RITUAL KEAGAMAAN DALAM PENGOBATAN ALTERNATIF...

104
RITUAL KEAGAMAAN DALAM PENGOBATAN ALTERNATIF PADEPOKAN BANYU BIRU DI KOTA SURAKARTA JAWA TENGAH Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin Jurusan Studi Agama-agama, Sebagai Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag) Oleh: Nama : Wahyu NIM : 11140321000040 JURUSAN STUDI AGAMA-AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1439 H/2018 M

Transcript of RITUAL KEAGAMAAN DALAM PENGOBATAN ALTERNATIF...

RITUAL KEAGAMAAN DALAM PENGOBATAN ALTERNATIF

PADEPOKAN BANYU BIRU DI KOTA SURAKARTA JAWA TENGAH

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin Jurusan Studi Agama-agama,

Sebagai Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag)

Oleh:

Nama : Wahyu

NIM : 11140321000040

JURUSAN STUDI AGAMA-AGAMA

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1439 H/2018 M

iv

ABSTRAK

WAHYU Ritual Keagamaan Dalam Pengobatan Alternatif Padepokan

Banyu Biru Di Kota Surakarta Jawa Tengah. Skripsi, Jakarta :Jurusan Studi

Agama-agama Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2018.

Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan Ritual Keagamaan Dalam

Pengobatan Alternatif, dalam proses pengobatannya tidak terlepas dari cara ajaran

Islam yang diakulturasikan dengan ajaran Hindu Budha. Dalam hal ini penulis

berusaha memahami Padepokan Banyu Biru yang melayani berbagai keluhan

pasien. Secara umum berbicara soal Padepokan Banyu Biru sangat menarik

dengan pelayanan yang ada seperti : Pengasihan, Pagar diri, Pagar rumah,

Penglaris, Pengobatan Alternatif semua penanganannya mengandung Akulturasi

agama dan Budaya.

Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (Field Research) yang

bersifat Kualitatif Deskriftif, sumber data dan informasi penulis dapatkan dari

proses wawancara langsung maupun dari buku-buku yang sesuai dengan tema dan

judul yang diangkat penelitian ini menggunakan dua pendekatan yaitu pendekatan

Sosiologis dan Antropologis. Penulis berusaha menjelaskan hasil penelitian

berdasarkan pengamatan yang telah penulis lakukan selama 10 hari di kota

Surakarta Jawa Tengah yaitu terhitung tanggal 8 Juni 2018 hingga 16 Juni 2018

Hasil dari penelitian ini adalah menghasilkan sebuah akulturasi budaya

dan agama yang sangat apik yang ada pada ajaran Padepokan Banyu Biru. Hal ini

dapat dilihat dalam ritual keagamaan pengobatan alternatif.

Kata Kunci : Akulturasi, Padepokan Banyu Biru

v

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah Rabb al-alamin, segala puji bagi Allah yang senantiasa

memberikan karunia dan rahmat-Nya, yang telah memberikan anugerah-Nya

sehingga penulis masih diberikan kesempatan menulis dan menyelesaikan skripsi.

Tak terlupa shalawat serta salam kepada Nabi Muhammad SAW beserta

keluarganya, para sahabatnya dan para pengikutnya.

Tidaklah mudah bagi penulis untuk menyusun skripsi ini, meskipun

banyak rintangan penulis bertekad dan berusaha untuk menyelesaikan skripsi ini

agar dapat mengajukan salah satu syarat kelulusan dalam jenjang perkuliahan

Strata 1 Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Dan rasa bahagia

tersendiri bagi penulis karena menulis karya ini berkat jerih payah penulis sendiri.

Sudah sepatutnya penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan

penghargaan yang tulus kepada semua pihak yang telah membantu kelancaran

penyelesaian skripsi ini. Bantuan dan dukungan mereka meringankan beban

penulis selama menyusun skripsi ini. Meskipun tidak dapat penulis sebutkan satu

persatu semua pihak yang telah membantu, setidaknya penulis merasa perlu

menyebutkan sejumlah nama, yaitu:

1. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA, selaku rektor Universitas Islam Negeri Sya-

rif Hidayatullah Jakarta.

2. Prof. Dr. Masri Mansoer, MA., selaku Dekan Fakultas Ushuluddin Uni-

versitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Dr. Media Zainul Bahri, MA., selaku ketua jurusan Studi Agama-Agama,

Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

yang telah memberikan beberapa masukan yang sangat bermakna.

4. Dra. Halimah SM, M.Ag., selaku Sekretaris Jurusan Studi Agama-Agama,

Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Dr. M. Amin Nurdin, MA., selaku pembimbing skripsi saya yang sejak

awal penyusunan dengan ketulusan hati dan tidak pernah bosan

vi

memberikan perhatian dan dorongan yang luas untuk menyelesaikan tugas

akhir ini.

6. Prof. Dr. M. Ikhsan Tanggok, M. Si., selaku penasihat akademik yang

telah memberikan pengarahan dan bimbingan dalam proses penulisan.

7. Segenap jajaran dosen dan guru besar Studi Agama-Agama yang telah

memberikan ilmu serta wejangan yang tiada tara manfaatnya.

8. Danan Tambunan, Leader DTP yang telah banyak membantu penulis

dalam hal materi atau non materi hingga penulis bisa menyelesaikan

penelitian dengan baik.

9. Teguh Ariyanto orang yang dituakan di Padepokan Banyu Biru Solo yang

sudah bersedia menerima penulis untuk melakukan penelitian di lokasi

tersebut.

10. Saryanto, Siswandi, Joko, Ancun, Nurul Ijati, Pak de Kebo yang telah

banyak membantu penulis serta memberikan pelajaran yang berarti ter-

hadap penulis selama berada di lokasi penelitian.

11. Keluarga tercinta, terimakasih tiada tara untuk kedua orang tua penulis.

Untuk Ibu dan Bapak yang selalu memberikan motivasi, nasihat, cinta, dan

perhatian serta kasih sayang dan doa yang senantiasa kalian panjatkan

untuk penulis yang tentunya tidak akan mampu penulis balas dengan

apapun..

12. Teman seperjuanagn penulis IMM Ciputat Dodi Mario Akbar, yang selalu

memberikan suasana hangat dan ceria, Eef Alimudin, Riki Setiawan yang

setia menanyakan kapan wisuda hingga penulis tergerak hatinya untuk

mnyelesaikan tugas akhir kampus, Dian Damayanti, Rani, Sibad, Roro,

Teman yang selalu saling memberikan motivasi agar segera diselesaikan

tahap demi tahap untuk menuju kemerdekaan.

13. Teman-teman seperjungan Pimipinan Cabang IMM Ciputat periode 2018-

2019 Deni Sopiansyah, Nunu Nurseha, Wildan Zainudin, Imamul Khairi,

Ari Aprian H, Abdul, Hafidz, Irsyad, Najma, Tita, Nurhatinah, Yella yang

memberikan kesan yang sangat luar biasa saat berposes di organisasi, serta

organisasi KPA, KPMDB, dan team DTP

vii

14. Teman-teman seperjuangan Comparative Religion 2014 yang memberikan

keceriaan dan kebahagiaan selama menuntut ilmu di Studi Agama-agama.

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi yang penulis buat dapat ber-

manfaat bagi pembaca, penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini

masih banyak sekali terdapat kekurangan yang perlu disempurnakan, untuk itu

penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari para

pembaca demi sebuah proses kesempurnaan.

Jakarta, 12 Novenber 2018

Penulis

viii

DAFTAR ISI

SURAT PERNYATAAN ....................................................................................... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ....................................................................... ii

PENGESAHAN PANITIA UJIAN ..................................................................... iii

ABSTRAK ............................................................................................................ iv

KATA PENGANTAR ............................................................................................ v

DAFTAR ISI ....................................................................................................... viii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

A. Latar Belakang .............................................................................................. 1

B. Identifikasi Masalah ...................................................................................... 4

C. Rumusan Masalah ......................................................................................... 4

D. Tujuan Penelitian .......................................................................................... 4

E. Manfaat Penelitian ........................................................................................ 5

F. Tinjauan Pustaka ........................................................................................... 6

G. Metodologi Penelitian .................................................................................. 6

H. Sistematika Penulisan ................................................................................. 10

BAB II SEJARAH SINGKAT PENGOBATAN ALTERNATIF

PADEPOKAN BANYU BIRU ............................................................................ 11

A. Pengobatan Alternatif.................................................................................. 11

1. Pengertian Pengobatan Alternatif........................................................ 11

2. Faktor yang mempengaruhi pasien memilih pengobatan alternatif .... 12

3. Jenis-jenis Pengobatan Alternatif ........................................................ 14

4. Upaya Standarisasi Pengobatan Alternatif .......................................... 17

ix

B. Sejarah Padepokan Banyu Biru Solo .......................................................... 18

BAB III PELAYANAN PENGOBATAN SECARA MAGIS PADEPOKAN

BANYU BIRU ...................................................................................................... 20

A. Kegiatan Padepokan .................................................................................... 20

1. Wirid Rutin .......................................................................................... 20

2. Jamasan Pusaka di Malam Satu Suro .................................................. 21

3. Ngerawuhaken Eyang Padepokan Banyu Biru ................................... 23

4. Sowan ke Tempat Eyang ..................................................................... 24

B. Jenis-jenis Pelayanan Padepokan Banyu Biru ............................................ 24

1. Pengobatan Alternatif .......................................................................... 24

2. Pagar Diri ............................................................................................ 26

3. Pengasihan ........................................................................................... 28

4. Penglaris .............................................................................................. 30

BAB IV RITUAL KEAGAMAAN PENGOBATAN ALTERNATIF

PADEPOKAN BANYU BIRU ............................................................................ 32

A. Motivasi Para Cantrik Mengikuti Padepokan Banyu Biru .......................... 32

1. Faktor Agama ...................................................................................... 34

2. Terpenuhinya kebutuhan manusia ....................................................... 35

B. Ritual Keagamaan Pengobatan Alternatif Padepokan Banyu Biru ............. 36

1. Terapi .................................................................................................. 36

2. Media Air ............................................................................................ 38

3. Jamasan ............................................................................................... 42

4. Bancaan atau Potong Tumpeng ........................................................... 43

x

C. Kontroversi Pengobatan Alternatif Secara Magis ....................................... 49

1. Pendapat Yang Membolehkan ............................................................ 50

2. Pendapat yang melarang...................................................................... 51

D. Respon Pasien terhadap pengobatan Alternatif Padepokan ........................ 55

BAB V PENUTUP ................................................................................................ 58

A. Kesimpulan ................................................................................................. 58

B. Saran ............................................................................................................ 60

C. Kata Penutup ............................................................................................... 60

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 61

LAMPIRAN-LAMPIRAN .................................................................................. 64

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyembuhan terhadap suatu penyakit di dalam sebuah masyarakat

dilakukan dengan cara-cara yang berlaku di dalam masyarakat sesuai kepercayaan

masyarakat tersebut. Ketika manusia menghadapi berbagai masalah di dalam

hidup, di antaranya sakit, manusia berusaha untuk mencari obat untuk

kesembuhan penyakit itu. Bukan hanya pengalaman, faktor sosial budaya, dan

faktor ekonomi yang mendorong seseorang mencari pengobatan. Akan tetapi

organisasi sistem pelayanan kesehatan, baik moderen maupun tradisional, sangat

menentukan dan berpengaruh terhadap prilaku mencari pengobatan.

Secara umum, Kalangie membagi sistem medis ke dalam dua golongan

besar, yaitu sistem medis Ilmiah yang merupakan hasil perkembangan ilmu

pengetahuan (terutama dalam dunia barat) dan sistem non medis Tradisional yang

berasal dari aneka warna kebudayaan manusia. Pengobatan kedokteran berbasis

pembuktian ilmiah, sedangkan pengobatan tradisional berdasarkan kearifan lokal

yang berasal dari kebudayaan masyarakat, termasuk diantaranya pengobatan

secara magis, yang dalam mengobati penyakit menggunakan tenaga gaib atau

kekuatan supranatural. Pengobatan maupun diagnosis yang dilakukan paranormal

selalu identik dengan campur tangan kekuatan gaib ataupun yang memadukan

antara kekuatan rasio dan batin.1

Salah satu ciri pengobatan secara magis adalah penggunaan doa-doa atau

bacaan-bacaan, air putih yang diisi rapalan doa-doa yang dipercaya memiliki

kekuatan. Pada masyarakat Bugis dan Makasar, orang yang ahli mengobati

penyakit secara tradisional dipanggil sanro, yang juga berarti paranormal.

Kepercayaan kepada paranormal dan praktek paranormal merupakan local

beliefs, yang tertanam dalam kebudayaan suatu masyarakat. Sebagai local beliefs

keduanya (paranormal dan praktek paranormal) tak bisa dinilai dari sudut pandang

1Kalangie Nico S, pakar Antropologi Medis, suatu kajian umum mengenali pola penyakit

dalam konteks perubahan-perubahan Sosiobudaya dan Lingkungan hidup, (Jakarat: UI Press).

2

rasionalitas ilmu karena punya nalar dan logika sendiri yang disebut rationality

behind irrationality. Orang yang kemudian mempercayai paranormal dan praktek

paranormal tidak lantas digolongkan ke dalam masyarakat tradisional atau tribal,

yang melambangkan keterbelakangan.

Pengobatan secara magis masih menjadi suatu yang integral dan sulit

terpisahkan dari kehidupan sebagian masyarakat pedesaan dan juga perkotaan.

Pengobatan secara magis telah membudaya dan ada yang menjadikan sebagai

sebuah tradisi dalam lingkungan masyarakat. Pengobatan secara magis telah

menjadi bagian sistem kognitif masyarakat, yang terdiri atas pengetahuan,

kepercayaan, gagasan dan nilai yang berada dalam pikiran anggot a-anggota

individual masyarakat.2

Semua masyarakat dan kebudayaan pasti memiliki pengetahuan tentang

kesehatan dan penyakit (sistem medis) karena penyakit selalu ditemui dalam

kehidupan manusia di manapun. Sistem medis dalam masyarakat dapat berupa

sistem modes moderen yang berlandaskan pada rasionalitas dan kajian ilmiah

maupun sistem medis tradisional yang diturunkan secara turun-temurun. Apabila

dalam sistem medis moderen terdapat dokter sebagai praktisi penyembuh, maka

pada sistem tradisional juga terdapat pula praktisi penyembuh. Para praktisi

penyembuhan tradisional dalam kepustakaan antropologi lazim disebut sebagai

Shaman. Setiap kebudayaan memiliki istilah yang berbeda-beda untuk menyebut

Shaman. Di Aritama, sebuah desa Mestizo di Colombia, seorang penyembuh

disebut Curioso, di Spanyol disebut Saludodor, di Cina disebut Shinshe dan di

Jawa dikenal Dukun.3

Kesehatan merupakan salah satu faktor utama yang dapat mempengaruhi

kebugaran dan penampilan tubuh, serta harta yang paling berharga yang tidak

pernah bisa ditukar dengan apapun. Oleh karena itu setiap orang tentu

mendambakan hidup sehat bahagia dan ingin selalu tampak sehat, bugar,

penampilan yang bagus dan awet muda, saat ini banyak penyakit yang diderita

2 Muhammad Irfan Syuhudi, Etnografi Dukun: Studi Antropologi tentang praktek

pengobatan dukun di kota Makasar. 3Foster, Geoge M dan Barbara Gallatin Anderson, Antropologi Kesehatan, Terjemahan

Piyanti Pakan Surya Darma dan Meutia F. Hatta. (Jakarat: UI Press).

3

tidak disebabkan oleh kuman, virus, atau bakteri tetapi lebih disebabkan oleh

kebiasaan atau pola hidup tidak sehat dan juga penyakit yang tidak bisa dilihat

oleh kasat mata.

Perihal sakit yang diderita oleh setiap orang, khususnya penyakit non fisik,

yang tak nampak, yang tidak bisa dilihat oleh kasat mata, penangannya hanya

bisa dilakukan dengan pengobatan tradisional (pengobatan secara magis), di kota

Surakarta tepatnya di Jl A.R. Hakim, Setabelan, Banjarsari Kota Surakarta Jawa

Tengah terdapat Padepokan yang khusus menangani pengobatan tradisional

(supranatural). Banyak orang berdatangan, tidak hanya orang Solo saja datang

kesana, tetapi dari berbagai kota-kota besar seperti Sumatra, Bali, Riau, Bandung,

Jakarta dan kota-kota lainnya. Pasien tersebut datang ke Padepokan dengan

berbagai keluhan yang mereka derita.4

Nama padepokan adalah Padepokan Banyu Biru Solo, di Padepokan

tersebut menerima berbagai keluhan pasien seperti Pengobatan, Pengasihan, Pagar

Diri, Penglaris, Peruatan, Pagar Rumah. Dalam masalah hal tersebut yang menarik

si penulis untuk diteliti adalah bahwa dalam masalah penanganan atau pengobatan

sebuah penyakit dengan cara ilmu magis, yaitu ada unsur Islam dan Kejawen.

Dalam masalah penanganan mantra mantra yang digunakan dari ayat suci Al-

Quran, ilmu dasarnya Iman, jika Iman seseorang lemah, maka ilmunya

berkurang.5

Bertolak dari latar belakang di atas, penelitian ini cukup penting dan

menarik. Di satu sisi, ingin mendeskripsikan apa sebenarnya yang melatari

sehingga praktek paranormal masih eksis di Kota Surakarta. Padahal, di sisi lain,

sejumlah rumah sakit telah memiliki fasilitas moderen. Selain itu hal yang paling

penting penulis teliti, yaitu dalam masalah pengobatannya yang menggunakan

unsur agama Islam dan Kejawen.6

4 Wawancara Pribadi dengan Siswandi (Cantrik Padepokan Banyu Biru) Surakarta, 08

Juni 2018 5 Wawancara Pribadi dengan Siswandi (Cantrik Padepokan Banyu Biru) Surakarta, 08

Juni 2018 6 Wawancara Pribadi dengan Teguh (Cantrik Padepokan Banyu Biru) Surakarta, 09 Juni

2018

4

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, dapat

diidentifikasikan beberapa permasalahan sebagai berikut :

1. Sistem pengobatan tradisional yang masih terus hidup di zaman yang

sudah cenderung moderen.

2. Kepercayaan masyarakat yang begitu kuat terhadap sistem pengobatan

alternatif tradisional.

3. Sistem pengobatan yang berlaku di dalam masyarakata sebagai suatu

fenomena sosial budaya yang kompleks.

4. Sistem Pengobatan Tradisional yang cara pengerjannya dengan kekuatan

gaib, menggunakan sistem syariat Islam dan di padukan dengan Hindu-

Budha.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah, identifikasi masalah dan

pembatasan masalah, maka diperoleh rumusan masalah sebagai berikut :

Bagaimana Ritual Keagamaan dalam Pengobatan Alternatif Padepokan Banyu

Biru?

D. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang telah ada, maka tujuan yang hendak

dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui bagaimana kemunculan dan popularitas fenomena

pengobatan alternatif Padepokan Banyu Biru.

2. Untuk mengetahui bagaimana proses pembentukan kepercayaan para

pasien terhadap pengobatan alternatif Padepokan Banyu Biru.

3. Mengetahui bentuk dan pelaksanaan ritual Pengobatan Padepokan Banyu

Biru.

4. Mengetahui bentuk ajaran atau nilai-nilai Islam pada pelaksanaan ritual

Pengobatan Padepokan Banyu Biru.

5

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik secara teoritis

maupun praktis, yaitu sebagai berikut :

1. Manfaat teoritis

Penelitian mengenai Fenomena Pengobatan Alternatif Tradisional,

diharapkan dapat berguna bagi penelitian-penelitian dengan tema yang

sama atau relevan sehingga dapat memberi kontribusi bagi pengembangan

ilmu pengetahuan pada umumnya dan ilmu Sosiologi, khususnya dalam

ranah sosiologi budaya dan sosiologi kesehatan.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi peneliti

Melalui penelitian ini, peneliti dapat mengaplikasikan ilmu

pengetahuan yang didapatkan selama menempuh di jurusan Studi

Agama-Agama ke dalam karya yang nyata. Melalui penelitian ini,

peneliti juga dapat mengetahui informasi-informasi yang berhubungan

dengan fenomena pengobatan alternatif Padepokan Banyu Biru.

b. Bagi mahasiswa

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai

wawancara dan informasi empiris tentang fenomena pengobatan

tradisional, hasil penelitian ini juga diharapkan dapat bermanfaat bagi

almamater sebagai bahan referensi kajian untuk pengembangan

penelitian selanjutnya yang relevan.

c. Bagi masyarakat

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan

pemikiraan sehingga dapat dijadikan sebagai pertimbangan dalam

proses pembangunan masyarakat. Kemudian, melalui penelitian ini

diharapkan dapat memberi informasi empiris pada masyarakat,

d. Bagi Universitas dan Lembaga Pendidikan

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah

ilmu pengetahuan bagi para akademisi tentang penomena pengobatan

tradisional.

6

F. Tinjauan Pustaka

Berdasarkan hasil penelusuran penulis, belum ada penelitian yang persis

seperti yang akan penulis buat dalam penelitian skripsi ini. Namun penelitian

tentang ritual Pengobatan Tradisional banyak dilakukan, karena di Indonesai

masih banyak masyarakat yang percaya kepada hal tersebut. Di antara hasil

penelitian tentang Pengobatan Tradisional maupun yang ada kaitannya dengan

Islma Kejawen penulis temukan data dari Skripsi yang ditulis oleh Fitrilia Shinta

Wijayanto (2016) berjudul Perkembangan Praktik Perdukunan Pdepokan Semar

Mesem Surakarta tahun 1979-2015. Karya ini berbicara mengenai Praktik

Pengobatan Tradisioal yang berada di Padepokan Semar Mesem Surakarta.

Topik yang penulis bahas adalah ritual keagamaan dalam pengobatan

alternatif Padepokan Banyu Biru di kota Surakarta Jawa Tengah , yang berbeda

tempat dan juga pendiri padepokannya. Guna menganalisisnya, penulis

menggunakan pendekatan antropologi7. Pasalnya, cara-cara yang digunakan

dalam disiplin ilmu antropologis ketika meliht suatu masalah digunakan pula

untuk memahami agama. Antropologi dalam kaitan ini lebih mengutamakan

pengamatan langsung, bahkan sifatnya Partisipastif8. Pendekatan antropologi

tersebut menjadi landasan untuk memahami nilai-nilai serta pesan keagamaan dan

kebudayaan yang dilakukan Padepokan Banyu Biru. selain pendekatan

antropologi, penelitian ini juga menggunakan pendekatan sosiologi.

G. Metodologi Penelitian

Terkadang terjadi penyamaan makna antara metodologi dengan metode

penelitian. Seperti dikutip dari Noeng Muhadjir bahwa metodologi penelitian

membahas konsep teoritik berbagai metode, baik kelebihan dan kekurangannya

dalam kajian ilmiah, yang kemudian dilanjutkan dengan pemilihan metode yang

7 Pendekatan Antropogis dalam memahami agama dapat diartikan sebagai salah satu

upaya memahami agama dengan cara melihat wujud praktik keagmaan yang tumbuh dan

berkembang dalam masyarakat. Melalui pendekatan ini, agama tampak akrab dan dekat dengan

masalah-masalah yang dihadapi manusia dan berupaya menjelaskan dan memberikan jawabannya

lihat Bustanuddin Agus, Agama dalam Kehidupan Manusia: Pengantar antropologi agama ,

(Jakarta: Rajagrafindo Persada 2006), h. 11 8 Bustanuddin Agus, Agama dalam Kehidupan Manusia, Pengantar Antropologi Agama,

(Jakarta: Rajagrafindo Persada 2006), h. 12.

7

terbaik untuk digunakan. Sedangkan metode penelitian lebih kepada

mengemukakan secara teknis tentang metode-metode terbaik untuk digunakan

dalam penelitiannya.

Oleh karna itu, penulis menyusun sub pembahasan mengenai metodologi

penelitian sebagai berikut :

1. Jenis Penelitian

Dalam hal penelitian ini, penulis memilih jenis penelitian

kualitatif.9 Kemudian penulis juga memadukan penelitin lapangan (field

research) dan kepustakaan (library Research).10 Dengan demikian

diharapkan pengamatan, deskripsi dan analisa dalam penelitian ini lebih

optimal.

2. Sumber Data

Menurut Lofland yang dikutip oleh Lexy J. Moleong, sumber data

dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya

berupa tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Data dalam penelitian ini

adalah semua data atau informasi yang diperoleh dari objek penelitian

yang dianggap penting dan dokumentasi-dokumentasi yang menunjang

penelitian.11

Adapun data yang penulis gunakan dalam penelitian dibagi dalam

dua bentuk yaitu primer dan sekunder :

a. Data Primer

Menurut S. Nasution data primer dalam penelitian kualitatif

adalah data yang diperoleh langsung dari lapangan atau tempat

9 Penelitian Kualitatif adalah penelitian yang bersifat deskriftif dan cenderung

menggunakan analisa. Kemudian landasan teori dalam penelitian ini digunakan sebagai pemandu

agar fokus penelitian sesuai dengan fakta di lapangan. Kemudian, penelitian berangkat dari teori

menuju data, dan berakhir pada penerimaan atau penolakan terhadap teori yang digunakan. Lihat

Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian kualitatif, h. 5. 10 Penelitian kepustakaan atau (Library Research) adalah penelitian yang menggunakan

teori-teori yang diambil dari literatur tertulis baik itu buku, jurnal atau tulisan ilmiah lainnya yang

mendukung dan relevan dengan judul penelitian. Sedangkan penelitian lapangan (field research)

adalah dimana peneliti menggunakan penelitian yang terjun ke lapangan atau tempat penelitian

yang dipilih lihat Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif , h.6. 11 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, h.3.

8

penelitian. Kemudian Lofland menspesifikan definisi sumber data itu

adalah data berbentuk kata-kata dan tindakan.

Data primer yang penulis gunakan diperoleh dari hasil

wawancara para pengikut Padepokan Banyu Biru, sedangkan data

berdasarkan pengamatan penulis diperoleh dari hasil observasi dan

data berupa dokumentasi di lapangan.

b. Data Sekunder

Data Sekunder ini penulis peroleh dari penelusuran terhadap

hasil-hasil penelitian sebelumnya yang relevan dan terkait dengan

judul skripsi ini. Adapun bentuknya adalah buku, jurnal, tesis, skripsi,

proseding seminar dan internet (website permintaan dan lembaga non

pemerintah).

3. Teknik Pengumpulan Data

Metode yang digunakan untuk proses pengumpulan data dalam

penelitian ini adalah dengan proses triangulasi, yaitu :

a. Wawancara Medalam

Wawancara adalah kegiatan percakapan yang memiliki

maksud tertentu. Sedangkan wawancara mendalam adalah wawancara

yang lebih bersifat intim dan mendalam dimana percakapan

melibatkan dua belah pihak, yaitu pewancara, orang yang mengajukan

pertanyaan dan responden, orang yang diwawancarai. Adapun

kegiatan wawancara ini digunakan peneliti untuk menilai keadaan

seseorang atau kelompok. Adapun metodenya adalah dialog atau

tanya jawab yang dilakukan dua orang atau lebih oleh pewawancara

atau responden yang dilakukan secara berhadap-hadapan.

Sebelum melakukan wawancara mendalam, Penulis membuat

kerangka dan garis-garis besar atau pokok-pokok pertanyaan, serta

senantiasa menciptakan suasana santai (tidak kaku), namun serius

(tidak main-main) ketika berdialog.

Adapun penulis membuat empat kerangka atau pokok-pokok

pertanyaan berbeda. Pertama, kerangka pertanyaan mengenai Sejarah

9

Padepokan Banyu Biru (Sejarah Padepokan dan Layanan Padepokan)

yang ditunjukan kepada pengikut Padepokan Banyu Biru yang di

tuakan, kedua, pertanyaan seputar Padepokan Banyu Biru yang

meliputi : Cara Penyembuhan Penyakit yang dilakukan padepokan,

apa yang harus dilakukan pasien pasca penyembuhan, perkembangan

jumlah pasien. Ketiga tingkat keberhasilan pengobatan alternatif

Padepokan Banyu Biru Solo yang ditanyakan kepada Pasien

Padepokan Banyu Biru Solo, Respon masyarakat terhadap keberadaan

pengobatan alternatif padepokan banyu biru yang ditanyakan kepada

masyarakat sekitar.

b. Observasi partisipatif

Observasi partisipatif atau observasi terbuka adalah teknik

pengumpulan data dimana peneliti benar-benar ikut dan berbaur

secara langsung sehingga terjadi interaksi secara langsung dengan

responden atau yang diteliti. Dala hal ini peneliti juga mengikuti

kegiatan yang dilakukan responden, termasuk kegiatan seputr

pelaksana Pengobatan Banyu Biru.

c. Dokumentasi

Teknik dokumentasi merupakan upaya penelitian yang berupa

mengumpulkan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumentasi itu

dapat berupa tulisan, gambar atau karya-karya dari seseorang. Dimana

dokumentasi juga merupakan pelengkap dari teknis wawancara

mendalam dan observasi partisipatif.

4. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah

dengan dua model pendekatan yakni pendekatan antropologis dan

pendekatan sosiologis.

10

H. Sistematika Penulisan

Untuk memberikan arah yang lebih jelas dalam penelitian ini, maka

peneliti akan melakukan pemetaan dan menggambarkan sistematika pembahasan

ke dalam beberapa bagian, yaitu sebagai berikut :

Bab I Merupakan Pendahuluan yang meliputi sub-sub, yaitu: Latar

Belakang Masalah, Identifikasi Masalah, Rumusan Masalah,

Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Tinjauan Pustaka,

Metodologi Penelitian, Sistematika Penulisan.

Bab II Pada bab ini membahas tentang Sejarah Singkat Pengobatan

Alternatif Padepokan Banyu Biru Solo yang meliputi beberapa sub

bab, yaitu: Pengertian Pengobatan alternatif, Sejarah Padepokan

Banyu Biru.

Bab III Membahas tentang Pelayanan Pengobatan Secara Magis

Padepokan Banyu Biru yang meliputi beberapa sub bab yaitu:

Kegiatan Padepokan Banyu Biru, Jenis-jenis Pelayanan Padepokan

Banyu Biru.

Bab IV Membahas Tentaang Ritual Keagaman Pengobatan Alternatif

Padepokan Banyu Biru yang meliputi beberapa sub: Motivasi Para

Cantrik Mengikuti Padepokan, Ritual Keagamaan Pengobatan

Alternatif Padepokan, Kontroversi Pengobatan Alternatif Secara

Magis, Respon Pasien terhadap pengobatan Alternatif Padepokan.

Bab V Penutup yang menguraikan tentang Kesimpulan dan Saran.

11

BAB II

SEJARAH SINGKAT PENGOBATAN ALTERNATIF

PADEPOKAN BANYU BIRU

A. Pengobatan Alternatif

Di zaman moderen ini, manusia sudah berpikir rasional dan terjadi banyak

sekali perkembangan dalam berbagai aspek bidang, salah satunya dalam bidang

kesehatan. Dalam bidang kesehatan sendiri sekarang banyak peralatan dan

teknologi canggih yang bisa digunakan untuk membantu penyembuhan pasien.

Akan tetapi, di saat teknologi semakin maju dan berkembang kebanyakan

masyarakat di Indonesia malah percaya dan memilih pengobatan alternatif atau

pengobatan tradisional yang belum tentu khasiat dan keasliannya.

Pengobatan alternatif memang bukanlah hal yang asing lagi bagi

masyarakat di indonesia. Sejak dahulu, pengobatan alternatif ini diberikan secara

turun temurun. Mulai dari pengobatan herbal, orang pinter, tokoh masyarakat atau

tokoh agama. Jenis pengobatan alternatif ada yang dapat dipertanggungjawabkan

secara ilmiah, khususnya karena kesesuaian dengan pengetahuan kedokteran atau

biologi serta ada juga yang masih belum mendapat penjelasan secara ilmiah.

Meskipun begitu, tentunya banyak alasan mengapa masyarakat masih

mempercayai pengobatan alternatif di zaman yang serba canggih ini karena

beberapa pengobatan alternatif telah terbukti memberikan hasil yang baik dalam

menyembuhkan pasien.12

1. Pengertian Pengobatan Alternatif

Pengobaatan alternatif bukan barang langka lagi pada masa

sekarang. Jenis penyakit ini tidak hanya dijumpai di desa-desa terpencil,

tetapi juga banyak ditemukan di berbagai kota besar dan juga kota kecil

lainnya di indonesia. Pengobatan alternatif bermunculan pada saat

masyarakat mulai memberikan perhatian yang lebih terhadap alternatif

pengobatan yang biasanya hanya mengandalkan pihak-pihak Rumah sakit

12 http://www.gizikia.depkes.go.id/artikel/seberapa-besar-manfaat-pengobtan-

alternatif/?print=print diakses pada hari Selasa, 08 Januari 2019 pada pukul 09.26 WIB

http://www.gizikia.depkes.go.id/artikel/seberapa-besar-manfaat-pengobtan-alternatif/?print=printhttp://www.gizikia.depkes.go.id/artikel/seberapa-besar-manfaat-pengobtan-alternatif/?print=print

12

(medis) dengan pengobatan moderen. Bila dikatakan pengobatan alternatif

merupakan perlengkapan pengobatan kedokteran yang bersifat hahstih.

Sebagian kalangan menilai metode pengobatan alternatif menyesatkan, ini

disebabkan karena beberapa metodenya ada yang memiliki kesamaan.

Pengobatan alternatif merupakan bentuk pelayanan pengobatan

yang menggunakan cara, alat, atau bahan yang tidak termasuk dalam

standar pengobatan moderen (pelayanan kedokteran standar) dan

dipergunakan sebagai alternatif atau pelengkap pengobatan keokteran

moderen tersebut. Pengobatan alternatif merupakan metode pengobatan

yang menggunakan pendekatan diluar medis. Dalam pengobatan alternatif

segala memungkinkan dan pengobatan yang dimasukan kedalam tubuh

seperti penggunaan obat-obat alami, jamu-jamuan, herbal alami hingga

pengobatan dari luar tubuh seperti menggunakan media dan alat tertentu.13

Pengobatan alternatif atau tradisional adalah seseorang yang

melakukan pengobatan atau perawatan tradisional berdasarkan

keterampilan fisik dengan menggunakan anggota gerak atau alat bantu.14

2. Faktor yang mempengaruhi pasien memilih pengobatan alternatif

Menurut Miftahul Millah Wijaya, ada beberapa yang

mempengaruhi masyarakat memilih pengobatan alternatif atau tradisional

yaitu:15

a. Faktor sosial

Salah satu yang mendasari terjadinya interaksi sosial adalah sugesti,

yaitu pemberian suatu pandangan atau pengaruh oleh seseorang kepada

orang lain dengan cara tertentu sehingga orang tersebut mengikuti

pandangan/pengaruh tersebut tanpa berpikir panjang.

13Gagas Ulung, Tempat pengobatan Alternatif Paling Dicari,(Jakarta: PT. Gramedia

Pustaka Utama, 2010), h. 8. 14Tamher, S. & Noorkasiani, Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan Asuhan

Keperawatan, (Jakarta: Salemba Medika, 2009), h. 29. 15 Miftahul Millah, Persepsi Pasien Fraktur Tentang Pengobatan Alternatif di Cimande

Ciputat Tangerang (Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Islam Negeri Jakarta),h 20.

13

b. Faktor Ekonomi

Faktor ekonomi mempunyai peranan besar dalam penerimaan atau

penolakan pengobatan. Faktor ini diperkuat dengan persepsi

masyarakat bahwa pengobatan alternatif membutuhkan sedikit tenaga,

biaya, dan waktu.

c. Faktor budaya

Nilai-nilai budaya yang dominan pada individu sangat mempengaruhi

pembentukan kepribadian individu. Dalam hal ini budaya dipengaruhi

suku bangsa yang dianut oleh pasien, jika aspek suku bangsa sangat

mendominasi, maka pertimbangan untuk menerima atau menolak di

dasari pada kecocokan suku bangsa yang dianut. Semua kebudayaan

mempunyai cara-cara pengobatan, beberapa melibatkan metode ilmiah

atau melibatkan kekuatan supranatural.

d. Faktor psikologis

Peranan sakit merupakan suatu kondisi yang tidak menyenangkan,

karena itu berbagai cara akan dijalani oleh pasien dalam rangka

mencari ksembuhan maupun meringankan beban sakitnya, termasuk

datang ke palayanan pengobatan alternatif.

e. Faktor kejenuhan terhadap pelayanan medis

Proses pengobatan yang terlalu lama menyebabkan pasien bosan dan

berusaha mencari alternatif pengobatan lain yang mempercepat proses

penyembuahn.

f. Faktor manfaat dan keberhasilan

Keefektifan dari pengobatan alterantif menjadi alasan yang sangat

berpengaruh terhadap pemilihan pengobatan alternatif.

g. Faktor pengetahuan

Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata, telinga,

atau pikiran yang merupakan hal yang sangat penting untuk

terbentuknya tindakan seseorang. Pengetahuan didapatkan secara

formal dan informal. Pengobatan alternatif atau tradisional masih

digunkan oleh sebagian besar masyarakat bukan hanya karena

14

kekurangan fasilitas pelayanan kesehatan formal yang terjangkau

melainkan lebih disebabkan oleh faktor-faktor budaya Indonesia yang

masih kuat kepercayaannya terhadap pengobatan alternatif.

3. Jenis-jenis Pengobatan Alternatif

Pengobatan alternatif lebih banyak dipilih masyarakat karena

dianggap lebih murah dan tidak ada efek samping. Namun pada dasarnya,

pengobatan alternatif tidak bisa dijadikan sebagai pengganti pengobatan

utama. Ada beberapa pengobatan alternatif yang paling digandrungi.

Pengobatan alternatif yang ada dimasyarakat saat ini sebagai besar belum

memiliki bukti ilmiah yang kuat dan kebanyakan hanya berdasarkan

pengalaman dari pasien saja. Padahal bukti ilmiah tersebut untuk

menunjukan keamanan, efektivitas dan mutu dari suatu pengobatan. Meski

demikian, beberapa pengobatan alternatif berikut ini masih saja

digandrungi banyak orang, seperti berikut :

a. Pengobatan pijat urut adalah seorang yang melakukan pelayanan

pengobatan atau perawatan dengan cara mengurut atau memijat

sebagian atau seluruh tubuh. Tujuannya untuk relaksasi otot,

menghilangkan kelelahan, mengatasi gangguan kesehatan, atau

menyembuhkan keluhan penyakit. Pemijatan ini dapat dilakukan

dengan menggunakan jari tangan, telapak tangan, siku, lutut, tumit,

atau alat tertentu, seperti pijat yang dilakukan oleh dukun atau tukang

pijat, dan pijat tunanetra.

b. Pengobatan patah tulang adalah seseorang yang memberi pelayanan

pengobatan patah tulang dengan cara tradisional. Pengobatan ini

disebut juga dukun potong (madura), sangkal putung (jawa), dan

sandro pauru (Sulawesi Selatan).

c. Pengobatan pijat refleksi adalah seseorang yang melakukan pelayanan

pengobatan dengan cara pijat dengan jari tangan atau alat bantu lainnya

pada zona-zona refleksi, terutama pada telapak kaki dan tangan.

15

d. Akupresuris adalah seseorang yang melakukan pelayanan pengobatan

dengan pemijatan pada titik-titik akupuntur dengan menggunakan

ujung jari dan alat bantu lainnya, kecuali jarum.

e. Akupunkturis adalah seseorang yang melakukan pelayanan pengobatan

dengan perangsang pada titik-titik akupunktur dengan cara menusukan

jarum dan sarana lain, seperti elektro-akupunktur.

f. Chiropractor adalah seseorang yang melakukan pengobatan koropraksi

dengan cara teknik khusus untuk gangguan otot dan dan persendian.16

g. Homeopati adalah bentuk pengobatan alternatif di mana praktisi

kesehatan akan mengobati pasien dengan menggunakan prinsip-prinsip

penyakit dapat disembuhkan dengan bahan alami yang mungkin jadi

penyebabnya. Obat homeopati diklaim bekerja bersama denagn sistem

kekbalan tubuh dan mempertahankan diri dari serangan penyakit.

Artinya homeopati dapat merangsang mengingatkan daya tahan tubuh

terhadap infeksi, mempercepat penyembuhan dan mencegah

komplikasi tanpa efek samping.

h. Hipnoterapi

Hipnotis umumnya digunakan untuk tujuan kuratif, terutama dalam

kasus kecanduan, di mana seseorang tidak dapat berhenti bahkan

setelah mencoba berbagai metode. Selain itu ada juga manfaat lain,

seperti hipnotis berat badan, meneymbuhkan masalah memori,

insomnia, kesedihan, gangguan obsesi kompulsif, gagap, kepercayaan

diri, rasa malu, proses persalinan, masalah kulit, berbicara di depan

umum, kecemasan, rasa sakit, gangguan kebiasaan, dan lainnya.

Hipnotis seperti ini dikenal dengan hipnoterapi.

i. Gurah adalah cara pengobatan tradisional untuk mengeluarkan lendir

dari dalam tubuh dengan mengunakan ramuan herbal. Dalam tradisi

warga imogiri, DIY, gurah dilakukan dengan meneteskan ekstrak daun

srigunggu (clerodendron Serratum) ke mulut atau lubang hidung, yang

16 Tamher, S. & Noorkasiani, Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan Asuhan

Keperawatan, (Jakarta: Salemba Medika, 2009), h. 244.

16

dilakukan para sinden untuk menjaga kualitas suara. Dalam

perkembanagnnya, herbal yang digunakan tidak melulu daun

srigunggu. Beberapa terapi menggunakan jenis dedaunan lainnya,

bahkan bumbu-bumbu dapur seperti cabe dan kunyit.

j. Ceragem

Terapi ceragem adalah terapi yang menggunakan batu giok korea

dengan teknologi infra merah. Pancaran sinar infra merahnya bisa

menembus dalam tubuh hingga 14 cm di titik-titik tertentu sehingga

badan terasa hangat. Batu giok yang sudah panas nantinya akan

berpindah ke bagian tubuh lain yang belum panas. Inilah yang

membuat peredaran darah pasien menjadi lancar. Pasien jadi lebih

nyenyak tidur sehingga punya kualitas tidur yang lebih bagus.

k. Bekam

Sebagai terapi alternatif, praktik bekm atau dalam bahasa arab disebut

hijamah makin banyak diminati. Teknik pengambila darah kotor ini

bisa mengatasi berbagai gangguan kesehatan, terutama kolestrol da

darah tinggi.

Bekam dibedakan menjadi bekam kering dan bekam basah. Pada

bekam basah darah kotor dikeluarkan dari pembuluh bakteri. Karena

ada bagian yang dasyat, maka harus dilakukan oleh orang yang

terlatih.sedangkan bekam kering hanya berupa penyedotan untuk

mengatasi keluhan ringan sperti masuk angin, bisa dilakukan oleh

siapa saja.

l. Akupuntur merupakan pengobatan alternatif dari negeri china dengan

cara menyisipkan atau menusukan jarum ke tubuh. Akupuntur terbukti

ilmiah untuk memgobati rasa nyeri dan mual setelah operasi. Meskipun

untuk rasa sakit, beberapa orang masih menganggapnya sebagai efek

plasebo atau sugesti saja. Saat ini, akupuntur telah diekspor ke

berbagai negara seperti inggris, hampir setengah praktisi medis

mengikuti pelatiahn akupuntur untuk dapat mempraktikan keahlian ini

dalam menangani pasien.

17

4. Upaya Standarisasi Pengobatan Alternatif

Untuk dapat dimanfaatkannya pengobatan alternatif dalam

pelayanan kesehatan, banyak yang harus diperhatikan. Salah satu

diantaranya yang dinilai mempunyai peranan yang sangat penting adalah

upaya standarisasi. Diharapkan, dengan adanya standarisasi ini bukan saja

mutu pengobatan alternatif akan dapat ditingkatkan, tapi yang penting lagi

munculnya berbagai efek samping yang secara medis tidak dapat

dipertanggung jawabkan, akan dapat dihindari.

Pengertian standarisasi adalah keadaan ideal atau tingkat

pencapaian tertinggi dan sempurna, yang dipakai sebagai batas penerimaan

minimal (Clinical Practice Guideline, 1990). Standart menunjukan pada

tingkat ideal tercapai tersebut tidaklah disusun terlalu kaku, tetapi masih

dalam batas-batas yang dibenarkan disebut dengan nama toleransi.

Syarat suatu standar yang baik dipandang cukup penting yaitu:

1. Bersifat jelas

Artinya dapat diukur dengan baik, termasuk ukuran terhadap

penyimpangan-penyimpangan yang mungkin terjadi.

2. Masuk akal

Suatu standart yang tidak masuk akal, bukan saja akan sulit

dimanfaatkan tetapi juga akan menimbulkan frustasi para profesional.

3. Mudah dimengerti

Suatu standart yang tidak mudah dimengerti juga akan menyulitkan

tenaga pelaksana sehingga sulit terpenuhi.

4. Dapat dipercaya

Tidak ada gunanya menentukan standart yang sulit karena tidak akan

mampu tercapai. Karena itu sering disebutkan, dalam menentukan

standaret, salah satu syarat yang harus dipenuhi ialah harus sesuai

dengan kondisi orgaisasi yang dimiliki.

5. Absah

Artinya ada hubungan yang kuat dan dapat didemintrasikan antara

standart dengan sesuatu (misalnya mutu pelayanan) yang diwakilinya.

18

6. Meyakinkan

Artinya mewakili persyaratan yang ditetapkan. Apabila terlalu rendah

akan menyebabkan persyaratan menjadi tidak berarti.

7. Mantap, Spesifik dan Eksplisit

Artinya tidak terpengaruh oleh perubahan oleh waktu, bersifat khas

dan gamblang.

B. Sejarah Padepokan Banyu Biru Solo

Padepokan Banyu Biru didirikan oleh Bapak Heri Sudarsono pada tahun

1992. Awal berdirinya padepokan tidak terlepas dari masa lalunya saat beliau

kuliah di Semarang di Jurusan Pelayaran. Pada waktu itu beliau tinggal di sebuah

kos milik Mas Yudo, tidak disangka ternyata ada tetangga Mas Yudo yang tidak

suka kepada pak Heri sehingga dia dibuat sakit olehnya. Sakit yang diderita

bukanlah sakit biasa yang penanganannya bisa di obati oleh dokter,

penyembuhannya dengan meminum obat. Penyakit yang diderita beliau bagian

perut depan hingga ke belakang, terkena luka yang serius yang terus menerus

mengeluarkan cairan yang bau. Setelah berobat kemana-mana tidak ada hasilnya

datanglah seseorang yang mengajak beliau untuk berobat ke Semarang ke tempat

Bapak Sumo. Hanya dalam jangka waktu 3 hari luka tersebut kering dengan

olesan minyak, sekitar dua minggu penyakit yang diderita sembuh. Lalu Pak Heri

berguru pada pak Sumo yang menyembuhkannya, sesuai nazar yang beliau

ucapkan sebelumnya,Siapapun yang dapat menyembuhkan beliau, maka akan

berguru pada orang yang menyembuhkannya. Beliau melakukan dan menekuni

apa yang diperintahkan gurunya, karena gurunya melihat kantong mata batinnya

Pak Heri bagus untuk disi ilmu, gurunya membuka Kantong Mata Batinnya.17

Selama 6 bulan berguru pada orang yang menyembuhkannya Pak Heri

meminta izin untuk keluar, gurunya mempersilahkannya untuk keluar tapi tidak

bisa menutup kembali kantung mata batinnya dengan alasan kantung mata

batinnya bagus dan dipersilahkan untuk melanjutkan sendiriri. Setelah berjalan

17 Wawancara Pribadi dengan Saryanto (Cantrik Padepokan Banyu Biru) Surakarta, 15

Juni 2018

19

kira-kira satu setengah tahun ada seseorang datang meinta pertolongan untuk

menyembuhkan penyakit yang dideritanya, awalnya pak heri menolak tetapi

karena ada petunjuk yang datang padanya untuk menyembuhkan orang tersebut

Pak Heri berusaha semampunya utuk menyembuhkan penyakitnya, tidak disangka

pasien tersebut sembuh. Peristiwa ini membuat beliau mulai percaya diri bahwa

beliau mempunyai kekuatan diluar dirinya, dari pertama pasien yang datang minta

tolong hingga akhirnya sembuh disitulah mulai banyak pasien yang berdatangan,

beliau mulai dikenal banyak orang, bahkan pasien yang datang berobat lalu

sembuh meminta berguru pada Pak Heri. Dan pasien mulai banyak, pengikutpun

mulai banyak mereka membentuk sebuah nama Persatuan Satya Palwa. Setelah

Pak Heri mendapat petunjuk dari Eyang Banyu Biru dan Sunan Kali jaga nama

tersebut dirubah menjadi nama Padepokan Banyu Biru.18

18 Wawancara Pribadi dengan Danan Tambunan (Cantrik Padepokan Banyu Biru)

Surakarta, 13 Juni 2018

20

BAB III

PELAYANAN PENGOBATAN SECARA MAGIS

PADEPOKAN BANYU BIRU

A. Kegiatan Padepokan

Pada Padepokan Banyu Biru ada ritual yang tidak boleh ditinggalakan,

bahkan sifatnya wajib harus dikerjakan, adapun ritual atau kegiatan yang

dilaksanakan setiap minggu atau bulannya adalah sebagai berikut :

1. Wirid Rutin

Wirid berasal dari bahasa Melayu yang berarti di ulang-ulang.

Awal mula pemakain kata wirid adalah pada saat penyebaran agama islam

di nusantara. Wirid digunakan sebagai kata untuk menjelaskan tata cara

pembacaan kalimat-kalimat Allah yang dilakukan secara berulang-ulang,

diwaktu-waktu tertentu, dengan tujuan tertentu (hajat). Hal ini masih bisa

dilihat pada para pelaku tarikat yang membaca kalimat-kalimat Allah

tertentu.

Kegiatan padepokan yaitu wirid rutin yang diadakan setiap hari

senin malam selasa dan kamis malam jumat. Wirid tersebut biasanya

dimulai pukul 23.00. Alasan kenapa wirid harus tengah malam, agar

mendapat tuah yang banyak, dan pada tengah malam adalah waktu yang

tepat untuk bisa berkomunikasi dengan Gaib, pada saat wirid media yang

digunakan adalah :

a. Tasbih

Saat wirid tasbe ini yang menjadi andalan, karena dengan

menggunakan tasbih bisa mengetahui berapa jumlah wiridan, bisa

memprediksi wiridan yang harus di capai.

b. Slayer

Khusus untuk para cantrik yang sudah mendapatkan slayer berwarna

biru harus dipake pada saat wirid, dipakenya pada punggung

belakang. Dalam proses mendapatkan slayer ini tidak mudah seseorang

21

cantrik dapat petunjuk dari para leluhur Padepokan Banyu Biru untuk

melaksanakan lelaku prihatin

c. Dupa

Asal muasal dupa diperkirakan dari kebiasaan umat Hindu/Budha di

india/china. Seiring dengan imigrasi ke Asia Tenggara, terutama ke

indonesia, berpengaruh pada Agama sebagian besar penduduk

indonesia. Kerajaan Hindu majapahit yang berkuasa mempunyai

pengaruh besar di daerah Jawa-Bali. Konon, Dupa di Bali berasal dari

sabut kelapa yang dipilih-pilih menjadi tali lalu ditusuk dengan

kayu/bambu seperti sate/cilok. Mungkin karena sering mati dan

asapnya terlalu banyak, lambat laun bahan dupa diganti serbuk kayu

seperti sat ini. Dupa adalah suatu material yang mengeluarkan bau asap

yang wangi. Fungsi dupa adalah sebagai alat upacara keagamaan umat

Hindu, Budha, Konghucu dll.

Adalah sebuah material yang mengeluarkan bau wangi aroma terapi.

Dupa mengeluarkan asap ketika dibakar. Banyak upacara keagamaan

menggunakan dupa, menurut cantrik padepokan membakar dupa

adalah agar pintu gaib terbuka

2. Jamasan Pusaka di Malam Satu Suro

Bagi mereka yang tidak memahami kultur Jawa, termasuk anak-

anak muda Jawa generasi sekarang sekali pun jamasan pusaka mungkin

tak lagi dipahami maknanya. Menurut berbagai literatur, jamasan dari kata

jamas yang artinya cuci, membersihkan, mandi. Jamas adalah bahasa Jawa

Kromo inggi (tingkat paling tinggi/halus), sementara bahasa ngoko-nya

(paling kasar) adalah kumbah. Sehingga jamasan bisa diartikan sebagai

kegiatan mencuci, membersihkan atau memandikan.

Sedangkan pusaka adalah berbagai benda yang dikeramatkan atau

dipercayai mempunyai kekuatan tertentu seperti gong, keris, tombak,

kereta pusaka, dan berbagai macam jenis pusaka lainnya. Dengan

demikian, jamasan pusaka lalu diartikan sebagai kegiatan mencuci senjata,

yang biasanya dilakukan di bulan suro, khususnya persis di malam tanggal

22

1 Suro. Suro adalah bulan pertama dalam penanggalan jawa yang diyakini

sebagai bulan keramat, penuh larangan dan pantangan, masyarakat Jawa

hampir selalu menghindari melakukan suatu kegiatan besar di bulan ini,

karena takut akan tulahnya.

Lalu kenapa memandikan pusaka harus dilakukan di bulan Suro?

Lebih spesifik lagi di malam satu Suro? Menurut Murtjipto (2004) dalam

bukunya fungsi dan makna siraman pusaka Mangkunegaran di Selogiri

Kabupaten Wonogiri, maksud dan tujuan jamasan pusaka untuk

mendapatkan keselamatan, perlindungan dan ketentraman. Sebab bagi

sebagai masyarakat Jawa, benda-benda pusaka tersebut dianggap

mempunyai kekuatan gaib yang akan mendatangkan berkah apabila

dirawat dengan cara dibersihkan atau dimandikan. Apabila tidak dirawat,

mereka percaya isi yang ada di dalam benda pusaka tersebut akan pudar

atau akan hilang sama sekali, dan hanya berfungsi sebagai senjata biasa.19

Proses mencuci pusaka tidak tertutup, tetapi publik boleh

melihatnya bahkan sering di antara mereka berebut air yang menetes pada

pusaka yang dijamasi itu. Dahulu penyelengaraan upacara jamasan pusaka

dilakukan setiap satu tahun sekali pada hari Jumat pertama di bulan Suro.

Namun saat ini, setelah dikemas untuk kepentingan kepariwisataan,

upacara jamasan kerap dilakukan diluar bulan Suro dengan alasan untuk

menarik wisatawan asing maupun domestik. Upacara jamasan ini sendiri

bila dicermati lebih dalam mengandung nilai-nilai budaya yang dapat

dijadikan sebagai acuan dalam kehidupan sehari-hari. Antara lain:

kebersamaan, ketelitian, gotong royong, dan religius.

Nilai kebersamaan tercermin dari berkumpulnya sebagian besar

anggota masyarakat dalam suatu tempat, doa bersama demi keselamatan

bersama pula. Sedangkan nilai ketelitian tercermin dari proses upacara itu

sendiri. Sebagai suatu proses upacara itu sendiri. Sebagai suatu proses,

upacara memerlukan persiapan, baik sebelum upacara, pada saat prosesi

19 http://nasional.kompas.com/read/2009/12/19/0506522inilah.makna.jamasan.pusaka di

akses pada hari minggu 09 september 2018 pukul 22.00 WIB

http://nasional.kompas.com/read/2009/12/19/0506522inilah.makna.jamasan.pusaka

23

maupun sesudahnya, persiapan itu tidak hanya menyangkut peralatan

upacara, tetapi juga tempat, waktu, pemimpin dan peserta. Semua harus

dipersiapkan dengan baik dan seksama, sehingga upacara dapat berjalan

lancar. Untuk itu dibutuhkan ketelitian. Nilai kegotongroyongan tercermin

dari berbagai pihak dalam penyelenggaraan upacara. Mereka saling

membantu demi terlaksananya upacara. Dalam hal ini ada yang membantu

menyiapkan makanan dan minuman, menjadi pemimpin upacara. Nilai

religius tercermin dalam doa bersama yang ditujukan kepada Tuhan agar

mendapat perlindungan, kesehatan, dan kesejahteraan dalam menjalani

kehidupan.20

Bahan-bahan yang diperlukan saat jamasan yaitu :21

a. Bunga setaman terdiri dari 5 macam bunga antara lain bunga mawar

merah, mawar putih, kanthil, kenanga, melathi

b. Minyak wangi bahan dasar kayu cendana, atau bunga melathi, bahan

berbagai bunga misalnya minyak serimpi cap putri duyung.

c. Baki atau nampan

d. Dupa atau kemenyan

e. Kain kafan atau kain mori

f. Tikar atau alas

3. Ngerawuhaken Eyang Padepokan Banyu Biru

Yang dimaksdud Eyang adalah, para leluhur yang memberikan

tuah atau petunjuk, Eyang adalah leluhur yang telah lama meninggal dan

pada masa hidupnya mereka orang yang berjasa, orang terhormat yang

disegani masyarakat pada waktu itu. Eyang tersebut masuk pada guru yang

di padepokan, sebelum masuk para cantrik wirid sesuai yang ditentukan,

dan wiridannya berbeda-beda. Saat eyangnya masuk ke dalam diri yang

dia anggap guru, eyang tersebut memberikan semacam ceramah yang

20 http://megapolitan.kompas.com/red/2009/12/19/nilai.makna.jamasan.pusaka 21 https://www.google.co.id/amp/s/sabdalangit.wordpress.com/2011/11/23/jamasan-

pusaka diakses pada hari senin 10 september 2018 pada pukul 10.00 WIB

http://megapolitan.kompas.com/red/2009/12/19/nilai.makna.jamasan.pusakahttps://www.google.co.id/amp/s/sabdalangit.wordpress.com/2011/11/23/jamasan-pusakahttps://www.google.co.id/amp/s/sabdalangit.wordpress.com/2011/11/23/jamasan-pusaka

24

bertujuan agar para pengikut padepokan hidupnya sesuai syariat atau

ajaran masing-masing.

4. Sowan ke Tempat Eyang

Sowan adalah bersilaturahmi atau berkunjug ke tempat Eyang,

dengan cara berkunjung, maka itu adalah bentuk Bakti para cantrik

terhadap Eyang. Tempat yang sering dikunjugi yang ada di Solo adalah :

Eyang Ki Ageng Banyu Biru (Sukoharjo), Eyang Ki Ageng Solo (Solo),

Eyang Sultan Hadiwijoyo (Sragen), Eyang Panembahan Senopati

(Wonogiri), Eyang Konconegoro(Karanganyar), Eyang Ageng Sutowijoyo

(Sukoharjo) Eyang Yusodipuro (Boyolali).

B. Jenis-jenis Pelayanan Padepokan Banyu Biru

Pelayanan adalah proses pemenuhan kebutuhan melalui aktifitas orang lain

secara langsung, sesuai dengan kebutuhan setiap orang yang berbeda-beda maka

Padepokan Banyu Biru menyediakan jenis-jenis pelayanan yaitu :

1. Pengobatan Alternatif

Di zaman moderen ini, manusia sudah berpikir rasional dan terjadi

banyak sekali perkembangan dalam berbagai aspek bidang, salah satunya

dalam bidang kesehatan. Dalam bidang kesehatan sendiri sekarang banyak

peralatan dan teknologi canggih yang bisa dgunakan untuk membantu

penyembuhan segala penyakit ataupun menghasilkan obat yang nantinya

juga membantu penyembuhan pasien. Akan tetapi, disaat teknologi

semakin maju dan berkembang kebanyakan masyarakat di Indonesia

malah percaya dan memilih pengobatan alternatif atau pengobatan

tradisional yang belum tentu khasiat dan keaslainnya.

Pengobatan alternatif memang bukanlah hal yang asing lagi bagi

masyarakat di Indonesia. Sejak dahulu, pengobatan alternatif ini diberikan

secara turun temurun. Mulai dari pengobatan herbal, orang pintar, tokoh

masyarakat atau tokoh agama. Jenis pengobatan alternatif ada yang dapat

dipertanggungjawabkan secara ilmiah, khususnya karena keseuaian

25

dengan pengetahuan kedokteran atau biologi serta ada juga yang masih

belum mendapat penjelasan secara ilmiah. meskipun begitu, tentunya

banyak alasan mengapa masyarakat masih mempercayai pengobatan

alternatif di zaman yang serba canggih ini karena beberapa pengobatan

alternatif telah terbukti memberikan hasil yang baik dalam menyembuhkan

pasien.

Perkembangan keilmuan sedemikian pesatnya, demikian pula

dengan berkembangnya berbagai jenis upaya penyembuhan yang semakin

luas dikenal oleh kalangan masyarakat. Pengobatan konvensional atau

dikenal sebagai pengobatan moderen kini memiliki kecanggihan teknologi

yang semakin populer, hal ini juga diimbangi dengan kemajuan-kemajuan

ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin mampu membuktikan

banyaknya pengobatan-pengobatan yang pada masa dulu sudah dilakukan

oleh nenek moyang kita dapat diteliti, dipelajari, dan dikembangkan

sehingga mampu bersinergi dengan pengobatan konvensional. Pengobatan

non-konvensional yang disebut sebagai pengobatan komplementer-

alternatif semakin banyak dipraktekan baik oleh praktisi medis maupun

non-medis, dengan menerapkan metode, alat maupun obat-obatan alamiah

yang juga dapat diaplikasikan dalam praktek-praktek mandiri.

Pengobatan komplementer-alternatif adalah pengobatan yang

prinsipnya adalah tidak menekan gejala tapi mencari penyebab dan

mengobatinya. Pengobatan non-konvensional ini atau sering disebut

pengobatan komplementer-alternatif adalah semua jenis pengobatan atau

terapi yang digunakan sebagai tambahan untuk pengobatan konvensional

yang direkomendasikan oleh peneyelenggara pelayanan kesehatan, seperti

namanya, pengobatan komplementer tersebut dipergunakan untuk

melengkapi pengobatan konvensional. Selain fitoterapi, yang merupakan

pendekatan logis dan berbasis ilmiah untuk penggunaan tumbuhan obat

dalam pengobatan dan pencegahan penyakit, negara-negara berkembang

ada metode pelayanan kesehatan lain yang melibatkan penggunaan

tumbuhan. Berbagai metode ini didasarkan pada filosopi mengenai

26

kesehatan dan penyakit yang pada dasarnya berbeda dengan metode

pengobatan ilmiah konvensional.

Pengobatan Alternatif merupakan upaya pengobatan atau

perawatan di luar ilmu kedokteran dan ilmu keperawatan. Pengobatan

tradisional atau pengobatan alternatif adalah ilmu dan seni pengobatan

berdasarkan himpunan dari pengetahuan dan pengalaman praktek, baik

yang dapat diterangkan secara ilmiah ataupun tidak, dalam melakukan

diagnosis, prevensi, dan pengobatan terhadap ketidakseimbangan fisik,

mental, ataupun sosial.

Menurut Akster, istilah alternatif mengacu pada sistem medis di

luar metode normal yang berlaku dengan beberpa ciri yang

membedakannya dengan sistem medis moderen, seperti biayanya tidak

dijamin asuransi kesehatan, metodenya tidak di ajarkan di perguruan

tinggi, metodenya didasarkan pada pandangan lain mengenai hubungan

antara tenaga kesehatan dengan penderita penyakit. Pengobatan alternatif

atau pengobatan tradisional memahami penyakit tidak hanya dari aspek

biologis tetapi ada juga yang melibatkan aspek spiritual hingga

supranatural.22

2. Pagar Diri

Pagar diri pada hakikatnya, setiap mahluk yang hidup di bumi tentu

membutuhkan keselamatan serta perlindungan diri untuk menjaga

kelangsungan hidupnya oleh karena itu Tuhan telah memberikan sarana

atau alat kepada setiap makhluknya untuk melindungi diri. Seekor ular

melindungi dirinya dengan bisa beracun yang dimilikinya, landak

memiliki duri disebagian besar tubuhnya untuk melindugi dirinya,

begitupula pada tumbuhan mawar yang memiliki duri hampir di semua

batangnya yang juga berfungsi sebagai sarana perlindungan diri.23

22 Wawancara Pribadi dengan Danan Tambunan (Cantrik Padepokan Banyu Biru)

Surakarta, 13 Juni 2018 23 www.pagargaib.com diakses pada hari rabu 12 juli 2018 pukul 15.00 WIB

http://www.pagargaib.com/

27

Begitu juga manusia sebagai mahluk hidup yang memiliki akal

pikiran, manusia telah dibekali akal untuk menciptakan berbagai sarana

yang berfungsi untuk melindungi dirinya, namun, untuk memperoleh

perlindungan serta keselamatan, manusia perlu melakukan sebuah usaha,

usaha yang dilakukan bisa berupa wirid, dzikir, berdoaa maupun

memanfaatkan sarana/benda bertuah

Pada dasarnya semua usaha yang dilakukan manusia untuk

mendapatkan perlindungan, merupakan bentuk usaha agar senantiasa

mendapatkan perlindungan, merupakan bentuk usaha perlindungan oleh

Tuhan yang maha kuasa, pagar gaib merupakan salah satu sarana ikhtiar

batin yang memiliki wasilah khusus yang datangnya dari Allah SWT.

Yang dimaksud Pagar Diri di dalam Padepokan Banyu Biru

sebuah perlindungan diri agar tidak terkena serangan dari luar, dari

seseorang yang ingin meneyelakainya dengan seseorang membuat

perlindungan diri, maka hal-hal y ang berbentuk gaib yang ingin

menyelakainya akan kebal terhadap serangan.24

Manfaat Pagar Diri :

a. Membentuk benteng gaib yang senantiasa menjaga kita dalam segala

kondisi

b. Meningkatkan kepekaan dan insting membaca tanda akan adanya

peristiwa yang mendatangkan bahaya

c. Meningkatkan kegesitan olah tubuh

d. Meningkatkan reflek menghindari ancaman serang fisik

e. Dalam kondisi tertentu, kesadaran terdalam diri akan muncul

f. Menjuhkan dari gangguan makhluk halus

g. Menghindari diri dari ancaman santet yang sering menyebabkan

penyakit kronis.

24 Wawancara Pribadi dengan Siswandi (Cantrik Padepokan Banyu Biru) Surakarta, 08

Juni 2018

28

3. Pengasihan

Ilmu pengasihan adalah salah satu cabang ilmu spiritual yang

tujuannya untuk menumbuhkan rasa cinta kasih dihati orang yang di tuju,

dalam kehidupan sehari-hari sering disebut sebagai mantra aji pengasihan,

ilmu mahabbah dan ilmu pelet, ritual dan rapal ilmu pengasihan banyak

jenisnya, namun pada dasarnya ilmu pengasihan dibagi dalam 2 jenis

umum dan khusus

Ilmu pengasihan yang bersifat umum artinya ditujukan kepada

semua orang yang melihat agar jadi sayang, ilmu pengasihan jenis ini lebih

mnonjolkan aura kharismatik, ketampanan, kecantikan (inner beauty) dari

diri sang perapal ilmu pengasihan. Ilmu pengasihan khusus artinya ilmu

pengasihan yang khusus hanya ditujukan kepada seseorang saja, agar

orang tersebut jatuh cinta kepada orang yang merapal ilmu pengasihan,

jenis ini orang awam sering menyebutnya sebagai ilmu pelet.25

Ciri khas ilmu pengasihan umum dapat dicermati dari rapal

doa/mantranya yang tidak ada penyebutan nama seseorang yang dituju.

Jadi bersifat umum, ditujukan untuk semua orang yang memandang.

Berbeda dengan ilmu pengasihan khusus yang pasti menyebutkan nama

orang yang hendak dijadikan target agar jatuh hati kepada sang perapal

ilmu pengasihan. Contoh ilmu pengasihan jenis ini yang sudah tersohor

antara lain jarang goyang, semar mesem, setan kober dll. Prinsip kerja

antara ilmu pengasihan umum dan khusus (ilmu pelet) pada dasarnya

berbeda, ilmu pengasihan umum lebih menekankan sugesti diri hingga

memunculkan aura gaib yang menyelimuti tubuh sang perapal ilmu

pengasihan. Kemudian munculah aura kharismatik dan inner beauty yang

besar hingga membuat orang yang memandang merasa senang, sayang dan

kasih, sedang dalam ilmu pengasihan khusus (ilmu pelet), karena dalam

rapal doa atau mantranya khusus ditujukan kepada seseorang, maka

energi yang terkumpul dari ritual pengasihan ini akan terfokus dan tertuju

25 http://Ilmu.Pengasihan.wordprss.com diakses pada hari selasa 02 Agustus 2018 pukul

15.00 WIB

http://ilmu.pengasihan.wordprss.com/

29

kepada orang yang jadi sasaran tersebut. Energi ini bisa berupa Cuma

sebatas sugesti, (jenis energi ini jarang suksesnya) tapi ada juga energi dari

makhluk halus seperti jin/khodam, jenis ilmu pengasihan yang bisa

menghadirkan energi makhluk halus inilah yang bisa membuat korban

(orang yang dipelet) bisa sampai cinta tergila-gila, tentu sebabnya sudah

jelas, ada mahluk halus yang telah mengambil alih kontrol pikiran sang

korban, mendungukan kesadarannya. Hingga tidak bisa menolak bila

diminta dan tidak bisa marah walau sebelumnya punya rasa benci

setengah mati.

Terkadang banyak orang yang mengartikan bahwa pengasihan ini

adalah bentuknya negatif, sejenis ilmu pelet, yang mana bertujuan untuk

menarik lawan jenis agar tertarik padanya. Cantrik Padepokan Banyu Biru

menjelaskan pelayanan yang ada di padepokan ini adalah semua berbentuk

hal yang positif seperti halnya pengasihan ini. Saryanto, Cantrik

Padepokan menjelaskan bahawa Pengasihan adalah salah satu dibukanya

aura agar setiap orang yang melihatnya melas asih Kebanyakan pasien

yang datang ke padepokan meminta agar masalah pekerjaan bisa lancar

(disanangi bosnya) dan masalah sekolah (disenangi guru).26

Ada salah satu ilmu pengasihan warisan leluhur yaitu ilmu

penunduk hati. Ilmu ini berguna untuk menundukan hati seorang wanita

yang keras, dingin seperti apapun, niscaya bisa luluh hatinya pada pria

yang mengamalkan ilmu ini. Walaupun dilakukan jarak jauh, walau

terlihat sederhana, baik dari laku maupun mantranya, namun soal

kemampuannya jangan diragukan lagi. Pada awalnya ilmu-ilmu leluhur

kita bernafaskan ajaran Hindu, namun seiring dengan masuknya ajaran

Islam ke tanah Jawa, banyak ilmu-ilmu asli leluhur kita yang diubah

menjadi bernafsakan Islam. Misalnya, dulu pembukaan sebuah mantra

diawali dengan mengucapkan pujian kepada dewa-dewa. Namun, dengan

masuknya ajaran islam, biasanya diawali dengan mengucapkan basmallah

26 Wawancara Pribadi dengan Saryanto (Cantrik Padepokan Banyu Biru) Surakarta, 15

Juni 2018

30

dan diakhiri dengan menyebut nama Allah, yang menunujukan bahwa

semua yang terjadi atas kehendak Allah. Namun soal keampuhannya tidak

berkurang sama sekali. Salah satu tokoh yang terkenal dalam menyebarkan

agama Islam di tanah Jawa adalah Kanjeng Sunan Kalijogo, dan masih

banyak lagi yang pasti, masing- masing memiliki tempat tersendiri dihati

masyarakat.

4. Penglaris

Berdagang pasti tujuannya adalah ingin mempunyai banyak

pembeli alias laris. Pedagang apapun bisa kios barang-barang sembako,

bisa warung makanan, bisa pakaian, atau lainnya pasti akan mencari

mencari cara agar dagangannya dikunjungi, diminati dan akhirnya dibeli

oleh banyak konsumennya. Syukur-syukur bisa menjadi pelanggan tetap.

Untuk mendapatkan pembeli yang banyak memang bermacam cara

digunakan oleh pedagang.

Penglaris dagang ialah salah satu usaha yang dilakukan orang Islam

supaya usaha atau dagangannya menjadi laku. Usaha atau ikhtiar ini

tentunya harus tetap sejajar dengan jalan Allah SWT agar rezeki atau

pendapatan yang didapat bisa halal, berkah dan baik disamping banyak

dan berlipat ganda, usaha atau ikhtiar yang bisa dilakukan oleh orang islam

adalah dengan berdagang secara jujur dan transparan. Disamping itu,

usaha tersebut harus didampingi dengan ikhtiar secara batin. Hal ini bisa

dengan cara berdoa penglaris jualan kepada Allah SWT atau melakukan

dzikir penglaris dagangan setiap malam. Cara tersebut bisa membuat

dagangan yang anda jalankan menjadi laris dan lancar. Selain itu toko anda

bisa menjadi maju dan berkembang.

Usaha dagang atau berdagang adalah sebuah pekerjaan yang sangat

diminati oleh para orang muslim. Lebih-lebih di Indonesia, para orang

muslim yang ada di tanah air ini sangat menyukai yang namanya

berdagang karena menganut Nabi Muhamad SAW sangat mengharapkan

pada pedagang untuk bisa berdagang dengan cara yang benar dan halal.

Perintah ini kemudian dicatat oleh Ibnu Majah dalam hadits shohih yang

31

berbunyi berdaganglah kalian dengan jujur dan amanat, niscaya orang-

orang yang jujur dan orang-orang yang mati syahid akan bersama dengan

nabi (HR, AL Hakim dan Tirmidzi), karena itulah, sebagai seorang

pedagang, anda harus benar-benar menggunakan cara yang jujur dan

amanat. Karena keuntungan anda yang berlipat, rezeki anda yang sangat

banyak hanyalah titipan dari Allah SWT.27

27 http://.ParanormalWanita.com diakses pada hari senin 8 juli 2018. Pukul 22.00 WIB.

http://.paranormalwanita.com/

32

BAB IV

RITUAL KEAGAMAAN PENGOBATAN ALTERNATIF

PADEPOKAN BANYU BIRU

A. Motivasi Para Cantrik Mengikuti Padepokan Banyu Biru

Dari awal berdirinya Padepokan sampe sekarang para pengikut masih setia

mengikuti jalannya atau kebiasaan yang dilakukan Padepokan, saat penulis

mewawancarai langsung dengan semua cantrik yang ada di padepokan

jawabannya sama yaitu untuk mencari ketenangan jiwa, karena menurut mereka

tidaklah sempurna jika hanya melakukan perintah Allah saja tanpa di barengi

dengan mengikuti padepokan. Salah satu cantrik mengakui bahwa ketika dirinya

mengikuti padepokan ia merasa ada kepuasan tersendiri yang di alami dirinya,

kedamaian, ketenangan, merasa aman, nyaman yang mana itu semua cakupannya

adalah Ketenangan Jiwa.

Kata ketenangan jiwa terdiri dari kata ketenangan dan jiwa. Sedangkan

kata ketenangan itu sendiri berasal dari kata tenang yang mendapat sufiks kep-an.

Tenang berarti diam tak berubah-ubah (diam tak bergerak-gerak); tidak gelisah,

tidak rusuh, tidak kacau, tidak ribut, aman dan tentram (tentang perasaan hati,

keadaan dan sebagainya). Tenang, ketentraman hati, batin, pikiran.28

Sedangkan jiwa adalah seluruh kehidupan batin manusia yang menjadi

unsur kehidupan, daya rohaniah yang abstr-ak yang berpungsi sebagai penggerak

manusia dan menjadi simbol kesempurnaan manusia (yang terjadi dari hati,

perasaan, pikiran dan angan-angan). Kata ketenangan jiwa juga dapat diartikan

sebagai kemampuan untuk menyesuaikan diri sendiri, dengan orang lain

masyarakat dan lingkungan serta dengan lingkungan dimana ia hidup. Sehingga

orang dapat menguasai faktor dalam hidupnya dan menghindarkan tekanan-

tekanan perasaan yang membawa kepada frustasi.29

28 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, kamus besar

bahasa indonesia, cet. Iv, (Jakarta: Balai Pustaka, 1993), h. 927 29 Zakiah Daradjat, kesehatan mental, cet. 9, (jakarta: Gunung Agung, 1982), h. 11-12.

33

Jadi ketenangan jiwa atau kesehatan mental adalah kesehatan jiwa,

kesejahteraan jiwa atau kesehatan mental. Karena orang yang jiwanya tenang,

tentram berarti orang tersebut mengalami keseimbangan fungsi-fungsi di dalam

jiwanya atau orang yang tidak mengalami gangguan kejiwaan sedikitpun sehingga

dapat berfikir positif, bijak dalam menyikapi masalah, mampu menyesuaikan diri

dengan situasi yang dihadapi serta mampu merasakan kebahagiaan hidup.

Hal tersebut sesuai dengan pandangan Zakiah Daradjat bahwa kesehatan

mental adalah terwujudnya keharmonisan yang sungguh-sungguh antara faktor

jiwa, seta mempunyai kesanggupan untuk menghadapi problem-problem yang

biasa terjadi, dan merasakan secara positif kebahagiaan dan kemampuan dirinya.30

Kartini Kartono mengatakan, bahwa mental hygiene memiliki tema sentral

yaitu bagaimana cara orang memcahkan segenap keruwetan batin manusia yang

ditimbulkan oleh macam-macam kesulitan hidup, serta berusaha mendapatkan

kebersihan jiwa dalam pengertian tidak tergantung oleh macam-macam

ketegangan, ketakutan serta konflik.31

Dari berbagai pendapat diatas dapat dipahami bahwa orang yang sehat

mentalnya atau tentang jiwanya adalah orang yang meiliki keseimbangan dan

keharmonisan di dalam fungsi-fungsi jiwanya, memiliki kepribadian yang

terintegritas dengan baik, dapat menerima sekaligus menghadapi realita yang ada,

mampu memecahkan segala kesulitan hidup dengan kepercayaan diri dan

keberanian serta dapat menyesuaikan diri (beradaptasi) dengan lingkungannya.

Jadi orang yang tenang jiwanya adalah orang fungsi-fungsi jiwanya dapat

berjalan secara harmonis dan serasi sehingga memunculkan kepribadian yang

terintegritas de ngan baik, sebab kepribadian yang terintegritas dengan baik dapat

dengan mudah memulihkan macam-macam ketegangan dan konflik-konflik batin

secara spontan dan otomatis dan mengatur pemecahannya menurut prioritas dan

herarkinya, sehingga dengan mudah akan mendapatkan keseimbangan batin, batin

dan jiwanya ada dalam keadaan tenang seimbang.

30 Ibid, h. 13. 31 Kartini Kartono dan Jenny Andari, Hygiene mental dan kesehatan dalam islam,

(Bandung: Mandar Maju, 1989), h. 4

34

Faktor-faktor yang mempengaruhi ketenangan Jiwa

Semua orang ingin menjalani kehidupannya dengan penuh kebahagiaan

dan ketenangan lahir batin. Adapun jiwa yang tenang, sebagaimana yang

diungkapkan dalam al-Quran surat Al-Fajr ayat 27-28

Hai jiwa tenang kembalilah Tuhanmu dengan hati yang puas lagi

diridhai-Nya. (QS. al-Fajr: 27-28)

Dari ayat diatas dapat diketahui bahwa manusia yang memiliki jiwa yang

tenang akan mendapatkan kebahagiaan di sisi Allah SWT dan akan dimasukan ke

dalam surga-Nya. Dengan demikian segala yang dilakukannya hanya semata-mata

untuk mencari ridho Allah SWT, dan akan dimasukan ke dalam surga-Nya dengan

demikian segala yang dilakukannya dipikir dahulu, apakah sudah sesuai dengan

perintah Allah SWT atau tidak, sehingga semua perbuatnnya akan bermanfaat

karena disandarkan dengan niat untuk mencari ridha Allah SWT semata. Ia lebih

menginginkan hal-hal yang bersifat rohaniah, yang bisa mengisi jiwanyadan tidak

cenderung mengejar kelezatan duniawi yang bersifat jasmaniah. Orang semacam

ini jika dikaruniai kekayaan, tidak mengambil selain apa yang menjadi haknya

sendiri, dan apabila ditimpakan kepadanya musibah bersabar serta bertawakal

kepada Allah SWT.

Menurut imam Ghazali jiwa yang tenang ialah jiwa yang diwarnai dengan

sifat-sifat yang menyebabkan selamat dan bahagia. Diantaranya adalah sifat-sifat

syukur, sabar, takut tuhan, rela akan hukum Tuhan, mengharapkan pahala dan

memperhitungkan amal perbuatan dirinya selama hidup, dan lain-lain. Sifat-sifat

yang menyebabkan selamat menurut Zakiyah Daradjat dan Kartini Kartono , ada

beberapa faktor yang mempengaruhi ketenangan jiwa dimana orang yang ingin

mencapai ketenangan jiwa harus memnuhi beberapa faktor tersebut antara lain:

1. Faktor Agama

Agama adalah kebutuhan jiwa (psikis) manusia, yang akan

mengatur dan sikap, kelakuan dan cara menghadapi tiap-tiap masalah.

35

Demikian juga dalam agama ada larangan yang harus dijauhi, karena di

dalamnya terdapat dampak negatif dari kehidupan manusia. Orang yang

beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT secara benar, di dalam hatinya

tidak akan diliputi rasa takut dan gelisah. Ia merasa yakin bahwa keimanan

dan ketaqwaan itu akan membawa kelegaan dan ketenangan batinnya.

Firman Allah SWT :

Orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka kebahagiaan

dan tempat kembali yang baik. (QS. ar-Rad:29)

Pelaksanaan agama (ibadah) dalam kehidupan sehari-hari dapat

membentangi orang dari rasa gelisah dan takut. Diantara dari berbagai

macam ibadah yang ada yaitu shalat secara psiologis semakin banyak

ahalat dan mengantungkan harapan kepada Allah SWT maka akan

tentramlah hati. Karena dalam sholat itu sendiri mengandung psiko-

religius (kekuatan rohaniah) yang dapat membangkitkan rasa percaya diri

dan rasa optimisme sehingga memiliki semangat untuk masa depan.

Daripada itu tujuan utama dari shalat adalah ingin beraudiensi,

men`dekatkan diri dengan Allah supaya terciptalah kebahagiaan dan

ketenangan hidupnya.

2. Terpenuhinya kebutuhan manusia

Ketenangan dalam hati dapat dirasakan apabila kebutuhan-

kebutuhan manusia baik yang bersifat fisik maupun psikis terpenuhi.

Apabila kebutuhan tersebut tidak terpenuhi akan mengakibatkan

kegelisahan dalam jiwa yang akan berdampak pada tergantungnya

ketenangan hidup:

a. Terpenuhinya kebutuhan pokok, hal ini karena setiap manusia pasti

memiliki dorongan-dorongan akan kebutuhan pokok tersebut menuntut

pemnuhan, sehingga jiwa menjadi tenang dan akan menurunkan

ketegangan-ketegangan jiwa jika kebutuhan tersebut terpenuhi.

36

b. Tercapainya kepuasan, setiap orang pasti menginginkan kepuasan, baik

yang berupa jasmaniah maupun yang bersifat psikis, seperti kenyang,

aman terlindungi, ingin puas dalam hubungan seksnya, ingin mendapat

simpati dan diakui harkatnya. Pendeknya ingin puas di segal bidang.

c. Posisi status sosial, setiap individu selalu berusaha mencari posisi

sosial dalam lingkungannya. Tiap manusia membutuhkan cinta kasih

dan simpati menumbuhkan rasa diri aman, berani optimis, percaya

diri.32

B. Ritual Keagamaan Pengobatan Alternatif Padepokan Banyu Biru

Praktek penyembuhan ditangani padepokan sesuai dengan bobot penyakit

yang diderita pasien, secara umum praktik yang biasanya dilakukan padepokan

biasanya ada beberapa tahap,yaitu sebagai berikut:

1. Terapi

Dalam kamus lengkap psikologi, terapi atau dalam bahasa Inggris

disebut dengan therapy adalah satu perlakuan atau pengobatan yang

ditujukan kepada penyembuhan satu kondisi patologis.sedangkan

seseorang yang dilatih dalam pengobatan penyakit dan gangguan kejiwaan

disebut dengan terapis atau dalam bahasa Inggris disebut therapist.33

Dalam kamus besar bahasa Indonesia, terapi adalah usaha untuk

memulihkan kesehatan orang yang sedang sakit, pengobatan penyakit,

perawatan penyakit.34 Adapun dalam bahasa Arab istilah terapi dapat

disamakan dengan kata-kata isytisyfa yang berasal dari kata syafayasfi-

syifa yang berarti menyembuhkan.35

MA. Subandi mengemukakan bahwa terapi merupakan proses

formal interaksi antara dua pihak atau lebih yang satu adalah profesional

32 Kar tini Kartono, op.cit. hlm. 29-30 33JP. Chapin, penerjemah Kartini Kartono, Kamus Lengkap Psikologi,(Jakarta: Rajawali

Press, 1981), cet. 1 h. 198 34Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pusat Chaplin,

Kamus Lengkap Psikologi, h. 407 35 Ahmad Warsono Munawwir, kamus Al-Munawwir, Arab-Indonesia, (Yogyakarta:

Pondok pesantren Al-Munawwir, 1984), h. 782

37

penolong (terapis) dan yang lain adalah petolong (orang yang ditolong),

dengan catatan bahwa interaksi itu menuju pada perubahan rasa, piker,

perilaku dan kebiasaan yang ditimbulkan dengan adanya tindakan

profesional terapis dengan latar ilmu perilaku dan teknik-teknik usaha

yang dikembangkan.36

Dr. Muhammad Solihin didalam bukunya Terapi Sufistik

menyebutkan ada enam model terapi yaitu:37

a. Terapi Client Centered. Terapi jenis ini menaruh kepercayaan dan

meminta tanggung jawab yang lebih besar kepada klien dalam

menanggulangi masalah-masalahnnya.

b. Terapi Realitas. Yaitu terapi jangka pendek yang berfokus pada saat

sekarang.

c. Menekankan kekuatan pribadi dan pada dasarnya merupakan jalan

agar para klien dapat belajar bertingkah laku yang lebih ralistic

sehingga dapat mencapai keberhasilan.

d. Terapi Relaksasi. Terapi ini diberikan kepada orang yang mudah

disugesti. Terapi model ini pada umumnya dilakukan oleh seorang

terapis yang ahli dibidang hipnotis. Dengan terapi sugesti ini klien

diarahkan untuk dapat melakukan rileksasi.

e. Terapi prilaku. Yaitu terapi yang bermaksud agar klien berubah baik

sikap maupun prilakunya terhadap objek atau situasi yang menakutkan

secara bertahap, klien dilatih dan dibimbing menghadapi objek atau

situasi yang menakutkan secara bertahap, klien dilatih dan dibimbing

menghadapi objek atau situasi yang menimbulkan panic atau phobic.

Pelatihan dilakukan berulang-ulang sampai pada akhirnya klien dapat

melakukan tanpa dapat bantuan dari orang lain. Sudah tentu latihan

perilaku ini didahului dengan pemberian psioterapi untuk memperkuat

kepercayaan diri.

36MA. Subandi, Psikoterapi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001), cet ke-1, h.9 37M. Sollihin, Terapi Sufistik,(Bandung: CV. Pustaka Setia, 2004) Cet. Ke-1,h.85

38

f. Terapi keagamaan. Terapi keagamaan adalah terapi yang dilakukan

dengan menggunakan pendekatan keagamaan seperti menggunakan

ayat-ayat suci Al-Quran, hadist Nabi dan pemikiran-pemikiran

keislaman yang secara implicit mengundang terapi. Adapula yang

menggunakan dzikir dan doa-doa tertentu yang pada intinya yang pada

intinya memohon kepada Allah agar diberi ketenangan hati. Dengan

terapi jenis ini diharapkan seseorang dapat terbebas dari rasa cemas,

tegang, depresi dan lain-lain. Sebagaimana dijelaskan pada firman

Allah SWT pada QS.Asy-Syuaraa 26:80

Artinya: Dan apabila Aku sakit, dialah yang menyembuhkan aku (QS.

Asy-syuraa:80)

g. Terapi Holistik. Terapi holistic adalah terapi yang mencakup

keseluruhan aspek manusia, dalam artian bahwa terapi dilakukan tidak

hanya melaui obat-obatan semata, atau hanya ditujukan kepada aspek-

aspek kejiwaan akan tetapi mencakup aspek-aspek lain seperti

organobiology, psikologi, psikososial, psikoritual, dan sebagainya.

Sehingga klien dapat diobati secara menyeluruh, pada intinya terapi

holistic ini adalah bentuk terapi yang memandang keseluruhan aspek

pada klien.

Fungsi dari terapi untuk melancarkan peredaran darah, dalam

proses terapi biasanya anggota badan tertentu dipijat, diurut, dikasih

getaran terapi, menggunakan ilmu kebatinan. Ada ilmu gaib yang masuk

dalam proses penyembuhan melalui terapi.38

2. Media Air

Pasien dikasih Air yang sudah dikasih Doa atau air yang diambil

dari tempat sakral yang dipercaya tempat tersebut mempunyai kekuatan.

38 Wawancara Pribadi dengan joko (Cantrik Padepokan Banyu Biru) Surakarta, 16 Juni

2018

39

Dalam proses pengaplikasiannya air tersebut bisa diolesin pada bagian

organ tubuh yang sakit, bisa juga diminum tergantung jenis penyakit yang

diderita pasien.39