Makalah Kimia Farmasi
-
Upload
aulia-parahita -
Category
Documents
-
view
34 -
download
0
description
Transcript of Makalah Kimia Farmasi
MAKALAH
HEMATINIKA, OBAT ASMA SERTA BRONCHITIS
Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Kimia Farmasi Rombel 2 yang diampu oleh Prof. Achmad Binadja PHD.
Oleh:
Agung Dono Sambodo Aulia Parahita
4301413031 4301413050
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2015
i
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Tujuan Penyusunan Makalah 2
1.4 Manfaat Penyusunan Makalah 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Zat-zat Antianemia (Hematinika) 4
2.2 Obat – Obat Antianemia (Hematinika) 5
2.3 Gejala dan Faktor Pencetus Penyakit Asma 6
2.3.1 Gejala Asma 6
2.3.2 Faktor Pencetus Asma 7
2.4 Macam-Macam Obat Asma 7
2.5 Cara Penggunaan Obat Asma Yang Tepat 9
2.6 Gejala Klinis Penyakit Bronchitis10
2.7 Pencegahan Bronkitis 11
2.7.1 Pencegahan Primer 11
2.7.2 Pencegahan Sekunder 11
2.7.3 Pencegahan Tersier 13
BAB III PENUTUP
3.1 Simpulan 15
3.2 Saran 15
DAFTAR PUSTAKA 16
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Anemia didefinisikan sebagai konsentrasi hemoglobin plasma lebih rendah dari normal
akibat penurunan jumlah sel darah merah yang beredar atau total hemoglobin yang abnormal
lebih rendah per unit volume darah. Anemia dapat disebabkan oleh kehilangan darah kronik,
kelainan sum – sum tulang, peningkatan hemolisis, infeksi, keganasan, defisiensi endokrin, dan
sejumlah keadaan penyakit lain. Kondisi ini dapat diperbaiki dengan transfusi darah utuh.
Sejumlah obat dapat menyebabkan efek toksik pada sel – sel darah, produksi hemoglobin atau
alat – alat pembuat sel darah merah yang dapat menyebabkan anemia. Selain itu, anemia
nutrisional yang disebabkan oleh defisiensi substansi makanan (misalnya besi, asam folat,
vitamin B12 (sianokobalamin) diperlukan untuk eritropoiesis normal. Dengan demikian obat-obat
ini digunakan untuk mengobati anemia dan dinamakan juga sebagai hematinika.
Paru – paru merupakan salah satu organ vital bagi kehidupan manusia yang berfungsi
pada sistem pernapasan manusia. Bertugas sebagai tempat pertukaran oksigen yang dibutuhkan
manusia dan mengeluarkan karbondiksida yang merupakan hasil sisa proses pernapasan yang
harus dikeluarkan dari tubuh, sehingga kebutuhan tubuh akan oksigen terpenuhi. Udara sangat
penting bagi manusia, tidak menghirup oksigen selama beberapa menit dapat menyebabkan
kematian. Itulah peranan penting paru – paru. Cabang trakea yang berada dalam paru – paru
dinamakan bronkus, yang terdiri dari 2 yaitu bronkus kanan dan bronkus kiri. Organ yang
terletak di bawah tulang rusuk ini memang mempunyai tugas yang berat, belum lagi semakin
tercemarnya udara yang kita hirup serta berbagai bibit penyakit yang berkeliaran di udara. Ini
semua dapat menimbulkan berbagai penyakit paru – paru seperti asma dan bronchitis.
Ketidaktahuan penderita akan pentingnya mengontrol penyakit paru-paru khususnya
asma dan bronchitis menyebabkan semakin tingginya tingkat keparahan penyakit yang
dideritanya. Padahal jika penderita bisa mengetahui penyakit asma dan bronchitis secara dini,
maka penderita dapat mengendalikannya secara tepat, dan penyakit yang diderita akan semakin
membaik dan terkontrol.
1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan beberapa rumusan masalah
sebagai berikut :
1. Apa saja zat-zat yang terkandung dalam antianemia (hematinika)?
2. Obat-obat apa saja yang termasuk antianemia (hematinika)?
3. Bagaimana gejala dan faktor pencetus penyakit asma?
4. Apa saja macam-macam obat asma serta efek samping dari obat-obat tersebut?
5. Bagaimana cara penggunaan obat asma yang tepat?
6. Bagaimana gejala klinis penyakit bronchitis?
7. Bagaimana pencegahan penyakit bronchitis?
1.3 Tujuan Penyusunan MakalahBerdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penyusunan makalah adalah sebagai
berikut :
1. Mengatahui zat-zat yang terkandung dalam antianemia (hematinika).
2. Mengetahui obat-obat yang termasuk antianemia (hematinika).
3. Mengetahui dan memahami gejala dan faktor pencetus penyakit asma.
4. Mengetahui macam-macam obat penyakit asma serta efek samping dari obat-obat tersebut.
5. Memahami tentang cara penggunaan obat asma yang tepat.
6. Mengetahui dan memahami gejala klinis penyakit bronchitis.
7. Mengetahui dan memahami pencegahan penyakit bronchitis.
1.4 Manfaat Penyusunan Makalah
Adapun manfaat penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Pembaca dapat mengetahui zat-zat yang terkandung dalam antianemia (hematinika) dan
mengetahui obat-obat yang termasuk antianemia (hematinika).
2. Pembaca dapat mengetahui dan menerapkan cara penggunaan obat asma yang tepat dan
rasional.
3. Menambah pengetahuan pembaca tentang penggunaan obat asma yang dapat menurunkan
resiko kematian masyarakat akibat cara penggunaan atau penanggulangan penyakit asma
yang tidak rasional.
2
4. Dapat digunakan sebagai data-data ilmiah untuk bahan pembelajaran pelajar maupun
mahasiswa mengenai penggunaan obat asma yang tepat.
5. Menambah wawasan pembaca mengenai gejala klinis penyakit bronchitis agar lebih
menjaga pola hidup sehat dan mengajak pembaca dalam mencegah penyakit bronchitis.
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Zat-zat Antianemia (Hematinika)
Hematinika atau obat-obat pembentuk darah yaitu obat-obat yang khusus digunakan
untuk merangsang atau memperbaiki proses pembentukan sel darah merah (erythropoesis).
Zat–zat antianemia (hematinika), antara lain:
(a) Asam folat
Sumbernya sayuran berwarna hijau, hati, ragi, buah – buahan. Dalam bahan makanan
tersebut asam folat terdapat dalam senyawa konjugasi (poliglutamat). Senyawa ini dalam hati
akan diuraikan oleh enzim dan direduksi menjadi zat aktifnya (tetrahidro folic acid). Zat ini
untuk sintesa DNA dan RNA serta pembelahan sel.
(b) Zat besi (Fe)
Dalam makanan, zat besi terikat sebagai ferri kompleks, tetapi dalam lambung diubah
menjadi ferro klorida. Resorpsi hanya berlangsung dalam duodenum, dalam lingkungan asam
netral garam ferro lebih mudah larut. Setelah diserap dalam darah , maka akan bergabung dalam
protein menjadi ferritin yang disimpan sebagai cadangan, sebagian diangkut ke sumsum tulang,
hati dan sel-sel lain untuk sintesa hemoglobin dan enzim zat besi (metalo enzim). Kebutuhan
zat besi sehari 1-2 mg.
Gejala kekurangan zat besi seperti anemi hipokrom, yaitu pucat, letih dan lesu, jari-jari
dingin, jantung berdebar, nyeri lidah, kuku dan kulit keriput. Defisiensi ini dapat diobati dengan
pemberian garam-garam ferro per-oral, misalnya ferro fumarat, ferro sulfat, ferro klorida, dan
lainnya. Pemberian parenteral hanya bila ada kelainan lambung (perdarahan) atau rangsangan
yang hebat. Lagipula ada bahaya over dosis, sedangkan peroral tidak akan terjadi over dosis
sebab ada rintangan kontrol usus, kecuali pada anak-anak dimana kontrol usus belum sempurna.
(c) Vitamin B12(Cyanocobalamin)
Sumber vitamin ini adalah makanan dari hewani : hati, daging, telur, susus, dalam bentuk
ikatan dengan protein. Kebutuhan orang sehari 2-5 mcg.
Dalam lambung vitamin B12 dilepas dari ikatan kompleksnya dengan protein oleh HCL
yang segera diikat oleh glukoprotein yang disebut instrinsik factor (Castle 1929) yang dihasilkan
oleh mukosa lambung bagian dasar. Dengan pengikatan ini zat tersebut baru dapat diserap oleh
4
reseptor spesifik di usus halus(ileum). Setelah diserapvitamin B12 diangkut dan ditimbun dalam
hati yang secara bertahap dilepas sesuai kebutuhan tubuh.
Defisiensi vitamin B12 dengan gejala-gejala megaloblaster, nyeri lidah, degenerasi otak,
sumsum tulang, depresi psikis. Pengobatan terutama dengan injeksi, oral vitamin B12 dengan
kombinasi instrinsic factor (serbuk pylorus).
2.2 Obat – Obat Antianemia (Hematinika)
No Nama Generik Nama
dagang
Sediaan Produsen
1 Ferrosi sulfas +
Asam Folat
Ferolat Tiap tablet :
Fe.Sulfat eksikatus 200 mg, asam
folat 0,25 mg
Indofarma
2 Cyanokobalamin Vitamin
B-12
50mg / tablet
500 lg / 5ml ampul
1000 lg / ml vial
IPI
Kimia Farma
Soho
3 Fe Fumarat +
Vit C + Vit. B
Ferofort
Hemafort
Per Kapsul :
Ferro Fumarate + Vit.C + Folic Acid
+ Vit.B1 + Vit.B2 + Vit.B6 +
Vit.B12 + Niacinamide + Ca
Panthothenat + Lysin + Dioctyl Na
Sulfasuccinate
Per tablet salut gula :
Ferro Fumarate + Vit.C + Folic Acid
+ Vit.B12 + Mn Sulfate + CuSO4 +
Sorbitol + Intrinsik Factor
Kalbe Farma
Phapros
4 Fe Sulfat +
Asam Folat +
Vit C + Vit.
B
Iberet -
500
Vitral
Per Tablet Salu Selaput :
Fe-Sulfat + Vit.B1 + Vit.B2 +
Vit.B6 + Vit.B12 + Na Ascorbate +
Niacinamide + Ca Pantho - thenat
Abbot
5
Fe-Sulfat + Vit.A +Vit.B1 + Vit.B2
+ Vit.B6 + Vit.B12 + Vit.C +
Vit.D2 + Vit.E + Vit.K3 + Nicotin -
amide + Ca Panthothenat + Folic
Acid + Inositol + Cholin +
Dicalcium Phos -phate + Mg + Cu +
F + I + Mn + Mo + Se + Zn
Darya-Varia
5 Fe Gluconat +
As. Folat + Vit.
C +
Nicotinamida +
Vit. B-1, B-2, B-
5, B-12
Livron B-
Plex
Per Tablet Salut Gula:
Fe-Gluconate + CuSO4 + Vit.C +
Folic Acid + Ca Panthothenat +
Vit.B1 + Vit.B2 + Vit.B6 + Vit.B12
+ Nicotinamide + Dried Liver
Phapros
6 Fe Gluconat +
Vit C + Asam
Fola
Sangobion Per Kapsul :
Fe-Gluconate + CuSO4 +
Mn Sulfate + Vit.C + Folic Acid +
Vit.B12 + Sorbito
Merck
2.3 Gejala dan Faktor Pencetus Penyakit Asma
2.3.1 Gejala Asma
Adapun tanda dan gejala penyakit asma diantaranya :
1. Pernafasan berbunyi (wheezing/mengi/bengek) terutama saat mengeluarkan nafas
(exhalation). Tidak semua penderita asma memiliki pernafasan yang berbunyi, dan tidak
semua orang yang nafasnya terdegar wheezing adalah penderita asma.
2. Adanya sesak nafas sebagai akibat penyempitan saluran bronki (bronchiale).
3. Batuk berkepanjangan di waktu malam hari atau cuaca dingin.
4. Adanya keluhan penderita yang merasakan dada sempit..
5. Serangan asma yang hebat menyebabkan penderita tidak dapat berbicara karena
kesulitannya dalam mengatur pernafasan.
6. Pada usia anak-anak, gejala awal dapat berupa rasa gatal dirongga dada atau leher. Selama
serangan asma, rasa kecemasan yang berlebihan dari penderita dapat memperburuk
6
keadaanya. Sebagai reaksi terhadap kecemasan, penderita juga akan mengeluarkan banyak
keringat.
2.3.2 Faktor Pencetus Asma
Pada penderita asma, penyempitan saluran pernapasan merupakan respon terhadap
rangsangan yang pada paru-paru normal tidak akan memengaruhi saluran pernapasan.
Penyempitan ini dapat dipicu oleh berbagai rangsangan, seperti serbuk sari, bulu binatang, asap,
udara dingin dan olahraga serta racun yang ada disekitar kita yang bisa mencetuskan terjadinya
asma itu sendiri, diantaranya racun yang ada disekitar kita seperti polusi udara, asap rokok, asap
dari abu vulcanik. Umumnya pada seseorang yang memiliki riwayat asma, maka asmanya akan
kumat.
Pada suatu serangan asma, otot polos dari bronkus mengalami kejang dan jaringan yang
melapisi saluran udara mengalami pembengkakan karena adanya peradangan (inflamasi) dan
pelepasan lendir ke dalam saluran udara. Hal ini akan memperkecil diameter dari saluran udara
(disebut bronkokonstriksi) dan penyempitan ini menyebabkan penderita harus berusaha sekuat
tenaga supaya dapat bernapas.
Sel-sel tertentu di dalam saluran udara, terutama mastosit diduga bertanggungjawab
terhadap awal mula terjadinya penyempitan ini. Mastosit di sepanjang bronki melepaskan bahan
seperti histamin dan leukotrien yang menyebabkan terjadinya kontraksi otot polos dan
peningkatan pembentukan lendir serta perpindahan sel darah putih tertentu ke bronki. Mastosit
mengeluarkan bahan tersebut sebagai respon terhadap sesuatu yang mereka kenal sebagai benda
asing, seperti serbuk sari, debu halus yang terdapat di dalam rumah atau bulu binatang.
Tetapi asma juga bisa terjadi pada beberapa orang tanpa alergi tertentu. Reaksi yang sama
terjadi jika orang tersebut melakukan olah raga atau berada dalam cuaca dingin. Stres dan
kecemasan juga bisa memicu dilepaskannya histamin dan leukotrien. Sel lainnya yakni eosinofil
yang ditemukan di dalam saluran udara penderita asma melepaskan bahan lainnya yang juga
menyebabkan penyempitan saluran udara. Asma juga dapat disebabkan oleh tingginya rasio
plasma bilirubin sebagai akibat dari stres oksidatif yang dipicu oleh oksidan.
2.4 Macam-Macam Obat Asma
Pengertian obat-obat respiratorik ( Obat saluran pernapasan) adalah Obat yang bekerja
dan mempengaruhi sistem pernafasan. Bentuk sediaan yang tersedia bisa berupa : tablet / kapsul,
7
tablet lepas lambat, sirup dan drop, balsam, inhaler, tetes hidung, nebulizer, dll. Jenis-jenis obat-
obat saluran pernapasan dibedakan berdasarkan :
1. Tujuan Pemberian :
Anti asma dan PPOK (Penyakit Paru Obstruksi Kronis)
Obat anti batuk dan pilek
Golongan dekongestan dan obat hidung lain
2. Efek Terhadap Organ Saluran Pernafasan
Bronkodilator => obat yang melebarkan saluran nafas
Anti inflamasi => anti peradangan
Penekan sekresi dan edema
Obat asma dibagi 2 kelompok, yaitu:
1. Obat pereda (reliever), yang digunakan untuk meredakan serangan atau gejala asma yang
timbul.
2. Obat pengendali (controller) yang digunakan untuk mengatasi masalah dasar asma, yaitu
inflamasi kronik saluran napas. Pemakaian obat ini terus menerus dalam jangka waktu yang
relatif lama, bergantung pada derajat penyakit asma dan responsnya terhadap pengobatan.
Obat lain untuk serangan asma, antara lain:
1. Magnesium Sulfat
Pada penelitian multisenter pemberian magnesium sulfat intravena 50mg/kg BB dalam 20
menit dilanjutkan dengan 30mg/kg BB/Jam mempunyai efektifitas yang sama dengan pemberian
β-agonis. Pemberian magnesium sulfat ini dapat meningkatkan FEV1 dan mengurangi angka
perawatan di rumah sakit.
2. Mukolitik
Pemberian mukolitik pada serangan asma dapat saja diberikan tetapi harus berhati-hati
pada anak dengan refleks batuk yang tidak optimal. Pemberian mukolitik secara inhalasi tidak
mempunyai efek yang signifikam tetapi harus berhati-hati pada serangan asma berat.
3. Antibiotik
Pemberian antibiotik pada asma tidak dianjurkan karena sebagian besar pencetusnya bukan
infeksi bakteri, melainkan infeksi virus. Pada keadaan tertentu antibiotik dapat diberikan yaitu
pada infeksi respiratorik yang dicurigai karena bakteri atau dugaan sinusitis yang menyertai
asma.
8
4. Obat sedasi
Pemberian obat sedasi pada serangan asma sangat tidak dianjurkan karena dapat menekan
atau depresi pernapasan.
5. Antihistamin
Antihistamin jangan diberikan pada serangan asma, karena tidak mempunyai efek yang
bermakna, bahkan dapat memperburuk keadaan.
2.5 Cara Penggunaan Obat Asma Yang Tepat
Penyakit Asma sampai saat ini belum dapat diobati secara tuntas, artinya serangan asma
dapat terjadi dikemudian hari. Penanganan dan pemberian obat-obatan kepada penderita asma
adalah sebagai tindakan mengatasi serangan yang timbul yang mana disesuaikan dengan tingkat
keparahan dari tanda dan gejala itu sendiri.
Pada kasus-kasus yang ringan dimana dirasakan adanya keluhan yang mengarah pada
gejala serangan asma atau untuk mencegah terjadinya serangan lanjutan, maka tim kesehatan
atau dokter akan memberikan obat tablet seperti Aminophylin dan Prednisolone. Bagi penderita
asma, disarankan kepada mereka untuk menyediakan/menyimpan obat hirup (Ventolin Inhaler)
dimanapun mereka berada yang dapat membantu melonggarkan saluran pernafasan dikala
serangan terjadi.
Obat-obatan bisa membuat penderita asma menjalani kehidupan normal. Pengobatan
segera untuk mengendalikan serangan asma berbeda dengan pengobatan rutin untuk mencegah
serangan. Agonis reseptor beta-adrenergik merupakan obat terbaik untuk mengurangi serangan
asma yang terjadi secara tiba-tiba dan untuk mencegah serangan yang mungkin dipicu oleh
olahraga. Bronkodilator ini merangsang pelebaran saluran udara oleh reseptor beta adrenergik.
Bronkodilator yang bekerja pada semua reseptor beta-adrenergik (misalnya adrenalin),
menyebabkan efek samping berupa denyut jantung yang cepat, gelisah, sakit kepala dan gemetar
otot. Bronkodilator yang hanya bekerja pada reseptor beta2-adrenergik, hanya memiliki sedikit
efek samping terhadap organ lainnya. Bronkodilator ini (misalnya albuterol), menyebabkan lebih
sedikit efek samping dibandingkan dengan bronkodilator yang bekerja pada semua reseptor beta-
adrenergik.
Sebagian besar bronkodilator bekerja dalam beberapa menit, tetapi efeknya hanya
berlangsung selama 4-6 jam. Bronkodilator yang lebih baru memiliki efek yang lebih panjang,
9
tetapi karena mula kerjanya lebih lambat, maka obat ini lebih banyak digunakan untuk mencegah
serangan.
Bronkodilator tersedia dalam bentuk tablet, suntikan atau inhaler (obat yang dihirup) dan
sangat efektif. Penghirupan bronkodilator akan mengendapkan obat langsung di dalam saluran
udara, sehingga mula kerjanya cepat, tetapi tidak dapat menjangkau saluran udara yang
mengalami penyumbatan berat. Bronkodilator per-oral (ditelan) dan suntikan dapat menjangkau
daerah tersebut, tetapi memiliki efek samping dan mula kerjanya cenderung lebih lambat.
Jenis bronkodilator lainnya adalah theophylline. Theophylline biasanya diberikan per-oral
(ditelan); tersedia dalam berbagai bentuk, mulai dari tablet dan sirup short-acting sampai kapsul
dan tablet long-acting. Pada serangan asma yang berat, bisa diberikan secara intravena (melalui
pembuluh darah).
2.6 Gejala Klinis Penyakit Bronchitis
Gejala umum bronkitis akut maupun bronkitis kronik, antara lain:
1) Batuk dan produksi sputum adalah gejala yang paling umum biasanya terjadi setiap hari.
Intensitas batuk, jumlah dan frekuensi produksi sputum bervariasi dari pasien ke pasien.
Dahak berwarna yang bening, putih atau hijau-kekuningan.
2) Dyspnea (sesak napas) secara bertahap meningkat dengan tingkat keparahan penyakit.
Biasanya, orang dengan bronkitis kronik mendapatkan sesak napas dengan aktivitas dan
mulai batuk.
3) Gejala kelelaha, sakit tenggorokan, nyeri otot, hidung tersumbat, dan sakit kepala dapat
menyertai gejala utama.
4) Demam dapat mengindikasikan infeksi paru-paru sekunder virus atau bakteri.
Pada bronkitis akut, batuk terjadi selama beberapa minggu. Sesorang didiagnosis
bronkitis kronik ketika mengalami batuk berdahak selama paling sedikit tiga bulan selama dua
tahun berturut-turut. Pada bronkitis kronik mungkin saja seorang penderita mengalami bronkitis
akut diantara episode kroniknya, dan batu mungkin saja hilang namun akan muncul kembali.
10
2.7 Pencegahan Bronkitis
2.7.1 Pencegahan Primer
Pencegahan tingkat pertama merupakan upaya untuk mempertahankan orang yang sehat
agar tetap sehat atau mencegah orang yang sehat agar tidak sakit.30 Menurut Soegito (2007),
untuk mengurangi gangguan tersebut perlu diusahakan agar batuk tidak bertambah parah.
a. Membatasi aktifitas/kegiatan yang memerlukan tenaga yang banyak.
b. Tidak tidur di kamar yang ber AC dan menggunakan baju hangat kalau bisa hingga sampai
leher.
c. Hindari makanan yang merangsang batuk, seperti gorengan, minuman dingin (es), dan lain-
lain.
d. Jangan memandikan anak terlalu pagi atau terlalu sore dan memandikan anak dengan air
hangat.
e. Jaga kebersihan makanan dan biasakan cuci tangan sebelum makan.
f. Menciptakan lingkungan udara yang bebas polusi.
2.7.2 Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder merupakan upaya untuk membantu orang yang telah sakit agar
sembuh, menghambat progresifitas penyakit, menghindarkan komplikasi, dan mengurangi
ketidakmampuan. Pencegahan ini dapat dilakukan dengan:
a. Diagnosis
Diagnosis dari bronkitis dapat ditegakkan bila pada anamnesa pasien mempunyai gejala
batuk yang timbul tiba-tiba dengan atau tanpa sputum dan tanpa adanya bukti pasien menderita
pneumonia, common cold, asma akut dan eksaserbasi akut. Pada pemeriksaan fisik pada stadium
awal biasanya tidak khas. Dapat ditemukan adanya demam, gejala rinitis sebagai manifestasi
pengiring, atau faring hiperemis. Sejalan dengan perkembangan serta progresivitas batuk, pada
auskultasi dapat terdengar ronki, wheezing, ekspirium diperpanjang atau tanda obstruksi lainnya.
Bila lendir banyak dan tidak terlalu lengket akan terdengar ronki basah.
Dalam suatu penelitian terdapat metode untuk menyingkirkan kemungkinan pneumonia
pada pasien dengan batuk disertai dengan produksi sputum yang dicurigai menderita bronkitis,
yang antara lain bila tidak ditemukan keadaan sebagai berikut:
a) Denyut jantung > 100 kali per menit
b) Frekuensi napas > 24 kali per menit
11
c) Suhu badan > 380 C
d) Pada pemeriksaan fisik paru tidak terdapat focal konsolidasi dan peningkatan suara napas.
b. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum baik: tidak tampak sakit berat dan kemungkinan ada nasofaringitis.
Keadaan paru : ronki basah kasar yang tidak tetap (dapat hilang atau pindah setelah
batuk, wheezing dan krepitasi)
c. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan dahak dan rontgen dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosa dan
untuk menyingkirkan diagnosa penyakit lain. Bila penyebabnya bakteri, sputumnya akan seperti
nanah. Untuk pasien anak yang diopname, dilakukan dengan tes C-reactive protein, kultur
pernapasan, kultur darah, kultur sputum, dan tes serum aglutinin untuk membantu
mengklasifikasikan penyebab infeksi apakah dari bakteri atau virus. Jumlah leukositnya berada >
17.500 dan pemeriksaan lainnya dilakukan dengan cara tes fungsi paru-paru dan gas darah arteri.
d. Pengobatan
1) Antibiotika
1.1. Penisilin
Mekanisme kerja antibiotik golongan penisilin adalah dengan perlekatan pada protein
pengikat penisilin yang spesifik (PBPs) yang berlaku sebagai reseptor pada bakteri, penghambat
sintesis dinding sel dengan menghambat transpeptidasi dari peptidoglikan, dan pengaktifan
enzim autolitik di dalam dinding sel, yang menghasilkan kerusakan sehingga akibatnya bakteri
mati. Antibiotik golongan penisilin yang biasa digunakan adalah amoksisilin.
1.2. Quinolon
Golongan quinolon merupakan antimikrobial oral memberikan pengaruh yang dramatis
dalam terapi infeksi. Dari prototipe awal yaitu asam nalidiksat berkembang menjadi asam
pipemidat, asam oksolinat, cinoksacin, norfloksacin. Generasi awal mempunyai peran dalam
terapi gram-negatif infeksi saluran kencing. Generasi berikutnya yaitu generasi kedua terdiri dari
pefloksasin, enoksasin, ciprofloksasin, sparfloksasin, lemofloksasin, fleroksasin dengan
spektrum aktifitas yang lebih luas untuk terapi infeksi community-acquired maupun infeksi
nosokomial. Lebih jauh lagi ciprofloksasin, ofloksasin, peflokasin tersedia sebagai
preparatparenteral yang memungkinkan penggunaanya secara luas baik tunggal maupun
kombinasi dengan agen lain.
12
2) Mukolitik dan Ekspektoran
2.1. Mukolitik
Bronkitis dapat menyebabkan produksi mukus berlebih. Kondisi ini menyebabkan
peningkatan penebalan mukus. Perubahan dan banyaknya mukus sukar dikeluarkan secara
alamiah, sehingga diperlukan obat yang dapat memudahkan pengeluaran mukus.
Mukus mengandung glikoprotein, polisakarida, debris sel, dan cairan/eksudat infeksi.
Mukolitik bekerja dengan cara memecah glikoprotein menjadi molekul-molekul yang lebih kecil
sehingga menjadi encer. Mukus yang encer akan mendesak dikeluarkan pada saat batuk, contoh
mukolitik adalah asetilsistein.
2.2. Ekspektoran
Ekspektoran bekerja dengan cara mengencerkan muku dalam bronkus sehingga mudah
dikeluarkan, salah satu contoh ekspektoran adalah guaifenesin. Guaifenesin bekerja dengan cara
mengurangi viskositas dan adhesivitas sputum sehingga meningkatkan efektivitas mukociliar
dalam mengeluarkan sputum dari saluran pernapasan.
2.7.3 Pencegahan Tersier
Pencegahan ini dimaksudkan untuk mengurangi ketidakmampuan penderita bronkitis
dengan terapi-terapi yang dapat membantu pernapasan. Pencegahan tersier untuk penderita
bronkitis dapat ditolong dengan terapi farmakologi dan terapi non-farmakologi yaitu:
a. Terapi Farmakologi
1) Bronkodilatori
Bronkodilator mempunyai aksi merelaksasi otot-otot polos pada saluran pernapasan. Ada
tiga jenis bronkodilator yaitu : Simpatomimetika, metilsantin, dan antikolinergik.
1.1. Beta-2 agonis (Simpatomimetika)
Obat-obat simpatomimetika merupakan obat yang mempunyai aksi serupa dengan aktifitas
simpatis. Sistem saraf simaptis memgang peranan penting dalam menentukan ukuran diameter
bronkus. Ujung saraf simpatis yang menghasilkan norephinepherin, epinefrin dan isoproterenol
disebut adrenergik (Dipiro, et al., 2008).
Adrenergik memiliki dua reseptor yaitu alfa dan beta. Reseptor beta terdiri beta 1 dan beta 2.
Beta 1 adrenergik terdapat pada jantung, beta 2 adrenergik terdapat pada kelenjar dan otot halus
bronkus. Adrenergik menstimulasi reseptor beta 2 sehingga terjadi bronkodilatasi.
1.2. Metilxantin
13
Teofilin merupakan golongan metil santin yang banyak digunakan, disamping kafein dan
dyphylline. Kafein dan dyphylline kurang paten dibandingkan dengan teofilin. Obat golongan ini
menghambat produksi fosfodiesterase. Dengan penghambatan ini penguraian cAMP menjadi
AMP tidak terjadi sehingga kadat cAMP seluler meningkat. Peningkatan ini menyebabkan
bronkodilatasi. Obat-obat metilsantin antara lain aminofilin dan teofilin.
b. Terapi Non-farmakologi.
Terapi non-farmakologi dapat dilakukan dengan cara :
1) Pasien harus berhenti merokok
2) Kalau timbul kesulitan dalam pernapasan atau dadanya bagian tengah sangat sesak, biarlah
dia menghirup uap air tiga kali sehari.
3) Taruhlah kompres uap di atas dada pasien dua kali sehari, dan taruhlah kompres lembab di
atas dada sepanjang malam sambil menjaga tubuhnya jangan sampai kedinginan.
4) Rehabilitasi paru-paru secara komprehensif dengan olahraga dan latihan pernapasan sesuai
yang diajarkan tenaga medis.
5) Istirahat yang cukup.
14
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Hematinika atau obat-obat pembentuk darah adalah obat-obat yang khusus digunakan
untuk menstimulir atau memperbaiki proses pembentukan sel-sel darah merah. Sel-sel darah
merah atau eritrosit-eritrosit ini dibentuk dalam sumsum tualng yang pipih, untuk itu juga
dibutuhkan beberapa zat tertentu seperti besi, vitamin B12 dan asam folat.
Ada beberapa tanda dan gejala penyakit asma yang diantaranya Adanya sesak nafas
sebagai akibat penyempitan saluran bronki, batuk berkepanjangan di waktu malam hari atau
cuaca dingin, Adanya keluhan penderita yang merasakan dada sempit, serangan asma yang hebat
menyebabkan penderita tidak dapat berbicara karena kesulitannya dalam mengatur pernapasan
dan masih banyak lagi tanda gejala lainnya.
Sesorang didiagnosis bronkitis kronik ketika mengalami batuk berdahak selama paling
sedikit tiga bulan selama dua tahun berturut-turut. Pada bronkitis kronik mungkin saja seorang
penderita mengalami bronkitis akut diantara episode kroniknya, dan batu mungkin saja hilang
namun akan muncul kembali. Pencegahan penyakit bronchitis meliputi pencegahan primer,
pencegahan sekunder, dan pencegahan tersier.
3.2 Saran
Demikian makalah yang penulis buat, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca. Lebih khusus bagi teman-teman mahasiswa dalam mempelajari mata kuliah kimia
farmasi terutama mengenai hematinika, obat asma serta bronchitis.
Adapun mengingat keterbatasan penulis dan penyusun makalah ini, jika ada kekeliruan
atau kesalahan dalam penyusunan, maka sebagai penulis mohon kritik dan saran dari teman-
teman atau pembaca.
15
DAFTAR PUSTAKA
Bin Muhsin.2010. My Healthy Trio Herbal. Jakarta: Trio Herbal.
Gunawan Sulistia G. 2007. Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Jakarta: Gaya Baru.
Kustantinah. 2008. Pedoman Pengobatan di Puskesmas. Jakarta: Katalog terbitan Depkes.
Raharjo, Noenoeng, et. al. 2004. Pedoman Nasional Asma Anak. Jakarta:UKK Pulmonologi PP IDAI.
Tjay Tan Hoah dan Rahardja Kirana. 2002. Obat-Obat Penting. Jakarta: Gramedia.
16