Askep Keluarga Dengan Balita Gizi Buruk
-
Upload
anggita-priliandini -
Category
Documents
-
view
650 -
download
118
description
Transcript of Askep Keluarga Dengan Balita Gizi Buruk
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gizi buruk merupakan status kondisi seseorang yang kekurangan nutrisi, atau
nutrisinya di bawah standar. Gizi buruk masih menjadi masalah yang belum terselesaikan
sampai saat ini. Gizi buruk banyak dialami oleh bayi dibawah lima tahun (balita). Masalah
gizi buruk dan kekurangan gizi telah menjadi keprihatinan dunia sebab penderita gizi buruk
umumnya adalah balita dan anak-anak yang tidak lain adalah generasi generus bangsa. Kasus
gizi buruk merupakan aib bagi pemerintah dan masyarakat karena terjadi di tengah pesatnya
kemajuan zaman (Republika, 2009). Dengan alasan tersebut, masalah ini selalu menjadi
program penanganan khusus oleh pemerintah. Upaya pencegahan yang dilakukan di
antaranya dengan selalu meningkatkan sosialisasi, kunjungan langsung ke para penderita gizi
buruk, pelatihan petugas lapangan, pengarahan mengenai pentingnya ASI eksklusif pada ibu
yang memiliki bayi, serta koordinasi lintas sektor terkait pemenuhan pangan dan gizi (Antara
News, 2011), Namun sampai saat ini penanganan yang diberikan, hanya mampu mengurangi
sedikit kasus gizi buruk pada balita. Hal ini membuktikan bahwa penanganan dan program
yang diberikan oleh pemerintah belum mampu menekan jumlah kasus gizi buruk yang ada.
Ketidakberhasilan penanganan dan program tersebut mungkin dikarenakan kurang tepatnya
perbaikan terhadap faktor-faktor yang dianggap mempengaruhi kasus gizi buruk pada balita.
Jika faktor-faktor yang mempengaruhi kasus gizi buruk pada balita diketahui dan diatasi
dengan tepat, otomatis kasus gizi buruk akan berkurang. Banyak faktor-faktor yang dianggap
mempengaruhi gizi buruk. Namun penyebab dasar terjadinya gizi buruk ada dua hal yaitu
sebab langsung dan sebab tidak langsung. Sebab langsung adalah kurangnya asupan gizi dari
makanan dan akibat terjadinya penyakit bawaan yang mengakibatkan mudah terinfeksi
penyakit DBD, HIV/ AIDS, dan lain-lain. Sedangkan kemiskinan diduga menjadi penyebab
utama terjadinya gizi buruk. Kurangnya asupan gizi bisa disebabkan oleh terbatasnya jumlah
makanan yang dikonsumsi atau makanannya tidak memenuhi unsur gizi yang dibutuhkan
karena alasan sosial dan ekonomi yakni kemiskinan (Republika, 2009). Selain kemiskinan,
faktor lingkungan dan budaya turut andil dalam kasus gizi buruk. Surabaya adalah salah satu
kota yang memiliki kasus gizi buruk yang relatif tinggi. Kenaikan angka gizi buruk di daerah
lain di Jawa Timur mencapai 2% sedangkan di Surabaya tahun 2010 mencapai 1,06%.
Namun Dinas Kesehatan berupaya menekan angka tersebut sesuai dengan target harapan
2
yakni 0%. (Surabayakita, 2010). Oleh sebab itu gizi buruk menjadi perhatian khusus oleh
pemerintah kota Surabaya untuk ditangani. Salah satunya dengan melakukan pendampingan
keluarga menuju keluarga sadar gizi, pelatihan petugas lapangan, sosialisasi pemberian ASI
eksklusif. Namun upaya yang dilakukan pemerintah Surabaya belum berhasil secara
maksimal. Untuk mengetahui secara tepat program-program apa saja yang harus dilakukan
pemerintah, maka perlu diketahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap gizi buruk.
Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) faktor-faktor yang diduga berpengaruh
terhadap kasus gizi buruk pada balita adalah kemiskinan, tingkat pengetahuan orang tua,
asupan gizi, dan faktor penyakit bawaan. Sedangkan menurut UNICEF faktor-faktor secara
langsungnya adalah asupan makanan, infeksi penyakit, dan faktor tak langsung meliputi pola
asuh anak, ketersedian pangan, layanan kesehatan/ sanitasi. Dengan mengetahui faktor-faktor
tersebut, peneliti ingin mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi jumlah kasus
jumlah kasus gizi buruk pada balita khususnya di Surabaya. Analisis regresi merupakan salah
satu analisis statistika yang bertujuan untuk memodelkan hubungan antara variabel respon Y
dengan variabel prediktor X. Regresi spasial adalah 3 salah satu metode yang bertujuan untuk
mengetahui hubungan antara variabel respon dengan variabel prediktor dengan
memperhatikan aspek keterkaitan wilayah atau spasial. Aspek wilayah ini dinilai penting
untuk dikaji karena antar wilayah tentunya memiliki karakteristik yang berbeda. Regresi
spasial dibedakan menjadi dua pendekatan yaitu titik dan area. Regresi spasial titik antara lain
Geographically Weighted Regression (GWR),Geographically Weighted Poisson Regression
(GWPR), Geographically Weighted Logistic Regression (GWLR). Sedangkan regresi spasial
dengan pendekatan area meliputi Spatial Autoregressive Model (SAR), Spatial Error Model
(SEM), Spatial Autoregressive Moving Average (SARMA). Regresi spasial ini banyak
digunakan di berbagai bidang antara lain kesehatan, sosial, klimatologi, dan lain-lain.
Berbagai penelitian telah dilakukan terkait dengan faktorfaktor yang mempengaruhi gizi
buruk diantaranya Hayati (2009) meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi gizi buruk balita
di jawa Timur dengan metode Analisis Diskriminan, Marice (2006) yang meneliti klasifikasi
status gizi balita dengan pendekatan diskriminan bootstrap menyimpulkan bahwa balita yang
memiliki gizi lebih adalah balita yang berumur dibawah dua tahun, bayi dengan berat badan
lahir rendah (BBLR) dan pendapatan dan pengeluaran keluarga berpotensi mengalami gizi
buruk atau kurang, variabel yang berpengaruh adalah frekuensi pemberian gizi, analisis
diskriminan bootstrap mampu mengklasifikasikan status gizi sebesar 46,67%. Mugiyono
(2000) meneliti analisis status kesehatan balita di jawa Timur dengan menggunakan metode
regresi logistik polikotomus menyimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi terhadap
3
status kesehatan balita adalah umur balita, pemberian ASI, imunisasi, dan sumber air minum.
Berdasarkan penjelasan diatas diketahui bahwa belum ada penelitian yang mengkaji gizi
buruk balita dan faktor-faktornya dengan memperhatikan aspek spasial. Oleh sebab itu pada
penelitian saat ini akan digunakan Spatial Autoregressive Model (SAR). Metode SAR dipilih
karena dinilai dapat mewakili 4 permasalahan yang ada yaitu perbedaan karakteristik wilayah
berpengaruh terhadap gizi buruk di Surabaya. Karena karakteristik daerah yang beragam satu
sama lainnya, perlu diakomodir dalam pembuatan suatu model. Oleh sebab itu, penggunaan
model regresi spasial diharapkan mampu menghasilkan model gizi buruk balita yang spesifik
di setiap daerah sehingga hasilnya diharapkan mampu memberi informasi serta masukan
yang positif bagi pemerintah dalam menekan jumlah gizi buruk di Surabaya.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka permasalahan yang
akan dibahas dalam penelitian ini adalah. Bagaimana model gizi buruk pada balita di Kota
Surabaya dengan Spatial Autoregressive Model (SAR) serta faktor-faktor apa saja yang
berpengaruh.
1.3 Tujuan
Berdasarkan permasalahan yang muncul, dapat dirumuskan tujuan penelitian ini
adalah. Mendapatkan model dan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi gizi buruk
pada balita di Surabaya dengan Spatial Autoregressive Model (SAR).
1.4 Manfaat
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah mengembangkan dan
mengaplikasikan ilmu statistika, khususnya tentang pemodelan spasial. Selain itu
memberikan metode alternatif untuk penyelesaian masalah yang melibatkan analisis regresi.
Bagi pemerintah Surabaya, diharapkan bisa memberikan informasi dalam mengambil
kebijakan-kebijakan untuk meminimalkan jumlah gizi buruk pada balita di kota Surabaya
dengan mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi terlebih dahulu
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI
Zat gizi (nutrien) adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk melakukan
fungsinya, yaitu menghasilkan energi, membangun dan memelihara jaringan, serta mengatur
proses-proses kehidupan. Makanan setelah dikonsumsi mengalami proses pencernaan. Bahan
makanan diuraikan menjadi zat gizi atau nutrien. Zat tersebut selanjutnya diserap melalui
dinding usus dan masuk kedalam cairan tubuh.
Menurut Depkes (2002), status gizi merupakan tanda-tanda penampilan seseorang akibat
keseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran zat gizi yang berasal dari pangan yang
dikonsumsi pada suatu saat berdasarkan pada kategori dan indikator yang digunakan.
Dalam menetukan klasifikasi status gizi harus ada ukuran baku yang sering disebut reference.
Baku antropometri yang sering digunakan di Indonesia adalah World Health Organization –
National Centre for Health Statistic (WHO-NCHS). Berdasarkan baku WHO - NCHS status
gizi dibagi menjadi empat :
1. Gizi lebih untuk over weight, termasuk kegemukan dan obesitas.
2. Gizi baik untuk well nourished.
3. Gizi kurang untuk under weight yang mencakup mild dan moderat, PCM (Protein Calori
Malnutrition)/ disebut juga Protien Energi Malnutrisi ( PEM ) atau (MEP) Malnutrisi
Energi dan Protein.
4. Gizi buruk untuk severe PCM, termasuk marasmus, marasmik-kwasiorkor dan
kwasiorkor.
a. Marasmus yaitu keadaan kurang kalori.
b. Kwarshiorkor ialah defisiensi protein yang disertai defisiensi nutrien lainnya yang biasa
dijumpai pada bayi masa disapih dan anak prasekolah (balita).
c. Marasmus kwashiorkor yaitu keadaan peralihan antara marasmus dan kwashiorkor.
Klasifikasi MEP ditetapkan dengan patokan perban dingan berat badan terhadap umur
anak sebagai berikut:
1. Berat badan 60-80% standar tanpa edema : gizi kurang (MEP ringan).
2. Berat badan 60-80% standar dengan edema : kwashiorkor (MEP berat).
5
3. Berat badan <60% standar tanpa edema : marasmus (MEP berat).
4. Berat badan <60% standar dengan edema : marasmik kwashiorkor (MEP berat).
B. ANATOMI FISIOLOGI GIZI BURUK
Anatomi Fisiologi Sistem Pencernaan.
Alat-alat pencernaan terdiri atas saluran pencernaan dan kelanjar pencernaan. Saluran
pencernaan memanjang mulai dari mulut hingga anus. Alat-alat yang membentuk saluran
pencernaan terdiri atas:
1. Mulut, didalamnya terdapat alat-alat berupa gigi, lidah dan kelenjar air liur.
2. Tekak atau faring, penghubung rongga mulut dengan kerongkongan, pada bagian ini
terdapat persimpangan antara saluran pencernaan dan saluran pernapasan.
3. Kerongkongan atau oesofagus, saluran memanjang yang menghubungkan tekak dengan
lambung/ gaster.
4. Lambung atau gaster, pembesaran saluran pencernaan yang membentuk kantong.
5. Usus halus terdiri atas usus dua belas jari atau duodenum, usus kosong atau yeyenum,
usus penyerapan atau ileum.
6. Seikum.
7. Usus besar
8. Anus
6
C. ETIOLOGI
1. Agen
a. Makanan tidak seimbang
b. Penyakit infeksi yang mungkin di derita anak.
c. Tidak cukup tersedia pangan atau makanan di keluarga
d. Pola pengasuhan anak yang tidak memadai
e. Keadaan sanitasi yang buruk dan tidak tersedia air bersih
f. Pelayanan kesehatan dasar yang tidak memad
2. Host
a. Berat Badan Lahir Anak Balita
b. Status Imunisasi
Tujuan imunisasi adalah mencegah penyakit dan kematian anak balita yang
disebabkan oleh wabah yang sering terjangkit, artinya anak balita yang telah
memperoleh imunisasi yang lengkap sesuai dengan umurnya otomatis sudah
memiliki kekebalan terhadap penyakit tertentu maka jika ada kuman yang masuk
ketubuhnya secara langsung tubuh akan membentuk antibodi terhadap kuman
tersebut.
a. Status ASI Eksklusif
ASI mengandung gizi yang cukup lengkap untuk kekebalan tubuh bayi.
Keunggulan lainnya, ASI disesuaikan dengan sistem pencernaan bayi sehingga
zat gizi cepat terserap. Berbeda dengan susu formula atau makanan tambahan
yang diberikan secara dini kepada bayi. Susu formula sangat susah diserap usus
bayi sehingga dapat menyebabkan susah buang air besar pada bayi. Proses
pembuatan susu formula yang tidak steril menyebabkan bayi rentan terkena diare.
Hal ini akan menjadi pemicu terjadinya kurnag gizi pada anak.
b. Pemberian Kolostrum
c. Tingkat pendidikan Ibu
Latar belakang pendidikan seseorang merupakan salah satu unsur penting yang
dapat mempengaruhi keadaan gizi karena dengan tingkat pendidkan yang lebih
tingggi diharapkan pengetahuan atau informasi tentang gizi yang dimiliki menjadi
lebih baik.
7
d. Pengetahuan Gizi Ibu
Pengetahuan tentang gizi sangat diperlukan agar dapat mengatasi masalah yang
timbul akibat konsumsi gizi. Wanita khususnya ibu sebagai orang yang
bertanggung jawab terhadap konsumsi makanan bagi keluarga, ibu harus
memiliki pengetahuan tentang gizi baik melalui pendidikan formal maupun
informal.
e. Pekerjaan Ibu
Meningkatnya kesempatan kerja wanita dapat mengurangi waktu untuk tugas-
tugas pemeliharaan anak, kurang pemberian ASI.
f. Jumlah Anak dalam Keluarga
Hubungan antara laju kelahiran yang tinggi dan kurang gizi, sangat nyata pada
masing-masing keluarga. Sumber pangan keluarga terutama mereka yang sangat
miskin, akan lebih mudah memenuhi makanannya jika yang harus diberi makan
jumlahnya sedikit. Anak-anak yang tumbuh dalam suatu keluarga miskin adalah
paling rawan terhadap kurang gizi diantara seluruh anggota keluarga dan anak
yang paling kecil biasanya paling terpengaruh oleh kekurangan pangan.
g. Penyakit Infeksi
Gizi kurang menghambat reaksi imunologis dan berhubungan dengan tingginya
prevalensi dan beratnya penyakit infeksi. Penyakit infeksi pada anak-anak yaitu
Kwashiorkor atau Marasmus sering didapatkan pada taraf yang sangat berat.
Infeksi sendiri mengakibatkan penderita kehilangan bahan makanan melalui
muntah-muntah dan diare.
8
D. TANDA DAN GEJALA
KWASHIORKOR MARASMUS
Nafsu makan buruk
Diare seing
Pandangan mata sayu
Rambut tipis. Kemerahan seperti warna
jagung, mudah di cabut tanpa rasa sakit,
rontok
Perubahan status mental, apatis, rewel
Kelainan kulit berupa bercak merah muda
yang meluas dan berubah warna menjadi
coklat kehitaman dan terkelupas (crazy
pavement dermatosis)
Sering mengalami monface
Pembesaran hati, limfa, usus besar/colon
sering karena proses perlemakan
Nafsu makan baik
Sering diare
Perubahan kulit jarang
Perubahan rambut jarang
Monface jarang
Pembesaran hati, limfa, usus besar/colon
jarang
E. PATOFISIOLOGI
Sebenarnya malnutrisi merupakan suatu sindrom yang terjadi akibat banyak faktor.
Faktor-faktor ini dapat digolongkan atas tiga faktor penting yaitu : tubuh sendiri (host), agent
(kuman penyebab), environment (lingkungan). Memang faktor diet (makanan) memegang
peranan penting tetapi faktor lain ikut menentukan. Gopalan menyebutkan marasmus adalah
compensated malnutrition.
Dalam keadaan kekurangan makanan, tubuh selalu berusaha untuk mempertahankan
hidup dengan memenuhi kebutuhan pokok atau energi. Kemampuan tubuh untuk
mempergunakan karbohidrat, protein dan lemak merupakan hal yang sangat penting untuk
mempertahankan kehidupan; karbohidrat (glukosa) dapat dipakai oleh seluruh jaringan tubuh
sebagai bahan bakar, sayangnya kemampuan tubuh untuk menyimpan karbohidrat sangat
sedikit, sehingga setelah 25 jam sudah dapat terjadi kekurangan. Akibatnya katabolisme
protein terjadi setelah beberapa jam dengan menghasilkan asam amino yang segera diubah
jadi karbohidrat di hepar dan di ginjal. Selama puasa jaringan lemak dipecah jadi asam
9
lemak, gliserol dan keton bodies. Otot dapat mempergunakan asam lemak dan keton bodies
sebagai sumber energi kalau kekurangan makanan ini berjalan menahun. Tubuh akan
mempertahankan diri jangan sampai memecah protein lagi setelah kira-kira kehilangan
separuh dari tubuh.
F. PATHWAY
10
G. KLASIFIKASI GIZI BURUK
Terdapat 3 tipe gizi buruk adalah marasmus, kwashiorkor, dan marasmus-
kwashiorkor. Perbedaan tipe tersebut didasarkan pada ciri-ciri atau tanda klinis dari
masing-masing tipe yang berbeda-beda.
1. Marasmus
Marasmus adalah gangguan gizi karena kekurangan karbohidrat. Gejala yang timbul
diantaranya muka seperti orangtua (berkerut), tidak terlihat lemak dan otot di bawah kulit
(kelihatan tulang di bawah kulit), rambut mudah patah dan kemerahan, gangguan kulit,
gangguan pencernaan (sering diare), pembesaran hati dan sebagainya. Anak tampak sering
rewel dan banyak menangis meskipun setelah makan, karena masih merasa lapar. Berikut
adalah gejala pada marasmus adalah (Depkes RI, 2000) :
a. Anak tampak sangat kurus karena hilangnya sebagian besar lemak dan otot-
ototnya, tinggal tulang terbungkus kulit
b. Wajah seperti orang tua
c. Iga gambang dan perut cekung
d. Otot paha mengendor (baggy pant)
e. Cengeng dan rewel, setelah mendapat makan anak masih terasa lapar
2. Kwashiorkor
Penampilan tipe kwashiorkor seperti anak yang gemuk (suger baby), bilamana dietnya
mengandung cukup energi disamping kekurangan protein, walaupun dibagian tubuh lainnya
terutama dipantatnya terlihat adanya atrofi. Tampak sangat kurus dan atau edema pada
kedua punggung kaki sampai seluruh tubuh
a. Perubahan status mental : cengeng, rewel, kadang apatis
b. Rambut tipis kemerahan seperti warna rambut jagung dan mudah dicabut, pada
penyakit kwashiorkor yang lanjut dapat terlihat rambut kepala kusam.
c. Wajah membulat dan sembab
d. Pandangan mata anak sayu
e. Pembesaran hati, hati yang membesar dengan mudah dapat diraba dan terasa
kenyal pada rabaan permukaan yang licin dan pinggir yang tajam.
f. Kelainan kulit berupa bercak merah muda yang meluas dan berubah menjadi
coklat kehitaman dan terkelupas
11
3. Marasmik-Kwashiorkor
Adapun marasmic-kwashiorkor memiliki ciri gabungan dari beberapa gejala klinis
kwashiorkor dan marasmus disertai edema yang tidak mencolok.
H. KOMPLIKASI
Pada penderita gangguan gizi sering terjadi gangguan asupan vitamin dan mineral.
Karena begitu banyaknya asupan jenis vitamin dan mineral yang terganggu dan begitu
luasnya fungsi dan organ tubuh yang terganggu maka jenis gangguannya sangat banyak.
Pengaruh KEP bisa terjadi pada semua organ sistem tubuh. Beberapa organ tubuh yang
sering terganggu adalah saluran cerna, otot dan tulang, hati, pancreas, ginjal, jantung,
dan gangguan hormonal.
Anemia gizi adalah kurangnya kadar Hemoglobin pada anak yang disebabkan karena
kurangnya asupan zat Besi (Fe) atau asam Folat. Gejala yang bisa terjadi adalah anak
tampak pucat, sering sakit kepala, mudah lelah dan sebagainya. Pengaruh sistem hormonal
yang terjadi adalah gangguan hormon kortisol, insulin, Growht hormon (hormon
pertumbuhan) Thyroid Stimulating Hormon meninggi tetapi fungsi tiroid menurun.
Hormon-hormon tersebut berperanan dalam metabolisme karbohidrat, lemak dan tersering
mengakibatkan kematian (Sadewa, 2008).
Mortalitas atau kejadian kematian dapat terjadi pada penderita KEP, khususnya pada
KEP berat. Beberapa penelitian menunjukkan pada KEP berat resiko kematian cukup besar,
adalah sekitar 55%. Kematian ini seringkali terjadi karena penyakit infeksi (seperti
Tuberculosis, radang paru, infeksi saluran cerna) atau karena gangguan jantung mendadak.
Infeksi berat sering terjadi karena pada KEP sering mengalami gangguan mekanisme
pertahanan tubuh. Sehingga mudah terjadi infeksi atau bila terkena infeksi beresiko
terjadi komplikasi yang lebih berat hingga mengancam jiwa (Nelson, 2007).
1. Perubahan Berat Badan
Berat badan merupakan ukuran antropometrik yang terpenting, dipakai pada
setiap kesempatan memeriksa kesehatan anak pada semua kelompok umur. Berat badan
merupakan hasil peningkatan/penurunan semua jaringan yang ada pada tubuh, antara lain
tulang, otot, lemak, cairan tubuh dan lain-lainnya. Berat badan dipakai sebagai
indikator terbaik pada saat ini untuk mengetahui keadaan gizi dan tumbuh kembang
anak, sensitif terhadap perubahan sedikit saja, pengukuran objektif dan dapat diulangi,
12
dapat digunakan timbangan apa saja yang relatif murah, mudah dan tidak memerlukan
banyak waktu. Indikator berat badan dimanfaatkan dalam klinik untuk :
a) Bahan informasi untuk menilai keadaan gizi baik yang akut, maupun kronis,
tumbuh kembang dan kesehatan
b) Memonitor keadaan kesehatan, misalnya pada pengobatan penyakit
c) Dasar perhitungan dosis obat dan makanan yang perlu diberikan.
2. Penilaian status gizi secara Antropometri
Penilaian status gizi terbagi atas penilaian secara langsung dan penilaian secara
tidak langsung. Adapun penilaian secara langsung dibagi menjadi empat penilaian
adalah antropometri, klinis, biokimia dan biofisik. Sedangkan penilaian status gizi
secara tidak langsung terbagi atas tiga adalah survei konsumsi makanan, statistik vital
dan faktor ekologi.
I. MANIFESTASI KLINIS
1. Secara umum anak tampak sembab, letargik, cengeng, dan mudah terangsang. Pada
tahap lanjut anak menjadi apatik, sopor atau koma.
2. Gejala terpenting adalah pertumbuhan yang terhambat, berat dan tinggi badan lebih
rendah dibandingkan dengan BB baku. Penurunana BB ini tidak mencolok atau
mungkin tersamar bila dijumpai edema anasarka.
3. Sebagian besar kasus menunjukkan adanya edema, baik derajat ringan maupun berat.
Edema ini muncul dini, pertama kali terjadi pada alat dalam, kemudian muka, lengan,
tungkai, rongga tubuh, dan pada stadium lanjut mungkin edema anasarka.
4. Jaringan otot mengecil dengan tonusnya yang menurun, jaringan subkutan tipis dan
lembek.
5. Kelainan gastrointestinal yang mencolok adalah anoreksia dan diare. Diare terdapat
pada sebagian besar penderita, yang selain infeksipenyebabnya mungkin karena
gangguan fungsi hati, pankreas, atau usus (atrofi). Intoleransi laktosa juga bisa terjadi.
6. Rambut berwarna pirang, berstruktur kasar dan kaku, serta mudah dicabut. Pada taho
lanjut, terlihat lebih kusam, jarang, kering, halus, dan berwarna pucat atau putih, juga
dikenal signo de bandero.
13
J. PENATALAKSANAAN
Dalam proses pengobatan KEP berat terdapat 3 fase, adalah fase stabilisasi,
fase transisi dan fase rehabilitasi. Petugas kesehatan harus trampil memilih langkah
mana yang cocok untuk setiap fase. Tatalaksana ini digunakan baik pada penderita
kwashiorkor, marasmus maupun marasmik-kwarshiorkor.
1. Tahap Penyesuaian
Tujuannya adalah menyesuaikan kemampuan pasien menerima makanan hingga
ia mampu menerima diet tinggi energi dan tingi protein (TETP). Tahap penyesuaian
ini dapat berlangsung singkat, adalah selama 1-2 minggu atau lebih lama, bergantung
pada kemampuan pasien untuk menerima dan mencerna makanan. Jika berat badan pasien
kurang dari 7 kg, makanan yang diberikan berupa makanan bayi. Makanan utama adalah
formula yang dimodifikasi. Contoh: susu rendah laktosa +2,5-5% glukosa +2% tepung.
Secara berangsur ditambahkan makanan lumat dan makanan lembek. Bila ada, berikan
ASI.
Jika berat badan pasien 7 kg atau lebih, makanan diberikan seperti makanan untuk
anak di atas 1 tahun. Pemberian makanan dimulai dengan makanan cair, kemudian
makanan lunak dan makanan biasa, dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Pemberian energi dimulai dengan 50 kkal/kg berat badan sehari.
b. Jumlah cairan 200 ml/kg berat badan sehari.
c. Sumber protein utama adalah susu yang diberikan secara bertahap dengan
keenceran 1/3, 2/3, dan 3/3, masing-masing tahap selama 2-3 hari. Untuk
meningkatkan energi ditambahkan 5% glukosa, dan
d. Makanan diberikan dalam porsi kecil dan sering, adalah 8-10 kali sehari tiap 2-3 jam.
Bila konsumsi per-oral tidak mencukupi, perlu diberi tambahan makanan lewat
pipa (per-sonde) (RSCM, 2003).
2. Tahap Penyembuhan
Bila nafsu makan dan toleransi terhadap makanan bertambah baik, secara
berangsur, tiap 1-2 hari, pemberian makanan ditingkatkan hingga konsumsi mencapai 150-
200 kkal/kg berat badan sehari dan 2-5 gram protein/kg berat badan sehari.
14
3. Tahap Lanjutan
Sebelum pasien dipulangkan, hendaknya ia sudah dibiasakan memperoleh
makanan biasa yang bukan merupakan diet TETP. Kepada orang tua hendaknya
diberikan penyuluhan kesehatan dan gizi, khususnya tentang mengatur makanan,
memilih bahan makanan, dan mengolahnya sesuai dengan kemampuan daya belinya.
Suplementasi zat gizi yang mungkin diperlukan adalah :
a. Glukosa biasanya secara intravena diberikan bila terdapat tanda-tanda
hipoglikemia.
b. KCl, sesuai dengan kebutuhan, diberikan bila ada hipokalemia.
c. Mg, berupa MgSO4 50%, diberikan secara intra muskuler bila terdapat
hipomagnesimia.
d. Vitamin A diberikan sebagai pencegahan sebanyak 200.000 SI peroral atau
100.000 SI secara intra muskuler. Bila terdapat xeroftalmia, vitamin A diberikan
dengan dosis total 50.000 SI/kg berat badan dan dosis maksimal 400.000 SI.
e. Vitamin B dan vitamin C dapat diberikan secara suntikan per-oral. Zat besi (Fe)
dan asam folat diberikan bila terdapat anemia yang biasanya menyertai
KKP berat.
15
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Tn. N DENGAN KURANG GIZI
I. PENGKAJIAN
Hari / Tanggal : Kamis, 11 Mei 2006
Metode : Wawancara, Observasi, Pemeriksaaan Fisik
Waktu : 10.00 WIB
A. Data Keluarga
1. Identitas Keluarga
1. Nama KK : Tn. N
2. Jenis Kelamin : Laki-laki
3. Umur : 33 Tahun
4. Pendidikan : SLTP
5. Pekerjaan : Buruh
6. Alamat : Rt 07 RW 37, Maguwoharjo, Depok, Sleman
7. Susunan Anggota Keluarga
No. Nama Hubungan Sex Umur Pendidikan Agama Ket.
1. Ny N Ibu P 58 th SLTP Islam
2. An. A Anak Kandung L 9 th SD Islam
3. An. D Anak Kandung P 5 th – Islam
4 An. R Anak Kandung L 3 th – Islam
5 Tn A Keponakan L 20 th SLTP Islam
6 Nn. T Keponakan P 25 th SMEA Islam
16
Genogram
Keterangan :
1 : BGM : Laki – laki
: Perempuan : Jantung
: Kanker payudara
: garis perkawinan : garis keturunan
: tinggal dalam satu rumah : meninggal
1. Type Keluarga : Keluarga Eksteded
2. Suku / Kebangsaan : Jawa
3. Agama : Islam
4. Status Sosial Ekonomi
5. Kegiatan Organisasi
Keluarga Tn. N termasuk keluarga yang aktif dalam organisasi di masyarakat. Tn. N ikut
dalam kegiatan pengajian, arisan dll Begitu pula dengan Ny. N aktif dalam kegiatan
kemasyarakat.
17
1. Keadaan Ekonomi
Keluarga Tn. N termasuk keluarga sejahtera III karena keluarga sudah dapat memenuhi
kebutuhan dasarnya dan kebutuhan social psikologinya seperti kebutuhan akan pendidikan,
KB, interaksi dalam keluarga, interaksi dengan lingkungan tempat tinggal dan transportasi,
namun belum dapat memenuhi kebutuhan pengembangan seperti kebutuhan menabung dan
memperoleh informasi.
1. Aktivitas Rekreasi Keluarga
Keluarga jarang mengikuti kegiatan rekreasi keluar rumah, Ny. N Beralasan karena ekonomi
mereka paspasan, sedangkan rekreasi di dalam rumah seperti menonton TV bersama-sama.
Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga
1. Tahap Perkembangan Keluarga : Keluarga dengan anak sekolah
2. Riwayat Keluarga Inti
An. R
An. R sudah menderita BGM sejak kecil hingga berumur 3 tahun dan An. R sering
sakit-sakitan. Dalam penimbangan diketauui bahwa nilai Z-score BB/U untuk an. R adalah –
3,2 ini termasuk dalam kategori BB di bawah garis normal. An. R sewaktu lahir cukup bulan.
Waktu kecil An. R tidak diberi imunisasi lengkap hanya sewaktu lahir. Ny. N, mengatakan
bahwa Ny memang tidak mengimunisasi karena waktu itu keadaannya repot. Dari kecil dan
mulai bayi, anak R sering sakit-sakitan (batuk, pilek). Dalam beberapa hari ini pipinya
bengkak seperti sakit gigi, namun ternyata terdapat benjolan di langit-langit mulutnya.
Ketika dilakukan pemeriksaan fisik didapatkan :
KU : Baik Compos mentis
Tanda-tanda vital : Suhu badan 38o C, RR 24x /menit, Nadi 80x/menit
Kepala : mata, konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik
Wajah : terlihat bengkak pada sebelah pipi kiri
18
Hidung : normal, lubang nares simetris
Telinga : bersih tidak ada kelainan
Mulut : pada langitlangit mulut terdapat benjolan
Leher : tidak ada peningkatan JVP
Thorax : simetris, pernafasan vesikuler
Abdomen : supel, H/L ttb, peristaltic usus (+)
Ektremitas : kedua ekstremitas tidak ada kelainan
TB : 78 cm
BB : 10 Kg
LLA : 13 cm
LK : 46 cm
LD : 46 cm
An. D
An. D jarang sekali sakit, namun saat di timbang berat badannya kuang dari normal
yang seharusnya 19,2 hanya 12 kg. Dalam perhitungan status gizi an. D termasuk dalam
status gizi kurang dengan nilai Z-skore BB/U adalah -3,3.
Ketika dilakukan pemeriksaan fisik didapatkan :
KU : Baik Compos mentis
Tanda-tanda vital : Suhu badan 37,5o C, RR 16x /menit, Nadi 76x/menit
Kepala : mata, konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik
19
Wajah : terlihat bengkak pada sebelah pipi kiri karena sakit gigi.
Hidung : normal, lubang nares simetris
Telinga : bersih tidak ada kelainan
Mulut : dalam batas normal, gigi terdapat caries.
Leher : tidak ada peningkatan JVP
Thorax : simetris, pernafasan vesikuler
Abdomen : supel, H/L ttb, peristaltic usus (+)
Ektremitas : kedua ekstremitas tidak ada kelainan
TB : 88 cm
BB : 12 Kg
LLA : 14 cm
LK : 47 cm
LD : 47 cm
20
B. Pola Kesehatan Keluarga
1. 1. Kebersihan Diri
Kebiasaan personal hygiene keluarga untuk mandi biasanya 2-3 x sehari dengan sabun dan
gosok gigi. Cuci tangan sebelum dan sesudah makan.
1. 2. Penyakit Yang Pernah Diderita
Riwayat Penyakit Dahulu
Ny N mengatakan bahwa An. R memang dari kecil sering sakit-sakitan dan sudah menderita
kurang berat badannya sejak kecil.
Riwayat Penyakit Keturunan
Saat di konformasi untuk riwayat penyakit jantung di derita oleh ayah dari suami serta untuk
diabetes mellitus, ginjal, tidak di temukan ada penyakit keturunan.
Riwayat Penyakit Kronis
An. A menderita BGM (Bawah Garis Merah) sejak bayi kecil dan an. D juga dengan status
gizi kurang.
1. 3. Pola Nutrisi
Kebiasaan keluarga untuk makan dan minum setiap anggota keluarga tidak sama. Tn. N
makan 3 kali sehari dan minum yang tidak tentu tergantung dari aktivitas yang di lakukan
oleh Tn. N biasanya 5-10 gelas perhari. Untuk Ny.N juga tidak pasti kadang lebih 3 kali
karena harus menghabiskan makanan anaknya dan untuk minum juga tidak tentu antara 5-8
gelas sehari. Untuk anak-anak juga tidak pasti mereka akan makan jika lapar namun
biasanya mereka minimal makan 3 kali sehari dan untuk si bungsu (An R) jarang sekali
makan pada waktu sakit, namun jika sehat terkadang 4-5 kali sehari dengan di dukung lauk
yang di sukai. Kebiasaan minum anak-anak tergantung aktivitas, ketika aktivitasnya banyak
minumnya bisa lebih dari 6 gelas sehari biasanya berupa air putih, air teh dan susu.
21
1. 4. Pola Istirahat
Sebisa mungkin Keluarga Tn. N ini tidur siang. Untuk Tn. N tidak tidak siang karena harus
bekerja. Untuk anak dan istri biasanya mereka tidur siang antar pukul 13.00 – 15.00 WIB.
Untuk tidur malam biasanya anak-anak mulai tidur pukul 21.00 WIB. Ny.N tidur pada pukul
22.00 – 05.00 WIB sedangkan untuk Tn. N tidur pada pukul 23.00 – 05.00 WIB, begitu pula
An. A dan An. D tidur sebelum pukul 21.00 dan bangun pada pukul 05.30.
1. 5. Pola Eliminasi
Tn. N biasa BAB 1X/hari, BAK tergantung banyaknya air yang di minum kalau minumnya
banyak BAK bisa lebih dari 3 X. Ny. BAB 1 x/hari dan untuk BAK 2-3 kali sehari. Untuk
anak-anak tidak pasti An. E BAB 1 kali sehari, BAK 2-3 kali/hari. An D BAB 2 kali/hari,
BAK 3-4 kali sehari. An. R masih toilet traning BABnya tidak pasti kadang 3 hari sekali,
untuk BAK 3-5 kali/hari.
1. 6. Pola Aktivitas
Kegiatan yang biasa Tn. N lakukan adalah bekerja sebagai buruh. sedangkan Ny. N bisanya
bekerja sebagai buruh pada malam hari dan siangnya mengurus anak-anaknya. Untuk anak
pertamanya sudah sekolah di SD untuk anak ke 2 di TK dan anak 3 masih dalam pengawasan
karena masih balita.
1. 7. Kesehatan Reproduksi
Tn. N mempunyai 3 orang anak yang masih duduk di sekolah dasar. Tn. N sudah tidak
pernah melakukan hubungan seksual lagi karena jika sudah pulang kerja capek dan juga
karena beliau beranggapan sudah tua.
1. 8. Sumber Pelayanan Kesehatan Yang Biasa Digunakan Keluarga
Keluarga Tn. N jarang sekali dan hampir tidak pernah berobat ke puskesmas terdekat, mereka
biasanya ke dokter terdekat karena mereka Ny,. N merasa repot tidak ada waktu untuk ke
puskesmas selain itu kendaraan juga tidak ada. Karena anak-anaknya masih kecil, Ny. N
memanfaatkan posyandu untuk memeriksakan anaknya setiap bulan.
22
C. Pengkajian Lingkungan
1.) Kharakteristik Rumah
Rumah Tn. N merupakan rumah milik pribadi dengan ukuran kurang lebih 60 m2. Termasuk
rumah permanen, berdinding tembok lantainya dari semen. Mempunyai 1 ruang tamu, 3
kamar tidur, 1 dapur, 1 kamar mandi dan WC. Ventilasi rumah sudah mencukupi 10% dari
total bangunan dan lingkungannya tampak sedikit kotor.
1. a. Denah Rumah
Keterangan
A : ruang tamu
B : kamar I
C : kamar II
D : dapur
1. b. Pembuangan Air Kotor
Ada septic tank dan pembuangan air limbah rumah tangga dengan kontruksi semi permanen
yang terletak di belakang rumah. Saluran limbah menggunakan saluran limbah terbuka.
1. c. Pembuangan Sampah
Pembuangan sampah keluarga biasanya di letakkan ke dalam plastik kresek dan tidak di
bedakan antara sampah terurai dan tidak terurai kemudian di buang ke lubanng sampah yang
terletak di belakang rumah.
D
B A
C
23
1. d. Sanitasi
Lingkungan rumah Tn. N tampak sedikit kotor dan berdebu, tidak memiliki pekarangan,
rumah karena sudah berbatasan denngan jalan kampung.
1. e. Jamban Keluarga
Mempunyai jamban keluarga yang digunakan untuk ke tiga rumah dengan bentuk leher angsa
dan terletak di luar rumah.
1. f. Sumber Air Minum
Keluarga memanfaatkan air sumur yang terletak di luar rumah dengan jarak antara sumur
dengan jamban kurang dari 10 meter. Ini di sebabkan karena tidak ada pekarangan atau
halaman lagi yang bias di manfaatkan.
2.) Kharakteristik Tetangga dan Komunitas RW
Tetangga Tn. N termasuk tetangga yang baik, rasa kekeluargaan dan kegotong royongan
tinggi dan selalu siap membantu keluarga Tn. N.
3.) Mobilitas Geografi Keluarga
Keluarga Tn. N sudah lama tinggal di rumah tersebut tidak pernah pindah.
4.) Sistem Pendukung Keluarga
Keluarga selalu mendapat dukungan oranng tuanya dan saudara-saudaranya, namun dari
keluarga belum mendapatkan dukungan karena anak-anaknya masih kecil. Bila ada masalah
kesehatan keluarga Tn. N selalu selalu di bawa ke dokter langganan mereka
1. a. Jarak Untuk Pelayanan Kesehatan Terdekat
§ puskesmas : kurang lebih 3 km
§ puskesmas pembantu : kurang lebih 5 km
§ rumah sakit : kurang lebih 10 km
§ posyandu : kurang lebih 200 m
24
1. b. Fasilitas Sosial
§ masjid/mushola : kurang lebih 200 m
§ pasar : kurang lebih 1 km
D. Struktur Keluarga
§ Cara Berkomunikasi Anggota Keluarga
Dalam kehidupan sehari-hari keluarga berkomunikasi dengan bahasa jawa. Keluarga Tn. N
merupakan keluarga yang terbuka, bila ada masalah selalu dikomunikasikan bersama,
§ Struktur Kekuatan Keluarga
Struktur kekuatan keluarga cenderung bersifat afektif, kekuasaan / sifat merubah perilaku
keluarga timbul karena ada perasaan saling menyayangi. Dalam pengambilan keputusan
dimusyawarahkan. Sebagai pengambil keputusan setelah sependapat adalah Tn. N sebagai
kepala keluarga.
§ Struktur Peran
Peran Tn. N sebagai suami dan tulang punggung keluarga. Ny N sebagai istri dan sebagai ibu
dari anak-anaknya dan apabila malam menjelang membantu suami mencukupi kebutuhan
sehari-hari denngan menjadi buruh cuci di perumahan..
§ Nilai dan Norma Keluarga
Dalam keluarga tidak ada nilai dan norma khusus yang mengikat anggota keluarga. Untuk
masalah kesehatanpun dalam keluarga tidak ada praktik yang harus dilakukan semua anggota
keluarga. Sistem nilai yang dianut keluarga dipengaruh status sosial, agama.
25
E. Fungsi Keluarga
§ Fungsi Afektif
Hubungan dalam keluarga Tn. N terjalin akrab, antara satu dengan yang lain saling
mendukung, menghormati, membantu bila ada masalah.
§ Fungsi Perawatan Keluarga
1. 1. Kemampuan Keluarga Mengenal Masalah
Keluarga sudah tahu bahwa anak R berada pada kondisi kurang berat badannya, keluarga
mengetahui dari posyandu dan waktu kecil tidak lengkap imunisasinya. Keluarga mengetahui
ketidaklengkapan imnunisasi, namun waktu itu dalam kondisi repot sehabis pindahan dan
mengurus anaknya yang nomer 2 sehingga tidak ada waktu ke fasilitas kesehatan sehingga
anaknya tidak mendapatkan imunisasi.
1. 2. Kemampuan Keluarga Mengambil keputusan
Masalah yang terjadi pada keluarga ini sebenarnya sudah tahu, namun untuk mengambil
keputusan yang belum optimal. Dibuktikan dengan tidak lengkapnnya imunisasi anak.
1. 3. Kemampuan Keluarga Merawat Anggota Keluarga Yang Sakit
Keluarga belum maksimal merawat anggota yang sakit. Ini di buktikan bahwa an. R masih
berada di bawah garis merah pada KMSnya. Dengan usia 3,5 tahun anak mempunyai berat
badan 9 kg. Sewaktu pengkajian pertama di dapatkan data bahwa An. R menderita panas dan
terdapat bengkak pada langit-langit mulutnya sudah 1 mingu belum sembuh.
Waktu minggu ke dua nak eduanya sakit gigi dan hanya di kasih ponstan.
1. 4. Kemampuan Keluarga Memelihara Lingkungan Rumah
Pemanfaatan rumah Ny T belum maksimal. Keluarga menyadari pentingnya kebersihan
lingkungan terhadap kesehatan, meskipun menyadari namun belum di laksanakan secara
maksimal. Rumah masih tampak berdebu, apabila hujan air masuk karena struktur rumah
tidak tertutup semua. Depan rumah sudah jalan raya sehingga banyak sekali denu-debu yang
26
berterbanngan. Halaman rumah tidak bias di manfaatkan hanya pot-pot kecil sebagi
penambah indahny pemandangan.
1. 5. Kemampuan Keluarga Memanfaatkan Fasilitas Kesehatan
Fasilitas yang di gunakan keluarga Tn. N adalah ke dokter terdekat dan menfaatkan kartu
jamsostek serta ke posyandu.
§ Fungsi Reproduksi
Tn. N mempunyai 3 orang anak, salah satunya masih dalam usia sekolah dan anak kedua
sekolah di TK serta anak ketiga masih balita
§ Fungsi Sosialisasi
Interaksi dalam keluarga terjalin dengan akrab. Dengan masyarakat juga akrab, saling tolong
menolong bila ada masalah.
§ Fungsi Ekonomi
Tn. N sudah mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan membiayai sekolah
anak-anaknya.. Untuk Ny. N juga bekerja di malam hari sebagi buruh cuci. Untuk masalah
ekonomi mereka berangapan sudah cukup hidup seperti ini walaupun pas-pasan namun jika
di turuti masih kurang.
F. Stres dan Koping Keluarga
§ Strategi Koping
Keluarga merasa apa yang terjadi merupakan kehendak Tuhan, Keluarga hanya bisa pasrah.
Bila ada masalah tidak dibuat tegang agar tidak stress berusaha berpikir dengan pikiran
dingin dan lebih santai.
§ Status Emosi
Tn. N termasuk orang yang tidak mudah untuk stress begitu juga Ny. N.
27
G. Persepsi Keluarga Terhadap Masalah
Keluarga mengganggap apa yang terjadi pada An. R adalah biasa namun segera mendapatkan
penanganan. Keluarga akan mencari pelayanan kesehatan ketika ada anggota keluarga yang
mempunyai keluhan atau mereka akan mencari dokter terdekat atau langganan untuk
berobat.Keluarga ini juga membeli obat di warung dan juga menggunakan jamu tradisional.
II. ANALISA DATA
No. Data Masalah Penyebab Tipology
1. DS
o Ny. N mengatakan bahwa An. R
sewaktu sakit sulit makannya.
o Ny. N mengatakan bahwa saat
ini an. R sedang sakit panas dan
terdapat bengkak pada langit-langit
mulutnya sudah berlangsung 1
minggu.
o Ny. N tidak membawa ke
puskesmas namun ke dokter
terdekat dan di kasih bodrekxin.
o Ny. N tidak tahu penyebab sakit
anaknya.
o Ny. N mengatakan bahwa pipi
an. R kemaren bengkak sehingga
di salonpas.
DO
o Rewel
Manajemen
terapeutik
keluarga tidak
efektif
o Ketidakmampuan
mengenal masalah
o Ketidakmampuan
keluarga untuk
merawat keluarga
yang sakit.
Actual
28
o Suhu badan 38O C
o Terdapat bengkak berwarna
merah pada langit-langit mulut
o Pada pipi tertempel salonpas
2. DS:
o Ny. N mengatakan BB anaknya
9,5 kg.
o Ny. N mengatakan An. R sejak
kecil sudah sakit-sakitan dan
badannya selalu kecil
o Ny. N sudah berusaha dengan
datang ke posyandu setiap
bulannya untuk mengontrol
anaknya.
o Ny. N tidak nanpu membawa
beobat ke bidan karena tersangkut
masalah biaya
o Ny. N mengatakan bahwa An. D
tidak pernah sakit, jika sakit hanya
di kerok dan di beri obat dari
warung.
o Ny. N setelah tidak terdaftar
dalam posyandu jarang dan hampir
tidak pernah menimbang an. D lagi
o Ny. N tidak tahu BB an. D
Resiko
ketidakseimbanga
n pertumbuhan
o Ketidakmampuan
keluarga mengenal
masalah
o Ketidakmampuan
keluarga merawat
anggota keluarga
yang sakit
Actual
29
DO:
Anak R
o BB 10kg
o LLA 13 cm
o LK 46 cm
o LD 46 cm
o Berada pad BGM di KMS
Anak D
o BB 12 Kg
o LLA 14
o LK 47 cm
o LD 47 cm
o Z-score BB/U di bawah garis
normal: -3,3
3. DS
o Ny. N menngatakan masih
menyusui an. R karena masih iba
terhadap anaknya.
o Ny. N mengatakan ankanya
sekarang berumur 3 tahun 5 bulan.
o Ny. N akan menyapihnya apabila
Manajemen
terapeutik
keluarga tidak
efektif
o Ketidakmampuan
keluarga
mengambil
keputusan
Actual
30
anaknya sudah sehat.
o Ny. N belum melakukan upaya
untuk menyapih anaknya.
o Ny. N mengatakan bahwa
anaknya juga minum susu dan juga
air putih.
DO
o An. R masih menyusu ASI
4 DS
o Ny. N mengatakan An. R
Imunisasinya tidak lengkap cuma
sewaktu lahir saja yang di
karenakan kerepotan Ny. N dan
jauhnya fasilitas kesehatan selain
itu juga karena tidak ada yang
mengantar karena kendaraan yang
tidak ada.
o Ny. N sekarang mnyesal tidak
mengimunisasi An. R sewaktu
kecil
o Ny. N berusaha mengimunisasi
sesudah anak R besar.
DO
Ketidakefektifan
penatalaksanaan
terapeutik
keluarga.
o Ketidakmampuan
keluarga mengenal
masalah
o Ketidakmampuan
keluarga
mengambil
keputusan
o Ketidakmampuan
keluarga
menggunkan
fasilitas kesehatan
Actual
5 o Ny. Mengatakan bahwa An. D
sakit gigi sampai bengkak pipinya.
Nyeri akut o Ketidakmampuan
mengenal masalah
Actual
31
o Ny. N sudah membelikan obat
ponstan untuk anaknya
o Ny. N tidak memeriksakan ke
pelayanan kesehatan karena di
anggap wajar dan nantinya sembuh
sendiri
o Ny. N mengatakan bahwa sudah
membersihkan gigi anaknya
dengan di sikat.
DO
o Bengakak pada pipi An D
o Gigi berlubang
o Ketidakmampuan
mengambil
keputusan
o Ketidakmampuan
menggunkan
fasilitas kesehatan
III. SKALA PRIORITAS MASALAH
Diagnosa I
Ketidak efektifan manajemen keluarga berhubungan dengan Ketidakmampuan mengenal
masalah
Ketidakmampuan keluarga untuk merawat keluarga yang sakit
No Kriteria Hitungan Skor Pembenaran
1.
Sifat Masalah :
actual
3/3 X 1 1 Ny. N mengatakan bahwa saat ini anak. R
sedang sakit panas dan terdapat bengkak pada
langit-langit mulutnya sudah berlangsung 1
minggu suhu badan anak R 38o.
2. Kemungkinan
masalah dapat
diubah: Sebagian
½ X 2 1 Tehnologi kesehatan yang berkembang pesat,
sumber daya dan dana yang terbatas,
pemahaman keluarga tentang penyakit terbatas ,
32
waktu dan tenaga yang hamper tidak ada serta
ketidakmauan keluarga dalam hal transportasi
3.
Potensial masalah
untuk dicegah:
tinggi
3/3 X 1 1 Masalah ini belum lama terjadi dan keluarga
sudah berupaya merawat dan mengobati sendiri
anggota yang sakit dengan memeriksakan diri
ke dokter terdekat
4.
Menonjolnya
masalah: masalah
perlu segera
ditangani
2/2 X 1 1 Keluarga merasa masalah harus segera ditangani
agar An. R cepat sembuh
Jumlah 4
Diagnosa 2:
o Resiko ketidakseimbangan pertumbuhan berhubungan dengan Ketidakmampuan
keluarga mengenal masalah, Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga
yang sakit
No Kriteria Hitungan Skor Pembenaran
1.
Sifat Masalah : resiko 2/3 X 1 2/3 Ny N mengatakanbawa anaknya
dari kecil nerat badannya kurang
( dalam usia 3 tahun BBnya 9,5
Kg). dan anak D dengan BB 12 kg.
2.
Kemungkinan masalah
dapat diubah: Sebagian
½ X 2 1 Sumber daya keluarga segian ada,
fasilitas kesehatan dekat, dana
keluarga kurang, waktu dan tenaga
hampir tidak ada, ketidakmampuan
dalam transportasi
3.
Potensial masalah untuk
dicegah: Tinggi
3/3 X 1 1 Masalah ini sudah lama,
memanfaatkan fasilitas kesehatan
(posyandu), berusaha memenuhi
kecukupan gizi keluarga.
33
4.
Menonjolnya masalah:
masalah perlu segera
ditangani
2/2 X 1 1 Keluarga menginkan agar An. R
segera normal badannya.
Jumlah 3 2/3
Diagnosa 3:
o Manajemen terapeutik keluarga tidak efektif behubungan dengan
Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan
No Kriteria Hitungan Skor Pembenaran
1.
Sifat Masalah : resiko 2/3 X 1 2/3 Ny. N mengatakan An. R masih
menyusu ASI walupun umurnya
sudah 3 thaun 5 bulan dan belum di
sapih.
2.Kemungkinan masalah
dapat diubah: mudah
2/2 X 2 2 Waktu dan tenaga ada,
3.
Potensial masalah untuk
dicegah: Tinggi
3/3 X 1 1 Masalah ini sudah lama,
memanfaatkan fasilitas kesehatan
(posyandu), sumber daya tenaga
dan waktu ada.
4.
Menonjolnya masalah: ada
masalah tidak segera
ditangani
1/2 X 1 1/2 Keluarga menginginkan agar segera
tidak menyusui lagi An. R namun
masih iba melihatr kondisi an. R
sehinga masih di susui.
Jumlah 4 1/6
Diagnosa 4
Nyeri akut berhubungan dengan Ketidak mampuan keluarga mengenal masalah,
ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan, ketidakmampuan keluarga menggunkan
fasilitas kesehatan
No Kriteria Hitungan Skor Pembenaran
1.Sifat Masalah : Actual 3/3 X 1 1 An. D sedang sakit gigi dan pipinya
bengkak.
2. Kemungkinan masalah ½ X 2 1 Tehnologi kesehatan yang
34
dapat diubah: Sebagian berkembang pesat, sumber daya
dan dana yang terbatas, pemahaman
keluarga tentang penyakit terbatas ,
waktu dan tenaga yang hamper
tidak ada serta ketidakmauan
keluarga dalam hal transportasi
3.
Potensial masalah untuk
dicegah: tinggi
3/3 X 1 1 Masalah ini belum lama terjadi dan
keluarga sudah berupaya merawat
dan mengobati sendiri anggota yang
sakit dengan memeriksakan diri ke
dokter terdekat
4.
Menonjolnya masalah:
masalah perlu segera
ditangani
2/2 X 1 1 Keluarga merasa masalah harus
segera ditangani agar An. D cepat
sembuh
Jumlah 4
Diagnosa 5
Ketidakefektifan penatalaksanaan terapeutik keluarga berhubungan dengan
Ketidakmampuan mengenal masalah, ketidakmampuan mengambil keputusan,
ketidakmampuan menggunkan fasilitas kesehatan
No Kriteria Hitungan Skor Pembenaran
1.Sifat Masalah : actual 33 X 1 1 An. R hanya di imunisasi saat lahir
saja.
2.
Kemungkinan masalah
dapat diubah: tidak dapat
0/2 X 2 0 sumber daya dan dana yang
terbatas, waktu dan tenaga yang
hamper tidak ada serta
ketidakmauan keluarga dalam hal
transportasi, Anak sudah berusia 3
tahaun.
3.
Potensial masalah untuk
dicegah: rendah
1/3 X 1 1/3 Masalah sudah lama terjadi dan
keluarga sudah berupaya merawat
dan mengobati anggota keluarga,
ana rusah berumur 3 tahun.
35
4.
Menonjolnya masalah: ada
masalah tidak segera di
tangani
1/2 X 1 1/2 Keluarga sudah mencari jalan
keluar agar anaknya di imunisasi
dengan usianya yang lebih dari 3
tahun ini.
1 5/6
Diagnosa prioritas:
1. Manajemen terapeutik keluarga tidak efektif behubungan dengan Ketidakmampuan
keluarga mengambil keputusan
2. Ketidak efektifan manajemen keluarga berhubungan dengan Ketidakmampuan
mengenal masalah, ketidakmampuan keluarga untuk merawat keluarga yang sakit
3. Nyeri akut berhubungan dengan Ketidak mampuan keluarga mengenal masalah,
ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan, ketidakmampuan keluarga
menggunkan fasilitas kesehatan
4. Resiko ketidakseimbangan pertumbuhan berhubungan dengan Ketidakmampuan
keluarga mengenal masalah, Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga
yang sakit
5. Ketidakefektifan penatalaksanaan terapeutik keluarga berhubungan dengan
Ketidakmampuan mengenal masalah, ketidakmampuan mengambil keputusan,
ketidakmampuan menggunkan fasilitas kesehatan
36
IV. RENCANA KEPERAWATAN
N
o
D
x
Tupan TupenKriteria
EvaluasiStandar Evaluasi Intervensi
1 Setelah
dilakukan
perawatan
selama 1
bulan
keluarga
dapat
mengambi
l
keputusan
untu
menyapih
balitanya
Setelah
dilakukan 5
X kunjungan
keluarga
dapat :
- Memahami
tentang ASI -
Memahami
waktu
pemberian
ASi yang
tepat
- Menyapih
balitanya
Verbal
psikomotor
Keluarga dapat:
memahami
tentang ASI
memahami
tetang waktu
pemberian ASI
mampu
menyapih
balitanya
Keluarga mampu
mengambil keputusan
untuk menyapih
balitanya.
Jelaskan dan diskusikan
tentang hipertensi :
– ASI
– Waktu pemberian ASI
Motivasi keluarga untuk
menyapih Balitanya.
2 Setelah
dilakukan
perawatan
selama 1
bulan
keluarga
dapat
melakukan
perawatan
terhadap
anggota
Setelah
dilakukan 5
X kunjungan
keluarga
dapat :
- Mengenal
masalah
kesehatan
yang
terjadi
- Memahami
Status
verbal
psikomotor
Keluarga memahami
tentang :
Pengertian
demam
Tanda dan
gejala
Factor yang
mempengaruhi
Cara
pencegahan
Jelaskan dan diskusikan
tentang demam :
Pengertian
o Tanda dan
gejala
o Factor yang
mempengar
uhi
o Cara
pencegahan
37
keluarga
yang sakit
dan tidak
terjadi
komplikas
i
tentang
penyakit
demam
dan cara
penangann
an anak
demam
Keluarga dapat
mengenali masalah
yang terjadi
Keluarga dapat
merawat anggota
keluarga yang sakit.
Lakukan pemeriksaan
TTV
Jelaskan dan
demontrasikan penanganan
demam
Motivasi kelaurga untuk
membawa ke pelayanan
kesehatan apabila tidak
sembuh.
3 Setelah
dilakukan
perawatan
selama 1
bulan
nyeri
hilang
Setelah
dilakukan 2 x
kunjungan
keluarga
dapat
mengenal
tentang
caries, tanda
dan gejala
serta
penangan dari
caries.
- Keluarga
dapat
mengenal
masalah,
- Keluarga
mampu
mengambil
keputusan.
- Keluarga
Verbal
Psikomotor
Keluarga memahami
tentang caries:
Pengertian
Tanda dan
gejala
Cara
pencegahan
Penanganan
Keluarga dapat
mengenal masalah
Keluarga mampu
mengambil keputusan
Keluarga mampu
menggunkan fasilitas
Jelakan dan diskusikan
tentang caries
Pengertian
Tanda dan gejala
Cara pencegahan
penatalaksanaan
Lakukan pemeriksaan gigi
Motivasi keluarga untuk
membawa ke fasilitas
kesehatan
38
mampu
menggunkan
fasilitas
kesehatan.
kesehatan
4 Setelah
dilakukan
perawatan
selam 1
bulan, BB
anak
bertambah
Setelah
dilakukan 5
kali
kunjungan
keluarga
mengetahui
tentang
pertumbuhan
dan perkem
bangan:
a. Pengertian
b. Tahap
perkembanng
an
c. Pertumbu
han dan perke
mbangan
yang normal
Setelah
dilakukan
kunjungan
sebanyak 5
kali keluarga
memahami
Verbal
Psikomotor
keluarga mengetahui
tentang
pertumbuhan dan
perkembangan:
1. Pengertia
2. Tahap
perkembannga
n
3. Pertumbuhan
dan
perkemabang
yang normal
keluarga memahami
tentang gizi:
1. Pengertian
2. Gizi seimbang
3. AKG
4. Masalah gizi
Jelaskan dan diskusikan
mengeani
pertumbuhan dan
perkembangan:
1. Pengertian
2. tahap
perkembanngan
3. pertumbuhan dan
perkemabang yang
normal
Jelaskan diskusikan
mengenai gizi:
1. Pengertian
2. Gizi seimbang
3. AKG
4. Masalah gizi
Ukur BB, TB, LK, LD,
LLA
39
tentang gizi:
1. Pengertian
2. Gizi
seimbang
3. AKG
4. Masalah
gizi
5 Setelah
dilakukan
perawatan
selama 1
bulan, Ibu
mengertia
akan
pentingny
a
imunisasi
Setelah
dilakukan 5
kali
kunjungan
keluarga
mengetahui
tentang
Imunisasi:
1. Pengertian
2. Tujuan
imuniaasi
3. Macam-
macam
imunisasi
dan man
faatnya
Verbal
Psikomotor
Keluarga mengetahui
tentang
Imunisasi
1. Pengertian
2. Tujuan
imuniaasi
3. Macam-
macam
imunisasi dan
manfaatnya
Jelaskan dan diskusikan
mengenai imunisasi:
1. Pengertian
2. Tujuan imuniaasi
3. Macam-macam
imunisasi dan
manfaatnya
40
V. IMPLEMENTASI
1. Ketidak efektifan manajemen keluarga berhubungan dengan Ketidakmampuan mengenal
masalah, ketidakmampuan keluarga untuk merawat keluarga yang sakit
Hari/tgl IMPLEMENTASI EVALUASI
Jumat, 11
Mei 2006
Kunjungan pertama
dan perkenalan
Pengkajian
S
O
A
P
Ny. N mengtakan senang sekali kami datang.
Senyum bahagia terpancar dari wajahnya.
Penerimaan yang baik.
Masalah belum ditemukan
Lakukan pencarian
Senin 14
Mei 2006
Pengkajian tahap dua
Menganjurka untuk
periksa ke pelayanan
kesehatan
Mengukur suhu badan
Mengajarkan cara
mengkompres
S
O
A
P
Ny. T mengatkan nanti akan membawa ke
dokter.
Ny. T mengatakana akan menkompres anaknya
Mengonpres, langit-langit mulut tersapat
benjolan.
Masalah teratasi sebagia
Lanjutkan intervensi
Selasa 15
Mei 2006
Memberikan susu
Mengkaji gizi kelurga
Terapi bermain untuk
anak agar mau makan
dengan bonekadan
S
O
A
Ny. T mengatakan nakanya susah makan
Anak mau makan, bermain Cuma sebentar,
banyak di gensongan, rewel
Masalah teratasi sebagian
41
trukP Lanjutkan intervensi
Rabu
24 Mei
2006
Terapi bermain
boneka dan truk
Evaluasi
S
O
A
P
An. R mengatkan ambil boneknya di buat lucu
Tertawa, mendekat, meberikan bonekanya
Masalah teratasi
pertahankan
2. Nyeri akut berhubungan dengan Ketidak mampuan keluarga mengenal masalah,
ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan, ketidakmampuan keluarga menggunkan
fasilitas kesehatan
Hari/tgl IMPLEMENTASI EVALUASI
Rabu,
24 Mei
2006
Mengkaji nyeri An. D
Menganjurkan untuk
sikat gigi
Menganjurkan kepada
ortu untuk
memeriksakan diri
Mengkaji
penannganan nyri
dengan sakit gigi
S
O
A
P
An. D mengatkan sakit giginya, dan
mengatakan sudah gosok gigi dan di beri obat
belum di bawa ke pelayanan kesehatan
Terdapat koyo di pipinya, pipi bengkak, raut
denngan wajah nyeri skala 3
Masalah belum teratasi
Lanjutkan Intervenis
Kamis
25 Mei
2006
Penyuluhan tentang
karies gigi
S
O
A
P
Ny. N mengatakan paham tentang karies gigi
Mengangguk
Masalah teratsi sebagian
Pertahankan
Jumat
26 Mei
Evaluasi S Ny. N mengatakan akan merawat naknya dan
akan membawanya kle pelayanan kesehatan
nanti jika naknya sakit kembali
42
2006O
A
P
Tersenyum
Masalah teratasi
Pertahankan
3. Resiko ketidakseimbangan pertumbuhan berhubungan dengan Ketidakmampuan keluarga
mengenal masalah, Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit
Hari/tgl IMPLEMENTASI EVALUASI
Jumat, 11
Mei 2006
Kunjungan pertama dan
perkenalan
Pengkajian
S
O
A
P
Ny. N mengtakan senang sekali kami
datang.
Senyum bahagia terpancar dari wajahnya.
Penerimaan yang baik.
Masalah belum ditemukan
Lakukan pencarian
Senin 14
Mei 2006
Pengkajian tahap kedua
Menayakan menu keluarga
khusunya untuk anak-anak
Menganjurkan untuk
menganti menu makanan
dan mempercantik
makanan
Berdiskusi bersama
mengenai menu makanan
dan jadwal pemberian
makan
S
O
A
P
Ny. N mengatakan akan membuat jadwal
makan untuk nak-anaknya naumn semua
tergantung cengan ekonomi
Membuat daftar menu
Masalah teratasi
Pertahankan
Rabu 24
Mei 2006
Penyuluhan tentang gizi
seimbang dan juga
mengenai tumbuh
kembangan balita umur 3-
S
O
Ny. T mengatakan anaknya memang
mem[unyai gizi kurang dan tumbuh
kembang yang sedikit terlambat
Menganguguk
43
4 tahunA
P
Masalah teratsi
Petahankan
Kamis
25 Mei
2006
Mengukur BB, TB,LK,LD S
O
A
P
Berapa Mbak?
An/ D
TB : 88 cm
BB : 12 Kg
LLA : 14 cm
LK : 47 cm
LD : 47 cm
An. R
o BB 10kg
o LLA 13 cm
o LK 46 cm
o LD 46 cm
o Berada pad BGM di KMS
Masalah teratsi
Beri penyuluhan gisi dan terapi bermain
Sabtu 10
Juni 2006
Evaluasi Keluarga Tn S mengalami musibah gempa,
rumahnya rubuh sehingga evaluasi tidak
dapat di lakukan secara optimal. Anak Tn.
44
S yaitu An. D mengalami penambahan
berat padan 1 kg sehingga menjadi 1 kg
sedangkan anR mengalami penambahan 2
kg. walaupun dalam nilai baku Who
mereka masih mengalami status gizi
kurang naumn setidakanya mereka
mengalami penambahan berat badan. Ini
juga di pengaruhi oleh keluarga dimana
pemberian asupan makanan.
4. Manajemen terapeutik keluarga tidak efektif behubungan dengan Ketidakmampuan
keluarga mengambil keputusan
Hari/tgl IMPLEMENTASI EVALUASI
Jumat, 11
Mei 2006
Kunjungan pertama dan
perkenalan
pengkajian
S
O
A
P
Ny. N mengtakan senang sekali kami
ating.
Senyum bahagia terpancar dari wajahnya.
Penerimaan yang baik.
Masalah belum ditemukan
Lakukan pencarian
Senin 14
Mei 2006
Mengkaji umur dan
pemberian ASI
S
O
A
P
Ny. N mengatakan bahwa A. R masih
menyusu dan belum di sapih
Ny. N masih merasa iba kalua
menyapihnya sekarang dengan kondisi
anak tidak sehat
An. R menyusu
Masalah belum teratsi
Beri penyuluhan menganai ASI
45
Selasa 15
Mei 2006
Penyuluhan mengarnai
ASI
S
O
A
P
Ny. N mengatakan bahwa di atahu namun
melum mampu untuk mengambil
keputuasan, namun akan berusah untuk
mengambil keputusan itu.
Menganguk
Masalah teratasi sebagian
Pertahankan dan beri dukungan
Kamis 25
Mei 2006
Evaluasi Anak masih mengenen (menyusu)). Ibu
belum mampu untuk mengambil
keputusan. Ibu akan menyapihnya apabila
nak sudah benar-benar sehat.
5. Ketidakefektifan penatalaksanaan terapeutik keluarga berhubungan dengan
Ketidakmampuan mengenal masalah, ketidakmampuan mengambil keputusan,
ketidakmampuan menggunkan fasilitas kesehatan
Hari/tgl IMPLEMENTASI EVALUASI
Jumat, 11
Mei 2006
Kunjungan pertama dan
perkenalan
Pengkajian
S
O
A
P
Ny. N mengtakan senang sekali kami
ating.
Senyum bahagia terpancar dari wajahnya.
Penerimaan yang baik.
Masalah belum ditemukan
Lakukan pencarian
Senin 14
Mei 2006
Mengkaji imunisasi anak
Menganjurkan untuk
menjaga dengan makan
bergizi dan juga di
jagakesehatannya
S Ny. N mengatakan dulu tidak
mengimunisasi An. R Karen repot sehabis
pindahan dannjuga karena jauh dari
fasilitas kesehatan.
Ny N sudah berusaha untuk mengimunisasi
46
O
A
P
dengan usia anak 3 tahuan naum yang ada
di bisan swasta.
Raut penyesalan
Masalah teratasi sebagian
Penyuluhan imunisasi
Sabtu 26
Mei 2006
Penyuluhan imunisasi S
O
A
P
Ny. N mengatakan paham akan imuniasi
namun hanya karena kerepotan dan jaunya
fasilitas kesetahn yang menjadi kendala
Menggangguk, memperhatikan.
Masalah teratsi
Perthanakan, beri dukungan
Sabtu 10
Juni 2006
Evaluasi Keluarga tn. S akan menjaga kesehatan
An. R dan mencaru perilaku sehat untuk
anaknya meski dengan tidak imunisasi
mereka akanan menjaga buah hati mereka
dengan baik
47
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Gizi buruk merupakan status kondisi seseorang yang kekurangan nutrisi, atau
nutrisinya di bawah standar. Gizi buruk masih menjadi masalah yang belum terselesaikan
sampai saat ini. Gizi buruk banyak dialami oleh bayi dibawah lima tahun (balita).
Upaya pencegahan yang dilakukan di antaranya dengan selalu meningkatkan
sosialisasi, kunjungan langsung ke para penderita gizi buruk, pelatihan petugas lapangan,
pengarahan mengenai pentingnya ASI eksklusif pada ibu yang memiliki bayi, serta
koordinasi lintas sektor terkait pemenuhan pangan dan gizi
SARAN
Semoga makalah yang kami buat ini dapat bermanfaat bagi para
mahasiswa/mahasiswi yang membaca, dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
48
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2007. Ciri-Ciri Kurang Gizi. Diakses 15 Desember 2008: Portal Kesehatan Online
Anonim. 2008. Kalori Tinggi Untuk Gizi Buruk. Diakses 15 Desember 2008: Republika
Online.
Nency, Y. 2005. Gizi Buruk, Ancaman Generasi Yang Hilang. Inpvasi Edisi Vol. 5/XVII/
November 2005: Inovasi Online
Notoatmojo, S. 2003. Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Cetakan Ke-2.
Jakarta: Rineka Cipta
Doengoes, M.E., 2000, Rencana Asuhan Keperawatan, EGC, Jakarta.
Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition. New
Jersey: Upper Saddle River
Mc Closkey, C.J., et all. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC) Second Edition.
New Jersey: Upper Saddle River
Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta: Prima
Medika