Post on 30-Jul-2015
BAB I
PENDAHULUAN
Penyakit Meniere adalah kelainan telinga bagian dalam yang
menyebabkan timbulnya episode vertigo (pusing berputar), tinnitus (telinga
berdenging), perasaan penuh dalam telinga, dan gangguan pendengaran yang
bersifat fluktuatif. Sehingga menyebabkan penderitanya tidak mampu
mempertahankan posisi dalam berdiri tegak. Adapun struktur anatomi telinga
yang terkena dampaknya adalah seluruh labirin yang meliputi kanalis
semisirkularis dan kokhlea.1
Penyakit ini ditemukan oleh Meniere (1861), dan dia yakin bahwa
penyakit ini berada di dalam telinga, sedangkan pada waktu itu para ahli
banyak menduga bahwa penyakit itu berada pada otak. Pendapat Meniere
dibuktikan oleh Hallpike dan Crain (1938), dengan ditemukannya hidrops
endolimfa, setelah memeriksa tulang temporal pasien Meniere.1 Hidrops
endolimfatik didefinisikan sebagai peningkatan dari tekanan hidrolik pada
telingan tengah dari sistem endolimfatik.2
Sebagian besar kasus bersifat unilateral dan sekitar 10-20% kasus bersifat
bilateral. Insiden penyakit ini mencapai 0,5-0,75 : 1000 di Inggris dan Swedia.3
Pada sebagian besar kasus timbul pada laki-laki atau perempuan dewasa. Paling
banyak ditemukan pada usia 20-50 tahun.4 Diagnosis penyakit Meniere
ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan, yaitu berupa pemeriksaan
audiometri, CT-Scan kepala atau MRI yang dapat menyingkirkan penyebab
seperti tumor yang mengenai nervus delapan (vestibulokokhlearis). Karena tidak
adanya uji yang definitive untuk penyakit Meniere, maka penyakit ini biasanya
didiagnosis ketika semua penyebab lain telah disingkirkan.5
Secara umum, penatalaksanaan penyakit Meniere dibagi menjadi terapi
non-intervensional dan invensional. Terapi non-intervensional meliputi perubahan
gaya hidup, terapi farmakologis, dan rehabilitasi. Sedangkan terapi intervensional
meliputi terapi pembedahan dekompresi kantung endolimfatik, pemotongan saraf
vestibular, labirinektomi, dan terapi tekanan denyut yang direkomendasikan bila
pengobatan medikamentosa tidak dapat menanggulangi vertigo.6
2
BAB II
PENATALAKSANAAN SINDROMA MENIERE
2.1 Etiologi
Penyebab pasti penyakit Meniere ini belum diketahui secara pasti. Namun
terdapat berbagai teori termasuk pengaruh neurokimia dan hormonal abnormal
pada aliran darah yang menuju labirin dan terjadi gangguan elektrolit dalam cairan
labirin, reaksi alergi dan autoimun.4 Penyakit Meniere masa kini dianggap sebagai
keadaan diman terjadi ketidakseimbangan cairan telinga dalam yang abnormal dan
diduga disebabkan oleh terjadinya malabsorpsi dalam sakus endolimfatikus.
Selain itu para ahli juga mengatakan terjadinya suatu robekan pada membrane di
labirin kokhlea sehingga menyebabkan endolimfa dan perilimfa bercampur. Hal
ini menurut para ahli dapat menimbulkan gejala dari penyakit Meniere.2
Para peneliti juga sedang melakukan penyelidikan dan penelitian terhadap
kemungkinan lain penyebab penyakit Meniere dan masing-masing memiliki
keyakinan tersendiri terhadap penyebab dari penyakit ini, termasuk faktor
lingkungan seperti suara bising, infeksi virus HSV, penekanan pembuluh darah
terhadap saraf (microvascular compression syndrome). Selain itu gejala penyakit
Meniere dapat ditimbulkan oleh trauma kepala, infeksi saluran pernapasan atas,
aspirin, merokok, alcohol atau konsumsi garam berlebih. Namun pada dasarnya
adalah belum ada yang tahu secara pasti apa penyebab dari penyakit Meniere ini.6
2.2 Epidemiologi
Penyakit Meniere adalah salah satu penyebab tersering vertigo pada teling
dalam. Sebagian besar kasus bersifat unilateral dan sekitar 10-20% kasus bersifat
bilateral. Insiden penyakit ini mencapai 0,5-0,75 : 1000 di Inggris dan Swedia.3
Penyakit ini jarang ditemukan pada anak – anak. Pada sebagian besar kasus timbul
pada laki-laki atau perempuan dewasa. Paling banyak ditemukan pada usia 20-50
tahun. Kemungkinan ada komponen genetic yang berperan dalam penyakit
Meniere karena ada riwayat keluarga yang positif sekitar 21% pada pasien dengan
penyakit Meniere. Pasien dengan risiko besar terkena penyakit Meniere adalah
3
orang-orang yang memiliki riwayat alergi, merokok, stress, dan pasien yang
alkoholisme.4
2.3 Patofisiologi
Gejala klinis penyakit Meniere disebabkan oleh adanya hidrops endolimfa
(peningkatan endolimfa yang menyebabkan labirin membranosa berdilatasi) pada
kokhlea dan vestibulum. Hidrops yang terjadi dan hilang timbul diduga
disebabkan oleh meningkatnya tekanan hidrostatik pada ujung arteri, menurunnya
tekanan osmotic dalam kapiler, meningkatnya tekanan osmotic ruang
ekstrakapiler, jalan keluar sakulus endolimfatikus tersumbat (akibat jaringan parut
atau karena defek dari sejak lahir).1
Gambar 1. Memahami Penyakit Meniere.5
Hidrops endolimfa ini lama kelamaan menyebabkan penekanan yang bila
mencapai dilatasi maksimal akan terjadi rupture labirin membrane dan endolimfa
akan bercampur dengan perilimfa. Pencampuran ini menyebabkan potensial aksi
di telinga dalam sehingga menimbulkan gejala vertigo, tinnitus, dan gangguan
pendengaran serta rasa penuh di telinga. Ketika tekanan sudah sama, maka
membrane akan sembuh dengan sendirinya dan cairan perilimfe dan endolimfe
tidak bercampur kembali namun penyembuhan ini tidak selalu sempurna.2
4
Gambar 2. Labirin Normal dan Hidrops Endolimfa.5
2.4 Manifestasi Klinis
Tanda – tanda dan gejala utama dari penyakit Meniere adalah:1
1. Vertigo yang berulang. Vertigo adalah sensasi yang mirip dengan pengalaman
ketika tubuh berputar cepat beberapa kali dan tiba-tiba berhenti. Tubuh akan
merasa seolah-olah ruangan berputar dan kehilangan keseimbangan. Episode
vertigo terjadi tanpa peringatan dan biasanya berlangsung selama 20 menit
sampai dua jam atau lebih, bahkan hingga 24 jam. Vertigo yang berat dapat
menyebabkan mual dan muntah.
2. Gangguan pendengaran. Gangguan pendengaran pada penyakit Meniere dapat
berfluktuasi, terutama pada permulaan penyakit. Kebanyakan penderita
Meniere mengalami gangguan pendengaran permanen akhirnya.
3. Tinnitus. Tinnitus adalah suara dering, mendengung, meraung, bersiul atau
mendesis di telinga. Pada penyakit Meniere, tinnitus sering terdengar pada
nada rendah.
4. Kepenuhan aural. Kepenuhan aural adalah perasaan penuh atau tekanan dalam
telinga.
Gejala penyakit Meniere dimulai dengan perasaan penuh di telinga,
kemudian terjadi tinnitus dan penurunan fungsi pendengaran diikuti dengan
vertigo yang berat disertai mual dan muntah. Gejala ini bisa berlangsung dua
sampai tiga jam. Tingkat keparahan, frekuensi, dan durasi gangguan bervariasi,
terutama pada awal penyakit. Sebagai contoh, bisa saja hanya muncul gejala
vertigo berat yang sering, sedangkan gejala lainnya hanya ringan.1
5
2.5 Penegakan Diagnosis
1. Anamnesis
Pertama-tama ditanyakan bentuk vertigonya: melayang, goyang, berputar,
tujuh keliling, rasa naik perahu dan sebagainya. Perlu diketahui juga keadaan yang
memprovokasi timbulnya vertigo: perubahan posisi kepala dan tubuh, keletihan,
ketegangan. Pada vertigo Meniere, penderita merasakan seolah – olah ruang di
sekitarnya berputar, atau seolah – olah lantai di bawah kakinya seolah – olah
bergelombang. Selain itu, pada vertigo Meniere posisi kepala tertentu dapat
memperparah atau memperingan dari gejala vertigonya sehingga seringkali
penderita tidur dengan kepala dengan kedudukan tertentu.1,5
Onset: apakah timbulnya akut atau perlahan-lahan, hilang timbul,
paroksimal, kronik, progresif atau membaik. Pada vertigo Meniere, onsetnya
terjadi beberapa menit, jam, atau beberapa hari, dan biasanya menetap. Apakah
juga ada gangguan pendengaran yang biasanya menyertai/ditemukan pada lesi alat
vestibuler atau n. vestibularis. Pada vertigo Meniere biasanya terjadi tinitus.1,7
Penggunaan obat-obatan seperti streptomisin, kanamisin, salisilat,
antimalaria dan lain-lain yang diketahui ototoksik/vestibulotoksik dan adanya
penyakit sistemik seperti anemia, penyakit jantung, hipertensi, hipotensi, penyakit
paru juga perlu ditanyakan. Juga kemungkinan trauma akustik. Kesadaran
penderita tetap baik. Penderita mengeluh tentang nausea, yang mungkin pula
disusul oleh vomitus. Sewaktu – waktu juga ada diare. Selain itu, penderita juga
mengeluh terjadinya gangguan keseimbangan.1
1. Pemeriksaan Fisik
A. Fungsi vestibuler/serebeler
Uji Romberg: penderita berdiri dengan kedua kaki dirapatkan, mula-
mula dengan kedua mata terbuka kemudian tertutup. Biarkan pada
posisi demikian selama 20-30 detik. Harus dipastikan bahwa penderita
tidak dapat menentukan posisinya (misalnya dengan bantuan titik
cahaya atau suara tertentu). Pada kelainan vestibuler hanya pada mata
tertutup badan penderita akan bergoyang menjauhi garis tengah
kemudian kembali lagi, pada mata terbuka badan penderita tetap tegak.
6
Sedangkan pada kelainan serebeler badan penderita akan bergoyang
baik pada mata terbuka maupun pada mata tertutup.1,7
Gambar 3. Uji Romberg.7
Tandem Gait: penderita berjalan lurus dengan tumit kaki kiri/kanan
diletakkan pada ujung jari kaki kanan/kiri ganti berganti. Pada kelainan
vestibuler perjalanannya akan menyimpang, dan pada kelainan
serebeler penderita akan cenderung jatuh.1,7
Uji Unterberger: berdiri dengan kedua lengan lurus horisontal ke depan
dan jalan di tempat dengan mengangkat lutut setinggi mungkin selama
satu menit. Pada kelainan vestibuler posisi penderita akan
menyimpang/berputar ke arah lesi dengan gerakan seperti orang
melempar cakram; kepala dan badan berputar ke arah lesi, kedua lengan
bergerak ke arah lesi dengan lengan pada sisi lesi turun dan yang
lainnya naik. Keadaan ini disertai nistagmus dengan fase lambat ke arah
lesi.1,7
Gambar 4. Uji Unter Berger.7
Past-pointing test (Uji Tunjuk Barany): dengan jari telunjuk ekstensi
dan lengan lurus ke depan, penderita disuruh mengangkat lengannya ke
atas, kemudian diturunkan sampai menyentuh telunjuk tangan
7
pemeriksa. Hal ini dilakukan berulang-ulang dengan mata terbuka dan
tertutup. Pada kelainan vestibuler akan terlihat penyimpangan lengan
penderita ke arah lesi.1,7
Gambar 5. Uji Tunjuk Barany.7
Uji Babinsky-Weil: pasien dengan mata tertutup berulang kali berjalan
lima langkah ke depan dan lima langkah ke belakang seama setengah
menit; jika ada gangguan vestibuler unilateral, pasien akan berjalan
dengan arah berbentuk bintang.1,7
Gambar 6. Uji Babinsky Weil.7
B. Pemeriksaan Khusus Oto-Neurologis
Uji Dix Hallpike. Dari posisi duduk di atas tempat tidur, penderita
dibaring-kan ke belakang dengan cepat, sehingga kepalanya meng-
gantung 45º di bawah garis horisontal, kemudian kepalanya
dimiringkan 45º ke kanan lalu ke kiri. Perhatikan saat timbul dan
hilangnya vertigo dan nistagmus, dengan uji ini dapat dibedakan apakah
lesinya perifer atau sentral.7
Tes Kalori. Penderita berbaring dengan kepala fleksi 30º, sehingga
kanalis semisirkularis lateralis dalam posisi vertikal. Kedua telinga
diirigasi bergantian dengan air dingin (30ºC) dan air hangat (44ºC)
masing-masing selama 40 detik dan jarak setiap irigasi 5 menit.
8
Nistagmus yang timbul dihitung lamanya sejak permulaan irigasi
sampai hilangnya nistagmus tersebut (normal 90-150 detik).7
C. Pemeriksaan Fungsi Pendengaran
Tes garpu tala. Tes ini digunakan untuk membedakan tuli konduktif dan
tuli perseptif, dengan tes-tes Rinne, Weber dan Schwabach. Pada tuli
konduktif tes Rinne negatif, Weber lateralisasi ke sisi yang tuli, dan
Schwabach memendek.7
Tes Audiometri. Audiogram biasanya menunjukkan kehilangan
sensorineural pada telinga yang sakit.7
3. Diagnosis Banding
Benign Paroxysmal Positional Vertigo
Benign paroxysmal positional vertigo adalah salah satu jenis vertigo
vestibuler tipe perifer ditandai dengan adanya vertigo tetapi tidak
berhubungan dengan tinnitus dan tuli saraf.5
Labirintis
Labirintis adalah proses inflamasi dari elemen membran telinga bagian
dalam yang dapat disebabkan oleh bakteri ataupun virus. Labirintis
gejalanya sama dengan penyakit menire yaitu vertigo yang lebih berat
selama 2 – 3 hari hingga 2 – 3 minggu dan biasanya berulang.5
Vertigo Migrain
Gejala dari vertigo migrain mirip dengan penyakit Meniere yaitu adanya
vertigo episodik disertai dengan gangguan pada pendengaran, tetapi yang
membedakannya adalah vertigo migrain biasanya diikuti dengan aura dan
gangguan pada penglihatan.5
2.6 Penatalaksanaan
Beberapa jenis pengobatan medis dan bedah telah ditawarkan pada pasien
dengan penyakit Meniere selama 150 tahun terakhir. Banyaknya pilihan terapi
menandakan bahwa tidak ada pengobatan efektif yang tersedia untuk pasien ini.
Namun, sebagian akan dibantu oleh kombinasi terapi medis, konseling psikologis-
keyakinan, gaya hidup dan perubahan pola makan. Hingga saat ini obat untuk
penyakit Meniere belum ditemukan. Pilihan pengobatan yang tersedia sebaiknya
9
disesuaikan dengan tingkat keparahan gejala pasien dan kegagalan respon terapi
yang sesuai.2 Berikut adalah algoritma pengobatan penyakit Meniere (Gambar 7):
Gambar 7. Algoritma Pengobatan Penyakit Meniere.2
Prinsip pengobatan penyakit Meniere harus dianggap sebagai kondisi
kronis; pengobatan berhasil bisa meringankan gejala namun tidak mengatasi
kelainan yang mendasari patofisiologi. Tujuan pengobatan adalah untuk:6
1. Mengurangi frekuensi dan keparahan serangan vertigo,
2. Mengurangi atau menghilangkan gangguan pendengaran dan tinnitus yang
terkait dengan serangan,
3. Mengurangi gejala kronis (tinnitus dan masalah keseimbangan),
4. Minimalkan cacat, dan
5. Mencegah perkembangan penyakit, terutama gangguan pendengaran dan
ketidakseimbangan.
Edukasi pasien merupakan bagian penting dari manajemen konservatif,
dan termasuk menguraikan sebuah penjelasan tentang penyakit, harapan untuk
respon, dan pilihan pengobatan. Hingga 90% pasien dengan penyakit Meniere
10
mampu mempertahankan kegiatan normal sehari-hari dengan manajemen medis.
Menentukan pengobatan yang optimal untuk penyakit Meniere dibatasi oleh
kurangnya acak, percobaan terkontrol. Selain itu, terapi obat telah dikaitkan
dengan efek plasebo yang signifikan, dan sifat remitting (kambuh) gangguan
tersebut telah membuat evaluasi dari berbagai perawatan sulit. Serangan vertigo
dapat dikontrol dalam 90-95% pasien dengan pengobatan medis konservatif,
meskipun gangguan pendengaran yang progresif jarang merespon terhadap
pengobatan. Pasien dengan yang diduga Meniere penyakit harus dirujuk pada
tahap yang relatif awal ke dokter THT / otolaryngologist.6 Secara umum,
penatalaksanaan sindroma Meniere meliputi penatalaksanaan non-intervensional
dan intervensional.
2.6.1 Penatalaksanaan Non-interventional
Pengobatan non-interventional untuk penyakit Meniere termasuk gaya hidup
penyesuaian, terapi medis, dan rehabilitasi.
Perubahan Gaya Hidup
Terdapat hubungan yang kuat dengan alergi musiman dan kompleks
sistem imun pada pasien dengan diagnosis penyakit Meniere yang jelas.
Menghindari alergi sederhana dan perubahan gaya hidup dapat mengurangi
beberapa gejala alergi yang terkait dengan penyakit ini dan memungkinkan untuk
meningkatkan kualitas hidup pasien. Beberapa penelitian telah melaporkan
penurunan frekuensi dan tingkat keparahan serangan vertigo yang signifikan
(hingga 62%) pada pasien dengan penyakit Meniere setelah memulai imunoterapi
untuk alergi. Pasien dengan gejala penyakit Meniere bereaksi buruk dengan
mengkonsumsi kafein, coklat, alkohol, dan garam dalam jumlah besar. Namun,
mekanisme induksi alergi yang sebenarnya dan patofisiologi reaksi yang
merugikan belum diketahui.2
Tabel 1. Konsentrasi Natrium pada Beberapa Jenis Makanan8
11
Beberapa pasien mungkin memiliki alergi terhadap beberapa jenis alergen
tertentu. Oleh karena itu, alergi makanan harus diselidiki pada pasien dengan
penyakit Meniere, harus dirawat, dan dihindari sebisa mungkin.2 Semua pasien
dengan penyakit Meniere dianjurkan untuk mengurangi asupan garam maksimal 2
gram per hari, dan untuk 1,5 gram per hari jika ditoleransi (Tabel 1).8 Selain itu
sebaiknya menghindari semua sumber produk berkafein, mengurangi asupan
cokelat, dan menghindari semua produk tembakau dan alkohol sebanyak
mungkin.
Kafein dan nikotin merupakan vasokonstriktor yang dapat mengurangi
aliran mikrovaskular di sistem labirin. Alkohol juga menyebabkan pergeseran
cairan dan elektrolit yang dapat menyebabkan stres pada telinga. Membatasi
kafein (kopi, teh, atau cola) setiap hari dan membatasi alkohol setiap hari biasanya
direkomendasikan.6
Penatalaksanaan Farmakologis
Terapi dianjurkan untuk menangani gejala segera dan mencegah rekurensi.
Medikasi yang direkomendasikan untuk mengantisipasi mula dan gejala lain dari
vertigo dan meringankan vertigo dapat dilakukan dengan mengurangi tekanan
12
pada telinga dalam melalui pemberian antihistamin, barbiturat atau diazepam,
antikolinergik, steroid dan diuretik (Tabel 2).5
Tabel 2. Medikasi yang Diberikan pada Penyakit Meniere5
Episode akut vertigo harus dikelola dengan penekan vestibular dan
antiemetik (Tabel 3). Dosis harus dimulai rendah dan meningkat menjadi efek
positif atau efek samping. Penekan vestibular termasuk benzodiazepin, yang
memiliki keuntungan dari sifat anxiolytic untuk penggunaan jangka pendek,
antihistamin (meclizine dan dimenhydrinate), dan antikolinergik (skopolamin).
Prometazin dan proklorperazin dapat digunakan untuk pengobatan akut mual dan
muntah dan tersedia dalam bentuk supositoria. Lorazepam telah diberikan secara
sublingual dengan dosis 0,5-1 mg empat kali sehari dapat mencapai keringanan
serangan vertigo akut.6
13
Tabel 3. Pengobatan Vertigo Akut6
a. Terapi Diuretik
Penelitian terbaru menunjukkan ada hubungan antara penggunaan
diuretik dan penyakit Meniere. Pada penggunaan diuretik sebagai terapi
penyakit Meniere diperlukan tes darah rutin seminggu kemudian untuk
memastikan konsentrasi kalium dalam darah tidak menurun. Obat diuretik
yang biasanya digunakan adalah kombinasi dari hydrochlorothiazide dan
triamterene (Tabel 4). Pasien yang alergi terhadap sulfa bisa menggunakan
acetazolamide atau chlorthalidone.8
Tabel 4. Diuretik untuk Penatalaksanaan Penyakit Meniere8
14
b. Terapi Steroid
Terapi steroid telah digunakan dalam pengobatan gejala akut dan
kronis penyakit Meniere, baik steroid oral maupun injeksi steroid
intratimpanik. Pada serangan akut, intramuskular atau intravena
metilprednisolon dapat digunakan untuk mengontrol gangguan pendengaran
berat dan vertigo diikuti dengan prednison oral dosis 1 mg/kg, diberikan
setiap hari selama 10-14 hari sebelum dosis tapering lambat dapat memberi
efek selama 2 minggu ke depan.2 Jika pasien tidak merespon steroid oral dan
pendengarannya terus memburuk, injeksi metilprednisolon atau
deksametason intratimpanik dapat diberikan. Pada prospective placebo-
controlled double-blinded randomised trial selama 2 tahun yang dilakukan
oleh Garduno-Anaya et al., disimpulkan bahwa deksametason 4 g/L
disuntikkan ke dalam telinga secara transtimpanik dengan anestesi lokal
menunjukkan 82% kontrol penuh dari vertigo dibandingkan dengan 57%
kontrol pada kelompok plasebo. Selain itu dicatat pula peningkatan subjektif
48% pada tinnitus, 35% perbaikan gangguan pendengaran, dan 48%
perbaikan kepenuhan aural dibandingkan dengan proporsi lebih rendah yang
signifikan pada kelompok kontrol.2
Gambar 8. Terapi Rehabilitasi Vestibular.6
Rehabilitasi Vestibular
Rehabilitasi vestibular merupakan bentuk terapi fisik yang dirancang
untuk meningkatkan fungsi vestibular, mekanisme adaptasi pusat, dan kompensasi
15
(Gambar 8). Metode ini dapat membantu pasien mencegah gejala sisa kehilangan
vestibular dan vertigo yang signifikan dimana latihan adaptasi vestibular untuk
mencegah jatuh telah terbukti sangat efektif. Namun, pengobatan ini hanya
berhasil untuk pasien stabil dan dengan kehilangan vestibular yang tidak
berfluktuasi.2,6
2.6.2 Penatalaksanaan Interventional
Penatalaksanaan intervensional meliputi pembedahan (destruktif dan non-
destruktif) serta terapi tekanan denyut. Manajemen operasi hanya dilakukan pada
pasein dengan penyakit Meniere yang refrakter terhadap terapi medis dan
bergantung dari tingkat keparahan penyakit.9 The American Academy of
Otolaryngology-Head and Neck Foundation (AAO-HNS) telah menetapkan
kriteria disabilitas penyakit Meniere yaitu:6
a. Ringan: intermiten atau terus-menerus pusing yang menghalangi aktivitas
kerja di lingkungan berisiko.
b. Sedang: pusing intermiten atau terus-menerus yang menghasilkan
pekerjaan menetap.
c. Berat: gejala sangat parah hingga mengecualikan pekerjaan.
Perfusi Gentamisin Transtimpanik
Pengobatan yang bersifat destruktif dapat digunakan pada pasien dengan
vertigo berat seperti contohnya aminoglikosida intratimpanik yang telah
digunakan pada penyakit Meniere unilateral selama lebih dari 30 tahun yang lalu.
Pilihan obat jenis ini seperti gentamisin akan menyebabkan kerusakan langsung
untuk pada epitel sensorineural dan sel-sel gelap labirin yang berpengaruh pada
fungsi vestibular dan koklear. Penggunaan gentamisin dosis tunggal rendah
termasuk prosedur yang aman dan sederhana yang efektif dalam pengendalian
episode vertigo definitif pada pasien penyakit Meniere unilateral. Para peneliti
menyimpulkan metode ini efektif dan aman untuk mengobati serangan pusing
berputar pada pasien dengan penyakit Meniere. Risiko utama pengobatan
gentamisin intratimpanik untuk vertigo adalah hilangnya pendengaran
sensorineural dan disekuilibrium terkait, yang merupakan keluhan umum setelah
terapi ini.10
16
Gambar 9. Perfusi Gentamisin Transtimpanik.10
Banyak penelitian menunjukkan bahwa ablasi lengkap tidak diperlukan
untuk mengendalikan vertigo dimana hanya dengan ablasi parsial dapat
mengurangi risiko gangguan pendengaran 20-21%. Terapi gentamisin
transtimpanik menyediakan saranaa rawat invasif minimal dengan morbiditas dan
efek samping yang rendah serta biaya yang terjangkau. Namun pasien perlu
diberikan konseling tentang risiko yang besar dari gangguan pendengaran
sensorineural dan ketidakseimbangan yang mungkin timbul setelah terapi
gentamisin. Dimana terapi gentamisin transtimpanik merupakan metode ablasi
sistem vestibular secara kimiawi sehingga tetap termasuk prosedur yang destruktif
(Gambar 9).11
Operasi Kantung Endolimpatik
Operasi kantung endolimpatik untuk penyakit Meniere pertama kali
diusulkan oleh Portmann delapan puluh tahun yang lalu dengan perbaikan
substansial pada pendengaran dan serangan vertigo. Operasi perbaikan kantung
endolimpatik mastoid telah terbukti aman dan efektif untuk mengatasi vertigo
dimana dilaporkan sebesar 75% pasien berhasil sembuh total dari vertigo dan 90%
mengalami perbaikan setelah menjalani operasi penambahan kantung. Fitur teknis
utama dari operasi kantung endolimpatik yakni dekompresi luas sinus sigmoid,
lokalisasi kantung endolimfatik, dan penyisipan custom-made Silastic sheeting
dengan Silastic spacers pada kantung dan daerah perisaccular (Gambar 10).
Risiko kehilangan pendengaran sensorineural setelah dekompresi kantung
endolimpatik kurang dari 2%.2
17
Operasi kantung endolimfatik adalah pendekatan konservatif non-
destruktif yang melibatkan dekompresi kantung endolimpatik dan drainase
endolymph sekaligus mempertahankan neuroepithelium vestibular dan keutuhan
persarafan. Tindakan ini berefek langsung pada patofisiologi dari telinga bagian
dalam dengan mengembalikan tekanan endolimfatik normal dan memperbaiki
disfungsi koklea dan vestibular. Indikasi paling umum dari operasi kantung
endolimfatik adalah vertigo keras pada pasien dengan penyakit klasik Ménière
(keluhan vestibular, koklea, dan kepenuhan aural).9
Gambar 10. Dekompresi Kantung Endolimfatik.9
Pembedahan Saraf Vestibular
Pembedahan pada saraf kranial VIII (vestibulokoklear) menunjukkan
fluktuasi yang signifikan dan ketertarikan pada pembedahan saraf vestibular
selama abad ke-20. Pada tahun 1985, Silverstein et al. memodifikasi teknik
pembedahan dengan menambahkan pendekatan retro sigmoid atau kanal internal
auditorik. Modifikasi ini terbukti efektif terhadap paparan belahan
vestibulokoklear dan memberikan akses ke sudut cerebelopontin sehingga teknik
ini menggantikan metode retro labirintin.2 Metode kombinasi pembedahan saraf
vestibular dengan teknik retro sigmoid dan retro labirin memberikan kesembuhan
vertigo total pada 85% pasien dan 7% lainnya mengalami perbaikan substansial.
Pemeliharaan pendengaran tetap baik dimana hanya 20% pasien menunjukkan
sedikit perubahan tingkat pendengaran dibandingkan saat sebelum operasi dan
hanya 4% yang mengalami kehilangan pendengaran.2 Teknik destruktif ini
merupakan baku emas untuk prosedur neurotomi vestibular. Perawatan medis
yang efektif dan kontrol diet, dikombinasikan dengan penggunaan intermiten
18
steroid oral dan perfusi steroid telinga tengah atau penggunaan gentamisin telah
secara substansial mengurangi jumlah pasien dengan vertigo berat yang
membutuhkan neurotomi vestibular. Tujuan dari prosedur ini adalah eliminasi
vertigo dan menjaga fungsi pendengaran yang dilakukan dengan memotong secara
selektif sebagian dari saraf vestibular (N.VIII), menjaga bagian koklea utuh,
sehingga mencegah rangsangan aferen vestibular mencapai otak.9
Labyrinthectomy
Labyrinthectomy melibatkan bedah destruktif eksenterasi dari
neuroepithelium labirin dalam upaya untuk menghilangkan vertigo dan
memungkinkan proses kompensasi sentral. Gangguan pendengaran sangat
melekat dalam prosedur ini sehingga hanya diindikasikan pada pasien dengan
gangguan pendengaran yang berat, pengenalan kata yang sangat sulit, dan vertigo
keras. Karena bersifat sangat destruktif, labyrinthectomy hanya dilakukan pada
kasus unilateral. Pusat kompensasi setelah labyrinthectomy adalah pemulihan
keseimbangan pasca operasi.9
Terapi Tekanan Denyut
Merupakan metode non-invasif dan non-destruktif yang cukup baru untuk
pengobatan vertigo berat pada pasien dengan penyakit Meniere yang dilakukan
dengan memberikan tekanan positif melalui generator pulsa ke dalam kanal
telinga. Perangkat untuk prosedur ini disebut Meniett (Medtronic Inc,
Jacksonville, FL, USA; Gambar 11). Beberapa penelitian mencatat penurunan
signifikan pada frekuensi dan intesitas vertigo, tinitus, dan aural pada pasien yang
menggunakan perangkat Meniett. Namun untuk penggunaan perangkat Meniett
jangka panjang dikatakan memiliki efikasi yang buruk.2,4
Gambar 11. Perangkat Meniett.2
19
2.7 Komplikasi
1. Vestibular schwannoma.5
2. Multiple sclerosis.5
3. Transient Ishemick Attacks (TIA).5
2.8 Prognosis
Sindrom Meniere tidak dapat diprediksi; gejala bisa memburuk,
menghilang sama sekali atau pada saat yang bersamaan.1
20
BAB III
SIMPULAN
Sindrom Menier adalah suatu kelainan labirin yang etiologinya belum
diketahui, dan mempunyai trias gejala yang khas, yaitu berkurangnya
pendengaran secara progresif, tinitus, dan serangan vertigo. Terapi dianjurkan
untuk menangani gejala segera dan mencegah rekurensi seperti terapi vestibular,
terapi tinitus, manajemen stres, terapi penurunan pendengaran, serta obat-obatan
untuk mengantisipasi mula dan gejala lain dari vertigo. Secara umum,
penatalaksanaan penyakit Meniere dibagi menjadi terapi non-intervensional dan
invensional. Terapi non-intervensional meliputi perubahan gaya hidup,
menghindari faktor pencetus, terapi farmakologis, dan rehabilitasi. Terapi
farmakologis meliputi pengobatan vertigo, pemberian obat diuretik, injeksi steroid
transtimpanik, dan injeksi perfusi gentamisin transtimpanik. Sedangkan terapi
intervensional meliputi terapi pembedahan dekompresi kantung endolimfatik,
pemotongan saraf vestibular, labirinektomi, dan terapi tekanan denyut yang
direkomendasikan bila pengobatan medikamentosa tidak dapat menanggulangi
vertigo.
21
DAFTAR PUSTAKA
1. Ghossaini S. N. dan J. J. Wazen. An Update on the Surgical Treatment of
Ménière’s Diseases. J Am Acad Audiol 2006; 17:38–44.
2. Gates G. A. Ménière’s Disease Review 2005. J Am Acad Audiol 2006; 17:16–
26.
3. Coelho D. H. dan A. K. Lalwani. Medical Management Of Meniere’s Disease.
The Laryngoscope 2008; Hlm. 1099-1108.
4. Wittner S. Diagnosis and treatment of Meniere’s disease. JAAPA 2006;
19(5):34-39.
5. Dinces E. A., S. D. Rauch, D. G. Deschler, dan P. Eamranond. Meniere’s
Disease. UpTodate 2010; Hlm.1-22.
6. Kotimäki J. Meniere's Disease In Finland: An Epidemiological and Clinical
Study on Occurrence, Clinical Picture and Policy. Oulu: Department Of
Otorhinolaryngology. 2003. Hlm. 34-46.
7. Pullens B. dan P. P. van Benthem. Intratympanic gentamicin for Ménière’s
disease or syndrome. The Cochrane Collaboration 2011. Hlm. 1-23.
8. Sajjadi H. dan M. M. Paparella. Meniere’s disease. Lancet 2008; 372:406-414.
9. Ngoerah, I Gst. Ng. Gd. Dasar – dasar Ilmu Penyakit Saraf . Surabaya:
Universitas Airlangga. 1991. Hlm. 205-210.
10. Budi Riyanto Wreksoatnodjo. Vertigo: Aspek Neurologi. Cermin Dunia
Kedokteran 2004; (14):41-46.
11. Delgado L. P., J. F. Rodrigo, P. A. Peña. Intratympanic Gentamicin In
Ménière’s Disease: Our Experience. The Journal Of Laryngology & Otology
2011; 125:363-369.