SUMBER & PENKES LANSIA.doc

22
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usia lanjut adalah proses alami yang tidak dapat dihindari. Salah satu dampak yang perlu diperhatikan yaitu semakin bertambahnya usia seseorang dapat mempengaruhi penurunan derajat kesehatan, yang mana organ – organ tubuh baik struktur maupun fungsinya mengalami penurunan, sehingga lansia mudah terserang penyakit. Peningkatan jumlah penduduk lanjut usia akan membawa dampak terhadap sosial ekonomi baik dalam keluarga, masyarakat, maupun dalam pemerintah. Implikasi ekonomis yang penting dari peningkatan jumlah penduduk adalah peningkatan jumlah penduduk adalah peningkatan dalam ratio ketergantungan usia lanjut. Keperawatan sebagai bagian integral dari sistem pelayanan kesehatan nasional turut serta ambil bagian dalam mengantisipasi peningkatan jumlah populasi lansia dengan menitikberatkan pada penampungan dibidang kesehatan dan keperawatan. Dalam hal ini penting kiranya diketahui informasi mengenai tingkat kesehatan dan tingkat ketergantungan lansia di masyarakat. Spesialisasi keperawatan ini terkait dengan mengkaji status kesehatan dan fungsional lansia, merencanakan dan melaksanakan perawatan dan pelayanan kesehatan untuk 1

Transcript of SUMBER & PENKES LANSIA.doc

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Usia lanjut adalah proses alami yang tidak dapat dihindari. Salah satu dampak yang perlu diperhatikan yaitu semakin bertambahnya usia seseorang dapat mempengaruhi penurunan derajat kesehatan, yang mana organ organ tubuh baik struktur maupun fungsinya mengalami penurunan, sehingga lansia mudah terserang penyakit. Peningkatan jumlah penduduk lanjut usia akan membawa dampak terhadap sosial ekonomi baik dalam keluarga, masyarakat, maupun dalam pemerintah. Implikasi ekonomis yang penting dari peningkatan jumlah penduduk adalah peningkatan jumlah penduduk adalah peningkatan dalam ratio ketergantungan usia lanjut.

Keperawatan sebagai bagian integral dari sistem pelayanan kesehatan nasional turut serta ambil bagian dalam mengantisipasi peningkatan jumlah populasi lansia dengan menitikberatkan pada penampungan dibidang kesehatan dan keperawatan. Dalam hal ini penting kiranya diketahui informasi mengenai tingkat kesehatan dan tingkat ketergantungan lansia di masyarakat. Spesialisasi keperawatan ini terkait dengan mengkaji status kesehatan dan fungsional lansia, merencanakan dan melaksanakan perawatan dan pelayanan kesehatan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang diidentifikasikan serta mengevaluasi keberhasilan perawat.Kelompok lansia dipandang sebagai kelompok masyarakat yang berisiko mengalami gangguan kesehatan. Masalah keperawatan yang menonjol pada kelompok tersebut adalah meningkatnya disabilitas fungsional fisik. Disabilitas fungsional pada lansia merupakan respons tubuh sejalan dengan bertambahnya umur seseorang dan proses kemunduran yang diikuti dengan munculnya gangguan fisiologis, penurunan fungsi, gangguan kognitif, gangguan afektif, dan gangguan psikososial.Negara Indonesia adalah Negara yang memiliki jumlah penduduk terpadat ke empat di dunia. Dengan jumlah penduduk yang lebih dari 200 juta jiwa pada tahun 2007, 7,5% atau 15 juta jiwa adalah penduduk lansia. Berdasarkan proyeksi Biro Pusat Statistik (BPS), pada tahun 2005-2010 jumlah penduduk lanjut usia akan sama dengan jumlah balita, yaitu 8,5% dari jumlah penduduk atau sekitar 19 juta jiwa. Secara umum, tingkat kesehatan masyarakat Indonesia terkait erat dengan meningkatnya usia harapan hidup (UHH). Pada tahun 2004, UHH penduduk Indonesia adalah 66,2 tahun, kemudian meningkat menjadi 69,4 pada tahun 2006. Diperkirakan pada tahun 2020 jumlah lansia akan mencapai 29 juta atau 11% dari total populasi.

B. Tujuan Pembelajaran1. Mengetahui pendekatan kesehatan lanjut usia.2. Mengetahui sumber pendidikan kesehatan lanjut usia.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pendekatan Perawatan Lanjut usia1. Pendekatan Fisik

Perawatan yang memperhatikan kesehatan objektif, kebutuhan-kebutuha yang dialami klien lanjut usia semasa hidupnya, perubahan fisik pada organ tubuh, tingkat kesehatan yang masih bisa dicapai dan dikmbangkan, dan penyakit yang dapat dicegah atau ditekan progresivitasnya.a. Klien yang lanjut usia yang masih aktif, yang keadaan fisiknya masih mampu bergerak tanpa bantuan orang lain sehingga untuk kebutuhan sehari-hari mampu melakukan sendiri.

b. Klien lanjut usia yang pasif atau tidak dapat bangun, yang keadaan fisiknya mengalami kelumpuhan atau sakit. Perawat harus mengetahui dasar perawatan klien lanjut usia ini terutama tentang hal-hal yang berhubungan dengan keberhasilan perorangan untuk mempertahankan kesehatannya. Kebersihan perorangan (personal hygiene) Sangat penting dalam mencegah timbulnya peradangan, mengingat sumber infeksi dapat timbul bila keberhasilan kurang mendapat perhatian.

Di samping itu, kemunduran kondisi fisik akibat proses ketuaan, dapat mempengaruhi tubuh terhadap gangguan atau serangan infeksi dari luar.

Adapun komponen pendekatan fisik yang lebih mendasar adalah memperhatikan dan memantu para klien lanjut usia untuk bernafas dengan lancar, makan (termasuk untuk mrmilih dan menentukan makanan), minum, melakukan eliminasi, tidur menjaga sikap tubuh waktu berjalan, duduk, merubah posisi tidur, beristirahat, kebersihan tubuh, memakai dan menukar pakaian, mempertahankan suhu badan, melindungi kulit dari kecelakaan.2. Pendekatan Psikis

Di sini perawat memiliki peranan penting untuk mengadakan pendekatn edukatif pada klien lanjut usia. Perawan dapat berperan sebagai supporter, interpreter, terhadap segala sesuau yang asing, sebagai penampung rahasia yang pribadi dan sebagia sahabat yang akrab. Perawat hendaknya memiliki kesabaran dan ketelitian dalam memberikan kesempatan dan waktu yang cukup banayak untuk menerima berbagai bentuk keluhan agar para lanjut usia merasa puas. Perawat harus selalu memegang prinsip Triple S, yaitu sabar, simpatis, dan servis.3. Pendekatan Sosial Budaya

Ahli sosiologi membuat "disengagement theory of aging" yang berarti bahwa ada proses pelepasan ikatan atau penarikan diri secara pelan-pelan tapi pasti dan teratur daripada individu-individu atau masyarakat terhadap satu sama lainnya, dan proses ini adalah terjadi secara alamiah dan tak dapat dihindarkan, dan hal ini akan terjadi dan berlangsung sampai kepada penarikan diri yang terakhir, yaitu mati. Teori lainnya adalah "Continuity Theory" yang berdasarkan atas asumsi bahwa "identity" adalah fungsi daripada hubungan dan interaksi dengan orang lain. Seseorang yang lebih sukses akan tetap memelihara interaksi dengan masyarakat setelah masa pensiunnya, melibatkan diri dengan wajar dengan masalah-masalah masyarakat, keluarga dan hubungan perseorangan. Mereka tetap memelihara identitasnya dan kekuatan egonya. Teori lainnya ialah "Activity Theory" yaitu yang menjelaskan bahwa orang yang masa mudanya sangat aktif dan terus juga memelihara keaktifannya setelah dia menua. Ahli jiwa mengatakan bahwa " sense of integrity" dibangun semasa muda dan akan tetap terpelihara sampai tua. Ericson, membuat suatu ringkasan tentang fase-fase perkembangan manusia sejak bayi sampai tua, yang mana tiap fase menerangkan tentang adanya krisis-krisis untuk memilih antara kearah mana seseorang akan berkembang. Dalam fase terakhir disebut bahwa ada pilihan antara " Sense of integrity" dan " Sense of despair" karena adanya rasa takut akan kematian. Pada masa tua terjadi krisis antara deferensiasi egonya (ego differentitation) melawan preokupasi peranannya dalam bekerja (work role preoccupation). Hal ini dipengaruhi oleh pikiran-pikiran tentang pensiun. Juga ditambahkan bahwa pada masa ini ada krisis, seseorang itu dapat membangun suatu hubungan-hubungan yang memuaskan dengan orang lain dan mengembangkan aktivitas-aktivitas yang kreatif untuk melawan pikiran-pikiran yang terpusat kepada kemunduran-kemunduran fisiknya. 4. Pendekatan Spiritual

Spiritual adalah suatu kepercayaan dalam hubungan antar manusia dengan beberapa kekuatan diatasnya, kreatif, kemuliaan atau sumber energi serta spiritual juga merupakan pencarian arti dalam kehidupan dan pengembangan dari nilai-nilai dan sistem kepercayaan seseorang yang mana akan terjadi konflik bila pemahamannya dibatasi. (Hanafi, djuariah. 2005).

Spiritual care berhubungan dengan teori Neuman. Neuman (1995) yang telah menggunakan teori rentang sehat-sakit (wellness-illness continuum) untuk mendefinisikan batasan sehat. Dimana, rentang sehat-sakit menempatkan kondisi kesehatan seseorang yang optimal pada titik tertentu dan kondisi sakit pada titik yang lain. Kesehatan klien disamakan dengan kemampuan klien untuk memelihara stabilitas yang optimal dan hal itu dilihat sebagai batasan normal.

Menurut Neuman (1990): sehat dalam suatu rentang merupakan tingkat kesejahteraan klien pada waktu tertentu , yang terdapat dalam rentang dan kondisi sejahtera yang optimal , dengan energi yang paling maksimum, sampai kondisi kematian yang menandakan habisnya energi total.

Berdasarkan fenomena diatas, ditekankan pada kepercayaan akan adanya tujuan dan makna hidup, adanya perasaan bertumbuh dan berkembang sebagai manusia, adanya kemampuan untuk mengatur kehidupan dan dunia sekitarnya dengan efektif, serta adanya tekad yang menunjukkan keteguhan hati akan membawa pasien kepada tingkat kesadaran spiritual yang lebih tinggi serta mempengaruhi sikap dan perilaku kearah lebih religius, pada akhirnya akan mempengaruhi sistem dalam tubuh. Spiritualitas dapat meningkatkan spirit, meningkatkan dan mempertahankan perasaan berharga dan pentingnya dalam kehidupan dan menerima kekurangan dimasa tua.

Bukti-bukti ilmiah tentang peran pendekatan spiritual terhadap respon imun tubuh telah banyak dilaporkan oleh peneliti di luar negeri. Suatu surve yang dilakukan oleh Sumalsy (2002) dan majalah USA Weekend menyatakan bahwa lebih dari 70 pasien percaya bila Tuhan memegang peran terhadap kesembuhan, percaya bahwa dengan doa dan dzikir (menyebut nama suci Tuhan) dapat membantu mempercepat proses penyembuhan penyakit.

Koenig HG et al. (2001) menyatakan sekitar 64% pasien menghendaki agar para dokter memberikan terapi psikoreligius dalam bentuk membimbing dalam berdoa dan berdzikir. Christy (1998) dalam bukunya berjudul Prayer as Medicine mengungkapkan pengaruh kegiatan spiritual terhadap kesadaran pasien, menjadi lebih tenang, pasrah, tegar dan pada akhirnya akan meningkatkan sistem imun tubuh.

Aktivitas-aktivitas spiritualitas dan sosial akan memberikan nilai tertinggi bagi lansia untuk menemukan kebermaknaan dan rasa harga dirinya, dengan banyak berdzikir dan melaksanakan ibadah sehari-hari lansia akan menjadi lebih tenang dalam hidupnya kecemasan akan kematian bisa direduksi. Dengan aktif dalam aktivitas sosial, seperti tergabung dalam paguyuban lansia atau karang werdha akan menjadi ajang bagi mereka untuk saling bertukar pikiran, berbagi pengalaman dan saling memberikan perhatian pada lansia untuk mencapai kualitas hidup yang maksimal. Pemenuhan kebutuhan spiritual pada lansia umumnya dengan mengisi waktu untuk beribadah. Melalui Ibadah lanjut Usia mendapat ketenangan jiwa, pencerahan dan kedamaian menghadapi hari tua. Pelayanan spiritual yang dilakukan oleh keluarga atau perawat dan petugas kesehatan lainnya adalah dengan menyediakan sarana dan peralatan ibadah. Aspek spiritual dapat terlihat dari bagaimana seseorang menjalani kehidupannya, mencakup nilai dan keyakinan yang dilaksanakan, hubungan dengan keluarga atau teman, dan kemampuan mencari harapan dan arti dalam hidup.

Spiritual bertindak sebagai suatu tema yang terintegrasi dalam kehidupan seseorang. Spiritual seseorang akan mempengaruhi cara pandangnya terhadap kesehatan dilihat dari perspektif yang luas. Kesehatan dipandang oleh beberapa orang sebagai suatu kemampuan untuk menjalani kehidupan secara utuh. Pelaksanaan perintah agama merupakan suatu cara seseorang berlatih secara spiritual.

Spiritualitas terkait dengan agama terlihat dengan adanya beberapa agama yang melarang penggunaan bentuk tindakan pengobatan tertentu, sehingga perawat harus memahami dimensi spiritual klien sehingga mereka dapat dilibatkan secara efektif dalam pelaksanaan asuhan keperawatan. Agama dapat memenuhi beberapa kebutuhan psikologis yang penting pada lansia dalam hal menghadapi kematian, menemukan dan mempertahankan perasaan berharga dan pentingnya dalam kehidupan, dan menerima kekurangan di masa tua. Secara sosial, komunitas agama memainkan peranan penting pada lansia, , seperti aktivitas sosial, dukungan sosial, dan kesempatan untuk menyandang peran sebagai guru atau pemimpin. Lansia dengan komitmen beragama yang sangat kuat cenderung mempunyai harga diri yang paling tinggi (Krase, 1995 dalam Papalia, 2003).B. Pendidikan Kesehatan Pada Lansia

Pendidikan kesehatan adalah suatu komponen keperawatan gerontology yang esensial. Fokus dan tujuan pendidikan kesehatan adalah untuk menggambarkan masalah, menyarankan perilaku koping dan memfasilitasi penguasaan dan pengendalian klien. Bagi lansia, pendidikan kesehatan ini mungkin untuk membantu orang yang mengalami penyakit kronis dalam beradaptasi terhadap penyakitnya, menghadapi masalah dan memahami proses yang berhubungan dengan penuaan. Hal ini juga berarti untuk membantu lansia mempertahankan kesehatan yang baik dan berfungsi mandiri serta hidup yang lebih sehat.

Upaya pendidikan kesehatan menekankan pencegahan penyakit, mempertahankan kemampuan yang ada dan mencegah kerusakan yang dapat mengakibatkan disabilitas.

Penelitian menunjukkan bahwa lansia menerima sebagian besar informasi kesehatan mereka dari media cetak, televise, anggota keluarga, teman dan dokter merupakan sumber umum berikutnya. Diindikasikan bahwa lansia membutuhkan informasi kesehatan yang lebih banyak, terutama dala masalah biaya, penyakit di usia tua dan pengobatan.1. Hambatan Pembelajaran Pada Lansia

a. Gangguan memeori

b. Gangguan penglihatan dan pendengaran

c. Keletihan

d. Kemampuan untuk belajar lebih lambat

e. Perasaan dan sikap

f. Penyakit, depresi, harga diri & budaya

g. Faktor sosiologis dan psikologis

2. Strategi Pendidikan Untuk Menyesuaikan Efek Fisik Penuaana. Dorong klien untuk menghubungkan materi materib. Tingkatkan waktu untuk mengajarkan, terutama untuk ketrampilan psikomotor

c. Hilangkan distraksi lingkungan, seperti proyektor dan tingkatan kenyamanan fisik

d. Pastikan kacamata bersih dan berada pada tempatnya

e. Dorong klien untuk memberikan respons verbal

f. Tetapkan tujuan yang mudah dijangkau

g. Berikan waktu bagi orang tersebut untuk berespons

h. Gunakan cahaya putih yang lembut untuk mengurangi sinar yang menyilaukani. Koreksi jawaban yang salah dengan sgera dan sring berikan penguatan untuk jawaban yang benar

j. Rangkum pada bagian akhir dan tinjau ualang semua pokok pokok utama

k. Tawarkan minuman yang bergizi dan berikan waktu untuk ke kamar amndi

l. Klarifikasi dengan contoh sehingga lansia dapat menghubungkannya dengan materiC. Sumber Pendidikan Kesehatan Pada Lansia1. Pedoman Pembinaan Pendidikan Kesehatan LansiaTujuan pembinaan kesehatan bagi kaum lanjut usia adalah meningkatkan derajat kesehatan dan mutu kehidupan untuk mencapai masa tua yang bahagia dalam kehidupan keluarga dan masyarakat sesuai dengan keberadaannya dalam masyarakat.

Mereka yang berusia 40-45 tahun ( menjelang usia lanjut/ masa virilitas) memerlukan informasi sebagai berikut :

a.Mengetahui sedini mungkin adanya akibat proses penuaan, misalnya adanya keluhan- keluhan, seperti : mulai jatuh atau jatuh berulang kali, mulai lelah, nyeri dada, berdebar- debar, sesak nafas waktu melakukan kerja fisik dan lain-lain.

b.Mengetahui pentingnya pemeriksaan kesehatan secara berskala.

c.Melakukan latihan kesegaran jasmani.

d.Melakukan diet dengan menu yang seimbang.

e.Meningkatkan kegiatan sosial dimasyarakat.

f.Meningkatkan ketakwaan kepada Tuhan yang Maha Esa.

Mereka yang berusia 55-64 tahun (masa pensiunan) memerlukan informasi, pengetahuan mengetahui hal- hal sebagai berikut :

a.Pemeriksaan kesehatan secara berkala.

b.Perawatan gigi seimbang.

c.Kegiatan olah raga/ kesegaran jasmani.

e.Perlunya berbagai alat bantu untuk tetap berdaya guna.

f.Pengembangan hubungan social dan masyarakat.

g.Peningkatan hubungan sosial dan masyarakat.

h.Peningkatan takwa kepada tuhan yang maha esa.

Mereka yang berusia 65 tahun keatas dan kelompok resiko tinggi memerlukan informasi pengetahuan sebagai berikut :

a.Pembinaan diri dalam hal pemenuhan kebutuhan pribadi aktifitas didalam maupun diluar rumah

b.Pemakaian alat bantu sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan yang ada pada lansia.

c.Pemeriksaan secara berkala.

d.Perawatan fisiotrapi dirumah sakit terdekat.

e.Latihan kesegaran jasmani.

f.Meningkatkan ketakwaan kepada tuhan yang maha esa.

Secara umum, tindakan-tindakan pencegahan praktis yang kira-kira dapat dijalankan adalah sebagai berikut :

a.Hindari berat badan yang terlalu berlebihan.

b.Pilih makanan yang sesuai dengan kebutuhan lansia.

c.Olah raga ringan dan teratur dilakukan.

d.Fektor resiko jaunting iskemik perlu dihindari.

e.Menghindari timbulnya kecelakaan.

f.Tindakan mengisi kehidupan dengan hal-hal yang positif.

g.Persiapan menghadapi pension.

h.Pemerikasaan kesehatan secara fisik.

2. Program Pemeliharaan Kesehatan

Program tiga sehat pada hakikatnya adalah sebuah program perilaku. Disebut tiga sehat karena mempunyai tiga komponen yaitu olahraga, gizi, dan mental. Ketiganya merupakan tritunggal. Untuk mendapatkan manfaat yang optimal, ketiganya harus dijalankan tanpa mengabaikan salah satu. Sebagai program perilaku keberhasilan program ini akan sangat tergantung niat dan ketentuan yang menjalankan.

Pokok kegiatannya sebagai berikut :

a.Olahraga

Olahraga secarateratur minimal tiga kali dalam seminggu yaitu berjalan kaki, kalau bisa dengan kecepatan 6km/jam selama 45 menit sampai 1 jam setiap kalinya, kecepatan ini disesuaikan dengan kemampuan yang penting adalah teraturnya olahraga tersebut dijalankan.

b.Diet

Dengan pedoman sebagai berikut :

1)Susunan makanan yang beraneka ragam.

2)Mengurangi konsumsi gula.

3)Mengurangi konsumsi garam.

4)Mengurangi konsumsi lemak.

5)Meningkatkan serat dan pati sebagai sumber kalori.

6)Untuk menjaga disiplin kiat yang dijalankan adalah tiga kali seminggu. Tidak mengkonsumsi makanan hewani. Sedangkan tiga kali dalam seminggu juga berpedoman pada apa yang disebutkan diatas.

c.Mental.

Dalam hakitkatnya dengan mental, diusahakan :

1)Tetap aktifitas scara mental.

2)Tetap aktifitas dalam kehudupan social.

3)Menerima proses menjadi tua dengan ikhlas dan menyesuaikan diri dengan realitas.

4)Meningkatkan kahidupan spiritual.3. Pelayanan dan penyuluhan kesehatan pada lansia.Pelayanan usia lanjut meliputi kegiatan dan upaya-upaya sebagai berkut :a. Upaya promotif, yaitu menggairahkan semangat hidup bagi usia lanjut agar mereka tetap dihargai dan tetap berguna bagi dirinya sendiri, keluarga maupun masyarakat. Upaya promotif dapat berupa kegiatan penyuluhan, dimana penyuluhan masyarakat usia lanjut merupakan hal yang penting sebagai penunjang program pembinaan kesehatan usia lanjut yang anatara lain adalah :

1) Kesehatan dan pemeliharaan kebersihan diri serta deteksi dini penurunan kondisi kesehatannya, teratur dan berkesinambungan memeriksakan kesehatannya ke puskesmas atau instansi pelayanan kesehatan lainnya.

2) Latihan fisik yang dilakukan secara teratur dan disesuaikan dengan kemampuan usia lanjut agar tetap merasa sehat dan segar.

3) Diet seimbang atau makanan dengan menu yang mengandung gizi seimbang.4) Pembinaan mental dalam meningkatkan ketaqwaan kepada Tuhan yang Maha Esa.5) Membina keterampilan agar dapat mengembangkan kegemaran atau hobinya secara teratur dan sesuai dengan kemampuannya.6) Meningkatkan kegiatan social di masyarakat atau mengadakan kelompok social.7) Hidup menghindarkan kebiasaan yang tidak baik seperti merokok, alcohol, kopi,kelelahan fisik dan mental.8) Penanggulangan masalah kesehatan sendiri secara benar.

b. Upaya preventif yaitu upaya pencegahan terhadap kemungkinan terjadinya penyakit penyakit maupun komplikasi penyakit yang disebabkan oleh proses ketuaan. Upaya preventif dapat berupa : :

1) Pemeriksaan kesehatan secara berkala dan teratur untuk menemukan secara dini penyakit-penyakit usia lanjut.

2) Kesegaran jasmani yang dilakukan secara teratur dan disesuaikan dengan kemampuan usia lanjut serta tetap merasa sehat dan bugar.

3) Penyuluhan tentang penggunaan berbagai alat bantu misalnya kacamata, alat bantu pendengaran agar usia lanjut tetap memberikan karya dan tetap merasa berguna.

4) Penyuluhan untuk pencegahan terhadap kemungkinan terjadi kecelakaan pada usia lanjut.

5) Pembinaan mental dalam meningkatkan ketakwaan kepada Tuhan yang Maha Esa.

c. Upaya kuratif yaitu upaya pengobatan pada usia lanjut dan dapat berupa kegiatan:

1) Pelayanan kesehatan dasar

2) Pelayanan kesehatan spesifikasi melalui system rujukan.

d. Upaya rehabilitative yaitu upaya mengembalikan fungsi organ yang telah menurun dapat berupa kegiatan :

1) Memberikan informasi, pengetahuan dan pelayanan tentang penggunaan berbagai alat bantu misalnya alat pendengaran dan lain-lain agar usia lanjut dapat membrikan karya dan tetap merasa berguna sesuai kebutuhan dan kemampuan.

2) Mengembalikan kepercayaan pada dri sendiri dan memperkuat mental penderita

3) Pembinaan usia dan hal pemenuhan kebutuhan pribadi, aktifitas didala maupun diluar rumah.

4) Nasihat cara hidup yang sesuai dengan penyakit yang diderita.

5) Perawatan fisioterapi.

BAB III

PENUTUPA. Kesimpulan

Pendidikan kesehatan adalah suatu komponen keperawatan gerontology yang esensial. Fokus dan tujuannya adalah: Untuk menggambarkan masalah, menyarankan perilaku koping, mefasilitasi penguasaan dan pengendalinan klien. Dalam hal ini bagi lansia pendidikan kesehatan tidak hanya untuk membantu orang yang mengalami penyakit krois dan beradaptasi terhadap penyakitnya, menghadapi masalah, dan memahami proses yang berhubungan dengan penuaan, tetapi juga berarti untuk membantu lansia mempertahankan kesehatan yang baik dan berfungsi mandiri serta hidup yang lebih panjang, hidup lebih sehat.

B. Saran

Kelompok menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini, masih banyak terdapat kekurangan, untuk itu kelompok sangat mengharapkankan saran dan kritik dari berbagai pihak agar kelompok bisa lebih baik ke depannya.DAFTAR PUSTAKA

Potter & Perry. 2005. Fundamental Keperawatan . Jakarta : EGC.

Stanley & Gauntlett.2007. Buku Ajar Keperawatan Georontik. Jakarta : EGC.

15