    menimbulkan kekacauan dan mengganggu keselarasan, kebahagiaan, ketentraman dankesejahteraan. Semua itu terjadi sebagai akibat "kenekadan" manusia melakukanpelanggaran hukum kebenaran. Untuk memelihara ketenteraman dan kesejahteraandunia maka dewa Wisnu turun ke dunia menitis pada Prabu Arjunawijaya(Arjunasasrabahu) raja Negara Maespati, dan kepada Ramawijaya, raja NegaraAyodya.

    Wahyu Dyatmika

  • 7/22/2019 Islamisasi Indonesia

    34/34

    Barang siapa yang berhasil membangun harmonisasi dan sinergi atau keselarasanenergi antara "jagad kecil"yang ada di dalam diri pribadi (inner world) dengan "jagadraya" disebut sebagai orang yang sudah memperoleh wahyu dyatmika. Dyatmikaberarti batin, atau hati, wahyu dyatmika artinya wahyu Tuhan yang diterima

    seseorang untuk memiliki daya linuwih meliputi daya cipta, daya rasa, dan daya karsayang disebut sebagai prana. Prana dalam terminologi Jawa berbeda dengan perguruantenaga prana sebagaimana dikenal masyarakat sebagai seni bela diri dan olah tenagadalam.