Naskah Publikasi perbaikan
Transcript of Naskah Publikasi perbaikan
Pemetaan Parameter QoS End-to-End Jaringan Wireless Di Jurusan Teknik ElektroUniversitas Gadjah Mada
Penelitian Tesis Untuk Memenuhi Sebagian persyaratan
Mencapai Derajat Sarjana S-2
Program Studi Magister Teknologi InformasiJurusan Teknik Elektro
Fakultas Teknik
diajukan oleh :Dodon Turianto Nugrahadi
19970/PS/MTI/06
kepadaSEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS GADJAH MADAYOGYAKARTA
2009
ABSTRACT
Pemetaan Parameter QoS End-to-End Jaringan WirelessDi Jurusan Teknik Elektro Universitas Gadjah Mada
Mapping of QoS Parameter End-to-End Wireless Networkin Electronics Engineering Department of Gadjah Mada University
Dodon Turianto, Ahmad Ashari1, Muhammad Nur Rizal2
Program Studi Magister Teknologi InformasiProgram Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada
QoS (Quality of Service) now is a frequently discused topic in the development of applied technology of networking because of the increase of the use and the implementaton of real-time technology in the great scale, and also supported by networking development that expects more sophisticated technology. The important issues todays is to implement QoS to attain qualified service to its users. Therefore this study aims to investigate the QoS in Electronics Engineering Department of Gadjah Mada University (GMU). The progress of wireless networking showed that the implementation of wireless networking in Electronics Engineering Department is increasing. However researcher sees and hears many dissappointed voices about users’ unsatisfied experience when they connect to internet using wireless network. Such condition should be traced to be solved and the availability of data is one of elements needed to do so. Therefore this reasearch is conducted to describe the actual condition of QoS obtained from users in the way of end-to-end connection in hotspot networking in Electronics Enginering Department of GMU. Moreover, this research aims to describe quality based on QoS paramater in the department and compare the obtained data to the standardized quality.
By using end-to-end monitoring method for two weeks, from December 15, 2008 to December 20, 2008 and from January 5, 2009 to January 10, 2009 every day from 8 am until 4 pm, the researcher attempted to collect and analyze data to describe the quality of Electronics Engineering Department in GMU in relation the standardized QoS.
The result of the study shows that the quality of wireless network in the department is in low level if it is seen through ITU-T Y.1541 standard. However the quality is in good level from the point of view of Hattigh standard. Further studies are still needed to investigate the influences of habit and devices of users in the wireless network because of the existence of significant differences of quality in each hotspot sample.
Key Words: QoS, wireless networking, end-to-end monitoring
1 Fakultas MIPA Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta2 Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
2
1. Pengantar
Berkembangnya teknologi jaringan nirkabel (wireless) yang biasa disebut
access point (AP) atau hotspot berakibat meningkatkan banyak organisasi atau
perusahaan hingga perorangan yang menggunakan teknologi tersebut sehingga
akan mempertinggi tingkat penggunaan internet di masyarakat. Salah satunya
adalah Universitas Gadjah Mada (UGM) sebagai institusi akademik besar. Pada
saat ini penerapan hotspot di UGM hanya sebatas di setiap fakultas dan unit–unit
kerja di dalamnya.
QoS (Quality of Service) semakin menjadi topik hangat dalam
perkembangan teknologi aplikasi dalam jaringan dipicu oleh semakin
meningkatnya penerapan dan penggunaan aplikasi real-time dalam skala besar.
Beberapa penerapan mekanisme dan teknik jaringan dilakukan untuk memenuhi
jaminan performa jaringan tersebut. Mekanisme dan teknik jaringan ini
merupakan bagian dari sebuah terminologi implementasi. Proses implemetasi
sangat membutuhkan sebuah kebijakan atau policy untuk menjawab beberapa
pertanyaan dalam pengimplementasian antara lain, mekanisme atau teknik apa
yang harus digunakan atau mekanisme bagaimana mesti diterapkan, hal ini
sebagai sebuah koridor agar implementasi sesuai sasaran. Sedangkan dalam
pengambilan kebijakan atau policy tersebut harus didasarkan pada informasi dan
keadaan kenyataan jaringan. Maka, sebuah informasi akan bersinambungan dan
bersama-sama dengan kebijakan dan implementasi untuk menyelesaikan masalah
tersebut.
Pada saat ini informasi kondisi penggunaan jaringan internet pada hotspot
di UGM belum hingga informasi jaminan QoS pada penggunanya. Jaminan hanya
sebatas menyediakan fasilitas jaringan internet yang lebih mudah pada melalui
hotspot, meski beberapa bagian telah menerapkan pengaplikasian yang
mendukung QoS baik dalam queue maupun dalam arsitektur tetapi informasi
kondisi QoS parameter tersebut belum terpenuhi secara luas.
2. Batasan Masalah
a. Informasi kondisi yang ditelusuri pada penelitian ini yaitu kondisi jaringan
berdasarkan parameter QoS yaitu bandwidth, delay, jitter dan loss.
3
b. Pengambilan informasi hotspot dengan metode monitoring secara end-to-
end pada beberapa hotspot di JTE UGM.
c. Monitoring dilakukan selama 2 minggu yaitu tanggal 15 Desember 2008
hingga 20 Desember 2008 dan tanggal 5 Januari 2009 hingga 10 januari
2009 setiap hari dari jam 08.00 hingga 16.00.
3. Landasan Teori
3.1. QoS (Quality of Service)
Dilihat dari sudut pandang jaringan, konsep QoS adalah kemampuan
dari masing-masing elemen jaringan (aplikasi, host, router) untuk mempunyai
level jaminan untuk mencapai kepuasan yang dibutuhkan lalu lintas data dan
layanan (Marchese, 2007, h.1). Definisi Marchese tersebut menunjukan bahwa
tujuan utama dari QoS yaitu memaksimalkan kepuasan pengguna akhir dari
sebuah jaringan data.
Beberapa pembahasan tentang parameter QoS pada jaringan yang telah
disebutkan oleh berbagai pihak, maka diketahui parameter QoS yaitu
bandwidth, delay, jitter dan loss.
1. Bandwidth
Bandwidth diasumsikan sebuah penilaian terhadap sebuah pengertian
tentang kapasitas, volume, jumlah batasan maksimal serta minimum
dari sebuah jaringan.
2. Delay (latency)
Pendekatan konsep delay terdapat pada proses round trip time (RTT)
yaitu gambaran waktu dari transfer paket data yang di-acknowledged
pada saat terjadi proses koneksi. Beberapa faktor mendukung
terjadinya delay ini yaitu kemacetan jaringan (network congestion),
server yang kelebihan beban (overutilised server), dan jarak antara titik
poin koneksi pada jaringan.
3. Jitter
Jitter atau variasi delay sangat berhubungan dengan waktu ideal
penyesuaian urutan paket-paket dari sebuah aplikasi hingga sampai di
4
tujuan. Sama halnya pada delay, jitter dipengaruhi oleh faktor beban
lalu lintas data dan kemacetan pada jaringan.
4. loss
Loss adalah tingkat persentase dari paket yang hilang merupakan total
paket dikirim melalui jaringan yang berbanding dengan waktu.
Perkembangan dan pengembangan aplikasi yang digunakan oleh
pengguna di lingkungan akademis UGM saat ini terus berkembang menuju
pada real-time dengan kualitas end-to-end. Hattingh (2004, section 2.1),
menyebutkan beberapa kelompok aplikasi yang memerlukan QoS yaitu VoIP,
video, data, control plane dan scavenger traffic. Sehingga standar Hattingh
digunakan untuk menganalisis dari sisi aplikasi. Penelitian ini juga
menggunakan standar klasifikasi parameter QoS yang ditetapkan oleh ITU-T
Y-1541 yang banyak penelitian intrinsik menggunakannya secara umum.
Tabel 1. 1 Tabel standar ITU-T Y-1541QoS Classes Delay (IPTD) Jitter (IPDV) Loss (IPLR)
0 100 ms 50 ms 1×10−3
1 400 ms 50 ms 1×10−3
2 100 ms U 1×10−3
3 400 ms U 1×10−3
4 1 s U 1×10−3
5 U U U
Tabel 1. 2 Tabel standar Hattingh
5
3.2. Network Monitoring
Proses untuk mendapatkan informasi parameter QoS dilakukan dengan
yang disebut monitoring. Klasifikasi monitoring ini dibedakan 2 kategori yaitu
end-to-end QoS monitoring (monitoring dari ujung ke ujung) dan Distribution
monitoring (monitoring distribusi QoS pernode. Hasil monitoring end-to-end
mendapatkan data informasi parameter QoS yaitu bandwidth, delay, jitter dan
loss dari pengguna hotspot menuju pada server monitoring yang berada pada
titik gateway dari jaringan. Sehingga monitoring end-to-end yang digunakan
dalam penelitian ini dikarenakan faktor-faktor hasil dan kelebihan monitoring
end-to-end.
4. Metodologi Penelitian
4.1. Bahan Penelitian
Data kualitatif yang diperoleh dari hasil pengumpulan informasi pada
penelitian ini antara lain data monitoring dan scanning, data observasi,
ketersediaan data dokumen di JTE UGM serta wawancara administrator. Data
yang didapat dari hasil studi literatur sebagai pendukung dalam proses
jalannya penelitian yang dilakukan.
4.2. Alat Penelitian
1. Pada penelitian ini digunakan aplikasi monitoring yaitu iperf dan fping.
2. Sistem operasi linux based sebagai sistem operasi client.
3. Aplikasi sheet processor.
4. Aplikasi word processor.
5. 4 PC dengan spesifikasi minimum.
6. wireless card sebagai alat koneksi.
4.3. Metode penelitian
4.3.1. Information gathering
Information gathering ini adalah proses pengumpulan informasi tentang
hotspot, informasi tentang cara mengambil parameter QoS hotspot dan informasi
yang perlu diambil berdasarkan parameter QoS.
6
4.3.2. Wawancara
Tahap awal proses pengambilan informasi hotspot JTE UGM dilakukan
dengan teknik wawancara terhadap administrator yang bertanggung jawab. Hasil
dari proses wawancara terhadap pranata jaringan ini digunakan sebagai pelengkap
dari pengumpulan data informasi parameter QoS hotspot di lingkungan UGM.
4.3.3. Populasi penelitian
Random sampling sederhana dilakukan untuk menentukan sampling dari
populasi hotspot di JTE yang akan diambil data informasinya. Pengambilan secara
random sampling sederhana hotspot di dalam JTE menggunakan persentase
sebesar 50% dari total hotspot berdasarkan jumlah penelitian yang dilakukan oleh
Putri (2008). Dari total hotspot 8 buah menghasilkan empat hotspot yang diambil
sebagai sampel yaitu Alligator, Lab-informatika, Kuda-digital dan lantai 3 Utara.
4.3.4. Pengambilan data parameter QoS
Proses secara aplikatif pengambilan data pada penelitian ini digunakan
proses monitoring. Monitoring secara aktif merupakan sebuah teknik penelitian
yang disebut dengan teknik pengamatan. Dalam penelitian ini, monitoring
dilakukan hanya berdasarkan pada end-to-end monitoring agar dapat
mengakomodasi dan mendapatkan informasi parameter QoS yaitu bandwidth,
delay, jitter dan loss berdasarkan kualitas jaringan yang didapat pengguna.
Proses pengambilan data dilakukan secara multilink serempak pengguna
tetep dari setiap sample hotspot menuju ke NOC. Beberapa perintah commandline
diperhatikan sebagai bagian utama dalam proses pengambilan data oleh tools
monitoring. Perintah commandline ini sangat berpengaruh dari hasil yang didapat
dan dianalisi.
1. Perintah -u, digunakan untuk mengaktifkan protokol UDP.
2. Perintah -p (nomer port), digunakan untuk mengaktifkan port Protokol TCP
dan UDP agar antara client (pengguna tetap) dan server (NOC) dapat
berkomunikasi. Pada aplikasi iperf,default, menggunakan port 5001 tetapi port
tersebut secara khusus tertutup di dalam jaringan pada jurusan dan unit di
lingkungan UGM. Penggunaan perintah port untuk menggunakan port yang
terbuka oleh jaringan TE yaitu TCP 110 dan UDP 21.
7
3. Perintah -f (satuan bandwidth), digunakan untuk mengaktifkan data satuan
yang akan ditampilkan pada hasil, diantaranya m (megabit), k(kilobit).
Diketahui bahwa jaringan nirkabel memiliki satuan bit per second maka
digunakanlah satuan Megabit per second.
4. Perintah -b (bandwidth), digunakan untuk besarnya nilai paket yang diteskan
pada jaringan. Schroder (2008) menyatakan bahwa secara default tes paket
pada iperf adalah sebesar 1.5 Mbit/s. Nilai besaran ini bukan sebuah masalah
di dalam jaringan sehingga tidak dapat memberikan nilai valid untuk
mengevaluasi sebuah jaringan. Menurut Schroder, agar didapat nilai analisis
maka perlu dilakukan dengan menggunakan besaran paket maksimal dari
kemampuan kecepatan yang dapat diterima oleh jaringan tersebut. Telah
disebutkan di awal penelitian ini bahwa device hotspot pengguna umum saat
ini telah mencapai kecepatan 11 (IEEE 802.11b) atau 54 Mbit/s (IEEE
802.11a/g). Li (2008, h.8) menyebutkan bahwa sebuah kekurangan dalam
kecepatan jaringan nirkabel adalah jaringan nirkabel menggunakan pembagian
komunikasi medium sehingga secara aktual pada hotspot hanya mendapatkan
kurang dari setengah kecepatan over-the-air. Maka nilai maksimal kecepatan
54 Mbit/s koneksi nirkabel secara aktual hanya menjadi sebesar 20 – 25
Mbit/s, maka bandwidth sebagai test aplikasi iperf diambil nilai 20 Mbit/s
yang terkecil dari nilai maksimal bandwidth pada jaringan wireless karena bila
diambil terlalu besar akan berbanding lurus dengan window size sehingga
dapat mempengaruhi buffer size dan dapat berakibat turunnya koneksi.
5. Perintah –w (window size), digunakan untuk besarnya nilai congestion
window yang diteskan pada jaringan. Nilai window size ini merupakan nilai
window yang maksimal dan standar pada proses monitoring sehingga RTT
dari rumusan buffer disesuaikan dengan nilai standar yaitu sandar ITU-T yang
paling maksimal ditoleransi. Nilai ITU-T sebagai standar toleransi yaitu 100
ms. Dari rumusan buffer size yaitu:
buffer size = bandwidth * RTT
buffer size = 20 Mbit/s x 100 ms
8
buffer size = (8 / 20 Mbit/s) x 0.1 s
buffer size = 2.5 MBytes/s x 0.1 s
buffer size = 0.25 MBytes
buffer size = 250 KBytes
6. Perintah &, digunakan agar aplikasi iperf server dapat berjalan secara
background (belakang).
7. Perintah –e , khusus digunakan pada aplikasi fping untuk aktifkan ICMP dan
mendapatkan nilai delay.
Dari keseluruhan penjelasan tentang pengaktifan aplikasi iperf dan fping
sebelumnya, perintah commandline aplikasi iperf tersebut yaitu sebagai berikut:
1. Protokol TCP (server):
Iperf –p110 –s &
2. Protokol TCP (client):
Iperf –fm –b20m –w250 –p110 –c(ip server)
3. Protokol UDP (server):
Iperf –p21 –u –s &
4. Protokol UDP (client):
Iperf –fm –b20m –w250 –p21 –u –c(ip server)
5. Protokol ICMP:
fping -e(ip server)
4.3.5. Waktu pengambilan data informasi
Data monitoring aplikasi iperf dan fping diambil berdasarkan pada waktu
kondisi keaktifan kerja kebijakan UGM yaitu waktu aktif kampus, dimulai pukul
08.00 – 16.00 WIB dan selama 2 minggu yaitu tanggal 15 Desember 2008 hingga
20 Desember 2008 dan tanggal 5 Januari 2009 hingga 10 januari 2009.
Pengambilan waktu tersebut dengan beberapa alasan-alasan pendukung.
5. Hasil Penelitian dan Pembahasan
Proses pertama dilakukan dengan menggabungkan seluruh hasil data yang
bersifat selevel atau sama dari proses pengambilan data monitoring dari setiap
sample hotspot. Penggabungan ini merupakan proses analisis time of day yang
9
disebutkan oleh Browstein, merupakan analisis yang dapat menunjukkan
performa jaringan.
Tabel 1. 3 Tabel delay senin jaringan nirkabel hotspot kuda digital
5.1. Kualitas standar ITU-T Y.1541
Diketahui bahwa standar ITU-T Y.15.41 memiliki standar dengan
parameter-parameter QoS dalam satu kesatuan. Hasil analisis pada standar
ITU-T Y.1541 direkapitulasi perhotspot dari analisis baseline time of day dan
didiskriptifkan secara kuantitatif dengan jelas kualitas yang didapat pada
jaringan nirkabel JTE UGM.
Salah satu pelevelan klasifikasi QoS berdasarkan standar ITU-T
Y.1541 dituangkan pada Gambar 1.2.
Gambar 1. 1 Tabel kualitas standar ITU-T Y.1541 senin di JTE UGM
Hasil analisis terhadap kualitas standar ITU-T Y.1541 di JTE UGM
menunjukan bahwa rata-rata QoS jaringan nirkabel mendapatkan kualitas
masih tinggi pada class 5 yaitu secara keseluruhan dengan parameter QoS 10
tanpa spesifikasi nilai, hal ini menunjukkan bahwa sangat jarang jaringan
nirkabel di JTE UGM mendapatkan kualitas yang memadai secara terstandar
ITU-T Y.1541. sedangkan pada beberapa kondisi telah memenuhi standar
class 0.
5.2. Kualitas Standar Hattingh
5.2.1. Tren kualitas parameter QoS delay
Salah satu pelevelan parameter QoS delay berdasarkan standar Hattingh
dituangkan pada Gambar 1.2.
Gambar 1. 2 Gambar delay senin hotspot JTE UGM
Beberapa kesimpulan bahwa QoS jaringan nirkabel hotspot di JTE UGM
dari parameter QoS delay yaitu sebagai berikut:
1. Hotspot lab informatika lebih mencapai level QoS streaming video dengan
aplikasi yang dapat berjalan yaitu streaming video, interactive data,
transaction data, bulk, best effort, ip routing, network management dan
scavenger.
2. Hotspot kuda digital lebih mencapai level QoS voice dengan aplikasi yang
dapat berjalan yaitu voice, interactive video, streaming video, interactive data,
transaction data, bulk, best effort, ip routing, network management dan
scavenger.
3. Hotspot alligator lebih mencapai pada level QoS streaming video lebih
mencapai level QoS voice dengan aplikasi yang dapat berjalan yaitu streaming
video, interactive data, transaction data, bulk, best effort, ip routing, network
management dan scavenger.
11
4. Hotspot lantai3utara lebih mencapai level QoS voice dengan aplikasi yang
dapat berjalan yaitu voice, interactive video, streaming video, interactive data,
transaction data, bulk, best effort, ip routing, network management dan
scavenger.
5.2.2. Tren kualitas parameter QoS bandwith
Salah satu pelevelan parameter QoS bandwidth TCP berdasarkan standar
Hattingh dituangkan pada Gambar 1.3.
Gambar 1. 3 Gambar bandwith TCP senin hotspot JTE UGM
Beberapa kesimpulan bahwa kualitas QoS jaringan nirkabel hotspot di JTE
UGM dari parameter QoS bandwidth TCP Hattingh yaitu sebagai berikut:
1. Hotspot lab informatika lebih mencapai level QoS interactive video dengan
aplikasi yang dapat berjalan yaitu interactive video, bulk, streaming video,
voice, interactive data, best effort, ip routing, network management dan
scavenger.
2. Hotspot kuda digital lebih mencapai level QoS bulk dengan aplikasi yang
dapat berjalan yaitu bulk, streaming video, voice, interactive data, best effort,
ip routing, network management dan scavenger.
3. Hotspot alligator lebih mencapai pada level QoS interactive video lebih
mencapai level QoS voice dengan aplikasi yang dapat berjalan yaitu
interactive video, bulk, streaming video, voice, interactive data, best effort, ip
routing, network management dan scavenger.
4. Hotspot lantai3utara lebih mencapai level QoS interactive video lebih
mencapai level QoS voice dengan aplikasi yang dapat berjalan yaitu
12
interactive video, bulk, streaming video, voice, interactive data, best effort, ip
routing, network management dan scavenger.
Salah satu pelevelan parameter QoS bandwidth TCP berdasarkan standar
Hattingh dituangkan pada Gambar 1.4.
Gambar 1. 4 Gambar bandwith UDP senin hotspot JTE UGM
Beberapa kesimpulan bahwa kualitas QoS jaringan nirkabel hotspot di JTE
UGM dari parameter QoS bandwidth UDP Hattingh yaitu sebagai berikut:
1. Hotspot lab informatika lebih mencapai level QoS bulk dengan aplikasi yang
dapat berjalan yaitu bulk, streaming video, voice, interactive data, best effort,
ip routing, network management dan scavenger.
2. Hotspot kuda digital lebih mencapai level QoS bulk dengan aplikasi yang
dapat berjalan yaitu bulk, streaming video, voice, interactive data, best effort,
ip routing, network management dan scavenger.
3. Hotspot alligator lebih mencapai pada level QoS bulk dengan aplikasi yang
dapat berjalan yaitu bulk, streaming video, voice, interactive data, best effort,
ip routing, network management dan scavenger.
4. Hotspot lantai3utara lebih mencapai level QoS bulk dengan aplikasi yang
dapat berjalan yaitu bulk, streaming video, voice, interactive data, best effort,
ip routing, network management dan scavenger.
5.2.3. Tren kualitas parameter QoS jitter
Level Tren QoS berdasarkan parameter QoS jitter standar Hattingh hari
senin dituangkan pada Gambar 1.5.
13
Gambar 1. 5 Gambar jitter senin hotspot JTE UGM
Beberapa kesimpulan bahwa kualitas QoS jaringan nirkabel hotspot
dilingkungan JTE UGM dari parameter QoS jitter Hattingh yaitu sebagai berikut:
1. Hotspot lab informatika lebih mencapai level QoS voice, dengan aplikasi yang
dapat berjalan yaitu voice, interactive video, streaming video, interactive data,
transaction data, bulk, best effort, ip routing, network management dan
scavenger.
2. Hotspot kuda digital lebih mencapai level QoS voice, dengan aplikasi yang
dapat berjalan yaitu voice, interactive video, streaming video, interactive data,
transaction data, bulk, best effort, ip routing, network management dan
scavenger.
3. Hotspot alligator lebih mencapai pada level QoS voice, dengan aplikasi yang
dapat berjalan yaitu voice, interactive video, streaming video, interactive data,
transaction data, bulk, best effort, ip routing, network management dan
scavenger.
4. Hotspot lantai3utara lebih mencapai level QoS voice, dengan aplikasi yang
dapat berjalan yaitu voice, interactive video, streaming video, interactive data,
transaction data, bulk, best effort, ip routing, network management dan
scavenger.
5.2.4. Tren kualitas parameter QoS loss
Level Tren QoS berdasarkan parameter QoS loss standar Hattingh hari
senin dituangkan pada Gambar 1.6.
14
Gambar 1. 6 Gambar loss senin hotspot JTE UGM
Beberapa kesimpulan bahwa kualitas QoS jaringan nirkabel hotspot
dilingkungan JTE UGM dari parameter QoS loss Hattingh yaitu sebagai berikut:
1. Hotspot lab informatika lebih mencapai level QoS streaming video dengan
aplikasi yang dapat berjalan yaitu streaming video, interactive data,
transaction data, bulk, best effort, ip routing, network management dan
scavenger.
2. Hotspot kuda digital lebih mencapai level QoS interactive data dengan
aplikasi yang dapat berjalan yaitu interactive data, transaction data, bulk, best
effort, ip routing, network management dan scavenger.
3. Hotspot alligator lebih mencapai pada level QoS voice dengan aplikasi yang
dapat berjalan yaitu voice, interactive video, streaming video, interactive data,
transaction data, bulk, best effort, ip routing, network management dan
scavenger.
4. Hotspot lantai3utara lebih mencapai level QoS voice dengan aplikasi yang
dapat berjalan yaitu voice, interactive video, streaming video, interactive data,
transaction data, bulk, best effort, ip routing, network management dan
scavenger.
seluruh tren sample waktu dan hotspot diambil beberapa kesimpulan
bahwa kualitas QoS jaringan nirkabel hotspot di lingkungan JTE UGM
keseluruhan dari standar Hattingh yaitu sebagai berikut:
1. Perbedaan yang signifikan dari analisis perparameter bahwa hotspot
lantai3utara dan hotspot kuda digital memiliki QoS yang bagus pada
parameter QoS delay, jitter dan loss sedangkan hotspot alligator dan hotspot
15
lab informatika sangat jelek. Tetapi berbeda pada parameter QoS bandwidth
memilik QoS yang bagus pada hotspot lantai3utara dan hotspot alligator,
sedangkan hotspot kuda digital dan hotspot lab informatika memiliki QoS
yang jelek.
2. Beberapa hal dapat diketahui yaitu hotpost alligator memiliki kualitas yang
bagus secara device dan koneksi tetapi terjadi tingkat delay, jitter dan loss
yang tinggi diperkirakan akibat noise dan interverensi dari faktor chanel.
Menurut Putri (2008), banyaknya terjadi interverensi pada hotspot alligator
dengan hotspot-hotspot sekitarnya yang memiliki channel sinyal yang sama.
Hotspot kuda digital diperkirakan memiliki masalah pada device karena untuk
delay, jitter dan loss bagus yang menunjukan posisi peletakan device tidak
bermasalah tetapi dalam koneksi memiliki QoS yang rendah. Hotspot lab
informatika memiliki peletakan dan koneksi yang rendah salah satunya
dikarenakan hotspot informatika hanya mengambil jatah koneksi lab
mahasiswa JTE dan peletakannya di dalam lab informatika. Untuk hotspot
lantai3utara tidak memiliki masalah baik device maupun koneksi.
3. Hotspot lantai3utara dan alligator memiliki tingkat penggunaan yang tinggi
dipagi dan sore hari maka diperkirakan pengguna adalah para dosen dan
mahasiswa S2 di lingkungan JTE UGM. Ini dipertegas dengan posisi device
hotspot lantai3utara dan alligator disekitar ruangan S2 dan ruang dosen.
Hotspot kuda digital dan hotspot lab informatika memiliki tingkat penggunaan
yang tinggi disiang hari maka diperkirakan pengguna adalah mahasiswa S1 di
lingkungan JTE UGM. Ini dipertegas dengan posisi device hotspot
lantai3utara dan alligator disekitar ruangan perkuliahan S1 dan ruang lab S1.
6. Kesimpulan dan Saran
6.1. Kesimpulan
Kesimpulan secara keseluruhan penelitian ini dideskripsikan secara
kualitatif yaitu sebagai berikut:
1. QoS jaringan nirkabel hotspot di JTE UGM berada pada class 5 dan kondisi
ini jelek karena class ini merupakan klasifikasi ITU-T Y.1541 paling rendah
yaitu nilai parameter delay, jitter dan loss berada kondisi yang sangat kecil.
16
2. Kondisi hanya class 5 diakibatkan tidak memenihi syarat parameter QoS loss
untuk mencapai level pada class yang di atasnya sehingga dapat dipastikan
bahwa parameter QoS loss di JTE UGM lebih dari 1*10-3.
3. Hasil analisis secara keseluruhan parameter QoS terhadap kualitas standar
Hattingh di JTE UGM menunjukan bahwa level voice mendapatkan QoS pada
protokol TCP dan UDP cukup bagus, interactive video mendapatkan QoS
hanya pada protokol TCP dan berkisaran sedang, streaming video
mendapatkan QoS pada protokol TCP dan UDP cukup bagus, interaction data
mendapatkan QoS bagus pada protocol TCP dan UDP, transaction data
mendapatkan QoS jelek dan tidak berkualitas sedangkan level bulk, best-
effort, ip routing, network management dan scavenger mendapatkan QoS
bagus pada protokol TCP dan UDP.
4. Hotpost alligator memiliki kualitas yang bagus secara device dan koneksi yang
diberikan tetapi terjadi tingkat delay, jitter dan loss yang tinggi diperkirakan
akibat noise dan interverensi dari faktor chanel.
5. Hotspot kuda digital diperkirakan memiliki masalah pada device karena untuk
delay, jitter dan loss bagus yang menunjukan posisi peletakan device tidak
bermasalah tetapi dalam koneksi memiliki QoS yang rendah.
6. Hotspot lab informatika memiliki peletakan dan koneksi yang rendah, salah
satunya dikarenakan hotspot informatika hanya mengambil jatah koneksi lab
mahasiswa JTE dan peletakannya di dalam lab informatika.
7. Hotspot lantai3utara tidak memiliki masalah baik device maupun koneksi.
8. Hotspot lantai3utara dan alligator penggunaan yang tinggi pagi dan sore hari.
Sedangkan Hotspot kuda digital dan hotspot lab informatika memiliki tingkat
penggunaan yang tinggi disiang hari.
6.2. Saran
Saran dari hasil penelitian ini disampaikan untuk pengembangan dan
penelitian yang dapat dilakukan berikutnya, yaitu sebagai berikut:
1. Pengembangan jaringan nirkabel di lingkungan JTE UGM diharapkan dapat
meningkatkan kualitasnya sebagaimana telah diketahui dari penelitian ini.
17
2. Hal ini dapat disiasati dengan pengaturan management bandwidth pada setiap
segment catalis.
3. Penelitian yang dapat berkelanjutan dari penelitian ini diantaranya:
pengembangan pada sektor QoS perceived dan assessed. Serta melakukan
penerapan monitoring end-to-end seluruh jaringan nirkabel di lingkungan
UGM sehingga dapat terbentuk lingkungan cybercampus yang terstandar di
lingkungan UGM.
18
DAFTAR PUSTAKA
Agarwal, D; Tierney, B; Gunter, D; Lee, J; Johnston, W. 2001. Network Aware Distributed Aplications. Berkeley : Lawrence Berkeley National Laboratory. USA
Broadcom Corporation. 2003. The New Mainstream Wireless LAN Standard (Document 802.11g-WP104-R). White Paper IEEE 802.11g [2007, July 4].
Brownstein, C. 2000. Internet Service Performance:Data Analysis and Visualization. Virginia : The Cross-Industry Working Team. USA.
Campanella, M; Chivalier, P; Sevasti. A; Simar, N. 2001. Quality of Service Definition. Paper Project Sequin.
Carrigan, R; Milton, R; Morrow, D. 2005. Network Operation Center Design and Implementation. Pittsburgh : The University of Pittsburgh. USA.
Chakraborty, I. 2003. QoS Assurance With Colocated Wireless Access Point. Massachusetts. USA.
Chen, X; Zhai, H; Tian, X; Fang, Y. 2005. Supporting QoS in IEEE 802.11e Wireless LANs. IEEE transaction on Wireless Communication. USA
Cisco. 2004. Cisco 3200 Series Wireless MIC Software Configuration Guide. Chapter 12: Configuring QoS in a Wireless Environment, pg 12-1 – 12-6. Available: http://www.cisco.com/univercd/cc/td/doc/product/software/ios122/122cgcr/fqos_c/index.htm.
Clincy, V; Sitaram, A; Odaibo, D; Sogarwal, G. 2006. A Real-Time Study of 802.11b and 802.11g. Georgia : IEEE College of Science and Math Kenneth State University.
Coccetti. F; Percacci. R. 2002. Bandwidth Measurement and Router Queue. Institute Nazionale Di Fisica Nucleare (INFN) Sezione di Triente I-34100. Italy.
Cottrell Les, R; Logg, C; Chhaparia, M; Grogoriev, M. 2006. Evaluation of Techniques to Detect Significant Network Performance Problems using End-to-End Active Network Measurements. Stanford : IEEE/IFIP Network Operations. Stanford University Press. USA
Dugan, J. 2008. Using Iperf. Lawrence Berkeley National Laboratory. Available: http://iperf.sourceforge.net. New York. USA
19
Flickenger. 2006. How To Accelerate Your Internet 1st edition. INASP/ICTP. USA.
Gast, M. 2002. 802.11 Wireless Network The: Definitive Guide. USA : O’reilly..
Grover, A. 2003. Application Adaptive Bandwidth Management Using Real-Time Network Monitoring. Published Master Thesis. USA: East Tennessee State University.
Gruman, Galen. 2005. 802.11e Adds QoS to Wi-Fi Network. Journal: Info World. Academic Research Library, pg 51.
Hattingh, C. 2005. End-to-End QoS Network Design. Indianapolis : Cisco Press, CCIE No. 9794. USA.
Hu, N. 2006. Network Monitoring and Diagnosis Based on Available Bandwidth Measurement. Unpublished Doctoral Dissertation. Pittsburg : Carnegie Mellon University. USA.
Jeong, J; Lee, S; Kim, Y; Choi, Y. 2000. Design and Implementation of One-way IP Performance Measurement Tool. Seoul : School of Computer Science and Engineer. Korea.
Langi, A; Suhardi; Yoanes. 2006. Metode Real-Time Flow Measurement (RTFM) Untuk Monitoring QoS Jaringan NGN. Presentasikan Seminar Nasional Teknologi Informasi & Komunikasi untuk Indonesia. Bandung: Institut Teknologi Bandung.
Li, X. 2006. Wireless Ad Hoc and Sensor Networks: Theory and Applications. Cambridge: Cambridge University Press. USA.
Marchese, M. 2007. QoS Over Heterogeneous Networks. John Willey & Sons,Ltd. USA.
MicrosoftTechNet. 1999. Quality of Service White Paper. Chapter 2. Available: www.microsoft.com/technet.com/QoS%20microsoft%20tech/qosover2.mspx.htm#EGB
Miloucheva, I; Nassri, A; Anzaloni, A. 2004. Automated analysis of network QoS parameters for Voice over IP applications. Austria : Salzburg Research. Brasil : Instituto Technologico and Aeronautico Brazil.
Mishra, A. 2008. Security and Quality of Service in Ad Hoc Wireless Network. New York : Cambrige University Press. USA.
Mouro, D; Schmidt, K. 2005. Essential SNMP, 2nd edition. O’reilly. USA
Paryono, P, 1994, Sistem Informasi Geografis. Yogyakarta : Andi Offset.
20
Person, D. 2003. The Network. CIC I2 Commons Site Coordinator Training. Indiana. USA
Phifer, L. 2008. Using Iperf to Measure Wlan Performance. Austarlia : White paper TechTarget ANZ. Available: http://techtarget.com.au/27138-Using-iPerf-to-measure-WLAN-performance.html
Raisanen, V. 2003. Implementing Service Quality in IP Network. Finland : John Willey & Sons,Ltd.
Reich, P; Jordan, N; Fabini, J; Lauster, R; Umlauft, M; Jäger, W; Ziegler, T; P, Eichinger; Pospischil, G; Wiedermann, W. 2007. Quality-of-Service: A Practical Network Performance Analysis of 3G and Beyond. Wina : Springer. Austria.
Reid, N; Seide, R. 2003. 802.11 (Wi-Fi) Networking Handbook. USA : McGraw-Hill/Osborne Media, Chapter 9, pg 175-203.
Ricci, R; Duerig, J; Sanaga, P; Gebhardt, D; Hibler, M; Atkinson, K; Zhang, J; Kasera, S; Lepreau, J. 2007. The Flexlab Approach to Realistic Evaluation of Networked Systems. Proc. of the Fourth Symposium on Networked Systems Design and Implementation. USA : University of Utah Press.
Seo, J; Nam, C; Ahn, Y; Chung, J; Ahn, S. 2006. Development of Network Status Management System including Endto-End Active Measurement. International Journal of Computer Science and Network Security, VOL 6. No 11/ November 2006. Seoul: Sungkyunkwan University. South Korea
Sthulz, M; Uecker, J; Berghel, H. 2005. Wireless Insecurities. USA : Center for Cybersecurity Research University of Nevada.. Available: http://berghel.net/publication/wifi_vul/wifi-vul.php.
Sucik, J; Jakab, F. 2002. Measurement and Evaluation of Quality of Service Parameters in Computer Network. Letna : Technical University of Košice. Sloval Republic.
Tanembaum. A. 2003. Computer Network, Fourth Edition. New Jersey : Prentice Hall PTR. USA.
Teare, D; Paquet, C. 2006. Campus Network Design Fundamentals. Indianapolis : Cisco Press. USA.
Ubik, S. 2007. Active Network Performance Monitoring. CESNET technical report. CESNET.
21