Prof Ambar Assignment PDPK UNS
-
Upload
dexa-harira-pygmalion -
Category
Documents
-
view
33 -
download
5
description
Transcript of Prof Ambar Assignment PDPK UNS
PROGRAM PENINGKATAN KUALITAS
PELAYANAN KESEHATAN
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Penjaminan Mutu
Dosen Pengampu : Prof. Dr. dr. Ambar Mudigdo, SpPA (K)
Program Studi Magister Kedokteran Keluarga
Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
2012
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Peningkatan kualitas pelayanan adalah salah satu isu yang sangat krusial
dalam manajemen, baik dalam sektor pemerintah maupun sektor swasta. Hal ini
terjadi karena di satu sisi tuntunan masyarakat terhadap perbaikan kualitas
pelayanan dari tahun ke tahun menjadi semakin besar, sedangkan disisi lain,
praktek penyelenggaraan pelayanan tidak mengalami perbaikan yang berarti.
Dalam Undang-Undang Dasar Negara Indonesia diamanatkan bahwa
Kesehatan merupakan salah satu aspek dari hak asasi manusia, yaitu sebagaimana
yang tercantum dalam pasal 28 H ayat (1) : “ setiap orang berhak hidup sejahtera
lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapat lingkungan hidup yang baik dan
sehat, serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan”.
Pembangunan Kesehatan di Indonesia bertujuan untuk meningkatkan
kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar dapat
mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya sebagai perwujudan
kesejahteraan umum sebagai yang dimaksud dalam Pembukaan Undang-Undang
Dasar 1945. Pembangunan Kesehatan tersebut diselenggarakan dengan
berdasarkan kepada Sistem Kesehatan Nasional ( SKN ) yaitu suatu tatanan yang
menghimpun berbagai upaya Bangsa Indonesia secara terpadu dan saling
mendukung guna menjamin derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Sebagai
pelaku dari pada penyelenggaraan pembangunan kesehatan adalah masyarakat,
pemerintah ( pusat, provinsi, kabupaten/kota ), badan legeslatif serta badan
yudikatif. Dengan demikian dalam lingkungan pemerintah baik Pemerintah Pusat
dan Pemerintah Daerah harus saling bahu membahu secara sinergis melaksanakan
pembangunan kesehatan yang terencana, terpadu dan berkesinambungan dalam
upaya bersama-sama mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
Keberhasilan pembangunan Kesehatan berperan penting dalam
meningkatkan mutu dan daya saing sumber daya manusia Indonesia. Untuk
mencapai keberhasilan dalam pembangunan bidang kesehatan tersebut
diselenggarakan berbagai upaya kesehatan secara menyeluruh, berjenjang dan
terpadu. Dalam hal ini Puskesmas sebagai Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan
merupakan penanggung jawab penyelenggara upaya kesehatan untuk jenjang
pertama di wilayah kerjanya masing-masing. Puskesmas sesuai dengan fungsinya
( sebagai pusat pembangunan berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan
masyarakat dan keluarga serta pusat pelayanan kesehatan dasar ) berkewajiban
mengupayakan, menyediakan dan menyelenggarakan pelayanan yang bermutu
dalam memenuhi kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan yang
berkwalitas dalam rangka mencapai tujuan pembangunan kesehatan Nasional
yaitu terwujudnya derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi setiap orang.
Mutu pelayanan kesehatan dasar adalah kesesuaian antara pelayanan
kesehatan dasar yang disediakan / diberikan dengan kebutuhan yang memuaskan
pasien atau kesesuaian dengan ketentuan standar pelayanan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Konsep Dasar mutu pelayanan kesehatan
1. Mutu pelayanan kesehatan adalah pelayanan kesehatan yang dapat
memuaskan setiap jasa pemakai pelayanan kesehatan yang sesuai dengan
tingkat kepuasan rata- rata penduduk serta penyelenggaraannya sesuai
dengan standar dan kode etik profesi ( Azhrul Aswar,1996 )
2. Mutu pelayanan kesehatan adalah Memenuhi dan melebihi kebutuhan
serta harapan pelanggan melalui peningkatan yang berkelanjutan atas
seluruh proses. Pelanggan meliputi pasien, keluarga, dan lainnya yang
datang untuk mendapatkan pelayanan dokter, karyawan ( Mary R.
Zimmerman )
Secara umum pengertian mutu pelayanan kesehatan adalah derajat
kesempurnaan pelayanan kesehatan yang sesuai dengan standar profesi dan
standar pelayanan dengan menggunakan potensi sumber daya yang tersedia di
rumah sakit atau puskesmas secara wajar, effisien, dan efektif serta diberikan
secara aman dan menuaskan secara norma , etika, hukum dan sosial budaya
dengan memperhatikan keterbatasan dan kemampuan pemerintah , serta
masyarakat konsumen.
A. PERSEPSI MUTU PELAYANAN KESEHATAN
1. Menurut pasien / masyarakat
Pasien/ masyarakat melihat layanan kesehatan yang bermutu sebagai suatu
layanan kesehatan yang dapat memenuhi kebutuhan yang dirasakan dan
diselenggarakan dengan cara yang sopan dan santun, tepat waktu, tanggap
serta mampu menyembuhkan keluhan serta mencegah berkembangnya
atau meluasnya penyakit.
2. Menurut pemberi pelayanan
Pemberi layanan kesehatan mengaitkan layanan kesehatan yang bermutu
dengan ketersediaan peralatan , prosedur kerja atau protokol, kebebasan
profesi dalam setiap melakukan layanan kesehatan sesuai dewngan
teknologi kesehatan mutakhir, dan bagaimana keluaran atau layanan
kesehatan tersebut.
3. Menurut penyambung dana / Asuransi
Penyandang dana / asuransi mengangap bahwa layanan kesehatan yang
bermutu sebagai suatu layanan kesehatan yang efisien dan efektif. Pasien
deharapkan dapat disembuhkan dalam waktu yang sesingkat mungkin
sehingga biaya layanan kesehatan dapat menjadi efisien. Selanjutnya ,
upaya promosi kesehatan pencegahan penyakit akan digalakkan agar
pengguna layanan kesehatan semakin berkurang.
4. Menurut Pemilik Saran Layanan Kesehatan
Pemilik sarana layanan kesehatan berpandangan bahwa layanan kesehatan
yang bermutu merupakan layanan kesehatan yang menghasilkan
pendapatan yang mampu menutupi biaya operasional dan pemeliharaan,
tetapi dengan tarif layanan kesehatan yang masih terjangkau oleh pasien
atau masyarakat , yaitu padatingkat biaya ketika belum terdapat keluhan
pasien masyarakat.
5. Menurut Administrator Kesehatan / Pemerintah
Administrator layanan kesehatan tidak langsung memberikan layanan
kesehatan , tetapi ikut bertanggung jawab dalam masalah mutu layanan
kesehatan. Kebutuhan akan supervisi, kebutuhan keuangan dan logistik
akan memberikan suatu tantangan dan terkadang administator layanan
kesehatan kurang memperhatikan prioritas sehingga timbul persoalan
dalam layanan kesehatan. Pemusatan perhatian terhadap beberapa dimensi
nutu layanan kesehataan tertntu akan membantu administator layanan
kesehatan dalam menyusun prioritas dan dalam menyediakan apa yang
menjadi kebutuhan dan harapan pasien , sserta pemberi layanan kesehatan.
6. Menurut ikatan profesi
Keberhasilan penerapan pendekatan jaminan mutupelayanan kesehata
akan menimbulkan kepuasan pasien. Dengan demikian, tugas pelayanan
kesehatan selama ini dianggap suatu beban yang berat dan ada kalanya
disertai dengan keluhan / kritikan pasien dan/ masyarakat akan berubah
menjadi suatu kepuasan kerja. Jaminan mutu pelayanan kesehatan akan
menghindarkan terjadinya malpraktik sehingga dokter dapat terhindar dari
tuntunan pasien.
B. MANFAAT PROGRAM JAMINAN MUTU
Jaminan mutu pelayanan kesehatan atau Quality Assurance in Healthcare
merupakan salah satu pendekatan atau upaya yang sangat mendasar dalam
memberikan pelayanan terhadap pasien. Kita sebagai profesional pelayanan
kesehatan baik sebagai perorangan ataupun kelompok harus selalu berupaya
memberikan pelayanan kesehatn yang terbaik mutunya kepada semua pasien.
Pendekatan jaminan mutu pelayanan kesehatan tersebut baik yang
menyangkut organisasi, perencanaan ataupun penyelenggaraan pelayanan
kesehatan itu sendiri telah menjadi suatu kiat manajemen yang sistematis serta
terus menerus dievaluasi dan disempurnakan. Bidan berperan penting dalam
penerapan mutu manajemen pelayanan kesehatan baik secara langsung ataupun
tidak langsung saat penyelenggaraan pelayanan kesehatan kepada pasien.
Adanya perubahan sosial budaya masyarakat dan perkembangan
pengetahuan dan teknologi, peningkatan pengetahuan masyarakat tentang
kesehatan dan perkembangan informasi yang begitu cepat , serta diikuti oleh
tuntutan masyarakat akan pelayanan kesehatan yang baik , mengharuskan sarana
pelayanan kesehatan untuk mengembangkan diri secara terus- menerus seiring
dengan perkembangan yang ada pada masyarakat tersebut.
1. Diharapkan dengan pelaksanaan Model Evolusi tersebut di dalam
organisasi pelayanan kesehatan akan terjadi hal sebagai berikut:
Pola pikir petugas dalam organisasi pelayanan kesehatan akan berubah
dari pola pikir sumber daya menjadi pola pikir mutu;
2. Petugas organisasi pelayanman kesehatan akan menyadari bahwa mutu itu
sebenarnya dapat dikendalikan oleh petugas itu sendiri;
3. Petugas dalam organisasi pelayanan kesehatan akan menjabarkan tugas
mereka dalam bentuk istilah mutu, artinya dari hanya mementingkan
kuantitas atau cakupan pekerjaan saja, berubah menjadi orientasi kepada
mutu.
4. Petugas organisasi pelayanan kesehatan akan merasa puas kalau mampu
memecahkan masalah mutu yang sulit dan kemudian selanjutnya tingkat
kepuasan akan meningkat kalau masalah mutu yang dipecahkan semakin
sulit.
C. DIMENSI MUTU
1. Komptensi Teknik: kemampuan dan ketrampilan petugas sesuai dengan
standar keprofesian
2. Efektivitas: pelayanan yang dilakukan menunjukkan manfaat dan hasil
yang diinginkan.
3. Efisiensi: memberikan hasil yang paling besar dalam keterbatasan sumber
daya.
4. Akses (keterjangkauan): bahasa, dana, geografi, adat istiadat
5. Hubungan Antar Manusia: interaksi antara Pemberi Pelayanan Kesehatan
dengan pasien/klien, supervisor kabupaten dengan petugas Puskesmas,
Kepala Puskesmas dengan petugas Puskesmas, dengan memperhatikan
komunikasi, rasa hormat, perhatian dan empati yang baik. Hubungan antar
manusia yang baik akan menimbulkan kemitraan, saling percaya, saling
menghormati dan keterbukaan.
6. Kesinambungan pelayanan: pasien selalu mendapatkan pelayanan yang
dibutuhkannya tanpa terputus termasuk rujukannya. Misalnya pelayanan
K1 ibu hamil, tindaklanjut pasca-perawatan di RS.
7. Keamanan: meminimalkan resiko-resiko trauma, infeksi dan efek yang
membahayakan lainnya yang diberikan.
8. Kenyamanan; sarana pelayanan kesehatan dapat memberikan kenyamanan
kepada pasien, termasuk kebersihan, waktu tunggu.
9. Informasi: mampu menjelaskan segala sesuatu yang berhubungan dengan
pelayanan kesehatan.
10. Ketepatan waktu: diselenggarakan dalam waktu yang tepat,
misalnya jam buka dan jam tutup Puskesmas harus tepat waktu,.
11. Indikator
Indikator adalah tolok ukur yang menunjukkan tercapai atau tidaknya
suatu standar pelayanan kesehatan.
Dibedakan atas 2 (dua) macam indikator:
1. Indikator Persyaratan Minimal, untuk mengukur faktor-faktor yang
mempengaruhi mutu pelayanan kesehatan (penyebab), terdiri atas:
2. Indikator masukan: tenaga, dana, pedoman, sarana dan prasarana
3. Indikator lingkungan: kebijakan, UU, organisasi dan manajemen fasilitas
pelayanan kesehatan
4. Indikator proses: tindakan medis dan non medis yang dikerjakan dalam
memberikan pelayanan (alur kerja, praktek, perilaku pelayanaan).
ANALISIS SWOT POSYANDU
A. Strength ( Kekuatan)
1. Jaringan kerjasama antar sector sangat baik. (camat, kepala desa dan tokoh
masyarakat serta dukungan orang tua balita).
2. Pelaksana dan petugas kegiatan siap melayani masyarakat kapanpun
diperlukan.
3. Informasi tentang pentingnya hidup sehat, imunisasi dan pendidikan telah
sampai pada masyarakat
4. Tersedianya fasilitas tempat, kendaraan dan akses jalan sudah baik.
5. Dukungan dana APBD dalam penyediaan obat dan vaksin lancar.
B. Weakness (Kelemahan)
1. Sasaran posyandu tersebar dalam beberapa pedukuhan dengan akses jalan
yang sulit .
2. Faktor pendidikan dasar yang rendah sehingga tidak jarang warga
masyarakat yang tidak mengerti apa pentingnya imunisasi misalnya.
3. Faktor keyakinan dan adat istiadat kuno yang masih dipegang teguh
masyarakat sehingga dapat menghambat program penyuluhan . Misalnya :
Banyak anak banyak rejeki.; Jika anaknya di imunisasi malah jadi sakit
(panas) sehingga ibu bayi enggan ke posyandu untuk mengikuti program
imunisasi.
4. Keadaan social ekonomi masyarakat dengan pendapatan rendah membuat
program promosi hidup sehat terhambat.
C. Opportunity (Peluang)
1. Banyak warga dan tokoh masyarakat yang bersedia meluangkan waktu dan
tenaganya untuk membantu kepentingan masyarakat.
2. Derasnya arus informasi membantu secara tidak langsung akan
tertangkapnya program promosi kesehatan lewat televisi, internet dan
banner.
D. Treaths (Ancaman / Gangguan)
1. Arus globalisasi juga berdampak buruk bagi masyarakat pedesaan. Dengan
semakin bertambahnya pendapatan masyarakat utamanya yang mencari
nafkah di luar negeri. Tidak bersedia lapor bila sedang menderita penyakit
tertentu. Sehingga bayi dan anak-anak terkadang datanya tak terlacak.
2. Penghasilan rendah mebuat ibu turut mencari nafkah, akibatnya banyak
anak balita yang tidak tertib dalam mengikuti posyandu.
E. SO strategies: ini merupakan situasi yang menguntungkan. Puskesmas
memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang
ada. Strategi yang harus diterapkan dalam kondisi ini adalah mendukung
kebijakan pertumbuhan yang agresif (Growth oriented stategy). Dengan
menciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan
peluang.
F. ST strategies: dalam situasi ini pihak bidan wilayah dan puskesmas
menghadapi berbagai ancaman, tetapi masih memiliki kekuatan dari segi
internal. Strategi yang harus diterapkan dalam kondisi ini adalah
menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka panjang.
Menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman.
G. WO strategies: dalam situasi ini puskesmas dasn jaringannya menghadapi
peluang pasar yang besar, tetapi juga menghadapi beberapa
kendala/kelemahan internal. Fokus strategi pada situasi ini adalah
meminimalkan masalah-masalah internal sehingga dapat merebut peluang
yang lebih baik. Dengan menciptakan strategi yang meminimalkan
kelemahan untuk memanfaatkan peluang.
H. WT strategies: ini merupakan situasi yang tidak menguntungkan, sehingga
perusahaan harus menghadapi berbagai ancaman dan kelemahan internal.
Dengan menciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan dan
menghindari ancaman.