pembasan pengobatan farter2.doc

25
Berdasarkan kasus tersebut, terapi yang direkomendasikan oleh dokter meliputi pemberian O 2 , infus RL, Ranitidin Inj, Tramadol inj, Aspilet, CPG (plavix), ISDN, Furosemid inj, Spironolakton, Ramipril, simvastatin dan arixtra (Pondafarinux sodium). Sedangkan menurut kelompok kami, terapi rekomendasi yang disarankan adalah meliputi, pemberian O 2 , Infuse dextrose 5%, Ranitidin inj, Aspilet, Arixtra, Rampiril, tramadol dan simvastatin. Terdapat beberapa penggantian obat yang dilakukan, antara lain adalaha: penggantian infuse RL dengan infuse dextrose 5%, hal ini karena jika pasien menerima infus RL, maka pasien dikhawatirkan akan mengalami asidosis, selain itu, pasien menderita hipertensi, sehingga jika dilakukan penambahan infuse RL yang mengandung natrium,, maka dikhawatirkan hipertensi dari pasien akan semakin parah sehingga dilakukan penggantian dengan infus dextrose 5%. Tramadol inj diganti dengan diazepam, hal tersebut berdasarkan pada algoritma terapi infark miokard yang meyebutkan penggunaan diazepam pada kasus AMI. Penghapusan penggunaan CPG (plavix), hal ini karena plavix memiliki kontraindikasi dengan antikoagulan, selain itu juga pada terapi dokter terdapat dua natiplatelet dan satu antikoagulan hal tersebut dikhawatirkan akan menyebaban bleeding sehingga pada kasus ini plavix tidak digunakan, dan digunakan kombinasi antikoagulan (Arixtra) dan atiplatelet

Transcript of pembasan pengobatan farter2.doc

Page 1: pembasan pengobatan farter2.doc

Berdasarkan kasus tersebut, terapi yang direkomendasikan oleh dokter

meliputi pemberian O2, infus RL, Ranitidin Inj, Tramadol inj, Aspilet, CPG

(plavix), ISDN, Furosemid inj, Spironolakton, Ramipril, simvastatin dan arixtra

(Pondafarinux sodium). Sedangkan menurut kelompok kami, terapi rekomendasi

yang disarankan adalah meliputi, pemberian O2, Infuse dextrose 5%, Ranitidin inj,

Aspilet, Arixtra, Rampiril, tramadol dan simvastatin. Terdapat beberapa

penggantian obat yang dilakukan, antara lain adalaha: penggantian infuse RL

dengan infuse dextrose 5%, hal ini karena jika pasien menerima infus RL, maka

pasien dikhawatirkan akan mengalami asidosis, selain itu, pasien menderita

hipertensi, sehingga jika dilakukan penambahan infuse RL yang mengandung

natrium,, maka dikhawatirkan hipertensi dari pasien akan semakin parah sehingga

dilakukan penggantian dengan infus dextrose 5%. Tramadol inj diganti dengan

diazepam, hal tersebut berdasarkan pada algoritma terapi infark miokard yang

meyebutkan penggunaan diazepam pada kasus AMI. Penghapusan penggunaan

CPG (plavix), hal ini karena plavix memiliki kontraindikasi dengan antikoagulan,

selain itu juga pada terapi dokter terdapat dua natiplatelet dan satu antikoagulan

hal tersebut dikhawatirkan akan menyebaban bleeding sehingga pada kasus ini

plavix tidak digunakan, dan digunakan kombinasi antikoagulan (Arixtra) dan

atiplatelet (Aspirin). Furosemid dan spironolakton tidak digunakan dalam terapi

rekomendasi yang kita berikan, hal ini karena pasien tidak ada udem dan juga

pasien memiliki riwayat sakit ketika melakukan buang air kecil, sehingga

dikhawatirkan jika pasien diberikan dua obat diuretik, maka pasien akan tidak

nyaman saat buang air kecil, karena dengan pemberian diuretik pasien akan lebih

sering melakukan buang air kecil.

1. Oksigen (O2)

Indikasi

Menurut standar keperawatan ICU Depkes RI tahun 2005 : Pasien hipoksia,

oksigenasi kurang padahal paru normal, oksigenasi cukup padahal paru tidak

normal, oksigenasi cukup dan paru normal sedangkan sirkulasi tidak normal,

pasien yang membutuhkan oksigen konsentrasi tinggi, pasien dengan tekanan

darah parsial karbondioksida (PaCO2) rendah.

Page 2: pembasan pengobatan farter2.doc

Alasan digunakan

karena pada saat MRS pasien mengeluh sesak nafas sehingga dibutuhkan terapi

oksigen.

Hubungan Umur dengan Obat

Tidak ada hubungan karena umur tergolong dewasa.

Hubungan pengobatan dengan data klinik dan laboratorium

Pasien mengeluh sesak nafas pada awal masuk Rumah Sakit sehingga

diberikan oksigen sebagai pengobatan pertama.

Hubungan pengobatan dengan riwayat pasien, penyakit, dan riwayat

pengobatan

Pada saat MRS pasien mengalami gejala sesak nafas sehingga diperlukan

oksigen untuk menanggulangi atau mengobatinya.

Interaksi obat-obat, obat-makanan dan obat-jamu

Tidak ada interaksi dengan obat yang digunakan untuk terapi.

Dosis obat

Dewasa = 2-4 l/menit. Pada terapi ini pasien diberikan dosis oksigen sebesar 3

l/menit sehingga aman digunakan.

Efek samping

Toksisitas oksigen tergantung pada tekanan parsial terinspirasi (fungsi

konsentrasi dan tekanan barometrik) dan durasi paparan, durasi aman

berkurang dengan meningkatkan tekanan. Di bawah tekanan sampai 2 atmosfer

absolut, toksisitas paru terjadi sebelum toksisitas SSP, tekanan yang lebih

tinggi, berlaku sebaliknya. Gejala-gejala toksisitas pulmonal termasuk

penurunan yang vital, kapasitas batuk dan kesulitan substernal Toksisitas SSP

Symptomsof termasuk mual, perubahan suasana hati, pusing, berkedut, kejang

dan ketidaksadaran (Sweetman, 2009).

Aturan pemakaian

Obat diberikan pada saat pasien mengalami sesak nafas.

Lama penggunaan untuk terapi

Obat / oksigen ini dapat digunakan sampai pasien tidak mengalami sesak nafas.

Dalam kasus ini digunakan hingga hari ke-2.

Harga obat

Page 3: pembasan pengobatan farter2.doc

Generik.

2. Ranitidin 8 mg inj IV

Dosis

Pemberian secara IV dewasa adalah 2-4 mg/kg/jam, dosis maximal 200

mg/hari (Lacy, 2009).

Hubungan Umur Pasien dengan Obat

Ranitidine aman di berikan pada pasien geriatric tetapi sebaiknya durasi

pemberiannya dikurangi yaitu dengan dosis IV/ IM 50 mg tiap 18-24 jam atau

satu kali sehari mengingat fungsi organ pasien sudah mengalami penurunan

(McEvoy, 2004)

Hubungan Pengobatan dengan Data Klinik dan Laboratorium

Tidak ada hubungan antara pengobatan pada pasien dengan data klinik dan

laboratorium.

Hubungan Pengobatan dengan Riwayat Pasien, Penyakit, dan Riwayat

Pengobatan

Tidak ada hubungan antara pengobatan dengan riwayat pasien, penyakit, dan

riwayat pengobatan.

Hubungan dengan Obat Lain, Makanan, dan Jamu

Ranitidin digunakan untuk mengurangi sekresi asam lamung akibat

penggunaan Dexamethasone.

Aturan Pemakaian Obat

Dewasa PO 150 mg im/iv/iv intermitten 50 mg % ; 6-8 jam.

Lama Penggunaan Obat untuk Terapi

Disesuaikan dengan kondisi pasien, diberikan sampai kondisi pasien membaik.

Indikasi Obat

Pengobatan dan pemeliharaan ulkus duodenum, pengobatan kondisi

hipersekresi patologis, pencegahan pendarahan GI bagian atas, pengobatan

stress ulcer dan kerusakan lambung akibat penggunaan NSAID jangka lama

(Tatro, 2003).

Efek Samping Obat

Aritmia, bradikardia, insomnia, eritema multiforme, trombocitopenia,sakit

kepala, reaksi hipersensitifitas (Tatro, 2003).

Page 4: pembasan pengobatan farter2.doc

Interaksi Obat-obat, obat-makanan, dan obat-jamu

Berinteraksi dengan diazepam yaitu mengubah efek dari ranitidine dan

penurunan absorbsi diazepam (Tatro, 2003).

Harga Obat (Generik/Brandname)

Ranitidine termasuk generik.

3. DIAZEPAM

Dosis

Dosis 2,5 mg bila kejang, sebagai muscle relaxant pada anak dengan rute IV

0,04-0,3mg/kg/dosis tiap 2-4 jam maksimum hingga 0,6 mg/kg dalam 8 jam

jika diperlukan (DIH ; 436 : 2009)

Hubungan umur pasien dan obat

Tidak ada

Hubungan pengobatan dengan data klinik

Pasien menderita infark miokard dan hipertensi, maka pasien diberikan

diazepam sebagai obat untuk mengurangi rasa sakit yang diderita pasien

sehingga pasien menerima pengobatan diazepam sebagai obat penenang.

Sehingga pasien diharapkan lebih rileks dan tenang, hal tersebut akan

mengurangi kekambuhan terjadinya serangan infark miokard pada pasien.

Hubungan pengobatan dengan riwayat pasien, penyakit dan riwayat

pengobatan

Tidak ada hubungan

Interaksi obat-obat, obat-makanan, dan obat-jamu

- simetidin : meningkatkan efek diazepam; dengan digoksin : meningkatkan

konsentrasi serum digoksin;

- omeprazole : meningkatkan efek diazepam;

- theofilin : efek sedative antagonis (Tatro, 2003). Namun, pasien tidak

mendapatkan terapi obat-obat tersebut, sehingga tidak terjadi reaksi.

Aturan pemakaian obat

Diazepam dipakai secara IV sebanyak 2,5 mg.

Lama pengobatan untuk terapi

Obat ini digunakan selama 1 hari, bila pasien mengalami sesak nafas.

Page 5: pembasan pengobatan farter2.doc

Indikasi obat

Diazepam digunakan sebagai anti cemas, sedative hipnotik, anti kejang, status

epileptikus, spasme otot, sebagai penenang dan spasma otot (Tatro, 2003).

Mekanisme

Potensiasi aksi GABA yaitu menghambat neurotransmitter, meningkatkan

inhibisisi neuron,menyebabkan depresi SSP sehingga mengurangi sesak nafas

pada pasien (Tatro,2003).

Efek samping obat

mengantuk, kebingungan, ataksia, pusing, lesu, lelah, apatis, gangguan

memori, disorientasi, amnesia anterograde, kegelisahan, sakit kepala, bicara

cadel, kehilangan suara, pingsan, koma, euforia, iritabilitas, retardasi

psikomotor, reaksi paradoksal (misalnya, kemarahan, insomnia, kejang otot).

Pada SSP ataksia, vertigo, efek amnesia

Pada GI konstipasi, anoreksia ( McEvoy, 2004).

Harga Obat

Obat ini merupakan obat Generik.

4. Aspilet

Mekanisme aksi

Menghambat sintesis prostaglandin, menghasilkan efek analgesia, anti-

inflamasi dan penghambatan agregasi platelet, mengurangi demam.

Indikasi

Pengobatan ringan sampai sedang sakit, demam, kondisi peradangan;

pengurangan risiko kematian atau MI pada pasien dengan infark atau angina

pektoris tidak stabil atau serangan iskemia berulang atau stroke pada pria yang

memiliki iskemia otak yang disebabkan oleh emboli platelet.

Hubungan Umur dengan Obat

Tidak ada hubungan karena umur tergolong dewasa.

Hubungan pengobatan dengan data klinik dan laboratorium

Pasien mengeluh sesak nafas pada awal masuk Rumah Sakit sehingga

diberikan oksigen sebagai pengobatan pertama.

Hubungan pengobatan dengan riwayat pasien, penyakit, dan riwayat

pengobatan

Page 6: pembasan pengobatan farter2.doc

Tidak ada hubungan.

Kontraindikasi

Hipersensitif terhadap salisilat atau NSAID, hemofilia, perdarahan ulser atau

hemoragik.

Dosis

PO 160 sampai 325 mg/hari, karena pada kasus ini aspirin digunakan sebagai

antiplatelet, jadi dosis yang digunakan yaitu 80 mg/hari

Interaksi

Alkohol: Dapat meningkatkan risiko ulserasi GI dan memperpanjang waktu

perdarahan. Antasida dan kortikosteroid: Dapat menurunkan kadar aspirin.

Antikoagulan, oral dan heparin: Dapat meningkatkan risiko perdarahan.

Probenesid, sulfinpyrazone: Dapat menurunkan efek uricosuric. Sulfonilurea,

insulin: Aspirin (> 2 g / hari) dapat menurunkan glukosa.

Efek samping

EENT: Pusing; tinnitus. GI: Mual, dispepsia, nyeri ulu hati, perdarahan.

HEMA: Peningkatan perdarahan, anemia, konsentrasi besi menurun. LAIN:

Reaksi hipersensitivitas mungkin termasuk urtikaria, gatal-gatal, ruam,

angioedema dan shock anafilaktik.

Lama penggunaan obat

Digunakan setiap hari.

Harga obat

Brandname : dengan nama generik aspirin.

5. Ramipril

Mekanisme aksi

Menghambat angiotensin I-converting enzyme, sehingga mencegah konversi

angiotensin I menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat. Dapat

menurunan BP dan tidak langsung (dengan menghambat aldosteron)

menurunan retensi natrium dan cairan dan peningkatan diuresis.

Indikasi

Page 7: pembasan pengobatan farter2.doc

Pengobatan hipertensi, karena pasien yang stabil yang telah menunjukkan

tanda-tanda klinis dari CHF dalam beberapa hari pertama setelah mengalami

MI akut. Mengurangi risiko pengembangan peristiwa kardiovaskular utama

dalam pasien 55 tahun karena riwayat penyakit arteri koroner, stroke, penyakit

pembuluh darah perifer, atau diabetes yang disertai dengan faktor risiko

kardiovaskular lainnya (misalnya, hipertensi, kolesterol total tinggi, HDL

rendah, merokok, mikroalbuminuria ), mengurangi risiko MI, stroke, atau

kematian akibat kardiovaskuler.

Kontraindikasi

Hipersensitif terhadap ACE inhibitor

Dosis

Route / Dosis

Hipertensi

DEWASA: PO Dosis awal: 2,5 mg sekali sehari pada awalnya. Dosis

pemeliharaan: 2.5 sampai 20 mg / hari sebagai dosis tunggal atau dalam 2 dosis

terbagi.

Interaksi

Allopurinol: resiko yang lebih besar dari hipersensitivitas mungkin dengan

penggunaan bersama. Antasida: bioavailabilitas Ramipril mungkin akan

menurun. Pisahkan administrasi kali oleh 1 sampai 2 jam. Capsaicin: Semoga

memperburuk batuk. Digoxin: tingkat digoxin Peningkatan. Indometasin:

Dapat mengurangi efek hipotensi, terutama di low-renin atau volume

tergantung pasien hipertensi. Lithium: Dapat menyebabkan tingkat lithium

meningkat dan gejala keracunan lithium. Diuretik loop: Pengaruh diuretik loop

mungkin akan menurun. Fenotiazin: efek hipotensi ditingkatkan. Suplemen

kalium, diuretik hemat kalium: Dapat menyebabkan peningkatan kadar serum

kalium.

Efek samping

Adverse Reaksi

CV: Hipotensi. SSP: Sakit kepala, pusing, kelelahan. Derm: Ruam; pruritis. GI:

Mual, muntah. HEMA: Penurunan Hgb atau Hct, leukopenia, eosinofilia,

proteinuria. META: Hiperkalemia. RESP: edema angioneurotic dengan

Page 8: pembasan pengobatan farter2.doc

dyspnea, asma, bronkospasme, infeksi saluran pernapasan atas; batuk. LAIN:

asthenia, demam, hipersensitivitas, sindrom seperti flu, reaksi anaphylactoid.

6. Simvastatin

Simvastatin adalah agen penurun lipid yang berasal dari sintetis

derivate dari fermentasi Aspergillus terreus. Setelah konsumsi oral,

simvastatin, akan menginaktifkan lakton, dihidrolisis menjadi bentuk β-

hydroxyacid. Simvastatin merupakan inhibitor dari 3-hydroxy-3

methylglutaryl-koenzim A (HMG-CoA) reduktase. Enzim ini mengkatalisis

konversi HMG-CoA menjadi mevalonate, yang merupakan lamgkah awal

untuk menghambat biosintesis kolesterol. Simvastatin adalah asam butanoic,

2,2-dimethyl-,1,2,3,7,8,8a-hexahydro-3,7-dimethyl-8-[2 (tetrahydro-4-

hydroxy-6-oxo-2H-pyran-2-yl)-ethyl]-1-naphthalenyl ester, [1S

[1α,3α,7β,8β(2S*,4S*),-8aβ]].

Indikasi

Mengurangi total kolesterol tinggi (total-C), low-density lipoprotein kolesterol

(LDL-C), apolipoprotein B (Apo B), dan trigliserida (TG), dan meningkatkan

high-density lipoprotein kolesterol (HDL-C) pada pasien dengan

hiperlipidemia primer (Fredrickson tipe IIa, heterozigot familial dan

nonfamilial) atau campuran dislipidemia (Fredrickson tipe IIb). Mengurangi

tinggi TG pada pasien dengan hipertrigliseridemia (Fredrickson tipe IV

hiperlipidemia). Mengurangi tinggi TG dan VLDL-C pada pasien

dysbetalipoproteinemia primer (Fredrickson Tipe III hiperlipidemia).

Mengurangi total C dan LDL-C pada pasien dengan hiperkolesterolemia

familial homozigot.

Dosis

Dewasa: PO 5 sampai 40 mg / hari di malam hari. Dosis yang digunakan pada

terapi kasus Ny. Sfn adalah 40 mg/ hari di malam hari. Lama penggunaan obat

dalam terapi adalah digunakan pada hari ke-2.

Mekanisme aksi obat

Simvastatin adalah prodrug dan di hidrolisis menjadi bentuk aktifnya yaitu β-

hydroxyacid, asam simvastatin, setelah di administrasi. Simvastatin adalah

inhibitor spesifik dari 3-hydroxy-3 methylglutaryl-koenzim A (HMG-CoA)

Page 9: pembasan pengobatan farter2.doc

reduktase, enzim yang mengkatalisis konversi HMG CoA untuk mevalonate,

yang merupakan langkah awal untuk membatasi /menghambat jalur biosintesis

kolesterol. Selain itu, simvastatin mengurangi VLDL dan TG dan

meningkatkan HDL-C.

Alasan Pemilihan Obat

Simvastatin pada kasus Ny. Sfn digunakan dalam terapi sebagai obat

antikolesterol. Pemilihan obat simvastatin sebagai obat antikolesterol karena

adanya kadar HDL dan LDl yang tidak normal pada pasien tersebut, hal ini

untuk menghindari terjadinya artheroskerosis. Pada pasien disfungsi hati:

Gunakan obat dengan hati-hati pada pasien yang mengkonsumsi sejumlah

besar alkohol atau yang memiliki riwayat penyakit hati.

Interaksi Obat

Inhibitor Kuat CYP3A4, siklosporin, atau danazol

Interaksi Simvastatin dengan Inhibitor Kuat CYP3A4: Simvastatin,

seperti inhibitor lain beberapa HMG-CoA reduktase, adalah substrat CYP3A4.

Simvastatin dimetabolisme oleh CYP3A4 tetapi tidak memiliki aktivitas

penghambatan CYP3A4; oleh karena itu tidak diharapkan mempengaruhi

konsentrasi plasma obat lain yang dimetabolisme oleh CYP3A4. Peningkatan

kadar plasma dari HMG-CoA akan beresiko meningkatkan aktivitas inhibisi

reduktase dari miopati dan rhabdomyolysis, terutama dengan simvastatin dosis

tinggi. Penggunaan bersamaan dengan obat yang memiliki efek penghambatan

kuat pada CYP3A4 merupakan kontraindikasi dari simvastatin. Jika

pengobatan dengan itraconazole, ketoconazole, posaconazole, eritromisin,

klaritromisin atau telithromycin tidak dapat dihindari, terapi dengan

simvastatin harus ditangguhkan selama pengobatan.

Meskipun tidak dipelajari secara klinis, vorikonazol telah terbukti

dapat menghambat metabolisme lovastatin in vitro (Mikrosom hati manusia).

Oleh karena itu, vorikonazol kemungkinan akan meningkatkan konsentrasi

plasma simvastatin. Disarankan bahwa dosis penyesuaian simvastatin

dipertimbangkan selama penggunaan bersamaan antara vorikonazol dan

simvastatin untuk mengurangi risiko miopati, termasuk rhabdomyolysis.

Siklosporin atau Danazol: Risiko miopati, termasuk rhabdomyolysis meningkat

Page 10: pembasan pengobatan farter2.doc

dengan seiring administrasi cyclosporine atau danazol. Oleh karena itu, seiring

dengan penggunaannya obat ini merupakan kontraindikasi dengan simvastatin.

Amiodarone, Ranolazine, atau Calcium Channel Blockers

Risiko miopati, termasuk rhabdomyolysis, meningkat seiring dengan

pemberian amiodaron, Ranolazine, atau calcium channel blockers seperti

verapamil, diltiazem, atau amlodipine.

Niacin

Kasus miopati / rhabdomyolysis telah diamati pada pengguanaan

simvastatin yang dipakai bersamaan dengan niacin (≥ 1 g / hari).

Digoxin

Dalam suatu studi, administrasi seiring digoxin dengan simvastatin

menghasilkan sedikit elevasi digoxin dalam konsentrasi plasma. Pasien

yang mengkonsumsi digoxin harus dipantau, tepat ketika penggunaan

simvastatin dimulai.

Antikoagulan (kumarin)

Penggunan simvastatin bersamaan dengan antikoagulan (kumarin) akan

meningkatkan resiko pendarahan yang mungkin terjadi.

Colchicine

Kasus miopati, termasuk rhabdomyolysis, telah dilaporkan pada pemakaian

simvastatin yang dipakai bersamaan dengan colchicine.

Efek Samping

SSP: Sakit kepala, asthenia, paresthesia, neuropati perifer. EENT: Disfungsi

saraf kranial tertentu (termasuk perubahan rasa, gangguan gerakan luar mata,

paresis wajah), perkembangan katarak. GI: Mual, muntah, diare, sakit perut,

sembelit, perut kembung, dispepsia, pankreatitis. Hepatic: Hepatitis, penyakit

kuning, perubahan lemak di hati, sirosis, nekrosis hati fulminan, hepatoma,

transaminase serum meningkat. PERNAPASAN: infeksi saluran pernapasan

atas. LAINNYA: Miopati, rhabdomyolysis; kelelahan. Sindrom

hipersensitivitas jelas telah dilaporkan jarang yang sudah termasuk 1 atau lebih

dari fitur berikut: anafilaksis, angioedema, lupus eritematosa-seperti sindrom,

polymyalgia rheumatica, vaskulitis, purpura, trombositopenia, leukopenia,

anemia hemolitik, antibodi antinuclear positif, sedimentasi kenaikan tarif

Page 11: pembasan pengobatan farter2.doc

eritrosit , arthritis, arthralgia, urtikaria, asthenia, photosensitivity, demam,

menggigil, kemerahan, malaise, dyspnea, nekrolisis epidermal toksik, eritema

multiformis, termasuk sindrom Stevens-Johnson.

Hubungan umur pasien dan obat/dengan data klinik dan lab/ riwayat

penyakit, penyakit, riwayat pengobatan

Berdasarkan pada data laboratorium, pada hari ke-2 didapatkan kadar HDL

pasien menurun dan kadar kolesterol total pasien meningkat, sehingga

dibutuhkan pemberian obat antikolesterol yaitu simvastatin, hal tersebut untuk

mencegah terjadiny arterosklerosis.

Kontraindikasi

penyakit hati aktif atau peningkatan persisten yang tidak dapat dijelaskan dari

nilai fungsi hati, kehamilan, menyusui.

Harga obat

Generik

(Tatro, 2003 dan Anonim, 2012)

7. ISDN

Kelas: antiangina

Mekanisme Aksi

Relaksasi otot polos vena dan arteri.

Indikasi

pengobatan dan pencegahan angina pectoris. Indikasi pada terapi kasus ini

adalah digunakan untuk mengobati hipertensi pasien.

Kontraindikasi

Hipersensitivitas terhadap nitrat, anemia berat, closed-angle glaucoma,

hipotensi ortostatik, trauma kepala atau perdarahan otak. Terapi nitrat harus

dihindari pada pasien dengan tekanan darah sistolik <90 mmHg atau pasien

yang dicurigai menderita infark ventrikel kanan (infark inferior pada EKG,

JVP meningkat, paru bersih dan hipotensi). Nitrat juga harus dihindari pada

Page 12: pembasan pengobatan farter2.doc

pasien yang menggunakan phosphodiesterase-5 inhibitor sildenafil dalam 24

jam sebelumnya karena dapat memicu efek hipotensi nitrat.

Route / Dosis

angina pektoris

DEWASA: SL (tablet sublingual) 2,5 sampai 5 mg, PO (tablet kunyah) 5 mg,

PO (tablet oral) 5 sampai 40 mg q 6 jam, PO (tablet rilis berkelanjutan) 40

sampai 80 mg q 8 sampai 12 jam.

Profilaksis akut

DEWASA: PO (tablet sublingual atau kunyah) 5 sampai 10 mg q 2 sampai 3

jam.

Interaksi Obat

Alkohol: menyebabkan hipotensi berat dan kolaps kardiovaskuler.

Aspirin: Peningkatan konsentrasi dan efek dari nitrat.

Dihydroergotamine: Peningkatan tekanan darah sistolik dan efek antianginal

menurun. 

Adverse effect

CV: Takikardia, palpitasi, hipotensi, sinkop; aritmia. SSP: Sakit kepala,

ketakutan, kelemahan, vertigo, pusing, agitasi, insomnia. Derm: vasodilatasi

kutaneus dengan pembilasan. EENT: Penglihatan kabur. GI: Mual, muntah,

diare, dispepsia. GU: Disuria, frekuensi kencing, impotensi. HEMA:

methemoglobinemia, anemia hemolitik. RESP: Bronchitis; pneumonia.

LAINNYA: arthralgia, keringat, pucat, keringat dingin, edema.

Kewaspadaan (Precautions)

Kehamilan: Kategori C. Laktasi: Tak Tentu. Anak-anak: Keamanan dan

kemanjuran disarankan. Pasien risiko khusus: Gunakan dengan hati-hati pada

pasien dengan MI akut atau CHF. Angina: Dapat memperburuk angina yang

Page 13: pembasan pengobatan farter2.doc

disebabkan oleh kardiomiopati hipertrofik. Hipotensi ortostatik: Dapat terjadi

bahkan dengan dosis kecil, alkohol menonjolkan reaksi ini. Toleransi:

Toleransi terhadap efek vaskular dan antianginal dapat berkembang.

Overdosis: TANDA & GEJALA

Hipotensi, takikardia, flushing, diaforesis, sakit kepala, vertigo, jantung

berdebar, gangguan penglihatan, mual, muntah, kebingungan, dyspnea.

(Tatro, 2003)

8. Infus Dekstrosa 5%

Komposisi 

glukosa = 50 gr/l (5%), 100 gr/l (10%), 200 gr/l (20%). Setiap 100 mL dari

Injeksi Dekstrosa 5% USP, mengandung dekstrosa monohidrat 5 g dalam air

untuk injeksi. Nilai kalori 170 kkal / L. Osmolaritas adalah 252 mOsmol / L

(calc.), yang sedikit hipotonik.

Indikasi 

Sebagai cairan resusitasi pada terapi intravena serta untuk keperluan hidrasi

selama dan sesudah operasi. Diberikan pada keadaan oliguria ringan sampai

sedang (kadar kreatinin kurang dari 25 mg/100ml). Terapi parenteral untuk

memenuhi kebutuhan air dan kalori karbohidrat pada pasien yang mengalami

dehidrasi dan untuk pasien hypernaremia.

Kontraindikasi: Hiperglikemia.

Adverse Reaction 

Injeksi glukosa hipertonik dengan pH rendah dapat menyebabkan iritasi pada

pembuluh darah dan tromboflebitis.

Dosis: 10 tpm

Mekanisme

Page 14: pembasan pengobatan farter2.doc

Meningkatkan kadar glukosa dalam darah, sehingga dapat memenuhi

kebutuhan akan kalori. Konsentrasi dektrose akan menurun apabila terjadi

penurunan jumlah protein dan nitrogen dalam tubuh, dan juga dapat memicu

pembentukan glikogen. Dextrose merupakan senyawa monosakarida yang

sangat cepat diserap. Metabolismenya akan menghasilkan CO2, air, dan

sumber energy.

9. Arixtra (Pondafarinux Sodium)

Indikasi dan Penggunaan

ARIXTRA merupakan antikoagulan diindikasikan untuk: Profilaksis deep vein

thrombosis (DVT) pada pasien yang menjalani operasi pinggul, patah tulang

(termasuk profilaksis diperpanjang), operasi penggantian pinggul, operasi

penggantian lutut, atau operasi perut. Pengobatan emboli paru DVT atau akut

(PE) bila diberikan bersamaan dengan warfarin. Pada kasus ini penggunaan

arixtra dimaksudkan untuk antikoagulan yang dikombinasikan dengan

antiplatelet, untuk mengatasi arterosklerosis.

Dosis dan Administrasi

Profilaksis trombosis vena dalam: ARIXTRA 2,5 mg subkutan sekali sehari

setelah hemostasis telah ditetapkan. Dosis awal harus diberikan tidak lebih

awal dari 6 sampai 8 jam setelah pembedahan dan dilanjutkan selama 5 sampai

9 hari.  Pengobatan deep vein thrombosis dan emboli paru: ARIXTRA 5 mg

(berat badan <50 kg), 7,5 mg (50 sampai 100 kg), atau 10 mg (> 100 kg)

subkutan sekali sehari. Pengobatan harus terus selama setidaknya 5 hari sampai

INR 2 sampai 3 dicapai dengan natrium warfarin. Jangan digunakan sebagai

injeksi intramuskular. Untuk penggunaan subkutan, jangan mencampur dengan

suntikan atau infus. Dosis tunggal, jarum suntik yang mengandung 2,5 mg, 5

mg, 7,5 mg, atau 10 mg fondaparinux.

Interaksi Obat

Dalam studi klinis terhadap ARIXTRA, seiring penggunaan antikoagulan oral

(warfarin), inhibitor platelet (asam asetilsalisilat), NSAID (piroksikam), dan

digoksin tidak secara signifikan mempengaruhi farmakokinetik /

farmakodinamik natrium fondaparinux. Selain itu, ARIXTRA tidak

mempengaruhi farmakodinamika warfarin, asam asetilsalisilat, piroksikam, dan

Page 15: pembasan pengobatan farter2.doc

digoksin, maupun farmakokinetik digoksin pada steady state. Agen yang dapat

meningkatkan risiko perdarahan harus dihentikan sebelum memulai terapi

dengan ARIXTRA kecuali agen ini sangat penting. Jika co-administrasi yang

diperlukan, memantau pasien dengan cermat untuk perdarahan. Dalam sebuah

penelitian in vitro di mikrosom hati manusia, penghambatan CYP2A6

hidroksilasi kumarin oleh fondaparinux (200 mikromolar yaitu, 350 mg / L)

adalah 17 menjadi 28%. Penghambatan isozim lainnya dievaluasi (CYPs 1A2,

2C9, 2C19, 2D6, 3A4, dan 3E1) adalah 0 sampai 16%. Karena fondaparinux

tidak nyata menghambat CYP450s (CYP1A2, CYP2A6, CYP2C9, CYP2C19,

CYP2D6, CYP2E1, atau CYP3A4) in vitro, fondaparinux natrium tidak

diharapkan untuk secara signifikan berinteraksi dengan obat lain in vivo

dengan menghambat metabolisme dimediasi oleh isozim. Karena natrium

fondaparinux tidak mengikat signifikan terhadap protein plasma selain ATIII,

tidak ada interaksi obat dengan pengikatan protein perpindahan diharapkan.

Mekanisme Aksi

Aktivitas antitrombotik natrium fondaparinux adalah hasil dari antithrombin III

(ATIII)- yang dimediasi penghambatan selektif Faktor Xa. Dengan selektif

mengikat ATIII, natrium fondaparinux potentiates (sekitar 300 kali) netralisasi

bawaan Faktor Xa oleh ATIII. Netralisasi interupsi Faktor Xa kaskade

pembekuan darah dan dengan demikian menghambat pembentukan trombin

dan pengembangan trombus. Natrium fondaparinux tidak menonaktifkan

trombin (diaktifkan Faktor II) dan tidak memiliki efek yang dikenal pada

fungsi trombosit. Pada dosis yang dianjurkan, natrium fondaparinux tidak

mempengaruhi aktivitas fibrinolitik atau waktu perdarahan.

Kontraindikasi

• Penurunan fungsi ginjal (bersihan kreatinin <30 mL / menit) pada profilaksis

atau pengobatan tromboemboli vena.

• pendarahan aktif.

• Trombositopenia dengan uji in vitro positif untuk antiplatelet antibodi dengan

adanya natrium fondaparinux.

• Berat badan <50 kg (profilaksis tromboemboli vena).

Efek samping

Page 16: pembasan pengobatan farter2.doc

Efek samping yang paling umum yang terkait dengan penggunaan ARIXTRA

adalah pendarahan komplikasi. Iritasi lokal (injeksi perdarahan, ruam, dan

pruritus) dapat terjadi setelah injeksi subkutan. Anemia, insomnia, peningkatan

drainase luka, hipokalemia, pusing, hipotensi, kebingungan erupsi, bulosa,

hematoma, pasca-operasi perdarahan, dan purpura dapat terjadi.

(Smith, 2012)

DAPUS

Lacy, C.F., Amstrong, L.L., Goldman, M.P., Lance, L.L., 2006, Drug

Information Handbook, 14th Edition, AphA, Lexi-Comp Inc, Hudson,

Ohio.

Smith G. K., 2012, Arixtra (fondaparinux sodium) injection, solution, U.S.

National Library of Medicine, 8600 Rockville Pike, Bethesda, MD

20894

National Institutes of Health, Health & Human Services.

Tatro D.S. 2003. A to Z Drug Facts. San Francisco: Facts and Comparisons.