Naskah Publikasi Marianti 01.211.6443
description
Transcript of Naskah Publikasi Marianti 01.211.6443
-
PENGARUH GRANUL EKSTRAK DAUN SIRIH (Piper betle linn) TERHADAP MORTALITAS LARVA Aedes aegypti linn
Marianti*, Menik Sahariyani^, Edijanti G#
* Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung (Unissula) Semarang
^ Bagian Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung (Unissula) Semarang
# Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Islam
Sultan Agung (Unissula) Semarang
Marianti, Jalan Aki balak Juata Kerikil RT.02 No.21, Tarakan, Kalimantan Utara, [email protected]
ABSTRACT
Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang disebabkan oleh Aedes aegypti. Pengendalian Aedes aegypti dengan menggunakan insektisida mekanik dan kimia sering digunakan, namun menimbulkan dampak negatif. Salah satu cara untuk mengendalikan Aedes aegypti yaitu menggunakan larvasida alami dengan sediaan granul. Sedian granul lebih tahan lama dalam penyimpanan dan tidak menimbulkan resistensi. Tanaman yang berpotensi sebagai larvasida alami yaitu Daun Sirih (piper betle linn). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh granul ekstrak daun sirih (piper betle linn) terhadap mortalitas larva Aedes aegypti linn.
Jenis penelitian ini adalah eksperimental dengan rancangan post test only control group design. Sampel penelitian adalah larva Aedes aegypti instar III yang dibagi menjadi 6 kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok perlakuan dengan empat kali pengulangan. Kelompok yang diberi dosis granul ekstrak daun sirih 0,5%, 1%, 1,5%, 2%, 2,5%. Data yang diperoleh dianalisis dengan Kruskal Wallis Test dilanjutkan Mann-Whitney Test.
Hasil penelitian didapatkan mortalitas larva pada dosis kontrol tidak terdapat mortalitas larva. Pada dosis 0,5%, 1%, 1,5%, 2%, dan 2,5% masing-masing persentase mortalitasnya sebanyak 57,5%, 66,3%, 72,5%, 86,3% dan 100%. Hasil uji Kruskal Wallis Testdiperoleh nilai p=0,001. Hasil uji Mann-Whitney Test didapatkan perbedaan bermakna antara dosis 0,5% dengan dosis 1,5%, 2%, 2,5%; antara dosis 1% dengan dosis 2,5%; antara dosis 1,5% dengan dosis 2,5%; antara dosis 2% dengan dosis 2,5%.
-
Kesimpulan dari penelitian ini bahwa granul ekstrak daun sirih (piper betle linn) berpengaruh terhadap mortalitas larva Aedes aegypti linn.
Kata Kunci : Granul Ekstrak Daun Sirih, Larva Aedes aegypti
ABSTRACT
Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) is a disease caused by Aedes aegypti. Control of Aedes aegypti using mechanical and chemical insecticides are often used, but have a negative impact. One way to control Aedes aegypti which uses natural larvicidal with granule preparation. Perfomed granules are more durable in storage and does not cause resistance. Plants that have the potential as a natural larvicidal ie Betel leaf (Piper betle linn). This study aimed to determine the effect of granule extracts of betel leaf (Piper betle linn) on mortality of larvae of Aedes aegypti linn.
This research is to design an experimental post- test only control group design. Samples were third instar larvae of Aedes aegypti were divided into 6 groups: control group and the group treated with four repetitions. The group that was given a dose of betel leaf extract granules 0.5%, 1%, 1.5%, 2%, 2.5%. Data were analyzed with the Kruskal- Wallis test followed Mann - Whitney Test.
The results showed the mortality of larvae at doses there is no control larval mortality. At doses of 0.5%, 1%, 1.5%, 2%, and 2.5% respectively as much as 57.5% mortality percentage, 66.3%, 72.5%, 86.3% and 100%. Results of Kruskal Wallis test p-value=0.001. The results of the Mann- Whitney test significant difference between the dose of 0.5% at a dose of 1.5%, 2%, 2.5%; between dose 1% at a dose of 2.5%; between the dose of 1.5% at a dose of 2.5%; between the dose of 2% at a dose of 2.5%.
The conclusion from this study that the granule extracts of betel leaf (Piper betle linn) effect on mortality of larvae of Aedes aegypti linn.
Keywords : Betel Leaf Extract Granules , larvae of Aedes aegypti
PENDAHULUAN
Pemberantasan nyamuk Aedes aegypti linn telah dilakukan
dengan berbagai cara antara lain mekanik dan kimia. Insektisida
dengan cara kimia paling banyak digunakan, namun menimbulkan
-
dampak negatif antara lain pencemaran lingkungan, kematian
predator, resistensi keturunannya, dan menyebabkan penyakit
bahaya pada manusia (Raina, 2011; Anonim, 2012). Insektisida nabati merupakan alternatif yang ramah lingkungan dan relatif tidak
menyebabkan resisten (Prasetyo dkk, 2011). Salah satu tanaman yang berpotensi sebagai insektisida nabati yakni daun sirih (Piper betle linn). Kandungan daun sirih (Piper betle linn) adalah minyak atsiri yang mengandung senyawa fenol, tanin, flavonoid, saponin,
alkaloid, dan pati yang dapat digunakan untuk membunuh larva
(Susanto, dkk 2010; Farida, 2009; Dharmananda, 2004). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Susanto (2010) dan Aswin (2005) membuktikan bahwa ekstrak daun sirih (Piper betle linn) menunjukkan mortalitas larva Aedes aegypti linn. Penelitian tentang granul belum
dilakukan sehingga harus dibuktikan, tetapi perubahan dari ekstrak
menjadi granul tidak merubah dari kandungan daun sirih. Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang
disebabkan virus Dengue dan ditularkan oleh vektor nyamuk Aedes
aegypti linn. Penyakit DBD dengan angka insidensi meningkat 30 kali
lipat dan setiap tahun terjadi sekitar 50-100 juta kasus dengan tingkat kematian sekitar 2,5%. (WHO, 2012). Angka kesakitan DBD di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2012 sebesar 19,29/100.000
penduduk, meningkat bila dibandingkan pada tahun 2011 sebesar
15,27/100.000 penduduk (Dinkes, 2012). Pencegahan DBD dapat dilakukan dengan pengendalian vektor secara kimia yaitu
menyemprotkan atau menaburkan insektisida ke sarang nyamuk dan
-
sarang jentik atau larva seperti got, semak, penampungan air (Kardinan, 2007). Abate merupakan larvasida kimia yang praktis dan efektif, tetapi mencemari lingkungan dan menimbulkan resistensi
pada keturunannya (NGuessanet al., 2010). Hasil penelitian menunjukkan bahwa Aedes aegypti resisten terhadap cara penggunaan temephos 1% dan penggunaan melathion dengan cara
pengasapan fogging (Panghiyangani, 2010; Susanto dkk, 2010; Rild, 2008). Hasil studi di Srilangka dan Yogyakarta, menunjukkan adanya resistensi terhadap melathion karena terjadi peningkatan enzim esterase dan menyebabkan penyakit keganasan (Ishak dkk, 2005). Penelitian tentang perubahan ekstrak menjadi granul diharapkan dapat berpengaruh terhadap mortalitas larva Aedes aegypti linn
sehingga granul ekstrak dapat digunakan sebagai insektisida nabati
dan tidak menimbulkan dampak negatif dan resistensi.
Penelitian tentang ekstrak daun sirih (Piper betle linn) menunjukkan mortalitas larva Aedes aegypti linn. Pada konsentrasi 0,62% menunjukkan mortalitas larva Aedes aegypti 81,25% pada konsentrasi 0,989% mortalitas larva Aedes aegypti 100% (Susanto dkk, 2010). Hasil penelitian yang dilakukan Aswin (2005) membuktikan bahwa ekstrak daun sirih (Piper betlelinn) menunjukkan mortalitas larva Aedes aegypti 51,25% pada konsentrasi 0,75% dan
mortalitas larva Aedes aegypti 100% pada konsentrasi 1%.
Kandungan dari daun sirih (Piper betle linn) adalah minyak atsiri yang mengandung senyawa fenol, tanin, alkaloid, pati yang berfungsi
sebagai racun perut menyebabkan kerusakan traktus digestivus, dan
-
menurunkan tegangan permukaan traktus digestivus larva sehingga
menjadi korosif (farida, 2009). Selain itu flavonoid berfungsi sebagai racun saraf yang masuk melalui sistem pernafasan berupa spirakel
dan menimbulkan kelayuan pada sistem saraf dan akhirnya mati
(Dinata, 2006). Saponin berfungsi sebagai racun perut dan racun kontak (Susanto dkk, 2010; farida, 2009). Menurut Farida (2009) ekstrak menjadi granul tidak memilik dampak negatif dan tidak menimbulkan resisten, dan lebih tahan lama dalam penyimpanan.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka diperlukan penelitian
mengenai pengaruh granul ekstrak daun sirih (Piper betle linn) terhadap mortalitas larva Aedes aegypti linn.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang akan digunakan merupakan penelitian
experimental dengan menggunakan rancangan penelitian Post-Test
Only Randomized Control Group Design. Variabel penelitian yang
digunakan terdiri dari variabel bebas yaitu granul ekstrak Daun Sirih
(Piper betle linn) dan Variabel Terikat Mortalitas larva Aedes aegypti linn. Granul ekstrak daun sirih (Piper betle linn) Granul ekstrak diperoleh dari ekstrak daun sirih di ekstraksi maserasi dengan
menggunakan pelarut etanol 96%. Bentuk granul diproses dengan
cara granulasi basah dan diberi zat pengisi yaitu pati dari amilum
singkong pada proses granulasi. Dosis yang digunakan adalah 0%,
0,5%, 1%, 1,5%, 2%, 2,5%. Pada Jumlah mortalitas larva Aedes
aegypti yang tidak memiliki sifat-sifat kehidupan yang setelah 24 jam
-
percobaan. Larva Aedes aegypti dianggap mati apabila larva diberi
rangsangan gerakan air tidak ada respon bergerak dan larva disentuh
dengan lidi atau dengan ujung pipet tidak ada respon bergerak. Populasi target dalam penelitian ini adalah semua larva Aedes
aegypti instar III yang diperoleh di lapangan daerah Rowosari dengan
menggunakan ovitrap selama 7 hari. Kemudian kertas saring atau
ovistrip dijemur hingga kering selama 1 hari yang sebelumnya sudah berisi telur, setelah diperoleh telur kemudian ditetasin selama 3-4
haridan dikembangkan dengan cara diberi makan di Laboratorium
Parasitologi Fakultas Kedokteran Unissula. Sampel dari penelitian ini
adalah larva Aedes aegypti yang diambil secara acak dengan jumlah sampel minimal adalah sebesar 15 ekor (Hasan, 2002). Sampel maksimal pada larva Aedes aegypti sebesar 23 ekor (Barodji, 2004). Dalam penelitian ini jumlah sampel yang akan digunakan 20 ekor tiap perlakuan maupun kontrol.
Data yang terkumpul dianalisis secara kuantitatif dengan
menghitung jumlah mortalitas larva Aedes aegypti linn pada setiap kelompok. Kemudian dilakukan Uji normalitas dengan menggunakan Uji Shapiro-Wilk dilanjutkan dengan Uji homogenitas yaitu Uji levene test. Dari hasil didapatkan kedua syarat tidak terpenuhi yaitu tidak
normal dan homogen maka dilakukan Uji Kruskal-Walls kemudian dilanjutkan dengan Uji Mann-Whitney untuk mengetahui kelompok mana yang terdapat perbedaan.
-
HASIL PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan mulai tanggal 25 Juni 2014 hingga 20
agustus 2014 di Laboratorium Kimia dan Laboratorium Parasitologi
Universitas Islam Sultan Agung. Penelitian yang dilakukan membutuhkan
6 kelompok dimana terdiri dari 1 kelompok kontrol dan 5 kelompok
perlakuan. Tiap kelompok terdiri dari 20 larva Aedes Aegypti linn instar
III dan dilakukan 4 kali pengulangan. Hasil pengamatan setelah 24 jam pemberian granul ekstrak daun sirih (piper betle linn) terhadap mortalitas larva Aedes aegypti linn. Sebagaimana dapat terlihat tabel 4.1
Tabel 4.1 Rerata jumlah mortalitas larva Aedes aegypti linn
Pengulangan Kontrol 0,5% 1% 1,5% 2% 2,5% 1 0 11 13 13 20 20 2 0 11 14 16 13 20 3 0 11 14 14 17 20 4 0 13 12 15 19 20
Mean 0 11,5 13,25 14,5 17,25 20 Persentase 0,0% 57,5% 66,3% 72,5% 86,3% 100,0%
-
Hasil uji Mann-Whitney antar kelompok dapat dilihat pada tabel 4.2
Tabel 4.2 Hasil Uji Mann-Whitney Test Kelompok Kelompok p-value Keterangan
Kontrol 0,5% 0,011 Bermakna
Kontrol 1% 0,013 Bermakna Kontrol 1,5% 0,014 Bermakna Kontrol 2% 0,014 Bermakna Kontrol 2,5% 0,008 Bermakna 0,5% 1% 0,052 Tidak Bermakna 0,5% 1,5% 0,026 Bermakna 0,5% 2% 0,026 Bermakna 0,5% 2,5% 0,011 Bermakna 1% 1,5% 0,180 Tidak Bermakna 1% 2% 0,108 Tidak Bermakna 1% 2,5% 0,013 Bermakna
1,5% 2% 0,191 Tidak Bermakna 1,5% 2,5% 0,014 Bermakna 2% 2,5% 0,047 Bermakna
Pembahasan
Hasil penelitian pada kelompok perlakuan terdapat mortalitas larva
Aedes aegypti hal ini membuktikan bahwa mortalitas larva Aedes aegypti
disebabkan oleh granul ekstrak daun sirih (piper betle linn). Jumlah mortalitas larva Aedes aegypti pada tiap kelompok perlakuan berbeda-
beda, pada konsentrasi tertinggi granul ekstrak daun sirih mampu
membunuh 100% larva Aedes aegypti. Granul ekstrak daun sirih (piper betle linn) terbukti memiliki pengaruh terhadap mortalitas larva Aedes aegypti linn beberapa kandungan daun sirih (Piper betle linn) adalah
-
minyak atsiri, senyawa fenol, tanin, flavonoid, saponin, alkaloid, dan pati
yang dapat digunakan untuk membunuh larva (Susanto, dkk 2010; Farida, 2009; Dharmananda, 2004). Minyak atsiri juga mengandung betephenol yang merupakan isomer Euganol allypyrocatechine, Cineol
methil euganol, caryophyllen (siskuiterpen), kavikol, kavibekol, estragol, dan terpinen (Susanto, dkk 2010).
Pada flavonoid merupakan kelompok senyawa fenol terbesar di
alam. Flavanoid mempunyai kerangka dasar karbon yang terdiri dari 15
atom karbon, dimana dua cincin benzene (C6) terikat pada suatu rantai propan (C3) sehingga membentuk suatu susunan C6-C3-C6. Susunan ini dapat menghasilkan tiga jenis struktur, yakni 1,3-diarilpropan atau neoflavanoid. Flavanoid merupakan senyawa polar karena memiliki
sejumlah gugus hidroksil yang tidak tersubstitusi (Sjahid, 2008). Flavanoid dapat digunakan sebagai insektisida nabati karena
kandungannya dapat merusak dari sistem pernapasannya berupa
spirakel sehingga membuat kelayuan pada sistem sarafnya
(Dinata,2006). Saponin yang berfungsi sebagai racun perut disebabkan adanya
kerusakan taktus digestivus (farida, 2009). Selain itu juga pada saponin merupakan suatu glikosida yang cara kerja seperti sabun, sehingga menggangu aktifitas fisik dan menyebabkan kehilangan banyak cairan.
Sedangkan racun kontak saponin masuk kedalam tubuh melalui kulit,
dan langsung ke mulut serangga (Anita, 2009). Keterbatasan peneliti hanya meneliti pengaruh granul ekstrak daun sirih (piper betle linn) terhadap mortalitas larva Aedes aegypti linn. Peneliti tidak mengukur
-
seberapa lama kemampuan granul ekstrak daun sirih (piper betle linn) yang digunakan dapat bertahan atau bekerja dalam membunuh larva.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Granul ekstrak daun sirih (piper betle linn) berpengaruh terhadap mortalitas larva Aedes aegypti linn.
Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang pengaruh granul ekstrak daun sirih terhadap mortalitas larva Aedes aegypti linn dengan
dosis
-
Cahyati, N., 2006, Uji Efikasi Larvasida Nabati Ekstrak Daun Sirih sebagai Larvasida Aedes aegypti di Laboratorium, Semarang, Universitas Muhammadiyah Semarang, Skripsi.
Dharmananda, 2004, Ageratum conyzoides L. : A Review on Its Phytochemical and Pharmachologycal Profile, Review Journal.
Dina, O., 2012, Uji Banding Efektivitas Ekstrak Daun Sirih (Piper betle Linn)., Semarang, Universitas Diponegoro , Karya Ilmiah.
Dinata, A., 2006, Basmi Lalat dengan Jeruk Manis. Dalam : www.litbag.depkes.go.id Dikutip tanggal 11 Maret 2014
Dinas Kesehatan, 2013, Data Kasus DBD Kota Semarang Tahun 2010-2012, Semarang: Dinas Kesehatan Kota Semarang.
Dinkes Propinsi Jawa Tengah, 2011, Strategi Operasional Model Pengendalian DBD di Kota Semarang, Dinkes Propinsi Jawa Tengah.
Farida, I.F., 2006, Pengaruh Granul Ekstrak Daun Babadotan dalam Menghambat Pertumbuhan Larva Nyamuk Aedes aegypti L., Malang, Universitas Brawijaya , Karya Ilmiah.
Hadi, H., Mira, D., Ahmad, W., 2010 Pemanfaatan Tanaman sebagai Bahan anti Nyamuk
Hasan, M.I., 2002, Metodologi Penelitian dan Aplikasinya, Ghalia Indonesia, Bogor
Hayati, N., 2006, Uji Efikasi Larvasida Nabati Ekstrak Daun Jeruk Purut (Citrus histric DC) sebagai Larvasida Aedes aegypti di Laboratorium, Semarang, Universitas Muhammadiyah Semarang, Skripsi
Ishak, H., Mappau Z., Wahid I., 2005 Uji Kerentanan Aedes aegypti Terhadap Malathion dan Efektifitas Tiga Jenis Insektisida, Propoksur komersial di Kota Makasar. Jurnal Medika Nusantara, 2005, 26: 235-239
Kardinan, A., 2007, Tanaman Pengusir dan Pembasmi Nyamuk, PT Agromedia Pustaka, Jakarta
Koesharto,S., Bisset, J., Fernandez, D.M., 2006, Senyawa Terponoida dan Steroida dalam membasmi larva Aedes aegypti, Medan : FMIPA Universitas Sumatera Utara.
Lestari, S., 2011, Efektivitas Ekstrak daun Mojo (Aegle marmelos L.) terhadap Kematian Larva Aedes aegypti Instar III, Surakarta : Universitas Muhammadiyah Surakarta, Skripsi.