refleks fisiologis
-
Upload
nur-indayanti -
Category
Documents
-
view
246 -
download
4
description
Transcript of refleks fisiologis
Haerul Rachmat
Share it
Senin, 09 Mei 2011
Laporan Fisiologi Refleks Fisiologis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Gerak refleks adalah gerak yang dihasilkan oleh jalur saraf yang paling sederhana. Jalur
saraf ini dibentuk oleh sekuen neuron sensor, interneuron, dan neuron motor, yang mengalirkan
impuls saraf untuk tipe reflek tertentu.Gerak refleks yang paling sederhana hanya memerlukan
dua tipe sel sraf yaitu neuron sensor dan neuron motor.
Gerak refleks disebabkan oleh rangsangan tertentu yang biasanya mengejutkan dan
menyakitkan. Misalnya bila kaki menginjak paku,secara otomatis kita akan menarik kaki dan
akan berteriak. Refleks juga terjadi ketika kita membaui makanan enak , dengan keluarnya air
liur tanpa disadari.
Gerak refleks terjadi apabila rangsangan yang diterima oleh saraf sensori langsung
disampaikan oleh neuron perantara (neuron penghubung). Hal ini berbeda sekali dengan
mekanisme gerak biasa.
Gerak biasa rangsangan akan diterima oleh saraf sensorik dan kemudian disampaikan
langsung ke otak. Dari otak kemudian dikeluarkan perintah ke saraf motori sehingga terjadilah
gerakan. Artinya pada gerak biasa gerakan itu diketahui atu dikontrol oleh otak. Sehingga oleh
sebab itu gerak biasa adalah gerak yang disadari.(1)
B. Tujuan
1. Mempelajari cara-cara pemeriksaan refleks fisiologis pada manusia.
2. Melihat ada tidaknya gangguan konduksi impuls pada sistem saraf.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Refleks
Refleks adalah respons otomatis terhadap stimulus tertentu yang menjalar pada rute lengkung
refleks. Sebagian besar proses tubuh involunter misalnya denyut jantung, pernapasan, aktivitas
pencernaan, dan pengaturan suhu, serta respon otomatis misalnya sentakan akibat suatu stimuli
nyeri atau sentakan pada lutut merupakan kerja refleks.(2 : 193)
B. Lengkung Refleks
Proses yang terjadi pada refleks melalui jalan tertentu disebut lengkung refleks. Komponen-
komponen yang dilalui refleks adalah sebagai berikut : (2 : 193)
1. Reseptor rangsangan sensoris : ujung distal dendrit yang menerima stimulus peka terhadap suatu
rangsangan misalnya kulit.
2. Neuron aferen (sensoris) : melintas sepanjang neuron sensorik sampai ke medula spinalis yang
dapat menghantarkan impuls menuju ke susunan saraf pusat.
3. Neuron eferen (motorik) : melintas sepanjang akson neuron motorik sampai ke efektor yang akan
merespon impuls eferen menghantarkan impuls ke perifer sehingga menghasilkan aksi yang
khas.
4. Alat efektor : dapat berupa otot rangka, otot jantung, atau otot polos kelenjar yang merespons,
merupakan tempat terjadinya reaksi yang diwakili oleh suatu serat otot atau kelenjar.
C. Sifat Umum Refleks
Sifat umum refleks yaitu :
a) Rangsangan Adekuat
Rangsangan yang memicu terjadinya refleks umumnya sangat tepat (presisi). Rangsangan
ini dinamakan rangsangan adekuat untuk refleks tersebut. Suatu contoh yang jelas adalah
refleks menggaruk pada anjing. Refleks spinal ini timbul akibat rangsangan yang adekuat
melalui rangsangan raba linier multipel, yang misalnya karena terdapat serangga yang
merayap di kulit. Respons yang timbul adalah garukan hebat pada daerah yang terangsang.
b) Jalur Bersama Akhir
Neuron motorik yang mempersarafi serabut ekstrafusal otot rangka merupakan bagian
eferen dari lengkung refleks. Seluruh pengaruh persarafan yang memengaruhi kontraksi otot
pada akhirnya akan tersalur melalui lengkung refleks ke otot tersebut, dan karena itu
dinamakan jalur bersama akhir (final common path).
c) Berbagai Keadaan Eksitasi dan Inhibisi Sentral
Penyebaran ke atas dan ke bawah di sepanjang medula spinalis karena pengaruh
penggabungan daerah bawah ambang yang ditimbulkan oleh rangsangan eksitasi. Efek
inhibitorik langsung dan prasinaps juga dapat menyebar. Efek ini umumnya bersifat
sementara. Istilah keadaan eksitasi sentral dan keadaan inhibisi sentral digunakan untuk
menggambarkan keadaan berkepanjangan yang memperlihatkan pengaruh inhibisi atau
sebaliknya.
d) Habituasi dan Sensitisasi Respons Refleks
Keadaan bahwa respons refleks bersifat stereotipik tidak menghilangkan kemungkinan
bahwa respons tersebut dapat berubah melalui pengalaman.(3 : 141)
D. Neuron
Neuron berfungsi sebagai unit anatomis dan fisiologis dasar dari sistem saraf. Ini terdiri dari
perikaryon atau sel-sel tubuh dan memiliki struktur seperti nukleus, tubuh nissl, neurofibrils,
lisosom, mitokondria, dan aparat Golgi. Sebuah neuron dewasa tidak berisi alat mitosis. Tubuh
Nissl adalah massa dari reticula endoplasma kasar dan terlibat dalam sintesis protein.
Neurofibrils adalah mikrotubulus berongga yang terlibat dalam konduksi impuls saraf, dukungan
untuk sel, dan transportasi makanan.
Neuron dapat diklasifikasikan berdasarkan jumlah proses yang membentang dari perikaryon
atau mereka dapat diklasifikasikan fungsional berdasarkan arah impuls saraf dilakukan.
Ketiga jenis neuron struktural adalah: nurons multipolar, neuron bipolar, dan neuron
unipolar. Multipolar neuron memiliki banyak dendrit dan satu akson utama. neuron bipolar akan
hanya memiliki satu akson dan hanya satu dendrit. unipolar neuron terdiri dari sel-sel tubuh dan
satu proses yang biasanya disebut sebagai akson, meskipun sebagian dorongan terhadap
pelaksanaan perikaryon ini kadang-kadang disebut suatu dendrit.
Ketiga jenis neuron fungsional adalah: sensoris (aferen) neuron, motor (eferen) neuron, dan
konektor (asosiasi) neuron. Neuron sensorik melakukan impuls ke saraf tulang belakang atau
otak. Neuron motorik melakukan impuls dari saraf tulang belakang atau otak ke efektor (otot dan
kelenjar). Konektor neuron hanya ditemukan dalam sistem saraf pusat dan berfungsi untuk
menghubungkan sensorik dan neuron motorik dan satu sama lain.(4 :152)
E. Pembagian Sistem Saraf
Sistem saraf terbagi atas 2 kelompok besar yaitu :
1. Sistem saraf sadar
Sistem saraf sadar adalah system saraf yang mengatur atau mengkoordinasikan semua kegiatan
yang dapat diatur menurut kemauan kita. Contohnya, melempar bola, berjalan, berfikir, menulis,
berbicara dan lain-lain. Saraf sadar pun terbagi menjadi dua :
a. Saraf pusat terdiri dari :
1) Otak
Merupakan pusat kesadaran,yang letaknya di rongga tengkorak.
2) Sumsum tulang belakang
Sumsum tulang belakang berfungsi menghantarkan impuls (rangsangan) dari dan ke
otak, serta mengkoordinasikan gerak refleks. Letaknya pada ruas-ruas tulang
belakang, yakni dari ruas – ruas tulag leher hingga ke ruas-ruas tulang pinggang yang
kedua dan dalam sumsum ini terdapat simpul – simpul gerak refleks.
b. Saraf Tepi
Sistem saraf tepi terdiri dari saraf-saraf yang berada di luar system saraf pusat
(otak dan sumsum ulang belakang). Artinya system saraf tepi merupakan saraf yang
menyebar pada seluruh bagian tubuh yang melayani organ-organ tubh tertentu, sepeti
kulit, persendian, otot, kelenjar, saluran darah dan lain-lain.
2. Susunan saraf tak sadar
a) Susunan saraf simpatis
b) Susunan saraf parasimpatis
Gerak pada umumnya terjadi secara sadar, namun, ada pula gerak yang terjadi tanpa disadari
yaitu gerak refleks. Impuls pada gerakan sadar melalui jalan panjang, yaitu dari reseptor, ke saraf
sensori, dibawa ke otak untuk selanjutnya diolah oleh otak, kemudian hasil olahan oleh otak,
berupa tanggapan, dibawa oleh saraf motor sebagai perintah yang harus dilaksanakan oleh
efektor.
Gerak refleks berjalan sangat cepat dan tanggapan terjadi secara otomatis terhadap
rangsangan, tanpa memerlukan kontrol dari otak. Jadi dapat dikatakan gerakan terjadi tanpa
dipengaruhi kehendak atau tanpa disadari terlebih dahulu. Contoh gerak refleks misalnya
berkedip, bersin, atau batuk. Dimana gerak refleks ini merupakan gerak yang dihasilkan oleh
jalur saraf yang paling sederhana. Jalur saraf ini dibentuk oleh sekuen dari neuron sensorik ,
interneuron, dan neuron motorik, yang mengalirkan impuls saraf untuk tipe refleks tertentu.
Gerak refleks yang paling sederhanahanya memerlukandua tipe sel saraf, yaitu neuron sensorik
dan neuron motorik. Gerak refleks bekerja bukanlah dibawah kesadaran dan kemauan seseorang.
Pada gerak refleks, impuls melalui jalan pendek atau jalan pintas, yaitu dimulai dari reseptor
penerima rangsang, kemudian diteruskan oleh saraf sensori ke pusat saraf, diterima oleh set saraf
penghubung (asosiasi) tanpa diolah di dalam otak langsung dikirim tanggapan ke saraf motor
untuk disampaikan ke efektor, yaitu otot atau kelenjar. Jalan pintas ini disebut lengkung refleks.
Gerak refleks dapat dibedakan atas refleks otak bila saraf penghubung (asosiasi) berada di dalam
otak, misalnya, gerak mengedip atau mempersempit pupil bila ada sinar dan refleks sumsum
tulang belakang bila set saraf penghubung berada di dalam sumsum tulang belakang misalnya
refleks pada lutut.
Gerak refleks adalah gerak yang dihasilkan oleh jalur saraf yang paling sederhana. Jalur saraf
ini dibentuk oleh sekuen neuron sensor,interneuron,dan neuron motor,yang mngalirkan impuls
saraf untuk tipe reflek tertentu.Gerak refleks yang paling sederhana hanya memerlukan dua tipe
sel sraf yaitu neuron sensor dan neuron motor.
Gerak refleks disebabkan oleh rangsangan tertentu yang biasanya mengejutkan dan
menyakitkan. Misalnya bila kaki menginjak paku,secara otomatis kita akan menarik kaki dan
akan berteriak. Refleks juga terjadi ketika kita membaui makanan enak , dengan keluarnya air
liur tanpa disadari.(5)
F. Refleks-Refleks Otonom pada Medula Spinalis
Dalam medula spinalis terintegrasi banyak macam refleks otonom segmental. Singkatnya,
refleks-refleks ini meliputi :(6 : 683)
a) Perubahan tegangan pembuluh darah akibat perubahan panas kulit setempat.
b) Berkeringat, yang disebabkan oleh panas setempat pada permukaan tubuh.
c) Refleks intestino-intestinal yang mengatur beberapa fungsi motorik usus.
d) Refleks peritoneointestinal yang menghambat gerakan lambung sebagai respons terhadap iritasi
peritoneum.
e) Refleks evakuasi untuk mengosongkan kandung kemih dan kolon.
G. Susunan Saraf
Dalam sistem saraf somatik, memperpanjang serabut saraf ke dan dari otot-otot tulang, kulit
dan organ rasa. Mereka biasanya memancarkan impuls tanggapan terhadap rangsangan dari
lingkungan luar, seperti dalam penarikan refleks. Banyak aktivitas saraf somatik terjadi secara
sadar dan terkendali sukarela.
Sebaliknya, sistem saraf otonom (SSO) adalah terutama terkait dengan Peraturan sirkulasi
dan internal organ. Ini merespon perubahan luar kondisi dengan memicu ortostatik tanggapan,
reaksi mulai bekerja, dll. Untuk mengatur lingkungan internal tubuh. Sesuai namanya, sebagian
besar kegiatan SSO tidak tunduk pada kontrol sukarela.
Untuk sebagian besar, yang otonom dan somatik sistem saraf secara anatomi dan fungsional
terpisah di periferal, namun terkait erat di sistem saraf pusat (SSP). SSO perifer eferen, tetapi
sebagian besar berisi saraf SSO serat terus juga neuron aferen. Ini disebut serabut aferen viseral
karena mereka sinyal berasal dari organ visceral, seperti kerongkongan, gastrointestinal (GI)
saluran, hati, paru-paru, jantung, arteri, dan kandung kemih.(7 : 78)
H. Pemeriksaan Refleks
Biasanya refleks yang dapat diuji mencakup refleks bideps, brakhioradialis, triceps, patela,
dan pergelangan kaki (Archilles). Temuan yang diperoleh bergantung pada beberapa faktor yaitu
menggunakan palu refleks yang tepat, posisi ekstremitas yang tepat, dan keadaan rileks pasien.
Derajat refleks, hilangnya refleks adalah sangat berarti, walaupun sentakan pergelangan kaki
(refleks Achilles) yang tidak ada, terutama pada lansia. Respons refleks sering dikelaskan dengan
nilai 0 samapai 4+.
a) 4+ : hiperaktif dengan klonus terus menerus
b) 3+ : hiperaktif
c) 2+ : normal
d) 1+ : hipoaktif
e) 0 : tidak ada refleks
Jenis-jenis pemeriksaan refleks adalah sebagai berikut : (8 : 2094)
1. Refleks Biseps. Refleks biseps didapat melalui peregangan tendon biseps pada saat siku dalam
keadaan fleksi. Orang yang menguji menyokong lengan bawah dengan satu tangan sambil
menempatkan jari telunjuk dengan menggunakan palu refleks. Respons normal dalam fleksi pada
siku dan kontraksi biseps.
2. Refleks Triseps. Untuk menimbulkan refleks triseps, lengan pasien difleksikan pada siku dan
diposisikan di depan dada. Pemeriksaan menyokong lengan pasien dan mengidentifikasi tendon
triseps dengan mempalpasi 2,5 sampai 5 cm di atas siku. Pemukulan langsung pada tendon
normalnya menyebabkan kontraksi otot triseps dan ekstensi siku.
3. Refleks Brakhioradialis. Pada saat pengkajian refleks brakhioradialis, penguji meletakkan tangan
pasien di atas meja laboratorium atau disilangkan di atas perut. Ketukan palu dengan lembut 2,5
sampai 5 cm di atas siku. Pengkajian ini dilakukan dengan lengan dalam keadaan fleksi dan
supinasi.
4. Refleks Patella. Refleks patella ditimbulkan dengan cara mengetok tendon patella tepat di bawah
patella. Pasien dalam keadaan duduk atau tidur terlentang. Jika pasien terlentang, pengkajian
menyokong kaki untuk memudahkan relaksasi otot. Kontraksi quadriseps dan ekstensi lutut
adalah respons normal.
5. Refleks Ankle. Buat pergelangan kaki dalam keadaan rileks, kaki dalam keadaan dorsi fleksi pada
pergelangan kaki dan palu diketok pada bagian tendon Achilles. Respon yang terjadi adalah
fleksi plantar.
6. Refleks Kontraksi Abdominal. Refleks superfisial yang ada ditimbulkan oleh goresan pada kulit
dinding abdomen atau pada sisi paha untuk pria. Hasil yang didapat adalah kontraksi yang tidak
disadari otot abdomen, dan selanjutnya menyebabkan skrotum tertarik.
7. Respons Babinski. Refleks yang diketahui jelas, sebagai indikasi adanya penyakit SSP yang
mempengaruhi traktus kortikospinal, disebut respons Babinski. Bila bagian lateral telapak kaki
seseorang dengan SSP utuh digores maka terjadi kontraksi jari kaki dan menarik bersamaan.
I. Refleks Patologis dan Fisiologis pada Tubuh Manusia
Refleks Patologis adalah sebagai berikut :(9)
1. Reflek Hoffman – Tromer Jari tengah klien diekstensikan, ujungnya digores, positif
bila ada gerakan fleksi pada ari lainnya.
2. Reflek Jaw Kerusakan kortikospinalis bilateral, eferen dan aferennya nervous
trigeminus, denganmengertuk dagu klien pada posisi mulut terbuka, hasil positif bila
mulut terkatup.
3. Reflek regresi Kerusakan traktus pirimidalis bilateral / otak bilateral.
4. Reflek Glabella Mengetuk dahi diantara kedua mata, hasilnya positif bila membuat
kedua mata klien tertutup.
5. Reflek Snout Mengutuk pertengahan bibir atas, positif bila mulutnya tercucur saliva.
6. Reflek sucking Menaruh jari pada bibir klien, positif bila klien menghisap jari
tersebut.
7. Reflek Grasp Taruh jari pada tangan klien, positif bila klien memegangnya.
8. Reflek Palmomental Gores telapak tangan didaerah distal, positif bila otot dagu
kontraksi.
9. Reflek rosolimo Ketuk telapak kaki depan, positif bila jari kaki ventrofleksi.
10. Reflek Mendel Bechterew Mengetuk daerah dorsal kaki2 sebelah depan, positif bila
jari kaki ventrofleksi.
Sedangkan refleks fisiologis adalah sebagai berikut :
1. Reflek kornea Dengan cara menyentuhkan kapas pada limbus, hasil positif bila
mengedip (N IV & VII )
2. Reflek faring Faring digores dengan spatel, reaksi positif bila ada reaksi muntahan
( N IX & X )
3. Reflek Abdominal Menggoreskan dinidng perut dari lateral ke umbilicus, hasil
negative pada orang tua, wanita multi para, obesitas, hasil positif bila terdapat reaksi
otot.
4. Reflek Kremaster Menggoreskan paha bagian dalam bawah, positif bila skrotum sisi
yang sama naik / kontriksi ( L 1-2 )
5. Reflek Anal Menggores kulit anal, positif bila ada kontraksi spincter ani ( S 3-4-5 )
6. Reflek Bulbo Cavernosus Tekan gland penis tiba-tiba jari yang lain masukkan
kedalam anus, positif bila kontraksi spincter ani (S3-4 / saraf spinal )
7. Reflek Bisep ( C 5-6 )
8. Reflek Trisep ( C 6,7,8 )
9. Reflek Brachioradialis ( C 5-6 )
10. Reflek Patela ( L 2-3-4 )
11. Reflek Tendon Achiles ( L5-S2)
12. Reflek Moro Reflek memeluk pada bayi saat dikejutkan dengan tangan
13. Reflek Babinski Goreskan ujung reflak hammer pada lateral telapak kaki mengarah
ke jari, hasil positif pada bayi normal sedangkan pada orang dewasa abnormal ( jari
kaki meregang / aduksi ektensi )
14. Sucking reflek Reflek menghisap pada bayi
15. Grasping reflek Reflek memegang pada bayi
16. Rooting reflek Bayi menoleh saat tangan ditempelkan ke sisi pipi
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Nama Percobaan
Nama dari percobaan ini adalah pemeriksaan refleks fisologis.
B. Alat dan Bahan
a) Palu perkusi
b) Lampu senter
c) Kapas
d) Jarum
e) Baki alat
C. Prosedur Kerja
a) Refleks Kulit Perut
Orang coba berbaring terlentang dengan kedua tangan terletak lurus di samping badan.
Goreslah kulit daerah abdomen dari lateral ke arah umbilikus. Respon yang terjadi
berupa kontraksi otot dinding perut.
b) Refleks periost Radialis
Lengan bawah orang coba setengah difleksikan pada sendi siku dan tangan sedikit
dipronasikan. Ketuklah periosteum pada ujung distal os radii. Respon berupa fleksi
lengan bawah pada siku dan supinasi tangan.
c) Refleks periost Ulnaris
Lengan bawah setengah difleksikan pada sendi siku dan tangan antara pronasi dan
supinasi. Ketuklah pada periost presessus stilodeus. Respon berupa pronasi tangan.
d) Knee Pess Reflex (KPR)
Orang coba duduk pada tempat yang agak tinggi sehingga kedua tungkai akan
tergantung bebas atau orang coba berbaring terlentang dengan fleksi tungkai pada sendi
lutut. Ketuklah tendo patella dengan hummer sehingga terjadi ekstensi tungkai disertai
kontraksi otot kuadriseps.
e) Achilles Pess Reflex (APR)
Tungkai difleksikan pada sendi lutut dan kaki didorsofleksikan. Ketuklah tendo
Achilles, sehingga terjadi plantar fleksi dari kaki dan kontraksi otot gastrocnemius.
f) Refleks Biseps
Lengan orang coba setengah difleksikan pada sendi siku. Ketuklah pada tendo otot
biseps akan menyebabkan fleksi lengan siku dan tampak kontraksi otot biseps.
g) Refleks Triseps
Lengan bawah difleksikan pada sendi siku sedikit dipronasikan. Ketuklah pada tendo
otot triseps 5 cm di atas siku akan menyebabkan ekstensi tangan dan kontraksi otot
triseps.
h) Withdrawl Reflex
Lengan orang coba diletakkan di atas meja dalam keadaan ekstensi. Tunggulah sampai
orang coba tidak melihat saudara, tusuklah dengan hati-hati dan cepat kulit tangan
dengan jarum suntik steril, sehalus mungkin agar tidak melukai orang coba. Respon
berupa fleksi lengan tersebut menjauhi stimulus.
D. Hasil Percobaan
Pemeriksa : Tn. HR
Orang Coba : Tn. FI
Umur : 19 Tahun
a) Refleks Kulit Perut
Respon yang didapatkan adalah kontrasi dinding perut (normal).
b) Refleks Periost Radialis
Respon yang didapatkan adalah fleksi lengan bawah pada siku dan supinasi tangan
(normal).
c) Refleks Periost Ulnaris
Respon yang didapatkan adalah pronasi tangan (normal).
d) Knee Pess Reflex (KPR)
Respon yang didapatkan adalah ekstensi tungkai disertai kontraksi otot kuadriseps
(normal).
e) Achilles Pess Reflex (APR)
Respon yang didapatkan adalah plantar fleksi dari kaki dan kontraksi otot gastrocnemius
(normal).
f) Refleks Biseps
Respon yang didapatkan adalah fleksi lengan siku dan tampak kontraksi otot biseps
(normal).
g) Refleks Triseps
Respon yang didapatkan adalah ekstensi tangan dan kontraksi otot triseps.
h) Withdrawl Reflex
Respon yang didapatkan adalah fleksi lengan dan menjauhi stilmulus.
E. Analisis Hasil Percobaan
a) Pada pemeriksaan refleks kulit perut didapatkan hasil yaitu terjadi kontraksi otot dinding perut.
Berarti orang coba tersebut normal. Apabila pada pemeriksaan tidak terjadi kontraksi otot
dinding perut maka orang coba abnormal dan ini biasanya ditemukan pada ibu hamil atau ibu
menyusui. Perjalanan impulsnya yaitu :
Rangsangan (goresan kulit abdomen) Impuls reseptor s.sensorik/afferent medulla spinalis (
perut bagian bawah: T11-T12&L, perut bagian tengah: T9-T11, perut bagian atas: T7-T9 )
n.asosiasi/perantara s.motorik efektor (kontraksi otot dinding perut).
b) Pada pemeriksaan refleks periost radialis didapatkan hasil berupa fleksi lengan bawah pada siku
dan supinasi tangan berarti orang coba tersebut dalam keadaan normal. Perjalanan impulsnya
yaitu :
Rangsangan (ketukan periousteum os. radialis) Impuls reseptor s.sensorik/afferent (N.
Radialis) medulla spinalis/C5&T1 (pusat) n.asosiasi/perantara s.motorik (N. Radialis)
efektor (otot-otot supinator dan flexor).
c) Pada pemeriksaan refleks periost ulnaris didapatkan hasil berupa pronasi tangan hal ini berarti
orang coba dalam keadaan normal. Perjalanan impulsnya yaitu :
Rangsangan (ketukan pada perious prosessus stilodeus) Impuls reseptor s.sensorik/afferent
(N. Ulnaris) medulla spinalis/C7&T1 (pusat) n.asosiasi/perantara s.motorik (N. Ulnaris)
efektor (otot-otot pronasi).
d) Pada pemeriksaan knee pess refleks didapatkan hasil yaitu terjadi ekstensi tungkai disertai
kontraksi otot kuadriseps berarti orang coba normal. Perjalanan impulsnya yaitu :
Rangsangan (ketukan pada patellae) Impuls reseptor s.sensorik/afferent (N. Femoris)
medulla spinalis/L3-L4 (pusat) n.asosiasi/perantara s.motorik (N. Femoris) efektor (N.
Quadratus femoris).
e) Pada pemeriksaan achilles pess reflex didapatkan hasil yaitu terjadi plantar fleksi dari kaki dan
kontraksi otot gastrocnemius. Perjalanan Impulsnya yaitu :
Rangsangan (ketukan tendo acilles) Impuls reseptor s.sensorik/afferent (N. Tibialis)
medulla spinalis/L5&S2 (pusat) n.asosiasi/perantara s.motorik (N. Tibialis) efektor (M.
gastocnemius).
f) Pada pemeriksaan refleks biseps didapatkan hasil yaitu terjadi fleksi lengan siku dan tampak
kontraksi otot biseps. Perjalanan impulsnya yaitu :
Rangsangan (ketukan tendo otot biseps) Impuls reseptor s.sensorik/afferent (N.
Musculocutaneus) medulla spinalis/C5-C6 (pusat) n.asosiasi/perantara s.motorik (N.
Musculocutaneus) efektor (M. Biceps Brachii).
g) Pada pemeriksaan refleks triseps didapatkan hasil yaitu terjadi ekstensi tangan dan kontraksi otot
triseps.
Perjalanan impulsnya yaitu :
Rangsangan (ketukan tendo otot triseps) Impuls reseptor s.sensorik/afferent (N. Radialis)
medulla spinalis/C5-C7 (pusat) n.asosiasi/perantara s.motorik (N. Radialis) efektor (M.
Triceps Brachii).
h) Pada pemeriksaan withdrawl reflex didapatkan hasil yaitu terjadi fleksi lengan menjauhi stimulus.
Perjalanan impuls yaitu rangsangan (tusukan kulit tangan) Impuls reseptor
s.sensorik/afferent medulla spinalis n.asosiasi/perantara s.motorik efektor (fleksi lengan
dengan cara menjauhi stimulus).
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1) Cara-cara pemeriksaan fisiologis pada manusia yaitu :
a) Refleks kulit perut
b) Refleks periost radialis
c) Refleks periost ulnaris
d) Knee pess reflex (KPR)
e) Achilles pess reflex (APR)
f) Refleks biseps
g) Refleks triseps
h) Withdrawl reflex
2) Dari hasil percobaan yang dilakukan tidak didapatkan adanya gangguan impuls pada sistem
saraf.
B. Saran
Diharapkan pada saat praktikum agar orang coba merasa rileks agar hasil yang didapatkan
sesuai dengan apa yang diharapkan.
Sebaiknya alat-alat yang digunakan ditambah agar proses praktikum berjalan lancar, serta
ruangan sebaiknya dipasangkan penyejuk ruangan agar para mahasiswa yang melakukan
praktikum tidak kepanasan.
Sebaiknya ruangan praktikum diperluas agar semua kelompok dapat masuk secara
bersamaan. Serta waktu praktikum diefisienkan, serta tidak ada penundaan pada praktikum agar
lebih banyak waktu untuk mengerjakan laporan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Pratama, Tomi.2008.Gerak Reflek pada Manusia.in www.thetom022. wordpress. com.Last Update 6 Juli 2010.
2. Syaifuddin.2009.Fisiologi Tubuh Manusia Untuk Mahasiswa Keperawatan.
Edisi 2.Jakarta:Salemba Medika
3. Ganong, William F.2008.Fisiologi Kedokteran.Edisi 22.Jakarta:EGC.
4. Bauman, Robert.2001.Human Anatomy and Physiology Laboratory Text Book.Amerika:Whitties Publications.
5. Taslim, Faisal.2010.Refleks-Refleks Fisiologi.in www.faisal-taslim.blogspot.com.Last Update 6 Juli 2010.
6. Guyton, Arthur.2006.Text Book of Medical Physiology.Edisi 11.Cina:Elsevier Saunders.
7. Despopoulos, Agamemnon.2003.Color Atlas of Physiology.Edisi 5.Jerman: Georg Thieme Verlag.
8. Smeltzer, Suzane C.2001.Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8.Volume 3.Jakarta:EGC.
9. Hatake, Adisa.2010.Refleks Patologis dan Fisiologis pada Manusia.inwww.adisazone.blogspot.com.Last Update 6 Juli 2010.
Laporan Refleks Fisiologis
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Reflek sadalah reespon yang tidak berubah terhadap perangsangan yang
terjadi di luar kehendak, atau dengan kata lain refleks adalah respon yang terjadi
secara otomatis tanpa usaha sadar.Rangsangan ini merupakan reaksi organisme
terhadap perubahan lingkungan baik di dalam maupun di luar organisme yang
melibatkan sistem saraf pusat dalam memberikan jembatan (respons) terhadap
rangsangan. Ada dua jenis refleks, yaitu refleks sederhana atau refleks dasar, yaitu
refleks built-in yang tidak perlu dipelajari, misalnya mengedipkan mata jika ada benda
asing yang masuk; dan refleks didapat atau refleks terkondisi, yang terjadi ketika belajar
dan berlatih, misalnya seorang pianis yang menekan tuts tertentu sewaktu melihat
suatu di kertas partitur. Jalur – jalur saraf saraf yang berperan dalam pelaksanaan
aktivitas refleks dikenal sebagai lengkung refleks.Lekung refleks ini terdiri dari alat
indra, serta saraf aferen satu atau lebih sinapas yang terdapat disusunan saraf pusat
atau diganglion simpatis, saraf everon dan efektor.
Cara manusia bertindak dan bereaksi bergantung pada pengolahan neuron
yang tersendiri, terorganisasi, dan kompleks.Banyak pola neuron penunjang kehidupan,
seperti pola yang mengontrol pernapasan dan sirkulasi, serupa pada semua
individu.Reseptor adalah suatu struktur khusus yang peka terhadap suatu bentuk energi
tertentu dan dapat mengubah bentuk energi menjadi aksi-aksi potensial listrik atau
impuls-impuls saraf.
Refleks dapat berupa peningkatan maupun penurunan kegiatan, misalnya
kontraksi atau relaksasi otot, kontraksi atau dilatasi pembuluh darah.Dengan adanya
kegiatan refleks, tubuh mampu mengadakan reaksi yang cepat terhadap berbagai
perubahan diluar maupun di dalam tubuh disertai adaptasi terhadap perubahan
tersebut.Dengan demikian seberapa besar peran system saraf pusat dapat mengatur
kehidupan organisme.Refleks sangat penting untuk pemeriksaan keadaan fisis secara
umum, fungsi nervus, dan koordinasi tubuh.Dari refleks atau respon yang diberikan oleh
anggota tubuh ketika sesuatu mengenainya dapat diketahui normal tidaknya fungsi
dalam tubuh. Oleh karena itu, pelaksanaan praktikum ini sangat penting agar diketahui
bagaimana cara memeriksa refleks fisiologis yang ada pada manusia.
I.2. Tujuan Praktikum
1. Mempelajari cara-cara pemeriksaan refleks-refleks yang fisiologis pada manusia.
2. Melihat ada tidaknya gangguan konduksi impuls pada system saraf.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Gerak pada umumnya terjadi secara sadar, namun, ada pula gerak yang terjadi
tanpa disadari yaitu gerak refleks.Untuk terjadi gerak refleks, maka dibutuhkan struktur
sebagai berikut : organ sensorik (yang menerima impuls), serabut saraf sensorik (yang
menghantarkan impuls), sumsum tulang belakang (serabut-serabut saraf penghubung
menghantarkan impuls), sel saraf motorik (menerima dan mengalihkan impuls), dan
organ motorik (yang melaksanakan gerakan). Gerak refleks merupakan bagian dari
mekanika pertahanan tubuh yang terjadi jauh lebih cepat dari gerak sadar, misalnya
menutup mata pada saat terkena debu, menarik kembali tangan dari benda panas
menyakitkan yang tersentuh tanpa sengaja. Gerak refleks dapat dihambat oleh
kemauan sadar ; misalnya, bukan saja tidak menarik tangan dari benda panas, bahkan
dengan sengaja menyentuh permukaan panas. (Evelyn Pearce, 2009 : 292)
Mekanisme gerak refleks merupakan suatu gerakan yang terjadi secara tiba-
tiba diluar kesadaran kita. Refleks fleksor, penarikan kembali tangan secara refleks dari
rangsangan yang berbahaya merupakan suatu reaksi perlindungan. Refleks ekstensor
(polisinaps) rangsangan dari reseptor perifer yang mulai dari refleksi pada anggota
badan dan juga berkaitan dengan ekstensi anggota badan. Gerakan refleks merupakan
bagian dari mekanisme pertahanan tubuh dan terjadi jauh lebih cepat dari gerak sadar
misalnya menutup mata pada saat terkena debu
Untuk terjadinya gerakan refleks maka dibutuhkan struktur sebagai berikut,
organ sensorik yang menerima impuls misalnya kulit. Serabut saraf sensorik yang
menghantarkan impuls tersebut menuju sel-sel ganglion radiks posterior dan
selanjutnya serabut sel-sel akan melanjutkan impuls danmenghantarkan impuls-impils
menuju substansi pada kornu posterior medula spinalis. Sel saraf motorik menerka
impuls dan menghantarkan impuls-impuls melalui serabut motorik.
Kegiatan sistem saraf pusat ditampilkan dalam bentuk kegiatan refleks.Dengan
kegiatan refleks dimungkinkan terjadi hubungan kerja yang baik dan tepat antara
berbagai organ yang terdapat dalam tubuh manusia dan hubungan dengan
sekelilingnya.Refleks adalah respon yang tidak berubah terhadap perangsangan yang
terjadi diluar kehendak.Rangsangan ini merupakan reaksi organisme terhadap
perubahan lingkungan baik didalam maupun diluar organisme yang melibatkan sistem
saraf pusat dalam maupun memberikan jembatan (respons) terdapat rangsangan.
Refleks dapat berupa peningkatan maupun penurunan kegiatan, misalnya kontraksi
atau relaksasi otot, kontraksi atau dilatasi pembuluh darah. Dengan adanya kegiatan
refleks, tubuh mampu mengadakan reaksi yang cepat terhadap berbagai perubahan
diluar maupun didalam tubuh disertai adaptasi terhadap perubahan tersebut.Dengan
demikian seberapa besar peran sistem saraf pusat dapat mengukur kehidupan
organisme.
Proses yang terjadi pada refleks melalui jalan tertentu disebut lengkung refleks.
Komponen-komponen yang dilalui refleks :
1. Reseptor rangsangan sensorik yang peka terhadap suatu rangsangan misalnya kulit
2. Neuron aferen (sensoris) yang dapat menghantarkan impuls menuju kesusunan saraf
pusat (medula spinalis-batang otak)
3. Pusat saraf (pusat sinaps) tempat integrasi masuknya sensorik dan dianalisis kembali
ke neuron eferen
4. Neuron eferen (motorik) menghantarkan impuls ke perifer
5. Alat efektor merupakan tempat terjadinya reaksi yang diwakili oleh suatu serat otot atau
kelenjar
Walaupun otak dan sum-sum tulang belakang mempunyai materi sama tetapi
susunannya berbeda. Pada otak, materi kelabu terletak dibagian luar atau kulitnya dan
dibagian putih terletak ditengah. Pada sum-sum tulang belakang bagian tengah berupa
materi kelabu berbentuk kupu-kupu,sedangkan pada bagian-bagian korteks juga dapat
berupa materi putih.(Syaifuddin,2006 : 214).
Unit dasar setiap kegiatan reflex terpadu adalah lengkung reflex. Lengkung reflex
ini terdiri dari alat indra, serat saraf aferen, satu atau lebih sinaps yang terdapat di
susunan saraf pusat atau di ganglion simpatis, serat saraf eferen, dan efektor. Serat
neuron aferen masuk susunan saraf pusat melalui radiks dorsalis medulla spinalis atau
melalui nervus kranialis, sedangkan badan selnya akan terdapat di ganglion-ganglion
homolog nervi kranialis atau melalui nervus cranial yang sesuai. Kenyataan radiks
dorsalis medulla spinalis bersifat sensorik dan radiks ventralis bersifat motorik dikenal
sebagai hokum Bell- Magendie.
Kegiatan pada lengkung reflex dimulai di reseptor sensorik, sebagai potensial
reseptor yang besarnya sebanding dengan kuat rangsang. Potensial reseptor ini akan
membangkitkan potensial aksi yang bersifat gagal atau tuntas, di saraf aferen.
Frekuensi potensial aksi yang terbentuk akan sebanding dengan besarnya potensial
generator. Di system saraf pusat (SSP), terjadi lagi respons yang besarnya sebanding
dengan kuat rangsang, berupa potensial eksitasi pascasinaps (Excitatory Postsynaptic
Potential=EPSP) dan potesial inhibisi postsinaps (Inhibitory Postsynaptic
Potential=IPSP) di hubungan-hubungan saraf (sinaps). Respon yang timbul di serat
eferen juga berupa repons yang bersifat gagal atau tuntas.Bila potensial aksi ini sampai
di efektor, terjadi lagi respons yang besarnya sebanding dengan kuat rangsang. Bila
efektornya berupa otot polos, akan terjadi sumasi respons sehingga dapat
mencetuskan potensial aksi di otot polos. Akan tetapi, di efektor yang berupa otot
rangka, respons bertahap tersebut selalu cukup besar untuk mencetuskan potensial
aksi yang mampu menghasilkan kontraksi otot. Perlu ditekankan bahwa hubungan
antara neuron aferen dan eferen biasanya terdapat di system saraf pusat, dan kegiatan
di lengkung reflex ini dapat dimodifikasi oleh berbagai masukan dari neuron lain yang
juga bersinaps pada neuron eferen tersebut.
Lengkung reflex. Paling sederhana adalah lengkung reflex yang mempunyai satu
sinaps anatara neuron aferen dan eferen. Lengkung reflex semacam itu dinamakan
monosinaptik, dan reflex yang terjadi disebut reflex monosinaptik. Lengkung reflex yang
mempunyai lebih dari satu interneuron antara neuron afern dan eferen dinamakan
polisanptik, dan jumlah sinapsnya antara 2 sampai beberapa ratus. Pada kedua jenis
lengkung reflex, terutama pada lengkung reflex polisinaptik. Kegiatan refleksnya dapat
dimodifikasi oleh adanya fasilitas spasial dan temporal, oklusi, efek penggiatan bawah
ambang (subliminal fringe), dan oleh berbagai efek lain. (Laurale Sherwood, 2006)
Neuron aferen secara langsung bersinaps dengan neuron motorik alfa yang
mempersarafi serat-serat ekstrafusal otot yang sama, sehingga terjadi kontraksi otot itu.
Refleks regang (stretch reflex) ini berfungsi sebagai mekanisme umpan balik negative
untuk menahan setiap perubahan pasif panjang otot, sehingga panjang optimal dapat
dipertahankan.
Contoh klasik reflex regang adalah reflex tendon patella atau knee-jerk reflex.
Otot- otot ekstenson lutut adalah kuadriseps femoris, yang membentuk anterior paha
dan melekat ke tibia (tulang kering) tepat di bawah lutut melalui tendon patella. Reflex
regang yang terjadi menimbulkan kontraksi otot ekstensor ini, sehingga lutut mengalami
ekstensi dan mengangkat tungkai bawah dengan cara yang khas. Reflex patella yang
normal mengindikasikan dokter bahwa sejumlah komponen saraf dan otot-gelendong
otot, masukan aferen, neuron motorik, keluaran eferen taut neuromuskulus, dan otot itu
sendiri-berfungsi normal. Reflex ini juga mengindikasikan adanya keseimbangan antara
masukan eksitorik dan inhibitorik ke neuron motorik dari pusat-pusat yang lebih tinggi di
otak.Tujuan utama reflex regang adalah menahan kecenderungan peregangan pasif
otot-otot ekstensor yang ditimbulkan oleh gaya gravitasi ketika seseorang berdiri tegak.
(William F. Ganong, 2008)
Stretch dinamis dan statis Stretch Reflex. Itu refleks regangan dapat dibagi
menjadi dua komponen: refleks peregangan dinamis dan reflex regangan statis.
Dinamis adalah menimbulkan refleks regangan oleh menimbulkan sinyal dinamis
ditularkan dari indra utama akhiran dari spindle otot, yang disebabkan oleh peregangan
cepat atau unstretch. Artinya, ketika tiba-tiba otot diregangkan atau teregang, sinyal
kuat ditularkan ke sumsum tulang belakang; ini seketika kuat menyebabkan refleks
kontraksi (atau penurunan kontraksi) dari otot yang sama dari sinyal yang berasal. Jadi,
fungsi refleks untuk menentang perubahan mendadak pada otot panjang.Refleks
regangan yang dinamis berakhir dalam fraksi detik setelah otot telah menggeliat (atau
awalnya) untuk panjang baru, tetapi kemudian yang lebih lemah statis refleks regangan
terus untuk waktu yang lama setelahnya.Refleks ini diperoleh oleh statis terus-menerus
sinyal reseptor ditularkan oleh kedua primer dan endings.The sekunder pentingnya
peregangan statis refleks adalah bahwa hal itu menyebabkan tingkat kontraksi otot
tetap cukup konstan, kecuali jika sistem saraf seseorang secara spesifik kehendak
sebaliknya.(Guyton dan Hall, 2006)
Peregangan otoy secara tiba-tiba merangsang “muscule spindle” dan sebaliknya
ini menyebabkan refleks kontraksi dari otot yang sama. Karena alasan yang jelas,
refleks yang sering disebut suatu refleks regang mempunyai suatu konponen dinamik
dan suatu komponen statik. Refleks regang dinamik disebabkan oleh isyarat dinamik
yang kuat dari muscle spindle. Refleks regang static dibangkitkan oleh isyarat kontinu
reseptor static yang dihantarkan melalui ujung primer dan sekunder muscle spindle.
Refleks regang negatif, bila suatu otot tiba-tiba diperpendek, terjadi efek yang
berlawanan. Refleks ini menentang pemendekan otot tersebut dengan cara yang sama
seperti refleks regang positif yang menentang pemanjangan otot. (Athur C. Guyton,
2008 : 457)
Refleks cahaya pada pupil adalah refleks yang mengontrol diameter pupil,
sebagai tanggapan terhadap intensitas (pencahayaan) cahaya yang jatuh pada retina
mata.Refleks kornea, juga dikenal sebagai refleks berkedip, adalah tanpa sadar
kelopak mata berkedip dari yang diperoleh oleh stimulasi (seperti menyentuh atau
benda asing) dari kornea, atau cahaya terang, meskipun bisa akibat dari rangsangan
perifer.Harus membangkitkan rangsangan baik secara langsung dan respons
konsensual (tanggapan dari mata sebaliknya). Refleks mengkonsumsi pesat sebesar
0,1 detik. Pemeriksaan refleks kornea merupakan bagian dari beberapa neurologis
ujian, khususnya ketika mengevaluasi koma.Kerusakan pada cabang oftalmik (V1) dari
saraf kranial ke-5 hasil di absen refleks kornea ketika mata terkena dirangsang.Refleks
biseps tes refleks yang mempelajari fungsi dari refleks C5 busur dan untuk mengurangi
refleks C6 derajat busur.Tes ini dilakukan dengan menggunakan sebuah tendon palu
untuk dengan cepat menekan tendon biceps brachii saat melewati kubiti fosa.
(http://en.wikipedia.org/wiki/Reflex)
BAB III
METODE PERCOBAAN
III.1. ALAT YANG DIBUTUHKAN
Palu perkusi
Lampu Senter
Kapas
Jarum
III.2. CARA KERJA
a. Refleks kulit perut
Orang coba berbaring telentang dengan kedua lengan terletak lurus di samping badan.
Goreslah kulit daerah abdomen dari lateral kearah umbilicus. Respon yang terjadi
berupa kontraksi otot dinding perut.
b. Refleks kornea
Sediakanlah kapas yang digulung menjadi bentuk silinder halus. Orang coba
menggerakkan bola mata ke lateral yaitu dengan melihat ke salah satu sisi tanpa
menggerakkan kepala. Sentuhlah dengan hati-hati sisi kontralateral kornea dengan
kapas.Respon berupa kedipan mata secara cepat.
c. Refleks cahaya
Cahaya senter dijatuhkan pada pupil salah satu mata orang coba.Respons berupa
konstriksi pupil holoateral dan kontralateral. Ulangi percobaan pada mata lain.
d. Refleks Periost Radialis
Lengan bawah orang coba setengah difleksikan pada sendi siku dan tangan sedikit
dipronasikan.Ketuklah periosteum pada ujung distal os radii.Respons berupa fleksi
lengan bawah pada siku dan supinasi tangan.
e. Refleks Periost Ulnaris
Lengan bawah orang coba setengah difleksikan pada sendi siku dan tangan antara
pronasi dan supinasi.Ketuklah pada periost prosessus stiloideus.Respons berupa
pronasi tangan.
f. Stretch Reflex (Muscle Spindle Reflex=Myotatic Reflex)
1) Knee Pess Reflex (KPR)
Orang coba duduk pada tempat yang agak tinggi sehingga kedua tungkai akan
tergantung bebas atau orang coba berbaring terlentang dengan fleksi tungkai pada
sendi lutut. Ketuklah tendo patella dengan Hammer sehingga terjadi ekstensi tungkai
disertai kontraksi otot kuadrisips.
2) Achilles Pess Reflex (ACR)
Tungkai difleksikan pada sendi lutut dan kaki didorsofleksikan.Ketuklah pada tendo
Achilles, sehingga terjadi plantar fleksi dari kaki dan kontraksi otot gastronemius.
3) Refleks biseps
Lengan orang coba setengah difleksikan pada sendi siku. Ketuklah pada tendo otot
biseps yang akan menyebabkan fleksi lengan pada siku dan tampak kontraksi otot
biseps.
4) Refleks triseps
Lengan bawah difleksikan pada sendi siku dan sedikit dipronasikan. Ketuklah pada
tendo otot triseps 5 cm di atas siku akan menyebabkan ekstensi lengan dan kontraksi
otot triseps.
5) Withdrawl Reflex
Lengan orang coba diletakkan di atas meja dalam keadaa ekstensi.Tunggulah pada
saat orang coba tidak melihat saudara, tusuklah dengan hati-hati dan cepat kulit lengan
dengan jarum suntik steril, sehalus mungkin agar tidak melukai orang coba.Respons
berupa fleksi lengan tersebut menjauhi stimulus.
Yang Perlu Diperhatikan:
1. Relaksasi sempurna: orang coba harus relaks dengan posisi seenaknya. Bagian
(anggota gerak) yang akan diperiksa harus terletak sepasif mungkin (lemas) tanpa ada
usaha orang coba untuk mempertahankan posisinya.
2. Harus ada ketegangan optimal dari otot yang akan diperiksa. Ini dapat dicapai bila
posisi dan letak anggota gerak orang coba diatur dengan baik.
3. Pemeriksa mengetukkan Hammer dengan gerakan fleksi pada sendi tangan dengan
kekuatan yang sama, yang dapat menimbulkan regangan yang cukup.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1. Hasil percobaan
1. Refleks Kulit perut
Orang coba : Tn A
Protokol : hasil
Kulit perut : tidak terjadi reaksi
Respon yang terjadi berupa kontraksi otot dinding perut.
2. Refleks Kornea
Orang coba : Tn A
Protokol : hasil
Kornea : ada kontraksi
Respon berupa kedipan mata secara cepat.
3. Refleks Cahaya
Orang coba : Tn A
Protokol : hasil
Cahaya : pupil mengecil
Respons berupa konstriksi pupil homolateral dan kontralateral.
4. Refleks Perost radialis
Orang coba : Tn I
Protokol : hasil
Periost radialis : fleksi
Respons berupa fleksi lengan bawah pada siku dan supinasi tangan.
5. Refleks periost
Orang coba : Tn I
Protokol : hasil
Ulnaris : supinasi
Respons berupa pronasi tangan.
6. Sterecth refleks
a. Knee pess refleks
Protokol : hasil
Knee pess refleks : terjadi ekstensi
Respons berupa ekstensi tungkai disertai kontraksi otot kuadriseps.
b. Achilles
Orang coba : Tn A
Protokol : hasil
Achilles : dorso fleksi
Respons berupa plantar fleksi dari kaki dan kontraksi otot gastroknemius.
c. Refleks biseps
Orang coba : Tn A
Protokol : hasil
Biseps : terjadi fleksi
Respons berupa fleksi lengan pada siku dan tampak kontraksi otot biseps.
d. Refleks Triseps
Orang coba : Tn A
Protokol : hasil
Triseps : terjadi ekstensi
Respons berupa ekstensi lengan dan kontraksi otot triseps.
e. Withdrawl Refleks
Orang coba : Tn A
Protokol : hasil
Withdrawl Refleks : reaksi menjauhi rangsangan
Respons berupa fleksi lengan tersebut menjauhi stimulus.
IV.2. Pembahasan
Refleks adalah jawaban motoric atas rangsangan sensorik yang diberikan
pada kulit atau respon apapun yang terjadi secara otomatis tanpa usaha sadar.Pada
manusia, ada dua jenis refleks yaitu refleks fisiologis dan patologis.Refleks fisiologis
normal jika terdapat pada manusia, sebaliknya refleks patologis normal jika tidak
terdapat pada manusia.
Refleks fisiologis
Pada pemeriksaan refleks kulit perut orang coba tidak mengalami reaksi,ketika
daerah abdomen di gores. Hal ini disebabkan adanya kelainan pada daerah
abdomen.Kulit di daerah abdomen dari lateral ke arah umbilikus digores dan respon
yang terjadi berupa kontraksi otot dinding perut. Namun pada orang lanjut usia dan
sering hamil, tidak terjadi lagi kontraksi otot dinding perut karena tonus otot perutnya
sudah kendor.
Pada refleks kornea atau refleks mengedip, orang coba menggerakkan bola
mata ke lateral yaitu dengan melihat salah satu sisi tanpa menggerakkan kepala.
Kemudian sisi kontralateral kornea orang coba disentuh dengan kapas yang telah
digulung membentuk silinder halus.Respon berupa kedipan mata secara
cepat.Sentuhan pada sisi kornea dengan kapa yang berbentuk silinder halus akan
mengakibatkan kontraksi secara spontan pada bola. Hal ini disebabkan mata termasuk
organ tubuh yang sangat sensitif terhadap benda-benda asing
Pada percobaan tentang refleks cahaya akan dilihat bagaimana respon pupil
mata ketika cahaya senter dijatuhkan pada pupil. Ternyata repon yang terjadi berupa
kontriksi pupil homolateral dan kontralateral. Jalannya impuls cahaya sampai terjadi
kontriksi pupil adalah berasal dari pupil kemudian stimulus diterima oleh N.Opticus, lalu
masuk ke mesencephalon, dan kemudian melanjutkan ke N .Oculomotoris dan sampai
ke spingter pupil.Refleks cahay ini juga disebut refleks pupil.Pada percobaan refleks
cahaya, pupil mata mengalami pengecilan.Cahaya yang berlebihan yang masuk
kedalam mata membuat pupil mata menjadi kecil.
Pada percobaan refleks periost radialis, lengan bawah orang coba difleksikan
pada sendi tangan dan sedikit dipronasikan kemudian dilakukan pengetukan
periosteum pada ujung distal os radii.Pada percobaan refleks periost radialis terjadi
gerakan fleksi.Hal ini menandakan tangan orang coba normal karena respons ketika
diketuk. Jalannya impuls pada refleks periost radialis yaitu dari processus styloideus
radialis masuk ke n. radialis kemudian melanjutkan ke N. cranialis 6 sampai Thoracalis
1 lalu masuk ke n. ulnaris lalu akan menggerakkan m. fleksor ulnaris. Respon yang
terjadi berupa fleksi lengan bawah pada siku dan supinasi tangan.
Pada percobaan refleks perost ulnaris terjadi supunasi dan ini menundakan
bahwa tangan orang coba normal. Pada percobaan refleks stretuch pada kpr terjadi
ekstensi yang disertai kontraksi otot kuadriseps, APR terjadi plantar fleksi dan kontraksi
otot gastroknimius, untuk biseps terjadi fleksi lengan dan kontraksi otot biseps dan
refleks triseps dan withdrawl refleks mengalami fleksi dan ekstensi pada lengan.Respon
dari refleks periost ulnaris berupa pronasi tangan. Jalannya impuls saraf berasal dari
processus styloideus radialis masuk ke n. radialis kemudian melanjutkan ke N. cranialis
5-6 lalu masuk ke n. radialis lalu akan menggerakkan m. brachioradialis.
Bila suatu otot rangka dengan persarafan yang utuh diregangkan akan timbul
kontraksi. Respon ini disebut refleks regang. Rangsangannya adalah regangan pada
otot, dan responnya berupa kontraksi otot yang diregangkan.Reseptornya adalah
kumparan otot (muscel spindle).Yang termasuk muscle spindle reflex (stretcj reflex)
yaitu Knee Pess Reflex (KPR), Achilles Pess Reflex (APR), Refleks Biseps, Refleks
Triceps, dan Withdrawl refleks.Pada Knee Pess Reflex (KPR), tendo patella diketuk
dengan palu dan respon yang terjadi berupa ekstensi tungkai disertai kontraksi otot
kuadriseps. Pada Achilles Pess Refleks (APR), tungkai difleksikan pada sendi lutu dan
kaki didorsofleksikan.Respon yang terjadi ketika tendo Achilles diketuk berupa fleksi
dari kaki dan kontraksi otot gastroknemius.Ketika dilakukan ketukan pada tendo otot
biseps terjadi respon berupa fleksi lengan pada siku dan supinasi.Sedangkan jika tendo
otot triseps diketuk, maka respon yang terjadi berupa ekstensi lengan dan
supinasi.Untuk mengetahui fungsi nervus, dapat dilakukan beberapa pemeriksaan,
misalnya untuk memeriksa nervus IX (nervus glossopharingeus) dapat dilihat pada saat
spatula dimasukkan ke dalam mulut, maka akan timbul refleks muntah, sedangkan
nervus XII dapat dilakukan pemeriksaan pada lidah, dan beberapa nervus dapat
diperiksa dengan malihat gerakan bola mata. Nervus penggerak mata antara nervus IV,
abduscens, dan oculomotoris.Nervus XI (nervus accesoris) dapat diuji dengan menekan
pundak orang coba, jika ada pertahanan, artinya normal.Respon motorik kasar
melibatkan seluruh koordinasi sistem saraf.Respon ini dapat dilihat saat orang diminta
menunjuk anggota secara bergantian. Orang normal akan menunjuk dengan tepat,
sebaliknya orang yang koordinasi sistem sarafnya tidak normal maka dia tidak akan
menunjuk dengan tepat.
BAB V
PENUTUP
V.1. KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari percobaan ini adalah sebagaiberikut :
1. Kulit perut merupakan daerah abdomen, sehingga jika digoreskan maka akan timbul
refleks berupa kontraksi otot dinding perut.
2. Apabila sisi kolateral mata disentuh oleh benda asing contohnya sentuhan dengan
kapas maka terjadi respon berupa kadipan.
3. Refleks cahaya berupa kontriksi pupil homolateral dan kontralateral. Dimana jikacahaya
berlebihan yang jatuh pada pupil maka mata akan menimbulkan refleks berupa
mengecilnyapupil mata.
4. Ketukan periosteum pada ujung distal os radial akanmenimbulkan refleks periost radialis
berupa fleksi lengan bawah pada siku dan supinasitangan.
5. Ketukan pada periost prosessus stilideusakan menghasilkanrefleks periost ulnaris
berupa pronasi tangan.
6. Sterecth refleks berupa :
o Knee pess reflex,ketukan pada tendo patella menggunakan hammer akan menimbulkan
refleks berupa ekstensi tungkai yang disertai dengan kontraksi ototkuadriseps.
o Achilles pess refleks, ketukan pada tendo achiles akan mennimbulkan rerfleks berupa
plantar rfleksi dari kaki dan kontraksiotot gastroknemius.
o Refleks biseps berupa fleksi lengan pada siku dan kntraksi otot biseps.
o Ketukan pada tendo otot triseps diatas siku akan menyebabkan refleks berupa gerakan
fleksi dalam hal ini berupa ekstensi lengan dan kontraksi otot triseps.
o Tusukan pada kulit lengan dengan cepat akan menyebabkan respon berupa gerakan
fleksi lengan dan menjauhi stimulus
V.2. SARAN
Sebaiknya perlengakapan lab diperbanyak sehingga dalam menjalankan
praktikum dapatlebih baik lagi dan jika peralatan lab banyak tentu akan mempermudah
dalam melakukan praktikum serta praktikum dapat dilakukan dengan cepat.
DAFTAR PUSTAKA
Ganong, William F. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.Jakarta : EGC
Guyton, Athur C. 2008. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit (Human Physiology and
Mechanisms of Disease).Jakarta : EGC
Guyton dan Hall.2006.Text Book of Medical Phisiology.Jakarta : EGC
Pearce,Evelyn.2009. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta : PT. Gtamedia Pustaka
Utama
Sherwood,Lauralee.2006.Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem.Jakarta :EGC
http://en.wikipedia.org/wiki/Reflex (24-04-2010, pkl. 07.45 am)
refleks refleks fisiologis
LAPORANPERCOBAAN 5
REFLEKS REFLEKS FISIOLOGI
NAMA : SUDARMANNIM : F1E110030DOKTER PEMBIMBING : Dr. IRFAN IDRIS, M.Kes
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTERFAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALUOLEO2010
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Tinjauan Pustaka
Gerak pada umumnya terjadi secara sadar, namun, ada pula gerak yang terjadi tanpa
disadari yaitu gerak refleks. Impuls pada gerakan sadar melalui jalan panjang, yaitu dari reseptor,
ke saraf sensori, dibawa ke otak untuk selanjutnya diolah oleh otak, kemudian hasil olahan oleh
otak, berupa tanggapan, dibawa oleh saraf motor sebagai perintah yang harus dilaksanakan oleh
efektor.
Refleks adalah gerakan yang dilakukan tanpa sadar dan merupakan respon segera setelah
adanya rangsang. Pada manusia gerak refleks terjadi melalui reflex arc. Gerak refleks dapat
digunakan pada pemeriksaan neurologis untuk mengetahui kerusakan atau pemfungsian dari
sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi. Gerak refleks dapat dilatih misalnya pengulangan dari
gerakan motorik pada latihan olah raga atau pengaitan dari rangsang oleh reaksi otomatis selama
pengkondisian klasikal.
Gerak refleks berjalan sangat cepat dan tanggapan terjadi secara otomatis terhadap
rangsangan, tanpa memerlukan kontrol dari otak. Jadi dapat dikatakan gerakan terjadi tanpa
dipengaruhi kehendak atau tanpa disadari terlebih dahulu. Contoh gerak refleks misalnya
berkedip, bersin, atau batuk.
Pada gerak refleks, impuls melalui jalan pendek atau jalan pintas, yaitu dimulai dari
reseptor penerima rangsang, kemudian diteruskan oleh saraf sensori ke pusat saraf, diterima oleh
set saraf penghubung (asosiasi) tanpa diolah di dalam otak langsung dikirim tanggapan ke saraf
motor untuk disampaikan ke efektor, yaitu otot atau kelenjar. Jalan pintas ini disebut lengkung
refleks. Gerak refleks dapat dibedakan atas refleks otak bila saraf penghubung (asosiasi) berada
di dalam otak, misalnya, gerak mengedip atau mempersempit pupil bila ada sinar dan refleks
sumsum tulang belakang bila set saraf penghubung berada di dalam sumsum tulang belakang
misalnya refleks pada lutut.
Unit dasar setiap kegiatan reflex terpadu adalah lengkung reflex. Lengkung reflex ini
terdiri dari alat indra, serat saraf aferen, satu atau lebih sinaps yang terdapat di susunan saraf
pusat atau di ganglion simpatis, serat saraf eferen, dan efektor. Pada mamalia, hubungan (sinaps)
antara neuron somatil aferen dan eferen biasanya terdapat di otak atau medulla spinalis. Serat
neuron aferen masuk susunan saraf pusat melalui radiks dorsalis medulla spinalis atau melalui
nervus kranialis, sedangkan badan selnya akan terdapat di ganglion-ganglion homolog nervi
kranialis atau melalui nervus cranial yang sesuai. Kenyataan radiks dorsalis medulla spinalis
bersifat sensorik dan radiks ventralis bersifat motorik dikenal sebagai hokum Bell-Magendie.
Kegiatan pada lengkung reflex dimulai di reseptor sensorik, sebagai potensial reseptor
yang besarnya sebanding dengan kuat rangsang. Potensial reseptor ini akan membangkitkan
potensial aksi yang bersifat gagal atau tuntas, di saraf aferen. Frekuensi potensial aksi yang
terbentuk akan sebanding dengan besarnya potensial generator. Di system saraf pusat (SSP),
terjadi lagi respons yang besarnya sebanding dengan kuat rangsang, berupa potensial eksitasi
pascasinaps (Excitatory Postsynaptic Potential=EPSP) dan potesial inhibisi postsinaps
(Inhibitory Postsynaptic Potential=IPSP) di hubungan-hubungan saraf (sinaps). Respon yang
timbul di serat eferen juga berupa repons yang bersifat gagal atau tuntas. Bila potensial aksi ini
sampai di efektor, terjadi lagi respons yang besarnya sebanding dengan kuat rangsang. Bila
efektornya berupa otot polos, akan terjadi sumasi respons sehingga dapat mencetuskan potensial
aksi di otot polos. Akan tetapi, di efektor yang berupa otot rangka, respons bertahap tersebut
selalu cukup besar untuk mencetuskan potensial aksi yang mampu menghasilkan kontraksi otot.
Perlu ditekankan bahwa hubungan antara neuron aferen dan eferen biasanya terdapat di system
saraf pusat, dan kegiatan di lengkung reflex ini dapat dimodifikasi oleh berbagai masukan dari
neuron lain yang juga bersinaps pada neuron eferen tersebut.
Lengkung reflex. Paling sederhana adalah lengkung reflex yang mempunyai satu sinaps
anatara neuron aferen dan eferen. Lengkung reflex semacam itu dinamakan monosinaptik, dan
reflex yang terjadi disebut reflex monosinaptik. Lengkung reflex yang mempunyai lebih dari satu
interneuron antara neuron afern dan eferen dinamakan polisanptik, dan jumlah sinapsnya antara
2 sampai beberapa ratus. Pada kedua jenis lengkung reflex, terutama pada lengkung reflex
polisinaptik. Kegiatan refleksnya dapat dimodifikasi oleh adanya fasilitas spasial dan temporal,
oklusi, efek penggiatan bawah ambang (subliminal fringe), dan oleh berbagai efek lain.
Bila suatu otot rangka dengan persarafan yang utuh direnggangkan, akan timbul
kontraksi. Respons ini disebut reflex renggang. Rangsangannya adalah regangan pada otot, dan
responnya berupa kontraksi otot yang direnggangkan. Reseptornya adalah kumparan otot
(muscle spindle). Impuls yang timbul akibat peregangan kumparan otot yang dihantarkan ke SSP
melalui sera-serat sensorik cepat yang langsung bersinaps dengan neuron motorik otot yang
teregang itu. Neurotransmitter di sinaps yang berada di SSP ini adalah glutamate. Reflex-refleks
regang merupakan contoh reflex monosimpatik yang paling dikenal dan paling banyak diteliti.
Jika suatu otot keseluruhan diregangkan secara pasif, serat-serat intrafusal di dalam
gelendong-gelendong otot juga teregang, terjadi peningkatan pembentukan potensial aksi di serat
saraf aferen yang ujung-ujung sensoriknya berakhir di serat-serat gelendong yang teregang
tersebut. Neuron aferen secara langsung bersinaps dengan neuron motorik alfa yang
mempersarafi serat-serat ekstrafusal otot yang sama, sehingga terjadi kontraksi otot itu. Refleks
regang (stretch reflex) ini berfungsi sebagai mekanisme umpan balik negative untuk menahan
setiap perubahan pasif panjang otot, sehingga panjang optimal dapat dipertahankan.
Contoh klasik reflex regang adalah reflex tendon patella atau knee-jerk reflex. Otot- otot
ekstenson lutut adalah kuadriseps femoris, yang membentuk anterior paha dan melekat ke tibia
(tulang kering) tepat di bawah lutut melalui tendon patella. Pengetukan tendon ini dengan sebuah
palu karet akan secara pasif meregangkan otot-otot kuadriseps dan mengaktifkan reseptor-
reseptor gelendongnya. Reflex regang yang terjadi menimbulkan kontraksi otot ekstensor ini,
sehingga lutut mengalami ekstensi dan mengangkat tungkai bawah dengan cara yang khas.
Pemeriksaan ini dilakukan secara rutin sebagai penilain pendahuluan fungsi system saraf. Reflex
patella yang normal mengindikasikan dokter bahwa sejumlah komponen saraf dan otot-
gelendong otot, masukan aferen, neuron motorik, keluaran eferen taut neuromuskulus, dan otot
itu sendiri-berfungsi normal. Reflex ini juga mengindikasikan adanya keseimbangan antara
masukan eksitorik dan inhibitorik ke neuron motorik dari pusat-pusat yang lebih tinggi di otak.
(William F Gannong, Fisiologi Kedokteran, 120)
Tujuan utama reflex regang adalah menahan kecenderungan peregangan pasif otot-otot
ekstensor yang ditimbulkan oleh gaya gravitasi ketika seseorang berdiri tegak. Setiap kali sendi
lutut cenderung melengkung akibat gravitasi, otot-otot kuadriseps teregang. Kontraksi yang
terjadi pada otot ekstensor ini akibat reflex regang dengan cepat meluruskan lutut, menahan
tungkai tetap terkstensi, sehingga orang yang bersangkutan tetap berdiri tegak.
Stretch dinamis dan statis Stretch Reflex. Itu refleks regangan dapat dibagi menjadi dua
komponen: refleks peregangan dinamis dan reflex regangan statis. Dinamis adalah menimbulkan
refleks regangan oleh menimbulkan sinyal dinamis ditularkan dari indra utama akhiran dari
spindle otot, yang disebabkan oleh peregangan cepat atau unstretch. Artinya, ketika tiba-tiba otot
diregangkan atau teregang, sinyal kuat ditularkan ke sumsum tulang belakang; ini seketika kuat
menyebabkan refleks kontraksi (atau penurunan kontraksi) dari otot yang sama dari sinyal yang
berasal. Jadi, fungsi refleks untuk menentang perubahan mendadak pada otot panjang. Refleks
regangan yang dinamis berakhir dalam fraksi detik setelah otot telah menggeliat (atau awalnya)
untuk panjang baru, tetapi kemudian yang lebih lemah statis refleks regangan terus untuk waktu
yang lama setelahnya. Refleks ini diperoleh oleh statis terus-menerus sinyal reseptor ditularkan
oleh kedua primer dan endings.The sekunder pentingnya peregangan statis refleks adalah bahwa
hal itu menyebabkan tingkat kontraksi otot tetap cukup konstan, kecuali jika sistem saraf
seseorang secara spesifik kehendak sebaliknya.
Yang sangat penting fungsi dari refleks regangan adalah kemampuannya untuk mencegah
osilasi atau sentakan pada pergerakan mesin tubuh. Ini adalah fungsi meredam dam
memperlancar seperti yang dijelaskan dalam paragraf berikut. Sinyal dari sumsum tulang
belakang sering ditularkan ke otot dalam bentuk unsmooth, meningkatkan intensitas untuk
beberapa milidetik, kemudian menurun intensitas, kemudian mengubah tingkat intensitas lain,
dan begitu seterusnya.
Refleks cahaya pada pupil adalah refleks yang mengontrol diameter pupil, sebagai
tanggapan terhadap intensitas (pencahayaan) cahaya yang jatuh pada retina mata. Intensitas
cahaya yang lebih besar menyebabkan pupil menjadi lebih kecil (kurangnya cahaya yang
masuk), sedangkan intensitas cahaya yang lebih rendah menyebabkan pupil menjadi lebih besar
(banyak cahaya yang masuk). Jadi, refleks cahaya pupil mengatur intensitas cahaya yang
memasuki mata.
Refleks kornea, juga dikenal sebagai refleks berkedip, adalah tanpa sadar kelopak mata
berkedip dari yang diperoleh oleh stimulasi (seperti menyentuh atau benda asing) dari kornea,
atau cahaya terang, meskipun bisa akibat dari rangsangan perifer. Harus membangkitkan
rangsangan baik secara langsung dan respons konsensual (tanggapan dari mata sebaliknya).
Refleks mengkonsumsi pesat sebesar 0,1 detik. Tujuan evolusioner refleks ini adalah untuk
melindungi mata dari benda asing dan lampu terang (yang terakhir ini dikenal sebagai refleks
optik).
Pemeriksaan refleks kornea merupakan bagian dari beberapa neurologis ujian, khususnya
ketika mengevaluasi koma. Kerusakan pada cabang oftalmik (V1) dari saraf kranial ke-5 hasil di
absen refleks kornea ketika mata terkena dirangsang. Stimulasi dari satu kornea biasanya
memiliki respons konsensual, dengan menutup kedua kelopak mata normal.
Refleks biseps tes refleks yang mempelajari fungsi dari refleks C5 busur dan untuk
mengurangi refleks C6 derajat busur. Tes ini dilakukan dengan menggunakan sebuah tendon
palu untuk dengan cepat menekan tendon biceps brachii saat melewati kubiti fosa. Secara
spesifik, tes mengaktifkan reseptor di dalam peregangan otot bisep brachii yang berkomunikasi
terutama dengan C5 dan sebagian saraf tulang belakang dengan saraf tulang belakang C6 untuk
merangsang kontraksi refleks dari otot biseps dan menyentakkan lengan bawah.
1.2 Tujuan Percobaan
1. Mempelajari cara pemeriksaan reflex fisiologis (reflex kornea, cahaya, kulit dinding perut,
periost radialis, periost ulnaris, dan stretch reflex).
2. Menyebutkan arkus reflex (reflex kornea, cahaya, kulit dinding perut, periost radialis, periost
ulnaris, dan stretch reflex).
3. Menilai ada tidaknya gangguan impuls pada reflex fisiologis tersebut.
BAB II
METODELOGI PENELITIAN
2.1 Alat
1. Palu Perkusi
2. Lampu Senter
3. Kapas
4. Jarum
2.2 Bahan
1. Orang Coba
2.3 Cara Kerja
1. Refleks Kornea
Sediakan kapas yang digulung menjadi bentuk silinder halus. Orang coba disuruh melihat ke sisi
yang berlawanan dengan pemeriksa tanpa menggerakkan kepala. Pemeriksa menyentuh dengan
hati-hati sisi kontralateral kornea dengan kapas. Perhatikan responnya.
2. Refleks cahaya
Cahaya senter digerakkan dari lateral menuju pupil pada salah satu mata orang coba, oleh
pengamat yang berada di depan orang coba. Perhatikan respons yang terjadi, pada pupil kedua
mata (kanan dan kiri). Ulangi percobaan ini pada mata lain.
3. Refleks kulit dinding perut
Orang coba dibaringkan telentang dengan kedua lengan terletak lurus di samping badannya.
Alihkan perhatian orang coba dengan cara mengajaknya berbicara/memalingkan kepala ke arah
yang berlawanan dengan pemeriksa, kemudian goreslah kulit abdomen dari lateral ke arah
umbulikus. Perhatikan respons yang terjadi. Ulangi bila tidak ada respons.
4. Refleks periost radialis
Atur posisi lengan bawah orang coba dengan setengah difleksikan pada sendi siku dan tangan
sedikit di pronasikan, kemudian alihkan perhatian orang coba dan ketuklah periosteum pada
ujung distal os radii. Perhartikan respons yang terjadi. Ulangi bila tidak ada respons.
5. Refleks peroist ulnaris
Atur posisi lengan bawah orang coba dengan setengah difleksikan pada sendi siku dan tangan
antara pronasi dan supinasi, kemudian alihkan perhatian orang coba dan ketuklah periost
prosessus stiloideus.Perhartikan respons yang terjadi. Ulangi bila tidak ada respons.
6. Knee pess refleks (KPR)
Atur posisi orang coba. Duduklah orang coba pada tempat yang cukup tinggi hingga kedua
tungkainya tergantung bebas atau bila berbaring, atur posisi sehingga tidur terlentang denga
tungkai difleksikan pada sendi lutut. Alihkan perhatiannya dan ketuklah tendo patella dengan
hammer. Perhatikan respons yang terjadi. Ulangi bila tidak ada respons.
7. Achilles pess refleks (APR)
Atur posisi orang coba dengan tungkai difleksikan pada sendi lutut dan kaki didorsofleksikan
dengan tangan kiri pemeriksa meraih jari-jari kaki orang coba pada kaki yang diperiksa. Alihkan
perhatiannya dan ketuklah tendon achilles. Perhatikan respons yang terjadi. Ulangi bila tidak ada
respons.
8. Refleks biceps
Atur posisi orang coba dengan setengah difleksikan pada sendi siku. Alihkan perhatiannya dan
ketuklah pada tendo otot biceps. Perhatikan respons yang terjadi. Ulangi bila tidak ada respons.
9. Refleks triseps
Atur posisi orang coba dengan lengan bawah difleksikan pada sendi siku dan sedikit
dipronasikan. Alihkan perhatiannya dan ketuk pada tendo otot triseps 5 cm di atas siku.
Perhatikan respons yang terjadi. Ulangi bila tidak ada respons.
10. Withdrawal refleks
Aturlah posisi orang coba dan lengan orang coba diletakkan di permukaan meja dalam keadaan
ekstensi. Alihkan perhatiannya dan tusuklah dengan hati-hati dan cepat kulit lengan bawahnya
dengan jarum steril, sehalus mungkin agar tidak melukai orang coba. Perhatikan respons yang
terjadi. Ulangi bila tidak ada respons.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil Percobaan
Data orang coba pada percobaan tes reflex fisiologis
Nama : Ervin Riyadi
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 19 Tahun
Tabel Tes Refleks Fisiologis
No. Tes Refleks Hasil ( + / - )
1 Refleks Kornea +
2 Refleks Cahaya +
3 Refleks Kulit Dinding perut +
4 Rekleks Periost Radialis +
5 Refleks Periost Ulnaris +
6 Knee Pess Reflex +
7 Achilles Pess Reflex +
8 Refleks Biceps +
9 Refleks Triceps +
10 Withdrawl Reflex +
Keterangan Hasil : + = bereaksi
- = tidak bereaksi
3.2 Pembahasan
Berdasarkan tabel hasil percobaan tes reflex fisiologis diatas, maka diketahui bahwa
orang coba diatas memiliki reflex yang normal. Hal tersebut ditunjukkan dari data percobaan
yang didapatkan dimana seluruh tes reflex yang diberikan bernilai positif (+) yang dalam artian
semua arkus refleksnya bereaksi terhadap tes reflex yang diberikan.
Refleks adalah jawaban motoric atas rangsangan sensorik yang diberikan pada kulit atau
respon apapun yang terjadi secara otomatis tanpa usaha sadar. Dalam pemeriksaan refleks, ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu :
- Relaksasi sempurna. Orang coba harus relaks dengan posisi seenaknya. Bagian (anggota gerak)
yang akan diperiksa harus terletak sepasif mungkin (lemas) tanpa ada usaha orang coba untuk
mempertahankan posisinya.
- Harus ada ketegangan optimal dari otot yang akan diperiksa. Ini dapat dicapai bila posisi dan
letak anggota gerak orang coba diatur dengan baik.
- Pemeriksaan mengetukkan Hammer dengan gerakan fleksi pada sendi tangan dengan kekuatan
yang sama, yang dapat menimbulkan regangan yang cukup.
Tes reflex yang diberikan pada orang coba terbagi atas beberapa bagian dimana hasil
percobaan dari orang coba dapat dilihat pada table diatas. Tes reflex pada orang coba
diklasifikasikan menjadi beberapa subbagian dan dibagi atas dasar pembagian tempatnya.
a. Refleks superficial
Refleks dinding perut :
Cara : goresan dinding perut daerah epigastrik, supra umbilikal, umbilikal, intra umbilikal dari
lateral ke medial
Respon : kontraksi dinding perut
b. Refleks tendon / periosteum
Refleks Biceps (BPR):
Cara : ketukan pada jari pemeriksa yang ditempatkan pada tendon m.biceps brachii, posisi
lengan setengah diketuk pada sendi siku.
Respon : fleksi lengan pada sendi siku
Refleks Triceps (TPR)
Cara : ketukan pada tendon otot triceps, posisi lengan fleksi pada sendi siku dan sedikit pronasi
Respon : ekstensi lengan bawah pada sendi siku
Refleks Periost radialis
Cara : ketukan pada periosteum ujung distal os radial, posisi lengan setengah fleksi dan sedikit
pronasi
Respon : fleksi lengan bawah di sendi siku dan supinasi karena kontraksi m.brachiradialis
Refleks Periost ulnaris
Cara : ketukan pada periosteum prosesus styloid ulna, posisi lengan setengah fleksi dan antara
pronasi supinasi.
Respon : pronasi tangan akibat kontraksi m.pronator quadrates
Refleks Patela (KPR)
Cara : ketukan pada tendon patella
Respon : plantar fleksi kaki karena kontraksi m.quadrisep femoris
Refleks Achilles (APR)
Cara : ketukan pada tendon Achilles.
Respon : plantar fleksi kaki krena kontraksi m.gastroenemius.
Withdrawl Reflex
Cara : Tunggulah pada saat orang coba tidak melihat saudara, tusuklah dengan hati-hati dan
cepat kulit lengan dengan jarum suntik steril, sehalus mungkin agar tidak melukai orang coba.
Respon : fleksi lengan tersebut menjauhi stimulus.
c. Refleks Pada Daerah Penglihatan
Refleks Kornea
Cara : Sentuhlah dengan hati-hati sisi kontralateral kornea dengan kapas.
Respon : Kedipan mata secara cepat.
Refleks Cahaya
Cara : Cahaya senter dijatuhkan pada pupil salah satu mata orang coba.
Respon : Respons berupa konstriksi pupil holoateral dan kontralateral.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari percobaan ini adalah sebagai berikut :
1. Refleks kulit perut berupa kontraksi otot dinding perut.
2. Refleks cahaya berupa kontraksi pupil homolateral dan kontralateral.
3. Refleks periost radialis berupa fleksi lengan bawah pada siku dan supinasi tangan.
4. Refleks periost ulnaris berupa pronasi tangan.
5. Knee pess reflex, respon berupa ekstensi tungkai disertai kontraksi otot kuadriseps.
6. Achilles pess refleks, respon berupa plantar rfleksi dari kaki dan kontraksi otot gastroknemius.
7. Refleks biseps berupa fleksi lengan pada siku dan kontraksi otot biseps.
8. Refleks trisep berupa ekstensi lengan dan kontraksi otot triseps.
9. Refleks Kornea berupa kedipan mata secara cepat.
10. Withdrawl reflex berupa fleksi lengan tersebut menjauhi stimulus.
DAFTAR PUSTAKA
Ganong, William F. 2002. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. EGC
Guyton & Hall.2006.Text Book of Medical Phisiology.Elsevisier Saunders