Post on 16-Oct-2021
EFEKTIFITAS PELAKSANAAN BIMBINGAN DAN KONSELING TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU SISWA SMA
NEGERI 1 AJANGALE KABUPATEN BONE
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam ( S.Pd.I ) Pada Jurusan
Pendidikan Agama Islam Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar
KASMIRAH ADRIANI
105 190 1237 11
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
1436 H / 2015 M
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seiring perkembangan zaman problematika peserta didik di
sekolah semakin beragam. Jalan pikiran siswa menjadi terbagi dengan
masalah diluar sekolah dan didalam sekolah. Suatu tindak layanan
sekolah pada peserta didik yaitu dengan adanya bimbingan konseling
yang mengarahkan para peserta didik untuk mengetahui bakat dan
potensi dalam diri mereka.
Bimbingan konseling biasanya berbicara mengenai aspek
psikologis, ini akan sangat penting jika ada banyak gangguan psikis pada
peserta didik yang biasanya tertekan masalah dan tidak mampu
menangkap pelajaran dengan baik, peserta didik mengalami
permasalahan disekolah, entah itu bolos maupun melakukan pelanggaran
yang telah ditentukan. Maka dari itu perlu adanya Bimbingan konseling
untuk membimbing siswa memotivasi diri bahwa mereka adalah suatu
pribadi yang unik dan mampu bersaing. Apa lagi disekolah SMA Negeri 1
Ajangale Kabupaten Bone ini secara langsung saya melihat keadaan
bagaimana karakter siswa setelah diberikan bimbingan oleh guru BK
ternyata kebanyakan siswa masih dominan belum bisa menjaga
kedisiplinan waktu yang telah diterapkan oleh sekolah, tapi para guru
berusaha memberikan pelayanan yang terbaik bagi para siswa.
1
2
Bimbingan konseling tidak hanya biasa dilakukan oleh guru BK
saja melainkan salah satu tugas wajib wali kelas yang dapat mengontrol
perilaku siswanya sehari-hari.Perbedaan laju pertumbuhan dan
kedewasaan adalah masalah yang dapat dipantau wali kelas yang lebih
banyak masuk kelas saat mengajar ketimbang guru BK yang biasanya
berhadapan pada saat-saat tertentu saja.
Perlunya bimbingan konseling juga dapat berfungsi sebagai
pemantau masalah-masalah siswa yang berkaitan tentang masalah
kelainan tingkah laku dan adaptasi. Sulitnya salah satu siswa untuk
bergaul dan cenderung mengasingkan diri dari teman-temannya memiliki
akar permasalahan yang biasanya beruntun.
Bimbingan konseling juga diperlukan untuk membimbing siswa
dalam aspek agama. Masa remaja adalah masa dimana mereka
mempertanyakan Tuhan mereka, karena hampir seluruhnya adalah
agama warisan orang tua. Proses mempertanyakan ini dikarenakan
keyakinan yang diturunkan belum sepenuhnya mereka percaya.
Bimbingan dalam hal ini memerlukan bukti-bukti nyata yang akan
membuat mereka takjub dan memiliki rasa percaya untuk dasarnya.
Dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang sitem
Pendidikan Nasional, pendidikan diaktikan sebagai usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembe- lajaran
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
3
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara. Lebih lanjut, mengenai fungsi pendidikan
dinyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.
Maka dari itu pasti ada perubahan tingkah laku pada diri siswa
setelah diberikan bimbingan entah itu siswa mengalami perubahan atau
tidak tergantung kesadaran mereka menyikapinya. perubahan adalah
suatu hasil seseorang yang mencari cara memecahkan masalah atau
meningkatkan potensi dirinya yang diciptakan sesuai dengan perubahan
dalam lingkungannya.
Sesuai dengan firman Allah SWT. pada QS. Al-Imran : 104
Terjemahnya : Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang mungkar ; merekalah orang-orang yang beruntung. ( Kementerian Agama 2007 : 63 )
4
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas,maka dapat dirumuskan
masalah yakni:
1. Bagaimana pelaksanaan bimbingan dan konselingdi SMA Negeri
1 Ajangale kabupaten Bone?
2. Bagaimana efektifitas bimbingan dan konseling terhadap
perubahan perilaku siswa SMA Negeri 1 Ajangale Kabupaten
Bone?
3. Bagaimana perubahan sikap siswa yang melakukan pelanggaran
setelah diberikan bimbingan di SMA Negeri 1 Ajangale kabupaten
Bone?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dirumuskan diatas,
maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui sikap siswa dalam memahami pelaksanaan
bimbingan dan konseling siswa di SMA Negeri 1 Ajangale.
2. Untuk mengetahui perubahan Sikap siswa yang melakukan
pelanggaran seteleh diberikan bimbingan di SMA Negeri 1
Ajangale?
3. Untuk mengetahui efektifitas bimbingan dan konseling terhadap
perubahan perilaku siswa SMA Negeri 1 Ajangale?
5
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat
sebagai berikut :
1. Bagi Penulis : Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
wawasan dan pemahaman bagi penulis tentang efektifitas
pelaksanaan bimbingan dan konseling terhadap perubahan
perilaku siswa.
2. Bagi Pendidik : Sebagai pegangan atau patokan dalam meninjau
mengenai pelaksanaan bimbingan dan konseling terhadap
perubahan perilaku siswa.
3. Bagi Sekolah : Penelitian ini diharapkan dapat memberikan
informasi mengenai efektifitas pelaksanaan bimbingan dan
konseling terhadap perubahan perilkau siswa. sehingga dapat
memberikan masukan kepada guru dan juga siswa. dengan
adanya informasi itu, maka siswa dapat termotifasi untuk
melakukan perubahan perilaku yang positif.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Efektifitas
Sebagaimana uraian Hidayat dalam Nursinah ( 2010 : 6 )
menyatakan bahwa : “Efektifitas berasal dari kata efek yang artinya
pengaruh yang ditimbulkan oleh sebab, akibat atau dampak.Dalam kamus
Bahasa Indonesia efektif memiliki arti berhasil guna, ketepatan guna, atau
menunjang tujuan”.
Efektifitas selalu terkait dengan hubungan antara hasil yang
diharapkan dengan hasil yang sesungguhnya dicapai.
Sabtaneo dalam Bung Santoso (2010: 6) mengemukakan bahwa :
Efektifitas merupakan kemampuan untuk memilih tujuan yang tepat dalam mencapai tujuan tertentu. seseorang dikatakan memiliki kegiatan efektif apabila ia dapat menentukan cara yang benar untuk mencapai tujuan yang benar pula.
Kemudian A. Hasyim Ali dalam Bung Santoso ( 2010: 6 )
mengemukakan bahwa :
Efektifitas adalah tercapainya sasaran yang emplisit dan implicit”. Rumusan ini mengandung makna bahwa Efektifitas dari suatu organisasi (lembaga) adalah suatu keadaan dimana Organisasi tersebut dapat mencapai tujuan yang diinginkan baik yang dipublikasikan secara umum atau hanya Organisasi yang bersangkutan saja yang mengetahuinya.
Efektifitas merupakan sasaran atau tujuan yang telah
ditentukan sebelumya merupakan sebuah pengukuran dimana suatu
target telah tercapai sesuai dengan apa yang telah direncanakan.
6
7
Senada dengan Martoyo dalam Nursinah (2010:7) berpendapat
bahwa:
Efektifitas adalah suatu kondisi atau keadaan, dimana memilih tujuan yang hendak dicapai dan sarana serta peralatan yang digunakan disertai dengan kemampuan yang dimiliki tepat sasaran, sehingga tujuan yang diinginkan dapat tercapai dengan hasil yang memuaskan.
MenurutHidayat dalam Nursinah ( 2010: 6 ) menyatakan bahwa:
“Efektifitas adalah suatau ukuran yang menyatakan seberapa jauh target
(kualitas, kuantitas, dan waktu) telah tercapai. Dimana semakin besar
persentase target yang dicapai, makin tinggi efektifitasnya”.
Menurut Prasetyo Budiaksono dalam Nursinah ( 2010: 6 )
mengatakan bahwa : “Efektifitas adalah seberapa besar tingkat kelekatan
output yang dicapai dengan output yang diharapkan dari sejumlah input”.
Dari beberapa pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa
Efektifitas adalah hal yang bersangkut paut dengan keberhasilan, manfaat
dan bagaimana target (kuantitas, kualitas, dan waktu) yang telah dicapai
dari suatu perlakuan yang diterapkan kepada subjek peneitian.
B. Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling
1. Pengertian Bimbingan
Menurut Jear Book of Education dalam Sartono ( 1998: 9 )
menyatakan bahwa :
Bimbingan adalah suatu proses membantu individu melalui usahanya sendiri untuk menemukan dan mengembangkan kemampuannya agar memperoleh kebahagiaan pribadi dan kemanfaatan sosial.
8
Bimbingan merupakan proses pemberian bantuan kepada individu
agar mampu memahami dan menerima diri dan ligkungannya,
mengarahkan diri, dan menyesuaikan diri secara positif terhadap tuntutan
norma kehidupan (agama dan budaya) sehingga mencapai kehidupan
yang bermakna baik secara personal maupun sosial.
Menurut Fenti Hikmawati ( 2011: 1 )menyatakan bahwa :
Bimbingan merupakan salah satu bidang dan program dari pendidikan, dan program ini ditujukan untuk membantu mengoptimalkan perkembangan siswa. sedangkan Menurt Tolbert, Bimbingan adalah seluruh program atau semua kegiatan dan layanan dalam lembaga pendidikan yang diarahkan pada membantu individu agar mereka dapat menyusun dan melaksanakan rencana serta melakukan penyesuaian diri dalam semua aspek kehidupannya sehari-hari. Bimbingan merupakan layanan khusus yang berbeda dengan bidang pendidikan lainnya.
Bimbingan merupakan sebagai usaha untuk membantu orang
dalam memahami dirinya sendiri dan dunia tentang dirinya, atau
sebagai sebuah usaha untuk mencapai realisasi diri.
Menurut Bimo Walgito ( 2005 : 10 ) menyatakan bahwa :
Pada prisipnya bimbingan merupakan pemberian pertolongan atau bantuan, bantuan atau pertolongan itu merupakan hal yang pokok dalam bimbingan. tetapi sekalipun bimbingan merupakan pertolongan, namun tidak semua pertolongan dapat disebut sebagai bimbingan.
Bimbingan merupakan proses bantuan terhadap individu
untuk mencapai pemahaman diri dan pengarahan diri yang
dibutuhkan untuk melakukan penyesuaian diri secara maksimum
kepada sekolah, keluarga, serta masyarakat. pemahaman ini
pembimbing sama sekali tidak ikut menentukan pilihan atau
9
keputusan dari orang yang dibimbingnya tapi yang menentukan
pilihan atau keputusan adalah individu itu sendiri.
Bimbingan dapat diberikan kepada seorang individu atau
sekumpulan individu. ini berarti bimbingan dapat diberikan secara
individual dan juga dapat secara kelompok.
Pengertian Bimbingan menurut William A. Yeager dalam Abu
Ahmadi ( 1991 : 5 ) menyatakan :
Bimbingan sebagaimana layanan pendidikan, mengandung berbagai perwujudan, kesemuanya diselenggarakan untuk membantu peserta didik kearah perkembangan diri dan pertumbuhan individual, dan seringkali pula kearah pencapaian suatau tujauan dan penyesuaian yang harmonis dengan lingkungan dan penuh keserasian dengan pandangan hidup demokratis.
Sedangkan Pengertian Bimbimgan menurut Moh. Surya dalam
Dewa Ketut Sukardi ( 2000 : 20 ) menyatakan :
Suatu proses pemberian bantuan yang terus menerus dan sistematis dari pembimbing kepada yang dibimbing agar tercapai kemandirian dalam pemahaman diri dan perwujudan diri, dalam mencapai tingkat perkembangan yang optimal dan penyesuaian diri dengan lingkungannya.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa bimbingan
merupakan suatu pertolongan yang menuntun. bimbingan merupakan
suatu tuntutan. hal ini mengandung pengertian bahwa didalam
memberikan bantuan, apabila keadaan menuntut, adalah kewajiban dari
pembimbing untuk memberikan bimbingan secara aktif, yaitu memberikan
arah kepada yang dibimbingnya. disamping itu bimbingan juga
mengandung pengertian memberikan pertolongan dengan menentukan
arah dengan diutamakan kepada yang dibimbingnya.
10
Sebagaimana firman Allah SWT. dalam QS. Al-Luqman 31 : 13
Terjemahnya :
Dan (Ingatlah) ketika Luqman Berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar. ( Kementerian Agama : 2007 : 412 )
2. Pengertian Konseling
Menurut Herbert M. Surks, Jr. dan Bufford Stefflre dalam Abu
Ahmadi ( 1991 : 23) menyatakan :
Konseling adalah suatu proses yang learnig-Oriented atau suatu proses yang berorientasikan belajar, yang dilaksanakan dalam suatu lingkungan sosial antara seorang dengan seorang, dimana seorang konselor harus memiliki kemampuan profesional dalam bidang keterampilan dan pengetahuan psikologis.
konselor berusaha membantu klien dengan metode yang sesuai
atau cocok dengan kebutuhan klien tersebut dalam hubungannya dengan
keseluruhan program, agar supaya individu dapat mempelajari lebih baik
tentang dirinya sendiri. belajar bagaimana memanfaatkan pemahaman
tentang dirinya untuk memperoleh tujuan-tujuan hidup yang lebih realistis,
sehingga klien dapat menjadi anggota masyarakat yang berbahagia dan
lebih produktif.
Menurut Fenti Hikmawati ( 2011: 2 ) menyatakan bahwa :
“Konseling sebenarnya merupakan salah satu teknik atau layanan didalam
11
bimbingan, tetapi teknik atau layanan ini sangat istimewa karena sifatnya
yang lentur atau fleksibel dan komprehensif”.
Konseling merupakan salah satu teknik dalam bimbingan. Hal ini
dikarenakan konseling dapat memberikan perubahan yang mendasar
yaitu mengubah sikap. sikap mendasari perbuatan, pemikiran,
pandangan, perasaan, dan lain-lain.
Menurut Leona E. Tylor dalam Fenti Hikmawati ( 2011: 3 ), ada
lima karakteristik yang sekaligus merupakan prinsip-prinsip konseling. lima
karakteristik tersebut adalah :
a. Konseling tidak sama dengan pemberian nasihat (advicement),sebab didalam pemberian nasihat proses berpikir ada dan diberikan oleh penasihat, sedangkan dalam konseling proses berpikir dan pemecahan ditemukan dan dilakukan oleh klien sendiri.
b. Konseling mengusahakan perubahan-perubahan yang bersifat fundamental yang berkenaan dengan pola-pola hidup.
c. Konseling lebih menyangkut sikap dari pada perbuatan atau tindakan
d. Konseling lebiih berkenaan dengan penghayatan emosional dari pada pemecahan intelektual.
e. Konseling menyangkut juga hubungan klien dengan orang lain.
Konseling memegang peranan penting dalam bimbingan, sering disebut sebagai jantungnya bimbingan (counseling is the heart of guidance), konseling sebagai inti bimbingan (counseling is the core of guidance), konseling sebagai pusatnya bimbingan (counseling is the centre of guidance). sebab dikatakan jantung, inti, atau pusat karena konseling ini merupakan layanan atau teknik bimbingan yang bersifat terapeutik atau bersifat menyembuhkan (curative).
Menurut Morten dan Schmuller dalam Sartono ( 1998: 15 )
menyatakan bahwa : “konseling dapat didefenisikan suatu proses
hubungan seorang yang dibantu oleh orang lainnya untuk meningkatkan
pengertian dan kemampuannya dalam menghadapi masalah”.
12
Pengertian Konseling menurut Moh. Surya dalam Dewa Ketut
Sukardi ( 2000 : 21 ) menyatakan :
Upaya bantuan yang diberikan kepada konseli supaya dia memperoleh konsep diri dan kepercayaan diri sendiri, untuk dimanfaatkan olehnya dalam memperbaiki tingkah lakunya pada masa yang akan datang. Dalam pembentukan konsep yang sewajarnya mengenai : dirinya sendiri, orang lain, pendapat orang lain tentang dirinya, tujuan-tujuan yang hendak dicapai, dan kepercayaan.
Jadi, Pengertian konseling adalah usaha membantu konseli atau
klien secara bertatap muka dengan tujuan peserta didik dapat mengambil
tanggung jawab sendiri terhadap berbagai persoalan atau masalah
khusus. Dengan kata lain masalah dapat teratasi.
Scribd.com dalam Susilo Rahardjo ( 2013 : 2 ) mendefinisikan
bimbingan dan konseling sebagai :
Suatu bantuan yang diberikan seseorang (konselor) kepada orang lain (klien) yang bermasalah psikis, social dengan harapan klien tersebut dapat memecahkan masalahnya, memahami dirinya, mengarahkan dirinya, sesuai dengan kemampuan dan potensinya sehingga mencapai penyesuaian diri dengan lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Berdasarkan pengertian bimbingan dan konseling tersebut, dapat
disimpulkan perlunya pemahaman individu dalam bimbingan dan
konseling, sebagai berikut :
1). Didalam bimbingan dan konseling, kita tidak mungkin dapat
memberikan pertolongan kepada seseorang sebelum kita kenal
atau paham dengan orang tersebut.
13
2). Salah satu hal yang penting dalam bimbingan dan konseling ialah
memahami individu secara keseluruhan baik masalah yang
dihadapi maupun latar belakangnya. dengan demikian individu
akan memperoleh bantuan yang tepat dan terarah dengan kata
lain perlunya pemahaman individu dalam layanan bimbingan dan
konseling adalah agar individu memperoleh bantuan yang sesuai
dengan kemampuan dan potensinya agar apa yang
diharapkannya dapat tercapai (artinya individu dapat mencapai
penyesuaian diri dengan dirinya sendiri, lingkungan keluarga,
sekolah, dan masyarakat).
Bimbingan dan konseling baik dilingkungan sekolah maupun
diluar sekolah, pada dasarnya bertujuan mencegah timbulnya masalah,
mengatasi masalah dan membantu peserta bimbingan (konseling)
berkembang seoptimal mungkin. dengan rumusan tujuan semacam itu,
maka konselor perlu memahami tentang keadaan konseling tersebut
secara tutuh, baik secara individual maupun kelompok.
Bimbingan dan konseling dapat berhasil sesuai dengan tujuan
yang telah direncanakan, antara lain ditentukan oleh pemahaman
konselor terhadap konselingnya. dan pemahaman konseling terhadap
dirinya sendiri.Bimbingan dan konseling yaitu suatu bantuan yang
diberikan oleh konselor kepada klien agar klien mampu menyelesaikan
masalah yang dihadapinya dan juga mampu mengembangkan potensi
yang dimilkinya.
14
3. Fungsi dan Tujuan BK diSekolah
Fungsi dari Bimbingan dan Konseling disekolah menurut Fenti
Hikmawati ( 2011: 16-18 ) diantaranya:
a. Fungsi Pemahaman, yaitu Fungsi bimbingan dan konseling membantu konseli agar memiliki pemahaman terhadap dirinya (potensinya) dan lingkungannya (pendidikan, pekerjaan, dan norma agama). Berdasarkan pemahaman ini konseli diharapkan mampu mengembangkan potensi dirinya secara optimal, dan menyesuaikan dirinya dengan lingkungan secara dinamis dan konstruktif.
b. Fungsi Antisipasi (Preventif), yaitu fungsi yang berkaitan dengan upaya konselor untuk senantiasa mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin terjadi dan berupaya untuk mencegahnya, supaya tidak dialami oleh konseli. melalui fungsi ini, konselor memberikan bimbingan kepada konseli tentang cara menghindarkan diri dari perbuatan atau kegiatan yang membahayakan dirinya. adapun teknik yang dapat digunakan adalah pelayanan orientasi, informasi, dan Bimbingan kelompok. Beberapa masalah yang perlu diinformasikan kepada para konseli dalam rangka mencegah terjadinya tingkah laku yang tidak diharapkan. diantaranya bahaya minum keras, merokok, penyalahgunaan obat-obatan, dikeluarkan dari sekolah, dan pergaulan bebas.
c. Fungsi Pengembangan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang sifatnya lebih proaktif dari fungsi-fungsi lainnya. Konselor senantiasa berupaya menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, yang memfasilitasi perkembangan konseli. konselor dan personel sekolah/madrasah lainnya secara sinergi sebagai teamwork berkolaborasi atau bekerja sama merencanakan dan melaksanakan program bimbingan secara sistematis dan berkesinambungan dalam upaya membantu konseli mencapai tugas-tugas perkembanannya. Teknik bimbingan yang dapat digunakan disini adalah pelayanan informasi, tutorial, diskusi kelompok atau curah pendapat (brain storming), home room, dan karya wisata.
d. Fungsi Penyembuhan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang bersifat kuratif. fungsi ini berkaitan erat dengan upaya pemberian bantuan kepada konseli yang telah mengalami masalah, baik menyangkut aspek pribadi, sosial, belajar, maupun karier. Teknik yang dapat digunakan adalah konseling, dan remedial teaching.
e. Fungsi Penyaluran, yaitu fungsi bimbingan dan konseling dalam membantu konseli memilih kegiatan ekstrakurikuler, jurusan atau program studi, dan memantapkan penguasaan karier atau jabatan
15
yang sesuai dengan minat, bakat, keahlian, dan cirri-ciri kepribadian lainnya. Dalam melaksanakan fungsi ini konselor perlu bekerja sama dengan pendidik lainnya didalam maupun diluar lembaga pendidikan.
f. Fungsi Adaptasi, yaitu fungsi membantu para pelaksana pendidikan, kepala sekolah/madrasah dan staf, konselor dan guru untuk menyesuaikan program pendidikan terhadap latar belakang pendidikan, minat, kemampuan, dan kebutuhan konseli, pembimbing atau konselor dapat membantu para guru dalam memperlakukan konseli secara tepat, baik dalam memilih dan menyusun materi sekolah/madrasah, memilih metode dan proses pembelajaran maupun menyusun bahan pelajaran sesuai dengan kemampuan dan kecepatan konseli.
g. Fungsi Penyesuaian, yaitu fungsi bimbingan dan konseling dalam membantu konseli agar dapat menyesuaikan diri dengan dari lingkungannya secara dinamis dan konstruktif.
h. Fungsi Perbaikan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling untuk membantu konseli sehingga dapat memperbaiki kekeliruan dalam berpikir, berperasaan, dan bertindak (berkehendak). konselor melakukan intervensi (memberikan perlakuan) terhadap konseli supaya memiliki pola berpikir yang sehat, rasional, dan memiliki perasaan yang tepat sehingga dapat menghantarkan mereka kepada tindakan atau kehendak yang produktif dan normative.
i. Fungsi Fasilitasi, memberikan kemudahan kepada konseli dalam mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal, serasi, dan seimbang seluruh aspek dalam diri konseli.
j. Fungsi Pemeliharaan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling untuk membantu konseli supaya dapat menjaga diri dan mempertahankan situasi kondusif yang telah tercipta dalam dirinya. Fungsi ini memfasilitasi konseli agar terhindar dari kondisi-kondisi yang akan menyebabkan penurunan produktivitas diri. pelaksanaan fungsi ini diwujudkan melalui program-program yang menarik, rekreatif, dan fakultatif (pilihan) sesuai dengan minat konseli.
Tujuan dari Bimbingan dan Konseling menurut Fenti Hikmawati (
2011: 64 ) yaitu “untuk membantu memandirikan peserta didik dalam
mengembangkan potensi-potensi mereka secara optimal”.
16
Menurut Winkle dalam Fenti Hikmawati ( 2011:65 ) menyatakan
bahwa :
Tujuan pelayanan BK yaitu supaya orang-perorangan atau kelompok orang yang dilayani menjadi mampu menghadapi tugas perkembangan hidupnya secara sadar dan bebas mewujudkan kesadaran dan kebebasan itu dalam membuat pilihan-pilihan secara bijaksana serta mengambil beraneka tindakan penyesuaian diri secara memadai.
Tujuan pelayanan bimbingan disekolah menurut Fenti Hikmawati (
2011 : 65 ) agar konseli dapat :
1) Merencanakan kegiatan penyelesaian studi, perkembangan karier serta kehidupannya dimasa yang akan datang
2) Mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yag dimilikinya seoptimal mungkin.
3) Menyesuaikan diri dengan lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat, serta lingkungan kerja.
4) Mengatasi hambatan dan kesulitan yang dihadapi dalam studi, penyesuaian dengan lingkungan sekolah, masyarakat maupun lingkungan kerja.
Adapun Tujuan Umum dari layanan dan Bimbingan dan Konseling
( 1994 : 5 ) adalah sesuai dengan tujuan pendidikan sebagaimana dinyatakan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional ( UUSPN ) Tahun 1989 ( UU No. 2/1989 ), yaitu terwujudnya manusia Indonesia seutuhnya yang cerdas, yang beriman, dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemsyarakatan dan kebangsaan.
Pelayanan Bimbingan dan Konseling disekolah/madrasah
merupakan usaha membantu peserta didik dalam pengembangan
kehidupan pribadi, kehidupan sosial, kegiatan belajar, serta perencanaan
dan pengembangan karier. Pelayanan Bimbingan dan konseling
memfasilitsi pengembangan peserta didik, secara individual, kelompok
dan atau klasikal sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, minat,
17
perkembangan, kondisi, serta peluang-peluang yang dimilki. pelayanan ini
juga membantu mengatasi kelemahan dan hambatan serta masalah yang
dihadapi peserta didik.
Pengembangan kehidupan pribadi, yaitu bidang pelayanan yang
membantu peserta didik dalam memahami, menilai, dan mengembangkan
potensi dan kecakapan, bakat, dan minat serta kondisi sesuai dengan
karakteristik kepribadian dan kebutuhan dirinya secara realistik.
pengembangan kehidupan sosial, yaitu bidang pelayanan yang membantu
peserta didik dalam memahami dan menilai serta mengembangkan
kemampuan hubungan sosial yang sehat dan efektif dengan teman
sebaya, anggota keluarga dan lingkungan sosial yang lebih luas.
pengembangan kemampuan belajar, yaitu bidang pelayanan yang
membantu peserta didik mengembangkan kemampuan belajar dalam
rangka mengikuti pendidikan sekolah/madrasah dan belajar secara
mandiri.
Penempatan dan penyaluran, yaitu layanan yang membantu
peserta didik memperoleh penempatan dan penyaluran yang tepat
didalam kelas, kelompok belajar, program studi, program latihan, dan
kegiatan ekstra kurikuler. Bimbingan dan Konseling perorangan yaitu
layanan yang membantu peserta didik dalam memahami masalah
pribadinya. Bimbingan Kelompok, yaitu layanan yang membantu peserta
didik dalam pengembangan pribadi, kemampuan hubungan sosial,
kegiatan belajar, dan pengambilan keputusan.
18
Bimbingan dan Konseling kelompok, yaitu layanan yang
membantu peserta didik dalam membahas masalah pribadi melalui
konsultasi. konsultasi, yaitu layanan yang membantu peserta didik dalam
memperoleh wawasan, pemahaman, dan cara-cara yang perlu
dilaksanakan dalam menangani kondisi dan atau masalah peserta didik.
4. Peran Guru dalam Pelaksanaan BK disekolah
Menurut Fenti Hikmawati (2011:23-24) menyatakan bahwa :
Dalam kedudukan sebagai personel pelaksana proses pembelajaran disekolah guru memiliki posisi strategis. dibanding dengan guru pembimbing atau konselor, misalnya guru lebih sering berinterksi dengan siswa secara langsung. apabila dirinci ada beberapa peranan yang dapat dilakukan seorang guru, ketika ia diminta mengambil bagian dalam penyelenggaraan program bimbingan dan konseling disekolah.
Oleh karena itu ada beberapa peran guru yaitu sebagai berikut :
a. Guru sebagaiinformatory (sumber informasi)Guru dalam kinerja darat berperan sebagai informatory, berkaitan dengan tugasnya membantu guru pembimbing atau konselor dalam memasyarakatkan layanan bimbingan dan konseling kepada siswa pada umumnya.
b. Guru sebagai fasilitator(Pemandu)Guru berperan sebagai fasilitator terutama ketika dilangsungkan layanan pembelajaran baik yang bersifat preventif maupun kuratif. dibandingkan guru pembimbing, guru lebih memahami tentang keterampilan belajar yang perlu dikuasai siswa pada mata pelajaran yang diajarkan.
c. Guru sebagai mediator (Perantara) Guru dapat berperan sebagai mediator antara siswa dengan
guru pembimbing. Misalnya saat diminta untuk melakukan kegiatan identifikasi siswa yang memerlukan bimbingan dan konseling kepada guru pembimbing atau konselor sekolah.
d. Guru sebagai kolaborator (Kerja Sama) Sebagai mitra seprofesi, yakni sama-sama sebagai tenaga
pendidik disekolah, guru dapat berperan sebagai kolaborator.konselor disekolah, misalnya dalam penyelenggaraan berbagai jenis layanan orientasi informasi.
19
Menurut Wardati dan Mohammad Jauhar ( 2011 : 13 ) mengatakan
bahwa :
Guru disekolah harus melaksanakan ke empat layanan bimbingan konseling terebut agar setiap permasalahan yang dihadapi siswa dapat diantisipasi sedini mungkin sehingga tidak mengganggu jalannya prose pembelajaran, dengan demikian siswa dapat mencapai prestasi belajar secara optimal tanpa mengalami hambatan dan permasalahan pembelajaran yang cukup mengganggu.
Secara operasional pelaksana utama layanan bimbingan dan
konselor sekolah dibawah pimpinan seorang koordinator bimbingan dan
konseling.penyelenggaraan melibatkan personel sekolah lainnya agar
lebih berperan sesuai batas-batas kewenangan dan tanggung jawab.
Personel mencakup: kepala sekolah, wakil kepala sekolah,
koordinator bimbingan dan konseling, guru pembimbing, guru wali kelas,
dan staf administrasi.
Berikut tugas dan tanggung jawab masing-masing personel
diantaranya :
1) Kepala sekolah
a) melaksanakan layanan bimbingan dan konseling
b) mengadakan kerja sama dengan instalasi lain
c) menyiapkan surat pernyataan
d) membuat surat tugas guru
e) menetapkan koordinator guru
f) melakukan supervise pelaksaan bimbingan dan konseling
20
g) menyediakan dan melengkapi sarana dan prasarana yang
diperlukan
h) mengoordinasi kegiatan pendidikan
2) Wakil kepala sekolah
a) melaksanakan bimbingan dan konseling
b) melaksanakan kebijakan pimpinan
c) mengoordinasikan layanan bimbingan dan konseling
3) koordinator guru pembimbing
a) memasyarakatkan pelayanan bimbingan dan konseling
b) menyusun program
c) melaksanakan program
d) mengadministrasi kegiatan bimbingan dan konseling
e) menilali program
f) mengadakan tindak lanjut
g) membuat usulan kepada kepala sekolah
h) mempertanggung jawabkan pelaksanaan bimbingan dan
konseling
4) Guru Pembimbing
a) mengadministrasi kegiatan bimbingan dan konseling
b) melaksanakan tindak lanjut hasil analisis evaluasi
c) menganalisis hasil evaluasi
d) melaksanakan layanan bidang bimbingan
e) melaksanakan persiapan kegiatan bimbingan dan konseling
21
f) merencanakan program bimbingan dan konseling
5) Guru mata pelajaran
a) melakukan kerja sama dengan guru
b) mengalihtangakan siswa
c) memberikan kesempatan kepada siswa memperoleh layanan
bimbingan dan konseling
d) membantu mengumpulkan informasi
e) ikut dalam program layanan bimbingan
6) Wali kelas
a) membantu guru pembimbing melaksanakan layanan
b) membantu memberikan kesempatan dan kemudahan bagi
siswa
c) memberikan informasi tentang siswa dikelas
d) menginformasikan kepada guru tentang siswa yang perlu
penanganan khusus
e) ikut serta dalam konferensi kasus
7) Staff/tata usaha/administrasi
a) membantu guru dalam mengadministrasi kegiatan bimbingan
dan konseling disekolah
b) mempersiapkan kegiatan bimbingan dan konseling
c) menyiapkan sarana yang diperlukan dalam layanan bimbingan
dan konseling
d) melengkapi dokumen tentang siswa
22
e. Penanganan Siswa Bermasalah disekolah
Menurut Fenti Hikmawati ( 2011:24 ) menyatakan bahwa:
Disekolah sangat mungkin ditemukan siswa yang bermasalah,dengan menunjukkan berbagai gejala penyimpangan perilaku yang merentang dari kategori ringan sampai dengan berat. Upaya untuk menangani siswa yang bermasalah, khususnya yang terkait dengan pelanggaran disiplin sekolah dapat dilakukan melalui dua pendekatan yaitu : (1) pendekatan disiplin dan (2) pendekatan bimbingan dan konseling.
Penanganan siswa bermasalah melalui pendekatan disiplin
menuju pada aturan dan ketentuan (tata tertib) yang berlaku disekolah
beserta sangsinya. sebagi salah satu komponen organisasi sekolah,
aturan (tata tertib) siswa beserta sangsinya memang perlu ditegakkan
untuk mencegah sekaligus mengatasi terjadinya berbagai penyimpangan
perilaku siswa. yang terjadi demikian, sekolah bukan “lembaga hukum”
yang harus mengobral sanksi kepada siswa yang mengalami gangguan
penyimpangan perilku. sebagai lembaga pendidikan, justru kepentingan
utamanya adalah bagaimana berusaha memberantas segala
penyimpangan perilaku yang terjadi pada para siswanya.
Oleh karena itu, disinilah pendekatan yang kedua perlu
digunakan, yaitu pendekatan melalui bimbingan dan konseling. berbeda
dengan pendekatan disiplin yang memungkingkan pemberian sanksi
untuk menghasilkan efek jera, penanganan siswa bermasalah melalui
bimbingan dan konseling justru lebih mengutamakan pada upaya
penyembuhan dengan menggunakan berbagai layanan dan teknik yang
ada.
23
Penanganan siswa bermasalah melalui bimbingan dan konseling
sama sekali tidak menggunakan bentuk sanksi apapun, tetapi lebih
mengandalkan pada terjadinya kualitas hubungan interpersonal yang
saling percaya diantara konselor dan siswa yang bermasalah, sehingga
setahap demi setahap siswa tersebut dapat memahami dan menerima diri
dan lingkungannya, serta dapat mengarahkan diri guna tercapainya
penyesuaian diri lebih baik.Penanganan sisa bermsalah melalui
pendekatan disiplin merujuk pada aturan dan ketentuan (tata tertib) yang
berlaku disekolah beserta sanksinya. sebagi salah satu aturan (tata tertib)
siswa memang perlu ditegakkan untuk mencegah sekaligus mengatasi
terjadinya berbagai penyimpangan perilaku siswa.
Adapunfirman Allah SWT. pada QS. Al-Imran : 104
Terjemahnya: Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang mungkar ; merekalah orang-orang yang beruntung. ( Kementerian Agama 2007 : 63 )
C. Perubahan Perilaku Siswa
1. Pengertian Perilaku ( Tingkah laku )
Menurut Ibnu Araby dalam Nursinah ( 2010: 8 ) mengatakan
bahwa “akhlak sama artinya dengan perilaku dimana suatu keadaan jiwa
manusia yang mendorong untuk melaksanakan sesuatu secara spontan
24
suatu perbuatan tanpa mengadakan pemikiran dan pertimbangan lebih
dahulu”. Sedangkan perubahan adalah suatu hasil seseorang yang
mencari cara memecahkan masalah atau meningkatkan potensi dirinya
yang diciptakan sesuai dengan perubahan dalam lingkungannya.
Sebagaimana firman Allah QS. Al-Qalam 68: 4.
Terjemahnya :
Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung. ( Kementerian Agama 2007 : 564 )
Dari pengertian diatas, menunjukkan bahwa akhlak adalah
tuntunan bagi manusia dalam upaya merealisasikan dalam hidupnya
konsepsi baik dan mencegah dirinya dari perbuatan buruk (amar ma‟ruf
nahi mungkar), menerangkan apa yang seharusnya dilakukan dan
menunjukkan jalan untuk melakukan perbuatan serta menyatakan tujuan
didalam perbuatan.
Menurut Muh. Farozin ( 2004: 2 ) mengemukakan bahwa:
Berkaitan dengan profesi bimbingan dan konseling yang bertugas memberikan layanan bimbingan dan konseling terhadap individu yang memerlukan bantuan pemahaman tingkah laku menjadi suatu kebutuhan yang tidak bias ditinggalkan, karena pemahaman tingkah laku menjadi modal utama dalam upaya pemberian bantuan.
Dengan dipahami secara utuh, individu akan merasa diterima apa
adanya dan selanjutnya dapat mengemukakan berbagai masalahnya
secara terbuka. Bagi petugas yang berprofesi dibidang bimbingan
dankonseling. Pemahaman yang jelas terhadap individu yang dibantu
akan memudahkannya untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi
25
sehingga individu dapat mengembangkan segenap potensinya secara
optimal.
Perilaku menurut Hodges dalam Lenni Latif (2011 : 28) dapat
diartikan sebagai : “sikap seseorang atau kelompok yang berniat untuk
mengikuti aturan-aturan yang telah ditetapkan”.
Menurut Adam I, Indrawijaya mengatakan bahwa Perilku manusia
dapat dipelajari dengan berbagai macam cara. misalnya, dari pengalaman
seseorang, dari sejarah, dari filsafat, kemanusiaandan juga dari agama.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Perilkau
adalah keadaan dimana perilaku seseorang mengikuti pola-pola tertentu
yang telah ditetapakan atau disetujui terlebih dahulu baik persetujuan
tertulis, lisan maupun berupa peraturan-perturan atau kebiasaan
seseorang.
2. Kepribadian sebagai Pemahaman Tingkah laku
Menurut Muh. Farozin (2004: 4) Kata kepribadian berasal dari kata
“personality (inggris) yang berasal dari kata persona (latin) yang berarti
topeng”.
Topeng merupakan tutup muka yang sering digunakan oleh
pemain-pemain panggung.maksud dari penggunaan istilah ini adalah
untuk menggambarkan perilaku, watak atau pribadi seseorang yang
dalam manifestasinya kehidupan sehari-hari tidak selalu membawakan
dirinya sebagaimana adanya, melainkan selalu menggunakan tutup muka
dengan tujuan untuk menutupi kelemahannya.
26
Mengenai kepribadian sebagai tingkah laku sebagai landasan
melaksanakan bimbingan dan konseling agar dapat berlangsung dengan
baik dan menghasilkan perubahan-perubahan positif tingkah laku peserta
didik terdapat dalam QS. An-Nahl : 125
Terjemahnya : Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. ( Kementerian Agama 2007 : 281 )
Whitheringtone dalam Muh. Farozin( 2004 : 4) Membedakan cara
pemakaian perkataan kepribadian sebagai berikut :
a. Secara popular kepribadian adalah kesan yang ditimbulkan oleh sifat-sifat lahiriah seseorang misalnya cara berpakian, sifat jasmaniah, daya pikat, dan sebagainya.
b. Para Sarjana Psikologi lebih memmperhatikan arti yang lebih dalam dan luas, yang meliputi pula sifat-sifat yang khas, yang unik yang selamanya ada pada orang yang besangkutan, tetapi tidak selalu tampak pada observasi sepintas lalu yang dilakukan pertama kali.
Dari definisi-definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kepribadian
adalah perilaku manusia dalam bentuk karasteristik individu yang khas
dan terintegrasi baik berupa pola pikiran, emosi dan perilaku berbeda
antara satu individu dengan individu lain serta mempengaruhi interaksi
individu dengan lingkungannya.
27
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan penelitian survey (lapangan)
dan merupakan penelitian kualitatif. Pendekatan secara kualitatif
ini,penulis pilih agar dapat memperoleh keterangan-keterangan yang
detail dan mendalam mengenai Efektiftas Pelaksanaan Bimbingan dan
Konseling terhadap Perubahan Perilaku Siswa SMA Negeri 1 Ajangale
Kabupaten Bone.
Menurut Emzir ( 2009 : 28 ) Menyatakan bahwa :
Pendekatan kualitatif merupakan salah satu pendekatan yang secara primer menggunakan paradigma pengetahuan berdasarkan pandangan konstruktivist (seperti makna jamak dari pengalaman individual, makna yang secara sosial dan historis dibangun dengan maksud mengembangkan suatu teori atau pola) atau pandanhan advokasi/partisipatori (seperti orientasi politik, isu, kolaboratif, atau orienatsi perubahan).
Menurut Bogdan dan Taylor dalam Tohirin ( 2012 : 2 )
mengemukakan bahwa Penelitian kualitatif adalah “prosedur penelitian
yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari
orang-orang dan perilku yang dapat diamati”.
Dengan menggunakan metode kualitatif, penulis akan lebih
kreatif dalam mengumpulkan data dan informasi di lapangan karena dapat
memanfaatkan nalar dalam memecahkan masalah yang dihadapi,
disamping itu juga dapat mengembangkan hasil penelitian yang
mendukung keabsahan data yang didapatkan di lokasi penelitian dan
dianalisis dengan analisis kualitatif
27
28
B. Lokasi dan Objek Penelitian
Adapun lokasi penelitian ini yaitu di SMA Negeri 1 Ajangale
kabupaten Bone. Penulis memilih lokasi ini sebagai lokasi penelitian
karena dilokasi ini sangat menekankan beberapa aturan yang menyangkut
kebiasaan tingakah laku siswa dimana siswa sering melakukan
pelanggaran, sedangkan objek penelitiannya yaitu Guru Bimbingan
Konseling dan Siswa di SMA Negeri 1 Ajangale kabupaten Bone.
C. Variabel Penelitian
Menurut Suharsimi Arikunto ( 2002 : 96 ) Variabel adalah “Objek
penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian”. Jadi
Variabel Penelitian ini adalahEfektifitas Pelaksnaan Bimbingan dan
Konseling Terhadap Perubahan Perilaku Siswa SMA Negeri 1 Ajangale
Kabupaten Bone.
Maka Variabel dari penelitian ini ada dua yaitu:
1. Variabel bebas
Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau
yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen.
Penelitian ini variabel bebasnya adalah Efektfitas Pelakanaan Bimbingan
dan Konseling.
29
2. Variabel terikat
Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau akibat,
karena adanya variabel bebas. Penelitian ini variabel terikatnya adalah
Perubahan Perilaku Siswa.
D. Defenisi Operasional Variabel
Adapun defenisi operasional variabel adalah sebagai berikut :
1. Bimbingan Konseling
Bimbingan Konseling adalahProses pemberian bantuan yang
dilakukan melalui wawancara konseling (face to face) oleh seorang ahli
(disebut konselor) kepada individu yang sedang mengalami sesuatu
masalah (disebut klien) yang bermuara pada teratasinya masalah yang
dihadapi konseling serta dapat memanfaatkan berbagai potensi yang
dimiliki dan sarana yang ada, sehingga individu atau kelompok individu itu
dapat memahami dirinya sendiri untuk mencapai perkembangan yang
optimal, mandiri serta dapat merencanakan masa depan yang lebih baik
untuk mencapai kesejahteraan hidup.
2. Perubahan Perilaku Siswa
Perilku adalah keadaan dimana perilaku seseorang mengikut
ipola-pola tertentu yang telah ditetapkan atau disetujui terlebih dahulu baik
persetujuan penulisan. Perilaku itu adalah tindakan-tindakan yang
dilakukan oleh siswa sesuai dengan nilai-nilai norma ataupun nilai yang
ada dalam masyarakat yang sudah ada sebelumnya dalam suatu
kelompok sosial masyarakat.
30
E. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Menurut Sugiyono ( 2008: 117 ) mengatakan bahwa :
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajaridan kemudian ditarik kesimpulannya.
Dalam Penelitian ini populasinya adalah 686 siswa SMA Negeri
Ajangale Kabupaten Bone dan Guru BK sebanyak 2 orang. Jadi jumlah
populasi secara keseluruhan 688 sebagaimana pada gambar tabel berikut
:
Tabel I
Keadaan Populasi
No Guru dan Siswa Jenis Kelamin Jumlah
Laki-Laki Perempuan
1 Siswa kelas X 106 120 226
2 Siswa kelas XI 109 125 234
3 Siswa kelas XII 112 114 226
4 Guru BK 2 - 2
Jumlah 329 359 688
Sumber Data : Kantortata usaha SMAN 1 Ajangale Kabupaten Bone
2. Sampel
Menurut Sugiyono ( 2008: 118 ) mengatakan bahwa : Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan dapat diberlakukan
31
untuk populasi. untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representatif (mewakili).
Adapun tekhnik penarikan sampel yang digunakan dalam
penelitian ini di SMA Negeri 1 Ajangale Kabupaten Bone adalah sebanyak
yang diteliti yaitu 70 orang sedangkan jumlah sampel guru yang diteliti
yaitu 2 orang.
Sampel dalam penelitian ini diambil secara langsung dari kelas XII
Ipa 1, Ipa 2 dan Ipa 3, serta guru BK sebanyak 2 orang. Hal ini dapat
dilihat pada tabel sebagai berikut :
Tabel II
Keadaan Sampel
No Guru dan Siswa Jenis Kelamin Jumlah
Laki-laki Perempuan
1 Kelas XII IPA 1 10 15 25
2 Kelas XII IPA 2 9 11 20
3 Kelas XII IPA 3 10 15 25
4 Guru BK 2 - 2
Jumlah 31 41 72
Sumber Data: Kantor tata usaha SMAN 1 Ajangale
F. Instrumen Penelitian Dalam mengumpulkan semua data yang diperlukan penulis
menggunakan beberapa metode yaitu observasi dan wawancara.
32
1. Pedoman Observasi
Menurut Sutrisno Hadi dalam Sugiyono ( 2008 : 203 )
mengatakan bahwa : “Observasi merupakan suatu proses yang kompleks,
suatu proses yang tersusun dari pelbagai proses biologis dan psikologis.
Dua diantara yang terpenting adalah proses pengamatan dan ingatan”.
Jadi, Observasi atau pengamatan adalah proses pengambilan
data dalam penelitian dimana peneliti melihat secara lansung keadaan
dan situasi tempat penelitian
2. Pedoman Wawancara (interview)
Menurut Arif Tiro ( 2009: 96 ) menyatakan bahwa :“Wawancara
sebagai cara mengumpulkan data untuk penelitian melibatkan dua pihak,
yaitu pewawancara dan informan”.
Menurut Masri Singarimbun dan Sofian Effendi ( 1989 : 192 )
mengemukakan bahwa :
Wawancara adalah salah satu bagian yang terpenting dari setiap survey. Tanpa wawancara, peneliti akan kehilangan informasi yang hanya dapat diperoleh dengan jalan bertanya langsung kepada respnden. Data semacam itu merupakan tulang punggung suatu penelitian survey. Jadi, Wawancara merupakan proses interaksi antara pewawancara
dan responden memiliki implikasi tertentu. walau pun bagi pewawancara,
proses interaksi adalah suatu bagian dari langkah-langkah jenispenelitian
kualitatif, dan pertanyaan sudah dipersiapkan sebelumnya untuk
melakukan wawancara.
33
3. Angket
Menurut Arif Tiro ( 2009: 93 ) menyatakan bahwa :
Angket biasanya terdiri atas sejumlah pernyataan yang harus dinilai atau pertanyaan yang harus dijawab oleh respondem.angket dibicarakan dengan memusatkan perhatian pada masalah yang ingin dipecahkan. setiap pertanyaan atau pernyataan merupakan bagian dari hipotesis yang akan diuji.
Menurut Sugiyono ( 2008 : 199 ) mengemukakan bahwa : “Angket
merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan
caramemberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan yang tertulis
kepada responden untuk dijawabnya”.
Jadi, angket merupakan seberkas pertanyaan atau pernyataan
tertulis yang diedarkan kepada responden untuk dijawab.
G. Teknik pengumpulan Data
Teknik yang digunakan peneliti untuk pengumpulan data sebagai
berikut :
1. Observasi, yaitu mengamati dan menggunakan komunikasi secara
lansung dengan sumber informasi tentang obyek penelitian dan
melihat secara lansung keadaan dan situasi tempat penelitian.
2. Wawancara (interview), yaitu melakukan wawancara lansung
terhadap responden, berhadapan lansung dengan guru yang
bersangkutan untuk mendapatkan sebuah informasi yang akurat.
3. Angket, merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara memberikan pertanyaan atau pernyataan tertulis
kepada responden untuk dijawab.
34
H. Teknik Analisis Data
Penelitian ini menggunakan data kualitatif, lalu dianalisis dengan
menggunakan teknik induktif untuk melihat persentase kecenderungan
variabel penelitian. Menurut Merriam dalam Tohirin ( 2012 : 141 )
menegaskan bahwa analisis data merupakan “proses memberikan makna
terhadap data yang dikumpulkan”. Setelah data terkumpul dari berbagai
sumber. Adapun rumus perhitungan persentase yang digunakan oleh
Suharsimi Arikonto ( 2002 : 246 ) adalah salah satu rumus statistik
deskriptif sebagai berikut :
P= X 100%
Keterangan :
P = Persentase Jawaban
N = Jumlah Seluruh Nilai
F = Frekuensi Nilai Jawaban
F
N
N
35
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum SMA Negeri 1 Ajangale Kabupaten Bone
SMA Negeri 1 Ajangale Kabupaten Bone merupakan lembaga
pendidikan yang bernaung di bawah Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan Nasional, terletak di jalan Jenderal Ahmad Yani Pompanua
Kecamatan Ajangale Kabupaten Bone Provinsi Sulawesi Selatan
merupakan jalan poros Bone Sengkang (wajo). Sekolah ini didirikan pada
tanggal 1 juli 1983 dan dioperasikan pada tahun 1985. Kehadiran sekolah
ini dapat menunjang kelangsungan pembangunan di bidang pendidikan
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membina generasi
muda.
SMA Negeri 1 Ajangale menerima siswa pada tahun 1985,
sejakberdirinya sekolah ini di tahun 1983 sampai sekarang telah
mengalami pergantian kepala sekolah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
sebagai berikut:
1. Drs. H. Nadjamuddin Mussu
2. Drs. H. Abdul Halim, M.Pd
3. Ahmad. AR, S.Pd tahun 2014 sampai sekarang
35
36
1. Visi dan Misi SMA Negeri 1 Ajangale Kabupaten Bone
a. Visi
“Unggul dalam Prestasi ilmu Pengetahuan dan teknologi
berdasarkan iman dan takwa‟‟
b. Misi
1) Meningkatkan Proses Pembelajaran Efektif
2) Meningkatkan kemampuan dan pengetahuan dibidang
teknologi informasi dan komunikasi
3) Mengembangkan Potensi pesrta didik yang inovatif, kreatif
dan sportif
4) Meningkatkan pembinaan ekstrakurikuler bidang olahraga
dan seni budaya
5) Meningkatkan pembinaan baca tulis Al-qu‟an
6) Meningkatkan pengamalan ajaran agama yang dianut
7) Meningkatkan kepedulian terhadap lingkungan hidup dan
kegiatan sosial
2. Keadaan Guru
Guru adalah komponen yang penting dalam pembelajaran.
Guru mempunyai kewajiban dan kecakapan untuk mencerdaskan
anak-anak bangsa untuk kesejahteraan hidup bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara. Berdasarkan data yang diperoleh dari
kantor tata usaha SMAN 1 Ajangale Kabupaten Bone menunjukkan
37
jumlah guru yang ada disekolah tersebut seluruhnya 50 orang. Untuk
lebih jelasnya lihat tabel berikut :
TABEL III
Keadaan Guru SMAN 1 Ajangale Kabupaten Bone tahun2015/2016
No. Nama Pendidikan
Terakhir
Status
kepegawaian
Jabatan
1. Ahmad. AR. S.Pd S1 PNS Kepsek
2. Drs. Kamaruddin S1 PNS Wakasek
3. Dra. Hj. Darmi S1 PNS Guru
4. Dra. Hj. St. Aminah, M.Pd S2 PNS Guru
5. Dra. Naisyah S1 PNS Guru
6. Dra. Hj. St. Aminah S1 PNS Guru
7. Drs. Muhammad Arsyad S1 PNS Guru
8. Drs. Kahar S1 PNS Guru
9. Muing, S.Pd, M.Pd S2 PNS Guru
10. Muhammad Anas S.Pd S1 PNS Guru
11. Dra. Aliyah S1 PNS Guru
12. Hj. Sitti Ramlah, S.Pd S1 PNS Guru
13. Andi Asdariah, S.Pd, M.Pd S2 PNS Guru
14. Rosdiana, S.Pd, M.Pd S2 PNS Guru
15. Dra. Hj. Nurbaya S1 PNS Guru
16. Sri Wahyuni, S.Pd S1 PNS Guru
38
17. Sitti Juweriah, S.Pd S1 PNS Guru
18. A. Rahmawati, S.Pd.I, M,Pd.I S2 PNS Guru
19. Basir, S.Pd S1 PNS Guru
20. DR. Haerany Halim, S.Pd, M.Pd S3 PNS Guru
21. Akbar Alamsyah, S.Pd S1 PNS Guru
22. Besse Rosnani Diana, S.Pd S1 PNS Guru
23. Abustan, S.Pd, M.M S2 PNS Guru
24. Sudirman, SE, S. Pd S1 Honorer Guru
25. Agusnawati, S.Pd S1 Honorer Guru
26. Heriyanti Suhud, S.Pd S1 Honorer Guru
27. Abd. Latif, S. Ag S1 Honorer Guru
28. Wirdani Ilyas, S. Pd.I S1 Honorer Guru
29. Jumarni, SE S1 Honorer Guru
30. Sri Wahyuni , S.S S1 Honorer Guru
31. Siti Aisyah, S.Pd S1 Honorer Guru
32. Baharuddin, S.Pd S1 Honorer Guru
33. Lili Ervina, S.Pd S1 Honorer Guru
34. Alfi Syahr Yugas, S.Pd.I S1 Honorer Guru
35. Trisna Sinta Optaviani, S.Pd S1 Honorer Guru
36. Baharuddin, S.Pd S1 Honorer Guru
37. Anisman, S.Pd S1 Honorer Guru
38. A. Dewi Purnamasari, S.Pd S1 Honorer Guru
39
39. Benny Ardi, S.Pd S1 Honorer Guru
40. Andi Kurniati, S.Pd S1 Honorer Guru
41. Resmawati, S.Pd S1 Honorer Guru
42. Andi Asriadi Dwi Harjaya, S.Pd S1 Honorer Guru
43. Andi Fatmawati SLTA Honorer Guru
44. Nuraini SLTA Honorer Guru
45. Wahyu, S.Pd S1 Honorer Guru
46. Sudirman SLTA PNS Peg. Tu
47. Sudarmin, SE S1 Honorer Peg. Tu
48. Abdul Hamid SLTA Honorer Peg. Tu
49. Jumasni, S.Kom S1 Honorer Peg. Tu
50. Muh. Firdaus SLTA Honorer Peg. Tu
Sumber Data : Kantor tata usaha SMAN 1 Ajangale Kabupaten Bone
3. Keadaan Siswa
Siswamerupakan bagian dari komponen yang tidak dapat
dipisahkan dari sekolah karena siswa merupakan objek pendidikan
dan tujuan untuk diberi pengajaran di luar rumah. Pendidikan tidak
mungkin terlaksana tanpa adanya siswa sebagai objek yang menerima
pendidikan.
Untuk mengetahui keadaan siswa SMAN 1 Ajangale Kabupaten
Bone dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut:
40
TABEL IV
Keadaan Siswa SMAN 1 Ajangale Kabupaten Bone tahun 2015/2016
No Siswa Jeniskelamin
Jumlah Laki-laki Perempuan
1 Siswa kelas X 106 120 226
2 Siswa Kelas XI (Ipa,
Ips) 109 125 234
3 Siswakelas XII
(Ipa,Ips) 112 114 226
Jumlah 327 359 686
Sumber data: Kantor tata usaha SMAN 1 Ajangale Kabupaten Bone
4. Keadaan Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana sangat menunjang proses belajar
mengajar, disamping kemampuan siswa menerima pelajaran dan cara
guru menyajikan materi pelajaransesuai dengan keadaan dan situasi
siswa, karena itu dengan adanya fasilitas atau sarana dan prasarana yang
dapat menunjang keefektifan belajar siswa selama proses belajar
mengajar berlangsung.
Untuk lebih jelasnyadapat dilihat pada tabel berikut :
TABEL V
Sarana dan prasarana Sekolah SMAN 1 Ajangale Kabupaten Bone tahun 2015/2016
NO Sarana dan prasarana Keterangan
Jumlah Baik Rusak
1. Ruang Belajar 21 - 21
2. Ruang Kepala Sekolah 1 - 1
3. Ruang Guru ( Kantor ) 1 - 1
4. Ruang TU 1 - 1
5. Laboratorium Komputer
1 - 1
6. Ruang Perpustakaan 1 - 1
7. Laboratorium Ipa 2 - 2
8. Aula 1 - 1
Sumber Data: Kantor tata usaha SMAN 1 Ajangale Kabupaten Bone
41
Dari tabel keadaan sarana dan prasarana tersebut maka, penulis
dapat mengambil kesimpulan bahwa sarana dan prasarana yang dimiliki
oleh Sekolah SMA Negeri 1 Ajangale Kabupaten Bone layak untuk
melakukan proses belajar mengajar yang efektif dan efisien.
B. Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di SMA Negeri 1
Ajangale Kabupaten Bone
Bimbingan konseling merupakan suatu kegiatan bantuan dan
tuntutan yang diberikan kepada individu pada umumnya, dan siswa pada
khususnya di sekolah yang diberikan bimbingan secara langsung tatap
muka (face to face) kepada siswa yang bermasalah disekolah. jadi guru
BK betul-betul memahami karakter siswanya. Menurut Sertzer dan Stone,
bimbingan merupakan proses membantu orang perorangan untuk
memahami dirinya sendiri dan lingkungan hidupnya.
Bimbingan dan konseling diharapkan untuk membantu siswa
dalam memahami dirinya sendiri, mengeksplorasi lingkungannya, dan
mengatasi tantangan-tantangan yang ia hadapi termasuk dalam hal pola
perubahan perilaku siswa di SMA Negeri 1 Ajangale.
Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka untuk mengetahui
pelaksanaan bimbingan dan konseling di SMA Negeri 1 Ajangale
Kab.Bone. Peneliti menggunakan angket siswa.
Hasil tabulasi angket dapat penulis paparkan persentase setiap
item sebagai berikut:
42
TABEL VI
Pendapat Siswa tentang Bimbingan dan Konseling perlu dilaksanakan di Sekolah
No Jawaban Frekuensi Persentase %
1 Setuju 45 64,2 %
2 Ragu-ragu 25 28,6 %
3 Tidak Setuju 5 7,14 %
Jumlah 70 100 %
Sumber data: tabulasi angket No. 1
Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 70 responden ada45 orang
atau 64,2 % yang mengatakan setuju, 25 orang atau 28,6 % mengatakan
ragu-ragu dan 5 orang atau 7,14 %yang mengatakan tidak setuju. Hal ini
menunjukkan bahwa siswa setuju tentang bimbingan dan konseling yang
dilaksanakan di Sekolah.
TABEL VII
Pendapat Siswa tentang Guru Pembimbing Memberikan Pelayanan Setiap Hari
No Jawaban Frekuensi Persentase
1 Setuju 32 45,7 %
2 Ragu-ragu 33 47.2 %
3 Tidak Setuju 5 7,2 %
Jumlah 70 100 %
Sumber data: tabulasi angket No. 2
Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 70 responden ada 32 orang
atau 45,7% yang mengatakan setuju, 33 orang atau 47,2% mengatakan
ragu-ragu dan 5 orang atau 7,2 %yang mengatakan tidak setuju. Hal ini
43
menunjukkan bahwa siswa ragu-ragu tentang guru pembimbing
memberikan pelayanan setiap hari.
TABEL VIII
Pendapat Siswa tentang Guru Pembimbing menyediakan fasilitas khusus
No Jawaban Frekuensi Persentase
1 Setuju 35 50 %
2 Ragu-ragu 27 38,6 %
3 Tidak Setuju 8 11,4 %
Jumlah 70 100 %
Sumber data: tabulasi angket No. 3
Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 70 responden ada 35 orang
atau 50 % yang mengatakan setuju, 27 orang atau 38,6 % mengatakan
ragu-ragu dan 8 orang atau 11,4 %yang mengatakan tidak setuju. Hal ini
menunjukkan bahwa siswa setuju tentang guru pembimbing yang
menyediakan fasilitas khusus.
TABEL IX
Pendapat Siswa tentang Guru Pembimbing selalu memberikan Informasi yang berguna
No Jawaban Frekuensi Persentase
1 Setuju 56 80 %
2 Ragu-ragu 10 14,3 %
3 Tidak Setuju 4 5,7 %
Jumlah 70 100 %
Sumber data: tabulasi angket No. 4
Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 70 responden ada 56 orang
atau 80 % yang mengatakan setuju, 10 orang atau 14,3% mengatakan
44
ragu-ragu dan 4 orang atau 5,7 %yang mengatakan tidak setuju. Hal ini
menunjukkan bahwa siswa setuju tentang guru pembimbing selalu
memberikan informasi yang berguna.
Berdasarkan table diatas dipertegas sebagaimana yang dijelaskan
oleh Basir, S.Pd, guru Bimbingan Konseling, mengemukakan bahwa :
“Guru bimbingan konseling memegang peranan penting untuk membina dan membantu siswa dalam menyelesaikan persoalan yang dihadapi”. ( wawancara disekolah, 11 Agustus 2015 )
Menurut Abdul Latif, S.Ag : „‟Profesi sebagai guru bimbingan konseling sangat baik karena kita bisa memberikan arahan kepada siswa untuk bersikap lebih baik, menyelesaikan permasalahan yang dihadapi siswa „‟. ( wawancara disekolah, 11 Agustus 2015 )
Dari Argument diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa
pelaksanaan Bimbingan dan konseling di SMAN 1 Ajangale Kabupaten
Bone berjalan dengan lancar sesuai dengan peraturan yang ada
disekolah tersebut. Hal ini dibuktikan dengan guru pembimbing peduli
dengan siswa-siswanya dengan memberikan pelayanan yang terbaik
di dalam pelaksanaan bimbingan konseling mereka dapat membantu,
melayani, dan membina siswa dalam menyelesaikan permasalahan
yang dihadapi oleh siswanya.
C. Efektifitas Bimbingan dan Konseling terhadap Perubahan
Perilaku Siswa di SMA Negeri Ajangale Kab.Bone
Peran bimbingan dan konseling dalam meningkatkan mutu
pendidikan, tidak hanya terbatas pada bimbingan yang bersifat akademik
tetapi juga sosial, pribadi, intelektual dan pemberian nilai.
45
Dengan bantuan bimbingan dan konseling maka pendidikan yang
tercipta tidak hanya menciptakan manusia-manusia yang beriorentasi
akademik tinggi, namun dalam kepribadian dan hubungan sosialnya
rendah serta tidak mempunyai system nilai yang mengontrol dirinya
sehingga yang dihasilkan pendidikan hanyalah robot-robot intelektual, dan
bukannya manusia seutuhnya.
Dengan adanya bimbingan dan konseling, maka integrasi dari
seluruh potensi ini dapat dimunculkan sehingga keseluruhan aspek yang
muncul, bukan hanya kognitif atau akademis saja tetapi juga seluruh
komponen dirinya baik itu kepribadian, hubungan sosial serta memiliki
nilai-nilai yang dapat dijadikan pegangan.
Jadi, dari uraian diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa peran
bimbingan dan konseling di dalam meningkatkan mutu pendidikan terletak
pada bagaimana bimbingan dan konseling itu membangun manusia yang
seutuhnya dari berbagai aspek yang ada di dalam diri peserta didik,
seperti yang manyangkut aspek pribadi, sosial, kematangan intelektual
dan sistem nilai.
Untuk mengetahui lebih jauh dapat dilihat dari hasil angket yang
diedarkan pada siswa. Angket yang beriorentasi pada efektifitas
bimbingan konseling terhadap perubahan perilaku siswa di SMA Negeri 1
Ajangale Kab.Bone, sebagai berikut :
46
TABEL X
Pendapat Siswa tentang Bimbingan Konseling yang membantu Siswa
memahami keadaan Diri Pribadi
No Jawaban Frekuensi Persentase
1 Setuju 33 47,2 %
2 Ragu-ragu 28 40 %
3 Tidak Setuju 9 12,8 %
Jumlah 70 100 %
Sumber data: tabulasi angket No. 5
Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 70 responden ada 33 orang
atau 47,2 % yang mengatakan setuju, 28 orang atau 40 % mengatakan
ragu-ragu dan 9 orang atau 12,8 %yang mengatakan tidak setuju. Hal ini
menunjukkan bahwa siswaSetuju tentang bimbingan konseling yang
membantu dalam memahami keadaan diri pribadi.
TABEL XI
Pendapat Siswa tentang Bimbingan Konseling yang Mampu Mengembangkan Potensi diri
No Jawaban Frekuensi Persentase
1 Setuju 23 32,8 %
2 Ragu-ragu 37 52,8 %
3 Tidak Setuju 10 14,3 %
Jumlah 70 100 %
Sumber data: tabulasi angket No. 6
Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 70 responden ada 23 orang
atau 32,8 % yang mengatakan setuju, 37 orang atau 52,8% mengatakan
ragu-ragu dan 10 orang atau 14,3 %yang mengatakan tidak setuju. Hal ini
47
menunjukkan bahwa siswaragu-ragu tentang bimbingan konseling mampu
mengembangkan potensi.
TABEL XII
Pendapat Siswa tentang Bimbingan Konseling yang membantu dalam memecahkan masalah
No Jawaban Frekuensi Persentase
1 Setuju 30 42,8 %
2 Ragu-ragu 20 28,6 %
3 Tidak Setuju 20 28,6 %
Jumlah 70 100 %
Sumber data: tabulasi angket No. 7
Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 70 responden ada 30 orang
atau 42,8% yang mengatakan setuju, 20 orang atau 28,6% mengatakan
ragu-ragu dan 20 orang atau 28,6 %yang mengatakan tidak setuju. Hal ini
menunjukkan bahwa siswasetuju tentang bimbingan konseling dalam
memecahkan masalah.
Dari Argument diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa
efektifitas Bimbingan dan konseling terhadap perubahan perilaku
siswa di SMAN 1 Ajangale Kabupaten Bone cukup berpengaruh, hal
ini dibuktikan dari hasil angket bahwa bimbingan dan konseling dapat
membantu siswa dalam memahami keadaan diri pribadi dan
bimbingan dan konseling membantu dalam memecahkan masalah.
jadi, guru mampu dan berusaha memberikan pelayanan terbaik dan
membina siswa.
48
D. Perubahan Sikap Siswa yang melakukan Pelanggaran setelah
diberikan bimbingan di SMA Negeri 1 Ajangale Kab.Bone
Bimbingan merupakan bantuan kepada individu dalam menghadapi
masalah-masalah yang dapat timbul dalam kehidupannya bantuan
semacam ini sangat tepat jika diberikan disekolah, agar setiap siswa lebih
berkembang kearah yang semaksimal mungkin..
Selain guru bimbingan konseling guru kelas serta guru bidang studi
yang lain dapat memberikan layanan bimbingan konseling kepada siswa
tanpa terkecuali. Realitas dilapangan khususnya di SMA Negeri 1
Ajangale Kabupaten Bone menunjukkan peran guru kelas dalam
pelaksanaan bimbingan konseling belum dapat dilakukan secara optimal
mengingat tugas dan tanggung jawab guru kelas yang memiliki banyak
beban sehingga tugas memberikan layanan bimbingan konseling kurang
membawa dampak positif bagi peningkatan prestasi belajar siswa.
Dalam pedoman kurikulum tingkat satuan pendidikan bidang
bimbingan konseling tersirat dalam suatu sistem layanan bimbingan dan
konseling berbasis kompetensi tidak mungkin akan tercipta dan tercapai
dengan baik apabila tidak memiliki sistem pengelolaan yang bermutu.
Artinya, hal itu perlu dilakukan secara jelas, sistematis, dan terarah. untuk
itu perlu diperlukan guru pembimbing yang profesional dalam mengelolah
kegiatan bimbingan konseling berbasis kompetensi.
Perubahan perilaku siswa menjadi tolak ukur tingkat keberhasilan
guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai pembimbing. perubahan
49
perilaku siswa kearah yang positif setelah menerima bimbingan akan
berdampak baik pula terhadap prestasi siswa yang dicapai.
Berkaitan dengan perubahan perilaku siswa, kerja sama antara
rekan-rekan guru yang lain tetap terjalin agar proses pemecahan
permasalahan cepat terselesaikan.
Sebagaimana yang dikatakan oleh salah seorang guru BK dan juga
mengajar dibidang studi lain bahwa : “Sikap siswa setelah diberikan
bimbingan sikapnya berpengaruh kearah yang lebih baik dari pada
sebelumnya dimana beliau berusaha memberikan pelayanan terbaik dan
berusaha membina kearah yang lebih baik agar dapat menyelesaiakan
permasalahan yang dihadapi oleh siswa”
( wawancara disekolah, 11 Agustus 2015 )
Mengenai siswa yang melakukan pelanggaran kadang-kadang
terdapat kendala atau kesulitan yang dihadapi oleh guru BK yang
menangani siswa yang bermasalah. Sebagaimana yang dikatakan oleh
Basir S.Pd, salah seorang guru BK bahwa : untuk mengatasi masalah
atau kendala beliau melibatkan berbagai pihak yang ada disekolah
tersebut demi tercapainya suatu penyelesaian masalah.
Dengan demikian, pengaruh bimbingan konseling terhadap siswa
yang melakukan pelanggaran di SMAN 1 Ajangale Kabupaten Bone
mengalami banyak perubahan, hal ini dikarenakan guru mampu dan
berusaha meberikan pelayanan terbaik dan membantu menyelesaikan
permasalahan yang dihadapi siswa.
50
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian diatas maka pada bab ini penulis
mengemukakan beberapa kesimpulan antara lain:
1. Pelaksanaan Bimbingan dan konseling di SMAN 1 Ajangale
Kabupaten Bone dilaksanakan pada saat tertentu dengan
kata lain siswa berhadapan langsung menerima bimbingan
dari guru BK atau guru yang menangani siswa yang
bermasalah. Hal ini dibuktikan dengan guru pembimbing
peduli dengan siswa-siswanya dengan memberikan
pembinaan dan pelayanan yang terbaik didalam pelaksanaan
bimbingan konseling.
2. Efektifitas Bimbingan dan konseling terhadap perubahan
perilaku siswa di SMAN 1 Ajangale Kabupaten Bone.
Bimbingan dan Konseling membantu siswa dalam memahami
keadaan diri pribadi dan Bimbingan Konseling membantu
dalam memecahkan masalah.
3. Perubahan perilaku siswa yang melakukan pelanggaran setelah
diberikan bimbingan di SMA Negeri 1 Ajangale Kabupaten Bone
Sikapnya berpengauh positif karena guru berusaha membina
kearah yang lebih baik.
51
B. Saran-saran
Setelah melakukan penelitian (observasi) secara langsung, maka
penulis ingin memberikan saran sebagai harapan ingin dicapai
sekaligus sebagai kelengkapan dalam skripsi ini.
1. Diharapkan kepada guru sebagai pelaksana pendidikan dalam
mengaplikasikan bimbingan dan konseling diharapkan mampu
menyesuaikan masalah pribadi dan masalah pendidikan.
2. Diharapkan kepada tokoh masyarakat agar sadar akan pentingya
pendidikan, khususnya guru-guru yang memiliki tanggung jawab
dalam mencerdaskan anak bangsa.
3. Diharapkan kepada pemerintah khususnya Dinas Pendidikan untuk
memberikan pelatihan-pelatihan dan penataran guru untuk
membentuk guru yang berkompetensi dalam dunia pendidikan
terlebih khusus pada penguasaan bimbingan dan konseling.
52
DAFTAR PUSTAKA
Al-quran Al-Karim
Adam I, Indrawijaya. 1989. Perilaku Organisasi. Bandung : Sinar Baru.
Ahmadi Abu. 1991. Bimbingan dan Konseling disekolah. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Arikunto Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Cet.12. Rineka Cipta
Basrah Andi. 2012. ( Skripsi Pai ) Efektifitas Pembelajaran Pendidikan Agam Islam dengan menggunakan Pendekatan Individual bagi Siswa bermasalah disekolah Menengah Pertama Negeri 1 Benteng Kabupaten Kepualauan Selayar. Makassar.
Dewa Ketut Sukardi. 2000. Pengantar Pelaksanaan Bimbingan dan
Konseling disekolah.Jakarta : PT Rineka Cipta.
Emzir.2009. Metodologi Penelitian Pendidikan kuantitatif dan kualitatif.Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
Hikmawati Fenti. 2011. Bimbingan dan Konseling. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
Latif Lenni. 2011. (Skripsi Pai) Intensitas Menonton Siaran Televisi Terhadap Perilaku Belajar Siswa SMP Negeri 1 Turatea Kabupaten Jeneponto. Makassar.
Masri Singarimbun dan Sofian Effendi. 1989. Metode Penelitian Survai. Jakarta : LP3ES (anggota IKAPI).
Muh. Farozin. 2004. Pemahaman Tingkah Laku. Jakarta : PT Rineka Cipta.
Nursinah. 2010. (Skripsi Pai) Efektifitas Bidang Studi Kemuhammadiyahaan dalam Pembinaan Akhlak Pada Siswa Madarasah Aliyah Muhammadiyah Cambajawa Kecamatan Bontonompo Kabupaten Gowa. Makassar.
Rahardjo Susilo dan Gudnanto.2013. Pemahaman Individu Teknik Nontes. Jakarta : Kencana Prenada media Group.
Santoso Bung. 2010. (Skripsi Pai) Efektifitas Proses Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Siswa SMP Trisakti Aroeppala Kota Makassar. Makassar.
53
Sartono. 1998. Bimbingan dan Penyuluhan. Bandung : CV Pustaka Setia.
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : CV Alfabet.
Tiro Arif. 2009. Penelitian Skripsi, Tesis, dan Disertasi. Makassar : Andira Publisher
Tohirin.2012. Metode Penelitian Kualitatif Dalam Bimbingan dan
Konseling.Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
Walgito Bimo. 2005. Bimbingan dan Konseling. Jakarta : CV Andi Offset.
Wardati dan Jauhar Mohammad.2011. Implementasi Bimbingan dan Konseling di Sekolah.Jakarta : Prestasi Pustakarya.
PRAKATA
Dengan segala kerendahan hati penulis panjatkan puji dan syukur
kehadirat Allah SWT, karena hanya berkat Rahmat dan petunjuk-Nya
jualah serta kekuatan imam yang diberikan-Nya, sehingga skripsi ini dapat
terwujud serta junjungan Nabi Muhammad saw dan para pengikutnya
hingga akhir zaman.
Skripsi ini dapat terselesaikan dengan rintangan dan hambatan
yang tidak sedikit, mulai rancangan pembuatannya hingga penelitian
dilapangan yang cukup membagi banyak pengorbanan. Oleh karena itu
bantuan pikiran, dan sebagainya bagi segenap kalangan yang telah
memberikan bantuannya,baik moril maupun material, penulis hanturkan
banyak terima kasih.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada :
1. Kedua orang tua saya yang tercinta. Bapak Mansur dan Ibunda
tercinta Rahmi yang telah mengarahkan atau membimbing dan
memberikan dorongan baik moril maupun materi hingga penulis
mampu menyelesaikan skripsi ini, semoga Allah SWT senantiasa
mengasihi dan melindungi mereka.
2. DR. H. irwan Akib,M. Pd. Selaku Rektor Universitas Muhammadiyah
Makassar yang telah memberikan kesempatan kepada penulis
v
untuk melanjutkan studi di perguruan tinggi di Universitas
Muhammadiyah Makassar.
3. Drs. H. Mawardi Pewangi, M. Pd.I. selaku Dekan Fakultas Agama
Islam yang telah membantu penulis sejak menjadi mahasiswa
hingga berakhirnya masa perkuliahan di Fakultas Agama Islam.
4. Amirah Mawardi, S.Ag.M.Si selaku ketua jurusan Pendidikan Agama
Islam yang senantiasa membantu penulis dalam persoalan
akademik.
5. Dr. Abd. Rahim Razaq, M.Pd. selaku dosen pembimbing I dan Dra.
A.Fajriwati T, MA. M.Pd. selaku dosen pembimbing II yang dalam
kesibukannya tetap memberikan bimbingan dan masukan dengan
penuh kesabaran hingga penyelesaian penulisan dan penyusunan
skripsi ini.
6. Bapak / ibu para dosen Fakultas Agama Islam yang telah
membenahi ilmu kepada penulis, yang penuh manfaat dan berkah,
semoga amal jariah selalu mengalir.
7. Semua karyawan Tata Usaha Fakultas Agama Islam yang selalu
melayani penulis dengan ikhlas, penulis ucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya.
8. Saudara-saudara dan para sahabat yang telah memberikan
dukungan dan dorongan sehingga penulis berhasil mencapai cita-
cita yang diharapkan.
vi
Penulis menyadari bahwa penyusunan karya ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh kerena itu, dengan kerendahan hati penulis
menerima kritikan dan saran demi penyempurnaan.
Akhir kata penulis mengucapkan banyak terima kasih atas segala
bantuan yang telah diberikan, penulis hanya mampu mengembalikan
kepada Allah SWT semoga mendapatkan balasan yang setimpal. Aamiin
Ya Rabbal Alamin.
Makassar, 5 Dzulqaidah 1436 H 19 Agustus 2015 M
Penulis
KASMIRAH ADRIANI
vii
ABSTRAK
KASMIRAH ADRIANI, 105 190 1237 11. Efektifitas Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling terhadap Perubahan Perilaku Siswa SMA Negeri Ajangale Kabupaten Bone ( dibimbing oleh Abd.Rahim Razaq dan A.FajriwatiT.) Penilitian ini bertujuan untuk menjelaskan pelaksanaan bimbingan dan konseling di SMAN 1 Ajangale Kabupaten Bone, efektifitas bimbingan dan konseling terhadap terhadap perubahan perilaku siswa di SMAN 1 Ajangale Kabupaten Bone, perubahan sikap siswa yang melakukan pelanggaran setelah diberikan bimbingan di SMAN 1 Ajangale kabupaten Bone. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian survey (lapangan) dengan pendekatan kualitatif yang berlokasi di SMA Negeri 1 Ajangale Kabupaten Bone yang mana populasi sebanyak 688 dan sampel sebanyak 70 sebagai responden sekaligus sebagai informan yang dipilih secara langsung. penulis menggunakan instrument memilih angket, wawancara, observasi, dan dokumentasi dengan menggunakan tekhnik analisis deskriptif.
Hasil penelitian membuktikan bahwa pelaksanaan bimbingan dan konseling di SMA Negeri 1 Ajangale Kabupaten Bone cukup baik. Hal tersebut dapat dibuktikan dari pendapat siswa tentang guru pembimbing yang selalu memberikan informasi yang berguna. hal ini dibuktikan dari hasil angket siswa yang menyatakan setuju sebanyak 56 orang (80 %). Dan efektifitas bimbingan dan konseling terhadap perubahan perilaku siswa di SMA Negeri 1 Ajangale Kabupaten Bone sudah efektif. Hal tersebut dapat dibuktikan dari pendapat siswa tentang bimbingan konseling yang membantu siswa memahami keadaan diri pribadi. Hal ini dapat dibuktikan dari hasil angket yang menyatakan setuju sebanyak 33 orang (47,2%). Dan perubahan sikap siswa yang melakukan pelanggaran setelah diberikan bimbingan di SMAN 1 Ajangale Kabupaten Bone. hal ini dibuktikan dari ungkapan salah seorang guru BK hasil wawancara yang dilaksanakan bahwa perubahan sikap siswa setelah diberikan bimbingan dapat berpengaruh pada perubahan kearah yang lebih baik dari pada sebelumnya dimana guru BK berusaha memberikan pelayanan terbaik dan membina siswa kearah yang lebih baik agar proses permasalahan dapat terselesaikan.
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL .............................................................................. .i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................... ii
PENGESAHAN SKRIPSI ....................................................................... iii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ................................... iv
PRAKATA .............................................................................................. v
ABSTRAK .............................................................................................. viii
DAFTAR ISI ........................................................................................... ix
DAFTAR TABEL .................................................................................... xi
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 4
D. Manfaat Penelitian ...................................................................... 5
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Efektifitas……………………………………………….6
B. Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling………………………….7
1. Pengertian Bimbingan………………………………………….7
2. Pengertian Konseling………………………………………….10
3. Fungsi dan Tujuan BK di sekolah……………………………14
4. Peranan Guru dalam Pelaksanaan BK di sekolah………....18
5. Penanganan Siswa bermasalah di sekolah………………....22
C. Perubahan Perilaku Siswa……………………………………….. 23
1. Pengertian Perilaku ( Tingkah Laku )………………………...23
2. Kepribadian sebagai Pemahaman Tingkah laku…………...25
ix
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian .......................................................................... 27
B. Lokasi dan Objek Penelitian ....................................................... 28
C. Variabel Penelitian ..................................................................... 28
D. Definisi Operasional Variabel ..................................................... 29
E. Populasi danSampel .................................................................. 30
1. Populasi ................................................................................ 30
2. Sampel .................................................................................. 30
F. Instrumen Penelitian.................................................................. 31
G. sTeknik Pengumpulan data ........................................................ 33
H. Teknik Analisis data ................................................................... 34
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum SMAN 1 Ajangale Kab.Bone .......................... 35
B. Pelaksanaan bimbingan dan konseling di SMAN 1 Ajangale Kab.Bone .................................................................................... 41
C. Efektifitas bimbingan dan konseling terhadap perubahan perilaku siswa di SMAN 1 Ajangale Kab.Bone ......................................... 44
D. Perubahan sikap siswa yang melakukan pelanggaran setelah diberikan bimbingan di SMAN 1 Ajangale Kab.Bone……………. 48
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan……………………………………………………….50
B. Saran-saran ........................................................................... 51
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
x
DAFTAR TABEL
Tabel I : Keadaan Populasi ................................................................... 30
Tabel II : Keadaan Sampel .................................................................... 31
Tabel III : Keadaan Guru SMAN 1 Ajangale Kabupaten Bone Tahun Ajaran 2015/2016 .......................................................... 37
Tabel IV : Keadaan Siswa SMAN 1 Ajangale Kabupaten Bone
Tahun Ajaran 2015/2016 ........................................................ 40 Tabel V : Sarana dan prasarana SMAN 1 Ajangale Kabupaten
BoneTahun Ajaran 2015/2016 ................................................ 40 Tabel VI : Pendapat Siswa tentang Bimbingan dan Konseling perlu
dilaksanaknan disekolah .......................................................... 42 Tabel VII: Pendapat Siswa tentang Guru Pembimbing memberikan
Pelayanan Setiap Hari ............................................................ 42 Tabel VIII: Pendapat Siswa tentang Guru Pembimbing menyediakan
Fasilitas khusus ...................................................................... 43 Tabel IX: Pendapat siswa tentang Guru Pembimbing selalu memberikan
informasi yang berguna ............................................................ 43 Tabel X: Pendapat Siswa tentang Bimbingan Konseling yang membantu
Siswa yang memahami keadaan diri pribadi ............................. 46 Tabel XI: Pendapat Siswa tentang Bimbingan Konseling yang mampu
Mengembangkan Potensi diri .................................................. 46 Tabel XII: Pendapat Siswa tentang Bimbingan Konseling yang membantu
dalam memecahkan masalah .................................................. 47
xi
LAMPIRAN – LAMPIRAN
NAMA SISWA :
KELAS :
TANGGAL :
PETUNJUK
PERHATIKAN DAN CERMATI SETIAP PERNYATAAN SEBELUM MEMILIH JAWABAN
PILIH SALAH SATU JAWABAN PADA MASING-MASING PERNYATAAN DENGAN PASTI
JANGAN RAGU DAN TAKUT
SOAL :
1. Bimbingan Konseling perlu dilaksanakan disekolah
a. Setuju
b. Ragu-ragu
c. Tidak setuju
2. Guru Pembimbing memberikan Pelayanan setiap hari
a. Setuju
b. Ragu-ragu
c. Tidak setuju
3. Guru Pembimbing deisediakan Fasilitas khusus ( Misalnya Ruangan khusus )
a. Setuju
b. Ragu-ragu
c. Tidak setuju
4. Guru Pembimbing selalu memberikan informasi yang berguna
a. Setuju
b. Ragu-ragu
c. Tidak setuju
5. Bimbingan Konseling membantu saya memahami keadaan diri pribadi saya
a. Setuju
b. Ragu-ragu
c. Tidak setuju
6. Karena Bimbingan Konseling saya mampu mengembangkan potensi diri
a. Setuju
b. Ragu-ragu
c. Tidak setuju
7. Bimbingan Konseling membantu saya dalam memecahkan masalah
a. Setuju
b. Ragu-ragu
c. Tidak setuju
PEDOMAN WAWANCARA
Nama Responden :
Umur :
Pertanyaaan :
1. Boleh Bapak / Ibu ceritakan sudah berapa lama menjadi guru Bimbingan dan
Konseling disekolah ini ?
2. Sambil menjadi guru Bk, apakah Bapak/Ibu mengajar mata pelajaran yang lain ?
3. Bagaimana pandangan Bapak/Ibu memandang profesi sebagai guru Bk ?
4. Bagaimana perasaan Bapak/Ibu selama menjadi guru Bk disekolah ini ?
5. Mungkin dalam memberikan layanan bimbingan kan kadang-kadang ada
kendala atau kesulitan, apabila Bapak/Ibu mengalami kesulitan atau kendala apa
yang akan ibu lakukan ?
6. Dalam layanan bimbingan dan konseling kan mutlak adanya keterbukaan.
seberapa pentingkah ibu memandang tentang keterbukaan itu ?
7. Apakah kerja sama Bapak/Ibu tetap terjalin dengan berbagai pihak yang ada
disekolah ini seperti guru mata pelajaran, guru wali kelas, dan bahkan kepala
sekolah ?
RIWAYAT HIDUP
Kasmirah Adriani Lahir di Timurung pada tanggal 14
Mei 1992 di Desa Timurung Kecamatan Ajangale
Kabupaten Bone anak ke 1 dari 2 bersaudara buah hati
dari pasangan ibu RAHMI dan bapak MANSUR.
Memperoleh ijazah SD di SDN No. 116 Timurung Desa Timurung Kec.
Ajangale Kab. Bone pada tahun 2005. Kemudian pada tahun yang sama
melanjutkan studi di MTsN Pompanua Kelurahan Pompanua Kec. Ajangale
Kab. Bone pada tahun 2005-2008 dan tamat pada tahun 2008.
Pada tahun yang sama yaitu tahun 2008 melanjutkan pendidikan di
SMA Negeri 1 Ajangale Kab. Bone, dan tamat pada tahun 2011. Kemudian
pada tahun yang sama tahun 2011 terdaftar sebagai mahasiswi di
Universitas Muhammadiyah Makassar pada Fakultas Agama Islam (FAI)
Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI)