Laporan individu
-
Upload
risq-emrio -
Category
Documents
-
view
420 -
download
14
Transcript of Laporan individu
LAPORAN
HASIL KEGIATAN PENGALAMAN BELAJAR LAPANGAN (PBL III)
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIK) AVICENNA KENDARI
KELURAHAN NAMBO, KEC. ABELI KOTA KENDARI
PADA TANGGAL 13 DESEMBER 2010 – 18 DESEMBER 2010
O L E H
NAMA : NURUL FITRIANI
NIM : 9083129061.0050
SEMESTER : V ( LIMA )
PEMINATAN : EPIDEMIOLOGI
PROG. STUDI : S1 KESMAS
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIK) AVICENNA
SULAWESI TENGGARA
KENDARI
2010
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan kegiatan Pengalaman Belajar Lapangan III (PBL III ), mahasiswa
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIK) Avicena Kendari di Kelurahan Talia, Kec
Abeli, Kota Kendari.
Supervisor
1. Dr. H. Marzuki Hanafi Bantaiyan MD, Msi (......................................)
2. Dr. H. Thamrin Datjing, M.Kes (......................................)
3. Nana Sumarna, S.pd, M.Kes (......................................)
Menyetujui :
Pembimbing Lapangan
1. Rasma, SKM, M.Kes (......................................)
2. Herni Mustaring, SKM, M.Kes (......................................)
Mengetahui : Menyetujui :
Lurah Nambo Tim Pengelola PBL III
Ketua
( S Y A M S I R ) (Dr.H. Thamrin Datjing,M.Kes)
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN............................................................................ i
STRUKTUR KEPENGURUSAN.................................................................. ii
DAFTAR ISI................................................................................................... iii
KATA PENGANTAR
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
A. Latar Belakang................................................................................... 1
B. Rumusan masalah.............................................................................. 2
C. Tujuan Intervensi............................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 3
A. Sistimatika Perencanaan Intervensi.................................................... 3
B. Tujuan Dalam Perencanaan Intervensi Masalah Kesehatan............... 3
Definisi Tujuan............................................................................ 3
Hirarki Tujuan............................................................................. 4
Manfaat Kejelasan Tujuan........................................................... 5
C. Proses Pengambilan Keputusan.......................................................... 6
D. Perumusan Kebijaksanaan................................................................. 10
BAB III METODOLOGI............................................................................... 15
A. GAMBARAN UMUM TEMPAT PBL III......................................... 15
Keadaan geografis dan Demografis............................................. 15
1. Keadaan Geografis................................................................... 15
a. Letak Wilayah........................................................... 15
b. Luas Wilayah............................................................ 15
c. Batas Wilayah........................................................... 15
2. Keadaan Demografis............................................................... 15
1. Jumlah Penduduk.................................................... 15
2. Distribusi Penduduk................................................ 15
Keadaan Ekonomi Sosial Budaya................................................. 16
a. Sarana Perhubungan................................................ 16
b. Sarana pendidikan.................................................... 16
c. Agama dan Kepercayaan........................................ 16
d. Sumber Penghasilan................................................ 16
e. Suku dan Bahasa..................................................... 16
f. Adat Istiadat.......................................................... 17
Fasilitas dan Status Kesehatan..................................................... 17
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................ 19
A. Masalah Intervensi............................................................................. 19
B. Tujuan Intervensi............................................................................... 19
C. Manfaat Intervensi............................................................................. 19
D. Kerangka Pemecahan Masalah.......................................................... 20
E. Pelaksanaan Kegiatan Intervensi....................................................... 20
Realisasi Pemecahan Masalah..................................................... 20
Sasaran Intervensi........................................................................ 20
Metode Intervensi........................................................................ 21
Hasil Intervensi............................................................................ 21
BAB VI PENUTUP......................................................................................... 22
A. Kesimpulan........................................................................................ 22
B. Saran................................................................................................... 22
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan kegiatan Pengalaman Belajar
Lapangan III (PBL III).Yang merupakan salah satu rangkaian program proses belajar
lapangan dan merupakan lanjutan dari PBL I dan PBL II, yang berlokasi di Kelurahan
Nambo, Kecamatan Abeli Kota Kendari.
Dalam pelaksanaan PBL III ini, dimana dimulai dengan menyusun perencanaan
intervensi suatu masalah yang telah di prioritaskan pada PBL II yang lalu.Intervensi
yang dilakukan pun di usahakan dapat mencakup seluruh masyarakat yang menjadi
sasaran dari intervensi tersebut.Hambatan-hambatan yang kami temukan dalam
pelaksanaan intervensi tidaklah terlalu sulit, disamping karena kerjasama yang baik
dengan anggota juga karena adanya kerjasama dan tanggapan yang baik dari pihak
sasaran intervensi. Dimana intervensi yang kami laksanakan adalah mengenai
penanganan masalah rokok.
Di samping itu,kami menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih jauh
dari kesempurnaan dimana didalamnya masih terdapat kekurangan-kekurangan.Untuk
itu kami sebagai penyusun dengan senang hati menerima tanggapan dan kritikan yang
sifatnya membangun untuk perkembangan selanjutnya.
Tak lupa pula, kami mengucapkan terimakasih yang yang sebesar-besarnya serta
penghargaan yang dalam kepada :
1. Bapak Kepala Kecamatan Abeli dan Kepala Kelurahan Nambo beserta stafnya,
para tokoh agama. Tokoh masyarakat dan seluruh masyarakat Nambo atas
segala partisipasi,tanggapan dan kerjasama yang baik.
2. Pimpinan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIK) Avicenna Kendari.
3. Bapak /ibu pembimbing,pengelola dan supervisor kegiatan PBL III serta semua
pihak yang telah membantu terlaksananya kegiatan PBL III sampai dengan
tersususnya laporan ini.
Akhir kata, semoga laporan ini dapat bermanfat bagi para pembaca dan dapat
digunakan sebagai bahan referensi bagi mahasiswa selanjutnya yang akan
melaksanakan PBL ini serta dapat menjadi bahan pertimbangan dalam peningkatan
derajat kesehatan masyarakat khususnya di Kelurahan Talia.
Kendari, Desember 2010
Penyusun
Nurul Fitriani
NIM: 9083129061.0050
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seperti yang kita ketahui bersama bahwa kesehatan bukan merupakan segalanya
tapi kesehatan merupakan kebutuhan dasar manusia untuk melakukan
aktifitasnya.Derajat kesehatan yang optimal merupakan impian semua
masyarakat,karena dengan derajat kesehatan yang optimal seseorang atau masyarakat
dapat menciptakan kehidupan yang sejahtera bagi dirinya, keluarganya dan orang-orang
disekitarnya.Peningkatan derajat kesehatan tersebut dapat dimulai dari diri sendiri dan
keluaraga dengan menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
PHBS itu sendiri merupakan salah satu program peningkatan mutu kesehatan
masyarakat yang bertumpu pada perilaku hidup masayarakat dan memiliki beberapa
indicator guna menentukan standar perilaku tersebut.dimana indicator-indikator PHBS
tersebut telah dugunakan dalam analisa situasi PBL I yang lalu dengan mengidentifikasi
masalah-masalah yang ada di masyarakat.Kemudian dari masalah-masalah yang telah
ditemukan tersebut ditentukanlah masalah mana yang menjadi prioritas dengan
menggunakan beberapa cara atau metode seperti USG,MCUA dan CARL. Masalah
yang menjadi prioritas itulah yang kemudian di intervensi dalam kegiatan PBL III ini.
Oleh karena itu, hasil dari PBL III ini dapat dilaksanakan dengan tepat sasaran sehingga
untuk hasil evaluasi selanjunya dapat memberikan hasil yang memuaskan.
B. Rumusan Masalah
Hasil intervensi yang telah dilaksanakan, berdasarkan prioritas masalah yaitu :
- Pada PHBS untuk sekolah
- Pada PHBS untuk tatanan instansi pemerintah
C. Tujuan
Untuk menyelesaikan masalah kesehatan masyarakat di tempat
tersebut berdasarkan hasil penentuan prioritas masalah.
Untuk mendukung peningkatan derajat kesehatan di daerah tersebut
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Sistematika Perencanaan Intervensi Masalah Kesehatan
Perencanaan intervensi masalah kesehatan seperti juga perencanaan pada
umumnya pada dasarnya merupakan salah satu fungsi manajmen dalam rangka
memecahkan suatu masalah kesehatan. Dalam suatu rangkaian kegiatan perencanaan
terkandung suatu proses sistematis yang mempunyai rangkaian urutan yang logis dari
langkah-langkah yang lebih awal atau langkah sebelumnya.
Dimana perencanaan adalah bagian dari suatu proses untuk memecahkan suatu
masalah. Berdasarkan hal itu maka langkah awal dari suatu proses perencanaanadalah
menguraikan masalah secara jelas dan langkah terakhir dari suatu perencanaan adalah
rencana yang siap untuk dilaksanakan.
B. Tujuan Perencanaan Intervensi Masalah Kesehatan
Perencanaan kesehatan pada dasarnya adalah bagian dari proses pemecahan
masalah kesehatan.Perumusan masalah yang tepat merupakan langkah awal yang sangat
menentukan semua proses berikutnya dalam perencanaan maupun dalam pelaksanaan
rencana. Dalam proses pemecahan masalah, yang amat perlu diperhatikan adalah
penetapan tujuan karena tujuanlah yang memeberi arah tentang kegiatan-kegiatan
selanjutnya.Apabila tujuannya jelas, maka lebih mudah untuk mencari alternative-
alternatif yang mungkin dilakukan serta lebih mudah untuk menguraikan kegiatan-
kegiatan yang perlu dilakukan.
Definisi Tujuan
Definisi dari tujuan adalah gambaran suatu keadaan dimasa yang akan datang,
yang akan diwujudkan melalui beberapa kegiatan yang akan dilaksanakan. Atau dengan
kata lain adanya masalah yang dihadapi pada masa sekarang yang ingin diatasi atau
dihilangkan pada masa-masa yang akan datang. Dengan ini dapat dikatakan bahwa
“tujuan” adalah berkurangnya masalah yang dihadapi padasaat ini.
Dengan demikian, dalam suatu perencanaan kesehatan ada tujuan yang
menyangkut berkurangnya gangguan masalah kesehatan,misalnya menurunnya angka
kesakitan suatu penyakit tertentu. Ada pula tujuan yang berkaitan dengan aspek-aspek
prioritaskesehatan, misalnya meningkatnya peran serta masyarakat dalam pemeliharaan
kesehatan secara mandiri. Selain itu ada juga tujuan yang berhubungan dengan
kesehatan lingkungan misalnya berkurangnya vector-vektor penyakit atau
meningkatnya cakupan penggunaan air bersih bagi masyarakat. Selanjutnya, ada tujuan
yang menyangkut upaya-upaya kesehatan, misalnya pemerataan pelayanan kesehatan,
meningkatnya cakupan pelayanan pengobatan dan hal-hal lain yang berkaitan dengan
upaya-upaya kesehatan.
Hirarki Tujuan
Untuk menjelaskan hirarki tujuan tersebut, maka berikut ini akan disampaikan tentang
spectrum upaya kesehatan sebagai suatu sistam yang terdiri dari : Input, Proses, Output,
Efek, dan Dampak.
Dengan skema sebagai berikut:
INPUT PROSES OUTPUT EFEK
DAMPAK
Resource Implementing Program Goal
Objective Objective Objective
Atas dasar spectrum tersebut, maka hirarki atau jenjang tujuan dapat diuraikan
sebagai berikut :
1. Tujuan Umum / Goal adalah suatu pernyataan tentang keadaan kehidupan
masyarakat yang lebih tinggi yang diharapkan akan dicapai pada masa datang.
Contoh tujuan umum seperti tercapainya masyarakat adil,makmur dan merata
atau tercapainya derajat kesehatan masyarakat Indonesia yang optimal.
2. Tujuan Khusus / sasaran/ objective adalah tujuan yang dinyatakan secara
spesifik, dalam arti kata ukurannya jelas, kapan waktunya dicapai jelas, lokasi
pelaksanaan dan target juga jelas. Contoh tujuan khusus seperti Pekan Imunisasi
Nasional pada tahun 2000 telah meningkatkan cakupan imunisasi Polio menjadi
90% pada seluruh kecamatan di Sulawesi Tenggara pada tahun 2000 pada usia
balita.
3. Tujuan Pelaksanaan (implementing objective)adalah keadaan yang
menggambarkan keadaan pelaksanaan kegiatan program dimasa yang akan
datang. Contohnya”terlaksananya 4 kali penyuluhan tentang PHBS bagi ibu-ibu
rumah tangga di Kecamatan A pada tahun 2002.
4. Tujuan Sumber Daya (resource objective) adalah tersedianya berbagai sumber
daya. Contohnya sumber tenaga, sumberdaya pembiayaan, serta sumberdaya
sarana untuk menunjang pelaksanaan berbagai upaya kesehatan.
Dari uraian tersebut diatas, maka dapat disimpulkan bahwa secara hirarkis
tujuan upaya kesehatan dapat dibagi atas beberapa bagian, yakni :
1. Tujuan umum atau Goal
2. Tujuan Khusus atau sasaran / Objective
3. Tujuan Pelaksanaan atau Implementing Objective
4. Tujuan Pengadaan Sumber Daya atau Resource Objective
Dalam aplikasi sehari-sehari sangat sering terjadi kekaburan makna dari tujuan,
seperti batas antara tujuan umum dengan tujuan khusus. Kelihatannya untuk keduanya
adalah relative, misalnya pernyataan tujuan yang seperti ini “Meningkatkan Derajat
Kesehatan Anak” adalah suatu tujuan umum, tetapi “Menurunkan angka kematian bayi
di Indonesia dari 55 pada tahun 1990 menjadi 50 pada tahun 2000” pada dasarnya
adalah suatu tujuan khusus.
Manfaat Tujuan
Daru sudut perencanaan suatu program, pernyataan tujuan umum dimaksudkan
untuk memberi arah tentang kebijaksanaan-kebijaksanaan yang akan diambil. Sedang
dari segi perumusan alternative intervensi ataupun perumusan kegiatan-kegiatan
program, maka pernyataan tujuan khusus adalah hal yang sangat penting dan sangat
menentukan. Dimana perumusan tujuan khusus harus mengandung sifat-sifat atau hal-
hal sebagai berikut :
1. Spesifik (specific)
2. Terukur atau Kuantitatif (Measurable)
3. Dapat dicapai (Attainable)
4. Jelas sasarannya (Relevant)
5. Jelas waktunya (Time Bound)
Dimana dalam bahasa asingnya disingkat dengan “SMART” yaiu tujuan yang
cerdas.
Apabila sifat-sifat tersebut dapat terpenuhi, maka rumusan tujuan khusus
tersebut sangat bermanfaat untuk hal-hal sebagai berikut :
Penentuan seberapa besar sumber daya yang diperlukan
Penentuan strategi untuk mencapai tujuan tersebut
Penentuan jenis-jenis kegiatan yang perlu dilakukan
Penentuan jadwal palaksanaan kegiatan
Pelaksaan monitoring dan evalluasi setelah kegiatan dilakukan.
C. Proses Pengambilan Keputusan
Proses pengambilan keputusan atau dikenal dengan Analisa Keputusan
merupakan tahapan berikutnya setelah analisis situasi dan analisis permasalahan dalam
pemecahan masalah.
Apabila dalam analisis permasalahan hasil akhirnya adalah rumusan sebab-sebab
yang paling mungkin bagi timbulnya permasalahan yang kita hadapi, maka dalam
analisis keputusan kita mencari pemecahan terbaik untuk mengatasi sebab tersebut.
Pengambilan keputusan dapat didefinisikan sebagai : Proses memilih alternatif
terbaik, dari beberapa alternatif yang ada.
Dari definisi yang ada 3 hal penting yang harus diingat yaitu:
a. Alternatif terbaik, sebagai suatu keputusan mempunyai
arti alternatif yang paling mendekati keinginan atau kondisi kita. Ini berarti kita
harus mempunyai persyaratan yang harus dipenuhi oleh keputusan yang kita pilih.
b. Adanya beberapa alternatif (lebih dari1). Suatu
keputusan yang berasal dari 1 alternatif saja berarti tidak melalui proses
pengambilan keputusan.
c. Adanya proses memilih, yang biasanya dilakukan
dengan pemberian nilai (Scoring)
Suatu pengambilan keputusan harus memenuhi persyaratan tersebut. Satu sajaa dari
ketiga hal tersebut tidak dipenuhi maka pengambilan keputusan sebenarnya tidak
dilaksanakan.
Untuk menghasilkan keputusan yang baik, ada beberapa langkah yang harus ditempuh:
a. Menetapkan Tujuan
Langkah pertama dalam pengambilan keputusan adalah menentukan tujuan dari
keputusan yang akan kita ambil. Tujuan ini harus dinyatakan dalam kuantitatif.
b. Menetapkan Kriteria
Yaitu persyaratan yang harus dipenuhi bagi pencapaian tujuan tersebut. Ada 2
macam kriteria :
Kriteria Mutlak, yaitu persyaratan yang mutlak atau tidak dapat
ditawar,serta harus dipenuhi oleh keputusan yang akan dihasilkan. Biasanya hal
ini menyangkut dua hal, yaitu output atau hasil, serta resource atau sumber daya.
Kriteria keinginan, dengan kegunaan untuk seseorang bagi alternatif-
alternatif yang mutlak memenuhi kriteria mutlak. Kriteria ini tidak
menyingkirkan alternatif.
c. Menetapkan Bobot dari Kriteria Keinginan
Untuk memudahkan dalam penjelasan poin ini maka diambilkan dengan contoh
kasus kriteria keinginan dalam mengadakan sumber air:
Biaya pemeliharaan rumah Bobot: 10
Tidak mudah rusak
Bobot: 8
Bila rusak mudah diperbaiki oleh tenaga setempat Bobot: 6
Tidak mudah terkontaminasi bakteri Bobot: 9
Ket : Bobot menggambarkan derajat kepentingan dari tiap-tiao kriteria.
d. Inventarisasi Alternati
Yaitu kemungkinan-kemungkinan untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu alternatif
yang didaftar harus relevan dengan usaha pencapaian tujuan.
e. Pemberian Nilai
Setelah ditetapkannya alternatif-alternatif bagi pencapaian tujuan, maka langkah
selanjutnya adalah menilai alternatif-alternatif tersebut. Dalam menilai alternatif
tersebut ada 2 tahap yang harus dilakukan:
1) Menilai alternatif dengan kriteria mutlak. Alternatif yang tidak memenuhi
salah satu kriteria mutlak yang telah ditetapkan, langsung disingkirkan.
2) Alternatif yang lolos dari kriteria mutlak kemudian dinilai dengan kriteria
keinginan. Nilai setiap kriteria dari alternatif yang ada tidak boleh lebih besar
dari bobot masing-masing kriteria. Disin terlihat bahwa bobot tiap kriteria
disamping menggambarkan tingkat kepentingannya juga menggambarkan
derajat nilai tertingginya.
3) Menghitung jumlah nilai dari tiga alternatif tersebut, dengan cara:
Mengalihkan bobot dengan nilai bagi setiap kriteria
dari alternatif-alternatif yang ada
Menjumlahkan hasil perkalian antara bobot dengan
nilai untuk tiap-tiap alternatif
f. Penentuan Keputusan Sementara
Setelah dilakukan penjumlahan nilai daria alternatif- alternatif yang lolos dari
kriterisa mutlak, maka selanjutnya kita tentukan 2 alternatif yang memeiliki nilai
tertinggi.
g. Konsekwensi
Setelah ditetapkan 2 alternatif sebagai keputusan sementara, selanjutnya dilakukan
inventarisasi konsekwensi, yaitu akibat negatif yang timbul bila keputusan
sementara tersebut dilaksanakan.
Perlu diingat bahwa setiap keputusan mempunyai konsekwensi. Konsekwensi ini
merupakan suatu hal yang negatif atau kerugian yang ditimbulkanoleh suatu
keputusan. Dalam pengambilan keputusan berlaku pula hukum ekonomi yaitu
dipilih suatu keputusan yang memberi keuntungan yang paling besar, dengan
kerugian yang paling kecil.
Didasarkan atas prinsip inilah maka sebelum sampai kepada keputusan yang tetap,
perlu dipikirkan konsekwensi-konsekwensi yang bakal timbul bila keputusan
sementara dilaksanakan, dengan maksud mengetahui sejauh manan kerugian yang
bakal ditimbulkannya.
h. Keputusan Tetap
Dengan mempertimbangkan tingginya nilai yang menggambarkan keinginan kita,
dan konsekwensi yang akan ditimbulkan, serta kemampuan kita untuk mengatasi
konsekwensi yang bakal timbul, maka dapat kita tetapkan salah satu dari alternatif
yang akan kita pilih senagai keputusan tetap. Demikianlah langkah-langkah dasara
dalamm proses pengambilan keputusan. Dengan menggunakan langkah-langkah
tersebut maka akan diperoleh suatu keputusan yang betul-betul akan dapat
mengatasi masalah yang kita hadapi, yang mendekati keinginan kita, setara terjamin
keberhasilannya dalam pelaksanaannya karena konsekwensi yang akan timbul
dapat kita atasi.
Proses pengambilan keputusan seperti diatas dapat dilaksanakan dengan baik secara
perorangan maupun secara kelompok. Adanya banyak macam teori pengambilak
keputusan pada dasarnya karena ada perbedaan tehnik dalam melaksanakan
langkah-langkah yang ada dalam proses keputusan. Namun urutan langkahnya pada
dasarnya tetap seperti yang dijelaskan diatas.
Dalam prakteknya proses pengambilan keputusan yang berkaitan dengan
pemilihan kegiatan yang akan dilaksanakan untuk suatu program kesehatan
dilakukan atas dasar :
1. Penggunaan data kesehatan, misalnya
Jumlah output yang diharapkan
Anggran yang tersedia
Kondisi dari daerahnya
Data yang berkaitan dengan anggaran
2. Dilaksanakan oleh tim/grup
Hal ini akan lebih memperkaya masukan misalnya dalam inventarisasi alternatif,
inventarisasi kriteria keinginan dan sebagainya.
Sangat sering kita jumpai suatu pengambilan keputusan dimana output
keputusan yang telah ditetapkan, sedangkan biaya untuk menghasilkan output
tersebut harus dihitung, kemudian dipilih usaha yang pembiayaanya paling kecil.
Sedangkan besarnya biaya untuk menghasilkan output tersebut menjadi kriteria
keinginan dengan bobot paling tinggi. Apalagi besarnya biaya untuk
menghasilkan output telahdihitung, selanjutnya berdasarkan hal tersebut kita
dapat memberi nilai bagi masing-masing alternatif.
Setelah dianalisis konsekwensi-konsekwensinya, maka keputuinya dan dihitung
dalam uang, maka keputusan dapat ditetapkan.
Jadi pada dasarnya langkah pengambilan keputusan adalah tetap, seperti yang
telah diuraikan diatas. Dalam hal yang berkaitan dengan uang, maka untuk
melaksanakan langkah-langkah tersebut diatas digunakan tehnik-tehnik tertentu,
misalnya affectiveness, cost benefit analysis, dan sebagainya
D. Perumusan kebijaksanaan
Kebijaksanaan dirumuskan setelah ditetapkannya tujuan dan sasaran.
Kebijaksanaan merupakan pegangan bagi administrator kesehatan dalam memilih
langkah-langkah atau jenis program intervensi yang harus dilaksanakan untuk mencapai
tujuan, untuk itukegiatan PBL harus harus melacak sampai dimana kebijakan mendasari
program interfensi yang telah dilaksanakan oleh jajaran manajemen kesehatan.
Kebijaksanaan memberi arah bagi metode mencapai tujuan karena itu harus didasarkan
ada peraturan dan perundangan yang berlaku.
Kebijaksanaan berisi pola tindakan yang harus dilaksanakan oleh instansi dan
pejabat pemerintah dalam usaha mencegah dan mengatasi masalah yang timbul. Suatu
usaha pencegahan atau penanggulanganmasalah dikerjakan karena didasarai pada suatu
harapan atau tujuan tertentu yang ingin dicapai. Oleh karena itu kebijaksanaan selalu
mempunyai tujuan tertentu.
Perumusan definisi beberapa pakar manajement mengatakan bahwa
“Kebijaksanaan adalah langkah tetap untuk mencegah dan masalah yang senantiasa
berulang”.
Sebagaimana telah dijelaskan terdahulu bahwa setelah tujuan ditetapkan,
selanjutnya dijabarkan dalam bentuk sasaran yang telah kuantitatif. Untuk mencapai
tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan diperlukan adanya pegangan atau petunjuk
yang dapat memberi arah bagi pelaksana kegiatan, ataupun dijadikan bagi upaya
pencegahan dan penanggulangan masalah yang senantiasa muncul berulang-ulang
ddalam proses pelaksanaan kegiatan. Pegangan atau petunjuk ini senantiasa harus
bersumber dari peraturan dan perundangan yang berlaku. Secara singkat dapat dibuat
rangkuman yang menjelaskan bahwa suatu kebijaksanaan pada dasarnya harus
memenuhi ketentuan-ketentuan sebagai berikut:
Kebijaksanaan selalu mempunyai tujuan tertentu atau tindakan yang berorientasi
pada tujuan tertentu, karena mempunyai suatu misi, maka kebijaksanaan ini
menunjukan arah bagi pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang harus dilaksanakan.
Kebijaksanaan berisi tindakan atau pola tindakan dalam upaya pencegahan dan
penanggulangan masalah yang senantiasa timbul, yang secara berulang selalu
muncul.
Kebijaksanaan harus selalu berpijak pada ketentuan peraturan dan perundangan
yang berlaku.
Dari penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan kata
kebijaksanaan seperti yang dijumpai pada dokumen-dokumen perencanaan, mempunyai
maksud untuk menggambarkan:
1. arah utama dalam mencapai tujuan serta sasaran yang telah ditetapkan
2. pegangan untuk upaya penegahan dan upaya penanggulangan atas munculnya
masalah yang senantiasa berulang.
Analisis kebijakan didefinisikan sebagai suatu upaya mengenal masalah yang
senantiasa berulang, menemukan penyebabnya dan memilih alternatif pemecahan serta
strategi pelaksanaannya. Para pakar sepakat ada 2 hal yang essensial dalam analisis
kebijaksanaan, yakni:
1. Penelitian untuk mendapatkan data dan informasi bertalian dengan persoalan
yang dihadapi.
2. Mencari dan mengkaji alternatif-alternatif pemecahan atau pencapaian tujuan.
Adapun langkah-langkah pokok dalam melakukan analisis kebijaksanaan adalah
sebagai berikut:
1) Pengkajian Permasalahan
Maksud dari kegiatan ini adalah menemukan dan memahami permasalahan yang
senantiasa berulang, yangg dari waktu kewaktu selalu terjadi. Disiplin yang
berkaitan dengan kegiatan ini adalah metode penilaian, metode kuantitatif dan teori-
teori yang sesuai dengan substansi yang persoalan yang dihadapi. Rumusan
persoalan disini harus terinci dan operasional.
2) Penentuan Tujuan
Tujuan adalah akibat yang secara sadar ingin dicapai atau kebijaksanaan selalu
bertujuan untuk mencapai kebaikan, atau mencegah terjadinya atau mengatasi
kerugian-kerugian yang timbul. Tujuan disini harus dirumuskan secara jelas,
realistis danterukur.
3) Perumusan Alternatif
Alternatif adalah cara/alat yang dapat dipergunakan untuk mencapai tujuan yang
telah dipergunakan diatas. alternatif kebijaksanaan dapat muncul dalam pikiran kita
melalui cara :
Incremental
Berdasarkan pernyataan terhadap kebijaksanaan yang ada atau yang sedang
berjalan dan kemudian diperbaiki secara berangsur.
Branching
Dengan melakukan semacam analogidari suatu kebijaksanaan dalam suatu
bidang dan dicoba menerapkannya dalam bidang yang tengah dipelajari.
Inventif
Merupakan hasil pengkajian dari persoalan yang dihadapi dan hubungan sebab
akibat dari persoalan tersebut.
4) Penyusunan Model
Model adalah penyederhanaan dari kenyataan persoalan yang dihadapi, diwujudkan
dalam hubungan konsul atau fungsional. Model dapat dituangkan dalam berbagai
bentuk, antara lain: skema model (flow chart), fisikal model(miniatur), game model,
simbolik model.
Manfaat dari model dalam analisis kebijaksanaan adalah untuk membantu
mempermudah diskripsi akibat-akibat dari ada atau tidaknya perubahan-perubahan
dalam faktor penyebab, model merupakan alat pembantu yang baik dalam
pengkajian persoalan dan dalam perumusan dan penentuan alternatif.
5) Penentuan Kriteria
Analisis kebijaksanaan memerlukan kriteria yang jelas dan konsisten untuk menilai
alternatif-alternatif. Ini menyangkut bukan saja hal-hal yang bersifat progmatis
seperti ekonomi, politik, administrative, juga hal-hal yang menyangkut nilai-nilai
abstrak yang fundamental seperti etik dan filsafat.
6) Penilaian Alternatif
Alternatif-alternatif yang ada perlu dinilai berdasarkan kriteria-kriteria tersebut
diatas. Tujuan penilaian adalah memperoleh gambaran lebih jauh mengenai tingkat
efektifas dan feasibilitas tiap alternatif dalam mencapai tujuan sehingga diperoleh
kesimpulan tentang alternatif feasible mana yang mungkin paling efektif dan efisien.
Tehnik-tehnik yang digunakan dalam penilaian alternatif banyak sekali tetapi pada
dasarnya seperti yang telah diuraikan dalam proses pengambilan keputusan.
7) Perumusan Rekomendasi
Penilaian atas alternatif-alternatif akan memberikan gambaran mengenal sejumlah
pilihan-pilihan tepat untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Langkah akhir
dari analisa kebijaksanaan adalah merumuskan sasaran mengenai alternatif yang
diperhitungkan cadap mencapai tujuan secara optimal pada kondisi administratif dan
ekonomis tertentu. Dalam rekomendasi ini perlu juga dikemukakan strategi
pelaksanaannya.
Bila diperhatikan dengan seksama maka jelas bahwa langkah-langkah dalam analisis
kebijaksanaan ini sama dengan langkah- langkah pemecahan permasalahan. Hal ini
dapat dipahami sesuai dengan batasan tentang kebijaksanaan yang telah
dikemukakan terdahulu, dimana pada analisis kebijaksanaan lebih ditekankan pada
permasalahan yang kita ketahui senantiasa berulang.
BAB III
METODOLOGI
A. GAMBARAN UMUM LOKASI
Keadaan Geografis dan Demografis
1. Keadaan Geografis
a. Letak Wilayah
1. Kelurahan Nambo ke Ibukota Kecamatan dengan jarak 2
km
2. Ke ibukota Kotamadya dengan jarak 25 km
3. Ke ibukota Provinsi 30 km
b. Luas Wilayah
Luas wilayah Kelurahan Nambo secara keseluruhan 1000 km2 yang terdiri dari
pemukiman, bangunan, perkebunan,serta tempat rekreasi dan olah raga
c. Batas wilayah
Kelurahan Nambo adalah salah satu kelurahan di wilayah Kecamatan Abeli
Kota Kendari dengan batas Kelurahan/Wilayah antara :
1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Bungkutoko
2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Moramo
3. Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Petoaha
4. Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Sambuli
2. Keadaan demografis
a. Jumlah penduduk
Berdasarkan data pada tahun 2009 ,jumlah penduduk Kelurahan Nambo
adalah 1.200 jiwa (256 KK) yang terdiri dari 592 jiwa laki – laki dan 608
jiwa perempuan.
b. Distribusi Penduduk
Penduduk Kelurahan nambo tersebar pada 4 RW dan 8 RT, dimana setiap
RW terdapat di sepanjang jalan poros.
Sosial Budaya
a. Sarana perhubungan
Untuk dapat menjangkau Kelurahan Nambo, dapat ditempuh dengan
menggunakan sarana perhubungan darat yaitu kendaraan roda empat dan
roda dua,sedang untuk sarana perhubungan Laut yaitu dengan
menggunakan perahu.
b. Sarana Pendidikan
Kelurahan Nambo terdapat satu buah Sekolah Dasar (SD) dan satu buah
Sekolah Menengah Umum (SMU) sebagai sarana Pendidikan.
c. Agama dan Kepercayan
Agama yang dianut oleh penduduk Kelurahan Nambo adalah Islam
dengan satu buah Masjid sebagai sarana ibadah.
d. Sumber penghasilan
Sumber Penghasilan Utama di Kelurahan Nambo dari sektor Perikanan,
Perkebunan, Peternakan, Sektor Pangan, PNS dan Wiraswasta lainnya.
e. Suku dan Bahasa
Ada beberapa suku di Kelurahan Nambo, antara lain :
1. Tolaki
2. Bugis
3. Muna
4. Jawa
Apabila komunikasi dilakukan dalam situasi resmi maka mereka
menggunakan Bahasa Indonesia, namun bila dalam situasi tidak resmi
mereka menggunakan bahasa daerah Tolaki, dimana mayoritas penduduknya
adalah Suku Tolaki sebagai bahasa daerah sehari – hari.
f. Adat Istiadat
Adat istiadat yang berlaku di Kelurahan Talia adalah adat Tolaki.
Fasilitas dan Status Kesehatan
Terdapat satu buah Pustu dan aktif lima hari dalam seminggu (Senin sampai
Jumat) ditambah dengan tiga tempat posyandu diselenggarakan tiap bulan.
B. Siklus PBL
Kegiatan PBL merupakan wahana bagi mahasiswa untuk melihat secara
langsung berbagai kesenjangan antara teori dan praktek bidang kesehatan masyarakat
sehingga dapat memahami semua proses pemecahan masalah dalam situasi nyata di
lapangan untuk meningkatkan keterkaitan dan kesepadanan antara subtansi pendidikan
dengan pengetahuan serta keterampilan sumber daya manusia yang dibutuhkan dalam
pembangunan kesehatan masyarakat.
Dalam melaksanakan kegiatan PBL dengan program-program dapat
menggunakan berbagai metodologi eoidemiologi dalam melakukan analisa situasi,
identifikasi masalah, penetapan alternative pemecahan masalah, perencanaan program
intervensi, pelaksanaan program intervensi, pemantauan dan penilaian program
intervensi.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam diagram PBL berikut :
DATA PRIMER & SEKUNDER
PBL IANALISA SITUASI
PBL II PENENTUAN PROIRITAS MASALAH KESEHATANPBL III
RENCANA INTERVENSI
PENYUSUNAN KEBUTUHAN SUMBER DAYA
KEBIJAKSANAAN DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN
PENYUSUNAN POA DAN INTERVENSI
FOCUS GROUP DISCUSIONBRAIN STORMINGDELBECKDISKUSI KELOMPOK
DISKUSIKELOMPOK
FOCUS GROUP DISCUSIONBRAIN STORMINGDELBECKDISKUSI KELOMPOK
FOCUS GROUP DISCUSIONBRAIN STORMINGDELBECKDISKUSI KELOMPOK
DELBECKUSGCARLHANLONMCUA
- FISHBONE- POHOMASALAH- BLUM
PBL IV
ANALISA DERAJAT KESEHATANANALISA KEPENDUDUKANANALISA FAKTOR LINGKUNGANANALISA PERILAKUANALISA UPAYA KESEHATAN
TERSUSUNNYA SKALA PRIORITAS MASALAH KESEHATAN
TUJUAN PERENCANAAN KESEHATAN
PROGRAM KESEHATANPENETAPAN TUJUAN SECARA
KUANTITATIF
KEBIJAKSANAAN DAN KEPUTUSAN YANG DITETAPKAN
KEBUTUHAN TENAGAKEBUTUHAN ALATKABUTUHAN BIAYA
PERENCANAAN KEGIATANPENJADWALANPENGANGGARAN
MODEL EVALUASIPROSES EVALUASISTANDAR EVALUASIALAT UKURINSTRUMEN EVALUASI
FOCUS GROUP DISCUSIONBRAIN STORMINGDELBECKDISKUSI KELOMPOK
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Masalah Intervensi
Berdasarkan hasil prioritas masalah yang telah ditentukan pada PBL II, maka
masalah yang menjadi prioritas di daerah setempat adalah masih banyaknya kepala
keluarga dan anggota keluarganya yang merokok. Dengan hasil scor 160, dengan
menggunakan metode penentuan prioritas yang digunakan adalah metode CARL.
Oleh karena itu, masalah yang menjadi focus intervensi pada PBL III ini adalah
tentang rokok.
B. Tujuan Intervensi
Tujuan Umum :
Untuk meningkatkan taraf derajat kesehatan masyarakat melalui PHBS
Tujuan Khusus :
- Untuk menambah pengetahuan tentang PHBS
- Untuk menciptakan kesadaran, kemauan dan tindakan agar berperilaku sehat
tanpa rokok
- Untuk menciptakan lingkungan yang bersih bebas dari asap rokok
C. Manfaat Intervensi
Sebagai bahan pertimbangan atau
informasi bagi instansi pemerintah setempat akan masalah yang dihadapi di
daerah tersebut
Agar masyarakat memahami pentingnya
hidup sehat tanpa rokok
Sebagai langkah awal bagi mahasiswa
sendiri untuk melatih kemampuan yang diperoleh dilapangan.
D. Kerangka Pemecahan Masalah
Pendekatan kepada pemerintah setempat, tokoh masyarakat serta masyarakat
dalam mendukung kegiatan intervensi serta menentukan kebijakan terkait
dengan masalah kesehatan yang telah ditemukan
Penyuluhan kepada masyarakat tentang bahaya rokok
Pembuatan stiker anti asap rokok
E. Pelaksanaan Kegiatan Intervensi
Realisasi Pemecahan Masalah
Sebelum melaksanakan intervensi, pada proses analisa situasi sampai pada
proses penentuan prioritas masalah oleh masyarakat, telah ditemuka bahwa
masalah yang dihadapi adalah masalah rokok.Dimana pemecahan masalahnya
adalah dengan penyuluhan akan dampak rokok tersebut sekaligus pemasangan
stiker anti asap rokok di rumah warga.
Adapun dana untuk kegiatan tersebut bersumber dari kami sendiri dan
pemerintah setempat.
Sasaran Intervensi
Pada umumnya sasaran penyuluhan dan pemasangan stiker anti rokok adalah
seluruh masyarakat terutama bagi para perokok aktif di 8 KK di RW 02.
Metode Intervensi
1. Jenis Intervensi
Jenis intervensi yang dilakukan meliputi intervensi fisik dan non fisik
2. Teknik pelaksanaan Intervensi
Intervensi fisik yaitu pembuatan dan pemasangan stiker anti asap
rokok.
Intervensi non fisik yaitu penyuluhan akan dampak asap rokok
bagi kesehatan diri sendiri maupun orang lain.
3. Pelaksanaan Intervensi
Intervensi dilaksanakan secara bersama-sama dengan masyarakat dengan
dukungan dari pemerintah daerah setempat
Hasil Intervensi
Dalam proses pelaksanaan penyuluhan dan pemasangan stiker, masyarakat
cukup antusias akan hal tersebut dan ikut berpartisipasi dengan ikut mendukung
kegiatan tersebut. Misalnya dalam proses penyuluhan tentang rokok, seorang
bapak yang merupakan perokok aktif mematikan rokoknya pada waktu
mengikuti penyuluhan. Dan itu merupakan tahap awal dari munculnya
kesadaran.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pelaksanaan intervensi pada PBI III yang dilaksanakan di Kelurahan Nambo
Kecamatan Abeli, berupa intervensi fisik yaitu pembuatan dan pemasangan stiker anti
asap rokok serta penyuluhan tantang dampak rokok bagi kesehatan sebagai intervensi
non fisik.
Kegiatan ini dilaksanakan selama seminggu, dimulai pada tanggal 13-18
Desember 2010
B. Saran
Dalam upaya menciptakan perubahan perilaku masyarakat khususnya tentang
rokok, maka perlu adanya dukungan dari instansi kesehatan setempat dengan
mengadakan monitoring dan kontrol bagi masyarakat guna mencapai peningkatan taraf
kesehatan yang lebih baik.