lleus obstruksi

26
STATUS PASIEN ANAMNESIS Identitas Nama : tn . S Usia : 42 tahun Jenis Kelamin : Laki- laki Status : Menikah Alamat : cianjur Agama : Islam Tgl MRS : 28 september 2012 Keluhan Utama Nyeri seluruh perut sejak 1 hari SMRS Riwayat Penyakit Sekarang Os datang ke RSUD Cianjur dengan keluhan nyeri seluruh perut sejak 1 hari yang lalu SMRS. Perut dirasakan sakit seperti diperas-peras setelah os makan sedikit, sakit dirasakan terus menerus, pasien juga merasakan mual sampai muntah 3x dalam sehari, yang dimuntahkan adalah makanan. Pusing dan lemas diakui pasien. Os mengatakan awalnya + 3 hari yang lalu sebelumnya pasien mengeluh mencret 3x dalam sehari, BAB yang keluar cair tanpa disertai lendir dan darah. 1

description

bedah

Transcript of lleus obstruksi

Page 1: lleus obstruksi

STATUS PASIEN

ANAMNESIS

Identitas

Nama : tn . S

Usia : 42 tahun

Jenis Kelamin : Laki- laki

Status : Menikah

Alamat : cianjur

Agama : Islam

Tgl MRS : 28 september 2012

Keluhan Utama

Nyeri seluruh perut sejak 1 hari SMRS

Riwayat Penyakit Sekarang

Os datang ke RSUD Cianjur dengan keluhan nyeri seluruh perut sejak 1 hari yang lalu

SMRS. Perut dirasakan sakit seperti diperas-peras setelah os makan sedikit, sakit dirasakan terus

menerus, pasien juga merasakan mual sampai muntah 3x dalam sehari, yang dimuntahkan adalah

makanan. Pusing dan lemas diakui pasien.

Os mengatakan awalnya + 3 hari yang lalu sebelumnya pasien mengeluh mencret 3x

dalam sehari, BAB yang keluar cair tanpa disertai lendir dan darah.

Setelah 3 hari di rumah sakit, os mengeluh belum BAB dan tidak bisa kentut, os merasa

perut sangat kembung dan terasa sesak, mual dan muntah dirasakan pasien

Riwayat Penyakit Dahulu

Belum pernah mengalami nyeri perut seperti ini sebelumnya.

Riwayat sakit maag sejak 10 tahun lalu

Riwayat hipertensi sejak 3 bulan lalu ,150/90 mmhg

Riwayat stroke 3 bulan lalu

1

Page 2: lleus obstruksi

Riwayat DM disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga

Keluhan yang sama dalam keluarga disangkal

Keluhan riwayat tekanan darah tinggi, DM, stroke disangkal dalam keluarga

Riwayat Pengobatan

Saat nyeri perut ini os datang ke bidan dan diberi obat sakit maag tetapi pasien semakin

muntah.

Dapat pengobatan dari IGD

Os sering mengkonsumsi obat maag seperti waisak bila sakit maag kambuh

Riwayat Kebiasaan

Os sering telat makan

Sering makan yang asin dan sering minum kopi

Os juga merokok

Riwayat alergi

Pasien alergi terhadap penisilin, sehingga badan menjadi gatal2 dan merah

Makanan disagkal

PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan umum : tampak sakit sedang

Kesadaran : compos mentis

Tanda Vital :

Tekanan darah : 150/90 mmHg

Suhu : afebris

Nadi : 90 x/menit, reguler, isi cukup

Pernapasan : 20 x/menit

2

Page 3: lleus obstruksi

Status Generalis

Kepala : Normocephal

Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)

Hidung : Tidak ada deformitas, epistaksis (-/-), tetapi terpasang NGT

Leher : Pembesaran KGB (-), pembesaran thyroid (-)

Thorax : normochest

Paru

Inspeksi : pergerakan dinding dada simetris, retraksi sela iga (-)

Palpasi : Vocal fremitus sama pada kedua lapang paru

Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru, batas paru-hepar pada ICS VI dextra

Auskultasi : ronchi halus pada apex (+/+), wheezing (-/-)

Jantung

Inspeksi : Ictus Cordis terlihat di ICS V linea mid clavicula sinistra

Palpasi : Teraba ictus cordis di ICS V linea mid clavicula sinistra

Perkusi : Batas jantung kanan relative di ICS V linea parasternal dextra, Batas

janttung kiri relative di ICS V linea mid clavicula sinistra

Auskultasi : Bunyi Jantung I dan II regular, murmur (-), gallop (-)

Abdomen

Inpeksi: perut nampak Cembung, bekas luka (-)

Auskultasi : Bising Usus (+) meningkat, metalic sound (+)

Palpasi : perut teraba distensi, nyeri tekan pada seluruh abdomen

Perkusi : hipertimpani

Ekstremitas

Atas : Akral hangat, RCT <2 detik, edema (-), sianosis (-)

Bawah : Akral hangat, RCT <2 detik, edema (-), sianosis (-)

3

Page 4: lleus obstruksi

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Foto BNO abdomen

Pemeriksaan Laboratorium

Hasil Laboratorium Darah Rutin (01 oktober 2012)

Parameter Nilai Nilai normal

GDP 114 mg% 70 – 110

WBC 13,4 mg% 10 – 50

RBC 5,03 mg% L : 0.5 - 1.1

HB 15,5 -

Ureum 45,7 mg% 10 – 50

Kreatinin 1,0 mg% 0,5 – 1

SGOT 21

SGPT 11

4

Abdomen:

• Tampak distensi kolon dan usus

halus

• Tampak airfluid level

• Tidak tampak adanya udara bebas

intra abdomen

• Kesan : ileus obstruktif total

Page 5: lleus obstruksi

ASSESMENT

Ileus Obstruktif total

Hipertensi grade 1

PENATALAKSANAAN

Resusitasi cairan : RL 20 tpm

Pemasangan NGT

Medikamentosa :

Cefotaxim iv 2x1

Ondancentron iv 3x1

Keterolax iv 3x1

Captopril 12,5 mg 3x1

Amlodipin oral 1x1

Konsul bedah untuk dilakukan laparotomi eksplorasi

5

Page 6: lleus obstruksi

TINJAUAN PUSTAKA

ILEUS OBSTRUKTIF

1. PENDAHULUAN

Obstruksi usus dapat didefinisikan sebagai gangguan (apapun penyebabnya) aliran

normal isi usus sepanjang saluran usus. Obstruksi ini dapat akut atau kronik, parsial atau total.

Obstruksi usus kronik biasanya mengenai kolon sebagai akibat karsinoma dan perkembangannya

lambat. Sebagian besar obstruksi mengenai usus halus. Obstruksi usus halus total merupakan

keadaan gawat yang memerlukan diagnosis dini dan tindakan pembedahan darurat.

Terdapat 2 jenis obstruksi, yaitu ileus paralitik (adinamik) dan ileus obstruktif (mekanik).

Pada ileus paralitik terjadi hambatan peristaltik usus karena toksin atau trauma yang

mempengaruhi kontrol otonom pergerakan usus. Sedangkan pada ileus obstruktif terdapat

rintangan fisik yang menghalangi proses pengeluaran isi usus.

Pada orang dewasa, 15 % obstruksi usus terjadi di usus besar. Obstruksi dapat terjadi

dimana saja, tetapi yang tersering adalah di kolon sigmoid. Penyebabnya dapat berupa proses

mekanik, inflamasi atau keganasan.

Diagnosis ileus obtruktif dapat dilakukan dengan cara menentukan sifat dan letak

sumbatan. Berdasarkan sifatnya, ileus obstruktif dibagi menjadi simple obstruction dan

strangulated obstruction. Sedangkan berdasarkan letaknya dapat dibedakan menjadi letak tinggi,

mulai gaster sampai ileum terminal dan letak rendah, mulai ileum terminal sampai anus.

Pembagian obstruksi berdasarkan letaknya dapat juga dibedakan menjadi obstruksi pada usus

halus, usus besar, duodenum dan “closed-loop obstruction”.

2. ETIOLOGI

Obstruksi usus dapat bersifat mekanis atau non mekanis. Penyebab obstruksi mekanis pada

lumen dibagi menjadi :

(1) lesi ekstrinsik pada usus, misalnya hernia interna dan eksterna,

6

Page 7: lleus obstruksi

(2) lesi instrinsik pada dinding usus, misalnya divertikulitis, karsinoma dan

(3) obstruksi lumen,misalnya batu empedu, intusepsi.

Ada banyak klasifikasi obstruksi usus, diantaranya berdasarkan letak, yaitu extralumen

(termasuk adhesi dan neoplasma), intraluminal (seperti gallstone ileus atau striktur) dan

intramural (Crohn’s disease). Berdasarkan mekanisme obstruksinya dibedakan menjadi mekanik

dan motilitas inadekuat. Penyebab obstruksi mekanik berhubungan dengan golongan usia yang

terserang dan tempat obstruksi. Sekitar 50 % dari semua obstruksi terjadi pada usia pertengahan

dan orang tua dan timbul akibat perlengketan yang terjadi karena operasi sebelumnya. Dapat

disebabkan oleh obstruksi lumen (mekonium, intusepsi, batu empedu impaksi oleh feses,

barium, cacing) dan lesi pada usus (berupa kelainan congenital, trauma, inflamasi, neoplasma,

volvulus). Sedangkan motilitas inadekuat dapat disebabkan oleh gangguan neuromuskuler

(megakolon, ileus paralitik, ileus spasme) dan oklusi vaskuler. Ileus paralitik disebabkan oleh

distensi abdomen, peritonitis, toxemia,gangguan elektrolit.

Meskipun demikian, secara klinis yang paling bermanfaat adalah mempertimbangkan

apakah mekanisme obstruksi melibatkan usus besar, duodenum atau usus besar. Hal ini karena

penyebab, gejala dan pengobatannya berbeda.

Obstruksi usus halus sering disebabkan oleh hernia inkarserata atau karena adhesi.

Penyebab lain obstruksi usus halus dapat karena tumor (primer atau metastase), obstruksi benda

asing, Meckel’s divertikulum atau Crohn’s disease, askariasis. Volvulus usus tengah jarang

terjadi. Intusepsi pada remaja dan dewasa sering disebabkan oleh tumor. Pada bayi sering

disebabkan oleh mekonium usus, atresia, volvulus dan intusepsi.

Obstruksi duodenum biasanya disebabkan oleh kanker, primer di duodenum atau caput

pancreas. Pada neonatus, obstruksi duodenum sering disebabkan oleh atresia, volvulus,

congenital esophageal web dan anular pancreas.

Obstruksi usus besar disebabkan oleh tumor, divertikulitis, volvulus dan impaksi feses.

Tumor meliputi kanker yang menghambat lumen dan jarang lesi jinak yang dapat menyebabkan

intusepsi. Obstruksi kanker paling sering terjadi pada splenik dan flexura sigmoid.

7

Page 8: lleus obstruksi

3. PATOFISIOLOGI

Pada prinsipnya, mekanisme obstruksi usus dengan suplai darah yang baik adalah

akumulasi cairan dan gas di atas titik obstruksi serta perubahan motilitas usus yang

menyebabkan gangguan sistemik. Keseimbangan cairan dalam usus tergantung dari absorpsi dan

sekresi. Akumulasi cairan terjadi oleh karena penurunan absorpsi dan/atau peningkatan sekresi.

Distensi usus disebabkan oleh kumpulan gas dan cairan proksimal terhadap dan di dalam

segmen usus yang tersumbat. Diantara 70-80% gas dalam usus terdiri atas udara yang tertelan.

Udara ini terutama terdiri dari nitrogen (70%) yang sulit diserap dari lumen usus sehingga

pengeluaran udara secara berkesinambungan melalui pengisapan lambung adalah cara yang

bermanfaat dalam pengobatan distensi usus. Kumpulan cairan proksimal terhadap mekanisme

obstruksi tidak hanya dihasilkan dari cairan yang diminum, air liur yang ditelan, getah lambung

serta sekresi empedu dan pankreas tetapi juga dari terganggunya transport normal natrium dan

air.

Selama 12 sampai 24 jam obstruksi pertama, terdapat penurunan aliran natrium yang

disertai dengan air, dari lumen usus ke dalam darah di bagian proksimal usus yang mengalami

distensi. Setelah 24 jam, terjadi perpindahan natrium dan air ke dalam lumen usus yang dapat

memperberat distensi dan cairan yang hilang. Tekanan intraluminal meningkat dari nilai

normalnya 2-4 cmH2O menjadi 8 cmH2O. Selama peristaltik, bila ada obstruksi sederhana atau

closed loop, tekanan intraluminal mencapai 30-60 cmH2O.

Obstruksi closed loop pada usus halus timbul bila lumen usus tersumbat pada dua tempat

yaitu pada pembuluh darah aferen dan eferen. Hal ini terjadi oleh mekanisme tunggal seperti

cincin hernia, yang secara bersamaan suplai darah sering terhambat. Meskipun aliran darah pada

usus besar tidak terganggu selama mekanisme obstruksi, namun distensi caecum terlihat karena

diameternya yang besar (hukum LaPlace) dan terganggunya alirannya darah intramural sangat

berbahaya karena dapat mengakibatkan gangrene dinding caecum, biasanya di anterior. Nekrosis

usus halus dapat terjadi melalui mekanisme yang sama bila distensi sangat mencolok. Bila terjadi

gangguan aliran darah, timbul invasi bakteri dan dapat berkembang menjadi peritonitis.

Pada penelitian disimpulkan bahwa peningkatan sekresi merupakan penyebab utama

kehilangan cairan tubuh dan distensi abdomen. Pelepasan prostaglandin sebagai respon

8

Page 9: lleus obstruksi

Obstruksi Usus

Akumulasi gas dan cairan di dalam lumen bagian proximal dari letak obstruksi

Distensi Proliferasi bakteri yang berlangsung cepat

Kehilangan H2O dan Elektrolit

Volume ECF ↓Tekanan intralumen ↑

terjadinya distensi abdomen juga meningkatkan sekresi ke lumen. Cairan dan elektrolit yang

hilang dapat sangat ekstrim sehingga menimbulkan hemokonsentrasi, hipovolemi, insufisiensi

ginjal, syok dan kematian bila tidak dikoreksi.

9

Iskemia dinding usus

Kehilangan cairan menuju ruang peritoneum

Pelepasan bakteri dan toksin dari usu yang nekrotik ke dalam peritoneum dan sirkulasi sistemik

Peritonitis septikemia

Syok Hipovolemik

Page 10: lleus obstruksi

4. GEJALA KLINIS

Obstruksi mekanis usus halus ditandai dengan nyeri abdomen bagian tengah seperti kram

yang bertambah berat sejalan dengan makin beratnya obstruksi. Nyeri bersifat hilang timbul.

Nyeri dapat berkurang sejalan dengan bertambahnya distensi, mungkin disebabkan oleh

gangguan motilitas pada usus yang membengkak. Bila terjadi strangulasi, biasanya nyeri lebih

terlokalisir dan mungkin menetap. Gejala muntah paling sering ditemukan ditemukan dan

timbulnya lebih awal pada obstruksi usus halus. Awalnya, muntahan mengandung empedu dan

mukus dan menetap bila obstruksi ususnya tinggi. Pada obstruksi usus letak rendah,

muntahannya menjadi fekulen, yaitu bewarna coklat jingga dan berbau busuk yang disebabkan

oleh pertumbuhan bakteri berlebih pada bagian proksimal tempat obstruksi. Obstipasi dan

kegagalan mengeluarkan gas sering ditemukan bila obstruksinya komplit, meskipun pada awal

terjadinya obstruksi beberapa feses dan gas dapat dikeluarkan spontan atau setelah pemberian

enema. Diare kadang terdapat pada obstruksi parsial. Darah dalam feses jarang ditemukan, tetapi

muncul pada kasus intusepsi.

Obstruksi mekanis pada usus besar menimbulkan nyeri yang bersifat kolik dalam kualitas

yang sama dengan obstruksi usu halus tetapi intensitasnya lebih rendah. Muntah muncul terakhir,

terutama bila katup ileosekal kompeten. Muntahan fekulen jarang terjadi. Riwayat perubahan

kebiasaan buang air besar dan darah dalam feses sering disebabkan oleh karsinoma dan

divertikulitis. Konstipasi menjadi progresif dan obstipasi dengan kegagalan mengeluarkan gas.

Gejala akut dapat berkembang dalam waktu satu minggu.

Pada ileus adinamik, tidak ada gejala kolik dan hanya rasa tidak enak yang disebabkan

distensi. Muntah dapat sering terjadi tapi jarang profus. Muntahan biasanya terdiri atas isi

lambung dan empedu serta hamper tidak pernah fekulen. Obstipasi komplit dapat atau tidak

ditemukan.

5. DIAGNOSIS KLINIS

Terdapat beberapa bentuk obstruksi usus. Mereka ditentukan dengan bagaimana usus

terobstruksi dan dimana letaknya. Pertama-tama, obstruksi dapat dibedakan menjadi simple atau

strangulasi.

10

Page 11: lleus obstruksi

(1) Simple obstruction disebabkan oleh hambatan mekanik tanpa adanya gangguan aliran

darah. Penyebabnya dapat berupa obstruksi oleh cacing Ascaris atau adesi. Simple

obstruction dapat berkurang secara spontan.3 Diagnosis simple obstruction berdasarkan 3

gejala (1) kram abdomen di sekitar umbilicus atau di epigastrium. Bila kram menjadi berat

dan menetap, mungkin telah terjadi strangulasi. (2) Muntah merupakan gejala yang pertama

timbul pada obstruksi usus halus. (3) Obstipasi terjadi pada obstruksi komplit, sedangkan

diare terdapat pada obstruksi parsial.

(2) Strangulation obstruction terjadi bila terdapat hambatan mekanik dan adanya gangguan

aliran darah. Penyebab tersering adalah hernia strangulasi dan volvulus. Dalam 6 jam

setelah gangguan aliran darah,usus menjadi dan gangrene dan bias perforasi. Bila perforasi

mencapai rongga peritoneum akan terjadi peritonitis dan bias syok septik.

Kemudian tentukan level dimana obstruksi terjadi :

Obstruksi di usus halus menimbulkan pengaruh yang berbeda tergantung level dimana

terjadinya. Pada obstruksi yang lebih tinggi, gejala awal berupa muntah dan dapat terjadi

gangguan keseimbangan elektrolit serta jarang terjadi distensi.

Obstruksi usus besar gejalanya muncul lebih lambat. Karena usus berdilatasi, maka terjadi

distensi abdomen. Pada mulanya hanya terjadi dilatasi kolon, tapi kemudian katup ileosekal

dapat menjadi inkompeten (pada 2/3 pasien) dan diikuti dilatasi bagian proksimal usus kecil.

Gejala dehidrasi jarang berat karena kolon masih dapat mengabsorbsi cairan.

Obstruksi Closed-loop dihasilnya oleh katup ileosekal. Terjadi obstruksi di dua tempat.

Dapat terjadi pada volvulus. Dilatasi dapat menghambat aliran darah dan menimbulkan gangrene

dan peritonitis.

Anamnesis

Riwayat nyeri

Pada obstruksi usus halus, terdapat nyeri periumbilikal dan kolik, menjadi spasme. Muntah

dapat berkurang secara bertahap. Kadang-kadang nyeri regular dan hilang dalam interval 2-5

menit. Jika peristaltik berhenti, maka kolik juga berhenti dan merupakan tanda buruk.

11

Page 12: lleus obstruksi

Pada obstruksi usus besar, nyeri timnul di bawah umbulikus dan menghilang dalam interval

6-10 menit. Bila tidak ada nyeri, namun terjadi “gurgling dan bloating” kemungkinan

merupakan gejala subakut usus besar atau distal usus halus.

Jika nyeri hebat dan terus-menerus diduga terjadi obstruksi strangulasi. Dan bila nyeri

disertai dengan demam, maka diduga terjadi sepsis abdomen.

Muntah

Pada obstruksi lebih tinggi, muntah lebih hebat dan sering. Setelah 3 hari obstruksi

komplit, muntah menjadi fekulen.

Konstipasi

Jika usus halus obstruksi, maka kolon dalam sehari atau 2 hari menjadi kosong. Tidak ada

flatus.

Pemeriksaan Fisik

Distensi dan hiperresonansi

Jika terjadi kolik dan muntah, mungkin terjadi obstruksi. Distensi bukan merupakan tanda

yang esensial. Tanda dini adalah daerah flank sedikit penuh atau peningkatan resonansi pada

perkusi. Perkusi menjadi timfani. Bila meragukan antara distensi atau asites, maka pada asites

akan terjadi dullness.

Bising Usus

Pada Auskultasi terdengar borborigmus nada tinggi bersamaan dengan nyeri kolik, tetapi

temuan ini sering tidak ada beberapa waktu pada obstruksi strangulasi.

Visible Peristaltik

Bila kulit tipis, maka akan terlihat gerakan peristaltik

12

Page 13: lleus obstruksi

Nyeri Tekan

Nyeri tekan dan kekakuan biasanya minimal dan terjadi pada obstruksi usus halus dan usus

besar nonstrangulasi.

Teraba Massa

Bila teraba massa pada anak-anak, kemungkinan merupakan askaris. Dan bila teraba

gumpalan pada right lower quadran, kemungkinan tuberculosis ileosekal. Harus pula

diperhatikan adanya pembesaran kelenjar limfe.

Rectal Toucher

Bila ditemukan darah segar dn mucus, kemungkinan strangulasi lebih tinggi atau

karsinoma usus besar atau intusepsi. Teraba massa keras feses, diduga konstipasi adalah

penyebabnya.

Pemeriksaan Laboratorium

Pada pemeriksaan laboratorium dapat ditemukan peningkatan urea-nitrogen darah,

peningkatan kreatinin, hemokonsentrasi, hiponatremi, hipokalemi dan proteinuria.

Gangguan asaam-basa terjadi akibat hipovolemia. Asidosis metabolik paling sering akibat

dehidrasi, kelaparan, ketosis dan kehilangan basa. Alkalosis metabolik jarang terjadi dan

merupakan akibat kehilangan gastric juice oleh karena muntah. Asidosis respiratorik terjadi

karena distensi abdomen yang menyebabkan diafragma terangkat sehingga terjadi retensi CO2.

Leukositosis dengan sebagian shift to the left. Lekosit berjumlah 15.000 – 25.000/mm3

dengan predominan PMN dengan banyak sel imatur, mengindikasikan adanya strangulasi.

Bisa terdapat peningkatan serum amylase oleh karena terjadi regurgitasi dari pancreas ke

aliran darah karena back pressure dari duodenum.

Pemeriksaan X-Ray

Pada posisi terlentang dan akan didapatkan bahwa terjadi obstruksi, lokasi obstruksi,

derajat obstruksi dan kadang dapat menentukan penyebabnya. Harus diperhatikan bahwa tidak

13

Page 14: lleus obstruksi

diperbolehkan pemberian kontras. Gas pada peritoneum dapat terlihat di bawah diafragma. Bila

pada sekum tidak terlihat adanya bayangan udara maka obstruksi terjadi di usus halus.

Dapat pula terlihat ladderlike pada usus halus. Pada kolon yang distensi, gambarannya

seperti bingkai yang melingkupi rongga abdomen. Kolon dibedakan dari usus halus karena

adanya gambaran haustral yang tidak melingkari seluruh lumen kolon yang distensi.

Pada obstruksi strangulasi cairan peritoneum akan tampak sebagai celah yang melebar

diantara loop usus yang berdekatan serta berdilatasi. Hal ini dapat ditemukan pula pada obstruksi

simple. Menghilangnya gambaran mukosa serta adanya gas dalam usus dinding usus atau

cabang-cabang intrahepatik dari vena porta menunjukkan adanya strangulasi. Adanya air fluid

level di luar usus menunjukan adanya perforasi.

6. MANAJEMEN

Obstruksi parsial usus dapat diobati secara konservatif selama masih ada keluarnya feses

dan flatus. Pengobatan dengan menggunakan NGT menunjukan angka keberhasilan 90 %.

Operasi dibutuhkan bila obstruksi tetap ada dalam beberapa hari walaupun obstruksinya parsial.

Resusitasi cairan harus segera dimulai dengan cairan isotonic dan gangguan elektrolit harus

segera dikoreksi. Selain itu tanda vital dan penyakit sistemik lainnya harus dimonitor. Antibiotik

harus segera diberikan, terutama bila dicurigai adanya strangulasi.

14

Page 15: lleus obstruksi

HIPERTENSI

1. DEFINISI

Hipertensi merupakan pengukuran tekanan darah di atas skala normal (120/80

mmHg). Menurut JNC 7, tekanan darah dibagi dalam tiga klasifikasi yakni normal, pre-

hipertensi, hipertensi stage 1, dan hipertensi stage 2 (tabel 1). Klasifikasi ini berdasarkan

pada nilai rata-rata dari dua atau lebih pengukuran tekanan darah yang baik, yang

pemeriksaannya dilakukan pada posisi duduk dalam setiap kunjungan berobat.

2. KLASIFIKASI HIPERTENSI

3. GEJALA KLINIS

Peninggian tekanan darah kadang-kadang merupakan satu-satunya gejala pada hipertensi

esensial dan tergantung dari tinggi rendahnya tekanan darah, gejala yang timbul dapat

berbeda-beda. Kadang-kadang hipertensi esensial berjalan tanpa gejala, dan baru timbul

gejala setelah terjadi komplikasi pada organ target seperti pada ginjal, mata, otak dan

jantung.

15

Page 16: lleus obstruksi

Perjalanan penyakit hipertensi sangat berlahan. Penderita hipertensi mungkin tidak

menunjukkan gejala selama bertahun – tahun. Masa laten ini menyelubungi perkembangan

penyakit sampai terjadi kerusakan organ yang bermakna. Bila terdapat gejala biasanya hanya

bersifat spesifik, misalnya sakit kepala atau pusing. Gejala lain yang sering ditemukan adalah

epistaksis, mudah marah, telinga berdengung, rasa berat di tungkuk, sukar tidur, dan mata

berkunang-kunang. Apabila hipertensi tidak diketahui dan dirawat dapat mengakibatkan

kematian karena payah jantung, infark miokardium, stroke atau gagal ginjal. Namun deteksi

dini dan parawatan hipertensi dapat menurunkan jumlah morbiditas dan mortalitas.

Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul gejala berikut:

sakit kepala

kelelahan

mual

muntah

sesak nafas

gelisah

pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada otak, mata,

jantung dan ginjal.

4. PENGOBATAN HIPERTENSI

Diuretic{Tablet Hydrochlorothiazide (HCT), Lasix (Furosemide)} Merupakan

golongan obat hipertensi dengan proses pengeluaran cairan tubuh via urine. Tetapi

karena potasium berkemungkinan terbuang dalam cairan urine, maka pengontrolan

konsumsi potasium harus dilakukan.

Beta-blockers {Atenolol (Tenorim), Capoten (Captopril)}.Merupakan obat yang

dipakai dalam upaya pengontrolan tekanan darah melalui prose memperlambat kerja

jantung dan memperlebar (vasodilatasi) pembuluh darah.

Calcium channel blockers {Norvasc (amlopidine), Angiotensinconverting enzyme

(ACE)}. Merupakan salah satu obat yang biasa dipakai dalam pengontrolan darah

tinggi atau Hipertensi melalui proses rileksasi pembuluh darah yang juga

memperlebar pembuluh darah.

16

Page 17: lleus obstruksi

5. PENCEGAHAN

Pencegahan Primer :

Tidur yang cukup, antara 6-8 jam per hari

Kurangi makanan berkolesterol tinggi dan perbanyak aktifitas fisik untuk

mengurangi berat badan. Berdasarkan penelitian  oleh Clinical and Public Health

Advisory from the National High Blood Pressure Education Program Amerika

Serikat bahwa  penurunan berat badan sebesar 4,4 kg dapat menurunkan tekanan

darah sampai dengan 7.0 mmHg dan aerobik selama 30 menit setiap hari bisa

menurunkan tekanan darah sampai 4.05 mmHg.

Kurangi konsumsi alcohol

Konsumsi Minyak ikan. Telah diketahui bahwa peningkatan konsumsi minyak ikan

yang mengandung Asam Lemak (omega-3) dapat menurunkan tekanan darah secara

signifikan terutama bagi mereka yang menderita diabetes.

Suplai kalsium, meskipun hanya menurunkan sedikit tekanan darah tapi kalsium

juga cukup membantu.

Pencegahan Skunder

Pola makanam yamg sehat

Mengurangi garam dan  natrium di diet anda

Mengurangi Akohol Intake

BerhentiMerokok

Pencegahan Tersier

Pengontrolan darah secara rutin

Olahraga dengan teratur dan di sesuaikan dengan kondisi tubuh

17

Page 18: lleus obstruksi

DAFTAR PUSTAKA

1. Price, S.A. & Wilson, L.M. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Jakarta :

EGC. 1995. Hal : 420-421.

2. Isselbacher J.Kurt. Obstruksi Usus Akut. Dalam Harrison Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit

Dalam. Jakarta : EGC. 2008. Hal : 1607 – 1609.

3. Schwartz et al. Intestinal Obstruction in Principle of Surgery. Seventh Edition. McGraw

Hill. 2007. 1054 – 1060.

4. Sjamsuhidayat. R & Jong, Wim De. Usus Halus, Apendiks, Kolon dan Anorektal. Dalam

Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC. 2008. Hal : 841 – 854.

5. http://www.indiasurgeons.com/int_obs.htm .

6. http://www.fsm.ac/fj/psw/resources.htm

7. http://www.meb.uni-bonn.de/dtc/primsurg/docbook/html/x3559.html

8. Guideline Penanganan Hipertensi Berdasarkan JNC 7

18