Referat Pneumonia

46
BAB 1 PENDAHULUAN Infeksi saluran napas bawah akut (ISNBA) menimbulkan angka kesakitan dan kematian yang tinggi serta kerugian produktivitas kerja 1 . Dari hasil survei kesehatan rumah tangga Depkes tahun 2001, penyakit infeksi saluran napas bagian bawah menempati urutan ke dua sebagai penyebab kematian 2 . ISNBA dapat dijumpai dalam berbagai bentuk, tersering adalah dalam bentuk pneumonia. 1 . Laporan WHO 1999 menyebutkan bahwa penyebab kematian tertinggi akibat penyakit infeksi di dunia adalah infeksi saluran napas akut termasuk pneumonia. Di Indonesia, dari buku SEAMIC Health statistic 2001, pneumonia merupakan penyebab kematian nomor enam. 2 Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius dan alveoli, serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas 1

Transcript of Referat Pneumonia

Page 1: Referat Pneumonia

BAB 1

PENDAHULUAN

Infeksi saluran napas bawah akut (ISNBA) menimbulkan angka kesakitan dan

kematian yang tinggi serta kerugian produktivitas kerja 1 Dari hasil survei kesehatan

rumah tangga Depkes tahun 2001 penyakit infeksi saluran napas bagian bawah

menempati urutan ke dua sebagai penyebab kematian 2 ISNBA dapat dijumpai dalam

berbagai bentuk tersering adalah dalam bentuk pneumonia 1 Laporan WHO 1999

menyebutkan bahwa penyebab kematian tertinggi akibat penyakit infeksi di dunia

adalah infeksi saluran napas akut termasuk pneumonia Di Indonesia dari buku

SEAMIC Health statistic 2001 pneumonia merupakan penyebab kematian nomor

enam2

Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru distal dari

bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius dan alveoli serta

menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat

Istilah pneumonia lazim dipakai bila peradangan terjadi oleh proses infeksi akut

sedangkan istilah pneumonitis sering dipakai untuk proses non infeksi1

Di Indonesia berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun

2007 menunjukkan prevalensi nasional ISPA 255 (16 provinsi di atas angka

nasional) angka kesakitan (morbiditas) pneumonia pada Bayi 22 Balita 3

angka kematian (mortalitas) pada bayi 238 dan Balita 1552

1

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

21 Anatomi Paru-Paru

Paru-paru merupakan organ yang lunak spongious dan elastis berbentuk

kerucut atau konus terletak dalam rongga toraks dan di atas diafragma diselubungi

oleh membran pleura Setiap paru mempunyai apeks (bagian atas paru) yang tumpul

di kranial dan basis (dasar) yang melekuk mengikuti lengkung diphragma di kaudal

Pembuluh darah paru bronkus saraf dan pembuluh limfe memasuki tiap paru pada

bagian hilus2

Paru-paru kanan mempunyai 3 lobus sedangkan paru-paru kiri 2 lobus Lobus

pada paru-paru kanan adalah lobus superius lobus medius dan lobus inferius Lobus

mediuslobus inferius dibatasi fissura horizontalis lobus inferius dan medius

2

dipisahkan fissura oblique Lobus pada paru-paru kiri adalah lobus superius dan lobus

inferius yg dipisahkan oleh fissura oblique Pada paru-paru kiri ada bagian yang

menonjol seperti lidah yang disebut lingula Jumlah segmen pada paru-paru sesuai

dengan jumlah bronchus segmentalis biasanya 10 di kiri dan 8-9 yang kanan Sejalan

dgn percabangan bronchi segmentales menjadi cabang-cabang yg lebih kecil

segmenta paru dibagi lagi menjadi subsegmen-subsegmen2

3

22 Definisi Pneumonia

Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru distal dari

bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius dan alveoli serta

menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat yang

disebabkan oleh mikroorganisme (bakterivirusjamurprotozoa)3

Secara kinis pneumonia didefinisikan sebagai suatu peradangan paru yang

disebabkan oleh mikroorganisme (bakteri virus jamur parasit) Pneumonia yang

disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis tidak termasuk Sedangkan peradangan

paru yang disebabkan oleh nonmikroorganisme (bahan kimia radiasi aspirasi bahan

toksik obat-obatan dan lain-lain) disebut pneumonitis4

23 Epidemiologi Pneumonia

Pneumonia merupakan salah satu penyakit infeksi saluran nafas yang

terbanyak di dapatkan dan dapat menyebabkan kematian hampir di seluruh dunia

Angka kematian di Inggris adalah sekitar 5-10 Berdasarkan umur pneumonia

dapat menyerang siapa saja meskipun lebih banyak ditemukan pada anak-anak Di

Amerika Serikat pneumonia mencapai 13 dari penyakit infeksi saluran nafas pada

anak di bawah 2 tahun4

UNICEF memperkirakan bahwa 3 juta anak di dunia meninggal karena

penyakit pneumonia setiap tahun Kasus pneumonia di negara berkembang tidak

hanya lebih sering didapatkan tetapi juga lebih berat dan banyak menimbulkan

kematian pada anak Insiden puncak pada umur 1-5 tahun dan menurun dengan

4

bertambahnya usia anak Mortalitas diakibatkan oleh bakteremia oleh karena

Streptococcus pneumoniae dan Staphylococcus aureus tetapi di negara berkembang

juga berkaitan dengan malnutrisi dan kurangnya akses perawatan Dari data

mortalitas tahun 1990 pneumonia merupakan seperempat penyebab kematian

pada anak dibawah 5 tahun dan 80 terjadi di negara berkembang Pneumonia yang

disebabkan oleh infeksi RSV didapatkan sebanyak 40 Di negara dengan 4

musim banyak terdapat pada musim dingin sampai awal musim semi dinegara tropis

pada musim hujan 4

Di Indonesia berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun

2007 menunjukkan prevalensi nasional ISPA 255 angka kesakitan ( morbiditas )

pneumonia pada bayi 22 balita 3 angka kematian ( mortalitas ) pada bayi

238 dan balita 155 5

24 Etiologi Pneumonia

Pneumonia dapat disebabkan oleh berbagai macam mikroorganisme yaitu

bakteri virus jamur protozoa yang sebagian besar disebabkan oleh bakteri

Penyebab tersering pneumonia adalah bakteri gram positif Streptococcus pneumonia

Kuman penyebab pneumonia biasanya berbeda sesuai dengan distribusi umur pasien

dan keadaan klinis terjadinya infeksi 4

Virus penyebab tersering pneumonia adalah respiratory syncytial virus (RSV)

parainfluenza virus influenza virus dan adenovirus Secara umum bakteri yang

berperan penting dalam pneumonia adalah Streptococcus pneumonia Haemophillus

5

influenza Staphylococcus aureus Streptococcus group B serta kuman atipik

klamidia dan mikoplasma 4

Pada neonatus Streptococcus group B dan Listeriae monocytogenes

merupakan penyebab pneumonia paling banyak Virus adalah penyebab terbanyak

pneumonia pada usia prasekolah dan berkurang dengan bertambahnya usia Selain

itu Streptococcus pneumoniae merupakan penyebab paling utama pada pneumonia

bakterial Mycoplasma pneumoniae dan Chlamydia pneumoniae merupakan

penyebab yang sering didapatkan pada anak diatas 5 tahun Communityy-acquired

acute pneumonia sering disebabkan oleh streptokokkus pneumonia atau

pneumokokkus sedangkan pada Community-acquired atypical pneumonia penyebab

umumnya adalah Mycopalsma pneumonia Staphylokokkus aureus dan batang gram

negatif seperti Enterobacteriaceae dan Pseudomonas adalah isolat yang tersering

ditemukan pada Hospital-acquired pneumonia4

Tabel 1 Mikroorganisme penyebab pneumonia menurut umur dengan terjadinya infeksi 4

Umur Penyebab yang sering Penyebab yang jarang

Lahir-20 hari Bakteria Escherichia colli Group B streptococci Listeria monocytogenes

Bakteria Group D streptococci Haemophillus influenzae Streptococcus pneumoniae Ureaplasma urealyticum

Virus Cytomegalovirus Herpes simplex virus

6

3 minggu ndash 3 bulan

Bakteria Clamydia trachomatis Streptococcus pneumoniae

Virus Respiratory syncytial virus Influenza virus Para influenza virus

12 and 3 Adenovirus

Bakteria Bordetella pertusis Haemophillusinfluenza type B amp

non typeable Moxarella catarrhalis Staphylococcus aureus Ureaplasma urealyticum

Virus Cytomegalovirus

4 bulan ndash5 tahun

Bakteria Streptococcus pneumoniae Clamydia pneumoniae Mycoplasma pneumoniae

Virus Respiratory syncytial virus Influenza virus Parainfluenza virus Rhinovirus Adenovirus Measles

Bakteria Haemophillus influenza type B Moxarella catarrhalis Neisseria meningitis Staphylococcus aureus

Virus Varicella zoster virus

5 tahun ndash dewasa Bakteria Clamydia pneumonia Mycoplasma pneumonia Streptococcus pneumoniae

Bakteria Haemophillus influenza type B Legionella species Staphylococcus aureus

Virus Adenovirus Epstein barr virus Influenza virus Parainfluenza virus Rhinovirus Respiratory syncytial virus Varicella zoster virus

Tabel 2 Mikroorganisme penyebab pneumonia menurut keadaan klinis terjadinya infeksi 4

7

Communityy-acquired acute pneumonia

Streptococcus pneumoniaHaemophilus influenzaeMoraxella catarrhalisStaphylococcus aureusLegionella pneumophilaEnterobacteriaceae (Klebsiella pneumoniae) and Pseudomonas sppCommunity-acquired atypical pneumonia

Mycoplasma pneumoniaChlamydia spp (C pneumoniae C psittaci C trachomatis)Coxiella burnetii (Q fever)Viruses respiratory syncytial virus parainfluenza virus (children) influenza A and B (adults) adenovirus(military recruits) SARS virusHospital-acquired pneumonia

Gram-negative rods Enterobacteriaceae (Klebsiella spp Serratia marcescens Escherichia coli) andPseudomonas sppStaphylococcus aureus (usually penicillin resistant)Pneumonia kronis

NocardiaActinomycesGranulomatous Mycobacterium tuberculosis and atypical mycobacteria Histoplasma capsulatumCoccidioides immitis Blastomyces dermatitidis

25 Klasifikasi Pneumonia

1 Menurut sifatnya yaitu

a Pneumonia primer yaitu radang paru yang terserang pada orang yang tidak

mempunya faktor resiko tertentu Kuman penyebab utama yaitu

Staphylococcus pneumoniae ( pneumokokus) Hemophilus influenzae juga

8

Virus penyebab infeksi pernapasan( Influenza Parainfluenza RSV) Selain itu

juga bakteri pneumonia yang tidak khas( ldquoatypicalrdquo) yaitu mykoplasma

chlamydia dan legionella

b Pneumonia sekunder yaitu terjadi pada orang dengan faktor predisposisi

selain penderita penyakit paru lainnnya seperti COPD terutama juga bagi

mereka yang mempunyai penyakit menahun seperti diabetes mellitus HIV

dan kankerdll 2

2 Berdasarkan Kuman penyebab

a Pneumonia bakterial tipikal Dapat terjadi pada semua usia Beberapa bakteri

mempunyai tendensi menyerang sesorang yang peka misalnya Klebsiella

pada penderita alkoholikStaphyllococcus pada penderita pasca infeksi

influenza

b Pneumonia atipikal disebabkan Mycoplasma Legionella dan Chlamydia

c Pneumonia virus disebabkan oleh virus RSV Influenza virus

d Pneumonia jamur sering merupakan infeksi sekunder Predileksi terutama pada

penderita dengan daya tahan lemah (immunocompromised) 5

3 Berdasarkan klinis dan epidemiologi

a Pneumonia komuniti (Community-acquired pneumonia= CAP) pneumonia

yang terjadi di lingkungan rumah atau masyarakat juga termasuk pneumonia

yang terjadi di rumah sakit dengan masa inap kurang dari 48 jam 5

b Penumonia nosokomial (Hospital-acquired Pneumonia= HAP) merupakan

pneumonia yang terjadi di ldquorumah sakitrdquo infeksi terjadi setelah 48 jam berada

9

di rumah sakit Kuman penyebab sangat beragam yang sering di temukan

yaitu Staphylococcus aureus atau bakteri dengan gramm negatif lainnya

seperti Ecoli Klebsiella pneumoniae Pseudomonas aeroginosa Proteus dll

Tingkat resistensi obat tergolong tinggi untuk bakteri penyebab HAP 6

c Pneumonia aspirasi

4 Berdasarkan lokasi infeksi

a Pneumonia lobaris

Pneumonia focal yang melibatkan satu beberapa lobus paru Bronkus besar

umumnya tetap berisi udara sehingga memberikan gambaran

airbronchogram Konsolidasi yang timbul merupakan hasil dari cairan edema

yang menyebar melalui pori-pori Kohn Penyebab terbanyak pneumonia

lobaris adalah Streptococcus pneumoniae Jarang pada bayi dan orang tua

Pneumonia yang terjadi pada satu lobus atau segmen Kemungkinan sekunder

disebabkan oleh adanya obstruksi bronkus seperti aspirasi benda asing atau

adanya proses keganasan 5

b Bronko pneumonia (Pneumonia lobularis)

Inflamasi paru-paru biasanya dimulai di bronkiolus terminalis Bronkiolus

terminalis menjadi tersumbat dengan eksudat mukopurulen membentuk

bercak-bercak konsolidasi di lobulus yang bersebelahan Ditandai dengan

adanya bercak-bercak infiltrate multifocal pada lapangan paru Dapat

disebabkan oleh bakteri maupun virus Sering pada bayi dan orang tua Jarang

dihubungkan dengan obstruksi bronkus 5

10

c Pneumonia interstisial

Terutama pada jaringan penyangga yaitu interstitial dinding bronkus dan

peribronkil Peradangan dapat ditemumkan pada infeksi virus dan

mycoplasma Terjadi edema dinding bronkioli dan juga edema jaringan

interstisial prebronkial Radiologis berupa bayangan udara pada alveolus

masih terlihat diliputi perselubungan yang tidak merata 5

26 Patofisiologi Pneumonia

Pneumonia yang dipicu oleh bakteri bisa menyerang siapa saja dari bayi

sampai usia lanjut Pecandu alcohol pasien pasca operasi orang-orang dengan

gangguan penyakit pernapasan sedang terinfeksi virus atau menurun kekebalan

tubuhnya adalah yang paling berisiko1

Sebenarnya bakteri pneumonia itu ada dan hidup normal pada tenggorokan

yang sehat Pada saat pertahanan tubuh menurun misalnya karena penyakit usia

lanjut dan malnutrisi bakteri pneumonia akan dengan cepat berkembang biak dan

merusak organ paru-paru1

Kerusakan jaringan paru setelah kolonisasi suatu mikroorganisme paru

banyak disebabkan oleh reaksi imun dan peradangan yang dilakukan oleh pejamu

Selain itu toksin-toksin yang dikeluarkan oleh bakteri pada pneumonia bakterialis

dapat secara langsung merusak sel-sel system pernapasan bawah Ada beberapa cara

mikroorganisme mencapai permukaan 5

1 Inokulasi langsung

11

2 Penyebaran melalui pembuluh darah

3 Inhalasi bahan aerosol

4 Kolonisasi dipermukaan mukosa

Dari keempat cara tersebut diatas yang terbanyak adalah cara kolonisasi

Secara inhalasi terjadi pada infeksi virus mikroorganisme atipikal mikrobakteria

atau jamur Kebanyakan bakteri dengan ukuran 05 ndash 20 nm melalui udara dapat

mencapai bronkus terminal atau alveoli dan selanjutnya terjadi proses infeksi Bila

terjadi kolonisasi pada saluran napas atas (hidung orofaring) kemudian terjadi

aspirasi ke saluran napas bawah dan terjadi inokulasi mikroorganisme hal ini

merupakan permulaan infeksi dari sebagian besar infeksi paru Aspirasi dari sebagian

kecil sekret orofaring terjadi pada orang normal waktu tidur (50) juga pada keadaan

penurunan kesadaran peminum alkohol dan pemakai obat (drug abuse) 5

Basil yang masuk bersama sekret bronkus ke dalam alveoli menyebabkan

reaksi radang berupa edema seluruh alveoli disusul dengan infiltrasi sel-sel PMN dan

diapedesis eritrosit sehingga terjadi permulaan fagositosis sebelum terbentuknya

antibodi 5

Pneumonia bakterialis menimbulkan respon imun dan peradangan yang paling

mencolok Jika terjadi infeksi sebagian jaringan dari lobus paru-paru ataupun

seluruh lobus bahkan sebagian besar dari lima lobus paru-paru (tiga di paru-paru

kanan dan dua di paru-paru kiri) menjadi terisi cairan Dari jaringan paru-paru

infeksi dengan cepat menyebar ke seluruh tubuh melalui peredaran darah Bakteri

pneumokokus adalah kuman yang paling umum sebagai penyebab pneumonia

12

Terdapat empat stadium anatomic dari pneumonia terbagi atas

1 Stadium Kongesti (4 ndash 12 jam pertama)

Disebut hiperemia mengacu pada respon peradangan permulaan yang

berlangsung pada daerah baru yang terinfeksi Hal ini ditandai dengan peningkatan

aliran darah dan permeabilitas kapiler di tempat infeksi Hiperemia ini terjadi akibat

pelepasan mediator-mediator peradangan dari sel-sel mast setelah pengaktifan sel

imun dan cedera jaringan Mediator-mediator tersebut mencakup histamin dan

prostaglandin Degranulasi sel mast juga mengaktifkan jalur komplemen

Komplemen bekerja sama dengan histamin dan prostaglandin untuk melemaskan otot

polos vaskuler paru dan peningkatan permeabilitas kapiler paru Hal ini

mengakibatkan perpindahan eksudat plasma ke dalam ruang interstitium sehingga

terjadi pembengkakan dan edema antar kapiler dan alveolus Penimbunan cairan di

antara kapiler dan alveolus meningkatkan jarak yang harus ditempuh oleh oksigen

dan karbondioksida maka perpindahan gas ini dalam darah paling berpengaruh dan

sering mengakibatkan penurunan saturasi oksigen hemoglobin 2

2 Stadium Hepatisasi Merah (48 jam selanjutnya)

Terjadi sewaktu alveolus terisi oleh sel darah merah eksudat dan fibrin yang

dihasilkan oleh penjamu (host) sebagai bagian dari reaksi peradangan Lobus yang

terkena menjadi padat oleh karena adanya penumpukan leukosit eritrosit dan cairan

sehingga warna paru menjadi merah dan pada perabaan seperti hepar pada stadium

ini udara alveoli tidak ada atau sangat minimal sehingga anak akan bertambah sesak

Stadium ini berlangsung sangat singkat yaitu selama 48 jam 2

13

3 Stadium Hepatisasi Kelabu (Konsolidasi)

Terjadi sewaktu sel-sel darah putih mengkolonisasi daerah paru yang terinfeksi Pada

saat ini endapan fibrin terakumulasi di seluruh daerah yang cedera dan terjadi

fagositosis sisa-sisa sel Pada stadium ini eritrosit di alveoli mulai diresorbsi lobus

masih tetap padat karena berisi fibrin dan leukosit warna merah menjadi pucat kelabu

dan kapiler darah tidak lagi mengalami kongesti2

4 Stadium Akhir (Resolusi)

Eksudat yang mengalami konsolidasi di antara rongga alveoli dicerna secara

enzimatis yang diserap kembali atau dibersihkan dengan batuk Parenkim paru

kembali menjadi penuh dengan cairan dan basah sampai pulih mencapai keadaan

normal2

27 Diagnosis Pneumonia

271 Gambaran Klinis dan Pemeriksaan Fisik

Gejala-gejala pneumonia serupa untuk semua jenis pneumonia Gejalanya

meliputi

Gejala Mayor 1Batuk

2Sputum produktif

3Demam (suhugt38 0c)

Gejala Minor 1 sesak napas

2 nyeri dada

3 konsolidasi paru pada pemeriksaan fisik

4 jumlah leukosit gt12000L

14

Gambaran klinis biasanya didahului oleh infeksi saluran napas akut bagian

atas selama beberapa hari kemudian diikuti dengan demam menggigil suhu tubuh

kadang-kadang melebihi 40ordm C sakit tenggorokan nyeri otot dan sendi Juga disertai

batuk dengan sputum mukoid atau purulen kadang-kadang berdarah5

Pada pemeriksaan fisik dada terlihat bagian yang sakit tertinggal waktu

bernafas pada palpasi fremitus dapat mengeras pada perkusi redup pada auskultasi

terdengar suara napas bronkovesikuler sampai bronchial yang kadang-kadang

melemah Mungkin disertai ronkhi halus yang kemudian menjadi ronkhi basah kasar

pada stadium resolusi 5

272 Pemeriksaan Laboratorium

Pada pemeriksaan laboratorium terdapat peningkatan jumlah leukosit

biasanya gt10000ul kadang-kadang mencapai 30000ul dan pada hitungan jenis

leukosit terdapat pergeseran ke kiri serta terjadi peningkatan LED Untuk menentukan

diagnosis etiologi diperlukan pemeriksaan dahak kultur darah dan serologi Kultur

darah dapat positif pada 20-25 penderita yang tidak diobati Anlalisa gas darah

menunjukkan hipoksemia dan hiperkarbia pada stadium lanjut dapat terjadi asidosis

respiratorik 6

273 Gambaran Radiologis

Gambaran Radiologis pada foto thorax pada penyakit pneumonia antara lain

Perselubungankonsolidasi homogen atau inhomogen sesuai dengan lobus atau

segment paru secara anantomis

15

Batasnya tegas walaupun pada mulanya kurang jelas

Volume paru tidak berubah tidak seperti atelektasis dimana paru mengecil Tidak

tampak deviasi tracheaseptumfissure seperti pada atelektasis

Silhouette sign (+) bermanfaat untuk menentukan letak lesi paru batas lesi

dengan jantung hilang berarti lesi tersebut berdampingan dengan jantung atau di

lobus medius kanan

Seringkali terjadi komplikasi efusi pleura

Bila terjadinya pada lobus inferior maka sinus phrenicocostalis yang paling akhir

terkena

Pada permulaan sering masih terlihat vaskuler

Pada masa resolusi sering tampak Air Bronchogram Sign (terperangkapnya udara

pada bronkus karena tidanya pertukaran udara pada alveolus)

Foto thoraks saja tidak dapat secara khas menentukan penyebab pneumonia

hanya merupakan petunjuk ke arah diagnosis etiologi misalnya penyebab

pneumonia lobaris tersering disebabkan oleh Streptococcus pneumoniae

Pseudomonas aeruginosa sering memperlihatkan infiltrat bilateral atau gambaran

bronkopneumonia sedangkan Klebsiela pneumonia sering menunjukan konsolidasi

yang terjadi pada lobus atas kanan meskipun dapat mengenai beberapa lobus6

1Pneumonia Lobaris

Foto Thorax

16

Tampak gambaran gabungan konsolidasi berdensitas tinggi pada satu

segmenlobus (lobus kanan bawah PA maupun lateral)) atau bercak yang

mengikutsertakan alveoli yang tersebar Air bronchogram biasanya ditemukan

pada pneumonia jenis ini

CT Scan

17

Hasil CT dada ini menampilkan gambaran hiperdens di lobus atas kiri sampai ke

perifer

2 Bronchopneumonia (Pneumonia Lobularis)

Foto Thorax

Pada gambar diatas tampak konsolidasi tidak homogen di lobus atas kiri dan lobus

bawah kiri

CT Scan

18

Tampak gambaran opakhiperdens pada lobus tengah kanan namun tidak menjalar

sampai perifer

3 Pneumonia Interstisial

Foto Thorax

19

Terjadi edema dinding bronkioli dan juga edema jaringan interstitial

prebronkial Radiologis berupa bayangan udara pada alveolus masih terlihat

diliputi oleh perselubungan yang tidak merata

CT Scan

Gambaran CT Scan pneumonia interstitiak pada seorang pria berusia 19

tahun (A) Menunjukan area konsolidasi di percabangan peribronkovaskuler

yang irreguler (B) CT Scan pada hasil follow up selama 2 tahun menunjukan

area konsolidasi yang irreguler tersebut berkembang menjadi bronkiektasis

atau bronkiolektasis (tanda panah)

274 Pemeriksaan Bakteriologis

Bahan berasal dari sputum darah aspirasi nasotrakealtranstrakeal

torakosintesis bronkoskopi atau biopsi Kuman yang predominan pada sputum

disertai PMN yang kemungkinan penyebab infeksi 5

Pengambilan dahak dilakukan pagi hari Pasien mula-mula kumur-kumur

dengan akuades biasa setelah itu pasien diminta inspirasi dalam kemudian

membatukkan dahaknya Dahak ditampung dalam botol steril dan ditutup rapat

20

Dahak segera dikirim ke labolatorium (tidak boleh lebih dari 4 jam) Jika terjadi

kesulitan mengeluarkan dahak dapat dibantu nebulisasi dengan NaCl 3 Kriteria

dahak yang memenuhi syarat untuk pemeriksaan apusan langsung dan biarkan yaitu

bila ditemukan sel PMN gt 25lpk dan sel epitel lt 10lpk 5

28 Diagnosis Banding Pneumonia

ATuberculosis Paru (TB)

Tuberculosis Paru (TB) adalah suatu penyakit infeksi menular yang

disebabkan oleh M tuberculosis Jalan masuk untuk organism M tuberculosis adalah

saluran pernafasan saluran pencernaan Gejala klinis TB antara lain batuk lama yang

produktif (durasi lebih dari 3 minggu) nyeri dada dan hemoptisis dan gejala sistemik

meliputi demam menggigil keringat malam lemas hilang nafsu makan dan

penurunan berat badan3

Tampak gambaran cavitas pada paru lobus atas kanan pada foto thorax proyeksi PA

21

BAtelektasis

Atelektasis adalah istilah yang berarti pengembangan paru yang tidak

sempurna dan menyiratkan arti bahwa alveolus pada bagian paru yang terserang tidak

mengandung udara dan kolaps Memberikan gambaran yang mirip dengan pneumonia

tanpa air bronchogram Namun terdapat penarikan jantung trakea dan mediastinum

ke arah yang sakit karena adanya pengurangan volume interkostal space menjadi

lebih sempit dan pengecilan dari seluruh atau sebagian paru-paru yang sakit

Sehingga akan tampak thorax asimetris 3

Atelektasis pada foto thorax proyeksi PA

22

C Efusi Pleura

Memberi gambaran yang mirip dengan pneumonia tanpa air bronchogram

Terdapat penambahan volume sehingga terjadi pendorongan jantung trakea dan

mediastinum kearah yang sehat Rongga thorax membesar Pada edusi pleura

sebagian akan tampak meniscus sign (+) tanda khas pada efusi pleura 3

Efusi pleura pada foto thorax posisi PA

29 Penatalaksanaan

Pengobatan terdiri atas antibiotik dan pengobatan suportif Pemberian

antibiotik pada penderita pneumonia sebaiknya berdasarkan data mikroorganisme dan

hasil uji kepekaannya akan tetapi karena beberapa alasan yaitu 7

1 penyakit yang berat dapat mengancam jiwa

2 bakteri patogen yang berhasil diisolasi belum tentu sebagai penyebab pneumonia

3 hasil pembiakan bakteri memerlukan waktu

23

Maka pada penderita pneumonia dapat diberikan terapi secara empiris Secara

umum pemilihan antibiotic berdasarkan baktri penyebab pneumonia dapat dilihat

sebagai berikut 751

1 Pemberian Antibiotik

Penisilin sensitif Streptococcus pneumonia (PSSP)

1048707 Golongan Penisilin

1048707 TMP-SMZ

1048707 Makrolid

Penisilin resisten Streptococcus pneumoniae (PRSP)

1048707 Betalaktam oral dosis tinggi (untuk rawat jalan)

1048707 Sefotaksim Seftriakson dosis tinggi

1048707 Marolid baru dosis tinggi

1048707 Fluorokuinolon respirasi

Pseudomonas aeruginosa

1048707 Aminoglikosid

1048707 Seftazidim Sefoperason Sefepim

1048707 Tikarsilin Piperasilin

1048707 Karbapenem Meropenem Imipenem

1048707 Siprofloksasin Levofloksasin

Methicillin resistent Staphylococcus aureus (MRSA)

1048707 Vankomisin

1048707 Teikoplanin

1048707 Linezolid

Hemophilus influenzae

1048707 TMP-SMZ

1048707 Azitromisin

1048707 Sefalosporin gen 2 atau 3

24

1048707 Fluorokuinolon respirasi

Legionella

1048707 Makrolid

1048707 Fluorokuinolon

1048707 Rifampisin

Mycoplasma pneumoniae

1048707 Doksisiklin

1048707 Makrolid

1048707 Fluorokuinolon

Chlamydia pneumoniae

1048707 Doksisikin

1048707 Makrolid

1048707 Fluorokuinolon

25

26

Tabel 3 Rekomendasi Terapi Empiris (ATS 2001) 8

Kategori Keterangan Kuman Penyebab Obat Pilihan I Obat Pilihan II

Kategori I Usia

penderita

lt 65 tahun

-Penyakit

Penyerta (-)

-Dapat

berobat jalan

-Spneumonia

-Mpneumonia

-Cpneumonia

-Hinfluenzae

-Legionale sp

-Saureus

-Mtuberculosis

-Batang Gram (-)

Klaritromisin

2x250 mg

- -Azitromisin

1x500mg

- Rositromisin

2x150 mg atau

1x300 mg

- Siprofloksasin

2x500mg atau

Ofloksasin 2x400mg

- Levofloksasin

1x500mg atau

Moxifloxacin

1x400mg

- Doksisiklin 2x100mg

Kategori II -Usia

penderita gt

65 tahun

- Peny

Penyerta (+)

-Dapat

berobat jalan

-Spneumonia

Hinfluenzae

Batang gram(-)

Aerob

Saures

Mcatarrhalis

Legionalle sp

-Sepalospporin

generasi 2

-Trimetroprim

+Kotrimoksazol

-Betalaktam

-Makrolid

-Levofloksasin

-Gatifloksasin

-Moxyfloksasin

Kategori

III

-Pneumonia

berat

- Perlu

dirawat di

RStapi tidak

perlu di ICU

-Spneumoniae

-Hinfluenzae

-Polimikroba

termasuk Aerob

-Batang Gram (-)

-Legionalla sp

-Saureus

Mpneumoniae

- Sefalosporin

Generasi 2 atau

3

- Betalaktam +

Penghambat

Betalaktamase

+makrolid

-Piperasilin +

tazobaktam

-Sulferason

Kategori

IV

-Pneumonia

berat

-Perlu dirawat

di ICU

-Spneumonia

-Legionella sp

-Batang Gram (-)

aerob

-Mpneumonia

-Virus

-Hinfluenzae

-Mtuberculosis

-Jamur endemic

- Sefalosporin

generasi 3

(anti

pseudomonas)

+ makrolid

- Sefalosporin

generasi 4

- Sefalosporin

generasi 3 +

kuinolon

-Carbapenem

meropenem

-Vankomicin

-Linesolid

-Teikoplanin

2 Terapi Suportif Umum

1 Terapi O2 untuk mencapai PaO2 80-100 mmHg atau saturasi 95-96 berdasarkan

pemeriksaan analisis gas darah

2 Humidifikasi dengan nebulizer untuk pengenceran dahak yang kental dapat

disertai nebulizer untuk pemberian bronkodilator bila terdapat bronkospasme

3 Fisioterapi dada untuk pengeluaran dahak khususnya anjuran untuk batuk dan

napas dalam Bila perlu dikerjakan fish mouth breathing untuk melancarkan

ekspirasi dan pengeluarn CO2 Posisi tidur setengah duduk untuk melancarkan

pernapasan7

4 Pengaturan cairan Keutuhan kapiler paru sering terganggu pada pneumonia dan

paru lebih sensitif terhadap pembebanan cairan terutama bila terdapat pneumonia

bilateral Pemberian cairan pada pasien harus diatur dengan baik termasuk pada

keadaan gangguan sirkulasi dan gagal ginjal Overhidrasi untuk maksud

mengencerkan dahak tidak diperkenankan 9

5 Pemberian kortikosteroid pada fase sepsis berat perlu diberikan Terapi ini tidak

bermanfaat pada keadaan renjatan septik

6 Obat inotropik seperti dobutamin atau dopamin kadang-kadang diperlukan bila

terdapat komplikasi gangguan sirkulasi atau gagal ginjal prerenal

7 Ventilasi mekanis indikasi intubasi dan pemasangan ventilator pada pneumonia

adalah

27

a Hipoksemia persisten meskipun telah diberikan O2 100 dengan

menggunakaan masker Kosentrasi O2 yang tinggi menyebabkan penurunan

pulmonary compliance hingga tekanan inflasi meninggi Dalam hal ini perlu

dipergunakan PEEP untuk memperbaiki oksigenisasi dan menurunkan FiO2

menjadi 50 atau lebih rendah9

b Gagal napas yang ditandai oleh peningkatan respiratory distress dengan atau

didapat asidosis respiratorik

c Respiratory arrest

d Retensi sputum yang sulit diatasi secara konservatif

8 Drainase empiema bila ada

9 Bila terdapat gagal napas diberikan nutrisi dengan kalori yang cukup yang

didapatkan terutama dari lemak (gt50) hingga dapat dihindari pembentukan

CO2 yang berlebihan9

3 Terapi Sulih (switch therapy)

Masa perawatan di rumah sakit sebaiknya dipersingkat dengan perubahan obat

suntik ke oral dilanjutkan dengan berobat jalan hal ini untuk mengurangi biaya

perawatan dan mencegah infeksi nosokomial Perubahan ini dapat diberikan secara

sequential (obat sama potensi sama) switch over (obat berbeda potensi sama) dan

step down (obat sama atau berbeda potensi lebih rendah) Pasien beralih dari

intravena ke oral terapi ketika hemodinamik sudah stabil dan perbaikan terbukti

secara secara klinis dapat menelan obat-obatan dan memiliki saluran pencernaan

berfungsi normal 10

28

Kriteria untuk Pneumonia terkait stabilitas klinis adalah 9

1 Temp le 378 C Kesadaran baik

2 Denyut jantung le 100 denyut menit

3 Respirasi ratele 24 napas menit

4 Tekanan darah sistolik ge 90 mmHg

5 Saturasi O2 arteri ge 90 atau pO2 ge 60 mmHg pada ruang udara

6 Kemampuan untuk mengambil asupan oral

210 Komplikasi Pneumonia

1 Efusi pleura dan empiema Terjadi pada sekitar 45 kasus terutama pada infeksi

bakterial akut berupa efusi parapneumonik gram negative sebesar 60

Staphylococcus aureus 50 S pneumoniae 40-60 kuman anaerob 35

Sedangkan pada Mycoplasmapneumoniae sebesar 20 Cairannya transudat dan

steril Terkadang pada infeksi bakterial terjadi empiema dengan cairan eksudat

2 Komplikasi sistemik Dapat terjadi akibat invasi kuman atau bakteriemia berupa

meningitis Dapat juga terjadi dehidrasi dan hiponatremia anemia pada infeksi

kronik peningguan ureum dan enzim hati Kadang-kadang terjadi peninggian

fostase alkali dan bilirubin akibat adanya kolestasis intrahepatik

3 Hipoksemia akibat gangguan difusi

4 Abses Paru terbentuk akibat eksudat di alveolus paru sehingga terjadi infeksi

oleh kuman anaerob dan bakteri gram negative

29

5 Pneumonia kronik yang dapat terjadi bila pneumonia berlangsung lebih dari 4-6

minggu akibat kuman anaerob S aureus dan kuman Gram (-) seperti

Pseudomonas aeruginosa

6 Bronkiektasis Biasanya terjadi karena pneunomia pada masa anak-anak tetapi

dapat juga oleh infeksi berulang di lokasi bronkus distal pada cystic fibrosis atau

hipogamaglobulinemia tuberkulosis atau pneumonia nekrotikans 3

211 Prognosis Pneumonia

Angka morbiditas dan mortalitas pneumonia menurun sejak ditemukannya

antibiotik Faktor yang berperan adalah patogenitas kuman usia penyakit dasar dan

kondisi pasien Secara umum angka kematian pneumonia pneumokokus adalah

sebesar 5 namun dapat meningkat menjadi 60 pada orang tua dengan kondisi

yang buruk misalnya gangguan imunologis sirosis hepatis penyakit paru obstruktif

kronik atau kanker Adanya leukopenia ikterus terkenanya 3 atau lebih lobus dan

komplikasi ekstraparu merupakan petanda prognosis yang buruk Kuman gram

negatif menimbulkan prognosis yang lebih jelek 10

Prognosis pada orang tua dan anak kurang baik karena itu perlu perawatan di

RS kecuali bila penyakitnya ringan Orang dewasa (lt60 tahun) dapat berobat jalan

kecuali

1 Bila terdapat penyakit paru kronik

2 PN Meliputi banyak lobus

3 Disertai gambaran klinis yang berkaitan dengan mortalitas yang tinggi yaitu

30

a Usia gt 60 tahun

b Dijumpai adanya gejala pada saat masuk perawatan RS frekuensi napas gt 30

xm tekanan diastolik lt 60 mmHg leukosit abnormal (lt4500-gt30000)

BAB 3

KESIMPULAN

Pneumonia adalah salah satu penyakit akibat infeksi parenkim paru yang

dapat menyerang segala usia Pneumonia paling banyak disebabkan oleh infeksi

bakteri Streptococcus pneumonia dengan gejala yang muncul seperti demam batuk

berdahak sesak napas dan terkadang disertai nyeri dada

Pemeriksaan radiologi dalam hal ini foto thorax konvensional dan CT Scan

menjadi pemeriksaan yang sangat penting pada pneumonia Gambaran khas pada

pneumonia adalah adanya konsolidasi dengan adanya gambaran air bronchogram

Namun tidak semua pneumonia memberikan gambaran khas tersebut Untuk

menentukan etiologi pneumonia tidak dapat hanya semata-mata menggunakan foto

thorax melainkan harus dilihat dari riwayat penyakit dan juga pemeriksaan

laboratorium

Penatalaksanaan medis pada pneumonia adalah pemberian antibiotik yang

sesuai dengan kuman penyebab pneumonia disamping terapi supportif lainnya

Prognosis pneumonia secara umum baik jika mendapat terapi antibiotik yang adekuat

faktor predisposisi pasien dan ada tidaknya komplikasi yang menyertai

31

DAFTAR PUSTAKA

1 Dahlan Z 2006 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Pulmonologi Pusat

Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas kedokteran Universitas

Indonesia Jakarta

2 Price SA Wilson LM 2005 Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses

Penyakit Edisi 6 Volume 2 Penerbit EGC Jakarta

3 Soedarsono 2004 Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru Bagian Ilmu Penyakit Paru

FK UNAIR Surabaya

4 Aru W Bambang Idrus A Marcellus Siti S ed Buku Ajar Ilmu Penyakit

Dalam Jilid II Edisi 4 Jakarta Pusat Penerbitan Departemen IPD RSCM

2007

5 Perhimpunan Dokter Paru Indonesia Pedoman Diagnosis dan

penatalaksanaan Pneumonia Komuniti2003

6 Perhimpunan Dokter Paru Indonesia Pedoman Diagnosis dan

penatalaksanaan Pneumonia Nosokomial2003

7 Barlett JG Dowell SF Mondell LA File TM Mushor DM Fine MJ Practice

guidelines for management community-acquiredd pneumonia in adults Clin

infect Dis 2000 31 347-82

8 Mandell LA IDSAATS consensus guidelines on the management of

community-acquired pneumonia in adults CID 200744S27

9 Menendez R Treatment failure in community-acquired pneumonia

0071321348

32

10 Niederman MS Recent advances in community-acquired pneumonia inpatient

and outpatient Chest 20071311205

33

  • 22 Definisi Pneumonia
  • Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius dan alveoli serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat yang disebabkan oleh mikroorganisme (bakterivirusjamurprotozoa)3
  • 23 Epidemiologi Pneumonia
  • 25 Klasifikasi Pneumonia
  • Terutama pada jaringan penyangga yaitu interstitial dinding bronkus dan peribronkil Peradangan dapat ditemumkan pada infeksi virus dan mycoplasma Terjadi edema dinding bronkioli dan juga edema jaringan interstisial prebronkial Radiologis berupa bayangan udara pada alveolus masih terlihat diliputi perselubungan yang tidak merata 5
  • 26 Patofisiologi Pneumonia
  • 27 Diagnosis Pneumonia
  • 28 Diagnosis Banding Pneumonia
  • 29 Penatalaksanaan
  • 210 Komplikasi Pneumonia
Page 2: Referat Pneumonia

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

21 Anatomi Paru-Paru

Paru-paru merupakan organ yang lunak spongious dan elastis berbentuk

kerucut atau konus terletak dalam rongga toraks dan di atas diafragma diselubungi

oleh membran pleura Setiap paru mempunyai apeks (bagian atas paru) yang tumpul

di kranial dan basis (dasar) yang melekuk mengikuti lengkung diphragma di kaudal

Pembuluh darah paru bronkus saraf dan pembuluh limfe memasuki tiap paru pada

bagian hilus2

Paru-paru kanan mempunyai 3 lobus sedangkan paru-paru kiri 2 lobus Lobus

pada paru-paru kanan adalah lobus superius lobus medius dan lobus inferius Lobus

mediuslobus inferius dibatasi fissura horizontalis lobus inferius dan medius

2

dipisahkan fissura oblique Lobus pada paru-paru kiri adalah lobus superius dan lobus

inferius yg dipisahkan oleh fissura oblique Pada paru-paru kiri ada bagian yang

menonjol seperti lidah yang disebut lingula Jumlah segmen pada paru-paru sesuai

dengan jumlah bronchus segmentalis biasanya 10 di kiri dan 8-9 yang kanan Sejalan

dgn percabangan bronchi segmentales menjadi cabang-cabang yg lebih kecil

segmenta paru dibagi lagi menjadi subsegmen-subsegmen2

3

22 Definisi Pneumonia

Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru distal dari

bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius dan alveoli serta

menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat yang

disebabkan oleh mikroorganisme (bakterivirusjamurprotozoa)3

Secara kinis pneumonia didefinisikan sebagai suatu peradangan paru yang

disebabkan oleh mikroorganisme (bakteri virus jamur parasit) Pneumonia yang

disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis tidak termasuk Sedangkan peradangan

paru yang disebabkan oleh nonmikroorganisme (bahan kimia radiasi aspirasi bahan

toksik obat-obatan dan lain-lain) disebut pneumonitis4

23 Epidemiologi Pneumonia

Pneumonia merupakan salah satu penyakit infeksi saluran nafas yang

terbanyak di dapatkan dan dapat menyebabkan kematian hampir di seluruh dunia

Angka kematian di Inggris adalah sekitar 5-10 Berdasarkan umur pneumonia

dapat menyerang siapa saja meskipun lebih banyak ditemukan pada anak-anak Di

Amerika Serikat pneumonia mencapai 13 dari penyakit infeksi saluran nafas pada

anak di bawah 2 tahun4

UNICEF memperkirakan bahwa 3 juta anak di dunia meninggal karena

penyakit pneumonia setiap tahun Kasus pneumonia di negara berkembang tidak

hanya lebih sering didapatkan tetapi juga lebih berat dan banyak menimbulkan

kematian pada anak Insiden puncak pada umur 1-5 tahun dan menurun dengan

4

bertambahnya usia anak Mortalitas diakibatkan oleh bakteremia oleh karena

Streptococcus pneumoniae dan Staphylococcus aureus tetapi di negara berkembang

juga berkaitan dengan malnutrisi dan kurangnya akses perawatan Dari data

mortalitas tahun 1990 pneumonia merupakan seperempat penyebab kematian

pada anak dibawah 5 tahun dan 80 terjadi di negara berkembang Pneumonia yang

disebabkan oleh infeksi RSV didapatkan sebanyak 40 Di negara dengan 4

musim banyak terdapat pada musim dingin sampai awal musim semi dinegara tropis

pada musim hujan 4

Di Indonesia berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun

2007 menunjukkan prevalensi nasional ISPA 255 angka kesakitan ( morbiditas )

pneumonia pada bayi 22 balita 3 angka kematian ( mortalitas ) pada bayi

238 dan balita 155 5

24 Etiologi Pneumonia

Pneumonia dapat disebabkan oleh berbagai macam mikroorganisme yaitu

bakteri virus jamur protozoa yang sebagian besar disebabkan oleh bakteri

Penyebab tersering pneumonia adalah bakteri gram positif Streptococcus pneumonia

Kuman penyebab pneumonia biasanya berbeda sesuai dengan distribusi umur pasien

dan keadaan klinis terjadinya infeksi 4

Virus penyebab tersering pneumonia adalah respiratory syncytial virus (RSV)

parainfluenza virus influenza virus dan adenovirus Secara umum bakteri yang

berperan penting dalam pneumonia adalah Streptococcus pneumonia Haemophillus

5

influenza Staphylococcus aureus Streptococcus group B serta kuman atipik

klamidia dan mikoplasma 4

Pada neonatus Streptococcus group B dan Listeriae monocytogenes

merupakan penyebab pneumonia paling banyak Virus adalah penyebab terbanyak

pneumonia pada usia prasekolah dan berkurang dengan bertambahnya usia Selain

itu Streptococcus pneumoniae merupakan penyebab paling utama pada pneumonia

bakterial Mycoplasma pneumoniae dan Chlamydia pneumoniae merupakan

penyebab yang sering didapatkan pada anak diatas 5 tahun Communityy-acquired

acute pneumonia sering disebabkan oleh streptokokkus pneumonia atau

pneumokokkus sedangkan pada Community-acquired atypical pneumonia penyebab

umumnya adalah Mycopalsma pneumonia Staphylokokkus aureus dan batang gram

negatif seperti Enterobacteriaceae dan Pseudomonas adalah isolat yang tersering

ditemukan pada Hospital-acquired pneumonia4

Tabel 1 Mikroorganisme penyebab pneumonia menurut umur dengan terjadinya infeksi 4

Umur Penyebab yang sering Penyebab yang jarang

Lahir-20 hari Bakteria Escherichia colli Group B streptococci Listeria monocytogenes

Bakteria Group D streptococci Haemophillus influenzae Streptococcus pneumoniae Ureaplasma urealyticum

Virus Cytomegalovirus Herpes simplex virus

6

3 minggu ndash 3 bulan

Bakteria Clamydia trachomatis Streptococcus pneumoniae

Virus Respiratory syncytial virus Influenza virus Para influenza virus

12 and 3 Adenovirus

Bakteria Bordetella pertusis Haemophillusinfluenza type B amp

non typeable Moxarella catarrhalis Staphylococcus aureus Ureaplasma urealyticum

Virus Cytomegalovirus

4 bulan ndash5 tahun

Bakteria Streptococcus pneumoniae Clamydia pneumoniae Mycoplasma pneumoniae

Virus Respiratory syncytial virus Influenza virus Parainfluenza virus Rhinovirus Adenovirus Measles

Bakteria Haemophillus influenza type B Moxarella catarrhalis Neisseria meningitis Staphylococcus aureus

Virus Varicella zoster virus

5 tahun ndash dewasa Bakteria Clamydia pneumonia Mycoplasma pneumonia Streptococcus pneumoniae

Bakteria Haemophillus influenza type B Legionella species Staphylococcus aureus

Virus Adenovirus Epstein barr virus Influenza virus Parainfluenza virus Rhinovirus Respiratory syncytial virus Varicella zoster virus

Tabel 2 Mikroorganisme penyebab pneumonia menurut keadaan klinis terjadinya infeksi 4

7

Communityy-acquired acute pneumonia

Streptococcus pneumoniaHaemophilus influenzaeMoraxella catarrhalisStaphylococcus aureusLegionella pneumophilaEnterobacteriaceae (Klebsiella pneumoniae) and Pseudomonas sppCommunity-acquired atypical pneumonia

Mycoplasma pneumoniaChlamydia spp (C pneumoniae C psittaci C trachomatis)Coxiella burnetii (Q fever)Viruses respiratory syncytial virus parainfluenza virus (children) influenza A and B (adults) adenovirus(military recruits) SARS virusHospital-acquired pneumonia

Gram-negative rods Enterobacteriaceae (Klebsiella spp Serratia marcescens Escherichia coli) andPseudomonas sppStaphylococcus aureus (usually penicillin resistant)Pneumonia kronis

NocardiaActinomycesGranulomatous Mycobacterium tuberculosis and atypical mycobacteria Histoplasma capsulatumCoccidioides immitis Blastomyces dermatitidis

25 Klasifikasi Pneumonia

1 Menurut sifatnya yaitu

a Pneumonia primer yaitu radang paru yang terserang pada orang yang tidak

mempunya faktor resiko tertentu Kuman penyebab utama yaitu

Staphylococcus pneumoniae ( pneumokokus) Hemophilus influenzae juga

8

Virus penyebab infeksi pernapasan( Influenza Parainfluenza RSV) Selain itu

juga bakteri pneumonia yang tidak khas( ldquoatypicalrdquo) yaitu mykoplasma

chlamydia dan legionella

b Pneumonia sekunder yaitu terjadi pada orang dengan faktor predisposisi

selain penderita penyakit paru lainnnya seperti COPD terutama juga bagi

mereka yang mempunyai penyakit menahun seperti diabetes mellitus HIV

dan kankerdll 2

2 Berdasarkan Kuman penyebab

a Pneumonia bakterial tipikal Dapat terjadi pada semua usia Beberapa bakteri

mempunyai tendensi menyerang sesorang yang peka misalnya Klebsiella

pada penderita alkoholikStaphyllococcus pada penderita pasca infeksi

influenza

b Pneumonia atipikal disebabkan Mycoplasma Legionella dan Chlamydia

c Pneumonia virus disebabkan oleh virus RSV Influenza virus

d Pneumonia jamur sering merupakan infeksi sekunder Predileksi terutama pada

penderita dengan daya tahan lemah (immunocompromised) 5

3 Berdasarkan klinis dan epidemiologi

a Pneumonia komuniti (Community-acquired pneumonia= CAP) pneumonia

yang terjadi di lingkungan rumah atau masyarakat juga termasuk pneumonia

yang terjadi di rumah sakit dengan masa inap kurang dari 48 jam 5

b Penumonia nosokomial (Hospital-acquired Pneumonia= HAP) merupakan

pneumonia yang terjadi di ldquorumah sakitrdquo infeksi terjadi setelah 48 jam berada

9

di rumah sakit Kuman penyebab sangat beragam yang sering di temukan

yaitu Staphylococcus aureus atau bakteri dengan gramm negatif lainnya

seperti Ecoli Klebsiella pneumoniae Pseudomonas aeroginosa Proteus dll

Tingkat resistensi obat tergolong tinggi untuk bakteri penyebab HAP 6

c Pneumonia aspirasi

4 Berdasarkan lokasi infeksi

a Pneumonia lobaris

Pneumonia focal yang melibatkan satu beberapa lobus paru Bronkus besar

umumnya tetap berisi udara sehingga memberikan gambaran

airbronchogram Konsolidasi yang timbul merupakan hasil dari cairan edema

yang menyebar melalui pori-pori Kohn Penyebab terbanyak pneumonia

lobaris adalah Streptococcus pneumoniae Jarang pada bayi dan orang tua

Pneumonia yang terjadi pada satu lobus atau segmen Kemungkinan sekunder

disebabkan oleh adanya obstruksi bronkus seperti aspirasi benda asing atau

adanya proses keganasan 5

b Bronko pneumonia (Pneumonia lobularis)

Inflamasi paru-paru biasanya dimulai di bronkiolus terminalis Bronkiolus

terminalis menjadi tersumbat dengan eksudat mukopurulen membentuk

bercak-bercak konsolidasi di lobulus yang bersebelahan Ditandai dengan

adanya bercak-bercak infiltrate multifocal pada lapangan paru Dapat

disebabkan oleh bakteri maupun virus Sering pada bayi dan orang tua Jarang

dihubungkan dengan obstruksi bronkus 5

10

c Pneumonia interstisial

Terutama pada jaringan penyangga yaitu interstitial dinding bronkus dan

peribronkil Peradangan dapat ditemumkan pada infeksi virus dan

mycoplasma Terjadi edema dinding bronkioli dan juga edema jaringan

interstisial prebronkial Radiologis berupa bayangan udara pada alveolus

masih terlihat diliputi perselubungan yang tidak merata 5

26 Patofisiologi Pneumonia

Pneumonia yang dipicu oleh bakteri bisa menyerang siapa saja dari bayi

sampai usia lanjut Pecandu alcohol pasien pasca operasi orang-orang dengan

gangguan penyakit pernapasan sedang terinfeksi virus atau menurun kekebalan

tubuhnya adalah yang paling berisiko1

Sebenarnya bakteri pneumonia itu ada dan hidup normal pada tenggorokan

yang sehat Pada saat pertahanan tubuh menurun misalnya karena penyakit usia

lanjut dan malnutrisi bakteri pneumonia akan dengan cepat berkembang biak dan

merusak organ paru-paru1

Kerusakan jaringan paru setelah kolonisasi suatu mikroorganisme paru

banyak disebabkan oleh reaksi imun dan peradangan yang dilakukan oleh pejamu

Selain itu toksin-toksin yang dikeluarkan oleh bakteri pada pneumonia bakterialis

dapat secara langsung merusak sel-sel system pernapasan bawah Ada beberapa cara

mikroorganisme mencapai permukaan 5

1 Inokulasi langsung

11

2 Penyebaran melalui pembuluh darah

3 Inhalasi bahan aerosol

4 Kolonisasi dipermukaan mukosa

Dari keempat cara tersebut diatas yang terbanyak adalah cara kolonisasi

Secara inhalasi terjadi pada infeksi virus mikroorganisme atipikal mikrobakteria

atau jamur Kebanyakan bakteri dengan ukuran 05 ndash 20 nm melalui udara dapat

mencapai bronkus terminal atau alveoli dan selanjutnya terjadi proses infeksi Bila

terjadi kolonisasi pada saluran napas atas (hidung orofaring) kemudian terjadi

aspirasi ke saluran napas bawah dan terjadi inokulasi mikroorganisme hal ini

merupakan permulaan infeksi dari sebagian besar infeksi paru Aspirasi dari sebagian

kecil sekret orofaring terjadi pada orang normal waktu tidur (50) juga pada keadaan

penurunan kesadaran peminum alkohol dan pemakai obat (drug abuse) 5

Basil yang masuk bersama sekret bronkus ke dalam alveoli menyebabkan

reaksi radang berupa edema seluruh alveoli disusul dengan infiltrasi sel-sel PMN dan

diapedesis eritrosit sehingga terjadi permulaan fagositosis sebelum terbentuknya

antibodi 5

Pneumonia bakterialis menimbulkan respon imun dan peradangan yang paling

mencolok Jika terjadi infeksi sebagian jaringan dari lobus paru-paru ataupun

seluruh lobus bahkan sebagian besar dari lima lobus paru-paru (tiga di paru-paru

kanan dan dua di paru-paru kiri) menjadi terisi cairan Dari jaringan paru-paru

infeksi dengan cepat menyebar ke seluruh tubuh melalui peredaran darah Bakteri

pneumokokus adalah kuman yang paling umum sebagai penyebab pneumonia

12

Terdapat empat stadium anatomic dari pneumonia terbagi atas

1 Stadium Kongesti (4 ndash 12 jam pertama)

Disebut hiperemia mengacu pada respon peradangan permulaan yang

berlangsung pada daerah baru yang terinfeksi Hal ini ditandai dengan peningkatan

aliran darah dan permeabilitas kapiler di tempat infeksi Hiperemia ini terjadi akibat

pelepasan mediator-mediator peradangan dari sel-sel mast setelah pengaktifan sel

imun dan cedera jaringan Mediator-mediator tersebut mencakup histamin dan

prostaglandin Degranulasi sel mast juga mengaktifkan jalur komplemen

Komplemen bekerja sama dengan histamin dan prostaglandin untuk melemaskan otot

polos vaskuler paru dan peningkatan permeabilitas kapiler paru Hal ini

mengakibatkan perpindahan eksudat plasma ke dalam ruang interstitium sehingga

terjadi pembengkakan dan edema antar kapiler dan alveolus Penimbunan cairan di

antara kapiler dan alveolus meningkatkan jarak yang harus ditempuh oleh oksigen

dan karbondioksida maka perpindahan gas ini dalam darah paling berpengaruh dan

sering mengakibatkan penurunan saturasi oksigen hemoglobin 2

2 Stadium Hepatisasi Merah (48 jam selanjutnya)

Terjadi sewaktu alveolus terisi oleh sel darah merah eksudat dan fibrin yang

dihasilkan oleh penjamu (host) sebagai bagian dari reaksi peradangan Lobus yang

terkena menjadi padat oleh karena adanya penumpukan leukosit eritrosit dan cairan

sehingga warna paru menjadi merah dan pada perabaan seperti hepar pada stadium

ini udara alveoli tidak ada atau sangat minimal sehingga anak akan bertambah sesak

Stadium ini berlangsung sangat singkat yaitu selama 48 jam 2

13

3 Stadium Hepatisasi Kelabu (Konsolidasi)

Terjadi sewaktu sel-sel darah putih mengkolonisasi daerah paru yang terinfeksi Pada

saat ini endapan fibrin terakumulasi di seluruh daerah yang cedera dan terjadi

fagositosis sisa-sisa sel Pada stadium ini eritrosit di alveoli mulai diresorbsi lobus

masih tetap padat karena berisi fibrin dan leukosit warna merah menjadi pucat kelabu

dan kapiler darah tidak lagi mengalami kongesti2

4 Stadium Akhir (Resolusi)

Eksudat yang mengalami konsolidasi di antara rongga alveoli dicerna secara

enzimatis yang diserap kembali atau dibersihkan dengan batuk Parenkim paru

kembali menjadi penuh dengan cairan dan basah sampai pulih mencapai keadaan

normal2

27 Diagnosis Pneumonia

271 Gambaran Klinis dan Pemeriksaan Fisik

Gejala-gejala pneumonia serupa untuk semua jenis pneumonia Gejalanya

meliputi

Gejala Mayor 1Batuk

2Sputum produktif

3Demam (suhugt38 0c)

Gejala Minor 1 sesak napas

2 nyeri dada

3 konsolidasi paru pada pemeriksaan fisik

4 jumlah leukosit gt12000L

14

Gambaran klinis biasanya didahului oleh infeksi saluran napas akut bagian

atas selama beberapa hari kemudian diikuti dengan demam menggigil suhu tubuh

kadang-kadang melebihi 40ordm C sakit tenggorokan nyeri otot dan sendi Juga disertai

batuk dengan sputum mukoid atau purulen kadang-kadang berdarah5

Pada pemeriksaan fisik dada terlihat bagian yang sakit tertinggal waktu

bernafas pada palpasi fremitus dapat mengeras pada perkusi redup pada auskultasi

terdengar suara napas bronkovesikuler sampai bronchial yang kadang-kadang

melemah Mungkin disertai ronkhi halus yang kemudian menjadi ronkhi basah kasar

pada stadium resolusi 5

272 Pemeriksaan Laboratorium

Pada pemeriksaan laboratorium terdapat peningkatan jumlah leukosit

biasanya gt10000ul kadang-kadang mencapai 30000ul dan pada hitungan jenis

leukosit terdapat pergeseran ke kiri serta terjadi peningkatan LED Untuk menentukan

diagnosis etiologi diperlukan pemeriksaan dahak kultur darah dan serologi Kultur

darah dapat positif pada 20-25 penderita yang tidak diobati Anlalisa gas darah

menunjukkan hipoksemia dan hiperkarbia pada stadium lanjut dapat terjadi asidosis

respiratorik 6

273 Gambaran Radiologis

Gambaran Radiologis pada foto thorax pada penyakit pneumonia antara lain

Perselubungankonsolidasi homogen atau inhomogen sesuai dengan lobus atau

segment paru secara anantomis

15

Batasnya tegas walaupun pada mulanya kurang jelas

Volume paru tidak berubah tidak seperti atelektasis dimana paru mengecil Tidak

tampak deviasi tracheaseptumfissure seperti pada atelektasis

Silhouette sign (+) bermanfaat untuk menentukan letak lesi paru batas lesi

dengan jantung hilang berarti lesi tersebut berdampingan dengan jantung atau di

lobus medius kanan

Seringkali terjadi komplikasi efusi pleura

Bila terjadinya pada lobus inferior maka sinus phrenicocostalis yang paling akhir

terkena

Pada permulaan sering masih terlihat vaskuler

Pada masa resolusi sering tampak Air Bronchogram Sign (terperangkapnya udara

pada bronkus karena tidanya pertukaran udara pada alveolus)

Foto thoraks saja tidak dapat secara khas menentukan penyebab pneumonia

hanya merupakan petunjuk ke arah diagnosis etiologi misalnya penyebab

pneumonia lobaris tersering disebabkan oleh Streptococcus pneumoniae

Pseudomonas aeruginosa sering memperlihatkan infiltrat bilateral atau gambaran

bronkopneumonia sedangkan Klebsiela pneumonia sering menunjukan konsolidasi

yang terjadi pada lobus atas kanan meskipun dapat mengenai beberapa lobus6

1Pneumonia Lobaris

Foto Thorax

16

Tampak gambaran gabungan konsolidasi berdensitas tinggi pada satu

segmenlobus (lobus kanan bawah PA maupun lateral)) atau bercak yang

mengikutsertakan alveoli yang tersebar Air bronchogram biasanya ditemukan

pada pneumonia jenis ini

CT Scan

17

Hasil CT dada ini menampilkan gambaran hiperdens di lobus atas kiri sampai ke

perifer

2 Bronchopneumonia (Pneumonia Lobularis)

Foto Thorax

Pada gambar diatas tampak konsolidasi tidak homogen di lobus atas kiri dan lobus

bawah kiri

CT Scan

18

Tampak gambaran opakhiperdens pada lobus tengah kanan namun tidak menjalar

sampai perifer

3 Pneumonia Interstisial

Foto Thorax

19

Terjadi edema dinding bronkioli dan juga edema jaringan interstitial

prebronkial Radiologis berupa bayangan udara pada alveolus masih terlihat

diliputi oleh perselubungan yang tidak merata

CT Scan

Gambaran CT Scan pneumonia interstitiak pada seorang pria berusia 19

tahun (A) Menunjukan area konsolidasi di percabangan peribronkovaskuler

yang irreguler (B) CT Scan pada hasil follow up selama 2 tahun menunjukan

area konsolidasi yang irreguler tersebut berkembang menjadi bronkiektasis

atau bronkiolektasis (tanda panah)

274 Pemeriksaan Bakteriologis

Bahan berasal dari sputum darah aspirasi nasotrakealtranstrakeal

torakosintesis bronkoskopi atau biopsi Kuman yang predominan pada sputum

disertai PMN yang kemungkinan penyebab infeksi 5

Pengambilan dahak dilakukan pagi hari Pasien mula-mula kumur-kumur

dengan akuades biasa setelah itu pasien diminta inspirasi dalam kemudian

membatukkan dahaknya Dahak ditampung dalam botol steril dan ditutup rapat

20

Dahak segera dikirim ke labolatorium (tidak boleh lebih dari 4 jam) Jika terjadi

kesulitan mengeluarkan dahak dapat dibantu nebulisasi dengan NaCl 3 Kriteria

dahak yang memenuhi syarat untuk pemeriksaan apusan langsung dan biarkan yaitu

bila ditemukan sel PMN gt 25lpk dan sel epitel lt 10lpk 5

28 Diagnosis Banding Pneumonia

ATuberculosis Paru (TB)

Tuberculosis Paru (TB) adalah suatu penyakit infeksi menular yang

disebabkan oleh M tuberculosis Jalan masuk untuk organism M tuberculosis adalah

saluran pernafasan saluran pencernaan Gejala klinis TB antara lain batuk lama yang

produktif (durasi lebih dari 3 minggu) nyeri dada dan hemoptisis dan gejala sistemik

meliputi demam menggigil keringat malam lemas hilang nafsu makan dan

penurunan berat badan3

Tampak gambaran cavitas pada paru lobus atas kanan pada foto thorax proyeksi PA

21

BAtelektasis

Atelektasis adalah istilah yang berarti pengembangan paru yang tidak

sempurna dan menyiratkan arti bahwa alveolus pada bagian paru yang terserang tidak

mengandung udara dan kolaps Memberikan gambaran yang mirip dengan pneumonia

tanpa air bronchogram Namun terdapat penarikan jantung trakea dan mediastinum

ke arah yang sakit karena adanya pengurangan volume interkostal space menjadi

lebih sempit dan pengecilan dari seluruh atau sebagian paru-paru yang sakit

Sehingga akan tampak thorax asimetris 3

Atelektasis pada foto thorax proyeksi PA

22

C Efusi Pleura

Memberi gambaran yang mirip dengan pneumonia tanpa air bronchogram

Terdapat penambahan volume sehingga terjadi pendorongan jantung trakea dan

mediastinum kearah yang sehat Rongga thorax membesar Pada edusi pleura

sebagian akan tampak meniscus sign (+) tanda khas pada efusi pleura 3

Efusi pleura pada foto thorax posisi PA

29 Penatalaksanaan

Pengobatan terdiri atas antibiotik dan pengobatan suportif Pemberian

antibiotik pada penderita pneumonia sebaiknya berdasarkan data mikroorganisme dan

hasil uji kepekaannya akan tetapi karena beberapa alasan yaitu 7

1 penyakit yang berat dapat mengancam jiwa

2 bakteri patogen yang berhasil diisolasi belum tentu sebagai penyebab pneumonia

3 hasil pembiakan bakteri memerlukan waktu

23

Maka pada penderita pneumonia dapat diberikan terapi secara empiris Secara

umum pemilihan antibiotic berdasarkan baktri penyebab pneumonia dapat dilihat

sebagai berikut 751

1 Pemberian Antibiotik

Penisilin sensitif Streptococcus pneumonia (PSSP)

1048707 Golongan Penisilin

1048707 TMP-SMZ

1048707 Makrolid

Penisilin resisten Streptococcus pneumoniae (PRSP)

1048707 Betalaktam oral dosis tinggi (untuk rawat jalan)

1048707 Sefotaksim Seftriakson dosis tinggi

1048707 Marolid baru dosis tinggi

1048707 Fluorokuinolon respirasi

Pseudomonas aeruginosa

1048707 Aminoglikosid

1048707 Seftazidim Sefoperason Sefepim

1048707 Tikarsilin Piperasilin

1048707 Karbapenem Meropenem Imipenem

1048707 Siprofloksasin Levofloksasin

Methicillin resistent Staphylococcus aureus (MRSA)

1048707 Vankomisin

1048707 Teikoplanin

1048707 Linezolid

Hemophilus influenzae

1048707 TMP-SMZ

1048707 Azitromisin

1048707 Sefalosporin gen 2 atau 3

24

1048707 Fluorokuinolon respirasi

Legionella

1048707 Makrolid

1048707 Fluorokuinolon

1048707 Rifampisin

Mycoplasma pneumoniae

1048707 Doksisiklin

1048707 Makrolid

1048707 Fluorokuinolon

Chlamydia pneumoniae

1048707 Doksisikin

1048707 Makrolid

1048707 Fluorokuinolon

25

26

Tabel 3 Rekomendasi Terapi Empiris (ATS 2001) 8

Kategori Keterangan Kuman Penyebab Obat Pilihan I Obat Pilihan II

Kategori I Usia

penderita

lt 65 tahun

-Penyakit

Penyerta (-)

-Dapat

berobat jalan

-Spneumonia

-Mpneumonia

-Cpneumonia

-Hinfluenzae

-Legionale sp

-Saureus

-Mtuberculosis

-Batang Gram (-)

Klaritromisin

2x250 mg

- -Azitromisin

1x500mg

- Rositromisin

2x150 mg atau

1x300 mg

- Siprofloksasin

2x500mg atau

Ofloksasin 2x400mg

- Levofloksasin

1x500mg atau

Moxifloxacin

1x400mg

- Doksisiklin 2x100mg

Kategori II -Usia

penderita gt

65 tahun

- Peny

Penyerta (+)

-Dapat

berobat jalan

-Spneumonia

Hinfluenzae

Batang gram(-)

Aerob

Saures

Mcatarrhalis

Legionalle sp

-Sepalospporin

generasi 2

-Trimetroprim

+Kotrimoksazol

-Betalaktam

-Makrolid

-Levofloksasin

-Gatifloksasin

-Moxyfloksasin

Kategori

III

-Pneumonia

berat

- Perlu

dirawat di

RStapi tidak

perlu di ICU

-Spneumoniae

-Hinfluenzae

-Polimikroba

termasuk Aerob

-Batang Gram (-)

-Legionalla sp

-Saureus

Mpneumoniae

- Sefalosporin

Generasi 2 atau

3

- Betalaktam +

Penghambat

Betalaktamase

+makrolid

-Piperasilin +

tazobaktam

-Sulferason

Kategori

IV

-Pneumonia

berat

-Perlu dirawat

di ICU

-Spneumonia

-Legionella sp

-Batang Gram (-)

aerob

-Mpneumonia

-Virus

-Hinfluenzae

-Mtuberculosis

-Jamur endemic

- Sefalosporin

generasi 3

(anti

pseudomonas)

+ makrolid

- Sefalosporin

generasi 4

- Sefalosporin

generasi 3 +

kuinolon

-Carbapenem

meropenem

-Vankomicin

-Linesolid

-Teikoplanin

2 Terapi Suportif Umum

1 Terapi O2 untuk mencapai PaO2 80-100 mmHg atau saturasi 95-96 berdasarkan

pemeriksaan analisis gas darah

2 Humidifikasi dengan nebulizer untuk pengenceran dahak yang kental dapat

disertai nebulizer untuk pemberian bronkodilator bila terdapat bronkospasme

3 Fisioterapi dada untuk pengeluaran dahak khususnya anjuran untuk batuk dan

napas dalam Bila perlu dikerjakan fish mouth breathing untuk melancarkan

ekspirasi dan pengeluarn CO2 Posisi tidur setengah duduk untuk melancarkan

pernapasan7

4 Pengaturan cairan Keutuhan kapiler paru sering terganggu pada pneumonia dan

paru lebih sensitif terhadap pembebanan cairan terutama bila terdapat pneumonia

bilateral Pemberian cairan pada pasien harus diatur dengan baik termasuk pada

keadaan gangguan sirkulasi dan gagal ginjal Overhidrasi untuk maksud

mengencerkan dahak tidak diperkenankan 9

5 Pemberian kortikosteroid pada fase sepsis berat perlu diberikan Terapi ini tidak

bermanfaat pada keadaan renjatan septik

6 Obat inotropik seperti dobutamin atau dopamin kadang-kadang diperlukan bila

terdapat komplikasi gangguan sirkulasi atau gagal ginjal prerenal

7 Ventilasi mekanis indikasi intubasi dan pemasangan ventilator pada pneumonia

adalah

27

a Hipoksemia persisten meskipun telah diberikan O2 100 dengan

menggunakaan masker Kosentrasi O2 yang tinggi menyebabkan penurunan

pulmonary compliance hingga tekanan inflasi meninggi Dalam hal ini perlu

dipergunakan PEEP untuk memperbaiki oksigenisasi dan menurunkan FiO2

menjadi 50 atau lebih rendah9

b Gagal napas yang ditandai oleh peningkatan respiratory distress dengan atau

didapat asidosis respiratorik

c Respiratory arrest

d Retensi sputum yang sulit diatasi secara konservatif

8 Drainase empiema bila ada

9 Bila terdapat gagal napas diberikan nutrisi dengan kalori yang cukup yang

didapatkan terutama dari lemak (gt50) hingga dapat dihindari pembentukan

CO2 yang berlebihan9

3 Terapi Sulih (switch therapy)

Masa perawatan di rumah sakit sebaiknya dipersingkat dengan perubahan obat

suntik ke oral dilanjutkan dengan berobat jalan hal ini untuk mengurangi biaya

perawatan dan mencegah infeksi nosokomial Perubahan ini dapat diberikan secara

sequential (obat sama potensi sama) switch over (obat berbeda potensi sama) dan

step down (obat sama atau berbeda potensi lebih rendah) Pasien beralih dari

intravena ke oral terapi ketika hemodinamik sudah stabil dan perbaikan terbukti

secara secara klinis dapat menelan obat-obatan dan memiliki saluran pencernaan

berfungsi normal 10

28

Kriteria untuk Pneumonia terkait stabilitas klinis adalah 9

1 Temp le 378 C Kesadaran baik

2 Denyut jantung le 100 denyut menit

3 Respirasi ratele 24 napas menit

4 Tekanan darah sistolik ge 90 mmHg

5 Saturasi O2 arteri ge 90 atau pO2 ge 60 mmHg pada ruang udara

6 Kemampuan untuk mengambil asupan oral

210 Komplikasi Pneumonia

1 Efusi pleura dan empiema Terjadi pada sekitar 45 kasus terutama pada infeksi

bakterial akut berupa efusi parapneumonik gram negative sebesar 60

Staphylococcus aureus 50 S pneumoniae 40-60 kuman anaerob 35

Sedangkan pada Mycoplasmapneumoniae sebesar 20 Cairannya transudat dan

steril Terkadang pada infeksi bakterial terjadi empiema dengan cairan eksudat

2 Komplikasi sistemik Dapat terjadi akibat invasi kuman atau bakteriemia berupa

meningitis Dapat juga terjadi dehidrasi dan hiponatremia anemia pada infeksi

kronik peningguan ureum dan enzim hati Kadang-kadang terjadi peninggian

fostase alkali dan bilirubin akibat adanya kolestasis intrahepatik

3 Hipoksemia akibat gangguan difusi

4 Abses Paru terbentuk akibat eksudat di alveolus paru sehingga terjadi infeksi

oleh kuman anaerob dan bakteri gram negative

29

5 Pneumonia kronik yang dapat terjadi bila pneumonia berlangsung lebih dari 4-6

minggu akibat kuman anaerob S aureus dan kuman Gram (-) seperti

Pseudomonas aeruginosa

6 Bronkiektasis Biasanya terjadi karena pneunomia pada masa anak-anak tetapi

dapat juga oleh infeksi berulang di lokasi bronkus distal pada cystic fibrosis atau

hipogamaglobulinemia tuberkulosis atau pneumonia nekrotikans 3

211 Prognosis Pneumonia

Angka morbiditas dan mortalitas pneumonia menurun sejak ditemukannya

antibiotik Faktor yang berperan adalah patogenitas kuman usia penyakit dasar dan

kondisi pasien Secara umum angka kematian pneumonia pneumokokus adalah

sebesar 5 namun dapat meningkat menjadi 60 pada orang tua dengan kondisi

yang buruk misalnya gangguan imunologis sirosis hepatis penyakit paru obstruktif

kronik atau kanker Adanya leukopenia ikterus terkenanya 3 atau lebih lobus dan

komplikasi ekstraparu merupakan petanda prognosis yang buruk Kuman gram

negatif menimbulkan prognosis yang lebih jelek 10

Prognosis pada orang tua dan anak kurang baik karena itu perlu perawatan di

RS kecuali bila penyakitnya ringan Orang dewasa (lt60 tahun) dapat berobat jalan

kecuali

1 Bila terdapat penyakit paru kronik

2 PN Meliputi banyak lobus

3 Disertai gambaran klinis yang berkaitan dengan mortalitas yang tinggi yaitu

30

a Usia gt 60 tahun

b Dijumpai adanya gejala pada saat masuk perawatan RS frekuensi napas gt 30

xm tekanan diastolik lt 60 mmHg leukosit abnormal (lt4500-gt30000)

BAB 3

KESIMPULAN

Pneumonia adalah salah satu penyakit akibat infeksi parenkim paru yang

dapat menyerang segala usia Pneumonia paling banyak disebabkan oleh infeksi

bakteri Streptococcus pneumonia dengan gejala yang muncul seperti demam batuk

berdahak sesak napas dan terkadang disertai nyeri dada

Pemeriksaan radiologi dalam hal ini foto thorax konvensional dan CT Scan

menjadi pemeriksaan yang sangat penting pada pneumonia Gambaran khas pada

pneumonia adalah adanya konsolidasi dengan adanya gambaran air bronchogram

Namun tidak semua pneumonia memberikan gambaran khas tersebut Untuk

menentukan etiologi pneumonia tidak dapat hanya semata-mata menggunakan foto

thorax melainkan harus dilihat dari riwayat penyakit dan juga pemeriksaan

laboratorium

Penatalaksanaan medis pada pneumonia adalah pemberian antibiotik yang

sesuai dengan kuman penyebab pneumonia disamping terapi supportif lainnya

Prognosis pneumonia secara umum baik jika mendapat terapi antibiotik yang adekuat

faktor predisposisi pasien dan ada tidaknya komplikasi yang menyertai

31

DAFTAR PUSTAKA

1 Dahlan Z 2006 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Pulmonologi Pusat

Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas kedokteran Universitas

Indonesia Jakarta

2 Price SA Wilson LM 2005 Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses

Penyakit Edisi 6 Volume 2 Penerbit EGC Jakarta

3 Soedarsono 2004 Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru Bagian Ilmu Penyakit Paru

FK UNAIR Surabaya

4 Aru W Bambang Idrus A Marcellus Siti S ed Buku Ajar Ilmu Penyakit

Dalam Jilid II Edisi 4 Jakarta Pusat Penerbitan Departemen IPD RSCM

2007

5 Perhimpunan Dokter Paru Indonesia Pedoman Diagnosis dan

penatalaksanaan Pneumonia Komuniti2003

6 Perhimpunan Dokter Paru Indonesia Pedoman Diagnosis dan

penatalaksanaan Pneumonia Nosokomial2003

7 Barlett JG Dowell SF Mondell LA File TM Mushor DM Fine MJ Practice

guidelines for management community-acquiredd pneumonia in adults Clin

infect Dis 2000 31 347-82

8 Mandell LA IDSAATS consensus guidelines on the management of

community-acquired pneumonia in adults CID 200744S27

9 Menendez R Treatment failure in community-acquired pneumonia

0071321348

32

10 Niederman MS Recent advances in community-acquired pneumonia inpatient

and outpatient Chest 20071311205

33

  • 22 Definisi Pneumonia
  • Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius dan alveoli serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat yang disebabkan oleh mikroorganisme (bakterivirusjamurprotozoa)3
  • 23 Epidemiologi Pneumonia
  • 25 Klasifikasi Pneumonia
  • Terutama pada jaringan penyangga yaitu interstitial dinding bronkus dan peribronkil Peradangan dapat ditemumkan pada infeksi virus dan mycoplasma Terjadi edema dinding bronkioli dan juga edema jaringan interstisial prebronkial Radiologis berupa bayangan udara pada alveolus masih terlihat diliputi perselubungan yang tidak merata 5
  • 26 Patofisiologi Pneumonia
  • 27 Diagnosis Pneumonia
  • 28 Diagnosis Banding Pneumonia
  • 29 Penatalaksanaan
  • 210 Komplikasi Pneumonia
Page 3: Referat Pneumonia

dipisahkan fissura oblique Lobus pada paru-paru kiri adalah lobus superius dan lobus

inferius yg dipisahkan oleh fissura oblique Pada paru-paru kiri ada bagian yang

menonjol seperti lidah yang disebut lingula Jumlah segmen pada paru-paru sesuai

dengan jumlah bronchus segmentalis biasanya 10 di kiri dan 8-9 yang kanan Sejalan

dgn percabangan bronchi segmentales menjadi cabang-cabang yg lebih kecil

segmenta paru dibagi lagi menjadi subsegmen-subsegmen2

3

22 Definisi Pneumonia

Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru distal dari

bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius dan alveoli serta

menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat yang

disebabkan oleh mikroorganisme (bakterivirusjamurprotozoa)3

Secara kinis pneumonia didefinisikan sebagai suatu peradangan paru yang

disebabkan oleh mikroorganisme (bakteri virus jamur parasit) Pneumonia yang

disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis tidak termasuk Sedangkan peradangan

paru yang disebabkan oleh nonmikroorganisme (bahan kimia radiasi aspirasi bahan

toksik obat-obatan dan lain-lain) disebut pneumonitis4

23 Epidemiologi Pneumonia

Pneumonia merupakan salah satu penyakit infeksi saluran nafas yang

terbanyak di dapatkan dan dapat menyebabkan kematian hampir di seluruh dunia

Angka kematian di Inggris adalah sekitar 5-10 Berdasarkan umur pneumonia

dapat menyerang siapa saja meskipun lebih banyak ditemukan pada anak-anak Di

Amerika Serikat pneumonia mencapai 13 dari penyakit infeksi saluran nafas pada

anak di bawah 2 tahun4

UNICEF memperkirakan bahwa 3 juta anak di dunia meninggal karena

penyakit pneumonia setiap tahun Kasus pneumonia di negara berkembang tidak

hanya lebih sering didapatkan tetapi juga lebih berat dan banyak menimbulkan

kematian pada anak Insiden puncak pada umur 1-5 tahun dan menurun dengan

4

bertambahnya usia anak Mortalitas diakibatkan oleh bakteremia oleh karena

Streptococcus pneumoniae dan Staphylococcus aureus tetapi di negara berkembang

juga berkaitan dengan malnutrisi dan kurangnya akses perawatan Dari data

mortalitas tahun 1990 pneumonia merupakan seperempat penyebab kematian

pada anak dibawah 5 tahun dan 80 terjadi di negara berkembang Pneumonia yang

disebabkan oleh infeksi RSV didapatkan sebanyak 40 Di negara dengan 4

musim banyak terdapat pada musim dingin sampai awal musim semi dinegara tropis

pada musim hujan 4

Di Indonesia berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun

2007 menunjukkan prevalensi nasional ISPA 255 angka kesakitan ( morbiditas )

pneumonia pada bayi 22 balita 3 angka kematian ( mortalitas ) pada bayi

238 dan balita 155 5

24 Etiologi Pneumonia

Pneumonia dapat disebabkan oleh berbagai macam mikroorganisme yaitu

bakteri virus jamur protozoa yang sebagian besar disebabkan oleh bakteri

Penyebab tersering pneumonia adalah bakteri gram positif Streptococcus pneumonia

Kuman penyebab pneumonia biasanya berbeda sesuai dengan distribusi umur pasien

dan keadaan klinis terjadinya infeksi 4

Virus penyebab tersering pneumonia adalah respiratory syncytial virus (RSV)

parainfluenza virus influenza virus dan adenovirus Secara umum bakteri yang

berperan penting dalam pneumonia adalah Streptococcus pneumonia Haemophillus

5

influenza Staphylococcus aureus Streptococcus group B serta kuman atipik

klamidia dan mikoplasma 4

Pada neonatus Streptococcus group B dan Listeriae monocytogenes

merupakan penyebab pneumonia paling banyak Virus adalah penyebab terbanyak

pneumonia pada usia prasekolah dan berkurang dengan bertambahnya usia Selain

itu Streptococcus pneumoniae merupakan penyebab paling utama pada pneumonia

bakterial Mycoplasma pneumoniae dan Chlamydia pneumoniae merupakan

penyebab yang sering didapatkan pada anak diatas 5 tahun Communityy-acquired

acute pneumonia sering disebabkan oleh streptokokkus pneumonia atau

pneumokokkus sedangkan pada Community-acquired atypical pneumonia penyebab

umumnya adalah Mycopalsma pneumonia Staphylokokkus aureus dan batang gram

negatif seperti Enterobacteriaceae dan Pseudomonas adalah isolat yang tersering

ditemukan pada Hospital-acquired pneumonia4

Tabel 1 Mikroorganisme penyebab pneumonia menurut umur dengan terjadinya infeksi 4

Umur Penyebab yang sering Penyebab yang jarang

Lahir-20 hari Bakteria Escherichia colli Group B streptococci Listeria monocytogenes

Bakteria Group D streptococci Haemophillus influenzae Streptococcus pneumoniae Ureaplasma urealyticum

Virus Cytomegalovirus Herpes simplex virus

6

3 minggu ndash 3 bulan

Bakteria Clamydia trachomatis Streptococcus pneumoniae

Virus Respiratory syncytial virus Influenza virus Para influenza virus

12 and 3 Adenovirus

Bakteria Bordetella pertusis Haemophillusinfluenza type B amp

non typeable Moxarella catarrhalis Staphylococcus aureus Ureaplasma urealyticum

Virus Cytomegalovirus

4 bulan ndash5 tahun

Bakteria Streptococcus pneumoniae Clamydia pneumoniae Mycoplasma pneumoniae

Virus Respiratory syncytial virus Influenza virus Parainfluenza virus Rhinovirus Adenovirus Measles

Bakteria Haemophillus influenza type B Moxarella catarrhalis Neisseria meningitis Staphylococcus aureus

Virus Varicella zoster virus

5 tahun ndash dewasa Bakteria Clamydia pneumonia Mycoplasma pneumonia Streptococcus pneumoniae

Bakteria Haemophillus influenza type B Legionella species Staphylococcus aureus

Virus Adenovirus Epstein barr virus Influenza virus Parainfluenza virus Rhinovirus Respiratory syncytial virus Varicella zoster virus

Tabel 2 Mikroorganisme penyebab pneumonia menurut keadaan klinis terjadinya infeksi 4

7

Communityy-acquired acute pneumonia

Streptococcus pneumoniaHaemophilus influenzaeMoraxella catarrhalisStaphylococcus aureusLegionella pneumophilaEnterobacteriaceae (Klebsiella pneumoniae) and Pseudomonas sppCommunity-acquired atypical pneumonia

Mycoplasma pneumoniaChlamydia spp (C pneumoniae C psittaci C trachomatis)Coxiella burnetii (Q fever)Viruses respiratory syncytial virus parainfluenza virus (children) influenza A and B (adults) adenovirus(military recruits) SARS virusHospital-acquired pneumonia

Gram-negative rods Enterobacteriaceae (Klebsiella spp Serratia marcescens Escherichia coli) andPseudomonas sppStaphylococcus aureus (usually penicillin resistant)Pneumonia kronis

NocardiaActinomycesGranulomatous Mycobacterium tuberculosis and atypical mycobacteria Histoplasma capsulatumCoccidioides immitis Blastomyces dermatitidis

25 Klasifikasi Pneumonia

1 Menurut sifatnya yaitu

a Pneumonia primer yaitu radang paru yang terserang pada orang yang tidak

mempunya faktor resiko tertentu Kuman penyebab utama yaitu

Staphylococcus pneumoniae ( pneumokokus) Hemophilus influenzae juga

8

Virus penyebab infeksi pernapasan( Influenza Parainfluenza RSV) Selain itu

juga bakteri pneumonia yang tidak khas( ldquoatypicalrdquo) yaitu mykoplasma

chlamydia dan legionella

b Pneumonia sekunder yaitu terjadi pada orang dengan faktor predisposisi

selain penderita penyakit paru lainnnya seperti COPD terutama juga bagi

mereka yang mempunyai penyakit menahun seperti diabetes mellitus HIV

dan kankerdll 2

2 Berdasarkan Kuman penyebab

a Pneumonia bakterial tipikal Dapat terjadi pada semua usia Beberapa bakteri

mempunyai tendensi menyerang sesorang yang peka misalnya Klebsiella

pada penderita alkoholikStaphyllococcus pada penderita pasca infeksi

influenza

b Pneumonia atipikal disebabkan Mycoplasma Legionella dan Chlamydia

c Pneumonia virus disebabkan oleh virus RSV Influenza virus

d Pneumonia jamur sering merupakan infeksi sekunder Predileksi terutama pada

penderita dengan daya tahan lemah (immunocompromised) 5

3 Berdasarkan klinis dan epidemiologi

a Pneumonia komuniti (Community-acquired pneumonia= CAP) pneumonia

yang terjadi di lingkungan rumah atau masyarakat juga termasuk pneumonia

yang terjadi di rumah sakit dengan masa inap kurang dari 48 jam 5

b Penumonia nosokomial (Hospital-acquired Pneumonia= HAP) merupakan

pneumonia yang terjadi di ldquorumah sakitrdquo infeksi terjadi setelah 48 jam berada

9

di rumah sakit Kuman penyebab sangat beragam yang sering di temukan

yaitu Staphylococcus aureus atau bakteri dengan gramm negatif lainnya

seperti Ecoli Klebsiella pneumoniae Pseudomonas aeroginosa Proteus dll

Tingkat resistensi obat tergolong tinggi untuk bakteri penyebab HAP 6

c Pneumonia aspirasi

4 Berdasarkan lokasi infeksi

a Pneumonia lobaris

Pneumonia focal yang melibatkan satu beberapa lobus paru Bronkus besar

umumnya tetap berisi udara sehingga memberikan gambaran

airbronchogram Konsolidasi yang timbul merupakan hasil dari cairan edema

yang menyebar melalui pori-pori Kohn Penyebab terbanyak pneumonia

lobaris adalah Streptococcus pneumoniae Jarang pada bayi dan orang tua

Pneumonia yang terjadi pada satu lobus atau segmen Kemungkinan sekunder

disebabkan oleh adanya obstruksi bronkus seperti aspirasi benda asing atau

adanya proses keganasan 5

b Bronko pneumonia (Pneumonia lobularis)

Inflamasi paru-paru biasanya dimulai di bronkiolus terminalis Bronkiolus

terminalis menjadi tersumbat dengan eksudat mukopurulen membentuk

bercak-bercak konsolidasi di lobulus yang bersebelahan Ditandai dengan

adanya bercak-bercak infiltrate multifocal pada lapangan paru Dapat

disebabkan oleh bakteri maupun virus Sering pada bayi dan orang tua Jarang

dihubungkan dengan obstruksi bronkus 5

10

c Pneumonia interstisial

Terutama pada jaringan penyangga yaitu interstitial dinding bronkus dan

peribronkil Peradangan dapat ditemumkan pada infeksi virus dan

mycoplasma Terjadi edema dinding bronkioli dan juga edema jaringan

interstisial prebronkial Radiologis berupa bayangan udara pada alveolus

masih terlihat diliputi perselubungan yang tidak merata 5

26 Patofisiologi Pneumonia

Pneumonia yang dipicu oleh bakteri bisa menyerang siapa saja dari bayi

sampai usia lanjut Pecandu alcohol pasien pasca operasi orang-orang dengan

gangguan penyakit pernapasan sedang terinfeksi virus atau menurun kekebalan

tubuhnya adalah yang paling berisiko1

Sebenarnya bakteri pneumonia itu ada dan hidup normal pada tenggorokan

yang sehat Pada saat pertahanan tubuh menurun misalnya karena penyakit usia

lanjut dan malnutrisi bakteri pneumonia akan dengan cepat berkembang biak dan

merusak organ paru-paru1

Kerusakan jaringan paru setelah kolonisasi suatu mikroorganisme paru

banyak disebabkan oleh reaksi imun dan peradangan yang dilakukan oleh pejamu

Selain itu toksin-toksin yang dikeluarkan oleh bakteri pada pneumonia bakterialis

dapat secara langsung merusak sel-sel system pernapasan bawah Ada beberapa cara

mikroorganisme mencapai permukaan 5

1 Inokulasi langsung

11

2 Penyebaran melalui pembuluh darah

3 Inhalasi bahan aerosol

4 Kolonisasi dipermukaan mukosa

Dari keempat cara tersebut diatas yang terbanyak adalah cara kolonisasi

Secara inhalasi terjadi pada infeksi virus mikroorganisme atipikal mikrobakteria

atau jamur Kebanyakan bakteri dengan ukuran 05 ndash 20 nm melalui udara dapat

mencapai bronkus terminal atau alveoli dan selanjutnya terjadi proses infeksi Bila

terjadi kolonisasi pada saluran napas atas (hidung orofaring) kemudian terjadi

aspirasi ke saluran napas bawah dan terjadi inokulasi mikroorganisme hal ini

merupakan permulaan infeksi dari sebagian besar infeksi paru Aspirasi dari sebagian

kecil sekret orofaring terjadi pada orang normal waktu tidur (50) juga pada keadaan

penurunan kesadaran peminum alkohol dan pemakai obat (drug abuse) 5

Basil yang masuk bersama sekret bronkus ke dalam alveoli menyebabkan

reaksi radang berupa edema seluruh alveoli disusul dengan infiltrasi sel-sel PMN dan

diapedesis eritrosit sehingga terjadi permulaan fagositosis sebelum terbentuknya

antibodi 5

Pneumonia bakterialis menimbulkan respon imun dan peradangan yang paling

mencolok Jika terjadi infeksi sebagian jaringan dari lobus paru-paru ataupun

seluruh lobus bahkan sebagian besar dari lima lobus paru-paru (tiga di paru-paru

kanan dan dua di paru-paru kiri) menjadi terisi cairan Dari jaringan paru-paru

infeksi dengan cepat menyebar ke seluruh tubuh melalui peredaran darah Bakteri

pneumokokus adalah kuman yang paling umum sebagai penyebab pneumonia

12

Terdapat empat stadium anatomic dari pneumonia terbagi atas

1 Stadium Kongesti (4 ndash 12 jam pertama)

Disebut hiperemia mengacu pada respon peradangan permulaan yang

berlangsung pada daerah baru yang terinfeksi Hal ini ditandai dengan peningkatan

aliran darah dan permeabilitas kapiler di tempat infeksi Hiperemia ini terjadi akibat

pelepasan mediator-mediator peradangan dari sel-sel mast setelah pengaktifan sel

imun dan cedera jaringan Mediator-mediator tersebut mencakup histamin dan

prostaglandin Degranulasi sel mast juga mengaktifkan jalur komplemen

Komplemen bekerja sama dengan histamin dan prostaglandin untuk melemaskan otot

polos vaskuler paru dan peningkatan permeabilitas kapiler paru Hal ini

mengakibatkan perpindahan eksudat plasma ke dalam ruang interstitium sehingga

terjadi pembengkakan dan edema antar kapiler dan alveolus Penimbunan cairan di

antara kapiler dan alveolus meningkatkan jarak yang harus ditempuh oleh oksigen

dan karbondioksida maka perpindahan gas ini dalam darah paling berpengaruh dan

sering mengakibatkan penurunan saturasi oksigen hemoglobin 2

2 Stadium Hepatisasi Merah (48 jam selanjutnya)

Terjadi sewaktu alveolus terisi oleh sel darah merah eksudat dan fibrin yang

dihasilkan oleh penjamu (host) sebagai bagian dari reaksi peradangan Lobus yang

terkena menjadi padat oleh karena adanya penumpukan leukosit eritrosit dan cairan

sehingga warna paru menjadi merah dan pada perabaan seperti hepar pada stadium

ini udara alveoli tidak ada atau sangat minimal sehingga anak akan bertambah sesak

Stadium ini berlangsung sangat singkat yaitu selama 48 jam 2

13

3 Stadium Hepatisasi Kelabu (Konsolidasi)

Terjadi sewaktu sel-sel darah putih mengkolonisasi daerah paru yang terinfeksi Pada

saat ini endapan fibrin terakumulasi di seluruh daerah yang cedera dan terjadi

fagositosis sisa-sisa sel Pada stadium ini eritrosit di alveoli mulai diresorbsi lobus

masih tetap padat karena berisi fibrin dan leukosit warna merah menjadi pucat kelabu

dan kapiler darah tidak lagi mengalami kongesti2

4 Stadium Akhir (Resolusi)

Eksudat yang mengalami konsolidasi di antara rongga alveoli dicerna secara

enzimatis yang diserap kembali atau dibersihkan dengan batuk Parenkim paru

kembali menjadi penuh dengan cairan dan basah sampai pulih mencapai keadaan

normal2

27 Diagnosis Pneumonia

271 Gambaran Klinis dan Pemeriksaan Fisik

Gejala-gejala pneumonia serupa untuk semua jenis pneumonia Gejalanya

meliputi

Gejala Mayor 1Batuk

2Sputum produktif

3Demam (suhugt38 0c)

Gejala Minor 1 sesak napas

2 nyeri dada

3 konsolidasi paru pada pemeriksaan fisik

4 jumlah leukosit gt12000L

14

Gambaran klinis biasanya didahului oleh infeksi saluran napas akut bagian

atas selama beberapa hari kemudian diikuti dengan demam menggigil suhu tubuh

kadang-kadang melebihi 40ordm C sakit tenggorokan nyeri otot dan sendi Juga disertai

batuk dengan sputum mukoid atau purulen kadang-kadang berdarah5

Pada pemeriksaan fisik dada terlihat bagian yang sakit tertinggal waktu

bernafas pada palpasi fremitus dapat mengeras pada perkusi redup pada auskultasi

terdengar suara napas bronkovesikuler sampai bronchial yang kadang-kadang

melemah Mungkin disertai ronkhi halus yang kemudian menjadi ronkhi basah kasar

pada stadium resolusi 5

272 Pemeriksaan Laboratorium

Pada pemeriksaan laboratorium terdapat peningkatan jumlah leukosit

biasanya gt10000ul kadang-kadang mencapai 30000ul dan pada hitungan jenis

leukosit terdapat pergeseran ke kiri serta terjadi peningkatan LED Untuk menentukan

diagnosis etiologi diperlukan pemeriksaan dahak kultur darah dan serologi Kultur

darah dapat positif pada 20-25 penderita yang tidak diobati Anlalisa gas darah

menunjukkan hipoksemia dan hiperkarbia pada stadium lanjut dapat terjadi asidosis

respiratorik 6

273 Gambaran Radiologis

Gambaran Radiologis pada foto thorax pada penyakit pneumonia antara lain

Perselubungankonsolidasi homogen atau inhomogen sesuai dengan lobus atau

segment paru secara anantomis

15

Batasnya tegas walaupun pada mulanya kurang jelas

Volume paru tidak berubah tidak seperti atelektasis dimana paru mengecil Tidak

tampak deviasi tracheaseptumfissure seperti pada atelektasis

Silhouette sign (+) bermanfaat untuk menentukan letak lesi paru batas lesi

dengan jantung hilang berarti lesi tersebut berdampingan dengan jantung atau di

lobus medius kanan

Seringkali terjadi komplikasi efusi pleura

Bila terjadinya pada lobus inferior maka sinus phrenicocostalis yang paling akhir

terkena

Pada permulaan sering masih terlihat vaskuler

Pada masa resolusi sering tampak Air Bronchogram Sign (terperangkapnya udara

pada bronkus karena tidanya pertukaran udara pada alveolus)

Foto thoraks saja tidak dapat secara khas menentukan penyebab pneumonia

hanya merupakan petunjuk ke arah diagnosis etiologi misalnya penyebab

pneumonia lobaris tersering disebabkan oleh Streptococcus pneumoniae

Pseudomonas aeruginosa sering memperlihatkan infiltrat bilateral atau gambaran

bronkopneumonia sedangkan Klebsiela pneumonia sering menunjukan konsolidasi

yang terjadi pada lobus atas kanan meskipun dapat mengenai beberapa lobus6

1Pneumonia Lobaris

Foto Thorax

16

Tampak gambaran gabungan konsolidasi berdensitas tinggi pada satu

segmenlobus (lobus kanan bawah PA maupun lateral)) atau bercak yang

mengikutsertakan alveoli yang tersebar Air bronchogram biasanya ditemukan

pada pneumonia jenis ini

CT Scan

17

Hasil CT dada ini menampilkan gambaran hiperdens di lobus atas kiri sampai ke

perifer

2 Bronchopneumonia (Pneumonia Lobularis)

Foto Thorax

Pada gambar diatas tampak konsolidasi tidak homogen di lobus atas kiri dan lobus

bawah kiri

CT Scan

18

Tampak gambaran opakhiperdens pada lobus tengah kanan namun tidak menjalar

sampai perifer

3 Pneumonia Interstisial

Foto Thorax

19

Terjadi edema dinding bronkioli dan juga edema jaringan interstitial

prebronkial Radiologis berupa bayangan udara pada alveolus masih terlihat

diliputi oleh perselubungan yang tidak merata

CT Scan

Gambaran CT Scan pneumonia interstitiak pada seorang pria berusia 19

tahun (A) Menunjukan area konsolidasi di percabangan peribronkovaskuler

yang irreguler (B) CT Scan pada hasil follow up selama 2 tahun menunjukan

area konsolidasi yang irreguler tersebut berkembang menjadi bronkiektasis

atau bronkiolektasis (tanda panah)

274 Pemeriksaan Bakteriologis

Bahan berasal dari sputum darah aspirasi nasotrakealtranstrakeal

torakosintesis bronkoskopi atau biopsi Kuman yang predominan pada sputum

disertai PMN yang kemungkinan penyebab infeksi 5

Pengambilan dahak dilakukan pagi hari Pasien mula-mula kumur-kumur

dengan akuades biasa setelah itu pasien diminta inspirasi dalam kemudian

membatukkan dahaknya Dahak ditampung dalam botol steril dan ditutup rapat

20

Dahak segera dikirim ke labolatorium (tidak boleh lebih dari 4 jam) Jika terjadi

kesulitan mengeluarkan dahak dapat dibantu nebulisasi dengan NaCl 3 Kriteria

dahak yang memenuhi syarat untuk pemeriksaan apusan langsung dan biarkan yaitu

bila ditemukan sel PMN gt 25lpk dan sel epitel lt 10lpk 5

28 Diagnosis Banding Pneumonia

ATuberculosis Paru (TB)

Tuberculosis Paru (TB) adalah suatu penyakit infeksi menular yang

disebabkan oleh M tuberculosis Jalan masuk untuk organism M tuberculosis adalah

saluran pernafasan saluran pencernaan Gejala klinis TB antara lain batuk lama yang

produktif (durasi lebih dari 3 minggu) nyeri dada dan hemoptisis dan gejala sistemik

meliputi demam menggigil keringat malam lemas hilang nafsu makan dan

penurunan berat badan3

Tampak gambaran cavitas pada paru lobus atas kanan pada foto thorax proyeksi PA

21

BAtelektasis

Atelektasis adalah istilah yang berarti pengembangan paru yang tidak

sempurna dan menyiratkan arti bahwa alveolus pada bagian paru yang terserang tidak

mengandung udara dan kolaps Memberikan gambaran yang mirip dengan pneumonia

tanpa air bronchogram Namun terdapat penarikan jantung trakea dan mediastinum

ke arah yang sakit karena adanya pengurangan volume interkostal space menjadi

lebih sempit dan pengecilan dari seluruh atau sebagian paru-paru yang sakit

Sehingga akan tampak thorax asimetris 3

Atelektasis pada foto thorax proyeksi PA

22

C Efusi Pleura

Memberi gambaran yang mirip dengan pneumonia tanpa air bronchogram

Terdapat penambahan volume sehingga terjadi pendorongan jantung trakea dan

mediastinum kearah yang sehat Rongga thorax membesar Pada edusi pleura

sebagian akan tampak meniscus sign (+) tanda khas pada efusi pleura 3

Efusi pleura pada foto thorax posisi PA

29 Penatalaksanaan

Pengobatan terdiri atas antibiotik dan pengobatan suportif Pemberian

antibiotik pada penderita pneumonia sebaiknya berdasarkan data mikroorganisme dan

hasil uji kepekaannya akan tetapi karena beberapa alasan yaitu 7

1 penyakit yang berat dapat mengancam jiwa

2 bakteri patogen yang berhasil diisolasi belum tentu sebagai penyebab pneumonia

3 hasil pembiakan bakteri memerlukan waktu

23

Maka pada penderita pneumonia dapat diberikan terapi secara empiris Secara

umum pemilihan antibiotic berdasarkan baktri penyebab pneumonia dapat dilihat

sebagai berikut 751

1 Pemberian Antibiotik

Penisilin sensitif Streptococcus pneumonia (PSSP)

1048707 Golongan Penisilin

1048707 TMP-SMZ

1048707 Makrolid

Penisilin resisten Streptococcus pneumoniae (PRSP)

1048707 Betalaktam oral dosis tinggi (untuk rawat jalan)

1048707 Sefotaksim Seftriakson dosis tinggi

1048707 Marolid baru dosis tinggi

1048707 Fluorokuinolon respirasi

Pseudomonas aeruginosa

1048707 Aminoglikosid

1048707 Seftazidim Sefoperason Sefepim

1048707 Tikarsilin Piperasilin

1048707 Karbapenem Meropenem Imipenem

1048707 Siprofloksasin Levofloksasin

Methicillin resistent Staphylococcus aureus (MRSA)

1048707 Vankomisin

1048707 Teikoplanin

1048707 Linezolid

Hemophilus influenzae

1048707 TMP-SMZ

1048707 Azitromisin

1048707 Sefalosporin gen 2 atau 3

24

1048707 Fluorokuinolon respirasi

Legionella

1048707 Makrolid

1048707 Fluorokuinolon

1048707 Rifampisin

Mycoplasma pneumoniae

1048707 Doksisiklin

1048707 Makrolid

1048707 Fluorokuinolon

Chlamydia pneumoniae

1048707 Doksisikin

1048707 Makrolid

1048707 Fluorokuinolon

25

26

Tabel 3 Rekomendasi Terapi Empiris (ATS 2001) 8

Kategori Keterangan Kuman Penyebab Obat Pilihan I Obat Pilihan II

Kategori I Usia

penderita

lt 65 tahun

-Penyakit

Penyerta (-)

-Dapat

berobat jalan

-Spneumonia

-Mpneumonia

-Cpneumonia

-Hinfluenzae

-Legionale sp

-Saureus

-Mtuberculosis

-Batang Gram (-)

Klaritromisin

2x250 mg

- -Azitromisin

1x500mg

- Rositromisin

2x150 mg atau

1x300 mg

- Siprofloksasin

2x500mg atau

Ofloksasin 2x400mg

- Levofloksasin

1x500mg atau

Moxifloxacin

1x400mg

- Doksisiklin 2x100mg

Kategori II -Usia

penderita gt

65 tahun

- Peny

Penyerta (+)

-Dapat

berobat jalan

-Spneumonia

Hinfluenzae

Batang gram(-)

Aerob

Saures

Mcatarrhalis

Legionalle sp

-Sepalospporin

generasi 2

-Trimetroprim

+Kotrimoksazol

-Betalaktam

-Makrolid

-Levofloksasin

-Gatifloksasin

-Moxyfloksasin

Kategori

III

-Pneumonia

berat

- Perlu

dirawat di

RStapi tidak

perlu di ICU

-Spneumoniae

-Hinfluenzae

-Polimikroba

termasuk Aerob

-Batang Gram (-)

-Legionalla sp

-Saureus

Mpneumoniae

- Sefalosporin

Generasi 2 atau

3

- Betalaktam +

Penghambat

Betalaktamase

+makrolid

-Piperasilin +

tazobaktam

-Sulferason

Kategori

IV

-Pneumonia

berat

-Perlu dirawat

di ICU

-Spneumonia

-Legionella sp

-Batang Gram (-)

aerob

-Mpneumonia

-Virus

-Hinfluenzae

-Mtuberculosis

-Jamur endemic

- Sefalosporin

generasi 3

(anti

pseudomonas)

+ makrolid

- Sefalosporin

generasi 4

- Sefalosporin

generasi 3 +

kuinolon

-Carbapenem

meropenem

-Vankomicin

-Linesolid

-Teikoplanin

2 Terapi Suportif Umum

1 Terapi O2 untuk mencapai PaO2 80-100 mmHg atau saturasi 95-96 berdasarkan

pemeriksaan analisis gas darah

2 Humidifikasi dengan nebulizer untuk pengenceran dahak yang kental dapat

disertai nebulizer untuk pemberian bronkodilator bila terdapat bronkospasme

3 Fisioterapi dada untuk pengeluaran dahak khususnya anjuran untuk batuk dan

napas dalam Bila perlu dikerjakan fish mouth breathing untuk melancarkan

ekspirasi dan pengeluarn CO2 Posisi tidur setengah duduk untuk melancarkan

pernapasan7

4 Pengaturan cairan Keutuhan kapiler paru sering terganggu pada pneumonia dan

paru lebih sensitif terhadap pembebanan cairan terutama bila terdapat pneumonia

bilateral Pemberian cairan pada pasien harus diatur dengan baik termasuk pada

keadaan gangguan sirkulasi dan gagal ginjal Overhidrasi untuk maksud

mengencerkan dahak tidak diperkenankan 9

5 Pemberian kortikosteroid pada fase sepsis berat perlu diberikan Terapi ini tidak

bermanfaat pada keadaan renjatan septik

6 Obat inotropik seperti dobutamin atau dopamin kadang-kadang diperlukan bila

terdapat komplikasi gangguan sirkulasi atau gagal ginjal prerenal

7 Ventilasi mekanis indikasi intubasi dan pemasangan ventilator pada pneumonia

adalah

27

a Hipoksemia persisten meskipun telah diberikan O2 100 dengan

menggunakaan masker Kosentrasi O2 yang tinggi menyebabkan penurunan

pulmonary compliance hingga tekanan inflasi meninggi Dalam hal ini perlu

dipergunakan PEEP untuk memperbaiki oksigenisasi dan menurunkan FiO2

menjadi 50 atau lebih rendah9

b Gagal napas yang ditandai oleh peningkatan respiratory distress dengan atau

didapat asidosis respiratorik

c Respiratory arrest

d Retensi sputum yang sulit diatasi secara konservatif

8 Drainase empiema bila ada

9 Bila terdapat gagal napas diberikan nutrisi dengan kalori yang cukup yang

didapatkan terutama dari lemak (gt50) hingga dapat dihindari pembentukan

CO2 yang berlebihan9

3 Terapi Sulih (switch therapy)

Masa perawatan di rumah sakit sebaiknya dipersingkat dengan perubahan obat

suntik ke oral dilanjutkan dengan berobat jalan hal ini untuk mengurangi biaya

perawatan dan mencegah infeksi nosokomial Perubahan ini dapat diberikan secara

sequential (obat sama potensi sama) switch over (obat berbeda potensi sama) dan

step down (obat sama atau berbeda potensi lebih rendah) Pasien beralih dari

intravena ke oral terapi ketika hemodinamik sudah stabil dan perbaikan terbukti

secara secara klinis dapat menelan obat-obatan dan memiliki saluran pencernaan

berfungsi normal 10

28

Kriteria untuk Pneumonia terkait stabilitas klinis adalah 9

1 Temp le 378 C Kesadaran baik

2 Denyut jantung le 100 denyut menit

3 Respirasi ratele 24 napas menit

4 Tekanan darah sistolik ge 90 mmHg

5 Saturasi O2 arteri ge 90 atau pO2 ge 60 mmHg pada ruang udara

6 Kemampuan untuk mengambil asupan oral

210 Komplikasi Pneumonia

1 Efusi pleura dan empiema Terjadi pada sekitar 45 kasus terutama pada infeksi

bakterial akut berupa efusi parapneumonik gram negative sebesar 60

Staphylococcus aureus 50 S pneumoniae 40-60 kuman anaerob 35

Sedangkan pada Mycoplasmapneumoniae sebesar 20 Cairannya transudat dan

steril Terkadang pada infeksi bakterial terjadi empiema dengan cairan eksudat

2 Komplikasi sistemik Dapat terjadi akibat invasi kuman atau bakteriemia berupa

meningitis Dapat juga terjadi dehidrasi dan hiponatremia anemia pada infeksi

kronik peningguan ureum dan enzim hati Kadang-kadang terjadi peninggian

fostase alkali dan bilirubin akibat adanya kolestasis intrahepatik

3 Hipoksemia akibat gangguan difusi

4 Abses Paru terbentuk akibat eksudat di alveolus paru sehingga terjadi infeksi

oleh kuman anaerob dan bakteri gram negative

29

5 Pneumonia kronik yang dapat terjadi bila pneumonia berlangsung lebih dari 4-6

minggu akibat kuman anaerob S aureus dan kuman Gram (-) seperti

Pseudomonas aeruginosa

6 Bronkiektasis Biasanya terjadi karena pneunomia pada masa anak-anak tetapi

dapat juga oleh infeksi berulang di lokasi bronkus distal pada cystic fibrosis atau

hipogamaglobulinemia tuberkulosis atau pneumonia nekrotikans 3

211 Prognosis Pneumonia

Angka morbiditas dan mortalitas pneumonia menurun sejak ditemukannya

antibiotik Faktor yang berperan adalah patogenitas kuman usia penyakit dasar dan

kondisi pasien Secara umum angka kematian pneumonia pneumokokus adalah

sebesar 5 namun dapat meningkat menjadi 60 pada orang tua dengan kondisi

yang buruk misalnya gangguan imunologis sirosis hepatis penyakit paru obstruktif

kronik atau kanker Adanya leukopenia ikterus terkenanya 3 atau lebih lobus dan

komplikasi ekstraparu merupakan petanda prognosis yang buruk Kuman gram

negatif menimbulkan prognosis yang lebih jelek 10

Prognosis pada orang tua dan anak kurang baik karena itu perlu perawatan di

RS kecuali bila penyakitnya ringan Orang dewasa (lt60 tahun) dapat berobat jalan

kecuali

1 Bila terdapat penyakit paru kronik

2 PN Meliputi banyak lobus

3 Disertai gambaran klinis yang berkaitan dengan mortalitas yang tinggi yaitu

30

a Usia gt 60 tahun

b Dijumpai adanya gejala pada saat masuk perawatan RS frekuensi napas gt 30

xm tekanan diastolik lt 60 mmHg leukosit abnormal (lt4500-gt30000)

BAB 3

KESIMPULAN

Pneumonia adalah salah satu penyakit akibat infeksi parenkim paru yang

dapat menyerang segala usia Pneumonia paling banyak disebabkan oleh infeksi

bakteri Streptococcus pneumonia dengan gejala yang muncul seperti demam batuk

berdahak sesak napas dan terkadang disertai nyeri dada

Pemeriksaan radiologi dalam hal ini foto thorax konvensional dan CT Scan

menjadi pemeriksaan yang sangat penting pada pneumonia Gambaran khas pada

pneumonia adalah adanya konsolidasi dengan adanya gambaran air bronchogram

Namun tidak semua pneumonia memberikan gambaran khas tersebut Untuk

menentukan etiologi pneumonia tidak dapat hanya semata-mata menggunakan foto

thorax melainkan harus dilihat dari riwayat penyakit dan juga pemeriksaan

laboratorium

Penatalaksanaan medis pada pneumonia adalah pemberian antibiotik yang

sesuai dengan kuman penyebab pneumonia disamping terapi supportif lainnya

Prognosis pneumonia secara umum baik jika mendapat terapi antibiotik yang adekuat

faktor predisposisi pasien dan ada tidaknya komplikasi yang menyertai

31

DAFTAR PUSTAKA

1 Dahlan Z 2006 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Pulmonologi Pusat

Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas kedokteran Universitas

Indonesia Jakarta

2 Price SA Wilson LM 2005 Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses

Penyakit Edisi 6 Volume 2 Penerbit EGC Jakarta

3 Soedarsono 2004 Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru Bagian Ilmu Penyakit Paru

FK UNAIR Surabaya

4 Aru W Bambang Idrus A Marcellus Siti S ed Buku Ajar Ilmu Penyakit

Dalam Jilid II Edisi 4 Jakarta Pusat Penerbitan Departemen IPD RSCM

2007

5 Perhimpunan Dokter Paru Indonesia Pedoman Diagnosis dan

penatalaksanaan Pneumonia Komuniti2003

6 Perhimpunan Dokter Paru Indonesia Pedoman Diagnosis dan

penatalaksanaan Pneumonia Nosokomial2003

7 Barlett JG Dowell SF Mondell LA File TM Mushor DM Fine MJ Practice

guidelines for management community-acquiredd pneumonia in adults Clin

infect Dis 2000 31 347-82

8 Mandell LA IDSAATS consensus guidelines on the management of

community-acquired pneumonia in adults CID 200744S27

9 Menendez R Treatment failure in community-acquired pneumonia

0071321348

32

10 Niederman MS Recent advances in community-acquired pneumonia inpatient

and outpatient Chest 20071311205

33

  • 22 Definisi Pneumonia
  • Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius dan alveoli serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat yang disebabkan oleh mikroorganisme (bakterivirusjamurprotozoa)3
  • 23 Epidemiologi Pneumonia
  • 25 Klasifikasi Pneumonia
  • Terutama pada jaringan penyangga yaitu interstitial dinding bronkus dan peribronkil Peradangan dapat ditemumkan pada infeksi virus dan mycoplasma Terjadi edema dinding bronkioli dan juga edema jaringan interstisial prebronkial Radiologis berupa bayangan udara pada alveolus masih terlihat diliputi perselubungan yang tidak merata 5
  • 26 Patofisiologi Pneumonia
  • 27 Diagnosis Pneumonia
  • 28 Diagnosis Banding Pneumonia
  • 29 Penatalaksanaan
  • 210 Komplikasi Pneumonia
Page 4: Referat Pneumonia

22 Definisi Pneumonia

Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru distal dari

bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius dan alveoli serta

menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat yang

disebabkan oleh mikroorganisme (bakterivirusjamurprotozoa)3

Secara kinis pneumonia didefinisikan sebagai suatu peradangan paru yang

disebabkan oleh mikroorganisme (bakteri virus jamur parasit) Pneumonia yang

disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis tidak termasuk Sedangkan peradangan

paru yang disebabkan oleh nonmikroorganisme (bahan kimia radiasi aspirasi bahan

toksik obat-obatan dan lain-lain) disebut pneumonitis4

23 Epidemiologi Pneumonia

Pneumonia merupakan salah satu penyakit infeksi saluran nafas yang

terbanyak di dapatkan dan dapat menyebabkan kematian hampir di seluruh dunia

Angka kematian di Inggris adalah sekitar 5-10 Berdasarkan umur pneumonia

dapat menyerang siapa saja meskipun lebih banyak ditemukan pada anak-anak Di

Amerika Serikat pneumonia mencapai 13 dari penyakit infeksi saluran nafas pada

anak di bawah 2 tahun4

UNICEF memperkirakan bahwa 3 juta anak di dunia meninggal karena

penyakit pneumonia setiap tahun Kasus pneumonia di negara berkembang tidak

hanya lebih sering didapatkan tetapi juga lebih berat dan banyak menimbulkan

kematian pada anak Insiden puncak pada umur 1-5 tahun dan menurun dengan

4

bertambahnya usia anak Mortalitas diakibatkan oleh bakteremia oleh karena

Streptococcus pneumoniae dan Staphylococcus aureus tetapi di negara berkembang

juga berkaitan dengan malnutrisi dan kurangnya akses perawatan Dari data

mortalitas tahun 1990 pneumonia merupakan seperempat penyebab kematian

pada anak dibawah 5 tahun dan 80 terjadi di negara berkembang Pneumonia yang

disebabkan oleh infeksi RSV didapatkan sebanyak 40 Di negara dengan 4

musim banyak terdapat pada musim dingin sampai awal musim semi dinegara tropis

pada musim hujan 4

Di Indonesia berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun

2007 menunjukkan prevalensi nasional ISPA 255 angka kesakitan ( morbiditas )

pneumonia pada bayi 22 balita 3 angka kematian ( mortalitas ) pada bayi

238 dan balita 155 5

24 Etiologi Pneumonia

Pneumonia dapat disebabkan oleh berbagai macam mikroorganisme yaitu

bakteri virus jamur protozoa yang sebagian besar disebabkan oleh bakteri

Penyebab tersering pneumonia adalah bakteri gram positif Streptococcus pneumonia

Kuman penyebab pneumonia biasanya berbeda sesuai dengan distribusi umur pasien

dan keadaan klinis terjadinya infeksi 4

Virus penyebab tersering pneumonia adalah respiratory syncytial virus (RSV)

parainfluenza virus influenza virus dan adenovirus Secara umum bakteri yang

berperan penting dalam pneumonia adalah Streptococcus pneumonia Haemophillus

5

influenza Staphylococcus aureus Streptococcus group B serta kuman atipik

klamidia dan mikoplasma 4

Pada neonatus Streptococcus group B dan Listeriae monocytogenes

merupakan penyebab pneumonia paling banyak Virus adalah penyebab terbanyak

pneumonia pada usia prasekolah dan berkurang dengan bertambahnya usia Selain

itu Streptococcus pneumoniae merupakan penyebab paling utama pada pneumonia

bakterial Mycoplasma pneumoniae dan Chlamydia pneumoniae merupakan

penyebab yang sering didapatkan pada anak diatas 5 tahun Communityy-acquired

acute pneumonia sering disebabkan oleh streptokokkus pneumonia atau

pneumokokkus sedangkan pada Community-acquired atypical pneumonia penyebab

umumnya adalah Mycopalsma pneumonia Staphylokokkus aureus dan batang gram

negatif seperti Enterobacteriaceae dan Pseudomonas adalah isolat yang tersering

ditemukan pada Hospital-acquired pneumonia4

Tabel 1 Mikroorganisme penyebab pneumonia menurut umur dengan terjadinya infeksi 4

Umur Penyebab yang sering Penyebab yang jarang

Lahir-20 hari Bakteria Escherichia colli Group B streptococci Listeria monocytogenes

Bakteria Group D streptococci Haemophillus influenzae Streptococcus pneumoniae Ureaplasma urealyticum

Virus Cytomegalovirus Herpes simplex virus

6

3 minggu ndash 3 bulan

Bakteria Clamydia trachomatis Streptococcus pneumoniae

Virus Respiratory syncytial virus Influenza virus Para influenza virus

12 and 3 Adenovirus

Bakteria Bordetella pertusis Haemophillusinfluenza type B amp

non typeable Moxarella catarrhalis Staphylococcus aureus Ureaplasma urealyticum

Virus Cytomegalovirus

4 bulan ndash5 tahun

Bakteria Streptococcus pneumoniae Clamydia pneumoniae Mycoplasma pneumoniae

Virus Respiratory syncytial virus Influenza virus Parainfluenza virus Rhinovirus Adenovirus Measles

Bakteria Haemophillus influenza type B Moxarella catarrhalis Neisseria meningitis Staphylococcus aureus

Virus Varicella zoster virus

5 tahun ndash dewasa Bakteria Clamydia pneumonia Mycoplasma pneumonia Streptococcus pneumoniae

Bakteria Haemophillus influenza type B Legionella species Staphylococcus aureus

Virus Adenovirus Epstein barr virus Influenza virus Parainfluenza virus Rhinovirus Respiratory syncytial virus Varicella zoster virus

Tabel 2 Mikroorganisme penyebab pneumonia menurut keadaan klinis terjadinya infeksi 4

7

Communityy-acquired acute pneumonia

Streptococcus pneumoniaHaemophilus influenzaeMoraxella catarrhalisStaphylococcus aureusLegionella pneumophilaEnterobacteriaceae (Klebsiella pneumoniae) and Pseudomonas sppCommunity-acquired atypical pneumonia

Mycoplasma pneumoniaChlamydia spp (C pneumoniae C psittaci C trachomatis)Coxiella burnetii (Q fever)Viruses respiratory syncytial virus parainfluenza virus (children) influenza A and B (adults) adenovirus(military recruits) SARS virusHospital-acquired pneumonia

Gram-negative rods Enterobacteriaceae (Klebsiella spp Serratia marcescens Escherichia coli) andPseudomonas sppStaphylococcus aureus (usually penicillin resistant)Pneumonia kronis

NocardiaActinomycesGranulomatous Mycobacterium tuberculosis and atypical mycobacteria Histoplasma capsulatumCoccidioides immitis Blastomyces dermatitidis

25 Klasifikasi Pneumonia

1 Menurut sifatnya yaitu

a Pneumonia primer yaitu radang paru yang terserang pada orang yang tidak

mempunya faktor resiko tertentu Kuman penyebab utama yaitu

Staphylococcus pneumoniae ( pneumokokus) Hemophilus influenzae juga

8

Virus penyebab infeksi pernapasan( Influenza Parainfluenza RSV) Selain itu

juga bakteri pneumonia yang tidak khas( ldquoatypicalrdquo) yaitu mykoplasma

chlamydia dan legionella

b Pneumonia sekunder yaitu terjadi pada orang dengan faktor predisposisi

selain penderita penyakit paru lainnnya seperti COPD terutama juga bagi

mereka yang mempunyai penyakit menahun seperti diabetes mellitus HIV

dan kankerdll 2

2 Berdasarkan Kuman penyebab

a Pneumonia bakterial tipikal Dapat terjadi pada semua usia Beberapa bakteri

mempunyai tendensi menyerang sesorang yang peka misalnya Klebsiella

pada penderita alkoholikStaphyllococcus pada penderita pasca infeksi

influenza

b Pneumonia atipikal disebabkan Mycoplasma Legionella dan Chlamydia

c Pneumonia virus disebabkan oleh virus RSV Influenza virus

d Pneumonia jamur sering merupakan infeksi sekunder Predileksi terutama pada

penderita dengan daya tahan lemah (immunocompromised) 5

3 Berdasarkan klinis dan epidemiologi

a Pneumonia komuniti (Community-acquired pneumonia= CAP) pneumonia

yang terjadi di lingkungan rumah atau masyarakat juga termasuk pneumonia

yang terjadi di rumah sakit dengan masa inap kurang dari 48 jam 5

b Penumonia nosokomial (Hospital-acquired Pneumonia= HAP) merupakan

pneumonia yang terjadi di ldquorumah sakitrdquo infeksi terjadi setelah 48 jam berada

9

di rumah sakit Kuman penyebab sangat beragam yang sering di temukan

yaitu Staphylococcus aureus atau bakteri dengan gramm negatif lainnya

seperti Ecoli Klebsiella pneumoniae Pseudomonas aeroginosa Proteus dll

Tingkat resistensi obat tergolong tinggi untuk bakteri penyebab HAP 6

c Pneumonia aspirasi

4 Berdasarkan lokasi infeksi

a Pneumonia lobaris

Pneumonia focal yang melibatkan satu beberapa lobus paru Bronkus besar

umumnya tetap berisi udara sehingga memberikan gambaran

airbronchogram Konsolidasi yang timbul merupakan hasil dari cairan edema

yang menyebar melalui pori-pori Kohn Penyebab terbanyak pneumonia

lobaris adalah Streptococcus pneumoniae Jarang pada bayi dan orang tua

Pneumonia yang terjadi pada satu lobus atau segmen Kemungkinan sekunder

disebabkan oleh adanya obstruksi bronkus seperti aspirasi benda asing atau

adanya proses keganasan 5

b Bronko pneumonia (Pneumonia lobularis)

Inflamasi paru-paru biasanya dimulai di bronkiolus terminalis Bronkiolus

terminalis menjadi tersumbat dengan eksudat mukopurulen membentuk

bercak-bercak konsolidasi di lobulus yang bersebelahan Ditandai dengan

adanya bercak-bercak infiltrate multifocal pada lapangan paru Dapat

disebabkan oleh bakteri maupun virus Sering pada bayi dan orang tua Jarang

dihubungkan dengan obstruksi bronkus 5

10

c Pneumonia interstisial

Terutama pada jaringan penyangga yaitu interstitial dinding bronkus dan

peribronkil Peradangan dapat ditemumkan pada infeksi virus dan

mycoplasma Terjadi edema dinding bronkioli dan juga edema jaringan

interstisial prebronkial Radiologis berupa bayangan udara pada alveolus

masih terlihat diliputi perselubungan yang tidak merata 5

26 Patofisiologi Pneumonia

Pneumonia yang dipicu oleh bakteri bisa menyerang siapa saja dari bayi

sampai usia lanjut Pecandu alcohol pasien pasca operasi orang-orang dengan

gangguan penyakit pernapasan sedang terinfeksi virus atau menurun kekebalan

tubuhnya adalah yang paling berisiko1

Sebenarnya bakteri pneumonia itu ada dan hidup normal pada tenggorokan

yang sehat Pada saat pertahanan tubuh menurun misalnya karena penyakit usia

lanjut dan malnutrisi bakteri pneumonia akan dengan cepat berkembang biak dan

merusak organ paru-paru1

Kerusakan jaringan paru setelah kolonisasi suatu mikroorganisme paru

banyak disebabkan oleh reaksi imun dan peradangan yang dilakukan oleh pejamu

Selain itu toksin-toksin yang dikeluarkan oleh bakteri pada pneumonia bakterialis

dapat secara langsung merusak sel-sel system pernapasan bawah Ada beberapa cara

mikroorganisme mencapai permukaan 5

1 Inokulasi langsung

11

2 Penyebaran melalui pembuluh darah

3 Inhalasi bahan aerosol

4 Kolonisasi dipermukaan mukosa

Dari keempat cara tersebut diatas yang terbanyak adalah cara kolonisasi

Secara inhalasi terjadi pada infeksi virus mikroorganisme atipikal mikrobakteria

atau jamur Kebanyakan bakteri dengan ukuran 05 ndash 20 nm melalui udara dapat

mencapai bronkus terminal atau alveoli dan selanjutnya terjadi proses infeksi Bila

terjadi kolonisasi pada saluran napas atas (hidung orofaring) kemudian terjadi

aspirasi ke saluran napas bawah dan terjadi inokulasi mikroorganisme hal ini

merupakan permulaan infeksi dari sebagian besar infeksi paru Aspirasi dari sebagian

kecil sekret orofaring terjadi pada orang normal waktu tidur (50) juga pada keadaan

penurunan kesadaran peminum alkohol dan pemakai obat (drug abuse) 5

Basil yang masuk bersama sekret bronkus ke dalam alveoli menyebabkan

reaksi radang berupa edema seluruh alveoli disusul dengan infiltrasi sel-sel PMN dan

diapedesis eritrosit sehingga terjadi permulaan fagositosis sebelum terbentuknya

antibodi 5

Pneumonia bakterialis menimbulkan respon imun dan peradangan yang paling

mencolok Jika terjadi infeksi sebagian jaringan dari lobus paru-paru ataupun

seluruh lobus bahkan sebagian besar dari lima lobus paru-paru (tiga di paru-paru

kanan dan dua di paru-paru kiri) menjadi terisi cairan Dari jaringan paru-paru

infeksi dengan cepat menyebar ke seluruh tubuh melalui peredaran darah Bakteri

pneumokokus adalah kuman yang paling umum sebagai penyebab pneumonia

12

Terdapat empat stadium anatomic dari pneumonia terbagi atas

1 Stadium Kongesti (4 ndash 12 jam pertama)

Disebut hiperemia mengacu pada respon peradangan permulaan yang

berlangsung pada daerah baru yang terinfeksi Hal ini ditandai dengan peningkatan

aliran darah dan permeabilitas kapiler di tempat infeksi Hiperemia ini terjadi akibat

pelepasan mediator-mediator peradangan dari sel-sel mast setelah pengaktifan sel

imun dan cedera jaringan Mediator-mediator tersebut mencakup histamin dan

prostaglandin Degranulasi sel mast juga mengaktifkan jalur komplemen

Komplemen bekerja sama dengan histamin dan prostaglandin untuk melemaskan otot

polos vaskuler paru dan peningkatan permeabilitas kapiler paru Hal ini

mengakibatkan perpindahan eksudat plasma ke dalam ruang interstitium sehingga

terjadi pembengkakan dan edema antar kapiler dan alveolus Penimbunan cairan di

antara kapiler dan alveolus meningkatkan jarak yang harus ditempuh oleh oksigen

dan karbondioksida maka perpindahan gas ini dalam darah paling berpengaruh dan

sering mengakibatkan penurunan saturasi oksigen hemoglobin 2

2 Stadium Hepatisasi Merah (48 jam selanjutnya)

Terjadi sewaktu alveolus terisi oleh sel darah merah eksudat dan fibrin yang

dihasilkan oleh penjamu (host) sebagai bagian dari reaksi peradangan Lobus yang

terkena menjadi padat oleh karena adanya penumpukan leukosit eritrosit dan cairan

sehingga warna paru menjadi merah dan pada perabaan seperti hepar pada stadium

ini udara alveoli tidak ada atau sangat minimal sehingga anak akan bertambah sesak

Stadium ini berlangsung sangat singkat yaitu selama 48 jam 2

13

3 Stadium Hepatisasi Kelabu (Konsolidasi)

Terjadi sewaktu sel-sel darah putih mengkolonisasi daerah paru yang terinfeksi Pada

saat ini endapan fibrin terakumulasi di seluruh daerah yang cedera dan terjadi

fagositosis sisa-sisa sel Pada stadium ini eritrosit di alveoli mulai diresorbsi lobus

masih tetap padat karena berisi fibrin dan leukosit warna merah menjadi pucat kelabu

dan kapiler darah tidak lagi mengalami kongesti2

4 Stadium Akhir (Resolusi)

Eksudat yang mengalami konsolidasi di antara rongga alveoli dicerna secara

enzimatis yang diserap kembali atau dibersihkan dengan batuk Parenkim paru

kembali menjadi penuh dengan cairan dan basah sampai pulih mencapai keadaan

normal2

27 Diagnosis Pneumonia

271 Gambaran Klinis dan Pemeriksaan Fisik

Gejala-gejala pneumonia serupa untuk semua jenis pneumonia Gejalanya

meliputi

Gejala Mayor 1Batuk

2Sputum produktif

3Demam (suhugt38 0c)

Gejala Minor 1 sesak napas

2 nyeri dada

3 konsolidasi paru pada pemeriksaan fisik

4 jumlah leukosit gt12000L

14

Gambaran klinis biasanya didahului oleh infeksi saluran napas akut bagian

atas selama beberapa hari kemudian diikuti dengan demam menggigil suhu tubuh

kadang-kadang melebihi 40ordm C sakit tenggorokan nyeri otot dan sendi Juga disertai

batuk dengan sputum mukoid atau purulen kadang-kadang berdarah5

Pada pemeriksaan fisik dada terlihat bagian yang sakit tertinggal waktu

bernafas pada palpasi fremitus dapat mengeras pada perkusi redup pada auskultasi

terdengar suara napas bronkovesikuler sampai bronchial yang kadang-kadang

melemah Mungkin disertai ronkhi halus yang kemudian menjadi ronkhi basah kasar

pada stadium resolusi 5

272 Pemeriksaan Laboratorium

Pada pemeriksaan laboratorium terdapat peningkatan jumlah leukosit

biasanya gt10000ul kadang-kadang mencapai 30000ul dan pada hitungan jenis

leukosit terdapat pergeseran ke kiri serta terjadi peningkatan LED Untuk menentukan

diagnosis etiologi diperlukan pemeriksaan dahak kultur darah dan serologi Kultur

darah dapat positif pada 20-25 penderita yang tidak diobati Anlalisa gas darah

menunjukkan hipoksemia dan hiperkarbia pada stadium lanjut dapat terjadi asidosis

respiratorik 6

273 Gambaran Radiologis

Gambaran Radiologis pada foto thorax pada penyakit pneumonia antara lain

Perselubungankonsolidasi homogen atau inhomogen sesuai dengan lobus atau

segment paru secara anantomis

15

Batasnya tegas walaupun pada mulanya kurang jelas

Volume paru tidak berubah tidak seperti atelektasis dimana paru mengecil Tidak

tampak deviasi tracheaseptumfissure seperti pada atelektasis

Silhouette sign (+) bermanfaat untuk menentukan letak lesi paru batas lesi

dengan jantung hilang berarti lesi tersebut berdampingan dengan jantung atau di

lobus medius kanan

Seringkali terjadi komplikasi efusi pleura

Bila terjadinya pada lobus inferior maka sinus phrenicocostalis yang paling akhir

terkena

Pada permulaan sering masih terlihat vaskuler

Pada masa resolusi sering tampak Air Bronchogram Sign (terperangkapnya udara

pada bronkus karena tidanya pertukaran udara pada alveolus)

Foto thoraks saja tidak dapat secara khas menentukan penyebab pneumonia

hanya merupakan petunjuk ke arah diagnosis etiologi misalnya penyebab

pneumonia lobaris tersering disebabkan oleh Streptococcus pneumoniae

Pseudomonas aeruginosa sering memperlihatkan infiltrat bilateral atau gambaran

bronkopneumonia sedangkan Klebsiela pneumonia sering menunjukan konsolidasi

yang terjadi pada lobus atas kanan meskipun dapat mengenai beberapa lobus6

1Pneumonia Lobaris

Foto Thorax

16

Tampak gambaran gabungan konsolidasi berdensitas tinggi pada satu

segmenlobus (lobus kanan bawah PA maupun lateral)) atau bercak yang

mengikutsertakan alveoli yang tersebar Air bronchogram biasanya ditemukan

pada pneumonia jenis ini

CT Scan

17

Hasil CT dada ini menampilkan gambaran hiperdens di lobus atas kiri sampai ke

perifer

2 Bronchopneumonia (Pneumonia Lobularis)

Foto Thorax

Pada gambar diatas tampak konsolidasi tidak homogen di lobus atas kiri dan lobus

bawah kiri

CT Scan

18

Tampak gambaran opakhiperdens pada lobus tengah kanan namun tidak menjalar

sampai perifer

3 Pneumonia Interstisial

Foto Thorax

19

Terjadi edema dinding bronkioli dan juga edema jaringan interstitial

prebronkial Radiologis berupa bayangan udara pada alveolus masih terlihat

diliputi oleh perselubungan yang tidak merata

CT Scan

Gambaran CT Scan pneumonia interstitiak pada seorang pria berusia 19

tahun (A) Menunjukan area konsolidasi di percabangan peribronkovaskuler

yang irreguler (B) CT Scan pada hasil follow up selama 2 tahun menunjukan

area konsolidasi yang irreguler tersebut berkembang menjadi bronkiektasis

atau bronkiolektasis (tanda panah)

274 Pemeriksaan Bakteriologis

Bahan berasal dari sputum darah aspirasi nasotrakealtranstrakeal

torakosintesis bronkoskopi atau biopsi Kuman yang predominan pada sputum

disertai PMN yang kemungkinan penyebab infeksi 5

Pengambilan dahak dilakukan pagi hari Pasien mula-mula kumur-kumur

dengan akuades biasa setelah itu pasien diminta inspirasi dalam kemudian

membatukkan dahaknya Dahak ditampung dalam botol steril dan ditutup rapat

20

Dahak segera dikirim ke labolatorium (tidak boleh lebih dari 4 jam) Jika terjadi

kesulitan mengeluarkan dahak dapat dibantu nebulisasi dengan NaCl 3 Kriteria

dahak yang memenuhi syarat untuk pemeriksaan apusan langsung dan biarkan yaitu

bila ditemukan sel PMN gt 25lpk dan sel epitel lt 10lpk 5

28 Diagnosis Banding Pneumonia

ATuberculosis Paru (TB)

Tuberculosis Paru (TB) adalah suatu penyakit infeksi menular yang

disebabkan oleh M tuberculosis Jalan masuk untuk organism M tuberculosis adalah

saluran pernafasan saluran pencernaan Gejala klinis TB antara lain batuk lama yang

produktif (durasi lebih dari 3 minggu) nyeri dada dan hemoptisis dan gejala sistemik

meliputi demam menggigil keringat malam lemas hilang nafsu makan dan

penurunan berat badan3

Tampak gambaran cavitas pada paru lobus atas kanan pada foto thorax proyeksi PA

21

BAtelektasis

Atelektasis adalah istilah yang berarti pengembangan paru yang tidak

sempurna dan menyiratkan arti bahwa alveolus pada bagian paru yang terserang tidak

mengandung udara dan kolaps Memberikan gambaran yang mirip dengan pneumonia

tanpa air bronchogram Namun terdapat penarikan jantung trakea dan mediastinum

ke arah yang sakit karena adanya pengurangan volume interkostal space menjadi

lebih sempit dan pengecilan dari seluruh atau sebagian paru-paru yang sakit

Sehingga akan tampak thorax asimetris 3

Atelektasis pada foto thorax proyeksi PA

22

C Efusi Pleura

Memberi gambaran yang mirip dengan pneumonia tanpa air bronchogram

Terdapat penambahan volume sehingga terjadi pendorongan jantung trakea dan

mediastinum kearah yang sehat Rongga thorax membesar Pada edusi pleura

sebagian akan tampak meniscus sign (+) tanda khas pada efusi pleura 3

Efusi pleura pada foto thorax posisi PA

29 Penatalaksanaan

Pengobatan terdiri atas antibiotik dan pengobatan suportif Pemberian

antibiotik pada penderita pneumonia sebaiknya berdasarkan data mikroorganisme dan

hasil uji kepekaannya akan tetapi karena beberapa alasan yaitu 7

1 penyakit yang berat dapat mengancam jiwa

2 bakteri patogen yang berhasil diisolasi belum tentu sebagai penyebab pneumonia

3 hasil pembiakan bakteri memerlukan waktu

23

Maka pada penderita pneumonia dapat diberikan terapi secara empiris Secara

umum pemilihan antibiotic berdasarkan baktri penyebab pneumonia dapat dilihat

sebagai berikut 751

1 Pemberian Antibiotik

Penisilin sensitif Streptococcus pneumonia (PSSP)

1048707 Golongan Penisilin

1048707 TMP-SMZ

1048707 Makrolid

Penisilin resisten Streptococcus pneumoniae (PRSP)

1048707 Betalaktam oral dosis tinggi (untuk rawat jalan)

1048707 Sefotaksim Seftriakson dosis tinggi

1048707 Marolid baru dosis tinggi

1048707 Fluorokuinolon respirasi

Pseudomonas aeruginosa

1048707 Aminoglikosid

1048707 Seftazidim Sefoperason Sefepim

1048707 Tikarsilin Piperasilin

1048707 Karbapenem Meropenem Imipenem

1048707 Siprofloksasin Levofloksasin

Methicillin resistent Staphylococcus aureus (MRSA)

1048707 Vankomisin

1048707 Teikoplanin

1048707 Linezolid

Hemophilus influenzae

1048707 TMP-SMZ

1048707 Azitromisin

1048707 Sefalosporin gen 2 atau 3

24

1048707 Fluorokuinolon respirasi

Legionella

1048707 Makrolid

1048707 Fluorokuinolon

1048707 Rifampisin

Mycoplasma pneumoniae

1048707 Doksisiklin

1048707 Makrolid

1048707 Fluorokuinolon

Chlamydia pneumoniae

1048707 Doksisikin

1048707 Makrolid

1048707 Fluorokuinolon

25

26

Tabel 3 Rekomendasi Terapi Empiris (ATS 2001) 8

Kategori Keterangan Kuman Penyebab Obat Pilihan I Obat Pilihan II

Kategori I Usia

penderita

lt 65 tahun

-Penyakit

Penyerta (-)

-Dapat

berobat jalan

-Spneumonia

-Mpneumonia

-Cpneumonia

-Hinfluenzae

-Legionale sp

-Saureus

-Mtuberculosis

-Batang Gram (-)

Klaritromisin

2x250 mg

- -Azitromisin

1x500mg

- Rositromisin

2x150 mg atau

1x300 mg

- Siprofloksasin

2x500mg atau

Ofloksasin 2x400mg

- Levofloksasin

1x500mg atau

Moxifloxacin

1x400mg

- Doksisiklin 2x100mg

Kategori II -Usia

penderita gt

65 tahun

- Peny

Penyerta (+)

-Dapat

berobat jalan

-Spneumonia

Hinfluenzae

Batang gram(-)

Aerob

Saures

Mcatarrhalis

Legionalle sp

-Sepalospporin

generasi 2

-Trimetroprim

+Kotrimoksazol

-Betalaktam

-Makrolid

-Levofloksasin

-Gatifloksasin

-Moxyfloksasin

Kategori

III

-Pneumonia

berat

- Perlu

dirawat di

RStapi tidak

perlu di ICU

-Spneumoniae

-Hinfluenzae

-Polimikroba

termasuk Aerob

-Batang Gram (-)

-Legionalla sp

-Saureus

Mpneumoniae

- Sefalosporin

Generasi 2 atau

3

- Betalaktam +

Penghambat

Betalaktamase

+makrolid

-Piperasilin +

tazobaktam

-Sulferason

Kategori

IV

-Pneumonia

berat

-Perlu dirawat

di ICU

-Spneumonia

-Legionella sp

-Batang Gram (-)

aerob

-Mpneumonia

-Virus

-Hinfluenzae

-Mtuberculosis

-Jamur endemic

- Sefalosporin

generasi 3

(anti

pseudomonas)

+ makrolid

- Sefalosporin

generasi 4

- Sefalosporin

generasi 3 +

kuinolon

-Carbapenem

meropenem

-Vankomicin

-Linesolid

-Teikoplanin

2 Terapi Suportif Umum

1 Terapi O2 untuk mencapai PaO2 80-100 mmHg atau saturasi 95-96 berdasarkan

pemeriksaan analisis gas darah

2 Humidifikasi dengan nebulizer untuk pengenceran dahak yang kental dapat

disertai nebulizer untuk pemberian bronkodilator bila terdapat bronkospasme

3 Fisioterapi dada untuk pengeluaran dahak khususnya anjuran untuk batuk dan

napas dalam Bila perlu dikerjakan fish mouth breathing untuk melancarkan

ekspirasi dan pengeluarn CO2 Posisi tidur setengah duduk untuk melancarkan

pernapasan7

4 Pengaturan cairan Keutuhan kapiler paru sering terganggu pada pneumonia dan

paru lebih sensitif terhadap pembebanan cairan terutama bila terdapat pneumonia

bilateral Pemberian cairan pada pasien harus diatur dengan baik termasuk pada

keadaan gangguan sirkulasi dan gagal ginjal Overhidrasi untuk maksud

mengencerkan dahak tidak diperkenankan 9

5 Pemberian kortikosteroid pada fase sepsis berat perlu diberikan Terapi ini tidak

bermanfaat pada keadaan renjatan septik

6 Obat inotropik seperti dobutamin atau dopamin kadang-kadang diperlukan bila

terdapat komplikasi gangguan sirkulasi atau gagal ginjal prerenal

7 Ventilasi mekanis indikasi intubasi dan pemasangan ventilator pada pneumonia

adalah

27

a Hipoksemia persisten meskipun telah diberikan O2 100 dengan

menggunakaan masker Kosentrasi O2 yang tinggi menyebabkan penurunan

pulmonary compliance hingga tekanan inflasi meninggi Dalam hal ini perlu

dipergunakan PEEP untuk memperbaiki oksigenisasi dan menurunkan FiO2

menjadi 50 atau lebih rendah9

b Gagal napas yang ditandai oleh peningkatan respiratory distress dengan atau

didapat asidosis respiratorik

c Respiratory arrest

d Retensi sputum yang sulit diatasi secara konservatif

8 Drainase empiema bila ada

9 Bila terdapat gagal napas diberikan nutrisi dengan kalori yang cukup yang

didapatkan terutama dari lemak (gt50) hingga dapat dihindari pembentukan

CO2 yang berlebihan9

3 Terapi Sulih (switch therapy)

Masa perawatan di rumah sakit sebaiknya dipersingkat dengan perubahan obat

suntik ke oral dilanjutkan dengan berobat jalan hal ini untuk mengurangi biaya

perawatan dan mencegah infeksi nosokomial Perubahan ini dapat diberikan secara

sequential (obat sama potensi sama) switch over (obat berbeda potensi sama) dan

step down (obat sama atau berbeda potensi lebih rendah) Pasien beralih dari

intravena ke oral terapi ketika hemodinamik sudah stabil dan perbaikan terbukti

secara secara klinis dapat menelan obat-obatan dan memiliki saluran pencernaan

berfungsi normal 10

28

Kriteria untuk Pneumonia terkait stabilitas klinis adalah 9

1 Temp le 378 C Kesadaran baik

2 Denyut jantung le 100 denyut menit

3 Respirasi ratele 24 napas menit

4 Tekanan darah sistolik ge 90 mmHg

5 Saturasi O2 arteri ge 90 atau pO2 ge 60 mmHg pada ruang udara

6 Kemampuan untuk mengambil asupan oral

210 Komplikasi Pneumonia

1 Efusi pleura dan empiema Terjadi pada sekitar 45 kasus terutama pada infeksi

bakterial akut berupa efusi parapneumonik gram negative sebesar 60

Staphylococcus aureus 50 S pneumoniae 40-60 kuman anaerob 35

Sedangkan pada Mycoplasmapneumoniae sebesar 20 Cairannya transudat dan

steril Terkadang pada infeksi bakterial terjadi empiema dengan cairan eksudat

2 Komplikasi sistemik Dapat terjadi akibat invasi kuman atau bakteriemia berupa

meningitis Dapat juga terjadi dehidrasi dan hiponatremia anemia pada infeksi

kronik peningguan ureum dan enzim hati Kadang-kadang terjadi peninggian

fostase alkali dan bilirubin akibat adanya kolestasis intrahepatik

3 Hipoksemia akibat gangguan difusi

4 Abses Paru terbentuk akibat eksudat di alveolus paru sehingga terjadi infeksi

oleh kuman anaerob dan bakteri gram negative

29

5 Pneumonia kronik yang dapat terjadi bila pneumonia berlangsung lebih dari 4-6

minggu akibat kuman anaerob S aureus dan kuman Gram (-) seperti

Pseudomonas aeruginosa

6 Bronkiektasis Biasanya terjadi karena pneunomia pada masa anak-anak tetapi

dapat juga oleh infeksi berulang di lokasi bronkus distal pada cystic fibrosis atau

hipogamaglobulinemia tuberkulosis atau pneumonia nekrotikans 3

211 Prognosis Pneumonia

Angka morbiditas dan mortalitas pneumonia menurun sejak ditemukannya

antibiotik Faktor yang berperan adalah patogenitas kuman usia penyakit dasar dan

kondisi pasien Secara umum angka kematian pneumonia pneumokokus adalah

sebesar 5 namun dapat meningkat menjadi 60 pada orang tua dengan kondisi

yang buruk misalnya gangguan imunologis sirosis hepatis penyakit paru obstruktif

kronik atau kanker Adanya leukopenia ikterus terkenanya 3 atau lebih lobus dan

komplikasi ekstraparu merupakan petanda prognosis yang buruk Kuman gram

negatif menimbulkan prognosis yang lebih jelek 10

Prognosis pada orang tua dan anak kurang baik karena itu perlu perawatan di

RS kecuali bila penyakitnya ringan Orang dewasa (lt60 tahun) dapat berobat jalan

kecuali

1 Bila terdapat penyakit paru kronik

2 PN Meliputi banyak lobus

3 Disertai gambaran klinis yang berkaitan dengan mortalitas yang tinggi yaitu

30

a Usia gt 60 tahun

b Dijumpai adanya gejala pada saat masuk perawatan RS frekuensi napas gt 30

xm tekanan diastolik lt 60 mmHg leukosit abnormal (lt4500-gt30000)

BAB 3

KESIMPULAN

Pneumonia adalah salah satu penyakit akibat infeksi parenkim paru yang

dapat menyerang segala usia Pneumonia paling banyak disebabkan oleh infeksi

bakteri Streptococcus pneumonia dengan gejala yang muncul seperti demam batuk

berdahak sesak napas dan terkadang disertai nyeri dada

Pemeriksaan radiologi dalam hal ini foto thorax konvensional dan CT Scan

menjadi pemeriksaan yang sangat penting pada pneumonia Gambaran khas pada

pneumonia adalah adanya konsolidasi dengan adanya gambaran air bronchogram

Namun tidak semua pneumonia memberikan gambaran khas tersebut Untuk

menentukan etiologi pneumonia tidak dapat hanya semata-mata menggunakan foto

thorax melainkan harus dilihat dari riwayat penyakit dan juga pemeriksaan

laboratorium

Penatalaksanaan medis pada pneumonia adalah pemberian antibiotik yang

sesuai dengan kuman penyebab pneumonia disamping terapi supportif lainnya

Prognosis pneumonia secara umum baik jika mendapat terapi antibiotik yang adekuat

faktor predisposisi pasien dan ada tidaknya komplikasi yang menyertai

31

DAFTAR PUSTAKA

1 Dahlan Z 2006 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Pulmonologi Pusat

Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas kedokteran Universitas

Indonesia Jakarta

2 Price SA Wilson LM 2005 Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses

Penyakit Edisi 6 Volume 2 Penerbit EGC Jakarta

3 Soedarsono 2004 Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru Bagian Ilmu Penyakit Paru

FK UNAIR Surabaya

4 Aru W Bambang Idrus A Marcellus Siti S ed Buku Ajar Ilmu Penyakit

Dalam Jilid II Edisi 4 Jakarta Pusat Penerbitan Departemen IPD RSCM

2007

5 Perhimpunan Dokter Paru Indonesia Pedoman Diagnosis dan

penatalaksanaan Pneumonia Komuniti2003

6 Perhimpunan Dokter Paru Indonesia Pedoman Diagnosis dan

penatalaksanaan Pneumonia Nosokomial2003

7 Barlett JG Dowell SF Mondell LA File TM Mushor DM Fine MJ Practice

guidelines for management community-acquiredd pneumonia in adults Clin

infect Dis 2000 31 347-82

8 Mandell LA IDSAATS consensus guidelines on the management of

community-acquired pneumonia in adults CID 200744S27

9 Menendez R Treatment failure in community-acquired pneumonia

0071321348

32

10 Niederman MS Recent advances in community-acquired pneumonia inpatient

and outpatient Chest 20071311205

33

  • 22 Definisi Pneumonia
  • Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius dan alveoli serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat yang disebabkan oleh mikroorganisme (bakterivirusjamurprotozoa)3
  • 23 Epidemiologi Pneumonia
  • 25 Klasifikasi Pneumonia
  • Terutama pada jaringan penyangga yaitu interstitial dinding bronkus dan peribronkil Peradangan dapat ditemumkan pada infeksi virus dan mycoplasma Terjadi edema dinding bronkioli dan juga edema jaringan interstisial prebronkial Radiologis berupa bayangan udara pada alveolus masih terlihat diliputi perselubungan yang tidak merata 5
  • 26 Patofisiologi Pneumonia
  • 27 Diagnosis Pneumonia
  • 28 Diagnosis Banding Pneumonia
  • 29 Penatalaksanaan
  • 210 Komplikasi Pneumonia
Page 5: Referat Pneumonia

bertambahnya usia anak Mortalitas diakibatkan oleh bakteremia oleh karena

Streptococcus pneumoniae dan Staphylococcus aureus tetapi di negara berkembang

juga berkaitan dengan malnutrisi dan kurangnya akses perawatan Dari data

mortalitas tahun 1990 pneumonia merupakan seperempat penyebab kematian

pada anak dibawah 5 tahun dan 80 terjadi di negara berkembang Pneumonia yang

disebabkan oleh infeksi RSV didapatkan sebanyak 40 Di negara dengan 4

musim banyak terdapat pada musim dingin sampai awal musim semi dinegara tropis

pada musim hujan 4

Di Indonesia berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun

2007 menunjukkan prevalensi nasional ISPA 255 angka kesakitan ( morbiditas )

pneumonia pada bayi 22 balita 3 angka kematian ( mortalitas ) pada bayi

238 dan balita 155 5

24 Etiologi Pneumonia

Pneumonia dapat disebabkan oleh berbagai macam mikroorganisme yaitu

bakteri virus jamur protozoa yang sebagian besar disebabkan oleh bakteri

Penyebab tersering pneumonia adalah bakteri gram positif Streptococcus pneumonia

Kuman penyebab pneumonia biasanya berbeda sesuai dengan distribusi umur pasien

dan keadaan klinis terjadinya infeksi 4

Virus penyebab tersering pneumonia adalah respiratory syncytial virus (RSV)

parainfluenza virus influenza virus dan adenovirus Secara umum bakteri yang

berperan penting dalam pneumonia adalah Streptococcus pneumonia Haemophillus

5

influenza Staphylococcus aureus Streptococcus group B serta kuman atipik

klamidia dan mikoplasma 4

Pada neonatus Streptococcus group B dan Listeriae monocytogenes

merupakan penyebab pneumonia paling banyak Virus adalah penyebab terbanyak

pneumonia pada usia prasekolah dan berkurang dengan bertambahnya usia Selain

itu Streptococcus pneumoniae merupakan penyebab paling utama pada pneumonia

bakterial Mycoplasma pneumoniae dan Chlamydia pneumoniae merupakan

penyebab yang sering didapatkan pada anak diatas 5 tahun Communityy-acquired

acute pneumonia sering disebabkan oleh streptokokkus pneumonia atau

pneumokokkus sedangkan pada Community-acquired atypical pneumonia penyebab

umumnya adalah Mycopalsma pneumonia Staphylokokkus aureus dan batang gram

negatif seperti Enterobacteriaceae dan Pseudomonas adalah isolat yang tersering

ditemukan pada Hospital-acquired pneumonia4

Tabel 1 Mikroorganisme penyebab pneumonia menurut umur dengan terjadinya infeksi 4

Umur Penyebab yang sering Penyebab yang jarang

Lahir-20 hari Bakteria Escherichia colli Group B streptococci Listeria monocytogenes

Bakteria Group D streptococci Haemophillus influenzae Streptococcus pneumoniae Ureaplasma urealyticum

Virus Cytomegalovirus Herpes simplex virus

6

3 minggu ndash 3 bulan

Bakteria Clamydia trachomatis Streptococcus pneumoniae

Virus Respiratory syncytial virus Influenza virus Para influenza virus

12 and 3 Adenovirus

Bakteria Bordetella pertusis Haemophillusinfluenza type B amp

non typeable Moxarella catarrhalis Staphylococcus aureus Ureaplasma urealyticum

Virus Cytomegalovirus

4 bulan ndash5 tahun

Bakteria Streptococcus pneumoniae Clamydia pneumoniae Mycoplasma pneumoniae

Virus Respiratory syncytial virus Influenza virus Parainfluenza virus Rhinovirus Adenovirus Measles

Bakteria Haemophillus influenza type B Moxarella catarrhalis Neisseria meningitis Staphylococcus aureus

Virus Varicella zoster virus

5 tahun ndash dewasa Bakteria Clamydia pneumonia Mycoplasma pneumonia Streptococcus pneumoniae

Bakteria Haemophillus influenza type B Legionella species Staphylococcus aureus

Virus Adenovirus Epstein barr virus Influenza virus Parainfluenza virus Rhinovirus Respiratory syncytial virus Varicella zoster virus

Tabel 2 Mikroorganisme penyebab pneumonia menurut keadaan klinis terjadinya infeksi 4

7

Communityy-acquired acute pneumonia

Streptococcus pneumoniaHaemophilus influenzaeMoraxella catarrhalisStaphylococcus aureusLegionella pneumophilaEnterobacteriaceae (Klebsiella pneumoniae) and Pseudomonas sppCommunity-acquired atypical pneumonia

Mycoplasma pneumoniaChlamydia spp (C pneumoniae C psittaci C trachomatis)Coxiella burnetii (Q fever)Viruses respiratory syncytial virus parainfluenza virus (children) influenza A and B (adults) adenovirus(military recruits) SARS virusHospital-acquired pneumonia

Gram-negative rods Enterobacteriaceae (Klebsiella spp Serratia marcescens Escherichia coli) andPseudomonas sppStaphylococcus aureus (usually penicillin resistant)Pneumonia kronis

NocardiaActinomycesGranulomatous Mycobacterium tuberculosis and atypical mycobacteria Histoplasma capsulatumCoccidioides immitis Blastomyces dermatitidis

25 Klasifikasi Pneumonia

1 Menurut sifatnya yaitu

a Pneumonia primer yaitu radang paru yang terserang pada orang yang tidak

mempunya faktor resiko tertentu Kuman penyebab utama yaitu

Staphylococcus pneumoniae ( pneumokokus) Hemophilus influenzae juga

8

Virus penyebab infeksi pernapasan( Influenza Parainfluenza RSV) Selain itu

juga bakteri pneumonia yang tidak khas( ldquoatypicalrdquo) yaitu mykoplasma

chlamydia dan legionella

b Pneumonia sekunder yaitu terjadi pada orang dengan faktor predisposisi

selain penderita penyakit paru lainnnya seperti COPD terutama juga bagi

mereka yang mempunyai penyakit menahun seperti diabetes mellitus HIV

dan kankerdll 2

2 Berdasarkan Kuman penyebab

a Pneumonia bakterial tipikal Dapat terjadi pada semua usia Beberapa bakteri

mempunyai tendensi menyerang sesorang yang peka misalnya Klebsiella

pada penderita alkoholikStaphyllococcus pada penderita pasca infeksi

influenza

b Pneumonia atipikal disebabkan Mycoplasma Legionella dan Chlamydia

c Pneumonia virus disebabkan oleh virus RSV Influenza virus

d Pneumonia jamur sering merupakan infeksi sekunder Predileksi terutama pada

penderita dengan daya tahan lemah (immunocompromised) 5

3 Berdasarkan klinis dan epidemiologi

a Pneumonia komuniti (Community-acquired pneumonia= CAP) pneumonia

yang terjadi di lingkungan rumah atau masyarakat juga termasuk pneumonia

yang terjadi di rumah sakit dengan masa inap kurang dari 48 jam 5

b Penumonia nosokomial (Hospital-acquired Pneumonia= HAP) merupakan

pneumonia yang terjadi di ldquorumah sakitrdquo infeksi terjadi setelah 48 jam berada

9

di rumah sakit Kuman penyebab sangat beragam yang sering di temukan

yaitu Staphylococcus aureus atau bakteri dengan gramm negatif lainnya

seperti Ecoli Klebsiella pneumoniae Pseudomonas aeroginosa Proteus dll

Tingkat resistensi obat tergolong tinggi untuk bakteri penyebab HAP 6

c Pneumonia aspirasi

4 Berdasarkan lokasi infeksi

a Pneumonia lobaris

Pneumonia focal yang melibatkan satu beberapa lobus paru Bronkus besar

umumnya tetap berisi udara sehingga memberikan gambaran

airbronchogram Konsolidasi yang timbul merupakan hasil dari cairan edema

yang menyebar melalui pori-pori Kohn Penyebab terbanyak pneumonia

lobaris adalah Streptococcus pneumoniae Jarang pada bayi dan orang tua

Pneumonia yang terjadi pada satu lobus atau segmen Kemungkinan sekunder

disebabkan oleh adanya obstruksi bronkus seperti aspirasi benda asing atau

adanya proses keganasan 5

b Bronko pneumonia (Pneumonia lobularis)

Inflamasi paru-paru biasanya dimulai di bronkiolus terminalis Bronkiolus

terminalis menjadi tersumbat dengan eksudat mukopurulen membentuk

bercak-bercak konsolidasi di lobulus yang bersebelahan Ditandai dengan

adanya bercak-bercak infiltrate multifocal pada lapangan paru Dapat

disebabkan oleh bakteri maupun virus Sering pada bayi dan orang tua Jarang

dihubungkan dengan obstruksi bronkus 5

10

c Pneumonia interstisial

Terutama pada jaringan penyangga yaitu interstitial dinding bronkus dan

peribronkil Peradangan dapat ditemumkan pada infeksi virus dan

mycoplasma Terjadi edema dinding bronkioli dan juga edema jaringan

interstisial prebronkial Radiologis berupa bayangan udara pada alveolus

masih terlihat diliputi perselubungan yang tidak merata 5

26 Patofisiologi Pneumonia

Pneumonia yang dipicu oleh bakteri bisa menyerang siapa saja dari bayi

sampai usia lanjut Pecandu alcohol pasien pasca operasi orang-orang dengan

gangguan penyakit pernapasan sedang terinfeksi virus atau menurun kekebalan

tubuhnya adalah yang paling berisiko1

Sebenarnya bakteri pneumonia itu ada dan hidup normal pada tenggorokan

yang sehat Pada saat pertahanan tubuh menurun misalnya karena penyakit usia

lanjut dan malnutrisi bakteri pneumonia akan dengan cepat berkembang biak dan

merusak organ paru-paru1

Kerusakan jaringan paru setelah kolonisasi suatu mikroorganisme paru

banyak disebabkan oleh reaksi imun dan peradangan yang dilakukan oleh pejamu

Selain itu toksin-toksin yang dikeluarkan oleh bakteri pada pneumonia bakterialis

dapat secara langsung merusak sel-sel system pernapasan bawah Ada beberapa cara

mikroorganisme mencapai permukaan 5

1 Inokulasi langsung

11

2 Penyebaran melalui pembuluh darah

3 Inhalasi bahan aerosol

4 Kolonisasi dipermukaan mukosa

Dari keempat cara tersebut diatas yang terbanyak adalah cara kolonisasi

Secara inhalasi terjadi pada infeksi virus mikroorganisme atipikal mikrobakteria

atau jamur Kebanyakan bakteri dengan ukuran 05 ndash 20 nm melalui udara dapat

mencapai bronkus terminal atau alveoli dan selanjutnya terjadi proses infeksi Bila

terjadi kolonisasi pada saluran napas atas (hidung orofaring) kemudian terjadi

aspirasi ke saluran napas bawah dan terjadi inokulasi mikroorganisme hal ini

merupakan permulaan infeksi dari sebagian besar infeksi paru Aspirasi dari sebagian

kecil sekret orofaring terjadi pada orang normal waktu tidur (50) juga pada keadaan

penurunan kesadaran peminum alkohol dan pemakai obat (drug abuse) 5

Basil yang masuk bersama sekret bronkus ke dalam alveoli menyebabkan

reaksi radang berupa edema seluruh alveoli disusul dengan infiltrasi sel-sel PMN dan

diapedesis eritrosit sehingga terjadi permulaan fagositosis sebelum terbentuknya

antibodi 5

Pneumonia bakterialis menimbulkan respon imun dan peradangan yang paling

mencolok Jika terjadi infeksi sebagian jaringan dari lobus paru-paru ataupun

seluruh lobus bahkan sebagian besar dari lima lobus paru-paru (tiga di paru-paru

kanan dan dua di paru-paru kiri) menjadi terisi cairan Dari jaringan paru-paru

infeksi dengan cepat menyebar ke seluruh tubuh melalui peredaran darah Bakteri

pneumokokus adalah kuman yang paling umum sebagai penyebab pneumonia

12

Terdapat empat stadium anatomic dari pneumonia terbagi atas

1 Stadium Kongesti (4 ndash 12 jam pertama)

Disebut hiperemia mengacu pada respon peradangan permulaan yang

berlangsung pada daerah baru yang terinfeksi Hal ini ditandai dengan peningkatan

aliran darah dan permeabilitas kapiler di tempat infeksi Hiperemia ini terjadi akibat

pelepasan mediator-mediator peradangan dari sel-sel mast setelah pengaktifan sel

imun dan cedera jaringan Mediator-mediator tersebut mencakup histamin dan

prostaglandin Degranulasi sel mast juga mengaktifkan jalur komplemen

Komplemen bekerja sama dengan histamin dan prostaglandin untuk melemaskan otot

polos vaskuler paru dan peningkatan permeabilitas kapiler paru Hal ini

mengakibatkan perpindahan eksudat plasma ke dalam ruang interstitium sehingga

terjadi pembengkakan dan edema antar kapiler dan alveolus Penimbunan cairan di

antara kapiler dan alveolus meningkatkan jarak yang harus ditempuh oleh oksigen

dan karbondioksida maka perpindahan gas ini dalam darah paling berpengaruh dan

sering mengakibatkan penurunan saturasi oksigen hemoglobin 2

2 Stadium Hepatisasi Merah (48 jam selanjutnya)

Terjadi sewaktu alveolus terisi oleh sel darah merah eksudat dan fibrin yang

dihasilkan oleh penjamu (host) sebagai bagian dari reaksi peradangan Lobus yang

terkena menjadi padat oleh karena adanya penumpukan leukosit eritrosit dan cairan

sehingga warna paru menjadi merah dan pada perabaan seperti hepar pada stadium

ini udara alveoli tidak ada atau sangat minimal sehingga anak akan bertambah sesak

Stadium ini berlangsung sangat singkat yaitu selama 48 jam 2

13

3 Stadium Hepatisasi Kelabu (Konsolidasi)

Terjadi sewaktu sel-sel darah putih mengkolonisasi daerah paru yang terinfeksi Pada

saat ini endapan fibrin terakumulasi di seluruh daerah yang cedera dan terjadi

fagositosis sisa-sisa sel Pada stadium ini eritrosit di alveoli mulai diresorbsi lobus

masih tetap padat karena berisi fibrin dan leukosit warna merah menjadi pucat kelabu

dan kapiler darah tidak lagi mengalami kongesti2

4 Stadium Akhir (Resolusi)

Eksudat yang mengalami konsolidasi di antara rongga alveoli dicerna secara

enzimatis yang diserap kembali atau dibersihkan dengan batuk Parenkim paru

kembali menjadi penuh dengan cairan dan basah sampai pulih mencapai keadaan

normal2

27 Diagnosis Pneumonia

271 Gambaran Klinis dan Pemeriksaan Fisik

Gejala-gejala pneumonia serupa untuk semua jenis pneumonia Gejalanya

meliputi

Gejala Mayor 1Batuk

2Sputum produktif

3Demam (suhugt38 0c)

Gejala Minor 1 sesak napas

2 nyeri dada

3 konsolidasi paru pada pemeriksaan fisik

4 jumlah leukosit gt12000L

14

Gambaran klinis biasanya didahului oleh infeksi saluran napas akut bagian

atas selama beberapa hari kemudian diikuti dengan demam menggigil suhu tubuh

kadang-kadang melebihi 40ordm C sakit tenggorokan nyeri otot dan sendi Juga disertai

batuk dengan sputum mukoid atau purulen kadang-kadang berdarah5

Pada pemeriksaan fisik dada terlihat bagian yang sakit tertinggal waktu

bernafas pada palpasi fremitus dapat mengeras pada perkusi redup pada auskultasi

terdengar suara napas bronkovesikuler sampai bronchial yang kadang-kadang

melemah Mungkin disertai ronkhi halus yang kemudian menjadi ronkhi basah kasar

pada stadium resolusi 5

272 Pemeriksaan Laboratorium

Pada pemeriksaan laboratorium terdapat peningkatan jumlah leukosit

biasanya gt10000ul kadang-kadang mencapai 30000ul dan pada hitungan jenis

leukosit terdapat pergeseran ke kiri serta terjadi peningkatan LED Untuk menentukan

diagnosis etiologi diperlukan pemeriksaan dahak kultur darah dan serologi Kultur

darah dapat positif pada 20-25 penderita yang tidak diobati Anlalisa gas darah

menunjukkan hipoksemia dan hiperkarbia pada stadium lanjut dapat terjadi asidosis

respiratorik 6

273 Gambaran Radiologis

Gambaran Radiologis pada foto thorax pada penyakit pneumonia antara lain

Perselubungankonsolidasi homogen atau inhomogen sesuai dengan lobus atau

segment paru secara anantomis

15

Batasnya tegas walaupun pada mulanya kurang jelas

Volume paru tidak berubah tidak seperti atelektasis dimana paru mengecil Tidak

tampak deviasi tracheaseptumfissure seperti pada atelektasis

Silhouette sign (+) bermanfaat untuk menentukan letak lesi paru batas lesi

dengan jantung hilang berarti lesi tersebut berdampingan dengan jantung atau di

lobus medius kanan

Seringkali terjadi komplikasi efusi pleura

Bila terjadinya pada lobus inferior maka sinus phrenicocostalis yang paling akhir

terkena

Pada permulaan sering masih terlihat vaskuler

Pada masa resolusi sering tampak Air Bronchogram Sign (terperangkapnya udara

pada bronkus karena tidanya pertukaran udara pada alveolus)

Foto thoraks saja tidak dapat secara khas menentukan penyebab pneumonia

hanya merupakan petunjuk ke arah diagnosis etiologi misalnya penyebab

pneumonia lobaris tersering disebabkan oleh Streptococcus pneumoniae

Pseudomonas aeruginosa sering memperlihatkan infiltrat bilateral atau gambaran

bronkopneumonia sedangkan Klebsiela pneumonia sering menunjukan konsolidasi

yang terjadi pada lobus atas kanan meskipun dapat mengenai beberapa lobus6

1Pneumonia Lobaris

Foto Thorax

16

Tampak gambaran gabungan konsolidasi berdensitas tinggi pada satu

segmenlobus (lobus kanan bawah PA maupun lateral)) atau bercak yang

mengikutsertakan alveoli yang tersebar Air bronchogram biasanya ditemukan

pada pneumonia jenis ini

CT Scan

17

Hasil CT dada ini menampilkan gambaran hiperdens di lobus atas kiri sampai ke

perifer

2 Bronchopneumonia (Pneumonia Lobularis)

Foto Thorax

Pada gambar diatas tampak konsolidasi tidak homogen di lobus atas kiri dan lobus

bawah kiri

CT Scan

18

Tampak gambaran opakhiperdens pada lobus tengah kanan namun tidak menjalar

sampai perifer

3 Pneumonia Interstisial

Foto Thorax

19

Terjadi edema dinding bronkioli dan juga edema jaringan interstitial

prebronkial Radiologis berupa bayangan udara pada alveolus masih terlihat

diliputi oleh perselubungan yang tidak merata

CT Scan

Gambaran CT Scan pneumonia interstitiak pada seorang pria berusia 19

tahun (A) Menunjukan area konsolidasi di percabangan peribronkovaskuler

yang irreguler (B) CT Scan pada hasil follow up selama 2 tahun menunjukan

area konsolidasi yang irreguler tersebut berkembang menjadi bronkiektasis

atau bronkiolektasis (tanda panah)

274 Pemeriksaan Bakteriologis

Bahan berasal dari sputum darah aspirasi nasotrakealtranstrakeal

torakosintesis bronkoskopi atau biopsi Kuman yang predominan pada sputum

disertai PMN yang kemungkinan penyebab infeksi 5

Pengambilan dahak dilakukan pagi hari Pasien mula-mula kumur-kumur

dengan akuades biasa setelah itu pasien diminta inspirasi dalam kemudian

membatukkan dahaknya Dahak ditampung dalam botol steril dan ditutup rapat

20

Dahak segera dikirim ke labolatorium (tidak boleh lebih dari 4 jam) Jika terjadi

kesulitan mengeluarkan dahak dapat dibantu nebulisasi dengan NaCl 3 Kriteria

dahak yang memenuhi syarat untuk pemeriksaan apusan langsung dan biarkan yaitu

bila ditemukan sel PMN gt 25lpk dan sel epitel lt 10lpk 5

28 Diagnosis Banding Pneumonia

ATuberculosis Paru (TB)

Tuberculosis Paru (TB) adalah suatu penyakit infeksi menular yang

disebabkan oleh M tuberculosis Jalan masuk untuk organism M tuberculosis adalah

saluran pernafasan saluran pencernaan Gejala klinis TB antara lain batuk lama yang

produktif (durasi lebih dari 3 minggu) nyeri dada dan hemoptisis dan gejala sistemik

meliputi demam menggigil keringat malam lemas hilang nafsu makan dan

penurunan berat badan3

Tampak gambaran cavitas pada paru lobus atas kanan pada foto thorax proyeksi PA

21

BAtelektasis

Atelektasis adalah istilah yang berarti pengembangan paru yang tidak

sempurna dan menyiratkan arti bahwa alveolus pada bagian paru yang terserang tidak

mengandung udara dan kolaps Memberikan gambaran yang mirip dengan pneumonia

tanpa air bronchogram Namun terdapat penarikan jantung trakea dan mediastinum

ke arah yang sakit karena adanya pengurangan volume interkostal space menjadi

lebih sempit dan pengecilan dari seluruh atau sebagian paru-paru yang sakit

Sehingga akan tampak thorax asimetris 3

Atelektasis pada foto thorax proyeksi PA

22

C Efusi Pleura

Memberi gambaran yang mirip dengan pneumonia tanpa air bronchogram

Terdapat penambahan volume sehingga terjadi pendorongan jantung trakea dan

mediastinum kearah yang sehat Rongga thorax membesar Pada edusi pleura

sebagian akan tampak meniscus sign (+) tanda khas pada efusi pleura 3

Efusi pleura pada foto thorax posisi PA

29 Penatalaksanaan

Pengobatan terdiri atas antibiotik dan pengobatan suportif Pemberian

antibiotik pada penderita pneumonia sebaiknya berdasarkan data mikroorganisme dan

hasil uji kepekaannya akan tetapi karena beberapa alasan yaitu 7

1 penyakit yang berat dapat mengancam jiwa

2 bakteri patogen yang berhasil diisolasi belum tentu sebagai penyebab pneumonia

3 hasil pembiakan bakteri memerlukan waktu

23

Maka pada penderita pneumonia dapat diberikan terapi secara empiris Secara

umum pemilihan antibiotic berdasarkan baktri penyebab pneumonia dapat dilihat

sebagai berikut 751

1 Pemberian Antibiotik

Penisilin sensitif Streptococcus pneumonia (PSSP)

1048707 Golongan Penisilin

1048707 TMP-SMZ

1048707 Makrolid

Penisilin resisten Streptococcus pneumoniae (PRSP)

1048707 Betalaktam oral dosis tinggi (untuk rawat jalan)

1048707 Sefotaksim Seftriakson dosis tinggi

1048707 Marolid baru dosis tinggi

1048707 Fluorokuinolon respirasi

Pseudomonas aeruginosa

1048707 Aminoglikosid

1048707 Seftazidim Sefoperason Sefepim

1048707 Tikarsilin Piperasilin

1048707 Karbapenem Meropenem Imipenem

1048707 Siprofloksasin Levofloksasin

Methicillin resistent Staphylococcus aureus (MRSA)

1048707 Vankomisin

1048707 Teikoplanin

1048707 Linezolid

Hemophilus influenzae

1048707 TMP-SMZ

1048707 Azitromisin

1048707 Sefalosporin gen 2 atau 3

24

1048707 Fluorokuinolon respirasi

Legionella

1048707 Makrolid

1048707 Fluorokuinolon

1048707 Rifampisin

Mycoplasma pneumoniae

1048707 Doksisiklin

1048707 Makrolid

1048707 Fluorokuinolon

Chlamydia pneumoniae

1048707 Doksisikin

1048707 Makrolid

1048707 Fluorokuinolon

25

26

Tabel 3 Rekomendasi Terapi Empiris (ATS 2001) 8

Kategori Keterangan Kuman Penyebab Obat Pilihan I Obat Pilihan II

Kategori I Usia

penderita

lt 65 tahun

-Penyakit

Penyerta (-)

-Dapat

berobat jalan

-Spneumonia

-Mpneumonia

-Cpneumonia

-Hinfluenzae

-Legionale sp

-Saureus

-Mtuberculosis

-Batang Gram (-)

Klaritromisin

2x250 mg

- -Azitromisin

1x500mg

- Rositromisin

2x150 mg atau

1x300 mg

- Siprofloksasin

2x500mg atau

Ofloksasin 2x400mg

- Levofloksasin

1x500mg atau

Moxifloxacin

1x400mg

- Doksisiklin 2x100mg

Kategori II -Usia

penderita gt

65 tahun

- Peny

Penyerta (+)

-Dapat

berobat jalan

-Spneumonia

Hinfluenzae

Batang gram(-)

Aerob

Saures

Mcatarrhalis

Legionalle sp

-Sepalospporin

generasi 2

-Trimetroprim

+Kotrimoksazol

-Betalaktam

-Makrolid

-Levofloksasin

-Gatifloksasin

-Moxyfloksasin

Kategori

III

-Pneumonia

berat

- Perlu

dirawat di

RStapi tidak

perlu di ICU

-Spneumoniae

-Hinfluenzae

-Polimikroba

termasuk Aerob

-Batang Gram (-)

-Legionalla sp

-Saureus

Mpneumoniae

- Sefalosporin

Generasi 2 atau

3

- Betalaktam +

Penghambat

Betalaktamase

+makrolid

-Piperasilin +

tazobaktam

-Sulferason

Kategori

IV

-Pneumonia

berat

-Perlu dirawat

di ICU

-Spneumonia

-Legionella sp

-Batang Gram (-)

aerob

-Mpneumonia

-Virus

-Hinfluenzae

-Mtuberculosis

-Jamur endemic

- Sefalosporin

generasi 3

(anti

pseudomonas)

+ makrolid

- Sefalosporin

generasi 4

- Sefalosporin

generasi 3 +

kuinolon

-Carbapenem

meropenem

-Vankomicin

-Linesolid

-Teikoplanin

2 Terapi Suportif Umum

1 Terapi O2 untuk mencapai PaO2 80-100 mmHg atau saturasi 95-96 berdasarkan

pemeriksaan analisis gas darah

2 Humidifikasi dengan nebulizer untuk pengenceran dahak yang kental dapat

disertai nebulizer untuk pemberian bronkodilator bila terdapat bronkospasme

3 Fisioterapi dada untuk pengeluaran dahak khususnya anjuran untuk batuk dan

napas dalam Bila perlu dikerjakan fish mouth breathing untuk melancarkan

ekspirasi dan pengeluarn CO2 Posisi tidur setengah duduk untuk melancarkan

pernapasan7

4 Pengaturan cairan Keutuhan kapiler paru sering terganggu pada pneumonia dan

paru lebih sensitif terhadap pembebanan cairan terutama bila terdapat pneumonia

bilateral Pemberian cairan pada pasien harus diatur dengan baik termasuk pada

keadaan gangguan sirkulasi dan gagal ginjal Overhidrasi untuk maksud

mengencerkan dahak tidak diperkenankan 9

5 Pemberian kortikosteroid pada fase sepsis berat perlu diberikan Terapi ini tidak

bermanfaat pada keadaan renjatan septik

6 Obat inotropik seperti dobutamin atau dopamin kadang-kadang diperlukan bila

terdapat komplikasi gangguan sirkulasi atau gagal ginjal prerenal

7 Ventilasi mekanis indikasi intubasi dan pemasangan ventilator pada pneumonia

adalah

27

a Hipoksemia persisten meskipun telah diberikan O2 100 dengan

menggunakaan masker Kosentrasi O2 yang tinggi menyebabkan penurunan

pulmonary compliance hingga tekanan inflasi meninggi Dalam hal ini perlu

dipergunakan PEEP untuk memperbaiki oksigenisasi dan menurunkan FiO2

menjadi 50 atau lebih rendah9

b Gagal napas yang ditandai oleh peningkatan respiratory distress dengan atau

didapat asidosis respiratorik

c Respiratory arrest

d Retensi sputum yang sulit diatasi secara konservatif

8 Drainase empiema bila ada

9 Bila terdapat gagal napas diberikan nutrisi dengan kalori yang cukup yang

didapatkan terutama dari lemak (gt50) hingga dapat dihindari pembentukan

CO2 yang berlebihan9

3 Terapi Sulih (switch therapy)

Masa perawatan di rumah sakit sebaiknya dipersingkat dengan perubahan obat

suntik ke oral dilanjutkan dengan berobat jalan hal ini untuk mengurangi biaya

perawatan dan mencegah infeksi nosokomial Perubahan ini dapat diberikan secara

sequential (obat sama potensi sama) switch over (obat berbeda potensi sama) dan

step down (obat sama atau berbeda potensi lebih rendah) Pasien beralih dari

intravena ke oral terapi ketika hemodinamik sudah stabil dan perbaikan terbukti

secara secara klinis dapat menelan obat-obatan dan memiliki saluran pencernaan

berfungsi normal 10

28

Kriteria untuk Pneumonia terkait stabilitas klinis adalah 9

1 Temp le 378 C Kesadaran baik

2 Denyut jantung le 100 denyut menit

3 Respirasi ratele 24 napas menit

4 Tekanan darah sistolik ge 90 mmHg

5 Saturasi O2 arteri ge 90 atau pO2 ge 60 mmHg pada ruang udara

6 Kemampuan untuk mengambil asupan oral

210 Komplikasi Pneumonia

1 Efusi pleura dan empiema Terjadi pada sekitar 45 kasus terutama pada infeksi

bakterial akut berupa efusi parapneumonik gram negative sebesar 60

Staphylococcus aureus 50 S pneumoniae 40-60 kuman anaerob 35

Sedangkan pada Mycoplasmapneumoniae sebesar 20 Cairannya transudat dan

steril Terkadang pada infeksi bakterial terjadi empiema dengan cairan eksudat

2 Komplikasi sistemik Dapat terjadi akibat invasi kuman atau bakteriemia berupa

meningitis Dapat juga terjadi dehidrasi dan hiponatremia anemia pada infeksi

kronik peningguan ureum dan enzim hati Kadang-kadang terjadi peninggian

fostase alkali dan bilirubin akibat adanya kolestasis intrahepatik

3 Hipoksemia akibat gangguan difusi

4 Abses Paru terbentuk akibat eksudat di alveolus paru sehingga terjadi infeksi

oleh kuman anaerob dan bakteri gram negative

29

5 Pneumonia kronik yang dapat terjadi bila pneumonia berlangsung lebih dari 4-6

minggu akibat kuman anaerob S aureus dan kuman Gram (-) seperti

Pseudomonas aeruginosa

6 Bronkiektasis Biasanya terjadi karena pneunomia pada masa anak-anak tetapi

dapat juga oleh infeksi berulang di lokasi bronkus distal pada cystic fibrosis atau

hipogamaglobulinemia tuberkulosis atau pneumonia nekrotikans 3

211 Prognosis Pneumonia

Angka morbiditas dan mortalitas pneumonia menurun sejak ditemukannya

antibiotik Faktor yang berperan adalah patogenitas kuman usia penyakit dasar dan

kondisi pasien Secara umum angka kematian pneumonia pneumokokus adalah

sebesar 5 namun dapat meningkat menjadi 60 pada orang tua dengan kondisi

yang buruk misalnya gangguan imunologis sirosis hepatis penyakit paru obstruktif

kronik atau kanker Adanya leukopenia ikterus terkenanya 3 atau lebih lobus dan

komplikasi ekstraparu merupakan petanda prognosis yang buruk Kuman gram

negatif menimbulkan prognosis yang lebih jelek 10

Prognosis pada orang tua dan anak kurang baik karena itu perlu perawatan di

RS kecuali bila penyakitnya ringan Orang dewasa (lt60 tahun) dapat berobat jalan

kecuali

1 Bila terdapat penyakit paru kronik

2 PN Meliputi banyak lobus

3 Disertai gambaran klinis yang berkaitan dengan mortalitas yang tinggi yaitu

30

a Usia gt 60 tahun

b Dijumpai adanya gejala pada saat masuk perawatan RS frekuensi napas gt 30

xm tekanan diastolik lt 60 mmHg leukosit abnormal (lt4500-gt30000)

BAB 3

KESIMPULAN

Pneumonia adalah salah satu penyakit akibat infeksi parenkim paru yang

dapat menyerang segala usia Pneumonia paling banyak disebabkan oleh infeksi

bakteri Streptococcus pneumonia dengan gejala yang muncul seperti demam batuk

berdahak sesak napas dan terkadang disertai nyeri dada

Pemeriksaan radiologi dalam hal ini foto thorax konvensional dan CT Scan

menjadi pemeriksaan yang sangat penting pada pneumonia Gambaran khas pada

pneumonia adalah adanya konsolidasi dengan adanya gambaran air bronchogram

Namun tidak semua pneumonia memberikan gambaran khas tersebut Untuk

menentukan etiologi pneumonia tidak dapat hanya semata-mata menggunakan foto

thorax melainkan harus dilihat dari riwayat penyakit dan juga pemeriksaan

laboratorium

Penatalaksanaan medis pada pneumonia adalah pemberian antibiotik yang

sesuai dengan kuman penyebab pneumonia disamping terapi supportif lainnya

Prognosis pneumonia secara umum baik jika mendapat terapi antibiotik yang adekuat

faktor predisposisi pasien dan ada tidaknya komplikasi yang menyertai

31

DAFTAR PUSTAKA

1 Dahlan Z 2006 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Pulmonologi Pusat

Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas kedokteran Universitas

Indonesia Jakarta

2 Price SA Wilson LM 2005 Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses

Penyakit Edisi 6 Volume 2 Penerbit EGC Jakarta

3 Soedarsono 2004 Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru Bagian Ilmu Penyakit Paru

FK UNAIR Surabaya

4 Aru W Bambang Idrus A Marcellus Siti S ed Buku Ajar Ilmu Penyakit

Dalam Jilid II Edisi 4 Jakarta Pusat Penerbitan Departemen IPD RSCM

2007

5 Perhimpunan Dokter Paru Indonesia Pedoman Diagnosis dan

penatalaksanaan Pneumonia Komuniti2003

6 Perhimpunan Dokter Paru Indonesia Pedoman Diagnosis dan

penatalaksanaan Pneumonia Nosokomial2003

7 Barlett JG Dowell SF Mondell LA File TM Mushor DM Fine MJ Practice

guidelines for management community-acquiredd pneumonia in adults Clin

infect Dis 2000 31 347-82

8 Mandell LA IDSAATS consensus guidelines on the management of

community-acquired pneumonia in adults CID 200744S27

9 Menendez R Treatment failure in community-acquired pneumonia

0071321348

32

10 Niederman MS Recent advances in community-acquired pneumonia inpatient

and outpatient Chest 20071311205

33

  • 22 Definisi Pneumonia
  • Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius dan alveoli serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat yang disebabkan oleh mikroorganisme (bakterivirusjamurprotozoa)3
  • 23 Epidemiologi Pneumonia
  • 25 Klasifikasi Pneumonia
  • Terutama pada jaringan penyangga yaitu interstitial dinding bronkus dan peribronkil Peradangan dapat ditemumkan pada infeksi virus dan mycoplasma Terjadi edema dinding bronkioli dan juga edema jaringan interstisial prebronkial Radiologis berupa bayangan udara pada alveolus masih terlihat diliputi perselubungan yang tidak merata 5
  • 26 Patofisiologi Pneumonia
  • 27 Diagnosis Pneumonia
  • 28 Diagnosis Banding Pneumonia
  • 29 Penatalaksanaan
  • 210 Komplikasi Pneumonia
Page 6: Referat Pneumonia

influenza Staphylococcus aureus Streptococcus group B serta kuman atipik

klamidia dan mikoplasma 4

Pada neonatus Streptococcus group B dan Listeriae monocytogenes

merupakan penyebab pneumonia paling banyak Virus adalah penyebab terbanyak

pneumonia pada usia prasekolah dan berkurang dengan bertambahnya usia Selain

itu Streptococcus pneumoniae merupakan penyebab paling utama pada pneumonia

bakterial Mycoplasma pneumoniae dan Chlamydia pneumoniae merupakan

penyebab yang sering didapatkan pada anak diatas 5 tahun Communityy-acquired

acute pneumonia sering disebabkan oleh streptokokkus pneumonia atau

pneumokokkus sedangkan pada Community-acquired atypical pneumonia penyebab

umumnya adalah Mycopalsma pneumonia Staphylokokkus aureus dan batang gram

negatif seperti Enterobacteriaceae dan Pseudomonas adalah isolat yang tersering

ditemukan pada Hospital-acquired pneumonia4

Tabel 1 Mikroorganisme penyebab pneumonia menurut umur dengan terjadinya infeksi 4

Umur Penyebab yang sering Penyebab yang jarang

Lahir-20 hari Bakteria Escherichia colli Group B streptococci Listeria monocytogenes

Bakteria Group D streptococci Haemophillus influenzae Streptococcus pneumoniae Ureaplasma urealyticum

Virus Cytomegalovirus Herpes simplex virus

6

3 minggu ndash 3 bulan

Bakteria Clamydia trachomatis Streptococcus pneumoniae

Virus Respiratory syncytial virus Influenza virus Para influenza virus

12 and 3 Adenovirus

Bakteria Bordetella pertusis Haemophillusinfluenza type B amp

non typeable Moxarella catarrhalis Staphylococcus aureus Ureaplasma urealyticum

Virus Cytomegalovirus

4 bulan ndash5 tahun

Bakteria Streptococcus pneumoniae Clamydia pneumoniae Mycoplasma pneumoniae

Virus Respiratory syncytial virus Influenza virus Parainfluenza virus Rhinovirus Adenovirus Measles

Bakteria Haemophillus influenza type B Moxarella catarrhalis Neisseria meningitis Staphylococcus aureus

Virus Varicella zoster virus

5 tahun ndash dewasa Bakteria Clamydia pneumonia Mycoplasma pneumonia Streptococcus pneumoniae

Bakteria Haemophillus influenza type B Legionella species Staphylococcus aureus

Virus Adenovirus Epstein barr virus Influenza virus Parainfluenza virus Rhinovirus Respiratory syncytial virus Varicella zoster virus

Tabel 2 Mikroorganisme penyebab pneumonia menurut keadaan klinis terjadinya infeksi 4

7

Communityy-acquired acute pneumonia

Streptococcus pneumoniaHaemophilus influenzaeMoraxella catarrhalisStaphylococcus aureusLegionella pneumophilaEnterobacteriaceae (Klebsiella pneumoniae) and Pseudomonas sppCommunity-acquired atypical pneumonia

Mycoplasma pneumoniaChlamydia spp (C pneumoniae C psittaci C trachomatis)Coxiella burnetii (Q fever)Viruses respiratory syncytial virus parainfluenza virus (children) influenza A and B (adults) adenovirus(military recruits) SARS virusHospital-acquired pneumonia

Gram-negative rods Enterobacteriaceae (Klebsiella spp Serratia marcescens Escherichia coli) andPseudomonas sppStaphylococcus aureus (usually penicillin resistant)Pneumonia kronis

NocardiaActinomycesGranulomatous Mycobacterium tuberculosis and atypical mycobacteria Histoplasma capsulatumCoccidioides immitis Blastomyces dermatitidis

25 Klasifikasi Pneumonia

1 Menurut sifatnya yaitu

a Pneumonia primer yaitu radang paru yang terserang pada orang yang tidak

mempunya faktor resiko tertentu Kuman penyebab utama yaitu

Staphylococcus pneumoniae ( pneumokokus) Hemophilus influenzae juga

8

Virus penyebab infeksi pernapasan( Influenza Parainfluenza RSV) Selain itu

juga bakteri pneumonia yang tidak khas( ldquoatypicalrdquo) yaitu mykoplasma

chlamydia dan legionella

b Pneumonia sekunder yaitu terjadi pada orang dengan faktor predisposisi

selain penderita penyakit paru lainnnya seperti COPD terutama juga bagi

mereka yang mempunyai penyakit menahun seperti diabetes mellitus HIV

dan kankerdll 2

2 Berdasarkan Kuman penyebab

a Pneumonia bakterial tipikal Dapat terjadi pada semua usia Beberapa bakteri

mempunyai tendensi menyerang sesorang yang peka misalnya Klebsiella

pada penderita alkoholikStaphyllococcus pada penderita pasca infeksi

influenza

b Pneumonia atipikal disebabkan Mycoplasma Legionella dan Chlamydia

c Pneumonia virus disebabkan oleh virus RSV Influenza virus

d Pneumonia jamur sering merupakan infeksi sekunder Predileksi terutama pada

penderita dengan daya tahan lemah (immunocompromised) 5

3 Berdasarkan klinis dan epidemiologi

a Pneumonia komuniti (Community-acquired pneumonia= CAP) pneumonia

yang terjadi di lingkungan rumah atau masyarakat juga termasuk pneumonia

yang terjadi di rumah sakit dengan masa inap kurang dari 48 jam 5

b Penumonia nosokomial (Hospital-acquired Pneumonia= HAP) merupakan

pneumonia yang terjadi di ldquorumah sakitrdquo infeksi terjadi setelah 48 jam berada

9

di rumah sakit Kuman penyebab sangat beragam yang sering di temukan

yaitu Staphylococcus aureus atau bakteri dengan gramm negatif lainnya

seperti Ecoli Klebsiella pneumoniae Pseudomonas aeroginosa Proteus dll

Tingkat resistensi obat tergolong tinggi untuk bakteri penyebab HAP 6

c Pneumonia aspirasi

4 Berdasarkan lokasi infeksi

a Pneumonia lobaris

Pneumonia focal yang melibatkan satu beberapa lobus paru Bronkus besar

umumnya tetap berisi udara sehingga memberikan gambaran

airbronchogram Konsolidasi yang timbul merupakan hasil dari cairan edema

yang menyebar melalui pori-pori Kohn Penyebab terbanyak pneumonia

lobaris adalah Streptococcus pneumoniae Jarang pada bayi dan orang tua

Pneumonia yang terjadi pada satu lobus atau segmen Kemungkinan sekunder

disebabkan oleh adanya obstruksi bronkus seperti aspirasi benda asing atau

adanya proses keganasan 5

b Bronko pneumonia (Pneumonia lobularis)

Inflamasi paru-paru biasanya dimulai di bronkiolus terminalis Bronkiolus

terminalis menjadi tersumbat dengan eksudat mukopurulen membentuk

bercak-bercak konsolidasi di lobulus yang bersebelahan Ditandai dengan

adanya bercak-bercak infiltrate multifocal pada lapangan paru Dapat

disebabkan oleh bakteri maupun virus Sering pada bayi dan orang tua Jarang

dihubungkan dengan obstruksi bronkus 5

10

c Pneumonia interstisial

Terutama pada jaringan penyangga yaitu interstitial dinding bronkus dan

peribronkil Peradangan dapat ditemumkan pada infeksi virus dan

mycoplasma Terjadi edema dinding bronkioli dan juga edema jaringan

interstisial prebronkial Radiologis berupa bayangan udara pada alveolus

masih terlihat diliputi perselubungan yang tidak merata 5

26 Patofisiologi Pneumonia

Pneumonia yang dipicu oleh bakteri bisa menyerang siapa saja dari bayi

sampai usia lanjut Pecandu alcohol pasien pasca operasi orang-orang dengan

gangguan penyakit pernapasan sedang terinfeksi virus atau menurun kekebalan

tubuhnya adalah yang paling berisiko1

Sebenarnya bakteri pneumonia itu ada dan hidup normal pada tenggorokan

yang sehat Pada saat pertahanan tubuh menurun misalnya karena penyakit usia

lanjut dan malnutrisi bakteri pneumonia akan dengan cepat berkembang biak dan

merusak organ paru-paru1

Kerusakan jaringan paru setelah kolonisasi suatu mikroorganisme paru

banyak disebabkan oleh reaksi imun dan peradangan yang dilakukan oleh pejamu

Selain itu toksin-toksin yang dikeluarkan oleh bakteri pada pneumonia bakterialis

dapat secara langsung merusak sel-sel system pernapasan bawah Ada beberapa cara

mikroorganisme mencapai permukaan 5

1 Inokulasi langsung

11

2 Penyebaran melalui pembuluh darah

3 Inhalasi bahan aerosol

4 Kolonisasi dipermukaan mukosa

Dari keempat cara tersebut diatas yang terbanyak adalah cara kolonisasi

Secara inhalasi terjadi pada infeksi virus mikroorganisme atipikal mikrobakteria

atau jamur Kebanyakan bakteri dengan ukuran 05 ndash 20 nm melalui udara dapat

mencapai bronkus terminal atau alveoli dan selanjutnya terjadi proses infeksi Bila

terjadi kolonisasi pada saluran napas atas (hidung orofaring) kemudian terjadi

aspirasi ke saluran napas bawah dan terjadi inokulasi mikroorganisme hal ini

merupakan permulaan infeksi dari sebagian besar infeksi paru Aspirasi dari sebagian

kecil sekret orofaring terjadi pada orang normal waktu tidur (50) juga pada keadaan

penurunan kesadaran peminum alkohol dan pemakai obat (drug abuse) 5

Basil yang masuk bersama sekret bronkus ke dalam alveoli menyebabkan

reaksi radang berupa edema seluruh alveoli disusul dengan infiltrasi sel-sel PMN dan

diapedesis eritrosit sehingga terjadi permulaan fagositosis sebelum terbentuknya

antibodi 5

Pneumonia bakterialis menimbulkan respon imun dan peradangan yang paling

mencolok Jika terjadi infeksi sebagian jaringan dari lobus paru-paru ataupun

seluruh lobus bahkan sebagian besar dari lima lobus paru-paru (tiga di paru-paru

kanan dan dua di paru-paru kiri) menjadi terisi cairan Dari jaringan paru-paru

infeksi dengan cepat menyebar ke seluruh tubuh melalui peredaran darah Bakteri

pneumokokus adalah kuman yang paling umum sebagai penyebab pneumonia

12

Terdapat empat stadium anatomic dari pneumonia terbagi atas

1 Stadium Kongesti (4 ndash 12 jam pertama)

Disebut hiperemia mengacu pada respon peradangan permulaan yang

berlangsung pada daerah baru yang terinfeksi Hal ini ditandai dengan peningkatan

aliran darah dan permeabilitas kapiler di tempat infeksi Hiperemia ini terjadi akibat

pelepasan mediator-mediator peradangan dari sel-sel mast setelah pengaktifan sel

imun dan cedera jaringan Mediator-mediator tersebut mencakup histamin dan

prostaglandin Degranulasi sel mast juga mengaktifkan jalur komplemen

Komplemen bekerja sama dengan histamin dan prostaglandin untuk melemaskan otot

polos vaskuler paru dan peningkatan permeabilitas kapiler paru Hal ini

mengakibatkan perpindahan eksudat plasma ke dalam ruang interstitium sehingga

terjadi pembengkakan dan edema antar kapiler dan alveolus Penimbunan cairan di

antara kapiler dan alveolus meningkatkan jarak yang harus ditempuh oleh oksigen

dan karbondioksida maka perpindahan gas ini dalam darah paling berpengaruh dan

sering mengakibatkan penurunan saturasi oksigen hemoglobin 2

2 Stadium Hepatisasi Merah (48 jam selanjutnya)

Terjadi sewaktu alveolus terisi oleh sel darah merah eksudat dan fibrin yang

dihasilkan oleh penjamu (host) sebagai bagian dari reaksi peradangan Lobus yang

terkena menjadi padat oleh karena adanya penumpukan leukosit eritrosit dan cairan

sehingga warna paru menjadi merah dan pada perabaan seperti hepar pada stadium

ini udara alveoli tidak ada atau sangat minimal sehingga anak akan bertambah sesak

Stadium ini berlangsung sangat singkat yaitu selama 48 jam 2

13

3 Stadium Hepatisasi Kelabu (Konsolidasi)

Terjadi sewaktu sel-sel darah putih mengkolonisasi daerah paru yang terinfeksi Pada

saat ini endapan fibrin terakumulasi di seluruh daerah yang cedera dan terjadi

fagositosis sisa-sisa sel Pada stadium ini eritrosit di alveoli mulai diresorbsi lobus

masih tetap padat karena berisi fibrin dan leukosit warna merah menjadi pucat kelabu

dan kapiler darah tidak lagi mengalami kongesti2

4 Stadium Akhir (Resolusi)

Eksudat yang mengalami konsolidasi di antara rongga alveoli dicerna secara

enzimatis yang diserap kembali atau dibersihkan dengan batuk Parenkim paru

kembali menjadi penuh dengan cairan dan basah sampai pulih mencapai keadaan

normal2

27 Diagnosis Pneumonia

271 Gambaran Klinis dan Pemeriksaan Fisik

Gejala-gejala pneumonia serupa untuk semua jenis pneumonia Gejalanya

meliputi

Gejala Mayor 1Batuk

2Sputum produktif

3Demam (suhugt38 0c)

Gejala Minor 1 sesak napas

2 nyeri dada

3 konsolidasi paru pada pemeriksaan fisik

4 jumlah leukosit gt12000L

14

Gambaran klinis biasanya didahului oleh infeksi saluran napas akut bagian

atas selama beberapa hari kemudian diikuti dengan demam menggigil suhu tubuh

kadang-kadang melebihi 40ordm C sakit tenggorokan nyeri otot dan sendi Juga disertai

batuk dengan sputum mukoid atau purulen kadang-kadang berdarah5

Pada pemeriksaan fisik dada terlihat bagian yang sakit tertinggal waktu

bernafas pada palpasi fremitus dapat mengeras pada perkusi redup pada auskultasi

terdengar suara napas bronkovesikuler sampai bronchial yang kadang-kadang

melemah Mungkin disertai ronkhi halus yang kemudian menjadi ronkhi basah kasar

pada stadium resolusi 5

272 Pemeriksaan Laboratorium

Pada pemeriksaan laboratorium terdapat peningkatan jumlah leukosit

biasanya gt10000ul kadang-kadang mencapai 30000ul dan pada hitungan jenis

leukosit terdapat pergeseran ke kiri serta terjadi peningkatan LED Untuk menentukan

diagnosis etiologi diperlukan pemeriksaan dahak kultur darah dan serologi Kultur

darah dapat positif pada 20-25 penderita yang tidak diobati Anlalisa gas darah

menunjukkan hipoksemia dan hiperkarbia pada stadium lanjut dapat terjadi asidosis

respiratorik 6

273 Gambaran Radiologis

Gambaran Radiologis pada foto thorax pada penyakit pneumonia antara lain

Perselubungankonsolidasi homogen atau inhomogen sesuai dengan lobus atau

segment paru secara anantomis

15

Batasnya tegas walaupun pada mulanya kurang jelas

Volume paru tidak berubah tidak seperti atelektasis dimana paru mengecil Tidak

tampak deviasi tracheaseptumfissure seperti pada atelektasis

Silhouette sign (+) bermanfaat untuk menentukan letak lesi paru batas lesi

dengan jantung hilang berarti lesi tersebut berdampingan dengan jantung atau di

lobus medius kanan

Seringkali terjadi komplikasi efusi pleura

Bila terjadinya pada lobus inferior maka sinus phrenicocostalis yang paling akhir

terkena

Pada permulaan sering masih terlihat vaskuler

Pada masa resolusi sering tampak Air Bronchogram Sign (terperangkapnya udara

pada bronkus karena tidanya pertukaran udara pada alveolus)

Foto thoraks saja tidak dapat secara khas menentukan penyebab pneumonia

hanya merupakan petunjuk ke arah diagnosis etiologi misalnya penyebab

pneumonia lobaris tersering disebabkan oleh Streptococcus pneumoniae

Pseudomonas aeruginosa sering memperlihatkan infiltrat bilateral atau gambaran

bronkopneumonia sedangkan Klebsiela pneumonia sering menunjukan konsolidasi

yang terjadi pada lobus atas kanan meskipun dapat mengenai beberapa lobus6

1Pneumonia Lobaris

Foto Thorax

16

Tampak gambaran gabungan konsolidasi berdensitas tinggi pada satu

segmenlobus (lobus kanan bawah PA maupun lateral)) atau bercak yang

mengikutsertakan alveoli yang tersebar Air bronchogram biasanya ditemukan

pada pneumonia jenis ini

CT Scan

17

Hasil CT dada ini menampilkan gambaran hiperdens di lobus atas kiri sampai ke

perifer

2 Bronchopneumonia (Pneumonia Lobularis)

Foto Thorax

Pada gambar diatas tampak konsolidasi tidak homogen di lobus atas kiri dan lobus

bawah kiri

CT Scan

18

Tampak gambaran opakhiperdens pada lobus tengah kanan namun tidak menjalar

sampai perifer

3 Pneumonia Interstisial

Foto Thorax

19

Terjadi edema dinding bronkioli dan juga edema jaringan interstitial

prebronkial Radiologis berupa bayangan udara pada alveolus masih terlihat

diliputi oleh perselubungan yang tidak merata

CT Scan

Gambaran CT Scan pneumonia interstitiak pada seorang pria berusia 19

tahun (A) Menunjukan area konsolidasi di percabangan peribronkovaskuler

yang irreguler (B) CT Scan pada hasil follow up selama 2 tahun menunjukan

area konsolidasi yang irreguler tersebut berkembang menjadi bronkiektasis

atau bronkiolektasis (tanda panah)

274 Pemeriksaan Bakteriologis

Bahan berasal dari sputum darah aspirasi nasotrakealtranstrakeal

torakosintesis bronkoskopi atau biopsi Kuman yang predominan pada sputum

disertai PMN yang kemungkinan penyebab infeksi 5

Pengambilan dahak dilakukan pagi hari Pasien mula-mula kumur-kumur

dengan akuades biasa setelah itu pasien diminta inspirasi dalam kemudian

membatukkan dahaknya Dahak ditampung dalam botol steril dan ditutup rapat

20

Dahak segera dikirim ke labolatorium (tidak boleh lebih dari 4 jam) Jika terjadi

kesulitan mengeluarkan dahak dapat dibantu nebulisasi dengan NaCl 3 Kriteria

dahak yang memenuhi syarat untuk pemeriksaan apusan langsung dan biarkan yaitu

bila ditemukan sel PMN gt 25lpk dan sel epitel lt 10lpk 5

28 Diagnosis Banding Pneumonia

ATuberculosis Paru (TB)

Tuberculosis Paru (TB) adalah suatu penyakit infeksi menular yang

disebabkan oleh M tuberculosis Jalan masuk untuk organism M tuberculosis adalah

saluran pernafasan saluran pencernaan Gejala klinis TB antara lain batuk lama yang

produktif (durasi lebih dari 3 minggu) nyeri dada dan hemoptisis dan gejala sistemik

meliputi demam menggigil keringat malam lemas hilang nafsu makan dan

penurunan berat badan3

Tampak gambaran cavitas pada paru lobus atas kanan pada foto thorax proyeksi PA

21

BAtelektasis

Atelektasis adalah istilah yang berarti pengembangan paru yang tidak

sempurna dan menyiratkan arti bahwa alveolus pada bagian paru yang terserang tidak

mengandung udara dan kolaps Memberikan gambaran yang mirip dengan pneumonia

tanpa air bronchogram Namun terdapat penarikan jantung trakea dan mediastinum

ke arah yang sakit karena adanya pengurangan volume interkostal space menjadi

lebih sempit dan pengecilan dari seluruh atau sebagian paru-paru yang sakit

Sehingga akan tampak thorax asimetris 3

Atelektasis pada foto thorax proyeksi PA

22

C Efusi Pleura

Memberi gambaran yang mirip dengan pneumonia tanpa air bronchogram

Terdapat penambahan volume sehingga terjadi pendorongan jantung trakea dan

mediastinum kearah yang sehat Rongga thorax membesar Pada edusi pleura

sebagian akan tampak meniscus sign (+) tanda khas pada efusi pleura 3

Efusi pleura pada foto thorax posisi PA

29 Penatalaksanaan

Pengobatan terdiri atas antibiotik dan pengobatan suportif Pemberian

antibiotik pada penderita pneumonia sebaiknya berdasarkan data mikroorganisme dan

hasil uji kepekaannya akan tetapi karena beberapa alasan yaitu 7

1 penyakit yang berat dapat mengancam jiwa

2 bakteri patogen yang berhasil diisolasi belum tentu sebagai penyebab pneumonia

3 hasil pembiakan bakteri memerlukan waktu

23

Maka pada penderita pneumonia dapat diberikan terapi secara empiris Secara

umum pemilihan antibiotic berdasarkan baktri penyebab pneumonia dapat dilihat

sebagai berikut 751

1 Pemberian Antibiotik

Penisilin sensitif Streptococcus pneumonia (PSSP)

1048707 Golongan Penisilin

1048707 TMP-SMZ

1048707 Makrolid

Penisilin resisten Streptococcus pneumoniae (PRSP)

1048707 Betalaktam oral dosis tinggi (untuk rawat jalan)

1048707 Sefotaksim Seftriakson dosis tinggi

1048707 Marolid baru dosis tinggi

1048707 Fluorokuinolon respirasi

Pseudomonas aeruginosa

1048707 Aminoglikosid

1048707 Seftazidim Sefoperason Sefepim

1048707 Tikarsilin Piperasilin

1048707 Karbapenem Meropenem Imipenem

1048707 Siprofloksasin Levofloksasin

Methicillin resistent Staphylococcus aureus (MRSA)

1048707 Vankomisin

1048707 Teikoplanin

1048707 Linezolid

Hemophilus influenzae

1048707 TMP-SMZ

1048707 Azitromisin

1048707 Sefalosporin gen 2 atau 3

24

1048707 Fluorokuinolon respirasi

Legionella

1048707 Makrolid

1048707 Fluorokuinolon

1048707 Rifampisin

Mycoplasma pneumoniae

1048707 Doksisiklin

1048707 Makrolid

1048707 Fluorokuinolon

Chlamydia pneumoniae

1048707 Doksisikin

1048707 Makrolid

1048707 Fluorokuinolon

25

26

Tabel 3 Rekomendasi Terapi Empiris (ATS 2001) 8

Kategori Keterangan Kuman Penyebab Obat Pilihan I Obat Pilihan II

Kategori I Usia

penderita

lt 65 tahun

-Penyakit

Penyerta (-)

-Dapat

berobat jalan

-Spneumonia

-Mpneumonia

-Cpneumonia

-Hinfluenzae

-Legionale sp

-Saureus

-Mtuberculosis

-Batang Gram (-)

Klaritromisin

2x250 mg

- -Azitromisin

1x500mg

- Rositromisin

2x150 mg atau

1x300 mg

- Siprofloksasin

2x500mg atau

Ofloksasin 2x400mg

- Levofloksasin

1x500mg atau

Moxifloxacin

1x400mg

- Doksisiklin 2x100mg

Kategori II -Usia

penderita gt

65 tahun

- Peny

Penyerta (+)

-Dapat

berobat jalan

-Spneumonia

Hinfluenzae

Batang gram(-)

Aerob

Saures

Mcatarrhalis

Legionalle sp

-Sepalospporin

generasi 2

-Trimetroprim

+Kotrimoksazol

-Betalaktam

-Makrolid

-Levofloksasin

-Gatifloksasin

-Moxyfloksasin

Kategori

III

-Pneumonia

berat

- Perlu

dirawat di

RStapi tidak

perlu di ICU

-Spneumoniae

-Hinfluenzae

-Polimikroba

termasuk Aerob

-Batang Gram (-)

-Legionalla sp

-Saureus

Mpneumoniae

- Sefalosporin

Generasi 2 atau

3

- Betalaktam +

Penghambat

Betalaktamase

+makrolid

-Piperasilin +

tazobaktam

-Sulferason

Kategori

IV

-Pneumonia

berat

-Perlu dirawat

di ICU

-Spneumonia

-Legionella sp

-Batang Gram (-)

aerob

-Mpneumonia

-Virus

-Hinfluenzae

-Mtuberculosis

-Jamur endemic

- Sefalosporin

generasi 3

(anti

pseudomonas)

+ makrolid

- Sefalosporin

generasi 4

- Sefalosporin

generasi 3 +

kuinolon

-Carbapenem

meropenem

-Vankomicin

-Linesolid

-Teikoplanin

2 Terapi Suportif Umum

1 Terapi O2 untuk mencapai PaO2 80-100 mmHg atau saturasi 95-96 berdasarkan

pemeriksaan analisis gas darah

2 Humidifikasi dengan nebulizer untuk pengenceran dahak yang kental dapat

disertai nebulizer untuk pemberian bronkodilator bila terdapat bronkospasme

3 Fisioterapi dada untuk pengeluaran dahak khususnya anjuran untuk batuk dan

napas dalam Bila perlu dikerjakan fish mouth breathing untuk melancarkan

ekspirasi dan pengeluarn CO2 Posisi tidur setengah duduk untuk melancarkan

pernapasan7

4 Pengaturan cairan Keutuhan kapiler paru sering terganggu pada pneumonia dan

paru lebih sensitif terhadap pembebanan cairan terutama bila terdapat pneumonia

bilateral Pemberian cairan pada pasien harus diatur dengan baik termasuk pada

keadaan gangguan sirkulasi dan gagal ginjal Overhidrasi untuk maksud

mengencerkan dahak tidak diperkenankan 9

5 Pemberian kortikosteroid pada fase sepsis berat perlu diberikan Terapi ini tidak

bermanfaat pada keadaan renjatan septik

6 Obat inotropik seperti dobutamin atau dopamin kadang-kadang diperlukan bila

terdapat komplikasi gangguan sirkulasi atau gagal ginjal prerenal

7 Ventilasi mekanis indikasi intubasi dan pemasangan ventilator pada pneumonia

adalah

27

a Hipoksemia persisten meskipun telah diberikan O2 100 dengan

menggunakaan masker Kosentrasi O2 yang tinggi menyebabkan penurunan

pulmonary compliance hingga tekanan inflasi meninggi Dalam hal ini perlu

dipergunakan PEEP untuk memperbaiki oksigenisasi dan menurunkan FiO2

menjadi 50 atau lebih rendah9

b Gagal napas yang ditandai oleh peningkatan respiratory distress dengan atau

didapat asidosis respiratorik

c Respiratory arrest

d Retensi sputum yang sulit diatasi secara konservatif

8 Drainase empiema bila ada

9 Bila terdapat gagal napas diberikan nutrisi dengan kalori yang cukup yang

didapatkan terutama dari lemak (gt50) hingga dapat dihindari pembentukan

CO2 yang berlebihan9

3 Terapi Sulih (switch therapy)

Masa perawatan di rumah sakit sebaiknya dipersingkat dengan perubahan obat

suntik ke oral dilanjutkan dengan berobat jalan hal ini untuk mengurangi biaya

perawatan dan mencegah infeksi nosokomial Perubahan ini dapat diberikan secara

sequential (obat sama potensi sama) switch over (obat berbeda potensi sama) dan

step down (obat sama atau berbeda potensi lebih rendah) Pasien beralih dari

intravena ke oral terapi ketika hemodinamik sudah stabil dan perbaikan terbukti

secara secara klinis dapat menelan obat-obatan dan memiliki saluran pencernaan

berfungsi normal 10

28

Kriteria untuk Pneumonia terkait stabilitas klinis adalah 9

1 Temp le 378 C Kesadaran baik

2 Denyut jantung le 100 denyut menit

3 Respirasi ratele 24 napas menit

4 Tekanan darah sistolik ge 90 mmHg

5 Saturasi O2 arteri ge 90 atau pO2 ge 60 mmHg pada ruang udara

6 Kemampuan untuk mengambil asupan oral

210 Komplikasi Pneumonia

1 Efusi pleura dan empiema Terjadi pada sekitar 45 kasus terutama pada infeksi

bakterial akut berupa efusi parapneumonik gram negative sebesar 60

Staphylococcus aureus 50 S pneumoniae 40-60 kuman anaerob 35

Sedangkan pada Mycoplasmapneumoniae sebesar 20 Cairannya transudat dan

steril Terkadang pada infeksi bakterial terjadi empiema dengan cairan eksudat

2 Komplikasi sistemik Dapat terjadi akibat invasi kuman atau bakteriemia berupa

meningitis Dapat juga terjadi dehidrasi dan hiponatremia anemia pada infeksi

kronik peningguan ureum dan enzim hati Kadang-kadang terjadi peninggian

fostase alkali dan bilirubin akibat adanya kolestasis intrahepatik

3 Hipoksemia akibat gangguan difusi

4 Abses Paru terbentuk akibat eksudat di alveolus paru sehingga terjadi infeksi

oleh kuman anaerob dan bakteri gram negative

29

5 Pneumonia kronik yang dapat terjadi bila pneumonia berlangsung lebih dari 4-6

minggu akibat kuman anaerob S aureus dan kuman Gram (-) seperti

Pseudomonas aeruginosa

6 Bronkiektasis Biasanya terjadi karena pneunomia pada masa anak-anak tetapi

dapat juga oleh infeksi berulang di lokasi bronkus distal pada cystic fibrosis atau

hipogamaglobulinemia tuberkulosis atau pneumonia nekrotikans 3

211 Prognosis Pneumonia

Angka morbiditas dan mortalitas pneumonia menurun sejak ditemukannya

antibiotik Faktor yang berperan adalah patogenitas kuman usia penyakit dasar dan

kondisi pasien Secara umum angka kematian pneumonia pneumokokus adalah

sebesar 5 namun dapat meningkat menjadi 60 pada orang tua dengan kondisi

yang buruk misalnya gangguan imunologis sirosis hepatis penyakit paru obstruktif

kronik atau kanker Adanya leukopenia ikterus terkenanya 3 atau lebih lobus dan

komplikasi ekstraparu merupakan petanda prognosis yang buruk Kuman gram

negatif menimbulkan prognosis yang lebih jelek 10

Prognosis pada orang tua dan anak kurang baik karena itu perlu perawatan di

RS kecuali bila penyakitnya ringan Orang dewasa (lt60 tahun) dapat berobat jalan

kecuali

1 Bila terdapat penyakit paru kronik

2 PN Meliputi banyak lobus

3 Disertai gambaran klinis yang berkaitan dengan mortalitas yang tinggi yaitu

30

a Usia gt 60 tahun

b Dijumpai adanya gejala pada saat masuk perawatan RS frekuensi napas gt 30

xm tekanan diastolik lt 60 mmHg leukosit abnormal (lt4500-gt30000)

BAB 3

KESIMPULAN

Pneumonia adalah salah satu penyakit akibat infeksi parenkim paru yang

dapat menyerang segala usia Pneumonia paling banyak disebabkan oleh infeksi

bakteri Streptococcus pneumonia dengan gejala yang muncul seperti demam batuk

berdahak sesak napas dan terkadang disertai nyeri dada

Pemeriksaan radiologi dalam hal ini foto thorax konvensional dan CT Scan

menjadi pemeriksaan yang sangat penting pada pneumonia Gambaran khas pada

pneumonia adalah adanya konsolidasi dengan adanya gambaran air bronchogram

Namun tidak semua pneumonia memberikan gambaran khas tersebut Untuk

menentukan etiologi pneumonia tidak dapat hanya semata-mata menggunakan foto

thorax melainkan harus dilihat dari riwayat penyakit dan juga pemeriksaan

laboratorium

Penatalaksanaan medis pada pneumonia adalah pemberian antibiotik yang

sesuai dengan kuman penyebab pneumonia disamping terapi supportif lainnya

Prognosis pneumonia secara umum baik jika mendapat terapi antibiotik yang adekuat

faktor predisposisi pasien dan ada tidaknya komplikasi yang menyertai

31

DAFTAR PUSTAKA

1 Dahlan Z 2006 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Pulmonologi Pusat

Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas kedokteran Universitas

Indonesia Jakarta

2 Price SA Wilson LM 2005 Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses

Penyakit Edisi 6 Volume 2 Penerbit EGC Jakarta

3 Soedarsono 2004 Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru Bagian Ilmu Penyakit Paru

FK UNAIR Surabaya

4 Aru W Bambang Idrus A Marcellus Siti S ed Buku Ajar Ilmu Penyakit

Dalam Jilid II Edisi 4 Jakarta Pusat Penerbitan Departemen IPD RSCM

2007

5 Perhimpunan Dokter Paru Indonesia Pedoman Diagnosis dan

penatalaksanaan Pneumonia Komuniti2003

6 Perhimpunan Dokter Paru Indonesia Pedoman Diagnosis dan

penatalaksanaan Pneumonia Nosokomial2003

7 Barlett JG Dowell SF Mondell LA File TM Mushor DM Fine MJ Practice

guidelines for management community-acquiredd pneumonia in adults Clin

infect Dis 2000 31 347-82

8 Mandell LA IDSAATS consensus guidelines on the management of

community-acquired pneumonia in adults CID 200744S27

9 Menendez R Treatment failure in community-acquired pneumonia

0071321348

32

10 Niederman MS Recent advances in community-acquired pneumonia inpatient

and outpatient Chest 20071311205

33

  • 22 Definisi Pneumonia
  • Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius dan alveoli serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat yang disebabkan oleh mikroorganisme (bakterivirusjamurprotozoa)3
  • 23 Epidemiologi Pneumonia
  • 25 Klasifikasi Pneumonia
  • Terutama pada jaringan penyangga yaitu interstitial dinding bronkus dan peribronkil Peradangan dapat ditemumkan pada infeksi virus dan mycoplasma Terjadi edema dinding bronkioli dan juga edema jaringan interstisial prebronkial Radiologis berupa bayangan udara pada alveolus masih terlihat diliputi perselubungan yang tidak merata 5
  • 26 Patofisiologi Pneumonia
  • 27 Diagnosis Pneumonia
  • 28 Diagnosis Banding Pneumonia
  • 29 Penatalaksanaan
  • 210 Komplikasi Pneumonia
Page 7: Referat Pneumonia

3 minggu ndash 3 bulan

Bakteria Clamydia trachomatis Streptococcus pneumoniae

Virus Respiratory syncytial virus Influenza virus Para influenza virus

12 and 3 Adenovirus

Bakteria Bordetella pertusis Haemophillusinfluenza type B amp

non typeable Moxarella catarrhalis Staphylococcus aureus Ureaplasma urealyticum

Virus Cytomegalovirus

4 bulan ndash5 tahun

Bakteria Streptococcus pneumoniae Clamydia pneumoniae Mycoplasma pneumoniae

Virus Respiratory syncytial virus Influenza virus Parainfluenza virus Rhinovirus Adenovirus Measles

Bakteria Haemophillus influenza type B Moxarella catarrhalis Neisseria meningitis Staphylococcus aureus

Virus Varicella zoster virus

5 tahun ndash dewasa Bakteria Clamydia pneumonia Mycoplasma pneumonia Streptococcus pneumoniae

Bakteria Haemophillus influenza type B Legionella species Staphylococcus aureus

Virus Adenovirus Epstein barr virus Influenza virus Parainfluenza virus Rhinovirus Respiratory syncytial virus Varicella zoster virus

Tabel 2 Mikroorganisme penyebab pneumonia menurut keadaan klinis terjadinya infeksi 4

7

Communityy-acquired acute pneumonia

Streptococcus pneumoniaHaemophilus influenzaeMoraxella catarrhalisStaphylococcus aureusLegionella pneumophilaEnterobacteriaceae (Klebsiella pneumoniae) and Pseudomonas sppCommunity-acquired atypical pneumonia

Mycoplasma pneumoniaChlamydia spp (C pneumoniae C psittaci C trachomatis)Coxiella burnetii (Q fever)Viruses respiratory syncytial virus parainfluenza virus (children) influenza A and B (adults) adenovirus(military recruits) SARS virusHospital-acquired pneumonia

Gram-negative rods Enterobacteriaceae (Klebsiella spp Serratia marcescens Escherichia coli) andPseudomonas sppStaphylococcus aureus (usually penicillin resistant)Pneumonia kronis

NocardiaActinomycesGranulomatous Mycobacterium tuberculosis and atypical mycobacteria Histoplasma capsulatumCoccidioides immitis Blastomyces dermatitidis

25 Klasifikasi Pneumonia

1 Menurut sifatnya yaitu

a Pneumonia primer yaitu radang paru yang terserang pada orang yang tidak

mempunya faktor resiko tertentu Kuman penyebab utama yaitu

Staphylococcus pneumoniae ( pneumokokus) Hemophilus influenzae juga

8

Virus penyebab infeksi pernapasan( Influenza Parainfluenza RSV) Selain itu

juga bakteri pneumonia yang tidak khas( ldquoatypicalrdquo) yaitu mykoplasma

chlamydia dan legionella

b Pneumonia sekunder yaitu terjadi pada orang dengan faktor predisposisi

selain penderita penyakit paru lainnnya seperti COPD terutama juga bagi

mereka yang mempunyai penyakit menahun seperti diabetes mellitus HIV

dan kankerdll 2

2 Berdasarkan Kuman penyebab

a Pneumonia bakterial tipikal Dapat terjadi pada semua usia Beberapa bakteri

mempunyai tendensi menyerang sesorang yang peka misalnya Klebsiella

pada penderita alkoholikStaphyllococcus pada penderita pasca infeksi

influenza

b Pneumonia atipikal disebabkan Mycoplasma Legionella dan Chlamydia

c Pneumonia virus disebabkan oleh virus RSV Influenza virus

d Pneumonia jamur sering merupakan infeksi sekunder Predileksi terutama pada

penderita dengan daya tahan lemah (immunocompromised) 5

3 Berdasarkan klinis dan epidemiologi

a Pneumonia komuniti (Community-acquired pneumonia= CAP) pneumonia

yang terjadi di lingkungan rumah atau masyarakat juga termasuk pneumonia

yang terjadi di rumah sakit dengan masa inap kurang dari 48 jam 5

b Penumonia nosokomial (Hospital-acquired Pneumonia= HAP) merupakan

pneumonia yang terjadi di ldquorumah sakitrdquo infeksi terjadi setelah 48 jam berada

9

di rumah sakit Kuman penyebab sangat beragam yang sering di temukan

yaitu Staphylococcus aureus atau bakteri dengan gramm negatif lainnya

seperti Ecoli Klebsiella pneumoniae Pseudomonas aeroginosa Proteus dll

Tingkat resistensi obat tergolong tinggi untuk bakteri penyebab HAP 6

c Pneumonia aspirasi

4 Berdasarkan lokasi infeksi

a Pneumonia lobaris

Pneumonia focal yang melibatkan satu beberapa lobus paru Bronkus besar

umumnya tetap berisi udara sehingga memberikan gambaran

airbronchogram Konsolidasi yang timbul merupakan hasil dari cairan edema

yang menyebar melalui pori-pori Kohn Penyebab terbanyak pneumonia

lobaris adalah Streptococcus pneumoniae Jarang pada bayi dan orang tua

Pneumonia yang terjadi pada satu lobus atau segmen Kemungkinan sekunder

disebabkan oleh adanya obstruksi bronkus seperti aspirasi benda asing atau

adanya proses keganasan 5

b Bronko pneumonia (Pneumonia lobularis)

Inflamasi paru-paru biasanya dimulai di bronkiolus terminalis Bronkiolus

terminalis menjadi tersumbat dengan eksudat mukopurulen membentuk

bercak-bercak konsolidasi di lobulus yang bersebelahan Ditandai dengan

adanya bercak-bercak infiltrate multifocal pada lapangan paru Dapat

disebabkan oleh bakteri maupun virus Sering pada bayi dan orang tua Jarang

dihubungkan dengan obstruksi bronkus 5

10

c Pneumonia interstisial

Terutama pada jaringan penyangga yaitu interstitial dinding bronkus dan

peribronkil Peradangan dapat ditemumkan pada infeksi virus dan

mycoplasma Terjadi edema dinding bronkioli dan juga edema jaringan

interstisial prebronkial Radiologis berupa bayangan udara pada alveolus

masih terlihat diliputi perselubungan yang tidak merata 5

26 Patofisiologi Pneumonia

Pneumonia yang dipicu oleh bakteri bisa menyerang siapa saja dari bayi

sampai usia lanjut Pecandu alcohol pasien pasca operasi orang-orang dengan

gangguan penyakit pernapasan sedang terinfeksi virus atau menurun kekebalan

tubuhnya adalah yang paling berisiko1

Sebenarnya bakteri pneumonia itu ada dan hidup normal pada tenggorokan

yang sehat Pada saat pertahanan tubuh menurun misalnya karena penyakit usia

lanjut dan malnutrisi bakteri pneumonia akan dengan cepat berkembang biak dan

merusak organ paru-paru1

Kerusakan jaringan paru setelah kolonisasi suatu mikroorganisme paru

banyak disebabkan oleh reaksi imun dan peradangan yang dilakukan oleh pejamu

Selain itu toksin-toksin yang dikeluarkan oleh bakteri pada pneumonia bakterialis

dapat secara langsung merusak sel-sel system pernapasan bawah Ada beberapa cara

mikroorganisme mencapai permukaan 5

1 Inokulasi langsung

11

2 Penyebaran melalui pembuluh darah

3 Inhalasi bahan aerosol

4 Kolonisasi dipermukaan mukosa

Dari keempat cara tersebut diatas yang terbanyak adalah cara kolonisasi

Secara inhalasi terjadi pada infeksi virus mikroorganisme atipikal mikrobakteria

atau jamur Kebanyakan bakteri dengan ukuran 05 ndash 20 nm melalui udara dapat

mencapai bronkus terminal atau alveoli dan selanjutnya terjadi proses infeksi Bila

terjadi kolonisasi pada saluran napas atas (hidung orofaring) kemudian terjadi

aspirasi ke saluran napas bawah dan terjadi inokulasi mikroorganisme hal ini

merupakan permulaan infeksi dari sebagian besar infeksi paru Aspirasi dari sebagian

kecil sekret orofaring terjadi pada orang normal waktu tidur (50) juga pada keadaan

penurunan kesadaran peminum alkohol dan pemakai obat (drug abuse) 5

Basil yang masuk bersama sekret bronkus ke dalam alveoli menyebabkan

reaksi radang berupa edema seluruh alveoli disusul dengan infiltrasi sel-sel PMN dan

diapedesis eritrosit sehingga terjadi permulaan fagositosis sebelum terbentuknya

antibodi 5

Pneumonia bakterialis menimbulkan respon imun dan peradangan yang paling

mencolok Jika terjadi infeksi sebagian jaringan dari lobus paru-paru ataupun

seluruh lobus bahkan sebagian besar dari lima lobus paru-paru (tiga di paru-paru

kanan dan dua di paru-paru kiri) menjadi terisi cairan Dari jaringan paru-paru

infeksi dengan cepat menyebar ke seluruh tubuh melalui peredaran darah Bakteri

pneumokokus adalah kuman yang paling umum sebagai penyebab pneumonia

12

Terdapat empat stadium anatomic dari pneumonia terbagi atas

1 Stadium Kongesti (4 ndash 12 jam pertama)

Disebut hiperemia mengacu pada respon peradangan permulaan yang

berlangsung pada daerah baru yang terinfeksi Hal ini ditandai dengan peningkatan

aliran darah dan permeabilitas kapiler di tempat infeksi Hiperemia ini terjadi akibat

pelepasan mediator-mediator peradangan dari sel-sel mast setelah pengaktifan sel

imun dan cedera jaringan Mediator-mediator tersebut mencakup histamin dan

prostaglandin Degranulasi sel mast juga mengaktifkan jalur komplemen

Komplemen bekerja sama dengan histamin dan prostaglandin untuk melemaskan otot

polos vaskuler paru dan peningkatan permeabilitas kapiler paru Hal ini

mengakibatkan perpindahan eksudat plasma ke dalam ruang interstitium sehingga

terjadi pembengkakan dan edema antar kapiler dan alveolus Penimbunan cairan di

antara kapiler dan alveolus meningkatkan jarak yang harus ditempuh oleh oksigen

dan karbondioksida maka perpindahan gas ini dalam darah paling berpengaruh dan

sering mengakibatkan penurunan saturasi oksigen hemoglobin 2

2 Stadium Hepatisasi Merah (48 jam selanjutnya)

Terjadi sewaktu alveolus terisi oleh sel darah merah eksudat dan fibrin yang

dihasilkan oleh penjamu (host) sebagai bagian dari reaksi peradangan Lobus yang

terkena menjadi padat oleh karena adanya penumpukan leukosit eritrosit dan cairan

sehingga warna paru menjadi merah dan pada perabaan seperti hepar pada stadium

ini udara alveoli tidak ada atau sangat minimal sehingga anak akan bertambah sesak

Stadium ini berlangsung sangat singkat yaitu selama 48 jam 2

13

3 Stadium Hepatisasi Kelabu (Konsolidasi)

Terjadi sewaktu sel-sel darah putih mengkolonisasi daerah paru yang terinfeksi Pada

saat ini endapan fibrin terakumulasi di seluruh daerah yang cedera dan terjadi

fagositosis sisa-sisa sel Pada stadium ini eritrosit di alveoli mulai diresorbsi lobus

masih tetap padat karena berisi fibrin dan leukosit warna merah menjadi pucat kelabu

dan kapiler darah tidak lagi mengalami kongesti2

4 Stadium Akhir (Resolusi)

Eksudat yang mengalami konsolidasi di antara rongga alveoli dicerna secara

enzimatis yang diserap kembali atau dibersihkan dengan batuk Parenkim paru

kembali menjadi penuh dengan cairan dan basah sampai pulih mencapai keadaan

normal2

27 Diagnosis Pneumonia

271 Gambaran Klinis dan Pemeriksaan Fisik

Gejala-gejala pneumonia serupa untuk semua jenis pneumonia Gejalanya

meliputi

Gejala Mayor 1Batuk

2Sputum produktif

3Demam (suhugt38 0c)

Gejala Minor 1 sesak napas

2 nyeri dada

3 konsolidasi paru pada pemeriksaan fisik

4 jumlah leukosit gt12000L

14

Gambaran klinis biasanya didahului oleh infeksi saluran napas akut bagian

atas selama beberapa hari kemudian diikuti dengan demam menggigil suhu tubuh

kadang-kadang melebihi 40ordm C sakit tenggorokan nyeri otot dan sendi Juga disertai

batuk dengan sputum mukoid atau purulen kadang-kadang berdarah5

Pada pemeriksaan fisik dada terlihat bagian yang sakit tertinggal waktu

bernafas pada palpasi fremitus dapat mengeras pada perkusi redup pada auskultasi

terdengar suara napas bronkovesikuler sampai bronchial yang kadang-kadang

melemah Mungkin disertai ronkhi halus yang kemudian menjadi ronkhi basah kasar

pada stadium resolusi 5

272 Pemeriksaan Laboratorium

Pada pemeriksaan laboratorium terdapat peningkatan jumlah leukosit

biasanya gt10000ul kadang-kadang mencapai 30000ul dan pada hitungan jenis

leukosit terdapat pergeseran ke kiri serta terjadi peningkatan LED Untuk menentukan

diagnosis etiologi diperlukan pemeriksaan dahak kultur darah dan serologi Kultur

darah dapat positif pada 20-25 penderita yang tidak diobati Anlalisa gas darah

menunjukkan hipoksemia dan hiperkarbia pada stadium lanjut dapat terjadi asidosis

respiratorik 6

273 Gambaran Radiologis

Gambaran Radiologis pada foto thorax pada penyakit pneumonia antara lain

Perselubungankonsolidasi homogen atau inhomogen sesuai dengan lobus atau

segment paru secara anantomis

15

Batasnya tegas walaupun pada mulanya kurang jelas

Volume paru tidak berubah tidak seperti atelektasis dimana paru mengecil Tidak

tampak deviasi tracheaseptumfissure seperti pada atelektasis

Silhouette sign (+) bermanfaat untuk menentukan letak lesi paru batas lesi

dengan jantung hilang berarti lesi tersebut berdampingan dengan jantung atau di

lobus medius kanan

Seringkali terjadi komplikasi efusi pleura

Bila terjadinya pada lobus inferior maka sinus phrenicocostalis yang paling akhir

terkena

Pada permulaan sering masih terlihat vaskuler

Pada masa resolusi sering tampak Air Bronchogram Sign (terperangkapnya udara

pada bronkus karena tidanya pertukaran udara pada alveolus)

Foto thoraks saja tidak dapat secara khas menentukan penyebab pneumonia

hanya merupakan petunjuk ke arah diagnosis etiologi misalnya penyebab

pneumonia lobaris tersering disebabkan oleh Streptococcus pneumoniae

Pseudomonas aeruginosa sering memperlihatkan infiltrat bilateral atau gambaran

bronkopneumonia sedangkan Klebsiela pneumonia sering menunjukan konsolidasi

yang terjadi pada lobus atas kanan meskipun dapat mengenai beberapa lobus6

1Pneumonia Lobaris

Foto Thorax

16

Tampak gambaran gabungan konsolidasi berdensitas tinggi pada satu

segmenlobus (lobus kanan bawah PA maupun lateral)) atau bercak yang

mengikutsertakan alveoli yang tersebar Air bronchogram biasanya ditemukan

pada pneumonia jenis ini

CT Scan

17

Hasil CT dada ini menampilkan gambaran hiperdens di lobus atas kiri sampai ke

perifer

2 Bronchopneumonia (Pneumonia Lobularis)

Foto Thorax

Pada gambar diatas tampak konsolidasi tidak homogen di lobus atas kiri dan lobus

bawah kiri

CT Scan

18

Tampak gambaran opakhiperdens pada lobus tengah kanan namun tidak menjalar

sampai perifer

3 Pneumonia Interstisial

Foto Thorax

19

Terjadi edema dinding bronkioli dan juga edema jaringan interstitial

prebronkial Radiologis berupa bayangan udara pada alveolus masih terlihat

diliputi oleh perselubungan yang tidak merata

CT Scan

Gambaran CT Scan pneumonia interstitiak pada seorang pria berusia 19

tahun (A) Menunjukan area konsolidasi di percabangan peribronkovaskuler

yang irreguler (B) CT Scan pada hasil follow up selama 2 tahun menunjukan

area konsolidasi yang irreguler tersebut berkembang menjadi bronkiektasis

atau bronkiolektasis (tanda panah)

274 Pemeriksaan Bakteriologis

Bahan berasal dari sputum darah aspirasi nasotrakealtranstrakeal

torakosintesis bronkoskopi atau biopsi Kuman yang predominan pada sputum

disertai PMN yang kemungkinan penyebab infeksi 5

Pengambilan dahak dilakukan pagi hari Pasien mula-mula kumur-kumur

dengan akuades biasa setelah itu pasien diminta inspirasi dalam kemudian

membatukkan dahaknya Dahak ditampung dalam botol steril dan ditutup rapat

20

Dahak segera dikirim ke labolatorium (tidak boleh lebih dari 4 jam) Jika terjadi

kesulitan mengeluarkan dahak dapat dibantu nebulisasi dengan NaCl 3 Kriteria

dahak yang memenuhi syarat untuk pemeriksaan apusan langsung dan biarkan yaitu

bila ditemukan sel PMN gt 25lpk dan sel epitel lt 10lpk 5

28 Diagnosis Banding Pneumonia

ATuberculosis Paru (TB)

Tuberculosis Paru (TB) adalah suatu penyakit infeksi menular yang

disebabkan oleh M tuberculosis Jalan masuk untuk organism M tuberculosis adalah

saluran pernafasan saluran pencernaan Gejala klinis TB antara lain batuk lama yang

produktif (durasi lebih dari 3 minggu) nyeri dada dan hemoptisis dan gejala sistemik

meliputi demam menggigil keringat malam lemas hilang nafsu makan dan

penurunan berat badan3

Tampak gambaran cavitas pada paru lobus atas kanan pada foto thorax proyeksi PA

21

BAtelektasis

Atelektasis adalah istilah yang berarti pengembangan paru yang tidak

sempurna dan menyiratkan arti bahwa alveolus pada bagian paru yang terserang tidak

mengandung udara dan kolaps Memberikan gambaran yang mirip dengan pneumonia

tanpa air bronchogram Namun terdapat penarikan jantung trakea dan mediastinum

ke arah yang sakit karena adanya pengurangan volume interkostal space menjadi

lebih sempit dan pengecilan dari seluruh atau sebagian paru-paru yang sakit

Sehingga akan tampak thorax asimetris 3

Atelektasis pada foto thorax proyeksi PA

22

C Efusi Pleura

Memberi gambaran yang mirip dengan pneumonia tanpa air bronchogram

Terdapat penambahan volume sehingga terjadi pendorongan jantung trakea dan

mediastinum kearah yang sehat Rongga thorax membesar Pada edusi pleura

sebagian akan tampak meniscus sign (+) tanda khas pada efusi pleura 3

Efusi pleura pada foto thorax posisi PA

29 Penatalaksanaan

Pengobatan terdiri atas antibiotik dan pengobatan suportif Pemberian

antibiotik pada penderita pneumonia sebaiknya berdasarkan data mikroorganisme dan

hasil uji kepekaannya akan tetapi karena beberapa alasan yaitu 7

1 penyakit yang berat dapat mengancam jiwa

2 bakteri patogen yang berhasil diisolasi belum tentu sebagai penyebab pneumonia

3 hasil pembiakan bakteri memerlukan waktu

23

Maka pada penderita pneumonia dapat diberikan terapi secara empiris Secara

umum pemilihan antibiotic berdasarkan baktri penyebab pneumonia dapat dilihat

sebagai berikut 751

1 Pemberian Antibiotik

Penisilin sensitif Streptococcus pneumonia (PSSP)

1048707 Golongan Penisilin

1048707 TMP-SMZ

1048707 Makrolid

Penisilin resisten Streptococcus pneumoniae (PRSP)

1048707 Betalaktam oral dosis tinggi (untuk rawat jalan)

1048707 Sefotaksim Seftriakson dosis tinggi

1048707 Marolid baru dosis tinggi

1048707 Fluorokuinolon respirasi

Pseudomonas aeruginosa

1048707 Aminoglikosid

1048707 Seftazidim Sefoperason Sefepim

1048707 Tikarsilin Piperasilin

1048707 Karbapenem Meropenem Imipenem

1048707 Siprofloksasin Levofloksasin

Methicillin resistent Staphylococcus aureus (MRSA)

1048707 Vankomisin

1048707 Teikoplanin

1048707 Linezolid

Hemophilus influenzae

1048707 TMP-SMZ

1048707 Azitromisin

1048707 Sefalosporin gen 2 atau 3

24

1048707 Fluorokuinolon respirasi

Legionella

1048707 Makrolid

1048707 Fluorokuinolon

1048707 Rifampisin

Mycoplasma pneumoniae

1048707 Doksisiklin

1048707 Makrolid

1048707 Fluorokuinolon

Chlamydia pneumoniae

1048707 Doksisikin

1048707 Makrolid

1048707 Fluorokuinolon

25

26

Tabel 3 Rekomendasi Terapi Empiris (ATS 2001) 8

Kategori Keterangan Kuman Penyebab Obat Pilihan I Obat Pilihan II

Kategori I Usia

penderita

lt 65 tahun

-Penyakit

Penyerta (-)

-Dapat

berobat jalan

-Spneumonia

-Mpneumonia

-Cpneumonia

-Hinfluenzae

-Legionale sp

-Saureus

-Mtuberculosis

-Batang Gram (-)

Klaritromisin

2x250 mg

- -Azitromisin

1x500mg

- Rositromisin

2x150 mg atau

1x300 mg

- Siprofloksasin

2x500mg atau

Ofloksasin 2x400mg

- Levofloksasin

1x500mg atau

Moxifloxacin

1x400mg

- Doksisiklin 2x100mg

Kategori II -Usia

penderita gt

65 tahun

- Peny

Penyerta (+)

-Dapat

berobat jalan

-Spneumonia

Hinfluenzae

Batang gram(-)

Aerob

Saures

Mcatarrhalis

Legionalle sp

-Sepalospporin

generasi 2

-Trimetroprim

+Kotrimoksazol

-Betalaktam

-Makrolid

-Levofloksasin

-Gatifloksasin

-Moxyfloksasin

Kategori

III

-Pneumonia

berat

- Perlu

dirawat di

RStapi tidak

perlu di ICU

-Spneumoniae

-Hinfluenzae

-Polimikroba

termasuk Aerob

-Batang Gram (-)

-Legionalla sp

-Saureus

Mpneumoniae

- Sefalosporin

Generasi 2 atau

3

- Betalaktam +

Penghambat

Betalaktamase

+makrolid

-Piperasilin +

tazobaktam

-Sulferason

Kategori

IV

-Pneumonia

berat

-Perlu dirawat

di ICU

-Spneumonia

-Legionella sp

-Batang Gram (-)

aerob

-Mpneumonia

-Virus

-Hinfluenzae

-Mtuberculosis

-Jamur endemic

- Sefalosporin

generasi 3

(anti

pseudomonas)

+ makrolid

- Sefalosporin

generasi 4

- Sefalosporin

generasi 3 +

kuinolon

-Carbapenem

meropenem

-Vankomicin

-Linesolid

-Teikoplanin

2 Terapi Suportif Umum

1 Terapi O2 untuk mencapai PaO2 80-100 mmHg atau saturasi 95-96 berdasarkan

pemeriksaan analisis gas darah

2 Humidifikasi dengan nebulizer untuk pengenceran dahak yang kental dapat

disertai nebulizer untuk pemberian bronkodilator bila terdapat bronkospasme

3 Fisioterapi dada untuk pengeluaran dahak khususnya anjuran untuk batuk dan

napas dalam Bila perlu dikerjakan fish mouth breathing untuk melancarkan

ekspirasi dan pengeluarn CO2 Posisi tidur setengah duduk untuk melancarkan

pernapasan7

4 Pengaturan cairan Keutuhan kapiler paru sering terganggu pada pneumonia dan

paru lebih sensitif terhadap pembebanan cairan terutama bila terdapat pneumonia

bilateral Pemberian cairan pada pasien harus diatur dengan baik termasuk pada

keadaan gangguan sirkulasi dan gagal ginjal Overhidrasi untuk maksud

mengencerkan dahak tidak diperkenankan 9

5 Pemberian kortikosteroid pada fase sepsis berat perlu diberikan Terapi ini tidak

bermanfaat pada keadaan renjatan septik

6 Obat inotropik seperti dobutamin atau dopamin kadang-kadang diperlukan bila

terdapat komplikasi gangguan sirkulasi atau gagal ginjal prerenal

7 Ventilasi mekanis indikasi intubasi dan pemasangan ventilator pada pneumonia

adalah

27

a Hipoksemia persisten meskipun telah diberikan O2 100 dengan

menggunakaan masker Kosentrasi O2 yang tinggi menyebabkan penurunan

pulmonary compliance hingga tekanan inflasi meninggi Dalam hal ini perlu

dipergunakan PEEP untuk memperbaiki oksigenisasi dan menurunkan FiO2

menjadi 50 atau lebih rendah9

b Gagal napas yang ditandai oleh peningkatan respiratory distress dengan atau

didapat asidosis respiratorik

c Respiratory arrest

d Retensi sputum yang sulit diatasi secara konservatif

8 Drainase empiema bila ada

9 Bila terdapat gagal napas diberikan nutrisi dengan kalori yang cukup yang

didapatkan terutama dari lemak (gt50) hingga dapat dihindari pembentukan

CO2 yang berlebihan9

3 Terapi Sulih (switch therapy)

Masa perawatan di rumah sakit sebaiknya dipersingkat dengan perubahan obat

suntik ke oral dilanjutkan dengan berobat jalan hal ini untuk mengurangi biaya

perawatan dan mencegah infeksi nosokomial Perubahan ini dapat diberikan secara

sequential (obat sama potensi sama) switch over (obat berbeda potensi sama) dan

step down (obat sama atau berbeda potensi lebih rendah) Pasien beralih dari

intravena ke oral terapi ketika hemodinamik sudah stabil dan perbaikan terbukti

secara secara klinis dapat menelan obat-obatan dan memiliki saluran pencernaan

berfungsi normal 10

28

Kriteria untuk Pneumonia terkait stabilitas klinis adalah 9

1 Temp le 378 C Kesadaran baik

2 Denyut jantung le 100 denyut menit

3 Respirasi ratele 24 napas menit

4 Tekanan darah sistolik ge 90 mmHg

5 Saturasi O2 arteri ge 90 atau pO2 ge 60 mmHg pada ruang udara

6 Kemampuan untuk mengambil asupan oral

210 Komplikasi Pneumonia

1 Efusi pleura dan empiema Terjadi pada sekitar 45 kasus terutama pada infeksi

bakterial akut berupa efusi parapneumonik gram negative sebesar 60

Staphylococcus aureus 50 S pneumoniae 40-60 kuman anaerob 35

Sedangkan pada Mycoplasmapneumoniae sebesar 20 Cairannya transudat dan

steril Terkadang pada infeksi bakterial terjadi empiema dengan cairan eksudat

2 Komplikasi sistemik Dapat terjadi akibat invasi kuman atau bakteriemia berupa

meningitis Dapat juga terjadi dehidrasi dan hiponatremia anemia pada infeksi

kronik peningguan ureum dan enzim hati Kadang-kadang terjadi peninggian

fostase alkali dan bilirubin akibat adanya kolestasis intrahepatik

3 Hipoksemia akibat gangguan difusi

4 Abses Paru terbentuk akibat eksudat di alveolus paru sehingga terjadi infeksi

oleh kuman anaerob dan bakteri gram negative

29

5 Pneumonia kronik yang dapat terjadi bila pneumonia berlangsung lebih dari 4-6

minggu akibat kuman anaerob S aureus dan kuman Gram (-) seperti

Pseudomonas aeruginosa

6 Bronkiektasis Biasanya terjadi karena pneunomia pada masa anak-anak tetapi

dapat juga oleh infeksi berulang di lokasi bronkus distal pada cystic fibrosis atau

hipogamaglobulinemia tuberkulosis atau pneumonia nekrotikans 3

211 Prognosis Pneumonia

Angka morbiditas dan mortalitas pneumonia menurun sejak ditemukannya

antibiotik Faktor yang berperan adalah patogenitas kuman usia penyakit dasar dan

kondisi pasien Secara umum angka kematian pneumonia pneumokokus adalah

sebesar 5 namun dapat meningkat menjadi 60 pada orang tua dengan kondisi

yang buruk misalnya gangguan imunologis sirosis hepatis penyakit paru obstruktif

kronik atau kanker Adanya leukopenia ikterus terkenanya 3 atau lebih lobus dan

komplikasi ekstraparu merupakan petanda prognosis yang buruk Kuman gram

negatif menimbulkan prognosis yang lebih jelek 10

Prognosis pada orang tua dan anak kurang baik karena itu perlu perawatan di

RS kecuali bila penyakitnya ringan Orang dewasa (lt60 tahun) dapat berobat jalan

kecuali

1 Bila terdapat penyakit paru kronik

2 PN Meliputi banyak lobus

3 Disertai gambaran klinis yang berkaitan dengan mortalitas yang tinggi yaitu

30

a Usia gt 60 tahun

b Dijumpai adanya gejala pada saat masuk perawatan RS frekuensi napas gt 30

xm tekanan diastolik lt 60 mmHg leukosit abnormal (lt4500-gt30000)

BAB 3

KESIMPULAN

Pneumonia adalah salah satu penyakit akibat infeksi parenkim paru yang

dapat menyerang segala usia Pneumonia paling banyak disebabkan oleh infeksi

bakteri Streptococcus pneumonia dengan gejala yang muncul seperti demam batuk

berdahak sesak napas dan terkadang disertai nyeri dada

Pemeriksaan radiologi dalam hal ini foto thorax konvensional dan CT Scan

menjadi pemeriksaan yang sangat penting pada pneumonia Gambaran khas pada

pneumonia adalah adanya konsolidasi dengan adanya gambaran air bronchogram

Namun tidak semua pneumonia memberikan gambaran khas tersebut Untuk

menentukan etiologi pneumonia tidak dapat hanya semata-mata menggunakan foto

thorax melainkan harus dilihat dari riwayat penyakit dan juga pemeriksaan

laboratorium

Penatalaksanaan medis pada pneumonia adalah pemberian antibiotik yang

sesuai dengan kuman penyebab pneumonia disamping terapi supportif lainnya

Prognosis pneumonia secara umum baik jika mendapat terapi antibiotik yang adekuat

faktor predisposisi pasien dan ada tidaknya komplikasi yang menyertai

31

DAFTAR PUSTAKA

1 Dahlan Z 2006 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Pulmonologi Pusat

Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas kedokteran Universitas

Indonesia Jakarta

2 Price SA Wilson LM 2005 Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses

Penyakit Edisi 6 Volume 2 Penerbit EGC Jakarta

3 Soedarsono 2004 Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru Bagian Ilmu Penyakit Paru

FK UNAIR Surabaya

4 Aru W Bambang Idrus A Marcellus Siti S ed Buku Ajar Ilmu Penyakit

Dalam Jilid II Edisi 4 Jakarta Pusat Penerbitan Departemen IPD RSCM

2007

5 Perhimpunan Dokter Paru Indonesia Pedoman Diagnosis dan

penatalaksanaan Pneumonia Komuniti2003

6 Perhimpunan Dokter Paru Indonesia Pedoman Diagnosis dan

penatalaksanaan Pneumonia Nosokomial2003

7 Barlett JG Dowell SF Mondell LA File TM Mushor DM Fine MJ Practice

guidelines for management community-acquiredd pneumonia in adults Clin

infect Dis 2000 31 347-82

8 Mandell LA IDSAATS consensus guidelines on the management of

community-acquired pneumonia in adults CID 200744S27

9 Menendez R Treatment failure in community-acquired pneumonia

0071321348

32

10 Niederman MS Recent advances in community-acquired pneumonia inpatient

and outpatient Chest 20071311205

33

  • 22 Definisi Pneumonia
  • Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius dan alveoli serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat yang disebabkan oleh mikroorganisme (bakterivirusjamurprotozoa)3
  • 23 Epidemiologi Pneumonia
  • 25 Klasifikasi Pneumonia
  • Terutama pada jaringan penyangga yaitu interstitial dinding bronkus dan peribronkil Peradangan dapat ditemumkan pada infeksi virus dan mycoplasma Terjadi edema dinding bronkioli dan juga edema jaringan interstisial prebronkial Radiologis berupa bayangan udara pada alveolus masih terlihat diliputi perselubungan yang tidak merata 5
  • 26 Patofisiologi Pneumonia
  • 27 Diagnosis Pneumonia
  • 28 Diagnosis Banding Pneumonia
  • 29 Penatalaksanaan
  • 210 Komplikasi Pneumonia
Page 8: Referat Pneumonia

Communityy-acquired acute pneumonia

Streptococcus pneumoniaHaemophilus influenzaeMoraxella catarrhalisStaphylococcus aureusLegionella pneumophilaEnterobacteriaceae (Klebsiella pneumoniae) and Pseudomonas sppCommunity-acquired atypical pneumonia

Mycoplasma pneumoniaChlamydia spp (C pneumoniae C psittaci C trachomatis)Coxiella burnetii (Q fever)Viruses respiratory syncytial virus parainfluenza virus (children) influenza A and B (adults) adenovirus(military recruits) SARS virusHospital-acquired pneumonia

Gram-negative rods Enterobacteriaceae (Klebsiella spp Serratia marcescens Escherichia coli) andPseudomonas sppStaphylococcus aureus (usually penicillin resistant)Pneumonia kronis

NocardiaActinomycesGranulomatous Mycobacterium tuberculosis and atypical mycobacteria Histoplasma capsulatumCoccidioides immitis Blastomyces dermatitidis

25 Klasifikasi Pneumonia

1 Menurut sifatnya yaitu

a Pneumonia primer yaitu radang paru yang terserang pada orang yang tidak

mempunya faktor resiko tertentu Kuman penyebab utama yaitu

Staphylococcus pneumoniae ( pneumokokus) Hemophilus influenzae juga

8

Virus penyebab infeksi pernapasan( Influenza Parainfluenza RSV) Selain itu

juga bakteri pneumonia yang tidak khas( ldquoatypicalrdquo) yaitu mykoplasma

chlamydia dan legionella

b Pneumonia sekunder yaitu terjadi pada orang dengan faktor predisposisi

selain penderita penyakit paru lainnnya seperti COPD terutama juga bagi

mereka yang mempunyai penyakit menahun seperti diabetes mellitus HIV

dan kankerdll 2

2 Berdasarkan Kuman penyebab

a Pneumonia bakterial tipikal Dapat terjadi pada semua usia Beberapa bakteri

mempunyai tendensi menyerang sesorang yang peka misalnya Klebsiella

pada penderita alkoholikStaphyllococcus pada penderita pasca infeksi

influenza

b Pneumonia atipikal disebabkan Mycoplasma Legionella dan Chlamydia

c Pneumonia virus disebabkan oleh virus RSV Influenza virus

d Pneumonia jamur sering merupakan infeksi sekunder Predileksi terutama pada

penderita dengan daya tahan lemah (immunocompromised) 5

3 Berdasarkan klinis dan epidemiologi

a Pneumonia komuniti (Community-acquired pneumonia= CAP) pneumonia

yang terjadi di lingkungan rumah atau masyarakat juga termasuk pneumonia

yang terjadi di rumah sakit dengan masa inap kurang dari 48 jam 5

b Penumonia nosokomial (Hospital-acquired Pneumonia= HAP) merupakan

pneumonia yang terjadi di ldquorumah sakitrdquo infeksi terjadi setelah 48 jam berada

9

di rumah sakit Kuman penyebab sangat beragam yang sering di temukan

yaitu Staphylococcus aureus atau bakteri dengan gramm negatif lainnya

seperti Ecoli Klebsiella pneumoniae Pseudomonas aeroginosa Proteus dll

Tingkat resistensi obat tergolong tinggi untuk bakteri penyebab HAP 6

c Pneumonia aspirasi

4 Berdasarkan lokasi infeksi

a Pneumonia lobaris

Pneumonia focal yang melibatkan satu beberapa lobus paru Bronkus besar

umumnya tetap berisi udara sehingga memberikan gambaran

airbronchogram Konsolidasi yang timbul merupakan hasil dari cairan edema

yang menyebar melalui pori-pori Kohn Penyebab terbanyak pneumonia

lobaris adalah Streptococcus pneumoniae Jarang pada bayi dan orang tua

Pneumonia yang terjadi pada satu lobus atau segmen Kemungkinan sekunder

disebabkan oleh adanya obstruksi bronkus seperti aspirasi benda asing atau

adanya proses keganasan 5

b Bronko pneumonia (Pneumonia lobularis)

Inflamasi paru-paru biasanya dimulai di bronkiolus terminalis Bronkiolus

terminalis menjadi tersumbat dengan eksudat mukopurulen membentuk

bercak-bercak konsolidasi di lobulus yang bersebelahan Ditandai dengan

adanya bercak-bercak infiltrate multifocal pada lapangan paru Dapat

disebabkan oleh bakteri maupun virus Sering pada bayi dan orang tua Jarang

dihubungkan dengan obstruksi bronkus 5

10

c Pneumonia interstisial

Terutama pada jaringan penyangga yaitu interstitial dinding bronkus dan

peribronkil Peradangan dapat ditemumkan pada infeksi virus dan

mycoplasma Terjadi edema dinding bronkioli dan juga edema jaringan

interstisial prebronkial Radiologis berupa bayangan udara pada alveolus

masih terlihat diliputi perselubungan yang tidak merata 5

26 Patofisiologi Pneumonia

Pneumonia yang dipicu oleh bakteri bisa menyerang siapa saja dari bayi

sampai usia lanjut Pecandu alcohol pasien pasca operasi orang-orang dengan

gangguan penyakit pernapasan sedang terinfeksi virus atau menurun kekebalan

tubuhnya adalah yang paling berisiko1

Sebenarnya bakteri pneumonia itu ada dan hidup normal pada tenggorokan

yang sehat Pada saat pertahanan tubuh menurun misalnya karena penyakit usia

lanjut dan malnutrisi bakteri pneumonia akan dengan cepat berkembang biak dan

merusak organ paru-paru1

Kerusakan jaringan paru setelah kolonisasi suatu mikroorganisme paru

banyak disebabkan oleh reaksi imun dan peradangan yang dilakukan oleh pejamu

Selain itu toksin-toksin yang dikeluarkan oleh bakteri pada pneumonia bakterialis

dapat secara langsung merusak sel-sel system pernapasan bawah Ada beberapa cara

mikroorganisme mencapai permukaan 5

1 Inokulasi langsung

11

2 Penyebaran melalui pembuluh darah

3 Inhalasi bahan aerosol

4 Kolonisasi dipermukaan mukosa

Dari keempat cara tersebut diatas yang terbanyak adalah cara kolonisasi

Secara inhalasi terjadi pada infeksi virus mikroorganisme atipikal mikrobakteria

atau jamur Kebanyakan bakteri dengan ukuran 05 ndash 20 nm melalui udara dapat

mencapai bronkus terminal atau alveoli dan selanjutnya terjadi proses infeksi Bila

terjadi kolonisasi pada saluran napas atas (hidung orofaring) kemudian terjadi

aspirasi ke saluran napas bawah dan terjadi inokulasi mikroorganisme hal ini

merupakan permulaan infeksi dari sebagian besar infeksi paru Aspirasi dari sebagian

kecil sekret orofaring terjadi pada orang normal waktu tidur (50) juga pada keadaan

penurunan kesadaran peminum alkohol dan pemakai obat (drug abuse) 5

Basil yang masuk bersama sekret bronkus ke dalam alveoli menyebabkan

reaksi radang berupa edema seluruh alveoli disusul dengan infiltrasi sel-sel PMN dan

diapedesis eritrosit sehingga terjadi permulaan fagositosis sebelum terbentuknya

antibodi 5

Pneumonia bakterialis menimbulkan respon imun dan peradangan yang paling

mencolok Jika terjadi infeksi sebagian jaringan dari lobus paru-paru ataupun

seluruh lobus bahkan sebagian besar dari lima lobus paru-paru (tiga di paru-paru

kanan dan dua di paru-paru kiri) menjadi terisi cairan Dari jaringan paru-paru

infeksi dengan cepat menyebar ke seluruh tubuh melalui peredaran darah Bakteri

pneumokokus adalah kuman yang paling umum sebagai penyebab pneumonia

12

Terdapat empat stadium anatomic dari pneumonia terbagi atas

1 Stadium Kongesti (4 ndash 12 jam pertama)

Disebut hiperemia mengacu pada respon peradangan permulaan yang

berlangsung pada daerah baru yang terinfeksi Hal ini ditandai dengan peningkatan

aliran darah dan permeabilitas kapiler di tempat infeksi Hiperemia ini terjadi akibat

pelepasan mediator-mediator peradangan dari sel-sel mast setelah pengaktifan sel

imun dan cedera jaringan Mediator-mediator tersebut mencakup histamin dan

prostaglandin Degranulasi sel mast juga mengaktifkan jalur komplemen

Komplemen bekerja sama dengan histamin dan prostaglandin untuk melemaskan otot

polos vaskuler paru dan peningkatan permeabilitas kapiler paru Hal ini

mengakibatkan perpindahan eksudat plasma ke dalam ruang interstitium sehingga

terjadi pembengkakan dan edema antar kapiler dan alveolus Penimbunan cairan di

antara kapiler dan alveolus meningkatkan jarak yang harus ditempuh oleh oksigen

dan karbondioksida maka perpindahan gas ini dalam darah paling berpengaruh dan

sering mengakibatkan penurunan saturasi oksigen hemoglobin 2

2 Stadium Hepatisasi Merah (48 jam selanjutnya)

Terjadi sewaktu alveolus terisi oleh sel darah merah eksudat dan fibrin yang

dihasilkan oleh penjamu (host) sebagai bagian dari reaksi peradangan Lobus yang

terkena menjadi padat oleh karena adanya penumpukan leukosit eritrosit dan cairan

sehingga warna paru menjadi merah dan pada perabaan seperti hepar pada stadium

ini udara alveoli tidak ada atau sangat minimal sehingga anak akan bertambah sesak

Stadium ini berlangsung sangat singkat yaitu selama 48 jam 2

13

3 Stadium Hepatisasi Kelabu (Konsolidasi)

Terjadi sewaktu sel-sel darah putih mengkolonisasi daerah paru yang terinfeksi Pada

saat ini endapan fibrin terakumulasi di seluruh daerah yang cedera dan terjadi

fagositosis sisa-sisa sel Pada stadium ini eritrosit di alveoli mulai diresorbsi lobus

masih tetap padat karena berisi fibrin dan leukosit warna merah menjadi pucat kelabu

dan kapiler darah tidak lagi mengalami kongesti2

4 Stadium Akhir (Resolusi)

Eksudat yang mengalami konsolidasi di antara rongga alveoli dicerna secara

enzimatis yang diserap kembali atau dibersihkan dengan batuk Parenkim paru

kembali menjadi penuh dengan cairan dan basah sampai pulih mencapai keadaan

normal2

27 Diagnosis Pneumonia

271 Gambaran Klinis dan Pemeriksaan Fisik

Gejala-gejala pneumonia serupa untuk semua jenis pneumonia Gejalanya

meliputi

Gejala Mayor 1Batuk

2Sputum produktif

3Demam (suhugt38 0c)

Gejala Minor 1 sesak napas

2 nyeri dada

3 konsolidasi paru pada pemeriksaan fisik

4 jumlah leukosit gt12000L

14

Gambaran klinis biasanya didahului oleh infeksi saluran napas akut bagian

atas selama beberapa hari kemudian diikuti dengan demam menggigil suhu tubuh

kadang-kadang melebihi 40ordm C sakit tenggorokan nyeri otot dan sendi Juga disertai

batuk dengan sputum mukoid atau purulen kadang-kadang berdarah5

Pada pemeriksaan fisik dada terlihat bagian yang sakit tertinggal waktu

bernafas pada palpasi fremitus dapat mengeras pada perkusi redup pada auskultasi

terdengar suara napas bronkovesikuler sampai bronchial yang kadang-kadang

melemah Mungkin disertai ronkhi halus yang kemudian menjadi ronkhi basah kasar

pada stadium resolusi 5

272 Pemeriksaan Laboratorium

Pada pemeriksaan laboratorium terdapat peningkatan jumlah leukosit

biasanya gt10000ul kadang-kadang mencapai 30000ul dan pada hitungan jenis

leukosit terdapat pergeseran ke kiri serta terjadi peningkatan LED Untuk menentukan

diagnosis etiologi diperlukan pemeriksaan dahak kultur darah dan serologi Kultur

darah dapat positif pada 20-25 penderita yang tidak diobati Anlalisa gas darah

menunjukkan hipoksemia dan hiperkarbia pada stadium lanjut dapat terjadi asidosis

respiratorik 6

273 Gambaran Radiologis

Gambaran Radiologis pada foto thorax pada penyakit pneumonia antara lain

Perselubungankonsolidasi homogen atau inhomogen sesuai dengan lobus atau

segment paru secara anantomis

15

Batasnya tegas walaupun pada mulanya kurang jelas

Volume paru tidak berubah tidak seperti atelektasis dimana paru mengecil Tidak

tampak deviasi tracheaseptumfissure seperti pada atelektasis

Silhouette sign (+) bermanfaat untuk menentukan letak lesi paru batas lesi

dengan jantung hilang berarti lesi tersebut berdampingan dengan jantung atau di

lobus medius kanan

Seringkali terjadi komplikasi efusi pleura

Bila terjadinya pada lobus inferior maka sinus phrenicocostalis yang paling akhir

terkena

Pada permulaan sering masih terlihat vaskuler

Pada masa resolusi sering tampak Air Bronchogram Sign (terperangkapnya udara

pada bronkus karena tidanya pertukaran udara pada alveolus)

Foto thoraks saja tidak dapat secara khas menentukan penyebab pneumonia

hanya merupakan petunjuk ke arah diagnosis etiologi misalnya penyebab

pneumonia lobaris tersering disebabkan oleh Streptococcus pneumoniae

Pseudomonas aeruginosa sering memperlihatkan infiltrat bilateral atau gambaran

bronkopneumonia sedangkan Klebsiela pneumonia sering menunjukan konsolidasi

yang terjadi pada lobus atas kanan meskipun dapat mengenai beberapa lobus6

1Pneumonia Lobaris

Foto Thorax

16

Tampak gambaran gabungan konsolidasi berdensitas tinggi pada satu

segmenlobus (lobus kanan bawah PA maupun lateral)) atau bercak yang

mengikutsertakan alveoli yang tersebar Air bronchogram biasanya ditemukan

pada pneumonia jenis ini

CT Scan

17

Hasil CT dada ini menampilkan gambaran hiperdens di lobus atas kiri sampai ke

perifer

2 Bronchopneumonia (Pneumonia Lobularis)

Foto Thorax

Pada gambar diatas tampak konsolidasi tidak homogen di lobus atas kiri dan lobus

bawah kiri

CT Scan

18

Tampak gambaran opakhiperdens pada lobus tengah kanan namun tidak menjalar

sampai perifer

3 Pneumonia Interstisial

Foto Thorax

19

Terjadi edema dinding bronkioli dan juga edema jaringan interstitial

prebronkial Radiologis berupa bayangan udara pada alveolus masih terlihat

diliputi oleh perselubungan yang tidak merata

CT Scan

Gambaran CT Scan pneumonia interstitiak pada seorang pria berusia 19

tahun (A) Menunjukan area konsolidasi di percabangan peribronkovaskuler

yang irreguler (B) CT Scan pada hasil follow up selama 2 tahun menunjukan

area konsolidasi yang irreguler tersebut berkembang menjadi bronkiektasis

atau bronkiolektasis (tanda panah)

274 Pemeriksaan Bakteriologis

Bahan berasal dari sputum darah aspirasi nasotrakealtranstrakeal

torakosintesis bronkoskopi atau biopsi Kuman yang predominan pada sputum

disertai PMN yang kemungkinan penyebab infeksi 5

Pengambilan dahak dilakukan pagi hari Pasien mula-mula kumur-kumur

dengan akuades biasa setelah itu pasien diminta inspirasi dalam kemudian

membatukkan dahaknya Dahak ditampung dalam botol steril dan ditutup rapat

20

Dahak segera dikirim ke labolatorium (tidak boleh lebih dari 4 jam) Jika terjadi

kesulitan mengeluarkan dahak dapat dibantu nebulisasi dengan NaCl 3 Kriteria

dahak yang memenuhi syarat untuk pemeriksaan apusan langsung dan biarkan yaitu

bila ditemukan sel PMN gt 25lpk dan sel epitel lt 10lpk 5

28 Diagnosis Banding Pneumonia

ATuberculosis Paru (TB)

Tuberculosis Paru (TB) adalah suatu penyakit infeksi menular yang

disebabkan oleh M tuberculosis Jalan masuk untuk organism M tuberculosis adalah

saluran pernafasan saluran pencernaan Gejala klinis TB antara lain batuk lama yang

produktif (durasi lebih dari 3 minggu) nyeri dada dan hemoptisis dan gejala sistemik

meliputi demam menggigil keringat malam lemas hilang nafsu makan dan

penurunan berat badan3

Tampak gambaran cavitas pada paru lobus atas kanan pada foto thorax proyeksi PA

21

BAtelektasis

Atelektasis adalah istilah yang berarti pengembangan paru yang tidak

sempurna dan menyiratkan arti bahwa alveolus pada bagian paru yang terserang tidak

mengandung udara dan kolaps Memberikan gambaran yang mirip dengan pneumonia

tanpa air bronchogram Namun terdapat penarikan jantung trakea dan mediastinum

ke arah yang sakit karena adanya pengurangan volume interkostal space menjadi

lebih sempit dan pengecilan dari seluruh atau sebagian paru-paru yang sakit

Sehingga akan tampak thorax asimetris 3

Atelektasis pada foto thorax proyeksi PA

22

C Efusi Pleura

Memberi gambaran yang mirip dengan pneumonia tanpa air bronchogram

Terdapat penambahan volume sehingga terjadi pendorongan jantung trakea dan

mediastinum kearah yang sehat Rongga thorax membesar Pada edusi pleura

sebagian akan tampak meniscus sign (+) tanda khas pada efusi pleura 3

Efusi pleura pada foto thorax posisi PA

29 Penatalaksanaan

Pengobatan terdiri atas antibiotik dan pengobatan suportif Pemberian

antibiotik pada penderita pneumonia sebaiknya berdasarkan data mikroorganisme dan

hasil uji kepekaannya akan tetapi karena beberapa alasan yaitu 7

1 penyakit yang berat dapat mengancam jiwa

2 bakteri patogen yang berhasil diisolasi belum tentu sebagai penyebab pneumonia

3 hasil pembiakan bakteri memerlukan waktu

23

Maka pada penderita pneumonia dapat diberikan terapi secara empiris Secara

umum pemilihan antibiotic berdasarkan baktri penyebab pneumonia dapat dilihat

sebagai berikut 751

1 Pemberian Antibiotik

Penisilin sensitif Streptococcus pneumonia (PSSP)

1048707 Golongan Penisilin

1048707 TMP-SMZ

1048707 Makrolid

Penisilin resisten Streptococcus pneumoniae (PRSP)

1048707 Betalaktam oral dosis tinggi (untuk rawat jalan)

1048707 Sefotaksim Seftriakson dosis tinggi

1048707 Marolid baru dosis tinggi

1048707 Fluorokuinolon respirasi

Pseudomonas aeruginosa

1048707 Aminoglikosid

1048707 Seftazidim Sefoperason Sefepim

1048707 Tikarsilin Piperasilin

1048707 Karbapenem Meropenem Imipenem

1048707 Siprofloksasin Levofloksasin

Methicillin resistent Staphylococcus aureus (MRSA)

1048707 Vankomisin

1048707 Teikoplanin

1048707 Linezolid

Hemophilus influenzae

1048707 TMP-SMZ

1048707 Azitromisin

1048707 Sefalosporin gen 2 atau 3

24

1048707 Fluorokuinolon respirasi

Legionella

1048707 Makrolid

1048707 Fluorokuinolon

1048707 Rifampisin

Mycoplasma pneumoniae

1048707 Doksisiklin

1048707 Makrolid

1048707 Fluorokuinolon

Chlamydia pneumoniae

1048707 Doksisikin

1048707 Makrolid

1048707 Fluorokuinolon

25

26

Tabel 3 Rekomendasi Terapi Empiris (ATS 2001) 8

Kategori Keterangan Kuman Penyebab Obat Pilihan I Obat Pilihan II

Kategori I Usia

penderita

lt 65 tahun

-Penyakit

Penyerta (-)

-Dapat

berobat jalan

-Spneumonia

-Mpneumonia

-Cpneumonia

-Hinfluenzae

-Legionale sp

-Saureus

-Mtuberculosis

-Batang Gram (-)

Klaritromisin

2x250 mg

- -Azitromisin

1x500mg

- Rositromisin

2x150 mg atau

1x300 mg

- Siprofloksasin

2x500mg atau

Ofloksasin 2x400mg

- Levofloksasin

1x500mg atau

Moxifloxacin

1x400mg

- Doksisiklin 2x100mg

Kategori II -Usia

penderita gt

65 tahun

- Peny

Penyerta (+)

-Dapat

berobat jalan

-Spneumonia

Hinfluenzae

Batang gram(-)

Aerob

Saures

Mcatarrhalis

Legionalle sp

-Sepalospporin

generasi 2

-Trimetroprim

+Kotrimoksazol

-Betalaktam

-Makrolid

-Levofloksasin

-Gatifloksasin

-Moxyfloksasin

Kategori

III

-Pneumonia

berat

- Perlu

dirawat di

RStapi tidak

perlu di ICU

-Spneumoniae

-Hinfluenzae

-Polimikroba

termasuk Aerob

-Batang Gram (-)

-Legionalla sp

-Saureus

Mpneumoniae

- Sefalosporin

Generasi 2 atau

3

- Betalaktam +

Penghambat

Betalaktamase

+makrolid

-Piperasilin +

tazobaktam

-Sulferason

Kategori

IV

-Pneumonia

berat

-Perlu dirawat

di ICU

-Spneumonia

-Legionella sp

-Batang Gram (-)

aerob

-Mpneumonia

-Virus

-Hinfluenzae

-Mtuberculosis

-Jamur endemic

- Sefalosporin

generasi 3

(anti

pseudomonas)

+ makrolid

- Sefalosporin

generasi 4

- Sefalosporin

generasi 3 +

kuinolon

-Carbapenem

meropenem

-Vankomicin

-Linesolid

-Teikoplanin

2 Terapi Suportif Umum

1 Terapi O2 untuk mencapai PaO2 80-100 mmHg atau saturasi 95-96 berdasarkan

pemeriksaan analisis gas darah

2 Humidifikasi dengan nebulizer untuk pengenceran dahak yang kental dapat

disertai nebulizer untuk pemberian bronkodilator bila terdapat bronkospasme

3 Fisioterapi dada untuk pengeluaran dahak khususnya anjuran untuk batuk dan

napas dalam Bila perlu dikerjakan fish mouth breathing untuk melancarkan

ekspirasi dan pengeluarn CO2 Posisi tidur setengah duduk untuk melancarkan

pernapasan7

4 Pengaturan cairan Keutuhan kapiler paru sering terganggu pada pneumonia dan

paru lebih sensitif terhadap pembebanan cairan terutama bila terdapat pneumonia

bilateral Pemberian cairan pada pasien harus diatur dengan baik termasuk pada

keadaan gangguan sirkulasi dan gagal ginjal Overhidrasi untuk maksud

mengencerkan dahak tidak diperkenankan 9

5 Pemberian kortikosteroid pada fase sepsis berat perlu diberikan Terapi ini tidak

bermanfaat pada keadaan renjatan septik

6 Obat inotropik seperti dobutamin atau dopamin kadang-kadang diperlukan bila

terdapat komplikasi gangguan sirkulasi atau gagal ginjal prerenal

7 Ventilasi mekanis indikasi intubasi dan pemasangan ventilator pada pneumonia

adalah

27

a Hipoksemia persisten meskipun telah diberikan O2 100 dengan

menggunakaan masker Kosentrasi O2 yang tinggi menyebabkan penurunan

pulmonary compliance hingga tekanan inflasi meninggi Dalam hal ini perlu

dipergunakan PEEP untuk memperbaiki oksigenisasi dan menurunkan FiO2

menjadi 50 atau lebih rendah9

b Gagal napas yang ditandai oleh peningkatan respiratory distress dengan atau

didapat asidosis respiratorik

c Respiratory arrest

d Retensi sputum yang sulit diatasi secara konservatif

8 Drainase empiema bila ada

9 Bila terdapat gagal napas diberikan nutrisi dengan kalori yang cukup yang

didapatkan terutama dari lemak (gt50) hingga dapat dihindari pembentukan

CO2 yang berlebihan9

3 Terapi Sulih (switch therapy)

Masa perawatan di rumah sakit sebaiknya dipersingkat dengan perubahan obat

suntik ke oral dilanjutkan dengan berobat jalan hal ini untuk mengurangi biaya

perawatan dan mencegah infeksi nosokomial Perubahan ini dapat diberikan secara

sequential (obat sama potensi sama) switch over (obat berbeda potensi sama) dan

step down (obat sama atau berbeda potensi lebih rendah) Pasien beralih dari

intravena ke oral terapi ketika hemodinamik sudah stabil dan perbaikan terbukti

secara secara klinis dapat menelan obat-obatan dan memiliki saluran pencernaan

berfungsi normal 10

28

Kriteria untuk Pneumonia terkait stabilitas klinis adalah 9

1 Temp le 378 C Kesadaran baik

2 Denyut jantung le 100 denyut menit

3 Respirasi ratele 24 napas menit

4 Tekanan darah sistolik ge 90 mmHg

5 Saturasi O2 arteri ge 90 atau pO2 ge 60 mmHg pada ruang udara

6 Kemampuan untuk mengambil asupan oral

210 Komplikasi Pneumonia

1 Efusi pleura dan empiema Terjadi pada sekitar 45 kasus terutama pada infeksi

bakterial akut berupa efusi parapneumonik gram negative sebesar 60

Staphylococcus aureus 50 S pneumoniae 40-60 kuman anaerob 35

Sedangkan pada Mycoplasmapneumoniae sebesar 20 Cairannya transudat dan

steril Terkadang pada infeksi bakterial terjadi empiema dengan cairan eksudat

2 Komplikasi sistemik Dapat terjadi akibat invasi kuman atau bakteriemia berupa

meningitis Dapat juga terjadi dehidrasi dan hiponatremia anemia pada infeksi

kronik peningguan ureum dan enzim hati Kadang-kadang terjadi peninggian

fostase alkali dan bilirubin akibat adanya kolestasis intrahepatik

3 Hipoksemia akibat gangguan difusi

4 Abses Paru terbentuk akibat eksudat di alveolus paru sehingga terjadi infeksi

oleh kuman anaerob dan bakteri gram negative

29

5 Pneumonia kronik yang dapat terjadi bila pneumonia berlangsung lebih dari 4-6

minggu akibat kuman anaerob S aureus dan kuman Gram (-) seperti

Pseudomonas aeruginosa

6 Bronkiektasis Biasanya terjadi karena pneunomia pada masa anak-anak tetapi

dapat juga oleh infeksi berulang di lokasi bronkus distal pada cystic fibrosis atau

hipogamaglobulinemia tuberkulosis atau pneumonia nekrotikans 3

211 Prognosis Pneumonia

Angka morbiditas dan mortalitas pneumonia menurun sejak ditemukannya

antibiotik Faktor yang berperan adalah patogenitas kuman usia penyakit dasar dan

kondisi pasien Secara umum angka kematian pneumonia pneumokokus adalah

sebesar 5 namun dapat meningkat menjadi 60 pada orang tua dengan kondisi

yang buruk misalnya gangguan imunologis sirosis hepatis penyakit paru obstruktif

kronik atau kanker Adanya leukopenia ikterus terkenanya 3 atau lebih lobus dan

komplikasi ekstraparu merupakan petanda prognosis yang buruk Kuman gram

negatif menimbulkan prognosis yang lebih jelek 10

Prognosis pada orang tua dan anak kurang baik karena itu perlu perawatan di

RS kecuali bila penyakitnya ringan Orang dewasa (lt60 tahun) dapat berobat jalan

kecuali

1 Bila terdapat penyakit paru kronik

2 PN Meliputi banyak lobus

3 Disertai gambaran klinis yang berkaitan dengan mortalitas yang tinggi yaitu

30

a Usia gt 60 tahun

b Dijumpai adanya gejala pada saat masuk perawatan RS frekuensi napas gt 30

xm tekanan diastolik lt 60 mmHg leukosit abnormal (lt4500-gt30000)

BAB 3

KESIMPULAN

Pneumonia adalah salah satu penyakit akibat infeksi parenkim paru yang

dapat menyerang segala usia Pneumonia paling banyak disebabkan oleh infeksi

bakteri Streptococcus pneumonia dengan gejala yang muncul seperti demam batuk

berdahak sesak napas dan terkadang disertai nyeri dada

Pemeriksaan radiologi dalam hal ini foto thorax konvensional dan CT Scan

menjadi pemeriksaan yang sangat penting pada pneumonia Gambaran khas pada

pneumonia adalah adanya konsolidasi dengan adanya gambaran air bronchogram

Namun tidak semua pneumonia memberikan gambaran khas tersebut Untuk

menentukan etiologi pneumonia tidak dapat hanya semata-mata menggunakan foto

thorax melainkan harus dilihat dari riwayat penyakit dan juga pemeriksaan

laboratorium

Penatalaksanaan medis pada pneumonia adalah pemberian antibiotik yang

sesuai dengan kuman penyebab pneumonia disamping terapi supportif lainnya

Prognosis pneumonia secara umum baik jika mendapat terapi antibiotik yang adekuat

faktor predisposisi pasien dan ada tidaknya komplikasi yang menyertai

31

DAFTAR PUSTAKA

1 Dahlan Z 2006 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Pulmonologi Pusat

Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas kedokteran Universitas

Indonesia Jakarta

2 Price SA Wilson LM 2005 Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses

Penyakit Edisi 6 Volume 2 Penerbit EGC Jakarta

3 Soedarsono 2004 Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru Bagian Ilmu Penyakit Paru

FK UNAIR Surabaya

4 Aru W Bambang Idrus A Marcellus Siti S ed Buku Ajar Ilmu Penyakit

Dalam Jilid II Edisi 4 Jakarta Pusat Penerbitan Departemen IPD RSCM

2007

5 Perhimpunan Dokter Paru Indonesia Pedoman Diagnosis dan

penatalaksanaan Pneumonia Komuniti2003

6 Perhimpunan Dokter Paru Indonesia Pedoman Diagnosis dan

penatalaksanaan Pneumonia Nosokomial2003

7 Barlett JG Dowell SF Mondell LA File TM Mushor DM Fine MJ Practice

guidelines for management community-acquiredd pneumonia in adults Clin

infect Dis 2000 31 347-82

8 Mandell LA IDSAATS consensus guidelines on the management of

community-acquired pneumonia in adults CID 200744S27

9 Menendez R Treatment failure in community-acquired pneumonia

0071321348

32

10 Niederman MS Recent advances in community-acquired pneumonia inpatient

and outpatient Chest 20071311205

33

  • 22 Definisi Pneumonia
  • Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius dan alveoli serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat yang disebabkan oleh mikroorganisme (bakterivirusjamurprotozoa)3
  • 23 Epidemiologi Pneumonia
  • 25 Klasifikasi Pneumonia
  • Terutama pada jaringan penyangga yaitu interstitial dinding bronkus dan peribronkil Peradangan dapat ditemumkan pada infeksi virus dan mycoplasma Terjadi edema dinding bronkioli dan juga edema jaringan interstisial prebronkial Radiologis berupa bayangan udara pada alveolus masih terlihat diliputi perselubungan yang tidak merata 5
  • 26 Patofisiologi Pneumonia
  • 27 Diagnosis Pneumonia
  • 28 Diagnosis Banding Pneumonia
  • 29 Penatalaksanaan
  • 210 Komplikasi Pneumonia
Page 9: Referat Pneumonia

Virus penyebab infeksi pernapasan( Influenza Parainfluenza RSV) Selain itu

juga bakteri pneumonia yang tidak khas( ldquoatypicalrdquo) yaitu mykoplasma

chlamydia dan legionella

b Pneumonia sekunder yaitu terjadi pada orang dengan faktor predisposisi

selain penderita penyakit paru lainnnya seperti COPD terutama juga bagi

mereka yang mempunyai penyakit menahun seperti diabetes mellitus HIV

dan kankerdll 2

2 Berdasarkan Kuman penyebab

a Pneumonia bakterial tipikal Dapat terjadi pada semua usia Beberapa bakteri

mempunyai tendensi menyerang sesorang yang peka misalnya Klebsiella

pada penderita alkoholikStaphyllococcus pada penderita pasca infeksi

influenza

b Pneumonia atipikal disebabkan Mycoplasma Legionella dan Chlamydia

c Pneumonia virus disebabkan oleh virus RSV Influenza virus

d Pneumonia jamur sering merupakan infeksi sekunder Predileksi terutama pada

penderita dengan daya tahan lemah (immunocompromised) 5

3 Berdasarkan klinis dan epidemiologi

a Pneumonia komuniti (Community-acquired pneumonia= CAP) pneumonia

yang terjadi di lingkungan rumah atau masyarakat juga termasuk pneumonia

yang terjadi di rumah sakit dengan masa inap kurang dari 48 jam 5

b Penumonia nosokomial (Hospital-acquired Pneumonia= HAP) merupakan

pneumonia yang terjadi di ldquorumah sakitrdquo infeksi terjadi setelah 48 jam berada

9

di rumah sakit Kuman penyebab sangat beragam yang sering di temukan

yaitu Staphylococcus aureus atau bakteri dengan gramm negatif lainnya

seperti Ecoli Klebsiella pneumoniae Pseudomonas aeroginosa Proteus dll

Tingkat resistensi obat tergolong tinggi untuk bakteri penyebab HAP 6

c Pneumonia aspirasi

4 Berdasarkan lokasi infeksi

a Pneumonia lobaris

Pneumonia focal yang melibatkan satu beberapa lobus paru Bronkus besar

umumnya tetap berisi udara sehingga memberikan gambaran

airbronchogram Konsolidasi yang timbul merupakan hasil dari cairan edema

yang menyebar melalui pori-pori Kohn Penyebab terbanyak pneumonia

lobaris adalah Streptococcus pneumoniae Jarang pada bayi dan orang tua

Pneumonia yang terjadi pada satu lobus atau segmen Kemungkinan sekunder

disebabkan oleh adanya obstruksi bronkus seperti aspirasi benda asing atau

adanya proses keganasan 5

b Bronko pneumonia (Pneumonia lobularis)

Inflamasi paru-paru biasanya dimulai di bronkiolus terminalis Bronkiolus

terminalis menjadi tersumbat dengan eksudat mukopurulen membentuk

bercak-bercak konsolidasi di lobulus yang bersebelahan Ditandai dengan

adanya bercak-bercak infiltrate multifocal pada lapangan paru Dapat

disebabkan oleh bakteri maupun virus Sering pada bayi dan orang tua Jarang

dihubungkan dengan obstruksi bronkus 5

10

c Pneumonia interstisial

Terutama pada jaringan penyangga yaitu interstitial dinding bronkus dan

peribronkil Peradangan dapat ditemumkan pada infeksi virus dan

mycoplasma Terjadi edema dinding bronkioli dan juga edema jaringan

interstisial prebronkial Radiologis berupa bayangan udara pada alveolus

masih terlihat diliputi perselubungan yang tidak merata 5

26 Patofisiologi Pneumonia

Pneumonia yang dipicu oleh bakteri bisa menyerang siapa saja dari bayi

sampai usia lanjut Pecandu alcohol pasien pasca operasi orang-orang dengan

gangguan penyakit pernapasan sedang terinfeksi virus atau menurun kekebalan

tubuhnya adalah yang paling berisiko1

Sebenarnya bakteri pneumonia itu ada dan hidup normal pada tenggorokan

yang sehat Pada saat pertahanan tubuh menurun misalnya karena penyakit usia

lanjut dan malnutrisi bakteri pneumonia akan dengan cepat berkembang biak dan

merusak organ paru-paru1

Kerusakan jaringan paru setelah kolonisasi suatu mikroorganisme paru

banyak disebabkan oleh reaksi imun dan peradangan yang dilakukan oleh pejamu

Selain itu toksin-toksin yang dikeluarkan oleh bakteri pada pneumonia bakterialis

dapat secara langsung merusak sel-sel system pernapasan bawah Ada beberapa cara

mikroorganisme mencapai permukaan 5

1 Inokulasi langsung

11

2 Penyebaran melalui pembuluh darah

3 Inhalasi bahan aerosol

4 Kolonisasi dipermukaan mukosa

Dari keempat cara tersebut diatas yang terbanyak adalah cara kolonisasi

Secara inhalasi terjadi pada infeksi virus mikroorganisme atipikal mikrobakteria

atau jamur Kebanyakan bakteri dengan ukuran 05 ndash 20 nm melalui udara dapat

mencapai bronkus terminal atau alveoli dan selanjutnya terjadi proses infeksi Bila

terjadi kolonisasi pada saluran napas atas (hidung orofaring) kemudian terjadi

aspirasi ke saluran napas bawah dan terjadi inokulasi mikroorganisme hal ini

merupakan permulaan infeksi dari sebagian besar infeksi paru Aspirasi dari sebagian

kecil sekret orofaring terjadi pada orang normal waktu tidur (50) juga pada keadaan

penurunan kesadaran peminum alkohol dan pemakai obat (drug abuse) 5

Basil yang masuk bersama sekret bronkus ke dalam alveoli menyebabkan

reaksi radang berupa edema seluruh alveoli disusul dengan infiltrasi sel-sel PMN dan

diapedesis eritrosit sehingga terjadi permulaan fagositosis sebelum terbentuknya

antibodi 5

Pneumonia bakterialis menimbulkan respon imun dan peradangan yang paling

mencolok Jika terjadi infeksi sebagian jaringan dari lobus paru-paru ataupun

seluruh lobus bahkan sebagian besar dari lima lobus paru-paru (tiga di paru-paru

kanan dan dua di paru-paru kiri) menjadi terisi cairan Dari jaringan paru-paru

infeksi dengan cepat menyebar ke seluruh tubuh melalui peredaran darah Bakteri

pneumokokus adalah kuman yang paling umum sebagai penyebab pneumonia

12

Terdapat empat stadium anatomic dari pneumonia terbagi atas

1 Stadium Kongesti (4 ndash 12 jam pertama)

Disebut hiperemia mengacu pada respon peradangan permulaan yang

berlangsung pada daerah baru yang terinfeksi Hal ini ditandai dengan peningkatan

aliran darah dan permeabilitas kapiler di tempat infeksi Hiperemia ini terjadi akibat

pelepasan mediator-mediator peradangan dari sel-sel mast setelah pengaktifan sel

imun dan cedera jaringan Mediator-mediator tersebut mencakup histamin dan

prostaglandin Degranulasi sel mast juga mengaktifkan jalur komplemen

Komplemen bekerja sama dengan histamin dan prostaglandin untuk melemaskan otot

polos vaskuler paru dan peningkatan permeabilitas kapiler paru Hal ini

mengakibatkan perpindahan eksudat plasma ke dalam ruang interstitium sehingga

terjadi pembengkakan dan edema antar kapiler dan alveolus Penimbunan cairan di

antara kapiler dan alveolus meningkatkan jarak yang harus ditempuh oleh oksigen

dan karbondioksida maka perpindahan gas ini dalam darah paling berpengaruh dan

sering mengakibatkan penurunan saturasi oksigen hemoglobin 2

2 Stadium Hepatisasi Merah (48 jam selanjutnya)

Terjadi sewaktu alveolus terisi oleh sel darah merah eksudat dan fibrin yang

dihasilkan oleh penjamu (host) sebagai bagian dari reaksi peradangan Lobus yang

terkena menjadi padat oleh karena adanya penumpukan leukosit eritrosit dan cairan

sehingga warna paru menjadi merah dan pada perabaan seperti hepar pada stadium

ini udara alveoli tidak ada atau sangat minimal sehingga anak akan bertambah sesak

Stadium ini berlangsung sangat singkat yaitu selama 48 jam 2

13

3 Stadium Hepatisasi Kelabu (Konsolidasi)

Terjadi sewaktu sel-sel darah putih mengkolonisasi daerah paru yang terinfeksi Pada

saat ini endapan fibrin terakumulasi di seluruh daerah yang cedera dan terjadi

fagositosis sisa-sisa sel Pada stadium ini eritrosit di alveoli mulai diresorbsi lobus

masih tetap padat karena berisi fibrin dan leukosit warna merah menjadi pucat kelabu

dan kapiler darah tidak lagi mengalami kongesti2

4 Stadium Akhir (Resolusi)

Eksudat yang mengalami konsolidasi di antara rongga alveoli dicerna secara

enzimatis yang diserap kembali atau dibersihkan dengan batuk Parenkim paru

kembali menjadi penuh dengan cairan dan basah sampai pulih mencapai keadaan

normal2

27 Diagnosis Pneumonia

271 Gambaran Klinis dan Pemeriksaan Fisik

Gejala-gejala pneumonia serupa untuk semua jenis pneumonia Gejalanya

meliputi

Gejala Mayor 1Batuk

2Sputum produktif

3Demam (suhugt38 0c)

Gejala Minor 1 sesak napas

2 nyeri dada

3 konsolidasi paru pada pemeriksaan fisik

4 jumlah leukosit gt12000L

14

Gambaran klinis biasanya didahului oleh infeksi saluran napas akut bagian

atas selama beberapa hari kemudian diikuti dengan demam menggigil suhu tubuh

kadang-kadang melebihi 40ordm C sakit tenggorokan nyeri otot dan sendi Juga disertai

batuk dengan sputum mukoid atau purulen kadang-kadang berdarah5

Pada pemeriksaan fisik dada terlihat bagian yang sakit tertinggal waktu

bernafas pada palpasi fremitus dapat mengeras pada perkusi redup pada auskultasi

terdengar suara napas bronkovesikuler sampai bronchial yang kadang-kadang

melemah Mungkin disertai ronkhi halus yang kemudian menjadi ronkhi basah kasar

pada stadium resolusi 5

272 Pemeriksaan Laboratorium

Pada pemeriksaan laboratorium terdapat peningkatan jumlah leukosit

biasanya gt10000ul kadang-kadang mencapai 30000ul dan pada hitungan jenis

leukosit terdapat pergeseran ke kiri serta terjadi peningkatan LED Untuk menentukan

diagnosis etiologi diperlukan pemeriksaan dahak kultur darah dan serologi Kultur

darah dapat positif pada 20-25 penderita yang tidak diobati Anlalisa gas darah

menunjukkan hipoksemia dan hiperkarbia pada stadium lanjut dapat terjadi asidosis

respiratorik 6

273 Gambaran Radiologis

Gambaran Radiologis pada foto thorax pada penyakit pneumonia antara lain

Perselubungankonsolidasi homogen atau inhomogen sesuai dengan lobus atau

segment paru secara anantomis

15

Batasnya tegas walaupun pada mulanya kurang jelas

Volume paru tidak berubah tidak seperti atelektasis dimana paru mengecil Tidak

tampak deviasi tracheaseptumfissure seperti pada atelektasis

Silhouette sign (+) bermanfaat untuk menentukan letak lesi paru batas lesi

dengan jantung hilang berarti lesi tersebut berdampingan dengan jantung atau di

lobus medius kanan

Seringkali terjadi komplikasi efusi pleura

Bila terjadinya pada lobus inferior maka sinus phrenicocostalis yang paling akhir

terkena

Pada permulaan sering masih terlihat vaskuler

Pada masa resolusi sering tampak Air Bronchogram Sign (terperangkapnya udara

pada bronkus karena tidanya pertukaran udara pada alveolus)

Foto thoraks saja tidak dapat secara khas menentukan penyebab pneumonia

hanya merupakan petunjuk ke arah diagnosis etiologi misalnya penyebab

pneumonia lobaris tersering disebabkan oleh Streptococcus pneumoniae

Pseudomonas aeruginosa sering memperlihatkan infiltrat bilateral atau gambaran

bronkopneumonia sedangkan Klebsiela pneumonia sering menunjukan konsolidasi

yang terjadi pada lobus atas kanan meskipun dapat mengenai beberapa lobus6

1Pneumonia Lobaris

Foto Thorax

16

Tampak gambaran gabungan konsolidasi berdensitas tinggi pada satu

segmenlobus (lobus kanan bawah PA maupun lateral)) atau bercak yang

mengikutsertakan alveoli yang tersebar Air bronchogram biasanya ditemukan

pada pneumonia jenis ini

CT Scan

17

Hasil CT dada ini menampilkan gambaran hiperdens di lobus atas kiri sampai ke

perifer

2 Bronchopneumonia (Pneumonia Lobularis)

Foto Thorax

Pada gambar diatas tampak konsolidasi tidak homogen di lobus atas kiri dan lobus

bawah kiri

CT Scan

18

Tampak gambaran opakhiperdens pada lobus tengah kanan namun tidak menjalar

sampai perifer

3 Pneumonia Interstisial

Foto Thorax

19

Terjadi edema dinding bronkioli dan juga edema jaringan interstitial

prebronkial Radiologis berupa bayangan udara pada alveolus masih terlihat

diliputi oleh perselubungan yang tidak merata

CT Scan

Gambaran CT Scan pneumonia interstitiak pada seorang pria berusia 19

tahun (A) Menunjukan area konsolidasi di percabangan peribronkovaskuler

yang irreguler (B) CT Scan pada hasil follow up selama 2 tahun menunjukan

area konsolidasi yang irreguler tersebut berkembang menjadi bronkiektasis

atau bronkiolektasis (tanda panah)

274 Pemeriksaan Bakteriologis

Bahan berasal dari sputum darah aspirasi nasotrakealtranstrakeal

torakosintesis bronkoskopi atau biopsi Kuman yang predominan pada sputum

disertai PMN yang kemungkinan penyebab infeksi 5

Pengambilan dahak dilakukan pagi hari Pasien mula-mula kumur-kumur

dengan akuades biasa setelah itu pasien diminta inspirasi dalam kemudian

membatukkan dahaknya Dahak ditampung dalam botol steril dan ditutup rapat

20

Dahak segera dikirim ke labolatorium (tidak boleh lebih dari 4 jam) Jika terjadi

kesulitan mengeluarkan dahak dapat dibantu nebulisasi dengan NaCl 3 Kriteria

dahak yang memenuhi syarat untuk pemeriksaan apusan langsung dan biarkan yaitu

bila ditemukan sel PMN gt 25lpk dan sel epitel lt 10lpk 5

28 Diagnosis Banding Pneumonia

ATuberculosis Paru (TB)

Tuberculosis Paru (TB) adalah suatu penyakit infeksi menular yang

disebabkan oleh M tuberculosis Jalan masuk untuk organism M tuberculosis adalah

saluran pernafasan saluran pencernaan Gejala klinis TB antara lain batuk lama yang

produktif (durasi lebih dari 3 minggu) nyeri dada dan hemoptisis dan gejala sistemik

meliputi demam menggigil keringat malam lemas hilang nafsu makan dan

penurunan berat badan3

Tampak gambaran cavitas pada paru lobus atas kanan pada foto thorax proyeksi PA

21

BAtelektasis

Atelektasis adalah istilah yang berarti pengembangan paru yang tidak

sempurna dan menyiratkan arti bahwa alveolus pada bagian paru yang terserang tidak

mengandung udara dan kolaps Memberikan gambaran yang mirip dengan pneumonia

tanpa air bronchogram Namun terdapat penarikan jantung trakea dan mediastinum

ke arah yang sakit karena adanya pengurangan volume interkostal space menjadi

lebih sempit dan pengecilan dari seluruh atau sebagian paru-paru yang sakit

Sehingga akan tampak thorax asimetris 3

Atelektasis pada foto thorax proyeksi PA

22

C Efusi Pleura

Memberi gambaran yang mirip dengan pneumonia tanpa air bronchogram

Terdapat penambahan volume sehingga terjadi pendorongan jantung trakea dan

mediastinum kearah yang sehat Rongga thorax membesar Pada edusi pleura

sebagian akan tampak meniscus sign (+) tanda khas pada efusi pleura 3

Efusi pleura pada foto thorax posisi PA

29 Penatalaksanaan

Pengobatan terdiri atas antibiotik dan pengobatan suportif Pemberian

antibiotik pada penderita pneumonia sebaiknya berdasarkan data mikroorganisme dan

hasil uji kepekaannya akan tetapi karena beberapa alasan yaitu 7

1 penyakit yang berat dapat mengancam jiwa

2 bakteri patogen yang berhasil diisolasi belum tentu sebagai penyebab pneumonia

3 hasil pembiakan bakteri memerlukan waktu

23

Maka pada penderita pneumonia dapat diberikan terapi secara empiris Secara

umum pemilihan antibiotic berdasarkan baktri penyebab pneumonia dapat dilihat

sebagai berikut 751

1 Pemberian Antibiotik

Penisilin sensitif Streptococcus pneumonia (PSSP)

1048707 Golongan Penisilin

1048707 TMP-SMZ

1048707 Makrolid

Penisilin resisten Streptococcus pneumoniae (PRSP)

1048707 Betalaktam oral dosis tinggi (untuk rawat jalan)

1048707 Sefotaksim Seftriakson dosis tinggi

1048707 Marolid baru dosis tinggi

1048707 Fluorokuinolon respirasi

Pseudomonas aeruginosa

1048707 Aminoglikosid

1048707 Seftazidim Sefoperason Sefepim

1048707 Tikarsilin Piperasilin

1048707 Karbapenem Meropenem Imipenem

1048707 Siprofloksasin Levofloksasin

Methicillin resistent Staphylococcus aureus (MRSA)

1048707 Vankomisin

1048707 Teikoplanin

1048707 Linezolid

Hemophilus influenzae

1048707 TMP-SMZ

1048707 Azitromisin

1048707 Sefalosporin gen 2 atau 3

24

1048707 Fluorokuinolon respirasi

Legionella

1048707 Makrolid

1048707 Fluorokuinolon

1048707 Rifampisin

Mycoplasma pneumoniae

1048707 Doksisiklin

1048707 Makrolid

1048707 Fluorokuinolon

Chlamydia pneumoniae

1048707 Doksisikin

1048707 Makrolid

1048707 Fluorokuinolon

25

26

Tabel 3 Rekomendasi Terapi Empiris (ATS 2001) 8

Kategori Keterangan Kuman Penyebab Obat Pilihan I Obat Pilihan II

Kategori I Usia

penderita

lt 65 tahun

-Penyakit

Penyerta (-)

-Dapat

berobat jalan

-Spneumonia

-Mpneumonia

-Cpneumonia

-Hinfluenzae

-Legionale sp

-Saureus

-Mtuberculosis

-Batang Gram (-)

Klaritromisin

2x250 mg

- -Azitromisin

1x500mg

- Rositromisin

2x150 mg atau

1x300 mg

- Siprofloksasin

2x500mg atau

Ofloksasin 2x400mg

- Levofloksasin

1x500mg atau

Moxifloxacin

1x400mg

- Doksisiklin 2x100mg

Kategori II -Usia

penderita gt

65 tahun

- Peny

Penyerta (+)

-Dapat

berobat jalan

-Spneumonia

Hinfluenzae

Batang gram(-)

Aerob

Saures

Mcatarrhalis

Legionalle sp

-Sepalospporin

generasi 2

-Trimetroprim

+Kotrimoksazol

-Betalaktam

-Makrolid

-Levofloksasin

-Gatifloksasin

-Moxyfloksasin

Kategori

III

-Pneumonia

berat

- Perlu

dirawat di

RStapi tidak

perlu di ICU

-Spneumoniae

-Hinfluenzae

-Polimikroba

termasuk Aerob

-Batang Gram (-)

-Legionalla sp

-Saureus

Mpneumoniae

- Sefalosporin

Generasi 2 atau

3

- Betalaktam +

Penghambat

Betalaktamase

+makrolid

-Piperasilin +

tazobaktam

-Sulferason

Kategori

IV

-Pneumonia

berat

-Perlu dirawat

di ICU

-Spneumonia

-Legionella sp

-Batang Gram (-)

aerob

-Mpneumonia

-Virus

-Hinfluenzae

-Mtuberculosis

-Jamur endemic

- Sefalosporin

generasi 3

(anti

pseudomonas)

+ makrolid

- Sefalosporin

generasi 4

- Sefalosporin

generasi 3 +

kuinolon

-Carbapenem

meropenem

-Vankomicin

-Linesolid

-Teikoplanin

2 Terapi Suportif Umum

1 Terapi O2 untuk mencapai PaO2 80-100 mmHg atau saturasi 95-96 berdasarkan

pemeriksaan analisis gas darah

2 Humidifikasi dengan nebulizer untuk pengenceran dahak yang kental dapat

disertai nebulizer untuk pemberian bronkodilator bila terdapat bronkospasme

3 Fisioterapi dada untuk pengeluaran dahak khususnya anjuran untuk batuk dan

napas dalam Bila perlu dikerjakan fish mouth breathing untuk melancarkan

ekspirasi dan pengeluarn CO2 Posisi tidur setengah duduk untuk melancarkan

pernapasan7

4 Pengaturan cairan Keutuhan kapiler paru sering terganggu pada pneumonia dan

paru lebih sensitif terhadap pembebanan cairan terutama bila terdapat pneumonia

bilateral Pemberian cairan pada pasien harus diatur dengan baik termasuk pada

keadaan gangguan sirkulasi dan gagal ginjal Overhidrasi untuk maksud

mengencerkan dahak tidak diperkenankan 9

5 Pemberian kortikosteroid pada fase sepsis berat perlu diberikan Terapi ini tidak

bermanfaat pada keadaan renjatan septik

6 Obat inotropik seperti dobutamin atau dopamin kadang-kadang diperlukan bila

terdapat komplikasi gangguan sirkulasi atau gagal ginjal prerenal

7 Ventilasi mekanis indikasi intubasi dan pemasangan ventilator pada pneumonia

adalah

27

a Hipoksemia persisten meskipun telah diberikan O2 100 dengan

menggunakaan masker Kosentrasi O2 yang tinggi menyebabkan penurunan

pulmonary compliance hingga tekanan inflasi meninggi Dalam hal ini perlu

dipergunakan PEEP untuk memperbaiki oksigenisasi dan menurunkan FiO2

menjadi 50 atau lebih rendah9

b Gagal napas yang ditandai oleh peningkatan respiratory distress dengan atau

didapat asidosis respiratorik

c Respiratory arrest

d Retensi sputum yang sulit diatasi secara konservatif

8 Drainase empiema bila ada

9 Bila terdapat gagal napas diberikan nutrisi dengan kalori yang cukup yang

didapatkan terutama dari lemak (gt50) hingga dapat dihindari pembentukan

CO2 yang berlebihan9

3 Terapi Sulih (switch therapy)

Masa perawatan di rumah sakit sebaiknya dipersingkat dengan perubahan obat

suntik ke oral dilanjutkan dengan berobat jalan hal ini untuk mengurangi biaya

perawatan dan mencegah infeksi nosokomial Perubahan ini dapat diberikan secara

sequential (obat sama potensi sama) switch over (obat berbeda potensi sama) dan

step down (obat sama atau berbeda potensi lebih rendah) Pasien beralih dari

intravena ke oral terapi ketika hemodinamik sudah stabil dan perbaikan terbukti

secara secara klinis dapat menelan obat-obatan dan memiliki saluran pencernaan

berfungsi normal 10

28

Kriteria untuk Pneumonia terkait stabilitas klinis adalah 9

1 Temp le 378 C Kesadaran baik

2 Denyut jantung le 100 denyut menit

3 Respirasi ratele 24 napas menit

4 Tekanan darah sistolik ge 90 mmHg

5 Saturasi O2 arteri ge 90 atau pO2 ge 60 mmHg pada ruang udara

6 Kemampuan untuk mengambil asupan oral

210 Komplikasi Pneumonia

1 Efusi pleura dan empiema Terjadi pada sekitar 45 kasus terutama pada infeksi

bakterial akut berupa efusi parapneumonik gram negative sebesar 60

Staphylococcus aureus 50 S pneumoniae 40-60 kuman anaerob 35

Sedangkan pada Mycoplasmapneumoniae sebesar 20 Cairannya transudat dan

steril Terkadang pada infeksi bakterial terjadi empiema dengan cairan eksudat

2 Komplikasi sistemik Dapat terjadi akibat invasi kuman atau bakteriemia berupa

meningitis Dapat juga terjadi dehidrasi dan hiponatremia anemia pada infeksi

kronik peningguan ureum dan enzim hati Kadang-kadang terjadi peninggian

fostase alkali dan bilirubin akibat adanya kolestasis intrahepatik

3 Hipoksemia akibat gangguan difusi

4 Abses Paru terbentuk akibat eksudat di alveolus paru sehingga terjadi infeksi

oleh kuman anaerob dan bakteri gram negative

29

5 Pneumonia kronik yang dapat terjadi bila pneumonia berlangsung lebih dari 4-6

minggu akibat kuman anaerob S aureus dan kuman Gram (-) seperti

Pseudomonas aeruginosa

6 Bronkiektasis Biasanya terjadi karena pneunomia pada masa anak-anak tetapi

dapat juga oleh infeksi berulang di lokasi bronkus distal pada cystic fibrosis atau

hipogamaglobulinemia tuberkulosis atau pneumonia nekrotikans 3

211 Prognosis Pneumonia

Angka morbiditas dan mortalitas pneumonia menurun sejak ditemukannya

antibiotik Faktor yang berperan adalah patogenitas kuman usia penyakit dasar dan

kondisi pasien Secara umum angka kematian pneumonia pneumokokus adalah

sebesar 5 namun dapat meningkat menjadi 60 pada orang tua dengan kondisi

yang buruk misalnya gangguan imunologis sirosis hepatis penyakit paru obstruktif

kronik atau kanker Adanya leukopenia ikterus terkenanya 3 atau lebih lobus dan

komplikasi ekstraparu merupakan petanda prognosis yang buruk Kuman gram

negatif menimbulkan prognosis yang lebih jelek 10

Prognosis pada orang tua dan anak kurang baik karena itu perlu perawatan di

RS kecuali bila penyakitnya ringan Orang dewasa (lt60 tahun) dapat berobat jalan

kecuali

1 Bila terdapat penyakit paru kronik

2 PN Meliputi banyak lobus

3 Disertai gambaran klinis yang berkaitan dengan mortalitas yang tinggi yaitu

30

a Usia gt 60 tahun

b Dijumpai adanya gejala pada saat masuk perawatan RS frekuensi napas gt 30

xm tekanan diastolik lt 60 mmHg leukosit abnormal (lt4500-gt30000)

BAB 3

KESIMPULAN

Pneumonia adalah salah satu penyakit akibat infeksi parenkim paru yang

dapat menyerang segala usia Pneumonia paling banyak disebabkan oleh infeksi

bakteri Streptococcus pneumonia dengan gejala yang muncul seperti demam batuk

berdahak sesak napas dan terkadang disertai nyeri dada

Pemeriksaan radiologi dalam hal ini foto thorax konvensional dan CT Scan

menjadi pemeriksaan yang sangat penting pada pneumonia Gambaran khas pada

pneumonia adalah adanya konsolidasi dengan adanya gambaran air bronchogram

Namun tidak semua pneumonia memberikan gambaran khas tersebut Untuk

menentukan etiologi pneumonia tidak dapat hanya semata-mata menggunakan foto

thorax melainkan harus dilihat dari riwayat penyakit dan juga pemeriksaan

laboratorium

Penatalaksanaan medis pada pneumonia adalah pemberian antibiotik yang

sesuai dengan kuman penyebab pneumonia disamping terapi supportif lainnya

Prognosis pneumonia secara umum baik jika mendapat terapi antibiotik yang adekuat

faktor predisposisi pasien dan ada tidaknya komplikasi yang menyertai

31

DAFTAR PUSTAKA

1 Dahlan Z 2006 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Pulmonologi Pusat

Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas kedokteran Universitas

Indonesia Jakarta

2 Price SA Wilson LM 2005 Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses

Penyakit Edisi 6 Volume 2 Penerbit EGC Jakarta

3 Soedarsono 2004 Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru Bagian Ilmu Penyakit Paru

FK UNAIR Surabaya

4 Aru W Bambang Idrus A Marcellus Siti S ed Buku Ajar Ilmu Penyakit

Dalam Jilid II Edisi 4 Jakarta Pusat Penerbitan Departemen IPD RSCM

2007

5 Perhimpunan Dokter Paru Indonesia Pedoman Diagnosis dan

penatalaksanaan Pneumonia Komuniti2003

6 Perhimpunan Dokter Paru Indonesia Pedoman Diagnosis dan

penatalaksanaan Pneumonia Nosokomial2003

7 Barlett JG Dowell SF Mondell LA File TM Mushor DM Fine MJ Practice

guidelines for management community-acquiredd pneumonia in adults Clin

infect Dis 2000 31 347-82

8 Mandell LA IDSAATS consensus guidelines on the management of

community-acquired pneumonia in adults CID 200744S27

9 Menendez R Treatment failure in community-acquired pneumonia

0071321348

32

10 Niederman MS Recent advances in community-acquired pneumonia inpatient

and outpatient Chest 20071311205

33

  • 22 Definisi Pneumonia
  • Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius dan alveoli serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat yang disebabkan oleh mikroorganisme (bakterivirusjamurprotozoa)3
  • 23 Epidemiologi Pneumonia
  • 25 Klasifikasi Pneumonia
  • Terutama pada jaringan penyangga yaitu interstitial dinding bronkus dan peribronkil Peradangan dapat ditemumkan pada infeksi virus dan mycoplasma Terjadi edema dinding bronkioli dan juga edema jaringan interstisial prebronkial Radiologis berupa bayangan udara pada alveolus masih terlihat diliputi perselubungan yang tidak merata 5
  • 26 Patofisiologi Pneumonia
  • 27 Diagnosis Pneumonia
  • 28 Diagnosis Banding Pneumonia
  • 29 Penatalaksanaan
  • 210 Komplikasi Pneumonia
Page 10: Referat Pneumonia

di rumah sakit Kuman penyebab sangat beragam yang sering di temukan

yaitu Staphylococcus aureus atau bakteri dengan gramm negatif lainnya

seperti Ecoli Klebsiella pneumoniae Pseudomonas aeroginosa Proteus dll

Tingkat resistensi obat tergolong tinggi untuk bakteri penyebab HAP 6

c Pneumonia aspirasi

4 Berdasarkan lokasi infeksi

a Pneumonia lobaris

Pneumonia focal yang melibatkan satu beberapa lobus paru Bronkus besar

umumnya tetap berisi udara sehingga memberikan gambaran

airbronchogram Konsolidasi yang timbul merupakan hasil dari cairan edema

yang menyebar melalui pori-pori Kohn Penyebab terbanyak pneumonia

lobaris adalah Streptococcus pneumoniae Jarang pada bayi dan orang tua

Pneumonia yang terjadi pada satu lobus atau segmen Kemungkinan sekunder

disebabkan oleh adanya obstruksi bronkus seperti aspirasi benda asing atau

adanya proses keganasan 5

b Bronko pneumonia (Pneumonia lobularis)

Inflamasi paru-paru biasanya dimulai di bronkiolus terminalis Bronkiolus

terminalis menjadi tersumbat dengan eksudat mukopurulen membentuk

bercak-bercak konsolidasi di lobulus yang bersebelahan Ditandai dengan

adanya bercak-bercak infiltrate multifocal pada lapangan paru Dapat

disebabkan oleh bakteri maupun virus Sering pada bayi dan orang tua Jarang

dihubungkan dengan obstruksi bronkus 5

10

c Pneumonia interstisial

Terutama pada jaringan penyangga yaitu interstitial dinding bronkus dan

peribronkil Peradangan dapat ditemumkan pada infeksi virus dan

mycoplasma Terjadi edema dinding bronkioli dan juga edema jaringan

interstisial prebronkial Radiologis berupa bayangan udara pada alveolus

masih terlihat diliputi perselubungan yang tidak merata 5

26 Patofisiologi Pneumonia

Pneumonia yang dipicu oleh bakteri bisa menyerang siapa saja dari bayi

sampai usia lanjut Pecandu alcohol pasien pasca operasi orang-orang dengan

gangguan penyakit pernapasan sedang terinfeksi virus atau menurun kekebalan

tubuhnya adalah yang paling berisiko1

Sebenarnya bakteri pneumonia itu ada dan hidup normal pada tenggorokan

yang sehat Pada saat pertahanan tubuh menurun misalnya karena penyakit usia

lanjut dan malnutrisi bakteri pneumonia akan dengan cepat berkembang biak dan

merusak organ paru-paru1

Kerusakan jaringan paru setelah kolonisasi suatu mikroorganisme paru

banyak disebabkan oleh reaksi imun dan peradangan yang dilakukan oleh pejamu

Selain itu toksin-toksin yang dikeluarkan oleh bakteri pada pneumonia bakterialis

dapat secara langsung merusak sel-sel system pernapasan bawah Ada beberapa cara

mikroorganisme mencapai permukaan 5

1 Inokulasi langsung

11

2 Penyebaran melalui pembuluh darah

3 Inhalasi bahan aerosol

4 Kolonisasi dipermukaan mukosa

Dari keempat cara tersebut diatas yang terbanyak adalah cara kolonisasi

Secara inhalasi terjadi pada infeksi virus mikroorganisme atipikal mikrobakteria

atau jamur Kebanyakan bakteri dengan ukuran 05 ndash 20 nm melalui udara dapat

mencapai bronkus terminal atau alveoli dan selanjutnya terjadi proses infeksi Bila

terjadi kolonisasi pada saluran napas atas (hidung orofaring) kemudian terjadi

aspirasi ke saluran napas bawah dan terjadi inokulasi mikroorganisme hal ini

merupakan permulaan infeksi dari sebagian besar infeksi paru Aspirasi dari sebagian

kecil sekret orofaring terjadi pada orang normal waktu tidur (50) juga pada keadaan

penurunan kesadaran peminum alkohol dan pemakai obat (drug abuse) 5

Basil yang masuk bersama sekret bronkus ke dalam alveoli menyebabkan

reaksi radang berupa edema seluruh alveoli disusul dengan infiltrasi sel-sel PMN dan

diapedesis eritrosit sehingga terjadi permulaan fagositosis sebelum terbentuknya

antibodi 5

Pneumonia bakterialis menimbulkan respon imun dan peradangan yang paling

mencolok Jika terjadi infeksi sebagian jaringan dari lobus paru-paru ataupun

seluruh lobus bahkan sebagian besar dari lima lobus paru-paru (tiga di paru-paru

kanan dan dua di paru-paru kiri) menjadi terisi cairan Dari jaringan paru-paru

infeksi dengan cepat menyebar ke seluruh tubuh melalui peredaran darah Bakteri

pneumokokus adalah kuman yang paling umum sebagai penyebab pneumonia

12

Terdapat empat stadium anatomic dari pneumonia terbagi atas

1 Stadium Kongesti (4 ndash 12 jam pertama)

Disebut hiperemia mengacu pada respon peradangan permulaan yang

berlangsung pada daerah baru yang terinfeksi Hal ini ditandai dengan peningkatan

aliran darah dan permeabilitas kapiler di tempat infeksi Hiperemia ini terjadi akibat

pelepasan mediator-mediator peradangan dari sel-sel mast setelah pengaktifan sel

imun dan cedera jaringan Mediator-mediator tersebut mencakup histamin dan

prostaglandin Degranulasi sel mast juga mengaktifkan jalur komplemen

Komplemen bekerja sama dengan histamin dan prostaglandin untuk melemaskan otot

polos vaskuler paru dan peningkatan permeabilitas kapiler paru Hal ini

mengakibatkan perpindahan eksudat plasma ke dalam ruang interstitium sehingga

terjadi pembengkakan dan edema antar kapiler dan alveolus Penimbunan cairan di

antara kapiler dan alveolus meningkatkan jarak yang harus ditempuh oleh oksigen

dan karbondioksida maka perpindahan gas ini dalam darah paling berpengaruh dan

sering mengakibatkan penurunan saturasi oksigen hemoglobin 2

2 Stadium Hepatisasi Merah (48 jam selanjutnya)

Terjadi sewaktu alveolus terisi oleh sel darah merah eksudat dan fibrin yang

dihasilkan oleh penjamu (host) sebagai bagian dari reaksi peradangan Lobus yang

terkena menjadi padat oleh karena adanya penumpukan leukosit eritrosit dan cairan

sehingga warna paru menjadi merah dan pada perabaan seperti hepar pada stadium

ini udara alveoli tidak ada atau sangat minimal sehingga anak akan bertambah sesak

Stadium ini berlangsung sangat singkat yaitu selama 48 jam 2

13

3 Stadium Hepatisasi Kelabu (Konsolidasi)

Terjadi sewaktu sel-sel darah putih mengkolonisasi daerah paru yang terinfeksi Pada

saat ini endapan fibrin terakumulasi di seluruh daerah yang cedera dan terjadi

fagositosis sisa-sisa sel Pada stadium ini eritrosit di alveoli mulai diresorbsi lobus

masih tetap padat karena berisi fibrin dan leukosit warna merah menjadi pucat kelabu

dan kapiler darah tidak lagi mengalami kongesti2

4 Stadium Akhir (Resolusi)

Eksudat yang mengalami konsolidasi di antara rongga alveoli dicerna secara

enzimatis yang diserap kembali atau dibersihkan dengan batuk Parenkim paru

kembali menjadi penuh dengan cairan dan basah sampai pulih mencapai keadaan

normal2

27 Diagnosis Pneumonia

271 Gambaran Klinis dan Pemeriksaan Fisik

Gejala-gejala pneumonia serupa untuk semua jenis pneumonia Gejalanya

meliputi

Gejala Mayor 1Batuk

2Sputum produktif

3Demam (suhugt38 0c)

Gejala Minor 1 sesak napas

2 nyeri dada

3 konsolidasi paru pada pemeriksaan fisik

4 jumlah leukosit gt12000L

14

Gambaran klinis biasanya didahului oleh infeksi saluran napas akut bagian

atas selama beberapa hari kemudian diikuti dengan demam menggigil suhu tubuh

kadang-kadang melebihi 40ordm C sakit tenggorokan nyeri otot dan sendi Juga disertai

batuk dengan sputum mukoid atau purulen kadang-kadang berdarah5

Pada pemeriksaan fisik dada terlihat bagian yang sakit tertinggal waktu

bernafas pada palpasi fremitus dapat mengeras pada perkusi redup pada auskultasi

terdengar suara napas bronkovesikuler sampai bronchial yang kadang-kadang

melemah Mungkin disertai ronkhi halus yang kemudian menjadi ronkhi basah kasar

pada stadium resolusi 5

272 Pemeriksaan Laboratorium

Pada pemeriksaan laboratorium terdapat peningkatan jumlah leukosit

biasanya gt10000ul kadang-kadang mencapai 30000ul dan pada hitungan jenis

leukosit terdapat pergeseran ke kiri serta terjadi peningkatan LED Untuk menentukan

diagnosis etiologi diperlukan pemeriksaan dahak kultur darah dan serologi Kultur

darah dapat positif pada 20-25 penderita yang tidak diobati Anlalisa gas darah

menunjukkan hipoksemia dan hiperkarbia pada stadium lanjut dapat terjadi asidosis

respiratorik 6

273 Gambaran Radiologis

Gambaran Radiologis pada foto thorax pada penyakit pneumonia antara lain

Perselubungankonsolidasi homogen atau inhomogen sesuai dengan lobus atau

segment paru secara anantomis

15

Batasnya tegas walaupun pada mulanya kurang jelas

Volume paru tidak berubah tidak seperti atelektasis dimana paru mengecil Tidak

tampak deviasi tracheaseptumfissure seperti pada atelektasis

Silhouette sign (+) bermanfaat untuk menentukan letak lesi paru batas lesi

dengan jantung hilang berarti lesi tersebut berdampingan dengan jantung atau di

lobus medius kanan

Seringkali terjadi komplikasi efusi pleura

Bila terjadinya pada lobus inferior maka sinus phrenicocostalis yang paling akhir

terkena

Pada permulaan sering masih terlihat vaskuler

Pada masa resolusi sering tampak Air Bronchogram Sign (terperangkapnya udara

pada bronkus karena tidanya pertukaran udara pada alveolus)

Foto thoraks saja tidak dapat secara khas menentukan penyebab pneumonia

hanya merupakan petunjuk ke arah diagnosis etiologi misalnya penyebab

pneumonia lobaris tersering disebabkan oleh Streptococcus pneumoniae

Pseudomonas aeruginosa sering memperlihatkan infiltrat bilateral atau gambaran

bronkopneumonia sedangkan Klebsiela pneumonia sering menunjukan konsolidasi

yang terjadi pada lobus atas kanan meskipun dapat mengenai beberapa lobus6

1Pneumonia Lobaris

Foto Thorax

16

Tampak gambaran gabungan konsolidasi berdensitas tinggi pada satu

segmenlobus (lobus kanan bawah PA maupun lateral)) atau bercak yang

mengikutsertakan alveoli yang tersebar Air bronchogram biasanya ditemukan

pada pneumonia jenis ini

CT Scan

17

Hasil CT dada ini menampilkan gambaran hiperdens di lobus atas kiri sampai ke

perifer

2 Bronchopneumonia (Pneumonia Lobularis)

Foto Thorax

Pada gambar diatas tampak konsolidasi tidak homogen di lobus atas kiri dan lobus

bawah kiri

CT Scan

18

Tampak gambaran opakhiperdens pada lobus tengah kanan namun tidak menjalar

sampai perifer

3 Pneumonia Interstisial

Foto Thorax

19

Terjadi edema dinding bronkioli dan juga edema jaringan interstitial

prebronkial Radiologis berupa bayangan udara pada alveolus masih terlihat

diliputi oleh perselubungan yang tidak merata

CT Scan

Gambaran CT Scan pneumonia interstitiak pada seorang pria berusia 19

tahun (A) Menunjukan area konsolidasi di percabangan peribronkovaskuler

yang irreguler (B) CT Scan pada hasil follow up selama 2 tahun menunjukan

area konsolidasi yang irreguler tersebut berkembang menjadi bronkiektasis

atau bronkiolektasis (tanda panah)

274 Pemeriksaan Bakteriologis

Bahan berasal dari sputum darah aspirasi nasotrakealtranstrakeal

torakosintesis bronkoskopi atau biopsi Kuman yang predominan pada sputum

disertai PMN yang kemungkinan penyebab infeksi 5

Pengambilan dahak dilakukan pagi hari Pasien mula-mula kumur-kumur

dengan akuades biasa setelah itu pasien diminta inspirasi dalam kemudian

membatukkan dahaknya Dahak ditampung dalam botol steril dan ditutup rapat

20

Dahak segera dikirim ke labolatorium (tidak boleh lebih dari 4 jam) Jika terjadi

kesulitan mengeluarkan dahak dapat dibantu nebulisasi dengan NaCl 3 Kriteria

dahak yang memenuhi syarat untuk pemeriksaan apusan langsung dan biarkan yaitu

bila ditemukan sel PMN gt 25lpk dan sel epitel lt 10lpk 5

28 Diagnosis Banding Pneumonia

ATuberculosis Paru (TB)

Tuberculosis Paru (TB) adalah suatu penyakit infeksi menular yang

disebabkan oleh M tuberculosis Jalan masuk untuk organism M tuberculosis adalah

saluran pernafasan saluran pencernaan Gejala klinis TB antara lain batuk lama yang

produktif (durasi lebih dari 3 minggu) nyeri dada dan hemoptisis dan gejala sistemik

meliputi demam menggigil keringat malam lemas hilang nafsu makan dan

penurunan berat badan3

Tampak gambaran cavitas pada paru lobus atas kanan pada foto thorax proyeksi PA

21

BAtelektasis

Atelektasis adalah istilah yang berarti pengembangan paru yang tidak

sempurna dan menyiratkan arti bahwa alveolus pada bagian paru yang terserang tidak

mengandung udara dan kolaps Memberikan gambaran yang mirip dengan pneumonia

tanpa air bronchogram Namun terdapat penarikan jantung trakea dan mediastinum

ke arah yang sakit karena adanya pengurangan volume interkostal space menjadi

lebih sempit dan pengecilan dari seluruh atau sebagian paru-paru yang sakit

Sehingga akan tampak thorax asimetris 3

Atelektasis pada foto thorax proyeksi PA

22

C Efusi Pleura

Memberi gambaran yang mirip dengan pneumonia tanpa air bronchogram

Terdapat penambahan volume sehingga terjadi pendorongan jantung trakea dan

mediastinum kearah yang sehat Rongga thorax membesar Pada edusi pleura

sebagian akan tampak meniscus sign (+) tanda khas pada efusi pleura 3

Efusi pleura pada foto thorax posisi PA

29 Penatalaksanaan

Pengobatan terdiri atas antibiotik dan pengobatan suportif Pemberian

antibiotik pada penderita pneumonia sebaiknya berdasarkan data mikroorganisme dan

hasil uji kepekaannya akan tetapi karena beberapa alasan yaitu 7

1 penyakit yang berat dapat mengancam jiwa

2 bakteri patogen yang berhasil diisolasi belum tentu sebagai penyebab pneumonia

3 hasil pembiakan bakteri memerlukan waktu

23

Maka pada penderita pneumonia dapat diberikan terapi secara empiris Secara

umum pemilihan antibiotic berdasarkan baktri penyebab pneumonia dapat dilihat

sebagai berikut 751

1 Pemberian Antibiotik

Penisilin sensitif Streptococcus pneumonia (PSSP)

1048707 Golongan Penisilin

1048707 TMP-SMZ

1048707 Makrolid

Penisilin resisten Streptococcus pneumoniae (PRSP)

1048707 Betalaktam oral dosis tinggi (untuk rawat jalan)

1048707 Sefotaksim Seftriakson dosis tinggi

1048707 Marolid baru dosis tinggi

1048707 Fluorokuinolon respirasi

Pseudomonas aeruginosa

1048707 Aminoglikosid

1048707 Seftazidim Sefoperason Sefepim

1048707 Tikarsilin Piperasilin

1048707 Karbapenem Meropenem Imipenem

1048707 Siprofloksasin Levofloksasin

Methicillin resistent Staphylococcus aureus (MRSA)

1048707 Vankomisin

1048707 Teikoplanin

1048707 Linezolid

Hemophilus influenzae

1048707 TMP-SMZ

1048707 Azitromisin

1048707 Sefalosporin gen 2 atau 3

24

1048707 Fluorokuinolon respirasi

Legionella

1048707 Makrolid

1048707 Fluorokuinolon

1048707 Rifampisin

Mycoplasma pneumoniae

1048707 Doksisiklin

1048707 Makrolid

1048707 Fluorokuinolon

Chlamydia pneumoniae

1048707 Doksisikin

1048707 Makrolid

1048707 Fluorokuinolon

25

26

Tabel 3 Rekomendasi Terapi Empiris (ATS 2001) 8

Kategori Keterangan Kuman Penyebab Obat Pilihan I Obat Pilihan II

Kategori I Usia

penderita

lt 65 tahun

-Penyakit

Penyerta (-)

-Dapat

berobat jalan

-Spneumonia

-Mpneumonia

-Cpneumonia

-Hinfluenzae

-Legionale sp

-Saureus

-Mtuberculosis

-Batang Gram (-)

Klaritromisin

2x250 mg

- -Azitromisin

1x500mg

- Rositromisin

2x150 mg atau

1x300 mg

- Siprofloksasin

2x500mg atau

Ofloksasin 2x400mg

- Levofloksasin

1x500mg atau

Moxifloxacin

1x400mg

- Doksisiklin 2x100mg

Kategori II -Usia

penderita gt

65 tahun

- Peny

Penyerta (+)

-Dapat

berobat jalan

-Spneumonia

Hinfluenzae

Batang gram(-)

Aerob

Saures

Mcatarrhalis

Legionalle sp

-Sepalospporin

generasi 2

-Trimetroprim

+Kotrimoksazol

-Betalaktam

-Makrolid

-Levofloksasin

-Gatifloksasin

-Moxyfloksasin

Kategori

III

-Pneumonia

berat

- Perlu

dirawat di

RStapi tidak

perlu di ICU

-Spneumoniae

-Hinfluenzae

-Polimikroba

termasuk Aerob

-Batang Gram (-)

-Legionalla sp

-Saureus

Mpneumoniae

- Sefalosporin

Generasi 2 atau

3

- Betalaktam +

Penghambat

Betalaktamase

+makrolid

-Piperasilin +

tazobaktam

-Sulferason

Kategori

IV

-Pneumonia

berat

-Perlu dirawat

di ICU

-Spneumonia

-Legionella sp

-Batang Gram (-)

aerob

-Mpneumonia

-Virus

-Hinfluenzae

-Mtuberculosis

-Jamur endemic

- Sefalosporin

generasi 3

(anti

pseudomonas)

+ makrolid

- Sefalosporin

generasi 4

- Sefalosporin

generasi 3 +

kuinolon

-Carbapenem

meropenem

-Vankomicin

-Linesolid

-Teikoplanin

2 Terapi Suportif Umum

1 Terapi O2 untuk mencapai PaO2 80-100 mmHg atau saturasi 95-96 berdasarkan

pemeriksaan analisis gas darah

2 Humidifikasi dengan nebulizer untuk pengenceran dahak yang kental dapat

disertai nebulizer untuk pemberian bronkodilator bila terdapat bronkospasme

3 Fisioterapi dada untuk pengeluaran dahak khususnya anjuran untuk batuk dan

napas dalam Bila perlu dikerjakan fish mouth breathing untuk melancarkan

ekspirasi dan pengeluarn CO2 Posisi tidur setengah duduk untuk melancarkan

pernapasan7

4 Pengaturan cairan Keutuhan kapiler paru sering terganggu pada pneumonia dan

paru lebih sensitif terhadap pembebanan cairan terutama bila terdapat pneumonia

bilateral Pemberian cairan pada pasien harus diatur dengan baik termasuk pada

keadaan gangguan sirkulasi dan gagal ginjal Overhidrasi untuk maksud

mengencerkan dahak tidak diperkenankan 9

5 Pemberian kortikosteroid pada fase sepsis berat perlu diberikan Terapi ini tidak

bermanfaat pada keadaan renjatan septik

6 Obat inotropik seperti dobutamin atau dopamin kadang-kadang diperlukan bila

terdapat komplikasi gangguan sirkulasi atau gagal ginjal prerenal

7 Ventilasi mekanis indikasi intubasi dan pemasangan ventilator pada pneumonia

adalah

27

a Hipoksemia persisten meskipun telah diberikan O2 100 dengan

menggunakaan masker Kosentrasi O2 yang tinggi menyebabkan penurunan

pulmonary compliance hingga tekanan inflasi meninggi Dalam hal ini perlu

dipergunakan PEEP untuk memperbaiki oksigenisasi dan menurunkan FiO2

menjadi 50 atau lebih rendah9

b Gagal napas yang ditandai oleh peningkatan respiratory distress dengan atau

didapat asidosis respiratorik

c Respiratory arrest

d Retensi sputum yang sulit diatasi secara konservatif

8 Drainase empiema bila ada

9 Bila terdapat gagal napas diberikan nutrisi dengan kalori yang cukup yang

didapatkan terutama dari lemak (gt50) hingga dapat dihindari pembentukan

CO2 yang berlebihan9

3 Terapi Sulih (switch therapy)

Masa perawatan di rumah sakit sebaiknya dipersingkat dengan perubahan obat

suntik ke oral dilanjutkan dengan berobat jalan hal ini untuk mengurangi biaya

perawatan dan mencegah infeksi nosokomial Perubahan ini dapat diberikan secara

sequential (obat sama potensi sama) switch over (obat berbeda potensi sama) dan

step down (obat sama atau berbeda potensi lebih rendah) Pasien beralih dari

intravena ke oral terapi ketika hemodinamik sudah stabil dan perbaikan terbukti

secara secara klinis dapat menelan obat-obatan dan memiliki saluran pencernaan

berfungsi normal 10

28

Kriteria untuk Pneumonia terkait stabilitas klinis adalah 9

1 Temp le 378 C Kesadaran baik

2 Denyut jantung le 100 denyut menit

3 Respirasi ratele 24 napas menit

4 Tekanan darah sistolik ge 90 mmHg

5 Saturasi O2 arteri ge 90 atau pO2 ge 60 mmHg pada ruang udara

6 Kemampuan untuk mengambil asupan oral

210 Komplikasi Pneumonia

1 Efusi pleura dan empiema Terjadi pada sekitar 45 kasus terutama pada infeksi

bakterial akut berupa efusi parapneumonik gram negative sebesar 60

Staphylococcus aureus 50 S pneumoniae 40-60 kuman anaerob 35

Sedangkan pada Mycoplasmapneumoniae sebesar 20 Cairannya transudat dan

steril Terkadang pada infeksi bakterial terjadi empiema dengan cairan eksudat

2 Komplikasi sistemik Dapat terjadi akibat invasi kuman atau bakteriemia berupa

meningitis Dapat juga terjadi dehidrasi dan hiponatremia anemia pada infeksi

kronik peningguan ureum dan enzim hati Kadang-kadang terjadi peninggian

fostase alkali dan bilirubin akibat adanya kolestasis intrahepatik

3 Hipoksemia akibat gangguan difusi

4 Abses Paru terbentuk akibat eksudat di alveolus paru sehingga terjadi infeksi

oleh kuman anaerob dan bakteri gram negative

29

5 Pneumonia kronik yang dapat terjadi bila pneumonia berlangsung lebih dari 4-6

minggu akibat kuman anaerob S aureus dan kuman Gram (-) seperti

Pseudomonas aeruginosa

6 Bronkiektasis Biasanya terjadi karena pneunomia pada masa anak-anak tetapi

dapat juga oleh infeksi berulang di lokasi bronkus distal pada cystic fibrosis atau

hipogamaglobulinemia tuberkulosis atau pneumonia nekrotikans 3

211 Prognosis Pneumonia

Angka morbiditas dan mortalitas pneumonia menurun sejak ditemukannya

antibiotik Faktor yang berperan adalah patogenitas kuman usia penyakit dasar dan

kondisi pasien Secara umum angka kematian pneumonia pneumokokus adalah

sebesar 5 namun dapat meningkat menjadi 60 pada orang tua dengan kondisi

yang buruk misalnya gangguan imunologis sirosis hepatis penyakit paru obstruktif

kronik atau kanker Adanya leukopenia ikterus terkenanya 3 atau lebih lobus dan

komplikasi ekstraparu merupakan petanda prognosis yang buruk Kuman gram

negatif menimbulkan prognosis yang lebih jelek 10

Prognosis pada orang tua dan anak kurang baik karena itu perlu perawatan di

RS kecuali bila penyakitnya ringan Orang dewasa (lt60 tahun) dapat berobat jalan

kecuali

1 Bila terdapat penyakit paru kronik

2 PN Meliputi banyak lobus

3 Disertai gambaran klinis yang berkaitan dengan mortalitas yang tinggi yaitu

30

a Usia gt 60 tahun

b Dijumpai adanya gejala pada saat masuk perawatan RS frekuensi napas gt 30

xm tekanan diastolik lt 60 mmHg leukosit abnormal (lt4500-gt30000)

BAB 3

KESIMPULAN

Pneumonia adalah salah satu penyakit akibat infeksi parenkim paru yang

dapat menyerang segala usia Pneumonia paling banyak disebabkan oleh infeksi

bakteri Streptococcus pneumonia dengan gejala yang muncul seperti demam batuk

berdahak sesak napas dan terkadang disertai nyeri dada

Pemeriksaan radiologi dalam hal ini foto thorax konvensional dan CT Scan

menjadi pemeriksaan yang sangat penting pada pneumonia Gambaran khas pada

pneumonia adalah adanya konsolidasi dengan adanya gambaran air bronchogram

Namun tidak semua pneumonia memberikan gambaran khas tersebut Untuk

menentukan etiologi pneumonia tidak dapat hanya semata-mata menggunakan foto

thorax melainkan harus dilihat dari riwayat penyakit dan juga pemeriksaan

laboratorium

Penatalaksanaan medis pada pneumonia adalah pemberian antibiotik yang

sesuai dengan kuman penyebab pneumonia disamping terapi supportif lainnya

Prognosis pneumonia secara umum baik jika mendapat terapi antibiotik yang adekuat

faktor predisposisi pasien dan ada tidaknya komplikasi yang menyertai

31

DAFTAR PUSTAKA

1 Dahlan Z 2006 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Pulmonologi Pusat

Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas kedokteran Universitas

Indonesia Jakarta

2 Price SA Wilson LM 2005 Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses

Penyakit Edisi 6 Volume 2 Penerbit EGC Jakarta

3 Soedarsono 2004 Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru Bagian Ilmu Penyakit Paru

FK UNAIR Surabaya

4 Aru W Bambang Idrus A Marcellus Siti S ed Buku Ajar Ilmu Penyakit

Dalam Jilid II Edisi 4 Jakarta Pusat Penerbitan Departemen IPD RSCM

2007

5 Perhimpunan Dokter Paru Indonesia Pedoman Diagnosis dan

penatalaksanaan Pneumonia Komuniti2003

6 Perhimpunan Dokter Paru Indonesia Pedoman Diagnosis dan

penatalaksanaan Pneumonia Nosokomial2003

7 Barlett JG Dowell SF Mondell LA File TM Mushor DM Fine MJ Practice

guidelines for management community-acquiredd pneumonia in adults Clin

infect Dis 2000 31 347-82

8 Mandell LA IDSAATS consensus guidelines on the management of

community-acquired pneumonia in adults CID 200744S27

9 Menendez R Treatment failure in community-acquired pneumonia

0071321348

32

10 Niederman MS Recent advances in community-acquired pneumonia inpatient

and outpatient Chest 20071311205

33

  • 22 Definisi Pneumonia
  • Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius dan alveoli serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat yang disebabkan oleh mikroorganisme (bakterivirusjamurprotozoa)3
  • 23 Epidemiologi Pneumonia
  • 25 Klasifikasi Pneumonia
  • Terutama pada jaringan penyangga yaitu interstitial dinding bronkus dan peribronkil Peradangan dapat ditemumkan pada infeksi virus dan mycoplasma Terjadi edema dinding bronkioli dan juga edema jaringan interstisial prebronkial Radiologis berupa bayangan udara pada alveolus masih terlihat diliputi perselubungan yang tidak merata 5
  • 26 Patofisiologi Pneumonia
  • 27 Diagnosis Pneumonia
  • 28 Diagnosis Banding Pneumonia
  • 29 Penatalaksanaan
  • 210 Komplikasi Pneumonia
Page 11: Referat Pneumonia

c Pneumonia interstisial

Terutama pada jaringan penyangga yaitu interstitial dinding bronkus dan

peribronkil Peradangan dapat ditemumkan pada infeksi virus dan

mycoplasma Terjadi edema dinding bronkioli dan juga edema jaringan

interstisial prebronkial Radiologis berupa bayangan udara pada alveolus

masih terlihat diliputi perselubungan yang tidak merata 5

26 Patofisiologi Pneumonia

Pneumonia yang dipicu oleh bakteri bisa menyerang siapa saja dari bayi

sampai usia lanjut Pecandu alcohol pasien pasca operasi orang-orang dengan

gangguan penyakit pernapasan sedang terinfeksi virus atau menurun kekebalan

tubuhnya adalah yang paling berisiko1

Sebenarnya bakteri pneumonia itu ada dan hidup normal pada tenggorokan

yang sehat Pada saat pertahanan tubuh menurun misalnya karena penyakit usia

lanjut dan malnutrisi bakteri pneumonia akan dengan cepat berkembang biak dan

merusak organ paru-paru1

Kerusakan jaringan paru setelah kolonisasi suatu mikroorganisme paru

banyak disebabkan oleh reaksi imun dan peradangan yang dilakukan oleh pejamu

Selain itu toksin-toksin yang dikeluarkan oleh bakteri pada pneumonia bakterialis

dapat secara langsung merusak sel-sel system pernapasan bawah Ada beberapa cara

mikroorganisme mencapai permukaan 5

1 Inokulasi langsung

11

2 Penyebaran melalui pembuluh darah

3 Inhalasi bahan aerosol

4 Kolonisasi dipermukaan mukosa

Dari keempat cara tersebut diatas yang terbanyak adalah cara kolonisasi

Secara inhalasi terjadi pada infeksi virus mikroorganisme atipikal mikrobakteria

atau jamur Kebanyakan bakteri dengan ukuran 05 ndash 20 nm melalui udara dapat

mencapai bronkus terminal atau alveoli dan selanjutnya terjadi proses infeksi Bila

terjadi kolonisasi pada saluran napas atas (hidung orofaring) kemudian terjadi

aspirasi ke saluran napas bawah dan terjadi inokulasi mikroorganisme hal ini

merupakan permulaan infeksi dari sebagian besar infeksi paru Aspirasi dari sebagian

kecil sekret orofaring terjadi pada orang normal waktu tidur (50) juga pada keadaan

penurunan kesadaran peminum alkohol dan pemakai obat (drug abuse) 5

Basil yang masuk bersama sekret bronkus ke dalam alveoli menyebabkan

reaksi radang berupa edema seluruh alveoli disusul dengan infiltrasi sel-sel PMN dan

diapedesis eritrosit sehingga terjadi permulaan fagositosis sebelum terbentuknya

antibodi 5

Pneumonia bakterialis menimbulkan respon imun dan peradangan yang paling

mencolok Jika terjadi infeksi sebagian jaringan dari lobus paru-paru ataupun

seluruh lobus bahkan sebagian besar dari lima lobus paru-paru (tiga di paru-paru

kanan dan dua di paru-paru kiri) menjadi terisi cairan Dari jaringan paru-paru

infeksi dengan cepat menyebar ke seluruh tubuh melalui peredaran darah Bakteri

pneumokokus adalah kuman yang paling umum sebagai penyebab pneumonia

12

Terdapat empat stadium anatomic dari pneumonia terbagi atas

1 Stadium Kongesti (4 ndash 12 jam pertama)

Disebut hiperemia mengacu pada respon peradangan permulaan yang

berlangsung pada daerah baru yang terinfeksi Hal ini ditandai dengan peningkatan

aliran darah dan permeabilitas kapiler di tempat infeksi Hiperemia ini terjadi akibat

pelepasan mediator-mediator peradangan dari sel-sel mast setelah pengaktifan sel

imun dan cedera jaringan Mediator-mediator tersebut mencakup histamin dan

prostaglandin Degranulasi sel mast juga mengaktifkan jalur komplemen

Komplemen bekerja sama dengan histamin dan prostaglandin untuk melemaskan otot

polos vaskuler paru dan peningkatan permeabilitas kapiler paru Hal ini

mengakibatkan perpindahan eksudat plasma ke dalam ruang interstitium sehingga

terjadi pembengkakan dan edema antar kapiler dan alveolus Penimbunan cairan di

antara kapiler dan alveolus meningkatkan jarak yang harus ditempuh oleh oksigen

dan karbondioksida maka perpindahan gas ini dalam darah paling berpengaruh dan

sering mengakibatkan penurunan saturasi oksigen hemoglobin 2

2 Stadium Hepatisasi Merah (48 jam selanjutnya)

Terjadi sewaktu alveolus terisi oleh sel darah merah eksudat dan fibrin yang

dihasilkan oleh penjamu (host) sebagai bagian dari reaksi peradangan Lobus yang

terkena menjadi padat oleh karena adanya penumpukan leukosit eritrosit dan cairan

sehingga warna paru menjadi merah dan pada perabaan seperti hepar pada stadium

ini udara alveoli tidak ada atau sangat minimal sehingga anak akan bertambah sesak

Stadium ini berlangsung sangat singkat yaitu selama 48 jam 2

13

3 Stadium Hepatisasi Kelabu (Konsolidasi)

Terjadi sewaktu sel-sel darah putih mengkolonisasi daerah paru yang terinfeksi Pada

saat ini endapan fibrin terakumulasi di seluruh daerah yang cedera dan terjadi

fagositosis sisa-sisa sel Pada stadium ini eritrosit di alveoli mulai diresorbsi lobus

masih tetap padat karena berisi fibrin dan leukosit warna merah menjadi pucat kelabu

dan kapiler darah tidak lagi mengalami kongesti2

4 Stadium Akhir (Resolusi)

Eksudat yang mengalami konsolidasi di antara rongga alveoli dicerna secara

enzimatis yang diserap kembali atau dibersihkan dengan batuk Parenkim paru

kembali menjadi penuh dengan cairan dan basah sampai pulih mencapai keadaan

normal2

27 Diagnosis Pneumonia

271 Gambaran Klinis dan Pemeriksaan Fisik

Gejala-gejala pneumonia serupa untuk semua jenis pneumonia Gejalanya

meliputi

Gejala Mayor 1Batuk

2Sputum produktif

3Demam (suhugt38 0c)

Gejala Minor 1 sesak napas

2 nyeri dada

3 konsolidasi paru pada pemeriksaan fisik

4 jumlah leukosit gt12000L

14

Gambaran klinis biasanya didahului oleh infeksi saluran napas akut bagian

atas selama beberapa hari kemudian diikuti dengan demam menggigil suhu tubuh

kadang-kadang melebihi 40ordm C sakit tenggorokan nyeri otot dan sendi Juga disertai

batuk dengan sputum mukoid atau purulen kadang-kadang berdarah5

Pada pemeriksaan fisik dada terlihat bagian yang sakit tertinggal waktu

bernafas pada palpasi fremitus dapat mengeras pada perkusi redup pada auskultasi

terdengar suara napas bronkovesikuler sampai bronchial yang kadang-kadang

melemah Mungkin disertai ronkhi halus yang kemudian menjadi ronkhi basah kasar

pada stadium resolusi 5

272 Pemeriksaan Laboratorium

Pada pemeriksaan laboratorium terdapat peningkatan jumlah leukosit

biasanya gt10000ul kadang-kadang mencapai 30000ul dan pada hitungan jenis

leukosit terdapat pergeseran ke kiri serta terjadi peningkatan LED Untuk menentukan

diagnosis etiologi diperlukan pemeriksaan dahak kultur darah dan serologi Kultur

darah dapat positif pada 20-25 penderita yang tidak diobati Anlalisa gas darah

menunjukkan hipoksemia dan hiperkarbia pada stadium lanjut dapat terjadi asidosis

respiratorik 6

273 Gambaran Radiologis

Gambaran Radiologis pada foto thorax pada penyakit pneumonia antara lain

Perselubungankonsolidasi homogen atau inhomogen sesuai dengan lobus atau

segment paru secara anantomis

15

Batasnya tegas walaupun pada mulanya kurang jelas

Volume paru tidak berubah tidak seperti atelektasis dimana paru mengecil Tidak

tampak deviasi tracheaseptumfissure seperti pada atelektasis

Silhouette sign (+) bermanfaat untuk menentukan letak lesi paru batas lesi

dengan jantung hilang berarti lesi tersebut berdampingan dengan jantung atau di

lobus medius kanan

Seringkali terjadi komplikasi efusi pleura

Bila terjadinya pada lobus inferior maka sinus phrenicocostalis yang paling akhir

terkena

Pada permulaan sering masih terlihat vaskuler

Pada masa resolusi sering tampak Air Bronchogram Sign (terperangkapnya udara

pada bronkus karena tidanya pertukaran udara pada alveolus)

Foto thoraks saja tidak dapat secara khas menentukan penyebab pneumonia

hanya merupakan petunjuk ke arah diagnosis etiologi misalnya penyebab

pneumonia lobaris tersering disebabkan oleh Streptococcus pneumoniae

Pseudomonas aeruginosa sering memperlihatkan infiltrat bilateral atau gambaran

bronkopneumonia sedangkan Klebsiela pneumonia sering menunjukan konsolidasi

yang terjadi pada lobus atas kanan meskipun dapat mengenai beberapa lobus6

1Pneumonia Lobaris

Foto Thorax

16

Tampak gambaran gabungan konsolidasi berdensitas tinggi pada satu

segmenlobus (lobus kanan bawah PA maupun lateral)) atau bercak yang

mengikutsertakan alveoli yang tersebar Air bronchogram biasanya ditemukan

pada pneumonia jenis ini

CT Scan

17

Hasil CT dada ini menampilkan gambaran hiperdens di lobus atas kiri sampai ke

perifer

2 Bronchopneumonia (Pneumonia Lobularis)

Foto Thorax

Pada gambar diatas tampak konsolidasi tidak homogen di lobus atas kiri dan lobus

bawah kiri

CT Scan

18

Tampak gambaran opakhiperdens pada lobus tengah kanan namun tidak menjalar

sampai perifer

3 Pneumonia Interstisial

Foto Thorax

19

Terjadi edema dinding bronkioli dan juga edema jaringan interstitial

prebronkial Radiologis berupa bayangan udara pada alveolus masih terlihat

diliputi oleh perselubungan yang tidak merata

CT Scan

Gambaran CT Scan pneumonia interstitiak pada seorang pria berusia 19

tahun (A) Menunjukan area konsolidasi di percabangan peribronkovaskuler

yang irreguler (B) CT Scan pada hasil follow up selama 2 tahun menunjukan

area konsolidasi yang irreguler tersebut berkembang menjadi bronkiektasis

atau bronkiolektasis (tanda panah)

274 Pemeriksaan Bakteriologis

Bahan berasal dari sputum darah aspirasi nasotrakealtranstrakeal

torakosintesis bronkoskopi atau biopsi Kuman yang predominan pada sputum

disertai PMN yang kemungkinan penyebab infeksi 5

Pengambilan dahak dilakukan pagi hari Pasien mula-mula kumur-kumur

dengan akuades biasa setelah itu pasien diminta inspirasi dalam kemudian

membatukkan dahaknya Dahak ditampung dalam botol steril dan ditutup rapat

20

Dahak segera dikirim ke labolatorium (tidak boleh lebih dari 4 jam) Jika terjadi

kesulitan mengeluarkan dahak dapat dibantu nebulisasi dengan NaCl 3 Kriteria

dahak yang memenuhi syarat untuk pemeriksaan apusan langsung dan biarkan yaitu

bila ditemukan sel PMN gt 25lpk dan sel epitel lt 10lpk 5

28 Diagnosis Banding Pneumonia

ATuberculosis Paru (TB)

Tuberculosis Paru (TB) adalah suatu penyakit infeksi menular yang

disebabkan oleh M tuberculosis Jalan masuk untuk organism M tuberculosis adalah

saluran pernafasan saluran pencernaan Gejala klinis TB antara lain batuk lama yang

produktif (durasi lebih dari 3 minggu) nyeri dada dan hemoptisis dan gejala sistemik

meliputi demam menggigil keringat malam lemas hilang nafsu makan dan

penurunan berat badan3

Tampak gambaran cavitas pada paru lobus atas kanan pada foto thorax proyeksi PA

21

BAtelektasis

Atelektasis adalah istilah yang berarti pengembangan paru yang tidak

sempurna dan menyiratkan arti bahwa alveolus pada bagian paru yang terserang tidak

mengandung udara dan kolaps Memberikan gambaran yang mirip dengan pneumonia

tanpa air bronchogram Namun terdapat penarikan jantung trakea dan mediastinum

ke arah yang sakit karena adanya pengurangan volume interkostal space menjadi

lebih sempit dan pengecilan dari seluruh atau sebagian paru-paru yang sakit

Sehingga akan tampak thorax asimetris 3

Atelektasis pada foto thorax proyeksi PA

22

C Efusi Pleura

Memberi gambaran yang mirip dengan pneumonia tanpa air bronchogram

Terdapat penambahan volume sehingga terjadi pendorongan jantung trakea dan

mediastinum kearah yang sehat Rongga thorax membesar Pada edusi pleura

sebagian akan tampak meniscus sign (+) tanda khas pada efusi pleura 3

Efusi pleura pada foto thorax posisi PA

29 Penatalaksanaan

Pengobatan terdiri atas antibiotik dan pengobatan suportif Pemberian

antibiotik pada penderita pneumonia sebaiknya berdasarkan data mikroorganisme dan

hasil uji kepekaannya akan tetapi karena beberapa alasan yaitu 7

1 penyakit yang berat dapat mengancam jiwa

2 bakteri patogen yang berhasil diisolasi belum tentu sebagai penyebab pneumonia

3 hasil pembiakan bakteri memerlukan waktu

23

Maka pada penderita pneumonia dapat diberikan terapi secara empiris Secara

umum pemilihan antibiotic berdasarkan baktri penyebab pneumonia dapat dilihat

sebagai berikut 751

1 Pemberian Antibiotik

Penisilin sensitif Streptococcus pneumonia (PSSP)

1048707 Golongan Penisilin

1048707 TMP-SMZ

1048707 Makrolid

Penisilin resisten Streptococcus pneumoniae (PRSP)

1048707 Betalaktam oral dosis tinggi (untuk rawat jalan)

1048707 Sefotaksim Seftriakson dosis tinggi

1048707 Marolid baru dosis tinggi

1048707 Fluorokuinolon respirasi

Pseudomonas aeruginosa

1048707 Aminoglikosid

1048707 Seftazidim Sefoperason Sefepim

1048707 Tikarsilin Piperasilin

1048707 Karbapenem Meropenem Imipenem

1048707 Siprofloksasin Levofloksasin

Methicillin resistent Staphylococcus aureus (MRSA)

1048707 Vankomisin

1048707 Teikoplanin

1048707 Linezolid

Hemophilus influenzae

1048707 TMP-SMZ

1048707 Azitromisin

1048707 Sefalosporin gen 2 atau 3

24

1048707 Fluorokuinolon respirasi

Legionella

1048707 Makrolid

1048707 Fluorokuinolon

1048707 Rifampisin

Mycoplasma pneumoniae

1048707 Doksisiklin

1048707 Makrolid

1048707 Fluorokuinolon

Chlamydia pneumoniae

1048707 Doksisikin

1048707 Makrolid

1048707 Fluorokuinolon

25

26

Tabel 3 Rekomendasi Terapi Empiris (ATS 2001) 8

Kategori Keterangan Kuman Penyebab Obat Pilihan I Obat Pilihan II

Kategori I Usia

penderita

lt 65 tahun

-Penyakit

Penyerta (-)

-Dapat

berobat jalan

-Spneumonia

-Mpneumonia

-Cpneumonia

-Hinfluenzae

-Legionale sp

-Saureus

-Mtuberculosis

-Batang Gram (-)

Klaritromisin

2x250 mg

- -Azitromisin

1x500mg

- Rositromisin

2x150 mg atau

1x300 mg

- Siprofloksasin

2x500mg atau

Ofloksasin 2x400mg

- Levofloksasin

1x500mg atau

Moxifloxacin

1x400mg

- Doksisiklin 2x100mg

Kategori II -Usia

penderita gt

65 tahun

- Peny

Penyerta (+)

-Dapat

berobat jalan

-Spneumonia

Hinfluenzae

Batang gram(-)

Aerob

Saures

Mcatarrhalis

Legionalle sp

-Sepalospporin

generasi 2

-Trimetroprim

+Kotrimoksazol

-Betalaktam

-Makrolid

-Levofloksasin

-Gatifloksasin

-Moxyfloksasin

Kategori

III

-Pneumonia

berat

- Perlu

dirawat di

RStapi tidak

perlu di ICU

-Spneumoniae

-Hinfluenzae

-Polimikroba

termasuk Aerob

-Batang Gram (-)

-Legionalla sp

-Saureus

Mpneumoniae

- Sefalosporin

Generasi 2 atau

3

- Betalaktam +

Penghambat

Betalaktamase

+makrolid

-Piperasilin +

tazobaktam

-Sulferason

Kategori

IV

-Pneumonia

berat

-Perlu dirawat

di ICU

-Spneumonia

-Legionella sp

-Batang Gram (-)

aerob

-Mpneumonia

-Virus

-Hinfluenzae

-Mtuberculosis

-Jamur endemic

- Sefalosporin

generasi 3

(anti

pseudomonas)

+ makrolid

- Sefalosporin

generasi 4

- Sefalosporin

generasi 3 +

kuinolon

-Carbapenem

meropenem

-Vankomicin

-Linesolid

-Teikoplanin

2 Terapi Suportif Umum

1 Terapi O2 untuk mencapai PaO2 80-100 mmHg atau saturasi 95-96 berdasarkan

pemeriksaan analisis gas darah

2 Humidifikasi dengan nebulizer untuk pengenceran dahak yang kental dapat

disertai nebulizer untuk pemberian bronkodilator bila terdapat bronkospasme

3 Fisioterapi dada untuk pengeluaran dahak khususnya anjuran untuk batuk dan

napas dalam Bila perlu dikerjakan fish mouth breathing untuk melancarkan

ekspirasi dan pengeluarn CO2 Posisi tidur setengah duduk untuk melancarkan

pernapasan7

4 Pengaturan cairan Keutuhan kapiler paru sering terganggu pada pneumonia dan

paru lebih sensitif terhadap pembebanan cairan terutama bila terdapat pneumonia

bilateral Pemberian cairan pada pasien harus diatur dengan baik termasuk pada

keadaan gangguan sirkulasi dan gagal ginjal Overhidrasi untuk maksud

mengencerkan dahak tidak diperkenankan 9

5 Pemberian kortikosteroid pada fase sepsis berat perlu diberikan Terapi ini tidak

bermanfaat pada keadaan renjatan septik

6 Obat inotropik seperti dobutamin atau dopamin kadang-kadang diperlukan bila

terdapat komplikasi gangguan sirkulasi atau gagal ginjal prerenal

7 Ventilasi mekanis indikasi intubasi dan pemasangan ventilator pada pneumonia

adalah

27

a Hipoksemia persisten meskipun telah diberikan O2 100 dengan

menggunakaan masker Kosentrasi O2 yang tinggi menyebabkan penurunan

pulmonary compliance hingga tekanan inflasi meninggi Dalam hal ini perlu

dipergunakan PEEP untuk memperbaiki oksigenisasi dan menurunkan FiO2

menjadi 50 atau lebih rendah9

b Gagal napas yang ditandai oleh peningkatan respiratory distress dengan atau

didapat asidosis respiratorik

c Respiratory arrest

d Retensi sputum yang sulit diatasi secara konservatif

8 Drainase empiema bila ada

9 Bila terdapat gagal napas diberikan nutrisi dengan kalori yang cukup yang

didapatkan terutama dari lemak (gt50) hingga dapat dihindari pembentukan

CO2 yang berlebihan9

3 Terapi Sulih (switch therapy)

Masa perawatan di rumah sakit sebaiknya dipersingkat dengan perubahan obat

suntik ke oral dilanjutkan dengan berobat jalan hal ini untuk mengurangi biaya

perawatan dan mencegah infeksi nosokomial Perubahan ini dapat diberikan secara

sequential (obat sama potensi sama) switch over (obat berbeda potensi sama) dan

step down (obat sama atau berbeda potensi lebih rendah) Pasien beralih dari

intravena ke oral terapi ketika hemodinamik sudah stabil dan perbaikan terbukti

secara secara klinis dapat menelan obat-obatan dan memiliki saluran pencernaan

berfungsi normal 10

28

Kriteria untuk Pneumonia terkait stabilitas klinis adalah 9

1 Temp le 378 C Kesadaran baik

2 Denyut jantung le 100 denyut menit

3 Respirasi ratele 24 napas menit

4 Tekanan darah sistolik ge 90 mmHg

5 Saturasi O2 arteri ge 90 atau pO2 ge 60 mmHg pada ruang udara

6 Kemampuan untuk mengambil asupan oral

210 Komplikasi Pneumonia

1 Efusi pleura dan empiema Terjadi pada sekitar 45 kasus terutama pada infeksi

bakterial akut berupa efusi parapneumonik gram negative sebesar 60

Staphylococcus aureus 50 S pneumoniae 40-60 kuman anaerob 35

Sedangkan pada Mycoplasmapneumoniae sebesar 20 Cairannya transudat dan

steril Terkadang pada infeksi bakterial terjadi empiema dengan cairan eksudat

2 Komplikasi sistemik Dapat terjadi akibat invasi kuman atau bakteriemia berupa

meningitis Dapat juga terjadi dehidrasi dan hiponatremia anemia pada infeksi

kronik peningguan ureum dan enzim hati Kadang-kadang terjadi peninggian

fostase alkali dan bilirubin akibat adanya kolestasis intrahepatik

3 Hipoksemia akibat gangguan difusi

4 Abses Paru terbentuk akibat eksudat di alveolus paru sehingga terjadi infeksi

oleh kuman anaerob dan bakteri gram negative

29

5 Pneumonia kronik yang dapat terjadi bila pneumonia berlangsung lebih dari 4-6

minggu akibat kuman anaerob S aureus dan kuman Gram (-) seperti

Pseudomonas aeruginosa

6 Bronkiektasis Biasanya terjadi karena pneunomia pada masa anak-anak tetapi

dapat juga oleh infeksi berulang di lokasi bronkus distal pada cystic fibrosis atau

hipogamaglobulinemia tuberkulosis atau pneumonia nekrotikans 3

211 Prognosis Pneumonia

Angka morbiditas dan mortalitas pneumonia menurun sejak ditemukannya

antibiotik Faktor yang berperan adalah patogenitas kuman usia penyakit dasar dan

kondisi pasien Secara umum angka kematian pneumonia pneumokokus adalah

sebesar 5 namun dapat meningkat menjadi 60 pada orang tua dengan kondisi

yang buruk misalnya gangguan imunologis sirosis hepatis penyakit paru obstruktif

kronik atau kanker Adanya leukopenia ikterus terkenanya 3 atau lebih lobus dan

komplikasi ekstraparu merupakan petanda prognosis yang buruk Kuman gram

negatif menimbulkan prognosis yang lebih jelek 10

Prognosis pada orang tua dan anak kurang baik karena itu perlu perawatan di

RS kecuali bila penyakitnya ringan Orang dewasa (lt60 tahun) dapat berobat jalan

kecuali

1 Bila terdapat penyakit paru kronik

2 PN Meliputi banyak lobus

3 Disertai gambaran klinis yang berkaitan dengan mortalitas yang tinggi yaitu

30

a Usia gt 60 tahun

b Dijumpai adanya gejala pada saat masuk perawatan RS frekuensi napas gt 30

xm tekanan diastolik lt 60 mmHg leukosit abnormal (lt4500-gt30000)

BAB 3

KESIMPULAN

Pneumonia adalah salah satu penyakit akibat infeksi parenkim paru yang

dapat menyerang segala usia Pneumonia paling banyak disebabkan oleh infeksi

bakteri Streptococcus pneumonia dengan gejala yang muncul seperti demam batuk

berdahak sesak napas dan terkadang disertai nyeri dada

Pemeriksaan radiologi dalam hal ini foto thorax konvensional dan CT Scan

menjadi pemeriksaan yang sangat penting pada pneumonia Gambaran khas pada

pneumonia adalah adanya konsolidasi dengan adanya gambaran air bronchogram

Namun tidak semua pneumonia memberikan gambaran khas tersebut Untuk

menentukan etiologi pneumonia tidak dapat hanya semata-mata menggunakan foto

thorax melainkan harus dilihat dari riwayat penyakit dan juga pemeriksaan

laboratorium

Penatalaksanaan medis pada pneumonia adalah pemberian antibiotik yang

sesuai dengan kuman penyebab pneumonia disamping terapi supportif lainnya

Prognosis pneumonia secara umum baik jika mendapat terapi antibiotik yang adekuat

faktor predisposisi pasien dan ada tidaknya komplikasi yang menyertai

31

DAFTAR PUSTAKA

1 Dahlan Z 2006 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Pulmonologi Pusat

Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas kedokteran Universitas

Indonesia Jakarta

2 Price SA Wilson LM 2005 Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses

Penyakit Edisi 6 Volume 2 Penerbit EGC Jakarta

3 Soedarsono 2004 Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru Bagian Ilmu Penyakit Paru

FK UNAIR Surabaya

4 Aru W Bambang Idrus A Marcellus Siti S ed Buku Ajar Ilmu Penyakit

Dalam Jilid II Edisi 4 Jakarta Pusat Penerbitan Departemen IPD RSCM

2007

5 Perhimpunan Dokter Paru Indonesia Pedoman Diagnosis dan

penatalaksanaan Pneumonia Komuniti2003

6 Perhimpunan Dokter Paru Indonesia Pedoman Diagnosis dan

penatalaksanaan Pneumonia Nosokomial2003

7 Barlett JG Dowell SF Mondell LA File TM Mushor DM Fine MJ Practice

guidelines for management community-acquiredd pneumonia in adults Clin

infect Dis 2000 31 347-82

8 Mandell LA IDSAATS consensus guidelines on the management of

community-acquired pneumonia in adults CID 200744S27

9 Menendez R Treatment failure in community-acquired pneumonia

0071321348

32

10 Niederman MS Recent advances in community-acquired pneumonia inpatient

and outpatient Chest 20071311205

33

  • 22 Definisi Pneumonia
  • Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius dan alveoli serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat yang disebabkan oleh mikroorganisme (bakterivirusjamurprotozoa)3
  • 23 Epidemiologi Pneumonia
  • 25 Klasifikasi Pneumonia
  • Terutama pada jaringan penyangga yaitu interstitial dinding bronkus dan peribronkil Peradangan dapat ditemumkan pada infeksi virus dan mycoplasma Terjadi edema dinding bronkioli dan juga edema jaringan interstisial prebronkial Radiologis berupa bayangan udara pada alveolus masih terlihat diliputi perselubungan yang tidak merata 5
  • 26 Patofisiologi Pneumonia
  • 27 Diagnosis Pneumonia
  • 28 Diagnosis Banding Pneumonia
  • 29 Penatalaksanaan
  • 210 Komplikasi Pneumonia
Page 12: Referat Pneumonia

2 Penyebaran melalui pembuluh darah

3 Inhalasi bahan aerosol

4 Kolonisasi dipermukaan mukosa

Dari keempat cara tersebut diatas yang terbanyak adalah cara kolonisasi

Secara inhalasi terjadi pada infeksi virus mikroorganisme atipikal mikrobakteria

atau jamur Kebanyakan bakteri dengan ukuran 05 ndash 20 nm melalui udara dapat

mencapai bronkus terminal atau alveoli dan selanjutnya terjadi proses infeksi Bila

terjadi kolonisasi pada saluran napas atas (hidung orofaring) kemudian terjadi

aspirasi ke saluran napas bawah dan terjadi inokulasi mikroorganisme hal ini

merupakan permulaan infeksi dari sebagian besar infeksi paru Aspirasi dari sebagian

kecil sekret orofaring terjadi pada orang normal waktu tidur (50) juga pada keadaan

penurunan kesadaran peminum alkohol dan pemakai obat (drug abuse) 5

Basil yang masuk bersama sekret bronkus ke dalam alveoli menyebabkan

reaksi radang berupa edema seluruh alveoli disusul dengan infiltrasi sel-sel PMN dan

diapedesis eritrosit sehingga terjadi permulaan fagositosis sebelum terbentuknya

antibodi 5

Pneumonia bakterialis menimbulkan respon imun dan peradangan yang paling

mencolok Jika terjadi infeksi sebagian jaringan dari lobus paru-paru ataupun

seluruh lobus bahkan sebagian besar dari lima lobus paru-paru (tiga di paru-paru

kanan dan dua di paru-paru kiri) menjadi terisi cairan Dari jaringan paru-paru

infeksi dengan cepat menyebar ke seluruh tubuh melalui peredaran darah Bakteri

pneumokokus adalah kuman yang paling umum sebagai penyebab pneumonia

12

Terdapat empat stadium anatomic dari pneumonia terbagi atas

1 Stadium Kongesti (4 ndash 12 jam pertama)

Disebut hiperemia mengacu pada respon peradangan permulaan yang

berlangsung pada daerah baru yang terinfeksi Hal ini ditandai dengan peningkatan

aliran darah dan permeabilitas kapiler di tempat infeksi Hiperemia ini terjadi akibat

pelepasan mediator-mediator peradangan dari sel-sel mast setelah pengaktifan sel

imun dan cedera jaringan Mediator-mediator tersebut mencakup histamin dan

prostaglandin Degranulasi sel mast juga mengaktifkan jalur komplemen

Komplemen bekerja sama dengan histamin dan prostaglandin untuk melemaskan otot

polos vaskuler paru dan peningkatan permeabilitas kapiler paru Hal ini

mengakibatkan perpindahan eksudat plasma ke dalam ruang interstitium sehingga

terjadi pembengkakan dan edema antar kapiler dan alveolus Penimbunan cairan di

antara kapiler dan alveolus meningkatkan jarak yang harus ditempuh oleh oksigen

dan karbondioksida maka perpindahan gas ini dalam darah paling berpengaruh dan

sering mengakibatkan penurunan saturasi oksigen hemoglobin 2

2 Stadium Hepatisasi Merah (48 jam selanjutnya)

Terjadi sewaktu alveolus terisi oleh sel darah merah eksudat dan fibrin yang

dihasilkan oleh penjamu (host) sebagai bagian dari reaksi peradangan Lobus yang

terkena menjadi padat oleh karena adanya penumpukan leukosit eritrosit dan cairan

sehingga warna paru menjadi merah dan pada perabaan seperti hepar pada stadium

ini udara alveoli tidak ada atau sangat minimal sehingga anak akan bertambah sesak

Stadium ini berlangsung sangat singkat yaitu selama 48 jam 2

13

3 Stadium Hepatisasi Kelabu (Konsolidasi)

Terjadi sewaktu sel-sel darah putih mengkolonisasi daerah paru yang terinfeksi Pada

saat ini endapan fibrin terakumulasi di seluruh daerah yang cedera dan terjadi

fagositosis sisa-sisa sel Pada stadium ini eritrosit di alveoli mulai diresorbsi lobus

masih tetap padat karena berisi fibrin dan leukosit warna merah menjadi pucat kelabu

dan kapiler darah tidak lagi mengalami kongesti2

4 Stadium Akhir (Resolusi)

Eksudat yang mengalami konsolidasi di antara rongga alveoli dicerna secara

enzimatis yang diserap kembali atau dibersihkan dengan batuk Parenkim paru

kembali menjadi penuh dengan cairan dan basah sampai pulih mencapai keadaan

normal2

27 Diagnosis Pneumonia

271 Gambaran Klinis dan Pemeriksaan Fisik

Gejala-gejala pneumonia serupa untuk semua jenis pneumonia Gejalanya

meliputi

Gejala Mayor 1Batuk

2Sputum produktif

3Demam (suhugt38 0c)

Gejala Minor 1 sesak napas

2 nyeri dada

3 konsolidasi paru pada pemeriksaan fisik

4 jumlah leukosit gt12000L

14

Gambaran klinis biasanya didahului oleh infeksi saluran napas akut bagian

atas selama beberapa hari kemudian diikuti dengan demam menggigil suhu tubuh

kadang-kadang melebihi 40ordm C sakit tenggorokan nyeri otot dan sendi Juga disertai

batuk dengan sputum mukoid atau purulen kadang-kadang berdarah5

Pada pemeriksaan fisik dada terlihat bagian yang sakit tertinggal waktu

bernafas pada palpasi fremitus dapat mengeras pada perkusi redup pada auskultasi

terdengar suara napas bronkovesikuler sampai bronchial yang kadang-kadang

melemah Mungkin disertai ronkhi halus yang kemudian menjadi ronkhi basah kasar

pada stadium resolusi 5

272 Pemeriksaan Laboratorium

Pada pemeriksaan laboratorium terdapat peningkatan jumlah leukosit

biasanya gt10000ul kadang-kadang mencapai 30000ul dan pada hitungan jenis

leukosit terdapat pergeseran ke kiri serta terjadi peningkatan LED Untuk menentukan

diagnosis etiologi diperlukan pemeriksaan dahak kultur darah dan serologi Kultur

darah dapat positif pada 20-25 penderita yang tidak diobati Anlalisa gas darah

menunjukkan hipoksemia dan hiperkarbia pada stadium lanjut dapat terjadi asidosis

respiratorik 6

273 Gambaran Radiologis

Gambaran Radiologis pada foto thorax pada penyakit pneumonia antara lain

Perselubungankonsolidasi homogen atau inhomogen sesuai dengan lobus atau

segment paru secara anantomis

15

Batasnya tegas walaupun pada mulanya kurang jelas

Volume paru tidak berubah tidak seperti atelektasis dimana paru mengecil Tidak

tampak deviasi tracheaseptumfissure seperti pada atelektasis

Silhouette sign (+) bermanfaat untuk menentukan letak lesi paru batas lesi

dengan jantung hilang berarti lesi tersebut berdampingan dengan jantung atau di

lobus medius kanan

Seringkali terjadi komplikasi efusi pleura

Bila terjadinya pada lobus inferior maka sinus phrenicocostalis yang paling akhir

terkena

Pada permulaan sering masih terlihat vaskuler

Pada masa resolusi sering tampak Air Bronchogram Sign (terperangkapnya udara

pada bronkus karena tidanya pertukaran udara pada alveolus)

Foto thoraks saja tidak dapat secara khas menentukan penyebab pneumonia

hanya merupakan petunjuk ke arah diagnosis etiologi misalnya penyebab

pneumonia lobaris tersering disebabkan oleh Streptococcus pneumoniae

Pseudomonas aeruginosa sering memperlihatkan infiltrat bilateral atau gambaran

bronkopneumonia sedangkan Klebsiela pneumonia sering menunjukan konsolidasi

yang terjadi pada lobus atas kanan meskipun dapat mengenai beberapa lobus6

1Pneumonia Lobaris

Foto Thorax

16

Tampak gambaran gabungan konsolidasi berdensitas tinggi pada satu

segmenlobus (lobus kanan bawah PA maupun lateral)) atau bercak yang

mengikutsertakan alveoli yang tersebar Air bronchogram biasanya ditemukan

pada pneumonia jenis ini

CT Scan

17

Hasil CT dada ini menampilkan gambaran hiperdens di lobus atas kiri sampai ke

perifer

2 Bronchopneumonia (Pneumonia Lobularis)

Foto Thorax

Pada gambar diatas tampak konsolidasi tidak homogen di lobus atas kiri dan lobus

bawah kiri

CT Scan

18

Tampak gambaran opakhiperdens pada lobus tengah kanan namun tidak menjalar

sampai perifer

3 Pneumonia Interstisial

Foto Thorax

19

Terjadi edema dinding bronkioli dan juga edema jaringan interstitial

prebronkial Radiologis berupa bayangan udara pada alveolus masih terlihat

diliputi oleh perselubungan yang tidak merata

CT Scan

Gambaran CT Scan pneumonia interstitiak pada seorang pria berusia 19

tahun (A) Menunjukan area konsolidasi di percabangan peribronkovaskuler

yang irreguler (B) CT Scan pada hasil follow up selama 2 tahun menunjukan

area konsolidasi yang irreguler tersebut berkembang menjadi bronkiektasis

atau bronkiolektasis (tanda panah)

274 Pemeriksaan Bakteriologis

Bahan berasal dari sputum darah aspirasi nasotrakealtranstrakeal

torakosintesis bronkoskopi atau biopsi Kuman yang predominan pada sputum

disertai PMN yang kemungkinan penyebab infeksi 5

Pengambilan dahak dilakukan pagi hari Pasien mula-mula kumur-kumur

dengan akuades biasa setelah itu pasien diminta inspirasi dalam kemudian

membatukkan dahaknya Dahak ditampung dalam botol steril dan ditutup rapat

20

Dahak segera dikirim ke labolatorium (tidak boleh lebih dari 4 jam) Jika terjadi

kesulitan mengeluarkan dahak dapat dibantu nebulisasi dengan NaCl 3 Kriteria

dahak yang memenuhi syarat untuk pemeriksaan apusan langsung dan biarkan yaitu

bila ditemukan sel PMN gt 25lpk dan sel epitel lt 10lpk 5

28 Diagnosis Banding Pneumonia

ATuberculosis Paru (TB)

Tuberculosis Paru (TB) adalah suatu penyakit infeksi menular yang

disebabkan oleh M tuberculosis Jalan masuk untuk organism M tuberculosis adalah

saluran pernafasan saluran pencernaan Gejala klinis TB antara lain batuk lama yang

produktif (durasi lebih dari 3 minggu) nyeri dada dan hemoptisis dan gejala sistemik

meliputi demam menggigil keringat malam lemas hilang nafsu makan dan

penurunan berat badan3

Tampak gambaran cavitas pada paru lobus atas kanan pada foto thorax proyeksi PA

21

BAtelektasis

Atelektasis adalah istilah yang berarti pengembangan paru yang tidak

sempurna dan menyiratkan arti bahwa alveolus pada bagian paru yang terserang tidak

mengandung udara dan kolaps Memberikan gambaran yang mirip dengan pneumonia

tanpa air bronchogram Namun terdapat penarikan jantung trakea dan mediastinum

ke arah yang sakit karena adanya pengurangan volume interkostal space menjadi

lebih sempit dan pengecilan dari seluruh atau sebagian paru-paru yang sakit

Sehingga akan tampak thorax asimetris 3

Atelektasis pada foto thorax proyeksi PA

22

C Efusi Pleura

Memberi gambaran yang mirip dengan pneumonia tanpa air bronchogram

Terdapat penambahan volume sehingga terjadi pendorongan jantung trakea dan

mediastinum kearah yang sehat Rongga thorax membesar Pada edusi pleura

sebagian akan tampak meniscus sign (+) tanda khas pada efusi pleura 3

Efusi pleura pada foto thorax posisi PA

29 Penatalaksanaan

Pengobatan terdiri atas antibiotik dan pengobatan suportif Pemberian

antibiotik pada penderita pneumonia sebaiknya berdasarkan data mikroorganisme dan

hasil uji kepekaannya akan tetapi karena beberapa alasan yaitu 7

1 penyakit yang berat dapat mengancam jiwa

2 bakteri patogen yang berhasil diisolasi belum tentu sebagai penyebab pneumonia

3 hasil pembiakan bakteri memerlukan waktu

23

Maka pada penderita pneumonia dapat diberikan terapi secara empiris Secara

umum pemilihan antibiotic berdasarkan baktri penyebab pneumonia dapat dilihat

sebagai berikut 751

1 Pemberian Antibiotik

Penisilin sensitif Streptococcus pneumonia (PSSP)

1048707 Golongan Penisilin

1048707 TMP-SMZ

1048707 Makrolid

Penisilin resisten Streptococcus pneumoniae (PRSP)

1048707 Betalaktam oral dosis tinggi (untuk rawat jalan)

1048707 Sefotaksim Seftriakson dosis tinggi

1048707 Marolid baru dosis tinggi

1048707 Fluorokuinolon respirasi

Pseudomonas aeruginosa

1048707 Aminoglikosid

1048707 Seftazidim Sefoperason Sefepim

1048707 Tikarsilin Piperasilin

1048707 Karbapenem Meropenem Imipenem

1048707 Siprofloksasin Levofloksasin

Methicillin resistent Staphylococcus aureus (MRSA)

1048707 Vankomisin

1048707 Teikoplanin

1048707 Linezolid

Hemophilus influenzae

1048707 TMP-SMZ

1048707 Azitromisin

1048707 Sefalosporin gen 2 atau 3

24

1048707 Fluorokuinolon respirasi

Legionella

1048707 Makrolid

1048707 Fluorokuinolon

1048707 Rifampisin

Mycoplasma pneumoniae

1048707 Doksisiklin

1048707 Makrolid

1048707 Fluorokuinolon

Chlamydia pneumoniae

1048707 Doksisikin

1048707 Makrolid

1048707 Fluorokuinolon

25

26

Tabel 3 Rekomendasi Terapi Empiris (ATS 2001) 8

Kategori Keterangan Kuman Penyebab Obat Pilihan I Obat Pilihan II

Kategori I Usia

penderita

lt 65 tahun

-Penyakit

Penyerta (-)

-Dapat

berobat jalan

-Spneumonia

-Mpneumonia

-Cpneumonia

-Hinfluenzae

-Legionale sp

-Saureus

-Mtuberculosis

-Batang Gram (-)

Klaritromisin

2x250 mg

- -Azitromisin

1x500mg

- Rositromisin

2x150 mg atau

1x300 mg

- Siprofloksasin

2x500mg atau

Ofloksasin 2x400mg

- Levofloksasin

1x500mg atau

Moxifloxacin

1x400mg

- Doksisiklin 2x100mg

Kategori II -Usia

penderita gt

65 tahun

- Peny

Penyerta (+)

-Dapat

berobat jalan

-Spneumonia

Hinfluenzae

Batang gram(-)

Aerob

Saures

Mcatarrhalis

Legionalle sp

-Sepalospporin

generasi 2

-Trimetroprim

+Kotrimoksazol

-Betalaktam

-Makrolid

-Levofloksasin

-Gatifloksasin

-Moxyfloksasin

Kategori

III

-Pneumonia

berat

- Perlu

dirawat di

RStapi tidak

perlu di ICU

-Spneumoniae

-Hinfluenzae

-Polimikroba

termasuk Aerob

-Batang Gram (-)

-Legionalla sp

-Saureus

Mpneumoniae

- Sefalosporin

Generasi 2 atau

3

- Betalaktam +

Penghambat

Betalaktamase

+makrolid

-Piperasilin +

tazobaktam

-Sulferason

Kategori

IV

-Pneumonia

berat

-Perlu dirawat

di ICU

-Spneumonia

-Legionella sp

-Batang Gram (-)

aerob

-Mpneumonia

-Virus

-Hinfluenzae

-Mtuberculosis

-Jamur endemic

- Sefalosporin

generasi 3

(anti

pseudomonas)

+ makrolid

- Sefalosporin

generasi 4

- Sefalosporin

generasi 3 +

kuinolon

-Carbapenem

meropenem

-Vankomicin

-Linesolid

-Teikoplanin

2 Terapi Suportif Umum

1 Terapi O2 untuk mencapai PaO2 80-100 mmHg atau saturasi 95-96 berdasarkan

pemeriksaan analisis gas darah

2 Humidifikasi dengan nebulizer untuk pengenceran dahak yang kental dapat

disertai nebulizer untuk pemberian bronkodilator bila terdapat bronkospasme

3 Fisioterapi dada untuk pengeluaran dahak khususnya anjuran untuk batuk dan

napas dalam Bila perlu dikerjakan fish mouth breathing untuk melancarkan

ekspirasi dan pengeluarn CO2 Posisi tidur setengah duduk untuk melancarkan

pernapasan7

4 Pengaturan cairan Keutuhan kapiler paru sering terganggu pada pneumonia dan

paru lebih sensitif terhadap pembebanan cairan terutama bila terdapat pneumonia

bilateral Pemberian cairan pada pasien harus diatur dengan baik termasuk pada

keadaan gangguan sirkulasi dan gagal ginjal Overhidrasi untuk maksud

mengencerkan dahak tidak diperkenankan 9

5 Pemberian kortikosteroid pada fase sepsis berat perlu diberikan Terapi ini tidak

bermanfaat pada keadaan renjatan septik

6 Obat inotropik seperti dobutamin atau dopamin kadang-kadang diperlukan bila

terdapat komplikasi gangguan sirkulasi atau gagal ginjal prerenal

7 Ventilasi mekanis indikasi intubasi dan pemasangan ventilator pada pneumonia

adalah

27

a Hipoksemia persisten meskipun telah diberikan O2 100 dengan

menggunakaan masker Kosentrasi O2 yang tinggi menyebabkan penurunan

pulmonary compliance hingga tekanan inflasi meninggi Dalam hal ini perlu

dipergunakan PEEP untuk memperbaiki oksigenisasi dan menurunkan FiO2

menjadi 50 atau lebih rendah9

b Gagal napas yang ditandai oleh peningkatan respiratory distress dengan atau

didapat asidosis respiratorik

c Respiratory arrest

d Retensi sputum yang sulit diatasi secara konservatif

8 Drainase empiema bila ada

9 Bila terdapat gagal napas diberikan nutrisi dengan kalori yang cukup yang

didapatkan terutama dari lemak (gt50) hingga dapat dihindari pembentukan

CO2 yang berlebihan9

3 Terapi Sulih (switch therapy)

Masa perawatan di rumah sakit sebaiknya dipersingkat dengan perubahan obat

suntik ke oral dilanjutkan dengan berobat jalan hal ini untuk mengurangi biaya

perawatan dan mencegah infeksi nosokomial Perubahan ini dapat diberikan secara

sequential (obat sama potensi sama) switch over (obat berbeda potensi sama) dan

step down (obat sama atau berbeda potensi lebih rendah) Pasien beralih dari

intravena ke oral terapi ketika hemodinamik sudah stabil dan perbaikan terbukti

secara secara klinis dapat menelan obat-obatan dan memiliki saluran pencernaan

berfungsi normal 10

28

Kriteria untuk Pneumonia terkait stabilitas klinis adalah 9

1 Temp le 378 C Kesadaran baik

2 Denyut jantung le 100 denyut menit

3 Respirasi ratele 24 napas menit

4 Tekanan darah sistolik ge 90 mmHg

5 Saturasi O2 arteri ge 90 atau pO2 ge 60 mmHg pada ruang udara

6 Kemampuan untuk mengambil asupan oral

210 Komplikasi Pneumonia

1 Efusi pleura dan empiema Terjadi pada sekitar 45 kasus terutama pada infeksi

bakterial akut berupa efusi parapneumonik gram negative sebesar 60

Staphylococcus aureus 50 S pneumoniae 40-60 kuman anaerob 35

Sedangkan pada Mycoplasmapneumoniae sebesar 20 Cairannya transudat dan

steril Terkadang pada infeksi bakterial terjadi empiema dengan cairan eksudat

2 Komplikasi sistemik Dapat terjadi akibat invasi kuman atau bakteriemia berupa

meningitis Dapat juga terjadi dehidrasi dan hiponatremia anemia pada infeksi

kronik peningguan ureum dan enzim hati Kadang-kadang terjadi peninggian

fostase alkali dan bilirubin akibat adanya kolestasis intrahepatik

3 Hipoksemia akibat gangguan difusi

4 Abses Paru terbentuk akibat eksudat di alveolus paru sehingga terjadi infeksi

oleh kuman anaerob dan bakteri gram negative

29

5 Pneumonia kronik yang dapat terjadi bila pneumonia berlangsung lebih dari 4-6

minggu akibat kuman anaerob S aureus dan kuman Gram (-) seperti

Pseudomonas aeruginosa

6 Bronkiektasis Biasanya terjadi karena pneunomia pada masa anak-anak tetapi

dapat juga oleh infeksi berulang di lokasi bronkus distal pada cystic fibrosis atau

hipogamaglobulinemia tuberkulosis atau pneumonia nekrotikans 3

211 Prognosis Pneumonia

Angka morbiditas dan mortalitas pneumonia menurun sejak ditemukannya

antibiotik Faktor yang berperan adalah patogenitas kuman usia penyakit dasar dan

kondisi pasien Secara umum angka kematian pneumonia pneumokokus adalah

sebesar 5 namun dapat meningkat menjadi 60 pada orang tua dengan kondisi

yang buruk misalnya gangguan imunologis sirosis hepatis penyakit paru obstruktif

kronik atau kanker Adanya leukopenia ikterus terkenanya 3 atau lebih lobus dan

komplikasi ekstraparu merupakan petanda prognosis yang buruk Kuman gram

negatif menimbulkan prognosis yang lebih jelek 10

Prognosis pada orang tua dan anak kurang baik karena itu perlu perawatan di

RS kecuali bila penyakitnya ringan Orang dewasa (lt60 tahun) dapat berobat jalan

kecuali

1 Bila terdapat penyakit paru kronik

2 PN Meliputi banyak lobus

3 Disertai gambaran klinis yang berkaitan dengan mortalitas yang tinggi yaitu

30

a Usia gt 60 tahun

b Dijumpai adanya gejala pada saat masuk perawatan RS frekuensi napas gt 30

xm tekanan diastolik lt 60 mmHg leukosit abnormal (lt4500-gt30000)

BAB 3

KESIMPULAN

Pneumonia adalah salah satu penyakit akibat infeksi parenkim paru yang

dapat menyerang segala usia Pneumonia paling banyak disebabkan oleh infeksi

bakteri Streptococcus pneumonia dengan gejala yang muncul seperti demam batuk

berdahak sesak napas dan terkadang disertai nyeri dada

Pemeriksaan radiologi dalam hal ini foto thorax konvensional dan CT Scan

menjadi pemeriksaan yang sangat penting pada pneumonia Gambaran khas pada

pneumonia adalah adanya konsolidasi dengan adanya gambaran air bronchogram

Namun tidak semua pneumonia memberikan gambaran khas tersebut Untuk

menentukan etiologi pneumonia tidak dapat hanya semata-mata menggunakan foto

thorax melainkan harus dilihat dari riwayat penyakit dan juga pemeriksaan

laboratorium

Penatalaksanaan medis pada pneumonia adalah pemberian antibiotik yang

sesuai dengan kuman penyebab pneumonia disamping terapi supportif lainnya

Prognosis pneumonia secara umum baik jika mendapat terapi antibiotik yang adekuat

faktor predisposisi pasien dan ada tidaknya komplikasi yang menyertai

31

DAFTAR PUSTAKA

1 Dahlan Z 2006 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Pulmonologi Pusat

Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas kedokteran Universitas

Indonesia Jakarta

2 Price SA Wilson LM 2005 Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses

Penyakit Edisi 6 Volume 2 Penerbit EGC Jakarta

3 Soedarsono 2004 Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru Bagian Ilmu Penyakit Paru

FK UNAIR Surabaya

4 Aru W Bambang Idrus A Marcellus Siti S ed Buku Ajar Ilmu Penyakit

Dalam Jilid II Edisi 4 Jakarta Pusat Penerbitan Departemen IPD RSCM

2007

5 Perhimpunan Dokter Paru Indonesia Pedoman Diagnosis dan

penatalaksanaan Pneumonia Komuniti2003

6 Perhimpunan Dokter Paru Indonesia Pedoman Diagnosis dan

penatalaksanaan Pneumonia Nosokomial2003

7 Barlett JG Dowell SF Mondell LA File TM Mushor DM Fine MJ Practice

guidelines for management community-acquiredd pneumonia in adults Clin

infect Dis 2000 31 347-82

8 Mandell LA IDSAATS consensus guidelines on the management of

community-acquired pneumonia in adults CID 200744S27

9 Menendez R Treatment failure in community-acquired pneumonia

0071321348

32

10 Niederman MS Recent advances in community-acquired pneumonia inpatient

and outpatient Chest 20071311205

33

  • 22 Definisi Pneumonia
  • Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius dan alveoli serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat yang disebabkan oleh mikroorganisme (bakterivirusjamurprotozoa)3
  • 23 Epidemiologi Pneumonia
  • 25 Klasifikasi Pneumonia
  • Terutama pada jaringan penyangga yaitu interstitial dinding bronkus dan peribronkil Peradangan dapat ditemumkan pada infeksi virus dan mycoplasma Terjadi edema dinding bronkioli dan juga edema jaringan interstisial prebronkial Radiologis berupa bayangan udara pada alveolus masih terlihat diliputi perselubungan yang tidak merata 5
  • 26 Patofisiologi Pneumonia
  • 27 Diagnosis Pneumonia
  • 28 Diagnosis Banding Pneumonia
  • 29 Penatalaksanaan
  • 210 Komplikasi Pneumonia
Page 13: Referat Pneumonia

Terdapat empat stadium anatomic dari pneumonia terbagi atas

1 Stadium Kongesti (4 ndash 12 jam pertama)

Disebut hiperemia mengacu pada respon peradangan permulaan yang

berlangsung pada daerah baru yang terinfeksi Hal ini ditandai dengan peningkatan

aliran darah dan permeabilitas kapiler di tempat infeksi Hiperemia ini terjadi akibat

pelepasan mediator-mediator peradangan dari sel-sel mast setelah pengaktifan sel

imun dan cedera jaringan Mediator-mediator tersebut mencakup histamin dan

prostaglandin Degranulasi sel mast juga mengaktifkan jalur komplemen

Komplemen bekerja sama dengan histamin dan prostaglandin untuk melemaskan otot

polos vaskuler paru dan peningkatan permeabilitas kapiler paru Hal ini

mengakibatkan perpindahan eksudat plasma ke dalam ruang interstitium sehingga

terjadi pembengkakan dan edema antar kapiler dan alveolus Penimbunan cairan di

antara kapiler dan alveolus meningkatkan jarak yang harus ditempuh oleh oksigen

dan karbondioksida maka perpindahan gas ini dalam darah paling berpengaruh dan

sering mengakibatkan penurunan saturasi oksigen hemoglobin 2

2 Stadium Hepatisasi Merah (48 jam selanjutnya)

Terjadi sewaktu alveolus terisi oleh sel darah merah eksudat dan fibrin yang

dihasilkan oleh penjamu (host) sebagai bagian dari reaksi peradangan Lobus yang

terkena menjadi padat oleh karena adanya penumpukan leukosit eritrosit dan cairan

sehingga warna paru menjadi merah dan pada perabaan seperti hepar pada stadium

ini udara alveoli tidak ada atau sangat minimal sehingga anak akan bertambah sesak

Stadium ini berlangsung sangat singkat yaitu selama 48 jam 2

13

3 Stadium Hepatisasi Kelabu (Konsolidasi)

Terjadi sewaktu sel-sel darah putih mengkolonisasi daerah paru yang terinfeksi Pada

saat ini endapan fibrin terakumulasi di seluruh daerah yang cedera dan terjadi

fagositosis sisa-sisa sel Pada stadium ini eritrosit di alveoli mulai diresorbsi lobus

masih tetap padat karena berisi fibrin dan leukosit warna merah menjadi pucat kelabu

dan kapiler darah tidak lagi mengalami kongesti2

4 Stadium Akhir (Resolusi)

Eksudat yang mengalami konsolidasi di antara rongga alveoli dicerna secara

enzimatis yang diserap kembali atau dibersihkan dengan batuk Parenkim paru

kembali menjadi penuh dengan cairan dan basah sampai pulih mencapai keadaan

normal2

27 Diagnosis Pneumonia

271 Gambaran Klinis dan Pemeriksaan Fisik

Gejala-gejala pneumonia serupa untuk semua jenis pneumonia Gejalanya

meliputi

Gejala Mayor 1Batuk

2Sputum produktif

3Demam (suhugt38 0c)

Gejala Minor 1 sesak napas

2 nyeri dada

3 konsolidasi paru pada pemeriksaan fisik

4 jumlah leukosit gt12000L

14

Gambaran klinis biasanya didahului oleh infeksi saluran napas akut bagian

atas selama beberapa hari kemudian diikuti dengan demam menggigil suhu tubuh

kadang-kadang melebihi 40ordm C sakit tenggorokan nyeri otot dan sendi Juga disertai

batuk dengan sputum mukoid atau purulen kadang-kadang berdarah5

Pada pemeriksaan fisik dada terlihat bagian yang sakit tertinggal waktu

bernafas pada palpasi fremitus dapat mengeras pada perkusi redup pada auskultasi

terdengar suara napas bronkovesikuler sampai bronchial yang kadang-kadang

melemah Mungkin disertai ronkhi halus yang kemudian menjadi ronkhi basah kasar

pada stadium resolusi 5

272 Pemeriksaan Laboratorium

Pada pemeriksaan laboratorium terdapat peningkatan jumlah leukosit

biasanya gt10000ul kadang-kadang mencapai 30000ul dan pada hitungan jenis

leukosit terdapat pergeseran ke kiri serta terjadi peningkatan LED Untuk menentukan

diagnosis etiologi diperlukan pemeriksaan dahak kultur darah dan serologi Kultur

darah dapat positif pada 20-25 penderita yang tidak diobati Anlalisa gas darah

menunjukkan hipoksemia dan hiperkarbia pada stadium lanjut dapat terjadi asidosis

respiratorik 6

273 Gambaran Radiologis

Gambaran Radiologis pada foto thorax pada penyakit pneumonia antara lain

Perselubungankonsolidasi homogen atau inhomogen sesuai dengan lobus atau

segment paru secara anantomis

15

Batasnya tegas walaupun pada mulanya kurang jelas

Volume paru tidak berubah tidak seperti atelektasis dimana paru mengecil Tidak

tampak deviasi tracheaseptumfissure seperti pada atelektasis

Silhouette sign (+) bermanfaat untuk menentukan letak lesi paru batas lesi

dengan jantung hilang berarti lesi tersebut berdampingan dengan jantung atau di

lobus medius kanan

Seringkali terjadi komplikasi efusi pleura

Bila terjadinya pada lobus inferior maka sinus phrenicocostalis yang paling akhir

terkena

Pada permulaan sering masih terlihat vaskuler

Pada masa resolusi sering tampak Air Bronchogram Sign (terperangkapnya udara

pada bronkus karena tidanya pertukaran udara pada alveolus)

Foto thoraks saja tidak dapat secara khas menentukan penyebab pneumonia

hanya merupakan petunjuk ke arah diagnosis etiologi misalnya penyebab

pneumonia lobaris tersering disebabkan oleh Streptococcus pneumoniae

Pseudomonas aeruginosa sering memperlihatkan infiltrat bilateral atau gambaran

bronkopneumonia sedangkan Klebsiela pneumonia sering menunjukan konsolidasi

yang terjadi pada lobus atas kanan meskipun dapat mengenai beberapa lobus6

1Pneumonia Lobaris

Foto Thorax

16

Tampak gambaran gabungan konsolidasi berdensitas tinggi pada satu

segmenlobus (lobus kanan bawah PA maupun lateral)) atau bercak yang

mengikutsertakan alveoli yang tersebar Air bronchogram biasanya ditemukan

pada pneumonia jenis ini

CT Scan

17

Hasil CT dada ini menampilkan gambaran hiperdens di lobus atas kiri sampai ke

perifer

2 Bronchopneumonia (Pneumonia Lobularis)

Foto Thorax

Pada gambar diatas tampak konsolidasi tidak homogen di lobus atas kiri dan lobus

bawah kiri

CT Scan

18

Tampak gambaran opakhiperdens pada lobus tengah kanan namun tidak menjalar

sampai perifer

3 Pneumonia Interstisial

Foto Thorax

19

Terjadi edema dinding bronkioli dan juga edema jaringan interstitial

prebronkial Radiologis berupa bayangan udara pada alveolus masih terlihat

diliputi oleh perselubungan yang tidak merata

CT Scan

Gambaran CT Scan pneumonia interstitiak pada seorang pria berusia 19

tahun (A) Menunjukan area konsolidasi di percabangan peribronkovaskuler

yang irreguler (B) CT Scan pada hasil follow up selama 2 tahun menunjukan

area konsolidasi yang irreguler tersebut berkembang menjadi bronkiektasis

atau bronkiolektasis (tanda panah)

274 Pemeriksaan Bakteriologis

Bahan berasal dari sputum darah aspirasi nasotrakealtranstrakeal

torakosintesis bronkoskopi atau biopsi Kuman yang predominan pada sputum

disertai PMN yang kemungkinan penyebab infeksi 5

Pengambilan dahak dilakukan pagi hari Pasien mula-mula kumur-kumur

dengan akuades biasa setelah itu pasien diminta inspirasi dalam kemudian

membatukkan dahaknya Dahak ditampung dalam botol steril dan ditutup rapat

20

Dahak segera dikirim ke labolatorium (tidak boleh lebih dari 4 jam) Jika terjadi

kesulitan mengeluarkan dahak dapat dibantu nebulisasi dengan NaCl 3 Kriteria

dahak yang memenuhi syarat untuk pemeriksaan apusan langsung dan biarkan yaitu

bila ditemukan sel PMN gt 25lpk dan sel epitel lt 10lpk 5

28 Diagnosis Banding Pneumonia

ATuberculosis Paru (TB)

Tuberculosis Paru (TB) adalah suatu penyakit infeksi menular yang

disebabkan oleh M tuberculosis Jalan masuk untuk organism M tuberculosis adalah

saluran pernafasan saluran pencernaan Gejala klinis TB antara lain batuk lama yang

produktif (durasi lebih dari 3 minggu) nyeri dada dan hemoptisis dan gejala sistemik

meliputi demam menggigil keringat malam lemas hilang nafsu makan dan

penurunan berat badan3

Tampak gambaran cavitas pada paru lobus atas kanan pada foto thorax proyeksi PA

21

BAtelektasis

Atelektasis adalah istilah yang berarti pengembangan paru yang tidak

sempurna dan menyiratkan arti bahwa alveolus pada bagian paru yang terserang tidak

mengandung udara dan kolaps Memberikan gambaran yang mirip dengan pneumonia

tanpa air bronchogram Namun terdapat penarikan jantung trakea dan mediastinum

ke arah yang sakit karena adanya pengurangan volume interkostal space menjadi

lebih sempit dan pengecilan dari seluruh atau sebagian paru-paru yang sakit

Sehingga akan tampak thorax asimetris 3

Atelektasis pada foto thorax proyeksi PA

22

C Efusi Pleura

Memberi gambaran yang mirip dengan pneumonia tanpa air bronchogram

Terdapat penambahan volume sehingga terjadi pendorongan jantung trakea dan

mediastinum kearah yang sehat Rongga thorax membesar Pada edusi pleura

sebagian akan tampak meniscus sign (+) tanda khas pada efusi pleura 3

Efusi pleura pada foto thorax posisi PA

29 Penatalaksanaan

Pengobatan terdiri atas antibiotik dan pengobatan suportif Pemberian

antibiotik pada penderita pneumonia sebaiknya berdasarkan data mikroorganisme dan

hasil uji kepekaannya akan tetapi karena beberapa alasan yaitu 7

1 penyakit yang berat dapat mengancam jiwa

2 bakteri patogen yang berhasil diisolasi belum tentu sebagai penyebab pneumonia

3 hasil pembiakan bakteri memerlukan waktu

23

Maka pada penderita pneumonia dapat diberikan terapi secara empiris Secara

umum pemilihan antibiotic berdasarkan baktri penyebab pneumonia dapat dilihat

sebagai berikut 751

1 Pemberian Antibiotik

Penisilin sensitif Streptococcus pneumonia (PSSP)

1048707 Golongan Penisilin

1048707 TMP-SMZ

1048707 Makrolid

Penisilin resisten Streptococcus pneumoniae (PRSP)

1048707 Betalaktam oral dosis tinggi (untuk rawat jalan)

1048707 Sefotaksim Seftriakson dosis tinggi

1048707 Marolid baru dosis tinggi

1048707 Fluorokuinolon respirasi

Pseudomonas aeruginosa

1048707 Aminoglikosid

1048707 Seftazidim Sefoperason Sefepim

1048707 Tikarsilin Piperasilin

1048707 Karbapenem Meropenem Imipenem

1048707 Siprofloksasin Levofloksasin

Methicillin resistent Staphylococcus aureus (MRSA)

1048707 Vankomisin

1048707 Teikoplanin

1048707 Linezolid

Hemophilus influenzae

1048707 TMP-SMZ

1048707 Azitromisin

1048707 Sefalosporin gen 2 atau 3

24

1048707 Fluorokuinolon respirasi

Legionella

1048707 Makrolid

1048707 Fluorokuinolon

1048707 Rifampisin

Mycoplasma pneumoniae

1048707 Doksisiklin

1048707 Makrolid

1048707 Fluorokuinolon

Chlamydia pneumoniae

1048707 Doksisikin

1048707 Makrolid

1048707 Fluorokuinolon

25

26

Tabel 3 Rekomendasi Terapi Empiris (ATS 2001) 8

Kategori Keterangan Kuman Penyebab Obat Pilihan I Obat Pilihan II

Kategori I Usia

penderita

lt 65 tahun

-Penyakit

Penyerta (-)

-Dapat

berobat jalan

-Spneumonia

-Mpneumonia

-Cpneumonia

-Hinfluenzae

-Legionale sp

-Saureus

-Mtuberculosis

-Batang Gram (-)

Klaritromisin

2x250 mg

- -Azitromisin

1x500mg

- Rositromisin

2x150 mg atau

1x300 mg

- Siprofloksasin

2x500mg atau

Ofloksasin 2x400mg

- Levofloksasin

1x500mg atau

Moxifloxacin

1x400mg

- Doksisiklin 2x100mg

Kategori II -Usia

penderita gt

65 tahun

- Peny

Penyerta (+)

-Dapat

berobat jalan

-Spneumonia

Hinfluenzae

Batang gram(-)

Aerob

Saures

Mcatarrhalis

Legionalle sp

-Sepalospporin

generasi 2

-Trimetroprim

+Kotrimoksazol

-Betalaktam

-Makrolid

-Levofloksasin

-Gatifloksasin

-Moxyfloksasin

Kategori

III

-Pneumonia

berat

- Perlu

dirawat di

RStapi tidak

perlu di ICU

-Spneumoniae

-Hinfluenzae

-Polimikroba

termasuk Aerob

-Batang Gram (-)

-Legionalla sp

-Saureus

Mpneumoniae

- Sefalosporin

Generasi 2 atau

3

- Betalaktam +

Penghambat

Betalaktamase

+makrolid

-Piperasilin +

tazobaktam

-Sulferason

Kategori

IV

-Pneumonia

berat

-Perlu dirawat

di ICU

-Spneumonia

-Legionella sp

-Batang Gram (-)

aerob

-Mpneumonia

-Virus

-Hinfluenzae

-Mtuberculosis

-Jamur endemic

- Sefalosporin

generasi 3

(anti

pseudomonas)

+ makrolid

- Sefalosporin

generasi 4

- Sefalosporin

generasi 3 +

kuinolon

-Carbapenem

meropenem

-Vankomicin

-Linesolid

-Teikoplanin

2 Terapi Suportif Umum

1 Terapi O2 untuk mencapai PaO2 80-100 mmHg atau saturasi 95-96 berdasarkan

pemeriksaan analisis gas darah

2 Humidifikasi dengan nebulizer untuk pengenceran dahak yang kental dapat

disertai nebulizer untuk pemberian bronkodilator bila terdapat bronkospasme

3 Fisioterapi dada untuk pengeluaran dahak khususnya anjuran untuk batuk dan

napas dalam Bila perlu dikerjakan fish mouth breathing untuk melancarkan

ekspirasi dan pengeluarn CO2 Posisi tidur setengah duduk untuk melancarkan

pernapasan7

4 Pengaturan cairan Keutuhan kapiler paru sering terganggu pada pneumonia dan

paru lebih sensitif terhadap pembebanan cairan terutama bila terdapat pneumonia

bilateral Pemberian cairan pada pasien harus diatur dengan baik termasuk pada

keadaan gangguan sirkulasi dan gagal ginjal Overhidrasi untuk maksud

mengencerkan dahak tidak diperkenankan 9

5 Pemberian kortikosteroid pada fase sepsis berat perlu diberikan Terapi ini tidak

bermanfaat pada keadaan renjatan septik

6 Obat inotropik seperti dobutamin atau dopamin kadang-kadang diperlukan bila

terdapat komplikasi gangguan sirkulasi atau gagal ginjal prerenal

7 Ventilasi mekanis indikasi intubasi dan pemasangan ventilator pada pneumonia

adalah

27

a Hipoksemia persisten meskipun telah diberikan O2 100 dengan

menggunakaan masker Kosentrasi O2 yang tinggi menyebabkan penurunan

pulmonary compliance hingga tekanan inflasi meninggi Dalam hal ini perlu

dipergunakan PEEP untuk memperbaiki oksigenisasi dan menurunkan FiO2

menjadi 50 atau lebih rendah9

b Gagal napas yang ditandai oleh peningkatan respiratory distress dengan atau

didapat asidosis respiratorik

c Respiratory arrest

d Retensi sputum yang sulit diatasi secara konservatif

8 Drainase empiema bila ada

9 Bila terdapat gagal napas diberikan nutrisi dengan kalori yang cukup yang

didapatkan terutama dari lemak (gt50) hingga dapat dihindari pembentukan

CO2 yang berlebihan9

3 Terapi Sulih (switch therapy)

Masa perawatan di rumah sakit sebaiknya dipersingkat dengan perubahan obat

suntik ke oral dilanjutkan dengan berobat jalan hal ini untuk mengurangi biaya

perawatan dan mencegah infeksi nosokomial Perubahan ini dapat diberikan secara

sequential (obat sama potensi sama) switch over (obat berbeda potensi sama) dan

step down (obat sama atau berbeda potensi lebih rendah) Pasien beralih dari

intravena ke oral terapi ketika hemodinamik sudah stabil dan perbaikan terbukti

secara secara klinis dapat menelan obat-obatan dan memiliki saluran pencernaan

berfungsi normal 10

28

Kriteria untuk Pneumonia terkait stabilitas klinis adalah 9

1 Temp le 378 C Kesadaran baik

2 Denyut jantung le 100 denyut menit

3 Respirasi ratele 24 napas menit

4 Tekanan darah sistolik ge 90 mmHg

5 Saturasi O2 arteri ge 90 atau pO2 ge 60 mmHg pada ruang udara

6 Kemampuan untuk mengambil asupan oral

210 Komplikasi Pneumonia

1 Efusi pleura dan empiema Terjadi pada sekitar 45 kasus terutama pada infeksi

bakterial akut berupa efusi parapneumonik gram negative sebesar 60

Staphylococcus aureus 50 S pneumoniae 40-60 kuman anaerob 35

Sedangkan pada Mycoplasmapneumoniae sebesar 20 Cairannya transudat dan

steril Terkadang pada infeksi bakterial terjadi empiema dengan cairan eksudat

2 Komplikasi sistemik Dapat terjadi akibat invasi kuman atau bakteriemia berupa

meningitis Dapat juga terjadi dehidrasi dan hiponatremia anemia pada infeksi

kronik peningguan ureum dan enzim hati Kadang-kadang terjadi peninggian

fostase alkali dan bilirubin akibat adanya kolestasis intrahepatik

3 Hipoksemia akibat gangguan difusi

4 Abses Paru terbentuk akibat eksudat di alveolus paru sehingga terjadi infeksi

oleh kuman anaerob dan bakteri gram negative

29

5 Pneumonia kronik yang dapat terjadi bila pneumonia berlangsung lebih dari 4-6

minggu akibat kuman anaerob S aureus dan kuman Gram (-) seperti

Pseudomonas aeruginosa

6 Bronkiektasis Biasanya terjadi karena pneunomia pada masa anak-anak tetapi

dapat juga oleh infeksi berulang di lokasi bronkus distal pada cystic fibrosis atau

hipogamaglobulinemia tuberkulosis atau pneumonia nekrotikans 3

211 Prognosis Pneumonia

Angka morbiditas dan mortalitas pneumonia menurun sejak ditemukannya

antibiotik Faktor yang berperan adalah patogenitas kuman usia penyakit dasar dan

kondisi pasien Secara umum angka kematian pneumonia pneumokokus adalah

sebesar 5 namun dapat meningkat menjadi 60 pada orang tua dengan kondisi

yang buruk misalnya gangguan imunologis sirosis hepatis penyakit paru obstruktif

kronik atau kanker Adanya leukopenia ikterus terkenanya 3 atau lebih lobus dan

komplikasi ekstraparu merupakan petanda prognosis yang buruk Kuman gram

negatif menimbulkan prognosis yang lebih jelek 10

Prognosis pada orang tua dan anak kurang baik karena itu perlu perawatan di

RS kecuali bila penyakitnya ringan Orang dewasa (lt60 tahun) dapat berobat jalan

kecuali

1 Bila terdapat penyakit paru kronik

2 PN Meliputi banyak lobus

3 Disertai gambaran klinis yang berkaitan dengan mortalitas yang tinggi yaitu

30

a Usia gt 60 tahun

b Dijumpai adanya gejala pada saat masuk perawatan RS frekuensi napas gt 30

xm tekanan diastolik lt 60 mmHg leukosit abnormal (lt4500-gt30000)

BAB 3

KESIMPULAN

Pneumonia adalah salah satu penyakit akibat infeksi parenkim paru yang

dapat menyerang segala usia Pneumonia paling banyak disebabkan oleh infeksi

bakteri Streptococcus pneumonia dengan gejala yang muncul seperti demam batuk

berdahak sesak napas dan terkadang disertai nyeri dada

Pemeriksaan radiologi dalam hal ini foto thorax konvensional dan CT Scan

menjadi pemeriksaan yang sangat penting pada pneumonia Gambaran khas pada

pneumonia adalah adanya konsolidasi dengan adanya gambaran air bronchogram

Namun tidak semua pneumonia memberikan gambaran khas tersebut Untuk

menentukan etiologi pneumonia tidak dapat hanya semata-mata menggunakan foto

thorax melainkan harus dilihat dari riwayat penyakit dan juga pemeriksaan

laboratorium

Penatalaksanaan medis pada pneumonia adalah pemberian antibiotik yang

sesuai dengan kuman penyebab pneumonia disamping terapi supportif lainnya

Prognosis pneumonia secara umum baik jika mendapat terapi antibiotik yang adekuat

faktor predisposisi pasien dan ada tidaknya komplikasi yang menyertai

31

DAFTAR PUSTAKA

1 Dahlan Z 2006 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Pulmonologi Pusat

Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas kedokteran Universitas

Indonesia Jakarta

2 Price SA Wilson LM 2005 Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses

Penyakit Edisi 6 Volume 2 Penerbit EGC Jakarta

3 Soedarsono 2004 Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru Bagian Ilmu Penyakit Paru

FK UNAIR Surabaya

4 Aru W Bambang Idrus A Marcellus Siti S ed Buku Ajar Ilmu Penyakit

Dalam Jilid II Edisi 4 Jakarta Pusat Penerbitan Departemen IPD RSCM

2007

5 Perhimpunan Dokter Paru Indonesia Pedoman Diagnosis dan

penatalaksanaan Pneumonia Komuniti2003

6 Perhimpunan Dokter Paru Indonesia Pedoman Diagnosis dan

penatalaksanaan Pneumonia Nosokomial2003

7 Barlett JG Dowell SF Mondell LA File TM Mushor DM Fine MJ Practice

guidelines for management community-acquiredd pneumonia in adults Clin

infect Dis 2000 31 347-82

8 Mandell LA IDSAATS consensus guidelines on the management of

community-acquired pneumonia in adults CID 200744S27

9 Menendez R Treatment failure in community-acquired pneumonia

0071321348

32

10 Niederman MS Recent advances in community-acquired pneumonia inpatient

and outpatient Chest 20071311205

33

  • 22 Definisi Pneumonia
  • Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius dan alveoli serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat yang disebabkan oleh mikroorganisme (bakterivirusjamurprotozoa)3
  • 23 Epidemiologi Pneumonia
  • 25 Klasifikasi Pneumonia
  • Terutama pada jaringan penyangga yaitu interstitial dinding bronkus dan peribronkil Peradangan dapat ditemumkan pada infeksi virus dan mycoplasma Terjadi edema dinding bronkioli dan juga edema jaringan interstisial prebronkial Radiologis berupa bayangan udara pada alveolus masih terlihat diliputi perselubungan yang tidak merata 5
  • 26 Patofisiologi Pneumonia
  • 27 Diagnosis Pneumonia
  • 28 Diagnosis Banding Pneumonia
  • 29 Penatalaksanaan
  • 210 Komplikasi Pneumonia
Page 14: Referat Pneumonia

3 Stadium Hepatisasi Kelabu (Konsolidasi)

Terjadi sewaktu sel-sel darah putih mengkolonisasi daerah paru yang terinfeksi Pada

saat ini endapan fibrin terakumulasi di seluruh daerah yang cedera dan terjadi

fagositosis sisa-sisa sel Pada stadium ini eritrosit di alveoli mulai diresorbsi lobus

masih tetap padat karena berisi fibrin dan leukosit warna merah menjadi pucat kelabu

dan kapiler darah tidak lagi mengalami kongesti2

4 Stadium Akhir (Resolusi)

Eksudat yang mengalami konsolidasi di antara rongga alveoli dicerna secara

enzimatis yang diserap kembali atau dibersihkan dengan batuk Parenkim paru

kembali menjadi penuh dengan cairan dan basah sampai pulih mencapai keadaan

normal2

27 Diagnosis Pneumonia

271 Gambaran Klinis dan Pemeriksaan Fisik

Gejala-gejala pneumonia serupa untuk semua jenis pneumonia Gejalanya

meliputi

Gejala Mayor 1Batuk

2Sputum produktif

3Demam (suhugt38 0c)

Gejala Minor 1 sesak napas

2 nyeri dada

3 konsolidasi paru pada pemeriksaan fisik

4 jumlah leukosit gt12000L

14

Gambaran klinis biasanya didahului oleh infeksi saluran napas akut bagian

atas selama beberapa hari kemudian diikuti dengan demam menggigil suhu tubuh

kadang-kadang melebihi 40ordm C sakit tenggorokan nyeri otot dan sendi Juga disertai

batuk dengan sputum mukoid atau purulen kadang-kadang berdarah5

Pada pemeriksaan fisik dada terlihat bagian yang sakit tertinggal waktu

bernafas pada palpasi fremitus dapat mengeras pada perkusi redup pada auskultasi

terdengar suara napas bronkovesikuler sampai bronchial yang kadang-kadang

melemah Mungkin disertai ronkhi halus yang kemudian menjadi ronkhi basah kasar

pada stadium resolusi 5

272 Pemeriksaan Laboratorium

Pada pemeriksaan laboratorium terdapat peningkatan jumlah leukosit

biasanya gt10000ul kadang-kadang mencapai 30000ul dan pada hitungan jenis

leukosit terdapat pergeseran ke kiri serta terjadi peningkatan LED Untuk menentukan

diagnosis etiologi diperlukan pemeriksaan dahak kultur darah dan serologi Kultur

darah dapat positif pada 20-25 penderita yang tidak diobati Anlalisa gas darah

menunjukkan hipoksemia dan hiperkarbia pada stadium lanjut dapat terjadi asidosis

respiratorik 6

273 Gambaran Radiologis

Gambaran Radiologis pada foto thorax pada penyakit pneumonia antara lain

Perselubungankonsolidasi homogen atau inhomogen sesuai dengan lobus atau

segment paru secara anantomis

15

Batasnya tegas walaupun pada mulanya kurang jelas

Volume paru tidak berubah tidak seperti atelektasis dimana paru mengecil Tidak

tampak deviasi tracheaseptumfissure seperti pada atelektasis

Silhouette sign (+) bermanfaat untuk menentukan letak lesi paru batas lesi

dengan jantung hilang berarti lesi tersebut berdampingan dengan jantung atau di

lobus medius kanan

Seringkali terjadi komplikasi efusi pleura

Bila terjadinya pada lobus inferior maka sinus phrenicocostalis yang paling akhir

terkena

Pada permulaan sering masih terlihat vaskuler

Pada masa resolusi sering tampak Air Bronchogram Sign (terperangkapnya udara

pada bronkus karena tidanya pertukaran udara pada alveolus)

Foto thoraks saja tidak dapat secara khas menentukan penyebab pneumonia

hanya merupakan petunjuk ke arah diagnosis etiologi misalnya penyebab

pneumonia lobaris tersering disebabkan oleh Streptococcus pneumoniae

Pseudomonas aeruginosa sering memperlihatkan infiltrat bilateral atau gambaran

bronkopneumonia sedangkan Klebsiela pneumonia sering menunjukan konsolidasi

yang terjadi pada lobus atas kanan meskipun dapat mengenai beberapa lobus6

1Pneumonia Lobaris

Foto Thorax

16

Tampak gambaran gabungan konsolidasi berdensitas tinggi pada satu

segmenlobus (lobus kanan bawah PA maupun lateral)) atau bercak yang

mengikutsertakan alveoli yang tersebar Air bronchogram biasanya ditemukan

pada pneumonia jenis ini

CT Scan

17

Hasil CT dada ini menampilkan gambaran hiperdens di lobus atas kiri sampai ke

perifer

2 Bronchopneumonia (Pneumonia Lobularis)

Foto Thorax

Pada gambar diatas tampak konsolidasi tidak homogen di lobus atas kiri dan lobus

bawah kiri

CT Scan

18

Tampak gambaran opakhiperdens pada lobus tengah kanan namun tidak menjalar

sampai perifer

3 Pneumonia Interstisial

Foto Thorax

19

Terjadi edema dinding bronkioli dan juga edema jaringan interstitial

prebronkial Radiologis berupa bayangan udara pada alveolus masih terlihat

diliputi oleh perselubungan yang tidak merata

CT Scan

Gambaran CT Scan pneumonia interstitiak pada seorang pria berusia 19

tahun (A) Menunjukan area konsolidasi di percabangan peribronkovaskuler

yang irreguler (B) CT Scan pada hasil follow up selama 2 tahun menunjukan

area konsolidasi yang irreguler tersebut berkembang menjadi bronkiektasis

atau bronkiolektasis (tanda panah)

274 Pemeriksaan Bakteriologis

Bahan berasal dari sputum darah aspirasi nasotrakealtranstrakeal

torakosintesis bronkoskopi atau biopsi Kuman yang predominan pada sputum

disertai PMN yang kemungkinan penyebab infeksi 5

Pengambilan dahak dilakukan pagi hari Pasien mula-mula kumur-kumur

dengan akuades biasa setelah itu pasien diminta inspirasi dalam kemudian

membatukkan dahaknya Dahak ditampung dalam botol steril dan ditutup rapat

20

Dahak segera dikirim ke labolatorium (tidak boleh lebih dari 4 jam) Jika terjadi

kesulitan mengeluarkan dahak dapat dibantu nebulisasi dengan NaCl 3 Kriteria

dahak yang memenuhi syarat untuk pemeriksaan apusan langsung dan biarkan yaitu

bila ditemukan sel PMN gt 25lpk dan sel epitel lt 10lpk 5

28 Diagnosis Banding Pneumonia

ATuberculosis Paru (TB)

Tuberculosis Paru (TB) adalah suatu penyakit infeksi menular yang

disebabkan oleh M tuberculosis Jalan masuk untuk organism M tuberculosis adalah

saluran pernafasan saluran pencernaan Gejala klinis TB antara lain batuk lama yang

produktif (durasi lebih dari 3 minggu) nyeri dada dan hemoptisis dan gejala sistemik

meliputi demam menggigil keringat malam lemas hilang nafsu makan dan

penurunan berat badan3

Tampak gambaran cavitas pada paru lobus atas kanan pada foto thorax proyeksi PA

21

BAtelektasis

Atelektasis adalah istilah yang berarti pengembangan paru yang tidak

sempurna dan menyiratkan arti bahwa alveolus pada bagian paru yang terserang tidak

mengandung udara dan kolaps Memberikan gambaran yang mirip dengan pneumonia

tanpa air bronchogram Namun terdapat penarikan jantung trakea dan mediastinum

ke arah yang sakit karena adanya pengurangan volume interkostal space menjadi

lebih sempit dan pengecilan dari seluruh atau sebagian paru-paru yang sakit

Sehingga akan tampak thorax asimetris 3

Atelektasis pada foto thorax proyeksi PA

22

C Efusi Pleura

Memberi gambaran yang mirip dengan pneumonia tanpa air bronchogram

Terdapat penambahan volume sehingga terjadi pendorongan jantung trakea dan

mediastinum kearah yang sehat Rongga thorax membesar Pada edusi pleura

sebagian akan tampak meniscus sign (+) tanda khas pada efusi pleura 3

Efusi pleura pada foto thorax posisi PA

29 Penatalaksanaan

Pengobatan terdiri atas antibiotik dan pengobatan suportif Pemberian

antibiotik pada penderita pneumonia sebaiknya berdasarkan data mikroorganisme dan

hasil uji kepekaannya akan tetapi karena beberapa alasan yaitu 7

1 penyakit yang berat dapat mengancam jiwa

2 bakteri patogen yang berhasil diisolasi belum tentu sebagai penyebab pneumonia

3 hasil pembiakan bakteri memerlukan waktu

23

Maka pada penderita pneumonia dapat diberikan terapi secara empiris Secara

umum pemilihan antibiotic berdasarkan baktri penyebab pneumonia dapat dilihat

sebagai berikut 751

1 Pemberian Antibiotik

Penisilin sensitif Streptococcus pneumonia (PSSP)

1048707 Golongan Penisilin

1048707 TMP-SMZ

1048707 Makrolid

Penisilin resisten Streptococcus pneumoniae (PRSP)

1048707 Betalaktam oral dosis tinggi (untuk rawat jalan)

1048707 Sefotaksim Seftriakson dosis tinggi

1048707 Marolid baru dosis tinggi

1048707 Fluorokuinolon respirasi

Pseudomonas aeruginosa

1048707 Aminoglikosid

1048707 Seftazidim Sefoperason Sefepim

1048707 Tikarsilin Piperasilin

1048707 Karbapenem Meropenem Imipenem

1048707 Siprofloksasin Levofloksasin

Methicillin resistent Staphylococcus aureus (MRSA)

1048707 Vankomisin

1048707 Teikoplanin

1048707 Linezolid

Hemophilus influenzae

1048707 TMP-SMZ

1048707 Azitromisin

1048707 Sefalosporin gen 2 atau 3

24

1048707 Fluorokuinolon respirasi

Legionella

1048707 Makrolid

1048707 Fluorokuinolon

1048707 Rifampisin

Mycoplasma pneumoniae

1048707 Doksisiklin

1048707 Makrolid

1048707 Fluorokuinolon

Chlamydia pneumoniae

1048707 Doksisikin

1048707 Makrolid

1048707 Fluorokuinolon

25

26

Tabel 3 Rekomendasi Terapi Empiris (ATS 2001) 8

Kategori Keterangan Kuman Penyebab Obat Pilihan I Obat Pilihan II

Kategori I Usia

penderita

lt 65 tahun

-Penyakit

Penyerta (-)

-Dapat

berobat jalan

-Spneumonia

-Mpneumonia

-Cpneumonia

-Hinfluenzae

-Legionale sp

-Saureus

-Mtuberculosis

-Batang Gram (-)

Klaritromisin

2x250 mg

- -Azitromisin

1x500mg

- Rositromisin

2x150 mg atau

1x300 mg

- Siprofloksasin

2x500mg atau

Ofloksasin 2x400mg

- Levofloksasin

1x500mg atau

Moxifloxacin

1x400mg

- Doksisiklin 2x100mg

Kategori II -Usia

penderita gt

65 tahun

- Peny

Penyerta (+)

-Dapat

berobat jalan

-Spneumonia

Hinfluenzae

Batang gram(-)

Aerob

Saures

Mcatarrhalis

Legionalle sp

-Sepalospporin

generasi 2

-Trimetroprim

+Kotrimoksazol

-Betalaktam

-Makrolid

-Levofloksasin

-Gatifloksasin

-Moxyfloksasin

Kategori

III

-Pneumonia

berat

- Perlu

dirawat di

RStapi tidak

perlu di ICU

-Spneumoniae

-Hinfluenzae

-Polimikroba

termasuk Aerob

-Batang Gram (-)

-Legionalla sp

-Saureus

Mpneumoniae

- Sefalosporin

Generasi 2 atau

3

- Betalaktam +

Penghambat

Betalaktamase

+makrolid

-Piperasilin +

tazobaktam

-Sulferason

Kategori

IV

-Pneumonia

berat

-Perlu dirawat

di ICU

-Spneumonia

-Legionella sp

-Batang Gram (-)

aerob

-Mpneumonia

-Virus

-Hinfluenzae

-Mtuberculosis

-Jamur endemic

- Sefalosporin

generasi 3

(anti

pseudomonas)

+ makrolid

- Sefalosporin

generasi 4

- Sefalosporin

generasi 3 +

kuinolon

-Carbapenem

meropenem

-Vankomicin

-Linesolid

-Teikoplanin

2 Terapi Suportif Umum

1 Terapi O2 untuk mencapai PaO2 80-100 mmHg atau saturasi 95-96 berdasarkan

pemeriksaan analisis gas darah

2 Humidifikasi dengan nebulizer untuk pengenceran dahak yang kental dapat

disertai nebulizer untuk pemberian bronkodilator bila terdapat bronkospasme

3 Fisioterapi dada untuk pengeluaran dahak khususnya anjuran untuk batuk dan

napas dalam Bila perlu dikerjakan fish mouth breathing untuk melancarkan

ekspirasi dan pengeluarn CO2 Posisi tidur setengah duduk untuk melancarkan

pernapasan7

4 Pengaturan cairan Keutuhan kapiler paru sering terganggu pada pneumonia dan

paru lebih sensitif terhadap pembebanan cairan terutama bila terdapat pneumonia

bilateral Pemberian cairan pada pasien harus diatur dengan baik termasuk pada

keadaan gangguan sirkulasi dan gagal ginjal Overhidrasi untuk maksud

mengencerkan dahak tidak diperkenankan 9

5 Pemberian kortikosteroid pada fase sepsis berat perlu diberikan Terapi ini tidak

bermanfaat pada keadaan renjatan septik

6 Obat inotropik seperti dobutamin atau dopamin kadang-kadang diperlukan bila

terdapat komplikasi gangguan sirkulasi atau gagal ginjal prerenal

7 Ventilasi mekanis indikasi intubasi dan pemasangan ventilator pada pneumonia

adalah

27

a Hipoksemia persisten meskipun telah diberikan O2 100 dengan

menggunakaan masker Kosentrasi O2 yang tinggi menyebabkan penurunan

pulmonary compliance hingga tekanan inflasi meninggi Dalam hal ini perlu

dipergunakan PEEP untuk memperbaiki oksigenisasi dan menurunkan FiO2

menjadi 50 atau lebih rendah9

b Gagal napas yang ditandai oleh peningkatan respiratory distress dengan atau

didapat asidosis respiratorik

c Respiratory arrest

d Retensi sputum yang sulit diatasi secara konservatif

8 Drainase empiema bila ada

9 Bila terdapat gagal napas diberikan nutrisi dengan kalori yang cukup yang

didapatkan terutama dari lemak (gt50) hingga dapat dihindari pembentukan

CO2 yang berlebihan9

3 Terapi Sulih (switch therapy)

Masa perawatan di rumah sakit sebaiknya dipersingkat dengan perubahan obat

suntik ke oral dilanjutkan dengan berobat jalan hal ini untuk mengurangi biaya

perawatan dan mencegah infeksi nosokomial Perubahan ini dapat diberikan secara

sequential (obat sama potensi sama) switch over (obat berbeda potensi sama) dan

step down (obat sama atau berbeda potensi lebih rendah) Pasien beralih dari

intravena ke oral terapi ketika hemodinamik sudah stabil dan perbaikan terbukti

secara secara klinis dapat menelan obat-obatan dan memiliki saluran pencernaan

berfungsi normal 10

28

Kriteria untuk Pneumonia terkait stabilitas klinis adalah 9

1 Temp le 378 C Kesadaran baik

2 Denyut jantung le 100 denyut menit

3 Respirasi ratele 24 napas menit

4 Tekanan darah sistolik ge 90 mmHg

5 Saturasi O2 arteri ge 90 atau pO2 ge 60 mmHg pada ruang udara

6 Kemampuan untuk mengambil asupan oral

210 Komplikasi Pneumonia

1 Efusi pleura dan empiema Terjadi pada sekitar 45 kasus terutama pada infeksi

bakterial akut berupa efusi parapneumonik gram negative sebesar 60

Staphylococcus aureus 50 S pneumoniae 40-60 kuman anaerob 35

Sedangkan pada Mycoplasmapneumoniae sebesar 20 Cairannya transudat dan

steril Terkadang pada infeksi bakterial terjadi empiema dengan cairan eksudat

2 Komplikasi sistemik Dapat terjadi akibat invasi kuman atau bakteriemia berupa

meningitis Dapat juga terjadi dehidrasi dan hiponatremia anemia pada infeksi

kronik peningguan ureum dan enzim hati Kadang-kadang terjadi peninggian

fostase alkali dan bilirubin akibat adanya kolestasis intrahepatik

3 Hipoksemia akibat gangguan difusi

4 Abses Paru terbentuk akibat eksudat di alveolus paru sehingga terjadi infeksi

oleh kuman anaerob dan bakteri gram negative

29

5 Pneumonia kronik yang dapat terjadi bila pneumonia berlangsung lebih dari 4-6

minggu akibat kuman anaerob S aureus dan kuman Gram (-) seperti

Pseudomonas aeruginosa

6 Bronkiektasis Biasanya terjadi karena pneunomia pada masa anak-anak tetapi

dapat juga oleh infeksi berulang di lokasi bronkus distal pada cystic fibrosis atau

hipogamaglobulinemia tuberkulosis atau pneumonia nekrotikans 3

211 Prognosis Pneumonia

Angka morbiditas dan mortalitas pneumonia menurun sejak ditemukannya

antibiotik Faktor yang berperan adalah patogenitas kuman usia penyakit dasar dan

kondisi pasien Secara umum angka kematian pneumonia pneumokokus adalah

sebesar 5 namun dapat meningkat menjadi 60 pada orang tua dengan kondisi

yang buruk misalnya gangguan imunologis sirosis hepatis penyakit paru obstruktif

kronik atau kanker Adanya leukopenia ikterus terkenanya 3 atau lebih lobus dan

komplikasi ekstraparu merupakan petanda prognosis yang buruk Kuman gram

negatif menimbulkan prognosis yang lebih jelek 10

Prognosis pada orang tua dan anak kurang baik karena itu perlu perawatan di

RS kecuali bila penyakitnya ringan Orang dewasa (lt60 tahun) dapat berobat jalan

kecuali

1 Bila terdapat penyakit paru kronik

2 PN Meliputi banyak lobus

3 Disertai gambaran klinis yang berkaitan dengan mortalitas yang tinggi yaitu

30

a Usia gt 60 tahun

b Dijumpai adanya gejala pada saat masuk perawatan RS frekuensi napas gt 30

xm tekanan diastolik lt 60 mmHg leukosit abnormal (lt4500-gt30000)

BAB 3

KESIMPULAN

Pneumonia adalah salah satu penyakit akibat infeksi parenkim paru yang

dapat menyerang segala usia Pneumonia paling banyak disebabkan oleh infeksi

bakteri Streptococcus pneumonia dengan gejala yang muncul seperti demam batuk

berdahak sesak napas dan terkadang disertai nyeri dada

Pemeriksaan radiologi dalam hal ini foto thorax konvensional dan CT Scan

menjadi pemeriksaan yang sangat penting pada pneumonia Gambaran khas pada

pneumonia adalah adanya konsolidasi dengan adanya gambaran air bronchogram

Namun tidak semua pneumonia memberikan gambaran khas tersebut Untuk

menentukan etiologi pneumonia tidak dapat hanya semata-mata menggunakan foto

thorax melainkan harus dilihat dari riwayat penyakit dan juga pemeriksaan

laboratorium

Penatalaksanaan medis pada pneumonia adalah pemberian antibiotik yang

sesuai dengan kuman penyebab pneumonia disamping terapi supportif lainnya

Prognosis pneumonia secara umum baik jika mendapat terapi antibiotik yang adekuat

faktor predisposisi pasien dan ada tidaknya komplikasi yang menyertai

31

DAFTAR PUSTAKA

1 Dahlan Z 2006 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Pulmonologi Pusat

Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas kedokteran Universitas

Indonesia Jakarta

2 Price SA Wilson LM 2005 Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses

Penyakit Edisi 6 Volume 2 Penerbit EGC Jakarta

3 Soedarsono 2004 Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru Bagian Ilmu Penyakit Paru

FK UNAIR Surabaya

4 Aru W Bambang Idrus A Marcellus Siti S ed Buku Ajar Ilmu Penyakit

Dalam Jilid II Edisi 4 Jakarta Pusat Penerbitan Departemen IPD RSCM

2007

5 Perhimpunan Dokter Paru Indonesia Pedoman Diagnosis dan

penatalaksanaan Pneumonia Komuniti2003

6 Perhimpunan Dokter Paru Indonesia Pedoman Diagnosis dan

penatalaksanaan Pneumonia Nosokomial2003

7 Barlett JG Dowell SF Mondell LA File TM Mushor DM Fine MJ Practice

guidelines for management community-acquiredd pneumonia in adults Clin

infect Dis 2000 31 347-82

8 Mandell LA IDSAATS consensus guidelines on the management of

community-acquired pneumonia in adults CID 200744S27

9 Menendez R Treatment failure in community-acquired pneumonia

0071321348

32

10 Niederman MS Recent advances in community-acquired pneumonia inpatient

and outpatient Chest 20071311205

33

  • 22 Definisi Pneumonia
  • Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius dan alveoli serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat yang disebabkan oleh mikroorganisme (bakterivirusjamurprotozoa)3
  • 23 Epidemiologi Pneumonia
  • 25 Klasifikasi Pneumonia
  • Terutama pada jaringan penyangga yaitu interstitial dinding bronkus dan peribronkil Peradangan dapat ditemumkan pada infeksi virus dan mycoplasma Terjadi edema dinding bronkioli dan juga edema jaringan interstisial prebronkial Radiologis berupa bayangan udara pada alveolus masih terlihat diliputi perselubungan yang tidak merata 5
  • 26 Patofisiologi Pneumonia
  • 27 Diagnosis Pneumonia
  • 28 Diagnosis Banding Pneumonia
  • 29 Penatalaksanaan
  • 210 Komplikasi Pneumonia
Page 15: Referat Pneumonia

Gambaran klinis biasanya didahului oleh infeksi saluran napas akut bagian

atas selama beberapa hari kemudian diikuti dengan demam menggigil suhu tubuh

kadang-kadang melebihi 40ordm C sakit tenggorokan nyeri otot dan sendi Juga disertai

batuk dengan sputum mukoid atau purulen kadang-kadang berdarah5

Pada pemeriksaan fisik dada terlihat bagian yang sakit tertinggal waktu

bernafas pada palpasi fremitus dapat mengeras pada perkusi redup pada auskultasi

terdengar suara napas bronkovesikuler sampai bronchial yang kadang-kadang

melemah Mungkin disertai ronkhi halus yang kemudian menjadi ronkhi basah kasar

pada stadium resolusi 5

272 Pemeriksaan Laboratorium

Pada pemeriksaan laboratorium terdapat peningkatan jumlah leukosit

biasanya gt10000ul kadang-kadang mencapai 30000ul dan pada hitungan jenis

leukosit terdapat pergeseran ke kiri serta terjadi peningkatan LED Untuk menentukan

diagnosis etiologi diperlukan pemeriksaan dahak kultur darah dan serologi Kultur

darah dapat positif pada 20-25 penderita yang tidak diobati Anlalisa gas darah

menunjukkan hipoksemia dan hiperkarbia pada stadium lanjut dapat terjadi asidosis

respiratorik 6

273 Gambaran Radiologis

Gambaran Radiologis pada foto thorax pada penyakit pneumonia antara lain

Perselubungankonsolidasi homogen atau inhomogen sesuai dengan lobus atau

segment paru secara anantomis

15

Batasnya tegas walaupun pada mulanya kurang jelas

Volume paru tidak berubah tidak seperti atelektasis dimana paru mengecil Tidak

tampak deviasi tracheaseptumfissure seperti pada atelektasis

Silhouette sign (+) bermanfaat untuk menentukan letak lesi paru batas lesi

dengan jantung hilang berarti lesi tersebut berdampingan dengan jantung atau di

lobus medius kanan

Seringkali terjadi komplikasi efusi pleura

Bila terjadinya pada lobus inferior maka sinus phrenicocostalis yang paling akhir

terkena

Pada permulaan sering masih terlihat vaskuler

Pada masa resolusi sering tampak Air Bronchogram Sign (terperangkapnya udara

pada bronkus karena tidanya pertukaran udara pada alveolus)

Foto thoraks saja tidak dapat secara khas menentukan penyebab pneumonia

hanya merupakan petunjuk ke arah diagnosis etiologi misalnya penyebab

pneumonia lobaris tersering disebabkan oleh Streptococcus pneumoniae

Pseudomonas aeruginosa sering memperlihatkan infiltrat bilateral atau gambaran

bronkopneumonia sedangkan Klebsiela pneumonia sering menunjukan konsolidasi

yang terjadi pada lobus atas kanan meskipun dapat mengenai beberapa lobus6

1Pneumonia Lobaris

Foto Thorax

16

Tampak gambaran gabungan konsolidasi berdensitas tinggi pada satu

segmenlobus (lobus kanan bawah PA maupun lateral)) atau bercak yang

mengikutsertakan alveoli yang tersebar Air bronchogram biasanya ditemukan

pada pneumonia jenis ini

CT Scan

17

Hasil CT dada ini menampilkan gambaran hiperdens di lobus atas kiri sampai ke

perifer

2 Bronchopneumonia (Pneumonia Lobularis)

Foto Thorax

Pada gambar diatas tampak konsolidasi tidak homogen di lobus atas kiri dan lobus

bawah kiri

CT Scan

18

Tampak gambaran opakhiperdens pada lobus tengah kanan namun tidak menjalar

sampai perifer

3 Pneumonia Interstisial

Foto Thorax

19

Terjadi edema dinding bronkioli dan juga edema jaringan interstitial

prebronkial Radiologis berupa bayangan udara pada alveolus masih terlihat

diliputi oleh perselubungan yang tidak merata

CT Scan

Gambaran CT Scan pneumonia interstitiak pada seorang pria berusia 19

tahun (A) Menunjukan area konsolidasi di percabangan peribronkovaskuler

yang irreguler (B) CT Scan pada hasil follow up selama 2 tahun menunjukan

area konsolidasi yang irreguler tersebut berkembang menjadi bronkiektasis

atau bronkiolektasis (tanda panah)

274 Pemeriksaan Bakteriologis

Bahan berasal dari sputum darah aspirasi nasotrakealtranstrakeal

torakosintesis bronkoskopi atau biopsi Kuman yang predominan pada sputum

disertai PMN yang kemungkinan penyebab infeksi 5

Pengambilan dahak dilakukan pagi hari Pasien mula-mula kumur-kumur

dengan akuades biasa setelah itu pasien diminta inspirasi dalam kemudian

membatukkan dahaknya Dahak ditampung dalam botol steril dan ditutup rapat

20

Dahak segera dikirim ke labolatorium (tidak boleh lebih dari 4 jam) Jika terjadi

kesulitan mengeluarkan dahak dapat dibantu nebulisasi dengan NaCl 3 Kriteria

dahak yang memenuhi syarat untuk pemeriksaan apusan langsung dan biarkan yaitu

bila ditemukan sel PMN gt 25lpk dan sel epitel lt 10lpk 5

28 Diagnosis Banding Pneumonia

ATuberculosis Paru (TB)

Tuberculosis Paru (TB) adalah suatu penyakit infeksi menular yang

disebabkan oleh M tuberculosis Jalan masuk untuk organism M tuberculosis adalah

saluran pernafasan saluran pencernaan Gejala klinis TB antara lain batuk lama yang

produktif (durasi lebih dari 3 minggu) nyeri dada dan hemoptisis dan gejala sistemik

meliputi demam menggigil keringat malam lemas hilang nafsu makan dan

penurunan berat badan3

Tampak gambaran cavitas pada paru lobus atas kanan pada foto thorax proyeksi PA

21

BAtelektasis

Atelektasis adalah istilah yang berarti pengembangan paru yang tidak

sempurna dan menyiratkan arti bahwa alveolus pada bagian paru yang terserang tidak

mengandung udara dan kolaps Memberikan gambaran yang mirip dengan pneumonia

tanpa air bronchogram Namun terdapat penarikan jantung trakea dan mediastinum

ke arah yang sakit karena adanya pengurangan volume interkostal space menjadi

lebih sempit dan pengecilan dari seluruh atau sebagian paru-paru yang sakit

Sehingga akan tampak thorax asimetris 3

Atelektasis pada foto thorax proyeksi PA

22

C Efusi Pleura

Memberi gambaran yang mirip dengan pneumonia tanpa air bronchogram

Terdapat penambahan volume sehingga terjadi pendorongan jantung trakea dan

mediastinum kearah yang sehat Rongga thorax membesar Pada edusi pleura

sebagian akan tampak meniscus sign (+) tanda khas pada efusi pleura 3

Efusi pleura pada foto thorax posisi PA

29 Penatalaksanaan

Pengobatan terdiri atas antibiotik dan pengobatan suportif Pemberian

antibiotik pada penderita pneumonia sebaiknya berdasarkan data mikroorganisme dan

hasil uji kepekaannya akan tetapi karena beberapa alasan yaitu 7

1 penyakit yang berat dapat mengancam jiwa

2 bakteri patogen yang berhasil diisolasi belum tentu sebagai penyebab pneumonia

3 hasil pembiakan bakteri memerlukan waktu

23

Maka pada penderita pneumonia dapat diberikan terapi secara empiris Secara

umum pemilihan antibiotic berdasarkan baktri penyebab pneumonia dapat dilihat

sebagai berikut 751

1 Pemberian Antibiotik

Penisilin sensitif Streptococcus pneumonia (PSSP)

1048707 Golongan Penisilin

1048707 TMP-SMZ

1048707 Makrolid

Penisilin resisten Streptococcus pneumoniae (PRSP)

1048707 Betalaktam oral dosis tinggi (untuk rawat jalan)

1048707 Sefotaksim Seftriakson dosis tinggi

1048707 Marolid baru dosis tinggi

1048707 Fluorokuinolon respirasi

Pseudomonas aeruginosa

1048707 Aminoglikosid

1048707 Seftazidim Sefoperason Sefepim

1048707 Tikarsilin Piperasilin

1048707 Karbapenem Meropenem Imipenem

1048707 Siprofloksasin Levofloksasin

Methicillin resistent Staphylococcus aureus (MRSA)

1048707 Vankomisin

1048707 Teikoplanin

1048707 Linezolid

Hemophilus influenzae

1048707 TMP-SMZ

1048707 Azitromisin

1048707 Sefalosporin gen 2 atau 3

24

1048707 Fluorokuinolon respirasi

Legionella

1048707 Makrolid

1048707 Fluorokuinolon

1048707 Rifampisin

Mycoplasma pneumoniae

1048707 Doksisiklin

1048707 Makrolid

1048707 Fluorokuinolon

Chlamydia pneumoniae

1048707 Doksisikin

1048707 Makrolid

1048707 Fluorokuinolon

25

26

Tabel 3 Rekomendasi Terapi Empiris (ATS 2001) 8

Kategori Keterangan Kuman Penyebab Obat Pilihan I Obat Pilihan II

Kategori I Usia

penderita

lt 65 tahun

-Penyakit

Penyerta (-)

-Dapat

berobat jalan

-Spneumonia

-Mpneumonia

-Cpneumonia

-Hinfluenzae

-Legionale sp

-Saureus

-Mtuberculosis

-Batang Gram (-)

Klaritromisin

2x250 mg

- -Azitromisin

1x500mg

- Rositromisin

2x150 mg atau

1x300 mg

- Siprofloksasin

2x500mg atau

Ofloksasin 2x400mg

- Levofloksasin

1x500mg atau

Moxifloxacin

1x400mg

- Doksisiklin 2x100mg

Kategori II -Usia

penderita gt

65 tahun

- Peny

Penyerta (+)

-Dapat

berobat jalan

-Spneumonia

Hinfluenzae

Batang gram(-)

Aerob

Saures

Mcatarrhalis

Legionalle sp

-Sepalospporin

generasi 2

-Trimetroprim

+Kotrimoksazol

-Betalaktam

-Makrolid

-Levofloksasin

-Gatifloksasin

-Moxyfloksasin

Kategori

III

-Pneumonia

berat

- Perlu

dirawat di

RStapi tidak

perlu di ICU

-Spneumoniae

-Hinfluenzae

-Polimikroba

termasuk Aerob

-Batang Gram (-)

-Legionalla sp

-Saureus

Mpneumoniae

- Sefalosporin

Generasi 2 atau

3

- Betalaktam +

Penghambat

Betalaktamase

+makrolid

-Piperasilin +

tazobaktam

-Sulferason

Kategori

IV

-Pneumonia

berat

-Perlu dirawat

di ICU

-Spneumonia

-Legionella sp

-Batang Gram (-)

aerob

-Mpneumonia

-Virus

-Hinfluenzae

-Mtuberculosis

-Jamur endemic

- Sefalosporin

generasi 3

(anti

pseudomonas)

+ makrolid

- Sefalosporin

generasi 4

- Sefalosporin

generasi 3 +

kuinolon

-Carbapenem

meropenem

-Vankomicin

-Linesolid

-Teikoplanin

2 Terapi Suportif Umum

1 Terapi O2 untuk mencapai PaO2 80-100 mmHg atau saturasi 95-96 berdasarkan

pemeriksaan analisis gas darah

2 Humidifikasi dengan nebulizer untuk pengenceran dahak yang kental dapat

disertai nebulizer untuk pemberian bronkodilator bila terdapat bronkospasme

3 Fisioterapi dada untuk pengeluaran dahak khususnya anjuran untuk batuk dan

napas dalam Bila perlu dikerjakan fish mouth breathing untuk melancarkan

ekspirasi dan pengeluarn CO2 Posisi tidur setengah duduk untuk melancarkan

pernapasan7

4 Pengaturan cairan Keutuhan kapiler paru sering terganggu pada pneumonia dan

paru lebih sensitif terhadap pembebanan cairan terutama bila terdapat pneumonia

bilateral Pemberian cairan pada pasien harus diatur dengan baik termasuk pada

keadaan gangguan sirkulasi dan gagal ginjal Overhidrasi untuk maksud

mengencerkan dahak tidak diperkenankan 9

5 Pemberian kortikosteroid pada fase sepsis berat perlu diberikan Terapi ini tidak

bermanfaat pada keadaan renjatan septik

6 Obat inotropik seperti dobutamin atau dopamin kadang-kadang diperlukan bila

terdapat komplikasi gangguan sirkulasi atau gagal ginjal prerenal

7 Ventilasi mekanis indikasi intubasi dan pemasangan ventilator pada pneumonia

adalah

27

a Hipoksemia persisten meskipun telah diberikan O2 100 dengan

menggunakaan masker Kosentrasi O2 yang tinggi menyebabkan penurunan

pulmonary compliance hingga tekanan inflasi meninggi Dalam hal ini perlu

dipergunakan PEEP untuk memperbaiki oksigenisasi dan menurunkan FiO2

menjadi 50 atau lebih rendah9

b Gagal napas yang ditandai oleh peningkatan respiratory distress dengan atau

didapat asidosis respiratorik

c Respiratory arrest

d Retensi sputum yang sulit diatasi secara konservatif

8 Drainase empiema bila ada

9 Bila terdapat gagal napas diberikan nutrisi dengan kalori yang cukup yang

didapatkan terutama dari lemak (gt50) hingga dapat dihindari pembentukan

CO2 yang berlebihan9

3 Terapi Sulih (switch therapy)

Masa perawatan di rumah sakit sebaiknya dipersingkat dengan perubahan obat

suntik ke oral dilanjutkan dengan berobat jalan hal ini untuk mengurangi biaya

perawatan dan mencegah infeksi nosokomial Perubahan ini dapat diberikan secara

sequential (obat sama potensi sama) switch over (obat berbeda potensi sama) dan

step down (obat sama atau berbeda potensi lebih rendah) Pasien beralih dari

intravena ke oral terapi ketika hemodinamik sudah stabil dan perbaikan terbukti

secara secara klinis dapat menelan obat-obatan dan memiliki saluran pencernaan

berfungsi normal 10

28

Kriteria untuk Pneumonia terkait stabilitas klinis adalah 9

1 Temp le 378 C Kesadaran baik

2 Denyut jantung le 100 denyut menit

3 Respirasi ratele 24 napas menit

4 Tekanan darah sistolik ge 90 mmHg

5 Saturasi O2 arteri ge 90 atau pO2 ge 60 mmHg pada ruang udara

6 Kemampuan untuk mengambil asupan oral

210 Komplikasi Pneumonia

1 Efusi pleura dan empiema Terjadi pada sekitar 45 kasus terutama pada infeksi

bakterial akut berupa efusi parapneumonik gram negative sebesar 60

Staphylococcus aureus 50 S pneumoniae 40-60 kuman anaerob 35

Sedangkan pada Mycoplasmapneumoniae sebesar 20 Cairannya transudat dan

steril Terkadang pada infeksi bakterial terjadi empiema dengan cairan eksudat

2 Komplikasi sistemik Dapat terjadi akibat invasi kuman atau bakteriemia berupa

meningitis Dapat juga terjadi dehidrasi dan hiponatremia anemia pada infeksi

kronik peningguan ureum dan enzim hati Kadang-kadang terjadi peninggian

fostase alkali dan bilirubin akibat adanya kolestasis intrahepatik

3 Hipoksemia akibat gangguan difusi

4 Abses Paru terbentuk akibat eksudat di alveolus paru sehingga terjadi infeksi

oleh kuman anaerob dan bakteri gram negative

29

5 Pneumonia kronik yang dapat terjadi bila pneumonia berlangsung lebih dari 4-6

minggu akibat kuman anaerob S aureus dan kuman Gram (-) seperti

Pseudomonas aeruginosa

6 Bronkiektasis Biasanya terjadi karena pneunomia pada masa anak-anak tetapi

dapat juga oleh infeksi berulang di lokasi bronkus distal pada cystic fibrosis atau

hipogamaglobulinemia tuberkulosis atau pneumonia nekrotikans 3

211 Prognosis Pneumonia

Angka morbiditas dan mortalitas pneumonia menurun sejak ditemukannya

antibiotik Faktor yang berperan adalah patogenitas kuman usia penyakit dasar dan

kondisi pasien Secara umum angka kematian pneumonia pneumokokus adalah

sebesar 5 namun dapat meningkat menjadi 60 pada orang tua dengan kondisi

yang buruk misalnya gangguan imunologis sirosis hepatis penyakit paru obstruktif

kronik atau kanker Adanya leukopenia ikterus terkenanya 3 atau lebih lobus dan

komplikasi ekstraparu merupakan petanda prognosis yang buruk Kuman gram

negatif menimbulkan prognosis yang lebih jelek 10

Prognosis pada orang tua dan anak kurang baik karena itu perlu perawatan di

RS kecuali bila penyakitnya ringan Orang dewasa (lt60 tahun) dapat berobat jalan

kecuali

1 Bila terdapat penyakit paru kronik

2 PN Meliputi banyak lobus

3 Disertai gambaran klinis yang berkaitan dengan mortalitas yang tinggi yaitu

30

a Usia gt 60 tahun

b Dijumpai adanya gejala pada saat masuk perawatan RS frekuensi napas gt 30

xm tekanan diastolik lt 60 mmHg leukosit abnormal (lt4500-gt30000)

BAB 3

KESIMPULAN

Pneumonia adalah salah satu penyakit akibat infeksi parenkim paru yang

dapat menyerang segala usia Pneumonia paling banyak disebabkan oleh infeksi

bakteri Streptococcus pneumonia dengan gejala yang muncul seperti demam batuk

berdahak sesak napas dan terkadang disertai nyeri dada

Pemeriksaan radiologi dalam hal ini foto thorax konvensional dan CT Scan

menjadi pemeriksaan yang sangat penting pada pneumonia Gambaran khas pada

pneumonia adalah adanya konsolidasi dengan adanya gambaran air bronchogram

Namun tidak semua pneumonia memberikan gambaran khas tersebut Untuk

menentukan etiologi pneumonia tidak dapat hanya semata-mata menggunakan foto

thorax melainkan harus dilihat dari riwayat penyakit dan juga pemeriksaan

laboratorium

Penatalaksanaan medis pada pneumonia adalah pemberian antibiotik yang

sesuai dengan kuman penyebab pneumonia disamping terapi supportif lainnya

Prognosis pneumonia secara umum baik jika mendapat terapi antibiotik yang adekuat

faktor predisposisi pasien dan ada tidaknya komplikasi yang menyertai

31

DAFTAR PUSTAKA

1 Dahlan Z 2006 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Pulmonologi Pusat

Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas kedokteran Universitas

Indonesia Jakarta

2 Price SA Wilson LM 2005 Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses

Penyakit Edisi 6 Volume 2 Penerbit EGC Jakarta

3 Soedarsono 2004 Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru Bagian Ilmu Penyakit Paru

FK UNAIR Surabaya

4 Aru W Bambang Idrus A Marcellus Siti S ed Buku Ajar Ilmu Penyakit

Dalam Jilid II Edisi 4 Jakarta Pusat Penerbitan Departemen IPD RSCM

2007

5 Perhimpunan Dokter Paru Indonesia Pedoman Diagnosis dan

penatalaksanaan Pneumonia Komuniti2003

6 Perhimpunan Dokter Paru Indonesia Pedoman Diagnosis dan

penatalaksanaan Pneumonia Nosokomial2003

7 Barlett JG Dowell SF Mondell LA File TM Mushor DM Fine MJ Practice

guidelines for management community-acquiredd pneumonia in adults Clin

infect Dis 2000 31 347-82

8 Mandell LA IDSAATS consensus guidelines on the management of

community-acquired pneumonia in adults CID 200744S27

9 Menendez R Treatment failure in community-acquired pneumonia

0071321348

32

10 Niederman MS Recent advances in community-acquired pneumonia inpatient

and outpatient Chest 20071311205

33

  • 22 Definisi Pneumonia
  • Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius dan alveoli serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat yang disebabkan oleh mikroorganisme (bakterivirusjamurprotozoa)3
  • 23 Epidemiologi Pneumonia
  • 25 Klasifikasi Pneumonia
  • Terutama pada jaringan penyangga yaitu interstitial dinding bronkus dan peribronkil Peradangan dapat ditemumkan pada infeksi virus dan mycoplasma Terjadi edema dinding bronkioli dan juga edema jaringan interstisial prebronkial Radiologis berupa bayangan udara pada alveolus masih terlihat diliputi perselubungan yang tidak merata 5
  • 26 Patofisiologi Pneumonia
  • 27 Diagnosis Pneumonia
  • 28 Diagnosis Banding Pneumonia
  • 29 Penatalaksanaan
  • 210 Komplikasi Pneumonia
Page 16: Referat Pneumonia

Batasnya tegas walaupun pada mulanya kurang jelas

Volume paru tidak berubah tidak seperti atelektasis dimana paru mengecil Tidak

tampak deviasi tracheaseptumfissure seperti pada atelektasis

Silhouette sign (+) bermanfaat untuk menentukan letak lesi paru batas lesi

dengan jantung hilang berarti lesi tersebut berdampingan dengan jantung atau di

lobus medius kanan

Seringkali terjadi komplikasi efusi pleura

Bila terjadinya pada lobus inferior maka sinus phrenicocostalis yang paling akhir

terkena

Pada permulaan sering masih terlihat vaskuler

Pada masa resolusi sering tampak Air Bronchogram Sign (terperangkapnya udara

pada bronkus karena tidanya pertukaran udara pada alveolus)

Foto thoraks saja tidak dapat secara khas menentukan penyebab pneumonia

hanya merupakan petunjuk ke arah diagnosis etiologi misalnya penyebab

pneumonia lobaris tersering disebabkan oleh Streptococcus pneumoniae

Pseudomonas aeruginosa sering memperlihatkan infiltrat bilateral atau gambaran

bronkopneumonia sedangkan Klebsiela pneumonia sering menunjukan konsolidasi

yang terjadi pada lobus atas kanan meskipun dapat mengenai beberapa lobus6

1Pneumonia Lobaris

Foto Thorax

16

Tampak gambaran gabungan konsolidasi berdensitas tinggi pada satu

segmenlobus (lobus kanan bawah PA maupun lateral)) atau bercak yang

mengikutsertakan alveoli yang tersebar Air bronchogram biasanya ditemukan

pada pneumonia jenis ini

CT Scan

17

Hasil CT dada ini menampilkan gambaran hiperdens di lobus atas kiri sampai ke

perifer

2 Bronchopneumonia (Pneumonia Lobularis)

Foto Thorax

Pada gambar diatas tampak konsolidasi tidak homogen di lobus atas kiri dan lobus

bawah kiri

CT Scan

18

Tampak gambaran opakhiperdens pada lobus tengah kanan namun tidak menjalar

sampai perifer

3 Pneumonia Interstisial

Foto Thorax

19

Terjadi edema dinding bronkioli dan juga edema jaringan interstitial

prebronkial Radiologis berupa bayangan udara pada alveolus masih terlihat

diliputi oleh perselubungan yang tidak merata

CT Scan

Gambaran CT Scan pneumonia interstitiak pada seorang pria berusia 19

tahun (A) Menunjukan area konsolidasi di percabangan peribronkovaskuler

yang irreguler (B) CT Scan pada hasil follow up selama 2 tahun menunjukan

area konsolidasi yang irreguler tersebut berkembang menjadi bronkiektasis

atau bronkiolektasis (tanda panah)

274 Pemeriksaan Bakteriologis

Bahan berasal dari sputum darah aspirasi nasotrakealtranstrakeal

torakosintesis bronkoskopi atau biopsi Kuman yang predominan pada sputum

disertai PMN yang kemungkinan penyebab infeksi 5

Pengambilan dahak dilakukan pagi hari Pasien mula-mula kumur-kumur

dengan akuades biasa setelah itu pasien diminta inspirasi dalam kemudian

membatukkan dahaknya Dahak ditampung dalam botol steril dan ditutup rapat

20

Dahak segera dikirim ke labolatorium (tidak boleh lebih dari 4 jam) Jika terjadi

kesulitan mengeluarkan dahak dapat dibantu nebulisasi dengan NaCl 3 Kriteria

dahak yang memenuhi syarat untuk pemeriksaan apusan langsung dan biarkan yaitu

bila ditemukan sel PMN gt 25lpk dan sel epitel lt 10lpk 5

28 Diagnosis Banding Pneumonia

ATuberculosis Paru (TB)

Tuberculosis Paru (TB) adalah suatu penyakit infeksi menular yang

disebabkan oleh M tuberculosis Jalan masuk untuk organism M tuberculosis adalah

saluran pernafasan saluran pencernaan Gejala klinis TB antara lain batuk lama yang

produktif (durasi lebih dari 3 minggu) nyeri dada dan hemoptisis dan gejala sistemik

meliputi demam menggigil keringat malam lemas hilang nafsu makan dan

penurunan berat badan3

Tampak gambaran cavitas pada paru lobus atas kanan pada foto thorax proyeksi PA

21

BAtelektasis

Atelektasis adalah istilah yang berarti pengembangan paru yang tidak

sempurna dan menyiratkan arti bahwa alveolus pada bagian paru yang terserang tidak

mengandung udara dan kolaps Memberikan gambaran yang mirip dengan pneumonia

tanpa air bronchogram Namun terdapat penarikan jantung trakea dan mediastinum

ke arah yang sakit karena adanya pengurangan volume interkostal space menjadi

lebih sempit dan pengecilan dari seluruh atau sebagian paru-paru yang sakit

Sehingga akan tampak thorax asimetris 3

Atelektasis pada foto thorax proyeksi PA

22

C Efusi Pleura

Memberi gambaran yang mirip dengan pneumonia tanpa air bronchogram

Terdapat penambahan volume sehingga terjadi pendorongan jantung trakea dan

mediastinum kearah yang sehat Rongga thorax membesar Pada edusi pleura

sebagian akan tampak meniscus sign (+) tanda khas pada efusi pleura 3

Efusi pleura pada foto thorax posisi PA

29 Penatalaksanaan

Pengobatan terdiri atas antibiotik dan pengobatan suportif Pemberian

antibiotik pada penderita pneumonia sebaiknya berdasarkan data mikroorganisme dan

hasil uji kepekaannya akan tetapi karena beberapa alasan yaitu 7

1 penyakit yang berat dapat mengancam jiwa

2 bakteri patogen yang berhasil diisolasi belum tentu sebagai penyebab pneumonia

3 hasil pembiakan bakteri memerlukan waktu

23

Maka pada penderita pneumonia dapat diberikan terapi secara empiris Secara

umum pemilihan antibiotic berdasarkan baktri penyebab pneumonia dapat dilihat

sebagai berikut 751

1 Pemberian Antibiotik

Penisilin sensitif Streptococcus pneumonia (PSSP)

1048707 Golongan Penisilin

1048707 TMP-SMZ

1048707 Makrolid

Penisilin resisten Streptococcus pneumoniae (PRSP)

1048707 Betalaktam oral dosis tinggi (untuk rawat jalan)

1048707 Sefotaksim Seftriakson dosis tinggi

1048707 Marolid baru dosis tinggi

1048707 Fluorokuinolon respirasi

Pseudomonas aeruginosa

1048707 Aminoglikosid

1048707 Seftazidim Sefoperason Sefepim

1048707 Tikarsilin Piperasilin

1048707 Karbapenem Meropenem Imipenem

1048707 Siprofloksasin Levofloksasin

Methicillin resistent Staphylococcus aureus (MRSA)

1048707 Vankomisin

1048707 Teikoplanin

1048707 Linezolid

Hemophilus influenzae

1048707 TMP-SMZ

1048707 Azitromisin

1048707 Sefalosporin gen 2 atau 3

24

1048707 Fluorokuinolon respirasi

Legionella

1048707 Makrolid

1048707 Fluorokuinolon

1048707 Rifampisin

Mycoplasma pneumoniae

1048707 Doksisiklin

1048707 Makrolid

1048707 Fluorokuinolon

Chlamydia pneumoniae

1048707 Doksisikin

1048707 Makrolid

1048707 Fluorokuinolon

25

26

Tabel 3 Rekomendasi Terapi Empiris (ATS 2001) 8

Kategori Keterangan Kuman Penyebab Obat Pilihan I Obat Pilihan II

Kategori I Usia

penderita

lt 65 tahun

-Penyakit

Penyerta (-)

-Dapat

berobat jalan

-Spneumonia

-Mpneumonia

-Cpneumonia

-Hinfluenzae

-Legionale sp

-Saureus

-Mtuberculosis

-Batang Gram (-)

Klaritromisin

2x250 mg

- -Azitromisin

1x500mg

- Rositromisin

2x150 mg atau

1x300 mg

- Siprofloksasin

2x500mg atau

Ofloksasin 2x400mg

- Levofloksasin

1x500mg atau

Moxifloxacin

1x400mg

- Doksisiklin 2x100mg

Kategori II -Usia

penderita gt

65 tahun

- Peny

Penyerta (+)

-Dapat

berobat jalan

-Spneumonia

Hinfluenzae

Batang gram(-)

Aerob

Saures

Mcatarrhalis

Legionalle sp

-Sepalospporin

generasi 2

-Trimetroprim

+Kotrimoksazol

-Betalaktam

-Makrolid

-Levofloksasin

-Gatifloksasin

-Moxyfloksasin

Kategori

III

-Pneumonia

berat

- Perlu

dirawat di

RStapi tidak

perlu di ICU

-Spneumoniae

-Hinfluenzae

-Polimikroba

termasuk Aerob

-Batang Gram (-)

-Legionalla sp

-Saureus

Mpneumoniae

- Sefalosporin

Generasi 2 atau

3

- Betalaktam +

Penghambat

Betalaktamase

+makrolid

-Piperasilin +

tazobaktam

-Sulferason

Kategori

IV

-Pneumonia

berat

-Perlu dirawat

di ICU

-Spneumonia

-Legionella sp

-Batang Gram (-)

aerob

-Mpneumonia

-Virus

-Hinfluenzae

-Mtuberculosis

-Jamur endemic

- Sefalosporin

generasi 3

(anti

pseudomonas)

+ makrolid

- Sefalosporin

generasi 4

- Sefalosporin

generasi 3 +

kuinolon

-Carbapenem

meropenem

-Vankomicin

-Linesolid

-Teikoplanin

2 Terapi Suportif Umum

1 Terapi O2 untuk mencapai PaO2 80-100 mmHg atau saturasi 95-96 berdasarkan

pemeriksaan analisis gas darah

2 Humidifikasi dengan nebulizer untuk pengenceran dahak yang kental dapat

disertai nebulizer untuk pemberian bronkodilator bila terdapat bronkospasme

3 Fisioterapi dada untuk pengeluaran dahak khususnya anjuran untuk batuk dan

napas dalam Bila perlu dikerjakan fish mouth breathing untuk melancarkan

ekspirasi dan pengeluarn CO2 Posisi tidur setengah duduk untuk melancarkan

pernapasan7

4 Pengaturan cairan Keutuhan kapiler paru sering terganggu pada pneumonia dan

paru lebih sensitif terhadap pembebanan cairan terutama bila terdapat pneumonia

bilateral Pemberian cairan pada pasien harus diatur dengan baik termasuk pada

keadaan gangguan sirkulasi dan gagal ginjal Overhidrasi untuk maksud

mengencerkan dahak tidak diperkenankan 9

5 Pemberian kortikosteroid pada fase sepsis berat perlu diberikan Terapi ini tidak

bermanfaat pada keadaan renjatan septik

6 Obat inotropik seperti dobutamin atau dopamin kadang-kadang diperlukan bila

terdapat komplikasi gangguan sirkulasi atau gagal ginjal prerenal

7 Ventilasi mekanis indikasi intubasi dan pemasangan ventilator pada pneumonia

adalah

27

a Hipoksemia persisten meskipun telah diberikan O2 100 dengan

menggunakaan masker Kosentrasi O2 yang tinggi menyebabkan penurunan

pulmonary compliance hingga tekanan inflasi meninggi Dalam hal ini perlu

dipergunakan PEEP untuk memperbaiki oksigenisasi dan menurunkan FiO2

menjadi 50 atau lebih rendah9

b Gagal napas yang ditandai oleh peningkatan respiratory distress dengan atau

didapat asidosis respiratorik

c Respiratory arrest

d Retensi sputum yang sulit diatasi secara konservatif

8 Drainase empiema bila ada

9 Bila terdapat gagal napas diberikan nutrisi dengan kalori yang cukup yang

didapatkan terutama dari lemak (gt50) hingga dapat dihindari pembentukan

CO2 yang berlebihan9

3 Terapi Sulih (switch therapy)

Masa perawatan di rumah sakit sebaiknya dipersingkat dengan perubahan obat

suntik ke oral dilanjutkan dengan berobat jalan hal ini untuk mengurangi biaya

perawatan dan mencegah infeksi nosokomial Perubahan ini dapat diberikan secara

sequential (obat sama potensi sama) switch over (obat berbeda potensi sama) dan

step down (obat sama atau berbeda potensi lebih rendah) Pasien beralih dari

intravena ke oral terapi ketika hemodinamik sudah stabil dan perbaikan terbukti

secara secara klinis dapat menelan obat-obatan dan memiliki saluran pencernaan

berfungsi normal 10

28

Kriteria untuk Pneumonia terkait stabilitas klinis adalah 9

1 Temp le 378 C Kesadaran baik

2 Denyut jantung le 100 denyut menit

3 Respirasi ratele 24 napas menit

4 Tekanan darah sistolik ge 90 mmHg

5 Saturasi O2 arteri ge 90 atau pO2 ge 60 mmHg pada ruang udara

6 Kemampuan untuk mengambil asupan oral

210 Komplikasi Pneumonia

1 Efusi pleura dan empiema Terjadi pada sekitar 45 kasus terutama pada infeksi

bakterial akut berupa efusi parapneumonik gram negative sebesar 60

Staphylococcus aureus 50 S pneumoniae 40-60 kuman anaerob 35

Sedangkan pada Mycoplasmapneumoniae sebesar 20 Cairannya transudat dan

steril Terkadang pada infeksi bakterial terjadi empiema dengan cairan eksudat

2 Komplikasi sistemik Dapat terjadi akibat invasi kuman atau bakteriemia berupa

meningitis Dapat juga terjadi dehidrasi dan hiponatremia anemia pada infeksi

kronik peningguan ureum dan enzim hati Kadang-kadang terjadi peninggian

fostase alkali dan bilirubin akibat adanya kolestasis intrahepatik

3 Hipoksemia akibat gangguan difusi

4 Abses Paru terbentuk akibat eksudat di alveolus paru sehingga terjadi infeksi

oleh kuman anaerob dan bakteri gram negative

29

5 Pneumonia kronik yang dapat terjadi bila pneumonia berlangsung lebih dari 4-6

minggu akibat kuman anaerob S aureus dan kuman Gram (-) seperti

Pseudomonas aeruginosa

6 Bronkiektasis Biasanya terjadi karena pneunomia pada masa anak-anak tetapi

dapat juga oleh infeksi berulang di lokasi bronkus distal pada cystic fibrosis atau

hipogamaglobulinemia tuberkulosis atau pneumonia nekrotikans 3

211 Prognosis Pneumonia

Angka morbiditas dan mortalitas pneumonia menurun sejak ditemukannya

antibiotik Faktor yang berperan adalah patogenitas kuman usia penyakit dasar dan

kondisi pasien Secara umum angka kematian pneumonia pneumokokus adalah

sebesar 5 namun dapat meningkat menjadi 60 pada orang tua dengan kondisi

yang buruk misalnya gangguan imunologis sirosis hepatis penyakit paru obstruktif

kronik atau kanker Adanya leukopenia ikterus terkenanya 3 atau lebih lobus dan

komplikasi ekstraparu merupakan petanda prognosis yang buruk Kuman gram

negatif menimbulkan prognosis yang lebih jelek 10

Prognosis pada orang tua dan anak kurang baik karena itu perlu perawatan di

RS kecuali bila penyakitnya ringan Orang dewasa (lt60 tahun) dapat berobat jalan

kecuali

1 Bila terdapat penyakit paru kronik

2 PN Meliputi banyak lobus

3 Disertai gambaran klinis yang berkaitan dengan mortalitas yang tinggi yaitu

30

a Usia gt 60 tahun

b Dijumpai adanya gejala pada saat masuk perawatan RS frekuensi napas gt 30

xm tekanan diastolik lt 60 mmHg leukosit abnormal (lt4500-gt30000)

BAB 3

KESIMPULAN

Pneumonia adalah salah satu penyakit akibat infeksi parenkim paru yang

dapat menyerang segala usia Pneumonia paling banyak disebabkan oleh infeksi

bakteri Streptococcus pneumonia dengan gejala yang muncul seperti demam batuk

berdahak sesak napas dan terkadang disertai nyeri dada

Pemeriksaan radiologi dalam hal ini foto thorax konvensional dan CT Scan

menjadi pemeriksaan yang sangat penting pada pneumonia Gambaran khas pada

pneumonia adalah adanya konsolidasi dengan adanya gambaran air bronchogram

Namun tidak semua pneumonia memberikan gambaran khas tersebut Untuk

menentukan etiologi pneumonia tidak dapat hanya semata-mata menggunakan foto

thorax melainkan harus dilihat dari riwayat penyakit dan juga pemeriksaan

laboratorium

Penatalaksanaan medis pada pneumonia adalah pemberian antibiotik yang

sesuai dengan kuman penyebab pneumonia disamping terapi supportif lainnya

Prognosis pneumonia secara umum baik jika mendapat terapi antibiotik yang adekuat

faktor predisposisi pasien dan ada tidaknya komplikasi yang menyertai

31

DAFTAR PUSTAKA

1 Dahlan Z 2006 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Pulmonologi Pusat

Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas kedokteran Universitas

Indonesia Jakarta

2 Price SA Wilson LM 2005 Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses

Penyakit Edisi 6 Volume 2 Penerbit EGC Jakarta

3 Soedarsono 2004 Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru Bagian Ilmu Penyakit Paru

FK UNAIR Surabaya

4 Aru W Bambang Idrus A Marcellus Siti S ed Buku Ajar Ilmu Penyakit

Dalam Jilid II Edisi 4 Jakarta Pusat Penerbitan Departemen IPD RSCM

2007

5 Perhimpunan Dokter Paru Indonesia Pedoman Diagnosis dan

penatalaksanaan Pneumonia Komuniti2003

6 Perhimpunan Dokter Paru Indonesia Pedoman Diagnosis dan

penatalaksanaan Pneumonia Nosokomial2003

7 Barlett JG Dowell SF Mondell LA File TM Mushor DM Fine MJ Practice

guidelines for management community-acquiredd pneumonia in adults Clin

infect Dis 2000 31 347-82

8 Mandell LA IDSAATS consensus guidelines on the management of

community-acquired pneumonia in adults CID 200744S27

9 Menendez R Treatment failure in community-acquired pneumonia

0071321348

32

10 Niederman MS Recent advances in community-acquired pneumonia inpatient

and outpatient Chest 20071311205

33

  • 22 Definisi Pneumonia
  • Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius dan alveoli serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat yang disebabkan oleh mikroorganisme (bakterivirusjamurprotozoa)3
  • 23 Epidemiologi Pneumonia
  • 25 Klasifikasi Pneumonia
  • Terutama pada jaringan penyangga yaitu interstitial dinding bronkus dan peribronkil Peradangan dapat ditemumkan pada infeksi virus dan mycoplasma Terjadi edema dinding bronkioli dan juga edema jaringan interstisial prebronkial Radiologis berupa bayangan udara pada alveolus masih terlihat diliputi perselubungan yang tidak merata 5
  • 26 Patofisiologi Pneumonia
  • 27 Diagnosis Pneumonia
  • 28 Diagnosis Banding Pneumonia
  • 29 Penatalaksanaan
  • 210 Komplikasi Pneumonia
Page 17: Referat Pneumonia

Tampak gambaran gabungan konsolidasi berdensitas tinggi pada satu

segmenlobus (lobus kanan bawah PA maupun lateral)) atau bercak yang

mengikutsertakan alveoli yang tersebar Air bronchogram biasanya ditemukan

pada pneumonia jenis ini

CT Scan

17

Hasil CT dada ini menampilkan gambaran hiperdens di lobus atas kiri sampai ke

perifer

2 Bronchopneumonia (Pneumonia Lobularis)

Foto Thorax

Pada gambar diatas tampak konsolidasi tidak homogen di lobus atas kiri dan lobus

bawah kiri

CT Scan

18

Tampak gambaran opakhiperdens pada lobus tengah kanan namun tidak menjalar

sampai perifer

3 Pneumonia Interstisial

Foto Thorax

19

Terjadi edema dinding bronkioli dan juga edema jaringan interstitial

prebronkial Radiologis berupa bayangan udara pada alveolus masih terlihat

diliputi oleh perselubungan yang tidak merata

CT Scan

Gambaran CT Scan pneumonia interstitiak pada seorang pria berusia 19

tahun (A) Menunjukan area konsolidasi di percabangan peribronkovaskuler

yang irreguler (B) CT Scan pada hasil follow up selama 2 tahun menunjukan

area konsolidasi yang irreguler tersebut berkembang menjadi bronkiektasis

atau bronkiolektasis (tanda panah)

274 Pemeriksaan Bakteriologis

Bahan berasal dari sputum darah aspirasi nasotrakealtranstrakeal

torakosintesis bronkoskopi atau biopsi Kuman yang predominan pada sputum

disertai PMN yang kemungkinan penyebab infeksi 5

Pengambilan dahak dilakukan pagi hari Pasien mula-mula kumur-kumur

dengan akuades biasa setelah itu pasien diminta inspirasi dalam kemudian

membatukkan dahaknya Dahak ditampung dalam botol steril dan ditutup rapat

20

Dahak segera dikirim ke labolatorium (tidak boleh lebih dari 4 jam) Jika terjadi

kesulitan mengeluarkan dahak dapat dibantu nebulisasi dengan NaCl 3 Kriteria

dahak yang memenuhi syarat untuk pemeriksaan apusan langsung dan biarkan yaitu

bila ditemukan sel PMN gt 25lpk dan sel epitel lt 10lpk 5

28 Diagnosis Banding Pneumonia

ATuberculosis Paru (TB)

Tuberculosis Paru (TB) adalah suatu penyakit infeksi menular yang

disebabkan oleh M tuberculosis Jalan masuk untuk organism M tuberculosis adalah

saluran pernafasan saluran pencernaan Gejala klinis TB antara lain batuk lama yang

produktif (durasi lebih dari 3 minggu) nyeri dada dan hemoptisis dan gejala sistemik

meliputi demam menggigil keringat malam lemas hilang nafsu makan dan

penurunan berat badan3

Tampak gambaran cavitas pada paru lobus atas kanan pada foto thorax proyeksi PA

21

BAtelektasis

Atelektasis adalah istilah yang berarti pengembangan paru yang tidak

sempurna dan menyiratkan arti bahwa alveolus pada bagian paru yang terserang tidak

mengandung udara dan kolaps Memberikan gambaran yang mirip dengan pneumonia

tanpa air bronchogram Namun terdapat penarikan jantung trakea dan mediastinum

ke arah yang sakit karena adanya pengurangan volume interkostal space menjadi

lebih sempit dan pengecilan dari seluruh atau sebagian paru-paru yang sakit

Sehingga akan tampak thorax asimetris 3

Atelektasis pada foto thorax proyeksi PA

22

C Efusi Pleura

Memberi gambaran yang mirip dengan pneumonia tanpa air bronchogram

Terdapat penambahan volume sehingga terjadi pendorongan jantung trakea dan

mediastinum kearah yang sehat Rongga thorax membesar Pada edusi pleura

sebagian akan tampak meniscus sign (+) tanda khas pada efusi pleura 3

Efusi pleura pada foto thorax posisi PA

29 Penatalaksanaan

Pengobatan terdiri atas antibiotik dan pengobatan suportif Pemberian

antibiotik pada penderita pneumonia sebaiknya berdasarkan data mikroorganisme dan

hasil uji kepekaannya akan tetapi karena beberapa alasan yaitu 7

1 penyakit yang berat dapat mengancam jiwa

2 bakteri patogen yang berhasil diisolasi belum tentu sebagai penyebab pneumonia

3 hasil pembiakan bakteri memerlukan waktu

23

Maka pada penderita pneumonia dapat diberikan terapi secara empiris Secara

umum pemilihan antibiotic berdasarkan baktri penyebab pneumonia dapat dilihat

sebagai berikut 751

1 Pemberian Antibiotik

Penisilin sensitif Streptococcus pneumonia (PSSP)

1048707 Golongan Penisilin

1048707 TMP-SMZ

1048707 Makrolid

Penisilin resisten Streptococcus pneumoniae (PRSP)

1048707 Betalaktam oral dosis tinggi (untuk rawat jalan)

1048707 Sefotaksim Seftriakson dosis tinggi

1048707 Marolid baru dosis tinggi

1048707 Fluorokuinolon respirasi

Pseudomonas aeruginosa

1048707 Aminoglikosid

1048707 Seftazidim Sefoperason Sefepim

1048707 Tikarsilin Piperasilin

1048707 Karbapenem Meropenem Imipenem

1048707 Siprofloksasin Levofloksasin

Methicillin resistent Staphylococcus aureus (MRSA)

1048707 Vankomisin

1048707 Teikoplanin

1048707 Linezolid

Hemophilus influenzae

1048707 TMP-SMZ

1048707 Azitromisin

1048707 Sefalosporin gen 2 atau 3

24

1048707 Fluorokuinolon respirasi

Legionella

1048707 Makrolid

1048707 Fluorokuinolon

1048707 Rifampisin

Mycoplasma pneumoniae

1048707 Doksisiklin

1048707 Makrolid

1048707 Fluorokuinolon

Chlamydia pneumoniae

1048707 Doksisikin

1048707 Makrolid

1048707 Fluorokuinolon

25

26

Tabel 3 Rekomendasi Terapi Empiris (ATS 2001) 8

Kategori Keterangan Kuman Penyebab Obat Pilihan I Obat Pilihan II

Kategori I Usia

penderita

lt 65 tahun

-Penyakit

Penyerta (-)

-Dapat

berobat jalan

-Spneumonia

-Mpneumonia

-Cpneumonia

-Hinfluenzae

-Legionale sp

-Saureus

-Mtuberculosis

-Batang Gram (-)

Klaritromisin

2x250 mg

- -Azitromisin

1x500mg

- Rositromisin

2x150 mg atau

1x300 mg

- Siprofloksasin

2x500mg atau

Ofloksasin 2x400mg

- Levofloksasin

1x500mg atau

Moxifloxacin

1x400mg

- Doksisiklin 2x100mg

Kategori II -Usia

penderita gt

65 tahun

- Peny

Penyerta (+)

-Dapat

berobat jalan

-Spneumonia

Hinfluenzae

Batang gram(-)

Aerob

Saures

Mcatarrhalis

Legionalle sp

-Sepalospporin

generasi 2

-Trimetroprim

+Kotrimoksazol

-Betalaktam

-Makrolid

-Levofloksasin

-Gatifloksasin

-Moxyfloksasin

Kategori

III

-Pneumonia

berat

- Perlu

dirawat di

RStapi tidak

perlu di ICU

-Spneumoniae

-Hinfluenzae

-Polimikroba

termasuk Aerob

-Batang Gram (-)

-Legionalla sp

-Saureus

Mpneumoniae

- Sefalosporin

Generasi 2 atau

3

- Betalaktam +

Penghambat

Betalaktamase

+makrolid

-Piperasilin +

tazobaktam

-Sulferason

Kategori

IV

-Pneumonia

berat

-Perlu dirawat

di ICU

-Spneumonia

-Legionella sp

-Batang Gram (-)

aerob

-Mpneumonia

-Virus

-Hinfluenzae

-Mtuberculosis

-Jamur endemic

- Sefalosporin

generasi 3

(anti

pseudomonas)

+ makrolid

- Sefalosporin

generasi 4

- Sefalosporin

generasi 3 +

kuinolon

-Carbapenem

meropenem

-Vankomicin

-Linesolid

-Teikoplanin

2 Terapi Suportif Umum

1 Terapi O2 untuk mencapai PaO2 80-100 mmHg atau saturasi 95-96 berdasarkan

pemeriksaan analisis gas darah

2 Humidifikasi dengan nebulizer untuk pengenceran dahak yang kental dapat

disertai nebulizer untuk pemberian bronkodilator bila terdapat bronkospasme

3 Fisioterapi dada untuk pengeluaran dahak khususnya anjuran untuk batuk dan

napas dalam Bila perlu dikerjakan fish mouth breathing untuk melancarkan

ekspirasi dan pengeluarn CO2 Posisi tidur setengah duduk untuk melancarkan

pernapasan7

4 Pengaturan cairan Keutuhan kapiler paru sering terganggu pada pneumonia dan

paru lebih sensitif terhadap pembebanan cairan terutama bila terdapat pneumonia

bilateral Pemberian cairan pada pasien harus diatur dengan baik termasuk pada

keadaan gangguan sirkulasi dan gagal ginjal Overhidrasi untuk maksud

mengencerkan dahak tidak diperkenankan 9

5 Pemberian kortikosteroid pada fase sepsis berat perlu diberikan Terapi ini tidak

bermanfaat pada keadaan renjatan septik

6 Obat inotropik seperti dobutamin atau dopamin kadang-kadang diperlukan bila

terdapat komplikasi gangguan sirkulasi atau gagal ginjal prerenal

7 Ventilasi mekanis indikasi intubasi dan pemasangan ventilator pada pneumonia

adalah

27

a Hipoksemia persisten meskipun telah diberikan O2 100 dengan

menggunakaan masker Kosentrasi O2 yang tinggi menyebabkan penurunan

pulmonary compliance hingga tekanan inflasi meninggi Dalam hal ini perlu

dipergunakan PEEP untuk memperbaiki oksigenisasi dan menurunkan FiO2

menjadi 50 atau lebih rendah9

b Gagal napas yang ditandai oleh peningkatan respiratory distress dengan atau

didapat asidosis respiratorik

c Respiratory arrest

d Retensi sputum yang sulit diatasi secara konservatif

8 Drainase empiema bila ada

9 Bila terdapat gagal napas diberikan nutrisi dengan kalori yang cukup yang

didapatkan terutama dari lemak (gt50) hingga dapat dihindari pembentukan

CO2 yang berlebihan9

3 Terapi Sulih (switch therapy)

Masa perawatan di rumah sakit sebaiknya dipersingkat dengan perubahan obat

suntik ke oral dilanjutkan dengan berobat jalan hal ini untuk mengurangi biaya

perawatan dan mencegah infeksi nosokomial Perubahan ini dapat diberikan secara

sequential (obat sama potensi sama) switch over (obat berbeda potensi sama) dan

step down (obat sama atau berbeda potensi lebih rendah) Pasien beralih dari

intravena ke oral terapi ketika hemodinamik sudah stabil dan perbaikan terbukti

secara secara klinis dapat menelan obat-obatan dan memiliki saluran pencernaan

berfungsi normal 10

28

Kriteria untuk Pneumonia terkait stabilitas klinis adalah 9

1 Temp le 378 C Kesadaran baik

2 Denyut jantung le 100 denyut menit

3 Respirasi ratele 24 napas menit

4 Tekanan darah sistolik ge 90 mmHg

5 Saturasi O2 arteri ge 90 atau pO2 ge 60 mmHg pada ruang udara

6 Kemampuan untuk mengambil asupan oral

210 Komplikasi Pneumonia

1 Efusi pleura dan empiema Terjadi pada sekitar 45 kasus terutama pada infeksi

bakterial akut berupa efusi parapneumonik gram negative sebesar 60

Staphylococcus aureus 50 S pneumoniae 40-60 kuman anaerob 35

Sedangkan pada Mycoplasmapneumoniae sebesar 20 Cairannya transudat dan

steril Terkadang pada infeksi bakterial terjadi empiema dengan cairan eksudat

2 Komplikasi sistemik Dapat terjadi akibat invasi kuman atau bakteriemia berupa

meningitis Dapat juga terjadi dehidrasi dan hiponatremia anemia pada infeksi

kronik peningguan ureum dan enzim hati Kadang-kadang terjadi peninggian

fostase alkali dan bilirubin akibat adanya kolestasis intrahepatik

3 Hipoksemia akibat gangguan difusi

4 Abses Paru terbentuk akibat eksudat di alveolus paru sehingga terjadi infeksi

oleh kuman anaerob dan bakteri gram negative

29

5 Pneumonia kronik yang dapat terjadi bila pneumonia berlangsung lebih dari 4-6

minggu akibat kuman anaerob S aureus dan kuman Gram (-) seperti

Pseudomonas aeruginosa

6 Bronkiektasis Biasanya terjadi karena pneunomia pada masa anak-anak tetapi

dapat juga oleh infeksi berulang di lokasi bronkus distal pada cystic fibrosis atau

hipogamaglobulinemia tuberkulosis atau pneumonia nekrotikans 3

211 Prognosis Pneumonia

Angka morbiditas dan mortalitas pneumonia menurun sejak ditemukannya

antibiotik Faktor yang berperan adalah patogenitas kuman usia penyakit dasar dan

kondisi pasien Secara umum angka kematian pneumonia pneumokokus adalah

sebesar 5 namun dapat meningkat menjadi 60 pada orang tua dengan kondisi

yang buruk misalnya gangguan imunologis sirosis hepatis penyakit paru obstruktif

kronik atau kanker Adanya leukopenia ikterus terkenanya 3 atau lebih lobus dan

komplikasi ekstraparu merupakan petanda prognosis yang buruk Kuman gram

negatif menimbulkan prognosis yang lebih jelek 10

Prognosis pada orang tua dan anak kurang baik karena itu perlu perawatan di

RS kecuali bila penyakitnya ringan Orang dewasa (lt60 tahun) dapat berobat jalan

kecuali

1 Bila terdapat penyakit paru kronik

2 PN Meliputi banyak lobus

3 Disertai gambaran klinis yang berkaitan dengan mortalitas yang tinggi yaitu

30

a Usia gt 60 tahun

b Dijumpai adanya gejala pada saat masuk perawatan RS frekuensi napas gt 30

xm tekanan diastolik lt 60 mmHg leukosit abnormal (lt4500-gt30000)

BAB 3

KESIMPULAN

Pneumonia adalah salah satu penyakit akibat infeksi parenkim paru yang

dapat menyerang segala usia Pneumonia paling banyak disebabkan oleh infeksi

bakteri Streptococcus pneumonia dengan gejala yang muncul seperti demam batuk

berdahak sesak napas dan terkadang disertai nyeri dada

Pemeriksaan radiologi dalam hal ini foto thorax konvensional dan CT Scan

menjadi pemeriksaan yang sangat penting pada pneumonia Gambaran khas pada

pneumonia adalah adanya konsolidasi dengan adanya gambaran air bronchogram

Namun tidak semua pneumonia memberikan gambaran khas tersebut Untuk

menentukan etiologi pneumonia tidak dapat hanya semata-mata menggunakan foto

thorax melainkan harus dilihat dari riwayat penyakit dan juga pemeriksaan

laboratorium

Penatalaksanaan medis pada pneumonia adalah pemberian antibiotik yang

sesuai dengan kuman penyebab pneumonia disamping terapi supportif lainnya

Prognosis pneumonia secara umum baik jika mendapat terapi antibiotik yang adekuat

faktor predisposisi pasien dan ada tidaknya komplikasi yang menyertai

31

DAFTAR PUSTAKA

1 Dahlan Z 2006 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Pulmonologi Pusat

Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas kedokteran Universitas

Indonesia Jakarta

2 Price SA Wilson LM 2005 Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses

Penyakit Edisi 6 Volume 2 Penerbit EGC Jakarta

3 Soedarsono 2004 Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru Bagian Ilmu Penyakit Paru

FK UNAIR Surabaya

4 Aru W Bambang Idrus A Marcellus Siti S ed Buku Ajar Ilmu Penyakit

Dalam Jilid II Edisi 4 Jakarta Pusat Penerbitan Departemen IPD RSCM

2007

5 Perhimpunan Dokter Paru Indonesia Pedoman Diagnosis dan

penatalaksanaan Pneumonia Komuniti2003

6 Perhimpunan Dokter Paru Indonesia Pedoman Diagnosis dan

penatalaksanaan Pneumonia Nosokomial2003

7 Barlett JG Dowell SF Mondell LA File TM Mushor DM Fine MJ Practice

guidelines for management community-acquiredd pneumonia in adults Clin

infect Dis 2000 31 347-82

8 Mandell LA IDSAATS consensus guidelines on the management of

community-acquired pneumonia in adults CID 200744S27

9 Menendez R Treatment failure in community-acquired pneumonia

0071321348

32

10 Niederman MS Recent advances in community-acquired pneumonia inpatient

and outpatient Chest 20071311205

33

  • 22 Definisi Pneumonia
  • Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius dan alveoli serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat yang disebabkan oleh mikroorganisme (bakterivirusjamurprotozoa)3
  • 23 Epidemiologi Pneumonia
  • 25 Klasifikasi Pneumonia
  • Terutama pada jaringan penyangga yaitu interstitial dinding bronkus dan peribronkil Peradangan dapat ditemumkan pada infeksi virus dan mycoplasma Terjadi edema dinding bronkioli dan juga edema jaringan interstisial prebronkial Radiologis berupa bayangan udara pada alveolus masih terlihat diliputi perselubungan yang tidak merata 5
  • 26 Patofisiologi Pneumonia
  • 27 Diagnosis Pneumonia
  • 28 Diagnosis Banding Pneumonia
  • 29 Penatalaksanaan
  • 210 Komplikasi Pneumonia
Page 18: Referat Pneumonia

Hasil CT dada ini menampilkan gambaran hiperdens di lobus atas kiri sampai ke

perifer

2 Bronchopneumonia (Pneumonia Lobularis)

Foto Thorax

Pada gambar diatas tampak konsolidasi tidak homogen di lobus atas kiri dan lobus

bawah kiri

CT Scan

18

Tampak gambaran opakhiperdens pada lobus tengah kanan namun tidak menjalar

sampai perifer

3 Pneumonia Interstisial

Foto Thorax

19

Terjadi edema dinding bronkioli dan juga edema jaringan interstitial

prebronkial Radiologis berupa bayangan udara pada alveolus masih terlihat

diliputi oleh perselubungan yang tidak merata

CT Scan

Gambaran CT Scan pneumonia interstitiak pada seorang pria berusia 19

tahun (A) Menunjukan area konsolidasi di percabangan peribronkovaskuler

yang irreguler (B) CT Scan pada hasil follow up selama 2 tahun menunjukan

area konsolidasi yang irreguler tersebut berkembang menjadi bronkiektasis

atau bronkiolektasis (tanda panah)

274 Pemeriksaan Bakteriologis

Bahan berasal dari sputum darah aspirasi nasotrakealtranstrakeal

torakosintesis bronkoskopi atau biopsi Kuman yang predominan pada sputum

disertai PMN yang kemungkinan penyebab infeksi 5

Pengambilan dahak dilakukan pagi hari Pasien mula-mula kumur-kumur

dengan akuades biasa setelah itu pasien diminta inspirasi dalam kemudian

membatukkan dahaknya Dahak ditampung dalam botol steril dan ditutup rapat

20

Dahak segera dikirim ke labolatorium (tidak boleh lebih dari 4 jam) Jika terjadi

kesulitan mengeluarkan dahak dapat dibantu nebulisasi dengan NaCl 3 Kriteria

dahak yang memenuhi syarat untuk pemeriksaan apusan langsung dan biarkan yaitu

bila ditemukan sel PMN gt 25lpk dan sel epitel lt 10lpk 5

28 Diagnosis Banding Pneumonia

ATuberculosis Paru (TB)

Tuberculosis Paru (TB) adalah suatu penyakit infeksi menular yang

disebabkan oleh M tuberculosis Jalan masuk untuk organism M tuberculosis adalah

saluran pernafasan saluran pencernaan Gejala klinis TB antara lain batuk lama yang

produktif (durasi lebih dari 3 minggu) nyeri dada dan hemoptisis dan gejala sistemik

meliputi demam menggigil keringat malam lemas hilang nafsu makan dan

penurunan berat badan3

Tampak gambaran cavitas pada paru lobus atas kanan pada foto thorax proyeksi PA

21

BAtelektasis

Atelektasis adalah istilah yang berarti pengembangan paru yang tidak

sempurna dan menyiratkan arti bahwa alveolus pada bagian paru yang terserang tidak

mengandung udara dan kolaps Memberikan gambaran yang mirip dengan pneumonia

tanpa air bronchogram Namun terdapat penarikan jantung trakea dan mediastinum

ke arah yang sakit karena adanya pengurangan volume interkostal space menjadi

lebih sempit dan pengecilan dari seluruh atau sebagian paru-paru yang sakit

Sehingga akan tampak thorax asimetris 3

Atelektasis pada foto thorax proyeksi PA

22

C Efusi Pleura

Memberi gambaran yang mirip dengan pneumonia tanpa air bronchogram

Terdapat penambahan volume sehingga terjadi pendorongan jantung trakea dan

mediastinum kearah yang sehat Rongga thorax membesar Pada edusi pleura

sebagian akan tampak meniscus sign (+) tanda khas pada efusi pleura 3

Efusi pleura pada foto thorax posisi PA

29 Penatalaksanaan

Pengobatan terdiri atas antibiotik dan pengobatan suportif Pemberian

antibiotik pada penderita pneumonia sebaiknya berdasarkan data mikroorganisme dan

hasil uji kepekaannya akan tetapi karena beberapa alasan yaitu 7

1 penyakit yang berat dapat mengancam jiwa

2 bakteri patogen yang berhasil diisolasi belum tentu sebagai penyebab pneumonia

3 hasil pembiakan bakteri memerlukan waktu

23

Maka pada penderita pneumonia dapat diberikan terapi secara empiris Secara

umum pemilihan antibiotic berdasarkan baktri penyebab pneumonia dapat dilihat

sebagai berikut 751

1 Pemberian Antibiotik

Penisilin sensitif Streptococcus pneumonia (PSSP)

1048707 Golongan Penisilin

1048707 TMP-SMZ

1048707 Makrolid

Penisilin resisten Streptococcus pneumoniae (PRSP)

1048707 Betalaktam oral dosis tinggi (untuk rawat jalan)

1048707 Sefotaksim Seftriakson dosis tinggi

1048707 Marolid baru dosis tinggi

1048707 Fluorokuinolon respirasi

Pseudomonas aeruginosa

1048707 Aminoglikosid

1048707 Seftazidim Sefoperason Sefepim

1048707 Tikarsilin Piperasilin

1048707 Karbapenem Meropenem Imipenem

1048707 Siprofloksasin Levofloksasin

Methicillin resistent Staphylococcus aureus (MRSA)

1048707 Vankomisin

1048707 Teikoplanin

1048707 Linezolid

Hemophilus influenzae

1048707 TMP-SMZ

1048707 Azitromisin

1048707 Sefalosporin gen 2 atau 3

24

1048707 Fluorokuinolon respirasi

Legionella

1048707 Makrolid

1048707 Fluorokuinolon

1048707 Rifampisin

Mycoplasma pneumoniae

1048707 Doksisiklin

1048707 Makrolid

1048707 Fluorokuinolon

Chlamydia pneumoniae

1048707 Doksisikin

1048707 Makrolid

1048707 Fluorokuinolon

25

26

Tabel 3 Rekomendasi Terapi Empiris (ATS 2001) 8

Kategori Keterangan Kuman Penyebab Obat Pilihan I Obat Pilihan II

Kategori I Usia

penderita

lt 65 tahun

-Penyakit

Penyerta (-)

-Dapat

berobat jalan

-Spneumonia

-Mpneumonia

-Cpneumonia

-Hinfluenzae

-Legionale sp

-Saureus

-Mtuberculosis

-Batang Gram (-)

Klaritromisin

2x250 mg

- -Azitromisin

1x500mg

- Rositromisin

2x150 mg atau

1x300 mg

- Siprofloksasin

2x500mg atau

Ofloksasin 2x400mg

- Levofloksasin

1x500mg atau

Moxifloxacin

1x400mg

- Doksisiklin 2x100mg

Kategori II -Usia

penderita gt

65 tahun

- Peny

Penyerta (+)

-Dapat

berobat jalan

-Spneumonia

Hinfluenzae

Batang gram(-)

Aerob

Saures

Mcatarrhalis

Legionalle sp

-Sepalospporin

generasi 2

-Trimetroprim

+Kotrimoksazol

-Betalaktam

-Makrolid

-Levofloksasin

-Gatifloksasin

-Moxyfloksasin

Kategori

III

-Pneumonia

berat

- Perlu

dirawat di

RStapi tidak

perlu di ICU

-Spneumoniae

-Hinfluenzae

-Polimikroba

termasuk Aerob

-Batang Gram (-)

-Legionalla sp

-Saureus

Mpneumoniae

- Sefalosporin

Generasi 2 atau

3

- Betalaktam +

Penghambat

Betalaktamase

+makrolid

-Piperasilin +

tazobaktam

-Sulferason

Kategori

IV

-Pneumonia

berat

-Perlu dirawat

di ICU

-Spneumonia

-Legionella sp

-Batang Gram (-)

aerob

-Mpneumonia

-Virus

-Hinfluenzae

-Mtuberculosis

-Jamur endemic

- Sefalosporin

generasi 3

(anti

pseudomonas)

+ makrolid

- Sefalosporin

generasi 4

- Sefalosporin

generasi 3 +

kuinolon

-Carbapenem

meropenem

-Vankomicin

-Linesolid

-Teikoplanin

2 Terapi Suportif Umum

1 Terapi O2 untuk mencapai PaO2 80-100 mmHg atau saturasi 95-96 berdasarkan

pemeriksaan analisis gas darah

2 Humidifikasi dengan nebulizer untuk pengenceran dahak yang kental dapat

disertai nebulizer untuk pemberian bronkodilator bila terdapat bronkospasme

3 Fisioterapi dada untuk pengeluaran dahak khususnya anjuran untuk batuk dan

napas dalam Bila perlu dikerjakan fish mouth breathing untuk melancarkan

ekspirasi dan pengeluarn CO2 Posisi tidur setengah duduk untuk melancarkan

pernapasan7

4 Pengaturan cairan Keutuhan kapiler paru sering terganggu pada pneumonia dan

paru lebih sensitif terhadap pembebanan cairan terutama bila terdapat pneumonia

bilateral Pemberian cairan pada pasien harus diatur dengan baik termasuk pada

keadaan gangguan sirkulasi dan gagal ginjal Overhidrasi untuk maksud

mengencerkan dahak tidak diperkenankan 9

5 Pemberian kortikosteroid pada fase sepsis berat perlu diberikan Terapi ini tidak

bermanfaat pada keadaan renjatan septik

6 Obat inotropik seperti dobutamin atau dopamin kadang-kadang diperlukan bila

terdapat komplikasi gangguan sirkulasi atau gagal ginjal prerenal

7 Ventilasi mekanis indikasi intubasi dan pemasangan ventilator pada pneumonia

adalah

27

a Hipoksemia persisten meskipun telah diberikan O2 100 dengan

menggunakaan masker Kosentrasi O2 yang tinggi menyebabkan penurunan

pulmonary compliance hingga tekanan inflasi meninggi Dalam hal ini perlu

dipergunakan PEEP untuk memperbaiki oksigenisasi dan menurunkan FiO2

menjadi 50 atau lebih rendah9

b Gagal napas yang ditandai oleh peningkatan respiratory distress dengan atau

didapat asidosis respiratorik

c Respiratory arrest

d Retensi sputum yang sulit diatasi secara konservatif

8 Drainase empiema bila ada

9 Bila terdapat gagal napas diberikan nutrisi dengan kalori yang cukup yang

didapatkan terutama dari lemak (gt50) hingga dapat dihindari pembentukan

CO2 yang berlebihan9

3 Terapi Sulih (switch therapy)

Masa perawatan di rumah sakit sebaiknya dipersingkat dengan perubahan obat

suntik ke oral dilanjutkan dengan berobat jalan hal ini untuk mengurangi biaya

perawatan dan mencegah infeksi nosokomial Perubahan ini dapat diberikan secara

sequential (obat sama potensi sama) switch over (obat berbeda potensi sama) dan

step down (obat sama atau berbeda potensi lebih rendah) Pasien beralih dari

intravena ke oral terapi ketika hemodinamik sudah stabil dan perbaikan terbukti

secara secara klinis dapat menelan obat-obatan dan memiliki saluran pencernaan

berfungsi normal 10

28

Kriteria untuk Pneumonia terkait stabilitas klinis adalah 9

1 Temp le 378 C Kesadaran baik

2 Denyut jantung le 100 denyut menit

3 Respirasi ratele 24 napas menit

4 Tekanan darah sistolik ge 90 mmHg

5 Saturasi O2 arteri ge 90 atau pO2 ge 60 mmHg pada ruang udara

6 Kemampuan untuk mengambil asupan oral

210 Komplikasi Pneumonia

1 Efusi pleura dan empiema Terjadi pada sekitar 45 kasus terutama pada infeksi

bakterial akut berupa efusi parapneumonik gram negative sebesar 60

Staphylococcus aureus 50 S pneumoniae 40-60 kuman anaerob 35

Sedangkan pada Mycoplasmapneumoniae sebesar 20 Cairannya transudat dan

steril Terkadang pada infeksi bakterial terjadi empiema dengan cairan eksudat

2 Komplikasi sistemik Dapat terjadi akibat invasi kuman atau bakteriemia berupa

meningitis Dapat juga terjadi dehidrasi dan hiponatremia anemia pada infeksi

kronik peningguan ureum dan enzim hati Kadang-kadang terjadi peninggian

fostase alkali dan bilirubin akibat adanya kolestasis intrahepatik

3 Hipoksemia akibat gangguan difusi

4 Abses Paru terbentuk akibat eksudat di alveolus paru sehingga terjadi infeksi

oleh kuman anaerob dan bakteri gram negative

29

5 Pneumonia kronik yang dapat terjadi bila pneumonia berlangsung lebih dari 4-6

minggu akibat kuman anaerob S aureus dan kuman Gram (-) seperti

Pseudomonas aeruginosa

6 Bronkiektasis Biasanya terjadi karena pneunomia pada masa anak-anak tetapi

dapat juga oleh infeksi berulang di lokasi bronkus distal pada cystic fibrosis atau

hipogamaglobulinemia tuberkulosis atau pneumonia nekrotikans 3

211 Prognosis Pneumonia

Angka morbiditas dan mortalitas pneumonia menurun sejak ditemukannya

antibiotik Faktor yang berperan adalah patogenitas kuman usia penyakit dasar dan

kondisi pasien Secara umum angka kematian pneumonia pneumokokus adalah

sebesar 5 namun dapat meningkat menjadi 60 pada orang tua dengan kondisi

yang buruk misalnya gangguan imunologis sirosis hepatis penyakit paru obstruktif

kronik atau kanker Adanya leukopenia ikterus terkenanya 3 atau lebih lobus dan

komplikasi ekstraparu merupakan petanda prognosis yang buruk Kuman gram

negatif menimbulkan prognosis yang lebih jelek 10

Prognosis pada orang tua dan anak kurang baik karena itu perlu perawatan di

RS kecuali bila penyakitnya ringan Orang dewasa (lt60 tahun) dapat berobat jalan

kecuali

1 Bila terdapat penyakit paru kronik

2 PN Meliputi banyak lobus

3 Disertai gambaran klinis yang berkaitan dengan mortalitas yang tinggi yaitu

30

a Usia gt 60 tahun

b Dijumpai adanya gejala pada saat masuk perawatan RS frekuensi napas gt 30

xm tekanan diastolik lt 60 mmHg leukosit abnormal (lt4500-gt30000)

BAB 3

KESIMPULAN

Pneumonia adalah salah satu penyakit akibat infeksi parenkim paru yang

dapat menyerang segala usia Pneumonia paling banyak disebabkan oleh infeksi

bakteri Streptococcus pneumonia dengan gejala yang muncul seperti demam batuk

berdahak sesak napas dan terkadang disertai nyeri dada

Pemeriksaan radiologi dalam hal ini foto thorax konvensional dan CT Scan

menjadi pemeriksaan yang sangat penting pada pneumonia Gambaran khas pada

pneumonia adalah adanya konsolidasi dengan adanya gambaran air bronchogram

Namun tidak semua pneumonia memberikan gambaran khas tersebut Untuk

menentukan etiologi pneumonia tidak dapat hanya semata-mata menggunakan foto

thorax melainkan harus dilihat dari riwayat penyakit dan juga pemeriksaan

laboratorium

Penatalaksanaan medis pada pneumonia adalah pemberian antibiotik yang

sesuai dengan kuman penyebab pneumonia disamping terapi supportif lainnya

Prognosis pneumonia secara umum baik jika mendapat terapi antibiotik yang adekuat

faktor predisposisi pasien dan ada tidaknya komplikasi yang menyertai

31

DAFTAR PUSTAKA

1 Dahlan Z 2006 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Pulmonologi Pusat

Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas kedokteran Universitas

Indonesia Jakarta

2 Price SA Wilson LM 2005 Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses

Penyakit Edisi 6 Volume 2 Penerbit EGC Jakarta

3 Soedarsono 2004 Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru Bagian Ilmu Penyakit Paru

FK UNAIR Surabaya

4 Aru W Bambang Idrus A Marcellus Siti S ed Buku Ajar Ilmu Penyakit

Dalam Jilid II Edisi 4 Jakarta Pusat Penerbitan Departemen IPD RSCM

2007

5 Perhimpunan Dokter Paru Indonesia Pedoman Diagnosis dan

penatalaksanaan Pneumonia Komuniti2003

6 Perhimpunan Dokter Paru Indonesia Pedoman Diagnosis dan

penatalaksanaan Pneumonia Nosokomial2003

7 Barlett JG Dowell SF Mondell LA File TM Mushor DM Fine MJ Practice

guidelines for management community-acquiredd pneumonia in adults Clin

infect Dis 2000 31 347-82

8 Mandell LA IDSAATS consensus guidelines on the management of

community-acquired pneumonia in adults CID 200744S27

9 Menendez R Treatment failure in community-acquired pneumonia

0071321348

32

10 Niederman MS Recent advances in community-acquired pneumonia inpatient

and outpatient Chest 20071311205

33

  • 22 Definisi Pneumonia
  • Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius dan alveoli serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat yang disebabkan oleh mikroorganisme (bakterivirusjamurprotozoa)3
  • 23 Epidemiologi Pneumonia
  • 25 Klasifikasi Pneumonia
  • Terutama pada jaringan penyangga yaitu interstitial dinding bronkus dan peribronkil Peradangan dapat ditemumkan pada infeksi virus dan mycoplasma Terjadi edema dinding bronkioli dan juga edema jaringan interstisial prebronkial Radiologis berupa bayangan udara pada alveolus masih terlihat diliputi perselubungan yang tidak merata 5
  • 26 Patofisiologi Pneumonia
  • 27 Diagnosis Pneumonia
  • 28 Diagnosis Banding Pneumonia
  • 29 Penatalaksanaan
  • 210 Komplikasi Pneumonia
Page 19: Referat Pneumonia

Tampak gambaran opakhiperdens pada lobus tengah kanan namun tidak menjalar

sampai perifer

3 Pneumonia Interstisial

Foto Thorax

19

Terjadi edema dinding bronkioli dan juga edema jaringan interstitial

prebronkial Radiologis berupa bayangan udara pada alveolus masih terlihat

diliputi oleh perselubungan yang tidak merata

CT Scan

Gambaran CT Scan pneumonia interstitiak pada seorang pria berusia 19

tahun (A) Menunjukan area konsolidasi di percabangan peribronkovaskuler

yang irreguler (B) CT Scan pada hasil follow up selama 2 tahun menunjukan

area konsolidasi yang irreguler tersebut berkembang menjadi bronkiektasis

atau bronkiolektasis (tanda panah)

274 Pemeriksaan Bakteriologis

Bahan berasal dari sputum darah aspirasi nasotrakealtranstrakeal

torakosintesis bronkoskopi atau biopsi Kuman yang predominan pada sputum

disertai PMN yang kemungkinan penyebab infeksi 5

Pengambilan dahak dilakukan pagi hari Pasien mula-mula kumur-kumur

dengan akuades biasa setelah itu pasien diminta inspirasi dalam kemudian

membatukkan dahaknya Dahak ditampung dalam botol steril dan ditutup rapat

20

Dahak segera dikirim ke labolatorium (tidak boleh lebih dari 4 jam) Jika terjadi

kesulitan mengeluarkan dahak dapat dibantu nebulisasi dengan NaCl 3 Kriteria

dahak yang memenuhi syarat untuk pemeriksaan apusan langsung dan biarkan yaitu

bila ditemukan sel PMN gt 25lpk dan sel epitel lt 10lpk 5

28 Diagnosis Banding Pneumonia

ATuberculosis Paru (TB)

Tuberculosis Paru (TB) adalah suatu penyakit infeksi menular yang

disebabkan oleh M tuberculosis Jalan masuk untuk organism M tuberculosis adalah

saluran pernafasan saluran pencernaan Gejala klinis TB antara lain batuk lama yang

produktif (durasi lebih dari 3 minggu) nyeri dada dan hemoptisis dan gejala sistemik

meliputi demam menggigil keringat malam lemas hilang nafsu makan dan

penurunan berat badan3

Tampak gambaran cavitas pada paru lobus atas kanan pada foto thorax proyeksi PA

21

BAtelektasis

Atelektasis adalah istilah yang berarti pengembangan paru yang tidak

sempurna dan menyiratkan arti bahwa alveolus pada bagian paru yang terserang tidak

mengandung udara dan kolaps Memberikan gambaran yang mirip dengan pneumonia

tanpa air bronchogram Namun terdapat penarikan jantung trakea dan mediastinum

ke arah yang sakit karena adanya pengurangan volume interkostal space menjadi

lebih sempit dan pengecilan dari seluruh atau sebagian paru-paru yang sakit

Sehingga akan tampak thorax asimetris 3

Atelektasis pada foto thorax proyeksi PA

22

C Efusi Pleura

Memberi gambaran yang mirip dengan pneumonia tanpa air bronchogram

Terdapat penambahan volume sehingga terjadi pendorongan jantung trakea dan

mediastinum kearah yang sehat Rongga thorax membesar Pada edusi pleura

sebagian akan tampak meniscus sign (+) tanda khas pada efusi pleura 3

Efusi pleura pada foto thorax posisi PA

29 Penatalaksanaan

Pengobatan terdiri atas antibiotik dan pengobatan suportif Pemberian

antibiotik pada penderita pneumonia sebaiknya berdasarkan data mikroorganisme dan

hasil uji kepekaannya akan tetapi karena beberapa alasan yaitu 7

1 penyakit yang berat dapat mengancam jiwa

2 bakteri patogen yang berhasil diisolasi belum tentu sebagai penyebab pneumonia

3 hasil pembiakan bakteri memerlukan waktu

23

Maka pada penderita pneumonia dapat diberikan terapi secara empiris Secara

umum pemilihan antibiotic berdasarkan baktri penyebab pneumonia dapat dilihat

sebagai berikut 751

1 Pemberian Antibiotik

Penisilin sensitif Streptococcus pneumonia (PSSP)

1048707 Golongan Penisilin

1048707 TMP-SMZ

1048707 Makrolid

Penisilin resisten Streptococcus pneumoniae (PRSP)

1048707 Betalaktam oral dosis tinggi (untuk rawat jalan)

1048707 Sefotaksim Seftriakson dosis tinggi

1048707 Marolid baru dosis tinggi

1048707 Fluorokuinolon respirasi

Pseudomonas aeruginosa

1048707 Aminoglikosid

1048707 Seftazidim Sefoperason Sefepim

1048707 Tikarsilin Piperasilin

1048707 Karbapenem Meropenem Imipenem

1048707 Siprofloksasin Levofloksasin

Methicillin resistent Staphylococcus aureus (MRSA)

1048707 Vankomisin

1048707 Teikoplanin

1048707 Linezolid

Hemophilus influenzae

1048707 TMP-SMZ

1048707 Azitromisin

1048707 Sefalosporin gen 2 atau 3

24

1048707 Fluorokuinolon respirasi

Legionella

1048707 Makrolid

1048707 Fluorokuinolon

1048707 Rifampisin

Mycoplasma pneumoniae

1048707 Doksisiklin

1048707 Makrolid

1048707 Fluorokuinolon

Chlamydia pneumoniae

1048707 Doksisikin

1048707 Makrolid

1048707 Fluorokuinolon

25

26

Tabel 3 Rekomendasi Terapi Empiris (ATS 2001) 8

Kategori Keterangan Kuman Penyebab Obat Pilihan I Obat Pilihan II

Kategori I Usia

penderita

lt 65 tahun

-Penyakit

Penyerta (-)

-Dapat

berobat jalan

-Spneumonia

-Mpneumonia

-Cpneumonia

-Hinfluenzae

-Legionale sp

-Saureus

-Mtuberculosis

-Batang Gram (-)

Klaritromisin

2x250 mg

- -Azitromisin

1x500mg

- Rositromisin

2x150 mg atau

1x300 mg

- Siprofloksasin

2x500mg atau

Ofloksasin 2x400mg

- Levofloksasin

1x500mg atau

Moxifloxacin

1x400mg

- Doksisiklin 2x100mg

Kategori II -Usia

penderita gt

65 tahun

- Peny

Penyerta (+)

-Dapat

berobat jalan

-Spneumonia

Hinfluenzae

Batang gram(-)

Aerob

Saures

Mcatarrhalis

Legionalle sp

-Sepalospporin

generasi 2

-Trimetroprim

+Kotrimoksazol

-Betalaktam

-Makrolid

-Levofloksasin

-Gatifloksasin

-Moxyfloksasin

Kategori

III

-Pneumonia

berat

- Perlu

dirawat di

RStapi tidak

perlu di ICU

-Spneumoniae

-Hinfluenzae

-Polimikroba

termasuk Aerob

-Batang Gram (-)

-Legionalla sp

-Saureus

Mpneumoniae

- Sefalosporin

Generasi 2 atau

3

- Betalaktam +

Penghambat

Betalaktamase

+makrolid

-Piperasilin +

tazobaktam

-Sulferason

Kategori

IV

-Pneumonia

berat

-Perlu dirawat

di ICU

-Spneumonia

-Legionella sp

-Batang Gram (-)

aerob

-Mpneumonia

-Virus

-Hinfluenzae

-Mtuberculosis

-Jamur endemic

- Sefalosporin

generasi 3

(anti

pseudomonas)

+ makrolid

- Sefalosporin

generasi 4

- Sefalosporin

generasi 3 +

kuinolon

-Carbapenem

meropenem

-Vankomicin

-Linesolid

-Teikoplanin

2 Terapi Suportif Umum

1 Terapi O2 untuk mencapai PaO2 80-100 mmHg atau saturasi 95-96 berdasarkan

pemeriksaan analisis gas darah

2 Humidifikasi dengan nebulizer untuk pengenceran dahak yang kental dapat

disertai nebulizer untuk pemberian bronkodilator bila terdapat bronkospasme

3 Fisioterapi dada untuk pengeluaran dahak khususnya anjuran untuk batuk dan

napas dalam Bila perlu dikerjakan fish mouth breathing untuk melancarkan

ekspirasi dan pengeluarn CO2 Posisi tidur setengah duduk untuk melancarkan

pernapasan7

4 Pengaturan cairan Keutuhan kapiler paru sering terganggu pada pneumonia dan

paru lebih sensitif terhadap pembebanan cairan terutama bila terdapat pneumonia

bilateral Pemberian cairan pada pasien harus diatur dengan baik termasuk pada

keadaan gangguan sirkulasi dan gagal ginjal Overhidrasi untuk maksud

mengencerkan dahak tidak diperkenankan 9

5 Pemberian kortikosteroid pada fase sepsis berat perlu diberikan Terapi ini tidak

bermanfaat pada keadaan renjatan septik

6 Obat inotropik seperti dobutamin atau dopamin kadang-kadang diperlukan bila

terdapat komplikasi gangguan sirkulasi atau gagal ginjal prerenal

7 Ventilasi mekanis indikasi intubasi dan pemasangan ventilator pada pneumonia

adalah

27

a Hipoksemia persisten meskipun telah diberikan O2 100 dengan

menggunakaan masker Kosentrasi O2 yang tinggi menyebabkan penurunan

pulmonary compliance hingga tekanan inflasi meninggi Dalam hal ini perlu

dipergunakan PEEP untuk memperbaiki oksigenisasi dan menurunkan FiO2

menjadi 50 atau lebih rendah9

b Gagal napas yang ditandai oleh peningkatan respiratory distress dengan atau

didapat asidosis respiratorik

c Respiratory arrest

d Retensi sputum yang sulit diatasi secara konservatif

8 Drainase empiema bila ada

9 Bila terdapat gagal napas diberikan nutrisi dengan kalori yang cukup yang

didapatkan terutama dari lemak (gt50) hingga dapat dihindari pembentukan

CO2 yang berlebihan9

3 Terapi Sulih (switch therapy)

Masa perawatan di rumah sakit sebaiknya dipersingkat dengan perubahan obat

suntik ke oral dilanjutkan dengan berobat jalan hal ini untuk mengurangi biaya

perawatan dan mencegah infeksi nosokomial Perubahan ini dapat diberikan secara

sequential (obat sama potensi sama) switch over (obat berbeda potensi sama) dan

step down (obat sama atau berbeda potensi lebih rendah) Pasien beralih dari

intravena ke oral terapi ketika hemodinamik sudah stabil dan perbaikan terbukti

secara secara klinis dapat menelan obat-obatan dan memiliki saluran pencernaan

berfungsi normal 10

28

Kriteria untuk Pneumonia terkait stabilitas klinis adalah 9

1 Temp le 378 C Kesadaran baik

2 Denyut jantung le 100 denyut menit

3 Respirasi ratele 24 napas menit

4 Tekanan darah sistolik ge 90 mmHg

5 Saturasi O2 arteri ge 90 atau pO2 ge 60 mmHg pada ruang udara

6 Kemampuan untuk mengambil asupan oral

210 Komplikasi Pneumonia

1 Efusi pleura dan empiema Terjadi pada sekitar 45 kasus terutama pada infeksi

bakterial akut berupa efusi parapneumonik gram negative sebesar 60

Staphylococcus aureus 50 S pneumoniae 40-60 kuman anaerob 35

Sedangkan pada Mycoplasmapneumoniae sebesar 20 Cairannya transudat dan

steril Terkadang pada infeksi bakterial terjadi empiema dengan cairan eksudat

2 Komplikasi sistemik Dapat terjadi akibat invasi kuman atau bakteriemia berupa

meningitis Dapat juga terjadi dehidrasi dan hiponatremia anemia pada infeksi

kronik peningguan ureum dan enzim hati Kadang-kadang terjadi peninggian

fostase alkali dan bilirubin akibat adanya kolestasis intrahepatik

3 Hipoksemia akibat gangguan difusi

4 Abses Paru terbentuk akibat eksudat di alveolus paru sehingga terjadi infeksi

oleh kuman anaerob dan bakteri gram negative

29

5 Pneumonia kronik yang dapat terjadi bila pneumonia berlangsung lebih dari 4-6

minggu akibat kuman anaerob S aureus dan kuman Gram (-) seperti

Pseudomonas aeruginosa

6 Bronkiektasis Biasanya terjadi karena pneunomia pada masa anak-anak tetapi

dapat juga oleh infeksi berulang di lokasi bronkus distal pada cystic fibrosis atau

hipogamaglobulinemia tuberkulosis atau pneumonia nekrotikans 3

211 Prognosis Pneumonia

Angka morbiditas dan mortalitas pneumonia menurun sejak ditemukannya

antibiotik Faktor yang berperan adalah patogenitas kuman usia penyakit dasar dan

kondisi pasien Secara umum angka kematian pneumonia pneumokokus adalah

sebesar 5 namun dapat meningkat menjadi 60 pada orang tua dengan kondisi

yang buruk misalnya gangguan imunologis sirosis hepatis penyakit paru obstruktif

kronik atau kanker Adanya leukopenia ikterus terkenanya 3 atau lebih lobus dan

komplikasi ekstraparu merupakan petanda prognosis yang buruk Kuman gram

negatif menimbulkan prognosis yang lebih jelek 10

Prognosis pada orang tua dan anak kurang baik karena itu perlu perawatan di

RS kecuali bila penyakitnya ringan Orang dewasa (lt60 tahun) dapat berobat jalan

kecuali

1 Bila terdapat penyakit paru kronik

2 PN Meliputi banyak lobus

3 Disertai gambaran klinis yang berkaitan dengan mortalitas yang tinggi yaitu

30

a Usia gt 60 tahun

b Dijumpai adanya gejala pada saat masuk perawatan RS frekuensi napas gt 30

xm tekanan diastolik lt 60 mmHg leukosit abnormal (lt4500-gt30000)

BAB 3

KESIMPULAN

Pneumonia adalah salah satu penyakit akibat infeksi parenkim paru yang

dapat menyerang segala usia Pneumonia paling banyak disebabkan oleh infeksi

bakteri Streptococcus pneumonia dengan gejala yang muncul seperti demam batuk

berdahak sesak napas dan terkadang disertai nyeri dada

Pemeriksaan radiologi dalam hal ini foto thorax konvensional dan CT Scan

menjadi pemeriksaan yang sangat penting pada pneumonia Gambaran khas pada

pneumonia adalah adanya konsolidasi dengan adanya gambaran air bronchogram

Namun tidak semua pneumonia memberikan gambaran khas tersebut Untuk

menentukan etiologi pneumonia tidak dapat hanya semata-mata menggunakan foto

thorax melainkan harus dilihat dari riwayat penyakit dan juga pemeriksaan

laboratorium

Penatalaksanaan medis pada pneumonia adalah pemberian antibiotik yang

sesuai dengan kuman penyebab pneumonia disamping terapi supportif lainnya

Prognosis pneumonia secara umum baik jika mendapat terapi antibiotik yang adekuat

faktor predisposisi pasien dan ada tidaknya komplikasi yang menyertai

31

DAFTAR PUSTAKA

1 Dahlan Z 2006 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Pulmonologi Pusat

Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas kedokteran Universitas

Indonesia Jakarta

2 Price SA Wilson LM 2005 Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses

Penyakit Edisi 6 Volume 2 Penerbit EGC Jakarta

3 Soedarsono 2004 Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru Bagian Ilmu Penyakit Paru

FK UNAIR Surabaya

4 Aru W Bambang Idrus A Marcellus Siti S ed Buku Ajar Ilmu Penyakit

Dalam Jilid II Edisi 4 Jakarta Pusat Penerbitan Departemen IPD RSCM

2007

5 Perhimpunan Dokter Paru Indonesia Pedoman Diagnosis dan

penatalaksanaan Pneumonia Komuniti2003

6 Perhimpunan Dokter Paru Indonesia Pedoman Diagnosis dan

penatalaksanaan Pneumonia Nosokomial2003

7 Barlett JG Dowell SF Mondell LA File TM Mushor DM Fine MJ Practice

guidelines for management community-acquiredd pneumonia in adults Clin

infect Dis 2000 31 347-82

8 Mandell LA IDSAATS consensus guidelines on the management of

community-acquired pneumonia in adults CID 200744S27

9 Menendez R Treatment failure in community-acquired pneumonia

0071321348

32

10 Niederman MS Recent advances in community-acquired pneumonia inpatient

and outpatient Chest 20071311205

33

  • 22 Definisi Pneumonia
  • Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius dan alveoli serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat yang disebabkan oleh mikroorganisme (bakterivirusjamurprotozoa)3
  • 23 Epidemiologi Pneumonia
  • 25 Klasifikasi Pneumonia
  • Terutama pada jaringan penyangga yaitu interstitial dinding bronkus dan peribronkil Peradangan dapat ditemumkan pada infeksi virus dan mycoplasma Terjadi edema dinding bronkioli dan juga edema jaringan interstisial prebronkial Radiologis berupa bayangan udara pada alveolus masih terlihat diliputi perselubungan yang tidak merata 5
  • 26 Patofisiologi Pneumonia
  • 27 Diagnosis Pneumonia
  • 28 Diagnosis Banding Pneumonia
  • 29 Penatalaksanaan
  • 210 Komplikasi Pneumonia
Page 20: Referat Pneumonia

Terjadi edema dinding bronkioli dan juga edema jaringan interstitial

prebronkial Radiologis berupa bayangan udara pada alveolus masih terlihat

diliputi oleh perselubungan yang tidak merata

CT Scan

Gambaran CT Scan pneumonia interstitiak pada seorang pria berusia 19

tahun (A) Menunjukan area konsolidasi di percabangan peribronkovaskuler

yang irreguler (B) CT Scan pada hasil follow up selama 2 tahun menunjukan

area konsolidasi yang irreguler tersebut berkembang menjadi bronkiektasis

atau bronkiolektasis (tanda panah)

274 Pemeriksaan Bakteriologis

Bahan berasal dari sputum darah aspirasi nasotrakealtranstrakeal

torakosintesis bronkoskopi atau biopsi Kuman yang predominan pada sputum

disertai PMN yang kemungkinan penyebab infeksi 5

Pengambilan dahak dilakukan pagi hari Pasien mula-mula kumur-kumur

dengan akuades biasa setelah itu pasien diminta inspirasi dalam kemudian

membatukkan dahaknya Dahak ditampung dalam botol steril dan ditutup rapat

20

Dahak segera dikirim ke labolatorium (tidak boleh lebih dari 4 jam) Jika terjadi

kesulitan mengeluarkan dahak dapat dibantu nebulisasi dengan NaCl 3 Kriteria

dahak yang memenuhi syarat untuk pemeriksaan apusan langsung dan biarkan yaitu

bila ditemukan sel PMN gt 25lpk dan sel epitel lt 10lpk 5

28 Diagnosis Banding Pneumonia

ATuberculosis Paru (TB)

Tuberculosis Paru (TB) adalah suatu penyakit infeksi menular yang

disebabkan oleh M tuberculosis Jalan masuk untuk organism M tuberculosis adalah

saluran pernafasan saluran pencernaan Gejala klinis TB antara lain batuk lama yang

produktif (durasi lebih dari 3 minggu) nyeri dada dan hemoptisis dan gejala sistemik

meliputi demam menggigil keringat malam lemas hilang nafsu makan dan

penurunan berat badan3

Tampak gambaran cavitas pada paru lobus atas kanan pada foto thorax proyeksi PA

21

BAtelektasis

Atelektasis adalah istilah yang berarti pengembangan paru yang tidak

sempurna dan menyiratkan arti bahwa alveolus pada bagian paru yang terserang tidak

mengandung udara dan kolaps Memberikan gambaran yang mirip dengan pneumonia

tanpa air bronchogram Namun terdapat penarikan jantung trakea dan mediastinum

ke arah yang sakit karena adanya pengurangan volume interkostal space menjadi

lebih sempit dan pengecilan dari seluruh atau sebagian paru-paru yang sakit

Sehingga akan tampak thorax asimetris 3

Atelektasis pada foto thorax proyeksi PA

22

C Efusi Pleura

Memberi gambaran yang mirip dengan pneumonia tanpa air bronchogram

Terdapat penambahan volume sehingga terjadi pendorongan jantung trakea dan

mediastinum kearah yang sehat Rongga thorax membesar Pada edusi pleura

sebagian akan tampak meniscus sign (+) tanda khas pada efusi pleura 3

Efusi pleura pada foto thorax posisi PA

29 Penatalaksanaan

Pengobatan terdiri atas antibiotik dan pengobatan suportif Pemberian

antibiotik pada penderita pneumonia sebaiknya berdasarkan data mikroorganisme dan

hasil uji kepekaannya akan tetapi karena beberapa alasan yaitu 7

1 penyakit yang berat dapat mengancam jiwa

2 bakteri patogen yang berhasil diisolasi belum tentu sebagai penyebab pneumonia

3 hasil pembiakan bakteri memerlukan waktu

23

Maka pada penderita pneumonia dapat diberikan terapi secara empiris Secara

umum pemilihan antibiotic berdasarkan baktri penyebab pneumonia dapat dilihat

sebagai berikut 751

1 Pemberian Antibiotik

Penisilin sensitif Streptococcus pneumonia (PSSP)

1048707 Golongan Penisilin

1048707 TMP-SMZ

1048707 Makrolid

Penisilin resisten Streptococcus pneumoniae (PRSP)

1048707 Betalaktam oral dosis tinggi (untuk rawat jalan)

1048707 Sefotaksim Seftriakson dosis tinggi

1048707 Marolid baru dosis tinggi

1048707 Fluorokuinolon respirasi

Pseudomonas aeruginosa

1048707 Aminoglikosid

1048707 Seftazidim Sefoperason Sefepim

1048707 Tikarsilin Piperasilin

1048707 Karbapenem Meropenem Imipenem

1048707 Siprofloksasin Levofloksasin

Methicillin resistent Staphylococcus aureus (MRSA)

1048707 Vankomisin

1048707 Teikoplanin

1048707 Linezolid

Hemophilus influenzae

1048707 TMP-SMZ

1048707 Azitromisin

1048707 Sefalosporin gen 2 atau 3

24

1048707 Fluorokuinolon respirasi

Legionella

1048707 Makrolid

1048707 Fluorokuinolon

1048707 Rifampisin

Mycoplasma pneumoniae

1048707 Doksisiklin

1048707 Makrolid

1048707 Fluorokuinolon

Chlamydia pneumoniae

1048707 Doksisikin

1048707 Makrolid

1048707 Fluorokuinolon

25

26

Tabel 3 Rekomendasi Terapi Empiris (ATS 2001) 8

Kategori Keterangan Kuman Penyebab Obat Pilihan I Obat Pilihan II

Kategori I Usia

penderita

lt 65 tahun

-Penyakit

Penyerta (-)

-Dapat

berobat jalan

-Spneumonia

-Mpneumonia

-Cpneumonia

-Hinfluenzae

-Legionale sp

-Saureus

-Mtuberculosis

-Batang Gram (-)

Klaritromisin

2x250 mg

- -Azitromisin

1x500mg

- Rositromisin

2x150 mg atau

1x300 mg

- Siprofloksasin

2x500mg atau

Ofloksasin 2x400mg

- Levofloksasin

1x500mg atau

Moxifloxacin

1x400mg

- Doksisiklin 2x100mg

Kategori II -Usia

penderita gt

65 tahun

- Peny

Penyerta (+)

-Dapat

berobat jalan

-Spneumonia

Hinfluenzae

Batang gram(-)

Aerob

Saures

Mcatarrhalis

Legionalle sp

-Sepalospporin

generasi 2

-Trimetroprim

+Kotrimoksazol

-Betalaktam

-Makrolid

-Levofloksasin

-Gatifloksasin

-Moxyfloksasin

Kategori

III

-Pneumonia

berat

- Perlu

dirawat di

RStapi tidak

perlu di ICU

-Spneumoniae

-Hinfluenzae

-Polimikroba

termasuk Aerob

-Batang Gram (-)

-Legionalla sp

-Saureus

Mpneumoniae

- Sefalosporin

Generasi 2 atau

3

- Betalaktam +

Penghambat

Betalaktamase

+makrolid

-Piperasilin +

tazobaktam

-Sulferason

Kategori

IV

-Pneumonia

berat

-Perlu dirawat

di ICU

-Spneumonia

-Legionella sp

-Batang Gram (-)

aerob

-Mpneumonia

-Virus

-Hinfluenzae

-Mtuberculosis

-Jamur endemic

- Sefalosporin

generasi 3

(anti

pseudomonas)

+ makrolid

- Sefalosporin

generasi 4

- Sefalosporin

generasi 3 +

kuinolon

-Carbapenem

meropenem

-Vankomicin

-Linesolid

-Teikoplanin

2 Terapi Suportif Umum

1 Terapi O2 untuk mencapai PaO2 80-100 mmHg atau saturasi 95-96 berdasarkan

pemeriksaan analisis gas darah

2 Humidifikasi dengan nebulizer untuk pengenceran dahak yang kental dapat

disertai nebulizer untuk pemberian bronkodilator bila terdapat bronkospasme

3 Fisioterapi dada untuk pengeluaran dahak khususnya anjuran untuk batuk dan

napas dalam Bila perlu dikerjakan fish mouth breathing untuk melancarkan

ekspirasi dan pengeluarn CO2 Posisi tidur setengah duduk untuk melancarkan

pernapasan7

4 Pengaturan cairan Keutuhan kapiler paru sering terganggu pada pneumonia dan

paru lebih sensitif terhadap pembebanan cairan terutama bila terdapat pneumonia

bilateral Pemberian cairan pada pasien harus diatur dengan baik termasuk pada

keadaan gangguan sirkulasi dan gagal ginjal Overhidrasi untuk maksud

mengencerkan dahak tidak diperkenankan 9

5 Pemberian kortikosteroid pada fase sepsis berat perlu diberikan Terapi ini tidak

bermanfaat pada keadaan renjatan septik

6 Obat inotropik seperti dobutamin atau dopamin kadang-kadang diperlukan bila

terdapat komplikasi gangguan sirkulasi atau gagal ginjal prerenal

7 Ventilasi mekanis indikasi intubasi dan pemasangan ventilator pada pneumonia

adalah

27

a Hipoksemia persisten meskipun telah diberikan O2 100 dengan

menggunakaan masker Kosentrasi O2 yang tinggi menyebabkan penurunan

pulmonary compliance hingga tekanan inflasi meninggi Dalam hal ini perlu

dipergunakan PEEP untuk memperbaiki oksigenisasi dan menurunkan FiO2

menjadi 50 atau lebih rendah9

b Gagal napas yang ditandai oleh peningkatan respiratory distress dengan atau

didapat asidosis respiratorik

c Respiratory arrest

d Retensi sputum yang sulit diatasi secara konservatif

8 Drainase empiema bila ada

9 Bila terdapat gagal napas diberikan nutrisi dengan kalori yang cukup yang

didapatkan terutama dari lemak (gt50) hingga dapat dihindari pembentukan

CO2 yang berlebihan9

3 Terapi Sulih (switch therapy)

Masa perawatan di rumah sakit sebaiknya dipersingkat dengan perubahan obat

suntik ke oral dilanjutkan dengan berobat jalan hal ini untuk mengurangi biaya

perawatan dan mencegah infeksi nosokomial Perubahan ini dapat diberikan secara

sequential (obat sama potensi sama) switch over (obat berbeda potensi sama) dan

step down (obat sama atau berbeda potensi lebih rendah) Pasien beralih dari

intravena ke oral terapi ketika hemodinamik sudah stabil dan perbaikan terbukti

secara secara klinis dapat menelan obat-obatan dan memiliki saluran pencernaan

berfungsi normal 10

28

Kriteria untuk Pneumonia terkait stabilitas klinis adalah 9

1 Temp le 378 C Kesadaran baik

2 Denyut jantung le 100 denyut menit

3 Respirasi ratele 24 napas menit

4 Tekanan darah sistolik ge 90 mmHg

5 Saturasi O2 arteri ge 90 atau pO2 ge 60 mmHg pada ruang udara

6 Kemampuan untuk mengambil asupan oral

210 Komplikasi Pneumonia

1 Efusi pleura dan empiema Terjadi pada sekitar 45 kasus terutama pada infeksi

bakterial akut berupa efusi parapneumonik gram negative sebesar 60

Staphylococcus aureus 50 S pneumoniae 40-60 kuman anaerob 35

Sedangkan pada Mycoplasmapneumoniae sebesar 20 Cairannya transudat dan

steril Terkadang pada infeksi bakterial terjadi empiema dengan cairan eksudat

2 Komplikasi sistemik Dapat terjadi akibat invasi kuman atau bakteriemia berupa

meningitis Dapat juga terjadi dehidrasi dan hiponatremia anemia pada infeksi

kronik peningguan ureum dan enzim hati Kadang-kadang terjadi peninggian

fostase alkali dan bilirubin akibat adanya kolestasis intrahepatik

3 Hipoksemia akibat gangguan difusi

4 Abses Paru terbentuk akibat eksudat di alveolus paru sehingga terjadi infeksi

oleh kuman anaerob dan bakteri gram negative

29

5 Pneumonia kronik yang dapat terjadi bila pneumonia berlangsung lebih dari 4-6

minggu akibat kuman anaerob S aureus dan kuman Gram (-) seperti

Pseudomonas aeruginosa

6 Bronkiektasis Biasanya terjadi karena pneunomia pada masa anak-anak tetapi

dapat juga oleh infeksi berulang di lokasi bronkus distal pada cystic fibrosis atau

hipogamaglobulinemia tuberkulosis atau pneumonia nekrotikans 3

211 Prognosis Pneumonia

Angka morbiditas dan mortalitas pneumonia menurun sejak ditemukannya

antibiotik Faktor yang berperan adalah patogenitas kuman usia penyakit dasar dan

kondisi pasien Secara umum angka kematian pneumonia pneumokokus adalah

sebesar 5 namun dapat meningkat menjadi 60 pada orang tua dengan kondisi

yang buruk misalnya gangguan imunologis sirosis hepatis penyakit paru obstruktif

kronik atau kanker Adanya leukopenia ikterus terkenanya 3 atau lebih lobus dan

komplikasi ekstraparu merupakan petanda prognosis yang buruk Kuman gram

negatif menimbulkan prognosis yang lebih jelek 10

Prognosis pada orang tua dan anak kurang baik karena itu perlu perawatan di

RS kecuali bila penyakitnya ringan Orang dewasa (lt60 tahun) dapat berobat jalan

kecuali

1 Bila terdapat penyakit paru kronik

2 PN Meliputi banyak lobus

3 Disertai gambaran klinis yang berkaitan dengan mortalitas yang tinggi yaitu

30

a Usia gt 60 tahun

b Dijumpai adanya gejala pada saat masuk perawatan RS frekuensi napas gt 30

xm tekanan diastolik lt 60 mmHg leukosit abnormal (lt4500-gt30000)

BAB 3

KESIMPULAN

Pneumonia adalah salah satu penyakit akibat infeksi parenkim paru yang

dapat menyerang segala usia Pneumonia paling banyak disebabkan oleh infeksi

bakteri Streptococcus pneumonia dengan gejala yang muncul seperti demam batuk

berdahak sesak napas dan terkadang disertai nyeri dada

Pemeriksaan radiologi dalam hal ini foto thorax konvensional dan CT Scan

menjadi pemeriksaan yang sangat penting pada pneumonia Gambaran khas pada

pneumonia adalah adanya konsolidasi dengan adanya gambaran air bronchogram

Namun tidak semua pneumonia memberikan gambaran khas tersebut Untuk

menentukan etiologi pneumonia tidak dapat hanya semata-mata menggunakan foto

thorax melainkan harus dilihat dari riwayat penyakit dan juga pemeriksaan

laboratorium

Penatalaksanaan medis pada pneumonia adalah pemberian antibiotik yang

sesuai dengan kuman penyebab pneumonia disamping terapi supportif lainnya

Prognosis pneumonia secara umum baik jika mendapat terapi antibiotik yang adekuat

faktor predisposisi pasien dan ada tidaknya komplikasi yang menyertai

31

DAFTAR PUSTAKA

1 Dahlan Z 2006 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Pulmonologi Pusat

Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas kedokteran Universitas

Indonesia Jakarta

2 Price SA Wilson LM 2005 Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses

Penyakit Edisi 6 Volume 2 Penerbit EGC Jakarta

3 Soedarsono 2004 Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru Bagian Ilmu Penyakit Paru

FK UNAIR Surabaya

4 Aru W Bambang Idrus A Marcellus Siti S ed Buku Ajar Ilmu Penyakit

Dalam Jilid II Edisi 4 Jakarta Pusat Penerbitan Departemen IPD RSCM

2007

5 Perhimpunan Dokter Paru Indonesia Pedoman Diagnosis dan

penatalaksanaan Pneumonia Komuniti2003

6 Perhimpunan Dokter Paru Indonesia Pedoman Diagnosis dan

penatalaksanaan Pneumonia Nosokomial2003

7 Barlett JG Dowell SF Mondell LA File TM Mushor DM Fine MJ Practice

guidelines for management community-acquiredd pneumonia in adults Clin

infect Dis 2000 31 347-82

8 Mandell LA IDSAATS consensus guidelines on the management of

community-acquired pneumonia in adults CID 200744S27

9 Menendez R Treatment failure in community-acquired pneumonia

0071321348

32

10 Niederman MS Recent advances in community-acquired pneumonia inpatient

and outpatient Chest 20071311205

33

  • 22 Definisi Pneumonia
  • Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius dan alveoli serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat yang disebabkan oleh mikroorganisme (bakterivirusjamurprotozoa)3
  • 23 Epidemiologi Pneumonia
  • 25 Klasifikasi Pneumonia
  • Terutama pada jaringan penyangga yaitu interstitial dinding bronkus dan peribronkil Peradangan dapat ditemumkan pada infeksi virus dan mycoplasma Terjadi edema dinding bronkioli dan juga edema jaringan interstisial prebronkial Radiologis berupa bayangan udara pada alveolus masih terlihat diliputi perselubungan yang tidak merata 5
  • 26 Patofisiologi Pneumonia
  • 27 Diagnosis Pneumonia
  • 28 Diagnosis Banding Pneumonia
  • 29 Penatalaksanaan
  • 210 Komplikasi Pneumonia
Page 21: Referat Pneumonia

Dahak segera dikirim ke labolatorium (tidak boleh lebih dari 4 jam) Jika terjadi

kesulitan mengeluarkan dahak dapat dibantu nebulisasi dengan NaCl 3 Kriteria

dahak yang memenuhi syarat untuk pemeriksaan apusan langsung dan biarkan yaitu

bila ditemukan sel PMN gt 25lpk dan sel epitel lt 10lpk 5

28 Diagnosis Banding Pneumonia

ATuberculosis Paru (TB)

Tuberculosis Paru (TB) adalah suatu penyakit infeksi menular yang

disebabkan oleh M tuberculosis Jalan masuk untuk organism M tuberculosis adalah

saluran pernafasan saluran pencernaan Gejala klinis TB antara lain batuk lama yang

produktif (durasi lebih dari 3 minggu) nyeri dada dan hemoptisis dan gejala sistemik

meliputi demam menggigil keringat malam lemas hilang nafsu makan dan

penurunan berat badan3

Tampak gambaran cavitas pada paru lobus atas kanan pada foto thorax proyeksi PA

21

BAtelektasis

Atelektasis adalah istilah yang berarti pengembangan paru yang tidak

sempurna dan menyiratkan arti bahwa alveolus pada bagian paru yang terserang tidak

mengandung udara dan kolaps Memberikan gambaran yang mirip dengan pneumonia

tanpa air bronchogram Namun terdapat penarikan jantung trakea dan mediastinum

ke arah yang sakit karena adanya pengurangan volume interkostal space menjadi

lebih sempit dan pengecilan dari seluruh atau sebagian paru-paru yang sakit

Sehingga akan tampak thorax asimetris 3

Atelektasis pada foto thorax proyeksi PA

22

C Efusi Pleura

Memberi gambaran yang mirip dengan pneumonia tanpa air bronchogram

Terdapat penambahan volume sehingga terjadi pendorongan jantung trakea dan

mediastinum kearah yang sehat Rongga thorax membesar Pada edusi pleura

sebagian akan tampak meniscus sign (+) tanda khas pada efusi pleura 3

Efusi pleura pada foto thorax posisi PA

29 Penatalaksanaan

Pengobatan terdiri atas antibiotik dan pengobatan suportif Pemberian

antibiotik pada penderita pneumonia sebaiknya berdasarkan data mikroorganisme dan

hasil uji kepekaannya akan tetapi karena beberapa alasan yaitu 7

1 penyakit yang berat dapat mengancam jiwa

2 bakteri patogen yang berhasil diisolasi belum tentu sebagai penyebab pneumonia

3 hasil pembiakan bakteri memerlukan waktu

23

Maka pada penderita pneumonia dapat diberikan terapi secara empiris Secara

umum pemilihan antibiotic berdasarkan baktri penyebab pneumonia dapat dilihat

sebagai berikut 751

1 Pemberian Antibiotik

Penisilin sensitif Streptococcus pneumonia (PSSP)

1048707 Golongan Penisilin

1048707 TMP-SMZ

1048707 Makrolid

Penisilin resisten Streptococcus pneumoniae (PRSP)

1048707 Betalaktam oral dosis tinggi (untuk rawat jalan)

1048707 Sefotaksim Seftriakson dosis tinggi

1048707 Marolid baru dosis tinggi

1048707 Fluorokuinolon respirasi

Pseudomonas aeruginosa

1048707 Aminoglikosid

1048707 Seftazidim Sefoperason Sefepim

1048707 Tikarsilin Piperasilin

1048707 Karbapenem Meropenem Imipenem

1048707 Siprofloksasin Levofloksasin

Methicillin resistent Staphylococcus aureus (MRSA)

1048707 Vankomisin

1048707 Teikoplanin

1048707 Linezolid

Hemophilus influenzae

1048707 TMP-SMZ

1048707 Azitromisin

1048707 Sefalosporin gen 2 atau 3

24

1048707 Fluorokuinolon respirasi

Legionella

1048707 Makrolid

1048707 Fluorokuinolon

1048707 Rifampisin

Mycoplasma pneumoniae

1048707 Doksisiklin

1048707 Makrolid

1048707 Fluorokuinolon

Chlamydia pneumoniae

1048707 Doksisikin

1048707 Makrolid

1048707 Fluorokuinolon

25

26

Tabel 3 Rekomendasi Terapi Empiris (ATS 2001) 8

Kategori Keterangan Kuman Penyebab Obat Pilihan I Obat Pilihan II

Kategori I Usia

penderita

lt 65 tahun

-Penyakit

Penyerta (-)

-Dapat

berobat jalan

-Spneumonia

-Mpneumonia

-Cpneumonia

-Hinfluenzae

-Legionale sp

-Saureus

-Mtuberculosis

-Batang Gram (-)

Klaritromisin

2x250 mg

- -Azitromisin

1x500mg

- Rositromisin

2x150 mg atau

1x300 mg

- Siprofloksasin

2x500mg atau

Ofloksasin 2x400mg

- Levofloksasin

1x500mg atau

Moxifloxacin

1x400mg

- Doksisiklin 2x100mg

Kategori II -Usia

penderita gt

65 tahun

- Peny

Penyerta (+)

-Dapat

berobat jalan

-Spneumonia

Hinfluenzae

Batang gram(-)

Aerob

Saures

Mcatarrhalis

Legionalle sp

-Sepalospporin

generasi 2

-Trimetroprim

+Kotrimoksazol

-Betalaktam

-Makrolid

-Levofloksasin

-Gatifloksasin

-Moxyfloksasin

Kategori

III

-Pneumonia

berat

- Perlu

dirawat di

RStapi tidak

perlu di ICU

-Spneumoniae

-Hinfluenzae

-Polimikroba

termasuk Aerob

-Batang Gram (-)

-Legionalla sp

-Saureus

Mpneumoniae

- Sefalosporin

Generasi 2 atau

3

- Betalaktam +

Penghambat

Betalaktamase

+makrolid

-Piperasilin +

tazobaktam

-Sulferason

Kategori

IV

-Pneumonia

berat

-Perlu dirawat

di ICU

-Spneumonia

-Legionella sp

-Batang Gram (-)

aerob

-Mpneumonia

-Virus

-Hinfluenzae

-Mtuberculosis

-Jamur endemic

- Sefalosporin

generasi 3

(anti

pseudomonas)

+ makrolid

- Sefalosporin

generasi 4

- Sefalosporin

generasi 3 +

kuinolon

-Carbapenem

meropenem

-Vankomicin

-Linesolid

-Teikoplanin

2 Terapi Suportif Umum

1 Terapi O2 untuk mencapai PaO2 80-100 mmHg atau saturasi 95-96 berdasarkan

pemeriksaan analisis gas darah

2 Humidifikasi dengan nebulizer untuk pengenceran dahak yang kental dapat

disertai nebulizer untuk pemberian bronkodilator bila terdapat bronkospasme

3 Fisioterapi dada untuk pengeluaran dahak khususnya anjuran untuk batuk dan

napas dalam Bila perlu dikerjakan fish mouth breathing untuk melancarkan

ekspirasi dan pengeluarn CO2 Posisi tidur setengah duduk untuk melancarkan

pernapasan7

4 Pengaturan cairan Keutuhan kapiler paru sering terganggu pada pneumonia dan

paru lebih sensitif terhadap pembebanan cairan terutama bila terdapat pneumonia

bilateral Pemberian cairan pada pasien harus diatur dengan baik termasuk pada

keadaan gangguan sirkulasi dan gagal ginjal Overhidrasi untuk maksud

mengencerkan dahak tidak diperkenankan 9

5 Pemberian kortikosteroid pada fase sepsis berat perlu diberikan Terapi ini tidak

bermanfaat pada keadaan renjatan septik

6 Obat inotropik seperti dobutamin atau dopamin kadang-kadang diperlukan bila

terdapat komplikasi gangguan sirkulasi atau gagal ginjal prerenal

7 Ventilasi mekanis indikasi intubasi dan pemasangan ventilator pada pneumonia

adalah

27

a Hipoksemia persisten meskipun telah diberikan O2 100 dengan

menggunakaan masker Kosentrasi O2 yang tinggi menyebabkan penurunan

pulmonary compliance hingga tekanan inflasi meninggi Dalam hal ini perlu

dipergunakan PEEP untuk memperbaiki oksigenisasi dan menurunkan FiO2

menjadi 50 atau lebih rendah9

b Gagal napas yang ditandai oleh peningkatan respiratory distress dengan atau

didapat asidosis respiratorik

c Respiratory arrest

d Retensi sputum yang sulit diatasi secara konservatif

8 Drainase empiema bila ada

9 Bila terdapat gagal napas diberikan nutrisi dengan kalori yang cukup yang

didapatkan terutama dari lemak (gt50) hingga dapat dihindari pembentukan

CO2 yang berlebihan9

3 Terapi Sulih (switch therapy)

Masa perawatan di rumah sakit sebaiknya dipersingkat dengan perubahan obat

suntik ke oral dilanjutkan dengan berobat jalan hal ini untuk mengurangi biaya

perawatan dan mencegah infeksi nosokomial Perubahan ini dapat diberikan secara

sequential (obat sama potensi sama) switch over (obat berbeda potensi sama) dan

step down (obat sama atau berbeda potensi lebih rendah) Pasien beralih dari

intravena ke oral terapi ketika hemodinamik sudah stabil dan perbaikan terbukti

secara secara klinis dapat menelan obat-obatan dan memiliki saluran pencernaan

berfungsi normal 10

28

Kriteria untuk Pneumonia terkait stabilitas klinis adalah 9

1 Temp le 378 C Kesadaran baik

2 Denyut jantung le 100 denyut menit

3 Respirasi ratele 24 napas menit

4 Tekanan darah sistolik ge 90 mmHg

5 Saturasi O2 arteri ge 90 atau pO2 ge 60 mmHg pada ruang udara

6 Kemampuan untuk mengambil asupan oral

210 Komplikasi Pneumonia

1 Efusi pleura dan empiema Terjadi pada sekitar 45 kasus terutama pada infeksi

bakterial akut berupa efusi parapneumonik gram negative sebesar 60

Staphylococcus aureus 50 S pneumoniae 40-60 kuman anaerob 35

Sedangkan pada Mycoplasmapneumoniae sebesar 20 Cairannya transudat dan

steril Terkadang pada infeksi bakterial terjadi empiema dengan cairan eksudat

2 Komplikasi sistemik Dapat terjadi akibat invasi kuman atau bakteriemia berupa

meningitis Dapat juga terjadi dehidrasi dan hiponatremia anemia pada infeksi

kronik peningguan ureum dan enzim hati Kadang-kadang terjadi peninggian

fostase alkali dan bilirubin akibat adanya kolestasis intrahepatik

3 Hipoksemia akibat gangguan difusi

4 Abses Paru terbentuk akibat eksudat di alveolus paru sehingga terjadi infeksi

oleh kuman anaerob dan bakteri gram negative

29

5 Pneumonia kronik yang dapat terjadi bila pneumonia berlangsung lebih dari 4-6

minggu akibat kuman anaerob S aureus dan kuman Gram (-) seperti

Pseudomonas aeruginosa

6 Bronkiektasis Biasanya terjadi karena pneunomia pada masa anak-anak tetapi

dapat juga oleh infeksi berulang di lokasi bronkus distal pada cystic fibrosis atau

hipogamaglobulinemia tuberkulosis atau pneumonia nekrotikans 3

211 Prognosis Pneumonia

Angka morbiditas dan mortalitas pneumonia menurun sejak ditemukannya

antibiotik Faktor yang berperan adalah patogenitas kuman usia penyakit dasar dan

kondisi pasien Secara umum angka kematian pneumonia pneumokokus adalah

sebesar 5 namun dapat meningkat menjadi 60 pada orang tua dengan kondisi

yang buruk misalnya gangguan imunologis sirosis hepatis penyakit paru obstruktif

kronik atau kanker Adanya leukopenia ikterus terkenanya 3 atau lebih lobus dan

komplikasi ekstraparu merupakan petanda prognosis yang buruk Kuman gram

negatif menimbulkan prognosis yang lebih jelek 10

Prognosis pada orang tua dan anak kurang baik karena itu perlu perawatan di

RS kecuali bila penyakitnya ringan Orang dewasa (lt60 tahun) dapat berobat jalan

kecuali

1 Bila terdapat penyakit paru kronik

2 PN Meliputi banyak lobus

3 Disertai gambaran klinis yang berkaitan dengan mortalitas yang tinggi yaitu

30

a Usia gt 60 tahun

b Dijumpai adanya gejala pada saat masuk perawatan RS frekuensi napas gt 30

xm tekanan diastolik lt 60 mmHg leukosit abnormal (lt4500-gt30000)

BAB 3

KESIMPULAN

Pneumonia adalah salah satu penyakit akibat infeksi parenkim paru yang

dapat menyerang segala usia Pneumonia paling banyak disebabkan oleh infeksi

bakteri Streptococcus pneumonia dengan gejala yang muncul seperti demam batuk

berdahak sesak napas dan terkadang disertai nyeri dada

Pemeriksaan radiologi dalam hal ini foto thorax konvensional dan CT Scan

menjadi pemeriksaan yang sangat penting pada pneumonia Gambaran khas pada

pneumonia adalah adanya konsolidasi dengan adanya gambaran air bronchogram

Namun tidak semua pneumonia memberikan gambaran khas tersebut Untuk

menentukan etiologi pneumonia tidak dapat hanya semata-mata menggunakan foto

thorax melainkan harus dilihat dari riwayat penyakit dan juga pemeriksaan

laboratorium

Penatalaksanaan medis pada pneumonia adalah pemberian antibiotik yang

sesuai dengan kuman penyebab pneumonia disamping terapi supportif lainnya

Prognosis pneumonia secara umum baik jika mendapat terapi antibiotik yang adekuat

faktor predisposisi pasien dan ada tidaknya komplikasi yang menyertai

31

DAFTAR PUSTAKA

1 Dahlan Z 2006 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Pulmonologi Pusat

Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas kedokteran Universitas

Indonesia Jakarta

2 Price SA Wilson LM 2005 Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses

Penyakit Edisi 6 Volume 2 Penerbit EGC Jakarta

3 Soedarsono 2004 Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru Bagian Ilmu Penyakit Paru

FK UNAIR Surabaya

4 Aru W Bambang Idrus A Marcellus Siti S ed Buku Ajar Ilmu Penyakit

Dalam Jilid II Edisi 4 Jakarta Pusat Penerbitan Departemen IPD RSCM

2007

5 Perhimpunan Dokter Paru Indonesia Pedoman Diagnosis dan

penatalaksanaan Pneumonia Komuniti2003

6 Perhimpunan Dokter Paru Indonesia Pedoman Diagnosis dan

penatalaksanaan Pneumonia Nosokomial2003

7 Barlett JG Dowell SF Mondell LA File TM Mushor DM Fine MJ Practice

guidelines for management community-acquiredd pneumonia in adults Clin

infect Dis 2000 31 347-82

8 Mandell LA IDSAATS consensus guidelines on the management of

community-acquired pneumonia in adults CID 200744S27

9 Menendez R Treatment failure in community-acquired pneumonia

0071321348

32

10 Niederman MS Recent advances in community-acquired pneumonia inpatient

and outpatient Chest 20071311205

33

  • 22 Definisi Pneumonia
  • Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius dan alveoli serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat yang disebabkan oleh mikroorganisme (bakterivirusjamurprotozoa)3
  • 23 Epidemiologi Pneumonia
  • 25 Klasifikasi Pneumonia
  • Terutama pada jaringan penyangga yaitu interstitial dinding bronkus dan peribronkil Peradangan dapat ditemumkan pada infeksi virus dan mycoplasma Terjadi edema dinding bronkioli dan juga edema jaringan interstisial prebronkial Radiologis berupa bayangan udara pada alveolus masih terlihat diliputi perselubungan yang tidak merata 5
  • 26 Patofisiologi Pneumonia
  • 27 Diagnosis Pneumonia
  • 28 Diagnosis Banding Pneumonia
  • 29 Penatalaksanaan
  • 210 Komplikasi Pneumonia
Page 22: Referat Pneumonia

BAtelektasis

Atelektasis adalah istilah yang berarti pengembangan paru yang tidak

sempurna dan menyiratkan arti bahwa alveolus pada bagian paru yang terserang tidak

mengandung udara dan kolaps Memberikan gambaran yang mirip dengan pneumonia

tanpa air bronchogram Namun terdapat penarikan jantung trakea dan mediastinum

ke arah yang sakit karena adanya pengurangan volume interkostal space menjadi

lebih sempit dan pengecilan dari seluruh atau sebagian paru-paru yang sakit

Sehingga akan tampak thorax asimetris 3

Atelektasis pada foto thorax proyeksi PA

22

C Efusi Pleura

Memberi gambaran yang mirip dengan pneumonia tanpa air bronchogram

Terdapat penambahan volume sehingga terjadi pendorongan jantung trakea dan

mediastinum kearah yang sehat Rongga thorax membesar Pada edusi pleura

sebagian akan tampak meniscus sign (+) tanda khas pada efusi pleura 3

Efusi pleura pada foto thorax posisi PA

29 Penatalaksanaan

Pengobatan terdiri atas antibiotik dan pengobatan suportif Pemberian

antibiotik pada penderita pneumonia sebaiknya berdasarkan data mikroorganisme dan

hasil uji kepekaannya akan tetapi karena beberapa alasan yaitu 7

1 penyakit yang berat dapat mengancam jiwa

2 bakteri patogen yang berhasil diisolasi belum tentu sebagai penyebab pneumonia

3 hasil pembiakan bakteri memerlukan waktu

23

Maka pada penderita pneumonia dapat diberikan terapi secara empiris Secara

umum pemilihan antibiotic berdasarkan baktri penyebab pneumonia dapat dilihat

sebagai berikut 751

1 Pemberian Antibiotik

Penisilin sensitif Streptococcus pneumonia (PSSP)

1048707 Golongan Penisilin

1048707 TMP-SMZ

1048707 Makrolid

Penisilin resisten Streptococcus pneumoniae (PRSP)

1048707 Betalaktam oral dosis tinggi (untuk rawat jalan)

1048707 Sefotaksim Seftriakson dosis tinggi

1048707 Marolid baru dosis tinggi

1048707 Fluorokuinolon respirasi

Pseudomonas aeruginosa

1048707 Aminoglikosid

1048707 Seftazidim Sefoperason Sefepim

1048707 Tikarsilin Piperasilin

1048707 Karbapenem Meropenem Imipenem

1048707 Siprofloksasin Levofloksasin

Methicillin resistent Staphylococcus aureus (MRSA)

1048707 Vankomisin

1048707 Teikoplanin

1048707 Linezolid

Hemophilus influenzae

1048707 TMP-SMZ

1048707 Azitromisin

1048707 Sefalosporin gen 2 atau 3

24

1048707 Fluorokuinolon respirasi

Legionella

1048707 Makrolid

1048707 Fluorokuinolon

1048707 Rifampisin

Mycoplasma pneumoniae

1048707 Doksisiklin

1048707 Makrolid

1048707 Fluorokuinolon

Chlamydia pneumoniae

1048707 Doksisikin

1048707 Makrolid

1048707 Fluorokuinolon

25

26

Tabel 3 Rekomendasi Terapi Empiris (ATS 2001) 8

Kategori Keterangan Kuman Penyebab Obat Pilihan I Obat Pilihan II

Kategori I Usia

penderita

lt 65 tahun

-Penyakit

Penyerta (-)

-Dapat

berobat jalan

-Spneumonia

-Mpneumonia

-Cpneumonia

-Hinfluenzae

-Legionale sp

-Saureus

-Mtuberculosis

-Batang Gram (-)

Klaritromisin

2x250 mg

- -Azitromisin

1x500mg

- Rositromisin

2x150 mg atau

1x300 mg

- Siprofloksasin

2x500mg atau

Ofloksasin 2x400mg

- Levofloksasin

1x500mg atau

Moxifloxacin

1x400mg

- Doksisiklin 2x100mg

Kategori II -Usia

penderita gt

65 tahun

- Peny

Penyerta (+)

-Dapat

berobat jalan

-Spneumonia

Hinfluenzae

Batang gram(-)

Aerob

Saures

Mcatarrhalis

Legionalle sp

-Sepalospporin

generasi 2

-Trimetroprim

+Kotrimoksazol

-Betalaktam

-Makrolid

-Levofloksasin

-Gatifloksasin

-Moxyfloksasin

Kategori

III

-Pneumonia

berat

- Perlu

dirawat di

RStapi tidak

perlu di ICU

-Spneumoniae

-Hinfluenzae

-Polimikroba

termasuk Aerob

-Batang Gram (-)

-Legionalla sp

-Saureus

Mpneumoniae

- Sefalosporin

Generasi 2 atau

3

- Betalaktam +

Penghambat

Betalaktamase

+makrolid

-Piperasilin +

tazobaktam

-Sulferason

Kategori

IV

-Pneumonia

berat

-Perlu dirawat

di ICU

-Spneumonia

-Legionella sp

-Batang Gram (-)

aerob

-Mpneumonia

-Virus

-Hinfluenzae

-Mtuberculosis

-Jamur endemic

- Sefalosporin

generasi 3

(anti

pseudomonas)

+ makrolid

- Sefalosporin

generasi 4

- Sefalosporin

generasi 3 +

kuinolon

-Carbapenem

meropenem

-Vankomicin

-Linesolid

-Teikoplanin

2 Terapi Suportif Umum

1 Terapi O2 untuk mencapai PaO2 80-100 mmHg atau saturasi 95-96 berdasarkan

pemeriksaan analisis gas darah

2 Humidifikasi dengan nebulizer untuk pengenceran dahak yang kental dapat

disertai nebulizer untuk pemberian bronkodilator bila terdapat bronkospasme

3 Fisioterapi dada untuk pengeluaran dahak khususnya anjuran untuk batuk dan

napas dalam Bila perlu dikerjakan fish mouth breathing untuk melancarkan

ekspirasi dan pengeluarn CO2 Posisi tidur setengah duduk untuk melancarkan

pernapasan7

4 Pengaturan cairan Keutuhan kapiler paru sering terganggu pada pneumonia dan

paru lebih sensitif terhadap pembebanan cairan terutama bila terdapat pneumonia

bilateral Pemberian cairan pada pasien harus diatur dengan baik termasuk pada

keadaan gangguan sirkulasi dan gagal ginjal Overhidrasi untuk maksud

mengencerkan dahak tidak diperkenankan 9

5 Pemberian kortikosteroid pada fase sepsis berat perlu diberikan Terapi ini tidak

bermanfaat pada keadaan renjatan septik

6 Obat inotropik seperti dobutamin atau dopamin kadang-kadang diperlukan bila

terdapat komplikasi gangguan sirkulasi atau gagal ginjal prerenal

7 Ventilasi mekanis indikasi intubasi dan pemasangan ventilator pada pneumonia

adalah

27

a Hipoksemia persisten meskipun telah diberikan O2 100 dengan

menggunakaan masker Kosentrasi O2 yang tinggi menyebabkan penurunan

pulmonary compliance hingga tekanan inflasi meninggi Dalam hal ini perlu

dipergunakan PEEP untuk memperbaiki oksigenisasi dan menurunkan FiO2

menjadi 50 atau lebih rendah9

b Gagal napas yang ditandai oleh peningkatan respiratory distress dengan atau

didapat asidosis respiratorik

c Respiratory arrest

d Retensi sputum yang sulit diatasi secara konservatif

8 Drainase empiema bila ada

9 Bila terdapat gagal napas diberikan nutrisi dengan kalori yang cukup yang

didapatkan terutama dari lemak (gt50) hingga dapat dihindari pembentukan

CO2 yang berlebihan9

3 Terapi Sulih (switch therapy)

Masa perawatan di rumah sakit sebaiknya dipersingkat dengan perubahan obat

suntik ke oral dilanjutkan dengan berobat jalan hal ini untuk mengurangi biaya

perawatan dan mencegah infeksi nosokomial Perubahan ini dapat diberikan secara

sequential (obat sama potensi sama) switch over (obat berbeda potensi sama) dan

step down (obat sama atau berbeda potensi lebih rendah) Pasien beralih dari

intravena ke oral terapi ketika hemodinamik sudah stabil dan perbaikan terbukti

secara secara klinis dapat menelan obat-obatan dan memiliki saluran pencernaan

berfungsi normal 10

28

Kriteria untuk Pneumonia terkait stabilitas klinis adalah 9

1 Temp le 378 C Kesadaran baik

2 Denyut jantung le 100 denyut menit

3 Respirasi ratele 24 napas menit

4 Tekanan darah sistolik ge 90 mmHg

5 Saturasi O2 arteri ge 90 atau pO2 ge 60 mmHg pada ruang udara

6 Kemampuan untuk mengambil asupan oral

210 Komplikasi Pneumonia

1 Efusi pleura dan empiema Terjadi pada sekitar 45 kasus terutama pada infeksi

bakterial akut berupa efusi parapneumonik gram negative sebesar 60

Staphylococcus aureus 50 S pneumoniae 40-60 kuman anaerob 35

Sedangkan pada Mycoplasmapneumoniae sebesar 20 Cairannya transudat dan

steril Terkadang pada infeksi bakterial terjadi empiema dengan cairan eksudat

2 Komplikasi sistemik Dapat terjadi akibat invasi kuman atau bakteriemia berupa

meningitis Dapat juga terjadi dehidrasi dan hiponatremia anemia pada infeksi

kronik peningguan ureum dan enzim hati Kadang-kadang terjadi peninggian

fostase alkali dan bilirubin akibat adanya kolestasis intrahepatik

3 Hipoksemia akibat gangguan difusi

4 Abses Paru terbentuk akibat eksudat di alveolus paru sehingga terjadi infeksi

oleh kuman anaerob dan bakteri gram negative

29

5 Pneumonia kronik yang dapat terjadi bila pneumonia berlangsung lebih dari 4-6

minggu akibat kuman anaerob S aureus dan kuman Gram (-) seperti

Pseudomonas aeruginosa

6 Bronkiektasis Biasanya terjadi karena pneunomia pada masa anak-anak tetapi

dapat juga oleh infeksi berulang di lokasi bronkus distal pada cystic fibrosis atau

hipogamaglobulinemia tuberkulosis atau pneumonia nekrotikans 3

211 Prognosis Pneumonia

Angka morbiditas dan mortalitas pneumonia menurun sejak ditemukannya

antibiotik Faktor yang berperan adalah patogenitas kuman usia penyakit dasar dan

kondisi pasien Secara umum angka kematian pneumonia pneumokokus adalah

sebesar 5 namun dapat meningkat menjadi 60 pada orang tua dengan kondisi

yang buruk misalnya gangguan imunologis sirosis hepatis penyakit paru obstruktif

kronik atau kanker Adanya leukopenia ikterus terkenanya 3 atau lebih lobus dan

komplikasi ekstraparu merupakan petanda prognosis yang buruk Kuman gram

negatif menimbulkan prognosis yang lebih jelek 10

Prognosis pada orang tua dan anak kurang baik karena itu perlu perawatan di

RS kecuali bila penyakitnya ringan Orang dewasa (lt60 tahun) dapat berobat jalan

kecuali

1 Bila terdapat penyakit paru kronik

2 PN Meliputi banyak lobus

3 Disertai gambaran klinis yang berkaitan dengan mortalitas yang tinggi yaitu

30

a Usia gt 60 tahun

b Dijumpai adanya gejala pada saat masuk perawatan RS frekuensi napas gt 30

xm tekanan diastolik lt 60 mmHg leukosit abnormal (lt4500-gt30000)

BAB 3

KESIMPULAN

Pneumonia adalah salah satu penyakit akibat infeksi parenkim paru yang

dapat menyerang segala usia Pneumonia paling banyak disebabkan oleh infeksi

bakteri Streptococcus pneumonia dengan gejala yang muncul seperti demam batuk

berdahak sesak napas dan terkadang disertai nyeri dada

Pemeriksaan radiologi dalam hal ini foto thorax konvensional dan CT Scan

menjadi pemeriksaan yang sangat penting pada pneumonia Gambaran khas pada

pneumonia adalah adanya konsolidasi dengan adanya gambaran air bronchogram

Namun tidak semua pneumonia memberikan gambaran khas tersebut Untuk

menentukan etiologi pneumonia tidak dapat hanya semata-mata menggunakan foto

thorax melainkan harus dilihat dari riwayat penyakit dan juga pemeriksaan

laboratorium

Penatalaksanaan medis pada pneumonia adalah pemberian antibiotik yang

sesuai dengan kuman penyebab pneumonia disamping terapi supportif lainnya

Prognosis pneumonia secara umum baik jika mendapat terapi antibiotik yang adekuat

faktor predisposisi pasien dan ada tidaknya komplikasi yang menyertai

31

DAFTAR PUSTAKA

1 Dahlan Z 2006 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Pulmonologi Pusat

Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas kedokteran Universitas

Indonesia Jakarta

2 Price SA Wilson LM 2005 Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses

Penyakit Edisi 6 Volume 2 Penerbit EGC Jakarta

3 Soedarsono 2004 Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru Bagian Ilmu Penyakit Paru

FK UNAIR Surabaya

4 Aru W Bambang Idrus A Marcellus Siti S ed Buku Ajar Ilmu Penyakit

Dalam Jilid II Edisi 4 Jakarta Pusat Penerbitan Departemen IPD RSCM

2007

5 Perhimpunan Dokter Paru Indonesia Pedoman Diagnosis dan

penatalaksanaan Pneumonia Komuniti2003

6 Perhimpunan Dokter Paru Indonesia Pedoman Diagnosis dan

penatalaksanaan Pneumonia Nosokomial2003

7 Barlett JG Dowell SF Mondell LA File TM Mushor DM Fine MJ Practice

guidelines for management community-acquiredd pneumonia in adults Clin

infect Dis 2000 31 347-82

8 Mandell LA IDSAATS consensus guidelines on the management of

community-acquired pneumonia in adults CID 200744S27

9 Menendez R Treatment failure in community-acquired pneumonia

0071321348

32

10 Niederman MS Recent advances in community-acquired pneumonia inpatient

and outpatient Chest 20071311205

33

  • 22 Definisi Pneumonia
  • Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius dan alveoli serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat yang disebabkan oleh mikroorganisme (bakterivirusjamurprotozoa)3
  • 23 Epidemiologi Pneumonia
  • 25 Klasifikasi Pneumonia
  • Terutama pada jaringan penyangga yaitu interstitial dinding bronkus dan peribronkil Peradangan dapat ditemumkan pada infeksi virus dan mycoplasma Terjadi edema dinding bronkioli dan juga edema jaringan interstisial prebronkial Radiologis berupa bayangan udara pada alveolus masih terlihat diliputi perselubungan yang tidak merata 5
  • 26 Patofisiologi Pneumonia
  • 27 Diagnosis Pneumonia
  • 28 Diagnosis Banding Pneumonia
  • 29 Penatalaksanaan
  • 210 Komplikasi Pneumonia
Page 23: Referat Pneumonia

C Efusi Pleura

Memberi gambaran yang mirip dengan pneumonia tanpa air bronchogram

Terdapat penambahan volume sehingga terjadi pendorongan jantung trakea dan

mediastinum kearah yang sehat Rongga thorax membesar Pada edusi pleura

sebagian akan tampak meniscus sign (+) tanda khas pada efusi pleura 3

Efusi pleura pada foto thorax posisi PA

29 Penatalaksanaan

Pengobatan terdiri atas antibiotik dan pengobatan suportif Pemberian

antibiotik pada penderita pneumonia sebaiknya berdasarkan data mikroorganisme dan

hasil uji kepekaannya akan tetapi karena beberapa alasan yaitu 7

1 penyakit yang berat dapat mengancam jiwa

2 bakteri patogen yang berhasil diisolasi belum tentu sebagai penyebab pneumonia

3 hasil pembiakan bakteri memerlukan waktu

23

Maka pada penderita pneumonia dapat diberikan terapi secara empiris Secara

umum pemilihan antibiotic berdasarkan baktri penyebab pneumonia dapat dilihat

sebagai berikut 751

1 Pemberian Antibiotik

Penisilin sensitif Streptococcus pneumonia (PSSP)

1048707 Golongan Penisilin

1048707 TMP-SMZ

1048707 Makrolid

Penisilin resisten Streptococcus pneumoniae (PRSP)

1048707 Betalaktam oral dosis tinggi (untuk rawat jalan)

1048707 Sefotaksim Seftriakson dosis tinggi

1048707 Marolid baru dosis tinggi

1048707 Fluorokuinolon respirasi

Pseudomonas aeruginosa

1048707 Aminoglikosid

1048707 Seftazidim Sefoperason Sefepim

1048707 Tikarsilin Piperasilin

1048707 Karbapenem Meropenem Imipenem

1048707 Siprofloksasin Levofloksasin

Methicillin resistent Staphylococcus aureus (MRSA)

1048707 Vankomisin

1048707 Teikoplanin

1048707 Linezolid

Hemophilus influenzae

1048707 TMP-SMZ

1048707 Azitromisin

1048707 Sefalosporin gen 2 atau 3

24

1048707 Fluorokuinolon respirasi

Legionella

1048707 Makrolid

1048707 Fluorokuinolon

1048707 Rifampisin

Mycoplasma pneumoniae

1048707 Doksisiklin

1048707 Makrolid

1048707 Fluorokuinolon

Chlamydia pneumoniae

1048707 Doksisikin

1048707 Makrolid

1048707 Fluorokuinolon

25

26

Tabel 3 Rekomendasi Terapi Empiris (ATS 2001) 8

Kategori Keterangan Kuman Penyebab Obat Pilihan I Obat Pilihan II

Kategori I Usia

penderita

lt 65 tahun

-Penyakit

Penyerta (-)

-Dapat

berobat jalan

-Spneumonia

-Mpneumonia

-Cpneumonia

-Hinfluenzae

-Legionale sp

-Saureus

-Mtuberculosis

-Batang Gram (-)

Klaritromisin

2x250 mg

- -Azitromisin

1x500mg

- Rositromisin

2x150 mg atau

1x300 mg

- Siprofloksasin

2x500mg atau

Ofloksasin 2x400mg

- Levofloksasin

1x500mg atau

Moxifloxacin

1x400mg

- Doksisiklin 2x100mg

Kategori II -Usia

penderita gt

65 tahun

- Peny

Penyerta (+)

-Dapat

berobat jalan

-Spneumonia

Hinfluenzae

Batang gram(-)

Aerob

Saures

Mcatarrhalis

Legionalle sp

-Sepalospporin

generasi 2

-Trimetroprim

+Kotrimoksazol

-Betalaktam

-Makrolid

-Levofloksasin

-Gatifloksasin

-Moxyfloksasin

Kategori

III

-Pneumonia

berat

- Perlu

dirawat di

RStapi tidak

perlu di ICU

-Spneumoniae

-Hinfluenzae

-Polimikroba

termasuk Aerob

-Batang Gram (-)

-Legionalla sp

-Saureus

Mpneumoniae

- Sefalosporin

Generasi 2 atau

3

- Betalaktam +

Penghambat

Betalaktamase

+makrolid

-Piperasilin +

tazobaktam

-Sulferason

Kategori

IV

-Pneumonia

berat

-Perlu dirawat

di ICU

-Spneumonia

-Legionella sp

-Batang Gram (-)

aerob

-Mpneumonia

-Virus

-Hinfluenzae

-Mtuberculosis

-Jamur endemic

- Sefalosporin

generasi 3

(anti

pseudomonas)

+ makrolid

- Sefalosporin

generasi 4

- Sefalosporin

generasi 3 +

kuinolon

-Carbapenem

meropenem

-Vankomicin

-Linesolid

-Teikoplanin

2 Terapi Suportif Umum

1 Terapi O2 untuk mencapai PaO2 80-100 mmHg atau saturasi 95-96 berdasarkan

pemeriksaan analisis gas darah

2 Humidifikasi dengan nebulizer untuk pengenceran dahak yang kental dapat

disertai nebulizer untuk pemberian bronkodilator bila terdapat bronkospasme

3 Fisioterapi dada untuk pengeluaran dahak khususnya anjuran untuk batuk dan

napas dalam Bila perlu dikerjakan fish mouth breathing untuk melancarkan

ekspirasi dan pengeluarn CO2 Posisi tidur setengah duduk untuk melancarkan

pernapasan7

4 Pengaturan cairan Keutuhan kapiler paru sering terganggu pada pneumonia dan

paru lebih sensitif terhadap pembebanan cairan terutama bila terdapat pneumonia

bilateral Pemberian cairan pada pasien harus diatur dengan baik termasuk pada

keadaan gangguan sirkulasi dan gagal ginjal Overhidrasi untuk maksud

mengencerkan dahak tidak diperkenankan 9

5 Pemberian kortikosteroid pada fase sepsis berat perlu diberikan Terapi ini tidak

bermanfaat pada keadaan renjatan septik

6 Obat inotropik seperti dobutamin atau dopamin kadang-kadang diperlukan bila

terdapat komplikasi gangguan sirkulasi atau gagal ginjal prerenal

7 Ventilasi mekanis indikasi intubasi dan pemasangan ventilator pada pneumonia

adalah

27

a Hipoksemia persisten meskipun telah diberikan O2 100 dengan

menggunakaan masker Kosentrasi O2 yang tinggi menyebabkan penurunan

pulmonary compliance hingga tekanan inflasi meninggi Dalam hal ini perlu

dipergunakan PEEP untuk memperbaiki oksigenisasi dan menurunkan FiO2

menjadi 50 atau lebih rendah9

b Gagal napas yang ditandai oleh peningkatan respiratory distress dengan atau

didapat asidosis respiratorik

c Respiratory arrest

d Retensi sputum yang sulit diatasi secara konservatif

8 Drainase empiema bila ada

9 Bila terdapat gagal napas diberikan nutrisi dengan kalori yang cukup yang

didapatkan terutama dari lemak (gt50) hingga dapat dihindari pembentukan

CO2 yang berlebihan9

3 Terapi Sulih (switch therapy)

Masa perawatan di rumah sakit sebaiknya dipersingkat dengan perubahan obat

suntik ke oral dilanjutkan dengan berobat jalan hal ini untuk mengurangi biaya

perawatan dan mencegah infeksi nosokomial Perubahan ini dapat diberikan secara

sequential (obat sama potensi sama) switch over (obat berbeda potensi sama) dan

step down (obat sama atau berbeda potensi lebih rendah) Pasien beralih dari

intravena ke oral terapi ketika hemodinamik sudah stabil dan perbaikan terbukti

secara secara klinis dapat menelan obat-obatan dan memiliki saluran pencernaan

berfungsi normal 10

28

Kriteria untuk Pneumonia terkait stabilitas klinis adalah 9

1 Temp le 378 C Kesadaran baik

2 Denyut jantung le 100 denyut menit

3 Respirasi ratele 24 napas menit

4 Tekanan darah sistolik ge 90 mmHg

5 Saturasi O2 arteri ge 90 atau pO2 ge 60 mmHg pada ruang udara

6 Kemampuan untuk mengambil asupan oral

210 Komplikasi Pneumonia

1 Efusi pleura dan empiema Terjadi pada sekitar 45 kasus terutama pada infeksi

bakterial akut berupa efusi parapneumonik gram negative sebesar 60

Staphylococcus aureus 50 S pneumoniae 40-60 kuman anaerob 35

Sedangkan pada Mycoplasmapneumoniae sebesar 20 Cairannya transudat dan

steril Terkadang pada infeksi bakterial terjadi empiema dengan cairan eksudat

2 Komplikasi sistemik Dapat terjadi akibat invasi kuman atau bakteriemia berupa

meningitis Dapat juga terjadi dehidrasi dan hiponatremia anemia pada infeksi

kronik peningguan ureum dan enzim hati Kadang-kadang terjadi peninggian

fostase alkali dan bilirubin akibat adanya kolestasis intrahepatik

3 Hipoksemia akibat gangguan difusi

4 Abses Paru terbentuk akibat eksudat di alveolus paru sehingga terjadi infeksi

oleh kuman anaerob dan bakteri gram negative

29

5 Pneumonia kronik yang dapat terjadi bila pneumonia berlangsung lebih dari 4-6

minggu akibat kuman anaerob S aureus dan kuman Gram (-) seperti

Pseudomonas aeruginosa

6 Bronkiektasis Biasanya terjadi karena pneunomia pada masa anak-anak tetapi

dapat juga oleh infeksi berulang di lokasi bronkus distal pada cystic fibrosis atau

hipogamaglobulinemia tuberkulosis atau pneumonia nekrotikans 3

211 Prognosis Pneumonia

Angka morbiditas dan mortalitas pneumonia menurun sejak ditemukannya

antibiotik Faktor yang berperan adalah patogenitas kuman usia penyakit dasar dan

kondisi pasien Secara umum angka kematian pneumonia pneumokokus adalah

sebesar 5 namun dapat meningkat menjadi 60 pada orang tua dengan kondisi

yang buruk misalnya gangguan imunologis sirosis hepatis penyakit paru obstruktif

kronik atau kanker Adanya leukopenia ikterus terkenanya 3 atau lebih lobus dan

komplikasi ekstraparu merupakan petanda prognosis yang buruk Kuman gram

negatif menimbulkan prognosis yang lebih jelek 10

Prognosis pada orang tua dan anak kurang baik karena itu perlu perawatan di

RS kecuali bila penyakitnya ringan Orang dewasa (lt60 tahun) dapat berobat jalan

kecuali

1 Bila terdapat penyakit paru kronik

2 PN Meliputi banyak lobus

3 Disertai gambaran klinis yang berkaitan dengan mortalitas yang tinggi yaitu

30

a Usia gt 60 tahun

b Dijumpai adanya gejala pada saat masuk perawatan RS frekuensi napas gt 30

xm tekanan diastolik lt 60 mmHg leukosit abnormal (lt4500-gt30000)

BAB 3

KESIMPULAN

Pneumonia adalah salah satu penyakit akibat infeksi parenkim paru yang

dapat menyerang segala usia Pneumonia paling banyak disebabkan oleh infeksi

bakteri Streptococcus pneumonia dengan gejala yang muncul seperti demam batuk

berdahak sesak napas dan terkadang disertai nyeri dada

Pemeriksaan radiologi dalam hal ini foto thorax konvensional dan CT Scan

menjadi pemeriksaan yang sangat penting pada pneumonia Gambaran khas pada

pneumonia adalah adanya konsolidasi dengan adanya gambaran air bronchogram

Namun tidak semua pneumonia memberikan gambaran khas tersebut Untuk

menentukan etiologi pneumonia tidak dapat hanya semata-mata menggunakan foto

thorax melainkan harus dilihat dari riwayat penyakit dan juga pemeriksaan

laboratorium

Penatalaksanaan medis pada pneumonia adalah pemberian antibiotik yang

sesuai dengan kuman penyebab pneumonia disamping terapi supportif lainnya

Prognosis pneumonia secara umum baik jika mendapat terapi antibiotik yang adekuat

faktor predisposisi pasien dan ada tidaknya komplikasi yang menyertai

31

DAFTAR PUSTAKA

1 Dahlan Z 2006 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Pulmonologi Pusat

Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas kedokteran Universitas

Indonesia Jakarta

2 Price SA Wilson LM 2005 Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses

Penyakit Edisi 6 Volume 2 Penerbit EGC Jakarta

3 Soedarsono 2004 Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru Bagian Ilmu Penyakit Paru

FK UNAIR Surabaya

4 Aru W Bambang Idrus A Marcellus Siti S ed Buku Ajar Ilmu Penyakit

Dalam Jilid II Edisi 4 Jakarta Pusat Penerbitan Departemen IPD RSCM

2007

5 Perhimpunan Dokter Paru Indonesia Pedoman Diagnosis dan

penatalaksanaan Pneumonia Komuniti2003

6 Perhimpunan Dokter Paru Indonesia Pedoman Diagnosis dan

penatalaksanaan Pneumonia Nosokomial2003

7 Barlett JG Dowell SF Mondell LA File TM Mushor DM Fine MJ Practice

guidelines for management community-acquiredd pneumonia in adults Clin

infect Dis 2000 31 347-82

8 Mandell LA IDSAATS consensus guidelines on the management of

community-acquired pneumonia in adults CID 200744S27

9 Menendez R Treatment failure in community-acquired pneumonia

0071321348

32

10 Niederman MS Recent advances in community-acquired pneumonia inpatient

and outpatient Chest 20071311205

33

  • 22 Definisi Pneumonia
  • Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius dan alveoli serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat yang disebabkan oleh mikroorganisme (bakterivirusjamurprotozoa)3
  • 23 Epidemiologi Pneumonia
  • 25 Klasifikasi Pneumonia
  • Terutama pada jaringan penyangga yaitu interstitial dinding bronkus dan peribronkil Peradangan dapat ditemumkan pada infeksi virus dan mycoplasma Terjadi edema dinding bronkioli dan juga edema jaringan interstisial prebronkial Radiologis berupa bayangan udara pada alveolus masih terlihat diliputi perselubungan yang tidak merata 5
  • 26 Patofisiologi Pneumonia
  • 27 Diagnosis Pneumonia
  • 28 Diagnosis Banding Pneumonia
  • 29 Penatalaksanaan
  • 210 Komplikasi Pneumonia
Page 24: Referat Pneumonia

Maka pada penderita pneumonia dapat diberikan terapi secara empiris Secara

umum pemilihan antibiotic berdasarkan baktri penyebab pneumonia dapat dilihat

sebagai berikut 751

1 Pemberian Antibiotik

Penisilin sensitif Streptococcus pneumonia (PSSP)

1048707 Golongan Penisilin

1048707 TMP-SMZ

1048707 Makrolid

Penisilin resisten Streptococcus pneumoniae (PRSP)

1048707 Betalaktam oral dosis tinggi (untuk rawat jalan)

1048707 Sefotaksim Seftriakson dosis tinggi

1048707 Marolid baru dosis tinggi

1048707 Fluorokuinolon respirasi

Pseudomonas aeruginosa

1048707 Aminoglikosid

1048707 Seftazidim Sefoperason Sefepim

1048707 Tikarsilin Piperasilin

1048707 Karbapenem Meropenem Imipenem

1048707 Siprofloksasin Levofloksasin

Methicillin resistent Staphylococcus aureus (MRSA)

1048707 Vankomisin

1048707 Teikoplanin

1048707 Linezolid

Hemophilus influenzae

1048707 TMP-SMZ

1048707 Azitromisin

1048707 Sefalosporin gen 2 atau 3

24

1048707 Fluorokuinolon respirasi

Legionella

1048707 Makrolid

1048707 Fluorokuinolon

1048707 Rifampisin

Mycoplasma pneumoniae

1048707 Doksisiklin

1048707 Makrolid

1048707 Fluorokuinolon

Chlamydia pneumoniae

1048707 Doksisikin

1048707 Makrolid

1048707 Fluorokuinolon

25

26

Tabel 3 Rekomendasi Terapi Empiris (ATS 2001) 8

Kategori Keterangan Kuman Penyebab Obat Pilihan I Obat Pilihan II

Kategori I Usia

penderita

lt 65 tahun

-Penyakit

Penyerta (-)

-Dapat

berobat jalan

-Spneumonia

-Mpneumonia

-Cpneumonia

-Hinfluenzae

-Legionale sp

-Saureus

-Mtuberculosis

-Batang Gram (-)

Klaritromisin

2x250 mg

- -Azitromisin

1x500mg

- Rositromisin

2x150 mg atau

1x300 mg

- Siprofloksasin

2x500mg atau

Ofloksasin 2x400mg

- Levofloksasin

1x500mg atau

Moxifloxacin

1x400mg

- Doksisiklin 2x100mg

Kategori II -Usia

penderita gt

65 tahun

- Peny

Penyerta (+)

-Dapat

berobat jalan

-Spneumonia

Hinfluenzae

Batang gram(-)

Aerob

Saures

Mcatarrhalis

Legionalle sp

-Sepalospporin

generasi 2

-Trimetroprim

+Kotrimoksazol

-Betalaktam

-Makrolid

-Levofloksasin

-Gatifloksasin

-Moxyfloksasin

Kategori

III

-Pneumonia

berat

- Perlu

dirawat di

RStapi tidak

perlu di ICU

-Spneumoniae

-Hinfluenzae

-Polimikroba

termasuk Aerob

-Batang Gram (-)

-Legionalla sp

-Saureus

Mpneumoniae

- Sefalosporin

Generasi 2 atau

3

- Betalaktam +

Penghambat

Betalaktamase

+makrolid

-Piperasilin +

tazobaktam

-Sulferason

Kategori

IV

-Pneumonia

berat

-Perlu dirawat

di ICU

-Spneumonia

-Legionella sp

-Batang Gram (-)

aerob

-Mpneumonia

-Virus

-Hinfluenzae

-Mtuberculosis

-Jamur endemic

- Sefalosporin

generasi 3

(anti

pseudomonas)

+ makrolid

- Sefalosporin

generasi 4

- Sefalosporin

generasi 3 +

kuinolon

-Carbapenem

meropenem

-Vankomicin

-Linesolid

-Teikoplanin

2 Terapi Suportif Umum

1 Terapi O2 untuk mencapai PaO2 80-100 mmHg atau saturasi 95-96 berdasarkan

pemeriksaan analisis gas darah

2 Humidifikasi dengan nebulizer untuk pengenceran dahak yang kental dapat

disertai nebulizer untuk pemberian bronkodilator bila terdapat bronkospasme

3 Fisioterapi dada untuk pengeluaran dahak khususnya anjuran untuk batuk dan

napas dalam Bila perlu dikerjakan fish mouth breathing untuk melancarkan

ekspirasi dan pengeluarn CO2 Posisi tidur setengah duduk untuk melancarkan

pernapasan7

4 Pengaturan cairan Keutuhan kapiler paru sering terganggu pada pneumonia dan

paru lebih sensitif terhadap pembebanan cairan terutama bila terdapat pneumonia

bilateral Pemberian cairan pada pasien harus diatur dengan baik termasuk pada

keadaan gangguan sirkulasi dan gagal ginjal Overhidrasi untuk maksud

mengencerkan dahak tidak diperkenankan 9

5 Pemberian kortikosteroid pada fase sepsis berat perlu diberikan Terapi ini tidak

bermanfaat pada keadaan renjatan septik

6 Obat inotropik seperti dobutamin atau dopamin kadang-kadang diperlukan bila

terdapat komplikasi gangguan sirkulasi atau gagal ginjal prerenal

7 Ventilasi mekanis indikasi intubasi dan pemasangan ventilator pada pneumonia

adalah

27

a Hipoksemia persisten meskipun telah diberikan O2 100 dengan

menggunakaan masker Kosentrasi O2 yang tinggi menyebabkan penurunan

pulmonary compliance hingga tekanan inflasi meninggi Dalam hal ini perlu

dipergunakan PEEP untuk memperbaiki oksigenisasi dan menurunkan FiO2

menjadi 50 atau lebih rendah9

b Gagal napas yang ditandai oleh peningkatan respiratory distress dengan atau

didapat asidosis respiratorik

c Respiratory arrest

d Retensi sputum yang sulit diatasi secara konservatif

8 Drainase empiema bila ada

9 Bila terdapat gagal napas diberikan nutrisi dengan kalori yang cukup yang

didapatkan terutama dari lemak (gt50) hingga dapat dihindari pembentukan

CO2 yang berlebihan9

3 Terapi Sulih (switch therapy)

Masa perawatan di rumah sakit sebaiknya dipersingkat dengan perubahan obat

suntik ke oral dilanjutkan dengan berobat jalan hal ini untuk mengurangi biaya

perawatan dan mencegah infeksi nosokomial Perubahan ini dapat diberikan secara

sequential (obat sama potensi sama) switch over (obat berbeda potensi sama) dan

step down (obat sama atau berbeda potensi lebih rendah) Pasien beralih dari

intravena ke oral terapi ketika hemodinamik sudah stabil dan perbaikan terbukti

secara secara klinis dapat menelan obat-obatan dan memiliki saluran pencernaan

berfungsi normal 10

28

Kriteria untuk Pneumonia terkait stabilitas klinis adalah 9

1 Temp le 378 C Kesadaran baik

2 Denyut jantung le 100 denyut menit

3 Respirasi ratele 24 napas menit

4 Tekanan darah sistolik ge 90 mmHg

5 Saturasi O2 arteri ge 90 atau pO2 ge 60 mmHg pada ruang udara

6 Kemampuan untuk mengambil asupan oral

210 Komplikasi Pneumonia

1 Efusi pleura dan empiema Terjadi pada sekitar 45 kasus terutama pada infeksi

bakterial akut berupa efusi parapneumonik gram negative sebesar 60

Staphylococcus aureus 50 S pneumoniae 40-60 kuman anaerob 35

Sedangkan pada Mycoplasmapneumoniae sebesar 20 Cairannya transudat dan

steril Terkadang pada infeksi bakterial terjadi empiema dengan cairan eksudat

2 Komplikasi sistemik Dapat terjadi akibat invasi kuman atau bakteriemia berupa

meningitis Dapat juga terjadi dehidrasi dan hiponatremia anemia pada infeksi

kronik peningguan ureum dan enzim hati Kadang-kadang terjadi peninggian

fostase alkali dan bilirubin akibat adanya kolestasis intrahepatik

3 Hipoksemia akibat gangguan difusi

4 Abses Paru terbentuk akibat eksudat di alveolus paru sehingga terjadi infeksi

oleh kuman anaerob dan bakteri gram negative

29

5 Pneumonia kronik yang dapat terjadi bila pneumonia berlangsung lebih dari 4-6

minggu akibat kuman anaerob S aureus dan kuman Gram (-) seperti

Pseudomonas aeruginosa

6 Bronkiektasis Biasanya terjadi karena pneunomia pada masa anak-anak tetapi

dapat juga oleh infeksi berulang di lokasi bronkus distal pada cystic fibrosis atau

hipogamaglobulinemia tuberkulosis atau pneumonia nekrotikans 3

211 Prognosis Pneumonia

Angka morbiditas dan mortalitas pneumonia menurun sejak ditemukannya

antibiotik Faktor yang berperan adalah patogenitas kuman usia penyakit dasar dan

kondisi pasien Secara umum angka kematian pneumonia pneumokokus adalah

sebesar 5 namun dapat meningkat menjadi 60 pada orang tua dengan kondisi

yang buruk misalnya gangguan imunologis sirosis hepatis penyakit paru obstruktif

kronik atau kanker Adanya leukopenia ikterus terkenanya 3 atau lebih lobus dan

komplikasi ekstraparu merupakan petanda prognosis yang buruk Kuman gram

negatif menimbulkan prognosis yang lebih jelek 10

Prognosis pada orang tua dan anak kurang baik karena itu perlu perawatan di

RS kecuali bila penyakitnya ringan Orang dewasa (lt60 tahun) dapat berobat jalan

kecuali

1 Bila terdapat penyakit paru kronik

2 PN Meliputi banyak lobus

3 Disertai gambaran klinis yang berkaitan dengan mortalitas yang tinggi yaitu

30

a Usia gt 60 tahun

b Dijumpai adanya gejala pada saat masuk perawatan RS frekuensi napas gt 30

xm tekanan diastolik lt 60 mmHg leukosit abnormal (lt4500-gt30000)

BAB 3

KESIMPULAN

Pneumonia adalah salah satu penyakit akibat infeksi parenkim paru yang

dapat menyerang segala usia Pneumonia paling banyak disebabkan oleh infeksi

bakteri Streptococcus pneumonia dengan gejala yang muncul seperti demam batuk

berdahak sesak napas dan terkadang disertai nyeri dada

Pemeriksaan radiologi dalam hal ini foto thorax konvensional dan CT Scan

menjadi pemeriksaan yang sangat penting pada pneumonia Gambaran khas pada

pneumonia adalah adanya konsolidasi dengan adanya gambaran air bronchogram

Namun tidak semua pneumonia memberikan gambaran khas tersebut Untuk

menentukan etiologi pneumonia tidak dapat hanya semata-mata menggunakan foto

thorax melainkan harus dilihat dari riwayat penyakit dan juga pemeriksaan

laboratorium

Penatalaksanaan medis pada pneumonia adalah pemberian antibiotik yang

sesuai dengan kuman penyebab pneumonia disamping terapi supportif lainnya

Prognosis pneumonia secara umum baik jika mendapat terapi antibiotik yang adekuat

faktor predisposisi pasien dan ada tidaknya komplikasi yang menyertai

31

DAFTAR PUSTAKA

1 Dahlan Z 2006 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Pulmonologi Pusat

Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas kedokteran Universitas

Indonesia Jakarta

2 Price SA Wilson LM 2005 Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses

Penyakit Edisi 6 Volume 2 Penerbit EGC Jakarta

3 Soedarsono 2004 Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru Bagian Ilmu Penyakit Paru

FK UNAIR Surabaya

4 Aru W Bambang Idrus A Marcellus Siti S ed Buku Ajar Ilmu Penyakit

Dalam Jilid II Edisi 4 Jakarta Pusat Penerbitan Departemen IPD RSCM

2007

5 Perhimpunan Dokter Paru Indonesia Pedoman Diagnosis dan

penatalaksanaan Pneumonia Komuniti2003

6 Perhimpunan Dokter Paru Indonesia Pedoman Diagnosis dan

penatalaksanaan Pneumonia Nosokomial2003

7 Barlett JG Dowell SF Mondell LA File TM Mushor DM Fine MJ Practice

guidelines for management community-acquiredd pneumonia in adults Clin

infect Dis 2000 31 347-82

8 Mandell LA IDSAATS consensus guidelines on the management of

community-acquired pneumonia in adults CID 200744S27

9 Menendez R Treatment failure in community-acquired pneumonia

0071321348

32

10 Niederman MS Recent advances in community-acquired pneumonia inpatient

and outpatient Chest 20071311205

33

  • 22 Definisi Pneumonia
  • Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius dan alveoli serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat yang disebabkan oleh mikroorganisme (bakterivirusjamurprotozoa)3
  • 23 Epidemiologi Pneumonia
  • 25 Klasifikasi Pneumonia
  • Terutama pada jaringan penyangga yaitu interstitial dinding bronkus dan peribronkil Peradangan dapat ditemumkan pada infeksi virus dan mycoplasma Terjadi edema dinding bronkioli dan juga edema jaringan interstisial prebronkial Radiologis berupa bayangan udara pada alveolus masih terlihat diliputi perselubungan yang tidak merata 5
  • 26 Patofisiologi Pneumonia
  • 27 Diagnosis Pneumonia
  • 28 Diagnosis Banding Pneumonia
  • 29 Penatalaksanaan
  • 210 Komplikasi Pneumonia
Page 25: Referat Pneumonia

1048707 Fluorokuinolon respirasi

Legionella

1048707 Makrolid

1048707 Fluorokuinolon

1048707 Rifampisin

Mycoplasma pneumoniae

1048707 Doksisiklin

1048707 Makrolid

1048707 Fluorokuinolon

Chlamydia pneumoniae

1048707 Doksisikin

1048707 Makrolid

1048707 Fluorokuinolon

25

26

Tabel 3 Rekomendasi Terapi Empiris (ATS 2001) 8

Kategori Keterangan Kuman Penyebab Obat Pilihan I Obat Pilihan II

Kategori I Usia

penderita

lt 65 tahun

-Penyakit

Penyerta (-)

-Dapat

berobat jalan

-Spneumonia

-Mpneumonia

-Cpneumonia

-Hinfluenzae

-Legionale sp

-Saureus

-Mtuberculosis

-Batang Gram (-)

Klaritromisin

2x250 mg

- -Azitromisin

1x500mg

- Rositromisin

2x150 mg atau

1x300 mg

- Siprofloksasin

2x500mg atau

Ofloksasin 2x400mg

- Levofloksasin

1x500mg atau

Moxifloxacin

1x400mg

- Doksisiklin 2x100mg

Kategori II -Usia

penderita gt

65 tahun

- Peny

Penyerta (+)

-Dapat

berobat jalan

-Spneumonia

Hinfluenzae

Batang gram(-)

Aerob

Saures

Mcatarrhalis

Legionalle sp

-Sepalospporin

generasi 2

-Trimetroprim

+Kotrimoksazol

-Betalaktam

-Makrolid

-Levofloksasin

-Gatifloksasin

-Moxyfloksasin

Kategori

III

-Pneumonia

berat

- Perlu

dirawat di

RStapi tidak

perlu di ICU

-Spneumoniae

-Hinfluenzae

-Polimikroba

termasuk Aerob

-Batang Gram (-)

-Legionalla sp

-Saureus

Mpneumoniae

- Sefalosporin

Generasi 2 atau

3

- Betalaktam +

Penghambat

Betalaktamase

+makrolid

-Piperasilin +

tazobaktam

-Sulferason

Kategori

IV

-Pneumonia

berat

-Perlu dirawat

di ICU

-Spneumonia

-Legionella sp

-Batang Gram (-)

aerob

-Mpneumonia

-Virus

-Hinfluenzae

-Mtuberculosis

-Jamur endemic

- Sefalosporin

generasi 3

(anti

pseudomonas)

+ makrolid

- Sefalosporin

generasi 4

- Sefalosporin

generasi 3 +

kuinolon

-Carbapenem

meropenem

-Vankomicin

-Linesolid

-Teikoplanin

2 Terapi Suportif Umum

1 Terapi O2 untuk mencapai PaO2 80-100 mmHg atau saturasi 95-96 berdasarkan

pemeriksaan analisis gas darah

2 Humidifikasi dengan nebulizer untuk pengenceran dahak yang kental dapat

disertai nebulizer untuk pemberian bronkodilator bila terdapat bronkospasme

3 Fisioterapi dada untuk pengeluaran dahak khususnya anjuran untuk batuk dan

napas dalam Bila perlu dikerjakan fish mouth breathing untuk melancarkan

ekspirasi dan pengeluarn CO2 Posisi tidur setengah duduk untuk melancarkan

pernapasan7

4 Pengaturan cairan Keutuhan kapiler paru sering terganggu pada pneumonia dan

paru lebih sensitif terhadap pembebanan cairan terutama bila terdapat pneumonia

bilateral Pemberian cairan pada pasien harus diatur dengan baik termasuk pada

keadaan gangguan sirkulasi dan gagal ginjal Overhidrasi untuk maksud

mengencerkan dahak tidak diperkenankan 9

5 Pemberian kortikosteroid pada fase sepsis berat perlu diberikan Terapi ini tidak

bermanfaat pada keadaan renjatan septik

6 Obat inotropik seperti dobutamin atau dopamin kadang-kadang diperlukan bila

terdapat komplikasi gangguan sirkulasi atau gagal ginjal prerenal

7 Ventilasi mekanis indikasi intubasi dan pemasangan ventilator pada pneumonia

adalah

27

a Hipoksemia persisten meskipun telah diberikan O2 100 dengan

menggunakaan masker Kosentrasi O2 yang tinggi menyebabkan penurunan

pulmonary compliance hingga tekanan inflasi meninggi Dalam hal ini perlu

dipergunakan PEEP untuk memperbaiki oksigenisasi dan menurunkan FiO2

menjadi 50 atau lebih rendah9

b Gagal napas yang ditandai oleh peningkatan respiratory distress dengan atau

didapat asidosis respiratorik

c Respiratory arrest

d Retensi sputum yang sulit diatasi secara konservatif

8 Drainase empiema bila ada

9 Bila terdapat gagal napas diberikan nutrisi dengan kalori yang cukup yang

didapatkan terutama dari lemak (gt50) hingga dapat dihindari pembentukan

CO2 yang berlebihan9

3 Terapi Sulih (switch therapy)

Masa perawatan di rumah sakit sebaiknya dipersingkat dengan perubahan obat

suntik ke oral dilanjutkan dengan berobat jalan hal ini untuk mengurangi biaya

perawatan dan mencegah infeksi nosokomial Perubahan ini dapat diberikan secara

sequential (obat sama potensi sama) switch over (obat berbeda potensi sama) dan

step down (obat sama atau berbeda potensi lebih rendah) Pasien beralih dari

intravena ke oral terapi ketika hemodinamik sudah stabil dan perbaikan terbukti

secara secara klinis dapat menelan obat-obatan dan memiliki saluran pencernaan

berfungsi normal 10

28

Kriteria untuk Pneumonia terkait stabilitas klinis adalah 9

1 Temp le 378 C Kesadaran baik

2 Denyut jantung le 100 denyut menit

3 Respirasi ratele 24 napas menit

4 Tekanan darah sistolik ge 90 mmHg

5 Saturasi O2 arteri ge 90 atau pO2 ge 60 mmHg pada ruang udara

6 Kemampuan untuk mengambil asupan oral

210 Komplikasi Pneumonia

1 Efusi pleura dan empiema Terjadi pada sekitar 45 kasus terutama pada infeksi

bakterial akut berupa efusi parapneumonik gram negative sebesar 60

Staphylococcus aureus 50 S pneumoniae 40-60 kuman anaerob 35

Sedangkan pada Mycoplasmapneumoniae sebesar 20 Cairannya transudat dan

steril Terkadang pada infeksi bakterial terjadi empiema dengan cairan eksudat

2 Komplikasi sistemik Dapat terjadi akibat invasi kuman atau bakteriemia berupa

meningitis Dapat juga terjadi dehidrasi dan hiponatremia anemia pada infeksi

kronik peningguan ureum dan enzim hati Kadang-kadang terjadi peninggian

fostase alkali dan bilirubin akibat adanya kolestasis intrahepatik

3 Hipoksemia akibat gangguan difusi

4 Abses Paru terbentuk akibat eksudat di alveolus paru sehingga terjadi infeksi

oleh kuman anaerob dan bakteri gram negative

29

5 Pneumonia kronik yang dapat terjadi bila pneumonia berlangsung lebih dari 4-6

minggu akibat kuman anaerob S aureus dan kuman Gram (-) seperti

Pseudomonas aeruginosa

6 Bronkiektasis Biasanya terjadi karena pneunomia pada masa anak-anak tetapi

dapat juga oleh infeksi berulang di lokasi bronkus distal pada cystic fibrosis atau

hipogamaglobulinemia tuberkulosis atau pneumonia nekrotikans 3

211 Prognosis Pneumonia

Angka morbiditas dan mortalitas pneumonia menurun sejak ditemukannya

antibiotik Faktor yang berperan adalah patogenitas kuman usia penyakit dasar dan

kondisi pasien Secara umum angka kematian pneumonia pneumokokus adalah

sebesar 5 namun dapat meningkat menjadi 60 pada orang tua dengan kondisi

yang buruk misalnya gangguan imunologis sirosis hepatis penyakit paru obstruktif

kronik atau kanker Adanya leukopenia ikterus terkenanya 3 atau lebih lobus dan

komplikasi ekstraparu merupakan petanda prognosis yang buruk Kuman gram

negatif menimbulkan prognosis yang lebih jelek 10

Prognosis pada orang tua dan anak kurang baik karena itu perlu perawatan di

RS kecuali bila penyakitnya ringan Orang dewasa (lt60 tahun) dapat berobat jalan

kecuali

1 Bila terdapat penyakit paru kronik

2 PN Meliputi banyak lobus

3 Disertai gambaran klinis yang berkaitan dengan mortalitas yang tinggi yaitu

30

a Usia gt 60 tahun

b Dijumpai adanya gejala pada saat masuk perawatan RS frekuensi napas gt 30

xm tekanan diastolik lt 60 mmHg leukosit abnormal (lt4500-gt30000)

BAB 3

KESIMPULAN

Pneumonia adalah salah satu penyakit akibat infeksi parenkim paru yang

dapat menyerang segala usia Pneumonia paling banyak disebabkan oleh infeksi

bakteri Streptococcus pneumonia dengan gejala yang muncul seperti demam batuk

berdahak sesak napas dan terkadang disertai nyeri dada

Pemeriksaan radiologi dalam hal ini foto thorax konvensional dan CT Scan

menjadi pemeriksaan yang sangat penting pada pneumonia Gambaran khas pada

pneumonia adalah adanya konsolidasi dengan adanya gambaran air bronchogram

Namun tidak semua pneumonia memberikan gambaran khas tersebut Untuk

menentukan etiologi pneumonia tidak dapat hanya semata-mata menggunakan foto

thorax melainkan harus dilihat dari riwayat penyakit dan juga pemeriksaan

laboratorium

Penatalaksanaan medis pada pneumonia adalah pemberian antibiotik yang

sesuai dengan kuman penyebab pneumonia disamping terapi supportif lainnya

Prognosis pneumonia secara umum baik jika mendapat terapi antibiotik yang adekuat

faktor predisposisi pasien dan ada tidaknya komplikasi yang menyertai

31

DAFTAR PUSTAKA

1 Dahlan Z 2006 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Pulmonologi Pusat

Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas kedokteran Universitas

Indonesia Jakarta

2 Price SA Wilson LM 2005 Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses

Penyakit Edisi 6 Volume 2 Penerbit EGC Jakarta

3 Soedarsono 2004 Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru Bagian Ilmu Penyakit Paru

FK UNAIR Surabaya

4 Aru W Bambang Idrus A Marcellus Siti S ed Buku Ajar Ilmu Penyakit

Dalam Jilid II Edisi 4 Jakarta Pusat Penerbitan Departemen IPD RSCM

2007

5 Perhimpunan Dokter Paru Indonesia Pedoman Diagnosis dan

penatalaksanaan Pneumonia Komuniti2003

6 Perhimpunan Dokter Paru Indonesia Pedoman Diagnosis dan

penatalaksanaan Pneumonia Nosokomial2003

7 Barlett JG Dowell SF Mondell LA File TM Mushor DM Fine MJ Practice

guidelines for management community-acquiredd pneumonia in adults Clin

infect Dis 2000 31 347-82

8 Mandell LA IDSAATS consensus guidelines on the management of

community-acquired pneumonia in adults CID 200744S27

9 Menendez R Treatment failure in community-acquired pneumonia

0071321348

32

10 Niederman MS Recent advances in community-acquired pneumonia inpatient

and outpatient Chest 20071311205

33

  • 22 Definisi Pneumonia
  • Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius dan alveoli serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat yang disebabkan oleh mikroorganisme (bakterivirusjamurprotozoa)3
  • 23 Epidemiologi Pneumonia
  • 25 Klasifikasi Pneumonia
  • Terutama pada jaringan penyangga yaitu interstitial dinding bronkus dan peribronkil Peradangan dapat ditemumkan pada infeksi virus dan mycoplasma Terjadi edema dinding bronkioli dan juga edema jaringan interstisial prebronkial Radiologis berupa bayangan udara pada alveolus masih terlihat diliputi perselubungan yang tidak merata 5
  • 26 Patofisiologi Pneumonia
  • 27 Diagnosis Pneumonia
  • 28 Diagnosis Banding Pneumonia
  • 29 Penatalaksanaan
  • 210 Komplikasi Pneumonia
Page 26: Referat Pneumonia

26

Tabel 3 Rekomendasi Terapi Empiris (ATS 2001) 8

Kategori Keterangan Kuman Penyebab Obat Pilihan I Obat Pilihan II

Kategori I Usia

penderita

lt 65 tahun

-Penyakit

Penyerta (-)

-Dapat

berobat jalan

-Spneumonia

-Mpneumonia

-Cpneumonia

-Hinfluenzae

-Legionale sp

-Saureus

-Mtuberculosis

-Batang Gram (-)

Klaritromisin

2x250 mg

- -Azitromisin

1x500mg

- Rositromisin

2x150 mg atau

1x300 mg

- Siprofloksasin

2x500mg atau

Ofloksasin 2x400mg

- Levofloksasin

1x500mg atau

Moxifloxacin

1x400mg

- Doksisiklin 2x100mg

Kategori II -Usia

penderita gt

65 tahun

- Peny

Penyerta (+)

-Dapat

berobat jalan

-Spneumonia

Hinfluenzae

Batang gram(-)

Aerob

Saures

Mcatarrhalis

Legionalle sp

-Sepalospporin

generasi 2

-Trimetroprim

+Kotrimoksazol

-Betalaktam

-Makrolid

-Levofloksasin

-Gatifloksasin

-Moxyfloksasin

Kategori

III

-Pneumonia

berat

- Perlu

dirawat di

RStapi tidak

perlu di ICU

-Spneumoniae

-Hinfluenzae

-Polimikroba

termasuk Aerob

-Batang Gram (-)

-Legionalla sp

-Saureus

Mpneumoniae

- Sefalosporin

Generasi 2 atau

3

- Betalaktam +

Penghambat

Betalaktamase

+makrolid

-Piperasilin +

tazobaktam

-Sulferason

Kategori

IV

-Pneumonia

berat

-Perlu dirawat

di ICU

-Spneumonia

-Legionella sp

-Batang Gram (-)

aerob

-Mpneumonia

-Virus

-Hinfluenzae

-Mtuberculosis

-Jamur endemic

- Sefalosporin

generasi 3

(anti

pseudomonas)

+ makrolid

- Sefalosporin

generasi 4

- Sefalosporin

generasi 3 +

kuinolon

-Carbapenem

meropenem

-Vankomicin

-Linesolid

-Teikoplanin

2 Terapi Suportif Umum

1 Terapi O2 untuk mencapai PaO2 80-100 mmHg atau saturasi 95-96 berdasarkan

pemeriksaan analisis gas darah

2 Humidifikasi dengan nebulizer untuk pengenceran dahak yang kental dapat

disertai nebulizer untuk pemberian bronkodilator bila terdapat bronkospasme

3 Fisioterapi dada untuk pengeluaran dahak khususnya anjuran untuk batuk dan

napas dalam Bila perlu dikerjakan fish mouth breathing untuk melancarkan

ekspirasi dan pengeluarn CO2 Posisi tidur setengah duduk untuk melancarkan

pernapasan7

4 Pengaturan cairan Keutuhan kapiler paru sering terganggu pada pneumonia dan

paru lebih sensitif terhadap pembebanan cairan terutama bila terdapat pneumonia

bilateral Pemberian cairan pada pasien harus diatur dengan baik termasuk pada

keadaan gangguan sirkulasi dan gagal ginjal Overhidrasi untuk maksud

mengencerkan dahak tidak diperkenankan 9

5 Pemberian kortikosteroid pada fase sepsis berat perlu diberikan Terapi ini tidak

bermanfaat pada keadaan renjatan septik

6 Obat inotropik seperti dobutamin atau dopamin kadang-kadang diperlukan bila

terdapat komplikasi gangguan sirkulasi atau gagal ginjal prerenal

7 Ventilasi mekanis indikasi intubasi dan pemasangan ventilator pada pneumonia

adalah

27

a Hipoksemia persisten meskipun telah diberikan O2 100 dengan

menggunakaan masker Kosentrasi O2 yang tinggi menyebabkan penurunan

pulmonary compliance hingga tekanan inflasi meninggi Dalam hal ini perlu

dipergunakan PEEP untuk memperbaiki oksigenisasi dan menurunkan FiO2

menjadi 50 atau lebih rendah9

b Gagal napas yang ditandai oleh peningkatan respiratory distress dengan atau

didapat asidosis respiratorik

c Respiratory arrest

d Retensi sputum yang sulit diatasi secara konservatif

8 Drainase empiema bila ada

9 Bila terdapat gagal napas diberikan nutrisi dengan kalori yang cukup yang

didapatkan terutama dari lemak (gt50) hingga dapat dihindari pembentukan

CO2 yang berlebihan9

3 Terapi Sulih (switch therapy)

Masa perawatan di rumah sakit sebaiknya dipersingkat dengan perubahan obat

suntik ke oral dilanjutkan dengan berobat jalan hal ini untuk mengurangi biaya

perawatan dan mencegah infeksi nosokomial Perubahan ini dapat diberikan secara

sequential (obat sama potensi sama) switch over (obat berbeda potensi sama) dan

step down (obat sama atau berbeda potensi lebih rendah) Pasien beralih dari

intravena ke oral terapi ketika hemodinamik sudah stabil dan perbaikan terbukti

secara secara klinis dapat menelan obat-obatan dan memiliki saluran pencernaan

berfungsi normal 10

28

Kriteria untuk Pneumonia terkait stabilitas klinis adalah 9

1 Temp le 378 C Kesadaran baik

2 Denyut jantung le 100 denyut menit

3 Respirasi ratele 24 napas menit

4 Tekanan darah sistolik ge 90 mmHg

5 Saturasi O2 arteri ge 90 atau pO2 ge 60 mmHg pada ruang udara

6 Kemampuan untuk mengambil asupan oral

210 Komplikasi Pneumonia

1 Efusi pleura dan empiema Terjadi pada sekitar 45 kasus terutama pada infeksi

bakterial akut berupa efusi parapneumonik gram negative sebesar 60

Staphylococcus aureus 50 S pneumoniae 40-60 kuman anaerob 35

Sedangkan pada Mycoplasmapneumoniae sebesar 20 Cairannya transudat dan

steril Terkadang pada infeksi bakterial terjadi empiema dengan cairan eksudat

2 Komplikasi sistemik Dapat terjadi akibat invasi kuman atau bakteriemia berupa

meningitis Dapat juga terjadi dehidrasi dan hiponatremia anemia pada infeksi

kronik peningguan ureum dan enzim hati Kadang-kadang terjadi peninggian

fostase alkali dan bilirubin akibat adanya kolestasis intrahepatik

3 Hipoksemia akibat gangguan difusi

4 Abses Paru terbentuk akibat eksudat di alveolus paru sehingga terjadi infeksi

oleh kuman anaerob dan bakteri gram negative

29

5 Pneumonia kronik yang dapat terjadi bila pneumonia berlangsung lebih dari 4-6

minggu akibat kuman anaerob S aureus dan kuman Gram (-) seperti

Pseudomonas aeruginosa

6 Bronkiektasis Biasanya terjadi karena pneunomia pada masa anak-anak tetapi

dapat juga oleh infeksi berulang di lokasi bronkus distal pada cystic fibrosis atau

hipogamaglobulinemia tuberkulosis atau pneumonia nekrotikans 3

211 Prognosis Pneumonia

Angka morbiditas dan mortalitas pneumonia menurun sejak ditemukannya

antibiotik Faktor yang berperan adalah patogenitas kuman usia penyakit dasar dan

kondisi pasien Secara umum angka kematian pneumonia pneumokokus adalah

sebesar 5 namun dapat meningkat menjadi 60 pada orang tua dengan kondisi

yang buruk misalnya gangguan imunologis sirosis hepatis penyakit paru obstruktif

kronik atau kanker Adanya leukopenia ikterus terkenanya 3 atau lebih lobus dan

komplikasi ekstraparu merupakan petanda prognosis yang buruk Kuman gram

negatif menimbulkan prognosis yang lebih jelek 10

Prognosis pada orang tua dan anak kurang baik karena itu perlu perawatan di

RS kecuali bila penyakitnya ringan Orang dewasa (lt60 tahun) dapat berobat jalan

kecuali

1 Bila terdapat penyakit paru kronik

2 PN Meliputi banyak lobus

3 Disertai gambaran klinis yang berkaitan dengan mortalitas yang tinggi yaitu

30

a Usia gt 60 tahun

b Dijumpai adanya gejala pada saat masuk perawatan RS frekuensi napas gt 30

xm tekanan diastolik lt 60 mmHg leukosit abnormal (lt4500-gt30000)

BAB 3

KESIMPULAN

Pneumonia adalah salah satu penyakit akibat infeksi parenkim paru yang

dapat menyerang segala usia Pneumonia paling banyak disebabkan oleh infeksi

bakteri Streptococcus pneumonia dengan gejala yang muncul seperti demam batuk

berdahak sesak napas dan terkadang disertai nyeri dada

Pemeriksaan radiologi dalam hal ini foto thorax konvensional dan CT Scan

menjadi pemeriksaan yang sangat penting pada pneumonia Gambaran khas pada

pneumonia adalah adanya konsolidasi dengan adanya gambaran air bronchogram

Namun tidak semua pneumonia memberikan gambaran khas tersebut Untuk

menentukan etiologi pneumonia tidak dapat hanya semata-mata menggunakan foto

thorax melainkan harus dilihat dari riwayat penyakit dan juga pemeriksaan

laboratorium

Penatalaksanaan medis pada pneumonia adalah pemberian antibiotik yang

sesuai dengan kuman penyebab pneumonia disamping terapi supportif lainnya

Prognosis pneumonia secara umum baik jika mendapat terapi antibiotik yang adekuat

faktor predisposisi pasien dan ada tidaknya komplikasi yang menyertai

31

DAFTAR PUSTAKA

1 Dahlan Z 2006 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Pulmonologi Pusat

Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas kedokteran Universitas

Indonesia Jakarta

2 Price SA Wilson LM 2005 Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses

Penyakit Edisi 6 Volume 2 Penerbit EGC Jakarta

3 Soedarsono 2004 Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru Bagian Ilmu Penyakit Paru

FK UNAIR Surabaya

4 Aru W Bambang Idrus A Marcellus Siti S ed Buku Ajar Ilmu Penyakit

Dalam Jilid II Edisi 4 Jakarta Pusat Penerbitan Departemen IPD RSCM

2007

5 Perhimpunan Dokter Paru Indonesia Pedoman Diagnosis dan

penatalaksanaan Pneumonia Komuniti2003

6 Perhimpunan Dokter Paru Indonesia Pedoman Diagnosis dan

penatalaksanaan Pneumonia Nosokomial2003

7 Barlett JG Dowell SF Mondell LA File TM Mushor DM Fine MJ Practice

guidelines for management community-acquiredd pneumonia in adults Clin

infect Dis 2000 31 347-82

8 Mandell LA IDSAATS consensus guidelines on the management of

community-acquired pneumonia in adults CID 200744S27

9 Menendez R Treatment failure in community-acquired pneumonia

0071321348

32

10 Niederman MS Recent advances in community-acquired pneumonia inpatient

and outpatient Chest 20071311205

33

  • 22 Definisi Pneumonia
  • Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius dan alveoli serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat yang disebabkan oleh mikroorganisme (bakterivirusjamurprotozoa)3
  • 23 Epidemiologi Pneumonia
  • 25 Klasifikasi Pneumonia
  • Terutama pada jaringan penyangga yaitu interstitial dinding bronkus dan peribronkil Peradangan dapat ditemumkan pada infeksi virus dan mycoplasma Terjadi edema dinding bronkioli dan juga edema jaringan interstisial prebronkial Radiologis berupa bayangan udara pada alveolus masih terlihat diliputi perselubungan yang tidak merata 5
  • 26 Patofisiologi Pneumonia
  • 27 Diagnosis Pneumonia
  • 28 Diagnosis Banding Pneumonia
  • 29 Penatalaksanaan
  • 210 Komplikasi Pneumonia
Page 27: Referat Pneumonia

2 Terapi Suportif Umum

1 Terapi O2 untuk mencapai PaO2 80-100 mmHg atau saturasi 95-96 berdasarkan

pemeriksaan analisis gas darah

2 Humidifikasi dengan nebulizer untuk pengenceran dahak yang kental dapat

disertai nebulizer untuk pemberian bronkodilator bila terdapat bronkospasme

3 Fisioterapi dada untuk pengeluaran dahak khususnya anjuran untuk batuk dan

napas dalam Bila perlu dikerjakan fish mouth breathing untuk melancarkan

ekspirasi dan pengeluarn CO2 Posisi tidur setengah duduk untuk melancarkan

pernapasan7

4 Pengaturan cairan Keutuhan kapiler paru sering terganggu pada pneumonia dan

paru lebih sensitif terhadap pembebanan cairan terutama bila terdapat pneumonia

bilateral Pemberian cairan pada pasien harus diatur dengan baik termasuk pada

keadaan gangguan sirkulasi dan gagal ginjal Overhidrasi untuk maksud

mengencerkan dahak tidak diperkenankan 9

5 Pemberian kortikosteroid pada fase sepsis berat perlu diberikan Terapi ini tidak

bermanfaat pada keadaan renjatan septik

6 Obat inotropik seperti dobutamin atau dopamin kadang-kadang diperlukan bila

terdapat komplikasi gangguan sirkulasi atau gagal ginjal prerenal

7 Ventilasi mekanis indikasi intubasi dan pemasangan ventilator pada pneumonia

adalah

27

a Hipoksemia persisten meskipun telah diberikan O2 100 dengan

menggunakaan masker Kosentrasi O2 yang tinggi menyebabkan penurunan

pulmonary compliance hingga tekanan inflasi meninggi Dalam hal ini perlu

dipergunakan PEEP untuk memperbaiki oksigenisasi dan menurunkan FiO2

menjadi 50 atau lebih rendah9

b Gagal napas yang ditandai oleh peningkatan respiratory distress dengan atau

didapat asidosis respiratorik

c Respiratory arrest

d Retensi sputum yang sulit diatasi secara konservatif

8 Drainase empiema bila ada

9 Bila terdapat gagal napas diberikan nutrisi dengan kalori yang cukup yang

didapatkan terutama dari lemak (gt50) hingga dapat dihindari pembentukan

CO2 yang berlebihan9

3 Terapi Sulih (switch therapy)

Masa perawatan di rumah sakit sebaiknya dipersingkat dengan perubahan obat

suntik ke oral dilanjutkan dengan berobat jalan hal ini untuk mengurangi biaya

perawatan dan mencegah infeksi nosokomial Perubahan ini dapat diberikan secara

sequential (obat sama potensi sama) switch over (obat berbeda potensi sama) dan

step down (obat sama atau berbeda potensi lebih rendah) Pasien beralih dari

intravena ke oral terapi ketika hemodinamik sudah stabil dan perbaikan terbukti

secara secara klinis dapat menelan obat-obatan dan memiliki saluran pencernaan

berfungsi normal 10

28

Kriteria untuk Pneumonia terkait stabilitas klinis adalah 9

1 Temp le 378 C Kesadaran baik

2 Denyut jantung le 100 denyut menit

3 Respirasi ratele 24 napas menit

4 Tekanan darah sistolik ge 90 mmHg

5 Saturasi O2 arteri ge 90 atau pO2 ge 60 mmHg pada ruang udara

6 Kemampuan untuk mengambil asupan oral

210 Komplikasi Pneumonia

1 Efusi pleura dan empiema Terjadi pada sekitar 45 kasus terutama pada infeksi

bakterial akut berupa efusi parapneumonik gram negative sebesar 60

Staphylococcus aureus 50 S pneumoniae 40-60 kuman anaerob 35

Sedangkan pada Mycoplasmapneumoniae sebesar 20 Cairannya transudat dan

steril Terkadang pada infeksi bakterial terjadi empiema dengan cairan eksudat

2 Komplikasi sistemik Dapat terjadi akibat invasi kuman atau bakteriemia berupa

meningitis Dapat juga terjadi dehidrasi dan hiponatremia anemia pada infeksi

kronik peningguan ureum dan enzim hati Kadang-kadang terjadi peninggian

fostase alkali dan bilirubin akibat adanya kolestasis intrahepatik

3 Hipoksemia akibat gangguan difusi

4 Abses Paru terbentuk akibat eksudat di alveolus paru sehingga terjadi infeksi

oleh kuman anaerob dan bakteri gram negative

29

5 Pneumonia kronik yang dapat terjadi bila pneumonia berlangsung lebih dari 4-6

minggu akibat kuman anaerob S aureus dan kuman Gram (-) seperti

Pseudomonas aeruginosa

6 Bronkiektasis Biasanya terjadi karena pneunomia pada masa anak-anak tetapi

dapat juga oleh infeksi berulang di lokasi bronkus distal pada cystic fibrosis atau

hipogamaglobulinemia tuberkulosis atau pneumonia nekrotikans 3

211 Prognosis Pneumonia

Angka morbiditas dan mortalitas pneumonia menurun sejak ditemukannya

antibiotik Faktor yang berperan adalah patogenitas kuman usia penyakit dasar dan

kondisi pasien Secara umum angka kematian pneumonia pneumokokus adalah

sebesar 5 namun dapat meningkat menjadi 60 pada orang tua dengan kondisi

yang buruk misalnya gangguan imunologis sirosis hepatis penyakit paru obstruktif

kronik atau kanker Adanya leukopenia ikterus terkenanya 3 atau lebih lobus dan

komplikasi ekstraparu merupakan petanda prognosis yang buruk Kuman gram

negatif menimbulkan prognosis yang lebih jelek 10

Prognosis pada orang tua dan anak kurang baik karena itu perlu perawatan di

RS kecuali bila penyakitnya ringan Orang dewasa (lt60 tahun) dapat berobat jalan

kecuali

1 Bila terdapat penyakit paru kronik

2 PN Meliputi banyak lobus

3 Disertai gambaran klinis yang berkaitan dengan mortalitas yang tinggi yaitu

30

a Usia gt 60 tahun

b Dijumpai adanya gejala pada saat masuk perawatan RS frekuensi napas gt 30

xm tekanan diastolik lt 60 mmHg leukosit abnormal (lt4500-gt30000)

BAB 3

KESIMPULAN

Pneumonia adalah salah satu penyakit akibat infeksi parenkim paru yang

dapat menyerang segala usia Pneumonia paling banyak disebabkan oleh infeksi

bakteri Streptococcus pneumonia dengan gejala yang muncul seperti demam batuk

berdahak sesak napas dan terkadang disertai nyeri dada

Pemeriksaan radiologi dalam hal ini foto thorax konvensional dan CT Scan

menjadi pemeriksaan yang sangat penting pada pneumonia Gambaran khas pada

pneumonia adalah adanya konsolidasi dengan adanya gambaran air bronchogram

Namun tidak semua pneumonia memberikan gambaran khas tersebut Untuk

menentukan etiologi pneumonia tidak dapat hanya semata-mata menggunakan foto

thorax melainkan harus dilihat dari riwayat penyakit dan juga pemeriksaan

laboratorium

Penatalaksanaan medis pada pneumonia adalah pemberian antibiotik yang

sesuai dengan kuman penyebab pneumonia disamping terapi supportif lainnya

Prognosis pneumonia secara umum baik jika mendapat terapi antibiotik yang adekuat

faktor predisposisi pasien dan ada tidaknya komplikasi yang menyertai

31

DAFTAR PUSTAKA

1 Dahlan Z 2006 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Pulmonologi Pusat

Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas kedokteran Universitas

Indonesia Jakarta

2 Price SA Wilson LM 2005 Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses

Penyakit Edisi 6 Volume 2 Penerbit EGC Jakarta

3 Soedarsono 2004 Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru Bagian Ilmu Penyakit Paru

FK UNAIR Surabaya

4 Aru W Bambang Idrus A Marcellus Siti S ed Buku Ajar Ilmu Penyakit

Dalam Jilid II Edisi 4 Jakarta Pusat Penerbitan Departemen IPD RSCM

2007

5 Perhimpunan Dokter Paru Indonesia Pedoman Diagnosis dan

penatalaksanaan Pneumonia Komuniti2003

6 Perhimpunan Dokter Paru Indonesia Pedoman Diagnosis dan

penatalaksanaan Pneumonia Nosokomial2003

7 Barlett JG Dowell SF Mondell LA File TM Mushor DM Fine MJ Practice

guidelines for management community-acquiredd pneumonia in adults Clin

infect Dis 2000 31 347-82

8 Mandell LA IDSAATS consensus guidelines on the management of

community-acquired pneumonia in adults CID 200744S27

9 Menendez R Treatment failure in community-acquired pneumonia

0071321348

32

10 Niederman MS Recent advances in community-acquired pneumonia inpatient

and outpatient Chest 20071311205

33

  • 22 Definisi Pneumonia
  • Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius dan alveoli serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat yang disebabkan oleh mikroorganisme (bakterivirusjamurprotozoa)3
  • 23 Epidemiologi Pneumonia
  • 25 Klasifikasi Pneumonia
  • Terutama pada jaringan penyangga yaitu interstitial dinding bronkus dan peribronkil Peradangan dapat ditemumkan pada infeksi virus dan mycoplasma Terjadi edema dinding bronkioli dan juga edema jaringan interstisial prebronkial Radiologis berupa bayangan udara pada alveolus masih terlihat diliputi perselubungan yang tidak merata 5
  • 26 Patofisiologi Pneumonia
  • 27 Diagnosis Pneumonia
  • 28 Diagnosis Banding Pneumonia
  • 29 Penatalaksanaan
  • 210 Komplikasi Pneumonia
Page 28: Referat Pneumonia

a Hipoksemia persisten meskipun telah diberikan O2 100 dengan

menggunakaan masker Kosentrasi O2 yang tinggi menyebabkan penurunan

pulmonary compliance hingga tekanan inflasi meninggi Dalam hal ini perlu

dipergunakan PEEP untuk memperbaiki oksigenisasi dan menurunkan FiO2

menjadi 50 atau lebih rendah9

b Gagal napas yang ditandai oleh peningkatan respiratory distress dengan atau

didapat asidosis respiratorik

c Respiratory arrest

d Retensi sputum yang sulit diatasi secara konservatif

8 Drainase empiema bila ada

9 Bila terdapat gagal napas diberikan nutrisi dengan kalori yang cukup yang

didapatkan terutama dari lemak (gt50) hingga dapat dihindari pembentukan

CO2 yang berlebihan9

3 Terapi Sulih (switch therapy)

Masa perawatan di rumah sakit sebaiknya dipersingkat dengan perubahan obat

suntik ke oral dilanjutkan dengan berobat jalan hal ini untuk mengurangi biaya

perawatan dan mencegah infeksi nosokomial Perubahan ini dapat diberikan secara

sequential (obat sama potensi sama) switch over (obat berbeda potensi sama) dan

step down (obat sama atau berbeda potensi lebih rendah) Pasien beralih dari

intravena ke oral terapi ketika hemodinamik sudah stabil dan perbaikan terbukti

secara secara klinis dapat menelan obat-obatan dan memiliki saluran pencernaan

berfungsi normal 10

28

Kriteria untuk Pneumonia terkait stabilitas klinis adalah 9

1 Temp le 378 C Kesadaran baik

2 Denyut jantung le 100 denyut menit

3 Respirasi ratele 24 napas menit

4 Tekanan darah sistolik ge 90 mmHg

5 Saturasi O2 arteri ge 90 atau pO2 ge 60 mmHg pada ruang udara

6 Kemampuan untuk mengambil asupan oral

210 Komplikasi Pneumonia

1 Efusi pleura dan empiema Terjadi pada sekitar 45 kasus terutama pada infeksi

bakterial akut berupa efusi parapneumonik gram negative sebesar 60

Staphylococcus aureus 50 S pneumoniae 40-60 kuman anaerob 35

Sedangkan pada Mycoplasmapneumoniae sebesar 20 Cairannya transudat dan

steril Terkadang pada infeksi bakterial terjadi empiema dengan cairan eksudat

2 Komplikasi sistemik Dapat terjadi akibat invasi kuman atau bakteriemia berupa

meningitis Dapat juga terjadi dehidrasi dan hiponatremia anemia pada infeksi

kronik peningguan ureum dan enzim hati Kadang-kadang terjadi peninggian

fostase alkali dan bilirubin akibat adanya kolestasis intrahepatik

3 Hipoksemia akibat gangguan difusi

4 Abses Paru terbentuk akibat eksudat di alveolus paru sehingga terjadi infeksi

oleh kuman anaerob dan bakteri gram negative

29

5 Pneumonia kronik yang dapat terjadi bila pneumonia berlangsung lebih dari 4-6

minggu akibat kuman anaerob S aureus dan kuman Gram (-) seperti

Pseudomonas aeruginosa

6 Bronkiektasis Biasanya terjadi karena pneunomia pada masa anak-anak tetapi

dapat juga oleh infeksi berulang di lokasi bronkus distal pada cystic fibrosis atau

hipogamaglobulinemia tuberkulosis atau pneumonia nekrotikans 3

211 Prognosis Pneumonia

Angka morbiditas dan mortalitas pneumonia menurun sejak ditemukannya

antibiotik Faktor yang berperan adalah patogenitas kuman usia penyakit dasar dan

kondisi pasien Secara umum angka kematian pneumonia pneumokokus adalah

sebesar 5 namun dapat meningkat menjadi 60 pada orang tua dengan kondisi

yang buruk misalnya gangguan imunologis sirosis hepatis penyakit paru obstruktif

kronik atau kanker Adanya leukopenia ikterus terkenanya 3 atau lebih lobus dan

komplikasi ekstraparu merupakan petanda prognosis yang buruk Kuman gram

negatif menimbulkan prognosis yang lebih jelek 10

Prognosis pada orang tua dan anak kurang baik karena itu perlu perawatan di

RS kecuali bila penyakitnya ringan Orang dewasa (lt60 tahun) dapat berobat jalan

kecuali

1 Bila terdapat penyakit paru kronik

2 PN Meliputi banyak lobus

3 Disertai gambaran klinis yang berkaitan dengan mortalitas yang tinggi yaitu

30

a Usia gt 60 tahun

b Dijumpai adanya gejala pada saat masuk perawatan RS frekuensi napas gt 30

xm tekanan diastolik lt 60 mmHg leukosit abnormal (lt4500-gt30000)

BAB 3

KESIMPULAN

Pneumonia adalah salah satu penyakit akibat infeksi parenkim paru yang

dapat menyerang segala usia Pneumonia paling banyak disebabkan oleh infeksi

bakteri Streptococcus pneumonia dengan gejala yang muncul seperti demam batuk

berdahak sesak napas dan terkadang disertai nyeri dada

Pemeriksaan radiologi dalam hal ini foto thorax konvensional dan CT Scan

menjadi pemeriksaan yang sangat penting pada pneumonia Gambaran khas pada

pneumonia adalah adanya konsolidasi dengan adanya gambaran air bronchogram

Namun tidak semua pneumonia memberikan gambaran khas tersebut Untuk

menentukan etiologi pneumonia tidak dapat hanya semata-mata menggunakan foto

thorax melainkan harus dilihat dari riwayat penyakit dan juga pemeriksaan

laboratorium

Penatalaksanaan medis pada pneumonia adalah pemberian antibiotik yang

sesuai dengan kuman penyebab pneumonia disamping terapi supportif lainnya

Prognosis pneumonia secara umum baik jika mendapat terapi antibiotik yang adekuat

faktor predisposisi pasien dan ada tidaknya komplikasi yang menyertai

31

DAFTAR PUSTAKA

1 Dahlan Z 2006 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Pulmonologi Pusat

Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas kedokteran Universitas

Indonesia Jakarta

2 Price SA Wilson LM 2005 Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses

Penyakit Edisi 6 Volume 2 Penerbit EGC Jakarta

3 Soedarsono 2004 Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru Bagian Ilmu Penyakit Paru

FK UNAIR Surabaya

4 Aru W Bambang Idrus A Marcellus Siti S ed Buku Ajar Ilmu Penyakit

Dalam Jilid II Edisi 4 Jakarta Pusat Penerbitan Departemen IPD RSCM

2007

5 Perhimpunan Dokter Paru Indonesia Pedoman Diagnosis dan

penatalaksanaan Pneumonia Komuniti2003

6 Perhimpunan Dokter Paru Indonesia Pedoman Diagnosis dan

penatalaksanaan Pneumonia Nosokomial2003

7 Barlett JG Dowell SF Mondell LA File TM Mushor DM Fine MJ Practice

guidelines for management community-acquiredd pneumonia in adults Clin

infect Dis 2000 31 347-82

8 Mandell LA IDSAATS consensus guidelines on the management of

community-acquired pneumonia in adults CID 200744S27

9 Menendez R Treatment failure in community-acquired pneumonia

0071321348

32

10 Niederman MS Recent advances in community-acquired pneumonia inpatient

and outpatient Chest 20071311205

33

  • 22 Definisi Pneumonia
  • Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius dan alveoli serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat yang disebabkan oleh mikroorganisme (bakterivirusjamurprotozoa)3
  • 23 Epidemiologi Pneumonia
  • 25 Klasifikasi Pneumonia
  • Terutama pada jaringan penyangga yaitu interstitial dinding bronkus dan peribronkil Peradangan dapat ditemumkan pada infeksi virus dan mycoplasma Terjadi edema dinding bronkioli dan juga edema jaringan interstisial prebronkial Radiologis berupa bayangan udara pada alveolus masih terlihat diliputi perselubungan yang tidak merata 5
  • 26 Patofisiologi Pneumonia
  • 27 Diagnosis Pneumonia
  • 28 Diagnosis Banding Pneumonia
  • 29 Penatalaksanaan
  • 210 Komplikasi Pneumonia
Page 29: Referat Pneumonia

Kriteria untuk Pneumonia terkait stabilitas klinis adalah 9

1 Temp le 378 C Kesadaran baik

2 Denyut jantung le 100 denyut menit

3 Respirasi ratele 24 napas menit

4 Tekanan darah sistolik ge 90 mmHg

5 Saturasi O2 arteri ge 90 atau pO2 ge 60 mmHg pada ruang udara

6 Kemampuan untuk mengambil asupan oral

210 Komplikasi Pneumonia

1 Efusi pleura dan empiema Terjadi pada sekitar 45 kasus terutama pada infeksi

bakterial akut berupa efusi parapneumonik gram negative sebesar 60

Staphylococcus aureus 50 S pneumoniae 40-60 kuman anaerob 35

Sedangkan pada Mycoplasmapneumoniae sebesar 20 Cairannya transudat dan

steril Terkadang pada infeksi bakterial terjadi empiema dengan cairan eksudat

2 Komplikasi sistemik Dapat terjadi akibat invasi kuman atau bakteriemia berupa

meningitis Dapat juga terjadi dehidrasi dan hiponatremia anemia pada infeksi

kronik peningguan ureum dan enzim hati Kadang-kadang terjadi peninggian

fostase alkali dan bilirubin akibat adanya kolestasis intrahepatik

3 Hipoksemia akibat gangguan difusi

4 Abses Paru terbentuk akibat eksudat di alveolus paru sehingga terjadi infeksi

oleh kuman anaerob dan bakteri gram negative

29

5 Pneumonia kronik yang dapat terjadi bila pneumonia berlangsung lebih dari 4-6

minggu akibat kuman anaerob S aureus dan kuman Gram (-) seperti

Pseudomonas aeruginosa

6 Bronkiektasis Biasanya terjadi karena pneunomia pada masa anak-anak tetapi

dapat juga oleh infeksi berulang di lokasi bronkus distal pada cystic fibrosis atau

hipogamaglobulinemia tuberkulosis atau pneumonia nekrotikans 3

211 Prognosis Pneumonia

Angka morbiditas dan mortalitas pneumonia menurun sejak ditemukannya

antibiotik Faktor yang berperan adalah patogenitas kuman usia penyakit dasar dan

kondisi pasien Secara umum angka kematian pneumonia pneumokokus adalah

sebesar 5 namun dapat meningkat menjadi 60 pada orang tua dengan kondisi

yang buruk misalnya gangguan imunologis sirosis hepatis penyakit paru obstruktif

kronik atau kanker Adanya leukopenia ikterus terkenanya 3 atau lebih lobus dan

komplikasi ekstraparu merupakan petanda prognosis yang buruk Kuman gram

negatif menimbulkan prognosis yang lebih jelek 10

Prognosis pada orang tua dan anak kurang baik karena itu perlu perawatan di

RS kecuali bila penyakitnya ringan Orang dewasa (lt60 tahun) dapat berobat jalan

kecuali

1 Bila terdapat penyakit paru kronik

2 PN Meliputi banyak lobus

3 Disertai gambaran klinis yang berkaitan dengan mortalitas yang tinggi yaitu

30

a Usia gt 60 tahun

b Dijumpai adanya gejala pada saat masuk perawatan RS frekuensi napas gt 30

xm tekanan diastolik lt 60 mmHg leukosit abnormal (lt4500-gt30000)

BAB 3

KESIMPULAN

Pneumonia adalah salah satu penyakit akibat infeksi parenkim paru yang

dapat menyerang segala usia Pneumonia paling banyak disebabkan oleh infeksi

bakteri Streptococcus pneumonia dengan gejala yang muncul seperti demam batuk

berdahak sesak napas dan terkadang disertai nyeri dada

Pemeriksaan radiologi dalam hal ini foto thorax konvensional dan CT Scan

menjadi pemeriksaan yang sangat penting pada pneumonia Gambaran khas pada

pneumonia adalah adanya konsolidasi dengan adanya gambaran air bronchogram

Namun tidak semua pneumonia memberikan gambaran khas tersebut Untuk

menentukan etiologi pneumonia tidak dapat hanya semata-mata menggunakan foto

thorax melainkan harus dilihat dari riwayat penyakit dan juga pemeriksaan

laboratorium

Penatalaksanaan medis pada pneumonia adalah pemberian antibiotik yang

sesuai dengan kuman penyebab pneumonia disamping terapi supportif lainnya

Prognosis pneumonia secara umum baik jika mendapat terapi antibiotik yang adekuat

faktor predisposisi pasien dan ada tidaknya komplikasi yang menyertai

31

DAFTAR PUSTAKA

1 Dahlan Z 2006 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Pulmonologi Pusat

Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas kedokteran Universitas

Indonesia Jakarta

2 Price SA Wilson LM 2005 Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses

Penyakit Edisi 6 Volume 2 Penerbit EGC Jakarta

3 Soedarsono 2004 Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru Bagian Ilmu Penyakit Paru

FK UNAIR Surabaya

4 Aru W Bambang Idrus A Marcellus Siti S ed Buku Ajar Ilmu Penyakit

Dalam Jilid II Edisi 4 Jakarta Pusat Penerbitan Departemen IPD RSCM

2007

5 Perhimpunan Dokter Paru Indonesia Pedoman Diagnosis dan

penatalaksanaan Pneumonia Komuniti2003

6 Perhimpunan Dokter Paru Indonesia Pedoman Diagnosis dan

penatalaksanaan Pneumonia Nosokomial2003

7 Barlett JG Dowell SF Mondell LA File TM Mushor DM Fine MJ Practice

guidelines for management community-acquiredd pneumonia in adults Clin

infect Dis 2000 31 347-82

8 Mandell LA IDSAATS consensus guidelines on the management of

community-acquired pneumonia in adults CID 200744S27

9 Menendez R Treatment failure in community-acquired pneumonia

0071321348

32

10 Niederman MS Recent advances in community-acquired pneumonia inpatient

and outpatient Chest 20071311205

33

  • 22 Definisi Pneumonia
  • Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius dan alveoli serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat yang disebabkan oleh mikroorganisme (bakterivirusjamurprotozoa)3
  • 23 Epidemiologi Pneumonia
  • 25 Klasifikasi Pneumonia
  • Terutama pada jaringan penyangga yaitu interstitial dinding bronkus dan peribronkil Peradangan dapat ditemumkan pada infeksi virus dan mycoplasma Terjadi edema dinding bronkioli dan juga edema jaringan interstisial prebronkial Radiologis berupa bayangan udara pada alveolus masih terlihat diliputi perselubungan yang tidak merata 5
  • 26 Patofisiologi Pneumonia
  • 27 Diagnosis Pneumonia
  • 28 Diagnosis Banding Pneumonia
  • 29 Penatalaksanaan
  • 210 Komplikasi Pneumonia
Page 30: Referat Pneumonia

5 Pneumonia kronik yang dapat terjadi bila pneumonia berlangsung lebih dari 4-6

minggu akibat kuman anaerob S aureus dan kuman Gram (-) seperti

Pseudomonas aeruginosa

6 Bronkiektasis Biasanya terjadi karena pneunomia pada masa anak-anak tetapi

dapat juga oleh infeksi berulang di lokasi bronkus distal pada cystic fibrosis atau

hipogamaglobulinemia tuberkulosis atau pneumonia nekrotikans 3

211 Prognosis Pneumonia

Angka morbiditas dan mortalitas pneumonia menurun sejak ditemukannya

antibiotik Faktor yang berperan adalah patogenitas kuman usia penyakit dasar dan

kondisi pasien Secara umum angka kematian pneumonia pneumokokus adalah

sebesar 5 namun dapat meningkat menjadi 60 pada orang tua dengan kondisi

yang buruk misalnya gangguan imunologis sirosis hepatis penyakit paru obstruktif

kronik atau kanker Adanya leukopenia ikterus terkenanya 3 atau lebih lobus dan

komplikasi ekstraparu merupakan petanda prognosis yang buruk Kuman gram

negatif menimbulkan prognosis yang lebih jelek 10

Prognosis pada orang tua dan anak kurang baik karena itu perlu perawatan di

RS kecuali bila penyakitnya ringan Orang dewasa (lt60 tahun) dapat berobat jalan

kecuali

1 Bila terdapat penyakit paru kronik

2 PN Meliputi banyak lobus

3 Disertai gambaran klinis yang berkaitan dengan mortalitas yang tinggi yaitu

30

a Usia gt 60 tahun

b Dijumpai adanya gejala pada saat masuk perawatan RS frekuensi napas gt 30

xm tekanan diastolik lt 60 mmHg leukosit abnormal (lt4500-gt30000)

BAB 3

KESIMPULAN

Pneumonia adalah salah satu penyakit akibat infeksi parenkim paru yang

dapat menyerang segala usia Pneumonia paling banyak disebabkan oleh infeksi

bakteri Streptococcus pneumonia dengan gejala yang muncul seperti demam batuk

berdahak sesak napas dan terkadang disertai nyeri dada

Pemeriksaan radiologi dalam hal ini foto thorax konvensional dan CT Scan

menjadi pemeriksaan yang sangat penting pada pneumonia Gambaran khas pada

pneumonia adalah adanya konsolidasi dengan adanya gambaran air bronchogram

Namun tidak semua pneumonia memberikan gambaran khas tersebut Untuk

menentukan etiologi pneumonia tidak dapat hanya semata-mata menggunakan foto

thorax melainkan harus dilihat dari riwayat penyakit dan juga pemeriksaan

laboratorium

Penatalaksanaan medis pada pneumonia adalah pemberian antibiotik yang

sesuai dengan kuman penyebab pneumonia disamping terapi supportif lainnya

Prognosis pneumonia secara umum baik jika mendapat terapi antibiotik yang adekuat

faktor predisposisi pasien dan ada tidaknya komplikasi yang menyertai

31

DAFTAR PUSTAKA

1 Dahlan Z 2006 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Pulmonologi Pusat

Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas kedokteran Universitas

Indonesia Jakarta

2 Price SA Wilson LM 2005 Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses

Penyakit Edisi 6 Volume 2 Penerbit EGC Jakarta

3 Soedarsono 2004 Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru Bagian Ilmu Penyakit Paru

FK UNAIR Surabaya

4 Aru W Bambang Idrus A Marcellus Siti S ed Buku Ajar Ilmu Penyakit

Dalam Jilid II Edisi 4 Jakarta Pusat Penerbitan Departemen IPD RSCM

2007

5 Perhimpunan Dokter Paru Indonesia Pedoman Diagnosis dan

penatalaksanaan Pneumonia Komuniti2003

6 Perhimpunan Dokter Paru Indonesia Pedoman Diagnosis dan

penatalaksanaan Pneumonia Nosokomial2003

7 Barlett JG Dowell SF Mondell LA File TM Mushor DM Fine MJ Practice

guidelines for management community-acquiredd pneumonia in adults Clin

infect Dis 2000 31 347-82

8 Mandell LA IDSAATS consensus guidelines on the management of

community-acquired pneumonia in adults CID 200744S27

9 Menendez R Treatment failure in community-acquired pneumonia

0071321348

32

10 Niederman MS Recent advances in community-acquired pneumonia inpatient

and outpatient Chest 20071311205

33

  • 22 Definisi Pneumonia
  • Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius dan alveoli serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat yang disebabkan oleh mikroorganisme (bakterivirusjamurprotozoa)3
  • 23 Epidemiologi Pneumonia
  • 25 Klasifikasi Pneumonia
  • Terutama pada jaringan penyangga yaitu interstitial dinding bronkus dan peribronkil Peradangan dapat ditemumkan pada infeksi virus dan mycoplasma Terjadi edema dinding bronkioli dan juga edema jaringan interstisial prebronkial Radiologis berupa bayangan udara pada alveolus masih terlihat diliputi perselubungan yang tidak merata 5
  • 26 Patofisiologi Pneumonia
  • 27 Diagnosis Pneumonia
  • 28 Diagnosis Banding Pneumonia
  • 29 Penatalaksanaan
  • 210 Komplikasi Pneumonia
Page 31: Referat Pneumonia

a Usia gt 60 tahun

b Dijumpai adanya gejala pada saat masuk perawatan RS frekuensi napas gt 30

xm tekanan diastolik lt 60 mmHg leukosit abnormal (lt4500-gt30000)

BAB 3

KESIMPULAN

Pneumonia adalah salah satu penyakit akibat infeksi parenkim paru yang

dapat menyerang segala usia Pneumonia paling banyak disebabkan oleh infeksi

bakteri Streptococcus pneumonia dengan gejala yang muncul seperti demam batuk

berdahak sesak napas dan terkadang disertai nyeri dada

Pemeriksaan radiologi dalam hal ini foto thorax konvensional dan CT Scan

menjadi pemeriksaan yang sangat penting pada pneumonia Gambaran khas pada

pneumonia adalah adanya konsolidasi dengan adanya gambaran air bronchogram

Namun tidak semua pneumonia memberikan gambaran khas tersebut Untuk

menentukan etiologi pneumonia tidak dapat hanya semata-mata menggunakan foto

thorax melainkan harus dilihat dari riwayat penyakit dan juga pemeriksaan

laboratorium

Penatalaksanaan medis pada pneumonia adalah pemberian antibiotik yang

sesuai dengan kuman penyebab pneumonia disamping terapi supportif lainnya

Prognosis pneumonia secara umum baik jika mendapat terapi antibiotik yang adekuat

faktor predisposisi pasien dan ada tidaknya komplikasi yang menyertai

31

DAFTAR PUSTAKA

1 Dahlan Z 2006 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Pulmonologi Pusat

Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas kedokteran Universitas

Indonesia Jakarta

2 Price SA Wilson LM 2005 Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses

Penyakit Edisi 6 Volume 2 Penerbit EGC Jakarta

3 Soedarsono 2004 Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru Bagian Ilmu Penyakit Paru

FK UNAIR Surabaya

4 Aru W Bambang Idrus A Marcellus Siti S ed Buku Ajar Ilmu Penyakit

Dalam Jilid II Edisi 4 Jakarta Pusat Penerbitan Departemen IPD RSCM

2007

5 Perhimpunan Dokter Paru Indonesia Pedoman Diagnosis dan

penatalaksanaan Pneumonia Komuniti2003

6 Perhimpunan Dokter Paru Indonesia Pedoman Diagnosis dan

penatalaksanaan Pneumonia Nosokomial2003

7 Barlett JG Dowell SF Mondell LA File TM Mushor DM Fine MJ Practice

guidelines for management community-acquiredd pneumonia in adults Clin

infect Dis 2000 31 347-82

8 Mandell LA IDSAATS consensus guidelines on the management of

community-acquired pneumonia in adults CID 200744S27

9 Menendez R Treatment failure in community-acquired pneumonia

0071321348

32

10 Niederman MS Recent advances in community-acquired pneumonia inpatient

and outpatient Chest 20071311205

33

  • 22 Definisi Pneumonia
  • Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius dan alveoli serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat yang disebabkan oleh mikroorganisme (bakterivirusjamurprotozoa)3
  • 23 Epidemiologi Pneumonia
  • 25 Klasifikasi Pneumonia
  • Terutama pada jaringan penyangga yaitu interstitial dinding bronkus dan peribronkil Peradangan dapat ditemumkan pada infeksi virus dan mycoplasma Terjadi edema dinding bronkioli dan juga edema jaringan interstisial prebronkial Radiologis berupa bayangan udara pada alveolus masih terlihat diliputi perselubungan yang tidak merata 5
  • 26 Patofisiologi Pneumonia
  • 27 Diagnosis Pneumonia
  • 28 Diagnosis Banding Pneumonia
  • 29 Penatalaksanaan
  • 210 Komplikasi Pneumonia
Page 32: Referat Pneumonia

DAFTAR PUSTAKA

1 Dahlan Z 2006 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Pulmonologi Pusat

Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas kedokteran Universitas

Indonesia Jakarta

2 Price SA Wilson LM 2005 Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses

Penyakit Edisi 6 Volume 2 Penerbit EGC Jakarta

3 Soedarsono 2004 Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru Bagian Ilmu Penyakit Paru

FK UNAIR Surabaya

4 Aru W Bambang Idrus A Marcellus Siti S ed Buku Ajar Ilmu Penyakit

Dalam Jilid II Edisi 4 Jakarta Pusat Penerbitan Departemen IPD RSCM

2007

5 Perhimpunan Dokter Paru Indonesia Pedoman Diagnosis dan

penatalaksanaan Pneumonia Komuniti2003

6 Perhimpunan Dokter Paru Indonesia Pedoman Diagnosis dan

penatalaksanaan Pneumonia Nosokomial2003

7 Barlett JG Dowell SF Mondell LA File TM Mushor DM Fine MJ Practice

guidelines for management community-acquiredd pneumonia in adults Clin

infect Dis 2000 31 347-82

8 Mandell LA IDSAATS consensus guidelines on the management of

community-acquired pneumonia in adults CID 200744S27

9 Menendez R Treatment failure in community-acquired pneumonia

0071321348

32

10 Niederman MS Recent advances in community-acquired pneumonia inpatient

and outpatient Chest 20071311205

33

  • 22 Definisi Pneumonia
  • Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius dan alveoli serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat yang disebabkan oleh mikroorganisme (bakterivirusjamurprotozoa)3
  • 23 Epidemiologi Pneumonia
  • 25 Klasifikasi Pneumonia
  • Terutama pada jaringan penyangga yaitu interstitial dinding bronkus dan peribronkil Peradangan dapat ditemumkan pada infeksi virus dan mycoplasma Terjadi edema dinding bronkioli dan juga edema jaringan interstisial prebronkial Radiologis berupa bayangan udara pada alveolus masih terlihat diliputi perselubungan yang tidak merata 5
  • 26 Patofisiologi Pneumonia
  • 27 Diagnosis Pneumonia
  • 28 Diagnosis Banding Pneumonia
  • 29 Penatalaksanaan
  • 210 Komplikasi Pneumonia
Page 33: Referat Pneumonia

10 Niederman MS Recent advances in community-acquired pneumonia inpatient

and outpatient Chest 20071311205

33

  • 22 Definisi Pneumonia
  • Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius dan alveoli serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat yang disebabkan oleh mikroorganisme (bakterivirusjamurprotozoa)3
  • 23 Epidemiologi Pneumonia
  • 25 Klasifikasi Pneumonia
  • Terutama pada jaringan penyangga yaitu interstitial dinding bronkus dan peribronkil Peradangan dapat ditemumkan pada infeksi virus dan mycoplasma Terjadi edema dinding bronkioli dan juga edema jaringan interstisial prebronkial Radiologis berupa bayangan udara pada alveolus masih terlihat diliputi perselubungan yang tidak merata 5
  • 26 Patofisiologi Pneumonia
  • 27 Diagnosis Pneumonia
  • 28 Diagnosis Banding Pneumonia
  • 29 Penatalaksanaan
  • 210 Komplikasi Pneumonia