BAB v Refisi

download BAB v Refisi

of 13

description

tralala trilili

Transcript of BAB v Refisi

BAB VPEMBAHASANPT. Pertamina (Persero) Terminal BBM Makassar merupakan tempat yang menangani masalah penerimaan, penimbunan dan penyaluran. Setiap BBM yang diterima dari kilang dan yang akan dipasarkan selalu diperiksa mutunya. Pemeriksaan awal tentang minyak dilakukan mulai dari penerimaan minyak dari kapal tanker hingga proses pembongkaran minyak. Bahan bakar minyak sebelum di salurkan ke tangki timbun, terlebih dahulu dilakukan uji standar laboratorium untuk membandingkan kandungan BBM sebelum dan setelah proses pengangkutan, hal ini bertujuan agar menjaga kualitas BBM agar tidak tercampur dengan air atau pun dengan bahan bakar lain hasil pengangkutan sebelumnya.Dalam PKL ini kami melakukan pemeriksaan mutu terhadap BBM/NBBM yang dilakukan di laboratorium Quality & Quantity (QQ). Pemeriksaan mutu yang dilakukan adalah analisa quality control terhadap parameter BBM dan non BBM yang diterima dari kilang maupun yang akan disalurkan. Hasil dari pemeriksaan terhadap mutu produk BBM/NBBM tersebut kemudian dievaluasi dan dibandingkan dengan spesifikasi sebagai tolak ukurnya. Apabila hasil yang diperoleh menyebutkan bahwa produk BBM/NBBM tersebut sesuai dengan spesifikasi (on spec), maka tindak lanjutnya adalah produk BBM/NBBM tersebut dapat segera dipasarkan. Sedangkan apabila hasil yang diperoleh menyebutkan bahwa produk BBM/NBBM tersebut mengalami kerusakan, atau tidak sesuai dengan spesifikasi (off spec), maka tindak lanjutnya adalah dilakukan persiapan untuk mengambil langkah-langkah penanggulangan. Setiap sampel bahan bakar minyak memiliki parameter yang harus diuji untuk menentukan kualitas BBM yang disesuaikan dengan standar. Adapun parameter bahan bakar minyak (BBM) yang diuji anatara lain:

A. Densitas

Densitas minyak adalah massa minyak per satuan volum pada suhu tertentu. Densitas minyak bumi dan produknya dapat ditentukan dengan beberapa macam cara, antara lain dengan menggunakan hydrometer (ASTM D 1298) yang umumnya digunakan pada bahan bakar minyak yang berupa cairan dan yang mempunyai tekanan uap Reid kurang dari 26 lb (179 kPa). Pada dasarnya uji ini dilakukan dengan menempatkan hydrometer yang mempunyai skala densitas pada sampel yang akan diuji yang mempunyai suhu tertentu dan selanjutnya dibaca skala hydrometer yang dipotong oleh permukaan sampel sebagai densitas sampel pada suhu yang berlaku. Harga yang diperoleh dikonversi kesuhu 15 oC (60 oF), dengan menggunakan Petroleum Measurement Tables, ASTM D 1250-80 seperti terlihat pada table di bawah ini:

Pada table di atas terlihat bahwa untuk desnitas sampel bahan bakar minyak 0,711 Kg/L pada suhu 32 oC akan diperoleh nilai desnitas sebesar 0,7251 Kg/L pada suhu 15 oC.Pemeriksaan jenis parameter ini dilakukan terhadap avtur, kerosin, solar, premium dan MFO. Adapun data analisa density pada sampel bahan bakar minyak avtur, solar, MFO dan premium dapat dilihat pada table di bawah ini:

Table 1. Data analisa density pada bahan bakar minyak (BBM)

Table 1 menunjukkan setiap jenis sampel bahan bakar minyak memiliki nilai desnsitas yang berbeda beda. Dari keempat bahan bakar minyak ini yang memiliki densitas terbesar adalah MFO dan desnitas yang terkecil adalah premium. Adapun data yang diperoleh dari hasil pemeriksaan desnitas yang telah dilakukan selama PKL menunjukkan bahwa setiap sampel yang diterima dari pengiriman dan di dalam tangki data densitasnya sesuai spesifikasi yang telah ditentukan.B. Flash PointTitik nyala (flash point) adalah suatu angka yang menyatakan suhu terendah dari BBM dimana akan timbul penyalaan sesaat, apabila pada permukaan minyak tersebut didekatkan pada nyala api. Titik nyala ini diperlukan sehubungan dengan adanya pertimbangan-pertimbangan mengenai keamanan (safety) dari penimbunan atau penyimpanan minyak dan pengangkutan BBM terhadap kebakaran. Titik nyala ini tidak mempunyai pengaruh yang besar dalam persyaratan pemakaian BBM untuk mesin diesel atau ketel uap.Pemeriksaan jenis parameter ini dilakukan terhadap avtur, kerosin, solar dan MFO. Flash point avtur dan kerosin ditentukan dengan metode abel IP 170 dan untuk MFO dan solar ditentukan dengan Metode ASTM D 90. Titik nyala ditentukan dengan jalan memanaskan sampel yang ditempatkan didalam cawan dengan kecepatan pemanasan yang tetap,yaitu 5-6 oC/ menit untuk alat uji di Tag. Suhu paling rendah dimana uap minyak dalam campurannya dengan udara menyala, dicatat sebagai titik nyala. Adapun data analisa flash poin pada sampel bahan bakar minyak Avtur, Solar dan MFO dapat dilihat pada table di bawah ini:

Jenis sampelTgl. PemeriksaanAsalFlash Point (oC)SpeksifikasiTest Methode

Avtur15-07-2013HND 6/1 -1 mks40,5Min 38 oCIP 170

16-07-2013BD MT.Srikandi39,5

17-07-2013MKS 1/161/139,0

18-07-2013BD-MT Mau Hau48,0

19-07-2013WMI 13/01-1 Mks40,5

22-07-2013MT. SHINTA O. MKS 2/165-139,5

26 -07-2013MT.Griya Flores MNK 5/14-148,5

MT. Kamojang MNK 5/06-148,0

29-07-2013HND-HND 13/139,0

HND 5A39,0

HND 5B39,0

30-07-2013MNK 6/07-148,0

MNK 9/12-148,0

02-08-2013SRG 17/6348,0

13-08-2013MNK 6/08-1 MT. Kamojang39,5

15-08-2013JPR 5/62-147,0

MFO17-07-2013TBBM Mks T. 17110Min 60 oCASTM D 93

TBBM M.ks T.20112

TBBM Mks T.12110

24-07-2013MT.Alexandria64,0

29-07-2013MT.Palu Sipcat T.1698

MT.Palu Sipcat T.1798

16-08-2013TBBM Mks T.2064

Solar23-07-2013BD MT.John Chaine 66Min 52 oCASTM D 93

29-07-2013MT.Martha Option56

30-07-2013MT.Martha Option60

13-08-2013BD MT.John Chaine70

Table 2. Data analisa Flash Point pada Avtur, MFO dan Solar

Table 2 menunjukkan bahwa nilai Flash point pada bahan bakar minyak Avtur, Solar dan MFO berbeda beda. Makin tinggi API maka makin rendah flash pointnya atau titik nyalanya/makin mudah terbakar. Dari ketiga jenis bahan bakar minyak ini yang memiiliki flash point terendah adalah avtur. Analisa Flash point Avtur, paling ketat dilakukan oleh pengawasan mutu terhadap BBM penerbangan, karena menyangkut aspek keselamatan jiwa manusia. Dari hasil pemeriksaan flash point pada ketiga jenis bahan bakar ini menunjukkan bahwa ketiga bahan bakar minyak yang diterima dari pengiriman dan dari tangki data flash pointnya sesuai spesifikasi (on spec).C. DestilasiDistilasi minyak bumi (ASTM D 86-90) ini dikenakan kepada produk minyak bumi yaitu: premium, avtur, kerosin, minyak gas dan bahan bakar distilat dan produk minyak bumi yang serupa. Distilasi serupa yang dikenal dengan nama distilasi engler telah digunakan pada waktu yang lampau, sehingga distilasi ASTM ini seringkali juga disebut distilasi Engler. Dalam distilasi ini, 100 mililiter sampel didistilasi menurut prosedur tertentu. Selama distilasi dilakukan pengamatan dan pencatatan suhu thermometer dan volume distilat yang tertampung. Yang perlu dilaporkan dalam uji distilasi ini yaitu: a. Initial Boiling point (IBP) Titik didih awal, yaitu suhu dimana distilat pertama-tama menetes dari ujung kondensor. b. Suhu pada berbagai persentase distilasi, yaitu pada: 5,10,20,30,40,50,60,70,80,90, dan 95% distilasi. c. End Point (EP) menurut ASTM atau Final Boiling Point (FBP) menurut IP TitikDidih akhir, yaitu suhu tertinggi yang dicapai selama uji, yang biasanya terjadi setelah penguapan semua cairan dari dasar labu. d. Percent recovery Persen perolehan, yaitu persentase volum kondensat yang tertampung dalam gelas ukur penerima. e. Percent Residue Persen residu , yaitu persentase volum residu yang tertinggal dalam labu. f. Percent total Recovery Persen perolehan total, yaitu jumlah persen perolehan dan persen residu. g. Percent Loss Persen kehilangan, yaitu 100 dikurangi dengan persen perolehan total. h. Percent Evaporated Persen teruapkan, yaitu jumlah persen perolehan denngan persen kehilangan. Dari data distilasi tersebut selanjutnya dapat dibuat kurva distilasi ASTM yang menunjukan hubungan suhu dengan persen penguapan pada kondisi uji. Setiap bahan bakar minyak mempunyai kurva distilasi terrtentu, dan dengan jalan membandingkan kurva-kurva distilasinya, dapatlah ditentukan volatilitas relative bahan bakar minyak. Pemeriksaan jenis parameter ini dilakukan terhadap avtur dan solar. Untuk avtur yang perlu diamati dalam uji distilasi ini terdiri dari lima yaitu IBP, 10%, 50%, 90%, end poin, residue dan loss. Adapun untuk bahan bakar minyak solar yang perlu di amati hanya suhu pada 90%. (suhu pada 90% volum kondensat yang yang tertampung dalam gelas ukur penerima)Data hasil uji jenis parameter ini dapat di lihat di lampiran. Dari data analisa tersebut menunjukkan bahwa semua bahan bakar minyak solar dan avtur yang diterima dari pengiriman dan di dalam tangki sejak tanggal 15 Juli s/d 16 Agustus 2013, data uji destilasinya sesuai spesifikasi yang telah ditentukan.D. ViskositasKata viscosity juga dipakai sebagai ukuran keengganan/resistansi suatu fluida untuk mengalir. Ada 2 jenis viscosity, yaitu dynamic (atau absolute) viscosity dan kinematic viscosty. Viskositas kinematik merupakan perbandingan viskositas dinamik terhadap density. Satuan untuk viskositas kinematik adalah m2/s atau Stoke, St (=0.0001 m2/s) atau Centistoke, cSt (=0.01 St). Viskositas dari produk-produk perminyakan (petroleum) penting untuk diketahui karena nilai viscosity ini akan mempengaruhi sistem penimbunan/storage-nya, handling-nya dan kondisi operasi-nya (didalam mesin tentunya)Pengukuran viskositas kinematik dengan metoda ASTMD 445. Pengukuran viscosity kinematic (ASTM D 445) adalah salah satu pengukuran ciri-ciri fisik yang penting dari minyak bahan bakar minyak (BBM). Viscositas kinematik ini berhubungan dengan kekentalan atau merupakan salah satu persyaratan yang di tetapkan oleh SAE(Society of Automotive Engineers) atau ISO (International Organization for Standardization)Pada metoda ASTM D 445 yang mengatur prosedur untuk menentukan viscosity kinematic produk-produk perminyakan. Prinsip kerja alat ini adalah dengan mengukur waktu yang diperlukan oleh sejumlah liquid yang mengalir dibawah gaya grafitasi dalam viscometer pada kondisi temperature tertentu (biasanya pada temperatur 40 dan 50 Derajat Celcius). viscosity Kinematic diperoleh dengan mengalikan waktu yang diperoleh tersebut dengan konstanta viscometer sesuai hasil kalibrasi. Pemeriksaan jenis parameter ini dilakukan terhadap solar dan MFO. Adapun data hasil pemeriksaan viskositas untuk setiap jenis sampel bahan bakar minyak dapat dilihat pada table di bawah ini:Jenis sampelTgl. PemeriksaanAsalViskositasMFO (mm2/dt)Solar (cSt)Specification

MFO17-07-2013TBBM Mks T. 17129,1Max 180

TBBM M.ks T.20137,27

TBBM Mks T.12126,17

24-07-2013MT.Alexandria150,09

29-07-2013MT.Palu Sipcat T.16166,21

MT.Palu Sipcat T.17167,10

16-08-2013TBBM Mks T.20146,70

Solar23-07-2013BD MT.John Chaine 3,7642,0

29-07-2013MT.Martha Option3,26

30-07-2013MT.Martha Option3,572

13-08-2013BD MT.John Chaine3,803

Table 3. data analisa viskositas pada Solar dan MFOTabel 3 menunjukkan bahwa bahan bakar minyak solar dan MFO yang diterima dari pengiriman dan di dalam tangki data viskositasnya sesuai spesifikasi yang telah ditentukan.

E. Sulfur Content Unsur-unsur dalam bahan bakar minyak di samping hidrokarbon, terdapat pula unsur-unsur sulfur, oksigen, nitrogen, halogen dan logam. Senyawa unsur yang bersifat korosif adalah senyawa sulfur. Senyawa-senyawa sulfur dalam bahan bakar minyak yang korosif dapat berupa hidrogen sulfide. Pada pembakaran bahan bakar senyawaan sulfur akan teroksidasi oleh oksigen dalam udara menghasilkan oksida sulfur. Bila oksida sulfur ini bereaksi dengan uap air akan menghasilkan asam sufat. Terbentuknya asam sulfat ini dapat bereaksi dengan logam, terutama dalam gas buang. Terdapatnya senyawaan sulfur dalam bahan bakar minyak dapat juga ditunjukkan oleh tingkat keasaman minyak solar itu. Makin tinggi sifat keasaman sifat pengkaratan makin besar terutama bila bahan bakar minyak terdapat strong acid number.Pengaruh kandungan sulfur dalam bahan bakar menyebabkan pencemaran udara (gas sulfur dioksida adalah gas yang berbau rangsang) dan korosif yang mengakibatkan kerusakan peralatan pada dapur pembakaran (furnace). Pengujian sulfhur content dilakukan pada BBM premium berdasar ASTM D 4294.Pemeriksaan jenis parameter ini dilakukan terhadap premium. Adapun data analisa sulfhur Content pada bahan bakar minyak premium dapat dilihat pada table di bawah ini:

Jenis sampelTgl. PemeriksaanAsalSulfur Content (%m/m)MetodeSpek

Premium22-07-2013TBBM Mks T.210,05ASTM D 4294

715-780

TBBM Mks T.60,02

23-07-2013BD MT.John Chaine0,01

13-08-2013BD MT. John Chaine0,01

Table 4. data analisa sulfur content pada Premium

Hasil dari pemeriksaan sufur content terhadap premium menunjukkan bahwa semua data hasil pemeriksaan sulfur content yang diperoleh selama PKL sesuai dengan spesifikasi (on spec).

F. Water Content

Water conten adalah banyaknya jumlah air yang terkandung dalam bahan bakar minyak. Pemeriksaan jenis parameter ini dilakukan pada bahan bakar minyak MFO dan solar. Pemeriksaan jenis parameter ini berhubungan dengan ada /tidaknya air yang terdapat di dalam minyak solar dan MFO, sebab air ini akan berpengaruh terhadap mutu, karena dapat mengakibatkan kegagalan dalam suatu operasi dan merusak mesin. Untuk itu makin kecil adanya kandungan air di dalam minyak solar dan MFO maka makin baik mutu bahan bakar tersebut Adapun data analisa Water Content pada MFO dapat dilihat pada table di bawah ini:

Tabel. 5. Data Analisa water content pada MFOWater ContentJenis sampelTgl. PemeriksaanAsalWater Content (% vol)SpeksifikasiTest Methode

MFO17-07-2013TBBM Mks T. 170,3Max 1,0ASTM D 95

TBBM M.ks T.200,2

TBBM Mks T.120,8

24-07-2013MT.Alexandria0,5

29-07-2013MT.Palu Sipcat T.160,6

MT.Palu Sipcat T.170,3

16-08-2013TBBM Mks T.200,24

Hasil dari pemeriksaan water content terhadap MFO menunjukkan bahwa semua data hasil pemeriksaan water content yang diperoleh selama PKL sesuai dengan spesifikasi (on spec).

G. WarnaBerdasarkan referensi dari ASTM D 156-94 Angka warna adalah defenisi empiris dari warna suatu cairan produk minyak bumi. Manfaat parameter ini yaitu: Sebagai kontrol dalam pembuatan minyak bumi; Sebagai indikasi dari derajat pemurnian produk minyak bumi Sebagai indikasi adanya kontaminasi dengan produk-produk lain.Parameter analisis ini menggunakan instrumen Saybolt CromometerWarna minyak diukur untuk mengetahui sifat visual minyak, sehingga dapat diinterpretasikan sifat fisiknya secara cepat untuk dianalisa. Makin terjadi perubahan pada minyak (warna minyak makin besar/pekat maka minyak dapat diinterpretasikan sudah terjadi oksidasi dan polimerisasi). Laporan Praktek Kerja Lapangan T.Kimia PNUP Page 52