Z - Case Report Session - Demensia Vaskular - Ana Yessi Santika Sari - 18

23
Case Report Session DEMENSIA VASKULER Oleh Ana Yesi Santika Sari - 0810311016 Preseptor Prof. Dr. dr. Darwin Amir, Sp. S (K) BAGIAN ILMU PENYAKIT SARAF

description

crs

Transcript of Z - Case Report Session - Demensia Vaskular - Ana Yessi Santika Sari - 18

Page 1: Z - Case Report Session - Demensia Vaskular - Ana Yessi Santika Sari - 18

Case Report Session

DEMENSIA VASKULER

Oleh

Ana Yesi Santika Sari - 0810311016

Preseptor

Prof. Dr. dr. Darwin Amir, Sp. S (K)

BAGIAN ILMU PENYAKIT SARAFFAKUKLTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS

RS DR M DJAMILPADANG

2012

Page 2: Z - Case Report Session - Demensia Vaskular - Ana Yessi Santika Sari - 18

DEMENSIA VASKULER

I. Definisi

Demensia adalah kumpulan gejala kronik yang disebabkan oleh berbagai latar

belakang penyakit dan ditandai oleh hilangnya memori jangka pendek, gangguan global

fungsi mental, termasuk fungsi bahasa, mundurnay kemampuan berpikir abstrak, kesulitan

merawat diri sendiri, perubahan perilaku, emosi labil, dan hilangnya pengenalan waktu dan

tempat, tanpa adanya gangguan dalam pekerjaan, aktivitas harian, dan sosial.1,2

II. Etiologi

- Penyakit degeneratif

Penyakit alzheimer (AD), demensia dengan badan lewy (DLB), demensia akibat

penyakit parkinson

- Penyebab vaskuler

Demensia multi infark (MID), infark lakunar, penyakit binswanger

- Trauma

Cedera kepala berat, perdarahan subdural

- Tumor intrakranial

Tumor primer, metastasis tumor

- Infeksi

Infeksi bakteri, virus, agen infeksius lain ( Creutzfeldt Jacob, neurocysticercosis)

- Penyebab hidrostatik

Hidrosefalus (komunikasn dan non komunikasn), hidrosefalus tekanan normal (NPH)

III. Klasifikasi

Demensia dapat dibagi menjadi demensia yang reversibel dan ireversibel yaitu3 :

1. Reversibel :

- Alkoholisme

- Gangguan pasikiatri

- Normal pressure Hydrocephalus

- Demensia Vaskular

2. Ireversibel :

- Demensia Alzheimer

- Pick’s Disease

- Parkinson’s Disease Dementia

Page 3: Z - Case Report Session - Demensia Vaskular - Ana Yessi Santika Sari - 18

DEMENSIA VASKULER

Penyakit vaskuler merupakan penyebab kedua demensia, setelah penyakit Alzheimer.

Penyakit vaskuler dapat dicegah dan ditangani, dengan peningkatan kewaspadaan dan

pengendalian faktor-faktor vaskuler , sehingga insidensi demensia dapat diturunkan3. Baru

sedikit diketahui tentang penyebab yang mendasari penyakit vaskuler ini. Beberapa penelitian

di Amerika melaporkan adanya gambaran insidensi spesifik untuk penyakit vaskuler, dan

telah dapat mengidentifikasikan faktor-faktor resiko yang berhubungan.4

Insiden dan Prevalensi

Insidensi dan prevalensi VaD yang dilaporkan berbeda-beda menurut populasi studi,

metode pendeteksian, kriteria diagnosa yang dipakai dan periode waktu pengamatan.

Diperkirakan demensia vaskuler memberi kontribusi 10 % - 20 % dari semua kasus

demensia3. Data dari negara-negara Eropa dilaporkan prevalensi 1,6% pada kelompok usia

lebih dari 65 tahun dengan insidensi 3,4 tiap 1000 orang per tahun. Penelitian di Lundby di

Swedia memperlihatkan angka resiko terkena VaD sepanjang hidup 34,5% pada pria dan

19.4% pada wanita bila semua tingkatan gangguan kognisi dimasukkan dalam

perhitungan4.Sudah lama diketahui bahwa defisit kognisi dapat terjadi setelah serangan

stroke. Penelitian terakhir memperlihatkan bahwa demensia terjadi pada rata-rata seperempat

hingga sepertiga dari kasus-kasus stroke7.

Prevalensi dari semua bentuk demensia termasuk demesia vaskuler, naik seiring

dengan bertambahnya usia. Di Eropa, prevalensi demensia vaskuler diperkirakan sekitar 1,5-

4,8 % pada individu berusia antara 70 hingga 80 tahun8.

Faktor resiko

Faktor-faktor resiko telah diteliti oleh beberapa ilmuwan dalam 4 tahun terakhir ini.

Mereka membagi faktor-faktor resiko itu dalam 4 kategori :

1. Faktor demografi, termasuk diantaranya adalah usia lanjut, ras dan etnis (Asia,

Africo-American), jenis kelamin (pria), pendidikan yang rendah, daerah rural.

2. Faktor aterogenik, termasuk diantaranya adalah hipertensi, merokok cigaret, penyakit

jantung, diabetes, hiperlipidemia, bising karotis, menopause tanpa terapi penggantian

estrogen, dan gambaran EKG yang abnomal.

3. Faktor non-aterogenik, termasuk diantaranya adalah genetik, perubahan pada

hemostatis, konsumsi alkohol yang tinggi, penggunaan aspirin, stres psikologik,

paparan zat yang berhubungan dengan pekerjaan (pestisida, herbisida, plastik), sosial

ekonomi.

Page 4: Z - Case Report Session - Demensia Vaskular - Ana Yessi Santika Sari - 18

4. Faktor yang berhubungan dengan stroke yang termasuk diantaranya adalah volume

kehilangan jaringan otak, serta jumlah dan lokasi infark4.

Riwayat dari stroke terdahulu adalah faktor resiko yang penting pada demensia

vaskuler. Tidak hanya berhubungan dengan luas dan jumlah infark, tetapi juga lokasi dan

bahkan lesi tunggal yang strategis sudah dapat menyebabkan demensia3.

Depresi merupakan suatu sindroma premonitor untuk VaD pada pasien-pasien stroke,

dan juga merupakan suatu penanda yang penting bagi kerusakan pada otak. Demensia

Vaskuler (VaD) merupakan suatu kelompok kondisi heterogen yang meliputi semua

sindroma demensia akibat iskemik, perdarahan, anoksik atau hipoksik otak dengan penurunan

kognisi mulai dari yang ringan sampai paling berat dan meliputi semua domain, tidak harus

dengan gangguan memori yang menonjol6

Secara garis besar VaD terdiri dari tiga subtipe yaitu :

1. VaD paska stroke yang mencakup demensia infark strategis, demensia multi-infark,

dan stroke perdarahan. Biasanya mempunyai korelasi waktu yang jelas antara stroke

dengan terjadinya demensia.

2. VaD subkortikal, yang meliputi infark lakuner dan penyakit Binswanger dengan

kejadian TIA atau stroke yang sering tidak terdeteksi namun memiliki faktor resiko

vaskuler.

3. Demensia tipe campuran, yaitu demensia dengan patologi vaskuler dalam kombinasi

dengan demensia Alzheimer (AD).

Sedangkan pembagian VaD secara klinis adalah sebagai berikut :

1. VaD pasca stroke

2. Demensia infark strategis : lesi di girus angularis, thalamus, basal forebrain, teritori

arteri serebri posterior, dan arteri serebri anterior.

3. Multiple Infark Dementia (MID)

4. Perdarahan intraserebral

5. VaD subkortikal

a. -Lesi iskemik substansia alba

b. -Infark lakuner subkortikal

c. -Infark non-lakuner subkortikal

6. VaD tipe campuran Alzheimer Disease dan Cerebrovascular Disease.

Page 5: Z - Case Report Session - Demensia Vaskular - Ana Yessi Santika Sari - 18

Etiologi

Baru–baru ini diketahui, bahwa demesia vaskuler bukan hanya disebabkan oleh

discret infark (multi-infark demensia), tapi juga oleh keadaan serebrovaskuler. Beberapa

kelainan vaskuler yang dapat menyebabkan demensia antara lain tercantum dalam tabel di

halaman selanjutnya ini5.

Diagnosis

Kriteria diagnosis yang digunakan saat ini adalah NINDS-AIREN (National Institute

of Neurological Disorders and Stroke, and L’Association Internationale pour la Recherche et

L’Enseignmement en Neurosciences).

1. Diagnosis klinis probable VaD meliputi semua hal dibawah ini :

a. Demensia

b. Penyakit serebrovaskuler (CVD) yang ditandai dengan adanya defisit neurologik

fokal pada pemeriksaan fisik seperti hemiparese, kelumpuhan otot wajah bawah,

refleks Babinski, defisit sensorik, hemianopsia, disartria, dll. Yang konsisten dengan

stroke (dengan atau tanpa riwayat stroke), dan bukti yang relevan adanya CVD

dengan pemeriksaan pencitraan otak (CT-scan atau MRI) meliputi stroke multipel

pembuluh darah besar atau infark tunggal tempat strategis (girus angularis, talamus,

basal forebrain, teritori arteri serebri posterio dan anterior), atau infark lakuner

multipel di basal ganglia dan substantia alba atau lesi substantia alba periventrikuler

luas atau kombinasi dari kelainan-kelainan di atas.

c. Terdapat hubungan antara kedua gangguan diatas dengan satu atau lebih keadaan

dibawah ini : Awitan demensia berada dalam kurun waktu 3 bulan pasca stroke.-

Deteriorasi fungsi kognisi yang mendadak atau berfluktuasi, defisit kognisi yang

progresif..

2. Kriteria diagnosis probable VaD subkortikal :

A. Sindroma kognisi yang meliputi kedua-duanya :

Sindroma disexecution : gangguan formulasi tujuan, inisiasi, perencanaan,

pengorganisasian, sekuensial, eksekusi, set-shifting, mempertahankan kegiatan dan

abstraksi.

Deteriorasi fungsi memori yang menyebabkan gangguan fungsi okupasi dan sosial

yang tidak disebabkan oleh gangguan fisik karena stroke.

B. CVD :

CVD yang dibuktikan dengan neuroimaging

Page 6: Z - Case Report Session - Demensia Vaskular - Ana Yessi Santika Sari - 18

Adanya riwayat defisit neurologis sebagai bagian dari CVD : hemiparese, parese

otot wajah, refleks Babinski positif, gangguan sensorik, disartri, gangguan berjalan,

gangguan ekstrapiramidal yang berhubungan dengan lesi subkortikal otak6.

Gambaran Klinis

Sesuai dengan NINDS-AIREN maka didapatkan gambaran klinis VaD sebagai berikut :

A. Gambaran klinis yang konsisten dengan diagnosis probable VaD :

1. Gangguan berjalan (langkah-langkah kecil, atau marche a petit-pas, magnetic,

apraxic-ataxic atau parkinson gait)

2. Riwayat miksi dini dan keluhan kemih yang bukan disebabkan oleh kelainan urologi.

Perubahan kepribadian dan suasana hati, abulia dan depresi. Inkontinesia emosi,

gejala defisit subkortikal meliputi retardasi psikomotor dan gangguan fungsi

eksekusi3.

B. Gambaran klinis yang tidak menyokong diagnosis VaD:

1. Defisit memori pada tahap dini, perburukan fungsi memori dan gangguan kognisi lain

seperti bahasa (ataxia transkortikal sensorik ), ketrampilan motorik (apraksia) dan

persepsi ( agnosia) tanpa adanya lesi yang sesuai pada pencitraan otak.

2. Tidak ditemukannya defisit neurologik fokal selain gangguan kognisi. Tidak

ditemukan lesi pada CT-scan atau MRI kepala5.

C. Gambaran klinis yang menyokong diagnosis VaD subkortikal :

1. Episode gangguan lesi upper motor neuron (UMN) ringan seperti kelumpuhan ringan,

refleks asimetri, dan inkoordinasi.

2. Gangguan berjalan pada tahap dini demensia.

3. Riwayat gangguan keseimbangan, sering jatuh, tanpa sebab

4. Urgensi miksi yang dini yang tidak disebabkan oleh kelainan urologi

5. Disartri, disfagi dan gejala ekstrapiramidal

6. Gangguan perilaku dan psikis seperti depresi, perubahan kepribadian, emosi labil, dan

retardasi psikomotor.

D. Gambaran yang tidak menyokong diagnosis VaD subkortikal

1. Awitan dini gangguan memori yang progresif memburuk dan gangguan kognisi lain

seperti disfasia, dispraksi, dan agnosia.

2. Tidak ditemukan lesi fokal yang berhubungan pada pencitraan

3. Tidak ditemukannya relevansi lesi serebral pada CT-scan atau MRI1.7.

Page 7: Z - Case Report Session - Demensia Vaskular - Ana Yessi Santika Sari - 18

Pemeriksaan Pemeriksaan VaD secara umum antara :

A. Riwayat medis meliputi

1. Riwayat medik umum. Wawancara meliputi gangguan medik yang dapat

menyebabkan demensia seperti penyakit jantung koroner, gangguan katup jantung,

penyakit jantung kolagen, hipertensi, hiperlipidemia, diabetes, arteriosklerosis perifer,

hipotiroidisme., neoplasma, infeksi kronik ( sifilis, AIDS )

2. Riwayat Neurologi umum. Wawancara riwayat neurologi seperti riwayat stroke, TIA,

trauma kapitis, infeksi susunan saraf pusat, riwayat epilepsi dan operasi otak karena

tumor atau hidrosefalus. Gejala penyerta demensia seperti gangguan motorik sensorik,

gangguan berjalan, koordinasi dan gangguan keseimbangan yang mendadak pada fase

awal menandakan defisit neurologik fokal yang mengarah pada VaD.

3. Riwayat Neurobehaviour. Informasi dari keluarga mengenai penurunan fuingsi

kognisi, kemampuan intelektual dalama aktivitas sehari-hari dan perubahan tingkah

laku adalah sangat penting dalam diagnosis demensia.

4. Riwayat psikiatrik. Riwayat psikiatrik penting untuk menentukan apakah pasien

mengalami depresi, psikosis, perubahan kepribadian, tingkah laku agresif, delusi,

halusinasi, pikiran paranoid, dan apakah gangguan ini terjadi sebelum atau sesudah

awitan demensia.

5. Riwayat keracunan, nutrisi, obat-obatan. Keracunan logam berat, pestisida, lem dan

pupuk, defisiensi nutrisi , pemakaian alkohol kronik dapat menyebabkan demensia

walaupun tidak spesifik untuk VaD. Pemakaian obat-obatan antidepresan,

antikolinergik dan herbal juga dapat mengganggu fungsi kognisi.

6. Riwayat keluarga. Pemeriksa harus menggali semua insidensi demensia pada

keluarga.

B. Pemeriksaan obyektif meliputi :

1. Pemeriksaan fisik umum. Meliputi observasi penampilan, tanda-tanda vital,

arteriosklerosis, faktor resiko vaskuler.

2. Pemeriksaan neurologis. Gangguuan berjalan, gangguan kekuatan, tonus atau kontrol

motorik, gangguan sensorik dan lapangan visual gangguan saraf otak, gangguan

keseimbangan dan gangguan refleks.

3. Pemeriksaan status mental. Pemeriksaan kognisi status mental meliputi memori,

orientasi, bahasa, fungsi kortikal, terkait dengan berhitung, menulis, praksis, gnosis,

visuospasial, dan visuopersepsi.

Page 8: Z - Case Report Session - Demensia Vaskular - Ana Yessi Santika Sari - 18

4. Pemeriksaan aktivitas fungsional. Merupakan pemeriksaan performa nyata penderita

dalam aktivitas kehidupan sehari-hari saat premorbid atau saat ini.

5. Pemeriksaan psikiatrik. Pemeriksaan ini untuk menentukan kondisi mental

penyandang demensia, apakah ia menderita gangguan depresi, delirium, cemas atau

mengalami gejala psikotik8.

Manajemen Terapi

A. Terapi farmakologik.

Penderita dengan faktor resiko penyakit serebrovaskuler misalnya hipertensi, diabetes

melitus, penyakit jantung, arterosklerosis, arteriosklerosis, dislipidemia dan merokok, harus

mengontrol penyakitnya dengan baik dan memperbaiki gaya hidup. Kontrol teratur terhadap

penyakit primer dapat memperbaiki fungsi kognisinya. Terapi simptomatik pada demensia

vaskuler kolinergik sehinggaadalah pemberian kolinesterase inhibitor karena terjadi

penurunan neurotransmiter. Penelitian-penelitian terakhir menunjukkan obat golongan ini

dapat menstabilkan fiungsi kognisi dan memperbaiki aktivitas harian pada penderita

demensia vaskuler ringan dan sedang. Efek samping kolinergik yang perlu diperhatikan

adalah mual, muntah, diare, bradikardi dan gangguan konduksi supraventrikuler. Terapi non-

farmakologis bertujuan untuk memaksimalkan/mempertahankan fungsi kognisi yang masih

ada.

Program harus dibuat secara individual mencakup intervensi terhadap pasien sendiri,

pengasuh dan lingkungan, sesuai dengan tahapan penyakit dan sarana yang tersedia.

Intervensi terhadap pasien meliputi :

1. Perilaku hidup sehat

2. Terapi rehabilitasi, dilakukan orientasi realitas, stimulasi kognisi, reminiscent, gerak

dan latih otak serta olahraga lain, edukasi, konseling, terapi musik, terapi wicara dan

okupasi.

3. Intervensi lingkungan, dilakukan melalui tata ruang, fasilitasi aktivitas, penyediaan

fasilitas perawatan, day care center, nursing home.

Gangguan mood dan perilaku yang ditemukan pada pasien demensia vaskuler dapat

bervariasi sesuai dengan lokasi fungsi otak yang rusak. Gejala yang sering muncul adalah

depresi, agitasi, halusinasi, delusi, ansietas, perilaku kekerasan, kesulitan tidur dan wandering

(berjalan ke sana kemari). Sebelum memulai terapi farmakologis, terapi non-farmakologis

harus dilakukan dulu untuk mengontrol gangguan ini namun dalam prakteknya sering

diperlukan kombinasi kedua metode terapi ini. Penting untuk selalu menganalisa dengan

Page 9: Z - Case Report Session - Demensia Vaskular - Ana Yessi Santika Sari - 18

seksama setiap gejala yang timbul, adakah hubungan gejala perilaku atau psikiatrik dengan

kondisi fisik (nyeri), situasi (ramai, dipaksa, dll) atau semata-mata akibat penyakitnya. Pasien

demensia vaskuler dengan depresi memperlihatkan gangguan fungsional yang labih berat

dibanding pasien demensia Alzheimer tanpa depresi. Obat antidepresan dapat memperbaiki

gejala depresi, mengurangi disabilitas tetapi tidak memperbaiki gangguan kognisi.

Penanganan non-farmakologis :

1. Memberi dorongan aktivitas.

2. Menghindari tugas yang kompleks.

3. Bersosialisasi untuk mengurangi depresi.

4. Konseling dengan psikiater.

Manajemen terapi farmakologis :

1. Semua antidepresan mampunyai efektivitas yang sama dan onset of action dalam

jangka waktu tertentu ( sekitar 2 minggu ) dalam terapi depresi.

2. Pemilihan obat yang tepat berdasarkan riwayat respon obat sebelumnya, efek samping

obat dan interaksi obat .

3. Antidepresan yang dapat dipakai pada pasien demensia vaskuler antara lain

a. Golongan Selective Serotonin Reuptake Inhibitors (SSRI). Golongan ini

mempunyai tolerabilitas tinggi pada pasien lansia karena tanpa efek

antikolinergik dan kardiotoksik, efek hipotensi ortostatik yang minimal

b. Golongan Reversible MAO-A Inhibitor (RIMA)

c. Golongan trisiklik. Tidak dianjurkan untuk lanjut usia karena efek

sampingnya. Ansietas dan agitasi. Sebagian pasien demensia vaskuler dapat

hipersensitif terhadap peristiwa sekitarnya.

Manajemen terapi non-farmakologi:

1. Usahakan lingkungan rumah yang tenang dan stabil.

2. Tanggapi pasien dengan sabar dan penuh kasih

3. Buatlah aktivitas konstruktif untuk penyaluran gelisahnya.

4. Hindari minuman berkafein untuk membantu mengurangi gejala cemas dan gelisah.

Page 10: Z - Case Report Session - Demensia Vaskular - Ana Yessi Santika Sari - 18

ILUSTRASI KASUS

Seorang pasien laki-laki 76 tahun datang ke poliklinik Neurologi RSUP Dr M Djamil tanggal

10 Agustus 2013 dengan:

Keluhan Utama :

Mudah lupa

Riwayat Penyakit Sekarang :

Mudah lupa sejak 4 bulan yang lalu. Awalnya pasien lupa tanggal dan hari, kesulitan

mengingat nama orang terutama yang baru dikenal maupun teman yang telah lama

dikenal, sering lupa tempat meletakkan barang-barang yang baru dipakainya dan

sering mengulang pertanyaan dan pekerjaan yang telah dilakukan sebelumnya.

Kemudian pasien kadang-kadang sering tersesat di jalan yang sudah sering dilaluui,

seing BAK di sembarang tempat, juga cenderung merasa cemas, mudah marah, dan

tersinggung. Pasien tidak dapat melakukan kegiatan sehari-hari dengan baik

Tidak ada riwayat trauma, pemakaian obat-obatan sebelum pasien mengalami gejala

ini.

Riwayat Penyakit Dahulu :

Riwayat stroke 7 bulan yang lalu, lemah anggota gerak kiri, dirawat di RSUP dr. M.

Djamil padang selama 1 minggu dan pulang dengan berjalan menyeret.

Riwayat menderita hipertensi sejak 10 tahun yang lalu, kontrol tidak teratur

Tidak pernah menderita sakit seperti ini sebelumnya

Riwayat penyakit jantung dan diabetes melitus tidak ada

Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak ada anggota keluarga pasien yang menderita sakit yang sama

Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit jantung, hipertensi, diabetes melitus,

dan stroke.

Riwayat Sosial Ekonomi

Pasien adalah seorang pedagang. Pasien merokok sejak 40 tahun yang lalu, kira-kira 15

batang perhari, sudah berhenti 2 tahun ini.

Page 11: Z - Case Report Session - Demensia Vaskular - Ana Yessi Santika Sari - 18

PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan Umum : sedang

Kesadaran : CMC

Tekanan Darah : 160/100 mmHg

Nadi : 86x/menit, teraba kuat, teratur

Nafas : 20x/menit, teratur, thorakoabdominal

Suhu : 36,5oC

Status Internus

Kulit : tidak ada kelainan

KGB : tidak teraba pembesaran KGB

Mata : pupil isokor, reflek cahaya (+), diameter 3mm/3mm, gerak mata bebas ke

segala arah

konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik

Telinga : pendengaran baik

Hidung : tidak ada kelainan

Tenggorokan : tidak hiperemis

Mulut : caries tidak ada

Leher : JVP 5-2 cmH20

Thoraks : I : gerakan simetris pada statis dan dinamis

P : fremitus kiri sama dengan kanan

P : sonor kiri dan kanan

A : vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/-

Jantung : I : iktus kordis tidak terlihat

P : iktus kordise teraba 1 jari medial LMCS RIC V

P : batas jantung dalam batas normal

A : bunyi jantung murni, teratur, bising -, gallop –

Abdomen : I : tidak tampak membuncit

P : supel, hepar dan lien tidak teraba

P : timpani

A : bising usus normal

Status Neurologis

Page 12: Z - Case Report Session - Demensia Vaskular - Ana Yessi Santika Sari - 18

GCS : E4M6V5

Tanda Rangsang Meningeal

Kaku kuduk : (-)

Brudzinsky I : (-)

Brudzunsky II : (-)

Tanda Kernig : (-)

Tanda Peningkatan tekanan intra kranial

Muntah proyektil tidak ada

Sakit kepala progresif tidak ada

N. Kranialis

N. Kranialis Pemeriksaan

N.I (olfaktorius)

Penciuman Baik

N.II

Lapangan pandang Dalam batas normal

Tajam Penglihatan Dalam batas normal

N III, IV, VI

Pupil Isokor

Refleks cahaya +/+

Diameter 3 mm/3mm

N V

Membuka mulut Dapat dilakukan

Menggerakkan rahang Dapat dilakukan

N.VII

Pliknasolabialis Kanan sama dengan kiri

Menutup mata Dapat dilakukan

N.VIII

Fungsi pendengaran Baik

N. IX dan X

Refleks Muntah dan menelan +

Arkus faring Simetris

Uvula Ditengah

Page 13: Z - Case Report Session - Demensia Vaskular - Ana Yessi Santika Sari - 18

N.XI

Mengangkat bahu Dapat dilakukan

Melihat ke kiri dan kanan Dapat dilakukan

N.XII

Deviasi lidah Tidak ada

Motorik

Motorik Kanan Kiri

Ekstremitas Superior 555 555

Eutonus eutonus

Ekstremitas Inferior 555 555

Eutonus eutonus

Sensorik : baik

Otonom : neurogenic bladder (+)

Refleks Fisiologis Kanan Kiri

Bisep ++ ++

Trisep ++ ++

KPR ++ ++

APR ++ ++

Refleks Patologis Kanan Kiri

Babinski - -

Chaddock - -

Oppenheim - -

Schaefer - -

Gordon - -

Hoffman Tromner - -

Fungsi Luhur – refleks Demensia

Refleks glabela (+)

Refleks snout (+)

Page 14: Z - Case Report Session - Demensia Vaskular - Ana Yessi Santika Sari - 18

Reflek menghisap (+)

Refleks memegang (+)

Refleks palmomental (+)

Mini Mental State Examination : Skor 12

Kesan : definit Gangguan Kognitif

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Laboratorium

Hb 12,9

Leu

Kosit 9.500/mm3

Ht 40%

Trombosit 312.000/mm3

GDR 102

Ureum 45

Creatinin 0,8

Natrium 142

K 3,9

Chlorida 111

DIAGNOSIS

Diagnosis klinis : Demensia Vaskuler

Diagnosis topik : Subkorteks cerebri hemisfer dextra

Diagnosis etiologi : Pasca Stroke

Diagnosis banding : Hemiparese Sinistra

Hipertensi Stage II

Pemeriksaan Anjuran

- EKG

- Brain CT Scan tanpa kontras

TERAPI

Umum

Page 15: Z - Case Report Session - Demensia Vaskular - Ana Yessi Santika Sari - 18

Memberi dorongan aktivitas

Menghindari tugas yang kompleks

Bersosialisasi untuk mengurangi depresi

Konseling dengan psikiater

Usahakan lingkungan rumah yang tenang dan stabil

Tanggapi pasien dengan sabar dan penuh kasih

Buatlah aktivitas konstruktif untuk penyaluran gelisahnya

Hindari minuman berkafein untuk membantu mengurangi gejala cemas dan gelisah

Program harian yang sistematis dan teratur

Orientasi realitas

Khusus

a. Donepezil 1 x 10 mg (p.o)

b. Aspilet 2 x 80 mg (p.o)

c. Captopril 2 x 25 g (p.o)

DISKUSITelah dirawat seorang pasien laki-laki 76 tahun yang datang ke poliklinik Neurologi RSUP

Dr M Djamil dengan diagnosis klinik demensia vaskuler, diagnosis topik subkorteks serebri

hemisfer dekstra, dan diagnosis etiologi pasca stroke, dan diagnosis ekunder hemiparesis

sinistra dan hipertensi stage II. Diagnosis ditegakkan berdasarkan berdasarkan anamnesis dan

pemeriksaan fisik. Dari anamnesis diketahui mudah lupa sejak 4 bulan yang lalu baik tanggal

dan hari, kesulitan mengingat nama orang terutama yang baru dikenal maupun teman yang

telah lama dikenal, sering lupa tempat meletakkan barang-barang yang baru dipakainya dan

sering mengulang pertanyaan dan pekerjaan yang telah dilakukan sebelumnya. Hal ini

menunjukkan pasien mengalami gangguan memori jangka pendek dan jangka panjang.

Dari pemeriksaan fisik ditemukan tekanan darah 160/100 mmHg, kelemahan pada

anggota gerak kiri, refleks regresi yang positif menunjukkan adanya regresi, serta gangguan

kognitif melalui pemeriksaan mini mental state examination.

Pada kasus ini, demensia kemungkinan disebabkan oleh proses degenerasi otak dan

hipertensi yang merupakan salah satu faktor resiko demensia karena menimbulkan kerusakan

pada pembuluh darah otak. Setelah pasien mngalami stroke, tidak menutup kemungkinan

Page 16: Z - Case Report Session - Demensia Vaskular - Ana Yessi Santika Sari - 18

bahwa gejala yang dialami, menjadi bertambah berat, sesuai dengan teori bahwa demensi

berhubungan dengan infark pembuluh darah otak.

Penatalaksanaan umum pada pasien ini yaitu program aktivitas harian penderita

(kegiatan harian teratur dan sistematis, misalnya aktifitas fisik yang baik, melaksanakan latih,

ulang, perhatikan, dan asosiasi), serta orientas realitas (penderita diingatkan akan waktu dan

tempat, beri tanda khusus untuk suatu tempat tertentu). Untuk terapi khusus pasien diberikan

donepezil hidroklorida yang berfungsi untuk memperlambat gejala kognitif, diberikan satu

kali sehari sebelum tidur dengan dosis 10 mg. Asam asetil salisilat yang berfungsi sebagai

anti agregasi serta sebagai disease modifying agent pada demensia dengan dosis 2x80 mg.

Untuk terapi hipertensi diberikan captopril 2 x 25 mg.