IMUNODEFISIENSI SGD 4

7
IMUNODEFISIENSI STEP 1 1. Swab vagina : pemeriksaan lab berupa lendir vagina dan secret. 2. Pemeriksaan elisa : enzim linked immunosorbent assay untuk pemeriksaan antibody untuk menentukan zat anti AIDS. 3. Pneumonia : peradangan paru yang disebabkan bakteri, virus dan jamur. 4. Skrening p24 antigen test : pemeriksaan untuk mengetahui ada tidaknya p24; core antigen virus HIV yang merupakan pertanda dini adanya infeksi HIV -1. 5. Sampel saliva : sampel air liur. STEP 2 IMUNODEFISIENSI 1. Definisi 2. Klasifikasi 3. Gambaran klinis umum 4. Etiologi 5. Pathogenesis 6. Pemeriksaan lab HIV/AIDS 1. Definisi 2. Etiologi 3. Pathogenesis 4. Gambaran klinis 5. Hub HIV/AIDS dengan imunodefisiensi 6. Orang yang beresiko terkena HIV 7. Penyebarannya

description

imuno

Transcript of IMUNODEFISIENSI SGD 4

IMUNODEFISIENSISTEP 1

1. Swab vagina

: pemeriksaan lab berupa lendir vagina dan secret.

2. Pemeriksaan elisa

: enzim linked immunosorbent assay untuk pemeriksaan antibody untuk menentukan zat anti AIDS.3. Pneumonia

: peradangan paru yang disebabkan bakteri, virus dan jamur.4. Skrening p24 antigen test: pemeriksaan untuk mengetahui ada tidaknya p24; core antigen virus HIV yang merupakan pertanda dini adanya infeksi HIV -1.5. Sampel saliva

: sampel air liur.STEP 2

IMUNODEFISIENSI

1. Definisi

2. Klasifikasi

3. Gambaran klinis umum

4. Etiologi

5. Pathogenesis

6. Pemeriksaan lab

HIV/AIDS

1. Definisi

2. Etiologi

3. Pathogenesis

4. Gambaran klinis

5. Hub HIV/AIDS dengan imunodefisiensi

6. Orang yang beresiko terkena HIV

7. Penyebarannya

8. Fase-fase dalam HIV

9. Penatalaksanaan

10. Penegakan diagnosis

11. Pencegahan

STEP 3

IMUNODEFISIENSI

1. Definisi

Sekumpulan keadaan yang berlainan dimana system kekebalan tidak berfungsi secara kuat sehingga infeksi lebih sering terjadi, lebih sering terulang, berat dan berlangsung lebih lama dari biasanya.

Menurunnya atau berkurangnya fungsi salah satu atau lebih komponen system imun.

2. Klasifikasi

Imunodefisiensi nonspesifik

Defisiensi komplemen

Interferon dan lisosim

Sel NK

System fagosit

Imunodefisiensi spesifik

Kongenital/primer

Didapat/sekunder

Fisiologik

AIDS3. Gambaran klinis umum

Meningkatnya kerentanan terhadap infeksi rekuren (berulang), kronik, oportunistik (infeksi yang tidak biasanya terjadi), dan respon yang buruk terhadap terapi dengan antibiotik yang mana manifestasinya terdapat hepatosplenomegali, diare.4. Etiologi

Keturunan

Obat Malnutrisi

Radiasi

Factor usia

Trauma

Mikroba imunosupresif

Penyakit lain (diabetes)

Tumor

5. Pathogenesis

LI

6. Pemeriksaan lab

LI

HIV/AIDS

1. Definisi

Suatu kumpulan kondisi klinis tertentu yang merupakan hasil akhir dari infeksi virus HIV.

Virus retro yang menginfeksi system imun yang terutama sel T CD4+ yang memiliki reseptor dengan afinitas tinggi untuk HIV.2. Klasifikasi HIV

HIV Tipe 1, memiliki VPU (untuk membantu pelepasan virus) tetapi tidak mempunyai VPX (meningkatkan infektifitas atau daya tular yang mungkin duplikasi dari protein lain).

HIV Tipe 2, memiliki VPX ttetapi tidak memiliki VPU.

3. Etiologi

Human Immunodefisiensi Virus 4. Struktur HIV

Struktur virus HIV terdiri atas 2 untaian RNA yang identik yang merupakan genom virus yang berhubungan dengan p17 dan p24 berupa inti polipeptida.Semua komponen tersebut diselubungi envelop membran fosfolipid yang berasal dari sel penjamu. Protein gp120 dan gp41 yang disandi virus ditemukan dalam envelop.

Antigen gp120 adalah glikoprotein permukaan HIV-1 yang mengikat reseptor CD4+ pada sel T dan makrofag5. Cara penyerangan HIV (gambar)

6. Pathogenesis

LI, gambar skematis7. Gambaran klinis

Ringan : sakit kepala, sakit tenggorok, panas, ruam , malaise, macular atau urtikaria pada anggota tubuh dan muka, hepatosplenomegali, limfadenofati, faringitis.

Berat : mengenai saraf dan berhub dengan ensefalitis (radang otak), meningitis (radang selaput), saraf kranial lumpuh, neropatik perifer dan miopati.

8. Hub HIV/AIDS dengan imunodefisiensi

LI9. Orang yang beresiko terkena HIV

PSK

Pengguna narkoba

Anak yang terjangkit HIV (janin)/ ibu hamil

Transfusi

Paramedis

10. Penyebarannya

Kontak dengan darah

Kontak seksual

Kontak ibu dan anak

11. Fase-fase dalam HIV

Penderita deawsa stadium 1 (asimtomatis, PGL)

Stadium 2 (penurunan berat badan, infeksi saluran nafas, herpes zoster)

Stadium 3 (penurunan berat badan lebih dari 10%, diare kronis, demam lama, kandidiasis oral, TB paru)

Stadium 4 (infekisi virus herpes, TB ekstra pulmonal, limfoma, sarkoma Kaposi)12. Komplikasi (stadium lanjut, gbr)

LI

13. Penatalaksanaan

Obat antiretroviral

14. Penegakan diagnosis

LI15. Pencegahan

Safety sex

Jarum suntik sebaiknya sekali pakai

No drugs

STEP 4 (mapping)

STEP 5 (Leraning issue)

STEP 6 (Belajar Mandiri)

STEP 7 (Hasil belajar mandiri)