Refisi 2. Laporan Kerja Praktek " Salmonella sp vs Udang Vennamei "

39
1 I PENDAHULUAN Kebutuhan masyarakat dunia terhadap protein hewani ikan terus meningkat seiring dengan peningkatan populasi penduduk dunia. Sejak tahun 1990-an, tren produksi perikanan tangkap mengalami stagnasi dan cenderung menurun akibat kerusakan lingkungan laut dan upaya penangkapan ikan ilegal dengan menggunakan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan. Oleh karena itu sektor budidaya diharapkan dapat menjadi solusi dalam pemenuhan konsumsi ikan dunia (Yustianti, 2013). Mahbubillah (2011) dalam Kharisma (2012) mengatakan bahwa permintaan udang vaname sangat besar baik pasar nasional maupun internasional, karena memiliki keunggulan nilai gizi yang sangat tinggi serta memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi menyebabkan pesatnya budidaya udang vaname. Amri dan Kanna (2008) dalam Yustianti (2013) mengatakan bahwa udang vannamei (Litopenaeus vannamei) merupakan salah satu komoditas perikanan ekonomis penting dikarenakan secara umum peluang usaha budidaya udang vannamei tidak berbeda jauh dengan peluang usaha udang jenis lainnya. Sebab pada dasarnya udang merupakan komoditi ekspor andalan pemerintah dalam meningkatkan devisa negara. Udang Litopenaeus vannamei berasal dari perairan Amerika dan mulai masuk ke Indonesia pada tahun 2001.

Transcript of Refisi 2. Laporan Kerja Praktek " Salmonella sp vs Udang Vennamei "

Page 1: Refisi 2. Laporan Kerja Praktek " Salmonella sp vs Udang Vennamei "

1

I PENDAHULUAN

Kebutuhan masyarakat dunia terhadap protein hewani ikan terus

meningkat seiring dengan peningkatan populasi penduduk dunia. Sejak tahun

1990-an, tren produksi perikanan tangkap mengalami stagnasi dan cenderung

menurun akibat kerusakan lingkungan laut dan upaya penangkapan ikan ilegal

dengan menggunakan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan. Oleh karena itu

sektor budidaya diharapkan dapat menjadi solusi dalam pemenuhan konsumsi

ikan dunia (Yustianti, 2013).

Mahbubillah (2011) dalam Kharisma (2012) mengatakan bahwa

permintaan udang vaname sangat besar baik pasar nasional maupun internasional,

karena memiliki keunggulan nilai gizi yang sangat tinggi serta memiliki nilai

ekonomis yang cukup tinggi menyebabkan pesatnya budidaya udang vaname.

Amri dan Kanna (2008) dalam Yustianti (2013) mengatakan bahwa udang

vannamei (Litopenaeus vannamei) merupakan salah satu komoditas perikanan

ekonomis penting dikarenakan secara umum peluang usaha budidaya udang

vannamei tidak berbeda jauh dengan peluang usaha udang jenis lainnya. Sebab

pada dasarnya udang merupakan komoditi ekspor andalan pemerintah dalam

meningkatkan devisa negara.

Udang Litopenaeus vannamei berasal dari perairan Amerika dan mulai

masuk ke Indonesia pada tahun 2001. Sampai saat ini komoditas udang vannamei

sudah menyebar ke seluruh wilayah Indonesia dan telah berhasil dikembangkan

oleh para pembudidaya udang vaname. Hal di atas didukung oleh regulasi dan

program kerja pemerintah terkait dengan didirikannya hatchery (balai benih)

udang diberbagai daerah untuk memenuhi permintaan pasar. Dengan adanya

hatchery (balai benih) udang dapat membantu kebutuhan para petani tambak

karena ketersediaan benur dari alam sangat terbatas (Yustianti, 2013).

Zonneveld et al. (1991) dalam Kharisma (2012) mengatakan bahwa hal

kemungkinan serangan penyakit pada udang vannamei sangat besar. Penyakit

yang ditimbulkan oleh bakteri, virus, dan jamur dapat terjadi apabila terjadi

ketidakseimbangan antara Host, Pathogen Agent, dan Environment. Yang

membahayakan dan akan menimbulkan penyakit.

Page 2: Refisi 2. Laporan Kerja Praktek " Salmonella sp vs Udang Vennamei "

2

Prawesthirini (1990) dalam Narumi (2009) mengatakan bahwa

Salmonellosis merupakan salah satu penyakit yang dapat dipindahkan melalui

makanan, terutama makanan yang mengalami kesalahan dalam penanganan.

Keadaan ini akan memberikan kesempatan pada mikroorganisme penyebab untuk

tumbuh dan berpindah ke manusia pada waktu memakannya. Pada tahun terakhir

ini, peranan bakteri Salmonella sp sebagai agen penyebab Food Borne Disease

menjadi perhatian dunia, karena peningkatan kejadian Salmonellosis baik pada

hewan maupun manusia. Hal ini sesuai dengan WHO (1976) dalam Hasutji Endah

Narumi (2009) yang mengemukakan bahwa di beberapa Negara, ikan dan air

merupakan sarana penyebaran bakteri Salmonella sp.

Udang vannamei di pasaran maupun di tambak tidak menutup

kemungkinan tercemar oleh bakteri, diantaranya bakteri Salmonella sp yang akan

membahayakan kesehatan manusia yang akan menyebabkan penyakit

Salmonellosis melalui udang vaname yang dikonsumsi, bakteri Salmonella sp ini

akan tumbuh dan menyebar akibat kontaminasi dari lingkungan baik pada saat

proses pembudidayaan maupun pendistribusian, hal ini juga akan menurunkan

kualitas atau mutu dari udang tersebut, sehingga akan mengurangi nilai jual dan

membahayakan kesehatan konsumen.

1.2 Tujuan

1. Mengetahui teknik identifikasi bakteri Salmonella sp pada udang vannamei

(Litopenaeus vannamei).

2. Mengetahui tata tertib dan peraturan kerja di Laboratorium Pembinaan dan

Pengujian Mutu Hasil Perikanan, Dinas Kelautan Perikanan Provinsi

Sumatera Selatan.

1.3 Manfaat

1. Dapat melakukan teknik identifikasi bakteri Salmonella sp pada udang

vannamei (Litopenaeus vannamei).

2. Mendapatkan pengalaman kerja praktek di Laboratorium Pembinaan dan

Pengujian Mutu Hasil Perikanan, Dinas Kelautan Perikanan Provinsi

Sumatera Selatan.

Page 3: Refisi 2. Laporan Kerja Praktek " Salmonella sp vs Udang Vennamei "

3

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei)

Rushwahono (2011) dalam Rekasana (2013) mengatakan bahwa udang

vannamei (Litopenaeus vannamei) merupakan komoditas baru dengan kualitas

ekspor yang sangat menjanjikan. Udang vannamei memiliki keunggulan yaitu

pertumbuhan yang cepat, dapat dibudidayakan dengan kepadatan tinggi mencapai

92-100 ekor/m2. Udang vannamei memiliki ketahanan tubuh yang kuat, dengan

rentang salinitas yang sangat luas yaitu antara 15-30 ppt, sehingga masyarakat di

daerah pesisir tertarik untuk membudidayakan udang vaname.

Gambar 1. Morfologi udang vannamei(Sumber :

Tanda-tanda anatomi udang vannamei yang penting, antara lain. :

1. Pada rostrum ada 2 gigi disisi ventral, dan 9 gigi disisi atas (dorsal).

2. Pada badan tidak ada rambut-rambut halus (setae)

3. Pada jantan Petasma tumbuh dari ruas coxae kaki renang pertama yaitu

protopodit yang menjulur kearah depan. Panjang petasma kira-kira 12 mm.

Lubang pengeluaran sperma ada dua, kiri dan kanan terletak pada dasar coxae

dari pereopoda (kaki jalan) kelima.

4. Pada betina thelycum terbuka berupa cekungan yang ditepinya banyak

ditumbuhi oleh bulu-bulu halus, terletak dibagian ventral dada/thorax, antara

ruas coxae kaki jalan ketiga dan keempat yang juga disebut “Fertilization

chamber”. Lubang pengeluaran telur terletak pada coxae kaki jalan ketiga.

Page 4: Refisi 2. Laporan Kerja Praktek " Salmonella sp vs Udang Vennamei "

4

Coxae ialah ruas pertama dari kaki jalan dan kaki renang (Pusat Penyuluhan

Kementrian Kelautan Perikanan, 2011).

Daerah penyebaran udang vannamei meliputi Pantai Pasifik, Meksiko,

Laut Tengah dan Selatan Amerika. Sebuah wilayah dimana suhu air secara umum

berkisar di atas 20°C sepanjang tahun. Di daerah tersebut merupakan tempat yang

banyak dijumpai populasi udang vannamei. Karena spesies ini relatif mudah

untuk berkembang biak dan dibudidayakan, maka udang vannamei menjadi salah

satu spesies andalan dalam budidaya udang di beberapa negara dunia (Eko

Sutrisno et al., 2010).

Gambar 2. Litopenaeus vannamei(Sumber :

Klasifikasi udang vennamei,

Kingdom : Animalia

Phylum : Arthropoda

Class : Malacostraca

Ordo : Decapoda

Family : Penaidae

Class : Litopenaeus

Species : Litopenaeus vennamei (Boone, 1931)

(Sumber : http://www.itis.gov/servlet/SingleRpt/SingleRpt?search_topic=TSN&se arch_value=551682).

Litopenaeus vannamei dilihat dari siklus hidupnya digolongkan dalam

spesies katadromus. Udang dewasa memijah di laut lepas, sedangkan udang muda

(juvenile) bermigrasi ke daerah pantai. Di alam, udang dewasa kawin dan

Page 5: Refisi 2. Laporan Kerja Praktek " Salmonella sp vs Udang Vennamei "

5

memijah pada kolom perairan lepas pantai (kedalaman kurang lebih 70 m) bagian

Selatan, Tengah dan Utara Amerika dengan suhu 26°C – 28°C dan salinitas + 35

ppt. Setelah telur-telur menetas, larva hidup di laut lepas mejadi bagian dari

zooplankton. Saat stadium post larva mereka bergerak ke daerah dekat pantai dan

perlahan-lahan turun ke dasar di daerah estuari dangkal. Perairan dangkal ini

memiliki kandungan nutrient, salinitas dan suhu yang sangat bervariatif

dibandingkan dengan laut lepas. Setelah beberapa bulan hidup di daerah estuari,

udang dewasa kembali ke lingkungan laut dalam dimana kematangan sel

kelamin , perkawinan dan pemijahan terjadi (Eko Sutrisno et al., 2010).

Kebutuhan masyarakat dunia terhadap protein hewani ikan terus

meningkat seiring dengan peningkatan populasi penduduk dunia. Sejak tahun

1990-an, tren produksi perikanan tangkap mengalami stagnasi dan cenderung

menurun akibat kerusakan lingkungan laut dan upaya penangkapan ikan ilegal

dengan menggunakan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan. Oleh karena itu

sektor budidaya diharapkan dapat menjadi solusi dalam pemenuhan konsumsi

ikan dunia (Yustianti, 2013).

Udang penaeid digolongkan kedalam hewan pemakan segala macam

bangkai (omnivorous scavenger) atau pemakan detritus. Dari hasil penelitian

terhadap usus udang menunjukkan bahwa udang penaeid di alam adalah karnivora

yang memakan krustacea kecil, amphipoda dan polychaeta. Secara alami udang

vannamei merupakan hewan nocturnal yang aktif pada malam hari untuk mencari

makan, sedangkan pada siang hari sebagian dari mereka bersembunyi di dalam

substrat atau lumpur. Namun di tambak budidaya dapat dilakukan feeding dengan

frekuensi yang lebih banyak untuk memacu pertumbuhannya (Eko Sutrisno et al.,

2010).

2.2 Bakteri Salmonella sp

Udang yang terdapat di pasaran sebagian besar terdiri dari udang laut yang

salah satu diantaranya adalah udang vannamei. Tambak dan lingkungannya

dimana udang dipelihara saat ini tidak menutup kemungkinan merupakan sarana

pencemaran Salmonella sp, air dimana udang hidup didalamnya merupakan

sebagai salah satu faktor pencemaran (Hasutji Endah Narumi et al., 2009).

Page 6: Refisi 2. Laporan Kerja Praktek " Salmonella sp vs Udang Vennamei "

6

D’aoust (2001) dalam Isyana (2012) mengatakan bahwa Salmonella sp

adalah bakteri pendek (1-2 µm), Gram negatif, batang yang tidak membentuk

spora, biasanya motil dengan flagella peritrisous. Salmonella adalah anaerob

fakultatif yang secara biokimia dikarakterisasi dengan kemampuannya

memfermentasi glukosa yang memproduksi asam dan gas, dan

ketidakmampuannya menyerang laktosa dan sukrosa. Temperatur pertumbuhan

optimumnya 38°C.

Forsythe and Hayes (1998) mengatakan bahwa Salmonella sp dapat

tumbuh pada aktivitas air yang rendah (aw ≤ 0,93) yang responnya tergantung

strain dan jenis pangan. Salmonella aktif bertumbuh pada kisaran pH 3,6 – 9,5

dan optimal pada nilai pH mendekati normal. Taksonomi dari Salmonella sp.

adalah sebagai berikut:

Gambar 3. Salmonella sp(Sumber :

Kingdom : Bacteria

Phylum : Proteobacteria

Class : Camma Proteobacteria

Ordo : Enterobacteriales

Family : Enterobacteriaceae

Genus : Salmonella

Spesies : Salmonella sp

Menurut Lotz (1997) dalam Sutrisno et al. (2010) mengatakan bahwa

Biosekuriti adalah “sets of practices that will reduce the probability of pathogen

Page 7: Refisi 2. Laporan Kerja Praktek " Salmonella sp vs Udang Vennamei "

7

introduction and its subsequent spread from one place to another”. Pada

prinsipnya adalah tindakan yang dapat menurunkan kemungkinan masuk dan

menyebarnya penyakit dari suatu tempat ke tempat lain. Secara harfiah,

biosekuriti dapat diartikan upaya-upaya menjaga agar kehidupan ikan/udang yang

dipelihara aman, bahkan tidak saja aman tetapi juga terjamin (secure). Hal ini erat

kaitannya dengan biosafety yaitu kondisi kehidupan yang sehat dan nyaman (safe)

bagi ikan/udang serta aman bagi konsumen/masyarakat.

Sorrels et al. (1970) dalam Isyana (2012) mengatakan bahwa Salmonella

sp bisa terdapat pada bahan pangan mentah, dan akan bereproduksi bila proses

pamasakan tidak sempurna. Sakit yang diakibatkan oleh bakteri Salmonella

dinamakan salmonellosis. Salmonella sp adalah penyebab utama dari penyakit

yang disebarkan melalui makanan (foodborne diseases). Pada umumnya,

Salmonella sp menyebabkan penyakit pada organ pencernaan. Orang yang

mengalami salmonellosis dapat menunjukkan beberapa gejala seperti diare, keram

perut, dan demam dalam waktu 8-72 jam setelah memakan makanan yang

terkontaminasi oleh bakteri Salmonella sp. Gejala lainnya adalah demam, sakit

kepala, mual dan muntah-muntah.

POM RI (2009) dalam Isyana (2012) mengatakan bahwa cara penularan

yang utama adalah dengan menelan bakteri dalam pangan yang berasal dari

pangan hewani yang terinfeksi. Pangan juga dapat terkontaminasi oleh ligkungan

melalui akibat tingkat kebersihan yang buruk. Penularan dari satu orang ke orang

lain juga dapat terjadi selama infeksi. Gejala keracunan terjadi pada kebanyakan

orang yang terinfeksi Salmonella sp, cirri-cirinya seperti diare, kram perut, dan

demam yang timbul 8-72 jam setelah mengkonsumsi pangan yang tercemar.

Gejala lainnya adalah menggigil, sakit kepala, mual, dan muntah. Gejala dapat

berlangsung selama lebih dari 7 hari. Banyak orang dapat pulih tanpa pengobatan,

tetapi infeksi Salmonella ini juga dapat membahayakan jiwa terutama pada anak-

anak, orang lanjut usia, serta orang yang mengalami gangguan sistem kekebalan

tubuh. Penanganan untuk pertolongan pertama dapat diberikan cairan untuk

menggantikan cairan tubuh yang hilang. Lalu segera bawa korban ke puskesmas

atau rumah sakit terdekat.

Page 8: Refisi 2. Laporan Kerja Praktek " Salmonella sp vs Udang Vennamei "

8

III METODOLOGI

3.1 Waktu dan tempat

Kegiatan Kerja Praktek yang berjudul Teknik Identifikasi Bakteri

Salmonella sp Produk Hasil Perikanan Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei)

dan Air Pengolahannya ini dilaksanakan pada tanggal 1 Juli s/d 1 Agustus 2013

di Laboratorium Pembinaan dan Pengujian Mutu Hasil Perikanan Dinas Kelautan

Perikanan Sumatera Selatan. Jl. Sudirman Km. 6, Lorong Taman Sari II,

Palembang, Sumatera Selatan.

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

No. Nama Alat Fungsi

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

Autoclave

Buku Catatan

Bunsen

Cool Box

Erlenmeyer (250ml

500ml dan 1000ml)

Finnpipette

Gelas Beker

Gunting

Hot Plate

Incubator Basah

(Waterbath)

Untuk sterilisasi alat (kecuali petridisk), media

Lactose Broth, Tryptose Broth, dan MRVP

Broth pada suhu 121ºC selama 15 menit

dalam 1 atm

Untuk mencatat proses atau mekanisme Kerja

Praktek yang dilakukan

Sebagai pemanas dan penyeteril alat jarum

ose lingkar

Tempat penyimpanan sampel udang dan air

sementara

Tempat media agar atau pencampuran media

agar

Untuk mengambil media agar dengan volume

tertentu

Tempat media agar atau pencampuran media

Untuk memotong sampel

Sebagai pemanas media agar (homogenisasi)

Untuk inkubasi bakteri Salmonella sp yang

telah dicampur dengan media agar pada suhu

Page 9: Refisi 2. Laporan Kerja Praktek " Salmonella sp vs Udang Vennamei "

9

11.

12.

13.

14.

15.

16.

17.

18.

19.

20.

21.

22.

23.

24.

25.

26.

Incubator Kering

Jas Lab dan Sarung

Tangan

Oven

Ruang Inokulasi Steril

Jarum ose lingkar

Labu Ukur (100ml)

Pena

Penjepit

Petridisk

Pipet Serologis

Stomatcher

Spatula

Tabung Durham

Tabung Reaksi (16mm

x 150mm dan 13 mm

x 100mm)

Timbangan Analitik

dengan ketelitian

0,0001gr

Vortex Mixer

43ºC ± 0,5ºC selama 24 jam

Untuk inkubasi bakteri Salmonella sp yang

telah dicampur dengan media agar pada suhu

43ºC ± 0,5ºC selama 24 jam

Untuk keamanan agar analis dan sampel terhin-

dar dari kontaminasi

Untuk sterilisasi alat petridisk

Ruang steril tempat penanaman bakteri pada

media

Untuk memindahkan bakteri ke media agar

Untuk mengukur volume media agar yang

diperlukan

Sebagai alat tulis

Untuk memperkuat posisi tabung reaksi dan

sampel saat pemotongan sampel

Tempat penanaman bakteri pada media agar

Untuk pengambilan sampel cair dan media cair

Untuk penghancuran sampel dan homogenisasi

sampel, bakteri dan media agar

Sebagai alat pengaduk

Sebagai kontrol untuk melihat aktivitas respirasi

anaerob pada tabung reaksi

Tempat pencampuran media agar, bakteri, dan

sampel

Untuk menimbang sampel dan media agar yang

diperlukan

Untuk homogenisasi media agar

3.2.2 Bahan

Page 10: Refisi 2. Laporan Kerja Praktek " Salmonella sp vs Udang Vennamei "

10

No

.

Nama Bahan Fungsi

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

Aquadesh

Bismuth Sulfite Agar (BSA)

Hektoen Enteric (HE)

Lactose Broth (LB)

Lysin Iron Agar (LIA)

MRVP Broth (RV)

Tetrathionate Broth (TTB)

Triple Sugar Iron Agar

(TSIA)

Xylose Lysine Deoxycholate

Agar (XLD)

Sebagai pelarut

Media selektif agar

Media selektif agar

Media pengkayaan bakteri

Media uji pendugaan bakteri

Salmonella sp

Media pengkayaan bakteri

Media pengkayaan bakteri

Media uji pendugaan bakteri

Salmonella sp

Media selektif agar

3.3 Metode Kerja

3.3.1 Sterilisasi Alat

1. Tabung Reaksi (16mm x 150mm dan 13 mm x 100mm), Spatula, Gelas

Beker, Labu Ukur (100ml), Erlenmeyer (250ml dan 150ml), Tabung

Durham dan Jarum Ose Lingkar (di sterilisasi autoclave 121ºC ± 15 menit,

dalam 1 atm).

2. Petridisk (di sterilisasi oven 170ºC - 180ºC ± 2 jam)

3.3.2 Persiapan Sampel Air dan Udang Vannamei

1. Sampel air dengan kode (L1) dari perusahaan tambak udang vannamei

dengan kode perusahaan “L” yang telah tersedia di dalam botol sampel

yang membeku pada cool box di cairkan pada suhu ruangan.

2. Lalu sampel air di rasakan dan dicium baunya, lalu dilihat chlor,

kenampakan, pH, sedimen, dan warna.

3. Sampel udang vannamei dengan kode L3 dari perusahan tambak udang

Page 11: Refisi 2. Laporan Kerja Praktek " Salmonella sp vs Udang Vennamei "

11

vannamei dengan kode perusahaan “L” diambil dagingnya secara acak lalu

di timbang 25gr dengan timbangan analitik.

3.3.3 Persiapan Media Lactose Broth (LB)

1. Perhitungan media LB

LB = 1 (Air) x 90ml + 1 (Udang) x 225 ml

= 315 ml

= 315/1000 (yang diperlukan) x 13 gr/L (LB tersedia)

= 4,1 gr/315 ml aquades

2. Larutkan LB 4,095 gr didalam 315 ml aquades pada erlenmeyer 500ml

3. Homogenisasi larutan dengan cara di panaskan menggunakan Hot Plate

4. Autoclave larutan LB selama 15 menit pada suhu 121ºC dalam 1 atm

3.3.4 Pengayaan Bakteri Pada Media Lactose Broth (LB)

1. Masukkan sampel air 10 ml ke dalam plastik, lalu tambahkan 90 ml

larutan Lactose Broth (LB). Demikian juga dengan sampel udang,

masukkan sampel udang 25gr ke dalam plastik yang berbeda, lalu

tambahkan 225 ml larutan Lactose Broth (LB) .

2. Homogenisasi keduanya pada stomatcher selama ± 3 menit

3. Inkubasi kedua sampel pada inkubator kering selama ±24 jam dengan

suhu 43ºC.

3.3.5 Persiapan Media MRVP Broth (RV) dan Tryptose Broth (TTB)

1. Perhitungan media RV :

RV = 10 ml (yang diperlukan) x 2 sampel /1000 x 41,8 gr/L (RV tersedia)

= 0,84 gr / 20 ml aquades

2. Perhitungan media TTB :

TTB = 10 ml (yang diperlukan) x 2 sampel /1000 x 77 gr/L (TTB tersedia)

= 1,54 gr / 20 ml aquades

3. Larutkan RV 0,84 gr ke dalam 20 ml aquades dengan gelas erlenmeyer

250 ml. Demikian juga dengan TTB, larutkan TTB 1,54 gr ke dalam 20 ml

aquades.

Page 12: Refisi 2. Laporan Kerja Praktek " Salmonella sp vs Udang Vennamei "

12

4. Lalu kedua larutan RV dan TTB masing-masing di pindahkan ke tabung

reaksi sebanyak 9 ml /1 tabung untuk 2 sampel, dengan finnpippette dan

ditutup rapat.

5. Beri label pada masing-masing tabung reaksi

6. Larutan RV dan TTB tersebut di homogenisasi dengan Vortex Mixer

selama beberapa detik.

3.3.6 Pengayaan Bakteri Pada Media MRVP Broth (RV) dan Tryptose (TTB)

1. Hasil pengayaan bakteri pada media LB di dalam inkubator di aduk dengan

hati-hati menggunakan spatula, lalu di campurkan masing-masing ke dalam

media RV dan TTB yang ada di dalam tabung reaksi yang telah disediakan

sebanyak 1 ml dengan finnpippette.

2. Beri label pada masing-masing tabung reaksi : RL1, TL1, RL3, TL3.

3. Inkubasi kembali ke Waterbath Incubator (Inkubasi basah) selama ± 24

jam, dengan suhu 43ºC.

3.3.7 Persiapan Media Selektif Hektoen Enteric (HE), Bismuth Sulfite Agar

(BSA), dan Xylose Lysine Deoxycholate Agar (XLD)

1. Perhitungan media HE :

HE = 9 ml (yang diperlukan) x 4 (untuk RL1, TL1,

RL3, TL3) / 1000 x 75 gr/L (HE tersedia)

= 2,7 gr / 36 ml aquades

2. Perhitungan media BSA

BSA = 9 ml (yang diperlukan) x 4 (untuk RL1, TL1, RL3, TL3) / 1000 x

47,5 gr/L (BSA tersedia)

= 1,71 gr / 36 ml aquades

3. Perhitungan media XLD

XLD = 9 ml (yang diperlukan) x 4 (untuk RL1, TL1, RL3, TL3) / 1000 x

55 gr/L (XLD tersedia)

= 1,98 gr / 36 ml aquades

4. Larutkan HE 2,7 gr kedalam 36 ml aquades, larutkan BSA 1,71 gr kedalam

36 ml aquades, dan larutkan juga XLD 1,98 gr kedalam 36 ml aquades.

Page 13: Refisi 2. Laporan Kerja Praktek " Salmonella sp vs Udang Vennamei "

13

5. Lalu masing-masing larutan tersebut di homogenisasi dengan Hot Plate,

dan masing-masing media dimasukkan sebanyak 9 ml ke setiap petridish

yang berjumlah 12 dan sebelumnya telah di oven (sterilisasi) selama 2 jam

dengan suhu 170ºC - 180ºC, dinginkan hingga mengental berwujud seperti

agar.

3.3.8 Uji Pada Media Selektif Agar HE, BSA, dan XLD

1. Media TTB dan RV yang telah diberi label RL1, TL1, RL3, dan TL3

pada tabung reaksi yang telah di inkubasi pada Waterbath Incubator

tadi, kemudian setiap tabung reaksi yang telah diberi label di ambil

sampel didalamnya dengan menggunakan Jarum Ose Lingkar.

2. Lalu masing-masing setiap tabung di pindahkan ke media HE, BSA,

dan XLD dengan metode penggoresan :

Gambar 4. Formasi goresan untuk metode penggoresan

3. Lalu ke 12 petridish diberi label sesuai dengan medianya :

HRL1, BRL1, XRL1, HTL1, BTL1, XTL1, HRL3, BRL3, XRL3,

HTL3, BTL3, XTL3.

4. Di inkubasi pada Inkubator kering selama ± 24 jam dengan suhu 42ºC.

5. Setelah itu dapat ditentukan petridish dengan media dan sampel apa

yang positif diduga terdapat bakteri Salmonella sp. Dengan cara melihat

warna yang di timbulkan masing-masing pada petridish.

6. Pada media HE, koloni akan berwarna hijau kebiruan dengan atau tanpa

titik hitam dan H2S.

Page 14: Refisi 2. Laporan Kerja Praktek " Salmonella sp vs Udang Vennamei "

14

7. Pada media XLD, koloni akan berwarna pink dengan atau tanpa titik

hitam dan H2S, atau terlihat hampir seluruh koloni berwarna hitam.

8. Pada media BSA, koloni akan berwarna keabu-abuan atau kehitaman,

kadang-kadang metalik, media sekitar koloni berwarna hitam dengan

makin lamanya waktu inkubasi.

3.3.9 Uji Pendugaan Bakteri Salmonella sp Dari Hasil Positif Pada

Media HE, BSA, dan XLD Dengan Menggunakan Media Triple Sugar

Iron (TSIA) dan Lysin Iron Agar (LIA)

1. Didapatkan Media Selektif yang positif sebanyak 6 yaitu HRL1, HTL1,

XRL1, BRL1, BRL3, BTL3

2. Siapkan media TSIA dan LIA dengan perhitungan sbb :

TSIA = (9 ml (yang diperlukan) / 1000 ml x 6 (Jumlah Sampel pada media

selektif yang positif) ) x 61,6 gr/L (TSIA tersedia)

= 3,3 gr / 45 ml aquades

LIA = (9 ml (yang diperlukan) / 1000 ml x 6 (Jumlah Sampel pada media

selektif yang positif) ) x 32 gr/L (LIA tersedia)

= 1.7 gr / 45 ml aquades

3. Larutkan 3,3 gr TSIA kedalam 45 ml aquades, dan juga larutkan 1,7 gr

LIA kedalam 45 ml aquades

4. Homogenisasi masing-masing media TSIA dan LIA dengan Hot Plate

hingga tercampur rata.

. 5. Pindahkan media TSIA dan LIA ke dalam 6 tabung reaksi TSIA dan 6

Tabung reaksi LIA masing-masing sebanyak 9ml.

6. Lalu didinginkan dengan cara diletakkan agak miring, dengan tujuan

mempermudah saat proses penggoresan nanti.

7. Ambil koloni tersangka Salmonella sp dari media tersebut dengan

menggunakan Jarum Ose Lingkar, tanam masing-masing pada media TSIA

dan LIA.

8. Cara penanaman dengan menggunaka Jarum Ose Lingkar pada media TSIA

yaitu dengan menggores terlebih dahulu pada permukaan TSIA, lalu ditusuk

9. Dan cara penanaman pada media LIA yaitu dengan menusuk Jarum Ose

Page 15: Refisi 2. Laporan Kerja Praktek " Salmonella sp vs Udang Vennamei "

15

Lingkar terlebih dahulu ke media lalu baru di gores pada permukaan media.

10. Tutup rapat tabung reaksi, lalu di inkubasi pada Incubator kering selama ±

24 jam dengan suhu 42ºC.

11. Syarat hasil positif pendugaan bakteri Salmonella sp.

Tabel 1. Syarat hasil positif pendugaan bakteri Salmonella sp

Page 16: Refisi 2. Laporan Kerja Praktek " Salmonella sp vs Udang Vennamei "

16

3.3.10 Skema Metode Kerja

Produk

25 gr untuk Liptopenaeus vannamei

10 ml untuk sampel air pengolahan

LB + Produk di homogenisasi dengan stomatcher dan di autoclave pada suhu 121ºC selama 15 menit dalam 1 atm

lalu di inkubasi kering

selama 24 jam dengan suhu 43°C

1 ml 1 ml

Di autoclave 15 menit dalam 1 atm dengan suhu 121ºC

TTB 9ml RV 9ml

Metode gores dengan Jarum ose lingkar

HE BSA XLD HE BSA XLD

TSI LIA TSI LIA TSI LIA TSI LIA TSI LIA TSI LIA

MediaSlunt

(Agar miring)Bult

(Agar dasar) H2S Gas

TSIAAlkaline (merah)

Asam (kuning) + -

LIAAlkaline (merah)

Alkaline merah) + -

Page 17: Refisi 2. Laporan Kerja Praktek " Salmonella sp vs Udang Vennamei "

17

Di inkubasi dengan inkubator kering selama ±24 jam dengan suhu 43ºC. Interpretasi hasil pengujian

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 Hasil Identifikasi Awal Sampel Air

Dari hasil identifikasi awal terhadap air didapatkan hasil sbb :

Tabel 2. Hasil Identifikasi Awal Sampel Air

Bau Tidak ada/NetralKenampakan Bening

pH 6.46Rasa Tidak ada / Netral

Sedimen Tidak ada secara visualWarna Bening

4.1.2 Hasil Media Selektif Media HE, XLD, dan BSA.

Kemudian untuk hasil pada media selektif dari TTB dan RV terhadap

media HE, XLD, BSA adalah sbb :

Tabel 3. Hasil Media Selektif dari TTB dan RV Pada Media HE, XLD, dan BSA.

TTDHE XLD BSA Jumlah

RVAir (L1) + - - 4

+ + +Udang (L3)

- - + 2

- - +

HRL1

HTL1

Page 18: Refisi 2. Laporan Kerja Praktek " Salmonella sp vs Udang Vennamei "

18

Gambar 5. HRL1 Gambar 6. HTL1

Gambar 7. XRL1 Gambar 8. BRL1

Gambar 9. BRL3 Gambar 10. BTL3

Dan untuk hasil akhir pendugaan yang menunjukkan kedua sampel adalah

negatif bakteri Salmonella sp adalah sbb :

Tabel 4. Hasil Identifikasi Bakteri Salmonella sp Pada Media TSIA dan LIA

ProdukTSIA LIA

KeteranganSlunt Bult

Gas

H2S

Slunt Bult GasH2S

BTL3 (Udang)

Asam Asam + -Alkal

iAlkal

i+ + Negatif

BRL3 (Udang)

Alkali

Asam + +Alkal

iAsam + + Negatif

HT L1 (Air)

Alkali

Alkali

- +Alkal

iAlkal

i- - Negatif

HR L1 (Air)

Alkali

Alkali

- -Alkal

iAlkal

i- - Negatif

XR L1 Alkal Asam - - Alkal Alkal - - Negatif

Page 19: Refisi 2. Laporan Kerja Praktek " Salmonella sp vs Udang Vennamei "

19

(Air) i i i

Page 20: Refisi 2. Laporan Kerja Praktek " Salmonella sp vs Udang Vennamei "

20

Gambar 11. Hasil Identifikasi Negatif Bakteri Salmonella sp Pada Media TSIA dan LIA

Page 21: Refisi 2. Laporan Kerja Praktek " Salmonella sp vs Udang Vennamei "

21

4.2 Pembahasan

Kerja praktek yang berjudul Teknik Identifikasi Bakteri Salmonella sp

Pada Produk Hasil Perikanan Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei) dan Air

Pengolahannya ini dilakukan di Laboratorium Pembinaan dan Pengujian Mutu

Hasil Perikanan Provinsi Sumatera Selatan yang berlangsung selama satu bulan,

yaitu dari tanggal 1 Juli 2013 s/d 1 Agustus 2013. Dalam Kerja Praktek ini

dilakukan pengujian terhadap mutu hasil perikanan salah satunya adalah

pengujian mutu udang vannamei dan air pengolahannya terhadap bakteri

Salmonella sp, diambil dari perusahaan tambak udang vannamei dengan kode

perusahaan “L”.

Pengujian mutu dibimbing oleh para staf analis laboratorium mikrobiologi,

dengan modul prosedur kerja pengidentifikasian bakteri Salmonella sp yang

diberikan pembimbing dan staf analis yang berdasarkan pada SNI 01-2332.2-2006

oleh Badan Standarisasi Nasional (BSN) sebagai pedoman metode kerja

pengidentifikasian selama kerja praktek.

Hal yang paling utama yang harus diperhatikan sebelum melakukan

pengidentifikasian/pengujian adalah mengecek ketersediaan alat-alat dan bahan

atau media yang akan digunakan, dan menjaga diri dari kontaminan dengan cara

menggunakan jas lab yang steril dan kondisi badan yang bersih, agar tidak

mengganggu atau mengkontaminasi sampel dan media selama pengujian nanti.

Terutama yang sedang sakit, seperti sakit flu atau batuk, tidak diperbolehkan

melakukan pengujian di laboratorium.

Adapun sebelum melakukan pengujian, harus dilakukan juga sterilisasi

alat, alat-alat di sterilisasi dengan menggunakan autoclave dalam suhu 121ºC

selama 15 menit dalam 1 atm, Tabung Reaksi (16mm x 150mm dan 13 mm x

100mm), Spatula, Gelas Beker, Labu Ukur (100ml), Erlenmeyer (250ml dan

150ml), Tabung Durham dan Jarum Ose Lingkar. Sedangkan Petridisk di

sterilisasi oven 170ºC - 180ºC ± 2 jam. Hal ini untuk menjaga agar kondisi alat

yang digunakan tidak mengganggu proses dan hasil pengujian nanti.

Identifikasi pertama yaitu identifikasi kenampakan, bau, warna, pH, rasa,

chlor dan sedimen. Dari kenampakan dan warna air bening, tidak menimbulkan

bau, rasa air yang normal, tidak terdapat partikel sedimen yang di identifikasi

Page 22: Refisi 2. Laporan Kerja Praktek " Salmonella sp vs Udang Vennamei "

22

secara visual (kasat mata), dan pH yang cukup normal yaitu 6,46. Kondisi air

pengolahan baik dan tidak terlihat adanya kekeruhan maupun bau dari air

pengolahan tersebut.

Persiapan media Lactose Broth (LB), MRVP Broth, Tryptose Broth,

Hektoen Enteric, Bismuth Sulfite Agar, Xylose Lysine Deoxycholate Agar,

selama persiapan media juga harus dijaga dari kontaminan, karena lingkungan

merupakan faktor pengaruh terbesar yang dapat mempengaruhi hasil pengujian.

Sampel air pengolahan dan udang vannamei harus dijaga kondisinya dari

kontaminan, baik dari pengambilan sampel, distribusi sampel ke laboratorium,

dan penimbangan sampel. Hasil dari pengayaan bakteri dari sampel air

pengolahan dan sampel udang vannamei pada media Lactose Broth menghasilkan

kenampakan yang keruh kekuning-kuningan, terdapat gas yang dapat dilihat

dengan adanya busa pada sampel, dan berbau sangat busuk. Semua itu karena

aktivitas bakteri yang telah berkembang biak pada media dari sampel air

pengolahan dan udang vannamei yang telah dicampurkan pada media LB tersebut.

Selama proses pemindahan bakteri ke alat atau media lain harus dilakukan

di dekat api Bunsen, dan alat pemindah harus selalu steril sebelum dan sesudah

proses pemindahan bakteri. Adapun hasil yang didapat pada media HE, BSA,

XLD, yaitu terdapat 6 tabung reaksi yang positif yang berlabel HRL1, HTL1,

XRL1, BRL1, BRL3, dan BTL3. HRL1 koloninya berwarna hijau kebiruan dan

terdapat banyak titik hitam yang rapat, HTL1 juga koloninya berwarna hijau

kebiruan dengan titik hitam yang lebih sedikit daripada HRL1, lalu XRL1

terdapatbanyak koloni dan berwarna pink dengan terdapat beberapa titik hitam,

dan untuk BRL1, BRL3, dan BTL3, semuanya terdapat koloni dan berwarna

keabu-abuan dengan media disekitar koloni agak kecoklatan, untuk BRL3 koloni

lebih sedikit, dan semuanya memenuhi syarat positif media selektif agar untuk

selanjutnya pengujian pendugaan bakteri Salmonella sp berdasarkan SNI 01-

2332.2-2006.

Pada identifikasi/pengujian pendugaan bakteri Salmonella sp, dari semua

sampel yang di tanamkan pada media Triple Sugar Iron Agar (TSIA) dan Lysin

Iron Agar (LIA) semuanya negatif bakteri Salmonella sp, karena semua sampel

Page 23: Refisi 2. Laporan Kerja Praktek " Salmonella sp vs Udang Vennamei "

23

pada media TSIA dan LIA tidak memenuhi syarat reaksi positif bakteri

Salmonella sp SNI 01-2332.2-2006, yang dapat dilihat pada tablel berikut :

Tabel 5. Syarat Positif Pendugaan Bakteri Salmonella sp Pada TSIA dan LIA

Syarat reaksi positif pada media TSIA dan LIA seperti table diatas,

diamana TSIA untuk agar miringnya berwara merah, agar dasar berwarna kuning,

terdapat H2S yang dapat dilihat dari bercak-bercak yang berwarna hitam, dan

terdapat Gas yang dapat dilihat adanya gelembung udara. Sedangkan pada media

LIA, agar miring berwarna merah, agar dasar berwarna kuning, terdapat H2S

dimana LIA terdapat bercak berwarna hitam, dan terdapat gas yang dapat dilihat

dari gelembung udara pada LIA. Gelembung udara pada TSIA dan LIA

merupakan hasil dari aktifitas bakteri anaerob, H2S dari bercak warna hitam dan

bau yang ditimbulkan, serta cirri warna yang ditimbulkan oleh agar miring dan

agar dasar, merupakan syarat yang semuanya harus memenuhi untuk reaksi positif

pendugaan bakteri Salmonella sp pada TSIA dan LIA. Dan semua hasilnya

negatif.

Sesudah pengujian, semua alat, media dan sampel harus di sterilisasi

dengan menggunakan autoclave, sampel bakteri tidak boleh dibuang begitu saja

sebelum di autoclave, karena dapat membahayakan kesehatan lingkungan dan

manusia disekitarnya. Alat juga harus dicuci dengan bersih, agar tidak ada

kontaminan yang mengendap dan dapat mempengaruhi pada pengujian

selanjutnya.

Media

Slunt (Agar miring)

Bult (Agar dasar)

H2S

Gas

TSIAAlkaline (merah)

Asam (kuning) + -

LIAAlkaline (merah)

Alkaline (merah) + -

Page 24: Refisi 2. Laporan Kerja Praktek " Salmonella sp vs Udang Vennamei "

24

V KESIMPULAN

1. Faktor lingkungan adalah faktor yang sangat berpengaruh dalam proses dan

hasil pengidentifikasian/pengujian mutu hasil perikanan, sehingga harus dijaga

kesterilan alat dan media yang dipakai, dan kebersihan dari analis.

2. Aktifitas bakteri yang ditimbulkan yaitu dapat berupa bau yang busuk, media

menjadi keruh dan terdapat gelembung udara dari aktifitas respirasi anaerob.

3. Bakteri Salmonella sp dapat menyebabkan penyakit Salmonellosis, yaitu satu

penyakit yang dapat dipindahkan melalui makanan, terutama makanan yang

mengalami kesalahan dalam penanganan. Keadaan ini akan memberikan

kesempatan pada mikroorganisme penyebab untuk tumbuh dan berpindah ke

manusia pada waktu memakannya.

4. Penyakit Salmonellosis dapat menyebabkan keracunan dan gangguan

pencernaan bila terinfeksi dari makanan yang dikonsumsi yang mengandung

bakteri Salmonella sp.

5. Proses pengidentifikasian dan penentuan baik bakteri Salmonella sp, harus

berdasarkan syarat ketentuan pada SNI 01-2332.2-2006 sebagai bahan acuan.

Page 25: Refisi 2. Laporan Kerja Praktek " Salmonella sp vs Udang Vennamei "

25

DAFTAR PUSTAKA

Narumi HE, Zuhriansyah, Mustofa I. 2009. Deteksi Pencemaran Bakteri Salmonella sp Pada Udang Putih (Penaeus merguiensis) Segar Di Pasar Tradisional Kotamadya Surabaya. Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan Vol. 1 No. 1 : hlm 87-91.

Integrated Taxonomic Information System. 2013 . Litopenaeus vannamei  (Boone, 1931). http://www.itis.gov/servlet/SingleRpt/SingleRpt?search_topic=TSN &sea rch_va lue=551682. Diakses pada tanggal 31 Juli 2013 pukul 03:11 WIB.

Isyanah F. 2012. Studi Tingkat Higiene Dan Cemaran Bakteri Salmonella sp Pada Pembuatan Dangke Susu Sapi Di Kecamatan Cendana Kabupaten Enrekang [skripsi]. Makasar : Program Studi Teknologi Hasil Ternak Jurusan Produksi Ternak Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin. 27 hal.

Kharisma A, Manan A. 2012. Kelimpahan Bakteri Vibrio sp Pada Air Pembesaran Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei) Sebagai Deteksi Dini Serangan Penyakit Vibriosis. Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan Vol. 4 No. 2 :hlm 129-134.

Pusat Penyuluhan Kementrian Kelautan Perikanan Indonesia. 2011. Budidaya Udang Vaname (Littopenaeus vannamei). www.pusluh.kkp.go.id/index.php /arsip/file/82/1-udangvaname.pdf/. Diakses pada tanggal 31 Juli 2013 pukul 03:00 WIB.

Rekasana A, Sulmartiwi L, Soedarno . 2013. Distribusi Penyakit Infectious Myo Necrosis Virus (IMNV) Pada Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei) Di Pantai Utara Jawa Timur. Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan Vol. 5 No. 1 : 6 hal.

Sutrisno E, Prabowo WT, Subyakto S. 2010. Produksi Calon Induk Udang Vanamei litopenaeus Dengan Sistem Resirkulasi Tertutup Pada Bak Raceway. Situbondo : Departemen Kelautan Dan Perikanan Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya Balai Budidaya Air Payau Situbondo.

Yustianti , Ibrahim MH, Ruslaini. 2013. Pertumbuhan dan Sintasan Larva Udang Vaname (Litopenaeus vannamei) Melalui Substitusi Tepung Ikan dengan Tepung Usus Ayam. Jurnal Mina Laut Indonesia Vol. 1 No. 1 : hlm 93 103.