Batu Ureter

24
BAB II TINJAUAN TEORITIS A. KONSEP DASAR MEDIS Dalam penulisan landasan teori tentang Batu Ureter banyak referensi- referensi yang dapat diambil untuk dapat memudahkan pemahaman dalam pemberian asuhan keperawatan, adapun konsep dasar ini terdiri dari: Pengertian, anatomi fisiologi, Pemeriksaan diagnostik, penatalaksanaan dan komplikasi. Untuk klien dengan Batu Ureter. 1. Anatomi dan Fisiologi a. Ginjal Suatu kelenjar yang terletak dibagian belakang peritoneum pada kedua sisi vertebral lumbalis III, melekat langsung pada dinding belakang abdomen. Bentuknya seperti biji kacang, jumlahnya ada dua kiri dan kanan. Fungsi ginjal terdiri dari: Memegang peranan penting dalam mengeluarkan zat-zat toksis atau racun.. Mempertahankan keseimbangan cairan. Mempertahankan keseimbangan kadar asam dan basa dari cairan tubuh. Mengeluarkan sisa-sisa metabolisme hasil akhir dari protein, ureum, kreatinin amoniak. 5

Transcript of Batu Ureter

Page 1: Batu Ureter

BAB IITINJAUAN TEORITIS

A. KONSEP DASAR MEDIS

Dalam penulisan landasan teori tentang Batu Ureter banyak referensi-

referensi yang dapat diambil untuk dapat memudahkan pemahaman dalam

pemberian asuhan keperawatan, adapun konsep dasar ini terdiri dari: Pengertian,

anatomi fisiologi, Pemeriksaan diagnostik, penatalaksanaan dan komplikasi.

Untuk klien dengan Batu Ureter.

1. Anatomi dan Fisiologi

a. Ginjal

Suatu kelenjar yang terletak dibagian belakang peritoneum pada

kedua sisi vertebral lumbalis III, melekat langsung pada dinding belakang

abdomen. Bentuknya seperti biji kacang, jumlahnya ada dua kiri dan

kanan.

Fungsi ginjal terdiri dari:

Memegang peranan penting dalam mengeluarkan zat-zat toksis atau

racun..

Mempertahankan keseimbangan cairan.

Mempertahankan keseimbangan kadar asam dan basa dari cairan

tubuh.

Mengeluarkan sisa-sisa metabolisme hasil akhir dari protein, ureum,

kreatinin amoniak.

b. Ureter

Ureter terdiri dari dua saluran pipa masing-masing bersambung dari

ginjal kekandung kemih vesika urinaria panjangnya ± 25-30 cm, dengan

penampang ± 0,5 cm. ureter sebagian terletak dalam rongga abdomen dan

sebagian terletak dalam rongga pelvis.

Lapisan dinding ureter terdiri dari:

Dinding luar jaringan ikat (jaringan fibrosa)

5

Page 2: Batu Ureter

Lapisa tengah lapisan otot polos.

Lapisan sebelah dalam lapisan mukosa.

Lapisan dinding ureter menimbulkan gerakan-gerakan peristaltik tiap

5x/menit sekali yang akan mendorong air kemih masuk kedalam kandung

kemih.

Ureter berjalan hampir pertikal dibawah sepanjang fasia muskulus

psoa dan dilapisi oleh peritoneum. Penyempitan ureter terjadi pada tempat

ureter meninggalkan pelvis renalis, pembuluh darah, saraf dan pembuluh

limfe berasal dari pembuluh sekitarnya mempunyai saraf sensorik.

c. Vesika urinaria (kandung kemih)

Kandung kemih dapat mengembang dan mengempis seperti balon

karet, terletak dibelakang simfisis pubis didalam rongga panggul. Bentuk

kandung kemih seprti kerucut dikelilingi oleh otot yang kuat, berhubungan

dengan ligamentum vesika umbilikus medius.

d. Uretra

Merupakan saluran sempit yang berpangkal pada kandung kemih

dan berfungsi menyalurkan air kemih keluar. Pada laki-laki berjalan

berkelok-kelok melalui tengah-tengah prostat kemudian menembus

lapisan fibrosa yang menembus tulang pubis kebagian penis panjangnya ±

20 cm. uretra pada wanita terletak dibelakang simfisis pubis berjalan

miring sedikit kearah atas, panjangnya ± 3-4 cm (Syafudin,1992).

2. Definisi

Batu ureter adalah keadaan dimana terdapat batu saluran kencing, batu

yang terbentuk ketika konsentrasi substansi tertentu seperti kalium, oksalat,

kalium fosfat, dan asam urat meningkat (Sudarth & Brunner, 1997).

Batu ureter adalah suatu keadaan terdapatnya batu disaluran kemih

(Manjoer, 2000).

Batu ureter adalah bentuk deposit mineral paling umum oksalat kalsium

dan oksalat fosfat, namun asam urat dan lainya juga penyebab pembentukan

batu (Doenges,2000)

6

Page 3: Batu Ureter

Definisi operasional; batu ureter adalah terdapat batu disaluran ureter.

3. Etiologi

a) Imobilisasi terlalu lama

b) Dehidrasi

c) Nefrolitiasis

d) Kerusakan efitel ginjal

e) Obstruksi aliran limfe ginjal

f) Hiferkasemia

g) Hiperkalsiura

h) Penyakit mieloproliferatif, yang menyebabkan

priliferasi abnornormal sel darah merah dari sum-sum tulang.

i) Perubahan ph urine (Sudarth & Brunner, 1997).

4. Patofisiologi

Batu terbentuk ditraktus urinarius ketika konsentrasi substansi tertentu

seperti kalsium oksalat, kalsium fosfat, dan asam urat meningkat. Batu juga

dapat terbentuk ketika terdapat defisiensi substansi tertentu, seperti sitrat yang

secara normal mencegah kristalisasi dalam urin. Kondisi lain yang

memperlaju pembentukan batu mencakup ph urin dan status cairan pasien

(batu cenderung terjadi pada pasien (dehidrasi).

Batu dapat ditemukan disetiap bagian ginjal sampai kekandungvkemih,

faktor tertentu yang mempengaruhi pembentukan batu mencakup infeksi,

statis urine, periode imobilitas.

Batu yang terjebak di ureter menyebabkan gelombang nyeri yang luar

biasa, akut dan kolik yang menyebar kepaha dan genetalia. Pasien sering

merasa ingin berkemih, namun hanya sedikit urine yang keluar, dan biasanya

mengandung darah akibat aksi abrasive batu (kolik uriteral). Umumnya,

pasien akan mengeluarkan batu dengan diameter 0,5 sampai 1 cm secara

spontan. Batu dengan diameter lebih dari cm biasanya harus diangkat atau

dikeluarkan secara spontan (Sudarth & Brunner, 1997)

7

Page 4: Batu Ureter

(Sumber: Brunner & sudarth, 1997)

GGA

Infeksi

Infeksi

Insisi bedah

Obtruksi

Refluk diginjal

Menekan syaraf sekitar

Batu ureter

info yang adekuat

Salah persepsi tentang penyakit

kurang imformasiGangguan rasa nyaman

Kristalisasi

Kerusakan efitel Imobilisasi lama

Nyeri

Dehidrasi

Kerusakan intergritaskulit

Kurang haluaran urine

Gangguan pola eliminasi

Batu terjebak di ureter

Formasi batu di ginjal

8

Page 5: Batu Ureter

8

Page 6: Batu Ureter

5. Manifestasi Klinis

Gelombang nyeri yang luar biasa, kolik, akut, yang menyebar kepaha dan genetalia.

Rasa panas dan terbakar dipinggang.

Nyeri ketok ginjal.

Rasa ingin berkemih namun hanya sedikit urine yang keluar

Hematuria (Suddarth & Brunner, 1997).

6. Pemeriksaan Diagnostik

a. Laboratorium

Terjadi hematuria secara makroskopik atau mikroskopik.

Sendimen urine mengandung eritrosit dan leokosit.

Proteinuria ringan.

b. Radiologi

Foto polos abdomen untuk melihat batu radiopak, pielografi intravena untuk

melihat batu radiolusen dan menilai sekresi ginjal..

c. Ultrasonografi/ USG (Suddarth & Brunner, 1997).

7. Penatalaksanaan Medis

a. Atasi nyeri, mandi hangat diarea panggul dapat bermanfaat.

b. Terapi nutrisi dan medikasi, masukan cairan yang adekuat dan menghindari

makanan tertentu dalam diet yang merupakan bahan utama pembentukan batu (mis:

Kalsium)

c. Lithotripsi Gelombang Kejut Ekstrakarpareal, merupakan prosedur non invasif

yang digunakan untuk menghancurkan batu dan kaliks ginjal. Setelah batu tersebut

pecah menjadi bagian yang kecil seperti pasir, sisa batu-batu tersebut dikeluarkan

secara spontan.

d. Ureterolitotomi, pembedahan pengangkatan batu.

e. Penyuluhan, karena resiko kambuh yang tinggi, perawat harus memberikan

pelajaran mengenai batu ureter dan mencegah kekambuhan (Suddarth & Brunner,

1997).

8. Komplikasi

Hidronefrosis

Pionefrosis

9

Page 7: Batu Ureter

Uremia

Gagal ginjal (Mansjoer,2000).

B. KONSEP DASAR KEPERAWATAN

1. Pengkajian

Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu

proses yang sistematis dalam pengumpulan data berbagai sumber data untuk

mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien (Nursalam, 2000).

Sumber data diperoleh dari pasien sendiri, dari keluarga dan orang terdekat,

status pasien/catatan kondisi pasien dan informasi dari tim kesehatan yang merawat

pasien (Nursalam, 2001)

Dalam tahap pengkajian dilakukan pengumpulan data dengan cara wawancara,

pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang dan dengan cara membaca ststus kesehatan

klien (Taylor et all, 1996)

Setelah pengumpulan data langkah berikutnya dalam pengkajian adalah

pengelompokan data yang terdiri dari: data fisiologi, psikologis, sosial dan spiritual.

Pengelompokan data akan memudahkan perawat dalam pengelompokan masalah

keperawatan klien. Untuk kasus post Op Batu ureter pengkajian yang dilakukan adalah:

a. Identitas klien

Meliputi nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, suku, pendidikan,

pekerjaan dan jumlah anak.

b. Riwayat kesehatan

1) Riwayat penyakit sekarang

Kaji mengenai perkembangan penyakit dari tanda dan gejala pertama sampai

sekarang termasuk upaya mencari pertolongan

2) Riwayat penyakit dahulu

Kaji riwayat penyakit yang pernah diderita, pengalaman operasi yang pernah

dialami ataupun riwayat cidera yang pernah dialami.

c. Pengkajian fisik

1) Aktivitas/istirahat

Gejala: kelemahan, merasa gelisah dan ansietas, pembatasan aktivitas atau kerja

sehubungan dengan efek pembedahan.

10

Page 8: Batu Ureter

2) Sirkulasi

Tanda: takikardia (respon terhadap demam, dehidrasi, proses inflamasi dan

nyeri). Tekanan darah hipotensi/termasuk Postural.

3) Integritas kulit

Peka terhadap tanda-tanda dan gejala komplikasi.

4) Eliminasi

Gejala: Ketidakmampuan defekasi atau flatus

Tanda: Distensi abdomen, penurunan haluaran urine, penurunan atau tidak

adanya bising usus (ileus), kekacauan abdomen.

5) Makanan/cairan

Gejala: Haus

Tanda: : Membran mukosa kering, turgor kulit buruk

6) Nyeri/Kenyamanan

Gejala: nyeri abdomen,

Tanda: nyeri tekan, otot tegang (abdomen),

7) Pernafasan

Tanda: Takipnea.

d. Pemeriksaan diagnostik

Urinalisa, warna kuning, coklat gelap, berdarah: secara umum menunjukan

SDM, SDP, kristal (sistin, asam urat, kalsium oksalat ), sepihan, mineral,

bakteri, pus; ph mungkin asam meningkatkan sistin dan asam urat ) atau alkalin

( meningkatkan magnesium, fosfat, amonium, atau batu kalsium fosfat ).

Hb/Ht, abnormal bila pasien dehidrasi berat atau politemia terjadi (mendorong

prepitasi pemadatan ) atau anemia ( pendarahan, disfungsi/gagal ginjal).

Foto Rongsent KUB, menunjukan adanya kalkuli dan/perubahan anatomik pada

area ginjal dan sepanjang ureter.

Sistoureterokopi, visualisasi langsung kandung kemih dan ureter dapat

menunjukan batu dan/atau efek obstruksi.

Scan CT, mengidentifikasi/mengambarkan kalkuli dan masa lain: ginjal, ureter,

distensi kandung kemih.

Ultarasound ginjal, untuk menentukan perubahan obstruksi, lokasi batu

(Doenges, 2000).

11

Page 9: Batu Ureter

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respon manusia

dari kelompok atau individu dimana perawat secara akuntabilitas dapat

mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status

kesehatan, menurunkan, membatasi, mencegah dan merubah (Carpenito, 2000).

Diagnosa keperawatan adalah pernyataan atau kesimpulan yang diambil dari

pengkajian tentang status kesehatan klien atau pasien (Effendy Nasrul,1995).

Sedangkan yang dikutif dari Gordon, 1976 (Nursalam, 2001) mendefinisikan

bahwa diagnosa keperawatan adalah masalah kesehatan yang potensial dimana

berdasarkan pendidikan dan pengalamannya, diagnosa mampu dan mempunyai

wewenang untuk memberikan tindakan keperawatan. Pernyataan diagnosa keperawatan

aktual terdiri dari tiga bagian yang meliputi PES (problem, etiologi, dan symptom).

Adapun diagnosa keperawatan yang sering muncul pada klien dengan kanker

kolon adalah sebagai berikut:

1. Gangguan rasa nyaman: Nyeri berhubungan dengan insisi bedah

2. Gangguan mobilisasi fisik berhubungan dengan kelemahan.

3. Kurang perawatan diri berhubungan dengan intoleransi aktifitas: Penurunan

kekuatan dan ketahanan nyeri / ketidaknyamanan.

4. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) kondisi dan prognosis penyakit dan

kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurang imformasi yang adekuat

(Doenges, 2000).

3. Perencanaan

Setelah merumuskan diagnosa keperawatan langkah berikutnya adalah

menentukan perencanaan keperawatan. Perencanaan meliputi perkembangan strategi

desain untuk mencegah, mengurangi, dan mengoreksi masalah-masalah yang

diidentifikasi pada diagnosa keperawatan, dimana tahapan ini dimulai setelah

menentukan diagnosa keperawatan dan menyimpulkan rencana dokumentasi

(Nursalam, 2001).

Tahap perencanaan keperawatan adalah penentuan prioritas diagnosa

keperawatan, penetapan tujuan, penetapan kriteria evaluasi dan merumuskan intervensi

keperawatan. Dikutip dari iyer, et al, 1996 dalam (Nursalam, 2001).

12

Page 10: Batu Ureter

Terdapat tiga rencana tindakan dalam tahap perencanaan yaitu rencana tindakan

perawat, rencana tindakan pelimpahan (medis dan tim kesehatan lain) dan program

medis untuk klien yang dalam pelaksanaannya dibantu perawat (Capernito, 2000).

Untuk menentukan prioritas kebutuhan dalam intervensi keperawatan, ada dua hirarki

yang ada digunakan, yaitu:

a. Hirarki “ Maslow “ (1960) dalam (Nursalam, 2001) membagi kebutuhan dalam

lima tahap yaitu: kebutuhan fisiologis, rasa aman dan nyaman, sosial dan harga diri

Contoh hirarki yang dapat digunakan untuk menentukan prioritas diagnosa

keperawatan adalah:

Keterangan:

a. Kebutuhan Fisiologis

Contoh: udara segar, air, cairan elektrolit, makanan, dan sex

b. Rasa aman dan nyaman

Contoh: terhindar dari penyakit, pencurian dan perlindungan hukum

c. Mencintai dan Dicintai

Contoh: kasih sayang, mencintai, dicintai, diterima kelompok

d. Harga Diri

Contoh: dihargai, menghargai (respek dan toleransi)

e. Aktualisasi Diri

Contoh: ingin diakui, berhasil dan menonjol.

Aktualisasi Diri

Harga Diri

Mencintai dan Dicintai

Rasa aman dan nyaman

Kebutuhan Fisiologis O2, H2O, Elektrolit, Makanan, Sex

13

Page 11: Batu Ureter

b. Hirarki “Kalish” (1983), menjelaskan kebutuhan maslow lebih mendalam dengan

membagi kebutuhan fisiologis menjadi kebutuhan untuk bertahan hidup dan

stimulasi. Dikutip dari iyet, et al, 1996 dalam (Nursalam, 2000)

Setelah penyusunan prioritas perencanaan diatas maka makalah selanjutnya

adalah penyusunan rencana tindakan dari diagnosa keperawatan yang muncul pada

klien dengan Batu Ureter adalah sebagai berikut:

14

Page 12: Batu Ureter

NO Diagnosa keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi

1 Gangguan rasa nyaman:

Nyeri berhubungan

dengan insisi bedah

Tujuan: Menyatakan/

menunjukan nyeri hilang.

Kriteria hasil:

- Menunjukan

kenyamanan.

- Mampu untuk

tidur/istirahat.

.

Mandiri:

1. Kaji skala nyeri,

misalnya lokasi, frekwensi,

durasi, dan intensitas (skala 0-

10)

2. Jelaskan penyebab nyeri.

3. Dorong pasien menyatakan

masalah, mendengar dengan

aktif pada masalah ini dan

berikan dukungan dengan

menerima, tinggal dengan

pasien berikan imformasi

yang tepat.

4. Dorong penggunaan tehnik

relaksasi, (imajinasi,

visualisasi, aktivitas

terapeutik).

5. Berikan tindakan kenyamanan

contoh pijat punggung,

penguatan posisi (penggunaan

tindakan dukungan sesuai

kebutuhan)

1.

derajat ketidakanyaman dan keefektifan

analgesik atau menyatakan terjadinya

komplikasi, (nyeri abdomen biasanya

ada secara bertahap pada hari ke-3 atau

ke-4 pasca operasi (Doenges, 2000)

2.

data dasar untuk mengevaluasi

kebutuhan dan keefektifan intervensi.

(Doenges, 2000)

3.

takut meningkatkan relaksasi

kenyamanan. (Doenges, 2000)

4. Menurunkan tegangan otot,

meningkatkan relaksasi dan dapat

meningkatkan kemampuan koping,

menurunkan nyeri dan

ketidakanyamanan. (Doenges, 2000)

5.

meningkatkan kenyamanan dan

meningkatkan istirahat. membantu klien

dalam mengatasi kecemasan terhadap

nyeri. (Doenges, 2000)

15

Page 13: Batu Ureter

Kolaborasi:

6. Berikan obat sesuai indikasi,

contoh analgesik.

6.

meningkatkan kenyamanan dan

meningkatkan istirahat. (Doenges, 2000)

2 Gangguan mobilisasi

fisik berhubungan

dengan kelemahan.

Tujuan:

Mempertahankan

mobilitas/fungsi optimal.

Kriteria hasil:

- Menunjukan peningkatan

kekuatan dan bebas dari

komplikasi (kontraktur,

dekubitus)

Mandiri:

1. Kaji keterbatasan aktivitas,

perhatikan

adanya/derajat/keterbatasan/

kemampuan.

2. Jelaskan penyebab kelemahan.

3. Ubah posisi setiap 2 jam

bila tirah baring: dukung bagian

tubuh yang sakit/sendi dengan

bantal, gulungan, kulit domba,

bantalan siku/tumit sesuai

indikasi.

4. Bantu dalam latihan

rentang gerak aktif/pasif.

5. Berikan pijatan kulit,

pertahankan kebersihan dan

kekeringan kulit. pertahankan

linen kering dan bebas kerutan.

6. Berikan tempat tidur

busa/kapuk.

1.

intervensi.(Doenges. 2000)

2.

meningkatkan perubahan perilaku

(Doenges, 2000)

3.

ketidaknyamanan, mempertahankan

kekuatan otot/mobilitas sendi,

meningkatkan sirkulasi, dan mencegah

kerusakan kulit. (Doenges, 2000).

4.

sendi, mencegah kontraktur, dan

membantu dalam menurunkan

ketegangan otot. (Doenges, 2000)

5.

mencegah iritasi kulit. (Doenges,

2000).

6.

jaringan dan dapat meningkatkan

16

Page 14: Batu Ureter

sirkulasi, sehingga menurunkan resiko

iskemia/kerusakan dermal. (Doenges,

2000)

3 Kurang perawatan diri

berhubungan dengan

intoleransi aktifitas:

Penurunan kekuatan dan

ketahanan nyeri /

kenyamanan.

Tujuan:

Berpartisipasi pada aktivitas

sehari-hari dalam tingkat

perawatan diri.

Kriteria hasil:

- Penampilan rapi.

- Tidak bau badan

Mandiri:

1. Kaji

kemampuan klien untuk

berpartisipasi dalam aktivitas

perawatan diri.

2. Jelaskan

pentingnya higiene personal.

Buat tujuan aktivitas realitas

dengan klien.

3. Dorong

atau gunakan tehnik

penghemat energi, contoh

duduk, tidak berdiri, mandi

duduk; melakukan tugas

dalam peningkatan bertahap.

4. Anjurkan

untuk perawatan mandi

ditempat tidur.

5. Jadwalkan aktivitas yang

memungkinkan pasien cukup

waktu untuk menyelesaikan

tugas pada kemampuan paling

baik.

1. kondisi dasar akan menentukan tingkat

kekurangan / kebutuhan. (Doenges,

2000).

2. Meningkatkan kemampuan klien

melakukan tugas. (Doenges, 2000)

3. Menghemat energi, menurunkan kelehan,

dan meningkatkan kemampuan pasien

untuk melakukan tugas. (Doenges, 2000)

4. Mempertahankan higiene personal.

(Doenges, 2000)

5. Pendekatan yang tenang menurunkan

frustasi, meningkatkan partisipasi

pasien, meningkatkan harga diri.

(Doenges, 2000)

4 Kurang pengetahuan

tentang kondisi,

prognosis, dan kebutuhan

pengobatan berhubungan

dengan kurang

imformasi adekuat.

Tujuan: Mengutarakan

pemahaman proses penyakit.

Kriteria hasil:

- Melakukan prosedur yang

diperlukan.

- Memulai perubahan gaya

Mandiri:

1. Kaji pengetahuan klien

tentang penyakit dan harapan

masa datang.

1. Memberikan pengetahuan dimana klien

dapat membuat pilihan berdasarkan

informasi dan kesempatan untuk

menjelaskan kesalahan konsepsi

mengenai situasi individu. (Doenges,

17

Page 15: Batu Ureter

.

hidup.

- Ikut serta dalam proses

keperawatan. 2. Kaji program diet sesuai

individual.

3. Jelaskan secara singkat dan

sederhana mengenai:

- Pengertian batu ureter

- Penyebab batu ureter

- Tanda dan gejala

- Penanganan batu ureter

- Pencegahan batu ureter

4. Diskusikan program obat

obatan hindari obat yang dijual

bebas dan membaca semua

label produk/kandungan dalam

makanan.

5. Diet rendah oksalat, contoh

pembatasan coklat, minuman

mengandung kafein, bit dan

bayam.

2000)

2. Pembilasan sistem ginjal menurunkan

kesempatan statis ginjal dan pembentukan

batu. meningkatkan kehilang

cairan/dehidrasi memerlukan pemasukan

tambahan dalam kebutuhan sehari-hari.

(Doenges, 2000)

3. Imformasi yang jelas dapat meningkatkan

kerjasama klien dan keluarga dalam

proses keperawatan (Doenges, 2000)

4. Obat-obatan diberikan untuk mengasamkan

atau mengalkaliskan urine, tergantung

pada penyebab dasar pembentukan batu,

makanan produk dikontraindikasikan

secara individu. (kalsium dan posfat).

(Doenges, 2000)

5. Menurunkan pembentukan batu kalsium

oksalat.

(Doenges, 2000)

18

Page 16: Batu Ureter

19

Page 17: Batu Ureter

4. Pelaksanaan

Pelaksanaan tindakan keperawatan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk

mencapai tujuan yang spesifik (Nursalam, 2000). Implementasi sebaiknya dibuat sesuai

dengan situasi klien dan peralatan rumah sakit

Pelaksanaan atau implementasi merupakan aplikasi keperawatan oleh perawat dan

klien. Hal-hal yang harus kita perhatikan ketika akan melakukan implementasi adalah

intervensi yang dilakukan sesuai dengan rencana. Setelah dilakukan validitas,

pengasahan keterampilan interpersonal, intelektual, dan psikologi individu. Terakhir

melakukan pendokumentasian keperawatan berupa pencatatan dan pelaporan

(Nursalam, 2001).

Dalam tahap implementasi ini, perawat berperan sebagai pelaksana keperawatan,

memberi support, pendidik, advokasi, dan pencatatan/penghimpunan data

(Carpenito,1999).

5. Evaluasi

Evaluasi adalah tindakan yang intelektual untuk melengkapi proses keperawatan

yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan dan

pelaksanaannya sudah berhasil dicapai (Nursalam,2001).

Evaluasi terdiri dari dua jenis yaitu Formatif dan Sumatif:

a. Evaluasi Formatif

Evaluasi Formatif disebut juga evaluasi proses, evaluasi jangka pendek, atau

evaluasi berjalan, dimana evaluasi dilakukan secepatnya setelah tindakan

keperawatan dilakukan sampai tujuan tercapai.

b. Evaluasi Sumatif

Evaluasi Sumatif biasanya disebut evaluasi hasil, evaluasi akhir, evaluasi jangka

panjang. Evaluasi ini dilakukan pada akhir tindakan keperawatan paripurna

dilakukan dan menjadi suatu metode dalam memonitor kualitas dan efisiensi

tindakan yang diberikan. Bentuk evaluasi ini lazimnya menggunakan format

“SOAP” (Nursalam, 2001).

Tujuan evaluasi adalah untuk mendapatkan kembali umpan balik rencana

keperawatan, nilai serta meningkatkan mutu asuhan keperawatan melalui hasil

perbandingan standar yang telah ditentukan sebelumnya.

20

Page 18: Batu Ureter

Ada empat kemungkinan yang dapat terjadi dalam tahap evaluasi ini, yaitu:

masalah teratasi seluruhnya, masalah teratasi sebagian, masalah belum teratasi, dan

masalah baru.

6. Perencanaan Pulang

a. Nyeri hilang/terkontrol

b. Keseimbangan cairan elektrolit dipertahankan

c. Komplikasi dicegah/minimal

d. Proses penyakit prognosis dan program terapi dipahami (Doenges, 2000).

21