BAB II TINJAUAN TEORI 2.1. Kinerja guru 2.1.1. Pengertian ... · kinerja adalah pelaksanaan...
Transcript of BAB II TINJAUAN TEORI 2.1. Kinerja guru 2.1.1. Pengertian ... · kinerja adalah pelaksanaan...
14
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1. Kinerja guru
2.1.1. Pengertian Kinerja
Istilah kinerja berasal dari kata job
performance/actual permance (prestasi kerja atau
prestasi sesungguhnya yang dicapai oleh seseorang).
Jadi menurut bahasa kinerja bisa diartikan sebagai
prestasi yang nampak sebagai bentuk keberhasilan
kerja pada diri seseorang. Keberhasilan kinerja juga
ditentukan dengan pekerjaan serta kemampuan
seseorang pada bidang tersebut. Keberhasilan kerja juga
berkaitan dengan kepuasan kerja seseorang.
Mangkunegoro, (2000) mengartikan kinerja
adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang
dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan
tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan
kepadanya. Secara umum kinerja itu didasarkan pada
apa yang menjadi harapan dan permintaan kelompok
atau organisasi dimana seseorang itu bekerja. Harapan
dan permintaan itu mengacu pada tujuan kelompok
atau organisasi itu sendiri. Dengan demikian seseorang
yang menjadi anggota kelompok atau organisasi itu
diharapkan mampu menguasai apa yang menjadi peran
dan tanggung jawabnya di kelompok tersebut serta
15
memiliki motivasi yang tinggi untuk bekerja secara
profesional.
Kegiatan penilaian kinerja Pegawai Negeri Sipil
yang diatur dalam peraturan pemerintah Nomor 10
Tahun 1979, yang dituangkan dalam daftar penilaian
pelaksanaan pekerjaan (DP3), hasilnya merupakan
bahan pertimbangan yang objektif dalam pembinaan
Pegawai Negeri Sipil berdasarkan system karier dan
system prestasi kerja. Unsur-unsur yang dinilai dalam
DP3 meliputi: Kesetiaan, prestasi kerja, tanggung jawab,
ketaatan, kejujuran, kerjasama, dan kepemimpinan.
Dalam upaya melihat hakekat kinerja guru, terlebih
dahulu dikemukakan pandangan para ahli tentang apa
sebenarnya kinerja itu. Whitmore (1997, dalam Uno
dkk, 2001), secara sederhana mengemukakan bahwa
kinerja adalah pelaksanaan fungsi-fungsi yang dituntut
dari seseorang. Pengertian ini menurut Whitmore
merupakan pengertian yang menuntut kebutuhan
paling minimum untuk berhasil. Oleh karena itu
Whitmore mengemukakan pengertian kinerja yang
dianggap representative untuk menuntut tergambarnya
tanggung jawab yang besar dari pekerjaan seseorang.
Menurutnya kinerja yang nyata jauh melampaui apa
yang diharapkan adalah kinerja yang menetapkan
standar-standar tertinggi orang itu sendiri, dan selalu
menetapkan standar-standar yang melampaui apa yang
diminta atau diharapkan orang lain. Dengan demikian
16
menurut Whitmore kinerja adalah suatu perbuatan,
suatu prestasi atau apa yang diperlihatkan seseorang
melalui keterampilan yang nyata.
Bertumpu dari pandangan Whitmore diatas,
kinerja menurut adanya pengekspresian potensi
seseorang, dan pengekspresian ini menurut
pengambilan tanggung jawab atau kepemilikan yang
menyeluruh.
Pandangan lain dikemukakan oleh King (Uno dkk
2001), yaitu bahwa kinerja adalah aktivitas seseorang
dalam melaksanakan tugas pokok yang dibebankan
kepadanya. Mengacu dari pandangan ini, dapat
diinterpretasi bahwa kinerja seseorang dihubungkan
dengan tugas-tugas rutin yang dikerjakannya. Sebagai
seorang guru misalnya, tugas rutinnya adalah
melaksanakan proses belajara mengajar di sekolah.
Hasil yang dicapai secara optimal dari tugas mengajar
itu merupakan kinerja seorang guru. Berdasarkan
dengan King, ahli lain Mitchell Terence memandang
bahwa kinerja atau “performance” merupakan hasil
interaksi atau berfungsinya unsur-unsur motivasi (m),
Kemampuan (k), dan persepsi (p) pada diri seseorang.
Pandangan yang hampir sama dengan ini adalah
McDaniel (Uno, dkk 2001) yang mengatakan bahwa
kinerja adalah interaksi antara kemampuan seseorang
dengan motivasinya.
17
Berdasarkan pandangan tersebut diatas dapat
ditegaskan bahwa kinerja merupakan penjumlahan
antara kemampuan dan motivasi kerja yang dimiliki
seseorang. Dalam kaitannya dengan kinerja guru SD,
kinerja mereka dapat terefleksi dalam tugasnya sebagai
seorang pengajar dan sebagai seorang administrator
kegiatan mengajarnya. Dengan perkataan lain, kinerja
guru SD dapat dilihat pada kegiatan merencanakan,
melaksanakan, dan menilai proses belajar mengajar.
Mengacu dari tugas yang berkaitan dengan kinerja guru
sebagaimana disebutkan diatas, dapat dikemukakan
bahwa terdapat dua tugas guru yang dijadikan acuan
untuk mengukur kinerja guru SD. Kedua tugas tersebut
yaitu tugas yang berkaitan dengan proses pembelajaran,
tugas yang berkaitan dengan penataan, perencanaan
yang berkaitan dengan tugas pembelajaran.
2.1.2. Kriteria Kinerja Guru
Keberhasilan guru seseorang bisa dilihat apabila
kriteria-kriteria yang ada telah mencapai secara
keseluruhan. Jika kriteria telah tercapai berari
pekerjaan seseorang telah dianggap memiliki kualitas
kerja yang baik. Sebagaimana yang telah disebutkan
dalam pengertian kinerja bahwa kinerja guru adalah
hasil kerja yang terlihat dari serangkaian kemampuan
yang dimiliki oleh seorang yang berprofesi guru.
Kemampuan yang harus dimiliki guru telah disebutkan
dalam peraturan pemerintah RI No. 19 Tahun 2005
18
tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 28 ayat 3
yang berbunyi:
Kompetensi sebagai agen pembelajaran pada jenjang
pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan anak
usia dini meliputi:
a. kompetensi paedagogik
b. kompetensi kpribadian
c. kompetensi profesional
d. kompetensi sosial
Adapun penjelasan dari ke empat dari kompetensi
tersebut adalah:
a. Kompetensi Paedagogik
Adalah mengenai bagaimana kemampuan guru
dalam mengajar, dalam Peraturan Pemerintah RI No
19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan dijelaskan kemampuan ini meliputi
.kemampuan mengelola pembelajaran yang meliputi
pemahaman terhadap peserta didik, perancangan
dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil
belajar, dan pengembangan peserta didik untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang
dimilikinya.
Kompetensi paedagogik ini berkaitan pada saat guru
mengadakan proses belajar mengajar di kelas. Mulai
dari membuat scenario pembelajaran memilih
metode, media, juga alat evaluasi bagi anak
didiknya. Karena bagaimanapun dalam proses
19
belajar mengajar sebagian besar hasil belajar peserta
didik ditentukan oleh peranan guru. Guru yang
cerdas dan kreatif akan mampu menciptakan
suasana belajar yang efektif dan efisien sehingga
pembelajaran tidak berjalan sia-sia.
Suryo Subroto (2001) mengatakan bahwa yang
dimaksud kinerja guru dalam proses belajar
mengajar adalah kesangupan atau kecakapan para
guru dalam menciptakan suasana komunikasi yang
edukatif antara guru dan peserta didik yang
mencakup segi kognitif, efektif, dan psikomotorik
sebagai upaya mempelajari sesuatu berdasarkan
perencanaan sampai dengan tahap evaluasi dan
tindak lanjut agar tercapai tujuan pengajaran.
Jadi kompetensi pedagogik ini berkatan dengan
kemampuan guru dalam proses belajar mengajar
yakni pesiapan mengajar yang mencakup
merancang dan melaksanakan skenario
pembelajaran, memilih metode, media, serta alat
evaluasi bagi anak didik agar tervapai tujuan
pendidikan baik pada ranah kognitif, efektif,
maupun psikomotorik siswa.
b. Kompetensi Kepribadian
Berperan sebagai guru memerlukan kepribadian
yang unik. Kepribadian guru ini meliputi
kemampuan kepribadian yang mantap, stabil,
dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi
20
peserta didik, dan berakhlak mulia. Seorang guru
harus mempunyai peran ganda. Peran tersebut
diwujudkan sesuai dengan situasi dan kondisi yang
dihadapi.
Adakalanya guru harus berempati pada siswanya
dan adakalanya guru harus bersikap kritis.
Berempati maksudnya guru harus dengan sabar
menghadapi keinginan siswanya juga harus
melindungi dan melayani siswanya tetapi disisi lain
guru juga harus bersikap tegas jika ada siswanya
berbuat salah.
Menurut Moh. Uzer Usman (1995) kemampuan
kepribadian guru meliputi hal berikut:
1) Mengembangkan kepribadian
2) Berinteraksi dan berkomunikasi
3) Melaksanakan bimbingan dan penyuluhan
4) Melaksanakan administrasi sekolah
5) Menaksanakan penelitian sederhana untuk
keperluan pengajaran.
Kepribadian guru penting karena guru merupakan
cerminan prilaku bagi siswa-siswanya.
c. Kompetensi Profesional
Pekerjaan seorang guru adalah merupakan suatu
profesi yang tidak bias dilakukan oleh sembarang
orang. Profesi adalah pekerjaan yangmemerlukan
keahlian khusus dan biasanya dibuktikan dengan
sertifikasi dalam bentuk ijazah. Profesi guru ini
21
memiliki prinsip yang dijelaskan dalam Undang-
Undang Guru dan Dosen No.14 Tahun 2005 sebagai
berikut:
1) Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan
idealism
2) Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu
pendidikan, keimanan, ketakwaan, dan akhlak
mulia
3) Memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang
pendidikan sesuai dengan bidang tugas.
4) Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai
dengan bidang tugas.
5) Memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas
keprofesionalan.
6) Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai
denga prestasi kerja.
7) Memiliki kesempatan untuk mengembangan
keprofesionalan secara berkelanjutan dengan
sepanjang hayat.
8) Memiliki jaminan perlindungan hukum dalam
melaksanakan tugas keprofesionalan.
9) Memiliki organisasi profesi yang mempunyai
kewenangan yang mengatur hal-hal yang
berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru
d. Kompentensi Sosial
kompetensi sosial berkaitan dengan
kemampuan diri dalam menghadapi orang lain.
22
Dalam peraturan pemerintah RI No.19 Tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan dijelaskan
kompensasi social adalah kemampuan pendidik
sebagai bagian dari masyarakat untuk
berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan
peserta didik, sesama pendidik, tenaga
kependidikan, orang tua peserta pendidikan, dan
masyarakat sekitar.
Kompetensi sosisal seorang guru merupakan
modal dasar guru yang bersangkutan dalam
menjalankan tugas keguruan. Saiful Hadi
(Musarofah, 2008) berpendapat kompetensi ini
berhubungan denagn kemampuan guru sebagai
anggota masyarakat dan sebagai makhluk sosial
yang meliputi:
Kemampuan untuk berinteraksi dan berkomunikasi
denagn
1) teman sejawat untuk meningkat kemampuan
professional.
2) Kemampuan untuk mengenal dan memahami
fungsi-fungsi setiap lembaga kemasyarakatan.
3) Kemampuan untuk menjalin kerjasama baik
secara individual maupun secara kelompok
Menurut Wibowo (Musarofah, 2008) Kompetensi
sosial adalah kemampuan pendidik sebagai
bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan
bergaul secara efektif dengan peserta didik, dan
23
masyarak sekitar. Kemampuan sosial sangat
penting karena manusia bukan makhluk individu.
Segala kegiatannya pasti dipengaruhi juga oleh
pengaruh orang lain.
2.1.3. Evaluasi Kinerja guru
Untuk mengetahui tinggi rendahnya seseorang,
perlu dilakukan evaluasi kinerja. Penilaian kinerja
adalah salah satu bagian dari manajemen kinerja.
Penilaian kinerja merupakan proses dimana kinerja
perseorangan dinilai dari evaluasi. Apabila penilaian
kinerja dilaksanakan dengan baik, tertib dan benar
akan dapat membantu meningkatkan motivasi kerja
sekaligus dapat meningkatkan loyalitas para anggota
organisasi yang ada didalamnya. Oleh karena itu,
penilaian kinerja perlu dilakukan secara formal dengan
kriteria-kriteria yang telah ditetapkan oleh organisasi
secara obyektif.
Penilaian kinerja yang adil membantu standar
atau patokan yang dapat digunakan sebagai
perbandingan terhadap kinerja antar onggota
organisasi. Semakin jelas standar kinerja yang
digunakan, makin akurat tingkat penelaian yang
dilakukan. Oleh karena itu, langkah pertama adalah
meninjau standar kinerja yang ada dan menyusun
standar yang baru jika diperlukan. Banyak hal yang
dapat diukur untuk menentukan kinerja seseorang.
24
Standar kinerja merupakan identifikasi tugas dan
kewajiban yang menggambarkan apa yang harus
dilakukan. Standar kinerja terfokus pada seberapa baik
tugas akan dilaksanakan. Agar berdaya guna, setiap
standar/kriteria harus dinyatakan secara cukup jelas
sehingga menajer dan bawaan atau kelompok kerja
mengetahui apa yang diharapkan dan apakah telah
tercapai atau tidak. Standar haruslah dinyatakan
secara tertulis dalam upaya menggambarkan kinerja
yang sungguh-sungguh memuaskan.
Evaluasi kinerja adalah suatu metode dan proses
penilaian dan pelaksanaan tugas seseorang atau
sekelompok orang atau unit-unit kerja dalam satu
perusahaan atau organisasi sesuai dengan standar.
Tujuan adalah untuk menjamin ketercapaian sasaran
dan tujuan perusahaan, mengetahui posisi perusahaan,
terutama untuk mengetahui bila terjadi keterlambatan
atau penyimpangan supaya segera diperbaiki, sehingga
sasaran atau tujuan tercapai Helmi (2009).
Pengukuran kinerja menyediakan mekanisme
untuk mengambil keputusan yang sulit untuk berhenti
menngerjakan sesuatu yang tidak diperlukan oleh
siapapun. Hal ini juga mmemungkinkan organisasi
membangun berdasarkan keberasilannya dan tetap
menyesuaikan dengan keperluan pengguna.
25
Utomo (2006) mengemukakan kinerja diukur
dengan istrumen yang dikembangkan dalam studi yang
tergabung dalam ukuran kinerja secara umum.
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat diartikan
faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja adalah factor
internal yang berasal dari dalam diri guru seperti
kepemimpinan, kemampuan kerja kognitif, kepribadian,
motivasi serta minat dan faktor eksternal yaitu factor
yang berasal dari luar guru seperti kebijakan
pemerintah, metode kerja, keadaan kerja, lingkungan
fisik, tempat kerja, pengaturan dan kondisi
perlengkapan.
2.2. Perilaku Kepemimpinan
2.2.1. Pengertian Kepemimpinan
Handoko (2005) mengemukakan pendapat
kepemimpinan adalah bagian penting dari manajemen
yang merupakan kemampuan yang dimiliki seseorang
untuk mempengaruhi orang lain agar bekerja untuk
mencapai tujuan dan sasaran. Selanjutnya menurut
Siagian (2003) kepemimpinan adalah kemampuan
seseorang untuk mempengaruhi orang lain dalam hal
ini para bawahannya sedemikian rupa sehingga orang
lain itu mau melakukan kehendak pimpinan meskipun
secara pribadi hal itu mungkin tidak disenangi. Yukl
(2001) menyatakan bahwa kepemimpinan adalah proses
mempengaruhi orang lain untuk memahami dan setuju
26
dengan apa yang perlu dilakukan secara efektif serta
proses untuk memfasilitasi upaya individu dan kolektif
untuk mencapai tujuan bersama.
Kartono (2002) menguti beberapa definisi
kepemimpinan sebagai berikut :
a. Benis: Kepemimpinan adalah proses dimana
seseorang agen menyebabkan bawahan bertingka
laku menurut cara tertentu.
b. Kimbal Young: Kepemimpinan adalah bentuk
dominasi yang didasari kemempuan pribadi, yang
sanggup mendorong atau mengajak orang lain
untuk berbuat sesuatu berdasarkan penerimaan
oleh kelompoknya dan memiliki keahlian khusus
yang tepat bagi situasi khusus.
c. Ordway dan Tead: kepemimpinan adalah kegiatan
mempengaruhi orang-orang agar mereka mau
bekerja sama untuk mencapai tujuan yang
diinginkan.
Sementara itu Loekmono (2003), mengutip pula
beberapa pendapat tentang kepemimpinan sebagai
berikut :
a. Dubin: Kepemimpinan adalah kegiatan para
pemegang kekuasaan dan membuat
keputusan.
b. Stogdill: Kepemimpinan adalah proses
mempengaruhi kegiatan kelompok dalam
27
rangka merumuskan tujuan dan pencapaian
tujuan.
c. Humphill: Kepemimpinan adalah inisiatif
pertama yang menghasilkan pola kelompok
yang ajeg dan mengarah pada penyelesaian
masalah dan pencapaian program.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
kepemimpinan adalah kemampuan seseorang untuk
mempengaruhi, membimbing, mendorong,
mengarahkan dan menggerakanorang lain untuk
memahami dan mau melakukan sesuatu sesuai dengan
tujuan yang diinginkan. Kepemimpinan memiliki
implikasi:
1. Kepemimpinan melibatkan orang lain yaitu
bawahan/karyawan dan bawahan harus memiliki
kemampuan untuk menerima arahan dari
pimpinan
2. Kepemimpinan yang efektif adalah seorang yang
dengan kekuasaannya mampu menggerakan
pengikutnya untuk mencapai kinerja yang
optimal.
2.2.2.Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah
Menurut Douglas Mc Gregor (1960) menjelaskan
bahwa tindakan pemimpin didasarkan kepada
keyakinan dan asumsi mereka mengenai orang-orang
yang ada ditempat kerja mereka.
28
Stoner (dalam Loekmono 2003), kecenderungan
perilaku kepemimpinan mempunyai hubungan erat
dengan fungsi kepemimpinan. Ada dua fungsi pokok
kepemimpinan yaitu :
1. Fungsi yang berkaitan dengan tugas (task related)
atau fungsi pemecahan masalah.
2. Fungsi pemeliharaan kelompok (group
maintenance) atau fungsi sosial.
Jika dikaitkan dengan gaya kepemimpinan
dikenal dengan gaya kepemimpinan yang berorientasi
pada tugas dan gaya yang berorientasi pada
bawahan/orang. Lebih lanjut perhatikan gambar 2.1.
Gambar 2.1
Perilaku Kepemimpinan
Tinggi S = Rendah K = Tinggi
S = Tinggi K = Tinggi
Konsiderasi
S = Rendah K = Rendah
S = Tinggi K = Rendah
Rendah
Struktur Inisiasi
Tinggi
Sumber : Hersey dan Blanchrd, (2006)
Perilaku kepemimpinan kepala sekolah dalam
konteks penelitian ini adalah kemampuan dan kesiapan
kepala sekolah dalam menggerakan dan mempengaruhi
guru untuk mencapai tujuan. Perilaku kepemimpinan
kepala sekolah dirujuk ketika menggunakan secara
29
tinggi atau rendah pada satu atau kedua-duanya
dimensi perilaku kepemimpinan. Dimensi perilaku
kepemimpinan itu adalah struktur tugas yang dikaitkan
dengan perilaku kepemimpinan otokratis. Perilaku
kepemimpinan ini akan mengesampingkan hubungan
baik dengan perilaku kepemimpinan demokratis
cenderung mempertahankan hubungan baik dengan
bawahan.
Dari uraian tentang perilaku kepemimpinan di
atas dapat disimpulkan bahwa ada dua sub konsep
dalam pengukuran perilaku kepemimpinan kepala
sekolah yaitu:
1) Dimensi struktur tugas/ struktur inisiasi,
dirujuk dengan indicator: (a) kejelasan rincian
tugas, (b) penetapan standar kerja, (c)
memberikan informasi, dan (d) penjadwalan
dan prosedur kerja; dan
2) Dimensi timbang rasa/orang, dirujuk dengan
indicator: (a)perasaan bersahabat, (b) saling
percaya, (c) hormat menghormati, dan (d)
ramah terhadap rekan kerja.
2.3. Jenjang Pendidikan
Tingkatan atau Jenjang pendidikan adalah tahap yang
ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta
didik, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang
akan dikembangkan. Menurut Yaritman (Pasimajeku
2003), tingkat pendidikan adalah jenjang dalam proses
30
belajar yang dicapai oleh seseorang secara sadar, yang
berlangsung secara formal.
Coombs (1984) mengemukakan bahwa
pendidikan formal adalah pendidikan yang dikenal
sebagai pendidikan sekolah yang teratur, bertingkat,
dan mengikuti peraturan-perturan yang tetap dan ketat.
Tingkat atau jenjang pendidikan formal terdiri atas
pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan
pendidikan tinggi. Driyarkara (Fatta 2001) menyatakan
bahwa pendidikan adalah memanusiakan manusia
muda atau pengangkatan manusia muda ketaraf
mendidik.
Berdasarkan pengertian tentang pendidikan seperti
yang dikemukakan diatas, dapat didefinisikan cirri
pendidikan yaitu :
1. Pendidikan mengandung tujuan yaitu,
kemampuan untuk berkembang sehingga
bermanfaat untuk kepentingan hidup.
2. Pendidikan merupakan usaha yang terencana
dalam memilih isi (materi), strategi dan teknik
penilaian yang sesuai.
3. Pendidikan dilakukan dalam lingkungan
keluarga, sekolah dan masyarakat (formal dan
non formal)
Dalam UU no. 20/2003 pasal 1 disebutkan bahwa
pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
31
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
diri untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dalam diri,
masyarakat, bangsa dan Negara. Pendidikan nasional
dilaksanakan melalui jalur pendidikan formal, non
formal, dan informal (pasal 1 point 10). Untuk
menyelenggarakan pendidikan formal diperlukan tenaga
pengajar. Tenaga pengajar merupakan tenaga pendidik
yang khusus diangkat dengan tugas utama mengajar,
yang pada jenjang pendidikan dasar dan menengah
disebut guru, pada jenjang pendidikan tinggi disebut
dosen. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa, proses
pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah tidak mungkin terjadi apabila tidak ada
pendidik atau guru.
Guru adalah orang yang memberikan ilmu
pengetahuan dan pendidikan kepada anak-anak didik.
Oleh sebab itu, guru harus memiliki ability
(kemampuan dasar). Ability keguruan sangat diperlukan
untuk keberasilan tugas yang diembannya.
Kemampuan dasar keguruan ini dapat diperoleh melalui
Lembaga Pendidik Tenaga Pendidik (LPTK) atau FKIP,
dengan jenjang D1 (Diploma 1), D2 (Diploma 2), D3
(Diploma 3), Jenjang S1 (Strata 1 atau Sarjana), S2
(Strata 2 atau Magister) dan jenjang S3 (Starata 3 atau
Doktor). Rakajoni (1999) mengatakan bahwa pendidikan
32
yang dimiliki guru relevan dengan potensinya secara
signifikan akan mempengaruhi kinerjanya.
Guru merupakan jabatan professional.
Konsekuensinya seorang guru akan dapat menjadi guru
bila memiliki atau menempuh pendidikan khusus yaitu
pendidikan guru. Pendidikan khusus ini bertujuan
membekali guru agar mempunyai bekal pengetahuan
yang memadai sesuai dengan profesinya. Menurut
Usman (1995) guru merupakan profesi/jabatan atau
pekerjaan yang memerlukan keahlian khusus sebagai
guru. Jenis pekerjaan ini tidak dapat dikerjakan oleh
sembarangan orang di luar bidang kependidikan,
walaupun kenyataan masih dilakukan orang diluar
kependidikan , itulah sebabnya jenis profesi ini sangat
mudah terkena pencemaran. Tugas guru sebagai profesi
adalah mendidik, mengajar dan melatih. Mendidik
berarti meneruskan danmengembangkan nilai-nilai
hidup. Mengajar berarti meneruskan dan
mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Sedangkan melatih berarti mengembangkan
keterampilan-keterampilan pada siswa.
Seorang guru yang profesional harus memiliki
kompetensi personal, social, dan profesional, hal itu
hanya akan tercapai melalui pendidikan yang relevan.
Ability (kemampuan dasar) menyangkut potential Ability
dan actual ability sangat diperlukan untuk keberasilan
suatu kerja. Kemampuan dasar ini diperoleh melalui
33
pendidikan formal, dalam hal ini pendidikan guru
seperti : D2, D3, S1 ataupun S2.
Usman (1995) mengemukakan bahwa guru
memiliki banyak tugas, baik yang terikat oleh dinas
maupun luar dinas dalam bentuk pengapdian. Apabila
kita kelompokkan terdapat tiga jenis tugas guru yaitu,
tugas dalam bidang profesi, tugas kemanusiaan dan
tugas dalam kemasyarakatan. Pendidikan yang relevan
dengan profesi akan mempengaruhi profesionalisme
seseorang. Semakin tinggi jenjang pendidikan maka
guru semakin mengenal profesinya, yang pada akhirnya
akan membentuk pandangan dan sikap yang positif
terhadap profesinya sebagai seorang guru. Dengan
demikian dapat dipahami bahwa jenjang pendidikan
mempengaruhi kinerja guru.
2.4. Kesejahteraan
2.4.1.Pengertian Kesejahteraan
Suseno (1991), Kesejahteraan dapat dikategorikan
menjadi 2 yaitu kesejahteraan umum dan kesejahteraan
individual. Kesejahteraan umum sekaligus kurang dan
lebih dari jumlah semua kesejahteraan individual dalam
masyarakat. Kurang, karena Negara selalu hanya dapat
menyelenggarakan kondisi-kondisi kesejahteraan bagi
warga-warganya, tetapi tidak dapat memastikan bahwa
mereka semua memang sejahtera.
34
Keseluruhan prasyarat sosial yang
memungkinkan dan mempermudah manusia
untuk mengembangkan semua nilainya atau
sebagai jumlah semua kondisi kehidupan sosial
yang diperlukan agar masing-masing individu,
keluarga-keluarga, dan kelompok-kelompok
masyarakat dapat mencapai keutuhan atau
perkembangan mereka dengan lebih utuh dan
cepat.
Dalam Undang-undang RI Nomor 13 tahun 2003
tentang ketenagakerjaan, pasal 1 menyatakan bahwa :
Kesejahteraan adalah pemenuhan kebutuhan atau
keperluan yang bersifat jasmaniah dan rohaniah baik di
dalam maupun di luar hubungan kerja secara langsung
maupun tidak langsung dapat mempertinggi
produktivitas kerja dalam lingkungan kerja yang aman
dan sehat.
Oleh karena itu kesejahteraan sangat berkaitan
erat dengan pemenuhan kebutuhan hidup seseorang
baik secara material maupun secara non material demi
meningkatkan produktivitasnya.
Menurut Badudu dan Zen (1994), kesejahteraan
diartikan sebagai suatu hal atau keadaan sejahtera,
keselamatan, dan ketentraman serta kemakmuran.
Nawawi, dkk (1986), mengemukakan bahwa
kesejahteraan itu memiliki kaitan dengan pemenuhan
kebutuhan fisik maupun psikis dari setiap individu dan
keluarganya agar yang bersangkutan dapat
melaksanakan tugas dan tanggungjawab dengan tenang
dan mendapatkan kepuasan dalam bekerja.
35
Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa seorang
guru bersedia melaksanakan kegiatan belajar mengajar
karena adanya keinginan untuk mendapatkan imbalan
seperti gaji atau upah, tunjangan, honorarium, atau
insentif agar dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.
Moeliono (1993) mengatakan bahwa kesejahteraan
merupakan salah faktor yang menentukan serta
mendorong semangat kerja seseorang. Kesejahteraan
yang baik dapat memotivasi orang untuk
mengembangkan kemampuan secara optimal. Demikian
pula halnya dengan seseorang guru merasa sejahtera
akan berusaha secara optimal untuk mengembangkan
kemampuan profesionalnya guru mencapai tujuan
pendidikan yang dicita-citakan bersama. Guru yang
tidak sejahtera akan sulit mengkonsentrasikan diri
untuk mengembangkan profesinya, karena ia selalu
menemui hambatan-hambatan yang menyebabkan
kurang bersemangat dalam melihat peluan untuk
mengembangkan dirinya. Maka sejahtera bagi setiap
orang memang bersifat relatif, namun ada hal-hal yang
dapat dijadikan kriteria sekaligus indikator empirik
dalam menentukan tingkatan kesejahteraan.
Menurut Marihot (2007) jenis kompensasi lain di
mana hampir semua organisasi memberikannya dan
sangat luas dan penting adalah tunjangan-tunjangan
dan peningkatan kesejahteraan yang pemberiannya
tidak didasarkan pada kinerja guru, tetapi didasarkan
pada keanggotaanya sebagai bagian dari organisasi
serta sebagai seorang manusia yang memiliki banyak
kebutuhan agar dapat menjalankan kehidupannya
secara normal dan dapat bekerja lebih baik, seperti rasa
36
aman dari kemungkinan terjadinya risiko
dilakukannya pemutusan hubungan kerja, mengalami g
angguan kesehatan,kebutuhan untuk beristirahat darip
ekerjaan,kebutuhan untuk berinteraksi secara akrab
dengan orang lain, dan lain-lain.
Jenis-jenis pelayanan dan program pelayanan
yang diberikan organisasi dapat berbeda-beda jenisnya
dan jumlahnya, dan dapat diklasifikasikan sebagai
berikut (Marihot,2007):
a. Time off benefit yang meliputi hari-hari sakit, liburan,
cuti, dan alasanalasan lain.
b. Jaminan terhadap risiko ekonomi.
c. Program-program pelayanan yang meliputi program
rekreasi, kafetaria, perumahan, bea siswa
pendidikan, fasilitas pembelian, konseling finansial
yang legal, dan lain-lainnya.
d. Tunjangan-tunjangan yang diharuskan oleh undang-
undang.
Program kesejahteraan, dan pemberian berbagai
fasilitas tersebut disebut dengan berbagai macam istilah
seperti benefit and services, program ke-sejahteraan,
program pelayanan, kompensasi pelengkap, tunjangan,
dan lain-lain.
Apa pun istilah yang digunakan, maksud dan
tujuan pemberiannya sama, yaitu untuk membantu
guru memenuhi kebutuhannya di luar kebutuhan rasa
adil, kebutuhan fisik dalam upaya meningkatkan
komitmen pegawai kepada organisasi, meningkatkan
gangguan unjuk rasa sebagai faktor yang sangat
37
penting dalam usaha meningkatkan efektivitas
organisasi (Marihot, 2007).
Begitu pentingnya aspek kesejahteraan bagi
pekerja termasuk guru, pihak lembaga/pemerintah
perlu memperhatikan kesejahteraan para guru. Apabila
pihak lembaga/pemerintah memberikan perhatian yang
memadai terhadap kesejahteraan guru, maka guru akan
lebih giat dalam melaksanakan tugasnya.
Hal tersebut didukung oleh Stoner (Guterres,
2011) yang mengatakan bahwa guru/karyawan akan
bekerja lebih keras apabila
mereka percaya pihak pemerintah akan memperhatikan
kesejahteraan mereka dan memberikan perhatian
khusus bagi mereka. Memberikan perhatian dalam
kaitan dengan kesejahteraan dapat diartikan bahwa
memperhatikan baik dalam bentuk material maupun
non material. Material bisa dalam bentuk gaji/upah,
sedangkan non material bisa dalam bentuk
penghargaan lain seperti kenaikan pangkat.
Mengingat konsep kesejahteraan sangat luas
pengertiannya maka konsep kesejahteraan diturunkan
ke dalam sub konsep yaitu dalam kaitannya dengan
gaji/upah, tunjangan jabatan, dan honorarium lainnya.
Tunjangan jabatan misalnya: tunjangan kepala sekolah,
tunjangan wakil kepala sekolah, tunjangan wali kelas.
Sedangkan honorarium berkaitan dengan honor lembur,
perjalanan dinas dan kepanitiaan. Oleh karena itu
kesejahteraan berhubungan erat dengan aspek material
dan aspek non material. Indikator dari aspek material
meliputi: gaji, tunjangan, honor, jaminan sosial dan
insentif. Sedangkan indikator dari aspek non material
38
berkaitan dengan kemudahan naik pangkat,
kesempatan mendapatkan promosi, suasana kerja,
kepemimpinan dan kebijakan organisasi.
Berdasarkan uraian-uraian tentang kesejahteraan
di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kesejahteraan
adalah upaya yang dilakukan seseorang untuk
memenuhi kebutuhannya, baik secara material maupun
secara non material (fisik maupun psikis) sehingga
dapat menunjang peningkatan produktivitas kerja atau
kinerjanya.
2.4.2. Faktor Kesejahteraan
Kesejahteraan menjadi salah satu faktor yang
berpengaruh terhadap kinerja guru di dalam
meningkatkan kualitasnya, sebab semakin sejahteranya
seorang guru makin tinggi kemungkinan untuk
meningkatkan kinerjanya. Mulyasa (2002) menegaskan
bahwa terpenuhinya berbagai macam kebutuhan
manusia, akan menimbulkan kepuasan dalam
melaksanakan apapun tugasnya.
Selanjutnya tujuan kesejahteraan sosial adalah
untuk menjamin kebutuhan hidup manusia sesuai
dengan standar kehidupan yang layak sehingga tidak
mengganggu tugas dan profesi seseorang dalam
pencapaian tugas organisasi.
Beberapa faktor yang mempengaruhi
kesejahteraan karyawab meliputi:a) Faktor yang
berhubungan antara karyawan, yaitu:(1) gaji/upah yang
baik, (2) rekan kerja yang kompak,(3)kondisi kerja yang
aman;b)hubungan antara karyawan dengan pimpinan,
39
misalnya:(1) Pimpinan yang adil dan bijaksana, (2)
sumber dana yang tersedia, (3) komunikasi, (4)
panghargaan. Dengan demikian, dapat disimpulkan
bahwa faktor yang mempengaruhi kesejahteraan individu
antara lain adalah tingkat upah, jaminan sosial,
penyedian fasilitas kesejahteraan, koperasi karyawan
dan usaha produktivitas lainnya di perusahaan.
Mengacu pada pemikiran-pemikiran di atas,
peneliti menyimpulkan bahwa kesejahteraan adalah
suatu upaya pemenuhan kehidupan baik secara
material maupun secara non material yang meliputi
rasa keselamatan, kesusilaan dan ketenteraman lahir
batin dalam upaya menjamin hak-hak asasi manusia
sehingga dapat meningkatkan produktivitas kerja.
Pemenuhan kebutuhan manusia merupakan
syarat utama perwujudan rasa sejahtera. Dalam
kenyataan, sebagian besar orang bekerja pada suatu
organisasi karena alasan pemenuhan kebutuhan, baik
itu kebutuhan material maupun kebutuhan non
material. Oleh karena itu besar kecilnya prestasi
(kinerja) yang disumbangkan seseorang dalam suatu
organisasi pada umumnya sangat tergantung pada
tingkat pemenuhan kebutuhannya.
Dengan mengacu pada uraian di atas, maka
faktor kesejahteraan memiliki peran yang ikut
mempengaruhi kinerja seorang guru. Hal ini berarti
seorang guru akan mengkonsentrasikan diri pada
kegiatan belajar mengajar dan tidak akan melakukan
pekerjaan sampingan bila ia sudah merasa terpenuhi
kebutuhan hidupnya dengan kata lain sudah merasa
sejahtera.
40
2.5. Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan jawaban sementara atas
permasalahan penelitian yang kebenarannya masih
diuji secara empirik. Adapun hipotesis dalam penelitian
ini adalah :
Ho -1 : Tidak ada pengaruh yang signifikan dari
Perilaku kepemimpinan kepala sekolah
terhadap kinerja guru.
Ha -1 : Ada pengaruh yang signifikan dari Perilaku
kepemimpinan kepala sekolah terhadap
kinerja guru
Ho -2 : Tidak ada pengaruh yang signifikan dari
jenjang pendidikan terhadap kinerja guru
Ha -2 : Ada pengaruh yang signifikan dari jenjang
pendidikan terhadap kinerja guru
Ho -3 : Tidak ada pengaruh yang signifikan dari
kesejahteraan terhadap kinerja guru
Ha -3 : Ada pengaruh yang signifikan dari
kesejahteraan terhadap kinerja guru
Kriteria untuk menerima atau menolak hipotesis
didasarkan pada hasil uji t dengan ketentuan :
1. Menerima Ho dan menolak Ha apabila signifikansi
dengan taraf 0.05 dan taraf kepercayaan 95 %, –t
tabel ≤ t hitung ≤ t tabel yang berarti tidak ada
pengaruh yang signifikan dari Perilaku
41
kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja
guru
2. Menolak Ho dan Menerima Ha apabila signifikansi
dengan taraf 0.05 dan taraf kepercayaan 95 %, –t
hitung < t tabel atau t hitung > t tabel yang
berarti ada pengaruh yang signifikan dari Perilaku
kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja
guru
3. Menerima Ho dan menolak Ha apabila signifikansi
dengan taraf 0.05 dan taraf kepercayaan 95 %, –t
tabel ≤ t hitung ≤ t tabel yang berarti tidak ada
pengaruh yang signifikan dari jenjang pendidikan
terhadap kinerja guru
4. Menolak Ho dan Menerima Ha apabila signifikansi
dengan taraf 0.05 dan taraf kepercayaan 95 %, –t
hitung < t tabel atau t hitung > t tabel yang
berarti ada pengaruh yang signifikan dari jenjang
pendidikan terhadap kinerja guru
5. Menerima Ho dan menolak Ha apabila signifikansi
dengan taraf 0.05 dan taraf kepercayaan 95 %, –t
tabel ≤ t hitung ≤ t tabel yang berarti tidak ada
pengaruh yang signifikan dari kesejahteraan
terhadap kinerja guru
6. Menolak Ho dan Menerima Ha apabila signifikansi
dengan taraf 0.05 dan taraf kepercayaan 95 %, –t
hitung < t tabel atau t hitung > t tabel yang
42
berarti ada pengaruh yang signifikan dari
kesejahteraan terhadap kinerja guru
2.6. Model Penelitian
Model yang dibangun antara variabel bebas
(Independent variable), yang terdiri dari tiga variabel
yaitu : Perilaku kepemimpinan Kepala Sekolah (X1),
Jenjang Pendidikan (X2) dan Kesejahteraan (X3) dengan
variabel terkait (dependent variable) adalah kinerja guru
(Y) yang dituangkan dalam kerangka berpikir berikut :
Gambar 2.2 Model Pengaruh antar Variabel
Perilaku
Kepemimpinan
Kepala Sekolah
(X1)
Kesejahteraan
Guru (X3)
Jenjang Pendidikan
Guru (X2)
Kinerja Guru (Y)