BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Bimbingan dan Konseling ...digilib.uinsby.ac.id/14940/9/Bab 2.pdf ·...
Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Bimbingan dan Konseling ...digilib.uinsby.ac.id/14940/9/Bab 2.pdf ·...
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
33
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Bimbingan dan Konseling Keluarga
1. Pengertian Bimbingan dan Konseling Keluarga
Sebelum menjelaskan definisi bimbingan dan konseling keluarga,
maka akan dijabarkan pengertian bimbingan, pengertian konseling, dan
pengertian keluarga.
Dalam buku Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling karya Prayitno
dan Erman Amti, crow&crow mengatakan Bimbingan adalah bantuan
yang diberikan oleh seseorang laki-laki atau perempuan yang memiliki
kepribadian yang memadai dan terlatih dengan baik dan terlatih dengan
baik kepada individu-individu setiap usia untuk membantunya mengatur
kegiatan hidupnya sendiri, mengembangkan pandangan hidupnya sendiri,
membuat keputusan sendiri dan menanggung bebannya sendiri.1
Bimbingan merupakan satu proses berkelanjutan (Continuous Process)
hal ini mengandung arti bahwa kegiatan bimbingan bukan merupakan
suatu kegiatan yang dilakukan secara kebetulan. incidental, sengaja,
berencana, kontinu, terarah kepada tujuan.2
Pendapat lain menyatakan bahwa bimbingan merupakan bantuan yang
diberikan kepada seseorang (individu) atau sekelompok orang agar mereka
itu dapat berkembang menjadi pribadi-pribadi yang mandiri. Kemandirian
1 Prayitno dan Erman Amti, Dasar-Dasar Bimbingan Dan Konseling (Jakarta : Rineka
Cipta, 2004), hal. 94.
2Hamdani, Bimbingan dan Penyuluhan (Bandung: CV Pustaka Setia, 2012), hal. 82.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
34
ini mencakup lima fungsi pokok yang hendaknya dijalankan oleh pribadi
mandiri, yaitu:
a. mengenal diri sendiri dan lingkungannya
b. menerima diri sendiri dan lingkungannya secara positif dan dinamis
c. mengambil keputusan
d. mengarahkan diri
e. mewujudkan diri.3
Adapun pengertian konseling yaitu Counseling dalam kamus bahasa
inggris dikaitkan dengan kata counsel, yang diartikan sebagai berikut :
nasehat (to abtain counsel), anjuran (to give counsel), pembicaraan (to
take counsel), dengan demikian counseling dapat diartikan sebagai
pemberian nasehat, pemberian anjuran dan pembicaraan dengan bertukar
pikiran.4
Konseling dapat diartikan sebagai hubungan timbal balik antara
dua individu, di mana yang seorang (konselor) berusaha membantu (klien)
untuk mencapai pengertian tentang dirinya dengan masalah-masalah yang
dihadapinya.5
Sedangkan pengertian keluarga adalah kelompok awal dari semua
lembaga sosial yang berdasarkan kurun waktu yang tidak terbatas.
Keluarga merupakan tempat seseorang dalam berinteraksi pertama kali
3 Prayitno, Profesionelisasi Konseling dan pendidik Konseling ( Jakarta: Depdikbud,
Dirjen Dikti, Proyek PLTK, 1983) hal : 35 4 W.S Winkel, Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan (Jakarta : PT Gramedia
Widiasarana Indonesia, 1997), hal 70. 5 Rochman Natawidjaja, Penyuluhan di Sekolah (Bandung : Fa. Hasmar, 1969), hal. 32.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
35
sebelum terjun ke masyarakat. Dimana nilai-nilai seorang anak diperoleh
dalam lingkungan keluarga. Dan dari situlah kepribadian dibentuk pertama
kali. Keluarga inti terdiri dari seorang ayah, ibu dan anak. Keluarga
merupakan sistem sosial yang alamiah, berfungsi membentuk aturan-
aturan, dan komunikasi di antara para anggotanya.6
Jadi bimbingan dan konseling keluarga adalah metode yang dirancang
dan difokuskan pada keluarga dalam usaha untuk membantu memecahkan
masalah perilaku klien, serta sebagai proses pelatihan yang difokuskan
kepada orang tua klien selaku orang yang paling berpengaruh menetapkan
sistem dalam keluarga. pengertian ini merupakan gabungan dari pendapat
Golden dan Sherwood, serta pendapat dari Crane.7
Hakikat konseling yang mendasari Konseling Keluarga adalah bahwa
masalah yang dihadapi individu secara esensial bersifat interpersonal,
bukan intrapersonal, sehingga resolusinya menghendaki intervensi yang
diarahkan pada hubungan antar individu. Hubungan antar individu dalam
keluarga menjadi fokus intervensi karena memiliki signifikasnsi besar
daripada bentuk hubungan lain dalam jaringan sosial.
Menurut Farid Mashudi, Family Therapy (Konseling keluarga)
merupakan proses bantuan kepada individu dengan melibatkan para
6Achmad Juntika Nurihsan, Bimbingan dan Konseling (Bandung: Refika Aditama, 2010),
hal. 99. 7Namora Lumongga, Memahami Dasar-Dasar Konseling dalam Teori dan Praktek
(Jakarta: Kencana, 2011), hal. 221.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
36
anggota keluarga lainnya dalam upaya menyelesaikan masalah yang
dialami.8
Pengertian lain menyebutkan bahwa Family counseling/konseling
keluarga adalah upaya bantuan yang diberikan kepada individu anggota
keluarga melalui sistem keluarga (pembenahan komunikasi keluarga) agar
potensinya berkembang seoptimal mungkin dan masalahnya dapat diatasi
atas dasar kemauan membantu dari semua anggota berdasarkan kerelaan
dan kecintaan terhadap keluarga.9
Menurut Perez yang dikutip oleh Sofyan Wilis, mengemukakan
pengertian konseling keluarga (family therapy) yaitu bahwa konseling
keluarga adalah suatu proses interaktif untuk membantu keluarga dalam
mencapai keseimbangan dimana setiap anggota keluarga merasakan
kebahagiaan.
Menurut Achmad Juntika Nurihsan bimbingan keluarga merupakan
pemberian bantuan kepada para individu sebagai pemimpin/anggota
keluarga agar mereka mampu menciptakan keluarga yang utuh dan
harmonis, memberdayakan diri secara produktof, dapat menciptakan dan
menyesuaikan diri dengan norma keluarga, serta berperan/berpartisipasi
aktif dalam mencapai kehidupan keluarga yang bahagia.10
Bimbingan keluarga juga membantu individu yang akan berkeluarga
memahami tugas dan tanggung jawabnya sebagai anggota keluarga
8 Farid Mashudi, Psikologi Konseling (Yogjakarta: IRCsoD, 2012) hal. 241.
9 Sofyan S.Willis, Konseling Keluarga (family counseling) (Bandung: ALFABETA,
2008), hal .83. 10
Achmad Juntika Nurihsan, Bimbingan dan Konseling (Bandung: Refika Aditama,
2010), hal. 17.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
37
sehingga individu siap menghadapi kehidupan berkeluarga. Bimbingan
keluarga juga membantu anggota keluarga dengan berbagai strategi dan
teknik berkeluarga yang sukses, harmonis, dan bahagia.11
Selain pengertian-pengertian di atas Sofyan Wilis juga berpendapat
bahwa konseling keluarga dalah usaha membantu indivdu anggota
keluarga untuk mengaktualisasikan potensinya atau mengantisipasi maslah
yang dialaminya, melalui sistem kehidupan keluarga, dan mengusahakan
agar terjadi perubahan perilaku yang positif pada diri individu yang akan
memberikan dampak positif pula terhadap keluarga lainnya.
Dari beberapa definisi di atas dapat dijelaskan bahwa bimbingan dan
konseling keluarga adalah usaha membantu individu dengan melibatkan
anggota keluarga untuk mencapai keseimbangan sehingga dapat
mengaktualisasikan diri dan merasakan kebahagiaan.
Adapun yang dimaksud bimbingan dan konseling keluarga dalam
penelitian ini adalah suatu proses interaktif antar anggota keluarga untuk
mengembangkan potensi yang ada dan mengantisipasi masalah yang
dialami sehingga dapat mencapai kehidupan yang bahagia baik ketika
berada dalam masa pertunangan maupun telah berumah tangga.
2. Sejarah Perkembangan Bimbingan dan Konseling Keluarga
Sejarah perkembangan family terapy didunia berasal dari daratan
Eropa dan Amerika Serikat. Awal permulaan abad ke-20 berasal dari
11
Achmad Juntika Nurihsan, Bimbingan dan Konseling (Bandung: Refika Aditama,
2010), hal. 17.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
38
Eropa, namun perkembangan yang lebih semarak adalah pada tahun 60-an
dan seterusnya di Amerika Serikat. Perbedaan yang mencolok adalah
bahwa aliran Amerika Serikat telah berorientasi teoritis (academic setting)
misalnya dengan menganut aliran-aliran psikologi terkenal, sedangkan
Eropa hanya berawal dari praktisi (para dokter terutama dokter kadungan)
tanpa memikirkan aspek teoritisnya.12
a. Perkembangan awal di Eropa dan di Amerika
Pada tahun 1919 yakni sesudah perang dunia 1, Magnus
Hirschfeld mendirikan klinik pertama untuk memberi informasi dan
nasehat tentang masalah seks di Berlin Institue For Sexual Science.
Sekitar tahun 1932 terdapat beberapa ratus pusat-pusat konseling
perkawinan dan keluarga (Marriage dan Family counseling) di Jerman
Dan Austria. Pusat-pusat ini memberikan informasi mengenai keluarga
berencana, perkawinan, dan konseling keluarga atau Family
Counseling. Pada saat itu masyarakat telah menerima anggapan bahwa
masalah-masalah perkawinan dan keluarga hendaklah dibantu oleh
tenaga-tenaga professional yang telah dilatih menangani masalah-
masalah tersebut.
Tokoh yang terkenal dalam kependidikan kehidupan perkawinan
dan keluarga pada awal sejarah ialah Ernest Rtherford Groves.13
Groves memiliki karir dalam pendidkan tinggi. Pada tahun 1920 Ia
12
Sofyan S.Willis, Konseling Keluarga (family counseling), (Bandung: Alfabeta, 2011),
hal .84. 13
Sofyan S.Willis, Konseling Keluarga (family counseling), (Bandung: Alfabeta, 2011),
hal. 24.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
39
mengajar ke Boston University sebagai guru besar sosiologi
pendidikan. Disini Ia mulai merintis mata kuliah untuk mempersiapkan
anak muda bagi kehidupan keluarga. Pada tahun 1927 Groves pindah
ke Capel Hills untuk menjadi Guru besar dimana ia mengembangkan
matakuliah keidupan ekluarga, dan merupakan yang pertama d
Amerika Serikat sebagai matakuliah tetap.
Sebagai tambahan Groves mengadakan Groves Converence On
Convertion Of Marriage and Family setiap tahun. Dan ini merupakan
konferensi nasional yan tertua bagi pendidik-pendidik keluarga di
Amerika Serikat. Dia mempunyai pengaruh yang kuat dalam
perkembangan Marriage and Family Therapists. Selanjutnya melalui
kepemimpinannya dalam kulia-kuliah, organisasi professional, dan
melalui tulisan-tulisannya.
Abraham Stone, seorang Dokter ahli Urology (Ilmu penyakit-
penyakit saluran kencing) dengan istrinya Hanna membuka pusat
konseling perkawinan dan keluarga di Labor Temple New York pada
tahun 1929.14
Pusat konseling kedua di buka di Los Angeles pada tahun 1930
(Konseling Perkawinan dan Keluarga yang kedua di Amerika Serikat)
dengan nama The American Institue Of Family Relation yang
dipimpin oleh Dokter Paul Popence. Kemudian pada tahun yang sama
berdiri lagi The Marriage council Of Piladelphia dibaah pimpinan
14
Sofyan S.Willis, Konseling Keluarga (family counseling), (Bandung: Alfabeta, 2011)
hal. 26.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
40
Dokter Emily Mudd dengan tujuan memberikan konseling perkawinan
dan keluarga.
b. Sejarah Baru Konseling Keluarga
Istilah Family Konseling (Konseling Keluarga) sama dengan
Family Therapy, dimana yang terkhir itu lebih populer di Amerika
Serikat. Sebabnya pada masa perkembangan selanjutnya konseling
keluarga lebih banyak digarap oleh para terapis dibidang Psikiatri.
Sebelumnya di Amerika Serikat lebih dikenal dengan istilah Family
Counseling, karena pelopornya adalah para sosiolog seperti Groves.
Pada tahun 1957 dalam siding tahunan American Orthopsikiatric
Asosiation (AOA) oleh Bowen dicatat sebagai munculnya family
therapy tingkat nasional.
Decade 60-an adalah decade anak remaja dalam gerakan family
therapy. Jelasnya pada decade ini muncul pengujian ide-ide dalam
literature dan perkembangan family therapy secara nasional di
Amerika Serikat. Sehngga muncullah psikiatris Donald Jacson, dan
kemudian Bateson Project sampai tahun 1962. Jacson kemudian
mendirikan Mental Research Institute di Palo Alto. kemudian bersama
Ackerman tahun 1981 Ia menerbitkan jurnal Family Proces yang
merupakan jurnal pertama yang berisi teori tentang Family Therapy,
juga tentang terapi dan risetnya.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
41
c. Sejarah Konseling Keluarga di Indonesia
Perkembangan Konseling Keluarga di Indonesia tertimbun oleh
semaraknya perkembangan dan konseling di Sekolah. Bimbingan dan
Konseling di Sekolah pada masa tahun 60-an bahkan saat ini dirasakan
sebagai suatu kebutuhan karena banyak sekali masalah-masalah siswa.
Mengenai kasus keluarga, banyak juga ditemukan disekolah seperti
yang menyendiri dan suka merenung. Ternyata setelah diselidiki
keluarganya berantakan, mislanya ayahnya dan ibunya bercerai.
Beberapa indicator perkembangan BK adalah sebagai berikut:
1) Guru pembimbing tidak secara khusus mengangani masalah
keluarga akan tetapi disambilkan dalam penangan masalah belajar,
penyesuaian sosial dan pribadi siswa. Misalnya ksulitan belajar
siswa diduga bersumber dari ketidak harmonisan hubungan dan
komunikasi antar anggota keluarga.
2) Terjadi anggapan yang keliru bahwa konseling keluarga adalah
bimbingan bagi para calon ibu dan bapak yang akan memasuki
hidup berumah tangga. Anggapan ini masih terjadi hingga tahun
1983.
3) Pada tahun 1983 di jurusan BK IKIP Bandung dirintislah oleh
penulis sendiri, menjadikan konseling keluarga sebagaimana yang
ada di Negara asalnya yakni Amerika Serikat.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
42
3. Tujuan Bimbingan dan Konseling Keluarga
Tujuan konseling keluarga dibedakan menjadi dua yaitu tujuan umum
dan tujuan khusus.
a. Tujuan umum konseling keluarga
1) Membantu anggota-anggota keluarga belajar dan menghargai
secara emosional bahwa dinamika keluarga adalah kait mengait
diantara anggota keluarga.
2) Untuk membantu anggota keluarga agar menyadari tentang fakta
jika satu anggota keluarga bermasalah, maka akan mempengaruhi
pada anggota-anngota lain.
3) Agar mencapai keseimbangan yang akan membuat pertumbuhan
dan peningkatan sebuah anggota. 15
Menurut pendapat Glick dan Kessler tujuan umum konseling
keluarga yaitu:
1) Memfasilitasi komunikasi pikiran dan perasaan antar anggota-
anggota keluarga.
2) Mengubah gangguan dan ketidakfleksibelan peran dan kondisi.
3) Memberikan pelayanan sebagai model dan pendidikan peran
tertentu yang ditunjukkan kepada anggota keluarga.16
15
Sofyan S.Wilis, Konseling Keluarga (Family Counseling) (Bandung: ALFABETA,
2008), hal. 88-89. 16
Namora Lumongga, Memahami Dasar-Dasar Konseling dalam Teori dan Praktek
(Jakarta: Kencana, 2011), hal. 237.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
43
b. Tujuan-tujuan khusus konseling keluarga
1) Untuk meningkatkan toleransi dan dorongan anggota-anggota
keluarga terhadap cara-cara istimewa atau keunggulan-keunggulan
anggota lain.
2) Mengembangkan toleransi terhadap anggota-anggota keluarga
yang mengalami frustasi atau kecewa, konflik, dan rasa sedih yang
terjadi karena factor sistem keluarga atau diluar sistem keluarga.
3) Mengembangkan motif dan potensi-potensi setiap anggota
keluarga dengan cara mensupprot, memberi semangat dan
mengingatkan anggota tersebut.
Sementara itu Satir mengatakan bahwa tujuan khusus konseling
keluarga yaitu untuk menghilangkan sikap defensive di dalam anggota
keluarga sehingga memudahkan terjalinnya komunikasi yang efektif
dalam keluarga. Anggota keluarga perlu membuka Inner Expperience
(pengalaman dalamnya) sehingga tidak membekukan interaksi antar
anggota.17
3. Tehnik-Tehnik Bimbingan dan Konseling Keluarga
Tehnik-tehnik Family Therapy (konseling keluarga) yaitu:
a. Sculpting (mematung), yaitu suatu tehknik yang mengizinkan anggota-
anggota keluarga untuk menyatakan kepada anggota lain persepsinya
tentang berbagai masalah hubungan diantara anggota-anggota
17
Namora Lumongga, Memahami Dasar-Dasar Konseling dalam Teori dan Praktek
(Jakarta: Kencana, 2011), hal. 237.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
44
keluarga. Hal ini bisa dilakukan dengan “the family relationship
tableau” yaitu anggota keluarga yang “mematung” tidak memberikan
respon apa-apa, selama seorang anggota menyatakan perasaan secara
verbal.
b. Role playing (bermain peran), yaitu suatu tehknik dengan memberikan
peran tertentu kepada anggota keluarga. Peran tersebut adalah peran
orang lain dikeluarga itu, misalnya anak memainkan peran sebagai ibu.
Dengan cara itu anak akan terlepas atau terbebas dari perasaan-
perasaan penghukuman, perasaan tertekan dan lain-lain. Peran itu
kemudian bisa dikemblikan lagi kepada keadaan yang sebenarnya jika
ia menghadapi suatu perilaku ibunya yang mungkin kurang ia sukai.
c. Silent (diam), apabila anggota keluarga berada dalam konflik dan
frustasi karena ada salah satu anggota lain yang suka bertindak kejam,
maka biasanya mereka datang ke konselor dengan tutup mulut.
Keadaan ini harus dimanfaatkan konselor untuk menunggu suatu
gejala perilaku yang akan muncul menunggu munculnya fikiran baru,
respon baru, atau ungkapan perasaan baru. Disamping itu diam juga
digunakan dalam menghadapi klien yang cerewet, banyak omong dan
lain-lain.
d. Confrontation (konfrontasi), ialah suatu tehnik yang digunakan
konselor untuk mempertentangkan pendapat-pendapat keluarga yang
terungkap dalam wawancara konseling keluarga. Tujuannya agar
anggota keluarga itu bisa bicara terus terang, dan jujur serta akan
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
45
menyadari perasaan masing-masing. Contoh respon konselor : “siapa
yang biasanya banyak omong ?”, konselor bertanya dalam situasi yang
mungkin saling tuding.
e. Teaching via questioning, ialah suatu tehnik mengajar anggota
keluarga dengan cara bertanya. “bagaimana kalau sekolahmu gagal?” :
“apakah kau senang kalo ibumu menderita?”.
f. Listening (mendengarkan), konselor menggunakan tehnik ini untuk
mendengarkan dengan perhatian terhadap klien. Perhatian tersebut
terlihat dari cara duduk konselor yang menghadapkan muka pada
klien, penuh perhatian terhadap setiap pertanyaan klien, tidak menyela
selagi klien biacar serius.
g. Recapitulating (mengikhtisarkan), tehnik ini digunakan konselor untuk
mengikhtisarkan pembicaraan yang bergalau pada setiap anggota,
sehingga dengan cara itu kemungkinan pembicaraan akan lebih terarah
dan terfokus. Misalnya konselor mengatakan “rupanya ibu merasa
rendah diri dan tak mampu menjawab jika suami anda berkata kasar”.
h. Summary (menyimpulkan), dalam suatu fase konseling, kemungkinan
konselor akan menyimpulkan sementara hasil pembicaraan dengan
kelurga itu. Tujuannya agar konseling bisa berlanjut secara progresif.
i. Clarification (menjernihkan), yaitu usaha konselor untuk memperjelas
atau menjernihkan suatu pernyataan anggota keluarga karena terkesan
samar-samar. Klarifikasi itu juga terjadi untuk memperjelas perasaan
yang diungkap secara samar-samar. Misalnya konselor mengatakan
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
46
kepada jenny: “katakan kepadanya jenny, bukan kepada saya”.
Biasanya klarifikasi lebih menekankan kepada aspek makna kognitif
dari suatu pernyataan verbal klien.
j. Reflection (refleksi), yaitu cara konselor untuk merefleksikan perasaan
yang dinyatakan klien, baik yang berbentuk kata-kata atau ekspresi
wajahnya. “tampaknya anda jengkel dengan perilaku seperti itu”.18
4. Tahap-Tahap Bimbingan dan Konseling Keluarga
Tahap-tahap konseling keluarga berbeda dengan konseling
individual lainnya karena ditentukan oleh berbagai factor seperti jumlah
kliennya (anggota keluarga) lebih dari satu orang..
Secara umum tahap-tahap konseling keluarga berjalan menurut
tahapan berikut ini:
a. Pengembangan Rapport
Hubungan konseling pada tahap awal seharusnya diupayakan.
pengembangan raport merupakan suasana hubungan konseling yang
akrab, jujur, saling percaya, sehingga menimbulkan keterbukaan diri
klien. Tujuan utama teknik ini adalah untuk menjembatani hubungan
antara konselor dengan klien, sikap penerimaan dan minat yang
mendalam terhadap klien dan masalahnya.19
Upaya-upaya yang dilakukan yaitu :
18
Sofyan S.Wilis, Konseling Keluarga (Family Counseling) (Bandung: ALFABETA,
2008), hal. 139-141. 19
Makmun Khoironi, Psikologi Konseling (Yogyakarta: Aswaja Pressindo, 2014), hal
84.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
47
1) Kontak mata
2) Perilaku non verbal (perilaku attending, bersahabat atau akrab,
hangat, luwes, keramahan, senyum, penerimaan, jujur atau asli,
penuh perhatian, dan terbuka).
3) Bahasa lisan atau verbal (sapaan sesuai dengan teknil-teknik
konseling), seperti ramah, menyapa, senyum, dan bahasa lisan
yang halus).
b. Pengembangan Apresiasi Emotional
Dimana munculnya kemampuan untuk menghargai perasaan
masing-masing anggota keluarga, dan keinginan mereka agar masalah
yang mereka hadapi dapat terselesaikan semakin besar. Muncul
dinamika interaksi dari semua individu yang terlibat dalam konseling.
Ada dua teknik konseling keluarga yang afektif yaitu sculpting dan
roleplaying. Kedua teknik ini memberikan peluang bagi pernyataan-
pernyataan emosi tertekan, dan penghargaan terhadap luapan emosi
anggota keluarga. Dengan demikian, segala kecemasan dan ketegangan
psikis dapat mereda sehingga memudahkan untuk treatman konselor
dan rencana anggota keluarga.
c. Pengembangan Alternative Modus Perilaku
Dalam tahap ini, baik konseli maupun anggota keluarga
mengembangkan dan melatihkan perilaku-perilaku baru yang
disepakati berdasarkan hasil diskusi dalam konseling. Aplikasi
perilaku tersebut dapat dilakukan melalui praktik dirumah. Mungkin
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
48
konselor memberi suatu daftar perilaku baru yang akan diterapkan
selama satu minggu, kemudian melaporkannya pada sesi konseling
keluarga berikutnya. Tugas tersebut disebut juga home assigmant
(pekerjaan rumah).20
d. Fase Membina Hubungan Konseling
Adanya acceptance, unconditional positive regard, understanding,
genuine, empathy. Menurut Conjoint Family Therapy, langkah/proses
konseling yang dapat ditempuh adalah:
1) Intake interview, building working alliance. bertujuan untuk
mengeksplorasi dinamika perkembangan konseli dan anggota
keluarga lainnya (untuk mengungkapkan kesuksesan dan
kegagalannya, kekuatan dan kelemahannya, pola hubungan
interpersonal, tingkah laku penyesuaian, dan area masalahnya).
2) Case conceptualization and Treatment Planning, mengenal
masalah/memperjelas masalah, kemudian fokus pada rencana
intervensi apa yang akan dilakukan untuk penanganan masalah.
3) Implementation, menerapkan intervensi yang disertai dengan tugas-
tugas yang dilakukan bersama antara konseli dan keluarga,
contohnya: free drawing art task (menggambar bebas yang
mewakili keberadaan mereka baik secara kognitif, emosi, dan
peran yang mereka mainkan), home work.
20
Sulistyarini dan Mohammad Jauhar, Dasar-Dasar Konseling (Jakarta: Prestasi Pustaka,
2014), hal. 250-251.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
49
4) Evaluation termination, melakukan kegiatan penilaian apakah
kegiatan konseling yang telah dilaksanakan mengarah dan
mencapai hasil sesuai dengan tujuan konseling.
e. Feedback
Feedback yaitu memberikan dan menganalisis umpan balik untuk
memperbaiki dan meningkatkan proses konseling.
serta mengevaluasi hasil konseling dan menutup hubungan
konseling.21
Tahapan konseling keluarga secara garis besar dikemukakan oleh
Crane yang mencoba menyusun tahapan konseling keluarga untuk
mengatasi anak berperilaku oposisi. Dalam mengatasi problem, Crane
menggunakan pendekatan behavioral yang disebutkan terdapat empat
tahap secara berturut-turut sebagai berikut:
a. Orang tua membutuhkan untuk dididik dalam bentuk perilaku-perilaku
alternatif. Hal ini dapat dilakukan dengan kombinasi tugas-tugas
membaca dan sesi pengajaran.
b. Setelah orang tua membaca tentang prinsip dan atau telah dijelaskan
materinya, konselor menunjukkan kepada orang tua bagaimana cara
mengimplimentasikan ide tersebut. Pertama kali mengajarkan kepada
anak, sedangkan orangtua melihat bagaimana melakukannya sebagai
ganti pembicaraan tentang bagaimana hal itu dikerjakan. Secara
21
Sofyan S.Wilis, Konseling Keluarga (Family Counseling) (Bandung: ALFABETA,
2008), hal. 133-138.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
50
tipikal, orang tua akan membutuhkan contoh yang menunjukkan
bagaimana mengonfrontasikan anak-anak yang beroposisi. Sangat
penting menunjukkan kepada orang tua yang kesulitan dalam
memahami dan menerapkan cara yang tepat dalam memperlakukan
anaknya.
c. Selanjutnya orang tua mencoba mengimplementasikan prinsip-prinsip
yang telah mereka pelajari menggunakan situasi sesi terapi. Terapis
selama ini dapat memberi koreksi jika dibutuhkan.
d. Setelah terapis memberi contoh kepada orang tua cara menangani
anak secara tepat. Setelah mempelajari dalam situasi terapi, orangtua
mencoba menerapkannya di rumah. Saat dicoba di rumah, konselor
dapat melakukan kunjungan untuk mengamati kemajuan yang
dicapai.22
Selain tahapan yang telah dikemukakan oleh Crane tersebut, Colins
menetapkan tujuh langkah-langkah dalam konseling keluarga, antara lain:
a. Menanggapi keadaan darurat
Klien yang meminta bantuan konselor pada dasarnya berada dalam
keadaan kisis atau darurat. Konselor diharapkan mampu memberikan
ketenangan dan menunjukkan kesediaan untuk membantu klien. Selain
itu, mintalah keluarga klien untuk ikut terlibat dalam proses konseling.
Ketika berhadapan dengan anggota keluarga, tugas konselor adalah
mengarahkan tanpa mengendalikan mereka.
22
Latipun, Psikologi Konseling, (Malang: Universitas Muhammadiyah Malang, 2001),
hal 156-157.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
51
b. Memberikan fokus pada anggota keluarga
Kadang kala, anggota keluarga cenderung menyalahkan satu orang
yang menjadi sumber dari permasalahan keluarga. Oleh karena itu,
konselor harus dapat memberikan fokus pada anggota keluarga bahwa
permasalahan dalam keluarga adalah permasalahan bersama sehingga
tidak hanya disebabkan oleh satu pihak.
c. Menetapkan krisis
Saat konselor mendengarkan penjelasan masalah yang disampaikan
oleh keluarga, konselor harus dapat menangkap inti permasalahan
keluarga tersebut sehingga konselor dapat menetapkan sumber krisis
klien. Hal ini dapat dilakukan melalui bentuk pertanyaan, seperti “coba
ceritakan lebih jelas mengenai hal yang anda sampaikan tadi?”
d. Menenangkan anggota keluarga
Pada tahapan ini, konselor dapat memberikan kesimpulan awal tentang
penyebab masalah yang muncul dalam keluarga. Hal yang perlu
diperhatikan konselor dalam hal ini adalah konselor diharapkan dapat
menenangkan anggota keluarga yang dapat saja mengalami kecemasan
setelah mengetahui permasalahan keluarga mereka.
e. Menyarankan perubahan
Langkah ini terdiri dari pemberian saran dan arahan yang dapat
membantu anggota keluarga untuk memutuskan perubahan apa yang
harus dilakukan. Konselor dapat merundingkan beberapa perjanjian
yang akan disetujui anggota keluarga untuk dilakukan.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
52
f. Menghadapi sikap menolak perubahan
Setelah konselor menyarankan perlu adanya perubahan, maka konselor
harus memerhatikan siapakah anggota keluarga yang bersedia bekerja
sama dan siapa yang menolak terjadinya perubahan. Anggota keluarga
yang menolak perubahan cenderung akan menarik diri dan
memanipulasi anggota keluarganya untuk menghambat terjadinya
perubahan. Biasanya pihak yang menolak perubahan ini bukanlah klien
(yang dinilai bermasalah oleh keluarga). Oleh karena itu, konselor
harus memberikan pemahaman bahwa dengan menunjukkan sikap
menolak perubahan, akan menyulitkan terjadinya kemajuan dalam
proses konseling.
g. Menghentikan konseling
Setelah kemajuan dalam konseling diperoleh dan anggota keluarga
dapat bekerja sama dan belajar untuk menghadapi krisis di masa yang
akan datang, maka konseling dapat diakhiri. 23
B. Pertunangan
1. Pengertian Pertunangan
Pertunangan dikenal pula dengan istilah peminangan. meminang
maksudnya seorang laki-laki meminta kepada seorang perempuan untuk
menjadi istrinya dengan cara yang sudah umum berlaku ditengah-tengah
masyarakat.24
23
Namora Lumongga Lubis, Memahami Dasar-Dasar Konseling Dalam Teori dan
Praktek, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), hal 235-236. 24
Slamet Abidin, Fiqih Munakahat (Bandung: Pustaka Setia, 1999), hal. 41.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
53
Peminangan adalah salah satu bentuk mengagungkan Allah. kita
mengagungkan Allah dengan berusaha menghalalkan karunia kecintaan
kepada lawan jenis melalui ikatan pernikahan yang oleh Allah disebut
dengan Mistaqan Ghalizha (perjanjian yang sangat berat).25
Tunangan atau
lamaran merupakan sebuah janji untuk menjalin tali pernikahan.26
Khitbah (meminang) merupakan pernyataan yang jelas atas keinginan
menikah, ia merupakan langkah-langkah menuju pernikahan meskipun
khitbah tidak berurutan dengan mengikuti ketetapan, yang merupakan
dasar dalam jalan penetapan, dan oleh karena itu seharusnya dijelaskan
dengan keinginan yang benar dan kerelaan penglihatan.27
Pertunangan
(Khitbah) yaitu seorang laki-laki memint kepada seorang wanita untuk
menjadi istrinya dengan cara-cara yang sudah berlaku di lingkungan
Masyarakat.28
Menurut kompilasi hukum Islam (KHI), pertunangan adalah kegiatan
upaya ke arah terjadinya hubungan perjodohan antara seorang pria dengan
seorang perempuan.29
Dalam Islam pertunangan dikenal dengan lafal Khitbah, yaitu
permintaan seseorang laki-laki untuk menguasai seseorang perempuan
25
M. Fauzil Adhim, Kado Pernikahan Untuk Istriku (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 1998),
hal. 55. 26
Sayyid Ahmad Al-Musayyar, Islam Bicara Soal Seks, Percintaan, & Rumah Tangga
(Jakarta: Erlangga, 2008), hal. 7. 27
Ali Yusuf As-Subki, Fiqih Keluarga (Jakarta: Amzah, 2010), hal. 66. 28
M. Tholib, Petunjuk Menuju Perkawinan Islam (Bandung: Irsyad Baitus Salam, 1995),
hal. 66. 29
Soesilo, Pramuji R, Kitab Undang - Undang Hukum Perdata dilengkapi Kompilasi
Hukum Islam (Bandung: Rhedbook Publisher, 2008), hal. 505.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
54
tertentu dari keluarganya dan bersekutu dalam urusan kebersamaan
hidup.30
Pertunangan menurut istilah yaitu pernyataan atau permintaan dari
seorang laki-laki kepada seorang perempuan untuk menikahinya baik
dilakukan secara langsung maupun dengan perantara pihak yang
dipercayai berdasarkan ketentuan-ketentuan agama.31
Meminang termasuk usaha pendahuluan sebelum dilakukan
pernikahan, agar kedua pihak saling mengenal sehingga pelaksanaan
pernikahan nanti benar-benar berdasarkan pandangan dan penilaian yang
jelas. Banyak jalan yang dapat mengantarkan orang kepada peminangan
dan pernikahan. Banyak sebab yang mendekatkan dua orang yang saling
jauh menjadi suami istri yang penuh barakah dan diridhoi Allah.
Sebelum melaksanakan khitbah, mereka belum memiliki ikatan
moral apapun berkaitan dengan calon pasangan hidupnya. Masing-masing
dari laki-laki dan perempuan yang masih lajang hidup ‚bebas‛, belum
memiliki suatu beban moral dan langkah pasti menuju pernikahan. Dengan
adanya pertunangan, mau tidak mau kedua belah pihak akan merasa ada
perasaan bertanggung jawab dalam dirinya untuk segera menguatkan tekad
dan keinginan menuju pernikahan.
Dalam adat Madura, pertunangan dipandang tidak salah dan juga
tidak terlarang dalam hukum agama, sebab hal tersebut merupakan suatu
perjanjian ikatan bahwa keduanya kelak akan menjadi suami istri.
30
Abdul Aziz Muhammad Azzam, Abdul Wahhab Sayyed Hawwas, Fiqih Munakahat,
(Jakarta: Amzah, 2011), hal. 8. 31
Djaman Nur, Fiqih Munakahat (Semarang: Dina Utama Semarang, 1993), hal. 13.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
55
Pertunangan dalam istilah fiqih adalah salah satu langkah yang
terpuji dan dianjurkan oleh Nabi Muhammad SAW. 32
Dasar hukum yang
sering digunakan sebagai landasan untuk melakukan pertunangan adalah
firman Allah SWT berikut ini:
أكذى في أفسكى عهى الل أكى خطتج انساء أ ي ضذى ة ا عس ال جاح عهيكى في
ال دعزيا عقدث انكاح عسفا ال ي سسا إال أ دقنا ق اعد نـك ال د سذركس
الل فزر اهيىر ا أ اعه الل عهى يا في أفسكى فاارز ا أ اعه اذ ته انكذاا أجه
Dan tidak ada dosa bagi kamu meminang wanita-wanita itu dengan
sindiran atau kamu menyembunyikan (keinginan mengawini mereka)
dalam hatimu. Allah mengetahui bahwa kamu akan menyebut-nyebut
mereka, dalam pada itu janganlah kamu mengadakan janji kawin dengan
mereka secara rahasia, kecuali sekedar mengucapkan (kepada mereka)
perkataan yang ma`ruf. Dan janganlah kamu ber`azam (bertetap hati)
untuk beraqad nikah, sebelum habis `iddahnya. Dan ketahuilah
bahwasanya Allah mengetahui apa yang ada dalam hatimu; maka
takutlah kepada-Nya, dan ketahuilah bahwa Allah Maha Pengampun lagi
Maha Penyantun. (Q.S. Al-Baqarah ayat 235).
Orang yang meminang, kata Imam Nawawi dalam Al-Adzkaarun
Nawawiyyah, disunnahkan untuk memulai dengan membaca hamdalah
dan shalawat untuk Rasul SAW.33
Pertunangan merupakan masa peralihan antara lamaran dengan
pernikahan. biasanya dalam pertunangan terdapat tradisi saling
memberikan hadiah. tardisi pertunangan berbeda menurut suku, agama,
dan lain-lain. misalnya di India Barat pasangan itu saling bertukar anak
angsa. sementara wanita Tiongkok pada awal abad ke-20 dituntut untuk
32
Abdul Al-Barraq, Panduan Lengkap Pernikah Islami (Bandung : Oasis, 2011), hal. 51. 33
M. Fauzil Adhim, Ku Pinang Kau Dengan Hamdalah (Yogyakarta: Mitra Pustaka,
1998), hal. 59.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
56
memberikan hadiah yang pas bagi calon suaminya dalam waktu seminggu
setelah pertunangan, kalau tidak, maka pernikahannya kandas.34
Demikian pula di Madura, setiap pasangan Saling bertukar hadiah,
seperti baju, perlengkapan mandi, perlengkapan makeup, sandal, dan
kerudung. Bahkan selama berada dalam masa pertunangan, pihak laki-laki
dianjurkan untuk memberikan hadiah kepada pasangannya yang dikenal
dengan istilah “Metraeh dan Nyaleneh”. Bagi sebagian masyarakat
Madura hal ini dilakukan agar tetap terjalin silaturrahmi yang baik antar
kedua belah pihak sehingga dapat berlanjut ke tahap akad (menikah).
Pertunangan (Peminangan) dapat langsung dilakukan oleh orang yang
berkehendak mencari pasangan jodoh, tetapi dapat pula dilakukan oleh
perantara yang dapat dipercaya.35
Pertunangan yang panjang menjadi umum dalam suatu pernikahan
yang resmi, namun tidak umum bagi orang tua mempertunangkan anaknya
hingga mengatur beberapa tahun sebelumnya sebelum pasangan yang
bertunangan itu cukup umur untuk menikah.36
Di Madura sendiri, orang
tua mempertunangkan anaknya jauh sebelum masa pernikahan ini sudah
menjadi umum berlaku ditengah-tengah sebagian masyarakat Madura.
Dari beberapa definisi di atas dapat dijelaskan bahwa pertunangan
adalah permintaan seorang laki-laki kepada seorang perempuan untuk
34
Wiiliam, “Pertunangan“, Artikel Bertopik Sosiologi, (online), (https://id.m.wikipedia.org/wiki/Pertunangan?_e_pi_=7, diakses 26 April 2013).
35 Moh. Idris Ramulyo, Hukum Perkawinan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), hal. 20-
72. 36
Wiiliam, “Pertunangan“, Artikel Bertopik Sosiologi, (online), (https://id.m.wikipedia.org/wiki/Pertunangan?_e_pi_=7, diakses 26 April 2013).
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
57
dijadikan calon istri yang merupakan proses awal sebelum dilakukan
pernikahan.
Adapun yang dimaksud pertunangan dalam penelitian ini adalah proses
awal yang dilakukan oleh seorang laki-laki sebelum dilaksanakan suatu
pernikahan dengan meminta seorang perempuan untuk dijadikan calon
istri hingga tiba masa untuk menikah dan menjalani kehidupan bersama.
Dalam hal ini terdapat proses menunggu untuk dilangsungkan akad nikah
antara pihak laki-laki dan perempuan yang diberi ikatan seperti cincin dan
pemberian lainnya.
2. Dasar Hukum Pertunangan
Hukum pertunangan adalah istihbab (dianjurkan) karena Nabi
Muhammad SAW pernah bertunangan dengan Aisyah binti Abu Bakar
Ash-Shiddiq dan Hafshoh binti Umar bin Kahttab.37
Dasar hukum dari adanya peminangan adalah firman Allah SWT
sebagaimana ayat berikut ini.
أكذى في أفسكى عهى الل أكى خطتج انساء أ ي ضذى ة ا عس ال جاح عهيكى في
ال دعزيا عقدث انكاح عسفا ال ي سسا إال أ دقنا ق اعد نـك ال د سذركس
الل فزر اهيىر ا أ اعه الل عهى يا في أفسكى فاارز ا أ اعه اذ ته انكذاا أجه
Dan tidak ada dosa bagi kamu meminang wanita-wanita itu dengan
sindiran atau kamu menyembunyikan (keinginan mengawini mereka)
dalam hatimu. Allah mengetahui bahwa kamu akan menyebut-nyebut
mereka, dalam pada itu janganlah kamu mengadakan janji kawin dengan
mereka secara rahasia, kecuali sekedar mengucapkan (kepada mereka)
37
Abdul Wahhab Sayyed Hawwas, Ku Nikahi Engkau Secara Islami (Bandung: Pustaka
Setia), hal. 68.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
58
perkataan yang ma`ruf. Dan janganlah kamu ber`azam (bertetap hati)
untuk beraqad nikah, sebelum habis `iddahnya. Dan ketahuilah
bahwasanya Allah mengetahui apa yang ada dalam hatimu; maka
takutlah kepada-Nya, dan ketahuilah bahwa Allah Maha Pengampun lagi
Maha Penyantun. (Q.S. Al-Baqarah ayat 235).
Hadist Nabi Muhammad SAW riwayat Ahmad: “Apabila salah
seorang diantara kamu meminang seorang perempuan, maka tidak
berhalangan atasnya untuk melihat perempuan itu asal saja melihat
semata-mata untuk mencari perjodohan baik diketahui oleh perempuan itu
atau tidak”.38
Hadist Rasul Riwayat Imam Ahmad dan Abu Daud: “Apabila
diantara kamu meminang seorang wanita, sekiranya dia dapat melihat
wanita itu hendaklah dilihatnya sehingga bertambah keinginan kepadanya
untuk nikah”.39
Dengan demikian kita lihat bahwa meminang wanita itu sebaiknya
dengan sindiran dan bila mungkin para calon pengantin baik laki-laki
maupun perempuan itu dapat saling mengenal lebih dahulu agar masing-
masing pihak dapat menetapkan pilihannya secara suka rela. Sebagaimana
diterangkan dalam Islam ada dua cara dalam peminangan yaitu:
a. Khitbah yang dilakukan secara terang-terangan, artinya pihak laki-laki
menyatakan niatnya untuk mengawininya dengan permohonan yang
jelas atau terang. Misalnya “Aku ingin mengawinimu” Hal ini dapat
38
Sayyid Ahmad Al-Musayyar, Islam Bicara Soal Seks, Percintaan, & Rumah Tangga
(Jakarta: Erlangga, 2008), hal. 7. 39
Moh. Idris Ramulyo, Hukum Perkawinan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), hal. 20-
21.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
59
dilakukan kepada wanita yang habis iddah nya dan wanita yang masih
sendirian statusnya.
b. Khitbah yang dilakukan secara sindiran, artinya peminang dalam
mengungkapkan keinginanya tidak menggunakan kalimat yang jelas
yang dapat dapat dipahami. Misalnya “Kamu sudah sepantasnya untuk
menikah”. 40
Di Desa Kaduara Barat, salah satu kalimat yang diucapkan oleh
peminang dalam mengkhitbah secara terang-terangan yaitu “saya ingin
menjadikanmu istri”. Sedangkan kalimat yang diucapkan oleh peminang
dalam mengkhitbah secara sindiran yaitu “Bolehkah saya meminta Ayam
yang anda miliki untuk dipelihara oleh Burung saya”. Istilah “Ayam”
digunakan untuk melambangkan seorang anak perempuan, sedangkan
“Burung” digunakan untuk melambangkan seorang anak laki-laki.
3. Syarat-Syarat Pertunangan
Syarat-syarat wanita yang boleh dipinang dan wanita yang tidak
boleh dipinang sangat perlu diketahui sebelum dilakukannya proses
pertunangan. Dalam hukum Islam terdapat aturan tentang siapa yang boleh
dipinang dan siapa yang tidak boleh dipinang. Seorang wanita boleh
dipinang apabila memenuhi dua syarat berikut ini:
a. Pada waktu dipinang tak ada halangan yang melarang
dilangsungkannya perkawinan. Maksudnya adalah bahwa wanita tidak
40
Abdul Hadi, Fiqh Munakahat (Semarang: Duta Grafika, 1989), hal. 126.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
60
terikat perkawinan yang sah, wanita bukan mahram yang haram
dinikahi untuk sementara atau untuk selamanya, dan wanita tidak
dalam masa iddah.
b. Belum dipinang oleh laki-laki lain secara sah. Seseorang wanita yang
berada dalam pinangan orang lain tidak boleh dipinang. Hal ini
berdasarkan Hadistt yang artinya, “Orang mukmin adalah saudara
orang mukmin. Maka tidak halal bagi seorang mukmin meminang
seorang perempuan yang sedang dipinang saudaranya, sehingga nyata
sudah ditinggalkan”. (HR. Ahmad dan Muslim).
Dan sabda Rasulullah SAW yang artinya, “Janganlah seorang laki-laki
meminang pertunangan saudaranya hingga peminang sebelumnya
meninggalkannya atau mengizinkannya”. (H. R. Bukhari).
Terdapat pula dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) pasal 12 ayat 3,
dilarang juga meminang seorang perempuan yang sedang dipinang pria
lain, selama pertunangan pria tersebut belum putus atau belum ada
penolakan dari pihak perempuan. 41
Menurut Slamet Abidin, wanita yang boleh dipinang adalah yang
memenuhi syarat sebagai berikut:
a. Tidak dalam pinangan orang lain.
b. Pada waktu dipinang tidak ada penghalang syar‟i yang melarang
dilangsungkannya pernikahan.
41
Soesilo, Pramuji R, Kitab Undang - Undang Hukum Perdata dilengkapi Kompilasi
Hukum Islam (Bandung: Rhedbook Publisher, 2008), hal. 507.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
61
c. Perempuan itu tidak dalam masa iddah karena talak raj‟i (ada
kemungkinan untuk rujuk kembali) tidak boleh dipinang meskipun
dengan sindiran apalagi terang-terangan.42
d. Apabila perempuan dalam masa iddah karena talak ba‟in, hendaklah
meminang dengan cara sirri (tidak terang-terangan).43
Firman Allah yang melarang meminang perempuan yang berada
dalam masa iddah karena talak raj‟i (meskipun dengan sindiran apalagi
terang-terangan) dan membolehkan meminang perempuan yang berada
dalam masa iddah karena talak ba‟in (meminang dengan cara tidak terang-
terangan) yaitu:
أكذى في أفسكى عهى الل أكى خطتج انساء أ ي ضذى ة ا عس ال جاح عهيكى في
ال دعزيا عقدث انكاح عسفا ال ي سسا إال أ دقنا ق اعد نـك ال د سذركس
الل فزر اهيىر ا أ اعه الل عهى يا في أفسكى فاارز ا أ اعه اذ ته انكذاا أجه
Dan tidak ada dosa bagi kamu meminang wanita-wanita itu dengan
sindiran atau kamu menyembunyikan (keinginan mengawini mereka)
dalam hatimu. Allah mengetahui bahwa kamu akan menyebut-nyebut
mereka, dalam pada itu janganlah kamu mengadakan janji kawin dengan
mereka secara rahasia, kecuali sekedar mengucapkan (kepada mereka)
perkataan yang ma`ruf. Dan janganlah kamu ber`azam (bertetap hati)
untuk beraqad nikah, sebelum habis `iddahnya. Dan ketahuilah
bahwasanya Allah mengetahui apa yang ada dalam hatimu; maka
takutlah kepada-Nya, dan ketahuilah bahwa Allah Maha Pengampun lagi
Maha Penyantun. (Q.S. Al-Baqarah ayat 235).
42
Abdul Fatah Idris, Abu Ahmadi, Terjemah Ringkas Fiqih Islam lengkap (Jakarta:
Rineka Cipta, 1988), hal. 209. 43
Slamet Abidin, Fiqih Munakahat (Bandung: Pustaka Setia, 1999), hal. 41-42.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
62
4. Mempertimbangkan Pinangan
Rasulullah pernah bersabda, “Pukullah anak-anak karena
meninggalkan sholat pada usia tujuh tahun, pisahkan tempat tidurnya pada
usia 9 tahun, dan kawinkanlah pada usia 17 tahun jika memungkinkan.
Apabila perkawinan dilakukan, maka suruhlah si anak duduk di hadapan
bapaknya, kemudian katakanlah, „mudah-mudahan Allah tidak menjadikan
kamu dalam fitnah di dunia, tidak pula di akhirat‟.”44
Anak gadis sudah memungkinkan untuk dinikahkan kalau dia
dipersiapkan untuk memasuki masa dewasa sejak awal. Seorang gadis
bahkan dapat memiliki kesiapan dan kedewasaan lebih dini dibanding
anak laki-laki. Pada usia ini, wanita memang cenderung lebih cepat
matang dibanding laki-laki.
Dari Anas r.a, Rasulullah bersabda, “Barang siapa mempunyai
anak perempuan yang telah mencapai usia 12 tahun, lalu ia tidak segera
mengawinkannya, kemudian anak perempuan tersebut melakukan suatu
perbuatan dosa, maka dosanya ditanggung oleh dia (ayahnya).” (H.R
Baihaqi)
Akan tetapi apakah ia sudah memungkinkan untuk dikawinkan?
hanya orang tualah yang lebih tau mengenai anaknya. Orang tua yang
lebih tau mempersiapkan seorang anak dalam memasuki masa „aqil-
baligh.
44
M. Fauzil Adhim, Kado Pernikahan Untuk Istriku (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 1998),
hal. 55.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
63
Catatan bagi ayah ketika ada seorang lelaki datang meminang
putrinya yaitu Memperhatikan agama laki-laki yang meminang. Seorang
Ayah bisa mencari pengetahuan mengenai laki-laki yang meminang anak
gadisnya dengan seksama sebelum mengambil keputusan. Antara lain, ia
dapat menanyai orang yang dekat dengan calon menantunya atau ia
menanyakan kepada orang-orang yang dapat dipercaya (Tsiqah.)
Seseorang bertanya kepada Al-Hasan r.a. mengenai calon suami
putrinya. Kemudian Al-Hasan menjawab, “Kamu harus memilih calon
suami (putrimu) yang taat beragama. Sebab, jika dia mencintai putrimu,
dia akan memuliakannya, dan jika dia kurang menyukai (memarahinya),
dia tidak akan menghinakannya”.
Dalam sebuah Hadist yang sangat terkenal, Rasulullah bersabda:
“Jika datang kepada kalian (hai calon mertua) orang yang kalian sukai
(ketaatan agamanya) dan akhlaknya, maka nikahkanlah dia (dengan
putrimu). Sebab, jika kamu sekalian tidak melakukannya, akan lahir fitnah
(bencana) dan akan berkembang kehancuran yang besar di muka bumi.”
(HR. Imam Tirmidzi dari Abu Hatim Al-Mazni).
Sebelum menerima pinangan seorang laki-laki, Ayah juga harus
meminta izin anak, karena dialah nanti yang akan merasakan manis
pahitnya pernikahan. Islam menolak pemaksaan orang tua dalam
menikahkan anak gadisnya dengan lelaki pilihan orang tua jika anak itu
tidak menyukainya. Selain itu, Ayah juga harus meminta pertimbangan
istri. Rasulullah SAW bersabda:
“Berkonsultasilah dengan kaum ibu dalam masalah perkawinan anak-
anak mereka, bukan berarti bahwa mereka memiliki wewenang terhadap
akad nikah tersebut, akan tetapi dipandang dari segi kebaikan dan
perbaikan terhadap diri mereka dan dalam segi menggauli mereka dengan
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
64
baik, dan karena upaya itu lebih dapat mengekalkan persahabatan dan
akan dapat menimbulkan rasa cinta kasih diantara anak-anak gadis
mereka dengan sang suami”.45
Musyawarah juga menjadi bagian penting bagi seorang ayah dalam
memutuskan untuk menerima pinangan seorang laki-laki. Banyak Hadist
yang menunjukkan keutamaan musyawarah. Al-Quran juga memberi
perhatian kepada pentingnya musyawarah. Allah SWT berfirman:
هي ك ذ الل حب ان كم عه الل إ ى في األيس فئذا عزيخ فذ ز شا ...
Dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian
apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada
Allah”. (QS Ali Imron: 159).
Selanjutnya, catatan bagi wanita yang dipinang sebelum menerima
pinangan seorang laki-laki yang akan menjadi calon suaminya yaitu:
1) Agama calon suami.
2) Kemandirian ekonomi.
3) Nikah dan menuntut ilmu.
4) Mengenai syarat nikah.
5) Menyampaikan isi hati kepada ibu.46
5. Melihat Pinangan
Demi kebaikan dalam kehidupan berumah tangga, kesejahteraan
dan kesenangannya, seyogyanya laki-laki melihat dulu perempuan yang
akan dipinangnya sehingga ia dapat menentukan apakah peminangan itu
perlu diteruskan atau diurungkan.
45
M. Fauzil Adhim, Ku Pinang Kau Dengan Hamdalah (Yogyakarta: Mitra Pustaka,
1998), hal. 100. 46
M. Fauzil Adhim, Ku Pinang Kau Dengan Hamdalah (Yogyakarta: Mitra Pustaka,
1998), hal. 95.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
65
Dalam agama Islam, melihat perempuan yang akan dipinang itu
diperbolehkan selama batas-batas tertentu. Sabda Rasulullah SAW dalam
sebuah Hadistnya:
: أظسح إنيا؟ قال: ع انغيسث اة شعتج أ خطب إيسأث فقال ن زسل هللا صه هللا عهي سهى
(زا انساا إة ياج انذسييري). أظس إنيا فئ أ ؤدو ةيكا: ال، قال
Dari Mughirah Bin Syu‟ban, ia pernah meminang seorang perempuan,
lalu Rasulullah bertanya kepadanya, “Sudahkah kau lihat dia?” ia
menjawab, “Belum”. Sabda Nabi, “Lihatlah dia lebih dahulu agar
nantinya kamu bisa hidup bersama lebih langgeng”. (H.R. An-Nasa‟I,
Ibnu Majah, dan Tirmidzi).
Hadist Abu Hurairah r.a, ada seseorang melamar wanita, Nabi
SAW bersabda kepadanya: “lihatlah wanita itu, pada pandangan mata
kaum anshar terdapat sesuatu (kekurangan)”. (HR Ahmad dan Nasa‟i).47
Bagian badan yang boleh dilihat, menurut jumhur ulama adalah
bagian muka dan telapak tangan. Dengan melihat muka, maka dapat
ditentukan cantik atau tidaknya perempuan yang dipinang, dan dengan
melihat telapak tangannya dapat diketahui subur atau tidaknya badan
perempuan itu.48
Sebagian ahli fikih berpendapat bahwa sebagian wanita yang
dilamar hanya boleh dilihat muka dan telapak tangannya saja, hal ini
karena dalam Islam bagi wanita tidak diperbolehkan membuka auratnya
47
Abdurrahman abdul kholiq, Kado Pernikahan Barokah (Yogyakarta: Al-Manar, 2004),
hal. 68. 48
Slamet Abidin, Fiqih Munakahat (Bandung: Pustaka Setia, 1999), hal. 43.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
66
dihadapan orang lain (bukan mahram) selain wajah dan telapak
tangannya.49
Abu Daud, seorang fuqaha mengatakan bahwa seluruh badan
perempuan itu boleh dilihat kecuali kemaluannya. Sementara itu, ada juga
fuqaha yang sama sekali melarangnya.
Ulama Hanafiyah dan Hanabilah yang mansyur mazhabnya
berpendapat, anggota tubuh yang boleh dilihat adalah wajah, kedua telapak
tangan, dan kedua kaki, tidak lebih dari itu. Memandang anggota tubuh
wanita lebih dari itu akan menimbulkan kerusakan dan maksiat yang pada
umumnya diduga maslahat. Cukup memandang anggota badan tersebut
saja sebagaimana wanita boleh terbuka tumit, wajah dan telapak tangan
ketika dalam haji dan shalat.50
Perbedaan pendapat ini disebabkan adanya suruhan untuk melihat
wanita secara mutlak, juga terdapat larangan secara mutlak. Ada juga
suruhan yang bersifat terbatas, yakni hanya muka dan telapak tangan.
6. Khalwah (Bersepi-Sepi Berdua) Tidak di Bolehkan
Bersepi-sepi berdua tidak dibenarkan, termasuk bagi mereka yang
berkeinginan untuk menikah. Larangan ini bersandar pada:
a. Firman Allah dalam Surat Al-Isra‟ ayat ke 32 yang berbunyi:
ساء ستيال ﴿ فااشج إ كا ال دقسةا انز ٣٢﴾
Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah
suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk. (Q.S Al-Isra‟
ayat 32).
49
Abdurrahman abdul kholiq, Kado Pernikahan Barokah (Yogyakarta: Al-Manar, 2004),
hal. 68. 50
Abdul Majid Khon, Fiqih Munakahat (Jakarta: AMZAH, 2009), hal. 13.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
67
b. Hadist Jabir riwayat Ahmad: “Barang siapa beriman kepada Allah dan
hari akhir, maka jangan sekali-kali menyendiri (berduaan) tanpa ada
mahramnya, maka sesungguhnya yang ketiga adalah setan”.
c. Hadist di atas diperkuat oleh Hadistt riwayat Ibnu Abbas riwayat
muttafaq „alaih, Rasulullah bersabda:”tidak halal bagi seorang wanita
yang beriman kepada Allah dan hari akhir untuk bepergian sehari
semalam tanpa diiringi muhrimnya”. 51
Beberapa dalil di atas menunjukkan bahwa bersepi-sepi berdua tidak
diperbolehkan meskipun bagi yang akan nikah, kecuali dengan
mahramnya.
Pada prinsipnya, peminangan yang telah dilakukan oleh seorang
laki-laki terhadap seorang perempuan, belumlah berakibat hukum. Tidak
sedikit orang-orang yang menganggap sepele hal ini, sehingga anak
perempuannya atau keluarga perempuannya dibebaskan bergaul dengan
tunangannya atau menyendiri tanpa ada lagi pengawasan. Ironisnya,
mereka juga memberikan izin kepada anak atau keluarga perempuannya
untuk pergi kemana saja mereka suka tanpa pengawalan. Akibat perbuatan
ini, akhirnya perempuanlah yang kehilangan harga diri, rasa malu, dan
bahkan kegadisannya. Tidak itu saja, bahkan akibat aib tersebut tidak
khayal seorang perempuan kehilangan kesempatan untuk menikah.52
51
Abdurrahman Abdul Kholiq, Kado Pernikahan Barokah (Yogyakarta: Al-Manar,
2004), hal. 69-70. 52
Sayyid Sabiq, Fikih Sunah 6 (Bandung: Al-Ma‟arif, 1990), hal. 235.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
68
Berangkat dari perihal di atas, dapatlah kita pahami bersama bahwa
seorang laki-laki yang telah menjadi tunangan orang lain dan atau
sebaliknya, maka larangan untuk berkhalwat (bersepi-sepi berdua) tetap
diberlakukan. Demikian ini dikarenakan menyendiri dengan tunangan,
dapat menjerumuskan mereka ke dalam perbuatan yang dilarang agama.
Berbeda halnya apabila disertai atau ditemani oleh salah seorang
mahramnya untuk mencegah terjadinya perbuatan maksiat, maka
diperbolehkan berkhalwat.
7. Dampak Positif Pertunangan
a. Para calon pengantin baik laki-laki maupun perempuan itu dapat saling
mengenal lebih dahulu agar masing-masing pihak dapat menetapkan
pilihannya secara suka rela.53
Dengan pertunangan, maka kedua belah
pihak akan saling menjajaki kepribadian masing-masing dengan
mencoba melakukan pengenalan secara mendalam. Tentu saja
pengenalan ini tetap berada dalam koridor syar‟i, yaitu memperhatikan
batasan-batasan interaksi dengan lawan jenis yang belum terikat oleh
pernikahan. Demikian pula dapat bisa saling mengenal keluarga dari
kedua belah pihak agar bisa menjadi awal yang baik dalam mengikat
hubungan persaudaraan dengan pernikahan yang akan mereka
lakukan.54
b. Pertunangan termasuk usaha pendahuluan sebelum dilakukan
pernikahan, agar kedua pihak saling mengenal sehingga pelaksanaan
53
Moh. Idris Ramulyo, Hukum Perkawinan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), hal. 21. 54
Cahyadi Takariawan , Izinkan Aku Meminangmu (Solo: Era Intermedia 2004), hal. 32.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
69
pernikahan nanti benar-benar berdasarkan pandangan dan penilaian
yang jelas.55
c. Untuk lebih menguatkan ikatan perkawinan yang diadakan
sesudahnya. Selain itu, diharapkan kedua belah pihak dapat saling
mengenal karakteristik pasangannya masing-masing, juga akan benar-
benar didasarkan pada pandangan dan penilaian yang jelas dari
masing-masing pihak.56
d. Dapat mengetahui sifat-sifat perempuan yang dicintai sehingga bisa
mengerti apa yang harus dilakukannya.57
e. Menguatkan tekad untuk melaksanakan pernikahan. Pada awalnya
laki-laki atau perempuan berada dalam keadaan bimbang untuk
memutuskan melaksanakan pernikahan. Mereka masih memikirkan
dan mempertimbangkan banyak hal sebelum melaksanakan keputusan
besar untuk menikah. Dengan khitbah, artinya proses menuju jenjang
pernikahan telah dimulai. Mereka sudah berada pada suatu jalan yang
akan menghantarkan mereka menuju gerbang kehidupan berumah
tangga.58
f. Menjaga kesucian diri menjelang pernikahan, karena dengan adanya
pertunangan, masing-amsing pihak akan lebih menjaga kesucian diri.
Mereka merasa tengah mulai menapaki perjalanan menuju kehidupan
rumah tangga, oleh karena itu mencoba senantiasa menjaga diri agar
55
Slamet Abidin, Fiqih Munakahat (Bandung: Pustaka Setia, 1999), hal. 41. 56
Ibid. 57
Ali Yusuf As-Subki, Fiqih Keluarga , (Jakarta: Amzah, 2010), hal. 66. 58 Cahyadi Takariawan , Izinkan Aku Meminangmu (Solo: Era Intermedia 2004), hal. 35.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
70
terjauhkan dari hal-hal yang merusakkan kebahagiaan pernikahan
nantinya. Kedua belah pihak dari yang meminang maupun yang
dipinang harus berusaha menjaga kepercayaan pihak lainnya. Allah
telah memerintahkan agar lelaki beriman bisa menjaga kesucian diri
mereka. Selain itu, pertunangan juga akan menjauhkan kedua belah
pihak dari gangguan orang lain yang bermaksud iseng.59
g. Menumbuhkan ketentraman jiwa, karena dengan peminangan, apalagi
telah ada jawaban penerimaan, akan menimbulkan perasaan kepastian
pada kedua belah pihak. Perempuan merasa tentram karena telah
terkirim padanya calon pasangan hidup yang sesuai harapan.
Kehawatiran bahwa dirinya tidak mendapat jodoh terjawab sudah.
Sedang bagi laki-laki yang meminang, ia merasa tentram karena
perempuan ideal yang diinginkan telah bersedia menerima
pertunangannya.60
h. Pertunangan juga mengandung hikmah bahwa kedua belah pihak
dituntut untuk melengkapi persiapan diri guna menuju pernikahan.
Masih ada waktu yang bisa digunakan seoptimal mungkin oleh kedua
belah pihak untuk menyempurnakan persiapan dalam berbagai sisinya.
Seorang laki-laki bisa mengevaluasi kekurangan dirinya dalam proses
pernikahan, mungkin ia belum menguasai beberapa hukum yang
berkaitan dengan keluarga, untuk itu bisa mempelajari terlebih dahulu
sebelum terjadinya akad nikah.
59
Sayyid Sabiq, Fikih Sunah 6 (Bandung: Al-Ma‟arif, 1990), hal. 38. 60
Sayyid Sabiq, Fikih Sunah 6 (Bandung: Al-Ma‟arif, 1990), hal. 45.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
71
C. Penelitian Terdahulu
Penelitian tentang Bimbingan dan konseling keluarga untuk
mempertahankan pertunangan belum penulis temukan di beberapa hasil
penelitian. Namun, ada beberapa penelitian yang sedikit berkaitan dengan
tema yang penulis ambil.
Skripsi Ach. Saifus Syarif yang berjudul “Tinjauan Hukum Islam
Terhadap Tradisi “Metraeh dan Nyaleneh” dalam Masa Pertunangan di Desa
Gili Timur Kecamatan Kamal Kabupaten Bangkalan” Skripsi ini membahas
tentang tinjauan hukum Islam terhadap tradisi metraeh dan nyaleneh yang
biasa dilakukan oleh masyarakat Madura khususnya masyarakat di Desa Gili
Timur Kecamatan Kamal Kabupaten Bangkalan yang berada dalam masa
pertunangan.
Hasil dari penelitian ini menyebutkan bahwa masyarakat Gili Timur
memiliki anggapan bahwa si perempuan yang telah ditunang, dia telah
dimiliki oleh si laki-laki. maka si laki-laki benar-benar menjaga si perempuan
dengan melakukan tradisi metraeh dan nyaleneh sebagai bentuk
kepeduliannya. adapun persepsi-persepsi masyarakat terhadap tradisi metraeh
dan nyaleneh yang dapat membawa ke pernikahan yang sakinah mawaddah
wa rahmat adalah pembelajaran dalam hal tanggung jawab, kedermawanan
masyarakat setempat. tradisi metraeh dan nyaleneh tidak bertentangan degan
ajaran islam karena merupakan al-„urf al-shahih yakni kebiasaan yang saling
diketahui orang, tidak menyalahi dalil syariat, tidak menghalalkan yang haram
dan tidak membatalkan yang wajib, seperti memberi hadiah sebagai suatu
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
72
penghargaan atas suatu prestasi. dan tradisi metraeh dan nyaleneh merupakan
tradisi yang dibenarkan oleh hukum islam.61
Skripsi Suimah yang berjudul “Tradisi Pertunangan di Masyarakat Islam
Desa Kapur Kecamatan Burneh Kabupaten Bangkalan dalam Tinjauan Hukum
Islam”. Skripsi ini membahas tentang tinjauan hukum Islam terhadap
pelaksanaan tradisi pertunangan di Desa Kapur Kecamatan Burneh Kabupaten
Bangkalan.
Hasil dari penelitian ini menyebutkan bahwa menurut tinjauan hukum
islam pelaksanaan tradisi pertunangan yang dilakukan oleh masyarakat islam
Desa Kapor Kecamatan Burneh Kabupaten Bangkalan banyak sekali yang
tidak sesuai dengan syariat ajaran Islam yaitu seperti bebas membawa
tunangan kemana saja (berkhalwat) tanpa ada larangan dari para tokoh agama
padahal mereka belum menjadi suami istri yang sah, tradisi semacam itu tidak
dibenarkan dalam islam. Sedangkan kita tahu bahwa masyarakat Desa Kapor
Kecamatan Burneh Kabupaten Bangkalan mayoritas beragama islam.62
Skripsi Nur Isrokhah yang berjudul “Tinjauan Bimbingan Dan Konseling
Keluarga Dalam Mewujudkan Keluarga Sakinah”. Skripsi ini membahas
tentang isi buku karangan Muhammad Thalib tentang tinjauan bimbingan dan
konseling keluarga dalam mewujudkan keluarga sakinah.
61
Ach. Saifus Syarif, Tinjauan Hukum Islam Terhadap Tradisi “Metraeh dan Nyaleneh”
dalam Masa Pertunangan di Desa Gili Timur Kecamatan Kamal Kabupaten Bangkalan (Skripsi-
UIN Sunan Ampel, Surabaya, 2014 ), hal. 81-82. 62
Suimah, Tradisi Pertunangan di Masyarakat Islam Desa Kapur Kecamatan Burneh
Kabupaten Bangkalan dalam Tinjauan Hukum Islam (Skripsi-UIN Sunan Ampel, Surabaya,
2004), hal. 81-82.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
73
Hasil dari penelitian ini menyebutkan bahwa Muhammad Thalib dalam
menuliskan buku ini bertujuan memberikan pedoman-pedoman kepada para
pembaca yang akan atau sedang membangun rumah tangga. Yaitu
memberikan wawasan dan masukan kepada pembaca yang akan membangun
rumah tangga agar mempunyai visi yang jauh kedepan, kemudian
mempersiapkan segala sesuatunya dengan baik, lalu mengelola sebuah
keluarga dalam naungan agama yang kuat, agar menjadi keluarga yang
berkualitas supaya menghasilkan generasi yang tidak hanya pandai dan
berbakat, namun juga berbakti pada orang tua. dan juga taat terhadap
agamanya.
Membangun sebuah keluarga menurut Muhammad Thalib harus dimulai
dengan memilih pasangan yang tepat, artinya lebih mengutamakan segi agama
yang kuat sebelum pertimbangan-pertimbangan lainnya, agar pernikahan yang
akan dilaksanakan senantiasa mendapat ridha dari Allah, sehingga
mendapatkan kebahagiaan sejati yaitu kebahagiaan dunia dan akhirat.
Pemikiran Muhammad Thalib tentang membentuk keluarga sakinah relevan
dengan asas-asas Bimbingan dan Konseling Pernikahan dan Keluarga Islam
antara lain asas kebahagiaan dunia dan akhirat, asas sakinah mawaddah dan
rahmah, asas komunikasi dan musyawarah, dan asas sabar dan tawakkal.
Pemikiran Muhammad Thalib ini memiliki persamaan prinsip yaitu dalam
rangka membangun keluarga sakinah berdasarkan syari‟at Islam.63
63
Nur Isrokhah, Tinjauan Bimbingan Dan Konseling Keluarga Dalam Mewujudkan
Keluarga Sakinah (Skripsi- IAIN Walisongo, Semarang, 2012), hal. 122-123.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
74
Dilihat dari beberapa penelitian di atas, dapat diketahui bahwa penelitian
ini memiliki kesamaan dengan skripsi Ach. Saifus Syarif, persamaannya
terletak pada objek yang diteliti yaitu sama-sama menggunakan pertunangan
sebagai objek penelitian dan titik tekannya pada tradisi Metraeh dan Nyaleneh
sebagai usaha menjaga hubungan pertunangan diliat dari tinjauan hukum
Islam. Sedangkan dalam penelitian ini penulis menekankan pada model
bimbingan dan konseling keluarga dalam mempertahankan pertunangan.
Dengan skripsi Nur Isrokhah tidak mempunyai kesamaan, kecuali adanya
keterkaitan tentang bimbingan dan konseling keluarga dalam membentuk
keluarga sakinah bagi seseorang yang akan atau sedang dalam berumah
tangga, sedangkan fokus dari penelitian ini menekankan pada model
bimbingan dan konseling keluarga dalam mempertahankan pertunangan
hingga nantinya dapat menuju suatu pernikahan yang sakinah, mawaddah, wa
rahmah.
Begitu juga dengan skripsi Suimah hanya terfokus pada tinjauan hukum
Islam terhadap pelaksanaan tradisi pertunangan. Sedangkan penelitian ini
pembahasannya ditekankan pada model bimbingan dan konseling keluarga
dalam mempertahan pertunangan.
Jadi, penelitian ini terfokus pada model bimbingan dan konseling keluarga
yang diterapkan kepada para pasangan yang bertunangan sehingga nantinya
dapat menuju ke pernikahan. Sehingga skripsi ini berbeda dengan penelitian
yang lain yang sudah dijelaskan di atas dan bukan merupakan plagiat.