PEMBAHASAN fitokimia

18
ABSTRAK Pada percobaan penapisan fitokimiawi bertujuan untuk menentukan cara penapisan fitokimiawi dan menganalisis golongan kimia tumbuhan. Prinsip yang digunakan adalah analisis golongan kimia tumbuhan dengan uji-uji spesifik menggunakan reagen. Metode yang digunakan adalah maserasi . Simplisia yang digunakan pada percobaan ini adalah daun mengkudu. Hasil dari percobaan ini yaitu saponin tidak ditemukan dalam daun mengkudu (memberikan hasil yang negatif). Senyawa alkaloid, flavanoid, tanin, kuinon, steroid, triterpenoid ditemukan dalam daun mengkudu. Uji positif fitokimia pada daun mengkudu menunjukan yaitu ditandai dengan terbentuknya beberapa ciri khas saat direaksikan spesifik dengan reagen-reagen. Kata kunci : mengkudu, fitokimia, senyawa sekunder tumbuhan

description

fitokimia

Transcript of PEMBAHASAN fitokimia

Page 1: PEMBAHASAN fitokimia

ABSTRAK

Pada percobaan penapisan fitokimiawi bertujuan untuk menentukan cara penapisan

fitokimiawi dan menganalisis golongan kimia tumbuhan. Prinsip yang digunakan adalah

analisis golongan kimia tumbuhan dengan uji-uji spesifik menggunakan reagen. Metode yang

digunakan adalah maserasi . Simplisia yang digunakan pada percobaan ini adalah daun

mengkudu. Hasil dari percobaan ini yaitu saponin tidak ditemukan dalam daun mengkudu

(memberikan hasil yang negatif). Senyawa alkaloid, flavanoid, tanin, kuinon, steroid,

triterpenoid ditemukan dalam daun mengkudu. Uji positif fitokimia pada daun mengkudu

menunjukan yaitu ditandai dengan terbentuknya beberapa ciri khas saat direaksikan spesifik

dengan reagen-reagen.

Kata kunci : mengkudu, fitokimia, senyawa sekunder tumbuhan

Page 2: PEMBAHASAN fitokimia

VI. PEMBAHASAN

Percobaan Penapisan Fitokimiawi bertujuan untuk menentukan cara penapisan

fitokimi dan menganalisis golongan kimia tumbuhan. Prinsip yang mendasari percobaan ini

adalah analisis golongan kimia tumbuhan dengan ujji-uji spesifik. Metode yang digunakan

dalam percobaan ini adalah dengan penambahan reagen-reagen yang memberikam reaksi

positif terhadap golongan kimia dari tanaman. Penapisan fitokimia dalam percobaan ini

digunakan pada golongan kimia sekunder dari tumbuhan yaitu alkaloid, saponin, flavonoid,

tanin, kuinon, dan steroid/triterpenoid. Karena golongan kimia ini yang merupakan senyawa

aktif dan dapat digunakan sebagai obat, pestisida, dll.

Simplisia yang digunakan adalah daun mengkudu. Simplisia daun mengkudu sebelum

digunakan di iris-iris terlebih dahulu lalu diangin-angin selama 2 malam tanpa terkena

paparan cahaya matahari. Hal ini dilakukan agar daun mengkudu memiliki luas permukaan

yang besar sehingga sehingga mempermudah reaksi terhadap penambahan reagen. Daun

mengkudu diangin-anginkan agar zat-zat pengotor atau kandungan H2O hilang. Karena jika

masih banyak terkandung H2O maka golongan kimia (yaitu alkaloid, saponin, flavonoid,

tanin, kuinon, dan steroid/triterpenoid) yang terkandung dalam daun mengkudu akan sedikit.

Karena terikat oleh zat-zat pengotor H2O tersebut. Daun mengkudu yang dianginkan tidak

terkena paparan cahaya matahari karena pada paparan matahari banyak terpancar gelombang-

gelombang yang mampu merusak komponen dalam dau, seperti UV.

6.1. Uji Alkaloid

Uji alkaloid bertujuan untuk mengetahui apakah pada simplisia daun mengkudu

mengandung golongan senyawa alkaloid. Alkaloid merupakan senyawa nitrogen

heterosiklik vyang bersifat polar, sedikitnya mengandung sebuah N dalam cincin.

Daun mengkudu yang sudah dihaluskan dilarutkan dalam ammonia, yang

bertujuan untuk melarutkan senyawa alkaloid agar dapat terpisah dari simplisia. Alkaloid

yang bersifat polar akan larut dalam amonia yang juga bersifat polar. Hal ini sesuai

dengan prinsip “like dissolve like”. Amonia digunakan sebagai pelarut karena amonia

mangandung atom N dimana alkaloid juga mengandung atom N sehingga kelarutannnya

menjadi lebih besar. Selain itu, amonia juga berfungsi untuk memutus ikatan glikosida

pada alkaloid. Ikatan glikosida adalah ikatan karbon dioksida (1 karbon dalam atom)

Page 3: PEMBAHASAN fitokimia

dimana 1 karbon terikat pada 2 gugus OR dan cara pemutusan ikatan glikosida adalah

dengan penambahan ammonia dimana H dari NH3 akan masuk menggantikan R pada OR.

Reaksinya adalah sebagai berikut :

(Fessenden, 1999)

Kloroform berfungsi untuk melarutkan ikatan glikosida yang terputus akibat

penambahan ammonia. Prinsip yang mendasari adalah “like dissolve like”. Karena sifat

kloroform yang semipolar, selain bisa melarutkan senyawa polar kloroform juga bisa

melarutkan senyawa non polar seperti glikosida.

Penyaringan digunakan untuk memisahkan filtrat yang mengandung alkaloid dari

residunya. Filtrat yang diperoleh kemudian diekstraksi dengan HCl (1:10) yang bertujuan

unttuk membentuk garam ammonium R3NH+Cl-.

Reaksi yang terjadi :

(Fessenden, 1999)

Penambaahan HCl dilakukan dengan proses ekstraksi agar alkaloid dapat

terdistribusi secara optimal dalam larutan HCl yang bersifat polar. Ekstraksi dilakukan

sebanyak 2 kali agar alkaloid terdistribusi sepenuhnya pada HCl. Pada proses ekstraksi

diperoleh 2 lapisan, lapisan atas merupakan lapisan HCl dengan senyawa organik bersifat

polar (alkaloid) dan lapisan bawah merupakan kloroform. Lapisan kloroform berada

dibawah karena memiliki berat jenis (yaitu 1,484 g/mL) lebih besar dari pada HCl (yaitu

1,268 gmL)

(Markham, 1988)

Filtrat (lapisan HCl) diambil untuk diuji kandungan alkaloidnya, karena

diperkirakan golongan alkaloid banyak terdapat didalam lapisan HCl. Filtrat tersebut

Page 4: PEMBAHASAN fitokimia

dibagi menjadi 2 bagian untuk diuji kandungan alkaloidnya dengan reagen Dragendorf

dan mayer. Filtrat pertama ditambahkan pereaksi Dragendorf yang mengandung ion Bi3+

dan HI, dimana uji positif jika terbentuk endapan merah bata.

Reaksinya :

(Harbone, 1977)

Filtrat kedua ditambahkan dengan pereaksi mayer yang mengandung Hg2+ dan KI. Uji

positif jika terbentuk putih.

Reaksinya :

(Harbone, 1977)

Berdasarkan hasil percobaan, filtrat I dan II mengalami perubahan dan warna

larutan tetap bening keruh. Hal ini menunjukan bahwa senyawa alkaloid tidak terkandung

dalam daun mengkudu. Dengan kata lain uji ini menghasilkan uji positif pada daun

mengkudu.

6.2. Uji Saponin

Uji saponin bertujuan untuk mengetahui adanya saponin yang terkandung pada

simplisia daun mengkudu. Saponin merupakan suatu glikosida dengan gugus hidroksil

pada molekulnya dengan rumus C32H18O7. Saponin mempunyai sifat seperti sabun,

dimana ketika dilarutkan dalam air akan terbentuk busa atau buih. Metode pengujian

Page 5: PEMBAHASAN fitokimia

saponin dilakukan dengan mendidihkan daun mengkudu yang telah dihaluskan ke dalam

air. Tujuan pendidihan ini adalah untuk memperbesar kelarutan saponin dalam air, kerena

saponin larut dalam air .

Penyaringan dilakukan dalam keadaan panas, hal ini dilakukan agar kandungan

saponin tidak berkurang bila suhu menurun. Penyaringan ini bertujuan untuk

memisahkan saponin dari simplisia dan senyawa lain yang terkandung didalamnya seperti

alkaloid, steroid, flavonoid. Filtrat yang dihasilkan kemudian dikocok secara vertikal

hingga terbentuk busa. Hal ini disebabkan saponin merupakan senyawa yang bersifat

seperti sabun, dimana memiliki gugus hidrofil dan hidrofob yang dapat bertindak sebagai

permukaan aktif dalam pembentukan busa.

Uji positif untuk saponin adalah dengan terbentuknya busa yang stabil. Saponin

dapat larut dalam air karena adanya gugus hidrofil (OH) yang dapat membentuk ikatan

hidrogen dengan molekul air.

(Fessenden, 1999)

Penambahan HCl 2N dilakukan untuk menguji kestabilan busa. Penambahan HCl

dilakukan dalam jumlah yang sedikit ( ± tetes) karena apabila ditambahkan dalam jumlah

yang banyak dapat menurunkan permukaan aktif sabun.

Dalam percobaan ini memberikan hasil yang negatif karena tidak terbentuknya

busa atau buih pada larutan tersebut setelah ditambah HCl 2N. Larutan tersebut hanya

menghasilkan larutan bening. Hal ini menunjukan bahwa didalam daun mengkudu tidak

mengandung saponin, hal ini mungkin disebabkan karena masih terkandung zat pengotor,

misalnya air pada lapisan daun mengkudu.

Page 6: PEMBAHASAN fitokimia

6.3. Uji flavonoid

Uji flavonoid bertujuan untuk mengetahui adanya flavonoid dalam simplisia daun

mengkudu. Flavonoid adalah senyawa polifenol yang mempunyai 15 atom kuinon, terdiri

dari 2 cincin benzena yang dihubungkan menjadi rantai linear yang terdiri dari 3 atom

karbon. Penentuan uji flavonoid dilakukan dengan menambahkan serbuk Mg dan larutan

HCl pada filtrat saponin. Pada proses penambahan ini terjadi reaksi eksoterm yaitu reaksi

yang melepaskan panas yang ditandai dengan terbentuknya gelembung-gelembung gas

dan pelepasan kalor pada permukaan tabung reaksi. Gelembung gas yang terbentuk ini

adalah gas H2.

Reaksi yang terjadi :

Mg + 2HCl Mg2+ + 2Cl- + H2

(Markham, 1988)

Produk yang dihasilkan pada reaksi diatas adalah MgCl2 dan H2. Dimana MgCl2

berada dalam kesetimbangan. Reaksi :

MgCl2 (aq) MgCl+ (aq) + Cl- (aq)

(Markham, 1988)

MgCl+ akan bereaksi dengan gugus karbonil pada flavonoid yang mengalami resonansi,

sehingga akan terbentuk ikatan baru yaitu pelepasan ikatan rangkap dan pembentukan

gugus hidroksil.

Reaksi yang terjadi :

(Markham, 1988)

Page 7: PEMBAHASAN fitokimia

Reaksi yang terjadi merupakan pembentukan ikatan baru dimana adanya MgCl+

mampu melarutkan flavon sehingga flavonoid dapat dipisahkan dari golongan kimia lain.

Penambahan amilalkohol berfungsi untuk melarutkan flvonoid. Hal ini disebabkan

flavonoid merupakan senyawa polar sehingga amilalkohol yang juga bersifat polar

mampu memisahkan flavonoid dari senyawa-senyawa yang bersifat non polar, misalnya

kuinon hal ini berdasarkan “like dissolve like”.

Larutan dikocok dengan tujuan untuk memperbesar distribusi flavonoid ke dalam

amilalkohol. Uji positif untuk flavonoid adalah terbentuknya larutan berwarna merah

lembayung.

Setelah dikocok, terbentuk 2 lapisan. Lapisan atas berwarna sedikit merah dan

lapisan bawah bening. Hal ini menunjukan hasil yang positif, bahwa di dalam daun

mengkudu mengandung flavonoid.

6.4. Uji Tanin

Uji tanin bertujuan untuk adanya tanin dalam simplisia daun mengkudu. Tanin

merupakan senyawa yang mengandung gugus hidroksi (turunan benzena) yang dapat

larut dalam air karena adanya ikatan hidrogen antara gugus hidroksil yang dimiliki tanin

dengan molekul air. Oleh karena itu penentuan tanin pada daun mengkudu dilakukan

dengan penambahan air pada daun mengkudu kemudian didihkan. Tanin yang bersifat

polar akan larut dalam air yang bersifat polar, hal ini sesuai dengan prinsip “like dissolve

like”. Kelarutan tanin yang tinggi terjadi dalam keadaan panas karena alasan inilah maka

dilakukan proses pendidihan agar tanin yang terlarut semakin banyak. Selain itu proses

pendidihan juga berfungsi untuk memecah ikatan-ikatan pada tanin sehingga dihasilkan

bentuk monomer-monomer tanin bebas.

Kemudian dilakukan pendinginan untuk mengendapkan senyawa-senyawa

pengotor yang tidak larut pada suhu rendah, misalnya saponin. Selanjutnya adalah

penyaringan yang bertujuan untuk memisahkan tanin dari simplisia dan senyawa lain

yang terkandung didalamnya seperti alkaloid, steroid, flavonoid, serta residualnya.

Filtrat ditambahkan FeCl3 1%. Penambahan FeCl3 berfungsi sebagai sumber atom

pusat, dimana tanin merupakan ligan yang membutuhkan atom pusat untuk membentuk

Page 8: PEMBAHASAN fitokimia

kompleks yang stabil, sehingga terbentuklah kompleks antara atom pusat Fe3+ dengan

ligan tanin. Uji positif yaitu terbentuk larutan berwarna cokelat kehitaman.

Reaksi yang terjadi :

(Markham, 1988)

Dari percobaan menunjukan hasil positif karena larutan tetap berwarna kuning.

Hal ini menunjukan bahwa didalam daun mengkudu mengandung senyawa tanin.

6.5. Uji Kuinon

Uji kuinon bertujuan untuk mengetahui adanya kuinon dalam simplisia daun

mengkudu. Kuinon merupakan senyawa berwarna dan mempunyai kromofor dasar

seperti kromofor pada benzakuionon yang terdiri dari 2 gugus karbonil yang

berkonjugaasi dengan R ikatan rangkap karbon.

Penentuan adanya kuinon dilakukan dengan mendidihkan daun mengkudu dalam

air. Pendidihan berfungsi untuk memperbesar kelarutan kuinon dalam air, karena

senyawa kuinolin larut dalam air. Selanjutnya dilakukan pendinginan pada temperatur

Page 9: PEMBAHASAN fitokimia

kamar yang bertujuan untuk mengendapkan pengotor (misalnya alkaloid, steroid, dll)

yang tidak larut pada suhu rendah. Setelah itu larutan disaring untuk memisahkan residu

daun mengkudu dari filtrat yang akan dianalisis senyawa kuinonnya.

Filtrat hasil penyaringan ditambahkan NaOH. Penambahan NaOH berfungsi

untuk mendeprotonasi gugus fenol pada kuinon sehingga terbentuk ion enolat. Ion enolat

tersebut akan mampu mengadakan resonansi antar elektron pada ikatan rangkap π, karena

terjadinya resonansi ini ion enolat dapat menyerap cahaya tertentu dan memantulkan

warna.

Reaksi :

(Fessenden, 1999)

Uji positif terhadap keberadaan kuinon yaitu jika larutan memberikan warna

merah. Pada percobaan ini terbentuk dua lapisan yaitu lapisan atas bening dan lapisan

bawah berwarna sedikit merah. Hal ini menunjukan bahwa pada percobaan ini

menghasilkan uji positif, karena menghasilkan larutan berwarna merah. Hal ini

menunjukan bahwa didalam daun mengkudu mengandung senyawa kuinon, hal ini

mungkin disebabkan karena masih terkandung zat pengotor/air pada lapisan daun

mengkudu.

6.6. Uji steroid/triterpenoid

Uji steroid/triterpenoid bertujuan untuk mengetahui adanya kandungan

steroid/triterpenoid pada simplisia daun mengkudu. Tahap pertama yang dilakukan

adalah maserasi terhadap daun mengkudu halus ke dalam eter selama 1 jam. Maserasi

merupakan proses perendaman selama beberapa waktu agar zat (steroid/triterpenoid)

yang terkandung dalam simplisia daun mengkudu dapat keluar atau terekstrak. Maserasi

dilakukan selama 1 jam dengan pelarut eter karena waktu 1 jam adalah waktu yang

Page 10: PEMBAHASAN fitokimia

optimum untuk mengeluarkan atau mengekstrak steroid/triterpenoid yang terkandung

dalam simplisia. Pelarut yang digunakan adalah eter yang bersifat nonpolar karena steroid

merupakan senyawa organik yang memiliki sifat nonpolar sehingga steroid dapat larut

dalam pelarut nonpolar seperti eter, sesuai dengan prinsip “like dissolve like”.

Larutan yang telah dimaserasi kemudian disaring dengan tujuan untuk

memisahkan residu daun mengkudu dari filtrat. Filtrat yang diperoleh kemudian diuapkan

pada suhu kamar dalam cawan petri. Penguapan berfungsi untuk menghilangkan pelarut

eter yang tersisa pada filtrate, digunakan suhu kamar karena pelarut eter mudah menguap

atau volatil sehingga tidak dibutuhkan banyak energi. Residu yang diperoleh dari

penguapan kemudian ditambah dengan asam asetat anhidrat dimana asam asetat anhidrat

akan bereaksi dengan steroid melalui reaksi asetilasi menghasilkan kompleks asetil

steroid.

Reaksi yang terjadi :

(Fessenden, 1999)

Penambahan H2SO4 pekat bertujuan untuk mendekstruksi kompleks asetil steroid.

H2SO4 pekat lebih bersifat reaktif jika bereaksi dengan steroid dibandingkan dengan asam

asetat anhidrat. Hal ini dikarenakan kemampuan H2SO4 yang lebih mudah masuk

mengatasi efek sterik yang besar dari molekul steroid sehingga senyawa kompleks yang

dihasilkan lebih stabil dari kompleks asetil steroid.

Uji positif terhadap steroid adalah jika terbentuk larutan berwarna biru.

Sedangkan uji positif terhadap triterpenoid adalah jika terbentuk kristal/endapan

berwarna merah kecoklatan.

Pada percobaan ini menghasilkan kristal/endapan berwarna biru keunguan, hal ini

menunjukan bahwa daun mengkudu mengandung steroid. Selain itu terdapat pula

Page 11: PEMBAHASAN fitokimia

kristalin merah kecoklatan yang menunjukan pada daun mengkudu juga mengandung

senyawa triterpenoid.

VII. PENUTUP

7.1 Kesimpulan

1. Penentuan kandungan senyawa kimia dalam tumbuhan dilakukan dengan penapisan

kimia dalam suatu simplisia.

Page 12: PEMBAHASAN fitokimia

2. Analisis golongan kimia tumbuhan dengan uji spesifik terhadap alkaloid, saponin,

flavonoid, tanin, kuinon, dan steroid/triterpenoid.

3. Pada simplisia daun mengkudu mengandung senyawa kimia, antara lain :

a. Senyawa alkaloid

b. Senyawa flavonoid

c. Senyawa tanin

d. Senyawa kuinon

e. Senyawa steroid ( terbentuknya warna biru keunguan ).

f. Senyawa triterpenoid ( terbentuknya kristalin merah kecoklatan ).

7.2 Saran

1. Pada uji alkaloid, sampel yang digerus dengan pelarut amonia dan kloroform dilakukan

dengan cepat dikarenakan pelarut bersifat volatile.

2. Pada pengujian saponin, flavonoid, tanin, dan kuinon, dilakukan dengan perebusan daun

mengkudu pada pelarut air selama 5 menit dilakukan secara bersamaan karena preparasi

sampelnya sama.

VIII. DAFTAR PUSTAKA

Basri, 1996, Kamus Kimia, PT Rineka Cipta, Jakarta

Budavani, 1989, The Merck Index, Thr Merck Index Co, USA

Daintith, 1994, Kamus Lengkap Kimia, Erlangga, Jakarta

Fessenden, 1999, Kimia Organik, Erlangga, Jakarta

Harbone, 1977, Progress in Photochemistry, Pergamon Press, Oxford

Herbert, 1995, The Biosynthesis of Secondary Metabolites, Chapman and Hall, London

Leswara, 2005, Buku ajar Kimia Organik, Ari Cipta, Jakarta

Page 13: PEMBAHASAN fitokimia

Linder, 1985, Nutritional Biochemistry and Metabolism, Elsevier Science Publishing

Company Inc, New York

Manitto, 1981, Biosintesis Produk alami, IKIP Semarang Press, Semarang

Markham, 1988, Cara Mengidentifikasi Flavonoid, ITB Press, Bandung

Rahway, 1960, The Merk Index : An Encyclopedia of Chemical Drugs and Biologicals,

Merk Index Co Ink, New Jersey

Yutian, 2005, Pharmaceutical Metabolite Research, School of Pharmacy Second Military

Medical University, Shanghai, China