Bab 12 Ranula Dan Mukokel

download Bab 12 Ranula Dan Mukokel

of 21

description

ada ranula

Transcript of Bab 12 Ranula Dan Mukokel

BAB XII

MUKOKEL DAN RANULA

Glandula saliva dapat menjadi penyebab dari penyakit pada rongga mulut. Salah satu penyakit yang mengenai glandula saliva ialah mukokel dan ranula.59 Mukokel merupakan lesi pad amukosa mulit yang diakibatkan oleh ekstravasasi dari glandula saliva minor, sedangkan ranula merupakan kista retensi/ekstravasasi dari glandula sublingualis dan submandibularis. Mukokel dan ranula bukan berupa kisata karena tidak dibatasi oleh sel epitel.

12.1 Glandula Saliva

Glandula saliva merupakan kelenjar yang berfungsi untuk menghasilkan air liur (saliva) pada rongga mulut manusia. Glandula saliva terbagi menjadi dua, yaitu glandula saliva mayor dan glandula saliva minor.59 Glandula saliva mayor terdiri dari : (Gambar 12.1)

1. Glandula parotis

Merupakan glandula terbesar yang letaknya pada permukaan otot masseter yang berada di belakang ramus mandibula, di anterior dan inferior telinga. Glandula parotis menghasilkan hanya 25% dari volume total saliva yang sebagian besar merupakan cairan serus.

2. Glandula submandibular

Merupakan glandula terbesar kedua setelah glandula parotis. Letaknya di bagian medial sudut bawah mandibula. Glandula submandibula menghasilkan 60- 65% dari volume total saliva di rongga mulut, yang merupakan campuran cairan serus dan mucus.3. Glandula sublingual

Glandula yang letaknya pada fossa sublingual, yaitu dasar mulut bagian anterior. Merupakan glandula saliva mayor yang terkecil yang menghasilkan 10% dari volume total saliva di rongga mulut dimana sekresinya didominasi oleh cairan mukus.

Glandula saliva minor terdiri dari 1000 kelenjar yang tersebar pada lapisan mukosa rongga mulut, terutama di mukosa pipi, palatum, baik palatum durum maupun palatum molle, mukosa lingual, mukosa bibir, dan juga terdapat di uvula, dasar mulut, bagian posterior lidah, dasar atau ventral lidah, daerah sekitar retromolar, daerah peritonsillar, dan sistem lakrimal. Glandula saliva minor terutama menghasilkan cairan mukus, kecuali pada glandula Von Ebners (glandula yang berada pada papilla circumvalata lidah) yang menghasilkan cairan serus.

Kasus mukokel umumnya melibatkan glandula saliva minor. Tidak tertutup kemungkinan mukokel dapat melibatkan glandula saliva mayor tergantung pada letaknya. Sedangkan ranula merupakan istilah yang digunakan untuk menyebut mukokel yang berada di dasar mulut, dan diketahui daerah dasar mulut dekat dengan glandula sublingual dan glandula saliva minor. Dengan kata lain ranula umumnya melibatkan glandula saliva minor ataupun glandula sublingual. Sama halnya dengan mukokel, ranula juga dapat melibatkan glandula saliva mayor, misalnya glandula saliva submandibula apabila ranula telah meluas ke otot milohioideus dan memasuki ruang submandibula.

Gambar 12.1 Anatomi Glandula Saliva 60

12.2 Mukokel

12.2.1 Definisi

Mukokel merupakan lesi mukosa oral yang terbentuk akibat rupturnya duktus glandula saliva minor dan penumpukan mucin pada sekeliling jaringan lunak. Umumnya sering diakibatkan oleh trauma lokal atau mekanik. Jadi mukokel merupakan suatu kavitas yang berisi mukus dan dilapisi oleh jaringan granulasi. Mukokel merupakan kista jinak, tetapi dikatakan bukan kista yang sesungguhnya, karena tidak memiliki epithelial lining pada gambaran histopatologisnya. (Gambar 14.2) Lokasinya bervariasi. Bibir bawah merupakan bagian yang paling sering terkena mukokel, yaitu lebih dari 60% dari seluruh kasus yang ada. Umumnya terletak di bagian lateral mengarah ke midline. Beberapa kasus ditemui pada mukosa bukal dan anterior lidah, dan jarang terjadi pada bibir atas. Banyak literatur yang menyebut mukokel sebagai mucous cyst. Mukokel paling banyak terjadi pada individu muda, sekitar 70% pada individu dibawah usia 20 tahun. Prevalensi tertinggi terjadi pada usia 10-20 tahun. Walaupun belum diteliti lebih lanjut, mukokel superfisial cenderung terjadi pada usia lebih dari 30 tahun. Telah dilaporkan kejadian mukokel kongenital, meskipun jarang terjadi.61

Gambar 12.2 Mukokel 6212.2.2 Etiologi

Mukokel melibatkan duktus glandula saliva minor dengan etiologi yang tidak begitu jelas, namun diduga terbagi atas dua, pertama diakibatkan trauma, baik trauma lokal atau mekanik pada duktus glandula saliva minor, untuk tipe ini disebut mukus ekstravasasi. Trauma lokal atau mekanik dapat disebabkan karena trauma pada mukosa mulut hingga melibatkan duktus glandula saliva minor akibat pengunyahan, atau kebiasaan buruk seperti menghisap mukosa bibir diantara dua gigi yang jarang, menggigit-gigit bibir, kebiasaan menggesek-gesekkan bagian ventral lidah pada permukaan gigi rahang bawah (biasanya pada anak yang memiliki kebiasaan minum susu botol atau dot), dan lain-lain. Dapat juga akibat trauma pada proses kelahiran bayi, misalnya trauma akibat proses kelahiran bayi yang menggunakan alat bantu forceps, trauma pada saat dilakukan suction untuk membersihkan saluran nafas sesaat setelah bayi dilahirkan, ataupun trauma yang disebabkan karena ibu jari bayi yang dilahirkan masih berada dalam posisi sucking (menghisap) pada saat bayi melewati jalan lahir. Ketiga contoh trauma pada proses kelahiran bayi akan mengakibatkan mukokel kongenital. Setelah terjadi trauma yang dikarenakan salah satu atau beberapa hal di atas, duktus glandula saliva minor rusak, akibatnya saliva keluar menuju lapisan submukosa kemudian cairan mukus terdorong dan sekresinya tertahan lalu terbentuk inflamasi (adanya penumpukan jaringan granulasi di sekeliling kista) mengakibatkan penyumbatan pada daerah tersebut, terbentuk pembengkakan lunak, berfluktuasi, translusen kebiruan pada mukosa mulut yang disebut mukokel.

Kedua diakibatkan adanya genangan mukus dalam duktus ekskresi yang tersumbat dan melebar, tipe ini disebut mukus retensi. Genangan mukus dalam duktus ekskresi yang tersumbat dan melebar dapat disebabkan karena plug mukus dari sialolith atau inflamasi pada mukosa yang menekan duktus glandula saliva minor lalu mengakibatkan terjadinya penyumbatan pada duktus glandula saliva minor tersebut, terjadi dilatasi akibat cairan mukus yang menggenang dan menumpuk pada duktus glandula saliva, dan pada akhirnya ruptur, kemudian lapisan subepitel digenangi oleh cairan mukus dan menimbulkan pembengkakan pada mukosa mulut yang disebut mukokel.61 12.2.3 Patofisiologi

Mukokelterjadi karena pada saat air liur kita dialirkan dari kelenjar air liur ke dalam mulut melalui suatu saluran kecil yang disebut duktus. Terkadang bisa terjadi ujung duktus tersumbat atau karena trauma misalnya bibir sering tergigit secara tidak sengaja, sehingga air liur menjadi tertahan tidak dapat mengalir keluar dan menyebabkan pembengkakan (mukokel).Mukokeljuga dapat terjadi jika kelenjar ludah terluka. Manusia memiliki banyak kelenjar ludah dalam mulut yang menghasilkan ludah. Ludah tesebut mengandung air, lendir, dan enzim. Ludah dikeluarkan dari kelenjar ludah melalui saluran kecil yang disebut duktus(pembuluh). Terkadang salah satu saluran ini terpotong. Ludah kemudian mengumpul pada titik yang terpotong itu dan menyebabkan pembengkakan, atau mukokel. Pada umumnya mukokel didapati di bagian dalam bibir bawah. Namun dapat juga ditemukan di bagian lain dalam mulut, termasuk langit-langit dan dasar mulut. Akan tetapi jarang didapati di atas lidah. Pembengkakan dapat juga terjadi jika saluran ludah (duktus) tersumbat dan ludah mengumpul di dalam saluran. Jika pembengkakan terjadi karenasubmandibular duct, mukokeltersebut dinamakan ranula. Sebuah ranula mempunyai ukuran yang cukup besar dan muncul di bawah lidah.6112.2.4 Klasifikasi

Berdasarkan etiologi, patogenesis, dan secara umum mukokel dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu mukokel ekstravasasi mukus yang sering disebut sebagai mukokel superfisial dan mukokel retensi mukus atau sering disebut kista retensi mukus. Kista retensi dan kista ekstravasasi memiliki tampilan yang serupa. Keduanya dilapisi oleh epitel duktus dan pada kavitasnya mengandung sel mukus, tetapi pada kista retensi bisa terdapat fragmen dari sialolitiasis dan jaringan ikat pada kista mengalami inflamasi. Dikenal pula tipe mukokel kongenital yang etiologinya trauma pada proses kelahiran bayi.62

1. Mukokel ekstravasasi mukus

merupakan tipe yang paling sering terjadi biasa disebabkan oleh trauma yang mengenai duktus dari glandula saliva. Trauma terhadap duktus ekskretorius dari glandula saliva minor dapat menyebabkan pecahnya duktus tersebut sehingga menyebabkan pengeluaran serta akumulasi saliva di jaringan ikat yang berada disekitarnya dan menyebabkan reaksi inflamasi dan dibatasi oleh jaringan granulasi disekitarnya. (Gambar 12.3)

2. Mukokel retensi mukus

Mukokel ini dapat disebabkan oleh adanya sumbatan pada duktus yang dapat berasal dari sialolithiasis, skar periduktal atau tumor invasive. Penyempitan dari bagian duktus yang terbukan menyebabkan terhambatnya aliran saliva sehingga menyebabkan distensi dari duktus yang dapat dipresentasikan sebaki pembengkakan mukosa. Obstruksi dari duktus dapat menyebabkan pembesaran dari glandula saliva. Kista retensi ini lebih jarang terjadi dibandingkan kista ekstravasasi dan biasa lebih banyak mengenai orang tua dan jarang terjadi di bibir bawah. Lokasi yang paling sering adalah bibir bagian atas, palatum, pipi, oral floor, dan sinus maksilaris. (Gambar 12.4)

Gambar 12.3 Mukokel Ekstravasasi Mukus63

Gambar 12.4 Mukokel Retensi Mukus63

12.2.5 Gambaran Klinis dan Histopatologis

Mukokel memiliki gambaran klinis yang khas, yaitu massa atau pembengkakan lunak yang berfluktuasi (namun pada beberapa kasus mukokel dapat terasa keras saat dipalpasi), berwarna translusen kebiruan (akibat jaringan yang mengalami sianosis dan sumbatan pembuluh darah) apabila massa belum begitu dalam letaknya, kadang-kadang warnanya normal seperti warna mukosa mulut apabila massa sudah terletak lebih dalam, apabila dipalpasi pasien tidak sakit. Massa ini berdiameter 1 mm hingga beberapa sentimeter, beberapa literatur menuliskan diameter mukokel umumnya kurang dari 1 cm. Ukuran dari mukokel tergantung dari ukuran lesi dari duktus yang pecah dan volume mukus yang mengalami akumulasi dan kemampuan dari reabsorpsi saliva. Jika produksi saliva berlebihan maka lesi dapat terbentuk kembali. Mukokel dapat hilang timbul, yang kadang-kadang pecah sehingga cairannya keluar. Sebagian besar mukokel tidak terasa sakit, namun cukup mengganggu terutama pada saat mengunyah, menelan berbicara serta terbentuknya pembengkakan pada bagian luar tergantung dari ukuran dan lokasi dari mukokel. Mukokel yang dangkal bisa pecah sendiri dan mengeluarkan cairan berwarna kekuning-kuningan sedangkan yang lebih dalam bisa bertahan lama. 63Gambaran histopatologi mukokel tipe ekstrsavasasi mukus berbeda dengan tipe retensi mukus. Tipe ekstravasasi gambaran histopatologinya memperlihatkan glandula yang dikelilingi oleh jaringan granulasi (Gambar 12.5). Sedangkan tipe retensi menunjukkan adanya epithelial lining (Gambar 12.6).64

Gambar 12.5 Gambaran Histopatologi Mukokel Ekstravasasi Mukus 64

Gambar 12.6 Gambaran Histopatologi Mukokel Retensi Mukus 64

12.2.6 Diagnosis

Diagnosis mukokel dapat dilakukan dengan mencari tau riwayat yang dimiliki oleh pasien serta dengan melakukan pemeriksaan pada lesi tersebut. Pada kasus-kasus tertent, diagnosis mukokel memerlukan suatu pemeriksaan tambahan seperti radiografi, ultrasonografi atau teknologi yang lebih modern seperti CT scan dan MRI untuk suatu gambaran yang lebih baik serta mengetahui diameter dan posisi dari lesi tersebut terhadap organ disekitarnya. Fine-needle aspiration merupakan teknik diagnosis yang sangan berguna untuk mendiagnosis pasien dengan nodul atau pembesaran pada glandula saliva. 62,6412.2.7 Diagnosis Banding

Beberapa penyakit mulut memiliki kemiripan gambaran klinis dengan mukokel, diantaranya hemangioma, lymphangioma, pyogenic granuloma (apabila letaknya pada bagian anterior lidah), salivary gland neoplasm, dan lain-lain. Untuk dapat membedakan mukokel dengan penyakit-penyakit tersebut maka dibutuhkan riwayat timbulnya massa dan gambaran klinis yang jelas yang menggambarkan ciri khas mukokel yang tidak dimiliki oleh penyakit mulut lain, dan dibutuhkan hasil pemeriksaan fisik dan hasil pemeriksaan pendukung lain yang akurat seperti pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan radiografi.61

12.2.8 Terapi

Pada umumnya pasien yang berkunjung ke dokter gigi dan meminta perawatan, memiliki ukuran mukokel yang relatif besar. Perawatan mukokel dilakukan untuk mengurangi dan menghilangkan gangguan fungsi mulut yang dirasakan pasien akibat ukuran dan keberadaan massa. Sejumlah literatur menuliskan beberapa kasus mukokel dapat hilang dengan sendirinya tanpa dilakukan perawatan terutama pada pasien anak-anak.64

Perawatan yang dilakukan meliputi penanggulangan faktor penyebab dan pembedahan massa. Penanggulangan faktor penyebab dimaksudkan untuk menghindarkan terjadinya rekurensi. Umumnya mukokel yang etiologinya trauma akibat kebiasaan buruk atau trauma lokal dan mekanik yang terjadi terus menerus dapat menyebabkan terjadinya rekurensi mukokel. Karena jika kebiasaan buruk atau hal yang menyebabkan terjadinya trauma tidak segera disingkirkan atau dihilangkan, maka mukokel akan dengan mudah muncul kembali walaupun sebelumnya sudah dilakukan perawatan bedah.

Pembedahan massa dibagi atas tiga jenis, yaitu eksisi, marsupialisasi, dan dissecting. Pemilihan teknik pembedahan tergantung kepada ukuran dan lokasi massa. Pada saat dieksisi, dekter gigi sebaiknya megangkat semua kelenjar liur minor yang berdekatan dan dilakukan pemeriksaan mirkoskopik untuk menegaskan diagnosis dan menentukan apakah ada kemungkinan tumor kelenjar liur. Marsupialisasi merupakan teknik yang paling aman dibandingkan lainnya terutama untuk mukokel yang berukuran besar karena dengan melakukan operasi sangat beresiko tinggi diakibatkan pada bibir terdapat cabang dari nervus mentalis dan juga terutama pada mukokel yang berada pada palatum.64

12.3 Ranula

12.3.1 Definisi

Ranula adalah istilah yang digunakan untuk menyebut mukokel yang letaknya di dasar mulut. Kata ranula yang digunakan berasal dari bahasa latin RANA yang berarti katak, karena pembengkakannya menyerupai bentuk tenggorokan bagian bawah dari katak. Merupakan pembengkakan dasar mulut yang berhubungan dan melibatkan glandula sublingualis, dapat juga melibatkan glandula salivari minor. Ukuran ranula dapat membesar dan apabila tidak segera diatasi akan memberikan dampak yang buruk, karena pembengkakannya dapat mengganggu fungsi bicara, mengunyah, menelan, dan bernafas. Karakteristik dari ranula, yaitu berukuran besar (>2cm) dan berbentuk seperti kubah yang berfluktuasi dengan lokasi paling sering yaitu di bagian dasar dari oral kavitas.65 (Gambar 12.7)

Gambar 12. 7 Ranula 65

12.3.2 Etiologi

Etiologinya tidak diketahui namun diduga ranula terjadi akibat trauma, obstruksi kelenjar saliva, dan aneurisma duktus glandula saliva. Post traumatic ranula terjadi akibat trauma pada glandula sublingual atau submandibula yang menyebabkan ekstravasasi mukus, sehingga terbentuk pseudokista. Ranula juga dikatakan berkaitan dengan penyakit kelenjar saliva dan anomali kongenital dimana duktus saliva tidak terbuka. 6512.3.3 Patogenesis

Terdapat dua konsep patogenesis ranula superfisial. Pertama pembentukan kista akibat obstruksi duktus saliva dan kedua pembentukan pseudokista yang diakibatkan oleh injuri duktus dan ekstravasasi mukus. Obstruksi duktus saliva dapat disebabkan oleh sialolith, malformasi kongenital, stenosis, pembentukan parut pada periduktus akibat trauma, agenesis duktus atau tumor.

Ekstravasasi mukus pada glandula sublingual menjadi penyebab ranula servikal. Kista ini berpenetrasi ke otot milohioideus. Sekresi mukus mengalir ke arah leher melalui otot milohioideus dan menetap di dalam jaringan fasial sehingga terjadi pembengkakan yang difus pada bagian lateral atau submental leher. Sekresi saliva yang berlangsung lama pada glandula sublingual akan menyebabkan akumulasi mukus sehingga terjadi pembesaran massa servikal secara konstan.

Trauma dari tindakan bedah yang dilakukan untuk mengeksisi ranula menimbulkan jaringan parut atau disebut juga jaringan fibrosa pada permukaan superior ranula, sehingga apabila kambuh kembali ranula akan tumbuh dan berpenetrasi ke otot milohioideus dan membentuk ranula servikal. Sekurang- kurangnya 45% dari ranula servikal terjadi setelah eksisi ranula superfisial.66

12.3.4 Klasifikasi

Berdasarkan letaknya ranula dibedakan menjadi dua, yaitu ranula simpel dan ranula plunging. Ranula simpel yang juga disebut dengan oral ranula merupakan ranula yang terbentuk karena obstruksi duktus glandula saliva tanpa diikuti dengan rupturnya duktus tersebut. Letaknya tidak melewati ruang submandibula, dengan kata lain tidak berpenetrasi ke otot milohioideus (Gambar 14.8). Sedangkan ranula plunging atau sering disebut ranula servikal merupakan massa yang terbentuk akibat rupturnya glandula saliva tanpa diikuti rupturnya ruang submandibular pada leher yang kemudian menimbulkan plug pseudokista yang meluas hingga ke ruang submandibula atau dengan kata lain berpenetrasi ke otot milohioideus. Ranula plunging ini dapat terjadi secara sekunder akibat dari pengangkatan dari ranula simpel, pemasangan implant, pembuangan dari sialolit dan transposisi duktus.65,66 (Gambar 12.9)

Ranula juga dapat dibedakan atas fenomena ekstravasasi mukus dan kista retensi mukus. Ekstravasasi mukus merupakan akibat dari trauma, sedangkan kista retensi mukus terjadi akibat obstruksi duktus glandula saliva. Selain tipe ranula di atas, dikenal pula ranula kongenital, yaitu ranula yang diakibatkan anomali kongenital, misalnya atresia duktus saliva atau kegagalan pada proses pembentukan kanal/duktus ekskresi, tetapi kasus seperti ini sangat jarang ditemui.

Gambar 12.8 Oral Ranula66

Gambar 12.9 Plunging Ranula 66

12.3.5 Gambaran Klinis, Radiografi, dan Histopatologi

Sama halnya dengan mukokel, gambaran klinis ranula merupakan massa lunak yang berfluktusi dan berwarna translusen kebiruan, yang membedakannya dengan mukokel adalah letaknya di dasar mulut atau bagian bawah lidah. Apabila dipalpasi, massa ini tidak akan berubah warna menjadi pucat. Jika massa ini terletak agak jauh ke dasar mulut, maka massa ini tidak lagi berwarna kebiruan melainkan berwarna normal seperti mukosa mulut yang sehat. Diameternya mulai dari 1 sampai dengan beberapa sentimeter.

Ranula tidak diikuti rasa sakit. Keluhan yang paling sering diungkapkan pasien adalah mulutnya terasa penuh dan lidah terangkat ke atas. Apabila tidak segera diatasi akan terus mengganggu fungsi bicara, mengunyah, menelan, dan bernafas. Ranula yang berukuran besar akan menekan duktus glandula saliva dan menyebabkan aliran saliva menjadi terganggu. Akibatnya muncul gejala obstruksi glandula saliva seperti sakit saat makan atau sakit pada saat glandula saliva terangsang untuk mengeluarkan saliva dan akhirnya kelenjar saliva membengkak.

Ranula plunging akan menimbulkan pembengkakan pada leher. Dan biasanya berdiameter 4-10 cm dan melibatkan ruang submandibula. Terdapat juga laporan yang menunjukkan ruang submental, daerah kontralateral leher, nasofaring, retrofaring, dan juga mediastinum.67

Secara histopatologi menunjukkan ruang dalam kista yang mengandung mucin dan dindng pseudokista yang terdiri jadi jaringan ikat dan didominasi oleh histiosit. Namun yang terpenting, pada dinding ranula tidak terdapat jaringan epitel. Biopsy dari dinding ranula penting untuk membantu dalam menyingkirkan kemungkinan dari skuamos sel karsinoma yang berasal dari dinding kista dan papillary cystadenocarcinoma dari glandula sublingual yang dapat berwujud seperti ranual.

MRI merupakan metode yang terbaik dalam membantu diagnosis dari ranula terutama sebelum melakukan terapi dari ranula. Dengan MRI ranula dapat terlihat dengan jelas meskipun ukuran kecil dan juga ekstensi ke organ-organ sekitarnya dan MRI juga dapat membedakan antara ranula dengan massa kista lainnya.65

Gambar 12.10 Histopatologi Ranula 74

Gambar 14.11 Radiologi (MRI) Ranula Plunging 76

Gambar 12.12 Radiologi (CT Scan) Ranula 7612.3.6 Diagnosis

Diagnosis dari ranula tidak menggunakan tes yang spesifik. Untuk menyingkirkan diagnosis lainnya dapat melalui anamnesis atau riwayat dari pasien. Secara khas ranula dapat timbul berupa suatu massa kista yang berfluktuasi dimana memiliki ukuran yang makin lama semakin membesar seiring dengan berjalannya waktu namun tidak disertai rasa sakit. Pemeriksaan intra oral yaitu secara visual melihat pembengkakan pada rongga mulut yang dikeluhkan pasien dan melakukan palpasi pada masa tersebut. Diperhatikan apakah ada perubahan warna pada saat dilakukan palpasi pada masa. Ditanyakan kepada pasien apakah ada rasa sakit pada saat dilakukan palpasi. Amylase dan protein yang terdapat pada saliva dapat ditemukan pada cairan yang berada didalam ranula dan kadarnya lebih tinggi dibandingkan dengan serum.

Pemeriksaan menggunakan ultrasonografi tidak terlalu membantu dikarenakan lokasi dari ranula itu sendiri. Dengan menggunakan CT scan, ranula dapat terlihat sebagai suatu kista yang berbentuk ovoid dengan tampilan homogen. Dinding dari ranula sangan tipis atau tidak terlihat sama sekali. Pada ranula sublingual, ranula berada diatas otot milohioideus dan dilateral dari otot genioglosus. Pada ranula plunging bisa terdapat infiltrasi ke jaringan sekitarnya atau menuju ke arah inferior dari submandibular. MRI merupakan alat yang lebih sensitif untuk membantu diagnosis dari ranula. Pada MRI, tampila ranula lebih didominasi oleh cairan yang ada didalamnya.76

12.3.7 Diagnosis Banding

Sama halnya dengan mukokel, ada beberapa penyakit mulut yang memiliki kemiripan gambaran klinis dengan ranula, diantaranya kista dermoid dan epidermoid, sialolithiasis, thyroglossal duct cyst, cystic hygroma, neoplastic thyroid disease, laryngocele, dan lain-lain. Untuk dapat membedakan ranula dengan penyakit-penyakit tersebut maka dibutuhkan riwayat timbulnya masa atau pembengkakan yang jelas, gambaran klinis yang jelas yang menggambarkan ciri khas ranula yang tidak dimiliki oleh penyakit mulut lain, dan dibutuhkan hasil pemeriksaan fisik dan hasil pemeriksaan pendukung lain yang akurat seperti pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan radiografi.75

12.3.8 Terapi

Umumnya pasien yang berkunjung ke dokter gigi dan meminta perawatan, memiliki ukuran ranula yang relatif besar. Perawatan ranula umumnya dilakukan untuk mengurangi dan menghilangkan gangguan fungsi mulut yang dirasakan pasien akibat ukuran dan keberadaan massa. Perawatan yang dilakukan meliputi penanggulangan faktor penyebab dan pembedahan massa. Penanggulangan faktor penyebab dimaksudkan untuk menghindarkan terjadinya rekurensi. Biasanya ranula yang etiologinya trauma akibat kebiasaan buruk atau trauma lokal atau mekanik yang terjadi terus menerus dapat menyebabkan terjadinya rekurensi ranula. Karena apabila kebiasaan buruk atau hal yang menyebabkan terjadinya trauma tidak segera dihilangkan, maka ranula akan dengan mudah muncul kembali walaupun sebelumnya sudah dilakukan perawatan pembedahan.

Pembedahan massa dibagi atas tiga jenis, yaitu insisi dan drainase, marsupialisasi, dan eksisi ranula dengan atau tanpa disertai dengan glandula sublingual. Cryosurgery juga merupakan salah satu teknik yang dapat dipilih namun memiliki resiko terhadap kerusakan nervus lingual dan duktus submandibular. Pemilihan teknik pembedahan tergantung kepada ukuran dari massa. Tetapi hingga sekarang ini, eksisi ranula disertai dengan glandula sublingual merupakan terapi yang paling banyak dilakukan karena memiliki tingkat kekambuhan yang paling rendah dibandingkan teknik yang lainnya. Namun sebelum dilakukan pembedahan, lebih baik dilakukan observasi selama 5 bulan terhadap ranula terutama yang terjadi pada anak-anak, karena kebanyakan dalam waktu 5 bulan ranula tersebut dapat hilang secara spontan.76