PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN ...eprints.ums.ac.id/85530/1/Naskah Publikasi.pdfpeserta didik...
Transcript of PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN ...eprints.ums.ac.id/85530/1/Naskah Publikasi.pdfpeserta didik...
PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN PEMBELAJARAN
MATEMATIKA BERORIENTASI HIGHER ORDER THINKING
SKILL PADA SISWA KELAS VIII SMP MUHAMMADIYAH 2
SURAKARTA
Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Program Studi Strata 1 Pada
Jurusan Matematika Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
Oleh:
FITRI DWI CAHYANI
A410160121
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2020
i
HALAMAN PERSETUJUAN
PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN PEMBELAJARAN
MATEMATIKA BERORIENTASI HIGHER ORDER THINKING SKILL
PADA SISWA KELAS VIII SMP MUHAMMADIYAH 2 SURAKARTA
PUBLIKASI ILMIAH
Oleh:
FITRI DWI CAHYANI
A410160121
Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh:
Dosen Pembimbing
Prof. Dr. Sutama, M.Pd
0007016002
ii
ii
iii
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam publikasi ilmiah ini tidak terdapat
karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan
tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang
pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah
dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya di atas,
maka akan saya pertanggungjawabkan sepenuhnya.
Surakarta, 06 Juli 2020
Penulis,
FITRI DWI CAHYANI
1
PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN PEMBELAJARAN
MATEMATIKA BERORIENTASI HIGHER ORDER THINKING SKILL
PADA SISWA KELAS VIII SMP MUHAMMADIYAH 2 SURAKARTA
Abstrak
Kualitas pendidikan di Indonesia tergolong rendah, dapat dilihat dari hasil PISA
2018. Indonesia berada pada peringkat 6 dari bawah sehingga diperlukan penilaian
untuk meningkatkan peserta didik dalam berpikir tingkat tinggi. Penelitian ini
bertujuan untuk mengembangkan instrument penilaian pembelajaran matematika
yang berorientasi higher order thinking skill (HOTS) sehingga dapat membiasakan
peserta didik dalam menghadapi soal-soal berpikir tingkat tinggi. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian dan pengembangan. Teknik
pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, dokumentasi,
angket, dan tes. Setelah melalui validasi melalui angket, instrument dinyatakan layak
untuk digunakan. Instrument yanag sudah divalidasi, diuji cobakan kepada peserta
didik untuk mengetahui keefektivitasan instrument. Hasil analisis, instrumen
penilaian yang berorientasi higher order thinking skill (HOTS) lebih tinggi daripada
penilaian yang digunakan guru. Sehingga instrumen penilaian pembelajaran
matematika yang berorientasi higher order thinking skill (HOTS) dinyatakan layak
dan efektif untuk digunakan.
Kata Kunci: Penilaian, Pembelajaran Matematika, HOTS, Karakeristik Siswa
Abstract
The quality of education in Indonesia is classified as low, it can be seen from the
results of PISA 2018. Indonesia is ranked 6th from the bottom so an assessment is
needed to improve students' high-level thinking. This study aims to develop an
assessment instrument for mathematics learning oriented to higher order thinking
skills (HOTS) so that students can get used to dealing with higher-order thinking
questions. The method used in this research is research and development methods.
The overall data collection techniques used are observation, interviews,
documentation, questionnaires, and tests. The assessment instrument developed was
deemed feasible and effective for teachers to use to get the final results of students.
Keywords: Assessment, Mathematics Learning, HOTS, Student Characteristics
1. PENDAHULUAN
Penilaian merupakan rangkaian kegiatan untuk menilai sesuatu. Menurut Arikunto
(2012:3) menilai adalah mengambil suatu keputusan terhadap sesuatu dengan
ukuran baik buruk. Penilaian bersifat kualitatif. Tujuan penilaian adalah
memberikan masukan informasi tentang hasil belajar peserta didik, baik dilihat
2
secara langsung saat pembelajaran maupun pada hasil akhir peserta didik (Sriyanti,
2019:21). Penilaian merupakan bagian penting dalam suatu pembelajaran.
Penilaian pembelajaran matematika adalah penilaian yang digunakan untuk
memperoleh dan menganalisis kemampuan belajar peserta didik dalam
permasalahan yang berkaitan dengan matematika. Dalam hal ini, penilaian yang
digunakan adalah penilaian berbasis kelas. Penilaian kelas adalah penilaian yang
dilakukan di kelas ketika kegiatan pembelajaran berlangsung untuk memperoleh
informasi untuk memahami siswa, merencanakan dan memonitoring proses
pembelajaran, dan menciptakan suasana kelas yang bergairah (Nurgiyantoro,
2010:98). Disisi lain, penilaian berbasis kelas adalah suatu proses dalam
memperoleh informasi yang dilakukan oleh guru tentang perkembangan dan
pencapaian pembelajaran yang dilakakukan peserta didik melalui berbagai teknik
yang mampu mengungkapkan, membuktikan atau menunjukkan secara tepat
bahwa tujuan pembelajaran dan kemampuan (kompetensi) telah benar-benar
dikuasai dan dicapai. Menurut Ismail, dkk. (2020:154) implementasi penilaian
berbasis kelas guru harus menetapkan prinsip-prinsip penilaian yang akurat dan
konsisten sebagai pertanggungjawaban publik.
Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa tujuan dari penilaian
pembelajaran matematika adalah untuk mengembangkan kemampuan peserta
didik dalam memecahkan permasalahan guna mendapatkan hasil akhir (penilaian)
yang dapat dipertanggungjawabkan publik. Kemampuan dalam memecahkan
permasalahan dapat menjadi acuan dalam melakukan penilaian pembelajaran.
Penilaian pembelajaran matematika ini berkaitan dengan kemampuan belajar
peserta didik, sehingga dapat menjadikan modal peserta didik untuk
menyelesaikan permasalahan-permasalahan dalam pembelajaran yang menuntut
mereka untuk berpikir kritis maupun berpikir tingkat tinggi. Di Indonesia sendiri,
peserta didik diharapkan mampu berpikir kritis sesuai dengan kurikulum yang
baru, yakni kurikulum 2013. Peserta didik juga diharapkan mampu
mengintegrasikan dalam kehidupan nyata. Salah satunya soal-soal PISA.
3
Soal-soal PISA dapat meningkatkan peserta didik dalam berpikir kritis.
Indonesia sudah berpartisipasi dalam PISA sejak tahun 2000. Pada tahun 2015,
Indonesia sendiri menduduki peringkat rendah,, yakni peringkat 9 dari bawah
dengan skor 386 (OECD, 2016:4). Pada tahun 2018, Indonesia mengalami
penurunan peringkat, yakni peringkat 6 dari bawah dengan skor 379 (OECD,
2019:18).
Berdasarkan hasil tes dan evaluasi PISA 2018, menunjukkan bahwa kualitas
pendidikan di Indonesia tergolong rendah. Rendahnya hasil tes PISA dikalangan
peserta didik Indonesia menjadikan faktor penentu peringkat di Indonesia. Hal itu
dikarenakan peserta didik tidak terbiasa dengan permasalahan atau soal-soal yang
memerlukan pemikiran tingkat tinggi atau berpikir kritis. Dengan demikian,
mestinya evaluasi dijadikan kebutuhan oleh siswa, sebab dengan evaluasi siswa
akan tahu tentang keberhasilan pembelajaran yang dilakukannya (Sanjaya,
2013:338-339). Hal itu sesuai dengan pendapat Rusman (2017:19) penilaian
dilakukan dengan menggunakan tes dan non tes dalam bentuk tertulis maupun
kinerja, pengukuran sikap, penilaian hasil karya berupa tugas, proyek dan atau
produk, penggunaan portofolio, dan penilaian diri. Dalam kegiatan pengukuran ini
guru berperan aktif dalam menyusun alat ukur untuk meningkatkan kemampuan
peserta didik. Alat ukur yang digunakan harus layak dan sesuai dengan kriteria
untuk mengukur kemampuan siswa. Alat ukur yang digunakan adalah tes hasil
belajar peserta didik. Tes hasil belajar merupakan sekumpulan pertanyaan yang
harus dijawab peserta didik baik melalui tugas maupun ulangan harian yang dibuat
oleh guru. Menurut Siyoto & Sodik ( 2015:78) tes adalah serentetan pertanyaan,
lembar kerja, atau sejenisnya yang dapat digunakan untuk mengukur pengetahuan,
ketrampilan, bakat dan kemampuan dari subjek penelitian. Lembar instrumen
berupa tes ini berisi soal-soal tes yang terdiri atas butir-butir soal.
Peserta didik dituntut tidak hanya mampu dalam berpikir kritis, melainkan
juga dapat berpikir secara tingkat tinggi. Berpikir tingkat tinggi dalam hal ini biasa
disebut dengan HOTS atau higher order thinking skill. HOTS merupakan suatu
4
proses berpikir secara ilmiah yang dilakukan oleh peserta didik dalam level
kognitif yang lebih tinggi. Proses tersebut mengaitkan konsep dan metode kognitif
dalam taksonomi pembelajaran seperti metode problem solving, pengajaran, dan
penilaian (Saputra dalam Rahayu Ningsih dan Jayanti, 2019:21). Soal-soal HOTS
digunakan untuk mengukur kemampuan peserta didik dalam berpikir tingkat
tinggi. Perkembangan pendidikan yang sekarang ini, menuntut peserta didik agar
mampu untuk berpikir tingkat tinggi. Untuk membiasakan peserta didik
menghadapi soal-soal berpikir tingkat tinggi diperlukan adanya pengembangan
instrumen penilaian dalam pembelajaran yang berorientasi HOTS atau higher
order thinking skill.
Rumusan masalah dalam penelitian dan pengembangan ini yaitu: Bagaimana
instrumen penilaian pembelajaran matematika yang digunakan oleh guru – guru di
SMP Muhammadiyah 2 Surakarta selama ini; Bagaimana pengembangan
instrumen penilaian pembelajaran matematika yang berorientasi Higher Order
Thinking Skill (HOTS) pada peserta didik kelas VIII di SMP Muhammadiyah 2
Surakarta; Bagaimana kelayakan instrumen penilaian pembelajaran matematika
yang dikembangkan di SMP Muhammadiyah 2 Surakarta; Bagaimana efektivitas
instrumen penilaian pembelajaran matematika yang dikembangkan di SMP
Muhammadiyah 2 Surakarta. Penelitian dan pengembangan ini mempunyai
beberapa tujuan, yakni: Untuk mendiskripsikan instrumen penilaian pembelajaran
matematika yang digunakan oleh guru – guru di SMP Muhammadiyah 2 Surakarta
selama ini; Untuk mendeskripsikan pengembangan instrumen penilaian
pembelajaran matematika yang berorientasi Higher Order Thinking Skill (HOTS)
pada peserta didik kelas VIII SMP; Untuk menguji kategori kelayakan instrumen
penilaian pembelajaran matematika yang dikembangkan di SMP Muhammadiyah
2 Surakarta; Untuk menguji keefektivitasan instrumen penilaian pembelajaran
matematika yang dikembangkan di SMP Muhammadiyah 2 Surakarta
5
2. METODE
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian dan
pengembangan atau research and development (R&D). Penelitian dan
pengembangan merupakan sebuah strategi penelitian yang cukup ampuh untuk
memperbaiki praktik. Penelitian dan pengembangan adalah suatu proses atau
langkah-langkah untuk mengembangkan suatu produk baru atau menyempurnakan
produk yang telah ada yang dapat dipertanggungjawabkan (Sutama, 2019:196).
Teknik pengumpulan data menggunakan teknik observasi, wawancara, dan
dokumentasi. Ada beberapa tahapan dalam pengembangan produk, yakni tahap
analisis, tahap perencanaan, tahap pengembangan, tahap validasi, revisi, dan
produk layak. Pada penilaian produk, teknik pengumpulan data menggunakan
angket. Angket digunakan sebagai lembar validasi atau penilaian untuk
mengetahui kelayakan produk yang dikembangkan. Setelah produk valid atau
layak untuk digunakan, produk diuji cobakan kepada peserta didik guna
mengetahui keefektivitassan produk tersebut. Langkah-langkah penelitian dan
pengembangan instrumen penilaian pembelajaran matematika yang berorientasi
higher order thinking skill sebagai berikut.
6
Gambar 1. Diagram Langkah Penelitian
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil Pengembangan Produk
Penelitian dan pengembangan ini bertujuan untuk menghasilkan instrument
penilaian dalam pembelajaran matematika yang berorientasi higher order
thinking skill (HOTS) serta mengetahui kelayakan dan keefektivitasan instrument
tersebut. Berdasarkan penelitian dan pengembangan instrumen penilaian
pembelajaran matematika berorientasi higher order thinking skill (HOTS)
diperoleh hasil sebagai berikut.
3.1.1 Tahap Analisis
Pada tahap analisis dilakukan uji kebutuhan di SMP Muhammadiyah 2
Surakarta. Berkaitan dengan uji kebutuhan yang penulis lakukan dengan ibu
Ratna selaku guru matematika memaparkan mengenai sudah adanya silabus,
RPP, dan perangkat pembelajaran lainnya. Namun, ketika penulis tanyakan
terkait mengenai bentuk fisik data – data tersebut belum bisa di berikan. Selain
Permasalahan pembelajaran matematika
Uji Kebutuhan di SMP Muhammadiiyah
2 Surakarta Ketidaksiapan Guru
Peserta didik menghadapi kesulitan
Menyusun Instrumen Penilaian
Pengembangan Instrumen Penilaian
Menguji kelayakan dan keefektivitasan Instrumen Penilaian yang dikembangkan
Instrumen Penilaian layak dan efektiv untuk digunakan
7
itu, beliau menyampaikan adanya soft file mengenai perangkat tersebut. Dari
permasalahan tersebut penulis juga menemukan kaitannya dengan belum
adanya bentuk fisik yang akan menghambat persiapan pembelajaran dengan
peserta didik, sebab perangkat tersebut penting dimiliki oleh guru, baik dalam
bentuk hard file maupun soft file.
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi terdapat ketidaksesuaian
antara kurikulum 2013 dengan silabus yang digunakan. Silabus yang digunakan
di SMP Muhammadiyah 2 Surakarta tidak menggunakan revisi terbaru, hanya
mengganti tahunnya saja. RPP yang digunakan guru merupakan hasil copas dari
RPP yang lama, materi ajar dan isinya pun masih sama, hanya saja guru
mengganti tahun ajaran serta mengganti KD dan KI yang sesuai dengan
kurikulum 2013 sebagai formalitas jika nanti ada penilaian dari Dinas
Pendidikan. Hal itu menjadi salah satu temuan dari penulis yang sangat penting
dan menjadi dasar perlunya pengembangan instrumen yang ingin dilakukan.
Selain itu apabila dikaji lebih dalam adanya instrumen penilaian yang ada di
SMP Muhammadiyah 2 Surakarta hanya berisi rumus yang dicopas dari
internet.
Hasil observasi dan wawancara dalam uji kebutuhan menunjukkan bahwa
instrumen penilaian di SMP Muhammadiyah 2 Surakarta masih kurang,
sehingga menjadikan acuan saya untuk mengembangkan instrument penilaian.
Instrument penilaian yang saya kembangkan berupa instrument penilaian
pembelajaran yang berorientasi higher order thinking skill (HOTS). Saya
memilih mengembangkan instrument tersebut karena di Indonesia masih
tergolong rendah dalam nilai matematikanya, hal itu terbukti dari hasil PISA
2018. Berdasarkan hasil tersebut, terlihat bahwa peserta didik di Indonesia
masih kurang dalam pembelajaran yang membutuhkan pemikiran tingkat tinggi.
3.1.2 Tahap Perencanaan
Pada tahap perencanaan ini terdiri dari pembuatan instrumen penilaian yang
dikembangkan dan instrumen validasi. Sebelum membuat instrument penilaian
8
penulis membuat kisi-kisi dari materi yang sudah dipilih. Instrument validasi
berupa angket yang digunakan untuk mengetahui kelayakan instrument
penilaian yang dikembangkan, instrument tersebut divalidasi oleh ahli materi
dan praktisi pendidikan. Instrument penilaian yang dikembangkan dinilai
berdasarkan materi, konstruksi dan bahasa. Setelah divalidasi oleh ahli materi
dan praktisi pendidik, angket penilaian juga diberikan kepada peserta didik agar
mengetahui kekurangan instrument penilaian yang dikembangkan. Setelah
divalidasi dan diberikan saran serta masukan, instrument penilaian dinyatakan
layak dan siap diuji cobakan kepada peserta didik untuk mebgetahui
keefektivitasannya.
3.1.3 Tahap Pengembangan
Instrument penilaian pembelajaran matematika yang berorientasi higher order
thinking skill (HOTS) dibuat berdasarkan indikator taksonomi bloom dan
disusun sesuai dengan kompetensi inti, kompetensi dasar, indikator, dan tujuan
pembelajaran. Pada tahap pengembangan ini dilakukan penyusunan instrumen
penilaian sesuai dengan langkah-langkah menyusun instrument. Langkah yang
pertama menentukan materi yang akan digunakan, kedua membuat kisi-kisi
berdasarkan kompetensi inti dan indicator materi, ketiga menyusun soal yang
digunakan sebagai penilaian.
3.1.4 Tahap Validasi
Tahap validasi instrument digunakan untuk mengetahui kelayakan produk yang
dikembangkan. Validasi dilakukan oleh ahli materi dan praktisi pendidik yang
berkompeten dalam bidang matematika. Produk yang sudah divalidasi
kemudian direvisi sesuai dengan saran dan masukkan dari validator.
3.1.5 Uji Coba produk
Setelah produk divalidasi oleh ahli materi dan praktisi pendidik, produk diuji
cobakan ke peserta didik untuk mendapatkan penilaian peserta didik dan
mengetahui keefektivitasan produk yang dikembangkan. Produk yang
dikembangkan adalah instrument penilaian pembelajaran matematika
9
berorientasi higher order thinking skill (HOTS). Instrument tersebut berupa
soal tes dengan materi sistem persamaan linear dua variable.
3.2 Hasil Penilaian
Hasil penilaian pada penelitian ini berupa hasil validasi ahli materi dan praktisi
pendidik serta penilaian dari peserta didik berupa angket.
3.2.1 Hasil Validasi Ahli Materi dan Praktisi Pendidik
Sebelum melakukan uji coba, instrument penilaian pembelajaran matematika
yang berorientasi higher order thinking skill (HOTS) divalidasi terlebih dahulu
oleh ahli materi dan praktisi pendidik. Validasi digunakan untuk menguji
kelayakan produk yang dikembangkan agar dapat direvisi sesuai saran dan
masukan yang diperoleh. Sehingga instrument penilaian pembelajaran
matematika yang berorientasi higher order thinking skill ini dapat menjadi
instrument yang layak untuk digunakan dan menjadi temuan baru bagi guru
sebagai penilaian yang lebih baik.
Hasil validasi pada angket yang ditelaah dalam aspek materi, konstruksi
dan bahasa sudah sesuai. Namun masih ada beberapa hal yang masih perlu
perbaikan. Hasil analisis angket validasi sebagai berikut.
1) Validasi Ahli Materi
Validasi ahli materi dianalisis menggunakan metode analisis deskriptif
evaluative. Berdasarkan hasil validasi angket oleh ahli materi mendapat
jumlah skor sebanyak 42 dan nilai 80,77% dengan tingkat validasi “cukup
valid, dapat digunakan namun perlu revisi”.
2) Validasi Praktisi Pendidik
Hasil validasi praktisi pendidik diperoleh jumlah skor 48 dan nilai 92,30%
dengan tingkat validitas “sangat valid, dapat digunakan tanpa revisi”.
Berdasarkan hasil analisis tersebut, menunjukkan bahwa instrument
penilaian pembelajaran matematika berorientasi higher order thinking skill
(HOTS) layak untuk digunakan.
10
3.2.2 Peserta Didik
Penilaian produk tidak hanya dilakukan oleh ahli materi dan praktisi pendidik
saja. Penulis juga meminta peserta didik untuk menilai instrument penilaian
pembelajaran matematika yang berorientasi higher order thinking skill (HOTS).
Sebelum melakukan penilaian produk, peserta didik diuji menggunakan
instrument yang dibuat sebagai penilaian pembelajaran tersebut. Setelah
melakukan penilaian produk, produk dianalisis menggunakan validasi dan
reliabilitas untuk mengetahui kelayakan produk yang dikembangkan.
Uji validitas ini menggunakan teknik korelasi produk moment dengan
statistic uji. Dimana keputusan ujinya adalah jika , maka item
pertayaan valid. Sebaliknya, jika maka item pertanyaan tidak valid
(Siregar,2015:164). Dengan taraf signifikansi 5% dan n=25, maka diperoleh
hasil = 0,396. Setelah dianalisis menggunakan Microsoft Exeel 2016,
hasil validitas menunjukkan bahwa dari 15 item peryataan terdapat 5 soal yang
tidak valid, yakni pada nomor 5, 6, 7, 9, dan 12 serta terdapat 10 item
pernyataan yang valid yang dapat digunakan untuk mengumpulkan data.
Uji reliabilitas ini menggunakan teknik coeficien alpha Cronbach dengan
statitistik uji. Dimana keputusan ujinya adalah instrument dikatakan reliabel
jika r11> r tabel dan sebaliknya, jika r11 ≤ r tabel maka instrument dikatakan
tidak reliabel (Siregar, 2015:176). Dengan taraf signifikansi 5% dan dengan
jumlah soal yang valid sebanyak 10, maka diperoleh r tabel = 0,632 . Setelah
dianalisis menggunakan Microsoft Exel hasilnya menunjukkan bahwa
pernyataan tersebut reliabel karena r11 > r tabel dimana r11= 0,931497 lebih besar
dari r tabel. Berdasarkan uji validitas dan reliabilitas, menunjukkan bahwa
banyak pernyataan yang valid dan dinyatakan reliabel, maka dapat dinyatakan
bahwa instrument penilaian pembelajaran matematika yang berorientasi higher
order thinking skill (HOTS) dinyatakan layak untuk digunakan.
11
3.3 Hasil Uji Coba
Hasil uji coba digunakan untuk mengetahui keefektivitasan instrument penilaian
pembelajaran matematika yang berorientasi higher order thinking skill (HOTS)
pada peserta didik kelas VIII SMP Muhammadiyah 2 Surakarta. Terdapat dua
penilaian yang digunakan untuk menguji keefektivitasan instrument penilaian
tersebut, yaitu yang pertama dari nilai pre-test yang didapat dari hasil ulangan
harian peserta didik dan yang kedua didapat dari uji coba menggunakan
instrument penilaian yang dikembangkan. Hasil uji coba dianalisis menggunakan
uji T-test menggunakan uji statistic SPSS 16 dengan dasar pengambilan sebagai
berikut.
1) Jika signifikansi antara pre-test dan post-test ( 2-tailed) < 0.05 maka terdapat
perbedaan yang signifikan antara instrumen penilaian pre-test dan post-test.
2) Jika signifikansi antara pre-test dan post-test ( 2-tailed) >0.05 maka tidak
terdapat perbedaan yang signifikan antara instrumen penilaian pre-test dan
post-test.
Tabel 1. Hasil Analisis SPSS
12
Hasil analisis SPSS menunjukkan hasil korelasi antara 2 variabel adalah
0,358. Tingkat signifikansi hubungan 2 variabel tersebut adalah 0,086. T adalah
nilai t hitung dimana t = 0,982. Sig (2-tailed) > 0.05 sehingga tidak terdapat
perbedaan yang signifikan antara instrumen penilaian pre-test dan post-test
dimana Sig ( 2-tailed) = 0,336. Akan tetapi rata-rata antara 2 variabel tersebut
terdapat perbedaan dimana mean pre-test adalah 80,38 dan nilai post-test adalah
84,25. Sehingga instrument penilaian pembelajaran matematika berorientasi
higher order thinking skill (HOTS) efektif untuk digunakan meskipun tidak
terdapat perbedaan yang signifikan.
3.4 Pembahasan
Penelitian dilakukan di SMP Muhammadiyah 2 Surakarta dengan menggunakan
25 peserta didik sebagai responden uji coba. Dimana peserta didik tersebut
memiliki karakteristik yang berbeda-beda setiap individunya. Karakteristik
adalah watak atau sifat pembawaan yang dimiliki manusia maupun makhluk
hidup lainnya. Sedangkan siswa adalah subjek yang mendapatkan pelajaran.
Menurut Sardiman (dalam Marbun, 2018:83) karakteristik siswa adalah pola
kelakuan dan kemampuan yang ada pada siswa secara menyeluruh sebagai hasil
dari pembawaan dan lingkungan sekitarnya.
Penelitian ini menggunakan instrumen penilaian pembelajaran matematika
yang berorientasi higher order thinking skill (HOTS). Pembelajaran adalah suatu
proses yang mengatur maupun mengorganisasikan lingkungan sekitar siswa
sehingga menumbuhkan dan mendorong proses belajar. Proses belajar ditandai
dengan adanya hubungan yang sadar akan tujuan (Aprida Pane dan Darwis
Dasopang, 2017). Sesuai dengan pendapat Thobroni (2017:17) bahwa
pembelajaran membutuhkan sebuah proses yang disadari dan bersifat mengubah
perilaku. Sedangkan matematika adalah suatu ilmu yang sistematis mempelajari
tentang pola berpikir, seni, dan bahasa serta semua yang mengkaji menggunakan
logika. Matematika berguna bagi manusia untuk memahami dan mengetahui
13
permasalahan baik social, ekonomi, maupun alam. Menurut Fahrurrozi dan
Sukrul Hamdi (2019:1) hakikat matematika tidak hanya dari sisi sejarahnya saja,
namun juga mengenai tentang bagaimana struktur serta perkembangan dari
matematika itu sendiri. Dalam perkembangannya matematika adalah ilmu dasar
yang digunakan untuk mempelajari ilmu-ilmu yang lain.
Pembelajaran matematika merupakan serangkaian kegiatan dalam
memberikan suatu pembelajaran matematik sehingga siswa memiliki kompetensi
bahan bekajar mengenai matemtaika. Pada hakekatnya pembelajaran matematika
adalah membangun kemampuan matematika siswa dalam pembelajaran.
Pembelajaran matematika berperan penting sebagai dasar ilmu pengetahuan
lainnya. Agar pembelajaran matematika dikatakan efektif perlu adanya penilaian
atau hasil akhir peserta didik. Penilain berperan penting dalam suatu
pembelajaran khususnya pada pembelajaran matematika. Pembelajaran
matematika sebagai proses belajar siswa secara aktif mengembangkan
pengetahuan siswa dengan memperoleh suatu penilaian. Penilaian dalam
pembelajaran matematika juga berperan sangat penting. Penilaian pembelajaran
matematika merupakan suatu rangkaian kegiatan untuk mendapatkan hasil akhir
dalam pembelajaran matematika yang terstruktur dan sistematis.
Penilaian pembelajaran matematika yang berorientasi higher order thinking
skill (HOTS) merupakan penilaian yang menuntut peserta didik berpikir timgkat
tinggi. Higher order thinking skill (HOTS) meliputi aspek kemampuan berpikir
kritis, kemampuan berpikir kreatif, dan kemampuan memecahkan masalah.
Berpikir kristis yaitu kemampuan untuk menganalisis, menciptakan, dan
menggunakan kriteria secara obyektif, serta mengevaluasi data. Berpikir kreatif
yaitu kemampuan untuk menggunakan struktur berpikir yang rumit sehingga
memunculkan ide yang baru dan orisinil. Kemampuan memecahkan masalah
yaitu kemampuan untuk berpikir secara kompleks dan mendalam untuk
memecahkan suatu masalah ( Gunawan, dalam Lailly dan Wisudawati, 2015).
14
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian dan pengembangan. Penelitian
dan pengembangan atau research and development (R&D) merupakan sebuah
strategi penelitian yang cukup ampuh untuk memperbaiki praktik. Penelitian dan
pengembangan adalah suatu proses atau langkah-langkah untuk mengembangkan
suatu produk baru atau menyempurnakan produk yang telah ada yang dapat
dipertanggungjawabkan (Sutama, 2019:196).
Hasil penelitian dan pengembangan ini adalah instrument penilaian
pembelajaran matematika yang berorientasi higher order thinking skill (HOTS).
Instrument ini menggunakan soal-soal yang berorientasi higher order thinking
skill (HOTS) karna Kurikulum 2013 peserta didik diharuskan berpikir tingkat
tinggi. Penelitian ini dilakukan di SMP Muhammadiyah 2 Surakarta, meskipun
SMP tersebut sudah menerapkan Kurikulum 2013 akan tetapi SMP tersebut
belum menerapkan penilaian yang berorientasi higher order thinking skill
(HOTS). Sebelum melakukan penelitian, peneliti melakukan uji kebutuhan
terlebih dahulu menggunakan metode observasi dan wawancara.
Setelah melakukan uji kebutuhan, peneliti mengetahui permasalahan yang
ada pada SMP Muhammadiyah 2 Surakarta sehingga penulis dapat menyusun
instrument yang akan dikembangkan. Setelah itu peneliti membuat instrument
validasi untuk penilaian produk yang dibuat untuk mengetahui kelayakan
instrument penilaian pembelajaran matematika berorientasi higher order thinking
skill (HOTS). Instrumen yang sudah divalidasi diperbaiki sesuai dengan saran
dan masukan oleh validator. Kemudian instrument tersebut diuji cobakan kepada
peserta didik untuk mengetahui keefektivitasan instrument penilaian
pembelajaran matematika berorientasi higher order thinking skill (HOTS) yang
dikembangkan.
Terdapat beberapa perbandingan pengembangan instrumen pembelajaran
matematika berorientasi higher order thinking skill (HOTS) dengan penelitian
terdahulu, yakni: Penelitian yang dilakukan oleh Budiman dan Jailani (2014)
dalam jurnal penelitian dengan judul “Pengembangan Instrumen Asesmen
15
Higher Order Thinking Skill (HOTS) Pada Mata Pelajaran Matematika SMP
Kelas VII Semester 1”. Penelitian tersebut memiliki persamaan dengan penelitian
yang penulis lakukan, yakni sama – sama meneliti mengenai instrumen penilaian
berbasis HOTS pada mata pelajaran matematika. Adapun perbedaannya yakni
penelitian yang dilakukan oleh Budiman dan Jailani dilakukan pada peserta didik
SMP kelas VII semester 1, sedangkan penelitian yang penulis lakukan mengenai
pengembangan instrumen penilaian pembelajaran matematika berorientasi higher
order thinking skill pada peserta didik SMP kelas VIII; Penelitian yang dilakukan
oleh Amalia dan Susilaningsih (2014) dalam jurnal penelitian dengan judul
“Pengembangan Instrumen Penilaian Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA
Pada Materi Asam Basa”. \Penelitian tersebut memiliki persamaan dengan
penelitian yang penulis lakukan, yakni sama – sama meneliti mengenai instrumen
penilaian. Adapun perbedaannya yakni penelitian yang dilakukan oleh Amalia
dan Susilaningsih meneliti mengenai pengembangan instrumen penilaian
keterampilan berpikir kritis siswa SMA pada materi asam basa, sedangkan
penelitian yang penulis lakukan mengenai pengembangan instrumen penilaian
pembelajaran matematika berorientasi higher order thinking skill (HOTS);
Penelitian yang dilakukan oleh Chan dan Ismail (2014) dalam jurnal
internasional dengan judul penelitian “Developing Statistical Reasoning
Assessment Instrumen for High School Students in Descriptive Statistics”.
Penelitian tersebut memiliki persamaan dengan penelitian yang penulis lakukan,
yakni sama – sama meneliti mengenai instrumen penilaian. Adapun
perbedaannya yakni penelitian yang dilakukan oleh Chan dan Ismail meneliti
mengenai pengembangan instrumen penilaian penalaran statistik untuk siswa
SMA dalam statistik deskriptif, sedangkan penelitian yang penulis lakukan
mengenai pengembangan instrumen penilaian pembelajaran matematika
berorientasi higher order thinking skill (HOTS).
16
4. PENUTUP
Instrumen penilaian di SMP Muhammadiyah 2 Surakarta menggunakan penilaian
yang lama meskipun SMP Muhammadiyah 2 Surakarta sudah menerapkan
Kurikulum 2013 sebagai acuan pembelajaran. Maka dari itu peserta didik kurang
diberikan pembelajaran matematika yang mengharuskan peserta didik berpikir
tingkat tinggi. Sehingga peneliti membuat instrument penilaian pembelajaran
matematika yang berorientasi higher order thinking skill (HOTS).
Adanya instrument penilaian pembelajaran matematika yang berorientasi
higher order thinking skill (HOTS) membuat peserta didik mampu berpikir tingkat
tinggi meskipun harus dipancing terlebih dahulu agar bisa mengerjakan soal yang
diberikan. Instrument penilaian pembelajaran matematika yang berorientasi higher
order thinking skill (HOTS). tersebut menjadi temuan baru untuk sekolah dan
para guru untuk digunakan sebagai penilaian dalam pembelajaran khususnya
pembelajaran matematika.
Sebelum diuji cobakan kepeserta didik, instrument penilaian pembelajaran
matematika yang berorientasi higher order thinking skill (HOTS) divalidasi oleh
ahli materi dan praktisi pendidik untuk mengetahui kelayakan instrument tersebut.
Selain divalidasi oleh ahli materi dan praktisi pendidik, instrument tersebut juga
dinilai peserta didik. Hasil analisis dari penilaian ahli materi, praktisi pendidik, dan
peserta didik, instrument penilaian pembelajaran matematika yang berorientasi
higher order thinking skill (HOTS) dinyatakan layak digunakan di SMP
Muhammadiyah 2 Surakarta.
Setelah dianalisis dan dinyatakan layak, instrument penilaian pembelajaran
matematika yang berorientasi higher order thinking skill (HOTS) diuji cobakan ke
peserta didik untuk mengetahui keefektivitasan instrument tersebut. Setelah
dianalisis menggunakan SPSS 16, tidak ada perbedaan yang signifikan antara hasil
ulangan peserta didik dengan instrument penilaian pembelajaran matematika yang
berorientasi higher order thinking skill (HOTS). Namun, mean antara pre-test dan
post-test terdapat perbedaan, yakni hasil post-test lebih besar dibandingkan dengan
17
hasil pre-test. Dimana post-test tersebut menggunakan instrument penilaian
pembelajaran matematika yang berorientasi higher order thinking skill (HOTS).
Dari perbandingan hasil mean kedua variable tersebut dapat dinyatakan bahwa
instrument penilaian pembelajaran matematika yang berorientasi higher order
thinking skill (HOTS) efektiv digunakan dalam pembelajaran di SMP
Muhammadiyah 2 Surakarta.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. (2012). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:
Rineka Cipta
Sriyanti, I. (2019). Evaluasi Pembelajaran Matematika. Ponorogo: Uwais Inspirasi
Indonesia.
Burhan Nurgiyantoro (2010) Penilaian Pembelajaran Sastra Berbasis Kompetensi.
FBS Universitas Negri Yogyakarta.
Ismail, M. I., & dkk. (2020). Asesmen dan Evaluasi Pembelajaran. Makassar:
Cendekia Publisher.
Indonesia, I., Nation, U., Goals, S. D., Indonesia, S., & Nam, V. (2016). © oecd
2016. 1–8.
Summaries, C. E. (2018). PISA 2018 Results. I.
Sanjaya, Wina. 2013. Penelitian Pendidikan, Jenis, Metode dan Prosedur. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.
Rusman, (2017) Belajar dan Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.
Jakarta: Kencana
Siyoto, S., & Sodik, A. (2015). Dasar Metode Penelitian. Yogyakarta: Literasi Media
Publishing.
Rahayuningsih, S., & Jayanti, R. (2019). Grup, HOTS, dan Gender. Ponorogo: Uwais Inspirasi
Indonesia.
Syofian Siregar. 2015. Metode Penelitian Kuantitatif Dilengkapi Dengan
Perbandingan Perhitungan Manual & SPSS. Jakarta: Kencana
18
Marbun, S. M. (2018). Psikologi Pendidikan. Ponorogo: Uwais Inspirasi Indonesia.
Pane, A., & Dasopang, M. D. (2017). Belajar dan Pembelajaran. Jurnal Kajian Ilmu-
ilmu Keislaman, Vol. 03 (No 2), 334-339.
Thobroni, M. (2017). Belajar & Pembelajaran Teori dan Praktik. Yogyakarta: Ar-
Ruzz media.
Fahrurrozi, & Hamdi, S. (2017). Metode Pembelajaran Matematika. NTB:
Universitas Hamzanwadi Press.
Laily, N. R., & Wisudawati, A. W. 2015. Analisis Soal tipe Higher Order Thinking
Skill (HOTS) dalam Soal Kimia SMA Rayon B tahun 2012/2013. Jurnal
Kaunia. XI(1).
Sutama. (2019). Metode Penelitian Pendidikan. Sukoharjo: Jasmine.
An, D., Instrument, A., Higher, O. F., & Thinking, O. (n.d.). Pengembangan Instrumen
Asesmen Higher Order Thinking Skill (HOTS) ... ( Agus Budiman, Jailani ) - 139.
1(November 2014), 139–151.
Amalia, F. N., & Susilaningsih, E. (2014). Pengembangan Instrumen Penilaian Keterampilan
Berpikir Kritis Siswa SMA pada Materi Asam Basa. Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, 8
(2).
Wei, S., & Ismail, Z. (2014). Developing Statistical Reasoning Assessment Instrument for High
School Students in Descriptive Statistics. Procedia - Social and Behavioral Sciences,
116, 4338–4343. https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2014.01.943