Case Tb Dony

download Case Tb Dony

of 23

Transcript of Case Tb Dony

  • 7/28/2019 Case Tb Dony

    1/23

    3

    BAB I

    PENDAHULUAN

    Tuberkulosis merupakan infeksi bakteri kronik yang disebabkan oleh

    Mycobacterium tuberculosa dan ditandai oleh pembentukan granuloma pada

    jaringan yang terinfeksi dan oleh hipersensitivitas yang diperantarai sel (cell-

    mediated hypersensitivity). Penyakit biasanya terletak di paru tetapi dapat

    mengenai organ lain. Dengan tidak adanya pengobatan yang tidak efektif untuk

    penyakit yang aktif, biasa terjadi penyakit yang kronik dan berakhir dengan

    kematian.1

    Micobacterium tuberculosis (TB) telah menginfeksi sepertiga penduduk

    dunia, menurut WHO sekitar 8 juta penduduk dunia diserang TB dengan kematian

    3 juta orang per tahun (WHO, 1993). Di negara berkembang kematian ini

    merupakan 25% dari kematian penyakit yang sebenarnya dapat diadakan

    pencegahan. Diperkirakan 95% penderita TB berada di negara-negara

    berkembang.2

    Di Indonesia TBC merupakan penyebab kematian utama dan angka

    kesakitan dengan urutan teratas setelah ISPA. Indonesia menduduki urutan ketiga

    setelah India dan China dalam jumlah penderita TBC di dunia. Jumlah penderita

    TBC paru dari tahun ke tahun di Indonesia terus meningkat. Saat ini setiap menit

    muncul satu penderita baru TBC paru, dan setiap dua menit muncul satu penderita

    baru TBC paru yang menular. Bahkan setiap empat menit sekali satu orang

    meninggal akibat TBC di Indonesia.2

    Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, maka penulis berkeinginan

    menyajikan masalah ini dalam bentuk sebuah laporan kasus TB Paru agar dapat

    menjadi bahan masukan kepada diri penulis dan kita semua dalam mendiagnosis

    dan memberikan terapi yang tepat pada penderita tuberkulosis.

  • 7/28/2019 Case Tb Dony

    2/23

    4

    BAB II

    LAPORAN KASUS

    2.1. IDENTITAS PASIEN

    Nama : Ny. K

    Umur : 45 tahun

    Jenis Kelamin : Perempuan

    Alamat : Jl. Jaya seberang ulu II Plaju PLG.

    Agama : Islam

    Status : Menikah

    Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

    Tanggal pemeriksaan : 23-04-2013

    MRS tanggal : 19-04-2013

    2.2. ANAMNESIS

    Keluhan Utama

    Sesak napas yang menghebat sejak 1 hari SMRS

    Riwayat Perjalanan Penyakit

    5 bulan SMRS, os mengeluh batuk-batuk hilang timbul, dahak (+) warna

    putih kental

  • 7/28/2019 Case Tb Dony

    3/23

    5

    batuk (+) dengan dahak warna putih kekuningan

  • 7/28/2019 Case Tb Dony

    4/23

    6

    Riwayat Penyakit Dahulu

    Riwayat sakit tb paru disangkal Riwayat sakit maag (+) >2 tahun yang lalu, os tidak teratur berobat Riwayat sakit hipertensi disangkal Riwayat sakit kencing manis disangkal Riwayat sakit jantung disangkal Riwayat alergi obat disangkalRiwayat Penyakit Keluarga

    Riwayat penyakit dengan keluhan yang sama dalam keluarga disangkal Riwayat penyakit maag di keluarga (+)

    2.3. PEMERIKSAAN FISIK (23 April 2013)

    a. Keadaan Umum

    1. Keadaan sakit : Tampak sakit sedang2. Kesadaran : Compos mentis3. Anemia : -/-4. Sianosis : -/-5. Dyspnea : -/-6. Oedema umum : -/-7. Dehidrasi : -8. Keadaan gizi : Cukup9. Bentuk badan : Normal10.Kebersihan : Kurang11.Nadi/pulse rate

    - Frekuensi : 90 x/menit- Irama : Teratur- Isi : Cukup- Tegangan : Cukup- Kualitas : Cukup

    12.Pernapasan- Frekuensi : 22 x/menit

  • 7/28/2019 Case Tb Dony

    5/23

    7

    - Irama : Teratur13.Berat badan : 50 kg14.Tinggi badan : 150 cm15.Temperatur : 37,0 C16.Tekanan darah : 120/90 mmHg17.Kulit

    a. Warna : Sawo matangb. Efloresensi : (-)c. Pigmentasi : (-)d. Jaringan Parut : (-)e. Turgor : < 2 detikf. Keringat : (+)g. Pertumbuhan rambut : (+)h. Lapisan lemak : (+)i. Ikterus : (-)

    j. Lembab/kering : Lembabk. Lain-lain : (-)

    18.Kelenjar Getah Beninga. Submandibula : (-)

    b. Leher : (-)c. Subclavia : (-)d. Axilla : (-)e. Anal : (-)f. Inguinal : (-)

    b. Pemeriksaan Organ

    1. Kepala

    a. Bentuk : Normocephalib. Ekspresi : Wajarc. Muka : Simetrisd. Rambut : hitam, lurus, pendek, tidak mudah dicabute. Deformasi : Tidak

  • 7/28/2019 Case Tb Dony

    6/23

    8

    f. Perdarahan temporal: Tidak adag.Nyeri tekan : Tidak adah. Bising : Tidak ada

    2.Mataa. Eksopthalmus : (-) e. Sclera : Tidak ikterik

    b. Enopthalmus : (-) f. Cornea : jernihc. Kelopak : Ada g. Pupil : isokord. Conjunctiva h. Visus : baik

    -Palpebrae : anemis (-) i. Gerakan : simetris-Bulbi : anemis (-) J. Lapangan pandang : t.a.k

    3.Telingaa. Lubang : Ada d. Tophi : Tidak ada

    b. Selaput : Ada e. Nyeri tekan : Tidak adac. Pendengaran : Baik f. Promastoideus : t.a.k

    4.Hidunga. Bagian luar : Tidak tampak kelainan

    b. Septum : Tidak tampak kelainanc. Selaput lendir : Tidak adad. Ingus : Tidak adae. Penyumbatan : Tidak adaf. Perdarahan : Tidak ada

    5.Muluta. Bibir : Tidak ada rhagaden

    b. Gigi-geligi : Baikc.

    Gusi : Tidak berdarah, tidak ada lesi.

    d. Lidah : Tidak ada thypoid tongue, tidak ada lesi.e. Selaput lendir : Adaf. Pharynx : Hiperemis (-)g. Tonsil : T1-T1, hiperemis (-)h. Bau pernafasan : Fetor hepatikum (-)

  • 7/28/2019 Case Tb Dony

    7/23

    9

    6.Lehera. Kel. Getah bening : Tidak ada pembesaran

    b. Kel. Gondok : Tidak ada pembesaranc. Trachea : t.a.kd. Tekanan vena : JVP 5-2 cmH2Oe. Kaku kuduk : Tidak adaf. Tumor : Tidak ada

    7.Dadaa. Bentuk : Simetris

    b. Pembuluh darah : Tidak ada venektasi vena dan spider nevic. Buah dada : Simetrisd.Nyeri tekan : Tidak adae.Nyeri ketok : Tidak adaf. Krepitasi : Tidak ada

    8.Paru-paruDepan

    a. Inspeksi : Statis: Simetris, retraksi (-), kanan = kiriDinamis : Tidak ada yang tertinggal

    b. Palpasi : Stem fremitus kanan dan kiri samac. Perkusi : Sonor di kedua lapang parud. Auskultasi : Vesikuler (+) N, ronki basah sedang pada lapangan

    paru bawah kiri, wheezing (-)

    Belakang

    a.Inspeksi : Statis : Simetris, retraksi (-), kanan = kiri

    Dinamis : Tidak ada yang tertinggal

    b. Palpasi : Stem fremitus kanan dan kiri samac. Perkusi : Sonor di kedua lapang parud. Auskultasi : Vesikuler (+) N, ronki basah sedang pada lapangan

    paru bawah kiri, wheezing(-)

    9.Jantunga. Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat

  • 7/28/2019 Case Tb Dony

    8/23

    10

    b. Palpasi : Iktus kordis tidak terabac. Perkusi : Batas kanan atas : ICS II parasternalis dextra

    Batas kanan bawah : ICS IV parasternalis dextra

    Batas kiri : ICS V midklavikula sinistra

    d. Auskultasi : Bunyi jantung I dan II normal. Tidak ada bunyijantung tambahan.

    10. Peruta. Inspeksi : Datar, tidak ada benjolan, skar dan caput medusa.

    b. Palpasi : Lemas, tidak teraba benjolan, nyeri tekan (+) padaepigastrium.

    c. Perkusi : Timpani, shifting dullnes (-)d. Auskultasi : Bising usus (+) normal.e. Hati : Hepar tidak teraba.f. Limfa : Limfa tidak terabag. Ginjal : Nyeri ketok (-)

    c. Laboratorium dan Pemeriksaan Tambahan

    Darah Rutin (19 April 2013)

    Hemoglobin : 15, 1g/dL

    Leukosit : 11,900/mm

    Trombosit : 325.000

    Hematokrit : 48%

    Darah Rutin (22 April 2013)

    Hemoglobin : 15, 4g/dL

    Leukosit : 16, 570/mm

    LED : 67mm/jam

    Diff Count : 1/0/1/79/11/8

    Bilirubin total : 0,7mg/dL

    SGOT : 21U/L

    SGPT : 14U/L

  • 7/28/2019 Case Tb Dony

    9/23

    11

    Ureum : 20mg/dL

    Creatinin : 0,5mg/dL

    Uric Acid : 4, 8mg/dL

    Foto Thorax (19 April 2013)

    Kondisi foto baik Simetris kanan=kiri Trakea di tengah Tulang-tulang baik Diafragma tenting (-) CTR< 50% Sela iga tidak melebar Kesan: TB Paru aktif

    Pemeriksaan Sputum BTA (24 April 2013)

    No. Pemeriksaan Hasil Nilai Normal

    1. BTA I 2+ Negatif

    2. BTA II 2+ Negatif

    3. BTA III 1+ Negatif

  • 7/28/2019 Case Tb Dony

    10/23

    12

    2.4. DIANOSIS SEMENTARA

    TB paru kasus baru

    2.5. DIAGNOSIS BANDING

    - Pneumonia

    - PPOK

    2.6. PENGOBATAN

    - IVFD RL gtt xx/menit

    - Inj. Ranitidin 2 x 25 mg

    - Ambroxol 3 x 1 C

    - OAT untuk pasien TB kasus baru yaitu

    Kategori 1 : Kategori 1 : 2HRZE/4H3R3

    Rifampicin 1 x 600 mg

    Isoniazid 1 x 300 mg

    Pirazinamid 3 x 500 mg

    Etambutol 3 x 500 mg

    Selama 2 bulan minum obat INH, rifampisin, pirazinamid, dan etambutol

    setiap hari (tahap intensif), dan 4 bulan selanjutnya minum obat INH dan

    rifampisin tiga kali dalam seminggu (tahap lanjutan).

    2.7. PROGNOSA

    Quo ad vitam : dubia ad bonam

    Quo ad functionam : dubia ad bonam

    FOLLOW UP

    Tanggal 23 April 2013

    S Sesak napas

    O: Keadaan umum

    Kesadaran

    Tekanan darah

    Nadi

    Pernapasan

    Temperatur

    Keadaan spesifik

    Compos mentis

    120/80 mmHg

    90x/menit

    30x/menit

    37C

  • 7/28/2019 Case Tb Dony

    11/23

    13

    Kepala

    Leher

    Thorax:

    Paru

    Jantung

    Abdomen

    Genitalia

    Ekstremitas

    Conjungtiva palpebra pucat (-)

    Sclera ikterik (-)

    JVP (5-2) cm H2O

    Pembesaran KGB (-)

    Anterior

    I : statis: kanan sama dengan kiri

    dinamis: tidak ada yang tertinggal

    P : stemfremitus kanan = kiri

    P : sonor di seluruh lapangan paru kanan dan

    kiri

    A : vesikuler (+) normal, ronki basah sedang

    di lapangan bawah paru kiri, wheezing (-)

    PosteriorI: statis: kanan sama dengan kiri

    dinamis: tidak ada yang tertinggal

    P: stemfremitus kanan > kiri

    P: sonor di seluruh lapangan paru kanan dan

    kiri

    A: vesikuler (+) normal, ronki basah sedang

    di seluruh lapangan paru kiri, wheezing (-)

    I : ictus cordis tidak terlihat

    P : ictus cordis tidak teraba

    P : batas atas ICS II, batas kanan LS dextra,

    batas kiri LMC sinistra

    A : HR 90x/ menit murmur (-), gallop (-)

    I : datar

    P : lemas, nyeri tekan (+) di epigastrium.

    P : thympani

    A : bising usus (+) normal

    Tak diperiksa

    Edema (-)

    A Tb paru

    P Planning

    -Pemeriksaan BTA

    Non Farmakologis

    -Istirahat-O2 3L/menit

  • 7/28/2019 Case Tb Dony

    12/23

    14

    Farmakologis

    - IVFD RL gtt XX/m- Ambroxol 3 x 1 C- Ranitidin inj. 2 x 50 mg IV

    Tanggal 24 April 2013

    S Batuk

    O: Keadaan umum

    Kesadaran

    Tekanan darah

    Nadi

    Pernapasan

    Temperatur

    Keadaan spesifikKepala

    Leher

    Thorax:

    Paru

    Jantung

    Abdomen

    Compos mentis

    110/80 mmHg

    92x/menit

    24x/menit

    36,6C

    Conjungtiva palpebra pucat (-)

    Sclera ikterik (-)

    JVP (5-2) cm H2O

    Pembesaran KGB (-)

    Anterior

    I : statis: kanan sama dengan kiri

    dinamis: tidak ada yang tertinggal

    P : stemfremitus kanan = kiriP : sonor di seluruh lapangan paru kanan dan

    kiri

    A : vesikuler (+) normal, ronki basah sedang

    di lapangan bawah paru kiri, wheezing (-)

    Posterior

    I: statis: kanan sama dengan kiri

    dinamis: tidak ada yang tertinggal

    P: stemfremitus kanan > kiri

    P: sonor di seluruh lapangan paru kanan dan

    kiriA: vesikuler (+) normal, ronki basah sedang

    di seluruh lapangan paru kiri, wheezing (-)

    I : ictus cordis tidak terlihat

    P : ictus cordis tidak teraba

    P : batas atas ICS II, batas kanan LS dextra,

    batas kiri LMC sinistra

    A : HR 92x/ menit murmur (-), gallop (-)

  • 7/28/2019 Case Tb Dony

    13/23

    15

    Genitalia

    Ekstremitas

    I : datar

    P :lemas, nyeri tekan (+) epigastrium.

    P : thympani

    A : bising usus (+) normal

    Tak diperiksa

    Edema (-)

    A Tb paru

    P Planning

    -Pemeriksaan BTANon Farmakologis

    -Bed restFarmakologis

    - IVFD RL gtt XX/m- Ambroxol 3 x 1 C- Ranitidin inj. 2 x 50mg IV- Rifampicin 1 x 600 mg- Isoniazid 1 x 300 mg- Pirazinamid 3 x 500 mg- Etambutol 3 x 500 mg

    Tanggal 25 April 2013

    S Batuk

    O: Keadaan umum

    Kesadaran

    Tekanan darah

    Nadi

    Pernapasan

    Temperatur

    Keadaan spesifik

    Kepala

    Compos mentis

    110/70 mmHg

    85x/menit

    20x/menit

    37,0C

    Conjungtiva palpebra pucat (-)

    Sclera ikterik (-)

  • 7/28/2019 Case Tb Dony

    14/23

    16

    Leher

    Thorax:

    Paru

    Jantung

    Abdomen

    Genitalia

    Ekstremitas

    JVP (5-2) cm H2O

    Pembesaran KGB (-)

    AnteriorI : statis: kanan sama dengan kiri

    dinamis: tidak ada yang tertinggal

    P : stemfremitus kanan = kiri

    P : sonor di seluruh lapangan paru kanan dan

    kiri

    A : vesikuler (+) normal, ronki basah sedang

    di lapangan bawah paru kiri, wheezing (-)

    Posterior

    I: statis: kanan sama dengan kiri

    dinamis: tidak ada yang tertinggalP: stemfremitus kanan = kiri

    P: sonor di seluruh lapangan paru kanan dan

    kiri

    A: vesikuler (+) normal, ronki basah sedang

    di seluruh lapangan paru kiri, wheezing (-)

    I : ictus cordis tidak terlihat

    P : ictus cordis tidak teraba

    P : batas atas ICS II, batas kanan LS dextra,

    batas kiri LMC sinistra

    A : HR 85x/ menit murmur (-), gallop (-)

    I : datar

    P : lemas, nyeri tekan (+) di epigastrium.

    P : thympani

    A : bising usus (+) normal

    Tak diperiksa

    Edema (-)

    A Tb paru

    P Non Farmakologis

    -Bed restFarmakologis

    - IVFD RL gtt XX/m- Ambroxol 3 x 1C- Ranitidin inj. 2 x 50 mg IV- Rifampicin 1 x 600 mg- Isoniazid 1 x 300 mg

  • 7/28/2019 Case Tb Dony

    15/23

    17

    - Pirazinamid 3 x 500 mg- Etambutol 3 x 500 mg

    Tanggal 26April 2013

    S -

    O: Keadaan umum

    Kesadaran

    Tekanan darah

    Nadi

    Pernapasan

    Temperatur

    Keadaan spesifikKepala

    Leher

    Thorax:

    Paru

    Jantung

    Abdomen

    Compos mentis

    120/80 mmHg

    82x/menit

    20x/menit

    36,7C

    Conjungtiva palpebra pucat (-)

    Sclera ikterik (-)

    JVP (5-2) cm H2O

    Pembesaran KGB (-)

    Anterior

    I : statis: kanan sama dengan kiri

    dinamis: tidak ada yang tertinggal

    P : stemfremitus kanan = kiri

    P : sonor di seluruh lapangan paru kanan dan

    kiri

    A : vesikuler (+) normal, ronki basah sedang

    di lapangan bawah paru kiri, wheezing (-)

    Posterior

    I: statis: kanan sama dengan kiri

    dinamis: tidak ada yang tertinggal

    P: stemfremitus kanan = kiri

    P: sonor di seluruh lapangan paru kanan dankiri

    A: vesikuler (+) normal, ronki basah sedang

    di seluruh lapangan paru kiri, wheezing (-)

    I : ictus cordis tidak terlihat

    P : ictus cordis tidak teraba

    P : batas atas ICS II, batas kanan LS dextra,

    batas kiri LMC sinistra

    A : HR 85x/ menit murmur (-), gallop (-)

    I : datar

  • 7/28/2019 Case Tb Dony

    16/23

    18

    Genitalia

    Ekstremitas

    P : lemas, nyeri tekan (+) di epigastrium.

    P : thympani

    A : bising usus (+) normal

    Tak diperiksaEdema (-)

    A Tb paru

    P Non Farmakologis

    -Bed restFarmakologis

    - IVFD RL gtt XX/m- Ambroxol 3 x 1C- Ranitidin inj. 2 x 50 mg IV- Rifampicin 1 x 600 mg- Isoniazid 1 x 300 mg- Pirazinamid 3 x 500 mg- Etambutol 3 x 500 mg

  • 7/28/2019 Case Tb Dony

    17/23

    19

    BAB III

    ANALISA KASUS

    TB paru adalah infeksi kronik pada paru yang disebabkan oleh basil

    Mycobacterium tuberculosis, ditandai dengan pembentukan granuloma dan

    adanya reaksi hipersensitifitas tipe lambat. Sumber penularan umumnya adalah

    penderita Tb yang dahaknya mengandung Basil Tahan Asam(BTA).3

    a. AnamnesisDiagnosis tuberkulosis paru dapat ditegakkan berdasarkan gejala

    klinis/pemeriksaan fisik, foto toraks, pemeriksaan sputum BTA dan laboratorium

    penunjang. Gejala klinis pada penderita Tb paru dibagi menjadi gejala sistemik

    dan gejala respiratorik.

    1. Gejala sistemik berupa demam dan berkeringat pada malam hari, badanterasa lemah, kehilangan nafsu makan dan penurunan berat badan

    2. Gejala respiratorikberupa batuk, sesak napas dan rasa nyeri dada. Batukbiasanya lebih dari 3 minggu, kering sampai produktif dengan sputum

    mukoid atau purulen. Batuk darah dapat terjadi bila ada pembuluh darah

    yang robek, sesak napas biasanya terjadi pada penyakit yang sudah

    lanjut.4,5,6

    Pada pasien ini, ditemukan gejala klinis berupa batuk 3 minggu, sesak

    nafas, keringat dan demam pada malam hari, serta nafsu makan dan berat badan

    menurun.

    b. Pemeriksaan FisikDiagnosis berdasarkan pemeriksaan fisik sangat tergantung pada luas dan

    kelainan struktural paru. Pemeriksaan fisik dapat normal pada lesi minimal,

    kelainan umumnya terletak pada daerah apikal/posterior lobus atas dan daerah

    apikal lobus bawah. Kelainan yang dapat ditemukan antara lain berupa bentuk

    dada yang tidak simetris, pergerakan paru yang tertinggal, peningkatan stem

    fremitus, redup pada perkusi, suara napas bronkial/amforik/ vesikuler

    melemah,/ronkhi basah ataupun tanda-tanda penarikan paru, diafragma dan

    mediastinum.4,5,6

  • 7/28/2019 Case Tb Dony

    18/23

    20

    Kelainan pulmo yang dapat ditemukan pada Ny.K adalah pada auskultasi

    di thorax anterior ditemukan ronki basah sedang di lapangan bawah paru kiri.

    Dan pada auskultasi thorax posterior, ronki basah sedang terdengar di seluruh

    lapangan paru kiri bawah.

    c. Pemeriksaan PenunjangDari pemeriksaan foto thorax standar pada TB paru yaitu foto thorax PA

    dan lateral ditemukan gambaran lesi yang menyokong ke arah TB paru aktif

    biasanya berupa infiltrat nodular berbagai ukuran di lobus atas paru, kavitas

    (terutama lebih dari satu), bercak milier ataupun adanya efusi pleura unilateral.

    Gambaran lesi tidak aktif biasanya berupa fibrotik, atelektasis, kalsifikasi,

    penebalan pleura, penarikan hilus dan deviasi trakea. Berdasarkan luas lesi pada

    paru, ATS (American Thoracic Society) membaginya atas lesi minimal, lesi

    sedang dan lesi luas.7

    Pada foto toraks pasien ini tampak gambaran lesi berupa infiltrat di seluruh

    lapangan paru kanan dan kiri.

    D. Pemeriksaan BTA

    Klasifikasi TB Paru berdasarkan hasil pemeriksaan dahak mikroskopis,

    yaitu:

    1. TB paru BTA positifa. Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA

    positif.

    b. 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto toraks dadamenunjukkan gambaran TB.

    c. 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan biakan kuman TBpositif.

    d. 1 atau lebih spesimen dahak hasilnya positif setelah 3 spesimendahak SPS pada pemeriksaan sebelumnya hasilnya BTA negatif

    dan tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT.

    2. TB paru BTA negatifKasus yang tidak memenuhi definisi pada TB paru BTA positif.

    Kriteria diagnostik TB paru BTA negatif harus meliputi:

    a. Paling tidak 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA negative

  • 7/28/2019 Case Tb Dony

    19/23

    21

    b. Foto toraks abnormal menunjukkan gambaran TB.c. Tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT.d. Ditentukan (dipertimbangkan) oleh dokter untuk diberi pengobatan.

    Dahak terbaik adalah dahak pagi hari sebelum makan, kental, purulen,

    dengan jumlah minimal 3-5 ml. Dahak diperiksa 3 hari berturut-turut dengan

    pewarnaan Ziehl Neelsen atau Kinyoun Gabbet. Untuk lebih efisien, Depkes RI

    menganjurkan pengambilan dahak SPS (Sewaktu, Pagi, Sewaktu) yang

    dikumpulkan dalam 2 hari. BTA dikatakan positif bila BTA dijumpai setidaknya

    pada dua dari tiga pemeriksaan BTA. Kultur lebih sensitif dibanding BTA,

    namun membutuhkan waktu lebih lama (6-8 minggu). Metode yang dipakai

    antara lain Lowenstein Jensen, Ogawa dan Kudoh. Hasil pemeriksaan BTA

    sputum Ny.K adalah +2,+2,+1 pada BTA I, II, III.7

    e. Darah RutinHasil pemeriksaan darah rutin kurang spesifik untuk TB paru.

    Kelainan yang sering dijumpai adalah anemia, peningkatan laju endap

    darah, lekositosis dan limfositosis. Pada pasien ini ditemukan

    leukositosis dan Diff count menunjukkanshift to the right.

    f. KlasifikasiTerminologi diagnosis dibagi dalam 3 kelompok, yaitu Tb paru BTA

    positif, Tb paru BTA negatif dan bekas Tb paru. Yang termasuk Tb paru BTA

    positif apabila sputum BTA positif 2 kali, sputum BTA positif 1 kali dengan

    kultur positif atau sputum BTA positif 1 kali dengan klinis/radiologist sesuai

    dengan Tb paru. Tb paru BTA negatif apabila klinis dan radiologist sesuai dengan

    Tb paru, sputum BTA negatif dan kultur negatif atau positif. Bekas Tb paru

    apabila sputum dan kultur negatif, gejala klinis tidak menunjang dan gambaranradiologis menunjukkan gambaran tak aktif.7

    Medikamentosa obat anti Tuberkulosis dibagi menjadi :

    Kategori Kriteria penderita

    Regimen pengobatan

    Fase

    Awal

    Fase

    lanjutan

    I Kasus baru BTA (+)

    Kasus baru BTA (-)

    2 RHZE (RHZS)

    2 RHZE (RHZS)

    6 EH

    4 RH

  • 7/28/2019 Case Tb Dony

    20/23

    22

    Oleh karena pasien ini termasuk dalam kategori kasus baru, jadi perlu

    diobati dengan OAT kategori I, dengan regimen Rifampisin, INH, Pirazinamid,

    dan Etambutol selama 2 bulan. Kemudian dilanjutkan dengan 4 bulan Rifampisin

    dan INH.

    Ro (+) sakit berat Kasus TBEP berat

    2 RHZE (RHZS)* 4 R3H3*

    II Kasus BTA positif

    Kambuh Gagal

    Putus berobat

    2 RHZES atau

    1 RHZE

    2 RHZES atau

    1 RHZE*

    5 RHE

    5 R3H3E3*

    III Kasus baru BTA (-) TBEP ringan

    2 RHZ

    2 RHZ

    2 RHZ*

    6 EH

    4 RH

    4 R3H3*

    IV Kasus kronik Obat-obat sekunder

  • 7/28/2019 Case Tb Dony

    21/23

    23

    Obat yang digunakan untuk TBC digolongkan atas dua kelompok yaitu :

    o Obat primer: INH, Rifampisin, Etambutol, Streptomisin, Pirazinamid.

    Memperlihatkan efektifitas yang tinggi dengan toksisitas yang masih dapat

    ditolerir, sebagian besar penderita dapat disembuhkan dengan obat-obat ini.

    o Obat sekunder: Exionamid, Paraaminosalisilat, Kapreomisin dan Kanamisin.

    Dosis obat antituberkulosis (OAT)

    Obat Dosis harian

    (mg/kgbb/hari)

    Dosis 2x/minggu

    (mg/kgbb/hari)

    Dosis 3x/minggu

    (mg/kgbb/hari)

    INH 5-15 (maks 300 mg) 15-40 (maks. 900 mg) 15-40 (maks. 900 mg)

    Rifampisin 10-20 (maks. 600 mg) 10-20 (maks. 600 mg) 15-20 (maks. 600 mg)

    Pirazinamid 15-40 (maks. 2 g) 50-70 (maks. 4 g) 15-30 (maks. 3 g)

    Etambutol 15-25 (maks. 2,5 g) 50 (maks. 2,5 g) 15-25 (maks. 2,5 g)

    Streptomisin 15-40 (maks. 1 g) 25-40 (maks. 1,5 g) 25-40 (maks. 1,5 g)

    Tipe Penderita TB Paru

    Tipe pasien ditentukan berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya. Ada

    beberapa tipe pasien yaitu:

    -Kasus baru

    Adalah pasien yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah pernah

    menelan OAT kurang dari satu bulan (4 minggu).

    -Kasus kambuh (Relaps)

    Adalah pasien tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan

    tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap, didiagnosis

    kembali dengan BTA positif (apusan atau kultur).

    -Kasus setelah putus berobat (Default )

    Adalah pasien yang telah berobat dan putus berobat 2 bulan atau lebih

    dengan BTA positif.

    -Kasus setelah gagal (failure)

    Adalah pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau kembali

    menjadi positif pada bulan kelima atau lebih selama pengobatan.

  • 7/28/2019 Case Tb Dony

    22/23

    24

    -Kasus Pindahan (Transfer In)

    Adalah pasien yang dipindahkan dari UPK yang memiliki register TB lain

    untuk melanjutkan pengobatannya.

    Pada kasus ini, didapatkan bahwa pasien belum pernah mendapatkan OAT

    sehingga pasien termasuk kedalam tipe pasien TB paru kasus baru.

  • 7/28/2019 Case Tb Dony

    23/23

    25

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Mansjoer A, Wardhani WI. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Jilid 2Penerbit Media Aesculapius FK UI. Jakarta. 2000.

    2. Aditama T. Tuberkulosis Diagnosis, Terapi dan Masalahnya. Jakarta: YayasanPenerbit Ikatan Dokter Indonesia; 2005; 5: 254-56.

    3. Price SA, Wilson LM. Anatomi dan Fisiologi Traktus Respiratorius.In:Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. 6th ed. Jakarta:

    EGC;2006; p. 876-78.

    4. Aru W. Sudoyo, Bambang Setiyohadi, Idrus Alwi dkk. Buku Ajar IlmuPenyakit Dalam. Edisi keempat Jilid II. Jakarta: Penerbit Departemen Ilmu

    Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006; 998-

    1010.

    5. Braunwald E. Harrisons Manual of Medicine. Mcgraw Hill BookCompany. 2002.

    6. Amin, Z., A. Bahar. 2009. Tuberkulosis Paru dalam Buku Ajar IlmuPenyakit Dalam Jilid III Edisi V. Jakarta: Interna Publishing

    7. Werdhani, Retno Asti. 2002.Patofisiologi, Diagnosis, Dan KlafisikasiTuberkulosis. Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas, Okupasi, Dan

    Keluarga. Jakarta: FKUI