Laporan Skill Lab Orto

26
LAPORAN SKILL LAB ORTODONSIA BLOK ORAL DIAGNOSA DAN RENCANA PERAWATAN PENYAKIT DENTOMAKSILOFASIAL Oleh : Meidi Kurnia Ariani (121610101068) Kelompok Tutorial V FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

description

laporan

Transcript of Laporan Skill Lab Orto

LAPORAN SKILL LAB

ORTODONSIA

BLOK ORAL DIAGNOSA DAN RENCANA PERAWATAN PENYAKIT

DENTOMAKSILOFASIAL

Oleh :

Meidi Kurnia Ariani (121610101068)

Kelompok Tutorial V

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS JEMBER

2014

Pada bidang kedokteran gigi terutama di dalam bidang ortodonsia

bertujuan untuk memperbaiki letak gigi dan rahang yang tidak sesuai atau tidak

normal sehingga nantinya didapatkan fungsi geligi dan estetik yang baik serta

didapatkan wajah yang menyenangkan. Hal ini dapat meningkatkan kesehatan

psikososial dari seseorang tersebut.

IDENTITAS PASIEN

Identitas yang didapatkan pada waktu skill lab ortodonsia adalah sebagai

berikut:

1. Nama Penderita : An. Syafania Alitya R

2. Jenis kelamin : Perempuan

Jenis kelamin ini berkaitan dengan perawatan yang akan dilakukan

nantinya. Anak perempuan cenderung lebih rajin dan penurut

dibandingkan dengan anak laki-laki. Hal ini akan berpengaruh terhadap

keberhasilan dari suatu perawatan ortodonsia.

3. Umur, tanggal lahir : 9, 12 Juni 2004

Usia berkaitan dengan berlangsungnya pertumbuhan gigi, apakah pasien

sedang dalam fase gigi sulung, fase gigi pergantian ataupun fase gigi

permanen. Dari hasil yang didapatkan bahwa pasien berumur 9 tahun yang

berarti masih dalam masa pertumbuhan dan fase gigi pergantian.

4. Tempat tinggal : Jalan Manggis No. 31 Jember

Tempat tinggal berfungsi untuk memudahkan operator ketika akan

mengunjungi pasien agar pasien melakukan kontrol.

5. Nama orang tua/wali : Muhammad Ali

Setelah mengetahui identitas pasien dilanjutkan dengan melakukan

analisis. Di dalam melakukan analisis terdapat 4 macam analisis yaitu analisis

umum, analisis lokal, analisis fungsional dan analisis model.

1. Analisis

I. Analisis Umum

Riwayat penderita : Pasien datang ke RSGM UNEJ ingin

merapikan gigi anterior RA dan RB yang berdesakan. Kondisi

umum dari pasien adalah sehat.

Riwayat penderita diperlukan untuk mengetahui keluhan utama

dari pasien yang membawa pasien ke dokter dan nantinya berkaitan

dengan rencana perawatan yang akan dilakukan.

Berat dan tinggi badan : 19,5 kg dan 137 cm

Berat dan tingi badan diperlukan untuk mengetahui apakah

pertumbuhan dan perkembangan dari pasien normal sesuai dengan

umur dan jenis kelaminnya, mengetahui BMI (Body Mass Index)

pasien dan status gizi pasien. BMI dihitung dengan cara berat

badan (BB) pasien (kg) dibagi dengan tinggi badan (TB) pangkat

dua (m2). Dari hasil perhitungan didapatkan BMI dari pasien

adalah underweight sebesar 10,42.

Kebangsaan/suku : Indonesia/Jawa

Kebangsaan/suku biasanya dikaitkan dengan kebiasan-kebiasaan

dari masing-masing bangsa/suku dan untuk mengetahui ciri – ciri

fisik pasien.

Bentuk skelet : ektomorfik

Bentuk skelet dari pasien adalah ektomorfik

Penyakit anak-anak : demam berdarah

Penyakit anak-anak yang diderita oleh pasien adalah demam

berdarah. Dari hasil anamnesa tidak ada penyakit anak-anak yang

mengganggu pertumbuhan dan perkembangannya.

Alergi : taa

Pasien tidak memiliki alergi yang mempengaruhi dari perawatan

ortodonsi yang akan dilakukan nanti.

Kelainan endokrin : tidak ada

Pasien tidak memiliki kelainan endokrin. Apabila terdapat adanya

kelainan endokrin dapat bermanifestasi di dalam rongga mulut dan

akan menyebabkan terjadinya gangguan pertumbuhan pada daerah

dentomaksilofasial.

Operasi : tidak pernah

Pasien tidak pernah melakukan operasi.

Tonsil : tidak ada

Pemeriksaan tonsil berkaitan dengan ada tidaknya keradangan pada

pasien.

Kelainan saluran nafas : tidak ada

Pemeriksaan kelainan saluran nafas ini dapat diketahui pada saat

kondisi pasien sedang istirahat atau diam. Pasien bernafas normal

dan tidak bernafas melalui mulut.

Ciri keluarga : tidak ada

Ciri keluarga ini biasanya berkaitan dengan genetik dari orang

tuanya.

II. Analisis Lokal

a) Extra oral

Tipe profil : cembung

Untuk menentukan tipe profil muka pasien digunakan 4 titik

anatomis yaitu:

- Glabella (Gl) : terletak di tengah-tengah diantara alis mata

kanan dan kiri yang merupakan titik terendah dari dahi

- Lip contour atas : titik terdepan dari bibir atas

- Lip contour bawah : titik terdepan dari bibir bawah

- Pogonion : titik terdepan dari dagu yang berada di daerah

symphisis mandibula

Menurut Graber terdapat 3 bentuk tiper profil muka yaitu:

1. Cekung (concave) : apabila titik petemuan lip contour bawah

dengan lip contour atas berada dibelakang garis glabella dan

pogonion

2. Lurus (straight) : apabila titik petemuan lip contour bawah

dengan lip contour atas berada tepat pada garis glabella dan

pogonion

3. Cembung (convex) : apabila titik pertemuan lip contour bawah

dan lip contour atas berada didepan garis glabella dan pogonion

Tipe muka dan kepala : ovoid dan mesosefalik

Tipe muka pasien dapat dilihat dari arah depan pasien. Tipe muka

dan tipe kepala dapat berkaitan.

Tipe Kepala Tipe Wajah Tipe Lengkung

Rahang

Brachysephalik pendek, persegi,

lebar

Lebar

Mesosephalik ovoid/lonjong/oval Parabola

Dolicosephalik panjang dan sempit Panjang

Bentuk muka/kepala : simetris

Sebenarnya bentuk muka dari seseorang tidak ada yang simetris

namun dalam hal ini dilihat wajah pasien pada keadaan fisiologis

atau patologis.

Tonus otot bibir atas dan bawah : normal

Pada keadaan normal dan saat pasien dalam keadaan relaksasi,

bibir pasien terbuka sedikit dan terlihat gigi insisivus rahang bawah

terlihat 1-2 mm.

Fonetik : normal

Pada pemeriksaan fonetik dapat dilakukan dengan

menginstruksikan pasien mengucapkan huruf-huruf tertentu seperti

R, S, dan Z. Apabila fonetik pasien tidak normal maka pada

pengucapannya tidak sempurna bisa disebabkan karena kondisi

openbite anterior.

Kebiasaan jelek : tidak ada

Kebiasaan jelek dapat diperiksa dengan mengajukan pertanyaan

kepada pasien apakah pasien suka menghisap ibu jari, menggigit

pensil atau kebiasaan jelek yang lainnya. Apabila pasien memiliki

kebiasaan jelek sebaiknya dihilangkan terlebih dahulu sebelum

melakukan perawatan ortodonsi.

b) Intra oral

Jaringan mukosa mulut : tidak normal

Pada jaringan mukosa mulut pasien terdapat kemerahan atau

keradangan pada regio 4 terutama pada gigi 82,84, 85.

Lidah : normal

Pada pemeriksaan lidah dapat dilihat pada lidah pasien apakah

terdapat bentukan gigi atau tidak pada bagian lingual lidahnya.

Palatum : normal

Palatum pasien adalah normal

Kebersihan mulut : sedang

Pada pemeriksaan rongga mulut dapat ditetapkan dengan indeks

OHI-S. Cara menghitung dari OHI-S adalah rongga mulut dibagi

menjadi 6 bagian atau sextan yaitu 3 sextan di RA dan 3 sextan di

RB dan kemudian dipilih 1 sextan dan dihitung skornya. Setelah

itu menjumlahkan skor dari gigi yang telah diperiksa kemudian

dibagi dengan jumlah gigi yang diperiksa. Interpretasi hasil OHI-S

adalah:

Baik : 0,0-1,2

Sedang : 1.3-3,0

Buruk : 3,1-6,0

Frekwensi karies : sedang

Untuk penghitungan frekwensi karies menggunakan indeks DMF-

T. Angka DMF-T menggambarkan banyaknya karies yang diderita

pasien. DMF-T karies dihitung per gigi, artinya gigi yang memiliki

karies lebih dari 1, misalnya karies pada gigi molar kedua

permanen terdapat karies di oklusal dan di bukal maka karies tetap

dihitung 1.

Decay : Jumlah gigi karies yang tidak ditambal / yang masih dapat

ditambal

Missing : Jumlah gigi yang indikasi untuk dicabut / gigi yang telah

hilang karena karies

Filling : Jumlah gigi yang telah ditambal dan masih baik

Rumus yang digunakan untuk menghitung DMF-T :

DMF-T = D + M + F

Interpretasi hasil dari DMF-T menurut WHO adalah:

0,0 – 1,1 = sangat rendah

1,2 – 2,6 = rendah

2,7 – 4,4 = sedang

4,5 – 6,5 = tinggi

6,6 > = sangat tinggi

Dari hasil pemeriksaan didapatkan hasil bahwa frekwensi karies

pada pasien adalah sedang.

Fase geligi : pergantian

Pasien berumur 9 tahun dan masih mengalami fase gigi pergantian.

Pada pemeriksaan masih terlihat adanya sebagian gigi sulung yang

belum tanggal dan ada gigi permanen yang telah erupsi sempurna.

Keadaan gigi

0 0 0 0 0

16 55 54 53 12 11 21 22 63 24 65 26

46 85 84 83 42 41 31 32 73 74 75 36

0 0 0 0 x 0

Keterangan :

0 Karies Gigi + Hiperkalsifikasi

Tumpatan ▲ Perubahan Warna

X Pencabutan * Fraktur

Keterangan rontgenogram

Pemeriksaan rontgenogram digunakan untuk melihat benih dari gigi, apakah benih

dari gigi geligi permanen lengkap atau tidak (untuk gigi geligi yang yang belum

erupsi),gigi impaksi, gigi agenisi, gigi kelebihan (supernumerary) dan lain-lain.

Pada pasien terlihat adanya benih gigi 13, 14, 15, 23, 34, 35, 43, 44, 45.

III. Analisa Fungsional

Freeway space : 3 mm (64 – 61 = 3 mm)

Freeway space adalah celah yang terdapat antara rahang atas dan rahang

bawah dimana pasien dalam keadaan istirahat yang merupakan selisih

antara relasi vertikal pada saat istirahat dan relasi vertikal pada saat oklusi

sentrik. Relasi vertikal pada saat istirahat adalah hubungan rahang atas

dengan rahang bawah yang dimana otot-otot membuka dan menutup mulut

dalam keadaan seimbang dan diukur pada saat rahang bawah dalam

keadaan istirahat fisiologis. Sedangkan relasi vertikal pada saat oklusi

sentrik adalah hubungan rahang bawah terhadap rahang atas dimana gigi

atau oklusal saat dioklusikan dan diukur pada waktu gigi dalam oklusi

sentrik.

Cara pengukuran relasi vertikal:

1. Relasi vertikal pada saat istirahat

Menentukan dua titik pada wajah pasien sejajar dengan median line

(pada dagu dan di atas bibir. Pengukuran dapat dilakukan dengan

menggunakan jangka dan penggaris.

2. Relasi vertikal pada saat oklusi sentrik

Menentukan dua titik pada wajah yang sejajar dengan median line,

kemudian pasien diinstruksikan untuk memposisikan pada oklusi

sentries. Pada umumnya terjadi pengurangan relasi vertikal 2-4 mm

dari relasi vertikal istirahat.

Path of closure : normal

Path of closure adalah gerakan mandibular dari posisi istirahat menuju

posisi oklusi sentries. Pemeriksaan dapat dilakukan dengan

meninstruksikan pasien untuk membuka dan menutup mulut kemudian

operator melihat apakah ada pergeseran garis median pada saat mandibula

digerakkan dari posisi istirahat menuju posisi oklusi sentris. Pada

pemeriksaan path of closure dikatakan tidak normal apabila adanya

gerakan mandibula yang tidak normal dapat disebabkan karena adanya

deviasi mandibula atau displacement mandibula dan pergeseran garis

median.

Sendi temporomandibula : normal

Pemeriksaan sendi temporomandibula dapat dilakukan dengan cara

operator meletakkan satu atau dua jari didepan meatus acusticus externus

kiri dan kanan pasien lalu pasien diinstruksikan untuk membuka dan

menutup mulut secara terus-menerus. Apabila tidak ada bunyi clicking dan

tidak ada krepitasi maka pola pergerakan dari sendi temporomandibula

normal.

Pola atrisi : normal

Pemeriksaan pola atrisi dilakukan pemeriksaan pada model studi dari

pasien.

IV. Analisa model

Bentuk lengkung gigi (RA dan RB) : normal

Dari hasil pemeriksaan didapatkan bahwa bentuk lengkung gigi rahang

atas dan rahang bawah pasien adalah normal. Pemeriksaan dilakukan pada

model studi dengan menggunakan wire.

Jumlah lebar 4 incisivi RA : 31 mm / normal

Penghitungan jumlah lebar 4 incisivi RA dapat dilakukan dengan

menggunakan jangka. Jumlah normal dari lebar 4 incisivi RA adalah

sebesar 28 – 36 mm. Apabila kurang dari 28 mm dapat disebut sebagai

mikrodonti dan lebih dari 36 mm dapat disebut makrodonti. Dari hasil

penghitungan didapatkan jumlah lebar 4 incisivi RA sebesar 31 mm dan

termasuk normal.

Diskrepansi model

Diskrepansi model adalah selisih antara tempat yang tersedia dengan

tempat yang dibutuhkan. Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui

besarnya tempat yang tersedia dengan tempat yang dibutuhkan

berdasarkan model studi yang pada akhirny dapat digunakan untuk

menentukan perawatan yang dilakukan. Dari hasil penghitungan

didapatkan:

Diskrepansi model RA RB

Tempat yang tersedia 72 mm 60 mm

Tempat yang dibutuhkan 78,18 mm 66,94 mm

Jumlah kekurangan 6,18 mm 6,94 mm

Kurva spee

Kurva spee tidak dilakukan karena kurva spee yang dilakukan pada fase

gigi permanen saja.

Diastema (RA dan RB) : tidak ada

Diastema merupakan ruang antara dua gigi yang berdekatan. Adanya

diastema pada fase geligi pergantian masih merupakan keadaan normal,

tetapi adanya diastema pada fase geligi permanen dapat diperiksa lebih

lanjut untuk mengetahui apakah keaadaan tersebut suatu keadaan yang

tidak normal.

Pergeseran gigi-gigi

Cara pengukuran dari gigi-gigi adalah menggunakan simestroskop yang

diletakkan ditengah garis median gigi permanen pada model studi. Setelah

itu dilakukan perbandingan antara gigi kiri dan kanan. Pada pemeriksaan

didapatkan pergeseran gigi-gigi:

Rahang atas : gigi 26 lebih ke mesial dibandingkan gigi 16

Rahang bawah : gigi 36 lebih ke mesial dibandingkan gigi 46

Gigi-gigi yang terletak salah

Pada pemeriksaan gigi-gigi yang terletak salah dapat dilihat melalui 3

bidang orientasi yaitu bidang horizontal, bidang sagital, bidang

transversal. Dari hasi pemeriksaan didapatkan:

Rahang atas : 22 mesio labial rotasi eksentris

12 disto labial rotasi eksentris

11 palato versi

21 palato versi

Rahang bawah : 32 dan 42 linguoversi

Pergeseran garis median terhadap muka

Pemeriksaan pergeseran garis median terhadap muka dapat dilihat pada

model studi. Hasil yang diamati didapatkan garis median muka pasien

tidak berada dalam satu garis lurus dengan garis median gigi yang berarti

terdapat pergeseran garis median terhadap muka yaitu :

Rahang atas : 2 mm ke kanan

Rahang bawah : tidak ada

Kelainan kelompok gigi

- Letak berdesakan : Anterior : RA dan RB

Gigi yang berdesakan adalah gigi yang letaknya saling tumpang

tindih yang dimana terjadi disproporsi antara ukuran gigi dan

ukuran rahang dan bentuk lengkung. Keadaan yang menyebabkan

gigi berdesakan adalah lebar gigi yang besar, tulang rahang yang

kecil atau kombinasi dari gigi yang lebar dan rahang yang kecil

- Supra posisi : tidak ada

- Infra posisi : tidak ada

- Retrusi anterior : I central RB

Retrusi adalah keadaan dimana gigi yang mengalami

linguoversi/palatoversi bisa disebabkan karena kebiasaan jelek dan

tidak cukupnya tempat.

- Protrusi anterior : tidak ada

Relasi geligi rahang atas terhadap geligi rahang bawah

Relasi gigi adalah hubungan antara gigi atas dan bawah dalam keadaan

oklusi. Gigi-gigi yang diperiksa adalah molar pertama permanen, dan

kaninus pertama permanen. Pemeriksaan dilakukan secara sagital,

transversal, dan vertikal. Dari hasil pemeriksaan didapatkan:

- Sagital

o Kaninus kanan dan kaninus kiri : tidak ada relasi (bila salah

satu molar pertama permanen tidak ada misalnya oleh

karena telah dicabut, atau bila kaninus permanen belum

erupsi)

o Molar kanan dan molar kiri : neutroklusi (tonjol mesiobukal

molar pertama permanen atas terletak pada lekukan bukal

molar pertama permanen bawah.

- Transversal : normal

Pada keadaan normal, relasi transversal adalah gigitan fisura luar

rahang atas, oleh karena rahang atas lebih lebar daripada rahang

bawah

- Vertikal : normal

Relasi geligi anterior rahang atas dan rahang bawah

Relasi gigi anterior diperiksa dalam relasi sagital dan vertikal. Relasi yang

normal dalam relasi sagital adalah adanya jarak gigit (overjet) kurang lebih

2-3 mm.

- Tumpatan gigit : 6 mm, bertambah

- Jarak gigit : 3 mm, normal

2. Etiologi daripada maloklusi

Kehilangan prematur gigi sulung pada gigi 75. Gigi sulung yang

tanggal prematur dapat berdampak susunan gigi permanen. Gigi molar

kedua sulung seringa tanggal prematur karena karies yang kemudian gigi

molar pemnen bergeser ke arah diastema sehingga tempat untuk premolar

kedua berkurang dan premolar kedua tumbuh sesuai letak benihnya. Gigi

molar kedua sulung yang tanggal prematur juga dapat menyebabkan

asimetri dari lengkung gigi, gigi berdesakan serta kemungkinan terjadi

supra erupsi gigi antagonis. Bila molar kedua sulung tanggal prematur,

banyaknya pergeseran molar pertama permanen ke mesial dipengaruhi

oleh tinggi tonjol gigi dan waktu tanggal gigi tersebut.

Etiologi dari maloklusi pasien dapat juga disebabkan karen

disharmoni dentomaksiler yang merupakan keadaan disproporsi antara

besarnya gigi dan rahang. Karena tidak adanya harmoni antara gigi dan

rahang maka dapat menyebabkan gigi berdesakan ataupun diastema.

3. Diagnosis

Maloklusi Angle klas I dengan gigi anterior rahang bawah

berdesakan disertai dengan pergeseran garis median rahang atas 2 mm ke

kanan dan tumpang gigit bertambah.

4. Ringkasan

Pasien perempuan usia 9 tahun dengan gigi anterior rahang bawah

berdesakan dan disertai pergeseran garis median 2 mm ke kanan

dan tumpang gigit bertambah

Diskrepansi model didapatkan kekurangan tempat sebesar 6,94 mm

pada rahang atas dan 6,18 pada rahang bawah

Terdapat gigi tanggal prematur pada gigi 75

Etiologi maloklusi disebabkan karena tanggal prematur 75

5. Macam perawatan

Ortodonti Preventif adalah tingkat perawatan untuk mencegah terjadinya

maloklusi, seperti : memelihara kebersihan gigi dan mulut untuk

mencegah terjadinya karies gigi, pemberian fluor pada gigi sulung agar

tidak mudah karies, penambalan gigi sulung harus baik dan tidak

mengubah ukuran mesio-distal gigi dan titik kontaknya, menghilangkan

kebiasaan buruk : bernafas melalui mulut, menghisap jari, mendorong

lidah, menggigit bibir, pemakaian space maintainer pada kasus premature

loss gigi sulung untuk mencegah terjadinya pergeseran gigi.

Ortodonti Interseptik adalah Perawatan ortodonti yang dilakukan jika

sudah terjadi maloklusi ringan dan sudah dapat terlihat maloklusi yang

berkembang akibat adanya faktor keturunan, intrinsik dan ekstrinsik,

seperti : pemakaian space regainer untuk mengembalikan gigi molar yang

mengalami mesial drifting, serial ekstraksi.

Ortodonti korektif adalah maloklusi yang terjadi sudah cukup parah

bahkan sudah mencacat wajah dan diperlukan tindakan perawatan

ortodonti yang kompleks.

6. Rencana perawatan

o Ekstraksi pada gigi 63, 53,83, 73

o Koreksi berdesakan anterior rahang bawah bisa didapatkan dari

enamel stripping, ekpansi lengkung gigi, memproklinasikan

insisiv, distalisasi molar dan pencabutan gigi

o Koreksi pergeseran garis median rahang atas yang ke kanan dapat

dilakukan dengan menggerakkn gigi-gigi insisiv ke kiri sampai sisi

mesial insisiv kanan terletak di garis median

o Fase evaluasi (slicing posterior)

Slicing dilakukan pada proksimal posterior, untuk menyediakan

tempat bagi gigi yang akan erupsi dan mencegah gigi berdesakan.

o Fase retensi

Retensi adalah suatu fase dalam perawatan ortodonsi untuk

mempertahankan letak gigi yang telah selesai dikoreksi secara

ortodonsi sambil menunggu ligamen periodontal dan tulang

alveolar menyesuaikan dengan letak gigi yang baru.

7. Prognosis : menguntungkan

Prognosis merupakan perkiraan tentang kemungkinan keberhasilan

perawatan yang akan dilakukan baik, buruk, atau meragukan. Faktor yang

mempengaruhi diantaranya adalah:

a. Keadaan pasien: usia, jenis kelamin, kooperatif pasien

b. Keahlian operator

c. Alat yang dipakai

8. Alat : lepasan rahang atas / rahang bawah

Ortodonti lepasan adalah alat yang dapat dipasang dan dilepaskan oleh pasien.

alat ortodonti lepasan pada umumnya terbuat dari akrilik dan kawat.

Komponen aktif pada alat ortodonti lepasan terdiri dari pegas, labial

bow, skrup, dan elastik. Komponen aktif ini akan memberikan gaya sehingga

menyebabkan terjadinya pergerakan gigi. Pegas merupakan komponen aktif

yang paling sering digunakan sedangkan komponen pasif yang utama adalah

cengkram Adams. Lempeng akrilik dapat dimodifikasi dengan menambah

peninggian gigit anterior untuk koreksi gigitan dalam maupun peninggian

gigit posterior untuk membebaskan halangan gigit anterior atas.

DAFTAR PUSTAKA

1. Moyers, R.E. 1988. Handbook of Orthodontics. 4th Edition. Year

Book Medical Publishers, Inc., Chicago, London, Boca Raton.

2. Rahardjo, Pambudi. 2009. Ortodonti Dasar. Surabaya: Airlangga

University Press.

3. Singh, Gurkeerat. 2008. Textbook of Orthodontics Second Edition.

Malaysia : Unipress Medical Malaysia.