REFERAT FISIOLOGIS PERNAFASAN

18
DAFTAR ISI Halaman Judul........................................................ .................................................... i Daftar Isi ...................................... ii BAB I PENDAHULUAN ............................... 2 1.1 Latar Belakang ......................... 2 1.2 Rumusan Masalah ........................ 2 1.3 Tujuan Penulisan ....................... 2 1.4 Manfaat Penulisan ...................... 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................... 4 2.1 Anatomi Sistem Pernafasan............... 4 2.2 Fisiologis Pernafasan................... 6 2.3 Fisiologi Pertukaran Gas oleh Paru………………………. 7 2.4 Pengertian Spirometri................... 8 2.5 Hubungan Faal Paru dengan Spirometri………………………. 8 ii

description

REFERAT FISIOLOGIS PERNAFASAN

Transcript of REFERAT FISIOLOGIS PERNAFASAN

DAFTAR ISI HalamanJudul............................................................................................................ iDaftar Isi iiBAB I PENDAHULUAN 21.1 Latar Belakang 21.2 Rumusan Masalah 21.3 Tujuan Penulisan 21.4 Manfaat Penulisan 3BAB II TINJAUAN PUSTAKA 42.1 Anatomi Sistem Pernafasan42.2 Fisiologis Pernafasan 62.3 Fisiologi Pertukaran Gas oleh Paru. 72.4 Pengertian Spirometri 82.5 Hubungan Faal Paru dengan Spirometri. 8BAB III KESIMPULAN11DAFTAR PUSTAKA 12

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangRespirasi adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang mengandung O2 (oksigen) ke dalam tubuh serta menghembuskan udara yang banyak mengandung CO2 (karbon dioksida) sebagai sisa dari oksidasi keluar tubuh. Respirasi ada 2 macam, respirasi eksternal dan respirasi internal. Respirasi eksternal adalah difusi O2 dan CO2 melalui membran kapiler alveolus. Sedangkan respirasi internal adalah proses transfer O2 dan CO2 antara kapiler-kapiler dan sel tubuh. (Sherwood, 2001)Sistem pernafasan manusia ada 2 macam yaitu sistem pernafasan atas dan sistem pernafasan bawah. Sistem pernafasan atas terdiri dari hidung, sinus paranasalis, faring, dan laring. Sedangkan sistem pernafasan bawah terdiri dari trakea, bronkus, bronkiolus, dan alveoli. Manfaat sistem pernafasan adalah berperan dalam keseimbangan asam basa, pertahanan tubuh melawan benda asing, dan pengaturan hormonal tekanan darah. (Sherwood, 2001)1.2 Rumusan Masalah1. Sebutkan anatomi sistem pernafasan?2. Bagaimana mekanisme fisiologis pernafasan?3. Bagaimana mekanisme pertukaran gas oleh paru?4. Pengertian spirometri?5. Bagaimana hubungan faal paru dengan spirometri?

1.2 Tujuan Penulisan1. Untuk mengetahui anatomi sistem pernafasan2. Untuk mengetahui mekanisme fisiologis pernafasan3. Untuk mengetahui mekanisme pertukaran gas oleh paru4. Untuk mengetahui pengertian spirometri5. Untuk mengetahui hubungan faal paru dengan spirometri

1.3 Manfaat Penulisan1. Menambah pengetahuan tentang anatomi sistem pernafasan2. Menambah pengetahuan tentang mekanisme fisiologis pernafasan3. Menambah pengetahuan tentang pertukaran gas oleh paru4. Menambah pengetahuan tentang pengertian spirometri5. Menambah pengetahuan tentang hubungan faal paru dan spirometri

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi2.1.1 Rongga Hidung (Cavum Nasalis)Rongga hidung terdiri atas 2 bagian yaitu sebelah luar disebut vestibulum dan di dalam disebut fossa nasalis.1. Pada vestibulum terdapat nares dan vibrissae2. Fossa nasalis, terdapat penonjolan tulang yang disebut concha. Concha dapat dibedakan menjadi chonca superior, medial, dan inferior. Concha superior terdapat reseptor pembau (olfaktorius)Hidung merupakan tempat masuknya udara atmosfer dari luar ke saluran pernafasan. Di dalam rongga hidung terdapat rambut dan selaput lendir. (De Graaff, 1999)2.1.2 Faring (Tenggorokan)Udara dari rongga hidung masuk ke faring. Faring merupakan percabangan 2 saluran, yaitu saluran pernapasan (nasofarings) pada bagian depan dan saluran pencernaan (orofarings)pada bagian belakang. Pada bagian belakang faring (posterior) terdapat laring (tekak) tempat terletaknya pita suara (pita vocalis). Masuknya udara melalui faring akan menyebabkan pita suara bergetar dan terdengar sebagai suara. Makan sambil berbicara dapat mengakibatkan makanan masuk ke saluran pernapasan karena saluran pernapasan pada saat tersebut sedang terbuka. Walaupun demikian, saraf kita akan mengatur agar peristiwa menelan, bernapas, danberbicara tidak terjadi bersamaan sehingga tidak mengakibatkan gangguan kesehatan. (De Graaff, 1999)2.1.3 LaringKotak suara yang menghubungkan faring dengan trakea. Tabung pendek berbentuk seperti kotak triangular dan ditopang oleh tiga kartilago tidak berpasangan (kartilago tiroid, kartilago krikoid , dan epiglotis ) dan tiga kartilago berpasangan (kartilago ariteniod, kartilago kornikulata, dan kartilago kuneiform). (De Graaff, 1999)

2.1.4. Tenggorokan (Trakea)Tenggorokan berupa pipa yang panjangnya 10 cm, terletak sebagian di leher dan sebagian di rongga dada (torak). Dinding tenggorokan tipis dan kaku, dikelilingi oleh cincin tulang rawan dan pada bagian dalam rongga bersilia. Silia-silia ini berfungsi menyaring benda-benda asing yang masuk ke saluran pernapasan. (De Graaff, 1999)2.1.5BronkusTenggorokan (trakea) bercabang menjadi dua bagian, yaitu bronkus kanan dan bronkus kiri. Struktur lapisan mukosa bronkus sama dengan trakea, hanya tulang rawan bronkusbentuknya tidak teratur dan pada bagian bronkus yang lebih besar cincin tulang rawannya melingkari lumen dengan sempurna. Bronkus bercabang-cabang lagi menjadi bronkiolus. (De Graaff, 1999)2.1.6 BronkiolusBronkiolus adalah cabang dari batang tenggorok yang terdapat dalam rongga tenggorokan dan akan memanjang sampai ke paru-paru. Jumlah cabang bronkiolus yang menuju paru-paru kanan dan kiri tidak sama. Bronkiolus yang menuju paru-paru kanan mempunyai 3 cabang, sedangkan bronkiolus yang menuju paru-paru sebelah kiri hanya bercabang 2. Bronkiolus adalah cabang dari bronkus dan memiliki dinding yang lebih tipis, pada ujung bronkiolus terdapat banyak sekali gelembung-gelembung kecil yang dinamakan alveolus. Ciri khas bronkiolus adalah tidak adanya tulang rawan dan kelenjar pada mukosanya, pada bagian awal dari cabang bronkiolus hanya memiliki sebaran sel globet dan epitel yang berfungsi sebagai media yang menghubungkan oksigen yang dihirup agar mencapai paru-paru. (De Graaff, 1999)2.1.7 Paru-paru (Pulmo)Paru-paru terletak di dalam rongga dada bagian atas, di bagian samping dibatasi oleh otot dan rusuk dan di bagian bawah dibatasi oleh diafragma yang berotot kuat. Paru-paru ada duabagian yaitu paru-paru kanan (pulmo dekstra) yang terdiri atas 3 lobus dan paru-paru kiri (sinister) yang terdiri atas 2 lobus. Paru-paru dibungkus oleh dua selaput yang tipis, disebutpleura. Selaput bagian dalam yang langsung menyelaputi paru-paru disebut pleura dalam (pleura visceralis) dan selaput yang menyelaputi rongga dada yang bersebelahan dengan tulang rusukdisebut pleura luar (pleura parietalis). (De Graaff, 1999)Antara selaput luar dan selaput dalam terdapat rongga berisi cairan pleura yang berfungsi sebagai pelumas paru-paru. Cairan pleura berasal dari plasma darah yang masuk secara eksudasi. Dinding rongga pleura bersifat permeabel terhadap air dan zat-zat lain. Paru-paru tersusun oleh bronkiolus, alveolus, jaringan elastik, dan pembuluh darah. Paru-paruberstruktur seperti spon yang elastis dengan daerah permukaan dalam yang sangat lebar untukpertukaran gas. (De Graaff, 1999)

Gambar 2.1 Anatomi Pernafasan (De Graaff, 1999)

2.2 Fisiologi PernafasanTekanan intra pleura (rongga) di pertahankan oleh adanya gaya yang berlawanan (tarik menarik) pada kedua sisi pleura (parietalis dan viseralis) yang membatasi rongga pleura. Gaya tarik menarik tersebut adalah gaya yang berasal dari dinding dada dan gaya yang berasal paru-paru. Dinding dada cenderung untuk mengembang, sedangkan paru-paru cenderung untuk kolaps. Akibatnya rongga pleura dalam keadaan normal memiliki tekanan negatif, antara -2 cm H2O (basis) sampai -8 cm H2O (apeks) dalam kondisi akhir ekspirasi normal pada posisi tegak, sedangkan pada saat inspirasi maksimal maka tekanan intrapleura mencapai -25 sampai -35 cm H2O. (Puruhito)Besarnya tekanan ini dalam ukuran mmHg adalah sebagai berikut

Gambar 2.2 Skema dan nilai respirasi normal waktu inspirasi dan ekspirasi (Puruhito)

Kemampuan paru menampung udara untuk pernafasan dijabarkan sebagai Kapasitas Paru Total dan volume udara yang mampu dihirup oleh paru setelah inspirasi disebut Kapasitas Vital. Sisa volume udara yang ada di paru setelah ekspirasi disebut Volume Sisa/ Residual (Puruhito)Arti klinis untuk kemampuan recoil paru adalah trauma pada apeks paru dengan pneumothoraks akan lebih sulit mengembang dibandingkan pada paru daerah diafragmal, dan hal ini juga akan terlihat pada Qp/Qs antara daerah apikal dibandingkan diafragmal. (Puruhito)

2.3 Fisiologi Pertukaran Gas oleh ParuSetiap menit dibutukan kurang lebih produksi oksigen dari difusi di alveoli sebanyak 250 cc, volume yang sama juga dari karbondioksida yang di diproduksi. Guna mencapai jumlah ini, pada orang dewasa dibutuhkan udara sebanyak 4,3 liter setiap menit yang mengalir ke alveoli, jumlah ini disebut alveolar- ventilation. Besarnya jumlah ini disebabkan karena udara mengandung hanya 21% oksigen (FiO2, fraksi oksigen dalam udara, dan tekanan udara), dan tekanan udara di alveoli adalah 690 mmHg. Guna transportasi oksigen ke jaringan oleh darah arterial, juga dipengaruhi oleh kadar hemoglobin darah. Satu gram hemoglobin maksimal mengikat 1,34 cc oksigen, sehingga pada Hb 14 g%, dapat diikat tiap 100 cc darah sebanyak 18,8 cc oksigen. Larutnya oksigen secara fisis dalam darah hanya 0,0031 cc O2 tiap 100cc darah pada setiap tekanan 1 mmHg, sehingga besarnya kadar hemoglobin sangat mempengaruhi juga trasportasi oksigen ke jaringan tubuh. Hal ini misalnya terlihat pada kadar hemoglobin darah rendah, misalnya hanya 8g%, maka hanya terikat 10,2 cc. Oksigen setiap 100 cc darah (pada rantai mekanisme dan fungsi pernafasan yang normal, sudah terdapat selisih 8,6% volume O2, pada Hb normal 14 g%) . Faal pernafasan yang terjadi pada keadaan inspirasi dan ekspirasi tergantung pada kemampuan faal paru. (Puruhito)Evaluasi nilai-nilai faal paru ini pada pemeriksaan prabedah toraks akan menentukan kemampuan paru waktu pembedahan dan di pakai untuk penentuan indikasi pembedahan, terkait dengan jenis pembedahan yang akan dilakukan dan keadaan pasca bedah yang akan dihadapi/ diprediksi. Dilihat dari hasil pemeriksaan faal paru, maka indikasi pembedahan toraks diberikan bila terdapat faal paru normal, kelainan obstruktif ringan sampai sedang, ataupun kelainan paru restriktif ringan. (Puruhito)

2.4 SpirometriSpirometri adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk mengukur secara obyektif kapasitas/fungsi paru (ventilasi) pada pasien dengan indikasi medis. Alat yang digunakan disebut spirometer. Pemeriksaan ini bertujuan untuk :1. mengukur volume paru secara statis dan dinamik2. menilai perubahan atau gangguan pada faal paru (Hegewald MJ, 2010)

2.5 Hubungan Faal paru dengan SpirometriPrinsip spirometri adalah mengukur kecepatan perubahan volume udara di paru-paru selama pernafasan yang dipaksakan atau disebut forced volume capacity (FVC). Prosedur yang paling umum digunakan adalah subyek menarik nafas secara maksimal dan menghembuskannya secepat dan selengkap mungkin Nilai FVC dibandingkan terhadap nilai normal dan nilai prediksi berdasarkan usia, tinggi badan dan jenis kelamin. (Hegewald MJ, 2010)Sebelum dilakukan spirometri, terhadap pasien dilakukan anamnesa, pengukuran tinggi badan dan berat badan. Pada spirometer terdapat nilai prediksi untuk orang Asia berdasarkan umur dan tinggi badan. Bila nilai prediksi tidak sesuai dengan standar Indonesia, maka dilakukan penyesuaian nilai prediksi menggunakan standar Indonesia. Volume udara yang dihasilkan akan dibuat prosentase pencapaian terhadap angka prediksi. (Hegewald MJ, 2010)Spirometri dapat dilakukan dalam bentuk social vital capacity (SVC) atau forced vital capacity (FVC). Pada SCV, pasien diminta bernafas secara normal 3 kali (mouthpiece sudah terpasang di mulut) sebelum menarik nafas dalam-dalam dan dihembuskan secara maksimal. Pada FVC, pasien diminta menarik nafas dalam-dalam sebelum mouth piece dimasukkan ke mulut dan dihembuskan secara maksimal. (Reynolds HY, 2011)Pengukuran fungsi paru yang dilaporkan :1. Forced vital capacity (FVC) adalah jumlah udara yang dapat dikeluarkan secara paksa setelah inspirasi secara maksimal, diukur dalam liter.2. Forced Expiratory volume in one second (FEV1) adalah jumlah udara yang dapat dikeluarkan dalam waktu 1 detik, diukur dalam liter. Bersama dengan FVC merupakan indikator utama fungsi paru-paru3. FEV1/FVC merupakan rasio FEV1/FVC. Pada orang dewasa sehat nilainya sekitar 75% - 80%4. FEF 25-75% (forced expiratory flow), optional5. Peak Expiratory Flow (PEF), merupakan kecepatan pergerakan udara keluar dari paru-paru pada awal ekspirasi, diukur dalam liter/detik.6. FEF 50% dan FEF 75%, optional, merupakan rata-rata aliran (kecepatan) udara keluar dari paru-paru selama pertengahan pernafasan (sering disebut juga sebagai MMEF(maximal mid-expiratory flow)

Klasifikasi gangguan ventilasi (% nilai prediksi) :1. Gangguan restriksi : Vital Capacity (VC) < 80% nilai prediksi; FVC < 80% nilai prediksi2. Gangguan obstruksi : FEV1 < 80% nilai prediksi; FEV1/FVC < 75% nilai prediksi3. Gangguan restriksi dan obstruksi : FVC < 80% nilai prediksi; FEV1/FVC < 75% nilai prediksi. (Reynolds HY, 2011)Bentuk spirogram adalah hasil dari spirometri. Beberapa hal yang menyebabkan spirogram tidak memenuhi syarat :1. Terburu-buru atau penarikan nafas yang salah2. Batuk3. Terminasi lebih awal4. Tertutupnya glottis5. Ekspirasi yang bervariasi6. KebocoranSetiap pengukuran sebaiknya dilakukan minimal 3 kali. Kriteria hasil spirogram yang reprodusibel (setelah 3 kali ekspirasi) adalah dua nilai FVC dan FEV1 dari 3 ekspirasi yang dilakukan menunjukkan variasi/perbedaan yang minimal (perbedaan kurang dari 5% atau 100 mL. (Reynolds HY, 2011)

BAB IIIKESIMPULANSaluran pernapasan pada manusia diantaranya hidung, faring, laring, trakea, bronkus, bronkiolus, dan alveouli. Gerakan pernapasan ada 2 yaitu inspirasi dan ekspirasi. Kemampuan paru menampung udara untuk pernafasan dijabarkan sebagai Kapasitas Paru Total dan volume udara yang mampu dihirup oleh paru setelah inspirasi disebut Kapasitas Vital. Sisa volume udara yang ada di paru setelah ekspirasi disebut Volume Sisa/ ResidualEvaluasi nilai-nilai faal paru ini pada pemeriksaan prabedah toraks akan menentukan kemampuan paru waktu pembedahan dan di pakai untuk penentuan indikasi pembedahan, terkait dengan jenis pembedahan yang akan dilakukan dan keadaan pasca bedah yang akan dihadapi/ diprediksi. Dilihat dari hasil pemeriksaan faal paru, maka indikasi pembedahan toraks diberikan bila terdapat faal paru normal, kelainan obstruktif ringan sampai sedang, ataupun kelainan paru restriktif ringan.Spirometri adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk mengukur secara obyektif kapasitas/fungsi paru (ventilasi) pada pasien dengan indikasi medis. Alat yang digunakan disebut spirometer. Spirometri dapat dilakukan dalam bentuk social vital capacity (SVC) atau forced vital capacity (FVC). Pada SCV, pasien diminta bernafas secara normal 3 kali (mouthpiece sudah terpasang di mulut) sebelum menarik nafas dalam-dalam dan dihembuskan secara maksimal. Pada FVC, pasien diminta menarik nafas dalam-dalam sebelum mouth piece dimasukkan ke mulut dan dihembuskan secara maksimal.

DAFTAR PUSTAKASherwood,L., 2001. Fisiologi Manusia dan Sel Ke Sistem, 2nd ed., EGC, JakartaPuruhito. Buku Ajar Primer Ilmu Bedah Toraks, Kardiak, dan Vaskular. Fak Kedokteran Universitas Airlangga. SurabayaVan De Graaff, K.M., 1999. Concepts of Human Anatomy and Physiology. 5th ed. USA: MC Graw Hill Companies, Inc.Hegewald MJ, Crapo R.O., 2010. Pulmonary function testing. In: Mason RJ, Broaddus VC, Martin TR, et al., eds.Murray and Nadel's Textbook of Respiratory Medicine. 5th ed. Philadelphia, PA: Elsevier Saunders. chap 24.Reynolds HY. 2011, Respiratory structure and function: mechanisms and testing. In: Goldman L, Schafer AI, eds.Goldman's Cecil Medicine. 24th ed. Philadelphia, PA: Elsevier Saunders :chap 85.

ii412