Makalah Kimia Farmasi

27
MAKALAH HEMATINIKA, OBAT ASMA SERTA BRONCHITIS Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Kimia Farmasi Rombel 2 yang diampu oleh Prof. Achmad Binadja PHD. Oleh: Agung Dono Sambodo Aulia Parahita 4301413031 4301413050 JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM i

description

Hematinika, Obat Asma dan Bronchitis

Transcript of Makalah Kimia Farmasi

Page 1: Makalah Kimia Farmasi

MAKALAH

HEMATINIKA, OBAT ASMA SERTA BRONCHITIS

Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Kimia Farmasi Rombel 2 yang diampu oleh Prof. Achmad Binadja PHD.

Oleh:

Agung Dono Sambodo Aulia Parahita

4301413031 4301413050

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2015

i

Page 2: Makalah Kimia Farmasi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Rumusan Masalah 2

1.3 Tujuan Penyusunan Makalah 2

1.4 Manfaat Penyusunan Makalah 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Zat-zat Antianemia (Hematinika) 4

2.2 Obat – Obat Antianemia (Hematinika) 5

2.3 Gejala dan Faktor Pencetus Penyakit Asma 6

2.3.1  Gejala Asma 6

2.3.2  Faktor Pencetus Asma 7

2.4  Macam-Macam Obat Asma 7

2.5 Cara Penggunaan Obat Asma Yang Tepat 9

2.6 Gejala Klinis Penyakit Bronchitis10

2.7 Pencegahan Bronkitis 11

2.7.1 Pencegahan Primer 11

2.7.2 Pencegahan Sekunder 11

2.7.3 Pencegahan Tersier 13

BAB III PENUTUP

3.1 Simpulan 15

3.2 Saran 15

DAFTAR PUSTAKA 16

ii

Page 3: Makalah Kimia Farmasi

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Anemia didefinisikan sebagai konsentrasi hemoglobin plasma lebih rendah dari normal

akibat penurunan jumlah sel darah merah yang beredar atau total hemoglobin yang abnormal

lebih rendah per unit volume darah. Anemia dapat disebabkan oleh kehilangan darah kronik,

kelainan sum – sum tulang, peningkatan hemolisis, infeksi, keganasan, defisiensi endokrin, dan

sejumlah keadaan penyakit lain. Kondisi ini dapat diperbaiki dengan transfusi darah utuh.

Sejumlah obat dapat menyebabkan efek toksik pada sel – sel darah, produksi hemoglobin atau

alat – alat pembuat sel darah merah yang dapat menyebabkan anemia. Selain itu, anemia

nutrisional yang disebabkan oleh defisiensi substansi makanan (misalnya besi, asam folat,

vitamin B12 (sianokobalamin) diperlukan untuk eritropoiesis normal. Dengan demikian obat-obat

ini digunakan untuk mengobati anemia dan dinamakan juga sebagai hematinika. 

Paru – paru merupakan salah satu organ vital bagi kehidupan manusia yang berfungsi

pada sistem pernapasan manusia. Bertugas sebagai tempat pertukaran oksigen yang dibutuhkan

manusia dan mengeluarkan karbondiksida yang merupakan hasil sisa proses pernapasan yang

harus dikeluarkan dari tubuh, sehingga kebutuhan tubuh akan oksigen terpenuhi. Udara sangat

penting bagi manusia, tidak menghirup oksigen selama beberapa menit dapat menyebabkan

kematian. Itulah peranan penting paru – paru. Cabang trakea yang berada dalam paru – paru

dinamakan bronkus, yang terdiri dari 2 yaitu bronkus kanan dan bronkus kiri. Organ yang

terletak di bawah tulang rusuk ini memang mempunyai tugas yang berat, belum lagi semakin

tercemarnya udara yang kita hirup serta berbagai bibit penyakit yang berkeliaran di udara. Ini

semua dapat menimbulkan berbagai penyakit paru – paru seperti asma dan bronchitis.

Ketidaktahuan penderita akan pentingnya mengontrol penyakit paru-paru khususnya

asma dan bronchitis menyebabkan semakin tingginya tingkat keparahan penyakit yang

dideritanya. Padahal jika penderita bisa mengetahui penyakit asma dan bronchitis secara dini,

maka penderita dapat mengendalikannya secara tepat, dan penyakit yang diderita akan semakin

membaik dan terkontrol.

1

Page 4: Makalah Kimia Farmasi

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan beberapa rumusan masalah

sebagai berikut :

1. Apa saja zat-zat yang terkandung dalam antianemia (hematinika)?

2. Obat-obat apa saja yang termasuk antianemia (hematinika)?

3. Bagaimana gejala dan faktor pencetus penyakit asma?

4. Apa saja macam-macam obat asma serta efek samping dari obat-obat tersebut?

5. Bagaimana cara penggunaan obat asma yang tepat?

6. Bagaimana gejala klinis penyakit bronchitis?

7. Bagaimana pencegahan penyakit bronchitis?

1.3 Tujuan Penyusunan MakalahBerdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penyusunan makalah adalah sebagai

berikut :

1. Mengatahui zat-zat yang terkandung dalam antianemia (hematinika).

2. Mengetahui obat-obat yang termasuk antianemia (hematinika).

3. Mengetahui dan memahami gejala dan faktor pencetus penyakit asma.

4. Mengetahui macam-macam obat penyakit asma serta efek samping dari obat-obat tersebut.

5. Memahami tentang cara penggunaan obat asma yang tepat.

6. Mengetahui dan memahami gejala klinis penyakit bronchitis.

7. Mengetahui dan memahami pencegahan penyakit bronchitis.

1.4 Manfaat Penyusunan Makalah

Adapun manfaat penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Pembaca dapat mengetahui zat-zat yang terkandung dalam antianemia (hematinika) dan

mengetahui obat-obat yang termasuk antianemia (hematinika).

2. Pembaca dapat mengetahui dan menerapkan cara penggunaan obat asma yang tepat dan

rasional.

3. Menambah pengetahuan pembaca tentang penggunaan obat asma yang dapat menurunkan

resiko kematian masyarakat akibat cara penggunaan atau penanggulangan penyakit asma

yang tidak rasional.

2

Page 5: Makalah Kimia Farmasi

4. Dapat digunakan sebagai data-data ilmiah untuk bahan pembelajaran pelajar maupun

mahasiswa mengenai penggunaan obat asma yang tepat.

5. Menambah wawasan pembaca mengenai gejala klinis penyakit bronchitis agar lebih

menjaga pola hidup sehat dan mengajak pembaca dalam mencegah penyakit bronchitis.

3

Page 6: Makalah Kimia Farmasi

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Zat-zat Antianemia (Hematinika)

Hematinika atau obat-obat pembentuk darah yaitu obat-obat yang khusus digunakan

untuk merangsang atau memperbaiki proses pembentukan sel darah merah (erythropoesis).

Zat–zat antianemia (hematinika), antara lain:

(a) Asam folat

Sumbernya sayuran berwarna hijau, hati, ragi, buah – buahan. Dalam bahan makanan

tersebut asam folat terdapat dalam senyawa konjugasi (poliglutamat). Senyawa ini dalam hati

akan diuraikan oleh enzim dan direduksi menjadi zat aktifnya (tetrahidro folic acid). Zat ini

untuk sintesa DNA dan RNA serta pembelahan sel.

(b) Zat besi (Fe)

Dalam makanan, zat besi terikat sebagai ferri kompleks, tetapi dalam lambung diubah

menjadi ferro klorida. Resorpsi hanya berlangsung dalam duodenum, dalam lingkungan asam

netral garam ferro lebih mudah larut. Setelah diserap dalam darah , maka akan bergabung dalam

protein menjadi ferritin yang disimpan sebagai cadangan, sebagian diangkut ke sumsum tulang,

hati dan sel-sel lain untuk sintesa hemoglobin dan enzim zat besi (metalo enzim). Kebutuhan

zat besi sehari 1-2 mg.

Gejala kekurangan zat besi seperti anemi hipokrom, yaitu pucat, letih dan lesu, jari-jari

dingin, jantung berdebar, nyeri lidah, kuku dan kulit keriput. Defisiensi ini dapat diobati dengan

pemberian garam-garam ferro per-oral, misalnya ferro fumarat, ferro sulfat, ferro klorida, dan

lainnya. Pemberian parenteral hanya bila ada kelainan lambung (perdarahan) atau rangsangan

yang hebat. Lagipula ada bahaya over dosis, sedangkan peroral tidak akan terjadi over dosis

sebab ada rintangan kontrol usus, kecuali pada anak-anak dimana kontrol usus belum sempurna.

(c) Vitamin B12(Cyanocobalamin)

Sumber vitamin ini adalah makanan dari hewani : hati, daging, telur, susus, dalam bentuk

ikatan dengan protein. Kebutuhan orang sehari 2-5 mcg.

Dalam lambung vitamin B12 dilepas dari ikatan kompleksnya dengan protein oleh HCL

yang segera diikat oleh glukoprotein yang disebut instrinsik factor (Castle 1929) yang dihasilkan

oleh mukosa lambung bagian dasar. Dengan pengikatan ini zat tersebut baru dapat diserap oleh

4

Page 7: Makalah Kimia Farmasi

reseptor spesifik di usus halus(ileum). Setelah diserapvitamin B12 diangkut dan ditimbun dalam

hati yang secara bertahap dilepas sesuai kebutuhan tubuh.

Defisiensi vitamin B12 dengan gejala-gejala megaloblaster, nyeri lidah, degenerasi otak,

sumsum tulang, depresi psikis. Pengobatan terutama dengan injeksi, oral vitamin B12 dengan

kombinasi instrinsic factor (serbuk pylorus).

2.2 Obat – Obat Antianemia (Hematinika)

No Nama Generik Nama

dagang

Sediaan Produsen

1 Ferrosi sulfas +

Asam Folat

Ferolat Tiap tablet :

Fe.Sulfat eksikatus 200 mg, asam

folat 0,25 mg

Indofarma

2 Cyanokobalamin Vitamin

B-12

50mg / tablet

500 lg / 5ml ampul

1000 lg / ml vial

IPI

Kimia Farma

Soho

3 Fe Fumarat +

Vit C + Vit. B

Ferofort

Hemafort

Per Kapsul :

Ferro Fumarate + Vit.C + Folic Acid

+ Vit.B1 + Vit.B2 + Vit.B6 +

Vit.B12 + Niacinamide + Ca

Panthothenat + Lysin + Dioctyl Na

Sulfasuccinate

Per tablet salut gula :

Ferro Fumarate + Vit.C + Folic Acid

+ Vit.B12 + Mn Sulfate + CuSO4 +

Sorbitol + Intrinsik Factor

Kalbe Farma

Phapros

4 Fe Sulfat +

Asam Folat +

Vit C + Vit.

B

Iberet -

500

Vitral

Per Tablet Salu Selaput :

Fe-Sulfat + Vit.B1 + Vit.B2 +

Vit.B6 + Vit.B12 + Na Ascorbate +

Niacinamide + Ca Pantho - thenat

Abbot

5

Page 8: Makalah Kimia Farmasi

Fe-Sulfat + Vit.A +Vit.B1 + Vit.B2

+ Vit.B6 + Vit.B12 + Vit.C +

Vit.D2 + Vit.E + Vit.K3 + Nicotin -

amide + Ca Panthothenat + Folic

Acid + Inositol + Cholin +

Dicalcium Phos -phate + Mg + Cu +

F + I + Mn + Mo + Se + Zn

Darya-Varia

5 Fe Gluconat +

As. Folat + Vit.

C +

Nicotinamida +

Vit. B-1, B-2, B-

5, B-12

Livron B-

Plex

Per Tablet Salut Gula:

Fe-Gluconate + CuSO4 + Vit.C +

Folic Acid + Ca Panthothenat +

Vit.B1 + Vit.B2 + Vit.B6 + Vit.B12

+ Nicotinamide + Dried Liver

Phapros

6 Fe Gluconat +

Vit C + Asam

Fola

Sangobion Per Kapsul :

Fe-Gluconate + CuSO4 +

Mn Sulfate + Vit.C + Folic Acid +

Vit.B12 + Sorbito

Merck

2.3 Gejala dan Faktor Pencetus Penyakit Asma

2.3.1  Gejala Asma

Adapun tanda dan gejala penyakit asma diantaranya :

1. Pernafasan berbunyi (wheezing/mengi/bengek) terutama saat mengeluarkan nafas

(exhalation). Tidak semua penderita asma memiliki pernafasan yang berbunyi, dan tidak

semua orang yang nafasnya terdegar wheezing adalah penderita asma.

2. Adanya sesak nafas sebagai akibat penyempitan saluran bronki (bronchiale).

3. Batuk berkepanjangan di waktu malam hari atau cuaca dingin.

4. Adanya keluhan penderita yang merasakan dada sempit..

5. Serangan asma yang hebat menyebabkan penderita tidak dapat berbicara karena

kesulitannya dalam mengatur pernafasan.

6. Pada usia anak-anak, gejala awal dapat berupa rasa gatal dirongga dada atau leher. Selama

serangan asma, rasa kecemasan yang berlebihan dari penderita dapat memperburuk

6

Page 9: Makalah Kimia Farmasi

keadaanya. Sebagai reaksi terhadap kecemasan, penderita juga akan mengeluarkan banyak

keringat.

2.3.2  Faktor Pencetus Asma    

Pada penderita asma, penyempitan saluran pernapasan merupakan respon terhadap

rangsangan yang pada paru-paru normal tidak akan memengaruhi saluran pernapasan.

Penyempitan ini dapat dipicu oleh berbagai rangsangan, seperti serbuk sari, bulu binatang, asap,

udara dingin dan olahraga serta racun yang ada disekitar kita yang bisa mencetuskan terjadinya

asma itu sendiri, diantaranya racun yang ada disekitar kita seperti polusi udara, asap rokok, asap

dari abu vulcanik. Umumnya pada seseorang yang memiliki riwayat asma, maka asmanya akan

kumat.

Pada suatu serangan asma, otot polos dari bronkus mengalami kejang dan jaringan yang

melapisi saluran udara mengalami pembengkakan karena adanya peradangan (inflamasi) dan

pelepasan lendir ke dalam saluran udara. Hal ini akan memperkecil diameter dari saluran udara

(disebut bronkokonstriksi) dan penyempitan ini menyebabkan penderita harus berusaha sekuat

tenaga supaya dapat bernapas.

Sel-sel tertentu di dalam saluran udara, terutama mastosit diduga bertanggungjawab

terhadap awal mula terjadinya penyempitan ini. Mastosit di sepanjang bronki melepaskan bahan

seperti histamin dan leukotrien yang menyebabkan terjadinya kontraksi otot polos dan

peningkatan pembentukan lendir serta perpindahan sel darah putih tertentu ke bronki. Mastosit

mengeluarkan bahan tersebut sebagai respon terhadap sesuatu yang mereka kenal sebagai benda

asing, seperti serbuk sari, debu halus yang terdapat di dalam rumah atau bulu binatang.

Tetapi asma juga bisa terjadi pada beberapa orang tanpa alergi tertentu. Reaksi yang sama

terjadi jika orang tersebut melakukan olah raga atau berada dalam cuaca dingin. Stres dan

kecemasan juga bisa memicu dilepaskannya histamin dan leukotrien. Sel lainnya yakni eosinofil

yang ditemukan di dalam saluran udara penderita asma melepaskan bahan lainnya yang juga

menyebabkan penyempitan saluran udara. Asma juga dapat disebabkan oleh tingginya rasio

plasma bilirubin sebagai akibat dari stres oksidatif yang dipicu oleh oksidan.

2.4  Macam-Macam Obat Asma

Pengertian obat-obat respiratorik ( Obat saluran pernapasan) adalah  Obat yang bekerja

dan mempengaruhi  sistem pernafasan. Bentuk sediaan yang tersedia bisa berupa : tablet / kapsul,

7

Page 10: Makalah Kimia Farmasi

tablet lepas lambat, sirup dan drop, balsam, inhaler, tetes hidung, nebulizer, dll. Jenis-jenis obat-

obat saluran pernapasan dibedakan berdasarkan :

1.  Tujuan Pemberian :

        Anti asma dan PPOK (Penyakit Paru Obstruksi Kronis)

        Obat anti batuk dan pilek

        Golongan dekongestan dan obat hidung lain

2.      Efek Terhadap Organ Saluran Pernafasan

        Bronkodilator => obat yang melebarkan saluran nafas

        Anti inflamasi => anti peradangan

        Penekan sekresi dan edema

Obat asma dibagi 2 kelompok, yaitu:

1. Obat pereda (reliever), yang digunakan untuk meredakan serangan atau gejala asma yang

timbul.

2. Obat pengendali (controller) yang digunakan untuk mengatasi masalah dasar asma, yaitu

inflamasi kronik saluran napas. Pemakaian obat ini terus menerus dalam jangka waktu yang

relatif lama, bergantung pada derajat penyakit asma dan responsnya terhadap pengobatan.

Obat lain untuk serangan asma, antara lain:

1.      Magnesium Sulfat

Pada penelitian multisenter pemberian magnesium sulfat intravena 50mg/kg BB dalam 20

menit dilanjutkan dengan 30mg/kg BB/Jam mempunyai efektifitas yang sama dengan pemberian

β-agonis. Pemberian magnesium sulfat ini dapat meningkatkan FEV1 dan mengurangi angka

perawatan di rumah sakit.

2.      Mukolitik

Pemberian mukolitik pada serangan asma dapat saja diberikan tetapi harus berhati-hati

pada anak dengan refleks batuk yang tidak optimal. Pemberian mukolitik secara inhalasi tidak

mempunyai efek yang signifikam tetapi harus berhati-hati pada serangan asma berat.

3.      Antibiotik

Pemberian antibiotik pada asma tidak dianjurkan karena sebagian besar pencetusnya bukan

infeksi bakteri, melainkan infeksi virus. Pada keadaan tertentu antibiotik dapat diberikan yaitu

pada infeksi respiratorik yang dicurigai karena bakteri atau dugaan sinusitis yang menyertai

asma.

8

Page 11: Makalah Kimia Farmasi

4.      Obat sedasi

Pemberian obat sedasi pada serangan asma sangat tidak dianjurkan karena dapat menekan

atau depresi pernapasan.

5.      Antihistamin

Antihistamin jangan diberikan pada serangan asma, karena tidak mempunyai efek yang

bermakna, bahkan dapat memperburuk keadaan.

2.5 Cara Penggunaan Obat Asma Yang Tepat

Penyakit Asma sampai saat ini belum dapat diobati secara tuntas, artinya serangan asma

dapat terjadi dikemudian hari. Penanganan dan pemberian obat-obatan kepada penderita asma

adalah sebagai tindakan mengatasi serangan yang timbul yang mana disesuaikan dengan tingkat

keparahan dari tanda dan gejala itu sendiri.

Pada kasus-kasus yang ringan dimana dirasakan adanya keluhan yang mengarah pada

gejala serangan asma atau untuk mencegah terjadinya serangan lanjutan, maka tim kesehatan

atau dokter akan memberikan obat tablet seperti Aminophylin dan Prednisolone. Bagi penderita

asma, disarankan kepada mereka untuk menyediakan/menyimpan obat hirup (Ventolin Inhaler)

dimanapun mereka berada yang dapat membantu melonggarkan saluran pernafasan dikala

serangan terjadi.

Obat-obatan bisa membuat penderita asma menjalani kehidupan normal. Pengobatan

segera untuk mengendalikan serangan asma berbeda dengan pengobatan rutin untuk mencegah

serangan. Agonis reseptor beta-adrenergik merupakan obat terbaik untuk mengurangi serangan

asma yang terjadi secara tiba-tiba dan untuk mencegah serangan yang mungkin dipicu oleh

olahraga. Bronkodilator ini merangsang pelebaran saluran udara oleh reseptor beta adrenergik.

Bronkodilator yang bekerja pada semua reseptor beta-adrenergik (misalnya adrenalin),

menyebabkan efek samping berupa denyut jantung yang cepat, gelisah, sakit kepala dan gemetar

otot. Bronkodilator yang hanya bekerja pada reseptor beta2-adrenergik, hanya memiliki sedikit

efek samping terhadap organ lainnya. Bronkodilator ini (misalnya albuterol), menyebabkan lebih

sedikit efek samping dibandingkan dengan bronkodilator yang bekerja pada semua reseptor beta-

adrenergik.

Sebagian besar bronkodilator bekerja dalam beberapa menit, tetapi efeknya hanya

berlangsung selama 4-6 jam. Bronkodilator yang lebih baru memiliki efek yang lebih panjang,

9

Page 12: Makalah Kimia Farmasi

tetapi karena mula kerjanya lebih lambat, maka obat ini lebih banyak digunakan untuk mencegah

serangan.

Bronkodilator tersedia dalam bentuk tablet, suntikan atau inhaler (obat yang dihirup) dan

sangat efektif. Penghirupan bronkodilator akan mengendapkan obat langsung di dalam saluran

udara, sehingga mula kerjanya cepat, tetapi tidak dapat menjangkau saluran udara yang

mengalami penyumbatan berat. Bronkodilator per-oral (ditelan) dan suntikan dapat menjangkau

daerah tersebut, tetapi memiliki efek samping dan mula kerjanya cenderung lebih lambat.

Jenis bronkodilator lainnya adalah theophylline. Theophylline biasanya diberikan per-oral

(ditelan); tersedia dalam berbagai bentuk, mulai dari tablet dan sirup short-acting sampai kapsul

dan tablet long-acting. Pada serangan asma yang berat, bisa diberikan secara intravena (melalui

pembuluh darah).

2.6 Gejala Klinis Penyakit Bronchitis

Gejala umum bronkitis akut maupun bronkitis kronik, antara lain:

1) Batuk dan produksi sputum adalah gejala yang paling umum biasanya terjadi setiap hari.

Intensitas batuk, jumlah dan frekuensi produksi sputum bervariasi dari pasien ke pasien.

Dahak berwarna yang bening, putih atau hijau-kekuningan.

2) Dyspnea (sesak napas) secara bertahap meningkat dengan tingkat keparahan penyakit.

Biasanya, orang dengan bronkitis kronik mendapatkan sesak napas dengan aktivitas dan

mulai batuk.

3) Gejala kelelaha, sakit tenggorokan, nyeri otot, hidung tersumbat, dan sakit kepala dapat

menyertai gejala utama.

4) Demam dapat mengindikasikan infeksi paru-paru sekunder virus atau bakteri.

Pada bronkitis akut, batuk terjadi selama beberapa minggu. Sesorang didiagnosis

bronkitis kronik ketika mengalami batuk berdahak selama paling sedikit tiga bulan selama dua

tahun berturut-turut. Pada bronkitis kronik mungkin saja seorang penderita mengalami bronkitis

akut diantara episode kroniknya, dan batu mungkin saja hilang namun akan muncul kembali.

10

Page 13: Makalah Kimia Farmasi

2.7 Pencegahan Bronkitis

2.7.1 Pencegahan Primer

Pencegahan tingkat pertama merupakan upaya untuk mempertahankan orang yang sehat

agar tetap sehat atau mencegah orang yang sehat agar tidak sakit.30 Menurut Soegito (2007),

untuk mengurangi gangguan tersebut perlu diusahakan agar batuk tidak bertambah parah.

a. Membatasi aktifitas/kegiatan yang memerlukan tenaga yang banyak.

b. Tidak tidur di kamar yang ber AC dan menggunakan baju hangat kalau bisa hingga sampai

leher.

c. Hindari makanan yang merangsang batuk, seperti gorengan, minuman dingin (es), dan lain-

lain.

d. Jangan memandikan anak terlalu pagi atau terlalu sore dan memandikan anak dengan air

hangat.

e. Jaga kebersihan makanan dan biasakan cuci tangan sebelum makan.

f. Menciptakan lingkungan udara yang bebas polusi.

2.7.2 Pencegahan Sekunder

Pencegahan sekunder merupakan upaya untuk membantu orang yang telah sakit agar

sembuh, menghambat progresifitas penyakit, menghindarkan komplikasi, dan mengurangi

ketidakmampuan. Pencegahan ini dapat dilakukan dengan:

a. Diagnosis

Diagnosis dari bronkitis dapat ditegakkan bila pada anamnesa pasien mempunyai gejala

batuk yang timbul tiba-tiba dengan atau tanpa sputum dan tanpa adanya bukti pasien menderita

pneumonia, common cold, asma akut dan eksaserbasi akut. Pada pemeriksaan fisik pada stadium

awal biasanya tidak khas. Dapat ditemukan adanya demam, gejala rinitis sebagai manifestasi

pengiring, atau faring hiperemis. Sejalan dengan perkembangan serta progresivitas batuk, pada

auskultasi dapat terdengar ronki, wheezing, ekspirium diperpanjang atau tanda obstruksi lainnya.

Bila lendir banyak dan tidak terlalu lengket akan terdengar ronki basah.

Dalam suatu penelitian terdapat metode untuk menyingkirkan kemungkinan pneumonia

pada pasien dengan batuk disertai dengan produksi sputum yang dicurigai menderita bronkitis,

yang antara lain bila tidak ditemukan keadaan sebagai berikut:

a) Denyut jantung > 100 kali per menit

b) Frekuensi napas > 24 kali per menit

11

Page 14: Makalah Kimia Farmasi

c) Suhu badan > 380 C

d) Pada pemeriksaan fisik paru tidak terdapat focal konsolidasi dan peningkatan suara napas.

b. Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum baik: tidak tampak sakit berat dan kemungkinan ada nasofaringitis.

Keadaan paru : ronki basah kasar yang tidak tetap (dapat hilang atau pindah setelah

batuk, wheezing dan krepitasi)

c. Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan dahak dan rontgen dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosa dan

untuk menyingkirkan diagnosa penyakit lain. Bila penyebabnya bakteri, sputumnya akan seperti

nanah. Untuk pasien anak yang diopname, dilakukan dengan tes C-reactive protein, kultur

pernapasan, kultur darah, kultur sputum, dan tes serum aglutinin untuk membantu

mengklasifikasikan penyebab infeksi apakah dari bakteri atau virus. Jumlah leukositnya berada >

17.500 dan pemeriksaan lainnya dilakukan dengan cara tes fungsi paru-paru dan gas darah arteri.

d. Pengobatan

1) Antibiotika

1.1. Penisilin

Mekanisme kerja antibiotik golongan penisilin adalah dengan perlekatan pada protein

pengikat penisilin yang spesifik (PBPs) yang berlaku sebagai reseptor pada bakteri, penghambat

sintesis dinding sel dengan menghambat transpeptidasi dari peptidoglikan, dan pengaktifan

enzim autolitik di dalam dinding sel, yang menghasilkan kerusakan sehingga akibatnya bakteri

mati. Antibiotik golongan penisilin yang biasa digunakan adalah amoksisilin.

1.2. Quinolon

Golongan quinolon merupakan antimikrobial oral memberikan pengaruh yang dramatis

dalam terapi infeksi. Dari prototipe awal yaitu asam nalidiksat berkembang menjadi asam

pipemidat, asam oksolinat, cinoksacin, norfloksacin. Generasi awal mempunyai peran dalam

terapi gram-negatif infeksi saluran kencing. Generasi berikutnya yaitu generasi kedua terdiri dari

pefloksasin, enoksasin, ciprofloksasin, sparfloksasin, lemofloksasin, fleroksasin dengan

spektrum aktifitas yang lebih luas untuk terapi infeksi community-acquired maupun infeksi

nosokomial. Lebih jauh lagi ciprofloksasin, ofloksasin, peflokasin tersedia sebagai

preparatparenteral yang memungkinkan penggunaanya secara luas baik tunggal maupun

kombinasi dengan agen lain.

12

Page 15: Makalah Kimia Farmasi

2) Mukolitik dan Ekspektoran

2.1. Mukolitik

Bronkitis dapat menyebabkan produksi mukus berlebih. Kondisi ini menyebabkan

peningkatan penebalan mukus. Perubahan dan banyaknya mukus sukar dikeluarkan secara

alamiah, sehingga diperlukan obat yang dapat memudahkan pengeluaran mukus.

Mukus mengandung glikoprotein, polisakarida, debris sel, dan cairan/eksudat infeksi.

Mukolitik bekerja dengan cara memecah glikoprotein menjadi molekul-molekul yang lebih kecil

sehingga menjadi encer. Mukus yang encer akan mendesak dikeluarkan pada saat batuk, contoh

mukolitik adalah asetilsistein.

2.2. Ekspektoran

Ekspektoran bekerja dengan cara mengencerkan muku dalam bronkus sehingga mudah

dikeluarkan, salah satu contoh ekspektoran adalah guaifenesin. Guaifenesin bekerja dengan cara

mengurangi viskositas dan adhesivitas sputum sehingga meningkatkan efektivitas mukociliar

dalam mengeluarkan sputum dari saluran pernapasan.

2.7.3 Pencegahan Tersier

Pencegahan ini dimaksudkan untuk mengurangi ketidakmampuan penderita bronkitis

dengan terapi-terapi yang dapat membantu pernapasan. Pencegahan tersier untuk penderita

bronkitis dapat ditolong dengan terapi farmakologi dan terapi non-farmakologi yaitu:

a. Terapi Farmakologi

1) Bronkodilatori

Bronkodilator mempunyai aksi merelaksasi otot-otot polos pada saluran pernapasan. Ada

tiga jenis bronkodilator yaitu : Simpatomimetika, metilsantin, dan antikolinergik.

1.1. Beta-2 agonis (Simpatomimetika)

Obat-obat simpatomimetika merupakan obat yang mempunyai aksi serupa dengan aktifitas

simpatis. Sistem saraf simaptis memgang peranan penting dalam menentukan ukuran diameter

bronkus. Ujung saraf simpatis yang menghasilkan norephinepherin, epinefrin dan isoproterenol

disebut adrenergik (Dipiro, et al., 2008).

Adrenergik memiliki dua reseptor yaitu alfa dan beta. Reseptor beta terdiri beta 1 dan beta 2.

Beta 1 adrenergik terdapat pada jantung, beta 2 adrenergik terdapat pada kelenjar dan otot halus

bronkus. Adrenergik menstimulasi reseptor beta 2 sehingga terjadi bronkodilatasi.

1.2. Metilxantin

13

Page 16: Makalah Kimia Farmasi

Teofilin merupakan golongan metil santin yang banyak digunakan, disamping kafein dan

dyphylline. Kafein dan dyphylline kurang paten dibandingkan dengan teofilin. Obat golongan ini

menghambat produksi fosfodiesterase. Dengan penghambatan ini penguraian cAMP menjadi

AMP tidak terjadi sehingga kadat cAMP seluler meningkat. Peningkatan ini menyebabkan

bronkodilatasi. Obat-obat metilsantin antara lain aminofilin dan teofilin.

b. Terapi Non-farmakologi.

Terapi non-farmakologi dapat dilakukan dengan cara :

1) Pasien harus berhenti merokok

2) Kalau timbul kesulitan dalam pernapasan atau dadanya bagian tengah sangat sesak, biarlah

dia menghirup uap air tiga kali sehari.

3) Taruhlah kompres uap di atas dada pasien dua kali sehari, dan taruhlah kompres lembab di

atas dada sepanjang malam sambil menjaga tubuhnya jangan sampai kedinginan.

4) Rehabilitasi paru-paru secara komprehensif dengan olahraga dan latihan pernapasan sesuai

yang diajarkan tenaga medis.

5) Istirahat yang cukup.

14

Page 17: Makalah Kimia Farmasi

BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

Hematinika atau obat-obat pembentuk darah adalah obat-obat yang khusus digunakan

untuk menstimulir atau memperbaiki proses pembentukan sel-sel darah merah. Sel-sel darah

merah atau eritrosit-eritrosit ini dibentuk dalam sumsum tualng yang pipih, untuk itu juga

dibutuhkan beberapa zat tertentu seperti besi, vitamin B12 dan asam folat.

Ada beberapa tanda dan gejala penyakit asma yang diantaranya Adanya sesak nafas

sebagai akibat penyempitan saluran bronki, batuk berkepanjangan di waktu malam hari atau

cuaca dingin, Adanya keluhan penderita yang merasakan dada sempit, serangan asma yang hebat

menyebabkan penderita tidak dapat berbicara karena kesulitannya dalam mengatur pernapasan

dan masih banyak lagi tanda gejala lainnya.

Sesorang didiagnosis bronkitis kronik ketika mengalami batuk berdahak selama paling

sedikit tiga bulan selama dua tahun berturut-turut. Pada bronkitis kronik mungkin saja seorang

penderita mengalami bronkitis akut diantara episode kroniknya, dan batu mungkin saja hilang

namun akan muncul kembali. Pencegahan penyakit bronchitis meliputi pencegahan primer,

pencegahan sekunder, dan pencegahan tersier.

3.2 Saran

Demikian makalah yang penulis buat, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi

pembaca. Lebih khusus bagi teman-teman mahasiswa dalam mempelajari mata kuliah kimia

farmasi terutama mengenai hematinika, obat asma serta bronchitis.

Adapun mengingat keterbatasan penulis dan penyusun makalah ini, jika ada kekeliruan

atau kesalahan dalam penyusunan, maka sebagai penulis mohon kritik dan saran dari teman-

teman atau pembaca.

15

Page 18: Makalah Kimia Farmasi

DAFTAR PUSTAKA

Bin Muhsin.2010. My Healthy Trio Herbal. Jakarta: Trio Herbal.

Gunawan Sulistia G. 2007. Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Jakarta: Gaya Baru.

Kustantinah. 2008. Pedoman Pengobatan di Puskesmas. Jakarta: Katalog terbitan Depkes.

Raharjo, Noenoeng, et. al. 2004. Pedoman Nasional Asma Anak. Jakarta:UKK Pulmonologi PP IDAI.

Tjay Tan Hoah dan Rahardja Kirana. 2002. Obat-Obat Penting. Jakarta: Gramedia.

16