PENKES ekstasi

25
Laporan Praktikum Keperawatan Komunitas III – PSIK Universitas Jember 2015 LAPORAN PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG BAHAYA EKSTASI LAPORAN disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Komunitas III oleh: Agustin Dian Ratnasari NIM 122310101063 KEMENTRIAN PENDIDIKAN KESEHATAN DAN KEBUDAYAAN

description

kesehatan bahaya ekstasi pendidikan

Transcript of PENKES ekstasi

Page 1: PENKES ekstasi

Laporan Praktikum Keperawatan Komunitas III – PSIK Universitas Jember

2015

LAPORAN PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG BAHAYA EKSTASI

LAPORAN

disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Komunitas III

oleh:Agustin Dian Ratnasari

NIM 122310101063

KEMENTRIAN PENDIDIKAN KESEHATAN DAN KEBUDAYAANUNIVERSITAS JEMBER

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANAlamat Jl. Kalimantan No. 37 jember telp/fax. (03331)323450

2015

Page 2: PENKES ekstasi

Laporan Praktikum Keperawatan Komunitas III – PSIK Universitas Jember

2015

BAB 1PENDAHULUAN

1.1 Analisis Situasi1.1.1 Data Internasional dan Nasional Terkait Ekstasi

Narkotika di satu sisi merupakan obat atau bahan yang bermanfaat di bidang pelayanan kesehatan dan pengembangan ilmu pengetahuan Disisi lain , apabila disalahgunakan narkotika dapat menimbulkan ketergantungan dan akibat yang sangat merugikan bagi perseorangan atau masyarakat khususnya generasi muda (UU RI Nomor 35 Tahun 2009). Menurut United Nation Office on Drugs and Crime(UNODC) tahun 2006, pemakai narkotika didunia sebanyak 162,4 juta orang pada tahun 2008, diperkirakan terjadi peningkatan 4 % penyalahgunaan narkotika di seluruh dunia, dari 200 juta orang pada tahun 2006 menjadi 208 juta orang pada tahun 2007. Jumlah pengguna diperkirakan akan terus meningkat sampai dengan 2013, dari 24 % pengguna ditahun 2004 menjadi 28 % ditahun 2013. Sasaran utama peredaran narkotika yang sangat potensial bagi bandar atau pengedar narkotika adalah pelajar dan mahasiswa, dengan populasi yang cukup besar di dunia yaitu sekitar 16,9 juta orang pada tahun 2008 dan diperkirakan meningkat menjadi 22,3 juta orang pada tahun 2013. Di Amerika, hampir 90 % remajanya menggunakan zat atau obat -obatan, mulai dari alkohol, tembakau, marijuana sampai heroin. (Badan Narkotika Nasional dan Pusat Penelitian Universitas Indonesia, 2008).

Di Indonesia, penyalahgunaan zat atau obat-obatan cukup banyak, tercatat 622 kasus pada tahun 1997 meningkat menjadi 1833 kasus pada tahun 1999. Pada tahun 1999, RSKO menangani 80 % pasien berusia antara 16-24 tahun (Soetjiningsih, 2007). Jumlah penyalahgunaan narkotika sebanyak 3,1-3,6 juta orang atau dengan nilai rate sekitar 1,99% dari total seluruh penduduk Indonesia yang berisiko terpapar narkotika pada tahun 2008. Menurut data Markas besar Polisi Republik Indonesia(Mabes POLRI ) tahun 2003 tercatat dari tahun 1999 -2003 terdapat sebanyak 16408 kasus penyalahgunaan narkotika, dengan perincian ; 1883 kasus pada tahun 1999, 3478 kasus pada tahun 2000, 3617 kasus pada tahun 2001 , 3751 kasus pada tahun 2002 dan 3729 kasus pada tahun 2003 (Yurliani , 2007). Prevalensi penyalahgunaan narkotika di Indonesia mengalami peningkatan mulai 1,5 % penduduk Indonesia pada 2004 menjadi 2,8 % atau setara 5,6 Juta juta jiwa. Pada tahun 2008 sebanyak 2 juta orang, mayoritas berumur 20-25 tahun, dengan pengguna laki-laki yaitu 90 %, usia 20 -29 tahun sebanyak 68 % terdiri dari perempuan sebanyak 9 %, laki - laki 59 %, sebagian besar telah menyelesaikan jenjang pendidikan tinggi sebanyak 80 % . Sementara itu, jumlah kerawanan penyalahgunaan narkotik a pada 2008 hingga 2010, DKI Jakarta menempati urutan pertama dengan tingkat kerawanan konsumsi sebesar 4,76 dari total populasi 7 juta jiwa. Sementara Kalimantan Selatanberada pada ururtan ke 25 dengan tingkat kerawanan 1, 89 dari jumlah

Page 3: PENKES ekstasi

Laporan Praktikum Keperawatan Komunitas III – PSIK Universitas Jember

2015

populasi sebanyak 2 juta jiwa (Laporan Survei Penyalahgunaan Narkotika di Indonesia_Studi Kerugian Ekonomi, Sosial Akibat Narkotika Tahun 2008).

1.1.2 Data Lokal Hasil Pengkajian WilayahBerdasarkan pengkajian yang dilakukan mahasiswa Program Studi Ilmu

Keperawatan Universitas Jember pada mayarakat Desa Makmur , bahwa masih banyak masyarakat yang belum mengetahui mengenai apa itu ekstasi dan kurangnya pengetahuan mengenai apa saja efek samping yang akan ditimbulkan apabila mengkonsumsi ekstasi. Diperoleh data, ditemukan 5 lokasi pembuatan ekstasi dan 3 bulan yang lalu pihak keamanan menangkap 13 orang terkait peredaran obat terlarang tersebut.

1.2 Perumusan TujuanBerdasarkan data di atas didapatkan perumusan masalah sebagai berikut.1. Program apa yang dapat dilakukan untuk menurunkan angka kejadian

penggunaan ekstasi di Desa makmur?

BAB 2TUJUAN DAN MANFAAT

2.1 Tujuan 2.1.1 Tujuan Umum

Setelah dilakukan pendidikan kesehatan tentang bahaya ekstasi, tingkat kejadian ekstasi di Desa Makmur menurun.

2.1.2 Tujuan Khusus1. Masyarakat mampu menjelaskan tentang pengertian ekstasi 80%

dengan benar2. Masyarakat mampu menjelaskan mekanisme kerja ekstasi dalam

tubuh 80% dengan benar3. Masyarakat mampu menjelaskan tentang dampak atau bahaya yang

ditimbulkan ekstasi 80% dengan benar

2.2 Manfaat 1. Menambah pengetahuan tentang ekstasi pada masyarakat Desa

Makmur2. Meningkatkan pengetahuan mahasiswa tentang ekstasi yang akan

disampaikan ke masyarakat di Desa Makmur3. Mengetahui masalah kesehatan yang sedang terjadi di masyarakat

Page 4: PENKES ekstasi

Laporan Praktikum Keperawatan Komunitas III – PSIK Universitas Jember

2015

BAB 3KERANGKA PENYELESAIAN MASALAH

3.1 Dasar PemikiranEkstasi merupakan salah satu golongan psikotropika berbentuk kapsul atau

tablet. Kandungan yang terdapat dalam ekstasi adalah amfetamin. Di Indonesia ekstasi juga merupakan masalah yang sangat perlu diperhatikan, karena di desa makmur sudah ditemukan 13 orang tertangkap. Saya mengambil penyuluhan kesehatan tentang ekstasi untuk mencegah beredarnya pil ekstasidikalangan masyarakat karena masyarakat desa makmur banyak yang belum mengetahui tentang apa itu ekstasi dan ekstasi itu sendiri selain itu penyuluhan kesehatan yang diadakan ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam mengambil keputusan secara sadar yang mempengaruhi kesejahteraan diri, keluarga, dan masyarakat sendiri. Sehingga tercapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya dengan mengetahui bahaya dari ekstasi.

Ekstasi ini sangat berbahaya dan dapat menimbulakan beberapa reaksi seperti perasaan senang berlebihan, perasaan nyaman, mual-mual, berkeringat dan dehidrasi, meningkatkan kedekatan dengan orang lain, percaya diri dan kurang merusak otak dan mengganggu daya ingat, jika ekstasi tidak dicegah dan ditangani dengan baik akan berdampak bagi kesehatan karena bisa menyebabkan kematian. Oleh karena itu pendidikan kesehatan tentang bahaya ekstasi di desa makmur sangat diperlukan untuk mengurangi kejadian remaja yang mengkonsumsi ekstasi.

3.2 Kerangka Penyelesaian Masalah3.2.1 Kebijakan tentang narkotika dan obat-obat terangkum dalam undang-undang

republik indonesia nomor 35 tahun 2009 tentang narkotika pasal 60 yang berisi: a. Pemerintah melakukan pembinaan terhadap segala kegiatan yang

berhubungan dengan narkotika.b. Pembinaan meliputi upaya:

1. memenuhi ketersediaan narkotika untuk kepentingan pelayanan kesehatan dan/atau pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi;

2. mencegah penyalahgunaan narkotika; 3. mencegah generasi muda dan anak usia sekolah dalam penyalahgunaan narkotika, termasuk dengan memasukkan pendidikan yang berkaitan dengan narkotika dalam kurikulum sekolah dasar sampai lanjutan atas;

3. mendorong dan menunjang kegiatan penelitian dan/atau pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang narkotika untuk kepentingan pelayanan kesehatan; dan

4. meningkatkan kemampuan lembaga rehabilitasi medis bagi pecandu narkotika, baik yang diselenggarakan

3.2.2 Aturan-Aturan yang BerlakuAturan yang berlaku tentang ekstasi yaitu:

1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak

Page 5: PENKES ekstasi

Laporan Praktikum Keperawatan Komunitas III – PSIK Universitas Jember

2015

3. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan

4. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 1998 Tentang Pengamanan Sedíaan Farmasi Dan Alat Kesehatan

5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 585/MENKES/PER/IX/1989 Tentang Persetujuan Tindakan Medik

6. UU No. 35 Tahun 2009 tentang narkotika 7. UU No 22 Thn 1997 tentang Narkotika8. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika 9. Peraturan Presiden Nomor 17 Tahun 2002 tentang Badan Narkotika

Nasional

3.2.3 Alternatif Penyelesaian MasalahDalam Depkes (2004) alternatif penyelesaian masalah yang dapat dilakukan yaitu melalui beberapa strategi dibawah inia. Melakukan ekstensifikasi dan intensifikasi pencegahan penyalahgunaan

dan peredaran gelap Narkoba. Strategi yang dilakukan dengan cara membangun dan meningkatkan pengetahuan, pemahaman, dan kesadaran masyarakat terhadap bahaya penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba

b. Melakukan ekstensifikasi dan intensifikasi pemberdayaan masyarakat dalam pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba. Strategi yang dilakukan dengan cara mendorong peran serta masyarakat dalam menciptakan lingkungan bebas Narkoba Memfasilitasi penyediaan sarana terapi dan rehabilitasi bagi penyalahguna dan/atau pecandu Narkoba. Strategi yang dilakukan dengan cara meningkatkan kemampuan pelayanan terapi dan rehabilitasi bagi penyalahguna dan/atau pecandu Narkoba

c. Memberantas sindikat jaringan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba baik dari Luar maupun Dalam Negeri. Strategi yang dilakukan dengan cara memetakan dan mengungkap sindikat jaringan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba serta menyita aset pelaku tindak kejahatan Narkoba .

d. Meningkatkan tata kelola pemerintahan di Lingkungan Badan Narkotika Nasional. Strategi yang dilakukan dengan cara membangun budaya organisasi yang menjunjung tinggi Good Governance di lingkungan Badan Narkotika Nasional.

BAB 4RENCANA PELAKSANAAN KEGIATAN

4.1 Realisasi Penyelesaian MasalahMahasiswa atau pemateri melakukan pendidikan kesehatan kepada

masyarakat di Desa Makmur , khususnya terkait tentang ekstasi pada masyarakat. Pelaksanaan pendidikan kesehatan tersebut dengan cara menjelaskan secara

Page 6: PENKES ekstasi

Laporan Praktikum Keperawatan Komunitas III – PSIK Universitas Jember

2015

langsung dan memberikan materi penyuluhan dalam bentuk leaflet agar klien mampu mengetahui dan memahami terkait ekstasi.

Penyusunan program kegiatan pemberian pendidikan kesehatan pada klien yang mempunyai balita dengan ekstasi di Desa Makmur didasarkan atas program yang telah dibuat dan dipersiapkan oleh pemateri. Adapun hal-hal yang dipersiapkan meliputi:

a. Survei atau penjajakan di lapangan. Hal ini bertujuan untuk mengetahui dan memahami situasi dan kondisi setempat serta keadaan mengenai waktu penyelenggaraan kegiatan pelatihan

b. Mempersiapkan materi atau topik bahasan untuk penyuluhan atau pendidikan kesehatan, yang meliputi:

1) Ekstasi (pengertian, mekanisme kerja ekstasi dalam tubuh, bahaya penggunaan ekstasi)

2) Kegiatan berupa penyuluhan atau pendidikan kesehatan dan diskusi tentang apa yang telah disebutkan diatas untuk mengatasi ekstasi pada masyarakat desa makmur. kegiatan dilakukan pada tanggal 11 maret 2015, yang diikuti oleh masyarakat di Desa Makmur

4.2 Khalayak Sasaran Khalayak sasaran dari kegiatan pelaksanaan kegiatan pemberian

pendidikan kesehatan tentang ekstasi ini adalah masyarakat Desa Makmur, dan beserta perwakilan satu anggota keluraga akan dikumpulkan / berkumpul di Balai Desa dan kemudian diberikan pendidikan kesehatan ekstasi.

4.3 Metode Yang DigunakanMetode yang digunakan memberikan pendidikan kesehatan untuk

menyelesaikan masalah kesehatan yang ada di Desa Makmur adalah dengan metode ceramah kontruktivisme dengan durasi waktu 15 menit, sehingga masalah kesehatan masyarakat desa makmur terkait ekstasi akan menurun.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia. 2004. Pedoman pencegahan narkoba.

Curran , H.V., 2000. Is MDMA (‘Ekstasi’) Neurotoxic in Humans An Overvi

ed.Asia: McGraw Hill, ew of Evidence and of Methodological Problems in Research, Neuropsychobiology

Depkes RI. 2004. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 128/MENKES/SK/II/2004 ttg Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat. Jakarta

Page 7: PENKES ekstasi

Laporan Praktikum Keperawatan Komunitas III – PSIK Universitas Jember

2015

Goldman, H.H. ,1994. Neurotransmitter, Review of General Psychiatri ed. USA:Appleton & Lange

Huizink, A.C, Ferdinand R. F.,Ende, J.V.R ,Verhulst, F.C. , 2006. Symptoms of anxiety and depression in childhood and use of MDMA: prospective, population based study British Medical Journal

Katzung, B.G. 2007. Ecstasy (MDMA), Basic and Clinical Pharmacology

Laporan Survei.2008. Penyalahgunaan Narkotika di Indonesia_Studi Kerugian Ekonomi, Sosial Akibat Narkotika Tahun. diakses 12 Januari 2015; http://www.BPK.co.id

Undang-undang R.I. Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika beserta Penjelasannya. Bandung: Citra Umbara.

Yurliani, 2007. Gambaran social support pecandu narkoba, Jurnal Psikologi Volume 3, No.2 Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara.

Daftar LampiranLampiran 1 : Berita AcaraLampiran 2 : Daftar HadirLampiran 3 : SAPLampiran 4 : MateriLampiran 5 : Lefleat

Pemateri

Agustin dian RatnasariNIM 122310101063

Page 8: PENKES ekstasi

Laporan Praktikum Keperawatan Komunitas III – PSIK Universitas Jember

2015

Lampiran 1: Berita Acara

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANUNIVERSITAS JEMBERPROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANT.A 2014/2015

BERITA ACARAPada hari ini, Rabu tanggal 11 Bulan Maret tahun 2015 jam 06.30 s/d 07.00 WIB bertempat di Balai Desa Makmur Kecamatan Sumbersari Kabupaten/Kota Jember Propinsi Jawa Timur telah dilaksanakan Kegiatan Pendidikan Kesehatan Tentang bahaya penggunaan ekstasi Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Jember. Kegiatan ini diikuti oleh 10 orang (daftar hadir terlampir)

Jember, 11 Maret 2015

Mengetahui,

Kepala Kelurahan Tutor PSIK Desa Makmur UniversitasJember

Ns. Latifa Aini S., M. Kep., Sp.Kom NIP 1971 0926 200912 2001

Page 9: PENKES ekstasi

Laporan Praktikum Keperawatan Komunitas III – PSIK Universitas Jember

2015

Lampiran 2: Daftar Hadir

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANUNIVERSITAS JEMBERPROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANT.A 2014/2015

DAFTAR HADIRKegiatan Pendidikan Kesehatan Tentang bahaya penggunaan ekstasi pada masyarakat oleh Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Jember. Pada hari ini, Rabu tanggal 11 Bulan Maret tahun 2015 jam 06.30 s/d 07.00 WIB bertempat di Balai Desa Makmur Kecamatan Sumbersari Kabupaten/Kota Jember Propinsi Jawa Timur.

NO NAMA ALAMAT TANDA TANGAN

1. 1.2. 2.3. 3.4. 4.5. 5.6. 6.7. 7.8. 8.9. 9.10. 10.

Jember, 11 Maret 2015Mengetahui,

Kepala Kelurahan Tutor PSIK Desa Makmur UniversitasJember

Ns. Latifa Aini S., M. Kep., Sp.KomNIP 1971 0926 200912 2001

Page 10: PENKES ekstasi

Laporan Praktikum Keperawatan Komunitas III – PSIK Universitas Jember

2015

Lampiran 3SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Topik/materi : Pendidikan Kesehatan tentang bahaya penggunaan ekstasi Sasaran : Masyarakat di lingkungan Desa MakmurWaktu : 06.30-07.00 WIB (1 x 15 menit)Hari/Tanggal : Selasa, 11 Maret 2015Tempat : Balai Desa Makmur

1. Standar KompetensiSetelah diberikan pendidikan kesehatan selama 1 x 15 menit, masyarakat

mampu mengetahui dan memahami tentang ekstasi 2. Kompetensi DasarSetelah diberikan pendidikan kesehatan selama 1 x 15 menit, masyarakat mampu mengetahui dan memahami serta mampu menjelaskan tentang pengertian ekstasi, mekanisme kerja ekstasi dalam tubuh, bahaya penggunaan ekstasi, minimal 85% dengan benar.3. Pokok Bahasan

Ekstasi 4. Subpokok Bahasan

a. Pengertian ekstasib. mekanisme kerja ekstasi dalam tubuh c. bahaya penggunaan ekstasi

5. Waktu1 x 15 menit

6. Bahan/Alat yang Diperlukana. Materi: handoutb. Leaflet

7. Model Pembelajarana. Jenis model pembelajaran : Ceramahb. Landasan teori : Kontruktivismec. Langkah pokok :

1) menciptakan suasana kelas yang baik;2) mengajukan masalah;3) membuat keputusan nilai personal (individual);4) mengidentifikasi pilihan tindakan;5) memberi komentar;6) menetapkan tindak lanjut.

8. PersiapanPenyuluh mencari artikel tentang epidemiologi kasus pengguna EKSTASI saat ini

Page 11: PENKES ekstasi

Laporan Praktikum Keperawatan Komunitas III – PSIK Universitas Jember

2015

9. Kegiatan Pendidikan Kesehatan

ProsesTindakan

WaktuKegiatan Penyuluh Kegiatan Peserta

Pendahuluan 1) Memberikan salam, memperkenalkan diri, dan membuka kegiatan pemberian pendidikan kesehatan

2) Menjelaskan tujuan umum dan tujuan khusus pemberian pendidikan kesehatan

Mendengarkan dan menjawab salam

Memperhatikan

2 menit

Penyajian Pelaksanaan:1) Menjelaskan materi

pendidikan kesehatan tentang: pengertian ekstasi a. Diskusikan dengan

audience tentang pengertian ekstasi

b. Anjurkan salah satu audience untuk mengungkapkan kembali pengertian ekstasi

c. Beri pujian atas kemampuan audience

2) Menjelaskan mekanisme kerja dalam tubuh

a. Identifikasi bersama audience mekanisme kerja ekstasi dalam tubuh

b. Beri pujian atas kemampuan audience

3) Menjelaskan bahaya penggunaan ekstasia. Diskusikan dengan

audience bahaya penggunaan ekstasi

b. Minta audience untuk mengulangi bahaya penggunaan ekstasi

c. Beri pujian atas kemampuan audience

Memperhatikan

Memberikan pertanyaan

Memperhatikan dan memberi tanggapan

Memperhatikan dan memberi tanggapan

Memperhatikan

MemperhatikanMemperhatikan dan memberi tanggapan

MemperhatikanMemberikan jawaban atau tanggapan

Memperhatikan dan memberi tanggapan

Memperhatikan

10 menit

Penutup 1) Menutup pertemuan dengan memberikan kesempatan pada audience untuk memberikan pertanyaan tentang materi yang baru dijelaskan.

2) Melakukan evaluasi dengan

Memperhatikan dan memberikan pertanyaan

Memperhatikan dan memberikan

3 menit

Page 12: PENKES ekstasi

Laporan Praktikum Keperawatan Komunitas III – PSIK Universitas Jember

2015

meminta audience untuk menyimpulkan hasil diskusi dari penyuluhan yang telah dilakukan.

3) Memberikan pujian kepada audience yang telah bersedia menyimpulkan hasil diskusi.

4) Membagikan leafleat dan meminta audience sebagai evaluasi penyuluhan

5) Menutup pertemuan dan memberikan salam.

kesimpulanMemperhatikan

Memperhatikan Memperhatikan dan membalas salam

Lampiran 4

BAHAYA PENGGUNAAN EKSTASI

1. Pengertian Ekstasi

Page 13: PENKES ekstasi

Laporan Praktikum Keperawatan Komunitas III – PSIK Universitas Jember

2015

1. Ekstasi adalah sebagai suatu zat bersifat stimulan yang merupakan analogis dari amfetamin (Goldman, 1994)

2. Ekstasi merupakan salah satu golongan psikotropika berbentuk kapsul atau tablet. Kandungan yang terdapat dalam ekstasi adalah amfetamin

3. Ekstasi atau nama lainnya 3,4-metilenedioksimetamfetamin ( MDMA) Merupakan salah sejenis zat yang sering disalah gunakan oleh masyarakat terutama golongan remaja untuk berbagai tujuan

4. Ekstasi adalah obat ilegal yang bertindak baik sebagai stimulan dan psychedelic, menghasilkan efek energi, serta distorsi dalam waktu dan persepsi dan kenikmatan ditingkatkan dari pengalaman taktil.

5. Ekstasi merupakan salah satu obat bius yang dibuat secara illegal di sebuah laboratorium dalam bentuk tablet dan kapsul.

6. Ekstasi merupakan suatu sintetik yang analogis dengan amfetamin C11H15NO2 yang digunakan untuk meningkatkan mood seseorang dan agen halusinasi

2. Mekanisme kerja ekstasi dalam tubuh1. Menurut pakar farmakologi amphetamin dan turunannya (termasuk

ecstacy) merupakan bahan neurotransmitter (pengantar rangsang) simpatik, yang merangsang organ jantung dan otak.

2. Zat ini merangsang pengeluaran adrenalin dan nor adrenalin yang mengakibatkan kerja jantung semakin keras, yang ditandai dengan rasa berdebar-debar, pembuluh darah menciut dan tekanan darah naik.

3. Di otak zat tersebut menyebabkan rasa "alert" (waspada, curiga dan berjaga-jaga), sehingga orang yang meminumnya tidak terserang rasa mengantuk. Adrenalin dan nor adrenalin merupakan hormon yang berfungsi mengubah glukosa menjadi energi. Hal inilah yang menyebabkan pemakai ecstacy selalu mempunyai energi untuk beraktivitas tanpa kenal lelah. Padahal perubahan untuk membentuk energi itu sangat berbahaya, karena tidak berlangsung alamiah, atau dipaksakan. Setelah menelan pil ini, suhu tubuh meningkat dan rasa panas menjalar ke seluruh tubuh.

3. Bahaya penggunaan Ekstasi1. efek pengguna ekstasi ada 2 yaitu efek secara langsung dan jangka panjang

a. secara langsung adalah perasaan senang berlebihan, perasaan nyaman, mual-mual, berkeringat dan dehidrasi, meningkatkan kedekatan dengan orang lain, percaya diri dan kurang mampu mengendalikan diri, suka menggertakkan dan menggesek gigi, Paranoia, kebingungan, meningkatnya denyut jantung, suhu tubuh dan tekanan darah, pusing, pingsan atau suka bercanda yang tidak lucu.

b. Jangka panjang diantaranya adalah merusak otak dan mengganggu daya ingat, membahayakan otak yang berfungsi untuk berpikir cepat dan

Page 14: PENKES ekstasi

Laporan Praktikum Keperawatan Komunitas III – PSIK Universitas Jember

2015

pembelajaran, menyebabkan kerusakan jantung dan hati, mengalami depresi ekstrim dan ganngguan mental. Bahaya dan pengaruh lainnya adalah menyebabkan ketergantungan, Hubungan Kelamin dan Penyakit Kelamin Menular.

2. Dampak Ekstasi pada organ tubuh manusia akan terjadi pada :

a. Otak Pada otak zat ini akan memacu kerja dengan keras sehingga orang akan sulit untuk dikendalikan karena sudah tidak mempunyai rasa malu.

b. GinjalPemakaian ekstasi yang cukup sering bisa membahayakan ginjal, dalam hal ini zat tersebut secara mendadak akan mengakibatkan gagal ginjal.

c. HatiPemakaian ekstasi yang cukup sering akan membahayakan hati, dalam hal ini bahan-bahan kimia yang terkandung dalam ekstasi bisa melemahkan aktifitas sel-sel yang membentuknya, akibatnya tubuh menjadi rentan terhadap penyakit seperti hepatitis.

d. KulitPemakaian ekstasi yang cukup sering berpengaruh pada pembuluh darah, dalam hal pembuluh darah akan mengalami pemanasan berlebihan dan pecah. Perdarahan yang terjadi di dalam tubuh akan mengakibatkan permukaan kulit khususnya wajah akan mengalami bercak-bercak merah.

e. sistem kardiovaskuler dengan penggunaan yang sedang , tetap dapat menyebabkan perubahan di mana penggunaan Ekstasi menyebabkan peningkatan sistol dan diastol tekanan darah (Gamma et al, 2000)

f. penggunaan ekstasi dapat menimbulkan penurunan selera makan, peningkatan keringat, sensitif terhadap suhu yang dingin, mulut menjadi kering, sering dahaga, palpitasi dan sulit untuk konsentrasi (Curran , H.V., 2000)

g. Hipertermia Akibatnya, mereka akan coba kompensasi keadaan ini dengan meminum air yang banyak. Namun, hal ini lebih membahayakan karena akan menyebabkan intoksikasi air seterusnya memicu kepada hiponatremia yang berat, kejang dan dapat berakibat fatal ( Katzung, 2007).

Page 15: PENKES ekstasi

Laporan Praktikum Keperawatan Komunitas III – PSIK Universitas Jember

2015

Page 16: PENKES ekstasi

Laporan Praktikum Keperawatan Komunitas III – PSIK Universitas Jember

2015

Lampiran 5 (leafleat)