Referat Pneumonia New 1
-
Upload
agustinadianasariagu -
Category
Documents
-
view
114 -
download
12
Transcript of Referat Pneumonia New 1
-
5/26/2018 Referat Pneumonia New 1
1/25
REFERAT
PNEUMONIA
Disusun Oleh:
Pradipta Sih Utami, S. Ked (J500090025)
Trubus Sengsempurno, S. Ked (J500090029)
Pembimbing :
dr. H. Krisbiyanto, Sp.P
KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKITPARU
RSUD Dr. HARJONO KABUPATEN PONOROGO
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014
-
5/26/2018 Referat Pneumonia New 1
2/25
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Infeksi saluran napas bawah masih tetap merupakan masalah utama dalam
bidang kesehatan, baik di negara yang sedang berkembang maupun yang sudah
maju. Dari data SEAMIC Health Statistic 2001, influenza dan pneumonia
merupakan penyebab kematian nomor 6 di Indonesia, nomor 9 di Brunei, nomor 7di Malaysia, nomor 3 di Singapura, nomor 6 di Thailand, dan nomor 3 di
Vietnam. Laporan WHO 1999 menyebutkan bahwa penyebab kematian tertinggi
akibat penyakit infeksi di dunia adalah infeksi saluran napas akut termasuk
pneumonia dan influenza. Insidensi pneumonia komuniti di Amerika adalah 12
kasus per 1000 orang per tahun dan merupakan penyebab kematian utama akibat
infeksi pada orang dewasa di negara itu. Angka kematian akibat pneumonia di
Amerika adalah 15%.
Di Amerika dengan cara invasif pun penyebab pneumonia hanya ditemukan
50%. Penyebab pneumonia sulit ditemukan dan memerlukan waktu beberapa hari
untuk mendapatkan hasilnya sedangkan pneumonia dapat menyebabkan kematian
bila tidak segera diobati, maka pengobatan awal pneumonia diberikan antibiotik
secara empiris.
Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga Depkes tahun 2001, penyakit infeksi
saluran napas bawah menempati urutan ke 2 sebagai penyebab kematian di
Indonesia. Di SMF Paru RSUP Persahabatan tahun 2001 infeksi juga merupakan
penyakit paru utama, 58% diantara penderita rawat jalan adalah kasus infeksi dan
11,6% diantaranya nontuberkulosis. Pada penderita rawat inap 58,8% kasus
infeksi dan 14,6% diantaranya infeksi nontuberkulosis. Di RSUD Dr. Soetomo
Surabaya didapatkan data sekitar 180 pneumonia komuniti menduduki peringkat
keempat dari sepuluh penyakit terbanyak yang di rawat per tahun.
Pneumonia juga bisa didapat di rumah sakit yang disebut pneumonia
nosokomial. Pneumonia nosokomial atau hospital-aqcuired pneumonia (HAP)
-
5/26/2018 Referat Pneumonia New 1
3/25
menduduki peringkat kedua di Amerika Serikat, hal ini berhubungan dengan
peningkatan angka kesakitan, kematian, dan biaya perawatan di rumah sakit.
Pneumonia nosokomial terjadi 5-10 kasus per 1000 pasien yang masuk ke rumah
sakit dan menjadi lebih tinggi 6-20 x pada pasien yang memakai alat bantu napas
mekanis. Angka kematian ini meningkat pada pneumonia nosokomial 20-50%.
Angka kematian ini meningkat pada pneumonia yang disebabkan P.aeruginosa
atau yang mengalami bakteremia sekunder. Angka kematian pasien pada
pneumonia yang dirawat di instalasi perawatan intensif (IPI) meningkat 3-10 x
dibandingkan dengan pasien tanpa pneumonia. Beberapa penelitian menyebutkan
bahwa lama perawatan meningkat 2-3 x dibandingkan pasien tanpa pneumonia,
hal ini tentu akan meningkatkan biaya perawatan di rumah sakit. Di Amerika
Serikat dilaporkan bahwa lama perawatan bertambah rata-rata 7-9 hari.
Angka kejadian pneumonia nosokomial di Jepang adalah 5-10 per 1000
kasus yang dirawat. Lebih kurang 10% pasien yang dirawat di IPI akan
berkembang menjadi pneumonia dan angka kejadian pneumonia nosokomial pada
pasien yang menggunakan alat bantu napas meningkat sebesar 20-30%. Angka
kejadian dan angka kematian pada umumnya lebih tinggi di rumah sakit yang
besar dibandingkan dengan rumah sakit yang kecil.
B. TUJUANPenulisan referat ini bertujuan untuk:
1. Memahami definisi, etiologi, patogenesis, manifestasi klinis, diagnosis,penatalaksanaan, komplikasi, prognosis, dan pencegahan penyakit
pneumonia.
2. Meningkatkan kemampuan dalam penulisan ilmiah di bidang kedokteran.
-
5/26/2018 Referat Pneumonia New 1
4/25
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
(PDPI, 2005; Soedarsono, 2010)
A. DEFINISIPneumonia adalah keradangan parenkim paru dimana asinus terisi
dengan cairan radang, dengan atau tanpa disertain infiltrasi dari sel radang ke
dalam interstitium. Secara klinis pneumonia didefinisikan sebagai suatu
peradangan paru yang disebabkan oleh mikroorganisme (bakteri, virus, jamur,
parasit), bahan kimia, radiasi, aspirasi, obat-obatan, dan lain-lain. Pneumonia
yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis tidak termasuk. Sedang
keradangan paru yang disebabkan oleh penyebab non infeksi (bahan kimia,
radiasi, obat-obatan, dan lain-lain) lazimnya disebut pneumonia.
B. ETIOLOGIPneumonia dapat disebabkan oleh berbagai macam mikroorganisme,
yaitu bakteri, virus, jamur, dan protozoa. Data dari kepustakaan luar negeri,
pneumonia yang didapat di masyarakat (community-acquired pneumonia atau
pneumonia komuniti) banyak disebabkan oleh bakteri gram positif,
sebaliknya pneumonia yang didapat di rumah sakit (hospital-acquired
pneumonia atau pneumonia nosokomial) banyak disebabkan bakteri gram
negatif, sedang pneumonia aspirasi banyak disebabkan oleh bakteri anaerob.
Meskipun demikian di Indonesia, akhir-akhir ini laporan dari beberapa rumah
sakit menunjukkan bahwa kuman yang ditemukan dari pemeriksaan dahak
penderita pneumonia komuniti adalah bakteri gram negatif.
C. KLASIFIKASI1. Berdasar klinis dan epidemiologis :
a) Pneumonia komuniti (community-acquired pneumonia)b) Pneumonia nosokomial (hospital-acquired pneumonia)c) Pneumonia aspirasi
-
5/26/2018 Referat Pneumonia New 1
5/25
d) Pneumonia pada penderita immunocompromised.2. Berdasar kuman penyebab :
a) Pneumonia bakterial/tipikal. Dapat terjadi pada semua usia.Beberapa kuman mempunyai tendensi menyerang seseorang yang
peka, misalnya Klebsiellapada penderita alkoholik, Staphylococcus
pada penderita pasca infeksi influenza.
b) Pneumonia atipikal, disebabkan oleh Mycoplasma, Legionella, danChlamydia.
c) Pneumonia virus.d) Pneumonia jamur, sering merupakan infeksi sekunder. Predileksi
terutama pada penderita dengan daya tahan lemah
(immunocompromised).
3. Berdasar predileksi infeksi :a) Pneumonia lobaris. Sering pada pneumonia bakterial, jarang pada
bayi dan orang tua. Pneumonia yang terjadi pada satu lobus atau
segmen. Kemungkinan sekunder disebabkan oleh adanya obstruksi
bronkus, misal : pada aspirasi benda asing, atau adanya proses
keganasan.
b) Bronkopneumonia. Ditandai dengan adanya bercak-bercak infiltratpada lapangan paru. Dapat disebabkan oleh bakteria maupun virus.
Sering pada bayi dan orang tua. Jarang dihubungkan dengan
obstruksi bronkus.
c) Pneumonia interstitial (Wibisono dkk, 2010).Dalam penatalaksanaan pneumonia, maka pendekatan yang dipakai
umumnya berdasarkan atas klasifikasi ad 1 tersebut di atas.
D. DIAGNOSIS
1. Gambaran klinis
a.Anamnesis
-
5/26/2018 Referat Pneumonia New 1
6/25
Gambaran klinik biasanya ditandai dengan demam, menggigil, suhu tubuh
meningkat dapat melebihi 400C, batuk dengan dahak mukoid atau purulen
kadang-kadang disertai darah, sesak napas dan nyeri dada.
b.Pemeriksaan fisik
Temuan pemeriksaan fisik dada tergantung dari luas lesi di paru. Pada
inspeksi dapat terlihat bagian yang sakit tertinggal waktu bernapas, pasa palpasi
fremitus dapat mengeras, pada perkusi redup, pada auskultasi terdengar suara
napas bronkovesikuler sampai bronkial yang mungkin disertai ronki basah halus,
yang kemudian menjadi ronki basah kasar pada stadium resolusi.
2. Pemeriksaan penunjang
a.Gambaran radiologis
Foto toraks (PA/lateral) merupakan pemeriksaan penunjang utama untuk
menegakkan diagnosis. Gambaran radiologis dapat berupa infiltrat sampai
konsolidasi dengan "airbroncogram", penyebab bronkogenik dan interstisial serta
gambaran kaviti. Foto toraks saja tidak dapat secara khas menentukan penyebab
pneumonia, hanya merupakan petunjuk kearah diagnosis etiologi, misalnya
gambaran pneumonia lobaris tersering disebabkan oleh Steptococcus pneumoniae,
Pseudomonas aeruginosa sering memperlihatkan infiltrat bilateral atau gambaran
bronkopneumonia sedangkan Klebsiela pneumonia sering menunjukkan
konsolidasi yang terjadi pada lobus atas kanan meskipun dapat mengenai
beberapa lobus.
b.Pemeriksaan labolatorium
Pada pemeriksaan labolatorium terdapat peningkatan jumlah leukosit,
biasanya lebih dari 10.000/ul kadang-kadang mencapai 30.000/ul, dan pada
hitungan jenis leukosit terdapat pergeseran ke kiri serta terjadi peningkatan LED.
Untuk menentukan diagnosis etiologi diperlukan pemeriksaan dahak, kultur darah
dan serologi. Kultur darah dapat positif pada 20-25% penderita yang tidak diobati.
Analisis gas darah menunjukkan hipoksemia dan hikarbia, pada stadium lanjut
dapat terjadi asidosis respiratorik.
-
5/26/2018 Referat Pneumonia New 1
7/25
E. PENGOBATAN
Pengobatan terdiri atas antibiotik dan pengobatan suportif. Pemberian
antibiotik pada penderita pneumonia sebaiknya berdasarkan data mikroorganisme
dan hasil uji kepekaan, akan tetapi karena beberapa alasan yaitu :
1. Pneumonia yang berat dapat mengancam jiwa.2. Kuman patogen yang berhasil diisolasi belum tentu sebagai penyebab
pneumonia.
3. Hasil pembiakan kuman memerlukan waktu maka pada penderitapneumonia dapat diberikan terapi secara empiris.
F. KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi :
1. Efusi pleura2. Empiema3. Abses paru4. Pneumotoraks5. Gagal napas6. Sepsis
G. PROGNOSIS
Pada umumnya prognosis adalah baik, tergantung dari faktor penderita,
bakteri penyeab, dan penggunaan antibiotik yang tepat serta adekuat. Perawatan
yang baik dan intensif sangat mempengaruhi prognosis penyakit pada penderita
yang dirawat.
H. PENCEGAHAN
a) Pola hidup sehat termasuk tidak merokok.b) Vaksinasi (vaksin pneumokokal dan vaksin influenza) sampai saat ini
masih perlu dilakukan penelitian tentang efektivitinya. Pemberian vaksin
tersebut diutamakan untuk golongan risiko tinggi misalnya usia lanjut,
penyakit kronik, diabetes, penyakit jantung koroner, PPOK, HIV, dll.
-
5/26/2018 Referat Pneumonia New 1
8/25
Vaksinasi ulang direkomendasikan setelah > 2 tahun. Efek samping
vaksinasi yang terjadi antara lain reaksi lokal dan reaksi yang jarang
terjadi yaitu hipersensitiviti tipe 3.
1. PNEUMONIA KOMUNITIPneumonia komuniti adalah pneumonia yang didapat di masyarakat.
Pneumonia komuniti ini merupakan masalah kesehatan yang menyebabkan angka
kematian tinggi di dunia.
A. PNEUMONIA TIPIK
1. Etiologi
Menurut kepustakaan penyebab pneumonia komuniti banyak disebabkan
bakteri gram positif dan dapat pula bakteri atipik. Akhir-akhir ini laporan dari
beberapa kota di Indonesia menunjukkan bahwa bakteri yang ditemukan dari
pemeriksaan dahak penderita pneumonia komuniti adalah bakteri Gram negatif.
Berdasarkan laporan 5 tahun terakhir dari beberapa pusat paru di Indonesia
(Medan, Jakarta,Surabaya, Malang, dan Makasar) dengan cara pengambilan bahan
dan metode pemeriksaan mikrobiologi yang berbeda didapatkan hasil
pemeriksaan sputum sebagai berikut :
oKlebsiella pneumoniae 45,18%
o Streptococcus pneumoniae 14,04%
o Streptococcus viridans 9,21%
o Staphylococcus aureus 9%
oPseudomonas aeruginosa 8,56%
o Steptococcus hemolyticus 7,89%
o Enterobacter 5,26%
o Pseudomonas spp 0,9%
2. Diagnosis
Diagnosis pneumonia komuniti didapatkan dari anamnesis, gejala klinis
pemeriksaan fisis, foto toraks dan labolatorium. Diagnosis pasti pneumonia
komuniti ditegakkan jika pada foto toraks terdapat infiltrat baru atau infiltrat
progresif ditambah dengan 2 atau lebih gejala di bawah ini :
-
5/26/2018 Referat Pneumonia New 1
9/25
a. Batuk-batuk bertambahb. Perubahan karakteristik dahak / purulenc. Suhu tubuh > 38 derajat celcius (aksila) / riwayat demamd. Pemeriksaan fisis : ditemukan tanda-tanda konsolidasi, suara napas
bronkial dan ronki
e. Leukosit > 10.000 atau < 45003. Penilaian derajat Keparahan penyakit
Penilaian derajat kerahan penyakit pneumonia kumuniti dapat dilakukan
dengan menggunakan sistem skor menurut hasil penelitian Pneumonia Patient
Outcome Research Team (PORT) sepertitabel di bawah ini :
Tabel 1. Sistem skor pada pneumonia komuniti berdasarkan PORT
Menurut ATS kriteria pneumonia berat bila dijumpai salah satu atau lebih
kriteria di bawah ini.Kriteria minor:
a. Frekuensi napas > 30/menitb. Pa O2/Fi O2kurang dari 250 mmHgc. Foto toraks paru menunjukkan kelainan bilaterald. Foto toraks paru melibatkan > 2 lobuse. Tekanan sistolik < 90 mmHgf.
Tekanan diastolik < 60 mmHg
-
5/26/2018 Referat Pneumonia New 1
10/25
Kriteria mayor adalah sebagai berikut :
a. Membutuhkan ventilasi mekanikb. Infiltrat bertambah > 50%c. Membutuhkan vasopresor > 4 jam (septik syok)d. Kreatinin serum > 2 mg/dl atau peningkatan > 2 mg/dI, pada penderita
riwayat penyakit ginjal atau gagal ginjal yang membutuhkan dialisis.
Berdasarkan kesepakatan PDPI, kriteria yang dipakai untuk indikasi rawat
inap pneumonia komuniti adalah :
1. Skor PORT lebih dari 702. Bila skor PORT kurang < 70 maka penderita tetap perlu dirawat inap bila
dijumpai salah satu dari kriteria dibawah ini :
a. Frekuensi napas > 30/menitb. Pa02/FiO2 kurang dari 250 mmHgc. Foto toraks paru menunjukkan kelainan bilaterald. Foto toraks paru melibatkan > 2 lobuse. Tekanan sistolik < 90 mmHgf. Tekanan diastolik < 60 mmHg3. Pneumonia pada pengguna NAPZA
4. Kriteria perawatan intensifPenderita yang memerlukan perawatan di ruang rawat intensif adalah
penderita yang mempunyai palingsedikit 1 dari 2 gejala mayor tertentu
(membutuhkan ventalasi mekanik dan membutuhkan vasopressor > 4 jam (syok
septik) ) atau 2 dari 3 gejala minor tertentu (Pa02/FiO2 kurang dari 250 mmHg,
foto toraks parumenunjukkan kelainan bilateral, dan tekanan sistolik < 90 mmHg).
Kriteria minor dan mayor yang lainbukan merupakan indikasi untuk perawatan
ruang rawat intensif.
-
5/26/2018 Referat Pneumonia New 1
11/25
Gambar1. alur Diagnosis Pneumonia Komuniti
5. TatalaksanaSecara umum pemilihan antibiotik berdasarkan bakteri penyebab
pneumonia dapat dilihat sebagai berikut :
Penisilin sensitif Streptococcus pneumoniae
a. Golongan Penisilinb. TMP-SMZc. Makrolid
Penisilin resisten Streptococcus pneumoniae
a. Betalaktam oral dosis tinggi (untuk rawat jalan)b. Sefotaksim, Seftriakson dosis tinggic. Makrolid dosis tinggid. Fluorokuinolon respirasi
-
5/26/2018 Referat Pneumonia New 1
12/25
Pseudomonas aeruginosa
a. Aminoglikosidab. Seftazidim, Sefoperason, Sefepimc. Tikarsilin, Piperasilind. Karbapenem : Meropenem, Imipeneme. Siprofloksasin, Levofloksasin
Methicillin resisten Staphylococcus aureus
a. Vankomisinb. Teikoplaninc. Linezolid
Haemophillus influenzae
a. TMP-SMZb. Azitromisinc. Sefalosporin gen 2 atau 3d. Fluorokuinolon respirasi
B. PNEUMONIA ATIPIK
1. DefinisiPada pneumonia selain ditemukan bakteri penyebab yang tipik sering pula
dijumpai bakteri atipik. Bakteriatipik yang sering dijumpai adalah Mycoplasma
pneumoniae, Chlamydia pneumoniae, Legionella spp.Penyebab lain
Chlamydiapsittasi, Coxiella burnetti, virus influenza tipe A & B, adenovirus dan
Respiratorisyncitial virus.
2. Diagnosis pneumonia atipik
1. Gejalanya adalah tanda infeksi saluran napas yaitu demam, batuknonproduktif dan gejala sistemik berupa nyeri kepala dan mialgia. Gejala
klinis pada tabel di bawah ini dapat membantu menegakkan diagnosis
pneumonia atipik.
2. Pada pemeriksaan fisik terdapat ronki basah tersebar, konsolidasi jarangterjadi.
-
5/26/2018 Referat Pneumonia New 1
13/25
3. Gambaran radiologis infiltrat interstitial.4. Labolatorium menunjukkan leukositosis ringan, pewarnaan Gram, biarkan
dahak atau darah tidak ditemukan bakteri.
5. Laboratorium untuk menemukan bakteri atipik.a. Isolasi biarkan sensitivitinya sangat rendah
b. Deteksi antigen enzyme immunoassays (EIA)c. Polymerase Chain Reaction (PCR)d. Uji serologie. Cold agglutininf. Uji fiksasi komplemen merupakan standar untuk diagnosis
M.pneumoniae
g. Micro immunofluorescence (MIF). Standard serologi untukC.pneumonia
h. Antigen dari urin untuk LegionellaUntuk membantu secara klinis gambaran perbedaan gejala klinis atipik dan
tipik dapat dilihatpada tabel 2, walaupun tidak selalu dijumpai gejala-gejala
tersebut.
3. Pengobatan pneumonia atipikAntibiotik masih tetap merupakan pengobatan utama pada pneumonia termasuk
atipik. Antibiotik terpilih pada pneumonia atipik yang disebabkan oleh
M.pneumoniae, C.pneumoniae dan Legionellaadalahgolongan :
-
5/26/2018 Referat Pneumonia New 1
14/25
a. Makrolid baru (azitromisin, klaritromisin, roksitromisin)b. Fluorokuinolon respinessc. Doksisiklin
2. PNEUMONIA NOSOKOMIALA. DEFINISI
Pneumonia nosokomial (HAP) adalah pneumonia yang terjadi setelah
pasien 48 jam dirawat di rumah sakit dan disingkirkan semua infeksi yang
inkubasinya terjadi sebelum masuk rumah sakit.
Ventilator associated pneumoniae (VAP) adalah pneumonia yang terjadi
lebih dari 48 jam setelah pemasangan intubasi endotrakeal.
B. ETIOLOGIPneumonia nosokomial dapat disebabkan oleh kuman bukan multi drug
resistance (MDR) misalnya S.pneumoniae, H. Influenzae, Methicillin Sensitive
Staphylococcus aureus (MSSA) dan kuman MDR misalnya Pseudomonas
aeruginosa, Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae, Acinetobacter spp dan
Gram positif seperti Methicillin Resistance Staphylococcus aureus (MRSA).
Pneumonia nosokomial yang disebabkan jamur, kuman anaerob dan virus jarang
terjadi.
Angka kejadian sebenarnya dari pneumonia nosokomial di Indonesia tidak
diketahui disebabkan antara lain data nasional tidak ada dan data yang ada hanya
berasal dari beberapa rumah sakit swasta dan pemerintah serta angkanya sangat
bervariasi. Bakteri penyebab dapat diambil dari dahak, darah, cara invasif
misalnya bilasan bronkus, sikatan bronkus, biopsi aspirasi transtorakal dan biopsi
aspirasi transtrakea.
C. PATOGENESISPatogenesis pneumonia nosokomial pada prinsipnya sama dengan
pneumonia komuniti. Pneumonia terjadi apabila mikroba masuk ke saluran napas
-
5/26/2018 Referat Pneumonia New 1
15/25
bagian bawah. Ada empat rute masuknya mikroba tersebut ke dalam saluran napas
bagian bawah yaitu :
1. Aspirasi, merupakan rute terbanyak pada kasus-kasus tertentu seperti kasus
neurologis dan usia lanjut.
2. Inhalasi, misalnya kontaminasi pada alat-alat bantu napas yang digunakan
pasien
3. Hematogenik
4. Penyebaran langsung
Pasien yang mempunyai faktor predisposisi terjadi aspirasi, mempunyai risiko
mengalami pneumonia nosokomial. Apabila sejumlah bakteri dalam jumlah besar
berhasil masuk ke dalam saluran napas bagian bawah yang steril, maka
pertahanan pejamu yang gagal membersihkan inokulum dapat menimbulkan
proliferasi dan inflamasi sehingga terjadi pneumonia. Interaksi antara faktor
pejamu (endogen) dan faktor risiko dari luar (eksogen) akan menyebabkan
kolonisasi bakteri patogen di saluran napas bagian atas atau pencernaan makanan.
Patogen penyebab pneumonia nosokomial ialah bakteri gram negatif dan
Staphylococcus aureus yang merupakan flora normal sebanyak < 5%. Kolonisasi
di saluran napas bagian atas karena bakteri-bakteri tersebut merupakan titik awal
yang penting untuk terjadi pneumonia.
-
5/26/2018 Referat Pneumonia New 1
16/25
D. FAKTOR PREDISPOSISI ATAU FAKTOR RISIKO PNEUMONIANOSOKOMIAL
Faktor risiko pada pneumonia sangat banyak dibagi menjadi 2 bagian:
1. Faktor yang berhubungan dengan daya tahan tubuh
Penyakit kronik (misalnya penyakit jantung, PPOK, diabetes, alkoholisme,
azotemia), perawatan di rumah sakit yang lama, koma, pemakaian obat tidur,
perokok, intubasi endotrakeal, malnutrisi, umur lanjut, pengobatan steroid,
pengobatan antibiotik, waktu operasi yang lama, sepsis, syok hemoragik,
infeksi berat di luar paru dan cidera paru akut (acute lung injury) serta
bronkiektasis
-
5/26/2018 Referat Pneumonia New 1
17/25
2. Faktor eksogen adalah :
a. Pembedahan :
Besar risiko kejadian pneumonia nosokomial tergantung pada jenis
pembedahan, yaitu torakotomi (40%), operasi abdomen atas (17%) dan
operasi abdomen bawah (5%).
b. Penggunaan antibiotik :
Antibiotik dapat memfasilitasi kejadian kolonisasi, terutama antibiotik yang
aktif terhadap Streptococcus di orofaring dan bakteri anaerob di saluran
pencernaan. Sebagai contoh, pemberian antibiotik golongan penisilin
mempengaruhi flora normal di orofaring dan saluran pencernaan.
Sebagaimana diketahui Streptococcus merupakan flora normal di orofaring
melepaskan bacterocins yang menghambat pertumbuhan bakteri gram
negatif. Pemberian penisilin dosis tinggi akan menurunkan sejumlah bakteri
gram positif dan meningkatkan kolonisasi bakteri gram negatif di orofaring.
c. Peralatan terapi pernapasan
Kontaminasi pada peralatan ini, terutama oleh bakteri Pseudomonas
aeruginosa dan bakteri gram negatif lainnya sering terjadi.
d.Pemasangan pipa/selang nasogastrik, pemberian antasid dan alimentasi
enteral
Pada individu sehat, jarang dijumpai bakteri gram negatif di lambung karena
asam lambung dengan pH < 3 mampu dengan cepat membunuh bakteri yang
tertelan. Pemberian antasid / penyekat H2
yang mempertahankan pH > 4
menyebabkan peningkatan kolonisasi bakteri gram negatif aerobik di
lambung, sedangkan larutan enteral mempunyai pH netral 6,4 - 7,0.
e. Lingkungan rumah sakit
1. Petugas rumah sakit yang mencuci tangan tidak sesuai dengan prosedur
2.Penatalaksanaan dan pemakaiaan alat-alat yang tidak sesuai prosedur,
seperti alat bantu napas, selang makanan, selang infus, kateter dll
3. Pasien dengan kuman MDR tidak dirawat di ruang isolasi
-
5/26/2018 Referat Pneumonia New 1
18/25
Faktor risiko kuman MDR penyebab HAP dan VAP (ATS/IDSA 2004)
Pemakaian antibiotik pada 90 hari terakhir
Dirawat di rumah sakit 5 hari
Tingginya frekuensi resisten antibiotik di masyarakat atau di rumah sakit
tersebut
Penyakit immunosupresi dan atau pemberian imunoterapi
E. DIAGNOSISMenurut kriteria dari The Centers for Disease Control (CDC-Atlanta),
diagnosis pneumonia nosokomial adalah sebagai berikut :
1. Onset pneumonia yang terjadi 48 jam setelah dirawat di rumah sakit dan
menyingkirkan semua infeksi yang inkubasinya terjadi pada waktu masuk
rumah sakit
2. Diagnosis pneumonia nosokomial ditegakkan atas dasar :
a. Foto toraks : terdapat infiltrat baru atau progresif
b. Ditambah 2 diantara kriteria berikut: - suhu tubuh > 38o
C
- sekret purulen
- leukositosis
Kriteria pneumonia nosokomial berat menurut ATS
1. Dirawat di ruang rawat intensif
2. Gagal napas yang memerlukan alat bantu napas atau membutuhkan O2
> 35 %
untuk mempertahankan saturasi O2
> 90 %
3. Perubahan radiologik secara progresif berupa pneumonia multilobar atau kaviti
dari infiltrat paru
4. Terdapat bukti-bukti ada sepsis berat yang ditandai dengan hipotensi dan atau
disfungsi organ yaitu :
a. Syok (tekanan sistolik < 90 mmHg atau diastolik < 60 mmHg)
b. Memerlukan vasopresor > 4 jam
c. Jumlah urin < 20 ml/jam atau total jumlah urin 80 ml/4 jam
d. Gagal ginjal akut yang membutuhkan dialisis
-
5/26/2018 Referat Pneumonia New 1
19/25
Pemeriksaan yang diperlukan adalah :
1. Pewarnaan Gram dan kultur dahak yang dibatukkan, induksi sputum atau
aspirasi sekret dari selang endotrakeal atau trakeostomi. Jika fasiliti
memungkinkan dapat dilakukan pemeriksaan biakan kuman secara
semikuantitatif atau kuantitatif dan dianggap bermakna jika ditemukan 106
colony-forming units/ml dari sputum, 105
106
colony-forming units/ml dari
aspirasi endotrracheal tube, 104
105
colony-forming units/ml dari
bronchoalveolar lavage (BAL) , 103
colony-forming units/ml dari sikatan
bronkus dan paling sedikit 102
colony-forming units/ml dari vena kateter
sentral. Dua set kultur darah aerobik dan anaerobik dari tempat yang berbeda
(lengan kiri dan kanan) sebanyak 7 ml. Kultur darah dapat mengisolasi
bakteri patogen pada > 20% pasien. Jika hasil kultur darah (+) maka sangat
penting untuk menyingkirkan infeksi di tempat lain. Pada semua pasien
pneumonia nosokomial harus dilakukan pemeriksaan kultur darah. Kriteria
dahak yang memenuhi syarat untuk pemeriksaan apusan langsung dan biakan
yaitu bila ditemukan sel PMN > 25 / lapangan pandang kecil (lpk) dan sel
epitel < 10 / lpk.
2. Analisis gas darah untuk membantu menentukan berat penyakit
3. Jika keadaan memburuk atau tidak ada respons terhadap pengobatan maka
dilakukan pemeriksaan secara invasif. Bahan kultur dapat diambil melalui
tindakan bronkoskopi dengan cara bilasan, sikatan bronkus dengan kateter
ganda terlindung dan bronchoalveolar lavage (BAL). Tindakan lain adalah
aspirasi transtorakal.
-
5/26/2018 Referat Pneumonia New 1
20/25
F. TERAPI ANTIBIOTIKBeberapa pedoman dalam pengobatan pneumonia nosokomial ialah :
1. Semua terapi awal antibiotik adalah empirik dengan pilihan antibiotik yang
harus mampu mencakup sekurang-kurangnya 90% dari patogen yang mungkin
sebagai penyebab, perhitungkan pola resistensi setempat
2. Terapi awal antibiotik secara empiris pada kasus yang berat dibutuhkan dosis
dan cara pemberian yang adekuat untuk menjamin efektiviti yang maksimal.
-
5/26/2018 Referat Pneumonia New 1
21/25
Pemberian terapi emperis harus intravena dengan sulih terapi pada pasien yang
terseleksi, dengan respons klinis dan fungsi saluran cerna yang baik.
3. Pemberian antibiotik secara de-eskalasi harus dipertimbangkan setelah ada hasil
kultur yang berasal dari saluran napas bawah dan ada perbaikan respons klinis.
4. Kombinasi antibiotik diberikan pada pasien dengan kemungkinan terinfeksi
kuman MDR
5. Jangan mengganti antibiotik sebelum 72 jam, kecuali jika keadaan klinis
memburuk
6. Data mikroba dan sensitiviti dapat digunakan untuk mengubah pilihan empirik
apabila respons klinis awal tidak memuaskan. Modifikasi pemberian antibiotik
berdasarkan data mikrobial dan uji kepekaan tidak akan mengubah mortaliti
apabila terapi empirik telah memberikan hasil yang memuaskan.
Patogen potensial Antibiotik yang direkomendasikan
Streptocoocus pneumoniae
Haemophilus influenzae
Metisilin-sensitif Staphylocoocus
aureus
Antibiotik sensitif basil Gram
negatif enterik
-Escherichia coli
-Klebsiella pneumoniae
-Enterobacter spp
-Proteus spp- Serratia marcescens
Betalaktam + antibetalaktamase
(Amoksisilin klavulanat)
atau
Sefalosporin G3 nonpseudomonal
(Seftriakson, sefotaksim)
atau
Kuinolon respirasi (Levofloksasin,
Moksifloksasin
-
5/26/2018 Referat Pneumonia New 1
22/25
Patogen potensial Terapi Antibiotik kombinasi
Patogen MDR tanpa atau dengan
patogen pada Tabel 1
Pseudomonas aeruginosa
Klebsiella pneumoniae
(ESBL)
Acinetobacter sp
Methicillin resisten
Staphylococcus aureus
(MRSA)
Sefalosporin antipseudomonal
(Sefepim, seftasidim, sefpirom)
atau
Karbapenem antipseudomonal
(Meropenem, imipenem)
atau
-laktam / penghambat laktamase
(Piperasilintasobaktam)
ditambah
Fluorokuinolon antipseudomonal
(Siprofloksasin atau levofloksasin)
atau
Aminoglikosida
(Amikasin, gentamisin atau
tobramisin)
ditambahLinesolid atau vankomisin atau
teikoplanin
Dosis Antibiotik Intravena Awal Secara Empirik Untuk Hap Pada Pasien
Dengan Onset Lanjut atau Terdapat Faktor Resiko Patogen MDR
Antibiotik Dosis
Sefalosporin antipseudomonal
Sefepim
Seftasidim
Sefpirom
1-2 gr setiap 812 jam
2 gr setiap 8 jam
1 gr setiap 8 jam
Karbapenem
Meropenem
Imipenem
1 gr setiap 8 jam
500 mg setiap 6 jam / 1 gr setiap 8
jam
-
5/26/2018 Referat Pneumonia New 1
23/25
laktam / penghambat laktamase
Piperasilin-tasobaktam 4,5 gr setiap 6 jam
Aminoglikosida
Gentamisin
Tobramisin
Amikasin
7 mg/kg BB/hr
7 mg/kg BB/hr
20 mg/kg BB/hr
Kuinolon antipseudomonal
Levofloksasin
Siprofloksasin
750 mg setiap hari
400 mg setiap 8 jam
Vankomisin 15 mg/kg BB/12 jam
Linesolid
Teikoplanin
600 mg setiap 12 jam
400 mg / hari
-
5/26/2018 Referat Pneumonia New 1
24/25
BAB III
KESIMPULAN
Pneumonia masih tetap merupakan masalah utama dalam bidang
kesehatan, baik di negara maju maupun berkembang termasuk di Indonesia.
Penyebab pneumonia sulit ditemukan dan memerlukan waktu beberapa hari untuk
mendapatkan hasilnya sedangkan pneumonia dapat menyebabkan kematian bila
tidak segera diobati, maka pengobatan awal pneumonia diberikan antibiotik secara
empiris. Akhir-akhir ini laporan dari beberapa kota di Indonesia menunjukkan
bahwa bakteri yang ditemukan dari pemeriksaan dahak penderita pneumonia
komuniti adalah bakteri gram negatif.
Diagnosis ditegakkan dari gambaran klinis, dari anamnesis dan
pemeriksaan fisik. Gambaran klinik ditandai demam menggigil, suhu dapat
>40oC, batuk dengan dahak mukoid atau purulen kadang-kadang disertai darah,
sesak napas, dan nyeri dada. Temuan pemeriksaan fisik dada tergantung dari luas
lesi di paru. Pemeriksaan penunjang dengan gambaran radiologis dan pemeriksaan
laboratorium.
Pengobatan terdiri atas antibiotik dan pengobatan suportif. Pada umumnya
prognosis adalah baik, tergantung faktor penderita, bakteri penyebab, dan
penggunaan antibiotik yang tepat serta adekuat. Perawatan yang baik dan intensif
sangat mempengaruhi prognosis penyakit pada penderita yang dirawat.
-
5/26/2018 Referat Pneumonia New 1
25/25
DAFTAR PUSTAKA
PDPI, 2005. Pneumonia Nosokomial Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di
Indonesia. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia : Jakarta
_________ . Pneumonia Komuniti Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di
Indonesia.
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia : Jakarta
Soedarsono, 2010. Pneumonia In Wibisono, Winaryani, Haryadi. S, Eds Buku
Ajar Ilmu Penyakit Paru. Departemen Ilmu Penyakit Paru FK Unair
RSUD DR SOETOMO.