Lapsus Multiple nodul tiroid Fix

46
. BAB I PENDAHULUAN Kelenjar tiroid terletak tepat di bawah laring pada kedua sisi dan sebelah anterior trakea, merupakan salah satu kelanjar endokrin terbesar, normalnya memiliki berat 15 sampai 20 gram pada orang dewasa 1 . Kelenjar tiroid adalah salah satu organ endokrin yang memiliki peranan penting di dalam metabolisme tubuh dengan mensekresikan dua macam hormon utama yaitu tiroksin (T4) dan triiodotironin (T3). 1 Di luar kelainan bawaan, kelainan kelenjar tiroid dapat digolongkan menjadi dua kelompok besar yaitu penyakit yang menyebabkan perubahan fungsi dan penyakit yang menyebabkan perubahan jaringan dan bentuk kelenjar seperti struma nodular. Fungsi kelenjar tiroid dapat rendah (hipotiroid), normal (eutiroid) atau meningkat (hipotiroid) (guyton). 1 Sedangkan suatu keadaan pembesaran kelenjar tiroid apa pun sebabnya disebut dengan struma atau goiter atau gondok. 2,3 Pembesaran dapat bersifat difus atau nodosa serta toksik dan non toksik. Pembesaran dikatakan difus bila seluruh kelenjar tiroid membesar, atau nodosa, yang berarti bahwa terdapat nodul dalam kelenjar tiroid. Pembesaran nodosa dapat dibagi lagi menjadi uninodosa bila hanya terdapat 1 nodul dan multinodular, bila terdapat lebih dari 1 nodul pada satu lobus atau kedua lobus kelenjar tiroid. 2,3 Sedangkan definisi dari struma non toksik adalah pembesaran kelenjar tiroid baik difus maupun nodusa yang 1

description

laporan kasus multiple nodul tiroid SMF Bedah Sanjiwani Gianyar 2015

Transcript of Lapsus Multiple nodul tiroid Fix

. BAB IPENDAHULUAN

Kelenjar tiroid terletak tepat di bawah laring pada kedua sisi dan sebelah anterior trakea, merupakan salah satu kelanjar endokrin terbesar, normalnya memiliki berat 15 sampai 20 gram pada orang dewasa1. Kelenjar tiroid adalah salah satu organ endokrin yang memiliki peranan penting di dalam metabolisme tubuh dengan mensekresikan dua macam hormon utama yaitu tiroksin (T4) dan triiodotironin (T3).1 Di luar kelainan bawaan, kelainan kelenjar tiroid dapat digolongkan menjadi dua kelompok besar yaitu penyakit yang menyebabkan perubahan fungsi dan penyakit yang menyebabkan perubahan jaringan dan bentuk kelenjar seperti struma nodular. Fungsi kelenjar tiroid dapat rendah (hipotiroid), normal (eutiroid) atau meningkat (hipotiroid) (guyton).1 Sedangkan suatu keadaan pembesaran kelenjar tiroid apa pun sebabnya disebut dengan struma atau goiter atau gondok.2,3 Pembesaran dapat bersifat difus atau nodosa serta toksik dan non toksik. Pembesaran dikatakan difus bila seluruh kelenjar tiroid membesar, atau nodosa, yang berarti bahwa terdapat nodul dalam kelenjar tiroid. Pembesaran nodosa dapat dibagi lagi menjadi uninodosa bila hanya terdapat 1 nodul dan multinodular, bila terdapat lebih dari 1 nodul pada satu lobus atau kedua lobus kelenjar tiroid.2,3 Sedangkan definisi dari struma non toksik adalah pembesaran kelenjar tiroid baik difus maupun nodusa yang tidak disebabkan oleh proses inflamasi, keganasan, maupun fungsi kelenjar tiroid yang abnormal.4Struma multinodusa non toksik adalah penyakit tiroid paling umum di seluruh dunia ditandai dengan pembesaran tiroid unilateral atau bilateral dengan perubahan morfologi dan atau fungsi folikel serta eutiroid. Struma nodusa menjadi masalah kesehatan terutama di daerah endemik. Struma disebut endemic apabila di suatu daerah prevalensinya mencapai lebih dari 10% pada anak-anak antara 6-12 tahun, dan sporadic bila prevalensinya mencapai kurang atau sama dengan 10%.5 Struma endemic biasanya dalam bentuk struma nodusa terutama ditemukan di daerah pegunungan yang airnya kurang mengandung iodium. Di luar daerah endemic, struma nodusa dijumpai pada keluarga tertentu, etiologinya umumnya multifactor. Struma nodusa juga lebih banyak ditemukan pada wanita berusia lanjut.6 Prevalensi dari nodul tiroid bervariasi tergantung dari metode skrining yang digunakan. Dilaporkan bahwa nodul tiroid ditemukan pada 4-7% populasi melalui palpasi pada leher dan 30-50% populasi melalui pemeriksaan ultrasonografi (USG).6Walaupun sebagian besar struma nodusa tidak menganggu pernapasan karena pertumbuhannya ke arah lateral atau ke anterior, sebagian lain dapat menyebabkan penyempitan trakea jika pembesarannya bilateral. Selain itu 5% struma nodusa dapat mengalami degenerasi maligna.2,5,7 Prevalensinya meningkat pada anak-anak, pasien di bawah umur 30 tahun dan di atas 60 tahun serta yang memiliki riwayat terpapar radiasi.5

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi kelenjar tiroidKelenjar tiroid terletak di belakang muskulus strenothyroideus dan muskulus sternohyoideus setinggi vertebra servikalis V sampai vertebra thoracica I. Kelenjar ini umumnya terdiri dari lobus kanan dan kiri yang terletak anterolateral terhadap larynx dan trachea. Kedua lobus dihubungkan oleh isthmus di bawah kartilago krikoidea yang biasanya terletak di di depan tracheal rings kedua dan ketiga. Kadang-kadang terdapat sebuah lobus tambahan yang disebout lobus piramidalis yang berasal dari isthmus, tertetak di daerah superior isthmus. Kelenjar tiroid dibungkus oleh fibrous capsule yang tipis yang memancarkan sekat-sekat ke dalam jaringan kelenjar. Di sebelah luar fibrous capsule terdapat selubung longgar (fascial sheat) yang berasal dari fascia pretrachealis.8 Keempat kelenjar paratiroid umumnya terletak pada permukaan belakang kelenjar tiroid, tetapi letak dan jumlah kelenjar ini sering bervariasi.2

Gambar 2.1 Struktur Anatomi Kelenjar TiroidSumber : Gardner DG, Shoback D. Greenspans Basic & Clinical Endocrinology. 9th ed. 2011.

Gambar 2.2 Struktur Anatomi Kelenjar TiroidSumber : Keith & Moore. Essential Clinical Anatomy, 3th ed, 2007.

Gambar 2.3 Struktur Anatomi Kelenjar TiroidSumber : Keith & Moore. Essential Clinical Anatomy, 3th ed, 2007.Kelenjar tiroid kaya akan vaskularisasi berasal dari arteri tiroidea superior dan inferior. Pembuluh darah ini terletak antara fiborus capsule dan fascia pratrachealis serta facial sheath yang longgar. Arteri tiroidea superior, cabang pertama arteri karotis eksterna melintas turun ke pole superior masing-masing lobus kelenjar tiroid, menembus fascia pratrachealis dan dibagi menjadi cabang anterior serta cabang posterior. Arteri tiroidea inferior, cabang thyroservical trunk, melintas dari arteri subclavia ke superomedial dan posterior carotid sheath untuk mencapai bagian posterior kelanjar tiroid. Pada sekitar 10% orang, sebuah arteri tiroidea ima, cabang trunkus brachiocephalica, melintas ke atas ke permukaan anterior trakea, dan berlanjut ke isthmus kelenjar tiroid, sering tidak sengaja terpotong pada saat trakeostomi sehingga menimbulkan perdarahan.2,8 Tiga pasang vena tiroidea biasanya menyalurkan darah ke pleksus vena pada permukaan anterior kelenjar tiroid dan trakea. Vena tiroidea superior bersama dengan arteri tiroidea superior menyalurkan darah ke bagian pole atas kelenjar, vena tiroidea media menyalurkan darah dari bagian tengah kedua lobus, dan vena tiroidea inferior menyalurkan darah dari pole bawah. Vena tiroidea superior dan vena tiroieda media bermuara ke dalam vena jugularis interna sedangkan vena tioreda inferior bermuara ke dalam vena brachiocephalica.8

Gambar 2.3 Struktur Anatomi Kelenjar TiroidSumber : Keith & Moore. Essential Clinical Anatomy, 3th ed, 2007.

Gambar 2.4 Struktur Anatomi Kelenjar Tiroid Sumber : Keith & Moore. Essential Clinical Anatomy, 3th ed, 2007.Persarafan kelenjar tiroid berasal dari cervical sympathetic ganglia superior, tengah, dan inferior. Saraf-saraf ini mencapai kelenjar tiroid melalui inferior thyroid periarterial plexuses cardiac, superior dan inferior, mengikuti arteri-arteri tiroid. Terdapat dua saraf yang mensarafi laring dan pita suara yaitu nervus laryngea superior dan nervus laryngeal reccurrens (cabang nervus vagus). Apabila saraf ini cedera waktu operasi akibatnya pita suara terganggu yang menyebabkan suara serak.2,8

Gambar 2.5 Struktur Anatomi Kelenjar TiroidSumber : Keith & Moore. Essential Clinical Anatomy, 3th ed, 2007.

Gambar 2.6 Struktur Anatomi Kelenjar TiroidSumber : Keith & Moore. Essential Clinical Anatomy, 3th ed, 2007.

2.2 Fisiologi kelenjar tiroidSintesis dan sekresi hormon tiroid Kelenjar tiroid terdiri dari lebih dari satu juta kelompok sel atau folikel. Struktur ini tersusun sferis dan terdiri dari sel-sel yang mengelilingi rongga sentral yang mengandung zat seperti jeli yang disebut koloid, berfungsi menyimpan hormon tiroid sebelum disekresi. Kelenjar tiroid menghasilkan hormon tiroid utama yaitu tiroksin (T4) yang dalam bentuk aktif hormon ini disebut triiodotironin (T3). T3 sebagian besar berasal dari konversi hormone T4 di perifer, dan sebagian kecil langsung dibentuk oleh oleh kelenjar tiroid.2 Kira-kira 93% hormon-hormon aktif metabolisme yang disekersikan oleh kelenjar tiroid adalah T4 dan 7% adalah T3. Akan tetapi hampir semua T4 akhirnya diubah menjadi T3 di dalam jaringan sehingga secara fungsional keduanya bersifat penting. Secara kualitatif fungsi kedua hormon sama, tetapi keduanya berbeda dalam kecepatan dan intesitas kerjanya. T3 kira-kira 4 kali lebih kuat dari T4, namun jumlahnya di dalam darah jauh lebih sedikit dan keberadaanya dalam darah jauh lebih singkat daripada T4.1 Iodida anorganik yang diserap dari saluran cerna merupakan bahan baku hormon tiroid. Sel kelenjar tiroid secara transport aktif melakukan transportasi iodium ke dalam sitoplasmanya.1,2 Iodida yang ditelan per oral akan diabsorbsi dari saluran cerna ke dalam darah. Tahap pertama pembentukan hormon tiroid adalah pengangkutan iodida dari darah ke dalam sel-sel dan folikel kelenjar tiroid. Membran basal sel tiroid mempunyai kemampuan yang spesifik untuk memompa iodida secara aktif ke bagian dalam sel (iodide trapping) kemudian iodida dipekatkan konsentrasinya menjadi kira-kira 30 kali dari konsentrasinya di dalam darah.1Sel-sel kelenjar tiroid mensekresi molekul glikoprotein besar yang disebut tiroglobulin. Molekul tiroglobulin mengandung sekitar 70% asam amino tirosin yang merupakan sisa bagian dari molekul tiroglobulin selama sintesis hormone tiroid. Tiroglobulin merupakan substrat utama yang bergabung dengan iodide untuk membentuk hormon tiroid sehingga hormon tiroid dibentuk di dalam molekul tiroglobulin.1 Tahap pertama yang penting dalam pembentukan hormon tiroid adalah perubahan iodide anorganik (I2) menjadi bentuk organiknya yaitu iodium (I-) yang selanjutnya mampu berikatan dengan asam amino tirosin. Proses oksidasi ini ditingkatkan oleh enzim peroksidase.1 Proses selanjutnya adalah pengikatan iodium dengan molekul tiroglobulin yang disebut dengan organifikasi tiroglobulin. Iodium yang telah teroksidasi kemudian akan bergabung dengan asam amino tirosin membentuk monoiodotirosin (MIT) dan selanjutnya menjadi diodotirosin (DIT).1Dalam molekul tiroglobulin, MIT dan DIT yang terbentuk dari proses iodinasi akan saling bergandengan (coupling). Satu molekul DIT yang bergandengan satu molekul DIT linnya membentuk tiroksin (T4), sedangkan satu molekul MIT dan satu molekul DIT yang bergandengan membentuk triiodotiroinin (T3).1 Setelah hormon tiroid disintesis, setiap molekul tiroglobulin mengandung lebih banyak molekul tiroksin (T4) daripada molekul (T3) yang akan disekresikan apabila ada stimulasi TSH. Sebelum disekresikan molekul T4 dan T3 harus dipecah dari molekul tiroglobulin dan selanjutnya hormon bebas ini dilepaskan ke pembuluh kapiler di sekitarnya.1 Sekitar tiga perempat tirosin yang telah diiododinasi di dalam tiroglobulin akan tetap sebagai DIT dan MIT. Molekul tiroglobulin yang sebelumnya telah dipecah untuk membebaskan T4 dan T3 juga melepaskan tirosin yang telah ada di molekul tiroglobulin. Akan tetapi tirosin tidak dilepaskan dalam darah, sebaliknya dengan bantuan enzim deiodonase, iodium dilepaskan dari tirosin untuk mengalami proses diodonisasi kembali sehingga dapat dihasilkan hormon tiroid tambahan.1 Pengaturan sekresi hormon tiroidSekresi hormone tiroid dikendalikan oleh TSH yang dihasilkan oleh lobus anterior kelenjar hipofisis. Kelenjar hipofisis secara langsung dipengaruhi dan diatur aktivitasnya oleh kadar hormon tiroid dalam sirkulasi yang bertindak sebagai umpan balik negatif terhadap sekresi thyrotropine releasing hormone (TRH) oleh hipotalamus. Hormon kelenjar tiroid mempunyai pengruh yang sangat bervariasi terhadap jaringan/organ tubuh yang pada umumnya berhubungan dengan metabolisme sel. Pada kelenjar tiroid juga terdapat sel parafolikuler yang menghasilkan kalsitonin. Kalsitonin adalah suatu polipeptida yang turut mengatur metabolisme kalsium, yaitu menurunkan kadar kalsium serum, melalui pengaruhnya teradap tulang.2

2.3 Definisi struma dan nodul tiroidStruma adalah istilah terjadinya pembesaran kelenjar tiroid yang dapat disebabkan oleh proses inflamasi, neoplasma, maupun gangguan fungsi kelenjar tiroid yang abnormal. Sedangkan nodul tiroid adalah terdapatnya massa pada kelenjar tiroid. Pembesaran kelenjar tiroid dapat terjadi secara difus bila seluruh kelenjar tiroid membesar, atau nodosa, yang berarti bahwa terdapat nodul dalam kelenjar tiroid. Pembesaran nodosa dapat dibagi lagi menjadi uninodosa bila hanya terdapat 1 nodul dan multinodular, bila terdapat lebih dari 1 nodul pada satu lobus atau kedua lobus kelenjar tiroid.2,4,9 Berdasarkan konsistensinya, nodul tiroid dapat dibedakan menjadi nodul koloid bila berkonsistensi padat, dan nodul kistik bila mengandung cairan. Nodul kistik terdiri dari kistik simple/sederhana bila seluruhnya terisi cairan, dan kistik komplek bila sebagian padat dan sebaginnya lagi cair. 9 Tiroid juga dibedakan menjadi dua yaitu jinak dan ganas berdasarkan potensi selnya untuk menyebar ke luar kelenjar tiroid ke jaringan yang berdekatan atau bagian tubuh yang lebih jauh.2,4,9 Dalam keadaan normal, kelenjar tiroid akan menghasilkan hormon tiroid dalam jumlah yang sesuai yang disebut dengan eutiroid atau struma non toxic. Bila jumlah hormon tiroid yang dihasilkan melebihi nilai normal disebut dengan hipertirodisme atau struma toxic, dan bila kelenjar tiroid tidak mampu menghasilkan hormon tiroid dalam jumlah yang cukup disebut hipotiroidisme. Dengan demikian definisi dari struma multinodular non toksik adalah pembesaran kelenjar tiroid yang terdiri dari nodul multiple serta eutiroid. Ukuran nodul dapat kecil (berukuran dalam millimeter) atau pun besar (beberapa centimeter), serta penyebabnya dapat jinak atau ganas.2,4,9

2.4 EpidemiologiAngka kejadian struma pada wanita 4 kali lebih besar daripada laki-laki.10 Insiden nodul tiroid meningkat seiring dengan bertambahnya umur. Struma atau goiter dapat terjadi secara endemik maupun sporadik. Struma disebut endemik apabila di suatu daerah prevalensinya mencapai lebih dari 10% pada anak-anak antara 6-12 tahun, dan sporadik bila prevalensinya mencapai kurang atau sama dengan 10%.5 Pada struma endemik terjadi pada daerah-daerah geografik tempat tanah, air, dan pasokan pangan hanya mengandung iodium yang rendah. Keadaan semacam ini terutama ditemukan di daerah pegunungan. Sedangkan pada struma sporadik lebih jarang terjadi dibandingan struma endemik. Terlihat predominasi wanita yang mencolok dan insiden puncaknya teralihat pada usia dewasa muda. Struma sporadik dapat disebabkan oleh sejumlah keadaan yang meliputi konsumsi zat-zat yang menganggu sinstesis hormon tiroid (zat goitrogen yang ditemukan pada sejumlah sayuran dan tanaman). Pada kasus-kasus lainnya dapat terjadi struma karena defek enzimatik yang herediter dan menganggu sintesis hormone tiroid, defek ini diturunkan sebagai keadaan autosomal-resesif. Defek pada sintesis hormon tiroid tersebut meliputi defek pada transportasi, organifikasi, serta dehalogenasi iodium dan perangkaian iodotirosin.11

2.5 Etiologi Pada banyak pasien,etiologi dari struma non toksik masih tidak jelas karena kadar serum TSH yang normal. Di seluruh dunia defisiensi iodium adalah penyebab paling umum struma non toksik atau disebut endemik goiter. Dengan meluasnya penggunaan garam beryodium, defisiensi iodium di negara-negara maju menjadi relatif jarang. Namun, di Negara berkembang salah satunya Indonesia, asupan iodium masih nyata kekurangan. Persyaratan iodium yang optimal untuk orang dewasa berkisar 150-300 g / hari namun di daerah endemik gondok, asupan harian (dan ekskresi urin) iodium turun di bawah 50 g /d. Beberapa struma dapat disebabkan oleh adanya mutasi pada gen yang terlibat dalam pertumbuhan tiroid dan atau fungsi tiroid. Selain itu, zat goitrogen yang ditemukan pada sejumlah sayuran dan tanaman juga dapat menganggu sintesis hormon tiroid.12

2.6 Patogenesis2.7 Top of FormKekurangan iodium akan mencegah produksi hormone tiroksin dan dan triiodotironin. Akibatnya, tidak tersedia hormone yang dapat dipakai untuk menghambat produksi TSH oleh hipofisis anterior. Hal ini menyebabkan kelenjar hipofisis menyekresi banyak sekali TSH, selanjutnya TSH merangsang sel-sel tiroid menyekresi banyak koloid tiroglobulin ke dalam olikel, dan kelenjarnya tumbuh semakin besar. Tetapi, oleh karena iodiumnya kurang, produksi tiroksin dan triiodotironin tidak meningkat dalam molekul tiroglobulin, sehingga tidak ada penekanan secara normal pada produksi TSH oleh kelenjar hipoisis. Ukuran folikelnya menjadi sangat besar, dan kelenjar tiroid dapat membesar 10 sampai 20 kali ukuran normal.1

2.8 DiagnosisAnamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang berperanan penting dalam menentukan diagnosis penyakit tiroid.21. AnamnesisMelalui anamnesis dapat kita nilai beberapa faktor risiko terjadinya struma. Jenis kelamin, umur, riwayat terpapar radiasi, riwayat keluarga yang menderita keluhan seperti adanya benjolan pada leher yang mengarah pada struma, harus ditanyakan kepada pasien. Selain itu dari anamnesis juga dapat diketahui gejala klinis pada pasien. Pada struma multinodular gejala klinis bervariasi dan tergantung pada ukuran, lokasi, dan fungsi dari kelenjar tiroid. Sebagian besar pasien eutiroid dengan ukuran struma yang kecil biasanya asimptomatik, oleh karena itu gejala klinisnya terutama berkaitan dengan efek massa akibat kelenjar tiroid yang membesar.7,11 Biasanya penderita struma nodosa tidak mempunyai keluhan karena tidak mengalami hipo- atau hipertiroidsme. Nodul dapat tunggal, tetapi kebanyakan berkembang/berubah menjadi multinoduler tanpa perubahan fungsi. Degenerasi jaringan menyebabkan terbentuknya kista atau adenoma. Karena pertumbuhannya terjadi secara perlahan, struma dapat membesar tanpa memberikan gejala selain adanya benjolan di leher yang dikeluhkan terutama atas alasan kosmetik. Sebagian besar penderita struma nodosa dapat hidup dengan struma tanpa keluhan.2 Namun, jika ukuran struma cukup besar, akan dapat menekan area trakea yang mengakibatkan adanya gangguan pada respirasi (dyspnea) dan juga penekanan di esofagus sehingga terjadi gangguan menelan.2,9

2. Pemeriksaan fisik Pemeriksaan yang dilakukan adalah dengan melakukan palpasi pada kedua lobus kelenjar tiroid, dan keakuratannya sangat tergantung pada pemeriksa. Pada pemeriksaan penderita, nodul tiroid yang kita dapatkan mungkin saja bersifat nodular atau halus, lokal ataupun difus, keras atau lembut, dapat dimobilisasi atau terfiksir, dan terasa nyeri saat dipegang ataupun tidak. Jumlah dari nodul hanya pada 1 lobus (soliter) atau terdapat pada kedua lobus (multipel). Nodul yang berukuran kurang dari 1 cm mungkin saja tidak dapat terpalpasi kecuali nodul tersebut terletak pada bagian anterior dari lobus tiroid.Terdapat 2 cara palpasi kelenjar tiroid. Cara anterior dilakukan dengan cara pemeriksa dan pasien duduk saling berhadapan. Dengan memfleksi leher pasien atau memutar dagu sedikit ke kanan, pemeriksa dapat merelaksasi muskulus strenokleidomastoideus pada sisi itu, sehingga memudahkan pemeriksaan. Tangan kanan pemeriksa menggeser laring ke kanan dan selama menelan lobus tiroid kanan yang tergeser dipalpasi dengan ibu jari dan jari telunjuk tangan kiri. Setelah memeriksa lobus kanan, laring digeser ke kiri dan lobus kiri dievaluasi melalui cara serupa dengan tangan sebelah. Kemudian pemeriksa harus berdiri di belakang pasien untuk meraba tiroid melalui cara posterior. Pada cara ini pemeriksa meletakkan kedua tangannya pada leher pasien yang posisi lehernya sedikit ekstensi. Pemeriksa memakai tangan kirinya mendorong trakea ke kanan. Saat pasien menelan, tangan kanan pemeriksa meraba kelenjar tiroid. Setelah memeriksa lobus kanan, lobus kiri dievaluasi melalui cara serupa dengan tangan sebelah. Selain palpasi dari nodul tiroid tersebut, kita juga perlu memeriksa apakah ada pembesaran dari kelenjar getah bening pada daerah kepala dan leher. Karena salah satu tanda dari keganasan tiroid adalah terdapatnya limpadenopati pada daerah servikal disamping dari ditemukannya nodul yang lebih dari 4 cm, keras dan terfiksir, atau suara serak.

3. Pemeriksaan penunjangPemeriksaan penunjang berguna untuk membantu menegakkan diagnosis struma Pemeriksaan penunjang tersebut terdri dari pemeriksaan biokimia untuk menetapkan fungsi kelenjar tiroid, pemeriksaan imaging untuk mengetahui jumlah dan jenis nodul, dan pemeriksaan sitology atau histologi untuk menetukan perubahan patologis.2 Biokimia (Pengukuran kadar FT4 dan TSHs)Pemeriksaan biokimia secara radioimunoesai dapat memberikan gambaran fungsi tiroid yaitu dengan mengukur kadar T4, T3, FT4, TBG, dan TSH dalam plasma. Kadar T4/FT4 serum total dapat mencerminkan fungsi kelenjar tiroid. Kadar T3 serum total selalu tinggi pada penderita tirotoksikosis. Penentuan kadar TBG kadangkala diperlukan untuk menginterpretasi kadar T4, dan sampai tingkat tertentu berlaku untk kadar T3. Kadar TBG dapat berubah pada kehamilan atau pada pengobatan dengan estrogen. Pemeriksaan kadar TSH serum merupakan pemeriksaan penyaring yang peka untuk hipotiroidisme karena kadar ini meningkat sebelum terjadi penurunan kadar T4.2Antibodi mikrosom dan antibodi tiroglobulin umumnya meningkat pada penderita dengan tiroiditis autoimun. Thyroid stimulating immunoglobulin (TSI) dapat ditemukan pada penderita penyakit Graves. Tiroglobulin dapat ditemukan dalam serum orang normal, dan kenaikan kadar tiroglobulin dapat digunakan untuk mengetahui rekurensi karsinoma tiroid setelah tiroidektomi total.2 Imaging Ultrasonografi (USG)Ultrasonografi(USG) digunakan untuk menentukan apakah nodul tiroid, baik yang teraba pada palpasi maupun tidak merupakan nodul tunggal atau multiple padat atau kistik. USG terbatas nilainya dalam menyingkirkan kemungkinan kenganasan dan hanya dapat mendeteksi nodul yang berpenampang lebih dari setengah sentimeter.2

Sidik radioaktif / thyro-scanSidik radioaktif/thyro-scan dengan unsur radioaktif teknesium (Tc99m) atau Iodium 131 (I 131) dapat menunjukkan gambaran fungsional jaringan tiroid dengan melihat kemampuan ambilan unsur radioaktif di atas. Cara ini berguna untuk menentukan apakah nodul dalam kelenjar tiroid bersifat hiperfungsi (nodul panas), hipofungsi (nodul dingin), atau normal (nodul hangat). Kemungkinan keganasan ternyata lebih besar pada nodul dingin meskipun karsinoma tiroid dapat juga ditemukan pada nodul hangat.2 Nodul panas jarang mengarah ke malignansi; tetapi 5-8% dari nodule hangat dan dingin adalah malignansi.14 SitologiFine-Needle Aspiration Biopsy (FNAB)Pemeriksaan sitology nodul tiroid diperoleh dengan biopsy aspirasi jarum halus (fine needle aspiration biopsy, FNAB). Cara pemeriksaan ini cukup akurat untuk mendiagnosis karsinoma tiroid, tiroiditis, atau limfoma. Biopsi aspirasi jarum halus adalah cara terbaik mendiagnosis kemungkinan kegananan dalam nodul tiroid, dan dianggap sebagai cara diagnosis yang lebih akurat dibandingkan dengan pemeriksaan radioaktif maupun ultrasonografi.22.9 Diagnosis bandingBeberapa diagnosis banding struma multinoduler non toksik antara lain:2Tiroiditis Tiroiditis HashimotoTiroiditis Hashimoto adalah tiroiditis kronik yang ditandai oleh kegagalan tiroid bertahap karena terjadi proses autoimun serta hipotiroidisme. Penyakit ini lebih banyak dijumpai pada usia 45 dan 65 tahun dengan predominasi wanita. Tiroiditis De QuervainTiroiditis De Quervain adalah inflamasi akut mengenai seluruh kelenjar tiroid, disebabkan oleh inflitrasi sel neutroil, sel limfosit, dan sel histiosit. Gambaran klinis berupa pembesaran tiroid ringan atau sedang yang sanga nyeri serta gejala dan tanda sistemik. Tiroiditis RiedelMerupakan jenis yang sangat jarang ditemukan, juga dianggap sebagai reaksi autoimun. Kelenjar tiroid menjadi keras, berbentuk asimetri sehingga suka dibedakan dengan adenokarsinoma anaplastik karena konstistensinya sangat padat.

Penyakit GravePenyakit Grave lain juga disebut penyakit Basedow (jika dijumpai trias Basedow, yaitu adanya struma tiroid difus, hipertiroidisme, dan eksoftlamos). Gejala-gejala yang dapat ditemukan pada penyakit ini antara lain keringat berlebihan, tremor tangan, toleransi terhadap panas menurun, penurunan berat badan, emosi tidak stabil, gangguan mentsruasi berupa amenorea, dan sering buang air besar.

Karsinoma tiroid Karsinoma tiroid berasal dari sel folikel tiroid, dikelompokkan menjadi karsinoma tiroid berdiferensiasi baik, yaitu bentuk papilar, folikular, atau campuran keduanya, karsinoma medular yang berasal dari sel parafolikuler dan mengeluarkan kalsitonin, serta karsinoma berdierensiasi buruk/anaplastik.

Untuk membedakan nodul bersifat jinak atau ganas adalah sebagai berikut.2,12,13Nodul ganasNodul jinak

UsiaUsia 60 tahunUsia >30 tahun dan