Referat Pneumonia
-
Upload
kabir-muhammad -
Category
Documents
-
view
41 -
download
8
Transcript of Referat Pneumonia
BAB 1
PENDAHULUAN
Infeksi saluran napas bawah akut (ISNBA) menimbulkan angka kesakitan dan
kematian yang tinggi serta kerugian produktivitas kerja 1 Dari hasil survei kesehatan
rumah tangga Depkes tahun 2001 penyakit infeksi saluran napas bagian bawah
menempati urutan ke dua sebagai penyebab kematian 2 ISNBA dapat dijumpai dalam
berbagai bentuk tersering adalah dalam bentuk pneumonia 1 Laporan WHO 1999
menyebutkan bahwa penyebab kematian tertinggi akibat penyakit infeksi di dunia
adalah infeksi saluran napas akut termasuk pneumonia Di Indonesia dari buku
SEAMIC Health statistic 2001 pneumonia merupakan penyebab kematian nomor
enam2
Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru distal dari
bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius dan alveoli serta
menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat
Istilah pneumonia lazim dipakai bila peradangan terjadi oleh proses infeksi akut
sedangkan istilah pneumonitis sering dipakai untuk proses non infeksi1
Di Indonesia berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun
2007 menunjukkan prevalensi nasional ISPA 255 (16 provinsi di atas angka
nasional) angka kesakitan (morbiditas) pneumonia pada Bayi 22 Balita 3
angka kematian (mortalitas) pada bayi 238 dan Balita 1552
1
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
21 Anatomi Paru-Paru
Paru-paru merupakan organ yang lunak spongious dan elastis berbentuk
kerucut atau konus terletak dalam rongga toraks dan di atas diafragma diselubungi
oleh membran pleura Setiap paru mempunyai apeks (bagian atas paru) yang tumpul
di kranial dan basis (dasar) yang melekuk mengikuti lengkung diphragma di kaudal
Pembuluh darah paru bronkus saraf dan pembuluh limfe memasuki tiap paru pada
bagian hilus2
Paru-paru kanan mempunyai 3 lobus sedangkan paru-paru kiri 2 lobus Lobus
pada paru-paru kanan adalah lobus superius lobus medius dan lobus inferius Lobus
mediuslobus inferius dibatasi fissura horizontalis lobus inferius dan medius
2
dipisahkan fissura oblique Lobus pada paru-paru kiri adalah lobus superius dan lobus
inferius yg dipisahkan oleh fissura oblique Pada paru-paru kiri ada bagian yang
menonjol seperti lidah yang disebut lingula Jumlah segmen pada paru-paru sesuai
dengan jumlah bronchus segmentalis biasanya 10 di kiri dan 8-9 yang kanan Sejalan
dgn percabangan bronchi segmentales menjadi cabang-cabang yg lebih kecil
segmenta paru dibagi lagi menjadi subsegmen-subsegmen2
3
22 Definisi Pneumonia
Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru distal dari
bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius dan alveoli serta
menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat yang
disebabkan oleh mikroorganisme (bakterivirusjamurprotozoa)3
Secara kinis pneumonia didefinisikan sebagai suatu peradangan paru yang
disebabkan oleh mikroorganisme (bakteri virus jamur parasit) Pneumonia yang
disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis tidak termasuk Sedangkan peradangan
paru yang disebabkan oleh nonmikroorganisme (bahan kimia radiasi aspirasi bahan
toksik obat-obatan dan lain-lain) disebut pneumonitis4
23 Epidemiologi Pneumonia
Pneumonia merupakan salah satu penyakit infeksi saluran nafas yang
terbanyak di dapatkan dan dapat menyebabkan kematian hampir di seluruh dunia
Angka kematian di Inggris adalah sekitar 5-10 Berdasarkan umur pneumonia
dapat menyerang siapa saja meskipun lebih banyak ditemukan pada anak-anak Di
Amerika Serikat pneumonia mencapai 13 dari penyakit infeksi saluran nafas pada
anak di bawah 2 tahun4
UNICEF memperkirakan bahwa 3 juta anak di dunia meninggal karena
penyakit pneumonia setiap tahun Kasus pneumonia di negara berkembang tidak
hanya lebih sering didapatkan tetapi juga lebih berat dan banyak menimbulkan
kematian pada anak Insiden puncak pada umur 1-5 tahun dan menurun dengan
4
bertambahnya usia anak Mortalitas diakibatkan oleh bakteremia oleh karena
Streptococcus pneumoniae dan Staphylococcus aureus tetapi di negara berkembang
juga berkaitan dengan malnutrisi dan kurangnya akses perawatan Dari data
mortalitas tahun 1990 pneumonia merupakan seperempat penyebab kematian
pada anak dibawah 5 tahun dan 80 terjadi di negara berkembang Pneumonia yang
disebabkan oleh infeksi RSV didapatkan sebanyak 40 Di negara dengan 4
musim banyak terdapat pada musim dingin sampai awal musim semi dinegara tropis
pada musim hujan 4
Di Indonesia berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun
2007 menunjukkan prevalensi nasional ISPA 255 angka kesakitan ( morbiditas )
pneumonia pada bayi 22 balita 3 angka kematian ( mortalitas ) pada bayi
238 dan balita 155 5
24 Etiologi Pneumonia
Pneumonia dapat disebabkan oleh berbagai macam mikroorganisme yaitu
bakteri virus jamur protozoa yang sebagian besar disebabkan oleh bakteri
Penyebab tersering pneumonia adalah bakteri gram positif Streptococcus pneumonia
Kuman penyebab pneumonia biasanya berbeda sesuai dengan distribusi umur pasien
dan keadaan klinis terjadinya infeksi 4
Virus penyebab tersering pneumonia adalah respiratory syncytial virus (RSV)
parainfluenza virus influenza virus dan adenovirus Secara umum bakteri yang
berperan penting dalam pneumonia adalah Streptococcus pneumonia Haemophillus
5
influenza Staphylococcus aureus Streptococcus group B serta kuman atipik
klamidia dan mikoplasma 4
Pada neonatus Streptococcus group B dan Listeriae monocytogenes
merupakan penyebab pneumonia paling banyak Virus adalah penyebab terbanyak
pneumonia pada usia prasekolah dan berkurang dengan bertambahnya usia Selain
itu Streptococcus pneumoniae merupakan penyebab paling utama pada pneumonia
bakterial Mycoplasma pneumoniae dan Chlamydia pneumoniae merupakan
penyebab yang sering didapatkan pada anak diatas 5 tahun Communityy-acquired
acute pneumonia sering disebabkan oleh streptokokkus pneumonia atau
pneumokokkus sedangkan pada Community-acquired atypical pneumonia penyebab
umumnya adalah Mycopalsma pneumonia Staphylokokkus aureus dan batang gram
negatif seperti Enterobacteriaceae dan Pseudomonas adalah isolat yang tersering
ditemukan pada Hospital-acquired pneumonia4
Tabel 1 Mikroorganisme penyebab pneumonia menurut umur dengan terjadinya infeksi 4
Umur Penyebab yang sering Penyebab yang jarang
Lahir-20 hari Bakteria Escherichia colli Group B streptococci Listeria monocytogenes
Bakteria Group D streptococci Haemophillus influenzae Streptococcus pneumoniae Ureaplasma urealyticum
Virus Cytomegalovirus Herpes simplex virus
6
3 minggu ndash 3 bulan
Bakteria Clamydia trachomatis Streptococcus pneumoniae
Virus Respiratory syncytial virus Influenza virus Para influenza virus
12 and 3 Adenovirus
Bakteria Bordetella pertusis Haemophillusinfluenza type B amp
non typeable Moxarella catarrhalis Staphylococcus aureus Ureaplasma urealyticum
Virus Cytomegalovirus
4 bulan ndash5 tahun
Bakteria Streptococcus pneumoniae Clamydia pneumoniae Mycoplasma pneumoniae
Virus Respiratory syncytial virus Influenza virus Parainfluenza virus Rhinovirus Adenovirus Measles
Bakteria Haemophillus influenza type B Moxarella catarrhalis Neisseria meningitis Staphylococcus aureus
Virus Varicella zoster virus
5 tahun ndash dewasa Bakteria Clamydia pneumonia Mycoplasma pneumonia Streptococcus pneumoniae
Bakteria Haemophillus influenza type B Legionella species Staphylococcus aureus
Virus Adenovirus Epstein barr virus Influenza virus Parainfluenza virus Rhinovirus Respiratory syncytial virus Varicella zoster virus
Tabel 2 Mikroorganisme penyebab pneumonia menurut keadaan klinis terjadinya infeksi 4
7
Communityy-acquired acute pneumonia
Streptococcus pneumoniaHaemophilus influenzaeMoraxella catarrhalisStaphylococcus aureusLegionella pneumophilaEnterobacteriaceae (Klebsiella pneumoniae) and Pseudomonas sppCommunity-acquired atypical pneumonia
Mycoplasma pneumoniaChlamydia spp (C pneumoniae C psittaci C trachomatis)Coxiella burnetii (Q fever)Viruses respiratory syncytial virus parainfluenza virus (children) influenza A and B (adults) adenovirus(military recruits) SARS virusHospital-acquired pneumonia
Gram-negative rods Enterobacteriaceae (Klebsiella spp Serratia marcescens Escherichia coli) andPseudomonas sppStaphylococcus aureus (usually penicillin resistant)Pneumonia kronis
NocardiaActinomycesGranulomatous Mycobacterium tuberculosis and atypical mycobacteria Histoplasma capsulatumCoccidioides immitis Blastomyces dermatitidis
25 Klasifikasi Pneumonia
1 Menurut sifatnya yaitu
a Pneumonia primer yaitu radang paru yang terserang pada orang yang tidak
mempunya faktor resiko tertentu Kuman penyebab utama yaitu
Staphylococcus pneumoniae ( pneumokokus) Hemophilus influenzae juga
8
Virus penyebab infeksi pernapasan( Influenza Parainfluenza RSV) Selain itu
juga bakteri pneumonia yang tidak khas( ldquoatypicalrdquo) yaitu mykoplasma
chlamydia dan legionella
b Pneumonia sekunder yaitu terjadi pada orang dengan faktor predisposisi
selain penderita penyakit paru lainnnya seperti COPD terutama juga bagi
mereka yang mempunyai penyakit menahun seperti diabetes mellitus HIV
dan kankerdll 2
2 Berdasarkan Kuman penyebab
a Pneumonia bakterial tipikal Dapat terjadi pada semua usia Beberapa bakteri
mempunyai tendensi menyerang sesorang yang peka misalnya Klebsiella
pada penderita alkoholikStaphyllococcus pada penderita pasca infeksi
influenza
b Pneumonia atipikal disebabkan Mycoplasma Legionella dan Chlamydia
c Pneumonia virus disebabkan oleh virus RSV Influenza virus
d Pneumonia jamur sering merupakan infeksi sekunder Predileksi terutama pada
penderita dengan daya tahan lemah (immunocompromised) 5
3 Berdasarkan klinis dan epidemiologi
a Pneumonia komuniti (Community-acquired pneumonia= CAP) pneumonia
yang terjadi di lingkungan rumah atau masyarakat juga termasuk pneumonia
yang terjadi di rumah sakit dengan masa inap kurang dari 48 jam 5
b Penumonia nosokomial (Hospital-acquired Pneumonia= HAP) merupakan
pneumonia yang terjadi di ldquorumah sakitrdquo infeksi terjadi setelah 48 jam berada
9
di rumah sakit Kuman penyebab sangat beragam yang sering di temukan
yaitu Staphylococcus aureus atau bakteri dengan gramm negatif lainnya
seperti Ecoli Klebsiella pneumoniae Pseudomonas aeroginosa Proteus dll
Tingkat resistensi obat tergolong tinggi untuk bakteri penyebab HAP 6
c Pneumonia aspirasi
4 Berdasarkan lokasi infeksi
a Pneumonia lobaris
Pneumonia focal yang melibatkan satu beberapa lobus paru Bronkus besar
umumnya tetap berisi udara sehingga memberikan gambaran
airbronchogram Konsolidasi yang timbul merupakan hasil dari cairan edema
yang menyebar melalui pori-pori Kohn Penyebab terbanyak pneumonia
lobaris adalah Streptococcus pneumoniae Jarang pada bayi dan orang tua
Pneumonia yang terjadi pada satu lobus atau segmen Kemungkinan sekunder
disebabkan oleh adanya obstruksi bronkus seperti aspirasi benda asing atau
adanya proses keganasan 5
b Bronko pneumonia (Pneumonia lobularis)
Inflamasi paru-paru biasanya dimulai di bronkiolus terminalis Bronkiolus
terminalis menjadi tersumbat dengan eksudat mukopurulen membentuk
bercak-bercak konsolidasi di lobulus yang bersebelahan Ditandai dengan
adanya bercak-bercak infiltrate multifocal pada lapangan paru Dapat
disebabkan oleh bakteri maupun virus Sering pada bayi dan orang tua Jarang
dihubungkan dengan obstruksi bronkus 5
10
c Pneumonia interstisial
Terutama pada jaringan penyangga yaitu interstitial dinding bronkus dan
peribronkil Peradangan dapat ditemumkan pada infeksi virus dan
mycoplasma Terjadi edema dinding bronkioli dan juga edema jaringan
interstisial prebronkial Radiologis berupa bayangan udara pada alveolus
masih terlihat diliputi perselubungan yang tidak merata 5
26 Patofisiologi Pneumonia
Pneumonia yang dipicu oleh bakteri bisa menyerang siapa saja dari bayi
sampai usia lanjut Pecandu alcohol pasien pasca operasi orang-orang dengan
gangguan penyakit pernapasan sedang terinfeksi virus atau menurun kekebalan
tubuhnya adalah yang paling berisiko1
Sebenarnya bakteri pneumonia itu ada dan hidup normal pada tenggorokan
yang sehat Pada saat pertahanan tubuh menurun misalnya karena penyakit usia
lanjut dan malnutrisi bakteri pneumonia akan dengan cepat berkembang biak dan
merusak organ paru-paru1
Kerusakan jaringan paru setelah kolonisasi suatu mikroorganisme paru
banyak disebabkan oleh reaksi imun dan peradangan yang dilakukan oleh pejamu
Selain itu toksin-toksin yang dikeluarkan oleh bakteri pada pneumonia bakterialis
dapat secara langsung merusak sel-sel system pernapasan bawah Ada beberapa cara
mikroorganisme mencapai permukaan 5
1 Inokulasi langsung
11
2 Penyebaran melalui pembuluh darah
3 Inhalasi bahan aerosol
4 Kolonisasi dipermukaan mukosa
Dari keempat cara tersebut diatas yang terbanyak adalah cara kolonisasi
Secara inhalasi terjadi pada infeksi virus mikroorganisme atipikal mikrobakteria
atau jamur Kebanyakan bakteri dengan ukuran 05 ndash 20 nm melalui udara dapat
mencapai bronkus terminal atau alveoli dan selanjutnya terjadi proses infeksi Bila
terjadi kolonisasi pada saluran napas atas (hidung orofaring) kemudian terjadi
aspirasi ke saluran napas bawah dan terjadi inokulasi mikroorganisme hal ini
merupakan permulaan infeksi dari sebagian besar infeksi paru Aspirasi dari sebagian
kecil sekret orofaring terjadi pada orang normal waktu tidur (50) juga pada keadaan
penurunan kesadaran peminum alkohol dan pemakai obat (drug abuse) 5
Basil yang masuk bersama sekret bronkus ke dalam alveoli menyebabkan
reaksi radang berupa edema seluruh alveoli disusul dengan infiltrasi sel-sel PMN dan
diapedesis eritrosit sehingga terjadi permulaan fagositosis sebelum terbentuknya
antibodi 5
Pneumonia bakterialis menimbulkan respon imun dan peradangan yang paling
mencolok Jika terjadi infeksi sebagian jaringan dari lobus paru-paru ataupun
seluruh lobus bahkan sebagian besar dari lima lobus paru-paru (tiga di paru-paru
kanan dan dua di paru-paru kiri) menjadi terisi cairan Dari jaringan paru-paru
infeksi dengan cepat menyebar ke seluruh tubuh melalui peredaran darah Bakteri
pneumokokus adalah kuman yang paling umum sebagai penyebab pneumonia
12
Terdapat empat stadium anatomic dari pneumonia terbagi atas
1 Stadium Kongesti (4 ndash 12 jam pertama)
Disebut hiperemia mengacu pada respon peradangan permulaan yang
berlangsung pada daerah baru yang terinfeksi Hal ini ditandai dengan peningkatan
aliran darah dan permeabilitas kapiler di tempat infeksi Hiperemia ini terjadi akibat
pelepasan mediator-mediator peradangan dari sel-sel mast setelah pengaktifan sel
imun dan cedera jaringan Mediator-mediator tersebut mencakup histamin dan
prostaglandin Degranulasi sel mast juga mengaktifkan jalur komplemen
Komplemen bekerja sama dengan histamin dan prostaglandin untuk melemaskan otot
polos vaskuler paru dan peningkatan permeabilitas kapiler paru Hal ini
mengakibatkan perpindahan eksudat plasma ke dalam ruang interstitium sehingga
terjadi pembengkakan dan edema antar kapiler dan alveolus Penimbunan cairan di
antara kapiler dan alveolus meningkatkan jarak yang harus ditempuh oleh oksigen
dan karbondioksida maka perpindahan gas ini dalam darah paling berpengaruh dan
sering mengakibatkan penurunan saturasi oksigen hemoglobin 2
2 Stadium Hepatisasi Merah (48 jam selanjutnya)
Terjadi sewaktu alveolus terisi oleh sel darah merah eksudat dan fibrin yang
dihasilkan oleh penjamu (host) sebagai bagian dari reaksi peradangan Lobus yang
terkena menjadi padat oleh karena adanya penumpukan leukosit eritrosit dan cairan
sehingga warna paru menjadi merah dan pada perabaan seperti hepar pada stadium
ini udara alveoli tidak ada atau sangat minimal sehingga anak akan bertambah sesak
Stadium ini berlangsung sangat singkat yaitu selama 48 jam 2
13
3 Stadium Hepatisasi Kelabu (Konsolidasi)
Terjadi sewaktu sel-sel darah putih mengkolonisasi daerah paru yang terinfeksi Pada
saat ini endapan fibrin terakumulasi di seluruh daerah yang cedera dan terjadi
fagositosis sisa-sisa sel Pada stadium ini eritrosit di alveoli mulai diresorbsi lobus
masih tetap padat karena berisi fibrin dan leukosit warna merah menjadi pucat kelabu
dan kapiler darah tidak lagi mengalami kongesti2
4 Stadium Akhir (Resolusi)
Eksudat yang mengalami konsolidasi di antara rongga alveoli dicerna secara
enzimatis yang diserap kembali atau dibersihkan dengan batuk Parenkim paru
kembali menjadi penuh dengan cairan dan basah sampai pulih mencapai keadaan
normal2
27 Diagnosis Pneumonia
271 Gambaran Klinis dan Pemeriksaan Fisik
Gejala-gejala pneumonia serupa untuk semua jenis pneumonia Gejalanya
meliputi
Gejala Mayor 1Batuk
2Sputum produktif
3Demam (suhugt38 0c)
Gejala Minor 1 sesak napas
2 nyeri dada
3 konsolidasi paru pada pemeriksaan fisik
4 jumlah leukosit gt12000L
14
Gambaran klinis biasanya didahului oleh infeksi saluran napas akut bagian
atas selama beberapa hari kemudian diikuti dengan demam menggigil suhu tubuh
kadang-kadang melebihi 40ordm C sakit tenggorokan nyeri otot dan sendi Juga disertai
batuk dengan sputum mukoid atau purulen kadang-kadang berdarah5
Pada pemeriksaan fisik dada terlihat bagian yang sakit tertinggal waktu
bernafas pada palpasi fremitus dapat mengeras pada perkusi redup pada auskultasi
terdengar suara napas bronkovesikuler sampai bronchial yang kadang-kadang
melemah Mungkin disertai ronkhi halus yang kemudian menjadi ronkhi basah kasar
pada stadium resolusi 5
272 Pemeriksaan Laboratorium
Pada pemeriksaan laboratorium terdapat peningkatan jumlah leukosit
biasanya gt10000ul kadang-kadang mencapai 30000ul dan pada hitungan jenis
leukosit terdapat pergeseran ke kiri serta terjadi peningkatan LED Untuk menentukan
diagnosis etiologi diperlukan pemeriksaan dahak kultur darah dan serologi Kultur
darah dapat positif pada 20-25 penderita yang tidak diobati Anlalisa gas darah
menunjukkan hipoksemia dan hiperkarbia pada stadium lanjut dapat terjadi asidosis
respiratorik 6
273 Gambaran Radiologis
Gambaran Radiologis pada foto thorax pada penyakit pneumonia antara lain
Perselubungankonsolidasi homogen atau inhomogen sesuai dengan lobus atau
segment paru secara anantomis
15
Batasnya tegas walaupun pada mulanya kurang jelas
Volume paru tidak berubah tidak seperti atelektasis dimana paru mengecil Tidak
tampak deviasi tracheaseptumfissure seperti pada atelektasis
Silhouette sign (+) bermanfaat untuk menentukan letak lesi paru batas lesi
dengan jantung hilang berarti lesi tersebut berdampingan dengan jantung atau di
lobus medius kanan
Seringkali terjadi komplikasi efusi pleura
Bila terjadinya pada lobus inferior maka sinus phrenicocostalis yang paling akhir
terkena
Pada permulaan sering masih terlihat vaskuler
Pada masa resolusi sering tampak Air Bronchogram Sign (terperangkapnya udara
pada bronkus karena tidanya pertukaran udara pada alveolus)
Foto thoraks saja tidak dapat secara khas menentukan penyebab pneumonia
hanya merupakan petunjuk ke arah diagnosis etiologi misalnya penyebab
pneumonia lobaris tersering disebabkan oleh Streptococcus pneumoniae
Pseudomonas aeruginosa sering memperlihatkan infiltrat bilateral atau gambaran
bronkopneumonia sedangkan Klebsiela pneumonia sering menunjukan konsolidasi
yang terjadi pada lobus atas kanan meskipun dapat mengenai beberapa lobus6
1Pneumonia Lobaris
Foto Thorax
16
Tampak gambaran gabungan konsolidasi berdensitas tinggi pada satu
segmenlobus (lobus kanan bawah PA maupun lateral)) atau bercak yang
mengikutsertakan alveoli yang tersebar Air bronchogram biasanya ditemukan
pada pneumonia jenis ini
CT Scan
17
Hasil CT dada ini menampilkan gambaran hiperdens di lobus atas kiri sampai ke
perifer
2 Bronchopneumonia (Pneumonia Lobularis)
Foto Thorax
Pada gambar diatas tampak konsolidasi tidak homogen di lobus atas kiri dan lobus
bawah kiri
CT Scan
18
Tampak gambaran opakhiperdens pada lobus tengah kanan namun tidak menjalar
sampai perifer
3 Pneumonia Interstisial
Foto Thorax
19
Terjadi edema dinding bronkioli dan juga edema jaringan interstitial
prebronkial Radiologis berupa bayangan udara pada alveolus masih terlihat
diliputi oleh perselubungan yang tidak merata
CT Scan
Gambaran CT Scan pneumonia interstitiak pada seorang pria berusia 19
tahun (A) Menunjukan area konsolidasi di percabangan peribronkovaskuler
yang irreguler (B) CT Scan pada hasil follow up selama 2 tahun menunjukan
area konsolidasi yang irreguler tersebut berkembang menjadi bronkiektasis
atau bronkiolektasis (tanda panah)
274 Pemeriksaan Bakteriologis
Bahan berasal dari sputum darah aspirasi nasotrakealtranstrakeal
torakosintesis bronkoskopi atau biopsi Kuman yang predominan pada sputum
disertai PMN yang kemungkinan penyebab infeksi 5
Pengambilan dahak dilakukan pagi hari Pasien mula-mula kumur-kumur
dengan akuades biasa setelah itu pasien diminta inspirasi dalam kemudian
membatukkan dahaknya Dahak ditampung dalam botol steril dan ditutup rapat
20
Dahak segera dikirim ke labolatorium (tidak boleh lebih dari 4 jam) Jika terjadi
kesulitan mengeluarkan dahak dapat dibantu nebulisasi dengan NaCl 3 Kriteria
dahak yang memenuhi syarat untuk pemeriksaan apusan langsung dan biarkan yaitu
bila ditemukan sel PMN gt 25lpk dan sel epitel lt 10lpk 5
28 Diagnosis Banding Pneumonia
ATuberculosis Paru (TB)
Tuberculosis Paru (TB) adalah suatu penyakit infeksi menular yang
disebabkan oleh M tuberculosis Jalan masuk untuk organism M tuberculosis adalah
saluran pernafasan saluran pencernaan Gejala klinis TB antara lain batuk lama yang
produktif (durasi lebih dari 3 minggu) nyeri dada dan hemoptisis dan gejala sistemik
meliputi demam menggigil keringat malam lemas hilang nafsu makan dan
penurunan berat badan3
Tampak gambaran cavitas pada paru lobus atas kanan pada foto thorax proyeksi PA
21
BAtelektasis
Atelektasis adalah istilah yang berarti pengembangan paru yang tidak
sempurna dan menyiratkan arti bahwa alveolus pada bagian paru yang terserang tidak
mengandung udara dan kolaps Memberikan gambaran yang mirip dengan pneumonia
tanpa air bronchogram Namun terdapat penarikan jantung trakea dan mediastinum
ke arah yang sakit karena adanya pengurangan volume interkostal space menjadi
lebih sempit dan pengecilan dari seluruh atau sebagian paru-paru yang sakit
Sehingga akan tampak thorax asimetris 3
Atelektasis pada foto thorax proyeksi PA
22
C Efusi Pleura
Memberi gambaran yang mirip dengan pneumonia tanpa air bronchogram
Terdapat penambahan volume sehingga terjadi pendorongan jantung trakea dan
mediastinum kearah yang sehat Rongga thorax membesar Pada edusi pleura
sebagian akan tampak meniscus sign (+) tanda khas pada efusi pleura 3
Efusi pleura pada foto thorax posisi PA
29 Penatalaksanaan
Pengobatan terdiri atas antibiotik dan pengobatan suportif Pemberian
antibiotik pada penderita pneumonia sebaiknya berdasarkan data mikroorganisme dan
hasil uji kepekaannya akan tetapi karena beberapa alasan yaitu 7
1 penyakit yang berat dapat mengancam jiwa
2 bakteri patogen yang berhasil diisolasi belum tentu sebagai penyebab pneumonia
3 hasil pembiakan bakteri memerlukan waktu
23
Maka pada penderita pneumonia dapat diberikan terapi secara empiris Secara
umum pemilihan antibiotic berdasarkan baktri penyebab pneumonia dapat dilihat
sebagai berikut 751
1 Pemberian Antibiotik
Penisilin sensitif Streptococcus pneumonia (PSSP)
1048707 Golongan Penisilin
1048707 TMP-SMZ
1048707 Makrolid
Penisilin resisten Streptococcus pneumoniae (PRSP)
1048707 Betalaktam oral dosis tinggi (untuk rawat jalan)
1048707 Sefotaksim Seftriakson dosis tinggi
1048707 Marolid baru dosis tinggi
1048707 Fluorokuinolon respirasi
Pseudomonas aeruginosa
1048707 Aminoglikosid
1048707 Seftazidim Sefoperason Sefepim
1048707 Tikarsilin Piperasilin
1048707 Karbapenem Meropenem Imipenem
1048707 Siprofloksasin Levofloksasin
Methicillin resistent Staphylococcus aureus (MRSA)
1048707 Vankomisin
1048707 Teikoplanin
1048707 Linezolid
Hemophilus influenzae
1048707 TMP-SMZ
1048707 Azitromisin
1048707 Sefalosporin gen 2 atau 3
24
1048707 Fluorokuinolon respirasi
Legionella
1048707 Makrolid
1048707 Fluorokuinolon
1048707 Rifampisin
Mycoplasma pneumoniae
1048707 Doksisiklin
1048707 Makrolid
1048707 Fluorokuinolon
Chlamydia pneumoniae
1048707 Doksisikin
1048707 Makrolid
1048707 Fluorokuinolon
25
26
Tabel 3 Rekomendasi Terapi Empiris (ATS 2001) 8
Kategori Keterangan Kuman Penyebab Obat Pilihan I Obat Pilihan II
Kategori I Usia
penderita
lt 65 tahun
-Penyakit
Penyerta (-)
-Dapat
berobat jalan
-Spneumonia
-Mpneumonia
-Cpneumonia
-Hinfluenzae
-Legionale sp
-Saureus
-Mtuberculosis
-Batang Gram (-)
Klaritromisin
2x250 mg
- -Azitromisin
1x500mg
- Rositromisin
2x150 mg atau
1x300 mg
- Siprofloksasin
2x500mg atau
Ofloksasin 2x400mg
- Levofloksasin
1x500mg atau
Moxifloxacin
1x400mg
- Doksisiklin 2x100mg
Kategori II -Usia
penderita gt
65 tahun
- Peny
Penyerta (+)
-Dapat
berobat jalan
-Spneumonia
Hinfluenzae
Batang gram(-)
Aerob
Saures
Mcatarrhalis
Legionalle sp
-Sepalospporin
generasi 2
-Trimetroprim
+Kotrimoksazol
-Betalaktam
-Makrolid
-Levofloksasin
-Gatifloksasin
-Moxyfloksasin
Kategori
III
-Pneumonia
berat
- Perlu
dirawat di
RStapi tidak
perlu di ICU
-Spneumoniae
-Hinfluenzae
-Polimikroba
termasuk Aerob
-Batang Gram (-)
-Legionalla sp
-Saureus
Mpneumoniae
- Sefalosporin
Generasi 2 atau
3
- Betalaktam +
Penghambat
Betalaktamase
+makrolid
-Piperasilin +
tazobaktam
-Sulferason
Kategori
IV
-Pneumonia
berat
-Perlu dirawat
di ICU
-Spneumonia
-Legionella sp
-Batang Gram (-)
aerob
-Mpneumonia
-Virus
-Hinfluenzae
-Mtuberculosis
-Jamur endemic
- Sefalosporin
generasi 3
(anti
pseudomonas)
+ makrolid
- Sefalosporin
generasi 4
- Sefalosporin
generasi 3 +
kuinolon
-Carbapenem
meropenem
-Vankomicin
-Linesolid
-Teikoplanin
2 Terapi Suportif Umum
1 Terapi O2 untuk mencapai PaO2 80-100 mmHg atau saturasi 95-96 berdasarkan
pemeriksaan analisis gas darah
2 Humidifikasi dengan nebulizer untuk pengenceran dahak yang kental dapat
disertai nebulizer untuk pemberian bronkodilator bila terdapat bronkospasme
3 Fisioterapi dada untuk pengeluaran dahak khususnya anjuran untuk batuk dan
napas dalam Bila perlu dikerjakan fish mouth breathing untuk melancarkan
ekspirasi dan pengeluarn CO2 Posisi tidur setengah duduk untuk melancarkan
pernapasan7
4 Pengaturan cairan Keutuhan kapiler paru sering terganggu pada pneumonia dan
paru lebih sensitif terhadap pembebanan cairan terutama bila terdapat pneumonia
bilateral Pemberian cairan pada pasien harus diatur dengan baik termasuk pada
keadaan gangguan sirkulasi dan gagal ginjal Overhidrasi untuk maksud
mengencerkan dahak tidak diperkenankan 9
5 Pemberian kortikosteroid pada fase sepsis berat perlu diberikan Terapi ini tidak
bermanfaat pada keadaan renjatan septik
6 Obat inotropik seperti dobutamin atau dopamin kadang-kadang diperlukan bila
terdapat komplikasi gangguan sirkulasi atau gagal ginjal prerenal
7 Ventilasi mekanis indikasi intubasi dan pemasangan ventilator pada pneumonia
adalah
27
a Hipoksemia persisten meskipun telah diberikan O2 100 dengan
menggunakaan masker Kosentrasi O2 yang tinggi menyebabkan penurunan
pulmonary compliance hingga tekanan inflasi meninggi Dalam hal ini perlu
dipergunakan PEEP untuk memperbaiki oksigenisasi dan menurunkan FiO2
menjadi 50 atau lebih rendah9
b Gagal napas yang ditandai oleh peningkatan respiratory distress dengan atau
didapat asidosis respiratorik
c Respiratory arrest
d Retensi sputum yang sulit diatasi secara konservatif
8 Drainase empiema bila ada
9 Bila terdapat gagal napas diberikan nutrisi dengan kalori yang cukup yang
didapatkan terutama dari lemak (gt50) hingga dapat dihindari pembentukan
CO2 yang berlebihan9
3 Terapi Sulih (switch therapy)
Masa perawatan di rumah sakit sebaiknya dipersingkat dengan perubahan obat
suntik ke oral dilanjutkan dengan berobat jalan hal ini untuk mengurangi biaya
perawatan dan mencegah infeksi nosokomial Perubahan ini dapat diberikan secara
sequential (obat sama potensi sama) switch over (obat berbeda potensi sama) dan
step down (obat sama atau berbeda potensi lebih rendah) Pasien beralih dari
intravena ke oral terapi ketika hemodinamik sudah stabil dan perbaikan terbukti
secara secara klinis dapat menelan obat-obatan dan memiliki saluran pencernaan
berfungsi normal 10
28
Kriteria untuk Pneumonia terkait stabilitas klinis adalah 9
1 Temp le 378 C Kesadaran baik
2 Denyut jantung le 100 denyut menit
3 Respirasi ratele 24 napas menit
4 Tekanan darah sistolik ge 90 mmHg
5 Saturasi O2 arteri ge 90 atau pO2 ge 60 mmHg pada ruang udara
6 Kemampuan untuk mengambil asupan oral
210 Komplikasi Pneumonia
1 Efusi pleura dan empiema Terjadi pada sekitar 45 kasus terutama pada infeksi
bakterial akut berupa efusi parapneumonik gram negative sebesar 60
Staphylococcus aureus 50 S pneumoniae 40-60 kuman anaerob 35
Sedangkan pada Mycoplasmapneumoniae sebesar 20 Cairannya transudat dan
steril Terkadang pada infeksi bakterial terjadi empiema dengan cairan eksudat
2 Komplikasi sistemik Dapat terjadi akibat invasi kuman atau bakteriemia berupa
meningitis Dapat juga terjadi dehidrasi dan hiponatremia anemia pada infeksi
kronik peningguan ureum dan enzim hati Kadang-kadang terjadi peninggian
fostase alkali dan bilirubin akibat adanya kolestasis intrahepatik
3 Hipoksemia akibat gangguan difusi
4 Abses Paru terbentuk akibat eksudat di alveolus paru sehingga terjadi infeksi
oleh kuman anaerob dan bakteri gram negative
29
5 Pneumonia kronik yang dapat terjadi bila pneumonia berlangsung lebih dari 4-6
minggu akibat kuman anaerob S aureus dan kuman Gram (-) seperti
Pseudomonas aeruginosa
6 Bronkiektasis Biasanya terjadi karena pneunomia pada masa anak-anak tetapi
dapat juga oleh infeksi berulang di lokasi bronkus distal pada cystic fibrosis atau
hipogamaglobulinemia tuberkulosis atau pneumonia nekrotikans 3
211 Prognosis Pneumonia
Angka morbiditas dan mortalitas pneumonia menurun sejak ditemukannya
antibiotik Faktor yang berperan adalah patogenitas kuman usia penyakit dasar dan
kondisi pasien Secara umum angka kematian pneumonia pneumokokus adalah
sebesar 5 namun dapat meningkat menjadi 60 pada orang tua dengan kondisi
yang buruk misalnya gangguan imunologis sirosis hepatis penyakit paru obstruktif
kronik atau kanker Adanya leukopenia ikterus terkenanya 3 atau lebih lobus dan
komplikasi ekstraparu merupakan petanda prognosis yang buruk Kuman gram
negatif menimbulkan prognosis yang lebih jelek 10
Prognosis pada orang tua dan anak kurang baik karena itu perlu perawatan di
RS kecuali bila penyakitnya ringan Orang dewasa (lt60 tahun) dapat berobat jalan
kecuali
1 Bila terdapat penyakit paru kronik
2 PN Meliputi banyak lobus
3 Disertai gambaran klinis yang berkaitan dengan mortalitas yang tinggi yaitu
30
a Usia gt 60 tahun
b Dijumpai adanya gejala pada saat masuk perawatan RS frekuensi napas gt 30
xm tekanan diastolik lt 60 mmHg leukosit abnormal (lt4500-gt30000)
BAB 3
KESIMPULAN
Pneumonia adalah salah satu penyakit akibat infeksi parenkim paru yang
dapat menyerang segala usia Pneumonia paling banyak disebabkan oleh infeksi
bakteri Streptococcus pneumonia dengan gejala yang muncul seperti demam batuk
berdahak sesak napas dan terkadang disertai nyeri dada
Pemeriksaan radiologi dalam hal ini foto thorax konvensional dan CT Scan
menjadi pemeriksaan yang sangat penting pada pneumonia Gambaran khas pada
pneumonia adalah adanya konsolidasi dengan adanya gambaran air bronchogram
Namun tidak semua pneumonia memberikan gambaran khas tersebut Untuk
menentukan etiologi pneumonia tidak dapat hanya semata-mata menggunakan foto
thorax melainkan harus dilihat dari riwayat penyakit dan juga pemeriksaan
laboratorium
Penatalaksanaan medis pada pneumonia adalah pemberian antibiotik yang
sesuai dengan kuman penyebab pneumonia disamping terapi supportif lainnya
Prognosis pneumonia secara umum baik jika mendapat terapi antibiotik yang adekuat
faktor predisposisi pasien dan ada tidaknya komplikasi yang menyertai
31
DAFTAR PUSTAKA
1 Dahlan Z 2006 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Pulmonologi Pusat
Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas kedokteran Universitas
Indonesia Jakarta
2 Price SA Wilson LM 2005 Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit Edisi 6 Volume 2 Penerbit EGC Jakarta
3 Soedarsono 2004 Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru Bagian Ilmu Penyakit Paru
FK UNAIR Surabaya
4 Aru W Bambang Idrus A Marcellus Siti S ed Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Jilid II Edisi 4 Jakarta Pusat Penerbitan Departemen IPD RSCM
2007
5 Perhimpunan Dokter Paru Indonesia Pedoman Diagnosis dan
penatalaksanaan Pneumonia Komuniti2003
6 Perhimpunan Dokter Paru Indonesia Pedoman Diagnosis dan
penatalaksanaan Pneumonia Nosokomial2003
7 Barlett JG Dowell SF Mondell LA File TM Mushor DM Fine MJ Practice
guidelines for management community-acquiredd pneumonia in adults Clin
infect Dis 2000 31 347-82
8 Mandell LA IDSAATS consensus guidelines on the management of
community-acquired pneumonia in adults CID 200744S27
9 Menendez R Treatment failure in community-acquired pneumonia
0071321348
32
10 Niederman MS Recent advances in community-acquired pneumonia inpatient
and outpatient Chest 20071311205
33
- 22 Definisi Pneumonia
- Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius dan alveoli serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat yang disebabkan oleh mikroorganisme (bakterivirusjamurprotozoa)3
- 23 Epidemiologi Pneumonia
- 25 Klasifikasi Pneumonia
- Terutama pada jaringan penyangga yaitu interstitial dinding bronkus dan peribronkil Peradangan dapat ditemumkan pada infeksi virus dan mycoplasma Terjadi edema dinding bronkioli dan juga edema jaringan interstisial prebronkial Radiologis berupa bayangan udara pada alveolus masih terlihat diliputi perselubungan yang tidak merata 5
- 26 Patofisiologi Pneumonia
- 27 Diagnosis Pneumonia
- 28 Diagnosis Banding Pneumonia
- 29 Penatalaksanaan
- 210 Komplikasi Pneumonia
-
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
21 Anatomi Paru-Paru
Paru-paru merupakan organ yang lunak spongious dan elastis berbentuk
kerucut atau konus terletak dalam rongga toraks dan di atas diafragma diselubungi
oleh membran pleura Setiap paru mempunyai apeks (bagian atas paru) yang tumpul
di kranial dan basis (dasar) yang melekuk mengikuti lengkung diphragma di kaudal
Pembuluh darah paru bronkus saraf dan pembuluh limfe memasuki tiap paru pada
bagian hilus2
Paru-paru kanan mempunyai 3 lobus sedangkan paru-paru kiri 2 lobus Lobus
pada paru-paru kanan adalah lobus superius lobus medius dan lobus inferius Lobus
mediuslobus inferius dibatasi fissura horizontalis lobus inferius dan medius
2
dipisahkan fissura oblique Lobus pada paru-paru kiri adalah lobus superius dan lobus
inferius yg dipisahkan oleh fissura oblique Pada paru-paru kiri ada bagian yang
menonjol seperti lidah yang disebut lingula Jumlah segmen pada paru-paru sesuai
dengan jumlah bronchus segmentalis biasanya 10 di kiri dan 8-9 yang kanan Sejalan
dgn percabangan bronchi segmentales menjadi cabang-cabang yg lebih kecil
segmenta paru dibagi lagi menjadi subsegmen-subsegmen2
3
22 Definisi Pneumonia
Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru distal dari
bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius dan alveoli serta
menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat yang
disebabkan oleh mikroorganisme (bakterivirusjamurprotozoa)3
Secara kinis pneumonia didefinisikan sebagai suatu peradangan paru yang
disebabkan oleh mikroorganisme (bakteri virus jamur parasit) Pneumonia yang
disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis tidak termasuk Sedangkan peradangan
paru yang disebabkan oleh nonmikroorganisme (bahan kimia radiasi aspirasi bahan
toksik obat-obatan dan lain-lain) disebut pneumonitis4
23 Epidemiologi Pneumonia
Pneumonia merupakan salah satu penyakit infeksi saluran nafas yang
terbanyak di dapatkan dan dapat menyebabkan kematian hampir di seluruh dunia
Angka kematian di Inggris adalah sekitar 5-10 Berdasarkan umur pneumonia
dapat menyerang siapa saja meskipun lebih banyak ditemukan pada anak-anak Di
Amerika Serikat pneumonia mencapai 13 dari penyakit infeksi saluran nafas pada
anak di bawah 2 tahun4
UNICEF memperkirakan bahwa 3 juta anak di dunia meninggal karena
penyakit pneumonia setiap tahun Kasus pneumonia di negara berkembang tidak
hanya lebih sering didapatkan tetapi juga lebih berat dan banyak menimbulkan
kematian pada anak Insiden puncak pada umur 1-5 tahun dan menurun dengan
4
bertambahnya usia anak Mortalitas diakibatkan oleh bakteremia oleh karena
Streptococcus pneumoniae dan Staphylococcus aureus tetapi di negara berkembang
juga berkaitan dengan malnutrisi dan kurangnya akses perawatan Dari data
mortalitas tahun 1990 pneumonia merupakan seperempat penyebab kematian
pada anak dibawah 5 tahun dan 80 terjadi di negara berkembang Pneumonia yang
disebabkan oleh infeksi RSV didapatkan sebanyak 40 Di negara dengan 4
musim banyak terdapat pada musim dingin sampai awal musim semi dinegara tropis
pada musim hujan 4
Di Indonesia berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun
2007 menunjukkan prevalensi nasional ISPA 255 angka kesakitan ( morbiditas )
pneumonia pada bayi 22 balita 3 angka kematian ( mortalitas ) pada bayi
238 dan balita 155 5
24 Etiologi Pneumonia
Pneumonia dapat disebabkan oleh berbagai macam mikroorganisme yaitu
bakteri virus jamur protozoa yang sebagian besar disebabkan oleh bakteri
Penyebab tersering pneumonia adalah bakteri gram positif Streptococcus pneumonia
Kuman penyebab pneumonia biasanya berbeda sesuai dengan distribusi umur pasien
dan keadaan klinis terjadinya infeksi 4
Virus penyebab tersering pneumonia adalah respiratory syncytial virus (RSV)
parainfluenza virus influenza virus dan adenovirus Secara umum bakteri yang
berperan penting dalam pneumonia adalah Streptococcus pneumonia Haemophillus
5
influenza Staphylococcus aureus Streptococcus group B serta kuman atipik
klamidia dan mikoplasma 4
Pada neonatus Streptococcus group B dan Listeriae monocytogenes
merupakan penyebab pneumonia paling banyak Virus adalah penyebab terbanyak
pneumonia pada usia prasekolah dan berkurang dengan bertambahnya usia Selain
itu Streptococcus pneumoniae merupakan penyebab paling utama pada pneumonia
bakterial Mycoplasma pneumoniae dan Chlamydia pneumoniae merupakan
penyebab yang sering didapatkan pada anak diatas 5 tahun Communityy-acquired
acute pneumonia sering disebabkan oleh streptokokkus pneumonia atau
pneumokokkus sedangkan pada Community-acquired atypical pneumonia penyebab
umumnya adalah Mycopalsma pneumonia Staphylokokkus aureus dan batang gram
negatif seperti Enterobacteriaceae dan Pseudomonas adalah isolat yang tersering
ditemukan pada Hospital-acquired pneumonia4
Tabel 1 Mikroorganisme penyebab pneumonia menurut umur dengan terjadinya infeksi 4
Umur Penyebab yang sering Penyebab yang jarang
Lahir-20 hari Bakteria Escherichia colli Group B streptococci Listeria monocytogenes
Bakteria Group D streptococci Haemophillus influenzae Streptococcus pneumoniae Ureaplasma urealyticum
Virus Cytomegalovirus Herpes simplex virus
6
3 minggu ndash 3 bulan
Bakteria Clamydia trachomatis Streptococcus pneumoniae
Virus Respiratory syncytial virus Influenza virus Para influenza virus
12 and 3 Adenovirus
Bakteria Bordetella pertusis Haemophillusinfluenza type B amp
non typeable Moxarella catarrhalis Staphylococcus aureus Ureaplasma urealyticum
Virus Cytomegalovirus
4 bulan ndash5 tahun
Bakteria Streptococcus pneumoniae Clamydia pneumoniae Mycoplasma pneumoniae
Virus Respiratory syncytial virus Influenza virus Parainfluenza virus Rhinovirus Adenovirus Measles
Bakteria Haemophillus influenza type B Moxarella catarrhalis Neisseria meningitis Staphylococcus aureus
Virus Varicella zoster virus
5 tahun ndash dewasa Bakteria Clamydia pneumonia Mycoplasma pneumonia Streptococcus pneumoniae
Bakteria Haemophillus influenza type B Legionella species Staphylococcus aureus
Virus Adenovirus Epstein barr virus Influenza virus Parainfluenza virus Rhinovirus Respiratory syncytial virus Varicella zoster virus
Tabel 2 Mikroorganisme penyebab pneumonia menurut keadaan klinis terjadinya infeksi 4
7
Communityy-acquired acute pneumonia
Streptococcus pneumoniaHaemophilus influenzaeMoraxella catarrhalisStaphylococcus aureusLegionella pneumophilaEnterobacteriaceae (Klebsiella pneumoniae) and Pseudomonas sppCommunity-acquired atypical pneumonia
Mycoplasma pneumoniaChlamydia spp (C pneumoniae C psittaci C trachomatis)Coxiella burnetii (Q fever)Viruses respiratory syncytial virus parainfluenza virus (children) influenza A and B (adults) adenovirus(military recruits) SARS virusHospital-acquired pneumonia
Gram-negative rods Enterobacteriaceae (Klebsiella spp Serratia marcescens Escherichia coli) andPseudomonas sppStaphylococcus aureus (usually penicillin resistant)Pneumonia kronis
NocardiaActinomycesGranulomatous Mycobacterium tuberculosis and atypical mycobacteria Histoplasma capsulatumCoccidioides immitis Blastomyces dermatitidis
25 Klasifikasi Pneumonia
1 Menurut sifatnya yaitu
a Pneumonia primer yaitu radang paru yang terserang pada orang yang tidak
mempunya faktor resiko tertentu Kuman penyebab utama yaitu
Staphylococcus pneumoniae ( pneumokokus) Hemophilus influenzae juga
8
Virus penyebab infeksi pernapasan( Influenza Parainfluenza RSV) Selain itu
juga bakteri pneumonia yang tidak khas( ldquoatypicalrdquo) yaitu mykoplasma
chlamydia dan legionella
b Pneumonia sekunder yaitu terjadi pada orang dengan faktor predisposisi
selain penderita penyakit paru lainnnya seperti COPD terutama juga bagi
mereka yang mempunyai penyakit menahun seperti diabetes mellitus HIV
dan kankerdll 2
2 Berdasarkan Kuman penyebab
a Pneumonia bakterial tipikal Dapat terjadi pada semua usia Beberapa bakteri
mempunyai tendensi menyerang sesorang yang peka misalnya Klebsiella
pada penderita alkoholikStaphyllococcus pada penderita pasca infeksi
influenza
b Pneumonia atipikal disebabkan Mycoplasma Legionella dan Chlamydia
c Pneumonia virus disebabkan oleh virus RSV Influenza virus
d Pneumonia jamur sering merupakan infeksi sekunder Predileksi terutama pada
penderita dengan daya tahan lemah (immunocompromised) 5
3 Berdasarkan klinis dan epidemiologi
a Pneumonia komuniti (Community-acquired pneumonia= CAP) pneumonia
yang terjadi di lingkungan rumah atau masyarakat juga termasuk pneumonia
yang terjadi di rumah sakit dengan masa inap kurang dari 48 jam 5
b Penumonia nosokomial (Hospital-acquired Pneumonia= HAP) merupakan
pneumonia yang terjadi di ldquorumah sakitrdquo infeksi terjadi setelah 48 jam berada
9
di rumah sakit Kuman penyebab sangat beragam yang sering di temukan
yaitu Staphylococcus aureus atau bakteri dengan gramm negatif lainnya
seperti Ecoli Klebsiella pneumoniae Pseudomonas aeroginosa Proteus dll
Tingkat resistensi obat tergolong tinggi untuk bakteri penyebab HAP 6
c Pneumonia aspirasi
4 Berdasarkan lokasi infeksi
a Pneumonia lobaris
Pneumonia focal yang melibatkan satu beberapa lobus paru Bronkus besar
umumnya tetap berisi udara sehingga memberikan gambaran
airbronchogram Konsolidasi yang timbul merupakan hasil dari cairan edema
yang menyebar melalui pori-pori Kohn Penyebab terbanyak pneumonia
lobaris adalah Streptococcus pneumoniae Jarang pada bayi dan orang tua
Pneumonia yang terjadi pada satu lobus atau segmen Kemungkinan sekunder
disebabkan oleh adanya obstruksi bronkus seperti aspirasi benda asing atau
adanya proses keganasan 5
b Bronko pneumonia (Pneumonia lobularis)
Inflamasi paru-paru biasanya dimulai di bronkiolus terminalis Bronkiolus
terminalis menjadi tersumbat dengan eksudat mukopurulen membentuk
bercak-bercak konsolidasi di lobulus yang bersebelahan Ditandai dengan
adanya bercak-bercak infiltrate multifocal pada lapangan paru Dapat
disebabkan oleh bakteri maupun virus Sering pada bayi dan orang tua Jarang
dihubungkan dengan obstruksi bronkus 5
10
c Pneumonia interstisial
Terutama pada jaringan penyangga yaitu interstitial dinding bronkus dan
peribronkil Peradangan dapat ditemumkan pada infeksi virus dan
mycoplasma Terjadi edema dinding bronkioli dan juga edema jaringan
interstisial prebronkial Radiologis berupa bayangan udara pada alveolus
masih terlihat diliputi perselubungan yang tidak merata 5
26 Patofisiologi Pneumonia
Pneumonia yang dipicu oleh bakteri bisa menyerang siapa saja dari bayi
sampai usia lanjut Pecandu alcohol pasien pasca operasi orang-orang dengan
gangguan penyakit pernapasan sedang terinfeksi virus atau menurun kekebalan
tubuhnya adalah yang paling berisiko1
Sebenarnya bakteri pneumonia itu ada dan hidup normal pada tenggorokan
yang sehat Pada saat pertahanan tubuh menurun misalnya karena penyakit usia
lanjut dan malnutrisi bakteri pneumonia akan dengan cepat berkembang biak dan
merusak organ paru-paru1
Kerusakan jaringan paru setelah kolonisasi suatu mikroorganisme paru
banyak disebabkan oleh reaksi imun dan peradangan yang dilakukan oleh pejamu
Selain itu toksin-toksin yang dikeluarkan oleh bakteri pada pneumonia bakterialis
dapat secara langsung merusak sel-sel system pernapasan bawah Ada beberapa cara
mikroorganisme mencapai permukaan 5
1 Inokulasi langsung
11
2 Penyebaran melalui pembuluh darah
3 Inhalasi bahan aerosol
4 Kolonisasi dipermukaan mukosa
Dari keempat cara tersebut diatas yang terbanyak adalah cara kolonisasi
Secara inhalasi terjadi pada infeksi virus mikroorganisme atipikal mikrobakteria
atau jamur Kebanyakan bakteri dengan ukuran 05 ndash 20 nm melalui udara dapat
mencapai bronkus terminal atau alveoli dan selanjutnya terjadi proses infeksi Bila
terjadi kolonisasi pada saluran napas atas (hidung orofaring) kemudian terjadi
aspirasi ke saluran napas bawah dan terjadi inokulasi mikroorganisme hal ini
merupakan permulaan infeksi dari sebagian besar infeksi paru Aspirasi dari sebagian
kecil sekret orofaring terjadi pada orang normal waktu tidur (50) juga pada keadaan
penurunan kesadaran peminum alkohol dan pemakai obat (drug abuse) 5
Basil yang masuk bersama sekret bronkus ke dalam alveoli menyebabkan
reaksi radang berupa edema seluruh alveoli disusul dengan infiltrasi sel-sel PMN dan
diapedesis eritrosit sehingga terjadi permulaan fagositosis sebelum terbentuknya
antibodi 5
Pneumonia bakterialis menimbulkan respon imun dan peradangan yang paling
mencolok Jika terjadi infeksi sebagian jaringan dari lobus paru-paru ataupun
seluruh lobus bahkan sebagian besar dari lima lobus paru-paru (tiga di paru-paru
kanan dan dua di paru-paru kiri) menjadi terisi cairan Dari jaringan paru-paru
infeksi dengan cepat menyebar ke seluruh tubuh melalui peredaran darah Bakteri
pneumokokus adalah kuman yang paling umum sebagai penyebab pneumonia
12
Terdapat empat stadium anatomic dari pneumonia terbagi atas
1 Stadium Kongesti (4 ndash 12 jam pertama)
Disebut hiperemia mengacu pada respon peradangan permulaan yang
berlangsung pada daerah baru yang terinfeksi Hal ini ditandai dengan peningkatan
aliran darah dan permeabilitas kapiler di tempat infeksi Hiperemia ini terjadi akibat
pelepasan mediator-mediator peradangan dari sel-sel mast setelah pengaktifan sel
imun dan cedera jaringan Mediator-mediator tersebut mencakup histamin dan
prostaglandin Degranulasi sel mast juga mengaktifkan jalur komplemen
Komplemen bekerja sama dengan histamin dan prostaglandin untuk melemaskan otot
polos vaskuler paru dan peningkatan permeabilitas kapiler paru Hal ini
mengakibatkan perpindahan eksudat plasma ke dalam ruang interstitium sehingga
terjadi pembengkakan dan edema antar kapiler dan alveolus Penimbunan cairan di
antara kapiler dan alveolus meningkatkan jarak yang harus ditempuh oleh oksigen
dan karbondioksida maka perpindahan gas ini dalam darah paling berpengaruh dan
sering mengakibatkan penurunan saturasi oksigen hemoglobin 2
2 Stadium Hepatisasi Merah (48 jam selanjutnya)
Terjadi sewaktu alveolus terisi oleh sel darah merah eksudat dan fibrin yang
dihasilkan oleh penjamu (host) sebagai bagian dari reaksi peradangan Lobus yang
terkena menjadi padat oleh karena adanya penumpukan leukosit eritrosit dan cairan
sehingga warna paru menjadi merah dan pada perabaan seperti hepar pada stadium
ini udara alveoli tidak ada atau sangat minimal sehingga anak akan bertambah sesak
Stadium ini berlangsung sangat singkat yaitu selama 48 jam 2
13
3 Stadium Hepatisasi Kelabu (Konsolidasi)
Terjadi sewaktu sel-sel darah putih mengkolonisasi daerah paru yang terinfeksi Pada
saat ini endapan fibrin terakumulasi di seluruh daerah yang cedera dan terjadi
fagositosis sisa-sisa sel Pada stadium ini eritrosit di alveoli mulai diresorbsi lobus
masih tetap padat karena berisi fibrin dan leukosit warna merah menjadi pucat kelabu
dan kapiler darah tidak lagi mengalami kongesti2
4 Stadium Akhir (Resolusi)
Eksudat yang mengalami konsolidasi di antara rongga alveoli dicerna secara
enzimatis yang diserap kembali atau dibersihkan dengan batuk Parenkim paru
kembali menjadi penuh dengan cairan dan basah sampai pulih mencapai keadaan
normal2
27 Diagnosis Pneumonia
271 Gambaran Klinis dan Pemeriksaan Fisik
Gejala-gejala pneumonia serupa untuk semua jenis pneumonia Gejalanya
meliputi
Gejala Mayor 1Batuk
2Sputum produktif
3Demam (suhugt38 0c)
Gejala Minor 1 sesak napas
2 nyeri dada
3 konsolidasi paru pada pemeriksaan fisik
4 jumlah leukosit gt12000L
14
Gambaran klinis biasanya didahului oleh infeksi saluran napas akut bagian
atas selama beberapa hari kemudian diikuti dengan demam menggigil suhu tubuh
kadang-kadang melebihi 40ordm C sakit tenggorokan nyeri otot dan sendi Juga disertai
batuk dengan sputum mukoid atau purulen kadang-kadang berdarah5
Pada pemeriksaan fisik dada terlihat bagian yang sakit tertinggal waktu
bernafas pada palpasi fremitus dapat mengeras pada perkusi redup pada auskultasi
terdengar suara napas bronkovesikuler sampai bronchial yang kadang-kadang
melemah Mungkin disertai ronkhi halus yang kemudian menjadi ronkhi basah kasar
pada stadium resolusi 5
272 Pemeriksaan Laboratorium
Pada pemeriksaan laboratorium terdapat peningkatan jumlah leukosit
biasanya gt10000ul kadang-kadang mencapai 30000ul dan pada hitungan jenis
leukosit terdapat pergeseran ke kiri serta terjadi peningkatan LED Untuk menentukan
diagnosis etiologi diperlukan pemeriksaan dahak kultur darah dan serologi Kultur
darah dapat positif pada 20-25 penderita yang tidak diobati Anlalisa gas darah
menunjukkan hipoksemia dan hiperkarbia pada stadium lanjut dapat terjadi asidosis
respiratorik 6
273 Gambaran Radiologis
Gambaran Radiologis pada foto thorax pada penyakit pneumonia antara lain
Perselubungankonsolidasi homogen atau inhomogen sesuai dengan lobus atau
segment paru secara anantomis
15
Batasnya tegas walaupun pada mulanya kurang jelas
Volume paru tidak berubah tidak seperti atelektasis dimana paru mengecil Tidak
tampak deviasi tracheaseptumfissure seperti pada atelektasis
Silhouette sign (+) bermanfaat untuk menentukan letak lesi paru batas lesi
dengan jantung hilang berarti lesi tersebut berdampingan dengan jantung atau di
lobus medius kanan
Seringkali terjadi komplikasi efusi pleura
Bila terjadinya pada lobus inferior maka sinus phrenicocostalis yang paling akhir
terkena
Pada permulaan sering masih terlihat vaskuler
Pada masa resolusi sering tampak Air Bronchogram Sign (terperangkapnya udara
pada bronkus karena tidanya pertukaran udara pada alveolus)
Foto thoraks saja tidak dapat secara khas menentukan penyebab pneumonia
hanya merupakan petunjuk ke arah diagnosis etiologi misalnya penyebab
pneumonia lobaris tersering disebabkan oleh Streptococcus pneumoniae
Pseudomonas aeruginosa sering memperlihatkan infiltrat bilateral atau gambaran
bronkopneumonia sedangkan Klebsiela pneumonia sering menunjukan konsolidasi
yang terjadi pada lobus atas kanan meskipun dapat mengenai beberapa lobus6
1Pneumonia Lobaris
Foto Thorax
16
Tampak gambaran gabungan konsolidasi berdensitas tinggi pada satu
segmenlobus (lobus kanan bawah PA maupun lateral)) atau bercak yang
mengikutsertakan alveoli yang tersebar Air bronchogram biasanya ditemukan
pada pneumonia jenis ini
CT Scan
17
Hasil CT dada ini menampilkan gambaran hiperdens di lobus atas kiri sampai ke
perifer
2 Bronchopneumonia (Pneumonia Lobularis)
Foto Thorax
Pada gambar diatas tampak konsolidasi tidak homogen di lobus atas kiri dan lobus
bawah kiri
CT Scan
18
Tampak gambaran opakhiperdens pada lobus tengah kanan namun tidak menjalar
sampai perifer
3 Pneumonia Interstisial
Foto Thorax
19
Terjadi edema dinding bronkioli dan juga edema jaringan interstitial
prebronkial Radiologis berupa bayangan udara pada alveolus masih terlihat
diliputi oleh perselubungan yang tidak merata
CT Scan
Gambaran CT Scan pneumonia interstitiak pada seorang pria berusia 19
tahun (A) Menunjukan area konsolidasi di percabangan peribronkovaskuler
yang irreguler (B) CT Scan pada hasil follow up selama 2 tahun menunjukan
area konsolidasi yang irreguler tersebut berkembang menjadi bronkiektasis
atau bronkiolektasis (tanda panah)
274 Pemeriksaan Bakteriologis
Bahan berasal dari sputum darah aspirasi nasotrakealtranstrakeal
torakosintesis bronkoskopi atau biopsi Kuman yang predominan pada sputum
disertai PMN yang kemungkinan penyebab infeksi 5
Pengambilan dahak dilakukan pagi hari Pasien mula-mula kumur-kumur
dengan akuades biasa setelah itu pasien diminta inspirasi dalam kemudian
membatukkan dahaknya Dahak ditampung dalam botol steril dan ditutup rapat
20
Dahak segera dikirim ke labolatorium (tidak boleh lebih dari 4 jam) Jika terjadi
kesulitan mengeluarkan dahak dapat dibantu nebulisasi dengan NaCl 3 Kriteria
dahak yang memenuhi syarat untuk pemeriksaan apusan langsung dan biarkan yaitu
bila ditemukan sel PMN gt 25lpk dan sel epitel lt 10lpk 5
28 Diagnosis Banding Pneumonia
ATuberculosis Paru (TB)
Tuberculosis Paru (TB) adalah suatu penyakit infeksi menular yang
disebabkan oleh M tuberculosis Jalan masuk untuk organism M tuberculosis adalah
saluran pernafasan saluran pencernaan Gejala klinis TB antara lain batuk lama yang
produktif (durasi lebih dari 3 minggu) nyeri dada dan hemoptisis dan gejala sistemik
meliputi demam menggigil keringat malam lemas hilang nafsu makan dan
penurunan berat badan3
Tampak gambaran cavitas pada paru lobus atas kanan pada foto thorax proyeksi PA
21
BAtelektasis
Atelektasis adalah istilah yang berarti pengembangan paru yang tidak
sempurna dan menyiratkan arti bahwa alveolus pada bagian paru yang terserang tidak
mengandung udara dan kolaps Memberikan gambaran yang mirip dengan pneumonia
tanpa air bronchogram Namun terdapat penarikan jantung trakea dan mediastinum
ke arah yang sakit karena adanya pengurangan volume interkostal space menjadi
lebih sempit dan pengecilan dari seluruh atau sebagian paru-paru yang sakit
Sehingga akan tampak thorax asimetris 3
Atelektasis pada foto thorax proyeksi PA
22
C Efusi Pleura
Memberi gambaran yang mirip dengan pneumonia tanpa air bronchogram
Terdapat penambahan volume sehingga terjadi pendorongan jantung trakea dan
mediastinum kearah yang sehat Rongga thorax membesar Pada edusi pleura
sebagian akan tampak meniscus sign (+) tanda khas pada efusi pleura 3
Efusi pleura pada foto thorax posisi PA
29 Penatalaksanaan
Pengobatan terdiri atas antibiotik dan pengobatan suportif Pemberian
antibiotik pada penderita pneumonia sebaiknya berdasarkan data mikroorganisme dan
hasil uji kepekaannya akan tetapi karena beberapa alasan yaitu 7
1 penyakit yang berat dapat mengancam jiwa
2 bakteri patogen yang berhasil diisolasi belum tentu sebagai penyebab pneumonia
3 hasil pembiakan bakteri memerlukan waktu
23
Maka pada penderita pneumonia dapat diberikan terapi secara empiris Secara
umum pemilihan antibiotic berdasarkan baktri penyebab pneumonia dapat dilihat
sebagai berikut 751
1 Pemberian Antibiotik
Penisilin sensitif Streptococcus pneumonia (PSSP)
1048707 Golongan Penisilin
1048707 TMP-SMZ
1048707 Makrolid
Penisilin resisten Streptococcus pneumoniae (PRSP)
1048707 Betalaktam oral dosis tinggi (untuk rawat jalan)
1048707 Sefotaksim Seftriakson dosis tinggi
1048707 Marolid baru dosis tinggi
1048707 Fluorokuinolon respirasi
Pseudomonas aeruginosa
1048707 Aminoglikosid
1048707 Seftazidim Sefoperason Sefepim
1048707 Tikarsilin Piperasilin
1048707 Karbapenem Meropenem Imipenem
1048707 Siprofloksasin Levofloksasin
Methicillin resistent Staphylococcus aureus (MRSA)
1048707 Vankomisin
1048707 Teikoplanin
1048707 Linezolid
Hemophilus influenzae
1048707 TMP-SMZ
1048707 Azitromisin
1048707 Sefalosporin gen 2 atau 3
24
1048707 Fluorokuinolon respirasi
Legionella
1048707 Makrolid
1048707 Fluorokuinolon
1048707 Rifampisin
Mycoplasma pneumoniae
1048707 Doksisiklin
1048707 Makrolid
1048707 Fluorokuinolon
Chlamydia pneumoniae
1048707 Doksisikin
1048707 Makrolid
1048707 Fluorokuinolon
25
26
Tabel 3 Rekomendasi Terapi Empiris (ATS 2001) 8
Kategori Keterangan Kuman Penyebab Obat Pilihan I Obat Pilihan II
Kategori I Usia
penderita
lt 65 tahun
-Penyakit
Penyerta (-)
-Dapat
berobat jalan
-Spneumonia
-Mpneumonia
-Cpneumonia
-Hinfluenzae
-Legionale sp
-Saureus
-Mtuberculosis
-Batang Gram (-)
Klaritromisin
2x250 mg
- -Azitromisin
1x500mg
- Rositromisin
2x150 mg atau
1x300 mg
- Siprofloksasin
2x500mg atau
Ofloksasin 2x400mg
- Levofloksasin
1x500mg atau
Moxifloxacin
1x400mg
- Doksisiklin 2x100mg
Kategori II -Usia
penderita gt
65 tahun
- Peny
Penyerta (+)
-Dapat
berobat jalan
-Spneumonia
Hinfluenzae
Batang gram(-)
Aerob
Saures
Mcatarrhalis
Legionalle sp
-Sepalospporin
generasi 2
-Trimetroprim
+Kotrimoksazol
-Betalaktam
-Makrolid
-Levofloksasin
-Gatifloksasin
-Moxyfloksasin
Kategori
III
-Pneumonia
berat
- Perlu
dirawat di
RStapi tidak
perlu di ICU
-Spneumoniae
-Hinfluenzae
-Polimikroba
termasuk Aerob
-Batang Gram (-)
-Legionalla sp
-Saureus
Mpneumoniae
- Sefalosporin
Generasi 2 atau
3
- Betalaktam +
Penghambat
Betalaktamase
+makrolid
-Piperasilin +
tazobaktam
-Sulferason
Kategori
IV
-Pneumonia
berat
-Perlu dirawat
di ICU
-Spneumonia
-Legionella sp
-Batang Gram (-)
aerob
-Mpneumonia
-Virus
-Hinfluenzae
-Mtuberculosis
-Jamur endemic
- Sefalosporin
generasi 3
(anti
pseudomonas)
+ makrolid
- Sefalosporin
generasi 4
- Sefalosporin
generasi 3 +
kuinolon
-Carbapenem
meropenem
-Vankomicin
-Linesolid
-Teikoplanin
2 Terapi Suportif Umum
1 Terapi O2 untuk mencapai PaO2 80-100 mmHg atau saturasi 95-96 berdasarkan
pemeriksaan analisis gas darah
2 Humidifikasi dengan nebulizer untuk pengenceran dahak yang kental dapat
disertai nebulizer untuk pemberian bronkodilator bila terdapat bronkospasme
3 Fisioterapi dada untuk pengeluaran dahak khususnya anjuran untuk batuk dan
napas dalam Bila perlu dikerjakan fish mouth breathing untuk melancarkan
ekspirasi dan pengeluarn CO2 Posisi tidur setengah duduk untuk melancarkan
pernapasan7
4 Pengaturan cairan Keutuhan kapiler paru sering terganggu pada pneumonia dan
paru lebih sensitif terhadap pembebanan cairan terutama bila terdapat pneumonia
bilateral Pemberian cairan pada pasien harus diatur dengan baik termasuk pada
keadaan gangguan sirkulasi dan gagal ginjal Overhidrasi untuk maksud
mengencerkan dahak tidak diperkenankan 9
5 Pemberian kortikosteroid pada fase sepsis berat perlu diberikan Terapi ini tidak
bermanfaat pada keadaan renjatan septik
6 Obat inotropik seperti dobutamin atau dopamin kadang-kadang diperlukan bila
terdapat komplikasi gangguan sirkulasi atau gagal ginjal prerenal
7 Ventilasi mekanis indikasi intubasi dan pemasangan ventilator pada pneumonia
adalah
27
a Hipoksemia persisten meskipun telah diberikan O2 100 dengan
menggunakaan masker Kosentrasi O2 yang tinggi menyebabkan penurunan
pulmonary compliance hingga tekanan inflasi meninggi Dalam hal ini perlu
dipergunakan PEEP untuk memperbaiki oksigenisasi dan menurunkan FiO2
menjadi 50 atau lebih rendah9
b Gagal napas yang ditandai oleh peningkatan respiratory distress dengan atau
didapat asidosis respiratorik
c Respiratory arrest
d Retensi sputum yang sulit diatasi secara konservatif
8 Drainase empiema bila ada
9 Bila terdapat gagal napas diberikan nutrisi dengan kalori yang cukup yang
didapatkan terutama dari lemak (gt50) hingga dapat dihindari pembentukan
CO2 yang berlebihan9
3 Terapi Sulih (switch therapy)
Masa perawatan di rumah sakit sebaiknya dipersingkat dengan perubahan obat
suntik ke oral dilanjutkan dengan berobat jalan hal ini untuk mengurangi biaya
perawatan dan mencegah infeksi nosokomial Perubahan ini dapat diberikan secara
sequential (obat sama potensi sama) switch over (obat berbeda potensi sama) dan
step down (obat sama atau berbeda potensi lebih rendah) Pasien beralih dari
intravena ke oral terapi ketika hemodinamik sudah stabil dan perbaikan terbukti
secara secara klinis dapat menelan obat-obatan dan memiliki saluran pencernaan
berfungsi normal 10
28
Kriteria untuk Pneumonia terkait stabilitas klinis adalah 9
1 Temp le 378 C Kesadaran baik
2 Denyut jantung le 100 denyut menit
3 Respirasi ratele 24 napas menit
4 Tekanan darah sistolik ge 90 mmHg
5 Saturasi O2 arteri ge 90 atau pO2 ge 60 mmHg pada ruang udara
6 Kemampuan untuk mengambil asupan oral
210 Komplikasi Pneumonia
1 Efusi pleura dan empiema Terjadi pada sekitar 45 kasus terutama pada infeksi
bakterial akut berupa efusi parapneumonik gram negative sebesar 60
Staphylococcus aureus 50 S pneumoniae 40-60 kuman anaerob 35
Sedangkan pada Mycoplasmapneumoniae sebesar 20 Cairannya transudat dan
steril Terkadang pada infeksi bakterial terjadi empiema dengan cairan eksudat
2 Komplikasi sistemik Dapat terjadi akibat invasi kuman atau bakteriemia berupa
meningitis Dapat juga terjadi dehidrasi dan hiponatremia anemia pada infeksi
kronik peningguan ureum dan enzim hati Kadang-kadang terjadi peninggian
fostase alkali dan bilirubin akibat adanya kolestasis intrahepatik
3 Hipoksemia akibat gangguan difusi
4 Abses Paru terbentuk akibat eksudat di alveolus paru sehingga terjadi infeksi
oleh kuman anaerob dan bakteri gram negative
29
5 Pneumonia kronik yang dapat terjadi bila pneumonia berlangsung lebih dari 4-6
minggu akibat kuman anaerob S aureus dan kuman Gram (-) seperti
Pseudomonas aeruginosa
6 Bronkiektasis Biasanya terjadi karena pneunomia pada masa anak-anak tetapi
dapat juga oleh infeksi berulang di lokasi bronkus distal pada cystic fibrosis atau
hipogamaglobulinemia tuberkulosis atau pneumonia nekrotikans 3
211 Prognosis Pneumonia
Angka morbiditas dan mortalitas pneumonia menurun sejak ditemukannya
antibiotik Faktor yang berperan adalah patogenitas kuman usia penyakit dasar dan
kondisi pasien Secara umum angka kematian pneumonia pneumokokus adalah
sebesar 5 namun dapat meningkat menjadi 60 pada orang tua dengan kondisi
yang buruk misalnya gangguan imunologis sirosis hepatis penyakit paru obstruktif
kronik atau kanker Adanya leukopenia ikterus terkenanya 3 atau lebih lobus dan
komplikasi ekstraparu merupakan petanda prognosis yang buruk Kuman gram
negatif menimbulkan prognosis yang lebih jelek 10
Prognosis pada orang tua dan anak kurang baik karena itu perlu perawatan di
RS kecuali bila penyakitnya ringan Orang dewasa (lt60 tahun) dapat berobat jalan
kecuali
1 Bila terdapat penyakit paru kronik
2 PN Meliputi banyak lobus
3 Disertai gambaran klinis yang berkaitan dengan mortalitas yang tinggi yaitu
30
a Usia gt 60 tahun
b Dijumpai adanya gejala pada saat masuk perawatan RS frekuensi napas gt 30
xm tekanan diastolik lt 60 mmHg leukosit abnormal (lt4500-gt30000)
BAB 3
KESIMPULAN
Pneumonia adalah salah satu penyakit akibat infeksi parenkim paru yang
dapat menyerang segala usia Pneumonia paling banyak disebabkan oleh infeksi
bakteri Streptococcus pneumonia dengan gejala yang muncul seperti demam batuk
berdahak sesak napas dan terkadang disertai nyeri dada
Pemeriksaan radiologi dalam hal ini foto thorax konvensional dan CT Scan
menjadi pemeriksaan yang sangat penting pada pneumonia Gambaran khas pada
pneumonia adalah adanya konsolidasi dengan adanya gambaran air bronchogram
Namun tidak semua pneumonia memberikan gambaran khas tersebut Untuk
menentukan etiologi pneumonia tidak dapat hanya semata-mata menggunakan foto
thorax melainkan harus dilihat dari riwayat penyakit dan juga pemeriksaan
laboratorium
Penatalaksanaan medis pada pneumonia adalah pemberian antibiotik yang
sesuai dengan kuman penyebab pneumonia disamping terapi supportif lainnya
Prognosis pneumonia secara umum baik jika mendapat terapi antibiotik yang adekuat
faktor predisposisi pasien dan ada tidaknya komplikasi yang menyertai
31
DAFTAR PUSTAKA
1 Dahlan Z 2006 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Pulmonologi Pusat
Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas kedokteran Universitas
Indonesia Jakarta
2 Price SA Wilson LM 2005 Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit Edisi 6 Volume 2 Penerbit EGC Jakarta
3 Soedarsono 2004 Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru Bagian Ilmu Penyakit Paru
FK UNAIR Surabaya
4 Aru W Bambang Idrus A Marcellus Siti S ed Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Jilid II Edisi 4 Jakarta Pusat Penerbitan Departemen IPD RSCM
2007
5 Perhimpunan Dokter Paru Indonesia Pedoman Diagnosis dan
penatalaksanaan Pneumonia Komuniti2003
6 Perhimpunan Dokter Paru Indonesia Pedoman Diagnosis dan
penatalaksanaan Pneumonia Nosokomial2003
7 Barlett JG Dowell SF Mondell LA File TM Mushor DM Fine MJ Practice
guidelines for management community-acquiredd pneumonia in adults Clin
infect Dis 2000 31 347-82
8 Mandell LA IDSAATS consensus guidelines on the management of
community-acquired pneumonia in adults CID 200744S27
9 Menendez R Treatment failure in community-acquired pneumonia
0071321348
32
10 Niederman MS Recent advances in community-acquired pneumonia inpatient
and outpatient Chest 20071311205
33
- 22 Definisi Pneumonia
- Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius dan alveoli serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat yang disebabkan oleh mikroorganisme (bakterivirusjamurprotozoa)3
- 23 Epidemiologi Pneumonia
- 25 Klasifikasi Pneumonia
- Terutama pada jaringan penyangga yaitu interstitial dinding bronkus dan peribronkil Peradangan dapat ditemumkan pada infeksi virus dan mycoplasma Terjadi edema dinding bronkioli dan juga edema jaringan interstisial prebronkial Radiologis berupa bayangan udara pada alveolus masih terlihat diliputi perselubungan yang tidak merata 5
- 26 Patofisiologi Pneumonia
- 27 Diagnosis Pneumonia
- 28 Diagnosis Banding Pneumonia
- 29 Penatalaksanaan
- 210 Komplikasi Pneumonia
-
dipisahkan fissura oblique Lobus pada paru-paru kiri adalah lobus superius dan lobus
inferius yg dipisahkan oleh fissura oblique Pada paru-paru kiri ada bagian yang
menonjol seperti lidah yang disebut lingula Jumlah segmen pada paru-paru sesuai
dengan jumlah bronchus segmentalis biasanya 10 di kiri dan 8-9 yang kanan Sejalan
dgn percabangan bronchi segmentales menjadi cabang-cabang yg lebih kecil
segmenta paru dibagi lagi menjadi subsegmen-subsegmen2
3
22 Definisi Pneumonia
Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru distal dari
bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius dan alveoli serta
menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat yang
disebabkan oleh mikroorganisme (bakterivirusjamurprotozoa)3
Secara kinis pneumonia didefinisikan sebagai suatu peradangan paru yang
disebabkan oleh mikroorganisme (bakteri virus jamur parasit) Pneumonia yang
disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis tidak termasuk Sedangkan peradangan
paru yang disebabkan oleh nonmikroorganisme (bahan kimia radiasi aspirasi bahan
toksik obat-obatan dan lain-lain) disebut pneumonitis4
23 Epidemiologi Pneumonia
Pneumonia merupakan salah satu penyakit infeksi saluran nafas yang
terbanyak di dapatkan dan dapat menyebabkan kematian hampir di seluruh dunia
Angka kematian di Inggris adalah sekitar 5-10 Berdasarkan umur pneumonia
dapat menyerang siapa saja meskipun lebih banyak ditemukan pada anak-anak Di
Amerika Serikat pneumonia mencapai 13 dari penyakit infeksi saluran nafas pada
anak di bawah 2 tahun4
UNICEF memperkirakan bahwa 3 juta anak di dunia meninggal karena
penyakit pneumonia setiap tahun Kasus pneumonia di negara berkembang tidak
hanya lebih sering didapatkan tetapi juga lebih berat dan banyak menimbulkan
kematian pada anak Insiden puncak pada umur 1-5 tahun dan menurun dengan
4
bertambahnya usia anak Mortalitas diakibatkan oleh bakteremia oleh karena
Streptococcus pneumoniae dan Staphylococcus aureus tetapi di negara berkembang
juga berkaitan dengan malnutrisi dan kurangnya akses perawatan Dari data
mortalitas tahun 1990 pneumonia merupakan seperempat penyebab kematian
pada anak dibawah 5 tahun dan 80 terjadi di negara berkembang Pneumonia yang
disebabkan oleh infeksi RSV didapatkan sebanyak 40 Di negara dengan 4
musim banyak terdapat pada musim dingin sampai awal musim semi dinegara tropis
pada musim hujan 4
Di Indonesia berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun
2007 menunjukkan prevalensi nasional ISPA 255 angka kesakitan ( morbiditas )
pneumonia pada bayi 22 balita 3 angka kematian ( mortalitas ) pada bayi
238 dan balita 155 5
24 Etiologi Pneumonia
Pneumonia dapat disebabkan oleh berbagai macam mikroorganisme yaitu
bakteri virus jamur protozoa yang sebagian besar disebabkan oleh bakteri
Penyebab tersering pneumonia adalah bakteri gram positif Streptococcus pneumonia
Kuman penyebab pneumonia biasanya berbeda sesuai dengan distribusi umur pasien
dan keadaan klinis terjadinya infeksi 4
Virus penyebab tersering pneumonia adalah respiratory syncytial virus (RSV)
parainfluenza virus influenza virus dan adenovirus Secara umum bakteri yang
berperan penting dalam pneumonia adalah Streptococcus pneumonia Haemophillus
5
influenza Staphylococcus aureus Streptococcus group B serta kuman atipik
klamidia dan mikoplasma 4
Pada neonatus Streptococcus group B dan Listeriae monocytogenes
merupakan penyebab pneumonia paling banyak Virus adalah penyebab terbanyak
pneumonia pada usia prasekolah dan berkurang dengan bertambahnya usia Selain
itu Streptococcus pneumoniae merupakan penyebab paling utama pada pneumonia
bakterial Mycoplasma pneumoniae dan Chlamydia pneumoniae merupakan
penyebab yang sering didapatkan pada anak diatas 5 tahun Communityy-acquired
acute pneumonia sering disebabkan oleh streptokokkus pneumonia atau
pneumokokkus sedangkan pada Community-acquired atypical pneumonia penyebab
umumnya adalah Mycopalsma pneumonia Staphylokokkus aureus dan batang gram
negatif seperti Enterobacteriaceae dan Pseudomonas adalah isolat yang tersering
ditemukan pada Hospital-acquired pneumonia4
Tabel 1 Mikroorganisme penyebab pneumonia menurut umur dengan terjadinya infeksi 4
Umur Penyebab yang sering Penyebab yang jarang
Lahir-20 hari Bakteria Escherichia colli Group B streptococci Listeria monocytogenes
Bakteria Group D streptococci Haemophillus influenzae Streptococcus pneumoniae Ureaplasma urealyticum
Virus Cytomegalovirus Herpes simplex virus
6
3 minggu ndash 3 bulan
Bakteria Clamydia trachomatis Streptococcus pneumoniae
Virus Respiratory syncytial virus Influenza virus Para influenza virus
12 and 3 Adenovirus
Bakteria Bordetella pertusis Haemophillusinfluenza type B amp
non typeable Moxarella catarrhalis Staphylococcus aureus Ureaplasma urealyticum
Virus Cytomegalovirus
4 bulan ndash5 tahun
Bakteria Streptococcus pneumoniae Clamydia pneumoniae Mycoplasma pneumoniae
Virus Respiratory syncytial virus Influenza virus Parainfluenza virus Rhinovirus Adenovirus Measles
Bakteria Haemophillus influenza type B Moxarella catarrhalis Neisseria meningitis Staphylococcus aureus
Virus Varicella zoster virus
5 tahun ndash dewasa Bakteria Clamydia pneumonia Mycoplasma pneumonia Streptococcus pneumoniae
Bakteria Haemophillus influenza type B Legionella species Staphylococcus aureus
Virus Adenovirus Epstein barr virus Influenza virus Parainfluenza virus Rhinovirus Respiratory syncytial virus Varicella zoster virus
Tabel 2 Mikroorganisme penyebab pneumonia menurut keadaan klinis terjadinya infeksi 4
7
Communityy-acquired acute pneumonia
Streptococcus pneumoniaHaemophilus influenzaeMoraxella catarrhalisStaphylococcus aureusLegionella pneumophilaEnterobacteriaceae (Klebsiella pneumoniae) and Pseudomonas sppCommunity-acquired atypical pneumonia
Mycoplasma pneumoniaChlamydia spp (C pneumoniae C psittaci C trachomatis)Coxiella burnetii (Q fever)Viruses respiratory syncytial virus parainfluenza virus (children) influenza A and B (adults) adenovirus(military recruits) SARS virusHospital-acquired pneumonia
Gram-negative rods Enterobacteriaceae (Klebsiella spp Serratia marcescens Escherichia coli) andPseudomonas sppStaphylococcus aureus (usually penicillin resistant)Pneumonia kronis
NocardiaActinomycesGranulomatous Mycobacterium tuberculosis and atypical mycobacteria Histoplasma capsulatumCoccidioides immitis Blastomyces dermatitidis
25 Klasifikasi Pneumonia
1 Menurut sifatnya yaitu
a Pneumonia primer yaitu radang paru yang terserang pada orang yang tidak
mempunya faktor resiko tertentu Kuman penyebab utama yaitu
Staphylococcus pneumoniae ( pneumokokus) Hemophilus influenzae juga
8
Virus penyebab infeksi pernapasan( Influenza Parainfluenza RSV) Selain itu
juga bakteri pneumonia yang tidak khas( ldquoatypicalrdquo) yaitu mykoplasma
chlamydia dan legionella
b Pneumonia sekunder yaitu terjadi pada orang dengan faktor predisposisi
selain penderita penyakit paru lainnnya seperti COPD terutama juga bagi
mereka yang mempunyai penyakit menahun seperti diabetes mellitus HIV
dan kankerdll 2
2 Berdasarkan Kuman penyebab
a Pneumonia bakterial tipikal Dapat terjadi pada semua usia Beberapa bakteri
mempunyai tendensi menyerang sesorang yang peka misalnya Klebsiella
pada penderita alkoholikStaphyllococcus pada penderita pasca infeksi
influenza
b Pneumonia atipikal disebabkan Mycoplasma Legionella dan Chlamydia
c Pneumonia virus disebabkan oleh virus RSV Influenza virus
d Pneumonia jamur sering merupakan infeksi sekunder Predileksi terutama pada
penderita dengan daya tahan lemah (immunocompromised) 5
3 Berdasarkan klinis dan epidemiologi
a Pneumonia komuniti (Community-acquired pneumonia= CAP) pneumonia
yang terjadi di lingkungan rumah atau masyarakat juga termasuk pneumonia
yang terjadi di rumah sakit dengan masa inap kurang dari 48 jam 5
b Penumonia nosokomial (Hospital-acquired Pneumonia= HAP) merupakan
pneumonia yang terjadi di ldquorumah sakitrdquo infeksi terjadi setelah 48 jam berada
9
di rumah sakit Kuman penyebab sangat beragam yang sering di temukan
yaitu Staphylococcus aureus atau bakteri dengan gramm negatif lainnya
seperti Ecoli Klebsiella pneumoniae Pseudomonas aeroginosa Proteus dll
Tingkat resistensi obat tergolong tinggi untuk bakteri penyebab HAP 6
c Pneumonia aspirasi
4 Berdasarkan lokasi infeksi
a Pneumonia lobaris
Pneumonia focal yang melibatkan satu beberapa lobus paru Bronkus besar
umumnya tetap berisi udara sehingga memberikan gambaran
airbronchogram Konsolidasi yang timbul merupakan hasil dari cairan edema
yang menyebar melalui pori-pori Kohn Penyebab terbanyak pneumonia
lobaris adalah Streptococcus pneumoniae Jarang pada bayi dan orang tua
Pneumonia yang terjadi pada satu lobus atau segmen Kemungkinan sekunder
disebabkan oleh adanya obstruksi bronkus seperti aspirasi benda asing atau
adanya proses keganasan 5
b Bronko pneumonia (Pneumonia lobularis)
Inflamasi paru-paru biasanya dimulai di bronkiolus terminalis Bronkiolus
terminalis menjadi tersumbat dengan eksudat mukopurulen membentuk
bercak-bercak konsolidasi di lobulus yang bersebelahan Ditandai dengan
adanya bercak-bercak infiltrate multifocal pada lapangan paru Dapat
disebabkan oleh bakteri maupun virus Sering pada bayi dan orang tua Jarang
dihubungkan dengan obstruksi bronkus 5
10
c Pneumonia interstisial
Terutama pada jaringan penyangga yaitu interstitial dinding bronkus dan
peribronkil Peradangan dapat ditemumkan pada infeksi virus dan
mycoplasma Terjadi edema dinding bronkioli dan juga edema jaringan
interstisial prebronkial Radiologis berupa bayangan udara pada alveolus
masih terlihat diliputi perselubungan yang tidak merata 5
26 Patofisiologi Pneumonia
Pneumonia yang dipicu oleh bakteri bisa menyerang siapa saja dari bayi
sampai usia lanjut Pecandu alcohol pasien pasca operasi orang-orang dengan
gangguan penyakit pernapasan sedang terinfeksi virus atau menurun kekebalan
tubuhnya adalah yang paling berisiko1
Sebenarnya bakteri pneumonia itu ada dan hidup normal pada tenggorokan
yang sehat Pada saat pertahanan tubuh menurun misalnya karena penyakit usia
lanjut dan malnutrisi bakteri pneumonia akan dengan cepat berkembang biak dan
merusak organ paru-paru1
Kerusakan jaringan paru setelah kolonisasi suatu mikroorganisme paru
banyak disebabkan oleh reaksi imun dan peradangan yang dilakukan oleh pejamu
Selain itu toksin-toksin yang dikeluarkan oleh bakteri pada pneumonia bakterialis
dapat secara langsung merusak sel-sel system pernapasan bawah Ada beberapa cara
mikroorganisme mencapai permukaan 5
1 Inokulasi langsung
11
2 Penyebaran melalui pembuluh darah
3 Inhalasi bahan aerosol
4 Kolonisasi dipermukaan mukosa
Dari keempat cara tersebut diatas yang terbanyak adalah cara kolonisasi
Secara inhalasi terjadi pada infeksi virus mikroorganisme atipikal mikrobakteria
atau jamur Kebanyakan bakteri dengan ukuran 05 ndash 20 nm melalui udara dapat
mencapai bronkus terminal atau alveoli dan selanjutnya terjadi proses infeksi Bila
terjadi kolonisasi pada saluran napas atas (hidung orofaring) kemudian terjadi
aspirasi ke saluran napas bawah dan terjadi inokulasi mikroorganisme hal ini
merupakan permulaan infeksi dari sebagian besar infeksi paru Aspirasi dari sebagian
kecil sekret orofaring terjadi pada orang normal waktu tidur (50) juga pada keadaan
penurunan kesadaran peminum alkohol dan pemakai obat (drug abuse) 5
Basil yang masuk bersama sekret bronkus ke dalam alveoli menyebabkan
reaksi radang berupa edema seluruh alveoli disusul dengan infiltrasi sel-sel PMN dan
diapedesis eritrosit sehingga terjadi permulaan fagositosis sebelum terbentuknya
antibodi 5
Pneumonia bakterialis menimbulkan respon imun dan peradangan yang paling
mencolok Jika terjadi infeksi sebagian jaringan dari lobus paru-paru ataupun
seluruh lobus bahkan sebagian besar dari lima lobus paru-paru (tiga di paru-paru
kanan dan dua di paru-paru kiri) menjadi terisi cairan Dari jaringan paru-paru
infeksi dengan cepat menyebar ke seluruh tubuh melalui peredaran darah Bakteri
pneumokokus adalah kuman yang paling umum sebagai penyebab pneumonia
12
Terdapat empat stadium anatomic dari pneumonia terbagi atas
1 Stadium Kongesti (4 ndash 12 jam pertama)
Disebut hiperemia mengacu pada respon peradangan permulaan yang
berlangsung pada daerah baru yang terinfeksi Hal ini ditandai dengan peningkatan
aliran darah dan permeabilitas kapiler di tempat infeksi Hiperemia ini terjadi akibat
pelepasan mediator-mediator peradangan dari sel-sel mast setelah pengaktifan sel
imun dan cedera jaringan Mediator-mediator tersebut mencakup histamin dan
prostaglandin Degranulasi sel mast juga mengaktifkan jalur komplemen
Komplemen bekerja sama dengan histamin dan prostaglandin untuk melemaskan otot
polos vaskuler paru dan peningkatan permeabilitas kapiler paru Hal ini
mengakibatkan perpindahan eksudat plasma ke dalam ruang interstitium sehingga
terjadi pembengkakan dan edema antar kapiler dan alveolus Penimbunan cairan di
antara kapiler dan alveolus meningkatkan jarak yang harus ditempuh oleh oksigen
dan karbondioksida maka perpindahan gas ini dalam darah paling berpengaruh dan
sering mengakibatkan penurunan saturasi oksigen hemoglobin 2
2 Stadium Hepatisasi Merah (48 jam selanjutnya)
Terjadi sewaktu alveolus terisi oleh sel darah merah eksudat dan fibrin yang
dihasilkan oleh penjamu (host) sebagai bagian dari reaksi peradangan Lobus yang
terkena menjadi padat oleh karena adanya penumpukan leukosit eritrosit dan cairan
sehingga warna paru menjadi merah dan pada perabaan seperti hepar pada stadium
ini udara alveoli tidak ada atau sangat minimal sehingga anak akan bertambah sesak
Stadium ini berlangsung sangat singkat yaitu selama 48 jam 2
13
3 Stadium Hepatisasi Kelabu (Konsolidasi)
Terjadi sewaktu sel-sel darah putih mengkolonisasi daerah paru yang terinfeksi Pada
saat ini endapan fibrin terakumulasi di seluruh daerah yang cedera dan terjadi
fagositosis sisa-sisa sel Pada stadium ini eritrosit di alveoli mulai diresorbsi lobus
masih tetap padat karena berisi fibrin dan leukosit warna merah menjadi pucat kelabu
dan kapiler darah tidak lagi mengalami kongesti2
4 Stadium Akhir (Resolusi)
Eksudat yang mengalami konsolidasi di antara rongga alveoli dicerna secara
enzimatis yang diserap kembali atau dibersihkan dengan batuk Parenkim paru
kembali menjadi penuh dengan cairan dan basah sampai pulih mencapai keadaan
normal2
27 Diagnosis Pneumonia
271 Gambaran Klinis dan Pemeriksaan Fisik
Gejala-gejala pneumonia serupa untuk semua jenis pneumonia Gejalanya
meliputi
Gejala Mayor 1Batuk
2Sputum produktif
3Demam (suhugt38 0c)
Gejala Minor 1 sesak napas
2 nyeri dada
3 konsolidasi paru pada pemeriksaan fisik
4 jumlah leukosit gt12000L
14
Gambaran klinis biasanya didahului oleh infeksi saluran napas akut bagian
atas selama beberapa hari kemudian diikuti dengan demam menggigil suhu tubuh
kadang-kadang melebihi 40ordm C sakit tenggorokan nyeri otot dan sendi Juga disertai
batuk dengan sputum mukoid atau purulen kadang-kadang berdarah5
Pada pemeriksaan fisik dada terlihat bagian yang sakit tertinggal waktu
bernafas pada palpasi fremitus dapat mengeras pada perkusi redup pada auskultasi
terdengar suara napas bronkovesikuler sampai bronchial yang kadang-kadang
melemah Mungkin disertai ronkhi halus yang kemudian menjadi ronkhi basah kasar
pada stadium resolusi 5
272 Pemeriksaan Laboratorium
Pada pemeriksaan laboratorium terdapat peningkatan jumlah leukosit
biasanya gt10000ul kadang-kadang mencapai 30000ul dan pada hitungan jenis
leukosit terdapat pergeseran ke kiri serta terjadi peningkatan LED Untuk menentukan
diagnosis etiologi diperlukan pemeriksaan dahak kultur darah dan serologi Kultur
darah dapat positif pada 20-25 penderita yang tidak diobati Anlalisa gas darah
menunjukkan hipoksemia dan hiperkarbia pada stadium lanjut dapat terjadi asidosis
respiratorik 6
273 Gambaran Radiologis
Gambaran Radiologis pada foto thorax pada penyakit pneumonia antara lain
Perselubungankonsolidasi homogen atau inhomogen sesuai dengan lobus atau
segment paru secara anantomis
15
Batasnya tegas walaupun pada mulanya kurang jelas
Volume paru tidak berubah tidak seperti atelektasis dimana paru mengecil Tidak
tampak deviasi tracheaseptumfissure seperti pada atelektasis
Silhouette sign (+) bermanfaat untuk menentukan letak lesi paru batas lesi
dengan jantung hilang berarti lesi tersebut berdampingan dengan jantung atau di
lobus medius kanan
Seringkali terjadi komplikasi efusi pleura
Bila terjadinya pada lobus inferior maka sinus phrenicocostalis yang paling akhir
terkena
Pada permulaan sering masih terlihat vaskuler
Pada masa resolusi sering tampak Air Bronchogram Sign (terperangkapnya udara
pada bronkus karena tidanya pertukaran udara pada alveolus)
Foto thoraks saja tidak dapat secara khas menentukan penyebab pneumonia
hanya merupakan petunjuk ke arah diagnosis etiologi misalnya penyebab
pneumonia lobaris tersering disebabkan oleh Streptococcus pneumoniae
Pseudomonas aeruginosa sering memperlihatkan infiltrat bilateral atau gambaran
bronkopneumonia sedangkan Klebsiela pneumonia sering menunjukan konsolidasi
yang terjadi pada lobus atas kanan meskipun dapat mengenai beberapa lobus6
1Pneumonia Lobaris
Foto Thorax
16
Tampak gambaran gabungan konsolidasi berdensitas tinggi pada satu
segmenlobus (lobus kanan bawah PA maupun lateral)) atau bercak yang
mengikutsertakan alveoli yang tersebar Air bronchogram biasanya ditemukan
pada pneumonia jenis ini
CT Scan
17
Hasil CT dada ini menampilkan gambaran hiperdens di lobus atas kiri sampai ke
perifer
2 Bronchopneumonia (Pneumonia Lobularis)
Foto Thorax
Pada gambar diatas tampak konsolidasi tidak homogen di lobus atas kiri dan lobus
bawah kiri
CT Scan
18
Tampak gambaran opakhiperdens pada lobus tengah kanan namun tidak menjalar
sampai perifer
3 Pneumonia Interstisial
Foto Thorax
19
Terjadi edema dinding bronkioli dan juga edema jaringan interstitial
prebronkial Radiologis berupa bayangan udara pada alveolus masih terlihat
diliputi oleh perselubungan yang tidak merata
CT Scan
Gambaran CT Scan pneumonia interstitiak pada seorang pria berusia 19
tahun (A) Menunjukan area konsolidasi di percabangan peribronkovaskuler
yang irreguler (B) CT Scan pada hasil follow up selama 2 tahun menunjukan
area konsolidasi yang irreguler tersebut berkembang menjadi bronkiektasis
atau bronkiolektasis (tanda panah)
274 Pemeriksaan Bakteriologis
Bahan berasal dari sputum darah aspirasi nasotrakealtranstrakeal
torakosintesis bronkoskopi atau biopsi Kuman yang predominan pada sputum
disertai PMN yang kemungkinan penyebab infeksi 5
Pengambilan dahak dilakukan pagi hari Pasien mula-mula kumur-kumur
dengan akuades biasa setelah itu pasien diminta inspirasi dalam kemudian
membatukkan dahaknya Dahak ditampung dalam botol steril dan ditutup rapat
20
Dahak segera dikirim ke labolatorium (tidak boleh lebih dari 4 jam) Jika terjadi
kesulitan mengeluarkan dahak dapat dibantu nebulisasi dengan NaCl 3 Kriteria
dahak yang memenuhi syarat untuk pemeriksaan apusan langsung dan biarkan yaitu
bila ditemukan sel PMN gt 25lpk dan sel epitel lt 10lpk 5
28 Diagnosis Banding Pneumonia
ATuberculosis Paru (TB)
Tuberculosis Paru (TB) adalah suatu penyakit infeksi menular yang
disebabkan oleh M tuberculosis Jalan masuk untuk organism M tuberculosis adalah
saluran pernafasan saluran pencernaan Gejala klinis TB antara lain batuk lama yang
produktif (durasi lebih dari 3 minggu) nyeri dada dan hemoptisis dan gejala sistemik
meliputi demam menggigil keringat malam lemas hilang nafsu makan dan
penurunan berat badan3
Tampak gambaran cavitas pada paru lobus atas kanan pada foto thorax proyeksi PA
21
BAtelektasis
Atelektasis adalah istilah yang berarti pengembangan paru yang tidak
sempurna dan menyiratkan arti bahwa alveolus pada bagian paru yang terserang tidak
mengandung udara dan kolaps Memberikan gambaran yang mirip dengan pneumonia
tanpa air bronchogram Namun terdapat penarikan jantung trakea dan mediastinum
ke arah yang sakit karena adanya pengurangan volume interkostal space menjadi
lebih sempit dan pengecilan dari seluruh atau sebagian paru-paru yang sakit
Sehingga akan tampak thorax asimetris 3
Atelektasis pada foto thorax proyeksi PA
22
C Efusi Pleura
Memberi gambaran yang mirip dengan pneumonia tanpa air bronchogram
Terdapat penambahan volume sehingga terjadi pendorongan jantung trakea dan
mediastinum kearah yang sehat Rongga thorax membesar Pada edusi pleura
sebagian akan tampak meniscus sign (+) tanda khas pada efusi pleura 3
Efusi pleura pada foto thorax posisi PA
29 Penatalaksanaan
Pengobatan terdiri atas antibiotik dan pengobatan suportif Pemberian
antibiotik pada penderita pneumonia sebaiknya berdasarkan data mikroorganisme dan
hasil uji kepekaannya akan tetapi karena beberapa alasan yaitu 7
1 penyakit yang berat dapat mengancam jiwa
2 bakteri patogen yang berhasil diisolasi belum tentu sebagai penyebab pneumonia
3 hasil pembiakan bakteri memerlukan waktu
23
Maka pada penderita pneumonia dapat diberikan terapi secara empiris Secara
umum pemilihan antibiotic berdasarkan baktri penyebab pneumonia dapat dilihat
sebagai berikut 751
1 Pemberian Antibiotik
Penisilin sensitif Streptococcus pneumonia (PSSP)
1048707 Golongan Penisilin
1048707 TMP-SMZ
1048707 Makrolid
Penisilin resisten Streptococcus pneumoniae (PRSP)
1048707 Betalaktam oral dosis tinggi (untuk rawat jalan)
1048707 Sefotaksim Seftriakson dosis tinggi
1048707 Marolid baru dosis tinggi
1048707 Fluorokuinolon respirasi
Pseudomonas aeruginosa
1048707 Aminoglikosid
1048707 Seftazidim Sefoperason Sefepim
1048707 Tikarsilin Piperasilin
1048707 Karbapenem Meropenem Imipenem
1048707 Siprofloksasin Levofloksasin
Methicillin resistent Staphylococcus aureus (MRSA)
1048707 Vankomisin
1048707 Teikoplanin
1048707 Linezolid
Hemophilus influenzae
1048707 TMP-SMZ
1048707 Azitromisin
1048707 Sefalosporin gen 2 atau 3
24
1048707 Fluorokuinolon respirasi
Legionella
1048707 Makrolid
1048707 Fluorokuinolon
1048707 Rifampisin
Mycoplasma pneumoniae
1048707 Doksisiklin
1048707 Makrolid
1048707 Fluorokuinolon
Chlamydia pneumoniae
1048707 Doksisikin
1048707 Makrolid
1048707 Fluorokuinolon
25
26
Tabel 3 Rekomendasi Terapi Empiris (ATS 2001) 8
Kategori Keterangan Kuman Penyebab Obat Pilihan I Obat Pilihan II
Kategori I Usia
penderita
lt 65 tahun
-Penyakit
Penyerta (-)
-Dapat
berobat jalan
-Spneumonia
-Mpneumonia
-Cpneumonia
-Hinfluenzae
-Legionale sp
-Saureus
-Mtuberculosis
-Batang Gram (-)
Klaritromisin
2x250 mg
- -Azitromisin
1x500mg
- Rositromisin
2x150 mg atau
1x300 mg
- Siprofloksasin
2x500mg atau
Ofloksasin 2x400mg
- Levofloksasin
1x500mg atau
Moxifloxacin
1x400mg
- Doksisiklin 2x100mg
Kategori II -Usia
penderita gt
65 tahun
- Peny
Penyerta (+)
-Dapat
berobat jalan
-Spneumonia
Hinfluenzae
Batang gram(-)
Aerob
Saures
Mcatarrhalis
Legionalle sp
-Sepalospporin
generasi 2
-Trimetroprim
+Kotrimoksazol
-Betalaktam
-Makrolid
-Levofloksasin
-Gatifloksasin
-Moxyfloksasin
Kategori
III
-Pneumonia
berat
- Perlu
dirawat di
RStapi tidak
perlu di ICU
-Spneumoniae
-Hinfluenzae
-Polimikroba
termasuk Aerob
-Batang Gram (-)
-Legionalla sp
-Saureus
Mpneumoniae
- Sefalosporin
Generasi 2 atau
3
- Betalaktam +
Penghambat
Betalaktamase
+makrolid
-Piperasilin +
tazobaktam
-Sulferason
Kategori
IV
-Pneumonia
berat
-Perlu dirawat
di ICU
-Spneumonia
-Legionella sp
-Batang Gram (-)
aerob
-Mpneumonia
-Virus
-Hinfluenzae
-Mtuberculosis
-Jamur endemic
- Sefalosporin
generasi 3
(anti
pseudomonas)
+ makrolid
- Sefalosporin
generasi 4
- Sefalosporin
generasi 3 +
kuinolon
-Carbapenem
meropenem
-Vankomicin
-Linesolid
-Teikoplanin
2 Terapi Suportif Umum
1 Terapi O2 untuk mencapai PaO2 80-100 mmHg atau saturasi 95-96 berdasarkan
pemeriksaan analisis gas darah
2 Humidifikasi dengan nebulizer untuk pengenceran dahak yang kental dapat
disertai nebulizer untuk pemberian bronkodilator bila terdapat bronkospasme
3 Fisioterapi dada untuk pengeluaran dahak khususnya anjuran untuk batuk dan
napas dalam Bila perlu dikerjakan fish mouth breathing untuk melancarkan
ekspirasi dan pengeluarn CO2 Posisi tidur setengah duduk untuk melancarkan
pernapasan7
4 Pengaturan cairan Keutuhan kapiler paru sering terganggu pada pneumonia dan
paru lebih sensitif terhadap pembebanan cairan terutama bila terdapat pneumonia
bilateral Pemberian cairan pada pasien harus diatur dengan baik termasuk pada
keadaan gangguan sirkulasi dan gagal ginjal Overhidrasi untuk maksud
mengencerkan dahak tidak diperkenankan 9
5 Pemberian kortikosteroid pada fase sepsis berat perlu diberikan Terapi ini tidak
bermanfaat pada keadaan renjatan septik
6 Obat inotropik seperti dobutamin atau dopamin kadang-kadang diperlukan bila
terdapat komplikasi gangguan sirkulasi atau gagal ginjal prerenal
7 Ventilasi mekanis indikasi intubasi dan pemasangan ventilator pada pneumonia
adalah
27
a Hipoksemia persisten meskipun telah diberikan O2 100 dengan
menggunakaan masker Kosentrasi O2 yang tinggi menyebabkan penurunan
pulmonary compliance hingga tekanan inflasi meninggi Dalam hal ini perlu
dipergunakan PEEP untuk memperbaiki oksigenisasi dan menurunkan FiO2
menjadi 50 atau lebih rendah9
b Gagal napas yang ditandai oleh peningkatan respiratory distress dengan atau
didapat asidosis respiratorik
c Respiratory arrest
d Retensi sputum yang sulit diatasi secara konservatif
8 Drainase empiema bila ada
9 Bila terdapat gagal napas diberikan nutrisi dengan kalori yang cukup yang
didapatkan terutama dari lemak (gt50) hingga dapat dihindari pembentukan
CO2 yang berlebihan9
3 Terapi Sulih (switch therapy)
Masa perawatan di rumah sakit sebaiknya dipersingkat dengan perubahan obat
suntik ke oral dilanjutkan dengan berobat jalan hal ini untuk mengurangi biaya
perawatan dan mencegah infeksi nosokomial Perubahan ini dapat diberikan secara
sequential (obat sama potensi sama) switch over (obat berbeda potensi sama) dan
step down (obat sama atau berbeda potensi lebih rendah) Pasien beralih dari
intravena ke oral terapi ketika hemodinamik sudah stabil dan perbaikan terbukti
secara secara klinis dapat menelan obat-obatan dan memiliki saluran pencernaan
berfungsi normal 10
28
Kriteria untuk Pneumonia terkait stabilitas klinis adalah 9
1 Temp le 378 C Kesadaran baik
2 Denyut jantung le 100 denyut menit
3 Respirasi ratele 24 napas menit
4 Tekanan darah sistolik ge 90 mmHg
5 Saturasi O2 arteri ge 90 atau pO2 ge 60 mmHg pada ruang udara
6 Kemampuan untuk mengambil asupan oral
210 Komplikasi Pneumonia
1 Efusi pleura dan empiema Terjadi pada sekitar 45 kasus terutama pada infeksi
bakterial akut berupa efusi parapneumonik gram negative sebesar 60
Staphylococcus aureus 50 S pneumoniae 40-60 kuman anaerob 35
Sedangkan pada Mycoplasmapneumoniae sebesar 20 Cairannya transudat dan
steril Terkadang pada infeksi bakterial terjadi empiema dengan cairan eksudat
2 Komplikasi sistemik Dapat terjadi akibat invasi kuman atau bakteriemia berupa
meningitis Dapat juga terjadi dehidrasi dan hiponatremia anemia pada infeksi
kronik peningguan ureum dan enzim hati Kadang-kadang terjadi peninggian
fostase alkali dan bilirubin akibat adanya kolestasis intrahepatik
3 Hipoksemia akibat gangguan difusi
4 Abses Paru terbentuk akibat eksudat di alveolus paru sehingga terjadi infeksi
oleh kuman anaerob dan bakteri gram negative
29
5 Pneumonia kronik yang dapat terjadi bila pneumonia berlangsung lebih dari 4-6
minggu akibat kuman anaerob S aureus dan kuman Gram (-) seperti
Pseudomonas aeruginosa
6 Bronkiektasis Biasanya terjadi karena pneunomia pada masa anak-anak tetapi
dapat juga oleh infeksi berulang di lokasi bronkus distal pada cystic fibrosis atau
hipogamaglobulinemia tuberkulosis atau pneumonia nekrotikans 3
211 Prognosis Pneumonia
Angka morbiditas dan mortalitas pneumonia menurun sejak ditemukannya
antibiotik Faktor yang berperan adalah patogenitas kuman usia penyakit dasar dan
kondisi pasien Secara umum angka kematian pneumonia pneumokokus adalah
sebesar 5 namun dapat meningkat menjadi 60 pada orang tua dengan kondisi
yang buruk misalnya gangguan imunologis sirosis hepatis penyakit paru obstruktif
kronik atau kanker Adanya leukopenia ikterus terkenanya 3 atau lebih lobus dan
komplikasi ekstraparu merupakan petanda prognosis yang buruk Kuman gram
negatif menimbulkan prognosis yang lebih jelek 10
Prognosis pada orang tua dan anak kurang baik karena itu perlu perawatan di
RS kecuali bila penyakitnya ringan Orang dewasa (lt60 tahun) dapat berobat jalan
kecuali
1 Bila terdapat penyakit paru kronik
2 PN Meliputi banyak lobus
3 Disertai gambaran klinis yang berkaitan dengan mortalitas yang tinggi yaitu
30
a Usia gt 60 tahun
b Dijumpai adanya gejala pada saat masuk perawatan RS frekuensi napas gt 30
xm tekanan diastolik lt 60 mmHg leukosit abnormal (lt4500-gt30000)
BAB 3
KESIMPULAN
Pneumonia adalah salah satu penyakit akibat infeksi parenkim paru yang
dapat menyerang segala usia Pneumonia paling banyak disebabkan oleh infeksi
bakteri Streptococcus pneumonia dengan gejala yang muncul seperti demam batuk
berdahak sesak napas dan terkadang disertai nyeri dada
Pemeriksaan radiologi dalam hal ini foto thorax konvensional dan CT Scan
menjadi pemeriksaan yang sangat penting pada pneumonia Gambaran khas pada
pneumonia adalah adanya konsolidasi dengan adanya gambaran air bronchogram
Namun tidak semua pneumonia memberikan gambaran khas tersebut Untuk
menentukan etiologi pneumonia tidak dapat hanya semata-mata menggunakan foto
thorax melainkan harus dilihat dari riwayat penyakit dan juga pemeriksaan
laboratorium
Penatalaksanaan medis pada pneumonia adalah pemberian antibiotik yang
sesuai dengan kuman penyebab pneumonia disamping terapi supportif lainnya
Prognosis pneumonia secara umum baik jika mendapat terapi antibiotik yang adekuat
faktor predisposisi pasien dan ada tidaknya komplikasi yang menyertai
31
DAFTAR PUSTAKA
1 Dahlan Z 2006 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Pulmonologi Pusat
Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas kedokteran Universitas
Indonesia Jakarta
2 Price SA Wilson LM 2005 Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit Edisi 6 Volume 2 Penerbit EGC Jakarta
3 Soedarsono 2004 Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru Bagian Ilmu Penyakit Paru
FK UNAIR Surabaya
4 Aru W Bambang Idrus A Marcellus Siti S ed Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Jilid II Edisi 4 Jakarta Pusat Penerbitan Departemen IPD RSCM
2007
5 Perhimpunan Dokter Paru Indonesia Pedoman Diagnosis dan
penatalaksanaan Pneumonia Komuniti2003
6 Perhimpunan Dokter Paru Indonesia Pedoman Diagnosis dan
penatalaksanaan Pneumonia Nosokomial2003
7 Barlett JG Dowell SF Mondell LA File TM Mushor DM Fine MJ Practice
guidelines for management community-acquiredd pneumonia in adults Clin
infect Dis 2000 31 347-82
8 Mandell LA IDSAATS consensus guidelines on the management of
community-acquired pneumonia in adults CID 200744S27
9 Menendez R Treatment failure in community-acquired pneumonia
0071321348
32
10 Niederman MS Recent advances in community-acquired pneumonia inpatient
and outpatient Chest 20071311205
33
- 22 Definisi Pneumonia
- Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius dan alveoli serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat yang disebabkan oleh mikroorganisme (bakterivirusjamurprotozoa)3
- 23 Epidemiologi Pneumonia
- 25 Klasifikasi Pneumonia
- Terutama pada jaringan penyangga yaitu interstitial dinding bronkus dan peribronkil Peradangan dapat ditemumkan pada infeksi virus dan mycoplasma Terjadi edema dinding bronkioli dan juga edema jaringan interstisial prebronkial Radiologis berupa bayangan udara pada alveolus masih terlihat diliputi perselubungan yang tidak merata 5
- 26 Patofisiologi Pneumonia
- 27 Diagnosis Pneumonia
- 28 Diagnosis Banding Pneumonia
- 29 Penatalaksanaan
- 210 Komplikasi Pneumonia
-
22 Definisi Pneumonia
Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru distal dari
bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius dan alveoli serta
menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat yang
disebabkan oleh mikroorganisme (bakterivirusjamurprotozoa)3
Secara kinis pneumonia didefinisikan sebagai suatu peradangan paru yang
disebabkan oleh mikroorganisme (bakteri virus jamur parasit) Pneumonia yang
disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis tidak termasuk Sedangkan peradangan
paru yang disebabkan oleh nonmikroorganisme (bahan kimia radiasi aspirasi bahan
toksik obat-obatan dan lain-lain) disebut pneumonitis4
23 Epidemiologi Pneumonia
Pneumonia merupakan salah satu penyakit infeksi saluran nafas yang
terbanyak di dapatkan dan dapat menyebabkan kematian hampir di seluruh dunia
Angka kematian di Inggris adalah sekitar 5-10 Berdasarkan umur pneumonia
dapat menyerang siapa saja meskipun lebih banyak ditemukan pada anak-anak Di
Amerika Serikat pneumonia mencapai 13 dari penyakit infeksi saluran nafas pada
anak di bawah 2 tahun4
UNICEF memperkirakan bahwa 3 juta anak di dunia meninggal karena
penyakit pneumonia setiap tahun Kasus pneumonia di negara berkembang tidak
hanya lebih sering didapatkan tetapi juga lebih berat dan banyak menimbulkan
kematian pada anak Insiden puncak pada umur 1-5 tahun dan menurun dengan
4
bertambahnya usia anak Mortalitas diakibatkan oleh bakteremia oleh karena
Streptococcus pneumoniae dan Staphylococcus aureus tetapi di negara berkembang
juga berkaitan dengan malnutrisi dan kurangnya akses perawatan Dari data
mortalitas tahun 1990 pneumonia merupakan seperempat penyebab kematian
pada anak dibawah 5 tahun dan 80 terjadi di negara berkembang Pneumonia yang
disebabkan oleh infeksi RSV didapatkan sebanyak 40 Di negara dengan 4
musim banyak terdapat pada musim dingin sampai awal musim semi dinegara tropis
pada musim hujan 4
Di Indonesia berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun
2007 menunjukkan prevalensi nasional ISPA 255 angka kesakitan ( morbiditas )
pneumonia pada bayi 22 balita 3 angka kematian ( mortalitas ) pada bayi
238 dan balita 155 5
24 Etiologi Pneumonia
Pneumonia dapat disebabkan oleh berbagai macam mikroorganisme yaitu
bakteri virus jamur protozoa yang sebagian besar disebabkan oleh bakteri
Penyebab tersering pneumonia adalah bakteri gram positif Streptococcus pneumonia
Kuman penyebab pneumonia biasanya berbeda sesuai dengan distribusi umur pasien
dan keadaan klinis terjadinya infeksi 4
Virus penyebab tersering pneumonia adalah respiratory syncytial virus (RSV)
parainfluenza virus influenza virus dan adenovirus Secara umum bakteri yang
berperan penting dalam pneumonia adalah Streptococcus pneumonia Haemophillus
5
influenza Staphylococcus aureus Streptococcus group B serta kuman atipik
klamidia dan mikoplasma 4
Pada neonatus Streptococcus group B dan Listeriae monocytogenes
merupakan penyebab pneumonia paling banyak Virus adalah penyebab terbanyak
pneumonia pada usia prasekolah dan berkurang dengan bertambahnya usia Selain
itu Streptococcus pneumoniae merupakan penyebab paling utama pada pneumonia
bakterial Mycoplasma pneumoniae dan Chlamydia pneumoniae merupakan
penyebab yang sering didapatkan pada anak diatas 5 tahun Communityy-acquired
acute pneumonia sering disebabkan oleh streptokokkus pneumonia atau
pneumokokkus sedangkan pada Community-acquired atypical pneumonia penyebab
umumnya adalah Mycopalsma pneumonia Staphylokokkus aureus dan batang gram
negatif seperti Enterobacteriaceae dan Pseudomonas adalah isolat yang tersering
ditemukan pada Hospital-acquired pneumonia4
Tabel 1 Mikroorganisme penyebab pneumonia menurut umur dengan terjadinya infeksi 4
Umur Penyebab yang sering Penyebab yang jarang
Lahir-20 hari Bakteria Escherichia colli Group B streptococci Listeria monocytogenes
Bakteria Group D streptococci Haemophillus influenzae Streptococcus pneumoniae Ureaplasma urealyticum
Virus Cytomegalovirus Herpes simplex virus
6
3 minggu ndash 3 bulan
Bakteria Clamydia trachomatis Streptococcus pneumoniae
Virus Respiratory syncytial virus Influenza virus Para influenza virus
12 and 3 Adenovirus
Bakteria Bordetella pertusis Haemophillusinfluenza type B amp
non typeable Moxarella catarrhalis Staphylococcus aureus Ureaplasma urealyticum
Virus Cytomegalovirus
4 bulan ndash5 tahun
Bakteria Streptococcus pneumoniae Clamydia pneumoniae Mycoplasma pneumoniae
Virus Respiratory syncytial virus Influenza virus Parainfluenza virus Rhinovirus Adenovirus Measles
Bakteria Haemophillus influenza type B Moxarella catarrhalis Neisseria meningitis Staphylococcus aureus
Virus Varicella zoster virus
5 tahun ndash dewasa Bakteria Clamydia pneumonia Mycoplasma pneumonia Streptococcus pneumoniae
Bakteria Haemophillus influenza type B Legionella species Staphylococcus aureus
Virus Adenovirus Epstein barr virus Influenza virus Parainfluenza virus Rhinovirus Respiratory syncytial virus Varicella zoster virus
Tabel 2 Mikroorganisme penyebab pneumonia menurut keadaan klinis terjadinya infeksi 4
7
Communityy-acquired acute pneumonia
Streptococcus pneumoniaHaemophilus influenzaeMoraxella catarrhalisStaphylococcus aureusLegionella pneumophilaEnterobacteriaceae (Klebsiella pneumoniae) and Pseudomonas sppCommunity-acquired atypical pneumonia
Mycoplasma pneumoniaChlamydia spp (C pneumoniae C psittaci C trachomatis)Coxiella burnetii (Q fever)Viruses respiratory syncytial virus parainfluenza virus (children) influenza A and B (adults) adenovirus(military recruits) SARS virusHospital-acquired pneumonia
Gram-negative rods Enterobacteriaceae (Klebsiella spp Serratia marcescens Escherichia coli) andPseudomonas sppStaphylococcus aureus (usually penicillin resistant)Pneumonia kronis
NocardiaActinomycesGranulomatous Mycobacterium tuberculosis and atypical mycobacteria Histoplasma capsulatumCoccidioides immitis Blastomyces dermatitidis
25 Klasifikasi Pneumonia
1 Menurut sifatnya yaitu
a Pneumonia primer yaitu radang paru yang terserang pada orang yang tidak
mempunya faktor resiko tertentu Kuman penyebab utama yaitu
Staphylococcus pneumoniae ( pneumokokus) Hemophilus influenzae juga
8
Virus penyebab infeksi pernapasan( Influenza Parainfluenza RSV) Selain itu
juga bakteri pneumonia yang tidak khas( ldquoatypicalrdquo) yaitu mykoplasma
chlamydia dan legionella
b Pneumonia sekunder yaitu terjadi pada orang dengan faktor predisposisi
selain penderita penyakit paru lainnnya seperti COPD terutama juga bagi
mereka yang mempunyai penyakit menahun seperti diabetes mellitus HIV
dan kankerdll 2
2 Berdasarkan Kuman penyebab
a Pneumonia bakterial tipikal Dapat terjadi pada semua usia Beberapa bakteri
mempunyai tendensi menyerang sesorang yang peka misalnya Klebsiella
pada penderita alkoholikStaphyllococcus pada penderita pasca infeksi
influenza
b Pneumonia atipikal disebabkan Mycoplasma Legionella dan Chlamydia
c Pneumonia virus disebabkan oleh virus RSV Influenza virus
d Pneumonia jamur sering merupakan infeksi sekunder Predileksi terutama pada
penderita dengan daya tahan lemah (immunocompromised) 5
3 Berdasarkan klinis dan epidemiologi
a Pneumonia komuniti (Community-acquired pneumonia= CAP) pneumonia
yang terjadi di lingkungan rumah atau masyarakat juga termasuk pneumonia
yang terjadi di rumah sakit dengan masa inap kurang dari 48 jam 5
b Penumonia nosokomial (Hospital-acquired Pneumonia= HAP) merupakan
pneumonia yang terjadi di ldquorumah sakitrdquo infeksi terjadi setelah 48 jam berada
9
di rumah sakit Kuman penyebab sangat beragam yang sering di temukan
yaitu Staphylococcus aureus atau bakteri dengan gramm negatif lainnya
seperti Ecoli Klebsiella pneumoniae Pseudomonas aeroginosa Proteus dll
Tingkat resistensi obat tergolong tinggi untuk bakteri penyebab HAP 6
c Pneumonia aspirasi
4 Berdasarkan lokasi infeksi
a Pneumonia lobaris
Pneumonia focal yang melibatkan satu beberapa lobus paru Bronkus besar
umumnya tetap berisi udara sehingga memberikan gambaran
airbronchogram Konsolidasi yang timbul merupakan hasil dari cairan edema
yang menyebar melalui pori-pori Kohn Penyebab terbanyak pneumonia
lobaris adalah Streptococcus pneumoniae Jarang pada bayi dan orang tua
Pneumonia yang terjadi pada satu lobus atau segmen Kemungkinan sekunder
disebabkan oleh adanya obstruksi bronkus seperti aspirasi benda asing atau
adanya proses keganasan 5
b Bronko pneumonia (Pneumonia lobularis)
Inflamasi paru-paru biasanya dimulai di bronkiolus terminalis Bronkiolus
terminalis menjadi tersumbat dengan eksudat mukopurulen membentuk
bercak-bercak konsolidasi di lobulus yang bersebelahan Ditandai dengan
adanya bercak-bercak infiltrate multifocal pada lapangan paru Dapat
disebabkan oleh bakteri maupun virus Sering pada bayi dan orang tua Jarang
dihubungkan dengan obstruksi bronkus 5
10
c Pneumonia interstisial
Terutama pada jaringan penyangga yaitu interstitial dinding bronkus dan
peribronkil Peradangan dapat ditemumkan pada infeksi virus dan
mycoplasma Terjadi edema dinding bronkioli dan juga edema jaringan
interstisial prebronkial Radiologis berupa bayangan udara pada alveolus
masih terlihat diliputi perselubungan yang tidak merata 5
26 Patofisiologi Pneumonia
Pneumonia yang dipicu oleh bakteri bisa menyerang siapa saja dari bayi
sampai usia lanjut Pecandu alcohol pasien pasca operasi orang-orang dengan
gangguan penyakit pernapasan sedang terinfeksi virus atau menurun kekebalan
tubuhnya adalah yang paling berisiko1
Sebenarnya bakteri pneumonia itu ada dan hidup normal pada tenggorokan
yang sehat Pada saat pertahanan tubuh menurun misalnya karena penyakit usia
lanjut dan malnutrisi bakteri pneumonia akan dengan cepat berkembang biak dan
merusak organ paru-paru1
Kerusakan jaringan paru setelah kolonisasi suatu mikroorganisme paru
banyak disebabkan oleh reaksi imun dan peradangan yang dilakukan oleh pejamu
Selain itu toksin-toksin yang dikeluarkan oleh bakteri pada pneumonia bakterialis
dapat secara langsung merusak sel-sel system pernapasan bawah Ada beberapa cara
mikroorganisme mencapai permukaan 5
1 Inokulasi langsung
11
2 Penyebaran melalui pembuluh darah
3 Inhalasi bahan aerosol
4 Kolonisasi dipermukaan mukosa
Dari keempat cara tersebut diatas yang terbanyak adalah cara kolonisasi
Secara inhalasi terjadi pada infeksi virus mikroorganisme atipikal mikrobakteria
atau jamur Kebanyakan bakteri dengan ukuran 05 ndash 20 nm melalui udara dapat
mencapai bronkus terminal atau alveoli dan selanjutnya terjadi proses infeksi Bila
terjadi kolonisasi pada saluran napas atas (hidung orofaring) kemudian terjadi
aspirasi ke saluran napas bawah dan terjadi inokulasi mikroorganisme hal ini
merupakan permulaan infeksi dari sebagian besar infeksi paru Aspirasi dari sebagian
kecil sekret orofaring terjadi pada orang normal waktu tidur (50) juga pada keadaan
penurunan kesadaran peminum alkohol dan pemakai obat (drug abuse) 5
Basil yang masuk bersama sekret bronkus ke dalam alveoli menyebabkan
reaksi radang berupa edema seluruh alveoli disusul dengan infiltrasi sel-sel PMN dan
diapedesis eritrosit sehingga terjadi permulaan fagositosis sebelum terbentuknya
antibodi 5
Pneumonia bakterialis menimbulkan respon imun dan peradangan yang paling
mencolok Jika terjadi infeksi sebagian jaringan dari lobus paru-paru ataupun
seluruh lobus bahkan sebagian besar dari lima lobus paru-paru (tiga di paru-paru
kanan dan dua di paru-paru kiri) menjadi terisi cairan Dari jaringan paru-paru
infeksi dengan cepat menyebar ke seluruh tubuh melalui peredaran darah Bakteri
pneumokokus adalah kuman yang paling umum sebagai penyebab pneumonia
12
Terdapat empat stadium anatomic dari pneumonia terbagi atas
1 Stadium Kongesti (4 ndash 12 jam pertama)
Disebut hiperemia mengacu pada respon peradangan permulaan yang
berlangsung pada daerah baru yang terinfeksi Hal ini ditandai dengan peningkatan
aliran darah dan permeabilitas kapiler di tempat infeksi Hiperemia ini terjadi akibat
pelepasan mediator-mediator peradangan dari sel-sel mast setelah pengaktifan sel
imun dan cedera jaringan Mediator-mediator tersebut mencakup histamin dan
prostaglandin Degranulasi sel mast juga mengaktifkan jalur komplemen
Komplemen bekerja sama dengan histamin dan prostaglandin untuk melemaskan otot
polos vaskuler paru dan peningkatan permeabilitas kapiler paru Hal ini
mengakibatkan perpindahan eksudat plasma ke dalam ruang interstitium sehingga
terjadi pembengkakan dan edema antar kapiler dan alveolus Penimbunan cairan di
antara kapiler dan alveolus meningkatkan jarak yang harus ditempuh oleh oksigen
dan karbondioksida maka perpindahan gas ini dalam darah paling berpengaruh dan
sering mengakibatkan penurunan saturasi oksigen hemoglobin 2
2 Stadium Hepatisasi Merah (48 jam selanjutnya)
Terjadi sewaktu alveolus terisi oleh sel darah merah eksudat dan fibrin yang
dihasilkan oleh penjamu (host) sebagai bagian dari reaksi peradangan Lobus yang
terkena menjadi padat oleh karena adanya penumpukan leukosit eritrosit dan cairan
sehingga warna paru menjadi merah dan pada perabaan seperti hepar pada stadium
ini udara alveoli tidak ada atau sangat minimal sehingga anak akan bertambah sesak
Stadium ini berlangsung sangat singkat yaitu selama 48 jam 2
13
3 Stadium Hepatisasi Kelabu (Konsolidasi)
Terjadi sewaktu sel-sel darah putih mengkolonisasi daerah paru yang terinfeksi Pada
saat ini endapan fibrin terakumulasi di seluruh daerah yang cedera dan terjadi
fagositosis sisa-sisa sel Pada stadium ini eritrosit di alveoli mulai diresorbsi lobus
masih tetap padat karena berisi fibrin dan leukosit warna merah menjadi pucat kelabu
dan kapiler darah tidak lagi mengalami kongesti2
4 Stadium Akhir (Resolusi)
Eksudat yang mengalami konsolidasi di antara rongga alveoli dicerna secara
enzimatis yang diserap kembali atau dibersihkan dengan batuk Parenkim paru
kembali menjadi penuh dengan cairan dan basah sampai pulih mencapai keadaan
normal2
27 Diagnosis Pneumonia
271 Gambaran Klinis dan Pemeriksaan Fisik
Gejala-gejala pneumonia serupa untuk semua jenis pneumonia Gejalanya
meliputi
Gejala Mayor 1Batuk
2Sputum produktif
3Demam (suhugt38 0c)
Gejala Minor 1 sesak napas
2 nyeri dada
3 konsolidasi paru pada pemeriksaan fisik
4 jumlah leukosit gt12000L
14
Gambaran klinis biasanya didahului oleh infeksi saluran napas akut bagian
atas selama beberapa hari kemudian diikuti dengan demam menggigil suhu tubuh
kadang-kadang melebihi 40ordm C sakit tenggorokan nyeri otot dan sendi Juga disertai
batuk dengan sputum mukoid atau purulen kadang-kadang berdarah5
Pada pemeriksaan fisik dada terlihat bagian yang sakit tertinggal waktu
bernafas pada palpasi fremitus dapat mengeras pada perkusi redup pada auskultasi
terdengar suara napas bronkovesikuler sampai bronchial yang kadang-kadang
melemah Mungkin disertai ronkhi halus yang kemudian menjadi ronkhi basah kasar
pada stadium resolusi 5
272 Pemeriksaan Laboratorium
Pada pemeriksaan laboratorium terdapat peningkatan jumlah leukosit
biasanya gt10000ul kadang-kadang mencapai 30000ul dan pada hitungan jenis
leukosit terdapat pergeseran ke kiri serta terjadi peningkatan LED Untuk menentukan
diagnosis etiologi diperlukan pemeriksaan dahak kultur darah dan serologi Kultur
darah dapat positif pada 20-25 penderita yang tidak diobati Anlalisa gas darah
menunjukkan hipoksemia dan hiperkarbia pada stadium lanjut dapat terjadi asidosis
respiratorik 6
273 Gambaran Radiologis
Gambaran Radiologis pada foto thorax pada penyakit pneumonia antara lain
Perselubungankonsolidasi homogen atau inhomogen sesuai dengan lobus atau
segment paru secara anantomis
15
Batasnya tegas walaupun pada mulanya kurang jelas
Volume paru tidak berubah tidak seperti atelektasis dimana paru mengecil Tidak
tampak deviasi tracheaseptumfissure seperti pada atelektasis
Silhouette sign (+) bermanfaat untuk menentukan letak lesi paru batas lesi
dengan jantung hilang berarti lesi tersebut berdampingan dengan jantung atau di
lobus medius kanan
Seringkali terjadi komplikasi efusi pleura
Bila terjadinya pada lobus inferior maka sinus phrenicocostalis yang paling akhir
terkena
Pada permulaan sering masih terlihat vaskuler
Pada masa resolusi sering tampak Air Bronchogram Sign (terperangkapnya udara
pada bronkus karena tidanya pertukaran udara pada alveolus)
Foto thoraks saja tidak dapat secara khas menentukan penyebab pneumonia
hanya merupakan petunjuk ke arah diagnosis etiologi misalnya penyebab
pneumonia lobaris tersering disebabkan oleh Streptococcus pneumoniae
Pseudomonas aeruginosa sering memperlihatkan infiltrat bilateral atau gambaran
bronkopneumonia sedangkan Klebsiela pneumonia sering menunjukan konsolidasi
yang terjadi pada lobus atas kanan meskipun dapat mengenai beberapa lobus6
1Pneumonia Lobaris
Foto Thorax
16
Tampak gambaran gabungan konsolidasi berdensitas tinggi pada satu
segmenlobus (lobus kanan bawah PA maupun lateral)) atau bercak yang
mengikutsertakan alveoli yang tersebar Air bronchogram biasanya ditemukan
pada pneumonia jenis ini
CT Scan
17
Hasil CT dada ini menampilkan gambaran hiperdens di lobus atas kiri sampai ke
perifer
2 Bronchopneumonia (Pneumonia Lobularis)
Foto Thorax
Pada gambar diatas tampak konsolidasi tidak homogen di lobus atas kiri dan lobus
bawah kiri
CT Scan
18
Tampak gambaran opakhiperdens pada lobus tengah kanan namun tidak menjalar
sampai perifer
3 Pneumonia Interstisial
Foto Thorax
19
Terjadi edema dinding bronkioli dan juga edema jaringan interstitial
prebronkial Radiologis berupa bayangan udara pada alveolus masih terlihat
diliputi oleh perselubungan yang tidak merata
CT Scan
Gambaran CT Scan pneumonia interstitiak pada seorang pria berusia 19
tahun (A) Menunjukan area konsolidasi di percabangan peribronkovaskuler
yang irreguler (B) CT Scan pada hasil follow up selama 2 tahun menunjukan
area konsolidasi yang irreguler tersebut berkembang menjadi bronkiektasis
atau bronkiolektasis (tanda panah)
274 Pemeriksaan Bakteriologis
Bahan berasal dari sputum darah aspirasi nasotrakealtranstrakeal
torakosintesis bronkoskopi atau biopsi Kuman yang predominan pada sputum
disertai PMN yang kemungkinan penyebab infeksi 5
Pengambilan dahak dilakukan pagi hari Pasien mula-mula kumur-kumur
dengan akuades biasa setelah itu pasien diminta inspirasi dalam kemudian
membatukkan dahaknya Dahak ditampung dalam botol steril dan ditutup rapat
20
Dahak segera dikirim ke labolatorium (tidak boleh lebih dari 4 jam) Jika terjadi
kesulitan mengeluarkan dahak dapat dibantu nebulisasi dengan NaCl 3 Kriteria
dahak yang memenuhi syarat untuk pemeriksaan apusan langsung dan biarkan yaitu
bila ditemukan sel PMN gt 25lpk dan sel epitel lt 10lpk 5
28 Diagnosis Banding Pneumonia
ATuberculosis Paru (TB)
Tuberculosis Paru (TB) adalah suatu penyakit infeksi menular yang
disebabkan oleh M tuberculosis Jalan masuk untuk organism M tuberculosis adalah
saluran pernafasan saluran pencernaan Gejala klinis TB antara lain batuk lama yang
produktif (durasi lebih dari 3 minggu) nyeri dada dan hemoptisis dan gejala sistemik
meliputi demam menggigil keringat malam lemas hilang nafsu makan dan
penurunan berat badan3
Tampak gambaran cavitas pada paru lobus atas kanan pada foto thorax proyeksi PA
21
BAtelektasis
Atelektasis adalah istilah yang berarti pengembangan paru yang tidak
sempurna dan menyiratkan arti bahwa alveolus pada bagian paru yang terserang tidak
mengandung udara dan kolaps Memberikan gambaran yang mirip dengan pneumonia
tanpa air bronchogram Namun terdapat penarikan jantung trakea dan mediastinum
ke arah yang sakit karena adanya pengurangan volume interkostal space menjadi
lebih sempit dan pengecilan dari seluruh atau sebagian paru-paru yang sakit
Sehingga akan tampak thorax asimetris 3
Atelektasis pada foto thorax proyeksi PA
22
C Efusi Pleura
Memberi gambaran yang mirip dengan pneumonia tanpa air bronchogram
Terdapat penambahan volume sehingga terjadi pendorongan jantung trakea dan
mediastinum kearah yang sehat Rongga thorax membesar Pada edusi pleura
sebagian akan tampak meniscus sign (+) tanda khas pada efusi pleura 3
Efusi pleura pada foto thorax posisi PA
29 Penatalaksanaan
Pengobatan terdiri atas antibiotik dan pengobatan suportif Pemberian
antibiotik pada penderita pneumonia sebaiknya berdasarkan data mikroorganisme dan
hasil uji kepekaannya akan tetapi karena beberapa alasan yaitu 7
1 penyakit yang berat dapat mengancam jiwa
2 bakteri patogen yang berhasil diisolasi belum tentu sebagai penyebab pneumonia
3 hasil pembiakan bakteri memerlukan waktu
23
Maka pada penderita pneumonia dapat diberikan terapi secara empiris Secara
umum pemilihan antibiotic berdasarkan baktri penyebab pneumonia dapat dilihat
sebagai berikut 751
1 Pemberian Antibiotik
Penisilin sensitif Streptococcus pneumonia (PSSP)
1048707 Golongan Penisilin
1048707 TMP-SMZ
1048707 Makrolid
Penisilin resisten Streptococcus pneumoniae (PRSP)
1048707 Betalaktam oral dosis tinggi (untuk rawat jalan)
1048707 Sefotaksim Seftriakson dosis tinggi
1048707 Marolid baru dosis tinggi
1048707 Fluorokuinolon respirasi
Pseudomonas aeruginosa
1048707 Aminoglikosid
1048707 Seftazidim Sefoperason Sefepim
1048707 Tikarsilin Piperasilin
1048707 Karbapenem Meropenem Imipenem
1048707 Siprofloksasin Levofloksasin
Methicillin resistent Staphylococcus aureus (MRSA)
1048707 Vankomisin
1048707 Teikoplanin
1048707 Linezolid
Hemophilus influenzae
1048707 TMP-SMZ
1048707 Azitromisin
1048707 Sefalosporin gen 2 atau 3
24
1048707 Fluorokuinolon respirasi
Legionella
1048707 Makrolid
1048707 Fluorokuinolon
1048707 Rifampisin
Mycoplasma pneumoniae
1048707 Doksisiklin
1048707 Makrolid
1048707 Fluorokuinolon
Chlamydia pneumoniae
1048707 Doksisikin
1048707 Makrolid
1048707 Fluorokuinolon
25
26
Tabel 3 Rekomendasi Terapi Empiris (ATS 2001) 8
Kategori Keterangan Kuman Penyebab Obat Pilihan I Obat Pilihan II
Kategori I Usia
penderita
lt 65 tahun
-Penyakit
Penyerta (-)
-Dapat
berobat jalan
-Spneumonia
-Mpneumonia
-Cpneumonia
-Hinfluenzae
-Legionale sp
-Saureus
-Mtuberculosis
-Batang Gram (-)
Klaritromisin
2x250 mg
- -Azitromisin
1x500mg
- Rositromisin
2x150 mg atau
1x300 mg
- Siprofloksasin
2x500mg atau
Ofloksasin 2x400mg
- Levofloksasin
1x500mg atau
Moxifloxacin
1x400mg
- Doksisiklin 2x100mg
Kategori II -Usia
penderita gt
65 tahun
- Peny
Penyerta (+)
-Dapat
berobat jalan
-Spneumonia
Hinfluenzae
Batang gram(-)
Aerob
Saures
Mcatarrhalis
Legionalle sp
-Sepalospporin
generasi 2
-Trimetroprim
+Kotrimoksazol
-Betalaktam
-Makrolid
-Levofloksasin
-Gatifloksasin
-Moxyfloksasin
Kategori
III
-Pneumonia
berat
- Perlu
dirawat di
RStapi tidak
perlu di ICU
-Spneumoniae
-Hinfluenzae
-Polimikroba
termasuk Aerob
-Batang Gram (-)
-Legionalla sp
-Saureus
Mpneumoniae
- Sefalosporin
Generasi 2 atau
3
- Betalaktam +
Penghambat
Betalaktamase
+makrolid
-Piperasilin +
tazobaktam
-Sulferason
Kategori
IV
-Pneumonia
berat
-Perlu dirawat
di ICU
-Spneumonia
-Legionella sp
-Batang Gram (-)
aerob
-Mpneumonia
-Virus
-Hinfluenzae
-Mtuberculosis
-Jamur endemic
- Sefalosporin
generasi 3
(anti
pseudomonas)
+ makrolid
- Sefalosporin
generasi 4
- Sefalosporin
generasi 3 +
kuinolon
-Carbapenem
meropenem
-Vankomicin
-Linesolid
-Teikoplanin
2 Terapi Suportif Umum
1 Terapi O2 untuk mencapai PaO2 80-100 mmHg atau saturasi 95-96 berdasarkan
pemeriksaan analisis gas darah
2 Humidifikasi dengan nebulizer untuk pengenceran dahak yang kental dapat
disertai nebulizer untuk pemberian bronkodilator bila terdapat bronkospasme
3 Fisioterapi dada untuk pengeluaran dahak khususnya anjuran untuk batuk dan
napas dalam Bila perlu dikerjakan fish mouth breathing untuk melancarkan
ekspirasi dan pengeluarn CO2 Posisi tidur setengah duduk untuk melancarkan
pernapasan7
4 Pengaturan cairan Keutuhan kapiler paru sering terganggu pada pneumonia dan
paru lebih sensitif terhadap pembebanan cairan terutama bila terdapat pneumonia
bilateral Pemberian cairan pada pasien harus diatur dengan baik termasuk pada
keadaan gangguan sirkulasi dan gagal ginjal Overhidrasi untuk maksud
mengencerkan dahak tidak diperkenankan 9
5 Pemberian kortikosteroid pada fase sepsis berat perlu diberikan Terapi ini tidak
bermanfaat pada keadaan renjatan septik
6 Obat inotropik seperti dobutamin atau dopamin kadang-kadang diperlukan bila
terdapat komplikasi gangguan sirkulasi atau gagal ginjal prerenal
7 Ventilasi mekanis indikasi intubasi dan pemasangan ventilator pada pneumonia
adalah
27
a Hipoksemia persisten meskipun telah diberikan O2 100 dengan
menggunakaan masker Kosentrasi O2 yang tinggi menyebabkan penurunan
pulmonary compliance hingga tekanan inflasi meninggi Dalam hal ini perlu
dipergunakan PEEP untuk memperbaiki oksigenisasi dan menurunkan FiO2
menjadi 50 atau lebih rendah9
b Gagal napas yang ditandai oleh peningkatan respiratory distress dengan atau
didapat asidosis respiratorik
c Respiratory arrest
d Retensi sputum yang sulit diatasi secara konservatif
8 Drainase empiema bila ada
9 Bila terdapat gagal napas diberikan nutrisi dengan kalori yang cukup yang
didapatkan terutama dari lemak (gt50) hingga dapat dihindari pembentukan
CO2 yang berlebihan9
3 Terapi Sulih (switch therapy)
Masa perawatan di rumah sakit sebaiknya dipersingkat dengan perubahan obat
suntik ke oral dilanjutkan dengan berobat jalan hal ini untuk mengurangi biaya
perawatan dan mencegah infeksi nosokomial Perubahan ini dapat diberikan secara
sequential (obat sama potensi sama) switch over (obat berbeda potensi sama) dan
step down (obat sama atau berbeda potensi lebih rendah) Pasien beralih dari
intravena ke oral terapi ketika hemodinamik sudah stabil dan perbaikan terbukti
secara secara klinis dapat menelan obat-obatan dan memiliki saluran pencernaan
berfungsi normal 10
28
Kriteria untuk Pneumonia terkait stabilitas klinis adalah 9
1 Temp le 378 C Kesadaran baik
2 Denyut jantung le 100 denyut menit
3 Respirasi ratele 24 napas menit
4 Tekanan darah sistolik ge 90 mmHg
5 Saturasi O2 arteri ge 90 atau pO2 ge 60 mmHg pada ruang udara
6 Kemampuan untuk mengambil asupan oral
210 Komplikasi Pneumonia
1 Efusi pleura dan empiema Terjadi pada sekitar 45 kasus terutama pada infeksi
bakterial akut berupa efusi parapneumonik gram negative sebesar 60
Staphylococcus aureus 50 S pneumoniae 40-60 kuman anaerob 35
Sedangkan pada Mycoplasmapneumoniae sebesar 20 Cairannya transudat dan
steril Terkadang pada infeksi bakterial terjadi empiema dengan cairan eksudat
2 Komplikasi sistemik Dapat terjadi akibat invasi kuman atau bakteriemia berupa
meningitis Dapat juga terjadi dehidrasi dan hiponatremia anemia pada infeksi
kronik peningguan ureum dan enzim hati Kadang-kadang terjadi peninggian
fostase alkali dan bilirubin akibat adanya kolestasis intrahepatik
3 Hipoksemia akibat gangguan difusi
4 Abses Paru terbentuk akibat eksudat di alveolus paru sehingga terjadi infeksi
oleh kuman anaerob dan bakteri gram negative
29
5 Pneumonia kronik yang dapat terjadi bila pneumonia berlangsung lebih dari 4-6
minggu akibat kuman anaerob S aureus dan kuman Gram (-) seperti
Pseudomonas aeruginosa
6 Bronkiektasis Biasanya terjadi karena pneunomia pada masa anak-anak tetapi
dapat juga oleh infeksi berulang di lokasi bronkus distal pada cystic fibrosis atau
hipogamaglobulinemia tuberkulosis atau pneumonia nekrotikans 3
211 Prognosis Pneumonia
Angka morbiditas dan mortalitas pneumonia menurun sejak ditemukannya
antibiotik Faktor yang berperan adalah patogenitas kuman usia penyakit dasar dan
kondisi pasien Secara umum angka kematian pneumonia pneumokokus adalah
sebesar 5 namun dapat meningkat menjadi 60 pada orang tua dengan kondisi
yang buruk misalnya gangguan imunologis sirosis hepatis penyakit paru obstruktif
kronik atau kanker Adanya leukopenia ikterus terkenanya 3 atau lebih lobus dan
komplikasi ekstraparu merupakan petanda prognosis yang buruk Kuman gram
negatif menimbulkan prognosis yang lebih jelek 10
Prognosis pada orang tua dan anak kurang baik karena itu perlu perawatan di
RS kecuali bila penyakitnya ringan Orang dewasa (lt60 tahun) dapat berobat jalan
kecuali
1 Bila terdapat penyakit paru kronik
2 PN Meliputi banyak lobus
3 Disertai gambaran klinis yang berkaitan dengan mortalitas yang tinggi yaitu
30
a Usia gt 60 tahun
b Dijumpai adanya gejala pada saat masuk perawatan RS frekuensi napas gt 30
xm tekanan diastolik lt 60 mmHg leukosit abnormal (lt4500-gt30000)
BAB 3
KESIMPULAN
Pneumonia adalah salah satu penyakit akibat infeksi parenkim paru yang
dapat menyerang segala usia Pneumonia paling banyak disebabkan oleh infeksi
bakteri Streptococcus pneumonia dengan gejala yang muncul seperti demam batuk
berdahak sesak napas dan terkadang disertai nyeri dada
Pemeriksaan radiologi dalam hal ini foto thorax konvensional dan CT Scan
menjadi pemeriksaan yang sangat penting pada pneumonia Gambaran khas pada
pneumonia adalah adanya konsolidasi dengan adanya gambaran air bronchogram
Namun tidak semua pneumonia memberikan gambaran khas tersebut Untuk
menentukan etiologi pneumonia tidak dapat hanya semata-mata menggunakan foto
thorax melainkan harus dilihat dari riwayat penyakit dan juga pemeriksaan
laboratorium
Penatalaksanaan medis pada pneumonia adalah pemberian antibiotik yang
sesuai dengan kuman penyebab pneumonia disamping terapi supportif lainnya
Prognosis pneumonia secara umum baik jika mendapat terapi antibiotik yang adekuat
faktor predisposisi pasien dan ada tidaknya komplikasi yang menyertai
31
DAFTAR PUSTAKA
1 Dahlan Z 2006 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Pulmonologi Pusat
Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas kedokteran Universitas
Indonesia Jakarta
2 Price SA Wilson LM 2005 Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit Edisi 6 Volume 2 Penerbit EGC Jakarta
3 Soedarsono 2004 Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru Bagian Ilmu Penyakit Paru
FK UNAIR Surabaya
4 Aru W Bambang Idrus A Marcellus Siti S ed Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Jilid II Edisi 4 Jakarta Pusat Penerbitan Departemen IPD RSCM
2007
5 Perhimpunan Dokter Paru Indonesia Pedoman Diagnosis dan
penatalaksanaan Pneumonia Komuniti2003
6 Perhimpunan Dokter Paru Indonesia Pedoman Diagnosis dan
penatalaksanaan Pneumonia Nosokomial2003
7 Barlett JG Dowell SF Mondell LA File TM Mushor DM Fine MJ Practice
guidelines for management community-acquiredd pneumonia in adults Clin
infect Dis 2000 31 347-82
8 Mandell LA IDSAATS consensus guidelines on the management of
community-acquired pneumonia in adults CID 200744S27
9 Menendez R Treatment failure in community-acquired pneumonia
0071321348
32
10 Niederman MS Recent advances in community-acquired pneumonia inpatient
and outpatient Chest 20071311205
33
- 22 Definisi Pneumonia
- Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius dan alveoli serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat yang disebabkan oleh mikroorganisme (bakterivirusjamurprotozoa)3
- 23 Epidemiologi Pneumonia
- 25 Klasifikasi Pneumonia
- Terutama pada jaringan penyangga yaitu interstitial dinding bronkus dan peribronkil Peradangan dapat ditemumkan pada infeksi virus dan mycoplasma Terjadi edema dinding bronkioli dan juga edema jaringan interstisial prebronkial Radiologis berupa bayangan udara pada alveolus masih terlihat diliputi perselubungan yang tidak merata 5
- 26 Patofisiologi Pneumonia
- 27 Diagnosis Pneumonia
- 28 Diagnosis Banding Pneumonia
- 29 Penatalaksanaan
- 210 Komplikasi Pneumonia
-
bertambahnya usia anak Mortalitas diakibatkan oleh bakteremia oleh karena
Streptococcus pneumoniae dan Staphylococcus aureus tetapi di negara berkembang
juga berkaitan dengan malnutrisi dan kurangnya akses perawatan Dari data
mortalitas tahun 1990 pneumonia merupakan seperempat penyebab kematian
pada anak dibawah 5 tahun dan 80 terjadi di negara berkembang Pneumonia yang
disebabkan oleh infeksi RSV didapatkan sebanyak 40 Di negara dengan 4
musim banyak terdapat pada musim dingin sampai awal musim semi dinegara tropis
pada musim hujan 4
Di Indonesia berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun
2007 menunjukkan prevalensi nasional ISPA 255 angka kesakitan ( morbiditas )
pneumonia pada bayi 22 balita 3 angka kematian ( mortalitas ) pada bayi
238 dan balita 155 5
24 Etiologi Pneumonia
Pneumonia dapat disebabkan oleh berbagai macam mikroorganisme yaitu
bakteri virus jamur protozoa yang sebagian besar disebabkan oleh bakteri
Penyebab tersering pneumonia adalah bakteri gram positif Streptococcus pneumonia
Kuman penyebab pneumonia biasanya berbeda sesuai dengan distribusi umur pasien
dan keadaan klinis terjadinya infeksi 4
Virus penyebab tersering pneumonia adalah respiratory syncytial virus (RSV)
parainfluenza virus influenza virus dan adenovirus Secara umum bakteri yang
berperan penting dalam pneumonia adalah Streptococcus pneumonia Haemophillus
5
influenza Staphylococcus aureus Streptococcus group B serta kuman atipik
klamidia dan mikoplasma 4
Pada neonatus Streptococcus group B dan Listeriae monocytogenes
merupakan penyebab pneumonia paling banyak Virus adalah penyebab terbanyak
pneumonia pada usia prasekolah dan berkurang dengan bertambahnya usia Selain
itu Streptococcus pneumoniae merupakan penyebab paling utama pada pneumonia
bakterial Mycoplasma pneumoniae dan Chlamydia pneumoniae merupakan
penyebab yang sering didapatkan pada anak diatas 5 tahun Communityy-acquired
acute pneumonia sering disebabkan oleh streptokokkus pneumonia atau
pneumokokkus sedangkan pada Community-acquired atypical pneumonia penyebab
umumnya adalah Mycopalsma pneumonia Staphylokokkus aureus dan batang gram
negatif seperti Enterobacteriaceae dan Pseudomonas adalah isolat yang tersering
ditemukan pada Hospital-acquired pneumonia4
Tabel 1 Mikroorganisme penyebab pneumonia menurut umur dengan terjadinya infeksi 4
Umur Penyebab yang sering Penyebab yang jarang
Lahir-20 hari Bakteria Escherichia colli Group B streptococci Listeria monocytogenes
Bakteria Group D streptococci Haemophillus influenzae Streptococcus pneumoniae Ureaplasma urealyticum
Virus Cytomegalovirus Herpes simplex virus
6
3 minggu ndash 3 bulan
Bakteria Clamydia trachomatis Streptococcus pneumoniae
Virus Respiratory syncytial virus Influenza virus Para influenza virus
12 and 3 Adenovirus
Bakteria Bordetella pertusis Haemophillusinfluenza type B amp
non typeable Moxarella catarrhalis Staphylococcus aureus Ureaplasma urealyticum
Virus Cytomegalovirus
4 bulan ndash5 tahun
Bakteria Streptococcus pneumoniae Clamydia pneumoniae Mycoplasma pneumoniae
Virus Respiratory syncytial virus Influenza virus Parainfluenza virus Rhinovirus Adenovirus Measles
Bakteria Haemophillus influenza type B Moxarella catarrhalis Neisseria meningitis Staphylococcus aureus
Virus Varicella zoster virus
5 tahun ndash dewasa Bakteria Clamydia pneumonia Mycoplasma pneumonia Streptococcus pneumoniae
Bakteria Haemophillus influenza type B Legionella species Staphylococcus aureus
Virus Adenovirus Epstein barr virus Influenza virus Parainfluenza virus Rhinovirus Respiratory syncytial virus Varicella zoster virus
Tabel 2 Mikroorganisme penyebab pneumonia menurut keadaan klinis terjadinya infeksi 4
7
Communityy-acquired acute pneumonia
Streptococcus pneumoniaHaemophilus influenzaeMoraxella catarrhalisStaphylococcus aureusLegionella pneumophilaEnterobacteriaceae (Klebsiella pneumoniae) and Pseudomonas sppCommunity-acquired atypical pneumonia
Mycoplasma pneumoniaChlamydia spp (C pneumoniae C psittaci C trachomatis)Coxiella burnetii (Q fever)Viruses respiratory syncytial virus parainfluenza virus (children) influenza A and B (adults) adenovirus(military recruits) SARS virusHospital-acquired pneumonia
Gram-negative rods Enterobacteriaceae (Klebsiella spp Serratia marcescens Escherichia coli) andPseudomonas sppStaphylococcus aureus (usually penicillin resistant)Pneumonia kronis
NocardiaActinomycesGranulomatous Mycobacterium tuberculosis and atypical mycobacteria Histoplasma capsulatumCoccidioides immitis Blastomyces dermatitidis
25 Klasifikasi Pneumonia
1 Menurut sifatnya yaitu
a Pneumonia primer yaitu radang paru yang terserang pada orang yang tidak
mempunya faktor resiko tertentu Kuman penyebab utama yaitu
Staphylococcus pneumoniae ( pneumokokus) Hemophilus influenzae juga
8
Virus penyebab infeksi pernapasan( Influenza Parainfluenza RSV) Selain itu
juga bakteri pneumonia yang tidak khas( ldquoatypicalrdquo) yaitu mykoplasma
chlamydia dan legionella
b Pneumonia sekunder yaitu terjadi pada orang dengan faktor predisposisi
selain penderita penyakit paru lainnnya seperti COPD terutama juga bagi
mereka yang mempunyai penyakit menahun seperti diabetes mellitus HIV
dan kankerdll 2
2 Berdasarkan Kuman penyebab
a Pneumonia bakterial tipikal Dapat terjadi pada semua usia Beberapa bakteri
mempunyai tendensi menyerang sesorang yang peka misalnya Klebsiella
pada penderita alkoholikStaphyllococcus pada penderita pasca infeksi
influenza
b Pneumonia atipikal disebabkan Mycoplasma Legionella dan Chlamydia
c Pneumonia virus disebabkan oleh virus RSV Influenza virus
d Pneumonia jamur sering merupakan infeksi sekunder Predileksi terutama pada
penderita dengan daya tahan lemah (immunocompromised) 5
3 Berdasarkan klinis dan epidemiologi
a Pneumonia komuniti (Community-acquired pneumonia= CAP) pneumonia
yang terjadi di lingkungan rumah atau masyarakat juga termasuk pneumonia
yang terjadi di rumah sakit dengan masa inap kurang dari 48 jam 5
b Penumonia nosokomial (Hospital-acquired Pneumonia= HAP) merupakan
pneumonia yang terjadi di ldquorumah sakitrdquo infeksi terjadi setelah 48 jam berada
9
di rumah sakit Kuman penyebab sangat beragam yang sering di temukan
yaitu Staphylococcus aureus atau bakteri dengan gramm negatif lainnya
seperti Ecoli Klebsiella pneumoniae Pseudomonas aeroginosa Proteus dll
Tingkat resistensi obat tergolong tinggi untuk bakteri penyebab HAP 6
c Pneumonia aspirasi
4 Berdasarkan lokasi infeksi
a Pneumonia lobaris
Pneumonia focal yang melibatkan satu beberapa lobus paru Bronkus besar
umumnya tetap berisi udara sehingga memberikan gambaran
airbronchogram Konsolidasi yang timbul merupakan hasil dari cairan edema
yang menyebar melalui pori-pori Kohn Penyebab terbanyak pneumonia
lobaris adalah Streptococcus pneumoniae Jarang pada bayi dan orang tua
Pneumonia yang terjadi pada satu lobus atau segmen Kemungkinan sekunder
disebabkan oleh adanya obstruksi bronkus seperti aspirasi benda asing atau
adanya proses keganasan 5
b Bronko pneumonia (Pneumonia lobularis)
Inflamasi paru-paru biasanya dimulai di bronkiolus terminalis Bronkiolus
terminalis menjadi tersumbat dengan eksudat mukopurulen membentuk
bercak-bercak konsolidasi di lobulus yang bersebelahan Ditandai dengan
adanya bercak-bercak infiltrate multifocal pada lapangan paru Dapat
disebabkan oleh bakteri maupun virus Sering pada bayi dan orang tua Jarang
dihubungkan dengan obstruksi bronkus 5
10
c Pneumonia interstisial
Terutama pada jaringan penyangga yaitu interstitial dinding bronkus dan
peribronkil Peradangan dapat ditemumkan pada infeksi virus dan
mycoplasma Terjadi edema dinding bronkioli dan juga edema jaringan
interstisial prebronkial Radiologis berupa bayangan udara pada alveolus
masih terlihat diliputi perselubungan yang tidak merata 5
26 Patofisiologi Pneumonia
Pneumonia yang dipicu oleh bakteri bisa menyerang siapa saja dari bayi
sampai usia lanjut Pecandu alcohol pasien pasca operasi orang-orang dengan
gangguan penyakit pernapasan sedang terinfeksi virus atau menurun kekebalan
tubuhnya adalah yang paling berisiko1
Sebenarnya bakteri pneumonia itu ada dan hidup normal pada tenggorokan
yang sehat Pada saat pertahanan tubuh menurun misalnya karena penyakit usia
lanjut dan malnutrisi bakteri pneumonia akan dengan cepat berkembang biak dan
merusak organ paru-paru1
Kerusakan jaringan paru setelah kolonisasi suatu mikroorganisme paru
banyak disebabkan oleh reaksi imun dan peradangan yang dilakukan oleh pejamu
Selain itu toksin-toksin yang dikeluarkan oleh bakteri pada pneumonia bakterialis
dapat secara langsung merusak sel-sel system pernapasan bawah Ada beberapa cara
mikroorganisme mencapai permukaan 5
1 Inokulasi langsung
11
2 Penyebaran melalui pembuluh darah
3 Inhalasi bahan aerosol
4 Kolonisasi dipermukaan mukosa
Dari keempat cara tersebut diatas yang terbanyak adalah cara kolonisasi
Secara inhalasi terjadi pada infeksi virus mikroorganisme atipikal mikrobakteria
atau jamur Kebanyakan bakteri dengan ukuran 05 ndash 20 nm melalui udara dapat
mencapai bronkus terminal atau alveoli dan selanjutnya terjadi proses infeksi Bila
terjadi kolonisasi pada saluran napas atas (hidung orofaring) kemudian terjadi
aspirasi ke saluran napas bawah dan terjadi inokulasi mikroorganisme hal ini
merupakan permulaan infeksi dari sebagian besar infeksi paru Aspirasi dari sebagian
kecil sekret orofaring terjadi pada orang normal waktu tidur (50) juga pada keadaan
penurunan kesadaran peminum alkohol dan pemakai obat (drug abuse) 5
Basil yang masuk bersama sekret bronkus ke dalam alveoli menyebabkan
reaksi radang berupa edema seluruh alveoli disusul dengan infiltrasi sel-sel PMN dan
diapedesis eritrosit sehingga terjadi permulaan fagositosis sebelum terbentuknya
antibodi 5
Pneumonia bakterialis menimbulkan respon imun dan peradangan yang paling
mencolok Jika terjadi infeksi sebagian jaringan dari lobus paru-paru ataupun
seluruh lobus bahkan sebagian besar dari lima lobus paru-paru (tiga di paru-paru
kanan dan dua di paru-paru kiri) menjadi terisi cairan Dari jaringan paru-paru
infeksi dengan cepat menyebar ke seluruh tubuh melalui peredaran darah Bakteri
pneumokokus adalah kuman yang paling umum sebagai penyebab pneumonia
12
Terdapat empat stadium anatomic dari pneumonia terbagi atas
1 Stadium Kongesti (4 ndash 12 jam pertama)
Disebut hiperemia mengacu pada respon peradangan permulaan yang
berlangsung pada daerah baru yang terinfeksi Hal ini ditandai dengan peningkatan
aliran darah dan permeabilitas kapiler di tempat infeksi Hiperemia ini terjadi akibat
pelepasan mediator-mediator peradangan dari sel-sel mast setelah pengaktifan sel
imun dan cedera jaringan Mediator-mediator tersebut mencakup histamin dan
prostaglandin Degranulasi sel mast juga mengaktifkan jalur komplemen
Komplemen bekerja sama dengan histamin dan prostaglandin untuk melemaskan otot
polos vaskuler paru dan peningkatan permeabilitas kapiler paru Hal ini
mengakibatkan perpindahan eksudat plasma ke dalam ruang interstitium sehingga
terjadi pembengkakan dan edema antar kapiler dan alveolus Penimbunan cairan di
antara kapiler dan alveolus meningkatkan jarak yang harus ditempuh oleh oksigen
dan karbondioksida maka perpindahan gas ini dalam darah paling berpengaruh dan
sering mengakibatkan penurunan saturasi oksigen hemoglobin 2
2 Stadium Hepatisasi Merah (48 jam selanjutnya)
Terjadi sewaktu alveolus terisi oleh sel darah merah eksudat dan fibrin yang
dihasilkan oleh penjamu (host) sebagai bagian dari reaksi peradangan Lobus yang
terkena menjadi padat oleh karena adanya penumpukan leukosit eritrosit dan cairan
sehingga warna paru menjadi merah dan pada perabaan seperti hepar pada stadium
ini udara alveoli tidak ada atau sangat minimal sehingga anak akan bertambah sesak
Stadium ini berlangsung sangat singkat yaitu selama 48 jam 2
13
3 Stadium Hepatisasi Kelabu (Konsolidasi)
Terjadi sewaktu sel-sel darah putih mengkolonisasi daerah paru yang terinfeksi Pada
saat ini endapan fibrin terakumulasi di seluruh daerah yang cedera dan terjadi
fagositosis sisa-sisa sel Pada stadium ini eritrosit di alveoli mulai diresorbsi lobus
masih tetap padat karena berisi fibrin dan leukosit warna merah menjadi pucat kelabu
dan kapiler darah tidak lagi mengalami kongesti2
4 Stadium Akhir (Resolusi)
Eksudat yang mengalami konsolidasi di antara rongga alveoli dicerna secara
enzimatis yang diserap kembali atau dibersihkan dengan batuk Parenkim paru
kembali menjadi penuh dengan cairan dan basah sampai pulih mencapai keadaan
normal2
27 Diagnosis Pneumonia
271 Gambaran Klinis dan Pemeriksaan Fisik
Gejala-gejala pneumonia serupa untuk semua jenis pneumonia Gejalanya
meliputi
Gejala Mayor 1Batuk
2Sputum produktif
3Demam (suhugt38 0c)
Gejala Minor 1 sesak napas
2 nyeri dada
3 konsolidasi paru pada pemeriksaan fisik
4 jumlah leukosit gt12000L
14
Gambaran klinis biasanya didahului oleh infeksi saluran napas akut bagian
atas selama beberapa hari kemudian diikuti dengan demam menggigil suhu tubuh
kadang-kadang melebihi 40ordm C sakit tenggorokan nyeri otot dan sendi Juga disertai
batuk dengan sputum mukoid atau purulen kadang-kadang berdarah5
Pada pemeriksaan fisik dada terlihat bagian yang sakit tertinggal waktu
bernafas pada palpasi fremitus dapat mengeras pada perkusi redup pada auskultasi
terdengar suara napas bronkovesikuler sampai bronchial yang kadang-kadang
melemah Mungkin disertai ronkhi halus yang kemudian menjadi ronkhi basah kasar
pada stadium resolusi 5
272 Pemeriksaan Laboratorium
Pada pemeriksaan laboratorium terdapat peningkatan jumlah leukosit
biasanya gt10000ul kadang-kadang mencapai 30000ul dan pada hitungan jenis
leukosit terdapat pergeseran ke kiri serta terjadi peningkatan LED Untuk menentukan
diagnosis etiologi diperlukan pemeriksaan dahak kultur darah dan serologi Kultur
darah dapat positif pada 20-25 penderita yang tidak diobati Anlalisa gas darah
menunjukkan hipoksemia dan hiperkarbia pada stadium lanjut dapat terjadi asidosis
respiratorik 6
273 Gambaran Radiologis
Gambaran Radiologis pada foto thorax pada penyakit pneumonia antara lain
Perselubungankonsolidasi homogen atau inhomogen sesuai dengan lobus atau
segment paru secara anantomis
15
Batasnya tegas walaupun pada mulanya kurang jelas
Volume paru tidak berubah tidak seperti atelektasis dimana paru mengecil Tidak
tampak deviasi tracheaseptumfissure seperti pada atelektasis
Silhouette sign (+) bermanfaat untuk menentukan letak lesi paru batas lesi
dengan jantung hilang berarti lesi tersebut berdampingan dengan jantung atau di
lobus medius kanan
Seringkali terjadi komplikasi efusi pleura
Bila terjadinya pada lobus inferior maka sinus phrenicocostalis yang paling akhir
terkena
Pada permulaan sering masih terlihat vaskuler
Pada masa resolusi sering tampak Air Bronchogram Sign (terperangkapnya udara
pada bronkus karena tidanya pertukaran udara pada alveolus)
Foto thoraks saja tidak dapat secara khas menentukan penyebab pneumonia
hanya merupakan petunjuk ke arah diagnosis etiologi misalnya penyebab
pneumonia lobaris tersering disebabkan oleh Streptococcus pneumoniae
Pseudomonas aeruginosa sering memperlihatkan infiltrat bilateral atau gambaran
bronkopneumonia sedangkan Klebsiela pneumonia sering menunjukan konsolidasi
yang terjadi pada lobus atas kanan meskipun dapat mengenai beberapa lobus6
1Pneumonia Lobaris
Foto Thorax
16
Tampak gambaran gabungan konsolidasi berdensitas tinggi pada satu
segmenlobus (lobus kanan bawah PA maupun lateral)) atau bercak yang
mengikutsertakan alveoli yang tersebar Air bronchogram biasanya ditemukan
pada pneumonia jenis ini
CT Scan
17
Hasil CT dada ini menampilkan gambaran hiperdens di lobus atas kiri sampai ke
perifer
2 Bronchopneumonia (Pneumonia Lobularis)
Foto Thorax
Pada gambar diatas tampak konsolidasi tidak homogen di lobus atas kiri dan lobus
bawah kiri
CT Scan
18
Tampak gambaran opakhiperdens pada lobus tengah kanan namun tidak menjalar
sampai perifer
3 Pneumonia Interstisial
Foto Thorax
19
Terjadi edema dinding bronkioli dan juga edema jaringan interstitial
prebronkial Radiologis berupa bayangan udara pada alveolus masih terlihat
diliputi oleh perselubungan yang tidak merata
CT Scan
Gambaran CT Scan pneumonia interstitiak pada seorang pria berusia 19
tahun (A) Menunjukan area konsolidasi di percabangan peribronkovaskuler
yang irreguler (B) CT Scan pada hasil follow up selama 2 tahun menunjukan
area konsolidasi yang irreguler tersebut berkembang menjadi bronkiektasis
atau bronkiolektasis (tanda panah)
274 Pemeriksaan Bakteriologis
Bahan berasal dari sputum darah aspirasi nasotrakealtranstrakeal
torakosintesis bronkoskopi atau biopsi Kuman yang predominan pada sputum
disertai PMN yang kemungkinan penyebab infeksi 5
Pengambilan dahak dilakukan pagi hari Pasien mula-mula kumur-kumur
dengan akuades biasa setelah itu pasien diminta inspirasi dalam kemudian
membatukkan dahaknya Dahak ditampung dalam botol steril dan ditutup rapat
20
Dahak segera dikirim ke labolatorium (tidak boleh lebih dari 4 jam) Jika terjadi
kesulitan mengeluarkan dahak dapat dibantu nebulisasi dengan NaCl 3 Kriteria
dahak yang memenuhi syarat untuk pemeriksaan apusan langsung dan biarkan yaitu
bila ditemukan sel PMN gt 25lpk dan sel epitel lt 10lpk 5
28 Diagnosis Banding Pneumonia
ATuberculosis Paru (TB)
Tuberculosis Paru (TB) adalah suatu penyakit infeksi menular yang
disebabkan oleh M tuberculosis Jalan masuk untuk organism M tuberculosis adalah
saluran pernafasan saluran pencernaan Gejala klinis TB antara lain batuk lama yang
produktif (durasi lebih dari 3 minggu) nyeri dada dan hemoptisis dan gejala sistemik
meliputi demam menggigil keringat malam lemas hilang nafsu makan dan
penurunan berat badan3
Tampak gambaran cavitas pada paru lobus atas kanan pada foto thorax proyeksi PA
21
BAtelektasis
Atelektasis adalah istilah yang berarti pengembangan paru yang tidak
sempurna dan menyiratkan arti bahwa alveolus pada bagian paru yang terserang tidak
mengandung udara dan kolaps Memberikan gambaran yang mirip dengan pneumonia
tanpa air bronchogram Namun terdapat penarikan jantung trakea dan mediastinum
ke arah yang sakit karena adanya pengurangan volume interkostal space menjadi
lebih sempit dan pengecilan dari seluruh atau sebagian paru-paru yang sakit
Sehingga akan tampak thorax asimetris 3
Atelektasis pada foto thorax proyeksi PA
22
C Efusi Pleura
Memberi gambaran yang mirip dengan pneumonia tanpa air bronchogram
Terdapat penambahan volume sehingga terjadi pendorongan jantung trakea dan
mediastinum kearah yang sehat Rongga thorax membesar Pada edusi pleura
sebagian akan tampak meniscus sign (+) tanda khas pada efusi pleura 3
Efusi pleura pada foto thorax posisi PA
29 Penatalaksanaan
Pengobatan terdiri atas antibiotik dan pengobatan suportif Pemberian
antibiotik pada penderita pneumonia sebaiknya berdasarkan data mikroorganisme dan
hasil uji kepekaannya akan tetapi karena beberapa alasan yaitu 7
1 penyakit yang berat dapat mengancam jiwa
2 bakteri patogen yang berhasil diisolasi belum tentu sebagai penyebab pneumonia
3 hasil pembiakan bakteri memerlukan waktu
23
Maka pada penderita pneumonia dapat diberikan terapi secara empiris Secara
umum pemilihan antibiotic berdasarkan baktri penyebab pneumonia dapat dilihat
sebagai berikut 751
1 Pemberian Antibiotik
Penisilin sensitif Streptococcus pneumonia (PSSP)
1048707 Golongan Penisilin
1048707 TMP-SMZ
1048707 Makrolid
Penisilin resisten Streptococcus pneumoniae (PRSP)
1048707 Betalaktam oral dosis tinggi (untuk rawat jalan)
1048707 Sefotaksim Seftriakson dosis tinggi
1048707 Marolid baru dosis tinggi
1048707 Fluorokuinolon respirasi
Pseudomonas aeruginosa
1048707 Aminoglikosid
1048707 Seftazidim Sefoperason Sefepim
1048707 Tikarsilin Piperasilin
1048707 Karbapenem Meropenem Imipenem
1048707 Siprofloksasin Levofloksasin
Methicillin resistent Staphylococcus aureus (MRSA)
1048707 Vankomisin
1048707 Teikoplanin
1048707 Linezolid
Hemophilus influenzae
1048707 TMP-SMZ
1048707 Azitromisin
1048707 Sefalosporin gen 2 atau 3
24
1048707 Fluorokuinolon respirasi
Legionella
1048707 Makrolid
1048707 Fluorokuinolon
1048707 Rifampisin
Mycoplasma pneumoniae
1048707 Doksisiklin
1048707 Makrolid
1048707 Fluorokuinolon
Chlamydia pneumoniae
1048707 Doksisikin
1048707 Makrolid
1048707 Fluorokuinolon
25
26
Tabel 3 Rekomendasi Terapi Empiris (ATS 2001) 8
Kategori Keterangan Kuman Penyebab Obat Pilihan I Obat Pilihan II
Kategori I Usia
penderita
lt 65 tahun
-Penyakit
Penyerta (-)
-Dapat
berobat jalan
-Spneumonia
-Mpneumonia
-Cpneumonia
-Hinfluenzae
-Legionale sp
-Saureus
-Mtuberculosis
-Batang Gram (-)
Klaritromisin
2x250 mg
- -Azitromisin
1x500mg
- Rositromisin
2x150 mg atau
1x300 mg
- Siprofloksasin
2x500mg atau
Ofloksasin 2x400mg
- Levofloksasin
1x500mg atau
Moxifloxacin
1x400mg
- Doksisiklin 2x100mg
Kategori II -Usia
penderita gt
65 tahun
- Peny
Penyerta (+)
-Dapat
berobat jalan
-Spneumonia
Hinfluenzae
Batang gram(-)
Aerob
Saures
Mcatarrhalis
Legionalle sp
-Sepalospporin
generasi 2
-Trimetroprim
+Kotrimoksazol
-Betalaktam
-Makrolid
-Levofloksasin
-Gatifloksasin
-Moxyfloksasin
Kategori
III
-Pneumonia
berat
- Perlu
dirawat di
RStapi tidak
perlu di ICU
-Spneumoniae
-Hinfluenzae
-Polimikroba
termasuk Aerob
-Batang Gram (-)
-Legionalla sp
-Saureus
Mpneumoniae
- Sefalosporin
Generasi 2 atau
3
- Betalaktam +
Penghambat
Betalaktamase
+makrolid
-Piperasilin +
tazobaktam
-Sulferason
Kategori
IV
-Pneumonia
berat
-Perlu dirawat
di ICU
-Spneumonia
-Legionella sp
-Batang Gram (-)
aerob
-Mpneumonia
-Virus
-Hinfluenzae
-Mtuberculosis
-Jamur endemic
- Sefalosporin
generasi 3
(anti
pseudomonas)
+ makrolid
- Sefalosporin
generasi 4
- Sefalosporin
generasi 3 +
kuinolon
-Carbapenem
meropenem
-Vankomicin
-Linesolid
-Teikoplanin
2 Terapi Suportif Umum
1 Terapi O2 untuk mencapai PaO2 80-100 mmHg atau saturasi 95-96 berdasarkan
pemeriksaan analisis gas darah
2 Humidifikasi dengan nebulizer untuk pengenceran dahak yang kental dapat
disertai nebulizer untuk pemberian bronkodilator bila terdapat bronkospasme
3 Fisioterapi dada untuk pengeluaran dahak khususnya anjuran untuk batuk dan
napas dalam Bila perlu dikerjakan fish mouth breathing untuk melancarkan
ekspirasi dan pengeluarn CO2 Posisi tidur setengah duduk untuk melancarkan
pernapasan7
4 Pengaturan cairan Keutuhan kapiler paru sering terganggu pada pneumonia dan
paru lebih sensitif terhadap pembebanan cairan terutama bila terdapat pneumonia
bilateral Pemberian cairan pada pasien harus diatur dengan baik termasuk pada
keadaan gangguan sirkulasi dan gagal ginjal Overhidrasi untuk maksud
mengencerkan dahak tidak diperkenankan 9
5 Pemberian kortikosteroid pada fase sepsis berat perlu diberikan Terapi ini tidak
bermanfaat pada keadaan renjatan septik
6 Obat inotropik seperti dobutamin atau dopamin kadang-kadang diperlukan bila
terdapat komplikasi gangguan sirkulasi atau gagal ginjal prerenal
7 Ventilasi mekanis indikasi intubasi dan pemasangan ventilator pada pneumonia
adalah
27
a Hipoksemia persisten meskipun telah diberikan O2 100 dengan
menggunakaan masker Kosentrasi O2 yang tinggi menyebabkan penurunan
pulmonary compliance hingga tekanan inflasi meninggi Dalam hal ini perlu
dipergunakan PEEP untuk memperbaiki oksigenisasi dan menurunkan FiO2
menjadi 50 atau lebih rendah9
b Gagal napas yang ditandai oleh peningkatan respiratory distress dengan atau
didapat asidosis respiratorik
c Respiratory arrest
d Retensi sputum yang sulit diatasi secara konservatif
8 Drainase empiema bila ada
9 Bila terdapat gagal napas diberikan nutrisi dengan kalori yang cukup yang
didapatkan terutama dari lemak (gt50) hingga dapat dihindari pembentukan
CO2 yang berlebihan9
3 Terapi Sulih (switch therapy)
Masa perawatan di rumah sakit sebaiknya dipersingkat dengan perubahan obat
suntik ke oral dilanjutkan dengan berobat jalan hal ini untuk mengurangi biaya
perawatan dan mencegah infeksi nosokomial Perubahan ini dapat diberikan secara
sequential (obat sama potensi sama) switch over (obat berbeda potensi sama) dan
step down (obat sama atau berbeda potensi lebih rendah) Pasien beralih dari
intravena ke oral terapi ketika hemodinamik sudah stabil dan perbaikan terbukti
secara secara klinis dapat menelan obat-obatan dan memiliki saluran pencernaan
berfungsi normal 10
28
Kriteria untuk Pneumonia terkait stabilitas klinis adalah 9
1 Temp le 378 C Kesadaran baik
2 Denyut jantung le 100 denyut menit
3 Respirasi ratele 24 napas menit
4 Tekanan darah sistolik ge 90 mmHg
5 Saturasi O2 arteri ge 90 atau pO2 ge 60 mmHg pada ruang udara
6 Kemampuan untuk mengambil asupan oral
210 Komplikasi Pneumonia
1 Efusi pleura dan empiema Terjadi pada sekitar 45 kasus terutama pada infeksi
bakterial akut berupa efusi parapneumonik gram negative sebesar 60
Staphylococcus aureus 50 S pneumoniae 40-60 kuman anaerob 35
Sedangkan pada Mycoplasmapneumoniae sebesar 20 Cairannya transudat dan
steril Terkadang pada infeksi bakterial terjadi empiema dengan cairan eksudat
2 Komplikasi sistemik Dapat terjadi akibat invasi kuman atau bakteriemia berupa
meningitis Dapat juga terjadi dehidrasi dan hiponatremia anemia pada infeksi
kronik peningguan ureum dan enzim hati Kadang-kadang terjadi peninggian
fostase alkali dan bilirubin akibat adanya kolestasis intrahepatik
3 Hipoksemia akibat gangguan difusi
4 Abses Paru terbentuk akibat eksudat di alveolus paru sehingga terjadi infeksi
oleh kuman anaerob dan bakteri gram negative
29
5 Pneumonia kronik yang dapat terjadi bila pneumonia berlangsung lebih dari 4-6
minggu akibat kuman anaerob S aureus dan kuman Gram (-) seperti
Pseudomonas aeruginosa
6 Bronkiektasis Biasanya terjadi karena pneunomia pada masa anak-anak tetapi
dapat juga oleh infeksi berulang di lokasi bronkus distal pada cystic fibrosis atau
hipogamaglobulinemia tuberkulosis atau pneumonia nekrotikans 3
211 Prognosis Pneumonia
Angka morbiditas dan mortalitas pneumonia menurun sejak ditemukannya
antibiotik Faktor yang berperan adalah patogenitas kuman usia penyakit dasar dan
kondisi pasien Secara umum angka kematian pneumonia pneumokokus adalah
sebesar 5 namun dapat meningkat menjadi 60 pada orang tua dengan kondisi
yang buruk misalnya gangguan imunologis sirosis hepatis penyakit paru obstruktif
kronik atau kanker Adanya leukopenia ikterus terkenanya 3 atau lebih lobus dan
komplikasi ekstraparu merupakan petanda prognosis yang buruk Kuman gram
negatif menimbulkan prognosis yang lebih jelek 10
Prognosis pada orang tua dan anak kurang baik karena itu perlu perawatan di
RS kecuali bila penyakitnya ringan Orang dewasa (lt60 tahun) dapat berobat jalan
kecuali
1 Bila terdapat penyakit paru kronik
2 PN Meliputi banyak lobus
3 Disertai gambaran klinis yang berkaitan dengan mortalitas yang tinggi yaitu
30
a Usia gt 60 tahun
b Dijumpai adanya gejala pada saat masuk perawatan RS frekuensi napas gt 30
xm tekanan diastolik lt 60 mmHg leukosit abnormal (lt4500-gt30000)
BAB 3
KESIMPULAN
Pneumonia adalah salah satu penyakit akibat infeksi parenkim paru yang
dapat menyerang segala usia Pneumonia paling banyak disebabkan oleh infeksi
bakteri Streptococcus pneumonia dengan gejala yang muncul seperti demam batuk
berdahak sesak napas dan terkadang disertai nyeri dada
Pemeriksaan radiologi dalam hal ini foto thorax konvensional dan CT Scan
menjadi pemeriksaan yang sangat penting pada pneumonia Gambaran khas pada
pneumonia adalah adanya konsolidasi dengan adanya gambaran air bronchogram
Namun tidak semua pneumonia memberikan gambaran khas tersebut Untuk
menentukan etiologi pneumonia tidak dapat hanya semata-mata menggunakan foto
thorax melainkan harus dilihat dari riwayat penyakit dan juga pemeriksaan
laboratorium
Penatalaksanaan medis pada pneumonia adalah pemberian antibiotik yang
sesuai dengan kuman penyebab pneumonia disamping terapi supportif lainnya
Prognosis pneumonia secara umum baik jika mendapat terapi antibiotik yang adekuat
faktor predisposisi pasien dan ada tidaknya komplikasi yang menyertai
31
DAFTAR PUSTAKA
1 Dahlan Z 2006 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Pulmonologi Pusat
Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas kedokteran Universitas
Indonesia Jakarta
2 Price SA Wilson LM 2005 Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit Edisi 6 Volume 2 Penerbit EGC Jakarta
3 Soedarsono 2004 Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru Bagian Ilmu Penyakit Paru
FK UNAIR Surabaya
4 Aru W Bambang Idrus A Marcellus Siti S ed Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Jilid II Edisi 4 Jakarta Pusat Penerbitan Departemen IPD RSCM
2007
5 Perhimpunan Dokter Paru Indonesia Pedoman Diagnosis dan
penatalaksanaan Pneumonia Komuniti2003
6 Perhimpunan Dokter Paru Indonesia Pedoman Diagnosis dan
penatalaksanaan Pneumonia Nosokomial2003
7 Barlett JG Dowell SF Mondell LA File TM Mushor DM Fine MJ Practice
guidelines for management community-acquiredd pneumonia in adults Clin
infect Dis 2000 31 347-82
8 Mandell LA IDSAATS consensus guidelines on the management of
community-acquired pneumonia in adults CID 200744S27
9 Menendez R Treatment failure in community-acquired pneumonia
0071321348
32
10 Niederman MS Recent advances in community-acquired pneumonia inpatient
and outpatient Chest 20071311205
33
- 22 Definisi Pneumonia
- Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius dan alveoli serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat yang disebabkan oleh mikroorganisme (bakterivirusjamurprotozoa)3
- 23 Epidemiologi Pneumonia
- 25 Klasifikasi Pneumonia
- Terutama pada jaringan penyangga yaitu interstitial dinding bronkus dan peribronkil Peradangan dapat ditemumkan pada infeksi virus dan mycoplasma Terjadi edema dinding bronkioli dan juga edema jaringan interstisial prebronkial Radiologis berupa bayangan udara pada alveolus masih terlihat diliputi perselubungan yang tidak merata 5
- 26 Patofisiologi Pneumonia
- 27 Diagnosis Pneumonia
- 28 Diagnosis Banding Pneumonia
- 29 Penatalaksanaan
- 210 Komplikasi Pneumonia
-
influenza Staphylococcus aureus Streptococcus group B serta kuman atipik
klamidia dan mikoplasma 4
Pada neonatus Streptococcus group B dan Listeriae monocytogenes
merupakan penyebab pneumonia paling banyak Virus adalah penyebab terbanyak
pneumonia pada usia prasekolah dan berkurang dengan bertambahnya usia Selain
itu Streptococcus pneumoniae merupakan penyebab paling utama pada pneumonia
bakterial Mycoplasma pneumoniae dan Chlamydia pneumoniae merupakan
penyebab yang sering didapatkan pada anak diatas 5 tahun Communityy-acquired
acute pneumonia sering disebabkan oleh streptokokkus pneumonia atau
pneumokokkus sedangkan pada Community-acquired atypical pneumonia penyebab
umumnya adalah Mycopalsma pneumonia Staphylokokkus aureus dan batang gram
negatif seperti Enterobacteriaceae dan Pseudomonas adalah isolat yang tersering
ditemukan pada Hospital-acquired pneumonia4
Tabel 1 Mikroorganisme penyebab pneumonia menurut umur dengan terjadinya infeksi 4
Umur Penyebab yang sering Penyebab yang jarang
Lahir-20 hari Bakteria Escherichia colli Group B streptococci Listeria monocytogenes
Bakteria Group D streptococci Haemophillus influenzae Streptococcus pneumoniae Ureaplasma urealyticum
Virus Cytomegalovirus Herpes simplex virus
6
3 minggu ndash 3 bulan
Bakteria Clamydia trachomatis Streptococcus pneumoniae
Virus Respiratory syncytial virus Influenza virus Para influenza virus
12 and 3 Adenovirus
Bakteria Bordetella pertusis Haemophillusinfluenza type B amp
non typeable Moxarella catarrhalis Staphylococcus aureus Ureaplasma urealyticum
Virus Cytomegalovirus
4 bulan ndash5 tahun
Bakteria Streptococcus pneumoniae Clamydia pneumoniae Mycoplasma pneumoniae
Virus Respiratory syncytial virus Influenza virus Parainfluenza virus Rhinovirus Adenovirus Measles
Bakteria Haemophillus influenza type B Moxarella catarrhalis Neisseria meningitis Staphylococcus aureus
Virus Varicella zoster virus
5 tahun ndash dewasa Bakteria Clamydia pneumonia Mycoplasma pneumonia Streptococcus pneumoniae
Bakteria Haemophillus influenza type B Legionella species Staphylococcus aureus
Virus Adenovirus Epstein barr virus Influenza virus Parainfluenza virus Rhinovirus Respiratory syncytial virus Varicella zoster virus
Tabel 2 Mikroorganisme penyebab pneumonia menurut keadaan klinis terjadinya infeksi 4
7
Communityy-acquired acute pneumonia
Streptococcus pneumoniaHaemophilus influenzaeMoraxella catarrhalisStaphylococcus aureusLegionella pneumophilaEnterobacteriaceae (Klebsiella pneumoniae) and Pseudomonas sppCommunity-acquired atypical pneumonia
Mycoplasma pneumoniaChlamydia spp (C pneumoniae C psittaci C trachomatis)Coxiella burnetii (Q fever)Viruses respiratory syncytial virus parainfluenza virus (children) influenza A and B (adults) adenovirus(military recruits) SARS virusHospital-acquired pneumonia
Gram-negative rods Enterobacteriaceae (Klebsiella spp Serratia marcescens Escherichia coli) andPseudomonas sppStaphylococcus aureus (usually penicillin resistant)Pneumonia kronis
NocardiaActinomycesGranulomatous Mycobacterium tuberculosis and atypical mycobacteria Histoplasma capsulatumCoccidioides immitis Blastomyces dermatitidis
25 Klasifikasi Pneumonia
1 Menurut sifatnya yaitu
a Pneumonia primer yaitu radang paru yang terserang pada orang yang tidak
mempunya faktor resiko tertentu Kuman penyebab utama yaitu
Staphylococcus pneumoniae ( pneumokokus) Hemophilus influenzae juga
8
Virus penyebab infeksi pernapasan( Influenza Parainfluenza RSV) Selain itu
juga bakteri pneumonia yang tidak khas( ldquoatypicalrdquo) yaitu mykoplasma
chlamydia dan legionella
b Pneumonia sekunder yaitu terjadi pada orang dengan faktor predisposisi
selain penderita penyakit paru lainnnya seperti COPD terutama juga bagi
mereka yang mempunyai penyakit menahun seperti diabetes mellitus HIV
dan kankerdll 2
2 Berdasarkan Kuman penyebab
a Pneumonia bakterial tipikal Dapat terjadi pada semua usia Beberapa bakteri
mempunyai tendensi menyerang sesorang yang peka misalnya Klebsiella
pada penderita alkoholikStaphyllococcus pada penderita pasca infeksi
influenza
b Pneumonia atipikal disebabkan Mycoplasma Legionella dan Chlamydia
c Pneumonia virus disebabkan oleh virus RSV Influenza virus
d Pneumonia jamur sering merupakan infeksi sekunder Predileksi terutama pada
penderita dengan daya tahan lemah (immunocompromised) 5
3 Berdasarkan klinis dan epidemiologi
a Pneumonia komuniti (Community-acquired pneumonia= CAP) pneumonia
yang terjadi di lingkungan rumah atau masyarakat juga termasuk pneumonia
yang terjadi di rumah sakit dengan masa inap kurang dari 48 jam 5
b Penumonia nosokomial (Hospital-acquired Pneumonia= HAP) merupakan
pneumonia yang terjadi di ldquorumah sakitrdquo infeksi terjadi setelah 48 jam berada
9
di rumah sakit Kuman penyebab sangat beragam yang sering di temukan
yaitu Staphylococcus aureus atau bakteri dengan gramm negatif lainnya
seperti Ecoli Klebsiella pneumoniae Pseudomonas aeroginosa Proteus dll
Tingkat resistensi obat tergolong tinggi untuk bakteri penyebab HAP 6
c Pneumonia aspirasi
4 Berdasarkan lokasi infeksi
a Pneumonia lobaris
Pneumonia focal yang melibatkan satu beberapa lobus paru Bronkus besar
umumnya tetap berisi udara sehingga memberikan gambaran
airbronchogram Konsolidasi yang timbul merupakan hasil dari cairan edema
yang menyebar melalui pori-pori Kohn Penyebab terbanyak pneumonia
lobaris adalah Streptococcus pneumoniae Jarang pada bayi dan orang tua
Pneumonia yang terjadi pada satu lobus atau segmen Kemungkinan sekunder
disebabkan oleh adanya obstruksi bronkus seperti aspirasi benda asing atau
adanya proses keganasan 5
b Bronko pneumonia (Pneumonia lobularis)
Inflamasi paru-paru biasanya dimulai di bronkiolus terminalis Bronkiolus
terminalis menjadi tersumbat dengan eksudat mukopurulen membentuk
bercak-bercak konsolidasi di lobulus yang bersebelahan Ditandai dengan
adanya bercak-bercak infiltrate multifocal pada lapangan paru Dapat
disebabkan oleh bakteri maupun virus Sering pada bayi dan orang tua Jarang
dihubungkan dengan obstruksi bronkus 5
10
c Pneumonia interstisial
Terutama pada jaringan penyangga yaitu interstitial dinding bronkus dan
peribronkil Peradangan dapat ditemumkan pada infeksi virus dan
mycoplasma Terjadi edema dinding bronkioli dan juga edema jaringan
interstisial prebronkial Radiologis berupa bayangan udara pada alveolus
masih terlihat diliputi perselubungan yang tidak merata 5
26 Patofisiologi Pneumonia
Pneumonia yang dipicu oleh bakteri bisa menyerang siapa saja dari bayi
sampai usia lanjut Pecandu alcohol pasien pasca operasi orang-orang dengan
gangguan penyakit pernapasan sedang terinfeksi virus atau menurun kekebalan
tubuhnya adalah yang paling berisiko1
Sebenarnya bakteri pneumonia itu ada dan hidup normal pada tenggorokan
yang sehat Pada saat pertahanan tubuh menurun misalnya karena penyakit usia
lanjut dan malnutrisi bakteri pneumonia akan dengan cepat berkembang biak dan
merusak organ paru-paru1
Kerusakan jaringan paru setelah kolonisasi suatu mikroorganisme paru
banyak disebabkan oleh reaksi imun dan peradangan yang dilakukan oleh pejamu
Selain itu toksin-toksin yang dikeluarkan oleh bakteri pada pneumonia bakterialis
dapat secara langsung merusak sel-sel system pernapasan bawah Ada beberapa cara
mikroorganisme mencapai permukaan 5
1 Inokulasi langsung
11
2 Penyebaran melalui pembuluh darah
3 Inhalasi bahan aerosol
4 Kolonisasi dipermukaan mukosa
Dari keempat cara tersebut diatas yang terbanyak adalah cara kolonisasi
Secara inhalasi terjadi pada infeksi virus mikroorganisme atipikal mikrobakteria
atau jamur Kebanyakan bakteri dengan ukuran 05 ndash 20 nm melalui udara dapat
mencapai bronkus terminal atau alveoli dan selanjutnya terjadi proses infeksi Bila
terjadi kolonisasi pada saluran napas atas (hidung orofaring) kemudian terjadi
aspirasi ke saluran napas bawah dan terjadi inokulasi mikroorganisme hal ini
merupakan permulaan infeksi dari sebagian besar infeksi paru Aspirasi dari sebagian
kecil sekret orofaring terjadi pada orang normal waktu tidur (50) juga pada keadaan
penurunan kesadaran peminum alkohol dan pemakai obat (drug abuse) 5
Basil yang masuk bersama sekret bronkus ke dalam alveoli menyebabkan
reaksi radang berupa edema seluruh alveoli disusul dengan infiltrasi sel-sel PMN dan
diapedesis eritrosit sehingga terjadi permulaan fagositosis sebelum terbentuknya
antibodi 5
Pneumonia bakterialis menimbulkan respon imun dan peradangan yang paling
mencolok Jika terjadi infeksi sebagian jaringan dari lobus paru-paru ataupun
seluruh lobus bahkan sebagian besar dari lima lobus paru-paru (tiga di paru-paru
kanan dan dua di paru-paru kiri) menjadi terisi cairan Dari jaringan paru-paru
infeksi dengan cepat menyebar ke seluruh tubuh melalui peredaran darah Bakteri
pneumokokus adalah kuman yang paling umum sebagai penyebab pneumonia
12
Terdapat empat stadium anatomic dari pneumonia terbagi atas
1 Stadium Kongesti (4 ndash 12 jam pertama)
Disebut hiperemia mengacu pada respon peradangan permulaan yang
berlangsung pada daerah baru yang terinfeksi Hal ini ditandai dengan peningkatan
aliran darah dan permeabilitas kapiler di tempat infeksi Hiperemia ini terjadi akibat
pelepasan mediator-mediator peradangan dari sel-sel mast setelah pengaktifan sel
imun dan cedera jaringan Mediator-mediator tersebut mencakup histamin dan
prostaglandin Degranulasi sel mast juga mengaktifkan jalur komplemen
Komplemen bekerja sama dengan histamin dan prostaglandin untuk melemaskan otot
polos vaskuler paru dan peningkatan permeabilitas kapiler paru Hal ini
mengakibatkan perpindahan eksudat plasma ke dalam ruang interstitium sehingga
terjadi pembengkakan dan edema antar kapiler dan alveolus Penimbunan cairan di
antara kapiler dan alveolus meningkatkan jarak yang harus ditempuh oleh oksigen
dan karbondioksida maka perpindahan gas ini dalam darah paling berpengaruh dan
sering mengakibatkan penurunan saturasi oksigen hemoglobin 2
2 Stadium Hepatisasi Merah (48 jam selanjutnya)
Terjadi sewaktu alveolus terisi oleh sel darah merah eksudat dan fibrin yang
dihasilkan oleh penjamu (host) sebagai bagian dari reaksi peradangan Lobus yang
terkena menjadi padat oleh karena adanya penumpukan leukosit eritrosit dan cairan
sehingga warna paru menjadi merah dan pada perabaan seperti hepar pada stadium
ini udara alveoli tidak ada atau sangat minimal sehingga anak akan bertambah sesak
Stadium ini berlangsung sangat singkat yaitu selama 48 jam 2
13
3 Stadium Hepatisasi Kelabu (Konsolidasi)
Terjadi sewaktu sel-sel darah putih mengkolonisasi daerah paru yang terinfeksi Pada
saat ini endapan fibrin terakumulasi di seluruh daerah yang cedera dan terjadi
fagositosis sisa-sisa sel Pada stadium ini eritrosit di alveoli mulai diresorbsi lobus
masih tetap padat karena berisi fibrin dan leukosit warna merah menjadi pucat kelabu
dan kapiler darah tidak lagi mengalami kongesti2
4 Stadium Akhir (Resolusi)
Eksudat yang mengalami konsolidasi di antara rongga alveoli dicerna secara
enzimatis yang diserap kembali atau dibersihkan dengan batuk Parenkim paru
kembali menjadi penuh dengan cairan dan basah sampai pulih mencapai keadaan
normal2
27 Diagnosis Pneumonia
271 Gambaran Klinis dan Pemeriksaan Fisik
Gejala-gejala pneumonia serupa untuk semua jenis pneumonia Gejalanya
meliputi
Gejala Mayor 1Batuk
2Sputum produktif
3Demam (suhugt38 0c)
Gejala Minor 1 sesak napas
2 nyeri dada
3 konsolidasi paru pada pemeriksaan fisik
4 jumlah leukosit gt12000L
14
Gambaran klinis biasanya didahului oleh infeksi saluran napas akut bagian
atas selama beberapa hari kemudian diikuti dengan demam menggigil suhu tubuh
kadang-kadang melebihi 40ordm C sakit tenggorokan nyeri otot dan sendi Juga disertai
batuk dengan sputum mukoid atau purulen kadang-kadang berdarah5
Pada pemeriksaan fisik dada terlihat bagian yang sakit tertinggal waktu
bernafas pada palpasi fremitus dapat mengeras pada perkusi redup pada auskultasi
terdengar suara napas bronkovesikuler sampai bronchial yang kadang-kadang
melemah Mungkin disertai ronkhi halus yang kemudian menjadi ronkhi basah kasar
pada stadium resolusi 5
272 Pemeriksaan Laboratorium
Pada pemeriksaan laboratorium terdapat peningkatan jumlah leukosit
biasanya gt10000ul kadang-kadang mencapai 30000ul dan pada hitungan jenis
leukosit terdapat pergeseran ke kiri serta terjadi peningkatan LED Untuk menentukan
diagnosis etiologi diperlukan pemeriksaan dahak kultur darah dan serologi Kultur
darah dapat positif pada 20-25 penderita yang tidak diobati Anlalisa gas darah
menunjukkan hipoksemia dan hiperkarbia pada stadium lanjut dapat terjadi asidosis
respiratorik 6
273 Gambaran Radiologis
Gambaran Radiologis pada foto thorax pada penyakit pneumonia antara lain
Perselubungankonsolidasi homogen atau inhomogen sesuai dengan lobus atau
segment paru secara anantomis
15
Batasnya tegas walaupun pada mulanya kurang jelas
Volume paru tidak berubah tidak seperti atelektasis dimana paru mengecil Tidak
tampak deviasi tracheaseptumfissure seperti pada atelektasis
Silhouette sign (+) bermanfaat untuk menentukan letak lesi paru batas lesi
dengan jantung hilang berarti lesi tersebut berdampingan dengan jantung atau di
lobus medius kanan
Seringkali terjadi komplikasi efusi pleura
Bila terjadinya pada lobus inferior maka sinus phrenicocostalis yang paling akhir
terkena
Pada permulaan sering masih terlihat vaskuler
Pada masa resolusi sering tampak Air Bronchogram Sign (terperangkapnya udara
pada bronkus karena tidanya pertukaran udara pada alveolus)
Foto thoraks saja tidak dapat secara khas menentukan penyebab pneumonia
hanya merupakan petunjuk ke arah diagnosis etiologi misalnya penyebab
pneumonia lobaris tersering disebabkan oleh Streptococcus pneumoniae
Pseudomonas aeruginosa sering memperlihatkan infiltrat bilateral atau gambaran
bronkopneumonia sedangkan Klebsiela pneumonia sering menunjukan konsolidasi
yang terjadi pada lobus atas kanan meskipun dapat mengenai beberapa lobus6
1Pneumonia Lobaris
Foto Thorax
16
Tampak gambaran gabungan konsolidasi berdensitas tinggi pada satu
segmenlobus (lobus kanan bawah PA maupun lateral)) atau bercak yang
mengikutsertakan alveoli yang tersebar Air bronchogram biasanya ditemukan
pada pneumonia jenis ini
CT Scan
17
Hasil CT dada ini menampilkan gambaran hiperdens di lobus atas kiri sampai ke
perifer
2 Bronchopneumonia (Pneumonia Lobularis)
Foto Thorax
Pada gambar diatas tampak konsolidasi tidak homogen di lobus atas kiri dan lobus
bawah kiri
CT Scan
18
Tampak gambaran opakhiperdens pada lobus tengah kanan namun tidak menjalar
sampai perifer
3 Pneumonia Interstisial
Foto Thorax
19
Terjadi edema dinding bronkioli dan juga edema jaringan interstitial
prebronkial Radiologis berupa bayangan udara pada alveolus masih terlihat
diliputi oleh perselubungan yang tidak merata
CT Scan
Gambaran CT Scan pneumonia interstitiak pada seorang pria berusia 19
tahun (A) Menunjukan area konsolidasi di percabangan peribronkovaskuler
yang irreguler (B) CT Scan pada hasil follow up selama 2 tahun menunjukan
area konsolidasi yang irreguler tersebut berkembang menjadi bronkiektasis
atau bronkiolektasis (tanda panah)
274 Pemeriksaan Bakteriologis
Bahan berasal dari sputum darah aspirasi nasotrakealtranstrakeal
torakosintesis bronkoskopi atau biopsi Kuman yang predominan pada sputum
disertai PMN yang kemungkinan penyebab infeksi 5
Pengambilan dahak dilakukan pagi hari Pasien mula-mula kumur-kumur
dengan akuades biasa setelah itu pasien diminta inspirasi dalam kemudian
membatukkan dahaknya Dahak ditampung dalam botol steril dan ditutup rapat
20
Dahak segera dikirim ke labolatorium (tidak boleh lebih dari 4 jam) Jika terjadi
kesulitan mengeluarkan dahak dapat dibantu nebulisasi dengan NaCl 3 Kriteria
dahak yang memenuhi syarat untuk pemeriksaan apusan langsung dan biarkan yaitu
bila ditemukan sel PMN gt 25lpk dan sel epitel lt 10lpk 5
28 Diagnosis Banding Pneumonia
ATuberculosis Paru (TB)
Tuberculosis Paru (TB) adalah suatu penyakit infeksi menular yang
disebabkan oleh M tuberculosis Jalan masuk untuk organism M tuberculosis adalah
saluran pernafasan saluran pencernaan Gejala klinis TB antara lain batuk lama yang
produktif (durasi lebih dari 3 minggu) nyeri dada dan hemoptisis dan gejala sistemik
meliputi demam menggigil keringat malam lemas hilang nafsu makan dan
penurunan berat badan3
Tampak gambaran cavitas pada paru lobus atas kanan pada foto thorax proyeksi PA
21
BAtelektasis
Atelektasis adalah istilah yang berarti pengembangan paru yang tidak
sempurna dan menyiratkan arti bahwa alveolus pada bagian paru yang terserang tidak
mengandung udara dan kolaps Memberikan gambaran yang mirip dengan pneumonia
tanpa air bronchogram Namun terdapat penarikan jantung trakea dan mediastinum
ke arah yang sakit karena adanya pengurangan volume interkostal space menjadi
lebih sempit dan pengecilan dari seluruh atau sebagian paru-paru yang sakit
Sehingga akan tampak thorax asimetris 3
Atelektasis pada foto thorax proyeksi PA
22
C Efusi Pleura
Memberi gambaran yang mirip dengan pneumonia tanpa air bronchogram
Terdapat penambahan volume sehingga terjadi pendorongan jantung trakea dan
mediastinum kearah yang sehat Rongga thorax membesar Pada edusi pleura
sebagian akan tampak meniscus sign (+) tanda khas pada efusi pleura 3
Efusi pleura pada foto thorax posisi PA
29 Penatalaksanaan
Pengobatan terdiri atas antibiotik dan pengobatan suportif Pemberian
antibiotik pada penderita pneumonia sebaiknya berdasarkan data mikroorganisme dan
hasil uji kepekaannya akan tetapi karena beberapa alasan yaitu 7
1 penyakit yang berat dapat mengancam jiwa
2 bakteri patogen yang berhasil diisolasi belum tentu sebagai penyebab pneumonia
3 hasil pembiakan bakteri memerlukan waktu
23
Maka pada penderita pneumonia dapat diberikan terapi secara empiris Secara
umum pemilihan antibiotic berdasarkan baktri penyebab pneumonia dapat dilihat
sebagai berikut 751
1 Pemberian Antibiotik
Penisilin sensitif Streptococcus pneumonia (PSSP)
1048707 Golongan Penisilin
1048707 TMP-SMZ
1048707 Makrolid
Penisilin resisten Streptococcus pneumoniae (PRSP)
1048707 Betalaktam oral dosis tinggi (untuk rawat jalan)
1048707 Sefotaksim Seftriakson dosis tinggi
1048707 Marolid baru dosis tinggi
1048707 Fluorokuinolon respirasi
Pseudomonas aeruginosa
1048707 Aminoglikosid
1048707 Seftazidim Sefoperason Sefepim
1048707 Tikarsilin Piperasilin
1048707 Karbapenem Meropenem Imipenem
1048707 Siprofloksasin Levofloksasin
Methicillin resistent Staphylococcus aureus (MRSA)
1048707 Vankomisin
1048707 Teikoplanin
1048707 Linezolid
Hemophilus influenzae
1048707 TMP-SMZ
1048707 Azitromisin
1048707 Sefalosporin gen 2 atau 3
24
1048707 Fluorokuinolon respirasi
Legionella
1048707 Makrolid
1048707 Fluorokuinolon
1048707 Rifampisin
Mycoplasma pneumoniae
1048707 Doksisiklin
1048707 Makrolid
1048707 Fluorokuinolon
Chlamydia pneumoniae
1048707 Doksisikin
1048707 Makrolid
1048707 Fluorokuinolon
25
26
Tabel 3 Rekomendasi Terapi Empiris (ATS 2001) 8
Kategori Keterangan Kuman Penyebab Obat Pilihan I Obat Pilihan II
Kategori I Usia
penderita
lt 65 tahun
-Penyakit
Penyerta (-)
-Dapat
berobat jalan
-Spneumonia
-Mpneumonia
-Cpneumonia
-Hinfluenzae
-Legionale sp
-Saureus
-Mtuberculosis
-Batang Gram (-)
Klaritromisin
2x250 mg
- -Azitromisin
1x500mg
- Rositromisin
2x150 mg atau
1x300 mg
- Siprofloksasin
2x500mg atau
Ofloksasin 2x400mg
- Levofloksasin
1x500mg atau
Moxifloxacin
1x400mg
- Doksisiklin 2x100mg
Kategori II -Usia
penderita gt
65 tahun
- Peny
Penyerta (+)
-Dapat
berobat jalan
-Spneumonia
Hinfluenzae
Batang gram(-)
Aerob
Saures
Mcatarrhalis
Legionalle sp
-Sepalospporin
generasi 2
-Trimetroprim
+Kotrimoksazol
-Betalaktam
-Makrolid
-Levofloksasin
-Gatifloksasin
-Moxyfloksasin
Kategori
III
-Pneumonia
berat
- Perlu
dirawat di
RStapi tidak
perlu di ICU
-Spneumoniae
-Hinfluenzae
-Polimikroba
termasuk Aerob
-Batang Gram (-)
-Legionalla sp
-Saureus
Mpneumoniae
- Sefalosporin
Generasi 2 atau
3
- Betalaktam +
Penghambat
Betalaktamase
+makrolid
-Piperasilin +
tazobaktam
-Sulferason
Kategori
IV
-Pneumonia
berat
-Perlu dirawat
di ICU
-Spneumonia
-Legionella sp
-Batang Gram (-)
aerob
-Mpneumonia
-Virus
-Hinfluenzae
-Mtuberculosis
-Jamur endemic
- Sefalosporin
generasi 3
(anti
pseudomonas)
+ makrolid
- Sefalosporin
generasi 4
- Sefalosporin
generasi 3 +
kuinolon
-Carbapenem
meropenem
-Vankomicin
-Linesolid
-Teikoplanin
2 Terapi Suportif Umum
1 Terapi O2 untuk mencapai PaO2 80-100 mmHg atau saturasi 95-96 berdasarkan
pemeriksaan analisis gas darah
2 Humidifikasi dengan nebulizer untuk pengenceran dahak yang kental dapat
disertai nebulizer untuk pemberian bronkodilator bila terdapat bronkospasme
3 Fisioterapi dada untuk pengeluaran dahak khususnya anjuran untuk batuk dan
napas dalam Bila perlu dikerjakan fish mouth breathing untuk melancarkan
ekspirasi dan pengeluarn CO2 Posisi tidur setengah duduk untuk melancarkan
pernapasan7
4 Pengaturan cairan Keutuhan kapiler paru sering terganggu pada pneumonia dan
paru lebih sensitif terhadap pembebanan cairan terutama bila terdapat pneumonia
bilateral Pemberian cairan pada pasien harus diatur dengan baik termasuk pada
keadaan gangguan sirkulasi dan gagal ginjal Overhidrasi untuk maksud
mengencerkan dahak tidak diperkenankan 9
5 Pemberian kortikosteroid pada fase sepsis berat perlu diberikan Terapi ini tidak
bermanfaat pada keadaan renjatan septik
6 Obat inotropik seperti dobutamin atau dopamin kadang-kadang diperlukan bila
terdapat komplikasi gangguan sirkulasi atau gagal ginjal prerenal
7 Ventilasi mekanis indikasi intubasi dan pemasangan ventilator pada pneumonia
adalah
27
a Hipoksemia persisten meskipun telah diberikan O2 100 dengan
menggunakaan masker Kosentrasi O2 yang tinggi menyebabkan penurunan
pulmonary compliance hingga tekanan inflasi meninggi Dalam hal ini perlu
dipergunakan PEEP untuk memperbaiki oksigenisasi dan menurunkan FiO2
menjadi 50 atau lebih rendah9
b Gagal napas yang ditandai oleh peningkatan respiratory distress dengan atau
didapat asidosis respiratorik
c Respiratory arrest
d Retensi sputum yang sulit diatasi secara konservatif
8 Drainase empiema bila ada
9 Bila terdapat gagal napas diberikan nutrisi dengan kalori yang cukup yang
didapatkan terutama dari lemak (gt50) hingga dapat dihindari pembentukan
CO2 yang berlebihan9
3 Terapi Sulih (switch therapy)
Masa perawatan di rumah sakit sebaiknya dipersingkat dengan perubahan obat
suntik ke oral dilanjutkan dengan berobat jalan hal ini untuk mengurangi biaya
perawatan dan mencegah infeksi nosokomial Perubahan ini dapat diberikan secara
sequential (obat sama potensi sama) switch over (obat berbeda potensi sama) dan
step down (obat sama atau berbeda potensi lebih rendah) Pasien beralih dari
intravena ke oral terapi ketika hemodinamik sudah stabil dan perbaikan terbukti
secara secara klinis dapat menelan obat-obatan dan memiliki saluran pencernaan
berfungsi normal 10
28
Kriteria untuk Pneumonia terkait stabilitas klinis adalah 9
1 Temp le 378 C Kesadaran baik
2 Denyut jantung le 100 denyut menit
3 Respirasi ratele 24 napas menit
4 Tekanan darah sistolik ge 90 mmHg
5 Saturasi O2 arteri ge 90 atau pO2 ge 60 mmHg pada ruang udara
6 Kemampuan untuk mengambil asupan oral
210 Komplikasi Pneumonia
1 Efusi pleura dan empiema Terjadi pada sekitar 45 kasus terutama pada infeksi
bakterial akut berupa efusi parapneumonik gram negative sebesar 60
Staphylococcus aureus 50 S pneumoniae 40-60 kuman anaerob 35
Sedangkan pada Mycoplasmapneumoniae sebesar 20 Cairannya transudat dan
steril Terkadang pada infeksi bakterial terjadi empiema dengan cairan eksudat
2 Komplikasi sistemik Dapat terjadi akibat invasi kuman atau bakteriemia berupa
meningitis Dapat juga terjadi dehidrasi dan hiponatremia anemia pada infeksi
kronik peningguan ureum dan enzim hati Kadang-kadang terjadi peninggian
fostase alkali dan bilirubin akibat adanya kolestasis intrahepatik
3 Hipoksemia akibat gangguan difusi
4 Abses Paru terbentuk akibat eksudat di alveolus paru sehingga terjadi infeksi
oleh kuman anaerob dan bakteri gram negative
29
5 Pneumonia kronik yang dapat terjadi bila pneumonia berlangsung lebih dari 4-6
minggu akibat kuman anaerob S aureus dan kuman Gram (-) seperti
Pseudomonas aeruginosa
6 Bronkiektasis Biasanya terjadi karena pneunomia pada masa anak-anak tetapi
dapat juga oleh infeksi berulang di lokasi bronkus distal pada cystic fibrosis atau
hipogamaglobulinemia tuberkulosis atau pneumonia nekrotikans 3
211 Prognosis Pneumonia
Angka morbiditas dan mortalitas pneumonia menurun sejak ditemukannya
antibiotik Faktor yang berperan adalah patogenitas kuman usia penyakit dasar dan
kondisi pasien Secara umum angka kematian pneumonia pneumokokus adalah
sebesar 5 namun dapat meningkat menjadi 60 pada orang tua dengan kondisi
yang buruk misalnya gangguan imunologis sirosis hepatis penyakit paru obstruktif
kronik atau kanker Adanya leukopenia ikterus terkenanya 3 atau lebih lobus dan
komplikasi ekstraparu merupakan petanda prognosis yang buruk Kuman gram
negatif menimbulkan prognosis yang lebih jelek 10
Prognosis pada orang tua dan anak kurang baik karena itu perlu perawatan di
RS kecuali bila penyakitnya ringan Orang dewasa (lt60 tahun) dapat berobat jalan
kecuali
1 Bila terdapat penyakit paru kronik
2 PN Meliputi banyak lobus
3 Disertai gambaran klinis yang berkaitan dengan mortalitas yang tinggi yaitu
30
a Usia gt 60 tahun
b Dijumpai adanya gejala pada saat masuk perawatan RS frekuensi napas gt 30
xm tekanan diastolik lt 60 mmHg leukosit abnormal (lt4500-gt30000)
BAB 3
KESIMPULAN
Pneumonia adalah salah satu penyakit akibat infeksi parenkim paru yang
dapat menyerang segala usia Pneumonia paling banyak disebabkan oleh infeksi
bakteri Streptococcus pneumonia dengan gejala yang muncul seperti demam batuk
berdahak sesak napas dan terkadang disertai nyeri dada
Pemeriksaan radiologi dalam hal ini foto thorax konvensional dan CT Scan
menjadi pemeriksaan yang sangat penting pada pneumonia Gambaran khas pada
pneumonia adalah adanya konsolidasi dengan adanya gambaran air bronchogram
Namun tidak semua pneumonia memberikan gambaran khas tersebut Untuk
menentukan etiologi pneumonia tidak dapat hanya semata-mata menggunakan foto
thorax melainkan harus dilihat dari riwayat penyakit dan juga pemeriksaan
laboratorium
Penatalaksanaan medis pada pneumonia adalah pemberian antibiotik yang
sesuai dengan kuman penyebab pneumonia disamping terapi supportif lainnya
Prognosis pneumonia secara umum baik jika mendapat terapi antibiotik yang adekuat
faktor predisposisi pasien dan ada tidaknya komplikasi yang menyertai
31
DAFTAR PUSTAKA
1 Dahlan Z 2006 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Pulmonologi Pusat
Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas kedokteran Universitas
Indonesia Jakarta
2 Price SA Wilson LM 2005 Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit Edisi 6 Volume 2 Penerbit EGC Jakarta
3 Soedarsono 2004 Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru Bagian Ilmu Penyakit Paru
FK UNAIR Surabaya
4 Aru W Bambang Idrus A Marcellus Siti S ed Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Jilid II Edisi 4 Jakarta Pusat Penerbitan Departemen IPD RSCM
2007
5 Perhimpunan Dokter Paru Indonesia Pedoman Diagnosis dan
penatalaksanaan Pneumonia Komuniti2003
6 Perhimpunan Dokter Paru Indonesia Pedoman Diagnosis dan
penatalaksanaan Pneumonia Nosokomial2003
7 Barlett JG Dowell SF Mondell LA File TM Mushor DM Fine MJ Practice
guidelines for management community-acquiredd pneumonia in adults Clin
infect Dis 2000 31 347-82
8 Mandell LA IDSAATS consensus guidelines on the management of
community-acquired pneumonia in adults CID 200744S27
9 Menendez R Treatment failure in community-acquired pneumonia
0071321348
32
10 Niederman MS Recent advances in community-acquired pneumonia inpatient
and outpatient Chest 20071311205
33
- 22 Definisi Pneumonia
- Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius dan alveoli serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat yang disebabkan oleh mikroorganisme (bakterivirusjamurprotozoa)3
- 23 Epidemiologi Pneumonia
- 25 Klasifikasi Pneumonia
- Terutama pada jaringan penyangga yaitu interstitial dinding bronkus dan peribronkil Peradangan dapat ditemumkan pada infeksi virus dan mycoplasma Terjadi edema dinding bronkioli dan juga edema jaringan interstisial prebronkial Radiologis berupa bayangan udara pada alveolus masih terlihat diliputi perselubungan yang tidak merata 5
- 26 Patofisiologi Pneumonia
- 27 Diagnosis Pneumonia
- 28 Diagnosis Banding Pneumonia
- 29 Penatalaksanaan
- 210 Komplikasi Pneumonia
-
3 minggu ndash 3 bulan
Bakteria Clamydia trachomatis Streptococcus pneumoniae
Virus Respiratory syncytial virus Influenza virus Para influenza virus
12 and 3 Adenovirus
Bakteria Bordetella pertusis Haemophillusinfluenza type B amp
non typeable Moxarella catarrhalis Staphylococcus aureus Ureaplasma urealyticum
Virus Cytomegalovirus
4 bulan ndash5 tahun
Bakteria Streptococcus pneumoniae Clamydia pneumoniae Mycoplasma pneumoniae
Virus Respiratory syncytial virus Influenza virus Parainfluenza virus Rhinovirus Adenovirus Measles
Bakteria Haemophillus influenza type B Moxarella catarrhalis Neisseria meningitis Staphylococcus aureus
Virus Varicella zoster virus
5 tahun ndash dewasa Bakteria Clamydia pneumonia Mycoplasma pneumonia Streptococcus pneumoniae
Bakteria Haemophillus influenza type B Legionella species Staphylococcus aureus
Virus Adenovirus Epstein barr virus Influenza virus Parainfluenza virus Rhinovirus Respiratory syncytial virus Varicella zoster virus
Tabel 2 Mikroorganisme penyebab pneumonia menurut keadaan klinis terjadinya infeksi 4
7
Communityy-acquired acute pneumonia
Streptococcus pneumoniaHaemophilus influenzaeMoraxella catarrhalisStaphylococcus aureusLegionella pneumophilaEnterobacteriaceae (Klebsiella pneumoniae) and Pseudomonas sppCommunity-acquired atypical pneumonia
Mycoplasma pneumoniaChlamydia spp (C pneumoniae C psittaci C trachomatis)Coxiella burnetii (Q fever)Viruses respiratory syncytial virus parainfluenza virus (children) influenza A and B (adults) adenovirus(military recruits) SARS virusHospital-acquired pneumonia
Gram-negative rods Enterobacteriaceae (Klebsiella spp Serratia marcescens Escherichia coli) andPseudomonas sppStaphylococcus aureus (usually penicillin resistant)Pneumonia kronis
NocardiaActinomycesGranulomatous Mycobacterium tuberculosis and atypical mycobacteria Histoplasma capsulatumCoccidioides immitis Blastomyces dermatitidis
25 Klasifikasi Pneumonia
1 Menurut sifatnya yaitu
a Pneumonia primer yaitu radang paru yang terserang pada orang yang tidak
mempunya faktor resiko tertentu Kuman penyebab utama yaitu
Staphylococcus pneumoniae ( pneumokokus) Hemophilus influenzae juga
8
Virus penyebab infeksi pernapasan( Influenza Parainfluenza RSV) Selain itu
juga bakteri pneumonia yang tidak khas( ldquoatypicalrdquo) yaitu mykoplasma
chlamydia dan legionella
b Pneumonia sekunder yaitu terjadi pada orang dengan faktor predisposisi
selain penderita penyakit paru lainnnya seperti COPD terutama juga bagi
mereka yang mempunyai penyakit menahun seperti diabetes mellitus HIV
dan kankerdll 2
2 Berdasarkan Kuman penyebab
a Pneumonia bakterial tipikal Dapat terjadi pada semua usia Beberapa bakteri
mempunyai tendensi menyerang sesorang yang peka misalnya Klebsiella
pada penderita alkoholikStaphyllococcus pada penderita pasca infeksi
influenza
b Pneumonia atipikal disebabkan Mycoplasma Legionella dan Chlamydia
c Pneumonia virus disebabkan oleh virus RSV Influenza virus
d Pneumonia jamur sering merupakan infeksi sekunder Predileksi terutama pada
penderita dengan daya tahan lemah (immunocompromised) 5
3 Berdasarkan klinis dan epidemiologi
a Pneumonia komuniti (Community-acquired pneumonia= CAP) pneumonia
yang terjadi di lingkungan rumah atau masyarakat juga termasuk pneumonia
yang terjadi di rumah sakit dengan masa inap kurang dari 48 jam 5
b Penumonia nosokomial (Hospital-acquired Pneumonia= HAP) merupakan
pneumonia yang terjadi di ldquorumah sakitrdquo infeksi terjadi setelah 48 jam berada
9
di rumah sakit Kuman penyebab sangat beragam yang sering di temukan
yaitu Staphylococcus aureus atau bakteri dengan gramm negatif lainnya
seperti Ecoli Klebsiella pneumoniae Pseudomonas aeroginosa Proteus dll
Tingkat resistensi obat tergolong tinggi untuk bakteri penyebab HAP 6
c Pneumonia aspirasi
4 Berdasarkan lokasi infeksi
a Pneumonia lobaris
Pneumonia focal yang melibatkan satu beberapa lobus paru Bronkus besar
umumnya tetap berisi udara sehingga memberikan gambaran
airbronchogram Konsolidasi yang timbul merupakan hasil dari cairan edema
yang menyebar melalui pori-pori Kohn Penyebab terbanyak pneumonia
lobaris adalah Streptococcus pneumoniae Jarang pada bayi dan orang tua
Pneumonia yang terjadi pada satu lobus atau segmen Kemungkinan sekunder
disebabkan oleh adanya obstruksi bronkus seperti aspirasi benda asing atau
adanya proses keganasan 5
b Bronko pneumonia (Pneumonia lobularis)
Inflamasi paru-paru biasanya dimulai di bronkiolus terminalis Bronkiolus
terminalis menjadi tersumbat dengan eksudat mukopurulen membentuk
bercak-bercak konsolidasi di lobulus yang bersebelahan Ditandai dengan
adanya bercak-bercak infiltrate multifocal pada lapangan paru Dapat
disebabkan oleh bakteri maupun virus Sering pada bayi dan orang tua Jarang
dihubungkan dengan obstruksi bronkus 5
10
c Pneumonia interstisial
Terutama pada jaringan penyangga yaitu interstitial dinding bronkus dan
peribronkil Peradangan dapat ditemumkan pada infeksi virus dan
mycoplasma Terjadi edema dinding bronkioli dan juga edema jaringan
interstisial prebronkial Radiologis berupa bayangan udara pada alveolus
masih terlihat diliputi perselubungan yang tidak merata 5
26 Patofisiologi Pneumonia
Pneumonia yang dipicu oleh bakteri bisa menyerang siapa saja dari bayi
sampai usia lanjut Pecandu alcohol pasien pasca operasi orang-orang dengan
gangguan penyakit pernapasan sedang terinfeksi virus atau menurun kekebalan
tubuhnya adalah yang paling berisiko1
Sebenarnya bakteri pneumonia itu ada dan hidup normal pada tenggorokan
yang sehat Pada saat pertahanan tubuh menurun misalnya karena penyakit usia
lanjut dan malnutrisi bakteri pneumonia akan dengan cepat berkembang biak dan
merusak organ paru-paru1
Kerusakan jaringan paru setelah kolonisasi suatu mikroorganisme paru
banyak disebabkan oleh reaksi imun dan peradangan yang dilakukan oleh pejamu
Selain itu toksin-toksin yang dikeluarkan oleh bakteri pada pneumonia bakterialis
dapat secara langsung merusak sel-sel system pernapasan bawah Ada beberapa cara
mikroorganisme mencapai permukaan 5
1 Inokulasi langsung
11
2 Penyebaran melalui pembuluh darah
3 Inhalasi bahan aerosol
4 Kolonisasi dipermukaan mukosa
Dari keempat cara tersebut diatas yang terbanyak adalah cara kolonisasi
Secara inhalasi terjadi pada infeksi virus mikroorganisme atipikal mikrobakteria
atau jamur Kebanyakan bakteri dengan ukuran 05 ndash 20 nm melalui udara dapat
mencapai bronkus terminal atau alveoli dan selanjutnya terjadi proses infeksi Bila
terjadi kolonisasi pada saluran napas atas (hidung orofaring) kemudian terjadi
aspirasi ke saluran napas bawah dan terjadi inokulasi mikroorganisme hal ini
merupakan permulaan infeksi dari sebagian besar infeksi paru Aspirasi dari sebagian
kecil sekret orofaring terjadi pada orang normal waktu tidur (50) juga pada keadaan
penurunan kesadaran peminum alkohol dan pemakai obat (drug abuse) 5
Basil yang masuk bersama sekret bronkus ke dalam alveoli menyebabkan
reaksi radang berupa edema seluruh alveoli disusul dengan infiltrasi sel-sel PMN dan
diapedesis eritrosit sehingga terjadi permulaan fagositosis sebelum terbentuknya
antibodi 5
Pneumonia bakterialis menimbulkan respon imun dan peradangan yang paling
mencolok Jika terjadi infeksi sebagian jaringan dari lobus paru-paru ataupun
seluruh lobus bahkan sebagian besar dari lima lobus paru-paru (tiga di paru-paru
kanan dan dua di paru-paru kiri) menjadi terisi cairan Dari jaringan paru-paru
infeksi dengan cepat menyebar ke seluruh tubuh melalui peredaran darah Bakteri
pneumokokus adalah kuman yang paling umum sebagai penyebab pneumonia
12
Terdapat empat stadium anatomic dari pneumonia terbagi atas
1 Stadium Kongesti (4 ndash 12 jam pertama)
Disebut hiperemia mengacu pada respon peradangan permulaan yang
berlangsung pada daerah baru yang terinfeksi Hal ini ditandai dengan peningkatan
aliran darah dan permeabilitas kapiler di tempat infeksi Hiperemia ini terjadi akibat
pelepasan mediator-mediator peradangan dari sel-sel mast setelah pengaktifan sel
imun dan cedera jaringan Mediator-mediator tersebut mencakup histamin dan
prostaglandin Degranulasi sel mast juga mengaktifkan jalur komplemen
Komplemen bekerja sama dengan histamin dan prostaglandin untuk melemaskan otot
polos vaskuler paru dan peningkatan permeabilitas kapiler paru Hal ini
mengakibatkan perpindahan eksudat plasma ke dalam ruang interstitium sehingga
terjadi pembengkakan dan edema antar kapiler dan alveolus Penimbunan cairan di
antara kapiler dan alveolus meningkatkan jarak yang harus ditempuh oleh oksigen
dan karbondioksida maka perpindahan gas ini dalam darah paling berpengaruh dan
sering mengakibatkan penurunan saturasi oksigen hemoglobin 2
2 Stadium Hepatisasi Merah (48 jam selanjutnya)
Terjadi sewaktu alveolus terisi oleh sel darah merah eksudat dan fibrin yang
dihasilkan oleh penjamu (host) sebagai bagian dari reaksi peradangan Lobus yang
terkena menjadi padat oleh karena adanya penumpukan leukosit eritrosit dan cairan
sehingga warna paru menjadi merah dan pada perabaan seperti hepar pada stadium
ini udara alveoli tidak ada atau sangat minimal sehingga anak akan bertambah sesak
Stadium ini berlangsung sangat singkat yaitu selama 48 jam 2
13
3 Stadium Hepatisasi Kelabu (Konsolidasi)
Terjadi sewaktu sel-sel darah putih mengkolonisasi daerah paru yang terinfeksi Pada
saat ini endapan fibrin terakumulasi di seluruh daerah yang cedera dan terjadi
fagositosis sisa-sisa sel Pada stadium ini eritrosit di alveoli mulai diresorbsi lobus
masih tetap padat karena berisi fibrin dan leukosit warna merah menjadi pucat kelabu
dan kapiler darah tidak lagi mengalami kongesti2
4 Stadium Akhir (Resolusi)
Eksudat yang mengalami konsolidasi di antara rongga alveoli dicerna secara
enzimatis yang diserap kembali atau dibersihkan dengan batuk Parenkim paru
kembali menjadi penuh dengan cairan dan basah sampai pulih mencapai keadaan
normal2
27 Diagnosis Pneumonia
271 Gambaran Klinis dan Pemeriksaan Fisik
Gejala-gejala pneumonia serupa untuk semua jenis pneumonia Gejalanya
meliputi
Gejala Mayor 1Batuk
2Sputum produktif
3Demam (suhugt38 0c)
Gejala Minor 1 sesak napas
2 nyeri dada
3 konsolidasi paru pada pemeriksaan fisik
4 jumlah leukosit gt12000L
14
Gambaran klinis biasanya didahului oleh infeksi saluran napas akut bagian
atas selama beberapa hari kemudian diikuti dengan demam menggigil suhu tubuh
kadang-kadang melebihi 40ordm C sakit tenggorokan nyeri otot dan sendi Juga disertai
batuk dengan sputum mukoid atau purulen kadang-kadang berdarah5
Pada pemeriksaan fisik dada terlihat bagian yang sakit tertinggal waktu
bernafas pada palpasi fremitus dapat mengeras pada perkusi redup pada auskultasi
terdengar suara napas bronkovesikuler sampai bronchial yang kadang-kadang
melemah Mungkin disertai ronkhi halus yang kemudian menjadi ronkhi basah kasar
pada stadium resolusi 5
272 Pemeriksaan Laboratorium
Pada pemeriksaan laboratorium terdapat peningkatan jumlah leukosit
biasanya gt10000ul kadang-kadang mencapai 30000ul dan pada hitungan jenis
leukosit terdapat pergeseran ke kiri serta terjadi peningkatan LED Untuk menentukan
diagnosis etiologi diperlukan pemeriksaan dahak kultur darah dan serologi Kultur
darah dapat positif pada 20-25 penderita yang tidak diobati Anlalisa gas darah
menunjukkan hipoksemia dan hiperkarbia pada stadium lanjut dapat terjadi asidosis
respiratorik 6
273 Gambaran Radiologis
Gambaran Radiologis pada foto thorax pada penyakit pneumonia antara lain
Perselubungankonsolidasi homogen atau inhomogen sesuai dengan lobus atau
segment paru secara anantomis
15
Batasnya tegas walaupun pada mulanya kurang jelas
Volume paru tidak berubah tidak seperti atelektasis dimana paru mengecil Tidak
tampak deviasi tracheaseptumfissure seperti pada atelektasis
Silhouette sign (+) bermanfaat untuk menentukan letak lesi paru batas lesi
dengan jantung hilang berarti lesi tersebut berdampingan dengan jantung atau di
lobus medius kanan
Seringkali terjadi komplikasi efusi pleura
Bila terjadinya pada lobus inferior maka sinus phrenicocostalis yang paling akhir
terkena
Pada permulaan sering masih terlihat vaskuler
Pada masa resolusi sering tampak Air Bronchogram Sign (terperangkapnya udara
pada bronkus karena tidanya pertukaran udara pada alveolus)
Foto thoraks saja tidak dapat secara khas menentukan penyebab pneumonia
hanya merupakan petunjuk ke arah diagnosis etiologi misalnya penyebab
pneumonia lobaris tersering disebabkan oleh Streptococcus pneumoniae
Pseudomonas aeruginosa sering memperlihatkan infiltrat bilateral atau gambaran
bronkopneumonia sedangkan Klebsiela pneumonia sering menunjukan konsolidasi
yang terjadi pada lobus atas kanan meskipun dapat mengenai beberapa lobus6
1Pneumonia Lobaris
Foto Thorax
16
Tampak gambaran gabungan konsolidasi berdensitas tinggi pada satu
segmenlobus (lobus kanan bawah PA maupun lateral)) atau bercak yang
mengikutsertakan alveoli yang tersebar Air bronchogram biasanya ditemukan
pada pneumonia jenis ini
CT Scan
17
Hasil CT dada ini menampilkan gambaran hiperdens di lobus atas kiri sampai ke
perifer
2 Bronchopneumonia (Pneumonia Lobularis)
Foto Thorax
Pada gambar diatas tampak konsolidasi tidak homogen di lobus atas kiri dan lobus
bawah kiri
CT Scan
18
Tampak gambaran opakhiperdens pada lobus tengah kanan namun tidak menjalar
sampai perifer
3 Pneumonia Interstisial
Foto Thorax
19
Terjadi edema dinding bronkioli dan juga edema jaringan interstitial
prebronkial Radiologis berupa bayangan udara pada alveolus masih terlihat
diliputi oleh perselubungan yang tidak merata
CT Scan
Gambaran CT Scan pneumonia interstitiak pada seorang pria berusia 19
tahun (A) Menunjukan area konsolidasi di percabangan peribronkovaskuler
yang irreguler (B) CT Scan pada hasil follow up selama 2 tahun menunjukan
area konsolidasi yang irreguler tersebut berkembang menjadi bronkiektasis
atau bronkiolektasis (tanda panah)
274 Pemeriksaan Bakteriologis
Bahan berasal dari sputum darah aspirasi nasotrakealtranstrakeal
torakosintesis bronkoskopi atau biopsi Kuman yang predominan pada sputum
disertai PMN yang kemungkinan penyebab infeksi 5
Pengambilan dahak dilakukan pagi hari Pasien mula-mula kumur-kumur
dengan akuades biasa setelah itu pasien diminta inspirasi dalam kemudian
membatukkan dahaknya Dahak ditampung dalam botol steril dan ditutup rapat
20
Dahak segera dikirim ke labolatorium (tidak boleh lebih dari 4 jam) Jika terjadi
kesulitan mengeluarkan dahak dapat dibantu nebulisasi dengan NaCl 3 Kriteria
dahak yang memenuhi syarat untuk pemeriksaan apusan langsung dan biarkan yaitu
bila ditemukan sel PMN gt 25lpk dan sel epitel lt 10lpk 5
28 Diagnosis Banding Pneumonia
ATuberculosis Paru (TB)
Tuberculosis Paru (TB) adalah suatu penyakit infeksi menular yang
disebabkan oleh M tuberculosis Jalan masuk untuk organism M tuberculosis adalah
saluran pernafasan saluran pencernaan Gejala klinis TB antara lain batuk lama yang
produktif (durasi lebih dari 3 minggu) nyeri dada dan hemoptisis dan gejala sistemik
meliputi demam menggigil keringat malam lemas hilang nafsu makan dan
penurunan berat badan3
Tampak gambaran cavitas pada paru lobus atas kanan pada foto thorax proyeksi PA
21
BAtelektasis
Atelektasis adalah istilah yang berarti pengembangan paru yang tidak
sempurna dan menyiratkan arti bahwa alveolus pada bagian paru yang terserang tidak
mengandung udara dan kolaps Memberikan gambaran yang mirip dengan pneumonia
tanpa air bronchogram Namun terdapat penarikan jantung trakea dan mediastinum
ke arah yang sakit karena adanya pengurangan volume interkostal space menjadi
lebih sempit dan pengecilan dari seluruh atau sebagian paru-paru yang sakit
Sehingga akan tampak thorax asimetris 3
Atelektasis pada foto thorax proyeksi PA
22
C Efusi Pleura
Memberi gambaran yang mirip dengan pneumonia tanpa air bronchogram
Terdapat penambahan volume sehingga terjadi pendorongan jantung trakea dan
mediastinum kearah yang sehat Rongga thorax membesar Pada edusi pleura
sebagian akan tampak meniscus sign (+) tanda khas pada efusi pleura 3
Efusi pleura pada foto thorax posisi PA
29 Penatalaksanaan
Pengobatan terdiri atas antibiotik dan pengobatan suportif Pemberian
antibiotik pada penderita pneumonia sebaiknya berdasarkan data mikroorganisme dan
hasil uji kepekaannya akan tetapi karena beberapa alasan yaitu 7
1 penyakit yang berat dapat mengancam jiwa
2 bakteri patogen yang berhasil diisolasi belum tentu sebagai penyebab pneumonia
3 hasil pembiakan bakteri memerlukan waktu
23
Maka pada penderita pneumonia dapat diberikan terapi secara empiris Secara
umum pemilihan antibiotic berdasarkan baktri penyebab pneumonia dapat dilihat
sebagai berikut 751
1 Pemberian Antibiotik
Penisilin sensitif Streptococcus pneumonia (PSSP)
1048707 Golongan Penisilin
1048707 TMP-SMZ
1048707 Makrolid
Penisilin resisten Streptococcus pneumoniae (PRSP)
1048707 Betalaktam oral dosis tinggi (untuk rawat jalan)
1048707 Sefotaksim Seftriakson dosis tinggi
1048707 Marolid baru dosis tinggi
1048707 Fluorokuinolon respirasi
Pseudomonas aeruginosa
1048707 Aminoglikosid
1048707 Seftazidim Sefoperason Sefepim
1048707 Tikarsilin Piperasilin
1048707 Karbapenem Meropenem Imipenem
1048707 Siprofloksasin Levofloksasin
Methicillin resistent Staphylococcus aureus (MRSA)
1048707 Vankomisin
1048707 Teikoplanin
1048707 Linezolid
Hemophilus influenzae
1048707 TMP-SMZ
1048707 Azitromisin
1048707 Sefalosporin gen 2 atau 3
24
1048707 Fluorokuinolon respirasi
Legionella
1048707 Makrolid
1048707 Fluorokuinolon
1048707 Rifampisin
Mycoplasma pneumoniae
1048707 Doksisiklin
1048707 Makrolid
1048707 Fluorokuinolon
Chlamydia pneumoniae
1048707 Doksisikin
1048707 Makrolid
1048707 Fluorokuinolon
25
26
Tabel 3 Rekomendasi Terapi Empiris (ATS 2001) 8
Kategori Keterangan Kuman Penyebab Obat Pilihan I Obat Pilihan II
Kategori I Usia
penderita
lt 65 tahun
-Penyakit
Penyerta (-)
-Dapat
berobat jalan
-Spneumonia
-Mpneumonia
-Cpneumonia
-Hinfluenzae
-Legionale sp
-Saureus
-Mtuberculosis
-Batang Gram (-)
Klaritromisin
2x250 mg
- -Azitromisin
1x500mg
- Rositromisin
2x150 mg atau
1x300 mg
- Siprofloksasin
2x500mg atau
Ofloksasin 2x400mg
- Levofloksasin
1x500mg atau
Moxifloxacin
1x400mg
- Doksisiklin 2x100mg
Kategori II -Usia
penderita gt
65 tahun
- Peny
Penyerta (+)
-Dapat
berobat jalan
-Spneumonia
Hinfluenzae
Batang gram(-)
Aerob
Saures
Mcatarrhalis
Legionalle sp
-Sepalospporin
generasi 2
-Trimetroprim
+Kotrimoksazol
-Betalaktam
-Makrolid
-Levofloksasin
-Gatifloksasin
-Moxyfloksasin
Kategori
III
-Pneumonia
berat
- Perlu
dirawat di
RStapi tidak
perlu di ICU
-Spneumoniae
-Hinfluenzae
-Polimikroba
termasuk Aerob
-Batang Gram (-)
-Legionalla sp
-Saureus
Mpneumoniae
- Sefalosporin
Generasi 2 atau
3
- Betalaktam +
Penghambat
Betalaktamase
+makrolid
-Piperasilin +
tazobaktam
-Sulferason
Kategori
IV
-Pneumonia
berat
-Perlu dirawat
di ICU
-Spneumonia
-Legionella sp
-Batang Gram (-)
aerob
-Mpneumonia
-Virus
-Hinfluenzae
-Mtuberculosis
-Jamur endemic
- Sefalosporin
generasi 3
(anti
pseudomonas)
+ makrolid
- Sefalosporin
generasi 4
- Sefalosporin
generasi 3 +
kuinolon
-Carbapenem
meropenem
-Vankomicin
-Linesolid
-Teikoplanin
2 Terapi Suportif Umum
1 Terapi O2 untuk mencapai PaO2 80-100 mmHg atau saturasi 95-96 berdasarkan
pemeriksaan analisis gas darah
2 Humidifikasi dengan nebulizer untuk pengenceran dahak yang kental dapat
disertai nebulizer untuk pemberian bronkodilator bila terdapat bronkospasme
3 Fisioterapi dada untuk pengeluaran dahak khususnya anjuran untuk batuk dan
napas dalam Bila perlu dikerjakan fish mouth breathing untuk melancarkan
ekspirasi dan pengeluarn CO2 Posisi tidur setengah duduk untuk melancarkan
pernapasan7
4 Pengaturan cairan Keutuhan kapiler paru sering terganggu pada pneumonia dan
paru lebih sensitif terhadap pembebanan cairan terutama bila terdapat pneumonia
bilateral Pemberian cairan pada pasien harus diatur dengan baik termasuk pada
keadaan gangguan sirkulasi dan gagal ginjal Overhidrasi untuk maksud
mengencerkan dahak tidak diperkenankan 9
5 Pemberian kortikosteroid pada fase sepsis berat perlu diberikan Terapi ini tidak
bermanfaat pada keadaan renjatan septik
6 Obat inotropik seperti dobutamin atau dopamin kadang-kadang diperlukan bila
terdapat komplikasi gangguan sirkulasi atau gagal ginjal prerenal
7 Ventilasi mekanis indikasi intubasi dan pemasangan ventilator pada pneumonia
adalah
27
a Hipoksemia persisten meskipun telah diberikan O2 100 dengan
menggunakaan masker Kosentrasi O2 yang tinggi menyebabkan penurunan
pulmonary compliance hingga tekanan inflasi meninggi Dalam hal ini perlu
dipergunakan PEEP untuk memperbaiki oksigenisasi dan menurunkan FiO2
menjadi 50 atau lebih rendah9
b Gagal napas yang ditandai oleh peningkatan respiratory distress dengan atau
didapat asidosis respiratorik
c Respiratory arrest
d Retensi sputum yang sulit diatasi secara konservatif
8 Drainase empiema bila ada
9 Bila terdapat gagal napas diberikan nutrisi dengan kalori yang cukup yang
didapatkan terutama dari lemak (gt50) hingga dapat dihindari pembentukan
CO2 yang berlebihan9
3 Terapi Sulih (switch therapy)
Masa perawatan di rumah sakit sebaiknya dipersingkat dengan perubahan obat
suntik ke oral dilanjutkan dengan berobat jalan hal ini untuk mengurangi biaya
perawatan dan mencegah infeksi nosokomial Perubahan ini dapat diberikan secara
sequential (obat sama potensi sama) switch over (obat berbeda potensi sama) dan
step down (obat sama atau berbeda potensi lebih rendah) Pasien beralih dari
intravena ke oral terapi ketika hemodinamik sudah stabil dan perbaikan terbukti
secara secara klinis dapat menelan obat-obatan dan memiliki saluran pencernaan
berfungsi normal 10
28
Kriteria untuk Pneumonia terkait stabilitas klinis adalah 9
1 Temp le 378 C Kesadaran baik
2 Denyut jantung le 100 denyut menit
3 Respirasi ratele 24 napas menit
4 Tekanan darah sistolik ge 90 mmHg
5 Saturasi O2 arteri ge 90 atau pO2 ge 60 mmHg pada ruang udara
6 Kemampuan untuk mengambil asupan oral
210 Komplikasi Pneumonia
1 Efusi pleura dan empiema Terjadi pada sekitar 45 kasus terutama pada infeksi
bakterial akut berupa efusi parapneumonik gram negative sebesar 60
Staphylococcus aureus 50 S pneumoniae 40-60 kuman anaerob 35
Sedangkan pada Mycoplasmapneumoniae sebesar 20 Cairannya transudat dan
steril Terkadang pada infeksi bakterial terjadi empiema dengan cairan eksudat
2 Komplikasi sistemik Dapat terjadi akibat invasi kuman atau bakteriemia berupa
meningitis Dapat juga terjadi dehidrasi dan hiponatremia anemia pada infeksi
kronik peningguan ureum dan enzim hati Kadang-kadang terjadi peninggian
fostase alkali dan bilirubin akibat adanya kolestasis intrahepatik
3 Hipoksemia akibat gangguan difusi
4 Abses Paru terbentuk akibat eksudat di alveolus paru sehingga terjadi infeksi
oleh kuman anaerob dan bakteri gram negative
29
5 Pneumonia kronik yang dapat terjadi bila pneumonia berlangsung lebih dari 4-6
minggu akibat kuman anaerob S aureus dan kuman Gram (-) seperti
Pseudomonas aeruginosa
6 Bronkiektasis Biasanya terjadi karena pneunomia pada masa anak-anak tetapi
dapat juga oleh infeksi berulang di lokasi bronkus distal pada cystic fibrosis atau
hipogamaglobulinemia tuberkulosis atau pneumonia nekrotikans 3
211 Prognosis Pneumonia
Angka morbiditas dan mortalitas pneumonia menurun sejak ditemukannya
antibiotik Faktor yang berperan adalah patogenitas kuman usia penyakit dasar dan
kondisi pasien Secara umum angka kematian pneumonia pneumokokus adalah
sebesar 5 namun dapat meningkat menjadi 60 pada orang tua dengan kondisi
yang buruk misalnya gangguan imunologis sirosis hepatis penyakit paru obstruktif
kronik atau kanker Adanya leukopenia ikterus terkenanya 3 atau lebih lobus dan
komplikasi ekstraparu merupakan petanda prognosis yang buruk Kuman gram
negatif menimbulkan prognosis yang lebih jelek 10
Prognosis pada orang tua dan anak kurang baik karena itu perlu perawatan di
RS kecuali bila penyakitnya ringan Orang dewasa (lt60 tahun) dapat berobat jalan
kecuali
1 Bila terdapat penyakit paru kronik
2 PN Meliputi banyak lobus
3 Disertai gambaran klinis yang berkaitan dengan mortalitas yang tinggi yaitu
30
a Usia gt 60 tahun
b Dijumpai adanya gejala pada saat masuk perawatan RS frekuensi napas gt 30
xm tekanan diastolik lt 60 mmHg leukosit abnormal (lt4500-gt30000)
BAB 3
KESIMPULAN
Pneumonia adalah salah satu penyakit akibat infeksi parenkim paru yang
dapat menyerang segala usia Pneumonia paling banyak disebabkan oleh infeksi
bakteri Streptococcus pneumonia dengan gejala yang muncul seperti demam batuk
berdahak sesak napas dan terkadang disertai nyeri dada
Pemeriksaan radiologi dalam hal ini foto thorax konvensional dan CT Scan
menjadi pemeriksaan yang sangat penting pada pneumonia Gambaran khas pada
pneumonia adalah adanya konsolidasi dengan adanya gambaran air bronchogram
Namun tidak semua pneumonia memberikan gambaran khas tersebut Untuk
menentukan etiologi pneumonia tidak dapat hanya semata-mata menggunakan foto
thorax melainkan harus dilihat dari riwayat penyakit dan juga pemeriksaan
laboratorium
Penatalaksanaan medis pada pneumonia adalah pemberian antibiotik yang
sesuai dengan kuman penyebab pneumonia disamping terapi supportif lainnya
Prognosis pneumonia secara umum baik jika mendapat terapi antibiotik yang adekuat
faktor predisposisi pasien dan ada tidaknya komplikasi yang menyertai
31
DAFTAR PUSTAKA
1 Dahlan Z 2006 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Pulmonologi Pusat
Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas kedokteran Universitas
Indonesia Jakarta
2 Price SA Wilson LM 2005 Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit Edisi 6 Volume 2 Penerbit EGC Jakarta
3 Soedarsono 2004 Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru Bagian Ilmu Penyakit Paru
FK UNAIR Surabaya
4 Aru W Bambang Idrus A Marcellus Siti S ed Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Jilid II Edisi 4 Jakarta Pusat Penerbitan Departemen IPD RSCM
2007
5 Perhimpunan Dokter Paru Indonesia Pedoman Diagnosis dan
penatalaksanaan Pneumonia Komuniti2003
6 Perhimpunan Dokter Paru Indonesia Pedoman Diagnosis dan
penatalaksanaan Pneumonia Nosokomial2003
7 Barlett JG Dowell SF Mondell LA File TM Mushor DM Fine MJ Practice
guidelines for management community-acquiredd pneumonia in adults Clin
infect Dis 2000 31 347-82
8 Mandell LA IDSAATS consensus guidelines on the management of
community-acquired pneumonia in adults CID 200744S27
9 Menendez R Treatment failure in community-acquired pneumonia
0071321348
32
10 Niederman MS Recent advances in community-acquired pneumonia inpatient
and outpatient Chest 20071311205
33
- 22 Definisi Pneumonia
- Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius dan alveoli serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat yang disebabkan oleh mikroorganisme (bakterivirusjamurprotozoa)3
- 23 Epidemiologi Pneumonia
- 25 Klasifikasi Pneumonia
- Terutama pada jaringan penyangga yaitu interstitial dinding bronkus dan peribronkil Peradangan dapat ditemumkan pada infeksi virus dan mycoplasma Terjadi edema dinding bronkioli dan juga edema jaringan interstisial prebronkial Radiologis berupa bayangan udara pada alveolus masih terlihat diliputi perselubungan yang tidak merata 5
- 26 Patofisiologi Pneumonia
- 27 Diagnosis Pneumonia
- 28 Diagnosis Banding Pneumonia
- 29 Penatalaksanaan
- 210 Komplikasi Pneumonia
-
Communityy-acquired acute pneumonia
Streptococcus pneumoniaHaemophilus influenzaeMoraxella catarrhalisStaphylococcus aureusLegionella pneumophilaEnterobacteriaceae (Klebsiella pneumoniae) and Pseudomonas sppCommunity-acquired atypical pneumonia
Mycoplasma pneumoniaChlamydia spp (C pneumoniae C psittaci C trachomatis)Coxiella burnetii (Q fever)Viruses respiratory syncytial virus parainfluenza virus (children) influenza A and B (adults) adenovirus(military recruits) SARS virusHospital-acquired pneumonia
Gram-negative rods Enterobacteriaceae (Klebsiella spp Serratia marcescens Escherichia coli) andPseudomonas sppStaphylococcus aureus (usually penicillin resistant)Pneumonia kronis
NocardiaActinomycesGranulomatous Mycobacterium tuberculosis and atypical mycobacteria Histoplasma capsulatumCoccidioides immitis Blastomyces dermatitidis
25 Klasifikasi Pneumonia
1 Menurut sifatnya yaitu
a Pneumonia primer yaitu radang paru yang terserang pada orang yang tidak
mempunya faktor resiko tertentu Kuman penyebab utama yaitu
Staphylococcus pneumoniae ( pneumokokus) Hemophilus influenzae juga
8
Virus penyebab infeksi pernapasan( Influenza Parainfluenza RSV) Selain itu
juga bakteri pneumonia yang tidak khas( ldquoatypicalrdquo) yaitu mykoplasma
chlamydia dan legionella
b Pneumonia sekunder yaitu terjadi pada orang dengan faktor predisposisi
selain penderita penyakit paru lainnnya seperti COPD terutama juga bagi
mereka yang mempunyai penyakit menahun seperti diabetes mellitus HIV
dan kankerdll 2
2 Berdasarkan Kuman penyebab
a Pneumonia bakterial tipikal Dapat terjadi pada semua usia Beberapa bakteri
mempunyai tendensi menyerang sesorang yang peka misalnya Klebsiella
pada penderita alkoholikStaphyllococcus pada penderita pasca infeksi
influenza
b Pneumonia atipikal disebabkan Mycoplasma Legionella dan Chlamydia
c Pneumonia virus disebabkan oleh virus RSV Influenza virus
d Pneumonia jamur sering merupakan infeksi sekunder Predileksi terutama pada
penderita dengan daya tahan lemah (immunocompromised) 5
3 Berdasarkan klinis dan epidemiologi
a Pneumonia komuniti (Community-acquired pneumonia= CAP) pneumonia
yang terjadi di lingkungan rumah atau masyarakat juga termasuk pneumonia
yang terjadi di rumah sakit dengan masa inap kurang dari 48 jam 5
b Penumonia nosokomial (Hospital-acquired Pneumonia= HAP) merupakan
pneumonia yang terjadi di ldquorumah sakitrdquo infeksi terjadi setelah 48 jam berada
9
di rumah sakit Kuman penyebab sangat beragam yang sering di temukan
yaitu Staphylococcus aureus atau bakteri dengan gramm negatif lainnya
seperti Ecoli Klebsiella pneumoniae Pseudomonas aeroginosa Proteus dll
Tingkat resistensi obat tergolong tinggi untuk bakteri penyebab HAP 6
c Pneumonia aspirasi
4 Berdasarkan lokasi infeksi
a Pneumonia lobaris
Pneumonia focal yang melibatkan satu beberapa lobus paru Bronkus besar
umumnya tetap berisi udara sehingga memberikan gambaran
airbronchogram Konsolidasi yang timbul merupakan hasil dari cairan edema
yang menyebar melalui pori-pori Kohn Penyebab terbanyak pneumonia
lobaris adalah Streptococcus pneumoniae Jarang pada bayi dan orang tua
Pneumonia yang terjadi pada satu lobus atau segmen Kemungkinan sekunder
disebabkan oleh adanya obstruksi bronkus seperti aspirasi benda asing atau
adanya proses keganasan 5
b Bronko pneumonia (Pneumonia lobularis)
Inflamasi paru-paru biasanya dimulai di bronkiolus terminalis Bronkiolus
terminalis menjadi tersumbat dengan eksudat mukopurulen membentuk
bercak-bercak konsolidasi di lobulus yang bersebelahan Ditandai dengan
adanya bercak-bercak infiltrate multifocal pada lapangan paru Dapat
disebabkan oleh bakteri maupun virus Sering pada bayi dan orang tua Jarang
dihubungkan dengan obstruksi bronkus 5
10
c Pneumonia interstisial
Terutama pada jaringan penyangga yaitu interstitial dinding bronkus dan
peribronkil Peradangan dapat ditemumkan pada infeksi virus dan
mycoplasma Terjadi edema dinding bronkioli dan juga edema jaringan
interstisial prebronkial Radiologis berupa bayangan udara pada alveolus
masih terlihat diliputi perselubungan yang tidak merata 5
26 Patofisiologi Pneumonia
Pneumonia yang dipicu oleh bakteri bisa menyerang siapa saja dari bayi
sampai usia lanjut Pecandu alcohol pasien pasca operasi orang-orang dengan
gangguan penyakit pernapasan sedang terinfeksi virus atau menurun kekebalan
tubuhnya adalah yang paling berisiko1
Sebenarnya bakteri pneumonia itu ada dan hidup normal pada tenggorokan
yang sehat Pada saat pertahanan tubuh menurun misalnya karena penyakit usia
lanjut dan malnutrisi bakteri pneumonia akan dengan cepat berkembang biak dan
merusak organ paru-paru1
Kerusakan jaringan paru setelah kolonisasi suatu mikroorganisme paru
banyak disebabkan oleh reaksi imun dan peradangan yang dilakukan oleh pejamu
Selain itu toksin-toksin yang dikeluarkan oleh bakteri pada pneumonia bakterialis
dapat secara langsung merusak sel-sel system pernapasan bawah Ada beberapa cara
mikroorganisme mencapai permukaan 5
1 Inokulasi langsung
11
2 Penyebaran melalui pembuluh darah
3 Inhalasi bahan aerosol
4 Kolonisasi dipermukaan mukosa
Dari keempat cara tersebut diatas yang terbanyak adalah cara kolonisasi
Secara inhalasi terjadi pada infeksi virus mikroorganisme atipikal mikrobakteria
atau jamur Kebanyakan bakteri dengan ukuran 05 ndash 20 nm melalui udara dapat
mencapai bronkus terminal atau alveoli dan selanjutnya terjadi proses infeksi Bila
terjadi kolonisasi pada saluran napas atas (hidung orofaring) kemudian terjadi
aspirasi ke saluran napas bawah dan terjadi inokulasi mikroorganisme hal ini
merupakan permulaan infeksi dari sebagian besar infeksi paru Aspirasi dari sebagian
kecil sekret orofaring terjadi pada orang normal waktu tidur (50) juga pada keadaan
penurunan kesadaran peminum alkohol dan pemakai obat (drug abuse) 5
Basil yang masuk bersama sekret bronkus ke dalam alveoli menyebabkan
reaksi radang berupa edema seluruh alveoli disusul dengan infiltrasi sel-sel PMN dan
diapedesis eritrosit sehingga terjadi permulaan fagositosis sebelum terbentuknya
antibodi 5
Pneumonia bakterialis menimbulkan respon imun dan peradangan yang paling
mencolok Jika terjadi infeksi sebagian jaringan dari lobus paru-paru ataupun
seluruh lobus bahkan sebagian besar dari lima lobus paru-paru (tiga di paru-paru
kanan dan dua di paru-paru kiri) menjadi terisi cairan Dari jaringan paru-paru
infeksi dengan cepat menyebar ke seluruh tubuh melalui peredaran darah Bakteri
pneumokokus adalah kuman yang paling umum sebagai penyebab pneumonia
12
Terdapat empat stadium anatomic dari pneumonia terbagi atas
1 Stadium Kongesti (4 ndash 12 jam pertama)
Disebut hiperemia mengacu pada respon peradangan permulaan yang
berlangsung pada daerah baru yang terinfeksi Hal ini ditandai dengan peningkatan
aliran darah dan permeabilitas kapiler di tempat infeksi Hiperemia ini terjadi akibat
pelepasan mediator-mediator peradangan dari sel-sel mast setelah pengaktifan sel
imun dan cedera jaringan Mediator-mediator tersebut mencakup histamin dan
prostaglandin Degranulasi sel mast juga mengaktifkan jalur komplemen
Komplemen bekerja sama dengan histamin dan prostaglandin untuk melemaskan otot
polos vaskuler paru dan peningkatan permeabilitas kapiler paru Hal ini
mengakibatkan perpindahan eksudat plasma ke dalam ruang interstitium sehingga
terjadi pembengkakan dan edema antar kapiler dan alveolus Penimbunan cairan di
antara kapiler dan alveolus meningkatkan jarak yang harus ditempuh oleh oksigen
dan karbondioksida maka perpindahan gas ini dalam darah paling berpengaruh dan
sering mengakibatkan penurunan saturasi oksigen hemoglobin 2
2 Stadium Hepatisasi Merah (48 jam selanjutnya)
Terjadi sewaktu alveolus terisi oleh sel darah merah eksudat dan fibrin yang
dihasilkan oleh penjamu (host) sebagai bagian dari reaksi peradangan Lobus yang
terkena menjadi padat oleh karena adanya penumpukan leukosit eritrosit dan cairan
sehingga warna paru menjadi merah dan pada perabaan seperti hepar pada stadium
ini udara alveoli tidak ada atau sangat minimal sehingga anak akan bertambah sesak
Stadium ini berlangsung sangat singkat yaitu selama 48 jam 2
13
3 Stadium Hepatisasi Kelabu (Konsolidasi)
Terjadi sewaktu sel-sel darah putih mengkolonisasi daerah paru yang terinfeksi Pada
saat ini endapan fibrin terakumulasi di seluruh daerah yang cedera dan terjadi
fagositosis sisa-sisa sel Pada stadium ini eritrosit di alveoli mulai diresorbsi lobus
masih tetap padat karena berisi fibrin dan leukosit warna merah menjadi pucat kelabu
dan kapiler darah tidak lagi mengalami kongesti2
4 Stadium Akhir (Resolusi)
Eksudat yang mengalami konsolidasi di antara rongga alveoli dicerna secara
enzimatis yang diserap kembali atau dibersihkan dengan batuk Parenkim paru
kembali menjadi penuh dengan cairan dan basah sampai pulih mencapai keadaan
normal2
27 Diagnosis Pneumonia
271 Gambaran Klinis dan Pemeriksaan Fisik
Gejala-gejala pneumonia serupa untuk semua jenis pneumonia Gejalanya
meliputi
Gejala Mayor 1Batuk
2Sputum produktif
3Demam (suhugt38 0c)
Gejala Minor 1 sesak napas
2 nyeri dada
3 konsolidasi paru pada pemeriksaan fisik
4 jumlah leukosit gt12000L
14
Gambaran klinis biasanya didahului oleh infeksi saluran napas akut bagian
atas selama beberapa hari kemudian diikuti dengan demam menggigil suhu tubuh
kadang-kadang melebihi 40ordm C sakit tenggorokan nyeri otot dan sendi Juga disertai
batuk dengan sputum mukoid atau purulen kadang-kadang berdarah5
Pada pemeriksaan fisik dada terlihat bagian yang sakit tertinggal waktu
bernafas pada palpasi fremitus dapat mengeras pada perkusi redup pada auskultasi
terdengar suara napas bronkovesikuler sampai bronchial yang kadang-kadang
melemah Mungkin disertai ronkhi halus yang kemudian menjadi ronkhi basah kasar
pada stadium resolusi 5
272 Pemeriksaan Laboratorium
Pada pemeriksaan laboratorium terdapat peningkatan jumlah leukosit
biasanya gt10000ul kadang-kadang mencapai 30000ul dan pada hitungan jenis
leukosit terdapat pergeseran ke kiri serta terjadi peningkatan LED Untuk menentukan
diagnosis etiologi diperlukan pemeriksaan dahak kultur darah dan serologi Kultur
darah dapat positif pada 20-25 penderita yang tidak diobati Anlalisa gas darah
menunjukkan hipoksemia dan hiperkarbia pada stadium lanjut dapat terjadi asidosis
respiratorik 6
273 Gambaran Radiologis
Gambaran Radiologis pada foto thorax pada penyakit pneumonia antara lain
Perselubungankonsolidasi homogen atau inhomogen sesuai dengan lobus atau
segment paru secara anantomis
15
Batasnya tegas walaupun pada mulanya kurang jelas
Volume paru tidak berubah tidak seperti atelektasis dimana paru mengecil Tidak
tampak deviasi tracheaseptumfissure seperti pada atelektasis
Silhouette sign (+) bermanfaat untuk menentukan letak lesi paru batas lesi
dengan jantung hilang berarti lesi tersebut berdampingan dengan jantung atau di
lobus medius kanan
Seringkali terjadi komplikasi efusi pleura
Bila terjadinya pada lobus inferior maka sinus phrenicocostalis yang paling akhir
terkena
Pada permulaan sering masih terlihat vaskuler
Pada masa resolusi sering tampak Air Bronchogram Sign (terperangkapnya udara
pada bronkus karena tidanya pertukaran udara pada alveolus)
Foto thoraks saja tidak dapat secara khas menentukan penyebab pneumonia
hanya merupakan petunjuk ke arah diagnosis etiologi misalnya penyebab
pneumonia lobaris tersering disebabkan oleh Streptococcus pneumoniae
Pseudomonas aeruginosa sering memperlihatkan infiltrat bilateral atau gambaran
bronkopneumonia sedangkan Klebsiela pneumonia sering menunjukan konsolidasi
yang terjadi pada lobus atas kanan meskipun dapat mengenai beberapa lobus6
1Pneumonia Lobaris
Foto Thorax
16
Tampak gambaran gabungan konsolidasi berdensitas tinggi pada satu
segmenlobus (lobus kanan bawah PA maupun lateral)) atau bercak yang
mengikutsertakan alveoli yang tersebar Air bronchogram biasanya ditemukan
pada pneumonia jenis ini
CT Scan
17
Hasil CT dada ini menampilkan gambaran hiperdens di lobus atas kiri sampai ke
perifer
2 Bronchopneumonia (Pneumonia Lobularis)
Foto Thorax
Pada gambar diatas tampak konsolidasi tidak homogen di lobus atas kiri dan lobus
bawah kiri
CT Scan
18
Tampak gambaran opakhiperdens pada lobus tengah kanan namun tidak menjalar
sampai perifer
3 Pneumonia Interstisial
Foto Thorax
19
Terjadi edema dinding bronkioli dan juga edema jaringan interstitial
prebronkial Radiologis berupa bayangan udara pada alveolus masih terlihat
diliputi oleh perselubungan yang tidak merata
CT Scan
Gambaran CT Scan pneumonia interstitiak pada seorang pria berusia 19
tahun (A) Menunjukan area konsolidasi di percabangan peribronkovaskuler
yang irreguler (B) CT Scan pada hasil follow up selama 2 tahun menunjukan
area konsolidasi yang irreguler tersebut berkembang menjadi bronkiektasis
atau bronkiolektasis (tanda panah)
274 Pemeriksaan Bakteriologis
Bahan berasal dari sputum darah aspirasi nasotrakealtranstrakeal
torakosintesis bronkoskopi atau biopsi Kuman yang predominan pada sputum
disertai PMN yang kemungkinan penyebab infeksi 5
Pengambilan dahak dilakukan pagi hari Pasien mula-mula kumur-kumur
dengan akuades biasa setelah itu pasien diminta inspirasi dalam kemudian
membatukkan dahaknya Dahak ditampung dalam botol steril dan ditutup rapat
20
Dahak segera dikirim ke labolatorium (tidak boleh lebih dari 4 jam) Jika terjadi
kesulitan mengeluarkan dahak dapat dibantu nebulisasi dengan NaCl 3 Kriteria
dahak yang memenuhi syarat untuk pemeriksaan apusan langsung dan biarkan yaitu
bila ditemukan sel PMN gt 25lpk dan sel epitel lt 10lpk 5
28 Diagnosis Banding Pneumonia
ATuberculosis Paru (TB)
Tuberculosis Paru (TB) adalah suatu penyakit infeksi menular yang
disebabkan oleh M tuberculosis Jalan masuk untuk organism M tuberculosis adalah
saluran pernafasan saluran pencernaan Gejala klinis TB antara lain batuk lama yang
produktif (durasi lebih dari 3 minggu) nyeri dada dan hemoptisis dan gejala sistemik
meliputi demam menggigil keringat malam lemas hilang nafsu makan dan
penurunan berat badan3
Tampak gambaran cavitas pada paru lobus atas kanan pada foto thorax proyeksi PA
21
BAtelektasis
Atelektasis adalah istilah yang berarti pengembangan paru yang tidak
sempurna dan menyiratkan arti bahwa alveolus pada bagian paru yang terserang tidak
mengandung udara dan kolaps Memberikan gambaran yang mirip dengan pneumonia
tanpa air bronchogram Namun terdapat penarikan jantung trakea dan mediastinum
ke arah yang sakit karena adanya pengurangan volume interkostal space menjadi
lebih sempit dan pengecilan dari seluruh atau sebagian paru-paru yang sakit
Sehingga akan tampak thorax asimetris 3
Atelektasis pada foto thorax proyeksi PA
22
C Efusi Pleura
Memberi gambaran yang mirip dengan pneumonia tanpa air bronchogram
Terdapat penambahan volume sehingga terjadi pendorongan jantung trakea dan
mediastinum kearah yang sehat Rongga thorax membesar Pada edusi pleura
sebagian akan tampak meniscus sign (+) tanda khas pada efusi pleura 3
Efusi pleura pada foto thorax posisi PA
29 Penatalaksanaan
Pengobatan terdiri atas antibiotik dan pengobatan suportif Pemberian
antibiotik pada penderita pneumonia sebaiknya berdasarkan data mikroorganisme dan
hasil uji kepekaannya akan tetapi karena beberapa alasan yaitu 7
1 penyakit yang berat dapat mengancam jiwa
2 bakteri patogen yang berhasil diisolasi belum tentu sebagai penyebab pneumonia
3 hasil pembiakan bakteri memerlukan waktu
23
Maka pada penderita pneumonia dapat diberikan terapi secara empiris Secara
umum pemilihan antibiotic berdasarkan baktri penyebab pneumonia dapat dilihat
sebagai berikut 751
1 Pemberian Antibiotik
Penisilin sensitif Streptococcus pneumonia (PSSP)
1048707 Golongan Penisilin
1048707 TMP-SMZ
1048707 Makrolid
Penisilin resisten Streptococcus pneumoniae (PRSP)
1048707 Betalaktam oral dosis tinggi (untuk rawat jalan)
1048707 Sefotaksim Seftriakson dosis tinggi
1048707 Marolid baru dosis tinggi
1048707 Fluorokuinolon respirasi
Pseudomonas aeruginosa
1048707 Aminoglikosid
1048707 Seftazidim Sefoperason Sefepim
1048707 Tikarsilin Piperasilin
1048707 Karbapenem Meropenem Imipenem
1048707 Siprofloksasin Levofloksasin
Methicillin resistent Staphylococcus aureus (MRSA)
1048707 Vankomisin
1048707 Teikoplanin
1048707 Linezolid
Hemophilus influenzae
1048707 TMP-SMZ
1048707 Azitromisin
1048707 Sefalosporin gen 2 atau 3
24
1048707 Fluorokuinolon respirasi
Legionella
1048707 Makrolid
1048707 Fluorokuinolon
1048707 Rifampisin
Mycoplasma pneumoniae
1048707 Doksisiklin
1048707 Makrolid
1048707 Fluorokuinolon
Chlamydia pneumoniae
1048707 Doksisikin
1048707 Makrolid
1048707 Fluorokuinolon
25
26
Tabel 3 Rekomendasi Terapi Empiris (ATS 2001) 8
Kategori Keterangan Kuman Penyebab Obat Pilihan I Obat Pilihan II
Kategori I Usia
penderita
lt 65 tahun
-Penyakit
Penyerta (-)
-Dapat
berobat jalan
-Spneumonia
-Mpneumonia
-Cpneumonia
-Hinfluenzae
-Legionale sp
-Saureus
-Mtuberculosis
-Batang Gram (-)
Klaritromisin
2x250 mg
- -Azitromisin
1x500mg
- Rositromisin
2x150 mg atau
1x300 mg
- Siprofloksasin
2x500mg atau
Ofloksasin 2x400mg
- Levofloksasin
1x500mg atau
Moxifloxacin
1x400mg
- Doksisiklin 2x100mg
Kategori II -Usia
penderita gt
65 tahun
- Peny
Penyerta (+)
-Dapat
berobat jalan
-Spneumonia
Hinfluenzae
Batang gram(-)
Aerob
Saures
Mcatarrhalis
Legionalle sp
-Sepalospporin
generasi 2
-Trimetroprim
+Kotrimoksazol
-Betalaktam
-Makrolid
-Levofloksasin
-Gatifloksasin
-Moxyfloksasin
Kategori
III
-Pneumonia
berat
- Perlu
dirawat di
RStapi tidak
perlu di ICU
-Spneumoniae
-Hinfluenzae
-Polimikroba
termasuk Aerob
-Batang Gram (-)
-Legionalla sp
-Saureus
Mpneumoniae
- Sefalosporin
Generasi 2 atau
3
- Betalaktam +
Penghambat
Betalaktamase
+makrolid
-Piperasilin +
tazobaktam
-Sulferason
Kategori
IV
-Pneumonia
berat
-Perlu dirawat
di ICU
-Spneumonia
-Legionella sp
-Batang Gram (-)
aerob
-Mpneumonia
-Virus
-Hinfluenzae
-Mtuberculosis
-Jamur endemic
- Sefalosporin
generasi 3
(anti
pseudomonas)
+ makrolid
- Sefalosporin
generasi 4
- Sefalosporin
generasi 3 +
kuinolon
-Carbapenem
meropenem
-Vankomicin
-Linesolid
-Teikoplanin
2 Terapi Suportif Umum
1 Terapi O2 untuk mencapai PaO2 80-100 mmHg atau saturasi 95-96 berdasarkan
pemeriksaan analisis gas darah
2 Humidifikasi dengan nebulizer untuk pengenceran dahak yang kental dapat
disertai nebulizer untuk pemberian bronkodilator bila terdapat bronkospasme
3 Fisioterapi dada untuk pengeluaran dahak khususnya anjuran untuk batuk dan
napas dalam Bila perlu dikerjakan fish mouth breathing untuk melancarkan
ekspirasi dan pengeluarn CO2 Posisi tidur setengah duduk untuk melancarkan
pernapasan7
4 Pengaturan cairan Keutuhan kapiler paru sering terganggu pada pneumonia dan
paru lebih sensitif terhadap pembebanan cairan terutama bila terdapat pneumonia
bilateral Pemberian cairan pada pasien harus diatur dengan baik termasuk pada
keadaan gangguan sirkulasi dan gagal ginjal Overhidrasi untuk maksud
mengencerkan dahak tidak diperkenankan 9
5 Pemberian kortikosteroid pada fase sepsis berat perlu diberikan Terapi ini tidak
bermanfaat pada keadaan renjatan septik
6 Obat inotropik seperti dobutamin atau dopamin kadang-kadang diperlukan bila
terdapat komplikasi gangguan sirkulasi atau gagal ginjal prerenal
7 Ventilasi mekanis indikasi intubasi dan pemasangan ventilator pada pneumonia
adalah
27
a Hipoksemia persisten meskipun telah diberikan O2 100 dengan
menggunakaan masker Kosentrasi O2 yang tinggi menyebabkan penurunan
pulmonary compliance hingga tekanan inflasi meninggi Dalam hal ini perlu
dipergunakan PEEP untuk memperbaiki oksigenisasi dan menurunkan FiO2
menjadi 50 atau lebih rendah9
b Gagal napas yang ditandai oleh peningkatan respiratory distress dengan atau
didapat asidosis respiratorik
c Respiratory arrest
d Retensi sputum yang sulit diatasi secara konservatif
8 Drainase empiema bila ada
9 Bila terdapat gagal napas diberikan nutrisi dengan kalori yang cukup yang
didapatkan terutama dari lemak (gt50) hingga dapat dihindari pembentukan
CO2 yang berlebihan9
3 Terapi Sulih (switch therapy)
Masa perawatan di rumah sakit sebaiknya dipersingkat dengan perubahan obat
suntik ke oral dilanjutkan dengan berobat jalan hal ini untuk mengurangi biaya
perawatan dan mencegah infeksi nosokomial Perubahan ini dapat diberikan secara
sequential (obat sama potensi sama) switch over (obat berbeda potensi sama) dan
step down (obat sama atau berbeda potensi lebih rendah) Pasien beralih dari
intravena ke oral terapi ketika hemodinamik sudah stabil dan perbaikan terbukti
secara secara klinis dapat menelan obat-obatan dan memiliki saluran pencernaan
berfungsi normal 10
28
Kriteria untuk Pneumonia terkait stabilitas klinis adalah 9
1 Temp le 378 C Kesadaran baik
2 Denyut jantung le 100 denyut menit
3 Respirasi ratele 24 napas menit
4 Tekanan darah sistolik ge 90 mmHg
5 Saturasi O2 arteri ge 90 atau pO2 ge 60 mmHg pada ruang udara
6 Kemampuan untuk mengambil asupan oral
210 Komplikasi Pneumonia
1 Efusi pleura dan empiema Terjadi pada sekitar 45 kasus terutama pada infeksi
bakterial akut berupa efusi parapneumonik gram negative sebesar 60
Staphylococcus aureus 50 S pneumoniae 40-60 kuman anaerob 35
Sedangkan pada Mycoplasmapneumoniae sebesar 20 Cairannya transudat dan
steril Terkadang pada infeksi bakterial terjadi empiema dengan cairan eksudat
2 Komplikasi sistemik Dapat terjadi akibat invasi kuman atau bakteriemia berupa
meningitis Dapat juga terjadi dehidrasi dan hiponatremia anemia pada infeksi
kronik peningguan ureum dan enzim hati Kadang-kadang terjadi peninggian
fostase alkali dan bilirubin akibat adanya kolestasis intrahepatik
3 Hipoksemia akibat gangguan difusi
4 Abses Paru terbentuk akibat eksudat di alveolus paru sehingga terjadi infeksi
oleh kuman anaerob dan bakteri gram negative
29
5 Pneumonia kronik yang dapat terjadi bila pneumonia berlangsung lebih dari 4-6
minggu akibat kuman anaerob S aureus dan kuman Gram (-) seperti
Pseudomonas aeruginosa
6 Bronkiektasis Biasanya terjadi karena pneunomia pada masa anak-anak tetapi
dapat juga oleh infeksi berulang di lokasi bronkus distal pada cystic fibrosis atau
hipogamaglobulinemia tuberkulosis atau pneumonia nekrotikans 3
211 Prognosis Pneumonia
Angka morbiditas dan mortalitas pneumonia menurun sejak ditemukannya
antibiotik Faktor yang berperan adalah patogenitas kuman usia penyakit dasar dan
kondisi pasien Secara umum angka kematian pneumonia pneumokokus adalah
sebesar 5 namun dapat meningkat menjadi 60 pada orang tua dengan kondisi
yang buruk misalnya gangguan imunologis sirosis hepatis penyakit paru obstruktif
kronik atau kanker Adanya leukopenia ikterus terkenanya 3 atau lebih lobus dan
komplikasi ekstraparu merupakan petanda prognosis yang buruk Kuman gram
negatif menimbulkan prognosis yang lebih jelek 10
Prognosis pada orang tua dan anak kurang baik karena itu perlu perawatan di
RS kecuali bila penyakitnya ringan Orang dewasa (lt60 tahun) dapat berobat jalan
kecuali
1 Bila terdapat penyakit paru kronik
2 PN Meliputi banyak lobus
3 Disertai gambaran klinis yang berkaitan dengan mortalitas yang tinggi yaitu
30
a Usia gt 60 tahun
b Dijumpai adanya gejala pada saat masuk perawatan RS frekuensi napas gt 30
xm tekanan diastolik lt 60 mmHg leukosit abnormal (lt4500-gt30000)
BAB 3
KESIMPULAN
Pneumonia adalah salah satu penyakit akibat infeksi parenkim paru yang
dapat menyerang segala usia Pneumonia paling banyak disebabkan oleh infeksi
bakteri Streptococcus pneumonia dengan gejala yang muncul seperti demam batuk
berdahak sesak napas dan terkadang disertai nyeri dada
Pemeriksaan radiologi dalam hal ini foto thorax konvensional dan CT Scan
menjadi pemeriksaan yang sangat penting pada pneumonia Gambaran khas pada
pneumonia adalah adanya konsolidasi dengan adanya gambaran air bronchogram
Namun tidak semua pneumonia memberikan gambaran khas tersebut Untuk
menentukan etiologi pneumonia tidak dapat hanya semata-mata menggunakan foto
thorax melainkan harus dilihat dari riwayat penyakit dan juga pemeriksaan
laboratorium
Penatalaksanaan medis pada pneumonia adalah pemberian antibiotik yang
sesuai dengan kuman penyebab pneumonia disamping terapi supportif lainnya
Prognosis pneumonia secara umum baik jika mendapat terapi antibiotik yang adekuat
faktor predisposisi pasien dan ada tidaknya komplikasi yang menyertai
31
DAFTAR PUSTAKA
1 Dahlan Z 2006 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Pulmonologi Pusat
Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas kedokteran Universitas
Indonesia Jakarta
2 Price SA Wilson LM 2005 Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit Edisi 6 Volume 2 Penerbit EGC Jakarta
3 Soedarsono 2004 Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru Bagian Ilmu Penyakit Paru
FK UNAIR Surabaya
4 Aru W Bambang Idrus A Marcellus Siti S ed Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Jilid II Edisi 4 Jakarta Pusat Penerbitan Departemen IPD RSCM
2007
5 Perhimpunan Dokter Paru Indonesia Pedoman Diagnosis dan
penatalaksanaan Pneumonia Komuniti2003
6 Perhimpunan Dokter Paru Indonesia Pedoman Diagnosis dan
penatalaksanaan Pneumonia Nosokomial2003
7 Barlett JG Dowell SF Mondell LA File TM Mushor DM Fine MJ Practice
guidelines for management community-acquiredd pneumonia in adults Clin
infect Dis 2000 31 347-82
8 Mandell LA IDSAATS consensus guidelines on the management of
community-acquired pneumonia in adults CID 200744S27
9 Menendez R Treatment failure in community-acquired pneumonia
0071321348
32
10 Niederman MS Recent advances in community-acquired pneumonia inpatient
and outpatient Chest 20071311205
33
- 22 Definisi Pneumonia
- Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius dan alveoli serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat yang disebabkan oleh mikroorganisme (bakterivirusjamurprotozoa)3
- 23 Epidemiologi Pneumonia
- 25 Klasifikasi Pneumonia
- Terutama pada jaringan penyangga yaitu interstitial dinding bronkus dan peribronkil Peradangan dapat ditemumkan pada infeksi virus dan mycoplasma Terjadi edema dinding bronkioli dan juga edema jaringan interstisial prebronkial Radiologis berupa bayangan udara pada alveolus masih terlihat diliputi perselubungan yang tidak merata 5
- 26 Patofisiologi Pneumonia
- 27 Diagnosis Pneumonia
- 28 Diagnosis Banding Pneumonia
- 29 Penatalaksanaan
- 210 Komplikasi Pneumonia
-
Virus penyebab infeksi pernapasan( Influenza Parainfluenza RSV) Selain itu
juga bakteri pneumonia yang tidak khas( ldquoatypicalrdquo) yaitu mykoplasma
chlamydia dan legionella
b Pneumonia sekunder yaitu terjadi pada orang dengan faktor predisposisi
selain penderita penyakit paru lainnnya seperti COPD terutama juga bagi
mereka yang mempunyai penyakit menahun seperti diabetes mellitus HIV
dan kankerdll 2
2 Berdasarkan Kuman penyebab
a Pneumonia bakterial tipikal Dapat terjadi pada semua usia Beberapa bakteri
mempunyai tendensi menyerang sesorang yang peka misalnya Klebsiella
pada penderita alkoholikStaphyllococcus pada penderita pasca infeksi
influenza
b Pneumonia atipikal disebabkan Mycoplasma Legionella dan Chlamydia
c Pneumonia virus disebabkan oleh virus RSV Influenza virus
d Pneumonia jamur sering merupakan infeksi sekunder Predileksi terutama pada
penderita dengan daya tahan lemah (immunocompromised) 5
3 Berdasarkan klinis dan epidemiologi
a Pneumonia komuniti (Community-acquired pneumonia= CAP) pneumonia
yang terjadi di lingkungan rumah atau masyarakat juga termasuk pneumonia
yang terjadi di rumah sakit dengan masa inap kurang dari 48 jam 5
b Penumonia nosokomial (Hospital-acquired Pneumonia= HAP) merupakan
pneumonia yang terjadi di ldquorumah sakitrdquo infeksi terjadi setelah 48 jam berada
9
di rumah sakit Kuman penyebab sangat beragam yang sering di temukan
yaitu Staphylococcus aureus atau bakteri dengan gramm negatif lainnya
seperti Ecoli Klebsiella pneumoniae Pseudomonas aeroginosa Proteus dll
Tingkat resistensi obat tergolong tinggi untuk bakteri penyebab HAP 6
c Pneumonia aspirasi
4 Berdasarkan lokasi infeksi
a Pneumonia lobaris
Pneumonia focal yang melibatkan satu beberapa lobus paru Bronkus besar
umumnya tetap berisi udara sehingga memberikan gambaran
airbronchogram Konsolidasi yang timbul merupakan hasil dari cairan edema
yang menyebar melalui pori-pori Kohn Penyebab terbanyak pneumonia
lobaris adalah Streptococcus pneumoniae Jarang pada bayi dan orang tua
Pneumonia yang terjadi pada satu lobus atau segmen Kemungkinan sekunder
disebabkan oleh adanya obstruksi bronkus seperti aspirasi benda asing atau
adanya proses keganasan 5
b Bronko pneumonia (Pneumonia lobularis)
Inflamasi paru-paru biasanya dimulai di bronkiolus terminalis Bronkiolus
terminalis menjadi tersumbat dengan eksudat mukopurulen membentuk
bercak-bercak konsolidasi di lobulus yang bersebelahan Ditandai dengan
adanya bercak-bercak infiltrate multifocal pada lapangan paru Dapat
disebabkan oleh bakteri maupun virus Sering pada bayi dan orang tua Jarang
dihubungkan dengan obstruksi bronkus 5
10
c Pneumonia interstisial
Terutama pada jaringan penyangga yaitu interstitial dinding bronkus dan
peribronkil Peradangan dapat ditemumkan pada infeksi virus dan
mycoplasma Terjadi edema dinding bronkioli dan juga edema jaringan
interstisial prebronkial Radiologis berupa bayangan udara pada alveolus
masih terlihat diliputi perselubungan yang tidak merata 5
26 Patofisiologi Pneumonia
Pneumonia yang dipicu oleh bakteri bisa menyerang siapa saja dari bayi
sampai usia lanjut Pecandu alcohol pasien pasca operasi orang-orang dengan
gangguan penyakit pernapasan sedang terinfeksi virus atau menurun kekebalan
tubuhnya adalah yang paling berisiko1
Sebenarnya bakteri pneumonia itu ada dan hidup normal pada tenggorokan
yang sehat Pada saat pertahanan tubuh menurun misalnya karena penyakit usia
lanjut dan malnutrisi bakteri pneumonia akan dengan cepat berkembang biak dan
merusak organ paru-paru1
Kerusakan jaringan paru setelah kolonisasi suatu mikroorganisme paru
banyak disebabkan oleh reaksi imun dan peradangan yang dilakukan oleh pejamu
Selain itu toksin-toksin yang dikeluarkan oleh bakteri pada pneumonia bakterialis
dapat secara langsung merusak sel-sel system pernapasan bawah Ada beberapa cara
mikroorganisme mencapai permukaan 5
1 Inokulasi langsung
11
2 Penyebaran melalui pembuluh darah
3 Inhalasi bahan aerosol
4 Kolonisasi dipermukaan mukosa
Dari keempat cara tersebut diatas yang terbanyak adalah cara kolonisasi
Secara inhalasi terjadi pada infeksi virus mikroorganisme atipikal mikrobakteria
atau jamur Kebanyakan bakteri dengan ukuran 05 ndash 20 nm melalui udara dapat
mencapai bronkus terminal atau alveoli dan selanjutnya terjadi proses infeksi Bila
terjadi kolonisasi pada saluran napas atas (hidung orofaring) kemudian terjadi
aspirasi ke saluran napas bawah dan terjadi inokulasi mikroorganisme hal ini
merupakan permulaan infeksi dari sebagian besar infeksi paru Aspirasi dari sebagian
kecil sekret orofaring terjadi pada orang normal waktu tidur (50) juga pada keadaan
penurunan kesadaran peminum alkohol dan pemakai obat (drug abuse) 5
Basil yang masuk bersama sekret bronkus ke dalam alveoli menyebabkan
reaksi radang berupa edema seluruh alveoli disusul dengan infiltrasi sel-sel PMN dan
diapedesis eritrosit sehingga terjadi permulaan fagositosis sebelum terbentuknya
antibodi 5
Pneumonia bakterialis menimbulkan respon imun dan peradangan yang paling
mencolok Jika terjadi infeksi sebagian jaringan dari lobus paru-paru ataupun
seluruh lobus bahkan sebagian besar dari lima lobus paru-paru (tiga di paru-paru
kanan dan dua di paru-paru kiri) menjadi terisi cairan Dari jaringan paru-paru
infeksi dengan cepat menyebar ke seluruh tubuh melalui peredaran darah Bakteri
pneumokokus adalah kuman yang paling umum sebagai penyebab pneumonia
12
Terdapat empat stadium anatomic dari pneumonia terbagi atas
1 Stadium Kongesti (4 ndash 12 jam pertama)
Disebut hiperemia mengacu pada respon peradangan permulaan yang
berlangsung pada daerah baru yang terinfeksi Hal ini ditandai dengan peningkatan
aliran darah dan permeabilitas kapiler di tempat infeksi Hiperemia ini terjadi akibat
pelepasan mediator-mediator peradangan dari sel-sel mast setelah pengaktifan sel
imun dan cedera jaringan Mediator-mediator tersebut mencakup histamin dan
prostaglandin Degranulasi sel mast juga mengaktifkan jalur komplemen
Komplemen bekerja sama dengan histamin dan prostaglandin untuk melemaskan otot
polos vaskuler paru dan peningkatan permeabilitas kapiler paru Hal ini
mengakibatkan perpindahan eksudat plasma ke dalam ruang interstitium sehingga
terjadi pembengkakan dan edema antar kapiler dan alveolus Penimbunan cairan di
antara kapiler dan alveolus meningkatkan jarak yang harus ditempuh oleh oksigen
dan karbondioksida maka perpindahan gas ini dalam darah paling berpengaruh dan
sering mengakibatkan penurunan saturasi oksigen hemoglobin 2
2 Stadium Hepatisasi Merah (48 jam selanjutnya)
Terjadi sewaktu alveolus terisi oleh sel darah merah eksudat dan fibrin yang
dihasilkan oleh penjamu (host) sebagai bagian dari reaksi peradangan Lobus yang
terkena menjadi padat oleh karena adanya penumpukan leukosit eritrosit dan cairan
sehingga warna paru menjadi merah dan pada perabaan seperti hepar pada stadium
ini udara alveoli tidak ada atau sangat minimal sehingga anak akan bertambah sesak
Stadium ini berlangsung sangat singkat yaitu selama 48 jam 2
13
3 Stadium Hepatisasi Kelabu (Konsolidasi)
Terjadi sewaktu sel-sel darah putih mengkolonisasi daerah paru yang terinfeksi Pada
saat ini endapan fibrin terakumulasi di seluruh daerah yang cedera dan terjadi
fagositosis sisa-sisa sel Pada stadium ini eritrosit di alveoli mulai diresorbsi lobus
masih tetap padat karena berisi fibrin dan leukosit warna merah menjadi pucat kelabu
dan kapiler darah tidak lagi mengalami kongesti2
4 Stadium Akhir (Resolusi)
Eksudat yang mengalami konsolidasi di antara rongga alveoli dicerna secara
enzimatis yang diserap kembali atau dibersihkan dengan batuk Parenkim paru
kembali menjadi penuh dengan cairan dan basah sampai pulih mencapai keadaan
normal2
27 Diagnosis Pneumonia
271 Gambaran Klinis dan Pemeriksaan Fisik
Gejala-gejala pneumonia serupa untuk semua jenis pneumonia Gejalanya
meliputi
Gejala Mayor 1Batuk
2Sputum produktif
3Demam (suhugt38 0c)
Gejala Minor 1 sesak napas
2 nyeri dada
3 konsolidasi paru pada pemeriksaan fisik
4 jumlah leukosit gt12000L
14
Gambaran klinis biasanya didahului oleh infeksi saluran napas akut bagian
atas selama beberapa hari kemudian diikuti dengan demam menggigil suhu tubuh
kadang-kadang melebihi 40ordm C sakit tenggorokan nyeri otot dan sendi Juga disertai
batuk dengan sputum mukoid atau purulen kadang-kadang berdarah5
Pada pemeriksaan fisik dada terlihat bagian yang sakit tertinggal waktu
bernafas pada palpasi fremitus dapat mengeras pada perkusi redup pada auskultasi
terdengar suara napas bronkovesikuler sampai bronchial yang kadang-kadang
melemah Mungkin disertai ronkhi halus yang kemudian menjadi ronkhi basah kasar
pada stadium resolusi 5
272 Pemeriksaan Laboratorium
Pada pemeriksaan laboratorium terdapat peningkatan jumlah leukosit
biasanya gt10000ul kadang-kadang mencapai 30000ul dan pada hitungan jenis
leukosit terdapat pergeseran ke kiri serta terjadi peningkatan LED Untuk menentukan
diagnosis etiologi diperlukan pemeriksaan dahak kultur darah dan serologi Kultur
darah dapat positif pada 20-25 penderita yang tidak diobati Anlalisa gas darah
menunjukkan hipoksemia dan hiperkarbia pada stadium lanjut dapat terjadi asidosis
respiratorik 6
273 Gambaran Radiologis
Gambaran Radiologis pada foto thorax pada penyakit pneumonia antara lain
Perselubungankonsolidasi homogen atau inhomogen sesuai dengan lobus atau
segment paru secara anantomis
15
Batasnya tegas walaupun pada mulanya kurang jelas
Volume paru tidak berubah tidak seperti atelektasis dimana paru mengecil Tidak
tampak deviasi tracheaseptumfissure seperti pada atelektasis
Silhouette sign (+) bermanfaat untuk menentukan letak lesi paru batas lesi
dengan jantung hilang berarti lesi tersebut berdampingan dengan jantung atau di
lobus medius kanan
Seringkali terjadi komplikasi efusi pleura
Bila terjadinya pada lobus inferior maka sinus phrenicocostalis yang paling akhir
terkena
Pada permulaan sering masih terlihat vaskuler
Pada masa resolusi sering tampak Air Bronchogram Sign (terperangkapnya udara
pada bronkus karena tidanya pertukaran udara pada alveolus)
Foto thoraks saja tidak dapat secara khas menentukan penyebab pneumonia
hanya merupakan petunjuk ke arah diagnosis etiologi misalnya penyebab
pneumonia lobaris tersering disebabkan oleh Streptococcus pneumoniae
Pseudomonas aeruginosa sering memperlihatkan infiltrat bilateral atau gambaran
bronkopneumonia sedangkan Klebsiela pneumonia sering menunjukan konsolidasi
yang terjadi pada lobus atas kanan meskipun dapat mengenai beberapa lobus6
1Pneumonia Lobaris
Foto Thorax
16
Tampak gambaran gabungan konsolidasi berdensitas tinggi pada satu
segmenlobus (lobus kanan bawah PA maupun lateral)) atau bercak yang
mengikutsertakan alveoli yang tersebar Air bronchogram biasanya ditemukan
pada pneumonia jenis ini
CT Scan
17
Hasil CT dada ini menampilkan gambaran hiperdens di lobus atas kiri sampai ke
perifer
2 Bronchopneumonia (Pneumonia Lobularis)
Foto Thorax
Pada gambar diatas tampak konsolidasi tidak homogen di lobus atas kiri dan lobus
bawah kiri
CT Scan
18
Tampak gambaran opakhiperdens pada lobus tengah kanan namun tidak menjalar
sampai perifer
3 Pneumonia Interstisial
Foto Thorax
19
Terjadi edema dinding bronkioli dan juga edema jaringan interstitial
prebronkial Radiologis berupa bayangan udara pada alveolus masih terlihat
diliputi oleh perselubungan yang tidak merata
CT Scan
Gambaran CT Scan pneumonia interstitiak pada seorang pria berusia 19
tahun (A) Menunjukan area konsolidasi di percabangan peribronkovaskuler
yang irreguler (B) CT Scan pada hasil follow up selama 2 tahun menunjukan
area konsolidasi yang irreguler tersebut berkembang menjadi bronkiektasis
atau bronkiolektasis (tanda panah)
274 Pemeriksaan Bakteriologis
Bahan berasal dari sputum darah aspirasi nasotrakealtranstrakeal
torakosintesis bronkoskopi atau biopsi Kuman yang predominan pada sputum
disertai PMN yang kemungkinan penyebab infeksi 5
Pengambilan dahak dilakukan pagi hari Pasien mula-mula kumur-kumur
dengan akuades biasa setelah itu pasien diminta inspirasi dalam kemudian
membatukkan dahaknya Dahak ditampung dalam botol steril dan ditutup rapat
20
Dahak segera dikirim ke labolatorium (tidak boleh lebih dari 4 jam) Jika terjadi
kesulitan mengeluarkan dahak dapat dibantu nebulisasi dengan NaCl 3 Kriteria
dahak yang memenuhi syarat untuk pemeriksaan apusan langsung dan biarkan yaitu
bila ditemukan sel PMN gt 25lpk dan sel epitel lt 10lpk 5
28 Diagnosis Banding Pneumonia
ATuberculosis Paru (TB)
Tuberculosis Paru (TB) adalah suatu penyakit infeksi menular yang
disebabkan oleh M tuberculosis Jalan masuk untuk organism M tuberculosis adalah
saluran pernafasan saluran pencernaan Gejala klinis TB antara lain batuk lama yang
produktif (durasi lebih dari 3 minggu) nyeri dada dan hemoptisis dan gejala sistemik
meliputi demam menggigil keringat malam lemas hilang nafsu makan dan
penurunan berat badan3
Tampak gambaran cavitas pada paru lobus atas kanan pada foto thorax proyeksi PA
21
BAtelektasis
Atelektasis adalah istilah yang berarti pengembangan paru yang tidak
sempurna dan menyiratkan arti bahwa alveolus pada bagian paru yang terserang tidak
mengandung udara dan kolaps Memberikan gambaran yang mirip dengan pneumonia
tanpa air bronchogram Namun terdapat penarikan jantung trakea dan mediastinum
ke arah yang sakit karena adanya pengurangan volume interkostal space menjadi
lebih sempit dan pengecilan dari seluruh atau sebagian paru-paru yang sakit
Sehingga akan tampak thorax asimetris 3
Atelektasis pada foto thorax proyeksi PA
22
C Efusi Pleura
Memberi gambaran yang mirip dengan pneumonia tanpa air bronchogram
Terdapat penambahan volume sehingga terjadi pendorongan jantung trakea dan
mediastinum kearah yang sehat Rongga thorax membesar Pada edusi pleura
sebagian akan tampak meniscus sign (+) tanda khas pada efusi pleura 3
Efusi pleura pada foto thorax posisi PA
29 Penatalaksanaan
Pengobatan terdiri atas antibiotik dan pengobatan suportif Pemberian
antibiotik pada penderita pneumonia sebaiknya berdasarkan data mikroorganisme dan
hasil uji kepekaannya akan tetapi karena beberapa alasan yaitu 7
1 penyakit yang berat dapat mengancam jiwa
2 bakteri patogen yang berhasil diisolasi belum tentu sebagai penyebab pneumonia
3 hasil pembiakan bakteri memerlukan waktu
23
Maka pada penderita pneumonia dapat diberikan terapi secara empiris Secara
umum pemilihan antibiotic berdasarkan baktri penyebab pneumonia dapat dilihat
sebagai berikut 751
1 Pemberian Antibiotik
Penisilin sensitif Streptococcus pneumonia (PSSP)
1048707 Golongan Penisilin
1048707 TMP-SMZ
1048707 Makrolid
Penisilin resisten Streptococcus pneumoniae (PRSP)
1048707 Betalaktam oral dosis tinggi (untuk rawat jalan)
1048707 Sefotaksim Seftriakson dosis tinggi
1048707 Marolid baru dosis tinggi
1048707 Fluorokuinolon respirasi
Pseudomonas aeruginosa
1048707 Aminoglikosid
1048707 Seftazidim Sefoperason Sefepim
1048707 Tikarsilin Piperasilin
1048707 Karbapenem Meropenem Imipenem
1048707 Siprofloksasin Levofloksasin
Methicillin resistent Staphylococcus aureus (MRSA)
1048707 Vankomisin
1048707 Teikoplanin
1048707 Linezolid
Hemophilus influenzae
1048707 TMP-SMZ
1048707 Azitromisin
1048707 Sefalosporin gen 2 atau 3
24
1048707 Fluorokuinolon respirasi
Legionella
1048707 Makrolid
1048707 Fluorokuinolon
1048707 Rifampisin
Mycoplasma pneumoniae
1048707 Doksisiklin
1048707 Makrolid
1048707 Fluorokuinolon
Chlamydia pneumoniae
1048707 Doksisikin
1048707 Makrolid
1048707 Fluorokuinolon
25
26
Tabel 3 Rekomendasi Terapi Empiris (ATS 2001) 8
Kategori Keterangan Kuman Penyebab Obat Pilihan I Obat Pilihan II
Kategori I Usia
penderita
lt 65 tahun
-Penyakit
Penyerta (-)
-Dapat
berobat jalan
-Spneumonia
-Mpneumonia
-Cpneumonia
-Hinfluenzae
-Legionale sp
-Saureus
-Mtuberculosis
-Batang Gram (-)
Klaritromisin
2x250 mg
- -Azitromisin
1x500mg
- Rositromisin
2x150 mg atau
1x300 mg
- Siprofloksasin
2x500mg atau
Ofloksasin 2x400mg
- Levofloksasin
1x500mg atau
Moxifloxacin
1x400mg
- Doksisiklin 2x100mg
Kategori II -Usia
penderita gt
65 tahun
- Peny
Penyerta (+)
-Dapat
berobat jalan
-Spneumonia
Hinfluenzae
Batang gram(-)
Aerob
Saures
Mcatarrhalis
Legionalle sp
-Sepalospporin
generasi 2
-Trimetroprim
+Kotrimoksazol
-Betalaktam
-Makrolid
-Levofloksasin
-Gatifloksasin
-Moxyfloksasin
Kategori
III
-Pneumonia
berat
- Perlu
dirawat di
RStapi tidak
perlu di ICU
-Spneumoniae
-Hinfluenzae
-Polimikroba
termasuk Aerob
-Batang Gram (-)
-Legionalla sp
-Saureus
Mpneumoniae
- Sefalosporin
Generasi 2 atau
3
- Betalaktam +
Penghambat
Betalaktamase
+makrolid
-Piperasilin +
tazobaktam
-Sulferason
Kategori
IV
-Pneumonia
berat
-Perlu dirawat
di ICU
-Spneumonia
-Legionella sp
-Batang Gram (-)
aerob
-Mpneumonia
-Virus
-Hinfluenzae
-Mtuberculosis
-Jamur endemic
- Sefalosporin
generasi 3
(anti
pseudomonas)
+ makrolid
- Sefalosporin
generasi 4
- Sefalosporin
generasi 3 +
kuinolon
-Carbapenem
meropenem
-Vankomicin
-Linesolid
-Teikoplanin
2 Terapi Suportif Umum
1 Terapi O2 untuk mencapai PaO2 80-100 mmHg atau saturasi 95-96 berdasarkan
pemeriksaan analisis gas darah
2 Humidifikasi dengan nebulizer untuk pengenceran dahak yang kental dapat
disertai nebulizer untuk pemberian bronkodilator bila terdapat bronkospasme
3 Fisioterapi dada untuk pengeluaran dahak khususnya anjuran untuk batuk dan
napas dalam Bila perlu dikerjakan fish mouth breathing untuk melancarkan
ekspirasi dan pengeluarn CO2 Posisi tidur setengah duduk untuk melancarkan
pernapasan7
4 Pengaturan cairan Keutuhan kapiler paru sering terganggu pada pneumonia dan
paru lebih sensitif terhadap pembebanan cairan terutama bila terdapat pneumonia
bilateral Pemberian cairan pada pasien harus diatur dengan baik termasuk pada
keadaan gangguan sirkulasi dan gagal ginjal Overhidrasi untuk maksud
mengencerkan dahak tidak diperkenankan 9
5 Pemberian kortikosteroid pada fase sepsis berat perlu diberikan Terapi ini tidak
bermanfaat pada keadaan renjatan septik
6 Obat inotropik seperti dobutamin atau dopamin kadang-kadang diperlukan bila
terdapat komplikasi gangguan sirkulasi atau gagal ginjal prerenal
7 Ventilasi mekanis indikasi intubasi dan pemasangan ventilator pada pneumonia
adalah
27
a Hipoksemia persisten meskipun telah diberikan O2 100 dengan
menggunakaan masker Kosentrasi O2 yang tinggi menyebabkan penurunan
pulmonary compliance hingga tekanan inflasi meninggi Dalam hal ini perlu
dipergunakan PEEP untuk memperbaiki oksigenisasi dan menurunkan FiO2
menjadi 50 atau lebih rendah9
b Gagal napas yang ditandai oleh peningkatan respiratory distress dengan atau
didapat asidosis respiratorik
c Respiratory arrest
d Retensi sputum yang sulit diatasi secara konservatif
8 Drainase empiema bila ada
9 Bila terdapat gagal napas diberikan nutrisi dengan kalori yang cukup yang
didapatkan terutama dari lemak (gt50) hingga dapat dihindari pembentukan
CO2 yang berlebihan9
3 Terapi Sulih (switch therapy)
Masa perawatan di rumah sakit sebaiknya dipersingkat dengan perubahan obat
suntik ke oral dilanjutkan dengan berobat jalan hal ini untuk mengurangi biaya
perawatan dan mencegah infeksi nosokomial Perubahan ini dapat diberikan secara
sequential (obat sama potensi sama) switch over (obat berbeda potensi sama) dan
step down (obat sama atau berbeda potensi lebih rendah) Pasien beralih dari
intravena ke oral terapi ketika hemodinamik sudah stabil dan perbaikan terbukti
secara secara klinis dapat menelan obat-obatan dan memiliki saluran pencernaan
berfungsi normal 10
28
Kriteria untuk Pneumonia terkait stabilitas klinis adalah 9
1 Temp le 378 C Kesadaran baik
2 Denyut jantung le 100 denyut menit
3 Respirasi ratele 24 napas menit
4 Tekanan darah sistolik ge 90 mmHg
5 Saturasi O2 arteri ge 90 atau pO2 ge 60 mmHg pada ruang udara
6 Kemampuan untuk mengambil asupan oral
210 Komplikasi Pneumonia
1 Efusi pleura dan empiema Terjadi pada sekitar 45 kasus terutama pada infeksi
bakterial akut berupa efusi parapneumonik gram negative sebesar 60
Staphylococcus aureus 50 S pneumoniae 40-60 kuman anaerob 35
Sedangkan pada Mycoplasmapneumoniae sebesar 20 Cairannya transudat dan
steril Terkadang pada infeksi bakterial terjadi empiema dengan cairan eksudat
2 Komplikasi sistemik Dapat terjadi akibat invasi kuman atau bakteriemia berupa
meningitis Dapat juga terjadi dehidrasi dan hiponatremia anemia pada infeksi
kronik peningguan ureum dan enzim hati Kadang-kadang terjadi peninggian
fostase alkali dan bilirubin akibat adanya kolestasis intrahepatik
3 Hipoksemia akibat gangguan difusi
4 Abses Paru terbentuk akibat eksudat di alveolus paru sehingga terjadi infeksi
oleh kuman anaerob dan bakteri gram negative
29
5 Pneumonia kronik yang dapat terjadi bila pneumonia berlangsung lebih dari 4-6
minggu akibat kuman anaerob S aureus dan kuman Gram (-) seperti
Pseudomonas aeruginosa
6 Bronkiektasis Biasanya terjadi karena pneunomia pada masa anak-anak tetapi
dapat juga oleh infeksi berulang di lokasi bronkus distal pada cystic fibrosis atau
hipogamaglobulinemia tuberkulosis atau pneumonia nekrotikans 3
211 Prognosis Pneumonia
Angka morbiditas dan mortalitas pneumonia menurun sejak ditemukannya
antibiotik Faktor yang berperan adalah patogenitas kuman usia penyakit dasar dan
kondisi pasien Secara umum angka kematian pneumonia pneumokokus adalah
sebesar 5 namun dapat meningkat menjadi 60 pada orang tua dengan kondisi
yang buruk misalnya gangguan imunologis sirosis hepatis penyakit paru obstruktif
kronik atau kanker Adanya leukopenia ikterus terkenanya 3 atau lebih lobus dan
komplikasi ekstraparu merupakan petanda prognosis yang buruk Kuman gram
negatif menimbulkan prognosis yang lebih jelek 10
Prognosis pada orang tua dan anak kurang baik karena itu perlu perawatan di
RS kecuali bila penyakitnya ringan Orang dewasa (lt60 tahun) dapat berobat jalan
kecuali
1 Bila terdapat penyakit paru kronik
2 PN Meliputi banyak lobus
3 Disertai gambaran klinis yang berkaitan dengan mortalitas yang tinggi yaitu
30
a Usia gt 60 tahun
b Dijumpai adanya gejala pada saat masuk perawatan RS frekuensi napas gt 30
xm tekanan diastolik lt 60 mmHg leukosit abnormal (lt4500-gt30000)
BAB 3
KESIMPULAN
Pneumonia adalah salah satu penyakit akibat infeksi parenkim paru yang
dapat menyerang segala usia Pneumonia paling banyak disebabkan oleh infeksi
bakteri Streptococcus pneumonia dengan gejala yang muncul seperti demam batuk
berdahak sesak napas dan terkadang disertai nyeri dada
Pemeriksaan radiologi dalam hal ini foto thorax konvensional dan CT Scan
menjadi pemeriksaan yang sangat penting pada pneumonia Gambaran khas pada
pneumonia adalah adanya konsolidasi dengan adanya gambaran air bronchogram
Namun tidak semua pneumonia memberikan gambaran khas tersebut Untuk
menentukan etiologi pneumonia tidak dapat hanya semata-mata menggunakan foto
thorax melainkan harus dilihat dari riwayat penyakit dan juga pemeriksaan
laboratorium
Penatalaksanaan medis pada pneumonia adalah pemberian antibiotik yang
sesuai dengan kuman penyebab pneumonia disamping terapi supportif lainnya
Prognosis pneumonia secara umum baik jika mendapat terapi antibiotik yang adekuat
faktor predisposisi pasien dan ada tidaknya komplikasi yang menyertai
31
DAFTAR PUSTAKA
1 Dahlan Z 2006 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Pulmonologi Pusat
Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas kedokteran Universitas
Indonesia Jakarta
2 Price SA Wilson LM 2005 Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit Edisi 6 Volume 2 Penerbit EGC Jakarta
3 Soedarsono 2004 Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru Bagian Ilmu Penyakit Paru
FK UNAIR Surabaya
4 Aru W Bambang Idrus A Marcellus Siti S ed Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Jilid II Edisi 4 Jakarta Pusat Penerbitan Departemen IPD RSCM
2007
5 Perhimpunan Dokter Paru Indonesia Pedoman Diagnosis dan
penatalaksanaan Pneumonia Komuniti2003
6 Perhimpunan Dokter Paru Indonesia Pedoman Diagnosis dan
penatalaksanaan Pneumonia Nosokomial2003
7 Barlett JG Dowell SF Mondell LA File TM Mushor DM Fine MJ Practice
guidelines for management community-acquiredd pneumonia in adults Clin
infect Dis 2000 31 347-82
8 Mandell LA IDSAATS consensus guidelines on the management of
community-acquired pneumonia in adults CID 200744S27
9 Menendez R Treatment failure in community-acquired pneumonia
0071321348
32
10 Niederman MS Recent advances in community-acquired pneumonia inpatient
and outpatient Chest 20071311205
33
- 22 Definisi Pneumonia
- Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius dan alveoli serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat yang disebabkan oleh mikroorganisme (bakterivirusjamurprotozoa)3
- 23 Epidemiologi Pneumonia
- 25 Klasifikasi Pneumonia
- Terutama pada jaringan penyangga yaitu interstitial dinding bronkus dan peribronkil Peradangan dapat ditemumkan pada infeksi virus dan mycoplasma Terjadi edema dinding bronkioli dan juga edema jaringan interstisial prebronkial Radiologis berupa bayangan udara pada alveolus masih terlihat diliputi perselubungan yang tidak merata 5
- 26 Patofisiologi Pneumonia
- 27 Diagnosis Pneumonia
- 28 Diagnosis Banding Pneumonia
- 29 Penatalaksanaan
- 210 Komplikasi Pneumonia
-
di rumah sakit Kuman penyebab sangat beragam yang sering di temukan
yaitu Staphylococcus aureus atau bakteri dengan gramm negatif lainnya
seperti Ecoli Klebsiella pneumoniae Pseudomonas aeroginosa Proteus dll
Tingkat resistensi obat tergolong tinggi untuk bakteri penyebab HAP 6
c Pneumonia aspirasi
4 Berdasarkan lokasi infeksi
a Pneumonia lobaris
Pneumonia focal yang melibatkan satu beberapa lobus paru Bronkus besar
umumnya tetap berisi udara sehingga memberikan gambaran
airbronchogram Konsolidasi yang timbul merupakan hasil dari cairan edema
yang menyebar melalui pori-pori Kohn Penyebab terbanyak pneumonia
lobaris adalah Streptococcus pneumoniae Jarang pada bayi dan orang tua
Pneumonia yang terjadi pada satu lobus atau segmen Kemungkinan sekunder
disebabkan oleh adanya obstruksi bronkus seperti aspirasi benda asing atau
adanya proses keganasan 5
b Bronko pneumonia (Pneumonia lobularis)
Inflamasi paru-paru biasanya dimulai di bronkiolus terminalis Bronkiolus
terminalis menjadi tersumbat dengan eksudat mukopurulen membentuk
bercak-bercak konsolidasi di lobulus yang bersebelahan Ditandai dengan
adanya bercak-bercak infiltrate multifocal pada lapangan paru Dapat
disebabkan oleh bakteri maupun virus Sering pada bayi dan orang tua Jarang
dihubungkan dengan obstruksi bronkus 5
10
c Pneumonia interstisial
Terutama pada jaringan penyangga yaitu interstitial dinding bronkus dan
peribronkil Peradangan dapat ditemumkan pada infeksi virus dan
mycoplasma Terjadi edema dinding bronkioli dan juga edema jaringan
interstisial prebronkial Radiologis berupa bayangan udara pada alveolus
masih terlihat diliputi perselubungan yang tidak merata 5
26 Patofisiologi Pneumonia
Pneumonia yang dipicu oleh bakteri bisa menyerang siapa saja dari bayi
sampai usia lanjut Pecandu alcohol pasien pasca operasi orang-orang dengan
gangguan penyakit pernapasan sedang terinfeksi virus atau menurun kekebalan
tubuhnya adalah yang paling berisiko1
Sebenarnya bakteri pneumonia itu ada dan hidup normal pada tenggorokan
yang sehat Pada saat pertahanan tubuh menurun misalnya karena penyakit usia
lanjut dan malnutrisi bakteri pneumonia akan dengan cepat berkembang biak dan
merusak organ paru-paru1
Kerusakan jaringan paru setelah kolonisasi suatu mikroorganisme paru
banyak disebabkan oleh reaksi imun dan peradangan yang dilakukan oleh pejamu
Selain itu toksin-toksin yang dikeluarkan oleh bakteri pada pneumonia bakterialis
dapat secara langsung merusak sel-sel system pernapasan bawah Ada beberapa cara
mikroorganisme mencapai permukaan 5
1 Inokulasi langsung
11
2 Penyebaran melalui pembuluh darah
3 Inhalasi bahan aerosol
4 Kolonisasi dipermukaan mukosa
Dari keempat cara tersebut diatas yang terbanyak adalah cara kolonisasi
Secara inhalasi terjadi pada infeksi virus mikroorganisme atipikal mikrobakteria
atau jamur Kebanyakan bakteri dengan ukuran 05 ndash 20 nm melalui udara dapat
mencapai bronkus terminal atau alveoli dan selanjutnya terjadi proses infeksi Bila
terjadi kolonisasi pada saluran napas atas (hidung orofaring) kemudian terjadi
aspirasi ke saluran napas bawah dan terjadi inokulasi mikroorganisme hal ini
merupakan permulaan infeksi dari sebagian besar infeksi paru Aspirasi dari sebagian
kecil sekret orofaring terjadi pada orang normal waktu tidur (50) juga pada keadaan
penurunan kesadaran peminum alkohol dan pemakai obat (drug abuse) 5
Basil yang masuk bersama sekret bronkus ke dalam alveoli menyebabkan
reaksi radang berupa edema seluruh alveoli disusul dengan infiltrasi sel-sel PMN dan
diapedesis eritrosit sehingga terjadi permulaan fagositosis sebelum terbentuknya
antibodi 5
Pneumonia bakterialis menimbulkan respon imun dan peradangan yang paling
mencolok Jika terjadi infeksi sebagian jaringan dari lobus paru-paru ataupun
seluruh lobus bahkan sebagian besar dari lima lobus paru-paru (tiga di paru-paru
kanan dan dua di paru-paru kiri) menjadi terisi cairan Dari jaringan paru-paru
infeksi dengan cepat menyebar ke seluruh tubuh melalui peredaran darah Bakteri
pneumokokus adalah kuman yang paling umum sebagai penyebab pneumonia
12
Terdapat empat stadium anatomic dari pneumonia terbagi atas
1 Stadium Kongesti (4 ndash 12 jam pertama)
Disebut hiperemia mengacu pada respon peradangan permulaan yang
berlangsung pada daerah baru yang terinfeksi Hal ini ditandai dengan peningkatan
aliran darah dan permeabilitas kapiler di tempat infeksi Hiperemia ini terjadi akibat
pelepasan mediator-mediator peradangan dari sel-sel mast setelah pengaktifan sel
imun dan cedera jaringan Mediator-mediator tersebut mencakup histamin dan
prostaglandin Degranulasi sel mast juga mengaktifkan jalur komplemen
Komplemen bekerja sama dengan histamin dan prostaglandin untuk melemaskan otot
polos vaskuler paru dan peningkatan permeabilitas kapiler paru Hal ini
mengakibatkan perpindahan eksudat plasma ke dalam ruang interstitium sehingga
terjadi pembengkakan dan edema antar kapiler dan alveolus Penimbunan cairan di
antara kapiler dan alveolus meningkatkan jarak yang harus ditempuh oleh oksigen
dan karbondioksida maka perpindahan gas ini dalam darah paling berpengaruh dan
sering mengakibatkan penurunan saturasi oksigen hemoglobin 2
2 Stadium Hepatisasi Merah (48 jam selanjutnya)
Terjadi sewaktu alveolus terisi oleh sel darah merah eksudat dan fibrin yang
dihasilkan oleh penjamu (host) sebagai bagian dari reaksi peradangan Lobus yang
terkena menjadi padat oleh karena adanya penumpukan leukosit eritrosit dan cairan
sehingga warna paru menjadi merah dan pada perabaan seperti hepar pada stadium
ini udara alveoli tidak ada atau sangat minimal sehingga anak akan bertambah sesak
Stadium ini berlangsung sangat singkat yaitu selama 48 jam 2
13
3 Stadium Hepatisasi Kelabu (Konsolidasi)
Terjadi sewaktu sel-sel darah putih mengkolonisasi daerah paru yang terinfeksi Pada
saat ini endapan fibrin terakumulasi di seluruh daerah yang cedera dan terjadi
fagositosis sisa-sisa sel Pada stadium ini eritrosit di alveoli mulai diresorbsi lobus
masih tetap padat karena berisi fibrin dan leukosit warna merah menjadi pucat kelabu
dan kapiler darah tidak lagi mengalami kongesti2
4 Stadium Akhir (Resolusi)
Eksudat yang mengalami konsolidasi di antara rongga alveoli dicerna secara
enzimatis yang diserap kembali atau dibersihkan dengan batuk Parenkim paru
kembali menjadi penuh dengan cairan dan basah sampai pulih mencapai keadaan
normal2
27 Diagnosis Pneumonia
271 Gambaran Klinis dan Pemeriksaan Fisik
Gejala-gejala pneumonia serupa untuk semua jenis pneumonia Gejalanya
meliputi
Gejala Mayor 1Batuk
2Sputum produktif
3Demam (suhugt38 0c)
Gejala Minor 1 sesak napas
2 nyeri dada
3 konsolidasi paru pada pemeriksaan fisik
4 jumlah leukosit gt12000L
14
Gambaran klinis biasanya didahului oleh infeksi saluran napas akut bagian
atas selama beberapa hari kemudian diikuti dengan demam menggigil suhu tubuh
kadang-kadang melebihi 40ordm C sakit tenggorokan nyeri otot dan sendi Juga disertai
batuk dengan sputum mukoid atau purulen kadang-kadang berdarah5
Pada pemeriksaan fisik dada terlihat bagian yang sakit tertinggal waktu
bernafas pada palpasi fremitus dapat mengeras pada perkusi redup pada auskultasi
terdengar suara napas bronkovesikuler sampai bronchial yang kadang-kadang
melemah Mungkin disertai ronkhi halus yang kemudian menjadi ronkhi basah kasar
pada stadium resolusi 5
272 Pemeriksaan Laboratorium
Pada pemeriksaan laboratorium terdapat peningkatan jumlah leukosit
biasanya gt10000ul kadang-kadang mencapai 30000ul dan pada hitungan jenis
leukosit terdapat pergeseran ke kiri serta terjadi peningkatan LED Untuk menentukan
diagnosis etiologi diperlukan pemeriksaan dahak kultur darah dan serologi Kultur
darah dapat positif pada 20-25 penderita yang tidak diobati Anlalisa gas darah
menunjukkan hipoksemia dan hiperkarbia pada stadium lanjut dapat terjadi asidosis
respiratorik 6
273 Gambaran Radiologis
Gambaran Radiologis pada foto thorax pada penyakit pneumonia antara lain
Perselubungankonsolidasi homogen atau inhomogen sesuai dengan lobus atau
segment paru secara anantomis
15
Batasnya tegas walaupun pada mulanya kurang jelas
Volume paru tidak berubah tidak seperti atelektasis dimana paru mengecil Tidak
tampak deviasi tracheaseptumfissure seperti pada atelektasis
Silhouette sign (+) bermanfaat untuk menentukan letak lesi paru batas lesi
dengan jantung hilang berarti lesi tersebut berdampingan dengan jantung atau di
lobus medius kanan
Seringkali terjadi komplikasi efusi pleura
Bila terjadinya pada lobus inferior maka sinus phrenicocostalis yang paling akhir
terkena
Pada permulaan sering masih terlihat vaskuler
Pada masa resolusi sering tampak Air Bronchogram Sign (terperangkapnya udara
pada bronkus karena tidanya pertukaran udara pada alveolus)
Foto thoraks saja tidak dapat secara khas menentukan penyebab pneumonia
hanya merupakan petunjuk ke arah diagnosis etiologi misalnya penyebab
pneumonia lobaris tersering disebabkan oleh Streptococcus pneumoniae
Pseudomonas aeruginosa sering memperlihatkan infiltrat bilateral atau gambaran
bronkopneumonia sedangkan Klebsiela pneumonia sering menunjukan konsolidasi
yang terjadi pada lobus atas kanan meskipun dapat mengenai beberapa lobus6
1Pneumonia Lobaris
Foto Thorax
16
Tampak gambaran gabungan konsolidasi berdensitas tinggi pada satu
segmenlobus (lobus kanan bawah PA maupun lateral)) atau bercak yang
mengikutsertakan alveoli yang tersebar Air bronchogram biasanya ditemukan
pada pneumonia jenis ini
CT Scan
17
Hasil CT dada ini menampilkan gambaran hiperdens di lobus atas kiri sampai ke
perifer
2 Bronchopneumonia (Pneumonia Lobularis)
Foto Thorax
Pada gambar diatas tampak konsolidasi tidak homogen di lobus atas kiri dan lobus
bawah kiri
CT Scan
18
Tampak gambaran opakhiperdens pada lobus tengah kanan namun tidak menjalar
sampai perifer
3 Pneumonia Interstisial
Foto Thorax
19
Terjadi edema dinding bronkioli dan juga edema jaringan interstitial
prebronkial Radiologis berupa bayangan udara pada alveolus masih terlihat
diliputi oleh perselubungan yang tidak merata
CT Scan
Gambaran CT Scan pneumonia interstitiak pada seorang pria berusia 19
tahun (A) Menunjukan area konsolidasi di percabangan peribronkovaskuler
yang irreguler (B) CT Scan pada hasil follow up selama 2 tahun menunjukan
area konsolidasi yang irreguler tersebut berkembang menjadi bronkiektasis
atau bronkiolektasis (tanda panah)
274 Pemeriksaan Bakteriologis
Bahan berasal dari sputum darah aspirasi nasotrakealtranstrakeal
torakosintesis bronkoskopi atau biopsi Kuman yang predominan pada sputum
disertai PMN yang kemungkinan penyebab infeksi 5
Pengambilan dahak dilakukan pagi hari Pasien mula-mula kumur-kumur
dengan akuades biasa setelah itu pasien diminta inspirasi dalam kemudian
membatukkan dahaknya Dahak ditampung dalam botol steril dan ditutup rapat
20
Dahak segera dikirim ke labolatorium (tidak boleh lebih dari 4 jam) Jika terjadi
kesulitan mengeluarkan dahak dapat dibantu nebulisasi dengan NaCl 3 Kriteria
dahak yang memenuhi syarat untuk pemeriksaan apusan langsung dan biarkan yaitu
bila ditemukan sel PMN gt 25lpk dan sel epitel lt 10lpk 5
28 Diagnosis Banding Pneumonia
ATuberculosis Paru (TB)
Tuberculosis Paru (TB) adalah suatu penyakit infeksi menular yang
disebabkan oleh M tuberculosis Jalan masuk untuk organism M tuberculosis adalah
saluran pernafasan saluran pencernaan Gejala klinis TB antara lain batuk lama yang
produktif (durasi lebih dari 3 minggu) nyeri dada dan hemoptisis dan gejala sistemik
meliputi demam menggigil keringat malam lemas hilang nafsu makan dan
penurunan berat badan3
Tampak gambaran cavitas pada paru lobus atas kanan pada foto thorax proyeksi PA
21
BAtelektasis
Atelektasis adalah istilah yang berarti pengembangan paru yang tidak
sempurna dan menyiratkan arti bahwa alveolus pada bagian paru yang terserang tidak
mengandung udara dan kolaps Memberikan gambaran yang mirip dengan pneumonia
tanpa air bronchogram Namun terdapat penarikan jantung trakea dan mediastinum
ke arah yang sakit karena adanya pengurangan volume interkostal space menjadi
lebih sempit dan pengecilan dari seluruh atau sebagian paru-paru yang sakit
Sehingga akan tampak thorax asimetris 3
Atelektasis pada foto thorax proyeksi PA
22
C Efusi Pleura
Memberi gambaran yang mirip dengan pneumonia tanpa air bronchogram
Terdapat penambahan volume sehingga terjadi pendorongan jantung trakea dan
mediastinum kearah yang sehat Rongga thorax membesar Pada edusi pleura
sebagian akan tampak meniscus sign (+) tanda khas pada efusi pleura 3
Efusi pleura pada foto thorax posisi PA
29 Penatalaksanaan
Pengobatan terdiri atas antibiotik dan pengobatan suportif Pemberian
antibiotik pada penderita pneumonia sebaiknya berdasarkan data mikroorganisme dan
hasil uji kepekaannya akan tetapi karena beberapa alasan yaitu 7
1 penyakit yang berat dapat mengancam jiwa
2 bakteri patogen yang berhasil diisolasi belum tentu sebagai penyebab pneumonia
3 hasil pembiakan bakteri memerlukan waktu
23
Maka pada penderita pneumonia dapat diberikan terapi secara empiris Secara
umum pemilihan antibiotic berdasarkan baktri penyebab pneumonia dapat dilihat
sebagai berikut 751
1 Pemberian Antibiotik
Penisilin sensitif Streptococcus pneumonia (PSSP)
1048707 Golongan Penisilin
1048707 TMP-SMZ
1048707 Makrolid
Penisilin resisten Streptococcus pneumoniae (PRSP)
1048707 Betalaktam oral dosis tinggi (untuk rawat jalan)
1048707 Sefotaksim Seftriakson dosis tinggi
1048707 Marolid baru dosis tinggi
1048707 Fluorokuinolon respirasi
Pseudomonas aeruginosa
1048707 Aminoglikosid
1048707 Seftazidim Sefoperason Sefepim
1048707 Tikarsilin Piperasilin
1048707 Karbapenem Meropenem Imipenem
1048707 Siprofloksasin Levofloksasin
Methicillin resistent Staphylococcus aureus (MRSA)
1048707 Vankomisin
1048707 Teikoplanin
1048707 Linezolid
Hemophilus influenzae
1048707 TMP-SMZ
1048707 Azitromisin
1048707 Sefalosporin gen 2 atau 3
24
1048707 Fluorokuinolon respirasi
Legionella
1048707 Makrolid
1048707 Fluorokuinolon
1048707 Rifampisin
Mycoplasma pneumoniae
1048707 Doksisiklin
1048707 Makrolid
1048707 Fluorokuinolon
Chlamydia pneumoniae
1048707 Doksisikin
1048707 Makrolid
1048707 Fluorokuinolon
25
26
Tabel 3 Rekomendasi Terapi Empiris (ATS 2001) 8
Kategori Keterangan Kuman Penyebab Obat Pilihan I Obat Pilihan II
Kategori I Usia
penderita
lt 65 tahun
-Penyakit
Penyerta (-)
-Dapat
berobat jalan
-Spneumonia
-Mpneumonia
-Cpneumonia
-Hinfluenzae
-Legionale sp
-Saureus
-Mtuberculosis
-Batang Gram (-)
Klaritromisin
2x250 mg
- -Azitromisin
1x500mg
- Rositromisin
2x150 mg atau
1x300 mg
- Siprofloksasin
2x500mg atau
Ofloksasin 2x400mg
- Levofloksasin
1x500mg atau
Moxifloxacin
1x400mg
- Doksisiklin 2x100mg
Kategori II -Usia
penderita gt
65 tahun
- Peny
Penyerta (+)
-Dapat
berobat jalan
-Spneumonia
Hinfluenzae
Batang gram(-)
Aerob
Saures
Mcatarrhalis
Legionalle sp
-Sepalospporin
generasi 2
-Trimetroprim
+Kotrimoksazol
-Betalaktam
-Makrolid
-Levofloksasin
-Gatifloksasin
-Moxyfloksasin
Kategori
III
-Pneumonia
berat
- Perlu
dirawat di
RStapi tidak
perlu di ICU
-Spneumoniae
-Hinfluenzae
-Polimikroba
termasuk Aerob
-Batang Gram (-)
-Legionalla sp
-Saureus
Mpneumoniae
- Sefalosporin
Generasi 2 atau
3
- Betalaktam +
Penghambat
Betalaktamase
+makrolid
-Piperasilin +
tazobaktam
-Sulferason
Kategori
IV
-Pneumonia
berat
-Perlu dirawat
di ICU
-Spneumonia
-Legionella sp
-Batang Gram (-)
aerob
-Mpneumonia
-Virus
-Hinfluenzae
-Mtuberculosis
-Jamur endemic
- Sefalosporin
generasi 3
(anti
pseudomonas)
+ makrolid
- Sefalosporin
generasi 4
- Sefalosporin
generasi 3 +
kuinolon
-Carbapenem
meropenem
-Vankomicin
-Linesolid
-Teikoplanin
2 Terapi Suportif Umum
1 Terapi O2 untuk mencapai PaO2 80-100 mmHg atau saturasi 95-96 berdasarkan
pemeriksaan analisis gas darah
2 Humidifikasi dengan nebulizer untuk pengenceran dahak yang kental dapat
disertai nebulizer untuk pemberian bronkodilator bila terdapat bronkospasme
3 Fisioterapi dada untuk pengeluaran dahak khususnya anjuran untuk batuk dan
napas dalam Bila perlu dikerjakan fish mouth breathing untuk melancarkan
ekspirasi dan pengeluarn CO2 Posisi tidur setengah duduk untuk melancarkan
pernapasan7
4 Pengaturan cairan Keutuhan kapiler paru sering terganggu pada pneumonia dan
paru lebih sensitif terhadap pembebanan cairan terutama bila terdapat pneumonia
bilateral Pemberian cairan pada pasien harus diatur dengan baik termasuk pada
keadaan gangguan sirkulasi dan gagal ginjal Overhidrasi untuk maksud
mengencerkan dahak tidak diperkenankan 9
5 Pemberian kortikosteroid pada fase sepsis berat perlu diberikan Terapi ini tidak
bermanfaat pada keadaan renjatan septik
6 Obat inotropik seperti dobutamin atau dopamin kadang-kadang diperlukan bila
terdapat komplikasi gangguan sirkulasi atau gagal ginjal prerenal
7 Ventilasi mekanis indikasi intubasi dan pemasangan ventilator pada pneumonia
adalah
27
a Hipoksemia persisten meskipun telah diberikan O2 100 dengan
menggunakaan masker Kosentrasi O2 yang tinggi menyebabkan penurunan
pulmonary compliance hingga tekanan inflasi meninggi Dalam hal ini perlu
dipergunakan PEEP untuk memperbaiki oksigenisasi dan menurunkan FiO2
menjadi 50 atau lebih rendah9
b Gagal napas yang ditandai oleh peningkatan respiratory distress dengan atau
didapat asidosis respiratorik
c Respiratory arrest
d Retensi sputum yang sulit diatasi secara konservatif
8 Drainase empiema bila ada
9 Bila terdapat gagal napas diberikan nutrisi dengan kalori yang cukup yang
didapatkan terutama dari lemak (gt50) hingga dapat dihindari pembentukan
CO2 yang berlebihan9
3 Terapi Sulih (switch therapy)
Masa perawatan di rumah sakit sebaiknya dipersingkat dengan perubahan obat
suntik ke oral dilanjutkan dengan berobat jalan hal ini untuk mengurangi biaya
perawatan dan mencegah infeksi nosokomial Perubahan ini dapat diberikan secara
sequential (obat sama potensi sama) switch over (obat berbeda potensi sama) dan
step down (obat sama atau berbeda potensi lebih rendah) Pasien beralih dari
intravena ke oral terapi ketika hemodinamik sudah stabil dan perbaikan terbukti
secara secara klinis dapat menelan obat-obatan dan memiliki saluran pencernaan
berfungsi normal 10
28
Kriteria untuk Pneumonia terkait stabilitas klinis adalah 9
1 Temp le 378 C Kesadaran baik
2 Denyut jantung le 100 denyut menit
3 Respirasi ratele 24 napas menit
4 Tekanan darah sistolik ge 90 mmHg
5 Saturasi O2 arteri ge 90 atau pO2 ge 60 mmHg pada ruang udara
6 Kemampuan untuk mengambil asupan oral
210 Komplikasi Pneumonia
1 Efusi pleura dan empiema Terjadi pada sekitar 45 kasus terutama pada infeksi
bakterial akut berupa efusi parapneumonik gram negative sebesar 60
Staphylococcus aureus 50 S pneumoniae 40-60 kuman anaerob 35
Sedangkan pada Mycoplasmapneumoniae sebesar 20 Cairannya transudat dan
steril Terkadang pada infeksi bakterial terjadi empiema dengan cairan eksudat
2 Komplikasi sistemik Dapat terjadi akibat invasi kuman atau bakteriemia berupa
meningitis Dapat juga terjadi dehidrasi dan hiponatremia anemia pada infeksi
kronik peningguan ureum dan enzim hati Kadang-kadang terjadi peninggian
fostase alkali dan bilirubin akibat adanya kolestasis intrahepatik
3 Hipoksemia akibat gangguan difusi
4 Abses Paru terbentuk akibat eksudat di alveolus paru sehingga terjadi infeksi
oleh kuman anaerob dan bakteri gram negative
29
5 Pneumonia kronik yang dapat terjadi bila pneumonia berlangsung lebih dari 4-6
minggu akibat kuman anaerob S aureus dan kuman Gram (-) seperti
Pseudomonas aeruginosa
6 Bronkiektasis Biasanya terjadi karena pneunomia pada masa anak-anak tetapi
dapat juga oleh infeksi berulang di lokasi bronkus distal pada cystic fibrosis atau
hipogamaglobulinemia tuberkulosis atau pneumonia nekrotikans 3
211 Prognosis Pneumonia
Angka morbiditas dan mortalitas pneumonia menurun sejak ditemukannya
antibiotik Faktor yang berperan adalah patogenitas kuman usia penyakit dasar dan
kondisi pasien Secara umum angka kematian pneumonia pneumokokus adalah
sebesar 5 namun dapat meningkat menjadi 60 pada orang tua dengan kondisi
yang buruk misalnya gangguan imunologis sirosis hepatis penyakit paru obstruktif
kronik atau kanker Adanya leukopenia ikterus terkenanya 3 atau lebih lobus dan
komplikasi ekstraparu merupakan petanda prognosis yang buruk Kuman gram
negatif menimbulkan prognosis yang lebih jelek 10
Prognosis pada orang tua dan anak kurang baik karena itu perlu perawatan di
RS kecuali bila penyakitnya ringan Orang dewasa (lt60 tahun) dapat berobat jalan
kecuali
1 Bila terdapat penyakit paru kronik
2 PN Meliputi banyak lobus
3 Disertai gambaran klinis yang berkaitan dengan mortalitas yang tinggi yaitu
30
a Usia gt 60 tahun
b Dijumpai adanya gejala pada saat masuk perawatan RS frekuensi napas gt 30
xm tekanan diastolik lt 60 mmHg leukosit abnormal (lt4500-gt30000)
BAB 3
KESIMPULAN
Pneumonia adalah salah satu penyakit akibat infeksi parenkim paru yang
dapat menyerang segala usia Pneumonia paling banyak disebabkan oleh infeksi
bakteri Streptococcus pneumonia dengan gejala yang muncul seperti demam batuk
berdahak sesak napas dan terkadang disertai nyeri dada
Pemeriksaan radiologi dalam hal ini foto thorax konvensional dan CT Scan
menjadi pemeriksaan yang sangat penting pada pneumonia Gambaran khas pada
pneumonia adalah adanya konsolidasi dengan adanya gambaran air bronchogram
Namun tidak semua pneumonia memberikan gambaran khas tersebut Untuk
menentukan etiologi pneumonia tidak dapat hanya semata-mata menggunakan foto
thorax melainkan harus dilihat dari riwayat penyakit dan juga pemeriksaan
laboratorium
Penatalaksanaan medis pada pneumonia adalah pemberian antibiotik yang
sesuai dengan kuman penyebab pneumonia disamping terapi supportif lainnya
Prognosis pneumonia secara umum baik jika mendapat terapi antibiotik yang adekuat
faktor predisposisi pasien dan ada tidaknya komplikasi yang menyertai
31
DAFTAR PUSTAKA
1 Dahlan Z 2006 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Pulmonologi Pusat
Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas kedokteran Universitas
Indonesia Jakarta
2 Price SA Wilson LM 2005 Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit Edisi 6 Volume 2 Penerbit EGC Jakarta
3 Soedarsono 2004 Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru Bagian Ilmu Penyakit Paru
FK UNAIR Surabaya
4 Aru W Bambang Idrus A Marcellus Siti S ed Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Jilid II Edisi 4 Jakarta Pusat Penerbitan Departemen IPD RSCM
2007
5 Perhimpunan Dokter Paru Indonesia Pedoman Diagnosis dan
penatalaksanaan Pneumonia Komuniti2003
6 Perhimpunan Dokter Paru Indonesia Pedoman Diagnosis dan
penatalaksanaan Pneumonia Nosokomial2003
7 Barlett JG Dowell SF Mondell LA File TM Mushor DM Fine MJ Practice
guidelines for management community-acquiredd pneumonia in adults Clin
infect Dis 2000 31 347-82
8 Mandell LA IDSAATS consensus guidelines on the management of
community-acquired pneumonia in adults CID 200744S27
9 Menendez R Treatment failure in community-acquired pneumonia
0071321348
32
10 Niederman MS Recent advances in community-acquired pneumonia inpatient
and outpatient Chest 20071311205
33
- 22 Definisi Pneumonia
- Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius dan alveoli serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat yang disebabkan oleh mikroorganisme (bakterivirusjamurprotozoa)3
- 23 Epidemiologi Pneumonia
- 25 Klasifikasi Pneumonia
- Terutama pada jaringan penyangga yaitu interstitial dinding bronkus dan peribronkil Peradangan dapat ditemumkan pada infeksi virus dan mycoplasma Terjadi edema dinding bronkioli dan juga edema jaringan interstisial prebronkial Radiologis berupa bayangan udara pada alveolus masih terlihat diliputi perselubungan yang tidak merata 5
- 26 Patofisiologi Pneumonia
- 27 Diagnosis Pneumonia
- 28 Diagnosis Banding Pneumonia
- 29 Penatalaksanaan
- 210 Komplikasi Pneumonia
-
c Pneumonia interstisial
Terutama pada jaringan penyangga yaitu interstitial dinding bronkus dan
peribronkil Peradangan dapat ditemumkan pada infeksi virus dan
mycoplasma Terjadi edema dinding bronkioli dan juga edema jaringan
interstisial prebronkial Radiologis berupa bayangan udara pada alveolus
masih terlihat diliputi perselubungan yang tidak merata 5
26 Patofisiologi Pneumonia
Pneumonia yang dipicu oleh bakteri bisa menyerang siapa saja dari bayi
sampai usia lanjut Pecandu alcohol pasien pasca operasi orang-orang dengan
gangguan penyakit pernapasan sedang terinfeksi virus atau menurun kekebalan
tubuhnya adalah yang paling berisiko1
Sebenarnya bakteri pneumonia itu ada dan hidup normal pada tenggorokan
yang sehat Pada saat pertahanan tubuh menurun misalnya karena penyakit usia
lanjut dan malnutrisi bakteri pneumonia akan dengan cepat berkembang biak dan
merusak organ paru-paru1
Kerusakan jaringan paru setelah kolonisasi suatu mikroorganisme paru
banyak disebabkan oleh reaksi imun dan peradangan yang dilakukan oleh pejamu
Selain itu toksin-toksin yang dikeluarkan oleh bakteri pada pneumonia bakterialis
dapat secara langsung merusak sel-sel system pernapasan bawah Ada beberapa cara
mikroorganisme mencapai permukaan 5
1 Inokulasi langsung
11
2 Penyebaran melalui pembuluh darah
3 Inhalasi bahan aerosol
4 Kolonisasi dipermukaan mukosa
Dari keempat cara tersebut diatas yang terbanyak adalah cara kolonisasi
Secara inhalasi terjadi pada infeksi virus mikroorganisme atipikal mikrobakteria
atau jamur Kebanyakan bakteri dengan ukuran 05 ndash 20 nm melalui udara dapat
mencapai bronkus terminal atau alveoli dan selanjutnya terjadi proses infeksi Bila
terjadi kolonisasi pada saluran napas atas (hidung orofaring) kemudian terjadi
aspirasi ke saluran napas bawah dan terjadi inokulasi mikroorganisme hal ini
merupakan permulaan infeksi dari sebagian besar infeksi paru Aspirasi dari sebagian
kecil sekret orofaring terjadi pada orang normal waktu tidur (50) juga pada keadaan
penurunan kesadaran peminum alkohol dan pemakai obat (drug abuse) 5
Basil yang masuk bersama sekret bronkus ke dalam alveoli menyebabkan
reaksi radang berupa edema seluruh alveoli disusul dengan infiltrasi sel-sel PMN dan
diapedesis eritrosit sehingga terjadi permulaan fagositosis sebelum terbentuknya
antibodi 5
Pneumonia bakterialis menimbulkan respon imun dan peradangan yang paling
mencolok Jika terjadi infeksi sebagian jaringan dari lobus paru-paru ataupun
seluruh lobus bahkan sebagian besar dari lima lobus paru-paru (tiga di paru-paru
kanan dan dua di paru-paru kiri) menjadi terisi cairan Dari jaringan paru-paru
infeksi dengan cepat menyebar ke seluruh tubuh melalui peredaran darah Bakteri
pneumokokus adalah kuman yang paling umum sebagai penyebab pneumonia
12
Terdapat empat stadium anatomic dari pneumonia terbagi atas
1 Stadium Kongesti (4 ndash 12 jam pertama)
Disebut hiperemia mengacu pada respon peradangan permulaan yang
berlangsung pada daerah baru yang terinfeksi Hal ini ditandai dengan peningkatan
aliran darah dan permeabilitas kapiler di tempat infeksi Hiperemia ini terjadi akibat
pelepasan mediator-mediator peradangan dari sel-sel mast setelah pengaktifan sel
imun dan cedera jaringan Mediator-mediator tersebut mencakup histamin dan
prostaglandin Degranulasi sel mast juga mengaktifkan jalur komplemen
Komplemen bekerja sama dengan histamin dan prostaglandin untuk melemaskan otot
polos vaskuler paru dan peningkatan permeabilitas kapiler paru Hal ini
mengakibatkan perpindahan eksudat plasma ke dalam ruang interstitium sehingga
terjadi pembengkakan dan edema antar kapiler dan alveolus Penimbunan cairan di
antara kapiler dan alveolus meningkatkan jarak yang harus ditempuh oleh oksigen
dan karbondioksida maka perpindahan gas ini dalam darah paling berpengaruh dan
sering mengakibatkan penurunan saturasi oksigen hemoglobin 2
2 Stadium Hepatisasi Merah (48 jam selanjutnya)
Terjadi sewaktu alveolus terisi oleh sel darah merah eksudat dan fibrin yang
dihasilkan oleh penjamu (host) sebagai bagian dari reaksi peradangan Lobus yang
terkena menjadi padat oleh karena adanya penumpukan leukosit eritrosit dan cairan
sehingga warna paru menjadi merah dan pada perabaan seperti hepar pada stadium
ini udara alveoli tidak ada atau sangat minimal sehingga anak akan bertambah sesak
Stadium ini berlangsung sangat singkat yaitu selama 48 jam 2
13
3 Stadium Hepatisasi Kelabu (Konsolidasi)
Terjadi sewaktu sel-sel darah putih mengkolonisasi daerah paru yang terinfeksi Pada
saat ini endapan fibrin terakumulasi di seluruh daerah yang cedera dan terjadi
fagositosis sisa-sisa sel Pada stadium ini eritrosit di alveoli mulai diresorbsi lobus
masih tetap padat karena berisi fibrin dan leukosit warna merah menjadi pucat kelabu
dan kapiler darah tidak lagi mengalami kongesti2
4 Stadium Akhir (Resolusi)
Eksudat yang mengalami konsolidasi di antara rongga alveoli dicerna secara
enzimatis yang diserap kembali atau dibersihkan dengan batuk Parenkim paru
kembali menjadi penuh dengan cairan dan basah sampai pulih mencapai keadaan
normal2
27 Diagnosis Pneumonia
271 Gambaran Klinis dan Pemeriksaan Fisik
Gejala-gejala pneumonia serupa untuk semua jenis pneumonia Gejalanya
meliputi
Gejala Mayor 1Batuk
2Sputum produktif
3Demam (suhugt38 0c)
Gejala Minor 1 sesak napas
2 nyeri dada
3 konsolidasi paru pada pemeriksaan fisik
4 jumlah leukosit gt12000L
14
Gambaran klinis biasanya didahului oleh infeksi saluran napas akut bagian
atas selama beberapa hari kemudian diikuti dengan demam menggigil suhu tubuh
kadang-kadang melebihi 40ordm C sakit tenggorokan nyeri otot dan sendi Juga disertai
batuk dengan sputum mukoid atau purulen kadang-kadang berdarah5
Pada pemeriksaan fisik dada terlihat bagian yang sakit tertinggal waktu
bernafas pada palpasi fremitus dapat mengeras pada perkusi redup pada auskultasi
terdengar suara napas bronkovesikuler sampai bronchial yang kadang-kadang
melemah Mungkin disertai ronkhi halus yang kemudian menjadi ronkhi basah kasar
pada stadium resolusi 5
272 Pemeriksaan Laboratorium
Pada pemeriksaan laboratorium terdapat peningkatan jumlah leukosit
biasanya gt10000ul kadang-kadang mencapai 30000ul dan pada hitungan jenis
leukosit terdapat pergeseran ke kiri serta terjadi peningkatan LED Untuk menentukan
diagnosis etiologi diperlukan pemeriksaan dahak kultur darah dan serologi Kultur
darah dapat positif pada 20-25 penderita yang tidak diobati Anlalisa gas darah
menunjukkan hipoksemia dan hiperkarbia pada stadium lanjut dapat terjadi asidosis
respiratorik 6
273 Gambaran Radiologis
Gambaran Radiologis pada foto thorax pada penyakit pneumonia antara lain
Perselubungankonsolidasi homogen atau inhomogen sesuai dengan lobus atau
segment paru secara anantomis
15
Batasnya tegas walaupun pada mulanya kurang jelas
Volume paru tidak berubah tidak seperti atelektasis dimana paru mengecil Tidak
tampak deviasi tracheaseptumfissure seperti pada atelektasis
Silhouette sign (+) bermanfaat untuk menentukan letak lesi paru batas lesi
dengan jantung hilang berarti lesi tersebut berdampingan dengan jantung atau di
lobus medius kanan
Seringkali terjadi komplikasi efusi pleura
Bila terjadinya pada lobus inferior maka sinus phrenicocostalis yang paling akhir
terkena
Pada permulaan sering masih terlihat vaskuler
Pada masa resolusi sering tampak Air Bronchogram Sign (terperangkapnya udara
pada bronkus karena tidanya pertukaran udara pada alveolus)
Foto thoraks saja tidak dapat secara khas menentukan penyebab pneumonia
hanya merupakan petunjuk ke arah diagnosis etiologi misalnya penyebab
pneumonia lobaris tersering disebabkan oleh Streptococcus pneumoniae
Pseudomonas aeruginosa sering memperlihatkan infiltrat bilateral atau gambaran
bronkopneumonia sedangkan Klebsiela pneumonia sering menunjukan konsolidasi
yang terjadi pada lobus atas kanan meskipun dapat mengenai beberapa lobus6
1Pneumonia Lobaris
Foto Thorax
16
Tampak gambaran gabungan konsolidasi berdensitas tinggi pada satu
segmenlobus (lobus kanan bawah PA maupun lateral)) atau bercak yang
mengikutsertakan alveoli yang tersebar Air bronchogram biasanya ditemukan
pada pneumonia jenis ini
CT Scan
17
Hasil CT dada ini menampilkan gambaran hiperdens di lobus atas kiri sampai ke
perifer
2 Bronchopneumonia (Pneumonia Lobularis)
Foto Thorax
Pada gambar diatas tampak konsolidasi tidak homogen di lobus atas kiri dan lobus
bawah kiri
CT Scan
18
Tampak gambaran opakhiperdens pada lobus tengah kanan namun tidak menjalar
sampai perifer
3 Pneumonia Interstisial
Foto Thorax
19
Terjadi edema dinding bronkioli dan juga edema jaringan interstitial
prebronkial Radiologis berupa bayangan udara pada alveolus masih terlihat
diliputi oleh perselubungan yang tidak merata
CT Scan
Gambaran CT Scan pneumonia interstitiak pada seorang pria berusia 19
tahun (A) Menunjukan area konsolidasi di percabangan peribronkovaskuler
yang irreguler (B) CT Scan pada hasil follow up selama 2 tahun menunjukan
area konsolidasi yang irreguler tersebut berkembang menjadi bronkiektasis
atau bronkiolektasis (tanda panah)
274 Pemeriksaan Bakteriologis
Bahan berasal dari sputum darah aspirasi nasotrakealtranstrakeal
torakosintesis bronkoskopi atau biopsi Kuman yang predominan pada sputum
disertai PMN yang kemungkinan penyebab infeksi 5
Pengambilan dahak dilakukan pagi hari Pasien mula-mula kumur-kumur
dengan akuades biasa setelah itu pasien diminta inspirasi dalam kemudian
membatukkan dahaknya Dahak ditampung dalam botol steril dan ditutup rapat
20
Dahak segera dikirim ke labolatorium (tidak boleh lebih dari 4 jam) Jika terjadi
kesulitan mengeluarkan dahak dapat dibantu nebulisasi dengan NaCl 3 Kriteria
dahak yang memenuhi syarat untuk pemeriksaan apusan langsung dan biarkan yaitu
bila ditemukan sel PMN gt 25lpk dan sel epitel lt 10lpk 5
28 Diagnosis Banding Pneumonia
ATuberculosis Paru (TB)
Tuberculosis Paru (TB) adalah suatu penyakit infeksi menular yang
disebabkan oleh M tuberculosis Jalan masuk untuk organism M tuberculosis adalah
saluran pernafasan saluran pencernaan Gejala klinis TB antara lain batuk lama yang
produktif (durasi lebih dari 3 minggu) nyeri dada dan hemoptisis dan gejala sistemik
meliputi demam menggigil keringat malam lemas hilang nafsu makan dan
penurunan berat badan3
Tampak gambaran cavitas pada paru lobus atas kanan pada foto thorax proyeksi PA
21
BAtelektasis
Atelektasis adalah istilah yang berarti pengembangan paru yang tidak
sempurna dan menyiratkan arti bahwa alveolus pada bagian paru yang terserang tidak
mengandung udara dan kolaps Memberikan gambaran yang mirip dengan pneumonia
tanpa air bronchogram Namun terdapat penarikan jantung trakea dan mediastinum
ke arah yang sakit karena adanya pengurangan volume interkostal space menjadi
lebih sempit dan pengecilan dari seluruh atau sebagian paru-paru yang sakit
Sehingga akan tampak thorax asimetris 3
Atelektasis pada foto thorax proyeksi PA
22
C Efusi Pleura
Memberi gambaran yang mirip dengan pneumonia tanpa air bronchogram
Terdapat penambahan volume sehingga terjadi pendorongan jantung trakea dan
mediastinum kearah yang sehat Rongga thorax membesar Pada edusi pleura
sebagian akan tampak meniscus sign (+) tanda khas pada efusi pleura 3
Efusi pleura pada foto thorax posisi PA
29 Penatalaksanaan
Pengobatan terdiri atas antibiotik dan pengobatan suportif Pemberian
antibiotik pada penderita pneumonia sebaiknya berdasarkan data mikroorganisme dan
hasil uji kepekaannya akan tetapi karena beberapa alasan yaitu 7
1 penyakit yang berat dapat mengancam jiwa
2 bakteri patogen yang berhasil diisolasi belum tentu sebagai penyebab pneumonia
3 hasil pembiakan bakteri memerlukan waktu
23
Maka pada penderita pneumonia dapat diberikan terapi secara empiris Secara
umum pemilihan antibiotic berdasarkan baktri penyebab pneumonia dapat dilihat
sebagai berikut 751
1 Pemberian Antibiotik
Penisilin sensitif Streptococcus pneumonia (PSSP)
1048707 Golongan Penisilin
1048707 TMP-SMZ
1048707 Makrolid
Penisilin resisten Streptococcus pneumoniae (PRSP)
1048707 Betalaktam oral dosis tinggi (untuk rawat jalan)
1048707 Sefotaksim Seftriakson dosis tinggi
1048707 Marolid baru dosis tinggi
1048707 Fluorokuinolon respirasi
Pseudomonas aeruginosa
1048707 Aminoglikosid
1048707 Seftazidim Sefoperason Sefepim
1048707 Tikarsilin Piperasilin
1048707 Karbapenem Meropenem Imipenem
1048707 Siprofloksasin Levofloksasin
Methicillin resistent Staphylococcus aureus (MRSA)
1048707 Vankomisin
1048707 Teikoplanin
1048707 Linezolid
Hemophilus influenzae
1048707 TMP-SMZ
1048707 Azitromisin
1048707 Sefalosporin gen 2 atau 3
24
1048707 Fluorokuinolon respirasi
Legionella
1048707 Makrolid
1048707 Fluorokuinolon
1048707 Rifampisin
Mycoplasma pneumoniae
1048707 Doksisiklin
1048707 Makrolid
1048707 Fluorokuinolon
Chlamydia pneumoniae
1048707 Doksisikin
1048707 Makrolid
1048707 Fluorokuinolon
25
26
Tabel 3 Rekomendasi Terapi Empiris (ATS 2001) 8
Kategori Keterangan Kuman Penyebab Obat Pilihan I Obat Pilihan II
Kategori I Usia
penderita
lt 65 tahun
-Penyakit
Penyerta (-)
-Dapat
berobat jalan
-Spneumonia
-Mpneumonia
-Cpneumonia
-Hinfluenzae
-Legionale sp
-Saureus
-Mtuberculosis
-Batang Gram (-)
Klaritromisin
2x250 mg
- -Azitromisin
1x500mg
- Rositromisin
2x150 mg atau
1x300 mg
- Siprofloksasin
2x500mg atau
Ofloksasin 2x400mg
- Levofloksasin
1x500mg atau
Moxifloxacin
1x400mg
- Doksisiklin 2x100mg
Kategori II -Usia
penderita gt
65 tahun
- Peny
Penyerta (+)
-Dapat
berobat jalan
-Spneumonia
Hinfluenzae
Batang gram(-)
Aerob
Saures
Mcatarrhalis
Legionalle sp
-Sepalospporin
generasi 2
-Trimetroprim
+Kotrimoksazol
-Betalaktam
-Makrolid
-Levofloksasin
-Gatifloksasin
-Moxyfloksasin
Kategori
III
-Pneumonia
berat
- Perlu
dirawat di
RStapi tidak
perlu di ICU
-Spneumoniae
-Hinfluenzae
-Polimikroba
termasuk Aerob
-Batang Gram (-)
-Legionalla sp
-Saureus
Mpneumoniae
- Sefalosporin
Generasi 2 atau
3
- Betalaktam +
Penghambat
Betalaktamase
+makrolid
-Piperasilin +
tazobaktam
-Sulferason
Kategori
IV
-Pneumonia
berat
-Perlu dirawat
di ICU
-Spneumonia
-Legionella sp
-Batang Gram (-)
aerob
-Mpneumonia
-Virus
-Hinfluenzae
-Mtuberculosis
-Jamur endemic
- Sefalosporin
generasi 3
(anti
pseudomonas)
+ makrolid
- Sefalosporin
generasi 4
- Sefalosporin
generasi 3 +
kuinolon
-Carbapenem
meropenem
-Vankomicin
-Linesolid
-Teikoplanin
2 Terapi Suportif Umum
1 Terapi O2 untuk mencapai PaO2 80-100 mmHg atau saturasi 95-96 berdasarkan
pemeriksaan analisis gas darah
2 Humidifikasi dengan nebulizer untuk pengenceran dahak yang kental dapat
disertai nebulizer untuk pemberian bronkodilator bila terdapat bronkospasme
3 Fisioterapi dada untuk pengeluaran dahak khususnya anjuran untuk batuk dan
napas dalam Bila perlu dikerjakan fish mouth breathing untuk melancarkan
ekspirasi dan pengeluarn CO2 Posisi tidur setengah duduk untuk melancarkan
pernapasan7
4 Pengaturan cairan Keutuhan kapiler paru sering terganggu pada pneumonia dan
paru lebih sensitif terhadap pembebanan cairan terutama bila terdapat pneumonia
bilateral Pemberian cairan pada pasien harus diatur dengan baik termasuk pada
keadaan gangguan sirkulasi dan gagal ginjal Overhidrasi untuk maksud
mengencerkan dahak tidak diperkenankan 9
5 Pemberian kortikosteroid pada fase sepsis berat perlu diberikan Terapi ini tidak
bermanfaat pada keadaan renjatan septik
6 Obat inotropik seperti dobutamin atau dopamin kadang-kadang diperlukan bila
terdapat komplikasi gangguan sirkulasi atau gagal ginjal prerenal
7 Ventilasi mekanis indikasi intubasi dan pemasangan ventilator pada pneumonia
adalah
27
a Hipoksemia persisten meskipun telah diberikan O2 100 dengan
menggunakaan masker Kosentrasi O2 yang tinggi menyebabkan penurunan
pulmonary compliance hingga tekanan inflasi meninggi Dalam hal ini perlu
dipergunakan PEEP untuk memperbaiki oksigenisasi dan menurunkan FiO2
menjadi 50 atau lebih rendah9
b Gagal napas yang ditandai oleh peningkatan respiratory distress dengan atau
didapat asidosis respiratorik
c Respiratory arrest
d Retensi sputum yang sulit diatasi secara konservatif
8 Drainase empiema bila ada
9 Bila terdapat gagal napas diberikan nutrisi dengan kalori yang cukup yang
didapatkan terutama dari lemak (gt50) hingga dapat dihindari pembentukan
CO2 yang berlebihan9
3 Terapi Sulih (switch therapy)
Masa perawatan di rumah sakit sebaiknya dipersingkat dengan perubahan obat
suntik ke oral dilanjutkan dengan berobat jalan hal ini untuk mengurangi biaya
perawatan dan mencegah infeksi nosokomial Perubahan ini dapat diberikan secara
sequential (obat sama potensi sama) switch over (obat berbeda potensi sama) dan
step down (obat sama atau berbeda potensi lebih rendah) Pasien beralih dari
intravena ke oral terapi ketika hemodinamik sudah stabil dan perbaikan terbukti
secara secara klinis dapat menelan obat-obatan dan memiliki saluran pencernaan
berfungsi normal 10
28
Kriteria untuk Pneumonia terkait stabilitas klinis adalah 9
1 Temp le 378 C Kesadaran baik
2 Denyut jantung le 100 denyut menit
3 Respirasi ratele 24 napas menit
4 Tekanan darah sistolik ge 90 mmHg
5 Saturasi O2 arteri ge 90 atau pO2 ge 60 mmHg pada ruang udara
6 Kemampuan untuk mengambil asupan oral
210 Komplikasi Pneumonia
1 Efusi pleura dan empiema Terjadi pada sekitar 45 kasus terutama pada infeksi
bakterial akut berupa efusi parapneumonik gram negative sebesar 60
Staphylococcus aureus 50 S pneumoniae 40-60 kuman anaerob 35
Sedangkan pada Mycoplasmapneumoniae sebesar 20 Cairannya transudat dan
steril Terkadang pada infeksi bakterial terjadi empiema dengan cairan eksudat
2 Komplikasi sistemik Dapat terjadi akibat invasi kuman atau bakteriemia berupa
meningitis Dapat juga terjadi dehidrasi dan hiponatremia anemia pada infeksi
kronik peningguan ureum dan enzim hati Kadang-kadang terjadi peninggian
fostase alkali dan bilirubin akibat adanya kolestasis intrahepatik
3 Hipoksemia akibat gangguan difusi
4 Abses Paru terbentuk akibat eksudat di alveolus paru sehingga terjadi infeksi
oleh kuman anaerob dan bakteri gram negative
29
5 Pneumonia kronik yang dapat terjadi bila pneumonia berlangsung lebih dari 4-6
minggu akibat kuman anaerob S aureus dan kuman Gram (-) seperti
Pseudomonas aeruginosa
6 Bronkiektasis Biasanya terjadi karena pneunomia pada masa anak-anak tetapi
dapat juga oleh infeksi berulang di lokasi bronkus distal pada cystic fibrosis atau
hipogamaglobulinemia tuberkulosis atau pneumonia nekrotikans 3
211 Prognosis Pneumonia
Angka morbiditas dan mortalitas pneumonia menurun sejak ditemukannya
antibiotik Faktor yang berperan adalah patogenitas kuman usia penyakit dasar dan
kondisi pasien Secara umum angka kematian pneumonia pneumokokus adalah
sebesar 5 namun dapat meningkat menjadi 60 pada orang tua dengan kondisi
yang buruk misalnya gangguan imunologis sirosis hepatis penyakit paru obstruktif
kronik atau kanker Adanya leukopenia ikterus terkenanya 3 atau lebih lobus dan
komplikasi ekstraparu merupakan petanda prognosis yang buruk Kuman gram
negatif menimbulkan prognosis yang lebih jelek 10
Prognosis pada orang tua dan anak kurang baik karena itu perlu perawatan di
RS kecuali bila penyakitnya ringan Orang dewasa (lt60 tahun) dapat berobat jalan
kecuali
1 Bila terdapat penyakit paru kronik
2 PN Meliputi banyak lobus
3 Disertai gambaran klinis yang berkaitan dengan mortalitas yang tinggi yaitu
30
a Usia gt 60 tahun
b Dijumpai adanya gejala pada saat masuk perawatan RS frekuensi napas gt 30
xm tekanan diastolik lt 60 mmHg leukosit abnormal (lt4500-gt30000)
BAB 3
KESIMPULAN
Pneumonia adalah salah satu penyakit akibat infeksi parenkim paru yang
dapat menyerang segala usia Pneumonia paling banyak disebabkan oleh infeksi
bakteri Streptococcus pneumonia dengan gejala yang muncul seperti demam batuk
berdahak sesak napas dan terkadang disertai nyeri dada
Pemeriksaan radiologi dalam hal ini foto thorax konvensional dan CT Scan
menjadi pemeriksaan yang sangat penting pada pneumonia Gambaran khas pada
pneumonia adalah adanya konsolidasi dengan adanya gambaran air bronchogram
Namun tidak semua pneumonia memberikan gambaran khas tersebut Untuk
menentukan etiologi pneumonia tidak dapat hanya semata-mata menggunakan foto
thorax melainkan harus dilihat dari riwayat penyakit dan juga pemeriksaan
laboratorium
Penatalaksanaan medis pada pneumonia adalah pemberian antibiotik yang
sesuai dengan kuman penyebab pneumonia disamping terapi supportif lainnya
Prognosis pneumonia secara umum baik jika mendapat terapi antibiotik yang adekuat
faktor predisposisi pasien dan ada tidaknya komplikasi yang menyertai
31
DAFTAR PUSTAKA
1 Dahlan Z 2006 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Pulmonologi Pusat
Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas kedokteran Universitas
Indonesia Jakarta
2 Price SA Wilson LM 2005 Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit Edisi 6 Volume 2 Penerbit EGC Jakarta
3 Soedarsono 2004 Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru Bagian Ilmu Penyakit Paru
FK UNAIR Surabaya
4 Aru W Bambang Idrus A Marcellus Siti S ed Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Jilid II Edisi 4 Jakarta Pusat Penerbitan Departemen IPD RSCM
2007
5 Perhimpunan Dokter Paru Indonesia Pedoman Diagnosis dan
penatalaksanaan Pneumonia Komuniti2003
6 Perhimpunan Dokter Paru Indonesia Pedoman Diagnosis dan
penatalaksanaan Pneumonia Nosokomial2003
7 Barlett JG Dowell SF Mondell LA File TM Mushor DM Fine MJ Practice
guidelines for management community-acquiredd pneumonia in adults Clin
infect Dis 2000 31 347-82
8 Mandell LA IDSAATS consensus guidelines on the management of
community-acquired pneumonia in adults CID 200744S27
9 Menendez R Treatment failure in community-acquired pneumonia
0071321348
32
10 Niederman MS Recent advances in community-acquired pneumonia inpatient
and outpatient Chest 20071311205
33
- 22 Definisi Pneumonia
- Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius dan alveoli serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat yang disebabkan oleh mikroorganisme (bakterivirusjamurprotozoa)3
- 23 Epidemiologi Pneumonia
- 25 Klasifikasi Pneumonia
- Terutama pada jaringan penyangga yaitu interstitial dinding bronkus dan peribronkil Peradangan dapat ditemumkan pada infeksi virus dan mycoplasma Terjadi edema dinding bronkioli dan juga edema jaringan interstisial prebronkial Radiologis berupa bayangan udara pada alveolus masih terlihat diliputi perselubungan yang tidak merata 5
- 26 Patofisiologi Pneumonia
- 27 Diagnosis Pneumonia
- 28 Diagnosis Banding Pneumonia
- 29 Penatalaksanaan
- 210 Komplikasi Pneumonia
-
2 Penyebaran melalui pembuluh darah
3 Inhalasi bahan aerosol
4 Kolonisasi dipermukaan mukosa
Dari keempat cara tersebut diatas yang terbanyak adalah cara kolonisasi
Secara inhalasi terjadi pada infeksi virus mikroorganisme atipikal mikrobakteria
atau jamur Kebanyakan bakteri dengan ukuran 05 ndash 20 nm melalui udara dapat
mencapai bronkus terminal atau alveoli dan selanjutnya terjadi proses infeksi Bila
terjadi kolonisasi pada saluran napas atas (hidung orofaring) kemudian terjadi
aspirasi ke saluran napas bawah dan terjadi inokulasi mikroorganisme hal ini
merupakan permulaan infeksi dari sebagian besar infeksi paru Aspirasi dari sebagian
kecil sekret orofaring terjadi pada orang normal waktu tidur (50) juga pada keadaan
penurunan kesadaran peminum alkohol dan pemakai obat (drug abuse) 5
Basil yang masuk bersama sekret bronkus ke dalam alveoli menyebabkan
reaksi radang berupa edema seluruh alveoli disusul dengan infiltrasi sel-sel PMN dan
diapedesis eritrosit sehingga terjadi permulaan fagositosis sebelum terbentuknya
antibodi 5
Pneumonia bakterialis menimbulkan respon imun dan peradangan yang paling
mencolok Jika terjadi infeksi sebagian jaringan dari lobus paru-paru ataupun
seluruh lobus bahkan sebagian besar dari lima lobus paru-paru (tiga di paru-paru
kanan dan dua di paru-paru kiri) menjadi terisi cairan Dari jaringan paru-paru
infeksi dengan cepat menyebar ke seluruh tubuh melalui peredaran darah Bakteri
pneumokokus adalah kuman yang paling umum sebagai penyebab pneumonia
12
Terdapat empat stadium anatomic dari pneumonia terbagi atas
1 Stadium Kongesti (4 ndash 12 jam pertama)
Disebut hiperemia mengacu pada respon peradangan permulaan yang
berlangsung pada daerah baru yang terinfeksi Hal ini ditandai dengan peningkatan
aliran darah dan permeabilitas kapiler di tempat infeksi Hiperemia ini terjadi akibat
pelepasan mediator-mediator peradangan dari sel-sel mast setelah pengaktifan sel
imun dan cedera jaringan Mediator-mediator tersebut mencakup histamin dan
prostaglandin Degranulasi sel mast juga mengaktifkan jalur komplemen
Komplemen bekerja sama dengan histamin dan prostaglandin untuk melemaskan otot
polos vaskuler paru dan peningkatan permeabilitas kapiler paru Hal ini
mengakibatkan perpindahan eksudat plasma ke dalam ruang interstitium sehingga
terjadi pembengkakan dan edema antar kapiler dan alveolus Penimbunan cairan di
antara kapiler dan alveolus meningkatkan jarak yang harus ditempuh oleh oksigen
dan karbondioksida maka perpindahan gas ini dalam darah paling berpengaruh dan
sering mengakibatkan penurunan saturasi oksigen hemoglobin 2
2 Stadium Hepatisasi Merah (48 jam selanjutnya)
Terjadi sewaktu alveolus terisi oleh sel darah merah eksudat dan fibrin yang
dihasilkan oleh penjamu (host) sebagai bagian dari reaksi peradangan Lobus yang
terkena menjadi padat oleh karena adanya penumpukan leukosit eritrosit dan cairan
sehingga warna paru menjadi merah dan pada perabaan seperti hepar pada stadium
ini udara alveoli tidak ada atau sangat minimal sehingga anak akan bertambah sesak
Stadium ini berlangsung sangat singkat yaitu selama 48 jam 2
13
3 Stadium Hepatisasi Kelabu (Konsolidasi)
Terjadi sewaktu sel-sel darah putih mengkolonisasi daerah paru yang terinfeksi Pada
saat ini endapan fibrin terakumulasi di seluruh daerah yang cedera dan terjadi
fagositosis sisa-sisa sel Pada stadium ini eritrosit di alveoli mulai diresorbsi lobus
masih tetap padat karena berisi fibrin dan leukosit warna merah menjadi pucat kelabu
dan kapiler darah tidak lagi mengalami kongesti2
4 Stadium Akhir (Resolusi)
Eksudat yang mengalami konsolidasi di antara rongga alveoli dicerna secara
enzimatis yang diserap kembali atau dibersihkan dengan batuk Parenkim paru
kembali menjadi penuh dengan cairan dan basah sampai pulih mencapai keadaan
normal2
27 Diagnosis Pneumonia
271 Gambaran Klinis dan Pemeriksaan Fisik
Gejala-gejala pneumonia serupa untuk semua jenis pneumonia Gejalanya
meliputi
Gejala Mayor 1Batuk
2Sputum produktif
3Demam (suhugt38 0c)
Gejala Minor 1 sesak napas
2 nyeri dada
3 konsolidasi paru pada pemeriksaan fisik
4 jumlah leukosit gt12000L
14
Gambaran klinis biasanya didahului oleh infeksi saluran napas akut bagian
atas selama beberapa hari kemudian diikuti dengan demam menggigil suhu tubuh
kadang-kadang melebihi 40ordm C sakit tenggorokan nyeri otot dan sendi Juga disertai
batuk dengan sputum mukoid atau purulen kadang-kadang berdarah5
Pada pemeriksaan fisik dada terlihat bagian yang sakit tertinggal waktu
bernafas pada palpasi fremitus dapat mengeras pada perkusi redup pada auskultasi
terdengar suara napas bronkovesikuler sampai bronchial yang kadang-kadang
melemah Mungkin disertai ronkhi halus yang kemudian menjadi ronkhi basah kasar
pada stadium resolusi 5
272 Pemeriksaan Laboratorium
Pada pemeriksaan laboratorium terdapat peningkatan jumlah leukosit
biasanya gt10000ul kadang-kadang mencapai 30000ul dan pada hitungan jenis
leukosit terdapat pergeseran ke kiri serta terjadi peningkatan LED Untuk menentukan
diagnosis etiologi diperlukan pemeriksaan dahak kultur darah dan serologi Kultur
darah dapat positif pada 20-25 penderita yang tidak diobati Anlalisa gas darah
menunjukkan hipoksemia dan hiperkarbia pada stadium lanjut dapat terjadi asidosis
respiratorik 6
273 Gambaran Radiologis
Gambaran Radiologis pada foto thorax pada penyakit pneumonia antara lain
Perselubungankonsolidasi homogen atau inhomogen sesuai dengan lobus atau
segment paru secara anantomis
15
Batasnya tegas walaupun pada mulanya kurang jelas
Volume paru tidak berubah tidak seperti atelektasis dimana paru mengecil Tidak
tampak deviasi tracheaseptumfissure seperti pada atelektasis
Silhouette sign (+) bermanfaat untuk menentukan letak lesi paru batas lesi
dengan jantung hilang berarti lesi tersebut berdampingan dengan jantung atau di
lobus medius kanan
Seringkali terjadi komplikasi efusi pleura
Bila terjadinya pada lobus inferior maka sinus phrenicocostalis yang paling akhir
terkena
Pada permulaan sering masih terlihat vaskuler
Pada masa resolusi sering tampak Air Bronchogram Sign (terperangkapnya udara
pada bronkus karena tidanya pertukaran udara pada alveolus)
Foto thoraks saja tidak dapat secara khas menentukan penyebab pneumonia
hanya merupakan petunjuk ke arah diagnosis etiologi misalnya penyebab
pneumonia lobaris tersering disebabkan oleh Streptococcus pneumoniae
Pseudomonas aeruginosa sering memperlihatkan infiltrat bilateral atau gambaran
bronkopneumonia sedangkan Klebsiela pneumonia sering menunjukan konsolidasi
yang terjadi pada lobus atas kanan meskipun dapat mengenai beberapa lobus6
1Pneumonia Lobaris
Foto Thorax
16
Tampak gambaran gabungan konsolidasi berdensitas tinggi pada satu
segmenlobus (lobus kanan bawah PA maupun lateral)) atau bercak yang
mengikutsertakan alveoli yang tersebar Air bronchogram biasanya ditemukan
pada pneumonia jenis ini
CT Scan
17
Hasil CT dada ini menampilkan gambaran hiperdens di lobus atas kiri sampai ke
perifer
2 Bronchopneumonia (Pneumonia Lobularis)
Foto Thorax
Pada gambar diatas tampak konsolidasi tidak homogen di lobus atas kiri dan lobus
bawah kiri
CT Scan
18
Tampak gambaran opakhiperdens pada lobus tengah kanan namun tidak menjalar
sampai perifer
3 Pneumonia Interstisial
Foto Thorax
19
Terjadi edema dinding bronkioli dan juga edema jaringan interstitial
prebronkial Radiologis berupa bayangan udara pada alveolus masih terlihat
diliputi oleh perselubungan yang tidak merata
CT Scan
Gambaran CT Scan pneumonia interstitiak pada seorang pria berusia 19
tahun (A) Menunjukan area konsolidasi di percabangan peribronkovaskuler
yang irreguler (B) CT Scan pada hasil follow up selama 2 tahun menunjukan
area konsolidasi yang irreguler tersebut berkembang menjadi bronkiektasis
atau bronkiolektasis (tanda panah)
274 Pemeriksaan Bakteriologis
Bahan berasal dari sputum darah aspirasi nasotrakealtranstrakeal
torakosintesis bronkoskopi atau biopsi Kuman yang predominan pada sputum
disertai PMN yang kemungkinan penyebab infeksi 5
Pengambilan dahak dilakukan pagi hari Pasien mula-mula kumur-kumur
dengan akuades biasa setelah itu pasien diminta inspirasi dalam kemudian
membatukkan dahaknya Dahak ditampung dalam botol steril dan ditutup rapat
20
Dahak segera dikirim ke labolatorium (tidak boleh lebih dari 4 jam) Jika terjadi
kesulitan mengeluarkan dahak dapat dibantu nebulisasi dengan NaCl 3 Kriteria
dahak yang memenuhi syarat untuk pemeriksaan apusan langsung dan biarkan yaitu
bila ditemukan sel PMN gt 25lpk dan sel epitel lt 10lpk 5
28 Diagnosis Banding Pneumonia
ATuberculosis Paru (TB)
Tuberculosis Paru (TB) adalah suatu penyakit infeksi menular yang
disebabkan oleh M tuberculosis Jalan masuk untuk organism M tuberculosis adalah
saluran pernafasan saluran pencernaan Gejala klinis TB antara lain batuk lama yang
produktif (durasi lebih dari 3 minggu) nyeri dada dan hemoptisis dan gejala sistemik
meliputi demam menggigil keringat malam lemas hilang nafsu makan dan
penurunan berat badan3
Tampak gambaran cavitas pada paru lobus atas kanan pada foto thorax proyeksi PA
21
BAtelektasis
Atelektasis adalah istilah yang berarti pengembangan paru yang tidak
sempurna dan menyiratkan arti bahwa alveolus pada bagian paru yang terserang tidak
mengandung udara dan kolaps Memberikan gambaran yang mirip dengan pneumonia
tanpa air bronchogram Namun terdapat penarikan jantung trakea dan mediastinum
ke arah yang sakit karena adanya pengurangan volume interkostal space menjadi
lebih sempit dan pengecilan dari seluruh atau sebagian paru-paru yang sakit
Sehingga akan tampak thorax asimetris 3
Atelektasis pada foto thorax proyeksi PA
22
C Efusi Pleura
Memberi gambaran yang mirip dengan pneumonia tanpa air bronchogram
Terdapat penambahan volume sehingga terjadi pendorongan jantung trakea dan
mediastinum kearah yang sehat Rongga thorax membesar Pada edusi pleura
sebagian akan tampak meniscus sign (+) tanda khas pada efusi pleura 3
Efusi pleura pada foto thorax posisi PA
29 Penatalaksanaan
Pengobatan terdiri atas antibiotik dan pengobatan suportif Pemberian
antibiotik pada penderita pneumonia sebaiknya berdasarkan data mikroorganisme dan
hasil uji kepekaannya akan tetapi karena beberapa alasan yaitu 7
1 penyakit yang berat dapat mengancam jiwa
2 bakteri patogen yang berhasil diisolasi belum tentu sebagai penyebab pneumonia
3 hasil pembiakan bakteri memerlukan waktu
23
Maka pada penderita pneumonia dapat diberikan terapi secara empiris Secara
umum pemilihan antibiotic berdasarkan baktri penyebab pneumonia dapat dilihat
sebagai berikut 751
1 Pemberian Antibiotik
Penisilin sensitif Streptococcus pneumonia (PSSP)
1048707 Golongan Penisilin
1048707 TMP-SMZ
1048707 Makrolid
Penisilin resisten Streptococcus pneumoniae (PRSP)
1048707 Betalaktam oral dosis tinggi (untuk rawat jalan)
1048707 Sefotaksim Seftriakson dosis tinggi
1048707 Marolid baru dosis tinggi
1048707 Fluorokuinolon respirasi
Pseudomonas aeruginosa
1048707 Aminoglikosid
1048707 Seftazidim Sefoperason Sefepim
1048707 Tikarsilin Piperasilin
1048707 Karbapenem Meropenem Imipenem
1048707 Siprofloksasin Levofloksasin
Methicillin resistent Staphylococcus aureus (MRSA)
1048707 Vankomisin
1048707 Teikoplanin
1048707 Linezolid
Hemophilus influenzae
1048707 TMP-SMZ
1048707 Azitromisin
1048707 Sefalosporin gen 2 atau 3
24
1048707 Fluorokuinolon respirasi
Legionella
1048707 Makrolid
1048707 Fluorokuinolon
1048707 Rifampisin
Mycoplasma pneumoniae
1048707 Doksisiklin
1048707 Makrolid
1048707 Fluorokuinolon
Chlamydia pneumoniae
1048707 Doksisikin
1048707 Makrolid
1048707 Fluorokuinolon
25
26
Tabel 3 Rekomendasi Terapi Empiris (ATS 2001) 8
Kategori Keterangan Kuman Penyebab Obat Pilihan I Obat Pilihan II
Kategori I Usia
penderita
lt 65 tahun
-Penyakit
Penyerta (-)
-Dapat
berobat jalan
-Spneumonia
-Mpneumonia
-Cpneumonia
-Hinfluenzae
-Legionale sp
-Saureus
-Mtuberculosis
-Batang Gram (-)
Klaritromisin
2x250 mg
- -Azitromisin
1x500mg
- Rositromisin
2x150 mg atau
1x300 mg
- Siprofloksasin
2x500mg atau
Ofloksasin 2x400mg
- Levofloksasin
1x500mg atau
Moxifloxacin
1x400mg
- Doksisiklin 2x100mg
Kategori II -Usia
penderita gt
65 tahun
- Peny
Penyerta (+)
-Dapat
berobat jalan
-Spneumonia
Hinfluenzae
Batang gram(-)
Aerob
Saures
Mcatarrhalis
Legionalle sp
-Sepalospporin
generasi 2
-Trimetroprim
+Kotrimoksazol
-Betalaktam
-Makrolid
-Levofloksasin
-Gatifloksasin
-Moxyfloksasin
Kategori
III
-Pneumonia
berat
- Perlu
dirawat di
RStapi tidak
perlu di ICU
-Spneumoniae
-Hinfluenzae
-Polimikroba
termasuk Aerob
-Batang Gram (-)
-Legionalla sp
-Saureus
Mpneumoniae
- Sefalosporin
Generasi 2 atau
3
- Betalaktam +
Penghambat
Betalaktamase
+makrolid
-Piperasilin +
tazobaktam
-Sulferason
Kategori
IV
-Pneumonia
berat
-Perlu dirawat
di ICU
-Spneumonia
-Legionella sp
-Batang Gram (-)
aerob
-Mpneumonia
-Virus
-Hinfluenzae
-Mtuberculosis
-Jamur endemic
- Sefalosporin
generasi 3
(anti
pseudomonas)
+ makrolid
- Sefalosporin
generasi 4
- Sefalosporin
generasi 3 +
kuinolon
-Carbapenem
meropenem
-Vankomicin
-Linesolid
-Teikoplanin
2 Terapi Suportif Umum
1 Terapi O2 untuk mencapai PaO2 80-100 mmHg atau saturasi 95-96 berdasarkan
pemeriksaan analisis gas darah
2 Humidifikasi dengan nebulizer untuk pengenceran dahak yang kental dapat
disertai nebulizer untuk pemberian bronkodilator bila terdapat bronkospasme
3 Fisioterapi dada untuk pengeluaran dahak khususnya anjuran untuk batuk dan
napas dalam Bila perlu dikerjakan fish mouth breathing untuk melancarkan
ekspirasi dan pengeluarn CO2 Posisi tidur setengah duduk untuk melancarkan
pernapasan7
4 Pengaturan cairan Keutuhan kapiler paru sering terganggu pada pneumonia dan
paru lebih sensitif terhadap pembebanan cairan terutama bila terdapat pneumonia
bilateral Pemberian cairan pada pasien harus diatur dengan baik termasuk pada
keadaan gangguan sirkulasi dan gagal ginjal Overhidrasi untuk maksud
mengencerkan dahak tidak diperkenankan 9
5 Pemberian kortikosteroid pada fase sepsis berat perlu diberikan Terapi ini tidak
bermanfaat pada keadaan renjatan septik
6 Obat inotropik seperti dobutamin atau dopamin kadang-kadang diperlukan bila
terdapat komplikasi gangguan sirkulasi atau gagal ginjal prerenal
7 Ventilasi mekanis indikasi intubasi dan pemasangan ventilator pada pneumonia
adalah
27
a Hipoksemia persisten meskipun telah diberikan O2 100 dengan
menggunakaan masker Kosentrasi O2 yang tinggi menyebabkan penurunan
pulmonary compliance hingga tekanan inflasi meninggi Dalam hal ini perlu
dipergunakan PEEP untuk memperbaiki oksigenisasi dan menurunkan FiO2
menjadi 50 atau lebih rendah9
b Gagal napas yang ditandai oleh peningkatan respiratory distress dengan atau
didapat asidosis respiratorik
c Respiratory arrest
d Retensi sputum yang sulit diatasi secara konservatif
8 Drainase empiema bila ada
9 Bila terdapat gagal napas diberikan nutrisi dengan kalori yang cukup yang
didapatkan terutama dari lemak (gt50) hingga dapat dihindari pembentukan
CO2 yang berlebihan9
3 Terapi Sulih (switch therapy)
Masa perawatan di rumah sakit sebaiknya dipersingkat dengan perubahan obat
suntik ke oral dilanjutkan dengan berobat jalan hal ini untuk mengurangi biaya
perawatan dan mencegah infeksi nosokomial Perubahan ini dapat diberikan secara
sequential (obat sama potensi sama) switch over (obat berbeda potensi sama) dan
step down (obat sama atau berbeda potensi lebih rendah) Pasien beralih dari
intravena ke oral terapi ketika hemodinamik sudah stabil dan perbaikan terbukti
secara secara klinis dapat menelan obat-obatan dan memiliki saluran pencernaan
berfungsi normal 10
28
Kriteria untuk Pneumonia terkait stabilitas klinis adalah 9
1 Temp le 378 C Kesadaran baik
2 Denyut jantung le 100 denyut menit
3 Respirasi ratele 24 napas menit
4 Tekanan darah sistolik ge 90 mmHg
5 Saturasi O2 arteri ge 90 atau pO2 ge 60 mmHg pada ruang udara
6 Kemampuan untuk mengambil asupan oral
210 Komplikasi Pneumonia
1 Efusi pleura dan empiema Terjadi pada sekitar 45 kasus terutama pada infeksi
bakterial akut berupa efusi parapneumonik gram negative sebesar 60
Staphylococcus aureus 50 S pneumoniae 40-60 kuman anaerob 35
Sedangkan pada Mycoplasmapneumoniae sebesar 20 Cairannya transudat dan
steril Terkadang pada infeksi bakterial terjadi empiema dengan cairan eksudat
2 Komplikasi sistemik Dapat terjadi akibat invasi kuman atau bakteriemia berupa
meningitis Dapat juga terjadi dehidrasi dan hiponatremia anemia pada infeksi
kronik peningguan ureum dan enzim hati Kadang-kadang terjadi peninggian
fostase alkali dan bilirubin akibat adanya kolestasis intrahepatik
3 Hipoksemia akibat gangguan difusi
4 Abses Paru terbentuk akibat eksudat di alveolus paru sehingga terjadi infeksi
oleh kuman anaerob dan bakteri gram negative
29
5 Pneumonia kronik yang dapat terjadi bila pneumonia berlangsung lebih dari 4-6
minggu akibat kuman anaerob S aureus dan kuman Gram (-) seperti
Pseudomonas aeruginosa
6 Bronkiektasis Biasanya terjadi karena pneunomia pada masa anak-anak tetapi
dapat juga oleh infeksi berulang di lokasi bronkus distal pada cystic fibrosis atau
hipogamaglobulinemia tuberkulosis atau pneumonia nekrotikans 3
211 Prognosis Pneumonia
Angka morbiditas dan mortalitas pneumonia menurun sejak ditemukannya
antibiotik Faktor yang berperan adalah patogenitas kuman usia penyakit dasar dan
kondisi pasien Secara umum angka kematian pneumonia pneumokokus adalah
sebesar 5 namun dapat meningkat menjadi 60 pada orang tua dengan kondisi
yang buruk misalnya gangguan imunologis sirosis hepatis penyakit paru obstruktif
kronik atau kanker Adanya leukopenia ikterus terkenanya 3 atau lebih lobus dan
komplikasi ekstraparu merupakan petanda prognosis yang buruk Kuman gram
negatif menimbulkan prognosis yang lebih jelek 10
Prognosis pada orang tua dan anak kurang baik karena itu perlu perawatan di
RS kecuali bila penyakitnya ringan Orang dewasa (lt60 tahun) dapat berobat jalan
kecuali
1 Bila terdapat penyakit paru kronik
2 PN Meliputi banyak lobus
3 Disertai gambaran klinis yang berkaitan dengan mortalitas yang tinggi yaitu
30
a Usia gt 60 tahun
b Dijumpai adanya gejala pada saat masuk perawatan RS frekuensi napas gt 30
xm tekanan diastolik lt 60 mmHg leukosit abnormal (lt4500-gt30000)
BAB 3
KESIMPULAN
Pneumonia adalah salah satu penyakit akibat infeksi parenkim paru yang
dapat menyerang segala usia Pneumonia paling banyak disebabkan oleh infeksi
bakteri Streptococcus pneumonia dengan gejala yang muncul seperti demam batuk
berdahak sesak napas dan terkadang disertai nyeri dada
Pemeriksaan radiologi dalam hal ini foto thorax konvensional dan CT Scan
menjadi pemeriksaan yang sangat penting pada pneumonia Gambaran khas pada
pneumonia adalah adanya konsolidasi dengan adanya gambaran air bronchogram
Namun tidak semua pneumonia memberikan gambaran khas tersebut Untuk
menentukan etiologi pneumonia tidak dapat hanya semata-mata menggunakan foto
thorax melainkan harus dilihat dari riwayat penyakit dan juga pemeriksaan
laboratorium
Penatalaksanaan medis pada pneumonia adalah pemberian antibiotik yang
sesuai dengan kuman penyebab pneumonia disamping terapi supportif lainnya
Prognosis pneumonia secara umum baik jika mendapat terapi antibiotik yang adekuat
faktor predisposisi pasien dan ada tidaknya komplikasi yang menyertai
31
DAFTAR PUSTAKA
1 Dahlan Z 2006 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Pulmonologi Pusat
Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas kedokteran Universitas
Indonesia Jakarta
2 Price SA Wilson LM 2005 Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit Edisi 6 Volume 2 Penerbit EGC Jakarta
3 Soedarsono 2004 Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru Bagian Ilmu Penyakit Paru
FK UNAIR Surabaya
4 Aru W Bambang Idrus A Marcellus Siti S ed Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Jilid II Edisi 4 Jakarta Pusat Penerbitan Departemen IPD RSCM
2007
5 Perhimpunan Dokter Paru Indonesia Pedoman Diagnosis dan
penatalaksanaan Pneumonia Komuniti2003
6 Perhimpunan Dokter Paru Indonesia Pedoman Diagnosis dan
penatalaksanaan Pneumonia Nosokomial2003
7 Barlett JG Dowell SF Mondell LA File TM Mushor DM Fine MJ Practice
guidelines for management community-acquiredd pneumonia in adults Clin
infect Dis 2000 31 347-82
8 Mandell LA IDSAATS consensus guidelines on the management of
community-acquired pneumonia in adults CID 200744S27
9 Menendez R Treatment failure in community-acquired pneumonia
0071321348
32
10 Niederman MS Recent advances in community-acquired pneumonia inpatient
and outpatient Chest 20071311205
33
- 22 Definisi Pneumonia
- Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius dan alveoli serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat yang disebabkan oleh mikroorganisme (bakterivirusjamurprotozoa)3
- 23 Epidemiologi Pneumonia
- 25 Klasifikasi Pneumonia
- Terutama pada jaringan penyangga yaitu interstitial dinding bronkus dan peribronkil Peradangan dapat ditemumkan pada infeksi virus dan mycoplasma Terjadi edema dinding bronkioli dan juga edema jaringan interstisial prebronkial Radiologis berupa bayangan udara pada alveolus masih terlihat diliputi perselubungan yang tidak merata 5
- 26 Patofisiologi Pneumonia
- 27 Diagnosis Pneumonia
- 28 Diagnosis Banding Pneumonia
- 29 Penatalaksanaan
- 210 Komplikasi Pneumonia
-
Terdapat empat stadium anatomic dari pneumonia terbagi atas
1 Stadium Kongesti (4 ndash 12 jam pertama)
Disebut hiperemia mengacu pada respon peradangan permulaan yang
berlangsung pada daerah baru yang terinfeksi Hal ini ditandai dengan peningkatan
aliran darah dan permeabilitas kapiler di tempat infeksi Hiperemia ini terjadi akibat
pelepasan mediator-mediator peradangan dari sel-sel mast setelah pengaktifan sel
imun dan cedera jaringan Mediator-mediator tersebut mencakup histamin dan
prostaglandin Degranulasi sel mast juga mengaktifkan jalur komplemen
Komplemen bekerja sama dengan histamin dan prostaglandin untuk melemaskan otot
polos vaskuler paru dan peningkatan permeabilitas kapiler paru Hal ini
mengakibatkan perpindahan eksudat plasma ke dalam ruang interstitium sehingga
terjadi pembengkakan dan edema antar kapiler dan alveolus Penimbunan cairan di
antara kapiler dan alveolus meningkatkan jarak yang harus ditempuh oleh oksigen
dan karbondioksida maka perpindahan gas ini dalam darah paling berpengaruh dan
sering mengakibatkan penurunan saturasi oksigen hemoglobin 2
2 Stadium Hepatisasi Merah (48 jam selanjutnya)
Terjadi sewaktu alveolus terisi oleh sel darah merah eksudat dan fibrin yang
dihasilkan oleh penjamu (host) sebagai bagian dari reaksi peradangan Lobus yang
terkena menjadi padat oleh karena adanya penumpukan leukosit eritrosit dan cairan
sehingga warna paru menjadi merah dan pada perabaan seperti hepar pada stadium
ini udara alveoli tidak ada atau sangat minimal sehingga anak akan bertambah sesak
Stadium ini berlangsung sangat singkat yaitu selama 48 jam 2
13
3 Stadium Hepatisasi Kelabu (Konsolidasi)
Terjadi sewaktu sel-sel darah putih mengkolonisasi daerah paru yang terinfeksi Pada
saat ini endapan fibrin terakumulasi di seluruh daerah yang cedera dan terjadi
fagositosis sisa-sisa sel Pada stadium ini eritrosit di alveoli mulai diresorbsi lobus
masih tetap padat karena berisi fibrin dan leukosit warna merah menjadi pucat kelabu
dan kapiler darah tidak lagi mengalami kongesti2
4 Stadium Akhir (Resolusi)
Eksudat yang mengalami konsolidasi di antara rongga alveoli dicerna secara
enzimatis yang diserap kembali atau dibersihkan dengan batuk Parenkim paru
kembali menjadi penuh dengan cairan dan basah sampai pulih mencapai keadaan
normal2
27 Diagnosis Pneumonia
271 Gambaran Klinis dan Pemeriksaan Fisik
Gejala-gejala pneumonia serupa untuk semua jenis pneumonia Gejalanya
meliputi
Gejala Mayor 1Batuk
2Sputum produktif
3Demam (suhugt38 0c)
Gejala Minor 1 sesak napas
2 nyeri dada
3 konsolidasi paru pada pemeriksaan fisik
4 jumlah leukosit gt12000L
14
Gambaran klinis biasanya didahului oleh infeksi saluran napas akut bagian
atas selama beberapa hari kemudian diikuti dengan demam menggigil suhu tubuh
kadang-kadang melebihi 40ordm C sakit tenggorokan nyeri otot dan sendi Juga disertai
batuk dengan sputum mukoid atau purulen kadang-kadang berdarah5
Pada pemeriksaan fisik dada terlihat bagian yang sakit tertinggal waktu
bernafas pada palpasi fremitus dapat mengeras pada perkusi redup pada auskultasi
terdengar suara napas bronkovesikuler sampai bronchial yang kadang-kadang
melemah Mungkin disertai ronkhi halus yang kemudian menjadi ronkhi basah kasar
pada stadium resolusi 5
272 Pemeriksaan Laboratorium
Pada pemeriksaan laboratorium terdapat peningkatan jumlah leukosit
biasanya gt10000ul kadang-kadang mencapai 30000ul dan pada hitungan jenis
leukosit terdapat pergeseran ke kiri serta terjadi peningkatan LED Untuk menentukan
diagnosis etiologi diperlukan pemeriksaan dahak kultur darah dan serologi Kultur
darah dapat positif pada 20-25 penderita yang tidak diobati Anlalisa gas darah
menunjukkan hipoksemia dan hiperkarbia pada stadium lanjut dapat terjadi asidosis
respiratorik 6
273 Gambaran Radiologis
Gambaran Radiologis pada foto thorax pada penyakit pneumonia antara lain
Perselubungankonsolidasi homogen atau inhomogen sesuai dengan lobus atau
segment paru secara anantomis
15
Batasnya tegas walaupun pada mulanya kurang jelas
Volume paru tidak berubah tidak seperti atelektasis dimana paru mengecil Tidak
tampak deviasi tracheaseptumfissure seperti pada atelektasis
Silhouette sign (+) bermanfaat untuk menentukan letak lesi paru batas lesi
dengan jantung hilang berarti lesi tersebut berdampingan dengan jantung atau di
lobus medius kanan
Seringkali terjadi komplikasi efusi pleura
Bila terjadinya pada lobus inferior maka sinus phrenicocostalis yang paling akhir
terkena
Pada permulaan sering masih terlihat vaskuler
Pada masa resolusi sering tampak Air Bronchogram Sign (terperangkapnya udara
pada bronkus karena tidanya pertukaran udara pada alveolus)
Foto thoraks saja tidak dapat secara khas menentukan penyebab pneumonia
hanya merupakan petunjuk ke arah diagnosis etiologi misalnya penyebab
pneumonia lobaris tersering disebabkan oleh Streptococcus pneumoniae
Pseudomonas aeruginosa sering memperlihatkan infiltrat bilateral atau gambaran
bronkopneumonia sedangkan Klebsiela pneumonia sering menunjukan konsolidasi
yang terjadi pada lobus atas kanan meskipun dapat mengenai beberapa lobus6
1Pneumonia Lobaris
Foto Thorax
16
Tampak gambaran gabungan konsolidasi berdensitas tinggi pada satu
segmenlobus (lobus kanan bawah PA maupun lateral)) atau bercak yang
mengikutsertakan alveoli yang tersebar Air bronchogram biasanya ditemukan
pada pneumonia jenis ini
CT Scan
17
Hasil CT dada ini menampilkan gambaran hiperdens di lobus atas kiri sampai ke
perifer
2 Bronchopneumonia (Pneumonia Lobularis)
Foto Thorax
Pada gambar diatas tampak konsolidasi tidak homogen di lobus atas kiri dan lobus
bawah kiri
CT Scan
18
Tampak gambaran opakhiperdens pada lobus tengah kanan namun tidak menjalar
sampai perifer
3 Pneumonia Interstisial
Foto Thorax
19
Terjadi edema dinding bronkioli dan juga edema jaringan interstitial
prebronkial Radiologis berupa bayangan udara pada alveolus masih terlihat
diliputi oleh perselubungan yang tidak merata
CT Scan
Gambaran CT Scan pneumonia interstitiak pada seorang pria berusia 19
tahun (A) Menunjukan area konsolidasi di percabangan peribronkovaskuler
yang irreguler (B) CT Scan pada hasil follow up selama 2 tahun menunjukan
area konsolidasi yang irreguler tersebut berkembang menjadi bronkiektasis
atau bronkiolektasis (tanda panah)
274 Pemeriksaan Bakteriologis
Bahan berasal dari sputum darah aspirasi nasotrakealtranstrakeal
torakosintesis bronkoskopi atau biopsi Kuman yang predominan pada sputum
disertai PMN yang kemungkinan penyebab infeksi 5
Pengambilan dahak dilakukan pagi hari Pasien mula-mula kumur-kumur
dengan akuades biasa setelah itu pasien diminta inspirasi dalam kemudian
membatukkan dahaknya Dahak ditampung dalam botol steril dan ditutup rapat
20
Dahak segera dikirim ke labolatorium (tidak boleh lebih dari 4 jam) Jika terjadi
kesulitan mengeluarkan dahak dapat dibantu nebulisasi dengan NaCl 3 Kriteria
dahak yang memenuhi syarat untuk pemeriksaan apusan langsung dan biarkan yaitu
bila ditemukan sel PMN gt 25lpk dan sel epitel lt 10lpk 5
28 Diagnosis Banding Pneumonia
ATuberculosis Paru (TB)
Tuberculosis Paru (TB) adalah suatu penyakit infeksi menular yang
disebabkan oleh M tuberculosis Jalan masuk untuk organism M tuberculosis adalah
saluran pernafasan saluran pencernaan Gejala klinis TB antara lain batuk lama yang
produktif (durasi lebih dari 3 minggu) nyeri dada dan hemoptisis dan gejala sistemik
meliputi demam menggigil keringat malam lemas hilang nafsu makan dan
penurunan berat badan3
Tampak gambaran cavitas pada paru lobus atas kanan pada foto thorax proyeksi PA
21
BAtelektasis
Atelektasis adalah istilah yang berarti pengembangan paru yang tidak
sempurna dan menyiratkan arti bahwa alveolus pada bagian paru yang terserang tidak
mengandung udara dan kolaps Memberikan gambaran yang mirip dengan pneumonia
tanpa air bronchogram Namun terdapat penarikan jantung trakea dan mediastinum
ke arah yang sakit karena adanya pengurangan volume interkostal space menjadi
lebih sempit dan pengecilan dari seluruh atau sebagian paru-paru yang sakit
Sehingga akan tampak thorax asimetris 3
Atelektasis pada foto thorax proyeksi PA
22
C Efusi Pleura
Memberi gambaran yang mirip dengan pneumonia tanpa air bronchogram
Terdapat penambahan volume sehingga terjadi pendorongan jantung trakea dan
mediastinum kearah yang sehat Rongga thorax membesar Pada edusi pleura
sebagian akan tampak meniscus sign (+) tanda khas pada efusi pleura 3
Efusi pleura pada foto thorax posisi PA
29 Penatalaksanaan
Pengobatan terdiri atas antibiotik dan pengobatan suportif Pemberian
antibiotik pada penderita pneumonia sebaiknya berdasarkan data mikroorganisme dan
hasil uji kepekaannya akan tetapi karena beberapa alasan yaitu 7
1 penyakit yang berat dapat mengancam jiwa
2 bakteri patogen yang berhasil diisolasi belum tentu sebagai penyebab pneumonia
3 hasil pembiakan bakteri memerlukan waktu
23
Maka pada penderita pneumonia dapat diberikan terapi secara empiris Secara
umum pemilihan antibiotic berdasarkan baktri penyebab pneumonia dapat dilihat
sebagai berikut 751
1 Pemberian Antibiotik
Penisilin sensitif Streptococcus pneumonia (PSSP)
1048707 Golongan Penisilin
1048707 TMP-SMZ
1048707 Makrolid
Penisilin resisten Streptococcus pneumoniae (PRSP)
1048707 Betalaktam oral dosis tinggi (untuk rawat jalan)
1048707 Sefotaksim Seftriakson dosis tinggi
1048707 Marolid baru dosis tinggi
1048707 Fluorokuinolon respirasi
Pseudomonas aeruginosa
1048707 Aminoglikosid
1048707 Seftazidim Sefoperason Sefepim
1048707 Tikarsilin Piperasilin
1048707 Karbapenem Meropenem Imipenem
1048707 Siprofloksasin Levofloksasin
Methicillin resistent Staphylococcus aureus (MRSA)
1048707 Vankomisin
1048707 Teikoplanin
1048707 Linezolid
Hemophilus influenzae
1048707 TMP-SMZ
1048707 Azitromisin
1048707 Sefalosporin gen 2 atau 3
24
1048707 Fluorokuinolon respirasi
Legionella
1048707 Makrolid
1048707 Fluorokuinolon
1048707 Rifampisin
Mycoplasma pneumoniae
1048707 Doksisiklin
1048707 Makrolid
1048707 Fluorokuinolon
Chlamydia pneumoniae
1048707 Doksisikin
1048707 Makrolid
1048707 Fluorokuinolon
25
26
Tabel 3 Rekomendasi Terapi Empiris (ATS 2001) 8
Kategori Keterangan Kuman Penyebab Obat Pilihan I Obat Pilihan II
Kategori I Usia
penderita
lt 65 tahun
-Penyakit
Penyerta (-)
-Dapat
berobat jalan
-Spneumonia
-Mpneumonia
-Cpneumonia
-Hinfluenzae
-Legionale sp
-Saureus
-Mtuberculosis
-Batang Gram (-)
Klaritromisin
2x250 mg
- -Azitromisin
1x500mg
- Rositromisin
2x150 mg atau
1x300 mg
- Siprofloksasin
2x500mg atau
Ofloksasin 2x400mg
- Levofloksasin
1x500mg atau
Moxifloxacin
1x400mg
- Doksisiklin 2x100mg
Kategori II -Usia
penderita gt
65 tahun
- Peny
Penyerta (+)
-Dapat
berobat jalan
-Spneumonia
Hinfluenzae
Batang gram(-)
Aerob
Saures
Mcatarrhalis
Legionalle sp
-Sepalospporin
generasi 2
-Trimetroprim
+Kotrimoksazol
-Betalaktam
-Makrolid
-Levofloksasin
-Gatifloksasin
-Moxyfloksasin
Kategori
III
-Pneumonia
berat
- Perlu
dirawat di
RStapi tidak
perlu di ICU
-Spneumoniae
-Hinfluenzae
-Polimikroba
termasuk Aerob
-Batang Gram (-)
-Legionalla sp
-Saureus
Mpneumoniae
- Sefalosporin
Generasi 2 atau
3
- Betalaktam +
Penghambat
Betalaktamase
+makrolid
-Piperasilin +
tazobaktam
-Sulferason
Kategori
IV
-Pneumonia
berat
-Perlu dirawat
di ICU
-Spneumonia
-Legionella sp
-Batang Gram (-)
aerob
-Mpneumonia
-Virus
-Hinfluenzae
-Mtuberculosis
-Jamur endemic
- Sefalosporin
generasi 3
(anti
pseudomonas)
+ makrolid
- Sefalosporin
generasi 4
- Sefalosporin
generasi 3 +
kuinolon
-Carbapenem
meropenem
-Vankomicin
-Linesolid
-Teikoplanin
2 Terapi Suportif Umum
1 Terapi O2 untuk mencapai PaO2 80-100 mmHg atau saturasi 95-96 berdasarkan
pemeriksaan analisis gas darah
2 Humidifikasi dengan nebulizer untuk pengenceran dahak yang kental dapat
disertai nebulizer untuk pemberian bronkodilator bila terdapat bronkospasme
3 Fisioterapi dada untuk pengeluaran dahak khususnya anjuran untuk batuk dan
napas dalam Bila perlu dikerjakan fish mouth breathing untuk melancarkan
ekspirasi dan pengeluarn CO2 Posisi tidur setengah duduk untuk melancarkan
pernapasan7
4 Pengaturan cairan Keutuhan kapiler paru sering terganggu pada pneumonia dan
paru lebih sensitif terhadap pembebanan cairan terutama bila terdapat pneumonia
bilateral Pemberian cairan pada pasien harus diatur dengan baik termasuk pada
keadaan gangguan sirkulasi dan gagal ginjal Overhidrasi untuk maksud
mengencerkan dahak tidak diperkenankan 9
5 Pemberian kortikosteroid pada fase sepsis berat perlu diberikan Terapi ini tidak
bermanfaat pada keadaan renjatan septik
6 Obat inotropik seperti dobutamin atau dopamin kadang-kadang diperlukan bila
terdapat komplikasi gangguan sirkulasi atau gagal ginjal prerenal
7 Ventilasi mekanis indikasi intubasi dan pemasangan ventilator pada pneumonia
adalah
27
a Hipoksemia persisten meskipun telah diberikan O2 100 dengan
menggunakaan masker Kosentrasi O2 yang tinggi menyebabkan penurunan
pulmonary compliance hingga tekanan inflasi meninggi Dalam hal ini perlu
dipergunakan PEEP untuk memperbaiki oksigenisasi dan menurunkan FiO2
menjadi 50 atau lebih rendah9
b Gagal napas yang ditandai oleh peningkatan respiratory distress dengan atau
didapat asidosis respiratorik
c Respiratory arrest
d Retensi sputum yang sulit diatasi secara konservatif
8 Drainase empiema bila ada
9 Bila terdapat gagal napas diberikan nutrisi dengan kalori yang cukup yang
didapatkan terutama dari lemak (gt50) hingga dapat dihindari pembentukan
CO2 yang berlebihan9
3 Terapi Sulih (switch therapy)
Masa perawatan di rumah sakit sebaiknya dipersingkat dengan perubahan obat
suntik ke oral dilanjutkan dengan berobat jalan hal ini untuk mengurangi biaya
perawatan dan mencegah infeksi nosokomial Perubahan ini dapat diberikan secara
sequential (obat sama potensi sama) switch over (obat berbeda potensi sama) dan
step down (obat sama atau berbeda potensi lebih rendah) Pasien beralih dari
intravena ke oral terapi ketika hemodinamik sudah stabil dan perbaikan terbukti
secara secara klinis dapat menelan obat-obatan dan memiliki saluran pencernaan
berfungsi normal 10
28
Kriteria untuk Pneumonia terkait stabilitas klinis adalah 9
1 Temp le 378 C Kesadaran baik
2 Denyut jantung le 100 denyut menit
3 Respirasi ratele 24 napas menit
4 Tekanan darah sistolik ge 90 mmHg
5 Saturasi O2 arteri ge 90 atau pO2 ge 60 mmHg pada ruang udara
6 Kemampuan untuk mengambil asupan oral
210 Komplikasi Pneumonia
1 Efusi pleura dan empiema Terjadi pada sekitar 45 kasus terutama pada infeksi
bakterial akut berupa efusi parapneumonik gram negative sebesar 60
Staphylococcus aureus 50 S pneumoniae 40-60 kuman anaerob 35
Sedangkan pada Mycoplasmapneumoniae sebesar 20 Cairannya transudat dan
steril Terkadang pada infeksi bakterial terjadi empiema dengan cairan eksudat
2 Komplikasi sistemik Dapat terjadi akibat invasi kuman atau bakteriemia berupa
meningitis Dapat juga terjadi dehidrasi dan hiponatremia anemia pada infeksi
kronik peningguan ureum dan enzim hati Kadang-kadang terjadi peninggian
fostase alkali dan bilirubin akibat adanya kolestasis intrahepatik
3 Hipoksemia akibat gangguan difusi
4 Abses Paru terbentuk akibat eksudat di alveolus paru sehingga terjadi infeksi
oleh kuman anaerob dan bakteri gram negative
29
5 Pneumonia kronik yang dapat terjadi bila pneumonia berlangsung lebih dari 4-6
minggu akibat kuman anaerob S aureus dan kuman Gram (-) seperti
Pseudomonas aeruginosa
6 Bronkiektasis Biasanya terjadi karena pneunomia pada masa anak-anak tetapi
dapat juga oleh infeksi berulang di lokasi bronkus distal pada cystic fibrosis atau
hipogamaglobulinemia tuberkulosis atau pneumonia nekrotikans 3
211 Prognosis Pneumonia
Angka morbiditas dan mortalitas pneumonia menurun sejak ditemukannya
antibiotik Faktor yang berperan adalah patogenitas kuman usia penyakit dasar dan
kondisi pasien Secara umum angka kematian pneumonia pneumokokus adalah
sebesar 5 namun dapat meningkat menjadi 60 pada orang tua dengan kondisi
yang buruk misalnya gangguan imunologis sirosis hepatis penyakit paru obstruktif
kronik atau kanker Adanya leukopenia ikterus terkenanya 3 atau lebih lobus dan
komplikasi ekstraparu merupakan petanda prognosis yang buruk Kuman gram
negatif menimbulkan prognosis yang lebih jelek 10
Prognosis pada orang tua dan anak kurang baik karena itu perlu perawatan di
RS kecuali bila penyakitnya ringan Orang dewasa (lt60 tahun) dapat berobat jalan
kecuali
1 Bila terdapat penyakit paru kronik
2 PN Meliputi banyak lobus
3 Disertai gambaran klinis yang berkaitan dengan mortalitas yang tinggi yaitu
30
a Usia gt 60 tahun
b Dijumpai adanya gejala pada saat masuk perawatan RS frekuensi napas gt 30
xm tekanan diastolik lt 60 mmHg leukosit abnormal (lt4500-gt30000)
BAB 3
KESIMPULAN
Pneumonia adalah salah satu penyakit akibat infeksi parenkim paru yang
dapat menyerang segala usia Pneumonia paling banyak disebabkan oleh infeksi
bakteri Streptococcus pneumonia dengan gejala yang muncul seperti demam batuk
berdahak sesak napas dan terkadang disertai nyeri dada
Pemeriksaan radiologi dalam hal ini foto thorax konvensional dan CT Scan
menjadi pemeriksaan yang sangat penting pada pneumonia Gambaran khas pada
pneumonia adalah adanya konsolidasi dengan adanya gambaran air bronchogram
Namun tidak semua pneumonia memberikan gambaran khas tersebut Untuk
menentukan etiologi pneumonia tidak dapat hanya semata-mata menggunakan foto
thorax melainkan harus dilihat dari riwayat penyakit dan juga pemeriksaan
laboratorium
Penatalaksanaan medis pada pneumonia adalah pemberian antibiotik yang
sesuai dengan kuman penyebab pneumonia disamping terapi supportif lainnya
Prognosis pneumonia secara umum baik jika mendapat terapi antibiotik yang adekuat
faktor predisposisi pasien dan ada tidaknya komplikasi yang menyertai
31
DAFTAR PUSTAKA
1 Dahlan Z 2006 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Pulmonologi Pusat
Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas kedokteran Universitas
Indonesia Jakarta
2 Price SA Wilson LM 2005 Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit Edisi 6 Volume 2 Penerbit EGC Jakarta
3 Soedarsono 2004 Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru Bagian Ilmu Penyakit Paru
FK UNAIR Surabaya
4 Aru W Bambang Idrus A Marcellus Siti S ed Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Jilid II Edisi 4 Jakarta Pusat Penerbitan Departemen IPD RSCM
2007
5 Perhimpunan Dokter Paru Indonesia Pedoman Diagnosis dan
penatalaksanaan Pneumonia Komuniti2003
6 Perhimpunan Dokter Paru Indonesia Pedoman Diagnosis dan
penatalaksanaan Pneumonia Nosokomial2003
7 Barlett JG Dowell SF Mondell LA File TM Mushor DM Fine MJ Practice
guidelines for management community-acquiredd pneumonia in adults Clin
infect Dis 2000 31 347-82
8 Mandell LA IDSAATS consensus guidelines on the management of
community-acquired pneumonia in adults CID 200744S27
9 Menendez R Treatment failure in community-acquired pneumonia
0071321348
32
10 Niederman MS Recent advances in community-acquired pneumonia inpatient
and outpatient Chest 20071311205
33
- 22 Definisi Pneumonia
- Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius dan alveoli serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat yang disebabkan oleh mikroorganisme (bakterivirusjamurprotozoa)3
- 23 Epidemiologi Pneumonia
- 25 Klasifikasi Pneumonia
- Terutama pada jaringan penyangga yaitu interstitial dinding bronkus dan peribronkil Peradangan dapat ditemumkan pada infeksi virus dan mycoplasma Terjadi edema dinding bronkioli dan juga edema jaringan interstisial prebronkial Radiologis berupa bayangan udara pada alveolus masih terlihat diliputi perselubungan yang tidak merata 5
- 26 Patofisiologi Pneumonia
- 27 Diagnosis Pneumonia
- 28 Diagnosis Banding Pneumonia
- 29 Penatalaksanaan
- 210 Komplikasi Pneumonia
-
3 Stadium Hepatisasi Kelabu (Konsolidasi)
Terjadi sewaktu sel-sel darah putih mengkolonisasi daerah paru yang terinfeksi Pada
saat ini endapan fibrin terakumulasi di seluruh daerah yang cedera dan terjadi
fagositosis sisa-sisa sel Pada stadium ini eritrosit di alveoli mulai diresorbsi lobus
masih tetap padat karena berisi fibrin dan leukosit warna merah menjadi pucat kelabu
dan kapiler darah tidak lagi mengalami kongesti2
4 Stadium Akhir (Resolusi)
Eksudat yang mengalami konsolidasi di antara rongga alveoli dicerna secara
enzimatis yang diserap kembali atau dibersihkan dengan batuk Parenkim paru
kembali menjadi penuh dengan cairan dan basah sampai pulih mencapai keadaan
normal2
27 Diagnosis Pneumonia
271 Gambaran Klinis dan Pemeriksaan Fisik
Gejala-gejala pneumonia serupa untuk semua jenis pneumonia Gejalanya
meliputi
Gejala Mayor 1Batuk
2Sputum produktif
3Demam (suhugt38 0c)
Gejala Minor 1 sesak napas
2 nyeri dada
3 konsolidasi paru pada pemeriksaan fisik
4 jumlah leukosit gt12000L
14
Gambaran klinis biasanya didahului oleh infeksi saluran napas akut bagian
atas selama beberapa hari kemudian diikuti dengan demam menggigil suhu tubuh
kadang-kadang melebihi 40ordm C sakit tenggorokan nyeri otot dan sendi Juga disertai
batuk dengan sputum mukoid atau purulen kadang-kadang berdarah5
Pada pemeriksaan fisik dada terlihat bagian yang sakit tertinggal waktu
bernafas pada palpasi fremitus dapat mengeras pada perkusi redup pada auskultasi
terdengar suara napas bronkovesikuler sampai bronchial yang kadang-kadang
melemah Mungkin disertai ronkhi halus yang kemudian menjadi ronkhi basah kasar
pada stadium resolusi 5
272 Pemeriksaan Laboratorium
Pada pemeriksaan laboratorium terdapat peningkatan jumlah leukosit
biasanya gt10000ul kadang-kadang mencapai 30000ul dan pada hitungan jenis
leukosit terdapat pergeseran ke kiri serta terjadi peningkatan LED Untuk menentukan
diagnosis etiologi diperlukan pemeriksaan dahak kultur darah dan serologi Kultur
darah dapat positif pada 20-25 penderita yang tidak diobati Anlalisa gas darah
menunjukkan hipoksemia dan hiperkarbia pada stadium lanjut dapat terjadi asidosis
respiratorik 6
273 Gambaran Radiologis
Gambaran Radiologis pada foto thorax pada penyakit pneumonia antara lain
Perselubungankonsolidasi homogen atau inhomogen sesuai dengan lobus atau
segment paru secara anantomis
15
Batasnya tegas walaupun pada mulanya kurang jelas
Volume paru tidak berubah tidak seperti atelektasis dimana paru mengecil Tidak
tampak deviasi tracheaseptumfissure seperti pada atelektasis
Silhouette sign (+) bermanfaat untuk menentukan letak lesi paru batas lesi
dengan jantung hilang berarti lesi tersebut berdampingan dengan jantung atau di
lobus medius kanan
Seringkali terjadi komplikasi efusi pleura
Bila terjadinya pada lobus inferior maka sinus phrenicocostalis yang paling akhir
terkena
Pada permulaan sering masih terlihat vaskuler
Pada masa resolusi sering tampak Air Bronchogram Sign (terperangkapnya udara
pada bronkus karena tidanya pertukaran udara pada alveolus)
Foto thoraks saja tidak dapat secara khas menentukan penyebab pneumonia
hanya merupakan petunjuk ke arah diagnosis etiologi misalnya penyebab
pneumonia lobaris tersering disebabkan oleh Streptococcus pneumoniae
Pseudomonas aeruginosa sering memperlihatkan infiltrat bilateral atau gambaran
bronkopneumonia sedangkan Klebsiela pneumonia sering menunjukan konsolidasi
yang terjadi pada lobus atas kanan meskipun dapat mengenai beberapa lobus6
1Pneumonia Lobaris
Foto Thorax
16
Tampak gambaran gabungan konsolidasi berdensitas tinggi pada satu
segmenlobus (lobus kanan bawah PA maupun lateral)) atau bercak yang
mengikutsertakan alveoli yang tersebar Air bronchogram biasanya ditemukan
pada pneumonia jenis ini
CT Scan
17
Hasil CT dada ini menampilkan gambaran hiperdens di lobus atas kiri sampai ke
perifer
2 Bronchopneumonia (Pneumonia Lobularis)
Foto Thorax
Pada gambar diatas tampak konsolidasi tidak homogen di lobus atas kiri dan lobus
bawah kiri
CT Scan
18
Tampak gambaran opakhiperdens pada lobus tengah kanan namun tidak menjalar
sampai perifer
3 Pneumonia Interstisial
Foto Thorax
19
Terjadi edema dinding bronkioli dan juga edema jaringan interstitial
prebronkial Radiologis berupa bayangan udara pada alveolus masih terlihat
diliputi oleh perselubungan yang tidak merata
CT Scan
Gambaran CT Scan pneumonia interstitiak pada seorang pria berusia 19
tahun (A) Menunjukan area konsolidasi di percabangan peribronkovaskuler
yang irreguler (B) CT Scan pada hasil follow up selama 2 tahun menunjukan
area konsolidasi yang irreguler tersebut berkembang menjadi bronkiektasis
atau bronkiolektasis (tanda panah)
274 Pemeriksaan Bakteriologis
Bahan berasal dari sputum darah aspirasi nasotrakealtranstrakeal
torakosintesis bronkoskopi atau biopsi Kuman yang predominan pada sputum
disertai PMN yang kemungkinan penyebab infeksi 5
Pengambilan dahak dilakukan pagi hari Pasien mula-mula kumur-kumur
dengan akuades biasa setelah itu pasien diminta inspirasi dalam kemudian
membatukkan dahaknya Dahak ditampung dalam botol steril dan ditutup rapat
20
Dahak segera dikirim ke labolatorium (tidak boleh lebih dari 4 jam) Jika terjadi
kesulitan mengeluarkan dahak dapat dibantu nebulisasi dengan NaCl 3 Kriteria
dahak yang memenuhi syarat untuk pemeriksaan apusan langsung dan biarkan yaitu
bila ditemukan sel PMN gt 25lpk dan sel epitel lt 10lpk 5
28 Diagnosis Banding Pneumonia
ATuberculosis Paru (TB)
Tuberculosis Paru (TB) adalah suatu penyakit infeksi menular yang
disebabkan oleh M tuberculosis Jalan masuk untuk organism M tuberculosis adalah
saluran pernafasan saluran pencernaan Gejala klinis TB antara lain batuk lama yang
produktif (durasi lebih dari 3 minggu) nyeri dada dan hemoptisis dan gejala sistemik
meliputi demam menggigil keringat malam lemas hilang nafsu makan dan
penurunan berat badan3
Tampak gambaran cavitas pada paru lobus atas kanan pada foto thorax proyeksi PA
21
BAtelektasis
Atelektasis adalah istilah yang berarti pengembangan paru yang tidak
sempurna dan menyiratkan arti bahwa alveolus pada bagian paru yang terserang tidak
mengandung udara dan kolaps Memberikan gambaran yang mirip dengan pneumonia
tanpa air bronchogram Namun terdapat penarikan jantung trakea dan mediastinum
ke arah yang sakit karena adanya pengurangan volume interkostal space menjadi
lebih sempit dan pengecilan dari seluruh atau sebagian paru-paru yang sakit
Sehingga akan tampak thorax asimetris 3
Atelektasis pada foto thorax proyeksi PA
22
C Efusi Pleura
Memberi gambaran yang mirip dengan pneumonia tanpa air bronchogram
Terdapat penambahan volume sehingga terjadi pendorongan jantung trakea dan
mediastinum kearah yang sehat Rongga thorax membesar Pada edusi pleura
sebagian akan tampak meniscus sign (+) tanda khas pada efusi pleura 3
Efusi pleura pada foto thorax posisi PA
29 Penatalaksanaan
Pengobatan terdiri atas antibiotik dan pengobatan suportif Pemberian
antibiotik pada penderita pneumonia sebaiknya berdasarkan data mikroorganisme dan
hasil uji kepekaannya akan tetapi karena beberapa alasan yaitu 7
1 penyakit yang berat dapat mengancam jiwa
2 bakteri patogen yang berhasil diisolasi belum tentu sebagai penyebab pneumonia
3 hasil pembiakan bakteri memerlukan waktu
23
Maka pada penderita pneumonia dapat diberikan terapi secara empiris Secara
umum pemilihan antibiotic berdasarkan baktri penyebab pneumonia dapat dilihat
sebagai berikut 751
1 Pemberian Antibiotik
Penisilin sensitif Streptococcus pneumonia (PSSP)
1048707 Golongan Penisilin
1048707 TMP-SMZ
1048707 Makrolid
Penisilin resisten Streptococcus pneumoniae (PRSP)
1048707 Betalaktam oral dosis tinggi (untuk rawat jalan)
1048707 Sefotaksim Seftriakson dosis tinggi
1048707 Marolid baru dosis tinggi
1048707 Fluorokuinolon respirasi
Pseudomonas aeruginosa
1048707 Aminoglikosid
1048707 Seftazidim Sefoperason Sefepim
1048707 Tikarsilin Piperasilin
1048707 Karbapenem Meropenem Imipenem
1048707 Siprofloksasin Levofloksasin
Methicillin resistent Staphylococcus aureus (MRSA)
1048707 Vankomisin
1048707 Teikoplanin
1048707 Linezolid
Hemophilus influenzae
1048707 TMP-SMZ
1048707 Azitromisin
1048707 Sefalosporin gen 2 atau 3
24
1048707 Fluorokuinolon respirasi
Legionella
1048707 Makrolid
1048707 Fluorokuinolon
1048707 Rifampisin
Mycoplasma pneumoniae
1048707 Doksisiklin
1048707 Makrolid
1048707 Fluorokuinolon
Chlamydia pneumoniae
1048707 Doksisikin
1048707 Makrolid
1048707 Fluorokuinolon
25
26
Tabel 3 Rekomendasi Terapi Empiris (ATS 2001) 8
Kategori Keterangan Kuman Penyebab Obat Pilihan I Obat Pilihan II
Kategori I Usia
penderita
lt 65 tahun
-Penyakit
Penyerta (-)
-Dapat
berobat jalan
-Spneumonia
-Mpneumonia
-Cpneumonia
-Hinfluenzae
-Legionale sp
-Saureus
-Mtuberculosis
-Batang Gram (-)
Klaritromisin
2x250 mg
- -Azitromisin
1x500mg
- Rositromisin
2x150 mg atau
1x300 mg
- Siprofloksasin
2x500mg atau
Ofloksasin 2x400mg
- Levofloksasin
1x500mg atau
Moxifloxacin
1x400mg
- Doksisiklin 2x100mg
Kategori II -Usia
penderita gt
65 tahun
- Peny
Penyerta (+)
-Dapat
berobat jalan
-Spneumonia
Hinfluenzae
Batang gram(-)
Aerob
Saures
Mcatarrhalis
Legionalle sp
-Sepalospporin
generasi 2
-Trimetroprim
+Kotrimoksazol
-Betalaktam
-Makrolid
-Levofloksasin
-Gatifloksasin
-Moxyfloksasin
Kategori
III
-Pneumonia
berat
- Perlu
dirawat di
RStapi tidak
perlu di ICU
-Spneumoniae
-Hinfluenzae
-Polimikroba
termasuk Aerob
-Batang Gram (-)
-Legionalla sp
-Saureus
Mpneumoniae
- Sefalosporin
Generasi 2 atau
3
- Betalaktam +
Penghambat
Betalaktamase
+makrolid
-Piperasilin +
tazobaktam
-Sulferason
Kategori
IV
-Pneumonia
berat
-Perlu dirawat
di ICU
-Spneumonia
-Legionella sp
-Batang Gram (-)
aerob
-Mpneumonia
-Virus
-Hinfluenzae
-Mtuberculosis
-Jamur endemic
- Sefalosporin
generasi 3
(anti
pseudomonas)
+ makrolid
- Sefalosporin
generasi 4
- Sefalosporin
generasi 3 +
kuinolon
-Carbapenem
meropenem
-Vankomicin
-Linesolid
-Teikoplanin
2 Terapi Suportif Umum
1 Terapi O2 untuk mencapai PaO2 80-100 mmHg atau saturasi 95-96 berdasarkan
pemeriksaan analisis gas darah
2 Humidifikasi dengan nebulizer untuk pengenceran dahak yang kental dapat
disertai nebulizer untuk pemberian bronkodilator bila terdapat bronkospasme
3 Fisioterapi dada untuk pengeluaran dahak khususnya anjuran untuk batuk dan
napas dalam Bila perlu dikerjakan fish mouth breathing untuk melancarkan
ekspirasi dan pengeluarn CO2 Posisi tidur setengah duduk untuk melancarkan
pernapasan7
4 Pengaturan cairan Keutuhan kapiler paru sering terganggu pada pneumonia dan
paru lebih sensitif terhadap pembebanan cairan terutama bila terdapat pneumonia
bilateral Pemberian cairan pada pasien harus diatur dengan baik termasuk pada
keadaan gangguan sirkulasi dan gagal ginjal Overhidrasi untuk maksud
mengencerkan dahak tidak diperkenankan 9
5 Pemberian kortikosteroid pada fase sepsis berat perlu diberikan Terapi ini tidak
bermanfaat pada keadaan renjatan septik
6 Obat inotropik seperti dobutamin atau dopamin kadang-kadang diperlukan bila
terdapat komplikasi gangguan sirkulasi atau gagal ginjal prerenal
7 Ventilasi mekanis indikasi intubasi dan pemasangan ventilator pada pneumonia
adalah
27
a Hipoksemia persisten meskipun telah diberikan O2 100 dengan
menggunakaan masker Kosentrasi O2 yang tinggi menyebabkan penurunan
pulmonary compliance hingga tekanan inflasi meninggi Dalam hal ini perlu
dipergunakan PEEP untuk memperbaiki oksigenisasi dan menurunkan FiO2
menjadi 50 atau lebih rendah9
b Gagal napas yang ditandai oleh peningkatan respiratory distress dengan atau
didapat asidosis respiratorik
c Respiratory arrest
d Retensi sputum yang sulit diatasi secara konservatif
8 Drainase empiema bila ada
9 Bila terdapat gagal napas diberikan nutrisi dengan kalori yang cukup yang
didapatkan terutama dari lemak (gt50) hingga dapat dihindari pembentukan
CO2 yang berlebihan9
3 Terapi Sulih (switch therapy)
Masa perawatan di rumah sakit sebaiknya dipersingkat dengan perubahan obat
suntik ke oral dilanjutkan dengan berobat jalan hal ini untuk mengurangi biaya
perawatan dan mencegah infeksi nosokomial Perubahan ini dapat diberikan secara
sequential (obat sama potensi sama) switch over (obat berbeda potensi sama) dan
step down (obat sama atau berbeda potensi lebih rendah) Pasien beralih dari
intravena ke oral terapi ketika hemodinamik sudah stabil dan perbaikan terbukti
secara secara klinis dapat menelan obat-obatan dan memiliki saluran pencernaan
berfungsi normal 10
28
Kriteria untuk Pneumonia terkait stabilitas klinis adalah 9
1 Temp le 378 C Kesadaran baik
2 Denyut jantung le 100 denyut menit
3 Respirasi ratele 24 napas menit
4 Tekanan darah sistolik ge 90 mmHg
5 Saturasi O2 arteri ge 90 atau pO2 ge 60 mmHg pada ruang udara
6 Kemampuan untuk mengambil asupan oral
210 Komplikasi Pneumonia
1 Efusi pleura dan empiema Terjadi pada sekitar 45 kasus terutama pada infeksi
bakterial akut berupa efusi parapneumonik gram negative sebesar 60
Staphylococcus aureus 50 S pneumoniae 40-60 kuman anaerob 35
Sedangkan pada Mycoplasmapneumoniae sebesar 20 Cairannya transudat dan
steril Terkadang pada infeksi bakterial terjadi empiema dengan cairan eksudat
2 Komplikasi sistemik Dapat terjadi akibat invasi kuman atau bakteriemia berupa
meningitis Dapat juga terjadi dehidrasi dan hiponatremia anemia pada infeksi
kronik peningguan ureum dan enzim hati Kadang-kadang terjadi peninggian
fostase alkali dan bilirubin akibat adanya kolestasis intrahepatik
3 Hipoksemia akibat gangguan difusi
4 Abses Paru terbentuk akibat eksudat di alveolus paru sehingga terjadi infeksi
oleh kuman anaerob dan bakteri gram negative
29
5 Pneumonia kronik yang dapat terjadi bila pneumonia berlangsung lebih dari 4-6
minggu akibat kuman anaerob S aureus dan kuman Gram (-) seperti
Pseudomonas aeruginosa
6 Bronkiektasis Biasanya terjadi karena pneunomia pada masa anak-anak tetapi
dapat juga oleh infeksi berulang di lokasi bronkus distal pada cystic fibrosis atau
hipogamaglobulinemia tuberkulosis atau pneumonia nekrotikans 3
211 Prognosis Pneumonia
Angka morbiditas dan mortalitas pneumonia menurun sejak ditemukannya
antibiotik Faktor yang berperan adalah patogenitas kuman usia penyakit dasar dan
kondisi pasien Secara umum angka kematian pneumonia pneumokokus adalah
sebesar 5 namun dapat meningkat menjadi 60 pada orang tua dengan kondisi
yang buruk misalnya gangguan imunologis sirosis hepatis penyakit paru obstruktif
kronik atau kanker Adanya leukopenia ikterus terkenanya 3 atau lebih lobus dan
komplikasi ekstraparu merupakan petanda prognosis yang buruk Kuman gram
negatif menimbulkan prognosis yang lebih jelek 10
Prognosis pada orang tua dan anak kurang baik karena itu perlu perawatan di
RS kecuali bila penyakitnya ringan Orang dewasa (lt60 tahun) dapat berobat jalan
kecuali
1 Bila terdapat penyakit paru kronik
2 PN Meliputi banyak lobus
3 Disertai gambaran klinis yang berkaitan dengan mortalitas yang tinggi yaitu
30
a Usia gt 60 tahun
b Dijumpai adanya gejala pada saat masuk perawatan RS frekuensi napas gt 30
xm tekanan diastolik lt 60 mmHg leukosit abnormal (lt4500-gt30000)
BAB 3
KESIMPULAN
Pneumonia adalah salah satu penyakit akibat infeksi parenkim paru yang
dapat menyerang segala usia Pneumonia paling banyak disebabkan oleh infeksi
bakteri Streptococcus pneumonia dengan gejala yang muncul seperti demam batuk
berdahak sesak napas dan terkadang disertai nyeri dada
Pemeriksaan radiologi dalam hal ini foto thorax konvensional dan CT Scan
menjadi pemeriksaan yang sangat penting pada pneumonia Gambaran khas pada
pneumonia adalah adanya konsolidasi dengan adanya gambaran air bronchogram
Namun tidak semua pneumonia memberikan gambaran khas tersebut Untuk
menentukan etiologi pneumonia tidak dapat hanya semata-mata menggunakan foto
thorax melainkan harus dilihat dari riwayat penyakit dan juga pemeriksaan
laboratorium
Penatalaksanaan medis pada pneumonia adalah pemberian antibiotik yang
sesuai dengan kuman penyebab pneumonia disamping terapi supportif lainnya
Prognosis pneumonia secara umum baik jika mendapat terapi antibiotik yang adekuat
faktor predisposisi pasien dan ada tidaknya komplikasi yang menyertai
31
DAFTAR PUSTAKA
1 Dahlan Z 2006 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Pulmonologi Pusat
Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas kedokteran Universitas
Indonesia Jakarta
2 Price SA Wilson LM 2005 Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit Edisi 6 Volume 2 Penerbit EGC Jakarta
3 Soedarsono 2004 Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru Bagian Ilmu Penyakit Paru
FK UNAIR Surabaya
4 Aru W Bambang Idrus A Marcellus Siti S ed Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Jilid II Edisi 4 Jakarta Pusat Penerbitan Departemen IPD RSCM
2007
5 Perhimpunan Dokter Paru Indonesia Pedoman Diagnosis dan
penatalaksanaan Pneumonia Komuniti2003
6 Perhimpunan Dokter Paru Indonesia Pedoman Diagnosis dan
penatalaksanaan Pneumonia Nosokomial2003
7 Barlett JG Dowell SF Mondell LA File TM Mushor DM Fine MJ Practice
guidelines for management community-acquiredd pneumonia in adults Clin
infect Dis 2000 31 347-82
8 Mandell LA IDSAATS consensus guidelines on the management of
community-acquired pneumonia in adults CID 200744S27
9 Menendez R Treatment failure in community-acquired pneumonia
0071321348
32
10 Niederman MS Recent advances in community-acquired pneumonia inpatient
and outpatient Chest 20071311205
33
- 22 Definisi Pneumonia
- Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius dan alveoli serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat yang disebabkan oleh mikroorganisme (bakterivirusjamurprotozoa)3
- 23 Epidemiologi Pneumonia
- 25 Klasifikasi Pneumonia
- Terutama pada jaringan penyangga yaitu interstitial dinding bronkus dan peribronkil Peradangan dapat ditemumkan pada infeksi virus dan mycoplasma Terjadi edema dinding bronkioli dan juga edema jaringan interstisial prebronkial Radiologis berupa bayangan udara pada alveolus masih terlihat diliputi perselubungan yang tidak merata 5
- 26 Patofisiologi Pneumonia
- 27 Diagnosis Pneumonia
- 28 Diagnosis Banding Pneumonia
- 29 Penatalaksanaan
- 210 Komplikasi Pneumonia
-
Gambaran klinis biasanya didahului oleh infeksi saluran napas akut bagian
atas selama beberapa hari kemudian diikuti dengan demam menggigil suhu tubuh
kadang-kadang melebihi 40ordm C sakit tenggorokan nyeri otot dan sendi Juga disertai
batuk dengan sputum mukoid atau purulen kadang-kadang berdarah5
Pada pemeriksaan fisik dada terlihat bagian yang sakit tertinggal waktu
bernafas pada palpasi fremitus dapat mengeras pada perkusi redup pada auskultasi
terdengar suara napas bronkovesikuler sampai bronchial yang kadang-kadang
melemah Mungkin disertai ronkhi halus yang kemudian menjadi ronkhi basah kasar
pada stadium resolusi 5
272 Pemeriksaan Laboratorium
Pada pemeriksaan laboratorium terdapat peningkatan jumlah leukosit
biasanya gt10000ul kadang-kadang mencapai 30000ul dan pada hitungan jenis
leukosit terdapat pergeseran ke kiri serta terjadi peningkatan LED Untuk menentukan
diagnosis etiologi diperlukan pemeriksaan dahak kultur darah dan serologi Kultur
darah dapat positif pada 20-25 penderita yang tidak diobati Anlalisa gas darah
menunjukkan hipoksemia dan hiperkarbia pada stadium lanjut dapat terjadi asidosis
respiratorik 6
273 Gambaran Radiologis
Gambaran Radiologis pada foto thorax pada penyakit pneumonia antara lain
Perselubungankonsolidasi homogen atau inhomogen sesuai dengan lobus atau
segment paru secara anantomis
15
Batasnya tegas walaupun pada mulanya kurang jelas
Volume paru tidak berubah tidak seperti atelektasis dimana paru mengecil Tidak
tampak deviasi tracheaseptumfissure seperti pada atelektasis
Silhouette sign (+) bermanfaat untuk menentukan letak lesi paru batas lesi
dengan jantung hilang berarti lesi tersebut berdampingan dengan jantung atau di
lobus medius kanan
Seringkali terjadi komplikasi efusi pleura
Bila terjadinya pada lobus inferior maka sinus phrenicocostalis yang paling akhir
terkena
Pada permulaan sering masih terlihat vaskuler
Pada masa resolusi sering tampak Air Bronchogram Sign (terperangkapnya udara
pada bronkus karena tidanya pertukaran udara pada alveolus)
Foto thoraks saja tidak dapat secara khas menentukan penyebab pneumonia
hanya merupakan petunjuk ke arah diagnosis etiologi misalnya penyebab
pneumonia lobaris tersering disebabkan oleh Streptococcus pneumoniae
Pseudomonas aeruginosa sering memperlihatkan infiltrat bilateral atau gambaran
bronkopneumonia sedangkan Klebsiela pneumonia sering menunjukan konsolidasi
yang terjadi pada lobus atas kanan meskipun dapat mengenai beberapa lobus6
1Pneumonia Lobaris
Foto Thorax
16
Tampak gambaran gabungan konsolidasi berdensitas tinggi pada satu
segmenlobus (lobus kanan bawah PA maupun lateral)) atau bercak yang
mengikutsertakan alveoli yang tersebar Air bronchogram biasanya ditemukan
pada pneumonia jenis ini
CT Scan
17
Hasil CT dada ini menampilkan gambaran hiperdens di lobus atas kiri sampai ke
perifer
2 Bronchopneumonia (Pneumonia Lobularis)
Foto Thorax
Pada gambar diatas tampak konsolidasi tidak homogen di lobus atas kiri dan lobus
bawah kiri
CT Scan
18
Tampak gambaran opakhiperdens pada lobus tengah kanan namun tidak menjalar
sampai perifer
3 Pneumonia Interstisial
Foto Thorax
19
Terjadi edema dinding bronkioli dan juga edema jaringan interstitial
prebronkial Radiologis berupa bayangan udara pada alveolus masih terlihat
diliputi oleh perselubungan yang tidak merata
CT Scan
Gambaran CT Scan pneumonia interstitiak pada seorang pria berusia 19
tahun (A) Menunjukan area konsolidasi di percabangan peribronkovaskuler
yang irreguler (B) CT Scan pada hasil follow up selama 2 tahun menunjukan
area konsolidasi yang irreguler tersebut berkembang menjadi bronkiektasis
atau bronkiolektasis (tanda panah)
274 Pemeriksaan Bakteriologis
Bahan berasal dari sputum darah aspirasi nasotrakealtranstrakeal
torakosintesis bronkoskopi atau biopsi Kuman yang predominan pada sputum
disertai PMN yang kemungkinan penyebab infeksi 5
Pengambilan dahak dilakukan pagi hari Pasien mula-mula kumur-kumur
dengan akuades biasa setelah itu pasien diminta inspirasi dalam kemudian
membatukkan dahaknya Dahak ditampung dalam botol steril dan ditutup rapat
20
Dahak segera dikirim ke labolatorium (tidak boleh lebih dari 4 jam) Jika terjadi
kesulitan mengeluarkan dahak dapat dibantu nebulisasi dengan NaCl 3 Kriteria
dahak yang memenuhi syarat untuk pemeriksaan apusan langsung dan biarkan yaitu
bila ditemukan sel PMN gt 25lpk dan sel epitel lt 10lpk 5
28 Diagnosis Banding Pneumonia
ATuberculosis Paru (TB)
Tuberculosis Paru (TB) adalah suatu penyakit infeksi menular yang
disebabkan oleh M tuberculosis Jalan masuk untuk organism M tuberculosis adalah
saluran pernafasan saluran pencernaan Gejala klinis TB antara lain batuk lama yang
produktif (durasi lebih dari 3 minggu) nyeri dada dan hemoptisis dan gejala sistemik
meliputi demam menggigil keringat malam lemas hilang nafsu makan dan
penurunan berat badan3
Tampak gambaran cavitas pada paru lobus atas kanan pada foto thorax proyeksi PA
21
BAtelektasis
Atelektasis adalah istilah yang berarti pengembangan paru yang tidak
sempurna dan menyiratkan arti bahwa alveolus pada bagian paru yang terserang tidak
mengandung udara dan kolaps Memberikan gambaran yang mirip dengan pneumonia
tanpa air bronchogram Namun terdapat penarikan jantung trakea dan mediastinum
ke arah yang sakit karena adanya pengurangan volume interkostal space menjadi
lebih sempit dan pengecilan dari seluruh atau sebagian paru-paru yang sakit
Sehingga akan tampak thorax asimetris 3
Atelektasis pada foto thorax proyeksi PA
22
C Efusi Pleura
Memberi gambaran yang mirip dengan pneumonia tanpa air bronchogram
Terdapat penambahan volume sehingga terjadi pendorongan jantung trakea dan
mediastinum kearah yang sehat Rongga thorax membesar Pada edusi pleura
sebagian akan tampak meniscus sign (+) tanda khas pada efusi pleura 3
Efusi pleura pada foto thorax posisi PA
29 Penatalaksanaan
Pengobatan terdiri atas antibiotik dan pengobatan suportif Pemberian
antibiotik pada penderita pneumonia sebaiknya berdasarkan data mikroorganisme dan
hasil uji kepekaannya akan tetapi karena beberapa alasan yaitu 7
1 penyakit yang berat dapat mengancam jiwa
2 bakteri patogen yang berhasil diisolasi belum tentu sebagai penyebab pneumonia
3 hasil pembiakan bakteri memerlukan waktu
23
Maka pada penderita pneumonia dapat diberikan terapi secara empiris Secara
umum pemilihan antibiotic berdasarkan baktri penyebab pneumonia dapat dilihat
sebagai berikut 751
1 Pemberian Antibiotik
Penisilin sensitif Streptococcus pneumonia (PSSP)
1048707 Golongan Penisilin
1048707 TMP-SMZ
1048707 Makrolid
Penisilin resisten Streptococcus pneumoniae (PRSP)
1048707 Betalaktam oral dosis tinggi (untuk rawat jalan)
1048707 Sefotaksim Seftriakson dosis tinggi
1048707 Marolid baru dosis tinggi
1048707 Fluorokuinolon respirasi
Pseudomonas aeruginosa
1048707 Aminoglikosid
1048707 Seftazidim Sefoperason Sefepim
1048707 Tikarsilin Piperasilin
1048707 Karbapenem Meropenem Imipenem
1048707 Siprofloksasin Levofloksasin
Methicillin resistent Staphylococcus aureus (MRSA)
1048707 Vankomisin
1048707 Teikoplanin
1048707 Linezolid
Hemophilus influenzae
1048707 TMP-SMZ
1048707 Azitromisin
1048707 Sefalosporin gen 2 atau 3
24
1048707 Fluorokuinolon respirasi
Legionella
1048707 Makrolid
1048707 Fluorokuinolon
1048707 Rifampisin
Mycoplasma pneumoniae
1048707 Doksisiklin
1048707 Makrolid
1048707 Fluorokuinolon
Chlamydia pneumoniae
1048707 Doksisikin
1048707 Makrolid
1048707 Fluorokuinolon
25
26
Tabel 3 Rekomendasi Terapi Empiris (ATS 2001) 8
Kategori Keterangan Kuman Penyebab Obat Pilihan I Obat Pilihan II
Kategori I Usia
penderita
lt 65 tahun
-Penyakit
Penyerta (-)
-Dapat
berobat jalan
-Spneumonia
-Mpneumonia
-Cpneumonia
-Hinfluenzae
-Legionale sp
-Saureus
-Mtuberculosis
-Batang Gram (-)
Klaritromisin
2x250 mg
- -Azitromisin
1x500mg
- Rositromisin
2x150 mg atau
1x300 mg
- Siprofloksasin
2x500mg atau
Ofloksasin 2x400mg
- Levofloksasin
1x500mg atau
Moxifloxacin
1x400mg
- Doksisiklin 2x100mg
Kategori II -Usia
penderita gt
65 tahun
- Peny
Penyerta (+)
-Dapat
berobat jalan
-Spneumonia
Hinfluenzae
Batang gram(-)
Aerob
Saures
Mcatarrhalis
Legionalle sp
-Sepalospporin
generasi 2
-Trimetroprim
+Kotrimoksazol
-Betalaktam
-Makrolid
-Levofloksasin
-Gatifloksasin
-Moxyfloksasin
Kategori
III
-Pneumonia
berat
- Perlu
dirawat di
RStapi tidak
perlu di ICU
-Spneumoniae
-Hinfluenzae
-Polimikroba
termasuk Aerob
-Batang Gram (-)
-Legionalla sp
-Saureus
Mpneumoniae
- Sefalosporin
Generasi 2 atau
3
- Betalaktam +
Penghambat
Betalaktamase
+makrolid
-Piperasilin +
tazobaktam
-Sulferason
Kategori
IV
-Pneumonia
berat
-Perlu dirawat
di ICU
-Spneumonia
-Legionella sp
-Batang Gram (-)
aerob
-Mpneumonia
-Virus
-Hinfluenzae
-Mtuberculosis
-Jamur endemic
- Sefalosporin
generasi 3
(anti
pseudomonas)
+ makrolid
- Sefalosporin
generasi 4
- Sefalosporin
generasi 3 +
kuinolon
-Carbapenem
meropenem
-Vankomicin
-Linesolid
-Teikoplanin
2 Terapi Suportif Umum
1 Terapi O2 untuk mencapai PaO2 80-100 mmHg atau saturasi 95-96 berdasarkan
pemeriksaan analisis gas darah
2 Humidifikasi dengan nebulizer untuk pengenceran dahak yang kental dapat
disertai nebulizer untuk pemberian bronkodilator bila terdapat bronkospasme
3 Fisioterapi dada untuk pengeluaran dahak khususnya anjuran untuk batuk dan
napas dalam Bila perlu dikerjakan fish mouth breathing untuk melancarkan
ekspirasi dan pengeluarn CO2 Posisi tidur setengah duduk untuk melancarkan
pernapasan7
4 Pengaturan cairan Keutuhan kapiler paru sering terganggu pada pneumonia dan
paru lebih sensitif terhadap pembebanan cairan terutama bila terdapat pneumonia
bilateral Pemberian cairan pada pasien harus diatur dengan baik termasuk pada
keadaan gangguan sirkulasi dan gagal ginjal Overhidrasi untuk maksud
mengencerkan dahak tidak diperkenankan 9
5 Pemberian kortikosteroid pada fase sepsis berat perlu diberikan Terapi ini tidak
bermanfaat pada keadaan renjatan septik
6 Obat inotropik seperti dobutamin atau dopamin kadang-kadang diperlukan bila
terdapat komplikasi gangguan sirkulasi atau gagal ginjal prerenal
7 Ventilasi mekanis indikasi intubasi dan pemasangan ventilator pada pneumonia
adalah
27
a Hipoksemia persisten meskipun telah diberikan O2 100 dengan
menggunakaan masker Kosentrasi O2 yang tinggi menyebabkan penurunan
pulmonary compliance hingga tekanan inflasi meninggi Dalam hal ini perlu
dipergunakan PEEP untuk memperbaiki oksigenisasi dan menurunkan FiO2
menjadi 50 atau lebih rendah9
b Gagal napas yang ditandai oleh peningkatan respiratory distress dengan atau
didapat asidosis respiratorik
c Respiratory arrest
d Retensi sputum yang sulit diatasi secara konservatif
8 Drainase empiema bila ada
9 Bila terdapat gagal napas diberikan nutrisi dengan kalori yang cukup yang
didapatkan terutama dari lemak (gt50) hingga dapat dihindari pembentukan
CO2 yang berlebihan9
3 Terapi Sulih (switch therapy)
Masa perawatan di rumah sakit sebaiknya dipersingkat dengan perubahan obat
suntik ke oral dilanjutkan dengan berobat jalan hal ini untuk mengurangi biaya
perawatan dan mencegah infeksi nosokomial Perubahan ini dapat diberikan secara
sequential (obat sama potensi sama) switch over (obat berbeda potensi sama) dan
step down (obat sama atau berbeda potensi lebih rendah) Pasien beralih dari
intravena ke oral terapi ketika hemodinamik sudah stabil dan perbaikan terbukti
secara secara klinis dapat menelan obat-obatan dan memiliki saluran pencernaan
berfungsi normal 10
28
Kriteria untuk Pneumonia terkait stabilitas klinis adalah 9
1 Temp le 378 C Kesadaran baik
2 Denyut jantung le 100 denyut menit
3 Respirasi ratele 24 napas menit
4 Tekanan darah sistolik ge 90 mmHg
5 Saturasi O2 arteri ge 90 atau pO2 ge 60 mmHg pada ruang udara
6 Kemampuan untuk mengambil asupan oral
210 Komplikasi Pneumonia
1 Efusi pleura dan empiema Terjadi pada sekitar 45 kasus terutama pada infeksi
bakterial akut berupa efusi parapneumonik gram negative sebesar 60
Staphylococcus aureus 50 S pneumoniae 40-60 kuman anaerob 35
Sedangkan pada Mycoplasmapneumoniae sebesar 20 Cairannya transudat dan
steril Terkadang pada infeksi bakterial terjadi empiema dengan cairan eksudat
2 Komplikasi sistemik Dapat terjadi akibat invasi kuman atau bakteriemia berupa
meningitis Dapat juga terjadi dehidrasi dan hiponatremia anemia pada infeksi
kronik peningguan ureum dan enzim hati Kadang-kadang terjadi peninggian
fostase alkali dan bilirubin akibat adanya kolestasis intrahepatik
3 Hipoksemia akibat gangguan difusi
4 Abses Paru terbentuk akibat eksudat di alveolus paru sehingga terjadi infeksi
oleh kuman anaerob dan bakteri gram negative
29
5 Pneumonia kronik yang dapat terjadi bila pneumonia berlangsung lebih dari 4-6
minggu akibat kuman anaerob S aureus dan kuman Gram (-) seperti
Pseudomonas aeruginosa
6 Bronkiektasis Biasanya terjadi karena pneunomia pada masa anak-anak tetapi
dapat juga oleh infeksi berulang di lokasi bronkus distal pada cystic fibrosis atau
hipogamaglobulinemia tuberkulosis atau pneumonia nekrotikans 3
211 Prognosis Pneumonia
Angka morbiditas dan mortalitas pneumonia menurun sejak ditemukannya
antibiotik Faktor yang berperan adalah patogenitas kuman usia penyakit dasar dan
kondisi pasien Secara umum angka kematian pneumonia pneumokokus adalah
sebesar 5 namun dapat meningkat menjadi 60 pada orang tua dengan kondisi
yang buruk misalnya gangguan imunologis sirosis hepatis penyakit paru obstruktif
kronik atau kanker Adanya leukopenia ikterus terkenanya 3 atau lebih lobus dan
komplikasi ekstraparu merupakan petanda prognosis yang buruk Kuman gram
negatif menimbulkan prognosis yang lebih jelek 10
Prognosis pada orang tua dan anak kurang baik karena itu perlu perawatan di
RS kecuali bila penyakitnya ringan Orang dewasa (lt60 tahun) dapat berobat jalan
kecuali
1 Bila terdapat penyakit paru kronik
2 PN Meliputi banyak lobus
3 Disertai gambaran klinis yang berkaitan dengan mortalitas yang tinggi yaitu
30
a Usia gt 60 tahun
b Dijumpai adanya gejala pada saat masuk perawatan RS frekuensi napas gt 30
xm tekanan diastolik lt 60 mmHg leukosit abnormal (lt4500-gt30000)
BAB 3
KESIMPULAN
Pneumonia adalah salah satu penyakit akibat infeksi parenkim paru yang
dapat menyerang segala usia Pneumonia paling banyak disebabkan oleh infeksi
bakteri Streptococcus pneumonia dengan gejala yang muncul seperti demam batuk
berdahak sesak napas dan terkadang disertai nyeri dada
Pemeriksaan radiologi dalam hal ini foto thorax konvensional dan CT Scan
menjadi pemeriksaan yang sangat penting pada pneumonia Gambaran khas pada
pneumonia adalah adanya konsolidasi dengan adanya gambaran air bronchogram
Namun tidak semua pneumonia memberikan gambaran khas tersebut Untuk
menentukan etiologi pneumonia tidak dapat hanya semata-mata menggunakan foto
thorax melainkan harus dilihat dari riwayat penyakit dan juga pemeriksaan
laboratorium
Penatalaksanaan medis pada pneumonia adalah pemberian antibiotik yang
sesuai dengan kuman penyebab pneumonia disamping terapi supportif lainnya
Prognosis pneumonia secara umum baik jika mendapat terapi antibiotik yang adekuat
faktor predisposisi pasien dan ada tidaknya komplikasi yang menyertai
31
DAFTAR PUSTAKA
1 Dahlan Z 2006 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Pulmonologi Pusat
Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas kedokteran Universitas
Indonesia Jakarta
2 Price SA Wilson LM 2005 Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit Edisi 6 Volume 2 Penerbit EGC Jakarta
3 Soedarsono 2004 Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru Bagian Ilmu Penyakit Paru
FK UNAIR Surabaya
4 Aru W Bambang Idrus A Marcellus Siti S ed Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Jilid II Edisi 4 Jakarta Pusat Penerbitan Departemen IPD RSCM
2007
5 Perhimpunan Dokter Paru Indonesia Pedoman Diagnosis dan
penatalaksanaan Pneumonia Komuniti2003
6 Perhimpunan Dokter Paru Indonesia Pedoman Diagnosis dan
penatalaksanaan Pneumonia Nosokomial2003
7 Barlett JG Dowell SF Mondell LA File TM Mushor DM Fine MJ Practice
guidelines for management community-acquiredd pneumonia in adults Clin
infect Dis 2000 31 347-82
8 Mandell LA IDSAATS consensus guidelines on the management of
community-acquired pneumonia in adults CID 200744S27
9 Menendez R Treatment failure in community-acquired pneumonia
0071321348
32
10 Niederman MS Recent advances in community-acquired pneumonia inpatient
and outpatient Chest 20071311205
33
- 22 Definisi Pneumonia
- Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius dan alveoli serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat yang disebabkan oleh mikroorganisme (bakterivirusjamurprotozoa)3
- 23 Epidemiologi Pneumonia
- 25 Klasifikasi Pneumonia
- Terutama pada jaringan penyangga yaitu interstitial dinding bronkus dan peribronkil Peradangan dapat ditemumkan pada infeksi virus dan mycoplasma Terjadi edema dinding bronkioli dan juga edema jaringan interstisial prebronkial Radiologis berupa bayangan udara pada alveolus masih terlihat diliputi perselubungan yang tidak merata 5
- 26 Patofisiologi Pneumonia
- 27 Diagnosis Pneumonia
- 28 Diagnosis Banding Pneumonia
- 29 Penatalaksanaan
- 210 Komplikasi Pneumonia
-
Batasnya tegas walaupun pada mulanya kurang jelas
Volume paru tidak berubah tidak seperti atelektasis dimana paru mengecil Tidak
tampak deviasi tracheaseptumfissure seperti pada atelektasis
Silhouette sign (+) bermanfaat untuk menentukan letak lesi paru batas lesi
dengan jantung hilang berarti lesi tersebut berdampingan dengan jantung atau di
lobus medius kanan
Seringkali terjadi komplikasi efusi pleura
Bila terjadinya pada lobus inferior maka sinus phrenicocostalis yang paling akhir
terkena
Pada permulaan sering masih terlihat vaskuler
Pada masa resolusi sering tampak Air Bronchogram Sign (terperangkapnya udara
pada bronkus karena tidanya pertukaran udara pada alveolus)
Foto thoraks saja tidak dapat secara khas menentukan penyebab pneumonia
hanya merupakan petunjuk ke arah diagnosis etiologi misalnya penyebab
pneumonia lobaris tersering disebabkan oleh Streptococcus pneumoniae
Pseudomonas aeruginosa sering memperlihatkan infiltrat bilateral atau gambaran
bronkopneumonia sedangkan Klebsiela pneumonia sering menunjukan konsolidasi
yang terjadi pada lobus atas kanan meskipun dapat mengenai beberapa lobus6
1Pneumonia Lobaris
Foto Thorax
16
Tampak gambaran gabungan konsolidasi berdensitas tinggi pada satu
segmenlobus (lobus kanan bawah PA maupun lateral)) atau bercak yang
mengikutsertakan alveoli yang tersebar Air bronchogram biasanya ditemukan
pada pneumonia jenis ini
CT Scan
17
Hasil CT dada ini menampilkan gambaran hiperdens di lobus atas kiri sampai ke
perifer
2 Bronchopneumonia (Pneumonia Lobularis)
Foto Thorax
Pada gambar diatas tampak konsolidasi tidak homogen di lobus atas kiri dan lobus
bawah kiri
CT Scan
18
Tampak gambaran opakhiperdens pada lobus tengah kanan namun tidak menjalar
sampai perifer
3 Pneumonia Interstisial
Foto Thorax
19
Terjadi edema dinding bronkioli dan juga edema jaringan interstitial
prebronkial Radiologis berupa bayangan udara pada alveolus masih terlihat
diliputi oleh perselubungan yang tidak merata
CT Scan
Gambaran CT Scan pneumonia interstitiak pada seorang pria berusia 19
tahun (A) Menunjukan area konsolidasi di percabangan peribronkovaskuler
yang irreguler (B) CT Scan pada hasil follow up selama 2 tahun menunjukan
area konsolidasi yang irreguler tersebut berkembang menjadi bronkiektasis
atau bronkiolektasis (tanda panah)
274 Pemeriksaan Bakteriologis
Bahan berasal dari sputum darah aspirasi nasotrakealtranstrakeal
torakosintesis bronkoskopi atau biopsi Kuman yang predominan pada sputum
disertai PMN yang kemungkinan penyebab infeksi 5
Pengambilan dahak dilakukan pagi hari Pasien mula-mula kumur-kumur
dengan akuades biasa setelah itu pasien diminta inspirasi dalam kemudian
membatukkan dahaknya Dahak ditampung dalam botol steril dan ditutup rapat
20
Dahak segera dikirim ke labolatorium (tidak boleh lebih dari 4 jam) Jika terjadi
kesulitan mengeluarkan dahak dapat dibantu nebulisasi dengan NaCl 3 Kriteria
dahak yang memenuhi syarat untuk pemeriksaan apusan langsung dan biarkan yaitu
bila ditemukan sel PMN gt 25lpk dan sel epitel lt 10lpk 5
28 Diagnosis Banding Pneumonia
ATuberculosis Paru (TB)
Tuberculosis Paru (TB) adalah suatu penyakit infeksi menular yang
disebabkan oleh M tuberculosis Jalan masuk untuk organism M tuberculosis adalah
saluran pernafasan saluran pencernaan Gejala klinis TB antara lain batuk lama yang
produktif (durasi lebih dari 3 minggu) nyeri dada dan hemoptisis dan gejala sistemik
meliputi demam menggigil keringat malam lemas hilang nafsu makan dan
penurunan berat badan3
Tampak gambaran cavitas pada paru lobus atas kanan pada foto thorax proyeksi PA
21
BAtelektasis
Atelektasis adalah istilah yang berarti pengembangan paru yang tidak
sempurna dan menyiratkan arti bahwa alveolus pada bagian paru yang terserang tidak
mengandung udara dan kolaps Memberikan gambaran yang mirip dengan pneumonia
tanpa air bronchogram Namun terdapat penarikan jantung trakea dan mediastinum
ke arah yang sakit karena adanya pengurangan volume interkostal space menjadi
lebih sempit dan pengecilan dari seluruh atau sebagian paru-paru yang sakit
Sehingga akan tampak thorax asimetris 3
Atelektasis pada foto thorax proyeksi PA
22
C Efusi Pleura
Memberi gambaran yang mirip dengan pneumonia tanpa air bronchogram
Terdapat penambahan volume sehingga terjadi pendorongan jantung trakea dan
mediastinum kearah yang sehat Rongga thorax membesar Pada edusi pleura
sebagian akan tampak meniscus sign (+) tanda khas pada efusi pleura 3
Efusi pleura pada foto thorax posisi PA
29 Penatalaksanaan
Pengobatan terdiri atas antibiotik dan pengobatan suportif Pemberian
antibiotik pada penderita pneumonia sebaiknya berdasarkan data mikroorganisme dan
hasil uji kepekaannya akan tetapi karena beberapa alasan yaitu 7
1 penyakit yang berat dapat mengancam jiwa
2 bakteri patogen yang berhasil diisolasi belum tentu sebagai penyebab pneumonia
3 hasil pembiakan bakteri memerlukan waktu
23
Maka pada penderita pneumonia dapat diberikan terapi secara empiris Secara
umum pemilihan antibiotic berdasarkan baktri penyebab pneumonia dapat dilihat
sebagai berikut 751
1 Pemberian Antibiotik
Penisilin sensitif Streptococcus pneumonia (PSSP)
1048707 Golongan Penisilin
1048707 TMP-SMZ
1048707 Makrolid
Penisilin resisten Streptococcus pneumoniae (PRSP)
1048707 Betalaktam oral dosis tinggi (untuk rawat jalan)
1048707 Sefotaksim Seftriakson dosis tinggi
1048707 Marolid baru dosis tinggi
1048707 Fluorokuinolon respirasi
Pseudomonas aeruginosa
1048707 Aminoglikosid
1048707 Seftazidim Sefoperason Sefepim
1048707 Tikarsilin Piperasilin
1048707 Karbapenem Meropenem Imipenem
1048707 Siprofloksasin Levofloksasin
Methicillin resistent Staphylococcus aureus (MRSA)
1048707 Vankomisin
1048707 Teikoplanin
1048707 Linezolid
Hemophilus influenzae
1048707 TMP-SMZ
1048707 Azitromisin
1048707 Sefalosporin gen 2 atau 3
24
1048707 Fluorokuinolon respirasi
Legionella
1048707 Makrolid
1048707 Fluorokuinolon
1048707 Rifampisin
Mycoplasma pneumoniae
1048707 Doksisiklin
1048707 Makrolid
1048707 Fluorokuinolon
Chlamydia pneumoniae
1048707 Doksisikin
1048707 Makrolid
1048707 Fluorokuinolon
25
26
Tabel 3 Rekomendasi Terapi Empiris (ATS 2001) 8
Kategori Keterangan Kuman Penyebab Obat Pilihan I Obat Pilihan II
Kategori I Usia
penderita
lt 65 tahun
-Penyakit
Penyerta (-)
-Dapat
berobat jalan
-Spneumonia
-Mpneumonia
-Cpneumonia
-Hinfluenzae
-Legionale sp
-Saureus
-Mtuberculosis
-Batang Gram (-)
Klaritromisin
2x250 mg
- -Azitromisin
1x500mg
- Rositromisin
2x150 mg atau
1x300 mg
- Siprofloksasin
2x500mg atau
Ofloksasin 2x400mg
- Levofloksasin
1x500mg atau
Moxifloxacin
1x400mg
- Doksisiklin 2x100mg
Kategori II -Usia
penderita gt
65 tahun
- Peny
Penyerta (+)
-Dapat
berobat jalan
-Spneumonia
Hinfluenzae
Batang gram(-)
Aerob
Saures
Mcatarrhalis
Legionalle sp
-Sepalospporin
generasi 2
-Trimetroprim
+Kotrimoksazol
-Betalaktam
-Makrolid
-Levofloksasin
-Gatifloksasin
-Moxyfloksasin
Kategori
III
-Pneumonia
berat
- Perlu
dirawat di
RStapi tidak
perlu di ICU
-Spneumoniae
-Hinfluenzae
-Polimikroba
termasuk Aerob
-Batang Gram (-)
-Legionalla sp
-Saureus
Mpneumoniae
- Sefalosporin
Generasi 2 atau
3
- Betalaktam +
Penghambat
Betalaktamase
+makrolid
-Piperasilin +
tazobaktam
-Sulferason
Kategori
IV
-Pneumonia
berat
-Perlu dirawat
di ICU
-Spneumonia
-Legionella sp
-Batang Gram (-)
aerob
-Mpneumonia
-Virus
-Hinfluenzae
-Mtuberculosis
-Jamur endemic
- Sefalosporin
generasi 3
(anti
pseudomonas)
+ makrolid
- Sefalosporin
generasi 4
- Sefalosporin
generasi 3 +
kuinolon
-Carbapenem
meropenem
-Vankomicin
-Linesolid
-Teikoplanin
2 Terapi Suportif Umum
1 Terapi O2 untuk mencapai PaO2 80-100 mmHg atau saturasi 95-96 berdasarkan
pemeriksaan analisis gas darah
2 Humidifikasi dengan nebulizer untuk pengenceran dahak yang kental dapat
disertai nebulizer untuk pemberian bronkodilator bila terdapat bronkospasme
3 Fisioterapi dada untuk pengeluaran dahak khususnya anjuran untuk batuk dan
napas dalam Bila perlu dikerjakan fish mouth breathing untuk melancarkan
ekspirasi dan pengeluarn CO2 Posisi tidur setengah duduk untuk melancarkan
pernapasan7
4 Pengaturan cairan Keutuhan kapiler paru sering terganggu pada pneumonia dan
paru lebih sensitif terhadap pembebanan cairan terutama bila terdapat pneumonia
bilateral Pemberian cairan pada pasien harus diatur dengan baik termasuk pada
keadaan gangguan sirkulasi dan gagal ginjal Overhidrasi untuk maksud
mengencerkan dahak tidak diperkenankan 9
5 Pemberian kortikosteroid pada fase sepsis berat perlu diberikan Terapi ini tidak
bermanfaat pada keadaan renjatan septik
6 Obat inotropik seperti dobutamin atau dopamin kadang-kadang diperlukan bila
terdapat komplikasi gangguan sirkulasi atau gagal ginjal prerenal
7 Ventilasi mekanis indikasi intubasi dan pemasangan ventilator pada pneumonia
adalah
27
a Hipoksemia persisten meskipun telah diberikan O2 100 dengan
menggunakaan masker Kosentrasi O2 yang tinggi menyebabkan penurunan
pulmonary compliance hingga tekanan inflasi meninggi Dalam hal ini perlu
dipergunakan PEEP untuk memperbaiki oksigenisasi dan menurunkan FiO2
menjadi 50 atau lebih rendah9
b Gagal napas yang ditandai oleh peningkatan respiratory distress dengan atau
didapat asidosis respiratorik
c Respiratory arrest
d Retensi sputum yang sulit diatasi secara konservatif
8 Drainase empiema bila ada
9 Bila terdapat gagal napas diberikan nutrisi dengan kalori yang cukup yang
didapatkan terutama dari lemak (gt50) hingga dapat dihindari pembentukan
CO2 yang berlebihan9
3 Terapi Sulih (switch therapy)
Masa perawatan di rumah sakit sebaiknya dipersingkat dengan perubahan obat
suntik ke oral dilanjutkan dengan berobat jalan hal ini untuk mengurangi biaya
perawatan dan mencegah infeksi nosokomial Perubahan ini dapat diberikan secara
sequential (obat sama potensi sama) switch over (obat berbeda potensi sama) dan
step down (obat sama atau berbeda potensi lebih rendah) Pasien beralih dari
intravena ke oral terapi ketika hemodinamik sudah stabil dan perbaikan terbukti
secara secara klinis dapat menelan obat-obatan dan memiliki saluran pencernaan
berfungsi normal 10
28
Kriteria untuk Pneumonia terkait stabilitas klinis adalah 9
1 Temp le 378 C Kesadaran baik
2 Denyut jantung le 100 denyut menit
3 Respirasi ratele 24 napas menit
4 Tekanan darah sistolik ge 90 mmHg
5 Saturasi O2 arteri ge 90 atau pO2 ge 60 mmHg pada ruang udara
6 Kemampuan untuk mengambil asupan oral
210 Komplikasi Pneumonia
1 Efusi pleura dan empiema Terjadi pada sekitar 45 kasus terutama pada infeksi
bakterial akut berupa efusi parapneumonik gram negative sebesar 60
Staphylococcus aureus 50 S pneumoniae 40-60 kuman anaerob 35
Sedangkan pada Mycoplasmapneumoniae sebesar 20 Cairannya transudat dan
steril Terkadang pada infeksi bakterial terjadi empiema dengan cairan eksudat
2 Komplikasi sistemik Dapat terjadi akibat invasi kuman atau bakteriemia berupa
meningitis Dapat juga terjadi dehidrasi dan hiponatremia anemia pada infeksi
kronik peningguan ureum dan enzim hati Kadang-kadang terjadi peninggian
fostase alkali dan bilirubin akibat adanya kolestasis intrahepatik
3 Hipoksemia akibat gangguan difusi
4 Abses Paru terbentuk akibat eksudat di alveolus paru sehingga terjadi infeksi
oleh kuman anaerob dan bakteri gram negative
29
5 Pneumonia kronik yang dapat terjadi bila pneumonia berlangsung lebih dari 4-6
minggu akibat kuman anaerob S aureus dan kuman Gram (-) seperti
Pseudomonas aeruginosa
6 Bronkiektasis Biasanya terjadi karena pneunomia pada masa anak-anak tetapi
dapat juga oleh infeksi berulang di lokasi bronkus distal pada cystic fibrosis atau
hipogamaglobulinemia tuberkulosis atau pneumonia nekrotikans 3
211 Prognosis Pneumonia
Angka morbiditas dan mortalitas pneumonia menurun sejak ditemukannya
antibiotik Faktor yang berperan adalah patogenitas kuman usia penyakit dasar dan
kondisi pasien Secara umum angka kematian pneumonia pneumokokus adalah
sebesar 5 namun dapat meningkat menjadi 60 pada orang tua dengan kondisi
yang buruk misalnya gangguan imunologis sirosis hepatis penyakit paru obstruktif
kronik atau kanker Adanya leukopenia ikterus terkenanya 3 atau lebih lobus dan
komplikasi ekstraparu merupakan petanda prognosis yang buruk Kuman gram
negatif menimbulkan prognosis yang lebih jelek 10
Prognosis pada orang tua dan anak kurang baik karena itu perlu perawatan di
RS kecuali bila penyakitnya ringan Orang dewasa (lt60 tahun) dapat berobat jalan
kecuali
1 Bila terdapat penyakit paru kronik
2 PN Meliputi banyak lobus
3 Disertai gambaran klinis yang berkaitan dengan mortalitas yang tinggi yaitu
30
a Usia gt 60 tahun
b Dijumpai adanya gejala pada saat masuk perawatan RS frekuensi napas gt 30
xm tekanan diastolik lt 60 mmHg leukosit abnormal (lt4500-gt30000)
BAB 3
KESIMPULAN
Pneumonia adalah salah satu penyakit akibat infeksi parenkim paru yang
dapat menyerang segala usia Pneumonia paling banyak disebabkan oleh infeksi
bakteri Streptococcus pneumonia dengan gejala yang muncul seperti demam batuk
berdahak sesak napas dan terkadang disertai nyeri dada
Pemeriksaan radiologi dalam hal ini foto thorax konvensional dan CT Scan
menjadi pemeriksaan yang sangat penting pada pneumonia Gambaran khas pada
pneumonia adalah adanya konsolidasi dengan adanya gambaran air bronchogram
Namun tidak semua pneumonia memberikan gambaran khas tersebut Untuk
menentukan etiologi pneumonia tidak dapat hanya semata-mata menggunakan foto
thorax melainkan harus dilihat dari riwayat penyakit dan juga pemeriksaan
laboratorium
Penatalaksanaan medis pada pneumonia adalah pemberian antibiotik yang
sesuai dengan kuman penyebab pneumonia disamping terapi supportif lainnya
Prognosis pneumonia secara umum baik jika mendapat terapi antibiotik yang adekuat
faktor predisposisi pasien dan ada tidaknya komplikasi yang menyertai
31
DAFTAR PUSTAKA
1 Dahlan Z 2006 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Pulmonologi Pusat
Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas kedokteran Universitas
Indonesia Jakarta
2 Price SA Wilson LM 2005 Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit Edisi 6 Volume 2 Penerbit EGC Jakarta
3 Soedarsono 2004 Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru Bagian Ilmu Penyakit Paru
FK UNAIR Surabaya
4 Aru W Bambang Idrus A Marcellus Siti S ed Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Jilid II Edisi 4 Jakarta Pusat Penerbitan Departemen IPD RSCM
2007
5 Perhimpunan Dokter Paru Indonesia Pedoman Diagnosis dan
penatalaksanaan Pneumonia Komuniti2003
6 Perhimpunan Dokter Paru Indonesia Pedoman Diagnosis dan
penatalaksanaan Pneumonia Nosokomial2003
7 Barlett JG Dowell SF Mondell LA File TM Mushor DM Fine MJ Practice
guidelines for management community-acquiredd pneumonia in adults Clin
infect Dis 2000 31 347-82
8 Mandell LA IDSAATS consensus guidelines on the management of
community-acquired pneumonia in adults CID 200744S27
9 Menendez R Treatment failure in community-acquired pneumonia
0071321348
32
10 Niederman MS Recent advances in community-acquired pneumonia inpatient
and outpatient Chest 20071311205
33
- 22 Definisi Pneumonia
- Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius dan alveoli serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat yang disebabkan oleh mikroorganisme (bakterivirusjamurprotozoa)3
- 23 Epidemiologi Pneumonia
- 25 Klasifikasi Pneumonia
- Terutama pada jaringan penyangga yaitu interstitial dinding bronkus dan peribronkil Peradangan dapat ditemumkan pada infeksi virus dan mycoplasma Terjadi edema dinding bronkioli dan juga edema jaringan interstisial prebronkial Radiologis berupa bayangan udara pada alveolus masih terlihat diliputi perselubungan yang tidak merata 5
- 26 Patofisiologi Pneumonia
- 27 Diagnosis Pneumonia
- 28 Diagnosis Banding Pneumonia
- 29 Penatalaksanaan
- 210 Komplikasi Pneumonia
-
Tampak gambaran gabungan konsolidasi berdensitas tinggi pada satu
segmenlobus (lobus kanan bawah PA maupun lateral)) atau bercak yang
mengikutsertakan alveoli yang tersebar Air bronchogram biasanya ditemukan
pada pneumonia jenis ini
CT Scan
17
Hasil CT dada ini menampilkan gambaran hiperdens di lobus atas kiri sampai ke
perifer
2 Bronchopneumonia (Pneumonia Lobularis)
Foto Thorax
Pada gambar diatas tampak konsolidasi tidak homogen di lobus atas kiri dan lobus
bawah kiri
CT Scan
18
Tampak gambaran opakhiperdens pada lobus tengah kanan namun tidak menjalar
sampai perifer
3 Pneumonia Interstisial
Foto Thorax
19
Terjadi edema dinding bronkioli dan juga edema jaringan interstitial
prebronkial Radiologis berupa bayangan udara pada alveolus masih terlihat
diliputi oleh perselubungan yang tidak merata
CT Scan
Gambaran CT Scan pneumonia interstitiak pada seorang pria berusia 19
tahun (A) Menunjukan area konsolidasi di percabangan peribronkovaskuler
yang irreguler (B) CT Scan pada hasil follow up selama 2 tahun menunjukan
area konsolidasi yang irreguler tersebut berkembang menjadi bronkiektasis
atau bronkiolektasis (tanda panah)
274 Pemeriksaan Bakteriologis
Bahan berasal dari sputum darah aspirasi nasotrakealtranstrakeal
torakosintesis bronkoskopi atau biopsi Kuman yang predominan pada sputum
disertai PMN yang kemungkinan penyebab infeksi 5
Pengambilan dahak dilakukan pagi hari Pasien mula-mula kumur-kumur
dengan akuades biasa setelah itu pasien diminta inspirasi dalam kemudian
membatukkan dahaknya Dahak ditampung dalam botol steril dan ditutup rapat
20
Dahak segera dikirim ke labolatorium (tidak boleh lebih dari 4 jam) Jika terjadi
kesulitan mengeluarkan dahak dapat dibantu nebulisasi dengan NaCl 3 Kriteria
dahak yang memenuhi syarat untuk pemeriksaan apusan langsung dan biarkan yaitu
bila ditemukan sel PMN gt 25lpk dan sel epitel lt 10lpk 5
28 Diagnosis Banding Pneumonia
ATuberculosis Paru (TB)
Tuberculosis Paru (TB) adalah suatu penyakit infeksi menular yang
disebabkan oleh M tuberculosis Jalan masuk untuk organism M tuberculosis adalah
saluran pernafasan saluran pencernaan Gejala klinis TB antara lain batuk lama yang
produktif (durasi lebih dari 3 minggu) nyeri dada dan hemoptisis dan gejala sistemik
meliputi demam menggigil keringat malam lemas hilang nafsu makan dan
penurunan berat badan3
Tampak gambaran cavitas pada paru lobus atas kanan pada foto thorax proyeksi PA
21
BAtelektasis
Atelektasis adalah istilah yang berarti pengembangan paru yang tidak
sempurna dan menyiratkan arti bahwa alveolus pada bagian paru yang terserang tidak
mengandung udara dan kolaps Memberikan gambaran yang mirip dengan pneumonia
tanpa air bronchogram Namun terdapat penarikan jantung trakea dan mediastinum
ke arah yang sakit karena adanya pengurangan volume interkostal space menjadi
lebih sempit dan pengecilan dari seluruh atau sebagian paru-paru yang sakit
Sehingga akan tampak thorax asimetris 3
Atelektasis pada foto thorax proyeksi PA
22
C Efusi Pleura
Memberi gambaran yang mirip dengan pneumonia tanpa air bronchogram
Terdapat penambahan volume sehingga terjadi pendorongan jantung trakea dan
mediastinum kearah yang sehat Rongga thorax membesar Pada edusi pleura
sebagian akan tampak meniscus sign (+) tanda khas pada efusi pleura 3
Efusi pleura pada foto thorax posisi PA
29 Penatalaksanaan
Pengobatan terdiri atas antibiotik dan pengobatan suportif Pemberian
antibiotik pada penderita pneumonia sebaiknya berdasarkan data mikroorganisme dan
hasil uji kepekaannya akan tetapi karena beberapa alasan yaitu 7
1 penyakit yang berat dapat mengancam jiwa
2 bakteri patogen yang berhasil diisolasi belum tentu sebagai penyebab pneumonia
3 hasil pembiakan bakteri memerlukan waktu
23
Maka pada penderita pneumonia dapat diberikan terapi secara empiris Secara
umum pemilihan antibiotic berdasarkan baktri penyebab pneumonia dapat dilihat
sebagai berikut 751
1 Pemberian Antibiotik
Penisilin sensitif Streptococcus pneumonia (PSSP)
1048707 Golongan Penisilin
1048707 TMP-SMZ
1048707 Makrolid
Penisilin resisten Streptococcus pneumoniae (PRSP)
1048707 Betalaktam oral dosis tinggi (untuk rawat jalan)
1048707 Sefotaksim Seftriakson dosis tinggi
1048707 Marolid baru dosis tinggi
1048707 Fluorokuinolon respirasi
Pseudomonas aeruginosa
1048707 Aminoglikosid
1048707 Seftazidim Sefoperason Sefepim
1048707 Tikarsilin Piperasilin
1048707 Karbapenem Meropenem Imipenem
1048707 Siprofloksasin Levofloksasin
Methicillin resistent Staphylococcus aureus (MRSA)
1048707 Vankomisin
1048707 Teikoplanin
1048707 Linezolid
Hemophilus influenzae
1048707 TMP-SMZ
1048707 Azitromisin
1048707 Sefalosporin gen 2 atau 3
24
1048707 Fluorokuinolon respirasi
Legionella
1048707 Makrolid
1048707 Fluorokuinolon
1048707 Rifampisin
Mycoplasma pneumoniae
1048707 Doksisiklin
1048707 Makrolid
1048707 Fluorokuinolon
Chlamydia pneumoniae
1048707 Doksisikin
1048707 Makrolid
1048707 Fluorokuinolon
25
26
Tabel 3 Rekomendasi Terapi Empiris (ATS 2001) 8
Kategori Keterangan Kuman Penyebab Obat Pilihan I Obat Pilihan II
Kategori I Usia
penderita
lt 65 tahun
-Penyakit
Penyerta (-)
-Dapat
berobat jalan
-Spneumonia
-Mpneumonia
-Cpneumonia
-Hinfluenzae
-Legionale sp
-Saureus
-Mtuberculosis
-Batang Gram (-)
Klaritromisin
2x250 mg
- -Azitromisin
1x500mg
- Rositromisin
2x150 mg atau
1x300 mg
- Siprofloksasin
2x500mg atau
Ofloksasin 2x400mg
- Levofloksasin
1x500mg atau
Moxifloxacin
1x400mg
- Doksisiklin 2x100mg
Kategori II -Usia
penderita gt
65 tahun
- Peny
Penyerta (+)
-Dapat
berobat jalan
-Spneumonia
Hinfluenzae
Batang gram(-)
Aerob
Saures
Mcatarrhalis
Legionalle sp
-Sepalospporin
generasi 2
-Trimetroprim
+Kotrimoksazol
-Betalaktam
-Makrolid
-Levofloksasin
-Gatifloksasin
-Moxyfloksasin
Kategori
III
-Pneumonia
berat
- Perlu
dirawat di
RStapi tidak
perlu di ICU
-Spneumoniae
-Hinfluenzae
-Polimikroba
termasuk Aerob
-Batang Gram (-)
-Legionalla sp
-Saureus
Mpneumoniae
- Sefalosporin
Generasi 2 atau
3
- Betalaktam +
Penghambat
Betalaktamase
+makrolid
-Piperasilin +
tazobaktam
-Sulferason
Kategori
IV
-Pneumonia
berat
-Perlu dirawat
di ICU
-Spneumonia
-Legionella sp
-Batang Gram (-)
aerob
-Mpneumonia
-Virus
-Hinfluenzae
-Mtuberculosis
-Jamur endemic
- Sefalosporin
generasi 3
(anti
pseudomonas)
+ makrolid
- Sefalosporin
generasi 4
- Sefalosporin
generasi 3 +
kuinolon
-Carbapenem
meropenem
-Vankomicin
-Linesolid
-Teikoplanin
2 Terapi Suportif Umum
1 Terapi O2 untuk mencapai PaO2 80-100 mmHg atau saturasi 95-96 berdasarkan
pemeriksaan analisis gas darah
2 Humidifikasi dengan nebulizer untuk pengenceran dahak yang kental dapat
disertai nebulizer untuk pemberian bronkodilator bila terdapat bronkospasme
3 Fisioterapi dada untuk pengeluaran dahak khususnya anjuran untuk batuk dan
napas dalam Bila perlu dikerjakan fish mouth breathing untuk melancarkan
ekspirasi dan pengeluarn CO2 Posisi tidur setengah duduk untuk melancarkan
pernapasan7
4 Pengaturan cairan Keutuhan kapiler paru sering terganggu pada pneumonia dan
paru lebih sensitif terhadap pembebanan cairan terutama bila terdapat pneumonia
bilateral Pemberian cairan pada pasien harus diatur dengan baik termasuk pada
keadaan gangguan sirkulasi dan gagal ginjal Overhidrasi untuk maksud
mengencerkan dahak tidak diperkenankan 9
5 Pemberian kortikosteroid pada fase sepsis berat perlu diberikan Terapi ini tidak
bermanfaat pada keadaan renjatan septik
6 Obat inotropik seperti dobutamin atau dopamin kadang-kadang diperlukan bila
terdapat komplikasi gangguan sirkulasi atau gagal ginjal prerenal
7 Ventilasi mekanis indikasi intubasi dan pemasangan ventilator pada pneumonia
adalah
27
a Hipoksemia persisten meskipun telah diberikan O2 100 dengan
menggunakaan masker Kosentrasi O2 yang tinggi menyebabkan penurunan
pulmonary compliance hingga tekanan inflasi meninggi Dalam hal ini perlu
dipergunakan PEEP untuk memperbaiki oksigenisasi dan menurunkan FiO2
menjadi 50 atau lebih rendah9
b Gagal napas yang ditandai oleh peningkatan respiratory distress dengan atau
didapat asidosis respiratorik
c Respiratory arrest
d Retensi sputum yang sulit diatasi secara konservatif
8 Drainase empiema bila ada
9 Bila terdapat gagal napas diberikan nutrisi dengan kalori yang cukup yang
didapatkan terutama dari lemak (gt50) hingga dapat dihindari pembentukan
CO2 yang berlebihan9
3 Terapi Sulih (switch therapy)
Masa perawatan di rumah sakit sebaiknya dipersingkat dengan perubahan obat
suntik ke oral dilanjutkan dengan berobat jalan hal ini untuk mengurangi biaya
perawatan dan mencegah infeksi nosokomial Perubahan ini dapat diberikan secara
sequential (obat sama potensi sama) switch over (obat berbeda potensi sama) dan
step down (obat sama atau berbeda potensi lebih rendah) Pasien beralih dari
intravena ke oral terapi ketika hemodinamik sudah stabil dan perbaikan terbukti
secara secara klinis dapat menelan obat-obatan dan memiliki saluran pencernaan
berfungsi normal 10
28
Kriteria untuk Pneumonia terkait stabilitas klinis adalah 9
1 Temp le 378 C Kesadaran baik
2 Denyut jantung le 100 denyut menit
3 Respirasi ratele 24 napas menit
4 Tekanan darah sistolik ge 90 mmHg
5 Saturasi O2 arteri ge 90 atau pO2 ge 60 mmHg pada ruang udara
6 Kemampuan untuk mengambil asupan oral
210 Komplikasi Pneumonia
1 Efusi pleura dan empiema Terjadi pada sekitar 45 kasus terutama pada infeksi
bakterial akut berupa efusi parapneumonik gram negative sebesar 60
Staphylococcus aureus 50 S pneumoniae 40-60 kuman anaerob 35
Sedangkan pada Mycoplasmapneumoniae sebesar 20 Cairannya transudat dan
steril Terkadang pada infeksi bakterial terjadi empiema dengan cairan eksudat
2 Komplikasi sistemik Dapat terjadi akibat invasi kuman atau bakteriemia berupa
meningitis Dapat juga terjadi dehidrasi dan hiponatremia anemia pada infeksi
kronik peningguan ureum dan enzim hati Kadang-kadang terjadi peninggian
fostase alkali dan bilirubin akibat adanya kolestasis intrahepatik
3 Hipoksemia akibat gangguan difusi
4 Abses Paru terbentuk akibat eksudat di alveolus paru sehingga terjadi infeksi
oleh kuman anaerob dan bakteri gram negative
29
5 Pneumonia kronik yang dapat terjadi bila pneumonia berlangsung lebih dari 4-6
minggu akibat kuman anaerob S aureus dan kuman Gram (-) seperti
Pseudomonas aeruginosa
6 Bronkiektasis Biasanya terjadi karena pneunomia pada masa anak-anak tetapi
dapat juga oleh infeksi berulang di lokasi bronkus distal pada cystic fibrosis atau
hipogamaglobulinemia tuberkulosis atau pneumonia nekrotikans 3
211 Prognosis Pneumonia
Angka morbiditas dan mortalitas pneumonia menurun sejak ditemukannya
antibiotik Faktor yang berperan adalah patogenitas kuman usia penyakit dasar dan
kondisi pasien Secara umum angka kematian pneumonia pneumokokus adalah
sebesar 5 namun dapat meningkat menjadi 60 pada orang tua dengan kondisi
yang buruk misalnya gangguan imunologis sirosis hepatis penyakit paru obstruktif
kronik atau kanker Adanya leukopenia ikterus terkenanya 3 atau lebih lobus dan
komplikasi ekstraparu merupakan petanda prognosis yang buruk Kuman gram
negatif menimbulkan prognosis yang lebih jelek 10
Prognosis pada orang tua dan anak kurang baik karena itu perlu perawatan di
RS kecuali bila penyakitnya ringan Orang dewasa (lt60 tahun) dapat berobat jalan
kecuali
1 Bila terdapat penyakit paru kronik
2 PN Meliputi banyak lobus
3 Disertai gambaran klinis yang berkaitan dengan mortalitas yang tinggi yaitu
30
a Usia gt 60 tahun
b Dijumpai adanya gejala pada saat masuk perawatan RS frekuensi napas gt 30
xm tekanan diastolik lt 60 mmHg leukosit abnormal (lt4500-gt30000)
BAB 3
KESIMPULAN
Pneumonia adalah salah satu penyakit akibat infeksi parenkim paru yang
dapat menyerang segala usia Pneumonia paling banyak disebabkan oleh infeksi
bakteri Streptococcus pneumonia dengan gejala yang muncul seperti demam batuk
berdahak sesak napas dan terkadang disertai nyeri dada
Pemeriksaan radiologi dalam hal ini foto thorax konvensional dan CT Scan
menjadi pemeriksaan yang sangat penting pada pneumonia Gambaran khas pada
pneumonia adalah adanya konsolidasi dengan adanya gambaran air bronchogram
Namun tidak semua pneumonia memberikan gambaran khas tersebut Untuk
menentukan etiologi pneumonia tidak dapat hanya semata-mata menggunakan foto
thorax melainkan harus dilihat dari riwayat penyakit dan juga pemeriksaan
laboratorium
Penatalaksanaan medis pada pneumonia adalah pemberian antibiotik yang
sesuai dengan kuman penyebab pneumonia disamping terapi supportif lainnya
Prognosis pneumonia secara umum baik jika mendapat terapi antibiotik yang adekuat
faktor predisposisi pasien dan ada tidaknya komplikasi yang menyertai
31
DAFTAR PUSTAKA
1 Dahlan Z 2006 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Pulmonologi Pusat
Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas kedokteran Universitas
Indonesia Jakarta
2 Price SA Wilson LM 2005 Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit Edisi 6 Volume 2 Penerbit EGC Jakarta
3 Soedarsono 2004 Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru Bagian Ilmu Penyakit Paru
FK UNAIR Surabaya
4 Aru W Bambang Idrus A Marcellus Siti S ed Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Jilid II Edisi 4 Jakarta Pusat Penerbitan Departemen IPD RSCM
2007
5 Perhimpunan Dokter Paru Indonesia Pedoman Diagnosis dan
penatalaksanaan Pneumonia Komuniti2003
6 Perhimpunan Dokter Paru Indonesia Pedoman Diagnosis dan
penatalaksanaan Pneumonia Nosokomial2003
7 Barlett JG Dowell SF Mondell LA File TM Mushor DM Fine MJ Practice
guidelines for management community-acquiredd pneumonia in adults Clin
infect Dis 2000 31 347-82
8 Mandell LA IDSAATS consensus guidelines on the management of
community-acquired pneumonia in adults CID 200744S27
9 Menendez R Treatment failure in community-acquired pneumonia
0071321348
32
10 Niederman MS Recent advances in community-acquired pneumonia inpatient
and outpatient Chest 20071311205
33
- 22 Definisi Pneumonia
- Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius dan alveoli serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat yang disebabkan oleh mikroorganisme (bakterivirusjamurprotozoa)3
- 23 Epidemiologi Pneumonia
- 25 Klasifikasi Pneumonia
- Terutama pada jaringan penyangga yaitu interstitial dinding bronkus dan peribronkil Peradangan dapat ditemumkan pada infeksi virus dan mycoplasma Terjadi edema dinding bronkioli dan juga edema jaringan interstisial prebronkial Radiologis berupa bayangan udara pada alveolus masih terlihat diliputi perselubungan yang tidak merata 5
- 26 Patofisiologi Pneumonia
- 27 Diagnosis Pneumonia
- 28 Diagnosis Banding Pneumonia
- 29 Penatalaksanaan
- 210 Komplikasi Pneumonia
-
Hasil CT dada ini menampilkan gambaran hiperdens di lobus atas kiri sampai ke
perifer
2 Bronchopneumonia (Pneumonia Lobularis)
Foto Thorax
Pada gambar diatas tampak konsolidasi tidak homogen di lobus atas kiri dan lobus
bawah kiri
CT Scan
18
Tampak gambaran opakhiperdens pada lobus tengah kanan namun tidak menjalar
sampai perifer
3 Pneumonia Interstisial
Foto Thorax
19
Terjadi edema dinding bronkioli dan juga edema jaringan interstitial
prebronkial Radiologis berupa bayangan udara pada alveolus masih terlihat
diliputi oleh perselubungan yang tidak merata
CT Scan
Gambaran CT Scan pneumonia interstitiak pada seorang pria berusia 19
tahun (A) Menunjukan area konsolidasi di percabangan peribronkovaskuler
yang irreguler (B) CT Scan pada hasil follow up selama 2 tahun menunjukan
area konsolidasi yang irreguler tersebut berkembang menjadi bronkiektasis
atau bronkiolektasis (tanda panah)
274 Pemeriksaan Bakteriologis
Bahan berasal dari sputum darah aspirasi nasotrakealtranstrakeal
torakosintesis bronkoskopi atau biopsi Kuman yang predominan pada sputum
disertai PMN yang kemungkinan penyebab infeksi 5
Pengambilan dahak dilakukan pagi hari Pasien mula-mula kumur-kumur
dengan akuades biasa setelah itu pasien diminta inspirasi dalam kemudian
membatukkan dahaknya Dahak ditampung dalam botol steril dan ditutup rapat
20
Dahak segera dikirim ke labolatorium (tidak boleh lebih dari 4 jam) Jika terjadi
kesulitan mengeluarkan dahak dapat dibantu nebulisasi dengan NaCl 3 Kriteria
dahak yang memenuhi syarat untuk pemeriksaan apusan langsung dan biarkan yaitu
bila ditemukan sel PMN gt 25lpk dan sel epitel lt 10lpk 5
28 Diagnosis Banding Pneumonia
ATuberculosis Paru (TB)
Tuberculosis Paru (TB) adalah suatu penyakit infeksi menular yang
disebabkan oleh M tuberculosis Jalan masuk untuk organism M tuberculosis adalah
saluran pernafasan saluran pencernaan Gejala klinis TB antara lain batuk lama yang
produktif (durasi lebih dari 3 minggu) nyeri dada dan hemoptisis dan gejala sistemik
meliputi demam menggigil keringat malam lemas hilang nafsu makan dan
penurunan berat badan3
Tampak gambaran cavitas pada paru lobus atas kanan pada foto thorax proyeksi PA
21
BAtelektasis
Atelektasis adalah istilah yang berarti pengembangan paru yang tidak
sempurna dan menyiratkan arti bahwa alveolus pada bagian paru yang terserang tidak
mengandung udara dan kolaps Memberikan gambaran yang mirip dengan pneumonia
tanpa air bronchogram Namun terdapat penarikan jantung trakea dan mediastinum
ke arah yang sakit karena adanya pengurangan volume interkostal space menjadi
lebih sempit dan pengecilan dari seluruh atau sebagian paru-paru yang sakit
Sehingga akan tampak thorax asimetris 3
Atelektasis pada foto thorax proyeksi PA
22
C Efusi Pleura
Memberi gambaran yang mirip dengan pneumonia tanpa air bronchogram
Terdapat penambahan volume sehingga terjadi pendorongan jantung trakea dan
mediastinum kearah yang sehat Rongga thorax membesar Pada edusi pleura
sebagian akan tampak meniscus sign (+) tanda khas pada efusi pleura 3
Efusi pleura pada foto thorax posisi PA
29 Penatalaksanaan
Pengobatan terdiri atas antibiotik dan pengobatan suportif Pemberian
antibiotik pada penderita pneumonia sebaiknya berdasarkan data mikroorganisme dan
hasil uji kepekaannya akan tetapi karena beberapa alasan yaitu 7
1 penyakit yang berat dapat mengancam jiwa
2 bakteri patogen yang berhasil diisolasi belum tentu sebagai penyebab pneumonia
3 hasil pembiakan bakteri memerlukan waktu
23
Maka pada penderita pneumonia dapat diberikan terapi secara empiris Secara
umum pemilihan antibiotic berdasarkan baktri penyebab pneumonia dapat dilihat
sebagai berikut 751
1 Pemberian Antibiotik
Penisilin sensitif Streptococcus pneumonia (PSSP)
1048707 Golongan Penisilin
1048707 TMP-SMZ
1048707 Makrolid
Penisilin resisten Streptococcus pneumoniae (PRSP)
1048707 Betalaktam oral dosis tinggi (untuk rawat jalan)
1048707 Sefotaksim Seftriakson dosis tinggi
1048707 Marolid baru dosis tinggi
1048707 Fluorokuinolon respirasi
Pseudomonas aeruginosa
1048707 Aminoglikosid
1048707 Seftazidim Sefoperason Sefepim
1048707 Tikarsilin Piperasilin
1048707 Karbapenem Meropenem Imipenem
1048707 Siprofloksasin Levofloksasin
Methicillin resistent Staphylococcus aureus (MRSA)
1048707 Vankomisin
1048707 Teikoplanin
1048707 Linezolid
Hemophilus influenzae
1048707 TMP-SMZ
1048707 Azitromisin
1048707 Sefalosporin gen 2 atau 3
24
1048707 Fluorokuinolon respirasi
Legionella
1048707 Makrolid
1048707 Fluorokuinolon
1048707 Rifampisin
Mycoplasma pneumoniae
1048707 Doksisiklin
1048707 Makrolid
1048707 Fluorokuinolon
Chlamydia pneumoniae
1048707 Doksisikin
1048707 Makrolid
1048707 Fluorokuinolon
25
26
Tabel 3 Rekomendasi Terapi Empiris (ATS 2001) 8
Kategori Keterangan Kuman Penyebab Obat Pilihan I Obat Pilihan II
Kategori I Usia
penderita
lt 65 tahun
-Penyakit
Penyerta (-)
-Dapat
berobat jalan
-Spneumonia
-Mpneumonia
-Cpneumonia
-Hinfluenzae
-Legionale sp
-Saureus
-Mtuberculosis
-Batang Gram (-)
Klaritromisin
2x250 mg
- -Azitromisin
1x500mg
- Rositromisin
2x150 mg atau
1x300 mg
- Siprofloksasin
2x500mg atau
Ofloksasin 2x400mg
- Levofloksasin
1x500mg atau
Moxifloxacin
1x400mg
- Doksisiklin 2x100mg
Kategori II -Usia
penderita gt
65 tahun
- Peny
Penyerta (+)
-Dapat
berobat jalan
-Spneumonia
Hinfluenzae
Batang gram(-)
Aerob
Saures
Mcatarrhalis
Legionalle sp
-Sepalospporin
generasi 2
-Trimetroprim
+Kotrimoksazol
-Betalaktam
-Makrolid
-Levofloksasin
-Gatifloksasin
-Moxyfloksasin
Kategori
III
-Pneumonia
berat
- Perlu
dirawat di
RStapi tidak
perlu di ICU
-Spneumoniae
-Hinfluenzae
-Polimikroba
termasuk Aerob
-Batang Gram (-)
-Legionalla sp
-Saureus
Mpneumoniae
- Sefalosporin
Generasi 2 atau
3
- Betalaktam +
Penghambat
Betalaktamase
+makrolid
-Piperasilin +
tazobaktam
-Sulferason
Kategori
IV
-Pneumonia
berat
-Perlu dirawat
di ICU
-Spneumonia
-Legionella sp
-Batang Gram (-)
aerob
-Mpneumonia
-Virus
-Hinfluenzae
-Mtuberculosis
-Jamur endemic
- Sefalosporin
generasi 3
(anti
pseudomonas)
+ makrolid
- Sefalosporin
generasi 4
- Sefalosporin
generasi 3 +
kuinolon
-Carbapenem
meropenem
-Vankomicin
-Linesolid
-Teikoplanin
2 Terapi Suportif Umum
1 Terapi O2 untuk mencapai PaO2 80-100 mmHg atau saturasi 95-96 berdasarkan
pemeriksaan analisis gas darah
2 Humidifikasi dengan nebulizer untuk pengenceran dahak yang kental dapat
disertai nebulizer untuk pemberian bronkodilator bila terdapat bronkospasme
3 Fisioterapi dada untuk pengeluaran dahak khususnya anjuran untuk batuk dan
napas dalam Bila perlu dikerjakan fish mouth breathing untuk melancarkan
ekspirasi dan pengeluarn CO2 Posisi tidur setengah duduk untuk melancarkan
pernapasan7
4 Pengaturan cairan Keutuhan kapiler paru sering terganggu pada pneumonia dan
paru lebih sensitif terhadap pembebanan cairan terutama bila terdapat pneumonia
bilateral Pemberian cairan pada pasien harus diatur dengan baik termasuk pada
keadaan gangguan sirkulasi dan gagal ginjal Overhidrasi untuk maksud
mengencerkan dahak tidak diperkenankan 9
5 Pemberian kortikosteroid pada fase sepsis berat perlu diberikan Terapi ini tidak
bermanfaat pada keadaan renjatan septik
6 Obat inotropik seperti dobutamin atau dopamin kadang-kadang diperlukan bila
terdapat komplikasi gangguan sirkulasi atau gagal ginjal prerenal
7 Ventilasi mekanis indikasi intubasi dan pemasangan ventilator pada pneumonia
adalah
27
a Hipoksemia persisten meskipun telah diberikan O2 100 dengan
menggunakaan masker Kosentrasi O2 yang tinggi menyebabkan penurunan
pulmonary compliance hingga tekanan inflasi meninggi Dalam hal ini perlu
dipergunakan PEEP untuk memperbaiki oksigenisasi dan menurunkan FiO2
menjadi 50 atau lebih rendah9
b Gagal napas yang ditandai oleh peningkatan respiratory distress dengan atau
didapat asidosis respiratorik
c Respiratory arrest
d Retensi sputum yang sulit diatasi secara konservatif
8 Drainase empiema bila ada
9 Bila terdapat gagal napas diberikan nutrisi dengan kalori yang cukup yang
didapatkan terutama dari lemak (gt50) hingga dapat dihindari pembentukan
CO2 yang berlebihan9
3 Terapi Sulih (switch therapy)
Masa perawatan di rumah sakit sebaiknya dipersingkat dengan perubahan obat
suntik ke oral dilanjutkan dengan berobat jalan hal ini untuk mengurangi biaya
perawatan dan mencegah infeksi nosokomial Perubahan ini dapat diberikan secara
sequential (obat sama potensi sama) switch over (obat berbeda potensi sama) dan
step down (obat sama atau berbeda potensi lebih rendah) Pasien beralih dari
intravena ke oral terapi ketika hemodinamik sudah stabil dan perbaikan terbukti
secara secara klinis dapat menelan obat-obatan dan memiliki saluran pencernaan
berfungsi normal 10
28
Kriteria untuk Pneumonia terkait stabilitas klinis adalah 9
1 Temp le 378 C Kesadaran baik
2 Denyut jantung le 100 denyut menit
3 Respirasi ratele 24 napas menit
4 Tekanan darah sistolik ge 90 mmHg
5 Saturasi O2 arteri ge 90 atau pO2 ge 60 mmHg pada ruang udara
6 Kemampuan untuk mengambil asupan oral
210 Komplikasi Pneumonia
1 Efusi pleura dan empiema Terjadi pada sekitar 45 kasus terutama pada infeksi
bakterial akut berupa efusi parapneumonik gram negative sebesar 60
Staphylococcus aureus 50 S pneumoniae 40-60 kuman anaerob 35
Sedangkan pada Mycoplasmapneumoniae sebesar 20 Cairannya transudat dan
steril Terkadang pada infeksi bakterial terjadi empiema dengan cairan eksudat
2 Komplikasi sistemik Dapat terjadi akibat invasi kuman atau bakteriemia berupa
meningitis Dapat juga terjadi dehidrasi dan hiponatremia anemia pada infeksi
kronik peningguan ureum dan enzim hati Kadang-kadang terjadi peninggian
fostase alkali dan bilirubin akibat adanya kolestasis intrahepatik
3 Hipoksemia akibat gangguan difusi
4 Abses Paru terbentuk akibat eksudat di alveolus paru sehingga terjadi infeksi
oleh kuman anaerob dan bakteri gram negative
29
5 Pneumonia kronik yang dapat terjadi bila pneumonia berlangsung lebih dari 4-6
minggu akibat kuman anaerob S aureus dan kuman Gram (-) seperti
Pseudomonas aeruginosa
6 Bronkiektasis Biasanya terjadi karena pneunomia pada masa anak-anak tetapi
dapat juga oleh infeksi berulang di lokasi bronkus distal pada cystic fibrosis atau
hipogamaglobulinemia tuberkulosis atau pneumonia nekrotikans 3
211 Prognosis Pneumonia
Angka morbiditas dan mortalitas pneumonia menurun sejak ditemukannya
antibiotik Faktor yang berperan adalah patogenitas kuman usia penyakit dasar dan
kondisi pasien Secara umum angka kematian pneumonia pneumokokus adalah
sebesar 5 namun dapat meningkat menjadi 60 pada orang tua dengan kondisi
yang buruk misalnya gangguan imunologis sirosis hepatis penyakit paru obstruktif
kronik atau kanker Adanya leukopenia ikterus terkenanya 3 atau lebih lobus dan
komplikasi ekstraparu merupakan petanda prognosis yang buruk Kuman gram
negatif menimbulkan prognosis yang lebih jelek 10
Prognosis pada orang tua dan anak kurang baik karena itu perlu perawatan di
RS kecuali bila penyakitnya ringan Orang dewasa (lt60 tahun) dapat berobat jalan
kecuali
1 Bila terdapat penyakit paru kronik
2 PN Meliputi banyak lobus
3 Disertai gambaran klinis yang berkaitan dengan mortalitas yang tinggi yaitu
30
a Usia gt 60 tahun
b Dijumpai adanya gejala pada saat masuk perawatan RS frekuensi napas gt 30
xm tekanan diastolik lt 60 mmHg leukosit abnormal (lt4500-gt30000)
BAB 3
KESIMPULAN
Pneumonia adalah salah satu penyakit akibat infeksi parenkim paru yang
dapat menyerang segala usia Pneumonia paling banyak disebabkan oleh infeksi
bakteri Streptococcus pneumonia dengan gejala yang muncul seperti demam batuk
berdahak sesak napas dan terkadang disertai nyeri dada
Pemeriksaan radiologi dalam hal ini foto thorax konvensional dan CT Scan
menjadi pemeriksaan yang sangat penting pada pneumonia Gambaran khas pada
pneumonia adalah adanya konsolidasi dengan adanya gambaran air bronchogram
Namun tidak semua pneumonia memberikan gambaran khas tersebut Untuk
menentukan etiologi pneumonia tidak dapat hanya semata-mata menggunakan foto
thorax melainkan harus dilihat dari riwayat penyakit dan juga pemeriksaan
laboratorium
Penatalaksanaan medis pada pneumonia adalah pemberian antibiotik yang
sesuai dengan kuman penyebab pneumonia disamping terapi supportif lainnya
Prognosis pneumonia secara umum baik jika mendapat terapi antibiotik yang adekuat
faktor predisposisi pasien dan ada tidaknya komplikasi yang menyertai
31
DAFTAR PUSTAKA
1 Dahlan Z 2006 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Pulmonologi Pusat
Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas kedokteran Universitas
Indonesia Jakarta
2 Price SA Wilson LM 2005 Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit Edisi 6 Volume 2 Penerbit EGC Jakarta
3 Soedarsono 2004 Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru Bagian Ilmu Penyakit Paru
FK UNAIR Surabaya
4 Aru W Bambang Idrus A Marcellus Siti S ed Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Jilid II Edisi 4 Jakarta Pusat Penerbitan Departemen IPD RSCM
2007
5 Perhimpunan Dokter Paru Indonesia Pedoman Diagnosis dan
penatalaksanaan Pneumonia Komuniti2003
6 Perhimpunan Dokter Paru Indonesia Pedoman Diagnosis dan
penatalaksanaan Pneumonia Nosokomial2003
7 Barlett JG Dowell SF Mondell LA File TM Mushor DM Fine MJ Practice
guidelines for management community-acquiredd pneumonia in adults Clin
infect Dis 2000 31 347-82
8 Mandell LA IDSAATS consensus guidelines on the management of
community-acquired pneumonia in adults CID 200744S27
9 Menendez R Treatment failure in community-acquired pneumonia
0071321348
32
10 Niederman MS Recent advances in community-acquired pneumonia inpatient
and outpatient Chest 20071311205
33
- 22 Definisi Pneumonia
- Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius dan alveoli serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat yang disebabkan oleh mikroorganisme (bakterivirusjamurprotozoa)3
- 23 Epidemiologi Pneumonia
- 25 Klasifikasi Pneumonia
- Terutama pada jaringan penyangga yaitu interstitial dinding bronkus dan peribronkil Peradangan dapat ditemumkan pada infeksi virus dan mycoplasma Terjadi edema dinding bronkioli dan juga edema jaringan interstisial prebronkial Radiologis berupa bayangan udara pada alveolus masih terlihat diliputi perselubungan yang tidak merata 5
- 26 Patofisiologi Pneumonia
- 27 Diagnosis Pneumonia
- 28 Diagnosis Banding Pneumonia
- 29 Penatalaksanaan
- 210 Komplikasi Pneumonia
-
Tampak gambaran opakhiperdens pada lobus tengah kanan namun tidak menjalar
sampai perifer
3 Pneumonia Interstisial
Foto Thorax
19
Terjadi edema dinding bronkioli dan juga edema jaringan interstitial
prebronkial Radiologis berupa bayangan udara pada alveolus masih terlihat
diliputi oleh perselubungan yang tidak merata
CT Scan
Gambaran CT Scan pneumonia interstitiak pada seorang pria berusia 19
tahun (A) Menunjukan area konsolidasi di percabangan peribronkovaskuler
yang irreguler (B) CT Scan pada hasil follow up selama 2 tahun menunjukan
area konsolidasi yang irreguler tersebut berkembang menjadi bronkiektasis
atau bronkiolektasis (tanda panah)
274 Pemeriksaan Bakteriologis
Bahan berasal dari sputum darah aspirasi nasotrakealtranstrakeal
torakosintesis bronkoskopi atau biopsi Kuman yang predominan pada sputum
disertai PMN yang kemungkinan penyebab infeksi 5
Pengambilan dahak dilakukan pagi hari Pasien mula-mula kumur-kumur
dengan akuades biasa setelah itu pasien diminta inspirasi dalam kemudian
membatukkan dahaknya Dahak ditampung dalam botol steril dan ditutup rapat
20
Dahak segera dikirim ke labolatorium (tidak boleh lebih dari 4 jam) Jika terjadi
kesulitan mengeluarkan dahak dapat dibantu nebulisasi dengan NaCl 3 Kriteria
dahak yang memenuhi syarat untuk pemeriksaan apusan langsung dan biarkan yaitu
bila ditemukan sel PMN gt 25lpk dan sel epitel lt 10lpk 5
28 Diagnosis Banding Pneumonia
ATuberculosis Paru (TB)
Tuberculosis Paru (TB) adalah suatu penyakit infeksi menular yang
disebabkan oleh M tuberculosis Jalan masuk untuk organism M tuberculosis adalah
saluran pernafasan saluran pencernaan Gejala klinis TB antara lain batuk lama yang
produktif (durasi lebih dari 3 minggu) nyeri dada dan hemoptisis dan gejala sistemik
meliputi demam menggigil keringat malam lemas hilang nafsu makan dan
penurunan berat badan3
Tampak gambaran cavitas pada paru lobus atas kanan pada foto thorax proyeksi PA
21
BAtelektasis
Atelektasis adalah istilah yang berarti pengembangan paru yang tidak
sempurna dan menyiratkan arti bahwa alveolus pada bagian paru yang terserang tidak
mengandung udara dan kolaps Memberikan gambaran yang mirip dengan pneumonia
tanpa air bronchogram Namun terdapat penarikan jantung trakea dan mediastinum
ke arah yang sakit karena adanya pengurangan volume interkostal space menjadi
lebih sempit dan pengecilan dari seluruh atau sebagian paru-paru yang sakit
Sehingga akan tampak thorax asimetris 3
Atelektasis pada foto thorax proyeksi PA
22
C Efusi Pleura
Memberi gambaran yang mirip dengan pneumonia tanpa air bronchogram
Terdapat penambahan volume sehingga terjadi pendorongan jantung trakea dan
mediastinum kearah yang sehat Rongga thorax membesar Pada edusi pleura
sebagian akan tampak meniscus sign (+) tanda khas pada efusi pleura 3
Efusi pleura pada foto thorax posisi PA
29 Penatalaksanaan
Pengobatan terdiri atas antibiotik dan pengobatan suportif Pemberian
antibiotik pada penderita pneumonia sebaiknya berdasarkan data mikroorganisme dan
hasil uji kepekaannya akan tetapi karena beberapa alasan yaitu 7
1 penyakit yang berat dapat mengancam jiwa
2 bakteri patogen yang berhasil diisolasi belum tentu sebagai penyebab pneumonia
3 hasil pembiakan bakteri memerlukan waktu
23
Maka pada penderita pneumonia dapat diberikan terapi secara empiris Secara
umum pemilihan antibiotic berdasarkan baktri penyebab pneumonia dapat dilihat
sebagai berikut 751
1 Pemberian Antibiotik
Penisilin sensitif Streptococcus pneumonia (PSSP)
1048707 Golongan Penisilin
1048707 TMP-SMZ
1048707 Makrolid
Penisilin resisten Streptococcus pneumoniae (PRSP)
1048707 Betalaktam oral dosis tinggi (untuk rawat jalan)
1048707 Sefotaksim Seftriakson dosis tinggi
1048707 Marolid baru dosis tinggi
1048707 Fluorokuinolon respirasi
Pseudomonas aeruginosa
1048707 Aminoglikosid
1048707 Seftazidim Sefoperason Sefepim
1048707 Tikarsilin Piperasilin
1048707 Karbapenem Meropenem Imipenem
1048707 Siprofloksasin Levofloksasin
Methicillin resistent Staphylococcus aureus (MRSA)
1048707 Vankomisin
1048707 Teikoplanin
1048707 Linezolid
Hemophilus influenzae
1048707 TMP-SMZ
1048707 Azitromisin
1048707 Sefalosporin gen 2 atau 3
24
1048707 Fluorokuinolon respirasi
Legionella
1048707 Makrolid
1048707 Fluorokuinolon
1048707 Rifampisin
Mycoplasma pneumoniae
1048707 Doksisiklin
1048707 Makrolid
1048707 Fluorokuinolon
Chlamydia pneumoniae
1048707 Doksisikin
1048707 Makrolid
1048707 Fluorokuinolon
25
26
Tabel 3 Rekomendasi Terapi Empiris (ATS 2001) 8
Kategori Keterangan Kuman Penyebab Obat Pilihan I Obat Pilihan II
Kategori I Usia
penderita
lt 65 tahun
-Penyakit
Penyerta (-)
-Dapat
berobat jalan
-Spneumonia
-Mpneumonia
-Cpneumonia
-Hinfluenzae
-Legionale sp
-Saureus
-Mtuberculosis
-Batang Gram (-)
Klaritromisin
2x250 mg
- -Azitromisin
1x500mg
- Rositromisin
2x150 mg atau
1x300 mg
- Siprofloksasin
2x500mg atau
Ofloksasin 2x400mg
- Levofloksasin
1x500mg atau
Moxifloxacin
1x400mg
- Doksisiklin 2x100mg
Kategori II -Usia
penderita gt
65 tahun
- Peny
Penyerta (+)
-Dapat
berobat jalan
-Spneumonia
Hinfluenzae
Batang gram(-)
Aerob
Saures
Mcatarrhalis
Legionalle sp
-Sepalospporin
generasi 2
-Trimetroprim
+Kotrimoksazol
-Betalaktam
-Makrolid
-Levofloksasin
-Gatifloksasin
-Moxyfloksasin
Kategori
III
-Pneumonia
berat
- Perlu
dirawat di
RStapi tidak
perlu di ICU
-Spneumoniae
-Hinfluenzae
-Polimikroba
termasuk Aerob
-Batang Gram (-)
-Legionalla sp
-Saureus
Mpneumoniae
- Sefalosporin
Generasi 2 atau
3
- Betalaktam +
Penghambat
Betalaktamase
+makrolid
-Piperasilin +
tazobaktam
-Sulferason
Kategori
IV
-Pneumonia
berat
-Perlu dirawat
di ICU
-Spneumonia
-Legionella sp
-Batang Gram (-)
aerob
-Mpneumonia
-Virus
-Hinfluenzae
-Mtuberculosis
-Jamur endemic
- Sefalosporin
generasi 3
(anti
pseudomonas)
+ makrolid
- Sefalosporin
generasi 4
- Sefalosporin
generasi 3 +
kuinolon
-Carbapenem
meropenem
-Vankomicin
-Linesolid
-Teikoplanin
2 Terapi Suportif Umum
1 Terapi O2 untuk mencapai PaO2 80-100 mmHg atau saturasi 95-96 berdasarkan
pemeriksaan analisis gas darah
2 Humidifikasi dengan nebulizer untuk pengenceran dahak yang kental dapat
disertai nebulizer untuk pemberian bronkodilator bila terdapat bronkospasme
3 Fisioterapi dada untuk pengeluaran dahak khususnya anjuran untuk batuk dan
napas dalam Bila perlu dikerjakan fish mouth breathing untuk melancarkan
ekspirasi dan pengeluarn CO2 Posisi tidur setengah duduk untuk melancarkan
pernapasan7
4 Pengaturan cairan Keutuhan kapiler paru sering terganggu pada pneumonia dan
paru lebih sensitif terhadap pembebanan cairan terutama bila terdapat pneumonia
bilateral Pemberian cairan pada pasien harus diatur dengan baik termasuk pada
keadaan gangguan sirkulasi dan gagal ginjal Overhidrasi untuk maksud
mengencerkan dahak tidak diperkenankan 9
5 Pemberian kortikosteroid pada fase sepsis berat perlu diberikan Terapi ini tidak
bermanfaat pada keadaan renjatan septik
6 Obat inotropik seperti dobutamin atau dopamin kadang-kadang diperlukan bila
terdapat komplikasi gangguan sirkulasi atau gagal ginjal prerenal
7 Ventilasi mekanis indikasi intubasi dan pemasangan ventilator pada pneumonia
adalah
27
a Hipoksemia persisten meskipun telah diberikan O2 100 dengan
menggunakaan masker Kosentrasi O2 yang tinggi menyebabkan penurunan
pulmonary compliance hingga tekanan inflasi meninggi Dalam hal ini perlu
dipergunakan PEEP untuk memperbaiki oksigenisasi dan menurunkan FiO2
menjadi 50 atau lebih rendah9
b Gagal napas yang ditandai oleh peningkatan respiratory distress dengan atau
didapat asidosis respiratorik
c Respiratory arrest
d Retensi sputum yang sulit diatasi secara konservatif
8 Drainase empiema bila ada
9 Bila terdapat gagal napas diberikan nutrisi dengan kalori yang cukup yang
didapatkan terutama dari lemak (gt50) hingga dapat dihindari pembentukan
CO2 yang berlebihan9
3 Terapi Sulih (switch therapy)
Masa perawatan di rumah sakit sebaiknya dipersingkat dengan perubahan obat
suntik ke oral dilanjutkan dengan berobat jalan hal ini untuk mengurangi biaya
perawatan dan mencegah infeksi nosokomial Perubahan ini dapat diberikan secara
sequential (obat sama potensi sama) switch over (obat berbeda potensi sama) dan
step down (obat sama atau berbeda potensi lebih rendah) Pasien beralih dari
intravena ke oral terapi ketika hemodinamik sudah stabil dan perbaikan terbukti
secara secara klinis dapat menelan obat-obatan dan memiliki saluran pencernaan
berfungsi normal 10
28
Kriteria untuk Pneumonia terkait stabilitas klinis adalah 9
1 Temp le 378 C Kesadaran baik
2 Denyut jantung le 100 denyut menit
3 Respirasi ratele 24 napas menit
4 Tekanan darah sistolik ge 90 mmHg
5 Saturasi O2 arteri ge 90 atau pO2 ge 60 mmHg pada ruang udara
6 Kemampuan untuk mengambil asupan oral
210 Komplikasi Pneumonia
1 Efusi pleura dan empiema Terjadi pada sekitar 45 kasus terutama pada infeksi
bakterial akut berupa efusi parapneumonik gram negative sebesar 60
Staphylococcus aureus 50 S pneumoniae 40-60 kuman anaerob 35
Sedangkan pada Mycoplasmapneumoniae sebesar 20 Cairannya transudat dan
steril Terkadang pada infeksi bakterial terjadi empiema dengan cairan eksudat
2 Komplikasi sistemik Dapat terjadi akibat invasi kuman atau bakteriemia berupa
meningitis Dapat juga terjadi dehidrasi dan hiponatremia anemia pada infeksi
kronik peningguan ureum dan enzim hati Kadang-kadang terjadi peninggian
fostase alkali dan bilirubin akibat adanya kolestasis intrahepatik
3 Hipoksemia akibat gangguan difusi
4 Abses Paru terbentuk akibat eksudat di alveolus paru sehingga terjadi infeksi
oleh kuman anaerob dan bakteri gram negative
29
5 Pneumonia kronik yang dapat terjadi bila pneumonia berlangsung lebih dari 4-6
minggu akibat kuman anaerob S aureus dan kuman Gram (-) seperti
Pseudomonas aeruginosa
6 Bronkiektasis Biasanya terjadi karena pneunomia pada masa anak-anak tetapi
dapat juga oleh infeksi berulang di lokasi bronkus distal pada cystic fibrosis atau
hipogamaglobulinemia tuberkulosis atau pneumonia nekrotikans 3
211 Prognosis Pneumonia
Angka morbiditas dan mortalitas pneumonia menurun sejak ditemukannya
antibiotik Faktor yang berperan adalah patogenitas kuman usia penyakit dasar dan
kondisi pasien Secara umum angka kematian pneumonia pneumokokus adalah
sebesar 5 namun dapat meningkat menjadi 60 pada orang tua dengan kondisi
yang buruk misalnya gangguan imunologis sirosis hepatis penyakit paru obstruktif
kronik atau kanker Adanya leukopenia ikterus terkenanya 3 atau lebih lobus dan
komplikasi ekstraparu merupakan petanda prognosis yang buruk Kuman gram
negatif menimbulkan prognosis yang lebih jelek 10
Prognosis pada orang tua dan anak kurang baik karena itu perlu perawatan di
RS kecuali bila penyakitnya ringan Orang dewasa (lt60 tahun) dapat berobat jalan
kecuali
1 Bila terdapat penyakit paru kronik
2 PN Meliputi banyak lobus
3 Disertai gambaran klinis yang berkaitan dengan mortalitas yang tinggi yaitu
30
a Usia gt 60 tahun
b Dijumpai adanya gejala pada saat masuk perawatan RS frekuensi napas gt 30
xm tekanan diastolik lt 60 mmHg leukosit abnormal (lt4500-gt30000)
BAB 3
KESIMPULAN
Pneumonia adalah salah satu penyakit akibat infeksi parenkim paru yang
dapat menyerang segala usia Pneumonia paling banyak disebabkan oleh infeksi
bakteri Streptococcus pneumonia dengan gejala yang muncul seperti demam batuk
berdahak sesak napas dan terkadang disertai nyeri dada
Pemeriksaan radiologi dalam hal ini foto thorax konvensional dan CT Scan
menjadi pemeriksaan yang sangat penting pada pneumonia Gambaran khas pada
pneumonia adalah adanya konsolidasi dengan adanya gambaran air bronchogram
Namun tidak semua pneumonia memberikan gambaran khas tersebut Untuk
menentukan etiologi pneumonia tidak dapat hanya semata-mata menggunakan foto
thorax melainkan harus dilihat dari riwayat penyakit dan juga pemeriksaan
laboratorium
Penatalaksanaan medis pada pneumonia adalah pemberian antibiotik yang
sesuai dengan kuman penyebab pneumonia disamping terapi supportif lainnya
Prognosis pneumonia secara umum baik jika mendapat terapi antibiotik yang adekuat
faktor predisposisi pasien dan ada tidaknya komplikasi yang menyertai
31
DAFTAR PUSTAKA
1 Dahlan Z 2006 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Pulmonologi Pusat
Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas kedokteran Universitas
Indonesia Jakarta
2 Price SA Wilson LM 2005 Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit Edisi 6 Volume 2 Penerbit EGC Jakarta
3 Soedarsono 2004 Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru Bagian Ilmu Penyakit Paru
FK UNAIR Surabaya
4 Aru W Bambang Idrus A Marcellus Siti S ed Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Jilid II Edisi 4 Jakarta Pusat Penerbitan Departemen IPD RSCM
2007
5 Perhimpunan Dokter Paru Indonesia Pedoman Diagnosis dan
penatalaksanaan Pneumonia Komuniti2003
6 Perhimpunan Dokter Paru Indonesia Pedoman Diagnosis dan
penatalaksanaan Pneumonia Nosokomial2003
7 Barlett JG Dowell SF Mondell LA File TM Mushor DM Fine MJ Practice
guidelines for management community-acquiredd pneumonia in adults Clin
infect Dis 2000 31 347-82
8 Mandell LA IDSAATS consensus guidelines on the management of
community-acquired pneumonia in adults CID 200744S27
9 Menendez R Treatment failure in community-acquired pneumonia
0071321348
32
10 Niederman MS Recent advances in community-acquired pneumonia inpatient
and outpatient Chest 20071311205
33
- 22 Definisi Pneumonia
- Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius dan alveoli serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat yang disebabkan oleh mikroorganisme (bakterivirusjamurprotozoa)3
- 23 Epidemiologi Pneumonia
- 25 Klasifikasi Pneumonia
- Terutama pada jaringan penyangga yaitu interstitial dinding bronkus dan peribronkil Peradangan dapat ditemumkan pada infeksi virus dan mycoplasma Terjadi edema dinding bronkioli dan juga edema jaringan interstisial prebronkial Radiologis berupa bayangan udara pada alveolus masih terlihat diliputi perselubungan yang tidak merata 5
- 26 Patofisiologi Pneumonia
- 27 Diagnosis Pneumonia
- 28 Diagnosis Banding Pneumonia
- 29 Penatalaksanaan
- 210 Komplikasi Pneumonia
-
Terjadi edema dinding bronkioli dan juga edema jaringan interstitial
prebronkial Radiologis berupa bayangan udara pada alveolus masih terlihat
diliputi oleh perselubungan yang tidak merata
CT Scan
Gambaran CT Scan pneumonia interstitiak pada seorang pria berusia 19
tahun (A) Menunjukan area konsolidasi di percabangan peribronkovaskuler
yang irreguler (B) CT Scan pada hasil follow up selama 2 tahun menunjukan
area konsolidasi yang irreguler tersebut berkembang menjadi bronkiektasis
atau bronkiolektasis (tanda panah)
274 Pemeriksaan Bakteriologis
Bahan berasal dari sputum darah aspirasi nasotrakealtranstrakeal
torakosintesis bronkoskopi atau biopsi Kuman yang predominan pada sputum
disertai PMN yang kemungkinan penyebab infeksi 5
Pengambilan dahak dilakukan pagi hari Pasien mula-mula kumur-kumur
dengan akuades biasa setelah itu pasien diminta inspirasi dalam kemudian
membatukkan dahaknya Dahak ditampung dalam botol steril dan ditutup rapat
20
Dahak segera dikirim ke labolatorium (tidak boleh lebih dari 4 jam) Jika terjadi
kesulitan mengeluarkan dahak dapat dibantu nebulisasi dengan NaCl 3 Kriteria
dahak yang memenuhi syarat untuk pemeriksaan apusan langsung dan biarkan yaitu
bila ditemukan sel PMN gt 25lpk dan sel epitel lt 10lpk 5
28 Diagnosis Banding Pneumonia
ATuberculosis Paru (TB)
Tuberculosis Paru (TB) adalah suatu penyakit infeksi menular yang
disebabkan oleh M tuberculosis Jalan masuk untuk organism M tuberculosis adalah
saluran pernafasan saluran pencernaan Gejala klinis TB antara lain batuk lama yang
produktif (durasi lebih dari 3 minggu) nyeri dada dan hemoptisis dan gejala sistemik
meliputi demam menggigil keringat malam lemas hilang nafsu makan dan
penurunan berat badan3
Tampak gambaran cavitas pada paru lobus atas kanan pada foto thorax proyeksi PA
21
BAtelektasis
Atelektasis adalah istilah yang berarti pengembangan paru yang tidak
sempurna dan menyiratkan arti bahwa alveolus pada bagian paru yang terserang tidak
mengandung udara dan kolaps Memberikan gambaran yang mirip dengan pneumonia
tanpa air bronchogram Namun terdapat penarikan jantung trakea dan mediastinum
ke arah yang sakit karena adanya pengurangan volume interkostal space menjadi
lebih sempit dan pengecilan dari seluruh atau sebagian paru-paru yang sakit
Sehingga akan tampak thorax asimetris 3
Atelektasis pada foto thorax proyeksi PA
22
C Efusi Pleura
Memberi gambaran yang mirip dengan pneumonia tanpa air bronchogram
Terdapat penambahan volume sehingga terjadi pendorongan jantung trakea dan
mediastinum kearah yang sehat Rongga thorax membesar Pada edusi pleura
sebagian akan tampak meniscus sign (+) tanda khas pada efusi pleura 3
Efusi pleura pada foto thorax posisi PA
29 Penatalaksanaan
Pengobatan terdiri atas antibiotik dan pengobatan suportif Pemberian
antibiotik pada penderita pneumonia sebaiknya berdasarkan data mikroorganisme dan
hasil uji kepekaannya akan tetapi karena beberapa alasan yaitu 7
1 penyakit yang berat dapat mengancam jiwa
2 bakteri patogen yang berhasil diisolasi belum tentu sebagai penyebab pneumonia
3 hasil pembiakan bakteri memerlukan waktu
23
Maka pada penderita pneumonia dapat diberikan terapi secara empiris Secara
umum pemilihan antibiotic berdasarkan baktri penyebab pneumonia dapat dilihat
sebagai berikut 751
1 Pemberian Antibiotik
Penisilin sensitif Streptococcus pneumonia (PSSP)
1048707 Golongan Penisilin
1048707 TMP-SMZ
1048707 Makrolid
Penisilin resisten Streptococcus pneumoniae (PRSP)
1048707 Betalaktam oral dosis tinggi (untuk rawat jalan)
1048707 Sefotaksim Seftriakson dosis tinggi
1048707 Marolid baru dosis tinggi
1048707 Fluorokuinolon respirasi
Pseudomonas aeruginosa
1048707 Aminoglikosid
1048707 Seftazidim Sefoperason Sefepim
1048707 Tikarsilin Piperasilin
1048707 Karbapenem Meropenem Imipenem
1048707 Siprofloksasin Levofloksasin
Methicillin resistent Staphylococcus aureus (MRSA)
1048707 Vankomisin
1048707 Teikoplanin
1048707 Linezolid
Hemophilus influenzae
1048707 TMP-SMZ
1048707 Azitromisin
1048707 Sefalosporin gen 2 atau 3
24
1048707 Fluorokuinolon respirasi
Legionella
1048707 Makrolid
1048707 Fluorokuinolon
1048707 Rifampisin
Mycoplasma pneumoniae
1048707 Doksisiklin
1048707 Makrolid
1048707 Fluorokuinolon
Chlamydia pneumoniae
1048707 Doksisikin
1048707 Makrolid
1048707 Fluorokuinolon
25
26
Tabel 3 Rekomendasi Terapi Empiris (ATS 2001) 8
Kategori Keterangan Kuman Penyebab Obat Pilihan I Obat Pilihan II
Kategori I Usia
penderita
lt 65 tahun
-Penyakit
Penyerta (-)
-Dapat
berobat jalan
-Spneumonia
-Mpneumonia
-Cpneumonia
-Hinfluenzae
-Legionale sp
-Saureus
-Mtuberculosis
-Batang Gram (-)
Klaritromisin
2x250 mg
- -Azitromisin
1x500mg
- Rositromisin
2x150 mg atau
1x300 mg
- Siprofloksasin
2x500mg atau
Ofloksasin 2x400mg
- Levofloksasin
1x500mg atau
Moxifloxacin
1x400mg
- Doksisiklin 2x100mg
Kategori II -Usia
penderita gt
65 tahun
- Peny
Penyerta (+)
-Dapat
berobat jalan
-Spneumonia
Hinfluenzae
Batang gram(-)
Aerob
Saures
Mcatarrhalis
Legionalle sp
-Sepalospporin
generasi 2
-Trimetroprim
+Kotrimoksazol
-Betalaktam
-Makrolid
-Levofloksasin
-Gatifloksasin
-Moxyfloksasin
Kategori
III
-Pneumonia
berat
- Perlu
dirawat di
RStapi tidak
perlu di ICU
-Spneumoniae
-Hinfluenzae
-Polimikroba
termasuk Aerob
-Batang Gram (-)
-Legionalla sp
-Saureus
Mpneumoniae
- Sefalosporin
Generasi 2 atau
3
- Betalaktam +
Penghambat
Betalaktamase
+makrolid
-Piperasilin +
tazobaktam
-Sulferason
Kategori
IV
-Pneumonia
berat
-Perlu dirawat
di ICU
-Spneumonia
-Legionella sp
-Batang Gram (-)
aerob
-Mpneumonia
-Virus
-Hinfluenzae
-Mtuberculosis
-Jamur endemic
- Sefalosporin
generasi 3
(anti
pseudomonas)
+ makrolid
- Sefalosporin
generasi 4
- Sefalosporin
generasi 3 +
kuinolon
-Carbapenem
meropenem
-Vankomicin
-Linesolid
-Teikoplanin
2 Terapi Suportif Umum
1 Terapi O2 untuk mencapai PaO2 80-100 mmHg atau saturasi 95-96 berdasarkan
pemeriksaan analisis gas darah
2 Humidifikasi dengan nebulizer untuk pengenceran dahak yang kental dapat
disertai nebulizer untuk pemberian bronkodilator bila terdapat bronkospasme
3 Fisioterapi dada untuk pengeluaran dahak khususnya anjuran untuk batuk dan
napas dalam Bila perlu dikerjakan fish mouth breathing untuk melancarkan
ekspirasi dan pengeluarn CO2 Posisi tidur setengah duduk untuk melancarkan
pernapasan7
4 Pengaturan cairan Keutuhan kapiler paru sering terganggu pada pneumonia dan
paru lebih sensitif terhadap pembebanan cairan terutama bila terdapat pneumonia
bilateral Pemberian cairan pada pasien harus diatur dengan baik termasuk pada
keadaan gangguan sirkulasi dan gagal ginjal Overhidrasi untuk maksud
mengencerkan dahak tidak diperkenankan 9
5 Pemberian kortikosteroid pada fase sepsis berat perlu diberikan Terapi ini tidak
bermanfaat pada keadaan renjatan septik
6 Obat inotropik seperti dobutamin atau dopamin kadang-kadang diperlukan bila
terdapat komplikasi gangguan sirkulasi atau gagal ginjal prerenal
7 Ventilasi mekanis indikasi intubasi dan pemasangan ventilator pada pneumonia
adalah
27
a Hipoksemia persisten meskipun telah diberikan O2 100 dengan
menggunakaan masker Kosentrasi O2 yang tinggi menyebabkan penurunan
pulmonary compliance hingga tekanan inflasi meninggi Dalam hal ini perlu
dipergunakan PEEP untuk memperbaiki oksigenisasi dan menurunkan FiO2
menjadi 50 atau lebih rendah9
b Gagal napas yang ditandai oleh peningkatan respiratory distress dengan atau
didapat asidosis respiratorik
c Respiratory arrest
d Retensi sputum yang sulit diatasi secara konservatif
8 Drainase empiema bila ada
9 Bila terdapat gagal napas diberikan nutrisi dengan kalori yang cukup yang
didapatkan terutama dari lemak (gt50) hingga dapat dihindari pembentukan
CO2 yang berlebihan9
3 Terapi Sulih (switch therapy)
Masa perawatan di rumah sakit sebaiknya dipersingkat dengan perubahan obat
suntik ke oral dilanjutkan dengan berobat jalan hal ini untuk mengurangi biaya
perawatan dan mencegah infeksi nosokomial Perubahan ini dapat diberikan secara
sequential (obat sama potensi sama) switch over (obat berbeda potensi sama) dan
step down (obat sama atau berbeda potensi lebih rendah) Pasien beralih dari
intravena ke oral terapi ketika hemodinamik sudah stabil dan perbaikan terbukti
secara secara klinis dapat menelan obat-obatan dan memiliki saluran pencernaan
berfungsi normal 10
28
Kriteria untuk Pneumonia terkait stabilitas klinis adalah 9
1 Temp le 378 C Kesadaran baik
2 Denyut jantung le 100 denyut menit
3 Respirasi ratele 24 napas menit
4 Tekanan darah sistolik ge 90 mmHg
5 Saturasi O2 arteri ge 90 atau pO2 ge 60 mmHg pada ruang udara
6 Kemampuan untuk mengambil asupan oral
210 Komplikasi Pneumonia
1 Efusi pleura dan empiema Terjadi pada sekitar 45 kasus terutama pada infeksi
bakterial akut berupa efusi parapneumonik gram negative sebesar 60
Staphylococcus aureus 50 S pneumoniae 40-60 kuman anaerob 35
Sedangkan pada Mycoplasmapneumoniae sebesar 20 Cairannya transudat dan
steril Terkadang pada infeksi bakterial terjadi empiema dengan cairan eksudat
2 Komplikasi sistemik Dapat terjadi akibat invasi kuman atau bakteriemia berupa
meningitis Dapat juga terjadi dehidrasi dan hiponatremia anemia pada infeksi
kronik peningguan ureum dan enzim hati Kadang-kadang terjadi peninggian
fostase alkali dan bilirubin akibat adanya kolestasis intrahepatik
3 Hipoksemia akibat gangguan difusi
4 Abses Paru terbentuk akibat eksudat di alveolus paru sehingga terjadi infeksi
oleh kuman anaerob dan bakteri gram negative
29
5 Pneumonia kronik yang dapat terjadi bila pneumonia berlangsung lebih dari 4-6
minggu akibat kuman anaerob S aureus dan kuman Gram (-) seperti
Pseudomonas aeruginosa
6 Bronkiektasis Biasanya terjadi karena pneunomia pada masa anak-anak tetapi
dapat juga oleh infeksi berulang di lokasi bronkus distal pada cystic fibrosis atau
hipogamaglobulinemia tuberkulosis atau pneumonia nekrotikans 3
211 Prognosis Pneumonia
Angka morbiditas dan mortalitas pneumonia menurun sejak ditemukannya
antibiotik Faktor yang berperan adalah patogenitas kuman usia penyakit dasar dan
kondisi pasien Secara umum angka kematian pneumonia pneumokokus adalah
sebesar 5 namun dapat meningkat menjadi 60 pada orang tua dengan kondisi
yang buruk misalnya gangguan imunologis sirosis hepatis penyakit paru obstruktif
kronik atau kanker Adanya leukopenia ikterus terkenanya 3 atau lebih lobus dan
komplikasi ekstraparu merupakan petanda prognosis yang buruk Kuman gram
negatif menimbulkan prognosis yang lebih jelek 10
Prognosis pada orang tua dan anak kurang baik karena itu perlu perawatan di
RS kecuali bila penyakitnya ringan Orang dewasa (lt60 tahun) dapat berobat jalan
kecuali
1 Bila terdapat penyakit paru kronik
2 PN Meliputi banyak lobus
3 Disertai gambaran klinis yang berkaitan dengan mortalitas yang tinggi yaitu
30
a Usia gt 60 tahun
b Dijumpai adanya gejala pada saat masuk perawatan RS frekuensi napas gt 30
xm tekanan diastolik lt 60 mmHg leukosit abnormal (lt4500-gt30000)
BAB 3
KESIMPULAN
Pneumonia adalah salah satu penyakit akibat infeksi parenkim paru yang
dapat menyerang segala usia Pneumonia paling banyak disebabkan oleh infeksi
bakteri Streptococcus pneumonia dengan gejala yang muncul seperti demam batuk
berdahak sesak napas dan terkadang disertai nyeri dada
Pemeriksaan radiologi dalam hal ini foto thorax konvensional dan CT Scan
menjadi pemeriksaan yang sangat penting pada pneumonia Gambaran khas pada
pneumonia adalah adanya konsolidasi dengan adanya gambaran air bronchogram
Namun tidak semua pneumonia memberikan gambaran khas tersebut Untuk
menentukan etiologi pneumonia tidak dapat hanya semata-mata menggunakan foto
thorax melainkan harus dilihat dari riwayat penyakit dan juga pemeriksaan
laboratorium
Penatalaksanaan medis pada pneumonia adalah pemberian antibiotik yang
sesuai dengan kuman penyebab pneumonia disamping terapi supportif lainnya
Prognosis pneumonia secara umum baik jika mendapat terapi antibiotik yang adekuat
faktor predisposisi pasien dan ada tidaknya komplikasi yang menyertai
31
DAFTAR PUSTAKA
1 Dahlan Z 2006 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Pulmonologi Pusat
Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas kedokteran Universitas
Indonesia Jakarta
2 Price SA Wilson LM 2005 Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit Edisi 6 Volume 2 Penerbit EGC Jakarta
3 Soedarsono 2004 Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru Bagian Ilmu Penyakit Paru
FK UNAIR Surabaya
4 Aru W Bambang Idrus A Marcellus Siti S ed Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Jilid II Edisi 4 Jakarta Pusat Penerbitan Departemen IPD RSCM
2007
5 Perhimpunan Dokter Paru Indonesia Pedoman Diagnosis dan
penatalaksanaan Pneumonia Komuniti2003
6 Perhimpunan Dokter Paru Indonesia Pedoman Diagnosis dan
penatalaksanaan Pneumonia Nosokomial2003
7 Barlett JG Dowell SF Mondell LA File TM Mushor DM Fine MJ Practice
guidelines for management community-acquiredd pneumonia in adults Clin
infect Dis 2000 31 347-82
8 Mandell LA IDSAATS consensus guidelines on the management of
community-acquired pneumonia in adults CID 200744S27
9 Menendez R Treatment failure in community-acquired pneumonia
0071321348
32
10 Niederman MS Recent advances in community-acquired pneumonia inpatient
and outpatient Chest 20071311205
33
- 22 Definisi Pneumonia
- Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius dan alveoli serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat yang disebabkan oleh mikroorganisme (bakterivirusjamurprotozoa)3
- 23 Epidemiologi Pneumonia
- 25 Klasifikasi Pneumonia
- Terutama pada jaringan penyangga yaitu interstitial dinding bronkus dan peribronkil Peradangan dapat ditemumkan pada infeksi virus dan mycoplasma Terjadi edema dinding bronkioli dan juga edema jaringan interstisial prebronkial Radiologis berupa bayangan udara pada alveolus masih terlihat diliputi perselubungan yang tidak merata 5
- 26 Patofisiologi Pneumonia
- 27 Diagnosis Pneumonia
- 28 Diagnosis Banding Pneumonia
- 29 Penatalaksanaan
- 210 Komplikasi Pneumonia
-
Dahak segera dikirim ke labolatorium (tidak boleh lebih dari 4 jam) Jika terjadi
kesulitan mengeluarkan dahak dapat dibantu nebulisasi dengan NaCl 3 Kriteria
dahak yang memenuhi syarat untuk pemeriksaan apusan langsung dan biarkan yaitu
bila ditemukan sel PMN gt 25lpk dan sel epitel lt 10lpk 5
28 Diagnosis Banding Pneumonia
ATuberculosis Paru (TB)
Tuberculosis Paru (TB) adalah suatu penyakit infeksi menular yang
disebabkan oleh M tuberculosis Jalan masuk untuk organism M tuberculosis adalah
saluran pernafasan saluran pencernaan Gejala klinis TB antara lain batuk lama yang
produktif (durasi lebih dari 3 minggu) nyeri dada dan hemoptisis dan gejala sistemik
meliputi demam menggigil keringat malam lemas hilang nafsu makan dan
penurunan berat badan3
Tampak gambaran cavitas pada paru lobus atas kanan pada foto thorax proyeksi PA
21
BAtelektasis
Atelektasis adalah istilah yang berarti pengembangan paru yang tidak
sempurna dan menyiratkan arti bahwa alveolus pada bagian paru yang terserang tidak
mengandung udara dan kolaps Memberikan gambaran yang mirip dengan pneumonia
tanpa air bronchogram Namun terdapat penarikan jantung trakea dan mediastinum
ke arah yang sakit karena adanya pengurangan volume interkostal space menjadi
lebih sempit dan pengecilan dari seluruh atau sebagian paru-paru yang sakit
Sehingga akan tampak thorax asimetris 3
Atelektasis pada foto thorax proyeksi PA
22
C Efusi Pleura
Memberi gambaran yang mirip dengan pneumonia tanpa air bronchogram
Terdapat penambahan volume sehingga terjadi pendorongan jantung trakea dan
mediastinum kearah yang sehat Rongga thorax membesar Pada edusi pleura
sebagian akan tampak meniscus sign (+) tanda khas pada efusi pleura 3
Efusi pleura pada foto thorax posisi PA
29 Penatalaksanaan
Pengobatan terdiri atas antibiotik dan pengobatan suportif Pemberian
antibiotik pada penderita pneumonia sebaiknya berdasarkan data mikroorganisme dan
hasil uji kepekaannya akan tetapi karena beberapa alasan yaitu 7
1 penyakit yang berat dapat mengancam jiwa
2 bakteri patogen yang berhasil diisolasi belum tentu sebagai penyebab pneumonia
3 hasil pembiakan bakteri memerlukan waktu
23
Maka pada penderita pneumonia dapat diberikan terapi secara empiris Secara
umum pemilihan antibiotic berdasarkan baktri penyebab pneumonia dapat dilihat
sebagai berikut 751
1 Pemberian Antibiotik
Penisilin sensitif Streptococcus pneumonia (PSSP)
1048707 Golongan Penisilin
1048707 TMP-SMZ
1048707 Makrolid
Penisilin resisten Streptococcus pneumoniae (PRSP)
1048707 Betalaktam oral dosis tinggi (untuk rawat jalan)
1048707 Sefotaksim Seftriakson dosis tinggi
1048707 Marolid baru dosis tinggi
1048707 Fluorokuinolon respirasi
Pseudomonas aeruginosa
1048707 Aminoglikosid
1048707 Seftazidim Sefoperason Sefepim
1048707 Tikarsilin Piperasilin
1048707 Karbapenem Meropenem Imipenem
1048707 Siprofloksasin Levofloksasin
Methicillin resistent Staphylococcus aureus (MRSA)
1048707 Vankomisin
1048707 Teikoplanin
1048707 Linezolid
Hemophilus influenzae
1048707 TMP-SMZ
1048707 Azitromisin
1048707 Sefalosporin gen 2 atau 3
24
1048707 Fluorokuinolon respirasi
Legionella
1048707 Makrolid
1048707 Fluorokuinolon
1048707 Rifampisin
Mycoplasma pneumoniae
1048707 Doksisiklin
1048707 Makrolid
1048707 Fluorokuinolon
Chlamydia pneumoniae
1048707 Doksisikin
1048707 Makrolid
1048707 Fluorokuinolon
25
26
Tabel 3 Rekomendasi Terapi Empiris (ATS 2001) 8
Kategori Keterangan Kuman Penyebab Obat Pilihan I Obat Pilihan II
Kategori I Usia
penderita
lt 65 tahun
-Penyakit
Penyerta (-)
-Dapat
berobat jalan
-Spneumonia
-Mpneumonia
-Cpneumonia
-Hinfluenzae
-Legionale sp
-Saureus
-Mtuberculosis
-Batang Gram (-)
Klaritromisin
2x250 mg
- -Azitromisin
1x500mg
- Rositromisin
2x150 mg atau
1x300 mg
- Siprofloksasin
2x500mg atau
Ofloksasin 2x400mg
- Levofloksasin
1x500mg atau
Moxifloxacin
1x400mg
- Doksisiklin 2x100mg
Kategori II -Usia
penderita gt
65 tahun
- Peny
Penyerta (+)
-Dapat
berobat jalan
-Spneumonia
Hinfluenzae
Batang gram(-)
Aerob
Saures
Mcatarrhalis
Legionalle sp
-Sepalospporin
generasi 2
-Trimetroprim
+Kotrimoksazol
-Betalaktam
-Makrolid
-Levofloksasin
-Gatifloksasin
-Moxyfloksasin
Kategori
III
-Pneumonia
berat
- Perlu
dirawat di
RStapi tidak
perlu di ICU
-Spneumoniae
-Hinfluenzae
-Polimikroba
termasuk Aerob
-Batang Gram (-)
-Legionalla sp
-Saureus
Mpneumoniae
- Sefalosporin
Generasi 2 atau
3
- Betalaktam +
Penghambat
Betalaktamase
+makrolid
-Piperasilin +
tazobaktam
-Sulferason
Kategori
IV
-Pneumonia
berat
-Perlu dirawat
di ICU
-Spneumonia
-Legionella sp
-Batang Gram (-)
aerob
-Mpneumonia
-Virus
-Hinfluenzae
-Mtuberculosis
-Jamur endemic
- Sefalosporin
generasi 3
(anti
pseudomonas)
+ makrolid
- Sefalosporin
generasi 4
- Sefalosporin
generasi 3 +
kuinolon
-Carbapenem
meropenem
-Vankomicin
-Linesolid
-Teikoplanin
2 Terapi Suportif Umum
1 Terapi O2 untuk mencapai PaO2 80-100 mmHg atau saturasi 95-96 berdasarkan
pemeriksaan analisis gas darah
2 Humidifikasi dengan nebulizer untuk pengenceran dahak yang kental dapat
disertai nebulizer untuk pemberian bronkodilator bila terdapat bronkospasme
3 Fisioterapi dada untuk pengeluaran dahak khususnya anjuran untuk batuk dan
napas dalam Bila perlu dikerjakan fish mouth breathing untuk melancarkan
ekspirasi dan pengeluarn CO2 Posisi tidur setengah duduk untuk melancarkan
pernapasan7
4 Pengaturan cairan Keutuhan kapiler paru sering terganggu pada pneumonia dan
paru lebih sensitif terhadap pembebanan cairan terutama bila terdapat pneumonia
bilateral Pemberian cairan pada pasien harus diatur dengan baik termasuk pada
keadaan gangguan sirkulasi dan gagal ginjal Overhidrasi untuk maksud
mengencerkan dahak tidak diperkenankan 9
5 Pemberian kortikosteroid pada fase sepsis berat perlu diberikan Terapi ini tidak
bermanfaat pada keadaan renjatan septik
6 Obat inotropik seperti dobutamin atau dopamin kadang-kadang diperlukan bila
terdapat komplikasi gangguan sirkulasi atau gagal ginjal prerenal
7 Ventilasi mekanis indikasi intubasi dan pemasangan ventilator pada pneumonia
adalah
27
a Hipoksemia persisten meskipun telah diberikan O2 100 dengan
menggunakaan masker Kosentrasi O2 yang tinggi menyebabkan penurunan
pulmonary compliance hingga tekanan inflasi meninggi Dalam hal ini perlu
dipergunakan PEEP untuk memperbaiki oksigenisasi dan menurunkan FiO2
menjadi 50 atau lebih rendah9
b Gagal napas yang ditandai oleh peningkatan respiratory distress dengan atau
didapat asidosis respiratorik
c Respiratory arrest
d Retensi sputum yang sulit diatasi secara konservatif
8 Drainase empiema bila ada
9 Bila terdapat gagal napas diberikan nutrisi dengan kalori yang cukup yang
didapatkan terutama dari lemak (gt50) hingga dapat dihindari pembentukan
CO2 yang berlebihan9
3 Terapi Sulih (switch therapy)
Masa perawatan di rumah sakit sebaiknya dipersingkat dengan perubahan obat
suntik ke oral dilanjutkan dengan berobat jalan hal ini untuk mengurangi biaya
perawatan dan mencegah infeksi nosokomial Perubahan ini dapat diberikan secara
sequential (obat sama potensi sama) switch over (obat berbeda potensi sama) dan
step down (obat sama atau berbeda potensi lebih rendah) Pasien beralih dari
intravena ke oral terapi ketika hemodinamik sudah stabil dan perbaikan terbukti
secara secara klinis dapat menelan obat-obatan dan memiliki saluran pencernaan
berfungsi normal 10
28
Kriteria untuk Pneumonia terkait stabilitas klinis adalah 9
1 Temp le 378 C Kesadaran baik
2 Denyut jantung le 100 denyut menit
3 Respirasi ratele 24 napas menit
4 Tekanan darah sistolik ge 90 mmHg
5 Saturasi O2 arteri ge 90 atau pO2 ge 60 mmHg pada ruang udara
6 Kemampuan untuk mengambil asupan oral
210 Komplikasi Pneumonia
1 Efusi pleura dan empiema Terjadi pada sekitar 45 kasus terutama pada infeksi
bakterial akut berupa efusi parapneumonik gram negative sebesar 60
Staphylococcus aureus 50 S pneumoniae 40-60 kuman anaerob 35
Sedangkan pada Mycoplasmapneumoniae sebesar 20 Cairannya transudat dan
steril Terkadang pada infeksi bakterial terjadi empiema dengan cairan eksudat
2 Komplikasi sistemik Dapat terjadi akibat invasi kuman atau bakteriemia berupa
meningitis Dapat juga terjadi dehidrasi dan hiponatremia anemia pada infeksi
kronik peningguan ureum dan enzim hati Kadang-kadang terjadi peninggian
fostase alkali dan bilirubin akibat adanya kolestasis intrahepatik
3 Hipoksemia akibat gangguan difusi
4 Abses Paru terbentuk akibat eksudat di alveolus paru sehingga terjadi infeksi
oleh kuman anaerob dan bakteri gram negative
29
5 Pneumonia kronik yang dapat terjadi bila pneumonia berlangsung lebih dari 4-6
minggu akibat kuman anaerob S aureus dan kuman Gram (-) seperti
Pseudomonas aeruginosa
6 Bronkiektasis Biasanya terjadi karena pneunomia pada masa anak-anak tetapi
dapat juga oleh infeksi berulang di lokasi bronkus distal pada cystic fibrosis atau
hipogamaglobulinemia tuberkulosis atau pneumonia nekrotikans 3
211 Prognosis Pneumonia
Angka morbiditas dan mortalitas pneumonia menurun sejak ditemukannya
antibiotik Faktor yang berperan adalah patogenitas kuman usia penyakit dasar dan
kondisi pasien Secara umum angka kematian pneumonia pneumokokus adalah
sebesar 5 namun dapat meningkat menjadi 60 pada orang tua dengan kondisi
yang buruk misalnya gangguan imunologis sirosis hepatis penyakit paru obstruktif
kronik atau kanker Adanya leukopenia ikterus terkenanya 3 atau lebih lobus dan
komplikasi ekstraparu merupakan petanda prognosis yang buruk Kuman gram
negatif menimbulkan prognosis yang lebih jelek 10
Prognosis pada orang tua dan anak kurang baik karena itu perlu perawatan di
RS kecuali bila penyakitnya ringan Orang dewasa (lt60 tahun) dapat berobat jalan
kecuali
1 Bila terdapat penyakit paru kronik
2 PN Meliputi banyak lobus
3 Disertai gambaran klinis yang berkaitan dengan mortalitas yang tinggi yaitu
30
a Usia gt 60 tahun
b Dijumpai adanya gejala pada saat masuk perawatan RS frekuensi napas gt 30
xm tekanan diastolik lt 60 mmHg leukosit abnormal (lt4500-gt30000)
BAB 3
KESIMPULAN
Pneumonia adalah salah satu penyakit akibat infeksi parenkim paru yang
dapat menyerang segala usia Pneumonia paling banyak disebabkan oleh infeksi
bakteri Streptococcus pneumonia dengan gejala yang muncul seperti demam batuk
berdahak sesak napas dan terkadang disertai nyeri dada
Pemeriksaan radiologi dalam hal ini foto thorax konvensional dan CT Scan
menjadi pemeriksaan yang sangat penting pada pneumonia Gambaran khas pada
pneumonia adalah adanya konsolidasi dengan adanya gambaran air bronchogram
Namun tidak semua pneumonia memberikan gambaran khas tersebut Untuk
menentukan etiologi pneumonia tidak dapat hanya semata-mata menggunakan foto
thorax melainkan harus dilihat dari riwayat penyakit dan juga pemeriksaan
laboratorium
Penatalaksanaan medis pada pneumonia adalah pemberian antibiotik yang
sesuai dengan kuman penyebab pneumonia disamping terapi supportif lainnya
Prognosis pneumonia secara umum baik jika mendapat terapi antibiotik yang adekuat
faktor predisposisi pasien dan ada tidaknya komplikasi yang menyertai
31
DAFTAR PUSTAKA
1 Dahlan Z 2006 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Pulmonologi Pusat
Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas kedokteran Universitas
Indonesia Jakarta
2 Price SA Wilson LM 2005 Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit Edisi 6 Volume 2 Penerbit EGC Jakarta
3 Soedarsono 2004 Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru Bagian Ilmu Penyakit Paru
FK UNAIR Surabaya
4 Aru W Bambang Idrus A Marcellus Siti S ed Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Jilid II Edisi 4 Jakarta Pusat Penerbitan Departemen IPD RSCM
2007
5 Perhimpunan Dokter Paru Indonesia Pedoman Diagnosis dan
penatalaksanaan Pneumonia Komuniti2003
6 Perhimpunan Dokter Paru Indonesia Pedoman Diagnosis dan
penatalaksanaan Pneumonia Nosokomial2003
7 Barlett JG Dowell SF Mondell LA File TM Mushor DM Fine MJ Practice
guidelines for management community-acquiredd pneumonia in adults Clin
infect Dis 2000 31 347-82
8 Mandell LA IDSAATS consensus guidelines on the management of
community-acquired pneumonia in adults CID 200744S27
9 Menendez R Treatment failure in community-acquired pneumonia
0071321348
32
10 Niederman MS Recent advances in community-acquired pneumonia inpatient
and outpatient Chest 20071311205
33
- 22 Definisi Pneumonia
- Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius dan alveoli serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat yang disebabkan oleh mikroorganisme (bakterivirusjamurprotozoa)3
- 23 Epidemiologi Pneumonia
- 25 Klasifikasi Pneumonia
- Terutama pada jaringan penyangga yaitu interstitial dinding bronkus dan peribronkil Peradangan dapat ditemumkan pada infeksi virus dan mycoplasma Terjadi edema dinding bronkioli dan juga edema jaringan interstisial prebronkial Radiologis berupa bayangan udara pada alveolus masih terlihat diliputi perselubungan yang tidak merata 5
- 26 Patofisiologi Pneumonia
- 27 Diagnosis Pneumonia
- 28 Diagnosis Banding Pneumonia
- 29 Penatalaksanaan
- 210 Komplikasi Pneumonia
-
BAtelektasis
Atelektasis adalah istilah yang berarti pengembangan paru yang tidak
sempurna dan menyiratkan arti bahwa alveolus pada bagian paru yang terserang tidak
mengandung udara dan kolaps Memberikan gambaran yang mirip dengan pneumonia
tanpa air bronchogram Namun terdapat penarikan jantung trakea dan mediastinum
ke arah yang sakit karena adanya pengurangan volume interkostal space menjadi
lebih sempit dan pengecilan dari seluruh atau sebagian paru-paru yang sakit
Sehingga akan tampak thorax asimetris 3
Atelektasis pada foto thorax proyeksi PA
22
C Efusi Pleura
Memberi gambaran yang mirip dengan pneumonia tanpa air bronchogram
Terdapat penambahan volume sehingga terjadi pendorongan jantung trakea dan
mediastinum kearah yang sehat Rongga thorax membesar Pada edusi pleura
sebagian akan tampak meniscus sign (+) tanda khas pada efusi pleura 3
Efusi pleura pada foto thorax posisi PA
29 Penatalaksanaan
Pengobatan terdiri atas antibiotik dan pengobatan suportif Pemberian
antibiotik pada penderita pneumonia sebaiknya berdasarkan data mikroorganisme dan
hasil uji kepekaannya akan tetapi karena beberapa alasan yaitu 7
1 penyakit yang berat dapat mengancam jiwa
2 bakteri patogen yang berhasil diisolasi belum tentu sebagai penyebab pneumonia
3 hasil pembiakan bakteri memerlukan waktu
23
Maka pada penderita pneumonia dapat diberikan terapi secara empiris Secara
umum pemilihan antibiotic berdasarkan baktri penyebab pneumonia dapat dilihat
sebagai berikut 751
1 Pemberian Antibiotik
Penisilin sensitif Streptococcus pneumonia (PSSP)
1048707 Golongan Penisilin
1048707 TMP-SMZ
1048707 Makrolid
Penisilin resisten Streptococcus pneumoniae (PRSP)
1048707 Betalaktam oral dosis tinggi (untuk rawat jalan)
1048707 Sefotaksim Seftriakson dosis tinggi
1048707 Marolid baru dosis tinggi
1048707 Fluorokuinolon respirasi
Pseudomonas aeruginosa
1048707 Aminoglikosid
1048707 Seftazidim Sefoperason Sefepim
1048707 Tikarsilin Piperasilin
1048707 Karbapenem Meropenem Imipenem
1048707 Siprofloksasin Levofloksasin
Methicillin resistent Staphylococcus aureus (MRSA)
1048707 Vankomisin
1048707 Teikoplanin
1048707 Linezolid
Hemophilus influenzae
1048707 TMP-SMZ
1048707 Azitromisin
1048707 Sefalosporin gen 2 atau 3
24
1048707 Fluorokuinolon respirasi
Legionella
1048707 Makrolid
1048707 Fluorokuinolon
1048707 Rifampisin
Mycoplasma pneumoniae
1048707 Doksisiklin
1048707 Makrolid
1048707 Fluorokuinolon
Chlamydia pneumoniae
1048707 Doksisikin
1048707 Makrolid
1048707 Fluorokuinolon
25
26
Tabel 3 Rekomendasi Terapi Empiris (ATS 2001) 8
Kategori Keterangan Kuman Penyebab Obat Pilihan I Obat Pilihan II
Kategori I Usia
penderita
lt 65 tahun
-Penyakit
Penyerta (-)
-Dapat
berobat jalan
-Spneumonia
-Mpneumonia
-Cpneumonia
-Hinfluenzae
-Legionale sp
-Saureus
-Mtuberculosis
-Batang Gram (-)
Klaritromisin
2x250 mg
- -Azitromisin
1x500mg
- Rositromisin
2x150 mg atau
1x300 mg
- Siprofloksasin
2x500mg atau
Ofloksasin 2x400mg
- Levofloksasin
1x500mg atau
Moxifloxacin
1x400mg
- Doksisiklin 2x100mg
Kategori II -Usia
penderita gt
65 tahun
- Peny
Penyerta (+)
-Dapat
berobat jalan
-Spneumonia
Hinfluenzae
Batang gram(-)
Aerob
Saures
Mcatarrhalis
Legionalle sp
-Sepalospporin
generasi 2
-Trimetroprim
+Kotrimoksazol
-Betalaktam
-Makrolid
-Levofloksasin
-Gatifloksasin
-Moxyfloksasin
Kategori
III
-Pneumonia
berat
- Perlu
dirawat di
RStapi tidak
perlu di ICU
-Spneumoniae
-Hinfluenzae
-Polimikroba
termasuk Aerob
-Batang Gram (-)
-Legionalla sp
-Saureus
Mpneumoniae
- Sefalosporin
Generasi 2 atau
3
- Betalaktam +
Penghambat
Betalaktamase
+makrolid
-Piperasilin +
tazobaktam
-Sulferason
Kategori
IV
-Pneumonia
berat
-Perlu dirawat
di ICU
-Spneumonia
-Legionella sp
-Batang Gram (-)
aerob
-Mpneumonia
-Virus
-Hinfluenzae
-Mtuberculosis
-Jamur endemic
- Sefalosporin
generasi 3
(anti
pseudomonas)
+ makrolid
- Sefalosporin
generasi 4
- Sefalosporin
generasi 3 +
kuinolon
-Carbapenem
meropenem
-Vankomicin
-Linesolid
-Teikoplanin
2 Terapi Suportif Umum
1 Terapi O2 untuk mencapai PaO2 80-100 mmHg atau saturasi 95-96 berdasarkan
pemeriksaan analisis gas darah
2 Humidifikasi dengan nebulizer untuk pengenceran dahak yang kental dapat
disertai nebulizer untuk pemberian bronkodilator bila terdapat bronkospasme
3 Fisioterapi dada untuk pengeluaran dahak khususnya anjuran untuk batuk dan
napas dalam Bila perlu dikerjakan fish mouth breathing untuk melancarkan
ekspirasi dan pengeluarn CO2 Posisi tidur setengah duduk untuk melancarkan
pernapasan7
4 Pengaturan cairan Keutuhan kapiler paru sering terganggu pada pneumonia dan
paru lebih sensitif terhadap pembebanan cairan terutama bila terdapat pneumonia
bilateral Pemberian cairan pada pasien harus diatur dengan baik termasuk pada
keadaan gangguan sirkulasi dan gagal ginjal Overhidrasi untuk maksud
mengencerkan dahak tidak diperkenankan 9
5 Pemberian kortikosteroid pada fase sepsis berat perlu diberikan Terapi ini tidak
bermanfaat pada keadaan renjatan septik
6 Obat inotropik seperti dobutamin atau dopamin kadang-kadang diperlukan bila
terdapat komplikasi gangguan sirkulasi atau gagal ginjal prerenal
7 Ventilasi mekanis indikasi intubasi dan pemasangan ventilator pada pneumonia
adalah
27
a Hipoksemia persisten meskipun telah diberikan O2 100 dengan
menggunakaan masker Kosentrasi O2 yang tinggi menyebabkan penurunan
pulmonary compliance hingga tekanan inflasi meninggi Dalam hal ini perlu
dipergunakan PEEP untuk memperbaiki oksigenisasi dan menurunkan FiO2
menjadi 50 atau lebih rendah9
b Gagal napas yang ditandai oleh peningkatan respiratory distress dengan atau
didapat asidosis respiratorik
c Respiratory arrest
d Retensi sputum yang sulit diatasi secara konservatif
8 Drainase empiema bila ada
9 Bila terdapat gagal napas diberikan nutrisi dengan kalori yang cukup yang
didapatkan terutama dari lemak (gt50) hingga dapat dihindari pembentukan
CO2 yang berlebihan9
3 Terapi Sulih (switch therapy)
Masa perawatan di rumah sakit sebaiknya dipersingkat dengan perubahan obat
suntik ke oral dilanjutkan dengan berobat jalan hal ini untuk mengurangi biaya
perawatan dan mencegah infeksi nosokomial Perubahan ini dapat diberikan secara
sequential (obat sama potensi sama) switch over (obat berbeda potensi sama) dan
step down (obat sama atau berbeda potensi lebih rendah) Pasien beralih dari
intravena ke oral terapi ketika hemodinamik sudah stabil dan perbaikan terbukti
secara secara klinis dapat menelan obat-obatan dan memiliki saluran pencernaan
berfungsi normal 10
28
Kriteria untuk Pneumonia terkait stabilitas klinis adalah 9
1 Temp le 378 C Kesadaran baik
2 Denyut jantung le 100 denyut menit
3 Respirasi ratele 24 napas menit
4 Tekanan darah sistolik ge 90 mmHg
5 Saturasi O2 arteri ge 90 atau pO2 ge 60 mmHg pada ruang udara
6 Kemampuan untuk mengambil asupan oral
210 Komplikasi Pneumonia
1 Efusi pleura dan empiema Terjadi pada sekitar 45 kasus terutama pada infeksi
bakterial akut berupa efusi parapneumonik gram negative sebesar 60
Staphylococcus aureus 50 S pneumoniae 40-60 kuman anaerob 35
Sedangkan pada Mycoplasmapneumoniae sebesar 20 Cairannya transudat dan
steril Terkadang pada infeksi bakterial terjadi empiema dengan cairan eksudat
2 Komplikasi sistemik Dapat terjadi akibat invasi kuman atau bakteriemia berupa
meningitis Dapat juga terjadi dehidrasi dan hiponatremia anemia pada infeksi
kronik peningguan ureum dan enzim hati Kadang-kadang terjadi peninggian
fostase alkali dan bilirubin akibat adanya kolestasis intrahepatik
3 Hipoksemia akibat gangguan difusi
4 Abses Paru terbentuk akibat eksudat di alveolus paru sehingga terjadi infeksi
oleh kuman anaerob dan bakteri gram negative
29
5 Pneumonia kronik yang dapat terjadi bila pneumonia berlangsung lebih dari 4-6
minggu akibat kuman anaerob S aureus dan kuman Gram (-) seperti
Pseudomonas aeruginosa
6 Bronkiektasis Biasanya terjadi karena pneunomia pada masa anak-anak tetapi
dapat juga oleh infeksi berulang di lokasi bronkus distal pada cystic fibrosis atau
hipogamaglobulinemia tuberkulosis atau pneumonia nekrotikans 3
211 Prognosis Pneumonia
Angka morbiditas dan mortalitas pneumonia menurun sejak ditemukannya
antibiotik Faktor yang berperan adalah patogenitas kuman usia penyakit dasar dan
kondisi pasien Secara umum angka kematian pneumonia pneumokokus adalah
sebesar 5 namun dapat meningkat menjadi 60 pada orang tua dengan kondisi
yang buruk misalnya gangguan imunologis sirosis hepatis penyakit paru obstruktif
kronik atau kanker Adanya leukopenia ikterus terkenanya 3 atau lebih lobus dan
komplikasi ekstraparu merupakan petanda prognosis yang buruk Kuman gram
negatif menimbulkan prognosis yang lebih jelek 10
Prognosis pada orang tua dan anak kurang baik karena itu perlu perawatan di
RS kecuali bila penyakitnya ringan Orang dewasa (lt60 tahun) dapat berobat jalan
kecuali
1 Bila terdapat penyakit paru kronik
2 PN Meliputi banyak lobus
3 Disertai gambaran klinis yang berkaitan dengan mortalitas yang tinggi yaitu
30
a Usia gt 60 tahun
b Dijumpai adanya gejala pada saat masuk perawatan RS frekuensi napas gt 30
xm tekanan diastolik lt 60 mmHg leukosit abnormal (lt4500-gt30000)
BAB 3
KESIMPULAN
Pneumonia adalah salah satu penyakit akibat infeksi parenkim paru yang
dapat menyerang segala usia Pneumonia paling banyak disebabkan oleh infeksi
bakteri Streptococcus pneumonia dengan gejala yang muncul seperti demam batuk
berdahak sesak napas dan terkadang disertai nyeri dada
Pemeriksaan radiologi dalam hal ini foto thorax konvensional dan CT Scan
menjadi pemeriksaan yang sangat penting pada pneumonia Gambaran khas pada
pneumonia adalah adanya konsolidasi dengan adanya gambaran air bronchogram
Namun tidak semua pneumonia memberikan gambaran khas tersebut Untuk
menentukan etiologi pneumonia tidak dapat hanya semata-mata menggunakan foto
thorax melainkan harus dilihat dari riwayat penyakit dan juga pemeriksaan
laboratorium
Penatalaksanaan medis pada pneumonia adalah pemberian antibiotik yang
sesuai dengan kuman penyebab pneumonia disamping terapi supportif lainnya
Prognosis pneumonia secara umum baik jika mendapat terapi antibiotik yang adekuat
faktor predisposisi pasien dan ada tidaknya komplikasi yang menyertai
31
DAFTAR PUSTAKA
1 Dahlan Z 2006 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Pulmonologi Pusat
Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas kedokteran Universitas
Indonesia Jakarta
2 Price SA Wilson LM 2005 Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit Edisi 6 Volume 2 Penerbit EGC Jakarta
3 Soedarsono 2004 Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru Bagian Ilmu Penyakit Paru
FK UNAIR Surabaya
4 Aru W Bambang Idrus A Marcellus Siti S ed Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Jilid II Edisi 4 Jakarta Pusat Penerbitan Departemen IPD RSCM
2007
5 Perhimpunan Dokter Paru Indonesia Pedoman Diagnosis dan
penatalaksanaan Pneumonia Komuniti2003
6 Perhimpunan Dokter Paru Indonesia Pedoman Diagnosis dan
penatalaksanaan Pneumonia Nosokomial2003
7 Barlett JG Dowell SF Mondell LA File TM Mushor DM Fine MJ Practice
guidelines for management community-acquiredd pneumonia in adults Clin
infect Dis 2000 31 347-82
8 Mandell LA IDSAATS consensus guidelines on the management of
community-acquired pneumonia in adults CID 200744S27
9 Menendez R Treatment failure in community-acquired pneumonia
0071321348
32
10 Niederman MS Recent advances in community-acquired pneumonia inpatient
and outpatient Chest 20071311205
33
- 22 Definisi Pneumonia
- Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius dan alveoli serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat yang disebabkan oleh mikroorganisme (bakterivirusjamurprotozoa)3
- 23 Epidemiologi Pneumonia
- 25 Klasifikasi Pneumonia
- Terutama pada jaringan penyangga yaitu interstitial dinding bronkus dan peribronkil Peradangan dapat ditemumkan pada infeksi virus dan mycoplasma Terjadi edema dinding bronkioli dan juga edema jaringan interstisial prebronkial Radiologis berupa bayangan udara pada alveolus masih terlihat diliputi perselubungan yang tidak merata 5
- 26 Patofisiologi Pneumonia
- 27 Diagnosis Pneumonia
- 28 Diagnosis Banding Pneumonia
- 29 Penatalaksanaan
- 210 Komplikasi Pneumonia
-
C Efusi Pleura
Memberi gambaran yang mirip dengan pneumonia tanpa air bronchogram
Terdapat penambahan volume sehingga terjadi pendorongan jantung trakea dan
mediastinum kearah yang sehat Rongga thorax membesar Pada edusi pleura
sebagian akan tampak meniscus sign (+) tanda khas pada efusi pleura 3
Efusi pleura pada foto thorax posisi PA
29 Penatalaksanaan
Pengobatan terdiri atas antibiotik dan pengobatan suportif Pemberian
antibiotik pada penderita pneumonia sebaiknya berdasarkan data mikroorganisme dan
hasil uji kepekaannya akan tetapi karena beberapa alasan yaitu 7
1 penyakit yang berat dapat mengancam jiwa
2 bakteri patogen yang berhasil diisolasi belum tentu sebagai penyebab pneumonia
3 hasil pembiakan bakteri memerlukan waktu
23
Maka pada penderita pneumonia dapat diberikan terapi secara empiris Secara
umum pemilihan antibiotic berdasarkan baktri penyebab pneumonia dapat dilihat
sebagai berikut 751
1 Pemberian Antibiotik
Penisilin sensitif Streptococcus pneumonia (PSSP)
1048707 Golongan Penisilin
1048707 TMP-SMZ
1048707 Makrolid
Penisilin resisten Streptococcus pneumoniae (PRSP)
1048707 Betalaktam oral dosis tinggi (untuk rawat jalan)
1048707 Sefotaksim Seftriakson dosis tinggi
1048707 Marolid baru dosis tinggi
1048707 Fluorokuinolon respirasi
Pseudomonas aeruginosa
1048707 Aminoglikosid
1048707 Seftazidim Sefoperason Sefepim
1048707 Tikarsilin Piperasilin
1048707 Karbapenem Meropenem Imipenem
1048707 Siprofloksasin Levofloksasin
Methicillin resistent Staphylococcus aureus (MRSA)
1048707 Vankomisin
1048707 Teikoplanin
1048707 Linezolid
Hemophilus influenzae
1048707 TMP-SMZ
1048707 Azitromisin
1048707 Sefalosporin gen 2 atau 3
24
1048707 Fluorokuinolon respirasi
Legionella
1048707 Makrolid
1048707 Fluorokuinolon
1048707 Rifampisin
Mycoplasma pneumoniae
1048707 Doksisiklin
1048707 Makrolid
1048707 Fluorokuinolon
Chlamydia pneumoniae
1048707 Doksisikin
1048707 Makrolid
1048707 Fluorokuinolon
25
26
Tabel 3 Rekomendasi Terapi Empiris (ATS 2001) 8
Kategori Keterangan Kuman Penyebab Obat Pilihan I Obat Pilihan II
Kategori I Usia
penderita
lt 65 tahun
-Penyakit
Penyerta (-)
-Dapat
berobat jalan
-Spneumonia
-Mpneumonia
-Cpneumonia
-Hinfluenzae
-Legionale sp
-Saureus
-Mtuberculosis
-Batang Gram (-)
Klaritromisin
2x250 mg
- -Azitromisin
1x500mg
- Rositromisin
2x150 mg atau
1x300 mg
- Siprofloksasin
2x500mg atau
Ofloksasin 2x400mg
- Levofloksasin
1x500mg atau
Moxifloxacin
1x400mg
- Doksisiklin 2x100mg
Kategori II -Usia
penderita gt
65 tahun
- Peny
Penyerta (+)
-Dapat
berobat jalan
-Spneumonia
Hinfluenzae
Batang gram(-)
Aerob
Saures
Mcatarrhalis
Legionalle sp
-Sepalospporin
generasi 2
-Trimetroprim
+Kotrimoksazol
-Betalaktam
-Makrolid
-Levofloksasin
-Gatifloksasin
-Moxyfloksasin
Kategori
III
-Pneumonia
berat
- Perlu
dirawat di
RStapi tidak
perlu di ICU
-Spneumoniae
-Hinfluenzae
-Polimikroba
termasuk Aerob
-Batang Gram (-)
-Legionalla sp
-Saureus
Mpneumoniae
- Sefalosporin
Generasi 2 atau
3
- Betalaktam +
Penghambat
Betalaktamase
+makrolid
-Piperasilin +
tazobaktam
-Sulferason
Kategori
IV
-Pneumonia
berat
-Perlu dirawat
di ICU
-Spneumonia
-Legionella sp
-Batang Gram (-)
aerob
-Mpneumonia
-Virus
-Hinfluenzae
-Mtuberculosis
-Jamur endemic
- Sefalosporin
generasi 3
(anti
pseudomonas)
+ makrolid
- Sefalosporin
generasi 4
- Sefalosporin
generasi 3 +
kuinolon
-Carbapenem
meropenem
-Vankomicin
-Linesolid
-Teikoplanin
2 Terapi Suportif Umum
1 Terapi O2 untuk mencapai PaO2 80-100 mmHg atau saturasi 95-96 berdasarkan
pemeriksaan analisis gas darah
2 Humidifikasi dengan nebulizer untuk pengenceran dahak yang kental dapat
disertai nebulizer untuk pemberian bronkodilator bila terdapat bronkospasme
3 Fisioterapi dada untuk pengeluaran dahak khususnya anjuran untuk batuk dan
napas dalam Bila perlu dikerjakan fish mouth breathing untuk melancarkan
ekspirasi dan pengeluarn CO2 Posisi tidur setengah duduk untuk melancarkan
pernapasan7
4 Pengaturan cairan Keutuhan kapiler paru sering terganggu pada pneumonia dan
paru lebih sensitif terhadap pembebanan cairan terutama bila terdapat pneumonia
bilateral Pemberian cairan pada pasien harus diatur dengan baik termasuk pada
keadaan gangguan sirkulasi dan gagal ginjal Overhidrasi untuk maksud
mengencerkan dahak tidak diperkenankan 9
5 Pemberian kortikosteroid pada fase sepsis berat perlu diberikan Terapi ini tidak
bermanfaat pada keadaan renjatan septik
6 Obat inotropik seperti dobutamin atau dopamin kadang-kadang diperlukan bila
terdapat komplikasi gangguan sirkulasi atau gagal ginjal prerenal
7 Ventilasi mekanis indikasi intubasi dan pemasangan ventilator pada pneumonia
adalah
27
a Hipoksemia persisten meskipun telah diberikan O2 100 dengan
menggunakaan masker Kosentrasi O2 yang tinggi menyebabkan penurunan
pulmonary compliance hingga tekanan inflasi meninggi Dalam hal ini perlu
dipergunakan PEEP untuk memperbaiki oksigenisasi dan menurunkan FiO2
menjadi 50 atau lebih rendah9
b Gagal napas yang ditandai oleh peningkatan respiratory distress dengan atau
didapat asidosis respiratorik
c Respiratory arrest
d Retensi sputum yang sulit diatasi secara konservatif
8 Drainase empiema bila ada
9 Bila terdapat gagal napas diberikan nutrisi dengan kalori yang cukup yang
didapatkan terutama dari lemak (gt50) hingga dapat dihindari pembentukan
CO2 yang berlebihan9
3 Terapi Sulih (switch therapy)
Masa perawatan di rumah sakit sebaiknya dipersingkat dengan perubahan obat
suntik ke oral dilanjutkan dengan berobat jalan hal ini untuk mengurangi biaya
perawatan dan mencegah infeksi nosokomial Perubahan ini dapat diberikan secara
sequential (obat sama potensi sama) switch over (obat berbeda potensi sama) dan
step down (obat sama atau berbeda potensi lebih rendah) Pasien beralih dari
intravena ke oral terapi ketika hemodinamik sudah stabil dan perbaikan terbukti
secara secara klinis dapat menelan obat-obatan dan memiliki saluran pencernaan
berfungsi normal 10
28
Kriteria untuk Pneumonia terkait stabilitas klinis adalah 9
1 Temp le 378 C Kesadaran baik
2 Denyut jantung le 100 denyut menit
3 Respirasi ratele 24 napas menit
4 Tekanan darah sistolik ge 90 mmHg
5 Saturasi O2 arteri ge 90 atau pO2 ge 60 mmHg pada ruang udara
6 Kemampuan untuk mengambil asupan oral
210 Komplikasi Pneumonia
1 Efusi pleura dan empiema Terjadi pada sekitar 45 kasus terutama pada infeksi
bakterial akut berupa efusi parapneumonik gram negative sebesar 60
Staphylococcus aureus 50 S pneumoniae 40-60 kuman anaerob 35
Sedangkan pada Mycoplasmapneumoniae sebesar 20 Cairannya transudat dan
steril Terkadang pada infeksi bakterial terjadi empiema dengan cairan eksudat
2 Komplikasi sistemik Dapat terjadi akibat invasi kuman atau bakteriemia berupa
meningitis Dapat juga terjadi dehidrasi dan hiponatremia anemia pada infeksi
kronik peningguan ureum dan enzim hati Kadang-kadang terjadi peninggian
fostase alkali dan bilirubin akibat adanya kolestasis intrahepatik
3 Hipoksemia akibat gangguan difusi
4 Abses Paru terbentuk akibat eksudat di alveolus paru sehingga terjadi infeksi
oleh kuman anaerob dan bakteri gram negative
29
5 Pneumonia kronik yang dapat terjadi bila pneumonia berlangsung lebih dari 4-6
minggu akibat kuman anaerob S aureus dan kuman Gram (-) seperti
Pseudomonas aeruginosa
6 Bronkiektasis Biasanya terjadi karena pneunomia pada masa anak-anak tetapi
dapat juga oleh infeksi berulang di lokasi bronkus distal pada cystic fibrosis atau
hipogamaglobulinemia tuberkulosis atau pneumonia nekrotikans 3
211 Prognosis Pneumonia
Angka morbiditas dan mortalitas pneumonia menurun sejak ditemukannya
antibiotik Faktor yang berperan adalah patogenitas kuman usia penyakit dasar dan
kondisi pasien Secara umum angka kematian pneumonia pneumokokus adalah
sebesar 5 namun dapat meningkat menjadi 60 pada orang tua dengan kondisi
yang buruk misalnya gangguan imunologis sirosis hepatis penyakit paru obstruktif
kronik atau kanker Adanya leukopenia ikterus terkenanya 3 atau lebih lobus dan
komplikasi ekstraparu merupakan petanda prognosis yang buruk Kuman gram
negatif menimbulkan prognosis yang lebih jelek 10
Prognosis pada orang tua dan anak kurang baik karena itu perlu perawatan di
RS kecuali bila penyakitnya ringan Orang dewasa (lt60 tahun) dapat berobat jalan
kecuali
1 Bila terdapat penyakit paru kronik
2 PN Meliputi banyak lobus
3 Disertai gambaran klinis yang berkaitan dengan mortalitas yang tinggi yaitu
30
a Usia gt 60 tahun
b Dijumpai adanya gejala pada saat masuk perawatan RS frekuensi napas gt 30
xm tekanan diastolik lt 60 mmHg leukosit abnormal (lt4500-gt30000)
BAB 3
KESIMPULAN
Pneumonia adalah salah satu penyakit akibat infeksi parenkim paru yang
dapat menyerang segala usia Pneumonia paling banyak disebabkan oleh infeksi
bakteri Streptococcus pneumonia dengan gejala yang muncul seperti demam batuk
berdahak sesak napas dan terkadang disertai nyeri dada
Pemeriksaan radiologi dalam hal ini foto thorax konvensional dan CT Scan
menjadi pemeriksaan yang sangat penting pada pneumonia Gambaran khas pada
pneumonia adalah adanya konsolidasi dengan adanya gambaran air bronchogram
Namun tidak semua pneumonia memberikan gambaran khas tersebut Untuk
menentukan etiologi pneumonia tidak dapat hanya semata-mata menggunakan foto
thorax melainkan harus dilihat dari riwayat penyakit dan juga pemeriksaan
laboratorium
Penatalaksanaan medis pada pneumonia adalah pemberian antibiotik yang
sesuai dengan kuman penyebab pneumonia disamping terapi supportif lainnya
Prognosis pneumonia secara umum baik jika mendapat terapi antibiotik yang adekuat
faktor predisposisi pasien dan ada tidaknya komplikasi yang menyertai
31
DAFTAR PUSTAKA
1 Dahlan Z 2006 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Pulmonologi Pusat
Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas kedokteran Universitas
Indonesia Jakarta
2 Price SA Wilson LM 2005 Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit Edisi 6 Volume 2 Penerbit EGC Jakarta
3 Soedarsono 2004 Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru Bagian Ilmu Penyakit Paru
FK UNAIR Surabaya
4 Aru W Bambang Idrus A Marcellus Siti S ed Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Jilid II Edisi 4 Jakarta Pusat Penerbitan Departemen IPD RSCM
2007
5 Perhimpunan Dokter Paru Indonesia Pedoman Diagnosis dan
penatalaksanaan Pneumonia Komuniti2003
6 Perhimpunan Dokter Paru Indonesia Pedoman Diagnosis dan
penatalaksanaan Pneumonia Nosokomial2003
7 Barlett JG Dowell SF Mondell LA File TM Mushor DM Fine MJ Practice
guidelines for management community-acquiredd pneumonia in adults Clin
infect Dis 2000 31 347-82
8 Mandell LA IDSAATS consensus guidelines on the management of
community-acquired pneumonia in adults CID 200744S27
9 Menendez R Treatment failure in community-acquired pneumonia
0071321348
32
10 Niederman MS Recent advances in community-acquired pneumonia inpatient
and outpatient Chest 20071311205
33
- 22 Definisi Pneumonia
- Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius dan alveoli serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat yang disebabkan oleh mikroorganisme (bakterivirusjamurprotozoa)3
- 23 Epidemiologi Pneumonia
- 25 Klasifikasi Pneumonia
- Terutama pada jaringan penyangga yaitu interstitial dinding bronkus dan peribronkil Peradangan dapat ditemumkan pada infeksi virus dan mycoplasma Terjadi edema dinding bronkioli dan juga edema jaringan interstisial prebronkial Radiologis berupa bayangan udara pada alveolus masih terlihat diliputi perselubungan yang tidak merata 5
- 26 Patofisiologi Pneumonia
- 27 Diagnosis Pneumonia
- 28 Diagnosis Banding Pneumonia
- 29 Penatalaksanaan
- 210 Komplikasi Pneumonia
-
Maka pada penderita pneumonia dapat diberikan terapi secara empiris Secara
umum pemilihan antibiotic berdasarkan baktri penyebab pneumonia dapat dilihat
sebagai berikut 751
1 Pemberian Antibiotik
Penisilin sensitif Streptococcus pneumonia (PSSP)
1048707 Golongan Penisilin
1048707 TMP-SMZ
1048707 Makrolid
Penisilin resisten Streptococcus pneumoniae (PRSP)
1048707 Betalaktam oral dosis tinggi (untuk rawat jalan)
1048707 Sefotaksim Seftriakson dosis tinggi
1048707 Marolid baru dosis tinggi
1048707 Fluorokuinolon respirasi
Pseudomonas aeruginosa
1048707 Aminoglikosid
1048707 Seftazidim Sefoperason Sefepim
1048707 Tikarsilin Piperasilin
1048707 Karbapenem Meropenem Imipenem
1048707 Siprofloksasin Levofloksasin
Methicillin resistent Staphylococcus aureus (MRSA)
1048707 Vankomisin
1048707 Teikoplanin
1048707 Linezolid
Hemophilus influenzae
1048707 TMP-SMZ
1048707 Azitromisin
1048707 Sefalosporin gen 2 atau 3
24
1048707 Fluorokuinolon respirasi
Legionella
1048707 Makrolid
1048707 Fluorokuinolon
1048707 Rifampisin
Mycoplasma pneumoniae
1048707 Doksisiklin
1048707 Makrolid
1048707 Fluorokuinolon
Chlamydia pneumoniae
1048707 Doksisikin
1048707 Makrolid
1048707 Fluorokuinolon
25
26
Tabel 3 Rekomendasi Terapi Empiris (ATS 2001) 8
Kategori Keterangan Kuman Penyebab Obat Pilihan I Obat Pilihan II
Kategori I Usia
penderita
lt 65 tahun
-Penyakit
Penyerta (-)
-Dapat
berobat jalan
-Spneumonia
-Mpneumonia
-Cpneumonia
-Hinfluenzae
-Legionale sp
-Saureus
-Mtuberculosis
-Batang Gram (-)
Klaritromisin
2x250 mg
- -Azitromisin
1x500mg
- Rositromisin
2x150 mg atau
1x300 mg
- Siprofloksasin
2x500mg atau
Ofloksasin 2x400mg
- Levofloksasin
1x500mg atau
Moxifloxacin
1x400mg
- Doksisiklin 2x100mg
Kategori II -Usia
penderita gt
65 tahun
- Peny
Penyerta (+)
-Dapat
berobat jalan
-Spneumonia
Hinfluenzae
Batang gram(-)
Aerob
Saures
Mcatarrhalis
Legionalle sp
-Sepalospporin
generasi 2
-Trimetroprim
+Kotrimoksazol
-Betalaktam
-Makrolid
-Levofloksasin
-Gatifloksasin
-Moxyfloksasin
Kategori
III
-Pneumonia
berat
- Perlu
dirawat di
RStapi tidak
perlu di ICU
-Spneumoniae
-Hinfluenzae
-Polimikroba
termasuk Aerob
-Batang Gram (-)
-Legionalla sp
-Saureus
Mpneumoniae
- Sefalosporin
Generasi 2 atau
3
- Betalaktam +
Penghambat
Betalaktamase
+makrolid
-Piperasilin +
tazobaktam
-Sulferason
Kategori
IV
-Pneumonia
berat
-Perlu dirawat
di ICU
-Spneumonia
-Legionella sp
-Batang Gram (-)
aerob
-Mpneumonia
-Virus
-Hinfluenzae
-Mtuberculosis
-Jamur endemic
- Sefalosporin
generasi 3
(anti
pseudomonas)
+ makrolid
- Sefalosporin
generasi 4
- Sefalosporin
generasi 3 +
kuinolon
-Carbapenem
meropenem
-Vankomicin
-Linesolid
-Teikoplanin
2 Terapi Suportif Umum
1 Terapi O2 untuk mencapai PaO2 80-100 mmHg atau saturasi 95-96 berdasarkan
pemeriksaan analisis gas darah
2 Humidifikasi dengan nebulizer untuk pengenceran dahak yang kental dapat
disertai nebulizer untuk pemberian bronkodilator bila terdapat bronkospasme
3 Fisioterapi dada untuk pengeluaran dahak khususnya anjuran untuk batuk dan
napas dalam Bila perlu dikerjakan fish mouth breathing untuk melancarkan
ekspirasi dan pengeluarn CO2 Posisi tidur setengah duduk untuk melancarkan
pernapasan7
4 Pengaturan cairan Keutuhan kapiler paru sering terganggu pada pneumonia dan
paru lebih sensitif terhadap pembebanan cairan terutama bila terdapat pneumonia
bilateral Pemberian cairan pada pasien harus diatur dengan baik termasuk pada
keadaan gangguan sirkulasi dan gagal ginjal Overhidrasi untuk maksud
mengencerkan dahak tidak diperkenankan 9
5 Pemberian kortikosteroid pada fase sepsis berat perlu diberikan Terapi ini tidak
bermanfaat pada keadaan renjatan septik
6 Obat inotropik seperti dobutamin atau dopamin kadang-kadang diperlukan bila
terdapat komplikasi gangguan sirkulasi atau gagal ginjal prerenal
7 Ventilasi mekanis indikasi intubasi dan pemasangan ventilator pada pneumonia
adalah
27
a Hipoksemia persisten meskipun telah diberikan O2 100 dengan
menggunakaan masker Kosentrasi O2 yang tinggi menyebabkan penurunan
pulmonary compliance hingga tekanan inflasi meninggi Dalam hal ini perlu
dipergunakan PEEP untuk memperbaiki oksigenisasi dan menurunkan FiO2
menjadi 50 atau lebih rendah9
b Gagal napas yang ditandai oleh peningkatan respiratory distress dengan atau
didapat asidosis respiratorik
c Respiratory arrest
d Retensi sputum yang sulit diatasi secara konservatif
8 Drainase empiema bila ada
9 Bila terdapat gagal napas diberikan nutrisi dengan kalori yang cukup yang
didapatkan terutama dari lemak (gt50) hingga dapat dihindari pembentukan
CO2 yang berlebihan9
3 Terapi Sulih (switch therapy)
Masa perawatan di rumah sakit sebaiknya dipersingkat dengan perubahan obat
suntik ke oral dilanjutkan dengan berobat jalan hal ini untuk mengurangi biaya
perawatan dan mencegah infeksi nosokomial Perubahan ini dapat diberikan secara
sequential (obat sama potensi sama) switch over (obat berbeda potensi sama) dan
step down (obat sama atau berbeda potensi lebih rendah) Pasien beralih dari
intravena ke oral terapi ketika hemodinamik sudah stabil dan perbaikan terbukti
secara secara klinis dapat menelan obat-obatan dan memiliki saluran pencernaan
berfungsi normal 10
28
Kriteria untuk Pneumonia terkait stabilitas klinis adalah 9
1 Temp le 378 C Kesadaran baik
2 Denyut jantung le 100 denyut menit
3 Respirasi ratele 24 napas menit
4 Tekanan darah sistolik ge 90 mmHg
5 Saturasi O2 arteri ge 90 atau pO2 ge 60 mmHg pada ruang udara
6 Kemampuan untuk mengambil asupan oral
210 Komplikasi Pneumonia
1 Efusi pleura dan empiema Terjadi pada sekitar 45 kasus terutama pada infeksi
bakterial akut berupa efusi parapneumonik gram negative sebesar 60
Staphylococcus aureus 50 S pneumoniae 40-60 kuman anaerob 35
Sedangkan pada Mycoplasmapneumoniae sebesar 20 Cairannya transudat dan
steril Terkadang pada infeksi bakterial terjadi empiema dengan cairan eksudat
2 Komplikasi sistemik Dapat terjadi akibat invasi kuman atau bakteriemia berupa
meningitis Dapat juga terjadi dehidrasi dan hiponatremia anemia pada infeksi
kronik peningguan ureum dan enzim hati Kadang-kadang terjadi peninggian
fostase alkali dan bilirubin akibat adanya kolestasis intrahepatik
3 Hipoksemia akibat gangguan difusi
4 Abses Paru terbentuk akibat eksudat di alveolus paru sehingga terjadi infeksi
oleh kuman anaerob dan bakteri gram negative
29
5 Pneumonia kronik yang dapat terjadi bila pneumonia berlangsung lebih dari 4-6
minggu akibat kuman anaerob S aureus dan kuman Gram (-) seperti
Pseudomonas aeruginosa
6 Bronkiektasis Biasanya terjadi karena pneunomia pada masa anak-anak tetapi
dapat juga oleh infeksi berulang di lokasi bronkus distal pada cystic fibrosis atau
hipogamaglobulinemia tuberkulosis atau pneumonia nekrotikans 3
211 Prognosis Pneumonia
Angka morbiditas dan mortalitas pneumonia menurun sejak ditemukannya
antibiotik Faktor yang berperan adalah patogenitas kuman usia penyakit dasar dan
kondisi pasien Secara umum angka kematian pneumonia pneumokokus adalah
sebesar 5 namun dapat meningkat menjadi 60 pada orang tua dengan kondisi
yang buruk misalnya gangguan imunologis sirosis hepatis penyakit paru obstruktif
kronik atau kanker Adanya leukopenia ikterus terkenanya 3 atau lebih lobus dan
komplikasi ekstraparu merupakan petanda prognosis yang buruk Kuman gram
negatif menimbulkan prognosis yang lebih jelek 10
Prognosis pada orang tua dan anak kurang baik karena itu perlu perawatan di
RS kecuali bila penyakitnya ringan Orang dewasa (lt60 tahun) dapat berobat jalan
kecuali
1 Bila terdapat penyakit paru kronik
2 PN Meliputi banyak lobus
3 Disertai gambaran klinis yang berkaitan dengan mortalitas yang tinggi yaitu
30
a Usia gt 60 tahun
b Dijumpai adanya gejala pada saat masuk perawatan RS frekuensi napas gt 30
xm tekanan diastolik lt 60 mmHg leukosit abnormal (lt4500-gt30000)
BAB 3
KESIMPULAN
Pneumonia adalah salah satu penyakit akibat infeksi parenkim paru yang
dapat menyerang segala usia Pneumonia paling banyak disebabkan oleh infeksi
bakteri Streptococcus pneumonia dengan gejala yang muncul seperti demam batuk
berdahak sesak napas dan terkadang disertai nyeri dada
Pemeriksaan radiologi dalam hal ini foto thorax konvensional dan CT Scan
menjadi pemeriksaan yang sangat penting pada pneumonia Gambaran khas pada
pneumonia adalah adanya konsolidasi dengan adanya gambaran air bronchogram
Namun tidak semua pneumonia memberikan gambaran khas tersebut Untuk
menentukan etiologi pneumonia tidak dapat hanya semata-mata menggunakan foto
thorax melainkan harus dilihat dari riwayat penyakit dan juga pemeriksaan
laboratorium
Penatalaksanaan medis pada pneumonia adalah pemberian antibiotik yang
sesuai dengan kuman penyebab pneumonia disamping terapi supportif lainnya
Prognosis pneumonia secara umum baik jika mendapat terapi antibiotik yang adekuat
faktor predisposisi pasien dan ada tidaknya komplikasi yang menyertai
31
DAFTAR PUSTAKA
1 Dahlan Z 2006 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Pulmonologi Pusat
Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas kedokteran Universitas
Indonesia Jakarta
2 Price SA Wilson LM 2005 Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit Edisi 6 Volume 2 Penerbit EGC Jakarta
3 Soedarsono 2004 Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru Bagian Ilmu Penyakit Paru
FK UNAIR Surabaya
4 Aru W Bambang Idrus A Marcellus Siti S ed Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Jilid II Edisi 4 Jakarta Pusat Penerbitan Departemen IPD RSCM
2007
5 Perhimpunan Dokter Paru Indonesia Pedoman Diagnosis dan
penatalaksanaan Pneumonia Komuniti2003
6 Perhimpunan Dokter Paru Indonesia Pedoman Diagnosis dan
penatalaksanaan Pneumonia Nosokomial2003
7 Barlett JG Dowell SF Mondell LA File TM Mushor DM Fine MJ Practice
guidelines for management community-acquiredd pneumonia in adults Clin
infect Dis 2000 31 347-82
8 Mandell LA IDSAATS consensus guidelines on the management of
community-acquired pneumonia in adults CID 200744S27
9 Menendez R Treatment failure in community-acquired pneumonia
0071321348
32
10 Niederman MS Recent advances in community-acquired pneumonia inpatient
and outpatient Chest 20071311205
33
- 22 Definisi Pneumonia
- Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius dan alveoli serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat yang disebabkan oleh mikroorganisme (bakterivirusjamurprotozoa)3
- 23 Epidemiologi Pneumonia
- 25 Klasifikasi Pneumonia
- Terutama pada jaringan penyangga yaitu interstitial dinding bronkus dan peribronkil Peradangan dapat ditemumkan pada infeksi virus dan mycoplasma Terjadi edema dinding bronkioli dan juga edema jaringan interstisial prebronkial Radiologis berupa bayangan udara pada alveolus masih terlihat diliputi perselubungan yang tidak merata 5
- 26 Patofisiologi Pneumonia
- 27 Diagnosis Pneumonia
- 28 Diagnosis Banding Pneumonia
- 29 Penatalaksanaan
- 210 Komplikasi Pneumonia
-
1048707 Fluorokuinolon respirasi
Legionella
1048707 Makrolid
1048707 Fluorokuinolon
1048707 Rifampisin
Mycoplasma pneumoniae
1048707 Doksisiklin
1048707 Makrolid
1048707 Fluorokuinolon
Chlamydia pneumoniae
1048707 Doksisikin
1048707 Makrolid
1048707 Fluorokuinolon
25
26
Tabel 3 Rekomendasi Terapi Empiris (ATS 2001) 8
Kategori Keterangan Kuman Penyebab Obat Pilihan I Obat Pilihan II
Kategori I Usia
penderita
lt 65 tahun
-Penyakit
Penyerta (-)
-Dapat
berobat jalan
-Spneumonia
-Mpneumonia
-Cpneumonia
-Hinfluenzae
-Legionale sp
-Saureus
-Mtuberculosis
-Batang Gram (-)
Klaritromisin
2x250 mg
- -Azitromisin
1x500mg
- Rositromisin
2x150 mg atau
1x300 mg
- Siprofloksasin
2x500mg atau
Ofloksasin 2x400mg
- Levofloksasin
1x500mg atau
Moxifloxacin
1x400mg
- Doksisiklin 2x100mg
Kategori II -Usia
penderita gt
65 tahun
- Peny
Penyerta (+)
-Dapat
berobat jalan
-Spneumonia
Hinfluenzae
Batang gram(-)
Aerob
Saures
Mcatarrhalis
Legionalle sp
-Sepalospporin
generasi 2
-Trimetroprim
+Kotrimoksazol
-Betalaktam
-Makrolid
-Levofloksasin
-Gatifloksasin
-Moxyfloksasin
Kategori
III
-Pneumonia
berat
- Perlu
dirawat di
RStapi tidak
perlu di ICU
-Spneumoniae
-Hinfluenzae
-Polimikroba
termasuk Aerob
-Batang Gram (-)
-Legionalla sp
-Saureus
Mpneumoniae
- Sefalosporin
Generasi 2 atau
3
- Betalaktam +
Penghambat
Betalaktamase
+makrolid
-Piperasilin +
tazobaktam
-Sulferason
Kategori
IV
-Pneumonia
berat
-Perlu dirawat
di ICU
-Spneumonia
-Legionella sp
-Batang Gram (-)
aerob
-Mpneumonia
-Virus
-Hinfluenzae
-Mtuberculosis
-Jamur endemic
- Sefalosporin
generasi 3
(anti
pseudomonas)
+ makrolid
- Sefalosporin
generasi 4
- Sefalosporin
generasi 3 +
kuinolon
-Carbapenem
meropenem
-Vankomicin
-Linesolid
-Teikoplanin
2 Terapi Suportif Umum
1 Terapi O2 untuk mencapai PaO2 80-100 mmHg atau saturasi 95-96 berdasarkan
pemeriksaan analisis gas darah
2 Humidifikasi dengan nebulizer untuk pengenceran dahak yang kental dapat
disertai nebulizer untuk pemberian bronkodilator bila terdapat bronkospasme
3 Fisioterapi dada untuk pengeluaran dahak khususnya anjuran untuk batuk dan
napas dalam Bila perlu dikerjakan fish mouth breathing untuk melancarkan
ekspirasi dan pengeluarn CO2 Posisi tidur setengah duduk untuk melancarkan
pernapasan7
4 Pengaturan cairan Keutuhan kapiler paru sering terganggu pada pneumonia dan
paru lebih sensitif terhadap pembebanan cairan terutama bila terdapat pneumonia
bilateral Pemberian cairan pada pasien harus diatur dengan baik termasuk pada
keadaan gangguan sirkulasi dan gagal ginjal Overhidrasi untuk maksud
mengencerkan dahak tidak diperkenankan 9
5 Pemberian kortikosteroid pada fase sepsis berat perlu diberikan Terapi ini tidak
bermanfaat pada keadaan renjatan septik
6 Obat inotropik seperti dobutamin atau dopamin kadang-kadang diperlukan bila
terdapat komplikasi gangguan sirkulasi atau gagal ginjal prerenal
7 Ventilasi mekanis indikasi intubasi dan pemasangan ventilator pada pneumonia
adalah
27
a Hipoksemia persisten meskipun telah diberikan O2 100 dengan
menggunakaan masker Kosentrasi O2 yang tinggi menyebabkan penurunan
pulmonary compliance hingga tekanan inflasi meninggi Dalam hal ini perlu
dipergunakan PEEP untuk memperbaiki oksigenisasi dan menurunkan FiO2
menjadi 50 atau lebih rendah9
b Gagal napas yang ditandai oleh peningkatan respiratory distress dengan atau
didapat asidosis respiratorik
c Respiratory arrest
d Retensi sputum yang sulit diatasi secara konservatif
8 Drainase empiema bila ada
9 Bila terdapat gagal napas diberikan nutrisi dengan kalori yang cukup yang
didapatkan terutama dari lemak (gt50) hingga dapat dihindari pembentukan
CO2 yang berlebihan9
3 Terapi Sulih (switch therapy)
Masa perawatan di rumah sakit sebaiknya dipersingkat dengan perubahan obat
suntik ke oral dilanjutkan dengan berobat jalan hal ini untuk mengurangi biaya
perawatan dan mencegah infeksi nosokomial Perubahan ini dapat diberikan secara
sequential (obat sama potensi sama) switch over (obat berbeda potensi sama) dan
step down (obat sama atau berbeda potensi lebih rendah) Pasien beralih dari
intravena ke oral terapi ketika hemodinamik sudah stabil dan perbaikan terbukti
secara secara klinis dapat menelan obat-obatan dan memiliki saluran pencernaan
berfungsi normal 10
28
Kriteria untuk Pneumonia terkait stabilitas klinis adalah 9
1 Temp le 378 C Kesadaran baik
2 Denyut jantung le 100 denyut menit
3 Respirasi ratele 24 napas menit
4 Tekanan darah sistolik ge 90 mmHg
5 Saturasi O2 arteri ge 90 atau pO2 ge 60 mmHg pada ruang udara
6 Kemampuan untuk mengambil asupan oral
210 Komplikasi Pneumonia
1 Efusi pleura dan empiema Terjadi pada sekitar 45 kasus terutama pada infeksi
bakterial akut berupa efusi parapneumonik gram negative sebesar 60
Staphylococcus aureus 50 S pneumoniae 40-60 kuman anaerob 35
Sedangkan pada Mycoplasmapneumoniae sebesar 20 Cairannya transudat dan
steril Terkadang pada infeksi bakterial terjadi empiema dengan cairan eksudat
2 Komplikasi sistemik Dapat terjadi akibat invasi kuman atau bakteriemia berupa
meningitis Dapat juga terjadi dehidrasi dan hiponatremia anemia pada infeksi
kronik peningguan ureum dan enzim hati Kadang-kadang terjadi peninggian
fostase alkali dan bilirubin akibat adanya kolestasis intrahepatik
3 Hipoksemia akibat gangguan difusi
4 Abses Paru terbentuk akibat eksudat di alveolus paru sehingga terjadi infeksi
oleh kuman anaerob dan bakteri gram negative
29
5 Pneumonia kronik yang dapat terjadi bila pneumonia berlangsung lebih dari 4-6
minggu akibat kuman anaerob S aureus dan kuman Gram (-) seperti
Pseudomonas aeruginosa
6 Bronkiektasis Biasanya terjadi karena pneunomia pada masa anak-anak tetapi
dapat juga oleh infeksi berulang di lokasi bronkus distal pada cystic fibrosis atau
hipogamaglobulinemia tuberkulosis atau pneumonia nekrotikans 3
211 Prognosis Pneumonia
Angka morbiditas dan mortalitas pneumonia menurun sejak ditemukannya
antibiotik Faktor yang berperan adalah patogenitas kuman usia penyakit dasar dan
kondisi pasien Secara umum angka kematian pneumonia pneumokokus adalah
sebesar 5 namun dapat meningkat menjadi 60 pada orang tua dengan kondisi
yang buruk misalnya gangguan imunologis sirosis hepatis penyakit paru obstruktif
kronik atau kanker Adanya leukopenia ikterus terkenanya 3 atau lebih lobus dan
komplikasi ekstraparu merupakan petanda prognosis yang buruk Kuman gram
negatif menimbulkan prognosis yang lebih jelek 10
Prognosis pada orang tua dan anak kurang baik karena itu perlu perawatan di
RS kecuali bila penyakitnya ringan Orang dewasa (lt60 tahun) dapat berobat jalan
kecuali
1 Bila terdapat penyakit paru kronik
2 PN Meliputi banyak lobus
3 Disertai gambaran klinis yang berkaitan dengan mortalitas yang tinggi yaitu
30
a Usia gt 60 tahun
b Dijumpai adanya gejala pada saat masuk perawatan RS frekuensi napas gt 30
xm tekanan diastolik lt 60 mmHg leukosit abnormal (lt4500-gt30000)
BAB 3
KESIMPULAN
Pneumonia adalah salah satu penyakit akibat infeksi parenkim paru yang
dapat menyerang segala usia Pneumonia paling banyak disebabkan oleh infeksi
bakteri Streptococcus pneumonia dengan gejala yang muncul seperti demam batuk
berdahak sesak napas dan terkadang disertai nyeri dada
Pemeriksaan radiologi dalam hal ini foto thorax konvensional dan CT Scan
menjadi pemeriksaan yang sangat penting pada pneumonia Gambaran khas pada
pneumonia adalah adanya konsolidasi dengan adanya gambaran air bronchogram
Namun tidak semua pneumonia memberikan gambaran khas tersebut Untuk
menentukan etiologi pneumonia tidak dapat hanya semata-mata menggunakan foto
thorax melainkan harus dilihat dari riwayat penyakit dan juga pemeriksaan
laboratorium
Penatalaksanaan medis pada pneumonia adalah pemberian antibiotik yang
sesuai dengan kuman penyebab pneumonia disamping terapi supportif lainnya
Prognosis pneumonia secara umum baik jika mendapat terapi antibiotik yang adekuat
faktor predisposisi pasien dan ada tidaknya komplikasi yang menyertai
31
DAFTAR PUSTAKA
1 Dahlan Z 2006 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Pulmonologi Pusat
Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas kedokteran Universitas
Indonesia Jakarta
2 Price SA Wilson LM 2005 Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit Edisi 6 Volume 2 Penerbit EGC Jakarta
3 Soedarsono 2004 Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru Bagian Ilmu Penyakit Paru
FK UNAIR Surabaya
4 Aru W Bambang Idrus A Marcellus Siti S ed Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Jilid II Edisi 4 Jakarta Pusat Penerbitan Departemen IPD RSCM
2007
5 Perhimpunan Dokter Paru Indonesia Pedoman Diagnosis dan
penatalaksanaan Pneumonia Komuniti2003
6 Perhimpunan Dokter Paru Indonesia Pedoman Diagnosis dan
penatalaksanaan Pneumonia Nosokomial2003
7 Barlett JG Dowell SF Mondell LA File TM Mushor DM Fine MJ Practice
guidelines for management community-acquiredd pneumonia in adults Clin
infect Dis 2000 31 347-82
8 Mandell LA IDSAATS consensus guidelines on the management of
community-acquired pneumonia in adults CID 200744S27
9 Menendez R Treatment failure in community-acquired pneumonia
0071321348
32
10 Niederman MS Recent advances in community-acquired pneumonia inpatient
and outpatient Chest 20071311205
33
- 22 Definisi Pneumonia
- Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius dan alveoli serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat yang disebabkan oleh mikroorganisme (bakterivirusjamurprotozoa)3
- 23 Epidemiologi Pneumonia
- 25 Klasifikasi Pneumonia
- Terutama pada jaringan penyangga yaitu interstitial dinding bronkus dan peribronkil Peradangan dapat ditemumkan pada infeksi virus dan mycoplasma Terjadi edema dinding bronkioli dan juga edema jaringan interstisial prebronkial Radiologis berupa bayangan udara pada alveolus masih terlihat diliputi perselubungan yang tidak merata 5
- 26 Patofisiologi Pneumonia
- 27 Diagnosis Pneumonia
- 28 Diagnosis Banding Pneumonia
- 29 Penatalaksanaan
- 210 Komplikasi Pneumonia
-
26
Tabel 3 Rekomendasi Terapi Empiris (ATS 2001) 8
Kategori Keterangan Kuman Penyebab Obat Pilihan I Obat Pilihan II
Kategori I Usia
penderita
lt 65 tahun
-Penyakit
Penyerta (-)
-Dapat
berobat jalan
-Spneumonia
-Mpneumonia
-Cpneumonia
-Hinfluenzae
-Legionale sp
-Saureus
-Mtuberculosis
-Batang Gram (-)
Klaritromisin
2x250 mg
- -Azitromisin
1x500mg
- Rositromisin
2x150 mg atau
1x300 mg
- Siprofloksasin
2x500mg atau
Ofloksasin 2x400mg
- Levofloksasin
1x500mg atau
Moxifloxacin
1x400mg
- Doksisiklin 2x100mg
Kategori II -Usia
penderita gt
65 tahun
- Peny
Penyerta (+)
-Dapat
berobat jalan
-Spneumonia
Hinfluenzae
Batang gram(-)
Aerob
Saures
Mcatarrhalis
Legionalle sp
-Sepalospporin
generasi 2
-Trimetroprim
+Kotrimoksazol
-Betalaktam
-Makrolid
-Levofloksasin
-Gatifloksasin
-Moxyfloksasin
Kategori
III
-Pneumonia
berat
- Perlu
dirawat di
RStapi tidak
perlu di ICU
-Spneumoniae
-Hinfluenzae
-Polimikroba
termasuk Aerob
-Batang Gram (-)
-Legionalla sp
-Saureus
Mpneumoniae
- Sefalosporin
Generasi 2 atau
3
- Betalaktam +
Penghambat
Betalaktamase
+makrolid
-Piperasilin +
tazobaktam
-Sulferason
Kategori
IV
-Pneumonia
berat
-Perlu dirawat
di ICU
-Spneumonia
-Legionella sp
-Batang Gram (-)
aerob
-Mpneumonia
-Virus
-Hinfluenzae
-Mtuberculosis
-Jamur endemic
- Sefalosporin
generasi 3
(anti
pseudomonas)
+ makrolid
- Sefalosporin
generasi 4
- Sefalosporin
generasi 3 +
kuinolon
-Carbapenem
meropenem
-Vankomicin
-Linesolid
-Teikoplanin
2 Terapi Suportif Umum
1 Terapi O2 untuk mencapai PaO2 80-100 mmHg atau saturasi 95-96 berdasarkan
pemeriksaan analisis gas darah
2 Humidifikasi dengan nebulizer untuk pengenceran dahak yang kental dapat
disertai nebulizer untuk pemberian bronkodilator bila terdapat bronkospasme
3 Fisioterapi dada untuk pengeluaran dahak khususnya anjuran untuk batuk dan
napas dalam Bila perlu dikerjakan fish mouth breathing untuk melancarkan
ekspirasi dan pengeluarn CO2 Posisi tidur setengah duduk untuk melancarkan
pernapasan7
4 Pengaturan cairan Keutuhan kapiler paru sering terganggu pada pneumonia dan
paru lebih sensitif terhadap pembebanan cairan terutama bila terdapat pneumonia
bilateral Pemberian cairan pada pasien harus diatur dengan baik termasuk pada
keadaan gangguan sirkulasi dan gagal ginjal Overhidrasi untuk maksud
mengencerkan dahak tidak diperkenankan 9
5 Pemberian kortikosteroid pada fase sepsis berat perlu diberikan Terapi ini tidak
bermanfaat pada keadaan renjatan septik
6 Obat inotropik seperti dobutamin atau dopamin kadang-kadang diperlukan bila
terdapat komplikasi gangguan sirkulasi atau gagal ginjal prerenal
7 Ventilasi mekanis indikasi intubasi dan pemasangan ventilator pada pneumonia
adalah
27
a Hipoksemia persisten meskipun telah diberikan O2 100 dengan
menggunakaan masker Kosentrasi O2 yang tinggi menyebabkan penurunan
pulmonary compliance hingga tekanan inflasi meninggi Dalam hal ini perlu
dipergunakan PEEP untuk memperbaiki oksigenisasi dan menurunkan FiO2
menjadi 50 atau lebih rendah9
b Gagal napas yang ditandai oleh peningkatan respiratory distress dengan atau
didapat asidosis respiratorik
c Respiratory arrest
d Retensi sputum yang sulit diatasi secara konservatif
8 Drainase empiema bila ada
9 Bila terdapat gagal napas diberikan nutrisi dengan kalori yang cukup yang
didapatkan terutama dari lemak (gt50) hingga dapat dihindari pembentukan
CO2 yang berlebihan9
3 Terapi Sulih (switch therapy)
Masa perawatan di rumah sakit sebaiknya dipersingkat dengan perubahan obat
suntik ke oral dilanjutkan dengan berobat jalan hal ini untuk mengurangi biaya
perawatan dan mencegah infeksi nosokomial Perubahan ini dapat diberikan secara
sequential (obat sama potensi sama) switch over (obat berbeda potensi sama) dan
step down (obat sama atau berbeda potensi lebih rendah) Pasien beralih dari
intravena ke oral terapi ketika hemodinamik sudah stabil dan perbaikan terbukti
secara secara klinis dapat menelan obat-obatan dan memiliki saluran pencernaan
berfungsi normal 10
28
Kriteria untuk Pneumonia terkait stabilitas klinis adalah 9
1 Temp le 378 C Kesadaran baik
2 Denyut jantung le 100 denyut menit
3 Respirasi ratele 24 napas menit
4 Tekanan darah sistolik ge 90 mmHg
5 Saturasi O2 arteri ge 90 atau pO2 ge 60 mmHg pada ruang udara
6 Kemampuan untuk mengambil asupan oral
210 Komplikasi Pneumonia
1 Efusi pleura dan empiema Terjadi pada sekitar 45 kasus terutama pada infeksi
bakterial akut berupa efusi parapneumonik gram negative sebesar 60
Staphylococcus aureus 50 S pneumoniae 40-60 kuman anaerob 35
Sedangkan pada Mycoplasmapneumoniae sebesar 20 Cairannya transudat dan
steril Terkadang pada infeksi bakterial terjadi empiema dengan cairan eksudat
2 Komplikasi sistemik Dapat terjadi akibat invasi kuman atau bakteriemia berupa
meningitis Dapat juga terjadi dehidrasi dan hiponatremia anemia pada infeksi
kronik peningguan ureum dan enzim hati Kadang-kadang terjadi peninggian
fostase alkali dan bilirubin akibat adanya kolestasis intrahepatik
3 Hipoksemia akibat gangguan difusi
4 Abses Paru terbentuk akibat eksudat di alveolus paru sehingga terjadi infeksi
oleh kuman anaerob dan bakteri gram negative
29
5 Pneumonia kronik yang dapat terjadi bila pneumonia berlangsung lebih dari 4-6
minggu akibat kuman anaerob S aureus dan kuman Gram (-) seperti
Pseudomonas aeruginosa
6 Bronkiektasis Biasanya terjadi karena pneunomia pada masa anak-anak tetapi
dapat juga oleh infeksi berulang di lokasi bronkus distal pada cystic fibrosis atau
hipogamaglobulinemia tuberkulosis atau pneumonia nekrotikans 3
211 Prognosis Pneumonia
Angka morbiditas dan mortalitas pneumonia menurun sejak ditemukannya
antibiotik Faktor yang berperan adalah patogenitas kuman usia penyakit dasar dan
kondisi pasien Secara umum angka kematian pneumonia pneumokokus adalah
sebesar 5 namun dapat meningkat menjadi 60 pada orang tua dengan kondisi
yang buruk misalnya gangguan imunologis sirosis hepatis penyakit paru obstruktif
kronik atau kanker Adanya leukopenia ikterus terkenanya 3 atau lebih lobus dan
komplikasi ekstraparu merupakan petanda prognosis yang buruk Kuman gram
negatif menimbulkan prognosis yang lebih jelek 10
Prognosis pada orang tua dan anak kurang baik karena itu perlu perawatan di
RS kecuali bila penyakitnya ringan Orang dewasa (lt60 tahun) dapat berobat jalan
kecuali
1 Bila terdapat penyakit paru kronik
2 PN Meliputi banyak lobus
3 Disertai gambaran klinis yang berkaitan dengan mortalitas yang tinggi yaitu
30
a Usia gt 60 tahun
b Dijumpai adanya gejala pada saat masuk perawatan RS frekuensi napas gt 30
xm tekanan diastolik lt 60 mmHg leukosit abnormal (lt4500-gt30000)
BAB 3
KESIMPULAN
Pneumonia adalah salah satu penyakit akibat infeksi parenkim paru yang
dapat menyerang segala usia Pneumonia paling banyak disebabkan oleh infeksi
bakteri Streptococcus pneumonia dengan gejala yang muncul seperti demam batuk
berdahak sesak napas dan terkadang disertai nyeri dada
Pemeriksaan radiologi dalam hal ini foto thorax konvensional dan CT Scan
menjadi pemeriksaan yang sangat penting pada pneumonia Gambaran khas pada
pneumonia adalah adanya konsolidasi dengan adanya gambaran air bronchogram
Namun tidak semua pneumonia memberikan gambaran khas tersebut Untuk
menentukan etiologi pneumonia tidak dapat hanya semata-mata menggunakan foto
thorax melainkan harus dilihat dari riwayat penyakit dan juga pemeriksaan
laboratorium
Penatalaksanaan medis pada pneumonia adalah pemberian antibiotik yang
sesuai dengan kuman penyebab pneumonia disamping terapi supportif lainnya
Prognosis pneumonia secara umum baik jika mendapat terapi antibiotik yang adekuat
faktor predisposisi pasien dan ada tidaknya komplikasi yang menyertai
31
DAFTAR PUSTAKA
1 Dahlan Z 2006 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Pulmonologi Pusat
Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas kedokteran Universitas
Indonesia Jakarta
2 Price SA Wilson LM 2005 Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit Edisi 6 Volume 2 Penerbit EGC Jakarta
3 Soedarsono 2004 Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru Bagian Ilmu Penyakit Paru
FK UNAIR Surabaya
4 Aru W Bambang Idrus A Marcellus Siti S ed Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Jilid II Edisi 4 Jakarta Pusat Penerbitan Departemen IPD RSCM
2007
5 Perhimpunan Dokter Paru Indonesia Pedoman Diagnosis dan
penatalaksanaan Pneumonia Komuniti2003
6 Perhimpunan Dokter Paru Indonesia Pedoman Diagnosis dan
penatalaksanaan Pneumonia Nosokomial2003
7 Barlett JG Dowell SF Mondell LA File TM Mushor DM Fine MJ Practice
guidelines for management community-acquiredd pneumonia in adults Clin
infect Dis 2000 31 347-82
8 Mandell LA IDSAATS consensus guidelines on the management of
community-acquired pneumonia in adults CID 200744S27
9 Menendez R Treatment failure in community-acquired pneumonia
0071321348
32
10 Niederman MS Recent advances in community-acquired pneumonia inpatient
and outpatient Chest 20071311205
33
- 22 Definisi Pneumonia
- Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius dan alveoli serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat yang disebabkan oleh mikroorganisme (bakterivirusjamurprotozoa)3
- 23 Epidemiologi Pneumonia
- 25 Klasifikasi Pneumonia
- Terutama pada jaringan penyangga yaitu interstitial dinding bronkus dan peribronkil Peradangan dapat ditemumkan pada infeksi virus dan mycoplasma Terjadi edema dinding bronkioli dan juga edema jaringan interstisial prebronkial Radiologis berupa bayangan udara pada alveolus masih terlihat diliputi perselubungan yang tidak merata 5
- 26 Patofisiologi Pneumonia
- 27 Diagnosis Pneumonia
- 28 Diagnosis Banding Pneumonia
- 29 Penatalaksanaan
- 210 Komplikasi Pneumonia
-
2 Terapi Suportif Umum
1 Terapi O2 untuk mencapai PaO2 80-100 mmHg atau saturasi 95-96 berdasarkan
pemeriksaan analisis gas darah
2 Humidifikasi dengan nebulizer untuk pengenceran dahak yang kental dapat
disertai nebulizer untuk pemberian bronkodilator bila terdapat bronkospasme
3 Fisioterapi dada untuk pengeluaran dahak khususnya anjuran untuk batuk dan
napas dalam Bila perlu dikerjakan fish mouth breathing untuk melancarkan
ekspirasi dan pengeluarn CO2 Posisi tidur setengah duduk untuk melancarkan
pernapasan7
4 Pengaturan cairan Keutuhan kapiler paru sering terganggu pada pneumonia dan
paru lebih sensitif terhadap pembebanan cairan terutama bila terdapat pneumonia
bilateral Pemberian cairan pada pasien harus diatur dengan baik termasuk pada
keadaan gangguan sirkulasi dan gagal ginjal Overhidrasi untuk maksud
mengencerkan dahak tidak diperkenankan 9
5 Pemberian kortikosteroid pada fase sepsis berat perlu diberikan Terapi ini tidak
bermanfaat pada keadaan renjatan septik
6 Obat inotropik seperti dobutamin atau dopamin kadang-kadang diperlukan bila
terdapat komplikasi gangguan sirkulasi atau gagal ginjal prerenal
7 Ventilasi mekanis indikasi intubasi dan pemasangan ventilator pada pneumonia
adalah
27
a Hipoksemia persisten meskipun telah diberikan O2 100 dengan
menggunakaan masker Kosentrasi O2 yang tinggi menyebabkan penurunan
pulmonary compliance hingga tekanan inflasi meninggi Dalam hal ini perlu
dipergunakan PEEP untuk memperbaiki oksigenisasi dan menurunkan FiO2
menjadi 50 atau lebih rendah9
b Gagal napas yang ditandai oleh peningkatan respiratory distress dengan atau
didapat asidosis respiratorik
c Respiratory arrest
d Retensi sputum yang sulit diatasi secara konservatif
8 Drainase empiema bila ada
9 Bila terdapat gagal napas diberikan nutrisi dengan kalori yang cukup yang
didapatkan terutama dari lemak (gt50) hingga dapat dihindari pembentukan
CO2 yang berlebihan9
3 Terapi Sulih (switch therapy)
Masa perawatan di rumah sakit sebaiknya dipersingkat dengan perubahan obat
suntik ke oral dilanjutkan dengan berobat jalan hal ini untuk mengurangi biaya
perawatan dan mencegah infeksi nosokomial Perubahan ini dapat diberikan secara
sequential (obat sama potensi sama) switch over (obat berbeda potensi sama) dan
step down (obat sama atau berbeda potensi lebih rendah) Pasien beralih dari
intravena ke oral terapi ketika hemodinamik sudah stabil dan perbaikan terbukti
secara secara klinis dapat menelan obat-obatan dan memiliki saluran pencernaan
berfungsi normal 10
28
Kriteria untuk Pneumonia terkait stabilitas klinis adalah 9
1 Temp le 378 C Kesadaran baik
2 Denyut jantung le 100 denyut menit
3 Respirasi ratele 24 napas menit
4 Tekanan darah sistolik ge 90 mmHg
5 Saturasi O2 arteri ge 90 atau pO2 ge 60 mmHg pada ruang udara
6 Kemampuan untuk mengambil asupan oral
210 Komplikasi Pneumonia
1 Efusi pleura dan empiema Terjadi pada sekitar 45 kasus terutama pada infeksi
bakterial akut berupa efusi parapneumonik gram negative sebesar 60
Staphylococcus aureus 50 S pneumoniae 40-60 kuman anaerob 35
Sedangkan pada Mycoplasmapneumoniae sebesar 20 Cairannya transudat dan
steril Terkadang pada infeksi bakterial terjadi empiema dengan cairan eksudat
2 Komplikasi sistemik Dapat terjadi akibat invasi kuman atau bakteriemia berupa
meningitis Dapat juga terjadi dehidrasi dan hiponatremia anemia pada infeksi
kronik peningguan ureum dan enzim hati Kadang-kadang terjadi peninggian
fostase alkali dan bilirubin akibat adanya kolestasis intrahepatik
3 Hipoksemia akibat gangguan difusi
4 Abses Paru terbentuk akibat eksudat di alveolus paru sehingga terjadi infeksi
oleh kuman anaerob dan bakteri gram negative
29
5 Pneumonia kronik yang dapat terjadi bila pneumonia berlangsung lebih dari 4-6
minggu akibat kuman anaerob S aureus dan kuman Gram (-) seperti
Pseudomonas aeruginosa
6 Bronkiektasis Biasanya terjadi karena pneunomia pada masa anak-anak tetapi
dapat juga oleh infeksi berulang di lokasi bronkus distal pada cystic fibrosis atau
hipogamaglobulinemia tuberkulosis atau pneumonia nekrotikans 3
211 Prognosis Pneumonia
Angka morbiditas dan mortalitas pneumonia menurun sejak ditemukannya
antibiotik Faktor yang berperan adalah patogenitas kuman usia penyakit dasar dan
kondisi pasien Secara umum angka kematian pneumonia pneumokokus adalah
sebesar 5 namun dapat meningkat menjadi 60 pada orang tua dengan kondisi
yang buruk misalnya gangguan imunologis sirosis hepatis penyakit paru obstruktif
kronik atau kanker Adanya leukopenia ikterus terkenanya 3 atau lebih lobus dan
komplikasi ekstraparu merupakan petanda prognosis yang buruk Kuman gram
negatif menimbulkan prognosis yang lebih jelek 10
Prognosis pada orang tua dan anak kurang baik karena itu perlu perawatan di
RS kecuali bila penyakitnya ringan Orang dewasa (lt60 tahun) dapat berobat jalan
kecuali
1 Bila terdapat penyakit paru kronik
2 PN Meliputi banyak lobus
3 Disertai gambaran klinis yang berkaitan dengan mortalitas yang tinggi yaitu
30
a Usia gt 60 tahun
b Dijumpai adanya gejala pada saat masuk perawatan RS frekuensi napas gt 30
xm tekanan diastolik lt 60 mmHg leukosit abnormal (lt4500-gt30000)
BAB 3
KESIMPULAN
Pneumonia adalah salah satu penyakit akibat infeksi parenkim paru yang
dapat menyerang segala usia Pneumonia paling banyak disebabkan oleh infeksi
bakteri Streptococcus pneumonia dengan gejala yang muncul seperti demam batuk
berdahak sesak napas dan terkadang disertai nyeri dada
Pemeriksaan radiologi dalam hal ini foto thorax konvensional dan CT Scan
menjadi pemeriksaan yang sangat penting pada pneumonia Gambaran khas pada
pneumonia adalah adanya konsolidasi dengan adanya gambaran air bronchogram
Namun tidak semua pneumonia memberikan gambaran khas tersebut Untuk
menentukan etiologi pneumonia tidak dapat hanya semata-mata menggunakan foto
thorax melainkan harus dilihat dari riwayat penyakit dan juga pemeriksaan
laboratorium
Penatalaksanaan medis pada pneumonia adalah pemberian antibiotik yang
sesuai dengan kuman penyebab pneumonia disamping terapi supportif lainnya
Prognosis pneumonia secara umum baik jika mendapat terapi antibiotik yang adekuat
faktor predisposisi pasien dan ada tidaknya komplikasi yang menyertai
31
DAFTAR PUSTAKA
1 Dahlan Z 2006 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Pulmonologi Pusat
Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas kedokteran Universitas
Indonesia Jakarta
2 Price SA Wilson LM 2005 Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit Edisi 6 Volume 2 Penerbit EGC Jakarta
3 Soedarsono 2004 Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru Bagian Ilmu Penyakit Paru
FK UNAIR Surabaya
4 Aru W Bambang Idrus A Marcellus Siti S ed Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Jilid II Edisi 4 Jakarta Pusat Penerbitan Departemen IPD RSCM
2007
5 Perhimpunan Dokter Paru Indonesia Pedoman Diagnosis dan
penatalaksanaan Pneumonia Komuniti2003
6 Perhimpunan Dokter Paru Indonesia Pedoman Diagnosis dan
penatalaksanaan Pneumonia Nosokomial2003
7 Barlett JG Dowell SF Mondell LA File TM Mushor DM Fine MJ Practice
guidelines for management community-acquiredd pneumonia in adults Clin
infect Dis 2000 31 347-82
8 Mandell LA IDSAATS consensus guidelines on the management of
community-acquired pneumonia in adults CID 200744S27
9 Menendez R Treatment failure in community-acquired pneumonia
0071321348
32
10 Niederman MS Recent advances in community-acquired pneumonia inpatient
and outpatient Chest 20071311205
33
- 22 Definisi Pneumonia
- Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius dan alveoli serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat yang disebabkan oleh mikroorganisme (bakterivirusjamurprotozoa)3
- 23 Epidemiologi Pneumonia
- 25 Klasifikasi Pneumonia
- Terutama pada jaringan penyangga yaitu interstitial dinding bronkus dan peribronkil Peradangan dapat ditemumkan pada infeksi virus dan mycoplasma Terjadi edema dinding bronkioli dan juga edema jaringan interstisial prebronkial Radiologis berupa bayangan udara pada alveolus masih terlihat diliputi perselubungan yang tidak merata 5
- 26 Patofisiologi Pneumonia
- 27 Diagnosis Pneumonia
- 28 Diagnosis Banding Pneumonia
- 29 Penatalaksanaan
- 210 Komplikasi Pneumonia
-
a Hipoksemia persisten meskipun telah diberikan O2 100 dengan
menggunakaan masker Kosentrasi O2 yang tinggi menyebabkan penurunan
pulmonary compliance hingga tekanan inflasi meninggi Dalam hal ini perlu
dipergunakan PEEP untuk memperbaiki oksigenisasi dan menurunkan FiO2
menjadi 50 atau lebih rendah9
b Gagal napas yang ditandai oleh peningkatan respiratory distress dengan atau
didapat asidosis respiratorik
c Respiratory arrest
d Retensi sputum yang sulit diatasi secara konservatif
8 Drainase empiema bila ada
9 Bila terdapat gagal napas diberikan nutrisi dengan kalori yang cukup yang
didapatkan terutama dari lemak (gt50) hingga dapat dihindari pembentukan
CO2 yang berlebihan9
3 Terapi Sulih (switch therapy)
Masa perawatan di rumah sakit sebaiknya dipersingkat dengan perubahan obat
suntik ke oral dilanjutkan dengan berobat jalan hal ini untuk mengurangi biaya
perawatan dan mencegah infeksi nosokomial Perubahan ini dapat diberikan secara
sequential (obat sama potensi sama) switch over (obat berbeda potensi sama) dan
step down (obat sama atau berbeda potensi lebih rendah) Pasien beralih dari
intravena ke oral terapi ketika hemodinamik sudah stabil dan perbaikan terbukti
secara secara klinis dapat menelan obat-obatan dan memiliki saluran pencernaan
berfungsi normal 10
28
Kriteria untuk Pneumonia terkait stabilitas klinis adalah 9
1 Temp le 378 C Kesadaran baik
2 Denyut jantung le 100 denyut menit
3 Respirasi ratele 24 napas menit
4 Tekanan darah sistolik ge 90 mmHg
5 Saturasi O2 arteri ge 90 atau pO2 ge 60 mmHg pada ruang udara
6 Kemampuan untuk mengambil asupan oral
210 Komplikasi Pneumonia
1 Efusi pleura dan empiema Terjadi pada sekitar 45 kasus terutama pada infeksi
bakterial akut berupa efusi parapneumonik gram negative sebesar 60
Staphylococcus aureus 50 S pneumoniae 40-60 kuman anaerob 35
Sedangkan pada Mycoplasmapneumoniae sebesar 20 Cairannya transudat dan
steril Terkadang pada infeksi bakterial terjadi empiema dengan cairan eksudat
2 Komplikasi sistemik Dapat terjadi akibat invasi kuman atau bakteriemia berupa
meningitis Dapat juga terjadi dehidrasi dan hiponatremia anemia pada infeksi
kronik peningguan ureum dan enzim hati Kadang-kadang terjadi peninggian
fostase alkali dan bilirubin akibat adanya kolestasis intrahepatik
3 Hipoksemia akibat gangguan difusi
4 Abses Paru terbentuk akibat eksudat di alveolus paru sehingga terjadi infeksi
oleh kuman anaerob dan bakteri gram negative
29
5 Pneumonia kronik yang dapat terjadi bila pneumonia berlangsung lebih dari 4-6
minggu akibat kuman anaerob S aureus dan kuman Gram (-) seperti
Pseudomonas aeruginosa
6 Bronkiektasis Biasanya terjadi karena pneunomia pada masa anak-anak tetapi
dapat juga oleh infeksi berulang di lokasi bronkus distal pada cystic fibrosis atau
hipogamaglobulinemia tuberkulosis atau pneumonia nekrotikans 3
211 Prognosis Pneumonia
Angka morbiditas dan mortalitas pneumonia menurun sejak ditemukannya
antibiotik Faktor yang berperan adalah patogenitas kuman usia penyakit dasar dan
kondisi pasien Secara umum angka kematian pneumonia pneumokokus adalah
sebesar 5 namun dapat meningkat menjadi 60 pada orang tua dengan kondisi
yang buruk misalnya gangguan imunologis sirosis hepatis penyakit paru obstruktif
kronik atau kanker Adanya leukopenia ikterus terkenanya 3 atau lebih lobus dan
komplikasi ekstraparu merupakan petanda prognosis yang buruk Kuman gram
negatif menimbulkan prognosis yang lebih jelek 10
Prognosis pada orang tua dan anak kurang baik karena itu perlu perawatan di
RS kecuali bila penyakitnya ringan Orang dewasa (lt60 tahun) dapat berobat jalan
kecuali
1 Bila terdapat penyakit paru kronik
2 PN Meliputi banyak lobus
3 Disertai gambaran klinis yang berkaitan dengan mortalitas yang tinggi yaitu
30
a Usia gt 60 tahun
b Dijumpai adanya gejala pada saat masuk perawatan RS frekuensi napas gt 30
xm tekanan diastolik lt 60 mmHg leukosit abnormal (lt4500-gt30000)
BAB 3
KESIMPULAN
Pneumonia adalah salah satu penyakit akibat infeksi parenkim paru yang
dapat menyerang segala usia Pneumonia paling banyak disebabkan oleh infeksi
bakteri Streptococcus pneumonia dengan gejala yang muncul seperti demam batuk
berdahak sesak napas dan terkadang disertai nyeri dada
Pemeriksaan radiologi dalam hal ini foto thorax konvensional dan CT Scan
menjadi pemeriksaan yang sangat penting pada pneumonia Gambaran khas pada
pneumonia adalah adanya konsolidasi dengan adanya gambaran air bronchogram
Namun tidak semua pneumonia memberikan gambaran khas tersebut Untuk
menentukan etiologi pneumonia tidak dapat hanya semata-mata menggunakan foto
thorax melainkan harus dilihat dari riwayat penyakit dan juga pemeriksaan
laboratorium
Penatalaksanaan medis pada pneumonia adalah pemberian antibiotik yang
sesuai dengan kuman penyebab pneumonia disamping terapi supportif lainnya
Prognosis pneumonia secara umum baik jika mendapat terapi antibiotik yang adekuat
faktor predisposisi pasien dan ada tidaknya komplikasi yang menyertai
31
DAFTAR PUSTAKA
1 Dahlan Z 2006 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Pulmonologi Pusat
Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas kedokteran Universitas
Indonesia Jakarta
2 Price SA Wilson LM 2005 Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit Edisi 6 Volume 2 Penerbit EGC Jakarta
3 Soedarsono 2004 Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru Bagian Ilmu Penyakit Paru
FK UNAIR Surabaya
4 Aru W Bambang Idrus A Marcellus Siti S ed Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Jilid II Edisi 4 Jakarta Pusat Penerbitan Departemen IPD RSCM
2007
5 Perhimpunan Dokter Paru Indonesia Pedoman Diagnosis dan
penatalaksanaan Pneumonia Komuniti2003
6 Perhimpunan Dokter Paru Indonesia Pedoman Diagnosis dan
penatalaksanaan Pneumonia Nosokomial2003
7 Barlett JG Dowell SF Mondell LA File TM Mushor DM Fine MJ Practice
guidelines for management community-acquiredd pneumonia in adults Clin
infect Dis 2000 31 347-82
8 Mandell LA IDSAATS consensus guidelines on the management of
community-acquired pneumonia in adults CID 200744S27
9 Menendez R Treatment failure in community-acquired pneumonia
0071321348
32
10 Niederman MS Recent advances in community-acquired pneumonia inpatient
and outpatient Chest 20071311205
33
- 22 Definisi Pneumonia
- Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius dan alveoli serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat yang disebabkan oleh mikroorganisme (bakterivirusjamurprotozoa)3
- 23 Epidemiologi Pneumonia
- 25 Klasifikasi Pneumonia
- Terutama pada jaringan penyangga yaitu interstitial dinding bronkus dan peribronkil Peradangan dapat ditemumkan pada infeksi virus dan mycoplasma Terjadi edema dinding bronkioli dan juga edema jaringan interstisial prebronkial Radiologis berupa bayangan udara pada alveolus masih terlihat diliputi perselubungan yang tidak merata 5
- 26 Patofisiologi Pneumonia
- 27 Diagnosis Pneumonia
- 28 Diagnosis Banding Pneumonia
- 29 Penatalaksanaan
- 210 Komplikasi Pneumonia
-
Kriteria untuk Pneumonia terkait stabilitas klinis adalah 9
1 Temp le 378 C Kesadaran baik
2 Denyut jantung le 100 denyut menit
3 Respirasi ratele 24 napas menit
4 Tekanan darah sistolik ge 90 mmHg
5 Saturasi O2 arteri ge 90 atau pO2 ge 60 mmHg pada ruang udara
6 Kemampuan untuk mengambil asupan oral
210 Komplikasi Pneumonia
1 Efusi pleura dan empiema Terjadi pada sekitar 45 kasus terutama pada infeksi
bakterial akut berupa efusi parapneumonik gram negative sebesar 60
Staphylococcus aureus 50 S pneumoniae 40-60 kuman anaerob 35
Sedangkan pada Mycoplasmapneumoniae sebesar 20 Cairannya transudat dan
steril Terkadang pada infeksi bakterial terjadi empiema dengan cairan eksudat
2 Komplikasi sistemik Dapat terjadi akibat invasi kuman atau bakteriemia berupa
meningitis Dapat juga terjadi dehidrasi dan hiponatremia anemia pada infeksi
kronik peningguan ureum dan enzim hati Kadang-kadang terjadi peninggian
fostase alkali dan bilirubin akibat adanya kolestasis intrahepatik
3 Hipoksemia akibat gangguan difusi
4 Abses Paru terbentuk akibat eksudat di alveolus paru sehingga terjadi infeksi
oleh kuman anaerob dan bakteri gram negative
29
5 Pneumonia kronik yang dapat terjadi bila pneumonia berlangsung lebih dari 4-6
minggu akibat kuman anaerob S aureus dan kuman Gram (-) seperti
Pseudomonas aeruginosa
6 Bronkiektasis Biasanya terjadi karena pneunomia pada masa anak-anak tetapi
dapat juga oleh infeksi berulang di lokasi bronkus distal pada cystic fibrosis atau
hipogamaglobulinemia tuberkulosis atau pneumonia nekrotikans 3
211 Prognosis Pneumonia
Angka morbiditas dan mortalitas pneumonia menurun sejak ditemukannya
antibiotik Faktor yang berperan adalah patogenitas kuman usia penyakit dasar dan
kondisi pasien Secara umum angka kematian pneumonia pneumokokus adalah
sebesar 5 namun dapat meningkat menjadi 60 pada orang tua dengan kondisi
yang buruk misalnya gangguan imunologis sirosis hepatis penyakit paru obstruktif
kronik atau kanker Adanya leukopenia ikterus terkenanya 3 atau lebih lobus dan
komplikasi ekstraparu merupakan petanda prognosis yang buruk Kuman gram
negatif menimbulkan prognosis yang lebih jelek 10
Prognosis pada orang tua dan anak kurang baik karena itu perlu perawatan di
RS kecuali bila penyakitnya ringan Orang dewasa (lt60 tahun) dapat berobat jalan
kecuali
1 Bila terdapat penyakit paru kronik
2 PN Meliputi banyak lobus
3 Disertai gambaran klinis yang berkaitan dengan mortalitas yang tinggi yaitu
30
a Usia gt 60 tahun
b Dijumpai adanya gejala pada saat masuk perawatan RS frekuensi napas gt 30
xm tekanan diastolik lt 60 mmHg leukosit abnormal (lt4500-gt30000)
BAB 3
KESIMPULAN
Pneumonia adalah salah satu penyakit akibat infeksi parenkim paru yang
dapat menyerang segala usia Pneumonia paling banyak disebabkan oleh infeksi
bakteri Streptococcus pneumonia dengan gejala yang muncul seperti demam batuk
berdahak sesak napas dan terkadang disertai nyeri dada
Pemeriksaan radiologi dalam hal ini foto thorax konvensional dan CT Scan
menjadi pemeriksaan yang sangat penting pada pneumonia Gambaran khas pada
pneumonia adalah adanya konsolidasi dengan adanya gambaran air bronchogram
Namun tidak semua pneumonia memberikan gambaran khas tersebut Untuk
menentukan etiologi pneumonia tidak dapat hanya semata-mata menggunakan foto
thorax melainkan harus dilihat dari riwayat penyakit dan juga pemeriksaan
laboratorium
Penatalaksanaan medis pada pneumonia adalah pemberian antibiotik yang
sesuai dengan kuman penyebab pneumonia disamping terapi supportif lainnya
Prognosis pneumonia secara umum baik jika mendapat terapi antibiotik yang adekuat
faktor predisposisi pasien dan ada tidaknya komplikasi yang menyertai
31
DAFTAR PUSTAKA
1 Dahlan Z 2006 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Pulmonologi Pusat
Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas kedokteran Universitas
Indonesia Jakarta
2 Price SA Wilson LM 2005 Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit Edisi 6 Volume 2 Penerbit EGC Jakarta
3 Soedarsono 2004 Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru Bagian Ilmu Penyakit Paru
FK UNAIR Surabaya
4 Aru W Bambang Idrus A Marcellus Siti S ed Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Jilid II Edisi 4 Jakarta Pusat Penerbitan Departemen IPD RSCM
2007
5 Perhimpunan Dokter Paru Indonesia Pedoman Diagnosis dan
penatalaksanaan Pneumonia Komuniti2003
6 Perhimpunan Dokter Paru Indonesia Pedoman Diagnosis dan
penatalaksanaan Pneumonia Nosokomial2003
7 Barlett JG Dowell SF Mondell LA File TM Mushor DM Fine MJ Practice
guidelines for management community-acquiredd pneumonia in adults Clin
infect Dis 2000 31 347-82
8 Mandell LA IDSAATS consensus guidelines on the management of
community-acquired pneumonia in adults CID 200744S27
9 Menendez R Treatment failure in community-acquired pneumonia
0071321348
32
10 Niederman MS Recent advances in community-acquired pneumonia inpatient
and outpatient Chest 20071311205
33
- 22 Definisi Pneumonia
- Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius dan alveoli serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat yang disebabkan oleh mikroorganisme (bakterivirusjamurprotozoa)3
- 23 Epidemiologi Pneumonia
- 25 Klasifikasi Pneumonia
- Terutama pada jaringan penyangga yaitu interstitial dinding bronkus dan peribronkil Peradangan dapat ditemumkan pada infeksi virus dan mycoplasma Terjadi edema dinding bronkioli dan juga edema jaringan interstisial prebronkial Radiologis berupa bayangan udara pada alveolus masih terlihat diliputi perselubungan yang tidak merata 5
- 26 Patofisiologi Pneumonia
- 27 Diagnosis Pneumonia
- 28 Diagnosis Banding Pneumonia
- 29 Penatalaksanaan
- 210 Komplikasi Pneumonia
-
5 Pneumonia kronik yang dapat terjadi bila pneumonia berlangsung lebih dari 4-6
minggu akibat kuman anaerob S aureus dan kuman Gram (-) seperti
Pseudomonas aeruginosa
6 Bronkiektasis Biasanya terjadi karena pneunomia pada masa anak-anak tetapi
dapat juga oleh infeksi berulang di lokasi bronkus distal pada cystic fibrosis atau
hipogamaglobulinemia tuberkulosis atau pneumonia nekrotikans 3
211 Prognosis Pneumonia
Angka morbiditas dan mortalitas pneumonia menurun sejak ditemukannya
antibiotik Faktor yang berperan adalah patogenitas kuman usia penyakit dasar dan
kondisi pasien Secara umum angka kematian pneumonia pneumokokus adalah
sebesar 5 namun dapat meningkat menjadi 60 pada orang tua dengan kondisi
yang buruk misalnya gangguan imunologis sirosis hepatis penyakit paru obstruktif
kronik atau kanker Adanya leukopenia ikterus terkenanya 3 atau lebih lobus dan
komplikasi ekstraparu merupakan petanda prognosis yang buruk Kuman gram
negatif menimbulkan prognosis yang lebih jelek 10
Prognosis pada orang tua dan anak kurang baik karena itu perlu perawatan di
RS kecuali bila penyakitnya ringan Orang dewasa (lt60 tahun) dapat berobat jalan
kecuali
1 Bila terdapat penyakit paru kronik
2 PN Meliputi banyak lobus
3 Disertai gambaran klinis yang berkaitan dengan mortalitas yang tinggi yaitu
30
a Usia gt 60 tahun
b Dijumpai adanya gejala pada saat masuk perawatan RS frekuensi napas gt 30
xm tekanan diastolik lt 60 mmHg leukosit abnormal (lt4500-gt30000)
BAB 3
KESIMPULAN
Pneumonia adalah salah satu penyakit akibat infeksi parenkim paru yang
dapat menyerang segala usia Pneumonia paling banyak disebabkan oleh infeksi
bakteri Streptococcus pneumonia dengan gejala yang muncul seperti demam batuk
berdahak sesak napas dan terkadang disertai nyeri dada
Pemeriksaan radiologi dalam hal ini foto thorax konvensional dan CT Scan
menjadi pemeriksaan yang sangat penting pada pneumonia Gambaran khas pada
pneumonia adalah adanya konsolidasi dengan adanya gambaran air bronchogram
Namun tidak semua pneumonia memberikan gambaran khas tersebut Untuk
menentukan etiologi pneumonia tidak dapat hanya semata-mata menggunakan foto
thorax melainkan harus dilihat dari riwayat penyakit dan juga pemeriksaan
laboratorium
Penatalaksanaan medis pada pneumonia adalah pemberian antibiotik yang
sesuai dengan kuman penyebab pneumonia disamping terapi supportif lainnya
Prognosis pneumonia secara umum baik jika mendapat terapi antibiotik yang adekuat
faktor predisposisi pasien dan ada tidaknya komplikasi yang menyertai
31
DAFTAR PUSTAKA
1 Dahlan Z 2006 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Pulmonologi Pusat
Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas kedokteran Universitas
Indonesia Jakarta
2 Price SA Wilson LM 2005 Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit Edisi 6 Volume 2 Penerbit EGC Jakarta
3 Soedarsono 2004 Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru Bagian Ilmu Penyakit Paru
FK UNAIR Surabaya
4 Aru W Bambang Idrus A Marcellus Siti S ed Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Jilid II Edisi 4 Jakarta Pusat Penerbitan Departemen IPD RSCM
2007
5 Perhimpunan Dokter Paru Indonesia Pedoman Diagnosis dan
penatalaksanaan Pneumonia Komuniti2003
6 Perhimpunan Dokter Paru Indonesia Pedoman Diagnosis dan
penatalaksanaan Pneumonia Nosokomial2003
7 Barlett JG Dowell SF Mondell LA File TM Mushor DM Fine MJ Practice
guidelines for management community-acquiredd pneumonia in adults Clin
infect Dis 2000 31 347-82
8 Mandell LA IDSAATS consensus guidelines on the management of
community-acquired pneumonia in adults CID 200744S27
9 Menendez R Treatment failure in community-acquired pneumonia
0071321348
32
10 Niederman MS Recent advances in community-acquired pneumonia inpatient
and outpatient Chest 20071311205
33
- 22 Definisi Pneumonia
- Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius dan alveoli serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat yang disebabkan oleh mikroorganisme (bakterivirusjamurprotozoa)3
- 23 Epidemiologi Pneumonia
- 25 Klasifikasi Pneumonia
- Terutama pada jaringan penyangga yaitu interstitial dinding bronkus dan peribronkil Peradangan dapat ditemumkan pada infeksi virus dan mycoplasma Terjadi edema dinding bronkioli dan juga edema jaringan interstisial prebronkial Radiologis berupa bayangan udara pada alveolus masih terlihat diliputi perselubungan yang tidak merata 5
- 26 Patofisiologi Pneumonia
- 27 Diagnosis Pneumonia
- 28 Diagnosis Banding Pneumonia
- 29 Penatalaksanaan
- 210 Komplikasi Pneumonia
-
a Usia gt 60 tahun
b Dijumpai adanya gejala pada saat masuk perawatan RS frekuensi napas gt 30
xm tekanan diastolik lt 60 mmHg leukosit abnormal (lt4500-gt30000)
BAB 3
KESIMPULAN
Pneumonia adalah salah satu penyakit akibat infeksi parenkim paru yang
dapat menyerang segala usia Pneumonia paling banyak disebabkan oleh infeksi
bakteri Streptococcus pneumonia dengan gejala yang muncul seperti demam batuk
berdahak sesak napas dan terkadang disertai nyeri dada
Pemeriksaan radiologi dalam hal ini foto thorax konvensional dan CT Scan
menjadi pemeriksaan yang sangat penting pada pneumonia Gambaran khas pada
pneumonia adalah adanya konsolidasi dengan adanya gambaran air bronchogram
Namun tidak semua pneumonia memberikan gambaran khas tersebut Untuk
menentukan etiologi pneumonia tidak dapat hanya semata-mata menggunakan foto
thorax melainkan harus dilihat dari riwayat penyakit dan juga pemeriksaan
laboratorium
Penatalaksanaan medis pada pneumonia adalah pemberian antibiotik yang
sesuai dengan kuman penyebab pneumonia disamping terapi supportif lainnya
Prognosis pneumonia secara umum baik jika mendapat terapi antibiotik yang adekuat
faktor predisposisi pasien dan ada tidaknya komplikasi yang menyertai
31
DAFTAR PUSTAKA
1 Dahlan Z 2006 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Pulmonologi Pusat
Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas kedokteran Universitas
Indonesia Jakarta
2 Price SA Wilson LM 2005 Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit Edisi 6 Volume 2 Penerbit EGC Jakarta
3 Soedarsono 2004 Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru Bagian Ilmu Penyakit Paru
FK UNAIR Surabaya
4 Aru W Bambang Idrus A Marcellus Siti S ed Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Jilid II Edisi 4 Jakarta Pusat Penerbitan Departemen IPD RSCM
2007
5 Perhimpunan Dokter Paru Indonesia Pedoman Diagnosis dan
penatalaksanaan Pneumonia Komuniti2003
6 Perhimpunan Dokter Paru Indonesia Pedoman Diagnosis dan
penatalaksanaan Pneumonia Nosokomial2003
7 Barlett JG Dowell SF Mondell LA File TM Mushor DM Fine MJ Practice
guidelines for management community-acquiredd pneumonia in adults Clin
infect Dis 2000 31 347-82
8 Mandell LA IDSAATS consensus guidelines on the management of
community-acquired pneumonia in adults CID 200744S27
9 Menendez R Treatment failure in community-acquired pneumonia
0071321348
32
10 Niederman MS Recent advances in community-acquired pneumonia inpatient
and outpatient Chest 20071311205
33
- 22 Definisi Pneumonia
- Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius dan alveoli serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat yang disebabkan oleh mikroorganisme (bakterivirusjamurprotozoa)3
- 23 Epidemiologi Pneumonia
- 25 Klasifikasi Pneumonia
- Terutama pada jaringan penyangga yaitu interstitial dinding bronkus dan peribronkil Peradangan dapat ditemumkan pada infeksi virus dan mycoplasma Terjadi edema dinding bronkioli dan juga edema jaringan interstisial prebronkial Radiologis berupa bayangan udara pada alveolus masih terlihat diliputi perselubungan yang tidak merata 5
- 26 Patofisiologi Pneumonia
- 27 Diagnosis Pneumonia
- 28 Diagnosis Banding Pneumonia
- 29 Penatalaksanaan
- 210 Komplikasi Pneumonia
-
DAFTAR PUSTAKA
1 Dahlan Z 2006 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Pulmonologi Pusat
Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas kedokteran Universitas
Indonesia Jakarta
2 Price SA Wilson LM 2005 Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit Edisi 6 Volume 2 Penerbit EGC Jakarta
3 Soedarsono 2004 Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru Bagian Ilmu Penyakit Paru
FK UNAIR Surabaya
4 Aru W Bambang Idrus A Marcellus Siti S ed Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Jilid II Edisi 4 Jakarta Pusat Penerbitan Departemen IPD RSCM
2007
5 Perhimpunan Dokter Paru Indonesia Pedoman Diagnosis dan
penatalaksanaan Pneumonia Komuniti2003
6 Perhimpunan Dokter Paru Indonesia Pedoman Diagnosis dan
penatalaksanaan Pneumonia Nosokomial2003
7 Barlett JG Dowell SF Mondell LA File TM Mushor DM Fine MJ Practice
guidelines for management community-acquiredd pneumonia in adults Clin
infect Dis 2000 31 347-82
8 Mandell LA IDSAATS consensus guidelines on the management of
community-acquired pneumonia in adults CID 200744S27
9 Menendez R Treatment failure in community-acquired pneumonia
0071321348
32
10 Niederman MS Recent advances in community-acquired pneumonia inpatient
and outpatient Chest 20071311205
33
- 22 Definisi Pneumonia
- Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius dan alveoli serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat yang disebabkan oleh mikroorganisme (bakterivirusjamurprotozoa)3
- 23 Epidemiologi Pneumonia
- 25 Klasifikasi Pneumonia
- Terutama pada jaringan penyangga yaitu interstitial dinding bronkus dan peribronkil Peradangan dapat ditemumkan pada infeksi virus dan mycoplasma Terjadi edema dinding bronkioli dan juga edema jaringan interstisial prebronkial Radiologis berupa bayangan udara pada alveolus masih terlihat diliputi perselubungan yang tidak merata 5
- 26 Patofisiologi Pneumonia
- 27 Diagnosis Pneumonia
- 28 Diagnosis Banding Pneumonia
- 29 Penatalaksanaan
- 210 Komplikasi Pneumonia
-
10 Niederman MS Recent advances in community-acquired pneumonia inpatient
and outpatient Chest 20071311205
33
- 22 Definisi Pneumonia
- Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius dan alveoli serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat yang disebabkan oleh mikroorganisme (bakterivirusjamurprotozoa)3
- 23 Epidemiologi Pneumonia
- 25 Klasifikasi Pneumonia
- Terutama pada jaringan penyangga yaitu interstitial dinding bronkus dan peribronkil Peradangan dapat ditemumkan pada infeksi virus dan mycoplasma Terjadi edema dinding bronkioli dan juga edema jaringan interstisial prebronkial Radiologis berupa bayangan udara pada alveolus masih terlihat diliputi perselubungan yang tidak merata 5
- 26 Patofisiologi Pneumonia
- 27 Diagnosis Pneumonia
- 28 Diagnosis Banding Pneumonia
- 29 Penatalaksanaan
- 210 Komplikasi Pneumonia
-