Tesis - UKSW
Transcript of Tesis - UKSW
i
Persepsi Masyarakat Tobelo Terhadap Masyarakat Moro Kajian Teologis Penciptaan
Tesis
Diajukan kepada
Progam Pascasarjana Magister Sosiologi Agama
Untuk Memperoleh Gelar Magister Sains
Oleh:
Eka Krisdayanti Papua
752017021
Email : [email protected]
Magister Sosiologi Agama
Fakultas Teologi
Universitas Kristen Satya Wacana
Salatiga
2019
ii
iii
iv
v
vi
Kata Pengantar
Puji syukur yang sebesar-besarnya penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas kasih
anugerah dan tuntunan-Nya penulis dimampukan untuk menyelesaikan kewajiban belajar
sebagai Mahasiswa Fakultas Teologi, Program Pascasarjana Magister Sosiologi Agama,
Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW). Sampai pada penyelesaian penulisan Tesis
dengan baik guna memenuhi persyaratan untuk mendapatkan gelar Master Sains (M.Si).
Maka dikesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Orang tua dan keluarga yang telah menopang membiayai, memberi semangat, dan doa
selama penulis berproses dalam dunia pendidikan. Kalian merupakan kekuatan untuk penulis
bisa menyelesaikan Tesis ini.
2. Dosen pembimbing bapak Dr. David Samiyono selaku pembimbing utama Diselah-sela
kesibukan jadwal yang padat sebagai Dekan Fakultas Teologi tetap setia mebimbing dan
mendengar keluh kesah bahkan memahami keterbatasan penulis. Terima kasih karena setia
membimbing penulis sejak masih berada pada strata satu (S1).
3. Dr. Pdt. Ebenhaezer Nuban Timo pembing pendamping. Terima kasih telah membimbing
penulis disela-sela kesibukan jadwal yang padat tetap setia meluangkan waktu untuk
membimbing hingga penulis bisa menyelesaikan Tesis ini.
4. Ketua Program Studi Magister Sosiologi Agama bapak Dr. Pdt. Tony Tampake telah
membantu penulis dalam memberikan motivasi bagi penulis disaat penulis membutuhkan
dorongan semangat.
5. Seluruh dosen Fakultas Teologi UKSW yang telah memberikan ilmu dan membantu
penulis selama proses perkuliahan, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas dan tanggung
jawab sebagai Mahasiswa Teologi dalam program pascasarjana Magister Sosiologi Agama.
vii
Dan ucapan terima kasih juga kepada seluruh staf TU Fakultas Teologi program
pascasarjana.
6. Orang-orang tersayang Imasi Devi Djojano S.Ds, Berlyan Rambu Pesi Kondy, Rio
Banghely Fara, Marco Penttury, Leby Pattyasina, Hesty Datemoly, kak Pdt. Adel Chrisye,
Ivon, Ziel, kak Pdt. Inet, kak Pdt. Elsy Mantol, Pdt. Steven Sambaki Yanis, Viny, ibu Pdt.
Vany dan Pdt. Hery dari GBI Tobelo.
Salatiga, 15 November 2019
Eka Krisdayanti Papua
viii
Motto
Ketika Tuhan membawamu berjuang sampai sejauh ini, itu bukan untuk
sebuah kegagalan namun untuk sebuah kemenangan
Kadang rasa lelah dalam berjuang itu ada, istirahatlah sejanak namun
bukan untuk berhenti.
ix
Daftar Isi
Halaman Judul ................................................................................................................... i
Lembar Pengesahan .......................................................................................................... ii
Pernyataan Tidak Plagiat.................................................................................... ............. iii
Pernyataan Persetujuan Akses ......................................................................................... iv
Kata Pengantar .................................................................................................................. v
Motto ................................................................................................................................ vi
Daftar Isi .................................................................................................................. vii-viii
Abstrak ............................................................................................................................ ix
Bab I Pendahuluan ......................................................................................................... 1
Mengenal Masyarakat Moro................................................................................. 1-7
Sistematika Penulisan .............................................................................................. 7
Kajian Pustaka ...................................................................................................... 7-9
Metode Penelitian .................................................................................................... 9
Bab II Landasan Konseptual ...................................................................................... 10
Manusia Dan Masyarakat ................................................................................. 10-13
Penciptaan Dalam Pandangan Agama Islam; Mahkluk Yang Kelihatan Menurut Islam
............................................................................................................................... 14
Mahkluk Yang Tidak Kelihatan ...................................................................... 14-17
Pandangan Kristen Mengenai Ciptaan Yang Kelihatan .................................. 18-22
Ciptaan Yang Tidak Kelihatan Yakni Malaikat .............................................. 22-26
Folklor ............................................................................................................. 26-34
Bab III Hasil Penelitian ................................................................................................ 35
Letak Geografis ..................................................................................................... 35
Agama Dan Budaya Masyarakat Tobelo .......................................................... 36-37
Persepsi Masyarakat Islam Terhadap Masyarakat Moro.................................. 37-45
Persepsi Masyarakat KristenTerhadap Masyarakat Moro ................................ 46-57
Bab IV Analisa .............................................................................................................. 58
Kajian Teologis Masyarakat Tobelo Terhadap Masyarakat Moro ................... 58-63
Masyarakat Moro Dalam Persepsi Masyarakat Islam & Masyarakat Kristen . 63-71
Masyarakat Moro Dalam Persepsi Gereja ........................................................ 71-72
Folklor Moro .................................................................................................... 72-74
x
Bab V Kesimpulan .................................................................................................. 75-78
Implikasi Bagi Masyarakat Tobelo Islam Kristen ................................................. 78
Saran ................................................................................................................. 79-81
Daftar Pustaka ............................................................................................................ 82-84
xi
Abstrak
Masyarakat Moro merupakan penduduk asli pulau Halmahera hidup pada abad ke 15 sampai
pertengahan abad ke 17. Sistem pemerintahan pada saat itu ialah kepentingan tenaga kerja,
dan pajak. Masyarakat Moro memiliki hubungan dalam hal ini dengan Sultan Ternate untuk
memberi suplai makanan. Namun karena pajak yang dikenakan telalu tinggi sehingga
memberatkan masyarakat Moro dan memutuskan untuk menghilang di hutan Halmahera.
Karena mengilang di hutan selama bertahun-tahun (1536-1617) sehingga masyarakat
Halmahera menganggap mereka telah hilang namun masuk dalam kosmologi Halmahera
dianggap sebagai setan, arwah, jin, dan kafir. Jika ada masyarakat Halmahera (Tobelo) yang
berhubungan dengan mereka akan dianggap sesat. Masyarakat Moro dalam bahasa Tobelo di
sebut O Moroka. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan teknik pengumpuan
data melalui wawancara terhadap masyarakat yang pernah dan masih berhubungan dengan
masyarakat Moro. Hasil yang ditemukan dilapangan ialah masyarakat Moro dipercaya
sebagai manusia memiliki budaya, agama dan terdapat nilai-nilai sosial. Yakni melestarikan
nilai-nilai budaya, ekologis, dan membantu dalam pengembangan iman kepada Tuhan.
Diharapkan tulisan ini bermanfaat bagi masyarakat Tobelo dalam menambah pengetahuan
akan masyarakat Moro. kedua masyarakat bisa mengetahui persepsi masyarakat Tobelo dari
agama Islam dan Kristen terhadap masyarakat Moro.
Kata Kunci: Agama Tradisional, Agama, Masyarakat Moro.
1
1. Pendahuluan
1.1 Mengenal Masyarakat Moro
Kehidupan masyarakat modern sekarang ini dengan kemajuan ilmu pengetahuan, tidak
dapat menggeser keyakinan mayarakat tradisional terhadap sesuatu yang bersifat mistis.
Sama halnya dengan masyarakat kota Tobelo Halmahera Utara. Terdapat dua agama besar
yakni agama Islam dan agama Kristen hal ini tidak dapat dipungkiri bahwa dalam kehidupan
masyarakat setempat yang kuat dalam ajaran agama tetapi masih meyakini sesuatu yang
bersifat mistis. Masyarakat setempat percaya bahwa ada kehidupan masyarakat mistis.
Mereka adalah masyarakat Moro. Mereka diyakini dapat hidup di dua alam yakni alam
masyarakat Tobelo dan alam masyarakat Moro.
Masyarakat Moro ini diyakini meskipun bersifat mistis mereka adalah manusia seperti
pada umumnya hanya saja tempat tinggal mereka berbeda. Nama Moro ini jika dilihat dari
tulisan Efendy Duan yang sebelumnya telah menulis dalam tesisnya mengenai masyarakat
Moro. Duan mengatakan bahwa ketika bangsa portugis datang ke Maluku Utara dalam
rangka mencari rempah-rempah, mereka menemukan adanya kehidupan di Pulau Halmahera
dan mereka memberi nama pulau Halmahera Batochino do Moro sedangkan Halmahera
Utara Costa Do Moro.1 Nama ini kemudian berkembang sebutan menjadi Moro terhadap
masyarakat penduduk pertama di pulau Halmahera. Sedangkan sebutan orang Moro dalam
bahasa Tobelo disebut O Moroka.
Magany dalam bukunya yang berjudul “Bahtera Injil di Halmahera (2012)” mencatat
keberadaan masyarakat Moro itu dimulai pada abad ke 16 sampai pertengahan abad ke 17.
Hal ini didukung dengan bukti dokumen dari sumber Utrechtsche Zendings Vereeniging
1Juansal E. Duan, “Pemahaman Masyarakat Adat Hibualamo Tentang O Moroka“ (TESIS., Salatiga:
Universitas Kristen Satya Wacana, 2010). 1-2.
2
(UZV) bahwa ketika penginjil datang ke Halmahera Utara oleh Van Dijiken untuk
menyebarkan Injil ditemukan bahwa suku-suku di Halmahera Utara masih menganut agama
suku atau kepercayaan-kepercayaan pra-literer. Kemudian karena misi UZV, Van Djiken
ditempatkan di desa Duma, tempat yang disebut oleh warga setempat yaitu Morodoku. Warga
setempat meyakini bahwa Morodoku adalah tempat tinggal masyarakat Moro.2
Sejak abad ke-16 Pulau Halmahera telah dimasukan dalam kekuasaan Kesultanan
Ternate yang dibagi menjadi dua bagian Utara dan Selatan dan Tidore bagian Tengah. Sistem
pemerintahan kedua kerajaan itu berkaitan dengan kepentingan tenaga kerja, pajak serta
bahan makanan yang disalurkan pada Sultan Ternate dan Tidore, melalui sistem upeti.3Dalam
hal ini masyarakat Moro memiliki hubungan terhadap pemberian upeti tributary relationship
dengan Ternate, Morotai, Jailolo dan Tidore. Hal ini jugalah yang kemudian membebani
masyarakat Moro dan tidak mampu membayar pajak kemudian memutuskan untuk masuk di
hutan Halmahera dan menghilang (1536-1617).
Berbicara tentang Moro tidak terlepas dari kekuasaan kesultanan Ternate dan
penyebaran Islam yang ada di Maluku Utara sampai ke Halmahera Utara. Seperti yang di
tulis oleh Wuri Handoko dalam jurnal penelitiannya tentang Ekspansi Kekuasaan Islam
Kesultanan Ternate Di Pesisir Timur Halmahera Utara, mencatat bahwa sejarah tentang
Islam di Maluku Utara dikuasai oleh Sultan Ternate atau paling dominan sejak abad ke XV-
XVI. Berbagai pendapat tentang asal-usul Islam di Maluku Utara diantaranya dari Malaka,
Kalimantan atau Jawa bahkan Cina sejak abad ke XIV, XV. Kemudian penyebaran
kekuasaan Kesultanan Ternate menyebar sampai ke Tidore, Bacan, Jailolo dan pulau
Halmahera Utara diantaranya kecamatan Kao, Tobelo, dan Galela dengan mobilisasi tinggi
dan persaingan pengaruh kekuasaan dari Kesultanan Ternate dengan pihak kolonial.
2 Magany, Bahtera Injil di Halmahera (Halmahera: BUMG-GMIH & Institut Hendrik Van Dijiken, 2012). 3Irfan Ahmad, “Sejarah Sosial Kristenisasi di Tobelo 1866-1942” (TESIS., Yogyakarta: Universitas Gadjah
Mada, 2014).
3
Terutama dalam perebutan geopolitik dan geoekonomi kemudian dilanjutkan dengan
perdagangan untuk menyebarkan kerajaan-kerajaan Islam.4
Selain itu, dalam jurnal penelitian lain dari Wuri Handoko dan Muhammad Al
Mujabuddawat tentang Situs Kampung Tua Kao: Identitas Asal Usul dan Jejak Peradaban
Islam di Wilayah Pedalaman Halmahera Utara, dalam pendahuluannya berkali-kali
menyingkung tentang Kerajaan Moro di Tobelo, meskipun tidak membahas lebih dalam.
Handoko dan Mujabuddawat melakukan penelitian arkeologi dan sejarah di mana mereka
melihat benda-benda dan tulisan/dokumen yang membuktikan adanya kehidupan di masa
lampau. Dalam tulisan mereka yang berfokus untuk mencari tahu kehidupan masyarakat
Islam dari kekuasaan sultan Ternate yang ada di kampung Tua Kao dan di sana terdapat
makam-makam Islam kuno yang menguatkan data bahwa Halmahera Utara juga dulunya
dikuasai oleh Sultan Ternate dalam penyebaran agama Islam.5
Perjumpaan antara orang-orang Portugis dan masyarakat Moro yang kemudian
bersamaan menghilang di hutan Halmahera, membuat masyarakat Halmahera memaknai
keberadaan orang-orang Portugis dalam kosmologi Halmahera dan telah disakralkan merujuk
pada zaman Portugis dan bangsa Portugis dan memaknai sebagai kondisi asli leluhur
masyarakat Halmahera.6Kemudian masyarakat Halmahera menganggap bahwa masyarakat
Moro telah menyatu dengan alam dan dianggap bisa hidup di dua alam, yaitu dunia
masyarakat Moro dan dunia manusia. Ciri-ciri mereka digambarkan mempunyai fisik
manusia, berpakaian ala Barat, berparas cantik, ganteng, menikah, mempunyai agama, kafir,
mempunyai tetua adat, dan kaya.
4Wuri Handoko, ”EKSPANSI KEKUASAAN ISLAM KESULTANAN TERNATE
DI PESISIR TIMUR HALMAHERA UTARA”,(Maluku-Indonesia; Kapata Arkeologi,2017).95-98. 5 Wuri Handoko dan Muhammad Al Mujabuddawat, ”SITUS KAMPUNG TUA KAO: Identitas Asal Usul dan
Jejak Peradaban Islamdi Wilayah Pedalaman Halmahera Utara”, (Balai Arkeologi Maluku; Ambon. 2017). 6 Duan,“Pemahaman Masyarakat Adat Hibualamo ...1-2.
4
Mitos-mitos yang berkembang dalam masyarakat mengatakan bahwa orang Moro
sering menampakan wujud mereka terhadap seseorang yang mereka senangi. Mereka juga
diyakini bisa membantu manusia yang berhubungan dengan mereka dalam pekerjaan
membersihkan kebun, menebang pohon, memetik padi, membantu dalam pembangunan
gedung atau pun rumah. Hasil kerja mereka lebih baik dari pada masyarakat biasa. Selain itu
mereka diyakini ada yang mempunyai agama baik Kristen maupun Islam tetapi ada juga
yang tidak mempunyai agama, mereka disebut kafir. Mereka yang beragama diyakini
mempunyai perilaku yang baik tetapi yang tidak mempunyai agama (kafir) disebut jahat
karena mempunyai perilaku yang buruk.
Dalam tulisannya Handoko mengatakan bahwa pada masa lampau desa Mamuya
diangap sebagai ibu kota kerajaan Moro meskipun tidak dengan data suvei arkeologi yang
kuat. Kemudian data yang signifikan ditemukan di wilayah bukit desa Ruko, di daerah aliran
suangai Mede. Di bukit tersebut ditemukan singkapan struktur batu yang diyakini sebagai
benteng pertahanan tradisional bangsa Portugis sebelum memindahkan pertahanannya di desa
Mamuya.7 Hal ini seperti penemuan penulis dari hasil penelitian sebelumnya bahwa di
Kokota Jaya (tempat masyarakat Moro di sekitaran sugai Mede) terdapat sebuah benteng
Portugis yang dipercaya sebagai benteng masyarakat Moro.
Setelah masyarakat Moro menghilang dan disakralkan serta masuk dalam kosmologi
Halmahera sebagai mahkluk adikodrati, pandangan umum masyarakat Tobelo terhadap
mereka adalah setan, jin, dan sesat atau kafir. Tetapi ada juga masyarakat yang masih
berhubungan dengan mereka memandang sebagai manusia bukan setan, baik hati dan saleh.
Kalau tadi masyarakat umum menganggap mereka sebagai setan, kafir dan sesat, masyarakat
yang berhubungan dengan Moro menganggap bahwa tidak ada salahnya bersahabat dengan
mereka, karena hanya sebatas bersahabat bukan menyembah. Anggapan berikut juga bahwa
7Handoko, ”EKSPANSI KEKUASAAN ISLAM...101.
5
mereka merupakan utusan Tuhan yang jauh lebih saleh dari masyarakat Tobelo pada
umumnya sehingga merasa terbantu dalam hal pengembangan iman Kristen.8
Sedangkan pemahaman masyarakat Islam pada umumnya menganggap bahwa
masyarakat Moro yang beragama Islam hanya berhubungan dengan masyarakat Tobelo yang
seagama dengan mereka yakni agama Islam. Menurut R. P tempat tinggal masyarakat Moro
yang beragama Islam diyakini banyak terdapat di bukit desa Ruko dan pada saat-saat tertentu
sering mendengar suara Adzan dari Mesjid. Kepercayaan itu muncul karena kakeknya
dianggap berhubungan mereka dan mempunyai kebun di bukit desa Ruko yang tidak lain
kawasan tersebut masih termasuk kerajaan masyarakat Moro. Selain itu dalam pandangannya
mereka disebut Jin.9Pandangan lain mengatakan bahwa mereka yang merupakan masyarakat
hilang-hilang sebagi mitos, yang tidak jelas dan tidak ada bukti keberadaanya, meskipun
pengalaman orang lain mengatakan pernah berjumpa dengan orang Moro.10
Dalam hal ini ada dua pandangan masyarakat Tobelo terhadap masyarakat Moro. Hal
inilah yang ingin penulis gali lebih dalam mengenai persepsi masyarakat Tobelo terhadap
masyarakat Moro dilihat dari persepsi masyarakat Tobelo yang beragama Islam dan Kristen.
Berdasarkan latar belakang di atas sehingga rumusan masalahnya ialah, pertama,
bagaimana pandangan masyarakat Tobelo yang terdiri dari dua agama tersebut terhadap
masyarakat Moro? Tujuan dari tulisan ini adalah mendiskripsikan dua pemahaman (terdiri
dari masyarakat yang beragama Islam dan Kristen) masyarakat Tobelo terhadap masyarakat
Moro. Diharapkan tulisan ini nantinya bermanfaat untuk masyarakat Tobelo. Kedua
masyarakat bisa mengetahui alasan dari dua pandangan terhadap masyarakat Moro jika
dilihat dari pandangan masyarakat yang beragama Islam & Kristen.
8 Papua, “Pemahaman Jemaat GMIH Bethania Mede Tentang O Moroka di Tobelo”(Jurnal Tugas Akhir.,
Salatiga:Universitas Kristen Satya Wacana,2017). 15. 9 Wawancara via Facebook dengan R. P tanggal 28 Februari 2018. 10 Wawancara lewat telepon dengan M.Z tanggal 4 Maret 2018.
6
Hal ini dianggap penting karena penulis ingin melihat pandangan masyarakat Tobelo
yang dianggap percaya dan berhubungan dengan masyarakat Moro. Karena jika dilihat secara
umum pemahaman masyarakat kedua agama tersebut, memandang mereka negatif, tetapi ada
saja orang-orang tertentu yang berhubungan dengan orang Moro. Selain itu juga ada
pandangan bahwa mereka yang beragama Islam hanya berhubungan dengan masyarakat
Tobelo yang mempunyai agama sama yakni Islam, begitu juga dengan Moro Kristen dengan
masyarakat Kristen. Sedangkan informasi ini penulis belum dengar sebelumnya, hal ini
merupakan isu hangat dalam diri penulis sendiri.
Sehingga penulis merasa ingin tahu persepsi masyarakat Tobelo terhadap masyarakat
Moro itu seperti apa dari dua pemeluk agama besar tersebut yakni Islam dan Kristen. Penulis
melihat belum ada tulisan yang mengangkat pandangan masyarakat Tobelo dari persepsi ke
dua agama tersebut. Itu sebabnya penulis ingin menciptakan tulisan yang baru agar berbeda
dengan tulisan sebelumnya dan bisa menjadi salah satu bahan informasi untuk masyarakat
Tobelo.
Penulis beranggapan bahwa topik lanjutan yang penulis akan kembangkan ini penting
untuk melakukan penelitian. Karena cerita mengenai masyarakat Moro dalam kalangan
masyarakat Tobelo sangat tidak asing tetapi pemahaman umum memandang mereka sebagai
setan dan orang yang bergubungan dengan mereka dianggap kafir. Dalam hal ini agama
berdiam diri menyikapi persoalan pemahaman dan hubungan ini, padahal kenyataan
membuktikan bahwa masyarakat/jemaat diam-diam berhubungan dengan mereka dan disisi
lain mereka merasa dilema dengan hal itu.
Seharusnya pemuka-pemuka agama perlu menyikapi hal ini dan tentu saja dengan
pemahaman yang baik tidak mendiskriminasikan. Karena kalau tidak, ke depannya
jemaat/masyarakat akan mempunyai pemahaman yang keliru tentang mereka, dan juga
mungkin ada masyarakat yang memilih meninggalkan gereja/masjid karena lebih nyaman dan
7
merasa terbantu/terdidik ketika berhubungan dengan orang Moro. Hal ini karena hasil
penelitian sebelumnya mengatakan bahwa, mereka yang beragama merupakan yang saleh dan
taat dalam ajaran agama (Kristen). Maka dari itu penelitian akan sangat penting untuk
membuat suatu tulisan tentang pandangan agama Islam dan Kristen terhadap mereka.
1.2 Sistematika Penulisan
Bagian 1 menjelaskan mengenai latar belakang, rumusan masalah atau pertanyaan
penelitian, manfaat penelitian, tujuan penelitian, metode penelitian, sistematika penulisan,
dan kajian pustaka. Bagian 2 menjelaskan teori yang akan dipakai untuk menjadi bahan
analisa. Bagian 3 memaparkan hasil penelitian mengenai persepsi masyarakat Tobelo
terhadap masyarakat Moro. Bagian 4 analisa terhadap hasil penelitian yang sudah dilakukan
dan berdasarkan teori yang dipakai. Bagian 5 membahas kesimpulan dari hasil analisa dan
disertai saran untuk masyarakat Tobelo terlebih lagi kepada dua pemeluk agama besar tesebut
yakni Islam dan Kristen.
1.3 Kajian Pustaka
Sumber yang medeskripsikan mengenai masyarakat Moro sangat sedikit karena tidak
banyak yang menulis mengenai mereka yang juga sering disebut sebagai masyarakat hilang-
hilang itu. Adapun beberapa sumber yang mendeskripsikan tentang mereka antara lain,
Magany dalam bukunya “Bahtera Injil di Halmahera(2012)” menjelaskan masyarakat Moro
sebagai jiwa orang Portugis Islam yang telah meninggal dan kepercayaan pra-literer. Mereka
dianggap makhluk gaib yang akan menampakan diri mereka pada saat-saat tertentu dengan
pakaian ala Barat dan memiliki rumah dengan perabotan yang lengkap.11
11Magany, Bahtera Injil Di Halmahera... 13.
8
Juansal Efendy Duan dalam Tesisnya melihat cerita mengenai masyarakat Moro
dikategorikan sebagai mitos.12Oscar May dalam tesisnya menyatakan suatu kemungkinan
masyarakat Moro sebagai suatu kerajaan namun lebih cenderung melihat mereka sebagai
orang-orang Portugis yang menghilang, bukan jiwa orang/masyarakat Portugis.13 Tetapi
dalam penelitian Oscar May tidak membahas lebih jauh tentang masyarakat Moro, karena
lebih berfokus pada magis dan matra yang sangat marak dipraktekkan selama konflik
horisontal yang terjadi di pulau Halmahera.
Platenkamp seorang etnografi Jerman dalam tulisannya melihat masyarakat Moro
adalah hamba (pada abad ke 16-17) yang memberikan beras, sagu, daging dan ayam, untuk
kerajaan Ternate. Masyarakat Moro dianggapnya sebagai leluhur karena di Halmahera
masyarakat menyebut masyarakat Moro sebagai “tuan tanah” yaitu orang-orang yang tinggal
disini (Halmahera) sejak dulu. Platenkamp juga menganggap keberadaan masyarakat Moro
adalah masyarakat yang “dihilangkan”.14
Eka Krisdayanti Papua dalam tulisannya menarik kesimpulan bahwa masyarakat Moro
adalah manusia seperti manusia pada umumnya hanya saja berbeda alam, mereka
dianggapnya sebagai leluhur masyarakat Halmahera.15
Dari kelima sumber yang telah mendeskripsikan tentang masyarakat Moro, tiga
diantaranya yaitu Magany, Efendy, dan Oscar, melihat masyarakat bangsa Portugis yang
hilang atau dihilangkan disebut Moro dan tetap dianggap sebagai masyarakat yang misterius.
Tetapi dua diantaranya yaitu Platenkamp dan Papua menganggap masyarakat Moro sebagai
leluhur masyarakat Halmahera dan mereka adalah manusia yang dulunya memutuskan untuk
12 Duan, “Pemahaman Masyarakat Adat ...9. 13Oscar May, “Analisis Sosio-Teologis terhadap Fenomena Agama Masa Kerusuhan di Tobelo-Maluku
Utara” (TESIS., Salatiga: Universitas Kristen Satya Wacana, 2002). 30. 14Platenkamp,“Tobelo, Moro, Ternate: The Cosmological Valorization Of Historical 1993,”. 61-89 15 Papua, Pemahaman Jemaat GMIH Bethania...
9
menghilang namun tetap berbaur dengan masyarakat Halmahera terlebih khusus kota Tobelo
hingga saat ini.
1.4 Metode Penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan metode kualitatif karena teknik pengumpulan data
menggunakan wawancara. Penelitian kualitatif merupakan suatu metode penelitian dengan
cara peneliti harus terlibat dalam pengalaman partisipan.16
Metode kualitatif mengharuskan peneliti berada di tempat di mana penelitian itu akan
dilakukan dan juga peneliti dituntut terlibat langsung dalam penelitian baik itu dalam hal
pengumpulan data melalui wawancara, maupun analisa dan interpretasi data. Hal penting
lainnya dalam metode kualitatif yaitu data yang diperoleh harus dari tangan orang pertama
dan harus pengalaman langsung partisipan.17
Cara pengambilan data dilakukan melalui wawancara terhadap pihak atau orang-orang
yang dianggap dapat memberikan informasi seakurat mungkin, yakni pemuka-pemuka
agama, dan masyarakat biasa yang dianggap pernah dan masih menjalin relasi dengan
masyarakat Moro.
Tempat penelitian yaitu di kota Tobelo Halmahera Utara, Provinsi Maluku Utara,
karena menurut masyarakat setempat masih banyak masyarakat Tobelo yang percaya dan
berhubungan dengan masyarakat Moro. Tempat penelitian tidak tertuju dalam satu desa saja
tetapi di tujukan kepada kota Tobelo agar penulis dapat mencari tahu pemahaman masyarakat
mengenai masyarakat Moro dari desa-desa yang ada di kota Tobelo, sehingga akan
memperbanyak referensi dan memperkuat data nantinya.
16 John W. Creswell, Research Design, Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed, (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar,2016). 264-265. 17 J. R. Raco, Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Grasindo, 2010). 56-57 & 60.
10
2. Landasan Konseptual
2.1 Manusia Dan Masyarakat
Untuk memperoleh makna dari cerita masyarakat Moro, penulis mendeskripsikan
fenomena mereka dengan landasan konseptual mengenai manusia sampai terbentuk menjadi
sebuah masyarakat. Manusia berasal dari sejarah yang dimulai dari sebuah peristiwa menjadi
kisah dan menghasilkan sebuah nilai-nilai diterapkan oleh manusia. Nilai merupakan sesuatu
yang dianggap berharga dan luhur. Indonesia mengalami krisis identitas nasional di mana
manusia melupakan sejarah atau melupakan identitas. Hal ini karena ia beranggapan bahwa
sebuah kehidupan maupun status di masa sekarang dan masa depan tidak terlepas dari memori
kolektif dan juga primordial.1
Manusia adalah satu-satunya mahkluk yang memiliki sejarah. Sampai timbul dalam
sebuah pertanyaan apa yang membedakan manusia dan binatang. Ciri khas yang membedakan
manusia dan binatang salah satunya rohani dan juga sejarah. Manusia mempunyai sifat
kesejarahan historitas bersumber dari kerohanian dan kepribadian dan juga manusialah pelaku
sejarah itu sendiri juga sebagai mahkluk berbudaya. Hal ini karena manusia mampu
menyesuaikan diri dengan alam sekitar.2
Dalam teori evolusi dikatakan manusia berevolusi dari kera. Tetapi pandangan lain
mengatakan bahwa bahwa manusia bukanlah berasal dari Kera tetapi dari ciptaan Tuhan
sebagaimana tercatat dalam kitab Kejadian. Manusia diciptakan Allah dengan akal pikiran,
manusia mempunyai potensi-potensi bahkan cinta kasih yang semuanya dari Allah sang
pencipta manusia itu sendiri.3
1 A. Daliman, Manusia & Sejarah. (Yogyakarta; Penerbit Ombak, 2012). vii-4. 2 Daliman, Manusia & Sejarah... 7-8. 3 Hendra Rey, Manusia dari Penciptaan Sampai Kekekalan. (Gandum Mas, Malang, 2002).
11
Manusia juga berpacu dengan waktu. Dalam arti manusia mempunyai waktu yang tidak
dapat diulang atau tidak mungkin manusia berada dalam waktu yang sama karena manusia
setiap waktu bergerak maju. Seperti sungai yang mengalir yang tiap saat diperbaharui. Ada
dahulu, ada kemudian dan ada masa lampau juga masa sekarang dan masa depan. Dan segala
situasi dan kondisi manusia di masa sekarang dan masa depan semua berasal atau diwariskan
dari masa lampau. Masa lampau memberikan modal untuk menyongsong masa depan dan
masa lampau dianggap nyata (real) sejauh termuat dalam masa sekarang.4
Manusia, Filsafat dan Sejarah tidak dapat dipisahkan karena saling ketergantungan.
Esensi dari kenyataan manusia adalah eksistensi. Manusia bukan sekedar “ada” (more than
just a being) melainkan lebih dari itu, manusia adalah “ada-dalam perkembangan-senantiasa.”
Manusia sebagai mahkluk bersejarah diurai dalam hakikat manusia, asal-usul manusia
pertama, hubungan alam, sejarah, dan kebudayaan, peranan manusia dalam sejarah.
Kesadaran dan wawasan sejarah dirinci dalam pemahaman tentang hakikat sejarah, kesadaran
atas manusia, waktu, ruang, kesadaran sejarah dan wawasan sejarah. Makna dan jati diri
manusia dalam sejarah selanjutnya dipilih menjadi makna, dan jati diri manusia dalam
sejarah. Secara universal manusia, filsafat dan sejarah akan menelaah tentang manusia sebagai
peminat yang ingin mendalami perjalanan hidupnnya dalam peristiwa sejarah dan berusaha
memeriksa dirinya sendiri dari kebebasan dan tanggungjawab hidupnya, karena dengan
demikian ia mampu menemukan satu titik terang/jalan yang benar dalam dunia setiap saat
berubah, sehingga kemudian manusia mampu menyesuaikan diri dengan pelbagai risiko dan
tanggung jawab dalam suatu zaman yang mengitarinya. Manusia dan masalah kemanusiaan
harus dihadapkan pada diri sendiri berulang-ulang.5
4 Daliman, Manusia & Sejarah...20-25. 5 Juraid Abdul Latief, Manusia, Filsafat, Dan Sejarah. (Jakarta; Bumi Aksara, 2006). 3-6.
12
Sejumlah kelebihan yang dimiliki manusia yaitu berakal, berbicara, berpolitik,
berkeluarga dan bermasyarakat. Berikut penyataannya:
Manusia adalah hewan yang berakal sehat, yang
mengeluarkan pendapatnya, yang berbicara berdasarkan
akal pikiran (the animal that reason). Manusia adalah
hewan yang berpolitik (zoon politicon, political animal),
hewan yang berfamili dan bermasyarakat, mempunyai
kampung halaman dan negeri.6
Terlepas dari penciptaan manusia, penulis masuk dalam masyarakat. Historiografi
dalam masyarakat tradisional dalam hal ini menyinggung tentang dua masyarakat yang belum
mengenal budaya baca tulis dan sudah mencapai budaya baca tulis. Masyarakat belum
berbudaya baca tulis dan menyimpang data dan fakta semua kepada ingatan (memori). Dan
kita tahu bersama bahwa data yang disimpan dalam ingatan masyarakat yang belum mengenal
baca tulis akan sangat terbatas dan tidak akan dapat diwariskan jika ingatan tersebut hilang.
Tetapi masyarakat yang sudah mengenal budaya tulis akan mudah menyimpang
ingatan/memori mereka dan dapat dengan mudah diwariskan pada generasi berikut. Hal ini
karena ingatan/peristiwa dapat dituangkan dalam bentuk monumen dan dokumen sehingga
mudah dikenang maupun dihidupkan kembali oleh generasi penerus. Upaya mengabadikan
data, fakta dan peristiwa dalam tradisi dan budaya tulis melembagakan apa yang disebut
dengan historiografi atau penulis sejarah. Dan pada hakikatnya cerita sejarah berfungsi
mencatat peristiwa atau segala sesuatu yang telah terjadi dan bagaimana asal-usulnya.7
Konsep tentang manusia dalam sosiologi bahwa manusia tidak akan bisa mendapatkan
sesuatu dengan status manusia atau individunya, kecuali melalui masyarakat. Karena
masyarakat lah yang menentukan individu-individu yang tinggal dalam masyarakat itu.
Manusia itu ada untuk masyarakat dan masyarakatlah yang membentuk sesuatu tujuan, bukan
manusia. Hal ini menepatkan masyarakat adalah segala-galanya dan anti individualisme.
6 Latief, Manusia, Filsafat, Dan Sejarah... 18-19. 7 Daliman, Manusia & Sejarah... 84-85.
13
Manusia adalah “nonrational” sedangkan “individual liberty” justru akan menimbulkan
masalah bagi keutuhan masyarakat. Ia juga mengatakan bahwa dalam masyarakat, manusia
tak seorangpun dapat berpendapat lain daripada apa yang telah diputuskan oleh golongan
tertinggi masyarakat itu sendiri “the intellectual-scientific-religious group.”8 Manusia bebas
berjuang mencapai segala sesuatu tetapi tidak bebas menacapai apa yang diperjuangkan.
Manusia digambarnya sebagai benda yang kosong dan untuk mengisi kekosongan itu harus
melalui masyarakat (society) dengan nilai-nilai dan norma yang dapat membuat manusia ini
berbuat secara lebih terarah dalam artian tidak mengganggu sistem itu sendiri. Hal ini
menekankan pentingnya sosialisasi. Karena sosialisasi dapat membuat manusia lebih bersifat
manusiawi. 9
Jadi manusia merupakan individualisme yang tidak dapat mencapai suatu tujuan pasti
jika tidak melalui masyarakat, dan untuk membuat manusia menjadi manusiawi harus melalui
sosialisasi dan sosialisasi tidak terlepas dari masyarakat itu sendiri.
Berbicara tentang penciptaan/manusia, terdapat mahkluk yang kelihatan (manusia) dan
mahkluk yang tidak kelihatan (gaib). Berikut pandangan Agama Islam dan Kristen mengenai
kedua mahluk atau ciptaan tersebut. Berbicara tentang manusia, tidak terlepas dari pertanyaan
siapakah manusia itu? Atau dari mana manusia itu berasal? Apakah dari Kera seperti teori
evolusi Darwin, ataukah dari Tuhan/Allah yaitu Adam dan Hawa seperti yang tercatat dalam
Alkitab dan Al-Quran. Kalau tadi sebelumnya Hedra Rey menolak pahamnya Darwin bahwa
manusia berevolusi dari Kera dan mengatakan bahwa Tuhanlah yang mencipatakan manusia
dengan akal pikiran serta potensi-potensi ilahi yang jelas berbeda dengan mahluk ciptaan lain
termasuk binatang.10
8 Loekman Soetrisno & Satjipto Rahardjo, Mencari Konsep Manusia Indonesia; Sebuah Bunga Rampai.
(Jakarta; Erlangga, 1986). 55-58. 9 Soetrisno & Rahardjo, Mencari Konsep Manusia... 58-60. 10 Rey, Manusia dari Penciptaan Sampai Kekekalan. (Gandum Mas, Malang, 2002).
14
2.2 Penciptaan Dalam Pandangan Agama Islam; Mahkluk Yang Kelihatan Menurut
Islam
Yang demikian itu ialah Tuhan yang mengetahui yang ghoib dan yang nyata. Maha
perkasa lagi maha penyayang, Yang menciptakan segala sesuatu dengan sebaik-baiknya dan
yang memulai penciptaan manusia dari tanah.11
Pandangan Islam dalam Al-Quran manusia.
Dan sesungguhnya kami telah menciptakan manusia
(Adam) dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur
hitam yang diberi bentuk. Dan ingatlah Tuhan-Mu
berfirman kepada para malaikat; Sesungguhnya Aku akan
menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering (yang
berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk, (QS. Al-
Hijr 15: 26 dan 28)
Dan sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dari
suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian kami jadikan
saripati air mani (yang tersimpan) dalam tempat yang
kokoh (rahim), kemudian air mani itu kami jadikan
segumpal darah, lalu segumpal darah itu kami jadikan
tulang belulang, lalu tulang belulang itu kami bungkus
dengan daging. Kemudian kami jadikan dua mahkluk yang
berbentuk lain. Maka Maha Suci Allah, Pencipta yang
paling baik.12 (QS.Al-Mu’minum 23;12-14).
2.3 Mahkluk Yang Tidak Kelihatan
Dalam ajaran Islam selain kisah mengenai penciptaan manusia, ada juga tentang Jin dan
hubungannya dengan manusia. Wali dalam ajaraan Islam dipercaya dapat berhubungan
dengan dunia gaib termasuk Jin. Dipercaya hubungan mereka layaknya hubungan manusia
pada umumnya. Umat Islam percaya bahwa ketika melakukan sholat di Masjid, sebenarnya
mereka tidak sendiri atau tidak hanya ada manusia biasa saja di sana, namun ada banyak
malaikat dan Jin Islam sebagai makmum yang juga berdesak-desakan mengikuti ibadah.
11 Christoph Barth, Teologi Perjanjian Lama 1. ( Jakarta; Gunung Mulia, 2008). 55. 12 Latief, Manusia, Filsafat, Dan Sejarah... 27.
15
Seperti salah satu Jin bernama Rijalul datang kepada Abdulkadir (wali) Jailani untuk belajar
tarikat dan mendengarkan ajaran-ajarannya.13
Kehadiran bangsa Jin dalam umat Islam tidak menjadi suatu cerita yang aneh karena
hal tersebut tertulis dalam Al-Quran bahwa sebagian bangsa Jin datang mendengarkan
pembacaan Al-Quran dan kemudian masuk Islam (QS. 46:9-31). Kehadiran bangsa Jin tidak
jauh berbeda dengan manusia, mengenai agama dipercaya ada Jin yang beragama Islam ada
juga yang ingkar atau dalam artian kafir. Yang membuat perbedaan Jin dengan manusia ialah,
Jin mempunyai alam sendiri dan mempunyai wujud yang sama sekali berbeda dengan wujud
manusia. Mengenai orang-orang yang dapat berhubungan dengan Jin dan Malaikat hanya
orang-orang tertentu saja yang dianggap mendekati kesempurnaan.14
Dalam ajaran Islam pada mulanya Allah menciptakan Jin kemudian baru lah manusia.
Ketika Allah menciptakan manusia (Adam) Allah memerintahkan Jin untuk tunduk dan
menghormatinya. Tetapi Jin dengan angkuh tidak mematuhi perintah Allah alasannya
manusia yang harus menghormatinya. Karena sifat angkuh/sombong Jin inilah kemudian
terjadi perubahan nama yang semula adalah Jin kini menjadi setan. Karena kesombongan Jin
di usir dari sorga dan sifat setannya Jin berjanji akan membawa manusia yang taat kepada
Allah agar jauh dari kebenaran Allah. Kata setan ialah sifat dari Jin/Iblis (kafir), sehingga jika
ada manusia yang mempunyai sifat angkuh mereka disebut memiliki sifat setan atau asy-
syaithan dalam bahasa Arab. Jadi dalam pandangan Islam, sifat Jin/Iblis (kafir) ialah untuk
menyesatkan manusia dari jalan kebenaran Allah. Ketika pikiran manusia tidak bisa
13 Muhammad Hamidi. Mitos-mitos dalam hikayat Abdulkadir Jailani.(Jakarta; Yayasan Obor
Indonesia,2003). 144. Wali adalah seorang yang dapat menolong pengikutnya bukan hanya urusan dunia tapi juga akhirat
karena mereka sttausnya mendekati kesempurnaan. Salah satu wali ialah Abdulkadir yang berhasil menaklukan bangsa Jin, yang sebelumnya telah dilakukan oleh nabi Sulaiman.
14 Hamidi. Mitos-mitos Dalam...145.
16
terpengaruh dengan gangguan Jin/Iblis, mereka akan menyesatkan manusia dengan cara
mengganggu waktu ibadahnya.15
Malaikat diciptakan oleh Allah lebih dulu dari manusia dan tercipta dari cahaya
sedangkan Jin diciptakan dari api. Seperti yang tertulis dalam ajaran Islam Rasulullah
bersabda: “Malaikat itu diiciptakan dari cahaya. Jin diciptakan dari api yang menyala-nyala,
Sedangkan Adam diciptakan dari apa yang dijelaskan kepada kalian.” (HR. Muslim). Fisik
dari Malaikat juga memiliki sayap, ada yang memiliki dua sayap, tiga sayap, empat sayap
bahkan lebih dari itu seperti malaikat Jibril memiliki enam ratus sayap. Dan hal ini tertulis
dalam ajaran Islam:
ل ح م ح ا س مر م ر م ا ت مأح ح م ا ر م م ا م م ح لل يل أ أل م ح ح نححمم يم ىم
ثم م ثل م مررم أل م ل لحخ أ مد ر حقم رشل ىم مءم
م ن لمم م ش لا مأح ا م
Segala puji bagi Allah Pencipta langit dan bumi, Yang
menjadikan malaikat sebagai utusan-utusan (untuk
mengurus berbagai macam urusan) yang mempunyai
sayap, masing-masing (ada yang) dua, tiga dan empat.
Allah menambahkan pada ciptaan-Nya apa yang
dikehendaki-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas
segala sesuatu. ( QS. Fathir : 1)16
Sedangkan sifat Malaikat yaitu mulia dan berbakti seperti yang tertulis dalam ajaran
Islam: ر ام ر أم ب مام ح ر دم ةمام ”.Di tangan para utusan (malaikat). Yang mulia lagi berbakti“ لم
QS.’Abasa:15 & 16. Malaikat juga merupakan utusan Allah untuk menyampaikan wahyu
Allah dan mendamaikan manusia yang bersengketa/bermasalah. Karena Malaikat adalah
utusan Allah maka malaikat juga bersifat baik, suci dan sempurna, serta fisik mereka tampak
mulia, baik dan terhormat. Sehingga bagi para pembaca Al-Quran harus baik dalam segala
perbuatan dan kata-kata. Seperti Rasulullah bersabda: “Orang yang bembaca al-Quran dan
mahir membacanya maka ia bersama malaikat-malaikat yang mulia lagi suci. Orang yang
15 Umar Sulaiman al-Asyqar. Rahasia Alam Malaikat Jin Dan Setan: Mengupas Tuntas Alam Malikat, Jin
& Setan Berdasarkan al-Qur’an dan Hadis. (Jakarta; Qisthi Press..). 107. Dan oleh Haji Al- Hujjah. Apakah Perbedaan Iblis, Jin dan Syetan?. Youtube publis 12 Mei 2017. https://youtu.be/GPJ5kpjf184.
16 al-Asyqar. Rahasia Alam Malaikat Jin Dan Setan... 5-9.
17
membaca al-Quran terbata-bata dan mengalami kesulitan maka baginya dua pahala.” (HR.
Muslim dan Ahmad). Sifat Malaikat selain baik, suci ternyata malaikat juga mempunyai sifat
pemalu dalam pandangan Islam.17
Jin sama dengan manusia ada yang beragama Islam, Nasrani, Yahudi dan tidak
beragama. Namun tidak dijelaska Jin yang berasal dari luar agama Islam itu sepeti apa dan
bagaimana. Jin beragama Islam ada yang bermazhab Qadariyyah, Ahlussunnah, Syi’ah, ada
yang fasik, munafik termasuk yang benar-benar taat. Seperti tertulis:“Di antara kami ada
orang-orang yang saleh, ada pula yang tidak. Kami menempuh jalan yang berbeda-beda” (
al-Jinn: 11).18
Umat Islam meyakini tempat tinggal Jin kafir berada di tempat-tempat tak lasim seperti
di toilet, tempat tak berpenghuni, lobang-lobang, di pasar, kandang Unta. Dan hal ini sesuai
dengan apa yang tertulis dalam ajaran Islam, salah satu contoh ialah:
م يمر م ل لم لمقحرأم لر لرلعم للأل لرلم ححام عم م م ححدمأح ح ححدم م ر أال ل م ح ملحقميل شم م ر حقم ح لل يمحمدمتم رمام ام فمءم ح ل م ءلأ ل رمابر ح
قن) قق ء حر قا لم : ت أى بقرأ ك : قدأا لر بمرام ( حقم بلنأم .ىححر حقل
( حقد أ بر ح أ، ترا ح ره،يت، ح أدد، (أبد
“Toilet-toilet adalah hunian jin. Oleh karena itu jika di antara kalian ada yang ingin masuk,
bacalah doa: Ya Allah, Aku berlindung kepada-mu dari gangguan jin perempuan,”(HR. Abu
Dawun, Nasa’i Ibnu Majah dan Ahmad dari Zaid ibn Arqam). Ketika seorang masuk ke toilet
harus membacakan doa dengan tujuan agar Jin tidak bisa melihat aura manusia karena
matanya telah tertutup.19Sedangkan tempat tinggal Jim Islam berada di rumah orang-orang
beriman. Jin tinggal di atap rumah orang-orang beriman, ketika jam makan tiba ia pun ikut
makan dengan mereka. Tetapi Allah tetap melindungi mereka dari gangguan Jin tersebut.20
17 al-Asyqar. Rahasia Alam Malaikat Jin Dan Setan... 20-21. 18Aep Saepulloh Darusmanwiati. Mengintip Alam Gaib: Rahasia Malaikat, Jin, dan Setan menurut Al-
Quran dan Sunnah. (Jakarta: Zaman,2014). 84. 19Darusmanwiati. Mengintip Alam Gaib... 88-92. 20Darusmanwiati. Mengintip Alam Gaib... Hal 92.
18
2.4 Pandangan Kristen Mengenai Ciptaan Yang Kelihatan
Di awali dengan Alkitab memulai suatu konsep dasar yaitu penciptaan. Dalam
ceritaAlkitab tidak langsung dijelaskan tentang penciptaan gereja, agama Kristen, dan juga
bukan penciptaan Israel, melainkan di dalamnya yaitu mengenai kosmos yaitu sebuah
penciptaan awal. Kita lihat dalam Kejadian 1:1 “Pada mulanya Allah menciptakan langit dan
bumi” kepercayaan bahwa Allah menciptakan segala sesuatu dan siapapun, tidak ada sesuatu
hal yang terjadi di luar jangkauan atau pengetahuan Allah. 21
Allah menciptakan alam semesta dengan kuasa, hikmat, dan perantaraan firmanNya
kemudian bertindak: Berfirmanlah... maka jadi, jadilah demikian, dan Allah mengatakan
semuanya baik (bahkan sangat baik, Kej 1:3, 1:7, 9,11,15,24 dan Kej 1:31). Ketika Allah
menciptakaan segala ciptaan dengan firman, pastinya Allah juga menjamin segala yang
diciptakan sebagai maksud dari rencana dan tujuan Allah (Yesaya 1:1-4). Hal ini juga sebagai
penentu mengenai peranan dan tugas segala mahkluk yang diciptakan-Nya. Selain itu Roh
dan hikmat juga memainkan peran penting dalam ciptaan yakni Roh inilah yang kemudian
menghidupkan segala mahkluk. Mahkluk hidup tidak terbatas pada manusia saja, melainkan
segala mahkluk hidup yang ada di dunia (Kej 1:2b, Ayub 33:4). 22
Pada hari ke enam Allah mencipatakan Adam seorang laki-laki dari debu tanah
menurut gambar-Nya (Kejadian 1 dan 2). Terdapat dua pengertian anatara gambar dan rupa,
yakni “gambar” merupakan karunia yang diberikan Allah sejak manusia diciptakan/lahir.
Sedangkan “rupa” ialah bagaimana manusia berkembang dan bertindak dalam hubungan
dengan penciptanya. Kemudian Allah juga menciptakan seorang perempuan dari tulang rusuk
yakni penolong yang sepadan. Manusia diciptakan sebagai yang bertubuh tulang dan daging,
bersifat lemah dan fana. Namun manusia bukanlah mahkluk yang mempunyai tubuh dan
21Wesley Ariarajah, Alkitab Dan Orang-Orang Yang Berkepercayaan Lain, (Jakarta:Gunung Mulia, 2003).
2. 22 Barth, Teologi Perjanjian Lama 1... 28-29.
19
daging, karena ia sendirilah tubuh dan daging itu. Kemudian Allah menghembuskan nafas
hidup dalam tubuh yang fana itu sehingga manusia itu menjadi jiwa yang hidup dan dia
sendirilah jiwa itu. Maka seharusnya manusia bersikap rohani karena ia hidup oleh karena
hembusan Roh Allah yakni memiliki jiwa (Yehezkiel 37:5-7). Selain itu manusia juga
diberikan kuasa untuk menjaga dan bertanggung jawab atas isi bumi.23
Kemudian hati sebagai inti manusia itu ketika dalam tubuh dan jiwa adanya ikatan.
Karena dengan hati manusia dapat mengenal atau mempertimbangkan sesuatu. Hati juga
berbicara mengenai akal budi, daya pikir dan otak. Allah hanya menciptakan manusia yang
dapat berbicara, berpikir, mengingat dan merencanakan, sedangkan mahkluk ciptaan lain
tidak demikian. 24
Dari semua ciptaan manusia merupakan puncak segala mahkluk, dan dikhususkan
untuk hidup dalam persukutuan dengan pencipta-Nya dan menjalin hubungan bertanggung
jawab dengan mahkluk ciptaan lainnya. Manusia juga menjadi pemelihara bagi mahkluk
hidup lainnya ( Kej 2:15).25 Meski dalam Kejadian 1 ada bandingan antara manusia dan alam
semesta, yakni manusialah yang paling terkecil. Namun Allah menempatkan dalam posisi
lebih hal ini karena manusia diciptakan “hampir seperti Allah” atau terjemahan lain
mengatakan “hampir seperti malaikat”. Manusia diberi tempat sedikit dibawah para malaikat
namun di mahkotai dengan kemuliaan dan hormat oleh Allah sendiri. Itulah gambar Allah
yang ada pada manusia (Maz 21:6).26
Disisi lain tujuan manusia di tempatkan dalam taman (tanah) berkuasa menamai,
memanfaatkan tanah, menjaga, dan melestarikan lingkungan demi kelangsungat hidup secara
turun temurun. Hal ini dilakukan sebagai bentuk hasil tangggung jawab manusia terhadap
Khalik. dalam Kejadian 2 : 4, 7 akan berbeda dengan Kejadian 1:27 menunjukan hubungan
23 Barth, Teologi Perjanjian Lama 1... 33-38. 24 Barth, Teologi Perjanjian Lama 1... 34-35. 25 Barth, Teologi Perjanjian Lama 1...17. 26 Barth, Teologi Perjanjian Lama 1...34.
20
antara mansuia dan lingkungannya, meskipun kedua ayat tersebut terdapat perbedaan.
Perbedaan yang mengatakan bahwa manusia dijadikan sebelum terdapat tumbuhan yang
dibuat di taman Eden dan manusia dijadikan sesudah tumbuhan dan hewan. Manusia
mengenal dunia sebagai gurun tandus yang penuh kekurangan tetapi disisi lain dunia juga
penuh keindahan dan baik. Pengalaman ini menjadikan manusia bersifat dinamis.27
Allah menciptakan manusia untuk mempunyai hubungan dengan-Nya namun manusia
memilih untuk mendatangkan hukuman bagi dirinya. Meski demikian tetap menjadi menurut
gambar-Nya karena sejatinya Allah tidak pernah melepaskan dan meninggalkan ciptaan itu.
Hal ini tentu berbeda dengan pandangan lain (Calvin & Augistinus) yang mengatakan bahwa
ketika berdosa manusia tidak lagi mencerminkan gambar Allah (Kej 9:6).
Meskipun dengan kejatuhan mansuia pada dosa Allah menjadi yang transenden (jauh)
namun Allah juga menjadi imanen (dekat) yang mau menyelamatkan ciptaannya. Seperti
kisah Henokh, Elia dan Musa ( Ulangan 34:6 & Yudas 1:9) dikatakan oleh karena dekat dan
bergaul dengan Allah maka Allah menganggkat mereka ke surga tanpa kematian jasmani
terlebih dulu dan tidak ditemukan jasad mereka di bumi. 28 Kisah ini juga mau menegaskan
bahwa dalam ajaran orang Kristen juga terdapat kisah mengenai mansuaia yang dianggkat
oleh Allah masuk dalam dunia supranural Allah ( dunia yang lain) yakni ke Surga tanpa harus
melalui kematian jasmani terlebih dahulu.
Dan Henokh hidup bergaul dengan Allah , lalu ia tidak ada
lagi, sebab ia telah diangkat oleh Allah, (Kejadian 5:24).
Karena iman Henokh terangkat, supaya ia tidak
mengalami kematian dan ia tidak ditemukan, karena Allah
telah mengangkatnya. Sebab sebelum ia terangkat, ia
memperoleh kesaksian bahwa ia berkenan kepada Allah,
(Ibrani 11:5). Sedang mereka berjalan terus sambil
berkata-kata, tiba-tiba datanglah kereta berapi dengan
kuda berapi memisahkan keduanya. Lalu naiklah Elia ke
Surga dalam angin badai, 2 Raja-raj 2:11.
27 Barth, Teologi Perjanjian Lama 1...37. 28 Yayasan pelayanan Media Antiokhia ( YAPAMA), Tabloid Reformata Edisi 181 November 2014. 9.
21
Kisah ini juga mau menegaskan bahwa dalam ajaran orang Kristen juga terdapat cerita
mengenai manusia yang dianggkat oleh Allah masuk dalam dunia supranatural Allah (dunia
yang lain) yakni Surga tanpa harus melalui kematian jasmani terlebih dahulu. Dan bahkan
bisa dikatakan bahwa Allah menganggkat mereka bersama tubuh jasmani mereka (Elia
Henokh, dan Musa).29
Penulis juga menggunakan pemahaman para teolog Asia mengenai hubungan Injil Dan
Kebudayaan. Allah adalah Allah yang kreatif, artinya Ia menciptakan alam semesta secara
kreatif termasuk didalamnya ialah kebudayaan. Apa yang ada di alam semesta berada di
bawah tatanan dan kuasa Tuhan. Kebudayaan berbicara tentang keberadaan manusia sebagai
suatu totalitas. Karena kebudayaan merupakan bagian dari karya kretivitas Allah dalam
penciptaan, maka perlu dihargai sebab Tuhan sendiri yang mengatakan bahwa ciptaan-Nya
itu baik. Kebudayaan dan Injil Yesus tidak dapat dipisahkan dengan alasan bahwa ketika
Yesus dalam pengembangan ajaran-ajaran-Nya pun tidak terlepas dari budaya setempat.
Maka dari itu para teolog harus membuka diri bagi kebudayaan agar lebih mudah dalam
pengajaran Injil karena budaya sebagai pintu masuk masyarakat.30
Jika gereja mempunyai pemahaman bahwa kebudayaan masyarakat dan agama tidak
ada hubungannya bagi kehidupan baru didalam Kristus, maka gereja tidak mempunyai cara
lain untuk membangun suatu bangsa. Memiliki arti bahwa gereja-gereja seharusnya melihat
keberadaannya sebagai bagian dari Yesus Kristus dalam hubungannya dengan agama dan
kebudayaan masyarakat setempat. Tidak dapat dipungkiri bahwa dalam kebudayaan pasti ada
hal-hal yang tidak dapat diterima tetapi, gereja perlu dan harus mampu adaptasi hal tersebut
sehingga bisa menjadi pintu masuk dalam pekabaran injil. Ariarajah juga menekankan bahwa
para teolog harus terbuka terhadap kebudayaan lain, karena tidak cukup hanya mengenal
29 Gabriel Agbo, Kuasa Dan Doa, 2019. 30 Arkipus Djurubasa, Ziarah Bersama Di Bumi Halmahera. (Yogyakarta;Alinea Baru,2017). 34-36.
22
budaya sendiri tetapi juga membutuhkan pengenalan akan budaya yang lain sebagai keluarga
didalam Yesus Kristus.31
2.5 Ciptaan Yang Tidak Kelihatan Yakni Malaikat
Alkitab mencatat bahwa Allah menciptakan mahkluk-mahkluk cerdas yang lebih kuat
dari manusia yakni Malaikat. Malaikat merupakan penghuni sorga yang tinggal bersama
Allah dan sebagai suruhan-Nya (Markus 12: 25, Mazmur 104:4, 2 Petrus 2: 11). Manusia
percaya Malaikat memang ada karena Allah yang mengatakan dalam kitab suci, meskipun hal
tersebut tergantung dari iman kepercayaan seseorang. Yesus sendiri mengatakan dalam kitab
suci bahwa Malaikat benar ada (Mat 13:39. 41,49; 16:27; 18:10; 22:30).
Malaikat diciptakan dari roh murni dan tidak memiliki tubuh karena bukan dari materi.
Meskipun tidak memiliki tubuh tetapi mereka juga bisa menampakan wujud menggunakan
tubuh manusia. Di dunia Malaikat hanyalah tamu karena mereka bukanlah penghuni alam ini.
Mereka di ciptakan sebelum adanya waktu, dan setan/iblis yang manusia kenal sekarang ialah
malaikat pemberontak terhadap Allah dan hierarki sorga kemudian mendirikan hierarki
sendiri yakni neraka. Meskipun mereka hanyalah tamu, Malaikat merupakan alat pada setiap
tahap besar rencana Allah untuk menggembalikan manusia ke jalan menuju surga. Mereka
mempunyai tugas penting untuk berada dengan manusia untuk menyelamatkan,
memperingati, atau biasa yang dikenal sebagai penyambung lidah Allah.32 Contoh peran
Malaikat sebagai alat Allah ialah diutus untuk mencegah Abraham mengorban Ishak
putranya (Kejadian 22: 11-18). Contoh lain Daniel di lobang singa kemudian Allah mengirim
Malaikatnya untuk menutup mulut singa-singa itu (Daniel 6:22). Malaikat juga menjadi
pengawal manusia yang berdiri di persimpangan jalan antara kehidupan dan kematian.
Mereka melakukan tugasnya ketika diri manusia mengalami krisis, baik itu roh dan jiwa. 33
31 Djurubasa, Ziarah Bersama Di Bumi Halmahera... 42-44. 32Peter Kreeft. Angel & Demons; Apa Yang Kita Tahu Tentang Mereka? (Malang; Dioma 2006). 53-67. 33 Kreeft. Angel & Demons... 21-22.
23
Malaikat tidak memiliki jenis kelamin karena mereka berasal dari roh murni tanpa
tubuh. Namun kadang Malaikat identik dengan maskulin dan feminim mengacu kepada
kepribadian, jiwa dan roh. Hal lain bahwa bisa saja hal ini menghikuti tradisi dan malaikat
mengenakan kostum pada zaman itu (patriakhi) seperti zaman Yesus kaum Yudaisme tidak
pernah mengenal Yesus sebagai perempuan melainkan seorang laki-laki.34
Allah dan Malaikat merupakan roh murni. Malaikat bukan manusia tanpa tubuh,
mereka merupakan jenis yang lain, spesies pikiran yang berbeda, dan kecerdasan. Mereka
berbeda dengan jiwa manusia (roh manusia) karena jiwa manusia dimaksudkan untuk tubuh
sedangkan Malaikat tidak. Sering ada anggapan bahwa jiwa manusia dan Malaikat
merupakan roh murni maka keduanya sama karena tidak bermateri namun hal itu jelas
berbeda. Hal ini karena manusia pernah memiliki tubuh tetapi Malaikat tidak. Atau seperti
Hantu adalah roh atau jiwa manusia yang tubuhnya telah mati dan masih bisa mengembara
dimuka bumi kemudian akan menerima tubuh kebangkitan baru di surga jika mereka pergi ke
surga.35
Malaikat lebih dekat dengan Allah. Mereka selalu berbuat baik kepada manusia
(berbeda dengan iblis/Malaikat yang diusir dari surga). Mereka juga tidak mempunyai hari,
tidak mempunyai waktu karena waktu berhubungan dengan materi dan mereka tidak punya
itu. Mereka juga tidak pernah merasa bosan karena bosan berhubungan dengan waktu.
Kebosanan timbul karena menunggu saja tanpa berbuat sesuatu, sedangkan mereka tidak.
Mereka memiliki kecerdasan intuitif, gagasan yang selalu timbul begitu saja dalam pikiran.
Malaikat juga mengenal dan mengasihi Allah, diri mereka, sesama dan manusia karena kasih
selalu mengikuti pengetahuan.36
34 Kreeft. Angel & Demons... 87-90. 35 Kreeft. Angel & Demons... 57-58 36 Kreeft. Angel & Demons... 71-73.
24
Selain itu mereka juga menjadi pelindung manusia karena manusia masing-masing
mempunyai Malaikat pelindung yang dikirim Allah meskipun manusia tidak dapat melihat.
Meskipun manusia tidak dapat melihat Malaikat pelindung namun mereka dapat mendengar
setiap doa yang diungkapkan. Karena ketika manusia berdoa kepada Tuhan dan meminta
bantuan, Allah akan mengirimkan bantuan Malaikat. Kreeft mengatakan secara psikologis
mempercayai keberadaan Malaikat berarti membuka pikiran dan mengalahkan materialisme.
Dalam artian menarik roh (rohani) mengatasi dunia. Berikut mempercayai mereka berarti
memuaskan keingintahuan dan kekaguman dalam diri.37
Mereka berkomunikasi dengan manusia lewat pikiran ke pikiran (imajinasi, inspirasi)
secara langsung. Malaikat juga bisa berkomunikasi dengan manusia melalui indra manusia
memakai bentuk jasmani seperti terjadinya mujisat, meski hal ini jarang terjadi. Sedangkan
Malaikat berkomunikasi dengan Allah dengan membaca pikiran-Nya. Melihat didalam diri
Allah seperti dalam sebuah kaca apa saja yang hanya Allah ijinkan untuk mereka ketahui.38
Malaikat mempunyai kepribadian yang berbeda atau spesies yang berbeda-beda.
Mereka tidak pernah sama satu dengan yang lain. Mereka tidak mempunyai materi, tidak
mempunyai tubuh mereka berasal dari roh murni, pikiran murni, dan bentuk murni sehingga
mereka berbeda satu dengan yang lain. Meskipun begitu, setiap Malaikat ada yang lebih
rendah dan ada yang lebih tinggi, dengan sendirinya mereka tidak sama.39
Salah satu ciri Malaikat ialah memukau, terdapat tiga alasan diantaranya karena mereka
itu lain. Pertama, karena mereka bukan berasal/penghuni dunia bahkan tidak seperti biasanya
yang kita lihat dan tercipta dari roh murni yang membuat mereka itu lain. Kedua ialah karena
Malaikat “bukan manusiawi” dan hal itulah yang membuat manusia biasanya terpukau.
Contoh seperti manusia terpukau ketika melihat binatang yang pintar dan bisa berbicara.
37 Kreeft. Angel & Demons... 26-27. 38 Kreeft. Angel & Demons... 75-77. 39 Kreeft. Angel & Demons... 64-67.
25
Ketiga ialah karena mereka ciptaan yang luar biasa (superrior) atau adikodrati. Orang yang
menyangkal adanya Malaikat berarti menyangkal atau tidak menyadari sebagian dari sisinya
yang rohani.40
Lebih jelasnya ialah Malaikat merupakan mahkluk ciptaan Allah yang tidak
mempunyai tubuh karena Malaikat ialah roh. Mereka mempunyai kecerdasan, kemauan,
tempat tinggal di Surga, taat kepada kehendak Allah, membawa pesan-pesan Allah (utusan),
bisa memakai tubuh (Kejadian 19: 3), mempengaruhi imajinasi manusia, dan mampu
memindahkan barang-barang secara adikodrati.41Selain itu meskipun yang adikodrati tidak
dapat dibuktikan dalam ilmu pengetahuan tetapi bukan berarti tidak ada/salah. Seperti seekor
burung didalam telur yang belum menetas tidak dapat membuktikan bahwa dunia di luar telur
itu salah. Malaikat itu roh murni, ilmu pengetahuan tidak dapat mengobservasi malaikat. 42
Menjadi pertanyaan apakah Malikat itu penting? Dan mengapa manusia tidak percaya
saja kepada Allah tanpa Malaikat? Malaikat tidak penting karena Allah tidak harus
menciptakan mereka seperti binatang. Hal ini dilakukan karena Allah menciptakan dengan
kemurahan “bebas” bukan karena Allah “perlu”. Kasih yang memotifasi Allah untuk
menciptakan sebuah alam semesta yang tidak dibutuhkan-Nya. Allah adalah roh yang tak
bertubuh dan tak terbatas, jiwa manusia roh bertubuh yang terbatas, dan malaikat ialah roh
tak bertubuh dan terbatas.43
Mereka tidak tinggal didalam suatu ruang, karena ruangan berisi tubuh bukan roh.
Meskipun terkadang mereka terlihat dan membuat hal-hal terjadi di tempat-tempat tertentu.
Hal ini bukan berarti Malaikat hadir sebagai materi tetapi hadir sebagai rohani. Artinya roh
itu pikiran dan kehendak, jadi kehadiran rohani ialah perhatian dan kehendak. Mereka dapat
40 Kreeft. Angel & Demons... 24-25. 41 Kreeft. Angel & Demons... 33. 42 Kreeft. Angel & Demons... 33-38. 43 Kreeft. Angel & Demons... 43-47.
26
melakukan tugas mereka di dunia tanpa harus meninggalkan tempatnya di surga. Mereka bisa
saja menggunakan tubuh tetapi tubuh bukanlah wadah itu sendiri melainkan roh. 44
Sedangkan mahkluk tak kelihatan berikut adalah Iblis/Setan-setan. Setan berbeda
dengan Iblis. Iblis hanya satu dan setan banyak, iblis merupakan pemimpin tertinggi setan
yakni Lucifer yang berasal dari penghulu kuasa-kuasa di udara, kegelapan dan pemerintah
dunia. Setan-setan terdiri dari para Malaikat yang pemberontak terhadap Allah karena
mengikuti keinginan mereka sendiri. Mereka termasuk dalam mahkluk spiritual karena
bersifat roh murni, tidak memiliki tubuh, tidak mati namun bisa menggunakan wujud
manusia dan binatang. Setan ada dalam realitas manusia sebagai penggugat atau
pemberontak. Setan-setan adalah bawahan atau budak Iblis yang bertugas mengalihkan
manusia dari kebenaran Allah (Ayub 1: 6-12, Yesaya 14:12-15). Dalam kejadian 3: 1 juga
dikatakan bahwa iblis merupakan musuh terbesar dari Allah dan manusia.45
2.6 Cerita-cerita yang masih perlu di buktikan kebenarannya tetapi yang berguna bagi
masyarakat (folklor)
Penulis juga melihat cerita-cerita yang masih perlu di buktikan kebenarannya tetapi
berguna bagi masyarakat, atau yang dikenal dengan sebutan Folklor dalam pandangan Martha
C. Sims & Martine Stephens dan beberapa definisi mengenai cerita rakyat dari beberapa
folkloris Indonesia. Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) folkor adalah adat-istiadat
tradisional yang tidak dibukukan hanya diwariskan secara terun-temurun melalui lisan dan
bukan lisan. Secara lisan, folklor diciptakan kemudian disebarluaskan dan diwariskan melalui
bahasa rakyat, cerita rakyat, puisi, teka teki dan nyanyian rakyat. Sedangkan dalam bentuk
44 Kreeft. Angel & Demons... 77-79. 45 Ebenhaizer I Nuban Timo. Dunia Supranatural, Spiritisme dan Injil (Salatiga; Fakultas Teologi,
Universitas Kristen Satya Wacana). 79-82.
27
bukan lisan diwariskan melalui musik tradisional, makanan dan minuman, pakaian
tradisional, perhiasan.46
Folklor merupakan:
Sebagian kebudayaan kolektif, yang tersebar secara turun
temurun, secara tradisional dalam versi yang berbeda, baik
dalam bentuk lisan maupun contoh yang disertai dengan
gerak isyarat atau alat pembantu pengingat/mnemonic
device.47
Pada tahun 1938, Benjamin Botkin, editor cerita rakyat untuk Proyek Penulis Federal
Proyek Kemajuan Pekerjaan, menawarkan definisi pemikiran ke depan, berikut:
Folklore adalah sebuah badan kepercayaan tradisional,
adat istiadat, dan ekspresi, diturunkan sebagian besar dari
mulut ke mulut dan beredar terutama di luar sarana
komunikasi dan instruksi komersial dan akademik. Setiap
kelompok bersama-sama oleh kepentingan dan tujuan
bersama, apakah terpelajar atau tidak berpendidikan,
pedesaan atau perkotaan, memiliki kumpulan tradisi yang
dapat disebut sebagai cerita rakyat. Ke dalam tradisi-
tradisi ini memasuki banyak elemen, individu, populer,
dan bahkan "sastra", tetapi semuanya diserap dan
diasimilasikan melalui pengulangan dan variasi ke dalam
suatu pola yang memiliki nilai dan kontinuitas untuk
kelompok secara keseluruhan (1938).48
The American Folklore Society (AFS) mencatat bahwa:
Sebagian besar definisi cerita rakyat menentang gagasan
cerita rakyat sebagai sesuatu yang tua, kuno, kampungan,
tidak berpendidikan, atau tidak benar. Meskipun cerita
rakyat menghubungkan orang ke masa lalu mereka, itu
adalah bagian sentral dari kehidupan di masa sekarang,
dan merupakan jantung dari semua budaya, termasuk kita
sendiri dan di seluruh dunia. (Situs AFS)49
Dengan banyak definisi dari pemikiran folkloris, tetap mau mengatakan bahwa folklor
adalah bagian aktif eksistensi dan ekspresi manusia, yang melibatkan seni, komunikasi,
46Google, https://kbbi.web.id/folklor. 47 James Danandjaja. Folklor Indonesia; Ilmu Gosip Dongeng, dan Lain-lain.( Jakarta:PT.Temprint, 2007).
1-2. 48 Martha C. Sims & Martine Stephens. Living Folklore. An Introduction to the Study of people and Their
Traditional. (Logon-Utah State University Press, 2011.). 31. 49 Sims & Stephens. Living Folklore...32.
28
proses, budaya dan idenitas. Folklor dipelajari secara informal, pengetahuan tidak resmi
tentang dunia, diri kita sendiri, komunitas, keyakinan, budaya, dan tradisi kita. Yang
diekspresikan secara kreatif melalui tindakan, perilaku adat istiadat, musik dan kata-kata.50
Foklor dapat dibedakan menjadi tiga kategori. Folklor lisan, Folklor setengah lisan, dan
folklor bukan lisan. Folklor lisan adalah bentuk murni lisan dan terdiri dari beberapa bentuk:
Pertama, bahasa rakyat yakni seperti logat, julukan, pangkat tradisional, dan gelar
kebangsawanan. Kedua, ungkapan tradisonal, peribahasa, pepatah, dan pemeo. Ketiga,
pertanyaan tradisional yang lebih dikenal dengan sebutan teka-teki. Keempat, puisi rakyat
seperti pantun, guindam, dan syair. Kelima, cerita prosa rakyat, seperti mite, legenda, dan
dongeng. Dan yang terakhir ialah nyanyian rakyat.
Berikut folklor setengah lisan, merupakan campuran folklor lisan dan dan bukan lisan.
Seperti kepercayaan lisan masyarakat mengenai tahayul ditambah dengan gerak isyarat,
benda, dan permainan atau tarian rakyat yang dianggap bermakna. Folklor bukan lisan,
meskipun disebut dengan bukan lisan tetapi diajarkan/diwariskan secara lisan. Kategori ini
dibagi menjadi dua yaitu benda dan bukan benda. Bentuk folklor yang tergolong benda
seperti rumah adat/asli daerah. Kerajinan tangan, pakaian, perhiasaan, makanan dan minuman
rakyat serta obat-obatan tradisional. Sedangakan folklor bukan benda ialah gerak isyarat
tradisional, bunyi isyarat untuk komonikasi rakyat, dan musik rakyat.51
Adapun ciri utama pengenal folklor: Pertama, penyebaran dan pewarisannya biasa
dilakukan secara lisan yakni disebarkan melalui tutur kata dari generasi ke generasi. Kedua
Bersifat tradisional yang disebarkan dalam bentuk yang relatif tetap atau dalam bentuk
standar. Disebarkan antara kolektif tertentu yang dalam waktu yang cukup lama. Ke tiga
Folklor ada dalam varian-varian yang berbeda. Hal ini disebabkan oleh cara penyebarannya
50Sims & Stephens. Living Folklore...32. 51 Tedi Sutardi. Antropologi; Mengungkap Keragaman Budaya. (Bandung; PT Setia Purna Inves, 2007).
92-93.
29
yang secara lisan bukan melalui cetakan atau rekaman. Keempat Folklor bersifat anonim
yaitu sudah tidak diketahui nama penciptanya lagi. Kelima Folklor biasanya berumus atau
berpola seperti misalnya cerita rakyat yang selalu menggunakan kata-kata yang klise.
Keenam Folklor mempunyai kegunaan atau fungsi dalam kehidupan suatu kolektif. Ketujuh
Folklor bersifat prologis yaitu mempunyai logika sendiri yang tidak sama dengan logika-
logika pada umumnya. Kedelapan Folklor menjadi milik bersama dari suatu kolektif tertentu.
Hal ini diakibatkan oleh penciptanya yang pertama sudah tidak diketahui lagi sehingga setiap
anggota masyarakat tersebut merasa memilikinya. Kesembilan Folklor pada umumnya
bersifat polos dan lugu sehingga seringkali terlihat kasar dan spontan.52
Folklor meskipun cara penyebarannya melalui tutur kata lisan, tetapi berbeda dengan
penyebutan bahwa folklor adalah tradisi lisan. Hal ini karena tradisi lisan lebih sempit dan
folklor lebih dari tradisi lisan. Kalau tradisi lisan hanya pada sebuah cerita rakyat, teka-teki,
peribahasa dan nyanyian rakyat, sedangkan folklor lebih dari itu antara lain tarian rakyat dan
arsitektur rakyat.53
Ketika seseorang mendengar folklore atau cerita rakyat kemudian menganggap hanya
sebuah cerita rakyat kuno itu merupakan hal yang salah. Cerita rakyat ada hampir di semua
tempat dan komunitas masyarakat maupun keluarga seperti di kota, pinggiran kota, desa-
desa, dalam keluarga, kelompok kerja, dan perguruan tinggi. Hal ini karena cerita rakyat
hadir dalam banyak jenis komunikasi informal. Cerita rakyat adalah lagu-lagu rakyat dan
legenda-legenda. Folklor membantu sesorang belajar siapa dirinya dan bagaimana
mendapatkan makna dari dunia di sekitarnya. Cerita rakyat tidak hanya berbicara mengenai
perilaku historis dari budaya lain, cerita rakyat bisa berkembang dan berubah, cerita rakyat
52 Sutardi. Antropologi; Mengungkap Keragaman Budaya, 2007. 92. 53 Danandjaja. Folklor Indonesia... 5.
30
tidak hanya berasal dari hal kuno tetapi juga baru yakni lewat menghidupkan kembali cerita
tersebut.54
Folklor atau cerita rakyat tidak hanya bentuk lain dari studi antropologi tetapi juga
meliputi unsur-unsur psikologis dan sosiologis karena cerita rakyat menyentuh setiap dimensi
pengalaman manusia dan ekspresi artistik. Disiplin folklor mengenai cara bagaimana orang
belajar tentang sesamanya, berbagi pengetahuan/bagaimana cara berkomunikasi dan
membentuk identitas mereka atau membuat makna. Folklor berbeda dengan budaya resmi
yang yang diakui dan dipelajari di lembanga-lembaga pendidikan, seperti di sekolah maupun
gereja (formal). Tetapi folklor atau cerita rakyat merupakan pengetahuan yang kita miiliki
tentang dunia kita dan diri kita sendiri, yang tidak kita pelajari dari dunia pendidikan formal
seperti di sekolah, karena cerita rakyat dipelajari dari orang ke orang lain (informal).55
Perbedaan cerita rakyat dengan ungkapan budaya resmi lainnya ialah belajar budaya
resmi harus terikat dengan aturan yang ada, aturan di sekolah, gereja atau yang lainnya.
Misalnya ketika seorang belajar sesuatu harus melalui referensi buku-buku, televisi, surat
kabar (koran) dan melalui situs web di internet. Artinya ialah budaya resmi dipelajari dari
bidang formal yang segalanya sudah diatur dan mempunyai aturan, kemudian cara
mempelajarinya melalui media-media. Sedangkan folklor berbeda, ia tidak terikat dengan
aturan yang diatur dan untuk mempelajari sesuatu ia tidak harus belajar dari luar mellaui
buku-buku maupun situs web. Karena belajar dan memahami cerita rakyat (informal) hanya
melalui interaksi individu dengan orang lain. Cerita rakyat mencapai kelompok orang-orang
yang berbagi koneksi pribadi, nilai-nilai, tradisi, keyakinan dan bentuk lain dari
pengetahuan.56
54 Sims & Stephens. Living Folklore...20-22. 55 Sims & Stephens. Living Folklore...23-24. 56 Sims & Stephens. Living Folklore...25.
31
Cerita rakyat yang dipelajari memang secara informal tidak resmi, karena bagian dari
pengalaman keseharian. Tetapi jenis pembelajaran ini penting meskipun sering sulit untuk
dijabarkan dengan jelas. Hal ini karena cerita rakyat adalah komunikasi ekspresif dalam suatu
kelompok tertentu dan diajarkan secara informal melalui kehadiran seseorang dalam
kelompok itu. Folklor hadir melalui pengalaman dengan orang di sekitar kita. Folklor sering
menggunakan istilah vernakular untuk merujuk pada bahasa, objek, dan praktik kelompok
tertentu dalam konteks tertentu. Istilah dan konsep dapat membantu untuk melihat perbedaan
antara apa yang dianggap resmi/formal dan informal/yang tidak resmi. Di mana orang hidup
kadang-kadang mempengaruhi apa yang mereka katakan, lakukan dan buat, seperti cerita
rakyat,percakapan sehari-sehari, perilaku dan ekspresi diciptakan oleh dan untuk orang-orang
dalam keseharian. Proses menciptakan dan berbagi cerita rakyat secara alami berangkat dari
yang biasa. 57
Sims dan Stephen juga memuat isi surat Edgar Allan Poe yang mengatakan”bahwa
kehidupan rakyat sering tersembunyi dalam pandangan penuh, bersarang dalam berbagai
cara kita menemukan dan mengungkapan siapa kita dan bagaimana kita masuk ke dunia.”
Folklife tercermin dalam nama-nama yang diciptakan sejak lahir, seperti memohon pertalian
dengan orang-orang kudus, leluhur, atau pahlawan budaya. Selain folklor ada juga folklife
yang merupakan kehidupan masyarakat dan nilai-nilai, diekspresikan secara artistik dalam
berbagai bentuk interaksi.58
Berikut mengenai apa yang dilakukan oleh cerita rakyat dan apa artinya bagi kelompok
yang membagikannya. Di sini menekankan aspek humanistik dari cerita rakyat, yang
menuntun kita untuk mengeksplorasi apa artinya “menjadi manusia.” Wilson mengatakan “
ini adalah upaya untuk menemukan dasar kemanusiaan kita bersama, imperasif eksistensi
manusia kita, yang menempatkan studi cerita rakyat di pusat studi humanistik”. Pandangan
57 Sims & Stephens. Living Folklore... 26-28. 58 Sims & Stephens. Living Folklore... 30.
32
lain mengatakan Folklor adalah komunikasi yang mempunyai nilai seni tersendiri (artistik)
dalam kelompok-kelompok kecil yang menyiratkan kualitas estetika (suatu keindahan) dari
cerita rakyat dan pentingnya interaksi kelompok dalam mengamati dan mendefinisikannya.
Pemahaman lain juga menganggap proses cerita rakyat adalah kombinasi dari kedua elemen.
Kedua elemen yakni pertama ialah berubah/dinamis dan kedua statis/konservatif yang
terhubung dengan masa lalu dan masa lalu kelompok dengan cara yang berevolusi dan
berubah melalui berbagi, komunikasi, dan kinerja.59
Selain itu dalam satu kelompok masyarakat untuk menemukan sebuah identitas tidak
terlepas dari sebuah tradisi karena tradisi dapat menyatukan dan memperkuat nilai dan
keyakinan. Kelompok masyarakat tidak akan mengulangi sesuatu yang diyakini baik itu
dalam waktu yang singkat maupun dimasa lampau kalau peristiwa tersebut tidak ada makna
maupun fungsi bagi kelompok masyarakat tersebut. Karena kepercayaan akan suatu peristiwa
di masa lampau yang dihidupkan kembali memiliki makna penting dan mempunyai
“pahlawan model” untuk generasi kolompok masyarakat saat ini yang kembali
menghidupkan kayakinan/peristiwa tersebut. Dalam tradisi, partisipasi seseorang juga dapat
mewarisi atau menyebarluaskan tradisi ketika ia berpartisipasi dalam sebuat tradisi dan
membagikannya diluar konteks kelompok masyarakat yang ia temui. 60
Seperti dalam sebuah kelompok masyarakat menyakini sebuah pohon/batu besar tempat
berdiamnya roh/tuhan lalu menyembah batu/pohon tersebut untuk meminta perlindungan dan
berkat. Kemudian di lain waktu dan tempat dalam sebuah kelompok masyarakat yang
berbeda kita juga menceritakan peristiwa tersebut dan menyakini bahwa dalam sebuah
batu/pohon berdiamnya roh. Hal tersebut secara ilmiah tidak dapat dibuktikan karena
dianggap sebuah takhayul/imajinasi saja, tetapi hal ini bermanfaat bagi masyarakat yang
memeprcayainya. Berguna untuk pertama, mereka lebih menghargai dan melindungi alam
59 Sims & StephensLiving Folklore...30-31. 60Sims & Stephens. Living Folklore...64-66.
33
karena berpikir tuhan mereka berdiam dalam batu/pohon. Kedua, yang mereka sembah bukan
batunya tetapi roh/tuhan yang berdiam didalamnya, hal inilah yang disebut folklor.
Timbul pertanyaan bagaimana orang belajar dan berbagi tradisi? Jawabannya ialah
Seperti:
Di masa muda, sambil belajar, anda menghirup udara
pengalaman. Udara bersikulasi, berbaur dengan nafas jiwa
anda sendiri. Kemudian dalam penciptaan anda
menghembuskan nafas dan karya-karya anda
memancarkan hawa tertentu, udara yang secara tak
terelakan mereka bagikan dengan karya-karya yang
diciptakan dengan orang lain yang menghirup dan
menghembuskan napas dalam atmosfer yang sama.61
Deskripsi ini mau menjelaskan bahwa bagaimana kita belajar dan berbagi tradisi dari
pengalaman-pengalaman yang didapatkan. Hal ini dapat membantu si peneliti mengenai
orang (atau sekelompok masyarakat) yang diteliti untuk memahami tradisi.62
Tradisi berasal dari banyak cara, dan kadang-kadang tentu mereka berasal dari
kelompok-kelompok yang datang sebelum kita, tetapi gagasan bahwa sesuatu diwariskan
menunjukan bahwa pembagian tradisi hanya linear dan kronologis. Selain itu konsep Greetz
juga membantu untuk bagaimana seseorang dapat mempengaruhi tradisi dan perilaku dari
beberapa kelompok. Seperti mengenali pembaruan pengetahuan kelompok, cara dimana
kelompok membentuk berkontribusi pada pengetahuan kelompok lain. 63
Seperti contoh:
Tiga orang wanita sedang menjahit selimut, di antaranya
ada seorang wanita quilter berpengalaman dan seorang
wanita muda. Ketika sedang menjahit selimut wanita
muda menceritakan sebuah kisah yang diceritakan oleh
keluarganya tentang binatang mitos yang diyakini
memberi keberuntungan. Di kesempatan lain ketika
mereka kembali menjahit, wanita quilter berpengalamaan
itu menunjukan kepada wanita muda sebuah desain
selimut untuk putrinya yang akan pergi ke perguruan
61 Sims & Stephens. Living Folklore...68-69. 62Sims & Stephens. Living Folklore...68-69. 63Sims & Stephens. Living Folklore... 69.
34
tinggi. Untuk mendoakan putrinya, dia telah memasukan
di dalamnya sosok yang terlihat seperti hewan yang wanita
muda pernah ceritakan.64
64Sims & Stephens. Living Folklore...69-70.
35
3. Hasil Penelitian
3.1 Letak Geografis
Gambar 3.1
Peta Pulau Halmahera
Kabupaten Halmahera Utara yang diresmikan pada tanggal 31 Mei 2003 ini ibu kota
terletak di kota Tobelo provinsi Maluku Utara. Kemudian dibagi menjadi 9 kecamatan dan
174 desa dan terakhir ketika dibentuknya Kabupaten Pulau Morotai (UU No.53/2008),
wilayah kabupaten menjadi 17 kecamatan dan 196 desa (Buku Putuh Santiasa, 2013).
Jumlah penduduk di Kabupaten Halmahera Utara sebanyak 196, 279 jiwa sedangkan jumlah
penduduk memeluk dua agama besar yakni Islam sebanyak 81044 jiwa dan Kristen
berjumlah 113637 jiwa. (Badan Penelitian Pengembangan Daerah dan Statistik (BPPDS)
Kabupaten Halmahera Utara, 2017). Secara umum Kabupaten Halmahera Utara adalah
wilayah kepulauan di selatan Samudera Pasifik yang merupakan konstelasi pulau-pulau besar
dan kecil sebanyak 115 pulau.1 Selain itu pulau Halmahera khususnya Tobelo juga kaya akan
hasil alam yaitu buah kelapa, pala dan cengkeh. Mayoritas mata pencaharian masyarakat
Tobelo ialah petani dan nelayan.
1 Buku Putuh Santiasa, 2013. WWW user survey. (n.d.). Retrieved from
http://ppsp.nawasis.info/dokumen/perencanaan/sanitasi/pokja/bp/BAB%20II%20GAMBARAN%20UMUM%20WILAYAH.pdf.
Badan Penelitian Pengembangan Daerah dan Statistik (BPPDS) Kabupaten Halmahera Utara, 2017. WWW user survey. (n.d.). Retrieved from http://satudatamantap.halmaherautarakab.go.id/data/jumlah-penduduk-kabupaten-halmahera-utara-berdasarkan-agama-tahun-2017
36
3.2 Agama Dan Budaya Masyarakat Tobelo (Halmahera Utara)
Masyarakat Halmahera Utara khususnya kota Tobelo identik dengan budaya adat
istiadat. Berbicara masyarakat Tobelo tidak terlepas dari budaya adat istiadatnya hal ini bisa
dilihat dari segala aktifitas masyarakat selalu berdampak pada sebab akibat dari kepercayaan
tradisional. Seperti tidak boleh membersihkan hutan dan membunuh binatang sembarangan
karena hal tersebut akan bertampang kepada kemarahan leluhur. Tujuan dari tindakan
tersebut ialah masyarakat harus melestarikan lingkungan. Adat budaya jga masih bisa ditemui
pada acara-acara saat peminangan dan pernikahan berupa tarian yang disebut Tide-tide dan
cakalele. Hal ini disebabkan karena sebelum para Zending datang ke Halmahera, masyarakat
Tobelo telah memeluk agama-agama suku yang disebut animisme, dinamisme dan panteisme,
yakni pemujaan terhadap arwah nenek moyang dan benda-benda yang pandang sakti 2
Kepercayaan fundamental masyarakat lokal ialah O Gurumini dan O Gikirimoi. O
Gurumini yang mempunyai arti bayang-bayang berkaitan dengan mental atau semangat, lebih
tepatnya disebut jiwa, nyawa atau roh. O Gurumini dipercaya memiliki kekuasaan tertinggi
dapat mempengaruhi kehidupan manusia sehingga harus disembah agar tidak mendapatkan
murka dan sebaliknya dapat meminta berkah. Agar terhindar dari kesalahan terhadap O
Gurumuni yang menyebabkan murka, adat-istiadat solusi utama. Hal ini karena manusia
harus mempunyai sikap yang baik terhadap masyarakat. Pelanggaran terhadap adat istiadat
tidak hanya merusak hubungan pergaulan dengan masyarakat tetapi juga dengan O Gurumini.
Jika bagi orang Kristen injil adalah pondasi kehidupan, bagi masyarakat Halmahera Utara
adat istiadat yang bertumpu kepada O Gurumini adalah pondasi awal kehidupan.3 Selain itu
ada O Gikiri Moi juga disebut memiliki derajat yang sama seperti O Gurumini. O Gikirimoi
memiliki arti mahkluk hidup, roh, manusia, seseorang. Sedangkan Moi adalah satu jadi O
2 Magany, Bahtera Injil di Halmahera (Halmahera: BUMG-GMIH & Institut Hendrik Van Dijiken, 2012.) 7. 3 Magany, Bahtera Injil Di Halmahera... 7-8.
37
Gikiri Moi jadi O Gikirimoi adalah Roh Yang Esa atau Allah yang Esa.4 Jika bagi orang
Kristen injil adalah pondasi kehidupan, bagi masyarakat Halmhera Utara adat istiadat yang
bertumpu kepada O Gurumini dan O Gikiri moi adalah pondasi awal kehidupan. 5
Dinamika sosial budaya masyarakat Tobelo sekarang menurun drastis hal ini sebabkan
oleh budaya yang berasal dari luar. Perubahan tersebut bisa diamati melalui generasi
sekarang sudah tidak lagi menggunakan bahasa lokal, bahkan rumah adat yang di sebut
Hibualamo tidak di perhatikan dan dibiarkan rusak. Tetapi masih ada beberapa tokoh-tokoh
adat yang berupaya menjaga dan melestarikan adat dan budaya Halmahera Utara.
3.3 Persepsi Masyarakat Tobelo Terhadap Masyarakat Moro
Penulis melakukan penelitian di lima desa yang ada di kota Tobelo yakni desa
Gamsungi, Gosoma, Rawa Jaya, Wari, dan Gorua. Selain itu penulis juga pergi ke pulau
Morotai yang ada di Maluku Utara untuk mencari informasi mengenai pemahaman
masyarakat disana mengenai masyarakat Moro. Penulis memilih pulau Morotai ini, karena
bagi kebanyakan masyarakat Tobelo dan penduduk pulau Morotai meyakini tempat tinggal
masyarakat Moro terbesar ada di pulau Morotai. Sehingga nama lain dari pulau Morotai ialah
Bumi Moro.
3.4 Persepsi Masyarakat Islam Terhadap Masyarakat Moro
Dalam bab ini penulis akan memaparkan hasil penelitian dari wawancara mengenai
kepercayaan masyarakat Tobelo yang beragama Islam dan Kristen terhadap masyarakat
Moro. Data atau informasi yang diperoleh bagis ebagian orang memang masih perlu di
buktikan kebenarannya tetapi hal ini sangat berguna bagi masyarakat Tobelo.
Penulis melakukan wawancara hanya dengan informan kunci yang terdiri dari 1-3
orang saja yang ada di setiap desa. Data yang penulis ambil pertama yaitu di desa Gamsungi.
4 O.J.S. May, A.K.Djurubasa, A.Puasa,”Injil Dan Budaya: Teman Atau Musuh? Memeperingati 40 Tahun
Kependetaan Prof.Dr.I.J.M.Haire.” Grafika Indah (Yogyakarta: 2012). 21-23. 5 Magany, Bahtera Injil Di Halmahera...7-8.
38
Informan pertama dari sekretaris desa (sekdes) yaitu bapak D.K.K. Meyakini bahwa
masyarakat Moro merupakan manusia seperti pada umumnya, hanya saja alam tempat tinggal
mereka berbeda dan tidak kelihatan. Alasan menghilangnya mereka disebabkan menghindar
dari pajak atau balahiteng. Meskipun alam tempat tinggal mereka berbeda namun tetap ada
dalam satu pulau yaitu Halmahera. Alasan menyebut mereka sebagai manusia karena
mempunyai fisik seperti manusia pada umumnya, mempunyai stuktur pemerintahan, seperti
pendeta, haji, ketua sinode, bupati, kepala desa, dan anggota keamanan (tentara dan polisi).
Struktur pemerintahan terlengkap berada di lokasi jembatan desa Mede karena tempat
tersebut diyakini sebagai pusat kerajaan masyarakat Moro. Menjalin hubungan (bersahabat)
dengan mereka tidak dipandang sebagai sesuatu yang salah dengan alasan bahwa hanya
sabatas bersahabat tidak menyembah.6 Berikut gambar jembatan Mede.
Gambar 3.2
Sumber bapak D.K.K
Lokasi Jembatan Mede Ini Diyakini Sebagai Pusat Kerajaan Masyarakat Moro.
Hal-hal yang dianggap misterius sering terjadi di tempat ini seperti, hilangnya seorang
warga di kebun/hutan tetapi ketika ditemukan kembali sudah berada di lokasi jembatan
Mede. Warga setempat juga sering mendengar suara kapal besar di lokasi tersebut. Selain itu
rusaknya jembatan Mede di bulan Maret dan Mei 2018 masyarakat Tobelo percaya
diakibatkan oleh kemarahan masyarakat Moro. Rusaknya jembatan tersebut bukan pertama
kali tetapi yang kesekian kalinya. Warga mengatakan bahwa posisi kedudukan jembatan
terlalu rendah dengan air sehingga kapal-kapal besar milik masyarakat yang hilang-hilang itu
6 Wawancara dengan sekdes Gamsungi yaitu bapak D.K.K. di kantor desa. Tobelo 28 Mei 2018.
39
tidak bisa berlayar karena tersangkut di jembatan, sehingga menyebabkan kemarahan mereka
kemudian menghancurkan jembatan tersebut. 7
Pengalaman pertama berjumpa dengan orang Moro ketika sedang berada di kebun
tengah hutan pada rahun 1984. Terdengar suara beduk mesjid dan diwaktu yang bersamaan
melihat seorang wanita berwajah cantik ala Eropa sedang beribadah dibawah pohon
menggunakan pakaian Islam. Pertemuan itu terjadi tanpa dialog dan iforman menyakini
perempuan tersebut merupakan orang Moro.8
Kemudian ditahun 2001 masih dalam keadaan rusuh di kota Tobelo, ada seorang anak
mempunyai fisik ala Barat hasil pernikahan dari seorang masyarakat Moro dan seorang
masyarakat Tobelo datang di Gamsungi untuk menanyakan ayahnya. Anak tersebut mencari
ayahnya yang merupakan saudara bapak D.K.K. Hal tersebut tidak mengherankan karena
sebelumnya telah mengetahui bahwa saudaranya telah menikah dengan seorang dari bangsa
Moro. Tetapi Ayah dari anak Moro ini tidak lagi tinggal di Gamsungi namun berpindah ke
desa Wari.9 Sejak saat itu tidak ada lagi kabar dari anak tersebut. Perjumpaan mereka dan
masyarakat setempat di zaman dulu sudah dianggap hal yang biasa saja, berbeda dengan
sekarang.
Selain itu, mereka juga diyakini pernah berjasa membantu masyarakat Halmahera Utara
dalam perang pada tahun 1978. Pada saat itu TNI Banau 732 sebagai keamanan di Tobelo.
Tentara dari masyarakat Moro pergi ke daerah Kao lewat jalur laut menggunakan dua kapal
perang, setibanya di Kao kemudian melapor ke panglima. Tugas tersebut seharusnya
dilakukan oleh TNI Banau satu minggu lagi, tetapi tugas tersebut telah lebih dulu diambil alih
oleh mereka. Hal yang dilakukan mereka pada saat itu ialah selain menjaga keamanan mereka
juga ikut berperang, namun cara berperang berbeda yang membedakannya ialah tidak
7 Wawancara dengan beberapa orang warga desa Mede dan diluar desa Mede, 2016. 8 Wawancara dengan sekdes Gamsungi yaitu bapak D.K.K. Tobelo 28 Mei 2018. 9 Wawancara dengan sekdes Gamsungi yaitu bapak D.K.K. Tobelo 28 Mei 2018.
40
membunuh karena mereka tidak mau menyakiti. Yang mereka lakukan ialah hanya
memperbanyak pasukan yang bisa mencapai ribuan orang untuk menakuti lawan.10
Alasan membantu masyarakat Tobelo ialah hanya ingin membantu meringankan
tanggung jawab TNI banau pada saat itu. Sebagaimana mestinya sikap mansuia untuk
meperbanyak amal baik bagi dirinya salah satu cara ialah membantu dan menolong sesama
umat manusia. 11
Data berikut dari desa Rawa Jaya oleh ibu M.L dan N. Menurut kedua ibu tersebut
bahwa pada zaman dulu masyarakat Moro pernah hidup di pulau Halmahera. Kemudian
mereka menghilang kedalam hutan dengan alasan berat membayar pajak atau balahiteng.
Sehingga mereka dianggap sebagai manusia yang menghilang di hutan, hal ini juga dilihat
dari fisik seperti manusia, mempunyai struktur masyarakat seperti layaknya masyarakat
Tobelo (manusia pada umumnya). Meskipun menyebut mereka sebagi manusia, namun jika
dlihat dalam pandangan agama Islam, Moro dianggap sebagai Jin. Mengapa Jin? karena Jin
tidak bisa dilihat oleh manusia, tetapi Jin bisa melihat manusia. Dan jika kembali dilihat
dalam ajaran Al-Quran jelas tertulis: رم محأ مر لمل لم دم ر ءقحمرنل مةحفحمح م خم م ام لم يمجح ح مأم ح ىنم يم ر محدرل حم م ححرل م
ر م رل ر بمرلم م ر قلامرل م حر شم أح لمح هل لم مبقللهل بلأم مام م ىنح
قحمل مرلمح لم تم ح لححمر ر حمام عم م قنم ح قمرش ءقمر ىحلأنم لم لانم يم لنح
“Sesungguhnya ia dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dan suatu tempat yang kamu tidak
bisa melihat mereka.” (QS. Al-A'raf: 27).12
Meskipun menganggap bahwa masyarakat Moro sebagai manusia, tetapi dalam ajaran
hadits Qudsi disebut Jin dan Jin sangat tidak baik karena jalan kerusakan yang berpotensi
bahaya besar jika berhubungan dengan masyarakat Moro atau yang di sebut Jin. Adapun
tertulis dalam hadits Qudsi di mana Rasulullah saw menyampaikan pesan Allah swt: أ م لميحلل جم
10 Wawancara dengan sekdes Gamsungi yaitu bapak D.K.K. Tobelo 28 Mei 2018. 11 Wawancara dengan sekdes Gamsungi yaitu bapak D.K.K. Tobelo 28 Mei 2018. 12 Wawancara dengan ibu M.L dan ibu N di kediaman ibu M.L. Tobelo 6 Juni 2018
41
بمردع حمةمرشم رلمح ،للرلمح تل م قنل يمحمفحرلمح فمر مفحرلمح ءقمر ح نح مر م لح ،دحرمح اىم تم م لمقحرمح م ر لملحلل ىم ححرلمح ، مرلمح يمتح ام يمىم م الأ يمنح ر أ لءح ممح ىم
حدنح لم أه .لللحمرر ه يل ت 13ى
Dampak negatif berhubungan dengan Jin yang merupakan jalan kerusakan seperti
mengandalkan kekuatan ghoib (gaib) diluar kuasa Allah. Seperti menjanjikan sebuah
kekuatan/kemenangan saat bertarung (seperti petandingan permainan sepak bola/ pertarungan
bela diri). Hal ini dianggap salah karena perbuatan itu dianggap tidak jujur dansalah karena
tidak mengandalkan kekuatan Allah. Selain itu jalan kerushaan karena bersahabat dengan Jin
ialah karena berhubungan dengan mahkluk lain selain Allah yang pastinya sesuatu yang lain
diluar Allah akan membawa kerusakan perilaku, pikiran, menyesatkan iman.14
Kepercayaan ini terbentuk karena mendapat ilham dari SWT lewat malaikat Jibril
sehingga bisa mengetahui hal tersebut. Baginya, masyarakat Moro berasal dari bangsa
(orang-orang) Portugis dan di dunia Moro juga mempunyai masjid, mempunyai raja-raja atau
pemerintahan. Untuk dapat melihat mereka harus pada bulan ke 15 malam atau biasa dikenal
dengan sebutan bulan purnama. Di desa Rawa Jaya terdapat salah satu sungai yang diyakini
sebagai kota masyarakat Moro. Selain sungai yang dipercaya sebagai kediaman mereka,
kantor PLN Tobelo juga diyakini sebagai salah satu masjid mereka.15
Jadi menurut ibu M.L dan N masyarakat Moro pernah hidup beberapa tahun silam,
sedangkan sekarang tidak jelas keberadaan mereka. Meskipun begitu, mereka tetap percaya
bahwa mereka adalah manusia seperti manusia pada umumnya, hanya saja berbeda alam.
Tetapi jika dilihat dalam pandangan agama, hal tersebut dianggap Jin dan sebuah kesalahan
jika berhubungan dengan mereka karena bertentangan dengan ajaran Islam.
Data berikut penulis ambil dari desa Gorua oleh bapak haji M.Y. Informan mengatakan
masyarakat Moro merupakan manusia karena mempunyai fisik seperti manusia pada
13 Wawancara dengan ibu M.L dan ibu N. Tobelo 6 Juni 2018. 14 Wawancara dengan ibu M.L dan ibu N. Tobelo 6 Juni 2018. 15 Wawancara dengan ibu M.L. Tobelo 6 Juni 2018.
42
umumnya dan mempunyai struktur pemerintahan. Kerajaan terbesar mereka berada di lokasi
Jembatan desa Mede bernama Kokota Jaya dan sekitaran jembatan desa Mamuya. Orang
Moro yang dikenalnya bernama Putri Zahari Sabarnun beragama Islam. Di waktu tertentu
Putri Zahari Sabarnun kerap berdoa menggunakan bahasa Arab seperti umat muslim pada
umumnya. Masyarakat Moro yang beragama Islam juga selalu berhubungan dengan
masyarakat Tobelo yang beragama Kristen karena bagi mereka tidak ada masalah dan
batasan. Dalam pandangan informan sendiri sebagai seorang tokoh agama, tidak ada salahnya
berhubungan dengan mereka karena itu hubungan sesama manusia, dan yang lebih penting
tidak menyembah.16
Selain pulau Halmahera Utara yang dikenal dengan kehidupan masyarakat Moro,
ternyata ada juga satu pulau yang dijuluki sebagai Bumi Moro atau tempat tinggal
masyarakat Moro. Pulau tersebut ialah pulai Morotai yang ada di Maluku Utara. Nama pulau
Morotai berasal dari kata “Morotia” yang mempunyai arti tempat tinggal masyarakat/orang-
orang Moro. Orang Moro disebut sebagai manusia misterius yang mempunyai kebudayaan
seperti manusia pada umumnya. Berikut gambar dokumen yang diukir diatas batu, mencatat
tentang asal-usul nama pulau Morotai yang penulis ambil di museum pulau Morotai;
Gambar 3.3
Sumber bapak M dan I
BUMI “MOROTIA”
16 Wawancara dengan bapak haji M.Y dikediamannya. Tobelo 25 Juni 2018.
43
Penamaan Pulau Morotai berasal dari kata “Morotia”
yang memiliki arti tempat tinggal bagi orang-orang Moro.
Orang Moro adalah manusia misterius yang tidak bisa
dilihat secara kasat mata, namun memiliki kebudayaan
seperti manusia biasa pada umumnya. Pulau Morotai tidak
memiliki penduduk asli yang menetap secara turun
temurun. Penduduk yang tinggal di Pulau Morotai saat ini
adalah masyarakat dari suku Tobelo dan suku Galela yang
berasal dari Pulau Halmahera bagian utara. Selain kedua
suku tersebut, terdapat pula masyarakat yang berasal dari
Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Jawa, Sumatera, dan
Cina Maluku. (kw)17
Bapak I dan bapak M penjaga museum dan sekaligus pemandu jika ada wisatawan
datang berkunjung. Memutuskan memilih mereka sebagai informan karena penulis berpikir
bahwa sebagai penjaga museum, mereka pasti mengetahui seluk beluk sejarah pulau Morotai
terlebih lagi yang berkaitan dengan masyarakat Moro.
Kedua informan mengatakan bahwa awalnya nama pulau Morotai bernama Morotia
diberi nama oleh “orang tua-tua dulu-dulu” (leluhur/tete nenek moyang) yang berarti tempat
tinggal orang-orang Moro. Penduduk pertama pulau Morotai ialah masyarakat Moro yang
berasal dari Halmahera Utara, yakni Tobelo dan kecamatan Galela sebelum tahun 1921.
Karena pada tahun 1921 masyarakat yang berasal dari Dodinga menduduki pulau Morotai
dengan dibangunnya desa pertama bernama desa Mira. Dari 100% terdapat 90% masyarakat
Morotai percaya ada kehidupan masyarakat Moro dan 10% berhubungan dengan masyarakat
Moro.18
Selain itu sumber lain mencatat bahwa penamaan pulau Morotai berasal dari bahasa
Galela. Terdiri dari istilah Moro-dai dan Moro-dia. Istilah Moro-dai kebalikan dari Moro-dia
kemudian menjadi Morotai. Moro memiliki arti manusia dan dai memiliki arti di seberang
laut. Sedangkan kata Moro-dia, dia memiliki arti yang di darat. Kemudian nama Morotai
sebagai bentuk memori kolektif masyarakat terhadap sekelompok masyarakat yang melarikan
17 Wawancara dengan bapak M dan bapak I di Museum Morotai. Morotai 3 Juli 2018. 18 Wawancara dengan bapak M dan bapak I. Morotai 3 Juli 2018.
44
diri ke hutan dan menghilang karena alasan perang dan tidak pernah keluar dan tidak pernah
diketahui lagi jejak mereka. Jadi nama pulau Morotai memiliki dua arti, pertama ialah ada
manusia di pulau itu dan kedua ada manusia yang hilang di pulau itu.19
Masyarakat Morotai percaya ada tempat-tempat khusus sebagai kediaman kota/kerajaan
masyarakat Moro, salah satunya adalah tempat wisata Air Kaca. Tempat tersebut disakralkan
sebagai kota/kerajaan mereka. Kepercayaan itu ada karena pengalaman beberapa masyarakat
setempat dan juga oleh informan sendiri yang pernah bertemu dengan mereka, sekaligus
melakukan ritual khusus dilokasi tersebut. Adapun disaat-saat tertentu sering terdengar suara
beduk masjid dan suara adzan.20 Berikut gambar lokasi Air Kaca yang dipercaya sebagai
kota/kerajaan:
Gambar 3.4
Sumber bapak M dan I
Lokasi Air Kaca Diyakini Sebagai Kota/Kerajaan Masyarakat Moro.
Untuk menggambarkan identitas Moro, kedua bapak tersebut merasa kebingungan
dengan alasan bahwa, jika benar mereka merupakan manusia mengapa tidak bisa bertemu
berinteraksi layaknya manusia biasa. Kalaupun persepsi mengatakan mereka sebagi Jin atau
setan, sedangkan mereka mempunyai fisik manusia, mempunyai budaya dan juga menikah
dengan manusia pada umumnya. Meskipun dengan sedikit kebingungan dalam
mendeskripsikan, tetap percaya bahwa mereka merupakan manusia seperti pada umumnya.
19 Sefnat Hontong, Ricardo Nanuru, Anselmus Puasa, Menjadi Gereja Halmahera: Kennagan Untuk
Pendeta A.N Aesh, M.TH (Yogyakarta: Kanisius, 2013). 82. Desa Dodinga merupakan salah satu desa yang ada di Halmahera Utara lebih tepatnya di kecamatan
Kao. 20 Wawancara dengan bapak M dan bapak I. Morotai 3 Juli 2018.
45
Ciri-ciri mereka digambarkan mempunyai rambut panjang, hidup berkelimpahan/kaya,
mempunyai fisik seperti orang Barat dan seperti orang Halmahera. Diwaktu-waktu tertentu
akan menampakan wujud asli mereka.21
Meskipun meyakini masyarakat Moro sebagai manusia pada umumnya, tetapi jika
dilihat dalam pandangan agama Islam, mereka di pandang sebagai Jin dalam ajaran Al Quran
dan Hadis. Mengapa disebut Jin karena mereka tidak bisa dilihat atau biasa di sebut
masyarakat Halmahera yang “ilang-ilang” dan juga misterius. Tetapi bagi penulis yang
menarik dari pandangan kedua bapak tersebut ialah, meskipun dalam ajaran Islam mereka
dipandang sebagai Jin, tetapi bagi pandangan informan menganggap mereka sebagai
manusia. Tidak ada salahnya bersahabat mereka meskipun dilihat dalam ajaran agama Islam
sendiri. Alasannya karena dalam Alquran ada ajaran cara untuk bagaimana berhubungan
dengan Jin. Ada juga tulisan mengenai Jin dan manusia dalam Alquran, seperti;
ام خ قخ ا ج ونخ لخ إ ل و و خ ن ا “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya
mereka beribadah kepada-Ku.” (QS. Adz Dzariyat: 56).22
Orang yang berhubungan dengan masyarakat Moro dipandang tidak ada masalah atau
dosa karena hanya sebatas bersahabat, tidak beribadah atau menyembah mereka. Tindakan
tersebut tidak melanggar ajaran agama karena dalam ajaran Islam sendiri terdapat ajaran
mengenai cara berhubungan dengan Jin. Meskipun begitu, kedua informan tidak mampu
menuturkan terdapat di mana ayat tersebut. Namun yang membuat mereka begitu yakin
dengan ajaran tersebut karena seorang kerabat yang merupakan seorang haji pernah
mengatakan dan mengajarkan ajaran berhubungan dengan Jin menurut Alquran dan ajaran
tesebut jarang diketahui oleh umat muslim lainnya.23
21 Wawancara dengan bapak M dan bapak I. Morotai 3 Juli 2018. 22 Wawancara dengan bapak M dan bapak I. Morotai 3 Juli 2018. 23 Wawancara dengan bapak M dan bapak I. Morotai 3 Juli 2018.
46
3.5 Persepsi Masyarakat Kristen Terhadap Masyarakat Moro
Berikut data diambil dari desa Gosoma dengan seorang bapak yang merupakan
sekretaris desa (sekdes). Waktu mengetahui penulis ingin meneliti mengenai masyarakat
Moro, tanpa diajukan pertanyaan informan langsung mengatakan bahwa mereka merupakan
manusia yang hilang-hilang. Namun dalam mendiskripsikan mengenai keberadaan mereka
mengalami sedikit kebingungan karena ketika mengatakan mereka benar ada namun secara
pribadi belum pernah bertemu, tetapi ketika beranggapan bahwa mereka tidaklah nyata tetapi
kenyataan membuktikan lewat pengalaman kebanyakan masyarakat Tobelo bahwa mereka
benar ada. Kepercayaan bapak sekdes ini kuat lewat beberapa teman dan sebagian besar
masyarakat setempat yang dipercaya bersahabat dengan orang Moro.24
Bapak O merupakan informan kunci yang berada di desa Gosoma. Sri Astuti dan Safety
adalah orang Moro yang berhubungan pada tahun 1989-1992 bertempat di lokasi Batu Angus
kota Ternate perjumpaan awal mereka. Lokasi batu angus (batu hangus atau biasa di kenal
dengan batu bara) dipercaya sebagai salah satu tempat tinggal mereka. Ditahun yang sama
yaitu 1989 ketika kembali ke kota Tobelo bersama Sri Astuti dan hidup bersama sampai
tahun 1992.25
Sri Astuti yang diyakini berasal dari Portugis berusia 19 tahun dan beragama Islam.
Ciri-ciri mempunyai fisik layaknya masyarakat Eropa, berparas cantik, kadang menggunakan
jilbab, berambut panjang. Masyarakat Moro diyakini sebagai manusia seperti manusia pada
umumnya hanya saja alam tempat tinggal mereka berbeda. Berbeda karena baik alam tempat
tinggal maupun kehadiran mereka tidak terlihat oleh orang yang tidak berhubungan dengan
mereka. Hal yang membedakan alam mereka karena dipercaya lebih suci, sehingga tidak
mungkin bisa hidup bersamaan dengan manusia biasa. Mereka disebut manusia karena wujud
24 Pernyataan sekdes Gosoma di kantor desa Gosoma. Tobelo 28 Mei 2018. 25 Wawancara dengan bapak O. Tobelo 28 Mei 2018.
47
fisik dan struktur masyarakat seperti manusia pada umumnya. Jika mereka disebut setan atau
roh, sangat tidak tepat karena setan, jin atau roh tidak mempunyai struktur masyarakat dan
tidak memiliki tubuh fisik26
Selain mempunyai struktur masyarakat, tentunya mereka juga mempunyai agama baik
Kristen maupun Islam dan ada juga yang tidak memiliki agama atau kafir. Sempat menikah
dengan Sri Astuti dan memiliki satu orang anak tinggal di alam Moro tetapi nama anak
tersebut dirahasiakan. Tahun 1992 hubungan mereka harus terhenti dengan alasan Sri Astuti
harus pergi jauh tanpa memberikan penjelasan atas kepergiannya itu. Namun ada sebuah
amanah yang diberikan kepada informan agar selalu di ingat dan itupun selalu dikatakan
kepada penulis agar selalu diingat. Pesan tersebut mengatakan: “Jangan takut karena kamu
selalu dijaga dan dilindungi. ”Amanah ini memberikan semangat secara spiritual sehingga
dalam bepergian kemanapun tidak merasa takut/cemas, karena meyakini Sri Astuti maupun
masyarakat Moro selalu mendampingi.27
Sri Astuti juga sering mengajak informan pergi ke masjid yang kalau dilihat oleh orang
biasa hanyalah sebuah kantor PLN yang ada di desa Rawa Jaya. Namun bagi orang yang
berhubungan dengan mereka, tempat itu merupakan masjid masyarakat Moro. Di lokasi
kantor PLN warga sering mendengar suara beduk dan suara dari pengeras suara masjid
seperti ada orang yang sedang beribadah. Meskipun agama Sri Astuti berbeda dengan
informan, tetapi hal itu tidak menjadi persoalan, kuncinya saling menghargai. Memutuskan
untuk berhubungan dengan orang Moro dengan alasan mereka juga manusia hanya saja
berbeda alam, dan hal itu tidak ada salahnya. Berikut gambar yang diyakini masjid
masyarakat Moro.28
26 Wawancara dengan bapak O. Tobelo 28 Mei 2018. 27 Wawancara dengan bapak O. Tobelo 28 Mei 2018. 28 Wawancara dengan bapak O. Tobelo 28 Mei 2018.
48
Gambar 3.5
Sumber bapak O
Kantor PLN Tobelo ini Diyakini Sebagai Masjid Masyarakat Moro.
Informan kunci berikut dari bapak H.N salah satu orang berpengaruh di Halmahera
Utara baik itu adat-istiadat maupun struktur sinode. Hubungan informan dengan orang Moro
tidak menjadi rahasia lagi bagi masyarakat Tobelo karena hampir seluruh masyarakat
Halmahera Utara tahu akan hal itu. H.N berhubungan dengan mereka yang berasal dari
Halmahera Utara yang tidak lain adalah leluhur masyarakat Halmahera. Karena mereka
berasal dari Halmahera pastinya kuat dengan adat-istiadat sama halnya masyarakat setempat.
Mereka mempunyai agama baik Islam maupun Kristen dan mempunyai kehidupan yang lebih
suci daripada manusia pada umumnya. Hubungan informan dengan orang Moro lebih tinggi
dibandingkan dengan informan lainnya karena berhubungan dengan Sultan, Raja-Ratu, dan
tetua-tetua adat yang ada di kerajaan Moro.29
Manfaat yang diperoleh ketika berhubungan dengan mereka ialah dapat mengajarkan
hal-hal yang bersifat keagamaan (Kristen) untuk perilaku hidup yang lebih baik dan semakin
memperkuat iman kepercayaan terhadap Tuhan. Lebih mencintai adat istiadat, menghargai
leluhur dan memperkuat iman. Adat-istiadat Tobelo tidak terlepas dari tong pe orang tua-tua
(masyarakat Moro). Artinya jika seseorang ingin belajar mengenai budaya dan istiadat
Halmahera, mereka harus belajar mengenal masyarakat Moro terlebih dahulu.30
29 Wawancara dengan bapak H.N di kediamannya. Tobelo 29 Mei 2018. 30 Wawancara dengan bapak H.N. Tobelo 29 Mei 2018.
49
Ketika penulis melontarkan salah satu pertanyaan yaitu apakah masyarakat Moro hanya
berhubungan dengan masyarakat Tobelo yang seagama saja, seperti Islam dengan Islam,
begitu juga dengan Kristen? Informan menjawab bahwa bagi mereka yang mempunyai
jabatan tertinggi seperti tokoh agama, tidak menutup diri untuk berhubungan bagi
masyarakat Tobelo yang beragama Kristen. Tetapi ada kemungkinan bagi mereka yang kelas
bawah, hal ini disebabkanoleh faktor berbeda pengetahuan dan cara berpikir. Ada beberapa
manfaat yang diperoleh ketika berhubungan dengan mereka yang memeluk kedua agama
(Islam & Kristen) tersebut. Manfaat tersebut ialah saling melengkapi pengetahuaan mengenai
cara hidup yang lebih baik, saling menghargai perbedaan kepercayaan, saling melengkapi
serta menjaga nilai-nilai adat istiadat Halmahera, menghargai para leluhur .31
Informan kunci selanjutnya dari bapak A.D salah satu orang kepercayaan bapak H.N.
pertama kali menjalin hubungan dengan orang Moro pada bulan februari 2018 yang bernama
Tonamalangi berusia 100 tahun. Nama Tonamalangi sendiri mempunyai arti batas disini
peperangan. Awal perjumpaan mereka di lokasi gunung Gato terdapat di kecamatan Galela.
Terjadinya pertemuan ini karena inisiatif informan sejak beberapa bulan belakangan dengan
melakukan berbagai ritual tetapi tidak kunjung berjumpa dengan mereka. Namun disuatu
waktu dengan tidak melakukan ritual apapun hanya duduk dan merenung, tiba-tiba saja
nampak orang Moro yang bernama Tonamalangi menghampirinya. Pengalaman ini mau
mengatakan bahwa masyarakat Moro adalah manusia dan bukan setan sehingga tidak perlu
melakukan ritual apapun agar bisa bertemu dengan mereka.32
Informan menyakini masyarakat Moro sebagai Tong pe orang tua dulu-dulu.
Sedangkan masyarakat Halmahera merupakan dong pe cucu atau dalam bahasa Tobelo di
sebut ahi danongo. Meyakini mereka merupakan manusia dan kehidupan mereka sangat
31 Wawancara dengan bapak H.N. Tobelo 29 Mei 2018. 32 Wawancara dengan bapak A.D di kediaman bapak H.N. Tobelo 5 Juni 2018. Dimaksud dengan “Tong pe orang tua dulu-dulu” adalah para leluhur atau tete nenek moyang
masyarakat Halmahera. Sedangkan “dong pe cucu”dalam bahasa Tobelo “ahidanongo” mempunyai arti saya merupakan keturunan/cucu mereka (masyarakat Moro).
50
saleh/suci. Mereka disebut manusia dengan alasan mempunyai cara hidup baik itu budaya
maupun struktur masyarakat seperti manusia pada umumnya. Seperti tetua adat, majelis,
pendeta, bupati, raja, ratu, sultan dan lain sebagainya. Mereka merupakan manusia tersuci
terakhir yang ada di dunia, selain masyarakat Moro tidak ada lagi manusia hidup suci dan
saleh. “Selain tong pe orang-tua-tua mo kamana lagi torang?” (selain berpatokan pada para
leluhur (selain Tuhan) mau ke siapa lagi dan bagaimana nantinya kehidupan kita?) Mengapa
demikian karena manusia pada umumnya selalu hidup dalam kebencian, kebohongan, dan
tidak adil. 33
Manfaat yang didapatkan dari berhubungan dengan orang Moro adalah diajarkan untuk
pribadi yang lebih sabar, belajar menjadi pribadi yang dapat di percaya, dan semakin
memperkuat iman kepada Tuhan.34
Mereka dipercaya sebagai manusia yang saleh atau suci terakhir yang ada di dunia,
sehingga alasan mereka untuk mmewbantu masyarakat Tobelo ialah karena sudah menjadi
kewajiban mereka sebagai umat manusia. Mereka membantu karena mempunyai kasih
terhadap sesama manusia.
Selain Tonamalangi, informan juga berhubungan dengan orang Moro bernama Tonaka
Madutu yang mempunyai arti tuan tanah. Pertama kali bertemu dengan Tonaka Madutu
terjadi di tempat bernama posi-posi mahutu di desa Mamuya. Orang Moro yang berhubungan
dengan informan berasal dari Halmahera. Ketika bertemu dengannya harus basiloloa
(permisi) terlebih dulu. Hal ini karena mereka sangat kuat dengan budaya adat istiadat, dan
basisiloa merupakan bagian tata krama dari adat tersebut. Selain itu mereka yang beragama
tidak membatasi diri dalam berhubungan dengan masyarakat Tobelo yang berbeda agama
33 Wawancara dengan bapak A.D. Tobelol 5 Juni 2018. 34 Wawancara dengan bapak A.D. Tobelo 5 Juni 2018.
51
dengan mereka. Seperti Moro Kristen akan menjalin hubungan/persahabatan dengan
masyarakat setempat beragama Islam begitu juga sebaliknya.35
Tonamalangi dan Tonaka Madutu memeluk agama Katolik dan sering mengajarkan
informan untuk berbuat kebaikan sesuatu ajaran Alkitab dan menjauhi larangan Tuhan,
namun kenyataan masyarakat Tobelo selalu melanggar perintah dalam Alkitab. Ajaran yang
diajarkan ialah selalu jujur, setia dan selalu mempunyai kasih. Pesan yang selalu di ajurkan
mengatakan bahwa “kalau torang (masyarakat Moro) jahat akan tara selamat, jadi harus
berbuat baik.” Informan juga mengatakan bahwa ajaran Alkitab dalam Keluaran 20 yang
mengatakan bahwa jangan menyembah Allah lain dimaksudkan agar manusia jangan
melakukan kejahatan. Kejahatan tersebut seperti ilmu sihir untuk mencelakakan atau
merugikan orang lain. Namun untuk menolong orang lain. Mereka diyakini merupakan
manusia sehingga hal ini tidak melanggar ajaran agama Kristen.36Informan mempunyai
pemikiran seperti itu karena dilihat dalam latar belakang masyarakat Tobelo yang memang
masih kuat dengan ilmu sihir.
Data berikut dari desa Wari oleh bapak A.B yang berhubungan dengan orang Moro dari
tahun 1982-1988 bernama Serlife beragama Kristen. Ada pandangan yang sedikit bergeser
ketika masih berhubungan dengan orang Moro dan sekarang yang sudah tidak lagi. Informan
mengatakan bahwa wujud fisik serta cara kehidupan, berinterksi mereka sama seperti
manusia pada umumnya. Salah satu contoh ketika masyarakat Tobelo merayakan Natal,
mereka juga melakukan hal yang sama. Bahkan Serlife juga pernah merayakan Natal di
gereja desa Wari. Kehidupan mereka sangat kaya, apapun yang dibutuhkan semua tersedia.
Mereka juga lebih taat beragama, lebih saleh dan suci. Karena mereka beragama, tahu hal-hal
35 Wawancara dengan bapak A.D. Tobelo 5 Juni 2018. Kalimat yang mengatakan “kalau torang (masyarakat Moro) jahat akan tara selamat, jadi harus
berbuat baik.” Artinya kalau kami (masyarakat Moro) melakukan hal jahat pastinya tidak akan selamat di akhirat jadi dalam kehidupan harus berbuat baik.
36 Wawancara dengan bapak A.D. Tobelo 5 Juni 2018.
52
baik dalam ajaran agama. Apapun yang dilakukan oleh orang Kristen itu juga yang dilakukan
oleh Serlife, seperti beribadah di Gereja pada hari minggu dan merayakan Natal. 37
Karena mereka beragama dan mengetahui ajaran agama sehingga tidak menutup diri
terhadap masyarakat Tobelo diluar agama mereka. Misalnya masyarakat Moro Kristen bisa
saja berhubungan dengan masyarakat Tobelo yang menganut agama Islam, begitu juga
sebalikya. Mereka bisa menghilang dan menyatu dengan alam yakni melalui kekuatan doa
seorang pendeta dan kekuatan iman. Sehingga mereka diijinkan oleh Tuhan untuk
menghilang. Hal ini karena pada zaman dulu apapun yang diminta oleh leluhur kepada Tuhan
pasti langsung terwujud.38
Kehidupan masyarakat Moro juga berada di desa Mede. Mereka yang tinggal di Mede
sekitar tahun 1999-2001 zamannya kerusuhan, sering berbelanja boneka-boneka dan pohon
Natal di toko praktis. Selain itu juga mereka pernah berjasa membantu masyarakat
Halmehara Utara khususnya Tobelo ketika kerusuhan berlangsung. Tetapi cara mereka
berperang tidak menggunakan alat tajam seperti pedang, pisau, tombak, senjata api maupun
bom. Melainkan hanya dengan memperbanyak pasukana saja, agar musuh menghindar
karena melihat begitu banyak orang bahkan sampai beribu-ribu banyaknya. Hal ini karena,
mereka tidak mau menyakiti apalagi membunuh sesama manusia.39
Mereka di percaya baik itu informan maupun masyrakat Tobelo dapat membantu dalam
hal menebang pohon, membersihkan ladang dan hal lainnya. Dalam hal membantu ini juga
mereka tidak terbatas hanya pada orang Tobelo yang beragama Kristen/Islam yang menganut
kepercayaan sama dengan mereka, tidak. Karena masyarakat Moro Islam bisa berhubungan
dan membantu dengan masyarakat setempat yang beragama Kristen begitupun sebaliknya.
Alasan mengapa mereka mempunyai niat untuk membantu orang yang berhubungan dengan
37 Wawancara dengan bapak A.B di kediamannya. Tobelo 12 Juni 2018. 38 Wawancara dengan bapak A.B. Tobelo 12 Juni 2018. 39 Wawancara dengan bapak A.B. Tobelo 12 Juni 2018.
53
mereka karena sudah menjadi tanggung jawab hidup sebagai manusia untuk saling
membantu dan membutuhkan.40
Hubungan informan dan orang Moro berakhir di tahun 1988 karena kesadaran akan
kebenaran ajaran dalam Alkitab, kemudian memutuskan untuk menikah lagi dengan seorang
perempuan dari masyarakat Tobelo. Dari hal ini cara pandang informan mengenai Moro
berubah, dulunya menganggap mereka sebagai manusia, sekarang menganggap sebagai setan
atau iblis. Yang menjadi kegelisahannya sehingga memutuskan untuk berhenti berhubungan
dengan orang Moro ialah, kalau memang benar mereka manusia kenapa tidak bisa dilihat
oleh semua orang? Selain itu juga untuk memutuskan pilihan yang tepat, informan mengajak
Safety untuk keluar dari alam kehidupan mereka dan tinggal bersama di dunia setempat,
tetapi Safety hanya mengatakan bahwa: “Kalau saya keluar dari alam ini, maka semua
masyarakat Moro juga harus keluar.” Hal ini juga yang membuat bapak A.B berhenti
berhubungan orang Moro.41
Ada satu hal yang menarik perhatian penulis ketika informan mengatakan masyarakat
Moro adalah roh atau iblis yang mempunyai kuasa. Sebagaimana malaikat yang Tuhan buang
masih memiliki kuasa, karena pada saat itu Tuhan tidak mencabut kuasanya. Pernyataan lain
bahwa, mereka juga seperti nabi-nabi palsu dan seperti iblis yang menyesatkan dengan
kekayaan mereka dan berbagai tipu daya mereka, sebab apa saja bisa dilakukan. Contoh yang
diberikan seperti kisah Yesus yang dicobai iblis dengan menawarkan kekayaan dan
kekuasaan dunia dalam Lukas 4:4-7:
Kemudian ia membawa Yesus ke suatu tempat yang tinggi
dan dalam sekejap mata ia memperlihatkan kepada-Nya
semua kerajaan dunia. Kata Iblis kepada-Nya: "Segala
kuasa itu serta kemuliaannya akan kuberikan kepada-Mu,
sebab semuanya itu telah diserahkan kepadaku dan aku
memberikannya kepada siapa saja yang kukehendaki. Jadi
40 Wawancara dengan bapak A.B. Tobelo 12 Juni 2018. 41 Wawancara dengan bapak A.B. Tobelo 12 Juni 2018.
54
jikalau Engkau menyembah aku, seluruhnya itu akan
menjadi milik-Mu.42
Hal lain yang menjadi keraguan mengenai identitas Moro ialah karena Safety yang
adalah orang Moro takut dan menghilang ketika mendengarkan doa pelepasan pada saat itu.
Sehingga menjadi alasan kuat bahwa mereka merupakan setan, iblis atau roh jahat. Namun
disisi lain juga informan merasa ragu untuk mengatakan mereka sebagai setan/roh jahat, hal
ini tentu dengan pengalaman-pengalaman yang dialami. Salah satu pengalaman ialah ketika
informan memutuskan menikah lagi sehingga mengundang kemarahan Safety yang kemudian
datang dalam acara pernikahandan melukai infroman dengan pisau sampai berdarah.
Kejadian ini disaksikan oleh beberapa tetua adat yang meskipun tidak melihat Safety tetapi
melihat darah keluar dari sekujur tubuh. Pengalaman inilah yang menjadi kegelisahan
informan untuk menentukan identitas siapa sebenarnya masyarakat Moro.43
Perjumpaan pertama kali dengan orang Moro bertempat di kebun kemudian bersama
sebuah batu dan sisir. Dari kedua benda tersebut mempunyai khasiat tersendiri. Pengalaman
itulah kemudian terjalin hubungan dengan orang Moro hingga menikah dan mempunyai dua
orang anak yaitu, anak laki-laki bernama Frince dan perempuan bernama Live tinggal
bersama dengan Safety di alam mereka.44
Informan berikut masih di desa Wari dengan ibu A.R yang mempunyai pengalaman
dengan orang Moro sejak tahun 1995-2018 yang merupakan seorang tentara Portugis
beragama Kristen. Pertemuan ini bermula terjadi dalam mimpi berjumpa dengan orang Moro
yang kemudian pertemuan itu terjadi dalam dunia nyata. Ciri dari orang Moro tersebut
berwajah ganteng fisik ala Eropa tetapi tidak mempunyai garis dibawah hidung. Alasan
menghilangnya mereka disebabkan oleh Balahiteng (pajak). Moro dianggapnya sebagai
manusia seperti pada umumnya, mereka bukanlah setan, jin atau iblis. Hal ini karena mereka
42 Wawancara dengan bapak A.B. Tobelo 12 Juni 2018. 43 Wawancara dengan bapak A.B. Tobelo 12 Juni 2018. 44 Wawancara dengan bapak A.B. Tobelo 12 Juni 2018.
55
mempunyai daging sehingga bisa berjabatangan dan Moro tersebut juga sempat menciumnya.
Hal ini membuktikan bahwa mereka bukanlah setan tetapi manusia. Moro juga tidak menutup
diri berhubungan dengan masyrakat setempat yang diluar agamanya. Karena mereka juga
manusia maka tidaklah salah berhubungan jika itu hanya sebatas bersahabat.45
3.6 Kesimpulan
Dari uraian bab tiga dapat disimpulkan bahwa masyarakat Tobelo yang beragama Islam
dan Kristen percaya keberadaan masyarakat Moro ada di Halmahera Utara bahkan Maluku
Utara. Dipercaya sebagai manusia dengan alasan selain mempunyai fisik yang serupa,
mereka juga mempunyai cara hidup dan struktur masyarakat layaknya manusia pada
umumnya. Mereka juga diyakini mempunyai agama dan ada yang tidak mempunyai agama
dikenal dengan sebutan Moro jahat (kafir).
Meskipun bagi sebagian masyarakat Tobelo ada yang masih menganggap misterius
dalam mendeskripsikan masyarakat Moro. Jika dilihat dalam pandangan Islam memandang
sebagai Jin tetapi bagi pemahaman umat Islam sendiri tetap menganggap mereka sebagai
manusia karena berdasarkan fakta pengalaman. Banyak setempat yang mempunyai
pengalaman pribadi dengan mereka hanya saja hal tesebut dirahasiakan. Hal ini karena takut
terhadap pemikiran orang lain yang menganggap mereka sebagai setan, jin dan kemudian
akan melahirkan pandangan berhubungan dengan setan atau jin. Selain itu masyarakat Moro
yang beragama tidak menutup diri untuk berhubungan dengan masyarakat setempat yang
memeluk agama berbeda. Masyarakat Tobelo juga beranggapan bahwa tidak ada salahnya
berhubungan/bersahabat dengan mereka karena hubungan mereka layaknya hubungan
persahabatan antara manusia biasa. Bersahabat dengan mereka juga tidak dianggap
salah/dosa jika dilihat dalam pandangan ajaran agama.
45 Wawancara dengan ibu A.R dikediamannya. Tobelo 20 Juni 2018.
56
Masyarakat Moro yang beragama mempunyai rasa tanggung jawab yang tinggi untuk
membantu dan menolong masyarakat Tobelo meskipun hubungan mereka terdapat perbedaan
kepercaysan atau agama. Namun hal tersebut tidak menjadi penghalang untuk bersahabat dan
menolong masyarakat Tobelo. Alasan dibalik itu ialah sudah selayaknya sikap manusia untuk
saling mengasihi dan membantu. Sebagaimana harusnya tentu berdasarkan ajaran Alkitab dan
Al-Quran.
Sedangkan pandangan masyarakat agama Islam dan Kristen mengenai tempat tinggal
masyarakat Moro sama-sama berada di tanah Halmahera Utara kota Tobelo hanya saja
alam/tempat tinggal mereka masyarakat Tobelo tidak bisa dilihat. Mereka mempunyai
perabotan rumah yang selalu lengkap dan semua yang diinginkan bisa terwujud karena kaya.
Masyarakat Tobelo juga percaya bahwa ketika seorang Moro meninggal, roh/jiwanya akan
kembali kepada Allah/Tuhan karena mereka adalah manusia ciptaan Sang Maha Kuasa.
Selain itu juga tempat tinggal masyarakat Moro menurut masyarakat Tobelo yang
beragama Islam dan Kristen juga berbeda-beda. Ada yang menyakini berada di jembatan desa
Mede yang bernama Kokota Jaya, jembatan desa Mamuya, ada juga di Kantor PLN Tobelo,
lokasi Batu Angus yang berada di kota Ternate, dan juga di lokasi Air Kaca pulau Morotai.
Kesamaan informasi yang ditemui di lapangan ialah masyarakat kedua agama yakni
Islam dan Kristen sama-sama menyakini adanya keberadaan masyarakat Moro di kota Tobelo
bahkan Halmahera. Mereka diyakini sebagai manusia yang mempunyai fisik tubuh dan
struktur kemasyarakat yang serupa dengan masyarakat setempat pada umumnya. Mereka
beragama baik Islam maupun Kristen dan tidak tertutup untuk berhubungan dengan orang
lain yang berbeda agama kepercayaan.
Sedangkan perbedaannya ialah tempat tinggal masyarakat Moro di percaya berbeda-
beda tempat, yakni ada berada di Jembatan desa Mede yang bernama Kokota Jaya, kantor
PLN Tobelo, Jembatan desa Mamuya, lokasi Batu Angus kota Ternate dan lokasi Air Kaca di
57
pulau Morotai. Hal lain yang membedakan juga ialah dalam ajaran kitab masing-masing.
Dalam ajaran Kristen tidak ada ajaran/informasi mengenai ciptaan yang tidak kelihatan selain
Malaikat. Namun dalam ajaran Islam jelas tertulis bahwa dalam kisah penciptaan Allah
menciptakan mahkluk yang kelihatan yakni manusia (Adam) dan mahkluk yang tidak
kelihatan/ghoib. Hal ini sehingga dalam ajaran Islam menganggap masyarakat Moro sebagai
Jin karena bersifat ghoib yang tidak kelihatan.
58
4. Analisa
4.1 Kajian Teologis Masyarakat Tobelo Terhadap Masyarakat Moro
Dizaman modern masih banyak individu maupun satu kelompok masyarakat
mempercayai hal-hal yang dianggap mistis hidup berdampingan dengan mereka. Begitu juga
dengan masyarakat Tobelo Halmahera Utara meyakini ada kehidupan masyarakat Moro yang
dianggap misterius hidup berdampingan. Kepercayaan masyarakat Tobelo terlebih khusus
yang beragama Kristen dan Islam ini lahir melalui pengalaman pribadi bertemu dengan
mereka, ada juga karena kepercayaan itu diwariskan oleh orang tua dan juga pengalaman
orang lain.
Perjumpaan dan pengalaman langsung masyarakat Tobelo dengan masyarakat Moro
inilah kemudian dipelihara dan dikembangkan lewat komunikasi, pertemuan dan
persahabatan. Persahabatan yang dimaksud di sini ialah persahabatan layaknya manusia pada
umumnya, bukan menyembah, tetapi saling membantu, bercerita sebagaimana sahabat biasa
dan saling mengajarkan hal-hal baik terlebih lagi untuk memperkuat iman. Masyarakat
setempat merasa ada manfaat yang diperoleh ketika berhubungan dengan mereka yaitu
diajarkan untuk menjadi pribadi menjadi lebih baik, menjadi pribadi yang berani, dapat
dipercaya, lebih menghargai para leluhur dan memperkuat iman kepada Tuhan. Hal ini
melalui pengakuan informan bahwa ia kini dapat lebih bisa mengontrol emosi/amarahnya
dibandingkan sebelum berhubungan dengan mereka.1
Masyarakat Tobelo yang beragama Kristen dan Islam meyakini bahwa, masyarakat
Moro adalah manusia karena alasan kuat memiliki wujud fisik manusia, mempunyai daging
dan struktur masyarakat. Mereka juga diyakini mempunyai sejarah pada masa lampau yaitu
saat proses menghilang tepatnya pada zaman Portugis. Proses menghilangnya mereka karena
merasa terbeban dan tidak mampu untuk membayar pajak/Balahiteng kepada Sultan Ternate
1 Wawancara dengan H.N di kediamannya. Tobelo 29 Mei 2018.
59
sehingga memutuskan untuk menghilang di hutan Halmahera dan menyatu dengan alam atas
ijin Tuhan. Namun anggapan bahwa mereka sebagai manusia dalam pandangan teologis tidak
dapat dibenarkan. Maka dalam pandangan masyarakat Gereja hal ini harus di robah, namun
tidak dalam pandangan masyarakat umum.
Meskipun hal ini jika dilihat dari landasan konseptual (teori) mengatakan bahwa
manusia berasal dari sejarah, sejarah dimulai dari sebuah peristiwa menjadi sebuah kisah dan
menghasilkan sebuah nilai yang kemudian diterapkan.2 Dilihat kembali bahwa masyarakat
Moro mempunyai sejarah yang bermula dari sebuah peristiwa yang disebut Balahiteng/pajak
yang memberatkan mereka kemudian memutuskan untuk menghilang. Kemudian peristiwa
tersebut menjadi sebuah kisah bagi masyarakat Tobelo bahkan Halmahera, dari kisah tersebut
menghasilkan nilai-nilai yang dapat diterapkan oleh masyarakat setempat, seperti lebih
menghargai para leluhur, menjaga dan melestarikan adat-istiadat, cara hidup yang lebih baik.
Selain itu sebuah kehidupan di masa sekarang maupun masa depan, tidak terlepas dari
memori kolektif dan primordial.3Sama halnya dengan masyarakat setempat meyakini bahwa,
kehidupan sekarang ini merupakan bagian dari masyarakat Moro yang hidup sudah berabad-
abad. Masyarakat Tobelo merupakan danongo masyarakat Moro dan kehidupan mereka
sekarang maupun di masa depan harus mengenal dan menghargai para leluhur (masyarakat
Moro). Primordial/pengulangan suatu kepercayaan diteruskan oleh masyarakat Tobelo yang
sekarang maupun di masa depan nantinya. Maka tidak heran jika cerita mengenai mereka
yang sangat tidak asing bagi masyarakat setempat.
Teori mengatakan bahwa manusialah pelaku sejarah sebagai mahkluk berbudaya, dan
manusia mampu menyesuaikan diri dengan alam sekitar.4Manusia lebih dari sekedar “ada”
yaitu manusia ada dalam perkembangan senantiasa”. Manusia sebagai mahkluk bersejarah
2 A. Daliman, Manusia & Sejarah. (Yogyakarta; Penerbit Ombak, 2012). vii-4 3 Daliman, Manusia & Sejarah... vii-4 4 Daliman, Manusia & Sejarah...vii-4
60
diurai dalam hakikat manusia, asal usul manusia pertama, hubungan alam, sejarah, dan
kebudayaan, peranan manusia dalam sejarah. Kesadaran dan wawasan sejarah dirinci dalam
pemahaman tentang hakikat sejarah, kesadaran atas manusia, waktu, ruang, kesadaran sejarah
dan wawasan sejarah.5Kembali melihat pemahaman masyarakat Tobelo percaya bahwa
masyarakat Moro mempunyai sejarah perjalanan kehidupan yang sudah ada sejak berabad-
abad yang lalu. Sampai sekarang mereka selalu hidup dalam sejarah bagi masyarakat
setempat, sehingga tindakan nyatanya ialah menjalin hubungan dengan mereka. Mereka juga
diyakini hidup berbudaya.
Manusia merupakan hewan yang berakal sehat, mengeluarkan pendapatnya, berbicara
berdasarkan akal pikiran dan bermasyarakat mempunyai kampung halaman atau
negeri.6Alasan ini juga yang memperkuat persepsi masyarakat Tobelo untuk mengatakan
masyarakat Moro sebagai manusia. Hal ini karena mereka dianggap mempunyai akal pikiran,
berbicara berdasarkan akal pikiran manusia, mempunyai keluarga dan hidup bermasyarakat.
Itu sebabnya adanya struktur kemasyarakatan dalam alam mereka. mereka tidak hanya
mempunyai kampung halaman melainkan mempunyai kota bahkan kerajaan layaknya budaya
kehidupan manusia pada umumnya. Tentu hal ini maksudkan bahwa manusia diciptakan
dengan penuh kreatif dengar berakal sehat dan sebagainya. Dari hal inilah yang membedakan
manusia dan binatang maupun Setan, Jin Iblis. Meskipun begitu dalam Alkitab ajaran
kekristenan tidak mencatat bahwa Allah menciptakan manusia ghaib seperti masyarakat
Moro. Karena Allah hanya menciptakan manusia sebagai yang keliatan dan malaikat yang
bisa dikatakan ghoib karena tidak kelihatan dan berasal dari roh murni juga tidak memiliki
tempat tinggal di dunia.
Tidak dapat dipungkiri bahwa kepercayaan terhadap masyarakat Moro mempunyai
keluarga, struktur masyarakat, akal sehat, dan sejarah kehidupan nyata yang kemudian
5 Juraid Abdul Latief, Manusia, Filsafat, Dan Sejarah. (Jakarta; Bumi Aksara, 2006). 3-6. 6 Latief, Manusia, Filsafat, Dan Sejarah...18-19.
61
disakralkan oleh masyarakat setempat. Jika mereka hanyalah sebuah cerita, tentunya cerita
tersebut sudah dilupakan sejak dulu dan tidak ada pengalaman-pengalaman baru yang
dialami oleh masyarakat setempat. Karena hampir setiap minggu bahkan setiap hari, ada saja
cerita pengalaman seseorang bertemu maupun berkomunikasi dengan mereka. Baik itu
bertemu dan berkomunikasi secara baik-baik, maupun pengalaman yang dianggap tidak baik,
seperti menyembunyikan orang Juraid Abdul Tobelo ke dalam alam mereka. Tujuanya untuk
merepotkan.7Pengalaman-pengalaman seperti ini tidak akan terdengar lagi jika mereka hanya
sebuah cerita, dan jika mereka bukanlah manusia. Selain itu mereka juga diyakini oleh
masyarakat Tobelo dari awal proses menghilang telah dan bisa menyatu dengan alam.
Namun pada kenyataannya bahwa cerita-cerita pengalaman yang diyakini masyarakat
Tobelo itu bagi sebagian orang masih perlu dibuktikan kebenarannya namun hal ini sangat
berguna. Berguna dalam hal menghargai leluhur, pahlawan model yang dapat menjadi
teladan, juga menjaga dan melestarikan alam.
Penulis juga melihat tulisan dari para teolog yang menyinggung teori evolusi Darwin
yang mengatakan bahwa manusia berevolusi dari kera. Kemudian menolak pendapat tersebut
dan mengatakan bahwa manusia merupakan ciptaan Tuhan sebagaimana tercatat dalam kitab
Kejadian. Manusia diciptakan mempunyai akal pikiran, potensi-potensi bahkan cinta
kasih.8Kembali melihat pemahaman masyarakat Tobelo menganggap bahwa masyarakat
Moro adalah manusia pada umumnya. Namun dilihat dari arti ajaran agama Kristen Tuhan
Allah hanya menciptakan manusia sebagai mahkluk yang kelihatan dan Malaikat sebagai
mahkluk yang tidak kelihatan. Sedangkan dalam ajaran umat non Kristen diciptakan manusia
sebagai mahkluk yang kelihatan dan mahluk ghaib yakni Malaikat dan juga Jin. Jika Moro
dalam pandangan Kristen (Gereja) dianggap manusia sebagai ciptaan Allah, maka konsep
pemikiran ini menganut konsep pemikirannya masyarakat yang non kristen. Meskipun
7 Wawancara dengan HN dan A.B. Tobelo 29 Mei & 5 Juni 2018. 8 Hendra Rey, Manusia dari Penciptaan Sampai Kekekalan. (Malang; Gandum Mas, 2002).
62
dipercaya mereka mempunyai fisik seperti manusia, mereka juga diberikan akal pikiran,
potensi-potensi dalam diri dan juga cinta kasih (bagi masyarakat Moro yang beragama).
Kembali penulis melihat teori bahwa manusia tidak akan bisa mendapatkan sesuatu
dengan status manusia atau individunya, kecuali melalui masyarakat. Karena menurutnya
masyarakatlah yang menentukan individu-individu yang tinggal dalam masyarakat itu.
Baginya manusia itu ada untuk masyarakat dan masyarakatlah yang membentuk sesuatu
tujuan, bukan manusia.9
Manusia bebas berjuang mencapai segala sesuatu tetapi tidak bebas mencapai apa yang
diperjuangkan. Manusia digambarkan sebagai benda yang kosong dan untuk mengisi
kekosongan itu harus melalui masyarakat (society) dengan nilai-nilai dan norma yang dapat
membuat manusia ini berbuat secara lebih terarah dalam artian tidak mengganggu sistem itu
sendiri. Menekankan pentingnya sosialisasi karena sosialisasi dapat membuat manusia lebih
bersifat manusiawi.10Sama halnya dengan masyarakat Tobelo beranggapan bahwa
masyarakat Moro selalu bersosialisasi dengan mereka. Tujuan dari bersosialisasi juga bersifat
positif yaitu untuk mengarah kepada pribadi yang lebih baik. Karena mereka juga adalah
mahkluk sosial yang membutuhkan orang lain untuk bersosialisasi.
Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya struktur kemasyarakatan dalam dunia
masyarakat Moro. Adanya tetua adat, kepala desa, Bupati, ketua Sinode, Sultan bahkan
seorang Raja. Kehidupan mereka juga diatur oleh nilai dan norma dalam sebuah masyarakat.
Hal ini dikarenakan budaya mereka seperti budaya masyarakat Tobelo yang juga kuat dengan
adat istiadat. Hal lainnya ialah ketika masyarakat Moro non Kristen terbuka untuk
berhubungan/bersosialisasi dengan masyarakat Tobelo yang beragama Kristen, begitupun
sebaliknya.11
9 Loekman Soetrisno & Satjipto Rahardjo, Mencari Konsep Manusia Indonesia; Sebuah Bunga Rampai,.
(Jakarta: Erlangga 1986.) 55-58. 10 Soetrisno & Rahardjo, Mencari Konsep Manusia Indonesia... 58-60. 11 Wawancara dengan bapak H.N, A.D & A.B. Tobelo 29 Mei, 5 & 12 Juni 2018.
63
Dalam ajaraan non Kristen Allah menciptakan mahkluk yang kelihatan yakni manusia
(Adam) dan mahkluk yang tidak kelihatan yaitu Jin. Dalam ajaran non Kristen juga terdapat
sebuah ajaran yang di mana umat dijelaskan mengenai Jin, tulisan tersebut terdapat dalam
surat Al-Jin /Al-Quran.12 Ajaran non Kristen sendiri sangat jelas menuliskan mengenai Jin
atau mahkluk yang tidak kelihatan dan hubungannya dengan manusia.
4.2 Masyarakat Moro Dalam Persepsi Masyarakat Islam & Masyarakat Kristen
Moro dalam pandangan non Kristen sebagai Jin karena keberadaan mereka tidak bisa
dilihat“Sesungguhnya ia dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dan suatu tempat yang
kamu tidak bisa melihat mereka.” (QS. Al-A'raf: 27).13 Alasan lain bahwa Jin mempunyai
alam sendiri, taat dan juga tidak, hanya orang-orang tertentu saja yang bisa berhubungan
dengan Jin.14Tentu saja hal ini sama dengan kondisi kehidupan masyarakat Moro, mereka
mempunyai tempat tinggal di alam tersendiri yang tidak bisa dilihat kecuali orang yang
berhubungan dengan mereka. Mereka ada yang taat (beragama) dan juga yang tidak taat
(kafir). Namun pemahaman masyarakat Tobelo yang beragama non Kristen, tetap meyakini
bahwa mereka merupakan manusia seperti pada umumnya dan bukan Jin.
Seperti pengakuan informan mengatakan bahwa: “torang ini mo bilang Moro itu
tarada, tapi sebenarnya dong ada. Mo bilang dorang setan/Jin, tapi dorang pe fisik sama
dengan torang manusia bagini, dorang juga punya haji, masjid, Raja, dong pe kota me
ada.”15
12 Muhammad Hamidi. Mitos-mitos dalam hikayat Abdulkadir Jailani. (Jakarta; Yayasan Obor Indonesia,
2003). 144. 13 Wawancara dengan ibu M.L dan ibu N di kediaman ibu M.L. Tobelo 6 Juni 2018 14 Hamidi. Mitos-mitos...145. 15 Wawancara dengan bapak M & I di Museum pulau Morotai. Morotai 3 Juli 2018. Penryataan M & I diatas mempunyai arti masyarakat Moro memiliki agama Islam, Kristen dan juga
tidak mempunyai agama yang dianggap jahat (kafir). Tidak ada salahnya berhubungan dengan Moro hal ini bukan berarti menyembah. Karena masyarakat Moro juga adalah manusia sama seperti masyarakat Tobelo pada umumnya. Yang patut disembah hanyalah nabi Muhammad/Allah. Hanya saja dalam pandangan Islam Moro dianggap sebagai Jin karena tidak dapat dilihat, hanya jika mereka berkenan untuk menampakan wujud.
64
Jika sebelumnya membahas pandangan kekristenan bahwa yang menciptakan segala
sesuatu di dunia adalah Tuhan termasuk masyarakat Moro, maka dalam non Kristen sangat
jelas tertulis bahwa Allah lah yang menciptakan Jin. Seperti:
ل و و خ ن ا ام خ قخ ا ج ونخ لخ إ Dan Aku tidak menciptakan jin
dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-
Ku. (QS. Adz Dzariyat: 56),
Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia
(Adam) dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur
hitam yang diberi bentuk. Dan Kami telah menciptakan jin
sebelumnya dari api yang sangat panas. (Al-Hijr: 26-27).
Jin diciptakan dari api sedangkan manusia (Adam) diciptakan dari tanah, tetapi ajaran
non Kristen adanya larangan untuk berhubungan dengan Jin karena dianggap berbahaya bagi
yang berhubungan. Namun ada Jin yang taat pada kebenaran dan ada pula yang menyimpang
dari kebenaran. Kemudian umat non Kristen ini menganggap bahwa Jin yang dimaksud
dalam ajaran mereka sama dengan masyarakat Moro. Hal ini karena dilihat dari Jin taat, saleh
dan juga kafir, sama halnya dengan masyarakat Moro, mereka mempunyai agama sehingga
hidup saleh, tetapi ada juga yang kafir karena tidak mempunyai agama. Sebagaimana
masyarakat Tobelo Kristen/Isalam mengatakan bahwa tidak ada salahnya berhubungan
dengan masyarakat Moro karena tindakan tersebut tidak salah baik dalam ajaran kedua agama
tersebut yakni Islam dan Kristen.
Seperti pengakuan informan mengatakan bahwa:
Moro me ada agama ada yang Islam deng Kristen deng
ada Moro jahat dong itu tara punya agama (kafir). Tara
salah kalu tong berhubungan deng Moro bukan berarti
torang sembah pa dorang, itu tarada. Me dorang juga
manusia kong sama deng torang. Yang torang sembah itu
cuma pa Allah. Cuma dorang (Moro) itu kalu dalam
torang pe pandangan agama (Islam) itu dorang sama deng
Jin karena torang tara dapa lia pa dorang, nanti dong
batunju aa baru tong bisa lia.16
16 Wawancara dengan bapak M & I di Museum pulau Morotai. Morotai 3 Juli 2018.
65
Pernyataan lain mengatakan bahwa: “dalam pandangan non muslim itu tra salah torang
berhubungan deng orang Moro asalkan Moro yang beragama deng torang jangan
menyembah pa dorang.”17
Jika umat non Kristen berhubungan dengan masyarakat Moro yang saleh mereka tidak
akan disesatkan karena tidak penyimpang dari kebenaran. Berikut ayat mengenai Jin:
ا ن ا ل إ خ إو اخ نخإو ا إ ل خ لاسو إلخ نخ س نوأ ناخ و ك خ ورا رد
Dan sesungguhnya di antara kami ada jin yang taat dan
ada pula jin yang menyimpang dari kebenaran.
Barangsiapa yang taat, maka mereka itu benar-benar telah
memilih jalan yang lurus. Adapun jin yang menyimpang
dari kebenaran, maka mereka menjadi kayu api bagi
neraka Jahanam. (Al-Jin (72): 14-15).
Pandangan masyarakat Tobelo tentang Moro tidak ada salahnya berhubungan karena
hal tersebut tidak bertentangan dengan ajaran agama. Jika mereka dianggap Jin sebagaimana
yang dituliskan oleh kitab suci umat non Kristen, pastilah tidak adanya hubungan lagi antara
masyarakat Tobelo (Islam) dan masyarakat Moro. Tetapi fakta membuktikan masyarakat
Tobelo tetap bersahabat dengan mereka dengan alasan mereka merupakan manusia seperti
pada umumnya. Mereka dipercaya manusia yang bermasyarakat. Mengapa demikian? karena
mereka mempunyai struktur masyarakat, mereka mempunyai tujuan hidup yang harus
dicapai, tujuan dibentuk dalam masyarakat, dan tujuannya ialah hidup dalam kedamaian,
mematuhi segala yang dikehendaki Tuhan, membantu masyarakat setempat menuju pada
penyempurnaan iman. Meskipun begitu namun mereka tetap masuk dalam konsep pemikiran
dan ajaran non Kristen sebagai mahkluk yang diciptakan oleh Allah sebagai yang ghoib yakni
Jin.
Memang masyarakat Moro mempunyai alam tempat tinggal sendiri dan mempunyai
rumah dan budaya layaknya manusia pada umumnya, berbeda dengan Jin. Jin mempunyai
alam sendiri namun juga tempat tinggal Jin yang tidak taat berada pada tempat-tempat yang
17 Wawancara dengan Haji M. Y di kediamannya. Tobelo 25 Juni 2019 Yang dimaksud dari pernyataan haji Y. N ialah dalam pandnagan Islam tidak ada salahnya berhubungan
dengan masyarakat Moro, asalkan Moro yang mempunyai agama dan jangan meyembah kepada mereka.
66
dianggap tidak baik. Yakni di Toilet, tempat sampah, tidak bepenghuni, dan di lobang-
lobang, Jin juga tidak berbudaya dan tidak mempunyai struktur kemasyarakatan.18 Yang
menjadi perbedaan di sini juga ialah Jin merupakan mahkluk yang dari mulanya diciptakan
sebagai mahkluk yang tidak kelihatan (ghoib) namun berbeda dengan mereka (masyarakat
Moro). Mereka diciptakan sebagai manusia hanya saja mereka diperkenankan oleh pencipta
untuk menyatu dengan alam dan mempunyai tempat tinggal tersendiri yang tidak
kelihatan.maka konsep pemikiran masyarakat Islam ini jelas dan tidak dapat dirobah sama
halnya ketika berbicara persepsi masyarakat umumnya. Kepercayaan masyarakat umum
bersifat mutlak dan tidak bisa dirobah maupun diganggu gugat.
Dalam pandangan kekristenan, Alkitab memulai suatu konsep dasar yaitu penciptaan.
Dalam cerita Alkitab tidak langsung dijelaskan tentang penciptaan gereja, agama Kristen, dan
juga bukan penciptaan Israel, melainkan di dalamnya mengenai kosmos yaitu sebuah
penciptaan awal. Kita lihat dalam Kejadian 1:1 “Pada mulanya Allah menciptakan langit dan
bumi” kepercayaan bahwa Allah menciptakan segala sesuatu dan siapapun, tidak ada sesuatu
hal yang terjadi di luar jangkauan atau pengetahuan Allah.19 Allah adalah Allah yang
kereatif, yang menciptakan alam semesta secara kreatif dan kebudayaan juga adalah bagian
dari kreatifitas Allah. Apa yang ada di alam semesta berada di bawah tatanan Tuhan.
Kebudayaan berbicara tentang keberadaan manusia sebagai suatu totalitas. Karena
kebudayaan merupakan bagian dari karya kreativitas Allah dalam penciptaan, maka perlu
dihargai.20
Jika Tuhan Allah yang menciptakan segala sesuatu dan tidak ada sesuatu pun yang
terjadi di luar jangkauan atau sepengetahuan Allah, maka timbul pertanyaan bagaimana
dengan masyarakat Moro? Di sini penulis membagikan dalam dua versi. Pertama masyarakat
18 Aep Saepulloh Darusmanwiati. Mengintip Alam Gaib; Rahasia Malaikat, Jin, dan Setan menurut Al-Quran dan
Sunnah. (Jakarta: Zaman, 2014). 92. 19 Wesley Ariarajah, Alkitab Dan Orang-Orang Yang Berkepercayaan Lain. (Jakarta: Gunung Mulia, 2003).2. 20 Arkipus Djurubasa, Ziarah Bersama Di Bumi Halmahera. (Yogyakarta; Alinea Baru , 2017). 34-36.
67
Moro dikategorikan sebagai manusia ciptaan Allah ketika berada pada zamannya
Balahiteng/Pajak di zamannya Portugis sesuai catatan sejarah. Kedua ketika mereka menyata
dengan alam sehingga tidak bisa dilihat lagi hanya orang tertentu saja dan menjadi ghaib, hal
ini tentu tidak bisa dikatakan sebagai manusia. Dalam pandangan teologis berdasarkan ajaran
kekristenan tidak mencatat bahwa Allah menciptakan mahluk yang tak kelihatan seperti
masyarakat Moro. Maka dari itu konsep pemikiran masyarakat Tobelo Kristen sekarang ini
bisa dikatakan mengacu kepada konsep pemikiran masyarakat non Kristen. Meskipun begitu,
kepercayaan tersebut telah di pelihara dalam mitos yang sudah berabad-abad lamanya sebagai
sebuah kenyataan.
Hal ini dilihat dari sejarah mula-mula masyarakat Moro hidup di zaman Portugis pada
abad ke 16-17 yang kuasai oleh sultan Ternate kemudian terbeban dengan pajak/balahiteng
sehingga memutuskan untuk masuk ke hutan dan menghilang. Memang masyarakat Moro
masuk dalam ciptaan Tuhan yang kelihatan mereka ada, hidup dan bernapas, juga kelihatan
karena mereka manusia. Namun terlepas dari itu dan memulai sejarah baru ketika menghilang
dan menjadi ghaib hal ini tentu bertentangan dengan paham teologis Kristen ketika
mengatakan sebagai manusia.
Namun kembali penulis melihat bahwa dalam cerita ajaran kekristenan juga tidak bisa
langsung dikatan bahwa masyarakat Moro bukan merupakan manusia karena memiliki alam
gaib. Allah bisa saja dengan kehendak kuasa-Nya mengijinkan sesuatu yang supranutal itu
terjadi seperti layaknya masyarakat Moro. Karena jika melihat kembali dalam ajaran Kristen
terdapat manusia sebagai ciptaan yang kelihatan dianggkat oleh Allah masuk dalam dunia
supranatural Allah yakni surga tanpa melalui kematian jasmani terlebih dulu. Mereka ialah
Henok dan Elia dan juga juga Musa dimana tidak ditemukannnya jasad Musa.
Dalam mendiskripsikan masyarakat Moro memang bagi masyarakat Tobelo merasa
kesulitan, karena ketika mengatakan masyarakat Moro sebagai manusia, pasti timbul
68
perspektif lain bahwa mereka juga seperti iblis atau jin. Mereka dipercaya dapat memberikan
apapun yang diinginkan oleh seseorang ketika menjalin hubungan/persahabatan, sehingga
disamakan dengan iblis yang dapat memberikan segalanya karena ia juga mepunyai kuasa
seperti dalam Lukas 4:4-7:
Kemudian ia membawa Yesus ke suatu tempat yang tinggi
dan dalam sekejap mata ia memperlihatkan kepada-Nya
semua kerajaan dunia. Kata Iblis kepada-Nya: "Segala
kuasa itu serta kemuliaannya akan kuberikan kepada-Mu,
sebab semuanya itu telah diserahkan kepadaku dan aku
memberikannya kepada siapa saja yang kukehendaki. Jadi
jikalau Engkau menyembah aku, seluruhnya itu akan
menjadi milik-Mu.21
Tidak dapat pungkiri bahwa Iblis juga mempunyai kuasa dan Iblis bisa menyerupai
apapun dan memberikan apa saja yang diinginkan oleh manusia. Jika hal ini disamakan
dengan masyarakat Moro yang di yakini masyarakat Tobelo mempunyai kuasa, dapat
memberikan apapun yang diingini oleh seseorang karena mereka kaya, tentunya berbeda.
Perbedaannya ialah, mereka tidak menuntut seseorang harus menyembah, sedangkan iblis
mengharuskan menyembahnya. Iblis menuntut sesuatu yang di luar kehendak Tuhan, tetapi
masyarakat Moro yang beragama bisa menjadi sahabat menuju kesempurnaan iman kepada
Tuhan.
Iblis tidak mempunyai agama dan struktur masyarakat, sedangkan mereka memiliki itu.
Yang ditekankan di sini ialah iblis/setan selalu mengarahkan manusia kepada hal yang tidak
baik, sedangkan masyarakat Moro tidak. Sesuatu yang buruk bisa saja nampak dari sikap
Moro jika kita menyakiti baik fisik maupun psikis mereka. Hal ini dianggap normal karena
hal serupa juga akan terjadi bagi manusia pada umumnya.
Dalam ajaran kekristenan Allah menciptakan manusia serupa dengan gambar-Nya dan
Allah memberikan roh, hati dan pikiran/akal budi. Manusia merupakan tubuh yang berdaging
ia juga dituntut untuk hidup serupa dengan penciptanya. Manusia diberikan hati sebagai inti
21 Wawancara dengan bapak A.B. Tobelo 12 Juni 2018.
69
dari manusia itu untuk mengenal dan mempertimbangkan. Selain itu manusia diberi tanggung
jawab untuk menjaga bumi.22
Tidak dapat dipungkiri juga bahwa masyarakat Moro dipercaya memiliki pikiran/akal
budi dan hati yang membuat mereka mengenal dan mempertimbangkan. Perilaku kehidupan
mereka (yang beragama) sangat saleh dan taat pada perintah Tuhan, mereka beprikir dan
bertindak sangat baik sebagaimana yang ajarkan dalam Alkitab. Mereka juga mempunyai
tanggung jawab untuk menjaga alam. Hal ini dapat dilihat ketika masyarakat Tobelo yang
merusak alam dengan cara menebang pohon sembarangan akan menerima sanksi dari
masyarakat Moro karena akan mengundang kemarahan mereka. Dan juga Masyarakat Moro
mempunyai tubuh yang berdaging. Tentu hal ini berbeda dengan Jin, setan, Iblis bahkan
malaikat yang sejak penciptaan mereka terbuat dari Roh murni yang tidak memiliki tubuh
yang berdaging.
Namun jika timbul pertanyaan jika masyarakat Moro termasuk dalam ciptaan Tuhan
mengapa hanya ada di Tobelo? Hal ini karena penulis percaya Yesus menciptakan langit
bumi dan isinya termasuk manusia secara kreatif dan istimewa. Seperti keistimewaan yang
hanya dimiliki oleh masyarakat Tobelo yakni lewat sejarah yang terjadi terhadap masyarakat
Moro sesuai catatan sejarah terjadi di abad ke 16-17. Yakni sebuah masyarakat (kerajaan
Moro) hidup di zaman Portugis dan bekerja sama dengan sultan Ternate dalam sistem upeti
(tributary relationship) meskipun mereka dianggap sebagai budak. Mereka juga dibebankan
pajak yang tinggi sehingga tidak sanggup untuk membayar dan merasa terbeban kemudian
memutuskan untuk menghilang di pedalaman hutan Halmahera.
Hal ini merupakan keistimewan dari bagian keuinikan Tuhan dalam penciptaan. Dalam
hal itu juga mereka dianggap manusia namun tidak ketika masuk dan menghilang di hutan
kemudian meyatu dengan alam. Tentu peristiwa sejarah dan cerita mengenai masyarakat
22 Christoph Barth, Teologi Perjanjian Lama 1. ( Jakarta; Gunung Mulia, 2008). 33-38.
70
Moro sampai sekarang ini merupakan keistimewaan tersendiri yang hanya dimiliki oleh
masyarakat Tobelo (Halmahera) saja sebagai sebuah keunikan dari ciptaan Tuhan. Sehingga
hal ini masih dipelihara dan dilestirakan lewat cerita tutur lisan secara turun temurun sebagai
sesuatu yang berguna.
Hal ini juga karena setiap negara, daerah/suku dan masyarakat mempunyai keunikan
dan keistimewaan budaya/tradisi masing-masing yang tidak dimiliki oleh negara bahkan
masyarakat lainnya. Sejarah masyarakat Moro mempunyai keistimewaan sendiri yang
dimiliki hanya untuk masyarakat Tobelo, atau bahkan sudah menjadi daya tarik bagi orang
lain (berasal dari masyarakat/etnis) lain untuk mencari tahu menambah pemahaman
mengenai masyarakat Moro. Begitu juga dengan daerah lain atau kelompok masyarakat lain
juga mempunyai sejarah budaya dan tradisi yang berbeda. seperti Suku Bati/Batti di Maluku
yang dipercaya terdapat masyarakat asli (manusia) yakni suku Batti (huru t ada dua) dan para
leluhur yang hilang-hilang yaitu Bati (dengan hurut t hanya satu) yang hanya dimiliki oleh
masyarakat Maluku.
Berdasarkan hal ini, sehingga Masyarakat Tobelo (Kristen) menganggap bahwa tidak
ada salahnya bersahabat dengan masyarakat Moro karena hanya sebatas bersahabat tidak
menyembah atau beribadah. Mereka menganggap tindakan tersebut tidak bertentangan
dengan ajaran kitab suci seperti Alkitab, seperti ajaran yang terdapat dalam Keluaran 20 : 3 &
5a “Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku, Jangan sujud menyembah kepadanya
atau beribadah kepadanya”.Hal ini karena bagi mereka masyarakat Moro merupakan
manusia ciptaan Tuhan, karena ciptaan Tuhan maka harus bersahabat dengan sesama ciptaan
selagi dalam hal positif. Masyarakat Tobelo Kristen percaya segala sesuatu yang terjadi
dalam dunia merupakan atas kendali Tuhan termasuk bagaimana keadaan masyarakat Moro
sekarang itu merupakan ijin dan kuasa Tuhan. Karena Allah menciptakan dunia ini dengan
kreatif sehingga sesuatu kadang tidak dipahami oleh akal pikiran manusia.
71
Sebuah pernyataan mengatakan bahwa: Tong pe orang
tua-tua (Moro) itu dorang manusia tapi dorang itu tara
sama deng torang karena dong pe hidup lebe bae-bae dari
torang karena dorang hidup saleh. Dulu waktu perang
kong dorang tara mampu bayar pajak/balahiteng kong
dorang maso di utang trus menghilang. Dorang (Moro)
juga ada yang Kristen deng Islam, deng dorang pe hidup
itu sangat bae, tra suka baku mara, benci, deng baku
mangiri.23
Namun penulis melihat bahwa dalam kisah penciptaan Kristen tidak terdapat mengenai
ciptaan yang tidak kelihatan (gaib) selain Malaikat. Sedangkan dalam non Kristen sendiri
jelas tertulis bahwa dalam kisah penciptaan terdapat Adam (manusia) dan ciptaan yang tidak
kelihatan (ghoib/Jin). Namun sekali lagi kepercayaan masyarakat umumnya tidak dapat di
robah karena itu berasal dan lahir dari masyarakat itu sendiri bersifat mutlak. Meskipun
persepsi tersebut bertentangan dengan ajaran Kekristenan dan dikatakan menganut konsep
pemikiran masyarakat non Kristen yang dimiliki masyarakat Kristen. Hal menarik dari
masyarakat Moro inilah sehingga begitu dikenal dan perdebatkan bukan hanya masyarakat
Tobelo, namun juga masyarakat luar. Menarik dari mereka yang sellau diperdebatkan ialah
karena masyarakat ini diaggap lain, disebut masyarakat yang “ilang-ilang” (bisa
menghilang) kadang bisa kelihatan kadang tidak. Dan memiliki tempat tinggal yang tidak
kelihatan.
4.3 Masyarakat Moro Dalam Persepsi Gereja
Gereja tidak mempunyai cara lain untuk membangun suatu bangsa, selagi masih
mempunyai pemahaman bahwa kebudayaan masyarakat dan agama tidak ada hubungannya
bagi kehidupan baru didalam Kristus. Yang memiliki arti ialah gereja-gereja seharusnya
melihat keberaannya sebagai bagian dari Yesus Kristus dalam hubungannya dengan agama
dan kebudayaan masyarakat setempat. Tidak dapat dipungkiri bahwa dalam kebudayaan pasti
23 Wawancara dengan bapak H.N & A.D. Tanggal 29 Mei & 5 Juni 2018.
Penyataan H.N & A.D diatas mempunyai arti bahwa Masyarakat Moro dianggap sebagai Leluhur dan mereka manusia namun cara hidup mereka berbeda karena lebih saleh. Dulu pada saat perang masyarakat Moro tidak mampu membayar pajak dan kemudian menghilang dalam hutan.Masyarakat Moro mepunyai agama yakni Kristen dan Islam sehimgga perilau kehidupan mereka snagat baik. Tidak saling marah, benci dan iri hati.
72
ada hal-hal yang tidak dapat diterima, tetapi gereja perlu adaptasi hal tersebut sehingga bisa
menjadi pintu masuk dalam pekabaran injil. Para teolog harus terbuka terhadap kebudayaan
lain, karena tidak cukup hanya mengenal budaya sendiri tetapi juga membutuhkan
pengenalan akan budaya yang lain sebagai keluarga didalam Yesus Kristus.24
Tidak dapat dipungkiri bahwa teolog-teolog di kota Tobelo atau gereja kebanyakan
masih menutup diri terhadap kepercayaan mengenai masyarakat Moro. Masih ada pemisahan
antara budaya dan agama. Gereja menutup diri seolah-olah gereja tidak tahu mengenai
masyarakat Moro dan hubungan jemaat dengan mereka. Gereja sebenarnya tahu hanya saja
gereja tidak mempersoalkan hal tersebut. Padahal jika dilihat dari paham Ariarajah,
gereja/teolog harus terbuka terhadap budaya baik itu budaya setempat maupun budaya yang
lain sebagai pintu masuk juga sebagai keluarga Yesus Kristus. Karena kehidupan
umat/jemaat di masa sekarang tidak terlepas dari pengalaman budaya dimasa lalu.
4.4 Folklor Moro
Meskipun pemahaman dan cerita mengenai masyarakat Moro sering terjadi perdebatan
karena dipertanyakan apakah mereka manusia atau bukan, mereka nyata atau tidak, namun
cerita mengenai mereka berguna dan mempunyai makna tersendiri bagi masyarakat Tobelo.
Cerita-cerita yang bagi sebagian orang dianggap masih perlu dibuktikan kebenarannya tetapi
mempunyai makna bagi masyarakat setempat. Seperti Folklor merupakan sebuah budaya
tradisi/kepercayaan yang diwariskan secara turun temurun secara lisan. Folklor merupakan
bagian aktif dan eksistensi juga ekspresi manusia yang di dalamnya melibatkan komunikasi,
budaya dan identitas.25 Masyarakat Moro bagi sebagian orang masih perlu dibuktikan
kebenarnya, namun bagi masyarakat Tobelo pada umumnya mereka nyata dan sangat
24 Djurubasa, Ziarah Bersama Di Bumi Halmahera...42-44. 25 Martha C Sims & Martine Stephens. Living Folklore. An Introduction to the Study of people and Their
Traditional. (Logon-Utah State University Press, 2011.)
73
berguna dalam hal membantu pekerjaan di ladang dan membantu memperkuat iman kepada
Tuhan.
Selain itu kepercayaan terhadap masyarakat Moro merupakan sebuah eksistensi dan
eksperesi aktif mengenai bagaimana tetap menjalin hubungan dengan mereka. Karena bagi
masyarakat Tobelo, masyarkat Moro merupakan leluhur masyarakat Halmahera, dan sebagai
identitas mereka. Hal ini dibuktikan dengan Masyarakat Moro hanya dikenal berada di Pulau
Halmahera. Dan masyarakat Tobelo sekarang merupakan anak cucu masyarakat Moro.
Kepercayaan ini hanya diwariskan secara lisan namun tetap di jaga sampai sekarang ini
setelah berabad-abad lamanya.
Selain itu diwariskan juga dengan istilah bukan lisan (namun diwariskan secara lisan)
yaitu berkaitan dengan benda yakni batu, maupun benteng yang dianggap peninggalan
masyarakat Moro zaman dulu. Sebuah identitas juga tidak terlepas dari sebuha tradisi. Tradisi
yang memeprlihatkan identitas masyarakat setempat ialah kepercayaan bahwa dilarang
menebang pohon sembarangan, membersihkan hutan sembarangan tanpa basiloloa (permisi),
dan mengotori sungai. Karena masyarakat setempat percaya semua tempat itu “bertuan” atau
berpenghuni yang tidak kelihat. Jika hal ini dilakukan akan membahayakan nyawa orang
tersebut.
Makna dari mempercayai dan berhubungan dengan masyarakat Moro ialah seseorang
bisa belajar dan mengenal siapa dirinya dan belajar memahami, memaknai dunia di
sekitarnya. Dalam arti dengan mempercayai dan berhubungan dengan masyarakat Moro,
masyarakat Tobelo memahami bahwa diri mereka bagian dari leluhur. Masyarakat Moro dan
masyarakat Tobelo sangat kuat dengan adat istiadat karena mereka adalah bagian dan saling
memiliki. Dengan begitu, masyarakat setempat lebih memahami bahwa keberadaan mereka
sekarang tidak terlepas dari cerita masa lalu mengenai para leluluhur (Moro). Sehingga
sampai saat ini dipercaya hidup berdampingan dengan masyarakat setempat. Masyarakat
74
Tobelo lebih memaknai kehidupan mereka sekarang dan dengan begitu lebih menghargai
para leluhur lewat tingkah laku, melestarikan adat budaya dan juga melindungi alam.
Memahami mereka memang hal yang sulit, namun kepercayaan ini mengajarkan
mengenai dunia masyarakat Tobelo dan diri mereka sendiri. Karena pemahaman mengenai
mereka ini hanya bisa dipahami melalui interaksi dengan indvidu dengan orang lain yang
hanya berasal dari Tobelo. Karena cerita mengenai mereka hanya terdapat pada kelompok-
kelompok atau orang, yang mau berbagi mengenai nilai-nilai, tradisi, keyakinan dan bentuk
lain dari pengetahuan akan masyarakat Moro. Pemahaman mengenai cerita mereka hadir
melalui pengalaman orang di sekitar kita. Pengalaman perjumpaan masyarakat setempat dan
masyarakat Moro ini merupakan sebuah ikatan sosial yang harus terus di jaga.
Kepercayaan terhadap masyarakat Moro juga berguna untuk membantu masyarakat
setempat memahami arti dari dasar hidup sebagai manusia dan masyarakat. Hidup sebagai
manusia maupun bermasyarakat tidak terlepas dari sebuah sejarah cerita dimasa lampau.
Masyarakat setempat tidak akan mengulang sesuatu yang diyakini jika hal tersebut tidak ada
makna maupun fungsinya bagi mereka.
Meskipun bagi sebagian orang masih perlu dibuktikan keberadaan maupun identitas
masyarakat Moro, namun bagi masyarakat Tobelo pada umumnya mereka ada, nyata dan
sangat berguna bagi mereka yang menjalin persahabatan. Persepsi masyarakat gereja
(Kristen) boleh saja berbeda, bertentangan dengan persepsi masyarakat umum karena hal ini
dianggap tidak dapat dibenarkan bertolak dalam kisah penciptaan. Namun ketika berbicara
masyarakat pada umumnya, tentu hal ini dapat dibenarkan dan tidak dapat dirobah, karena
kepercayaan ini lahir dari masyarakat. sedangkan bagi masyarakat non Kristen, hal ini tidak
ada permaslaahan karena dalam ajaran Alquran pun menuliskan ada ciptaan Ghoib selain
Malaikat yakni Jin.
75
5. Kesimpulan
Dari keseluruhan bab di atas dapat disimpulkan bahwa masyarakat Moro tidak
membatasi diri untuk berhubungan dengan masyarakat Tobelo yang berbeda keyakinan
(agama). Hal ini tebukti bahwa masyarakat Tobelo yang bergama Kristen mempunyai
hubungan/persahabatan dengan masyarakat Moro yang beragama non Kristen, begitupun
sebaliknya. Mereka dapat berhubungan dalam persahabatan biasa namun berdampak pada
perilaku hidup lebih baik.
Misalnya lebih bisa mengontrol emosi di saat marah, belajar menjadi pribadi yang bisa
dipercaya oleh orang lain, menguatkan iman kepercayaan pada Tuhan, menghargai leluhur,
mencintai adat istiadat dan menjaga alam. Tentu hal ini dapat diperoleh hanyaika
berhubungan dengan masyarakat Moro yang beragama saja. Sedangkan masyarakat Moro
yang tidak beragama hanya akan merepotkan masyarakat Tobelo dan tidak ada sesuatu yang
dapat di teladani dari mereka. Maka dari itu masyarakat Tobelo tidak bersahabat dengan
mereka. Karena selain merepotkan masyarakat Tobelo, mereka juga bisa melakukan hal yang
dianggap jahat lainnya seperti mambuat seseorang terganggu dalam psikologisnya
(jiwa/pikiran).
Selain itu, dalam pandangan masyarakat non kristen dan Kristen meyakini tempat
tinggal masyarakat Moro berbeda-beda yakni; di Jembatan Mede (Kokota Jaya) sebagai
kota/kerajaan, Jembatan Mamuya juga sebagai kota masyarakat Moro, kantor PLN Tobelo,
lokasi Batu Angus di kota Ternate, dan di lokasi Air Kaca pulau Morotai. Kepercayaan ini
terbentuk karena pengalaman langsung informan ketika bertemu dengan masyarakat Moro.
Pengalaman-pengalaman yang terjadi ialah sering terdengar suara kapal besar melewati
aliran sungai, ditemukannya warga yang hilang karena disembunyikan oleh masyarakat
Moro. Sering terjadi bencana di aliran sungai seperti robohnya jembatan Mede yang
berulang-ulang kali, juga sering terjadi banjir yang berdampak pada kerusakan beberapa
76
rumah warga yang tinggal di dekat sungai. Selain itu ditempat lain seperti kantor PLN , lokasi
Batu Angus, dan Air Kaca sering terdengar suara beduk Masjid dan suara orang beribadah.
Tempat-tempat yang diyakini sebagai tempat tinggal masyarakat Moro ini tidak menjadi
rahasia lagi karena penduduk masyarakat kota Tobelo tahu akan hal ini.
Hal lainnya ialah dalam kisah penciptaan menurut ajaran non Kristen dan Kristen
berbeda. Dalam pandangan non Kristen jelas tertulis bahwa kisah penciptaan diciptakan
mahkluk yang kelihatan yaitu manusia (Adam). Diciptakannya juga mahkluk yang tidak
kelihatan atau di sebut Ghoib yaitu Jin. Sesuatu yang ghoib karena tidak kelihatan sehingga
dalam hal ini masyarakat Moro dipandang sebagai Jin. Jin diyakini sebagai yang tidak
kelihatan dalam pandangan manusia namun Jin dapat melihat manusia. Jin juga mempunyai
tempat tinggal seperti di lubang-lubang, padang pasir, toilet dan di rumah orang taat dalam
ajaran agama. Jin yang tinggal di rumah orang yang taat beragama merupakan Jin yang baik
dapat bersahabat dengan manusia. Namun Jin yang mempunyai tempat tinggal di tempat lain
seperti di toilet, lubang-lubang merupakan Jin yang dianggap tidak baik, dapat merusak atau
membawa manusia ke jalan yang tidak benar.
Dalam hal ini sehingga konsep pemikiran masyarakat non Kristen terhadap Moro
dianggap sebagai Jin berlandaskan apa yang tertulis dalam kitab ajarang mereka. Moro
dianggap Jin karena masuk dalam c iptssn ysng tidak kelihatan/ghoib, namun masyarakat
Moro dapat melihat masyarakat Tobelo. Di waktu tertentu dengan sendirinya akan
menampakan wujud mereka. Namun mereka dipercaya hidup berdampingan dengan
masyarakat Tobelo. Yang dianggap sebagai sahabat layaknya persahabtan mansuia dan
bukan menyembah mereka, karena yang patut di sembah hanyalah nabi Muhammad.
Sedangkan dalam ajaran Kristen ciptaan yang kelihatan yakni manusia (Adam dan
Hawa) dan yang tidak kelihatan hanyalah Malaikat bertugas melayani Allah dan mempunyai
tempat tinggal tidak berada di dunia manusia. Merekat diciptakan tidak memiliki ruang,
77
waktu, tubuh, jenis kelamin, maupun struktur masyarakat. Karena berasal dari roh murni
maka tidak memiliki tubuh, jenis kelamin dan agama. Namun memiliki tugas untuk untuk
menyelamatkan dan memperingati manusia.1
Hal ini karena ruangan berhubungan dengan tubuh, jenis kelamin maupun materi dan
bukan roh. Meskipun tidak memiliki tubuh namun mereka bisa menggunakan tubuh
(Kejadian 19:3), berkomunikasi melalui indra manusia seperti terjadinya mujisat meski
kadang terjadi, dan melaui pikiran ke pikiran secara langsung (imajinasi, inspirasi).2Oleh
sebab itu masyarakat Moro dalam pandangan Gereja (Kristen) sebagai manusia ciptaan
Tuhan merupakan pemikiran yang harus diperbaiki kembali. Pemahaman itu dianggap
bertentangan dengan ajaran kekristenan. Jelas Allah tidak menciptakan mahkluk ghaib selain
malaikat. Dan Malaikat bukanlah Moro, Moro juga bukanlah Malaikat meskipun dipercaya
mereka dapat membantu dalam pertumbuhan/penyempurnaan iman kepada Tuhan. Meskipun
begitu Allah dengan kuasa kehendak-Nya juga bisa membawa manusia masuk dalam kuasa
supranuralnya sama halnya deng Henokh dan Elia tanpa melalui kematian jasmati terlebih
dulu.
Meskipun berdasarkan bukti sejarah mula-mula bahwa masyarakat Moro merupakan
manusia yang berasal dari Halmahera dan Portugis. Kemudian memutuskan untuk
menghilang di hutan pedalaman Halmahera, sehingga mereka merupakan ciptaan Tuhan yang
masuk dalam kategori manusia. Hanya saja ketika menghilang dan dianggap sebagai manusia
yang hilang-hilang karena keberadaan mereka hanya bisa dilihat oleh orang-orang tertentu
saja. Hal ini kemudian sudah dapat dibenarkan secara teologis sebagai mahluk ciptaan Tuhan
yakni manusia. Karena berdasarkan teori yang mengatakan bahwa Allah tidak menciptakan
mahkluk yang dianggap ghaib selain Malaikat. Namun ketika berbicata pespsi masyarakat
1 Peter Kreeft. Angel & Demons; Apa Yang Kita Tahu Tentang Mereka?. (Malang; Dioma 2006). 53-67. 2 Kreeft. Angel & Demons... 75-77.
78
Tobelo pada umunya tentu hal ini tidak boleh dirobah. Apa yang telah terjadi dalam sejarah
masa lampau, masa kini dan masa depan merupakan sebuah kebenaran yang mutlak.
Konsep pemikiran non Kristen snagat jelas meskipun masyarakat Moro dipandnag
sebagai Jin. hal ini karena mempunyai dasar kuat berdasarkan panduan kitab kehidupan
mereka. Maka dari itu penulis beranggapan bahwa meskipun masyarakat Islam menganggap
masyarakat Moro sebagai manusia namun jika dilihat dalam pandangan agama mereka
dianggap sebagai Jin. Maka konsep pemikiran non kristen ini wajar saja dan tidak ada
salahnya. Masyarakat Islam tetap mempertahankan kepercayaan terhadap Moro sebagai
warisan budaya masyarakat Tobelo (Halmahera) yang terus dihidupi.
5.1 Implikasi Bagi Masyarakat Tobelo Islam & Kristen
Sebagaimana para pendahulu (Leluhur) yakni masyarakat Moro dipercaya sebagai
masyarakat yang saleh dengan cara pikir dan perilaku yang baik. Maka sebagaimana pun kita
selaku anak cucu mereka, selalu menjunjung tinggi nilai-nilai kebenaran, keadilan,
kedamaian dan saling menghargai perbebedaan yang ada. Menjaga dan melestarikan alam,
nilai-nilai budaya adat-istiadat juga perlu di jaga dan dilestarikan kepada generasi baru.
Agama boleh saja berbeda namun tali persaudaraan tetap harus tetap dijaga untuk
menciptkan masyarakat yang hidup damai mencintai dan menghargai perbedaan. Perbedaan
itu baik agama kepercayaan, tradisi/budaya maupun perspektif yang ada. Jou Barakati
79
5.2 Saran
Kepada masyarakat gereja berdasakan kisah penciptaan dalam Alkitab Allah hanya
menciptakan manusia dan Malaikat, maka persepsi terhadap masyarakat Moro sebagai
manusia tidak dapat dibenarkan dalam kaca mata teologis. Hal ini karena Allah hanya
menciptakan Malaikat sebagai mahkluk yang tidak kelihatan. Maka perspsi masyarakat
gereja perlu dirobah.
Kepada masyarakat Tobelo umunya, berdasarkan bukti yang menguatkan masyarakat
Moro sebagai manusia yakni; Sejarah, bentuk fisik , budaya layaknya manusia dan
pengalaman perjumpaan. Maka hal kepercayaan ini dapat dibenarkan dan tidak perlu di
robah. Karena apa yang menjadi kepercayaan masyarakat umum ialah kebenaran dari
masyarakat itu sendiri dan mutlak adanya.
Kepada Masyarakat Non Kristen kepercayaan terhadap masyarakat Moro tidak perlu
dirobah dan terus jaga, dilestarikan sebagai sebuah warisan budaya masyarakat Tobelo
(Halmahera).
Namun dilihat dari kacamata teologis hal ini tidak dapat dibenarkan masuk dalam
ciptaan Tuhan yang kelihatan yakni manusia. Maka dari itu jika pemahaman masyarakat
Tobelo khususnya Kristen masih memeluk pemahaman kepercayaan seperti itu maka konsep
pemikiran yang dimiliki menganut konsep pemahaman non kristen.
Kepada Gereja-gereja, pemuka agama yang berada di Tobelo untuk tidak menutup diri
memahami dilema masyarakat. Mengapa demikian karena sebenarnya jemaat hidup dalam
sebuah pertanyaan yang sudah berusia berabad-abad lamanya. Yakni siapakah Moro &
apakah mereka manusia ciptaan Tuhan? Apakah mereka manusia atau Jin? Maka dari itu
penulis menyarankan agar terbuka untuk mau memahami persoalan jemaat. Agar bisa
memberikan arahan maupun pencerahan yang baik bagi jemaat.
80
Penulis mengatakan bahwa ini merupakan sebuah “persoalan” jemaat karena, selama
ini jemaat berdiam diri dalam pertanyaan mereka itu mengenai Moro. Namun malu untuk
bertanya dan terbuka karena takut dengan aturan dogma gereja. Sehingga ada jemaat pada
hari minggu datang beribadah, namun terlepas dari itu diam-diam berhubungan dengan
masyrakat Moro sebagaimana layaknya persahabatan manusia pada umumnya. Karena
dengan paham bahwa mereka juga merupakan manusia maka tidak ada salahnya bersahabat.
Malahan berdasarkan pengalaman jemaat juga bahwa bersahabat dengan orang Moro justru
lebih membantu merubah perilaku menjadi lebih baik dan lebih memperkuat iman kepada
Tuhan. Maka dari itu penulis menyarankan agar gereja mampu terbuka dengan persoalan
jemaat ini agar mampu memberi pemahaman baru, baik dan benar yang dilihat dari sisi
teologis/gereja.
Namun sebelum memberi pencerahan, pembinaan kepada jemaat, sebaiknya
gereja/pemuka agama lebih dulu mendalami dan mengalami pencerahan mengenai injil dan
budaya.
Hal ini penulis anggap penting untuk gereja lakukan karena ditakutkan kemudian hari
jemaat akan meninggalkan gereja karena tertutup dan tidak mampu menjadi sebuah jawaban
atas persoalan jemaat. Karena menurut penulis kebanyakan gereja di kota Tobelo sangat
menutup diri dengan pesoalan jemaat seperti ini. Gereja tahu akan hal ini hanya saja menutup
diri untuk tahu lebih dalam sehingga tidak ada tindakan lanjut untuk mencerahkan
pemahaman jemaat. Karena berdasarkan pengalaman jemaat yang bersahabat dengan orang
Moro, mereka lebih merasa dituntun dengan baik dalam berpikir sebgaaimana yang dihendaki
Tuhan.
Gereja tidak cukup hanya memberi pencerahan pemahaman lewat khotbah di gereja,
namun jauh dari itu harus menyentuh kehidupan persoalan jemaat lewat tindakan lain yang
81
dianggap baik seperti pembinaan jemaat/masyarakat, sosialisasi, bahkan mungkin bekerja
sama dengan lembaga-lembaga pendidikan.
82
Daftar Pustaka
Ahmad, Irfan. “Sejarah Sosial Kristenisasi di Tobelo 1866-1942” (TESIS., Yogyakarta:
Universitas Gadjah Mada, 2014).
Al-Asyqar Umar Sulaiman. Rahasia Alam Malaikat Jin Dan Setan: Mengupas Tuntas
Alam Malikat, Jin & Setan Berdasarkan al-Qur’an dan Hadis. (Jakarta; Qisthi Press..)
Ariarajah, Wesley. Alkitab Dan Orang-Orang Yang Berkepercayaan Lain,
(Jakarta:Gunung Mulia, 2003).
Barth Christoph, Teologi Perjanjian Lama 1. ( Jakarta; Gunung Mulia, 2008)
Creswell, W John. Research Design, Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2016).
Daliman, A. Manusia & Sejarah. (Yogyakarta; Penerbit Ombak, 2012).
Danandjaja, James. Folklor Indonesia; Ilmu Gosip Dongeng, dan Lain-
lain.(Jakarta:PT.Temprint, 2007).
Darusmanwiati, Aep Saepulloh. Mengintip Alam Gaib: Rahasia Malaikat, Jin, dan
Setan menurut Al-Quran dan Sunnah. (Jakarta: Zaman,2014).
Djurubasa, Arkipus, Ziarah Bersama Di Bumi Halmahera.(Yogyakarta; Alinea
Baru,2017).
Duan, Efendy Juansal . “Pemahaman Masyarakat Adat Hibualamo Tentang O Moroka“
(TESIS., Salatiga: Universitas Kristen Satya Wacana, 2010).
Hamidi, Muhammad. Mitos-mitos dalam hikayat Abdulkadir Jailani.(Jakarta; Yayasan
Obor Indonesia, 2003).
Hontong Sefnat, Nanuru Ricardo, Puasa Anselmus, Menjadi Gereja Halmahera;
Kenangan Untuk Pendeta A.N Aesh, M.TH. Kanisius,2013.
__________ . 2013. Menjadi Gereja Halmahera; Kenangan Untuk Pendeta A.N Aesh, M.TH.
Dalam Pdt. Yustince Ternate-Sadaro Pendekatan Konseling Lintas Budaya Suatu Kebutuhan
Masa Kini (hal. 81-87). Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Kreeft, Peter, Angel & Demons; Apa Yang Kita Tahu Tentang Mereka?. (Malang; Dioma 2006).
83
Latief, Juraid Abdul, Manusia, Filsafat, Dan Sejarah. (Jakarta; Bumi Aksara, 2006).
Magany, Bahtera Injil di Halmahera, (Halmahera: BUMG-GMIH & Institut Hendrik
Van Dijiken, 2012).
May, Oscar “Analisis Sosio-Teologis terhadap Fenomena Agama Masa Kerusuhan di
Tobelo-Maluku Utara” (TESIS., Salatiga: Universitas Kristen Satya Wacana, 2002).
May O.J.S. Djurubasa A.K, Puasa A, Injil Dan Budaya: Teman Atau Musuh?
Memeperingati 40 Tahun Kependetaan Prof.Dr.I.J.M.Haire.” Grafika Indah (Yogyakarta;...)
Nuban Timo, Ebenhaizer I. “|Dunia Supranatural, Spiritisme dan Injil” (Salatiga; Fakultas
Teologi, Universitas Kristen Satya Wacana).
Papua, Eka Krisdayanti, “Pemahaman Jemaat GMIH Bethania Mede Tentang O Moroka di
Tobelo”, (Jurnal Tugas Akhir., Salatiga:Universitas Kristen Satya Wacana, 2017).
Platenkamp,“Tobelo, Moro, Ternate: The Cosmological Valorization Of Historical
1993,” 61-89.
Raco, J. R. Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Grasindo, 2010).
Rey, Hendra, Manusia dari Penciptaan Sampai Kekekalan. (Malang; Gandum Mas,
2002).
Sutardi, Tedi. Antropologi; Mengungkap Keragaman Budaya. (Bandung; PT Setia
Purna Inves, 2007).
Sims, Martha C. & Stephens, Martine. Living Folklore. An Introduction to the Study of
people and Their Traditional. (Logon-Utah State University Press, 2011.)
Soetrisno , Loekman & Rahardjo, Satjipto, Mencari Konsep Manusia Indonesia;
Sebuah Bunga Rampai. (Jakarta; Erlangga, 1986).
WEB/Jurnal Online
Handoko, Wuri dan Mujabuddawat, Muhammad Al. (2017). ”SITUS KAMPUNG TUA
KAO: Identitas Asal Usul dan Jejak Peradaban Islam di Wilayah Pedalaman Halmahera
Utara”. (2017). Jurnal Pendidikan Dan Kebudayaan, 10.24832. Retrieved from
https://jurnaldikbud.kemdikbud.go.id/index.php/jpnk/article/view/653/411
84
Handoko, Wuri. (2017). EKSPANSI KEKUASAAN ISLAM KESULTANAN TERNATE
DI PESISIR TIMUR HALMAHERA UTARA. Jurnal Kapata Arkeologi, 13(1),95-108.
Retrieved from
file:///C:/Users/User/Downloads/Ekspansi_Kekuasaan_Islam_Kesultanan_Ternate_di_Pes.pd
f
WWW user survey. (n.d.). Retrieved from
http://ppsp.nawasis.info/dokumen/perencanaan/sanitasi/pokja/bp/BAB%20II%20GAMBAR
AN%20UMUM%20WILAYAH.pdf
WWW user survey. (n.d.). Retrieved from
http://satudatamantap.halmaherautarakab.go.id/data/jumlah-penduduk-kabupaten-halmahera-
utara-berdasarkan-agama-tahun-2017