RANULA word

32
RANULA Disusun oleh : AYU 406100035 Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

Transcript of RANULA word

Page 1: RANULA word

RANULA

Disusun oleh :

AYU

406100035

Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

Jakarta2010

RANULA

Page 2: RANULA word

Diajukan Guna Memenuhi Tugas Kepaniteraan Klinik

Bagian Ilmu Penyakit Gigi dan Mulut

Rumah Sakit Daerah Swadana Kudus

Pembimbing

drg. Sam Permanatrini

Disusun oleh :

AYU

406100035

Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

Jakarta2010

LEMBAR PENGESAHAN

Page 3: RANULA word

RANULA

Dipersiapkan dan disusun oleh :

Ayu

406100035

Telah diuji tanggal : 27 Oktober 2010

Pembimbing

drg. Sam Permanatrini

Penguji Penguji

drg. Malia Rustini, Sp.Ort drg. Siti Rochani

Kudus, 27 Oktober 2010

Bagian Ilmu Penyakit Gigi dan Mulut

Rumah Sakit Daerah Swadana Kudus

KATA PENGANTAR

Page 4: RANULA word

Pertama-tama penulis memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha

Esa. Karena dengan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan referat berjudul

“Ranula” ini.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada pihak Rumah Sakit Umum

Daerah kabupaten Kudus, khususnya drg. Sam Permanatrini, drg. Siti Rochani,

dan drg. Malia Rustini Sp.Ort selaku pembimbing kepaniteraan Ilmu Penyakit

Gigi dan Mulut yang telah banyak meluangkan waktunya untuk memberikan

bimbingan, nasehat, petunjuk serta bantuan sehingga referat ini dapat tersusun

dengan baik. Penulis berharap ilmu yang telah diberikan dapat bermanfaat bagi

penulis, baik di siklus kepaniteraan selanjutnya maupun dalam praktik sehari-hari

di kemudian hari. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh perawat

dan staf terkait.

Penulis menyadari bahwa referat ini masih jauh dari sempurna, oleh

karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat

membangun demi kesempurnaan penulisan referat ini.

Akhir kata dengan segala kerendahan hati, penulis berharap semoga referat

ini dapat memberikan informasi bagi para pembaca.

Kudus, 16 Oktober 2010

Penulis

DAFTAR ISI

Page 5: RANULA word

COVER ………………………………………………………………….... i

LEMBAR PENGESAHAN …………………………………………......... ii

KATA PENGANTAR …………………………………………………...... iii

DAFTAR ISI ……………………………………………………………… iv

BAB I PENDAHULUAN ………………...........………………………..... 1

A. Definisi ………………………………………………………….. 1

B. Tinjauan Pustaka ………………………………………………... 1

C. Klasifikasi Ranula ………………………………………………. 3

D. Prevalensi ……………………………………………………….. 4

E. Permasalahan ……………………………………………………. 4

BAB II PEMBAHASAN ……………………………......……………….... 5

A. Etiologi dan Patofisiologis Ranula ……………………………… 5

B. Gambaran Klinis Ranula ………………………………………... 6

C. Diagnosis Ranula ………………………………………………... 7

D. Differential Diagnosis Ranula …………………………………... 8

E. Penatalaksanaan Ranula ………………………………………… 14

BAB III KESIMPULAN ………………………………………….............. 16

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………... 18

Page 6: RANULA word

BAB I

PENDAHULUAN

A. Definisi

Ranula adalah bentuk kista akibat obstruksi glandula saliva mayor

yang terdapat pada dasar mulut. Dan akan berakibat pembengkakan di bawah

lidah yang berwarna kebiru-biruan (drg. Sugito, MH).

Ranula merupakan fenomena retensi duktus pada glandula

sublingualis (yang kadang-kadang menunjukkan adanya lapisan epitel),

dengan gambaran khas pada dasar mulut. Mukosa di atasnya terlihat tipis,

meregang, dan hampir transparan. Pembesaran yang disebabkan oleh cairan

ini kadang menyebabkan terangkatnya lidah khususnya pada anak-anak

(Gordon W. Pedersen).

Ranula berasal dari kata latin : Rana, yang berarti katak. Dinamakan

ranula, karena ranula tersebut menonjol mirip perut katak. Bila kista tersebut

menjadi sangat besar pada dasar mulut, suara penderita dapat menjadi

“croacking” seperti suara katak (Aswin Rahardja).

Istilah ranula digunakan untuk menggambarkan mucocele yang timbul

pada dasar mulut. Biasanya unilateral dan menyebabkan pembengkakan biru

translusens yang mirip dengan perut katak (Mervyn Shear).

B. Tinjauan Pustaka

Rongga mulut setiap harinya dibasahi oleh 1000 hingga 1500 ml

saliva. Kesehatan lapisan mukosa mulut dan faring serta fungsi penguyahan,

deglutisi (proses pencernaan makanan sejak masuk ke rongga mulut hingga

mencapai esophagus), bergantung pada cukupnya aliran saliva. Saliva berasal

dari 3 pasang glandula saliva mayor, yaitu glandula parotis, glandula

sublingualis dan glandula submandibularis, dan sejumlah glandula saliva

minor pada mukosa dan submukosa bibir, palatum dan lidah (Gordon W.

Pedersen).

Page 7: RANULA word

Glandula parotis terletak pada bagian samping, di atas musculus

masseter. Ductus parotis, misalnya ductus stensen, dengan panjang 5 sampai 6

cm, bermula dari aspek anterior glandula, melintasi masseter, menembus

musculus buccinators, dan memasuki rongga mulut pada regio molar pertama

atau molar kedua rahang atas (Gordon W. Pedersen).

Glandula submandibularis terletak di bawah corpus mandibula dan

menempati segitiga yang dibentuk oleh venter posterior dan anterior musculi

digastrici. Ductus-nya keluar dari perluasan glandula submandibularis yang

melintasi batas posterior dari musculus mylohyoideus dan memasuki rongga

atau ruang sublingual. Ductus Wharton dengan panjang kurang lebih 6 cm,

melintas di bagian anterior dan berakhir dalam lubang saluran di dasar mulut,

tepat di samping frenulum lingualis (Gordon W. Pedersen).

Glandula sublingualis menempati rongga sublingual bagian anterior

dan karena itu hampir memenuhi dasar mulut. Aliran dari sublingualis

memasuki rongga mulut melalui sejumlah muara yang terdapat sepanjang

plica sublingualis, yaitu suatu lingir mukosa anteroposterior di dasar mulut

yang menunjukkan alur dari ductus submandibularis, atau melalui ductus

utama (yaitu ductus Bartholin) yang berhubungan dengan ductus

submandibularis (Gordon W. Pedersen).

Glandula saliva minor terletak dalam jumlah besar pada submukosa

atau mukosa bibir, permukaan lidah bagian bawah, bagian posterior palatum

durum dan mukosa bukal (Gordon W. Pedersen).

Dalam keadaan normal glandula saliva ini terus menerus

mengeluarkan saliva melalui saluran yang bermuara di dalam rongga mulut

sesuai dengan kebutuhan. Bilamana karena suatu sebab, terjadi hambatan

maupun penyumbatan baik sebagian maupun total, maka akan terjadi

bendungan atau stagnasi saliva yang merupakan retensi saliva dan pada suatu

saat akan berubah menjadi kista (drg. Iskandar Atmadja).

Mengingat kista ini terjadinya karena retensi saliva di dalam saluran

saliva yang abnormal, maka kista jenis ini digolongkan sebagai kista retensi.

Bila terjadi pada ductus glandula saliva mayor, kista ini disebut ranula (drg.

Iskandar Atmadja).

Page 8: RANULA word

C. Klasifikasi Ranula

Ranula diklasifikasikan menjadi 2 tipe, yaitu :

1. Ranula superficial atau simple ranula

Merupakan kista retensi yang sesungguhnya. Besarnya terbatas pada

dataran oral musculus mylohyoideus (Aswin Rahardja).

Tampak sebagai suatu pembengkakan lunak, dapat ditekan, timbul dari

dasar mulut. Kista ini dindingnya dilapisi epitel dan terjadi karena

obstruksi ductus glandula saliva (Robert P. Langlais & Craig S. Miller).

Gambar Simple Ranula

2. Ranula dissecting atau plunging ranula atau ranula profunda

Merupakan pseudokista, terjadinya karena ekstravasasi (kebocoran) saliva

pada jaringan, pada sepanjang otot dan lapisan fasia dasar mulut dan leher.

Ekstravasasi (kebocoran) tersebut disebabkan karena trauma yang kecil,

dimana tidak pernah diingat oleh penderita (Aswin Rahardja).

Kista ini menerobos di bawah musculus mylohyoideus dan menimbulkan

pembengkakan submental. Kista jenis ini dindingnya tidak dilapisi epitel

(Robert P. Langlais & Craig S. Miller).

Gambar Plunging ranula

Page 9: RANULA word

D. Prevalensi

Ranula dapat terjadi pada semua umur dan lebih sering terjadi pada

wanita daripada pria (drg. Iskandar Atmadja).

Ranula jarang sekali terjadi. Dalam salah satu penelitian terhadap 1303

kista pada glandula saliva, hanya ada 42 ranula yang terjadi. Perbandingan

laki-laki dan perempuan dalam hal terjadinya ranula adalah 1:1,3. Umumnya

yang sering terkena pada dekade kedua dan ketiga kehidupan, dengan rentang

usia 3-61 tahun (Ryan L Van De Graaff).

E. Permasalahan

Telah diketahui bahwa ranula adalah kista retensi glandula saliva atau

kelenjar liur. Agar diagnosa dan penatalaksanaannya benar, hal-hal yang perlu

diketahui dan menjadi permasalahan adalah apakah etiologi dan bagaimana

patofisiologi ranula? Bagaimana gambaran klinis, cara menegakkan diagnosis,

differential diagnosis serta penatalaksanaan ranula?

Page 10: RANULA word

BAB II

PEMBAHASAN

A. Etiologi dan Patofisiologi Ranula

Ranula telah dikenal sejak berabad-abad yang lalu. Banyak teori yang

diajukan untuk mengetahui asalnya. Hippocrates dan Celcius mengatakan

bahwa kista berasal dari proses inflamasi yang sederhana. Pare mensugestikan

berasal dari glandula pituitary yang menurun dari otak ke lidah. Ada juga

yang mensugestikan bahwa kista tersebut berasal dari degenerasi myxomatous

glandula saliva. Teori yang terakhir mengatakan bahwa kista terjadi karena

Obstruksi ductus saliva dengan pembentukan kista atau ekstravasasi

(kebocoran) saliva pada jaringan yang disebabkan karena trauma. Obstruksi

ductus tersebut dapat disebabkan karena calculus atau infeksi (Aswin

Rahardja).

Pada tahun 1973 Roediger dan rekannya dapat membuktikan bahwa

terjadinya ranula oleh adanya penyumbatan ductus glandula saliva sehingga

terjadi penekanan sepanjang dinding saluran. Bila ada daerah yang lemah akan

pecah dan terjadi lagunar (bulatan-bulatan kecil), yang merupakan retensi

saliva yang lambat laun menjadi kista ekstravasasi (kebocoran) pada ductus

glandula sublingualis atau submandibularis, yang kadang-kadang dapat

ramifikasi (percabangan) secara difus ke leher (Mervyn shear).

Menurut Robert P. Langlais & Craig S. Miller, Ranula terbentuk

sebagai akibat terhalangnya ductus saliva yang normal melalui ductus

ekskretorius mayor yang membesar atau terputus dari glandula sublingualis

(ductus Bartholin) atau glandula submandibularis (ductus Wharton), sehingga

melalui rupture ini saliva keluar menempati jarigan disekitar ductus tersebut.

Walau terjadinya ranula yang ditulis dalam literature hingga saat ini

masih simpang siur, namun diperkirakan karena :

1. Adanya penyumbatan sebagian atau total sehingga terjadi retensi saliva

sublingualis atau submandibularis

2. Karena suatu trauma

Page 11: RANULA word

3. Adanya peradangan atau myxomatous degenerasi ductus glandula

sublingualis

(drg. Iskandar Atmadja).

B. Gambaran Klinis Ranula

Tanda dan Gambaran Klinis ranula adalah sebagai berikut :

Adanya benjolan simple pada dasar mulut, mendorong lidah ke atas.

Gambar Ranula besar yang mengangkat lidah

Umumnya unilateral, jarang bilateral.

Benjolan berdinding tipis transparan, berwarna biru kemerah-merahan.

Benjolan tumbuh lambat, gambaran seperti perut katak.

Gambar Ranula seperti mata katak

Pembengkakan selain intra oral dapat juga extra oral.

Tidak ada rasa sakit kecuali meradang atau infeksi.

Bila benjolan membesar dapat mengganggu bicara, makan

maupun menelan.

Page 12: RANULA word

Benjolan oleh karena suatu sebab dapat pecah sendiri,

cairan keluar, mengempes kemudian timbul atau kambuh

kembali.

Pada simple ranula benjolan terletak superficial sedangkan

plunging ranula benjolan terletak lebih dalam, bisa

menyebar ke dasar otot mylohyoid, daerah submandibular,

ke leher bahkan ke mediastinum

(drg. Iskandar Atmadja).

C.Diagnosis Ranula

Langkah-langkah yang dilakukan untuk menegakkan diagnosis ranula:

1. Melakukan anamnesa lengkap dan cermat

Secara visual

Bimanual palpasi intra dan extra oral

Punksi dan aspirasi

2. Melakukan pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan radiologis dengan kontras media, tanpa kontras media

tidak berguna

Pemeriksaan mikroskopis, pemeriksaan biopsi

(drg. Iskandar Atmadja)

Simple Ranula gambaran kliniknya relatif lebih khas sehingga

diagnosa mudah ditegakkan. Tampak sebagai suatu tonjolan berdinding tipis,

licin, kebiruan dan transparan. Pada palpasi terasa lunak dan fluktuasi. Kista

ini terletak dibawah lidah, pada bagian depan mulut (Aswin Rahardja).

Plunging ranula lebih sulit menegakkan diagnosanya, karena

gambarannya mirip dengan banyak struktur kistik atau pembengkakan

glandula yang lain pada leher. Tidak ada tes diagnostik khusus untuk

membedakan lesi-lesi tersebut. Maka diagnosa plunging ranula hanya

tergantung pada adanya hubungan anatomi kista dengan glandula saliva dan

gambaran histopatologis dinding kista sesudah eksisi (Quick & Lowell, 1977).

Page 13: RANULA word

Gambaran histopatologis simple ranula yaitu dinding kista dilapisi

epitel, sedangkan plunging ranula dinding kista tanpa dilapisi epitel (Aswin

Rahardja).

D.Differential Diagnosis Ranula

1. Differential Diagnosis Ranula superficial atau simple ranula

a. Batu kelenjar liur (Sialolith)

Pembentukan batu terjadi karena pengerasan kompleks kalsium

di dalam glandula saliva yang dapat menyumbat ductus saliva

sehingga menyebabkan pembengkakan di dasar mulut. Penyumbatan

aliran saliva oleh batu akan mengakibatkan pembengkakan dasar

mulut yang keras, nyeri dan sakit (Robert P. Langlais & Craig S.

Miller).

Gejala klinis yang khas adalah rasa sakit yang hebat pada saat

makan, menelan dan disertai adanya pembengkakan glandula saliva

dan sangat peka jika di palpasi. (Dona Sari Nasution).

Gambar Sialolith

b. Kista Dermoid

Terjadi akibat pembengkakan jaringan lunak yang berasal dari

degenerasi kistik dari epitel yang terjebak selama perkembangan

embrionik. Kista dermoid dapat dijumpai di mana saja di kulit, tetapi

mempuyai kecenderungan timbul di dasar mulut. Secara klasik tampak

seperti kubah, tidak sakit, muncul di dasar mulut. Mukosa di atasnya

merah muda, lidah sedikit terangkat dan palpasi memberi konsistensi

Page 14: RANULA word

seperti adonan. Pasien mengeluh sukar makan dan bicara (Robert P.

Langlais & Craig S. Miller).

Gambar Kista dermoid

c. Hemangioma

Hemangioma adalah tumor jinak vaskuler yang sering terjadi

pada rongga mulut. Etiologinya diduga berhubungan dengan

abnormalitas proliferasi dari sel-sel endotelium (Steven Brett Sloan).

Gambaran Hemangioma menyerupai kista ranula yang

menunjukkan adanya pembuluh darah (Gordon W. Pedersen).

Gambar Hemangioma

2. Differential Diagnosis Ranula dissecting atau plunging ranula atau ranula

profunda

a. Laryngocele

Laryngocele adalah penonjolan selaput lendir laring (kotak

suara). Terjadi karena tekanan intralaringeal meningkat. Laryngocele

yang menonjol ke arah luar (Laryngocele eksterna) menyebabkan

Page 15: RANULA word

benjolan di leher. Penderita juga bisa mengalami disfagia (gangguan

menelan), batuk atau merasakan adanya sesuatu di tenggorokannya.

Pada CT scan, Laryngocele tampak licin dan berbentuk seperti telur.

(Raden Fahmi).

b. Sialadenitis

Terjadi karena peradangan dari glandula saliva dengan

gambaran klinis :

Malnutrition

Mulut terasa kering

Rasa sakit pada mulut atau wajah, terutama ketika makan

Kulit kemerahan di samping wajah atau leher

Pembengkakan pada wajah terutama di depan telinga, di bawah

rahang, atau di bawah lidah.

(damayanti,dkk)

Gambar Sialadenitis

c. Cystic Hygroma

Page 16: RANULA word

Terjadi karena anomali kongenital limfatik. Cystic Hygroma

cenderung di bawah musculus mylohyoideus dan dapat melibatkan

segitiga anterior dan posterior dari leher. Kista biasanya besar, halus

dan berdinding tebal, berwarna pucat, serta transiluminasi (berkas

chaya akan melewati cairan). Perlu diketahui bahwa kulit di atas kista

kadang-kadang berwarna kebiruan.

(Jason L Acevedo & Rahul K Shah).

Gambar Cystic Hygroma

d. Abses leher

Abses leher merupakan kumpulan nanah dari infeksi di ruang

antara struktur leher. Terjadi karena infeksi bakteri atau virus dikepala

atau leher.

Gejala yang ditimbulkan yaitu :

a. Demam

b. Merah, bengkak tenggorokan, sakit, kadang-kadang hanya satu

sisi.

c. Tonjolan di bagian belakang tenggorokan

d. Nyeri leher

e. Sakit telinga

f. Tubuh sakit

g. Panas dingin

h. Kesulitan menelan, berbicara atau bernapas

(Anonim, http://www.chp.edu)

Page 17: RANULA word

Gambar Abses leher

e. Ductus Thyroglossal Cyst

Kista ini biasanya terletak di garis tengah leher. Ditandai

dengan terabanya massa leher yang membesar dan tidak menimbulkan

rasa tertekan di tempat timbulnya kista. Konsistensi massa teraba

kistik, berbatas tegas, bulat, mudah digerakkan, tidak nyeri, warna

sama dengan kulit sekitarnya dan bergerak saat menelan atau

menjulurkan lidah. Diameter kista berkisar antara 2-4 cm, kadang-

kadang lebih besar. Bila terinfeksi, benjolan akan terasa nyeri.

Beberapa orang mengeluh nyeri saat menelan dan kulit di atasnya

berwarna merah

(Anonim, http://www.kesimpulan.com).

Gambar Ductus Thyroglossal Cyst

f. Kista Kelenjar Paratiroid atau Tiroid

Kista ini berisi cairan bening atau darah dan biasanya

bermanifestasi sebagai massa leher tanpa gejala. Epitel kista ini

berbentuk kubus atau kolumnar (Sachin Wani & Ziyun Hao).

Page 18: RANULA word

Gambar Kista Tiroid

g. Cervical Thymic Cyst

Lesi dari mediastinum anterior leher. Gejala utamanya adalah

kesulitan menelan dan bernafas. Tanda yang paling sering ditemukan

adalah adanya massa di leher bagian lateral.

(Anonim, http://www.surgical-pathology.com)

Gambar Cervical Thymic Cyst

h. Pleomorphic adenoma

Tumor kelenjar liur jinak yang paling umum. Meskipun

pleomorphic adenoma paling sering terjadi pada kelenjar parotis,

tumor ini kemungkinan juga ditemukan dalam kelenjar liur

submandibularis, sublingualis. Gambaran tumor biasanya mulus,

tetapi kadang-kadang muncul nodul di sepanjang permukaan tumor

(Andrew L Wagner).

Gambar Pleomorphic adenoma

Page 19: RANULA word

E. Penatalaksanaan Ranula

Dalam kasus ranula, ahli bedah mulut dapat merekomendasikan

marsupialisasi atau eksisi, dimana ranula diincisi untuk membuat outlet pada

kista retensi kelenjar liur sehingga cairan dapat dikeluarkan (S. E. Smith).

Berikut ini penjelasan tentang prosedur marsupialisasi serta

komplikasi yang ditimbulkan.

1. Tehnik Operasi :

a. Menjelang operasi

Penjelasan kepada penderita dan keluarganya mengenai tindakan

operasi yang akan dijalani serta resiko komplikasi disertai dengan

tandatangan persetujuan dan permohonan dari penderita untuk

dilakukan operasi. (Informed consent).

Memeriksa dan melengkapi persiapan alat dan kelengkapan operasi.

Penderita puasa minimal 6 jam sebelum operasi.

Antibiotika profilaksis, Cefazolin atau Clindamycin kombinasi

dengan Garamycin, dosis menyesuaikan untuk profilaksis.

b. Tahapan operasi

Dilakukan dalam kamar operasi, penderita dalam narkose umum

dengan intubasi nasotrakheal  kontralateral dari lesi, atau kalau

kesulitan bisa orotrakeal yang diletakkan pada sudut mulut serta 

fiksasi-nya kesisi kontralateral, sehingga lapangan operasi bisa

bebas.

Posisi penderita telentang  sedikit “head-up” (20-25 0 ) dan kepala

menoleh kearah kontralateral, ekstensi (perubahan posisi   kepala

setelah didesinfeksi).

Desinfeksi intraoral dengan Hibicet setelah dipasang tampon steril di

orofaring.

Desinfeksi lapangan operasi luar dengan Hibitane-alkohol 70% 

1:1000

Mulut dibuka dengan menggunakan spreader (alat pembuka) mulut,

untuk memudahkan mengeluarkan lidah maka bisa dipasang teugel

(alat penyangga) untuk pada lidah dengan benang sutera 0/1.

Page 20: RANULA word

Lakukan eksisi bentuk elips pada mukosa dasar mulut dan pilih

yang    paling sedikit vaskularisasi-nya, kemudian rawat perdarahan

yang terjadi, lakukan sondase atau palpasi, sebab kadang ada

sialolithiasis, atau sebab lain sehingga menimbulkan sumbatan pada 

saluran kelenjar liur sublingual. Tepi eksisi dijahit dengan Dexon 0/3

agar tidak menutup lagi.

Apabila masih teraba  kista maka bisa dilakukan memecahkan septa

yang ada sehingga isinya bisa ter-drainase. Pada kista yang cukup

besar setelah dievaluasi tidak ada kista lagi maka bisa dipasang

tampon pita sampai keujungnya dipertahankan sampai 5 hari sebagai

tuntunan epitelialisasi pada permukaan kista tadi dan tidak obliterasi

lagi.

Apabila didapat sebagian ranula dibawah musculus mylohyoid, maka

memerlukan pendekatan yang lebih bagus dari ekstra oral. Dan yang

perlu diperhatikan adalah nervus hipoglossus, nervus lingualis.

Evaluasi ulang untuk perdarahan yang terjadi.

Lapangan operasi dicuci dengan kasa-PZ steril, luka operasi yang

diluar ditutup dengan kasa steril dan di hipafiks (perekat).

Tampon orofaring diambil, sebelum ekstubasi.

(Anonim, http://bedahunmuh.wordpress.com)

2. Komplikasi operasi yang dapat terjadi, yaitu :

a. Perdarahan

b. Kerusakan nervus hipoglosus atau nervus lingualis

c. Infeksi

d. Fistel orokutan pada operasi yang pendekatannya intra dan extra oral

e. Residif

Residif ketika kelenjar saliva yang terlibat tidak terpotong mecapai

50%. Angka ini menurun jika kelenjar saliva tersebut dipotong.

(Ryan L Van De Graaff; Anonim, http://bedahunmuh.wordpress.com)

Pada pasien langka yang tidak dapat mentoleransi pembedahan, terapi

radiasi adalah terapi alternatif. (Ryan L Van De Graaff).

Page 21: RANULA word

BAB III

KESIMPULAN

Ranula merupakan suatu kista retensi dengan gambaran khas pada dasar

mulut.

Dikenal dua tipe klinik ranula, yaitu ”ranula superficial” atau “simple

ranula” dan “plunging ranula” atau “ranula dissecting” atau “ranula

profunda”. Simple ranula letaknya terbatas pada dataran oral musculus

mylohyoideus, sedangkan plunging ranula menerobos di bawah musculus

mylohyoideus dan bisa menyebar ke daerah submandibular, ke leher

bahkan ke mediastinum

Ranula terbentuk sebagai akibat terhalangnya ductus glandula saliva

mayor, bisa akibat dari penyumbatan, trauma atau adanya peradangan.

Gambaran klinis ranula yaitu adanya benjolan simple pada dasar mulut

berwarna biru kemerah-merahan, berdinding tipis transparan, gambaran seperti

perut katak. Tidak ada rasa sakit kecuali meradang atau infeksi. Bila benjolan

membesar dapat menganggu bicara, makan maupun penelanan. Pada simple

ranula benjolan terletak superficial sedangkan pada plunging

ranula benjolan terletak lebih dalam sehingga dapat menimbulkan

pembengkakan submental

Untuk menegakkan diagnosis ranula perlu dilakukan beberapa langkah

yaitu anamnesa lengkap dan cermat secara visual, bimanual palpasi intra dan

extra oral, punksi dan aspirasi. Kemudian dilakukan juga pemeriksaan penunjang

yang terdiri dari pemeriksaan radiologis dan mikroskopis untuk mendukung

diagnosis ranula.

Differential Diagnosis Ranula superficial atau simple ranula :

1. Batu kelenjar liur (Sialolith)

2. Kista dermoid

3. Hemangioma

Differential Diagnosis Ranula dissecting atau plunging ranula atau ranula

profund :

Page 22: RANULA word

1. Laryngocele

2. Sialadenitis

3. Cystic Hygroma

4. Abses leher

5. Ductus Thyroglossal Cyst

6. Kista Kelenjar Paratiroid atau Tiroid

7. Cervical Thymic Cyst

8. Pleomorphic adenoma

Penatalaksanaan ranula biasanya dilakukan tindakan bedah yang

dinamakan marsupialisasi.

Page 23: RANULA word

DAFTAR PUSTAKA

Acevedo, Jason L; Shah, Rahul K. Cystic Hygroma. Diakses tanggal 6 Oktober 2010. Online: www.emedicine.medscape.com

Anonim. 2004. Cervical Thymic Cyst. Diakses tanggal 5 Oktober 2010. Online: http://www.surgical-pathology.com.

Anonim. 2008. Neck abscess. Diakses tanggal 5 Oktober 2010. Online: . http://www.chp.edu/CHP/P02051.

Anonim. 2009. Kista Duktus Tiroglosus. Diakses tanggal 6 Oktober 2010. Online: http://www.kesimpulan.com/2009/05/kista-duktus-tiroglosus.html.

Anonim. 2010. Eksisi dan Marsupialisasi Ranula. Diakses tanggal 7 Oktober 2010. Online: http://www.bedahunmuh.wordpress.com.

Atmadja, Iskandar. Marsupialisasi Ranlula. Forum Ilmiah 1984 FKG Universitas Trisakti. Jakarta. 1984. h: 567-569.

Damayanti; Husodo, Noto; Setijono. Ilmu Penyakit Gigi dan Mulut. Jakarta.

Fahmi, Raden. 2010. Laringokel. Diakses tanggal 6 Oktober 2010. Online: http://community.um.ac.id/showthread.php?61160-Laringokel.

Graaff, Ryan L Van De. 2010. Ranulas and Plunging Ranulas. Diakses tanggal 6 oktober 2010. Online: http://www.emedicine.com.

Langlais, Robert P; Mille, Craig S. Atlas Berwarna Kelainan Rongga Mulut Yang Lazim. Hipokrates. Jakarta. 1984. h: 40.

Nasution, Dona Sari. 2008. Dukungan Radiografi Dalam Menegakkan Diagnosa Sialolitiasis Pada Anak-Anak. Diakses tanggal 7 Oktober 2010. Online: http://www.repository.usu.ac.id/handle/123456789/7972.

Pedersen, Gordon W. Buku Ajar Praktis Bedah Mulut. EGC. Jakarta. 1996. h: 279-280, 284-289.

Quick, AC; Lowell, SH. 1977. Ranula and the Sublingual salivary glands,. Arch. Otolaryngol 103 : 397-400.

Rahardja, Aswin. Dua Tipe Ranula: Diagnosis dan Terapi. Kongres Nasional xvii. Ujung Pandang. 1989. h: 567-568.

Page 24: RANULA word

Shear, Mervyn. Kista Rongga Mulut. Edisi ke-2. EGC. Jakarta. 1998. h: 196-197.

Sloan, Steven Brett. 2010. Oral hemangioma. Diakses tanggal 8 Oktober 2010. Online: http://www.emedicine.medscape.com.

Smith, S E. 2010. What is Ranula. Diakses tanggal 7 Oktober 2010. Online: http://www.wisegeek.com.

Sugito, MH. Kista. Dental Study Club. FKG. UGM. Jogjakarta. 1981. h: 6.

Wagner, Andrew L. 2010. Pleomorphic Parotid Adenoma Imaging. Diakses tanggal 8 Oktober 2010. Online: http://www.emedicine.com.

Wani, Sachin; Hao, Ziyun. 2005. Atypical cystic adenoma of the parathyroid gland. Diakses tanggal 7 Oktober 2010. Online: http://www.medscape.com.