pembasan pengobatan farter2.doc
-
Upload
wahyu-nur-isnaeni -
Category
Documents
-
view
125 -
download
8
Transcript of pembasan pengobatan farter2.doc
Berdasarkan kasus tersebut, terapi yang direkomendasikan oleh dokter
meliputi pemberian O2, infus RL, Ranitidin Inj, Tramadol inj, Aspilet, CPG
(plavix), ISDN, Furosemid inj, Spironolakton, Ramipril, simvastatin dan arixtra
(Pondafarinux sodium). Sedangkan menurut kelompok kami, terapi rekomendasi
yang disarankan adalah meliputi, pemberian O2, Infuse dextrose 5%, Ranitidin inj,
Aspilet, Arixtra, Rampiril, tramadol dan simvastatin. Terdapat beberapa
penggantian obat yang dilakukan, antara lain adalaha: penggantian infuse RL
dengan infuse dextrose 5%, hal ini karena jika pasien menerima infus RL, maka
pasien dikhawatirkan akan mengalami asidosis, selain itu, pasien menderita
hipertensi, sehingga jika dilakukan penambahan infuse RL yang mengandung
natrium,, maka dikhawatirkan hipertensi dari pasien akan semakin parah sehingga
dilakukan penggantian dengan infus dextrose 5%. Tramadol inj diganti dengan
diazepam, hal tersebut berdasarkan pada algoritma terapi infark miokard yang
meyebutkan penggunaan diazepam pada kasus AMI. Penghapusan penggunaan
CPG (plavix), hal ini karena plavix memiliki kontraindikasi dengan antikoagulan,
selain itu juga pada terapi dokter terdapat dua natiplatelet dan satu antikoagulan
hal tersebut dikhawatirkan akan menyebaban bleeding sehingga pada kasus ini
plavix tidak digunakan, dan digunakan kombinasi antikoagulan (Arixtra) dan
atiplatelet (Aspirin). Furosemid dan spironolakton tidak digunakan dalam terapi
rekomendasi yang kita berikan, hal ini karena pasien tidak ada udem dan juga
pasien memiliki riwayat sakit ketika melakukan buang air kecil, sehingga
dikhawatirkan jika pasien diberikan dua obat diuretik, maka pasien akan tidak
nyaman saat buang air kecil, karena dengan pemberian diuretik pasien akan lebih
sering melakukan buang air kecil.
1. Oksigen (O2)
Indikasi
Menurut standar keperawatan ICU Depkes RI tahun 2005 : Pasien hipoksia,
oksigenasi kurang padahal paru normal, oksigenasi cukup padahal paru tidak
normal, oksigenasi cukup dan paru normal sedangkan sirkulasi tidak normal,
pasien yang membutuhkan oksigen konsentrasi tinggi, pasien dengan tekanan
darah parsial karbondioksida (PaCO2) rendah.
Alasan digunakan
karena pada saat MRS pasien mengeluh sesak nafas sehingga dibutuhkan terapi
oksigen.
Hubungan Umur dengan Obat
Tidak ada hubungan karena umur tergolong dewasa.
Hubungan pengobatan dengan data klinik dan laboratorium
Pasien mengeluh sesak nafas pada awal masuk Rumah Sakit sehingga
diberikan oksigen sebagai pengobatan pertama.
Hubungan pengobatan dengan riwayat pasien, penyakit, dan riwayat
pengobatan
Pada saat MRS pasien mengalami gejala sesak nafas sehingga diperlukan
oksigen untuk menanggulangi atau mengobatinya.
Interaksi obat-obat, obat-makanan dan obat-jamu
Tidak ada interaksi dengan obat yang digunakan untuk terapi.
Dosis obat
Dewasa = 2-4 l/menit. Pada terapi ini pasien diberikan dosis oksigen sebesar 3
l/menit sehingga aman digunakan.
Efek samping
Toksisitas oksigen tergantung pada tekanan parsial terinspirasi (fungsi
konsentrasi dan tekanan barometrik) dan durasi paparan, durasi aman
berkurang dengan meningkatkan tekanan. Di bawah tekanan sampai 2 atmosfer
absolut, toksisitas paru terjadi sebelum toksisitas SSP, tekanan yang lebih
tinggi, berlaku sebaliknya. Gejala-gejala toksisitas pulmonal termasuk
penurunan yang vital, kapasitas batuk dan kesulitan substernal Toksisitas SSP
Symptomsof termasuk mual, perubahan suasana hati, pusing, berkedut, kejang
dan ketidaksadaran (Sweetman, 2009).
Aturan pemakaian
Obat diberikan pada saat pasien mengalami sesak nafas.
Lama penggunaan untuk terapi
Obat / oksigen ini dapat digunakan sampai pasien tidak mengalami sesak nafas.
Dalam kasus ini digunakan hingga hari ke-2.
Harga obat
Generik.
2. Ranitidin 8 mg inj IV
Dosis
Pemberian secara IV dewasa adalah 2-4 mg/kg/jam, dosis maximal 200
mg/hari (Lacy, 2009).
Hubungan Umur Pasien dengan Obat
Ranitidine aman di berikan pada pasien geriatric tetapi sebaiknya durasi
pemberiannya dikurangi yaitu dengan dosis IV/ IM 50 mg tiap 18-24 jam atau
satu kali sehari mengingat fungsi organ pasien sudah mengalami penurunan
(McEvoy, 2004)
Hubungan Pengobatan dengan Data Klinik dan Laboratorium
Tidak ada hubungan antara pengobatan pada pasien dengan data klinik dan
laboratorium.
Hubungan Pengobatan dengan Riwayat Pasien, Penyakit, dan Riwayat
Pengobatan
Tidak ada hubungan antara pengobatan dengan riwayat pasien, penyakit, dan
riwayat pengobatan.
Hubungan dengan Obat Lain, Makanan, dan Jamu
Ranitidin digunakan untuk mengurangi sekresi asam lamung akibat
penggunaan Dexamethasone.
Aturan Pemakaian Obat
Dewasa PO 150 mg im/iv/iv intermitten 50 mg % ; 6-8 jam.
Lama Penggunaan Obat untuk Terapi
Disesuaikan dengan kondisi pasien, diberikan sampai kondisi pasien membaik.
Indikasi Obat
Pengobatan dan pemeliharaan ulkus duodenum, pengobatan kondisi
hipersekresi patologis, pencegahan pendarahan GI bagian atas, pengobatan
stress ulcer dan kerusakan lambung akibat penggunaan NSAID jangka lama
(Tatro, 2003).
Efek Samping Obat
Aritmia, bradikardia, insomnia, eritema multiforme, trombocitopenia,sakit
kepala, reaksi hipersensitifitas (Tatro, 2003).
Interaksi Obat-obat, obat-makanan, dan obat-jamu
Berinteraksi dengan diazepam yaitu mengubah efek dari ranitidine dan
penurunan absorbsi diazepam (Tatro, 2003).
Harga Obat (Generik/Brandname)
Ranitidine termasuk generik.
3. DIAZEPAM
Dosis
Dosis 2,5 mg bila kejang, sebagai muscle relaxant pada anak dengan rute IV
0,04-0,3mg/kg/dosis tiap 2-4 jam maksimum hingga 0,6 mg/kg dalam 8 jam
jika diperlukan (DIH ; 436 : 2009)
Hubungan umur pasien dan obat
Tidak ada
Hubungan pengobatan dengan data klinik
Pasien menderita infark miokard dan hipertensi, maka pasien diberikan
diazepam sebagai obat untuk mengurangi rasa sakit yang diderita pasien
sehingga pasien menerima pengobatan diazepam sebagai obat penenang.
Sehingga pasien diharapkan lebih rileks dan tenang, hal tersebut akan
mengurangi kekambuhan terjadinya serangan infark miokard pada pasien.
Hubungan pengobatan dengan riwayat pasien, penyakit dan riwayat
pengobatan
Tidak ada hubungan
Interaksi obat-obat, obat-makanan, dan obat-jamu
- simetidin : meningkatkan efek diazepam; dengan digoksin : meningkatkan
konsentrasi serum digoksin;
- omeprazole : meningkatkan efek diazepam;
- theofilin : efek sedative antagonis (Tatro, 2003). Namun, pasien tidak
mendapatkan terapi obat-obat tersebut, sehingga tidak terjadi reaksi.
Aturan pemakaian obat
Diazepam dipakai secara IV sebanyak 2,5 mg.
Lama pengobatan untuk terapi
Obat ini digunakan selama 1 hari, bila pasien mengalami sesak nafas.
Indikasi obat
Diazepam digunakan sebagai anti cemas, sedative hipnotik, anti kejang, status
epileptikus, spasme otot, sebagai penenang dan spasma otot (Tatro, 2003).
Mekanisme
Potensiasi aksi GABA yaitu menghambat neurotransmitter, meningkatkan
inhibisisi neuron,menyebabkan depresi SSP sehingga mengurangi sesak nafas
pada pasien (Tatro,2003).
Efek samping obat
mengantuk, kebingungan, ataksia, pusing, lesu, lelah, apatis, gangguan
memori, disorientasi, amnesia anterograde, kegelisahan, sakit kepala, bicara
cadel, kehilangan suara, pingsan, koma, euforia, iritabilitas, retardasi
psikomotor, reaksi paradoksal (misalnya, kemarahan, insomnia, kejang otot).
Pada SSP ataksia, vertigo, efek amnesia
Pada GI konstipasi, anoreksia ( McEvoy, 2004).
Harga Obat
Obat ini merupakan obat Generik.
4. Aspilet
Mekanisme aksi
Menghambat sintesis prostaglandin, menghasilkan efek analgesia, anti-
inflamasi dan penghambatan agregasi platelet, mengurangi demam.
Indikasi
Pengobatan ringan sampai sedang sakit, demam, kondisi peradangan;
pengurangan risiko kematian atau MI pada pasien dengan infark atau angina
pektoris tidak stabil atau serangan iskemia berulang atau stroke pada pria yang
memiliki iskemia otak yang disebabkan oleh emboli platelet.
Hubungan Umur dengan Obat
Tidak ada hubungan karena umur tergolong dewasa.
Hubungan pengobatan dengan data klinik dan laboratorium
Pasien mengeluh sesak nafas pada awal masuk Rumah Sakit sehingga
diberikan oksigen sebagai pengobatan pertama.
Hubungan pengobatan dengan riwayat pasien, penyakit, dan riwayat
pengobatan
Tidak ada hubungan.
Kontraindikasi
Hipersensitif terhadap salisilat atau NSAID, hemofilia, perdarahan ulser atau
hemoragik.
Dosis
PO 160 sampai 325 mg/hari, karena pada kasus ini aspirin digunakan sebagai
antiplatelet, jadi dosis yang digunakan yaitu 80 mg/hari
Interaksi
Alkohol: Dapat meningkatkan risiko ulserasi GI dan memperpanjang waktu
perdarahan. Antasida dan kortikosteroid: Dapat menurunkan kadar aspirin.
Antikoagulan, oral dan heparin: Dapat meningkatkan risiko perdarahan.
Probenesid, sulfinpyrazone: Dapat menurunkan efek uricosuric. Sulfonilurea,
insulin: Aspirin (> 2 g / hari) dapat menurunkan glukosa.
Efek samping
EENT: Pusing; tinnitus. GI: Mual, dispepsia, nyeri ulu hati, perdarahan.
HEMA: Peningkatan perdarahan, anemia, konsentrasi besi menurun. LAIN:
Reaksi hipersensitivitas mungkin termasuk urtikaria, gatal-gatal, ruam,
angioedema dan shock anafilaktik.
Lama penggunaan obat
Digunakan setiap hari.
Harga obat
Brandname : dengan nama generik aspirin.
5. Ramipril
Mekanisme aksi
Menghambat angiotensin I-converting enzyme, sehingga mencegah konversi
angiotensin I menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat. Dapat
menurunan BP dan tidak langsung (dengan menghambat aldosteron)
menurunan retensi natrium dan cairan dan peningkatan diuresis.
Indikasi
Pengobatan hipertensi, karena pasien yang stabil yang telah menunjukkan
tanda-tanda klinis dari CHF dalam beberapa hari pertama setelah mengalami
MI akut. Mengurangi risiko pengembangan peristiwa kardiovaskular utama
dalam pasien 55 tahun karena riwayat penyakit arteri koroner, stroke, penyakit
pembuluh darah perifer, atau diabetes yang disertai dengan faktor risiko
kardiovaskular lainnya (misalnya, hipertensi, kolesterol total tinggi, HDL
rendah, merokok, mikroalbuminuria ), mengurangi risiko MI, stroke, atau
kematian akibat kardiovaskuler.
Kontraindikasi
Hipersensitif terhadap ACE inhibitor
Dosis
Route / Dosis
Hipertensi
DEWASA: PO Dosis awal: 2,5 mg sekali sehari pada awalnya. Dosis
pemeliharaan: 2.5 sampai 20 mg / hari sebagai dosis tunggal atau dalam 2 dosis
terbagi.
Interaksi
Allopurinol: resiko yang lebih besar dari hipersensitivitas mungkin dengan
penggunaan bersama. Antasida: bioavailabilitas Ramipril mungkin akan
menurun. Pisahkan administrasi kali oleh 1 sampai 2 jam. Capsaicin: Semoga
memperburuk batuk. Digoxin: tingkat digoxin Peningkatan. Indometasin:
Dapat mengurangi efek hipotensi, terutama di low-renin atau volume
tergantung pasien hipertensi. Lithium: Dapat menyebabkan tingkat lithium
meningkat dan gejala keracunan lithium. Diuretik loop: Pengaruh diuretik loop
mungkin akan menurun. Fenotiazin: efek hipotensi ditingkatkan. Suplemen
kalium, diuretik hemat kalium: Dapat menyebabkan peningkatan kadar serum
kalium.
Efek samping
Adverse Reaksi
CV: Hipotensi. SSP: Sakit kepala, pusing, kelelahan. Derm: Ruam; pruritis. GI:
Mual, muntah. HEMA: Penurunan Hgb atau Hct, leukopenia, eosinofilia,
proteinuria. META: Hiperkalemia. RESP: edema angioneurotic dengan
dyspnea, asma, bronkospasme, infeksi saluran pernapasan atas; batuk. LAIN:
asthenia, demam, hipersensitivitas, sindrom seperti flu, reaksi anaphylactoid.
6. Simvastatin
Simvastatin adalah agen penurun lipid yang berasal dari sintetis
derivate dari fermentasi Aspergillus terreus. Setelah konsumsi oral,
simvastatin, akan menginaktifkan lakton, dihidrolisis menjadi bentuk β-
hydroxyacid. Simvastatin merupakan inhibitor dari 3-hydroxy-3
methylglutaryl-koenzim A (HMG-CoA) reduktase. Enzim ini mengkatalisis
konversi HMG-CoA menjadi mevalonate, yang merupakan lamgkah awal
untuk menghambat biosintesis kolesterol. Simvastatin adalah asam butanoic,
2,2-dimethyl-,1,2,3,7,8,8a-hexahydro-3,7-dimethyl-8-[2 (tetrahydro-4-
hydroxy-6-oxo-2H-pyran-2-yl)-ethyl]-1-naphthalenyl ester, [1S
[1α,3α,7β,8β(2S*,4S*),-8aβ]].
Indikasi
Mengurangi total kolesterol tinggi (total-C), low-density lipoprotein kolesterol
(LDL-C), apolipoprotein B (Apo B), dan trigliserida (TG), dan meningkatkan
high-density lipoprotein kolesterol (HDL-C) pada pasien dengan
hiperlipidemia primer (Fredrickson tipe IIa, heterozigot familial dan
nonfamilial) atau campuran dislipidemia (Fredrickson tipe IIb). Mengurangi
tinggi TG pada pasien dengan hipertrigliseridemia (Fredrickson tipe IV
hiperlipidemia). Mengurangi tinggi TG dan VLDL-C pada pasien
dysbetalipoproteinemia primer (Fredrickson Tipe III hiperlipidemia).
Mengurangi total C dan LDL-C pada pasien dengan hiperkolesterolemia
familial homozigot.
Dosis
Dewasa: PO 5 sampai 40 mg / hari di malam hari. Dosis yang digunakan pada
terapi kasus Ny. Sfn adalah 40 mg/ hari di malam hari. Lama penggunaan obat
dalam terapi adalah digunakan pada hari ke-2.
Mekanisme aksi obat
Simvastatin adalah prodrug dan di hidrolisis menjadi bentuk aktifnya yaitu β-
hydroxyacid, asam simvastatin, setelah di administrasi. Simvastatin adalah
inhibitor spesifik dari 3-hydroxy-3 methylglutaryl-koenzim A (HMG-CoA)
reduktase, enzim yang mengkatalisis konversi HMG CoA untuk mevalonate,
yang merupakan langkah awal untuk membatasi /menghambat jalur biosintesis
kolesterol. Selain itu, simvastatin mengurangi VLDL dan TG dan
meningkatkan HDL-C.
Alasan Pemilihan Obat
Simvastatin pada kasus Ny. Sfn digunakan dalam terapi sebagai obat
antikolesterol. Pemilihan obat simvastatin sebagai obat antikolesterol karena
adanya kadar HDL dan LDl yang tidak normal pada pasien tersebut, hal ini
untuk menghindari terjadinya artheroskerosis. Pada pasien disfungsi hati:
Gunakan obat dengan hati-hati pada pasien yang mengkonsumsi sejumlah
besar alkohol atau yang memiliki riwayat penyakit hati.
Interaksi Obat
Inhibitor Kuat CYP3A4, siklosporin, atau danazol
Interaksi Simvastatin dengan Inhibitor Kuat CYP3A4: Simvastatin,
seperti inhibitor lain beberapa HMG-CoA reduktase, adalah substrat CYP3A4.
Simvastatin dimetabolisme oleh CYP3A4 tetapi tidak memiliki aktivitas
penghambatan CYP3A4; oleh karena itu tidak diharapkan mempengaruhi
konsentrasi plasma obat lain yang dimetabolisme oleh CYP3A4. Peningkatan
kadar plasma dari HMG-CoA akan beresiko meningkatkan aktivitas inhibisi
reduktase dari miopati dan rhabdomyolysis, terutama dengan simvastatin dosis
tinggi. Penggunaan bersamaan dengan obat yang memiliki efek penghambatan
kuat pada CYP3A4 merupakan kontraindikasi dari simvastatin. Jika
pengobatan dengan itraconazole, ketoconazole, posaconazole, eritromisin,
klaritromisin atau telithromycin tidak dapat dihindari, terapi dengan
simvastatin harus ditangguhkan selama pengobatan.
Meskipun tidak dipelajari secara klinis, vorikonazol telah terbukti
dapat menghambat metabolisme lovastatin in vitro (Mikrosom hati manusia).
Oleh karena itu, vorikonazol kemungkinan akan meningkatkan konsentrasi
plasma simvastatin. Disarankan bahwa dosis penyesuaian simvastatin
dipertimbangkan selama penggunaan bersamaan antara vorikonazol dan
simvastatin untuk mengurangi risiko miopati, termasuk rhabdomyolysis.
Siklosporin atau Danazol: Risiko miopati, termasuk rhabdomyolysis meningkat
dengan seiring administrasi cyclosporine atau danazol. Oleh karena itu, seiring
dengan penggunaannya obat ini merupakan kontraindikasi dengan simvastatin.
Amiodarone, Ranolazine, atau Calcium Channel Blockers
Risiko miopati, termasuk rhabdomyolysis, meningkat seiring dengan
pemberian amiodaron, Ranolazine, atau calcium channel blockers seperti
verapamil, diltiazem, atau amlodipine.
Niacin
Kasus miopati / rhabdomyolysis telah diamati pada pengguanaan
simvastatin yang dipakai bersamaan dengan niacin (≥ 1 g / hari).
Digoxin
Dalam suatu studi, administrasi seiring digoxin dengan simvastatin
menghasilkan sedikit elevasi digoxin dalam konsentrasi plasma. Pasien
yang mengkonsumsi digoxin harus dipantau, tepat ketika penggunaan
simvastatin dimulai.
Antikoagulan (kumarin)
Penggunan simvastatin bersamaan dengan antikoagulan (kumarin) akan
meningkatkan resiko pendarahan yang mungkin terjadi.
Colchicine
Kasus miopati, termasuk rhabdomyolysis, telah dilaporkan pada pemakaian
simvastatin yang dipakai bersamaan dengan colchicine.
Efek Samping
SSP: Sakit kepala, asthenia, paresthesia, neuropati perifer. EENT: Disfungsi
saraf kranial tertentu (termasuk perubahan rasa, gangguan gerakan luar mata,
paresis wajah), perkembangan katarak. GI: Mual, muntah, diare, sakit perut,
sembelit, perut kembung, dispepsia, pankreatitis. Hepatic: Hepatitis, penyakit
kuning, perubahan lemak di hati, sirosis, nekrosis hati fulminan, hepatoma,
transaminase serum meningkat. PERNAPASAN: infeksi saluran pernapasan
atas. LAINNYA: Miopati, rhabdomyolysis; kelelahan. Sindrom
hipersensitivitas jelas telah dilaporkan jarang yang sudah termasuk 1 atau lebih
dari fitur berikut: anafilaksis, angioedema, lupus eritematosa-seperti sindrom,
polymyalgia rheumatica, vaskulitis, purpura, trombositopenia, leukopenia,
anemia hemolitik, antibodi antinuclear positif, sedimentasi kenaikan tarif
eritrosit , arthritis, arthralgia, urtikaria, asthenia, photosensitivity, demam,
menggigil, kemerahan, malaise, dyspnea, nekrolisis epidermal toksik, eritema
multiformis, termasuk sindrom Stevens-Johnson.
Hubungan umur pasien dan obat/dengan data klinik dan lab/ riwayat
penyakit, penyakit, riwayat pengobatan
Berdasarkan pada data laboratorium, pada hari ke-2 didapatkan kadar HDL
pasien menurun dan kadar kolesterol total pasien meningkat, sehingga
dibutuhkan pemberian obat antikolesterol yaitu simvastatin, hal tersebut untuk
mencegah terjadiny arterosklerosis.
Kontraindikasi
penyakit hati aktif atau peningkatan persisten yang tidak dapat dijelaskan dari
nilai fungsi hati, kehamilan, menyusui.
Harga obat
Generik
(Tatro, 2003 dan Anonim, 2012)
7. ISDN
Kelas: antiangina
Mekanisme Aksi
Relaksasi otot polos vena dan arteri.
Indikasi
pengobatan dan pencegahan angina pectoris. Indikasi pada terapi kasus ini
adalah digunakan untuk mengobati hipertensi pasien.
Kontraindikasi
Hipersensitivitas terhadap nitrat, anemia berat, closed-angle glaucoma,
hipotensi ortostatik, trauma kepala atau perdarahan otak. Terapi nitrat harus
dihindari pada pasien dengan tekanan darah sistolik <90 mmHg atau pasien
yang dicurigai menderita infark ventrikel kanan (infark inferior pada EKG,
JVP meningkat, paru bersih dan hipotensi). Nitrat juga harus dihindari pada
pasien yang menggunakan phosphodiesterase-5 inhibitor sildenafil dalam 24
jam sebelumnya karena dapat memicu efek hipotensi nitrat.
Route / Dosis
angina pektoris
DEWASA: SL (tablet sublingual) 2,5 sampai 5 mg, PO (tablet kunyah) 5 mg,
PO (tablet oral) 5 sampai 40 mg q 6 jam, PO (tablet rilis berkelanjutan) 40
sampai 80 mg q 8 sampai 12 jam.
Profilaksis akut
DEWASA: PO (tablet sublingual atau kunyah) 5 sampai 10 mg q 2 sampai 3
jam.
Interaksi Obat
Alkohol: menyebabkan hipotensi berat dan kolaps kardiovaskuler.
Aspirin: Peningkatan konsentrasi dan efek dari nitrat.
Dihydroergotamine: Peningkatan tekanan darah sistolik dan efek antianginal
menurun.
Adverse effect
CV: Takikardia, palpitasi, hipotensi, sinkop; aritmia. SSP: Sakit kepala,
ketakutan, kelemahan, vertigo, pusing, agitasi, insomnia. Derm: vasodilatasi
kutaneus dengan pembilasan. EENT: Penglihatan kabur. GI: Mual, muntah,
diare, dispepsia. GU: Disuria, frekuensi kencing, impotensi. HEMA:
methemoglobinemia, anemia hemolitik. RESP: Bronchitis; pneumonia.
LAINNYA: arthralgia, keringat, pucat, keringat dingin, edema.
Kewaspadaan (Precautions)
Kehamilan: Kategori C. Laktasi: Tak Tentu. Anak-anak: Keamanan dan
kemanjuran disarankan. Pasien risiko khusus: Gunakan dengan hati-hati pada
pasien dengan MI akut atau CHF. Angina: Dapat memperburuk angina yang
disebabkan oleh kardiomiopati hipertrofik. Hipotensi ortostatik: Dapat terjadi
bahkan dengan dosis kecil, alkohol menonjolkan reaksi ini. Toleransi:
Toleransi terhadap efek vaskular dan antianginal dapat berkembang.
Overdosis: TANDA & GEJALA
Hipotensi, takikardia, flushing, diaforesis, sakit kepala, vertigo, jantung
berdebar, gangguan penglihatan, mual, muntah, kebingungan, dyspnea.
(Tatro, 2003)
8. Infus Dekstrosa 5%
Komposisi
glukosa = 50 gr/l (5%), 100 gr/l (10%), 200 gr/l (20%). Setiap 100 mL dari
Injeksi Dekstrosa 5% USP, mengandung dekstrosa monohidrat 5 g dalam air
untuk injeksi. Nilai kalori 170 kkal / L. Osmolaritas adalah 252 mOsmol / L
(calc.), yang sedikit hipotonik.
Indikasi
Sebagai cairan resusitasi pada terapi intravena serta untuk keperluan hidrasi
selama dan sesudah operasi. Diberikan pada keadaan oliguria ringan sampai
sedang (kadar kreatinin kurang dari 25 mg/100ml). Terapi parenteral untuk
memenuhi kebutuhan air dan kalori karbohidrat pada pasien yang mengalami
dehidrasi dan untuk pasien hypernaremia.
Kontraindikasi: Hiperglikemia.
Adverse Reaction
Injeksi glukosa hipertonik dengan pH rendah dapat menyebabkan iritasi pada
pembuluh darah dan tromboflebitis.
Dosis: 10 tpm
Mekanisme
Meningkatkan kadar glukosa dalam darah, sehingga dapat memenuhi
kebutuhan akan kalori. Konsentrasi dektrose akan menurun apabila terjadi
penurunan jumlah protein dan nitrogen dalam tubuh, dan juga dapat memicu
pembentukan glikogen. Dextrose merupakan senyawa monosakarida yang
sangat cepat diserap. Metabolismenya akan menghasilkan CO2, air, dan
sumber energy.
9. Arixtra (Pondafarinux Sodium)
Indikasi dan Penggunaan
ARIXTRA merupakan antikoagulan diindikasikan untuk: Profilaksis deep vein
thrombosis (DVT) pada pasien yang menjalani operasi pinggul, patah tulang
(termasuk profilaksis diperpanjang), operasi penggantian pinggul, operasi
penggantian lutut, atau operasi perut. Pengobatan emboli paru DVT atau akut
(PE) bila diberikan bersamaan dengan warfarin. Pada kasus ini penggunaan
arixtra dimaksudkan untuk antikoagulan yang dikombinasikan dengan
antiplatelet, untuk mengatasi arterosklerosis.
Dosis dan Administrasi
Profilaksis trombosis vena dalam: ARIXTRA 2,5 mg subkutan sekali sehari
setelah hemostasis telah ditetapkan. Dosis awal harus diberikan tidak lebih
awal dari 6 sampai 8 jam setelah pembedahan dan dilanjutkan selama 5 sampai
9 hari. Pengobatan deep vein thrombosis dan emboli paru: ARIXTRA 5 mg
(berat badan <50 kg), 7,5 mg (50 sampai 100 kg), atau 10 mg (> 100 kg)
subkutan sekali sehari. Pengobatan harus terus selama setidaknya 5 hari sampai
INR 2 sampai 3 dicapai dengan natrium warfarin. Jangan digunakan sebagai
injeksi intramuskular. Untuk penggunaan subkutan, jangan mencampur dengan
suntikan atau infus. Dosis tunggal, jarum suntik yang mengandung 2,5 mg, 5
mg, 7,5 mg, atau 10 mg fondaparinux.
Interaksi Obat
Dalam studi klinis terhadap ARIXTRA, seiring penggunaan antikoagulan oral
(warfarin), inhibitor platelet (asam asetilsalisilat), NSAID (piroksikam), dan
digoksin tidak secara signifikan mempengaruhi farmakokinetik /
farmakodinamik natrium fondaparinux. Selain itu, ARIXTRA tidak
mempengaruhi farmakodinamika warfarin, asam asetilsalisilat, piroksikam, dan
digoksin, maupun farmakokinetik digoksin pada steady state. Agen yang dapat
meningkatkan risiko perdarahan harus dihentikan sebelum memulai terapi
dengan ARIXTRA kecuali agen ini sangat penting. Jika co-administrasi yang
diperlukan, memantau pasien dengan cermat untuk perdarahan. Dalam sebuah
penelitian in vitro di mikrosom hati manusia, penghambatan CYP2A6
hidroksilasi kumarin oleh fondaparinux (200 mikromolar yaitu, 350 mg / L)
adalah 17 menjadi 28%. Penghambatan isozim lainnya dievaluasi (CYPs 1A2,
2C9, 2C19, 2D6, 3A4, dan 3E1) adalah 0 sampai 16%. Karena fondaparinux
tidak nyata menghambat CYP450s (CYP1A2, CYP2A6, CYP2C9, CYP2C19,
CYP2D6, CYP2E1, atau CYP3A4) in vitro, fondaparinux natrium tidak
diharapkan untuk secara signifikan berinteraksi dengan obat lain in vivo
dengan menghambat metabolisme dimediasi oleh isozim. Karena natrium
fondaparinux tidak mengikat signifikan terhadap protein plasma selain ATIII,
tidak ada interaksi obat dengan pengikatan protein perpindahan diharapkan.
Mekanisme Aksi
Aktivitas antitrombotik natrium fondaparinux adalah hasil dari antithrombin III
(ATIII)- yang dimediasi penghambatan selektif Faktor Xa. Dengan selektif
mengikat ATIII, natrium fondaparinux potentiates (sekitar 300 kali) netralisasi
bawaan Faktor Xa oleh ATIII. Netralisasi interupsi Faktor Xa kaskade
pembekuan darah dan dengan demikian menghambat pembentukan trombin
dan pengembangan trombus. Natrium fondaparinux tidak menonaktifkan
trombin (diaktifkan Faktor II) dan tidak memiliki efek yang dikenal pada
fungsi trombosit. Pada dosis yang dianjurkan, natrium fondaparinux tidak
mempengaruhi aktivitas fibrinolitik atau waktu perdarahan.
Kontraindikasi
• Penurunan fungsi ginjal (bersihan kreatinin <30 mL / menit) pada profilaksis
atau pengobatan tromboemboli vena.
• pendarahan aktif.
• Trombositopenia dengan uji in vitro positif untuk antiplatelet antibodi dengan
adanya natrium fondaparinux.
• Berat badan <50 kg (profilaksis tromboemboli vena).
Efek samping
Efek samping yang paling umum yang terkait dengan penggunaan ARIXTRA
adalah pendarahan komplikasi. Iritasi lokal (injeksi perdarahan, ruam, dan
pruritus) dapat terjadi setelah injeksi subkutan. Anemia, insomnia, peningkatan
drainase luka, hipokalemia, pusing, hipotensi, kebingungan erupsi, bulosa,
hematoma, pasca-operasi perdarahan, dan purpura dapat terjadi.
(Smith, 2012)
DAPUS
Lacy, C.F., Amstrong, L.L., Goldman, M.P., Lance, L.L., 2006, Drug
Information Handbook, 14th Edition, AphA, Lexi-Comp Inc, Hudson,
Ohio.
Smith G. K., 2012, Arixtra (fondaparinux sodium) injection, solution, U.S.
National Library of Medicine, 8600 Rockville Pike, Bethesda, MD
20894
National Institutes of Health, Health & Human Services.
Tatro D.S. 2003. A to Z Drug Facts. San Francisco: Facts and Comparisons.