Proposal DHF

18
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Dengue Haemoragic Fever (DHF) di Indonesia dikenal dengan istilah Demam Berdarah Dengue. Penyakit ini mulai ditemukan pertama kali di Surabaya pada tahun 1968, namun kepastian virologiknya baru diperoleh pada tahun 1970. Saat ini DHF masih merupakan masalah kesehatan yang ditakuti masyarakat karena sering menimbulkan kematian pada anak-anak bahkan orang dewasa. Data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Jawa Timur tahun 2000 dari bulan Januari s/d Desember jumlah penderita DHF sebanyak 3.634 jiwa. Dari jumlah tersebut terbanyak pada usia 1-14 tahun dengan jumlah 2079 jiwa. Angka kematian yang diperoleh dari seluruh penderita yaitu 33 jiwa. Data yang diperoleh dari unit perawatan anak RSUD Dr. Soetomo Surabaya periode Januari sampai dengan Juni 2000 kasus DHF sebanyak 292 anak. Dari jumlah kasus tersebut terbanyak pada usia lebih dari 5 tahun sebanyak 202 anak. Semua kasus yang dirawat tersebut tidak ada yang meninggal di Rumah Sakit. Penyakit DHF termasuk penyakit menular yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Agepty. Populasi nyamuk ini semakin meningkat pada musim penghujan. Nyamuk Aedes Agepty mempunyai keistimewaan dari jenis nyamuk lainnya, karena berkembang biak di genangan air bersih. Oleh karena itu tempat bersarangnya vektor nyamuk ini terutama di bejana- 1

Transcript of Proposal DHF

Page 1: Proposal DHF

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit Dengue Haemoragic Fever (DHF) di Indonesia dikenal dengan

istilah Demam Berdarah Dengue. Penyakit ini mulai ditemukan pertama kali di

Surabaya pada tahun 1968, namun kepastian virologiknya baru diperoleh pada

tahun 1970.

Saat ini DHF masih merupakan masalah kesehatan yang ditakuti masyarakat

karena sering menimbulkan kematian pada anak-anak bahkan orang dewasa.

Data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Jawa Timur tahun 2000 dari

bulan Januari s/d Desember jumlah penderita DHF sebanyak 3.634 jiwa. Dari

jumlah tersebut terbanyak pada usia 1-14 tahun dengan jumlah 2079 jiwa. Angka

kematian yang diperoleh dari seluruh penderita yaitu 33 jiwa. Data yang

diperoleh dari unit perawatan anak RSUD Dr. Soetomo Surabaya periode Januari

sampai dengan Juni 2000 kasus DHF sebanyak 292 anak. Dari jumlah kasus

tersebut terbanyak pada usia lebih dari 5 tahun sebanyak 202 anak. Semua kasus

yang dirawat tersebut tidak ada yang meninggal di Rumah Sakit.

Penyakit DHF termasuk penyakit menular yang ditularkan melalui gigitan

nyamuk Aedes Agepty. Populasi nyamuk ini semakin meningkat pada musim

penghujan. Nyamuk Aedes Agepty mempunyai keistimewaan dari jenis nyamuk

lainnya, karena berkembang biak di genangan air bersih. Oleh karena itu tempat

bersarangnya vektor nyamuk ini terutama di bejana-bejana yang berisi air jernih

seperti bak mandi, drum penampung air, kaleng bekas dan lain-lain.

Kondisi yang mendukung berkembang biaknya vektor lain karena perilaku

hidup masyarakat yang mendukung kearah itu. Prilaku tersebut, tidak menutup

tempat-tempat penampungan air bersih dan membiarkan begitu saja kaleng-

kaleng bekas berserakan pada musim hujan. Selain itu lingkungan pemukiman

yang padat ikut membiarkan kontribusi yang besar terhadap berkembang

biaknya vektor.

Keistimewaan lain dari nyamuk ini yaitu nyamuk betinanya cenderung

menggigit manusia pada pagi hari antara jam 09.00 – 10.00 dan sore hari antara

jam 16.00 – 17.00, sehingga resiko mengalami gigitan lebih banyak pada anak-

anak. Karena pada saat itu anak-anak yang paling banyak tidur. (Warta

Posyandu, 1998/1999)

Kondisi penyakit DHF di Indonesia yang sering menimbulkan wabah

dengan angka kesakitan yang masih cukup tinggi, sangat membutuhkan

1

Page 2: Proposal DHF

penanganan yang serius . Pengetahuan dari individu, keluarga dan masyarakat

tentang penyakit DHF dan cara penanggulangannya sangat penting untuk

menurunkan angka kesakitan yang terjadi di masyarakat.

Pengetahuan kesehatan akan berpengaruh kepada prilaku sebagai hasil

jangka menengah dari pendidikan kesehatan, sedangkan prilaku kesehatan akan

berpengaruh kepada meningkatnya indikator kesehatan dimasyarakat. Karena

prilaku masyarakat sendiri juga dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan.

(Notoatmodjo, S. 1997)

Oleh karena itu upaya penanggulangan penyakit ini tidak hanya bergantung

pada sektor kesehatan semata tetapi kerjasama lintas program, lintas sektoral dan

peran serta masyarakat sangat penting dilakukan secara terpadu.

Pengetahuan tentang kesehatan terutama dalam hal ini pemahaman dari

individu, keluarga dan masyarakat tentang penularan dan penanggulangan

penyakit DHF pada anak, dititik beratkan pada peran orang tua memproteksi

anak dari penularan penyakit ini. Keadaan ini sangat penting mengingat anak-

anak lebih beresiko terserang. Untuk dapat memberikan proteksi yang baik

kepada anak perlu didukung dengan wawasan dan pengetahuan yang cukup

memadai tentang penyakit DHF dan penularannya. Atas dasar berbagai

permasalahan diatas maka dipandang perlu untuk meneliti tentang “

TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP ORANG TUA TERHADAP

PENYAKIT DAN PERAWATAN DHF PADA ANAK “.

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas dapat dirumuskan

masalah sebagai berikut :

- Bagaimana tingkat pengetahuan dan sikap orang tua tentang penyakit dan

perawatan DHF ?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum :

Untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan sikap dari orang tua tentang

penyakit dan perawatan DHF.

1.3.2 Tujuan Khusus :

1.3.2.1 Untuk mendapatkan gambaran tentang pengetahuan dan sikap

orang tua tentang penyakit DHF.

1.3.2.2 Untuk mendapatkan gambaran tentang pengetahuan dan sikap

orang tua tentang perawatan anak di rumah dengan penyakit DHF.

Page 3: Proposal DHF

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Dapat dijadikan sebagai bahan masukan dalam menerapkan asuhan

keperawatan pada anak dengan DHF.

1.4.2 Menambah wawasan dan pengetahuan penelitian dalam keperawatan anak

dengan DHF.

1.4.3 Sebagai bahan dalam memberikan motivasi pada keluarga dan merupakan

dasar terapi selanjutnya.

1.4.4 Dapat membantu meningkatkan mutu pelayanan kepada masyarakat di

Rumah Sakit.

Page 4: Proposal DHF

BAB 2

TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Dasar Pengetahuan Dan Sikap

2.1.1 Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang

melakukan pengindraan terhadap suatu obyek tertentu. (Notoatmodjo, S.

1997)

Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia yaitu indra penglihatan,

pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan

manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya

tindakan seseorang karena prilaku yang didasari oleh pengetahuan. Menurut

Rogers (1974) bahwa sebelum orang mengadopsi prilaku baru (berprilaku

baru) di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan yaitu :

1. Kesadaran (Awareness)

Dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih

dahulu terhadap stimulus (obyek).

2. Merasa tertarik (Interest)

Subyek merasa tertarik terhadap stimulus/obyek tersebut. Disini sikap

subyek sudah mulai timbul.

3. Menimbang-nimbang (Evaluation)

Subyek mulai menimbang-nimbang terhadap baik dan tidaknya

stimulus tersebut bagi dirinya.

4. Mencoba (Trial)

Dimana subyek mulai mencoba melakukan dengan apa yang dikehendaki

oleh stimulus.

5. Adaptasi (Adaption)

Dimana subyek telah berprilaku baru sesuai dengan pengetahuan,

kesadaran dan sikap terhadap stimulus.

Pengetahuan yang termasuk dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan

menurut Dr.Suhartono Taat Putra yaitu :

1. Tahu

Diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini

Page 5: Proposal DHF

adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang specifik dari

seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.

Oleh karena itu tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling

rendah, kata kerja untnuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa

yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan,

mendefinisikan dan menyatakan.

2. Memahami

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan

secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat

menginterprestasikan materi tersebut secara benar, orang yang telah

paham terhadap obyek atau materi harus dapat menjelaskan,

menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya

terhadap obyek yang dipelajari.

1. Aplikasi

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan

materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil

(sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan sebagai

aplikasi/penggunaan hukum-hukum, rumus metode, prinsip dan

sebagainya dalam kontak atau situasi yang lain.

3. Analisis

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan suatu

materi atau suatu obyek ke dalam komponen-komponen, tapi masih

di dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitan satu

sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan

kata kerja dapat menggambarkan, membedakan, memisahkan,

mengelompokkan dan sebagainya.

4. Sintesis

Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk

meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu

bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis ini suatu

kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi yang

ada. Misalnya dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat

meringkas, dapat menyesuaikan terhadap suatu teori atau rumusan

yang telah ada.

5. Evaluasi

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan/penilaian terhadap

suatu materi atau obyek. Penelitian itu berdasarkan suatu kriteria

Page 6: Proposal DHF

yang ditentukan sendiri atau mengunakan kriteria yang telah ada.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara

atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur

dari subyek penelitian atau responden. Keadaan pengetahuan yang

ingin kita ketahui dan akan kita ukur dapat kita sesuaikan dengan

tingkat-tingkat tersebut di atas.

2.1.2 Sikap

Sikap adalah reaksi/respons seseorang yang masih tertutup terhadap

suatu stimulus atau obyek. (Notoadmodjo,S.1997)

1. Komponen Pokok Sikap

1. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu obyek.

2. Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu obyek.

3. Kecenderungan untuk bertindak

Sama seperti pengetahuan, sikap ini terdiri dari beberapa tingkatan,

yakni :

1. Menerima (Receiving) :

Bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan stimulus yang

diberikan (obyek).

2. Merespon (Responding) ;

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan

tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan

suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang

diberikan, lepas pekerjaan itu benar atau salah adalah berarti orang

menerima ide tersebut.

3. Menghargai (Valuing) :

Mengajak orang lain untuk mengerjakan/mendiskusikan dengan orang

lain terhadap suatu masalah adalah indikasi sikap tingkat tiga.

4. Bertanggung Jawab (Responsible) :

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan

segala resiko adalah merupakan sikap yang paling tinggi.

2.2 DHF

1. Definisi

Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan

oleh virus dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk ke dalam

Page 7: Proposal DHF

tubuh penderita melalui gigitan nyamuk Aedes Aegpty (betina). (Effendy

Christantie, 1995 hlm. 1)

2. Penyebab

Demam berdarah adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus

dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegpty atau Aedes Albopictus

yang betina.

3. Gejala

Gejala dari DHF adalah :

1. Demam tinggi mendadak dan terus-menerus selama 2-7 hari.

2. Manifestasi perdarahan, termasuk setidak-tidaknya uji tourniquet positif

dan salah satu bentuk lain (petekie, purpura, ekimosis, epitaksis,

pendarahan gusi), hematemesis dan atau melena.

3. Pembesaran hati

4. Renjatan yang ditandai dengan nadi lemah, cepat disertai tekanan darah

menurun (tekanan sistolik menjadi 80 mm Hg/kurang dan diestolik 20

mm Hg atau kurang), disertai kulit yang teraba dingin dan lembab

terutama pada ujung hidung, jari dan kaki, penderita gelisah, timbul

sianosis disekitar mulut.

4. Cara Penularan

a. Cara Penularan adalah melalui prantara nyamuk Aedes Aegpty dan Aedes

Albopictus yang betina setiap 2 hari sekali menggigit/mengisap darah

manusia untuk memperoleh protein guna mematangkan telurnya agar dapat

membiakkan keturunannya. Waktu menggigit orang yang darahnya

mengandung virus dengue, virus masuk dan berkembang biak dengan cara

membelah diri dalam tubuh nyamuk. Dalam waktu kurang dari 1 minggu

virus sudah berada di kelenjar liur dan siap untuk dipindahkan bersama air

liur nyamuk kepada orang sehat. Dalam waktu kurang dari 7 hari orang itu

dapat menderita penyakit demam berdarah.

5. Cara Pencegahan

Untuk mencegah berkembangnya demam berdarah, salah satu upaya

penanggulangannya dapat dilakukan melalui pemberantasan sarang nyamuk

Aedes Aegpty. Penyemprotan/pengasapan bukan tindakan memutuskan rantai

penularan karena sama sekali tidak ada pengaruhnya terhadap telur dan jentik

nyamuk tersebut. Maka cara yang paling tepat yang dapat dilakukan semua

masyarakat adalah ;

Page 8: Proposal DHF

1) Menguras tempat-tempat penampungan air dan memberi bubuk abate.

2) Membiasakan menutup rapat-rapat tempat penampungan air.

3) Mengubur atau memusnahkan barang-barang bekas seperti kaleng, ban

dan botol bekas.

Hal terpenting yang harus dilakukan oleh keluarga yaitu mempertahankan

lingkungan hidup yang bersih dan sehat dengan ventilasi dan sinar matahari

yang cukup.

Penjelasan tentang pentingnya tindakan pertama bagi penderita. Tindakan

pertama yang harus dilakukan yaitu :

a. Memberi penderita banyak minum

b. Kompres dingin saat panas tinggi

c. Segera bawa ke RS/Puskesmas terdekat

6. Perawatan Pasien DHF

Penatalaksanaan penderita dengan DHF adalah sebagai berikut :

1) Tirah baring atau istirahat baring

2) Diet makan lunak

3) Minum banyak (2-2,5 l/24 jam) dapat berupa : susu, teh manis, sirop

dan beri penderita oralit, pemberian cairan merupakan hal yang

paling penting bagi penderita DHF.

4) Pemberian cairan intravena (RL, NaCL faali) RL merupakan cairan

intravena yang paling sering digunakan, mengandung Na+ 130 m

Eq/l, K+ 4mEq/l, korektor basa 28 mEq/l, Cl- 109 mEq/l dan Ca++ 3

mEq/l.

5) Monitor tanda vital tiap 3 jam (suhu, nadi, tensi, pernafasan) jika

kondisi pasien memburuk, observasi ketat tiap jam.

6) Pemeriksaan Hb dan trombosit tiap hari

7) Pemberian obat anti piretik sebaiknya dari golongan asetaminofen,

eukinin/dipiron, kompres dingin.

8) Monitor tanda perdarahan lebih lanjut

9) Pemberian antibiotika bila terdapat tanda infeksi sekunder (kolaborasi

dengan dokter)

10) Monitor tanda-tanda dini renjatan meliputi keadaan umum, perubahan

tanda vital, hasil pemeriksaan laborat yang memburuk.

11) Bila timbul kejang dapat diberikan diasepam (kolaborasi dengan

dokter).

Page 9: Proposal DHF

BAB 3

METOLOGI PENELITIAN

3.1 Metoda

Metoda yang digunakan dalam penelitian ini adalah metoda deskriptif, yaitu

suatu penelitian yang menggambarkan keadaan/fenomena menurut Arikunto

(1998). Pada penelitian ini ingin menggambarkan tingkat pengetahuan dan sikap

orang tua tehadap penyakit dan perawatan DHF pada anak di Ruang Menular

Anak RSUD Dr. Soetomo Surabaya.

3.2 Kerangka Konsep

I. KETERANGAN:

Diteliti

Tidak diteliti

3.3 Populasi, sampel dan sampling

3.3.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan dari obyek penelitian yang akan diteliti

(Notoatmojo, 1997). Populasi dalam penelitian ini adalah semua orang tua

yang anaknya menderita DHF yang dirawat di Ruang Menular Anak

RSUD Dr. Soetomo Surabaya.

3.3.2 Sampel

Sampel adalah sebagian dari keseluruhan obyek yang diteliti dan dianggap

mewakili seluruh populasi (Srikandi, K. 1997). Pada penelitian ini sampel

yang diteliti adalah yang memenuhi kriteria inklusi. Kriteria inklusi adalah

karakteristik sampel yang dapat dimasukan atau yang layak diteliti.

Kriteria tersebut antara lain :

-. Lama hari perawatan

-. HE yang telah diberikan.

Pengetahuan dan sikap orang

tua tentang penyakit DHF

dan perawatannya Faktor yang

mempengaruhi :

-. Pendidikan

-. Usia

Pengetahuan :

-. Kesadaran

-. Merasa tertarik

-. Menimbang – nimbang

-. Mencoba

Sikap :

-. Menerima

-. Merespon

-. Menghargai

Baik :

-. Tidak Terjadi komplikasi

. Hari perawatan menjadi lebih

pendek

-. Proses perawatan lebih cepat

-.Biaya perawatan menjadi Cukup :

-. Potensial terjadi komplikasi

-. Hari perawatan menjadi

agak lama

-. Biaya perawatan menjadi Kurang

-. Terjadi komplikasi

.. Hari perawatan menjadi lebih

lama

-. Proses perawatan lebih lama

-. Biaya perawatan menjadi lebih

Page 10: Proposal DHF

Orang tua dari anak yang menderita DHF dalam kelompok umur 1 –

15 tahun yang dirawat di ruang anak RSUD Dr. Soetomo Surabaya.

Orang tua dari anak – anak tersebut yang tidak menderita gangguan

mental dan dapat berkomnuikasi secara verbal.

Orang tua bersedia terlibat dalam proses penelitian dari awal sampai

akhir dengan mebubuhkan tandatangan dalam formulir persetujuan

menjadi sampel penelitian.

Sedangkan kriteria Ekslusi adalah karateristik sampel yang tidak

memenuhi syarat untuk diteliti. Kriteria ekslusi tesebut adalah :

Orang tua dari anak yang menderita DHF yang dirawat di ruang

anak RSUD Dr. Soetomo Surabaya dengan usia < 1 tahun dan >15

tahun.

Orang tua yang menderita gangguan mental dan yang tidak mampu

berkomunikasi secara verbal.

Orang tua yang tidak bersedia terlibat dalam proses penelitian.

Pihak keluarga yang mewakili orang tua yang kebetulan

berhalangan.

3.3.3 Sampling

Sampling adalah suatu proses dalam menyeleksi porsi dari populasi untuk

dapat mewakili pupulasi (Burn and Grove 1991). Penelitian ini

menggunakan “ Consecutive sampling “ . (Chandra, 1995) Kurun waktu

yang digunakan dalam penelitian ini yaitu : Minggu keempat februari

sampai minggu kedua Maret 2001.

3.3.4 Identifikasi Variabel

3.4.1 Variabel Independent (Variabel bebas)

Adalah Faktor yang diduga mempengaruhi varibel dependent

(Srikandi,1997). Dalam penelitian ini variabel independentnya

adalah Faktor yang mempengaruhi yaitu : Pendidikan, Usia,

Budaya, Status sosial ekonomi dan pengalaman masa lalu.

3.4.2 Variabel Dependent (Variabel tergantung)

Adalah variabel yang dipengaruhi oleh varibel independent

(Notoatmojo, 1997). Dalam penelitian ini variabel dependentnya

adalah pengetahuan dan sikap.

Page 11: Proposal DHF

3.3.5 Definisi Operasional

1) Pengetahuan adalah : Merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah

orang melakukan pengideraan terhadap suatu obyek tertentu

(Notoatmojo, 1997)

(1) Pengetahuan dikatakan baik jika : Orang tua sudah mencoba dan

mengadopsi stimulus yang diberikan.

(2) Pengetahuan dikatakan cukup bila : Orang tua hanya

mempertimbangkan stimulus yang diberikan

(3) Pengetahuan dikatakan kurang apabila : Orang tua hanya

menyadari dan tertarik pada stimulus yang diberikan.

2) Sikap adalah : Merupakan reaksi / respon yang masih tertutup dari

seseorang terhadap suatu stimulus atau obyek (Notoatmojo, 1997)

(1) Sikap dikatakan baik bila respondent menghargai dan

bertanggungjawab.

(2) Sikap dikatakan cukup bila respondent dapat memberikan

jawaban bila ditanya.

(3) Sikap dikatakan kurang bila respondent menerima tanpa

merespon, menghargai dan bertanggungjawab terhadap stimulus

yang diberikan

3) Penyakit demam berdarah adalah : Penyakit yang disebabkan oleh

virus yang masuk kedalam tubuh manusia melalui gigitan nyamuk

(Christantie Effendy, 1995).

4) Perawatan DHF adalah : Tindakkan independetn perawat untuk

mengatasi masalah – masalah yang terjadi sebagai akibat dai penyakit

DHF

3.3.6 Pengumpulan dan Pengolahan Data

Setelah mendapatkan ijin dari direktur RSUD Dr. Soetomo Surabaya,

peneliti mengadakan pendekatan pada orang tua anak yang menderita

DHF yang dirawat di ruang anak RSUD Dr. Soetomo Surabaya sebagai

respondent penelitian. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner

yang telah dirancang sebelumnya dan dilakukan dengan metode

wawancara. Setelah data dikumpulkan selanjutnya dilakukan

pengelompokan data melalui sistim tabulasi sesuai tabel yang telah

disiapkan. Kemudian data diolah mencakup indentifikasi variabel

dependent dan independent.

Page 12: Proposal DHF

DAFTAR PUSTAKA

Azwar S., (1998), “ Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya “ Edisi 2, Pustaka

Belajar Offset Yogya

Notoadmojo. S, (1993), “Ilmu Kesehatan Masyarakat “. Rineka Cipta, Jakarta

Widayatun Tri Rusmi, (199), “ Ilmu Perilaku “, CV Agung Seto, Jakarta.

Markum A. H., (1991), “ Ilmu Kesehatan Anak “ FKUI, Jakarta

Arikunto Suharsimi, (1995), “ Management Penelitian “

DepKes RI, (1993), “ Asuhan Kesehatan Anak Dalam Konteks Keluarga “ DepKes

RI, Jakarta

Soekanto S, (1990), “ Sosiologi Suatu Pengantar “ PT Raja Gratindo Persada

Jakarta.

Ngastiyah, (1997), “Perawatan Anak Sakit “ EGC Jakarta.

Taat Putra Suhartono (1999), “ Filsafat Ilmu Kedokteran “ Airlangga University

Press, Surabaya.

Effendy C., (1995), “ Perawatan pasien DHF “, EGC Jakarta.

Soeparman,(1995), “ Ilmu Penyakit Dalam “, UI Pres Buku I, Edisi Ke 2, Jakarta