BAB I-Batu Ureter

download BAB I-Batu Ureter

of 29

description

hingga

Transcript of BAB I-Batu Ureter

BAB IKONSEP DASAR MEDIS

Konsep dasar dibuat untuk memudahkan pemahaman kita nantinya dalam melakukan asuhan keperawatan terutama dalam pengkajian dan pemberian intervensi keperawatan. Adapun konsep dasar ini terdiri dari pengertian, anatomi fisiologi, etiologi, patofosiologi dan skema, manifestasi klinik, pemeriksaan diagnostik, penatalaksanaan dan perencanaan pulang.

A. ANATOMI FISIOLOGI.1. Anatomia) Anatomi Ginjal ( Renal ).Ginjal suatu kelenjar yang terletak dibagian belakang dari kavum abdominalis di belakang peritonium pada kedua sisi vetebra lumbalis III, melekat langsung dinding belakang abdomen. Bentuknya seperti biji kacang, jumlahnya ada dua buah kiri dan kanan, ginjal kiri lebih besar dari ginjal kanan dan pada umumnya ginjal laki-laki lebih panjang dari ginjal wanita. ( Syaifuddin, 1996 ).b) Anatomi UreterUreter terdiri dua saluran pipa masing-masing bersambung dari ginjal ke kandung kemih (vesika urinaria) panjangnya 25-30 cm, dengan penampang 0,5 cm. Ureter sebagian terletak dalam rongga abdomen dan sebagian terletak dalam rongga pelvis. Lapisan dinding ureter terdiri dari: Dinding luar jaringan ikat ( Fibrosa ) Lapisan tengah lapisan otot polos Lapisan sebelah dalam lapisan mukosa.Lapisan dinding ureter menimbulkan gerakan-gerakan peristaltik tiap lima menit sekali yang akan mendorong air kemih masuk ke dalam kandung kemih. Gerakan peristaltik urin melalui ureter yang diekskresikan oleh ginjal dan disemprotkan dalam bentuk pancaran melalui osteum uretralis masuk ke kandung kemih.c) Anatomi Vesika UrinariaKandung kemih adalah satu kantong berotot yang dapat mengempes, terletak di belakang simfisis pubis dan kandung kemih mempunyai tiga muara, dua muara ureter serta satu muara uretra. Kandung kemih dapat mengembang dan mengempis seperti balon karet, terletak di belakang simfisis pubis di dalam rongga panggul. Bentuk kandung kemih seperti kerucut yang dikelilingi oleh otot yang kuat, berhubungan dengan ligamentum vesika umbilikus medius.( Sylvia A. Price Lorrance W., 1995 ). Bagian vesika urinaria terdiri dari : Fundus yaitu bagian yang menghadap ke arah belakang dan bawah, bagian ini terpisah dari rektum oleh spatium rectovesikale yang teisi oleh jaringan ikat duktus deferent, vesika seminalis dan prostat. Korpus, yaitu bagian antara verteks dan fundus. Verteks, bagian yang runcing ke arah muka dan berhubungan dengan ligamentum vesika umbilikalis.Dinding kandung kemih terdiri dari lapisan :Lapisan sebelah luar (Peritonium)Tunika Muskularis (lapisan otot)Tunika Submukosalapisan mukosa (lapisan bagian dalam).d) Proses Miksi atau Rangsangan BerkemihDistensi kandung kemih oleh air kemih akan merangsang stresreseptors yang terdapat pada dinding kandung kemih dengan jumlah 250 cc sudah cukup untuk merangsang berkemih (proses miksi). Akibatnya akan terjadi reflek kontraksi dinding kandung kemih, dan pada saat yang sama terjadi relaksasi spinter internus, segera diikuti oleh relaksasi spinter eksternus, akhirnya terjadi pengosongan kandung kemih. Rangsangan yang menyebabkan kontraksi kandung kemih dan relaksasi spinter internus dihantarkan melalui serabut-serabut saraf para simpatis.Kontraksi spinter eksternus secara volunter ini hanya mungkin bila saraf-saraf yang menangani kandung kemih uretra medula spinalis dan otak masih utuh. Bila ada kerusakan pada saraf-saraf tersebut maka terjadi inkontinensia urin (kencing keluar terus-menerus tanpa disadari) dan retensi urin (kencing tertahan). Persyarafan dan peredaran darah vesika urinaris.Persyarafan diatur torako lumbar dan kranial dari sistem persyarafan otonom. Torako lumbar berfungsi untuk relaksasi lapisan otot dan kontraksi spinter interna peritonium melapisi kandung kemih sampai kira-kira perbatasan ureter masuk kandung kemih. Peritonium dapat digerakkan membentuk lapisan dan menjadi lurus apabila kandung kemih berisi penuh.e) Pembuluh DarahArteri vesikalis superior berpangkal dari umbilikalis bagian distal, vena membentuk anyaman di bawah kandung kemih. Pembuluh limfe berjalan menuju duktus limfatikus sepanjang arteri umbilikalis ( Syaifuddin, 1996 ).

2. FisiologiKandung kemih juga sering disebut buli-buli. Adapun fungsi dari kandung kemih adalah :1) Muara tempat akhir zat-zat sisa dari makanan yang kita makan yang tidak diperlukan tubuh atau tidak direasorbsi tubuh.2) Tempat penampungan atau menyimpan air kemih yang akan dikeluarkan melalui uretra ( Syaifuddin, 1996 ).Ginjal juga merupakan salah satu organ tubuh yang sangat penting. Ginjal berfungsi sebagai :1) Memegang peranan penting dalam pengeluaran zat-zat toksis atau racun.2) Mempertahankan suasana keseimbangan cairan.3) Mempertahankan keseimbangan kadar asam dan basa dari cairan tubuh.4) Mempertahankan keseimbangan garam-garam dan zat-zat lain dalam tubuh.5) Mengeluarkan sisa-sisa metabolisme hasil akhir dari protein ureum, kreatinin, amoniak ( Syaifuddin, 1996 ).

B. DEFINISIa. Vesikolitiasis adalah penyumbatan saluran kemih khususnya pada vesika urinaria atau kandung kemih oleh batu penyakit ini juga disebut batu kandung kemih.( Smeltzer and Bare, 2000 ).b. Vesikolitiasis adalah batu yang terjebak di vesika urinaria yang menyebabkan gelombang nyeri yang luar biasa sakitnya yang menyebar ke paha, abdomen dan daerah genetalia. Medikasi yang diketahui menyebabkan pada banyak klien mencakup penggunaan antasid, diamox, vitamin D, laksatif dan aspirin dosis tinggi yang berlebihan. Batu vesika urinaria terutama mengandung kalsium atau magnesium dalam kombinasinya dengan fosfat, oksalat, dan zat-zat lainnya. (Brunner and Suddarth, 2001).c. Batu kandung kemih adalah batu yang tidak normal di dalam saluran kemih yang mengandung komponen kristal dan matriks organik tepatnya pada vesika urinari atau kandung kemih. Batu kandung kemih sebagian besar mengandung batu kalsium oksalat atau fosfat ( Prof. Dr. Arjatm T. Ph.D. Sp. And dan dr. Hendra Utama, SPFK, 2001 ).

C. ETIOLOGIFaktor-faktor yang dapat mempengaruhi pembentukan batu kandung kemih adalah :a. Faktor EndogenFaktor genetik, familial, pada hypersistinuria, hyperkalsiuria dan hiperoksalouria.b. Faktor Eksogen.Faktor lingkungan, pekerjaan, makanan, infeksi dan kejenuhan mineral dalam air minum.c. Faktor lainnyaInfeksi, stasis dan obstruksi urine, keturunan, air minum, pekerjaan, makanan atau penduduk yang vegetarian lebih sering menderita batu saluran kencing atau buli-buli ( Syaifuddin, 1996 ).Batu kandung kemih dapat disebabkan oleh kalsium oksalat atau agak jarang sebagai kalsium fosfat. Batu vesika urinaria kemungkinan akan terbentuk apabila dijumpai satu atau beberapa faktor pembentuk kristal kalsium dan menimbulkan agregasi pembentukan batu proses pembentukan batu kemungkinan akibat kecenderungan ekskresi agregat kristal yang lebih besar dan kemungkinan sebagai kristal kalsium oksalat dalam urine. Dan beberapa medikasi yang diketahui menyebabkan batu ureter pada banyak klien mencakup penggunaan obat-obatan yang terlalu lama seperti antasid, diamox, vitamin D, laksatif dan aspirin dosis tinggi.( Prof. Dr. Arjatmo T. Ph. D.Sp. And. Dan dr. Hendra U., SpFk, 2001 ).

D. PATOFISIOLOGIBatu dalam perkemihan berasal dari obstruksi saluran kemih, obstruksi mungkin terjadi hanya parsial atau lengkap. Obstruksi yang lengkap bisa menjadi hidronefrosis yang disertai tanda-tanda dan gejala-gejalanya. Proses patofisiologisnya sifatnya mekanis. Urolithiasis merupakan kristalisasi dari mineral dari matriks seputar, seperti pus, darah, jaringan yang tidak vital, tumor atau urat. Peningkatan konsentrasi larutan urin akibat intake cairan rendah dan juga peningkatan bahan-bahan organik akibat ISK atau urin statis, mensajikan sarang untuk pembentukan batu. Di tambah adanya infeksi meningkatkan ke basahan urin (oleh produksi amonium), yang berakibat presipitasi kalsium fosfat dan magnesium amonium fosfat. Komposisi kalkulus Renalis dan faktor-faktor yang mendorong adalah: No Komposisi/macam batu Faktor-faktor pendukung/penyebab 1 Calcium (oksalat dan fosfat) Hiperkalsemia Hiperkasiuri Dampak dari Hiperparatiroidisme Intoksikasi Vitamin D Penyakit Tulang yang parah Asidosis Tubulus Renalis Intake steroid purine Ph urin tinggi dan volume urine rendah 2 Asam urin (Gout) Diet tinggi purine dan ph urin rendah Volume urin rendah 3 Cystine dan xanthine Cystinuria dampak dari gangguan genetika dari metabolisme asam amino dan xanthineuria Mekanisme pembentukan batu ginjal atau saluran kemih tidak diketahui secara pasti, akan tetapi beberapa buku menyebutkan inti pembentukan batu, sebagai tempat menempelnya partikel-partikel batu pada inti tersebut. c. Perubahan pH atau adanya koloid lain di dalam air seni akan menetralkan muatan dan meyebabkan terjadinya pengendapan. Kecepatan tumbuhnya batu tergantung kepada lokasi batu, misalnya batu pada buli-buli lebih cepat tumbuhnya disbanding dengan batu pada ginjal. Selain itu juga tergantung dari reaksi air seni, yaitu batu asam akan cepat tumbuhnya dalam urin dengan pH yang rendah. Komposisi urin juga akan mempermudah pertumbuhan batu, karena terdapat zat-zat penyusun air seni yang relatif tidak dapat larut. Hal lain yang akan mempercepat pertumbuhan batu adalah karena adanya infeksi. Batu ginjal dalam jumlah tertentu tumbuh melekat pada puncak papil dan tetap tinggal dalam kaliks, yang sampai ke pyelum yang kemudian dapat berpindah ke areal distal, tetap tinggal atau menetap di tempat dimana saja dan berkembang menjadi batu yang besar. proses terjadinya batu dapat disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut :a. Adanya presipitasi garam-garam yang larut dalam air seni, dimana apabila air seni jenuh akan terjadi pengendapan.b. Adanya inti ( nidus ).Adapun Faktor-faktor resiko mencangkup :a. Riwayat pribadi tentang batu kandung kemih dan saluran kemihb. Usia dan jenis kelaminc. Kelainan morfologid. Pernah mengalami infeksi saluran kemihe. Makanan yang dapat meningkatkan kalsium dan asam uratf. Adanya kelainan pada ginjal dan saluran kemihg. Masukan cairan kurang dari pengeluaranh. Profesi sebagai pekerja kerasi. Penggunaan obat antasid, aspirin dosis tinggi dan vitamin D terlalu lama. ( Brunner and Suddart, 2001 ).

E. PATHWAYS

F. MANIFESTASI KLINISKetika batu menghambat dari saluran urin, terjadi obstruksi, meningkatkan tekanan hidrostatik. Bila nyeri mendadak terjadi akut disertai nyeri tekan disaluran osteovertebral dan muncul mual muntah maka klien sedang mengalami episode kolik renal. Diare, demam dan perasaan tidak nyaman di abdominal dapat terjadi. Gejala gastrointestinal ini akibat refleks dan proxsimitas anatomik ginjal kelambung, pangkereas dan usus besar. Batu yang terjebak dikandung kemih menyebabkan gelombang nyeri luar biasa, akut dan kolik yang menyebar kepala obdomen dan genitalia. Klien sering merasa ingin kemih, namun hanya sedikit urin yang keluar, dan biasanya mengandung darah akibat aksi abrasi batu gejala ini disebabkan kolik ureter. Umumnya klien akan mengeluarkan batu yang berdiameter 0,5 sampai dengan 1 cm secara spontan. Batu yang berdiameter lebih dari 1 cm biasanya harus diangkat atau dihancurkan sehingga dapat dikeluarkan secara spontan dan saluran urin membaik dan lancar.

G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIKAdapun pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada klien batu kandung kemih adalah :a. Urinalisa : Warna kuning, coklat atau gelapb. Foto KUB : Menunjukkan ukuran ginjal ureter dan ureter, menunjukanadanya batu.c. Endoskopi ginjal : Menentukan pelvis ginjal, mengeluarkan batu yang kecil.d. EKG : Menunjukan ketidakseimbangan cairan, asam basa dan elektrolit.e. Foto Rontgen : Menunjukan adanya di dalam kandung kemih yang abnormal.f. IVP ( intra venous pylografi ) : Menunjukan perlambatan pengosongan kandung kemih,membedakan derajat obstruksi kandung kemih divertikuli kandung kemih dan penebalan abnormal otot kandung kemih.g. Vesikolitektomi ( sectio alta ) : Mengangkat batu vesika urinari atau kandung kemih.h. Litotripsi bergelombang kejut ekstra corporeal : Prosedur menghancurkan batu ginjal dengan gelombang kejut.i. Pielogram retrograde : Menunjukan abnormalitas pelvis saluran ureter dan kandung kemih.Diagnosis ditegakan dengan studi ginjal, ureter, kandung kemih, urografi intravena atau pielografi retrograde. Uji kimia darah dengan urine dalam 24 jam untuk mengukur kalsium, asam urat, kreatinin, natrium, dan volume total merupakan upaya dari diagnostik. Riwayat diet dan medikasi serta adanya riwayat batu ginjal, ureter, dan kandung kemih dalam keluarga di dapatkan untuk mengidentifikasi faktor yang mencetuskan terbentuknya batu kandung kemih pada klien. ( Tjokro, N.A, et al. 2001 ).

H. PENATALAKSANAAN MEDIKTujuan dasar penatalaksanaan adalah untuk menghilangkan batu, menentukan jenis batu, mencegah kerusakan nefron, mengidentifikasi infeksi, serta mengurangi obstruksi akibat batu. Cara yang biasanya digunakan untuk mengatasi batu kandung kemih (Arif Mansjoer, et.al.2000) adalah : Vesikolitektomi atau secsio alta. Litotripsi gelombang kejut ekstrakorpureal. Ureteroskopi. Nefrostomi.

I. KOMPLIKASIAdapun komplikasi dari batu kandung kemih ini adalah :a. HidronefrosisAdalah pelebaran pada ginjal serta pengisutan jaringan ginjal, sehingga ginjal menyerupai sebuah kantong yang berisi kemih, kondisi ini terjadi karena tekanan dan aliran balik ureter dan urine ke ginjal akibat kandung kemih tidak mampu lagi menampung urine. Sementara urine terus-menerus bertambah dan tidak bisa dikeluarkan. Bila hal ini terjadi maka, akan timbul nyeri pinggang, teraba benjolan basar didaerah ginjal dan secara progresif dapat terjadi gagal ginjal.b. UremiaAdalah peningkatan ureum didalam darah akibat ketidak mampuan ginjal menyaring hasil metabolisme ureum, sehingga akan terjadi gejala mual muntah, sakit kepala, penglihatan kabur, kejang, koma, nafas dan keringat berbau urine.c. PyelonefritisAdalah infeksi ginjal yang disebabkan oleh bakteri yang naik secara assenden ke ginjal dan kandung kemih. Bila hal ini terjadi maka akan timbul panas yang tinggi disertai mengigil, sakit pinggang, disuria, poliuria, dan nyeri ketok kosta vertebra.d. Gagal ginjal akut sampai kronise. Obstruksi pada kandung kemihf. Perforasi pada kandung kemihg. Hematuria atau kencing darahh. Nyeri pingang kronisi. Infeksi pada saluran ureter dan vesika urinaria oleh batu.( Soeparman, et.al. 1960 )

BAB IIKONSEP DASAR KEPERAWATAN

Proses keperawatan adalah metode dimana suatu konsep diterapkan dalam praktik keperawatan. Hal ini biasa disebut sebagai suatu pendekatan problem solving ( pemecahan masalah ) yang memerlukan ilmu, tekhnik, dan ketrampilan interpersonal dan ditujukan untuk memenuhi kebutuhan klien. (Nursalam, 2001).Sedangkan yang dikutip dari Iyer, et al.1996 dalam ( Nursalam, 2001 ) mengemukakan lima tahap yaitu pengkajian, diagnosa, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.1. PENGKAJIANa. Anamnesa1) Identitas KlienMeliputi nama klien, tempat tanggal lahir, jenis kelamin, agama/suku, warga negara, bahasa yang digunakan, pendidikan, pekerjaan, alamat rumah.2) Data MedikDikirim oleh siapa dan diagnosa medik saat masuk maupun saat pengkajian.3) Keluhan UtamaFrekuensi berkemih yang meningkat, urine yang masih menetes setelah berkemih, merasa tidak puas setelah berkemih, sering berkemih pada malam hari, penurunan kekuatan, dan ukuran pancaran urine, mengedan saat berkemih, tidak dapat berkemih sama sekali, nyeri saat berkemih, hematuria, nyeri pinggang, peningkatan suhu tubuh disertai menggigil, penurunan fungsi seksual, keluhan gastrointestinal seperti nafsu makan menurun, mual,muntah dan konstipasi.b. Pemeriksaan Fisik1) Status Kesehatan UmumMeliputi kedaan penyakit, tingkat kesadaran,suara bicara dan tanda-tanda vital.2) KepalaApakah klien terdapat nyeri kepala, bagaimana bentuknya, apakah terdapat masa bekas terauma pada kepala, bagaimana keadaan rambut klien.3) MukaBagaimana bentuk muka, apakah terdapat edema, apakah terdapat paralysis otot muka dan otot rahang.4) MataApakah kedua mata memiliki bentuk yang berbeda, bentuk alis mata, kelopak mata, kongjungtiva, sclera, bola mata apakah ada kelainan, apakah daya penglihatan klien masih baik.5) TelingaBentuk kedua telinga simetris atau tidak, apakah terdapat sekret, serumen dan benda asing, membran timpani utuh atau tidak, apakah klien masih dapat mendengar dengan baik.6) HidungApakah terjadi deformitas pada hidung klien, apakah settum terjadi diviasi, apakah terdapat secret, perdarahan pada hidung, apakah daya penciuman masih baik.7) Mulut FaringMulut dan Faring, apakah tampak kering dan pucat, gigi masih utuh, mukosa mulut apakah terdapat ulkus, karies, karang gigi, otot lidah apakah masih baik, pada tonsil dan palatum masih utuh atau tidak.8) LeherBentuk leher simetis atau tidak, apakah terdapat kaku kuduk, kelenjar limfe terjadi pembesaran atau tidak.9) DadaApakah ada kelainan paru-paru dan jantung.10) AbdomenBentuk abdomen apakah membuncit, datar, atau penonjolan setempat, peristaltic usus meningkat atau menurun, hepar dan ginjal apakah teraba, apakah terdapat nyeri pada abdomen.11) Inguinal /Genetalia/ anusApakah terdapat hernia, pembesaran kelejar limfe, bagaimana bentuk penis dan scrotum, apakah terpasang keteter atau tidak, pada anus apakah terdapat hemoroid, pendarahan pistula maupun tumor, pada klien vesikollitiasis biasanya dilakukan pemeriksaan rectal toucer untuk mengetahuan pembesaran prostat dan konsistensinya.12) EkstermintasApakah pada ekstermitas bawah dan atas terdapat keterbatasan gerak, nyeri sendi atau edema, bagaimana kekuatan otot dan refleknyac. Pemeriksaan DiagnosisBNO (Blass Nier Overzicht) untuk mengetahui pembesaran prostat, kandung kemih dan kelainan ginjal.d. Hasil Penelitian Laboratorium dan diagnostic.1) Peningkatan sel darah Putih, Ureum, dan kretinin.2) Kultur Urin ditemukan adanya kuman penyebab infeksi.3) Pemeriksaan HB, waktu pendarahan dan pembekuan, golongan darah sebagai persiapan preoperasi.e. Potensial Komplikasi.Hiponatrium dilusi akibat Transuretal Resection Prostat (TURP), infeksi, komplikasi sirkulasi termasuk testis, hydrokel, syok, retensi urine akut, ileus para litikum, abses, peningkatan suhu tubuh, dan nyeri pada saat berjalan.f. Penatalaksanaan Medis.Obsevasi tekanan darah, nadi, pernafasan dan suhu secara rutin pasca operasi, analgesik, antispasmodic, antibiotik, irigasi kadung kemih kontinu, irigasi kandung kemih intermiten, terapi iv parenteral.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN POST OPERATIF VESIKOLITEKTOMIa. Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan obstruksi bedah, tekanan dan mitasi kateter/ badan.b. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan kesulitan mengontrol pendarahan, pembatasan pemasukan pra-operasi.c. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan trauma jaringan sekunder terhadap : prosedur bedah, prosedur alat invasif, alat selama pembedahan kateter, irigasi kandung kemih.d. Gangguan rasa nyaman, nyeri berhubungan dengan iritasi mukosa kandung kemih, refleks spasme otot : prosedur bedah dan atau tekanan dari balon kandung kemih.e. Resiko tinggi terhadap komplikasi, hipovolemik berhubungan dengan perdarahan sekunder terhadap vesikolitektomi atau sectia alta.f. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan salah interpretasi informasi tidak mengenal sumber sumber informasi.

3. PERENCANAAN KEPERAWATAN POST OPERATIF1. Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan obstruksi mekanikal: bekuan darah, edema, trauma, prosedur bedah, tekanan dan iritasi kateter atau balon. Tujuan : Klien menunjukan kemajuan eliminasi urineyang jernih. Kriteria Evaluasi :a. Berkemih dengan adekuat tanpa bukti distensi kandung kemih.b. Jumlah residu urine kurang dari 50 ml. Intevensi :a. Mandiri :1) Mengkaji keluaran urine dan system kateter atau drainase, khususnya selama irigasi kandung kemih.2) Perhatikan waktu, jumlah berkemih dan ukuran aliran urine di urine bag.3) Dorong pasien untuk berkemih bila terasa dorongan tetapi tidak lebih dari 2-4 jam per protocol.4) Dorong pemasukan cairan 3000 ml sesuai toleransi. Batasi cairan pada malam hari setelah kateter dilepas.b. Kolaborasi :1) Pertahankan irigasi kandung kemih kontinyu sesuai indikasi pada periode pasca operasi dini. Rasional :a. Mandiri :1) Retensi dapat terjadi karena edema area bedah,bekuan darah, dan spasma kandung kemih2) Urine yang tertampung harus seimbang atau tidak jauh berbeda dengan pemasukan cairan.3) Berkemih dengan dorongan mencegah retensi urine.Keterbatasan berkemih untuk tiap 4 jam meningkatkan tonus kandung kemih dan membantu latihan ulang kandung kemih4) Mempertahankan hidrasi adekuat dan perfusi ginjal untuk kelainan urine, penjadwalan, masukan cairan menurunkan kebutuhan berkemih/ gangguan tidur selama malam harib. Kolaborasi :1) Mencuci kandung kemih dari bekuan darah dan debris untuk mempertahankan patensi kateter atau aliran urine

2. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan kesulitan mengontrol perdarahan, pembatasan pemasukan pre operasi. Tujuan : Kebutuhan cairan klien terpenuhi. Kriteria Evaluasi :a. Tanda-tanda vital stabil.b. Pengisian kapiler baik.c. Membran mukosa lembab.d. Menunjukan tak ada perdarahan aktif. Intervensi :a. Mandiri :1) Awasi pemasukan dan pengeluaran.2) Inspeksi balutan atau luka drain. Timbang balutan bila di indikasikan, perhatikan pembentukan hematoma.3) Evaluasi warna, konsistensi urine. Contoh: merah terang dengan bekuan merah.4) Awasi tanda-tanda vital, peningkatan nadi dan pernapasan, penurunan tekanan darah, diafrosis, pucat, perlambatan pengisian kapiler dan membran mukosa kering.b. Kolaborasi :1) Awasi pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi.Contoh : Hb/Ht, jumlah sel darah merah. Rasional :a. Mandiri :1) Indicator keseimbangan cairan dan kebutuhan pengantian. Pada irigasi kandung kemih, awasi pentingnya perkiraan kehilangan darah dan secar akurat mengkaji haluaran urine.2) Perdarahan dapat dibuktikan atau disingkirkan dalam jaringan perineum3) Biasanya mengindikasikan perdarahan arterial dan memerlukan terapi cepat.4) Dehidrasi/ hipovolimia memerlukan intervensi cepat untuk mencegah berlanjut ke syok .b. Kolaborasi :1) Berguna dalam evaluasi kehilngan darah atau kebutuhan pengantian .

3. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan trauma jaringan sekunder terhadap prosedur bedah, prosedur alat invasife alat selama pembedahan, kateter, irigasi kandung kemih Tujuan : Tidak terjadi infeksi selama pemasangan kateterdan retensi urine. Kriteria evaluasi :a. Tidak terdapat tanda-tanda infeksi (merah, bengkak, nyeri bertambah, luka berbau).b. Warna urine jernih, dan tidak berbau.c. Suhu dalam batas normal (36.5-37.5 ). Intervensi :a. Mandiri :1) Pertahankan system kateter steril : berikan perawatan kateter regule dengan sabun dan air, berikan salep antibiotik disekitarsisi kateter.2) Ambulasi dengan kantung drainase dependen.3) Awasi tanda vital, perhatikan demam ringan, menggigil, nadi dan pernapasan cepat, gelisah, peka, disorientasi.4) Observsi drainase dari luka supra pubik dan foley kateter.b. Kolaborasi :1) Berikan antibiotik sepalosporin, misalnya: cetroxone sesuai program medis. Rasional :a. Mandiri :1) Mencegah pemasukan bakteri dan infeksi / sepsis lanjut.2) Menghindari refleks balik urine,yang dapat memasukan bakteri kedalam kandung kemih.3) Pasien yang mengalami sistoskopi atau TUR prostat berisiko untuk syok bedah septic sehubungan dengan meanipulasi/ instrumentasi.4) Adanya drain, insisi suprapubik meningkatkan risiko untuk infeksi, yang di indikasikan dengan eritemia, drainase purulen.b. Kolaborasi :1) Mungkin diberikan secara profilaksis sehubungan dengan peningkatan resiko infeksi pada vesikolitotomi.

4. Gangguan rasa nyaman: nyeri berhubungan dengan iritasi mukosa kandung kemih, refleks spasme otot: prosedur dan atau tekanan dari balon kandung kemih. Tujuan : Rasa nyeri berkurang atau hilang setelah diberikan perawatan. Kriteria Evaluasi :a. Klien mengatakan nyeri berkurang.b. Raut muka tampak rileks.c. Skala nyeri berkurang 0-4. Intervensi :a. Mandiri :1) Kaji nyeri, perhatikan loksi, intensitas (skala 0-10).2) Pertahankan patensi kateter dan sistemdrainase. Pertahankan selang bebas dari lekukan dan bekuan.3) Tingkatkan pemasukan cairan 3000 ml / hari sesuai toleransi.4) Berikan tindakan kenyamanan dan aktivitas terapeutik. Dorong penggunaan tekhnik relaksasi, termasuk latihan nafas dalam, visualisasi, pedoman imajinasi.b. Kolaborasi :1) Berikan obat sesuai instruksi untuk nyeri dan spasme Rasional :a. Mandiri :1) Nyeri tajam, intermiten dengan dorongan berkemih / pasase urine sekitar kateter menunjukan spasme kandung kemih, yang cendrung lebih berat pada pendekatan suprapubik atau TUR2) Mempertahankan fungsi kateter dan system drainase, menurunkan resiko distensi / spasme kandung kemih3) Menurunkan iritasi dengan mempertahankan aliran cairan konstan kedalam mukosa kandung kemih4) Menurunkan tegangan otot, memfokuskan kembali perhatian, dan dapat meningkatkan kamampuan koping.b. Kolaborasi :1) Obat anti spasmodic mencegah spasme kandung kemih. Obat analgesik mengurangi nyeri insisi.

5. Resiko terhadap komplikasi hipovolemik berhubungan dengan perdarahan sekunder terhadap vesikolitotomi/ section alta. Tujuan : Tidak tampak tanda-tanda komplikasi. Kriteria Evalusi : Tidak ada perdarahan, infeksi, dan inkontinensiaurine. Intervensi :a. Mandiri :1) Pantau : Tekanan darah, nadi, dan pernafasan tiap 24 jam.( Masukan dan haluaran tiap 8 jam.( Warna urine.(2) Sediakan diet makan tinggi serat dan memberi obat untuk memudahkan defekasi jika ada riwayat konstipasi.3) Pastikan masukan cairan setiap hari paling sedikit 2-3 liter tanpa ada kontraindikasi.4) Lakukan kewaspadaan umum (cuci tangan sebelum dan sesudah merawat pasien, gunakan sarung tangan ketika kontak dengan darah atau cairan yang keluar dari tubuh pasien) pada semua prosedur tindakan keperawatan.b. Kolaborasi :1) Berikan terapi antibiotik dan mengevaluasi efektivitas obat. Rasional :a. Mandiri :1) Deteksi awal terhadap komplikasidengan intervensi yang tepat dapat mencegah kerusakan jaringan yang permanen.2) Dengan peningkatan penekanan pada fosa prostatik yang akan mengendapkan perdarahan.3) Cairan membantu mendistribusikan obat-obatan keseluruh tubuh. Resikoterjadi ISK dikurangi bila aliran urine encer konstan dipertahankan melalui ginjal.4) Pemberian perawatan menjadi penyebab terbesar infeksi nosokomial. Kewaspadaan umum melindungi pemberian perawatan dan pasien.b. Kolaborasi :1) Antibiotik diperlukan untuk mencegah dan mengatasi infeksi.

6. Kurang pengetahuan tentang kondisi, proknosis, dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan salah interprestasi. Tujuan : Klien dan keluarga kliean mengerti secara umumpenyakitnya. Kriteria Evaluasi : Klien dan keluarga dapat menjelaskan secarasederhana tentang proses penyakit, pencegahan, dan pengobatannya. Intervensi :a. Mandiri :1) Kaji implementasi prosedur harapan masa depan.2) Tekankan perlunya nutrisi yang baik : dorong konsumsi buah, meningkatkan diet tinggi serat.3) Diskusikan pembatasan aktivitas awal, contoh: menghindari mengangkat berat, latihan keras, duduk/ mengendarai mobil terlalu lama, memanjat lebih dari dua tingkat tangga sekaligus.4) Dorong kesinambungan latihan perineal.5) Instruksikan perawatan kateter urin bila ada identifikasi sumber alat atau dukungan. Rasional :a. Mandiri :1) Memberikan dasar pengetahuan dimana pasien dapat membuat pilihn informasi.2) Meningkatkan penyembuhan dan mencegah komplikasi, menurunkan resiko perdarahan pasca operasi3) Peningkatan tekanan abdominal/ meregangkan yang menempatkan stress pada kandung kemih dan prostat, menimbulkan resikoperdarahan4) Membantu kontrol urinaria dan menghilangkan inkontinesia.5) Meningkatkan kemandirian dan kompetensi dalam perawatan diri.

4. PERENCANAAN PULANG.a. Diet tinggi kalori dan protein yakni nasi, telur, daging, susu, dan lain-lain untuk tenaga dan proses penyembuhan.b. Diet minum banyak air putih 3000 cc / hari dan hindari minum kopi,alcohol dan yang bersoda serta makanlah makanan yang banyak mengandung serat.c. Mendorong klien agar tidak melakukan pekerjaan yang berat, buang air kecil yang teratur dan mendorong klien dalam mematuhi program pemulihan kesehatan dan minum obat sesuai dengan pesanan dokter.d. Memberikan penjelasan mengenai pengertian, penyebab, tanda-tanda dan gejala penatalaksanaan dan kompliksi penyakit.e. Rencana kontrol ulang uktuk mengetahui perkembangan pemulihan penyakit saat di rumah.

BAB IIIPENUTUP

A. KESIMPULAN1. Definisia. Vesikolitiasis adalah penyumbatan saluran kemih khususnya pada vesika urinaria atau kandung kemih oleh batu penyakit ini juga disebut batu kandung kemih.( Smeltzer and Bare, 2000 ).b. Vesikolitiasis adalah batu yang terjebak di vesika urinaria yang menyebabkan gelombang nyeri yang luar biasa sakitnya yang menyebar ke paha, abdomen dan daerah genetalia. Medikasi yang diketahui menyebabkan pada banyak klien mencakup penggunaan antasid, diamox, vitamin D, laksatif dan aspirin dosis tinggi yang berlebihan. Batu vesika urinaria terutama mengandung kalsium atau magnesium dalam kombinasinya dengan fosfat, oksalat, dan zat-zat lainnya. (Brunner and Suddarth, 2001).c. Batu kandung kemih adalah batu yang tidak normal di dalam saluran kemih yang mengandung komponen kristal dan matriks organik tepatnya pada vesika urinari atau kandung kemih. Batu kandung kemih sebagian besar mengandung batu kalsium oksalat atau fosfat ( Prof. Dr. Arjatm T. Ph.D. Sp. And dan dr. Hendra Utama, SPFK, 2001 ).

2. EtiologiFaktor-faktor yang dapat mempengaruhi pembentukan batu kandung kemih adalah :a. Faktor EndogenFaktor genetik, familial, pada hypersistinuria, hyperkalsiuria dan hiperoksalouria.b. Faktor Eksogen.Faktor lingkungan, pekerjaan, makanan, infeksi dan kejenuhan mineral dalam air minum.c. Faktor lainnyaInfeksi, stasis dan obstruksi urine, keturunan, air minum, pekerjaan, makanan atau penduduk yang vegetarian lebih sering menderita batu saluran kencing atau buli-buli ( Syaifuddin, 1996 ).Batu kandung kemih dapat disebabkan oleh kalsium oksalat atau agak jarang sebagai kalsium fosfat. Batu vesika urinaria kemungkinan akan terbentuk apabila dijumpai satu atau beberapa faktor pembentuk kristal kalsium dan menimbulkan agregasi pembentukan batu proses pembentukan batu kemungkinan akibat kecenderungan ekskresi agregat kristal yang lebih besar dan kemungkinan sebagai kristal kalsium oksalat dalam urine. Dan beberapa medikasi yang diketahui menyebabkan batu ureter pada banyak klien mencakup penggunaan obat-obatan yang terlalu lama seperti antasid, diamox, vitamin D, laksatif dan aspirin dosis tinggi.( Prof. Dr. Arjatmo T. Ph. D.Sp. And. Dan dr. Hendra U., SpFk, 2001 ).

3. PenatalaksanaanTujuan dasar penatalaksanaan adalah untuk menghilangkan batu, menentukan jenis batu, mencegah kerusakan nefron, mengidentifikasi infeksi, serta mengurangi obstruksi akibat batu. Cara yang biasanya digunakan untuk mengatasi batu kandung kemih (Arif Mansjoer, et.al.2000) adalah : Vesikolitektomi atau secsio alta. Litotripsi gelombang kejut ekstrakorpureal. Ureteroskopi. Nefrostomi.

Askep Batu Ginjal

BATU GINJALI. KONSEP PENYAKITA. DEFINISIBatu ginjal adalah batu yang terbentuk di tubuli ginjal kemudian berada di kaliks, infundibulum, pelvis ginjal dan bahkan bisa mengisi pelvis serta seluruh kaliks ginjal dan merupakan batu saluran kemih yang paling sering terjadi.(Purnomo, 2000)Batu Ginjal merupakan keadaan tidak normal dalam ginjal, yang mengandung komponen kristal dan matriks organik.(Suyono, 2001)Batu ginjal adalah suatu penyakit dimana terjadi pembentukan batu dalam kolises dan atau pelvis. Batu ginjal dapat terbentuk karena pengendapan garam urat, oksalat atau kalsium.

B. KOMPOSISI DAN JENIS BATU YANG TERDAPAT DALAM GINJAL Komposisi Batu(Batu saluran kemih pada umumnya mengandung unsur: kalsium oksalat, kalsium fosfat, asam urat, magnesium-amonium-fosfat (MAP), xanthyn dan sistin. Pengetahuan tentang komposisi batu yang ditemukan penting dalam usaha pencegahan kemungkinan timbulnya batu residif. Jenis Batu dalam Ginjal(a. Batu KalsiumBatu kalsium (kalsium oksalat dan atau kalsium fosfat) paling banyak ditemukan yaitu sekitar 75-80% dari seluh batu saluran kemih. Faktor terjadinya batu kalsium adalah:1. Hiperkalsiuria: Kadar kasium urine lebih dari 250-300 mg/24 jam, dapat terjadi karena peningkatan absorbsi kalsium pada usus (hiperkalsiuria absorbtif), gangguan kemampuan reabsorbsi kalsium pada tubulus ginjal (hiperkalsiuria renal) dan adanya peningkatan resorpsi tulang (hiperkalsiuria resoptif) seperti pada hiperparatiridisme primer atau tumor paratiroid.2. Hiperoksaluria: Ekskresi oksalat urien melebihi 45 gram/24 jam, banyak dijumpai pada pasien pasca pembedahan usus dan kadar konsumsi makanan kaya oksalat seperti teh, kopi instan, soft drink, kakao, arbei, jeruk sitrun dan sayuran hijau terutama bayam.3. Hiperurikosuria: Kadar asam urat urine melebihi 850 mg/24 jam. Asam urat dalam urine dapat bertindak sebagai inti batu yang mempermudah terbentuknya batu kalsium oksalat. Asam urat dalam urine dapat bersumber dari konsumsi makanan kaya purin atau berasal dari metabolisme endogen.

4. Hipositraturia: Dalam urine, sitrat bereaksi dengan kalsium membentuk kalsium sitrat sehingga menghalangi ikatan kalsium dengan oksalat atau fosfat. Keadaan hipositraturia dapat terjadi pada penyakit asidosis tubuli ginjal, sindrom malabsorbsi atau pemakaian diuretik golongan thiazide dalam jangka waktu lama.5. Hipomagnesiuria: Seperti halnya dengan sitrat, magnesium bertindak sebagai penghambat timbulnya batu kalsium karena dalam urine magnesium akan bereaksi dengan oksalat menjadi magnesium oksalat sehingga mencegah ikatan dengan kalsium dengan oksalat.b. Batu StruvitBatu struvit disebut juga batu sebagai batu infeksi karena terbentuknya batu ini dipicu oleh adanya infeksi saluran kemih. Kuman penyebab infeksi ini adalah golongan pemecah urea (uera splitter seperti: Proteus spp., Klebsiella, Serratia, Enterobakter, Pseudomonas dan Stafilokokus) yang dapat menghasilkan enzim urease dan mengubah urine menjadi basa melalui hidrolisis urea menjadi amoniak. Suasana basa ini memudahkan garam-garam magnesium, amonium, fosfat dan karbonat membentuk batu magnesium amonium fosfat (MAP) dan karbonat apatit.c. Batu UratBatu asam urat meliputi 5-10% dari seluruh batu saluran kemih, banyak dialami oleh penderita gout, penyakit mieloproliferatif, pasein dengan obat sitostatika dan urikosurik (sulfinpirazone, thiazide dan salisilat). Kegemukan, alkoholik dan diet tinggi protein mempunyai peluang besar untuk mengalami penyakit ini. Faktor yang mempengaruhi terbentuknya batu asam urat adalah: urine terlalu asam (pH < 6, volume urine < 2 liter/hari atau dehidrasi dan hiperurikosuria.

C. ETIOLOGIDalam banyak hal penyebab terjadinya batu ginjal secara pasti belum dapat diketahui. Pada banyak kasus ditemukan kemungkinan karena adanya hiperparatirodisme yang dapat meyebabkan terjadinya hiperkalsiuria. Kadangkadang dapat pula disebabkan oleh infeksi bakteri yang menguraikan ureum (seperti proteus, beberapa pseudoenonas, staphylococcosa albus dan beberapa jenis coli) yang mengakibatkan pembentukan batu.Penyebab terbentuknya batu saluran kemih diduga berhubungan dengan gangguan aliran urine, gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi dan keadaan-keadaan lain yang masih belum terungkap (idiopatik).Secara epidemiologis terdapat beberapa faktor yang mempermudah terjadinya batu saluran kemih yang dibedakan sebagai faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik.

Faktor intrinsik, meliputi:(1. Herediter; diduga dapat diturunkan dari generasi ke generasi.2. Umur; paling sering didapatkan pada usia 30-50 tahun.3. Jenis kelamin; jumlah pasien pria 3 kali lebih banyak dibanding pasien wanita.

Faktor ekstrinsik, meliputi:(1. Geografi; pada beberapa daerah menunjukkan angka kejadian yang lebih tinggi daripada daerah lain sehingga dikenal sebagai daerah stone belt (sabuk batu).2. Iklim dan temperatur.3. Asupan air; kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral kalsium dapat meningkatkan insiden batu saluran kemih.4. Diet; diet tinggi purin, oksalat dan kalsium mempermudah terjadinya batu saluran kemih.5. Pekerjaan; penyakit ini sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya banyak duduk atau kurang aktivitas fisik (sedentary life).

D. MANIFESTASI KLINIK Obstruksi.( Peningkatan tekanan hidrostatik.( Distensi pelvis ginjal.( Rasa panas dan terbakar di pinggang.( Kolik.( Peningkatan suhu (demam).( Hematuri.( Gejala gastrointestinal; mual, muntah, diare.( Nyeri hebat(1. Batu pada pelvis renalisa. Nyeri yang dalam, terus menerus pada area CVAb. Pada wanita ke arah kandung kemih, pada laki-laki kearah testisc. Hematuria, piuriad. Kolik renal : nyeri tekan seluruh CVA, mual dan muntah2. Batu yang terjebak pada uretera. Gelombang nyeri luar biasa, akut dan kolik menyebar ke paha dan genetalia kolik ureteral(b. Merasa ingin berkemih keluar sedikit dan darah 3. Batu yang terjebak pada kandung kemiha. Gejala iritasib. Infeksi traktus urinariusc. Hematuria retensi urine(d. Obstruksi

E. PATOFISIOLOGIMekanisme pembentukan batu ginjal atau saluran kemih tidak diketahui secara pasti, akan tetapi beberapa buku menyebutkan proses terjadinya batu dapat disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut :a. Adanya presipitasi garam-garam yang larut dalam air seni, dimana apabila air seni jenuh akan terjadi pengendapan.b. Adanya inti ( nidus ). Misalnya ada infeksi kemudian terjadi tukak, dimana tukak ini menjadi inti pembentukan batu, sebagai tempat menempelnya partikel-partikel batu pada inti tersebut.c. Perubahan pH atau adanya koloid lain di dalam air seni akan menetralkan muatan dan meyebabkan terjadinya pengendapan.

Teori Terbentuknya Batu Saluran Kemih1. Teori nukleasi: Batu terbentuk di dalam urine karena adanya inti batu atau sabuk batu (nukleus). Partikel-partikel yang berada dalam larutan kelewat jenuh akan mengendap di dalam nukleus itu sehingga akhirnya membentuk batu. Inti bantu dapat berupa kristal atau benda asing saluran kemih.2. Teori matriks: Matriks organik terdiri atas serum/protein urine (albumin, globulin dan mukoprotein) sebagai kerangka tempat mengendapnya kristal-kristal batu.3. Penghambat kristalisasi: Urine orang normal mengandung zat penghambat pembentuk kristal yakni magnesium, sitrat, pirofosfat, mukoprotein dan beberapa peptida. Jika kadar salah satu atau beberapa zat ini berkurang akan memudahkan terbentuknya batu dalam saluran kemih.Batu saluran kemih dapat menimbulkan penyulit berupa obstruksi dan infeksi saluran kemih. Manifestasi obstruksi pada saluran kemih bagian bawah adalah retensi urine atau keluhan miksi yang lain sedangkan pada batu saluran kemih bagian atas dapat menyebabkan hidroureter atau hidrinefrosis. Batu yang dibiarkan di dalam saluran kemih dapat menimbulkan infeksi, abses ginjal, pionefrosis, urosepsis dan kerusakan ginjal permanen (gagal ginjal).

F. KOMPLIKASI1. Sumbatan atau obstruksi akibat adanya pecahan batu.2. Infeksi, akibat diseminasi partikel batu ginjal atau bakteri akibat obstruksi.3. Kerusakan fungsi ginjal akibat sumbatan yang lama sebelum pengobatan atau pengangkatan batu ginjal.

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG Pemeriksaan Radiologi(Pemeriksaan radiologi wajib dilakukan pada pasien yang dicurigai mempunyai batu. Hampir semua batu saluran kemih (98%) merupakan batu radioopak.Pada kasus ini, diagnosis ditegakkan melalui radiografi. Pemeriksaan rutin meliputi: Foto abdomen dari ginjal, ureter dan kandung kemih (KUB). USG atau excretory pyelography (Intravenous Pyelography, IVP). Excretory pyelography tidak boleh dilakukan pada pasien dengan alergi media kontras, kreatinin serum > 2 mg/dL, pengobatan metformin, dan myelomatosis. CT Scan IVP

Pemeriksaan radiologi khusus yang dapat dilakukan meliputi : Retrograde atau antegrade pyelography Spiral (helical) unenhanced computed tomography (CT) Scintigraphy

Pemeriksaan Laboratorium(Pemeriksaan laboratorium rutin meliputi: Sedimen urin / tes dipstik untuk mengetahui sel eritrosit, lekosit, bakteri (nitrit), dan pH urin. Kreatinin serum untuk mengetahui fungsi ginjal. C-reactive protein, hitung leukosit sel B, dan kultur urin biasanya dilakukan pada keadaan demam. Natrium dan kalium darah dilakukan pada keadaan muntah. Kadar kalsium dan asam urat darah dilakukan untuk mencari faktor risiko metabolik.

H. PENATALAKSANAANBatu yang sudah menimbulkan masalah pada saluran kemih harus segera dikeluarkan agar tidak menimbulkan penyulit yang lebih berat. Indikasi untuk melakukan tindakan pada batu saluran kemih adalah telah terjadinya obstruksi, infeksi atau indikasi sosial. Batu dapat dikeluarkan melalui prosedur medikamentosa, dipecahkan dengan ESWL, melalui tindakan endo-urologi, bedah laparoskopi atau pembedahan terbuka.a. ESWL/ LithotripsiAdalah prosedur non-invasif yang digunakan untuk menghancurkan batu di khalik ginjal. Setelah batu tersebut pecah menjadi bagian yang kecil seperti pasir sisa-sisa batu tersebut dikeluarkan secara spontan.b. Metode Endourologi Pengangkatan BatuIni merupakan gabungan antara radiology dan urologi untuk mengangkat batu renal tanpa pembedahan mayor. Nefrostomi Perkutan adalah pemasangan sebuah selang melalui kulit ke dalam pelvis ginjal. Tindakan ini dilakukan untuk drainase eksternal urin dari kateter yang tersumbat, menghancurkan batu ginjal, melebarkan striktur.( Ureteruskopi mencakup visualisasi dan akses ureter dengan memasukkan suatu alat Ureteroskop melalui sistoskop. Batu dapat dihancurkan dengan menggunakan laser, lithotripsy elektrohidraulik, atau ultrasound lalu diangkat.( Larutan Batu. Nefrostomi Perkutan dilakukan, dan cairan pengirigasi yang hangat dialirkan secara terus-menerus ke batu. Cairan pengirigasi memasuki duktus kolekdiktus ginjal melalui ureter atau selang nefrostomi.(c. Pengangkatan Bedah Nefrolitotomi. Insisi pada ginjal untuk mengangkat batu. Dilakukan jika batu terletak di dalam ginjal.( Pielolitotomi. Dilakukan jika batu terletak di dalam piala ginjal.(

Tindakan-tindakan khusus pada berbagai jenis batu yang berbentuk meliputi :1. Batu Kalsium : Paratirodektomi untuk hiperparatiroidisme, menghilangkan susu dan keju dari diit, kalium fosfat asam ( 3 6 gram tiap hari) mengurangi kandungan kalsium di dalam urine, suatu dueretik ( misalnya 50 mg hidroklorotiazid 2 kali sehari) atau sari buah cranberry ( 200ml, 4 kali sehari ) mengasamkan urin dan membuat kalsium lebih mudah larut dalam urin.2. Batu Oksalat diet rendah oksalat dan rendah kalsium fosfat ( 3 5 gram kalium fosfat asam setiap hari), piridoksin ( 100 mg, 3 kali sehari).3. Batu metabolic : sistin dan asam urat mengendap di dalam urin asam (pH urine harus dianikan menjadi lebih besar dari 7,5 dengan memberikan 4 8 ml asam nitrat 50%, 4 kali sehari) dan menyuruh pasien untuk diet mineral basa, batasi purin dalam dit penderita batu asam urat ( berikan pulka 300mg alopurinal ( zyloprin ) sekali atau dua kali sehari). Pada penderita sistinura, diet rendah metionin dan penisilamin ( 4 gram tiap hari ).Penatalaksanaan yang harus dilakukan pada pasien dengan post praise batu ginjal menurut Barbara C Long, 1985 meliputi : penempatan pasien dalam ruang dengan ventilasi yang cukup, perhatikan terhadap urine out put, pencegahan terhadap distensi dan pendarahan dan perhatian terhadap lokasi pemasangan drainase dan perawatannya.

PencegahanSetelah batu dikelurkan, tindak lanjut yang tidak kalah pentingnya adalahupaya mencegah timbulnya kekambuhan. Angka kekambuhan batu saluran kemih rata-rata 7%/tahun atau kambuh >50% dalam 10 tahun.Prinsip pencegahan didasarkan pada kandungan unsur penyusun batu yang telah diangkat. Secara umum, tindakan pencegahan yang perlu dilakukan adalah:1. Menghindari dehidrasi dengan minum cukup, upayakan produksi urine 2-3 liter per hari2. Diet rendah zat/komponen pembentuk batu3. Aktivitas harian yang cukup4. Medikamentosa

Beberapa diet yang dianjurkan untuk untuk mengurangi kekambuhan adalah:1. Rendah protein, karena protein akan memacu ekskresi kalsium urine dan menyebabkan suasana urine menjadi lebih asam.2. Rendah oksalat.3. Rendah garam karena natiuresis akan memacu timbulnya hiperkalsiuria.4. Rendah purin.Diet ini diberikan pada pasien yang menderita penyakit ginjal asam urat dan gout.5. Rendah kalsium tidak dianjurkan kecuali pada hiperkalsiuria absorbtif type II.KONSEP KEPERAWATANA. PENGKAJIANRiwayat Keperawatan dan Pengkajian Fisik:Berdasarkan klasifikasi Doenges dkk. (2000) riwayat keperawatan yang perlu dikaji adalah:1. Aktivitas/istirahat:Gejala:- Riwayat pekerjaan monoton, aktivitas fisik rendah, lebih banyak duduk.- Riwayat bekerja pada lingkungan bersuhu tinggi.- Keterbatasan mobilitas fisik akibat penyakit sistemik lainnya (cedera serebrovaskuler, tirah baring lama).2. SirkulasiTanda:- Peningkatan TD, HR (nyeri, ansietas, gagal ginjal).- Kulit hangat dan kemerahan atau pucat.3. EliminasiGejala:- Riwayat ISK kronis, obstruksi sebelumnya.- Penrunan volume urine.- Rasa terbakar, dorongan berkemih.- Diare.Tanda:- Oliguria, hematuria, poliuria.- Perubahan pola berkemih.4. Makanan dan cairan:Gejala:- Mual/muntah, nyeri tekan abdomen.- Riwayat diet tinggi purin, kalsium oksalat dan atau fosfat.- Hidrasi yang tidak adekuat, tidak minum air dengan cukup.

Tanda:- Distensi abdomen, penurunan/tidak ada bising usus.- Muntah.5. Nyeri dan kenyamanan:Gejala:- Nyeri hebat pada fase akut (nyeri kolik), lokasi nyeri tergantung lokasi batu (batu ginjal menimbulkan nyeri dangkal konstan).Tanda:- Perilaku berhati-hati, perilaku distraksi.- Nyeri tekan pada area ginjal yang sakit.6. Keamanan:Gejala:- Penggunaan alcohol.- Demam/menggigil.7. Penyuluhan/pembelajaran:Gejala:- Riwayat batu saluran kemih dalam keluarga, penyakit ginjal, hipertensi, gout, ISK kronis.- Riwayat penyakit usus halus, bedah abdomen sebelumnya, hiperparatiroidisme.- Penggunaan antibiotika, antihipertensi, natrium bikarbonat, alopurinul, fosfat, tiazid, pemasukan berlebihan kalsium atau vitamin.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN Pre operasi(1. Nyeri b/d distensi pelvis renalis.2. Perubahan pola eliminasi urin b/d obstruksi.3. Resti infeksi b/d M.O dan statis urin.4. Kekurangan vol. cairan b/d mual dan muntah.

Post operasi(1. Nyeri b/d luka insisi.2. Resti infeksi b/d invasi M.O.3. Kerusakan integritas kulit b/d luka insisi.4. Bersihan jalan napas inefektif b/d efek anastesi.5. Pola napas inefektif b/d penurunan ekspansi paru karena efek anastesi.6. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d mual karena efek anastesi.7. Anxietas b/d prosedur, kondisi, prognosis dan terapi.DAFTAR PUSTAKA

Corwin, Elisabeth. J. 2000. Buku Saku Patofisiologi/Elisabeth. J. Cowin. EGC: Jakarta.Doenges, Marilynn. E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan : pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. EGC: Jakarta.

Mansjoer, Arif. 1999. Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculapius: Jakarta.Nursalam. 2006. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem perkemihan. Salemba Medika: Jakarta.Smeltzer, Suzanne. C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth. EGC: Jakarta.

Patofisiologi Batu Ginjal

Batu (kalkulus) ginjal adalah batu yang terdapat di mana saja di saluran kemih. Batu yang paling sering dijumpai tersusun dari kristal-kristal kalsium. Komponen yang lebih jarang membentuk batu adalah struvit atau magnesium, amonium, asam urat, atau kombinasi bahan-bahan ini. Batu ginjal dapat disebabkan oleh peningkatan pH urine (misalnya batu kalsium bikarbonat) atau penurunan pH urine (mis., batu asam urat). Konsentrasi bahan-bahan pembentuk batu yang tinggi di dalam darah dan urine serta kebiasaan makan atau obat tertentu, juga dapat merangsang pembentukan batu. Segala sesuatu yang menghambat aliran urine dan menyebabkan stasis (tidak ada pergerakan) urine di bagian mana saja di saluran kemih, meningkatkan kemungkinan pembentukan batu. Batu kalsium, yang biasanya terbentuk bersama oksalat atau fosfat, sering menyertai keadaan-keadaan yang menyebabkan resorpsi tulang, termasuk imobilisasi dan penyakit ginjal. Batu asam urat sering menyertai gout, suatu penyakit peningkatan pembentukan atau penurunan ekskresi asam urat. Asuhan Keperawatan Batu Ginjal Kegemukan dan kenaikan berat badan meningkatkan risiko batu ginjal akibat peningkatan ekskresi kalsium, oksalat, dan asam urat yang berlebihan. - Penurunan pengeluaran urine apabila terjadi obstruksi aliran. - Pengenceran urine apabila terjadi obstruksi aliran, karena kemam-puan ginjal memekatkan urine terganggu oleh pembengkakan yang terjadi di sekitar kapiler peritubulus. Perangkat Diagnostik - Pemeriksaan darah dan urine untuk memeriksa bahan bahan pembentuk batu. - Radiografi, ultrasound, atau urografi intravena dapat menentukan lokasi batu. Komplikasi - Obstruksi urine dapat terjadi di sebelah hulu dari batu di bagian mana saja di saluran kemih. Obstruksi di atas kandung kemih dapat menyebabkan hidroureter, yaitu ureter membengkak oleh urine. Hidroureter yang tidak diatasi, atau obstruksi pada atau di atas tempat ureter keluar dari ginjal dapat menyebabkan hidrone-frosis yaitu pembengkakan pelvis ginjal dan sistem duktus pengumpul. Hidronefrosis dapat menyebabkan ginjal tidak dapat memekatkan urine sehingga terjadi ketidakseimbangan elektrolit dan cairan. - Obstruksi menyebabkan peningkatan tekanan hidrostatik interstisium dan dapat menyebabkan penurunan GFR. Obstruksi yang tidak diatasi dapat menyebabkan kolapsnya nefron dan kapiler sehingga terjadi iskemia nefron karena suplai darah terganggu. Akhirnya dapat terjadi gagal ginjal jika kedua ginjal terserang. - Setiap kali terjadi obstruksi aliran urine (stasis), kemungkinan infeksi bakteri meningkat. - Dapat terbentuk kanker ginjal akibat peradangan dan cedera berulang. Penatalaksanaan - Peningkatan asupan cairan meningkatkan aliran urine dan membantu mendorong batu. Asupan cairan dalam jumlah besar pada orang-orang yang rentan mengalami batu ginjal dapat mencegah pembentukan batu. - Modifikasi makanan dapat mengurangi kadar bahan pembentuk batu, bila kandungan batu teridentifikasi. - Mengubah pH urine sedemikian untuk meningkatkan pemecahan batu. - Litotripsi (terapi gelombang kejut) ekstrakorporeal (di luar tubuh) atau terapi laser dapat digunakan untuk memecahkan batu. - Mungkin diperlukan tindakan bedah untuk mengangkat batu be-sar atau untuk menempatkan slang di sekitar batu untuk meng-atasi obstruksi.